Lamun dan Dugong

51
PADANG LAMUN DAN DUGONG DI BINTAN: PEMBELAJARAN DARI RISET DASAR KE PENGELOLAAN DI PESISIR TIMUR P. BINTAN Malikusworo Hutomo Yayasan LAMINA Email: [email protected] Lokakarya Konservasi Dugong dan Lamun Bintan, 14 Maret 2013

Transcript of Lamun dan Dugong

PADANG LAMUN DAN DUGONG DI BINTAN:

PEMBELAJARAN DARI RISET DASAR KE

PENGELOLAAN DI PESISIR TIMUR P. BINTAN

Malikusworo HutomoYayasan LAMINA

Email: [email protected]

Lokakarya Konservasi Dugong dan Lamun

Bintan, 14 Maret 2013

• Lamun : Tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang hidup diperairan laut, berbiji satu (monokotil) dan terdiri dari3 bagian utama, yakni : daun, rimpang (rhizome) dan akar. Berbiak dengan biji dan tunas,

• Padang lamun : Hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu

area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau

lebih, dengan kerapatan padat atau jarang,

• Ekosistem Lamun : sistem hubungan timbal balik antar

berbagai komponen biotik dan komponen abiotik

di dalam wilayah padang lamun tertentu,

• Habitat : Perairan dangkal, berasosiasi dengan terumbu karang

di muara sungai/estuarin denga substrat pasir, pasir-

lumpuran, lumpur lunak dan karang, salinitas cukup

tinggi, dan cahaya dapat menembus dasar perairan

LAMUN (Sea grass) ?

Fun

gsi

Luar

an

• Ikan dan invertebrata

• Memproteksi gelombang

dan arus kencang

• Karbon dan Nitrogen

• Pembesaran ikan

• Zat hara organik

• Pembesaran

ikan dan krustase

TERUMBU KARANG

• Pemecah gelombang,

• Penyedia habitat bagi biota,

makanan dan pemijahan

• Pengguna zat hara efisien

LAMUN

• Perangkap sedimen

• Tempat pemijahan, mencari

makanan dan asuhan

• Produsen zat hara

MANGROVE

• Pencegah erosi,

• Daerah asuhan

• Produsen zat hara

Hubungan antara mangrove, lamun dan terumbu karang ( Diadaptasi dari: Hinrichsen, D.,1998)

Mangrove, seagrass, and coral reef living in harmony

Kenapa Bintan Timur ?

• Biodiversitas lamun tinggi, terdapat 10 spesies dari 12 yang ada di tropis;Luas : ± 1500 ha

• Bidoversitas biota lain di padang lamun tinggi.- Ikan :44 sp; 13 sp. ikan target- Moluska : 10 sp;- Holuturia (teripang); 5 species.

• Ekosistim lain di sekitarnya (mangrovedan terumbu Karang) masih berada dalam Kondisi baik.

• Potensi wisata bahari untuk turis mancanegara (Singapura dan malaysia) tinggi, - Lokasi mudah dijankau- Transportasi sangat Lancar- Banyak resort dan restoran,

• Potensi perikanan tinggi, dan merupakan tempat mata pencaharian dari 60 %rumah tangga nelayan,

• Sudah ada Jaringan kerja sama:- Pemda Pengembangan Konservasi laut- DKP Coremap II (Mapur, East-Bintan

Marine management area)- UNEP East Bintan seagrass demonstration

site

Kenapa Bintan Timur ?

Lamun dan ekosistim di sekitarnyaMenghadapi ancaman besar : - Penambangan Pasir laut,- Pembukaan lahan dan pem-

bangunan fisik resort/ restoran tidak terencana dantertata dengan baik

- Aktifitas perikanan tidakramah lingkungan,

Eutrofikasi, Nilai estetikamenurun, erosi (perubahan polaarus), Kunjungan turis menurun, Lapangan pekerjaan hilang

PERLU PENGELOLAAN BERKELANJUTAN YANG DIDASARI INFORMASI ILMIAH DARI HASIL PENELITIAN YANG AKURATAncaman terhadap ekosistim di P. Bintan

Kenapa Bintan Timur ?

