e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri...

12
e-Journal Journal Journal Journal Peternakan Tropika Peternakan Tropika Peternakan Tropika Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: [email protected] email: [email protected] e-journal journal journal journal FAPET UNUD FAPET UNUD FAPET UNUD FAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas Udayana Udayana Udayana Udayana Elektronik Jurnal Peternakan Tropika dipublikasikan oleh: Fakultas Peternakan Universitas Udayana Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1 Telp. 0361-235231/222096 email: [email protected] email: [email protected] Volume Nomor Tahun V 3 2017

Transcript of e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri...

Page 1: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

eeee----JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

eeee----journal journal journal journal

FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas

UdayanaUdayanaUdayanaUdayana

Elektronik Jurnal Peternakan Tropika

dipublikasikan oleh:

Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1

Telp. 0361-235231/222096

email: [email protected]

email: [email protected]

Volume Nomor Tahun

V 3 2017

Page 2: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA

REDAKTUR / KETUA EDITOR

I Made Mudita, S.Pt., MP

EDITOR

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS

Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS

Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS

Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi

Eny Puspani, SPt., MSi

I Wayan Wirawan, SPt., MP

Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi

Dr. Ir. Tjokorda Gde Belawa Yadnya, MS

Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi

Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi

Ir. Ni Putu Sarini, MSc

Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM

I Wayan Sukanata, SPt., MSi

ALAMAT REDAKSI:

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1

Telp. 0361- 222096 / 235231

Email: [email protected]

Email: [email protected]

www.ojs.unud.ac.id

Page 3: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Vol 5 No 3 (2017): eJPT November - Desember 2017 Diterbitkan: 2017-11-11

Artikel • EVALUASI KUALITAS KIMIA SUSU KUDA LIAR SUMBAWA PADA UMUR YANG BERBEDA

Abubakar M. A., S. A. Lindawati, M. Hartawan 437 - 450

o 1. Artikel eJPT Muzhaffar Aryanda Abubakar et al

• APLIKASI BERBAGAI JENIS SLURRY DAN TINGKAT KADAR AIR TANAH TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL HIJAUAN Indigofera zollingeriana

Arista Pratama I W., I W. Suarna, M. A. P. Duarsa 451-464

o 2. Artikel eJPT Arista Pratama et al

• APLIKASI SLURRY DAN BIO-SLURRY SAPI PADA BERBAGAI LEVEL TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN Stylosanthes guianensis

Gunawan I P. C. A., I K. M. Budiasa, I W. Wirawan 465-479

3. Artikel eJPT Candra Adi Gunawan et al. ok

• KOMPOSISI TUBUH PEDET SAPI BALI BETINA LEPAS SAPIH YANG MENDAPAT RANSUM

DENGAN KANDUNGAN PROTEIN DAN ENERGI BERBEDA

Abdur Rahman, I W. Suarna, N. N. Suryani 480-488

o 4. Artikel eJPT Abdur Rahman et al

• EVALUASI PENGGUNAAN ASAP CAIR PADA KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP

KUALITAS KIMIA FISIK BAKSO SAPI

Laksono A. M. S., I N. S. Miwada, M. Hartawan 489-499

o 5. artikel eJPT_arief Mardi Setyo Laksono et al

• PEROMBAKAN LIMBAH TANAMAN PANGAN OLEH BAKTERI SELULOLITIK ASAL

CACING TANAH

Suberata I W., I M. Mudita, I N. S. Sutama 500-508

o 6. Artikel eJPT 2017-3_GR Sutarpa-Suberata-Mudita

• PENURUNAN EMISI POLUTAN SAPI BALI YANG DIBERI PAKAN LIMBAH PERTANIAN

MELALUI PEMBERIAN BIOSUPLEMEN BAKTERI LIGNOSELULOLITIK UNGGUL RUMEN

DAN RAYAP

Wibawa A. A. P. P., I G. L. O. Cakra, I M. Mudita, I. B. G. Partama 509-515

o 7. Artikel HB 2016-Wibawa-Mudita-Partama_Penurunan Emisi Polutan

• KECERNAAN NUTRIEN PAKAN SAPI BALI YANG DIBERI PAKAN BASAL DENGAN

BIOSUPLEMENTASI KONSORSIUM BAKTERI KOLON SAPI BALI DAN SAMPAH ORGANIK

Mudita I M., I G. N. Kayana, I W. Wirawan 516-524

o 8. Artikel eJPT-HB 3-2016_Kc. Nutrien_ Mudita et al

• AKTIVITAS ENZIM LIGNASE DARI BAKTERI LIGNOLITIK YANG DIISOLASI DARI CACING

TANAH PADA SUBSTRAT GULMA TANAMAN PANGAN

Wijana I W., I M. Mudita 525-533

o 9. Artikel eJPT-HUPS 2016_Wijana-Mudita ok

• cover-bagian depan eJPT Vol. 5 No. 3 Th 2017

I M. Mudita i-ii

o cover -Bagian depan eJPT Vol. 5 No. 3 Th. 2017

• PANDUAN BAGI PENULIS

I M. Mudita

o PANDUAN BAGI PENULIS eJournal Peternakan Tropika

Page 4: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

eeee----JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical Animal Science

email: eeee----journal journal journal journal

FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD

PEROMBAKAN LIMBAH

SELULOLITIK

Suberata

Fakultas Peternakan Universitas Udayana,

Evaluasi kemampuan perombakan substrat

bakteri selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah (

upaya mendapatkan isolat bakteri unggul

dilaksanakan dengan rancangan acak lengkap (RAL) 8 perlakuan dan 3 ulangan, dimana

perlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode

EB2CL, EB3CL, EB4CL, EB

didasarkan pada diameter zona bening yang terbentuk pada substrat

jerami padi, dedak padi, eceng gondok dan daun apu.

bakteri selulolitik dengan kode EB

pada substrat dedak padi dan daun apu yaitu

(Vs 1,621 – 1,721 cm), sedangkan

zone bening tertinggi (P<0,05) pada substrat jerami padi dan eceng gondok yaitu 1,060 cm (vs

1,010 – 1,053 cm) dan 1,495 cm (vs 1,394

mempunyai kemampuan degradasi terendah pada semua substrat ujipenelitian dapat disimpulkan bahwa isolat bakteri

dengan kode EB1CL dan EB8CL

dan gulma tanaman pangan.

Kata Kunci: Bakteri Selulolitik, Cacing Tanah, Kemampuan Perombakan

Tanaman Pangan

DEGRADATION OF

Evaluation of ability

from earthworm (Lumbricus rubellus

as weeds crops degrader. The experiment was conducted with completely randomized design

(CRD) 8 treatments and 3 replications

with the code EB1CL, EB2CL, EB

degrade ability measure by diameters of clear zone on

bran, water hyacinth and water

isolated from earthworm code

bran and water lettuce leaves substrate of 1,351 cm (Vs 1,239

- 1,721 cm), whereas the bacteria isolate coded EB8CL h

(P <0.05) on rice straw and water hyacinth substrates that were 1.060 cm (vs. 1.010

Submitted Date: Desember 20, 2017Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita dan A.A. P. P Wibawa

JournalJournalJournalJournal

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

500

LIMBAH TANAMAN PANGAN OLEH BAKTERI

SELULOLITIK ASAL CACING TANAH

oleh: Suberata, I W., I M. Mudita, dan I N. S. Sutama

Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman

email: [email protected].

ABSTRAK

kemampuan perombakan substrat limbah tanaman pangan oleh delapan (8) isolat

bakteri selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) telah dilakukan dalam

upaya mendapatkan isolat bakteri unggul perombak bahan pakan kaya

dilaksanakan dengan rancangan acak lengkap (RAL) 8 perlakuan dan 3 ulangan, dimana

perlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode

CL, EB5CL, EB6CL, EB7CL and EB8CL. Evaluasi

didasarkan pada diameter zona bening yang terbentuk pada substrat limbah

eceng gondok dan daun apu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bakteri selulolitik dengan kode EB1CL menghasilkan diameter zone bening tertinggi (P<0,05)

pada substrat dedak padi dan daun apu yaitu 1,351 cm (Vs 1,239 - 1,331 cm) dan 1,727 cm

1,721 cm), sedangkan isolat bakteri dengan kode EB8CL menghasilkan diameter

<0,05) pada substrat jerami padi dan eceng gondok yaitu 1,060 cm (vs

1,053 cm) dan 1,495 cm (vs 1,394 – 1,494 cm). Isolat bakteri dengan kode EB2CL

mempunyai kemampuan degradasi terendah pada semua substrat ujiisimpulkan bahwa isolat bakteri selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah

dan EB8CL mempunyai kemampuan terbaik dalam

Bakteri Selulolitik, Cacing Tanah, Kemampuan Perombakan

Tanaman Pangan

DEGRADATION OF WEEDS CROPS BY CELLULOLYTIC BACTERIA

ISOLATED FROM EARTHWORM

ABSTRACT

ability on degrading agricultural waste by eight cellulolytic bacteria isolated

Lumbricus rubellus) had been carried out for have the best cellulolytic bacteria

The experiment was conducted with completely randomized design

(CRD) 8 treatments and 3 replications, treatments based on the eight cellulolytic bacteria isolates

