dsp 9 case 2

download dsp 9 case 2

of 52

Transcript of dsp 9 case 2

BAB I PENDAHULUAN Sebelum melakukan tindakan perawatan, diperlukan seperangkat data yang lengkap tentang keadaan penderita dari hasil pemeriksaan. Terhadap data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan tersebut kemudian dilakukan analisis dengan berbagai macam metoda. Setelah itu baru dapat ditetapkan diagnosis, etiologi, perencanaan perawatan , macam dan desain alat yang akan dipergunakan selama perawatan serta memperkirakan prognosis pasien akibat perawatan yang dilakukan . Untuk dapat melakukan perawatan dengan baik dan benar, ada beberapa langkah perdahuluan yang harus diambil , antara lain : 1. Memberi penjelasan mengenai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien. 2. Identifikasi pasien 3. Anamnesis 4. Pemeriksaan klinis, baik pemeriksaan intraoral dan ekstraoral 5. Pembuatan studi model. 6. Analisis foto Rontgen. 7. Analisis foto profil dan foto muka (wajah). 8. Dilakukan tes-tes tertentu untuk kasus-kasus tertentu. 9. Penentuan diagnosis 10. Analisis etiologi 11. Perencanaan perawatan 12. Pelaksanaan perawatan 13. Penentuan jenis dan desain alat ortodontik 14. Prognosis

1

BAB II TINJAUAN KASUS 2.1 Kasus Pasien Pasien seorang ibu berusia 42 tahun, bernama Ny. Ina Christina, pekerjaan seorang arsitek pengusaha property. Dia mengeluhkan

penampilannya yang tidak menarik karena gigi seri pertama atasnya yang terlihat pendek dan mengalami keausan pada ujung giginya. Pasien juga mengeluh pada saat tersenyum gusinya teralu banyak terlihat. Pasien menginginkan gigi dan gusinya untuk dirawat dan diperbaiki agar memiliki senyum yang lebih menarik. 2.2 Anamnesis Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang didapat dengan cara operator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien Pada saat anamnesis, biasanya ditanyakan hal-hal berikut: nama penderita, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, usia, keluhan utama, keluhan lainnya, riwayat penyakit sistemik, dan riwayat mengenai perawatan dental yang pernah dilakukan. Dalam kasus ini didapatkan hasil dari anamnesa berupa: a. KeluhanUtama: penampilannya yang tidak menarik karena gigi seri pertama atasnya yang terlihat pendek dan mengalami keausan pada ujung giginya

2

b. c.

Keluhan Tambahan: Saat tersenyum gusinya teralu banyak terlihat Riwayat Oral/ Dental: Beberapa belas tahun lalu pasien mengalami kecelakaan sepeda motor. Gigi seri kedua kanan atas patah setengah mahkota dan telah dirawat dan diperbaiki dengan mahkota jaket porselen PFM, gigi seri pertama gigi kiri dan kanan mengalami patah tepi incisal hanya melibatkan struktur email, telah dilakukan perbaikan dengan tambalan sewarna gigi, karena bahan tambalnya sudah habis dan lepas.

d.

Riwayat Sistemik: Tidak ada kelainan

2.3 Pemeriksaan Klinis 2.3.1 Pemeriksaan Ekstraoral Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut bagian luar. Pemeriksaan ekstraoral ini meliputi palpasi dan inspeksi. Hal-hal yang diperiksa adalah penampilan umum, tonus kulit, kesimetrisan wajah, pembengkakkan, dan perubahan warna. Daerah yang diperiksa meliputi bibir, hidung, mata, telinga, wajah, kepala, dan leher. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan baik secara visual maupun kelainan yang teraba saat palpasi. Pada pemeriksaan ekstraoral, pasien terlihat sehat tidak tampak kelainan pada wajahnya. TMJ dan pergerakan mandibula terlihat normal.

3

2.3.2

Pemeriksaan Intraoral Alat yang umum digunakan dalam pemeriksaan intraoral adalah kaca mulut dan sonde. Pada pemeriksaan intraoral, dilakukan pemeriksaan pada jaringan lunak dan keras mulut. Pemeriksaan jaringan keras atau gigi-geligi dilakukan untuk melihat adanya plak atau kalkulus, karies, restorasi, perubahan warna, fraktur, mobilitas gigi, abrasi, erosi, atrisi, dan juga oklusi pasien. Tes-tes yang umumnya digunakan untuk menentukan vital atau tidaknya pulpa (vitalitester) adalah tes sondasi, termal, elektris, dan tes bor. Sebelum tes-tes tersebut dilakukan, kavitas harus dibersihkan sampai alas kavitas terlihat. Pada jaringan lunak perlu diamati apakah ada pembengkakan baik yang besar maupun kecil, menyebar maupun terlokalisir serta fistel dan bentuk dari gingiva. Pemeriksaan jaringan lunak dapat dilakukan dengan tes perkusi, tekanan, dan mobilitas. Dalam kasus ini, saat dilakukan pemeriksaan intraoral didapatkan oral hygine sedang, terlihat atrisi tepi incisal struktur email gigi atas dan bawah regio 13-23, 33-43 probing gigi 11 dan 21 gigi pada permukaan labial lebih dari tiga, oklusal deep bite/step bite.

4

2.4 Analisis Kasus 2.4.1 Analisis Radiologis

Regio 1 : 1.2 Post-Endo 1.4 terdapat restorasi amalgam 1.5 terdapat restorasi amalgam 1.6 terdapat restorasi amalgam

Regio 2 : 1.5 terdapat restorasi amalgam 1.6 terdapat restorasi amalgam

Regio 3 : 3.7 terdapat restorasi amalgam 3.8 terdapat restorasi amalgam

Regio 4 : 4.7 terdapat restorasi amalgam 4.8 terdapat restorasi amalgam

5

2.4.2

Analisis Model

Pemeriksaan secara klinis belum lengkap dapat memberikan data yang dibutuhkan untuk suatu perawatan. Disamping karena terbatasnya waktu pemeriksaan diklinik juga ada bagian-bagian yang tidak bisa diamati secara teliti. Banyak pengukuran tidak bisa dilakukan secara langsung pada pasien. Untuk itu diperlukan model cetakan gigi dan rahang sebagai model studi. Untuk mendapatkan model studi dilakukan Mencetak rahang atas dan rahang bawah pasien, Membuat gigitan sentrik (centric occlusal record) Boxing model cetakan. Pada kasus ini terlihat adanya Deep bite anterior disertai step bite. Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2 - 3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.

6

2.4.3

Analisis Fotografi

Pada foto terlihat adanya Atrisi tepi insisal, struktur email gigi regio 1.3-2.3 dan 3.3.-4.3 dan juga malposisi gigi 1.3 (mesioversi). Dari foto juga dapat terlihat bahwa pasien mengalami gummy smile. Selain itu pasien juga mengalami deep bite disertai dengan step bite.

