Draft Final -...

103
Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit i Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN CILACAP LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) IAIN PURWOKERTO Kerjasama Dengan

Transcript of Draft Final -...

Page 1: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

i

Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap

Tentang

Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi

Draft Final

SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN CILACAP

LEMBAGA PENELITIAN DAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) IAIN PURWOKERTO

Kerjasama

Dengan

Page 2: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

ii

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

NOMOR …… TAHUN 2015

TENTANG

PENATAAN DAN PENGENDALIAN TEMPAT HIBURAN DAN REKREASI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LPPM IAIN PURWOKERTO 2015

Page 3: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi telah mencapai tahap akhir. Harapan kami, mudah-mudahan Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi ini pada gilirannya nanti akan berfungsi secara signifikan dan berkonstribusi secara maksimal dalam membantu menciptakan kehidupan masyarakat di Kabupaten Cilacap yang dinamis, kreatif, inovatif, berbudaya, dan berkeadaban.

Di kawasan perkotaan, termasuk Kota Cilacap dan sekitarnya, leisure atau hiburan telah menunjukkan bentuk-bentuk yang tidak hanya beragam jenisnya, akan tetapi juga berkelas-kelas, dan berkembang menjadi industri yang marak dan memberikan ciri terhadap kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai fungsi leisure atau hiburan.

Sementara itu, rekreasi (berasal dari re dan creation) merupakan sesuatu yang ekuivalen dengan leisure atau hiburan. Dalam konteks ini, rekreasi merupakan sebuah institusi sosial yang di dalamnya terkandung dua elemen utama, yaitu; elemen restorasi dan elemen organisasi sosial.

Elemen pertama, restorasi, adalah bagian dari rekreasi dimana rekreasi menjadi bagian dari kehidupan dan mempunyai arti tersendiri. Definisi yang semula hanya melihat rekreasi sebagai kegiatan yang memberi kesempatan bagi orang untuk bebas dari kerja, dianggap terlalu sempit.

Restorasi dan recreation juga sangat diperlukan dalam mencapai berbagai tujuan non kerja, seperti; menjadi warga negara yang baik, menjadi kepala atau anggota keluarga yang baik, mencapai keseimbangan emosional, membuat belajar lebih efektif, atau sekedar menjadi lebih enak.

Selanjutnya, elemen ke-dua dari rekreasi, yaitu organisasi sosial, mengandung makna bahwa rekreasi tidak dilakukan hanya untuk tujuan rekreasi, akan tetapi untuk tujuan sosial. Dalam konteks ini, leisure atau hiburan dipandang sebagai kegiatan yang rasional. Bukan bermakna arbitrer, seperti; apa saja, di mana saja, dan kapan saja, akan tetapi mengandung suatu keteraturan, rutinisasi, dan suatu kesenangan (enjoyment).

Jika leisure atau hiburan merupakan fenomena human, maka rekreasi dalam konteks terakhir di atas dipandang sebagai fenomena sosial. Dalam konteks ini rekreasi adalah sesuatu yang disediakan (provided for), dikelola atau diorganisasikan, juga diajarkan.

Page 4: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

iv

Seseorang perlu belajar bagaimana melakukan rekreasi yang baik, yang memberikan manfaat bagi kehidupannya sebagai mahluk sosial, tidak hanya sekedar melakukan apa saja di luar kegiatan bekerja.

Dalam masyarakat perkotaan, dengan kompleksitas organisasi yang tinggi, rekreasi bisa menjadi sesuatu yang terpisah, baik dalam penyelenggaraan maupun dalam pemanfaatan ruang.

Perbedaan antara leisure atau hiburan dengan rekreasi dapat dijelaskan lebih lanjut, bahwa sebagai fenomena sosial, di dalam rekreasi terkandung masalah akseptabilitas, masalah organisasi maupun tujuan-tujuan sosial yang ingin dicapai.

Kegiatan rekreasi harus merupakan sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat. Perjudian, misalnya, tidak dapat dilakukan secara terbuka sebagai rekreasi resmi. Meskipun sebagian orang tertentu melakukannya, akan tetapi masyarakat pada umumnya tidak dapat menerimanya sebagai kegiatan yang bermanfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat. Berbeda dengan olah raga tradisional maupun oleh raga yang berasal dari luar negeri, seperti; tai chi, kung fu, atau yang lainnya, yang sudah banyak dilakukan secara terorganisasi di tempat-tempat umum karena dianggap sebagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat, dimana anggotanya menjadi lebih sehat dan lebih mengakrabkan satu dengan lainnya.

Secara singkat, rekreasi sekarang ini bukan lagi merupakan konsumsi kemewahan, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan. Artinya, masyarakat saat ini bukan hanya menginginkan, akan tetapi membutuhkan rekreasi sebagai bagian dalam proses kehidupannya. John Wilson (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan rekreasi adalah kependudukan (jumlah, pendidikan, umur, pendapatan), tempat tinggal, pola kerja atau pola pemanfaatan waktu, mobilitas, komunikasi, ketersediaan, dan pola hidup.

Sebelum industrialisasi, kota-kota tumbuh sebagai pusat pemerintahan, pusat budaya, atau tempat dengan berbagai lembaga keuangan, pendidikan, dan perdagangan eceran. Pada masa industrialisasi kota-kota mendapatkan fungsi dan mempunyai peran tambahan sebagai pusat produksi. Kota-kota dengan keuntungan lokasi (misal; pelabuhan, persimpangan dengan sungai yang menjadi jalur transportasi, dan sebagainya), tumbuh dengan pesat memenuhi tuntutan kebutuhan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi.

Kota-kota tumbuh menjadi lebih kompleks dengan jejaring transportasinya, dan kegiatan produksi dalam bentuk pabrik, gudang, pemukiman buruh, serta berbagai fungsi ikutan lainnya.

Kebutuhan pendatang yang mendukung proses produksi juga perlu disediakan. Kota dengan demikian tidak hanya tumbuh dari segi ukuran

Page 5: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

v

penduduk maupun arealnya saja, akan tetapi juga kompleksitasnya. Kebutuhan tidak hanya semakin banyak, akan tetapi juga semakin beragam.

Leisure atau hiburan dan rekreasi menjadi bagian dari kebutuhan yang tumbuh seiring dengan perubahan pola kerja dan tuntutan industri. Kota-kota industri mempengaruhi bentuk baru dalam komposisi pemanfaatan waktu maupun ruang. Perubahan bukan hanya terjadi secara fisik, akan tetapi terjadi pada seluruh aspek kehidupan, dengan implikasi yang kompleks.

Persoalannya kemudian adalah bahwa hiburan atau rekreasi ini melibatkan interaksi dan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Oleh karenanya perbedaan nilai dan cara pandang bisa saja terjadi. Apabila ada sementara orang yang melihat sisi positif dari hiburan dengan mengacu pada 4 (empat) manfaat di atas, maka ada beberapa orang lain yang melihat hiburan dari sudut pandang yang negatif. Misalnya: 1) gaya hidup hedonis, 2) identik dengan tempat maksiat, 3), tempat beredarnya minuman keras dan narkotika, dan beberapa stereotip lain mengenai hiburan.

Berdasarkan kedua sudut pandang di atas, maka perlu dirumuskan sebuah konsep mengenai tata kelola hiburan yang bisa meminimalisir sisi negatif dan memaksimalkan nilai positifnya. Walau bagaimanapun setiap orang pasti membutuhkan hiburan. Hanya saja, jenis dan tata kelola hiburan tersebut yang kemudian menimbulkan berbagai dampak, tidak hanya positif tetapi juga negatif, bagi kehidupan masyarakat.

Dalam konteks seperti inilah lahirnya sebuah produk hukum yang mencoba mengatur dan mengendalikan tempat-tempat hiburan serta rekreasi menjadi sangat relevan dan dibutuhkan.

Penyusunan Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi ini mendapatkan dukungan, bantuan dan partisipasi banyak pihak, antara lain:

1. DPRD Kabupaten Cilacap yang telah memberikan kepercayaan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IAIN Purwokerto.

2. Badan Legislasi Daerah (BALEGDA) DPRD Kabupaten Cilacap yang secara intens bermitra dan berdiskusi selama proses penyusunan Naskah Akademik.

3. Para narasumber meliputi para tokoh masyarakat dan tokoh agama, para pengusahan hiburan, Bagian Hukum Setda Kab. Cilacap, beberapa SKPD terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap.

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Page 6: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

vi

Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga kerjasama yang baik ini dapat berlanjut dalam bidang-bidang lain demi memajukan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.

Naskah Akademik ini sangat kami sadari banyak kekurangan baik dari sisi teknis maupun substansi. Untuk itu kami berharap masukan dan kritikan dari berbagai pihak untuk memperbaiki dan melengkapi informasi atau cakupan yang belum tercover. Atas nama Tim Ahli LPPM IAIN Purwokerto kami mohon maaf dan terima kasih.

Purwokerto, 2 Oktober 2015

Koordinator,

Sony Susandra, M. Ag

Page 7: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

vii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1 B. Identifikasi Masalah 5 C. Tujuan Dan Manfaat Naskah Akademik 5 D. Metode Analisis Naskah Akademik 5 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. KajianTeoritis 7 B. Praktek Empiris Tempat Hiburan Dan Rekreasi

Di Kabupaten Cilacap 12

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 28

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN

YURIDIS

A. Landasan Filosofis 35 B. Landasan Sosiologis 41 C. Landasan Yuridis 43 BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG

LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Rumusan Akademik Berbagai Istilah dan Frase 45 B. Muatan Materi Peraturan Daerah 47 BAB VI PENUTUP 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN TEMPAT HIBURAN DAN REKREASI

Page 8: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan perspektif yuridis, Pemerintah Negara Republik Indonesia wajib mengusahakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Hal tersebut sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa tujuan dibentuknya Negara Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk “memajukan kesejahteraan umum”, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia meliputi kesejahteraan lahir dan batin. Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dinyatakan bahwa Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Selanjutnya, dalam pasal 4 undang-undang tersebut juga dinyatakan bahwa Kepariwisataan bertujuan untuk;

1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

2. meningkatkan kesejahteraan rakyat;

3. menghapus kemiskinan;

4. mengatasi pengangguran;

5. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

6. memajukan kebudayaan;

7. mengangkat citra bangsa;

8. memupuk rasa cinta tanah air;

9. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

10. mempererat persahabatan antarbangsa.

Dalam konteks peningkatan kesejahteraan lahir dan batin, pariwisata dapat dipandang sebagai sarana pemenuhan kesejahteraan batin, sementara itu, pengelolaan tempat pariwisata secara baik dapat digunakan sebagai sarana bisnis dimana

Page 9: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

2

Pemerintahan Daerah memperoleh tambahan Pendapatan Asli Daerah, sementara pihak masyarakat yang berusaha di bidang pariwisata juga dapat menikmati keuntungan secara materi, dengan kata lain memperoleh kesejahteraan lahiriah.

Salah satu hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah usaha pariwisata. Dalam pasal 1 ayat (7) undang-undang tersebut dinyatakan bahwa usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Selanjutnya pasal 14 undang-undang tersebut menyebutkan ruang lingkup usaha pariwisata, yang salah satunya adalah penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi. Hal tersebut tercantum dalam pasal 14 ayat (1) huruf g.

Selanjutnya, dalam pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.91/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi dinyatakan bahwa usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi yang selanjutnya disebut usaha pariwisata adalah usaha penyelenggaraan kegiatan berupa usaha seni pertunjukkan, arena permainan, karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata, tetapi tidak termasuk di dalamnya wisata tirta dan spa.

Dengan demikian, usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi adalah merupakan bagian dari kepariwisataan. Hal tersebut didasarkan pada apa yang tercantum dalam dalam pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.91/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi di atas bahwa usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi yang selanjutnya disebut usaha pariwisata, dan usaha pariwisata adalah salah satu hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Artinya, pembahasan tentang usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi adalah juga pembahasan tentang pariwisata atau kepariwisataan.

Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa manusia membutuhkan hiburan ?

Ada beberapa alasan mengapa manusia membutuhkan hiburan, antara lain :

1. Hiburan dapat membuat kondisi fisik dan psikis segar kembali

Kegiatan sehari-hari dan tekanan akibat pekerjaan seringkali membuat manusia menjadi lelah baik secara fisik maupun psikis. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk

Page 10: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

3

membuat kondisi mereka kembali ceria, segar dan bersemangat adalah dengan melakukan beragam aktifitas yang menghibur dan menyenangkan. Bisa bermain berbagai games, bernyanyi, menonton atau berwisata ketempat-tempat rekreasi.

2. Hiburan dapat memberikan inspirasi

Manfaat lain dari hiburan bagi manusia adalah dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi. Bagaimana tidak, banyak sekali jenis hiburan atau seni di jaman dahulu yang menjadi sumber inspirasi bagi lahirnya karya-karya terbaik masyarakat jaman sekarang. Tidak menutup kemungkinan beberapa hiburan dan karya seni generasi jaman sekarang akan menginspirasi lahirnya karya-karya generasi mendatang, dan begitu seterusnya.

3. Hiburan bisa menjadi media untuk berinteraksi

Sebagai makhluk sosial, sudah barang tentu manusia membutuhkan interaksi dan pengakuan dari orang lain. Salah satu media yang efektif bagi manusia untuk melakukan interaksi dengan manusia lain adalah dengan menggunakan sarana hiburan atau rekreasi. Di tempat hiburan orang-orang bisa dengan jujur mengungkapkan ekspresi jiwanya. Mereka juga bisa tertawa lepas bersama, menuangkan ide-ide segar, atau bahkan menyampaikan visi hidupnya. Semua terjadi dalam suasana rileks, bahagia dan menyenangkan.

4. Hiburan dapat menonjolkan kepribadian dan keunikan seseorang

Hiburan dapat juga dijadikan sebagai identitas seseorang. Ketika seseorang menyukai musik, film, atau buku tertentu, maka kepribadian dan keunikan orang tersebut dapat terbentuk karenanya. Bahkan, jenis hiburan tertentu terkadang bisa digunakan untuk menganalisis kepribadian dan keunikan seseorang.

Salah satu padanan kata yang sangat dekat dengan pengertian hiburan adalah leisure. Dari sejarahnya, leisure seringkali diterjemahkan sebagai waktu luang, yaitu waktu di luar pekerjaan atau kewajiban lain, yang panjangnya bervariasi dari ukuran menit, jam sampai hari, atau bahkan lebih panjang lagi.

Persoalannya kemudian adalah bahwa hiburan atau rekreasi ini melibatkan interaksi dan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Oleh karenanya perbedaan nilai dan cara pandang bisa saja terjadi. Apabila ada sementara orang yang melihat sisi positif dari hiburan dengan mengacu pada 4 (empat) manfaat di atas, maka ada beberapa orang lain yang melihat hiburan dari sudut pandang yang negatif. Misalnya: 1) gaya hidup hedonis, 2) identik dengan

Page 11: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

4

tempat maksiat, 3), tempat beredarnya minuman keras dan narkotika, dan beberapa stereotip lain mengenai hiburan.

Berdasarkan kedua sudut pandang di atas, maka perlu dirumuskan sebuah konsep mengenai tata kelola hiburan yang bisa meminimalisir sisi negatif dan memaksimalkan nilai positifnya. Walau bagaimanapun setiap orang pasti membutuhkan hiburan. Hanya saja, jenis dan tata kelola hiburan tersebut yang kemudian menimbulkan berbagai dampak, tidak hanya positif tetapi juga negatif, bagi kehidupan masyarakat.

Dalam konteks seperti inilah lahirnya sebuah produk hukum yang mencoba mengatur dan mengendalikan tempat-tempat hiburan serta rekreasi menjadi sangat relevan dan dibutuhkan.

Untuk melaksanakan hal tersebut Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cilacap dapat melaksanakan kewenangan untuk membentuk Peraturan Daerah mengenai penataan dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap..

Sebagaimana yang dikemukakan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat (2), Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip utonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, Pemerintah Daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren. Urusan Pemerintahan konkuren dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. pembagian urusan tersebut didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. Urusan pemerintahan tersebutlah yang menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terbagi lagi menjadi Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.

Urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar adalah; 1. pendidikan, 2. kesehatan, 3. pekerjaan umum dan penataan ruang, 4. perumahan rakyat dan kawasan permukiman, 5. ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, dan 6. Sosial.

Page 12: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

5

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Hiburan dan rekreasi saat ini sudah merupakan kebutuhan masyarakat, bukan lagi sesuatu yang dipandang sebagai kemewahan.

2. Banyak manfaat penting yang dapat dirasakan dari kegiatan hiburan dan rekreasi, baik manfaat yang bersifat individual maupun yang bersifat sosial, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat psikis.

3. Perkembangan yang pesat dan dinamika kehidupan sosial yang sangat tinggi telah menyebabkan meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat, yang kemudian memicu eskalasi kebutuhan akan hiburan dan rekreasi, yang kemudian merangsang tumbuhnya berbagai hiburan dan rekreasi yang tidak lagi mengarah kepada fungsi positif dari hiburan dan rekreasi.

4. Di Kabupaten Cilacap, belum ada peraturan daerah yang secara eksplisit mengatur tentang penataan dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi.

C. Tujuan dan Manfaat Naskah Akademik

Tujuan dari Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan ini adalah untuk melakukan penelitian atau pengkajian terkait aktifitas hiburan dan rekreasi di wilayah Kabupaten Cilacap yang bermuara pada solusi yang berupa peraturan perundang-undangan, dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan.

Dengan demikian, naskah akademik ini diharapkan memiliki kemanfaatan sebagai alasan, pedoman, dan arahan dalam membentuk peraturan perundang-undangan, dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan.

D. Metode Analisis Naskah Akademik

Metode analisis yang digunakan dalam naskah akademik ini adalah metode sosiolegal. Artinya, kaidah-kaidah hukum, baik yang berupa perundang-undangan, maupun berbagai tradisi lokal, dijadikan sebagai bahan rumusan pasal-pasal yang dituangkan dalam rancangan peraturan perundang-undangan, dalam hal ini

Page 13: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

6

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan.

Metode ini didasari oleh sebuah teori bahwa hukum yang baik adalah hukum yang tidak hanya berlandaskan pada kaidah-kaidah teoritis, akan tetapi juga berlandaskan pada kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat.

Secara sistematis, penyusunan naskah akademis ini meliputi tahapan-tahapan :

1. Identifikasi permasalahan terkait fenomena aktifitas hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap.

2. Inventarisasi bahan hukum yang terkait.

3. Sistematisasi bahan hukum

4. Analisis bahan hukum, dan

5. Perancangan dan penulisan

-- --

Page 14: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

Dalam konteks kehidupan modern yang semakin kompleks, terkadang manusia merasa terasing dengan diri dan alam sekitarnya. Rutinitas kerja untuk memenuhi setiap kebutuhan hidup, membuat manusia harus merasakan penat, letih dan terkadang putus asa. Dalam kondisi seperti ini manusia membutuhkan semacam suasa baru yang bisa merefresh semangat dan tenaga mereka agar bisa kembali bekerja maksimal. Biasanya, untuk menemukan suasana seperti itu manusia menghibur diri dengan mengunjungi tempat-tempat rekreasi atau tempat-tempat lain yang bisa menghilangkan penat, letih, atau mungkin rasa kecewa mereka yang berasal dari rutinitas pekerjaannya. Harapannya, dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut mereka bisa menemukan kebahagiaan yang nantinya dapat menumbuhkan kembali semangat mereka.

Sejak zaman dahulu, sebenarnya manusia sudah mulai berekreasi dengan berbagai hiburan untuk melengkapi hidup mereka. Musik, seni, olahraga, dan semua pertunjukan atau pertandingan dibuat oleh mereka guna memenuhi kebutuhan manusia akan hiburan dan suasana bahagia.

Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa manusia membutuhkan hiburan ?

Ada beberapa alasan mengapa manusia membutuhkan hiburan, antara lain :

5. Hiburan dapat membuat kondisi fisik dan psikis segar kembali

Kegiatan sehari-hari dan tekanan akibat pekerjaan seringkali membuat manusia menjadi lelah baik secara fisik maupun psikis. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk membuat kondisi mereka kembali ceria, segar dan bersemangat adalah dengan melakukan beragam aktifitas yang menghibur dan menyenangkan. Bisa bermain berbagai games, bernyanyi, menonton atau berwisata ketempat-tempat rekreasi.

6. Hiburan dapat memberikan inspirasi

Manfaat lain dari hiburan bagi manusia adalah dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi. Bagaimana tidak, banyak sekali jenis hiburan atau seni di jaman dahulu yang menjadi sumber inspirasi bagi lahirnya karya-karya terbaik masyarakat jaman sekarang. Tidak menutup kemungkinan beberapa hiburan dan karya seni generasi jaman sekarang akan menginspirasi

Page 15: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

8

lahirnya karya-karya generasi mendatang, dan begitu seterusnya.

7. Hiburan bisa menjadi media untuk berinteraksi

Sebagai makhluk sosial, sudah barang tentu manusia membutuhkan interaksi dan pengakuan dari orang lain. Salah satu media yang efektif bagi manusia untuk melakukan interaksi dengan manusia lain adalah dengan menggunakan sarana hiburan atau rekreasi. Di tempat hiburan orang-orang bisa dengan jujur mengungkapkan ekspresi jiwanya. Mereka juga bisa tertawa lepas bersama, menuangkan ide-ide segar, atau bahkan menyampaikan visi hidupnya. Semua terjadi dalam suasana rileks, bahagia dan menyenangkan.

8. Hiburan dapat menonjolkan kepribadian dan keunikan seseorang

Hiburan dapat juga dijadikan sebagai identitas seseorang. Ketika seseorang menyukai musik, film, atau buku tertentu, maka kepribadian dan keunikan orang tersebut dapat terbentuk karenanya. Bahkan, jenis hiburan tertentu terkadang bisa digunakan untuk menganalisis kepribadian dan keunikan seseorang.