CL, EB3CL, EB4CL, EB5CL, EB6CL, EB7CL and EB

degrade ability measure by diameters of clear zone on agricultural waste

water lettuce leaves. The results showed that cellulolytic

isolated from earthworm coded EB1CL has produce highest clear zone diameters (P <0.05) on rice

bran and water lettuce leaves substrate of 1,351 cm (Vs 1,239 - 1,331 cm) and 1,727 cm (Vs 1,621

1,721 cm), whereas the bacteria isolate coded EB8CL has produce highest clear zone diameter

(P <0.05) on rice straw and water hyacinth substrates that were 1.060 cm (vs. 1.010

2017 Accepted Date: : I Made Mudita dan A.A. P. P Wibawa

Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika

Universitas Universitas Universitas Universitas

UdayanaUdayanaUdayanaUdayana

TANAMAN PANGAN OLEH BAKTERI

CACING TANAH

Sutama

Jl. P. B. Sudirman Denpasar

tanaman pangan oleh delapan (8) isolat

) telah dilakukan dalam

bahan pakan kaya selulosa. Penelitian

dilaksanakan dengan rancangan acak lengkap (RAL) 8 perlakuan dan 3 ulangan, dimana

perlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB1CL,

uasi kemampuan degradasi

limbah tanaman pangan yaitu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat

CL menghasilkan diameter zone bening tertinggi (P<0,05)

1,331 cm) dan 1,727 cm

isolat bakteri dengan kode EB8CL menghasilkan diameter

<0,05) pada substrat jerami padi dan eceng gondok yaitu 1,060 cm (vs

1,494 cm). Isolat bakteri dengan kode EB2CL

mempunyai kemampuan degradasi terendah pada semua substrat uji. Berdasarkan hasil

selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah

terbaik dalam mendegradasi limbah

Bakteri Selulolitik, Cacing Tanah, Kemampuan Perombakan Substrat, Gulma

BY CELLULOLYTIC BACTERIA

by eight cellulolytic bacteria isolated

the best cellulolytic bacteria

The experiment was conducted with completely randomized design

eight cellulolytic bacteria isolates

CL and EB8CL.Evaluated of

agricultural waste were rice straw, rice

The results showed that cellulolytic bacteria

has produce highest clear zone diameters (P <0.05) on rice

1,331 cm) and 1,727 cm (Vs 1,621

as produce highest clear zone diameter

(P <0.05) on rice straw and water hyacinth substrates that were 1.060 cm (vs. 1.010 - 1.053 cm)

Accepted Date: Desember 27 2017

Page 5: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Suberata et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 500– 508 Page 501

and 1.495 cm (vs 1.394 - 1.494 cm). The bacteria isolates coded EB2CL had the lowest

degradation ability on all substrates measured. Based on the result of this research, it can be

concluded that cellulolytic bacteria isolate from earthworm with code EB1CL and EB8CL have

the best ability in degrading of agricultural waste.

Key words: Cellulolytic Bacteria, Earthworm, Ability on degrading substrates, Agricultural

Waste

PENDAHULUAN

Pengembangan usaha peternakan terintegrasikan dengan lahan pertanian melalui

pemanfaatan limbah dan gulma tanaman pangan sebagai pakan merupakan salah satu upaya

optimalisasi pengembangan usaha peternakan dalam mendukung pencapaian swasembada

daging nasional. Pemanfaatan limbah tanaman pangan (termasuk gulma) menjadi pakan

disatu sisi akan mengurangi biaya produksi, namun disisi lain bahan pakan asal limbah

mempunyai berbagai kelemahan terkait rendahnya kualitas khususnya kandungan nutrients

available akibat kandungan serat kasar yang tinggi. Sehingga aplikasi teknologi pakan mutlak

diperlukan. Pemanfaatan bakteri selulolitik asal cacing tanah merupakan salah satu strategi

yang potensial dikembangkan.

