· Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT...

168
LAMPIRAN PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET 1980 ) DEPARTEMEN PENERANGAN RI

Transcript of  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT...

Page 1:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

L A M P I R A N

PIDATO KENEGARAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DI DEPAN SIDANGDEWAN PERWAKILAN RAKYAT

16 AGUSTUS 1980

PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA R E P E L I T A I I I

( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET 1980 )

DEPARTEMEN PENERANGAN RI

Page 2:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

D A F T A R I S I:Halaman

Bab I. U m u m .................................................................................7Bab II. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan

Hidup .......................................................................................91

Bab 11I. Pengembangan Dunia Usaha ................................................111Bab IV. Keuangan Negara, Perkembangan Moneter, dan

Lembaga-lembaga Keuangan ...............................................143

Bab V. Neraca Pembayaran dan Perdagangan LuarNegeri .....................................................................................227

Bab VI. Pertanian dan Pengairan .......................................................279Bab VII. Pangan dan Perbaikan Gizi ..................................................381Bab VIII. I n d u s t r i ............................................................................415Bab IX. Pertambangan dan Energi ....................................................449Bab X. Perhubungan dan Pariwisata ...............................................505Bab XI. Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri .........................547Bab XII. Tenaga Kerja, Kesempatan Kerja dan Transmi-

grasi .........................................................................................601Bab XIII. Perumahan Rakyat dan Pemukiman ...................................641Bab XIV. Pembangunan Daerah, Desa dan Kota ................................667Bab XV. A g a m a ..............................................................................725Bab XVI. Pendidikan, Generasi Muda, Kebudayaan Nasio-

nal, dan Kepercayaan Terhadap Tuhan YangMaha Esa ................................................................................743

Bab XVII. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian danStatistik ...................................................................................781

Bab XVIII. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial dan PerananWanita ....................................................................................825

Bab XIX. Kependudukan dan Keluarga Berencana ............................879Bab XX. H u k u m ...............................................................................907Bab XXI. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial ..........................927Bab XXII. Aparatur Pemerintah .............................................................957

3

Page 3:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET
Page 4:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

U M U M

Page 5:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET
Page 6:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

B A B I

U M U M

Laporan ini disajikan sebagai lampiran dari Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di ,depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 16 Agustus 1980. Isinya adalah mengenai hasil pelaksanaan pembangunan selama tahun pertama Repelita III yang berlangsung dari tanggal 1 April 1979 sampai dengan tanggal 31 Maret 1980.

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) maka setelah jangka waktu 25 sampai 30 tahun yaitu setelah kita melaksana-kan 5 sampai 6 Repelita, diharapkan akan dapat tercipta suatu landas - an yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri menuju tujuan pembangunan nasional yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dengan demikian maka dewasa ini kita berada pada pertengahan jalan menuju terciptanya landasan tersebut. Oleh karena itu maka di dalam Repelita III yang sedang kita laksanakan, di samping melanjutkan dan me-ningkatkan usaha-usaha yang telah ,dilaksanakan dalam Repelita II juga mulai diberikan perhatian yang lebih mendalam kepada hal-hal yang belum sepenuhnya terpecahkan sebelumnya seperti peningkatan kesejahteraan rakyat, perluasan kesempatan kerja, peningkatan ke-mampuan golongan ekonomi lemah, pembinaan koperasi, transmigrasi dan lain-lain.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka pelaksa- naan Repelita III tetap didasarkan pada trilogi pembangunan yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dengan memberikan tekanan yang lebih menonjol pada segi pemerataan.

Usaha pemerataan pembangunan ,dan hasil-hasilnya itu dilakukan melalui pelbagai jalur yang meliputi antara lain : (1) pemerataan pe-menuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang

7

Page 7:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

dan perumahan; (2) pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan; (3) pemerataan pembagian pendapatan; (4) pemerataan kesempatan kerja; (5) pemerataan kesempatan berusaha; (6) pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita; (7) pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Tanah Air; dan (8) pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

Di samping itu diusahakan pula untuk mencapai suatu laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang disertai dengan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut saling berkaitan erat namun tidak selalu terjadi bersama-sama sehingga perlu diusahakan secara sungguh-sungguh dan di ,dalam suatu keserasian dimana tidak ada satu unsur pun yang dikorbankan demi unsur yang lain.

Pelaksanaan pembangunan selama tahun 1979/80 yaitu tahun pertama Repelita III telah diusahakan dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh sasaran, prioritas dan pokok-pokok kebijaksanaan seperti yang telah digariskan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara khususnya mengenai Pola Umum Pelita Ketiga serta Repelita III itu sendiri.

Selama tahun 1979/80 tersebut tidak sedikit pula tantangan- tantangan yang dihadapi baik dari luar oleh karena pergolakan ekonomi dunia yang tidak menentu maupun dari dalam oleh karena hambatanhambatan di dalam produksi pangan dan lain-lain. Namun telah diusahakan dengan sungguh-sungguh sehingga secara garis-garis besar hasil

8

Page 8:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

yang dicapai selama tahun tersebut telah membawa kita selangkah lebih maju lagi menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila baik itu ditinjau dari segi pemerataan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional.

Usaha pemerataan terus ditingkatkan melalui kedelapan jalur tersebut di muka. Hasilnya secara terperinci akan dilaporkan di dalam kegiatan sektor masing-masing. Demikian pula usaha untuk mencapai suatu laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi seperti yang dicerminkan oleh peningkatan produksi di masing-masing sektor.

Page 9:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Secara keseluruhan laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai se- lama tahun 1979 adalah sekitar 4,9%. Laju pertumbuhan ini memang lebih rendah bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun 1978 sebesar 6,8% maupun dengan laju pertumbuhan rata-rata yang direncanakan selama Repelita III sebesar 6,5%. Laju pertumbuhan yang relatif rendah ini antara lain disebabkan oleh, karena hambatan- hambatan dalam sektor produksi pangan terutama palawija, pergolak- an ekonomi dunia yang tidak menentu yang ikut mempengaruhi kegiatan ekonomi di dalam negeri, dan kegiatan beberapa sektor ter- utama sektor industri dan bangunan yang belum sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dengan keadaan setelah ditempuhnya kebijaksanaan 15 Nopember 1978 (KNOP 15) untuk menyesuaikan nilai tukar mata uang rupiah maupun kebijaksanaan penyesuaian harga bahan bakar minyak dalam bulan April dan Mei 1979.

Laju pertumbuhan ekonomi di pelbagai sektor dalam tahun 1979 juga umumnya relatif lebih rendah dari tahun 1978 yaitu : sektor pertanian dan pertambangan yang dipengaruhi oleh hambatan-hambat- an dalam produksi pangan dan krisis ekonomi dunia meningkat dengan masing-masing 2,2% dan 0,3% (dibanding dengan 5,1% dan -2 ,8% dalam tahun 1978); sektor industri meningkat dengan 9,2% (tahun 1978 11,2%); sektor bangunan 6,4% (tahun 1978 14,0%); sektor pengangkutan dan komunikasi 13,8% (tahun 1978 14,6%) dan sektor lain-lain dengan 5,9% (tahun 1978 8,0%).

Di lain pihak, laju-laju pertumbuhan tersebut pada umumnya masih dapat dikatakan cukup tinggi dibanding dengan apa yang dapat dicapai oleh kebanyakan negara berkembang di dalam tahun tersebut.

9

Page 10:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Apabila diadakan suatu perbandingan antar sektor maka tampak bahwa sektor-sektor di luar pertanian tetap menunjukkan laju pertumbuhan yang lebih besar dari sektor pertanian sehingga peranan sektor pertanian terus menurun sedangkan peranan sektor-sektor lain di dalam produksi nasional terus meningkat. Peranan sektor pertanian menurun dari 33,1% dalam tahun 1978 menjadi 32,2% dalam tahun 1979 sedangkan peranan sektor-sektor di luar pertanian meningkat dari 66,9% menjadi 68,8%. Perbaikan dari struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang ini juga menjadi sasaran pembangunan jangka

Page 11:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

panjang dalam rangka menciptakan suatu ketahanan ekonomi dan landasan pembangunan yang semakin kuat dan kokoh untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri.

Stabilitas nasional termasuk stabilitas ekonomi selama tahun 1979/ 80 juga masih tetap dapat terpelihara walaupun banyak dihadapi tantangan-tantangan dari luar maupun dalam negeri seperti disebut- kan di muka. Selama tahun 1979/80 laju inflasi yang untuk pertama kali diukur dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 115- 150 barang di 17 kota panting di Indonesia adalah sebesar 19,1% dibanding dengan 11,9% dalam tahun 1978/79 yang masih diukur dengan Indeks Biaya Hidup (IBH) Jakarta. Laju inflasi sebesar 19,1 % tersebut ternyata masih berada dalam batas-batas yang terkendalikan dibanding dengan besarnya devaluasi menurut KNOP 15 serta kenaikan harga bahan-bahan bakar minyak dalam negeri.

Semua hasil-hasil tersebut dimungkinkan melalui pengarahan, pengelolaan dan pemanfaatan segala cumber daya yang ada baik sumber daya alam, modal maupun sumber daya manusia.

Usaha pengerahan dan pengelolaan sumber daya alam seperti tanah, hutan, air dan lautan dimaksudkan untuk sebanyak mungkin meningkatkan produktivitasnya. Di samping itu ditempuh cara-cara dan dilaksanakan usaha-usaha khusus untuk mencegah kemerosotan nilai atau hilangnya sumber alam tersebut serta untuk menjaga keles- tarian lingkungan hidup yang khas bagi keperluan pembangunan di masa depan.

Selama tahun 1979/80 usaha-usaha pengawetan tanah dan air dalam areal produksi pertanian, pencegahan pengrusakan daerah pe- sisir,

10

Page 12:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

pencegahan pengrusakan hutan dan usaha reklamasi tanah kritis terus ditingkatkan dan dikembangkan melalui pembangunan masyarakat yang menyeluruh.

Usaha-usaha tersebut di atas juga diarahkan kepada pencegahan kemerosotan pendapatan petani dan nelayan miskin pada daerah- daerah kritis, peningkatan landasan sumber bagi pembangunan di masa depan, peningkatan keanekaragaman usaha, dan penyediaan lapangan kerja yang cukup. Di samping itu juga untuk mengamankan

Page 13:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

dan melindungi investasi pembangunan yang telah berlangsung ter- hadap bencana banjir, kekeringan, dan pelumpuran dalam daerah aliran sungai yang bersangkutan, dan meningkatkan daya dukung lingkungan perairan sehingga kemungkinan pembangunan di masa depan dapat menjadi lebih baik.

Salah satu sarana kerja utama dalam pemanfaatan sumber alam adalah peta dasar, yang merupakan kerangka referensi bagi penyusunan atlas sumberdaya nasional sebagai landasan pengelolaan dan peman-faatan sumberdaya alam nasional. Untuk pemetaan dasar tersebut dalam tahun 1979/80 telah dilaksanakan survai geodesi untuk wilayah Indonesia bagian Timur serta pekerjaan-pekerjaan fotogrammetri dan kartografi, pembuatan peta topografi skala 1 : 50.000, pengukuran sifat datar teliti, dan pemotretan udara skala kecil 1 : 100.000, di Sumatra, Irian Jaya dan Maluku.

Guna mendapatkan informasi sumber alam secara terpadu dalam suatu jaringan informasi sumberdaya alam, dalam tahun 1979/80 juga dilaksanakan survai sumberdaya regional meliputi lima propinsi di pulau Sumatra bagian selatan yang meliputi informasi sumberdaya geologi, tanah, hutan iklim, dan kependudukan. Selain itu dilaksana- kan pula inventarisasi dan kompilasi data sumberdaya yang sudah ada yang berasal dari inventarisasi secara parsial.

Untuk mengetahui sumberdaya alam perairan, dalam tahun 1979/80 dilaksanakan survai hidrografi dan magnetik di Selat Lombok dan Selat Makasar yang meliputi penentuan posisi dan pemasangan 6 stasiun pengamatan, pemeruman (sounding), pengamatan pasang surut, pengamatan arus, dan pengambilan contoh-contoh dasar lautan.

Pembangunan di bidang kehutanan tetap diarahkan pada peningkatan produksi kayu dan hasil hutan lainnya untuk meningkatkan pendapatan negara dan memperluas kesempatan kerja serta pelestarian sumberdaya hutan.

Usaha-usaha untuk mengurangi perladangan dan

Page 14:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

penebangan liar yang mengakibatkan meluasnya padang alang-alang terus ditingkat- kan, demikian pula pembinaan pengawasan terhadap areal Hak

11

Page 15:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Pengusahaan Hutan (HPH). Pada akhir tahun 1979/80 terdapat 382 unit HPH dengan luas hutan sebesar 35.887.150 ha yang telah me- miliki SK-HPH.

Luas seluruh areal hutan dalam tahun 1979/80 adalah 122.227.000 ha atau 64% dari luas seluruh daratan Indonesia. Dad jumlah ter- sebut, luas hutan yang mendapat penunjukan kawasan adalah se - kitar 86.747.000 ha yang terdiri dari 59.209.000 ha hutan produksi, 2.893.000 hutan lindung/produksi, 16.732.000 ha hutan lindung, dan sekitar 7.913.000 ha kawasan perlindungan dan pelestarian alam.

Untuk menanggulangi meluasnya tanah-tanah kritis, usaha reboisasi dan penghijauan terus ditingkatkan. Penghijauan dan reboisasi adalah usaha-usaha perbaikan mutu lingkungan hidup hutan, tanah, dan air. Dalam tahun 1979/80 diadakan peningkatan pelak- sanaan penghijauan dan reboisasi tidak saja dalam luas kegiatan, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan yang memberikan pengaruh yang besar pada usaha perbaikan mutu lingkungan hidup serta melibatkan masyarakat secara aktif dan mendalam dalam kegiatan yang dilak -sanakan. Bentuk kegiatan tersebut antara lain berupa pembuatan ben-dung kendali lumpur (check-dam), pembuatan petak contoh pengolahan lahan kering dengan upaya pengawetan tanah dan produksi tinggi dan pengembangan hutan rakyat. Dalam tahun 1979/80 direncanakan usaha reboisasi seluas 301.340 ha dengan realisasi sampai dengan Maret 1980 sebesar 35,2% dan penghijauan seluas 680.043 ha dengan realisasi sampai dengan Maret 1980 sebesar 32,5%. Kegiatan peng- hijauan dalam tahun 1979/80 dilaksanakan di 34 daerah aliran sungai di 20 propinsi yang meliputi 145 kabupaten atau 1.099 kecamatan; sedangkan kegiatan reboisasi dilaksanakan di 35 daerah aliran sungai di 19 propinsi yang meliputi 91 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH).

