DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri...

138
i

Transcript of DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri...

Page 1: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

i

Page 2: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

ii

DUGONGBUKAN PUTRI DUYUNG

Anugerah Nontji

Page 3: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

iii

SEKAPUR SIRIH

Dugong (Dugong dugon) adalah hewan mamalia laut yang makanannya adalah lamun(seagrass). Hewan ini sangat sering diasosiasikan dengan dongeng atau legenda tentang putriduyung, yang biasanya ditampilkan sebagai sosok manusia setengah ikan dengan kepala gadiscantik berambut panjang sampai pada bagian pinggang dan bagian bawahnya berupa ikan sampaike ekor. Dongeng putri duyung (Inggeris: mermaid) terdapat di berbagai penjuru dunia denganberbagai variasinya. Demikian lekatnya cerita tentang keduanya hingga orang sering salahpengertian. Setiap ada berita tentang hewan dugong tertangkap orang lalu mengharapkan dapatmelihat wujud wanita setengah ikan. Padahal keduanya sangat berbeda. Dugong ada di dunianyata, sedangkan putri duyung ada dalam dunia dongeng atau legenda.

Pada mulanya dugong tersebar luas di perairan tropis dan subtropis di kawasan Indo-Pasifik.Tetapi kini persebarannya semakin menciut saja. Oleh IUCN (International Union for theConservation of Nature) dugong telah dinyatakan “vulnerable to extinction” atau “rentanpunah”. Di Indonesia, banyak perairan pantai yang dulu dikenal dihuni oleh dugong, sekarangsudah tak terdengar beritanya lagi.

Di satu pihak, dugong telah dilindungi oleh Undang-Undang No. 7 (1999) tentang KonservasiFlora dan Fauna, tetapi di lain pihak tidak terdengar adanya upaya nyata untuk menyelamatkanhewan langka ini di Indonesia secara komprehensif. Lembaga pemerintah yang terkait denganurusan konservasi meskipun telah menetapkan kebijakan dan rencana aksi penyelamatandugong, namun implementasinya tampaknya belum tampak nyata.

Sejumlah ilmuwan Indonesia bersama rekan-rekan mereka dari Belanda, yang mempunyaiperhatian dalam masalah dugong, telah memprakarsai serangkain seminar tentang dugongIndonesia, dan berakhir dengan disusunnya naskah konsep “National Conservation Strategyand Action Plan for Dugong in Indonesia” di tahun 2009 dalam dua volume (de Iongh dkk., 2009a, 2009 b). Naskah ini kemudian dimutakhirkan dan disusun dalam Bahasa Indonesia dalam satuvolume (Hutomo dkk., 2012). Tetapi naskah itu lebih merupakan naskah akademis. Belum adalangkah-langkah yang konkret untuk menindak-lanjuti konsep itu.

Penulis mengamati bahwa informasi tentang dugong ini dalam Bahasa Indonesia masih sangatlangka. Padahal informasi itu sangat penting untuk mendukung upaya penyelamatan hewanlangka itu. Oleh sebab itu, penulis dengan segala keterbatasannya, mencoba mengumpulkanberbagai informasi tentang dugong, dan mencoba menuliskannya dalam gaya populer agar dapatlebih komunikatif dengan masyaratakat luas. Pada mulanya penulis membuat artikel-artikelpendek dan lepas-lepas tentang berbagai aspek tentang dugong dan berbagi (sharing) denganrekan-rekan penulis. Ternyata kemudian banyak rekan-rekan yang menyarankan agar artikel-

Page 4: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

iv

artikel itu dihimpun dan dibukukan. Terdorong atas saran rekan-rekan itu, penulis pun mencobamenyusun buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini hanya memuat hal-hal umum tentangdugong yang mungkin menarik bagi masyarakat umum. Oleh sebab itu bagi mereka, yang inginmengkaji masalah dugong dengan lebih mendalam, penulis menyertakan Daftar Pustaka yangmungkin dapat membantu sebagai arahan untuk rujukannya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan, terutama dari Kelompok “SahabatDugong” dan Yayasan Lamina yang telah memberikan masukan dan dorongan dalam prosespenulisan buku ini.

Seperti kata pepatah, Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa buku inibukanlah tanpa kekurangan. Untuk itu segala saran perbaikan dan penyempurnaan akan disambutdengan gembira.

Jakarta, April 2015Penulis

Anugerah Nontji

Page 5: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

v

DAFTAR ISI

Halaman

SEKAPUR SIRIH …………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… iii

A. DUGONG ……………………………………………………………………… 1

1. Dugong: Ciri umum ……………………………………………………... 2

2. Kerabat dugong ………………………………………………………….. 7

3. Evolusi Sirenia ………………………………………………………........ 11

4. Sebaran …………………………………………………………………... 14

5. Sensus …………………………………………………………………… 20

6. Melacak sang pengembara ………………………………………………. 25

7. Herbivor spesialis lamun ………………………………………………… 29

8. Perilaku makan ………………………………………………………….. 33

9. Ritual perkawinan ……………………………………………………….. 36

10. Kegiatan harian ………………………………………………………….. 39

11. Pemanfaatan ……………………………………………………………... 44

12. Wisata renang bersama dugong: Mungkinkah? …………………………... 48

13. Ancaman ……………………………………………………………....... 51

14. Penyakit ………………………………………………………………….. 57

15. Sayang anak …...………………………………………………………… 59

16. Suara dugong …………………………………………………………...... 63

17. Hidup dalam kolam …………………………………………………....... 67

18. Padang lamun habitat dugong ................……………………………....... 72

19. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Dugong di Indonesia …………... 79

20. Dugong menjadi ikon Kabupaten Bintan .……………………………….. 85

21. Jelmaan leluhur Orang Bajo ……………………………………………... 89

22. Kisah pemburu dugong dari Bintan …………………………………….. 94

Page 6: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

vi

23 “Mayangsari” si dugong dari Fakfak ……………………………….......... 99

24 Dugong dalam seni lukis …………………………………………………. 104

25. Pentas dugong ………………………………… …………....................... 108

26. Kasus hukum Dugong vs Rumsfeld …..………………………………… 110

B. PUTRI DUYUNG ……………………………………………………………... 115

27. Ragam putri duyung ……………………………………………………... 116

28. Heboh putri duyung …………………………………………………....... 120

DAFTAR PUSTAKA …….………………………………………………………….. 125

Page 7: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

1

A. DUGONG

Page 8: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

2

Gambar 1.1 . Dugong dugon.(Engel 1970)

1. DUGONG: CIRI UMUM

stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan duyung” dan “putriduyung”. Dalam khasanah ilmiah, istilah “dugong” adalah satwa mamalia yang hidup diperairan laut dangkal yang makanannya boleh dikatakan eksklusif lamun (seagrass). Nama

ilmiahnya adalah “Dugong dugon”.

Istilah “dugong” itu diambil dari bahasa Tagalog, “dugong”, yang bersumber dari bahasaMelayu, “duyung” atau “duyong” yang berarti “perempuan laut”. Istilah ini mungkin didasarkanpada banyaknya cerita atau dongeng lama tentang mahluk laut yang bentuknya setengah manusia(biasanya putri cantik) dan setengah ikan. Kisah tentang “putri duyung” sudah sangat populer dimasyarakat kita. Banyak dongeng yang menceritakan bahwa satwa dugong itu leluhurnya adalahmanusia.

Di mancanegara pun banyak dongeng tentangmahluk laut yang setengah perempuan dansetengah ikan. Dalam bahasa Inggris istilah yangpopuler untuk manusia setengah ikan ini adalah”mermaid”. Konon dongeng tentang “mermaid”ini bersumber dari para pelaut zaman dahuluyang melihat satwa dugong di permukaan lautdari kejauhan, dengan sedikit imajinasi, tampakmirip seperti seorang perempuan yang bisamemeluk dan menyusui anaknya sepertimanusia.

Kekacauan istilah yang juga banyak terjadi ialahanggapan dugong itu adalah ikan, seperti seringkita jumpai istilah “ikan duyung”. Padahaldugong bukanlah ikan yang mempunyai ciribernapas dengan insang, dan umumnya bersisik.

Karena banyaknya kekacauan istilah ini, maka penulis menyarankan agar istilah “dugong”digunakan hanya dalam pengertian satwa mamalia laut. Sedangkan istilah “ikan duyung” dan“putri duyung” digunakan untuk merujuk pada tokoh dalam kisah dongeng atau legenda yangdalam istilah Inggris dikenal dengan “mermaid”.

I

Page 9: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

3

Gambar 1.2 . Detail matadugong yang kecil. Sebelah kiriatas adalah lubang telinga.(www.robertosozzani.it)

Gambar 1.3 . Lubanghidung dugong yangmempunyai katup yangdapat kedap(www.robertosozzani.it)

Di Indonesia dugong diberi nama beragam di berbagai daerah. Di masyarakat Melayu disebut“duyung” atau “duyong”. Di tempat lain di Sumatra disebut juga “babi laut”. Di SulawesiSelatan disebut “ruyung”, sedangkan di masyarakat Suku Bajo di Torosiaje (Gorontalo) disebut“dio”.

Dalam klasifikasi hewan, dugong termasuk dalam ClassMammalia yang dicirikan dengan hewan yang menyusuianaknya, dan di bawah Ordo Sirenia yang dicirikandengan mammalia laut yang herbivor. Di bawah OrdoSirenia hanya ada dua kelompok yakni FamiliaDugongidae dan Trichechidae. Di bawah FamiliaDugongidae sekarang hanya terdapat satu spesies yakniDugong dugon. Kerabat terdekatnya sesama Dugongidaeadalah Hydrodamalis gigas yang telah punah di abad 18.Kerabat lainnya di bawah Trichechidae adalah genusTrichechus yang lebih dikenal dengan nama Manatee yanghidup dari perairan pantai hingga di perairan tawar, danmkanannya pun lebih beragam dibandingkan denganDugong.

Dugong pertama kali diklasifikasi oleh Műller di tahun 1776dengan nama Trichechus dugon, dan kemudian direvisi oleholeh Lacépède yang mengubah namanya menjadi Dugongdugon.

Dugong dugon dalam tampilan fisiknya bentuknya sepertiikan yang tambun, tanpa sirip punggung, dilengkapi denganekor yang pipih, horizontal dan bentuknya bercabang sepertiekor paus dan lumba-lumba. Bila ekornya diayunkan naik-turun akan memberi daya dorong baginya untuk berenangmaju ke depan, sedangkan bila dipelintir untuk gerakanmembelok.

Panjang dugong dewasa jarang melebihi 3 meter dengan beratsampai sekitar 420 kg. Tetapi rekor dugong terberat tercatat

sebesar 1.016 kg dengan panjang 4,06 m di pantai Saurashtra, di bagian sebelah barat India.Dugong betina cenderung sedikit lebih besar dari yang jantan.

Kulit dugong tebal dan halus dengan warna pucat ketika masih bayi, dan berubah menjadi warnaabu-abu gelap kecoklatan di bagian punggungnya menjelang dewasa dan bagian perut denganwarna yang lebih terang. Warna dugong dapat berubah dengan pertumbuhan alga di kulitnya.

Page 10: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

4

Gambar 1.5 . Puting susu pada ketiaksirip dugong betina (www.uq.edu.au)

Kadang-kadang teritip (Balanus) ikut pula menempel di permukaan kulitnya. Sekujur tubuhnyadiliputi dengan rambut-rambut halus dan pendek.

Moncongnya yang tebal berbentuk bagai tapal kuda, menghadap ke bawah dengan bibir tebalyang ditumbuhi bulu-bulu kasar bagai sikat (bristles). Bulu-bulu kasar ini merupakan organyang sangat sensitif yang digunakannya untuk mencari makan.

Dugong mempunyai sepasang sirip yang tebal dan bertulang bagai lengan dan jari-jari, yangdapar berfungsi sebagai dayung penyeimbang bila berenang. Bila dugong mencari makan didasar laut, sirip tebalnya dapat menopang tubuhnya untuk merayap ketika mencari makan. Diketiak kedua siripnya terdapat puting susu, yang sangat penting untuk menyusui anaknya.

Lubang hidungnya terdapat di bagian atas kepalanya,dan mempunyai katup yang dapat menutup dengankedap bila dugong menyelam. Bila dugong naik kepermukaan untuk menarik napas, hanya ujung lubanghidungnya yang muncul di permukaan. Dugong dapatmenyelam selama 3 – 5 menit untuk kemudian naiklagi ke permukaan untuk bernapas.

Mata dugong berukuran kecil, dan di dalam air yangacapkali keruh, pandangannya sangat terbatas. Biladiangkat keluar dari air, dugong dapat mengeluarkancairan yang dikenal sebagai “air mata duyung”.

Gambar 1.4 . Kiri: Moncong dugong dengan bibir atas yang tebaldipenuhi bulu sikat (bristles) yang sensitif. Kanan: Detail bulu sikat padamoncong dugong. (www.arkive.org)

Page 11: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

5

Gambar 1.7. Kerangka dugong. (www.arkive.org)

Gambar 1.6 . Perbedaan dugong betina dan jantan dilihatdari pososi relatif antara umbilicus, celah genital (celahvagina atau celah penis) dan dubur (anus).

Telinga dugong tidak mempunyai cuping dan berukuran kecil yang terletak di bagian kiri dankanan kepalanya. Dugong dapat mendengar suara dengan baik di dalam air.

Dari tampak luarnya, sukarmembedakan dugong betina danjantan, karena bentuk luarnyaboleh dikatakan sama(monomorphic). Salah satupetunjuk untuk membedakan jeniskelaminnya adalah posisi celahkelaminnya (genital aperture)terhadap anus dan pusar(umbilicus). Pada yang betina,celah kelaminnya (vagina)terletak lebih dekat ke anus. Alatkelamin jantan (penis) dugongberada dalam perut (abdominal)dan baru dikeluarkan lewat celahpenis bila sang dugong dalamkondisi birahi.

Otak dugong mempunyai beratmaksimum 300 g, atau sekitar 0,1

% dari berat total tubuhnya. Paru-parunya berukuran sangat panjang, yang dapat melanjut sampaidekat ginjalnya. Ginjalnya sendiri juga sangat memanjang yang sesuai untuk fisiologinyamenghadapi lingkungan yang berkadargaram. Bila terluka, darah dugong akancepat membeku.

Kerangka dugong mempunyai 57sampai 60 tulang belakang (vertebrae).Tengkoraknya berbentuk unik, gigi seridepan bagi yang jantan dapatmemanjang, mencuat keluar danmembentuk gading. Susunan gigi-geliginya sangat sesuai untuk mencarimakan dan mencabut lamunmakanannya dari dasar laut. Siripnyamempunyai tulang dengan susunanbagai jari-jari. Dugong mengalami pachyostosis, yakni kondisi dimana tulang-tulang iga dantulang-tulang panjang lainnya biasanya padat dan hanya mengandung sedikit sumsum. Tulang-

Page 12: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

6

Gambar 1.8 . Detail gading dugong(www.robertosozzani.it)

Gambar 1.9. Foto udara menunjukkan satukawanan dugong dengan jumlah individu yangcukup besar di Teluk Moreton, Australia(Hodgson, 2007)

tulang berat ini (yang merupakan terberat di antara semua hewan), berfungsi sebagai ballast ataupemberat yang memudahkannya menyelam dan mencari makan di dasar laut.

Dugong dapat mempunyai usia yang panjangsampai lebih 70 tahun. Dugong mulai dapatmelahirkan anak pada usia 10 – 17 tahun, namunada juga yang menyebutkan dapat sedini 6 tahun.Usia kehamilan dugong adalah sekitar 13 – 15bulan. Setiap melahirkan akan menghasilkanhanya satu anak.

Bayi dugong berukuran besar, ketika barudilahirkan panjangnya berukuran 1,1 – 1,2 mdengan berat sekitar 27 – 35 kg. Anak dugongmenyusu pada ibunya sampai usia usia 14 – 18bulan. Selain menyusu, dugong juga sudah dikenalkan oleh ibunya untuk memakan lamun sesaatsetelah dilahirkan

Dugong sering dijumpai hidup soliter(sendiri), tetapi kadangkala juga dalamkelompok kawanan (herd) kecil sebanyak 5– 10 individu. Di Australia, satu kawanandugong bisa sampai puluhan individu ataulebih. Kawanan dugong dengan jumlahindividu tertinggi yang pernah tercatatadalah di Teluk Persia yang terdiri dari 670individu. Tetapi tampaknya tidak terdapatikatan sosial terstruktur yang kuat di antaraindividu dalam kawanan tersebut.Terjadinya kawanan yang besar bisa terjadipada saat makan bersama pada suatupadang lamun Tiap individu dapat bebaskeluar dari kawanannya. Ikatan yang kuatterdapat hanyalah antara induk dan anak.Anak dugong selalu berada dekat induknyasampai menjelang dewasa.

Page 13: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

7

2. KERABAT DUGONG

alam klasifikasi hewan, dugong termasuk Class Mammalia yang mempunyaikarakterisktik menyusui anaknya. Di bawah Class Mammalia dugong tergolong dalamOrdo Sirenia. Seluruh anggota Ordo Sirenia mempunyai ciri yang khas sebagai berikut:

- seluruh masa hidupnya berada dalam air;- makanan utamanya adalah tumbuhan;- mempunyai badan besar, berbentuk seperti ikan, tetapi dengan ekor yang pipih mendatar;- tidak mempunyai kaki belakang;- kaki depan telah telah mengalami modifikasi sebagai sirip(flipper);- hewan betina mempunyai sepasang kelenjar susu, masing-masing di ketiak sirip.

D

Gambar 2.1. Hubungan kekerabatan Dugong

Page 14: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

8

Dugong dugon adalah satu-satunya spesies yang masih eksis di bawah suku (Familia)Dugongidae. Spesies lainnya dari suku Dugongidae ini adalah Hydrodamalis gigas, yang jugadikenal sebagai Steller’s sea cow atau sapi laut Steller. Tetapi spesies ini telah punah di abad 18hanya sekitar 30 tahun sejak pertama kali ditemukan.

Punahnya Hydrodamalis gigas (Sapi Laut Steller)

Hydrodamalis gigas atau yang juga dikenal dengan Steller’s sea cow atau Sapi LautSteller adalah kerabat dekat Dugong dugon, satu-satunya spesies selain dugong yangbernaung di bawah suku Dugongidae. Hewan ini merupakan raksasa laut yang bisatumbuh sampai berukuran panjang 10 meter dengan bobot 6.000 kg. Jenis ini telahpunah karena perburuan berlebihan (over-hunting) yang dilakukan oleh para pemburuanjing laut (sealers) dari Eropa di tahun 1768, kurang dari 30 tahun setelah hewan inipertama kali ditemukan oleh para pemburu Rusia. Populasi hewan ini dulunya pernahterdapat di pesisir Pasifik, yang terbentang dari Meksiko sampai ke Jepang, tetapiberangsur-angsur semakin terdesak dan akhirnya hanya terdapat di perairan dingin LautBering, antara daratan semenanjung Kamchatka dan Kanada. Sapi laut ini hidup darimakanannya yang berupa kelp atau ganggang laut yang bisa tumbuh sangat lebat di lautyang dingin dan dangkal di perairan itu. Hewan raksasa ini sudah beradaptasisepenuhnya di lingkungan dangkal sedemikian rupa hingga ia sudah kehilangankemampuan untuk menyelam. Oleh karena itu, raksasa ini menjadi sasaran empukuntuk diburu dan dibantai oleh para pemburu untuk menjadi sumber pangan. Punahnyasapi laut ini merupakan rekaman pertama punahnya species mamalia laut di abad-abadterakhir ini.

Page 15: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

9

Gambar 2.2. West Indian Manatee(Trichechus manatus)

Gambar 2.3. Amazonian Manatee(Trichechus inunguis)

Gambar 2.4. West African Manatee(Trichechus senegalensis)

Spesies lainnya di bawah Ordo Sirenia yang masih hidup sekarang berada di bawah suku(Familia) Trichechidae, yang dikenal dengan nama umum manatee atau sea cow (sapi laut).Tidak seperti ekor dugong, ekor manatee tidak bercabang, tetapi berbentuk bundar pipihbagaikan dayung.

Manatee Trichechus manatus, dikenal sebagai WestIndian Manatee. Hewan ini dapat tumbuh sampaipanjang 3,3 meter, yang hidup di perairan tenggaraAmerika Serikat, pantai timur Meksiko, AmerikaTengah, Greater Antilles (West Indies), dansepanjang pantai utara dan timur Amerika Selatan.Hewan ini hidup di perairan laut, perairan tawar ataupayau, dan memakan beragam tumbuhan laut sampaitumbuhan air tawar.

Trichechus inunguis atau Amazonian Manatee,hidup di perairan tawar di Sungai Amazon dananak-anak sungainya di Amerika Selatan. Jenismanatee ini adalah yang mempunyai ukuran terkecildi antara anggota Familia Trichecidae (panjang

sampai 2,8 meter), kulitnya halus, tak mempunyaikuku di ujung siripnya, dan makanannya adalahtumbuhan air tawar, baik yang mengapung dipermukaan maupun rumput-rumputan akuatik yanghidup di tepian perairan.

Trichechus senegalensis (West African Manatee)hidup di perairan pantai, estuaria, hingga sungai-sungai di Afrika Barat, dan bisa berukuran panjang 3– 4 meter. Hewan ini lebih banyak memakantumbuhan yang menjuntai ke perairan sepertimangrove dari pada tumbuhan akuatik.

Suatu hal yang menarik bahwa paus dan lumba-lumbaadalah mamalia laut, seperti juga pada dugong. Tetapiternyata kekerabatan mereka jauh dari dugong.Dugong dan Sirenia pada umumnya, dari segi

evolusinya, ternyata lebih dekat kekerabatannya dengan gajah. Dalam sejarah evolusinyanya,memang nenek moyang dugong bermula dari hewan daratan pemakan tumbuhan, seperti halnya

Page 16: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

10

gajah, yang kemudian perlahan-lahan beralih ke pantai dan beradaptasi hidup sebagai hewanakuatik pemakan tumbuhan di perairan dangkal. Sistem pencernaan dugong lebih mirip dengansistem pencernaan gajah, seperti pada Gajah Afrika, Loxodonta africana.

Gambar 2.5. Sebaran Sirenia di dunia

Page 17: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

11

Gambar 3.1. Atas: Fossil Prorastomus, yang merupakan Sirenia primitifherbivor, yang mempunyai empat kaki, dan dapat hidup di darat dan di dalamair, dari kala Eosin, sekitar 50 juta tahun lalu (www.cnrs.fr/Domning) .Bawah: Gambar rekaan bentuk Prorastomus (www.palaeocritti.com)

3. EVOLUSI SIRENIA

ari segi evolusi, Ordo Sirenia yang paling primitif adalah Prorastomus yangdiperkirakan hidup mulai di awal kala Eosin, sekitar 50 juta tahun lalu. Kajian fossilmenunjukkan bahwa hewan purba ini adalah herbivor berkaki empat, berukuran kurang

lebih sebesar babi, yang bisa hidup di darat maupun di dalam air. Hewan ini dipercaya sebagaiawal perkembangan evolusi Sirenia selanjutnya.

Pada akhir kala Oligosin (25 juta tahun lalu) perjalanan evolusi Sirenia menujukeanekaragaman hayati yang makin beragam namun kemudian menyusut kembali terutamakarena pengaruh perubahan global iklim dan laut. Pada akhir kala ini juga mulai berkembangFamilia Dugongidae yang telah sepenuhnya berciri akuatik (hidup dalam air) yang mempunyaibentuk stream-line, dengan dilengkapi sirip (flipper) yang kuat, dan tanpa kaki belakang. Kaki

D

Page 18: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

12

Gambar 3.2. Fossil Metaxytherium, sekitar 16 juta tahun lalu, yang merupakanpendahulu Hydrodamalis gigas (Steller’s sea cow), yang sudah tak mempunyaikaki dan hidup sepenuhnya sebagai hewan akuatik.(www.edwardtbabinski.us/manatee)

Gambar 3.3. Evolusi Sirenia dari hewanberkaki empat menjadi hewan akuatiksepenuhnya yang bersirip dan berekoruntuk berenang. (Domning, 2000)

belakangnya sudah sangat tereduksi dalam bentuk tulang yang sangat kecil dan internal, dan taklagi berfungsi (vestigial). Sementara itu ekornya telah berkembang menjadi pipih horizontalyang bila diayunkan akan menjadi sumber tenaga penggerak utamanya. Fossil tertua Dugongditemukan dari era sekitar 25 juta tahun lalu.

Sementara itu di awal kala Miosin, sekitar 16 juta tahun lalu, berkembang pula Metaxytheriumyang kaki belakangnya juga telah mengalami reduksi menjadi vestigial, yang evolusinyamengarah ke terbentuknya sapi laut Hydrodamalis gigas (Steller’s sea cow). Hydrodamalisgigas ini merupakan spesies kerabat terdekat dugong (Dugong dugon) yang telah punah sejakpertengahan abad 18.

Manatee (Trichechidae) merupakan sempalan dariDugongidae yang mulai berkembang sekitar akhirkala Eosin atau awal kala Oligosin (kurang lebih 38juta tahun lalu). Ribodon adalah bentuk primitif dariTrichechus (manatee) yang menyebar sampai keperairan laut Amerika Utara. Rekaman fossilnyamenunjukkan telah tereduksinya kaki belakang secaraekstrim hingga hanya meninggalkan bagian yangsangat kecil dan yang sudah tak berfungsi, yangmencerminkan perubahan morfologi yang sangatsignifikan dari kehidupan darat ke kehidupan akuatik.

Garis besar perubahan morfologi Sirenia dalamproses evolusi dari yang berkaki empat hinggamenjadi satwa akuatik yang tak berkaki, disajikandalam Gambar 3.3 .

Page 19: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

13

3. EVOLUSIGambar 3.4. Bagan menunjukkan kala geologi dan hubungan filogenetikbeberapa genera dari Ordo Sirenia yang penting. (Domning, 2000)

Page 20: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

14

4. SEBARAN

ugong (Dugong dugon) hanya terdapat di daerah tropis dan subtropis di kawasan Indo-Pasifik, kurang lebih antara 30o Lintang Utara sampai 30o Lintang Selatan. Sebarannyacukup luas, meliputi 48 negara dari pesisir timur Afrika sampai Vanuatu di sebelah

tenggara Papua New Guinea (Marsh dkk, 2002). Diperkirakan sebanyak 85.000 ekor dugongdunia berada di perairan pesisir Australia. Ini mungkin mencakup sekitar 75 % dari seluruhpopulasi dugong yang ada dunia, bahkan mungkin lebih. Populasi terbesar kedua terdapat diTeluk Arabia dengan perkiraan populasi di tahun 1987 sekitar 7,310 ekor dugong. Di daerahlainnya populasinya sedikit dan terpisah-pisah.

Penetapan sebaran dugong di tiap negara sukar dilaksanakan. Banyak informasi mengenaisebaran dugong didasarkan pada kisah (anecdotal) yang diceriterakan oleh penduduk setempat.Meskipun demikian tampaknya terdapat kecenderungan umum bahwa di banyak tempat populasidugong semakin berkurang dibandingkan beberapa dekade lalu. Di beberapa daerah seperti di

D

Gambar 4.1. Sebaran dugong (Dugong dugon) di dunia terbatas di derahtropis dan subtropis kawasan perairan Indo-Pasifik. (Marsh dkk, 2002)

Page 21: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

15

Mauritius, Maladewa (Maladives), Cambodia dan sebagian Filipina bahkan diperkirakanmungkin dugong telah punah (Marsh dkk, 2002).

Belakangan ini telah dikembangkan teknik yang dapat diterapkan untuk penelitian strukturpopulasi genetik dugong yang didasarkan pada DNA mitokondria. Teknik ini menghasilkanindeks yang baik untuk penentuan struktur populasi dugong. DNA mitokondria dapat diturunkanhanya lewat betina dan dapat digunakan untuk memperkirakan aliran gen yang dimediasi olehbetina. Penelitian dengan teknik ini menunjukkan bahwa haplotype dugong dari Asia Tenggara(Indonesia, Thailand dan Filipina) umumnya berbeda dengan yang ada di Australia, dengandaerah tumpang tindih di Ashmore Reef, antara Australia Barat dan Timor. Kenyataan inimenggambarkan terjadinya (atau pernah pada masa lalu) pertukaran genetik terbatas antarapopulasi dugong Australia dan Asia (Marsh dkk, 2002).

Lalu dimana sajakah dugong dapat dijumpai di Indonesia? Pertanyaan ini tak selalu mudah untukdijawab. Ini disebabkan karena belum ada survei yang menyeluruh tentang sebaran populasidugong di Indonesia. Kalau pun akan diadakan tentu bukanlah hal yang mudah untuk mencakupperairan Indonesia yang demikian luasnya. Ada sebagian informasi yang jelas tentangkeberadaan dugong, tetapi banyak pula informasi yang didasarkan pada cerita atau kisah yangdiriwayatkan oleh penduduk setempat, atau bersifat anecdotal. Mungkin benar bahwa dulu disitu pernah ada atau banyak dugong, tetapi kini sudah sangat jarang ditemui, atau mungkin malahtelah punah di lokasi setempat. Marsh (2002) misalnya menyebutkan bahwa pada tahun 1970-andiperkirakan jumlah populasi dugong di Indonesia adalah sekitar 10.000 ekor, sedangkan padatahun 1994 diperkirakan sekitar 1.000 ekor. Namun ini tak bisa ditafsirkan sebagai bukti yangkongkrit berkurangnya populasi dugong, karena banyak didasarkan pada asumsi-asumsi dan

Gambar 4.2. Sebaran dugong yang telah diketahui di Indonesia (modifikasidari de Iongh, 1997)

Page 22: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

16

Gambar 4.3 . Dugong terjerat dalamjaring nelayan di Pulau Bintan, Kep.Riau, tetapi berhasil dilepas kembali kelaut. (Dok. TRISMADES)

Gambar 4.4. Dugong di jual bebas di pasar, diPulau Bangka. (M. Adrim)

informasi anecdotal. Dari berbagai informasi yang ada tampaknya terdapat kecenderunganumum bahwa jumlah populasi dugong di banyak daerah di Indonesia memang semakinmengalami penyusutan drastis meskipun sulit untuk dikuantifikasikan .

Di sekitar Sumatra, de Iongh (2009) mengemukakan ditemukannya tulang-belulang dugong dipemukiman penduduk Pulau Siberut (sebelah barat Sumatra), yang digantung di rumah-rumahpenduduk sebagai azimat untuk menolak bala, dan gading dugong yang diukir indah, yangmerupakan simbolisasi leluhur mereka. Tetapi apakah sekarang dugong masih ada disana,merupakan pertanyaan yang belum terjawab dengan tuntas.

Di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Bintan,dalam kurun waktu 2008 – 2011, ketika ProgramKonservasi Lamun (TRISMADES, TrikoraSeagrass Management Demonstration Site)dilaksanakan, telah dilaporkan empat kasusdugong terjerat masuk dalam jaring nelayansetempat. Upaya penyelamatan telah diusahakandengan melepaskannya kembali ke laut, namuntak semua berhasil. Dalam empat kasus di atas,tiga dugong dapat diselamatkan dan dilepaskembali ke laut, hanya satu yang mati takterselamatkan.

Di Pulau Bangka, dugong dijumpai baik diBangka Utara maupun Bangka Selatan. Bagipenduduk setempat, daging dugong rasanya lezatdan harganya pun sangat tinggi. Telah dilaporkanbahwa dugong dijual bebas di pasar, meskipun sebenarnya hewan ini telah dilindungi undang-undang.

Di Jawa, Marsh dkk (2002) dan de Iongh(1997) menyebutkan bahwa dugongditemukan di perairan Taman NasionalUjung Kulon, pantai Cilegon, Teluk Banten,pantai sebelah selatan Cilacap, SegaraAnakan, dan di sebelah tenggaraBlambangan, di ujung timur Pulau Jawa.

Di Kalimantan, telah dilaksanakan kajiantentang dugong di Teluk Balikpapan olehtim dari Leiden University, Belanda.

