EFEK HORMONAL PADA OVULASI

14
EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN Oleh : Nama : Rima Ramadhania NIM : B1J012106 Rombongan : VIII Kelompok : 3 Asisten : Ivan Aprianto LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

description

laporan praktikum fisiologi hewan

Transcript of EFEK HORMONAL PADA OVULASI

Page 1: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN

Oleh :

Nama : Rima RamadhaniaNIM : B1J012106Rombongan : VIIIKelompok : 3Asisten : Ivan Aprianto

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

Page 2: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

2014I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Hipofisasi adalah menyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisis (donor) untuk

menginduksi kematangan gonad, ovulasi dan spermiasi. Ovulasi diasosiasikan dengan

proses degradasi folikuler. Proses ovulasi mengakibatkan pecahnya dinding folikel sel telur.

Aplikasi hormon dengan suntikan ekstraksi dilakukan untuk merangsang terjadinya ovulasi.

Secara fisiologis, kelenjar hipofisis merupakan salah satu kelenjar endokrin yang mensekresi

beberapa hormon, salah satunya adalah hormon gonadrotropin. Teknik hipofisasi dilakukan

untuk meningkatkan kadar hormon LH pada ikan yang kadarnya tidak cukup menghasilkan

kematangan gonad tingkat akhir dan ovulasi pada betina. Induksi hormon dalam pemijahan

buatan penting untuk terjadinya pematangan gonad. Beberapa cara dilakukan untuk

menentukan perkembangan gonad berdasarkan perkembangan oosit atau pengukuran

besarnya gonad. Hal lain yang dapat dijadikan untuk mengukur pengaruh kerja hormon

gonadotropin adalah fekunditas, fertilitas dan penetasan telur. Tingkat kematangan gonad

yang maksimal ditunjukkan dengan pembesaran volume perut dengan ovari mengisi sekitar

80% rongga perut (Najmiyati et al., 2006).

Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari disebut dengan master gland, karena

mampu menghasilkan berbagai hormon yang berfungsi mengatur kelenjar hormon lainnya.

Kelenjar hipofisis dapat mengendalikan beberapa hormon antara lain hormon pada kelamin

jantan (testis) maupun kelamin betina. Hipofisis berukuran sangat kecil, terletak di sebelah

bawah bagian depan otak besar (diencephalon) sehingga jika otak kiri diangkat, maka

kelenjar ini akan tertinggal. Kelenjar hipofisa terdiri atas 4 bagian masing-masing berurutan

dari depan ke belakang adalah pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan

neurophisis (Ville et. al., 1988).

Kelenjar hipofisis berada di rongga tulang sphenoid pada sela tursica. Selama

embryogenesis, hipofisis berkembang sebagian dari ectoderm oral dan sebagian lagi dari

jaringan syaraf. Komponen neural muncul sebagai sebuah evaginasi dari dasar

diencephalon dan tumbuh ke arah caudal sebagai batang tanpa melepaskan diri dari otak.

Hipofisis terdiri dari dua kelenjar neurohipofisis dan adenohipofisis yang bersatu secara

anatomis tetapi mempunyai fungsi yang berbeda. Neurohipofisis merupakan bagian dari

hipofisis yang berkembang dari jaringan syaraf. Neurohipofisis terdiri dari bagian yang

Page 3: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

besar, pars nervosa, dan yang lebih kecil infundibulum. Infudibulum terdiri atas stem dan

eminentia mediana. Bagian dari hipofisis yang muncul dari oral ectoderm diketahui sebagai

adenohipofisis yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu pars distalis atau lobus anterior, bagian

cranial, pars tuberalis, yang mengelilingi infundibulum, serta pars intermedia (Gordon,

1982).

I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah merangsang ikan untuk ovulasi dan memijah

dengan induksi kelenjar hipofisis.

Page 4: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

II. MATERI DAN CARA KERJA

II.1 Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan karper (Cyprinus carpio)

matang kelamin sebagai ikan donor, ikan nilem (Osteochilus hasselti) sebagai ikan resipien

dan akuabides.

Alat yang digunakan adalah spuit volume 1 cc dan 5 cc, wadah kaca, talenan, pinset,

ember plastik, micro centrifuge dan pisau.