7

BAB III ANALISIS KASUS 3.3 Diagnosis 3.3.1 Gummy smile

Gummy smile adalah penampakan gingival yang berlebihan ketika seseorang tersenyum atau pada saat berbicara. Berdasarkan tipenya, pasien memiliki gummy smile dengan bentuk senyum dengan garis bibir tinggi, gingival terlihat berlebihan (>2mm) dan panjang mahkota klinis gigi terlihat secara keseluruhan sewaktu tersenyum. Etiologi gummy smile pada pasien disebabkan karena adanya deep bite anterior karena atrisi dan keausan tambalan. Etiologi Selain disebabkan oleh deformasi skeletal (pertumbuhan maksila yang berlebihan) dan deformasi jaringan lunak yang menyebabkan bibir atas pendek, gummy smile juga disebabkan oleh perubahan erupsi pasif gingiva dan malposisi gigi.

8

Pertumbuhan Maksila yang Berlebihan Pertumbuhan maksila yang berlebihan pada penderita gummy smile seringkali merupakan akibat dari kelainan skeletal seperti pertumbuhan hyperplasia basis skeletal maksila. Kelainan ini

mengakibatkan posisi gigi menjadi lebih jauh dari basis skeletal maksila dan terlihatnya gingiva di bawah batas inferior bibir atas. Pertumbuahn maksila berlebih biasanya berhubungan dengan beberapa karakteristik dental dan fasial antara lain: tinggi wajah bawah meningkat, open bite, profil wajah cembung, dan celah interlabial yang berlebihan Dalam kasus ini, dijumpai pertumbuhan yang lebih banyak di bagian posterior, dengan gigi posterior maksila berada pada posisi inferiror dan incisivus pada posisi vertikal normal. Bibir yang inkompeten atau keadaan bibir yang lemah pada waktu istirahat lebih sering terjadi pada kasus ini, oleh karena adanya peningkatan tinggi vertikal wajah bawah dan bibir bertemu secara vertikal. Pada sefalometri, pertumbuhan vertikal maksila dibentuk oleh peningkatan tinggi wajah bawah anterior dan sudut bidang mandibula yang curam. Seperti defisiensi mandibula, pertumbuhan ini

dikarakteristikan dengan peningkatan sudut ANB, SNA normal dan penurunan sudut SNB, penurunan sudut koveksitas serta overjet. Pertumbuhan vertikal maksila yang berlebihan dapat

menyebabkan terlihatnya gingiva secara berlebihan, dan untuk

9

mendiagnosa hal tersebut klinisi harus mengevaluasi proporsi wajah sehingga perawatan yang kan dilakukan dpat ditentukan. Proporsi wajah yang ideal dibagi dalam 3 bagian yang sama dari ujung rambut ke alis, dari alis ke basis hidungdan dari basis hidung ke dagu. Jika 1/3 wajah bawah lebih panjangdari segmen yang lain dan panjang bibir atas secara vertikal normal (18-21 mm), maka gummy smile harus dirawat dengan dengan bedah ortognatik dan ortodontik. Bibir Atas Pendek Bibir adalah salah satu komponen jaringan lunak wajah dan merupakan bagian penting yang berpengaruh secara langsung terhadap profil wajah. Adanya bibir atas yang pendek merupakan hal yang kurang menguntungkan dipandang dari segi stabilitas dan estetis terutama bila wajah dipandang dari depan. Pada bibir yang inkompeten dapat dilihat bahwa bibir atas yng pendek berhubungan dengan kurangnya otot-otot wajah dan mandibula. Pasien dengan celah interlabial yang besar kemungkinan disebabkan oleh bibir atas yang pendek dan atau pertumbuhan vertikal maksila yang berlebihan. Bibir atas menunjukkan peningkatan yang tajam dalam panjang pada umur 1-3 tahun, tetapi pertumbuhan secara perlahan-lahan berkurang antara umur 3-6 tahun dan secara progresif meningkat samapai umur 15 tahun, kemudian pertumbuhan vertikal bibir kembali menurun. Celah interlabial pada waktu istirahat biasanya terjadi dalam masa pertumbuhan dewasa. Vig dan Coheb10

menyimpulkan bahwa pertumbuhan vertikal wajah (tinggi wajah anterior bawah) dan dentoalveoar pada masa remaja yang terjadi antara umur 14-20 tahun akan berakhir sebelum pertumbuhan vertikal bibir selesai. Bibir atas dan bawah lebih bertambah pertumbuhannya dibanding pertumbuhan wajah bawah. Pada anak umur 6-8 tahun, bibir yang inkompeten berhubungan dengan bibir atas yang pendek dan dapay terkoreksi sendiri hingga umur 16 tahun. Panjang normal subnasal ke inferior bibir atas adalah 19-22 mm. Secara anatomi bibir atas yang pendek (18 mm atau kurang), biasanya disertai dengan pertamabhan celah interlabial, insisivus terlihat pada posisi istirahat, tetapi tinggi wajah dalam ukuran normal. Keadaan ini harus diketahui sebagai masalah jaringaningan lunak dan tidak boleh dirawat dengan pemendekan maksila yang berlebihan. Perubahan Erupsi Pasif Gingiva Perubahn erupsi pasif gingiva merupakan sebuah penyimpangan dalam perkembangan normal erupsi gigi, karena sebagian besar anatomi mahkota gigi yang ada ditutupi oleh gingiva. Hal ini menunjukkan perkembangan yang tidak harmonis pada dentofasial karena; Jaringaningan gingiva yang letaknya lebih ke koronal gigi menghasilkan gambaran gigi yang tidak menarik, sehingga terlihat bentuk gigi yang persegi dan bukan bentuk gigi yang ovoid atau clips yang lebih menarik.11

-

Jaringaningan lunak yang meluas terlihat di bawah batas inferior bibir atas cenderung tidak memperlihatkan garis senyum sedang/menengah yang potensial. Sebagai parameter yang tepat untuk melihat erupsi pasif gingiva

adalah dengan melihat lebar biologik yang terdiri dari dasar sulkus, epitel penyatu dan jaringaningan konektif. Dimensi rata-rata dari lebar biologik adalah 2,7-3mm dengan perbandingan +- 1 mm untuk epitel penyatu, 1 mm untuk jaringaningan konektif dan 1 mm untuk dasar sulkus. Apabila gigi telihat menjadi pendek dan lebar, hal ini berarti dimensi vertikal lebih pendek dibandingkan dimensi horizontal, gummy smile mungkin berkaitan dengan erupsi pasif gingiva. Ketika gigi erupsi secara normal, margin gingiva migrasi ke apikal pada level 1 mm dari koronal ke Cemento Enamel Junction (CEJ). Pada penderita gummy smile hal ini tidak terjadi. Untuk mendiagnosa hal ini sulkus di probing dan jika gingiva tebal, fibrotik dan tidak terinflamasi serta kedalaman probing adalah 3-4 mm pada batas CEJ, maka untuk mengembalikannya ke posisi semula dianjurkan dengan pemanjangan mahkota klinis. Malposisi Gigi Gummy smile dapat juga disebabkan oleh malposisi gigi, tetapi merupakn penyebab yang paling sedikit dari antara ketiga etiologi sebelumnya. Malposisi yang paling sering terjadi adalah protrusi gigi