Page 23: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

17

Gambar 4.5. Dugong di Pulau Derawan,Kalimantan Timur. (Christianen, 2008)

Gambar 4.6. Dugong tertangkap di desabinaan COREMAP di Kabupaten ButonSulawesi Tenggara, 2008.(www.maruf.wordpress.com)

Mereka dapat merekam perjumpaan dengan dugong disana, dan sejumlah jalur bekas makan(feeding trail) dugong di teluk itu (De Iongh dkk, 2006). Mereka juga menemukan dugong diPulau Derawan. Selain itu Marsh dkk (2002) juga menyebutkan keberadaan dugong diKotawaringin dan Teluk Kumai di pesisir selatan Kalimantan. Tahun 2008 ditemukan 16 ekordugong di Teluk Kumai, menurut Kepala Bidang Perikanan Budidaya setempat (Kompas.com)

Di Sulawesi Utara dugong dapat dijumpai di sekitar padang lamun Wawontulap, di dekat TamanNasional Laut Bunaken, LSM “Kelola” yang mengkaji dugong di sekitar perairan SulawesiUtara menyatakan bahwa diperkirakan masih ada sekitar 1.000 dugong di sekitar perairan itu(Marsh dkk, 2002). Di pantai utara Sulawesi, di Blongko, juga telah dilaporkan keberadaandugong, demikian pula di Pulau Mantehage .Pada tahun 1997 satu perusahan perikananTaiwan dilaporkan menangkap dugongsebanyak sembilan ekor dari Selat Lembeh. Didesa binaan COREMAP di Kabupaten Butonjuga ditemukan dugong terperangkap dalam serotahun 2008 (www.maruf.wordpress.com).

Di tahun 1975 tim dari Jaya Ancol Oceanarium(kini Gelanggang Samudra Ancol) menangkaplima ekor dugong di pantai Potondo, dibagianselatan Sulawesi Selatan (Allen dkk, 1975). Padasaat itu di daerah ini diperkirakan terdapatsekitar 15 ekor dugong. Selain itu di dekatMakassar, di Pulau Barang Lompo juga pernahditangkap dugong (Erftemeijer dkk, 1993).

Di Bali, dugong dilaporkan pernah terlihat olehpara peselancar dekat Uluwatu dan Padang-padang, di pantai selatan, sementara penduduksetempat melaporkan bahwa ada seekor dugongyang tiap hari datang ke pantai itu.

Di Nusa Tenggara Timur, beberapa laporanmenyebutkan bahwa dugong dijumpai di perairanTaman Nasional Komodo, di Selat Lintah yangberada di antara Pulau Sumbawa dan Flores.Dugong juga pernah dilaporkan tertangkap diTeluk Kupang dan sekitar Pulau Rote. Suatukajian di Pulau Rote tahun 2004 mengungkapkanbahwa menurut penduduk setempat, sampai dua

Page 24: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

18

Gambar 4.7. Anak-anak nelayan akrabbermain dan bercanda dengan dugong diTobelo, Halmahera Utara. (Dok. P2O – LIPI)

Gambar 4.8 . Dugong korban pembantaian di Aru,Maluku Tenggara. (de Iongh, 1996)

atau tiga dekade sebelumnya, dugong masih sering mereka jumpai, tetapi sekarang makinjarang dan hampir tak pernah lagi ditemui. Padahal di daerah ini penduduk lokal tidakmempunyai kebiasaan berburu dugong. Makin menghilangnya dugong di kawsan itudiperkirakan sebagai akibat eksploitasi perikanan yang terus meningkat.

Di Maluku, Marsh dkk (2002) dan de Iongh (1997) menyebutkan bahwa dugong dilaporkankeberadaanya antara lain di Kepulauan Aru, Kepulauan Lease (Ambon, Haruku, Saparua, NusaLaut), Seram, dan di Halmahera. Informasi anecdotal menyiratkan bahwa populasi dugong diKepulauan Aru pernah sangat tinggi di masalalu. Compost (1980) pernah melaporkanbahwa tangkapan dugong per tahun di Arumencapai 545 sampai 1.020 ekor pada akhirtahun 1970-an, dan pada masa itu dugongdinyatakan masih cukup banyak. TetapiBrasseur & de Iongh (1991) melaporkanbahwa hanya 59 – 90 dugong yang tertangkapdi timur Kepulauan Aru di tahun 1989, danjumlah tangkapan ini terus berkurang

menjadi 29 – 36 dugong di tahun 1990.

Kejadian yang sama juga terjadi di KepulauanLease. Survei udara yang dilaksanakan ditahun 1990 dan 1992 di Kepulauan Leasemengindikasikan bahwa populasi dugong di perairan ini diperkirakan antara 22 hingga 37 ekor(de Iongh dkk, 1995). Tetapi Moss & van der Wal (1998) meperkirakan bahwa tak lebih dari 10ekor dugong lagi yang hidup di Kepuluan Lease. Perkiraan ini didasarkan pada observasi feeding

trail dugong dan wawancara denganwarga setempat.

Nelayan lokal juga menyebutkan bahwadugong dijumpai di pesisir utara dantimur Pulau Seram. Sementara itu surveiyang dilaksanakan oleh Pusat PenelitianOseanografi - LIPI menemukan dugongdi Tobelo (Halmahera Utara), yangsering akrab bermain dengan anak-anaknelayan.

Di Papua, dugong dilaporkan terdapat disekitar Biak, seperti Pulau-PulauPadaido, di pantai Sorong, di pantai

Page 25: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

19

Fakfak, Taman Nasional Laut Teluk Cederawasih dan Taman Nasional Wasur (Marsh dkk,2002). Populasi kecil dugong juga dilaporkan terdapat di bagian utara Papua Barat di KepulauanRaja Ampat.

Gambar 4.9. Dugong di pantai Kiat, Fakfak, Papua(antropologifoto.blogspot.com)

Page 26: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

20

Gambar 5.1. Survei udara dilaksanakan denganpesawat terbang sepanjang jalur yangdirencanakan, dengan kecepatan dan ketinggianterbang yang telah ditetapkan. Beberapa perisetduduk di sebelah kiri dan kanan pesawat merekamjumlah dugong yang dijumpai sepanjang jalur yangdilalui (Lawler dkk, 2002)

5. SENSUS

ntuk pengelolaan sumberdaya di suatu perairan tentulah sangat penting informasitentang jumlah populasi sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu. Dalamkaitannya dengan dugong, pertanyaannya adalah dapatkah kita memperkirakan seberapa

besar populasi dugong yang ada di suatu perairan? Bisakah dilakukan semacam sensus untukpopulasi dugong? Tentu saja pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Apalagi dugong adalah hewanyang hidup dalam laut yang tidak selalu menetap, dan tak selalu mudah pula dijumpai.

Para ahli mencoba mencari berbagai jalan keluar untuk itu. Salah satunya adalah denganmelakukan survei udara, yakni dengan menggunakan pesawat terbang yang menyisir luasanpantai tertentu dengan mencoba mencacah jumlah dugong yang dapat diamati dari udara. Tekniksurvei udara ini kini dipandang sebagai yang terbaik untuk mendapatkan data populasi dugong disuatu daerah.

Tentu saja teknik survei udara inimempunyai kelebihan dan kekurangan.Kelebihannya adalah karena dapatdengan cepat mendapatkan informasidalam luas kawasan tertentu. Namunjuga harus dipertimbangkan berbagaifaktor yang dapat mempengaruhi tingkatkeakurasiannya. Lebih dari itu, teknik initentu saja biayanya mahal.

Teknik survei udara ini didasarkan padarekaman sensus dugong oleh perisetyang terbang dalam jalur yang telahditentukan, dengan kecepatan danketinggian terbang yang telah ditetapkan.Teknik ini mulai digunakan pada tahun1970an, kemudian lebih disempurnakanpada tahun 1980an.

Teknik survei udara untuk mencacahjumlah dugong di suatu perairan pernah dilaksanakan di Kepulauan Lease di Maluku, yangmencakup perairan sekitar Ambon, Haruku, Saparua dan Nusa Laut. Survei ini dilaksanakanpada tahun 1990 dan 1992 dalam kerjasama Pusat Studi Lingkungan Universitas Pattimura

U

Page 27: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

21

Gambar 5.3 . Sekawanan dugongbeserta anaknya di lihat dariudara,.(www.static.panoramic.com)

Gambar 5.2 . Pesawat terbang Piper Aztecdisiapkan untuk survei udara untuk sensusdugong di Kepulauan Lease, Maluku.(de Iongh)

(Ambon) dan Leiden University, Amsterdam (Belanda) sebagai bagian dari DugongManagement and Conservation Project yang dibiayai oleh European Development Fund.

Untuk keperluan ini digunakan pesawatringan Piper Aztec yang menyisir perairansepanjang jalur yang telah ditetapkan,dengan ketinggian terbang 135 m, dankecepatan 180 km/jam. Jalur selebar 200 mdi kiri dan kanan lintasan penerbangandiamati dengan cermat dan direkambanyaknya dugong yang terlihat. Selain itujuga diamati perjumpaan dengan hiu,lumba-lumba, penyu dan paus. Surveidilaksanakan di delapan lokasi diKepulauan Lease.

Dari hasil survei udara ini tercatat bahwapada penerbangan pertama (19 Desember1990) dijumpai 17 ekor dugong dengan

seekor anakan, sedangkan pada penerbangan kedua (6 Agustus 1992) dijumpai 10 ekor dan takdijumpai adanya anakan. Anakan dugong biasanya mudah dikenali karena selalu didampingi dandikawal ketat oleh induknya sampai menjelang dewasa.Dari survei itu, diperkirakan populasi maksimum dugongdi perairan ini berkisar 22 – 37 ekor.

Survei udara untuk merekam populasi dugong telah jugadilaksanakan di banyak negara lain. Survei udaradiperairan Australia Utara mengindikasikan bahwapopulasi dugong di perairan ini jauh lebih besar dari yangdiamati di perairan Kepulauan Lease, Maluku.

Laju perjumpaan dugong dalam survei udara diKepulauan Lease adalah 5 – 11 dugong/jam, yang bolehdikatakan sebanding dengan hasil survei serupa di tempatlain seperti di Palau 5,4 dugong/jam, di Selat Torres(sebelah selatan Papua) 9,2 dugong /jam, dan di Filipina1,9 dugong/jam.

Di perairan sekitar Johor, Malaysia, juga telah diadakansurvei udara pada bulan Juli 2010 yang mengindikasikanadanya dugong di perairan ini sejumlah 20 individu saja.

Page 28: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

22

Gambar 5.4. Hasil survei udara untuk dugong di Kepualuan Leasetahun 1990 dan 1992. Angka Rumawi menunjukkan lokasi observasi.Angka pembilang (atas) menujukkan jumlah dugong dewasa dananakan yang dijumpai dalam survei tahun 1990, sedangkan penyebut(bawah) untuk survei tahun 1992. (de Iong dkk, 1995)

Gambar 5.5. Tampilan sebagian padang lamun di zona pasang-surut pantai timur Ambon, yang merupakan habitat dugong, darihasil survei udara (de Iongh)

Page 29: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

23

Gambar 5.6 . Pesawat tak berawak UAV(Unmanned Aerial Vehicle) atau drone denganpanjang 3 m yang dikembangkan oleh Universityof Queensland untuk survei dugong danlingkungn laut (www.seagrasswatch.org)

Australia telah lebih maju dalam pengembangan teknik survei udara untuk merekam populasidugong. Disana telah dikembangkan berbagai model matematik dengan memasukkan berbagaifaktor yang dapat mempengaruhi ketepatan observasi dugong, misalnya faktor kekeruhan air,kedalaman, peluang luput dari pengamatan, dan lain-lain (Pollock dkk, 2004). Kini survei udarasudah dijadikan standar dalam sensus dugong di banyak negara.

Perkembangan survei dugong selain dilakukan dengan pesawat terbang ─ baik pesawat dengansayap tetap (fixed wing) maupun dengan helikopter ─ juga telah dilakukan dengan pesawat“microlight” yang sangt kecil. Survei udara semacam ini tentulah mempunyai risiko ataskeamanan penerbang dan petugas survei. Dalam kenyataannya memang telah terjadi beberapakecelakaan di manca negara dalam upaya survei udara untuk mengkaji dugong dan satwa lautlainnya. Oleh sebab itu University of Queensland, Australia, sejak tahun 2008 telahmemprakarsai pengembangan pesawat udara tanpa awak yang disebut UAV (Unmanned AerialVehicle) atau drone yang dilengkapidengan kamera untuk tujuan khusussurvei sumberdaya hayati laut, sepertipaus, dugong dan penyu. Diharapkandengan pengembangan UAV ini akandapat dihindari risiko keamanan danlebih menjamin keselamatan bagi parapeneliti, dan selain itu juga dapat lebihmenekan biaya survei.

Kembali pada masalah di Indonesia.Tentulah timbul pertanyaan seberapa jauhkemungkinan penerapan survei udara inidapat dilaksanakan secara luas di perairanIndonesia yang sedemikian luasnya,sementara di lain pihak dugong telahdilaporkan dari berbagai penjuru negeriini dalam jumlah yang terus semakinmenyusut.

Para ahli mencoba mencari alternatiflain, yang mungkin lebih layak (feasible) dilaksanakan di negara yang sedang berkembang, yaknidengan pengikut sertaan masyarakat lokal. Survei lewat wawancara masyarakat tentangpengetahuan dan perjumpaan mereka dengan dugong di berbagai penjuru Indonesia diharapkandapat membantu untuk mendapat gambaran umum tentang seberapa besar kekayaan kita akandugong yang kian hari kian terancam punah. Dalam pertemuan di Sarawak, Malaysia, bulan Juli2011 yang lalu misalnya, negara-negara Asia Tenggara bersepakat untuk menganut teknik bakudalam penyusunan kuesioner dan wawancara untuk survei dugong di kawasan ini. Selain itu

Page 30: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

24

telah dipertimbangkan pula metode pendugaan besar populasi dugong dengan mengkaji jejakjalur makan (feeding trail) yang ditinggalkan dugong di suatu padang lamun.

Di samping itu para ilmuwan Jepang juga telah mengembangkan alat AUSOMS-D (AutomaticUnderwater Sound Monitoring System for Dugong) yang dapat mendeteksi karakteristik suaradugong dalam air dan arahnya, dengan harapan alat ini dapat digunakan untuk memperkirakanbesarnya populasi dugong dan perilakunya di suatu daerah dengan tidak mengintervensi ataumengganggu kehidupan dugong.

Page 31: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

25

Gambar 6.1. Penangkapan seekordugong betina untuk dipasangitransmitter untuk pelacakanpengembaraannya di perairanKepulauan Lease, Maluku. Hewan inidapat dilacak sampai sekitar sembilanbulan. (de Iongh)

6. MELACAK SANG PENGEMBARA

agaimana perilaku satwa dalam alam, dimana dan kemana saja satwa itu mengembara,dan apa yang mendorong gerakan pengembaraan itu, selalu menjadi perhatian bagiperiset dan pemerhati lingkungan. Informasi mengenai gerakan pengembaraan satwa ini

penting untuk mendasari kebijakan pengelolaan dan konservasinya. Untuk satwa laut sepertidugong, tentu saja melacak (tracking) pergerakannya lebih sulit dilaksanakan. Di daratan,pelacakan gerakan pengembaraan satwa telah banyak dilaksanakan dengan menggunakan teknikpelacakan dengan satelit (satellite tracking). Hal initelah menginspirasi para periset laut untuk jugamencobanya di lingkungan laut untuk melacakpergerakan dugong. Pelacakan satelit untuk dugongtelah dimulai dikembangkan sekitar awal tahun1990an.

Pelacakan pergerakan atau pengembaraan dugongdengan satelit telah dilaksanakan di Indonesia padatahun 1994 di Kepulauan Lease yang mencakupperairan Ambon, Haruku, Saparua dan Nusa Laut.Upaya pelacakan dugong dengan satelit di perairanini merupakan upaya pertama di kawasan katulistiwa.

Dugong mulanya dicari dan digiring masuk ke dalamjaring yang direntang panjang. Pada dugong yangbaru tertangkap itu segera dipasangi semacam gelangpada pangkal ekornya yang terhubung dengan talinilon ke alat pemancar yang dapat mengapung dipermukaan (floating transmitter). Pemancar inidilengkapi dengan antenna untuk komunikasi dengansatelit. Segera setelah pemancar itu terpasang, dugongdilepaskan kembali ke alam aslinya dan bebasberenang semaunya. Kemana pun sang dugong pergi,disitu transmitter itu setia menemani untukmemberikan informasi tentang keberdaannya.

Pemancar itu secara berkala dapat mengirim datatentang posisinya dan data suhu sampai selama daya tahan baterainya, yang bisa sampai setahunatau lebih. Perkembangan teknologi mutakhir memungkinkan penentuan posisinya dengan lebih

B

Page 32: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

26

akurat dengan GPS (Global Positioning System). Data-data ini dikirimkan ke satelit yangselanjutnya diteruskan ke stasiun bumi untuk diolah lebih lanjut di pusat studi tertentu.

Satelit NOAA 11 dan 12 yang dimanfaatkan dalam pelacakan ini mengorbit pada ketinggian 820km di atas bumi dengan kecepatan 28.000 km/jam. Satelit-satelit ini melintas dengan rata-ratatujuh kali tiap hari di atas daerah pengamatan. Dengan demikian dugong dapat dilacakkeberadaannya dari waktu ke waktu.

Dalam eksperimen di Kepulauan Lease (Maluku) itu, empat ekor dugong yang dilacak dengansatelit dapat diikuti lintasannya sampai selama 41 sampai 285 hari (de Iongh dkk, 1998). Darihasil pelacakan itu ternyata bahwa dugong-dugong itu pada malam hari tampaknya lebih sukamendekat dan beraktivitas didaerah dangkal dekat pantai. Mungkin untuk mencari makan.

Ternyata pula bahwa tiap dugong mempunyai pola pengembaraan yang sangat individualistik.Tak ada pola yang berlaku umum. Salah satunya yang masih remaja, terdeteksi tiba-tiba melesatke utara menuju ke Pulau Seram sampai sejauh 65 km dalam empat hari. Ada pula yang seringbolak-balik dari satu pulau ke pulau lainnya. Selain itu ada yang sempat mengelilingi PulauHaruku dan Saparua dengan beberapa kali singgah sampai beberapa waktu lamanya di suatudaerah untuk kemudian melanjutkan lagi pengembaraannya. Jarak yang ditempuhnya, berkisarsekitar 17 sampai 65 km dari tempat asal semula dilepaskan sampai ditemukan kembali.Kecepatan renangnya dalam pengembaraan itu rendah, hanya sekitar 0,2 hingga 0,7 km/jam.

Gambar 6.2. Pemasangan transmitterapung pada pangkal ekor dugong untukmelacak gerakan pengembaraannya.(Marsh & Rathbun, 1990)

Gambar 6.3. Satelit NOAA 11 yangmengorbit mengelilingi bumi padaketinggian 820 km dari bumi membantudalam pelacakan pengembaraan dugong.

Page 33: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

27

Dalam pengembaraannya itu, dugong dapat tinggal sampai beberapa waktu lamanya di suatudaerah inti yang merupakan “home range” tempatnya mencari makan, yang umumnya banyakmengandung jenis-jenis lamun kesukaannya seperti Halophila, Cymodocea, Syringodium danThalassia. Luasan “home range” itu berkisar 4 hingga 43 km2. Setelah itu ia dapat melanjutkanlagi pengembaraannya ke lokasi lainnya.

Adalah menarik membandingkan hasil pelacakan ini dengan apa yang telah dilaksanakan diAustralia. Pelacakan dugong dengan satelit di negeri ini sudah lebih banyak dilakukan, misalnyadi kawasan Great Barrier Reef. Kajian-kajian pelacakan dengan satelit disana mengindikasikanbahwa dugong mempunyai daya ingat yang sangat kuat, yang dapat membimbingnya kembali ketempat khusus yang sama setelah mengembara sampai ratusan kilometer jauhnya. Tampaknyadugong dalam pengembaraannya bisa megetahui dengan pasti dimana sumber makanan banyaktersedia di tempat yang jauh dan jalan tercepat menuju ke sana. Dalam pengembaraan jarakjauhnya, dugong dapat berenang dengan kecepatan 1,1 sampai 3,6 km/jam. Dalam beberapakasus dapat dijumpai dugong yang mengembara sampai sejauh 900 km.

Gambar 6.4. Posisi dan arah gerak pengembaraan salah seekor dugong yangterlacak dengan satelit di Kepulauan Lease, Maluku. (de Iongh dkk., 1998)

Page 34: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

28

Namun kadang kala dijumpai pula dugong mengembara dalam jarak yang sangat jauh denganalasan yang tak jelas. Pernah seekor dugong misalnya, dijumpai tiba di pulau kecil terpencilCocos (Keeling) di Samudra Hindia di tahun 2002, padahal padang lamun terdekat dari siniadalah di Indonesia yang jaraknya sekitar 1.000 km. Ini merupakan rekor terpanjang yang pernahtercatat untuk dugong. Tentu ini juga merupakan hal yang luar biasa karena dalam perjalananpanjangnya itu ia menempuh perairan samudra yang dalamnya lebih 4.000 m hingga takmungkin mendapatkan makanan lamun. Selain itu, perjalanan panjang itu tentu juga rawandengan serangan predator.

Di Indonesia yang berciri tropis tak terdapat perubahan suhu permukaan laut yang signifikandalam seluruh tahun. Tetapi di pantai Queensland, Australia, yang terpengaruh oleh perubahansuhu musiman, pola pengembaraan dugong akan menyesuaikan dengan pola sebaran suhupermukaan laut. Dugong cenderung akan mengikuti suhu permukaan laut yang lebih nyamanuntuknya.

Mengingat dugong mampu untuk melakukan perjalanan jarak jauh, yang bisa saja melintasibatas-batas yurisdiksi antar negara, maka untuk konservasi dugong yang telah terancam punahini, perlu diupayakan kerjasama lintas negara yang bertetangga.

Gambar 6.5. Seekor dugong jantan tiba di perairan dekat Cocos (Keeling), pulau kecildan terpencil di Samudra Hindia di tahun 2002. Padang lamun terdekat berada diIndonesia sejauh sekitar 1000 km dari sini. (Sheppard, 2006)

Page 35: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

29

Gambar 7.1. Dugong sedang merumput di dasar laut.Siripnya yang kuat bagaikan menopang tubuhnya untukmerangkak di dasar. Dugong mencongkel lamun sampaikeakar-akarnya untuk dimakan. (noblebrute.com)

7. HERBIVOR SPESIALIS LAMUN

alam dunia hewan, pemakan tumbuhan lazim disebut herbivor. Dugong (Dugongdugon) dikenal sebagai mamalia laut satu-satunya yang hidupnya herbivor, dan sangatbergantung pada tumbuhan lamun (seagrass). Kerabat dekat dugong, manatee

(Trichechus), yang masih sama-sama dibawah keluarga (familia) Dugongidae, lingkup hidupnyalebih luas, tidak saja di laut tetapi juga sampai ke perairan payau dan perairan tawar. Manateetermasuk herbivor pula, tetapi jenis makanannya jauh lebih beragam dari dugong.

Dugong termasuk sangat pemilihdalam urusan makan. Dari sekitar20 jenis lamun yang dikenal diperairan Asia, hanya sekitar 13jenis yang terdapat di Indonesia.Tetapi yang menjadi makananfavorit dugong lebih terbatas.Tidak seperti hewan herbivorlainnya yang lebih menyukaitumbuhan yang berserat atauberselulose, dugong lebihmemilih jenis tumbuhan lamunyang lembut dan mudah dicerna,tetapi mempunyai nilai gizitinggi. Berbeda dengan penyuyang memakan lamun hanya padabagian daunnya saja, dugongmencongkel dan menggaliseluruh tumbuhan lamun, sampaike akar-akarnya, untuk dimakan.

Dugong lebih menyukai jenis-jenis lamun pioneer seperti genus Halophila dan Halodule, yangbagian atasnya (bagian daun) mempunyai kandungan N (nitrogen) yang tinggi dan rendah serat,dan bagian bawah tanahnya (berupa rhizoma atau rimpang dan akar) yang banyak mengandungkarbohidrat dan berenergi tinggi. Strategi dugong dalam urusan makan ini memang lebihmemaksimalkan nilai gizi dari pada kuantitas bahan yang dimakan.

Padang lamun (seagrass bed) yang lebih disukainya untuk mencari makan biasanya bukanlahpadang lamun yang lebat dan sangat rimbun, seperti padang Enhalus (setu pita) yang dirajai

D

Page 36: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

30

oleh satu jenis saja dengan daun-daun yang panjang bagai pita. Meskipun demikian Enhalus takditolaknya. Jenis-jenis lamun pioneer berdaun kecil seperti Halophila dan Halodule yang lebihdisukai dugong biasanya tumbuh baik di perairan dangkal yang terlindung dengan dasar pasiratau lumpur, di zone pasang surut (intertidal) atau bawah pasang surut (sub-tidal).

Kajian oleh de Iongh (1997) di Kepulauan Lease (Maluku) menunjukkan kesukaan ataupreferensi dugong atas lamun adalah dalam urutan sebagai berikut: Halophila ovalis > Haloduleuninervis > Cymodocea rotundata >Cymodocea serrulata > Thalassia hemprichii.

Gambar 7.2. Lamun dengan vegetasi tunggal Halophila ovalis (kiri) dan Haloduleuninervis (kanan), yang merupakan makanan favorit dugong.

Gambar 7.3. Lamun Halodule uninervis mempunyai bagian di bawah tanahberupa rhizoma atau rimpang dan akar dengan massa yang besar (kiri) dan bagiandi atas tanah berupa daun dengan massa yang lebih kecil (kanan). Keseluruhannyamenjadi makanan kesukaan dugong (de Iongh dkk, 2009)

Page 37: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

31

Gambar 7.4. Dugong dapat jugamemakan hewan invertebrata,meskipun bukan sebagai makananutamanya (de Iongh, 2009)

Pada padang lamun dengan vegetasi campuran (terdiri dari banyak jenis lamun), tentulah agaksulit bagi dugong untuk memilah jenis lamun individual kesukaannya. Dalam kondisi seperti itudugong dapat memakan beberapa jenis lamun dalam sekali sesi menyelam.

Anak dugong yang baru lahir segera menetek pada ibunya. Tetapi dalam usia dini, beberapaminggu setelah lahir, anak dugong sudah mulai belajar memakan lamun. Susu ibu yang bergizidan berenergi tinggi memang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan sang anak. Anak dugongmenyusui pada ibunya sampai usia sekitar 18 bulan, tetapi selanjutnya hidupnya bergantungpada lamun.

Dugong yang dipelihara dalam kolam, sampai batas-batas tertentu, dapat menyesuaikan diridengan jenis makanan yang disajikan. Dugong yang dipelihara di SeaWorld Indonesia Ancolmisalnya, secara rutin diberi makanan berupa lamun Syringonium isoetifolium yang dipanen dariTeluk Banten.

Meskipun makanan utama dugong adalah lamun,namun sekali-sekali ada juga hewan-hewaninvertebrata yang masuk dalam menu makanannya.Tetapi hewan itu bukanlah sengaja dicari sebagaimakanannya. Ketika lamun dicongkel sampai keakar-akarnya terkadang terikut pula beberapa jenishewan invertebrata.

Dari pengkajian isi perut dugong diperoleh pulainformasi bahwa alga kadang kala masuk jugasebagai makanan dugong. Namun diperkirakandugong baru memakan alga bila stok makananlamun berkurang dalam alam. Atau lebih sebagaimakanan suplemen.

Penelitian di perairan subtropis di Moreton Bay, Australia, menunjukkan bahwa dugong disanadapat juga aktif mencari makanan berupa hewan invertebrata, manakala pilihan makananutamanya berupa lamun berkurang. Namun diduga hal ini tak terjadi pada dugong di perairantropis, karena di perairan tropis keanekaragaman jenis lamun lebih bervariasi untuk menjadipilihan makanannya.

Berbeda dengan hewan herbivor lainnya, sistem percernaan dugong tergolong sebagai hind gutfermenter yang berarti bahwa pencernaan anaerobik oleh mikroba terjadi di caecum atau dibagian terakhir dari usus besar. Ini membuat masa retensi (retention time) yakni lamanyamakanan menempuh perjalanan dari mulut hingga ke dubur (anus) menjadi sangat lama, bisasampai 144 – 166 jam (Lanyon & Marsh, 1995). Jauh lebih lama dibandingkan dengan hewanherbivor lainnya. Dari kajian anatomi atas jasad dugong yang mati di Jaya Ancol Oceanarium

Page 38: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

32

(sekarang Gelanggang Samudra Ancol) tahun 1975, Allen dkk (1976) menunjukkan bahwaseekor dugong betina dengan panjang 2,6 m, berat 250 kg, mempunyai panjang usus kecil 6,9 mdan usus besar 14 m, atau total panjang usus sekitar 20 m, berarti sekitar 8 kali panjangbadannya.

Page 39: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

33

8. PERILAKU MAKAN

ugong sebagai mamalia laut yang herbivor mancari makanan kesukaannya berupalamun di dasar laut. Untuk melaksanakan tugas utamanya ini, dugong dilengkapidengan struktur mulut yang yang sangat khas sesuai untuk keperluan itu. Mulut dugong

pada dasarnya berupa moncong (muzzle) menghadap ke bawah yang sangat sesuai baginyauntuk mencari makanan di dasar laut. Moncong dugong mempunyai bibir atas dan bawah yangamat tebal, dipenuhi dengan bulu sikat (bristles) yang kasar dan pendek yang merupakan organpengindera yang sangat peka untuk dapat mengetahui dan menentukan makanannya yang berupalamun. Ketika merangkak di dasar laut mencari makan, dugong lebih banyak diarahkan olehpenginderaan lewat bulu sikatnya itu. Selain bibir tebal dan lentur itu mulut dugong dilengkapipula dengan susunan perangkat gigi-geligi yang sesuai untuk mendapatkan makanan di dasar lautdengan menggali, mencongkel dan mencabut seluruh tumbuhan lamun untuk disantap.

Susunan gigi-geligi dugong mempunyai rumus (2.0.3.3)/ (3.1.3.3) yang bermakna bahwa separuhrahang atas mempunyai dua gigi seri (incisor), tiga geraham depan (premolar) dan tiga geraham(molar), sedangkan separuh rahang bawah mempunyai tiga gigi seri, satu taring (canine), tigageraham depan dan tiga geraham. Pada dugong jantan, gigi serinya dapat tumbuh mencuat keluar(bisa sampai sekitar 15 cm) bagaikan gading, yang diperkirakan berperan untuk menggalimakanannya. Pada yang betina, gading ini tidak tumbuh, atau hanya terdapat kecil pada betina

D

Gambar 8.1. Kiri: Moncong (muzzle) dugong yang terdiri dari bibir atas danbawah yang tebal dan dipenuhi bulu sikat (bristles), dan rongga mulut disertaihorny pad (de Iongh, 2009). Kanan: Posisi moncong dugong dilihat dari bawah(Marsh, 1989)

Page 40: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

34

Gambar 8.2. Lukisan menunjukkan dugong setelahmencabut lamun dari dasar laut. Lamun diguncang-guncang dulu untuk dibersihkan dari sedimen sebelumditelan. (wallcoo.net)

yang sudah tua. Gigi geraham depan dan gerahamnya tidak tumbuh dan praktis tidak berfungsikarena lamun makanannya tidak dikunyah tetapi langsung ditelan. Di rahang atasnya terdapatstruktur horny pad yang tebal, yang akan mendorong lamun masuk ke dalam rongga mulutnya.Lamun yang telah diperoleh biasanya diguncang-guncang dulu untuk melepaskan sedimen yangmelekat sebelum ditelan.

Ketika merumput di dasar laut mencari makan, dugong bagaikan merangkak dengan ditopangoleh siripnya yang kuat dan tebal. Perilaku makan merangkak dan mencabut seluruh tumbuhanlamun sampai ke akar-akarnya akan meninggalkan jejak atau jalur memanjang di dasar laut yangdikenal sebagai feeding trail. Mencongkel lamun sampai ke akar-akarnya ini menimbulkankepulan sedimen saat dugong merumput. Jalur feeding trail yang diakibatkannya bisa merupakanjalur sederhana atau pun membentuk jalur-jalur yang rumit yang merefleksikan kegiatanmerumput dugong dan kawanannya. Pada saat surut rendah jalur feeding trail ini dapat lebihmudah terlihat.

Pada kesempatan lain, apabila dugongtidak bisa mencongkel seluruh lamunsampai ke akar-akarnya, dugongtersebut hanya akan memetik danmemakan bagian daun diataspermukaan dasar saja. Dengandemikian sedimen tidak sampaiteraduk, tidak menimbulkan kepulansedimen, dan tidak meninggalkanjejak feeding trail.

