EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku...

198
i EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI PARASETAMOL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Felix Manuel NIM : 068114136 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Transcript of EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku...

Page 1: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

i

EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA

(Carica papaya L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI

PARASETAMOL

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Felix Manuel

NIM : 068114136

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

ii

Skripsi

EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA

(Carica papaya L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI

PARASETAMOL

Yang diajukan oleh :

Nama : Felix Manuel

NIM : 068114136

telah disetujui oleh:

Tanggal : 6 Oktober 2010

Page 3: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Pengesahan Skripsi Berjudul

EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI

PARASETAMOL

Page 4: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Keberhasilan merupakan sesuatu yang tidak mudah, dan membutuhkan suatu perjuangan. Orang yang berusaha terus ketika gagal bukanlah orang yang gagal, tetapi orang yang berhenti berusaha ketika ia gagal adalah orang yang gagal.”

(Unnamed)

KARYA KECIL INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :

TUHAN YESUS KRISTUS SUMBER PENGHARAPANKU

PAPI DAN MAMIKU

TEMAN-TEMANKU

Page 5: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

10 Oktober 2010

Page 6: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

vi

PRAKATA

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

oleh karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Efek Hepatoprotektif Jus Buah Pepaya (Carica papaya L.) pada Tikus

Jantan Terinduksi Parasetamol” ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu,

penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt, selaku pembimbing utama skripsi ini atas segala

kesabaran untuk selalu mendukung, memotivasi, membimbing, dan memberi

masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini

3. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Wakil Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma dan penguji skripsi atas bantuan, masukkan dan

perhatian kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

4. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan, masukkan

dan perhatian kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

5. Agatha Budi Susiana, M.Si., Apt., selalu pembimbing akademik penulis atas

segala pendampingan, dukungan dan bimbingan selama ini.

Page 7: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

vii

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi

yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna

penelitian skripsi ini.

7. Bapak dr. Yunadir yang telah membantu membuat preparat histologi dan

memberikan tips-tips dalam pengambilan dan pemotongan organ,

membuatkan preparat dengan cepat dan baik.

8. Bapak dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P. A. selaku pembimbing yang telah

membantu meneliti organ hasil penelitian ini dengan penuh kesabaran dan

perhatiannya.

9. Mas Parjiman, Mas Heru, Mas Kayat, Mas Yuwono, dan semua staf

laboratorium Farmasi yang telah bersedia membantu dan menemani selama

penelitian berlangsung, atas segala bantuan dan dinamika selama di

laboratorium.

10. Papi dan Mami, atas dukungan, kasih sayang, dan doa yang terbaiki sehingga

penulis tetap bersemangat dalam penyusunan skripsi ini.

11. Dita Maria Virginia atas segala doa, dukungan, semangat, motivasi, perhatian,

kasih sayang dan waktunya.

12. Rekan-rekan penelitian, Dewi, Tanti, Ricky, Jeffry, dan Gun atas bantuan,

kerjasama, perjuangan, dan suka duka yang dialami selama penelitian.

13. Ngapak Team, Anton, Aan, Jimmy, Yoki, Pungki, Jati, Jeffry, Yacob dan

Yosef atas kebersamaan, semangat, dan keceriaannya.

14. Teman-teman FKK B angkatan 2006 atas kebersamaan selama ini.

Page 8: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

viii

15. Teman-teman UKF Basket Farmasi atas dukungan dan kebersamaan selama

ini.

16. Pihak-Pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat disebutkan

satu persatu..

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna

termasuk penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan

masukan demi kemajuan di masa yang akan datang. Penulis juga berharap bahwa

tulisan ini dapat memberikan sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu

pengetahuan serta masyarakat.

Penulis

Page 9: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Agustus 2010

Page 10: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

x

INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang efek hepatoprotektif jus buah pepaya

pada tikus jantan terinduksi parasetamol dengan tujuan memperoleh bukti ilmiah efek hepatoprotektif jus buah pepaya (Carica papaya L.) dan besarnya efek hepatoprotektif dari masing-masing dosisnya.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni yang dikerjakan mengikuti rancangan acak lengkap pola satu arah. Tiga puluh ekor tikus jantan dibagi secara acak dalam 6 kelompok dengan jumlah yang sama. Kelompok I diberi CMC Na 0,7% 0,15 g/kgBB. Kelompok II diberi suspensi paracetamol 0,9500 g/kgBB. Kelompok III-IV diberi jus buah pepaya dosis 10,65; 13,28; 16,56; dan 20,65 g/kgBB selama 6 hari secara peroral dan pada hari ke-7 diberi suspensi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB secara intraperitonial. Kemudian setelah 18 jam tikus diambil darahnya lewat sinus orbitalis mata untuk ditetapkan aktivitas GPT-serum. Kemudian tikus dikorbankan dan hatinya diambil untuk pembuatan preparat histologi, kemudian diberi skor menurut derajat kerusakannya. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk mencari persentase efek hepatoprotektif dan angka proteksinya. Distribusi data dianalisis dengan uji Saphiro-Wilk, dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah yang dilanjutkan dengan uji Scheffe, dan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jus buah pepaya memiliki efek hepatoprotektif. Efek hepatoprotektif jus buah pepaya dosis 10,65; 13,28; 16,56; dan 20,65 g/kgBB secara berturut-turut adalah 9,07%, 71,54%, 78,35% dan 75,40% dan angka proteksinya secara berturut-turut adalah 37,10%; 40,32%; 53,23%; dan 56,45%.

Kata kunci: efek hepatoprotektif, angka proteksi, jus buah pepaya, Carica papaya L.

Page 11: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xi

ABSTRACT

An experimental research on the hepatoprotective effect of papaya (Carica

papaya L.) juice has been conducted on male rat induced by acetaminophen to get scientific evidence and the power of their respective dose.

This research was a pure experimental study of completely randomized one-way pattern design. Thirty male rats were randomly divided into 6 groups with the same amount. Group I was given 0,7% CMC Na 0,15 g/kgBW. Group II was given paracetamol suspension of 0,9500 g/kgBW. Group III-IV were given doses of papaya juice 10,65; 13,28; 16,56; and 20,65 g/kgBW for 6 days in peroral and on day 7 were given a dose of paracetamol suspension of 0,9500 g/kgBW in intraperitoneally. Then after 18 hours of rat blood drawn through the eye orbital sinus for serum GPT-determined activity. Then the rats were sacrificed and hearts were taken for making preparations for histology, then given a score according to the degree of damage. Distribution data were analyzed with Shapiro-Wilk test, followed by a one-way ANOVA followed by Scheffe test, and Kruskal-Wallis test followed by Mann-Whitney test with 95% confidence level..

The results showed that the papaya juice has a hepatoprotective effect. Hepatoprotective effects of papaya juice doses of 10,65; 13,28; 16,56; and 20,65 g/kgBB respectively are 9,07%, 71,54%, 78,35% and 75,40% and protection rates respectively are 37,10%, 40,32%, 53,23%, and 56,45%.

Key words: hepatoprotective effect, protection rates, papaya juice, Carica papaya

L.

Page 12: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... v

PRAKATA………………………………………………………………….... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. ix

INTISARI…………………………………………………………………..... x

ABSTRACT………………………………………………………………....... xi

DAFTAR ISI………………………………………………………………..... xii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………..... xvi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xx

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..... xxii

BAB I. PENGANTAR…………………………………………….................. 1

A. Latar Belakang…………………………………………..……………….... 1

1. Perumusan masalah.......…………………………………......……….... 4

2. Keaslian penelitian…………………………………………….......…… 4

3. Manfaat penelitian…………………………………………………..…. 5

B. Tujuan Penelitian........................................................................................... 5

BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA.............................................................. 6

A. Tanaman Pepaya .......................................................................................... 6

1. Sistematika tanaman pepaya ................................................................. 6

Page 13: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xiii

2. Morfologi tanaman............................................................................... 6

3. Nama daerah……………………………………………..................... 7

4. Kandungan kimia…………………………………………………….. 7

5. Kegunaan ............................................................................................ 8

B. Vitamin C.................................................................................................... 8

C. Vitamin E.................................................................................................... 10

D. Karetenoid.................................................................................................... 12

E. Anatomi dan Fisiologi Hati.......................................................................... 13

F. Patofisiologis Hepatitis.................................................................................. 16

1. Perlemakan hati……………………………………………………….. 18

2. Nekrosis hati…………………………………………………………... 19

3. Kolestasis……………………………………………………………… 21

4. Sirosis………………………………………………………………….. 22

G. Terapi Hepatitis dan Hepatotoksin.............................................................. 22

H. Parasetamol……………………….............................................................. 24

I. Metode Uji Hepatotoksisitas….................................................................... 30

J. Landasan Teori............................................................................................... 32

K. Hipotesis ....................................................................................................... 34

BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 35

A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................... 35

B. Variabel Penelitian......................................................................................... 35

1. Variabel utama………………………………………………………….. 35

2. Variabel pengacau terkendali…………………………………………… 35

Page 14: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xiv

3. Variabel pengacau tak terkendali……………………………………… 36

C. Subyek dan Bahan Penelitian........................................................................ 36

D. Alat Penelitian……....................................................................................... 37

E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 38

1. Penetapan konsentrasi jus buah pepaya Bangkok dan dosis maksimal-

nya……………………………………………………………………... 38

2. Penetapan dosis jus buah pepaya………………………………………. 39

3. Uji Pendahuluan……………………………………………………….. 39

a. Orientasi konsentrasi CMC Na sebagai pensuspensi parasetamol….. 39

b. Penetapan dosis hepatotoksik parasetamol…………………………. 40

c. Penetapan waktu kehepatotoksikan parasetamol mencapai maksimal 41

d. Penetapan lama praperlakuan jus buah pepaya……………………… 42

4. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji……………………………… 43

5. Pembuatan serum………………………………………………………. 44

6. Penetapan aktivitas GPT-serum………………………………………... 44

7. Pembuatan preparat histology sel hati………………………………….. 45

8. Pemeriksaan preparat histology sel hati………………………………… 45

F. Analisis Hasil……………………………………………………………….. 46

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 47

A. Uji Pendahuluan………................................................................................ 47

1. Penentuan dosis hepatotoksik…………………………………………. 47

2. Penentuan waktu kehepatotoksikan parasetamol mencapai maksimal…. 49

3. Penentuan lama praperlakuan jus buah pepaya………………………… 51

Page 15: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xv

4. Penetapan dosis jus buah pepaya………………………………………. 52

B. Perbandingan Aktivitas GPT-serum tiap Kelompok..................................... 53

1. Kontrol negatif CMC Na 0,7% 0,15 g/kgBB………………………….. 53

2. Kontrol positif parasetamol 0,9500 g/kgBB…………………………… 54

3. Efek hepatoprotektif jus buah pepaya dosis 10,65; 13,28; 16,56 dan

20,65 g/kgBB pada tikus jantan terinduksi parasetamol……………… 60

C. Rangkuman Pembahasan............................................................................... 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 74

A. Kesimpulan................................................................................................... 74

B. Saran............................................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 76

LAMPIRAN...................................................................................................... 82

BIOGRAFI PENULIS...................................................................................... 174

Page 16: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Prosedur penetapan aktivitas GPT-serum ............................................. 45

Tabel II. Aktivitas GPT-serum tikus pada selang waktu 24 jam setelah

pemberian parasetamol secara intra peritonial dengan dosis 0,750;

0,8255; 0,9086; 0,9500; 1,000 g/kgBB ................................................ 47

Tabel III. Hasil analisis statistik aktivitas GPT-serum untuk menilai perbedaan

tiap 2 dosis............................................................................................ 48

Tabel IV. Derajat kerusakan sel hati tikus pada selang waktu 24 jam setelah

pemberian parasetamol secara intra peritonial dengan dosis 0,7500;

0,8255; 0,9086; 0,9500 dan 0,1000 g/kgBB ....................................... 48

Tabel V. Aktivitas GPT-serum dan derajat kerusakan sel hati tikus setelah

pemberian parasetamol secara intra peritonial dengan dosis 0,9500

g/kgBB pada selang waktu 6, 12, 15, 18, 24 jam ………………......... 50

Tabel VI. Derajat kerusakan sel hati tikus setelah pemberian parasetamol

secara intra peritonial dengan dosis 0,9500 g/kgBB pada selang

waktu 12 jam dan 18 jam ..................................................................... 50

Tabel VII. Purata ± SE aktivitas GPT-serum tikus jantan setelah praperlakuan

jus buah pepaya 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per

oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB yang

diberikan secara intra peritonial…………………………………........ 56

Page 17: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xvii

Tabel VIII. Hasil analisis statistik derajat kerusakan hati setelah praperlakuan

jus buah pepaya 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per

oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB yang

diberikan secara intra peritonial……………………………………… 56

Tabel IX. Hasil uji statistik tingkat kerusakan hati berupa degenerasi melemak

pada tikus jantan setelah praperlakuan jus buah pepaya 1 x sehari

selama 6 hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi

parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB yang diberikan secara intra

peritonial……………………………………………………….. 57

Tabel X. Hasil uji statistik tingkat kerusakan hati berupa nekrosis pada tikus

jantan setelah praperlakuan jus buah pepaya 1 x sehari selama 6 hari

yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol

dosis 0,9500 g/kgBB yang diberikan secara intra peritonial…........... 58

Tabel XI. Pengaruh praperlakuan jus buah pepaya 1x sehari selama 6 hari

berturut-turut terhadap histopatologi sel hati tikus terinduksi

parasetamol 0,9500 g/kgBB…………………………………………. 59

Tabel XII. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post)

pemberian parasetamol dosis 0,7500 g/kgBB………………………... 92

Tabel XIII. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post)

pemberian parasetamol dosis 0,8255 g/kgBB ……………………….. 93

Page 18: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xviii

Tabel XIV. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post)

pemberian parasetamol dosis 0,9086 g/kgBB………………………... 95

Tabel XV. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post)

pemberian parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB ………………………. 96

Tabel XVI. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post)

pemberian parasetamol dosis 1,0000 g/kgBB ………………………. 98

Tabel XVII. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post)

pemberian parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB ………………………. 108

Tabel XVIII. Data aktivitas GPT-serum pada pra perlakuan jus buah pepaya

sebelum (pre) dan sesudah (post) pemberian parasetamol dosis

0,9500 g/kgBB ………………………………………………………. 120

Tabel XIX. Data skoring derajat kerusakan hati pada uji pendahuluan orientasi

dosis hepatotoksik parasetamol ……………………………………... 128

Tabel XX. Data skoring derajat kerusakan hati pada uji pendahuluan orientasi

waktu pengambilan cuplikan darah setelah pemberian parasetamol

dosis hepatotoksik ……………………………………........................ 144

Tabel XXI. Data skoring derajat kerusakan hati pada Pra Perlakuan Jus Buah

Pepaya pada Tikus Jantan Setelah Pemberian Parasetamol Dosis Toksik

(0,9500 g/kgBB)……………………………………………………… 153

Page 19: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xix

Tabel XXII. Perhitungan skoring derajat kerusakan hati pada Pra Perlakuan Jus

Buah Pepaya pada Tikus Jantan Setelah Pemberian Parasetamol Dosis

Toksik (0,9500 g/kgBB)……………………………………………… 169

Page 20: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur dasar hati........................................................ ..................... 16

Gambar 2. Perlemakan hati makrovaskuler ........................................................ 18

Gambar 3. Tipe nekrosis...................................................................................... 20

Gambar 4. Struktur parasetamol.......................................................................... 24

Gambar 5. Rangkuman sistem perubahan hayati parasetamol dan aneka

kemungkinan mekanisme kehepatotoksikan ................................... 29

Gambar 6. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan terinduksi parasetamol dosis

0,9500 g/kgBB................................................................................. 55

Gambar 7. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan setelah praperlakuan jus buah

pepaya dosis 10,65 g/kgBB terinduksi parasetamol dosis 0,9500

g/kgBB............................................................................................. 62

Gambar 8. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan setelah praperlakuan jus buah

pepaya dosis 13,28 g/kgBB terinduksi parasetamol dosis 0,9500

g/kgBB............................................................................................. 63

Gambar 9. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan setelah praperlakuan jus buah

pepaya dosis 16,56 g/kgBB terinduksi parasetamol dosis 0,9500

g/kgBB............................................................................................. 65

Gambar 10. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan setelah praperlakuan jus buah

pepaya dosis 20,65 g/kgBB terinduksi parasetamol dosis 0,9500

g/kgBB............................................................................................. 66

Page 21: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xxi

Gambar 11. Kemungkinan mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh

vitamin E (tokoferol)........................................................................ 69

Gambar 12. Kemungkinan mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh

β - karoten......................................................................................... 70

Gambar 13. Kemungkinan mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh

Likopen............................................................................................ 71

Page 22: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Buah Pepaya (Carica papaya L.)........................................... 82

Lampiran 2. Foto Jus Buah Pepaya (Carica papaya L.)………………………. 82

Lampiran 3. Foto Penyuntikan Tikus…….......................................................... 83

Lampiran 4. Foto Pengambilan Organ Hati…………....................................... 83

Lampiran 5. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Pepaya ......................... 84

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Histopatologis……….................................... 85

Lampiran 7. Data aktivitas gpt-serum dan hasil analisis statistik uji pendahuluan penentuan dosis hepatotoksik parasetamol............. 92

Lampiran 8. Data aktivitas gpt-serum dan hasil analisis statistik uji pendahuluan penentuan waktu pengambilan cuplikan darah setelah pemberian parasetamol dosis toksik (0,9500 g/kgBB)…... 108

Lampiran 9. Data aktivitas gpt-serum dan hasil analisis statistik pra perlakuan

jus buah pepaya (Carica papaya L.) pada tikus terinduksi

parasetamol..................................................................................... 120

Lampiran 10. Data dan hasil analisis statistik skoring derajat kerusakan hati

pada uji pendahuluan orientasi dosis hepatotoksik

parasetamol..................................................................................... 128

Lampiran 11. Data dan hasil analisis statistik skoring derajat kerusakan hati

pada uji pendahuluan orientasi waktu pengambilan cuplikan

darah setelah pemberian parasetamol dosis toksik (0,9500

g/kgBB)……………………………………………………….. 144

Page 23: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

xxiii

Lampiran 12. Data dan hasil analisis statistik skoring derajat kerusakan hati

pra perlakuan jus buah pepaya (Carica papaya L.) pada tikus

jantan setelah pemberian parasetamol dosis toksik (0,9500

g/kgBB)………………………………………………………….. 153

Lampiran 13. Perhitungan % angka proteksi …………………………………. 169

Lampiran 14. Perhitungan dosis………………………………………………. 170

Lampiran 15. Perhitungan efek hepatoprotektif………………………………. 172

Lampiran 16. Perhitungan Konversi Dosis Untuk Manusia…………………... 173

Page 24: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Hati merupakan organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks

di dalam tubuh (Lu, 1995). Fungsi hati sangat penting terutama dalam

melaksanakan fungsi vital tubuh dan merupakan organ kunci regulasi homeostasis

dalam tubuh (Ward dan Daly, 2000). Menurut Husadha (1996) fungsi hati dibagi

atas empat macam : (1) fungsi pembentukan dan eksresi empedu, (2) fungsi

metabolik, (3) fungsi pertahanan tubuh dan (4) fungsi vaskuler hati. Sedangkan

fungsi utamanya adalah pembentukan dan ekskresi empedu (Price dan Wilson,

1984). Hati memegang peranan penting dalam proses metabolisme tiga bahan

makanan utama yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu hati juga

memproduksi energi dan tenaga (Husadha, 1996). Contohnya, semua protein

plasma kecuali gama globulin disintesis oleh hati. Detoksifikasi dan inaktivasi

obat atau senyawa beracun lainnya dilakukan oleh hati. Dapat dikatakan bahwa

hati mempunyai fungsi pertahanan dan perlindungan bagi tubuh (Price dan

Wilson, 1994).

Dalam hubungannya dengan fungsi hati bagi kelangsungan hidup manusia

maka organ hati perlu mendapat perhatian serius, terutama dalam pencegahan

timbulnya penyakit hati. Penyakit hati dapat disebabkan oleh obat atau

hepatotoksin (termasuk alkohol), infeksi virus, dan reaksi imunogenik

(Williamson, Okpako , dan Evans, 1996).

Page 25: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

2

Menurut Cadman (cit., Ladoangin, 2004) penelitian yang dilakukan pada

tahun 1960-1970 memberikan gambaran bahwa obat atau toksikan menyebabkan

kira-kira 10% dari seluruh kasus hepatitis atau kira-kira 20-30% dari kasus

penyakit hati akut. Hepatitis merupakan manifestasi klinis dari kerusakan hati

berupa peradangan pada hati (Jungueira dan Carneiro, 1980). Hepatitis dibagi

menjadi dua yaitu hepatitis akut dan kronik. Hepatitis akut merupakan proses

inflamasi yang dapat menyebabkan nekrosis sel hati. Hepatitis jenis ini dapat

disebabkan oleh adanya suatu infeksi virus, pemberian hepatotoksin atau zat yang

mempunyai efek toksik pada hati dengan dosis berlebihan atau dalam jangka

waktu lama (Zimmerman, 1978). Sedangkan hepatitis kronik merupakan kelainan

hati yang memperlihatkan proses peradangan dan nekrosis. Parasetamol

merupakan salah satu obat yang dapat menimbulkan kerusakan hati dan terbukti

dapat menyebabkan nekrosis sentrolubuler baik pada hewan uji maupun pada

manusia (Donatus, 1992). Dengan demikian, parasetamol dapat dipilih sebagai

senyawa model hepatotoksik dalam penelitian ini.

Hingga kini belum ada obat yang spesifik untuk mengatasi hepatitis.

Banyak obat yang diduga berkhasiat antihepatitis ditarik dari peredaran karena

khasiatnya tidak terbukti dan masih diragukan (Linawati, Apriyanto, Susanti,

Wijayanti, dan Donatus, 2006). Menurut Donatus (cit., Linawati dkk, 2006)

kelangkaan obat anti-hepatitis mungkin terkait dengan kerumitan sasaran terapi

maupun syarat obat idealnya. Sasaran terapi hepatitis dapat dikaji dari aspek

kuratif, aspek preventif, dan aspek suportif. Aspek kuratif meliputi penghilangan

virus penyebab, penanggulangan radang, dan perangsangan regenerasi sel. Aspek

Page 26: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

3

preventif meliputi pencegahan komplikasi, pencegahan kekambuhan, dan

perlindungan hati dari aneka hepatotoksin. Aspek suportif meliputi pengelolaan

menu makanan, pemasokan sumber energi, pembangkit energi, dan pengelolaan

keaktifan fisik. Idealnya, obat hepatitis mampu memperlihatkan semua sifat

kuratif, preventif, dan suportif tersebut (Donatus,1992 cit., Linawati dkk, 2006).

Kerusakan hati dapat dicegah dengan mengkonsumsi buah buahan yang

mengandung β-karoten, likopen, vitamin C dan vitamin E sebagai antioksidan.

Senyawa antioksidan ini dapat mencegah kerusakan hati dengan cara

menyumbangkan elektron kepada radikal bebas yang merupakan salah satu

penyebab penyakit kanker hati.

Buah pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu buah tropis yang

banyak, murah, dan mudah didapatkan di seluruh pelosok nusantara. Pepaya

banyak mengandung zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh seperti vitamin C,

vitamin E, serta berbagai mineral seperti Na, Mg, Zn, K, dan Fe (Surahman dan

Darmajana, 2004). Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif,

mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer elektron ke dalam tokoferol

teroksidasi dan mengabsorbsi logam dalam saluran pencernaan (Levine, Dhariwal,

Elch, Wang, and Park, 1995). Dalam penelitian Pekiner (2003), vitamin E terbukti

memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Selain itu, pepaya juga memiliki

kandungan senyawa karotenoid seperti beta karoten dan lycopene (Chandrika,

Jansz, Wikramasinghe, and Warnasuriya, 2003) yang juga memiliki aktivitas

antioksidan.

Page 27: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

4

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai efek hepatoprotektif pada jus buah pepaya. Untuk menguji

efek hepatoprotektif digunakan metode induksi menggunakan senyawa

parasetamol sebagai senyawa hepatotoksik yang dapat menginduksi terjadinya

kanker hati pada tikus jantan sebagai hewan uji dalam penelitian ini.

1. Perumusan masalah

Permasalahan yang akan diteliti adalah :

a. Apakah jus buah pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek hepatoprotektif ?

b. Seberapa besar efek hepatoprotektif dari jus buah pepaya (Carica papaya L.)

pada tiap dosis yang digunakan?

c. Seberapa besar angka proteksi dari jus buah pepaya (Carica papaya L.) pada

tiap dosis yang digunakan?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, sebelumnya telah dilakukan beberapa

penelitian mengenai manfaat buah papaya terhadap hepar (hati). Penelitian

tersebut adalah efek hepatoprotektif ekstrak biji kering buah papaya (Carica

papaya L.) pada tikus terinduksi karbon tetraklorida (Adeneye, Olagunju, Banjo,

Abdul, Sanusi, Sanni, Osarodion, and Shonoiki, 2009). Sepanjang pengetahuan

penulis, penelitian tentang efek hepatoprotektif dari jus buah pepaya (Carica

papaya L.) pada tikus jantan terinduksi parasetamol belum pernah dilakukan.

Page 28: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

5

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Melengkapi informasi yang sudah ada tentang khasiat tanaman obat terutama

buah pepaya (Carica papaya L.) yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu

kefarmasian.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan kebenaran

kepada masyarakat mengenai efek hepatoprotektif buah papaya (Carica

papaya L.).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan memberikan informasi tentang khasiat tanaman obat

terutama buah papaya (Carica papaya L.).

2. Tujuan khusus

a. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah jus buah pepaya

(Carica papaya L.) mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus jantan

terinduksi parasetamol.

b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efek

hepatoprotektif dan angka proteksi yang dimiliki jus buah papaya

(Carica papaya L.) tiap dosis yang digunakan.

Page 29: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Pepaya

1. Sistematika tanaman pepaya

Dalam sistematika tumbuhan, tanaman pepaya (Carica papaya L.)

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Class : Dicotyledonae (biji keping dua)

Ordo : Caricales

Familia : Caricaceae

Genus : Carica

Species : Carica papaya L. (Warisno, 2003).

2. Morfologi tanaman

Batang pepaya dapat tumbuh hingga 10 m tingginya, lurus dan berbentuk

silinder dengan daun berparut yang mencolok, serta dapat menebal 30 – 40 cm

pada keadaan basa, menipis hingga 5 – 7,5 cm pada puncaknya. Daun – daun

tumbuh dari bagian teratas batang seperti terpilin, pada petiole terdekat yang

horizontal sepanjang 25 – 100 cm. Daun terbagi menjadi 5 – 9 lubos utama,

dengan variasi lebar 25 – 75 cm, dan memiliki tulang daun yang mencolok

Page 30: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

7

berwarna kekuningan. Buah pepaya memiliki eksokarp (kulit) yang halus dan

tebal, mesokarp yang berdaging, dan dapat bentuk globose, ovoid, obovoid, dan

pyriform, panjangnya 7 – 35 cm, dan dengan bobot 0,25 – 10 kg (Ronse dan

Smets, 1999).

3. Nama daerah

Pepaya disebut juga gedang (Sunda), kates (Jawa), peute, betik,

ralempaya, punti kayu (Sumatra), pisang malaka, bandas, manjan (Kalimantan),

kalujawa (Kalimantan) serta kapalaya kaliki dan uti jawa (Sulawesi). Selain nama

daerah pepaya juga mempunyai nama asing yaitu : papaw tree, papaya, papayer,

melonenbaum, fan mu gua (Muhlisah, 2001).

4. Kandungan kimia

Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudokarpain,

glikosida, karposid, dan saponin. Buah Buah pepaya mengandung senyawa

karotenoid (vitamin A, beta karoten dan likopen), vitamin C (81,83 mg/100g) dan

vitamin E. Selain itu, juga terkandung mineral- mineral seperti Na, Mg, Zn, K,

dan Fe (Surahman dan Darmajana, 2004). Sedangkan menurut Tjandrawinata

(2003) pepaya mengandung likopen yang merupakan karotenoid yang tidak

mengandung cincin β-ionon dan sama sekali tidak memiliki aktivitas provitamin

A. Kandungan likopen dalam buah pepaya sebesar 2,0 - 5,3 g/100mg buah

pepaya (Tjandrawinata, 2003).