TUJUAN DAN SASARAN RISET

• Mengumpulkan data dan informasi tentang:

- Karakteristik padang lamun dan biota yang berasosiasi serta kondisi ekosistem lain yang terkait serta potensi dan pemanfaatannya,

- karakterisitik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat, kelembagaan, serta kewenangan hukum

• Identifikasi issues pengelolaan, konflik kepentingan dari berbagai stake holder dan ancaman terhadap ekosistim lamun;

• Merangkum dan menganalisis data dan informasi tersebut sebagai landasan penyusunan rencana pengelolaan,

• Terkumpulnya profil ekosistem lamun Bintan Timur dan biota asosianya serta ekosistem lain;

• Terkumpulnya profil sosekbud serta kelembagaan dan peraturan perundangan yang bekaitan dengan pengelolaaan sumberdaya pesisir;

• Diketahuinya skala kegiatan yang mengancam keberlanjutan produktivitas ekosisten lamun serta akar masalah penyebab terjadinya ancaman;

• Terwujudnya draf rencana zonasi pengelolaan berkelanjutan ekosistim lamun dan ekosistim lainnya di wilayah pesisr P. Bintan baguan timur.

METODOLOGI (lanjutan . . .)

Cluster analysis citra satelit

Transek di lapanagn dan pengisian data

Analisa citra satelit dan perbandingan dengan Pengamatan lapangan Wawancara dan konsultasi publik

Output yang diharapkan 1. Peta-peta digital multi-temporal

sebaran habitat/ekosistim

(mangrove, lamun dan Terumbu

karang) dan kecenderungan

perubahan.

2. Data dan informasi tentang kondisi

bioekologi sumberdaya di lokasi

pengamatan mencakup keaneka-

ragaman jenis, sebaran, dominasi,

kerapatan, standing stock dan

potensi Lamun.

3. Data dan informasi tentang kondisi

sosekbud masyarakat, mencakup

data baku sosek, kearifan lokal,

pertikaian kepentingan,

Kelembagaan, peraturan-peraturan,

tumpang tindih peraturan, solusi/

pemecahan, dan sebagainya.

4. Rencana zonasi pengelolaan

ekosistim lamun

PERSONAL PENELITI

k e L a g oi

ke Tanjung Pi nang

Sei Kawal

S. Karubi

Karubi

Bopeng

Mengkuros

Kuros

Sungai Angus

Kp. P. Pucung

S. T l. D

ala

m

S. Ka mpa

Kampa

Sialang

Malangrapat

Telukdalam

Teluk Merbau

Bukit Balau

Teluk Asah

Berakit

P. Wangkang

P. Penyusu

P. Balau

P. Payung

P. Beralas Bakau

P. Beralas Pasir

KECAMATAN BINTAN TIMUR

KECAMATAN BINTAN TIMUR

KECAMATAN TELUK SEBONG

DESA BERAKIT

DESA MALANG RAPAT

DESA TELUK BAKAU

DESA GUNUNG KIJANG

12

00

00

11

80

00

11

60

00

11

40

00

11

20

00

11

00

00

108

000

mU

118

00

01

16

00

01

14

00

01

12

00

0 m

U

110

00

01

08

00

0 m

U

464 00 0 m T462 00 0460 00 0458 00 0456 00 0 m T

454 00 0 m T

450 00 0 m T

138

000

mU

13

60

00

13

40

00

138

00

0 m

U1

36

00

01

34

00

01

32

00

01

30

00

01

28

00

0

126

00

0

124

00

01

22

00

0

120

00

0

448 00 0 m T 450 00 0 452 00 0 454 00 0 456 00 0 m T

S. Ka wal

S. Angus

Kawasan KonservasiWisata yang mengacu pada konservasi

Tidak diperbolehkan membangun resort

atau hotel yang dapat merubah rona asli

Lingkungan contor, wisata mangrove,

kehidupan nelayan dan pembuatan arang

bakau.

Kawasan Wisata BudidayaWisata yang dikembangkan berkonsep wisata agro

sebagai bentuk pengembangan usaha pertanian lahan

Kering, dengan komoditas, sawit, sayuran dan buah-

Buahan seperti nanas

Kawasan Wisata Pantai TerbatasDengan tetap terikat sebagai wilayah konservasi

Daerah ini boleh dikembangkan sebagai wisata

Pantai dengan peraturan yang ketat. Bentuk wisata

Yang mungkin dilakukan adalah wisata kuda, selam,

snorkling atau tracking

Kawasan Wisata Pantai UmumWisata pantai di sini diperuntukkan bagi pembangunan resort,

dan resoran, selain itu dapat untuk budidaya ikan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah wisata kuda, atau

perahu dan menyelam

Outcome yang diharapkan rencana zonasi pengelolaan

berkelanjutan

HASIL PENELITIAN SEMENTARA

Gambar 1. Foto-foto menunjukkan kegiatan lapangan,

sampling di ekosistim lamun (Pengambilan posisi,

transek lamun, koleksi ikan menggunakan beam trawl

mini), serta penjelasan singkat cara pengisian kuesioner

kepada fasilitator lapangan, dan kegiatan diskusi group

(FGD) antara nara sumber (peneliti) dengan masyarakat

setempat.