12

anterior maksila dihubungkan dengan bibir yang inkompeten, dimana ujung atau seluruh permukaan insisivus maksila di sebelah labial terbuka sehingga gigi ini tidak atau kurang mendapat tahanan di sebelah labial dan menyebabkan gigi tersebut lebih terdorong ke labial (protrusi). Keadaan ini juga biasanya disertai dengan maloklusi kelas II yang mengakibatkan terlihatnya gingiva yang luas karena posisi inferior dari mahkota insisivus maksila lebih ke labial. Crown Lengthening merupakan prosedur pembedahan yang ditujukan untuk menghilangkan jaringaningan periodontal untuk meningkatkan ketinggian dari mahkota klinis. Menurut Richard E Walton dan Torabinejad dalam bukunya crown lengthening adalah prosedur bedah yang dipakai untuk menambah panjang struktur gigi supragingival untuk tujuan restorasi maupun estetik. Prosedur dasarnya adalah dengan menggeser tepi gingiva ke arah apeks dan/ atau mengurang tulang servikal. Indikasi crown lengthening a. Kebutuhan restorative Untuk menambah ketinggian dari mahkota klinis yang hilang karena karies ataupun fraktur gigi Untuk memudahkan akses pada subgingival karies. Untuk memudahkan akses pada perforasi pada 1/3 mahkota akar gigi.

13

-

Untuk merelokasi margin dari restorasi yang menimpa lebar biologis

Pemanjangan mahkota gigi biasayana dilakukan untuk merestorasi gigi dengan defek subgingiva seperti karies,perforasi atau resorpsi. Tepi/margin restorasi yang menekan attachment aparatus dapat mengakibatkan inflamasi, nyeri dan hilangnya perlekatan periodontium. Tepi restorasi tidak boleh diletakkan dekat atau pada puncak tulang alveolus. Lebih baik, paling tidak terdapat 2mm permukaan akar antara puncak tulang alveolus dengan restorasi sesuai dengan konsep lebar biologis. Lebar biologis mempunyai dua komponen yang terletak lebih ke servikal dari tepi puncak tulang alveolus, masing-masing lebarnya sekitar 1mm: (1) perlekatan jaringaningan ikat dan (2) perlekatan epitel. Kedalam sulkus bervariasi.

14

Banyak merencanakan

faktor

yang

perlu yakni

dipertimbangkan luas dan

dalam letak

perawatan

fraktur,perforasi,karies,panjang akar, dukungan periodontium, kedaan periodontium gigi tetanga,posisi gigi dan estetik. b. Estetik Gigi yang pendek Kontur gingiva yang tidak rata Gummy smile Senyum yang simetris dianggap estetis dan ideal dimana harus ada 1mm gingiva yang telihat saat tersenyum. Proporsi panjang mahkota juga penting, panjang gigi sentral harus sama dengan gigi taring dan gigi incisivus lateral sedikit lebih pendek dari keduanya. Kemiringannya pun harus diperhatikan. Faktor kosmetik atau mahkota klinis yang pendek yang dapat diperpanjang untuk meningkatkan retensi dan penampilan. Kontraindikasi Crown lengthening tidak dilakukan pada gigi dengan panjang mahkota klinis yang sudah panjang, karena dapat mengganggu estetik, dengan hasilnya terdapat black triangle. Pasien dengan oral hyangiene yang buruk termasuk dalam kontraindikasi perawatan ini. Perokok juga tidak disarankan karena

15

menurut laporan hasil dari perawatan periodontal pada perokok tidak memberikan hasil yang baik. Komplikasi Kemungkinan terjadinya gangguan estetik karena black triangle Sensitivitas pada akar Sensitif terhadap makanan dan minuman panas ataupun dingin. Mobility pada gigi Dengan adanya pengambilan jaringaningan tulang, ini sangat membuka kemungkinan untuk terjadinya kegoyangan pada gigi. Excessive bleeding Selama pembedahan, dapat terjadiny pendarahan hebat pada pasien,yang dapat berhenti beberapa jam setalah prosedur. Biasanya, pendarahan akan berhenti 40-60 menit setelah pembedahan. Namun pada beberapa pasien mungkin bisa lebih lama. Pemberian koagulan dapat dilakukan dengan kondisi pasien demikian. Infeksi Dengan tanda-tanda; a. pembengkakan b. kemerahan c. adanya demam d. nyeri hebat16

e. akumulasi pus f. warna jaringaningan gusi yang terang. Perawatan Gummy Smile Ada beberapa pilihan perawatan bagi mereka yang memiliki Gummy Smile:-

Pemanjangan mahkota gigi: prosedur yang menyesuaikan jaringaningan gusi yang berlebihan dengan tulang yang

menopangnya. Hal ini dapat dikombinasikan dengan mahkota gigi atau veneers untuk memberikan gigi keindahan akhir yang dapat terlihat.-

Jika penyebab gummy smile ini disebabkan oleh gigi depan yang tumbuh terlalu jauh ke depan, orthodontik (perataan gigi), mahkota gigi dan / atau pembedahan rahang mungkin diperlukan

-

Beberapa kasus mungkin membutuhkan operasi bibir Aspek yang paling penting dalam perawatan gummy smile

adalah komunikasi yang jelas antara dokter gigi dan pasien. Operasi gusi itu sendiri membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk diselesaikan dan jahitan akan dilepas setelah satu minggu.

Jika mahkota gigi diperlukan, maka ada masa tunggu sekitar 1-3 bulan sebelum mahkota akhir dipasang. Apabila kawat gigi, dan / atau pembedahan rahang diperlukan, jangka waktu pengobatan akan memakan waktu lebih lama, tergantung pada kondisi gigi pasien.

17

Anda akan selalu memiliki gigi dan terlihat normal selama seluruh masa pengobatan.

Operasi gusi buakan merupakan solusi sementara - dengan perencanaan dan pelaksanaan secara seksama, hasilnya akan bertahan selama bertahun-tahun. Pemeliharaan yang tepat disertai dengan pemeriksaan lanjutan akan sangat penting untuk kesuksesan hasil pengobatan dalam jangka panjang.