Page 31: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

8

5. Kegunaan

Akar pepaya berguna untuk obat cacing, peluruh air seni, penguat

lambung, perangsang kulit. Biji pepaya berguna untuk obat cacing, peluruh haid.

Buah pepaya berguna memacu enzim pencernaan, serta daunnya berguna sebagai

penambah nafsu makan dan peluruh haid. Selain itu berguna pula untuk

menurunkan panas. Buah pepaya matang dikonsumsi dalam keadaan segar atau

sebagai pencuci mulut (Muhlisah, 2001).

Daun pepaya berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat

menurunkan panas, obat malaria, menambah nafsu makan, meluruhkan haid dan

menghilangkan sakit. Juga berguna untuk penyembuhan luka bakar. Selain itu

dapat sebagai obat cacing kremi, desentri amoba, kaki gajah, perut mulas, kanker

dan masuk angin (Wijayakusuma, Dalimartha, Wirian, Yaputra, dan Wibowo,

1994).

B. Vitamin C

Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam

air (aqueous antioxidant). Senyawa ini menurut Zakaria (1996) merupakan bagian

dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan

sel. Dalam keadaan murni, vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat

molekul 176,13 dan rumus molekul C6H6O6. Vitamin C juga mudah teroksidasi

secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam askorbat dan kehilangan 2

atom hidrogen. Vitamin C memiliki struktur yang mirip dengan struktur

monosakarida, tetapi mengandung gugus enadiol. Beberapa jaringan dalam organ

tubuh seperti ginjal, liver, dan lensa mata mengandung vitamin C dengan kadar

Page 32: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

9

10-50 kali lebih besar dibandingkan dengan yang ada di dalam plasma (Winarsi,

2007).

Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor elektron dengan

cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu. Selain itu, vitamin C juga

dapat menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan

ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam

sel netrofil, monosit, protein lensa dan retina. Vitamin ini juga dapat berinteraksi

dengan Fe-ferritin. Di luar sel, vitamin C mampu menghilangkan senyawa

oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer elektron ke

dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorbsi logam dalam saluran pencernaan

(Levine dkk., 1995).

Vitamin C dapat menstimulasi kemotaksis dan respon proliferasi netrofil,

serta melindungi sel dari serangan radikal bebas yang diproduksi oleh netrofil

teroksidasi. Vitamin C mampu mereduksi radikal superoksida, hidroksil, asam

hipoklorida dan oksigen reaktif yang berasal dari netrofil dan monosit yang

teraktivasi. Reaksi askorbat dengan superoksida secara fisiologis mirip dengan

kinerja enzim superoksida dismutase (SOD) sebagai berikut

2O2- + 2H+ + askorbat 2H2O2

(Winarsi, 2007)

+ dehidroaskorbat

Sedangkan reaksinya dengan hidrogen peroksida dikatalis oleh enzim

askorbat peroksidase (Asada, 1992).

2H2O2 + askorbat 2H2

(Asada, 1992).

O + 2 monodehidroaskorbat

Page 33: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

10

Pada umumnya, penggunaan vitamin C sebagai antioksidan berkombinasi

dengan sumber antioksidan lain seperti vitamin E. Vitamin C bekerja sinergis

dengan vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi oleh radikal bebas dapat bereaksi

dengan vitamin C kemudian akan berubah menjadi tokoferol setelah mendapat ion

hidrogen dari vitamin C

Tokoferoksil radikal + askorbat tokoferol + monodehidroaskorbat

(Belleville-Nabet, 1996)

Monodehidroaskorbat secara spontan dapat mengalami dismutasi sebagai berikut.

2 Monodehidroaskorbat askorbat + dehidroaskorbat

Jika tidak, direduksi kembali menjadi askorbat oleh NADPH

monodehidroaskorbat reduktase sebagai berikut.

Monodehidroaskorbat + NAD(P)H askorbat +NAD(P)

(Winarsi, 2007)

C. Vitamin E

Vitamin E adalah salah satu fitonutrien penting dalam minyak makan.

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang terdiri dari campuran

dan substansi tokoferol (α, β, γ dan δ) dan tokotrienol (α, β, γ dan δ). Menurut

Ascherio, Stampfer, Colditz, Rimm, Litin, dan Willet (1992), α-tokoferol

merupakan bentuk suplemen vitamin E yang paling banyak. Vitamin ini banyak

terdapat dalam membran eritrosit dan lipoprotein plasma (Winarsi, 2007).

Sebagai antioksidan vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang

mampu mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lipid) menjadi radikal

Page 34: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

11

tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak

(Winarsi, 2007).

Reaksi awal dari peroksidasi unsaturated fatty acid disebabkan serangan

dari beberapa spesies radikal (seperti radikal hidroksil), yang memiliki reaktivitas

yang cukup untuk menarik atom H dari karbon metilen rantai samping

unsaturated fatty acid, membentuk radikal lipid (L•) (1). Dengan keberadaan O2

HO• + H → H2O + L•

(1)

,

radikal lipid yang dihasilkan kemudian dapat bereaksi membentuk radikal

peroksil lipid (LOO•) (2).

L• + O2 → LOO• (2)

Radikal peroksil yang terbentuk sangat reaktif dan sangat mudah mengalami

reaksi berantai. Radikal peroksil tersebut memerlukan tambahan atom H agar

menjadi stabil. Atom H ini dapat diperoleh dari molekul asam lemak (LH) yang

berada di dekatnya, yang kemudian akan terbentuk radikal lipid yang baru (L•)

dan reaksi berantai selanjutnya akan terjadi (3).

LOO• + LH → LO2H + L• (3)

Vitamin E dan senyawa antioksidan fenolik lainnya akan menghambat

reaksi 3 dan reaksi berantai yang terjadi terputus. Atom H dari gugus OH fenolik

pada vitamin E dapat berikatan dengan radikal peroksil lipid, sebelum radikal

tersebut menyerang asam lemak lainnya. Tokoferol sendiri akan menjadi senyawa

radikal bebas yang relatif stabil (α − T•) yang tidak mengalami reaksi radikal

berantai.

Page 35: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

12

LOO• + α − T → LO2H + α − T• (4)

Reaksi di atas menunjukkan aktivitas vitamin E (α-Tokoferol) terhadap

radikal peroksil lipid (LOO•) (Pekimer, 2003).

Sedangkan radikal vitamin E diregenerasi oleh asam askorbat dengan reaksi

sebagai berikut

Vit E-O• + Asam Askorbat Asam Askorbat• + Vitamin E-OH

(Winarsi, 2007).

Corwin dan Gordon (1982) melaporkan bahwa pemberian vitamin E pada

tikus dapat meningkatkan sistem imun tubuh seperti terjadinya peningkatan

respon limfosit terhadap mitogen.

D. Karotenoid

Karotenoid merupakan golongan pigmen yang larut lipid dan tersebar luas,

terdapat dalam semua jenis tumbuhan. Pada tumbuhan, karotenoid mempunyai

dua fungsi, yaitu sebagai pigmen pembantu dalam fotosintesis dan sebagai

pewarna dalam bunga dan buah. Dalam bunga, karotenoid biasanya berwarna

kuning, sedangkan dalam buah dapat juga berwarna jingga/merah (Harborne,

1987). Karotenoid tersusun atas β-karoten, likopen, lutein, zeaxanthin dan

cryptoxanthin (Winarsi, 2007).

Karotenoid yang penting untuk tubuh adalah beta karoten, karena

merupakan sumber vitamin A (setelah mengalami hidrasi dan molekulnya

terpecah menjadi dua) (Harborne, 1987). Beta karoten yang terdapat pada wortel,

papaya, sayur mayor yang berwarna kemerahan dan minyak kelapa sawit

berpotensi sebagai senyawa antioksidan. Beta karoten mempunyai dua peran,

Page 36: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

13

yaitu sebagai prekursor vitamin A dan antioksidan. Dilihat dari strukturnya, beta

karoten mampu menangkal radikal bebas karena adanya ikatan rangkap konjugasi

yang panjang. Beta karoten dilaporkan dapat menghambat oksidasi asam

arakhidonat dan menurunkan aktivitas lipooksigenase (Lieber dan Leo, 1999).

Likopen merupakan kandungan karotenoid lain dalam buah pepaya.

Likopen memiliki 40 karbon asiklik (C40H56) dengan 11 ikatan rangkap

terkonjugasi dan tidak mengandung cincin β-ionon dan sama sekali tidak

memiliki aktivitas provitamin A. Secara kimia dan fisika, likopen mendegradasi

karotenoid lain yang terpapar sinar, oksigen, suhu tinggi, pH ekstrem dan

permukaan aktif (Crouzet dan Kanasawud, 1992). Menurut Tjandrawinata (2003),

struktur molekul hidrokarbon likopen mempunyai banyak ikatan rangkap.

Senyawa ini diketahui memiliki potensi antioksidan paling besar, dua kali lebih

besar dibandingkan dengan β-karoten dan sepuluh kali lebih besar dibandingkan

dengan vitamin E. Likopen dapat menetralisir reaksi oksidasi yang terjadi pada

kolestrol LDL. Di samping itu data-data menunjukkan bahwa likopen juga dapat

menurunkan derajat peroksidasi lipid serta melindungi membran sel dari serangan

oksidan dan radikal bebas yang berasal dari NO2. Likopen juga dapat berinteraksi

dengan senyawa oksigen reaktif seperti H2O2 dan NO2

(Lu, Etoh, Watanabe, Ina,

Ukai, Oshima, Ojima, Sakamoto, dan Ishiguro, 1995)

E. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hati terletak di bawah kubah kanan diafragma (Chandrasoma dan Taylor,

1991) dan merupakan organ plastik lunak yang dicetak oleh struktur di sekitarnya

Page 37: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

14

dan merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh , rata-rata sekitar 1500 g atau 2,5%

berat badan pada orang normal (Price dan Wilson, 1994). Jika keadaan hati

normal, maka permukaanya halus dan lunak (Chandrasoma dan Taylor, 1991).

Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa melalui vena

porta, dan dari aorta melalui arteria hepatika dan menerima 25% cardiac aoutput,

kira-kira 1500 ml darah per menit (Price dan Wilson, 1994, Linggapa, 1995).

Kedua pembuluh darah ini akan bertemu di hati, dan darah yang dbawa akan

keluar melalui vena sentralis menuju vena hepatika dan akhirnya sampai di vena

kava inferior (Linggapa, 1995).

Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi

menjadi segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial

dan lateral (Husadha, 1996). Lobus kiri terletak di dalam apigastrium, tidak

dilindungi oleh tulang iga (Chandrasoma, 1995). Setiap lobus hati dibagi menjadi

lobulus yang merupakan unit fungsional (Husadha, 1996). Setiap lobulus

merupakan bentuk heksagonal yang terdiri dari lempeng-lempeng sel hati

berbentuk radial mengelilingi vena sentralis (Price dan Wilson, 1994). Diantara

lempengan sel hati terdapat kapiler yang dinamakan sinusoid (Gambar 1), yang

merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika dan dibatasi oleh sel fagositik

atau sel Kupffer (Gambar 1). Sel Kupffer merupakan sistem retikuloendotel dan

mempunyai fungsi utama menelan bakteri dan benda asing lain dalam tubuh

(Husadha, 1996). Menurut Treinen dan Moslen (2001) ada dua sel utama sinusoid

selain sel Kupffer yaitu sel endotel dan sel ito. Sel endotel penting dalam proses

transport lipoprotein dan denaturasi protein. Sel ito terletak antara sel endotel dan

Page 38: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

15

hepatosit, berperan dalam sintesis kolagen dan merupakan tempat penyimpanan

utama vitamin A dalam tubuh .

Fungsi hati sangat penting terutama dalam melaksanakan fungsi vital

tubuh dan merupakan organ kunci regulasi homeostasis dalam tubuh (Ward dan

Daly, 2000). Menurut Husadha (1996) fungsi hati dibagi atas empat macam : (1)

fungsi pembentukan dan eksresi empedu, (2) fungsi metabolik, (3) fungsi

pertahanan tubuh dan (4) fungsi vaskuler hati. Sedangkan fungsi utamanya adalah

pembentukan dan ekskresi empedu (Price dan Wilson, 1984). Hati memegang

peranan penting dalam proses metabolisme tiga bahan makanan utama yaitu

karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu hati juga memproduksi energi dan

tenaga (Husadha, 1996). Contohnya, semua protein plasma kecuali gama globulin

disintesis oleh hati. Detoksifikasi dan inaktivasi obat atau senyawa beracun

lainnya dilakukan oleh hati. Dapat dikatakan bahwa hati mempunyai fungsi

pertahanan dan perlindungan bagi tubuh (Price dan Wilson, 1994). Selain fungsi

detoksifikasi, hati juga berfungsi dalam mekanisme perlindungan tubuh. Fungsi

ini dilakukan oleh sel Kupffer yang terdapat pada dinding sinusoid hati, sebagai

sel endotel yang berkemampuan fagositosis yang sangat besar sehingga

membersihkan sampai 99% kuman yang ada dalam vena porta sebelum darah

menyebar melewati seluruh sinusoid. Hati juga mempunyai fungsi dalam

vaskuler, yaitu setiap menit hati mengalirkan 1200 cc darah portal ke dalam hati

melalui sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke

vena hepatika selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior (Husadha, 1996).

Page 39: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

16

Gambar 1. Struktur dasar hati (Chandrasoma dan Taylor, 1991)

F. Patofisiologi Hepatitis

Hepatitis merupakan manifestasi klinis dari kerusakan hati berupa

peradangan pada hati (Jungueira dan Carneiro, 1980). Secara popular dikenal juga

dengan istilah penyakit hati, sakit liver atau sakit kuning (Dalimartha, 1999).

Penyebabnya dapat berupa virus yaitu virus tipe A, tipe B, tipe non A, dan tipe

non B. Sedangkan penyebab lain dapat berupa induksi senyawa kimia, kelainan

proses fisiologis yang terjadi di dalam hati. Pada pemeriksaan klinik ditandai

dengan penurunan pelepasan sekresi empedu atau produk sel-sel hati yang lain

serta adanya pelepasan enzim-enzim tertentu dalam darah (Jungueira dan

Carneiro, 1980).

Hepatitis dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :

1. Hepatitis Akut

Hepatitis akut merupakan proses inflamasi yang dapat menyebabkan

nekrosis sel hati. Hepatitis jenis ini dapat disebabkan oleh adanya suatu infeksi

virus, pemberian hepatotoksin atau zat yang mempunyai efek toksik pada hati

Page 40: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

17

dengan dosis berlebihan atau dalam jangka waktu lama (Zimmerman, 1978).

Hepatitis yang disebabkan oleh virus disebut sebagai hepatitis virus akut,

Hepatitis virus akut adalah hepatitis yang disebabkan adanya suatu infeksi

sistemik yang mempengaruhi hati. Agen virus yang telah diketahui yaitu : virus

hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus

hepatitis D (HDV) atau agen delta yang berhubungan dengan HBV dan virus

hepatitis E (HEV) (Isselbacher, 1995).

2. Hepatitis Kronik

Hepatitis kronik merupakan kelainan hati yang memperlihatkan proses

peradangan dan nekrosis. Hepatitis kronik merupakan suatu sindrom klinis dan

patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi. Sedangkan sirosis

merupakan stadium akhir hepatitis kronik dan bersifat tidak terbalikkan yang

ditandai oleh fibrosis yang luas dan menyeluruh pada jaringan hati disertai dengan

pembentukan nodul. Hepatitis kronik pada pemeriksaan biokimiawi,

menunjukkan adanya peningkatan kadar bilirubin, transaminase dan globulin

serum (Abdurachman, 1996).

Menurut Zimmerman (1978), kerusakan hati akut dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu :

a. sitotoksik (hepatoseluler) yang berhubungan dengan kerusakan parenkim sel

hati, berupa steatosis (degenerasi melemak) dan atau nekrosis sel hati,

b. kolestatik, berupa hambatan aliran empedu dengan sedikit atau tanpa

kerusakan sel-sel hati,

Page 41: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

18

c. campuran, berupa kombinasi dari kedua macam kerusakan sitotoksisk dan

kolestatik.

Sedangkan menurut Wenas (1996), perusakan hati dapat dibagi menjadi :

1. Perlemakan Hati

Perlemakan hati adalah keadaan dimana hati memiliki lemak melebihi 5%

dari berat hati itu sendiri. Dalam keadaan normal hati memiliki lemak hanya 5%

dari berat hati secara keseluruhan (Soemarto, 1996).

Gambar 2. Perlemakan hati makrovesikuler (Haschek, Wallig, dan Rousseaux,

2010)

Perlemakan hati dapat disebabkan oleh :

a. Alkohol atau biasa disebut perlemakan hati alkoholik (Alkoholic Fatty

Liver (AFL)) biasanya berupa makrovesikuler.

b. Non alkohol atau biasa disebut perlemakan hati non alkoholik (Non-

Alkoholic Fatty Liver (NAFL)).

Akumulasi lemak dalam sel hati dapat dibedakan menjadi degenerasi

melemak mikrovesikuler dan degenerasi melemak makrovesikuler. Dikatakan

Page 42: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

19

degenerasi melemak mikrovesikuler jika sel-sel hati terisi butiran-butiran lemak

yang sangat kecil, yang tidak sampai mendesak inti sel. Sedangkan degenerasi

melemak makrovesikuler jika seluruh sel hati terisi butiran-butiran lemak

berukuran besar sehingga inti sel terdesak ke daerah perifer (Zimmerman, 1978).

2. Nekrosis Hati

Nekrosis hati merupakan kematian hepatosit. Perubahan morfologi awal

berupa edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma, dan disagregasi

polisom. Terjadi akumulasi trigliserida sebagai butiran lemak dalam sel

(Soemarto, 1996).

Pada dasarnya nekrosis hati adalah rusaknya susunan enzim pada sel,

dengan ciri adanya fragmen sel atau sel hati nekrotik tanpa pulasan inti atau tidak

tampaknya sel disertai reaksi radang. Tampak atau tidak tampaknya sisa sel hati

tergantung pada lama dan jenis nekrosis. Kelainan ini merupakan tingkat lanjut

dari degenerasi dan tidak reversible. Malnutrisi, deplesi glikogen dan anoreksia

menahun dapat merupakan predisposisi untuk nekrosis sel hati akobat

hepatotoksin (Lu, 1995).

Perbedaan bentuk kematian sel hati (nekrosis) tergantung dari jenis

penyakit hati (Chandrasoma, 1995). Chandrasoma (1995) membagi bentuk

kematian sel hati menjadi :

1. nekrosis fokal, merupakan kematian sel yang terjadi secara acak pada

sekelompok kecil parenkim dari semua area lobules hati. Umumnya terlihat

Page 43: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

20

pada hepatitis yang disebabkan oleh virus, kerusakan akibat toksin, dan infeksi

oleh bakteri (Chandrasoma dan Taylor, 1991).

A B

C D

E

Gambar 3. Tipe nekrosis : (A) Nekrosis fokal. (B) Nekrosis sentrizonal. (C)

Nekrosis midzonal. (D) Nekrosis peripheral. (E) Nekrosis massif (Haschek, Wallig, dan Rousseaux, 2010)

Page 44: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

21

2. nekrosis zonal, merupakan kematian sel yang terjadi di daerah tertentu pada

semua lobules hati. Jenis nekrosis zonal yaitu : nekrosis sentrizonal, nekrosis

midzonal dan nekrosis zonal peripheral. Nekrosis sentrizonal kematian sel-sel

termasuk sel-sel yang berada di sekeliling vena sentralis hepatika, terjadi pada

hepatitis viral, keracunan karbon tetraklorida dan klorofom. Nekrosis

midzonal terjadi pada penyakit kuning (yellow fever) dan jarang terjadi.

Sedangkan nekrosis zonal peripheral terjadi kematian sel-sel hati yang terletak

di sekeliling pembuluh porta, dan terjadi pada eklampsia dan keracunan fosfor

Chandrasoma dan Taylor, 1991).

3. nekrosis submasif dan massif, merupakan kematian sel hati yang meluas

melewati batas antara lobules, kadang menyebar antara area porta dan vena

sentralis. Nekrosis massif umumnya ditandai dengan penurunan ukuran hati

secara tiba-tiba, melunak, kuning dan lembek, dengan lapisan yang

mengkerut. Nekrosis massif biasanya disebabkan oleh virus hepatitis dan

jarang terjadi pada obat-obatan (seperti halotan, asetaminofen, isoniazid,

metildopa) atau bahan kimia beracun (seperti jamur Amanita phalloides,

klorofom, dan karbon tetraklorida) (Chandrasoma dan Taylor, 1991).

3. Kolestasis

Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati yang bersifat akut dan lebih

jarang ditemukan dibandingkan dengan perlemakan hati dan nekrosis. Jenis

kerusakan ini sulit diinduksi pada hewan uji, kecuali jika digunakan steroid.

Mekanisme utama dari kolestasis adalah berkurangnya aktivitas ekskresi empedu

pada membrane kanakulus (Lu, 1995).

Page 45: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

22

4. Sirosis

Sirosis hati merupakan penyakit hati yang ditandai dengan adanya

pembentukan jaringan ikat diseertai nodul yang terbentuk dari kumpulan

hepatosit. Sirosis biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel

hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul (Tarigan,

1996). Kerusakan sirosis bersifat tak terbalikan (Treinen dan Moslen, 2001).

Penyebab sirosis pada manusia biasanya disebabkan oleh konsumsi alkohol yang

besar (Lu, 1995).

G. Terapi Hepatitis dan Hepatotoksin

Pada kasus penyakit hati tersedia pilihan sasaran terapi yaitu antara

kuratif, preventif, suportif, atau menyeluruh. Terapi bersifat kuratif apabila terapi

penyakit hati menunjukkan keaktifan antiradang dan perangsangan regenerasi sel.

Bersifat preventif apabila terapi penyakit hati menunjukkan kemampuan

mencegah atau melindungi sel hati terhadap serangan ulang virus atau senyawa

endogen yang berpotensi sebagai hepatotoksin hakiki. Sedangkan terapi bersifat

suportif apabila sifat terapi sebagai pemasok sumber energi atau lebih bersifat

sebagai pendukung terapi utama, seperti kelaziman minum manis yang dianjurkan

bagi penderita penyakit hati (Donatus, 1992).

Secara klinis obat penyakit hati yang ideal harus menunjukkan angka

sembuh yang besar, serta angka kambuh, angka rawat inap dan angka efek

samping obat yang kecil. Obat hepatitis juga harus menunjukkan indeks terapi

yang relatif besar bila dilihat dari pertimbangan manfaat-resiko. Dengan

Page 46: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

23

demikian, diperlukan obat ideal penyakit hati yang bersifat komprehensif. Konsep

obat tradisional mengarah pada penyembuhan yang komprehensif. Oleh karena

itu, fitofarmaka mempunyai kemungkinan untuk berperan sebagai obat hepatitis

(Donatus, 1992).

Hepatotoksin adalah zat yang mempunyai efek toksisk pada hati dengan

dosis berlebih atau diberikan dalam jangka waktu lama sehingga dapat

menimbulkan kerusakan hepar akut, subkronik, maupun kronik. Besar

kemungkinan rusaknya hati oleh hepatotoksin muncul sebagai akibat konsekuensi

logis peran utama hati dalam proses metabolism dan disposisi substansi asing

(Zimmerman, 1978).

Zimmerman (1978) membagi klasifikasi hepatotoksin ke dalam dua

golongan yang didasarkan pada mekanisme timbulnya penyakit hati, yaitu :

1. Hepatotoksin terramalkan

Merupakan golongan senyawa yang mempunyai sifat dasar toksik

terhadap hati, dan dapat menyebabkan hepatitis pada semua individu seperti

karbon tetraklorida dan klorofom. Prosesnya dikenal sebagai toksisitas-intrinsik

dan aksinya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung

jika obat induk atau bentuk metabolitnya langsung berikatan dengan komponen

membran sel dan merusak sel hati beserta seluruh organelnya, seperti ditunjukkan

oleh karbon tetraklorida. Sedangkan secara tidak langsung apabila obat induk atau

bentuk metabolitnya dalam menimbulkan luka hepatik dengan cara mengganggu

jalur metabolik-khas (misalnya tetrasiklin), atau mengganggu jalur ekskresi

hepatik (misalnya rifampisin) (Donatus, 1992).

Page 47: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

24

Ciri-ciri golongan hepatotoksin terramalkan adalah :

a. angka kejadian pada individu tinggi dan beberapa diantaranya

menyebabkan luka pada ginjal dan organ lain

b. menghasilkan luka yang sama pada hewan percobaan

c. perkembangan dan tingkat kerusakan yang dihasilkan tergantung pada

dosis yang diberikan

d. masa laten singkat dan konsisten

2. Hepatotoksin tak terramalkan

Merupakan golongan senyawa yang mempunyai sifat dasar tidak toksik,

tetapi dapat menyebabkan penyakit hati pada individu yang hipersensitif terhadap

senyawa tersebut yang diperantarai oleh mekanisme alergi (misalnya golongan

sulfonamida dan halotan) atau karena keabnormalan metabolik menuju

penumpukan metabolit toksik (misalnya iproniazid dan isoniazid) (Zimmerman,

1978; Donatus, 1992). Menurut Donatus (1992) kerusakan hati yang ditimbulkan

oleh hepatotoksin golongan ini tidak dapat diprakirakan dan tak tergantung dosis.

Golongan hepatotoksin tak teramalkan mempunyai cirri-ciri yang merupakan

kebalikan dari senyawa hepatotoksin teramalkan (Zimmerman, 1978).

H. Parasetamol

Gambar 4. Struktur parasetamol (Anonim, 1979)

HO N C

H O

CH3

Page 48: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

25

Parasetamol atau N-asetil-p-aminofenol merupakan derivat p-aminofenol

yang berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasanya pahit. Khasiatnya

adalah sebagai analgetikum dan antipiretikum (Wilmana, 1995; Anonim, 1979).

Parasetamol dapat terdistribusi ke dalam hampir seluruh jaringan dan cairan badan

secara cepat dan luas (Wijoyo, 2001).

Parasetamol mengalami eleminasi terutama melalui proses bitransformasi

di hati dan ekskresi melalui urin. Pada kisaran dosis terapi (0,5-1 g, 3-4 kali

sehari) sebagian besar parasetamol terkonjugasi dengan asam glukoronat dan

sulfat, sisanya oleh sistem sitokrom P-450 MFO hati, dioksidasi menjadi

metabolit yang reaktif, N-asetil-para-benzokuinonimina (NAPBKI) (Grahame-

Smith dan Aronson, 1992; Gibson dan Skett, 1991). Dalam keadaan normal,

metabolit reaktif NAPBKI yang bersifat elektrofil tersebut secara prinsip dapat

secara cepat dinonaktifkan melalui konjugasi dengan glutation (GSH) yang

dikatalis oleh glutation S-tranferase (GST), misalnya GSTPi, menjadi produk

yang lebih larut dalam air, konjugat sistein dan merkapturat (Henderson, Wolf,

Kitteringham, Powel, Otto, dan Park, 2000; Waters, Wang, Redmond, Wu, Kay,

dan Bouchier-Hayes, 2001).

Hepatotoksisitas parasetamol dapat terjadi pada pemakaian dosis tunggal

sebesar 10-15 gram (150-200 mg/kgBB) (Lin dan Lu, 1997). Pada keadaan ini,

jalur glukoronidasi dan sulfatasi akan jenuh sehingga jalur sitokrom P-450

menjadi sangat penting. Namun, lama-kelamaan jalur ini juga akan jenuh karena

jumlah GSH hati yang terpakai lebih besar dari yang dibentuk ulang sehingga

terjadi penumpukkan metabolit reaktif NAPBKI (Mirochnitchenko, Weisbrot-

Page 49: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

26

Lefkowitz, Reuhl, Chen, Yang, dan Inouye, 1999). Dengan kata lain jika

kandungan GSH hati dapat dihabiskan atau paling tidak berkurang menjadi 20-

30% harga normalnya, maka NAPBKI akan berikatan dengan makromolekul

protein sel hati, mengawali mekanisme tingkat molekul ketoksikan sel (Wijoyo,

2001).