Cacing tanah merupakan binatang yang mampu mendegradasi berbagai bahan organik

karena dalam saluran pencernaannya mengandung berbagai konsorsium mikroba sinergis

seperti bakteri, protozoa dan mikro fungi serta berbagai enzim sepertiamilase, protease,

selulase, lipase, chitinase, dan urease. Disamping itu, mukus dalam saluran pencernaan

cacing tanah mengandung berbagai nutrien (karbohidrat, protein, bahan mineral dan bahan

organik, serta berbagai asam amino) serta hormon (Pathma dan Sakthivel, 2012). Lebih lanjut

diungkapkan mikroba cacing tanah mampu mendegradasi senyawa selulosa dan antinutrisi,

memproduksi antibiotika, pigmen fluorescent, siderophores, chitinase dan glucanase serta

berbagai growth promotor melalui pelarutan mineral, memproduksi hormon 1-

aminocyclopropane-1carboxylate (ACC) deaminase, dan menekan mikroba patogen.

Pemanfaatan isolat bakteri selulolitik cacing tanah sebagai sumber inokulan

konsorsium mikroba dalam produksi bioinokulan feed suplemen berprobiotik akan

menghasilkan produk berkualitas mengingat adanya kandungan berbagai nutrien dan growth

promotor serta berbagai mikroba simbion (Pathma dan sakthivel, 2012; Sutama et al., 2014).

Namun informasi lengkap mengenai kemampuan perombakan selulosa khususnya asal limbah

dan gulma tanaman pangan oleh isolat bakteri selulolitik asal cacing tanah belum diperoleh.

Sehingga penelitian ini sangat penting untuk dikembangkan dalam memperoleh isolat bakteri

Page 6: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Suberata et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 500– 508 Page 502

unggul pendegradasi gulma tanaman pangan sebagai salah satu upaya optimalisasi

pengembangan usaha peternakan itik bali rakyat pola integrasi dengan lahan pertanian.

MATERI DAN METODE

Tempat dan Lama Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas

Peternakan, Universitas Udayana selama 3 bulan.

Isolat Bakteri Selulolitik Hasil Isolasi dari Cacing Tanah

Penelitian memanfaatkan 8 isolat bakteri selulolitik (belum teridentifikasi) dengan

kode EB1CL, EB2CL, EB3CL, EB4CL, EB5CL, EB6CL, EB7CL dan EB8CL hasil isolasi

dari cacing tanah.

Substrat Limbah dan Gulma Tanaman Pangan

Sampel limbah dan gulma tanaman pangan yang akan dimanfaatkan dalam penelitian

ini adalah jerami padi, dedak padi, enceng gondok dan daun apu. Bahan limbah dan gulma

tanaman pangan tersebut terlebih dahulu dikeringkan dalam forced draught oven weight pada

suhu 70 ºC selama 36-48 jam (sampai tercapai berat kering udara/Dry Weight (DW) yang

ditandai dengan berat sampel tidak mengalami perubahan lagi jika pengovenan dilanjutkan

pada suhu yang sama). Kemudian setiap sampel bahan substrat tersebut digiling halus dengan

gilingan bersaring 1 ml. Selanjutnya sampel bahan substrat disterilisasi dengan sinar ultra

violet dalam laminar airflow selama 30 menit untuk mencegah kontaminasi.

Medium Pertumbuhan Bakteri

Medium pertumbuhan bakteri yang diproduksi pada penelitian ini adalah 2 jenis yaitu

medium cair dan medium padat. Medium pertumbuhan cair dipergunakan untuk produksi

kultur isolat bakteri yang akan dipakai sebagai sumber isolat yang akan dievaluasi

kemampuan degradasi substratnya, sedangkan medium padat dipakai sebagai medium substrat

yang akan dievaluasi tingkat degradasinya oleh isolat bakteri.

Medium pertumbuhan cair untuk menumbuhkan stok isolat bakteri lignolitik dari

cacing tanah dibuat menggunakan Fluid Thioglicollate Medium (FTM) dengan substrat

Carboxy Methyl Cellulose/CMC sebagai sumber selulosa. Medium pertumbuhan cair bakteri

lignolitik cacing tanah akan dibuat dengan cara melarutkan 2,98 gram FTM ditambah 0,2

gram substrat dalam 100 ml aquades. Semua bahan dimasukkan dalam elemmeyer dan

dihomogenkan menggunakan magnetic stirrers (750 rpm) pada suhu 100 ºC selama ± 15

Page 7: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Suberata et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 500– 508 Page 503

menit untuk menghomogenkan campuran. Selanjutnya disterilkan pada autoclave pada

temperatur 121 ºC selama 15 menit.