Lamun yang telah diperoleh, biasanyadiguncang-guncang dulu hinggasedimen yang melekat pada lamunbisa terlepas, sebelum ditelan. Dalampemeriksaan isi perut dugong, sedikitsekali ditemukan komponen pasiratau sedimen.

Dugong umumnya mencari makan di perairan dangkal, kadangkala tak lebih dalam dari dua kalipanjang tubuhnya, atau pada kedalaman tak lebih dari 10 m. Ini disebabkan karena dugong takdapat menyelam lama, tidak seperti kebanyakan mamalia laut lainnya. Tiap 3 – 5 menit ia sudahharus naik ke permukaan untuk menarik napas. Namun acapkali dijumpai pula adanyakekecualian dimana dugong dilaporkan bisa mencari makan di dasar laut sampai pada kedalamansekitar 30 m.

Page 41: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

35

Dugong biasanya mencari makan baik di siang hari maupun di malam hari. Kajian-kajian denganmetode akustik telah menegaskan hal ini. Kajian di Teluk Moreton, Australia, menunjukkanbahwa dugong menghabiskan 41 % dari seluruh waktu kegiatannya untuk mencari makan ataumerumput (Hodgson, 2004)

Suatu hal yang menakjubkan bahwa dugong dapat berkelana hingga jarak yang jauh dan dalamwaktu lama, namun ia bisa kembali lagi ke tempat asal semula. Di duga bahwa dugongmempunyai kemampuan daya ingat atau memori spasial yang sangat kuat yang membimbingnyadalam pengembaraannya. Hobbs dkk (2007) menyatakan bahwa dugong dalam pengembaraanjarak jauhnya tampaknya telah mengetahui dimana lokasi sumber makanan lamun yang jauh ituberada dan bagaimana jalan tercepat menuju ke situ.

Kajian yang dilakukan oleh Preen (1995) di Australia menunjukkan bahwa kawanan besardugong dapat memanipulasi suatu padang lamun untuk merangsang pertumbuhan lamun mudayang menjadi kesukaaan mereka, kegiatan yang disebut sebagai cultivation grazing. Kawananbesar dugong itu mendatangi dan merumput di area padang lamun yang sama secara reguler,dan ini akan menjamin pertunasan dan pertumbuhan kembali jenis-jenis lamun pioneerkesukaannya yang berkalori tinggi dan rendah kandungan seratnya. Di Indonesia tidak dijumpaikawanan dugong dalam julah besar dan cultivation grazing, tetapi de Iongh dkk (2007)menemukan di Kepulauan Lease (Maluku) dugong dapat kembali merumput ke area yang sama.

Gambar 8.3. Kiri: Jejak jalur makan (feeding trail) dugong yang memanjang di antaravegetasi lamun Halophila sp. Kanan: Feeding trail dugong yang kompleks.

Page 42: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

36

9. RITUAL PERKAWINAN

awin dan melahirkan anak merupakan syarat mutlak untuk kelangsungan hidup suatuspesies. Demikian pula bagi dugong (Dugong dugon). Panjang usia seekor dugongdiperkirakan dapat sampai lebih 70 tahun. Dugong mulai memasuki usia dewasa pada

usia sekitar delapan hingga sepuluh tahun, yang tergolong lebih tua dibandingkan dengan banyakhewan-hewan lainnya. Namun, kapan persisnya dugong pertama kali dapat melahirkan masihsering diperdebatkan. Ada yang menyebutkan dugong pertama kali dapat melahirkan pada usia10 – 17 tahun, yang lain menyebutkan dapat sedini enam tahun.

Terdapat sejumlah bukti bahwa dugong pada usia lanjutnya semakin berkurang fertilitas ataukesuburannya. Meskipun dugong dapat berusia panjang, namun selama masa hidupnya dugongdapat melahirkan hanya beberapa kali saja. Itu pun setiap melahirkan hanya menghasilkan satuanak saja. Dugong menghabiskan usia yang sangat lama untuk mengasuh anaknya sampaianaknya bisa hidup mandiri menjelang dewasa. Diperkirakan dugong baru dapat melahirkan lagisetelah tiga sampai tujuh tahun kemudian setelah melahirkan. Itulah sebabnya kelahiran seekoranak dugong mempunyai arti yang sangat menentukan untuk melanjutkan kehidupan generasiberikutnya, dan sangat bermakna penting dalam upaya konservasi dugong.

Perkawinan dugong dilaksanakan oleh jantan dan betina dewasa. Namun dari tampak luarnya,sangat sukar membedakan yang mana yang jantan atau betina karena morfologi luar keduanyasangat mirip (monomorphic). Dugong jantan mempunyai organ kelamin yang abdominal ataudalam perut, hingga tak terlihat. Bila ia sedang bergairah seksual, baru penisnya akan ditonjolkankeluar lewat celah penis.

Kapan musim kawin bagi dugong masih sering diperdebatkan, mungkin akan berbeda untuklokasi yang berlainan. Menurut Marsh (1989), pengamatan di Australia menunjukkan dugongjantan yang reproduktif bisa terdapat sepanjang tahun, namun kegiatan reproduktif yang aktifakan lebih banyak terjadi antara bulan Juni dan Januari.

Bagaimana perilaku kawin (mating behavior) pada dugong masih menyisakan sejumlahperdebatan. Soalnya mengamati perilaku dugong yang sedang menjalani ritual perkawinan tidakmudah diamati dalam alam. Diperkirakan ritual perkawinan dugong akan bervariasi menurutlokasi.

K

Page 43: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

37

Pengamatan yang dilaksanakan oleh Adulyanukosol dkk (2007) di perairan dangkal PulauTalibong, Thailand, mungkin dapat memberikan gambaran bagaimana ritual perkawinandugong di peraiaran tropis Asia Tenggara. Pengamatannya dilakukan dengan survei udaradengan merekam gambar gerakan dugong dalam suatu ritual perkawinan. Kajiannyamenunjukkan pola ritual perkawinan dugong dapat dibagi dalam lima tahap. Tahap 1membuntuti: pejantan berenang membuntuti terus sang betina dari belakang. Tahap 2 mendekati

Gambar 9.1. Tahap-tahap ritual perkawinan dugong. a (1) Membuntuti: pejantanmengikuti betina dari belakang; b (2) Mendekati dan merangsang: pejantanmendekati betina dan mencium perutnya; c (3) Berpasangan: pejantan dan betinaberenang paralel; d (4) Kopulasi: air tersibak karena kopulasi; e. Pejantanmendekati kembali sang betina dan mencium bagian perutnya; f. Pejantanberkopulasi dengan betina dengan posisi perut ketemu perut, dan menggunakansiripnya untuk memeluk betina; g. Betina berenang pergi dan dikejar olehpejantan; h. Pejantan mendekati lagi sang betina dan mencium perutnya; i. (5)Berpisah: pejantan dan betina berpisah setelah menarik napas di permukaan.Gambar ini dibuat berdasarkan hasil fotografi (Ilustrasi oleh Mr. CheevinMontriwat, dari Adulyanukosol dkk 2007)

Page 44: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

38

Gambar 9.2. Beberapa dugong pejantan berusahamemeluk dan berkopulasi dengan seekor betina.(Lukisan oleh Lucy Smith). www.what-when-how.com/marinemammals/dugong )

dan merangsang: pejantan mendekati dan mencium bagian perut dan vagina sang betina untukmerangsang. Tahap 3 berpasangan: pejantan dan betina berenang paralel satu dengan lainnya,perut ketemu perut, atau punggung ketemu punggung. Tahap 4 kopulasi: pejantan menyetubuhi(kopulasi) sang betina. Tahap 5 berpisah: pejantan dan betina berenang saling menjauhi denganarah yang bebeda. Kelima tahap ritual perkawinan itu diilustrasikan dalam Gambar 9.1.

Apa yang digambarkan oleh Adulyanusokol dkk (2007) di Thailand tampaknya berbeda dengandekripsi mengenai perilaku kawin dugong di Australia. Di Moreton Bay, Queensland, (Australia)misalnya, Preen (1989) mengemukakan beberapa dugong jantan saling bersaing keras untuk

dapat mengawini betina yang sedangberahi (in oestrus). Persaingan ini dapatdisertai pertarungan atau laga yangsengit di antara para pejantan. Setiappejantan mencoba untuk berkopulasidengan betina.

Lain lagi yang dilaporkan olehAnderson (1997) di Shark Bay(Australia Barat). Disini ada satu lokasitertentu yang dihuni oleh segerombolandugong pejantan. Masing-masingmempunyai wilayah teritorial yangdijaga dan dipertahankan daripendatang, dengan melakukan bebagai

tingkah laku yang unik seperti berguling di dasar, berenang dengan perut ke atas, naik-turun,jungkir-balik dan sebagainya. Aktivitas ini juga bagai pameran / display untuk menarik perhatianbetina. Betina yang sedang berahi yang mendatangi lokasi ini akan menjadi bulan-bulanan parapejantan. Bergantian dan berebutan para pejantan berkopulasi dengan sang betina, hingga lebihmenjamin terjadinya pembuahan (conception). Perilaku kawin dugong seperti ini bersifatpolyandrous (seekor betina dikawini oleh beberapa pejantan). Lokasi ekslusif untuk pertemuanjodoh ini disebut lek, dan aktivitas para pejantan untuk bersaing menarik perhatian danmengawini sang betina di lokasi ini disebut lekking.

Menanggapi adanya informasi yang sangat berbeda tentang ritual perkawinan dugong ini,beberapa ilmuwan berpendapat bahwa hal ini mungkin akibat masih sangat kurangnya penelitiandalam alam dengan teknik yang lebih akurat hingga tampaknya masih sulit untuk memberikankesimpulan tentang kecenderungan umum aktivitas ritual perkawinan dugong.

Page 45: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

39

Gambar 10.1. Dugong sedang merumput di dasarsubstrat. (www.arkive.org)

10. KEGIATAN HARIAN

pa saja kegiatan dugong sehari-hari merupakan pertanyaan yang menarik. Untukmenjawab pertanyaan itu tentulah tidak mudah. Penelitian mengenai hal itu pun masihsangat terbatas. Pengamatan langsung di lapangan terkendala karena kondisi alam

tempat kehidupan dugong umumnya kurang mendukung. Dugong umumnya hidup di perairandangkal yang biasanya keruh, hingga menyulitkan pengamatan langsung di alam.

Salah satu penelitian mengenai kegiatan atau perilaku harian dugong telah dilakukan olehHodgson (2004) di periaran Moreton Bay, Australia. Teluk ini diketahui masih banyakmempunyai dugong. Tetapi lokasi geografinya sudah agak ke selatan, masuk daerah subtropis.Oleh karena itu hasil penelitiannya dapat dikatakan lebih mewakili perairan setempat.Bagaimana sifat perilaku harian dugong di perairan tropis seperti Indonesia, belum tentu samapersis. Untuk menegaskannya tentu masih diperlukan penelitian. Meskipun demikian hasilpenelitian Hodgson (2004) itu sedikitnya telah menguak sejumlah informasi menarik tentangkegiatan harian dugong dalam alam.

Untuk penelitian itu, Hodgson memasang peralatan TDR (Timed Depth Recorder) pada dugongyang dapat mencerminkan kegiatan dugong pada berbagai kedalaman seiring dengan perjalananwaktu. Penelitiannya juga dilengkapi dengan pengamatan dari udara dengan menggunakan balonhelium yang dipasangi kamera (Blimp-cam) yang dapat dikontrol dari jauh. Beberapa cuplikanhasilnya disampaikan di bawah ini.

Perilaku harian dugong di alam dalamgaris besarnya dapat dibagi dalam enamkategori, yakni: 1) Merumput (feeding), 2)menjelajah (travelling), 3) istirahat(resting), 4) sosialisasi (socializing), 5)menjungkir (rolling), dan 6) kepermukaan (surfacing).

Kegiatan merumput atau makan di dasarlaut merupakan kegiatan yang palingutama. Makanan favoritnya adalah lamun(seagrass), terutama jenis yang berdaunkecil seperti Halophila ovalis danHalodule uninervis. Dugong memakan

A

Page 46: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

40

lamun tidak saja bagian daun dan batangnya, tetapi juga bagian akar dan rimpangnya yangbanyak mengandung nutrisi yang berenergi tinggi. Untuk itu dugong mendongkel, menggali danmencabut tumbuhan lamun sampai ke akar-akarnya, dan menyebabkan dasar substrat berkepul.Kegiatan merumput dengan perilaku seperti itu dapat meninggalkan jejak atau jalur-jalur bekas

Gambar 10.3. Pola perilaku dugong dinyatakan dalam persendari seluruh waktu kegiatan hariannya. (Hodgson, 2004)

Gambar 10.2. Pola kegiatan ke permukaan (surfacing), merumput (feeding),dan menjelajah (travelling) pada dugong (Hodgson, 2004)

Page 47: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

41

Gambar 10.4. Dugong sedang menjelajahdengan berenang tenang

galian di dasar laut yang memanjang yang dikenal sebagai feeding trail. Dalam keadaan tertentudugong juga dapat memakan bagian daun dan batang saja hingga dasar substrat dasar takteraduk. Dugong merumput baik pada siang hari maupun pada malam hari.

Penelitian di Moreton Bay menunjukkan bahwa merumput atau mencari makan di dasar lautmenghabiskan waktu yang terpanjang dalam kegiatan harian dugong. Sekitar 41 % waktuhariannya dihabiskan untuk merumput atau makan di dasar laut. Ini berarti sekitar 10 jam tiaphari dihabiskan untuk merumput. Tampaknya ini kurang lebih seimbang dengan herbivor besardi darat. Hewan ternak seperti sapi dan domba misalnya, menghabiskan waktu sekitar 8 sampai10 jam tiap hari untuk merumput.

Menjelajah (travelling) yakni berenang darisatu tempat ke tempat lainnya merupakankegiatan yang menghabiskan waktu terlamakedua , yakni sekitar 32 % dari seluruh waktukegiatan hariannya. Berenang menjelajah inidapat dilakukan pada kedalaman tertentuatau dapat juga menyusur sedikit di atasdasar substrat. Berenang menjelajah inidapat dilaksanakan dengan kecepatan lambat,sedang, atau pun cepat. Dalam kecepatanlambat, buntutnya berayun sangat pelan,sedangkan dalam kecepatan tinggi buntutnya berayun cepat untuk memberikan dorongan kuat kearah depan. Renang dengan kecepatan lambat di atas dasar dapat ditafsirkan untuk mengamatilokasi yang sesuai untuk disinggahi merumput.

Gambar 10.5. Dugong sedang menjungkir (rolling)

Page 48: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

42

Istirahat (resting), bagi dugong menghabiskan waktu sekitar 7 % dari seluruh kegiatan hariannya.Kegiatan istirahat ini dapat dilakukan di permukaan, di lapisan tengah kolom air, ataupun didasar substrat. Ada informasi (Anderson, 1998) bahwa dugong istirahat pada siang hari, terutamapada jam 10.00 sampai jam 13.00, dan sekali lagi pada malam hari. Dugong istirahat hanya bilasaat laut sedang tenang. Dugong lebih banyak menghabiskan waktu istirahat di permukaan daripada di lapisan tengah kolom air atau di dasar substrat. Istirahat di dasar substrat adalah yangpaling sedikit dilakukan. Masa istirahat di permukaan merupakan saat yang rentan untuktertabrak oleh lalu-lintas kapal cepat karena dugong tak dapat menghindar dengan segera.

Sosialisasi (socialization) (6 % dari keseluruhan kegiatan hariannya) merupakan kegiatan yangberkaitan dengan interaksi dalam kawanan dugong. Untuk daerah yang tak mempunyai kawanan(herd) yang besar, kegiatan ini sulit teramati.

Menjungkir (rolling), dilakukan dugong dengan berenang menjungkir. Adakalanya tingkahseperti ini dilakukan dengan berjungkir balik, dan menggosok-gosokkan punggungnya ke dasarsubstrat. Diduga perilaku ini dimaksudkan untuk menghilangkan parasit yang mungkinmenempel di tubuhnya. Penelitian di Moreton Bay menunjukkan perilaku semacam inimenghabiskan sebanyak 1 % dari seluruh waktu kegiatan harian dugong.

Ke permukaan (surfacing) dilakukan dugong dengan berenang ke permukaan hinggamenyembulkan hidungnya ke atas paras laut untuk bernapas kemudian menyelam kembali.Biasanya hanya lubang hidungnya dan sedikit bagian kepalanya yang keluar dari permukaan,hingga acapkali sulit untuk dilihat. Setelah mengeluarkan dan menarik napas yang dalam selamabeberapa detik, dugong akan menyelam kembali meneruskan kegiatannya. Dugong naik kepermukaan untuk bernapas kurang lebih setiap tiga hingga lima menit menyelam. Penelitian di

Gambar 10.6. Kiri: Dugong naik ke permukaan untuk bernapas. Kanan:Dugong menyelam kembali setelah bernapas di permukaan.(www.arkive.org)

Page 49: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

43

Moreton Bay, menunjukkan dugong menghabiskan waktu di permukaan (ke dan dari permukaan)sebanyak 8 % dari seluruh kegiatan hariannya.

Yang menarik bahwa dugong yang mempunyai anak, biasanya keduanya naik ke permukaansecara bersamaan (sinkron) untuk bernapas. Untuk itu biasanya sang anak dugong digendongmenempel di punggung ibunya dan naik bersamaan ke permukaan.

Page 50: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

44

11. PEMANFAATAN

ugong dimanfaatkan orang untuk berbagai keperluan, yang bisa berbeda-beda dari satudaerah ke daerah lainnya. Hampir semua bagian dugong dapat dimanfaatkan, mulai darikulitnya, daging dan lemaknya, tulangnya, giginya yang berupa gading, hingga semua

isi perutnya. Namun umumnya dugong dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi, obat-obatan,pernak-pernik hiasan, dan untuk berbagai keperluan budaya dan religi masyarakat setempat.

Pemanfaatan dugong untuk konsumsi (daging dan lemaknya) merupakan pemanfaatan yangterbesar, baik dugong hasil perburuan, maupun dari yang tak sengaja tertangkap dalam jaringatau alat tangkap perikanan lainnya. Di beberapa daerah seperti di Kepulauan Aru (MalukuTenggara), dugong dulu banyak diburu tetapi belakangan ini kegiatan itu telah sangat berkurangatau berhenti.

Ada berbagai persepsi orang tentang rasa daging dugong. Banyak yang menyatakan bahwa rasadaging dugong itu lezat bagaikan daging sapi, dan menyehatkan karena dugong hanya memakantumbuhan. Ada pula anggapan bahwa menyantap daging dugong dapat menambah daya tahantubuh dan kegairahan seksual. Tetapi di pihak lain, ada pula kelompok masyarakat tertentu yangmenolak memakan daging dugong karena alasan kepercayaan.

Di daerah dengan adat yang masih kuat, dugong tidak dipotong sembarangan, karena adaketentuan adat tentang cara-cara memotongnya dan membagikan dagingnya ke masyarakat.Namun di beberapa tempat, seperti di Aru (Maluku) dan di Torosiaje (Gorontalo) ketentuan adat

D

Gambar 11.1. Perburuan dugong untuk konsumsi dilegalkan bagi pendudukasli di Selat Torres (antara Papua dan Australia) tetapi hanya untukkebutuhan budaya dan religi masyarakat setempat. (www.arkive.org)

Page 51: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

45

Gambar 11.2. Tulang-tulang dugongdigantung di rumah penduduk di Siberut(sebelah barat Sumatra) untuk menolak bala.(de Iongh)

Gambar 11.3. Kiri: Asyik merokok dengan pipa dugong.(de Iongh). Kanan atas: Pipa rokok dari tulang iga dugong,dari Derawan (W. Kiswara). Kanan bawah: pipa rokok daribahan gading dugong, dari Dobo. (W. Kiswara)

semacam itu sudah mulai terkikis dan tidak lagi digubris , terimbas oleh pengaruh kehidupanmodern. Di Aru, daging dugong juga dibuat dendeng untuk cadangan keperluan masa depan.

Di Australia, meskipun dugong telahdilindungi, namun masih dikecualikan bagipenduduk asli (indigenous people) di SelatTorres (antara Papua New Guinea danAustralia), yang memanfaatkan dagingdugong untuk keperluan budaya dan religimasyarakat setempat. Bagi penduduk aslidisana, berburu dugong merupakan ekspresipenting bagi identitas etnik mereka. Namunperburuan itu hanya dapat dilakukandengan teknik penangkapan dugong yangtradisional (dengan perahu tak bermesin dantombak), tidak dengan teknologi maju dantidak untuk tujuan ekonomi. Menjelangupacara adat kebesaran mereka, lebihbanyak dugong yang ditangkap disana.

Di Laut Merah (Saudi Arabia dan sekitarnya) yang juga banyak dihuni oleh dugong, dagingdugong dimanfaatkan antara lain untuk mengobati penyakit ginjal dan perut kembung,sedangkan lemaknya bisa untuk memasak, untuk minyak urut (massage) dan untuk lampu

penerang. Di China minyakdugong digunakan untuk obatmelancarkan peredaran darah.

Kulit dugong cukup tebal dankuat hingga dapat dimanfaatkanuntuk berbagai keperluan. DiAden dan Djibouti (Laut Merah)kulit dugong digunakan untukmembuat sandal, sedangkan dizaman dulu juga untuk perisaiatau tameng dan helm bagi paraprajurit. Di PNG (Papua NewGuinea) peduduk aslimenggunakan kulit dugonguntuk pembuatan genderang.

Page 52: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

46

Gambar 11.4. Patungleluhur dari Tanimbar(Maluku Tenggara) terbuatdari gading dugong. (deIongh)

Gambar 11.5. Minyak wangi“Air Mata Duyung” yang dulubanyak dipasarkan. (de Iongh).

Tulang dan gading dugong dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain untuk pipa rokokyang mungkin masih dapat ditemui dijual di beberapa toko cenderamata. Pipa rokok yang terbuatdari gading dugong berwarna kekuning-kuningan dihargai sangat mahal. Gading dugong dijualdi Tual (Kepulauan Kei) dan Ambon sampai seharga Rp 350.000per batang di tahun 1998 (Moss dan van der Wal, 1998). Gadingdugong yang bagus memang bisa merupakan barang mewah yangmembanggakan. Para sheikh dan emir di Bahrain (Teluk Arab)menggunakan gading dugong untuk gagang belati (Marsh dkk,2002).

Di Pulau Siberut (sebelah barat Sumatra) tulang-tulang dugongdigantung di rumah penduduk yang dipercaya dapat sebagai jimatuntuk menolak bala, sedangkan di Kepulauan Andaman, tulangtengkorak dan rahang dugong digantung di atas dapur perapianyang dipercaya baunya akan menarik satwa buruan hingga lebihmemudahkan perburuan.

Di Kenya (pantai timur Afrika) tulang dugong dihancurkanberupa tepung dan dipanaskan. Menghirup uap dari tulangdugong yang dipanaskan itu dipercaya dapat menyembuhkanberbagai penyakit, dari sakit gigi hingga sakit saat melahirkan.Di sana gading dugong dijadikan berbagai bentuk pernikperhiasan atau dikalungkan pada anak kecil untuk melindunginyadari ruh jahat yang mungkin mengganggu.

Di Jepang, dugong hanya terdapat di Okinawa, di SamudraPasifik. Disini tulang iga dugong menjadi bahan untukkesenian ukir-ukiran. Bentuk ukiran yang paling populeradalah ukiran berbentuk kupu-kupu yang dipercaya dapatmembawa ruh orang yang meninggal menuju ke alamlainnya. Sementara itu penduduk di Tanimbar (MalukuTenggara) membuat ukiran artisktik dari gading dugongyang melambangkan leluhur mereka.

Salah satu pemanfaatan dugong yang terkenal di Indonesia(juga di Filipina dan Malaysia) adalah air mata dugong.Apabila dugong diangkat keluar dari air, maka kelenjar airmatanya akan mengelurkan cairan yang dikenal sebagai “airmata duyung”. Banyak kalangan percaya bahwa “air mataduyung” ini dapat dijadikan sebagai pengasih (pemelet)untuk menarik lawan jenis. “Air mata duyung” ini dapatdicampur dengan parfum dan bila digunakan disertai jampi-

Page 53: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

47

jampi tertentu dapat membuat lawan jenis jatuh hati (kepelet). Entah sampai berapa jauh hal inibisa jadi kenyataan. Sampai beberapa waktu lalu minyak wangi “Air Mata Duyung” masih adadijual di pasar-pasar dalam botol-botol kecil. Sekarang penjualan parfum macam ini sudahtidak dijumpai lagi.

Suatu survei yang baru-baru ini dilaksanakan di Bali tentang perdagangan barang-barang yangberasal dari satwa yang dilindungi (Nijman & Nekaris, 2014) mengemukakan data yang sangatmencengangkan. Bagian-bagian dugong ternyata masih banyak yang di perdagangkan di toko-toko herbal dan kerajinan mencakup tulang iga, tulang punggung, gading dugong (untukberbagai produk seperti ukiran-ukiran), air mata dugong, dan lemak dugong. Harga yangtermahal adalah ukiran gading dugong untuk gagang keris yang dijual dengan harga sampai 150USD, sedangkan pipa rokok dari gading dugong dihargai 10 – 30 USD di tahun 2013.

Gambar 11.6. Gagang keris berukir indahdari bahan gading dugong dijual di Balidengan harga sampai 150 USD di tahun2013. (Nijman & Nekaris, 2013).

Page 54: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

48

Gambar 12.1. Wisata “Swim withdugong” di Vanuatu yang makin populer.(seapics.com)

12. WISATA RENANG BERSAMA DUGONG:MUNGKINKAH?

oleh dikatakan dugong (Dugong dugon) telah dilindungi di semua negera yangmempunyai dugong. Meskipun demikian populasi dugong masih saja menghadapiberbagai ancaman dari kegiatan manusia seperti peruburuan, tertangkap tak sengaja

(incidental) dalam jaring nelayan, pencemaran lingkungan atau karena habitatnya berupa padanglamun telah makin rusak. Belakangan ini timbul gagasan: apakah dugong dapat dimanfaatkandengan tidak perlu menangkap hewan yang sudah sangat langka itu. Misalnya, dapatkahdikembangkan wisata renang bersama dugong? Apakah ini langkah yang bijak dalampemanfaatan dugong secara berkelanjutan?

Belakangan ini beberapa negeri seperti Vanuatu, Sabah (Malaysia), Filipina telahmengembangkan kegiatan wisata “Swim with dugong”. Kegiatan ini umumnya dikemas dalampaket ekowisata yang seyogyanya berorientasi pada prinsip kelestarian alam. Pertanyaannya:benarkah kegiatan itu dapat menjamin kelestarian dan eksistensi dugong dalam jangka panjang?

Di Vanuatu, negeri kecil di Samudra Pasifikitu, acara wisata “Swim with dugong” makinpopuler. Di salah satu lokasi di PortResolution misalnya, penduduk lokal dapatmemanggil dugong dengan terlebih dahuluberamai-ramai menepuk-nepuk permukaanlaut. Dugong-dugong ini dianggap “jinak”,dan telah terbiasa dengan kehadiran manusiadan perahu. Atraksi yang sangat menarikadalah dengan memberikan kesempatankepada wisatawan untuk berenang bersamadugong, bahkan wisatawan dapat mengelus-elus sang dugong sambil menyelam. Berenangbersama dugong di alam yang sesungguhnyatentulah merupakan pengalaman yang sangatmengesankan.

Di Pulau Mantanani (Sabah, Malaysia), juga telah dikembangkan acara ekowisata dugong. Adaseekor dugong jantan yang hidup soliter, dinamai “Nicky”, yang sudah akrab dengan manusia,bahkan sering diajak “bermain” bersama wisatawan. Dugong itu pun menjadi bintang fotogenikyang digandrungi wisatawan. Tetapi acapkali dugong jantan itu menunjukkan perilaku yang tak

B

Page 55: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

49

Gambar12.2. Perilaku dugong jantan yangtak lazim di Pulau Mantanani (Sabah),mencoba mencumbu wisatawan wanita.(Youtube: “Dugong loves Lidy”)

Gambar 12.3. Anak-anak nelayan di Tobelo(Halmahera Utara) akrab bermain dengan dugong.(Dok. Puslit Oseanografi LIPI)

lazim, yakni mencoba mencumbu (mating) wisatawan wanita, sebagaimana diungkapkan olehRajamani (2008). Perilaku yang tak lazim ini dapat juga dilihat di Youtube: “Dugong lovesLidy”.

Perilaku dugong yang sudah tak takut lagidengan manusia dan perahu motor, justrudipandang bisa menimbulkan potensi petaka,yakni tertabraknya dugong oleh perahu motor,atau cedera karena hantaman baling-balingperahu motor. Dugong harus sering kepermukaan untuk bernapas. Kalau pun ia naikkepermukaan hanya lubang hidungnya yangtersembul ke atas permukaan hingga sulit terlihatjelas. Di samping itu dugong berenang dengansangat lambat. Akan sulit baginya untukmenghindar bila ada perahu motor cepat menujuke arahnya. Beberapa dugong ditemukan yangpunggungnya menampilkan bekas luka bergaris

dalam, mengindikasikan kemungkinan karena terhantam oleh lunas atau baling-baling perahumotor.

Di samping itu, perilaku dugong juga belum sepenuhnya dipahami. Rajamani (2009) misalnyamenyebutkan dapat juga terjadi dugong merasa terganggu, yang kemudian berbalik menyerangmanusia seperti yang pernah terjadi di Vanuatu.

Di Indonesia belum cukup terdengaradanya program pengembangan wisatadugong, meskipun potensinya ada. DiTobelo (Halmahera Utara) misalnyaanak-anak nelayan telah terbiasabermain dan bercanda dengan dugong.Bila anak-anak nelayan itu bermain dipantai, dugong datang dan ikutbergabung bermain dan bercandadengan anak-anak. Dapatkah halsemacam ini, bercanda dengan dugong,dikembangkan sebagai objek wisatayang ramah lingkungan?

Selain itu, di Fak-Fak (Papua Barat)telah dirintis adanya Lokasi Wisata

Page 56: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

50

Dugong, di Kampung Kiat. Tetapi belum jelas apakah disana dikembangkan juga kegiatan wisatarenang bersama dugong.

Di Australia, program “Swim with dugong” ditanggapi dengan hati-hati. Marsh dkk (2002) masihmempertanyakan dampak dari kegiatan semacam ini bagi keselamatan dugong dalam jangkapanjang. Tampaknya untuk ini masih diperlukan kajian yang lebih mendalam.

Page 57: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

51

13. ANCAMAN

ugong hidup di perairan dangkal dekat pantai yang merupakan bagian laut yang palingdinamis dan sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan manusia. Oleh karenanyadugong akan banyak menerima tekanan atau dampak dari kegiatan manusia, baik

secara langsng maupun tak langsung. Ancaman antropogenik (dari kegiatan manusia) iniditambah lagi dengan karakteristik dugong yang berumur panjang, usia tinggi baru dapat hamil,tiap kelahiran hanya menghasilkan satu anak, dan masa mengasuh anak yang sangat lamamembuat dugong menghadapi kondisi yang sulit untuk mempertahankan keberlanjutan hidupnyamenghadapi tekanan antropogenik. Suatu studi simulasi populasi dugong mengindikasikanbahwa kalaupun pertumbuhan dugong sangat ideal dan alami, tanpa gangguan manusia,pertumbuhan populasi dugong tidak akan lebih dari 5 % (Marsh dkk, 2002). Jadi bila sedikit sajapopulasi dugong dewasa berkurang akibat penangkapan, atau karena hilangnya habitat, ataumenurunnya kualitas lingkungannya akan dapat mengacam kelestariannya.

Selain dampak antropogenik, ada pula dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh faktor alami,seperti badai atau siklon yang menghantam dan memporak-porandakan suatu perairan pantai.Tetapi umumnya faktor alami ini jauh lebih sedikit frekuensi kejadiannya dibandingkan denganfaktor antropogenik.

Ancaman antropogenik terhadap dugong bisa bersifat langsung misalnya karena sengaja diburu,tertangkap secara tak sengaja dalam kegiatan perikanan, atau karena akibat penggunaan teknikperikanan yang destruktif seperti penggunaan bahan peledak dan racun. Ancaman tak langsungmisalnya karena makin menyusutnya luas padang lamun atau makin terdegradasinya kondisilingkungan padang lamun yang menjadi habitat dugong akibat meningkatnya kekeruhan air danpencemaran.