Terdapat beberapa kemungkinan mekanisme reaksi parasetamol-

peroksidasi lipid. Yakni melalui jalur tekanan oksidatif seluler atau daur redoks.

Kemungkinan reaksi yang pertama adalah tekanan oksidatif seluler mungkin

berkaitan dengan kemampuan N-asetil-para-benzokuinonimina (NAPBKI)

sebagai suatu oksidan atau radikal bebas. Zat antara NAPBKI sebenarnya tidak

bersifat radikal bebas. Namun beberapa laporan memperlihatkan bahwa

parasetamol mungkin dapat mengalami oksidasi satu elektron menjadi zat antara

radikal N-asetil-para-semikuinonimina (NAPSKI) (de Vries, 1981 cit., Donatus,

1994). Terbentuknya radikal bebas NAPSKI, teoritis memungkinkan peroksidasi

fosfolipid atau oksidasi tiol protein (Albano dkk, 1985 cit., Donatus, 1994). Tetapi

hipotesis ini mempunyai kelemahan, sistem P-450 ternyata tidak mampu

mengkatalis oksidasi satu elektron parasetamol menjadi radikal NAPSKI (van de

Straat dkk, 1988 cit., Donatus, 1994). Selain itu karena potensial redoks NAPSKI

relatif tinggi, reduksi oksigen menjadi superoksida sulit terjadi. Kemungkinan

reaksi yang kedua adalah daur redoks. Berlangsungnya daur redoks metabolit

reaktif menuju ke peroksidasi lipid memerlukan pembangkitan jenis oksigen aktif,

anion superoksida. Zat antara NAPBKI terbukti tidak mampu membangkitkan

anion superoksida (Holme dkk, 1984, cit., Donatus, 1994). Untuk itu terdapat

Page 50: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

27

beberapa hipotesis mekanisme pembangkitan superoksida, yakni melalui jalur :

(1) pembentukan radikal NAPSKI; (2) pembentukan radikal tiil; (3) tanggapan sel

atas awal luka jaringan (Donatus, 1994).

Diduga radikal NAPSKI mampu memindahkan satu elektron ke molekul

oksigen, menghasilkan anion superoksida dan NAPBKI (Rosen dkk, 1983 cit.,

Donatus, 1994). Superoksida kemudian dapat membangkitkan radikal hidroksil

melalui reaksi Fenton atas bantuan ion besi. Lebih lanjut radikal hidroksil akan

mengawali reaksi peroksidasi lipid (Younes dkk, 1986 cit., Donatus, 1994). Tetapi

hipotesis ini mengandung kelemahan, ternyata sistem P-450 tidak mampu

mengkatalis oksidasi satu elektron parasetamol menjadi radikal NAPSKI (van de

Straat dkk, 1988 cit., Donatus, 1994). Selain itu karena potensial redoks NAPSKI

relatif tinggi, reduksi oksigen menjadi superoksida sulit terjadi. Kemungkinan

reaksi yang kedua adalah daur redoks. Karena itu Bisby dan Tobassum (cit.,

Donatus, 1994) mempostulatkan hipotesis alternatif yaitu oksidasi satu elektron

tiol protein oleh NAPBKI akan menghasilkan suatu radikal tiil yang mampu

mereduksi oksigen menjadi superoksida, lebih lanjut radikal hidroksil dan POL.

Kemungkinan lain pembangkitan superoksida, justru tidak melibatkan sifat

oksidan NAPBKI, tetapi terkait dengan tanggapan sel atas awal luka jaringan.

Yakni, anion superoksida dan akhirnya radikal hidroksil dibangkitkan oleh sel-sel

darah yang menyerbu ke daerah jaringan luka, seperti makrofag-aktif (Laksin dan

Pilaro, 1986 cit., Donatus, 1994), dalam tanggapannya atas awal luka seluler

karena NAPBKI.

Page 51: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

28

Hipotesis yang ketiga adalah tekanan oksidatif selular menuju gangguan

homeostasis Ca2+ dalam sel. Mekanisme antaraksi nirkovalen ini berkaitan erat

dengan oksidasi tiol protein dan status NADPH (Albano dkk, 1985 cit., Donatus,

1994). Peristiwa utamanya terjadi setelah kandungan glutation (GSH) –sitosol

terkuras, sehingga memungkinkan perubahan kandungan tiol protein (karena

arilasi atau oksidasi oleh toksin kimia) dan/atau status NADPH/ Nicotinamide

adenine dinucleotide phosphate (NADP). Akibatnya homeostasis Ca2+ terganggu

(Ca2+ sitosol naik), sehingga enzim degradatif (fosfolipase atau protease) aktif,

lebih lanjut morfologi sitoskeletal hepatosit kacau (tersidik sebagai blebbing

membran plasma). Kenaikan Ca2+ mungkin juga mengaktifkan endonuklease,

fragmentasi DNA yang ekstensif, gangguan fungsi mitokondria, dan akhirnya

kematian sel (Orrenius dkk, 1989 cit., Donatus, 1994). Namun laporan Riley dkk

(cit., Donatus, 1994) mungkin dapat menggagalkan hipotesis ini, karena kenaikan

Ca2+ lebih mencerminkan fluoresensi produk peruraian NAPBKI daripada

homeostasis Ca2+.

Berbagai telaah di atas mengesankan bahwa mekanisme kehepatotoksikan

parasetamol belum sepenuhnya jelas. Yang sudah jelas kehepatotoksikan

parasetamol baru terjadi setelah jalur glukoronidasi dan sulfatasinya jenuh serta

kandungan GSH hati terkuras (Donatus, 1994). Rangkuman perkembangan

pengetahuan sistem perubahan hayati dan mekanisme kehepatotoksikan

parasetamol dapat dilihat pada gambar 5.

Page 52: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

29

Peroksidasi lipid

GSH

terganggu

Luka awal sel

Tanggapan sel (peradangan)

NHCOCH3

OH

SCH3

Parasetamol-merkapturat

Urin

Nekrosis

NHCOCH3

O

O22- O2

R-SHGSH

R-SS-GR-SS-RR-SS-G

NADPH NADP

NCOCH3

O

O2-

O2-

Urin Urin

Gambar 5. Rangkuman sistem perubahanhh hayati parasetamol dan aneka kemungkinan mekanisme kehepatotoksikan (Donatus, 1994)

P-450 MFO

H2O2

•OH

•OH

H2O2

O22- Makrofag (neutrofil-aktif)

NAPSKI H2O2

•OH

•OH

H2O

NAPSKI NAPBKI

R-SH

NHCOCH3

OH

S-R

NHCOCH3

OH

S-G

Homeostatis Ca2+

HNCOCH3

OH

HNCOCH3

OC6H9O6

HNCOCH3

OSO3H

Parasetamol-glukoronida Parasetamol Parasetamol-sulfat

Page 53: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

30

Menurut Oldham dan Bowen (cit., Wijoyo, 2001) kehepatoksikan

parasetamol dapat dicegah oleh senyawa antioksidan, seperti vitamin C, vitamin

E, karotenoid, dan senyawa golongan flavonoid.

Berdasarkan penelusuran hipotesis mekanisme kesitotoksikan parasetamol

(lihat gambar 5) maka pencegahan hepatotoksisitas parasetamol dapat dilakukan

dengan dua kemungkinan : (1) penghambatan spesies oksigen reaktif, dan

metabolit reaktif parasetamol (Wijoyo, 2001). (2) peningkatan proses penetralan

metabolit reaktif parasetamol (Wijoyo, 2001). Menurut Oldham dan Bowen (cit.,

Wijoyo, 2001) penghambatan spesies oksigen reaktif dapat dilakukan dengan

pemberian antioksidan, seperti vitamin C, vitamin E, karotenoid dan senyawa

golongan flavonoid serta enzim antioksidan alamiah seperti superoksid dismutase

(SOD) dan glutation peroksidase (GP) (Mirochnitche dkk, 1999).

I. Metode Uji Hepatotoksisitas

Kerusakan hati dapat dievaluasi dengan beberapa parameter, antara lain :

(1) uji enzim serum; (2) pemeriksaan asam amino dan protein; (3) perubahan

penyusun kimia dalam hati; (4) uji ekskretori hati; dan (5) analisis histologi

(Zimmerman, 1978).

1. Uji enzim serum

Pada kasus kerusakan hati, enzim akan dilepaskan ke dalam darah dari

sitosol dan organela subsel, seperti mitokondria, lisosom dan nukleus

(Zimmerman, 1978). Contoh enzim yang dilepaskan ke dalam darah adalah

enzim-enzim transaminase. Enzim ini merupakan yang paling utama dari

kelompok enzim di dalam hati yang level serumnya berubah selama gangguan

Page 54: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

31

hepatoseluler, terutama pada kasus hepatitis akut (Plaa dan Charbonneau, 2001).

Transaminase terdiri dari glutamat piruvat transaminase (GPT) dan glutamat

oksaloasetat transaminase (GOT). Sebagian besar GOT terdapat di hati dan otot

rangka, serta tersebar ke seluruh jaringan. Meskipun enzim GPT terdapat pula

pada beberapa bagian jaringan, konsentrasi terbesarnya pada semua spesies adalah

di hati sehingga GPT merupakan petunjuk yang lebih spesifik terhadap nekrosis

hati daripada GOT (Zimmerman, 1978; Plaa dan Charbonneau, 2001). Pada

keadaan nekrosis, sel hati akan pecah sehingga enzim GPT yang terdapat di dalam

sel hati keluar dan masuk ke dalam aliran darah. Peningkatannya bisa mencapai

10-100 kali lipat dari harga normal (Zimmerman, 1978).

2. Pemeriksaan asam amino dan protein

Menurut Zimmerman (1978) pemeriksaan asam amino dan protein

penting dilakukan. Hal ini dikarenakan metabolisme asam amino di hati

membentuk ammonia dan urem terjadi secara lebih lambat dan meningkatkan

kadar globulin.

3. Perubahan penyusun kimia dalam hati

Pada kasus kerusakan hati, terjadi perubahan penyusun kimia di dalam

hati. Salah satu contoh yaitu perubahan jumlah lemak di dalam hati terkait

steatosis (Zimmerman, 1978).

4. Uji ekskretori hati

Beberapa fungsi hati adalah mensintesis urea, kolestrol, plasma

protein, dan mempertahankan kadar kadar glukosa darah serta asam amino.

Jika terjadi kerusakan hati maka terjadi ketidaknormalan dari beberapa fungsi

Page 55: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

32

hati tersebut. Perubahan kecepatan metabolisme obat yang terjadi di hati dapat

dijadikan parameter hepatotoksisitas (Zimmerman, 1978).

5. Analisis histologi hepatik

Sel hati yang mengalami kerusakan sitotoksik tampak berbeda dengan

sel-sel hati normal. Perlemakan dalam sel hati terlihat sebagai ruang membulat

yang tidak tercat hemaktosilin. Sel dari jaringan nekrotik seluruhnya berwarna

kemerahan dan tidak mengambil warna hematoksilin eosin. Perubahan inti sel

tersebut diantaranya disebabkan oleh pengumpulan kromatin dan pengerutan

inti, sehingga inti tampak lebih kecil serta gelap (piknosis) atau pecahnya

membran inti (karioreksis) sehingga inti sel yang berupa fragmen-fragmen

kecil tumpah ke dalam sitoplasma. Menurut Wilson dan Lester (cit.,

Rambung, 2002) kemungkinan lainnya adalah kariolisis, yakni pelarutan

kromatin secara enzimatis sehingga inti hanya terlihat sebagai ruangan kosong

yang dikelilingi oleh membran inti.

J. Landasan Teori

Pada keadaan nekrosis, sel hati akan pecah sehingga enzim GPT yang

terdapat di dalam sel hati keluar dan masuk ke dalam aliran darah.

Peningkatannya bisa mencapai 10-100 kali lipat dari harga normal (Zimmerman,

1978).

Parasetamol termasuk salah satu obat yang dapat menimbulkan kerusakan

hati dan terbukti dapat menyebabkan nekrosis sentrolobuler baik pada hewan uji

Page 56: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

33

maupun manusia (Waters dkk., 2001). Pada kisaran dosis terapi (0,5-1 g, 3-4 kali

sehari) sebagian besar parasetamol terkonjugasi dengan asam glukoronat dan

sulfat, sisanya oleh sistem sitokrom P-450 MFO hati, dioksidasi menjadi

metabolit yang reaktif, N-asetil-para-benzokuinonimina (NAPBKI) (Grahame-

Smith dan Aronson, 1992; Gibson dan Skett, 1991). Dalam keadaan normal,

metabolit raeaktif NAPBKI tersebut secara prinsip dapat secara cepat

dinonaktifkan melalui konjugasi dengan glutation (GSH) yang dikatalis oleh

glutation S-tranferase (GST), misalnya GSTPi, menjadi produk yang lebih larut

dalam air, konjugat sistein dan merkapturat (Henderson dkk., 2000; Waters

dkk,2001). Pada pemberian dosis toksik, jalur glukoronidasi dan sulfatasi akan

jenuh sehingga jumlah GSH hati yang terpakai lebih besar dari yang dibentuk

ulang sehingga terjadi penumpukan metabolit reaktif NAPBKI (Katzung, 1989).

Metabolit reaktif NAPBKI dilaporkan dapat menimbulkan kerusakan hati

melalui ikatan kovalen dengan makromolekul sel hati. Selain diperantarai oleh

NAPBKI, kehepatoksikan parasetamol juga terjadi melalui jalur tekanan oksidatif.

Melalui jalur tekanan oksidatif ini, kehepatotoksikan parasetamol diyakini

diperantarai oleh adanya oksigen reaktif atau radikal bebas, seperti anion

superoksida, hidrogen peroksida, dan radikal hidroksil (Wijoyo, 2001).

Pendekatan dari penelitian ini adalah adanya kandungan senyawa

antioksidan dalam buah pepaya, yaitu karotenoid (beta karoten), vitamin E dan

vitamin C memiliki kemampuan dalam menangkap oksidan reaktif seperti radikal

bebas (free radical scavengers). Dengan demikian pembentukan radikal bebas

terhambat sehingga kerusakan hati dapat dicegah. Hal inilah yang mendasari

Page 57: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

34

dugaan sementara bahwa jus buah pepaya dapat berkhasiat sebagai

hepatoprotektor.

K. Hipotesis

Jus buah pepaya (Carica papaya L.) mempunyai efek hepatoprotektif pada

tikus jantan terinduksi parasetamol.

Page 58: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola satu arah.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel utama

a. Variabel bebas : Dosis jus buah pepaya (Carica papaya L.). Dosis jus buah

pepaya adalah sejumlah (gram) jus buah pepaya tiap satuan kg berat badan

subjek uji yang bersangkutan. Jus buah pepaya dibuat dengan mem-blender

sejumlah (gram) buah pepaya bangkok (tidak termasuk biji) dalam sejumlah

(ml) aquades sampai volume 100 ml

b. Variabel tergantung : efek hepatoprotektif jus buah pepaya bangkok terhadap

sel hati tikus jantan terinduksi parasetamol, ditandai dengan tolak ukur

kuantitatif berupa penurunan aktifitas Glutamat Piruvat Transaminase (GPT)

serum dan tolak ukur kualitatif berupa gambaran histopatologi sel hati tikus.

2. Variabel pengacau terkendali

a. Subyek uji berupa tikus jantan, galur Wistar, berat badan 180 - 230 gram,

umur antara 2 – 3 bulan.

Page 59: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

36

b. Bahan uji yang digunakan berupa buah pepaya bangkok yang baik (tidak

busuk) dan diperoleh dari supermarket Lion Superindo daerah Seturan,

Sleman, Yogyakarta yang dibeli pada bulan April dan Mei.

c. Frekuensi pemberian jus buah pepaya bangkok 1 x sehari selama 6 hari

berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama.

3. Variabel pengacau tak terkendali

a. Kondisi patologis hewan uji.

C. Subyek dan Bahan Penelitian

1. Subyek penelitian

Hewan uji yang digunakan berupa tikus jantan Wistar, umur 2-3 bulan

dengan berat badan berkisar antara 180-230 gram, yang diperoleh dari

seorang penjual tikus di jalan Parangtritis, Yogyakarta.

2. Bahan penelitian

a. Buah pepaya bangkok sebagai bahan yang akan diuji efek

hepatoprotektifnya diperoleh dari supermarket Lion Superindo di

daerah Seturan, Sleman, Yogyakarta.

b. Bahan hepatotoksikan yang digunakan berupa parasetamol yang,

berwarna putih, tidak ada bintik-bintik hitam, tidak berbau, rasa sedikit

pahit dan diperoleh dari P.T Konimex Solo

c. Bahan pensuspensi parasetamol berupa serbuk CMC (Carboxy Methyl

Celulose) produksi PT Brataco Chemistry yang berwarna putih,

terdispersi dalam air membentuk gel diperoleh dari Laboratorium

Page 60: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

37

Farmakokinetika (Biofarmasetika), Fakultas Farmasi, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

d. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi,

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

e. Reagen siap pakai GPT-ALAT (Diasys Germany).

f. Formalin 10%, alkohol, dan lilin cetak diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

g. Zat warna hematoksilin dan eosin diperoleh dari Laboratorium

Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

D. Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi : alat pembuat jus

(blender) merk National Fresh tipe DBL-2GN dengan 2 tingkat kecepatan, jarum

tuberkulin (injeksi per-oral), spuit injeksi, pipa kapiler, alat bedah (gunting dan

pinset),mikropipet 100-1000 μl, vitalab mikro versi 1,0 user manual (E. Merck,

Damstadt, Germany), alat-alat gelas (beker glass 250 ml dan 100 ml, gelas ukur

100 ml) (Pyrex), timbangan elektrik (Metler Teledo, Switzerland),

mikrosentrifugasi M0010966 (Denver Instrument, USA), mikroskop (Olympus

CH 30, Japan), kamera (Olympus SC 35, Japan).

Page 61: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

38

E. Tata Cara Penelitian

1. Penetapan konsentrasi jus buah pepaya bangkok dan dosis maksimalnya

Konsentrasi jus buah pepaya yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah konsentrasi maksimal jus buah pepaya yang dapat dipejankan pada

tikus jantan melalui jarum oral. Orientasi awal dimulai dengan konsentrasi

100%, kemudian secara bertahap diturunkan hingga didapatkan konsentrasi

optimal, yaitu konsentrasi maksimal yang dapat dipejankan pada tikus jantan

melalui jarum oral. Berdasarkan orientasi yang dilakukan, jus buah pepaya

dengan konsentrasi 95% (0,95 g/ml) merupakan konsentrasi maksimal yang

dapat dipejankan pada tikus jantan melalui jarum oral.

Buah pepaya dicuci dan dibuang kulitnya. Kemudian dipotong kecil-

kecil dan ditimbang sebanyak 190 g. Jus buah pepaya dibuat dengan cara

mem-blender 190 g buah pepaya bangkok dalam 200 ml aquades selama 1

menit pertama dengan kecepatan 1 dan setelah menit pertama dilanjutkan dan

diganti dengan kecepatan 2 selama 2 menit.

Dengan demikian, dosis maksimal jus buah pepaya yang dapat

dipejankan pada tikus jantan dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai

berikut :

V = 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 .𝑥𝑥 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐶𝐶

5 ml = 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 .𝑥𝑥 230 𝑔𝑔95%

Dmaks. = 20,65 g/kgBB

Page 62: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

39

Jadi, dosis maksimal jus buah pepaya pada tikus jantan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 20,65 g/kgBB.

2. Penetapan dosis jus buah pepaya

Penetapan dosis jus buah pepaya dilakukan berdasarkan penurunan dosis

dari dosis tertinggi jus buah pepaya hasil orientasi yaitu 20,65 g/kgBB.

Perhitungan dosis jus buah pepaya diuraikan sebagai berikut :

Dosis IV : 20,65 g/kg BB (dosis tertinggi)

Dosis III : 20,65 g/kgBB : 1,2469 = 16,56 g/kgBB

Dosis II : 16,56 g/kgBB : 1,2469 = 13,28 g/kgBB

Dosis I : 13,28 g/kgBB : 1,2469 = 10,65 g/kgBB

3. Uji pendahuluan

a. Orientasi konsentrasi CMC Na sebagai pensuspensi parasetamol

CMC Na ditimbang sebanyak 1 g; 0,9 g; 0,8; 0,7 g; dan 0,6 g dan

didispersikan dalam air mendidih sampai volume 100,0 ml. Kemudian

diaduk dengan stirer hingga CMC Na larut sempurna dalam aquadest.

Parasetamol dalam bentuk serbuk sejumlah 4,4 g, sebanyak 5 timbangan

(untuk larutan CMC Na dengan konsentrasi 1; 0,9; 0,8; 0,7; dan 0,6%).

Kemudian digerus dalam mortir yang berbeda-beda untuk tiap konsentrasi

larutan CMC Na, untuk mengurangi jumlah gumpalan yang ada. Setelah

digerus, masukan larutan CMC Na 1; 0,9; 0,8; 0,7; dan 0,6% dalam tiap

mortir sedikit dahulu, kemudian parasetamol digerus lagi hingga merata.

Kemudian larutan CMC Na ditambah lagi sedikit demi sedikit hingga

volume ± 50 ml dan larutan parasetamol diaduk terus. Setelah itu larutan

Page 63: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

40

parasetamol dalam stamper dituang ke dalam gelas beker 250 ml dan

stemper dibersihkan dengan larutan CMC Na yang tersisa dan di tuang ke

dalam gelas beker parasetamol tadi. Larutan parasetamol dalam CMC Na

1% di dalam gelas beker diberi stirer magnetik dan diletakkan dalam

pemanas yang memiliki magnet pemutar stirer. Biarkan stirer mengaduk

selama beberapa saat dan ketika masih diaduk oleh stirer, ambil larutan

parasetamol dalam mengguanakan spuit injeksi dan dikeluarkan melalui

jarum suntik. Dari kelima konsentrasi CMC Na (1; 0,9; 0,8; 0,7% dan

0,6%) dalam larutan parasetamol, larutan parasetamol yang dapat

disuntikkan melalui sputi injeksi pada larutan CMC Na konsentrasi 07%

dan 0,6%. Oleh karena itu diambil larutan konsentrasi CMC Na yang

paling besar untuk melarutkan parasetamol yaitu konsentrasi 0,7%.

b. Penetapan dosis hepatotoksik parasetamol

Kofmann, Morgan, Kirschenbaum, Osbeck, Hussain, Swenson, dan

Theise1 (2005) mengatakan dosis parasetamol 1000 mg/kgBB yang

diberikan secara intraperitonial dapat mengakibatkan kerusakan besar pada

jaringan hati (90% hingga 100%). Dengan demikian, empat peringkat

dosis yang diujikan pada tikus jantan diperoleh dengan menurunkan dosis

hepatotoksik parasetamol dari dosis 1000 mg/kgBB dengan kelipatan yang

sama yaitu 0,750 g/kgBB, 0, 0,825 g/kgBB, 0,908 g/kgBB dan

1,000g/kgBB serta ditambah dengan 1 dosis di luar kelipatan tadi yaitu

0,950 g/kgBB dan diberikan secara intra peritonial.

Page 64: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

41

Peringkat dosis ini kemudian diujikan pada 15 ekor tikus jantan yang

terbagi dalam 5 kelompok, masing-masing 3 ekor tikus, dengan

pembagian sesuai dosis parasetamol yang akan diberikan pada tiap

kelompok yaitu 0,750 g/kgBB, 0, 0,825 g/kgBB, 0,908 g/kgBB,

0,950g/kgBB dan 1,000g/kgBB. Cuplikan darah dan hati tikus diambil

sebelum pemberian hepatotoksikan parasetamol secara intraperitonial (pre

test) dan pada 24 jam setelah pemberian hepatotoksikan parasetamol (post

test) dan dilakukan uji aktivitas GPT-serum. Selanjutnya, tikus-tikus

tersebut dikorbankan dan diambil hatinya untuk dibuat preparat histologi.

Tolak ukur dosis hepatotoksik parasetamol adalah peningkatan sepuluh

kali lipat GPT-serum daro GPT-serum pre test dan adanya nekrosis pada

sel hati tikus.

c. Penetapan waktu kehepatotoksikan parasetamol mencapai maksimal

Dosis hepatotoksik parasetamol hasil orientasi, kemudian ditentukan

waktu kehepatotoksikannya mencapai maksimal. 10 ekor tikus jantan

dibagi secara acak dalam 2 kelompok yaitu kelompok I untuk waktu

pengukuran GPT-serum 6 dan 12 jam setelah pemberian parasetamol

secara intraperitonial dan kelompok II 15 jam dan 18 jam setelah

pemberian parasetamol secara intraperitonial, masing-masing 5 ekor tikus,

diambil serum darah dan diukur aktifitas GPT-serum sebelum pemberian

parasetamol sebagai pembanding untuk aktifitas GPT-serum setelah

pemberian parasetamol. Setelah diukur aktifitas GPT-serum pertama,

diinjeksikan parasetamol dengan dosis toksik atau dosis 0,9500 g/kgBB

Page 65: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

42

secara intraperitonial. Setelah 6 jam seluruh hewan uji pada kelompok I

diukur aktifitas GPT-serumnya. Kemudian ditunggu selama 6 jam lagi

atau setelah 12 jam pemberian parasetamol dosis toksik, seluruh hewan uji

pada kelompok I diukur lagi aktifitas GPT-serumnya. Sedangkan untuk

kelompok II setelah 15 jam pemberian parasetamol, seluruh hewan uji

pada kelompok II diukur aktifitas GPT-serumnya. Kemudian setelah jeda

3 jam pengukuran aktivitas GPT-serum yang pertama seluruh hewan uji

pada kelompok II diukur lagi aktifitas GPT-serumnya sehingga

pengukuran aktivitas GPT-serum pada kelompok II dilakukan pada jam

ke-15 dan ke-18 setelah pemberian parasetamol dosis toksik.

d. Penetapan lama praperlakuan jus buah pepaya

Vogel (2007) mengatakan bahwa dalam melakukan uji suatu

senyawa obat baru dalam pencegahan kerusakan hati yang diujikan pada

tikus yang terinduksi CCl4 dapat dilakukan dalam waktu kurang lebih 8

minggu. Senyawa yang akan diuji diberikan pada kelompok-kelompok

tikus dengan dosis yang berbeda-beda dengan pemberian 2 kali sehari.

Tetapi model penelitian tadi dapat digunakan untuk kerusakan hati akut,

dengan cara mempersingkat waktu penelitian pula. Yaitu waktu penelitian

dipersingkat menjadi 5 hari, mulai hari pertama tikus-tikus diberi senyawa

yang akan diuji dan pemberian CCl4 dosis hepatotoksik dilakukan pada

hari ke 2 sampai hari ke 5 pada kelompok tikus yang diberi praperlakuan

senyawa yang diuji.

Page 66: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

43

Sedangkan Linawati dkk (2006) dalam penelitian efek

hepatoprotektif rebusan herba putri malu, kelompok tikus yang digunakan

untuk menguji efek rebusan herba putri malu diberi rebusan herba putri

malu selama 6 hari dan pada hari ke 7 diberi parasetamol dosis

hepatotoksik.

Penetapan lama praperlakuan jus buah pepaya dilakukan melalui

studi pustaka, dimana penulis mengambil model penelitian tikus diberi

praperlakuan jus buah pepaya selama 6 hari dan pada hari ke 7 diberi

parasetamol dosis hepatotoksik.

4. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Sejumlah 30 ekor tikus jantan dibagi secara acak ke dalam 6

kelompok, masing-masing 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol negatif)

diberi aquades 21,74 ml/kgBB (perhitungan dosis dapat dilihat pada

lampiran 14) secara oral selama 6 hari berturut-turut dan hari ke-7 diberi

suspensi CMC 0,7% 0,152g/kgBB. Kelompok II (kontrol positif) diberi

aquades 21,74 ml/kgBB secara oral selama 6 hari berturut-turut dan hari

ke-7 diberi suspensi parasetamol dosis hepatotoksik hasil orientasi secara

intraperitonial. Setelah 18 jam (berdasarkan hasil orientasi), mencit

diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata. Cuplikan darah diambil

serumnya untuk diukur aktrivitas GPT-serumnya secara spektrofotometri.