II.2 Cara Kerja

1. Ikan donor disiapkan.

2. Ikan mas (donor) dipotong kepalanya dengan menggunakan pisau besar tepat

dibelakang telinga sampai putus.

3. Kepala ikan mas diletakkan dengan mulut menghadap keatas, selanjutnya

dipotong bagian kepalanya tepat dari lubang hidung diatas otak sampai putus

sama sekali sehingga tengkorak kepala terbuka.

4. Berkas saraf sebelah depan yang berwarna putih dipotong kemudian otak

diangkat sehingga akan terlihat kelenjar hipofisis tepat dibawah otak, terletak

didalam sebuah lekukan, bentuknya bulat, berwarna putih dan berukuran

sebesar biji kacang hijau.

5. Kelenjar hipofisis diambil dengan menggunakan pinset dan diletakkan di wadah

kaca.

6. Akuabides ditambahkan kemudian kelenjar hipofisis digerus sampai lumat.

7. Ekstrak kelenjar hipofisis bagian atas diambil lalu dimasukkan kedalam tabung

reaksi.

8. Tabung reaksi dimasukkan kedalam centrifuge dan diputar dengan kecepatan

3500 rpm selama 10 menit.

9. Ekstrak kelenjar hipofisis diambil dengan menggunakan spuit lalu disuntikkan ke

tubuh ikan resipien di bagian bawah sirip dorsal bagian depan pada tiga sisik

kebawah.

Page 5: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

10. Ikan yang telah disuntik dimasukkan kedalam bak pemijah dan diamati ikan

melakukan ovulasi dan memijah atau tidak.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1Hasil

Tabel Pengamatan Teknik Hipofisasi

Kel. Dosis Kelenjar Hipofisis Waktu untuk memijah Pemijahan

1 ♂ 0,3 cc dan ♀ 0,5 cc 21.00-07.00 Tidak terjadi

2 ♂ 0,4 cc dan ♀ 0,4 cc 21.00-07.00 Tidak terjadi

3 ♂ 0,2 cc dan ♀ 0,6 cc 21.00-07.00 Tidak terjadi

4 ♂ 0,5 cc dan ♀ 0,3 cc 21.00-07.00 Tidak terjadi

Gambar I. Kelenjar Hipofisis Pada Kepala Ikan Mas

Gambar II. Kelenjar Hipofisis

Page 6: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

III.2Pembahasan

Percobaan ini menggunakan ikan Mas sebagai ikan donor dan ikan Nilem sebagai

ikan resipien. Ikan donor adalah ikan yang diambil kelenjar hipofisanya yang masih dalam

satu familia dengan ikan resipien, sedangkan ikan resipien adalah ikan yang akan diinjeksi

atau disuntik (Sumantadinata, 1981). Hasil percobaan yang dilakukan menyatakan bahwa

tidak terjadi pemijahan setelah diamati selama 10 jam. Hal tersebut tidak sesuai dengan

pernyataan Soekamsipoetro (1987) bahwa dengan melakukan teknik hipofisasi pada ikan

Nilem, pemijahan akan terjadi pada rentang waktu 6-14 jam setelah masa penyuntikan.

Induk-induk ikan yang benar-benar matang kelamin akan memijah secara alami dalam

waktu kurang dari 24 jam setelah ikan diletakkan dalam bak pemijah. Hal ini mungkin

karena ikan mengalami stress, sisik ikan yang terkelupas dan posisi jarum yang tidak pas

mungkin dapat memicu stress pada ikan, selain itu terdapat penyebab lain seperti kelenjar

hipofisa yang disuntikan tidak seluruhnya masuk ke dalam tubuh ikan, mengingat ikan terus

bergerak saat dilakukan penyuntikan, selain itu lamanya waktu penyuntikan dan kualitas air

yang kurang sesuai bagi ikan juga dapat memicu stress. Dosis kelenjar hipofisa yang

diberikan pada ikan resipien untuk kelompok 1 adalah adalah 0,3 cc untuk jantan dan 0,5 cc

untuk betina. Kelompok 2 sebanyak 0,4 cc untuk jantan dan 0,4 cc untuk betina. Kelompok