Perburuan dugong telah dilakukan sejak awal sejarah interaksi manusia dengan dugong. Sejakdulukala dugong dianggap dapat menjadi sumber makanan, obat-obatan, dan berbagai keperluanritual budaya. Hingga kini tak ada data yang terpercaya yang dapat digunakan untukmenyebutkan secara kuantitatif seberapa jauh populasi dugong di Indonesia telah berkurangdalam beberapa dekade terakhir ini. Di tahun 1970-an misalnya, diperkirakan populasi dugongdi Indonesia ada sebanyak 10.000 ekor, sedangkan di tahun 1994, diperkirakan sebanyak 1.000ekor saja (Marsh dkk 2002). Namun angka-angka ini hanyalah perkiraan kasar saja yang tentumasih perlu diklarifikasi. Di lain pihak, kisah-kisah anekdotal (yang dikisahkan oleh masyarakatpesisir) dari berbagai penjuru tanah air menunjukkan kecenderugnan umum yang konsisten,bahwa populasi dugong ini sudah sangat menyusut dimana-mana. Di beberapa daerah,

D

Page 58: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

52

masyarakat setempat sudah semakin jarang melihat bahkan ada yang sudah tak pernah lagimenemui dugong di perairan mereka dalam dekade terakhir ini.

Salah satu contoh bentuk ancaman dari perburuan ini terhadap populasi dugong setempat adalahdi perairan Kepulauan Aru (Maluku Tenggara) dimana masyarakat disana dulunya mempunyaitradisi berburu dugong dengan menggunakan harpun (harpoon) yang dihunjamkan ke tubuhdugong yang sedang berenang di permukaan. Mata harpun yang telah menancap ke tubuhdugong berujung dengan tali panjang yang dimainkan oleh nelayan hingga dugong mati lemas.

Dugong diburu terutama untuk mendapatkan dagingnya untuk konsumsi dan gadingnya yangmahal untuk diperdagangkan atau untuk pipa rokok. Compost (1980) memperkirakan bahwapada akhir tahun 1970 dugong di perairan Aru (Maluku) ada sebanyak 545 hingga 1.020 ekor,dan pada saat itu dugong disebutkan “masih cukup banyak” di perairan Aru. Kemudian Brasseur

Gambar 13.1. Perburuan dugong secara tradisional. Kiri atas: mata harpunyang dapat dilepas. Kiri bawah: Dugong yang telah tertikam harpundimainkan dengan tali oleh nelayan hingga dugong mati lemas. Kanan:dugong diangkat naik ke perahu. Kasus di Selat Torres. (www.arkive.org)

Page 59: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

53

Gambar 13.2. Dugong muda terjerat dalam jaringnelayan. (www.arkive.org)

dan de Iongh (1991) melaporkan bahwa dugong di perairan Aru tertangkap hanya sebanyak 59-90 ekor di tahun 1989, dan angka ini turun lagi menjadi 29-36 di tahun 1990. Estimasi iniberdasarkan hasil dari survei wawancara yang dilakukan di 14 desa di pantai timur Aru (Moss &van der Wal, 1998).

Di perairan Kepulauan Lease yang terdiri dari empat pulau utama (Ambon, Haruku, Saparua,Nusa Laut) telah dilakukan survei udara untuk memperkirakan populasi dugong di tahun 1990dan 1992 (de Iongh dkk, 1995) yang menunjukkan bahwa populasi dugong di perairan inidiperkirakan minimum sekitar 22-37 ekor. Kemudian Moss & van der Wal (1998) menyebutkanbahwa jumlahnya disana tinggal 10 ekor yang didasarkan dari survei feeding trail dugong dipadang lamun dan wawancara dengan penduduk.

Gading dugong dijual dengan harga yang sangat tinggi di Tual (Pulau Kei, Maluku Tenggara)dan di Ambon, sampai seharga Rp 350.000 sebatang (Moss & vander Wal, 1998) yang nilainyalebih tinggi dari pendapatan bulanan rata-rata seorang nelayan. Harga pasar yang tinggi inimerangsang nelayan untuk masih terus memburu dugong, meskipun sekarang kegiatan ini sudahjauh berkurang bahkan sebenarnya telah dilarang sesuai dengan Undang-Undang No. 7 tahun1999 tentang Konservasi Flora dan Fauna.

Ancaman langsung lainnya terhadapdugong yang juga sering dijumpaiadalah terperangkapnya dugongdalam alat tangkap perikanan sepertijaring pasang surut dan sero.Sebenarnya dugong disini tidaklahdimaksud untuk sengaja ditangkaptetapi dugong itu masuk dan terjeratatau terperangkap dalam alatperikanan. Apabila dugong terjeratdan tak bisa menarik napas kepermukaan maka ia akan mati.

Yang lebih sulit dikontrol adalahdugong yang terperangkap dalamjaring insang (gill net) dan jaring hiu(shark net) yang biasanya

dioperasikan oleh perusahan industri perikanan. Jaring hiu memang tidak dimaksudkan untukmenangkap dugong, tetapi acapkali dugong terperangkap di dalamnya. Kajian di Kepulauan Arumenunjukkan meningkatnya penggunaan jaring hiu sejalan dengan makin berkurangnyatangkapan dugong. Dalam tahun 1979 misalnya, di perairan timur Kepulauan Aru dilaporkan 80hingga 200 dugong tertangkap dalam jaring hiu, sedangkan dalam 1989 berkurang menjadi 20 –

Page 60: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

54

Gambar 13.3. Induk dan anakdugong korban tertabrak kapalcepat, dengan tubuh yang teririsoleh baling-baling kapal . Kasusdi Moreton Bay, Australlia(Groom dkk. 2004)

40 ekor saja. Selain itu telah dilaporkan pula eksploitasi dugong dalam tahun 1979 dan 1980yang menyebutkan lebih 500 dugong yang tertangkap tiap tahun di delapan daerah di Malukudengan menggunakan jaring hiu oleh kapal perikanan Taiwan ( de Iongh & Wenno, 1992).

Ancaman langsung lainnya adalah tertabrak oleh kapalatau perahu motor cepat. Dugong pada umumnya takdapat berenang cepat, dan karenanya bila ia sedang dipermukaan untuk menarik napas maka akan sulitbaginya untuk mengelak apabila didekati atau dihampirioleh kapal atau perahu motor yang sedang melaju cepat.Dugong dapat tertabrak oleh badan kapal atau teririsoleh putaran baling-baling kapal. Kasus terjadinyatabrakan terhadap dugong oleh kapal pernah dilaporkanterjadi di Balikpapan dan Ambon.

Potensi ancaman tertabrak oleh kapal ini perludiwaspadai di jalur-jalur pelayaran yang ramai. SelatSingapur misalnya, merupakan salah satu jalur navigasiyang terpadat di dunia yang dilintasi oleh sekitar 600kapal tiap hari (Marsh dkk, 20020 ). Padahal selat yangsempit ini dibatasi di sebelah utaranya oleh Singapur,dan Johor (Malaysia) dan di sebelah selatan denganPulau Batam dan Pulau Bintan (Kepulauan Riau),daerah yang semula dikenal mempunyai dugong.Apakah dugong di daerah ini dapat menjelajah melintasselat yang sempit dan ramai itu belum diketahui, tetapipotensi ancaman tertabrak itu perlu diwaspadai.

Ancaman tak langsung terhadap dugong terutama disebabkan karena luas habitatnya berkurang(loss of habitat) dan atau terdegradasinya kualitas lingkungan habitatnya. Pembangunankonstruksi pantai, misalnya pembangunan pelabuhan, pemukiman, fasilitas wisata dapatmelenyapkan luasan padang lamun sebagai habitat utama dugong, atau menyebabkan kekeruhanair yang pada gilirannya akan menghambat pertumbuhan lamun yang menjadi tumpuan hidupdugong. Pembangunan kawasan industri dan pelabuhan di Teluk Banten, misalnya telahmelenyapkan sekitar 30 % luas lamun dari teluk tersebut (Tomascik dkk, 1997).

Selain itu habitat dugong juga dapat terdegradasi karena terjadinya pencemaran air, baik yangbersumber dari daratan maupun dari kegiatan di laut. Sumber pencemaran dari darat bisa darilimbah industri, pertanian, pemukiman, pertambangan, sedangkan dari kegiatan laut misalnyakarena terjadinya tumpahan minyak di laut.

Page 61: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

55

Gambar 13.4. Pembalakan (logging) dapatmeningkatkan sedimentasi dan mengancamkehidupan lingkungan pantai, termasuk habitatdugong . (Dok. TRISMADES)

Di Papua Barat pembalakan (logging) dan pertambangan menimbulkan ancaman terhadappadang lamun dan biota laut lainnya. Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih misalnya, dugongsemakin jarang dijumpai karena habitatnya mengalami degradasi karena sedimentasi yangdiakibatkan oleh kegiatan pembabatan hutan (Marsh dkk, 2002).

Pembangunan fasilitas wisata yang takramah lingkungan di kawasan pantai dapatjuga menimbulkan dampak negatif terhadaphabitat padang lamun. Di Bintan misalnya,perusahan wisata membangun penginapandan restoran langsung di atas hamparanpadang lamun. Selain itu pertambanganpasir dan bauksit di daerah ini jugamemberikan dampak terhadap padanglamun di perairan pesisir.

Kecelakaan kandasnya kapal tanker atautabrakan di laut dapat menyebabkanpencemaran minyak yang sangat luasdampaknya terhadap biota dan lingkunganperairan laut. Kandasnya supertankerShowa Maru di Selat Singapur pada bulanJanuari 1975 yang menumpahkan sekitar

5000 ton minyak mentah merupakan bencana lingkungan laut yang dampaknya meluas menimpatiga negara bertetangga: Singapur, Indonesia, dan Malaysia. Yang lebih mutakhir adalahtabarakan antara kapal supertanker Evoikos dan Orapin Global, juga di Selat Singapur, pada 15Oktber 1997, menumpahkan 28.500 ton minyak mentah ke laut dan menimbulkan pencemaranmassif pada ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang di sekitarnya.

Pencucian air balas kapal tanker juga dapat merupakan ancaman. Karena lemahnya pengawasandi laut, sering terjadi kapal pengangkut minyak mentah mencuci air balasnya dengan membuanglangsung ke laut secara ilegal. Minyak mentah yang terbuang ke laut mengalami degradasi dansebagian akan terdampar berupa gumpalan-gumpalan minyak (tar ball) yang hitam mencemaripantai, dan dapat merusak ekosistem padang lamun. Pencemaran pantai oleh gumpalan minyakini sering terjadi di pantai Pulau Bintan dan Pulau Batam.

Ancaman dari fenomena alami terhadap dugong dapat terjadi misalnya karena badai siklon tropisyang dahsyat yang dapat memporak-porandakan lingkungan pantai. Dampaknya bisa bersifatlangsung karena mematikan dugong, ataupun tak langsung karena menghancurkan padang lamunyang menjadi tumpuan hidup dugong. Siklon tropis ini tidak terjadi di jalur khatulistiwa sepertiIndonesia, tetapi umumnya pada jalur antara lintang 10o sampai 30o baik Lintang Utara maupun

Page 62: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

56

Lintang Selatan (Nontji, 2007). Pantai utara Australia, Filipina dan Bangladesh merupakandaerah langganan dilanda bencana siklon tropis.

Siklon “Kathy” misalnya, dengan kekuatan angin 185 km/jam menghantam pantai TelukCarpentaria (Northern Territory, Australia) di tahun 1984, mengakibatkan lebih 27 ekor dugongterdampar ke arah darat sampai ke atas zona pasang surut (Marsh, 1989).

Kasus lainnya di tahun 1992, Teluk Hervey (Australia) dilanda banjir besar diikuti siklon dahsyatselama tiga minggu, menyebabkan hancurnya lebih dari 1.000 km2 padang lamun karenasedimentasi yang berat, yang mengakibatkan banyak dugong mati kelaparan (ditemukansebanyak 99 bangkai dugong). Banyak pula dugong yang hijrah ke tempat lain sampai sejauh900 km. Diperkirakan akan diperlukan waktu sekitar 25 tahun untuk pulih kembalinya dugongdi teluk ini seperti sedia kala (Preen & Marsh, 1995).

Page 63: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

57

14. PENYAKIT

ada bulan Juli 1975 satu tim survei dari Oceanarium Jaya Ancol (sekarang GelanggangSamudra Jaya Ancol) dipimpin oleh Dr. R. Singgih melakukan penangkapan dugong diDesa Potondo, di bagian selatan Sulawesi Selatan (Allen dkk, 1976). Dalam kurun 22 Juli

sampai 28 September dapat tertangkap lima ekor dugong hidup-hidup dengan menggunakanjaring nilon yang panjangnya 350 m, dan bermata jaring 15 cm. Dugong-dugong ini kemudiandi bawa ke Oceanarium Jaya Ancol, Jakarta, untuk dipelihara dalam kolam akuarium. Di“rumah”nya yang baru ini para dugong diberi makan lamun Zostera, sawi, pek cay, kacangpanjang, kangkung, dan eceng gondok. Tetapi yang mau dimakan oleh dugong hanyalah lamundan sedikit sawi. Ternyata kemudian tak ada dugong yang bisa bertahan dalam usia panjangdalam kolam. Satu persatu mati. Tetapi dengan otopsi, berbagai pengetahuan baru bisa jugadiperoleh, terutama mengenai anatomi bagian dalam dugong. Salah satu hasil yang menarikyakni kesimpulan bahwa kematian dugong itu terutama karena malnutrisi (salah gizi) yangparah, karena makanan yang tak cocok dan stress berkepanjangan di lingkungan baru.

P

Gambar 14.1. Dugong mati terdampar di pantai timur Australia, yang didugakarena terserang penyakit. (www.fraser coast chronicle.com.au)

Page 64: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

58

Tetapi dari pemeriksaan itu ditemukan pula bahwa dugong dihinggapi oleh berbagai parasit yangdapat mengganggu kesehatan dugong. Ternyata berbagai parasit seperti cacing pipih (trematoda)dijumpai bersarang di saluran hidungnya. Dalam dua kasus, cacing-cacing itu menyebabkantererosinya lapisan mukosa sekitar hidung sampai ke sekitar larynx (tenggorokan). Cacingtrematoda lainnya, Opisthotrema dujonis, menyerang saluran eustachia (eustachian tube) yangterhubung ke indera pendengar. Dalam ususnya juga dijumpai parasit cacing trematodaIndosolenorchis hirudinaceus. Rupanya dugong dari alam ini rentan dengan serangan parasitcacing trematoda.

Ternyata dugong memang dapat terinfeksi oleh berbagai jenis parasit, tidak saja oleh cacingtetapi juga oleh protozoa dan bakteri. Sejenis protozoa Cryptosporidium misalnya, ditemukanmenyerang saluran pernapasan dan saluran pencernaan pada dugong dari Teluk Hervey,Australia (Marsh dkk, 2002). Tetapi belum diketahui apakah protozoa Cryptosporidium itumenjalani seluruh siklus hidupnya dalam tubuh dugong ataukah terinfeksi dari sumber luarlainnya.

Pemeriksaan atas enam jasad dugong yang ditemukan mati di Townsville, Australia, tahun 1999menunjukkan adanya infeksi bakteri dan cacing. Banyak parasit yang diidentifikasi sebagaiCochleotrema indicum dapat dikeluarkan dari dalam organ hati dugong itu, sedangkan cacingParadujardina halicoris ditemukan di lambungnya. Dua dugong lainnya diduga mati karenaperitonitis akut dengan abses pada usus kecilnya.

Laporan lain berdasarkan hasil necropsy dugong yang sakit dan yang mati menunjukkan bahwa30 % dari 80 dugong yang mati dalam kurun 1996 hingga 2000 disebabkan karena penyakit.Suatu hipotesis menyebutkan bahwa mortalitas dugong berkaitan dengan dampak negatif dariperubahan abnormal curah hujan terhadap kualitas lamun yang pada gilirannya akanmenyebabkan menurunnya kondisi kesehatan dugong.

Belum lama berselang, 25 September 2011, terbetik berita dari Australia, bahwa dugongditemukan mati terdampar di pantai Teluk Hervey. Pemeriksaan sementara menunjukkan bahwalambung dugong itu penuh dengan lamun, jadi kematiannya dapat dipastikan bukan karenakelaparan. Tetapi apa penyebabnya belum dapat dipastikan, meskipun kuat dugaan kemungkinandisebabkan oleh penyakit.

Dugong yang mati dan terdampar di pantai di kawasan tropis mengalami proses pembusukanatau dekomposisi yang sangat cepat. Oleh karenanya, biasanya sulit menetapkan apa yangmenyebabkan kematian dugong itu. Pemeriksaan pasca kematian (postmortem) pada seekordugong yang mati terdampar di pantai Johor (Malaysia) pada bulan Mart 1999, didiagnosesebagai akibat suppurative bronchopneumnia yakni penyakit yang menyerang saluranpernapasan. Kasus lain menunjukkan kematian yang disebabkan karena septicaemia, akibatkehadiran bakteri patogen dalam darah (UNEP/CMS, 2011).

Page 65: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

59

15. SAYANG ANAK

etelah ritual perkawinan dugong usai, maka dimulailah tahap kehamilan yang akanmemakan waktu yang cukup panjang, sekitar 13 – 14 bulan. Janin dalam kandungan sangibu akan berkembang dengan cepat. Dugong biasanya mencari tempat yang dangkal untuk

proses melahirkan anaknya. Ada beberapa keuntungan dengan pemilihan tempat dangkal ini,karena dengan demikian anak yang dilahirkan nanti akan dapat dengan mudah dan segeramenghirup udara di permukaan yang merupakan tarikan napasnya yang pertama dalamkehidupannya. Selain itu, di perairan dangkal akan lebih aman dari ancaman predator alami,seperti hiu. Pengamatan oleh Marsh (1989) dalam dua kasus yang diamatinya menunjukkandugong pada saat melahirkan boleh dikatakan dalam keadaan terdampar atau kandas di pantai.Bayi dugong yang baru lahir umumnya sudah berukuran besar dengan panjang sekitar 1,1 - 1,2m dengan berat sekitar 27 – 35 kg. Dapat dibayangkan betapa kritisnya kondisi ibu dugong saat

S

Gambar 15.1. Seekor dugong betina tertangkap dan dibantai di perairandangkal Halmahera Timur, Juli 2011. Dari perutnya dapat dikeluarkan seekorbayi dugong. Gambar menunjukkan bayi dugong masih dengan sebagian ari-ari(umbilical cord) yang tadinya menghubungkannya dengan plasenta dalamrahim si ibu. Diduga induk dugong ini menepi ke perairan dangkal untukmelahirkan. (Foto: Ivan Silaban)

Page 66: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

60

melahirkan bayinya yang demikian besar ukurannya.

Memilih tempat melahirkan di pantai yang dangkal mungkin lebih aman terhadap predator alami,namun belum tentu aman dari ancaman manusia. Satu kasus di Desa Wailukum, HalmaheraTimur, di bulan Juli 2011, seekor dugong yang merapat ke pantai yang diduga untukmelahirkan, dijumpai oleh penduduk setempat, dan tanpa ampun dugong yang malang itupunditangkap dan dibantai. Dari perutnya dapat dikeluarkan seekor bayi dugong yang sebenarnyasebentar lagi akan lahir. Pada bayi dugong itu masih melekat sebagian ari-ari (umbilical cord)yang semula terhubung ke plasenta dalam rahim sang ibu (Gambar 15.1.).

Setiap bayi dugong yang baru lahir secepatnya diangkat oleh ibunya ke permukaan untuk segeramenghirup udara untuk bernapas, yang merupakan tahap awal terpenting dalam kehidupan sangbayi. Sejak itu terjalin hubungan yang sangat akrab antara ibu dan anak sampai jangka waktuyang sangat panjang. Begitu lahir, anak dugong mulai belajar menetek pada ibunya. Puting susuibunya terletak di ketiak sirip kiri dan kanan. Si anak juga telah mulai diajarkan memakan lamundalam usia sedini mungkin, sebagai makanan suplemen. Tetapi nutrisi dari susu ibunyamerupakan sumber gizi yang berenergi tinggi yang sangat penting untuk mempercepatpertumbuhan sang anak. Pada usia remaja (pubertal) panjang dugong sudah bisa mencapai 2,4 mdengan berat 248 kg (Marsh, 1989)

Bagaimana perilaku menetek anak dugong dalam alam tentulah bukan hal mudah untuk diamati.Hodgson (2004, 2007) menggunakan teknologi “Blimp-cam” untuk memantau perilaku dugongdan anaknya. “Blimp-cam” adalah balon helium yang dipasangi kamera video, yangdihubungkan ke perahu riset, dan di perahu terdapat monitor yang dapat mengamati apa yang

Gambar 15.2. Anak dugong menetek pada ibunya saat ibunya sedang makan(a) dan saat ibunya berenang ke permukaan untuk bernapas (b). (Hodgson2004)

Page 67: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

61

Gambar 15.3. Anak dugong tak pernah jauhdari ibunya. Bahkan sering menempel dipunggung ibunya, bagaikan digendongkemana-mana. (http://em.wikipedia.org )

terekam oleh video pada saat yang sama (real time). “Blimp-cam” mengudara pada ketinggiansekitar 50 m di atas muka laut, dan arah lensa dapat dikendalikan jarak jauh (remote control) dariperahu. Dengan teknologi ini Hodgson (2004) dapat merekam berbagai perilaku induk dugongbeserta anaknya. Ketika anak dugong menetek pada ibunya, posisi si anak menyudut kuranglebih horizontal dengan punggung ke atas (bukan dengan perut ke atas atau terlentang, sepertibanyak diperkirakan sebelumnya), dan moncongnya menempel ke ketiak sirip dada ibunya,tempat adanya puting susu. Si anak dugong bisa menetek baik dari puting di ketiak sebelah kiriataupun sebelah kanan. Apabila sang ibu mencari makan di dasar laut, atau naik ke permukaanuntuk bernapas atau melakukan penjelajahan sang anak terus saja menempel seolah-olah“menggantung” pada ketiak ibunya. Yang menarik bahwa untuk bernapas ke permukaan selaludilakukan secara bersamaan (sinkron) oleh sang ibu dan anaknya. Kadang kala si anakdigendong dengan menempel langsung di punggung sang ibu untuk bersama-sama naik kepermukaan untuk bernapas.

Anak dugong tidak pernah berada jauh dariibunya. Komunikasi antara keduanya bisamelalui penglihatan, atau suara, dan yangtak kalah penting juga adalah lewat kontaklangsung lewat persentuhan tubuh ataubagian tubuh. Anak dugong yang masihmuda selalu berada dekat ibunya, kalau disamping sering menyentuh sirip ibunyauntuk meyakinkan kedekatannya dengan siibu. Atau dalam kesempatan lain sang anakmenunggangi dan menempel langsung dipunggung induknya, bagaikan digendongkemana-mana.

Selama dalam asuhan ibunya, anak dugongmulai belajar untuk mengetahui jenis-jenislamun yang bisa dimakan, pengetahuanyang sangat penting untuk kelanjutanhidupnya kelak.

Di Thailand, Adulyanukosol dkk (2007) mengamati perilaku dugong lewat survei udara denganpesawat “microlight” dan berhasil merekam dengan kamera berbagai perilaku hubungan indukdugong dan anaknya. Suatu kenyataan yang menarik dari kajian itu bahwa ibu dugong dijumpaidapat berenang terlentang sambil memeluk anaknya yang baru lahir dengan kedua siripnya.Posisi ini mengingatkan kita pada cerita-cerita dongeng yang mengisahkan “putri duyung” yangdengan penuh kasih sayang memeluk dan meneteki anaknya. Setelah si anak dugong bernapas ke

Page 68: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

62

permukaaan, ia kembali dipeluk oleh ibunya. Tampaknya sang ibu senang bercanda dengananaknya sambil melatihnya dengan berbagai kemampuan.

Anak dugong akan menetek pada ibunya sampai usia 14 – 18 bulan, suatu jangka waktu yangcukup panjang dibandingkan dengan hewan menyusui lainnya. Setelah itu ia masih terus hiduptak jauh dari ibunya sampai menjelang usia dewasa. Dugong mulai hidup independen setelahdiasuh oleh ibunya selama rata-rata tujuh tahun.

Keeratan hubungan antara ibu dan anak ini, di lain pihak dapat juga berpotensi menuai petaka.Seekor anak dugong yang terjerat dalam jaring nelayan misalnya, ibunya yang setia dan sayang

anak tetap tidak akan meninggalkannya. Si ibu akanterus berenang mondar-mandir di sekitarnyamenunggu anaknya dapat terlepas. Apabila inidijumpai oleh seorang nelayan, maka akan sangatmudah baginya untuk menangkap dan membunuhsang ibu dugong yang malang. Sebaliknya bila sangibu yang terperangkap, maka si anak yang masihkecil dan sangat bergantung pada susu ibunya akanterancam kelangsungan hidupnya.

Gambar 15.4. Induk dugong memeluk anaknyadengan siripnya. Ilustrasi oleh CheevinMontravit berdasarkan hasil fotografi surveyudara. (Adulyanukosol dkk, 2007)

Page 69: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

63

16. SUARA DUGONG

aques-Yves Costeau, oseanografer kenamaan Perancis, menerbitkan bukunya yang tersohorberjudul “The Silent World: A Story of Undersea Discovery and Adventure” tahun 1953.Tahun 1956 ia kemudian meluncurkan film dokumenter yang juga tak kalah populernya

berjudul: “The Silent World” (“Le Monde du Silence”) yang merupakan film pertama yangmenggunakan sinematografi bawah air. Dunia bawah air di laut digambarkan sebagai dunia yangpenuh hiruk-pikuk tetapi senyap tanpa bunyi atau suara.

Namun kini gambaran seperti itu telah berubah. Ternyata dunia bawah laut bukanlah dunia yangsunyi senyap. Tak semua suara atau bunyi dalam laut dapat tertangkap oleh indra pendengaranmanusia. Manusia hanya dapat mendengar suara atau bunyi dalam frekuensi antara 20 Hz(Herz) sampai 20 kHz (kilo Herz). Bunyi dengan frekuensi lebih rendah dari 20 Hz disebutinfrasound, sedangkan yang lebih tinggi dari 20 kHz sebagai ultrasound. Banyak hewan yangmenghasilkan bunyi dan berkomunikasi dengan frekuensi yang tak terdengar oleh manusia. Didarat pun kita menjumpai hal yang sama. Kelelawar misalnya dapat mendengar bunyi denganfrekuensi 3000 Hz sampai 120 kHz, tikus antara 1000 Hz sampai 100 kHz, anjing hingga lebih40 kHz.

Peralatan modern kini seperti hydrophone dapat menangkap bunyi atau suara yang dihasilkanoleh hewan-hewan dalam laut. Perambatan bunyi di dalam media air laut jauh lebih baik dari diudara. Kecepatan rambat bunyi dalam media air laut adalah sekitar 1500 m/detik bergantungsebaran suhu dan salinitas (kadar garam) dalam laut, sedangkan dalam udara kecepatan rambatbunyi adalah sekitar 330 m/detik. Bunyi dalam laut dapat merambat hingga jarak yang sangatjauh. Itu pula sebabnya dalam komunikasi bawah laut, bunyi atau suara lebih berperan dalamkomunikasi antar hewan dari pada lewat penglihatan atau visual. Paus sudah terkenalmenghasilkan bunyi yang beragam karakteristiknya untuk berkomunikasi.

Bagaimana dengan dugong? Ternyata dugong pun dapat menghasilkan beragam suara yangdiyakini sebagai cara untuk berkomunikasi yang efektif. Hal ini penting misalnya untuk menjagahubungannya dengan anaknya atau individu lain dalam kelompoknya, memberi peringatanwaspada bila ada ancaman, mempertahankan wilayah dan sebagainya.

Suara dugong umumnya dihasilkan dari getaran pada pangkal tenggoroknya (larynx). Suaradugong dipancarkan dan disalurkan lewat media air laut yang kemudian dapat ditangkap olehdugong lainnya dengan indra pendengarannya berupa telinga. Telinga dugong tidak bercuping,terdapat kecil di bagian kepala, sedikit dibelakang matanya.

J

Page 70: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

64

Penelitian oleh Anderson dan Barclay (1995) di Shark Bay, Ausralia Barat, menunjukkan bahwadugong menghasilkan berbagai jenis suara misalnya suara mencicit (chirp-squeak) seperti bunyitikus atau anak ayam yang baru lahir, suara menggongong (bark), atau suara yang memanjangbagai resonansi suatu benda (trill). Suara mencicit dipancarkan pada frekuensi 3 – 18 kHzdengan durasi sekitar 60 ms (millisecond). Suara menggonggong dengan frekuensi 500 – 2200Hz dengna durasi 30 – 120 ms, dan trill pada 740 Hz dalam pita (band) 3 – 18 kHz dengandurasi 30 – 120 ms.

Suara mencicit lebih berfungsi untuk penentuan jarak (ranging) atau pengenalan objek, suaramenggonggong menunjukkan perilaku agresif atau untuk mempertahankan wilayah, sedangkansuara panjang trill untuk fungsi afiliatif atau perkawanan yang berkaitan dengan pergerakanyang sedang diperagakan.

Di Sea World Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, telah diadakan penelitian olehKhalifa (2011) yang merekam suara dugong dalam kolam akuarium dengan menggunakanomnidirectional hydrophone. Ia menunjukkan bahwa dugong dalam kolam disini menghasilkanlima kelompok jenis suara yakni mencicit (chirp) pada frekuensi 3000 – 7500 Hz, mengonggongkecil (1000 – 1200 Hz), menggongong keras (350 – 750 Hz), trill yang memanjang (250 – 700Hz), dan mendengkur (snore) dalam frekuensi berkisar 50 – 1400 Hz. Dapat ditunjukkanbahwa suara yang dikeluarkan oleh dugong dipicu oleh stimulus dari luar, misalnya denganadanya seseorang atau benda asing yang belum dikenal sebelumnya.

Gambar 16.1. Kiri: Bagian larynx (pangkal tenggorok) pada Ordo Sirenia yangmenghasilkan gelombang suara. (Reidenberg & Laitman, 2010). Kanan:Lubang telinga dugong di belakang mata yang menerima gelombang suara(Dok. TRISMADES)

Page 71: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

65

Gambar 16.3. AUSOMS-D(Automatic Underwater SoundMonitoring System for Dugong), alatuntuk mendeteksi karakteristik danarah suara dugong di lapangan.(Ichikawa dkk, 2005)

Gambar 16.4. Konsep jaringanmonitoring AUSOMS-D untukmendeteksi gerakan dugong berdasarkansuara dugong. (Ichikawa dkk 2005)

Pembersihan kolam akuarium oleh petugas yang tidak biasa melakukan tugas disitu misalnya,menyebabkan dugong segera mengeluarkan suara mencicit (chirp). Kejadian ini menunjukkanreaksi dugong untuk melindungi wilayahnya dari benda asing yang belum dikenal oleh dugong(yakni si petugas yang tidak biasa membersihkan kolam akuarium).

Suara gonggongan disuarakan oleh dugong ketika pertama kali melihat alat hydrophone yang dipasang di dalam kolam, benda yang asing baginya. Beberapa kali suara gonggongan itudisalakkan untuk mengawasi benda asing itu.

Gambar 16.2. Sonogram yang menggambarkan suara menggonggongoleh dugong dalam kolam akuarium di Sea World Indonesia, TamanImpian Jaya Ancol, Jakarta. (Khalifa, 2011)

Page 72: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

66

Penelitian tentang suara dugong di Thailand oleh peneliti Jepang (Ichikawa dkk 2005)menunjukkan bahwa suara mesin kapal atau perahu motor menimbulkan suara latar denganfrekuensi di bawah 5 kHz yang bisa mengganggu komunikasi akustik dugong. Tetapi penelitianitu menunjukkan bahwa dalam keadaan demikian dugong dapat mengubah frekuensi suaranya kefrekuensi yang lebih tinggi untuk menghindari interferensi akustik pada bunyi atau suara yangsaling tumpang tindih itu.

Dalam penelitian itu juga dikembangkan alat AUSOMS-D (Automatic Underwater SoundMonitoring Symtem for Dugong) yang dapat merekam bukan saja karakteristik suara dugongtetapi juga arah datangnya suara. Alat ini terdiri atas dua set hydrophone yang terpisah satu samalain sekitar 2 m, dan tabung kedap tekanan yang berisi berbagai alat pendukung. Denganperkembangan perangkat ini, maka lebih terbuka kemungkinan menduga besarnya populasidugong di suatu perairan dan pola pergerakannya dengan sama sekali tidak mengintervensi ataumengganggu kehidupan dugong itu.