Salah satu padanan kata yang sangat dekat dengan pengertian hiburan adalah leisure. Dari sejarahnya, leisure seringkali diterjemahkan sebagai waktu luang, yaitu waktu di luar pekerjaan atau kewajiban lain, yang panjangnya bervariasi dari ukuran menit, jam sampai hari, atau bahkan lebih panjang lagi.

Sementera itu, dalam perkembangannya, beberapa pustaka mendefinisikan leisure secara lebih bermakna, tidak sekedar dilihat dari waktu luangnya, namun fungsi yang terkandung di dalamnya, yaitu leisure, yang dalam bahasa Latin licere, berarti bebas, juga berarti pengalaman.

John R. Kelly (1982), mendefinisikan leisure atau hiburan sebagai kegiatan yang dipilih dalam suatu kebebasan relatif untuk semua yang berkualitas dan memberikan kepuasan.

Sementara itu, Peter Murphy (1974) melihat leisure atau hiburan dalam berbagai pengertian. Mulai dari bentuknya sebagai waktu yang tersisa dari suatu siklus kerja tertentu, sebagai instrumen sosial untuk mencapai tujuan tertentu, untuk menunjukkan kelas sosial, sebagai state of freedom, sebagai suatu ekspresi diri, pemenuhan kepuasan yang tak kalah penting dari kerja (bukan nomor dua setelah kerja). Pendek kata. Leisure atau hiburan yang sebenarnya, adalah suatu kebebasan untuk pengembangan diri yang terekspresikan dalam suatu kegiatan.

Page 16: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

9

Ada beberapa konsep yang terkandung dalam leisure, yaitu konsep waktu, konsep kebebasan, konsep recovery, konsep pembagian tanggungjawab antar institusi, konsep epistemologi berdasarkan nilai-nilai budaya maupun konsep sosiologis yang memberikan arti bagi kelompok-leompok sosial (Max Kaplan, 1973 dalam John Wilson, 1988).

Selanjutnya, bagaimanakah kaitan antara leisure atau hiburan dengan dinamika sebuah kota atau sebuah wilayah ?

Untuk melihat hubungan tersebut, kita bisa mulai dengan melihat bagaimana kehidupan sebuah wilayah yang berkembang menjadi perkotaan telah membentuk pola pemanfaatan waktu, pola kerja, pola hubungan sosial, dan kelas-kelas sosial yang beragam, budaya yang berproses (dalam proses perubahan yang dinamis dan berlangsung terus menerus), yang mempunyai pengaruh terhadap bentuk-bentuk leisure atau hiburan masyarakatnya.

Secara umum, leisure atau hiburan dapat berbentuk sebagai kegiatan (misal; membaca, menonton tv, berjalan-jalan, dan sebagainya), bisa juga berupa kegiatan rekreasi lokal (misal; olah raga secara rutin, makan di luar rumah, dan sebagainya), atau rekreasi di luar tempat tinggal (misal; berwisata di sela-sela bisnis atau pekerjaan di suatu tempat, dan yang sejenisnya).

Di kawasan perkotaan, leisure atau hiburan telah menunjukkan bentuk-bentuk yang tidak hanya beragam jenisnya, akan tetapi juga berkelas-kelas, dan berkembang menjadi industri yang marak dan memberikan ciri terhadap kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai fungsi leisure atau hiburan.

Sementara itu, rekreasi (berasal dari re dan creation) merupakan sesuatu yang ekuivalen dengan leisure atau hiburan. Dalam konteks ini, rekreasi merupakan sebuah institusi sosial yang di dalamnya terkandung dua elemen utama, yaitu; elemen restorasi dan elemen organisasi sosial.

Elemen pertama, restorasi, adalah bagian dari rekreasi dimana rekreasi menjadi bagian dari kehidupan dan mempunyai arti tersendiri. Definisi yang semula hanya melihat rekreasi sebagai kegiatan yang memberi kesempatan bagi orang untuk bebas dari kerja, dianggap terlalu sempit.

John R. Kelly (1982) mengembangkannya dengan tidak hanya mengaitkannya dengan kerja. Menurut John R. Kelly, restorasi dan recreation juga sangat diperlukan dalam mencapai berbagai tujuan non kerja, seperti; menjadi warga negara yang baik, menjadi kepala atau anggota keluarga yang baik, mencapai keseimbangan emosional, membuat belajar lebih efektif, atau sekedar menjadi lebih enak.

Page 17: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

10

Jadi, bagi John R. Kelly, tujuan restore dan recreation bukan hanya untuk kerja, tetapi untuk segala tujuan yang diinginkan, untuk kehidupan secara menyeluruh. John R. Kelly mengungkapkan, “we do not recreate only to work. We recreate to live”.

Selanjutnya, elemen ke-dua dari rekreasi, yaitu organisasi sosial, mengandung makna bahwa rekreasi tidak dilakukan hanya untuk tujuan rekreasi, akan tetapi untuk tujuan sosial. Dalam konteks ini, leisure atau hiburan dipandang sebagai kegiatan yang rasional. Bukan bermakna arbitrer, seperti; apa saja, di mana saja, dan kapan saja, akan tetapi mengandung suatu keteraturan, rutinisasi, dan suatu kesenangan (enjoyment).

Jika leisure atau hiburan merupakan fenomena human, maka rekreasi dalam konteks terakhir di atas dipandang sebagai fenomena sosial. Dalam konteks ini rekreasi adalah sesuatu yang disediakan (provided for), dikelola atau diorganisasikan, juga diajarkan.

Seseorang perlu belajar bagaimana melakukan rekreasi yang baik, yang memberikan manfaat bagi kehidupannya sebagai mahluk sosial, tidak hanya sekedar melakukan apa saja di luar kegiatan bekerja.

Dalam masyarakat perkotaan, dengan kompleksitas organisasi yang tinggi, rekreasi bisa menjadi sesuatu yang terpisah, baik dalam penyelenggaraan maupun dalam pemanfaatan ruang.

Perbedaan antara leisure atau hiburan dengan rekreasi dapat dijelaskan lebih lanjut, bahwa sebagai fenomena sosial, di dalam rekreasi terkandung masalah akseptabilitas, masalah organisasi maupun tujuan-tujuan sosial yang ingin dicapai.

Kegiatan rekreasi harus merupakan sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat. Perjudian, misalnya, tidak dapat dilakukan secara terbuka sebagai rekreasi resmi. Meskipun sebagian orang tertentu melakukannya, akan tetapi masyarakat pada umumnya tidak dapat menerimanya sebagai kegiatan yang bermanfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat. Berbeda dengan olah raga tradisional maupun oleh raga yang berasal dari luar negeri, seperti; tai chi, kung fu, atau yang lainnya, yang sudah banyak dilakukan secara terorganisasi di tempat-tempat umum karena dianggap sebagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat, dimana anggotanya menjadi lebih sehat dan lebih mengakrabkan satu dengan lainnya.

Secara singkat, rekreasi sekarang ini bukan lagi merupakan konsumsi kemewahan, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan. Artinya, masyarakat saat ini bukan hanya menginginkan, akan tetapi membutuhkan rekreasi sebagai bagian dalam proses kehidupannya. John Wilson (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang akan

Page 18: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

11

berpengaruh terhadap kebutuhan akan rekreasi adalah kependudukan (jumlah, pendidikan, umur, pendapatan), tempat tinggal, pola kerja atau pola pemanfaatan waktu, mobilitas, komunikasi, ketersediaan, dan pola hidup.

Sebelum industrialisasi, kota-kota tumbuh sebagai pusat pemerintahan, pusat budaya, atau tempat dengan berbagai lembaga keuangan, pendidikan, dan perdagangan eceran. Pada masa industrialisasi kota-kota mendapatkan fungsi dan mempunyai peran tambahan sebagai pusat produksi. Kota-kota dengan keuntungan lokasi (misal; pelabuhan, persimpangan dengan sungai yang menjadi jalur transportasi, dan sebagainya), tumbuh dengan pesat memenuhi tuntutan kebutuhan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi.

Kota-kota tumbuh menjadi lebih kompleks dengan jejaring transportasinya, dan kegiatan produksi dalam bentuk pabrik, gudang, pemukiman buruh, serta berbagai fungsi ikutan lainnya.

Kebutuhan pendatang yang mendukung proses produksi juga perlu disediakan. Kota dengan demikian tidak hanya tumbuh dari segi ukuran penduduk maupun arealnya saja, akan tetapi juga kompleksitasnya. Kebutuhan tidak hanya semakin banyak, akan tetapi juga semakin beragam.

Leisure atau hiburan dan rekreasi menjadi bagian dari kebutuhan yang tumbuh seiring dengan perubahan pola kerja dan tuntutan industri. Kota-kota industri mempengaruhi bentuk baru dalam komposisi pemanfaatan waktu maupun ruang. Perubahan bukan hanya terjadi secara fisik, akan tetapi terjadi pada seluruh aspek kehidupan, dengan implikasi yang kompleks.

Persoalannya kemudian adalah bahwa hiburan atau rekreasi ini melibatkan interaksi dan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Oleh karenanya perbedaan nilai dan cara pandang bisa saja terjadi. Apabila ada sementara orang yang melihat sisi positif dari hiburan dengan mengacu pada 4 (empat) manfaat di atas, maka ada beberapa orang lain yang melihat hiburan dari sudut pandang yang negatif. Misalnya: 1) gaya hidup hedonis, 2) identik dengan tempat maksiat, 3), tempat beredarnya minuman keras dan narkotika, dan beberapa stereotip lain mengenai hiburan.

Berdasarkan kedua sudut pandang di atas, maka perlu dirumuskan sebuah konsep mengenai tata kelola hiburan yang bisa meminimalisir sisi negatif dan memaksimalkan nilai positifnya. Walau bagaimanapun setiap orang pasti membutuhkan hiburan. Hanya saja, jenis dan tata kelola hiburan tersebut yang kemudian menimbulkan berbagai dampak, tidak hanya positif tetapi juga negatif, bagi kehidupan masyarakat.

Page 19: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

12

B. Praktek Empiris Kegiatan Usaha Dan Tempat Hiburan Dan Rekreasi Di Kabupaten Cilacap

Secara geografis, Kabupaten Cilacap adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Cilacap. Kabupaten yang merayakan hari jadinya pada tanggal 21 Maret 1896 ini, memiliki 23 kecamatan yang terdiri dari 282 desa. Dengan luas wilayah sekitar 6,6% dari total wilayah Jawa Tengah yaitu 225.360,840 Ha. Termasuk luas pulau Nusa Kambangan 11.510,55 Ha. Kabupaten ini adalah kabupaten yang memiliki wilayah terluas di antara kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah. Letak geografis wilayahnya berada pada: 1080 4' 30" - 1090 30' 30" Bujur Timur - 70 30' - 70 45' 20" Lintang Selatan. Dengan batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

- Sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Kebumen

- Sebelah barat, berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat

- Sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Banyumas

- Sebelah selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia

Topografi wilayah: Wilayah Cilacap Bagian Barat pada umumnya berbukit dengan ketinggian 23 -198 dpl. Wilayah Cilacap bagian tengah pada umumnya datar dan sebagian berbukit dengan ketinggian antara 8 -75 dpl. Wilayah Cilacap bagian timur pada umumnya datar dengan ketinggian 8 -10 dpl. Wilayah Cilacap bagian selatan pada umumnya datar landai yang merupakan daerah pantai dengan ketinggian rata-rata 6 dpl. Iklim - Temperatur di wilayah bagian barat bervariasi sesuai dengan ketinggian tempat, yaitu antara 20 oC – 28 oC, sedangkan temperatur udara diwilayah cilacap bagian tengah, timur dan selatan antara 28 oC – 31 oC, Serta banyak di pengaruhi udara laut.

Gambar 2.1 Letak Kabupaten Cilacap di Jawa Tengah

Page 20: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

13

Berikut adalah kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap: Adipala, Bantarsari, Binangun, Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, Cilacap Utara, Cimanggu, Cipari, Dayeuhluhur, Gandrungmangu, Jeruklegi, Karangpucung, Kawunganten, Kedungreja, Kesugihan, Kroya, Majenang, Maos, Nusawungu, Patimuan, Sampang, Sidareja, Wanareja. (www.Cilacapkab.go.id)

Menurut Hermawan (2005:113), produk daerah adalah “apapun yang ditawarkan oleh daerah kepada pelanggan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.” Produk daerah meliputi :

1. Sumber daya daerah, yang terdiri dari sumber daya alam dan manusia.

2. Layanan publik

3. Infrastruktur

4. Suprastruktur

5. Atraksi

Produk daerah Kabupaten Cilacap yang berupa sumber daya alam berikut adalah sumber daya yang pengelolaannya benar-benar dimaksimalkan. Mengingat pendapatan Kabupaten Cilacap sebagian besar berasal dari sektor-sektor ini. Sumber daya tersebut antara lain: bidang pertambangan yang meliputi: tambang bethonit, emas, tras dan pasir besi. Bidang perindustrian yang meliputi: minyak dan gas, semen, tepung terigu/tapioka, perikanan, pengalengan ikan, dan benang tenun.

Sumber daya industri dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar seperti: PT. Pertamina UP IV, PT. Semen Cibinong Tbk, PT. Warung Batok Industri, PT. Industri Sandang II Unit Patal, PT. Panganmas Inti Persada, PT. Juifa International Foods, PT. Toxindo Prima, PT. Lautan Murti. Bidang perikanan yang meliputi perikanan darat, budidaya ikan kerapu dan rumput laut. Bidang perkebunan yang didominasi oleh perkebunan rakyat. Bidang yang terakhir yaitu pertanian.

Sumber daya manusia Kabupaten Cilacap yang terdiri dari penduduk, pada tahun 2004 berjumlah 1.704.596 jiwa. Jumlah laki-laki 852.943 orang dan perempuan 851.653 orang. Tingkat pendidikan pada tahun yang sama berjumlah 16.037 jiwa namun jumlah ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sejumlah 29.749 jiwa. Jumlah angkatan Kerja sebanyak 862.258 orang sedangkan setengah penganggur berjumlah 200.160 orang.

Layanan publik yang tersedia meliputi fasilitas perbankan, perhubungan, pariwisata, kesehatan, perhotelan, PDAM, PLN, hukum, pendidikan dan pos telekomunikasi. Infrastruktur yang ada

Page 21: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

14

antara lain: bandara (Tunggul Wulung), pelabuhan laut (Tanjung Intan), jalan raya, kawasan industri, listrik, air dan telekomunikasi. Suprastruktur yang baru akan dibangun adalah pusat hasil laut. Mengingat hasil tangkapan laut Kabupaten Cilacap juga sangat berpotensi. (www.Cilacapkab.go.id)

Pariwisata adalah produk daerah yang tergolong ke dalam atraksi, yang meliputi meliputi potensi wisata alam, budaya dan minat khusus serta event-event dan festival. Sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki, maka Dinas Pariwisata terus berusaha untuk memajukan sektor pariwisata di Kabupaten Cilacap. Potensi wisata yang dilimiliki dan merupakan andalan bagi Kabupaten Cilacap terdiri dari:

a. Wisata Alam

Terdiri atas 5 obyek wisata dan 8 wisata pantai.

b. Wisata Budaya

Merupakan wisata menjelajah obyek yang merupakan cagar budaya. Terdiri dari 3 obyek wisata benteng serta petilasan dan makam.

c. Wisata Minat Khusus

Ada 2 obyek wisata yang ditawarkan yaitu wisata di Pulau Nusakambangan dan wisata Bahari.

Produk atraksi yang lain meliputi meliputi Gelar Budaya Tradisional, festival-festival, perlombaan, turnamen, kontes dan pentas musik yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Budaya setiap bulan dan pelaksanaannya di agendakan dalam kalender pariwisata selama 1 tahun. (Dinas Pariwisata Kab. Cilacap 2008)

Pola pengembangan tujuan wisata telah disusun oleh pemerintah daerah dengan pembagian beberapa wilayah untuk memudahkan pengelolaannya dalam Rencana Pola Pengembangan Pariwisata Kabupaten Cilacap yang digambarkan dengan peta wisata sebagai berikut:

Page 22: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

15

Gambar 2.2 Peta wisata Kabupaten Cilacap

a. Wilayah I

Wilayah pengembangan ini meliputi Kota Administratif Cilacap yang merupakan pusat berbagai kegiatan, di samping sebagai ibukota kabupaten, kota industri dan pelabuhan, serta kota pusat pelayanan wisata. Oleh karena terpusatnya berbagai kegiatan di kota Cilacap, maka perlu adanya penyebaran pengembangan wisata ke daerah-daerah lainnya, agar kunjungan wisatawan tersebar ke tempat lain yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari kegiatan aktivitas yang merata.

b. Wilayah II

Wilayah pengembangan ini meliputi wilayah pembantu bupati Kroya. Potensi kepariwisataan yang ada cukup mendukung, antara lain gunung Selok/Srandil, dan pantai Jetis, disamping itu terdapat berbagai kegiatan seperti batik dan kerajinan bambu. Wilayah ini juga dilalui jalur wisata Cilacap, Jatijajar-Gombong, dimana di wilayah tersebut terdapat obyek wisata yang potensial.

c. Wilayah III

Wilayah pengembangan ini meliputi wilayah pembantu bupati Majenang. Wilayah ini merupakan jalur pengembangan arus wisatawan dari Jawa Barat ke Jawa Tengah yang peranannya sangat penting dalam rangka meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke Cilacap dan daerah lain sekitarnya. Daya dukung wilayah tersebut berupa fasilitas kepariwisataan yang cukup memadai terdapat pada obyek wisata Rawa Badak dan fasilitas akomodasi di kota Majenang.

Page 23: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

16

d. Wilayah IV

Wilayah pengembangan ini meliputi wilayah pembantu bupati Sidareja. Potensi kepariwisataan di wilayah ini memang masih kurang bila dibandingkan dengan wilayah pengembangan lainnya, namum peranannya sangat positif karena merupakan jalur penghubung dengan Jawa Barat, dimana jenis transportasi yang dapat ditempuh adalah transportasi darat dan air.

e. Wilayah Pengembangan Segara Anakan dan Pulau Nusa Kambangan

Pengembangan Segara Anakan memerlukan kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah Jawa Barat dan asosiasi kepariwisataan, karena wisatawan yang datang dari Jawa Barat melalui Segara Anakan maupun sebaliknya setiap tahun semakin meningkat. Untuk mendukung jalur wisata Segara Anakan diperlukan usaha pelestarian habitat hutan bakau yang terdiri dari berbagai jenis. (Dinas Pariwisata Kab. Cilacap 2008)

Fungsi dan peran utama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap adalah berkaitan dengan kebijakan untuk mengembangkan pariwisata di Kabupaten Cilacap. Sedangkan visi dan misi yang menjadi pedoman pelaksanaan kerja adalah sebagai berikut:

Visi

Terwujudnya Kabupaten Cilacap sebagai daerah tujuan wisata yang indah, aman, nyaman, dan sejahtera.

Misi

1. Meningkatkan kualitas objek dan daya tarik wisata, kontribusi pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah.

2. Menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan (Nusakambangan, Teluk Penyu, Segara Anakan, Benteng Pendem).

3. Menempatkan Kabupaten Cilacap sebagai daerah tujuan wisata dengan orientasi alam dan budaya.

4. Meningkatkan kemampuan profesionalisme dalam pelayanan pariwisata.

5. Meningkatkan kualitas produk sumber daya pariwisata dan lingkungan.

6. Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat di sektor pariwisata.

7. Menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dan

Page 24: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

17

budaya.

Untuk mencapai misi organisasi, beberapa langkah yang diambil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:

- Meningkatkan arus kunjungan wisatawan dengan meningkatkan kualitas obyek dan daya tarik wisata.

- Meningkatkan dan memperluas promosi wisata.

- Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antara produk dan sektor wisata.

- Meningkatkan promosi dan event budaya lokal sebagai obyek dan daya tarik wisata

- Mendorong timbulnya partisipasi dunia usaha dan masyarakat untuk mengelola obyek wisata.

- Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran pedagang dan masyarakat sekitar obyek wisata.

Berikut adalah program utama yang disusun oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah tahun 2007:

- Pengembangan pemasaran pariwisata

- Pengembangan destinasi pariwisata

- Pengembangan kemitraan

- Administrasi umum belanja tak langsung

- Gaji Pegawai

- Pelayanan administrasi perkantoran

- Peningkatan disiplin aparatur

- Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

Program pengembangan pemasaran pariwisata yang dilakukan antara lain: pengembangan sentra kerajinan, penyelenggaraan event-event wisata serta pemilihan mas dan mbak duta wisata. Untuk program pengembangan destinasi pariwisata, dilakukan melalui pembangunan sarana prasarana di wilayah–wilayah pengembangan tujuan wisata, wisata industri dengan tujuan pusat industri besar di Cilacap, pengembangan desa wisata serta promosi. Potensi kebudayaan yang ada dikembangkan melalui pagelaran dan festival seni dan budaya, pemeliharaan cagar budaya dan kesenian.

Untuk program pengembangan kemitraan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap menjalin kerjasama bersama

Page 25: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

18

kabupaten-kabupaten yang merupakan bekas Karesidenan Banyumas dan tergabung dalam BARLINGMASCAKEB (Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen) yaitu kerjasama dalam bidang perdagangan, pariwisata dan investasi. Ada juga PPKSA dan masyarakat Kampung Laut, Asosiasi Pengusaha Pengrajin Industri Kecil (APPIK), serta sanggar-sanggar kesenian.

