draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN...

157
L A M P I R A N PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL 1997/98 S/ D 31 MARET 1998/99 ) REPUBLIK INDONESIA

Transcript of draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN...

Page 1: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

L A M P I R A N

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

DI DEPAN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

15 AGUSTUS 1998

PELAKSANAAN TAHUN KEEMPATREPELITA VI

( 1 APRIL 1997/98 S/ D 31 MARET 1998/99 )

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

D A F T A R I S I

Halaman

Bab I. Umum .................................................................. I/3 – 78Bab II. Keuangan Negara, Perkembangan Moneter dan

Lembaga-Lembaga Keuangan ................................ II/3 – 72

Bab III. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar Negeri ................................................................... III/3 – 35

Bab IV. Penanggulangan Kemiskinan ................................. IV/3 – 35 Bab V. Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja ... . . V/3 – 48 Bab VI. Pangan dan Perbaikan Gizi..................................... VI/3 – 42 Bab VII. Pengembangan Usaha Nasional, Koperasi dan

Perdagangan Dalam Negeri.................................... VII/3 – 73

Bab VIII. Ilmu pengetahuan dan Teknologi, Kelautan danKedirgantaraan ...................................................... VIII/3 – 34

Bab IX. Pembangunan Daerah dan Transmigrasi ................ IX/3 – 72Bab X. Pembangunan Perkotaan, Perdesaan, Perumahan

Dan Permukiman .................................................. X/3 – 40

Bab XI. Lingkungan Hidup, Penataan Ruang, dan Per-tanahan ................................................................. XI/3 – 47

Bab XII. Industri ................................................................. XII/3 – 39 Bab XIII. Pertanian, Pengairan dan Kehutanan...................... XIII/3 – 70 Bab XIV. Transportasi .......................................................... XIV/3 – 42 Bab XV. Pertambangan dan Energi...................................... XV/3 – 55 Bab XVI. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi...................... XVI/3 – 34Bab XVII. A g a m a............................................................... XVII/3 – 29

Page 3: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

HalamanBab XVIII. Pendidikan, Olahraga, Kebudayaan Nasional dan

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa....... XIII/3 – 34 Bab XIX. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial dan Penang-

Gulangan Bencana, Kependudukan dan KeluargaSejahtera ............................................................... XIV/3 – 52

Bab XX. Peranan wanita, Anak dan Remaja, dan Pemuda.... XV/3 – 25 Bab XXI. H u k u m.............................................................. XVI/3 – 30Bab XXII. Politik Dalam Negeri dan Hubungan Luar Negeri. . XVII/3 – 35 Bab XXIII. Penerangan, Komunikasi dan Media Massa............ XIII/3 – 26 Bab XXIV. Pertahanan Keamanan ........................................... XXIV/3 – 38 Bab XXV. Aparatur Negara dan Pengawasan Pembangunan.. . XXV/3 – 48 Bab XXVI. Sistem Informasi dan Statistik............................... XXVI/3 – 56

Page 4: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

U M U M

Page 5: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL
Page 6: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

BAB I

U M U M

Laporan ini merupakan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1998. Laporan ini menguraikan pelaksanaan pembangunan nasional selama empat tahun Repelita VI dan dalam Kabinet Reformasi Pembangunan, meliputi masalah-masalah yang dihadapi, upaya-upaya penanganannya, dan hasil-hasil yang telah dicapai.

Bab Umum ini merupakan rangkuman dari ringkasan laporan di berbagai bidang dan sektor pembangunan. Uraian yang lebih lengkap dapat dilihat pada bab-bab yang bersangkutan.

Dalam era hubungan internasional yang semakin terbuka dan makin kuatnya saling ketergantungan antar negara, pembangunan nasional tidak terlepas dari dinamika perkembangan internasional. Dalam dua tahun terakhir ini perkembangan internasional ditandai

I/3

Page 7: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

oleh krisis ekonomi khususnya di beberapa negara Asia Tenggara dan Asia Timur. Krisis yang bermula di Thailand telah menyebar di negara-negara tetangga dengan intensitas yang berbeda-beda.

Pada umumnya krisis ekonomi di beberapa negara Asia bermula dari guncangan nilai tukar mata uang negara-negara tersebut terhadap mata uang kuat dunia, terutama dollar Amerika Serikat. Guncangan yang berawal dari ulah spekulan manajer investasi asing untuk mendapatkan keuntungan, berkembang menjadi krisis ekonomi karena beberapa kelemahan struktural negara-negara tersebut. Salah satu kelemahan utama adalah besarnya beban hutang luar negeri sektor swasta yang tidak dilindungi terhadap resiko fluktuasi mata uang. Sistem pengawasan perbankan yang lemah merupakan faktor lain yang menyebabkan sistem keuangan tidak mampu menghadapi tekanan eksternal tersebut.

Krisis ekonomi di Asia telah membawa pengaruh yang luas terhadap kinerja perekonomian dunia. Sebelum terjadi krisis, pertumbuhan ekonomi Asia tahun 1994-1996 rata-rata mencapai 9,0 persen per tahun. Namun pada tahun 1997 hanya mencapai 6,7 persen dan tahun 1998 diperkirakan melambat menjadi 4,4 persen. Khusus negara-negara ASEAN, pertumbuhan ekonomi tahun 1997 adalah 3,9 persen, lebih lambat dibandingkan tahun 1996 yang mencapai 7,1 persen. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN diperkirakan menurun hingga menjadi -2,7 persen.

Perekonomian dunia pada tahun 1997 masih memperlihatkan kegairahannya dengan pertumbuhan sebesar 4,1 persen, atau sama dengan tahun 1996. Namun pada tahun 1998, sebagai akibat krisis ekonomi di Asia, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan

I/4

Page 8: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

melambat menjadi sebesar 3,1 persen. Perekonomian negara-negara maju sampai dengan tahun 1997 masih terus memperlihatkan kegairahan dan tumbuh sebesar 3,0 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1996 yang sebesar 2,7 persen. Tetapi tahun 1998, sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia, pertumbuhan negara-negara maju diperkirakan melambat menjadi 2,4 persen.

Perdagangan internasional pada tahun 1997 juga masih tinggi. Volume perdagangan dunia pada tahun 1997 tumbuh sebesar 9,4 persen, lebih tinggi dari pada tahun 1996 yang sebesar 6,6 persen. Sejalan dengan itu, volume ekspor dan impor dalam tahun 1997 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1996. Pertumbuhan volume ekspor negara-negara maju tahun 1997 adalah 9,8 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1996 yang mencapai 5,9 persen. Sedangkan pertumbuhan volume impor negara-negara maju tahun 1997 mencapai 8,6 persen, juga lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1996 yang sebesar 6,4 persen.

Dengan gambaran perekonomian dunia tersebut, terutama di negara-negara Asia, kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan tahun ketiga Repelita VI masih memperlihatkan perkembangan yang mantap. Laju pertumbuhan ekonomi selama periode 1994-1996 berturut-turut adalah 7,5 persen; 8,2 persen; dan 8,0 persen. Dalam tahun 1997 pertumbuhan ekonomi mulai melambat, sebagai dampak gejolak moneter sejak paruh kedua tahun 1997, yaitu menjadi 4,7 persen. Walaupun demikian, rata-rata tahunan pertumbuhan ekonomi selama empat tahun Repelita VI masih cukup tinggi, yaitu mencapai 7,1 persen per tahun atau sama dengan sasaran Repelita VI.

I/5

Page 9: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Di sisi produksi, sektor industri tetap memegang peran penting dalam mendorong perkembangan perekonomian nasional. Dalam periode 1994-1996, sektor industri pengolahan rata-rata tumbuh sebesar 11,6 persen. Industri pengolahan nonmigas mempunyai andil yang besar terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Dalam tiga tahun Repelita VI, industri pengolahan nonmigas rata-rata tumbuh sebesar 12,8 persen per tahun, lebih tinggi dibandingkan sasaran tahunan Repelita VI sebesar 11,3 persen. Sementara itu, kinerja sektor pertanian belum seperti yang diharapkan. Dalam periode 1994-1996, sektor pertanian rata-rata tumbuh sebesar 2,6 persen, lebih rendah dibandingkan sasaran tahunan Repelita VI sebesar 3,3 persen. Kinerja sektor pertanian tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan subsektor tanaman bahan makanan yang rata-rata hanya tumbuh sebesar 0,8 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut, sampai dengan tahun ketiga Repelita VI, diikuti dengan kestabilan internal yang terkendali. Laju inflasi pada tahun 1994/95, 1995/96 dan 1996/97 makin menuju ke arah sasaran tahunan Repelita VI yang sebesar 6,7 persen. Pada tahun-tahun tersebut laju inflasi masing-masing adalah 8,9 persen, 9,2 persen, dan 5,3 persen.

Di sisi eksternal, sejak tahun 1994/95 pertumbuhan ekspor secara umum lebih lambat dari pertumbuhan impor. Pada tahun 1994/95, ekspor tumbuh sebesar 15,5 persen kemudian turun menjadi 13,3 persen tahun 1995/96, dan 9,0 persen dalam tahun 1996/97. Hal ini antara lain disebabkan oleh semakin ketatnya persaingan, terutama untuk produk-produk industri padat karya yang telah mulai banyak dihasilkan oleh negara-negara pendatang baru, serta adanya berbagai kendala misalnya isu lingkungan. Sedangkan pertumbuhan impor dalam tahun 1994/95, 1995/96, dan 1996/97 berturut-turut adalah 17,1 persen, 21,6 persen, dan 10,4

I/6

Page 10: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

persen. Sebagai akibat kecenderungan tersebut, defisit transaksi berjalan dalam tahun yang sama terus meningkat, yaitu US$ 3,5 miliar tahun 1994/95, US$ 7,0 miliar tahun 1995/96, dan US$ 8,1 miliar tahun 1996/97. Defisit transaksi berjalan yang terus membesar tersebut masih dalam batas yang relatif aman dan terkendali. Namun demikian perlu dicermati bahwa terjadi peningkatan arus modal masuk, terutama arus modal swasta, yang cukup besar. Dalam tahun 1994/95 arus modal swasta bersih mencapai US$ 4,6 miliar, sedangkan dalam tahun 1996/97 meningkat menjadi US$ 13,5 miliar.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta keseimbangan ekonomi makro yang tetap terkendali tersebut juga diikuti oleh semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Dalam periode 1994-1996 derajat kesehatan masyarakat semakin tinggi. Angka kematian bayi menurun dari 57 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1994 menjadi 54 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1996. Angka kematian kasar menurun dari 7,8 per seribu penduduk pada tahun 1994 menjadi 7,6 per seribu penduduk pada tahun 1996. Sejalan dengan itu, angka harapan hidup meningkat dari 63,1 tahun pada tahun 1994 menjadi 63,9 tahun pada tahun 1996.

Sejalan dengan itu, tingkat pendidikan penduduk juga semakin membaik. Angka partisipasi kasar (APK), yaitu perbandingan antara jumlah murid tingkat tertentu dengan jumlah penduduk usia sekolah tersebut, dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi (PT) terus meningkat. Sebagai gambaran, APK SD meningkat dari 110,8 persen tahun 1994/95 menjadi 112,4 persen tahun 1996/97. Sementara itu, APK sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) meningkat dari 30,6 persen tahun 1994/95 menjadi 34,4 persen tahun 1996/97.

I/7

Page 11: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Berbagai kinerja ekonomi dan sosial sebelum krisis tersebut pada dasarnya menggambarkan fundamental dan prospek ekonomi Indonesia yang cukup baik. Hal ini pada gilirannya mampu menarik minat dunia usaha baik dari dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Nilai persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) dalam periode 1994/95-1996/97 terus meningkat, yaitu dari Rp 53,0 triliun pada tahun 1994/95 menjadi Rp 105,3 triliun pada tahun 1996/97. Sedangkan investasi langsung (PMA neto) dalam periode yang sama juga terus meningkat, yaitu dari US$ 2,6 miliar pada tahun 1994/95 menjadi US$ 6,5 miliar pada tahun 1996/97.

Tingginya minat penanaman modal di Indonesia tercermin pula pada tingginya pertumbuhan realisasi investasi, dalam hal ini pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB). Pada tahun 1996 pertumbuhan PMTB mencapai 14,5 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 1994 dan 1995 yang mencapai 13,8 persen dan 14,0 persen. Dengan pertumbuhan tersebut realisasi investasi atas dasar harga berlaku, dalam hal ini PMTB ditambah perubahan stok, sampai dengan tahun ketiga Repelita VI mencapai Rp 434,6 triliun. Realisasi investasi tersebut melampaui sasaran kumulatif investasi sampai dengan tahun ketiga Repelita VI yang sebesar Rp 428,4 triliun.

Sumber pembiayaan investasi dapat berasal dari dalam dan luar negeri. Tabungan nasional relatif cukup tinggi, yaitu rata-rata mencapai sekitar 28 persen dalam periode 1994-1996. Tingginya tabungan nasional tersebut ternyata belum didukung oleh sistem perbankan yang efisien dan pasar uang yang sehat. Persaingan yang ketat dalam memperoleh dana menyebabkan suku bunga deposito dan pinjaman masih relatif tinggi.

I/8

Page 12: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Dengan tingkat suku bunga yang relatif tinggi dan sumber dana dalam negeri yang masih belum mencukupi, dunia usaha kemudian mencari sumber pembiayaan investasi dari luar negeri. Tingginya pertumbuhan investasi, dimana sekitar 75 persen adalah investasi swasta, menyebabkan pesatnya pertumbuhan hutang luar negeri swasta (dunia usaha). Hutang luar negeri swasta meningkat dari US$ 28,3 miliar, atau 33,9 persen dari keseluruhan hutang, pada akhir Maret 1994 menjadi US$ 83,9 miliar, atau 60,8 persen dari keseluruhan hutang, pada akhir Maret 1998. Sebagai akibatnya, Debt Service Ratio (DSR) sektor swasta meningkat dari 14,9 persen pada tahun 1994/95 menjadi 29,4 persen pada tahun 1997/98.

Kegiatan dunia usaha yang tumbuh dengan pesat adalah hasil dari berbagai kebijaksanaan deregulasi ekonomi yang ditempuh pemerintah sejak akhir pertengahan 1980-an. Selanjutnya, optimisme dunia usaha lebih didorong lagi oleh kebijaksanaan liberalisasi sektor perbankan sejak dikeluarkannya Pakto 1988 yang mempertinggi akses pengusaha dalam memperoleh kredit. Sejalan dengan itu, pemerintah juga mengeluarkan berbagai deregulasi di sektor riil berupa kebijaksanaan penanaman modal, perdagangan, serta perpajakan yang mendorong ekspansi kegiatan dunia usaha. Namun berbagai kemudahan tersebut ternyata tidak dibarengi oleh sikap kehati-hatian dunia usaha. Investasi dunia usaha cenderung ditujukan pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap gejolak moneter seperti di sektor properti. Dalam perekonomian yang sedang tumbuh optimisme dunia usaha adalah wajar, namun berbagai institusi yang seharusnya mendukung masih belum disiapkan dengan baik sehingga aktivitas dunia usaha sangat rentan menghadapi gejolak moneter internasional. Krisis nilai tukar rupiah ternyata menyulitkan perekonomian Indonesia karena telah berkembang menjadi krisis ekonomi yang dalam.

I/9

Page 13: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Krisis ekonomi yang terjadi juga dipengaruhi oleh faktor non-ekonomi, terutama situasi politik. Berbagai persoalan dan rumors politik sejak akhir 1997 pada kenyataannya turut memperlemah nilai tukar rupiah.

Di sektor keuangan, krisis ekonomi telah mengganggu aliran dana untuk kegiatan investasi dan produksi. Biaya dana menjadi semakin mahal sehingga menurunkan kemampuan produksi barang dan jasa. Setelah tahun 1997 pertumbuhan ekonomi melambat, dan pada tahun 1998 diperkirakan dapat menurun sekitar –12 persen.

Sektor-sektor produksi yang terkena dampak krisis ekonomi adalah sektor sekunder dan tersier. Setelah tahun 1997 pertumbuhan sektor-sektor tersebut melambat, maka pada tahun 1998 diperkirakan akan mengalami penurunan. Sektor industri pengolahan nonmigas dan sektor bangunan yang dalam periode 1994-1996 tumbuh cukup tinggi, pada 1997 masing-masing hanya tumbuh sebesar 7,4 persen dan 6,4 persen. Kedua sektor ini diperkirakan mengalami kontraksi yang cukup besar dalam tahun 1998. Sementara itu, dalam tahun 1997 kinerja sektor primer khususnya pertanian terganggu oleh musim kemarau yang panjang. Dalam tahun itu sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 0,6 persen. Subsektor tanaman bahan makanan yang mempunyai peranan terbesar di sektor pertanian turun sebesar –1,8 persen dalam tahun yang sama.

Dalam pada itu, keseimbangan internal dan eksternal juga terganggu. Dalam tahun 1997/98 laju inflasi mencapai 39,1 persen dan selama 3 bulan pertama tahun 1998/99 laju inflasi telah mencapai 15,3 persen. Tingginya laju inflasi dalam tahun 1997/98 juga dipicu oleh kekeringan yang cukup panjang yang menyebabkan

I/10

Page 14: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

kenaikan harga-harga kelompok makanan. Dalam tahun 1997/98 laju kenaikan indeks harga kelompok makanan mencapai 55,4 persen. Dalam keseluruhan tahun 1998/99 laju inflasi diperkirakan akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1997/98. Perkiraan ini selain disebabkan oleh masih melemahnya nilai tukar rupiah juga oleh terganggunya jaringan produksi dan distribusi barang dan jasa akibat kerusuhan pertengahan Mei 1998.

