E.2.gizi buruk

download E.2.gizi buruk

of 9

description

gizi buruk

Transcript of E.2.gizi buruk

E.2.PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUKLATAR BELAKANG MASALAHSalah satu masalah gizi yang menjadi perhatian khusus adalah Kurang Energi Protein (KEP). Manifestasi KEP bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan kondisi kurus, pendek, mengalami gangguan tumbuh kembang, dan bila keadaan memberat, dapat timbul marasmus, kwashiorkor, maupun marasmik-kwashiorkor. Masalah KEP dapat diibaratkan seperti fenomena gunung es, dimana penderita yang tampak hanya sebagian kecil, sedangkan keadaan sebenarnya lebih parah.

Penyebab masalah kekurangan gizi dapat dilihat dari kerangka konsep berikut:

Kurang GiziMakan Tidak SeimbangPenyakit InfeksiPola Asuh Anak Tidak MemadaiTidak Cukup Persediaan PanganSanitasi dan Air Bersih/Pelayanan Kesehatan Dasar Tidak MemadaiKurang Pendidikan, Pengetahuan, dan KetrampilanKurang Pemberdayaan Wanita dan KeluargaKurang Pemanfaatan Sumber Daya MasyarakatPengangguran, Inflasi, Kurang Pangan, dan KemiskinanKrisis Ekonomi, Politik, dan SosialAkar MAsalahPokok MasalahPenyebab Tidak LangsungPenyebab LangsungDampakAnak yang sedang dalam tumbuh kembang sangat rawan terkena kekurangan energi dan protein disebabkan:1. Kemampuan saluran cerna anak yang tidak sesuai dengan jumlah volume makanan yang mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan oleh anak.2. Kebutuhan gizi anak per satuan berat badan lebih besar daripada orang dewasa. Hal ini diakibatkan kebutuhan gizi pada anak selain diperlukan untuk pemeliharaan juga untuk pertumbuhan.3. Anak lebih rawan terkena penularan penyakit.4. Dalam hal penyajian makanan, anggota keluarga yang memiliki nilai produktif biasanya mendapat pilihan yang terbaik.Delapan fakta tentang gizi buruk:1. Kondisi gizi buruk termasuk busung lapar dapat dicegah.2. Gizi buruk adalah masalah yang bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan, (masalah struktural) tapi juga karena aspek sosial dan budaya sehingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga).3. Diperkirakan bahwa Indonesia kehilangan 220 juta IQ poin akibat kekurangan gizi. Dampak lain dari gizi kurang adalah menurunkan produktivitas, yang diperkirakan antara 20-30%.4. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek dan mengalami gangguan pertumbuhan serta perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80% terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun.5. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.6. 6,7 juta balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi akibat pemberian ASI dan makanan pendamping ASI yang salah. 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk.7. Kurang Energi Protein (KEP) ringan sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 2 tahun, meskipun dapat juga dijumpai pada anak lebih besar.8. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat risiko kematian cukup besar, yaitu 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi, seperti Tuberkulosis, Radang paru, Infeksi saluran cerna, atau karena gangguan jantung mendadak.Berdasarkan data dari Puskesmas Ngronggot pada bulan Juli 2011 didapatkan 15 balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk. Hal ini menggambarkan masih adanya permasalahn gizi terutama gizi kurang sampai gizi buruk.Sebagai contoh kasus, kami mengambil An. S.N. yang berusia 4 tahun 11 bulan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ibu pasien membawanya ke Puskesmas Ngronggot dengan keluhan belum bisa beraktivitas seperti anak seumuran. Setelah di anamnesa lebih lanjut, pasien mempunyai riwayat panas tinggi dan kejang saat masih berusia 1 bulan.Penanganan kasus gizi ini sangatlah kompleks karena melibatkan berbagai faktor. Hal ini yang menyebabkan penanganan kasus gizi tidak mudah dan melibatkan berbagai bidang. Penanganan yang tepat diharapkan memberikan hasil yang optimal.PERENCANAAN DAN INTERVENSITujuanTujuan Umum:Menurunkan angka gizi buruk.Tujuan Khusus:1. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di Posyandu.2. Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di Puskesmas/RS dan rumah tangga.3. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga miskin.4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI).5. Memberikan suplemtasi gizi (kapsul Vitamin A) kepada semua balita.PERMASALAHAN DI KELUARGA DAN MASYARAKAT1.Masih ditemukannya kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Ngronggot.2.Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi serta selama beberapa tahun terakhir penurunannya sangat lambat.3.Penyebab kejadian gizi buruk:a. Kemiskinanb. Karena pola asuh yang tidak baikc. Adanya penyakit kronis4.Kejadian gizi buruk tidak terjadi secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup selama beberapa bulan sebelumnya yang bisa diukur dengan melakukan penimbangan secara bulanan.5.Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di Puskesmas/RS.Holystic AnalysisAn. S.N. ini termasuk dalam status gizi buruk. Dampak dari gizi buruk itu sendiri adalah adanya gangguan pertumbuhan fisik, mental, dan intelektual sehingga terjadi gangguan tumbuh kembang. Interaksi penyebab-pejamu-lingkungan seharusnya berjalan secara seimbang dan dinamis. Bila interaksi ini terganggu dapat timbul simpanan berkurang, bahkan sampai simpanan habis. Hal ini menyebabkan perubahan faali dan metabolik sehingga timbul gangguan gizi. Gangguan gizi yang tidak ditangani dapat menyebabkan cacat dan kemungkinan terbutuk yaitu kematian.