Gingivektomi Gingivektomi adalah serupa dengan gingivoplasty, tetapi tujuannya berbeda. Gingivectomy ditujukan untuk menghilangkan pocket periodontal dan tekniknya termasuk membentuk kembali gingiva. Indikasi dari gingivektomi adalah penyingkiran saku supraboni, tanpa melihat kedalamannya, bila konsistensi dinding sakunya fibrous dan padat serta zona gingiva cekatnya adekuat, penyingkiran pembesaran gingival dan penyingkiran abses periodontal dgn saku supraboni Penyakit gingiva dan periodontal sering menghasilkan kelainan bentuk dari gingiva yang bertentangan dengan normal food exurcion., kumpulan plak dan timbunan makanan dan memperpanjang serta memperburuk proses penyakit. Perubahan bentuk meliputi (1)

18

celah gingival dan lubang, (2) shelflike interdental papillae yang disebabkan oleh ANUG dan (3) Pelebaran gingival. 3.3.2 Malposisi gigi 1.3 (mesioversi)

mesioversi

Malposisi Gigi adalah letak gigi yang tidak benar. Pada kasus ini, gigi 1.3 mengalami malposisi mesioversi karena posisi gigi caninusnya lebih condong ke mesial. Berikut ini adalah beberapa macam malposisi gigi: a. Mesioversi : posisi gigi condong ke mesial

b. Distoversi : posisi gigi condong ke distal

19

c. Linguoversi : posisi gigi yang condong ke lingual

d. Palatoversi: posisi gigi yang condong ke palatal e. Bukoversi: posisi gigi yang condong ke bukal

f. Labioversi : posisi gigi yang condong

ke labial

g. Infraversi/ infraklusi/ intrusi : posisi gigi yang tidak mencapai bidang oklusi

20

h. Supraversi/ Supraklusi/ Ekstrusi bidang oklusi

: posisi gigi yang melewati

i. Torsiversi/ Rotasi : posisi gigi yang terputar melalui sumbu panjang gigi

f. Transversi: posisi gigi yang bertukar tempat (misalnya C dengan P1)

3.3.3

Atrisi gigi 13-23 dan 3.3-3.4

atrisi

21

Pada kasus ini terlihat adanya atrisi tepi insisal struktur email gigi atas dan bawah region 1.3-2.3 dan 3.3-4.3. Menurut klasifikasi Ellis, tersmasuk dalam kelas 1 karena hanya mengenai email. Atrisi ini menyebabkan oklusi pasien menjadi deep bite. Atrisi adalah aus fisiologis dari substansi gigi akibat kontak gigi ke gigi seperti saat mastikasi. Atrisi banyak terlihat pada permukaan oklusal dan incisal, pertama kali terlihat sebagai facet halus yang kecil, dan kemudian terjadi pendataran permukaan oklusal. Aus juga bisa terjadi pada permukaan interproksimal sebagai akibat pergerakan horizontal dan vertical kecil dari gigi selama berfungsi. Jika terdapat aus atrisi pada gigi posterior, maka gigi tersebut berada pada interference dengan penempatan TMJs secara lengkap dan atau dengan anterior guidance. Kelainan TMJ intracapsular mengakibatkan pemendekan ketinggian ramus sehingga menempatkan molar pada interference dan mempunyai keausan. 3.3.4 Gigi 1.1 dan 2.1 klas I (klasifikasi fraktur gigi menurut Ellis) Pada gigi seri pertama kiri dan kanan atas mengalami patah tepi incisal yang hanya melibatkan struktur email, sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam klas I menurut Klasifikasi Ellis. Berikut ini adalah Klasifikasi fraktur Gigi menurut Ellis: Klas I : Tidak ada fraktur atau fraktur mengenai email dengan atau tanpa memakai perubahan tempat Klas II : Fraktur mengenai dentin dan belum mengenai pulpa dengan atau tanpa memakai perubahan tempat.

22

-

Klas III : Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka dengan atau tanpa perubahan tempat

-

Klas IV : Gigi mengalami trauma sehingga gigi menjadi non vital dengan atau tanpa hilangnya struktur mahkota

-

Klas V : Hilangnya gigi sebagai akibat trauma Klas VI : Fraktur akar dengan atau tanpa hilangnya struktur mahkota

-

Klas VII : Perpindahan gigi atau tanpa fraktur mahkota atau akar gigi

-

Klas VIII : Fraktur mahkota sampai akar Klas IX : Fraktur pada gigi desidui

Fraktur gigi kelas I, II, dan III menurut ellis: Fraktur gigi ellis kelas I merupakan fraktur pada enamel saja (bagian luar gigi). Hal ini jarang menyakitkan, dan bukan merupakan benar-benar darurat. Seringkali ini dapat diatasi dengan mengisi atau hanya perataan permukaan kasar. Fraktur gigi ellis kelas II merupakan fraktur enamel maupun dentin. Mereka ditandai dengan adanya warna kuning atau merah muda pada dentin. Tergantung pada jumlah sakit atau trauma

23

pasien, ini mungkin atau tidak mungkin memerlukan perawatan muncul. Fraktur gigi ellis kelas III merupakan fraktur mengekspos saraf, memerlukan perawatan segera. Situs yang patah tulang akan memiliki semburat kemerahan atau akan menunjukkan

perdarahan. Dalam fraktur kelas III Ellis gigi, paparan ujung saraf pulp bisa menyebabkan rasa sakit yang hebat - bahkan jika terkena hanya untuk udara. Paparan dari pulp dalam jenis patahan pada akhirnya akan menyebabkan nekrosis pulpa dari infeksi bakteri, jika tidak ditangani. 3.3.5 Klasifikasi Angle klas 2 divisi 2 (deep bite diseratai steep bite) Klasifikasi dari Dr.Angle mendasarkan maloklusi ini atas hubungan antara M1 atas dan M1 bawah. Klasifikasi Maloklusi Angle: a. Klas I Relasi normal anteroposterior dari mandibula dan maksila. Mesiobukal cusp molar 1 permanen atas berada pada bukal groove molar 1 permanen mandibula.. Tipe 1 : adanya gigi yang linguoversi Tipe 2 : disertai lengkung yang sempit; labioversi gigi anterior maksila dan linguoversi dari gigi anterior mandibula. Tipe 3 : disertai linguoversi dari gigi anterior maksila; crowded; kurangnya perkembangan di regio proksimal.