Terganggunya keseimbangan eksternal mulai terasa dengan sulitnya membuka letter of credit (L/C), semakin besarnya arus modal ke luar, dan semakin berkurangnya cadangan devisa. Kesulitan membuka L/C selain mengganggu kegiatan impor juga menghambat kegiatan ekspor mengingat sebagian besar dari impor tersebut adalah berupa bahan baku, bahan penolong dan barang modal. Selain itu melemahnya nilai tukar rupiah menyebabkan harga barang impor semakin mahal sehingga membebani biaya produksi.

Arus modal ke luar yang besar serta berkurangnya arus modal masuk mengindikasikan bahwa tingkat kepercayaan penanaman modal di Indonesia semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh situasi politik yang kurang mendukung pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi. Kesulitan ini pada gilirannya juga memperlemah cadangan devisa yang sebelumnya telah berkurang setelah Bank Indonesia beberapa kali melakukan intervensi pasar valuta asing (valas).

Pada awal krisis ekonomi, keseimbangan neraca pembayaran sebenarnya ditandai oleh membaiknya posisi transaksi berjalan. Setelah defisit transaksi berjalan terus membesar dari tahun 1994/95 hingga tahun 1996/97, maka pada tahun 1997/98 menurun menjadi US$ 1,7 miliar. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekspor tahun

I/11

Page 15: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

1997/98 yang mencapai 7,9 persen, sementara nilai impor tahun yang sama turun sebesar 6,8 persen. Walaupun demikian, defisit arus modal sektor swasta pada tahun 1997/98 mendorong terjadinya defisit neraca pembayaran sebesar US$ 10,0 miliar.

Menurunnya kegiatan ekonomi juga tercermin pada perkembangan nilai investasi. Setelah dalam periode 1994-1996 investasi, dalam hal ini PMTB, tumbuh dengan pesat yaitu rata-rata sebesar 14,1 persen, maka pada tahun 1997 pertumbuhannya melambat dan hanya mencapai 4,2 persen. Pada tahun 1998 investasi diperkirakan akan menurun tajam mengingat berbagai hambatan dalam sumber-sumber pembiayaan. Namun, realisasi investasi, yaitu PMTB dan perubahan stok, sampai dengan tahun 1997 yang mencapai Rp 625,1 triliun masih lebih tinggi dibandingkan sasaran kumulatif sampai dengan tahun ke empat Repelita VI yang sebesar Rp 610,5 triliun.

Krisis ekonomi yang luas saat ini juga mengakibatkan semakin menurunnya tingkat kesejahteraan penduduk. Dalam tahun 1994, 1995, dan 1996 pendapatan per kapita tercatat masih terus meningkat, yaitu berturut-turut mencapai US$ 928, US$ 1.044, dan US$ 1.155. Pendapatan per kapita tahun 1995 dan 1996 tersebut melampaui sasaran tahun kedua dan ketiga Repelita VI. Namun pada tahun 1997 pendapatan per kapita menurun menjadi US$ 1.089, dan pada tahun 1998 diperkirakan akan terus menurun mengingat masih melemahnya nilai tukar rupiah. Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang pada tahun 1996 tercatat sebesar 22,5 juta atau 11,6 persen dari seluruh penduduk, pada tahun 1998 dikhawatirkan jumlahnya akan meningkat mengingat kenaikan harga-harga yang cukup tinggi dan semakin besarnya jumlah pengangguran.

I/12

Page 16: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Kegiatan ekonomi yang mengalami kontraksi akibat krisis ekonomi menyebabkan semakin berkurangnya kesempatan kerja. Jumlah penganggur semakin meningkat, selain disebabkan oleh banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) juga oleh angkatan kerja baru yang tidak tertampung. Dalam tahun 1998 jumlah pengangguran terbuka diperkirakan mencapai 13,4 juta orang, atau mencapai sekitar 15 persen dari seluruh angkatan kerja.

Pada awal krisis ekonomi, yang ditandai oleh gejolak nilai tukar rupiah, pemerintah mengandalkan kebijakan moneter karena gejolak tersebut diperkirakan hanya bersifat sementara. Kebijaksanaan yang diambil adalah dengan terus memperlebar kisaran intervensi nilai tukar hingga pada akhirnya digunakan sistem nilai tukar mengambang bebas (floating exchange rate). Bank Indonesia juga melakukan intervensi di pasar forward dan spot sebagai bagian dari upaya menahan depresiasi nilai tukar rupiah yang semakin melemah. Namun demikian, upaya-upaya tersebut hanya efektif untuk sementara hingga sekitar September 1997 yang ditandai oleh nilai tukar rupiah yang stabil walaupun telah mengalami depresiasi cukup besar.

Perkembangan selanjutnya memperlihatkan kondisi yang memburuk, baik di sektor perbankan maupun sektor produksi. Untuk itu, pemerintah mengeluarkan paket 3 September 1997 yang berisi 10 langkah penyesuaian ekonomi guna menjaga stabilitas ekonomi makro. Dalam pelaksanaannya, paket kebijaksanaan tersebut kurang efektif karena krisis yang terjadi telah berkembang menjadi krisis ekonomi yang semakin luas.

Dengan perkembangan krisis seperti itu, pemerintah kemudian menempuh kebijaksanaan yang bersifat menyeluruh, tidak hanya menyangkut program stabilisasi ekonomi makro melalui

I/13

Page 17: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

kebijaksanaan fiskal dan moneter tetapi juga program restrukturisasi keuangan, sektor riil, dan jaring pengaman sosial (social safety net). Dalam melaksanakan program tersebut pemerintah mendapat dukungan dari Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan negara-negara sahabat. Bantuan kerjasama dengan lembaga internasional tersebut dituangkan dalam bentuk program pemulihan ekonomi bulan Oktober 1997 disertai dengan paket bantuan keuangan yang seluruhnya berjumlah US$ 43 miliar.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, restrukturisasi sektor perbankan dimulai dengan mencabut izin usaha 16 bank bermasalah pada 1 Nopember 1997. Namun kebijaksanaan ini, yang semula dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan. Kekhawatiran akan adanya pencabutan izin usaha pada bank-bank lain menyebabkan kepercayaan terhadap sektor perbankan makin berkurang dan pada gilirannya memperlemah kepercayaan terhadap rupiah.

Sementara itu, berkurangnya pasokan barang-barang kebutuhan pokok akibat-akibat musim kemarau panjang dan melemahnya nilai tukar rupiah telah mendorong kenaikan harga-harga. Hal ini diperburuk oleh kepanikan masyarakat terhadap ketersediaan barang.

Menyadari atas perkembangan krisis ekonomi yang semakin memburuk, pemerintah berupaya untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi dan memperluas program reformasi bidang ekonomi. Untuk itu, pemerintah menandatangani kesepakatan baru dengan IMF pada tanggal 15 Januari 1998 yang dituangkan dalam Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP).

I/14

Page 18: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Program tambahan dalam kesepakatan ini adalah pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) guna memulihkan kepercayaan dan melaksanakan restrukturisasi sektor perbankan. Pemerintah juga memberikan penjaminan atas simpanan masyarakat dan kewajiban lainnya pada bank-bank berbadan hukum. Sementara itu program restrukturisasi sektor riil mencakup antara lain percepatan proses privatisasi BUMN, pengurangan wewenang Badan Urusan Logistik (BULOG), serta penghapusan tata niaga beberapa komoditas.

Pelaksanaan berbagai kesepakatan yang tertuang dalam MEFP ternyata menghadapi berbagai kendala. Pengurangan subsidi BBM dan wewenang BULOG dikhawatirkan dapat mendorong laju inflasi. Upaya pengetatan moneter masih belum efektif dalam mengangkat nilai tukar rupiah. Di samping itu, suhu politik mulai memanas sejak diselenggarakan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (SU-MPR) pada awal Maret 1998. Situasi ini kurang mendukung upaya-upaya pemulihan ekonomi karena berbagai ketidakpastian tersebut telah memperburuk kondisi perekonomian nasional.

Krisis ekonomi yang semakin dalam yang didorong oleh ketidakpastian politik pada akhirnya menuntut dilakukannya penyesuaian-penyesuaian program pemulihan ekonomi. Hal ini kemudian dituangkan dalam memorandum tambahan paket MEFP pada tanggal 10 April 1998. Namun, semakin memburuknya perekonomian nasional dan terganggunya stabilitas politik pada akhirnya menyebabkan pergantian kepemimpinan nasional pada bulan Mei 1998. Perkembangan ini menyebabkan perlunya dilakukan perubahan-perubahan untuk menyelamatkan dan memulihkan perekonomian nasional. Perubahan-perubahan tersebut dituangkan dalam memorandum tambahan kedua paket MEFP pada tanggal 24 Juni 1998.

I/15

Page 19: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Dalam melakukan upaya penyelamatan dan pemulihan ekonomi jangka pendek, pemerintah melakukan program peningkatan kesejahteraan sosial, pembangunan kembali jaringan distribusi barang dan jasa, peningkatan ekspor nonmigas, dan pengembangan ekonomi rakyat. Program kesejahteraan sosial berupa penyediaan jaring pengaman sosial (social safety net) yang meliputi: pemberian subsidi terhadap kebutuhan pokok rakyat, penciptaan lapangan kerja melalui proyek padat karya dan pembangunan prasarana umum, pemberian bantuan biaya pendidikan umum, serta pemberian subsidi obat-obatan, kesehatan dasar dan gizi. Sementara itu, peningkatan ekspor diupayakan melalui penyempurnaan kebijaksanaan pembiayaan perdagangan (trade finance) termasuk penyelesaian masalah L/C. Sedangkan pengembangan ekonomi rakyat dilakukan melalui penguatan dan perluasan skema kredit bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi khususnya untuk pengembangan ekspor pangan.

Dengan berbagai langkah jangka pendek tersebut diharapkan dapat tersedia kebutuhan pokok rakyat dengan tingkat harga yang terjangkau; dapat tercipta lapangan kerja dan lapangan usaha dalam jumlah yang mencukupi guna menanggulangi perluasan pengangguran; pulihnya roda produksi, distribusi, dan perdagangan; serta terpenuhinya pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar guna menekan angka putus sekolah dan angka kematian bayi serta mempertahankan keadaan gizi masyarakat.

Dalam jangka menengah dilakukan langkah-langkah kebijaksanaan berupa program stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi, restrukturisasi sektor perbankan, mempercepat implementasi undang-undang kepailitan, penjadwalan kembali hutang luar negeri swasta, serta privatisasi Badan Usaha Milik

I/16

Page 20: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Negara (BUMN). Program jangka menengah tersebut pada dasarnya merupakan awal dari pemulihan ekonomi jangka panjang, yaitu dengan menghilangkan hambatan dalam penanaman modal, baik dalam maupun luar negeri, dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Keberhasilan program jangka menengah tersebut diharapkan dapat memulihkan nilai tukar rupiah ke tingkat yang lebih mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Sejalan dengan itu, kenaikan harga-harga barang dan jasa dapat ditekan ke tingkat yang tidak memberatkan kehidupan rakyat. Langkah restrukturisasi perbankan selain dimaksudkan untuk memperkuat sektor perbankan juga dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap sektor perbankan dalam rangka mendorong pemulihan sektor produksi.

Berbagai perkembangan pembangunan nasional, baik sebelum maupun setelah terjadi krisis ekonomi dan dampak serta langkah-langkah mengatasinya, telah diuraikan di atas. Berikut akan diuraikan lebih lanjut tentang perkembangan pembangunan tersebut dan secara lebih rinci lagi dalam bab-bab selanjutnya dalam lampiran ini.

Kebijaksanaan keuangan negara merupakan bagian dari kebijaksanaan ekonomi makro yang diarahkan untuk menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan pertumbuhan yang cukup tinggi dan dalam kerangka stabilitas ekonomi yang mantap. Untuk itu dilaksanakan kebijaksanaan anggaran negara berimbang yang dinamis, dengan senantiasa menyesuaikan pengeluaran negara terhadap penerimaannya.

Dalam pelaksanaan tiga tahun pertama Repelita VI telah diciptakan surplus yang secara kumulatif mencapai Rp 5,3 triliun.

I/17

Page 21: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Dalam jangka waktu yang sama, telah dilakukan percepatan pembayaran pokok hutang luar negeri sebesar US$ 2,6 miliar atau sekitar Rp 6,0 triliun.

Pada paruh kedua Repelita VI, diawali dengan gejolak nilai tukar rupiah pada bulan Juli 1997, perekonomian nasional dilanda krisis yang dalam. Pada awal krisis, kebijaksanaan fiskal diarahkan untuk mendukung upaya menstabilkan rupiah dengan mengurangi dampak ekspansi keuangan negara. Dalam pertengahan bulan Agustus 1997 dilakukan pembatasan pencairan dana anggaran pembangunan, yang kemudian dilonggarkan secara bertahap. Selain itu dilaksanakan pula penjadwalan berbagai proyek pembangunan dalam APBN 1997/98 senilai Rp 3,3 triliun.

Dalam perkembangannya, sampai saat penyusunan APBN untuk tahun terakhir Repelita VI, keadaan perekonomian justru memburuk. Dewasa ini kegiatan ekonomi yang dilakukan swasta sudah sangat melemah. Oleh karena itu, dalam APBN 1998/99 kebijaksanaan fiskal diarahkan untuk lebih ekspansif guna mendorong perekonomian.

Berbagai langkah tersebut di atas menunjukkan upaya untuk melaksanakan kebijaksanaan fiskal sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan. Namun dalam perihal sasaran-sasaran utama keuangan negara seperti peningkatan penerimaan pajak, tabungan pemerintah, dan proporsi dana yang bersumber dari dalam negeri dalam keseluruhan anggaran pembangunan, karena kondisi perekonomian jauh melemah dari yang semula direncanakan, diperkirakan tidak akan tercapai

Sejalan dengan berbagai kebijaksanaan di sektor keuangan negara, kebijaksanaan moneter yang berhati-hati terus diupayakan

I/18

Page 22: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

dalam Repelita VI. Untuk meningkatkan pelaksanaan kebijaksanaan moneter yang berhati-hati, sasaran utama kebijaksanaan moneter telah beralih dari uang primer ke aktiva domestik neto (NDA). Kebijaksanaan pengendalian moneter diupayakan agar jumlah aktiva domestik neto tidak melampaui batas maksimum NDA yang ditetapkan.

Dalam kaitan dengan kebijaksanaan penyehatan sektor perbankan, pada awal November 1997, 16 bank dilikuidasi, dan dibentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada bulan Januari 1998. Dalam bulan April 1998, 7 bank dibekukan operasinya oleh BPPN dan 7 bank diambil alih manajemennya, beberapa bank masih diawasi dengan ketat dan bebeapa bank lagi telah berhasil disehatkan kembali. Dewasa ini, Bank Central Asia (BCA) sebuah bank swasta yang cukup besar masuk dalam pengawasan BPPN karena menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.

Secara keseluruhan perkembangan di bidang moneter dan keuangan dalam Repelita VI, adalah sebagai berikut. Jumlah uang beredar (M1) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 26,9 persen per tahun, dari Rp 37,9 triliun pada bulan Maret 1994 menjadi Rp 98,3 triliun pada bulan Maret 1998. Dalam tahun 1997/98 jumlah uang beredar melonjak sebesar 54,6 persen. Kenaikan jumlah uang beredar tersebut terutama terjadi karena peningkatan uang kartal sebesar 63,8 persen, sebagai akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, dan meningkatnya uang giral sebesar 49,2 persen karena revaluasi nilai tukar valuta asing terhadap rupiah. Uang kuasi yang terdiri dari deposito berjangka dan tabungan dalam empat tahun Repelita VI mengalami pertumbuhan rata-rata 33,4 persen per tahun. Dengan pertumbuhan tersebut, likuiditas perekonomian (M2) yang terdiri dari uang

I/19

Page 23: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

beredar (M1) dan uang kuasi meningkat rata-rata 31,9 persen per tahun. Faktor merosotnya nilai tukar rupiah juga menjadi penyebab melonjaknya pertumbuhan M2 sebesar 52,7 persen pada tahun 1997/98.

Dengan perkembangan M1 dan M2 tersebut di atas, sampai dengan tahun ketiga Repelita VI stabilitas ekonomi tetap mantap. Hal ini tercermin dari penurunan tingkat inflasi dari 10,0 persen pada tahun 1992/93 menjadi satu angka inflasi per tahun dari tahun 1993/94 sampai dengan 1996/97. Meskipun demikian, dengan terjadinya krisis moneter dan musim kemarau panjang, angka inflasi tahun 1997/98 meningkat menjadi 39,1 persen, terutama dalam 3 bulan terakhir yang mencapai 27,1 persen.

Di sisi penghimpunan dana, dana masyarakat yang dihimpun perbankan selama empat tahun Repelita VI bertambah sebesar Rp 308,3 triliun atau tumbuh rata-rata sebesar 33,0 persen per tahun. Pertumbuhan dana masyarakat mencapai puncaknya pada tahun 1997/98 yaitu sebesar 57,8 persen, dimana pangsa deposito berjangka mencapai 60,1 persen. Meskipun demikian, pertumbuhan tabungan cenderung melambat pada tahun 1997/98, bahkan jumlah sertifikat deposito cenderung menurun. Hal ini dipengaruhi oleh merosotnya nilai tukar rupiah, sehingga penempatan dana dalam instrumen moneter tersebut menjadi kurang menarik, walaupun tingkat suku bunganya cukup tinggi.

