E.7.diare

12
E.7. MANAJEMEN KASUS LATAR BELAKANG MASALAH Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2% kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran napas, dan 7,5% diare. Namun untuk kelompok usia 1-4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak (23,2%) sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran napas (Subijanto, 2008). Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5-7 episode per anak per tahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2-5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan (Adisasmito, 2007). Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan

description

diare

Transcript of E.7.diare

Page 1: E.7.diare

E.7. MANAJEMEN KASUS

LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2%

kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran napas, dan 7,5% diare. Namun

untuk kelompok usia 1-4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak (23,2%)

sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran napas (Subijanto,

2008). Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta

kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang

berkisar 3,5-7 episode per anak per tahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2-5 episode

per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan (Adisasmito, 2007).

Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka

kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun

1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per

1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Sedangkan

berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10

penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada

pasien rawat inap di Rumah Sakit (Adisasmito, 2007). 162 ribu balita meninggal setiap tahun

atau sekitar 460 balita setiap harinya (Amiruddin, 2007).

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang

dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat

menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,

gangguan keseimbangan elektrolit, dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan

destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat

menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan

yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.

Page 2: E.7.diare

Penanganan diare akut secara umum ditujukan untuk mencegah/menanggulangi

dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya

intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mcncegah dan menanggulangi

gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Diare pada anak sebagian besar tidak

memerlukan antibiotik oleh karena sembuh sendiri (self limiting) karena penyebab terbesar

dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian

kecil penderita diare, misalnya Kolera atau Shigella. Kecuali pada bayi berusia di bawah 2

bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi ke

dalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta

berulang atau yang menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala

sepsis. Untuk itu, manajemen kasus diare harus dilakukan secara komprehensif, efisien, dan

efektif, serta rasional untuk mengurangi angka kematian anak akibat diare. Oleh karena itu,

kami membuat laporan manajemen kasus diare pada anak (Subijanto, 2008).

Berdasarkan data dari Puskesmas Ngronggot pada tahun 2010 didapatkan 669 anak

usia kurang dari 5 tahun sakit diare dan 864 anak lebih dari 5 tahun yang sakit diare. Hal ini

menunjukkan masih tingginya angka kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Ngronggot.

Sebagai contoh kasus, kami mengambil An. R yang berusia 22 bulan merupakan

anak pertama. Ibu pasien membawanya ke Puskesmas Ngronggot dengan keluhan buang air

besar cair ± 3 kali dalam sehari. Setelah di anamnesa lebih lanjut, pasien terserang diare

dikarenakan lingkungan yang berhubungan higienitas dan sanitasi.

TUJUAN DAN TARGET KEGIATAN

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan kunjungan rumah diharapkan mampu mengetahui cara-cara pencegahan

dan penanganan diare serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 3: E.7.diare

Tujuan Khusus:

Menjelaskan pengertian diare

Menjelaskan tentang penyebab diare

Menjelaskan tentang bahaya diare

Menjelaskan cara menangani diare

Menyebutkan nutrisi bagi penderita diare

Menjelaskan cara pencegahan diare

Target Kegiatan:

Melakukan kunjungan rumah untuk menanggulangi/mencegah penularan.

PERMASALAHAN DI KELUARGA DAN MASYARAKAT

Predisposing Factor (Menunjang)

a. Anak sering jajan sembarangan

b. Daya tahan tubuh menurun

c. Ibu tidak mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak

d. Makanan yang tidak ditutup di atas meja makan

e. Cara pengolahan makanan yang kurang higienis karena ibu tidak selalu mencuci bahan

makanan yang akan dimasak

Enabling Factor

a. Adanya kandang ternak ayam di dalam rumah

b. Jarak antara meja makan dan kamar mandi yang terlalu dekat

Holystic Analysis

Host:

Perilaku keluarga pasien yang tidak sehat seperti suka jajan sembarangan dan tidak mencuci

tangan sebelum makan.

Page 4: E.7.diare

Agent:

Tidak diketahui.

Environment:

Jarak jamban dan kamar mandi dengan letak makanan yang terlalu dekat, makanan di meja

makan yang tidak ditutup menyebabkan hinggapnya lalat pada makanan.

PERENCANAAN INTERVENSI

Menerangkan beberapa perilaku yang meningkatkan risiko terkena diare adalah:

Tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) saat bayi berumur 0-4 atau 6 bulan

Menggunakan botol susu. Botol susu tidak selalu mudah dibersihkan sehingga kuman

hinggap disitu

Menggunakan air minum yang tercemar, baik dari sumbernya atau ketika dibiarkan tidak

tertutup di rumah

Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau membuang tinja anak

Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar

Menyimpan makanan terbuka (pada suhu kamar) selama beberapa jam

Menerangkan cara mencegah diare:

Mengetahui cara diare menyebar, maka kiat utama memerangi diare adalah menjaga

kebersihan air serta menggunakan jamban untuk BAB. Selanjutnya juga jaga kebersihan diri,

makanan, minuman, dan tentunya alat makan. Semua ini hanya mungkin dapat dilakukan jika

air yang digunakan bersih dari kuman. Cuci tangan dengan sabun diketahui mampu menekan

kemungkinan terkena diare hingga 35%.

Menghindari diare berarti mengkonsumsi air dan makanan yang bersih. Minum air

dari sumber air yang tidak terkontaminasi. Selain dicuci bersih, makanan juga perlu dimasak

hingga matang, dan dijaga kebersihannya dengan ditutup sebelum disajikan untuk disantap.