24

b. Klas II Relasi posterior dari mandibula tehadap maksila. Mesiobukal cusp molar 1 permanent atas berada lebih mesial dari bukal groove gigi molar 1 permanen mandibula. Divisi 1 Subdivisi Divisi 2 maksila. Subdivisi : kondisi unilateral : disertai labioversi dari gigi maksila : kondisi unilateral : disertai linguoversi dari gigi incisivus central

c. Klas III Relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. Mesiobukal cusp molar 1 permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar 1 permanen mandibula. Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak normal.

25

Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi ada linguoversi dari gigi anterior mandibula. Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik.

3.3.6

False Poket Saat dilakukan probing gigi 11, 21 pada permukaan labial lebih dari 3 mm. poket ini terjadi karena pasien menderita gummy smile sehingga setelah pemeriksaan didapat false poket karena pembesaran gingival. Probing harus dilakukan secara sistematis pada masing-

masing gigi untuk menentukan kedalaman probing dan setelah itu dilakukan pencatatan kedalaman probing, Probing dilakukan mulai dari ditofacial. Ada 6 titik yang harus diperiksa yaitu distofacial, facial, mesiofacial, mesiolingual, lingual, distolingual. Kedalaman probing adalah jarak antara gingival tepi ke dasar poket periodontal. Probe dipindahkan dengan lembut di sekitar sulkus untuk menghindari trauma. Beberapa faktor dapat menyebabkan kesalahan dalam

mengukur kedalaman probing:

26

-

Tebal probe Kontur dari permukaan gigi Angulation of probing Tekanan diterapkan Pressure applied Present of calculus deposits

27

BAB IV RENCANA PERAWATAN 4.1 Kunjungan ke-1 (Mouth preparation dan Dental Health Education) Untuk kunjungan pertama dilakukan Mouth preparation terlebih dahulu berupa scaling, setelah dilakukan mouth preparation maka pasien diberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi (Dental Health Education) agar pasien dapat merawat kebersihan gigi dan mulut. Mouth preparation ini dilakukan scaling. a. Scaling Scaling adalah proses menghilangkan plak dan kalkulus dari permukaan supragingiva dan permukaan subgingival. Menghilangkan plak gigi dan kalkulus selama perawatan, kunjungan ke dokter gigi secara teratur setiap 6 bulan, dapat membantu mencegah terjadinya kerusakan gigi dan penyakit gusi. Tujuan utama dari scaling adalah mengembalikan kesehatan gigi dengan cara membuang seluruh deposit yang menempel pada permukaan akar.

Gambar: scaling

28

Hand Instrument Instrumen scaling dapat di klasifikasikan seperti chisels, sickles, hoes, curettes dan periodontal files. Pisau scaler terbuat dari stainless steel atau tungsten carbide, agar pemakaiannya efektif sebaiknya scaler ditajamkan. Untuk menajamkan instrument yang terbuat dari stainless steel dapat menggunakan batu Arkansas, sedangkan untuk instrument yang terbuat dari tungsten carbide dapat menggunakan bor diamond. Pada saat melakukan scaling, ketelitian yang baik tidak akan merusak jaringan lunak, menghindari atau membuat grooves pada permukaan akar yang memungkinkan dapat terjadi proliferasi plak subgingival penyembuhan. dan kemungkinan dapat mengurangi proses

Gambar Periodontal files

29

Instrument Chisel scaler

Deskripsi (push) Chisel head, sudutnya 45

Aplikasi dari aspek labial untuk menghilangkan deposit supragin giva kotor dari permukaan approximal gigi ante rior rahang bawah

Point

Scaler Penampang segitiga dan memiliki dua sisi pemot ong yang berkumpul di titik yang tajam

Semua lingual.

daerah

buccal

dan

(sickle scaler)

Hoes

Blade set bersudut 100 pada tepi Untuk daerah poket yang lebih tangkai dan pemotongan miring 45 dalam supragingival pada deposit

Curettes

Seperti berbentuk

sendok pisau

melengkung Supragingival dengan 2 sisi dan terutama, subgingivally selu ruh mulut.

pemotong yang memenuhi untuk membentuk bulatan

digunakan dalamperencanaan ro ot planning

Periodontal files

Multiple straight cutting

Digunakan kalkulus

untuk yang

permukaan Untuk

kasar.

menghilangkan kalkulus agar

30

Ultrasonic Scaler Scaler ultrasonik digunakan menghilangkan kalkulus dengan cepat pada permukaan gigi. Ujung scaling bergetar dalam

kisaran ultrasonik 20-45 kHz (yaitu 20.000 menjadi 45.000 kali per detik), dengan frekuensi optimal antara 18 kHz dan 32kHz. Sebagian besar daya scaling tersedia di ujung, yang didinginkan dengan jet air. Scaler ultrasonik merupakan cara terbaik untuk menghilangkan plak yang terdapat pada bagian supragingival dan pada pewarnaan yang parah dan dapat juga menghilangkan plak pada bagian subgingival.

Gambar. Ultrasonic scaler b. Dental Healt Education DHE adalah Suatu usaha terencana dan terarah dalam bentuk pendidikan non formal yang berkelanjutan dan merupakan suatu bentuk kerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kebahagiaan masyarakat. DHE pada pasien dapat dilakukan dengan cara memberikan pengertian tentang petunjuk menggosok gigi dengan benar, petunjuk penggunaan flossing, dan juga penyuluhan diet.

31

Tujuan DHE adalah untuk merubah sikap dan tingkah laku individu atau sekelompok orang yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya hidup sehat. Perubahan sikap dan tingkah laku tersebut melalui proses dan proses memerlukan sumberdaya baik tenaga pengajar atau orang yang mampu memberikan informasi, sarana dan prasarana, maupun waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses. 4.2 Kunjungan ke-2 Pada kunjungan ke-2 akan dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah dan juga pembuatan desain plat ortho. Desain plat ortho untuk kasus maloklusi klas II divisi 2 adalah sebagai berikut: a. Rahang Atas

-

Plat dasar z-pring gigi 1.1, 1.2, 2.1 dan 2.2 Adam

32

-

Labial bowl

b. Rahang Bawah

-

Z-spring gigi 3.1, 3.2, 4.1, 4.2 Plat dasar Bite riser posterior Labial bowl Plat dengan peninggi gigitan (Bite Riser) adalah alat ortodontik lepasan

yang dilengkapi dengan peinggi gigitan (Biteplane), yaitu penebalan akrilik disebelah palatinal/lingual gigi anterior atau disebelah oklusal gigi-gigi posterior sehingga beberapa gigi di regio lainnya tidak berkontak saat beroklusi. Alat ini bisa bersifat pasif hanya untuk membebaskan gigi-gigi diregio lain atau fungsional yaitu menyalurkan kekuatan gigitan pada saat mulut melaksanakan fungsi pengunyahan. Alat ini terdiri dari bagian-bagian : Plat dasar, umumnya berupa plat akrilik berfungsi untuk mendukung komponen alat lainnya disertai dengan penebalan plat pada tempat-tempat tertentu.