Sejalan dengan upaya penghimpunan dana, selama empat tahun Repelita VI kredit perbankan meningkat sebesar Rp 319,7 triliun atau naik rata-rata 32 persen per tahun, dan mencapai puncaknya pada tahun 1997/98 yaitu sebesar 55,8 persen. Membengkaknya kenaikan dalam tahun 1997/98, juga karena sebagian kredit diberikan dalam valuta asing yang nilai rupiahnya semakin membesar.

I/20

Page 24: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Di sisi lain, pasar modal dalam Repelita VI telah makin berkembang sejak ditetapkannya Bapepam sebagai pengawas pasar modal dan pembentukan PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai penyelenggara bursa efek di Jakarta. Dalam periode 1993/94 hingga 1997/98 telah banyak dikeluarkan kebijaksanaan dalam rangka memperkuat sistem dan infrastruktur pasar modal, sehingga selama lima tahun terakhir telah meningkat kinerjanya. Jumlah emiten saham mencapai 306 perusahaan pada akhir tahun 1997, jauh meningkat dibanding 181 perusahaan pada tahun 1993. Demikian pula emiten obligasi dari 43 perusahaan pada tahun 1993 meningkat menjadi 70 perusahaan pada tahun 1997/98. Sejalan dengan meningkatnya perusahaan publik, nilai kapitalisasi pasar juga bertambah besar menjadi sekitar Rp 223,3 triliun di Bursa Efek Jakarta dan sekitar Rp 202,0 triliun di Bursa Efek Surabaya.

Perkembangan indeks harga saham gabungan berfluktuasi selama periode 1993 sampai dengan 1998. Beberapa faktor yang menentukan pergerakkan harga saham, antara lain kondisi stabilitas nasional dan kebijaksanaan ekonomi makro yang selanjutnya menentukan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi, serta tingkat suku bunga internasional dan nilai tukar terhadap mata uang kuat dunia. Dalam periode 1993/94 sampai dengan pertengahan tahun 1997 nilai harga saham cenderung meningkat yang tercermin dari peningkatan indeks harga saham gabungan (IHSG). Pada akhir tahun 1993, IHSG di Bursa Efek Jakarta tercatat 589 dan secara bertahap meningkat menjadi 725 pada pertengahan tahun 1997.

Dengan terjadinya gejolak nilai tukar rupiah sejak bulan Juli 1997 yang selanjutnya berkembang menjadi krisis ekonomi menyebabkan pelaku pasar modal khususnya pemodal asing cenderung melepaskan sahamnya, sehingga IHSG terus menurun

I/21

Page 25: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

menjadi 402 pada akhir tahun 1997. Sejak akhir tahun 1997 sampai dengan pertengahan tahun 1998 IHSG masih berfluktuasi. Indeks meningkat selama triwulan akhir tahun 1997/98 menjadi 541 pada bulan Maret 1998, dengan kembali aktifnya pembelian saham oleh pemodal asing, tetapi menurun lagi menjadi 420 pada akhir Mei 1998.

Perkembangan situasi ekonomi dan moneter dunia banyak mempengaruhi neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri Indonesia selama tahun keempat pelaksanaan Repelita VI.

Perkembangan neraca pembayaran pada tahun 1997/98 mendapat tekanan cukup berat sebagai akibat adanya arus modal keluar yang cukup besar dan beban pembayaran utang luar negeri yang meningkat.

Pada tahun 1997/98, ekspor Indonesia mencapai sebesar US$ 56,2 miliar atau meningkat sebesar 7,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan terbesar berasal dari ekspor nonmigas yaitu sebesar 17,0 persen menjadi US$ 45,9 miliar, sedangkan ekspor migas turun sebesar 19,8 persen menjadi US$ 10,2 miliar. Penurunan cukup besar pada nilai ekspor migas ini disebabkan oleh melemahnya permintaan dunia dan memburuknya harga minyak bumi di pasaran internasional. Dengan demikian, peranan ekspor nonmigas terhadap keseluruhan nilai ekspor meningkat dari 75,4 persen pada tahun 1996/97 menjadi 81,8 persen pada tahun 1997/98.

Terjadinya depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang utama dunia yang cukup tajam sejak bulan Juli 1997, telah mempengaruhi permintaan barang-barang impor sehingga nilainya turun sebesar 6,8 persen menjadi US$ 42,7 miliar pada tahun

I/22

Page 26: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

1997/98. Semakin mahalnya harga-harga produk bahan baku/ penolong dan barang modal telah menyebabkan berkurangnya aktivitas impor nonmigas sehingga nilainya turun sebesar 6,1 persen menjadi US$ 38,6 miliar. Demikian pula impor migas turun sebesar 13,0 persen menjadi US$ 4,1 miliar.

Dalam waktu yang bersamaan, defisit sektor jasa-jasa sedikit meningkat dari US$ 14,3 miliar pada tahun 1996/97 menjadi sebesar US$ 15,2 miliar pada tahun 1997/98. Membesarnya defisit ini berasal dari defisit jasa-jasa migas yang meningkat sebesar US$ 1,1 miliar, sedangkan defisit jasa-jasa nonmigas menurun sebesar US$ 0,2 miliar. Sementara itu, penerimaan devisa jasa-jasa masih tetap mengandalkan sektor pariwisata dan pendapatan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.

Sebagai negara berkembang yang masih memerlukan dana, transaksi berjalan Indonesia selalu mengalami defisit. Kegiatan impor menurun dengan drastisnya akibat depresiasi rupiah yang tajam telah menurunkan besarnya defisit transaksi berjalan dari US$ 8,1 miliar (-3,5 persen terhadap PDB) pada tahun 1996/97 menjadi hanya US$ 1,7 miliar (-1,2 persen terhadap PDB) pada tahun 1997/98.

Dalam pada itu, arus modal neto yang mengalami surplus cukup tinggi sebesar US$ 12,7 miliar pada tahun 1996/97 menurun sangat tajam sehingga menjadi defisit sebesar US$ 7,6 miliar pada tahun 1997/98. Perkembangan ini disebabkan oleh arus modal swasta neto yang mengalami defisit sebesar US$ 11,8 miliar. Meningkatnya arus modal keluar neto sektor swasta ini terjadi terutama pada kuartal III dan kuartal IV tahun 1997/98, seiiring dengan merosotnya kondisi perekonomian Indonesia selama krisis moneter berlangsung. Sedangkan sektor pemerintah mengalami surplus sebesar US$ 4,2 miliar.

I/23

Page 27: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Sebagai akibat perkembangan transaksi berjalan dan arus modal neto seperti diuraikan di atas maka jumlah cadangan devisa Indonesia, dihitung berdasarkan jumlah Aktiva Luar Negeri Bruto (Gross Foreign Assets), turun cukup tajam dari US$ 26,6 miliar pada akhir tahun 1996/97 menjadi US$ 16,6 miliar pada akhir tahun 1997/98. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai impor nonmigas (c&f) selama 4,6 bulan.

Pembangunan nasional tidak semata-semata hanya ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan mengurangi jumlah penduduk miskin, khususnya di daerah-daerah terpencil. Berkaitan dengan itu, berbagai kebijakan dan program/proyek telah diluncurkan di dalam membangun perdesaan dan mengurangi kemiskinan. Salah satu kebijaksanaan penting dalam Repelita VI adalah diluncurkannya program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang diluncurkan melalui Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1993. Program ini merupakan program khusus yang bertujuan untuk mempercepat penanggulangan dan pengentasan penduduk dari kemiskinan di desa tertinggal. Program ini merupakan wujud komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di perdesaan yang berisi tiga pengertian dasar, yaitu: (i) sebagai pemicu gerakan nasional penanggulangan kemiskinan, (ii) sebagai strategi dalam peningkatan pemerataan melalui pembangunan sumber daya manusia di perdesaan, dan (iii) sebagai upaya konkrit mengembangkan usaha-usaha ekonomi masyarakat dengan memberikan bantuan modal berupa modal kerja sebesar Rp. 20 juta bagi setiap desa yang dikategorikan sebagai desa tertinggal.

Program Inpres Desa Tertinggal terdiri dari tiga komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yaitu: (i) bantuan

I/24

Page 28: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

modal usaha, (ii) bantuan pendampingan, dan (iii) bantuan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertingal (P3DT). Fokus utama dalam pelaksanaan program IDT adalah meningkatkan usaha ekonomi masyarakat perdesaan, yang mencakup segala kegiatan dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan.

Melalui berbagai program pengentasan kemiskinan, termasuk IDT, jumlah penduduk miskin menurun pada periode 1993-1996 dari 25,9 juta orang atau 13,7 persen dari penduduk total pada tahun 1993 menjadi 22,5 juta orang atau 11,3 persen dari jumlah keseluruhan penduduk pada tahun 1996. Tetapi adanya krisis ekonomi telah menyebabkan jumlah ini meningkat lagi pada tahun 1997 dan 1998.

Sementara itu, untuk menjaga kesinambungan penciptaan lapangan kerja kegiatan pembangunan dalam sektor tenaga kerja terus dilakukan dengan mengutamakan penekanan pada upaya penciptaan lapangan kerja yang disertai dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja yang nyata. Prioritas tersebut dimaksudkan untuk dapat menanggulangi masalah mendasar yang saat ini sedang melanda pembangunan nasional secara keseluruhan, yaitu tingginya angka pengangguran dan setengah pengangguran.

Selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI, tambahan angkatan kerja dapat diikuti oleh perluasan kesempatan kerja, baik jumlah maupun mutu. Pada tahun 1993 jumlah angkatan kerja adalah 80,9 juta orang, dan pada tahun 1997 meningkat menjadi 89,6 juta orang, yang berarti bertambah 8,7 juta orang. Dalam periode yang sama, jumlah pekerja, yaitu angkatan kerja yang bekerja, meningkat dari 77,0 juta orang menjadi 85,4 juta orang, atau bertambah 8,4 juta orang. Dengan demikian, jumlah pencari

I/25

Page 29: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

kerja atau penganggur pada tahun 1993 adalah 3,9 juta orang dan pada tahun 1997 adalah 4,2 juta orang.

Sebagai akibat adanya krisis moneter, jumlah penganggur sampai dengan akhir 1998 diperkirakan mencapai 13,4 juta orang. Untuk mengatasi situasi ini, diupayakan program terobosan melalui “crash program” padat karya. Program padat karya dimaksudkan untuk memberikan peluang kerja dan kesempatan berusaha agar dapat meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat, khususnya bagi masyarakat perdesaan.

Dalam rangka meningkatkan perluasan lapangan kerja produktif dan mengurangi pengangguran, khususnya pada kelompok tenaga kerja terdidik, antara lain, dilakukan upaya pemanfaatan tenaga kerja sarjana dan non-sarjana menjadi tenaga kerja mandiri profesional (TKMP). Pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan pendayagunaan dan pembinaan TKMP sebanyak 5.629 orang. Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, pelatihan keterampilan melalui balai-balai latihan kerja (BLK) dan kursus-kursus latihan kerja (KLK), terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengikutsertakan dunia usaha. Pada tahun 1997/98, telah dilatih tenaga kerja melalui berbagai keterampilan sebanyak 95.709 orang.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya kesejahteraan tenaga kerja tenaga kerja diupayakan antara lain melalui penetapan kenaikan upah minimum regional (UMR), yang secara bertahap menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 1997, nilai UMR telah mencapai rata-rata sebesar Rp 4.512 per hari, yang berarti 95,3 persen dari nilai kebutuhan hidup minimum (KHM). Selain itu, untuk menjamin keserasian hubungan kerja telah dibentuk lembaga kerjasama (LKS)

I/26

Page 30: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

bipartit, yang berfungsi sebagai wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja, dan lembaga LKS tripartit yang berfungsi sebagai wadah konsultasi antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah.

Erat kaitannya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah masalah penyediaan pangan. Musim kering yang berkepanjangan dan adanya krisis moneter yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan kenaikan harga dan menurunnya daya beli masyarakat, sehingga kemampuan pengadaan pangan di tingkat rumah tangga semakin menurun.

Ketersediaan komoditas pangan terpenting per kapita per tahun dalam tahun 1997 mengalami penurunan, terutama beras yang menjadi 148,7 kg per kapita per tahun atau turun sebesar 7,0 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kecuali ikan, ketersediaan komoditas pangan lainnya juga mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagai akibatnya, Pola Pangan Harapan (PPH) mengalami penurunan yaitu dari 71,1 pada tahun 1996 menjadi 70,1 pada tahun 1997. Sedangkan ketersediaan rata-rata energi dan protein per kapita per hari dalam tahun 1997 menjadi 2.869 kilokalori dan 66,3 gram. Ketersediaan ini masih melampaui tingkat kecukupan yang dianjurkan dalam Repelita VI, yaitu 2.500 kilokalori energi dan 55 gram protein per kapita per hari.

Erat kaitannya dengan ketersediaan pangan adalah perbaikan gizi masyarakat. Untuk itu, upaya perbaikan gizi dilanjutkan dengan meningkatkan penyuluhan gizi pada masyarakat; meningkatkan kegiatan upaya penanggulangan masalah gizi-kurang seperti gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), anemia gizi besi (AGB) terutama pada ibu hamil, wanita pekerja, dan balita, kurang vitamin A (KVA), dan kurang energi protein (KEP); meningkatkan

I/27

Page 31: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

kualitas dan kuantitas pengelolaan upaya perbaikan gizi melalui peningkatan jumlah dan mutu tenaga gizi yang profesional untuk berbagai jenjang dan tingkatan; meningkatkan kegiatan penelitian unggulan; mengembangkan penerapan teknologi pascapanen untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bergizi; dan meningkatkan kemitraan antara dunia usaha, masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan pemerintah.

Dalam upaya perbaikan gizi masyarakat, pada tahun 1997/98 telah diberikan kapsul Iodium terhadap sekitar 10,9 juta penduduk yang tinggal di daerah-daerah rawan dan pemberian tablet besi kepada 3,6 juta ibu hamil. Di samping itu untuk penanggulangan kurang vitamin A diberikan kapsul kepada sekitar 14,5 juta anak balita.

Dalam rangka mengatasi rendahnya mutu gizi dan kesehatan anak sekolah, pada tahun 1997/98 pelaksanaan program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) diperluas jangkauannya menjadi 297 kabupaten, 26.421 desa IDT, 49.539 SD/MI, dan sekitar 7,2 juta orang murid.

Krisis ekonomi yang mulai terjadi bulan Juli 1997 mempunyai dampak secara tidak langsung terhadap kekurangan gizi masyarakat. Disatu sisi krisis ekonomi menyebabkan rendahnya produktivitas pangan karena mahalnya sarana produksi pertanian sehingga menyebabkan harga bahan pangan meningkat. Sedangkan disisi lain akibat dari sulitnya peluang berusaha dan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), krisis ekonomi akan menurunkan daya beli masyarakat karena menurunnya penghasilan keluarga. Kondisi ini menyebabkan persediaan dan pola konsumsi pangan di tingkat rumah tangga menurun, sehingga pada akhirnya akan menurunkan status gizi masyarakat. Golongan yang paling sensitif dengan

I/28

Page 32: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

keadaan ini adalah bayi, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Jika keadaan kekurangan pangan dan gizi ini berlanjut diperkirakan prevalensi gizi kurang pada balita dan ibu hamil akan meningkat sekitar 20 persen.

Upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap kekurangan gizi masyarakat adalah dengan memantapkan kembali sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) yang bertujuan untuk memberikan informasi secara akurat dan cepat kepada pemerintah tentang kemungkinan terjadinya masalah kekurangan pangan dan gizi pada suatu daerah. Selain itu dilakukan intervensi langsung berupa pemberian makanan pendamping ASI untuk sekitar 1,9 juta bayi dan pemberian makanan tambahan untuk sekitar 7,4 juta balita dan 0,8 juta ibu hamil yang berada di daerah rawan pangan dan gizi. Dalam rangka melaksanakan SKPG, di setiap Daerah Tingkat II telah dibentuk Tim Pangan dan Gizi yang bertugas untuk memantau, menganalisis, dan melaporkan keadaan rawan pangan dan gizi di daerahnya masing-masing secara terus menerus. Untuk itu akan dilakukan pelatihan bagi Tim Pangan dan Gizi Dati II tersebut mengenai SKPG. Selain itu, kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan lebih diarahkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga dengan memberikan bantuan sarana produksi pertanian sekitar 25,4 ribu paket.

Faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan dalam pembangunan nasional adalah peningkatan investasi. Namun sejalan dengan adanya krisis moneter, persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada tahun 1997/98 mengalami penurunan sebesar 4,9 persen dibandingkan dengan tahun 1996/97 atau menjadi Rp 100,2 triliun. Dari nilai persetujuan tersebut, investasi di KBI dan KTI mengalami penurunan masing-masing sebesar 9,9 persen dan

I/29

Page 33: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

3,0 persen. Sementara itu, nilai persetujuan penanaman modal asing (PMA) pada tahun 1997/98 sebesar US$ 31 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 17,0 persen dibandingkan dengan tahun 1996/97. Dari keseluruhan nilai persetujuan PMA tersebut, KBI meningkat sebesar 25,9 persen dan KTI mengalami penurunan sebesar 33,0 persen dibandingkan dengan tahun 1996/97.