Kemudian tikus dikorbankan untuk diambil hatinya, dimasukkan dalam

larutan formalin 10% untuk dibuat preparat histologi.

Page 67: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

44

Kelompok III-IV beruturut-turut diberi jus buah pepaya dosis 20,65

g/kgBB, 16,56 g/kgBB, 13,28 g/kgBB, dan 10,65 g/kgBB 1 x sehari

selama 6 hari secara oral. Hari ke-7 diberi suspensi parasetamol dosis

hepatotoksik (hasil orientasi) yaitu 0,950 g/kgBB. Setelah 18 jam, tikus

diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata. Cuplikan darah diambil

serumnya dan ditetapkan aktivitas GPT-serumnya secara spektrofotometri.

Kemudian tikus dikorbankan untuk diambil hatinya, dimasukkan ke dalam

formalin 10% untuk dibuat preparat histologi.

5. Pembuatan serum

Darah tikus diambil melalui dinus orbitalis mata dan ditampung

dalam tabung ependroff kemudian dimasukan ke dalam tabung sentrifuge,

kemudian dipusingkan dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan

diambil supernatannya (serum). Pembuatan serum dilakukan di

Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Penetapan aktivitas GPT-serum

Alat yang digunakan untuk menganalisis aktivitas GPT-serum adalah

vitalab-mikro. Pada analisis fotometri aktifitas GPT-serum ini dilakukan

sejumlah reaksi seperti yang tersaji pada tabel I .

Aktivitas enzim dibaca pada panjang gelombang 340 nm, suhu 27

0C, dengan faktor 2143. Aktivitas GPT-serum dinyatakan dalam U/L.

Pengukuran aktivitas GPT-serum dilakukan di Laboratorium Farmakologi-

Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Page 68: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

45

Tabel I. Prosedur Penetapan Aktivitas GPT-serum (DiaSys, 2009)

7. Pembuatan preparat histologi sel hati

Organ dipotong-potong dengan mikotom setebal 3 mm, kemudian

difiksasi. Preparat dimasukkan ke dalam larutan etanol secara bertingkat

berturut-turut etanol 50% selama 30 menit, etanol 90% selama 30 menit,

etanol mutlak selama 30 menit, masing-masing dua kali perlakuan.

Preparat kemudian dimasukkan dalam xilol parafin, masukkan ke

dalam oven selama 1,5 jam dalam suhu 60 0

8. Pemeriksaan histologi sel hati

C. Pindahkan preparat ke

dalam parafin cair selama 1,5 jam dalam blok preparat. Setelah dicetak

preparat dipotong setebal 5 mikron, masukkan dalam xilol murni selama

5-10 menit. Cuci preparat dengan air, kemudian dimasukkan ke dalam

larutan eosin-alkohol selama 1-2 menit. Kemudian preparat dikeringkan

pada suhu kamar dan ditutup dengan kanada balsem serta objek gelas.

Pembuatan preparat dilakukan oleh Laboratorium Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pemeriksaan sel-sel organ hasil pengecatan hematoksilin-eosin dilakukan

Serum 100 μl

Larutan reagen 1

Larutan reagen 2

Dicampur dan didiamkan hingga 1 menit setelah

pencampuran. Kemudian setelah 1 menit dibaca

absorbansinya

800 μl

200 μl

Page 69: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

46

di bawah mikroskop. Kemudian hasilnya diberi skor menurut tingkat

kerusakannya. Pemeriksaan ini dilakukan di Laboratorium Patologi

Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Analisis dilakukan oleh dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A.

F. Analisis Hasil

Data Aktivitas GPT-serum terlebih dahulu diuji datanya dengan uji

Saphiro-Wilk untuk melihat distribusi data normal atau tidak. Jika data

terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji ANOVA dengan taraf

kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Sceffe untuk melihat perbedaan dari

tiap kelompok apakah bermakna (p<0,05) atau perbedaan itu tidak bermakna

(p>0,05). Jika distribusi data tidak normal maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-

Wallis dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney

untuk melihat perbedaan dari tiap kelompok apakah bermmakna (p<0,05) atau

perbedaan itu tidak bermakna (p>0,05).

Sedangkan hasil histopatologi organ hati tikus di skoring derajat kerusakan

hatinya. Penilaian skoring diwakili oleh angka 0 menunjukkan pada hati tidak

terjadi degenerasi melemak atau nekrosis, angka 1 menunjukkan kerusakan organ

hati ringan, angka 2 menunjukkan kerusakan organ hati sedang dan 3

menunjukkan kerusakan organ hati berat. Kemudian di analisis statistik seperti

data aktivitas GPT-serum. Setelah itu dihitung persentase efek hepatoprotektif dan

persentase angka proteksi yang ditimbulkan oleh jus buah pepaya tiap dosisnya.

Page 70: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Pendahuluan

1. Penentuan dosis hepatotoksik parasetamol

Penentuan dosis hepatotoksik parasetamol bertujuan mengetahui besarnya

dosis parasetamol yang dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati mencit. Hal ini

dapat diketahui dari adanya peningkatan aktivitas GPT-serum, minimal 10 kali

lipat terhadap kontrol negatif. Diketahui pula dari gambaran histopatologinya.

(Ladoangin, 2004)

Data aktifitas GPT-serum tikus akibat pemberian parasetamol dosis

0,7500; 0,8255; 0,9086; 0,9500 dan 1000 mg/kgBB tersaji pada tabel I

Tabel II. Aktivitas GPT-serum tikus pada selang waktu 24 jam sebelum dan setelah pemberian parasetamol secara intra peritonial dengan dosis 0,750; 0,8255; 0,9086; 0,950 dan 1,000 g/kgBB.

Dosis

Parasetamol (g/kgBB)

Selang waktu (jam)

Jumlah Hewan

Uji (ekor)

Purata Aktivitas GPT-serum ± SE (U/L) Sebelum

Pemberian Parasetamol

Purata Aktivitas GPT-serum ± SE

(U/L) Setelah Pemberian

Parasetamol

Significancy (2-tailed)

Uji T Berpasangan

0,7500 24 3 55,33 ± 3,21 206,33 ± 68,52 0,152* 0,8255 24 3 57,00 ± 7,54 239,00 ± 44,52 0,063* 0,9086 24 3 65,67 ± 25,11 252,00 ± 20,10 0,022 0,9500 24 1 3 52,00 ± 4,36 903,00 ± 9,00 0,004

1,000 24 2 3 60,67 ± 2,08 482,50 ± 475,50 0,540*

Ket.: 1

parasetamol = 1 ekor hewan uji mati sebelum diambil GPT-serum setelah pemberian

2

* = nilai p > 0,05 (purata aktivitas GPT-serum sebelum dan sesudah pemberian parasetamol kelompok yang diuji berbeda tidak bermakna)

= 1 ekor hewan uji mati sebelum diambil GPT-serum setelah pemberian parasetamol, dan 1 ekor memiliki GPT-serum sangat rendah (4 U/L)

Page 71: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

48

Tabel III. Hasil analisis statistik aktivitas SGPT-serum untuk menilai perbedaan tiap 2 dosis

Asymp Sig. (2-tailed)

Pct Dosis 0,7500 g/kgBB

Pct Dosis 0,8255 g/kgBB

Pct Dosis 0,9086 g/kgBB

Pct Dosis 0,9500 g/kgBB

Parasetamol Dosis 1,000

g/kgBB Pct Dosis

0,7500 g/kgBB

- 0,827* 0,513* 0,083* 1,000*

Pct Dosis 0,8255 g/kgBB

0,827* - 0,513* 0,083* 1,000*

Pct Dosis 0,9086 g/kgBB

0,513* 0,513* - 0,083* 1,000*

Pct Dosis 0,9500 g/kgBB

0,083* 0,083* 0,083* - 0,683*

Pct Dosis 1,000 g/kgBB 1,000* 1,000* 1,000* 0,683* -

Ket.: Pct = Parasetamol * = nilai p > 0,05 (2 kelompok yang diuji berbeda tidak bermakna)

Tabel IV. Derajat kerusakan sel hati tikus pada selang waktu 24 jam setelah pemberian parasetamol secara intra peritonial dengan dosis 0,750; 0,8255; 0,9086; 0,9500 dan 1,000 g/kgBB

Kel. Dosis Parasetamol

(g/kgBB)

Hasil Analisis Skoring Derajat Kerusakan hati ± SE Degenerasi Melemak

Nekrosis Sirosis

I 0,7500 1,000 ± 0,00 - - II 0,8255 1,000 ± 0,00 0,33 ± 0,33 - III 0,9086 1,33 ± 0,33 0,33 ± 0,33 - IV 0,9500 1,67 ± 0,33 1,67 ± 0,33 - V 1,000 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00 -

Ket.: Nilai skoring derajat kerusakan hati 1 = ringan; 2 = sedang; dan 3 = berat

Dari orientasi yang dilakukan, pada kelompok orientasi dosis 0,9500

g/kgBB dan 1,000 g/kgBB data aktivitas GPT-serum yang didapat tidak lengkap.

Hal ini dikarenakan adanya hewan uji yang mengalami kematian sebelum diukur

Page 72: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

49

aktivitas GPT-serumnya. Sehingga hasil analisis statistik yang didapat tidak

lengkap. Berdasarkan tabel II terlihat bahwa aktivitas GPT-serum tikus pada 5

peringkat dosis parasetamol yang mengalami peningkatan aktivitas GPT-serum

yang bermakna adalah pada dosis 0,9086 g/kgBB dan dosis 0,9500 g/kgBB.

Tetapi hanya pada dosis 0,9500 g/kgBB seluruh hewan uji mengalami nekrosis

walaupun 1 ekor hewan uji mengalami kematian. Hal ini disebabkan karena waktu

pemejanan yang lama tanpa pemberian antidot sehingga organ hati hewan uji

mengalami kerusakan yang berat sehingga tidak bisa berfungsi normal dan hewan

uji mengalami kematian. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan

uji Mann-Whitney sebagai uji Post Hoc, dosis parasetamol 0,7500, 0,8255,

0,9086, 0,9500 dan 1,000 g/kgBB tidak menunjukkan adanya perbedaan harga

aktivitas GPT-serum post test karena nilai p > 0,05. Hal ini disebabkan karena

adanya kematian hewan uji sebelum pengambilan darah untuk dilihat aktivitas

GPT-serumnya setelah pemberian parasetamol pada dosis 0,9500 dan 1,000

g/kgBB sehingga hasil analisis statistiknya tidak lengkap. Tetapi dosis 0,9500

g/kgBB yang paling memungkinkan untuk digunakan dalam menentukan waktu

kehepatotoksikan parasetamol. Hal ini didasarkan pada aktivitas GPT-serum yang

mencapai 10 kali lipat pada 70% hewan uji (tersaji pada keterangan tabel II

dimana 1 dari 3 ekor hewan uji mengalami kematian) dan secara keseluruhan

hewan uji mengalami nekrosis.

2. Penentuan waktu kehepatotoksikan parasetamol mencapai maksimal

Penentuan waktu kehepatotoksikan parasetamol mencapai maksimal

bertujuan untuk mengetahui selang waktu di mana parasetamol dosis 0,9500

Page 73: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

50

g/kgBB (hasil orientasi) memberikan efek hepatotoksik yang maksimal. Hal ini

ditunjukkan oleh aktivitas GPT-serum tertinggi pada selang waktu tertentu.

Parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB diujikan pada tikus jantan dengan selang waktu

pengambilan cuplikan darah 6 jam, 12 jam, 15 jam, 18 jam dan 24 jam secara

intra peritonial.

Data aktivitas GPT-serum dan derajat kerusakan hati tikus setelah

pemberian parasetamol 0,9500 g/kgBB pada selang waktu 6, 12, 15, 18 dan 24

jam tersaji pada tabel V dan tabel VI.

Tabel V. Aktivitas GPT-serum dan derajat kerusakan sel hati tikus setelah pemberian parasetamol secara intra peritonial dengan dosis 0,9500 g/kgBB pada selang waktu 6, 12, 15, 18, dan 24 jam.

Dosis Parasetamol

(g/kgBB)

Selang Waktu (jam)

Jumlah Hewan

Uji (ekor)

Purata Aktivitas GPT-serum ± SE (U/L) Sebelum

Pemberian Parasetamol

Purata Aktivitas GPT-serum ± SE

(U/L) Setelah Pemberian

Parasetamol

Significancy (2-tailed)

Uji T Berpasangan

0,9500 6 5 55,00 ± 2,07 148,80 ± 68,52 0,002 0,9500 12 5 55,00 ± 2,07 320,80 ± 44,52 0,001 0,9500 15 5 52,20 ± 1,71 404,20 ± 20,10 0,000 0,9500 18 5 58,20 ± 2,48 666,80 ± 9,00 0,000 0,9500 24 3 1 52,00 ± 4,36 903,00 ± 9,00 0,004

Ket.: 1

parasetamol = 1 ekor hewan uji mati sebelum diambil GPT-serum setelah pemberian

* = nilai p > 0,05 (purata aktivitas GPT-serum sebelum dan sesudah pemberian parasetamol kelompok yang diuji berbeda tidak bermakna)

Tabel VI. Derajat kerusakan sel hati tikus setelah pemberian parasetamol secara

intra peritonial dengan dosis 0,9500 g/kgBB pada selang waktu 12 jam dan 18 jam

Ket.: Nilai skoring derajat kerusakan hati 1 = ringan; 2 = sedang; dan 3 = berat

Kel.

Waktu Pengambilan Organ Setelah Pemberian

Parasetamol 0,9500 g/kgBB (jam)

Hasil Analisis Skoring Derajat Kerusakan hati ± SE

Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

I 12 1,40 ± 0,24 0,80 ± 0,37 - II 18 1,40 ± 0,24 1,40 ± 0,24 - III 24 1,67 ± 0,33 1,33 ± 0,33 -

Page 74: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

51

Berdasarkan tabel V dapat dilihat bahwa aktifitas GPT-serum pada selang

waktu 18 jam dan 24 jam setelah pemberian parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB

secara intra peritonial mencapai lebih dari 10 kali lipat yaitu 666,80 ± 9,00 dan

903,00 ± 9,00 dan terjadi nekrosis pada keseluruhan organ hewan uji. Tetapi

untuk waktu 24 jam setelah pemberian parasetamol 1 ekor hewan uji mengalami

kematian sehingga selang waktu pengambilan cuplikan darah yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 18 jam setelah pemberian. Hal ini dikarenakan pada

selang waktu 24 jam setelah pemberian parasetamol 1 dari 3 ekor hewan uji

mengalami kematian sehingga kehilangan 1 data aktivitas GPT-serum, sehingga

ada ± 30% kemungkinan hewan uji yang mengalami kematian pada saat

penelitian dan akan kehilangan data aktivitas GPT-serum pada pengambilan

cuplikan darah jika menggunakan selang waktu 24 jam untuk pengambilan

cuplikan darah. Jadi dalam penelitian ini dosis hepatotoksik parasetamol yang

digunakan pada tikus jantan adalah 0,9500 g/kgBB dengan selang waktu

pengambilan cuplikan darah adalah 18 jam setelah pemberian hepatotoksikan

parasetamol.

3. Penetapan lama preperlakuan jus buah pepaya

Vogel (2007) mengatakan bahwa dalam melakukan uji suatu senyawa obat

baru dalam pencegahan kerusakan hati yang diujikan pada tikus yang terinduksi

CCl4 dapat dilakukan dalam waktu kurang lebih 8 minggu. Senyawa yang akan

diuji diberikan pada kelompok-kelompok tikus dengan dosis yang berbeda-beda

dengan pemberian 2 kali sehari. Tetapi model penelitian tadi dapat digunakan

untuk kerusakan hati akut, dengan cara mempersingkat waktu penelitian pula.

Page 75: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

52

Yaitu waktu penelitian dipersingkat menjadi 5 hari, mulai hari pertama tikus-tikus

diberi senyawa yang akan diuji dan pemberian karbon tetraklorida (CCl4)

Sedangkan Ladoangin (2004) dalam penelitian efek hepatoprotektif jus

buah apel hijau dan Linawati dkk (2006) dalam penelitian efek hepatoprotektif

rebusan herba putri malu, kelompok mencit dan tikus yang digunakan untuk

menguji efek jus buah apel hijau dan rebusan herba putri malu diberi rebusan

herba putri malu dan jus buah apel hijau selama 6 hari dan pada hari ke 7 diberi

parasetamol dosis hepatotoksik. Hal ini didasarkan pada harga aktivitas GPT-

serum setelah praperlakuan jus buah apel hijau dan rebusan herba putri malu

selama 6 hari menunjukkan harga aktivitas GPT-serum yang mengalami kenaikan

atau penurunan aktivitas GPT-serum yang tidak berbeda bermakna menurut hasil

statistik jika dibandingkan dengan praperlakuan jus buah apel dan rebusan herba

putri malu yang diberikan lebih dari 6 hari.

dosis

hepatotoksik dilakukan pada hari ke 2 sampai hari ke 5 pada kelompok tikus yang

diberi praperlakuan senyawa yang diuji.

Penetapan lama praperlakuan jus buah pepaya dilakukan berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Ladoangin (2004) dan Linawati dkk (2006),

dimana penulis mengambil model penelitian tikus diberi praperlakuan jus buah

pepaya selama 6 hari dan pada hari ke 7 diberi parasetamol dosis hepatotoksik.

4. Penetapan dosis jus buah pepaya

Penetapan dosis jus buah pepaya memiliki tujuan untuk menentukan

tingkatan dosis jus buah pepaya yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Penentuan dosis jus buah pepaya didasarkan pada dosis maksimal jus buah pepaya

Page 76: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

53

pada tikus jantan. Dosis maksimal jus buah pepaya pada tikus jantan didasarkan

pada konsentrasi tertinggi jus buah pepaya yang dapat dipejankan secara oral.

Dari orientasi diketahui bahwa konsentrasi tertinggi jus buah pepaya yang dapat

dipejankan secara oral pada tikus jantan sebesar 95% sehingga dosis maksimal

yang diperoleh sebesar 20,65 g/kgBB. Kemudian ditentukan 3 tingkatan dosis jus

buah pepaya yaitu 16,56, 13,28, dan 10,65 g/kgBB (perhitungan dosis dapat

dilihat pada lampiran 14).

B. Perbandingan Aktivitas GPT-serum Tiap Kelompok

Efek hepatoprotektif dari jus buah pepaya pada hewan uji yang terinduksi

parasetamol dapat dievaluasi secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif

berupa penurunan aktivitas GPT-serum pada tikus jantan yang terinduksi

parasetamol akibat pemberian jus buah pepaya jika dibandingkan dengan aktivitas

GPT-serum tikus jantan yang hanya diberikan parasetamol sebagai kontrol yang

dinyatakan dengan U/L. Data kualitatif berupa gambaran histopatologi sel hati

tikus yang kemudian dilakukan skoring.

1. Kontrol negatif CMC Na 0,7% 0,15 g/kgBB

Kontrol negatif CMC Na 0,7% merupakan kelompok tikus jantan yang

hanya diinjeksi dengan larutan aquades 21,74 ml/kgBB selama 6 hari secara oral

dan pada hari ke 7 diinjeksi dengan larutan suspensi CMC Na 0,7% 0,15 g/kgBB

secara intraperitonial, kemudian 18 jam kemudian diambil darah dan organ

hatinya untuk diukur aktivitas GPT-serum dan dibuat preparat histologinya.

Tujuan dari kontrol negatif ini adalah memastikan bahwa peningkatan aktivitas

GPT-serum (efek hepatotoksik) pada tikus jantan adalah akibat pemberian

Page 77: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

54

hapatotoksin parasetamol, bukan akibat dari CMC Na dan memastikan bahwa

efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang terinduksi parasetamol adalah akibat

praperlakuan jus buah pepaya.

Aktivitas GPT-serum pada kelompok kontrol negatif CMC Na 0,7% 0,15 g/kgBB

adalah sebesar 52,40 ± 1,21 U/L yang tersaji pada tabel VII. Gambaran

makroskopi organ hati sesaat setelah dibedah adalah berwarna merah tua dengan

sedikit bintik merah dan jika ditekan terasa kenyal. Sedangkan secara mikroskopi,

gambaran histologi sel hatinya menunjukkan adanya sedikit degenerasi melemak

yang tersaji pada tabel VIII. Hal ini dapat dimungkinkan karena kondisi patologis

hewan uji yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya, dan memang kondisi

patologis hewan uji memang termasuk dalam variabel pengacau tak terkendali.

Tetapi degenerasi melemak yang terjadi masih dalam batas normal karena tidak

terjadi kerusakan sel hati yang mencapai nekrosis, sehingga gambaran sel hatinya

masih dapat digunakan sebagai patokan sel hati normal. Begitu pula altivitas

GPT-serumnya juga dapat digunakan sebagai patokan aktivitas GPT-serum

normal.

2. Kontrol positif parasetamol 0,9500 g/kgBB

Kontrol positif parasetamol 0,9500 g/kgBB merupakan kelompok tikus

jantan yang hanya diinjeksi dengan larutan aquades 21,74 ml/kgBB selama 6 hari

secara oral dan pada hari ke 7 diinjeksi dengan larutan suspensi parasetamol

0,9500 g/kgBB secara intraperitonial, kemudian 18 jam kemudian diambil darah

dan organ hatinya untuk diukur aktivitas GPT-serum dan dibuat preparat

histologinya. Tujuan dari kontrol positif adalah untuk mengetahui pengaruh

Page 78: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

55

induksi parasetamol 0,9500 g/kgBB terhadap sel hati tikus sekaligus digunakan

sebagai patokan dalam menganalisa efek hepatoprotektif jus buah pepaya.

Aktivitas GPT-serum kontrol positif parasetamol 0,9500 g/kgBB adalah sebesar

610,60 ± 62,92 U/L (tersaji pada tabel VII).

Jika dibandingkan dengan aktivitas GPT-serum kontrol negatif CMC Na

0,7% 0,15 g/kgBB sebesar 52,40 ± 1,21 U/L maka terlihat adanya kenaikan

aktivitas GPT-serum sekitar 11,65 kalinya. Kenaikan aktivitas GPT-serum ini

dapat membantu memberi petunjuk bahwa kondisi sel-sel hati tikus mengalami

nekrosis. Perbedaan aktivitas GPT-serum yang mencapai 10 kali lipat

menunjukkan kerusakan sel hati tikus sudah sangat parah yang dapat dibuktikan

dengan adanya nekrosis pada hati tikus.

Berdasarkan uji statistik terhadap skor derajat kerusakan sel hati terlihat

bahwa derajat kerusakan sel hati tikus kontrol positif berbeda bermakna (p<0,05)

Gambar 6a. Gambar 6b.

Fotomikroskopi perbesaran 100x sel hati Fotomikroskopi perbesaran 200x sel hati tikus setelah pemberian parasetamol tikus setelah pemberian parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB. dosis 0,9500 g/kgBB. Keterangan : A = nekrosis; B = degenera Keterangan : A = nekrosis; B = dege-si melemak nerasi melemak

Gambar 6. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB

Page 79: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

56

Tabel VII. Purata ± SE aktivitas GPT-serum tikus jantan setelah praperlakuan jus buah pepaya 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB yang diberikan secara intra peritonial

Kel. Perlakuan Aktivitas GPT-serum

Purata ± SE (U/L)

% Perbedaan terhadap Kel. I Kel. II

I Kontrol Negatif CMC Na (ip) 0,7 % 0,15 g/kgBB 52,40 ± 1,21 - -

II Kontrol Positif Parasetamol (ip) 0,9500 g/kgBB 610,60 ± 55,54 (+) 1065,27 -

III JBP (po) 10,65 g/kgBB + Parasetamol (ip) 555,20 ± 20,66 (+) 959,54 (-) 9,07*

IV JBP (po) 13,28 g/kgBB + Parasetamol (ip) 173,80 ± 21,38 (+) 231,68 (-) 71,54

V JBP (po) 16,56 g/kgBB + Parasetamol (ip) 132,20 ± 10,56 (+) 152,29 (-) 78,35

VI JBP (po) 20,65 g/kgBB + Parasetamol (ip) 150,20 ± 10,56 (+) 186,64 (-) 75,40

Ket.: (po) = cara pemberian secara per oral JBP = Jus buah pepaya (ip) = cara pemberian secara intra peritonial *

= berbeda tidak bermakna (P > 0,05)

Tabel VIII. Hasil analisis statistik derajat kerusakan hati setelah praperlakuan jus buah pepaya 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB yang diberikan secara intra peritonial

Kel. Perlakuan

Hasil Analisis Skoring Derajat Kerusakan hati ± SE

Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

I Kontrol Negatif CMC Na (ip) 0,7 % 0,15 g/kgBB 0,60 ± 0,24 - -

II Kontrol Positif Parasetamol (ip) 0,9500 g/kgBB 1,20 ± 0,20 2,80 ± 0,20 -

III JBP (po) 10,65 g/kgBB + Parasetamol (ip) 1,00 ± 0,00 2,00 ± 0,32 -

IV JBP (po) 13,28 g/kgBB + Parasetamol (ip) 1,20 ± 0,20 1,40 ± 0,24 -

V JBP (po) 16,56 g/kgBB + Parasetamol (ip) 0,17 ± 0,17 1,16 ± 0,16 -

VI JBP (po) 20,65 g/kgBB + Parasetamol (ip) 0,25 ± 0,25 1,00 ± 0,00 -

Ket.: (po) = cara pemberian secara per oral JBP = Jus buah pepaya (ip) = cara pemberian secara intra peritonial Nilai skoring derajat kerusakan hati 1 = ringan; 2 = sedang; dan 3 = berat

Page 80: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

57

Tabel IX. Hasil uji statistik tingkat kerusakan hati berupa degenerasi melemak pada tikus jantan setelah praperlakuan jus buah pepaya 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB yang diberikan secara intra peritonial

Degenerasi Melemak

Kontrol Negatif

CMC Na (ip) 0,7% 0,15g/kgB

B

Kontrol Positif

PCT (ip) Dosis 0,9500 g/kgBB

JBP (po) Dosis 10,65 g/kgBB +

Parasetamol (ip)

JBP (po) Dosis 13,28 g/kgBB +

Parasetamol (ip)

JBP (po) Dosis 16,56 g/kgBB +

Parasetamol (ip)

JBP (po) Dosis 20,65 g/kgBB +

Parasetamol (ip)

Kontrol Negatif CMC Na (ip) 0,7%

0,15g/kgBB - BB BTB BTB BTB BTB

Kontrol Positif PCT (ip) Dosis 0,9500 g/kgBB

BB - BB BB BB BB

JBP (po) Dosis 10,65 g/kgBB + Parasetamol (ip)

BTB BB - BTB BB BB

JBP (po) Dosis 13,28 g/kgBB + Parasetamol (ip)

BTB BB BTB - BB BB

JBP (po) Dosis 16,56 g/kgBB + Parasetamol (ip)

BTB BB BB BB - BTB

JBP (po) Dosis 20,65 g/kgBB + Parasetamol (ip)

BTB BB BB BB BTB -

Ket.: JBP = Jus buah pepaya (op) = cara pemberian secara per oral (ip) = cara pemberian secara intra peritonial BB = berbeda bermakna (P < 0,05) BTB = berbeda tidak bermakna (P > 0,05)

Page 81: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

58

Tabel X. Hasil uji statistik tingkat kerusakan hati berupa nekrosis pada tikus jantan setelah praperlakuan jus buah pepaya 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB yang diberikan secara intra peritonial

Nekrosis

Kontrol Negatif

CMC Na (ip) 0,7%

0,15g/kgBB

Kontrol Positif

PCT (ip) Dosis 0,9500 g/kgBB

JBP (po) Dosis 10,65 g/kgBB +

Parasetamol (ip)

JBP (po) Dosis 13,28 g/kgBB +

Parasetamol (ip)

JBP (po) Dosis 16,56 g/kgBB +

Parasetamol (ip)

JBP (po) Dosis 20,65 g/kgBB +

Parasetamol (ip)

Kontrol Negatif CMC Na (ip)

0,7% 0,15g/kgBB - BB BB BB BB BB

Kontrol Positif PCT (ip) Dosis 0,9500 g/kgBB

BB - BTB BB BB BB

JBP (po) Dosis 10,65 g/kgBB + Parasetamol (ip)

BB BTB - BTB BTB BTB

JBP (po) Dosis 13,28 g/kgBB + Parasetamol (ip)

BB BB BTB - BTB BTB

JBP (po) Dosis 16,56 g/kgBB + Parasetamol (ip)

BB BB BTB BTB - BTB

JBP (po) Dosis 20,65 g/kgBB + Parasetamol (ip)

BB BB BTB BTB BTB -

Ket.: JBP = Jus buah pepaya (op) = cara pemberian secara per oral (ip) = cara pemberian secara intra peritonial BB = berbeda bermakna (P < 0,05) BTB = berbeda tidak bermakna (P > 0,05)

Page 82: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

59

Tabel XI. Pengaruh praperlakuan jus buah pepaya 1x sehari selama 6 hari berturut-turut terhadap histopatologi sel hati tikus

terinduksi parasetamol 0,9500 g/kgBB

Kel. Perlakuan Tingkat Kerusakan Sel Hati (% Hewan) Angka Proteksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

I Kontrol Negatif CMC Na (ip) 0,7% 0,15g/kgBB

60 40 100

II Kontrol Positif PCT (ip) Dosis 0,9500 g/kgBB

20 80 -

III JBP (po) Dosis 10,65 g/kgBB + Parasetamol (ip)

20 60 20 37,10

IV JBP (po) Dosis 13,28 g/kgBB + Parasetamol (ip)

60 20 20 40,32

V JBP (po) Dosis 16,56 g/kgBB + Parasetamol (ip)

80 20 53,23

VI JBP (po) Dosis 20,65 g/kgBB + Parasetamol (ip)

60 40 56,45

Ket. 1 = relatif normal 8 = degenerasi melemak (+++) dan nekrosis (+) 2 = degenerasi melemak (+) 9 = degenerasi melemak (+) dan nekrosis (++) 3 = degenerasi melemak (++) 10 = degenerasi melemak (++) dan nekrosis (++) 4 = degenerasi melemak (+++) 11 = degenerasi melemak (+++) dan nekrosis (++) 5 = Nekrosis (+) 12 = degenerasi melemak (+) dan nekrosis (+++) 6 = degenerasi melemak (+) dan nekrosis (+) 13 = degenerasi melemak (++) dan nekrosis (+++) 7 = degenerasi melemak (++) dan nekrosis (+) 14 = degenerasi melemak (+++) dan nekrosis (+++)

1 hewan uji diwakili dengan angka 20 %. Jika dalam 1 kolom (1-14) ada lebih dari 1 hewan uji yang mengalami kondisi sesuai dengan angka yang diwakilkan dalam tiap kolom maka dikali dengan jumlah hewan uji ( 2 = 40%, 3 = 60%, 4 = 80%, dan 5 = 100%

Page 83: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

60

terhadap derajat kerusakan sel hati tikus kelompok kontrol negatif CMC Na 0,7%

(kelompok I). Hasil analisis ini menegaskan bahwa parasetamol 0,9500 g/kgBB

memberikan efek hepatotoksik pada sel hati tikus. Fotomikroskopi sel hati tikus

kelompok kontrol positif tersaji pada gambar 6a dan 6b.