Untuk mencegah hilangnya sumber alam dan lingkungan hidup yang khas bagi keperluan pembangunan di masa depan, maka pem- binaan suaka alam dalam tahun 1979/80 terus dikembangkan, se - hingga luas kawasan perlindungan dan pelestarian alam sampai dengan akhir tahun 1979/80 mencapai sekitar 7.913.000 ha, yang meliputi areal daratan, pesisir, dan sebagian lautan yang mempunyai ekosistem yang khas. Di samping itu, pembinaan taman nasional juga ditingkat-

12

Page 16:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

kan terutama yang meliputi kawasan pelestarian alam G. Leuser, Way Kambas, Sumatra Selatan I, Ujung Kulon, Cibodas, Pangandaran, Baluran, Tanjung Puting, Kutai, Lore Kalamanta, Pulau Pombo, dan Komodo. Luas areal taman nasional yang direncanakan dalam tahun 1979/80 meliputi 2.368.294 ha. Dari jumlah tersebut yang telah di -realisasikan pengukuhannya sebagai taman nasional adalah seluas 1.663.784 ha.

Untuk menghadapi kemungkinan pencemaran lingkungan hidup di masa datang telah diselenggarakan kegiatan penelitian mutu ling-kungan di wilayah-wilayah yang mempunyai kegiatan-kegiatan dalam bidang-bidang pertanian, pertambangan dan industri dan prasarana perhubungan yang telah berkembang, seperti Jabotabek, Gerbang Kertasusila, Bandung Raya, Cirebon, Yogyakarta, Medan Raya, Denpasar, Ujung Pandang, Pontianak, Palembang dan beberapa Daerah Aliran Sungai.

Dalam tahun 1979/80 perbaikan lingkungan pemukiman, baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan, juga dilakukan dengan jalan pemugaran desa, perbaikan kampung, perbaikan kesehatan lingkungan dan pembangunan perumahan rakyat. Kegiatan-kegiatan itu dilakukan melalui pembinaan swadaya masyarakat dengan bantuan Pemerintah. Dengan adanya kegiatan-kegiatan itu, seperti juga di masa lampau, penduduk yang berpendapatan rendah, baik di kota-kota maupun di desa-desa, tidak saja mengalami perbaikan dalam lingkungan hidup- nya dalam arti fisik, tetapi juga menikmati peningkatan mutu dalam lingkungan sosial dan ekonominya.

Untuk mempertinggi pengetahuan daerah di bidang persoalan-persoalan sumber alam dan lingkungan hidup juga telah dibangun Pusat-pusat Studi Lingkungan di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Malang, Samarinda, Ujung Pandang dan Kupang. Pembangunan pusat-pusat studi tersebut di- kaitkan dengan pembinaan Universitas-universitas, Bappeda dan instansi pengelola lingkungan di daerah-daerah.

Usaha lainnya yang erat kaitannya dengan pengembangan dan pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup adalah pengembang- an meteorologi dan geofisika. Agar dapat dilaksanakan secara mantap,

13

Page 17:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

pengembangan dan pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup harus diimbangi, bahkan harus dilandasi, oleh pengembangan pengetahuan mengenai masalah cuaca, iklim dan gempa. Demikianlah maka kegiatan-kegiatan meteorologi, seperti peramalan cuaca dan penda- laman pengetahuan mengenai karakteristik iklim, juga ditingkatkan, antara lain dengan meningkatkan kwantitas dan kwalitas dalam penye-diaan prasarana, peralatan dan personalia meteorologi dan geofisika. Khususnya dalam tahun 1979/80 antara lain telah dilaksanakan rehabilitasi dan pembangunan 11 stasiun meteorologi penerbangan/sy- noptic, 487 buah stasiun pengamatan hujan, 12 stasiun pengamatan penguapan dan sebuah stasiun pengamatan gempa.

Setiap usaha pembangunan memerlukan dana bagi pelaksanaan- nya; dan dana tersebut hanya akan dapat dikerahkan apabila pro- duksi dan pendapatan nasional meningkat, sedangkan produksi hanya dapat meningkat apabila terdapat kegiatan investasi atau penanaman modal. Kegiatan penanaman modal tersebut dapat dilaksanakan oleh Pemerintah atau oleh dunia usaha swasta baik swasta asing maupun swasta nasional.

Untuk dapat mencapai suatu laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pemerataan di dalam kesempatan berusaha, Peme- rintah telah menempuh pelbagai kebijaksanaan untuk mendorong penanaman modal oleh sektor swasta khususnya swasta nasional golongan ekonomi lemah dalam bentuk penciptaan iklim usaha yang baik serta pemberian dorongan, bimbingan, bantuan modal dan pemasaran.

Penanaman modal asing (PMA) didorong melalui Undang-undang No. 1 tahun 1967 sedangkan penanaman modal dalam negeri (PM DN) didorong melalui Undang-undang No. 6 tahun 1968. 14

Page 18:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Perkem- bangan di dalam kedua sektor penanaman modal ini selama tahun1979/80 memberikan gambaran sebagai berikut :

Penanaman modal asing yang disetujui selama tahun tersebut meliputi 27 proyek dengan nilai investasi US $ 409 juta sehingga jumlah penanaman modal asing yang disetujui sejak tahun 1967 sampai dengan 1979 / 80 seluruhnya meliputi 824 proyek dengan nilai US $ 7.853,3 juta. Di lain pihak penanaman modal dalam negeri dalam

Page 19:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

tahun 1979/80 meliputi 258 proyek yang bernilai Rp. 811,9 milyar sehingga nilai penanaman modal dalam negeri yang disetujui sejak 1968 sampai dengan 1979/80 seluruhnya mencapai sekitar Rp. 4.179,6 juta yang meliputi sejumlah 3.370 proyek.

Untuk mendorong usaha golongan ekonomi lemah dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha telah dilaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang berwujud program-program terpadu dari berbagai lembaga dan departemen yang menangani golongan eko- nomi lemah tersebut. Kepada pengusaha-pengusaha golongan ekonomi lemah tersebut diberikan berbagai fasilitas bagi pengembangan ke-giatannya, antara lain pemberian kredit-kredit kecil seperti KIK/ KMKP, Kredit Mini, Kredit Candak Kulak dan Kredit Kelayakan. Pada akhir tahun 1978/79, nilai permohonan KIK yang disetujui mencapai jumlah Rp. 112,8 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp. 190,2 milyar pada akhir tahun 1979/80 yang berarti naik dengan 68,8 %. Nilai KMKP yang disetujui pada akhir tahun 1978/79 ber- jumlah Rp. 188,3 milyar, pada akhir tahun 1979/80 meningkat men- jadi Rp. 348,9 milyar atau naik dengan 85,3 %. Dilihat dari jumlah nasabahnya, pada akhir tahun 1978/79 untuk KIK tercatat 57,4 ribu; pada akhir tahun 1979/80 menjadi 79,4 ribu nasabah, yang berarti naik dengan 38,3 %. Untuk KMKP nasabahnya pada akhir tahun 1978/79 tercatat 438,0 ribu, dan pada akhir tahun 1979/80 menjadi sebanyak 664,4 ribu nasabah, atau naik dengan 51,7 %

Kredit Mini pada akhir tahun pertama Repelita III (1979/80) berjumlah Rp. 20,4 milyar. Bila dibandingkan dengan akhir tahun 1978/79 yang berjumlah Rp. 15,7 milyar, maka terjadi kenaikan sebesar 29,9 %. Untuk Kredit Candak Kulak (KCK) yang jumlah kreditnya adalah lebih kecil dari Kredit Mini, selama tahun 1979 / 80 telah diberikan sebanyak Rp. 17,3 milyar.

Perusahaan-perusahaan kecil golongan ekonomi lemah juga men-dapat dorongan yang lebih kuat untuk berkembang setelah dikeluar -kannya Keputusan Presiden Nomor 14 tahun 1979, tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pasal 19 secara tegas memberikan kelonggaran-kelonggaran dan kemudahan bagi golongan ekonomi lemah, seperti : ketentuan pembelian/pem-

15

i

Page 20:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

borongan yang bernilai di bawah Rp. 10 juta yang harus dikerjakan oleh pengusaha golongan ekonomi lemah dengan cara penunjukan; pembelian/pemborongan dengan nilai Rp. 10 juta sampai dengan Rp. 25 juta yang dilakukan dengan pelelangan di antara para go- longan ekonomi lemah; pembelian/pemborongan dengan nilai Rp. 25 juta sampai dengan Rp. 50 juta yang dilakukan melalui pelelangan, akan tetapi dengan pemberian kelonggaran kepada golongan eko- nomi lemah sebesar 5 % dari harga terendah yang ditawarkan dalam pelelangan tersebut.

Dengan dorongan Keppres 14 tahun 1979 tersebut, bermunculan- lah perusahaan-perusahaan kecil golongan ekonomi lemah secara pesat di seluruh pelosok tanah air.

Sebagaimana halnya dengan Repelita I dan Repelita II, investasi yang dijalankan oleh Pemerintah selama tahun pertama Repelita III (1979/80) tetap memegang peranan yang penting di dalam pelaksanaan pembangunan selama tahun tersebut yang tetap didasarkan kepada trilogi pembangunan. Dana-dana investasi Pemerintah tersebut dike-rahkan dan disalurkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kebijaksanaan di bidang keuangan negara selama tahun 1979/80 tetap didasarkan atas prinsip anggaran berimbang yang dinamis yang diarahkan baik untuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk pemupukan dana bagi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan untuk pengendalian laju inflasi dalam rangka pemantapan sta- bilitas ekonomi. Hasil dari pelaksanaan berbagai kebijaksanaan fiskal selama tahun tersebut adalah sebagaimana tercermin pada realisasi berbagai komponen APBN yang senantiasa meningkat.

Untuk memperbesar kemampuan sendiri dalam pembiayaan ke-giatan pembangunan, maka penerimaan negara dari sumber dalam negeri telah dapat ditingkatkan menjadi Rp. 6.696,8 milyar dalam tahun 1979/80 atau suatu peningkatan sebesar 57,0 % dibanding dengan realisasi tahun 1978/79. Jumlah tersebut merupakan hasil dari berbagai kebijaksanaan, antara lain dalam bentuk penyesuaian tarif pajak langsung maupun tidak langsung, pengawasan dan pener- tiban terhadap aparatur perpajakan dan pembinaan kepatuhan wajib

16

Page 21:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

pajak. Di samping itu, peningkatan penerimaan dalam negeri dalam tahun 1979/80 juga telah didukung terutama oleh peningkatan pene-rimaan dari pajak perseroan minyak, yang disebabkan oleh naiknya harga ekspor minyak mentah Indonesia. Meskipun demikian, usaha untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri di luar minyak tetap dilaksanakan, sebagaimana terlihat dalam peningkatan jumlah re-alisasinya dalam tahun 1979/80 sebesar 16,3% dibandingkan dengan jumlah yang direncanakan dalam APBN tahun tersebut.

Realisasi pengeluaran rutin dalam tahun 1979/80 mencapai jum- lah Rp. 4.061,8 milyar atau suatu peningkatan sebesar 48,0 % di -bandingkan dengan realisasi tahun 1978/79. Kebijaksanaan di bidang pengeluaran rutin dalam tahun 1979/80, sesuai dengan sasaran serta pokok kebijaksanaan di dalam Repelita III, pada dasarnya merupa- kan usaha untuk mengendalikan berbagai jenis pengeluaran rutin agar dapat disediakan tabungan Pemerintah dalam jumlah yang se- makin membesar. Kebijaksanaan pengeluaran rutin juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan aparatur negara, meluas- kan usaha pemerataan kegiatan pembangunan dan memantapkan usaha stabilisasi. Untuk hal-hal tersebut, dalam tahun 1979/80 antara lain telah diberikan tambahan gaji bulan ke- 13 dan ke- 14 bagi pegawai negeri sipil/ABRI, serta ditingkatkan jumlah pengeluaran untuk menambah tenaga guru Inpres SD dan tenaga perawat serta tenaga medis untuk Puskesmas. Selain itu, subsidi bahan bakar minyak (BBM) telah meningkat dan mencapai jumlah Rp. 534,9 milyar dalam tahun 1979/80, meskipun telah diadakan penyesuaian harga BBM di dalam negeri dalam bulan April dan Mei 1979.

Berbagai kebijaksanaan yang terpadu di bidang penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin telah dapat meningkatkan tabung- an Pemerintah dalam tahun 1979/80 menjadi Rp. 2.635,0 milyar, suatu peningkatan sebesar 73,1% dibanding dengan realisasi tahun 1978/79. Peningkatan ini selanjutnya meningkatkan peranan tabungan Peme- rintah dalam jumlah dana pembangunan dibanding dengan dana ban- tuan luar negeri. Dalam tahun 1979/80 tabungan Pemerintah telah merupakan 65,5% dari dana pembangunan, dibanding dengan 59,5% dalam tahun .1978/79.

17

Page 22:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Dalam tahun pertama Repelita 111 (1979/80) jumlah seluruh dana pembangunan yang terdiri dari tabungan Pemerintah maupun dana- dana bantuan luar negeri telah mencapai jumlah Rp. 4.016,1 milyar, dibanding dengan Rp. 2.557,9 milyar dalam tahun 1978/79. Kemam- puan yang meningkat dengan 57,0% dalam tahun 1979/80 tersebut telah digunakan untuk membiayai pengeluaran pembangunan di pelba- gai sektor yang mendapat prioritas di dalam APBN, seperti : sektor pertanian dan pengairan sebesar Rp. 508,2 milyar, sektor perhubungan dan pariwisata sebesar Rp. 465,8 milyar, sektor pengembangan dunia usaha sebesar Rp 465,6 milyar, sektor pendidikan, kebudayaan nasio- nal, pembinaan generasi muda dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebesar Rp. 361,4 milyar sektor pertambangan dan energi sebesar Rp. 376,4 milyar, sektor industri sebesar Rp. 356,3 milyar, sektor pembangunan daerah, desa dan kota sebesar Rp. 335,8 milyar, sektor pertahanan dan keamanan nasional sebesar Rp. 330,2 milyar. Sektor-sektor lainnya walaupun mendapat jumlah yang relatif lebih kecil namun tetap menunjukkan peningkatan yang besar dibandingkan dengan tahun 1978/79.

Sebagaimana telah disebutkan di muka, pengerahan dan penyalur- an dana-dana melalui APBN tersebut juga diarahkan kepada pencapai- an sasaran pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya melalui ke -delapan jalur yang telah ditetapkan. Khususnya dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha maka pelaksanaan anggaran negara dalam tahun 1979/80 telah mengutamakan perusahaan-perusahaan golongan ekonomi lemah dan perusahaan setempat serta mengutama- kan pembelian/penggunaan hasil produksi dalam negeri dengan berpedoman kepada Keppres no. 14/1979, khususnya pasal 19, serta Surat edaran Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara No. 2/1979.