Dalam pada itu, koperasi yang berkembang hampir di seluruh wilayah telah menjadi badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota dan masyarakat sekitarnya. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah terbentuk 52,1 ribu koperasi dengan nilai usaha sebesar Rp 13,6 triliun dan jumlah anggota sebanyak 29,1 juta orang.

Sementara itu, perkembangan usaha kecil termasuk usaha tradisional dan informal dilaksanakan baik melalui dukungan penciptaan iklim usaha maupun dukungan teknis dan permodalan, termasuk melalui program kemitraan usaha dengan BUMN dan usaha swasta besar. Sampai dengan tahun 1997 BUMN telah membina 113,7 ribu pengusaha kecil dan 27,1 ribu unit koperasi dengan nilai Rp 930,7 miliar, sedangkan usaha swasta besar telah melaksanakan kemitraan usaha dengan 27,9 ribu pengusaha kecil dan 15,9 ribu koperasi dengan nilai Rp 1,6 triliun.

Dalam pada itu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tetap berperan sebagai badan usaha yang mampu menjaga stabilitas, pertumbuhan ekonomi, dan sekaligus pemerataan. Pada tahun 1997/98 kinerja BUMN telah semakin mantap dan efisiensi sebagai akibat adanya restrukturisasi usaha dan penyempurnaan manajemen BUMN. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya total aktiva, penjualan, dan perolehan laba sehingga memungkinkan sumbangan BUMN dalam penerimaan negara tetap besar.

I/30

Page 34: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Pembangunan perdagangan dalam negeri diarahkan untuk memperlancar arus barang dan jasa serta melindungi kepentingan produsen dan konsumen dalam rangka memantapkan stabilitas ekonomi, mempercepat pembangunan, menyebarkan dan memeratakan hasil pembangunan ke seluruh wilayah tanah air, mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dan kesejahteraan rakyat, serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja.

Produk domestik bruto (PDB) sektor perdagangan, termasuk hotel dan restoran berdasarkan harga konstan 1993 menunjukkan peningkatan, yaitu dari Rp 55,3 triliun pada tahun 1993 menjadi Rp 73,2 triliun pada tahun 1997. Dalam periode yang sama peranannya terhadap PDB nasional rata-rata sebesar 16,7 persen per tahun. Sampai dengan tahun 1996 sektor perdagangan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 15,8 juta orang atau 18,9 persen dari keseluruhan jumlah tenaga kerja, yang berarti bertambah sekitar 3,5 juta tenaga kerja dari tahun 1993 yang baru mencapai 12,3 juta orang atau 15,9 persen dari keseluruhan tenaga kerja.

Dalam upaya meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk nasional, pembangunan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terus ditingkatkan dan telah menghasilkan berbagai kemajuan.

Hasil yang diperoleh dalam program teknik produksi dan program teknologi antara lain bahan-bahan isotop, elemen bakar nuklir reaktor riset, barang-barang logam, bidang paduan berbasis aluminium, serta logam paduan berdayaingat. Di samping itu juga dihasilkan prototipe berbagai jenis peralatan mutakhir antara lain alat pengering bahan baku makanan instan, alat diagnostik kelainan

I/31

Page 35: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

fungsi ginjal (renograf), stepping motor, turbin uap berskala kecil, dan instrumen kendali pada industri.

Dalam bidang pertanian sejak tahun 1993/94 sampai dengan tahun keempat Repelita VI, melalui penerapan iptek nuklir antara lain telah dihasilkan varietas padi Cilosari yang mempunyai kelebihan berumur pendek, tahan wereng, dan berpotensi produksi yang tinggi. Selain itu, juga ditemukan galur kedelai 157/Psj yang tinggi potensi produksinya dan tahan penyakit karat.

Dalam bidang kesehatan, antara lain telah berhasil didapatkan sertifikasi layak pakai formula semi otomatik diagnostik kit hematologi, dibuat rancangan produk kit biokimia darah sebanyak 10 macam, dan ditemukan 20 galur mikroba guna mengembangkan kit diagnostik cepat penyakit demam tifoid.

Dalam bidang ilmu rekayasa antara lain telah berhasil dikembangkan alat kontrol otomatik untuk robot industri dengan menggunakan kecerdasan buatan pada perangkat sensor di ujung lengan, dan alat pemaham suara dengan menerapkan teknologi jaringan syaraf (neural network), serta telah dikembangkan satu unit sistem manufaktur fleksibel mini yang terdiri dari mesin bubut computer numerical control (CNC), sebuah robot gantry, dan pembangkit pulsa laser CO2 berdaya tinggi, serta pemanfaatannya untuk pengerasan permukaan baja ferit perlitik.

Dalam bidang ilmu kedokteran antara lain telah berhasil dikenali manfaat ekstrak daun sirsak dan srikaya sebagai obat penyakit myasis, ekstrak tanaman lobak dan babadotan sebagai bakterisida, fraksi biji pepaya sebagai bahan anti penyakit cacing. Di bidang ilmu penyakit ternak telah berhasil dikenali daur hidup penyakit cacing pankreas pada kambing, ketahanan domba terhadap

I/32

Page 36: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

penyakit kudis, serta manfaat arang pada pakan ternak untuk mengurangi residu pestisida lindane di dalam daging dan hati.

Pembangunan kelautan diarahkan pada pendayagunaan sumber daya laut dan dasar laut serta pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional, termasuk Zona Ekonomi Eksklusif yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. Guna menunjang program pemanfaatan sumber daya kelautan yang optimal dan lestari, data dan informasi tentang kelautan terus digali dan disempurnakan melalui program inventarisasi dan evaluasi potensi laut.

Pembangunan kelautan juga dilaksanakan untuk mendukung dan memperkuat tegaknya kedaulatan dan yurisdiksi nasional. Untuk itu, telah diselesaikan pendigitasian 15 nomor lembar peta (nlp) ZEE dengan skala 1: 1.000.000, dan 71 nlp peta garis pangkal skala 1:200.000. Selain itu, juga telah diselesaikan peta alur laut Kepulauan Indonesia (ALKI) untuk 3 (tiga) jalur pelayaran yang telah disetujui oleh International Maritime Organization (IMO). Selain itu, pembangunan kelautan pada tahun 1996/97 antara lain telah menghasilkan data potensi sumber daya Kelautan yang meliputi flora dan fauna di beberapa perairan Indonesia, dan pengembangan teknik budidaya biota laut bernilai ekonomis penting. Selain itu, telah dihasilkan beberapa data dasar kelautan yang diperlukan untuk perencanaan fisik tata ruang wilayah pesisir dan laut yang mencakup peta Lingkungan Pantai Indonesia, peta geodinamika wilayah pesisir, peta ekosistem wilayah pesisir, peta iklim wilayah pesisir, peta perikanan wilayah pesisir, serta peta tata guna tanah wilayah pesisir di 10 propinsi.

Pembangunan kedirgantaraan ditujukan pada upaya memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah

I/33

Page 37: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

dirgantara nasional dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produk dan jasa kedirgantaraan. Dalam bidang industri pesawat terbang sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah mampu diproduksi pesawat high-subsonic berkapasitas 50-70 tempat duduk dengan teknologi pengendalian Fly-by-Wire. Sedangkan dalam bidang teknologi informasi, antara lain telah diproduksi stasiun bumi kecil, stasiun bumi mikro untuk transmisi gelombang mikro digital, sistem TVRO (television receive only) dengan antena parabola, serta berbagai komponen elektronika dan alat instrumentasi.

Pelaksanaan pembangunan tidak saja terlihat di tingkat nasional tetapi juga di daerah. Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, pembangunan daerah telah diupayakan untuk memacu pemerataan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan prakarsa dan peran aktif masyarakat, serta mendayagunakan potensi daerah secara optimal dan terpadu.

Laju pertumbuhan ekonomi daerah yang diukur dengan produk domestik regional bruto (PDRB) untuk semua propinsi selama 3 tahun Repelita VI telah melampaui sasaran Repelita VI. Laju pertumbuhan ekonomi daerah kawasan timur Indonesia (KTI) lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia (KBI). Sedangkan laju penurunan angka kemiskinan di KTI dalam periode tahun 1993-1996 adalah sebesar 1,8 persen, lebih tinggi dibanding dengan daerah KBI yang sebesar 1,7 persen.

Sementara itu, kemampuan daerah dalam pembiayaan pembangunan telah menunjukkan peningkatan yang berarti. Hal ini tercermin antara lain dengan menurunnya peranan bantuan pembangunan daerah tingkat (dati) I terhadap Anggaran Pendapatan

I/34

Page 38: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

dan Belanja Daerah (APBD). Pada tahun 1994/95, peranan bantuan pembangunan daerah tingkat I adalah sebesar 44,9 persen, dan peranannya telah menurun menjadi 35,7 persen pada tahun 1997/98. Dalam periode yang sama penerimaan PBB secara keseluruhan telah mencapai sebesar Rp 8,1 triliun dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,5 persen per tahun. Sebesar 17,8 persen dari jumlah tersebut diberikan kepada daerah tingkat I.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan untuk mendorong aktivitas perekonomian di daerah, sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah ditingkatkan jalan propinsi sepanjang 14,8 ribu km atau rata-rata 3,7 ribu km per tahun. Seiring dengan itu, telah dilakukan pula penggantian dan rehabilitasi jembatan sepanjang 47 ribu m atau rata-rata 11,7 ribu m per tahun.

Selain bantuan kepada dati I, bantuan juga diberikan kepada daerah tingkat II antara lain bantuan melalui program Inpres. Sampai dengan empat tahun Repelita VI jumlah bantuan telah mencapai Rp 11,3 triliun dengan kenaikan rata-rata 13,1 persen per tahun. Peningkatan bantuan ini telah mendorong kegiatan sosial ekonomi produktif di daerah. Peningkatan kegiatan perekonomian di daerah tingkat II juga tercermin pada penerimaan PAD yang terus meningkat rata-rata sebesar 24,1 persen per tahun. Penerimaan bagian PBB untuk dati II juga terus meningkat sebesar 27,7 persen per tahun.

Dalam rangka mempercepat pembangunan desa, selain meningkatkan pemberian bantuan Inpres Desa mulai tahun ketiga Repelita VI dari Rp 5,5 juta per desa setiap tahun menjadi Rp 6,5 juta, juga dilakukan melalui program Inpres Desa Tertinggal dan Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal yang

I/35

Page 39: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

ditujukan untuk menanggulangi masalah kemiskinan terutama di perdesaan.

Secara keseluruhan, pembangunan daerah telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun demikian, mengingat dampak krisis moneter dan ekonomi di samping bencana kekeringan akan semakin dirasakan pada tahun terakhir Repelita VI, maka disadari bahwa berbagai sasaran pembangunan daerah yang telah ditetapkan mungkin tidak dapat tercapai. Hal ini akan menurunkan pula pertumbuhan ekonomi di daerah. Sementara itu kebutuhan dan sasaran pembangunan daerah harus pula berubah dalam mengatasi dampak krisis ekonomi tersebut. Untuk itu pemerintah perlu melakukan reorientasi dan reformulasi terhadap program/proyek pembangunan daerah, terutama yang menyangkut bantuan kepada pemerintah daerah, agar dapat menyediakan kebutuhan pokok yang terjangkau oleh masyarakat dan penyediaan lapangan kerja di daerah, serta mendorong berkembangnya usaha perekonomian rakyat di samping mempertahankan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Diharapkan segera setelah keadaan ekonomi menjadi pulih, daerah-daerah dapat kembali memperoleh peluang pertumbuhan dan mengembangkan momentumnya untuk mengejar ketinggalan akibat kondisi yang situasional sekarang ini.

Erat kaitannya dengan pembangunan daerah adalah pembangunan daerah-daerah yang masih terbelakang dan kurang tenaga kerja melalui program transmigrasi. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI jumlah transmigrasi yang dipindahkan telah mencapai 315.895 KK, dimana 35,9 persen diantaranya adalah transmigrasi swakarsa mandiri (TSM). Secara keseluruhan jumlah transmigrasi yang berhasil dipindahkan baru mencapai sekitar 52,6 persen dari target penempatan dalam Repelita VI.

I/36

Page 40: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Segenap upaya pembangunan, baik pembangunan nasional maupun pembangunan daerah berlangsung di kawasan perkotaan maupun perdesaan. Pada dasarnya pembangunan di perkotaan dan perdesaan dilakukan secara terpadu, saling memperkuat dan merupakan dua sisi dari pembangunan daerah. Upaya itu diletakkan pada peningkatan keserasian dan keseimbangan pembangunan antara keduanya melalui peningkatan peran serta, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan serta ketersediaan prasarana dan sarananya.

Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam pembangunan perdesaan melalui pelaksanaan berbagai program dan sektor pembangunan, termasuk Inpres Desa Tertinggal (IDT), Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah (PMT-AS), Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Antar Desa (KTP2D), dan Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu (P2LDT). Namun disadari bahwa masih ada kesenjangan pertumbuhan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini perlu mendapatkan penanganan yang lebih serius. Demikian pula dalam kaitannya dengan krisis ekonomi saat ini, program pembangunan perdesaan perlu semakin dipacu agar dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi pemerataan pembangunan, pengembangan prakarsa masyarakat, dan penguatan perekonomian rakyat.

Pembangunan di sektor perumahan dan permukiman merupakan bagian dari upaya membangun kesejahteraan masyarakat. Dalam periode tahun 1993/1994 sampai dengan tahun 1997/1998 telah dibangun oleh Perum Perumnas dan pengembang swasta sebanyak 616.557 unit rumah RS/RSS. Selain itu telah pula dibangun prasarana air bersih dengan kapasitas sebesar 30.000 liter per detik di perkotaan dan sebanyak 22.000 desa dengan jumlah penduduk terlayani sebesar lebih dari 16,5 juta orang.

I/37

Page 41: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Dalam upaya peningkatan mutu lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat telah dilaksanakan kegiatan pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan dan penanganan drainase di perkotaan dan perdesaan. Pengelolaan air limbah perkotaan dari tahun 1993/1994 sampai dengan 1997/1998 telah dilaksanakan di 421 kota yang melayani penduduk lebih dari 7,8 juta jiwa; pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan di 9.114 desa, melayani penduduk sekitar 3,1 juta jiwa; pengelolaan persampahan dilaksanakan di 600 kota dengan mencakup jumlah penduduk sebesar 16,3 juta jiwa; penanganan drainase di 769 kota yang melayani penduduk sekitar 4 juta jiwa.

Dalam upaya program penyediaan dan pengelolaan air bersih, berbagai kegiatan seperti peningkatan kapasitas produksi, perluasan pelayanan, dan penurunan tingkat kebocoran terus dilaksanakan. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI kapasitas produksi bersih di perkotaan telah dapat ditingkatkan menjadi sebesar 28.50 l/dt, penambahan 2 juta sambungan rumah, 34.900 hidran umum dengan jumlah penduduk yang dapat dilayani sebesar 18,1 juta jiwa. Sementara itu, kegiatan penyediaan dan pengelolaan air bersih di perdesaan telah mampu menangani 7.700 desa yang melayani penduduk sebanyak 4,5 juta jiwa.

Pembangunan nasional harus memperhatikan kelestarian lingkungan hidup agar pembangunan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

Pembangunan lingkungan hidup dalam Repelita VI ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, merehabilitasi kerusakan lingkungan, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kualitas lingkungan. Oleh karena itu dalam

I/38

Page 42: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

pelaksanaan tahun keempat Repelita VI kebijaksanaan yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan keterpaduan dalam pengelolaan lingkungan hidup, pengembangan peran serta masyarakat dan perluasan cakupan penyebarluasan informasi mengenai kualitas lingkungan maupun kinerja pengelola lingkungan hidup merupakan pokok-pokok kebijaksanaan pembangunan lingkungan hidup.

Hasil-hasil pembangunan lingkungan hidup yang dilaksanakan selama tahun 1997/98 secara umum ditandai dengan meningkatnya kemampuan kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan hidup, meluasnya kapasitas pengendalian dampak lingkungan dan kemampuan untuk melakukan rehabilitasi kawasan yang rusak, serta makin berkembangnya kesadaran lingkungan di masyarakat.

Bencana kebakaran hutan dan lahan yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Sumatera dan Kalimantan, hingga pertengahan tahun 1998 merupakan bencana lingkungan yang terburuk selama lima belas tahun terakhir. Sampai dengan bulan Maret 1998 tercatat seluas 450 ribu hektar hutan dan lahan yang terbakar yang berakibat pada terganggunya kehidupan bagi sekitar 20 juta penduduk di kawasan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, telah dilakukan berbagai tindakan penanggulangan kebakaran dan mitigasi bencana di lokasi kejadian, penyempurnaan sistem pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan-lahan serta upaya-upaya untuk mempertahankan citra bangsa dalam kerjasama internasional.