Sesuai dengan program Pro Investasi yang tengah digalakan oleh PEMDA, maka Dinas Pariwisata juga menawarkan proyek investasi untuk pembangunan tempat wisata keluarga “Jambusari Family Park” di Desa Jambusari pada lahan seluas ± 26 Ha dengan investasi senilai Rp 27 Miliar. Serta Pengembangan wisata Bahari di Kecamatan Kampung laut senilai Rp 25 Miliar. Dua obyek wisata ini dapat menjadi alternatif tempat berwisata yang baru bagi wisatawan (Satuan Kerja Dinas Pariwisata Kab. Cilacap 2008).

Potensi wisata alam yang ada lebih didominasi oleh wisata pantai. Pantai-pantai yang ada antara lain: Pantai Teluk Penyu-menurut masyarakat, dinamakan Teluk Penyu karena dulunya tempat tersebut menjadi tempat pendaratan penyu dalam jumlah besar. Teluk Penyu juga dikenal karena memperdagangkan souvenir yang terbuat dari penyu. Terletak ± 2Km dari pusat kota Cilacap.

Gambar 2.4 Pantai Teluk Penyu

Pantai Widarapayung- merupakan obyek wisata pantai dengan luas sekitar 500 hektar terletak di Desa Widarapayung Kecamatan Binangun atau terletak ± 35 km arah timur dari Kota Cilacap. Pantai ini menarik karena gelombang lautnya yang relatif teratur sehingga cocok untuk Selancar air.

Page 26: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

19

Gambar 2.5 Pantai Widarapayung

Pantai-pantai yang lain adalah Pantai Katapang Indah- terletak di Desa Sidaurip Kecamatan Nusawungu, dengan luas pantai 10 Ha. Termasuk dalam gugusan pantai-pantai yang menghadap Samudra Indonesia. Pantai ini banyak ditumbuhi pohon kelapa, gelombang lautnya juga dapat digunakan untuk olahraga selancar air.

Pantai Jetis- berbatasan langsung dengan Pantai Ayah di Kebumen. Keindahan alam yang ditawarkan adalah pemandangan gugusan pemandangan serta arus sungai Bodo. Terletak sekitar 40 Km dari arah timur Kota Cilacap. Di pantai ini juga terdapat Tempat pelelangan ikan.

Pantai Singkil Indah- terletak 3 Km dari Pantai Katapang Indahdan keempat pantai berikut terletak di Pulau Nusakambangan: Pantai Karang Bandung, Pantai Permisan, Pantai Pasir Putih, Pantai Ranca Babakan.

Wisata alam yang lain meliputi: Wana wisata Gunung Selok dan Gunung Srandil- merupakan kawasan pegunungan yang berdampingan, terletak di Desa Karang Benda Kecamatan Adipala atau 26 Km ke arah timur dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Cilacap. Disamping mempunyai keindahan alam seperti gua-gua yang meliputi Gua Rahayu, Gua Ratu, Gua Nagaraja dan Gua Pakuwaja pantai, flora dan fauna juga sebagai tempat meditasi/ziarah bagi masyarakat yang meyakininya.

Page 27: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

20

Gambar 2.6 Wisata Gunung Selok

Obyek wisata Hutan Payau/mangroove- kawasan Hutan Payau (mangrove) seluas 10 hektar ini selain sebagai obyek wisata juga dimanfaatkan sebagai tempat penelitian dari kalangan Perguruan Tinggi. Terletak di kecamatan Cilacap Utara dengan jarak 8 Km ke arah timur dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Cilacap. Obyek wisata alam yang terakhir adalah Pemandian air panas di Cipari dan Rawa Bendungan.

a. Wisata Budaya

Adalah wisata dengan menjelajah obyek-obyek wisata yang merupakan peninggalan sejarah.

Obyek wisata yang ada meliputi: Benteng Pendem- dalam bahasa Belanda disebut "KUSBATTERIJ OP DE LANTONG TE CILACAP" terletak 0,5 Km ke arah selatan dari obyek wisata pantai Teluk Penyu. Merupakan bekas markas pertahanan tentara Hindia Belanda yang dibangun secara bertahap pada tahun 1861-1879 dengan luas 6,5 hektar. Bangunan Benteng Pendem ini memiliki konfigurasi yang masih kokoh meskipun tertimbun tanah sedalam 1-3 meter.

Page 28: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

21

Gambar 2.7 Benteng Pendem

Benteng Karang Bolong- terletak di kaki pantai timur laut Pulau Nusakambangan yang dapat dicapai dalam waktu 20 menit dari Dermaga Wijayapura atau dengan menggunakan perahu compreng sekitar 15 menit dari Pantai Teluk Penyu. Benteng yang terletak di kawasan hutan lindung ini dengan luas 6.000 m2 memiliki 3 benteng utama dimana salah satunya adalah benteng yang bertingkat tiga yang mempunyai ruang rapat besar dan dilengkapi dengan meriam. Benteng lain yang ada di Pulau Nusa Kambangan adalah Benteng Klingker.

b. Wisata Minat Khusus

Terdiri dari wisata di Pulau Nusakambangan yang terkenal sebagai Pulau Penjara. Memiliki 9 buah LP, namun sekarang hanya tinggal 4 yang masih digunakan diantaranya: LP Besi, LP Batu, LP Permisan, dan LP Kembang Kuning. Disamping sebagai lembaga pemasyarakatan, Nusakambangan juga memiliki tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Pulau yang membujur dari barat sampai ke timur 36 Km lebar 4-6 Km menyimpan banyak misteri dan daya tarik wisata diantaranya: Gua Ratu, Pantai Permisan, Pantai Pasir Putih, Gua Masigitsela, Pantai Karang Bandung (Pulau Majethi) yang dipercayai sebagai tempat tumbuhnya bunga wijayakusuma, Benteng Pendem, Benteng Klingker, Mercu Suar Cimiring, Monumen Altileri, Cagar Alam/ Hutan Lindung, Pantai Ranca Babakan dengan

Page 29: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

22

penyeberangan melalui Pelabuhan penyeberangan ASDP Lomanis Cilacap.

Gambar 2.8 Pantai Pasir Putih

Gambar 2.9 Pantai Permisan

Wisata Bahari- diawali dari Pelabuhan Sleko dan Lomanis yang berjarak sekitar 700 meter dari pusat pemerintahan ke arah Barat. Wisata bahari ini mengelilingi Pantai Nusakambangan dengan perahu besar menuju pelabuhan Tanjung Intan, kilang Pertamina, Hutan Payau, Pantai Teluk penyu, hingga pabrik tepung terigu.

c. Event

Sesuai dengan agenda yang disusun oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap, event –event yang dimilki

Page 30: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

23

antara lain: Gelar Budaya Tradisional “Sedekah Laut” yang digelar pada bulan Syuro. Festival perayaan Imlek yang digelar pada bulan Februari meliputi pameran kampung Cina, festival Barongsai. Perayaan hari jadi Kabupaten Cilacap yang digelar pada bulan Maret dengan menggelar acara Kirab Panji milik Kabupaten Cilacap. Atraksi Lomba Marching Band Anak-anak, Cilacap Musik Party On The Street, Lomba Mancing, Turnamen Bulutangkis Diparta Cup, Festival Seni dan Budaya yang menampilkan seni Jathilan dan Jaran Kepang/Kuda Lumping, Festival umbul-umbul, Turnamen Sepak Bola Diparta Cup, Perayaan Hari Kemerdekaan, Festival layang-layang, Festival Perahu Naga, Pentas Musik Ngabuburit, Pentas Musik Dangdut di Obyek Wisata, Pemilihan Mas dan Mbak Duta Pariwisata, Tourism Singing Countest, Pentas Musik Tahun Baru.(Potensi Pariwisata Kabupaten Cilacap, Dinas Pariwisata Kab. Cilacap. 2008)

1. Akomodasi Pariwisata

Untuk melayani para wisatawan, akomodasi berupa hotel pada tahun 2004 berjumlah 6 hotel berbintang dengan jumlah kamar 243 dan 37 hotel melati, kamar berjumlah 570 buah, dengan pekerja berjumlah 458 orang. Pada tahun 2005-2006, jumlah hotel berbintang sebanyak 6 buah dengan jumlah kamar 246 buah, hotel melati sebanyak 34 buah dengan jumlah kamar 536 buah. Pekerja sebanyak 382 orang.

2. Jumlah Kunjungan Wisatawan

Pada tahun 2004, jumlah kunjungan sebesar 529.595 wisatawan dengan 9.098 wisatawan mancanegara, 520.497 wisatawan domestik dan tingkat hunian hotel sebesar 20,11%. Tahun 2005, jumlah kunjungan sebesar 324.553 wisatawan dengan 279 wisatawan mancanegara, 324.274 wisatawan domestik dan tingkat hunian hotel sebesar 26,33 %. Pada tahun 2006, kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 700 wisatawan, 189.155 wisatawan domestik, total sebanyak 189.855. Tingkat hunian hotel 20,14 %. Dengan demikian terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan hingga tahun 2006. Salah satunya disebabkan karena sarana prasarana yang kurang memadai.

3. Jasa Pariwisata

Page 31: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

24

a. Biro wisata

Biro wisata yang melayani perjalanan wisatawan terdiri dari 2 biro perjalanan wisata yang melayani wisatawan baik lokal maupun mancanegara yaitu Ande-ande Tour dan Nusa Kambangan Indah Tour.

b. Pemandu wisata

Pada tahun 2005, jumlah pemandu wisata sebanyak 27 orang.

Potensi kebudayaan yang ada di Kabupaten Cilacap sesuai dengan produk-produk budaya yang dikembangkan sebagai produk wisata terdiri atas:

a. Gelar Budaya dan Kesenian

Kabupaten Cilacap memiliki Gelar budaya Tradisional Adat Nelayan yang dilaksanakan dalam ''Prosesi Sedekah Laut''. Gelar budaya ini dilakukan sebagai wujud ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan perlindungan, nikmat dan rezeki.

Acara tersebut diselenggarakan setiap tahun tepatnya pada bulan Syura (Penanggalan Jawa) oleh masyarakat nelayan Cilacap yang didukung Pemerintah Kabupaten Cilacap. Kelompok nelayan yang terlibat dalam acara tersebut adalah kelompok nelayan Sentolo Kawat, Pandanarang, PPSC, Tegal Katilayu, Kemiren, Lengkong, Sidakaya dan kelompok nelayan Bengawan Donan.

Pelaksanaannya diawalai dengan prosesi ziarah ke Karang Bandung, Nusakambangan, dilanjutkan dengan „‟Malam Tirakatan‟‟ pada malam harinya di pendopo Kabupaten Cilacap. Puncak acara adalah ''Upacara Prosesi Pelarungan Jolen Tunggul'' dari komplek pendopo Kabupaten menuju komplek THR Teluk Penyu. Jolen (sesaji) selanjutnya dilarung di laut lepas.

Tradisi sedekah laut ini dimulai pada tahun 1875 pada masa pemerintahan Bupati Cilacap ke III, Tumenggung Tjakrawerdaya III dan sejak tahun 1983 diangkat sebagai atraksi wisata.

Page 32: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

25

Gambar 2.10 Gelar Budaya Sedekah Laut

Adat/tradisi yang lain di Kabupaten Cilacap sama dengan adat Jawa secara umum. Termasuk juga upacara-upacara adatnya, antara lain: Sadranan, Rajaban, Suran dan Ruwah. Sebagian upacara adat tersebut dipengaruhi oleh ajaran Agama Islam, sebagian oleh ajaran Kejawen, Animisme dan lain-lain.

Kesenian yang ada di Kabupaten Cilacap meliputi: Kesenian Lenggeran, Calung Banyumasan, Ebeg (Kuda Lumping) dan Wayang,

Barzanji/Perjanjen, Dalang Jemblung, Campursari, Sintren, Salawatan Jawa. Dalam festival seni dan budaya yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Cilacap, kesenian yang ditampilkan adalah Lomba karawitan dan festival Kuda Lumping. Kuda Lumping tidak hanya popular di Cilacap tetapi juga juga di Kabupaten Banyumas.

b. Cagar Budaya

Benda-benda peninggalan budaya yang dijadikan obyek wisata adalah benteng-benteng peninggalan zaman Belanda, 6 petilasan di Gunung Srandil, 2 Padepokan dan 1 makam di Gunung Selok, yang meliputi:

- Benteng Pendem

- Benteng Klinker

- Benteng Karang Bolong

- Petilasan Mbah Kanjeng Gusti Agung

- Petilasan Nyai Dewi Tanjungsekarsari

Page 33: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

26

- Petilasan Kaki Semar Tunggal Sabdojati Dayo Amongrogo

- Petilasan Juragan Dampo Awang

- Petilasan Langlang Buana

- Petilasan Hyang Sukma Sejati

- Padepokan Jambe Lima

- Padepokan Jambe Pitu

- Makam Kyai Somalangu

8. Kerajinan

Kerajinan yang banyak dihasilkan di Kabupaten Cilacap dan telah menjadi komoditas yang diandalkan bagi kalangan pengusaha kecil dan menengah adalah kerajinan anyaman bambu dan kerang. Untuk anyaman bambu, diproduksi oleh 697 unit usaha yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Nusawungu, Sidareja, Kroya, Binangun, dan Kedungreja dengan jumlah pekerja ± 1500 orang. Sedangkan kerajinan kerang yang banyak dijual di sepanjang Pantai Teluk Penyu, diproduksi di Kecamatan Cilacap Selatan oleh 22 unit usaha dengan jumlah pekerja 46 orang. (Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Cilacap 2007)

Gambar 2.11 Kerajinan anyaman bambu

Page 34: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

27

Gambar 2.12 Toko suvenir di Pantai Teluk Penyu

Melihat potensi wisata yang ada, obyek-obyek wisata itu memiliki fungsi yang dapat mempengaruhi psikologi dari wisatawan yang datang. Seperti wisata pantai, dari potensi-potensi wisata yang ada, dari pengelompokkan jenis wisata yang ditawarkan, masing-masing seperti wisata alam, dengan keindahan pantainya memberikan efek ketenangan. Wisatawan bisa melepaskan beban pikiran dan masalah ketika memandang ombak-ombak dan pemandangan wisata alam yang ada.

Wisata budaya/sejarah akan mengingatkan kembali bagaimana sejarah telah membentuk budaya manusia untuk menciptakan karya-karya peninggalan sejarah yang bernilai. Untuk wisata minat khusus, adalah wisata alam yang yang akan mengajak wisatawan untuk menjelajah rute-rute yang cukup sulit untuk dilewati di obyek-obyek wisata tersebut.

Segmentasi pariwisata Kabupaten Cilacap yang didasarkan pada segi geografis adalah berlaku bagi wisatawan nusantara, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah yang memiliki pantai sehingga dapat membandingkan bagaimana keadaan wisata pantai mereka dengan yang ada di Cilacap. Dari segi Demografis, ditujukan bagi mereka yang berusia 20-34 tahun, lajang;menikah dan belum memiliki anak.

Dari segi psikografis berlaku bagi mereka yang memiliki sifat suka menghabiskan waktu secara bersama-sama di suatu tempat. Dari ssegi behaviour, berlaku bagi mereka yang suka liburan serta suka akan hal-hal yang baru dan menantang.

-- --

Page 35: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

28

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT

Dalam Undang-undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pada bagian menimbang a dinyatakan bahwa “ keadaan alam, flora da fauna sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peningalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Selanjutnya pada point b Undnag-undang ini dinyatakan “ bahwa kepaiwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan dan bertanggungjawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup serta kepentingan nasional.

Bila dilihat dari sisi Undang-undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dalam pasal 1 menyatakan :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata..

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.

6. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata

Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi : 1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah,

Page 36: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

29

hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka. 2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan 3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.

Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara di samping sektor migas. Tujuan pengembangan pariwisata adalah usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahtraan masyarakat dan negara”

Secara lebih rinci, tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia termask di dalamnya usaha tempat hiburan dan rekreasi adalah:

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan

negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta

lapangan kerja, dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang

dan industri-industri sampingan lainnya.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan

kebudayaan Indonesia.

3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.

Dalam tujuan di atas, jelas terlihat bahwa industri pariwisata

dikembangkan di Indonesia dalam rangka mendatangkan dan

meningkatkandevisa negara (state revenue).

Dengan kata lain, segala usaha yang berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat komersial dengan tujuan utama mendatangkan devisa negara. Di samping itu, pengembangan kepariwisataan juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Ini berarti, pengembangan pariwisata di Indonesia tidak telepas dari potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk mendukung pariwisata tersebut. Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat menarik. Keragaman budaya ini dilatari oleh adanya agama, adat istiadat yang unik, dan kesenian yang dimiliki oleh setiap suku yang ada di Indonesia. Di samping itu, alamnya yang indah akan memberikan daya tarik atersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Adapun prinsip penyelenggaraan kepariwisataan yang diatur dalam Undang-undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pada pasal 5 dinyatakan bahwa kepariwisataan diselengarakan dengan prinsip :

a. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawanrahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan

Page 37: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

30

antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkunga;

b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;

c. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;

d. Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;

e. Memberdayakan masyarakat setempat;

f. Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan;

g. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata, dan

h. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Undang-undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pasal 9 ini secara jelas memberi mandat kepada pemerintah daerah untuk membuat rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten / kota yang pengaturanya dituangkan dalam peraturan daerah kabupaten/kota. Dengan demikian, upaya untuk membuat peraturan daerah penataan dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi adalah bagian dari pelaksanaan mandat undang-undang untuk mengatur lebih detail, lebih teknis tentang implementasi pengaturan usaha kepariwisataan khususnya penyelenggaraan usaha tempat hiburan dan rekreasi.

Kewenangan pemerintah daerah membuat peraturan daerah merupakan implementasi dari amanat Undang-undang Dasar 1945 yang memberikan kewenangan kepada daerah mengurusi sendiri urusan pemerintahanya dengan asas otonomi daerah. Dalam Pasal 18 ayat (2) dinyatakan ” pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.91/HK.501/MKP/2010 Tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelengaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi pada pasal 1 nomor 2 dinyatakan bahwa “Usaha penyelengaraan kegiatan hiburan dan rekreasi yang selanjutnya disebut usaha pariwisata adalah penyelengaraan kegiatan usaha berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainya yang bertujuan untuk pariwisata, tetapi tidak termasuk didalamnya wisata tirtadan spa”.

Dalam pasal 2 huruf a dsiebutkan bahwa pendaftaran usaha pariwisata bertujuan untuk menjamin kepastian hukum dalam

Page 38: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

31

menjalankan usaha pariwisata. Sedangakn dalam pasal 3 ayat 1 dinyatakan “ Pendaftaran usaha pariwisata meliputi seluruh jenis usaha dalam bidang usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi.

Di Kabupaten Cilacap Peraturan Daerah yang secara spesifk mengatur tentang tempat hiburan dan rekreasi Perda Kabuapten Cilacap Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perizinan Usaha Kepariwisataan dan Perizinan Pegusahaan Objek dan Daya tarik Wisata di Kabupaten Cilacap. Peraturan daerah ini merupakan peraturan yang merubah peraturan daerah nomor 5 tahun 2008 tentang perizinan usaha kepariwisataan di kabupaten Cilacap dan peraturan daerah kabupaten cilacap nomor 6 tahun 2008 tentang retribusi izin pengusahaan obyek wisata dan daya tarik wisata di kabupaten Cilacap.

Pada pasal 2 Perda Kabupaten Cilacap Nomor 24 Tahun 2012 dinyatakan bahwa penyelenggaraan usaha kepariwisataan digolongksn ke dalam usaha jasa pariwisata, usaha sarana pariwisata dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata.. Sedangkan dalam pasal 3 perda ini diatur bahwa usaha kepariwisataan dapat berbentuk badan peseroan terbatas atau koperasi atau usaha perseorangan.

Adapun terkait dengan usaha pariwisata hiburan dan rekreasi, dalam Perda Kabuapten Cilacap Nomor 24 Tahun 2012 dijelaskan pada pasal 4 huruf b tentang pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang terdiri dari; (1) peninggalan sejarah, (2). Museum, (3). Sanggar seni, (4) taman rekreasi, (5) Gelanggang renang, (6) pemandian alam, (7) padang golf, (8) kolam pancing, (8) gelanggang permainan, (9) diskotik, (10) karoke, (11) sauna / spa, (12) rumah bilyard, (13) panti pijat dan refleksi, (13) salon kecantikan, (14) bioskop, (15) gedung pertunjukan dan (16) taman satwa. Hal lain yang merupakan isi pokok dari Perda ini adalah aturan tentang perizinan yang menyangkut syarat-syarat pendirian, tatacara peizinan serta pejabat yang berweang mengeluarkan izin pendirian izin pariwisata dan pengusahaan objekdan dan daya tarik wisata.

Peraturan daerah kabupaten Cilacap lainya yang berhubungan dengan peraturan usaha hiburan dan rekreasi adalah Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2012 tentang Izin Gangguan dan Retribusi Izin Gangguan.. Isi pokok perda ini adalah mengatur perizinan kepada orang pribadi atau badan hukum yang melakukan kegiatan tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan dikenakan kewajiban untuk mengajukan perizinan. Dalam pasal 1 nomor 5 dinyatakan bahwa yang disebut gangguan adalah segala perbuatan yang tidak menyenangkan atau mengganggu kesehatan, keselamatan, ketentraman dan / atau kesejahteraan terhadap kepentingan umum secara terus menerus.