Sedangkan medium pertumbuhan bakteri padat dibuat dengan bahan dan cara yang

sama seperti pembuataan medium pertumbuhan cair hanya ditambahkan 2 g bakto agar

sebagai pemadat dengan konsentrasi 2 % dalam medium.

Peralatan

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembangkit gas CO2,

laminar air flow, incubator 39ºC, micropipet, pengaduk magnetik, fortex, timbangan elektrik,

penggilingan, autoklaf, sentrifuse, spectrophometer uv-vis, haemocytometer, drough force

oven, lampu uv, desikator, dan alat-alat gelas.

Produksi Medium Pertumbuhan Bakteri

Medium pertumbuhan bakteri selulolitik cair dibuat untuk penumbuhan stok isolat

bakteri selulolitik dan untuk produksi ekstrak enzim dari isolat bakteri selulolitik murni.

Medium pertumbuhan bakteri selulolitik cair dibuat dengan cara tiap 100 ml medium dibuat

menggunakan 2,98 gram FTM ditambah 0,2 gram substrat carboxymethylcellulose/CMC

(sumber selulosa) kemudian ditambahkan aquades hingga volume medium 100 ml.

Selanjutnya medium dicampurkan hingga homogen menggunakan vorteks selama 15 menit

suhu 100 ºC. Setelah homogen medium disterilisasi dalam autoklaf selama 15 menit dengan

suhu 121 ºC.

Medium pertumbuhan bakteri selulolitik padat dibuat dengan bahan dan cara yang

sama seperti pertumbuhan medium pertumbuhan cair hanya ditumbuhkan bakto agar sebagai

pemadat dengan konsentrasi 2 % medium.

Produksi Kultur Bakteri

Kultur bakteri diproduksi dengan cara menumbuhkan kembali isolat bakteri (stok)

dalam medium pertumbuhan cair bakteri selulolitik. Kultivasi diawali dengan melarutkan stok

isolat bakteri menggunakan larutan NaCl 0,9% dan dilanjutkan dengan menginokulasikan

20% larutan isolat bakteri dengan absorbansi 0,5 pada 660 nm ke dalam medium

pertumbuhan cair, kemudian dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam.

Kultur bakteri yang tumbuh siap dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian.

Preparasi Sampel Limbah Usaha Pertanian Terintegrasi

Sampel limbah pertanian yang akan dimanfaatkan dalam pertanian ini adalah jerami

padi, dedak padi, enceng gondok dan daun apu. Bahan limbah tersebut terlebih dahulu

dikeringkan dalam forced draught oven weight pada suhu 70ºC selama 36-48 jam (sampai

Page 8: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Suberata et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 500– 508 Page 504

tercapai berat kering udara/Dry Weight (DW) yang ditandai dengan berat sampel tidak

mengalami perubahan lagi jika pengovenan dilanju tkan pada suhu yang sama). Kemudian

setiap sampel bahan substrat tersebut digiling halus dengan gilingan bersaringan 1 ml.

Selanjutnya sampel bahan substrat disterilisasi untuk mencegah kontaminasi.

Medium Evaluasi Degradasi Substrat

Medium untuk evaluasi degradasi substrat dibuat dari medium pertumbuhan bakteri

padat dengan substrat disesuaikan dengan substrat yang akan dievaluasi tingkat degradasinya

yaitu dengan konsentrat 1 % dalam medium.

Medium untuk evaluasi degradasi substrat dibuat dengan mencampur 2,98 gram Fluid

Thioglicollate Medium (FTM) ditambah 2 gram bakto agar dan 1 gram substrat (daun apu

dan/atau eceng gondok) ditambah aquades hingga volume 100 ml.

Evaluasi Kemampuan Degradasi Selulosa dari Isolat Bakteri

Uji kemampuan degradasi substrat dari isolat bakteri selulolitik ditentukan

berdasarkan pembentukan diameter zona bening disekeliling koloni. Substrat yang digunakan

pada kegiatan seleksi ini adalah jerami padi, dedak padi, eceng gondok dan daun apu.

Kegiatan seleksi ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada tiap substrat yang diuji

untuk memperoleh hasil pengamatan yang baik.

Pelaksanaan uji degradasi substrat dilakukan dengan cara menginokulasikan 15 µl

kultur bakteri murni yang akan dievaluasi kualitasnya pada paper disk 0,6 cm yang diletakkan

diatas medium pertumbuhan bakteri padat selektif (medium pertumbuhan padat yang

mengandung 1% substrat uji), selanjutnya diinkubasi dalam inkubator T 37ºC selama 24 jam.