Untuk lebih memantapkan pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan hidup nasional, maka dalam tahun 1997/98 telah dilakukan pembentukan 25 Bapedalda Dati I yang selanjutnya

I/39

Page 43: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

diikuti dengan persiapan pembentukan 55 Bapedalda Dati II. Pembentukan kelembagaan baru ini juga diiringi dengan peningkatan kemampuan pembeayaan, peningkatan peran serta masyarakat dan persiapan sumber daya manusianya. Adanya krisis ekonomi dan moneter yang makin berkembang sejak pertengahan tahun 1997 diperkirakan meningkatkan tekanan pada sumber daya alam. Sehubungan dengan hal tersebut dalam tahun 1997/98 telah dilakukan penyempurnaan perangkat perundangan tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), kajian ulang terhadap pelaksanaan pembukaan lahan gambut untuk mempertahankan penyediaan pangan seluas 1 juta hektar di Kalimantan Tengah dan peningkatan kapasitas pemantauan kualitas lingkungan hidup. Kegiatan lainnya untuk mempertahankan kelestarian fungsi produksi lahan juga telah dilakukan melalui penghijauan seluas 502,0 ribu hektar dan reboisasi dalam kawasan hutan seluas 46,4 ribu hektar.

Dalam rangka memperoleh informasi tentang potensi sumber daya alam dan lingkungan telah dilaksanakan serangkaian inventarisasi dan evaluasi terhadap sumber daya alam penting. Dalam rangka itu telah dilakukan penetapan tata batas kawasan hutan tetap sepanjang 62,4 ribu kilometer. Selanjutnya sampai dengan tahun 1997/98 telah diselesaikan peta rupa bumi sebanyak 2.926 nomor lembar peta (nlp) pada berbagai skala. Informasi potensi sumberdaya alam yang terdapat dalam berbagai kawasan tersebut telah mampu memperlihatkan situasi jumlah, mutu dan potensi sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup nasional. Dalam upaya pelestarian sumberdaya alam lainnya juga telah ditetapkan kawasan konservasi darat dan laut seluas 12,5 juta hektar.

I/40

Page 44: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Sementara itu, pelestarian fungsi kawasan pantai terus diupayakan melalui kegiatan rehabilitasi dan pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan yang melibatkan masyarakat pesisir di 10 propinsi, penanaman kembali hutan mangrove, serta pengendalian pencemaran dan rehabilitasi kerusakan kawasan pantai melalui program pantai lestari.

Dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan, pembangunan yang dilakukan oleh berbagai pihak perlu dialokasikan dalam ruang yang sesuai dengan fungsi ruang dan lahan agar dicapai hasil yang optimal dan berwawasan lingkungan. Dalam rangka itu penataan ruang terus mengupayakan adanya peraturan yang memberikan arahan pemanfaatan ruang yang dapat menampung dan menyerasikan kebutuhan pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.

Sampai dengan tahun 1997/98, seluruh propinsi Daerah Tingkat I telah menyelesaikan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dan menetapkannya menjadi Peraturan Daerah. Sementara itu, seluruh kabupaten Daerah Tingkat II telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Daerah Tingkat II, dimana sekitar 58 persen telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, sedangkan untuk Kotamadya Daerah Tingkat II telah 80 persen ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Sementara itu, dalam tahun 1994/95 sampai dengan 1997/98, telah dilakukan kegiatan penyiapan redistribusi tanah obyek landreform seluas 27.675 Ha dan penertiban administrasi landreform untuk 37.680 KK. Dalam kurun waktu yang sama telah pula diselenggarakan pendataan pemilikan/penguasaan tanah pedesaan untuk 447 kecamatan atau sekitar 35 ribu hektare, identifikasi penegasan tanah negara seluas 54,3 ribu hektare, dan

I/41

Page 45: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

konsolidasi tanah pertanian irigasi teknis (PIADP) untuk 21,7 ribu hektare.

Pemetaan dan revisi peta penggunaan tanah detail untuk 43,7 juta hektare, pemetaan kemampuan tanah untuk areal seluas 25,5 juta hektare, pemetaan penggunaan tanah perkotaan (baik kota kabupaten maupun kota kecamatan) untuk 200 kota dan meliputi lebih dari 245,0 ribu hektare, pengendalian penggunaan tanah untuk areal seluas 3,5 juta hektare, pemetaan tanah khusus untuk kawasan Puncak seluas 25,0 ribu hektare, penyusunan rencana persediaan tanah untuk 122 Dati II, pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan untuk 464 orang, dan pemetaan wilayah pengembangan lahan gambut sejuta hektare seluas 26,0 ribu hektare.

Sementara itu, kegiatan penertiban dan peningkatan pengurusan hak atas tanah, selama periode tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98, telah dilakukan penertiban Surat Keputusan Hak Atas Tanah sebanyak 143.457 SK, penertiban Surat Keputusan (melalui PIADP) sebanyak 193.196 SK atau bidang, dan penertiban Surat Keputusan Hak Guna Usaha sebanyak 212 SK.

Sejalan dengan arah pembangunan nasional, peran serta sektor industri dalam perekonomian nasional telah semakin besar. Selama Repelita VI, pembangunan industri dilaksanakan melalui pengembangan industri-industri yang bertumpu pada upaya pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan kehidupan rakyat, industri yang berorientasi pada ekspor, industri yang menggunakan sumber daya nasional, industri yang memiliki nilai strategis serta berdampak pada pengembangan industri lainnya, dan industri yang dapat mengembangkan kegiatan ekonomi di daerah-daerah di luar Jawa, terutama di kawasan timur Indonesia.

I/42

Page 46: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Atas dasar harga konstan tahun 1993, industri pengolahan termasuk industri pengolahan migas, dalam kurun waktu 1993-1997, telah tumbuh rata-rata sekitar 10,5 persen per tahun, sedangkan industri pengolahan nonmigas tumbuh dengan sekitar 11,8 persen per tahun. Dengan pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut, sumbangan industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dari 22,3 persen pada tahun 1993 menjadi 25,6 persen pada tahun 1997.

Perkembangan sektor industri tidak hanya ditandai oleh pertumbuhan volume produksi, melainkan juga oleh makin beranekaragamnya jenis produk yang dihasilkan dan disertai dengan mutu produk yang makin meningkat. Nilai ekspor hasil industri pada tahun 1993 sebesar US$ 23,3 miliar meningkat menjadi US$ 34,0 miliar dalam tahun 1997. Peranan ekspor industri pengolahan nonmigas terhadap keseluruhan ekspor nasional meningkat dari sebesar 63,3 persen pada tahun 1993 menjadi 65,0 persen tahun 1997.

Sementara itu, industri kecil juga makin berperan dalam penciptaan lapangan kerja dan perluasan kesempatan berusaha, pengembangan ekonomi perdesaan, pengentasan kemiskinan, dan ekspor. Pengembangan industri kecil dilaksanakan melalui pembinaan sentra-sentra yang tersebar di seluruh daerah meliputi antara lain bimbingan dan pelatihan keterampilan, pengembangan iklim usaha, serta pengembangan sistem pendukung. Sebagai hasil upaya pembinaan, jumlah unit usaha industri kecil terus bertambah. Perluasan lapangan kerja pada industri kecil pada tahun 1996 meningkat sebesar 10,6 persen dibanding tahun 1993. Sedangkan nilai ekspor industri kecil dalam tahun 1993 - 1997, rata-rata sebesar US$ 2,4 miliar.

I/43

Page 47: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa dampak yang sangat berarti pada proses industrialisasi yang sedang berjalan. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sangat berpengaruh pada kelangsungan produksi khususnya bagi industri-industri yang masih mengandalkan bahan baku dan komponen yang berasal dari impor. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, penyerapan tenaga kerja di sektor industri, selama krisis moneter ini mengalami penurunan, khususnya akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) dari industri-industri yang berbasis tenaga kerja (padat karya).

Namun demikian, krisis moneter ini memacu para pengusaha untuk melakukan ekspor, mengingat penurunan nilai tukar rupiah memberikan dampak pada peningkatan daya saing industri. Industri pengolahan yang paling prospektif dalam ekspor ini adalah industri-industri yang berbasis pada sumber daya alam maupun berbasis pada pertanian, industri seperti agroindustri, industri pupuk, industri semen, dan lain-lain.

Krisis yang terjadi saat ini memberi peluang yang lebih luas bagi industri kecil untuk lebih berkembang. Kesepakatan yang ditandatangani bersama Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) untuk membantu Indonesia telah membawa pesan yang positif bagi pengembangan industri kecil. Melalui kesepakatan tersebut, distorsi ekonomi yang selama ini mengambat peran industri kecil dan hanya menguntungkan jenis usaha besar telah dihilangkan. Beberapa program reformasi di bidang ekonomi yang diluncurkan untuk mengatasi krisis turut melibatkan peran industri kecil di dalamnya, antara lain seperti program industri kecil padat karya, yang diharapkan mampu menampung tenaga kerja terampil yang terkena PHK.

I/44

Page 48: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Dari sisi lain, dampak negatif dari krisis moneter bagi industri kecil adalah terhambatnya akses terhadap perolehan bahan baku dan bahan penolong terutama bagi industri yang masih mengandalkan pada komponen impor. Di samping itu, industri kecil saat ini juga menghadapi kesulitan untuk akses terhadap permodalan terutama ketersediaan dana untuk modal kerja pada tingkat suku bunga yang memadai.

Salah satu sektor pembangunan yang penting dalam Repelita VI adalah sektor pertanian.

Atas dasar harga konstan, PDB sektor pertanian dalam periode tahun 1994-1997 meningkat dari Rp 59,3 triliun pada tahun 1994 menjadi Rp 64,1 triliun pada tahun 1997 atau tumbuh dengan rata-rata sebesar 2,1 persen per tahun. Dalam periode tersebut pertumbuhan sub-sektor perikanan, perkebunan, peternakan, dan tanaman pangan masing-masing sebesar 5,1 persen; 4,6 persen; 4,6 persen; dan 0,8 persen per tahun. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terserap cenderung berkurang yaitu dari 40,1 juta orang pada tahun 1993 atau 50,6 persen tenaga kerja nasional menjadi 35,9 juta orang atau 41,2 persen pada tahun 1996.

Selama empat tahun Repelita VI produksi padi meningkat rata-rata sebesar 0,6 persen per tahun. Walaupun produksi padi pada tahun 1994 dan 1997 menurun disebabkan musim kemarau yang berkepanjangan, produksi rata-rata per hektare selama empat tahun terakhir meningkat sebesar 0,8 persen. Hasil rata-rata padi per hektare pada tahun 1997 sebesar 4,5 ton atau meningkat 0,7 persen dari tahun 1996 sebesar 4,4 ton. Dalam periode yang sama di Pulau Jawa hasil rata-rata padi per hektare meningkat sebesar 0,4 persen dan di luar Jawa sebesar 1,3 persen. Lebih cepatnya peningkatan produktivitas padi di luar Jawa menunjukkan bahwa penerapan teknologi usahatani di luar Jawa semakin baik.

I/45

Page 49: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Produksi palawija selama empat tahun Repelita VI pada umumnya mengalami peningkatan. Khusus produksi jagung dan kacang tanah meningkat cukup tinggi yaitu masing masing sebesar 9,0 persen dan 3,5 persen per tahun. Peningkatan produksi jagung yang tinggi terutama disebabkan meningkatnya hasil rata-rata per hektare sebagai hasil dari semakin meluasnya penggunaan benih jagung hibrida yang merupakan terobosan teknologi yang penting. Pada tahun 1997 hasil rata-rata per hektare jagung dan kacang tanah masing-masing telah mencapai 26,2 kuintal dan 11,0 kuintal.

Selama empat tahun Repelita VI produksi buah-buahan mengalami peningkatan sebesar 11,8 persen per tahun. Kenaikan produksi tersebut terutama diakibatkan oleh meningkatnya luas panen sebesar 2,3 persen per tahun. Peningkatan tersebut juga disertai peningkatan produktivitas buah-buahan dengan hasil rata-rata per hektare per tahun sebesar 13,2 persen terutama untuk beberapa komoditas buah-buahan antara lain alpukat, mangga, durian, rambutan, pepaya, dan salak. Sedangkan produksi sayuran mengalami peningkatan sebesar 8,3 persen, yang disebabkan oleh meningkatnya luas panen dan hasil rata-rata per hektare per tahun masing-masing sebesar 0,3 persen dan 7,9 persen.

Sementara itu, selama empat tahun Repelita VI produksi komoditas perkebunan terpenting mengalami peningkatan, kecuali cengkeh, lada, gula tebu, dan kapas yang turun per tahun masing-masing sebesar 6,6 persen; 2,5 persen; 1,3 persen; dan 25,8 persen per tahun. Produksi komoditas perkebunan yang meningkat tajam antara lain adalah minyak sawit, inti sawit, dan kakao yang masing-masing meningkat dengan rata-rata pertahun sebesar 15,6 persen; 17,8 persen; dan 9,0 persen. Pada tahun 1997 sebagian besar produksi komoditas perkebunan turun dibandingkan tahun 1996,

I/46

Page 50: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

kecuali minyak sawit, inti sawit, dan gula tebu yang naik masing-masing 14,2 persen; 13,7 persen; dan 3,9 persen.

Selama empat tahun Repelita VI, jumlah populasi ternak yang meningkat terutama adalah kambing, domba, ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging/broiler, dan itik yang masing-masing meningkat cukup tajam per tahun sebesar 4,4 persen; 5,7 persen; 3,8 persen; 7,7 persen; 6,8 persen; dan 4,3 persen. Sedangkan untuk jenis sapi potong, sapi perah, dan kerbau masing-masing hanya meningkat rata-rata per tahun sebesar 2,2 persen; 1,9 persen; dan 1,4 persen. Dalam kurun waktu tersebut perkembangan populasi ternak telah mendorong peningkatan produksi daging, telur, dan susu yang masing-masing meningkat per tahun sebesar 4,4 persen; 4,4 persen; dan 1,5 persen.

Perkembangan produksi perikanan selama empat tahun Repelita VI, meningkat sebesar 4,5 persen per tahun. Produksi perikanan laut dan perikanan darat masing-masing meningkat per tahun sebesar 4,2 persen dan 5,4 persen. Peningkatan produksi perikanan laut terjadi terutama karena meningkatnya jumlah armada perahu/kapal perikanan sebesar 3,0 persen. Sedangkan peningkatan produksi perikanan darat berasal terutama dari bertambahnya produksi hasil budidaya perikanan tambak, kolam, dan sawah yang meningkat masing-masing 6,9 persen; 10,6 persen; dan 8,8 persen per tahun. Produksi perikanan pada tahun 1997 meningkat 2,9 persen dibandingkan tahun 1996 yang disebabkan peningkatan produksi perikanan laut dan perikanan darat masing-masing 2,91 persen dan 2,90 persen.

Dalam rangka mengatasi dampak kekeringan yang terjadi, pada tahun pertengahan tahun 1997, Repelita VI telah direncanakan kegiatan untuk meningkatkan produksi pangan dan usaha pertanian

I/47

Page 51: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

di perdesaan melalui intensifikasi komoditas prioritas yang berwawasan agrobisnis. Rencana kegiatan tersebut antara lain berupa peningkatan mutu intensifikasi padi seluas 4,2 juta hektare, jagung hibrida dan komposit seluas 1,2 juta hektare, kedele varietas unggul dengan teknologi inokulasi baru seluas 400 ribu hektare, dan hortikultura seluas 90 ribu hektare.

Sejalan dengan adanya peningkatan produksi, volume ekspor selama empat tahun Repelita VI untuk beberapa komoditas penting pertanian mengalami kenaikan antara lain adalah lada, minyak sawit, kopi, karet, dan tembakau masing-masing sebesar 6,7 persen, 15,6 persen, 13,5 persen, 4,9 persen, dan 18,0 persen per tahun. Sebaliknya volume ekspor ubi kayu dan kulit ternak mengalami penurunan masing-masing sebesar 28,5 persen dan 5,1 persen per tahun. Meskipun demikian nilai ekspornya pada umumnya menunjukkan peningkatan.

Pada tahun 1997 volume ekspor minyak sawit, kopi dan tembakau naik masing-masing sebesar 39,3 persen, 1,8 persen dan 31,9 persen dibandingkan tahun 1996. Sementara itu volume ekspor teh, kakao, karet dan lada mengalami penurunan masing-masing sebesar 8,4 persen; 17,6 persen; 0,2 persen; 1,0 persen dan 5,0 persen.

Sementara itu, nilai ekspor perikanan secara keseluruhan selama empat tahun Repelita VI meningkat dengan rata-rata sebesar 4,3 persen per tahun. Nilai ekspor perkebunan naik rata-rata sebesar 9,7 persen dari US$ 4,0 milyar pada tahun 1994 naik menjadi US$ 5,3 milyar pada tahun 1997.

Pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari dukungan sektor-sektor lain khususnya sektor pengairan. Sampai dengan

I/48

Page 52: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

tahun keempat Repelita VI, telah dibangun jaringan irigasi seluas 264,4 ribu hektare atau sekitar 53 persen dari sasaran Repelita VI yaitu seluas 500 ribu hektare; pencetakan sawah seluas 161,3 ribu hektare atau sekitar 53 persen dari sasaran yang telah ditetapkan dalam Repelita VI yaitu sebesar 300,0 ribu hektare. Rendahnya pencapaian sasaran pembangunan jaringan irigasi pada Repelita VI adalah akibat dari pergeseran prioritas pembangunan yang pada dua tahun terakhir ini lebih diarahkan untuk mengatasi masalah kekeringan. Sedangkan pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi, selama empat tahun Repelita VI telah mencapai sekitar 2 juta hektare, jauh melampaui sasaran Repelita VI yaitu seluas 700.000 hektare.