3. Efek hepatoprotektif jus buah pepaya dosis 10,65 g/kgBB; 13,28 g/kgBB; 16,56 g/kgBB dan 20,56 g/kgBB pada tikus jantan terinduksi parasetamol.

Berdasarkan tabel VII terlihat bahwa aktivitas GPT-serum tikus setelah

praperlakuan jus buah pepaya selama 6 hari berturut-turut terinduksi parasetamol

mengalami penurunan seiring kenaikan dosis jus buah pepaya. Aktivitas GPT-

serum digunakan sebagai data untuk mengetahui kerusakan hati yang dialami oleh

hewan uji. Semakin tinggi kerusakan hati yang terjadi, semakin tinggi aktivitas

GPT-serum. Persentase penurunan aktivitas GPT-serum kelompok praperlakuan

yang dibandingkan dengan kelompok kontrol positif parasetamol merupakan efek

hepatoprotektif jus buah pepaya. Sedangkan pemeriksaan histopatologi organ

digunakan untuk memastikan kerusakan hati yang terjadi pada hewan uji.

Kelompok III adalah kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 10,65

g/kgBB. Kelompok ini merupakan kelompok praperlakuan jus buah pepaya

dengan dosis terkecil. Aktivitas GPT-serum kelompok ini adalah sebesar 555,20

U/L. Bila dibandingkan dengan kontrol positif (kelompok II) maka aktivitas GPT-

serum kelompok III maka aktivitas GPT-serum kelompok III mengalami

penurunan kurang lebih sekitar 1,1 kalinya atau memiliki efek hepatoprotektif

sebesar 9,07%, seperti yang tersaji pada tabel VII dan lampiran 15. Jika melihat

Page 84: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

61

hasil statistik seperti yang tersaji pada lampiran 9, penurunan aktivitas GPT-serum

belum menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Meskipun derajat

aktivitas GPT-serum kelompok III berbeda tidak bermakna dengan kelompok II,

tetapi berdasarkan hasil statistik skoring kerusakan sel hati berupa nekrosis, dosis

jus buah pepaya 10,65 g/kgBB masih memberikan perbedaan yang bermakana

atau p<0,05 jika dibandingkan dengan kerusakan sel hati yang ditimbulkan pada

kelompok II. Dapat dilihat juga dari angka proteksi yang diberikan oleh jus buah

pepaya dosis 10,65 g/kgBB yaitu 37,10% (tersaji pada tabel XI). Artinya keadaan

sel-sel hati mencit kelompok III lebih baik 37,10% dibanding kelompok II

(kontrol positif parasetamol). Secara mikroskopi, kerusakan sel hati yang terjadi

pada kelompok ini adalah degenerasi melemak dan nekrosis. Fotomikroskopi sel

hati tikus kelompok III tersaji pada gambar 7a dan 7b.

Kelompok IV adalah kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 13,28

g/kgBB. Kelompok ini memiliki aktivitas GPT-serum sebesar 173,60 ± 21,38

U/L. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (kelompok II), aktivitas

GPT-serum kelompok IV mengalami penurunan kurang lebih sebesar 3,5 kali atau

sebesar 71,54%, seperti yang tersaji pada tabel VII. Penurunan aktivitas GPT-

serum ini menunjukkan efek hepatoprotektif dari jus buah pepaya dosis 13,28

g/kgBB sebesar 71,54%.

Jika dilihat hasil statistiknya, penurunan tersebut menunjukkan adanya

perbedaan yang bermakna (p<0,05), seperti yang tersaji pada lampiran 9. Hal ini

menunjukkan bahwa jus buah pepaya dosis 13,28 g/kgBB mampu menghambat

peningkatan aktivitas GPT-serum akibat induksi parasetamol dosis hepatotoksik

Page 85: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

62

(0,9500 g/kgBB). Kelompok IV memiliki hasil skoring derajat kerusakan sel hati

tikus berupa nekrosis yang berbeda bermakna jika dibandingkan dengan

kelompok II (kelompok kontrol positif) (p<0,05), meskipun jika dibandingkan

dengan kelompok III hasil skoring derajat kerusakan sel hati yang mencapai

nekrosis kelompok IV memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).

Gambar 7a. Gambar 7b. Fotomikroskopi perbesaran 100x sel hati Fotomikroskopi perbesaran 200x sel tikus setelah praperlakuan jus buah pe- hati tikus setelah praperlakuan jus paya dosis 10,65 g/kgBB terinduksi pa- buah pepaya dosis 10,65 g/kgBB terin- rasetamol dosis 0,9500 g/kgBB. induksi parasetamol dosis 0,9500

g/kgBB. Keterangan : A = nekrosis; B = degene Keterangan : A = nekrosis; B = dege rasi melemak nerasi melemak

Gambar 7. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan setelah praperlakuan jus buah pepaya dosis 10,65 g/kgBB terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB

Tetapi derajat kerusakan hati yang ditimbulkan pada kelompok IV masih

lebih baik dari kelompok III, sehingga kemampuan perlindungan jus buah pepaya

dosis 13,28 g/kgBB masih lebih baik dari jus buah pepaya dosis 10,65 g/kgBB.

Hal ini didukung dengan adanya efek hepatoprotektif sebesar 71,54% dan angka

proteksi yang mencapai 40,32% (tersaji pada tabel XI). Secara mikroskopis

kelompok IV menunjukkan kerusakan yang sama dengan kelompok III yaitu

adanya degenerasi melemak dan nekrosis, hanya saja kelompok IV memiliki

Page 86: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

63

derajat kerusakan sel hati tikus (nekrosis) yang lebih sedikit jika dibandingkan

dengan kelompok II dan III. Fotomikroskopi sel hati tikus kelompok VI tersaji

pada gambar 8a dan 8b.

Gambar 8a. Gambar 8b. Fotomikroskopi perbesaran 100x sel hati Fotomikroskopi perbesaran 200x sel ha- tikus setelah praperlakuan jus buah pepa- ti tikus setelah praperlakuan jus buah ya dosis 13,28 g/kgBB terinduksi parase- pepaya dosis 13,28 g/kgBB terinduksi tamol dosis 0,9500 g/kgBB. parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB. Keterangan : A = nekrosis; B = degenera Keterangan : A = nekrosis; B = degene- si melemak rasi melemak C = vena sentralis Gambar 8. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan setelah praperlakuan jus buah

pepaya dosis 13,28 g/kgBB terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB

Kelompok V adalah kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 16,56

g/kgB. Aktivitas GPT-serumnya sebesar 132,20 ± 10,56 U/L. Jika dibandingkan

dengan kelompok kontrol positif (kelompok II) maka aktivitas GPT-serumnya

mengalami penurunan kurang lebih sebesar 4,6 kalinya atau memiliki efek

hepatoprotektif sebesar 78,35%, seperti tersaji pada tabel VII. Artinya jus buah

pepaya dosis 16,56 g/kgBB memiliki aktivitas GPT-serum yang paling kecil

setelah induksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB. Kerusakan organ hati kelompok

V secara mikroskopis adalah degenerasi melemak dan nekrosis sama seperti

kelompok II, III dan IV, hanya kerusakan sel hati lebih sedikit dibandingkan

kelompok-kelompok sebelumnya. Jika melihat hasil statistik, skoring derajat

Page 87: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

64

kerusakan hati (nekrosis) kelompok V berbeda bermakna (P<0,05) jika

dibandingkan dengan kelompok II dan menimbulkan perbedaan yang tidak

bermakna (P>0,05) jika dibandingkan dengan kelompok III dan IV. Perbedaan

bermakna pada derajat kerusakan hati dengan kelompok II ini dapat dilihat

dengan adanya angka proteksi yang cukup tinggi yaitu 53,23% (tersaji pada tabel

XI). Artinya keadaan sel-sel hati kelompok V lebih baik 53,23% jika

dibandingkan dengan kelompok II.

Walaupun hasil analisis statistik skoring derajat kerusakan hati (berupa

nekrosis) pada kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 16,56 g/kgBB

(kelompok V) berbeda tidak bermakna dengan kelompok praperlakuan jus buah

pepaya dosis 10,65 g/kgBB (kelompok III) dan jus buah pepaya dosis 13,28

g/kgBB (kelompok IV), tetapi kemampuan perlindungan organ hati oleh jus buah

pepaya dosis 16,56 g/kgBB (kelompok V) lebih baik jika dibandingkan dengan

jus buah pepaya dosis 10,65 g/kgBB (kelompok III) dan jus buah pepaya dosis

13,28 g/kgBB (kelompok IV). Hal ini terbukti dari angka proteksi jus buah pepaya

dosis 10,65 g/kgBB (kelompok III) memiliki angka proteksi hanya sebesar

37,10% dan jus buah pepaya dosis 13,28 g/kgBB (kelompok IV) memiliki angka

proteksi sebesar 40,32%, sedangkan jus buah pepaya dosis 16,56 g/kgBB

(kelompok V) sebesar 53,23%. Fotomikroskopi sel hati tikus kelompok V tersaji

pada gambar 9a dan 9b.

Kelompok VI adalah kelompok praperlakuan jus buah pepaya dengan

dosis paling tinggi yaitu 20,65 g/kgBB. Aktivitas GPT-serum kelompok ini

sebesar 150,20 ± 10,56 U/L. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif

Page 88: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

65

parasetamol (kelompok II), maka aktivitas GPT-serumnya mengalami penurunan

kurang lebih 4 kalinya atau sebesar 75,40% seperti yang tersaji pada tabel VII.

Artinya jus buah pepaya dosis 20,65 g/kgBB memiliki efek hepatoprotektif

sebesar 75,40%. Dosis jus buah pepaya dosis 20,65 g/kgBB meskipun lebih besar

Gambar 9a. Gambar 9b.

Fotomikroskopi perbesaran 200x sel hati Fotomikroskopi perbesaran 400x sel hati tikus setelah praperlakuan jus buah pepa- tikus setelah setelah praperlakuan jus ya dosis 16,56 g/kgBB terinduksi parase- buah papaya dosis 16,56 g/kgBB terin- tamol dosis 0,9500 g/kgBB. duksi parasetamol dosis 0,9500

g/kgBB. Keterangan : A = nekrosis; B = degene- Keterangan : A = nekrosis; B = dege- melemak nerasi melemak C = sel hati normal

Gambar 9. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan setelah praperlakuan jus buah pepaya dosis 16,56 g/kgBB terinduksi parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB

dosisnya dari jus buah pepaya dosis 16,56 g/kgBB, tetapi kelompok praperlakuan

jus buah pepaya dosis 20,65 g/kgBB memiliki aktivitas GPT-serum lebih rendah

dari kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 16,56 meskipun hasil

statistiknya berbeda tidak bermakna (p>0,05).

Sama seperti kelompok praperlakuan jus buah pepaya sebelumnya,

meskipun aktivitas GPT-serum tidak mengalami kenaikan yang terlalu besar

seperti pada kelompok II (kontrol positif parasetamol 0,9500 g/kgBB), kerusakan

Page 89: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

66

sel-sel hati tikus pada kelompok VI menunjukkan adanya nekrosis hanya saja

tingkat nekrosis tidak separah kelompok II, III, IV dan V. Derajat kerusakan hati

kelompok VI lebih baik dari kelompok V, hal ini terbukti dari analisis statistik

yang menunjukkan bahwa hasil statistik dari skoring derajat kerusakan sel hati

(nekrosis) kelompok VI sebesar 1,00 ± 0,00 lebih tinggi dari kelompok V sebesar

1,16 ± 0,16 seperti yang tersaji pada tabel VIII. Dibuktikan juga lewat angka

proteksi kelompok VI lebih besar dari angka proteksi kelompok V yaitu sebesar

56,45% sedangkan angka proteksi kelompok V sebesar 53,23% (tersaji pada tabel

VII). Tetapi jika melihat aktivitas GPT-serum, kelompok VI tidak lebih baik dari

kelompok V. Hal ini disebabkan aktivitas GPT-serum kelompok VI lebih rendah

Gambar 10a. Gambar 10b. Fotomikroskopi perbesaran 100x sel ha- Fotomikroskopi perbesaran 200x hati ti tikus setelah praperlakuan jus buah pe- tikus setelah praperlakuan jus buah paya dosis 20,65 g/kgBB terinduksi pa- pepaya dosis 20,65 g/kgBB terinduk- rasetamol dosis 0,9500 g/kgBB. si parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB. Keterangan : A = nekrosis; B = degene- Keterangan : A = nekrosis; B = dege- rasi melemak rasi melemak; C = vena sentralis

Gambar 10. Fotomikroskopi sel hati tikus jantan setelah praperlakuan jus buah pepaya dosis 20,65 g/kgBB terinduksi parasetamol dosis 0,9500

g/kgBB

dari kelompok V yaitu 150,20 ± 10,56 U/L, sedangkan aktivitas GPT-serum

kelompok V sebesar 132,20 ± 10,56 U/L. Sehingga meskipun angka proteksinya

Page 90: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

67

lebih besar, efek hepatoprotektif jus buah pepaya dosis 20,65 g/kgBB sebesar

75,40% lebih kecil dari jus buah pepaya dosis 16,56 g/kgBB yang memiliki efek

hepatoprotektif sebesar 78,35% seperti yang tersaji pada tabel VII.

Fotomikroskopi sel hati tikus kelompok VI tersaji pada gambar 10a dan 10b.

Uji efek hepatoprotektif terhadap keempat dosis jus buah pepaya di atas

menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis praperlakuan jus buah pepaya secara

berturut-turut 10,65; 13,28; dan 16,56 g/kgBB memberikan keefektifan

penghambatan terhadap kehepatotoksikan parasetamol yang semakin besar.

Hanya ketika dosis 16,56 g/kgBB dan 20,65 g/kgBB tidak terjadi kenaikan

keefektifan penghambatan terhadap kehepatotoksikan parasetamol, hal ini dapat

disebabkan adanya kondisi patologis hewan uji yang memang termasuk dalam

variabel pengacau tak terkendali. Hal ini ditunjukkan dengan adanya persentase

penurunan aktivitas GPT-serum yang merupakan efek hepatoprotektif jus buah

pepaya dosis 10,65; 13,28; 16,56 dan 20,65 g/kgBB secara berturut-turut sebesar

9,07%; 71,54%; 78,35%; dan 75,40%. Menurut teori yang dikemukakan

Zimmerman (1978) kerusakan sel hati berupa nekrosis dapat ditunjukkan dengan

kenaikan aktivitas GPT-serum yang mencapai 10-100 kali, tetapi pada penelitian

ini meskipun terjadi nekrosis kenaikan aktivitas GPT-serum tidak mencapai 10

kali. Meskipun aktivitas GPT-serum tidak mengalami kenaikan 10 kali, tetapi jika

dibandingkan dengan aktivitas GPT-serum kelompok I (kelompok kontrol negatif

CMC Na 0,7% 0,15g/kgBB) memiliki hasil statistik yang berbeda bermakna

(p<0,05). Hal ini dapat memberikan tanda bahwa telah terjadi kerusakan sel hati,

Page 91: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

68

karena terjadi kenaikan aktivitas GPT-serum yang berbeda bermakna dari

kelompok I.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jus buah pepaya

memiliki efek hepatoprotektif. Pemberian praperlakuan jus buah pepaya dosis

10,65; 13,28, 16,56 dan 20,65 g/kgBB (kelompok III-VI) memiliki angka proteksi

berturut-turut sebesar 37,10%, 40,32%, 53,23% dan 56,45%. Kelompok VI

(pemberian praperlakuan jus buah pepaya dosis 20,65 g/kgBB) merupakan

kelompok yang memiliki tingkat kerusakan hati paling rendah dan didukung

dengan adanya angka proteksi yang paling besar pula.

Adanya penghambatan tingkat kerusakan sel hati tikus menunjukkan

bahwa jus buah pepaya mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus jantan

terinduksi parasetamol. Hanya saja tingkat efek hepatoprotektif jus buah pepaya

dalam penelitian ini belum mampu mencapai pencegahan timbulnya kerusakan sel

hati yang parah seperti nekrosis. Kemungkinan adanya efek hepatoprotektif

tersebut dapat ditinjau dari mekanisme kerusakan hati tikus yang ditimbulkan oleh

hepatotoksin parasetamol dan aktivitas antioksidan seperti vitamin C, vitamin E,

karetenoid (β-karoten dan likopen) yang terkandung dalam buah pepaya.

Diketahui bahwa kerusakan hati selain diperantarai oleh NAPBKI,

kehepatotoksikan parasetamol juga terjadi melalui jalur tekanan oksidatif. Melalui

jalur tekanan oksidatif ini, kehepatotoksikan parasetamol diyakini diperantarai

adanya oksigen reaktif atau radikal bebas seperti anion superoksida, hidrogen

peroksida, dan radikal hidroksil. Dengan demikian, dapat diduga bahwa efek

hepatoprotektif jus buah pepaya pada tikus jantan terinduksi parasetamol terkait

Page 92: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

69

dengan kemampuan senyawa vitamin C, vitamin E, karetenoid (β-karoten dan

likopen) menetralkan oksigen reaktif atau radikal bebas seperti anion superoksida,

hidrogen peroksida, dan radikal hidroksil.

Ket. : OOL = senyawa peroksil lipid (radikal bebas)

Gambar 11. Kemungkinan mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh vitamin E (tokoferol)

O

O

C16H33

H

OOL

O

O

C16H33

-LOOH

O

O

C16H33

O

O

C16H33O

O

C16H33O

O

C16H33

Vitamin E

Page 93: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

70

Ket. : X = senyawa radikal bebas

Gambar 12. Kemungkinan mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh β - karoten

-HX

β - karoten

H

H

X

H

Resonansi menjadi produk niradikal

H

H

X

Produk niradikal

Page 94: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

71

Ket. : X = senyawa radikal bebas

Gambar 13. Kemungkinan mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh Likopen

H

H

Likopen

H

H

X

H

X

Resonansi menjadi produk niradikal

-HX

Produk niradikal

Page 95: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

72

C. Rangkuman Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praperlakuan jus buah pepaya

dosis 10,65; 13,28; 16,56; dan 20,65 g/kgBB (kelompok III-VI) mampu

memberikan efek hepatoprotektif akibat induksi hepatotoksin parasetamol

berturut-turut sebesar 9,07%; 71,54%; 78,35%; dan 75,40% yang ditinjau dari

penurunan aktivitas GPT-serum yang dibandingkan dengan kelompok kontrol

positif parasetamol. Meskipun belum sampai dapat mencegah tingkat kerusakan

hati yang mencapai nekrosis, dalam penelitian ini gambaran histopatologinya

menunjukkan bahwa keadaan sel hati tikus kelompok III-VI tampak lebih baik

dibanding kontrol positif parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB dengan angka proteksi

berturut-turut sebesar 24,86%; 45,88%; 57,66%; dan 50,58%. Hasil ini menjawab

permasalahan utama dalam penelitian ini yakni bahwa jus buah pepaya (Carica

papaya L.) mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi

parasetamol. Permasalahan kedua dijawab dengan perhitungan angka proteksi dari

masing-masing kelompok praperlakuan jus buah pepaya pada tikus jantan

terinduksi parasetamol dengan dosis 10,65; 13,28; 16,56; dan 20,65 g/kgBB

memiliki angka proteksi secara beruturut-turut sebesar 37,10%; 40,32%; 53,23%;

dan 56,45%.

Mekanisme efek hepatoprotektif jus buah pepaya pada tikus jantan

terinduksi parasetamol belum diketahui secara pasti. Namun, dapat diduga bahwa

efek hepatoprotektif jus buah pepaya pada tikus jantan terinduksi parasetamol

mungkin terkait dengan kemampuan senyawa vitamin C, vitamin E, karetenoid

Page 96: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

73

(β-karoten dan likopen) menetralkan oksigen reaktif atau radikal bebas seperti

anion superoksida, hidrogen peroksida, dan radikal hidroksil.

Page 97: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Jus buah pepaya dosis 10,65; 13,28; 16,56; dan 20,65 g/kgBB mempunyai

efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol.

2. Efek hepatoprotektif jus buah pepaya dosis 10,65; 13,28; 16,56; dan 20,65

g/kgBB pada tikus jantan terinduksi parasetamol berturut-turut sebesar 9,07%;

71,54%; 78,35%; dan 75,40%.

3. Angka proteksi jus buah pepaya dosis 10,65; 13,28; 16,56; dan 20,65 g/kgBB

pada tikus jantan terinduksi parasetamol berturut-turut sebesar 37,10%;

40,32%; 53,23%; dan 56,45%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian tentang :

1. Uji hepatoprotektif jus buah pepaya pada tikus jantan terinduksi parasetamol

dengan menambahkan penggunaan kontrol positif berupa obat anti hepatitis

yang sudah beredar dipasaran dan penggunaan kontrol jus buah papaya

sebagai kontrol negatif.

Page 98: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

75

2. Uji hepatoprotektif jus buah pepaya pada tikus jantan terinduksi parasetamol

dengan senyawa pensuspensi parasetamol selain CMC Na yang sesuai dengan

cairan fisiologis jika pemberian parasetamol secara intraperitonial seperti

phosphate-buffer saline (PBS).

3. Optimasi dosis parasetamol yang diberikan secara intraperitonial.

Page 99: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, S. A., 1996, Hepatitis Virus Kronik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

jilid I, Edisi ketiga, 262-264, Balai Pustaka FKUI, Jakarta. Adeneye, A.A., Olagunju, J.A., Banjo, A.A.F., Abdul, S.F., Sanusi, O.A., Sanni,

O.O., Osarodion, B.A., and Shonoiki, O.E., 2009, The Aqueous Seed Extract Of Carica papaya Linn. Prevents Carbon Tetrachloride Induced Hepatotoxicity In Rats, International Journal of Applied Research in Natural Products, 2 (2), 19-30, http://www.healthy-synergies.com, diakses tanggal 2 Mei 2010.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi II, 37, departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta. Asada, K., 1992, Ascorbate Peroxidase - Hydrogen Peroxidescavenging Enzyme in

Plants, Physiologia Plantarum, 85, 235-241. Ascherio, A., Stampfer, M. J., Colditz, G. A., Rimm, E. B., Litin, L., and Willet, W.

C., 1992, Correlations of vitamin A and E Intakes with The Plasma Concentrations of Caretenoids and Tocopherols Among American Men and Women, Journal of Nutrition, 122, 1792-1801.

Bellevile-Nabet, F., 1996, Zat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal Pangan

dalam Sistem Biologis, Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan : Reaksi Biomolekuler, Dampak terhadap Kesehatan dan Penangkalan, CFNS-IPB, Kedutaan Besar Perancis, Jakarta.

Chandrasoma, P., 1995, Concise Pathology, 2nd

edition, 620-629, Prentice Hall International, Inc.

Chandrasoma, P., and Taylor, C. R., 1991, Concise Pathology, 2nd

ed., 619-652, Prentice Hall, New Jersey.

Chandrika, U.G., Jansz, E.R., Wikramasinghe, S.M.D.N., and Warnasuriya, N.D., 2003, Bioconversion of Pro-Vitamin A Carotenoids and Antioxidant Activity of Carica papaya Fruits, Journal of The National Science Foundation of Sri Lanka, 31 (3 and 4), 437-444.

Corwin, L.M., dan Gordon, R.K., 1982, Vitamin E and Immune Regulation, Annuals

of The New York Academy of Science, 393, 437-450.

Page 100: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

77

Crouzet, J., and Kanasawud, P., 1992, Formation of Violatile Compounds by Thermal

Degradation of Caretenoids, Methods Enzymol, 213, 54-62. Dalimartha, S., 1999, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis, Cetakan ke-

3, 4, Penebar Swadaya, Jakarta. Donatus, I. A., 1992, Peran Fitofarmaka dalam Upaya Pengobatan Hepatitis,

Kumpulan Naskah Lengkap Simposium Nasional Hepatitis, Yogyakarta. Donatus, I. A., 1994, Antaraksi Kurkumin dengan Parasetamol : Kajian terhadap

Apek Farmakologi dan Toksikologi Perubahan Hayati Parasetamol, Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gibson, G. G., and Skett, P., 1991, Introduction to Drug Metabolism, diterjemahkan

oleh Iis Aisyah B., 200-201, UI Press, Jakarta. Grahame-Smith, and Aronson, 1992, Oxford Textbook of Clinical Pharmacology and

Drug Therapy, 2nd

ed., 42, Oxford University Press, New York.

Guyton, A. C., and Hall J. E., 1996, Textbook of Medical Phsyology, diterjemahkan oleh Irawati Setiawan, Edisi 9, 1103-1105, Cv EGC, Jakarta.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, 234-245, ITB,Bandung. Haschek, W. M., Wallig M. A., and Rousseaux C., 2010, Fundamentals of

Toxicologic Patology, 2nd

ed., 197-235, Elsevier, Canada.

Henderson, J. C., Wolf R. C., Kitteringham N., Powell H., Otto D., and Park K. B., 2000, Increased Ressistance to Acetaminophen Hepatotoxicity in Mice Lacking Glutathione S-tranferase Pi, Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 97 (23), 12741-12745.