SUPPORT OF SCIENTIFIC RESEARCH

ECOLOGICAL SURVEY

FIELD OBSERVATION

Various types of seagrass bed

RESULTS

SEAGRASS CONDITION

Lagend

Dense seagrass

Rock

Seagrass & sand

Seagrass

Sparse seagrass

Sandy substrate

White sand beach

Land

Water

Keaneka-ragaman jenis lamun di pesisir Bintan bagian utara dan timur

Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1

6

1

7

1

8

1

9

2

0

2

1

2

2

2

3

2

4

2

5

2

6

2

7

2

8

2

9

3

0 Σ %

1 CR √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11 31

2 CS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - 17 49

3 EA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ √ √ √ 27 77

4 HP - - 0 0

5 HU √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ 19 54

6 HD - - 0 0

7 HM - - 0 0

8 HO √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ 12 34

9 HS √ - - 1 3

1

0 TH √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ √ √ 29 83

1

1 TC √ - - 1 3

1

2 SI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - 13 37

Σ Jenis 6 4 5 6 3 6 4 5 4 5 5 6 6 7 1 4 1 4 2 6 3 1 6 0 4 0 2 5 1 3

Jenis dan frekuensi lamun yang dijumpai di lokasi penelitian

CR CS EA HU HO HS TA TC SI

Asosiasi lamun dengan koral

Asosiasi lamun dengan rumput laut dan spons

Asosiasi Lamun dan berbagai biota

Asosiasi lamun dengan berbagai biota

Lamun Padat

Lamun Sedang

Pasir ditumbuhi lamun

Pasir dan pecahan karang

Hamparan pecahan karang

Pecahan karang dan batu

Pasir putih

Daratan

Laut

Isocluster analysis citra satelit Landsat 2004

Kategori Matriks Nilai 1 Nilai 2.5 ~ 10

1. Ancaman- Runoff (pertanian, pemukiman)

- Pengembangan pantai

- Pencemaran (Industri Rumah tangga)

- Ganguan Jangkar, baling-baling

- Resiko tumpahan minyak

- Aktifitas pelabuhan

- Sangat tinggi

- Tinggi sampai sedang dari

sejumlah sumber.

- Sangat rendah

2. Nilai- Ada hewan dilindungi (dugong, penyu)

- Perikanan (habitat, kesuburan)

- Luasan dan kalitas Lamun

- Ada jenis lamun yang jarang

- Luas area tidak besar, dengan nilai

rendah untuk perikanan dan hewan

yang terancam (dugong, penyu)

- Lamun penting sebagai tempat asuhan dan

tempat mencari makan bagi perikanan dan

dugong

- Lamun penting di sejumlah kategori

3. Pengelolaan dapat dilakukanSeberapa jauh intervensi dapat dilakukan

untuk pengelolaan lamun,

Kemampuan untuk membuat pengelo-

laan menjadi berarti dan berpengaruh

terhadap ekosttim lamun sangat rendah

Pengelolaan terhadap lamun dan prosesnya

mudah diterapkan, seperti

- Rencana pengelolaan perikanan,

- Zonasi daerah perlindungan laut.,

- Kontrol terhadap titik buangan limbah

4. Status dan perkembangan Tidak menambah informasi tentang

status dan perkembangan lamun secara

nyata

Status dan perkembangan lamun diketahui,

termasuk ;