Page 73: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

67

Gambar 17.1 . Kolam dugong selalu menjadi dayatarik bagi pengunjung. (Sea World Indonesia)

17. HIDUP DALAM KOLAM

emelihara dugong dalam kolam atau akuarium, bukanlah hal yang mudah dan tentusaja sangat mahal. Dewasa ini hanya ada sekitar lima ekor dugong yang dipelihara diseluruh dunia. Salah satunya adalah di Sea World Indonesia, Ancol, Jakarta. Selain

itu ada juga di Underwater World Singapur, di Toba Aquarium, Jepang, dan di SydneyAquarium, Australia. Sampai sekarang belum pernah ada usaha yang berhasil menangkarkanatau membiakkan dugong dalam kolam pemeliharaan. Seekor dugong memang baru dewasauntuk kawin setelah berusia belasan tahun, sedangkan mendapatkan pasangan yang sesuai punsangat langka. Itu pun tak menjamin dugong dapat kawin dan berbiak dalam kolam. Oleh sebabitu ada kalangan yang tak setuju bila dugong yang sudah terancam punah itu dipelihara dalamkolam. Tempatnya yang terbaik adalah di alam liar, tempat lingkungan hidupnya yang asli.

Namun ada satu kasus di pantai Singapur, ditemukan seekor dugong yang masih bayi di tahun1998. Ibunya telah mati terjerat jaring. Ternyata sang anak itu masih menyusu dan sangat

bergantung pada ibunya. Biladilepaskan kembali ke laut lepas, iapasti akan mati tak dapat bertahanhidup. Oleh sebab itu tak ada jalanlebih baik, kecuali mencobamenyelamatkannya di kolamakuarium. Dalam kolam, ia diberisusu artifisial dengan formulatertentu, dan perlahan mulaidiperkenalkan pula dengan makananberupa lamun. Hingga kini dugong itumasih hidup dalam kolam selamalebih sepuluh tahun.

Dugong yang dipelihara di SydneyAquarium juga berasal dari bayi

dugong yang piatu, yang dapat diselamatkan dari pantai Queensland. Kini dugong itu telahmencapai usia remaja dalam kondisi sehat.

Demikian pula dalam satu kasus di Indonesia. Seekor dugong muda jantan tertangkap diBojonegara, Banten, tahun 1999. Kondisi kesehatan menjadi pertimbangan utama pada waktuitu, apakah dugong itu harus dilepas, dikembalikan lagi ke laut atau sebaiknya dipelihara.

M

Page 74: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

68

Keputusan tentang ini di keluarkan oleh BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). Upayapenyelamatan kemudian segera diupayakan, dengan segera membawa dugong itu dalam kotakyang disiapkan khusus, kemudian dikirim untuk dipelihara di SeaWorld Indnesia, Ancol, Jakarta.Dugong itu, diberi nama “Si Dul”.

Kehadiran dugong dalam kolam pertunjukan selalu merupakan daya tarik yang besar bagipengunjung akuarium. Banyak pengunjung terdorong oleh rasa ingin tahu, seperti apa itutampang “putri duyung”, apakah secantik seperti yang sering didongengkan? Kenyataannya yangmereka saksikan adalah satwa ini wajahnya jauh dari bayangan kecantikan seorang putri.Meskipun demikian, kenyataan itu bisa menimbulkan pula kekaguman atas adanya satwa yang

Gambar 17.2. Dugong di kolam pertunjukan SeaWorld Indonesia, Ancol(Jakarta), diberi makan lamun Syringodium isoetifolium. (SeaWorld Indonesia)

Gambar 17.3 . Nelayan mengumpulkan lamun Syringodium isoetifolium di perairanBanten untuk pasokan pakan bagi dugong di Sea World Indonesia, Ancol, Jakarta. (Foto:Wawan Kiswara, 1998)

Page 75: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

69

sangat luar biasa ini, yang banyak mempunyai kesamaan dengan manusia. Saat-saat pemberianmakan biasanya sangat ditunggu oleh para pengunjung.

Bagaimanakah seekor dugong menjalani kehidupan hariannya dalam kolam peliharaan di SeaWorld Indonesia? Tentulah persyaratan penting dan paling utama adalah menjaga lingkungannyaagar tetap sehat. Kolam atau akuarium dengan kapasitas volume 28 m3 yang menampungdugong ini harus memenuhi standar internasional. Air yang mengisi kolam berasal dari TelukJakarta yang telah diproses. Diperlukan sirkulasi air yang terus-menerus selama 24 jam,dilengkapi saringan pasir (sand filter) untuk menjamin kejernihan air, serta ozone.

Kualitas air kolam harus selalu dipantau secara berkala mencakup parameter fisika, kimia danbiologi seperti kondisi bakteriologi. Pembersihan kolam harus dijaga setiap hari. Selain itudugong juga diberi makanan berupa lamun Syringonium isoetifolium, dan tak lupa pula makanantambahan/ suplemen untuk menjaga daya tahan tubuhnya.

Tiap hari seekor dugong di Sea World Indonesia dapat menghabiskan lebih 20 kg lamun.Makanan dugong adalah lamun segar Syringonium isoetifolium yang dipanen dan dipasok secararutin dari pantai Bojonegara, Banten. Pertumbuhannya terus dipantau. Misalnya pada pada saatbaru dipelihara tahun 1999, panjang si “Dul” baru 160 cm dengan berat 72 kg, kemudian padabulan November 2005 panjang tubuhnya sudah mencapai 197 cm dengan berat 83,5 kg.Pemeriksaan kesehatan juga dijalani secara rutin termasuk kesehatan jantung, pernapasan danaspek medis lainnya dengan peralatan kedokteran modern seperti ECG, USG, radiologi, danlainnya. Kini kita mengetahui bahwa laju denyut jantung dugong adalah sekitar 45 denyut/menit,sedangkan suhu normalnya sekitar 31,4 oC.

Gambar 17.4. Pemeriksaan kesehatan dugong dilakukan secara rutin denganberbagai peralatan kedokteran modern di SeaWorld Indonesia, Taman ImpianJaya Ancol, Jakarta. (Sea World Indonesia)

Page 76: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

70

Gambar 17.5. Perilaku istirahat dugong di dasarkolam akuarium Sea World Indonesia, Ancol.(Khalifa, 2011)

Lalu apa saja kegiatan dugong sehari-hari dalam kolam? Sebuah kajian oleh Khalifa (2011) diSea World Indonesia menunjukkan bahwa dugong melakukan kegiatan yang dapat

dikelompokkan dalam tujuh jeniskegiatan yakni: makan, bernapas,istirahat, jelajah, menggaruk, flatus(mengeluarkan gas dari anus), dandefekasi (mengeluarkan kotoran/tinja). Pada malam hari dugong lebihaktif melakukan kegiatan makan(disuapi petugas, makan di dasar, ataumakan di permukaan). Kegiatanmakan pada malam hari ini sesuaidengan kebiasaannya di alam.

Pada pagi hari kegiatan didominasi

dengan istirahat dan jelajah. Kegiatannaik ke permukaan untuk bernapasdilakukan 3 – 5 menit sekali. Sianghari banyak digunakan untuk istirahatdi dasar. Kegiatan jelajah adalah

berenang dan menyelam berkeliling untuk bernapas dan mencari makanan. Kegiatan menggarukdilakukan dengan menggesek badannya ke dasar atau dinding akuarium untuk membantumembersihkan tubuhnya dari kotoran atau parasit, yang biasanya dilakukan pada pagi hari.Flatus dapat dikerjakan bersamaan dengan kegiatan lain. Defekasi atau membuang tinja tidakdilakukan dalam waktu khusus. Apabila dalam keadaan sehat tinjanya berupa padatan,sedangkan bila mendapat gangguan pencernaan tinjanya bisa berupa cairan (diare).

Dalam kajian di Sea World Indonesia (Khalifa, 2011) juga tercatat bahwa dugong menghasilkanbunyi atau suara yang beragam, misalnya bunyi mencicit (seperti bunyi tikus atau ciap-ciap anakayam yang baru lahir), menggonggong, atau mendengkur panjang. Ternyata bahwa suara yangdihasilkan oleh dugong itu merupakan respon terhadap rangsangan yang diterimanya, sepertiadanya benda asing di sekitarnya*.

Sebenarnya pengetahuan kita untuk memelihara dugong dalam kolam akuarium sudah banyakkemajuan dibandingkan saat-saat awal percobaan memelihara dugong dalam kolam. Tahun 1975,misalnya Jaya Ancol Oceanarium (kini Gelanggang Samudra Ancol), mencoba memeliharadugong dalam kolam, dengan mula-mula menangkap lima ekor dugong dari pantai selatan

__________

*Catatan: Sea World Indonesia di Ancol telah ditutup sejak 27 September 2014 oleh PT Pembangunan Jaya Ancol.Penutupan ini terkait masalah sengketa kontrak perjanjian antara kedua belah pihak

Page 77: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

71

Gambar 17.6. Seorang wanita berperan dan berkostum sebagai“mermaid” atau “putri duyung” bercanda dengan dugong diMermaid Pool, Sydney Aquarium, Australia. Upaya menjembatanipersepsi “putri duyung” dari dunia dongeng dengan satwa dugongdari dunia nyata. (www.blackmermaidproductions.blogspot.com)

Sulawesi Selatan. Dugong-dugong itu dibawa ke Jakarta dan dicoba dipelihara dalam kolamakuarium yang berdiameter 7,5 m, dengan memberi berbagai jenis makanan. Denganpertimbangan bahwa dugong itu herbivor maka selain makanan berupa lamun Zostera sp., diberipula makanan berupa sawi, pek cay, kacang panjang, kangkung, eceng gondok. Malang bahwadugong itu akhirnya satu per satu mati dalam waktu yang tidak lama dan pemeriksaan autopsimenunjukkan bahwa kematiannya terutama karena malnutrisi alias salah gizi (Allen dkk, 1976).

Di Australia, di Sydney Aquarium telah dibangun kolam khusus yang luas, Mermaid Pool, untukpemeliharaan dan sekaligus untuk pertunjukan dugong bagi publik. Sesekali dipertunjukkanseorang wanita berdandan bagaikan “putri duyung” menyelam ke dalam kolam, dan bercandadengan dugong. Suatu upaya untuk menjembatani putri duyung dari dunia dongeng dengansatwa dugong dari dunia nyata, untuk tujuan pendidikan dan pariwisata.

Page 78: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

72

Gambar 18.1. Jenis-jenis lamun yang umum terdapat diIndonesia. (Dok. TRISMADES)

18. PADANG LAMUN HABITAT DUGONG

ugong adalah satu-satunya mamalia laut yang hidupnya sepenuhnya tergantung padakeberadaan lamun dan padang lamun. Lamun merupakan makanan eksklusif bagidugong. Namun apa yang dimaksud sebagai lamun sering belum dipahami secara benar

oleh sebagian masyarakat kita. Lamun (seagrass) sering dikacaukan dengan rumput laut(seaweed). Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi yang berbunga (Angiospermae) yang telahberadapatasi sepenuhnya untuk hidup terbenam dalam laut sedangkan rumput laut yang lazimpula disebut sebagai ganggang atau alga adalah tumbuhan yang tak berbunga, tak mempunyai

akar dan daun yang nyata,perbiakannya secara pertunasan(vegetatif) atau dengan spora.

Istilah “lamun” mulai digunakandalam literatur bahasa Indonesiasekitar pertengahan tahun 1980-anyang berasal dari kata “lamun”yang digunakan oleh masyarakatdi Teluk Banten untuk merujuksemua jenis “seagrass”.Masyarakat di Pulau-Pulau Seribumenyebutnya “samo-samo”, diKotania (Seram) disebut“lalamong”, dan di KepulauanRiau disebut “settu”.

Tumbuhan lamun terdiri daririmpang (rhizome), daun dan akar.Rimpang merupakan batang yangterbenam dalam sedimen danmerayap secara mendatar, sertaberbuku-buku. Pada buku-bukutersebut tumbuh batang pendekyang tegak ke atas, berdaun danbebunga. Pada buku tumbuh pulaakar. Dengan rimpang dan akarnya

D

Page 79: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

73

Gambar 18.3 . Hamparan padang lamunyang luas saat surut rendah di PulauBintan, Kep. Riau (Dok. TRISMADES).

inilah tumbuhan lamun dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahanterhadap hempasan gelombang dan arus. Sebagian besar lamun berumah dua, artinya dalam satutumbuhan hanya ada bunga jantan saja atau bunga betina saja. Sistem pembiakannya bersifatkhas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air (hydrophylous pollination) . Buahnyapun terbenam di dalam air.

Lamun umumnya tumbuh di perairan dangkal yang relatif tenang dengan dasar pasir, pasirberlumpur, lumpur, atau kerikil, yang selalu tergenang saat air surut. Tumbuhan ini dapat

dijumpai sampai kedalaman sekitar 40 m. Lebihdalam dari itu kondisi cahaya sudah redup dan takmemadai untuk memungkinkan tumbuhan itumelaksanakan proses fotosintesis.

Berbeda dengan tumbuhan berbunga di daratyang jenisnya sangat banyak, lamun di lautjenisnya sangat sedikit. Di Indonesia terdapathanya sekitar 13 jenis saja yang tergolong dalamdua suku dan tujuh marga. Dalam sukuHydrocharitaceae terdapat tiga marga yakniEnhalus, Thalassia, dan Halophila, sedangkandalam suku Potamogetonaceae terdapat marga

Gambar 18.2 . Berbagai variasi tipe komunitas lamun di padang lamun pantaitimur Pulau Bintan, Kepulauan Riau. (Dok. TRISMADES)

Page 80: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

74

Cymodocea, Halodule, Syringodium dan Thalassodendron.

Adapun yang disebut “padang lamun” adalah hamparan dasar laut yang didominasi oleh vegetasilamun. Padang lamun merupakan ekosistem yang kompleks, karena di dalamnya terdapat banyakragam biota yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Padang lamun bisa berada di dekatekosistem mangrove sedang sebelah luarnya bertumpang tindih sebagian dengan ekosistemterumbu karang. Pada hakikatnya antara ketiga ekosistem ini (mangrove, padang lamun, terumbukarang) terdapat interkoneksi dalam pertukaran energi, materi dan hara.

Komunitas lamun di suatu padang lamun dapat terdiri dari vegetasi tunggal yakni hanya terdiridari hanya satu jenis saja, atau bisa juga berupa vegetasi campuran yang terdiri dari beberapajenis . Pada saat surut rendah purnama sebagian padang lamun bisa terpapar (exposed), tersembulke permukaan laut, dan terlihat bagaikan padang rumput yang amat luas.

Padang lamun ini merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktivtas organiknya. Di situhidup bermacam-macam biota laut seperti krustasea, moluska, cacing, dan juga ikan. Ada yanghidup menetap di padang lamun ini, ada pula sebagai pengunjung yang setia. Beberapa jenis ikan

Gambar 18.4. Jaringan pakan (food web) yang disederhanakan untuk suatuekosistem padang lamun. (Fortes, 1990)

Page 81: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

75

misalnya, berkunjung ke padang lamun untuk mencari makan atau unuk memijah. Berbagai biotalaut yang mempunyai nilai ekonomi menggunakan daerah padang lamun ini sebagai tempatasuhan (nursery ground), antara lain ikan beronang (Siganus sp.).

Serasah daun lamun menjadi sumber makanan bagi beragam hewan yang hidup di dasar lautseperti teripang, kepiting, bulu babi, ataupun bagi hewan-hewan kecil lainnya yang hidupdiantara partikel-partikel sedimen (meiofauna). Lamun juga merupakan makanan penting bagipenyu, terutama bagi penyu hijau (Chelonia mydas) yang menyukai lamun marga Cymodocea,Thalassia dan Halophila.

Dugong memakan lamun tidak saja bagian yang di atas permukaan sedimen tetapi juga sampaike akar-akarnya yang banyak mengandung nutrisi. Oleh sebab itu bekasnya mencari makan akanmeninggalkan jejak di dasar laut berupa jalur-jalur memanjang yang disebut feeding trail.Struktur mulutnya sesuai untuk menggali dan mencabut lamun yang menjadi kesukaannya. Tidaksemua jenis lamun sama disukai oleh dugong. Penelitian yang dilakukan di Pulau-Pulau Lease(Ambon, Haruku, Saparua, Nusa Laut) menunjukkan bahwa dugong menyukai makanan lamundengan urutan favorit sebagai berikut: Halophila ovalis > Halodule uninervis > Cymodocdearotundata > Cymodocea serrulata > Thalassia hemprichii (de Iongh, 1997). Dalam kolampertunjukan di Sea World Indonesia, Ancol (Jakarta), dugong diberi makan lamun Syringodiumisoetifolium.

Luas padang lamun di Indonesia diperkirakan sekitar 30.000 km2, tetapi kini telah berkurangsekitar 30 – 40 % karena terjadinya berbagai tekanan dan gangguan terhadap lingkungan padanglamun terutama karena ulah manusia (tekanan antropogenik). Kegiatan pembangunan berbagaikonstruksi pantai misalnya menyebabkan hilangnya luasan padang lamun atau kondisilingkungannya terdegradasi karena sedimentasi. Pembangunan kawasan dan industri danpelabuhan di Teluk Banten misalnya telah melenyapkan sekitar 30 % luas padang lamun di teluk

Gambar 18.5. Berbagai aktivitas manusia yang dapat mengancam padanglamun. Kiri: pembangunan konstruksi fisik di pantai. Kanan: Pembangunanhotel dan restoran terapung di atas padang lamun. (Dok. TRISMADES)

Page 82: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

76

tersebut (Tomascik dkk, 1997). Contoh tekanan lainnya adalah penambangan bauksit dan pasir diBintan yang telah memberikan dampak sedimentasi terhadap padang lamun. Di Gugus PulauPari (DKI Jakarta) luas padang lamun berkurang sebanyak 678.300 m2 dari tahun 1999 sampaitahun 2004 (Mujizat Kawaroe).

Gambar 18.6. Luas padang lamun di Pulau Pari berkurang sebesar 678.300 m2

dari tahun 1999 sampai 2004. (sumber: Mujizat Kawaroe)

Page 83: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

77

Gambar 18.7. Konsep DaerahPerlindungan Padang Lamun: daerahyang dibebaskan dari segala aktivitasmanusia. (Dok. TRISMADES)

Gambar 18.8. Peta sebaran lamun di pantai timur Pulau Bintan. Kiri: Persentasetutupan lamun. Kanan: Jumlah jenis lamun. (Dok. TRISMADES)

Perkembangan pemukiman di kawasan pesisir dapat menimbulkan masalah eutrofikasi ataupengayaan hara berlebihan di perairan pantai hingga dapat merangsang pertumbuhan alga yangmelimpah yang dapat menggangu lingkungan. Pengembangan pariwisata bahari yang takterkendali dapat pula menjadi sumber lain tekanan pada padang lamun. Di Pulau Bintanmisalnya, untuk kepentingan pariwisata dibangun hotel dan restoran terapung di laut, tepat diatas hamparan padang lamun.

Meskipun telah terjadi berbagai tekanan terhadapekosistem padang lamun, namun belakangan initelah timbul pula kesadaran untuk menjaga danmelestarikan padang lamun. ProgramTRISMADES (Trikora Seagrass ManagementDemonstration Site) di pantai timur Pulau Bintan(Kepulauan Riau) misalnya, membangun kesadaranlingkungan di kalangan masyarakat dan mendorongkerjasama masyarakat dan Pemerintah Daerah yangkemudian berhasil menetapkan beberapa DaerahPerlindungan Padang Lamun (DPPL), yangmerupakan luasan padang lamun tertentu yang takboleh diganggu oleh siapapun, untuk menjaminpertumbuhan alami sumberdaya laut setempat.Hanya biota yang melimpah keluar dari DPPL yang

dapat dipanen. Pengelolaannya dilakukan sendiri oleh masyarakat setempat.

Page 84: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

78

Dalam dekade terakhir ini penelitian lamun telah mulai berkembang di Indonesia, baik dilembaga penelitian maupun di perguruan tinggi. Penelitian tidak saja mengenai aspek biologi danekologi lamun tetapi juga aspek terapannya. Pemetaan dengan memanfaatkan teknologipengideraan jauh (remote sensing) dan Sistem Informasi Geografi (SIG) telah membukacakrawala baru dalam memahami lingkungan pesisir, dan telah digunakan untuk berbagaikeperluan antara lain untuk mendukung penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimanatelah diterapkan di Kabupaten Kepulauan Riau.

Gambar 18.9. Penelitian padang lamun .(Dok. TRISMADES)

Page 85: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

79

19. STRATEGI DAN RENCANA AKSI KONSERVASIDUGONG DI INDONESIA

ugong (Dugong dugon) semula tersebar mulai dari pesisir timur Afrika, Teluk Arabia,India, Asia Tenggara, Australia, Vanuatu hingga Jepang, yang meliputi 48 negara.Tetapi boleh dikatakan di semua negara, populasi dugong mendapat tekanan terutama

dari kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tak langsung. Akibatnya di seluruh tempatsebaran dugong, populasinya telah menyusut drastis. Di banyak negara, populasi dugong yangtersisa tinggal populasi kecil-kecil yang saling terpisah atau bahkan telah punah setempat sepertiyang terjadi di Mauritius, Maladewsa (Maladives), Cambodia, dan sebagian Filipina. Kondisidemikian menimbulkan keprihatinan di berbagai kalangan internasional, hingga IUCN(International Union for the Conservation of Nature) menyatakan dugong dalam kondisi“Vulnerable to Extinction” atau “Rentan Punah” (IUCN, 2006). Demikian pula oleh CITES(Convention on International Trade of Wild Fauna and Flora) dugong dimasukkan dalamAppendix I yang berarti tidak boleh diperdagangkan secara internasional (CITES, 2007).

Indonesia sendiri telah memberikan perhatian, dengan telah diterbitkannya Undang-Undang No.7 (1999) tentang Konservasi Flora dan Fauna, yang menyatakan secara langsung bahwa dugongdi dilindungi di Indonesia. Ada beberapa peraturan perundangan lainnya yang berkaitan denganitu, diantaranya Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya hayati danekosistemnya; Undang-Undang No. 24 tahun 1992 tentang perencanaan tata ruang; Undang-Undang No. 5 tahun 1994 tentang ratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentangKeanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity); Undang-Undang No. 23 tahun1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup; dan Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentangpengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Bentuk lain dari peraturan selain Undang-Undang adalah berbagai Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri.

Meskipun berbagai peraturan perundangan telah dikeluarkan, namun rinciannya yangoperasional dalam bentuk kebijakan, strategi dan rencana aksi khusus untuk konservasi dugongdi Indonesia baru dikonsepkan pada tahun 2009 dalam dokumen berjudul National ConservationStrategy and Action Plan for the Dugong in Indonesia (de Iongh dkk, 2009a, 2009b). Konsep ini(disingkat NCSAPDI) disusun sebagai tindak lanjut dari konsep Dugong Status Report andAction Plan for Countries and Territories yang disiapkan oleh Marsh dkk (2002). Penyusunankonsep NCSAPDI mendapat dukungan pendanaan dari UNEP Regional Sea Programme,Conservation on Migratory Species (CMS), Ocean Park Conservation Foundation, Hongkong(OPFC), Netherlands Committee Ecosystem Grants Programme (EGP) dan the Regional

D

Page 86: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

80

Network for Indigenous Peoples in South East Asia (RNIP), sebagai suatu kerjasama Indonesia-Belanda. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Jakartabertindak sebagai sebagai mitra di Indonesia, sedangkan Institute of Environmental Science,Leiden, Belanda, sebagai koordinator di pihak Belanda.

Konsep NCSAPDI ini terdiri dari dua volume yakni Scientific Report dan Strategy Report, yangkemudian direvisi dalam Bahasa Indonesia dengan volume tunggal berjudul Strategi danRencana Aksi Konservasi Dugong di Indonesia (Hutomo dkk., 2012), disingkat SRAKDI.

Adapun “visi” SRAKDI dapat didefinisikan sebagai berikut: “Terwujudnya sistem pengelolaanpopulasi dugong yang optimal dan lestari di Indonesia, untuk kesejahteraan masyarakat secaraluas, terutama masyarakat pesisir”.

Pendekatan menuju sasaran idealistik ini dilakukan melalui satu rangkaian tindakan yangdisebut sebagai “misi”. Secara singkat “misi” dari pelestarian dan pengelolaan dugong adalahsebagai berikut:

a) Melindungi, mengelola dan memanfaatkan populasi dugong secara rasional danberkelanjutan dengan menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian;

b) Mengembangkan sistem pengelolaan dan pelestarian dengan kerja sama antar institusiyang terkait dan pemangku kepentingan, dengan prioritas ekonomi nasional, masyarakatlokal dan pembangunan berkelanjutan.

c) Meningkatkan kesadaran dan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam pengelolaanpopulasi dugong dan ekosistem lamun, dan pembangunan rencana pengelolan berbasismasyarakat;

d) Mengembangkan mekanisme dan prinsip-prinsip pengelolaan dan pelestarian, yangdidasarkan pada “pendekatan ekosistem” yang mencakup data ilmiah dan pengetahuanlokal, yang menghasilkan pelestarian dan bentuk pemanfaatan berkelanjutan yang sesuaidengan daya dukung ekosistem.

Kebijakan umum untuk konservasi dan pengelolaan populasi dugong di Indonesia dapatdidefinisikan sebagai berikut : “Mengelola dan memanfaatkan secara berkelanjutan populasidugong dan habitatnya, berdasarkan asas keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarianyang dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dan sinergis oleh pemerintah, pemerintahdaerah, masyarakat, swasta, perguruan tinggi dan organisasi non-pemerintah”.

Strategi 1. Tingkatkan perlindungan dugong baik di dalam maupun di luar KawasanKonservasi Laut.Di Indonesia telah ditetapkan sejumlah Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Laut Daerah.Namun, tak semua kawasan konservasi itu mempunyai populasi dugong. Di lain pihak banyakdaerah yang tidak termasuk dalam kawasan konservasi tetapi di dalamnya terdapat dugong. Oleh

Page 87: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

81

karena itu perlindungan dugong baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi harusdiupayakan dan ditingkatkan.

Rencana Aksi1. Tingkatkan upaya perlindungan dugong di Kawasan Konservasi Laut yang telah ada

seperti di Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) dimanadugong ditemukan, dengan meningkatkan pengelolaan bersama (co-management) dankepemilikan bersama (co-ownership) sumberdaya laut dan pesisir, oleh semua kalanganpemangku kepentingan.

2. Tetapkan situs suaka dugong atau daerah perlindungan panduan (pilot) dugong yangdikelola masyarakat, di daerah yang saat ini belum dilindungi dan dikelola.

3. Tetapkan larangan penggunaan jaring insang (gill net) dan pukat (trawl). Kedua alattangkap ini merupakan ancaman utama terhadap dugong yang tidak bisa diabaikan, Olehkarena itu, penting dilakukan langkah-langkah yang tegas untuk mengurangi ancamandari alat perikanan tersebut, baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi laut yangdi dalamnya terdapat dugong.

4. Berikan insentif dan alat tangkap alternatif kepada nelayan jaring insang. Apabilajaring insang dilarang maka perlu diberikan insentif bagi nelayan yang meninggalkanpenggunaan alat tangkap yang destruktif itu, dan dibantu mencarikan alat tangkapalternatif. Biaya yang terkait (insentif, alat tangkap alternatif) harus dimasukkan dalammanajemen nasional dan daerah.

5. Kembangkan kerjasama konservasi dugong dengan negara tetangga. Distribusi dugongtidak dibatasi oleh batas administrasi negara. Dugong secara alami dapat berpindah dariperairan suatu negara ke negara lainnya. Karenanya perlu didorong kerjasama konservasidugong dengan negara tetangga seperti dengan Filipina, Malaysia dan Australia.

6. Integrasikan aktivitas dan tindakan konservasi dugong dengan pengelolaan pesisiryang sudah ada. Contohnya, peluang untuk memasukkan konservasi dugong ke dalamStrategi Nasional Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir yang diterapkan di beberapapropinsi. Kegiatan konservasi juga dapat diterapkan dengan kerjasama antara LSMnasional dan internasional yang bergiat di kawasan pantai, (seperti WWF, TNC, WCS,Yayasan Terangi). Terdapat kesempatan lebih besar untuk mempromosikan kegiatankonservasi dan pemantauan dalam area yang lebih luas melalui kolaborasi dengan sektorpariwisata, misalnya di Bali, Lombok, Sulawesi Utara (Bunaken), Maluku (Banda) danPapua (Teluk Cendrawasih).

7. Dorong pendirian Kelompok Kerja Daerah untuk konservasi dugong di tiap propinsipanduan untuk memfasilitasi pengembangan dan pelaksanaan konservasi dugong.

8. Kembangkan program kemitraan (twinning) antara Indonesia dan Australia dalampengendalian jaring yang terbuang.

Page 88: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

82

Strategi 2. Tingkatkan kesadaran masyarakatMasalah konservasi populasi dugong dan habitatnya masih belum banyak mendapat perhatiandan pemahaman, baik di kalangan instansi pemerintah, perguruan tinggi, swasta ataupunmasyarakat umum. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakatsecara luas hingga dapat mendukung upaya konservssi dugong.

Rencana Aksi1. Prakarsai kampanye kesadaraan masyarakat lewat berbagai kegiatan. Terdapat

kebutuhan untuk memprakarsai pendidikan lokal dan kampanye kesadaran yangmenargetkan semua pemangku kepentingan dalam suatu daerah. Informasi dapatdisebarkan melalui berbagai media nasional atau daerah dan lewat promosi pendidikankebudayaan seperti wayang, poster, video, dan perlombaan. Informasi seharusnyadisebarkan melalui instansi pemerintahan yang terkait dan jejaring kerja yang ada.Dampak dari kampanye pendidikan kelautan/ dugong terhadap persepsi dan perilaku

Gambar 19.1. Beberapa kasus tertangkanya dugong dengan tak sengaja (accidentalcatch) pada alat tangkap perikanan di Pulau Bintan, Kepulauan Riau.

Page 89: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

83

masyarakat setempat harus dimonitor dan dievaluasi. Pengembangan berbagai materipendidikan antar daerah juga direkomendasikan.

2. Tetapkan dugong sebagai ikon atau “flagship species” . Sehubungan dengan kondisidugong di Indonesia yang semakin langka dan terancam punah, propinsi dan daerah harusdidorong untuk mengadopsi dugong sebagai ikon atau “flagship species”. Pengangkatanstatus dugong juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan memperolehdana penting untuk tindakan konservasi.

Strategi 3. Tingkatkan kapasitas daerah dalam penegakan hukum.Salah satu masalah dalam konservasi sumberdaya hayati adalah lemahnya kemampuanpenegakan hukum. Luasnya wilayah yang harus diawasi dan keterbatasan kemampuan untukpenegakan hukum menjadi masalah yang gawat. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah untukmeningkatkan kapasitas daerah dalam penegakan hukum.

Rencana Aksi1. Berikan pelatihan teknis dan sarana (kapal/mesin, kendaraan, radio, bahan bakar dan

pemeliharan) kepada instansi pemerintah daerah yang terkait dalam penegakan hukum,memonitor aktivitas ilegal dan meningkatkan kesadaran di daerah kunci di daerah.

2. Maksimalkan efektifitas pengawasan dan pemantauan kegiatan illegal di sepanjangpantai, dengan melibatkan operator pariwisata, jasa penerbangan komersial dan pribadi,LSM dan komunitas lokal.

Strategi 4. Lakukan penelitian, survei dan pemantauan populasi dugong.Informasi mengenai distribusi dugong dan perilakunya masih sangat terbatas. Padahal informasiitu sangat dibutuhkan untuk pengelolaan populasi dugong. Oleh sebab itu perlu didorongpengembangan kemampuan untuk melaksanakan penelitian, survei dan pemantauan populasidugong.

Rencana Aksi1. Lakukan survei udara secara kuantitatif di daerah, dengan menggunakan metode yang

telah dikembangkan untuk tujuan ini.2. Laksanakan survei udara tahunan di daerah yang diprioritaskan untuk menentukan

jumlah dan kecenderungan populasi. Survei ini dapat dikombinasikan dengan surveispesies laut lainnya (contoh : penyu, paus) untuk memaksimalkan efesiensi dan berbagisumberdaya dan biaya.