Husadha, Y., 1996, Fisiologi dan Pemeriksaan Biokimia Hati, Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam jilid I, Edisi Ketiga, 224-227, Balai Pustaka FKUI, Jakarta Isselbacher, K. J. and Podolsky, D. K., 1995, Tes Diagnostik Pada Penyakit Hati,

Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa oleh Ahmad H. Asdie, 4, 1655-1656, EGC Press, Jakarta.

Jungueira, L. C. and Carneiro, J., 1980, Basic Histology, 3rd ed., diterjemahkan oleh

Adji Dharma, 342-344, 354, CV EGC, Jakarta.

Page 101: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

78

Kofman, A. V., Morgan, G.,Kirschenbaum, A., Osbeck, J., Hussain, M., Swenson, S.,

and Theise1, N. D., 2005, Dose- and Time-Dependent Oval Cell Reaction in Acetaminophen-Induced Murine Liver Injury, Hepatology, 41 (6), 1254.

Ladoangin, A. A., 2004, Efek Hepatoprotektif Jus Buah Apel Hijau (Pyrus malus L.)

pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Levine, M., K.R., Dhariwal, Elch, R.W., Wang, Y., and Park, J.B., 1995,

Determination of Optimal Vitamin C Requirments in Humans, The American Journal of Clinical Nutition, 62 (Suppl), 1247S-1356S.

Lieber, C.S. dan Leo, M.A., 1999, Alcohol, Vitamin A, and β Carotene: Adverse

Interactions, Including Hepatotoxicity and Carcinogenicity, The American Journal of Clinical Nutition, 69 (6), 1071-1085

Lin, H. J. and Lu H. Y., 1997, Role of Pharmacokinetics and Metabolism in Drug

Discovery and Development, 49 (4), 403-449, Departement of Drug Metabolism, Merck Research Laboratories, West Point, Pennsylvania.

Linawati, Y., Apriyanto, A., Susanti, E., Wijayanti, I., dan Donatus, A., 2006, Efek

Hepatoprotektif Rebusan Herba Putri Malu (Mimosa pigra, L.) Pada Tikus Terangsang Parasetamol,

Risalah Seminar Ilmiah Nasional Hasil Penelitian "Fitofarmaka: Imunomodulator Masa Kini", 207-217, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Lingappa, V. R., 1995, Liver Desease, in McPhee, S. J., Lingappa V. R., Ganong W. F., and Lange J. D., (Eds), Pathophysiology of Dissease; An Introduction to Clinical Medicine, Ist

ed., 245-2877, Appleton and Lange Connecticut.

Lu, F. C., 1995, Basic Toxicology : Fundamentals, Target Organs, and Assesment, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi 2, 206-220, Penerbit Universitas Indonesia.

Lu, Y., Etoh, H., Watanabe, N., Ina, K., Ukai, N., Oshima, S., Ojima, F., Sakamoto,

H., and Ishiguro, Y., 1995, A New Caretenoid, Hydrogen Peroxide Oxidation Products from Lycopene, Bioscience, Biotechnology and Biochemistry, 59, 2153-2155.

Page 102: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

79

Mirochnitchenko, O., Weisbrot-Lefkowitz, M., Reuhl, K., Chen, L., Yang, C., and Inouye, M., 1999, Acetaminophen Toxicity; Opposite Effects of Two Form on Glutathion Peroxidase, The Journal of Biological Chemistry, 274 (15), 10349-10355.

Muhlisah,F., 2001, Tanaman Obat Keluarga, 1 – 3, Penerbit Swadaya, Jakarta. Pekiner, B.G., 2003, Vitamin E As An Antioxidant, Journal of Faculty of Pharmacy

of Ankara University, 32 (4), 243-267, 2003. Price, S. A. and Wilson L. M., 1994, Phatophysiology, diterjemahkan oleh Adji

Dharma, Ed. 4, 426-457, EGC, Jakarta. Plaa, G. L., amd Charbonneau, M., 2001, Detection and Evaluation of Chemically

Induced Liver Injury, in Hayes, A. W., (Ed.), Principles and Methods of Toxicology, 2nd

ed., 1145-1187, Taylor & Francis, Philadelphia.

Rambung, C. C., 2002, Efek Hepatoprotektif Air Rebusan Serbuk Simplisia Kulit Batang Faloak (Sterculia urceolata Smith.) pada Mencit Jantan (Mus muscullus) Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Ronse, D. L. P., and Smets, E. F., 1999, The Floral Development an Anatomy of

Carica papaya (Caricaceae), Canadian Journal of Botany, 77, 582 – 598, Sumarto, W., 1996, Perlemakan Hati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi

Ketiga, 333-335, Balai Pustaka FKUI, Jakarta. Surahman, D.N., dan Darmajana, D.A., 2004, Kajian Analisa Kandungan Vitamin

dan Mineral pada Buah-buahan Tropis dan Sayur-Sayuran Di Toyama Perfecture Jepang, Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Semarang

Suwandi, Usman, 1991, Manfaat Beta Karoten Bagi Kesehatan; Cermin Dunia

Kedokteran,No.73,http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/cdk133_obstetri_dan_ginekologi.pdf

, diakses tanggal 20 Mei 2009.

Tarigan, P., 1996, Sirosis Hati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi Ketiga, 271-272, Balai Pustaka FKUI, Jakarta.

Tjandrawinata, R.R., 2003, Peran Jaringan Antioksidan dan Lycopene dalam

Kesehatan Kardiovaskuler, http://www.anugrah-argon.com/default.asp [15/6/04]

Page 103: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

80

Treinen, M. and Moslen, 2001, Toxic Responses of Liver, in Klaassen, C. D., (Ed),

Casaret and Doull’s Toxicology : The Basic Science of Poison, 6th

ed., 471-487, McGraw-Hill Companies, New York.

Vogel, G. H., 2007, Carbontetrachloride Induced Liver Fibrosis in Rats, in Springer, Vogel, W. H., Scholkens, B. A., Sandow, J., Muller, G., Vogel, W. F., (Ed), Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assays, 2nd

ed., 1315-1316, Springer, German.

Ward, F. M., and Daly M. J., 2000, Hepatic Dissease, in Halber, R. and Edwards C., (Ed), Clinical Pharmacy and Therapeutics, 2nd

ed., 197, Churchill livingstone, Edinburgh.

Warisno, 2003, Budi Daya Pepaya, 7, Kanisius, Jakarta. Waters, E., Wang H. J., Redmond P. H., Wu D. Q., Kay E., and Bouchier-Hayes D.,

2001, Role of Taurine in Preventing acetaminophen-Induced Hepatic Injury in The Rat, American Journal of Physiology: Gastrointest Liver Physiology, 280 (6), G 1274- G1279.

Wenas, N. T., 1996, Kelainan Hati Akibat Obat, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

jilid I, Edisi Ketiga, 363-365, Balai Pustaka FKUI, Jakarta. Wijayakusuma, H., S. Dalimartha, A.S. Wirian, T. Yaputra, dan B. Wibowo, 1994,

Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, jilid 2, Pustaka Kartini, Jakarta, 138-166.

Wijoyo, Y., 2001, Antaraksi Sari Wortel (Daucus carota L.) Parasetamol : Kajian

terhadap kehepatotoksikan dan kinerja Toksikokinetika Parasetamol pada Tikus, Tesis, Universitas Gadjah mada, Yogyakarta.

Williamson, E. M., Okpako, D. T., and Evans, F. J., 1996, Pharmacological Methods

in Phytotherapy Research Selection Preparation and Pharmacological Evaluation in Plant Material, I, 47-66, John Wiley & Sons Ltd., London.

Wilmana, P. F., 1995, Analgesik-Antipiretik Analgesik Antiinflamasi Nonsteroid dan

Obat Pirai, Anonim (Ed), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 213-215, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Unoversitas Indonesia, Jakarta.

Winarsi, H. M. S., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, 137-169, Kanisius,

Yogyakarta.

Page 104: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

81

Zakaria, F.R., 1996, Peranan Zat-Zat Gizi dalam Sistem Kekebalan Tubuh, Buletin Teknologi dan Industri Pangan, 7 (3), 75-81, Jakarta.

Zimmerman, H. J., 1978, Hepatotoxicity, 49, 93-99, 167-171, 178-79, 236-237, 259,

Appleton Century Crofts, New York.

Page 105: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

82

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Buah Pepaya (Carica papaya L.)

Lampiran 2. Foto Jus Pepaya (Carica papaya L.)

Page 106: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

83

Lampiran 3. Foto Penyuntikan Tikus

Lampiran 4. Foto Pengambilan Organ Hati

Page 107: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

84

Lampiran 5. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Pepaya

Yogyakarta, 18 Agustus 2010

Page 108: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

85

Lampiran 6. Hasil pemeriksaan histopatologis

Pemeriksaan dilakukan oleh : Nama : dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A NIP : 140 356 819 Unit : SMF. Patologi Anatomi

Gedung Radioputro Lt. 4 Faklutas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Tabel Skorring Keruskan Hati

1. Orientasi Dosis

Kontrol Negatif (tanpa pemberian parasetamol)

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

1 180,2 - - - 2 185,5 - - - 3 181,2 - - -

Pemberian Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

1 181,4 + - - 2 182,5 + - - 3 191,2 - - -

Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

1 187,3 + + - 2 186,6 + - - 3 181,7 + - -

Keterangan skoring : - = 0 (tidak ada) ++ = 2 (sedang) + = 1 (ringan) +++ = 3 (parah)

Page 109: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

86

Pemeriksaan dilakukan oleh : Nama : dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A NIP : 140 356 819 Unit : SMF. Patologi Anatomi

Gedung Radioputro Lt. 4 Faklutas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakart Pemberian Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

1 183,8 + - - 2 182,4 + - - 3 192,2 + + -

Pemberian Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

1 180,6 + + - 2 188,2 ++ + - 3 199,0 ++ ++ -

Keterangan skoring : - = 0 (tidak ada) ++ = 2 (sedang) + = 1 (ringan) +++ = 3 (parah)

Page 110: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

87

Pemeriksaan dilakukan oleh : Nama : dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A NIP : 140 356 819 Unit : SMF. Patologi Anatomi

Gedung Radioputro Lt. 4 Faklutas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pemberian Dosis Parasetamol 1,000 g/kgBB

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

1 219,8 ++ ++ - 2 213,5 ++ ++ - 3 209,8 ++ ++ -

*Keterangan skoring : - = 0 (tidak ada) ++ = 2 (sedang) + = 1 (ringan) +++ = 3 (parah)

dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A

(NIP. 140 356 819)

Page 111: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

88

Pemeriksaan dilakukan oleh : Nama : dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A NIP : 140 356 819 Unit : SMF. Patologi Anatomi

Gedung Radioputro Lt. 4 Faklutas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

2. Orientasi Waktu Pengambilan SGPT (setelah pemnberian parasetamol dosis 0,950 g/kgBB) 6 jam dan 12 setelah pemberian parasetamol

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

1 190,5 + + - 2 205,6 ++ + - 3 213,1 + - - 4 208,5 + - - 5 203,9 ++ ++ -

15 jam dan 18 jam setelah pemberian parasetamol

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

1 181,5 ++ ++ - 2 190,6 + + - 3 188,3 + ++ - 4 + + - 5 209,8 ++ + -

*Keterangan skoring : - = 0 (tidak ada) ++ = 2 (sedang) + = 1 (ringan) +++ = 3 (parah)

dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A

(NIP. 140 356 819)

Page 112: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

89

Pemeriksaan dilakukan oleh : Nama : dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A NIP : 140 356 819 Unit : SMF. Patologi Anatomi

Gedung Radioputro Lt. 4 Faklutas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Tabel Skorring Keruskan Hati

1. Kontrol Positif Pemberian Parasetamol Dosis 0,950 g/kgBB (hewan uji dibedah setelah 18 jam pemberian parasetamol)

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis Limfosit Pigmen

1 195,7 ++ ++ - - - 2 196,2 ++ +++ - - - 3 193,1 ++ +++ - - - 4 195,7 ++ +++ - - - 5 205,4 ++ +++ - - -

2. Kontrol Negatif Pemberian CMC Na 0,7% (hewan uji dibedah setelah 18 jam pemberian CMC Na 0,7%)

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis Limfosit Pigmen

1 199,9 - - - - - 2 203,7 + - - - - 3 204,0 - - - - - 4 197,8 - - - - - 5 185,6 + - - - -

*Keterangan skoring : - = 0 (tidak ada) ++ = 2 (sedang) + = 1 (ringan) +++ = 3 (parah)

dr. Hadi Irawiraman

M. Kes., Sp. P.A (NIP. 140 356 819)

Page 113: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

90

Pemeriksaan dilakukan oleh : Nama : dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A NIP : 140 356 819 Unit : SMF. Patologi Anatomi

Gedung Radioputro Lt. 4 Faklutas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

3. Perlakuan Jus Buah Pepaya Dosis 20,65 g/kgBB (hewan uji dibedah

setelah 18 jam pemberian parasetamol)

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis Limfosit Pigmen

1 204,7 + + - ++ - 2 186,9 - + - + - 3 199,2 - + - + - 4 193,7 - + - ++ - 5 206,3 + + - ++ -

4. Perlakuan Jus Buah Pepaya Dosis 16,56 g/kgBB (hewan uji dibedah setelah 18 jam pemberian parasetamol)

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis Limfosit Pigmen

1 209,9 - + - - - 2 180,0 + ++ - - + 3 206,7 - + - - - 4 204,0 - + - - - 5 207,8 - + - - -

*Keterangan skoring : - = 0 (tidak ada) ++ = 2 (sedang) + = 1 (ringan) +++ = 3 (parah)

dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A

(NIP. 140 356 819)

Page 114: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

91

Pemeriksaan dilakukan oleh : Nama : dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A NIP : 140 356 819 Unit : SMF. Patologi Anatomi

Gedung Radioputro Lt. 4 Faklutas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

5. Perlakuan Jus Buah Pepaya Dosis 13,28 g/kgBB (hewan uji dibedah

setelah 18 jam pemberian parasetamol)

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis Limfosit Pigmen

1 182,5 + + - ++ + 2 186,8 + + - ++ - 3 184,7 ++ ++ - ++ + 4 205,4 + + - ++ - 5 195,4 + ++ - ++ -

6. Perlakuan Jus Buah Pepaya Dosis 10,65 g/kgBB (hewan uji dibedah setelah 18 jam pemberian parasetamol)

Tikus Berat Badan (Gram)

Derajat Kerusakan Hati Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis Limfosit Pigmen

1 200,5 + + - ++ - 2 195,5 + +++ - ++ ++ 3 195,9 + ++ - ++ ++ 4 195,3 + ++ - ++ - 5 210,5 + ++ - ++ +

*Keterangan skoring : - = 0 (tidak ada) ++ = 2 (sedang) + = 1 (ringan) +++ = 3 (parah)

dr. Hadi Irawiraman M. Kes., Sp. P.A (NIP. 140 356

819

Page 115: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

92

Lampiran 7. Data aktivitas gpt-serum dan hasil analisis statistik uji pendahuluan penentuan dosis hepatotoksik parasetamol

Tabel XII. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post) pemberian parasetamol dosis 0,7500 g/kgBB

Kelompok Dosis

Parasetamol 0,7500 g/kgBB

GPT-Serum Pre (U/L)

GPT-Serum Post (U/L)

1 54.00 214.00 2 53.00 84.00 3 59.00 321.00

Case Processing Summary

Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Post_test Dosis 750 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% Descriptives

Dosis_Parasetamol Statistic Std. Error

Post_test Dosis 750 mg/kgBB Mean 206.3333 68.52331

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

-88.4987

Upper Bound

501.1654

5% Trimmed Mean . Median 214.0000 Variance 14086.333 Std. Deviation 118.68586 Minimum 84.00 Maximum 321.00 Range 237.00 Interquartile Range . Skewness -.289 1.225

Kurtosis . . Tests of Normality

Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post_test Dosis 750 mg/kgBB .192 3 . .997 3 .893 a. Lilliefors Significance Correction

Page 116: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

93

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 55.3333 3 3.21455 1.85592

Post_test 206.3333 3 118.68586 68.52331

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 3 .912 .270

Paired Samples Test

Paired Differences

Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_test - Post_test

-151.00000 115.76269

66.83562 -438.57046 136.57046 .152

Tabel XIII. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post)

pemberian parasetamol dosis 0,8255 g/kgBB

Kelompok Dosis Parasetamol 0,8255

g/kgBB

GPT-Serum Pre (U/L)

GPT-Serum Post (U/L)

1 50.00 328.00 2 56.00 192.00 3 65.00 197.00

Case Processing Summary

Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Post_test Dosis 825,5 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Descriptives

Dosis_Parasetamol Statistic Std. Error

Post_test Dosis 825,5 mg/kgBB Mean 239.0000 44.52340

95% Confidence Interval for Lower Bound 47.4313

Page 117: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

94

Mean Upper Bound 430.5687 5% Trimmed Mean . Median 197.0000 Variance 5947.000 Std. Deviation 77.11679 Minimum 192.00 Maximum 328.00 Range 136.00 Interquartile Range . Skewness 1.724 1.225

Kurtosis . . Tests of Normality

Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post_test Dosis 825,5 mg/kgBB .374 3 . .778 3 .062 a. Lilliefors Significance Correction T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 57.0000 3 7.54983 4.35890

Post_test 239.0000 3 77.11679 44.52340

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 3 -.783 .427

Paired Samples Test

Paired Differences

Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_test - Post_test

-182.00000 83.16249 48.01389 -388.58708 24.58708 .063

Page 118: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

95

Tabel XIV. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post)

pemberian parasetamol dosis 0,9086 g/kgBB

Kelompok Dosis Parasetamol 0,8255

g/kgBB

GPT-Serum Pre (U/L)

GPT-Serum Post (U/L)

1 92.00 224.00 2 63.00 291.00 3 42.00 241.00

Case Processing Summary

Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Post_test Dosis 908,6 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Descriptives

Dosis_Parasetamol Statistic Std. Error

Post_test Dosis 908,6 mg/kgBB Mean 252.0000 20.10804

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 165.4821 Upper Bound 338.5179

5% Trimmed Mean . Median 241.0000 Variance 1213.000 Std. Deviation 34.82815 Minimum 224.00 Maximum 291.00 Range 67.00 Interquartile Range . Skewness 1.279 1.225

Kurtosis . . Tests of Normality

Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post_test Dosis 908,6 mg/kgBB .291 3 . .925 3 .471 a. Lilliefors Significance Correction

Page 119: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

96

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 65.6667 3 25.10644 14.49521

Post_test 252.0000 3 34.82815 20.10804

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 3 -.332 .784

Paired Samples Test

Paired Differences

Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_test - Post_test

-186.33333 49.23752 28.42730 -308.64611 -64.02055 .022

Tabel XV. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post) pemberian parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB

Kelompok Dosis

Parasetamol 0,9500 g/kgBB

GPT-Serum Pre (U/L)

GPT-Serum Post (U/L)

1 47.00 894.00 2 55.00 - 3 54.00 912.00

Case Processing Summary

Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Post_test Dosis 950 mg/kgBB 2 66.7% 1 33.3% 3 100.0%

Descriptives

Dosis_Parasetamol Statistic Std. Error

Post_test Dosis 950 mg/kgBB Mean 903.0000 9.00000

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 788.6442 Upper Bound 1017.3558

Page 120: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

97

5% Trimmed Mean . Median 903.0000 Variance 162.000 Std. Deviation 12.72792 Minimum 894.00 Maximum 912.00 Range 18.00 Interquartile Range . Skewness . .

Kurtosis . . Tests of Normality

Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Post_test Dosis 950 mg/kgBB .260 2 . a. Lilliefors Significance Correction T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 50.5000 2 4.94975 3.50000

Post_test 903.0000 2 12.72792 9.00000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 2 1.000 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_test - Post_test

-852.50000 7.77817 5.50000 -922.38413 -782.61587 .004

Page 121: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

98

Tabel XVI. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post) pemberian parasetamol dosis 1,0000 g/kgBB

Kelompok Dosis

Parasetamol 1,0000 g/kgBB

GPT-Serum Pre (U/L)

GPT-Serum Post (U/L)

1 60.00 - 2 63.00 7.00 3 59.00 958.00

Case Processing Summary

Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Post_test Dosis 1000 mg/kgBB 2 66.7% 1 33.3% 3 100.0% Pre_test Dosis 1000 mg/kgBB 2 66.7% 1 33.3% 3 100.0%

Descriptives

Dosis_Parasetamol Statistic Std. Error

Post_test Dosis 1000 mg/kgBB Mean 482.5000 475.50000

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -5559.3004 Upper Bound 6524.3004

5% Trimmed Mean . Median 482.5000 Variance 452200.500 Std. Deviation 672.45855 Minimum 7.00 Maximum 958.00 Range 951.00 Interquartile Range . Skewness . .

Kurtosis . . Pre_test Dosis 1000 mg/kgBB Mean 61.0000 2.00000

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 35.5876 Upper Bound 86.4124

5% Trimmed Mean . Median 61.0000 Variance 8.000 Std. Deviation 2.82843

Page 122: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

99

Minimum 59.00 Maximum 63.00 Range 4.00 Interquartile Range . Skewness . . Kurtosis . .

Tests of Normality

Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Post_test Dosis 1000 mg/kgBB .260 2 . Pre_test Dosis 1000 mg/kgBB .260 2 . a. Lilliefors Significance Correction T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 61.0000 2 2.82843 2.00000

Post_test 482.5000 2 672.45855 475.50000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 2 -1.000 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Page 123: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

100

Case Processing Summary

Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre_test Dosis 750 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis 825,5 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis 908,6 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis 950 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis 1000 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Descriptives

Dosis_Parasetamo Statistic Std. Error

Pre_test Dosis 750 mg/kgBB Mean 55.3333 1.85592

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 47.3479 Upper Bound 63.3187

5% Trimmed Mean . Median 54.0000 Variance 10.333 Std. Deviation 3.21455 Minimum 53.00 Maximum 59.00 Range 6.00 Interquartile Range . Skewness 1.545 1.225

Kurtosis . .

Dosis 825,5 mg/kgBB Mean 57.0000 4.35890

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 38.2452 Upper Bound 75.7548

5% Trimmed Mean . Median 56.0000 Variance 57.000 Std. Deviation 7.54983 Minimum 50.00 Maximum 65.00

Pair 1 Pre_test - Post_test

-421.50000 675.28698 477.50000 -6488.71276 5645.71276

.540

Page 124: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

101

Range 15.00 Interquartile Range . Skewness .586 1.225

Kurtosis . .

Dosis 908,6 mg/kgBB Mean 65.6667 14.49521

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 3.2988 Upper Bound 128.0345

5% Trimmed Mean . Median 63.0000 Variance 630.333 Std. Deviation 25.10644 Minimum 42.00 Maximum 92.00 Range 50.00 Interquartile Range . Skewness .473 1.225

Kurtosis . .

Dosis 950 mg/kgBB Mean 52.0000 2.51661

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 41.1719 Upper Bound 62.8281

5% Trimmed Mean . Median 54.0000 Variance 19.000 Std. Deviation 4.35890 Minimum 47.00 Maximum 55.00 Range 8.00 Interquartile Range . Skewness -1.630 1.225

Kurtosis . .

Dosis 1000 mg/kgBB Mean 60.6667 1.20185

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 55.4955 Upper Bound 65.8378

5% Trimmed Mean . Median 60.0000

Page 125: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

102

Variance 4.333 Std. Deviation 2.08167 Minimum 59.00 Maximum 63.00 Range 4.00 Interquartile Range . Skewness 1.293 1.225

Kurtosis . .

Tests of Normality

Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre_test Dosis 750 mg/kgBB .328 3 . .871 3 .298

Dosis 825,5 mg/kgBB .219 3 . .987 3 .780

Dosis 908,6 mg/kgBB .209 3 . .992 3 .824

Dosis 950 mg/kgBB .343 3 . .842 3 .220

Dosis 1000 mg/kgBB .292 3 . .923 3 .463 a. Lilliefors Significance Correction

Oneway

Descriptives Pre_test

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound Upper Bound

Dosis 750 mg/kgBB 3 55.3333 3.21455 1.85592 47.3479 63.3187 53.00 59.00 Dosis 825,5 mg/kgBB 3 57.0000 7.54983 4.35890 38.2452 75.7548 50.00 65.00 Dosis 908,6 mg/kgBB 3 65.6667 25.10644 14.49521 3.2988 128.0345 42.00 92.00 Dosis 950 mg/kgBB 3 52.0000 4.35890 2.51661 41.1719 62.8281 47.00 55.00 Dosis 1000 mg/kgBB 3 60.6667 2.08167 1.20185 55.4955 65.8378 59.00 63.00 Total 15 58.1333 11.24955 2.90462 51.9035 64.3631 42.00 92.00

ANOVA Pre_test

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 329.733 4 82.433 .572 .689 Within Groups 1442.000 10 144.200 Total 1771.733 14

Page 126: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

103

Post Hoc Tests Multiple Comparisons

Pre_test Scheffe

(I) Dosis_Parasetamol (J) Dosis_Parasetamol

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Dosis 750 mg/kgBB Dosis 825,5 mg/kgBB -1.66667 9.80476 1.000 -38.2375 34.9042

Dosis 908,6 mg/kgBB -10.33333 9.80476 .886 -46.9042 26.2375

Dosis 950 mg/kgBB 3.33333 9.80476 .998 -33.2375 39.9042

Dosis 1000 mg/kgBB -5.33333 9.80476 .989 -41.9042 31.2375 Dosis 825,5 mg/kgBB Dosis 750 mg/kgBB 1.66667 9.80476 1.000 -34.9042 38.2375

Dosis 908,6 mg/kgBB -8.66667 9.80476 .935 -45.2375 27.9042 Dosis 950 mg/kgBB 5.00000 9.80476 .991 -31.5708 41.5708 Dosis 1000 mg/kgBB -3.66667 9.80476 .997 -40.2375 32.9042

Dosis 908,6 mg/kgBB Dosis 750 mg/kgBB 10.33333 9.80476 .886 -26.2375 46.9042 Dosis 825,5 mg/kgBB 8.66667 9.80476 .935 -27.9042 45.2375 Dosis 950 mg/kgBB 13.66667 9.80476 .746 -22.9042 50.2375 Dosis 1000 mg/kgBB 5.00000 9.80476 .991 -31.5708 41.5708

Dosis 950 mg/kgBB Dosis 750 mg/kgBB -3.33333 9.80476 .998 -39.9042 33.2375 Dosis 825,5 mg/kgBB -5.00000 9.80476 .991 -41.5708 31.5708 Dosis 908,6 mg/kgBB -13.66667 9.80476 .746 -50.2375 22.9042 Dosis 1000 mg/kgBB -8.66667 9.80476 .935 -45.2375 27.9042

Dosis 1000 mg/kgBB Dosis 750 mg/kgBB 5.33333 9.80476 .989 -31.2375 41.9042 Dosis 825,5 mg/kgBB 3.66667 9.80476 .997 -32.9042 40.2375 Dosis 908,6 mg/kgBB -5.00000 9.80476 .991 -41.5708 31.5708 Dosis 950 mg/kgBB 8.66667 9.80476 .935 -27.9042 45.2375

Homogeneous Subsets

Pre_test Scheffea

Dosis_Parasetamol N

Subset for alpha = 0.05

1

Dosis 950 mg/kgBB 3 52.0000 Dosis 750 mg/kgBB 3 55.3333 Dosis 825,5 mg/kgBB 3 57.0000 Dosis 1000 mg/kgBB 3 60.6667 Dosis 908,6 mg/kgBB 3 65.6667 Sig. .746

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Page 127: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

104

Case Processing Summary

Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Post_test Dosis 750 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis 825,5 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis 908,6 mg/kgBB 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis 950 mg/kgBB 2 66.7% 1 33.3% 3 100.0%

Dosis 1000 mg/kgBB 2 66.7% 1 33.3% 3 100.0%

Descriptives

Dosis_Parasetamol Statistic Std. Error

Post_test Dosis 750 mg/kgBB Mean 206.3333 68.52331

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -88.4987 Upper Bound 501.1654

5% Trimmed Mean . Median 214.0000 Variance 14086.333 Std. Deviation 118.68586 Minimum 84.00 Maximum 321.00 Range 237.00 Interquartile Range . Skewness -.289 1.225

Kurtosis . .