Pembangunan kehutanan selama empat tahun terakhir, telah berhasil merehabilitasi hutan rusak dan lahan kritis seluas 2,2 juta hektare, membangun hutan tanaman industri (HTI) seluas 1,3 juta hektare dan hutan rakyat seluas 474,4 ribu hektare, serta pemantapan 5 unit taman nasional baru. Pada tahun 1997/98 jumlah penerimaan devisa negara yang berasal dari ekspor hasil hutan kayu dan non kayu sebesar US$ 5,5 miliar, dan penerimaan bukan pajak mencapai sebesar US$ 507,8 juta.

Selain itu, pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan penataan batas kawasan sepanjang 17,9 ribu kilometer, sehingga selama empat tahun Repelita VI panjang batas kawasan hutan yang dapat diselesaikan mencakup 77,8 ribu kilometer. Dalam upaya meningkatkan kegiatan rehabilitasi di areal bekas tebangan telah dilakukan penanaman/pengayaan, pembuatan kebun pangkas dan penanaman tanah kosong/tidak produktif di areal HPH masing-masing mencapai seluas 553 ribu hektare, 380 hektare dan 79 ribu hektare.

I/49

Page 53: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Produksi kayu bulat pada tahun 1997/98 mencapai sebesar 26,8 juta meter kubik. Dari jumlah kayu bulat tersebut, dapat diproduksi sekitar 11,3 juta meter kubik kayu olahan. Selanjutnya, realisasi ekpor kayu olahan pada tahun yang sama mencapai sekitar 8,4 juta meter kubik dengan nilai sebesar US$ 4,1 juta yang terutama terdiri dari kayu lapis, kayu gergajian, dan kayu olahan lainnya.

Peningkatan produksi dan penyebaran barang dan jasa yang makin luas dimungkinkan dengan makin membaiknya sarana dan prasarana perhubungan.

Sejalan dengan meningkatnya panjang dan kondisi jalan di seluruh tanah air, dan sesuai dengan perkembangan ekonomi masyarakat terutama sampai dengan sebelum terjadinya krisis ekonomi, maka jumlah sarana angkutan juga bertambah. Pada tahun 1996/1997, jumlah kendaraan sebesar 15,5 juta buah yang meliputi armada bis 702,7 ribu buah, truk 1,7 juta buah, mobil penumpang 2,5 juta buah, dan sepeda motor 10,5 juta buah dan pada tahun 1997/98 jumlah kendaraan meningkat menjadi 17,6 juta buah, yang terdiri dari armada bus 721,6 ribu buah, truk 1,9 juta buah, mobil penumpang 2,7 juta buah, dan sepeda motor 12,3 juta buah.

Dengan meningkatnya prasarana dan sarana kereta api, pengguna jasa angkutan kereta api terus meningkat. Pada tahun 1996/97 jumlah penumpang dan barang mencapai 153,6 juta orang dan 18,4 juta ton barang yang kemudian pada tahun 1997/98 meningkat menjadi 158,6 juta orang dan 19,0 juta ton barang.

Sementara itu, jumlah penumpang yang diangkut oleh angkutan sungai, danau, dan penyeberangan telah meningkat menjadi 82,1 juta orang pada tahun 1997/98 dari 78,2 juta orang

I/50

Page 54: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

pada tahun 1996/97. Sedangkan angkutan barang meningkat dari 31,1 juta ton pada tahun 1996/97 menjadi 32,5 juta ton pada tahun 1997/98. Angkutan kendaraan meningkat dari 8,4 juta unit pada tahun 1996/97 menjadi 9,8 juta unit pada tahun 1997/98.

Di bidang transportasi laut, pembangunan fasilitas pelabuhan dalam tahun 1997/98 meliputi antara lain pembangunan dermaga sepanjang 2.576 meter, rehabilitasi dermaga seluas 8.309 meter persegi, pembangunan gudang 2.475 meter persegi, pembangunan terminal penumpang 3.395 meter persegi. Dalam tahun 1997/98 jasa transportasi laut telah mengangkut 400,2 juta ton barang dan 4,7 juta orang. Hal ini berarti menurun sebesar 51,4 juta ton barang dan 208 ribu orang dibandingkan tahun 1996/97.

Di bidang transportasi udara, dalam tahun 1997/98 telah dilakukan pembangunan prasarana bandar udara yang berupa landasan, terminal, dan bangunan operasional. Upaya tersebut telah meningkatkan kemampuan beberapa bandar udara yang dapat dipergunakan penerbangan sipil. Pada tahun 1997/98 jumlah bandar udara besar mencapai 67 buah dan bandar udara kecil 120 buah. Dari sejumlah 67 bandar udara besar tersebut 7 bandar udara dapat melayani pesawat sejenis B-747.

Sejalan dengan kondisi ekonomi yang kurang menguntung-kan, pada tahun 1997/98 jumlah penumpang dalam negeri yang diangkut mengalami penurunan sebesar 6,2 persen dibandingkan dengan tahun 1996/97 atau menjadi 12,6 juta orang. Sementara itu, jumlah barang yang diangkut meningkat menjadi 138,5 ribu ton pada tahun 1997/98 atau naik sebesar 0,9 persen. Efisiensi penggunaan ruang meningkat dari 54 persen pada tahun 1996/97 menjadi 55 persen pada tahun 1997/98. Sementara itu, jumlah penumpang rute luar negeri yang diangkut dalam tahun

I/51

Page 55: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

1997/98 oleh perusahaan penerbangan nasional menurun sebesar 7,4 persen bila dibandingkan dengan tahun 1996/97, atau menjadi 3,3 juta orang. Demikian pula jumlah barang yang diangkut tahun 1997/98 juga turun sebesar 13,0 persen bila dibandingkan dengan tahun 1996/97, atau menjadi 110,4 ribu ton. Efisiensi penggunaan ruang pada penerbangan luar negeri dilihat dari besarnya faktor muatan pada tahun 1997/98 tetap 49 persen. Jumlah penumpang dan barang yang diangkut perusahaan penerbangan nasional pada tahun 1998/99 diperkirakan akan menurun tajam baik untuk penerbangan dalam negeri maupun untuk penerbangan luar negeri. Penurunan ini disebabkan semakin beratnya beban perusahaan penerbangan dalam mengoperasikan pesawat dalam kondisi ekonomi saat ini dan semakin rendahnya daya beli masyarakat.

Selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI, sektor pertambangan dan energi tetap melanjutkan peranannya sebagai sektor andalan yang menyediakan sumber energi, bahan baku industri, dan sumber penerimaan negara. Dalam kurun waktu empat tahun pelaksanaan Repelita VI tersebut, subsektor pertambangan telah tumbuh dengan rata-rata sebesar 4,9 persen, melampaui sasaran Repelita VI yaitu sebesar 4,0 persen per tahun.

Dalam pada itu, penggunaan energi primer selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI terus menunjukkan peningkatan, yaitu dari 426,2 juta setara barrel minyak (SBM) pada tahun 1993/94 menjadi 541,2 juta SBM pada tahun 1996/97, dan mencapai 560,2 juta SBM pada tahun 1997/98. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, penggunaan energi per kapita meningkat dari 2,4 SBM per kapita pada tahun terakhir Repelita V menjadi 2,7 SBM per kapita pada tahun keempat Repelita VI. Laju pertumbuhan penggunaan energi rata-rata selama empat tahun Repelita VI yang sebesar 5,6 persen per tahun adalah lebih tinggi

I/52

Page 56: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

dari pada laju pertumbuhan penggunaan energi rata-rata dunia dalam kurun waktu yang sama.

Di bidang minyak dan gas bumi, produksi minyak bumi dan kondensat pada tahun 1997/98 mencapai 1,56 juta barrel per hari, melampaui sasaran produksi Repelita VI yaitu sebesar 1,51 juta barrel per hari.

Di bidang tenaga listrik, produksi tenaga listrik meningkat dari 46.718,7 GWh pada tahun 1993/94 menjadi 76.235,8 GWh pada tahun 1997/98. Dalam periode yang sama, jumlah pelanggan listrik juga meningkat dari 14,7 juta pelanggan menjadi 25,2 juta pelanggan. Dengan demikian rasio elektrifikasi nasional telah meningkat yaitu dari 41 persen pada tahun 1993/94 menjadi 57,3 persen pada tahun 1997/98.

Sementara itu, jumlah desa yang memperoleh aliran listrik terus bertambah, baik melalui upaya perluasan jaringan distribusi listrik, penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik, maupun melalui pemanfaatan sumber energi lain yang tersedia setempat. Dalam empat tahun pelaksanaan Repelita VI, ada tambahan 13.412 desa yang menikmati listrik sehingga meningkatkan jumlah desa berlistrik menjadi 45.941 desa. Dengan demikian, rasio elektrifikasi desa yang dicapai telah meningkat dari 51,6 persen pada tahun terakhir Repelita V menjadi 74,1 persen pada tahun keempat Repelita VI.

Pembangunan pariwisata, pos dan telekomunikasi dalam tahun keempat Repelita VI terus dilanjutkan dan ditingkatkan sehingga mempunyai arti yang makin penting dalam mendukung pembangunan nasional secara keseluruhan. Pada tahun 1993/94 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia baru

I/53

Page 57: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

mencapai 3,4 juta kunjungan, maka pada tahun 1994/95 telah meningkat menjadi 4,1 juta kunjungan dan selanjutnya pada tahun 1996/97 telah mencapai 5,1 juta kunjungan dengan perolehan devisa mencapai US$ 6,4 miliar.

Seiring dengan terjadinya krisis moneter yang terjadi di Indonesia, serta pengaruh eksternal seperti isu kolera, isu lingkungan dan masalah bencana asap yang terjadi di berbagai daerah, maka perkembangan pariwisata pada tahun 1997/98 mengalami penurunan. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 1997/98 turun sebesar 6,7 persen dibandingkan dengan tahun 1996/97 menjadi 4,8 juta kunjungan, sedangkan penerimaan devisa turun sebesar 2,6 persen menjadi sebesar US$ 6,2 miliar. Dalam periode April - Juli 1997 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara masih meningkat sebesar 3,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun anggaran 1996/97. Sedangkan periode Agustus 1997 sampai Maret 1998, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara menurun sebesar 11,9 persen dibandingkan jumlah kunjungan pada periode yang sama pada  tahun  1996/97.

Di sisi lain jumlah arus kunjungan wisatawan nusantara terus menunjukkan peningkatan, yaitu tahun 1993/94 mencapai 86,5 juta kunjungan, tahun  selanjutnya telah mencapai 100,4 juta kunjungan tahun 1995/96 telah meningkat lagi menjadi 107,0 juta kunjungan, tahun 1996/97 meningkat lagi menjadi 112,0  juta, dan tahun 1997/98 menjadi 120 juta kunjungan dengan jumlah pengeluaran lebih dari Rp 14 trilliun.

Pengembangan pelayanan jasa pos dan giro dalam tahun keempat Repelita VI telah mampu meningkatkan jangkauan pelayannya sebanyak 5,6 persen dari seluruh desa yang ada. Sehingga sampai tahun keempat Repelita VI jangkauannya telah

I/54

Page 58: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

mencapai 47,9 persen dari seluruh desa yang ada, dibandingkan dengan tahun 1993/94 yang mencapai 37,5 persen.

Krisis moneter yang terjadi belum banyak mempengaruhi berbagai produksi jasa pos dan giro yang tetap mengalami peningkatan. Diperkirakan  krisis ini akan berdampak cukup berarti apabila berkepanjangan. Namun  melalui  Strategi Pengembangan Service Point (SPSP) yaitu penyediaan fasilitas pelayanan melalui kerjasama dengan masyarakat, koperasi, swasta dan pemerintah daerah akan mampu mengantisipasi kondisi tersebut. Juga melalui berbagai pelaksanaan  efisiensi pelayanan.

Pelaksanaan program pengembangan jasa telekomunikasi pada tahun keempat Repelita VI telah mampu manambah kapasitas telepon sebanyak 1,34 juta satuan sambungan (ss) sehingga kapasitas telepon terpasang seluruhnya menjadi 7.701.543 ss. Dengan demikian hingga tahun keempat Repelita VI kepadatan telepon telah mencapai 3,76 per 100 penduduk, atau  meningkat  2,3 kali lipat dibanding tahun 1993/94 yang baru mencapai 1,60 per 100 penduduk.

Pembangunan telekomunikasi hingga tahun keempat Repelita VI masih dapat bertahan dan belum merasakan dampak krisis moneter yang berarti terbukti dengan masih dapatnya dicapai sebagian besar target-target pembangunan. Namun demikian pelaksanaan pembangunan melalui pola kerja sama operasi (KSO) yang melibatkan mitra KSO masih mengalami hambatan. Diperkirakan apabila krisis ekonomi secara nasional berkepanjangan akan menurunkan kinerja industri telekomunikasi untuk beberapa tahun mendatang.

I/55

Page 59: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Pembangunan bukan hanya mencakup aspek-aspek fisik, tetapi juga sisi-sisi lain dari kebutuhan manusia dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya. Dengan demikian, pembangunan agama merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia, baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan.

Kesemarakan kehidupan keagamaan tercermin pada makin banyaknya tempat peribadatan berbagai agama yang dibangun oleh masyarakat. Bantuan pemerintah diberikan dalam rangka mendorong peranserta masyarakat dalam pembangunan tempat peribadatan termasuk rehabilitasi. Dengan adanya peranserta masyarakat, jumlah tempat peribadatan yang telah dibangun secara keseluruhan sampai tahun 1997/98 berjumlah 683,0 ribu buah, yang terdiri 609,8 ribu masjid, 31,7 ribu gereja Protestan, 14,9 ribu gereja Katolik, 22,4 ribu pura dan 4,2 ribu vihara. Dibandingkan dengan tahun 1996/97 yang berjumlah 667,4 ribu buah, terdapat kenaikan sebanyak 15,6 ribu buah.

Dalam upaya meningkatkan ketersediaan sarana keagamaan di masyarakat, pemerintah membantu pengadaan kitab suci berbagai agama, terjemahan dan tafsirnya, serta buku-buku keagamaan lainnya. Pada tahun 1997/98 pengadaan kitab suci berbagai agama oleh pemerintah sebanyak 962,3 ribu eksemplar, terdiri dari 802,3 ribu kitab suci agama Islam, 49,0 ribu kitab suci agama Kristen Protestan, 43,0 ribu kitab suci agama Katolik, 40,5 ribu kitab suci agama Hindu, dan 27,5 ribu kitab suci agama Budha. Dibandingkan tahun 1996/97 yang berjumlah 814,8 ribu kitab suci terjadi kenaikan sebanyak 147,5 ribu.

Ibadah haji merupakan ritus keagamaan yang amat penting untuk memantapkan keimanan dan ketakwaan. Dari tahun ke tahun

I/56

Page 60: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

jumlah jamaah haji terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Ini merefleksikan makin mendalamnya penghayatan keagamaan umat Islam, juga mencerminkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka. Pada tahun 1997/98 jumlah jamaah haji tercatat sebanyak 201.270 ribu orang, yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 1996/97 yaitu sebanyak 199.140. Untuk menampung jumlah jamaah haji yang makin meningkat, Pemerintah terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan haji melalui perbaikan prosedur penyelenggaraan, serta pembangunan dan rehabilitasi asrama haji. Sampai tahun 1997/98 telah tersedia asrama haji transit dan embarkasi di 26 propinsi.

Pembangunan pendidikan makin menduduki peranan yang sangat penting dan strategis setelah ditetapkannya titik berat pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) pada bidang ekonomi yang seiring dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Melalui pembangunan pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang diperlukan dalam rangka mendukung pembangunan di bidang ekonomi, sosial budaya dan berbagai bidang lainnya.

Salah satu kebijaksanaan pemerintah yang sangat strategis dalam memasuki PJP II adalah dilaksanakannya program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang dimulai pada tahun pertama Repelita VI. Pelaksanaan Program tersebut pada tahun keempat Repelita VI ini telah berhasil meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) sekolah dasar (SD) termasuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dari 112,4 persen pada tahun 1996/97 menjadi 113,6 persen pada tahun 1997/98. Sedangkan APK sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) naik dari 56,1 persen pada tahun 1996/97 menjadi 60,0 persen pada tahun 1997/98. Jika APK madrasah

I/57

Page 61: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

tsanawiyah (MTs) diperhitungkan, maka APK SLTP termasuk MTs pada tahun keempat Repelita VI telah mencapai 73,8 persen.

Pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu pada sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), APK meningkat dari 34,4 persen pada tahun 1996/97 menjadi 36,3 persen pada tahun 1997/98. Apabila jumlah murid madrasah aliyah (MA) diperhitungkan maka APK SLTA pada tahun keempat Repelita VI tersebut mencapai 39,9.

Pada jenjang pendidikan tinggi (PT), APK meningkat dari 10,6 persen pada tahun 1996/97 menjadi 11,2 persen pada tahun keempat Repelita VI. Apabila jumlah mahasiswa perguruan tinggi agama (PTA) diperhitungkan, maka APK PT adalah 12,5 persen.

Pembinaan pendidikan luar sekolah lebih ditekankan pada upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar bagi masyarakat termasuk anak sekolah yang tidak mampu mengikuti pendidikan di jalur sekolah. Pendidikan luar sekolah antara lain meliputi kelompok belajar (kejar) paket A tidak setara SD (pemberantasan buta aksara), kejar paket A setara SD dan kejar paket B setara SLTP. Pada tahun 1997/98, masing-masing kegiatan tersebut telah mencakup 1 juta orang, 43 ribu orang, dan 95,5 ribu orang.