Faktor PenyebabZat gizi buruk. Zat kurang ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Kualitas artinya jumlah yang diberikan kurang dari kebutuhan. Kualitas dipengaruhi jenis dan variasi makanan. Dalam kasus ini, pemberian jumlah makanan dirasa sangat kurang (1 porsi untuk 2 orang balita). Tidak hanya itu, variasi makanannya juga kurang beragam dan tidak meemenuhi standar makanan 4 sehat 5 sempurna. Susu yang diberi oleh pihak puskesmas, kadang tidak habis dalam kurun waktu yang sudah ditentukan karena apabila An. S.N. sudah tidak mau, maka pemberian susu dihentikan. Selain itu, kurangnya perilaku hidup bersih pada pasien ini juga menyebabkan pasien sering terkena ISPA.Faktor Pejamu Umur. Anak sangat rentan terhadap gangguan gizi seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Status faali. Keadaan faali sangat dipengaruhi oleh penyakit dan berpengaruh pada metabolisme. Kegiatan. Aktivitas dan asupan merupakan dua hal yang seharusnya seimbang. Status penyakit. Penyakit akan mengganggu metabolisme tubuh. Hal ini menyebabkan penggunaan zat gizi akan terfokus untuk mengatasi penyakit sehingga zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan akan berkurang. Pada kondisi penyakit, status gizi dapat memburuk. Dengan status gizi yang kurang bahkan buruk, tubuh tidak mampu mengatasi penyakit yang ada sehingga keadaan penyakit akan semakin parah. Hal ini menjadi lingkaran setan, sehingga baik penyakit maupun gangguan gizi keduanya harus segera mendapat intervensi. Penyakit. Kebiasaan, adat, tingkah laku yang berhubungan dengan pangan. Pada anak, hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan, adat, pengetahuan pengasuh, dalam hal ini terutama orang tua. Pemberian informasi tentang keluarga sadar gizi mutlak diperlukan sebagai tindak intervensi manajemen gizi buruk.Faktor Lingkungan Faktor yang berpengaruh ada tidaknya faktor penyebab Faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan gizi pejamu Faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan pejamuStrategi1. Revitalisasi Posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan.2. Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat, dan kelompok potensial lainnya.3. Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk.4. Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana).5. Menyediakan dan melakukan KIE.6. Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk.PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSILangkah-langkah intervensi yang dilakukan antara lain:1.Memperbaiki sosial ekonomi secara tidak langsung.2.Melakukan peningkatan penemuan kasus di tiap desa dan penyuluhan pada kader posyandu maupun warga setempat agar dapat mengenali gejala dan tanda gizi buruk.3.Melakukan kunjungan rumah pada anak yang mengalami gizi buruk dan memberikan pengobatan gizi buruk serta melakukan monitoring perkembangan tumbuh kembang anak gizi buruk.4.Memberi edukasi kepada orang tua dan nenek asuh serta pembantu mengenai pemberian gizi seimbang pada bayi gizi buruk serta melatih mereka agar tekun dan sabar dalam merawat bayi mereka.5.Membuat pos gizi dengan cara mengumpulkan beberapa faktor untuk diajarkan cara membuat makanan bergizi dan disarankan untuk dilakukan di rumah sehari-hari serta dievaluasi untuk ke depannya.MONITORING DAN EVALUASI1. Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di Posyandu Melengkapi kebutuhan sarana di Posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR) Orientasi kader Menyediakan materi KIE Menyediakan suplementasi kapsul Vitamin A2. Tatalaksana gizi buruk Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di Puskesmas/RS Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan Meningkatkan keterampilan petugas Puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi buruk3. Pencegahan gizi buruk Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di Posyandu Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan4. Surveilen gizi buruk Pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat Gizi (PWS-Gizi) Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk Pemantauan Status Gizi (PSG)Intervensi PromotifHealth EducationPendidikan gizi, tumbuh kembang, rumah sehat, dan pengendalian lingkungan seperti edukasi mengenai pemberian makanan dan stimulasi. Pada pasien ini hendaknya diajarkan kepada ibu dari An. S.N. tentang cara penyajian makanan kepada pasien. Kualitas dan kuantitas perlu ditekankan dalam mengajarkan ibu pasien agar asupan anak terpenuhi. Memberikan check list jadwal harian pemberian makanan tambahan kepada ibu pasien, sebagai ganti pengawas pemberian makanan tambahan. Perilaku hidup bersih pada ibu pasien juga perlu dilakukan agar anak terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan higienitas dan sanitasi.GiziPemberian makanan yang bergizi mencakup syarat 4 sehat 5 sempurna, sesuai dengan kemampuan ekonomi pasien untuk meningkatkan kesehatan maupun daya tahan tubuh pasien. Sebagai contoh nasi, tahu, tempe, ayam, telur, sayur hijau, buah, dan susu.Rumah SehatDiberikan penjelasan kepada orang tua pasien tentang hubungan antara kondisi rumah dengan kesehatan tubuh. Dijelaskan juga ciri-ciri tentang rumah sehat, yang perlu dilakukan adalah: Kepadatan: Dari segi kepadatan, tidak memerlukan perbaikan karena telah memebuhi syarat rumah sehat (10 m2 untuk 1 orang). Ventilasi: Perlu diupayakan untuk membuat tambahan saluran ventilasi berapa jendela yang dapat dibuka dan ditutup. Pencahayaan: Dengan membuat jendela, maka pencahayaan akan lebih baik. Jumlah lampu untuk penerangan di rumah minimal satu buah lampu untuk setiap ruangan. Kelembaban: Membuat jendela akan mengurangi kelembaban di dalam rumah. Sanitasi: Kebersihan per orang perlu ditingkatkan lagi. Misalnya, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.Intervensi Preventif1.Menyarankan orang tua pasien agar menambah asupan gizi balitanya.2.Menghimbau orang tua pasien untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan agar balitanya tidak sering terkena penyakit infeksi.Intervensi KuratifPemberian makanan tambahan dan pemberian nutrisi yang tinggi kalori tinggi protein.Intervensi Rehabilitatif1.Perbaikan gizi pasien2.Menjaga pasien agar tidak sering terkena infeksi dengan selalu menjaga kebersihannya