Pengukuran diameter zona difusi dilakukan menggunakan jangka sorong.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap yang terdiri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah

isolat bakteri selulolitik hasil isolasi dari cacing tanah yaitu isolat dengan kode EB1CL,

EB2CL, EB3CL, EB4CL, EB5CL, EB6CL, EB7CL dan EB8CL sehingga secara keseluruhan

terdapat 24 unit percobaan.

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati meliputi kemampuan degradasi dari isolat bakteri selulolitik

terhadap substrat jerami padi, dedak padi, daun apu dan eceng gondok.

Page 9: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Suberata et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 500– 508 Page 505

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam/Anova. Apabila terdapat hasil yang

berbeda nyata (P≤0,05), analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur/Honestly Significant

Different (Sastrasupadi, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri selulolitik yang diisolasi dari

cacing tanah (Lumbricus rubellus) mempunyai kemampuan mendegradasi substrat limbah

tanaman pangan yang cukup tinggi yang ditunjukkan dengan dihasilkannya diameter zone

bening yang cukup tinggi yaitu masing-masing 1,010 – 1,060 cm, 1,239 – 1,351 cm, 1,394 –

1,499 cm dan 1,621 – 1,727 cm pada substrat jerami padi, dedak padi, eceng gondok dan daun

apu (Tabel 1). Pada tabel tersebut juga tampak bahwa isolat bakteri selulolitik dengan kode

EB1CL menghasilkan diameter zone bening tertinggi (P<0,05) pada substrat dedak padi dan

daun apu yaitu 1,351 cm (1,351 cm Vs 1,239 - 1,331 cm) dan 1,727 cm (1,727 cm Vs 1,621 –

1,721 cm), sedangkan isolat bakteri dengan kode EB8CL menghasilkan diameter zone bening

tertinggi (P<0,05) pada substrat jerami padi dan eceng gondok yaitu 1,060 cm (vs 1,010 –

1,053 cm) dan 1,495 cm (vs 1,394 – 1,494 cm). Isolat bakteri dengan kode EB2CL

mempunyai kemampuan degradasi terendah pada semua substrat uji (Tabel 1).

Tabel 1. Kemampuan Degradasi Gulma Tanaman Pangan dari Isolat Bakteri Selulolitik Asal

Cacing Tanah

Isolat Bakteri Kemampuan Degradasi pada Substrat (cm)

Jerami Padi Dedak Padi Eceng Gondok Daun Apu

EB 1 CL 1,053cd 1,351 c 1,494b 1,727b

EB 2 CL 1,010a 1,239 a 1,394a 1,621a

EB 3 CL 1,051bcd 1,331 bc 1,491b 1,720b

EB 4 CL 1,046 bcd 1,320 bc 1,472b 1,712ab

EB 5 CL 1,026 ab 1,280 ab 1,449ab 1,670ab

EB 6 CL 1,028 abc 1,289 ab 1,467b 1,649ab

EB 7 CL 1,042 bcd 1,306 bc 1,474b 1,717b

EB 8 CL 1,060 d 1,296 b 1,495b 1,721b

SEM 0,006 0,010 0,013 0,019

Keterangan: 1) EB1CL, EB2CL, EB3CL, EB4CL, EB5CL, EB6CL, EB7CL, EB8CL merupakan kode isolat

bakteri selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah. 2

)Superskrips sama pada kolom yang

sama berbeda tidak nyata (P>0,05), 3) SEM== Standart Error of The Treatment Means

Page 10: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Suberata et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 500– 508 Page 506

Dihasilkkannya diameter zone bening yang cukup tinggi oleh kedelapan (8) isolat

bakteri selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) menunjukkan bahwa

semua isolat bakteri selulolitik tersebut pada dasarnya mempunyai kemampuan mendegradasi

substrat selulosa khususnya dari gulma tanaman pangan yang cukup tinggi. Hal ini juga

menunjukkan produksi dan kualitas enzim selulase khususnya yang dihasilkan semua isolat

tersebut cukup tinggi. Perez et al., 2002 serta Howard et al., 2003 mengungkapkan bahwa

kemampuan mendegradasi substrat dari suatu isolat bakteri dipengaruhi oleh produksi dan

kualitas enzim yang dihasilkan oleh isolat bakteri bersangkutan serta faktor lingkungan terkait

dimana proses degradasi tersebut berlangsung. Lebih lanjut Perez et al. (2002)

mengungkapkan bahwa produksi dan kualitas enzim dari suatu isolat sangat dipengaruhi oleh

faktor genetik dari isolat bakteri bersangkutan. Isolat bakteri dengan kualitas genetik tinggi

akan mampu menghasilkan kemampuan mendegradasi substrat yang tinggi. Pada penelitian

ini isolat bakteri yang dipergunakan belum teridentifikasi (Sutama et al., 2016), namun

berdasarkan hasil evaluasi kemampuan degradasi substrat khususnya pada substrat eceng

gondok dan daun apu menunjukkan bahwa kedelapan isolat bakteri selulolitik yang diisolasi

dari cacing tanah mempunyai kemampuan mendegradasi substrat yang cukup tinggi.