Secara substansi, Raperda tentang Penataan dan Pengemdalian Tempat Hiburan dan Rekreasi dibuat dalam rangka memberikan penjabaran secara teknis tentang kebijakan pemerintah daerah

Page 39: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

32

Kabupaten Cilacap terkait dengan penyelenggaraan usaha tempat hiburan dan rekreasi.. Oleh karena itu, Raperda Penataan dan Pengemdalian Tempat Hiburan dan Rekreasi ini memiliki keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

1. Undang-undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata..

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

e. Usaha kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.

f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata

2. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan :

a. Penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk:

1) memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata

2) memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabtan antar bangsa

3) memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja

4) meningkatkan pendapatan nasional dalam angka peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

5) mendorong pendayagunaan produksi nasional

b. Usaha pariwisata digolongkan ke dalam :

1) usaha jasa pariwisata

2) pengadaan objek dan daya tarik wisata

Page 40: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

33

3) usaha sarana pariwisata

3. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.91/HK.501/MKP/2010 Tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelengaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi :

a. Usaha penyelenggaraan hiburan dan rekreasi yang selanjutnya disebut usaha pariwisata adalah usaha penyelenggaraan kegiatan berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainya yang bertujuan untuk pariwisata.

b. Pendaftaran usaha pariwisata bertujuan untuk menjamin kepastian hukum dalam menjalankan usaha pariwisata.

c. Bidang usaha penyelenggaran kegiatan hibura dan rekreasi meliputi jenis usaha; gelanggang olahraga, gelanggang seni, arena permainan, hiburan malam, panti pijat, taman rekreasi, karaoke dan jasa impresaria/promotor.

d. Usaha kegiatan hiburan dan rekreasi berbentuk badan usaha Indonesia berbadan hukum.

e. Semua jenis usaha hiburan dan rekreasi diajukan kepada bupati atau walikota tempat penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi berloksi.

f. Bidang usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi meliputi jenis usaha:

1) Gelanggang olahraga

2) Gelanggang seni

3) Arena permainan

4) Hiburan malam

5) Panti pijat

6) Taman rekreasi

7) Karaoke

8) Jasa impresariat/ promoter

g. Jenis usaha gelanggang olahraga meliputi sub jenis usaha:

1) Lapangan golf

2) Rumah bilyard

3) Gelanggang renang

4) Lapangan tenis

5) Gelanggang bowling, dan

Page 41: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

34

6) Sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha gelanggang olah raga yang ditetapkan oleh Bupati

h. Jenis udaha gelanggang seni meliputi sub jenis usaha:

1) Sanggar seni;

2) Galeri seni;

3) Gedung pertunjukan seni; dan

4) Sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha gelanggang seni yang ditetapkan oleh Bupati.

i. Jenis usaha arena permainan meliputi sub jenis usaha: Arena permainan dan Sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha arena permainan yang ditetapkan oleh Bupati.

j. Jenis usaha hiburan malam meliputi sub jenis usaha: Kelab malam; Diskotek; Pub; dan Sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha hiburan malam yang ditetapkan oleh Bupati.

k. Jenis usaha Panti Pijat meliputi sub jenis usaha: Panti pijat; dan Sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha panti pijat yang ditetapkan oleh Bupati

l. Jenis usaha taman rekreasi sub jenis usaha: Taman rekreasi Taman bertema; dan Sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha taman rekreasi yang ditetapkan oleh Bupati.

m. Jenis usaha karaoke meliputi sub jenis usaha karaoke.

n. Jenis usaha jasa impresariat/ promoter meliputi sub jenis usaha jasa impresariat/ promotor.

Dalam Ketetapan MPR RI No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan, Peraturan Daerah merupakan salah satu sumber hukum dan masuk ke dalam tata urutan perundang-undangan. Dalam Ketetapan MPR tersebut menegaskan bahwa Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.

Setelah dikeluarkannya Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menggantikan Ketetapan MPR RI No. III/MPR/2000 ditegaskan dalam pasal 12, bahwa materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Oleh karena peraturan daerah kedudukan hukumnya lebih rendah ketimbang Undang-undang ataupun Perda Provinsi, maka Peraturan Daerah Kabupaten /

Page 42: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

35

Kota tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang derajatnya lebih tinggi.

Dalam Undang-undang Dasar 1945 pada Bab IV pasal 18 ayat (7) dinyatakan bahwa tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam Undang-undang. Kemudian dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun yang dimaksud dengan otonomi daerah menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat (6) adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Daerah dalam merealisasikan otonomi daerah menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut diberi kewenangan untuk menetapkan berbagai peraturan daerah. Dalam pasal 22 ayat 1 dan 2 UU No. 23/ 2014 dinyatakan bahwa Daerah berhak menetapkan kebijakan daerah dalam melaksanakan tugas pembantuan di daerahnya. Kemudian pada BAB IX Pasal 236 ayat (2) dinyatakan bahwa Peraturan Daerah dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Sedangkan pada pasal 237 ayat (1) disebutkan asas pembentukan dan materi Perda berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan mendasarkan pada ketentuan perundang-undangan, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang nyata untuk membuat berbagai peraturan daerah. Peraturan Daerah dibuat dalam rangka menjabarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukanya yang memerlukan jabaran teknis untuk mendekatkan pada upaya mensejahterakan masyarakat baik kesejahteraan material maupun spiritual dengan mendasarkan pada kebutuhan dan kearifan lokal masyarakat.

-- --

Page 43: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

36

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Manusia adalah makhluk yang kompleks dan misterius, demikian kata Alexis Carrel, ketika mencoba membuat definisi tentang manusia. Kehidupannya merupakan suatu rangkaian antropological constants, yang meliputi 6 (enam) hal, yaitu: 1) relasi manusia dengan kejasmanian, alam, dan lingkungan ekologis, 2) keterlibatan dengan sesama, 3) Keterikatan dengan struktur sosial dan institusional, 4) ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat, 5) hubungan timbal balik antara teori dan praktis, dan 6) kesadaran religius dan para-religius (Abuddin Nata, 1997).

Keenam hal tersebut merupakan satu sintesis, di mana masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya, eksistensi manusia sangat bergantung pada keenamnya. Manusia akan sulit untuk bisa eksis jika terpisah dari alam dan lingkungannya. Demikian pula eksistensi mereka akan melemah apabila tidak ada struktur sosial dan institusional yang mengaturnya.

Salah satu keunikan yang ada pada diri manusia adalah bahwa manusia memiliki motivasi dan kebutuhan. Hal ini juga berkaitan dengan manusia sebagai makhluk berakal dan berfikir. Dengan potensi akal dan kemampuan berfikir yang dimiliki, manusia mampu mensinergikan kecenderungan, memotivasi dan kebutuhannya, dalam rangka memaksimalkannya untuk meningkatkan harkat dan martabat kehidupannya.

Persoalan kebutuhan yang ada pada diri manusia, tentu tidak sesederhana kebutuhan yang ada pada makhluk hidup lainnya. Jika makhluk hidup lain mampu bertahan hanya dengan memenuhi kebutuhan primernya saja, maka manusia tidak cukup dengan itu. Manusia tidak hanya butuh hidup untuk bertahan, tetapi juga menjadikan kehidupan sebagai sesuatu yang menyenangkan, bermakna, dan memiliki arah serta tujuan yang jelas. Kebutuhan manusia tidak hanya menyangkut yang primer saja, melainkan mereka butuh kebutuhan lain yang dapat menunjang kehidupannya menjadi lebih bahagia dan sejahtera.

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia dapat dirumuskan dalam sebuah teori tentang hierarki kebutuhan. Teori ini menggambarkan kebutuhan manusia seperti sebuah piramida, di mana masing-masing kebutuhan dalam satu jenjang piramida

Page 44: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

37

menunjukkan tingkat urgensitasnya (Feist Jess dan Feist Gregory J., 2010).

Menurut Maslow, ada lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : 1) kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan akan rasa aman, 3) kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, 4) kebutuhan akan penghargaan, dan 5) kebutuhan akan aktualisasi diri (Zaenudin A. Naufal, 2011).

Melalui lima jenjang kebutuhan ini Maslow menyimpulkan bahwa ketika seseorang telah mampu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, maka ia akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya, begitu seterusnya sampai pada jenjang yang paling tinggi. Jika pada tingkat tertinggi seseorang tidak merasa tercukupi, biasanya ia akan kembali pada tingkat di bawahnya.

Kebutuhan manusia tentu tidak sesederhana yang dirumuskan oleh Maslow. Perkembangan jaman dan perbedaan sosio-kultur meniscayakan adanya kompleksitas mengenai ragam kebutuhan yang ada pada kehidupan manusia. Bisa jadi, sesuatu yang pada mulanya dianggap sebagai kebutuhan pendukung (sekunder) atau pelengkap (tersier) seiring perubahan dan perkembangan jaman bisa naik levelnya menjadi primer. Atau kebutuhan yang disuatu daerah dikategorikan sebagai pelengkap bisa jadi di daerah lain kategorinya berbeda.

Dalam konteks kehidupan modern yang semakin kompleks, terkadang manusia merasa terasing dengan diri dan alam sekitarnya. Rutinitas kerja untuk memenuhi setiap kebutuhan hidup, membuat manusia harus merasakan penat, letih dan terkadang putus asa. Dalam kondisi seperti ini manusia membutuhkan semacam suasa baru yang bisa merefresh semangat dan tenaga mereka agar bisa kembali bekerja maksimal. Biasanya, untuk menemukan suasana seperti itu manusia menghibur diri dengan mengunjungi tempat-tempat rekreasi atau tempat-tempat lain yang bisa menghilangkan penat, letih, atau mungkin rasa kecewa mereka yang berasal dari rutinitas pekerjaannya. Harapannya, dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut mereka bisa menemukan kebahagiaan yang nantinya dapat menumbuhkan kembali semangat mereka.

Sejak zaman dahulu, sebenarnya manusia sudah mulai berekreasi dengan berbagai hiburan untuk melengkapi hidup mereka. Musik, seni, olahraga, dan semua pertunjukan atau pertandingan dibuat oleh mereka guna memenuhi kebutuhan manusia akan hiburan dan suasana bahagia.

Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa manusia membutuhkan hiburan ?

Page 45: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

38

Ada beberapa alasan mengapa manusia membutuhkan hiburan, antara lain :

9. Hiburan dapat membuat kondisi fisik dan psikis segar kembali

Kegiatan sehari-hari dan tekanan akibat pekerjaan seringkali membuat manusia menjadi lelah baik secara fisik maupun psikis. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk membuat kondisi mereka kembali ceria, segar dan bersemangat adalah dengan melakukan beragam aktifitas yang menghibur dan menyenangkan. Bisa bermain berbagai games, bernyanyi, menonton atau berwisata ketempat-tempat rekreasi.

10. Hiburan dapat memberikan inspirasi

Manfaat lain dari hiburan bagi manusia adalah dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi. Bagaimana tidak, banyak sekali jenis hiburan atau seni di jaman dahulu yang menjadi sumber inspirasi bagi lahirnya karya-karya terbaik masyarakat jaman sekarang. Tidak menutup kemungkinan beberapa hiburan dan karya seni generasi jaman sekarang akan menginspirasi lahirnya karya-karya generasi mendatang, dan begitu seterusnya.

11. Hiburan bisa menjadi media untuk berinteraksi

Sebagai makhluk sosial, sudah barang tentu manusia membutuhkan interaksi dan pengakuan dari orang lain. Salah satu media yang efektif bagi manusia untuk melakukan interaksi dengan manusia lain adalah dengan menggunakan sarana hiburan atau rekreasi. Di tempat hiburan orang-orang bisa dengan jujur mengungkapkan ekspresi jiwanya. Mereka juga bisa tertawa lepas bersama, menuangkan ide-ide segar, atau bahkan menyampaikan visi hidupnya. Semua terjadi dalam suasana rileks, bahagia dan menyenangkan.

12. Hiburan dapat menonjolkan kepribadian dan keunikan seseorang

Hiburan dapat juga dijadikan sebagai identitas seseorang. Ketika seseorang menyukai musik, film, atau buku tertentu, maka kepribadian dan keunikan orang tersebut dapat terbentuk karenanya. Bahkan, jenis hiburan tertentu terkadang bisa digunakan untuk menganalisis kepribadian dan keunikan seseorang.

Salah satu padanan kata yang sangat dekat dengan pengertian hiburan adalah leisure. Dari sejarahnya, leisure seringkali diterjemahkan sebagai waktu luang, yaitu waktu di luar pekerjaan atau kewajiban lain, yang panjangnya bervariasi dari ukuran menit, jam sampai hari, atau bahkan lebih panjang lagi.

Page 46: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

39

Sementera itu, dalam perkembangannya, beberapa pustaka mendefinisikan leisure secara lebih bermakna, tidak sekedar dilihat dari waktu luangnya, namun fungsi yang terkandung di dalamnya, yaitu leisure, yang dalam bahasa Latin licere, berarti bebas, juga berarti pengalaman.

John R. Kelly (1982), mendefinisikan leisure atau hiburan sebagai kegiatan yang dipilih dalam suatu kebebasan relatif untuk semua yang berkualitas dan memberikan kepuasan.

Sementara itu, Peter Murphy (1974) melihat leisure atau hiburan dalam berbagai pengertian. Mulai dari bentuknya sebagai waktu yang tersisa dari suatu siklus kerja tertentu, sebagai instrumen sosial untuk mencapai tujuan tertentu, untuk menunjukkan kelas sosial, sebagai state of freedom, sebagai suatu ekspresi diri, pemenuhan kepuasan yang tak kalah penting dari kerja (bukan nomor dua setelah kerja). Pendek kata. Leisure atau hiburan yang sebenarnya, adalah suatu kebebasan untuk pengembangan diri yang terekspresikan dalam suatu kegiatan.

Ada beberapa konsep yang terkandung dalam leisure, yaitu konsep waktu, konsep kebebasan, konsep recovery, konsep pembagian tanggungjawab antar institusi, konsep epistemologi berdasarkan nilai-nilai budaya maupun konsep sosiologis yang memberikan arti bagi kelompok-leompok sosial (Max Kaplan, 1973 dalam John Wilson, 1988).

Selanjutnya, bagaimanakah kaitan antara leisure atau hiburan dengan dinamika sebuah kota atau sebuah wilayah ?

Untuk melihat hubungan tersebut, kita bisa mulai dengan melihat bagaimana kehidupan sebuah wilayah yang berkembang menjadi perkotaan telah membentuk pola pemanfaatan waktu, pola kerja, pola hubungan sosial, dan kelas-kelas sosial yang beragam, budaya yang berproses (dalam proses perubahan yang dinamis dan berlangsung terus menerus), yang mempunyai pengaruh terhadap bentuk-bentuk leisure atau hiburan masyarakatnya.

Secara umum, leisure atau hiburan dapat berbentuk sebagai kegiatan (misal; membaca, menonton tv, berjalan-jalan, dan sebagainya), bisa juga berupa kegiatan rekreasi lokal (misal; olah raga secara rutin, makan di luar rumah, dan sebagainya), atau rekreasi di luar tempat tinggal (misal; berwisata di sela-sela bisnis atau pekerjaan di suatu tempat, dan yang sejenisnya).

Di kawasan perkotaan, leisure atau hiburan telah menunjukkan bentuk-bentuk yang tidak hanya beragam jenisnya, akan tetapi juga berkelas-kelas, dan berkembang menjadi industri yang marak dan memberikan ciri terhadap kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai fungsi leisure atau hiburan.

Page 47: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

40

Sementara itu, rekreasi (berasal dari re dan creation) merupakan sesuatu yang ekuivalen dengan leisure atau hiburan. Dalam konteks ini, rekreasi merupakan sebuah institusi sosial yang di dalamnya terkandung dua elemen utama, yaitu; elemen restorasi dan elemen organisasi sosial.

Elemen pertama, restorasi, adalah bagian dari rekreasi dimana rekreasi menjadi bagian dari kehidupan dan mempunyai arti tersendiri. Definisi yang semula hanya melihat rekreasi sebagai kegiatan yang memberi kesempatan bagi orang untuk bebas dari kerja, dianggap terlalu sempit.

John R. Kelly (1982) mengembangkannya dengan tidak hanya mengaitkannya dengan kerja. Menurut John R. Kelly, restorasi dan recreation juga sangat diperlukan dalam mencapai berbagai tujuan non kerja, seperti; menjadi warga negara yang baik, menjadi kepala atau anggota keluarga yang baik, mencapai keseimbangan emosional, membuat belajar lebih efektif, atau sekedar menjadi lebih enak.

Jadi, bagi John R. Kelly, tujuan restore dan recreation bukan hanya untuk kerja, tetapi untuk segala tujuan yang diinginkan, untuk kehidupan secara menyeluruh. John R. Kelly mengungkapkan, “we do not recreate only to work. We recreate to live”.

Selanjutnya, elemen ke-dua dari rekreasi, yaitu organisasi sosial, mengandung makna bahwa rekreasi tidak dilakukan hanya untuk tujuan rekreasi, akan tetapi untuk tujuan sosial. Dalam konteks ini, leisure atau hiburan dipandang sebagai kegiatan yang rasional. Bukan bermakna arbitrer, seperti; apa saja, di mana saja, dan kapan saja, akan tetapi mengandung suatu keteraturan, rutinisasi, dan suatu kesenangan (enjoyment).

Jika leisure atau hiburan merupakan fenomena human, maka rekreasi dalam konteks terakhir di atas dipandang sebagai fenomena sosial. Dalam konteks ini rekreasi adalah sesuatu yang disediakan (provided for), dikelola atau diorganisasikan, juga diajarkan.

Seseorang perlu belajar bagaimana melakukan rekreasi yang baik, yang memberikan manfaat bagi kehidupannya sebagai mahluk sosial, tidak hanya sekedar melakukan apa saja di luar kegiatan bekerja.

Dalam masyarakat perkotaan, dengan kompleksitas organisasi yang tinggi, rekreasi bisa menjadi sesuatu yang terpisah, baik dalam penyelenggaraan maupun dalam pemanfaatan ruang.

Perbedaan antara leisure atau hiburan dengan rekreasi dapat dijelaskan lebih lanjut, bahwa sebagai fenomena sosial, di dalam rekreasi terkandung masalah akseptabilitas, masalah organisasi maupun tujuan-tujuan sosial yang ingin dicapai.

Page 48: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

41

Kegiatan rekreasi harus merupakan sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat. Perjudian, misalnya, tidak dapat dilakukan secara terbuka sebagai rekreasi resmi. Meskipun sebagian orang tertentu melakukannya, akan tetapi masyarakat pada umumnya tidak dapat menerimanya sebagai kegiatan yang bermanfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat. Berbeda dengan olah raga tradisional maupun oleh raga yang berasal dari luar negeri, seperti; tai chi, kung fu, atau yang lainnya, yang sudah banyak dilakukan secara terorganisasi di tempat-tempat umum karena dianggap sebagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat, dimana anggotanya menjadi lebih sehat dan lebih mengakrabkan satu dengan lainnya.

Secara singkat, rekreasi sekarang ini bukan lagi merupakan konsumsi kemewahan, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan. Artinya, masyarakat saat ini bukan hanya menginginkan, akan tetapi membutuhkan rekreasi sebagai bagian dalam proses kehidupannya. John Wilson (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan rekreasi adalah kependudukan (jumlah, pendidikan, umur, pendapatan), tempat tinggal, pola kerja atau pola pemanfaatan waktu, mobilitas, komunikasi, ketersediaan, dan pola hidup.

Sebelum industrialisasi, kota-kota tumbuh sebagai pusat pemerintahan, pusat budaya, atau tempat dengan berbagai lembaga keuangan, pendidikan, dan perdagangan eceran. Pada masa industrialisasi kota-kota mendapatkan fungsi dan mempunyai peran tambahan sebagai pusat produksi. Kota-kota dengan keuntungan lokasi (misal; pelabuhan, persimpangan dengan sungai yang menjadi jalur transportasi, dan sebagainya), tumbuh dengan pesat memenuhi tuntutan kebutuhan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi.

Kota-kota tumbuh menjadi lebih kompleks dengan jejaring transportasinya, dan kegiatan produksi dalam bentuk pabrik, gudang, pemukiman buruh, serta berbagai fungsi ikutan lainnya.

Kebutuhan pendatang yang mendukung proses produksi juga perlu disediakan. Kota dengan demikian tidak hanya tumbuh dari segi ukuran penduduk maupun arealnya saja, akan tetapi juga kompleksitasnya. Kebutuhan tidak hanya semakin banyak, akan tetapi juga semakin beragam.

Leisure atau hiburan dan rekreasi menjadi bagian dari kebutuhan yang tumbuh seiring dengan perubahan pola kerja dan tuntutan industri. Kota-kota industri mempengaruhi bentuk baru dalam komposisi pemanfaatan waktu maupun ruang. Perubahan bukan hanya terjadi secara fisik, akan tetapi terjadi pada seluruh aspek kehidupan, dengan implikasi yang kompleks.

Page 49: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

42

Persoalannya kemudian adalah bahwa hiburan atau rekreasi ini melibatkan interaksi dan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Oleh karenanya perbedaan nilai dan cara pandang bisa saja terjadi. Apabila ada sementara orang yang melihat sisi positif dari hiburan dengan mengacu pada 4 (empat) manfaat di atas, maka ada beberapa orang lain yang melihat hiburan dari sudut pandang yang negatif. Misalnya: 1) gaya hidup hedonis, 2) identik dengan tempat maksiat, 3), tempat beredarnya minuman keras dan narkotika, dan beberapa stereotip lain mengenai hiburan.

Berdasarkan kedua sudut pandang di atas, maka perlu dirumuskan sebuah konsep mengenai tata kelola hiburan yang bisa meminimalisir sisi negatif dan memaksimalkan nilai positifnya. Walau bagaimanapun setiap orang pasti membutuhkan hiburan. Hanya saja, jenis dan tata kelola hiburan tersebut yang kemudian menimbulkan berbagai dampak, tidak hanya positif tetapi juga negatif, bagi kehidupan masyarakat.

Dalam konteks seperti inilah lahirnya sebuah produk hukum yang mencoba mengatur dan mengendalikan tempat-tempat hiburan serta rekreasi menjadi sangat relevan dan dibutuhkan.