Adanya krisis ekonomi yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat akan menyebabkan rendahnya kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan. Untuk itu, telah disediakan beasiswa bagi siswa sekolah yang berasal dari keluarga miskin termasuk anak jalanan (street children) dan terlantar. Selain itu, disediakan pula bantuan biaya operasional bagi sekolah yang sangat memerlukan baik untuk sekolah negeri maupun swasta.

I/58

Page 62: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Di bidang olahraga telah dilakukan upaya perluasan pemasalan olahraga, peningkatan kesegaran jasmani dan rekreasi, pemantauan bakat, pembibitan dan peningkatan prestasi olahraga. Kegiatan tersebut didukung dengan pembangunan berbagai sarana dan prasarana olahraga.

Pembangunan kebudayaan nasional pada tahun keempat Repelita VI terus dilanjutkan melalui upaya pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya, kebahasaan dan kesastraan, kepustakaan, kesenian, peninggalan sejarah dan permuseuman serta penyelenggaraan festival seni persahabatan Indonesia dan Jepang dengan hasil yang cukup memuaskan.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan sumber daya manusia, yang ditujukan guna mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi.

Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, pembangunan kesehatan telah berhasil meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan ditandai oleh menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan serta meningkatnya rata-rata umur harapan hidup manusia. Di samping keberhasilan tersebut juga dihadapkan banyak tantangan seperti meningkatnya penyakit degeneratif dan penyakit menular akibat dari perubahan gaya hidup serta kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi. Industri farmasi yang telah berkembang pesat kurang didukung oleh industri bahan baku dan pengembangan industri peralatan kesehatan.

Sementara itu, jumlah sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit menunjukkan penyebaran yang makin

I/59

Page 63: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

merata. Dalam rangka mewujudkan kemandirian rumah sakit, secara bertahap rumah-rumah sakit pemerintah yang dinilai mampu mulai dikembangkan menjadi unit swadana, agar dimungkinkan terjadi subsidi silang kepada rumah sakit yang lemah, dan subsidi silang antara penderita yang mampu kepada yang tidak mampu. Jumlah rumah sakit yang telah terdaftar sebagai unit swadana sebanyak 59 rumah sakit terdiri dari 12 RSU vertikal, 1 RS Mata vertikal, dan 46 RSU Pemda.

Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan tersebut didukung oleh peningkatan jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan terutama dokter, dokter gigi, tenaga paramedis, dan bidan yang makin baik. Dalam tahun keempat Repelita VI telah ditempatkan sekitar 2,4 ribu orang dokter, 861 dokter gigi, dan 5.739 bidan PTT. Peranan tenaga kesehatan tersebut memberikan andil yang cukup berarti dalam upaya pelayanan kesehatan keluarga seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kontrasepsi, dan pertolongan persalinan. Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil meningkat dari 68 persen pada tahun 1996/97 menjadi 70 persen dari jumlah ibu hamil pada tahun 1997/98, pelayanan kontrasepsi meningkat dari 68 persen menjadi 69 persen, dan pertolongan persalinan meningkat dari 42 persen menjadi 51 persen. Kunjungan anak balita ke sarana pelayanan kesehatan dasar dan pos pelayanan terpadu (posyandu) telah mencakup 71 persen.

Kegiatan imunisasi yang telah dilakukan antara lain yaitu vaksinasi polio dilaksanakan melalui pekan imunisasi nasional (PIN). Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio, menekan angka tetanus neonatorum, serta menurunkan angka kematian dan kesakitan campak sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2000. Dari seluruh Dati II di Indonesia, lebih dari 92,3 persen telah mencapai

I/60

Page 64: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

target imunisasi semua anak (Universal Child Immunization (UCI)) untuk anak usia dibawah 1 tahun. Imunisasi hepatitis B bagi bayi baru lahir telah dikembangkan di seluruh Dati II dengan mengintegrasikan ke dalam program imunisasi rutin, mencakup sekitar 2,8 juta bayi. Mulai tahun 1997/98, imunisasi ini diberikan cuma-cuma kepada masyarakat melalui fasilitas pemerintah. Sedangkan untuk meningkatkan imunisasi terhadap Difteri maka mulai tahun 1998, akan dilakukan imunisasi DT satu kali pada siswa SD atau MI melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).

Kegiatan penanggulangan berbagai penyakit menular seperti penyakit malaria, tuberkulosa paru (TB-paru) dan penyakit diare, menunjukkan hasil yang cukup berarti. Dalam upaya penang-gulangan penyakit malaria, pada tahun keempat Repelita VI telah dilakukan penemuan dan pengobatan tersangka penderita malaria terhadap sekitar 1,8 juta. Sedangkan penanggulangan penyakit TB paru, telah dilaksanakan pemeriksaaan bakteriologis dan pengobatan terhadap penderita penyakit ini. Sementara itu keberhasilan upaya pemberantasan penyakit diare terlihat dengan menurunnya angka kematian akibat penyakit diare (Case Fatality Rate) dari sekitar 2,4 persen menjadi 0,2 persen.

Dalam kegiatan perbaikan gizi, rata-rata per tahun telah dilaksanakan pemberian vitamin A dosis tinggi terhadap 14,5 juta anak balita, pemberian kapsul iodium terhadap 10,9 juta penduduk, dan pemberian tablet besi terhadap 3,6 juta ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi di desa tertinggal. Selain itu telah dilaksanakan penyuluhan gizi masyarakat perdesaan di sekitar 257 ribu posyandu.

Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan menurunnya upaya pelayanan kesehatan

I/61

Page 65: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

masyarakat terutama yang bersifat pengobatan dan pemulihan. Dengan adanya krisis ekonomi juga mengakibatkan beberapa masalah antara lain terjadinya kelangkaan obat, meningkatnya wabah demam berdarah, dan meningkatnya jumlah golongan rawan gizi.

Upaya yang telah ditempuh untuk mengatasi dampak krisis ekonomi tersebut antara lain yaitu meningkatkan jumlah obat khususnya obat generik di seluruh kabupaten terutama di puskesmas dan memberikan bantuan bahan baku obat kepada industri farmasi supaya dapat terus berproduksi. Selain itu, untuk mengatasi kerawanan gizi bagi balita dan ibu hamil diupayakan diatasi dengan pemberian makanan tambahan yang disalurkan melalui posyandu dan puskesmas. Sedangkan untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan khususnya yang bersifat pengobatan dan pemulihan akan segera diterapkan jaminan pemeliharaan kesehatan kepada masyarakat terutama dari keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera-1 (KS-1).

Dalam pembangunan kesejahteraan sosial, dilakukan upaya pembinaan terhadap fakir miskin, lanjut usia yang tidak mampu, anak-anak terlantar, yatim piatu, masyarakat terasing, penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotika serta korban bencana alam. Dalam rangka mengentaskan kemiskinan, pada tahun 1997/98 telah dilakukan pemberian santunan bagi 78.250 KK fakir miskin yang tersebar di 1.435 desa di luar desa IDT.

Dalam upaya pemberian bantuan bagi orang lanjut usia yang tidak mampu, pada tahun 1997/98 telah diberikan bantuan bagi 50.366 orang lanjut usia yang tidak mampu. Sementara itu pelayanan sosial bagi anak terlantar dalam tahun 1997/98 telah diberikan kepada 261.694 orang anak terlantar baik yang

I/62

Page 66: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat serta taraf kehidupan masyarakat terasing agar setara dengan masyarakat di desa-desa sekitarnya, selama tahun 1997/98 secara kumulatif telah dilakukan pembinaan kesejahteraan sosial bagi 7.985 KK yang tersebar di 122 lokasi.

Melalui program pelayanan dan rehabilitasi sosial pada tahun 1997/98 telah disantuni 87.843 orang penyandang cacat, jumlah ini meningkat 88,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu anak nakal dan korban penggunaan narkotika yang telah direhabilitasi berjumlah 4.328 orang anak. Pada tahun 1997/98 telah pula direhabilitasi dan diresosialisasikan sebanyak 6.046 orang tunasosial yang terdiri dari 1.385 orang tuna susila, 2.450 orang gelandangan dan pengemis, serta 2.211 orang bekas narapidana.

Kejadian bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 1997/98 antara lain adalah bencana alam banjir di propinsi Sulawesi Utara dan Sumatera Barat, tanah longsor di Nusa Tenggara Timur dan Jawa Barat, angin ribut di Propinsi Kalimantan Selatan dan Jawa Timur, kekeringan di Irian Jaya dan kebakaran terutama kebakaran hutan di beberapa propinsi di Kalimantan. Bantuan pada saat terjadinya bencana diberikan dalam bentuk pelayanan gawat darurat berupa pertolongan pertama pada saat terjadinya bencana, pemberian bantuan darurat obat dan bahan kesehatan lainnya, pengobatan dan perawatan kesehatan baik di sekitar lokasi kejadian, di puskesmas-puskesmas terdekat, serta di rumah-rumah sakit bagi korban yang memerlukan perawatan khusus dokter ahli, serta pengungsian dan penampungan korban bencana di tempat yang lebih aman dengan didukung penyediaan dapur umum. Selanjutnya pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan pemberian bantuan bahan bangunan rumah (BBR) bagi 2.806 KK korban bencana alam, serta dilakukan rehabilitasi atas prasarana dan bangunan umum yang mengalami kerusakan.

I/63

Page 67: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Dalam rangka meningkatkan kesiapsiaagan menghadapi bencana, khususnya bencana alam geologis, pada tahun 1997/98 telah dilakukan kegiatan : pemetaan, identifikasi, dan penyelidikan daerah-daerah rawan bencana; perbaikan dan pengendalian alur sungai yang dilaksanakan pada beberapa ruas sungai kritis antara lain dalam bentuk berbagai prasarana seperti waduk tunggu, tanggul, perbaikan alur, perkuatan tebing, saluran banjir, dan stasiun pompa; pengendalian banjir juga dilaksanakan untuk mengamankan sentra produksi pertanian di sepanjang sungai-sungai dan mengendalikan daya rusak banjir lahar akibat letusan gunung berapi yang sekaligus melindungi desa dan kota di bagian hilirnya, dan berbagai macam pelatihan untuk masyarakat dan petugas penanggulangan bencana.

Peningkatan upaya tanggap darurat terhadap kejadian bencana pada tahun 1997/98, telah dilaksanakan melalui upaya-upaya peningkatan pelayanan jasa pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue, SAR) yang difokuskan pada peningkatan kemampuan dan kecepatan tindak awal SAR.

Upaya pembangunan di bidang kependudukan telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Laju pertumbuhan penduduk telah dapat diturunkan menjadi 1,50 persen, angka kematian kasar menjadi 7,7 per seribu penduduk, angka kematian bayi menjadi 50 per seribu kelahiran, dan usia harapan hidup menjadi 64,7 tahun. Sementara itu, angka kelahiran total (TFR) dan kasar diperkirakan pada tahun 1998 masing-masing sebesar 2,593 per seribu wanita dan 22,7 per seribu penduduk, dengan demikian jumlah penduduk pada tahun 1998 menjadi 202,1 juta.

I/64

Page 68: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Upaya peningkatan peranan wanita pada Repelita VI diarahkan untuk mencapai kondisi kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan wanita dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta ikut melestarikan nilai-nilai Pancasila. Pada periode ini juga mulai diupayakan pembentukan indikator jender menurut sektor yang proses pembentukannya melibatkan seluruh instansi sektor pembangunan, dan ditujukan untuk dapat mengukur keberhasilan pembangunan kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan wanita, serta untuk mempersiapkan perencanaan pembangunan selanjutnya agar wawasan kemitrasejajaran dengan pendekatan jender dapat terakomodasi dalam Repelita VII.

Pembinaan anak dan remaja pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas anak dan remaja, baik dari segi pendidikan, kesehatan, sosial budaya, maupun aspek-aspek lainnya. Di bidang pendidikan, pelaksanaan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun telah berhasil meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk SD dan SLTP. Derajat kesehatan dan gizi anak juga makin meningkat yang ditunjukkan oleh menurunnya angka kematian bayi dan jumlah prevalensi Kekurangan Energi dan Protein (KEP). Di samping itu, dalam rangka mencegah kenakalan dan penyalahgunaan obat terlarang di kalangan remaja, ditingkatkan pengawasan atas peredaran obat-obat terlarang dan psikotropika secara terpadu antara pemerintah, masyarakat, dan pengusaha.

Tujuan dari pembinaan dan pengembangan pemuda dalam Repelita VI adalah untuk mempersiapkan generasi muda menjadi kader-kader pembangunan bangsa yang tangguh, ulet, dan memiliki serta percaya akan kemampuan dan kekuatan sendiri. Dalam mencapai tujuan tersebut dituangkan melalui program-program lintas sektor dan lintas bidang. Kegiatan pembangunan pemuda

I/65

Page 69: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

yang mengalami peningkatan diantaranya adalah di bidang pendidikan, peran serta pembangunan di segala bidang, kepeloporan dan kepemimpinan pemuda, dan kelembagaan kepemudaan.

Pembangunan hukum dalam Repelita VI dilakukan melalui program perencanaan dan pembentukan hukum, pengembangan sistem hukum nasional, pembinaan peradilan, penerapan dan penegakan hukum, penyuluhan hukum, pelayanan dan bantuan hukum, serta pembangunan sarana dan prasarana hukum.

Di bidang pembangunan materi hukum, pada tahun 1997/98 telah dihasilkan 27 undang-undang, 87 peraturan pemerintah, 1 peraturan pemerintah pengganti undang-undang, dan 93 keputusan presiden serta 11 instruksi presiden. Selain itu telah dilaksanakan pula 30 buah penelitian hukum, 9 kali pertemuan ilmiah, dan 20 buah pengkajian hukum serta penyusunan 25 buah naskah akademis. Di samping itu, dalam upaya pembaharuan hukum telah dilakukan penelitian terhadap 50 buah peraturan perundang-undangan kolonial dari kurang lebih 400 buah peraturan perundang-undangan kolonial yang akan direformasi menjadi produk hukum nasional.

Sementara itu, tingkat penyelesaian perkara rata-rata pada pengadilan negeri telah mencapai 99 persen dari jumlah perkara yang ditangani, sedangkan pada pengadilan tinggi mencapai 83 persen. Di samping itu, upaya penyelesaian perkara tunggakan pada Mahkamah Agung terus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan perkara baru yang diterima. Namun demikian, dalam tahun 1997/98 tingkat penyelesaian perkara di Mahkamah Agung baru mencapai 36,07 persen dari perkara yang ditangani. Penanganan perkara di tingkat kejaksaan menunjukkan tingkat yang tinggi, yaitu 99,9 persen dari perkara yang ada.

I/66

Page 70: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Program penyuluhan hukum untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dilakukan melalui berbagai pola penyuluhan dengan melibatkan berbagai instansi baik di tingkat pusat dan daerah serta organisasi-organisasi masyarakat. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah terbentuk kurang lebih 13 ribu kelompok keluarga sadar hukum (Kadarkum).

Dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan, terutama bagi golongan yang kurang mampu, telah dilaksanakan kegiatan pemberian bantuan hukum Dalam tahun 1997/98 telah diberikan bantuan hukum kepada para pencari keadilan sebanyak 10.000 perkara baik untuk perkara pidana maupun perkara perdata, baik melalui pengadilan negeri maupun melalui lembaga bantuan hukum.

Dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas perencanaan dan pembentukan hukum, penerapan dan penegakan hukum, serta pelayanan hukum, upaya modernisasi sarana dan prasarana hukum telah pula dilakukan, terutama dalam rangka mengantisipasi perkembangan teknologi dan informasi. Sementara ini perhatian khusus diberikan kepada badan peradilan dalam rangka mendukung kekuasaan kehakiman dalam penyelenggaraan peradilan yang berkualitas, adil dan berwibawa. Di samping itu, selama kurun waktu 1997/98 telah dilaksanakan pula pembangunan, pembangunan kembali dan rehabilitasi sejumlah gedung kantor pengadilan, kejaksaan, lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara di berbagai daerah.

Meskipun telah banyak kemajuan yang dihasilkan oleh pembangunan hukum dalam meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi terwujudnya Indonesia sebagai negara hukum, namun disadari

I/67

Page 71: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

bahwa masih banyak masalah dan kendala yang dihadapi. Dalam kondisi krisis moneter yang melanda negara Indonesia dewasa ini, tampak bahwa sistem hukum yang berlaku di Indonesia serta penerapannya masih sangat lemah. Hukum belum dapat menjawab sepenuhnya perkembangan ekonomi dan sosial politik yang berubah secara cepat, sehingga hal tersebut telah memperbesar suasana ketidakpastian dan mendorong kegiatan-kegiatan yang bersifat spekulatif.

Upaya untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat dan membangun kehidupan politik di atas landasan Pancasila dan UUD 1945 terus dilanjutkan, disertai dengan upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Kegiatan yang penting dalam pembangunan politik pada tahun 1997/98 adalah terselenggaranya Pemilu dengan baik dan dengan hasil yang menggembirakan, dalam arti bahwa lebih dari 90 persen dari warganegara yang berhak memilih telah menggunakan hak pilihnya. Sementara itu, dalam upaya agar sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat dapat berlangsung secara demokratis, jujur dan adil, pada tahun 1998 telah disiapkan Rancangan perubahan perundang-undangan tentang Pemilihan Umum.