3. Prakarsai program pemantauan hasil tangkap, dengan penekanan pada hasil tangkapdengan jaring insang (gillnet), kapal pukat dan jebakan pagar/ sero . Kegiatan ini dapat

Page 90: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

84

dilaksanakan dengan kerjasama instansi pemerintah, perguruan tinggi, lembagapenelitian, dan komunitas lokal. Partisipasi nelayan lokal untuk menjadi “masyarakatpemantau” dapat didorong pengembangannya.

4. Prakarsai program pelacakan dugong dengan satelit. Pergerakan atau perpindahandugong dapat dilacak dengan teknologi satelit. Jalur pergerakannya dapat dideteksi dalamskala halus untuk pergerakan jarak jauh. Terkait dengan tujuan ini dapat bekerjasamadengan para ahli dari Australia untuk metode tangkap dan tangkap- kembali (capture andrecapture) serta perlengkapan penanda yang paling tepat. Hal ini sebaiknyadikordinasikan secara regional.

5. Petakan habitat lamun dan monitor kesehatan dan daya dukungnya di daerah kuncidugong (key dugong areas). Padang lamun merupakadan habitat utama dugong, danbeberapa jenis lamun merupakan makanan utamanya. Oleh karena itu perlu dipetakanhabitat lamun dan memantau kesehatannya serta daya dukungnya.

6. Dirikan dan kembangkan Database Dugong Nasional. Untuk tujuan pengelolaanpopulasi dugong, sangat diperlukan informasi dugong yang dapat diandalkan. Databasedugong nasional dimaksudkan untuk dapat menyimpan dan menyebarkan berbagaiinformasi dugong yang dapat dipercaya.

7. Kembangkan sistem pemantauan kelimpahan dugong di daerah panduan (pilot).Data pemantauan dapat digunakan di masa depan untuk penaksiran Red List (speciesyang terancam punah).

Strategi 5. Kembangkan jejaring kerja (networking) di kalangan praktisi konservasi umumdan peneliti.Banyak pihak yang terkait langsung ataupun tak langsung dengan konservasi dugong. Olehsebab itu perlu dikembangkan jejaring kerja (networking) di kalangan pemangku kepentinganterutama di kalangan praktisi dan peneliti.

Rencana Aksi1. Manfaatkan situs Sirenian International yang telah menyediakan server

[email protected] yang dapat menjadi forum bermanfaat bagi para ilmuwan,praktisi konservasi dan pihak lain yang berminat untuk saling bertukar pendapat danpengalaman serta dalam penyebaran berbagai informasi tentang dugong.

2. Kembangkan jejaring dengan organisasi yang terlibat dalam implementasi konservasidugong. Organisasi pemerintah yang memiliki jangkauan luas dan LSM dapat dilibatkandalam pelaksanaan strategi dan proyek panduan. Contohnya adalah Pemerintahan Daerah,LSM internasional (WWF, CI, WCS, IUCN), LSM lokal (Yayasan Terangi,) danLembaga Sosial Masyarakat lainnya.

Page 91: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

85

Gambar 20.1. Siluet dugong di menara listrik saluranudara tegangan tinggi (sutet) di kawasan Lagoi,Bintan, Kepulauan Riau. (Dok. TRISMADES)

20. DUGONG MENJADI IKON KABUPATEN BINTAN

asalah konservasi dugong dan habitatnya masih belum banyak mendapat perhatiandan pemahaman, baik di kalangan instansi pemerintah, perguruan tinggi, swastaataupun masyarakat umum. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk meningkatkan

kesadaran dan kepedulian masyarakat secara luas agar upaya konservasi dugong bisa mendapatdukungan.

Salah satu kegiatan penyadaran masyarakat untuk konservasi dugong telah diupayakan diKabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Kegiatan ini bernaung di bawah Proyek TRISMADES(Trikora Seagrass Management Demonstration Site) yang mendapat dukungan pendanaan dariUNEP – GEF South China Sea Project, dengan lembaga penyelenggara LIPI (Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia) dan unit pelaksana di daerah adalah BAPPEDA (Badan PerencanaPembangunan Daerah) Kabupaten Bintan. Proyek ini berlangsung dari tahun 2007 hingga 2010.Meskipun Proyek ini dititik beratkan pada pengelolaan padang lamun, namun karena lamunmerupakan habitat dugong, maka upaya penyelamatan dugong juga mendapat perhatian pentingdalam kegiatan ini. Penyadaran masyarakat (Public Awareness) merupakan salah satu komponenkegiatan Proyek ini.

Penyadaran masyarakat dianggapperlu karena tanpa dukungan danperan masyarakat suatu programtidak akan berjalan optimal.Pertemuan dan diskusi langsungdengan masyarakat setempat sangatperlu diadakan, agar masyarakatmendapat informasi mengenaiprogram yang akan dilaksanakan.Pertemuan dengan masyarakat initidak cukup sekali saja, tetapi dapatbeberapa kali dengan topik yangberbeda dan saling melengkapi.Masyarakat juga diajak bersamaterjun ke lapangan agar dapatmenyaksikan dan merasakan

M

Page 92: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

86

Gambar 20.2 . PosterSelamatkan Dugong di Bintan.(Dok. TRISMADES)

Gambar 20.3. Pemenang Sayembara KaryaTulis dalam peringatan Hari Lingkungan HidupSedunia dan International Year of Biodiversity2010. (Dok. TRISMADES)

langsung apa yang telah didiskusikan. Informasi yangcukup dan yang dapat dipahami memberi motivasi padaanggota masyarakat untuk mendukung, bahkan juga ikutberpartisipasi.

Bahan-bahan untuk penyadaran disiapkan dalam berbagaibentuk untuk disebar-luaskan seperti poster, booklet,brosur, kalender, sticker, kaus T-shirt, topi, dan berbagaiproduk lainnya yang berisikan pesan-pesan untukmelestarikan lingkungan padang lamun dan biotanyatermasuk dugong. Pada momen-momen tertentu balihoberukuran besar juga dipasang di tempat-tempat strategis.

Peran media cukup strategis. Oleh sebab itu pada setiapkesempatan, media selalu diajak untuk berpartisipasi danmenyebarluaskan informasi. Kerjasama dengan RRI (RadioRepublik Indonesia) Stasiun Bintan, juga dikembangkan.Secara berkala diadakan program siaran interaktif denganpara pendengar hingga informasi tentang padang lamundan dugong makin tersebar dan dipahami. Unsur budayasetempat juga mendapat perhatian, misalnya denganmengangkat kesenian berbalas pantun dengan tema konservasi padang lamun dan dugong. Agarsegala informasi tentang kegiatan program ini dapat pula menjangkau liputan nasional dan duniainternasional, telah dikembangkan situs web yang bilingual, berbahasa Indonesia dan Inggeris.

Untuk lebih membuka akses informasikepada masyarakat, di tiap desa binaandibentuk Pondok Informasi yang berisikanbuku-buku dan bahan-bahan lainnya yangdipandang dapat memberi informasi lebihluas tentang laut pada umumnya, danlamun serta dugong pada khususnya.

Siswa sekolah juga menjadi sasaran untukpenyadaran. Lomba karya tulisdiselenggarakan dan diikuti denganantusias oleh para siswa dari berbagai kotadan desa. Hari Lingkungan Hidup Sedunia2010 disambut dengan hangat yang

Page 93: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

87

Gambar 20.4. Bupati Kabupaten Bintan, M. Anshar (kiri atas), menyaksikanlangsung upaya melepas dugong yang semula terperangkap dalam jaring nelayan,kembali ke alam laut bebas. (Dok. TRISMADES)

sekaligus menandai kegiatan peringatan International Year of Biodiversity 2010 yang diikutidengan berbagai kegiatan siswa, dan pengumuman pemenang sayembara karya tulis yangbertemakan konservasi lamun. Dukungan Pemda Kabupaten Bintan dalam hal ini sangatsignifikan. Bupati Kabupaten Bintan (M. Anshar), dalam kesempatan tersebut mengumumkanKeputusan Bupati No. 257/VI/2010, tanggal 3 Juni 2010 yang antara lain berbunyi: “ ...menetapkan dugong, beserta habitatnya ekosistemnya, sebagai hewan yang perlu dijagakelestariannya dari kepunahan...”.

Kampanye penyadaran masyarakat ini juga membuahkan hasil lainnya. Kepala Desa dari empatdesa di pantai timur Bintan, masing-masing menetapkan Perdes (Peraturan Desa) yang

Page 94: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

88

Gambar 20.5. Cinderamatamelambangkan dugongsebagai ikon atau “Flagshipspecies” Kabupaten Bintan(Dok. TRISMADES)

menyangkut Daerah Perlindungan Padang Lamun (DPPL) atau “seagrass sanctuary” yangdikelola sendiri oleh masyarakat.

Dampak kampanye penyadaran yang gencar ini tercerminpula dari keikutsertaan nyata masyarakat setempat untukmenyelamatkan dugong di perairan Bintan. Kalausebelumnya setiap dugong yang tertangkap, langsungdibantai untuk konsumsi, maka kini masyarakat bergotongroyong untuk segera menyelamatkan dugong yang masukdalam jaring ikan dan segera melepaskannya kembali ke laut.Dalam periode tiga tahun (2007 – 2010) terdapat empatkasus tertangkapnya dugong dalam jaring nelayan, hanyasatu yang tak tertolong. Yang lainnya dapat diselamatkan,dilepaskan kembali ke laut.

Suatu momen yang menarik ketika terbetik berita adadugong terjebak dalam jaring nelayan, maka Bupati Bintansendiri (M. Anshar) langsung bergegas ke pantai untuk ikutmelepas kembali sang dugong ke laut. Peristiwa ini tentumenjadi berita positif yang diangkat di media.

Berdasar pada berbagai pengalaman itu dan KeputusanBupati No. 257/VI/2010, tanggal 3 Juni 2010 maka PemdaKabupaten Bintan telah menetapkan dugong sebagai ikon

atau “flagship species” untuk kabupaten ini. Berbagai jenis cinderamata bermotif dugong telahdikembangkan oleh masayrakat sebagai bahan promosi pariwisata. Berbagai kegiatan pariwisatamengangkat pula tema penyelamatandugong. Di Desa Teluk Bakau,gerbang desa dibangun dengan motifdugong. Semuanya dengan semangatmendukung penyelamatan dugong.

Gambar 20.6. Gerbang Desa TelukBakau, Bintan, dengan motif

dugong. (Dok. TRISMADES)

Page 95: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

89

Gambar 21.1. Kampung Orang Bajo di Torosiaje, Gorontalo.(www.griyawisata.com)

21. JELMAAN LELUHUR ORANG BAJO

i pantai Propinsi Gorontalo terdapat perkampungan suku Orang Bajo, masyarakat yangdulu terkenal sebagai pengelana laut (sea nomad). Lebih tepatnya, kampung Orang Bajoitu bernama Torosiaje, di Kabupaten Pahuwato, Kecamatan Popayato, yang menghadap

ke Teluk Tomini. Dulu Orang Bajo hidup berumah di atas perahu, dan sering berpindah-pindahdari satu tempat ke tempat lainnya. Kini mereka sudah mulai banyak yang hidup menetap dipantai, tetapi tetap mempertahankan berumah panggung di atas air. Perubahan ini tak ayalmenimbulkan pula perubahan dalam budaya mereka.

Adalah Francois-Robert Zacot, antropolog Perancis yang pernah hidup bersama Orang BajoTorosiaje selama bertahun-tahun, yang berhasil mengungkapkan berbagai aspek kehidupanOrang Bajo dalam bukunya: Orang Bajo (2008). Ungkapannya mengenai persepsi Orang Bajoterhadap dugong sangat menarik. Disana orang menyebut dugong dengan nama dio.

D

Page 96: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

90

Suatu hari seluruh kampung Torosiaje heboh. Seekor dio (dugong) tertangkap masuk dalamjaring nelayan, peristiwa yang sudah bertahun-tahun tidak lagi terjadi di kampung mereka.Semua orang ingin tahu apa yang terjadi, dan akan diapakan dio yang baru tertangkap itu.Sebagian orang lanjut usia masih mengingat kepercayaan lama tentang dio dan bagaimanaseharusnya memperlakukan dio itu sesuai adat. Sementara itu banyak pula generasi baru yangsudah tak mengerti lagi soal adat itu.

Dalam budaya lama, dio dan Orang Bajo itu dianggap bersaudara. Sebuah kisah menceriterakanbagaimana ibu dari tiga anak, yang dicederai oleh suaminya pergi ke sebuah pantai dankemudian berubah menjadi dio. Beberapa saat sebelum menjelma menjadi dio, ia memohonkepada ketiga anaknya untuk pergi ke tempat dimana nanti ada seekor dio yang tertangkap.Ketiga anak itu harus meminta sebagian isi perut dio itu pada saat dipotong-potong.Demikianlah, ketika mereka melihat ada dio tertangkap, mereka meminta usus dio itu. Pada saatmereka menerima potongan isi perut tersebut, mereka menemukan semua permata milik ibunyadan tahulah mereka bahwa dio itu sesungguhnya adalah jelmaan dari ibu mereka.

Orang Bajo melihat tanda-tanda “manusia” pada dio. Bagi mereka, dio merupakan jelmaanmanusia dan masih memiliki ciri-ciri manusia: berkaki, bertangan, berjari dan mempunyai putingsusu. Dio betina menyusui anaknya dan mendekapnya seperti seorang ibu menyusui anaknya.Selain wujud tubuh itu, dio juga mempunyai tingkah laku seperti manusia. Anak dio selalu dijaga

Gambar 21.2. Dio (dugong ) itu, yang buntutnya telah dipotong, digotong keatas panggung untuk diupacarakan. (Francois-Robert Zacot, 2008)

Page 97: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

91

ketat oleh induknya hingga menjelang dewasa. Kemanapun anak dio berada, disitu selalu ada ibuyang menjaganya. Itu adalah saat-saat ketika anak dio mendapatkan pendidikan, meniru danbelajar dari ibunya bagaimana berperilaku agar selamat dalam menempuh kehidupan dalam alamyang selalu penuh tantangan.

Ketika seekor anak dio tertangkap oleh manusia, ibunya tak akan pergi jauh tetapi selaluberenang berputar-putar dekat sekitarnya seolah-olah cemas dengan nasib anaknya, menungguanaknya terlepas. Tetapi justru karena perilaku itu pula, setelah anak dio ditangkap akan jauhlebih mudah kemudian orang menangkap atau menombak induknya.

Ada teknik tertentu untuk menangkap dio di kalangan Orang Bajo Torosiaje yaitu denganmemperhatikan ketajaman pendengaran hewan ini. Orang boleh bercakap-cakap, tetapi tak bolehmenggaruk-garuk badan, atau menyerempetkan kayu dayung atau membenturkannya ke tepiperahu. Dio dipercaya dapat mendengar dengan sangat baik dalam air, tetapi tidak di udara.

Konon ada orang-orang yang tahu bagaimana memburunya yang dapat merasakan kehadirannyadari jauh. Ketika dio itu muncul ke permukaan untuk menarik napas, itulah kesempatan terbaikuntuk menombak sang dio dengan serampang atau harpun (harpoon). Kini Orang Bajo Torosiaje

Gambar 21.3. Dio (dugong) dipotong-potong sesuai dengan peraturan adat.(Francois-Robert Zacot, 2008)

Page 98: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

92

sudah lama meninggalkan kebiasaan berburu dio itu. Namun sekali-sekali ada juga dio yangtersesat masuk terperangkap dalam jaring ikan yang dipasang oleh nelayan.

Bagi orang Bajo, daging dio itu bersih dan enak karena hewan ini makan rerumputan laut ataulamun, dan tidak makan kotoran seperti ikan.

Meskipun dio telah mati tertangkap, namun tidaklah sembarangan hewan itu boleh dipotong-potong. Ada ketentuan adat yang harus diikuti. Biasanya ada orang tua yang dianggap lebihfaham yang memberikan arahan bagaimana memotongnya, dan bagaimana membagi-bagi dagingyang telah dipotong itu kepada pihak yang berhak menurut adat dan juga kepada penduduk.

Usus dio yang panjang dan berukuran besar (bisa berdiameter sekitar 10 cm) akan dibuang kelaut. Tetapi seorang nenek tua memintanya. Ia lalu membersihkan usus itu dengan mengurutnyahingga seluruh isi usus itu keluar. Rupanya ia masih mengharapkan hal seperti yang seringdidengarnya dalam dongeng zaman dahulu, bahwa ada permata yang mungkin masih tersisadalam usus mahluk jelmaan leluhur itu.

Agar tetap mematuhi adat, anggota-anggota dewan adat setempat semestinya mengenakankemeja panjang. Dahulu, rombongan yang dikelilingi oleh gadis-gadis yang membawa payungterbuka akan mengantarkan potongan daging dio itu kepada Kepala Adat. Sekarang aturanpemotongan dio itu masih tetap ditaati, tetapi tak ada lagi rombongan yang datang, dan tak adalagi kemeja panjang yang dikenakan disertai gadis pembawa payung. Masyarakat Orang BajoTorosiaje kini berangsur-angsur berubah dalam kehidupan dan budaya mereka, terimbas olehkehidupan budaya modern.

Kepala Adat kini sudah tidak lagi berperan penting dalam kehidupan masyarakat yang makinmeninggalkan budaya tradisionalnya. Kini masyarakat diharuskan mempunyai Kepala Desasesuai ketentuan yang diarahkan oleh Pemerintah. Kepala Adat yang dulu sangat dihormati danberwibawa dalam setiap langkah ritual budaya, kini tersisihkan dengan adanya Kepala Desa yangditentukan dalam sistem pemerintahan sekarang ini. Upacara adat masih diteruskan tetapi lebihbersifat basa-basi dan superfisial, tidak lagi menyentuh roh tradisi adat yang dulu pernah melekaterat pada masyarakat Bajo.

Sebenarnya mitos tentang dugong sebagai jelmaan atau reinkarnasi manusia juga terdapat diberbagai daerah lain di Indonesia, seperti di Pulau Lembata (Nusa Tenggara Timur), ArakanWawontulap (Sulawesi Utara) dan banyak daerah lainnya lagi. Di daerah dimana kepercayaanini masih sangat kuat, biasanya masyarakatnya tidak melakukan perburuan dugong, malah ikutmelindungi dugong. Di Pantai Meko, Flores, misalnya pada tahun 1998 seekor dugongterdampar ke pantai tetapi dapat diselamatkan berkat kepercayaan itu. Setelah tiga hari, dugongitu dapat diselamatkan dan dikembalikan ke laut dengan bantuan masyarakat setempat.

Page 99: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

93

Mitos dan kepercayaan tentang dugong sebagai jelmaan manusia juga terdapat di negara lain.Salah satu contoh, kisah di negeri jiran Sabah, Malaysia. Di Pulau Banggi dan Mantanani(bagian utara Sabah) masyarakat menceritakan secara konsisten mitos tentang asal usul dugong.Dikisahkan bahwa mitos ini bermula dari suatu pulau kecil (Tawi-Tawi, bagian selatan Filipina)yang dikenal sebagai “Tempat Keramat Putri Duyung”. Mitos itu menceritakan tentang seorangputri bernama “Si Duyung” yang sedang hamil dan mengidam berat untuk menyantap lamun.Sang Putri kemudian pergi ke pantai dan tak henti-hentinya menyantap lamun hingga akhirnyatungkainya terbelit oleh lamun dan tak bisa terlepas lagi. Tungkainya pun akhirnya menyatu danberubah bentuk menjadi seperti ekor ikan. Demikianlah sang putri kemudian berubah menjadidugong dan tak pernah kembali lagi ke darat (Rajamani, 2009).

Page 100: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

94

22. KISAH PEMBURU DUGONG DARI BINTAN

uku Orang Laut dikenal sebagai masyarakat yang kehidupan dan budayanya sangat lekatdengan laut. Mereka dulunya hidup di pantai-pantai sekitar Riau, Lingga hingga ke Johor.Dulu Orang Laut berumah di atas perahu dalam kelompok-kelompok yang sering

berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Dari sejak lahir hingga akhir hayatnya mereka selaludi perahu. Hingga sekarang ini kehidupan manusia perahu Orang Laut ini masih bisa dijumpai dipesisir utara Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Pengelana laut semacam ini di daerah lain dikenalsebagai Orang Bajo.

S

Gambar 22.1. Kampung suku Orang Laut di Desa Berakit (Pulau Bintan) yang terdiridari rumah panggung di atas air. Di sebelah kanan tampak sebuah gereja. (Dok.TRISMADES)

Page 101: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

95

Namun belakangan ini sebagaian masyarakat Orang Laut telah menjalani perubahan. Sebagianmereka sudah ada yang hidup menetap di pantai, tetapi masih terus melanjutkan cara hidupmereka dengan membuat rumah-rumah panggung di atas air. Salah satunya dapat kita jumpai diDesa Berakit, bagian timur laut Pulau Bintan. Masyarakat Orang Laut ini hidupnya terutama dariperikanan. Berbeda dengan nelayan umumnya di Kepulauan Riau yang beragama Islam, OrangLaut di desa ini umumnya beragama Katolik.

Pak Boncet (nama baptisnya adalah Bonifacius), adalah kepala suku Orang Laut, Ia telahkenyang menjalani hidup di laut sekitar perairan Bintan, dan kini usianya telah senja. Ia dulumasih mengalami saat-saat dimana kaumnya hidup sepenuhnya di atas perahu, dari sejak lahirhingga lanjut usia, berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Baru di saat belakanganini ia menetap di pantai Desa Berakit disertai masyarakat pengikutnya. Berangsur kehidupanmasyarakat Orang Laut ini beralih ke kehidupan menetap yang tentu akan mengubah budayamereka. Anak-anak mereka kini telah mengenal sekolah.

Dari Pak Boncet, banyak kisah menarik yang dapat dikorek tentang bagaimana pandangan OrangLaut terhadap dugong. Dari aspek ilmiah, dugong hanya dikenal ada satu spesies saja, yakniDugong dugon. Tetapi Pak Boncet bisa mengungkapkan bahwa di sekitar perairan Berakit

Gambar 22.2. Pak Boncet, Kepala Suku Orang Laut di Desa Berakit(Pulau Bintan) menunjukkan harpun (harpoon) yang dulu biasadigunakannya untuk berburu dugong. Mata harpun itu bisa dilepas. (Dok.TRISMADES)

Page 102: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

96

(Bintan utara) ditemukan dua kelompok dugong, yang disebutnya sebagai “duyung beremban”dan “duyung buntal”. “Duyung beremban ukurannya lebih besar dari duyung buntal”, katanya.“Duyung beremban hidupnya agak jauh dari pantai sedangkan duyung buntal lebih ke dekatpantai. Duyung buntal sering dijumpai di perairan Berakit sedangkan duyung beremban diperairan sebelah luar di sekitar Laut Lobam, Pulau Tunjuk”, tuturnya lebih lanjut.

Dulu Pak Boncet sering juga berburu dugong, tetapi kebiasaan itu sudah lama ia tinggalkan. Iamasih menyimpan sarampang atau harpun (harpoon) yang dulu biasa digunakannya untukmenombak dugong. “Kini tidak mudah lagi menjumpai duyung di laut”, katanya. Dugongbernafas dengan paru-paru, oleh karenanya setiap 3- 5 menit ia harus naik ke permukaan untukmenghirup nafas dari udara. Saat itulah dugong mungkin dapat terlihat menyembul dipermukaan. Tetapi penciumannya sangat tajam, yang dapat menghidu bau manusia dari jarakyang sangat jauh. Bila ia mencium bau manusia, ia segera menghindar, menjauh. Oleh sebab itu,untuk bisa mendekat ke dugong kita harus berada di bawah angin agar bau kita, manusia, tidaktercium olehnya. Demikian kisah Pak Boncet.

Dulu, dugong memang sesekali diburu oleh nelayan untuk berbagai keperluan. Dagingnya takberserat, dan konon rasanya pun enak (bagi yang suka tentu). Lemaknya dapat digunakan untukmendapatkan minyak. Gigi dugong jantan yang dewasa bisa membentuk gading yang bisa dibuatpipa rokok yang teramat mahal. Air mata dugong dikumpulkan dan dipercaya dapat digunakansebagai pengasih untuk memikat lawan jenis. Dagingnya juga konon berkhasiat sebagai obatkuat (aphrodisiac).

Gambar 22.3. Seekor dugong yang masih muda mati terjeratdalam jaring Pak Boncet di pantai Desa Berakit, Pulau Bintan.(Dok. TRISMADES)

Page 103: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

97

Tetapi kini, dengan munculnya generasi baru, dengan pendidikan yang tidak lagi seperti generasipendahulunya, pandangan terhadap dugong juga mulai berubah. Dalam empat tahun terakhir ini,empat ekor dugong terperangkap dalam alat tangkap perikanan mereka. Seekor kemudian mati,tak terselamatkan. Tetapi yang lainnya masih tertolong, dapat diselamatkan dan dikembalikanlagi ke laut lepas, tidak lagi dibunuh untuk konsumsi.

Di lain tempat, di Desa Air Klubi, Kecamatan Bintan Timur, ada pula seorang bernama PakMusa (61) yang dikenal sebagai pemburu dugong. Lokasi perburuan dugong Pak Musa berada disekitar Pulau Pangkil, salah satu pulau paling selatan di Kecamatan Bintan Timur.

Seperti halnya Pak Boncet dari Desa Berakit, Pak Musa ini juga termasuk suku Orang Laut yangdulunya hidup sebagai pengembara laut (nomaden). Ia dikenal sangat ahli dalam menombakdugong. Setiap lontaran tombaknya tak pernah meleset, pasti mengenai dugong sasarannya. Iamenyatakan dalam setahun ia dapat menombak dugong antara empat sampai lima ekor. Bilainduk dugong telah mati ditombak, maka anaknya yang masih menyusui, akan sangat mudahditangkap.

Gambar 22.4. Rumah perahu Orang Laut yang sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Lokasi di Desa Berakit,Pulau Bintan, Kepulauan Riau, tahun 2008. (Dok. TRISMADES)

Page 104: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

98

Gambar 22.5. Pak Musa, pemburudugong dari Desa Air Klubi, Bintan,Kepulauan Riau.(didisadili.blogspot.com)

Bulan Mei 2013 lalu, Pak Musa menombak seekorinduk dugong dan menangkap anaknya. Anakdugong yang masih hidup itu dibeli oleh seeorangseharga Rp 4.500.000 sedangkan daging dugongyang berasal dari induk yang ditombak dijual kepasar seharga Rp 30.000/kg. Ada informasi bahwaanak dugong yang masih hidup itu dibeli olehseseorang dari Batam, yang tak jelas untuk keperluanapa. Kalau semua ini benar maka maka akan makinterancamlah kehidupan dan kelestarian dugong diperairan ini. Kasus ini telah menjadi perhatianDinas Kelautan dan Perikanan setempat danDirektorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan,Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 105: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

99

23. “MAYANGSARI”, SI DUGONG DARI FAKFAK

lain Compost adalah seorang fotografer kenamaan asal Perancis yang lama bermukim diBogor, yang menitik-beratkan karyanya pada fotografi alam sekitar, terutama flora danfauna serta lingkungannya. Karya-karya fotografinya yang mengagumkan telah banyak

menghiasi berbagai media baik di Indonesia maupun di manca negara. Suatu waktu dipertengahan tahun 1960-an, dalam perjalanannya untuk membuat foto-foto hutan di Indonesiabagian timur ia sempat singgah di Fakfak di jazirah Kepala Burung, Papua. Seperti biasa, dalamsetiap tiba di suatu daerah yang “baru”, ia menyempatkan diri untuk putar-putar kota sambiltanya sana-sini jika ada hal yang menarik untuk menjadi objek fotografinya. Dari ekplorasinyaitu, ia kemudian menemukan di desa Kiat dekat Fakfak ada hal yang sangat menarik yakniadanya keluarga yang hidup di pantai, yang mengadopsi seekor dugong sebagai anggotakeluarganya, yang kisahnya kemudian diangkat dalam majalah Femina.

Adalah keluarga Sirajudin, asal dari Goa Makassar, yang hidup di pantai itu yang menjadisorotan kisahnya kali ini. Keluarga Sirajudin ketika itu telah tiga tahun menjalin “ikatankeluarga” dengan seekor dugong yang semula tertangkap di pantai desanya. Dugong itu masihanakan, ibunya telah mati. Demikianlah dugong piatu itu pun kemudian dipelihara dandiperlalukan sebagai “anak angkat” yang sangat dikasihi dan mendapatkan perlakuan istimewadalam keluarga Sirajudin.

Perlakuan istimewa yang diberikan terhadap dugong itu didasarkan pada kenyataan bahwadugong itu mempunyai banyak kemiripan dengan manusia. Meskipun orang menyebutnya ikanduyung, namun pada hakekatnya ia bukanlah ikan, tetapi hewan yang menyusui anaknya danbernapas dengan menghirup udara dengan paru-parunya. Siripnya bagaikan jari-jari manusiayang telah diliputi selaput kulit. Pada induk dugong terdapat juga puting susu atau tetek di ketiaksiripnya untuk menyusui anaknya. Karena dugong bernapas dengan menghirup udara, makadugong dapat berada di luar air dalam waktu yang lama.

Dengan dasar pemahaman itu, dugong piatu yang malang itu diasuh oleh keluarga Sirajudin.Tiap menjelang malam dugong yang masih anakan itu digotong masuk ke dalam rumah denganmenggunakan tandu. Di dalam rumah, sang dugong mendapat perlakuan dan perhatian denganpenuh kasih oleh seluruh anggota keluarga, termasuk dua orang anak asli Sirajudin. Sehelai tikardihamparkan untuk sang dugong berbaring. Selimut juga disediakan untuk menutupi tubuhnyabila diperlukan. Ketika seluruh keluarga Sirajudin makan malam dengan bersila di atas tikar,sang dugong si “anak angkat” itu hadir juga, disuapi susu botol oleh Zaenah, istri Sirajudin.

A

Page 106: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

100

Tampaknya semua penghuni rumah itu menikmati suasana kekeluargaan yanga akrab ini. Padapagi keesokan harinya, sang dugong dikembalikan lagi ke dalam laut di habitat aslinya.Demikianlah kehidupan rutin yang dialami oleh sang dugong yang telah menjadi “anak angkat”keluarga Sirajudin.

Gambar 23.1. Dugong, “anak angkat” Sirajudin, dibawa dengantandu dari laut ke dalam rumah atau sebaliknya. (Femina/ AlainCompost)

Gambar 23.2. Keluarga Sirajudian makan malam bersamadugong “anak angkat”nya. (Femina/ Alain Compost)

Page 107: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

101

Gambar 23.4. Penanda lokasi wisatadugong di kampung Kiat, Fakfak.(antropologifoto.blogspot.com)

Keluarga Sirajudin juga memahami bahwa dugong dalam kehidupan aslinya di laut, makananutamanya adalah tumbuhan lamun (seagrass). Oleh sebab itu Sirajudin sering membawa “anakangkat”nya itu ke padang lamun yang baik dengan menggunakan perahu sampai jarak yangcukup jauh dari rumahnya.

Ternyata kemudian dugong di bawah asuhankeluarga Sirajudin telah tumbuh dengan baik hinggadewasa. Belum lama ini diberitakan(lifestyle.okezone.com, 20 Feb. 2014) Sirajudinmengklaim bahwa ia telah memelihara dugong ituselama 22 tahun. Dugong yang pada awal diasuhnyamasih batita yang kecil dan masih diberi susu botol,kini telah tumbuh menjadi satwa dewasa berukuranbesar. Diperkirakan bobotnya mencapai beberaparatus kilogram dengan panjang total sekitar 3 meter.Dugong itu pun sudah mempunyai nama yakni“Mayangsari”. Nama itu diberikan kepada si dugongbelasan tahun lalu, sewaktu kota Fakfak berulangtahun, artis Ibukota, Mayangsari, yang menghiburkota Fakfak sempat datang ke Desa Kiat untukmelihat sosok dugong ini.

Gambar 23.3. Zaenah, istri Sirajudin, memberi susu botolpada dugong “anak angkat”nya sejak masih kecil.(Femina/ Alain Compost)

Page 108: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

102

Kini “Mayangsari” menjadi objek observasi bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.Karena biasanya wisatawan tidak memiliki waktu terlalu lama maka “Mayangsari” dijaga dalamlingkungan khusus agar mudah dipanggil. Untuk memanggilnya, Sirajuddin akan memukul-mukul permukaan air di pantai depan rumahnya dan berteriak memanggil “Mayangsari”. Dalambeberapa waktu hingga kurang lebih satu jam, dugong ini akan muncul dan menghampirinya ditepi pantai. Karena “Mayangsari” masih biasa bermain dengan kawanannya, dugong ini seringpula dijemput dengan sampan untuk dibawa ke tepi pantai.