Dosis 825,5 mg/kgBB Mean 239.0000 44.52340

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 47.4313 Upper Bound 430.5687

5% Trimmed Mean . Median 197.0000 Variance 5947.000 Std. Deviation 77.11679 Minimum 192.00 Maximum 328.00

Page 128: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

105

Range 136.00 Interquartile Range . Skewness 1.724 1.225

Kurtosis . .

Dosis 908,6 mg/kgBB Mean 218.6667 14.67803

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 155.5122 Upper Bound 281.8211

5% Trimmed Mean . Median 224.0000 Variance 646.333 Std. Deviation 25.42309 Minimum 191.00 Maximum 241.00 Range 50.00 Interquartile Range . Skewness -.902 1.225

Kurtosis . .

Dosis 950 mg/kgBB Mean 903.0000 9.00000

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 788.6442 Upper Bound 1017.3558

5% Trimmed Mean . Median 903.0000 Variance 162.000 Std. Deviation 12.72792 Minimum 894.00 Maximum 912.00 Range 18.00 Interquartile Range . Skewness . .

Kurtosis . .

Dosis 1000 mg/kgBB Mean 482.5000 475.50000

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -5559.3004 Upper Bound 6524.3004

5% Trimmed Mean . Median 482.5000

Page 129: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

106

Variance 452200.500 Std. Deviation 672.45855 Minimum 7.00 Maximum 958.00 Range 951.00 Interquartile Range . Skewness . .

Kurtosis . .

Tests of Normality

Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post_test Dosis 750 mg/kgBB .192 3 . .997 3 .893

Dosis 825,5 mg/kgBB .374 3 . .778 3 .062

Dosis 908,6 mg/kgBB .250 3 . .967 3 .651

Dosis 950 mg/kgBB .260 2 . Dosis 1000 mg/kgBB .260 2 .

a. Lilliefors Significance Correction Oneway

Descriptives Post_test

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound Upper Bound

Dosis 750 mg/kgBB 3 206.3333 118.68586 68.52331 -88.4987 501.1654 84.00 321.00 Dosis 825,5 mg/kgBB 3 239.0000 77.11679 44.52340 47.4313 430.5687 192.00 328.00 Dosis 908,6 mg/kgBB 3 218.6667 25.42309 14.67803 155.5122 281.8211 191.00 241.00 Dosis 950 mg/kgBB 2 903.0000 12.72792 9.00000 788.6442 1017.3558 894.00 912.00 Dosis 1000 mg/kgBB 2 482.5000 672.45855 475.50000 -5559.3004 6524.3004 7.00 958.00 Total 13 366.3846 327.56565 90.85037 168.4387 564.3306 7.00 958.00

ANOVA

Post_test

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 793869.244 4 198467.311 3.216 .075 Within Groups 493721.833 8 61715.229 Total 1287591.077 12 Post Hoc Tests

Page 130: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

107

Multiple Comparisons Post_test Scheffe

(I) Dosis_Parasetamol (J) Dosis_Parasetamol

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Dosis 750 mg/kgBB Dosis 825,5 mg/kgBB -32.66667 202.83857 1.000 -827.4060 762.0727

Dosis 908,6 mg/kgBB -12.33333 202.83857 1.000 -807.0727 782.4060

Dosis 950 mg/kgBB -696.66667 226.78042 .140 -1585.2123 191.8790

Dosis 1000 mg/kgBB -276.16667 226.78042 .823 -1164.7123 612.3790 Dosis 825,5 mg/kgBB Dosis 750 mg/kgBB 32.66667 202.83857 1.000 -762.0727 827.4060

Dosis 908,6 mg/kgBB 20.33333 202.83857 1.000 -774.4060 815.0727 Dosis 950 mg/kgBB -664.00000 226.78042 .167 -1552.5456 224.5456 Dosis 1000 mg/kgBB -243.50000 226.78042 .878 -1132.0456 645.0456

Dosis 908,6 mg/kgBB Dosis 750 mg/kgBB 12.33333 202.83857 1.000 -782.4060 807.0727 Dosis 825,5 mg/kgBB -20.33333 202.83857 1.000 -815.0727 774.4060 Dosis 950 mg/kgBB -684.33333 226.78042 .150 -1572.8790 204.2123 Dosis 1000 mg/kgBB -263.83333 226.78042 .845 -1152.3790 624.7123

Dosis 950 mg/kgBB Dosis 750 mg/kgBB 696.66667 226.78042 .140 -191.8790 1585.2123 Dosis 825,5 mg/kgBB 664.00000 226.78042 .167 -224.5456 1552.5456 Dosis 908,6 mg/kgBB 684.33333 226.78042 .150 -204.2123 1572.8790 Dosis 1000 mg/kgBB 420.50000 248.42550 .604 -552.8530 1393.8530

Dosis 1000 mg/kgBB Dosis 750 mg/kgBB 276.16667 226.78042 .823 -612.3790 1164.7123 Dosis 825,5 mg/kgBB 243.50000 226.78042 .878 -645.0456 1132.0456 Dosis 908,6 mg/kgBB 263.83333 226.78042 .845 -624.7123 1152.3790 Dosis 950 mg/kgBB -420.50000 248.42550 .604 -1393.8530 552.8530

Homogeneous Subsets

Post_test Scheffea,,b

Dosis_Parasetamol N

Subset for alpha = 0.05

1

Dosis 750 mg/kgBB 3 206.3333 Dosis 908,6 mg/kgBB 3 218.6667 Dosis 825,5 mg/kgBB 3 239.0000 Dosis 1000 mg/kgBB 2 482.5000 Dosis 950 mg/kgBB 2 903.0000 Sig. .130

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.500. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

Page 131: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

108

Lampiran 8. Data aktivitas gpt-serum dan hasil analisis statistik uji

pendahuluan penentuan waktu pengambilan cuplikan darah setelah pemberian parasetamol dosis toksik (0,9500 g/kgbb)

Tabel XVII. Data aktivitas GPT-serum pada sebelum (pre) dan sesudah (post) pemberian parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB

Explore Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

Tikus Jantan

6 Jam Setelah Pemberian

(U/L)

12 Jam Setelah Pemberian

(U/L)

15 Jam Setelah Pemberian

(U/L)

18 Jam Setelah Pemberian

(U/L) Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post

1 52.00 111.00 52.00 262.00 55.00 391.00 58.00 737.00 2 60.00 142.00 60.00 320.00 46.00 389.00 59.00 691.00 3 59.00 195.00 59.00 312.00 54.00 411.00 63.00 589.00 4 49.00 158.00 49.00 428.00 55.00 436.00 62.00 653.00 5 55.00 138.00 55.00 282.00 51.00 394.00 49.00 664.00

Case Processing Summary

Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre_test Pengambilan 6 jam setelah pemberian

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Descriptives

Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB Statistic Std. Error

Pre_test Pengambilan 6 jam setelah pemberian

Mean 55.0000 2.07364

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 49.2426 Upper Bound 60.7574

Page 132: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

109

5% Trimmed Mean 55.0556 Median 55.0000 Variance 21.500 Std. Deviation 4.63681 Minimum 49.00 Maximum 60.00 Range 11.00 Interquartile Range 9.00 Skewness -.226 .913

Kurtosis -1.894 2.000

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

Mean 55.0000 2.07364

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 49.2426 Upper Bound 60.7574

5% Trimmed Mean 55.0556 Median 55.0000 Variance 21.500 Std. Deviation 4.63681 Minimum 49.00 Maximum 60.00 Range 11.00 Interquartile Range 9.00 Skewness -.226 .913

Kurtosis -1.894 2.000

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

Mean 52.2000 1.71464

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 47.4394 Upper Bound 56.9606

5% Trimmed Mean 52.3889 Median 54.0000 Variance 14.700 Std. Deviation 3.83406 Minimum 46.00 Maximum 55.00 Range 9.00 Interquartile Range 6.50 Skewness -1.407 .913

Page 133: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

110

Tests of Normality

Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre_test Pengambilan 6 jam setelah pemberian

.206 5 .200* .942 5 .680

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

.206 5 .200* .942 5 .680

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

.281 5 .200* .821 5 .118

Kurtosis 1.331 2.000

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

Mean 58.2000 2.47790

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 51.3202 Upper Bound 65.0798

5% Trimmed Mean 58.4444 Median 59.0000 Variance 30.700 Std. Deviation 5.54076 Minimum 49.00 Maximum 63.00 Range 14.00 Interquartile Range 9.00 Skewness -1.501 .913

Kurtosis 2.482 2.000

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

Mean 52.0000 2.51661

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 41.1719 Upper Bound 62.8281

5% Trimmed Mean . Median 54.0000 Variance 19.000 Std. Deviation 4.35890 Minimum 47.00 Maximum 55.00 Range 8.00 Interquartile Range . Skewness -1.630 1.225

Kurtosis . .

Page 134: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

111

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

.286 5 .200* .859 5 .225

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

.343 3 . .842 3 .220

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Case Processing Summary

Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Post_test Pengambilan 6 jam setelah pemberian

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

2 66.7% 1 33.3% 3 100.0%

Descriptives

Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB Statistic Std. Error

Post_test Pengambilan 6 jam setelah pemberian

Mean 148.8000 13.80362

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 110.4750 Upper Bound 187.1250

5% Trimmed Mean 148.3333 Median 142.0000 Variance 952.700 Std. Deviation 30.86584 Minimum 111.00 Maximum 195.00 Range 84.00 Interquartile Range 52.00 Skewness .621 .913

Kurtosis 1.118 2.000

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

Mean 320.8000 28.75135

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 240.9735 Upper Bound 400.6265

Page 135: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

112

5% Trimmed Mean 318.1111 Median 312.0000 Variance 4133.200 Std. Deviation 64.28997 Minimum 262.00 Maximum 428.00 Range 166.00 Interquartile Range 102.00 Skewness 1.520 .913

Kurtosis 2.704 2.000

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

Mean 404.2000 8.85099

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 379.6257 Upper Bound 428.7743

5% Trimmed Mean 403.2778 Median 394.0000 Variance 391.700 Std. Deviation 19.79141 Minimum 389.00 Maximum 436.00 Range 47.00 Interquartile Range 33.50 Skewness 1.376 .913

Kurtosis 1.119 2.000

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

Mean 666.8000 24.25366

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 599.4610 Upper Bound 734.1390

5% Trimmed Mean 667.2222 Median 664.0000 Variance 2941.200 Std. Deviation 54.23283 Minimum 589.00 Maximum 737.00 Range 148.00 Interquartile Range 93.00 Skewness -.296 .913

Page 136: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

113

Kurtosis .858 2.000

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

Mean 903.0000 9.00000

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 788.6442 Upper Bound 1017.3558

5% Trimmed Mean . Median 903.0000 Variance 162.000 Std. Deviation 12.72792 Minimum 894.00 Maximum 912.00 Range 18.00 Interquartile Range . Skewness . .

Kurtosis . .

Tests of Normality

Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post_test Pengambilan 6 jam setelah pemberian

.187 5 .200* .965 5 .846

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

.305 5 .145 .864 5 .242

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

.297 5 .172 .830 5 .140

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

.200 5 .200* .983 5 .950

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

.260 2 . a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. T-Test 6 Jam Setelah Pemberian Parasetamol Dosis 0,9500 g/kgBB

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 55.0000 5 4.63681 2.07364

Post_test 148.8000 5 30.86584 13.80362

Page 137: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

114

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 5 .365 .546

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_test - Post_test

-93.80000 29.49068 13.18863 -130.41751 -57.18249 -7.112 4 .002

T-Test 12 Jam Setelah Pemberian Parasetamol Dosis 0,9500 g/kgBB

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 55.0000 5 4.63681 2.07364

Post_test 320.8000 5 64.28997 28.75135 Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 5 -.424 .476

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_test - Post_test

-265.80000 66.39051 29.69074 -348.23471 -183.36529 -8.952 4 .001

T-Test 15 Jam Setelah Pemberian Parasetamol Dosis 0,9500 g/kgBB

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 54.6818 22 4.91244 1.04734

Post_test 432.2273 22 241.01727 51.38506

Page 138: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

115

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 22 -.022 .922

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_test - Post_test

-377.54545 241.17584 51.41886 -484.47683 -270.61408 -7.343 21 .000

T-Test 18 Jam Setelah Pemberian Parasetamol Dosis 0,9500 g/kgBB

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_test 58.2000 5 5.54076 2.47790

Post_test 666.8000 5 54.23283 24.25366

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 5 -.328 .589

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_test - Post_test

-608.60000 56.29654 25.17658 -678.50138 -538.69862 -24.173 4 .000

Oneway

Descriptives Pre_test

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound Upper Bound

Page 139: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

116

Multiple Comparisons

Pre_test Scheffe

(I) Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

(J) Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

.00000 2.94995 1.000 -10.0951 10.0951

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

2.80000 2.94995 .921 -7.2951 12.8951

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

-3.20000 2.94995 .878 -13.2951 6.8951

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

3.00000 3.40631 .938 -8.6568 14.6568

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

.00000 2.94995 1.000 -10.0951 10.0951

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

2.80000 2.94995 .921 -7.2951 12.8951

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

-3.20000 2.94995 .878 -13.2951 6.8951

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

3.00000 3.40631 .938 -8.6568 14.6568

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

-2.80000 2.94995 .921 -12.8951 7.2951

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

-2.80000 2.94995 .921 -12.8951 7.2951

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

-6.00000 2.94995 .417 -16.0951 4.0951

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

.20000 3.40631 1.000 -11.4568 11.8568

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

5 55.0000 4.63681 2.07364 49.2426 60.7574 49.00 60.00

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

5 55.0000 4.63681 2.07364 49.2426 60.7574 49.00 60.00

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

5 52.2000 3.83406 1.71464 47.4394 56.9606 46.00 55.00

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

5 58.2000 5.54076 2.47790 51.3202 65.0798 49.00 63.00

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

3 52.0000 4.35890 2.51661 41.1719 62.8281 47.00 55.00

Total 23 54.6957 4.79995 1.00086 52.6200 56.7713 46.00 63.00 ANOVA

Pre_test

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 115.270 4 28.817 1.325 .299 Within Groups 391.600 18 21.756 Total 506.870 22

Page 140: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

117

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

3.20000 2.94995 .878 -6.8951 13.2951

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

3.20000 2.94995 .878 -6.8951 13.2951

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

6.00000 2.94995 .417 -4.0951 16.0951

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

6.20000 3.40631 .524 -5.4568 17.8568

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

-3.00000 3.40631 .938 -14.6568 8.6568

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

-3.00000 3.40631 .938 -14.6568 8.6568

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

-.20000 3.40631 1.000 -11.8568 11.4568

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

-6.20000 3.40631 .524 -17.8568 5.4568

Homogeneous Subsets

Pre_test Scheffea,,b

Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB N

Subset for alpha = 0.05

1

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

3 52.0000

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

5 52.2000

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

5 55.0000

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

5 55.0000

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

5 58.2000

Sig. .446

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.412. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

Oneway

Descriptives Post_test

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound Upper Bound

Page 141: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

118

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

5 148.8000 30.86584 13.80362 110.4750 187.1250 111.00 195.00

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

5 320.8000 64.28997 28.75135 240.9735 400.6265 262.00 428.00

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

5 404.2000 19.79141 8.85099 379.6257 428.7743 389.00 436.00

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

5 666.8000 54.23283 24.25366 599.4610 734.1390 589.00 737.00

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

2 903.0000 12.72792 9.00000 788.6442 1017.3558

894.00 912.00

Total 22 432.2273 241.01727 51.38506 325.3662 539.0883 111.00 912.00

ANOVA

Post_test

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1186038.664 4 296509.666 148.968 .000 Within Groups 33837.200 17 1990.424 Total 1219875.864 21

Multiple Comparisons Post_test Scheffe

(I) Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

(J) Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

-172.00000* 28.21647 .000 -269.1681 -74.8319

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

-255.40000* 28.21647 .000 -352.5681 -158.2319

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

-518.00000* 28.21647 .000 -615.1681 -420.8319

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

-754.20000* 37.32689 .000 -882.7413 -625.6587

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

172.00000* 28.21647 .000 74.8319 269.1681

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

-83.40000 28.21647 .114 -180.5681 13.7681

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

-346.00000* 28.21647 .000 -443.1681 -248.8319

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

-582.20000* 37.32689 .000 -710.7413 -453.6587

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

255.40000* 28.21647 .000 158.2319 352.5681

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

83.40000 28.21647 .114 -13.7681 180.5681

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

-262.60000* 28.21647 .000 -359.7681 -165.4319

Page 142: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

119

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

-498.80000* 37.32689 .000 -627.3413 -370.2587

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

518.00000* 28.21647 .000 420.8319 615.1681

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

346.00000* 28.21647 .000 248.8319 443.1681

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

262.60000* 28.21647 .000 165.4319 359.7681

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

-236.20000* 37.32689 .000 -364.7413 -107.6587

Pengambilan 24 jam setelah pemberian

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

754.20000* 37.32689 .000 625.6587 882.7413

Pengambilan 12 jam setelah pemberian

582.20000* 37.32689 .000 453.6587 710.7413

Pengambilan 15 jam setelah pemberian

498.80000* 37.32689 .000 370.2587 627.3413

Pengambilan 18 jam setelah pemberian

236.20000* 37.32689 .000 107.6587 364.7413

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Post_test Scheffea,,b

Perlakuan_Pemeberian_Parasetamol_950mg_perkgBB N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Pengambilan 6 jam setelah pemberian

5 148.8000 Pengambilan 12 jam setelah pemberian

5 320.8000 Pengambilan 15 jam setelah pemberian

5 404.2000 Pengambilan 18 jam setelah pemberian

5 666.8000 Pengambilan 24 jam setelah pemberian

2 903.0000

Sig. 1.000 .201 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.846. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

Page 143: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

120

Lampiran 9. Data aktivitas gpt-serum dan hasil analisis statistik pra perlakuan jus buah pepaya (Carica papaya L.) pada tikus terinduksi parasetamol

Tabel XVIII. Data aktivitas GPT-serum pada pra perlakuan jus buah pepaya

sebelum (pre) dan sesudah (post) pemberian parasetamol dosis 0,9500 g/kgBB

Kelompok Aktivitas GPT-Serum (U/L)

Pre Post Trn_post_

Kontrol Negatif CMC

Na 0,7% 0,15 g/kgBB

1 52.00 655.00 0.04 2 54.00 797.00 0.04 3 48.00 497.00 0.04 4 50.00 501.00 0.04 5 59.00 603.00 0.04

Kontrol Positif

Parasetamol 0,9500 g/kgBB

1 47.00 49.00 0.14 2 51.00 55.00 0.13 3 52.00 54.00 0.14 4 48.00 50.00 0.14 5 55.00 54.00 0.14

Praprelakuan Jus Buah

Pepaya 10,65 g/kgBB

1 50.00 526.00 0.04 2 55.00 504.00 0.04 3 59.00 538.00 0.04 4 50.00 602.00 0.04 5 54.00 606.00 0.04

Praprelakuan Jus Buah

Pepaya 13,28 g/kgBB

1 57.00 156.00 0.08 2 55.00 246.00 0.06 3 52.00 116.00 0.09 4 64.00 187.00 0.07 5 64.00 164.00 0.08

Praprelakuan Jus Buah

Pepaya 16,56 g/kgBB

1 62.00 115.00 0.09 2 55.00 114.00 0.09 3 50.00 172.00 0.08 4 55.00 128.00 0.09 5 54.00 132.00 0.09

Praprelakuan Jus Buah

Pepaya 20,65 g/kgBB

1 49.00 183.00 0.07 2 56.00 159.00 0.08 3 53.00 136.00 0.09 4 57.00 144.00 0.08 5 47.00 129.00 0.09

Page 144: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

121

Explore Perlakuan

Case Processing Summary

Perlakuan

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Post_test Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Kontrol CMC Na 0,7% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Dosis JBP 20,65 g/kgBB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Descriptives

Perlakuan Statistic Std. Error

Post_test Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

Mean 610.6000 55.53882

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 456.3995 Upper Bound 764.8005

5% Trimmed Mean 606.5556 Median 603.0000 Variance 15422.800 Std. Deviation 124.18857 Minimum 497.00 Maximum 797.00 Range 300.00 Interquartile Range 227.00 Skewness .823 .913

Kurtosis -.002 2.000

Kontrol CMC Na 0,7% Mean 52.4000 1.20830

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 49.0452 Upper Bound 55.7548

5% Trimmed Mean 52.4444 Median 54.0000 Variance 7.300 Std. Deviation 2.70185 Minimum 49.00

Page 145: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

122

Maximum 55.00 Range 6.00 Interquartile Range 5.00 Skewness -.578 .913

Kurtosis -2.708 2.000

Dosis JBP 20,65 g/kgBB Mean 150.2000 9.59896

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 123.5490 Upper Bound 176.8510

5% Trimmed Mean 149.5556 Median 144.0000 Variance 460.700 Std. Deviation 21.46392 Minimum 129.00 Maximum 183.00 Range 54.00 Interquartile Range 38.50 Skewness .983 .913

Kurtosis .290 2.000

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB Mean 132.2000 10.55651

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 102.8904 Upper Bound 161.5096

5% Trimmed Mean 131.0000 Median 128.0000 Variance 557.200 Std. Deviation 23.60508 Minimum 114.00 Maximum 172.00 Range 58.00 Interquartile Range 37.50 Skewness 1.643 .913

Kurtosis 2.898 2.000

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB Mean 173.8000 21.37849

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 114.4438 Upper Bound 233.1562

5% Trimmed Mean 173.0000

Page 146: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

123

Median 164.0000 Variance 2285.200 Std. Deviation 47.80377 Minimum 116.00 Maximum 246.00 Range 130.00 Interquartile Range 80.50 Skewness .683 .913

Kurtosis 1.210 2.000

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB Mean 555.2000 20.66495

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 497.8249 Upper Bound 612.5751

5% Trimmed Mean 555.2222 Median 538.0000 Variance 2135.200 Std. Deviation 46.20822 Minimum 504.00 Maximum 606.00 Range 102.00 Interquartile Range 89.00 Skewness .293 .913

Kurtosis -2.751 2.000

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post_test Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.211 5 .200* .907 5 .450

Kontrol CMC Na 0,7% .323 5 .096 .840 5 .166

Dosis JBP 20,65 g/kgBB .214 5 .200* .932 5 .610

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB .303 5 .149 .816 5 .109

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB .191 5 .200* .964 5 .838

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB .245 5 .200* .869 5 .261 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Page 147: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

124

Oneway

Test of Homogeneity of Variances Post_test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4.908 5 24 .003

ANOVA

Post_test

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1433996.267 5 286799.253 82.459 .000 Within Groups 83473.600 24 3478.067 Total 1517469.867 29 Oneway

Test of Homogeneity of Variances trn_post_test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.513 5 24 .223

ANOVA

trn_post_test

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .032 5 .006 169.653 .000 Within Groups .001 24 .000 Total .033 29 Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable:trn_post_test

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Scheffe Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

Kontrol CMC Na 0,7% -.09731* .00388 .000 -.1113 -.0833

Dosis JBP 20,65 g/kgBB -.04112* .00388 .000 -.0552 -.0271

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

-.04677* .00388 .000 -.0608 -.0327

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

-.03663* .00388 .000 -.0507 -.0226

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

-.00158 .00388 .999 -.0156 .0125

Kontrol CMC Na 0,7%

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.09731* .00388 .000 .0833 .1113

Page 148: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

125

Dosis JBP 20,65 g/kgBB .05619* .00388 .000 .0422 .0702

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

.05054* .00388 .000 .0365 .0646

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

.06068* .00388 .000 .0466 .0747

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

.09573* .00388 .000 .0817 .1098

Dosis JBP 20,65 g/kgBB

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.04112* .00388 .000 .0271 .0552

Kontrol CMC Na 0,7% -.05619* .00388 .000 -.0702 -.0422

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

-.00565 .00388 .827 -.0197 .0084

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

.00449 .00388 .926 -.0095 .0185

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

.03954* .00388 .000 .0255 .0536

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.04677* .00388 .000 .0327 .0608

Kontrol CMC Na 0,7% -.05054* .00388 .000 -.0646 -.0365

Dosis JBP 20,65 g/kgBB .00565 .00388 .827 -.0084 .0197

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

.01014 .00388 .271 -.0039 .0242

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

.04519* .00388 .000 .0312 .0592

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.03663* .00388 .000 .0226 .0507

Kontrol CMC Na 0,7% -.06068* .00388 .000 -.0747 -.0466

Dosis JBP 20,65 g/kgBB -.00449 .00388 .926 -.0185 .0095

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

-.01014 .00388 .271 -.0242 .0039

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

.03505* .00388 .000 .0210 .0491

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.00158 .00388 .999 -.0125 .0156

Kontrol CMC Na 0,7% -.09573* .00388 .000 -.1098 -.0817

Dosis JBP 20,65 g/kgBB -.03954* .00388 .000 -.0536 -.0255

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

-.04519* .00388 .000 -.0592 -.0312

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

-.03505* .00388 .000 -.0491 -.0210

LSD Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

Kontrol CMC Na 0,7% -.09731* .00388 .000 -.1053 -.0893 Dosis JBP 20,65 g/kgBB -.04112* .00388 .000 -.0491 -.0331 Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

-.04677* .00388 .000 -.0548 -.0388

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

-.03663* .00388 .000 -.0446 -.0286

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

-.00158 .00388 .688 -.0096 .0064

Page 149: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

126

Kontrol CMC Na 0,7%

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.09731* .00388 .000 .0893 .1053

Dosis JBP 20,65 g/kgBB .05619* .00388 .000 .0482 .0642 Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

.05054* .00388 .000 .0425 .0585

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

.06068* .00388 .000 .0527 .0687

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

.09573* .00388 .000 .0877 .1037

Dosis JBP 20,65 g/kgBB

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.04112* .00388 .000 .0331 .0491

Kontrol CMC Na 0,7% -.05619* .00388 .000 -.0642 -.0482 Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

-.00565 .00388 .158 -.0136 .0024

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

.00449 .00388 .258 -.0035 .0125

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

.03954* .00388 .000 .0315 .0475

Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.04677* .00388 .000 .0388 .0548

Kontrol CMC Na 0,7% -.05054* .00388 .000 -.0585 -.0425 Dosis JBP 20,65 g/kgBB .00565 .00388 .158 -.0024 .0136 Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

.01014* .00388 .015 .0021 .0181

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

.04519* .00388 .000 .0372 .0532

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.03663* .00388 .000 .0286 .0446

Kontrol CMC Na 0,7% -.06068* .00388 .000 -.0687 -.0527 Dosis JBP 20,65 g/kgBB -.00449 .00388 .258 -.0125 .0035 Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

-.01014* .00388 .015 -.0181 -.0021

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

.03505* .00388 .000 .0270 .0430

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB

Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

.00158 .00388 .688 -.0064 .0096

Kontrol CMC Na 0,7% -.09573* .00388 .000 -.1037 -.0877 Dosis JBP 20,65 g/kgBB -.03954* .00388 .000 -.0475 -.0315 Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB

-.04519* .00388 .000 -.0532 -.0372

Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB

-.03505* .00388 .000 -.0430 -.0270

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 150: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

127

Homogeneous Subsets trn_post_test

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Scheffea Kontrol Parasetamol 0,95 g/kgBB

5 .0410

Dosis Dosis JBP 10,65 g/kgBB 5 .0425 Dosis Dosis JBP 13,28 g/kgBB 5 .0776 Dosis JBP 20,65 g/kgBB 5 .0821 Dosis Dosis JBP 16,56 g/kgBB 5 .0877 Kontrol CMC Na 0,7% 5 .1383

Sig. .999 .271 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Page 151: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

128

Lampiran 10. Data dan hasil analisis statistik skoring derajat kerusakan hati pada uji pendahuluan orientasi dosis hepatotoksik parasetamol

Tabel XIX. Data skoring derajat kerusakan hati pada uji pendahuluan orientasi

dosis hepatotoksik parasetamol

Kelompok Degenerasi Melemak Nekrosis Sirosis

Dosis 0,7500 g/kgBB

1 1.00 0.00 0.00 2 1.00 0.00 0.00 3 1.00 0.00 0.00

Dosis 0,8255 g/kgBB

1 1.00 0.00 0.00 2 1.00 0.00 0.00 3 1.00 1.00 0.00

Dosis 0,9086 g/kgBB

1 1.00 0.00 0.00 2 1.00 1.00 0.00 3 2.00 0.00 0.00

Dosis 0,9500 g/kgBB

1 1.00 1.00 0.00 2 2.00 1.00 0.00 3 2.00 2.00 0.00

Dosis 1,0000 g/kgBB

1 2.00 2.00 0.00 2 2.00 2.00 0.00 3 2.00 2.00 0.00

Explore Orientasi_Dosis_Parasetamol

Case Processing Summary

Orientasi_Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Page 152: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

129

Descriptivesa,b,c

Orientasi_Dosis_Parasetamol Statistic

Std. Error

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

Mean 1.3333 .33333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -.1009 Upper Bound 2.7676

5% Trimmed Mean . Median 1.0000 Variance .333 Std. Deviation .57735 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range . Skewness 1.732 1.225

Kurtosis . .