Dana-dana investasi yang berasal dari masyarakat dikerahkan dan disalurkan untuk pembiayaan pelbagai kegiatan pembangunan melalui kebijaksanaan moneter dalam bentuk tabungan dan kredit. Di dalam pelaksanaannya, kebijaksanaan moneter selalu dilaksanakan secara dikoordinasikan dengan kebijaksanaan keuangan negara dan kebijaksanaan neraca pembayaran untuk mencapai suatu keserasian di dalam ketiga unsur trilogi pembangunan yaitu pemerataan pemba-

18

Page 23:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

ngunan sekaligus meningkatkan kestabilan ekonomi dan meningkatkan kemampuan nasional melalui pencapaian suatu laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Selama Repelita I1I dan khususnya selama tahun 1979/80, kebi -jaksanaan moneter diarahkan untuk mencapai pemerataan pembangun- an antara lain melalui usaha-usaha peningkatan kedudukan golongan ekonomi lemah dan perluasan kesempatan kerja, dalam bentuk program bantuan kredit seperti Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Mini, Kredit Candak Kulak (KCK) Kredit Inpres Pasar dan Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Di samping itu da- lam tahun 1979/80 juga masih dalam rangka pemberian bantuan kepada golongan ekonomi lemah, telah disediakan lagi suatu bentuk kredit Baru atas dasar kelayakan yang penilaiannya lebih menekankan pada adanya jaminan keberhasilan proyek/usaha nasabah. Selanjutnya telah diadakan pula penyempurnaan dan penyederhanaan di dalam tata cara dan persyaratan untuk memperoleh kredit-kredit tersebut. Terhadap KIK dan KMKP misalnya telah diadakan perubahan di dalam jumlah dan jangka waktu kredit. Hingga akhir Maret 1980 posisi KIK, KMKP, Kredit Mini dan KCK telah meningkat menjadi masing-masing sebesar Rp. 118,3 milyar, Rp. 181,1 milyar, Rp. 20,4 milyar dan Rp. 35,9 milyar. Sedangkan Kredit Inpres Pasar dan KPR masing-masing men-capai jumlah Rp. 35,0 milyar dan Rp. 18,5 milyar.

Selanjutnya tugas kebijaksanaan moneter adalah mengatur jum- lah uang beredar sedemikian rupa agar pertambahan uang beredar dalam masyarakat dapat diawasi dari waktu ke waktu, sehingga di satu pihak tidak mengganggu stabilitas harga dan di lain pihak dapat menjamin tercapainya peningkatan produksi. Pertambahan jumlah uang beredar tersebut sebagian besar berasal dari peningkatan pemberian kredit. Hingga akhir Maret 1980 jumlah uang beredar telah meningkat menjadi Rp. 3.922,9 milyar, sedangkan jumlah volume perkreditan bank mencapai Rp. 6.406,3 milyar.

Dalam rangka kebijaksanaan perkreditan, selama tahun 1979/80 telah ditekankan pula usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kegiatan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan Bank Pemba-

19

Page 24:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

ngunan Daerah (BPD) antara lain melalui pemberian kredit likwiditas oleh Bank Indonesia dalam jumlah yang semakin meningkat.

Usaha pengerahan dana tabungan masyarakat selama tahun 1979/80 juga semakin ditingkatkan baik pengerahan dana melalui pro-gram deposito berjangka, Tabanas, Taska dan lain-lain. Jumlah dana- dana tabungan tersebut beserta dana giro yang merupakan seluruh dana perkreditan bank yang berhasil dikerahkan sampai dengan akhir Maret 1980 mencapai jumlah Rp. 4.542,7 milyar.

Usaha untuk mempertahankan kestabilan ekonomi khususnya stabilitas harga dalam tahun 1979/80 menghadapi tantangan-tantangan yang cukup berat karena perkembangan ekonomi dunia yang tidak menentu serta tantangan-tantangan dari dalam negeri seperti hambat - an-hambatan dalam produksi pangan, pengaruh devaluasi dan penye -suaian harga bahan bakar minyak. Namun melalui pelbagai kebijaksanaan ekonomi terutama kebijaksanaan moneter, fiskal, neraca pembayaran serta kebijaksanaan perdagangan dan pengadaan bahan-bahan kebutuhan pokok maka selama tahun 1979/80 laju inflasi telah dapat dibatasi pada tingkat 19,1%. Walaupun laju inflasi tersebut agak meningkat dibandingkan dengan tahun 1978/79 namun kenyataan menunjukkan bahwa persentase pertambahan jumlah uang beredar ternyata masih lebih besar dibandingkan dengan persentase kenaikan harga se-lama tahun tersebut. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah tetap mantap.

Kebijaksanaan moneter juga ditujukan untuk meningkatkan kegiatan lembaga-lembaga keuangan baik kegiatan lembaga perbankan, kegiatan pasar uang dan modal, maupun kegiatan perasuransian di Indonesia.

Kebijaksanaan pengembangan dan pembinaan lembaga-lembaga keuangan perbankan dilakukan antara lain melalui usaha-usaha pe -ningkatan efisiensi bank-bank Pemerintah, serta peningkatan kesehatan dan bantuan modal bagi bank-bank swasta nasional dan bank-bank pembangunan daerah. Sedangkan terhadap lembaga keuangan bukan bank diwajibkan untuk menyampaikan laporan kegiatan berkala dan mengumumkan neracanya di surat-surat kabar. Di samping itu dalam tahun 1979/80 Pemerintah juga mendorong pembentukan lembaga

20

Page 25:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

keuangan bukan bank di bidang pembiayaan pemilikan perumahan khususnya bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah. Hing- ga akhir Maret 1980, jumlah dana yang dapat dihimpun oleh lembaga -lembaga keuangan non bank mencapai jumlah Rp. 284,8 milyar.

Kegiatan pasar modal juga telah mengalami perkembangan yang cukup baik. Kebijaksanaan di bidang pasar modal tersebut antara lain berupa pembebasan pajak atas kenaikan nilai saham, keringanan bebas pajak perseroan, dan ketentuan agar badan-badan usaha seba - nyak mungkin ikut serta mengembangkan pasar modal. Dalam hubung- an ini badan usaha asuransi, badan dana pensiun, badan sosial, yayas- an dan koperasi diperbolehkan membeli saham melalui pasar modal. BAPEPAM dan PT Danareksa merupakan lembaga-lembaga yang mendukung keberhasilan pasar modal tersebut. Dana yang berhasil dihimpun oleh perusahaan-perusahaan di pasar modal sampai akhir Maret 1980 meliputi Rp. 29,0 milyar.

Sejalan dengan semakin meningkatnya pembangunan, maka semakin meningkat pula peranan lembaga asuransi. Sampai akhir Desember 1979 jumlah keseluruhan dana asuransi yang berhasil diinvestasikan mencapai jumlah Rp. 235,4 milyar. Seperti diketahui, jenis perusahaan asuransi ada tiga yaitu perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa dan asuransi sosial. Di bidang asuransi kerugian Pemerintah terus berusaha melakukan pembinaan dan pengawasan serta menciptakan iklim yang menguntungkan bagi perkembangan sektor asuransi tersebut. Sedangkan di bidang asuransi sosial diadakan perbaikan dan penyempurnaan terhadap program pensiun dan asuransi kesehatan. Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, Pemerintah senantiasa berusaha mendorong agar perusahaan-perusahaan mau menyelenggarakan dana pensiun bagi karyawan-karyawannya.

Di samping kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri meru-pakan kebijaksanaan pokok Pemerintah lainnya di dalam pelaksanaan pembangunan yang berdasarkan trilogi pembangunan. Kebijaksanaan neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri berperan di dalam pengerahan dan penyaluran dana-dana devisa yang dibutuhkan untuk impor barang-barang dan jasa yang dibutuhkan bagi pembangunan

21

Page 26:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

akan tetapi belum dapat atau belum cukup dihasilkan di dalam negeri. Di dalam menjalankan fungsi tersebut kebijaksanaan neraca pemba- yaran juga sekaligus diarahkan untuk mendorong perluasan kesempat - an kerja, pemerataan pendapatan dan penyebaran kegiatan pem-bangunan ke daerah-daerah dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta pengendalian harga, terutama harga barang-barang kebutuhan pokok.

Perkembangan Perekonomian Indonesia sebagai bagian daripada perekonomian dunia dalam tahun 1979/80 juga tidak terlepas daripada pengaruh perkembangan ekonomi dunia yang tidak menentu selama tahun tersebut. Pengaruh tersebut tercermin antara lain di dalam per -kembangan neraca pembayaran kita. Oleh karena itu maka Pemerintah selalu mengikuti perkembangan ekonomi dunia tersebut dengan sak- sama dan melalui pelbagai kebijaksanaan ekonomi terutama kebijak-sanaan neraca pembayaran telah ditempuh pelbagai langkah untuk memperkecil akibat daripada perkembangan ekonomi dunia yang tidak menentu tersebut terhadap perekonomian kita.

Perkembangan ekonomi dunia dalam tahun 1979 ditandai oleh lambannya pertumbuhan produksi, gejala-gejala resesi di negara- negara industri serta masalah inflasi di berbagai negara. Secara kese -luruhan, laju pertumbuhan produksi rill negara-negara industri menu-run dari 4,0% dalam tahun 1978 menjadi 3,4% dalam tahun 1979. Gejala inflasi yang meningkat di beberapa negara industri juga sudah mulai tampak dalam pertengahan kedua tahun 1978 dan terus ber langsung selama tahun 1979. Sebagai akibat kelesuan perekonomian dunia, produksi rill di negara-negara berkembang dalam tahun 1979 juga bertumbuh dengan laju yang lamban yaitu sebesar 2,9% untuk negara-negara pengekspor minyak bumi dan 4,6% bagi negara- negara bukan pengekspor minyak.

Resesi selama tahun 1979 tersebut sebenarnya masih terbatas pada beberapa negara industri saja. Jumlah permintaan untuk barang jadi dan bahan baku di negara-negara industri lainnya tetap berada pada tingkat yang tinggi hal mana turut menyebabkan meningkatnya volume perdagangan dunia sebesar 6,5% dalam tahun 1979, sedang nilai per-dagangan dinyatakan dalam SDR meningkat dengan 22,5%. Harga

22

Page 27:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

rata-rata barang-barang industri dalam tahun 1979 meningkat dengan 14,5%, harga minyak bumi yang dalam tahun 1978 tidak berubah meningkat dengan 48,5% sedang harga komoditi primer di luar minyak dan gas bumi naik dengan 16,0%. Akibat kenaikan dalam nilai impor yang lebih besar dari peningkatan nilai ekspor, maka negara-negara industri sebagai keseluruhan mulai mengalami defisit pada transaksi berjalan sedang defisit transaksi berjalan negara-negara berkembang bukan pengekspor minyak bertambah besar menjadi US $ 54,9 milyar dalam tahun 1979. Di lain pihak, surplus transaksi berjalan negara- -negara pengekspor minyak dalam tahun tersebut melonjak menjadi US $ 68,4 milyar akibat penurunan dalam nilai impor.

Perkembangan dalam sistem keuangan dunia selama tahun 1979 berjalan secara relatif stabil. Kestabilan nilai tukar antar valuta asing utama disebabkan antara lain oleh kebijaksanaan moneter yang ditem- puh oleh negara-negara industri tertentu serta pengaturan kembali pa- ritas antar valuta dari negara-negara yang tergabung dalam Sistem Moneter Eropa (EMS).

Inflasi, kelesuan dalam kegiatan produksi dan bayangan resesi yang melanda perekonomian dunia menciptakan suasana di mana di- alog dan perundingan-perundingan antara negara-negara industri dengan negara-negara berkembang dalam rangka perwujudan Tata Ekonomi Dunia Baru berlangsung dengan seret. Negara-negara ber -kembang merasa tidak puas dengan hasil negosiasi Perdagangan Multi-lateral (MTN) selama tahun 1979 oleh karena sikap negara-negara industri untuk selalu berpaling pada tindakan-tindakan proteksionisme bila dihadapi dengan gejala resesi dan inflasi di dalam negeri. Di lain pihak dicapai kemajuan yang pesat mengenai pembentukan Dana Ber- sama dalam rangka negosiasi program terpadu mengenai komoditi yang merupakan sasaran penting dari Tata Ekonomi Dunia Baru ber- kat kerjasama dan solidaritas negara-negara berkembang yang terga- bung dalam Kelompok 77 Konperensi tentang Perdagangan dan Pem-bangunan PBB (UNCTAD). Demikian pula telah mulai diambil ber- bagai langkah untuk meningkatkan kerjasama di antara negara ber- kembang antara lain melalui kerjasama teknik antar negara berkem- bang.

23

Page 28:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Kerjasama regional antar negara-negara anggota ASEAN juga memperoleh kemajuan di berbagai bidang. Pada pertemuan para Menteri Ekonomi ASEAN di Manila dalam tahun 1979 dan di Singa- pura pada permulaan tahun 1980 disepakati adanya perluasan per -setujuan perdagangan preferensial altar ASEAN sehingga jumlah barang yang memperoleh perlakuan preferensial sekarang mencapai 4.325 jenis barang dengan nilai US $ 1,7 milyar. Di bidang pangan dan pertanian juga ditandatangani perjanjian "ASEAN Food Secu- rity Reserve" yang bertujuan untuk menjamin pengadaan pangan di kawasan ASEAN dan disepakati suatu kebijaksanaan pertanian ber - sama yang mencakup peningkatan penelitian, penyebarluasan tekno- logi baru serta kegiatan penyuluhan lainnya yang bertalian dengan program pemberantasan hama dan penyakit. Di bidang industri, kini sedang dilaksanakan pembangunan pabrik pupuk urea ASEAN di Aceh yang diharapkan akan mulai beroperasi dalam tahun 1982. Sekitar 70% dari permodalannya, dibiayai dengan pinjaman dari Jepang sebesar Yen 47,5 ,milyar sedang dari sisa dana yang dibutuh - kan, Indonesia menanggung 60% dan selebihnya oleh negara-negara anggota ASEAN lainnya. Dalam rangka kerjasama antara ASEAN dan negara-negara ketiga, pada permulaan tahun 1980 juga telah ditandatangani persetujuan kerjasama dengan MEE di samping me-lanjutkan dialog dengan negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang dan akhir-akhir ini India.

Sesuai dengan GBHN dan Repelita III, pokok-pokok kebijaksa- naan yang ditempuh selama tahun 1979 / 80 di bidang neraca pem-bayaran dan perdagangan luar negeri meliputi peningkatan dan di -versifikasi pola ekspor, pengendalian dan substitusi impor, pemanfaatan modal dari luar negeri, pengendalian pembayaran kembali hutang- hutang luar negeri, pengendalian stabilitas nilai tukar Rupiah serta pemupukan cadangan devisa.