“Mayangsari” senang bermain di air dengan memeluk manusia, tetapi karena bobot danukurannya yang begitu besar, dipeluk seekor duyung bukan berarti sebuah kemesraan melainkanbisa membahayakan karena siapapun yang dipeluknya mungkin akan dibawa bermain di bawahpermukaan air.

Untuk dapat melihat dugong “Mayangsari”, pengunjung harus membayar donasi sebesar Rp1juta bila tidak perlu mengangkatnya ke pantai. Bila ingin melihat dugong ini meneteskan air

Gambar 23.5. Dugong “Mayangsari” di Desa Kiat, Fakfak, yang telah berusialebih 22 tahun dan berukuran sangat besar (antropologifoto.blogspot.com)

Page 109: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

103

mata di tepi pantai, donasi meningkat menjadi Rp2 juta, karena harus melibatkan masyarakatsekitar untuk menggotongnya keluar dari air. Karena bobotnya yang sangat berat diperlukansekitar 20 orang untuk menggotongnya. Dugong yang keluar dari air akan mengeluarkan air matayang dipecaya dapat memberi khasiat sebagai obat pengasih (pemelet).

Karena keterlibatan dan perhatiannya yang luar biasa pada dugong, Pak Sirajudin kini dikenalluas dengan nama julukan “Papa duyung” dan istrinya sebagai “Mama duyung”.

Page 110: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

104

24. DUGONG DALAM SENI LUKIS

unung kapur (karst) itu terletak dekat Ipoh City, negeri Perak, Malaysia, menghadap keSelat Malaka. Sepasukan tentara Inggeris di bawah pimpinan Letnan R.L. Rawlings dariBatallion Kedua 6th QEO Gurkha Rifles sedang melakukan patroli rutin di wilayah itu di

tahun 1959. Saat berpatroli itu mereka memasuki sebuah gua yang sekarang lebih dikenal dengannama Gua Tambun.

Mereka sangat terkejut bahwa di dalam gua ini ternyata terdapat lukisan gua (cave painting). Didinding gua itu terdapat banyak lukisan yang kemudian dikenali sebagai hasil karya darimasyarakat lokal yang hidup disitu pada masa Neolithic (zaman batu baru) sekitar 5000 tahunlalu. Lukisan gua itu dibuat dengan menggunakan bahan haematite (oksida besi) semacam bahanpewarna yang banyak terdapat di sekitar lokasi ini. Lukisan-lukisan itu umumnya berwarnakeunguan hingga merah bata gelap. Ada sekitar 30 jenis objek yang terlukis di dinding gua itu

G

Gambar 24.1. Lukisan gua (cave painting) di Gua Tambun, Perak , Malaysia,menampilkan gambar dugong yang diperkirakan dibuat sekitar 5000 tahunlalu. (www.malaysia-traveller.com)

Page 111: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

105

dalam berbagai ukuran, seperti manusia, babi hutan, rusa, tapir, dugong dan berbagai bentukabstrak. Apa tujuan dan makna dari lukisan itu belum jelas benar.

Yang sangat menarik bahwa di gua ini terdapat lukisan dugong (Gambar 24.1) yang ternyatamerupakan lukisan dugong yang tertua yang pernah diketahui di dunia selama ini. Tak jauh dikaki gua ini ditemukan sejumlah kerang-kerangan, yang menunjukkan bahwa dulu kala sekitartempat ini pernah merupakan laut. Hal ini juga menunjukkan bahwa telah ada interaksi antaramanusia dan dugong di kawasan ini sejak ribuan tahun lalu.

Lain lagi yang ditemukan di Indonesia. Seorang benama Samuel Fallours, kelahiran Inggeris,berdinas sebagai serdadu kompeni Belanda (VOC) yang bertugas di Ambon. Di samping tugassebagai serdadu, ia juga sebagai pelukis resmi untuk kompeni. Ia membuat banyak lukisan cat airtentang berbagai satwa lokal dari Ambon, termasuk hewan-hewan laut yang ternyata sangatberbeda dengan fauna yang umum di Eropa. Beberapa lukisannya yang eksotik itu menjadikoleksi para hartawan di Belanda.

Tahun 1719 ia menerbitkan buku karyanya berjudul “Poissons, Ecrevisses et Crabes de DiversesCouleurs et Figures Extraordinaires” (Ikan, Udang dan Ketam dengan Aneka Warna dan Bentukyang Luar Biasa). Ia mengklaim lukisan-lukisannya didasarkan pada kenyataan sebenarnya yangada di alam sekitar Ambon. Salah satunya berjudul “Sirenne” (Gambar 24.2).

Fallours menyatakan bahwa ia telah mengamati satu mahluk aneh yang disebutnya sebagai“Sirenne”, yang dicoba pelihara dalam suatu bak sampai akhirnya mati setelah empat hari

Gambar 24.2. Lukisan Samuel Fallours berjudul “Sirenne”, yang pertama kaliditerbitkan tahun 1719. (www.siratus.com)

Page 112: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

106

kemudian. Disebutkan bahwa mahluk aneh ini tertangkap di Pulau Buru yang masih termasukPropinsi Ambon ketika itu. Panjangnya adalah 59 inci (sekitar 1,5 m) dan bentuknyamemanjang. Kadang kala mahluk itu mengeluarkan suara mencicit seperti suara tikus. Telahdicoba untuk memberinya makan berupa ikan kecil, kerang, ketam, dan lain-lain, tetapiditolaknya. Setelah kematiannya, ditemukan tinja seperti kotoran kucing di dasar bak.

Kini kita bisa saja mempertanyakan keakuratan lukisan mahluk “Sirenne” karya Fallours itu.Tetapi bagaimanapun, itu adalah lukisan tertua yang diketahui di Indonesia yang dikaitkandengan dugong.

Di Selat Torres, antara Papua New Guinea dan Australia, terdapat populasi dugong yang terbesardi dunia. Penduduk asli setempat mempunyai budaya yang kuat terkait dengan dugong. Bahkandugong diakui sebagai identitas etnik mereka oleh Pemerintah Australia. Oleh sebab itupenangkapan dugong oleh penduduk Selat Torres masih diizinkan dengan catatan khusus untukkeperluan budaya mereka. Penangkapan dugong dibolehkan hanya dengan teknik tradisional,dan sama sekali tidak untuk kepentingan ekonomi. Meskipun demikian, belakangan ini terdapatindikasi bahwa populasi dugong disana semakin menyusut. Kondisi ini menjadi keprihatinanseniman tradisional mereka yang dituangkan dalam seni grafis (Gambar 24.3).

Gambar 24.3. Lukisan tradisional tentang dugong oleh pendudukasli Selat Torres. (www.aboriginalartprints.co.au)

Page 113: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

107

Lukisan di atas menggambarkan bahwa dahulu, leluhur penduduk Selat Torres memandangdugong seagai mahluk sakral. Dugong ditangkap hanyalah untuk tujuan-tujuan tertentu misalnyauntuk berbagai upacara ritual, inisiasi, serta untuk kesehatan dan pengobatan. Namun sekarangpenduduk makin khawatir akan kelestarian satwa itu yang terancam karena perburuanberlebihan, dan karena degradasi kualitas lingkungan. Dalam lukisan itu, pelukismenggambarkan di keempat pojoknya simbol yang mewakili sumberdaya yang sering dijumpaidi habitat dugong. Di bagian atas terpampang simbol leluhur mereka yang dulu hidup sebagaipemburu tradisional. Lukisan mengenai para pemburu itu mereprenstasikan alasan untukmelakukan perburuan dugong yakni untuk upacara inisiasi dan untuk pengobatan. Keenam anakpanah yang mengarah ke dugong, pada kedua sisi lukisan, menggambarkan perburuan dugongyang berlebihan (over hunting). Pemburu yang di sebelah kanan tampak sedang mencari dugongtetapi sia-sia menemukannya. Gambar di bagian tengah melambangkan pemburu generasi mudadengan bingung menanyakan pada generasi tua mengapa tak ada lagi dugong yang bisa ditemui.Dugong dalam ukuran besar digambarkan merambah ke berbagai lokasi untuk mencari makan.Di sudut bawah digambarkan anak panah dengan pangkal tak berujung yang melambangkanketidak-pastian keberlanjutan hidup dugong, sedangkan busur pelangi melambangkan kedamaianbagi dugong yang bebas berenang ke tempat lain. Lukisan ini merupakan salah satu karya yangmendapat penghargaan dalam National Indigenous Art Awards di Northern Territory, Darwin,Australia.

Di Kabupaten Bintan (Kepulauan Riau) lain lagi.Disana dugong telah dinyatakan sebagai ikon atau“flagship species” yang melambangkan semangatuntuk melindungi dan melestarikan dugong dikawasan tersebut. Dugong kemudian menjadi bahanpenyadaran publik yang sangat penting. Masyarakatikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untukpromosi perlindungan dan penyelamatan dugong.Salah satu yang menarik bahwa pada pertengahan2012, Batik Dugong Bintan dengan berbagaivariasinya diluncurkan oleh Pemda KabupatenBintan, yang merupakan kreasi seni batik lokaldengan dugong sebagai objek utama. Lukisandugong dengan teknik batik ini ditampilkan dalamberbagai variasi bentuk produk, untuk promosikonservasi dugong.

Gambar 24.4. Salah satu tampilan BatikDugong Bintan, Kepulaan Riau. (Dok.TRISMADES)

Page 114: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

108

25. PENTAS DUGONG

ugong tidak terdapat hidup dalam laut Korea. Negeri ginseng ini berada di luar wilayahsebaran dugong dunia. Namun dalam Yeosu International Expo 2012, Korea Selatan,yang diselenggarakan dari bulan Mei hingga Agustus, ditampilkan “Dugong” dalam

bentuk gabungan karya seni dan teknologi audio-visual dan panggung yang sangat spektakulerdan kolosal.

Yeosu Intenational Expo 2012 diikuti oleh lebih seratus negara peserta, dengan mengusung tema“The Living Ocean and Coast”. Indonesia juga ikut serta dengan menggelar AnjunganIndonesia. Dalam ajang Yeosu International Expo 2012 ini, Korea dengan penuh kebanggaandan percaya diri memamerkan capaian-capaian teknologinya yang canggih yang terkait denganmasalah kelautan. Tema yang diusung mencerminkan keprihatinan akan kehidupan di samudradan pantai, yang sekarang kelestariannya semakin terancam dalam lingkup global. Dalam kaitanini dugong diangkat sebagai simbol, karena dugong merupakan mamalia laut yang telah beradadalam ancaman kepunahan.

Pusat atraksi dalam expo ini adalah di “Theme Pavillion” yang merupakan anjungan raksasandan indah yang dibangun lepas pantai. Di anjungan inilah ditampilkan “dugong” dalam bentukcapaian hasil gabungan teknologi dan seni, yang menjadi salah satu atraksi yang palingmenarik dalam expo ini. Pengunjung yang datang akan disuguhi tayangan tentang kehidupandugong dalam teknik animasi digital 3D di layar kolosal. “Dugong” yang ditampilkan dalampertunjukan ini dapat melakukan hubungan interaktif dengan penonton. Ketika penonton telahduduk di tempat masing-masing, sang “dugong” mulai menyapa penonton dan berkomunikasisecara interaktif dalam bahasa Korea. Ungkapan bahasa yang digunakan sang “dugong” penuhjenaka yang menghibur. Sang “dugong” menceritakan pula bahwa dugong merupakan mamalialaut yang hidup dari lamun (seagrass). Bahwa dugong sekarang distribusinya di dunia semakinmenciut, dan kehidupannya semakin terancam. Tanpa kepedulian kita semua, dugong semakincepat terdorong ke jurang kepunahan.

Pertunjukan dengan teknologi canggih ini juga menceritakan hubungan akrab antara seorangbocah dengan seekor dugong. Pada sekuens terakhir, pemeran bocah itu tampil dalam wujudnyata di atas pentas, dengan tampilan persis seperti dalam tampilan digital. Ia pun menyapadugong artifisial yang sontak muncul mengapung dan melayang di atas panggung. Dengandemikian pertunjukan digital yang baru saja usai itu seolah hidup dan berkelanjutan dalamkenyataan yang sebenarnya.

Sungguh suatu pesan konservasi yang apik, dikemas dalam teknologi canggih.

D

Page 115: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

109

Gambar 25.1. “Dugong” yang dipentaskan di “Theme Pavillion”, diYeosu International Expo 2012, Korea. (Foto: Augy Syahailatua)

Page 116: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

110

Gambar 26.1. “Dugong vs Rumsfeld”. (www.atimes.com)

26. KASUS HUKUM DUGONG vs RUMSFELD

ugong (Dugong dugon) telah dinyatakan rentan punah (vulnerable) oleh IUCN(International Union for the Conservation of Nature). Usaha konservasinya menjadiperhatian dan sekaligus juga tantangan di seluruh dunia. Perjuangan untuk membela

dan melestarikan dugong di Okinawa (Jepang) merupakan contoh kasus yang sangat menarik,sampai menyeret Menteri Pertahanan (Secretary of Defense) Donald Rumsfeld dan DepartemenPertahanan (Department of Defense) Amerika Serikat, sebagai pihak tergugat di pengadilanfederal Amerika Serikat. Adapun pihak yang bertindak sebagai penggugat dalam legal action iniadalah dugong Okinawa (Dugong dugon) dan kawan-kawan (sejumlah organisasi seperti federasipengacara, organisasi lingkungan, dan berbagai institusi yang bergiat dalam konservasi hayati).

Pulau Okinawa merupakanpulau kecil dan merupakansatu-satunya pulau di bawahpemerintahan Jepang yangmempunyai dugong. DugongOkinawa mempunyai beberapakeunikan. Dilihat daripersebaran dugong di dunia,Okinawa merupakan lokasidugong pada garis lintangpaling utara. Di pulau inijumlah dugong diperkirakantidak lebih dari 50 ekor.Karena pulau ini telah terpisah

sejak jutaan tahun lalu dari daratan utama Jepang dan benua Asia, maka secara genetik dugongOkinawa telah berkembang menjadi suatu kelompok tersendiri.

Dugong mempunyai nilai kultural yang sangat dijunjung tinggi oleh penduduk Okinawa. Sejakzaman kekaisaran Ryuku dahulu kala, dugong mendapat tempat yang istimewa. Daging dugongdimakan, tetapi terutama untuk dipersembahkan sebagai makanan istana bagi para bangsawan.Berbagai bagian tubuh dugong seperti kulit, daging, lemak dan tulangnya dapat dimanfaatkanuntuk berbagai keperluan. Dugong dipandang dapat memberi isyarat apabila tsunami akantiba.Terdapat kepercayaan bahwa manusia dan dugong mempunyai leluhur yang sama. Selain itudugong juga digunakan dalam ritual religi di kuil-kuil kuno.

D

Page 117: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

111

Di lain pihak Pulau Okinawa merupakan lokasi pangkalan militer Amerika Serikat yang terbesardi Pasifik. Untuk menunjang politik global Amerika Serikat, Pulau Okinawa menjadi pangkalanmiliter strategis yang dapat dengan mudah menjangkau negara-negara Pasifik Barat. SetelahPerang Dunia II berakhir, AS tidak serta merta meninggalkan seluruh daratan Jepang. Telahdisepakati Traktat Keamanan (Security Treaty) antara Jepang dan Amerika Serikat yangmemberikan konsesi pada Amerika Serikat untuk dapat menggunakan sebagian dari PulauOkinawa ini untuk kepentingan militer. Tetapi Traktat itu meninggalkan sejumlah isu yang

belum terpecahkan misalnya bagaimana penanganan dampak lingkungan yang diakibatkan olehkegiatan militer. Sementara itu, dalam kenyatannya pagelaran militer AS telah menimbulkansejumlah masalah pencemaran dan berbagai bencana lainnya termasuk juga meningkatnya kasuskriminal oleh anggota militer AS. Dengan telah berakhirnya Perang Dingin maka banyak wargaJepang mulai bersikap kritis terhadap keberadaan pangkalan militer AS di Okinawa. Unjuk rasadan protes atas keberadaan pangkalan AS gencar dilakukan oleh warga Okinawa yangmemuncak di tahun 1995.

Gambar 26.2. Warga setempat memprotes rencana pembangunan pangkalan udaramarinir dengan memblokade pantai dan mendirikan tenda-tenda di depan US MarineCorps Facilities di Teluk Henoko, Okinawa. Gambar menunjukkan suasana padasalah satu tenda pemrotes. (Tanji, 2008)

Page 118: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

112

Untuk meredam krisis ini maka dibentuklah Special Action Committee on Okinawa (SACO).Setelah mengadakan studi yang intensif, SACO membuat laporan akhir di tahun 1996, denganrekomendasi mengurangi kekuatan militer, yakni melepas 21 % luas lahan yang digunakanmiliter AS di Okinawa untuk dikembalikan ke Pemerintah Jepang, termasuk pangkalan udaraFutenma, yang selama ini dioperasikan sebagai pangkalan udara marinir. Warga Okinawa tentusaja menyambut gembira keputusan ini

Tetapi ternyata kegembiraan itu hanya sekejap, karena ternyata kemudian pada bulan September1997, SACO mengajukan kompensasi, dengan merelokasi pangkalan udara marinirnya ke pantaiHenoko, dekat pangkalan marinir Camp Schwab. Lokasi untuk pembangunan pangkalan udaramarinir ini direncanakan dibangun di lepas pantai Henoko dengan luas mimimum 1500 m x 800m. Disinilah timbul masalah, karena ternyata perairan Henoko ini merupakan hamparan terumbukarang dan padang lamun yang juga merupakan rumah bagi dugong. Kegiatan pembangunanfasilitas pangkalan udara marinir di perairan ini diprediksi akan merusak ekosistem terumbukarang dan padang lamun, dan akan mengancam kehidupan dugong. Dugong yang sudah sangat

Gambar 26.3. Kapal Coast Guard Jepang menghadapi aksi demonstrasi kapal-kapalpemrotes yang menentang rencana pembangunan pangkalan udara marinir yangberpotensi menumpas dugong di Teluk Henoko (Okinawa), Mei 2007. (Tanji, 2008)

Page 119: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

113

terancam di perairan ini diyakini akan punah, hilang lenyap untuk selamanya bila pembangunanpangkalan udara marinir itu direalisasikan. Dari kondisi inilah kemudian timbul reaksi keras dariberbagai pihak, untuk berjuang bahu-membahu menyelamatkan kehidupan dugong, danmenentang rencana pembangunan relokasi pangkalan udara marinir AS di daerah ini. Sementaraperlawanan penduduk Okinawa terus makin kencang, Pemerintah Pusat di Jepang sendiri lebihcenderung untuk mendahulukan kepentingan militer dari pada melestarikan dugong. Ketikadiadakan referendum di Okinawa pada bulan Desember 1997 untuk menentukan apakahpenduduk lebih pro-dugong atau pro-pangkalan, ternyata 53 % penduduk Okinawa pro-dugong.Unjuk rasa memprotes rencana pembangunan relokasi pangkalan pun marak dimana-mana.Solidaritas yang mendukung konservasi dugong Okinawa meluas dengan unjuk rasa besar-besaran baik di Jepang maupun di AS.

Tahun 2003 timbul gagasan untuk meneruskan perjuangan membela dugong ini lewat legalaction dengan menggugat Menteri Pertahanan AS (Secretary of Defense), ketika itu DonaldRumsfeld, dan Department of Defense (DoD) di Pengadilan Federal di California. BahwasanyaDoD telah melanggar Undang-Undang Konservasi Historis Nasional Amerika Serikat (USNational Historic Preservation Act/ NHPA). Pihak penggugat utama dalam legal action iniadalah dugong Okinawa (Dugong dugon) bersama sejumlah organisasi pengacara serta berbagaiorgansiasi lingkungan. Karena itu, kasus ini dikenal sebagai kasus Dugong vs Rumsfeld.

Pihak penggugat berargumen bahwa rencana pembangunan fasilitas pangkalan udara marinir dilepas pantai itu tidak mempertimbangkan dampak lingkungan yang dapat diakibatkan olehpembangunan itu. Selain itu Undang-Undang NHPA melarang setiap proyek AS, termasuk yangdi luar negeri, melakukan tindakan yang dapat merusak “properti” yang bernilai sejarah danbudaya. Pihak tergugat menafsirkan bahwa “dugong” tidaklah termasuk dalam pengertian“properti” sebagai yang dimaksud dalam NHPA. Padahal sementara itu dugong terdaftar dalamundang-undang di Jepang sebagai “natural monument” , karena mempunyai nilai kultural yangtinggi bagi masyrakat Okinawa, dan karenanya pula melarang setiap kegiatan yang mengganggukehidupan dugong serta lingkungannya. Pada akhirnya Pengadilan Federal AS menetapkanmemenangkan gugatan dugong Okinawa dan kawan-kawan. Perjuangan lewat legal actiondisertai dengan tekanan massa lewat unjuk rasa yang masif akhirnya membuat rencanapembangunan pangkalan udara maritim di Henoko dibekukan tahun 2005.

Tetapi masalah ini belum berakhir. Tahun 2006, Pemerintah Jepang dan AS bersepakat untukkembali mengajukan “Roadmap for Realignment Implementation” yang memasukkanpertimbangan lingkungan dalam pembangunan pangkalan udara marinir. Namun dalamimplementasinya terdapat penyimpangan hingga kembali meletupkan gelombang protes besar-besaran. Penduduk Okinawa sebagai pemrotes melaksanakan aksi blokade pantai sekitarpangkalan marinir AS, bertahan dengan tenda-tenda tanpa lelah hingga waktu yangberkepanjangan. Demikian pula aksi protes dilaksanakan di laut dengan kapal-kapal denganpenuh risiko. Greenpeace, organisasi pembela lingkungan yang terkenal galak, ikut serta dan

Page 120: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

114

meneriakkan motto: “Marine conservation. Not conservation of the Marines”. Kemelut ini punakhirnya diajukan lagi ke pengadilan federal AS tahun 2008 dengan pihak tergugat Robert Gates,sebagai Menteri Pertahanan (Secretary of Defense) AS ketika itu dan US Department of Defense(DoD), sedangkan pihak penggugat adalah dugong Okinawa dan kawan-kawan. Kasus inidikenal dengan kasus Dugong vs Gates, dan ditutup dengan keputusan Pengadilan yangmemenangkan pihak penggugat (dugong dan kawan-kawan).

Kasus ini merupakan hal luar biasa yang bisa menjadi pembelajaran penting, bagaimana masalahkonservasi dugong yang pada mulanya sebenarnya bersifat lokal dapat terangkat menjadimasalah yang menjadi perhatian besar sampai melibatkan dua negara adidaya dunia, AmerikaSerikat dan Jepang. Bahwa upaya penyelamatan dugong tidak saja menyangkut konservasi fisiksatwa semata, tetapi dapat menjangkau aspek-aspek yang jauh lebih luas sampai ke ranah sosial,budaya, hukum, pertahanan-keamanan, lingkungan dan politik.

Gambar 26.4. Demo pro konservasi dugong, menentangpembangunan pangkalan udara marinir di Teluk Henoko, Okinawa(www.dcmediagroup.us)

Page 121: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

115

B. PUTRI DUYUNG

Page 122: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

116

27. RAGAM PUTRI DUYUNG

alam bahasa Indonesia, istilah duyung dapat mempunyai dua makna. Pertama, sebagaihewan mamalia herbivor yang hidup dalam laut yang makanan utamanya adalahlamun (seagrass). Hewan ini dalam literatur ilmiah dikenal sebagai Dugong dugon,

dan dalam istilah populernya sebagai dugong. Kedua, sebagai sosok dalam mitologi ataulegenda yang biasanya digambarkan sebagai mahluk setengah manusia dan setengah ikan yanghidup di laut. Separuh bagian atas biasanya digambarkan berupa perempuan cantik denganrambut tergerai, sedangkan separuh bagian bawahnya berupa ikan yang berujung dengan ekor.Oleh sebab itu, sosok dalam dongeng itu biasa pula disebut sebagai putri duyung, yang dalambahasa Inggeris disebut mermaid.

Dongeng tentang putri duyung (mermaid) telah ada sejak ribuan tahun lalu, dan terdapat diberbagai penjuru dunia dengan berbagai variasinya. Kisah pertama mengenai putri duyung inibisa dilacak dari sekitar 1.000 tahun SM dalam mitologi Assyria. Dewi Atargatis, ibu dari RatuSemiramis, disebut jatuh cinta kepada seorang gembala dari kalangan manusia yang fana. Suatuhari, tanpa sengaja, sang dewi membunuh gembala itu. Karena malu, Atargatis mencoba bunuhdiri dengan terjun ke laut untuk mengubah diri menjadi seekor ikan. Tetapi, laut tak dapatmengubah dirinya sepenuhnya karena ia masih memiliki kekuatan sebagai dewi. Akhirnya,hanya separuh tubuhnya yang berubah menjadi ikan. Bagian atas sampai ke pinggang tetapmenampilkan wujudnya yang cantik, sedangkan bagian ke bawah berubah menjadi ikan. Kisahdari Assyria ini mungkin menjadi dasar munculnya legenda mengenai putri duyung (mermaid) diberbagai penjuru dunia.

Suatu legenda yang populer di Yunani menceritakan tentang saudara perempuan Iskandar Agung(Alexander the Great) yang bernama Thessalonike, yang berubah menjadi putri duyung setelahmeninggal. Sebagai putri duyung ia hidup di perairan Aegea, dan bila ada kapal yang mendekatia akan menanyakan pada para pelaut: “Apakah Iskandar Agung masih hidup?”. Jawaban yangbenar untuk pertanyaan itu haruslah: “Ya, Baginda masih hidup dan memerintah, dan telahmenaklukkan dunia”. Jawaban seperti itu akan membuatnya terhibur, jadi laut akan dibuatnyateduh dan kepada pelaut disampaikannya ucapan selamat jalan. Tetapi jika jawabannya salah,maka ia akan marah dan laut dibuatnya dilanda badai dahsyat yang akan menyengsarakan setiapawak di atas kapal.

Dalam mitologi Yunani lainnya, disebutkan adanya putri-putri duyung cantik yang dikenalsebagai Siren, yang menghuni suatu pantai. Suara dan nyanyian mereka sangat merdu danmemukau, hingga para pelaut yang mendengarnya tergoda untuk mendekat dan akhirnya

D

Page 123: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

117

Gambar 27.2 . Putri dan Pangeran Duyung (mermaidand merman). Lukisan dari Rusia, 1866. (uk.ask.com)

Gambar 27.1. Nyanyian merdu para putri duyungSiren memukau para pelaut untuk mendekat danakhirnya karam di pantai.

kapalnya akan kandas dan karam dipantai para Siren itu. Tetapipahlawan Yunani, Ulysses, dapatberlayar lewat perairan itu denganselamat karena ia menyumbat telingasemua rekannya dengan lilin dan iasendiri mengikatkan dirinya dipuncak tiang kapal, hingga dengandemikian ia dapat mendengarnyanyian merdu para Siren tetapi iasendiri tidak terpengaruh untukmendekat. Menurut legenda yanglain, diceritakan para Argonaut dapatpula selamat dari para Siren karenaOrpheus - yang ada di kapal itu -dapat pula menyanyi bahkanmelebihi kemerduan nyanyian para Siren. Merasa dikalahkan oleh Orpheus, akhirnya para Sirenitu menceburkan diri ke laut dan lenyap.

Di beberapa daerah, manusia setengah ikan tidak selalu digambarkan berupa putri duyung(mermaid) dengan paras yang cantik, tetapi ada juga sebagai pangeran duyung (merman). Salahsatu kisah dari Russia menggambarkan kehidupan putri duyung (mermaid) dan pangeran duyung(merman) dalam kehidupan dalam air (Gambar 26.2).

Kisah atau ceritera rakyat (folklore)tentang putri duyung memang banyaksekali variasinya yang terdapat diberbagai penjuru dunia. Tetapi takselalu hal itu diungkapkan dalambentuk kisah. Ada banyak ungkapantentang putri duyung itu yangditampilkan dalam bentuk seni rupa,baik berupa lukisan ataupun patung.Belakangan ini media film juga ikutmeramaikan cerita yang berkaitandengan putri duyung.

Tema putri duyung (mermaid) sejakdulu menjadi objek lukisan paraseniman. Mungkin ribuan karya

Page 124: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

118

lukisan yang indah dengan tema putri duyung bertebaran di seluruh penjuru dunia. Salah satunyamisalnya karya John Wiliam Waterhouse (1900).

Salah satu karya sastra yang sangat terkenal tentang putri duyung adalah karya sastrawanDenmark, Hans Christian Andersen, berjudul “The Little Mermaid” yang diciptakannya padatahun 1836. Karyanya ini sangat menarik dan telah mengilhami seniman lain untuk menciptakan

Gambar 27.3 . Kiri: Lukisan “Mermaid” karyaJohn William Waterhouse, tahun 1900.(en.wikipedia.com). Atas: Lukisan Nignyo atauputri duyung karya Katsushika Hokusai, Jepangtahun 1808. (id.wikipedia.org)

Gambar 27.4 . Kiri: Patung perunggu “The Little Mermaid” di depan pelabuhanCopenhagen, Denmark. Kanan: Cuplikan film animasi “The Little Mermaid”produksi Walt Disney. Keduanya diilhami dongeng tentang putri duyung karyasastrawan Denmark, Hans Christian Andersen.

Page 125: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

119

karya seni dalam bentuk berbeda. Di depan pelabuhan Copenhagen (Denmark) misalnya,terpajang patung putri duyung dari perunggu, yang duduk di atas batu. Patung “The LittleMermaid” ini karya pemahat Edward Eriksen diresmikan tahun 1913, dan kini menjadi ikonCopenhagen.

Mirip dengan patung di Copenhagen itu, di pantai Shamila, Songkhla (Thailand) juga terdapatpatung perunggu putri duyung yang duduk di atas batu, sedang menyisir rambutnya. DiIndonesia pun, ada patung putri duyung di halaman Resor Putri Duyung di pantai Ancol, JakartaUtara.

Kisah putri duyung pun merambah ke media film dan televisi. Salah satu yang belakangan inisangat populer adalah film animasi berjudul “The Little Mermaid” yang diproduksi oleh WaltDisney. Film ini pernah meraih dua Academy Award tahun 1990.

Di Indonesia juga pernah diproduksi film berjudul “Putri Duyung” di tahun 1985, yangdibintangi Eva Arnaz dan Barry Prima. Film ini mengisahkan kisah cinta seorang pelaut denganseorang gadis, tetapi ternyata kemudian bahwa gadis itu bukanlah manusia normal, tetapi adalahputri duyung. Dalam sinetron pun tema putri duyung pernah diangkat di Indonesia, misalnyasinetron “Putri Duyung” yang dibintangi Ayu Azhari yang ditayangkan SCTV tahun 1999, danlainnya “Putri Duyung Marina” yang dibintangi Dhini Aminati dan Dimas Seto yangditayangkan Indosiar tahun 2010.

Gambar 27.5 . Kiri: Patung putri duyung di pantai Shamila, Songkhla (Thailand).(tripcolor.com). Kanan: Patung putri duyung di Resor Putri Duyung, Ancol,Jakarta. (prontohotel.com)

Page 126: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

120

28. HEBOH PUTRI DUYUNG

ongeng tentang putri duyung (mermaid) sebagai mahluk setengah manusia (biasanyadigambarkan sebagai putri cantik) dan setengah ikan telah dikisahkan sejak ribuantahun lalu di berbagai penjuru dunia dengan berbagai variasinya. Tak ayal, hal ini

sering menimbulkan tanda tanya, apakah putri duyung itu memang benar ada wujudnyanya, ataupernah ada, atau hanya sekedar mitos belaka. Pertanyaan semacam ini sering menimbulkan rasapenasaran bagi banyak orang hingga berkembanglah banyak cerita atau berita simpang siur yangkontroversial tentang hal ini.

Christopher Columbus dalam pelayarannya yang terkenal “menemukan” benua Amerikamelaporkan bahwa ketika berada di perairan Haiti pada tanggal 8 Januari 1493 ia sempat melihattiga “mermaid” muncul naik ke permukaan laut. Tetapi ia memberikan kesaksiannya bahwa“mermaid” yang disaksikannya itu ternyata wajahnya jauh dari kecantikan seorang putri sepertiyang sering didongengkan. Kini orang menduga bahwa apa yang dilihat oleh Columbus itukemungkinan besar adalah sepupu dugong yakni manatee (Trichechus manatus) atau WestIndian manatee yang memang menghuni kawasan itu.