- padang lamun yang mewakili tipe habitat,

- Informasi lamun yang ada sudah kadarluasa

dan tidak mendalam

5. Ketersediaan data lainnya Tidak ada progam monitoring biofisik di

lokasi

- Data biofisik lamun tersedia, seperti data

kualitas air

6. Mudah dicapai Lokasi terpencil, sulit dijangkau dan

mahal

Lokasi mudah dijangkau, fasilitas peniltian

dan kapal tersedia

12

34

5

6

7

8

1

2 3

4

5

6

7

8

2

1

34

5

6

7

8

1. 2, 3, 4 Desa Pengudang, Berakit, Malang-Rapat kondisi Lamun baik

5, 6 dan 7 Desa Trikora 3, 2 dan 1 kondisi Lamun sedang

8 Desa Kawal kondisi Lamun terancam

SOCIO-ECONOMIC SURVEY

IN DEPTH INTERVIEW

FILL QUESTIONNAIRES

PUBLIC AWARENESS

SURVEY OF AWARENESS LEVEL

AT THREE VILLAGES: TELUK

BAKAU, MALANG RAPAT AND

BERAKIT

RADIO TALK: INTERACTIVE

DIALOGUE ON ENVIRONMENT

RADIO REP. INDONESIA

TANJUNG PINANG

PRESS INTERVIEW

PUBLIC AWARENESS

WE USED TO REGARD THE SEAGRASSES AS USELESS GARBAGE. NOW WE UNDERSTAND HOW IMPORTANT THEY ARE FOR OUR ENVIRONMENT AND FUTURE LIFE

PAK BAHAR, FISHERMAN

Development of East Bintan CoastalResources Management Plan (EBCMRP)

• Conduct Small Workshop onEast Bintan Coastal Area Zoning Plan developmentJakarta, 24 September 2008

• Paper Presented in the Workshop:

1. Implementation of Law No.27/2007 concerningCoastal Area and Small Island Management By Dr Sapta P. Ginting

2 Norm, Standard and Guide for DevelopingCoastal Area Zoning Plan by Dr M Hutomo

3 Approach and Direction for Zoning Plan ofthe East Bintan Coastal Area

by Dr. Sam Wothuyzen

DEVELOPEMNT OF EAST BINTAN COASTAL

RESOURCES MANAGEMENT PLAN (EBCMRP)

MEETING OF EBCOMBO (EAST

BINTAN COLLABORATIVE

MANAGEMENT BOARD)

PUBLIC HEARING

East Bintan Coastal Resources Management Plan

Bintan District Spatial Plan District Regulation No. 14/2007

Bintan Coastal Zoning Plan as a

result of detailed survey

Seagrass Protection Zone)

Ship traffic Line Zone

Tourism Village Sub- Zone

Public Tourism Sub Zone

Coomercial Tourism Sub Zone

Ecotourism Sub-Zone

Limited Utilization Zone

Capture Fishery Zone

Diving Sub Zone

DUGONG ACCIDENTAL CAPTURED

DUGONG ACCIDENTALLY CAPTURED IN FISHNET

BERAKIT VILLAGE, 12TH OCTOBER 2008

Berakit

village

FIELD FACILITATORS

MR. ZUKRIYANTO

DESA BERAKIT

MR. M. ZAHID

DESA TELUK BAKAU

MR. Kusnadi

DESA MALANG RAPAT

COMMUNITY BASED SEAGRASS MANAGEMENT

COMMUNITY BASED SEAGRASS MANAGEMENT

• Feasibility study on Alternative Income Generation

• Establishment of Village Information, Communication and Training Centre

• Establishment of Community-based Seagrass Management Plan including Community Sanctuary

ESTABLISH COMMUNITY BASED SEAGRASS SANCTUARY

SIGN BOARD:

WELCOME

YOU ARE ENTERING

THE SEAGRASS

CONSERVATION AREA

SIGN BOARD:

SEAGRASS

SANCTUARY

TELUK BAKAU

THE DEVELOPEMNT OF SUSTAINABLE

TOURISM PLAN AND SPATIAL PLAN

• Guideline for Sustainable Tourism

• Tourism Product Development

• Sustainable Tourism Spatial Plan

East Bintan Coastal Area Zoning Plan and Sustainable

Tourism Spatial Plan

LESSONS LEARNT

• Timeframe 3 years

• Support of scientific research

• Role of local government and community

–Political and financial support

–Individual Partner Commitment

–Local community participation and ownership

• Continuous Awareness raising programs

• Project Institutional Arrangement- PEU, PIU (DM. FF, VM)

- EBCoMBo (line agencies, PS, NGOs, Academia) not effective

–Village Community group more effective

LESSONS LEARNT

• Alternative income generating activities

– Product feasibility and public participation

– Market availability?

• Legal protection/binding

– Village decree of community-based seagrass

sanctuary

– Proposed dugong as “flagship” animal

– Establishment of Tourism Village

– District decree as “legal umbrella”

Acknowledgement:

We are gratefully express our appreciation and

special thanks to the Head of Bintan District,

Riau Archipelago Province and the Head of

Research Center for Oceanography, Indonesian

Institute of Science, for their fully support

financially and politically to the implementation

of the project.

TRIKORA BEACH

THANK YOU

THANK YOU