Kebijaksanaan perdagangan luar negeri yang dijalankan selama tahun 1979/80 ditujukan untuk menunjang tercapainya sasaran lang - sung dari Kebijaksanaan 15 Nopember 1980 yaitu meningkatkan produksi dan kesempatan kerja di sektor-sektor yang menghasilkan barang-barang ekspor dan barang-barang pengganti impor melalui

24

Page 29:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

peningkatan daya saing barang-barang tersebut di pasaran luar negeri dan di pasaran dalam negeri. Untuk meningkatkan daya saing dan produksi barang ekspor, telah diberikan berbagai fasilitas per- pajakan dan pembiayaan dalam bentuk Sertifikat Ekspor dan syarat pembayaran berjangka.

Juga ditingkatkan kegiatan-kegiatan perbaikan mutu barang- barang ekspor untuk memantapkan daya saingnya di pasaran luar negeri. Dalam hubungan ini telah diresmikan Pusat Pengendalian Mutu Barang yang mempunyai tugas untuk menentukan standar untuk menguji dan mengawasi mutu barang serta membina dan meng-adakan penyuluhan kepada laboratorium-laboratorium pengujian dan pengawasan mutu di daerah-daerah dan pada para produsen. Sampai akhir tahun 1979/80 telah ditetapkan 100 standar komoditi dan dari jumlah tersebut 24 jenis komoditi telah dikenakan pene- trapan standar dan pengawasan mutu.

Dalam rangka memperluas pasaran barang-barang ekspor, sela- ma tahun 1979/80 ditingkatkan langkah-langkah untuk memanfaat- kan pasaran-pasaran potensial yang baru seperti Timur Tengah bagi ekspor hasil pertanian, hasil industri seperti besi beton dan tekstil, jasa-jasa kontrakting dan pengiriman tenaga kerja. Juga terus dirin - tis pengembangan ekspor ke negara-negara Eropa Timur seperti Ju -goslavia, Chekoslowakia, Polandia, Jerman Timur dan Uni Sovyet. Selanjutnya ditingkatkan pula usaha-usaha dalam kerangka kerjasama multilateral, regional dan bilateral untuk memperkuat kedudukan Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir hasil-hasil pertanian, pertambangan dan industri. Pada akhir tahun 1979 di Jenewa ditan-datangani Perjanjian Internasional tentang Karet Alam antara nega - ra produsen dan konsumen dalam kerangka program terpadu untuk komoditi UNCTAD. Dalam rangka kerjasama regional negara-negara anggota ASEAN telah disetujui perlakuan perdagangan preferensial untuk 4.325 jenis barang yang terdiri dari 3.459 macam produk yang dapat diekspor oleh Indonesia ke negara-negara ASEAN lainnya dan 866 produk yang dapat diimpor. Selanjutnya sebagai negara berkem -bang, Indonesia telah memperoleh fasilitas Sistem Preferensi Umum

25

Page 30:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

(GSP) dari beberapa negara industri yang masa berlakunya sedang diperpanjang.

Kebijaksanaan di bidang impor selama tahun 1979 / 80 ditujukan untuk mendorong pertumbuhan industri di dalam negeri, memper- kuat daya saing hasil produksi dalam negeri terhadap barang impor serta menunjang kebijaksanaan pengadaan pangan, bahan baku dan barang modal sesuai dengan kebutuhan stabilitasi harga dan kegiatan pembangunan.

Dalam rangka memperkuat daya saing produksi dalam negeri terhadap barang impor, dalam tahun 1979/80 telah diperluas pem- berian fasilitas keringanan bea masuk dan PPn Impor atas beberapa jenis bahan baku dan penolong yang digunakan untuk produksi da- lam negeri. Di samping itu telah diperluas jenis barang bahan baku/ 'penolong yang dapat diimpor dengan syarat pembayaran berjangka dari 273 jenis menjadi 323 jenis barang.

Untuk mempercepat proses pembangunan dan sebagai pelengkap terhadap dana pembiayaan yang tersedia di dalam negeri, dalam tahun 1979/80 tetap dimanfaatkan dana dari luar negeri berupa pe -nanaman modal dan pinjaman luar negeri dengan tetap berpegang pada prinsip bahwa tidak terdapat ikatan-ikatan politik, tidak ter- jadi ketergantungan yang terus menerus pada luar negeri, bahwa, dana-dana tersebut dipergunakan sesuai dengan rencana dan program pembangunan, sedangkan persyaratan baik yang bertalian dengan transfer keuntungan, pelunasan pokok maupun pembayaran bunga tidak merupakan beban yang berat bagi neraca pembayaran di ke- mudian hari. Selama tahun 1979/80 kebijaksanaan penanaman modal pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kebijaksanaan sebelumnya, dengan lebih memberi penekanan pada unsur-unsur penyebaran lo - kasi ke daerah-daerah terutama di luar pulau Jawa, penyerapan tenaga kerja, bidang-bidang usaha yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi, bidang produksi untuk ekspor dan penyertaan golongan ekonomi lemah dan koperasi.

Penggunaan pinjaman untuk proyek di samping memberi man- faat langsung bagi pelaksanaan proyek-proyek bersangkutan, juga

26

Page 31:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

diarahkan untuk sekaligus menunjang pengembangan industri dalam negeri serta perluasan kesempatan kerja. Dalam hubungan ini, terus diusahakan agar barang-barang yang dibiayai dengan pinjaman pro- yek tidak diimpor dalam bentuk jadi melainkan dalam bentuk baik barang-barang setengah jadi serta komponen, maupun dalam bentuk ketrampilan dan keahlian yang dapat digunakan untuk peningkatan produksi dalam negeri. Sementara itu juga terus diusahakan agar pin -jaman luar negeri dapat dilepaskan dari kaitan dengan impor dari negara-negara pemberi pinjaman sehingga memberikan kebebasan pembelian dari negara-negara lain ataupun malah memberikan pre-ferensi pada pembelian barang-barang hasil produksi dalam negeri.

Kemantapan neraca pembayaran dalam tahun 1979/80 juga didukung oleh kebijaksanaan yang ditujukan untuk menjaga kesta - bilan dalam lalu lintas modal, pengendalian stabilitas nilai tukar rupiah serta pemupukan cadangan devisa untuk dapat menampung fluktuasi yang tidak dapat terduga semula baik dalam penerimaan maupun dalam pengeluaran devisa.

Berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut di atas maka selama tahun 1979/80, neraca pembayaran Indonesia terus berkem- bang dengan amat pesat sehingga untuk pertama kalinya sejak di -mulainya Repelita 1 penerimaan devisa dari ekspor barang dan jasa melebihi pengeluaran devisa untuk impor barang dan jasa, sehingga menghasilkan surplus transaksi berjalan sebesar US $ 1.990 juta pada hal menurut proyeksi Repelita III diperkirakan akan ada defisit se - besar US $ 1.424 juta dalam tahun tersebut. Perkembangan yang menguntungkan ini disebabkan karena meningkatnya ekspor baik akibat kebijaksanaan yang ditempuh di dalam negeri maupun karena faktor-faktor yang bersumber pada kejadian di luar negeri.

Seluruh nilai ekspor (bruto) dalam tahun 1979/80 meningkat dengan 54,0% dibandingkan dengan tahun 1978/79 sehingga menca- pai jumlah US $ 17.489 juta. Nilai ekspor bruto di luar minyak bumi dan gas alam cair (LNG) meningkat dengan 54,9% dibandingkan dengan kenaikan sebesar hanya 13,5% dalam tahun 1978/79. Nilai ekspor minyak bruto meningkat dengan 45,5%, walaupun volume ekspor minyak bumi mengalami penurunan. Hal ini terjadi oleh

27

Page 32:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

karena harga minyak yang diekspor dalam tahun 1979/80 rata-rata meningkat dengan 65,7% akibat penyesuaian harga ekspor terhadap harga pasaran minyak dunia sebanyak 8 kali. Di lain pihak nilai ekspor gas alam cair meningkat dengan 160,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Apabila ekspor minyak bumi dan LNG diperhitungkan atas da- sar netto (nilai ekspor bruto dikurangi pengeluaran untuk impor dan jasa-jasa sektor minyak dan gas bumi) maka nilai ekspor minyak bumi dan LNG masing-masing adalah sebesar US $ 6.308 juta dan US S $ 667 juta dalam tahun 1979 / 80 atau meningkat dengan masing -masing 66,7% dan 196,4% dibandingkan dengan tahun 1978/79.

Nilai impor (f.o.b.) dalam tahun 1979/80 meningkat dengan 18,0% dibandingkan dengan tahun 1978/79. Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga barang-barang impor akibat laju inflasi di negara-negara industri. Dibandingkan dengan tahun sebe -lumnya, nilai impor di luar sektor minyak dan gas bumi dan impor sektor minyak dan gas bumi masing-masing meningkat dengan 22,3% dan 1,2% dalam tahun 1979/80. Dari nilai impor di luar sek- tor minyak dan gas bumi tersebut, 68,1 % adalah impor yang dibi- ayai dengan hasil devisa sendiri.

Pengeluaran devisa netto untuk jasa-jasa meningkat dari US $ 4.065 juta dalam tahun 1978/79 menjadi US $ 5.537 juta dalam tahun 1979/ 80 atau suatu kenaikan sebesar 36,2%. Dari jasa-jasa tersebut 47,3% berupa pengeluaran devisa untuk sektor minyak dan gas bumi sedang-kan sisanya adalah pengeluaran netto untuk jasa-jasa di luar sektor minyak dan gas bumi.

Realisasi pinjaman Pemerintah dalam tahun 1979/80 berjumlah US $ 2.495 juta atau suatu kenaikan sebesar 18,8% dibandingkan dengan pinjaman tahun 1978/79. Penggunaan bantuan program me-ningkat dengan 154,3% dari US $ 94 juta menjadi US $ 239 juta sedang pinjaman untuk proyek mengalami kenaikan sebesar 12,4% dari US $ 2.007 juta dalam tahun 1978/79 menjadi US $ 2.256 juta dalam tahun 1979/80. Kenaikan dalam bantuan program tersebut di-akibatkan oleh meningkatnya impor beras dan gandum yang dibiayai melalui bantuan program tersebut.

28

Page 33:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Pelunasan pokok pinjaman Pemerintah mengalami kenaikan se-besar 9,5% sehingga mencapai US $ 692 juta dalam tahun 1979/80. Dari jumlah pelunasan pinjaman tersebut, 12,6% berupa angsuran pe -lunasan hutang-hutang yang terjadi sebelum Juli 1966.

Secara netto, pos pemasukan modal lain menunjukkan defisit se-besar US $ 1.315 juta dalam tahun 1979/80 dibandingkan dengan surplus sebesar US $ 392 juta dalam tahun sebelumnya. Khususnya penanaman modal asing dalam tahun 1979/80 mencapai jumlah US $ 627 juta, hal mana berarti suatu kenaikan sebesar hanya 3,1 % diban-ding dengan tahun sebelumnya. Pelunasan pokok pinjaman baik dalam rangka penanaman modal maupun yang berkaitan dengan pinjaman lainnya meningkat dari US $ 390 juta dalam tahun 1978/79 menjadi US $ 593 juta dalam tahun 1979/80. Sedangkan transaksi modal lainnya dalam tahun 1979/80 menunjukkan arus pengeluaran netto sebesar US $ 1.349 juta dibandingkan dengan arus positif sebesar US $ 64 juta dalam tahun sebelumnya.

Berkat surplus transaksi berjalan sebesar US $ 1.990 juta dan berdasarkan perkembangan yang terjadi sehubungan dengan transaksi modal Pemerintah, modal sektor di luar Pemerintah serta transaksi -transaksi lainnya, maka cadangan devisa dalam tahun 1979/80 telah meningkat dengan US $ 1.690 juta sehingga mencapai jumlah US $ 4.606 juta atau suatu peningkatan sebesar 58,0% dibanding dengan tahun 1978/79. Jumlah cadangan devisa tersebut adalah cukup untuk membiayai impor di luar sektor minyak dan gas bumi untuk rata-rata 6 bulan.

Secara sektoral, hasil pelaksanaan pembangunan selama tahun 1979/80 memberikan gambaran sebagai berikut :

Di sektor pertanian produksi beras dalam tahun 1979 mencapai 17.918 ribu ton. Dibanding dengan produksi tahun 1978 sebesar 17.525 ribu ton produksi tahun 1979 adalah 2,24% lebih tinggi. Pro- duksi beras di Jawa meningkat lebih tinggi dari produksi di pulau- pulau lain, yaitu dengan 2,46%; sedangkan peningkatan di pulau-pulau yang lain adalah 1,91%.

29

Page 34:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Meningkatnya produksi beras tersebut disebabkan oleh mening-katnya hasil rata-rata per hektar dari 1,96 ton/ha dalam tahun 1978 menjadi 2,02 ton/ha dalam tahun 1979. Luas panen selama tahun- tahun tersebut menurun. Hasil rata-rata per hektar dalam tahun 1979 meningkat karena adanya iklim yang baik, adanya usaha Intensifikasi Khusus (INSUS) dan semakin meluasnya penggunaan benih Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), Berta penggunaan pupuk dan pesti- sida. INSUS, yang pada dasarnya merupakan intensifikasi dengan ker-jasama antara petani dengan mutu yang ditingkatkan, mulai diper-kenalkan dalam tahun 1979.

Luas panen padi menurun dari 8.929 ribu ha dalam tahun 1978 menjadi 8.850 ribu ha dalam tahun 1979. Adanya penurunan luas panen ini disebabkan oleh adanya serangan hama wereng dan tikus. Areal panen Bimas dalam tahun 1979 adalah lebih rendah dari tahun 1978, sedangkan areal Inmas meningkat. Secara keseluruhan luas panen intensifikasi meningkat dari 4.848 ribu ha dalam tahun 1978 menjadi 5.026 ribu ha dalam tahun 1979.

Sejalan dengan adanya peningkatan mutu dan luas areal intensi - fikasi maka penggunaan benih unggul, pupuk dan pestisida meningkat sedangkan penggunaan rodentisida menurun karena adanya pergan- tian jenis obat tikus.

Produksi palawija dalam tahun 1979 ada yang meningkat dan ada yang menurun. Ubi kayu dan kedele meningkat, sedangkan jagung, ubi jalar dan kacang tanah menurun.

Usaha-usaha pembangunan perkebunan dalam Repelita III tetap dititik beratkan pada .pembangunan perkebunan rakyat. Usaha-usaha pembangunan tersebut dilaksanakan melalui Unit-unit Pelaksana Pro- yek (UPP) dan melalui Perkebunan Inti. Dengan UPP diusahakan pe -ningkatan dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan, penyediaan sarana pro-duksi, pemberantasan hama dan penyakit dan kegiatan penyediaan fasi-litas kredit bagi para petani perkebunan. Di samping itu dilaksanakan pula penganekaragaman tanaman, rehabilitasi dan pembangunan fa -silitas pengolahan hasil-hasil perkebunan rakyat. Dalam tahun 1979 telah dibentuk sebanyak 594 bush UPP dengan lokasi yang tersebar

30

Page 35:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

di perkebunan-perkebunan karet, kelapa, kopi, cengkeh, kapas tem-bakau, lada, teh, tebu, jambu mente dan lain-lain milik rakyat.