Sejalan dengan adanya reformasi di bidang politik, pemasyarakatan dan pembudayaan P4 di tingkat perguruan tinggi dalam tahun 1998 ditiadakan. Sementara itu, upaya peningkatan fungsi suprastruktur politik akan terus dilanjutkan. Dalam kaitan ini telah disiapkan rancangan perubahan perundang-undangan tentang SUSDUK MPR/DPR/DPR I/DPR II, rencana undang-undang tentang Etika politik pemerintahan, dan RUU tentang Lembaga Kepresidenan.

I/68

Page 72: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Di bidang hubungan luar negeri, sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan selalu diarahkan untuk mendukung terciptanya perdamaian dunia, telah menempatkan Indonesia dalam posisi dan peranan yang makin mantap dan dipercaya dalam percaturan politik regional dan global. Sebagai hasilnya, tercermin antara lain dengan meningkatnya arus wisatawan, investasi, kerjasama internasional untuk pembangunan, percepatan alih teknologi, perluasan akses komoditas ke pasar internasional dan lain sebagainya.

Dalam upaya penyelesaian masalah Timor Timur secara adil, menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak dan adanya itikad baik dan kesungguhan Pemerintah RI untuk mendorong pencapaian suatu penyelesaian yang komprehensif, pihak Indonesia telah menyatakan kesediaan untuk mempertimbangkan pemberian “status khusus” bagi Timor Timur. Di samping itu, Pemerintah RI juga telah memberikan amnesti dan abolisi kepada sejumlah tahanan politik (tapol) dari Timor Timur.

Pembangunan penerangan, komunikasi, dan media massa dalam tahun keempat Repelita VI terus ditingkatkan untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional melalui penyebaran dan pemerataan informasi, meningkatkan isi dan mutu serta memperluas jangkauan kegiatan penerangan ke seluruh pelosok tanah air termasuk daerah terpencil, perbatasan, dan kawasan timur melalui media cetak, elektronik dan media tradisional yang dituangkan dalam program dan kegiatan yaitu program pengembangan operasi penerangan, pembinaan dan pengembangan televisi, radio dan film, pembinaan dan pengembangan pers dan grafika serta program pendukung lainnya.

I/69

Page 73: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Dalam tahun 1997/98, kegiatan operasi penerangan telah berhasil meningkatkan kualitas dan kuantitas materi penerangan, meningkatkan mutu juru penerang, serta menggalang berbagai potensi yang ada dalam masyarakat. Dalam upaya menunjang kegiatan operasional penerangan telah pula dibangun 6 buah Pusat Penerangan Masyarakat (Puspenmas) dan pengadaan mobil unit visual mini sebanyak 700 unit yang didistribusikan ke seluruh propinsi.

Di bidang pengembangan radio, dalam tahun 1997/98 telah dilakukan pembangunan 13 pemancar baru RRI. Dengan adanya penambahan tersebut, sampai dengan tahun 1997/98 jumlah stasiun penyiaran RRI seluruhnya menjadi 53 buah, pemancar radio menjadi 495 buah dengan kekuatan pemancar seluruhnya 5,5 ribu kilowatt dengan luas daerah cakupan 1,6 juta Km2 dan mampu menjangkau sekitar 192,0 juta orang.

Dalam upaya pengembangan siaran televisi, dalam tahun 1997/98 telah dibangun 3 stasiun produksi baru yaitu di Mataram, Palu, dan Kendari, serta pembangunan 16 stasiun pemancar televisi. Dengan adanya penambahan tersebut, jumlah stasiun penyiaran penyiaran televisi menjadi 15 buah, stasiun produksi 11 buah dan pemancar televisi 394 buah dengan jumlah kekuatan pemancar seluruhnya 350,4 kilowatt dan mencakup daerah seluas 831.209 Km2 yang berarti mampu menjangkau sekitar 164,5 juta orang.

Dalam upaya meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat serta untuk menyebarkan informasi ke daerah perdesaan telah dilaksanakan kegiatan Koran Membangun Desa (KMD). Pada tahun 1997/98, jumlah tiras KMD mencapai 138.925 eksemplar per hari dan telah menjangkau seluruh propinsi Indonesia dengan mengikutsertakan 62 penerbit pers. Di samping itu, telah

I/70

Page 74: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

pula dilaksanakan kegiatan Surat Kabar Untuk Desa (SKUD) yang penyebarannya mencakup 26 propinsi di luar DKI. Pada tahun 1997/98, telah disebarkan SKUD sebanyak 2,3 juta eksemplar.

Dalam pada itu, pembangunan pertahanan keamanan negara dalam Repelita VI, diarahkan pada pembangunan segenap komponen pertahanan keamanan negara (hankamneg), sesuai dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta, pembangunan pertahanan keamanan negara ditujukan untuk memelihara stabilitas nasional yang mantap dan dinamis, dengan senantiasa mewaspadai perkembangan lingkungan strategis.

Sementara itu, pembangunan rakyat terlatih (ratih) sebagai komponen dasar hankamneg dan perlindungan masyarakat (linmas) sebagai komponen khusus hankamneg belum dapat dilaksanakan sepenuhnya seperti yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982. Hal ini disebabkan berbagai keterbatasan dalam penyediaan perangkat lunak dan sumber daya yang diperlukannya. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI dapat terlaksana pelatihan dan pengorganisasian ratih sekurang-kurangnya satu satuan setingkat kompi (SSK) masing-masing di dua kompartemen strategis di Jawa yang bersumber dari hansip, wankamra, dan satpam. Sementara itu, pembentukan sistem dan satuan linmas sebagai inti penanggulangan bencana di tingkat paling bawah sedang dalam proses penataan. Untuk itu, masih diperlukan perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur ratih dan linmas.

Dalam pada itu, pembangunan ABRI sebagai inti kekuatan hankamneg diarahkan kepada perwujudan postur ABRI yang profesional, efektif, efisien, dan modern yang dilaksanakan

I/71

Page 75: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

pertama-tama dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai upaya pembinaan. Kekuatan personel ABRI, sampai tahun keempat Repelita VI telah mencapai 93,76 persen dari sasaran kekuatan yang ditetapkan. Upaya peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan terus ditingkatkan antara lain melalui perbaikan fasilitas pendidikan, serta peningkatan intensitas latihan. Intensitas latihan dikembangkan secara terus menerus dalam bentuk latihan perseorangan, latihan satuan, latihan gabungan, maupun latihan bersama dengan negara lain.

Pembangunan komponen pendukung dilaksanakan guna mendukung kepentingan hankamneg secara lebih efektif dan terpadu sehingga sasaran kemandirian hankamneg dapat dicapai secara bertahap. Industri hankam dan industri strategis lainnya telah mampu mendukung kebutuhan berbagai peralatan dan sistem senjata Hankam/ABRI baik berupa pesawat terbang, kapal patroli, senjata dan amunisi, peralatan komunikasi, peralatan untuk deteksi, dan berbagai peralatan berat. Untuk menata wilayah negara, telah dilakukan pengaturan tata ruang pada semua tingkatan sehingga pelaksanaan pembangunan hankam dapat dilaksanakan secara serasi dalam kerangka pembangunan nasional, dan tercipta keseimbangan yang serasi pula antara kepentingan kesejahteraan dan keamanan dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan perkuatan Ketahanan Nasional.

Pembangunan nasional perlu didukung oleh pendayagunaan aparatur negara dan sistem pengawasan pembangunan yang dimaksudkan agar dapat mendorong dan memperlancar penyelenggaraan tugas pemerintahan umum dan pembangunan secara efisien, efektif,  bersih, bertanggungjawab, dan merata di seluruh pelosok tanah air. Dalam rangka itu, pendayagunaan aparatur negara dan sistem pengawasan pembangunan terus

I/72

Page 76: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

dilanjutkan dan ditingkatkan melalui upaya penyempurnaan dan pembinaan keseluruhan unsur sistem administrasi negara yang pada pokoknya meliputi penataan organisasi, penyempurnaan ketatalak-sanaan, pemantapan sistem manajemen aparatur negara dan pengawasan pembangunan, perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraannya.

Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pegawai negeri sipil (PNS), telah dilakukan antara lain upaya penataan organisasi dan penerapan kebijaksanaan Zero Growth. Penerimaan pegawai dilakukan hanya berdasarkan jumlah PNS yang berhenti, pensiun dan meninggal dunia, serta yang benar-benar diperlukan sesuai dengan hasil analisis jabatan. Dengan penerapan kebijaksanaan tersebut, penambahan jumlah PNS dapat dikendalikan dan diharapkan dapat menghemat anggaran belanja pegawai. Dibandingkan dengan jumlah keseluruhan PNS pada tahun 1993/94, jumlah PNS per 31 Maret 1998 meningkat hanya sebesar 3,1 persen (124.659 orang) yaitu dari 3.965.778 orang menjadi 4.090.437 orang.

Peningkatan kemampuan pegawai dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) PNS baik diklat umum, diklat teknis fungsional, maupun struktural, serta program gelar (S2 dan S3) di dalam dan di luar negeri. Diklat tersebut diarahkan pada pembinaan karier pegawai dalam jabatan struktural maupun fungsional, sehingga setiap pegawai pada prinsipnya mempunyai pola dan kepastian karier yang sama dan jelas. Upaya pendayagunaan bidang kepegawaian tersebut telah berhasil meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam aparatur negara seperti tercermin dari komposisi PNS menurut tingkat pendidikannya. Pada tahun keempat Repelita VI komposisi PNS menurut tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut: (a) PNS

I/73

Page 77: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

berpendidikan dasar sebesar 10,62 persen; (b) PNS berpendidikan menengah (SLTP dan SMU) sebesar 66,36 persen, dan (c) PNS berpendidikan tinggi (Sarjana Muda, S1, S2, dan S3) sejumlah 34,91 persen. Dibanding tahun 1992/93, persentase jumlah PNS berpendidikan dasar (SD) dan menengah (SLTP dan SMU) mengalami penurunan masing-masing sebesar 20,72 persen dan 1,63 persen. Sedangkan  untuk PNS berpendidikan tinggi (Sarjana Muda, S1, S2, dan S3) menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 34,91 persen.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan PNS, telah dilakukan beberapa kali Perbaikan gaji PNS terakhir melalui PP No. 6 Tahun 1997 dimana gaji pokok terendah dan tertinggi masing-masing sebesar Rp. 135.000 dan 722.500. Dengan perbaikan tersebut, maka perbandingan gaji PNS terendah dan tertinggi yang pada akhir Repelita V adalah 1: 6,9 menyempit menjadi 1:5,4 pada tahun keempat Repelita VI. Selain perbaikan gaji tersebut, telah pula ditingkatkan tunjangan struktural terendah dari Rp. 14.000 menjadi Rp. 50.000, dan tunjangan struktural tertinggi dari Rp. 166.000 menjadi Rp. 500.000. Selain itu, telah dilakukan pula pemberian Tunjangan Perbaikan Penghasilan (TPP) bagi PNS Golongan I dan II serta Pensiunan sebesar 10 persen dari gaji pokok ditambah tunjangan istri/suami dan tunjangan anak. Disamping itu diberikan pula tunjangan jabatan fungsional dan tunjangan daerah terpencil.

Sejalan dengan perkembangan dunia dan pembangunan nasional, maka pemanfaatan dan penguasaan informasi secara lebih tepat dan cepat menjadi suatu tuntutan, sehingga pembangunan sistem informasi dan statistik dilaksanakan secara lebih intensif dan terarah. Selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI, telah dilakukan berbagai upaya dalam rangka menyempurnakan dan meningkatkan sistem informasi dan statistik agar lebih efektif dan

I/74

Page 78: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

efisien, serta pendayagunaannya lebih optimal. Pembangunan sistem informasi dan statistik diarahkan pada pengembangan dan penyempurnaan sistem, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penataan kelembagaan, peningkatan pemanfaatan dan penyebaran informasi, serta peningkatan kemampuan industri teknologi informasi dalam negeri.

Apresiasi dan wawasan masyarakat dalam pendayagunaan teknologi informasi makin meningkat yang tercermin dari meningkatnya pasar teknologi informasi di dalam negeri. Pembinaan industri teknologi informasi antara lain melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia, sarana, dan prasarana, serta kebijaksanaan di bidang investasi dan pemberian insentif bagi para produsen telah meningkatkan kemampuan industri teknologi informasi dalam negeri, khususnya perangkat keras termasuk jaringan komputer, sehingga produksi serta ekspor komputer mikro (PC) dan komponen pengolah data dan telekomunikasi juga meningkat.

Pengembangan SDM di bidang informasi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan pada berbagai instansi, maupun pendi- dikan formal di bidang teknologi informasi (informatika) di pusat dan maupun di daerah mendapat perhatian yang besar. Jumlah mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta yang membuka program pendidikan bidang informatika/ komputer semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan tenaga profesional di bidang teknologi informasi yang masih dirasakan kurang.

Krisis moneter yang terjadi selama ini telah mengakibatkan berkurangnya kegiatan pengembangan sistem informasi dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan tertundanya

I/75

Page 79: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

pelaksanaan beberapa kegiatan. Demikian pula harga prasarana sistem informasi (perangkat keras dan perangkat lunak komputer) meningkat cukup besar, sehingga kebutuhan akan perangkat tersebut tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu, dilakukan penyesuaian atau perampingan lingkup kegiatan, serta pemanfaatan seoptimal mungkin sumber daya terutama prasarana sistem informasi yang ada.

Statistik sebagai salah satu jenis informasi mempunyai peranan yang semakin penting bagi pemerintah maupun masyarakat dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan statistik telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan sampai tahun keempat Repelita VI mencatat beberapa kegiatan besar. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir tersebut telah dilakukan beberapa kegiatan pengumpulan data yang luas cakupannya seperti Sensus Pertanian 1993 (ST 1993), Survei Penduduk Antar Sensus 1995 (SUPAS 1995) dan Sensus Ekonomi 1996 (SE 1996).

Pada tahun 1993 dilakukan kegiatan pengumpulan data yang menyeluruh di sektor pertanian melalui ST 1993. Kegiatan pencacahan lengkapnya mencakup sekitar 1,2 juta responden. Sedangkan untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci telah pula dilaksanakan pencacahan sampel yang mencakup sekitar 565 ribu responden.

Kegiatan lainnya adalah SUPAS 1995 yang dilakukan untuk memperoleh data kependudukan yang akurat di antara pelaksanaan dua Sensus Penduduk (SP 1990 dan SP 2000) mencakup lebih dari 206 ribu responden. Selain data kependudukan yang dikumpulkan melalui Sensus Penduduk, survei ini memberikan informasi mengenai urbanisasi di beberapa kota besar di Indonesia. Kegiatan statistik kependudukan lainnya adalah persiapan perencanaan pelaksanaan SP2000.

I/76

Page 80: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

Salah satu data penting dalam melihat perkembangan perekonomian, khususnya biaya hidup, adalah informasi mengenai tingkat perubahan harga (laju inflasi). Untuk memutakhirkan informasi mengenai pola konsumsi masyarakat, pada tahun 1996 dilaksanakan Survei Biaya Hidup (SBH 1996). Diagram timbangan yang dihasilkan dari survei ini digunakan untuk menggantikan diagram timbangan dari SBH 1986. Metoda perhitungan inflasi juga disempurnakan. Sejak April 1998, perhitungan inflasi dalam suatu kurun waktu juga diubah dari metoda kumulatif menjadi metode point to point. Perhitungan laju inflasi didasarkan atas perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 353 jenis komoditi di 44 kota (27 ibukota propinsi dan 17 ibukota kabupaten/kotamadya). Dengan demikian, angka inflasi lebih mencerminkan tingkat perubahan biaya hidup masyarakat.

Salah satu kemajuan penting dalam bidang perstatistikan adalah diundangkannya UU No. 16 Tahun 1997 Tentang Statistik pada bulan Mei 1997 sebagai pengganti Undang-Undang yang lama (UU No. 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU No. 7 Tahun 1960 tentang Statistik) yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan perstatistikan dan kebutuhan ragam data. UU No. 16 tahun 1997 ini bersifat komprehensif dan mengatur bahwa penyelenggaraan kegiatan statistik dapat dilakukan oleh pihak swasta. Dengan demikian, upaya penyelenggaraan perolehan statistik dasar, statistik sektoral dan statistik khusus diatur lebih jelas.

Upaya-upaya untuk menyempurnakan garis kemiskinan terus dilakukan. Pemutakhiran garis kemiskinan diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) khususnya dari modul konsumsi/pengeluaran rumahtangga yang dilakukan pada tahun 1996. Indikator kemiskinan dihitung setiap tiga tahun sekali, sesuai

I/77

Page 81: draf 3, 28 juli 1998 · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1998 PELAKSANAAN TAHUN KEEMPAT REPELITA VI ( 1 APRIL

dengan frekuensi pelaksanaan modul tersebut. Dari modul ini juga diperoleh data mengenai harga barang dan jasa yang dicakup di dalam perhitungan garis kemiskinan. Dengan demikian, upaya mencerminkan garis kemiskinan yang lebih tepat dapat dilakukan dengan nilai rupiah yang selalu disesuaikan dengan perubahan harga yang terjadi pada tahun pelaksanaan survei tersebut.

Dalam memantau tingkat kesejahteraan masyarakat pada tingkat desa terutama karena adanya krisis ekonomi dilakukan Survei Seratus Desa. Survei ini merupakan upaya memantau sumberdaya manusia dan perubahan pranata sosial di tingkat pedesaan. Selain itu akan dilakukan pula survei-survei lain dalam upaya melihat dampak krisis ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.

I/78