33

-

Bagian retensi, untuk melekatkan alat pada gigi-gigi didalam mulut biasanya berupa klamer pada gigi penjangkar (anchorage) M1 kanan dan kiri

-

Busur labial, untuk meretraksi gigi anterior ke palatinal/lingual dan untuk mempertinggi retensi dan stabilitas alat.

-

Pada keadaan tertentu jika diperlukan dapat pula diberi tambahan pir-pir pembantu untuk mengoreksi gigi-gigi yang malposisi.

Indikasi pemakaian : Pada perawatan maloklusi yang disertai dengan overbite yang berlebihan (deep overbite atau excessive overbite). Untuk perawatan sendi rahang/TMJ (Temporo Mandibular Joint) yang terasa sakit akibat gangguan dimensi vertikal karena adanya oklusi gigi yang salah. Untuk merawat gigitan terbalik (cross bite) diregio anterior Untuk menghilangkan kebiasaan jelek (bad habit) seperti kerot (night grinding /bruxism). Kontra indikasi : Jika overbite lebih kecil dari normal/gigitan dangkal (shalow bite). Pada kasus gigitan tepi lawan tepi (edge to edge bite) Pada kasus gigitan terbuka ( open bite) Mekanisme kerja dari bite plane : Memberi kesempatan pada rahang bawah untuk tumbuh dan berkembang ke arah anterior. Kedudukan madibula ini setelah maju akan difiksasi oleh34

oklusi gigi-gigi yang telah elongasi, jaringan disekitar mulut dan pertumbuhan kondilus. Memberi kemungkinan perkembangan lengkung mandibula pada regio interkaninus. Memberi kesempatan gigi-gigi di regio posterior untuk berelongasi, besar elongasi yang dapat dicapai dibatasi oleh besar-kecilnya free way space pasien Gigi-gigi anterior bawah akan tertekan pada saat menguyah sehingga terjadi intrusi Pada peninggi gigitan diregio posterior dapat membebaskan gigi-gigi anterior yang terkunci karena cross bite untuk dikoreksi dengan pir-pir pembantu. Menurut letaknya peninggi gigitan bite plane dibedakan atas : Bite plane posterior : Plat peninggi gigitan ini berupa plat dengan perluasan yang berbentuk penebalan di permukaan oklusal gigi-gigi posterior kanan dan kiri, berfungsi untuk mencegah kontak oklusal gigigigi anterior sehingga gigi-gigi yang cross bite/malposisi diregio anterior dapat dikoreksi dengan pir-pir pembantu/auxilliary springs. Peninggi gigitan posterior bukan untuk mengintrusi gigi-gigi posterior.

35

Gambar 29 : Plat dengan peninggi gigitan posterior Bite plane anterior : Plat dengan dataran gigitan diregio anterior berfungsi untuk mencegah kontak oklusal gigi posterior sehingga gigi-gigi tersebut dapat elongasi, dan dapat mengintrusi gigi-gigi anterior bawah. 4.3 Kunjungan ke-3 Pada kunjungan ke-3 dilakukan insersi plat ortho 4.4 Kunjungan ke-4 Pada kunjungan ke-4 dilakukan aktivasi alat ortho 4.5 Kunjungan ke-5 Apabila perawatan orthodonti telah selesai dilakukan maka pasien akan dirujuk ke Spesialis Perio untuk menangani gummy smile dengan dilakukan crown lengthening yaitu dengan gingivektomi . Crown lengthening atau pemanjangan mahkota adalah perosedur bedah yang dipakai untuk menambah panjang struktur gigi supragingiva untuk tujuan restorasi atau estetik. Prosedur dasarnya adalah dengan menggeser tepi gingiva ke arah apeks dan/atau mengurangi tulang servikal.

36

Gingivektomi Definisi Gingivektomi adalah eksisi dari gingival Tujuan Menyingkirkan dinding saku terinflamasi untuk menciptakan lingkungan yg menguntungkan bagi penyembuhan gingiva dan restorasi kontur gingiva yang fisiologis Indikasi Penyingkiran saku supraboni, tanpa melihat kedalamannya, bila

konsistensi dinding sakunya fibrous dan padat serta zona gingiva cekatnya adekuat Penyingkiran pembesaran gingival Penyingkiran abses periodontal dgn saku supraboni

Kontra Indikasi Terdapat cacat tulang yg memerlukan koreksi atau memerlukan pemeriksaan bentuk dan morfologi tulang alveolar Dasar saku berada dekat, pada atau apikal batas mukosa gingival Pembesarn ggv yg terlalu besar seperti hiperplasia gingival diinduksi obatobatan Pertimbangan estetis khususnya pd saku di sisi vestibular gigi anterior rahang atas Tahapan Prosedur 1) Anastesi

37

Anastesi yg diberikan adalah anastesi local 2) Penandaan Dasar Saku Dilakukan dgn alat penanda dasar saku (pocket marker) Caranya : Alat dipegang dengan ujung penanda dasar saku sejajar dengan poros panjang gigi Ujung alat yang lurus diselipkan kedalam saku sampai menyentuh dasar saku Kedua ujung alat dijepitkan sehingga menimbulkan titik- titik perdarahan pada permukaan luar gingiva setentang dengan dasar saku. Penandaan dilakukan sistematis pada sisi mesial, tengah, distal dari gigi yg akan dilakukan gingivektomi

Gambar Penandaan Dasar Saku A. Penanda dasar saku ditempatkan pada dasar saku B. Titik perdarahan dan rencana garis insisi 3) Mereseksi Gingiva Reseksi gingiva dpt dilakukan dgn alat :

38

-

Pisau gingivektomi Pisau bedah (skalpel) Gunting Alat bedah

Bila dilakukan dengan pisau gingivektomi atau pisau bedah caranya : Dilakukan insisi berupa insisi kontiniu (continuous incision) dan insisi diskontiniu (discontinuous incision) Insisi kontiniu dimulai dari daerah paling distal yang akan digingivektomi tanpa terputus-putus mengikuti tanda dasar saku ke arah mesial Insisi diskontiniu dimulai dari sudut distal gigi paling distal mengikuti tanda dasar saku menuju sudut distal dari gigi di sebelah mesialnya. Insisi selanjutnya dimulai pada posisi dimana insisi yang pertama menyilang ruang interdental dan diarahkan ke sudut distal gigi berikutnya Prosedur diulangi sampai insisi pada semua daerah yg dibedah diselesaikan