Wilayah kerja UPP tersebut seluruhnya meliputi areal pembinaan seluas 1.106.355 ha.

Perkebunan inti sampai dengan tahun 1979/80 telah dilaksanakan di propinsi D.I. Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Selatan. Sistem ini Baru diterapkan untuk perkebunan kelapa sawit dan karet, dan meliputi areal seluas kurang lebih 34.200 ha. Jumlah petani yang terlibat kurang lebih 17.100 KK.

Produksi perkebunan dalam tahun 1979 pada umumnya mening- kat, kecuali cengkeh dan lada. Dalam tahun 1979 produksi karet meningkat dengan 5,78 %, minyak sawit meningkat dengan 20,0 %, teh meningkat dengan 3,4 %, gula tebu dengan 4,33 %, kelapa/ kopra dengan 6,27%, kopi dengan 0,45% dan tembakau meningkat dengan 1,23 %.

Pembangunan perikanan selama Repelita III dititikberatkan pada pengembangan perikanan rakyat. Pelaksanaannya berupa peningkat- an pembinaan dan peningkatan kemampuan tehnis para nelayan/ petani ikan melalui program-program penyuluhan dan kursus ke-trampilan tehnik-tehnik usaha perikanan.

Kegiatan produksi perikanan dalam tahun 1979 telah mengha- silkan 1.737 ribu ton ikan, yang berarti ada peningkatan sebesar 5,5 % dibanding dengan tahun 1978. Produksi hasil-hasil perikanan laut dalam tahun 1979 meningkat dengan 6,4 % dan mencapai 1.305 ribu ton, sedangkan produksi perikanan darat hanya naik de- ngan 2,9 %. Kenaikan produksi perikanan laut antara lain disebab- kan oleh bertambahnya jumlah perahu bermotor dari 25.992 buah dalam tahun 1978 menjadi 30.400 buah dalam tahun 1979.

Pembangunan peternakan bertujuan untuk meningkatkan pro- duksi hasil-hasil ternak, meningkatkan populasi ternak, meningkat- kan pendapatan peternak dan memperluas kesempatan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu dilakukan usaha-usaha peningkatan kegi- atan pengamanan ternak, pengembangan usaha produksi dan distribusi ransum dan obat-obatan, pengembangan penyediaan bibit ternak dan

31

Page 36:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

penyediaan hijauan makanan ternak serta peningkatan kegiatan penyuluhan bagi peternak.

Produksi daging, telur, dan susu dalam tahun 1979 semuanya meningkat. Dui tahun 1978 ke tahun 1979, produksi daging meningkat dari 474,6 ribu ton menjadi 494,5 ribu ton, produksi telur meningkat dari 151,0 ribu ton menjadi 164,1 ribu ton dan produksi susu me- ningkat dari 62,3 juta liter menjadi 67,2 juta liter. Populasi ternak yang jumlahnya meningkat adalah sapi perah, kuda, domba dan ung- gas, sedangkan sapi, kerbau, kambing dan babi menurun.

Pembangunan kehutanan selain ditujukan untuk memanfaatkan sumber-sumber alam hutan guna memenuhi kebutuhan bangsa akan hasil-hasil hutan, meningkatkan penghasilan devisa negara dan memperluas kesempatan kerja, juga ditujukan untuk melindungi kelestari- an alam dan sumber alam hutan. Perlindungan terhadap kelestarian alam dan sumber alam hutan dilaksanakan dengan mengadakan pembinaan dan pengawasan eksploitasi hutan secara lebih effektip dan dengan cara-cara pemberian izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang lebih ketat.

Di samping itu kegiatan reboisasi dan penghijauan ditingkatkan. Selanjutnya dilaksanakan pula perluasan areal hutan suaka alam dan hutan wisata, dan pembinaannyapun ditingkatkan.

Pembangunan bidang pengairan dalam Repelita III meliputi kegiatan-kegiatan perbaikan dan penyempurnaan irigasi, pembangunan jaringan irigasi barn dan perbaikan serta pengembangan sungai dan daerah rawa. Dalam tahun 1979/80 telah diselesaikan rehabilitasi jaringan irigasi seluas 44.604 ha, pembangunan jaringan irigasi baru yang meliputi 126.559 ha dan pembukaan daerah rawa dan

32

Page 37:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

daerah pasang surut masing-masing seluas 8.236 ha dan 47.388 ha. Di samping itu juga telah diselesaikan perbaikan dam, pengamanan sungai yang meliputi areal seluas 93.250 ha.

Dalam tahun 1979/80 proyek irigasi sedang kecil dan proyek irigasi sederhana yang lokasinya tersebar di semua propinsi diperkira- kan telah membuka areal seluas 106.662 ha. Proyek irigasi khusus yang pada umumnya terdiri dari pembangunan prasarana irigasi baru yang besar, dalam tahun 1979/80 diperkirakan telah membuka areal

Page 38:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

seluas 19.897 ha. Selanjutnya Proyek Pasang Surat dalam tahun 1979/ 80 diperkirakan telah berhasil menambah areal pertanian seluas 47.388 ha. Sedangkan Proyek Pengembangan Daerah Rawa telah me-nambah areal seluas 8,236 ha.

Agar supaya jaringan irigasi yang telah selesai dibangun dapat segera berfungsi, dalam tahun 1979/80 dilaksanakan pula peningkatan jaringan tersier dan saluran pembuang. Dalam tahun tersebut telah diselesaikan pembangunan jaringan tersier yang meliputi areal seluas kurang lebih 129,9 ribu ha, sedangkan realisasi pelaksanaan usaha pengamanan sungai meliputi areal seluas 93.250 ha.

Langkah-langkah kebijaksanaan dalam bidang pangan selama tahun 1979/80 tetap ditujukan agar Para petani produsen padi tetap dapat memperoleh harga yang wajar untuk gabah yang mereka jual. Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pangan tersebut, harga dasar gabah dalam tahun 1979/80 juga ditingkatkan. Di samping itu untuk meningkatkan kesejahteraan pars petani produksi jagung, kedele, ka- cang tanah dan kacang hijau serta untuk menggairahkan usaha-usaha peningkatan produksinya, maka dalam tahun tersebut juga ditetapkan harga dasar untuk daerah pusat-pusat produksi bahan-bahan pangan tersebut.

Sesuai dengan tujuan kebijaksanaan harga dasar, maka dalam tahun-tahun 1978/79 dan 1979/80 telah dilaksanakan pembelian gabah dan beras dalam negeri oleh Pemerintah. Hasil pembelian Pemerintah tersebut, dalam ekivalen bergs, yang dalam tahun 1978/79 berjumlah 881 ribu ton, dalam tahun 1979/80 berjumlah 435 ribu ton.

Hasil pembelian jagung produksi dalam negeri dalam tahun 1978/ 79 berjumlah 26,0 ribu ton. Dalam tahun 1979/80 pembelian jagung tersebut berjumlah 6,4 ribu ton sedangkan pembelian kedele, kacang tanah dan kacang hijau produksi dalam negeri, yang dimulai menjelang akhir tahun 1979, mencapai masing-masing 1.585 ton, 943 ton dan 811 ton.

Seperti dalam tahun-tahun sebelumnya, harga batas tertinggi beras untuk tahun 1979/80 juga disesuaikan dengan perkembangan harga dasar yang telah ditetapkan. Penyaluran beras ke pasaran umum dalam rangka usaha menghindarkan kenaikan harga beras sarnpai melewati

33

Page 39:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

harga batas tertinggi, yang dalam tahun 1978/79 berjumlah 1.043 ribu ton, dalam tahun 1979/80 meningkat menjadi 2.050 ribu ton.

Sedangkan jumlah beras yang telah disalurkan untuk golongan pegawai negeri dan anggota Angkatan Bersenjata yang dalam tahun 1978/79 berjumlah 627 ribu ton, dalam tahun 1979/80 berjumlah 657 ribu ton.

Sarana penyangga beras yang dikuasai Pemerintah pada akhir tahun 1979/80 berjumlah 669 ribu ton sedangkan pada akhir tahun 1978/79 berjumlah 809 ribu ton. Pelaksanaan kebijaksanaan sarana penyangga Pemerintah dan perkembangan sarana penyangga pangan pada umumnya ditunjang oleh peningkatan kegiatan pembangunan gudang pangan. Sampai dengan tahun 1978/79 telah terselesaikan pem-bangunan gudang pangan sebanyak 323 unit dengan kapasitas 1.130,5 ribu ton. Dalam tahun 1979/80 diprioritaskan pembangunan gudang-gudang di tempat-tempat yang jauh dari sentra-sentra produksi pangan; jumlah yang telah terselesaikan pembangunannya adalah 12 unit masing-masing dengan kapasitas 1.000 ton.

Perkembangan jumlah gandum yang disalurkan, yang menunjuk- kan perkembangan jumlah gandum yang dikonsumsi, dalam tahun- tahun 1978/79 dan 1979/80 masing-masing meliputi 1.164 ribu ton dan 1.289 ribu ton.

Sasaran program perbaikan gizi yang dilaksanakan adalah golong- an anak-anak berumur 0 — 6 tahun, wanita hamil, wanita menyusui dan penduduk di daerah rawan pangan serta golongan pekerja, terutama yang berpenghasilan rendah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam tahun 1979/80 dalam rangka program tersebut meliputi penyuluhan secara teratur tentang penganekaragaman pola konsumsi pangan, Fortifikasi Bahan Pangan, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan usaha-usaha khusus yang lain. Penyuluhan secara teratur tentang penganekaragaman pola konsumsi pangan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan (a) meningkatkan kegiatan intensifikasi, penganeka-ragaman dan perluasan kegiatan pertanian dengan mengutamakan in-tensifikasi pertanaman palawija di tanah kering dan penganekaragaman pertanaman yang antara lain dilakukan . dengan pergiliran tanaman tumpang sari kacang-kacangan dan sayur-sayuran; (b) membantu dan

34

Page 40:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

mendorong pemasaran serta pengolahan bahan-bahan pangan non beras; dan (c) mendorong penduduk yang memiliki pekarangan agar memanfaatkan pekarangannya untuk menghasilkan pangan yang ber-nilai gizi tinggi serta mendorong ibu-ibu rumah tangga agar meman -faatkan hasil tanaman pekarangan untuk kepentingan keluarga mereka.

Dalam rangka fortifikasi bahan pangan telah dilaksanakan yodisasi garam untuk mencegah dan menanggulangi penyakit gondok endemik.

Dalam rangka menurunkan jumlah penderita Kekurangan Kalori Protein (KKP), dalam tahun 1979/80 wilayah program Usaha Per- baikan Gizi Keluarga (UPGK) telah diperluas dan ditingkatkan dari 228 desa dalam tahun 1978/79 menjadi 4.092 desa di 26 propinsi, dan dinikmati oleh 900.800 anak Balita dibanding dengan 13.534 anak dalam tahun 1978/79.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah di sektor industri sebagaimana yang digariskan dalam Repelita III diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut : Pertama, pengembangan industri kecil dan sedang yang sifat- nya padat karya. Kedua, produksi barang-barang yang diperlukan oleh rakyat banyak sesuai dengan pola hidup sederhana. Ketiga, produksi barang-barang untuk kebutuhan dalam negeri dan barang-barang yang dapat diekspor. Keempat, pengembangan industri alat-alat pertanian, pupuk/insektisida dan industri pengolahan yang menggunakan bahan baku pertanian dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan sektor pertanian. Dan, kelima, peningkatan kegiatan penelitian, pengembangan dan keteknikan, dalam usaha mempertinggi daya saing barang-barang hasil industri baik di pasaran dalam negeri maupun di pasaran luar negeri.

Dalam memasuki awal tahun pertama Repelita III (tahun 1979/ 80), hampir seluruh sektor industri masih berada dalam usaha penye -suaian produksi dan pemasaran sebagai akibat Kebijaksanaan 15 Nopember 1978. Namun berkat landasan yang mantap yang telah diciptakan selama Repelita II, dan pemanfaatan langkah-langkah tindak lanjut Pemerintah di bidang impor, perpajakan dan harga maka sektor industri berangsur-angsur dapat memperoleh posisi yang lebih kuat dalam. menghadapi baik pasaran di dalam maupun pasaran di luar negeri. Hal ini tercermin dari peningkatan berbagai cabang industri

35

Page 41:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

balk ditinjau dari segi produksi maupun penyediaan barang-barang untuk kebutuhan dalam negeri dan untuk ekspor.

industri pangan mengalami peningkatan produksi yang cukup berarti. Produksi minyak kelapa menunjukkan kenaikan sebesar 41,7%, produksi minyak goreng meningkat dengan 24,6%, sedang produksi margarin, susu dan hasil-hasil industri lainnya juga meningkat dengan pesat.

Industri sanding dalam tahun 1979/80 menunjukkan perkembang- an yang mantap. Produksi tekstil dan benang tenun masing-masing mengalami kenaikan sebesar 7,9% dan 13,5% atau meningkat dari masing-masing 1.576 juta meter dan 837,3 juta bal dalam tahun 1978/ 79 menjadi 1.700 juta meter dan 950,0 juta bal dalam tahun 1979/80. Begitu pula dengan industri pakaian jadi yang mulai berkembang dengan cepat sehingga mengalami kenaikan dalam produksi dari 14,4 juta lusin dalam tahun 1978/79 menjadi 16,0 juta lusin dalam tahun 1979/80. Sebagian besar dari produksi tersebut diekspor ke luar negeri.

Searah dengan meningkatnya daya listrik terpasang, produksi sarana untuk sektor tenaga listrik juga mengalami kenaikan. Misalnya pro- duksi kabel listrik dalam tahun 1979/80 mencapai jumlah 17,4 juta ton dibandingkan dengan 15,7 juta ton dalam tahun 1978/79. Demikian pula terjadi kenaikan produksi alat-alat, mesin-mesin dan barang- barang yang mempergunakan tenaga listrik sebagai penggerak seperti alat pendingin hawa (air conditioner), lemari es, pompa, radio dan televisi.

Untuk beberapa sektor industri logam dasar, pertumbuhan produksi dalam tahun 1979/80 berlangsung dengan mantap. Produksi baja dan besi beton meningkat dengan cukup menonjol yaitu sebesar masing- masing 53,0% dan 66,7% yaitu dari 80,0 ribu ton dan 300,0 ribu ton dalam tahun 1978/79 menjadi 122,4 ribu ton dan 500,0 ribu ton dalam tahun 1979/80. Demikian pula terjadi peningkatan produksi plat seng dari 185,0 ribu ton dalam tahun 1978/79 menjadi 250,0 ribu ton dalam tahun 1979/80. Sebaliknya industri kendaraan bermotor, baik kenda- raan untuk pengangkutan penumpang maupun kendaraan untuk pengangkutan barang mengalami kemunduran dalam produksi akibat

36

Page 42:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

lemahnya daya bell masyarakat dalam pertengahan pertama tahun 1979/80.