Page 5: E.7.diare

Cara mengatasi jika sudah terjadi diare:

1. Cegah dehidrasi

Pastikan masuknya cairan dengan cukup. Minumlah banyak air, tentu saja air

matang. Masukan air dapat juga berupa air tajin, atau kuah sayur.

2. Atasi dehidrasi

Jika mata penderita mulai cekung, bibir kering, gelisah, rewel, lemas, dan kulit perut

jika dicubit tidak lentur, lambat kembali, berarti sedang terjadi dehidrasi tingkat ringan-

sedang. Bawa penderita ke sarana kesehatan untuk mendapatkan oralit selama 3 jam

pertama. Bila membaik dan dapat pulang, berikan oralit setiap kali BAB. Seperempat

gelas untuk anak usia di bawah satu tahun, dan setengah gelas untuk anak usia 1-4 tahun.

Berikan satu gelas untuk anak usia lebih dari 5 tahun. Bila air kencing lebih pekat dan

ujung jari tangan-kaki menjadi dingin, segera rujuk ke sarana kesehatan yang lengkap

untuk mendapatkan pemberian cairan melalui infus.

3. Berikan makanan

Tetap berikan makanan. Pada balita yang masih minum ASI, berikan ASI lebih

sering. Pada balita yang minum susu formula, berikan susu lebih sering dari biasanya.

4. Obati masalah lain

Jika ditemui penyakit lain selain diare, berikan pengobatan sesuai indikasi dengan

tetap berusaha mengatasi dehidrasi.

PELAKSANAAN INTERVENSI

Dilakukan kunjungan rumah dengan metode wawancara serta menjelaskan:

1. Pengertian Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari

biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari

penderita. Diare sangat berbahaya karena terjadi kehilangan cairan. Keadaan ini

Page 6: E.7.diare

diumpamakan seperti tanaman yang kekurangan cairan, sehingga lama-kelamaan akan layu

dan mati. Begitu juga dengan manusia, bila terjadi diare maka tubuh akan kehilangan cairan

dan apabila keadaan ini tidak ditangani maka dapat menyebabkan kematian.

2. Penyebab Diare

Diare disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam tubuh melalui perantara hewan,

kuman yang berada dalam makanan, air, melalui tubuh (tidak mencuci tangan waktu makan).

Penyebab lainnya adalah:

Kondisi psikologis yang tidak stabil

Makanan yang merangsang peristaltik usus

Makanan pedas

3. Cara Penanganan Diare

Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga penderita harus diberi

cairan sebanyak mungkin untuk mengganti cairan yang hilang. Sebagai pertolongan pertama,

diberi cairan rumah tangga seperti air tajin, air sayur, air matang, atau teh. Disamping itu,

harus diberi cairan elektrolit berupa oralit. Jika tidak ada oralit, bisa menggunakan larutan

gula garam. Cara pembuatannya sebagai berikut: satu sendok teh munjung gula pasir,

seperempat sendok teh mujung garam, dilarutkan dalam satu gelas air matang (200 cc).

Selanjutnya penderita diberi minum.

4. Nutrisi Bagi Penderita Diare

Kondisi peristaltik usus yang tidak memungkinkan, maka perlu diberi makanan yang

lunak untuk membantu peristaltik usus. Bagi bayi yang masih minum susu, ASI tetap

diberikan dan PASI diencerkan.

5. Pencegahan Diare

Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

Menutup makanan dan minuman

Page 7: E.7.diare

Mencuci makanan/sayuran

Selalu minum air yang sudah dimasak

Menjaga kebersihan diri

Menjaga kebersihan lingkungan : rumah, aliran air, sampah dibuang pada tempatnya

dan ditutup

Makan-makanan yang sehat/bergizi

MONITORING DAN EVALUASI

Intervensi Promotif

Health Education

Pasien dan keluarganya diberi edukasi mengenai penyakit diare, bahaya diare, cara

pencegahan penyakit, komplikasi, dan perawatan pasien saat sakit, serta diberikan edukasi

juga tentang penerapan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,

keluarga pasien juga diberi penyuluhan tentang cuci tangan menggunakan sabun sebelum

makan dan setelah memegang unggas peliharaannya.

Gizi

Pemberian makanan yang bergizi mencakup 4 sehat 5 sempurna sesuai dengan

kemapuan ekonomi pasien untuk meningkatkan kesehatan maupun daya tahan tubuh pasien.

Sebagai contoh nasi, tahu, tempe, ayam, telur, sayur hijau, buah, dan susu. Pemanfaatan lahan

pekarangan yang tersisa di rumah untuk ditanami tanaman pangan yang mengandung gizi

untuk pemenuhan kebutuhan gizi keluarga. Sebagai contoh tomat, bayam, kentang, atau

terong. Memberi edukasi tentang makanan yang sehat baik mengenai cara pengolahan yang

sehat, penyajian yang sehat, dan penyimpanan yang sehat.

Rumah Sehat

Diberikan penjelasan tentang hubungan antara kondisi rumah dengan kesehatan

tubuh. Diterangkan juga tentang ciri-ciri rumah sehat yang perlu diikuti oleh pasien seperti

Page 8: E.7.diare

menggunakan sumber air minum yang bersih dan jarak sumber jamban dengan air lebih dari

10 meter.

Intervensi Preventif

1. Menyarankan pasien untuk minum air yang dimasak dan ditapis

2. Mencuci tangan sebelum memberi anak makan, setelah beraktivitas dan setelah buang air

besar

Intervensi Kuratif

Pengobatan pada pasien adalah Oralit, Cotrimoxazole syrup, tablet zinc, serta

pertahankan gizi.

Intervensi Rehabilitatif

Tidak jajan sembarangan dan mendapatkan cairan yang secukupnya.