39

Gambar Insisi Gingivektomi A. Insisi Kontiniu B. Insisi Diskontiniu Pisau yg biasa digunakan adalah pisau gingivektomi (pisau Kirkland) untuk sisi vestibular oral dan pisau interdental (pisau Orban) dengan memenuhi syarat sebagai berikut : Insisi dimulai dari tanda dasar saku dan diarahkan ke koronal menuju ke satu titik khayal di antara dasar saku dengan krista tulang alveolar Gunanya untuk menghindari tersingkapnya tulamg alveolar. Bila tulang. alveolar tersingkap harus ditutup dengan pembalut periodontal Insisi dibuat dengan membentuk sudut (dibevel) 45 terhadap permukaan gigi Insisi harus mengembalikan bentuk festoon gingival Adanya festoon/ scalloped merupakan kontur normal gingiva, tetapi yg tetap dipentingkan adalah penyingkiran sakunya

40

-

Insisi harus menembus jaringan lunak sampai menyentuh permukaan saku

-

Insisi yang tidak sempurna menyukarkan penyingkiran jaringan Lunak

4) Menyingkirkan gingiva bebas & gingiva interdental Gingiva yang telah direseksi disingkirkan dengan kuret yang diselipkan sedalam mungkin ke daerah yg diinsisi sampai berkontak ke permukaan gigi, lalu dengan sapuan ke arah koronal jaringan yang telah direseksi disingkirkan 5) Penyingkiran jaringan granulasi & kalkulus Setelah gingiva bebas dan gingiva interdental disingkirkan jaringan granulasi yang terinflamasi dan kalkulus yg belum tersingkirkan pada terapi fase inisial akan tersingkap. Jaringan granulasi disingkirkan lebih dulu engan pengkuretan sebelum penskeleran agar perdarahan dari jaringan granulasi tidak menghalangi pandangan waktu penskeleran 6) Pembersihan lapangan kerja Daerah yang digingivektomi dibilas dengan akuades atau larutan garam fisiologis, kemudian dikeringkan dgn menekankan gulungan kain kasa yg dibentuk seperti huruf U ke daerah luka.

41

Gambar Daerah lapangan kerja sesaat setelah penyingkiran dinding saku (1). Jaringan granulasi (2). Kalkulus & deposit lainnya (3). Daerah yang tadinya merupakan dasar saku 7) Pemasangan pembalut periodontal Setelah bekuan darah terbentuk, luka bedah ditutup dgn pembalut periodontal, pembalut dibuka 1 minggu kemudian. Gingivektomi dengan alat gunting prinsip kerjanya sama hanya tahap reseksi dan penyingkiran gingiva bebas dan gingiva interdental dilakukan sekaligus pada waktu gingiva digunting dengan mengikuti tanda dasar saku. Bila dilakukan dengan alat bedah elektro reseksi dilakukan dengan elektroda bentuk batang/ jarum (needle electrode) sedang untuk pengembalian bentuk festoon gingiva dilakukan dengan elektroda bentuk oval (ovoid electrode). Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan elektroda : Elektroda digerakkan dengan sapuan seperti mencukur

42

-

Sapuan dilakukan berselang seling dengan interval waktu 5-10 detik untuk mencegah timbulnya panas yang berlebihan

-

Elektroda harus senantiasa bergerak, tidak dibiarkan berhenti waktu menyentuh ujung gingival

-

Ujung elektroda jangan sampai menyentuh tulang Kelebihan gingivektomi dengan alat elektroda dimungkinkannya

konturing gingiva secara adekuat. Kekurangannya Tidak dapat digunakan pada pasien dengan alat pacu jantung tanpa pelindung yang baik Menimbulkan bau yang menyengat Bila tidak hati-hati dalam penggunaannya bisa timbul kerusakan jaringan Gingivektomi dapat dilakukan dengan alat laser : laser CO2 (karbon dioksida) dgn panjang gelombang 10.600 nm Laser Nd : YAG (neodymium: yttrium-alumunium-garnet) dgn

Perbedaan Gingivektomi dan Gingivoplasty Teknik Gingivektomi Tujuan Menyingkirkan saku periodontal dan dalam prosedurnya tercakup pembentukan kembali (reshaping) ginigva Pembentukan kembali gingiva dengan tujuan sematamata untuk pengembalian kontur gingiva yg fisiologis tanpa tujuan menyingkirkan saku. Pengembalian kontur gingival bertujuan untuk memperbaiki estetis serta mencegah kambuhnya penyakit

Gingivoplasty

43

4.6 Kunjungan ke-6 Apabila teknik gingivektomi tidak cukup untuk memperbaiki estetik maka dilakukan restorasi komposit atau veneer pada gigi 1.1- 2.1, 1.3-2.3, 3.3-4.3 (anterior rahang atas dan rahang bawah) . a. Restorasi komposit Pada pasien terlihat adanya atrisi pada bagian tepi incisal gigi anterior diantaranya yaitu gigi 1.3-2.3 dan 3.3-4.4 dan patah pada gigi 1.1-2.1 maka pada kasus ini, selain dilakukan veneer juga dapat dilakukan restorasi komposit. Cara restorasi komposit Preparasi gigi tersebut, dibuat agar bentuknya mudah direstorasi. Menyesuaikan warna gigi dengan shade guide komposit Membersihkan gigi dan dikeringkan, dentin yang terbuka diberi lapisan pelindung varnish atau semen base Aplikasikan etsa, kemudian biarkan selama 15-30 detik, semprotkan dengan air, kemudian keringkan. Aplikasikan bonding agent, biarkan selama 15 detik, semprot dengan udara, kemudian sinari dengan light curing selama 20 detik. Komposit diaplikasikan selapis demi selapis, kemudian lakukan pengukiran bentuk mahkota gigi, setelah bentuk sempurna, sinari dengan halogen selama 20-40 detik lapis demi lapis.

44

b. Veneer Veneer merupakan suatu lapisan tipis bahan tambal yang menutupi permukaan bagian luar gigi. Bahan tambal yang digunakan dapat berupa resin komposit ataupun porselen. Sebelum veneer dipasang, biasanya

permukaan luar gigi akan dikurangi sedikit dengan menggunakan bor. Bagian yang dikurangi biasanya hanya pada bagian luar gigi saja yang dapat terlihat orang dari depan (permukaan labial). Tujuannya adalah untuk menyediakan tempat bagi selapis tipis bahan tambal yang akan digunakan, dan bagi bahan resin komposit hal ini dilakukan agar bahan tambal dapat melekat ke permukaan gigi dengan kuat.