Pada umumnya produksi industri kimia menunjukkan kenaikan dalam tahun 1979/80 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi semen naik dari 3.629,0 ribu ton dalam tahun 1978/79 men- jadi 4.705,1 ribu ton dalam tahun 1979/80 yang berarti suatu pening- katan sebesar 29,7%. Produksi pupuk urea meningkat dengan 27,1% yaitu dari 1.437,2 ribu ton dalam tahun 1978/79 menjadi 1.827,0 ribu ton dalam tahun 1979/80. Dengan meningkatnya berbagai kegiatan di sektor pertanian maka penggunaan obat pembasmi hama juga mengalami kenaikan sehingga produksi pestisida meningkat dari 9.128 ton menjadi 20.812 ton atau suatu kenaikan sebesar 128,0%. Peningkatan produksi berbagai produk hasil industri kimia disertai pula dengan kenaikan dalam ekspor produk-produk tersebut. Dalam tahun 1979/80 ekspor hasil-hasil industri kimia meliputi semen, pupuk, ban, kaca lembaran, amoniak, kalsium nitrat, kertas dan methanol dengan jumlah nilai US $ 84,255 juta atau suatu kenaikan sebesar 140,6% dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 1978/79 sebesar US $ 35,015 juta. Di bidang industri cellulosa, produksi kertas tulis dan kertas cetak melonjak dari 155,2 ribu ton dalam tahun 1978/79 menjadi 214,2 ribu ton dalam tahun 1979/80, sehingga me-lampaui kebutuhan dalam negeri. Kelebihan produksi tersebut telah diekspor ke negara-negara tetangga seperti Malaysia. Sebaliknya kebutuhan akan kertas bungkus, kertas koran dan juga bahan baku pulp seluruhnya masih perlu diimpor. Oleh karena itu maka dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan bahan-bahan tersebut, Pemerintah sedang merintis kelayakan pembangunan proyek pulp terpadu di Sesayap (Kalimantan Timur) serta proyek kertas koran dan kertas bungkus di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Dalam rangka mengembangkan dan memperbesar potensi industri kecil telah diselenggarakan pula berbagai usaha. Dalam hubungan ini sampai dengan tahun 1979/80 Pemerintah telah memberikan bantuan fisik maupun non fisik pada 500 sentra industri kecil. Selanjutnya dalam tahun 1979/80 ditempuh kebijaksanaan baru dengan memberi - kan bantuan serta pelayanan secara komprehensif melalui duabelas

37

Page 43:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

buah Mini Industrial Estates yang kini sedang dibangun di tujuh propinsi. Dalam rangka meningkatkan kemampuan berusaha, sampai dengan tahun 1979/80 telah diberikan bantuan pendidikan dan latihan ketrampilan kepada sekitar 5.000 tenaga untuk berbagai jenis ketrampilan bagi berbagai jenis industri kecil. Selanjutnya juga telah didirikan pusat-pusat promosi dan pemasaran bagi hasil-hasil industri kecil di Jakarta, Yogyakarta dan Jawa Tengah. Berbagai langkah yang telah ditempuh oleh Pemerintah kearah penyempurnaan pertumbuhan industri kecil telah memberikan hasil yang menggembira- -kan sehingga baik jumlah, jenis maupun nilai hasil-hasil industri kecil yang diekspor menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Dalam tahun 1979 nilai ekspor tersebut mencapai jumlah US $ 106,7 juta dibandingkan dengan US $ 65,2 juta dalam tahun 1978, hal mana berarti suatu kenaikan sebesar 63,7%.

Sasaran utama sektor pertambangan dan energi seperti yang ditetapkan dalam Repelita III adalah untuk meningkatkan pengembang- an dan pengelolaan sumber-sumber mineral dan energi. Untuk mencapai sasaran tersebut maka dalam tahun 1979/80 terus diusahakan kelangsungan dan peningkatan produksi bahan tambang yang telah mempunyai pasaran internasional serta pengembangan usaha-usaha diversifikasi dan pengolahan hasil-hasil tambang. Selanjutnya, Peme-rintah juga memberikan prioritas utama pada peningkatan sektor minyak dan gas bumi baik sebagai dasar dari industri dalam negeri maupun sebagai sumber devisa dan sumber daya energi bagi kelangsungan pembangunan.

Kebutuhan energi di masa mendatang akan terus meningkat akibat laju pembangunan dan

38

Page 44:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

pertumbuhan penduduk yang pesat sehingga perlu diadakan pengaturan pengembangan dan pemanfaatan berbagai sumber daya energi secara rasional dan efektif demi tercapainya suatu pola pemanfaatan yang seimbang. Dengan demikian maka sasaran pokok dari kebijaksanaan energi selama Repelita III adalah untuk secara berangsur-angsur beralih dad perekonomian mono-energi ke perekonomian poll energi, serta mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Dalam rangka usaha diversifikasi pem-bangkitan energi, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya

Page 45:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

energi lain tersebut, selama tahun 1979/80 terus ditempuh langkah langkah untuk mengadakan penelitian dan pengembangan sumber energi non-konvensional seperti batu bara dan panas bumi, serta pengembangan kemampuan dan tenaga kerja.

Di sektor minyak dan gas bumi kegiatan eksplorasi dalam tahun 1979/80 terus ditingkatkan. Di samping itu juga dilakukan perluasan sarana pertambangan dan pengolahan serta pembukaan tambang batu seperti perluasan kilang minyak dan proyek gas alam cair serta penambahan dan pembangunan depot barn untuk bahan bakar minyak.

Di sektor pertambangan di luar minyak dilakukan kegiatan- kegiatan pembangunan kapal keruk timah serta perluasan peleburan timah, studi kelayakan aluminium serta pengembangan tambang batu- bara Bukit Asam, Tan jung Enim, Sumatera Selatan, serta pembukaan tambang nikel di pulau Gebe.

Kegiatan inventarisasi dan penyelidikan mineral yang meliputi kegiatan-kegiatan pemetaan geologi, penyelidikan geologi dan penye-lidikan eksplorasi guna menentukan daerah-daerah mineralisasi serta mencari cadangan mineral baru dalam tahun 1979/80 masih terus ditingkatkan. Begitu pula dilanjutkan penelitian terapan dan pe-ngembangan teknologi mineral guna menemui cara-cara pemanfaatan, pengelolaan dan penggalian mineral untuk mendorong usaha per-tambangan.

Produksi minyak bumi dalam tahun pertama Repelita III ber- jumlah 577,2 juta barrel yang berarti 12,0 juta barrel lebih rendah dari tahun 1978/79. Namun demikian secara keseluruhan baik nilai ekspor minyak bumi dan hasil-hasil kilang maupun gas alam cair meningkat dengan pesat akibat kenaikan harga minyak bumi di pasaran internasional. Produksi gas bumi telah melampaui sasaran tahun pertama Repelita III dengan mencapai jumlah produksi sebesar 1.028,8 milyar kaki kubik dibandingkan dengan produksi tahun 1978/ 79 sebesar 868,2 milyar kaki kubik atau kenaikan sebesar 18,5%.

Produksi biji timah dan logam timah dalam tahun 1979/80 masing-masing berjumlah 30,2 ribu ton dan 28,4 ribu ton dibanding-

39

Page 46:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

kan dengan 27,4 ribu ton dan 24,3 ribu ton dalam tahun 1978/79, hal many berarti suatu kenaikan sebesar 10,2% untuk biji timah dan 16,9% untuk logam timah.

Begitu pula produksi hasil tambang seperti biji nikel, bauksit, tembaga, batubara dan batu granit mengalami kenaikan dalam tahun 1979/80. Di lain pihak terdapat penurunan produksi dalam hal emas, perak dan pasir besi.

Untuk merintis pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber energi non-konvensional, berbagai lembaga penelitian juga telah mulai melakukan penerapan teknologi energi meskipun baru bersifat kecil-kecilan. Tenaga surya telah digunakan untuk penyediaan air panas, tenaga listrik dan lain-lain, sedang tenaga angin dimanfaatkan untuk memompa air. Demikian pula diperkenalkan cara-cara yang lebih berhasil-guna dalam memanfaatkan biomas sebagai sumber energi. Selain itu, telah dimulai penanganan sumber energi untuk daerah pedesaan dengan mengembangkan hutan energi yang diharap- kan dalam waktu dekat membawa pengaruh yang positif.

Pembangunan kelistrikan dalam tahun 1979/80 dilakukan me- lalui kegiatan rehabilitasi pembangkit tenaga listrik yang ada, pem-bangunan pembangkit tenaga listrik baru untuk menambah daya ter -pasang serta memperbaiki keseimbangan daya terpasang dengan jaringan listrik dengan memperluas balk jaringan transmisi maupun jaringan distribusi. Dalam tahun 1979/80 telah dapat diselesaikan pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik sebesar 434,574 MW, penambahan jaringan transmisi sepanjang 303,276 kms, pembangunan gardu induk sebanyak 3 buah dengan kapasitas 517 MVA, penambah- an jaringan distribusi tegangan menengah dan rendah masing-masing sepanjang 1.957,256 kms dan 1.396,146 kms beserta gardu distribusi sebanyak 1.640 buah, dan pelaksanaan perubahan tegangan rendah untuk sebanyak 18.254 konsumen.

Khususnya dalam rangka pemerataan dan penyebarluasan hasil- hasil pembangunan keseluruh pelosok Indonesia serta usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan merangsang kegiatan ekonomi di pedesaan, pembangunan listrik pedesaan dalam

40

Page 47:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

tahun 1979/80 juga semakin ditingkatkan. Usaha-usaha pembangun- an ini mencakup 329 desa dan meliputi pembangunan jaringan tegang- an menengah sepanjang 355,019 kms, jaringan tegangan rendah se-panjang 331,441 kms, serta pembangunan gardu distribusi sebanyak 262 buah dengan sambungan rumah untuk 14.188 konsumen.

Secara keseluruhan, dalam tahun 1979/80 penyediaan tenaga listrik dan pelayanan dalam bidang kelistrikan bagi masyarakat telah dapat ditingkatkan. Penyediaan tenaga listrik meningkat dari 5.722.815 KWPI dalam tahun 1978/79 menjadi 6.983.515 KWH dalam tahun 1979/80 atau suatu kenaikan sebesar 22,0%. Penjualan tenaga listrik meningkat dengan 23,3% yaitu dari 4.289.000 MWH menjadi 5.288.539 MWH, sedang kenaikan dalam daya tersambung meningkat dengan 24,5% yaitu dari 2.459.052 KVA menjadi 3.060.847 KVA.

Perkembangan sektor perhubungan dan pariwisata selama tahun pertama Repelita III (1979/80) cukup menggembirakan. Di bidang jalan telah dilaksanakan pemeliharaan jalan sepanjang 1.500 km ter-masuk jembatan, penunjangan jalan sepanjang 30.000 km termasuk jembatan, peningkatan jalan sepanjang 1.370 km serta 3.518 m jembat - an dan pembangunan jalan baru sepanjang 222 km serta 935 m jem-batan.

Dalam pelaksanaan kegiatan di bidang jalan ini telah ditingkat- kan pemakaian aspal batu Buton (Butas) serta penggunaan beton pratekan untuk pembuatan jembatan. Hal ini sehubungan dengan usaha pemanfaatan dan pengembangan potensi mineral dalam negeri.

Hasil yang dicapai dalam pembinaan jaringan jalan dan jembatan tersebut dapat terlihat dengan semakin panjang dan meluasnya jaring- an jalan yang bertambah baik. Dalam tahun 1978/79 keadaan jaringan jalan negara dan propinsi adalah 35,4% dalam keadaan baik, 45,2% dalam keadaan sedang dan sisanya 19,4% dalam keadaan rusak. Hasil yang dicapai dalam tahun 1979/80 menunjukkan peningkatan yaitu jaringan jalan negara dan propinsi 39,9% dalam keadaan baik 50,7% dalam keadaan sedang dan sisanya 9,4% dalam keadaan rusak.

Meningkatnya keadaan jalan juga telah meningkatkan armada angkutan jalan raya dengan sangat pesat. Dalam tahun 1978 jumlah bis adalah 57.835 buah, mobil barang/truk sebanyak 328.022 buah,

41

Page 48:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

mobil penumpang sebanyak 531.206 buah dan 1.939.974 buah sepeda motor. Dalam tahun 1979 jenis armada angkutan tersebut meningkat menjadi 121.082 buah bis, 632.991 buah mobil barang/truk, 1.013.744 buah mobil penumpang dan 3.735.749 buah sepeda motor. Jadi di-banding dengan tahun 1978 maka dalam tahun 1979 terdapat kenaikan sebesar 109,4%, 93,0%, 90,8% dan 92,6% masing-masing untuk bis, mobil barang/truk, mobil penumpang dan sepeda motor.

Dalam menghadapi pertambahan armada angkutan jalan tersebut telah ditingkatkan pula fasilitas yang menjamin kelancaran lalulintas, ketertiban dan keamanan jalan, antara lain seperti rambu jalan, alat pengujian kendaraan, jembatan timbang dan lampu pengatur lalulintas.

Program peningkatan angkutan kereta api dalam tahun 1979/80 diutamakan pada peningkatan prasarana, sarana serta penambahan peralatan operasional guna meningkatkan kapasitas dan mutu pela- yanan. Dalam hubungan ini sampai dengan tahun 1979/80 telah sele - sai dilaksanakan rehabilitasi jalan kereta api sepanjang 5.596,8 km, perbaikan jembatan baton sebanyak 456 buah, perbaikan jembatan baja 2.438 m3, penambahan-penambahan lok diesel 91 buah, gerbong barang 780 buah, kereta rel listrik 40 buah, kereta rel diesel 52 buah, kereta penumpang 140 buah serta telah dilaksanakan pula rehabilitasi peralatan.

Dalam tahun 1979/80 fasilitas di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan antara lain seperti dermaga, peralatan keselamatan pelayaran dan kapal telah ditingkatkan. Kemudian telah dapat disele -saikan rancangan perundang-undangan angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Khususnya mengenai angkutan penyeberangan, dalam tahun 1979/80 terdapat kenaikan sebesar 48,6% untuk angkutan penumpang, 32,6% untuk angkutan barang dan 32,9% untuk kendara- an dibandingkan tahun 1978/79.

Di bidang perhubungan laut, sampai dengan tahun 1979/80 kegiat- an pelayaran nusantara dilayani oleh 335 unit kapal dengan kapasitas 341.157 DWT. Bila dibanding dengan kapasitas kapal tahun 1978/79 terdapat kenaikan sekitar 10%. Dari 35 unit kapal, 13 kapal merupa- kan penambahan terhadap armada kapal yang beroperasi, sedang sisa - nya merupakan penggantian kapal-kapal yang sudah tua.