3 sebanyak 0,2 cc untuk jantan dan 0,6 cc untuk betina dan kelompok 4 0,5 cc untuk jantan

dan 0,3 cc untuk betina. Seluruh kelompok dengan dosis kelenjar hipofisa yang berbeda-

beda, namun tidak ada satupun yang berhasil memijah. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Pickford (1957) bahwa pemberian dosis yang kurang tepat dapat mempengaruhi kecepatan

ikan dalam memijah, ini berarti agar ikan tersebut memijah dalam waktu yang relatif cepat

Page 7: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

diperlukan dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan, yaitu sebanyak 0,3 cc untuk jantan

dan dan 0,5 cc untuk betina, sehararusnya kelompok 1 ikan dapat memijah. Hal ini mungkin

dikarenakan ikan mengalami stress, sehingga tidak memijah.

Terdapat beberapa cara pemijahan, yiatu pemijahan alami (natural spawning),

pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial

breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang

benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak atau wadah pemijahan

dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang

induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami.

Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan

hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan. Ikan melakukan reproduksi secara

eksternal. Ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian ikan betina

akan mengeluarkan telur, selanjutnya ikan jantan akan segera mengeluarkan spermanya,

kemudian sperma dan telur ini bercampur di dalam air, agar ikan dapat memijah maka

terdapat syarat yang harus dipenuhi. Syarat ikan donor dan ikan resipien untuk memijah

adalah ikan yang sudah matang kelamin (Susanto, 1996).

Ikan jantan yang telah matang kelamin memiliki ciri-ciri sirip dada kasar, kulit perut

lembek dan tipis, dan mengeluarkan cairan putih bila ditekan bagian perutnya (stripping)

(Hardjamulia, 1980). Menurut Gordon (1982), ciri-ciri betina yang sudah masak kelamin

diantaranya perut mengembung, lubang genital kemerahan dan perut lembek. Ketika

persyaratan terpenuhi, maka ikan dapat memijah, namun keberhasilan pemijahan juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan diantaranya adalah tingkat

kematangan gonad, stress, dosis kelenjar hipofisa dan makanan. Ikan yang akan digunakan

harus benar-benar telah matang kelamin, hal ini penting karena hanya ikan yang telah

matang kelamin yang memiliki volume kelenjar hipofisa mencapai puncaknya. Jika yang

digunakan belum matang kelamin maka ikan tersebut tidak dapat memijah ataupun volume

kelenjar hipofisanya masih sedikit. Makanan yang diberikan pada ikan harus memenuhi

kebutuhan nutrisinya, hal ini karena ikan yang memijah memerlukan pasokan nutrisi yang

cukup banyak untuk mensuplai telurnya (Bagnara, 1988).

Kelenjar hipofisa ikan terletak di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini menempel

pada infudibulum dengan satu tangkai yang pendek, agak panjang atau pipih tergantung

pada jenis ikan. Kelenjar ini hanya sebesar butir kacang hijau atau lebih kecil. Suatu lekukan

Page 8: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

tulang pada lantai otak yang disebut sella tursika melindungi khusus kelenjar ini. Tulang

tengkorak harus dibuka sehingga otak dapat diangkat untuk mengambil kelenjar ini. Butir

kelenjar hipofisa akan tertinggal di dalam sella tursika. Kelenjar hipofisa terdiri dari dua

bagian utama yaitu neurohypofisa dan adenohypofisa. Peranan kelenjar hipofisa sangat vital

terhadap kehidupan karena dari kelenjar inilah dihasilkan berbagai macam hormon yang

berperan dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan (Sumantadinata, 1981). Hormon

yang berperan pada proses pemijahan menurut adalah gonadotropin yaitu Leuteinizing

Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH). Hormon gonadotropin tersebut

dihasilkan oleh kelenjar adenohipofisa yang akan merangsang proses pemasakan ovulasi,

sehingga pada akhirnya merangsang induk betina untuk memijah. Kedua gonadotropin

(GTH), follicle-stimulating hormone (FSH), dan Leuteinizing Hormone (LH) adalah hormon

kunci dalam kontrol endokrin reproduksi vertebrata. Kedua hormon ini heterodimerik,

terikat non-kovalen dengan glikoprotein yang terdiri dari subunit α yang umum dan hormon

subunit β tertentu. Setiap subunit dikodekan oleh tunggal, gen terpisah. FSH dan LH

diproduksi dalam gonadotropin hipofisis, dan diangkut dengan aliran darah ke gonad

tempat mereka mengatur berbagai tahap pertumbuhan dan pematangan sel benih

(Weiltzien et al., 2003). Mekanisme hormonal ini sangat mempengaruhi keberhasilan

pemijahan, karena kelenjar hipofisis mengeluarkan hormon yang menyebabkan terjadinya

pemijahan.

Teknik hipofisasi dilakukan untuk meningkatkan kadar hormon LH pada ikan yang

kadarnya tidak cukup menghasilkan kematangan gonad tingkat akhir dan ovulasi pada

betina (Najmiyati et al., 2006). Mekanisme kerja hormonal hipofisis diawali oleh adanya

faktor lingkungan yang berupa stimulasi atau rangsangan yang dapat ditangkap oleh indera

ikan (misalnya kulit). Informasi yang diterima dari indera ikan akan diteruskan ke

hipotalamus melalui sel saraf, sehingga hipotalamus akan terangsang untuk memproduksi

hormon gonadotropin serta FSH dan LH. Hormon ini akan mempengaruhi testis dan

ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron untuk menghasilkan sperma dan sel

telur. Hipofisis mensekresi sejumlah hormon yang mengatur kelenjar endokrin lain (hormon

trofik) atau secara langsung mempengaruhi metabolisme. Fungsi yang paling khas dari

kelenjar hipofisis anterior adalah mengeluarkan hormon-hormon yang mempengaruhi

aktivitas kelenjar endokrin lain, terutama menyangkut reproduksi (Hardjamulia, 1980).

Mekanisme kerja hormonal hipofisis dipengaruhi ole cara penyuntikan hipofisasi.

Page 9: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

Terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi yaitu intra muscular, intra cranial, dan intra

perineal. Tahap yang paling penting dalam teknik reproduksi buatan pada ikan adalah cara

mendapatkan hasil sperma dari rangsangan hormon pemasakan sperma, ovulasi dan

sinkronisasi pembentukan sperma. Ketika cara penyuntikan kelenjar hipofisa sudah

dilakukan dengan baik, maka ikan akan memijah. Ciri Ikan yang sudah memijah dapat dilihat

dari tingkah lakunya, yaitu gelisah, saling berkumpul, bergerombol, berkejar-kejaran, diikuti

juga dengan sering berlompatan (Sumantadinata, 1981).

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Hipofisasi adalah suatu cara untuk merangsang ikan agar melakukan pemijahan

2. Ikan yang telah disuntik dengan kelenjar hipofisa mengalami pemijahan setelah 6-12

jam.

Page 10: EFEK HORMONAL PADA OVULASI

DAFTAR REFERENSI

Bagnara, T. 1988. Endokrinologi umum. Airlangga University Press, Surabaya.

Gordon, M.S. 1982. Animal physiology principle. Mc Millan Publishing Company, New York.

Hardjamulia. 1980. Pembenihan dan teknik hipofisasi. BBAT, Sukabumi.

Najmiyati., E, Lisyastuti., E, dan Hedianto., Y.E. 2006. Biopotensi kelenjar hipofisis ikan patin (Pangasius pangasius) setelah penyimpanan kering selama 0,1, 2, 3 dan 4 bulan. J. Tek. Ling, 7(3):311-316.

Pickford, A. 1957. General zoology calude. The Mac Millan Publishing Company, New York.

Soekamsipoetro, S. 1987. Budidaya Ikan Nilem. Dinas Perikanan UNBAD, Purwokerto.

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Sastra Budaya, Bogor.

Susanto, H. 1996. Budidaya kodok unggul. Swadaya, Jakarta.

Ville, C. A, W. D Wallon and F. E. Smith. 1988. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Weltzien., F.A, Norberg., B, dan Swansonb., P. 2003. Isolation and characterization of FSH and LH from pituitary glands of Atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus L.) Journal of general and comparative endocrinology, 131:97–105