Pada Tabel 1 juga tampak bahwa isolat bakteri selulolitik dengan EB1CL mampu

menghasilkan diameter zone bening tertinggi pada substrat dedak padi dan daaun apu, sedangkan

isolat EB8CL menghasilkan diameter zone bening tertinggi pada substrat jerami padi dan eceng

gondok. Hal ini menunjukkan isolat EB1CL dan EB8CL mampu memproduksi enzim selulase dengan

kuantitas dan kualitas yang tinggi yang kemungkinan besar berbeda nyata dengan yang dihasilkan oleh

isolat bakteri khususnya EB2CL. Perez et al. (2002) mengungkapkan semakin tinggi kuantitas dan

kualitas enzim yang dihasilkan semakin tinggi kemampuan isolat dalam merombak/mendegradasi

substrat dapat dilakukan. Howard et al. (2003) menambahkan bahwa dalam mendegradasi senyawa

kompleks seperti selulosa, paling tidak dibutuhkan 3 jenis enzim selulase yang bekerja secara sinergis

dan berkesinambungan yaitu enzim endo glukanase/CMC-ase, eksoglukanase (selodektrinase dan

selobiohydrolase) dan glukosidase. Keseimbangan produksi ketiga jenis enzim selulase ini pada

isolat bakteri selulolitik penelitian juga yang mempengaruhi kemampuan degradasi substrat gulma

tanaman pangan tersebut. Beauchemin et al. (2003) dan Lynd et al (2002) mengungkapkan

bahwa perombakan secara enzimatis senyawa kompleks selulosa berlangsung karena adanya

kompleks enzim selulase yang bersifat spesifik untuk menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik,

rantai selulosa dan derivatnya melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah menguraikan

polimer selulosa secara random oleh enzim carboxymethilcelulase/CMC-ase atau endo β-1,4

glukanasedengan cara memecah ikatan hidrogen yang ada di dalam struktur kristalin selulosa

Page 11: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Suberata et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 500– 508 Page 507

(ikatan internal α-1,4-glukosida) sehingga terbentuk rantai-rantai individu selulosa

(oligodekstrin). Tahap kedua adalah penguraian selulosa dari ujung pereduksi dan non

pereduksi oleh eksoglukanase (selodektrinase dan selobiohydrolase) melalui pemotongan

ujung-ujung rantai individu selulosa (ujung pereduksi dan non-pereduksi) sehingga

menghasilkan disakarida dan tetrasakarida (misal selobiosa). Tahap ketiga (terakhir) adalah

tahap penguraian selobiosa menjadi glukosa oleh enzim β-glukosidase/glukohydrolase.

Adanya nilai tertinggi pada substrat yang berbeda yang dihasilkan oleh isolat bakteri

dengan kode EB1CL (pada substrat dedak padi dan daun apu) dan EB8CL (pada substrat

jerami padi dan eceng gondok) kemungkinan besar sebagai akibat perbedaan jenis dan

aktivitas enzim selulase yang dihasilkan oleh kedua isolat bakteri tersebut. Hal ini mengingat

karakteristik dari kedua macam substrat tersebut. Berdasarkan data Tabel 1 kemungkinan

besar isolat bakteri EB1CL menghasilkan enzim endoglukanase atau glukosidase mengingat

substrat yang didegradasi mempunyai kecendrungan lebih kaya dengan komponen selulosa

yang amorforous (serat selulosa yang lebih renggang/lunak). Sedangkan isolat bakteri dengan

kode EB8CL menghasilkan enzim eksoglukanase mengingat substrat yang berhasil

didegradasi mempunyai karakteristik serat yang lebih tinggi/selulosa berkristal.