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

Mean 1.6667 .33333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .2324 Upper Bound 3.1009

5% Trimmed Mean . Median 2.0000 Variance .333 Std. Deviation .57735 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range . Skewness -1.732 1.225

Kurtosis . . a. Degenerasi_Melemak is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB. It has been omitted. b. Degenerasi_Melemak is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB. It has been omitted. c. Degenerasi_Melemak is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB. It has been omitted.

Page 153: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

130

Tests of Normalityb,c,d

Orientasi_Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

.385 3 . .750 3 .000

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

.385 3 . .750 3 .000

a. Lilliefors Significance Correction b. Degenerasi_Melemak is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB. It has been omitted. c. Degenerasi_Melemak is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB. It has been omitted. d. Degenerasi_Melemak is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB. It has been omitted. NPar Tests Kruskal-Wallis Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 5.00

Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 5.00

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 7.50

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 10.00

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 12.50

Total 15

Test Statisticsa,b

Degenerasi_Melemak

Chi-Square 8.815 df 4 Asymp. Sig. .066 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 154: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

131

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 3.50 10.50

Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 3.50 10.50

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 4.500 Wilcoxon W 10.500 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 3.00 9.00

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 4.00 12.00

Total 6 Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 9.000 Z -1.000 Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 155: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

132

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 2.50 7.50

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 4.50 13.50

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 1.500 Wilcoxon W 7.500 Z -1.581 Asymp. Sig. (2-tailed) .114 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 2.00 6.00

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 6.000 Z -2.236 Asymp. Sig. (2-tailed) .025 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 156: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

133

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 3.00 9.00

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 4.00 12.00

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 9.000 Z -1.000 Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 2.50 7.50

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 4.50 13.50

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 1.500 Wilcoxon W 7.500 Z -1.581 Asymp. Sig. (2-tailed) .114 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 157: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

134

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 2.00 6.00

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 6.000 Z -2.236 Asymp. Sig. (2-tailed) .025 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 3.00 9.00

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 4.00 12.00

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 9.000 Z -.745 Asymp. Sig. (2-tailed) .456 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Page 158: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

135

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 2.50 7.50

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 4.50 13.50

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 1.500 Wilcoxon W 7.500 Z -1.581 Asymp. Sig. (2-tailed) .114 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 3.00 9.00

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 4.00 12.00

Total 6

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 9.000 Z -1.000 Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol Explore Orientasi_Dosis_Parasetamol

Case Processing Summary

Orientasi_Dosis_Parasetamol

Cases

Valid Missing Total

Page 159: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

136

N Percent N Percent N Percent

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Descriptivesa,b

Orientasi_Dosis_Parasetamol Statistic

Std. Error

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

Mean .3333 .33333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -1.1009 Upper Bound 1.7676

5% Trimmed Mean . Median .0000 Variance .333 Std. Deviation .57735 Minimum .00 Maximum 1.00 Range 1.00 Interquartile Range . Skewness 1.732 1.225

Kurtosis . .

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

Mean .3333 .33333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -1.1009 Upper Bound 1.7676

5% Trimmed Mean . Median .0000 Variance .333 Std. Deviation .57735 Minimum .00 Maximum 1.00 Range 1.00 Interquartile Range .

Page 160: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

137

Skewness 1.732 1.225

Kurtosis . .

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

Mean 1.3333 .33333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -.1009 Upper Bound 2.7676

5% Trimmed Mean . Median 1.0000 Variance .333 Std. Deviation .57735 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range . Skewness 1.732 1.225

Kurtosis . . a. Nekrosis is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB. It has been omitted. b. Nekrosis is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB. It has been omitted.

Tests of Normalityb,c

Orientasi_Dosis_Parasetamol

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

.385 3 . .750 3 .000

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

.385 3 . .750 3 .000

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

.385 3 . .750 3 .000

a. Lilliefors Significance Correction b. Nekrosis is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB. It has been omitted. c. Nekrosis is constant when Orientasi_Dosis_Parasetamol = Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB. It has been omitted.

NPar Tests Kruskal-Wallis Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 4.00

Page 161: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

138

Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 5.83

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 5.83

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 10.83

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 13.50

Total 15

Test Statisticsa,b

Nekrosis

Chi-Square 11.050 df 4 Asymp. Sig. .026 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 3.00 9.00

Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 4.00 12.00

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 9.000 Z -1.000 Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Page 162: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

139

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 3.00 9.00

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 4.00 12.00

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 9.000 Z -1.000 Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 2.00 6.00

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 6.000 Z -2.121 Asymp. Sig. (2-tailed) .034 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 163: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

140

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,7500 g/kgBB

3 2.00 6.00

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 6.000 Z -2.236 Asymp. Sig. (2-tailed) .025 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 3.50 10.50

Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 3.50 10.50

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 4.500 Wilcoxon W 10.500 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 164: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

141

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 2.33 7.00

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 4.67 14.00

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 1.000 Wilcoxon W 7.000 Z -1.650 Asymp. Sig. (2-tailed) .099 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,8255 g/kgBB

3 2.00 6.00

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 6.000 Z -2.121 Asymp. Sig. (2-tailed) .034 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 165: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

142

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 2.33 7.00

Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 4.67 14.00

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 1.000 Wilcoxon W 7.000 Z -1.650 Asymp. Sig. (2-tailed) .099 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,9086 g/kgBB

3 2.00 6.00

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 6.000 Z -2.121 Asymp. Sig. (2-tailed) .034 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 166: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

143

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Dosis_Parasetamol N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis Parasetamol 0,9500 g/kgBB

3 2.50 7.50

Dosis Parasetamol 1,0000 g/kgBB

3 4.50 13.50

Total 6

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 1.500 Wilcoxon W 7.500 Z -1.581 Asymp. Sig. (2-tailed) .114 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Dosis_Parasetamol

Page 167: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

144

Lampiran 11. Data dan hasil analisis statistik skoring derajat kerusakan hati pada uji pendahuluan orientasi waktu pengambilan cuplikan darah setelah pemberian parasetamol dosis toksik (0,9500 g/kgBB)

Tabel XX. Data skoring derajat kerusakan hati pada uji pendahuluan orientasi

waktu pengambilan cuplikan darah setelah pemberian parasetamol dosis hepatotoksik

Kelompok Degenerasi

Melemak Nekrosis Sirosis

12 jam setelah pemberianparasetamol

1 1.00 1.00 0.00 2 2.00 1.00 0.00 3 1.00 0.00 0.00 1 1.00 0.00 0.00 2 2.00 2.00 0.00

18 jam setelah pemberianparasetamol

1 2.00 2.00 0.00 2 1.00 1.00 0.00 3 1.00 2.00 0.00 1 1.00 1.00 0.00 2 2.00 1.00 0.00

24 jam setelah pemberianparasetamol

1 1.00 1.00 0.00 2 2.00 1.00 0.00 3 2.00 2.00 0.00

Explore Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

Case Processing Summary

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Degenerasi_Melemak Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Page 168: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

145

Descriptives

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah Statistic Std. Error

Degenerasi_Melemak Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

Mean 1.4000 .24495

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .7199 Upper Bound 2.0801

5% Trimmed Mean 1.3889 Median 1.0000 Variance .300 Std. Deviation .54772 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range 1.00 Skewness .609 .913

Kurtosis -3.333 2.000

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

Mean 1.4000 .24495

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .7199 Upper Bound 2.0801

5% Trimmed Mean 1.3889 Median 1.0000 Variance .300 Std. Deviation .54772 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range 1.00 Skewness .609 .913

Kurtosis -3.333 2.000

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

Mean 1.6667 .33333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .2324 Upper Bound 3.1009

5% Trimmed Mean . Median 2.0000

Page 169: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

146

Tests of Normality

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Degenerasi_Melemak Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

.367 5 .026 .684 5 .006

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

.367 5 .026 .684 5 .006

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

.385 3 . .750 3 .000

a. Lilliefors Significance Correction

NPar Tests Kruskal-Wallis Test

Ranks

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah N Mean Rank

Degenerasi_Melemak Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

5 6.60

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

5 6.60

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

3 8.33

Total 13

Test Statisticsa,b

Degenerasi_Melemak

Chi-Square .610 df 2 Asymp. Sig. .737

Variance .333 Std. Deviation .57735 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range . Skewness -1.732 1.225

Kurtosis . .

Page 170: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

147

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

5 5.50 27.50

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

5 5.50 27.50

Total 10

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 12.500 Wilcoxon W 27.500 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

5 4.10 20.50

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

3 5.17 15.50

Total 8

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 5.500 Wilcoxon W 20.500

Page 171: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

148

Z -.683 Asymp. Sig. (2-tailed) .495 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .571a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

5 4.10 20.50

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

3 5.17 15.50

Total 8

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 5.500 Wilcoxon W 20.500 Z -.683 Asymp. Sig. (2-tailed) .495 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .571a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah Explore Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

Case Processing Summary

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Nekrosis Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Page 172: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

149

Descriptives

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah Statistic Std. Error

Nekrosis Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

Mean .8000 .37417

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -.2389 Upper Bound 1.8389

5% Trimmed Mean .7778 Median 1.0000 Variance .700 Std. Deviation .83666 Minimum .00 Maximum 2.00 Range 2.00 Interquartile Range 1.50 Skewness .512 .913

Kurtosis -.612 2.000

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

Mean 1.4000 .24495

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .7199 Upper Bound 2.0801

5% Trimmed Mean 1.3889 Median 1.0000 Variance .300 Std. Deviation .54772 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range 1.00 Skewness .609 .913

Kurtosis -3.333 2.000

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

Mean 1.3333 .33333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -.1009 Upper Bound 2.7676

5% Trimmed Mean . Median 1.0000 Variance .333

Page 173: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

150

Std. Deviation .57735 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range . Skewness 1.732 1.225

Kurtosis . .

Tests of Normality

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nekrosis Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

.231 5 .200* .881 5 .314

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

.367 5 .026 .684 5 .006

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

.385 3 . .750 3 .000

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. NPar Tests Kruskal-Wallis Test

Ranks

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah N Mean Rank

Nekrosis Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

5 5.30

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

5 8.20

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

3 7.83

Total 13

Test Statisticsa,b

Nekrosis

Chi-Square 1.918 df 2 Asymp. Sig. .383 a. Kruskal Wallis Test

Page 174: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

151

Test Statisticsa,b

Nekrosis

Chi-Square 1.918 df 2 Asymp. Sig. .383 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

5 4.40 22.00

Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

5 6.60 33.00

Total 10

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 7.000 Wilcoxon W 22.000 Z -1.247 Asymp. Sig. (2-tailed) .212 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Waktu pengambilan organ 12 jam setelah pemberian parasetamol

5 3.90 19.50

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

3 5.50 16.50

Total 8

Page 175: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

152

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 4.500 Wilcoxon W 19.500 Z -.966 Asymp. Sig. (2-tailed) .334 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .393a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Waktu pengambilan organ 18 jam setelah pemberian parasetamol

5 4.60 23.00

Waktu pengambilan organ 24 jam setelah pemberian parasetamol

3 4.33 13.00

Total 8

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 7.000 Wilcoxon W 13.000 Z -.176 Asymp. Sig. (2-tailed) .860 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Orientasi_Waktu_Pengambilan_Darah

Page 176: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

153

Lampiran 12. Data dan hasil analisis statistik skoring derajat kerusakan hati pra perlakuan jus buah pepaya (Carica papaya L.) pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol dosis toksik (0,9500 g/kgbb)

Tabel XXI. Data skoring derajat kerusakan hati pada Pra Perlakuan Jus Buah

Pepaya pada Tikus Jantan Setelah Pemberian Parasetamol Dosis Toksik (0,9500 g/kgBB)

Kelompok Degenerasi

Melemak Nekrosis Sirosis Limfosit Pigmen

Kontrol Negatif CMC Na 0,7%

0,15g/kgBB

1 0.00 0.00 - 0.00 0.00 2 1.00 0.00 - 0.00 0.00 3 0.00 0.00 - 0.00 0.00 4 0.00 0.00 - 0.00 0.00 5 1.00 0.00 - 0.00 0.00

Kontrol Positif Parasetamol

0,9500 g/kgBB

1 2.00 2.00 - 0.00 0.00 2 2.00 3.00 - 0.00 0.00 3 2.00 3.00 - 0.00 0.00 4 2.00 3.00 - 0.00 0.00 5 2.00 3.00 - 0.00 0.00

Praperlakuan Jus Buah Pepaya 10,65 g/kgBB

1 1.00 1.00 - 2.00 0.00 2 1.00 3.00 - 2.00 2.00 3 1.00 2.00 - 2.00 2.00 4 1.00 2.00 - 2.00 0.00 5 1.00 2.00 - 2.00 `.00

Praperlakuan Jus Buah Pepaya 13,28 g/kgBB

1 1.00 1.00 - 2.00 1.00 2 1.00 1.00 - 2.00 0.00 3 2.00 2.00 - 2.00 1.00 4 1.00 1.00 - 2.00 0.00 5 1.00 2.00 - 2.00 0.00

Praperlakuan Jus

Buah Pepaya 16,56 g/kgBB

1 0.00 1.00 - 1.00 0.00 2 1.00 2.00 - 2.00 0.00 3 0.00 1.00 - 1.00 0.00 4 0.00 1.00 - 0.00 0.00 5 0.00 1.00 - 1.00 0.00

Praperlakuan Jus Buah Pepaya 20,65 g/kgBB

1 1.00 1.00 - 2.00 0.00 2 0.00 1.00 - 1.00 1.00 3 0.00 1.00 - 1.00 0.00 4 0.00 1.00 - 2.00 0.00 5 1.00 1.00 - 2.00 0.00

Page 177: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

154

Statistik Kerusakan hati berupa degenerasi melemak Kruskal-Wallis Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank

Degenerasi_Melemak Kontrol CMC Na 0,7% 5 12.70

Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 27.50

Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 17.50

Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 19.50

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 7.50

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 8.50

Total 30

Test Statisticsa,b

Degenerasi_Melemak

Chi-Square 21.738 df 5 Asymp. Sig. .001 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol CMC Na 0,7% 5 3.00 15.00

Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.835 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

Page 178: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

155

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol CMC Na 0,7% 5 4.50 22.50

Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 6.50 32.50

Total 10

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 7.500 Wilcoxon W 22.500 Z -1.500 Asymp. Sig. (2-tailed) .134 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol CMC Na 0,7% 5 4.20 21.00

Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 6.80 34.00

Total 10

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000 Z -1.678 Asymp. Sig. (2-tailed) .093 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol CMC Na 0,7% 5 7.30 36.50

Page 179: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

156

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 4.92 29.50

Total 11

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 29.500 Z -1.418 Asymp. Sig. (2-tailed) .156 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .247a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol CMC Na 0,7% 5 5.70 28.50

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 4.13 16.50

Total 9

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 6.500 Wilcoxon W 16.500 Z -.990 Asymp. Sig. (2-tailed) .322 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .413a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 8.00 40.00

Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 3.00 15.00

Total 10

Page 180: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

157

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -3.000 Asymp. Sig. (2-tailed) .003 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 7.50 37.50

Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 3.50 17.50

Total 10

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 2.500 Wilcoxon W 17.500 Z -2.449 Asymp. Sig. (2-tailed) .014 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 9.00 45.00

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 3.50 21.00

Total 11

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 21.000

Page 181: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

158

Z -3.028 Asymp. Sig. (2-tailed) .002 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 7.00 35.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 2.50 10.00

Total 9

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 10.000 Z -2.739 Asymp. Sig. (2-tailed) .006 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 5.00 25.00

Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 6.00 30.00

Total 10

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -1.000 Asymp. Sig. (2-tailed) .317 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

Page 182: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

159

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 8.50 42.50

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 3.92 23.50

Total 11

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 2.500 Wilcoxon W 23.500 Z -2.635 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .017a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 6.50 32.50

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 3.13 12.50

Total 9

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 2.500 Wilcoxon W 12.500 Z -2.236 Asymp. Sig. (2-tailed) .025 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .063a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 8.60 43.00

Page 183: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

160

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 3.83 23.00

Total 11

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 23.000 Z -2.624 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .017a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 6.60 33.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 3.00 12.00

Total 9

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 12.000 Z -2.191 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .063a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Degenerasi_Melemak Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 5.33 32.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 5.75 23.00

Total 10

Page 184: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

161

Test Statisticsb

Degenerasi_Melemak

Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 32.000 Z -.306 Asymp. Sig. (2-tailed) .759 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .914a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP Statistik Kerusakan hati berupa nekrosis Kruskal-Wallis Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank

Nekrosis Kontrol CMC Na 0,7% 5 3.00

Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 26.80

Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 21.20

Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 16.00

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 13.67

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 12.00

Total 30

Test Statisticsa,b

Nekrosis

Chi-Square 23.754 df 5 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Kontrol CMC Na 0,7% 5 3.00 15.00

Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 8.00 40.00

Total 10

Page 185: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

162

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.887 Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Kontrol CMC Na 0,7% 5 3.00 15.00

Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.825 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Kontrol CMC Na 0,7% 5 3.00 15.00

Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.835 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

Page 186: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

163

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Kontrol CMC Na 0,7% 5 3.00 15.00

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 8.50 51.00

Total 11

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -3.028 Asymp. Sig. (2-tailed) .002 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Kontrol CMC Na 0,7% 5 3.00 15.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 7.50 30.00

Total 9

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.828 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Page 187: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

164

Nekrosis Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 7.10 35.50

Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 3.90 19.50

Total 10

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 4.500 Wilcoxon W 19.500 Z -1.848 Asymp. Sig. (2-tailed) .065 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 7.80 39.00

Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 3.20 16.00

Total 10

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 1.000 Wilcoxon W 16.000 Z -2.545 Asymp. Sig. (2-tailed) .011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 8.90 44.50

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 3.58 21.50

Total 11

Page 188: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

165

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .500 Wilcoxon W 21.500 Z -2.856 Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Kontrol Parasetamol Dosis 0,950 g/kg BB

5 7.00 35.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 2.50 10.00

Total 9

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 10.000 Z -2.683 Asymp. Sig. (2-tailed) .007 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 6.70 33.50

Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 4.30 21.50

Total 10

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 6.500 Wilcoxon W 21.500 Z -1.386

Page 189: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

166

Asymp. Sig. (2-tailed) .166 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 8.00 40.00

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 4.33 26.00

Total 11

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 5.000 Wilcoxon W 26.000 Z -2.047 Asymp. Sig. (2-tailed) .041 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .082a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis JBP 10,65 g/kg BB 5 6.60 33.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 3.00 12.00

Total 9

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 12.000 Z -2.191 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .063a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

Page 190: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

167

NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 6.70 33.50

Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 5.42 32.50

Total 11

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 32.500 Z -.825 Asymp. Sig. (2-tailed) .409 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .537a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis JBP 13,28 g/kg BB 5 5.80 29.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 4.00 16.00

Total 9

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 16.000 Z -1.352 Asymp. Sig. (2-tailed) .176 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .413a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 5.83 35.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 5.00 20.00

Page 191: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

168

Ranks

Dosis_JBP N Mean Rank Sum of Ranks

Nekrosis Dosis JBP 16,56 g/kg BB 6 5.83 35.00

Dosis JBP 20,65 g/kg BB 4 5.00 20.00

Total 10

Test Statisticsb

Nekrosis

Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 20.000 Z -.816 Asymp. Sig. (2-tailed) .414 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .762a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Dosis_JBP

Page 192: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

169

Lampiran 13. Perhitungan % angka proteksi Tabel XXII. Perhitungan skoring derajat kerusakan hati pada Pra Perlakuan Jus

Buah Pepaya pada Tikus Jantan Setelah Pemberian Parasetamol Dosis Toksik (0,9500 g/kgBB)

Tabel XXIII. Angka proteksi tiap kelompok

Rumus % Angka Proteksi : Contoh perhitungan :

% angka proteksi kelompok IV =

% angka proteksi kelompok VI =

Skor (Derajat Kerusakan Sel hati) Kelompok

I II III IV V VI 1 1 10 6 6 5 6 2 1 13 9 6 9 5 3 1 13 9 10 5 5 4 2 13 6 9 5 6 5 2 13 9 6 5 5

Jumlah 7 62 39 37 29 27 Rata-Rata 1,4 12,4 7,8 7,4 5,8 5,4

Angka Proteksi (%) Kelompok

I II III IV V VI Rata-rata

Skor 1,4 12,4 7,8 7,4 5,8 5,4

Angka Proteksi

(%) 100 0 37,10 40,32 53,23 56,45

Page 193: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

170

Lampiran 14. Perhitungan Dosis

1. Dosis Aquadest 21,74 ml/kg BB • Volume aquadest maximal yang dapat diberikan secara intraperitonial dan

per oral adalah 5,0 ml • Berat badan tikus tertinggi adalah 230 g Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis tertinggi aquadest sebesar :

5,0 𝐷𝐷𝑚𝑚230 𝑔𝑔

= 0,2174 ml/g atau 21,74 ml/kg BB

2. Dosis CMC Na 0,7% 0,15 g/kg • CMC Na 0,7 gram dilarutkan dalam 100 ml aquadest • Volume aquadest maximal yang dapat diberikan secara intraperitonial dan

per oral adalah 5,0 ml Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis tertinggi CMC Na sebesar :

0,7 𝑔𝑔100 𝐷𝐷𝑚𝑚

= 0,007 g/ml

0,007 g/ml x 21,74 ml/kg BB = 0,15 g/kg BB

3. Dosis Jus Buah Pepaya Tertinggi (20,65 g/kgBB) • Berat badan tikus tertinggi adalah 230 g • Konsentrasi jus buah pepaya yang dapat disuntikkan melalui spuit injeksi

per oral adalah 95% (95 gram dalam 100 ml aquadest) • Volume aquadest maximal yang dapat diberikan secara intraperitonial dan

per oral adalah 5,0 ml Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis tertinggi jus buah pepaya yang dapat dibuat sebesar : Dosis JBP x Berat Badan = Konsentrasi ( C ) x Volume

Dosis JBP x 230 g = 95 g/100 ml x 5 ml

Dosis JBP = 4,75 𝑔𝑔230 𝑔𝑔

= 0,02065 g/gBB atau 20,65 g/kgBB

Page 194: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

171

4. Peringkat Dosis Jus Buah Pepaya • Dosis jus buah pepaya tertinggi adalah 20,65 g/kgBB • Peringkat dosis yang akan dibuat adalah 4 peringkat dosis • Dosis jus buah pepaya terendah yang diinginkan adalah 10,65 g/kgBB • Rumus faktor pembagi atau pengali tiap tingkatan dosis adalah :

�𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝐷𝐷𝑡𝑡𝑔𝑔𝑔𝑔𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑇𝑇𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑇𝑇𝐷𝐷 ℎ

𝑡𝑡−1 = X

n = jumlah peringkat dosis X adalah faktor pembagi atau faktor pengali tiap tingkatan dosis Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis tertinggi jus buah pepaya yang dapat dibuat sebesar : Faktor pembagi atau pengali tiap tingkatan peringkat dosis :

�20,65 𝑔𝑔10,65 𝑔𝑔

4−1 = 1,2469

Peringkat dosis jus buah pepaya ke II :

10,65 g/kgBB x 1,2469 = 13,28 g/kgBB

Peringkat dosis jus buah pepaya ke III :

20,65 g/kgBB / 1,2469 = 16,56 g/kgBB

Page 195: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

172

Lampiran 15. Perhitungan Efek Hepatoprotektif

Rumus perhitungan efek hepatoprotektif : (Aktivitas GPT − serum kontrol positif parasetamol)− (Aktivitas GPT − serum perlakuan)

(Aktivitas GPT − serumKontrol positif parasetamol) x 100%

Dengan dasar tersebut maka perhitungan efek hepatoprotektif adalah sebagai berikut :

Kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 10,65 g/kgBB (po) + induksi parasetamol (ip) :

610,60−555,20

610,60 x 100%= 9,07%

Kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 13,28 g/kgBB (po) + induksi parasetamol (ip) :

610,60−173,80

610,60 x 100% = 71,54%

Kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 16,56 g/kgBB (po) + induksi parasetamol (ip) :

610,60−132,20

610,60 x 100% = 78,35%

Kelompok praperlakuan jus buah pepaya dosis 20,65 g/kgBB (po) + induksi parasetamol (ip) :

610,60−150,20

610,60 x 100% = 75,40%

Page 196: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

173

Lampiran 16. Perhitungan Konversi Dosis Untuk Manusia Angka konversi Tikus 200 g ke Manusia 70 kg = 56,0

Dosis untuk manusia = Dosis untuk tikus 200 g x (angka konversi ke manusia)

Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis jus buah pepaya untuk manusia :

1. Jus buah pepaya 10,65 g/kgBB tikus :

10,65 g/kgBB = 10,65 g/1000 gBB = 2,13 g/200 gBB

2,13 g/200 gBB x 56,0 =

119,28 g/70 kgBB manusia

2. Jus buah pepaya 13,28 g/kgBB tikus :

13,28 g/kgBB = 13,28 g/1000 gBB = 2,656 g/200 gBB

2,656 g/200 gBB x 56,0 =

148,74 g/70 kgBB manusia

3. Jus buah pepaya 16,56 g/kgBB tikus :

16,56 g/kgBB = 16,56 g/1000 gBB = 3,312 g/200 gBB

3,312 g/200 gBB x 56,0 =

185,47 g/70 kgBB manusia

4. Jus buah pepaya 20,65 g/kgBB tikus :

20,65 g/kgBB = 20,65 g/1000 gBB = 4,13 g/200 gBB

4,13 g/200 gBB x 56,0 =

231,28 g/70 kgBB manusia

Page 197: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

174

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Efek

Hepatoprotektif Jus Buah Pepaya (Carica papaya

L.) Pada Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol”

memiliki nama lengkap Felix Manuel, merupakan putra

dari pasangan Bing Slamet dan Kurniasih. Penulis

dilahirkan di Purwokerto pada 19 Januari 1989.

Pendidikan formal yang telah ditempuh, yaitu

mengawali masa pendidikannya di TK Santa Maria Purwokerto (1992-1994),

kemudian melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD Santa Maria

Purwokerto (1994-2000). Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

ditempuh oleh penulis di SLTP Negeri I Purwokerto (2000-2003), kemudian

melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di SMA Sedes Sapientiae Bedono

(2003-2006). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2006.

Semasa menempuh kuliah, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan baik

dalam fakultas maupun di luar fakultas. Penulis pernah menjabat sebagai anggota

Badan Eksekutif Mahasiswa Faultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Divisi

Hubungan Masyarakat (2007-2008), Tim Kreatif Ekaristi Kaum Muda Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma (2007), Panitia Pharmacy Performance

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma sebagai Koordinator Divisi

Keamanan (2007), Panitia Open House Paingan Universitas Sanata Dharma

(2009), Pembicara dalam Seminar HIV AIDS di SMA Negeri 6 Yogyakarta dan

Page 198: EFEK HEPATOPROTEKTIF JUS BUAH PEPAYA - core.ac.uk · 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas

175

Tenaga Medis Pengobatan Gratis di Desa Kemloko Temanggung (2010). Selain

itu penulis pernah menjadi asisten praktikum Farmakologi Dasar, Toksikologi

Dasar, dan Bioanalisis.