B. Landasan Sosiologis

Sebagai negara yang sedang berkembang untuk menjadi maju, Indonesia dihadapkan pada dua sisi kehidupan yang jika salah dalam mengelola salah satunya, maka akan berdampak pada hilangnya jati diri kebangsaan.

Di satu sisi Indonesia harus mampu melestarikan nilai-nilai budaya yang sudah terbangun sejak lama sebagai warisan luhur pendiri bangsa, namun di sisi lain, Indonesia harus melakukan interaksi dengan dunia luar yang sudah barang tentu memiliki ragam budaya sendiri.

Dalam kondisi tertentu benturan antara dua kebudayaan tersebut tidak terhindarkan. Bahkan tidak jarang satu kebudayaan menghegemoni kebudayaan yang lain, tetapi tidak jarang pula masing-masing kebudayaan mampu bersinergi dalam satu interaksi akulturatif yang positif dan membangun.

Perspektif masyarakat Indonesia tentang upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang terus berkembang, dari yang semula berorientasi agraris menjadi industrialis, dalam banyak hal berdampak pada sendi-sendi kehidupan yang lain. Masyarakat kini tidak lagi mengandalkan luas tanah yang dimiliki untuk mensejahterakan hidupnya. Mereka harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan skill dan ketrampilan yang dimiliki untuk bisa mencapai taraf hidup yang diinginkan. Dalam kondisi seperti ini saat-saat luang, santai dan rileks, menjadi hal yang semakin sulit untuk

Page 50: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

43

didapatkan. Waktu berkumpul bersama keluarga, anjang sana ke tetangga dan sanak saudara, hampir-hampir menjadi aktifitas yang sulit terwujud.

Pada titik yang paling puncak, masyarakat mengalami kejenuhan dan sekaligus rasa rindu untuk bisa merasakan suasana santai seperti itu.

Seperti umumnya di daerah lain, kabupaten Cilacap juga terus berbenah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Beberapa infrastruktur terus diadakan dan diperbaiki guna mewujudkan hal tersebut. Mulai dari perbaikan jalan raya, penataan kota, dan peningkatan kualitas pendidikan, hingga promosi wisata terus ditingkatkan.

Dari sisi potensi, kabupaten Cilacap kaya akan sumber daya alam dan juga sumber daya manusia. Tidak hanya sektor industri yang bisa dimaksimalkan, sektor pertanian dan pariwisata juga bisa diandalkan guna menopang hajat hidup masyarakat Cilacap. Kabupaten Cilacap kaya akan minyak, memiliki banyak pantai, area persawahan, dan potensi alam yang lain. Masyarakat Cilacap juga dikenal inklusif dan toleran, sehingga, multikulturalisme benar-benar terbangun dengan baik di Kabupaten Cilacap. Semua potensi daerah ini, jika mampu dikembangkan dengan baik, tentunya akan berdampak positif bagi masyarakat Cilacap dan bangsa Indonesia.

Heteroginitas masyarakat Cilacap dan kompleksitas kehidupan mereka, ternyata membuka peluang bagi sebagian orang untuk mengembangkan beberapa usaha kreatif di kabupaten Cilacap. Salah satunya adalah usaha tempat hiburan dan rekreasi.

Saat ini di Kabupaten Cilacap sudah banyak berdiri usaha-usaha hiburan seperti arena bermain, gelanggang olah raga, karaoke, café, dan tempat hiburan yang lainnya. Tempat-tempat rekreasi juga terus dibuka dan dikelola secara professional.

Dari sisi ekonomi keberadaan tempat-tempat hiburan dan rekreasi tentu berpengaruh bagi pendapatan dan pengeluaran masyarakat. Dari sisi sosial, keberadaan tempat-tempat tersebut juga akan mempengaruhi pola interaksi dan perilaku hidup masyarakat. Dari sisi agama dan budaya, sangat mungkin keberadaan tempat-tempat tersebut akan memunculkan gesekan nilai dan norma. Sebab, sebagian besar penyelenggaraan usaha hiburan dan rekreasi mengadopsi cara hidup masyarakat modern, yang dalam banyak hal, berseberangan dengan nilai-nilai normatif di masyarakat.

Page 51: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

44

C. Landasan Yuridis

Setiap manusia memiliki hak untuk memanfaatkan waktu luang dengan melakukan beragam aktifitas. Mereka bisa bersantai di rumah, pergi ketempat-tempat hiburan, atau mengunjungi beragam tempat wisata. Yang pasti, ketika kegiatan mengisi waktu luang tersebut tidak menyalahi norma dan aturan hukum yang berlaku, maka apapu boleh dilakukan.

Kehidupan masyarakat modern yang semakin kompleks dan cepat berubah, telah membuat waktu luang yang dimiliki manusia semakin berkurang. Mereka selalu sibuk dengan rutinitas kerja dan aktifitas lain yang bersifat formal. Ini juga dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang sudah berinteraksi dengan modernitas.

Sebenarnya, Indonesia adalah salah satu negara dengan ragam budaya, seni, dan peninggalan sejarah terbaik di dunia. Hal ini, jika mampu dilestarikan dan dikembangkan dengan baik, maka bisa dijadikan alternatif utama untuk mengisi waktu luang masyarakat. Bahkan pengembangan terhadap beberapa potensi tersebut dapat menjadi pilar ekonomi bangsa yang dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang nomor 10 tahun 2009 menjelaskan bahwa potensi budaya dan seni di Indonesia bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata yang dapat menjadi salah satu pilar perekonomian bangsa. Selain itu, kebutuhan masyarakat akan adanya tempat-tempat yang menghibur dan menyenangkan juga dijadikan dasar mengapa beragam potensi tersebut harus dikembangkan.

Adanya pengakuan legal dari pemerintah terhadap pengembangan usaha wisata, membuat banyak pihak tertarik untuk mengembangkan usaha tersebut. Akibatnya, banyak sekali bermunculan usaha-usaha pariwisata yang tidak semuanya mengindahkan tata aturan yang berlaku.

Kehadiran Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor PM. 91/HK.501/MKP.2010 sedikit banyak berdampak pada ketertiban penyelenggaraan usaha kepariwisataan, khususnya tempat hiburan dan rekreasi. Peraturan Menteri ini mengatur tidak hanya jenis usaha, melainkan perijinan, zonasi, bahkan sanksi bagi pelanggar ketentuan usaha.

Selama ini, regulasi mengenai penataan dan pengendalian usaha hiburan, rekreasi serta kepariwisataan pada umumnya, masih dalam bentuk mengantisipasi adanya perilaku penyimpang dan unsur pidana dalam penyelenggaraannya.

Page 52: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

45

Di antara peraturan perundang-undangan yang dijadikan payung hukum untuk penataan dan pengendalian usaha hiburan, rekreasi dan kepariwisataan tersebut adalah :

1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Melalui undang-undang ini kemungkinan penyalahgunaan tempat hiburan dan rekreasi untuk dijadikan sebagai tempat transaksi dan penggunaan narkotika bisa ditekan. Sebab, opini yang berkembang di masyarakat, tempat hiburan identik dengan tempat transaksi dan penggunaan narkotika. Belum lagi ditambah kasus hukum menyangkut kejahatan narkotika yang memang melibatkan usaha hiburan dan rekreasi.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Keberadaan undang-undang ini setidaknya mampu menjauhkan anak-anak dari dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh tempat-tempat hiburan dan rekreasi, serta melindungi mereka dari dipekerjakan di tempat-tempat tersebut. Beberapa kasus hukum yang melibatkan tempat hiburan dan rekreasi terkait dengan pelanggaran terhadap anak, seharusnya bisa membuat penyelenggara usaha hiburan dan rekreasi semakin sadar akan pentingnya melindungi anak-anak.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Undang-undang ini bisa dijadikan pedoman untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya tindak pidana, termasuk di dalam penyelenggaraan usaha hiburan dan rekreasi.

4. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 11/M-DAG/PER/3/2012 tentang Ketentuan Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. Melalui undang-undang ini peredaran minuman berakohol bisa ditekan sedemikian rupa, tidak terkecuali di tempat-tempat hiburan dan rekreasi. Sebab, antara tempat hiburan dan minuman berakohol, selama ini masih dianggap sebagai komoditas usaha yang saling bergantung satu sama lain.

Adapun di kabupaten Cilacap, hingga saat ini, belum ada regulasi yang menata dan mengendalikan keberadaan usaha hiburan dan rekreasi. Padahal dari sisi jumlah, kedua usaha ini berkembang cukup siginifikan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, keberadaan Peraturan Daerah yang akan menata dan mengendalikan tempat hiburan dan rekreasi di kabupaten Cilacap sangat dibutuhkan. Ini dalam rangka menciptakan kondisi kehidupan masyarakat yang tertib, aman, dan sekaligus menyenangkan.

-- --

Page 53: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

46

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Rumusan Akademik Berbagai Istilah Kunci Dalam Peraturan Daerah

Berbagai istilah kunci yang terdapat dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi ini secara tidak langsung menunjukkan jangkauan regulasi dari rancangan peraturan daerah ini.

Oleh karena itu berbagai istilah kunci dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi ini penting untuk dirumuskan guna memberikan pengertian yang pasti tentang berbagai istilah kunci tersebut.

Secara garis besar, berbagai istilah kunci dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi ini terbagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :

1. Istilah kunci yang terkait dengan pihak eksekutif dalam penataan dan pengendalian tempat hiburan, yaitu; a. Pemerintah Daerah, dan b. Bupati

2. Istilah kunci terkait dengan komponen-komponen yang terkandung dalam tempat hiburan dan rekreasi, yaitu : a. Hiburan dan Rekreasi, b. Ketertiban Umum, c. Penyelenggara, d. Penonton, e. Pengunjung, f. Gelanggang Olah Raga, g. Gelanggang Seni, h. Arena Permainan, i. Hiburan Malam, j. Panti Pijat, k. Taman Rekreasi, l. Karaoke, dan m. Jasa Impresariat / Promotor

3. Istilah kunci yang terkait dengan aktifitas penataan dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi, yaitu : a. Penyidikan, dan b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Rumusan istilah-istilah kunci tersebut masing-masing adalah sebagai berikut :

Page 54: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

47

1) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Cilacap. 2) Bupati adalah Bupati Cilacap. 3) Hiburan dan rekreasi adalah semua kegiatan berupa seni

pertunjukkan, arena permainan, karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi yang lainnya yang bertujuan untuk pariwisata, tetapi tidak termasuk di dalamnya wisata tirta dan spa.

4) Ketertiban umum adalah suatu kondisi keteraturan yang terbentuk karena tidak adanya pelanggaran yang dilakukan di tempat-tempat umum terhadap peraturan yang berlaku.

5) Penyelenggara adalah Orang atau Badan Hukum, Perkumpulan Panitia yang bertindak atas nama sendiri atau atas nama orang lain yang bertanggungjawab menyelenggarakan hiburan dan rekreasi.

6) Penonton adalah setiap orang yang menghadiri pertunjukan dan atau keramaian umum untuk melihat, mendengar/menikmati, kecuali penyelenggara, para pemain dan petugas yang menghadiri untuk melakukan kewajibannya.

7) Pengunjung adalah setiap orang yang masuk ke tempat pertunjukan dan atau keramaian umum untuk menikmati atau mempergunakan fasilitas, alat, sarana, yang disediakan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, kecuali penyelenggara atau petugas yang menghadiri guna melaksanakan tugas kewajibannya.

8) Gelanggang olahraga adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berolahraga dalam rangka hiburan dan rekreasi.

9) Gelanggang seni adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk melakukan kegiatan seni atau menonton karya seni dan/atau pertunjukan seni.

10) Arena permainan adalah usaha yang menyediakan tempat dan/atau menjual fasilitas untuk bermain dengan ketangkasan.

11) Hiburan malam adalah usaha untuk menyediakan tempat dan fasilitas bersantai dan melantai diiringi musik dan cahaya lampu dengan atau tanpa pramuria.

12) Panti pijat adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas pemijatan dengan tenaga pemijat yang terlatih.

13) Taman rekreasi adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berekreasi dengan bermacam-macam atraksi.

14) Karaoke adalah suatu usaha yang menyediakan tempat, peralatan dan fasilitas untuk menyanyi yang diiringi musik dengan atau tanpa pemandu lagu.

15) Jasa impresariat/promotor adalah usaha pengurusan penyelenggaraan hiburan, berupa mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikan artis dan/atau olahragawan Indonesia dan asing, serta melakukan pertunjukan yang diisi oleh artis dan/atau olahragawan yang bersangkutan.

Page 55: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

48

16) Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan tersangka.

17) Penyidik Pengawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat ketentuan pidana.

B. Arah Pengaturan Dan Ruang Lingkup Muatan Materi Peraturan Daerah

1. Arah Pengaturan Peraturan Daerah

Orientasi yang menjadi arah pengaturan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi ini meliputi pengaturan tentang :

a. jenis usaha hiburan dan rekreasi; b. kewajiban dan larangan penyelenggara; c. tempat dan jam operasi kegiatan hiburan dan rekreasi; d. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian; e. sanksi administrasi; f. penyidikan; g. ketentuan pidana; h. ketentuan peralihan; dan i. penutup.

2. Ruang Lingkup

a. Jenis Usaha Hiburan dan Rekreasi

Dengan merujuk pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.91/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi pasal 3 ayat (2), maka jenis usaha hiburan dan rekreasi yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan rekreasi ini terdiri dari Gelanggang Olah Raga, Gelanggang Seni, Arena Permainan, Hiburan Malam, Panti Pijat, Taman Rekreasi, Karaoke, dan Jasa Impresariat / Promotor.

Secara lebih rinci, dengan merujuk pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.91/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi pasal 3 ayat (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9), dan (10), sub jenis

Page 56: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

49

dari masing-masing jenis usaha tempat hiburan dan rekreasi tersebut adalah :

1) Jenis usaha gelanggang olahraga meliputi sub jenis usaha:

a. lapangan golf; b. rumah bilyard; c. gelanggang renang; d. lapangan tenis; e. gelanggang bowling; dan f. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha gelanggang

olah raga yang ditetapkan oleh Bupati.

2) Jenis usaha gelanggang seni meliputi sub jenis usaha:

a. sanggar seni; b. galeri seni; c. gedung pertunjukan seni; dan d. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha gelanggang

seni yang ditetapkan oleh Bupati.

3) Jenis usaha arena permainan meliputi sub jenis usaha:

a. arena permainan; dan b. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha arena

permainan yang ditetapkan oleh Bupati.

4) Jenis usaha hiburan malam meliputi sub jenis usaha:

a. kelab malam; b. diskotek; c. pub; dan d. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha hiburan

malam yang ditetapkan oleh Bupati.

5) Jenis usaha panti pijat meliputi sub jenis usaha:

a. panti pijat; dan b. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha panti pijat

yang ditetapkan oleh Bupati.

6) Jenis usaha taman rekreasi meliputi sub jenis usaha:

a. taman rekreasi; b. taman bertema; dan c. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha taman

rekreasi yang ditetapkan oleh Bupati.

7) Jenis usaha karaoke meliputi sub jenis usaha karaoke.

8) Jenis usaha jasa impresariat/promotor meliputi sub jenis usaha jasa impresariat/ promotor.

Page 57: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

50

b. Kewajiban Dan Larangan Penyelenggara

Dalam rangka penataan dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi, maka diperlukan pengaturan terkait kewajiban dan larangan bagi para penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi.

Terkait dengan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi, rancangan peraturan daerah ini mengatur bahwa penyelenggara usaha tempat tempat hiburan dan rekreasi berkewajiban untuk :

1) mentaati ketentuan perijinan dan peraturan perundang-undangan perpajakan;

2) mengadakan pembukuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3) mentaati perjanjian kerja serta menjamin keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan sesuai perundang-undangan yang berlaku;

4) melakukan cek kesehatan para karyawannya 3 bulan sekali, kecuali untuk karyawan pada tempat hiburan dan rekreasi yang beresiko tinggi.

5) meningkatkan mutu penyelenggaraan usaha tempat hiburan dan rekreasi;

6) memelihara kebersihan dan keindahan lokasi serta kelestarian lingkungan usaha;

7) menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung serta mencegah timbulnya bahaya kebakaran;

8) mencegah terjadinya kegiatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, minuman beralkohol, pengedaran atau pemakaian narkoba, serta mengganggu keamanan dan ketertiban umum di tempat usahanya;

9) menyediakan sarana peribadatan dan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melaksanakan ibadah;

10) menolak penonton atau pengunjung yang berseragam sekolah atau berseragam dinas, kecuali yang sedang bertugas.

Sementara itu, terkait dengan berbagai larangan bagi

setiap penyelenggara kegiatan hiburan dan rekreasi, rancangan peraturan daerah ini mengatur bahwa penyelenggara usaha tempat tempat hiburan dan rekreasi dilarang untuk :

Page 58: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

51

1) mempekerjakan tenaga kerja di bawah umur 18 tahun dan tenaga kerja asing tanpa ijin sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;

2) menerima penonton atau pengunjung dibawah umur 18 tahun pada jenis hiburan dan rekreasi hiburan malam dan panti pijat;

3) menyimpan, menyediakan, mengedarkan, menjual, dan menjadi tempat konsumsi minuman beralkohol;

4) menyimpan, menyediakan, mengedarkan, menjual dan menjadi tempat konsumsi narkotika, psikotropika;

5) dan menggunakan tempat usahanya sebagai tempat asusila dan transaksi seksual;

c. Tempat Dan Waktu Operasi Kegiatan Hiburan Dan Rekreasi

Untuk menjamin bahwa kegiatan hiburan dan rekreasi tidak mengganggu kegiatan lain, terutama kegiatan pendidikan, keagamaan, dan perkantoran, maka dilakukan pengaturan mengenai jarak minimal sebuah tempat hiburan dan rekreasi dari tempat-tempat yang digunakan untuk aktifitas pendidikan, keagamaan, dan perkantoran.

Rancangan peraturan daerah ini menetapkan bahwa jarak minimal sebuah tempat hiburan dan rekreasi dari tempat-tempat yang digunakan untuk aktifitas pendidikan, keagamaan, dan perkantoran adalah 300 meter.

Selain itu, dalam rangka mengendalikan berbagai aktifitas hiburan dan rekreasi yang disediakan di tempat-tempat hiburan dan rekreasi, maka rancangan peraturan daera ini juga mengatur tentang waktu operasional tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap.

Pengaturan tentang waktu operasional tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut :

1) Lapangan golf waktu operasional usahanya pukul 06.00 (enam) WIB sampai dengan pukul 18.00 (delapan belas) WIB.

2) Rumah bilyar waktu operasional usahanya pukul 10.00 (sepuluh) WIB sampai dengan pukul 24.00 (dua puluh empat) WIB.

3) Gelanggang renang waktu operasional usahanya pukul 06.00 (enam) WIB sampai dengan pukul 21.00 (dua puluh satu) WIB.

Page 59: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

52

4) Lapangan tenis waktu operasional usahanya pukul 07.00 (tujuh) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

5) Gelanggang bowling waktu operasional usahanya pukul 08.00 (delapan) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

6) Sanggar seni waktu operasional usahanya pukul 07.00 (tujuh) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

7) Galeri seni waktu operasional usahanya pukul 07.00 (tujuh) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

8) Gedung pertunjukan seni waktu operasional usahanya pukul 08.00 (delapan) WIB sampai dengan pukul 24.00 (dua puluh empat) WIB.

9) Wahana permainan anak dan keluarga waktu operasional usahanya pukul 10.00 (sepuluh) WIB sampai dengan pukul 21.00 (dua puluh satu) WIB.

10) Panti pijat, refleksi, mandi uap waktu operasional usahanya pukul 10.00 (sepuluh) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

11) Taman rekreasi waktu operasional usahanya pukul 07.00 (tujuh) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

12) Taman bertema waktu operasional usahanya pukul 09.00 (sembilan) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

13) Karaoke waktu operasional usahanya pukul 13.00 (tiga belas) WIB sampai dengan pukul 24.00 (dua puluh empat) WIB.

d. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian

Dalam kaitannya dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi, rancangan peraturan daerah ini mengatur bahwa Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha penyelenggaraan tempat hiburan dan rekreasi dilakukan Bupati.

Kemudian, dalam rangka pembinaan dan pengawasan tempat hiburan dan rekreasi Bupati dapat membentuk Tim yang unsur-unsurnya dapat terdiri dari Instansi Teknis /

Page 60: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

53

Fungsional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cilacap, komponen masyarakat dan unsur-unsur lainnya, dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pengawasan dapat meliputi pemeriksaan sewaktu-waktu ke lapangan untuk memastikan kesesuaian usaha tempat hiburan dan rekreasi dengan perijinannya.

Pengendalian terhadap penyelenggaraan tempat hiburan dan rekreasi dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah yang tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab dalam bidang ketenteraman dan ketertiban umum bersama satuan kerja perangkat daerah terkait lainnya.

e. Sanksi Administrasi

Bagi penyelenggara tempat hiburan dan rekreasi yang melanggar ketentuan tentang lokasi tempat hiburan dan rekreasi, waktu operasional, tidak melakukan kewajiban, dan melakukan larangan, maka mereka akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembekuan izin usaha sementara, dan pencabutan izin usaha.

Tata cara pemberian sanksi administrasi tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

f. Penyidikan

Dalam rangka menegakan aturan yang terkandung dalam rancangan peraturan daerah ini, maka terhadap berbagai hal yang diduga merupakan pelanggaran terhadap aturan yang terkandung dalam rancangan peraturan daerah ini dilakukan penyidikan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Penyidik tersebut adalah PPNS tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan penyidik meliputi :

1) Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas.

2) Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang (pribadi atau perusahaan) tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan

Page 61: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

54

tidak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi.

3) Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau perusahaan sehubungan dengan tidak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi.

4) Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi.

5) Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bukti tersebut.

6) Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi.

7) Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa.

8) Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi.

9) Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

10) Menghentikan penyidikan.

11) Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam konteks tersebut, Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

Pimpinan penyelenggara usaha tempat tempat hiburan dan rekreasi wajib memberikan keterangan yang benar mengenai hal-hal yang diperlukan dan untuk menyertai pejabat penyidik apabila dimintai.

Penyidik harus membuat berita acara mengenai penyidikan sesuai dengan kenyataan dan kebenaran dan ditandatangani olehnya dan disampaikan kepada Bupati.

Page 62: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

55

g. Ketentuan Pidana

Penyelenggara tempat hiburan dan rekreasi yang melanggar ketentuan yang terkait dengan perlindungan anak, penyimpanan, jual beli, dan pengedaran minuman beralkohol, narkotika, dan tindak asusila, maka mereka akan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Ketentuan Peralihan

Segala jenis usaha hiburan dan rekreasi sebagaimana diatur dalam rancangan peraturan daerah ini harus segera mengikuti ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Adapun bagi tempat hiburan dan rekreasi yang sudah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dan belum sesuai dengan Peraturan Daerah ini, ketentuan penyesuaiannya diatur lebih lanjut melalui Peraturan Bupati.

i. Penutup

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Semua Peraturan Bupati yang diperlukan untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini harus diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini.

Semua usaha tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap harus menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak berlakunya peraturan daerah ini.

-- --

Page 63: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

56

BAB VI PENUTUP

Di kawasan perkotaan, termasuk Kota Cilacap dan sekitarnya, leisure atau hiburan telah menunjukkan bentuk-bentuk yang tidak hanya beragam jenisnya, akan tetapi juga berkelas-kelas, dan berkembang menjadi industri yang marak dan memberikan ciri terhadap kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai fungsi leisure atau hiburan.

Sementara itu, rekreasi (berasal dari re dan creation) merupakan sesuatu yang ekuivalen dengan leisure atau hiburan. Dalam konteks ini, rekreasi merupakan sebuah institusi sosial yang di dalamnya terkandung dua elemen utama, yaitu; elemen restorasi dan elemen organisasi sosial.

Elemen pertama, restorasi, adalah bagian dari rekreasi dimana rekreasi menjadi bagian dari kehidupan dan mempunyai arti tersendiri. Definisi yang semula hanya melihat rekreasi sebagai kegiatan yang memberi kesempatan bagi orang untuk bebas dari kerja, dianggap terlalu sempit.

Restorasi dan recreation juga sangat diperlukan dalam mencapai berbagai tujuan non kerja, seperti; menjadi warga negara yang baik, menjadi kepala atau anggota keluarga yang baik, mencapai keseimbangan emosional, membuat belajar lebih efektif, atau sekedar menjadi lebih enak.

Selanjutnya, elemen ke-dua dari rekreasi, yaitu organisasi sosial, mengandung makna bahwa rekreasi tidak dilakukan hanya untuk tujuan rekreasi, akan tetapi untuk tujuan sosial. Dalam konteks ini, leisure atau hiburan dipandang sebagai kegiatan yang rasional. Bukan bermakna arbitrer, seperti; apa saja, di mana saja, dan kapan saja, akan tetapi mengandung suatu keteraturan, rutinisasi, dan suatu kesenangan (enjoyment).

Jika leisure atau hiburan merupakan fenomena human, maka rekreasi dalam konteks terakhir di atas dipandang sebagai fenomena sosial. Dalam konteks ini rekreasi adalah sesuatu yang disediakan (provided for), dikelola atau diorganisasikan, juga diajarkan.

Seseorang perlu belajar bagaimana melakukan rekreasi yang baik, yang memberikan manfaat bagi kehidupannya sebagai mahluk sosial, tidak hanya sekedar melakukan apa saja di luar kegiatan bekerja.

Dalam masyarakat perkotaan, dengan kompleksitas organisasi yang tinggi, rekreasi bisa menjadi sesuatu yang terpisah, baik dalam penyelenggaraan maupun dalam pemanfaatan ruang.

Perbedaan antara leisure atau hiburan dengan rekreasi dapat dijelaskan lebih lanjut, bahwa sebagai fenomena sosial, di dalam rekreasi

Page 64: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

57

terkandung masalah akseptabilitas, masalah organisasi maupun tujuan-tujuan sosial yang ingin dicapai.

Kegiatan rekreasi harus merupakan sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat. Perjudian, misalnya, tidak dapat dilakukan secara terbuka sebagai rekreasi resmi. Meskipun sebagian orang tertentu melakukannya, akan tetapi masyarakat pada umumnya tidak dapat menerimanya sebagai kegiatan yang bermanfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat. Berbeda dengan olah raga tradisional maupun oleh raga yang berasal dari luar negeri, seperti; tai chi, kung fu, atau yang lainnya, yang sudah banyak dilakukan secara terorganisasi di tempat-tempat umum karena dianggap sebagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat, dimana anggotanya menjadi lebih sehat dan lebih mengakrabkan satu dengan lainnya.

Secara singkat, rekreasi sekarang ini bukan lagi merupakan konsumsi kemewahan, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan. Artinya, masyarakat saat ini bukan hanya menginginkan, akan tetapi membutuhkan rekreasi sebagai bagian dalam proses kehidupannya. John Wilson (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan rekreasi adalah kependudukan (jumlah, pendidikan, umur, pendapatan), tempat tinggal, pola kerja atau pola pemanfaatan waktu, mobilitas, komunikasi, ketersediaan, dan pola hidup.

Sebelum industrialisasi, kota-kota tumbuh sebagai pusat pemerintahan, pusat budaya, atau tempat dengan berbagai lembaga keuangan, pendidikan, dan perdagangan eceran. Pada masa industrialisasi kota-kota mendapatkan fungsi dan mempunyai peran tambahan sebagai pusat produksi. Kota-kota dengan keuntungan lokasi (misal; pelabuhan, persimpangan dengan sungai yang menjadi jalur transportasi, dan sebagainya), tumbuh dengan pesat memenuhi tuntutan kebutuhan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi.

Kota-kota tumbuh menjadi lebih kompleks dengan jejaring transportasinya, dan kegiatan produksi dalam bentuk pabrik, gudang, pemukiman buruh, serta berbagai fungsi ikutan lainnya.

Kebutuhan pendatang yang mendukung proses produksi juga perlu disediakan. Kota dengan demikian tidak hanya tumbuh dari segi ukuran penduduk maupun arealnya saja, akan tetapi juga kompleksitasnya. Kebutuhan tidak hanya semakin banyak, akan tetapi juga semakin beragam.

Leisure atau hiburan dan rekreasi menjadi bagian dari kebutuhan yang tumbuh seiring dengan perubahan pola kerja dan tuntutan industri. Kota-kota industri mempengaruhi bentuk baru dalam komposisi pemanfaatan waktu maupun ruang. Perubahan bukan hanya terjadi secara fisik, akan tetapi terjadi pada seluruh aspek kehidupan, dengan implikasi yang kompleks.

Page 65: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

58

Persoalannya kemudian adalah bahwa hiburan atau rekreasi ini melibatkan interaksi dan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Oleh karenanya perbedaan nilai dan cara pandang bisa saja terjadi. Apabila ada sementara orang yang melihat sisi positif dari hiburan dengan mengacu pada 4 (empat) manfaat di atas, maka ada beberapa orang lain yang melihat hiburan dari sudut pandang yang negatif. Misalnya: 1) gaya hidup hedonis, 2) identik dengan tempat maksiat, 3), tempat beredarnya minuman keras dan narkotika, dan beberapa stereotip lain mengenai hiburan.

Berdasarkan kedua sudut pandang di atas, maka perlu dirumuskan sebuah konsep mengenai tata kelola hiburan yang bisa meminimalisir sisi negatif dan memaksimalkan nilai positifnya. Walau bagaimanapun setiap orang pasti membutuhkan hiburan. Hanya saja, jenis dan tata kelola hiburan tersebut yang kemudian menimbulkan berbagai dampak, tidak hanya positif tetapi juga negatif, bagi kehidupan masyarakat.

Dalam konteks seperti inilah lahirnya sebuah produk hukum yang mencoba mengatur dan mengendalikan tempat-tempat hiburan serta rekreasi menjadi sangat relevan dan dibutuhkan.

-- --

Page 66: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

59

Daftar Pustaka

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997)

Alister Mathieson and Geoffrey Wall, Tourism: Economic, Physical and Social Impact, (New York : Longman Scientific and Technical, 1982)

Chafid Fandeli, “Pengertian dan Kerangka Dasar Kepariwisataan”, dalam Dasar-dasar Kepariwisataan Alam, (ed. Chafid Fandeli), (Yogyakarta : Liberty, 1995)

E. Inskeep, Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach, (New York : Van Nostrand Reinhold, 1991)

Erik Cohen, “The Sociology of Tourism: Approeches, Issues, and Finding”, dalam Annual Review of Sociology, Vol. 10, (California, 1984)

Feist Jess dan Feist Gregory J, Teori Kepribadian : Theories of Personality, (Salemba : Humanika, 2010)

G. A. Schmoll, Tourism Promotion : Marketing Background, Promotion Techniques And Promotion Planning Methods, (London : Tourism international Press, 1977)

Gamal Suwantoro, Dasar-Dasar Pariwisata, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997)

Harry Coccossis, “Tourism and Sustainability; Perspectives and Implications”, dalam G.K. Priestley, J.A. Edwards, dan Harry Coccossis, (ed), Sustainable Tourism ? European Experiences, (Wallingford : CAB International, 1996), hal. 202.

I Gde Pitana dan Gayatri Putu G, Sosiologi Pariwisata, (Yogyakarta : CV Andi Offset, 2005)

I Gede Pitana, Pelangi Pariwisata Bali, (Denpasar : Bali Post, 1999)

John R. Kelly., Leisure, second edition, (New Jersey : Englewood Cliffs, Prentice Hall, 1982)

John Wilson, Politics and Leisure, (London : Unwin Hymen, 1988)

Joseph D. Fridgen, Tourism and the Hospitality Industry, (Michigan USA : Educational Institute of the American Hotel & Motel Association, 1996)

Page 67: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

60

Kusudianto Hadinoto, Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata, (Jakarta : UI-Press, 1996)

N. S. Pendit, Ilmu Pariwisata; Sebuah Pengantar Perdana, (Jakarta : PT Pradnya Paramitha, 1994)

Oka A. Yoeti, Ekonomi Pariwisata; Introduksi, Informasi Dan Aplikasi, (Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2008)

Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung : Angkasa, 1982)

Peter Murphy, Tourism; A Community Approach, (London : Methuen & Co. Ltd., 1985)

Pizam A dan Milman, “The Social Impacts of Tourism”, dalam Industry and Environment, (Nairobi : UNEP Publication Vol. 7, No.1, 1984)

Selo Soemardjan, “Pariwisata dan Kebudayaan”, dalam Prisma No. 1 Tahun III Feb 1974, hlm. 56.

Zaenudin A. Naufal, ed., Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2011)

Page 68: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

61

LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN TEMPAT HIBURAN DAN REKREASI

Page 69: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

62

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : .......... TAHUN 2015

TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN TEMPAT HIBURAN DAN REKREASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP,

Menimbang

: a. bahwa dalam rangka menjamin terselenggaranya usaha tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap yang kondusif dan produktif, Pemerintah Daerah memandang perlu untuk melakukan penataan dan pengendalian;

b. bahwa usaha tempat hiburan dan rekreasi yang tertata dengan baik akan melahirkan dampak positif yaitu meningkatnya kualitas hidup masyarakat baik secara moral, sosial dan ekonomi di Kabupaten Cilacap;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi;

Mengingat :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3029);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3671);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235) sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5606);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Page 70: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

63

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

9. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5062);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587) sebagaimana telah di ubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 2012 Tahun 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5285);

13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja;

14. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.91/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap Nomor 13 Tahun 1989 Tentang Pemberantasan Pelacuran (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 48 Tahun 2003 Seri C Nomor 5);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 26 Tahun 2003 Tentang Ketertiban, Kebersihan Dan Keindahan (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 51 Tahun 2003 Seri C Nomor 6);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi Di Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 5 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 15 Tahun 2008);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2010 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2010 Nomor 52);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9 Tahun 2011

Page 71: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

64

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 63 Tahun 2011);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 19 Tahun 2012 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2012 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 86);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perijinan Usaha Kepariwisataan Dan Perijinan Pengusahaan Objek Dan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 24 Tahun 2012, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 91 Tahun 2012);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Dan Pengelolaan Warung Internet (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 1 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 104 Tahun 2014);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 2 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 105 Tahun 2014);

Dengan Persetujuan Bersama:

DEWAN PEWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALI-

AN TEMPAT HIBURAN DAN REKREASI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal I

18) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Cilacap. 19) Bupati adalah Bupati Cilacap. 20) Hiburan dan rekreasi adalah semua kegiatan berupa seni pertunjukkan, arena

permainan, karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi yang lainnya yang bertujuan untuk pariwisata, tetapi tidak termasuk di dalamnya wisata tirta dan spa.

Page 72: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

65

21) Ketertiban umum adalah suatu kondisi keteraturan yang terbentuk karena tidak adanya pelanggaran yang dilakukan di tempat-tempat umum terhadap peraturan yang berlaku.

22) Penyelenggara adalah Orang atau Badan Hukum, Perkumpulan Panitia yang bertindak atas nama sendiri atau atas nama orang lain yang bertanggungjawab menyelenggarakan hiburan dan rekreasi.

23) Penonton adalah setiap orang yang menghadiri pertunjukan dan atau keramaian umum untuk melihat, mendengar/menikmati, kecuali penyelenggara, para pemain dan petugas yang menghadiri untuk melakukan kewajibannya.

24) Pengunjung adalah setiap orang yang masuk ke tempat pertunjukan dan atau keramaian umum untuk menikmati atau mempergunakan fasilitas, alat, sarana, yang disediakan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, kecuali penyelenggara atau petugas yang menghadiri guna melaksanakan tugas kewajibannya.

25) Gelanggang olahraga adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berolahraga dalam rangka hiburan dan rekreasi.

26) Gelanggang seni adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk melakukan kegiatan seni atau menonton karya seni dan/atau pertunjukan seni.

27) Arena permainan adalah usaha yang menyediakan tempat dan/atau menjual fasilitas untuk bermain dengan ketangkasan.

28) Hiburan malam adalah usaha untuk menyediakan tempat dan fasilitas bersantai dan melantai diiringi musik dan cahaya lampu dengan atau tanpa pramuria.

29) Panti pijat adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas pemijatan dengan tenaga pemijat yang terlatih.

30) Taman rekreasi adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berekreasi dengan bermacam-macam atraksi.

31) Karaoke adalah suatu usaha yang menyediakan tempat, peralatan dan fasilitas untuk menyanyi yang diiringi musik dengan atau tanpa pemandu lagu.

32) Jasa impresariat/promotor adalah usaha pengurusan penyelenggaraan hiburan, berupa mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikan artis dan/atau olahragawan Indonesia dan asing, serta melakukan pertunjukan yang diisi oleh artis dan/atau olahragawan yang bersangkutan.

33) Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan tersangka.

34) Penyidik Pengawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat ketentuan pidana.

Page 73: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

66

BAB II TUJUAN, FUNGSI DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Tujuan dibentuknya Peraturan Daerah ini adalah untuk menata dan mengendalikan penyelenggaraan tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap.

Pasal 3

Fungsi Peraturan Daerah ini untuk menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan usaha tempat hiburan dan rekreasi

Pasal 4

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal sebagai berikut: a. tujuan dan fungsi; b. jenis usaha hiburan dan rekreasi; c. kewajiban dan larangan penyelenggara; d. tempat dan waktu operasi kegiatan hiburan dan rekreasi; e. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian; f. sanksi administrasi; g. penyidikan; h. ketentuan pidana; i. ketentuan peralihan; dan j. penutup.

BAB III JENIS USAHA TEMPAT HIBURAN DAN REKREASI

Pasal 5

9) Bidang usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi meliputi jenis usaha:

a. gelanggang olahraga; b. gelanggang seni; c. arena permainan; d. hiburan malam; e. panti pijat; f. taman rekreasi; g. karaoke; dan h. jasa impresariat/promotor.

10) Jenis usaha gelanggang olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi sub jenis usaha: g. lapangan golf; h. rumah bilyard; i. gelanggang renang;

Page 74: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

67

j. lapangan tenis; k. gelanggang bowling; dan l. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha gelanggang olah raga yang ditetapkan

oleh Bupati. 11) Jenis usaha gelanggang seni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi

sub jenis usaha: e. sanggar seni; f. galeri seni; g. gedung pertunjukan seni; dan h. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha gelanggang seni yang ditetapkan oleh

Bupati. 12) Jenis usaha arena permainan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi

sub jenis usaha: c. arena permainan; dan d. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha arena permainan yang ditetapkan oleh

Bupati. 13) Jenis usaha hiburan malam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi sub

jenis usaha: e. kelab malam; f. diskotek; g. pub; dan h. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha hiburan malam yang ditetapkan oleh

Bupati. 14) Jenis usaha panti pijat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi sub jenis

usaha: c. panti pijat; dan d. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha panti pijat yang ditetapkan oleh Bupati.

15) Jenis usaha taman rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi sub jenis usaha: d. taman rekreasi; e. taman bertema; dan f. sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha taman rekreasi yang ditetapkan oleh

Bupati. 16) Jenis usaha karaoke sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, meliputi sub jenis

usaha karaoke. 17) Jenis usaha jasa impresariat/ promoter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h

meliputi sub jenis usaha jasa impresariat/ promotor.

BAB IV KEWAJIBAN DAN LARANGAN PENYELENGGARA

Pasal 6

1) Penyelenggara usaha tempat tempat hiburan dan rekreasi berkewajiban untuk:

a. mentaati ketentuan perijinan dan peraturan perundang-undangan perpajakan;

Page 75: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

68

b. mengadakan pembukuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. mentaati perjanjian kerja serta menjamin keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan sesuai perundang-undangan yang berlaku;

d. melakukan cek kesehatan para karyawannya 3 bulan sekali, kecuali bagi karyawan di tempat hiburan dan rekreasi yang beresiko tinggi.

e. meningkatkan mutu penyelenggaraan usaha tempat hiburan dan rekreasi; f. memelihara kebersihan dan keindahan lokasi serta kelestarian lingkungan usaha; g. menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung serta mencegah timbulnya

bahaya kebakaran; h. mencegah terjadinya kegiatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, minuman

beralkohol, pengedaran atau pemakaian narkoba, serta mengganggu keamanan dan ketertiban umum di tempat usahanya;

i. menyediakan sarana peribadatan dan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melaksanakan ibadah;

j. menolak penonton atau pengunjung yang berseragam sekolah atau berseragam dinas, kecuali yang sedang bertugas;

2) Penyelenggara usaha tempat hiburan dan rekreasi dilarang : a. mempekerjakan tenaga kerja di bawah umur 18 tahun dan tenaga kerja asing

tanpa ijin sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. b. menerima penonton atau pengunjung dibawah umur 18 tahun pada jenis hiburan

dan rekreasi hiburan malam dan panti pijat; c. menyimpan, menyediakan, mengedarkan, menjual, dan menjadi tempat konsumsi

minuman beralkohol; d. menyimpan, menyediakan, mengedarkan, menjual dan menjadi tempat konsumsi

narkotika, psikotropika, dan menggunakan tempat usahanya sebagai tempat asusila dan transaksi seksual;

BAB V

TEMPAT DAN WAKTU OPERASI KEGIATAN HIBURAN DAN REKREASI

Pasal 7

1) Lokasi dan atau zona tertentu yang diperuntukan bagi tempat penyelenggaraan tempat hiburan dan rekreasi harus jauh dari rumah ibadah, tempat pendidikan, pemukiman penduduk dan perkantoran dengan jarak minimal 300 meter.

2) Rekomendasi dan atau ijin usaha tempat hiburan dan rekreasi diberikan setelah mendapat persetujuan warga sekitarnya.

3) Dalam menyelenggarakan usaha tempat hiburan dan rekreasi di tentukan batasan waktu operasinya.

4) Waktu operasi sebagaimana diatur pada ayat (3) dikecualikan pada hari tertentu.

Page 76: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

69

BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 8

1) Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha penyelenggaraan tempat hiburan dan

rekreasi dilakukan Bupati. 2) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan tempat hiburan dan rekreasi Bupati dapat

membentuk Tim yang unsur-unsurnya dapat terdiri dari Instansi Teknis/Fungsional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cilacap, komponen masyarakat dan unsur-unsur lainnya, dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat meliputi pemeriksaan sewaktu-waktu ke lapangan untuk memastikan kesesuaian usaha tempat hiburan dan rekreasi dengan perijinannya.

4) Pengendalian terhadap penyelenggaraan tempat hiburan dan rekreasi dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah yang tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab dalam bidang ketenteraman dan ketertiban umum bersama satuan kerja perangkat daerah terkait lainnya.

BAB VII SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 9

1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1)

dan pasal 7, dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembekuan izin usaha sementara, dan; c. pencabutan izin usaha.

2) Tata cara pemberian sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati

BAB VIII

PENYIDIKAN

Pasal 10

1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah PPNS tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut:

Page 77: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

70

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang (pribadi atau perusahaan) tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tidak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau perusahaan sehubungan dengan tidak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang yang terkait dengan tempat hiburan dan rekreasi menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

5) Pimpinan penyelenggara usaha tempat tempat hiburan dan rekreasi wajib memberikan keterangan yang benar mengenai hal-hal yang diperlukan dan untuk menyertai pejabat penyidik apabila dimintai.

6) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus membuat berita acara mengenai penyidikan sesuai dengan kenyataan dan kebenaran dan ditandatangani olehnya dan disampaikan kepada Bupati.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 11

Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam pasal 6 ayat (2) dikenakan ancaman pidana sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Page 78: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

71

BAB X KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 12

1) Segala jenis usaha hiburan dan rekreasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang

ada di wilayah Kabupaten Cilacap, harus segera mengikuti ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

2) Tempat hiburan dan rekreasi yang sudah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dan belum sesuai dengan Peraturan Daerah ini, ketentuan penyesuaiannya diatur lebih lanjut melalui Peraturan Bupati.

BAB XI

PENUTUP

Pasal 13 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai teknis

pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. (2) Semua Peraturan Bupati yang diperlukan untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini

harus diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini.

(3) Semua usaha tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap harus menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak berlakunya peraturan daerah ini.

Pasal 14 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Cilacap.

Ditetapkan di : CILACAP Pada Tanggal : BUPATI CILACAP,

Page 79: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

72

TATTO SUWARTO PAMUJI

Diundangkan di Cilacap Pada Tanggal : SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN CILACAP, SUTARJO

PENJELASAN ATAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : .....................

TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN TEMPAT HIBURAN DAN REKREASI

DI KABUPATEN CILACAP

I. UMUM

Manusia sebagai ciptaan yang paling mulia merupakan sebuah makhluk multi

dimensi. Ia baik dari segi material maupun spiritual, memerlukan keberagaman dan

menghindari keseragaman dalam kehidupannya. Salah satu fenomena keberagaman

Page 80: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

73

itu adalah kebutuhan terhadap rekreasi, hiburan, dan nuansa baru. Kegiatan ini

merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia dalam menjalani kehidupan

sehari-hari. Sebagaimana fisik manusia membutuhkan asupan makanan, jiwanya juga

memerlukan gizi. Semua insan berakal mengakui urgensitas untuk memenuhi

kebutuhan tersebut agar tercipta keseimbangan dalam diri manusia.

Namun, masalah yang lebih penting adalah memilih bentuk rekreasi dan jenis

hiburan itu sendiri sehingga bisa menjamin kesehatan fisik dan mental seseorang.

Rekreasi sehat merupakan salah satu faktor efektif untuk kesehatan seseorang.

Tujuan rekreasi adalah untuk menjamin kesehatan dan memperbarui kekuatan

serta mengumpulkan modal untuk kehidupan. Interaksi dan keakraban di antara

sesama, khsusunya anggota keluarga dan saudara, merupakan salah satu bentuk

rekreasi yang sehat. Dampak positif dari adanya kegiatan pengembangan hiburan dan rekreasi

meliputi : 1) Penciptaan lapangan kerja, dimana pada umumnya hiburan dan rekreasi

merupakan industri padat karya dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan.

2) Sebagai sumber devisa asing. 3) Hiburan dan rekreasi dan distribusi pembangunan spiritual, disini hiburan dan

rekreasi secara wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri kearah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan hiburan dan rekreasi disadari dapat menjadi dasar pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari hiburan dan rekreasi.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan hiburan dan rekreasi meliputi : 1) Hiburan dan rekreasi dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan

perekonomian terbuka, hiburan dan rekreasi menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability), khususnya kalau negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.

2) Banyak kasus kebocoran sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek hiburan dan rekreasi berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negeri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan percontohan dari hiburan dan rekreasi dan lainnya.

3) Polarisasi spasial dari industri hiburan dan rekreasi dimana perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lain. Sedangkan perusahaan kecil harus tergantung dari pinjaman atau subsidi dari pemerintah dan tabungan pribadi. Hal ini menjadi hambatan dimana terjadi konflik aspasial antara perusahaan kecil dan perusahaan besar.

4) Sifat dari pekerjaan dalam industri hiburan dan rekreasi cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerjaan musiman, tidak ada serikat buruh.

5) Dampak industri hiburan dan rekreasi terhadap alokasi sumber daya ekonomi industri ini dapat menaikkan harga tanah dimana kenaikan harga tanah dapat

Page 81: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

74

menimbulkan kesulitan bagi penghuni daerah tersebut yang tidak bekerja disektor hiburan dan rekreasi yang ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis disini.

6) Dampak terhadap lingkungan, bisa berupa polusi air atau udara, kekurangan air,

keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional. Untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalisir dampak negatif dari

hiburan dan rekreasi tersebut Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cilacap dapat melaksanakan kewenangan untuk membentuk Peraturan Daerah mengenai penataan dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup Jelas Pasal 2

Cukup Jelas Pasal 3

Cukup Jelas Pasal 4

Cukup Jelas Pasal 5

Cukup Jelas Pasal 6 Ayat (1) huruf d : yang dimaksud dengan karyawan pada tempat hiburan dan rekreasi yang beresiko tinggi adalah karyawan pada tempat hiburan dan rekreasi jenis karaoke dan panti pijat. Bagi karyawan yang bekerja sebagai Pemandu Lagu (PL) di tempat hiburan karaoke, dan karyawan yang bekerja sebagai Therapist (pemijat) di tempat hiburan panti pijat, penyelenggara usaha hiburan karaoke dan panti pijat wajib memeriksa kesehatannya 1 bulan sekali untuk menjamin bahwa karyawannya tersebut bebas dari HIZ/AIDS.

Cukup Jelas Pasal 7 Ayat (3) : Ketentuan batasan waktu operasi tempat hiburan dan rekreasi : a. Lapangan golf waktu operasional usahanya pukul 06.00 (enam) WIB sampai

dengan pukul 18.00 (delapan belas) WIB. b. Rumah bilyar waktu operasional usahanya pukul 10.00 (sepuluh) WIB sampai

dengan pukul 24.00 (dua puluh empat) WIB. c. Gelanggang renang waktu operasional usahanya pukul 06.00 (enam) WIB sampai

dengan pukul 21.00 (dua puluh satu) WIB. d. Lapangan tenis waktu operasional usahanya pukul 07.00 (tujuh) WIB sampai

dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB. e. Gelanggang bowling waktu operasional usahanya pukul 08.00 (delapan) WIB

sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB. f. Sanggar seni waktu operasional usahanya pukul 07.00 (tujuh) WIB sampai dengan

pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB. g. Galeri seni waktu operasional usahanya pukul 07.00 (tujuh) WIB sampai dengan

pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

Page 82: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

75

h. Gedung pertunjukan seni waktu operasional usahanya pukul 08.00 (delapan) WIB sampai dengan pukul 24.00 (dua puluh empat) WIB.

i. Wahana permainan anak dan keluarga waktu operasional usahanya pukul 10.00 (sepuluh) WIB sampai dengan pukul 21.00 (dua puluh satu) WIB.

j. Panti pijat, refleksi, mandi uap waktu operasional usahanya pukul 10.00 (sepuluh) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

k. Taman rekreasi waktu operasional usahanya pukul 07.00 (tujuh) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

l. Taman bertema waktu operasional usahanya pukul 09.00 (sembilan) WIB sampai dengan pukul 22.00 (dua puluh dua) WIB.

m. Karaoke waktu operasional usahanya pukul 13.00 (tiga belas) WIB sampai dengan pukul 24.00 (dua puluh empat) WIB.

Ayat (4): Pengecualian ketentuan waktu operasional tempat hiburan dan rekreasi; Jenis-jenis tempat hiburan dan rekreasi rumah bilyard, kelab malam, diskotik, pub, panti pijat, refleksi, mandi uap, dan karaoke tidak boleh beroperasi pada; a. bulan Ramadhan; b. hari-hari besar agama; Pasal 8

Cukup Jelas Pasal 9

Cukup Jelas Pasal 10

Cukup Jelas Pasal 11

Cukup Jelas Pasal 12

Cukup Jelas Pasal 13

Cukup Jelas

Page 83: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

76

Notulasi

Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap

Tentang

Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi

SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN CILACAP

LEMBAGA PENELITIAN DAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) IAIN PURWOKERTO

Kerjasama

Dengan

Page 84: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

77

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi

Hari, Tanggal : Rabu, 2 September 2015 Tempat : IAIN Purwokerto 1. Prolog

Harun al-Rasyid Salam...

Terimakasih kami ucapkan atas sambutan dari rekan-rekan tim ahli IAIN Purwokerto. Mohon maaf, tim dari Balegda belum hadir semua, karena masih di perjalanan. Insyallah 10 atau 15 menit lagi tim dari balegda bisa hadir semua.

Pertemuan kita kali akan membahas beberapa persoalan di Kabupaten Cilacap yang berkaitan dengan tempat hiburan dan rekreasi. Pembahasan ini penting untuk memperkaya materi draft perda Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi. Untuk itu nanti kami kami minta kepada kawan-kawan Balegda memberikan pandangannya terkait persoalan yang menyangkut materi Perda ini. Amat Nuri Salam...

Terimakasih kami sampaikan atas kehadiran anggota Balegda Kab. Cilacap, mudah-mudahan pertemuan kita kali ini akan mengasilkan sesuatu yang bermanfaat, khususnya terkait dengan raperda perda yang akan kita susun.

Kami juga mengucapkan terimakasih atas keparcayaan yang diberikan kepada Tim Ahli IAIN Purwokerto untuk menyusun Naskah Akademik Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pengandalian Tempat-tempat Hiburan dan Rekreasi. Ini adalah kepercayaan yang kedua diberikan kepada IAIN Purwokerto, mudah-mudahan kami bisa melaksanakannya dengan baik sesuai harapan dari anggota Balegda dan masyarakat Cilacap pada umumnya.

2. Diskusi

Parsian - Lahirnya Perda ini diharapkan mampu menata dan mengendalikan

keberadaan tempat hiburan di kab. Cilacap agar tidak berdampak

negatif, khususnya untuk generasi muda dan anak-anak.

Helmi

Page 85: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

78

- Jumlah tempat hiburan (karaoke) di kabupaten Cilacap cukup

banyak, demikian pula WNA yang ada di Cilacap. Bahkan

jumlahnya mencapai ribuan. Hanya saja yang terdaftar di

Kemensos hanya 400.

- Praktik kerja di tempat hiburan banyak yang tidak sesuai dengan

aturan (liar) bahkan banyak yang buka hingga pagi hari. Bahkan,

tidak jarang anggota dewan melihat anak-anak usia sekolah masih

nongkrong hingga jam 24 an disekitar tempat-tempat hiburan.

Rokhim - Hiburan malam identik dengan prostitusi terselubung, sehingga,

sebisa mungkin perda ini melahirkan lembaga yang bisa masuk ke

dalam untuk mengendalikan pengoperasian tempat hiburan agar

tidak bertentangan dengan peraturan dan nilai-nilai moral.

Semacam LSM yang diberi kewenangan seperti mengecek dan

memantau tempat-tempat hiburan di cilacap.

Ismangil - Kalau bisa, perda tempat hiburan singkron dengan perda HIV AIDS.

Sebab, jumlah penderita HIV di Cilacap adalah yang tertinggi di

Jawa tengah. Ironisnya, beberapa penderita HIV adalah pelajar,

seperti yang terjadi di Kec. Kawunganten dengan 12 pelajar positif

HIV dan beberapa kecamatan lainnya. Di Maos bahkan ada

penderita HIV yang mengobral dirinya secara gratis.

Tim Ahli IAIN Purwokerto: - Terimakasih atas masukan dari Bapak-bapak anggota Balegda,

semua masukan ini sangat berharga dan sangat membantu bagi

kami dalam merumuskan naskah akademik Perda Penataan

dan Pengendalian Tempat Hiburan dan rekreasi. Mudah-

mudahan dalam pertemuan yang akan datang kami sudah bisa

menampilkan gambaran awal raperdanya.

Page 86: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

79

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi

Hari, Tanggal : Senin, 7 September 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Tim Ahli IAIN Purwokerto: - Pada pertemuan kali ini kami belum mempresentasikan rancangat

Perda, tetapi masih dalam bentuk power point mengenai hasil rapat

sebelumnya yang kami sinkronkan dengan NA dan rancangan perda

yang akan disusun.

- Kami juga masih melakukan kajian terkait dengan peraturan

perundang-undangan yang relevan guna mendapatkan pandangan

menyeluruh mengenai NA dan raperda yang akan kami susun. (Tim

ahli kemudian menampilkan slide materi)

Parsian - Pada prinsipnya kami setuju dengan garis-garis pemikiran tim ahli IAIN

Purwokerto, hanya kami menyarankan agar Tim Ahli berkonsultasi

dengan beberapa dinas terkait di kabupaten Cilacap untuk

mendapatkan informasi yang lengkap.

Romelan - Bagi kami perda ini nantinya harus benar-benar mampu menata

keberadaan tempat-tempat hiburan, khususnya tempat karaoke, panti

pijat dan tempat lain yang berpotensi menimbulkan gangguan umum

serta penyalahgunaan narkoba.

- Mengenai jenis tempat hiburan saya kira perlu di singkronkan dengan

yang ada di Cilacap

Page 87: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

80

Helmi B - Perda ini saya kira harus benar-benar bisa mengendalikan peredaran

narkoba, mengurangi konsumsi alcohol, dan mematikan bisnis

berselubung prostitusi di kabupaten Cilacap.

Tim Ahli - Terimakasih atas semua masukannya. Yang jelas kami akan

menampung semua masukan dari bapak-bapak dan menjadikannya

sebagai dasar berfikir kami dalam menyusun draf raperda.

- Mengenai konsultasi dengan dinas-dinas terkait, kami memang sudah

menjadwal akan mengunjungi beberapa instansi di Kabupaten Cilacap

yang memiliki keterkaitan dengan Raperda yang akan disusun.

Rencananya kami akan sharing dengan Dinas Pariwisata, kementerian

Agama dan beberapa instansi lainnya.

- Mengenai kemungkinan adanya pelanggaran pidana yang dilakukan

oleh penyelenggara tempat-tempat hiburan, kami juga sudah

mempersiapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang bisa

dijadikan payung hukum untuk mengatasi persoalan tersebut.

Diantaranya adalah undang-undang tentang narkotika, perlindungan

anak, dan peraturan tentang miras.

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi

Hari, Tanggal : Kamis, 10 September 2015 Tempat : IAIN Purwokerto

Page 88: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

81

Tim Ahli: - Setelah menerima masukan dari anggota Balegda kami, menindak

lanjuti dengan menyusun draft sementara raperda sebagaimana yang

sudah ada di tangan bapak/ ibu sekalian. Mohon untuk dicermati dan

diberi masukan lagi guna penyempurnaannya.

- Insyallah, sesuai konfirmasi dengan dinas pariwisata, kami akan

melakukan kunjungan dan sharing ke kantor dinas pariwisata jum‟at

besok.

Harun al-Rasyid - Saya kira draft yang kami terima masih ada beberapa hal yang perlu

diperbaiki dan ditambahkan. Misalnya, disini belum memasukkan pasal

mengenai sanksi, padahal bab tentang sanksi ada.

- Beberapa kesalahan tulis juga masih ditemuka, jadi mohon tim ahli

untuk melakukan perbaikan.

Romelan - Ada dua hal yang akan saya sampaikan sebagai masukan untuk draft

ini, yaitu:

a. Ada beberapa tata urut peraturan perundang-undangan dalam

konsideran yang belum sesuai dengan pedoman penyusunan

peraturan perundang-undangan.

b. Beberapa UU yang dijadikan dasar hukum juga perlu dicek lagi

update tidaknya, sebab, ada kemungkinan beberapa UU sudah

mengalami perubahan.

Didi - Mengenai jadwal operasi tempat-tempat hiburan saya kira perlu di

sesuaikan dengan hasil public hearing. Sehingga jam-jam yang tertera

dalam draft ini belum permanen dan masih bisa dirubah.

- Masalah zonasi nampaknya juga perlu di sesuai kan dengan peraturan

mengenai tata ruang di kabupaten Cilacap

Toni Osmon - Saya kira mengenai sanksi perlu dikonfirmasi dengan peraturan

perundang-undangan yang terkait.

- Perlu juga dipilah mana pelanggaran yang bersifat administratif, pidana

ringan atau pidana berat. Sehingga sanksi yang dijatukan bisa

menciptakan rasa keadilan.

Tim Ahli:

Page 89: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

82

- Terimakasih atas masukan dari bapak/ ibu sekalian. Ini adalah draft

kami yang untuk pertama kalinya dibahas. Sehingga kami menyadari

betul bahwa di sana-sini masih ditemukan kekurangan. Masukan dan

saran dari bapak/ ibu sekalian inilah nantinya yang akan kami jadikan

sebagai bahan untuk perbaikannya.

- Mengenai zonasi dan waktu operasional, ini memang tidak bersifat

permanen. Kami akan menyesuaikannya dengan hasil public hearing

dan peraturan di kabupaten cilacap mengenai tata ruang.

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi

Hari, Tanggal : Jum’at, 11 September 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Harun al-Rasyid - Membuka rapat dan mempersilahkan Tim Ahli untuk

mempresentasikan hasil perbaikannya

Tim Ahli - Kami telah melakukan berberapa revisi terkait dengan draf Raperda

sesuai dengan masukan dari bapak/ ibu sekalian dan hasil sharing

kami dengan dinas pariwisata.

Page 90: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

83

- Perubahan yang kami lakukan adalah mengenai jenis tempat hiburan

serta masalah sanksi dan penyidikan.

- Silahkan bapak- ibu sekalian mencermati dan memberikan masukan

terkait dengan draft tersebut.

Helmi - Saya kira sebagai draft sebelum public hearing ini sudah baik. Tetapi

saya menyarankan agar tim ahli membuka kembali perda-perda di

kabupetan cilacap yang terkait dengan hal ini agar materi dalam draft

ini tidak menyalahi peraturan perundang-undngan yang sudah berlaku.

Romelan - Saya menyarankan agar konsideran yang ada di draft menyesuaikan

dengan landasan filosofis, sosiologis dan yuridis dalam penyusunan

NA sebuah peraturan perundang-undangan.

- Dalam bagian dasar hukum, saya menemukan masih ada beberapa

peraturan perundang-undangan yang sama. Mohon untuk dipilih salah

satunya saja.

Didi - Saya menemukan ada beberapa kesalahan ketik, mohon untuk

diperbaiki.

- Perlu diatur mengenai penyelenggaraan tempat hiburan yang sudah

ada sebelum perda ini lahir. Jangan sampai gara-gara perda ini

disahkan, pihak penyelenggara mengalami kerugian besar, misalnya

mereka harus pindah lokasi gara-gara berdekatan dengan sekolah.

Padahal untuk pindah lokasi butuh biaya besar.

Toni Osmon - Saya kira perlu memasukkan pasal khusus mengenai Pemandu lagu,

sebab selama ini yang menjadi sorotan dalam persoalan tempat

hiburan, hubungannya dengan transaksi seksual adalah pemandu

lagu.

Tim Ahli - Terkait dengan kesalahan teknis penulisan akan kami perbaiki segera.

- Mengenai penyelenggara tempat hiburan yang sudah ada sebelum

perda ini lahir akan masukkan dalam pasal peralihan

- Kami kira mengenai pasal khusus PL tidak perlu dicantumkan, karena

ini sama dengan kita menyetujui stigma negative masyarakat yang

belum tentu benar semua. Kami berbaik sangka bahwa tidak semua

PL adalah seperi yang dituduhkan masyarakat.

Page 91: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

84

- Terkait dengan masukan dari pak Harun, kami sudah melakukan studi

terhadap banyak sekali perda di Kabupaten Cilacap yang berhubungan

dengan perda yang akan kami selesaikan penyusunannya ini.

Kesimpulan kami materi dalam pasal-pasal ini tidak menyalahi

peraturan perundang-undangan yang sudah berlaku.

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi

Hari, Tanggal : 30 September 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Tim ahli (Sony Susandra) - Pasca public hearing kita melakukan beberapa perbaikan dan

penambahan sesuai dengan masukan peserta public hearing.

- Perbaikan-perbaikan tersebut meliputi:

a. Penambahan konsideran

b. Penyempurnaan pasal mengenai jenis-jenis tempat hiburan dan

rekreasi

c. Perubahan pada pasal sanksi, dengan mengacu pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini kita mengacu

pada undang-undang perlindungan anak dan narkotika. Tetapi dari

kedua perundang-undangan tersebut kita lebih cenderung

menggunakan UU perlindungan anak untuk menjatuhkan sanksi

kepada penyelenggara yang melanggar.

d. Penambahan bab dan pasal mengenai penyidikan.

Toni Osmon - Ada beberapa kesalahan penulisan yang perlu diperbaiki.

Page 92: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

85

- Untuk pasal mengenai waktu, saya mengusulkan agar pada malam

jum‟at tempat hiburan tersebut ditutup total.

- Perlu ditambahkan pasal mengenai pemantauan rutin dan pasal

mengenai kewajiban lapor bagi para penyelenggara kepada instansi

terkait.

Harun al-Rosyid - Untuk menanggulangi berkembangnya penderita HIV di kab. Cilacap

perlu kiranya ditambah pasal mengenai pemandu lagu.

Romelan - Perlu ditambah pasal mengenai keharusan penyelenggara untuk

melakukan chek kesehatan kepada para karyawan, terutama

mengenai bebas narkoba dan alcohol.

- Jika tidak memungkinkan, maka perlu diberi penegasan menenai pasal

kewajiban dan larangan dalam pentuk pasal penjelas.

- Pasal mengenai saksi perlu disesuaikan dengan kapasitas perda yang

hanya menyangkut tindak pidana ringan (tipiring) dan menjadi

kewenangan PPNS.

- Mengenai bab penyidikan perlu disusun lagi sehingga bisa merangkul

tema utama, yaitu: siapa itu penyidik dan proses penyidikan.