Di masa maraknya perkembangan Darwinisme di dunia Barat di abad 19, banyak kalangan yangmenduga kemungkinan adanya temuan-temuan hewan baru atau mungkin monster yang belumpernah dikenal sebelumnya. Rasa penasaran untuk mencari dan menghadirkan putri duyung(mermaid) dalam wujud yang nyata menjadi dambaan banyak orang. Tetapi sejalan dengan ituberkembanglah pula berbagai tipuan dan kepalsuan yang membohongi masyarakat seolah-olahmermaid itu memang nyata, ada wudjud fisiknya.

Berita paling heboh tentang keberadaan wujud nyata putri duyung berkembang di pertengahantahun 1840-an lalu yang populer dikenal sebagai skandal “Feejee Mermaid”. Adalah P.T.Barnum yang mengangkat dan mempopulerkan ditemukannya “Feejee Mermaid” ini. Adapunyang dimaksud dengan “Feejee Mermaid” adalah hewan yang telah dikeringkan yangmenampilkan wujud separuh manusia dan separuh ikan. Wajah mermaid yang mirip manusia itubukannya cantik malah lebih memberikan kesan menyeramkan dan menakutkan. Barnummendapatkan mermaid itu dari pelaut yang konon asalnya dari Feejee (Fiji). Ia melakukanpromosi yang gencar dan menyelenggarakan pameran keliling di bebebara kota di Amerikauntuk meyakinkan masyarakat bahwa mermaid itu mempunyai wujud yang nyata. Dari kegiatanitu tentu saja ia dapat meraup keuntungan finansial yang besar. Sempat para ilmuwanmenantangnya untuk membuktikan keaslian mermaidnya itu. Tetapi Barnum tak kehabisan akal.Ia pun mencari dukungan dari ilmuwan lainnya yang dikenal sebagai Dr. J. Griffin yang disebutsebagai penemunya (ternyata kemudian bahwa Griffin adalah doktor gadungan). Pertunjukan dan

D

Page 127: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

121

pameran “Feejee Mermaid” itu berakhir dengan terbongkarnya tipuan besar itu. Ternyata bahwa“Feejee Mermaid” itu sebenarnya terdiri dari tengkorak dan badan monyet (ada yangmenyebutkan dari orang utan) yang dipadukan dengan bagian bawahnya dari ikan salmon besar,tetapi teknik penggabungannya begitu cermat hingga sangat sulit melihat sambungannya. Dikemudian hari, museum Barnum itu terbakar dan ikut melenyapkan “Feejee Mermaid” yangpernah tercatat sebagai salah satu hoax (tipuan besar) yang paling heboh yang pernah dikenal didunia. Sampai lebih seratus tahun sesudahnya orang masih memperbincangkan hoax konyol itu.Di belakang hari, muncul banyak lagi tiruan-tiruan “Feejee Mermaid” dengan berbagai versinya.termasuk yang dipamerkan dalam museum “Ripleys’s Believe It Or Not”.

Mengapa hoax semacam itu masih terus saja terjadi? Bella Galil dari National Institute ofOceanography, Israel, yang banyak menulis tentang mahluk laut yang sering dimitoskan,merujuk pada adanya perasaan yang terpendam jauh dalam diri kita yang kadangmengimajinasikan ditemukannya temuan-temuan mahluk baru yang menghebohkan dari alamsekitar. Ketika daratan sudah habis dijelajahi maka orang berharap hanya dari laut peluang itumasih terbuka, karena masih banyak bagian laut yang belum tereksplorasi dan masih diliputimisteri.

Gambar 28.1. Kiri: “Feejee Mermaid” dalam pameran yang menghebohkan ditahun 1842 (gioclairval.blogspot.com). Kanan: detail tampilan “FeejeeMermaid” (commons.wikipedia.org).

Page 128: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

122

Dalam kenyataannya memang kadang kala dari laut terungkap temuan-temuan spektakuler yangmenghebohkan dunia, seperti kasus ditemukannya ikan Coelacanth. Pada tahun 1938 dunia tiba-tiba digemparkan dengan ditemukannya seekor ikan Coelacanth yang hidup di perairan bagiantimur Afrika Selatan. Mulanya ikan Coelacanth dipercaya sebagai ikan purba yang hidup sekitar400 juta tahun lalu. Diperkirakan ikan ini telah punah sekitar 80 juta tahun lalu yang diketahuidari jejak hidupnya yang terekam berupa fossil. Tetapi tiba-tiba seekor Coelacanth hidupditemukan di abad modern ini, yang tentu saja menghebohkan dunia ilmu pengetahuan. Setelahitu ditemukan lagi beberapa ekor fossil hidup ikan sejenis di sekitar tempat temuan awalnya.Tahun 1998 dunia ilmu pengetahuan sekali lagi digemparkan dengan ditemukannya ikanCoelacanth lainnya di perairan Sulawesi Utara yang terpisah sekitar 10.000 km dari Afrika timur.Jadi banyak yang percaya bahwa laut masih menyimpan misteri yang sewaktu-waktu dapatmenghadirkan mahluk atau monster yang di luar dugaan.

Tanggal 26 Desember 2004 terjadi tsunami besar di Samudra Hindia yang meluluh-lantakkanpantai Aceh. Gelombang dahsyat tusnami itu juga merambat dan melanda pantai beberapanegara lainnya seperti Thailand, India, Srilanka. Beberapa saat setelah itu, terbetik berita hebohyang segera mendunia bahwa ada putri duyung alias mermaid yang terdampar oleh hempasangelombang dahsyat tsunami di pantai Marina Beach, Chennai, pantai timur India. Berita itumenyebutkan bahwa mermaid itu, yang dalam bahasa Tamil setempat disebut “Kadal Kanni”,telah dipreservasi di Egmore Museum di bawah pengamanan ketat. Di era digital sekarang iniberita heboh yang disertai foto mermaid yang terdampar itu segera tersebar mendunia lewatjaringan internet. Tak kurang koran The Sunday Times di Singapura mengangkat berita itudengan judul: “Mermaid or Man-Made?”. Berita itu segera mengharuskan Professor Peter Ng,

Gambar 28.2 . Foto “mermaid” yang konon terdampar di pantaiChennai, India, oleh hempasan gelombang tsunami Desember 2004,yang tersebar lewat jaringan email (youtube.com).

Page 129: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

123

Direktur Raffles Museum of Biodiversity Research, Singapura, angkat bicara. Penelitian Peter Ngatas foto yang tersebar luas itu menyimpulkan bahwa “tsunami mermaid” itu tak lain dari tipuanbelaka. Beberapa alasan yang dikemukakannya antara lain bahwa foto itu menunjukkan sampelyang telah mengering yang mengindikasikan telah ada perlakuan taxidermi (taxidermi adalahteknik pengeringan dan pengawetan hewan dalam bentuk yang menyerupai bentuk aslinyaseperti yang lazim ditemui di museum zoologi). Kalau memang benda itu baru terdamparseharusnya wujudnya tidak kering tetapi agak basah dan mulai menunjukkan gejala membusuk.Tulang lengannya tak cocok dengan rongga tempat kedudukannya di bagian dada, hingga dengankonstruksi seperti itu, mahluk itu pasti tak dapat bergerak dan tak dapat hidup dalam air.Kesimpulannya, spesimen dalam foto itu adalah hasil rekayasa menyambungkan tengkorakkepala monyet dan ikan pada bagian bawahnya. Setelah dikonfirmasi ke Chennai, ternyataMuseum Egmore itu memang ada disana, tetapi lebih dikenal sebagai Government Museum, danpejabat museum setempat membantah adanya “tusnami mermaid” yang disimpan di bawahpengawasan ketat di museum itu.

Dr Terence Sim dari School of Computing NUS (National University of Singapore) jugamenganalisis foto heboh itu. Ternyata bahwa foto itu menunjukkan arah bayangan yangditimbulkan dari ekor tak sama dengan arah bayangan dari anggota lainnya, hingga dapatdisimpulkan bahwa ini adalah hasil rekayasa foto semata. Lalu dari mana sumber tipuan besarlewat email ini? Penelusuran lewat Internet Service Provider (ISP) juga tak berhasil mengungkapdari mana asal mula tipuan besar yang konyol ini.

Tetapi heboh putri duyung (mermaid) tak kunjung berakhir. Yang paling hangat belum lama iniadalah tayangan televisi dengan judul “Mermaid: the Body Found” yang disiarkan melalui

Gambar 28.3 . Cuplikan tayangan televisi berjudul “Mermaid: the Body Found”dari Discovery Channel. (www.press.discovery.com)

Page 130: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

124

saluran televisi Animal Planet (27 Mei 2012) dan Discovery Channel (17 Juni 2012) dengandurasi kurang lebih dua jam. Tayangan ini dikemas dengan memadu fakta dan teori ilmiah danfiksi (science fiction) menjadi suatu rangkaian liputan bergaya dokumenter yangmenggambarkan adanya wujud mermaid yang setengah manusia – setengah ikan yang hidupdalam laut, dengan judulnya yang sangat provokatif. Dengan merujuk berbagai temuan sejarah diberbagai penjuru dunia dan fakta serta teori ilmiah, film ini berspekulasi tentang adanya mahlukmermaid yang hidup di bagian laut-dalam yang sukar dicapai oleh manusia. Pada awal evolusihayati manusia bukankah bisa terjadi sempalan evolusi menuju ke terbentuknya mahluk miripmanusia yang kemudian hidup dan beradaptasi sepenuhnya dalam lingkungan perairan laut?

Tayangan “Mermaid: the Body Found” tentu saja menghebohkan. Masyarakat luasmempertanyakan apakah tayangan itu dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya. PihakDiscovery Channel sendiri menyatakan bahwa film itu adalah “science fiction” tetapi didasarkanpada berbagai bukti yang nyata serta teori-teori ilmiah. Masyarakat dunia banyak yang bingungdengan keterangan ini. Sebagian menyatakan bahwa film itu adalah tayangan yangmenyesatkan, tetapi sebagian lainnya masih mempertanyakan, betulkah mermaid ada wujudnya?Ribuan pertanyaan semacam itu dialamatkan ke NOAA (National Oceanic and AtmosphericAdminstration) sebagai lembaga yang paling berwibawa dalam hal kelautan di Amerika Serikat.Pada akhirnya NOAA pada tanggal 1 Juli 2012 mengeluarkan pernyataan dan klarifikasi bahwa;“... no evidence of aquatic humanoids have ever been found” (tak ada bukti bahwa mahluk airmenyerupai manusia yang pernah ditermukan).

Putri duyung alias mermaid rupanya dari zaman dulukala hingga abad digital sekarang ini masihsaja bisa menghebohkan.

Page 131: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

125

DAFTAR PUSTAKA

Adam, S. 1998. Vanuatu. Dugong-human interaction in Vanuatu. Sirenews, No. 30, October1998.

Adulyanukosol, K., S. Thongsukdae, T. Hara, N. Arai and M. Tsuchiya. 2007. Observations ofdugong reproductive behavior in Trang Province, Thailand, further evidence ofintraspecific variation in dugong behavior. Marine Biology, 15 (5): 1887 – 1891.

Allen, J.F., M.M., Lepes, I.T., Budiarso, Sumitro, and D. Hammond. 1976. Some observationson the biology of the dugong (Dugong dugon) from the waters of South Sulawesi.Aquatic Mammals, 4 (2): 33-48.

Anderson, P. K. 1997. Shark Bay dugongs in summer. I. Lek mating. Behavior, 134 (5/6): 493 –462.

Anderson, P. K. and R. M. R. Barclay. 1995. Acoustic signals of solitary dugongs: Physicalcharacteristics and behavioral correlates. Journal of Mammalogy, 76 (4): 1226 – 1237.

Anderson, P.K. 1981. The behaviour of the Dugong (Dugong dugon) in relation to conservationand management. Bulletin of Marine Science, 3 (3): 640-647.

Anderson, P.K. 1986. Dugongs of Shark Bay, Australia - Seasonal Migration, WaterTemperature and Forage. National Geographic Research, 2 (4): 473-490.

Anderson, P.K. 1998. Shark Bay dugongs (Dugong dugon) in summer II: Foragers in a Haloduledominated community. Mammalia, 62 (3): 409-425.

Azkab, M. H. 1998. Duyung Sebagai Pemakan Lamun. Oseana, 23 (3 dan 4) : 35 – 39.Bertram, G.C.L. and C.K.R. Bertram. 1973. The modern Sirenia: Their distribution and Status.

Bio. J. Linn. Soc. 5: 297-338.Bleakley, C. and S.Wells. 1995. Marine region 13, East Asian Seas. Chris Bleakley and Sue

Wells. Australian Government, Department of the Environment and Water Resources:107-140.

Brasseur, S. and H. H. de Iongh. 1972. Survey of the dugong in Moluccas and the recolonizationof their feeding tracks. Amsterdam, AIDEnvironment: 65 pp.

Brownell, R.L. Jr., P.K. Anderson, R.P. Owen, and K.Ralls. 1981. The status of dugongs atPalau, an isolated island group. In : Marsh (ed.) The Dugong, p. 11-23. Proceedings of aSeminar/Workshop held at James Cook University of North Queensland, Australia.

CITES. 2007. The CITES Appendices I, II and III. The Convention on International Trade inEndangered Species of Wild Fauna and Flora. Coral Reef Rehabilitation andManagement Project (COREMAP). Internet: www.coremap.or.id

Compost, A. 1980. Pilot survey of exploitation of dugong and sea turtle in the Aru Islands.Jakarta, Yayasan Indonesia Hijau: 63 pp.

Page 132: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

126

de Bruijn P. 2002. An ecological study of a recently discovered population of dugongs (Dugongdugon Müller, 1776) and its interactions with seagrassbeds in Balikpapan Bay, EastKalimantan, Indonesia. Final report at Institute of Environmental Sciences, StudentReport. Leiden University.

de Iongh, H. H. 1996a. Plant-Herbivore Interactions Between Seagrasses and Dugongs in aTropical Small Island Ecosystem. PhD. Diss., University Nijmegen: 205 pp.

de Iongh, H. H. 1996b. Current status of dugongs in Aru, East Indonesia. In: The AruArchipelago: Plants, Animals, People and Conservation. Publication No. 30 of theNetherlands Commission for International Nature Protection, H.P. Nooteboom (ed.): 75-86.

de Iongh, H. H. 1997. Current status of dugongs in Indonesia. In: T. Tomascik, A. J. Mah, A.Nontji & M. K. Moosa (eds.) The Ecology of the Indonesian Seas, Part II, DalhousieUniversity, Periplus Edition: 1158 – 1166.

de Iongh, H. H., B. Bierhuizen, and B. van Orden. 1997. Observations on the behaviour of thedugong (Dugong dugon Müller, 1776) from waters of the Lease Islands, easternIndonesia. Contributions to Zoology, 67 (1): 71-77.

de Iongh, H. H., W. Kiswara, and W. Kustiawan. 2006. Dugong grazing patterns and interactionwith traditional conservation (Sasi Laout) Indonesia: A review. Journal of Natural andLife Sciences, 1 (1): 1-10.

de Iongh, H. H., W. Kiswara, W. Kustiawan and P.E. Loth. 2007. A review of research on theinteraction between Dugongs (Dugong dugon, Müller 1776) and intertidal seagrass bedsin Indonesia. Hydrobiologia, 591 (1) : 73-83.

de Iongh, H. H., P. Langeveld, and M. van der Wal. 1998. Movement and home ranges ofdugongs around the Lease Islands, East Indonesia. Marine Ecology, 19 (3): 179-193.

de Iongh, H. H., M. Hutomo, M. Moraal and W. Kiswara. 2009 a. National conservation strategyand action plan for the dugong in Indonesia. Part I. Scientific Report, Institute ofEnvironmental Sciences Leiden and Research Centre for Oceanography, Jakarta: 38 pp.

de Iongh, H. H., M. Hutomo, M. Moraal and W. Kiswara. 2009 b. National conservation strategyand action plan for the dugong in Indonesia. Part II. Strategy Report, Institute ofEnvironmental Sciences Leiden and Research Centre for Oceanography, Jakarta: 31 pp.

de Iongh, H. H., M. Moraal, and C. Souffreau. 2006. Dugong Survey of Derawan Island andAdang Bay, East Kalimantan, Indonesia. Sirenews, no 46.

de Iongh, H. H., and G. Persoon. 1991. Dugong management and conservation project.Environmental Study Center of the Pattimura University (PPLH), Ambon and AIDEnvironment, Amsterdam: 2-56.

de Iongh, H. H., B. Wenno, B. Bierhuizen, and B. van Orden. 1995. Aerial survey of theDugong (Dugong dugon Műller 1776) in coastal waters of the Lease Islands, EastIndonesia. Australian Journal of Freshwater and Marine Research, 46: 759–761.

de Iongh, H. H., B. Wenno and E. Meelis. 1995. Seagrass distribution and seasonal changes inrelation to dugong grazing in the Moluccas, East Indonesia. Aquatic Botany 50:1-19.

Page 133: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

127

Dermawan, A. (Editor). 2003. Pedoman Pengelolaan dan Konsevasi Biota Laut Duyung danHabitatnya. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan: 43 pp.

Duarte, C.M. 2002. The future of seagrass meadows. Environ. Conserv. 29: 192–206.Engel, L. 1970. The Sea. Time-Life Books, New York.Erftemeijer, P.L., A. Djunarli, and W. Moka. 1993. Stomach content analysis of a Dugong

(Dugong dugon) from South Sulawesi, Indonesia. Aust. J. Mar. Freshw. Res., 44: 229–233.

Erftemeijer, P.L., and P.M.J. Herman. 1994. Seasonal changes in environmental variables,biomass, production and nutrient contents in two contrasting tropical intertidal seagrassbeds in South Sulawesi (Indonesia). Oecologia 99: 45–59.

Forth, G. 1988. Apes and Dugongs: Common mythological themes in diverse Southeast AsianCommunities. Contributions to Southeast Asian Ethnography. Further studies of religionsand world views: 189-229.

Green, E.P., and F.T. Short. 2003. The Seagrasses of Indonesia. World Atlas of Seagrasses. In:Green, E.P. and F.T. Short, ( eds). Berkeley, USA: UNEP World ConservationMonitoring Centre, Cambridge: 171-183.

Hendrokusumo, S., Sumitro and Tas’an. 1976. The distribution of the Dugong dugon inIndonesian waters and report regarding the care of these animals in the Jaya AncolOceanarium Jakarta, Indonesia, Jaya Ancol Oceanarium: 24 pp.

Hishimoto, Y., K. Ichikawa, T. Akamatsu, and N. Arai. 2005. The acoustical characteristics ofdugong calls and behavioral correlates observed in Toba Aquarium. The 6th SEASTA2000 Workshop: 25 – 28.

Hobbs, J.P.P.A., A.J. Frisch, J. Hender, and J.J. Gilligan. 2007. Long-distance oceanicmovement of a solitary Dugong (Dugong dugon) to the Cocos (Keeling) islands. AquaticMammals 33 (12): 175-178.

Hodgson, A. 2007. Technical note. “Blimp-Cam”: Aerial video observations of marine animals.Marine Technology Society Journal 41 (2): 39 – 43.

Hodgson, A. J. 2004. Dugong behaviour and responses to human influences. PhD thesis, JamesCook University,Townsville, Ausralia.

Hutomo, M., H. H. de Iongh, W. Kiswara and M. Moraal. 2012. Strategi dan Rencana AksiKonservasi Dugong di Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI dan DirektoratKonservasi Kawasan dan Jenis Ikan Ditjen KP3K – KKP: 95 hlm.

Ichikawa, K., C. Tsutsumi, T. Akamatsu, T. Shinke, N. Arai, and T. Hara. 2005. Acousticdetection of dugong using automatic underwater sound monitoring system (AUSOMS-D). Proceedng of the 5th SEASTAR 2000 Workshop: 83-86.

ISC. 2003. Policy, Strategy and Action Plan for Management of Seagrass Ecosystems inIndonesia. Indonesian Seagrass Committee, UNEP-GEF Project: RevisingEnvironmental Degradation in South China Sea and Gulf of Thailand, Jakarta: 13 pp.

IUCN. 2006. IUCN Red List of Threatened Species. Gland, Switzerland, IUCN.

Page 134: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

128

Kataoka, T., T. Mori, Y. Wakai, J.A.M. Palma, A.A.S.P. Yaptinchay, R.R.,DeVeyra, R.B.Trono. 1995. Dugong of the Philippines. A report of the Joint Dugong ResearchConservation Program. 1-167. Philippines Japan, Pawikan Conservation Project-Protected Areas and Wildlife Bureau Department of Environment and Natural Resources.Toba Aquarium.

Khalifa, M. A. 2011. Tingkah laku dan karakteristik suara Dugong dugon di SeaWorldIndonesia, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Skripsi, Institut Pertanian Bogor,Departemen Ilmu dan Teknik Kelautan, Fakultas Perikanandan Kelautan.

Kreb, D., and Budiono. 2005. Cetacean diversity and habitat preference in tropical waters of eastKalimantan, Indonesia. The Raffles Bulletin of Zoology 53 (1): 149-155.

Kuriandewa, T.E., W. Kiswara, M. Hutomo, and S. Soemodihardjo. 2003. The seagrasses ofIndonesia. In: Green, E.P., Short, F.T. (eds.), World Atlas of Seagrasses, University ofCalifornia Press, Berkeley USA : 171-182

Lanyon, J.M. 1991. The nutritional ecology of the dugong (Dugong dugon) in tropical NorthQueensland. Department of Ecology and Evolutionary Biology, Monash University,Australia. Dissertation: 325 pp.

Lanyon, J.M., and H. Marsh. 1995. Digesta passage times in the Dugong. Australian Journal ofZoology 43 (2): 119-127.

Lapian, A. B. 2009. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut. Sejarah Kawasan Laut Sulawesi AbadXIX. Komunitas Bambu, Ecole Francaise d’Extreme-Orient, Jakarta: 282 pp.

Lawler, I., H. Marsh, B. McDonald and T. Stokes. 2002. Dugongs in the Great Barrier Reef.Current State of Knowledge. CRC, Reef Research Centre.

Lomolino, M.V. and K.C. Ewel. 1984. Digestive efficiencies of the West Indian manatee(Trichechus manatus). Florida Scientist 47: 176–179.

Macdonald, N. 2011. Dugong dugon. (On Line). Animal diversity web. Acccessed Dec. 30,2011. http://animaldiversity.ummz.umrich-edu/site/accounts/information/Dugong.dugon.html .

Marsh, H. 1989a. Chapter 57 – Dugongidae: 1 – 18. In: Walton, D. W. & B. J. Richardson (eds.).Fauna of Australia vol 1 B Mammalia. CSIRO Pubisihing/ Australian BiologicalResources Study (ABRS): 827 pp.

Marsh, H. 1989b. Mass stranding of dugongs by a tropical cyclone in Nothern Australia. MarineMammal Science 5 (1): 78-84.

Marsh, H., G.E. Heinsohn, and L.M. Marsh. 1984. Breeding cycle, life history and populationdynamics of the dugong, Dugong dugon (Sirenia: Dugongidae). Australian Journal ofZoology, 32 (6): 767-788.

Marsh, H., T.J. O’Shea, and J. E. Reynolds III. 2011. Ecology and conservation of the Sirenia:dugongs and manatees. Cambridge University Press: xvi + 521 pp.

Marsh, H., H. Penrose, C. Eros, and J. Hugues. 2002. Dugong Status Report and Action Planfor Countries and Territories. UNEP. Early Warning and Assessment Report Series: 162pp.

Page 135: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

129

Marsh, H. and G.B. Rathburn. 1990. Development and application of conventional and satellitetracking techniques for studying dugong movements and habitat use. Aust. Wildl. Res. 17:83-100.

McKenzie, L.J., R.L. Yoshida, J.E. Mellors, and R.G. Coles. 2006. Seagrass-watch MonitoringReport Indonesia, p. 228. Internet: www.seagrasswatch.org

Moss, S. M. and M. van der Wal. 1998. Rape and run in Maluku: Exploitation of living marineresources in Eastern Indonesia. Cakalele 9 (2): 85 – 97.

Mustika, P.L.K. 2005. Linking the two seas: Lessons learned from Savu Sea (Indonesia) formarine mammal conservation in Timor Sea. Contribution to Pacem in Maribus XXXIConference 31 October – 3 November 2005,Internet: www.ioinst.org/templates/ioinst/Docs/PIM31/TOP5/mustika.pdf

Nijman, V, and K.A.I. Nekaris. 2014. Trade in Wildlife in Bali, Indonesia, for Medical andDecorative Purposes. TRAFFIC Bulletin Vol. 26. No. 1: 31 – 36.

Nishiwaki, M., and H. Marsh. 1985. Dugong Dugon (Müller, 1776). Handbook of MarineMammals. London, p. 23.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Cetakan kelima. Penerbit Djambatan: 372 pp.Novaczek, I. and I. Harkes. 1998. An institutional analysis of Sasi Laut in Maluku, Indonesia.

WP No. 39, ICLARM, Manila, Philippines.Novaczek, I., J. Sopacua, and I. Harkes. 2001. Fisheries management in Central Maluku,

Indonesia, 1997-1998. Marine Policy 25: 239-249.Persoon, G., H. de Iongh, and B. Wenno. 1996. Exploitation, management and conservation of

marine resources: the context of the Aru Tenggara Marine Reserve (Moluccas,Indonesia). Ocean & Coastal Management 32: 97-122.

Petocz, R.G. 1989. Conservation and development in Irian Jaya. A Strategy for RationalResource Utilization. E. J. Brill, Leiden, xxii + 218 pp.

Pietsch, T.W. 1991. Samuel Fallours and his “Sirene” from the Province of Ambon. Archives ofNatural History 18 (1): 1-25.

Pollock, K.H., H. Marsh, I. R. Lawler, and M. W. Aldridge. 2004. Improving the accuracy ofaerial surveys for dugongs. Final Report, AFMA/JCU, Canberra, Australia.

Preen, A. 1989. Technical Report Dugongs, Volume 1: The Status and Conservation of Dugongsin the Arabian Region. Meteorological and Environmental Protection Administration(MEPA), Ministry of Defence & Aviation Kingdom of Saudi Arabia. MEPA Coastal andMarine Management Series: 200 pp. Preen, A. 1993. Interactions between dugongs andseagrasses in a subtropical environment. PhD Thesis, Department of Zoology, JamesCook University of N. Queensland, Australia: 392 pp.

Preen, A. 1995a. Impacts of dugong foraging on seagrass habitats: Observational and ex-perimental evidence for cultivational grazing. Marine Ecology Progress Series, 124: 201-213.

Preen, A. 1995b. Satellite tracking of dugongs in northern Australia. Sirenews 22: 3–4.

Page 136: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

130

Preen, A. 1995c. Diet of dugongs: are they omnivores? Journal of Mammalogy, 76 (1): 163-171.

Preen, A. And H. Marsh. 1995. Response of dugongs to large-scale loss of seagrass fromHervey Bay, Queensland, Australia. Wildl. Res., 22: 507 – 519.

Preen, A. R., W. J. Lee Long, and R. G. Coles. 1995. Flood and cyclone related loss andpotential recovery of more than 1000 km2 of seagrass in Hervey Bay (Queensland,Australia). Aquatic Botany, 52: 3 -12.

Preen, A., H. Marsh, and G.E. Heinsohn. 1989. Technical Report Dugongs, Volume 2:Recommendations for the conservation of dugongs in the Arabian Region.Meteorological & Environmental Protection Administration (MEPA), Ministry ofDefence & Aviation, Kingdom of Saudi Arabia. MEPA Coastal and Marine Managementseries, p. 43.

Rajamani, L. 2008. Using community information to assist in dugong conservation efforts inSabah, Malaysia. Paper submitted at the Workshop on Dugong Conservation Strategy andAction Plan for Indonesia, 3-4 December 2008, Manado.

Rathburn, G.B., R.L. Brownell, K. Ralls, and J. Engbring. 1988. Status of dugongs in watersaround Palau. Mar. Mammal Sci. 4: 265–270.

Reidenberg, J. S. and J. T. Laitman. 2010. Generation of sound in marine mammals. In : S. W.Brudzynski (ed.), Handbook of Mammalian Vocalization. Elsevier Inc. Oxford: 451-465.

Salm, R. 1984. Marine Conservation Atlas of Indonesia. WWF publication.Salm, R.V., and J.R. Clark 1984. Marine and Coastal Protected Areas: A guide for Planners and

Managers. IUCN Wortkshop, World Congress on National Parks, Bali, Indonesia, 301pp.

Salm, R.V., and M. Halim. 1984. Conservation Data Atlas. Planning for the Survival ofIndonesia’s Seas and Coasts: 41 pp.

Sheppard, J. 2006. Dugongs are both loons & homebodies. Australian Science: 23 – 25.Singleton, J., and R. Sulaiman. 2002. Environmental Assessment Study - Komodo National Park

Indonesia. Indonesia, The Nature Conservancy SE Asia Centre for Marine ProtectedAreas Staff : 29.

Stapel, J., T.L. Aarts, B.H.M. van Duynhoven, J.D. de Groot, P.H.W. van den Hoogen, and M.A.Hemminga. 1996. Nutrient uptake by leaves and roots of the seagrass Thalassiahemprichii in the Spermonde Archipelago Indonesia. Mar. Ecol. Prog. Ser. 134: 195–206.

Tanji, M. 2008. US Court rules in the “Okinawa Dugong” case. Implications for US basisoverseas. Critical Asian Studies, 40: 475 - 487.

Tas’an, Sumitro, and S. Hendrokusumo. 1979. Some biological notes of two male dugongs incaptivity at the Jaya Ancol Oceanarium, Jakarta. Jakarta, Jaya Ancol Oceanarium: 29 pp.

Tjhin, I. 2001. News update on captive dugong in Indonesia. Sirenews 36: 13 – 19.Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas.

The Ecology of Indonesia Series, Volume VIII, Part Two. Periplus Edition: 643-1388.

Page 137: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

131

Trono, R.B. 1995. Results of a dugong (Dugong dugon) survey in the Phillipines. ProceedingsMermaid Symposium, 15-17 November, Toba, Japan, p. 36.

UNEP/CMS. 2011. Report on UNEP/CMS Southeast Asia Regional Meeting on Dugongs andWorkshop on Developing Strandardised Analysis Protocols for Dugong QuestionaireSurvey Project Data for South East Asia Region. Lawas, Sarawak, Malaysia, 26-29 July2011.

WWF. 1981. Conservation Indonesia, Newsletter of the World Wildlife Fund IndonesiaProgram. WWF Indonesia, p. 24.

WWF. 2004. Eastern African Marine Ecoregion. Towards a Western Indian Ocean DugongConservation Strategy: The Status of Dugongs in the Western Indian Ocean Region andPriority Conservation Actions. Muir, C.Ngusaru, A. Mwakanema, L. Dar es Salam,Tanzania, WWF, 68 p.

Zacot, F. R. 2008. Orang Bajo: Suku Pengembara Laut – Pengalaman Seorang Antropolog.KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Forum Jakarta-Paris, Ecole francaise d’Extreme-Orient: 482 pp.

Page 138: DUGONG - Pusat Penelitian Oseanografi LIPIoseanografi.lipi.go.id/datakolom/Dugong Bukan Putri Duyung.pdf · stilah “dugong” sering dikacaukan dengan istilah lain seperti “ikan

132

Anugerah Nontji lahir di Makassar, 16 Oktober 1940. Pendidikan terakhirditempuhnya di IPB (Institut Pertanian Bogor) dengan meraih gelar Doktordalam bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (1985).Kariernya dimulai sebagai peneliti di Lembaga Penelitian Laut tahun 1964sampai akhirnya pensiun di tahun 2005. Pernah menjabat sebagai KepalaPusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI (1993-1996), DeputiIlmu Pengetahuan Alam LIPI (1996-2001), ketua ISOI (Ikatan SarjanaOseanologi Indonesia) (1984-1987). Penghargaan yang pernah diterimanya

antara lain Sarwono Prawirohardjo Award dari LIPI atas kontribusinya dalam pengembanganilmu pengetahuan alam (2003), dan Lifetime Achievement Award for Better Understanding ofIndonesian Seas dari ISOI (2013). Email: [email protected].