Dihasilkannya diameter zone bening yang secara umum lebih tinggi pada substrat

gulma tanaman pangan (daun apu dan eceng gondok) dibandingkan dengan pada substrat

limbah tanaman pangan (jerami padi dan dedak padi) oleh kedelapan isolat bakteri selulolitik

cacing tanah disebabkan karena limbah tanaman pangan (jerami padi dan dedak padi)

mempunyai kadar serat kasar/SK yang lebih tinggi daripada gulma tanaman pangan (SK daun

apu 21,30%, SK eceng gondok 19,71%, SK jerami padi 32,41%, SK dedak padi 18,51%)

(Radjiman et al., 1999; Sumaryono, 2003; Wahyono dan Hardianto, 2007). Pada penelitian

ini, hal tersebut tampak secara jelas dimana limbah tanaman pangan (jerami padi dan dedak

padi) yang mempunyai kandungan serat kasar yang lebih tinggi menghasilkan diameter zone

bening yang lebih rendah daripada substrat gulma tanaman pangan (daun apu dan eceng

gondok).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sSemua isolat bakteri

selulolitik asal cacing tanah mampu mendegradasi limbah dan gulma tanaman pangan. Isolat

bakteri dengan kode EB1CL menghasilkan diameter zone bening tertinggi pada substrat

dedak padi dan daun apu, sedangkan isolat bakteri dengan kode EB8CL menghasilkan

diameter zone bening tertinggi pada substrat jerami padi dan eceng gondok.

Page 12: e---Journal ee Peternakan Tropika - simdos.unud.ac.id fileperlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB 2 CL, EB 3 CL, EB 4 CL, EB didasarkan

Suberata et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 500– 508 Page 508

UCAPAN TERIMA KASIH

Makalah ini merupakan hasil penelitian yang dibiayai Universitas Udayana melalui

hibah penelitian Group Riset. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Rektor dan

LPPM UNUD atas pendanaan kegiatan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Kepala dan analis Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet Unud serta mahasiswa

yang membantu pelaksanaan penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A.F., Moahmed A., Abdel Naby.2012. Pretreatment and enzymic saccharyfication of

water hyacinth cellulose. Carbohydrate polymers.

Beauchemin, K.A., D. Colombatto, D.P. Morgavi And W.Z. Yang. 2003. Use of exogenous

fibrolytic enzymes to improve feed utilization by ruminants. J. Anim. Sci. 81 (E. Suppl. 2):

E37-E47.

Howard, R. L., E. Abotsi, J. V. Rensburg, and Howards. 2003. Lignocellulose Biotechnology:

Issues of Bioconversion and Enzyme Production. African Journal of biotechnology 2

:6002-619. Available from: URL: http://www.vtt.fi/inf/pdf.

Lynd, L. R., P. J. Weimer, W. H. V. Zyl, and I. S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulose

Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiology and Moleculer Biology

Reviews: 506-577. American Society for Microbiology.

Pathma, J. and N. Sakthivel. 2012. Microbial Diversity of Vermicompost bacteria that Exhibit

Useful Agricultural Traits and Waste Management Potential.SpringerPlus.Vol.1(26);1-19

Perez, J., J. Munoz-Dorado, T. De la Rubia, and J. Martinez. 2002. Biodegradation and

Biological Treatment of Cellulose, Hemicellulose and Lignin; an overview. Int. Microbial,

5: 53-56

Radjiman, D. A., T. Sutardi, dan L. E. Aboenawan. 1999. Efek Substitusi Rumput Gadjah

dengan Eceng Gondok dalam Ransum Domba terhadap Kinerja proses Nutrisi dan

Pertumbuhan. Laporan Penelitian, fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit

Kanisus.Yogyakarta.

Sumaryono. 2003. Kajian Penggunaan Tepung Kayu Apu (Pistia Stratiotes) dalam Ransum

dan Pengaruhnya terhadap Komposisi Fisik Karkas Ayam Kampung Umur 11 Minggu.

Skripsi, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.

Sutama, I N. S., I W. Suberatha, N. W. Siti. 2014. Pemanfaatan Konsorsium Mikroba Cacing

Tanah Sebagai Inokulan Suplemen Berprobiotik dalam Pengembangan Peternakan Itik

Bali RakyatBerbasis Limbah Tanaman Pangan. Laporan Penelitian Invensi Udayana.

Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

Sutama, I N. S., dan I W. Suberata. 2016. Isolasi dan karakterisasi bakteri selulolitik dari

cacing tanah sebagai sumber inokulan dalam optimalisasi pengembangan peternakan

berbasis limbah pertanian. Laporan Penelitian Grup Riset Universitas Udayana, Denpasar