Toni Osmon - Pasal sanksi karena sudah ada peraturan mengenai tindak pidana

khusus, maka ketentuan sanksinya disesuaikan dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

- Atau dibagi bahwa ada saksi yang menjadi kewenangan polri dan ada

yang menjadi kewenangan PPNS.

- Pasal mengenai waktu perlu disesuaikan dengan konteks masyarakat

cilacap. Kalau mau dicarikan padanannya ditmpat lain, usahakan di

cari daerah yang memiliki kedekatan sosio-kultur dengan cilacap.

Page 93: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

86

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi

Hari, Tanggal : Jum’at 02 Oktober 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Tim Ahli - Kata memastikan HIV/AIDS tetap dengan kata tersebut dengan skala

pemeriksaan 3 bulan sekali. Dalam UU pemeriksaan minimal 1 tahun

sekali. Kalo PL belum tentu Psk. Biaya pemeriksaan kesehatan

ditanggung pemilik perusahaan. Besar kecilnya karaoke tidak

bergantung dengan besar kecilnya tempat usaha, karena itu

tanggungjawab perusahaan.

- Berikutnya tentang saknsi dibagi dua, sanksi administrative dan sanksi

pidana

- Ketentuan Pidana apakah di dalam naskah perda atau dipenjelasan.

Sementara masuk penjelasan.

Romelan - Pemeriksaan minimal tiga bulan. Apakah PL pasti pelacur. Kalo PSK

wajib pemeriksaan satu bulan sekali. Pemeriksaan melibatkan RSU.

Perlu dipilah karyawan tempat hiburan yang karyawanya perlu

diperiksa secara berkala. Perlu dijelaskan karyawan tempat hiburan

selain panti pijat, karaoke. Termasuk pub, kelab malam dan diskotik.

Masalah Alkohol termasuk tipiring. Perda Miras yang ada Ambigu.

Pemilihan ancaman pidana karena ada perbedaan penanganan

kasusnya. Coba lihat pasal penyidikan terkait dengan PPNS.

Permendag tidak perlu dijadikan konsideran karena bertentangan

dengan Perda Miras yang sdh ada.

Harun - Kata memastikan tetap untuk penekanan Sebaiknya setiap bulan

sekali, selama tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Page 94: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

87

Sebagian karaoke belum berizin.Ada dua belas pelajar positive HIV.

Penghasilan PL minimal tiga juta dari TIPS. Kemungkinan

penggusuran tempat hiburan aka nada reaksi dari masyarakat yang

selama ini diuntungkan kehadiran karaoke. Tempat karaoke bervariasi.

Perda ini perlu diperketat. Diskotik dan pub perlu diatur.

Rohim Semua pekerja dianjukan BPJS. PL lebih pada melanggar norma. Tim Ahli - Pemeriksaan satu bulan terlalu cepat. PL belum tentu PSK

- Pemeriksaan wajib dirumah sakit daerah

- Kata Karyawan termasuk tenaga administrasi. Jadi perlu ditinjau ulang.

Staf Dewan - Penulisan ayat dalam kurung

- Ancaman pidana disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

- Tempat hiburan dilarang menjadi tempat konsumsi alcohol

- Penjelasan ketentuan pidana tidak perlu.

Kegiatan : Public Hearing Penyusunan Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap

Page 95: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

88

Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi

Hari, Tanggal : Selasa, 15 September 2015 Tempat : IAIN Purwokerto

1. Sony Susandra (TIM Ahli IAIN Purwokero)

- Tugas Tim ahli adalah membuat regulasi dalam bentuk perda yang mengatur tentang penataan dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap, sebagaimana yang diamanatkan oleh DPRD kabupaten Cilacap.

2. DPW FPI

- Sebagai umat muslim kita harusnya merasa resah dengan adanya tempat-tempat hiburan di Kabupaten Cilacap.

- Perda seharusnya bukan menata atau mengendalikan, tetapi melarang keberadaan tempat-tempat hiburan.

3. Ahmad Sularno (wali laskar FPI)

- Tempat hiburan karaoke, diskotik, panti pijat dan sejenisnya, realitasnya menjadi tempat maksiat dan tempat traksi alat-alat maksiat, dan sumber dari bermulanya kegiatan-kegiatan yang meresahkan masyarakat.

- Setelah beberapa kali kami melakukan sweeping di banyak tempat di cilacap, kami selalu menemukan adanya minuman keras, alat-alat maksiat, dan bahkan kondom.

- Beberapa pekerjanya juga masih di bawah umur.

4. SATPOL PP

- Sanksi pidana dan administrasi kalau bisa dipisahkan.

- Kalau bisa ditambahkan pasal penyidikan.

5. YPI al-Azhar

- Sepakat bahwa hiburan dan rekreasi itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Agama Islam juga mengajarkan pentingnya hiburan dan rekreasi.

- Perlu penyisiran ulang, mana tempat hiburan dan rekreasi yang benar-benar tempat hiburan dan rekreasi yang dibutuhkan dan

Page 96: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

89

bermanfaat, dan mana tempat hiburan dan rekreasi yang sebenarnya justru bertentangan dengan fungsi dan tujuan hiburan dan rekreasi itu sendiri.

- Tempat-tempat hiburan malam tidak kami butuhkan dan bertentangan nilai-nilai pendidikan.

- Kalau memang akan di atur dan ditata mengenai tempat-tempat hiburan, maka sebisa mungkin yang ditata dan dikelola adalah tempat-tempat hiburan yang tidak bertentangan nilai-nilai agama serta pendidikan, sedangkan tempat hiburan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan pendidikan sebaiknya ditutup saja.

6. Anisa (Camat)

- Nampaknya public hearing perlu dipisah antara pengusaha dan elemen-elemen keagamaan

7. FPI

- Seandainya perda ini diloloskan maka saran FPI, maka pengawasan harus diperketat dan jika ada pelanggaraan tolong sanksinya diperberat.

8. Bagian HUKUM

- Pada prinsipnya kami menyambut baik adanya perda ini, sebab kabupaten cilacap tidak bisa menafikan keberadaan tempat-tempat hiburan dan rekreasi.

- Bentuk penataannya belum ada, khususnya perijinan.

- Bentuk pengendalian juga perlu diperjelas

- Konsederan perlu diperiksa lagi mengenai kemungkinan perundang-undangan yang sudah tidak berlaku.

- Jenis-jenis tempat hiburan perlu diperjelas lagi, karena ada tempat-tempat hiburan yang tidak terakomodir.

9. Thomas (pengusaha karaoke)

Sebelum public hearing seharusnya kami melakukan sharing dulu dengan sesama pengusaha karaoke, sehingga suara kami bisa bulat dan padu.

-- --

Page 97: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

90

NOTULASI PUBLIC HEARING PENYUSUNAN RAPERDA PENATAAN DAN PENGENDALIAN TEMPAT HIBURAN

DAN REKREASI

Cilacap, 15 September 2015 10. Sony Susandra (TIM Ahli IAIN Purwokero)

- Tugas Tim ahli adalah membuat regulasi dalam bentuk perda yang mengatur tentang penataan dan pengendalian tempat hiburan dan rekreasi di Kabupaten Cilacap, sebagaimana yang diamanatkan oleh DPRD kabupaten Cilacap.

11. DPW FPI - Sebagai umat muslim kita harusnya merasa resah dengan adanya tempat-

tempat hiburan di Kabupaten Cilacap. - Perda seharusnya bukan menata atau mengendalikan, tetapi melarang

keberadaan tempat-tempat hiburan. 12. Ahmad Suratno (wali lascar FPI)

- Tempat hiburan karaoke, diskotik, panti pijat dan sejenisnya, realitasnya menjadi tempat maksiat dan tempat traksi alat-alat maksiat, dan sumber dari bermulanya kagiatan-kegiatan yang meresahkan masyarakat.

- Setelah beberapa kali kami melakukan sweping di banyak tempat di cilacap, kami selalu menemukan adanya minuman keras, alat-alat maksiat, dan bahkan kondom.

- Beberapa pekerjanya juga masih di bawah umur. 13. SATPOL PP

- Sanksi pidana dan administrasi kalau bisa dipisahkan. - Kalau bisa ditambahkan pasal penyidikan.

14. TK YPI al-Azhar - Tempat-tempat hiburan malam tidak kami butuhkan dan bertentangan

nilai-nilai pendidikan. - Kalau memang akan di atur dan ditata mengenai tempat-tempat hiburan,

maka sebisa mungkin yang ditata dan dikelola adalah tempat-tempat hiburan yang tidak bertentangan nilai-nilai agama serta pendidikan.

15. Camat - Nampaknya public hearing perlu dipisah antara pengusaha dan elemen-

elemen keagamaan 16. FPI

- Seandainya perda ini diloloskan maka saran FPI, maka pengawasan harus diperketat dan jika ada pelanggaraan tolong sanksinya diperberat.

17. Bagian HUKUM

Page 98: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

Naskah Akademik Raperda Penataan dan Pengendalian Tempa Hiburan dan Rekreasit

91

- Pada prinsipnya kami menyambut baik adanya perda ini, sebab kabupaten cilacap tidak bisa menafikan keberadaan tempat-tempat hiburan dan rekreasi.

- Bentuk penataannya belum ada, khususnya perijinan. - Bentuk pengendalian juga perlu diperjelas - Konsederan perlu diperiksa lagi mengenai kemungkinan perundang-

undangan yang sudah tidak berlaku. - Jenis-jenis tempat hiburan perlu diperjelas lagi, karena ada tempat-

tempat hiburan yang tidak terakomodir. 18. Thomas (pengusaha karaoke)

- Sebelum public hearing seharusnya kami melakukan sharing dulu dengan sesama pengusaha karaoke, sehingga suara kami bisa bulat dan padu.

Page 99: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

PERJANJIAN KERJASAMAANTARA

SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP

DENGAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PURWOKERTO

NoMoR i602.1 t0655 113 12Q111n.23lLPPM/ PP.06/1 09/201 5

TENTANGKEGIATAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RAPERDA TENTANG

PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN RAPERDA TENTANG PENATAAN DANPENGENDALIAN TEMPAT HIBURAN DAN REKREASI

Pada hari ini, Selasa tanggal Satu bulan September tahun Dua Ribu Lima Belas( 1 - I - 2015 ), kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. SUMARYO, S.Sos., MM.

2. Drs. AMAT NURI, M.Pd.l Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakat lnstitut Agama lslam Negeri Punrvokerto,beralamat di Kampus Jl. A. Yani Nomor 40 APurwokerto, berdasarkan Keputusan Rektor lnstitutAgama lslam Negeri (lAlN) Purwokerto Nomor 386Tahun 2015 tentang Pejabat Pengganti Sementara(Pgs.) Ketua Lembaga Penelitian dan PengabdianKepada Masyarakat (LPPM) lnstitut Agama lslamNegeri (lAlN) PuMokerto, bertindak untuk dan atasnama serta oleh karenanya sah mewakili LembagaPenelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)lnstitut Agama lslam Negeri Purwokerto, yangselanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

Berdasarkan:1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Tahun 1950Nomor 24, Berita Negara tanggal 8 Agustus '1950)

;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 201 1 tentang Pembentukan peraturan perundang-undangan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2011 Nomor 92, TambahanLembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5234);

Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten Cilacap, beralamat di Jalan JenderalSudirman No. 52 Cilacap, berdasarkan KeputusanBupati Cilacap Nomor 821.2 I 060 I 2015 tanggal 16Juni 2015, tentang Pengangkatan/Penunjukan DalamJabatan Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten Cilacap, bertindak untuk dan atas namaserta oleh karenanya sah mewakili Sekretariat DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap yangselanjutnya disebut PIHAK KESATU

Page 100: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraTahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5587)Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor gTahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2015 Nomor58, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan PeraturanTata Tertib Dewan Penrakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan PenryakilanRakyat Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Nomor 22, TambahanNegara Republik lndonesia Nomor 5014);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai BerlakunyaUndang-Undang Nomor 13 Tahun '1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupatendalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 20O4 tentang Kedudukan Protokoler danKeuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara

Tahun 20O4 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4416) Sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007

tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 20M tentang

Kedudirkan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Penrakilan Rakyat

Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor47, Tambahan Lembaran Negara Nomor

BAB I

TUGAS DAIT PEKERJAANPagal t

4712\;

7. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011, tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah'

8. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 13 Tahun 20M tentang Kedudukan

Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten cilacap (Lembaran

D;;h Kabupaten cila;piaiiun 200a Nomor 13, Seri c Nomor 7), sebagaimana telah

diubah terahir oeng"n-plr"turin Daerah Kabupaten cilacap-Nomor 4^Tahun 2008

t"-.i-s -F"ruu"n"n-

retiga atas peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2004 tentang

Kedudukan protokoler J""n xrr"ng"n Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap

ii-.i"o"t* o*rah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 4);

g.PeraturanDaerahKabupatenCilacapNomor:22Tahun2014tentangAnggaran- ;il;;;L;J"n e"r"ni"-6;"h Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015;

10. peraturan Bupati cilacap Nomor : g5 Tahun 20.14 tentang penjabaran Anggaran'"

ir.i,O:Iplan-Jln e.r"nil6"ei"n kauupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015'

PARAP|HAKsepakatmembuatPerianjianKerjasamauntukpelaksanaanKegiatanpenyusunan Naskah nf"i"rii-n"perda ientang iemberdayaan Koperasi dan Raperda

tentrang penataan O"n p"nilnj"fianTempatHibriran dan Rekieasi dengan ketentuan syarat

- syarat sebagai berikut :

PIHAK KESATU memberikan tugas dan qakerlaln kepada PIHM KEDUA dan PIHAK

KEDUA menerima trg". ,ntuk-i"irr""nit "n irereri*Jn Penyusunan Naskah Akademik

Raoerda tentang e"r#ra'"yr"1'-i"p.i".i 'Oar '' iaperOa tentang Penataan dan

Pengendalian Tempa! XiOuiantan Rekreasi' q9$?l ketentuan sebagai berikut:

a. Datam metaksanakan "i;#;ii-AK'ieO-UA O-i*"iiOian meiratuni dan memenuhi

" ;#;rJ;v""g tt'd"p"i'ojo" oot'*"n Surat Perianiian Keriasama'

b. Dalam melaksanakan ;i,fi;;";iiliia ieoue ti;"l"'rergiLrti petuniuk - petunjuk /

" ffi;;;;6'Jib",ik"n oen itrnx KEsAru'

Page 101: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

c. Dalam pemeriksaan dan penyelesaian pekerjaan, PIHAK KESATU memberikan tugaskepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Panitia Pelaksana Kegiatan danPejabat Pemeriksa dan Penerima Barang / Jasa Kegiatan Penyusunan Naskah AkademikRaperda tentang Pemberdayaan Koperasi dan Raperda tentang Penataan danPengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi.

BAB IIRUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang Lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi Penyusunan Naskah Akademik Raperdatentang Pemberdayaan Koperasi dan Raperda tentang Penataan dan Pengendalian TempatHiburan dan Rekreasi.

BAB IIIHAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 3

(1) Hak PIHAK KESATU adalah :

a. Memeriksa dan menilai pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA selamamelaksanakan pekerjaan.

b. Meminta laporan pelaksanaan pekerjaan kegiatan Penyusunan Naskah AkademikRaperda tentang Pemberdayaan Koperasi dan Raperda tentang Penataan danPengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA.

(2) Kewajiban PIHAK KESATU adalah :

a. Melaksanakan pembayaran sesuai dengan waktu dan jumlah yang telah disepakatiPARA PIHAK.

b. Memberikan masukan / saran kepada PIHAK KEDUA untuk kelancaranpelaksanaan pekerjaan.

Pasal 4

(1) Hak PIHAK KEDUA adalah ;

Menerima pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan sesuaidengan waktu dan jumlah yang telah sepakati.

(2) Kewajiban PIHAK KEDUA adalah :

a. Menyediakan tempat rapat di kota kedudukan LPPM, dalam rangka pembahasansetiap Naskah Akademik Raperda dimaksud sejumlah 6 (enam) kali pertemuan.

b. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadual pelaksanaanpekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).

c. Menyerahkan pekerjaan sesuai dengan jadual penyerahan pekerjaan yang telahditetapkan dan Kerangka Acuan Kerja (KAK).

d. Melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, serta berkewajibanmemenuhi ketentuan pekerjaan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IVHASIL PEKERJAAN

Pasal 5

Hasil Pekerjaan Yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 Surat Perjanjian Kerjasama ini terdiri atas Penyusunan Notulen, Laporan Awal,Laporan Akhir dan Naskah Akademik Raperda tentang Pemberdayaan Koperasi danRaperda tentang Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi (5 buku) dan 1

buah soft copy dari masing-masing penyusunan buku tersebut diatas.

Page 102: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

BAB VJANGKA WAKTU

Pasal 6

('1 ) Perjanjian Kerjasama ini berlaku selama 1 (satu) bulan, mulai bulan September 2015sampai dengan bulan Oktober 2015.

(2) Pekerjaan sebagaimana tersebut pasal 'l Surat Perjanjian kerjasama dianggap selesaiapabila PIHAK KEDUA telah menyerahkan Master Buku Naskah Akademik Raperdasebagaimana tersebut pasal 5 Surat Perjanjian Kerjasama ini, dan disetujui oleh TimTeknis Swakelola yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan dlterimaoleh PIHAK KESATU.

(3) Apabila PIHAK KEDUA karena sesuatu hal memerlukan perpan,jangan waktupelaksanaan pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal yang diluar kemampuan dankekuasaannya, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan PIHAK KESATU dengandisertai alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

(4) Apabila alasan-alasan tersebut dapat diterima, PIHAK KESATU akan memberikanperpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai kebutuhan dan peraturan yangberlaku.

BAB VIPEMBIAYAAN

Pasal 7

1) Jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2015 sesuai Peraturan Bupati Cilacap Nomor:81 Tahun 2014 tentang standart satuan harga dilingkungan Pemerintah DaerahKabupaten Cilacap Tahun 2015, dengan perincian sebagai berikut :

a. Honorarium Tim Ahli NA Raperda tentang Pemberdayaan KoperasiRp 1.500.000,- x 6 orang x 6 Kegiatan Rp. 54.000.000,-

b. Honorarium Tim Ahli NA Raperda tentang Penataan danPengendalian Tempat Hiburan dan RekreasiRp '1.500.000,- x 6 orang x 6 Kegiatan Rp. 54.000.000,-

c. Materi Raperda :

- Naskah Akademik : 5 bh x 2 NA,/Raperda @ Rp.1 .500.000,- Rp 3.000.000,-- Laporan Final : 5 bh x 2 NA,/Raperda @ Rp.1.500.000,- Rp 3.000.000,-

Jumlah yang diterima Tenaga Ahli Rp.1 14.000.000,-2) Biaya pelaksanaan pekerjaan yang lain diatur oleh Sekretariat DPRD Kabupaten Cilacap

sesuai ketentuan Peraturan Perundang - undangan.

BAB VIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 8

Pembayaran pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dilakukansecara berkala sesuai perkembangan pekerjaan.

BAB VIIISANKSIDAN DENDA

Pasal 9

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka waktuyang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, maka setiap hari keterlambatanF;XIX feOUe wajib membayar denda sebesar 1 permil setiap hari dan atau maksimal 5 o/o

( lima persen )dari total biaya kepada PIHAK KESATU.

Page 103: Draft Final - iainpurwokerto.ac.idiainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2018/11/penataan-dan... · Tentang Penataan Dan Pengendalian Tempat Hiburan Dan Rekreasi Draft Final SEKRETARIAT

(1) PIHAK KEDUA dirarang memutuskan secara sepihak perjanjian kerjasama ini seberum.^. iangka waktu perjanjian

ferjasama ini sebagaimana dimaksud'daram iai] o oerarnir.(2) Perjanjian Kerjasama ini berakhir atau baial dengan sendirinya apabila ada ketentuanundang-undang yang tidak memungkinkan berringsungnya perjanjian kerjasama ini,tanpa terikat batas waktu sebagaimana dimaksud paOa ayaf 1t y.(3)Apabila PIHAK KEDUA.r"r.lt-r.*31 perjanjiah terlisami seberum jangka waktuperjanjian ini berakhir, maka pIHAK KEDUA oirenakan denda sebesa r 2;/o dari jumlah

pembayaran yang diterima.(4) PIHAK KESATU tidak bertanggungjawab dan oleh karenanya tidak dapat dikenakan

tuntutan ganti rugi dari p.ihak manapun atas terjadinya pengakhiran perjanjian secarasepihak oleh PIHAK KEDUA dan atau karena sebab-seUaO tai-n yang disebabkan karenakesalahan dan kekhilafan PIHAK KEDUA.

(5) Kerugian dari pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sepenuhnya menjaditanggungjawab PIHAK KEDUA.

BAB IXPEMUTUSAN PERJANJIAN

Pasal ,10

BAB XPENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 11

(1) Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak akan diselesaikan secarakekeluargaan / Musyawarah untuk mufakat.

(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak tercapai kedua belahpihak bersepakat untuk menyelesaikan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 12

Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini atau perubahan yang dianggapperlu oleh PARA PIHAK akan diatur lebih lanjut dalam Perjanjian Tambahan yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Perjanjian Kerjasama ini.

Demikian Surat Perjanjian Kerjasama ini ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan dibuatdalam rangkap 5 ( lima ) dengan ketentuan lembar KESATU dan lembar kedua dari SuratPerjanjian Kerjasama ini dibubuhi materai secukupnya yang masing - masing mempunyaikekuatan hukum yang sama dan beberapa salinan ( Copy ) sesuai kebutuhan.

PIHAK KEDUA PIHAK KESATU

3

Drs. AMAT NURI M.Pd.l. o .S MM.

NrP. 19630707 199203 1 001 0414 198703 1 015

V^