Gambar Preparasi Veneer Indikasi veneer meliputi : 1) perubahan warna karena tetrasiklin, flourosis, warna kehitaman karena usia, 2) posisi gigi yang tidak teratur, 3) malformasi gigi, 4) prosedur endodontik,

45

5) fraktur gigi karena trauma gigi yang pendek, atau gigi insisif/seri yang lebih pendek dari gigi disekitarnya, gummy smile serta posisi incisal gigi seri atas tidak sesuai dengan lengkung bibir bawah ketika tersenyum. 6) karies yang meluas pada permukaan gigi anterior. 7) perubahan warna gigi karena devitalisasi, tetrasiklin (karena obatobatan yang digunakan dalam jangka panjang, dan flour), 8) diastema

Gambar Gigi Sebelum dan Setelah dilakukan Veneer Kontra indikasi veneer meliputi: 1) Abrasi yang berat akibat bruxism. 2) Bernafas melalui mulut, 3) Oral hygiene buruk. 4) Keausan dentin dan gigi yang mengalami flourosis berat. Keuntungan perawatan veneer ini meliputi 1) pasien bisa memilih sendiri warna gigi yang diinginkan sampai ke warna gigi yang paling putih. 2) veneer juga dapat dipakai untuk memperbaiki bentuk gigi. Misalnya apabila gigi Anda bentuknya terlalu kecil, ataupun tidak simetris antara gigi di sisi kanan dengan yang di sisi kiri.46

Kerugian perawatan veneer meliputi 1) jika tempelan veneer tersebut lepas akan mengakibatkan gigi asli yang di tempel veneer akan sangat kontras dengan gigi disekitarnya. 2) veneer pun bisa rusak/crack, retak/pecah akibat beberapa kasus. Hampir seluruh orang yang pernah di veneers mengaplikasikan night guard jika tidur. 3) Harga relatif mahal. Beberapa macam veneers : 1. komposite veneers 2. porcelain veneers 3. ceramic veneers 4. lumineer veneers (khusus modifikasi veneer yg satu ni lapisan veneersnya paling tipis) Porcelain merupakan bahan keramik putih mempunyai sifat yang rapuh, translusen, korosi yang rendah, dan mengkilat, dimana pembakaran diperlukan pada temperatur yang tinggi. Jenis dental porcelain dapat dibagi atas berdasarkan temperatur, proses pembakaran dan kegunaannya. Komposisi dental porcelain terdiri dari feldspar, kaolin, quartz, fluks dan pigmen. Porcelain Veneers adalah lapisan tipis yang menutupi kerusakan, perubahan warna dan kelainan bentuk pada gigi. Bahan ini memiliki tekstur dan translusen yang mirip enamel gigi dengan warna yang tahan lama. Biasanya veneer yang menggunakan bahan porselen biayanya lebih mahal daripada komposit, namun warna putihnya lebih tahan lama dan

47

relatif lebih kuat. Keuntungan porcelain veneers dibandingkan mahkota porcelain-logam, mahkota selubung (jaket) adalah dipertahankannya struktur gigi. Pada tehnik ini, karena preparasi gigi dilakukan terbatas pada email bagian luar saja, struktur gigi dipertahankan dan pulpa terlindung, oleh karena itu mengurangi gejala-gejala tidak nyaman seperti karies sekunder dan hipersensitivitas. Veneer porselen dibuat di laboratorium gigi sehingga memerlukan setidaknya dua kunjungan. Sedangkan resin komposit veneer yang dicapai dalam satu kunjungan. veneer porselen lebih mahal daripada komposit veneer. Penempatan veneer membutuhkan lebih banyak waktu, keahlian dan sumber daya karena itu biayanya lebih mahal. Porcelain veneers tidak dapat diperbaiki. Jika veneer porselen rusak, maka harus diganti. Lumineer adalah veneer porselen tanpa grinding (preparasi). Estetik dapat dicapai dengan preparasi yang mudah tanpa pengurangan gigi yang berlebih. Tetapi belum ada studi ilmiah yang menerangkan tentang daya tahan jangka panjang Lumineers veneer ini. 4.7 Kunjungan ke-7 Setelah dilakukan semua perawatan diatas maka pada kunjungan berikutnya dilakukan control dan pemeliharaan. Kunjungan ini dilakukan secara berkala untuk memeriksa apakah ada plak, kalkulus, keaadaan restorasi komposit dan juga oklusi pasien.

48

BAB V HASIL DISKUSI Dari hasil diskusi yang telah kami lakukan, didapat prioritas perawatan yang berbeda dari sebelumnya. Prioritas rencana perawatan yang harus dilakukan adalah: 2. Orthodontic Karena dengan dilakukan orthodonti terlebih dahulu, maka dapat

mempermudah pengerjaan perawatan selanjutnya seperti crown lengthening dan restorasi komposit. 3. Crown lengthening Setelah pengerjaan orthodonti,maka dilakukan crown lengthening dengan teknik gingivektomi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. 4. Restorasi komposit Prosedur ini dilakukan jika prosedur crown lengthening belum cukup untuk estetik gigi seperti panjang gigi yang masih kurang maka dapat dilakukan restorasi komposit atau veneer untuk memperbaiki estetik gigi.

49

Desain plat ortho untuk kasus maloklusi klas II divisi 2 adalah sebagai berikut:

a. -

Rahang Atas Plat dasar z-pring gigi 1.1, 1.2, 2.1 dan 2.2 Adam Labial bowl

c. Rahang Bawah

-

Z-spring gigi 3.1, 3.2, 4.1, 4.2 Plat dasar Bite riser posterior Labial bowl

50

BAB VI KESIMPULAN Dalam kasus ini, Ny. Ina Christina berusia 42 tahun . Dia mengeluhkan penampilannya yang tidak menarik karena gigi seri pertama atasnya yang terlihat pendek dan mengalami keausan pada ujung giginya. Pasien juga mengeluh pada saat tersenyum gusinya teralu banyak terlihat Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, pasien didiagnosa menderita gummy smile, malposisi gigi 1.3 (mesio versi), deep bite anterior dan gigi 1.2-2.1 klas I klasifikasi Ellis. Setelah didapat diagnosa lalu dilakukan rencana perawatan yaitu terdiri dari beberapa kunjungan. Diantaranya mouth preparation dan DHE, pencetakan rahang dan pembuatan disain plat ortho, insersi plat ortho, aktivasi alat ortho, crown lengtheningdengan gingivektomi, restorasi komposit atau veneer, kontrol dan pemeliharaan.

51

DAFTAR PUSTAKA Carranza FA , et al . 2006. Clinical Periodontology. 10th Ed. Philadelphia : W.B. Saunders Co.Ltd: pp 309 -41, 391, 461-65,654-65. Richard E. Walton mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia . Penerbit EGC Cunliffe, Joanne dan Nick Grey. 2008. Jurnal Crown Lengthening SurgeryIndications and Techniques. January/ February ://www.gummysmilecorrection.com http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8380/1/940600084.pdf

52