42

Page 49:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Selama tahun 1979/80 pelayaran perintis juga ditingkatkan yaitu dari 174 pelabuhan menjadi 202 pelabuhan dengan mengangkut penum-pang sebanyak 104.531 orang dan 50.139 ton barang yang berarti kenaikan penumpang sebesar 26,3% dan barang 32,6% bila dibanding dengan tahun 1978/79.

Angkutan udara berkembang dengan cepat. Untuk menghadapi pertumbuhan tersebut kondisi pelabuhan telah pula ditingkatkan. Pada akhir tahun 1979/80, 34 pelabuhan udara telah dapat dihubungkan dengan pesawat udara bermesin jet jenis F-28 di antaranya 7 pelabuhan udara dapat digunakan untuk operasi DC-9 dan 5 pelabuhan udara dapat didarati pesawat jumbo jet DC-10/B. 747. Di samping itu armada angkutan udara telah meningkat dari 119 pesawat menjadi 160 pesawat.

Pelayanan pos dan giro selama tahun 1979/80 telah berhasil di -tingkatkan sehingga waktu tempuh kiriman pos dapat dipercepat. Untuk ini telah dapat diselesaikan pembangunan kantor pos dan pe -nambahan kendaraan bermotor.

Bidang telekomunikasi juga telah berkembang dengan memuas- kan. Dengan selesainya satelit domestik Palapa, seluruh ibu kota pro- pinsi dan kota-kota penting lainnya dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Dalam hubungan ini selama tahun 1979/80 telah dibangun sentral-sentral telepon otomat, sehingga kapasitasnya meningkat dari 423.600 sambungan di tahun 1978 menjadi 460.100 sambungan dalam tahun 1979.

Perkembangan bidang kepariwisataan selama tahun 1979 juga menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan. Arus wisa- tawan asing dalam tahun 1978 berjumlah 468.614 orang, sedang dalam tahun 1979 jumlahnya telah mencapai 501.430 orang. Di samping itu penyediaan fasilitas pengangkutan dan akomodasi telah pula meningkat di mana pada akhir tahun 1979/80 jumlah hotel telah mencapai 223 buah.

Di bidang koperasi, hasil pembinaan sampai dengan tahun 1979/80 tercermin dalam perkembangan kegiatan koperasi di berbagai bidang yang bersangkutan.

43

Page 50:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Dalam rangka usaha menjamin harga yang wajar bagi para petani dan pengadaan pangan untuk sarana penyangga Pemerintah, dalam tahun 1978/79 terdapat sebanyak 2.554 buah KUD yang ikut serta dan sebagai keseluruhan berhasil mengumpulkan beras sampai mencapai 277,4 ribu ton, atau 31% dari seluruh pengadaan nasional. Dalam tahun 1979/80 yang ikut meningkat menjadi 2.925 buah KUD dan beras yang berhasil dikumpulkan mencapai 235,5 ribu ton, atau 54% dari seluruh pengadaan nasional.

Dalam rangka usaha menjamin harga yang wajar bagi petani - petani yang menghasilkan palawija, telah banyak pula KUD-KUD yang memegang peranan aktip selama tahun 1979/80.

Di bidang perkopraan, jumlah koperasi yang melaksanakan kegiatan pemasaran kopra dalam tahun 1978 ada 208 buah dan sebagai keseluruhan melaksanakan pembelian kopra sebanyak 134,7 ribu ton dan penjualan sebanyak 127,3 ribu ton. Dalam tahun 1979 jumlah koperasi yang ikut serta dalam kegiatan tersebut tetap sama dengan tahun sebelumnya, tetapi sebagai keseluruhan berhasil melaksanakan pembelian sebanyak 210,6 ribu ton, dan penjualannya mencapai 199,6 ribu ton.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan harga dasar cengkeh, sejak tahun 1977 banyak KUD yang turut serta melaksanakan pem- belian dari para petani dan kemudian juga melaksanakan penjualan- nya. Sampai menjelang akhir tahun 1979/80 oleh KUD-KUD tersebut telah dilakukan pembelian sebanyak 19.281 ton cengkeh kering dengan nilai Rp. 78.658,9 juta, sedangkan penjualannya berjumlah 18.665 ton dengan nilai Rp. 81.343,5 juta.

Untuk meningkatkan kemampuan berproduksi para nelayan anggota koperasi, dalam tahun 1979 KUD-KUD di bidang perikanan di daerah-daerah Nusa Tenggara Barat, Maluku, Bali, Bangka Beli- tung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta telah diberi bantuan kapal ex trawl, seluruhnya sebanyak 77 buah. Dalam tahun itu 8 buah koperasi di Maluku mendapat bantuan kredit dalam wujud Kapal Cakalang sebanyak 10 buah.

Koperasi yang berusaha di bidang perikanan rakyat dalam tahun 1978 berjumlah 347 buah dan nilai usahanya dalam tahun itu menca-

44

Page 51:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

pai Rp. 2.648,9 juta. Dalam tahun 1979 jumlahnya meningkat menjadi 364 buah dengan nilai usaha sebesar Rp. 2.907,3 juta.

Koperasi yang bergerak di bidang peternakan dalam tahun 1978 berjumlah 113 buah dengan nilai usaha sebesar Rp. 477,4 juta. Dalam tahun 1979 jumlah koperasinya meningkat menjadi 124 buah dan nilai usahanya mencapai Rp. 525,1 juta.

Koperasi yang berusaha di bidang kerajinan rakyat dalam tahun 1978 berjumlah 318 buah dan besarnya nilai usaha yang dilakukan mencapai Rp. 22.498,3 juta. Dalam tahun 1979 jumlah koperasinya meningkat menjadi 334 buah dan nilai usahanya menjadi Rp. 22.748,2 juta.

Pelaksanaan perkreditan candak kulak hingga akhir tahun 1979/ 80 sangat menggembirakan karena semakin banyak pedagang kecil/ bakul yang menikmati perkreditan ini. Nasabah yang pada akhir tahun 1978/79 berjumlah 3,1 juta orang, pada akhir tahun 1979/80 telah meningkat menjadi 5,2 juta orang, dan jumlah pinjaman yang pada akhir tahun 1978/79 baru mencapai Rp. 18;6 milyar, pada akhir tahun 1979/80 telah meningkat menjadi Rp. 35,9 milyar.

Hasil kegiatan pemupukan modal koperasi cukup memberikan harapan. Simpanan anggota yang dalam tahun 1978 berjumlah Rp. 20.074,2 juta, dalam tahun 1979 meningkat menjadi Rp. 22.081,6 juta. Dan modal usaha koperasi yang dalam tahun 1978 baru ber- jumlah Rp. 92,9 milyar, dalam tahun 1979 telah meningkat menjadi Rp. 102,2 milyar.

Dengan meningkatnya permodalan, nilai usaha koperasi juga meningkat. Nilai usaha koperasi yang dalam tahun 1978 berjumlah Rp. 162,8 milyar, dalam tahun 1979 telah meningkat menjadi Rp. 179,1 milyar.

Pembinaan kelembagaan koperasi antara lain tampak dalam perkembangan koperasi dan keanggotaannya. Jumlah koperasi, ter- masuk Koperasi Unit Desa, dalam tahun 1978 mencapai 17.074 buah dan dalam tahun 1979 naik menjadi 17.625 buah. Dalam tahun 1978 telah ada 4.444 buah KUD, di antaranya 3.332 buah telah berbadan hukum koperasi. Tetapi dalam tahun 1979 jumlah KUD meningkat menjadi 4.532 buah, di antaranya 3.510 buah telah berbadan hukum

45

Page 52:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

koperasi. Di antara KUD-KUD yang telah berbadan hukum koperasi tersebut terdapat 900 KUD model. Jumlah anggota koperasi dalam tahun 1978 adalah 7.610 ribu orang. Jumlah tersebut dalam tahun 1979 meningkat menjadi 7.615 ribu orang.

Dalam rangka pengembangan kelembagaan koperasi telah dilak-sanakan pula kursus-kursus dan latihan-latihan ketrampilan dimana jumlah tenaga dari gerakan koperasi yang berkesempatan untuk me-ngikuti kursus-kursus dan latihan-latihan ketrampilan tersebut dalam tahun 1979/80 mencapai jumlah 17.016 orang. Dibanding dengan 12.643 orang dalam tahun 1978/79.

Untuk mengusahakan agar persediaan bahan-bahan produksi dan barang-barang konsumsi selalu dapat mengimbangi permintaan pada tingkat harga yang wajar maka di bidang perdagangan dalam negeri dalam tahun 1979/80 antara lain dilaksanakan kebijaksanaan penye-lenggaraan sarana penyangga atau stock nasional. Karena makin berkembangnya produksi bahan-bahan dan barang-barang tersebut di dalam negeri serta pemasarannya yang makin lancar dibanding dengan tahun sebelumnya, penyelenggaraan sarana penyangga ini sudah semakin berkurang, kecuali berkenaan dengan bahan-bahan yang sangat penting, seperti beras.

Dalam rangka memperlancar kegiatan-kegiatan perdagangan, dalam tahun 1979 dilanjutkan penyederhanaan sistem perizinan yang telah dimulai dalam tahun 1978.

Sejak tahun 1975 juga diselenggarakan kegiatan pusat-pusat pa-meran dagang di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya. Langkah ini merupakan salah satu usaha dalam rangka perluasan pasaran barang-barang industri dalam negeri. Penyelenggaraan pusat-pusat pameran dagang tersebut dalam tahun 1979/80 sangat meningkat. Perusahaan yang ikut serta dalam tahun 1978/79 barn berjumlah 350 buah, sedang dalam tahun 1979/80 jumlahnya meningkat menjadi 990 buah.

Dalam rangka usaha menjamin tersedianya pupuk dan pestisida di wilayah unit desa, sejak bulan Maret 1980 ditetapkan pola baru pengadaan pupuk dan pestisida untuk keperluan Bimas dan non Bi- mas. Dalam tahun 1979/80 pengadaan pupuk untuk para petani

46

Page 53:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

meningkat dibanding tahun sebelumnya. Jumlah penyaluran pupuk urea dan TSP/DAP masing-masing dalam MT 1978 meliputi 407.676 ton dan 116.892 ton; dalam MT 1978/79 612.224 ton dan 151.194 ton. Sedang dalam MT 1979 jumiah tersebut masing-masing menca- pai 484.275 ton dan 123.250 ton dan dalam MT 1979/80 meningkat lagi menjadi 962.728 ton dan 250.520 ton.

Dalam rangka memperluas kesempatan berusaha bagi para peng-usaha nasional, pada akhir tahun 1977 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan. Di dalam pelaksanaannya pada akhir tahun 1978/79 masih ada sebanyak 847 perusahaan dagang asing domestik yang harus mengubah kedudukannya menjadi perusahaan dagang nasional tetapi pada akhir tahun 1979/80 jumlah tersebut turun men- jadi 452 perusahaan.

Pada umumnya kelemahan para pedagang golongan ekonomi lemah meliputi masalah-masalah ketrampilan usaha, permodalan, jiwa kewiraswastaan, tempat usaha dan manajemen usaha. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, usaha Pemerintah untuk meningkatkan peran- an mereka meliputi antara lain penyediaan fasilitas perkreditan seper- ti K1K, KMKP dan lain-lain, bantuan kepada Pemerintah Daerah untuk pemugaran dan pembangunan pasar dan penyelenggaraan penataran serta kesempatan berkonsultasi. Sampai dengan tahun 1979/80 jumlah pasar yang dibangun dan dipugar dengan bantuan tersebut di atas telah dilaksanakan di 26 propinsi dan seluruhnya ber -jumlah 685 pasar. Di samping itu dalam tahun 1979/80 penyelengga- raan penataran dan kesempatan berkonsultasi bagi pedagang-pedagang golongan ekonomi lemah ditingkatkan. Dalam tahun tersebut jumlah pedagang yang ditatar dan mendapat kesempatan berkonsultasi ma- sing-masing sebanyak 1.621 orang dan 1.333 orang yang berasal dari 21 propinsi. Dalam tahun 1979/80 jumlah tersebut meningkat menjadi masing-masing 2.056 orang dan 1.775 orang dan berasal dari 25 propinsi.

Di bidang ketenaga kerjaan terdapat lima masalah pokok. Per- lama, pesatnya pertumbuhan penduduk dan terbatasnya kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja menimbulkan kelebih -

47

Page 54:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

an tenaga kerja secara umum. Kedua, lebih dari 50% angkatan kerja berusia muda yang pada umumnya kurang berpengalaman dan kurang ketrampilan. Ketiga, penyebaran tenaga kerja yang tidak merata di antara kepulauan Indonesia tidak sesuai dengan sumber alam yang tersedia. Keempat, tenaga kerja yang tersedia baik secara jumlah maupun mutu dan jenis keahlian belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Kelima, pasar kerja belum ber- fungsi sepenuhnya untuk menyalurkan tenaga kerja secara berdaya guna dan berhasil guna.

Kelima masalah tersebut menimbulkan berbagai ketidakseim- bangan antara tenaga kerja, kesempatan kerja dan produksi. Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara, maka dalam Repelita III untuk memecahkan masalah ketenagakerjaan ditempuh kebijaksana- an dan langkah-langkah yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Sasaran yang ingin dicapai adalah perluasan kesempatan kerja yang produktif dan remuneratif dan sekaligus meningkatkan pemerataan pendapatan dan pemerataan kegiatan pembangunan. Untuk itu telah dirumuskan empat bentuk kebijaksanaan. Pertama, kebijaksanaan yang bersifat umum di bidang ekonomi dan social yang meliputi aspek-aspek fiskal, moneter, investasi dan kependudukan, khususnya program keluarga berencana. Kedua, pembangunan di berbagai sektor yang selalu diarahkan untuk dapat memperluas kesempatan kerja produktif sebanyak mungkin. Ketiga, kebijaksanaan daerah yang di -arahkan untuk dapat menyebarkan tenaga kerja dari daerah padat penduduk dan kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja. Keempat, kebijaksanaan khusus untuk memecahkan masalah lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung dalam kurun waktu yang relatif pendek. Kebijaksanaan khusus tersebut mencakup Program Pembangunan Desa, Program Penggunaan dan Penyebaran Tenaga Kerja, Program Latihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja dan Program Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja.

Hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kebijaksanaan khu- sus tersebut dalam tahun pertama Repelita III (1979/80) adalah :a. Program Pembangunan Desa. Program ini mencakup kegiatan -

kegiatan Proyek Padat Karya Gaya Baru, Proyek Bantuan Pemba-

48

Page 55:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

ngunan Daerah Tingkat 1I, dan Proyek Reboisasi dan Penghijauan. Dalam tahun 1979/80 kegiatan-kegiatan proyek tersebut terus me-ningkat. Proyek Padat Karya Gaya Baru dilaksanakan di 535 ke -camatan miskin, padat penduduk dan rawan terhadap bencana alam. Jumlah tenaga kerja yang dikerjakan secara produktif sebanyak 230.927 orang per hari dalam tahun 1979/80. Hasil fisik yang dicapai juga meningkat. Saluran pengairan tersier yang diper-baiki/dibangun tercatat 8.074,9 km dan dapat mengairi sawah seluas 80.749 Ha. Melalui program Inpres Kabupaten/Kotamadya jumlah kesempatan kerja yang tercipta dalam 100 hari kerja adalah 563.969 orang. Demikian pula melalui reboisasi dan peng -hijauan dalam tahun 1979/80 telah tercipta kesempatan kerja 86.600,7 orang per 100 hari kerja.

b. Program Penggunaan dan Penyebaran Tenaga Kerja. Program ini mencakup beberapa kegiatan seperti Proyek Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela (TKS)-BUTSI, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Pemanfaatan Anggota ABRI, Informasi Tenaga Kerja dan Antar Kerja, dan Pembatasan Penggunaan Tenaga Asing. Dalam tahun 1979/80 telah ditugaskan 1.625 orang TKS-BUTSI dan 7.600 orang mahasiswa dalam rangka KKN. Sampai pada akhir Maret 1980 telah berhasil disalurkan dan diangkat menjadi pegawai negeri 4.376 eks TKS-BUTSI. Demikian pula dalam tahun 1979/ 80 telah ditetapkan pembatasan penggunaan tenaga kerja asing pendatang di sektor-sektor pekerjaan umum dan perhubungan.

c. Program Latihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja. Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai sektor, maka ke-giatan latihan dalam berbagai kejuruan ketrampilan juga meningkat. Tenaga kerja dan asisten instruktur yang dilatih dalam tahun 1979/80 masing-masing berjumlah 30.752 orang dan 140 orang. Dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan latihan juga telah dilaksanakan bimbingan terhadap 60 orang pengelola latihan/kursus swasta dan kontak latihan dengan perusahaan-perusahaan di 6 daerah.

d. Program Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja. Program ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan yang serasi antara

49

Page 56:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

buruh dan pengusaha, dan memberikan perlindungan terhadap buruh. Kegiatan-kegiatan dalam program mencakup peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja, perbaikan peraturan pengupah- an, memperbaiki dan meningkatkan jaminan sosial buruh, mem-perluas dan menyempurnakan perjanjian perburuhan yang berupa Perjanjian Kerja Bersama dan membina lembaga konsultasi kete- naga kerjaan. Dalam tahun 1979/80 telah ditingkatkan pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja melalui pengujian-pengujian di laboratorium keselamatan kerja. Sampai pada tahun 1979/80 telah ditetapkan upah minimum secara regional, sektoral regional, dan sub sektoral regional di 4 propinsi.

Secara kumulatif jumlah peserta ASTEK tercatat 4.864 perusa- haan peserta wajib dengan 1.004.636 orang tenaga kerja serta 1.894 perusahaan peserta sukarela yang mencakup 56.749 orang buruh. Sampai pada akhir Maret 1980 jumlah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tercatat 1.106 buah yang mencakup 2.377 buah perusahaan. Dalam tahun 1979/80 telah dididik 9.661 orang dari unsur buruh, pengusaha dan pejabat-pejabat pemerintah dalam bidang perburuhan. Selanjutnya, telah disusun yurisprodensi atas putusan-putusan P 4 dari tahun 1972 sampai pada tahun 1978.

Kebijaksanaan penyelenggaraan transmigrasi dalam Repelita III ditujukan untuk mengurangi kepadatan di daerah-daerah tertentu yang padat penduduknya serta memperluas landasan bagi kegiatan pembangunan sektor-sektor khususnya sektor pertanian. Dalam hu-bungan ini usaha pembangunan di bidang transmigrasi akan mem- bantu dan merangsang peningkatan pembangunan di daerah-daerah; menunjang usaha penyebaran dan pembinaan pemukiman yang serasi dengan sumber alam dan lingkungan hidup; menunjang usaha pening-katan produksi pangan, tanaman ekspor dan ternak; memperluas kesempatan kerja baik langsung maupun tidak langsung; memper- cepat proses pembauran bangsa; dan menyumbang bagi pertahanan dan keamanan nasional. Dengan demikian penyelenggaraan trans- migrasi langsung membantu terwujudnya Trilogi Pembangunan, ter-utama segi pemerataan pembangunan.

50

Page 57:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Sasaran usaha pembangunan bidang transmigrasi selama Repelita III adalah memindahkan serta menempatkan 500.000 KK transmigran dari pulau-pulau Jawa-Madura, Bali dan Lombok ke pemukiman baru di daerah-daerah yang tipis penduduknya dan langka tenaga kerja. Sasaran tahun pertama Repelita III yaitu tahun 1979/80 ada- lah sebanyak 50.000 KK.

Walaupun sasaran tahunan penyelenggaraan transmigrasi belum bisa tercapai, namun pelaksanaan transmigrasi dari tahun ke tahun. selalu meningkat. Dalam tahun 1979/80 telah berhasil dilaksanakan pemindahan dan penempatan sebanyak 22.469 KK transmigran sedang pada tahun 1978/79 sebanyak 14.421 KK. Dengan demikian terdapat kenaikan sekitar 55,8%. Kenaikan jumlah transmigran yang berhasil dipindahkan dalam tahun 1979/80 tersebut telah dimungkinkan oleh adanya peningkatan kemampuan persiapan di daerah penerima seperti pembukaan lahan, perkaplingan dan pembangunan rumah transmigran. Namun peningkatan kemampuan ini tidaklah sama di semua bidang. Luas tanah yang dibuka dalam tahun 1979/80 dapat menampung kebutuhan 50.000 KK transmigran sedang dalam tahun 1978/79 hanya 27.300 KK. Panjang jalan yang dibangun telah meningkat, dari 333 km dalam tahun 1978/79 menjadi 910 km dalam tahun 1979/80 atau suatu peningkatan sebesar 173,3%. Luas lahan pekarangan yang di- kapling dalam tahun 1979/80 dapat menampung untuk kebutuhan 41.404 KK sedang lahan usaha tercatat untuk kebutuhan sekitar 37.639 KK. Dibandingkan dengan tahun 1978/79 maka pelaksanaan perkaplingan dalam tahun 1979/80 telah meningkat menjadi hampir 21/2 kali. Pembangunan rumah transmigran meningkat dari 15.305 unit dalam tahun 1978/79 menjadi 23.826 unit

51

Page 58:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

dalam tahun 1979/80. Jumlah kepala keluarga yang berhasil ditempatkan di daerah penerima ter- -utama ditentukan oleh bidang persiapan dengan peningkatan kemampu- an terendah.

Jumlah keluarga transmigran yang dibina dalam tahun 1979/80 adalah 80.175 KK. Usaha pembinaan yang telah dilaksanakan juga telah memberikan hasil yang semakin meningkat, khususnya di sektor usaha pertanian. Produksi padi sawah meningkat dari 2,12 ton/ha dalam tahun 1978/79 menjadi 2,52 ton/ha dalam tahun 1979/80 atau

Page 59:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

suatu peningkatan produktivitas sebesar 18,9%. Produksi padi ladang hanya meningkat sedikit yaitu dari 1,00 ton/ha dalam tahun 1978/79 menjadi 1,05 ton/ha dalam tahun 1979/80. Tanaman singkong meng-alami penurunan produksi yaitu dari 7,80 ton/ha menjadi 4,53 ton/ ha. Hal ini adalah akibat pemasaran yang belum baik. Jumlah pohon tanaman keras bertambah dari 30 batang/ha dalam tahun 1978/79 menjadi 43 batang/ha dalam tahun 1979/80. Populasi ternak besar dalam tahun 1979/80 meningkat dari 210 ekor menjadi 288 ekor untuk setiap 1.000 KK transmigran; sebaliknya populasi ternak unggas relatif menurun yaitu 4.890 ekor menjadi 4.837 ekor untuk setiap 1.000 KK transmigran.

Sejalan dengan usaha pembinaan masyarakat transmigran, telah dilaksanakan pula kegiatan latihan dan pendidikan baik di daerah asal maupun di daerah penerima. Dalam tahun 1979/80 telah berhasil di- latih sebanyak 4.250 orang transmigran yang terdiri dari ketrampilan bidang pertanian sebanyak 2.900 orang dan ketrampilan non pertanian sebanyak 1.350 orang.

Perbaikan lingkungan perumahan kota atau perbaikan kampung selama tahun 1979/80 telah dilaksanakan untuk 13 kota di 8 propinsi, yang meliputi sekitar 70 kampung dengan areal 1.979,9 Ha, dan pen -duduk sekitar 500.580 orang.

Pengadaan perumahan rakyat melalui usaha Perum PERUMNAS selama tahun 1979/80 meningkat dengan 14.690 rumah yang terdiri dari 7.624 rumah sederhana dan 7.066 rumah inti. Usaha ini dapat membantu secara langsung penyediaan fasilitas perumahan beserta lingkungannya untuk 88.140 orang penduduk kota.

Bank Tabungan Negara yang berfungsi sebagai Bank Hipotik Perumahan, sejak Juni 1979 sampai Maret 1980 telah berhasil mem -persiapkan pemberian Kredit Pemilikan Rumah bagi 12.709 unit rumah, yang meliputi persetujuan pemberian kredit untuk 6.594 unit rumah dan pelaksanaan pemberian kredit untuk 6.115 unit rumah, tersebar di 38 kota. Sehubungan dengan pemberian fasilitas kredit pemilikan rumah yang dibangun PERUMNAS, maka sampai dengan akhir Maret 1980 telah ditambah lagi dengan 3.769 unit rumah di Jakarta dan Yogya- karta.

52

Page 60:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Selama tahun 1979/80 pemugaran perumahan desa terus ditingkat -kan di sekitar 500 desa yang tersebar di 24 propinsi di luar DKI Jaya, Irian Jaya dan Timor Timur. Usaha perbaikan, perluasan dan peng- adaan baru instalasi produksi air bersih selama tahun tersebut juga terus ditingkatkan dan bertambah lagi dengan 350 liter/detik, dan tersebar di 18 kota. Peningkatan pelayanan air bersih sesuai dengan azas pemerataan semakin ditingkatkan sehingga dalam tahun 1979/80 telah bertambah lagi dengan 25.862 buah sambungan rumah dan 1.478 buah hidran umum yang melayani sekitar 554.220 penduduk.

Pembangunan Daerah, Desa dan Kota yang telah dilaksanakan selama Repelita II, dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan pelaksanaan- nya dalam Repelita III. Peranan pembangunan daerah, desa dan kota bertambah penting di dalam Repelita III terutama peranannya di dalam usaha makin meratakan pembangunan keseluruh wilayah Indonesia.

Dalam tahun pertama Repelita III (1979/80) pembangunan daerah, desa dan kota telah diarahkan kepada usaha perluasan kesempatan kerja, pembinaan dan pengembangan lingkungan pemukiman pedesa- an dan perkotaan yang sehat serta peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam yang terdapat di daerahnya masing-masing. Berbagai program pembangunan sektoral lebih diserasikan lagi dengan potensi dan permasalahan masing-masing daerah, sedangkan berbagai program Inpres dilanjutkan dan disempur-nakan.

Kemampuan Pemerintah Daerah di dalam melaksanakan pem-bangunan semakin meningkat selama Repelita II. Hal tersebut menun-jukkan bahwa aparatur perencanaan di daerah (Bappeda) telah lebih mampu menyusun rencana pembangunan daerah serta mengawasi pelaksanaannya. Dalam tahun 1979/80 jumlah dana pembangunan dae- rah telah meningkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Untuk lebih merangsang dan mendorong pembangunan di daerah, selain berbagai program Inpres yang telah dilaksanakan dalam Repe- lita II, mulai tahun 1979/80 telah dilaksanakan program Inpres yang baru yaitu program Penunjang Jalan dan Jembatan. Berbagai pro -

53

Page 61:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

gram Inpres dan program bantuan lainnya pada dasarnya memberikan kesempatan yang lebih luas kepada Pemerintah Daerah untuk menyu- sun rencana pembangunannya sendiri dan sekaligus melaksanakannya. Dengan demikian diharapkan masalah-masalah yang dihadapi oleh daerah, kebutuhan dan aspirasi daerah yang belum dapat dipenuhi oleh Pusat, dapat diatasi oleh daerah sendiri.

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Dalam tahun pertama Repe- lita II jumlah bantuan meliputi Rp. 43.950,0 juta dengan minimum bantuan sebesar Rp. 500,0 juta, sedang dalam tahun pertama Repelita III, jumlah bantuan meningkat menjadi Rp. 102.222,0 juta dengan minimum bantuan Rp. 2.500,0 juta. Dalam tahun 1979/80 bantuan tersebut telah dipergunakan untuk pelaksanaan 2.055 buah proyek, antara lain penunjangan jalan dan jembatan propinsi, peningkatan dan penyempurnaan irigasi, eksploitasi dan pemeliharaan pengairan, serta proyek-proyek lain yang dianggap penting oleh daerah. Di samping itu untuk lebih mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah- daerah yang tertinggal/miskin serta untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah terutama di bidang perencanaan, sejak tahun 1978/79 telah dimulai program pengembangan wilayah di 2 Propinsi. Dalam tahun 1979/80 jumlah propinsi yang diikut sertakan meningkat menjadi 7 Propinsi.

Seperti halnya Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II juga setiap tahun mengalami kenaik- an. Dalam tahun 1979/80 bantuan yang diberikan ialah Rp. 550.- per kapita dengan bantuan minimum Rp. 65 juta. Jumlah keseluruhan bantuan ialah sebesar Rp. 86,793

54

Page 62:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

milyar termasuk bantuan 295 mesin gilas jalan. Bantuan tersebut dipergunakan untuk membiayai berma- cam-macam proyek pembangunan antara lain jalan, jembatan, irigasi serta proyek-proyek lain yang dianggap penting seperti riool, pasar, dan lain-lain, seluruhnya berjumlah 3.427 proyek.

Selain bantuan pembangunan Daerah Tingkat II, kepada Kabu- paten jugs diberikan bantuan Pembangunan Sekolah Dasar, Sarana Kesehatan, Penghijauan, Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar dan mulai tahun 1979/80 diberikan bantuan Penunjangan Jalan dan

Page 63:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Jembatan Kabupaten. Semua bantuan bertujuan untuk lebih merata- kan pembangunan keseluruhan wilayah tanah air.

Untuk mendorong, menggerakkan serta membina prakarsa serta swadaya gotong royong masyarakat desa, bantuan Pembangunan Desa dilanjutkan dan ditingkatkan. Dalam tahun 1979/80 bantuan yang diberikan untuk setiap desa ialah sebesar Rp. 450.000,—. Jumlah seluruh bantuan ialah Rp. 31.025,0 juta yang dipakai untuk membiayai 38.136 buah proyek. Dalam melaksanakan program Pembangunan Desa, Lembaga Sosial Desa (LSD) mempunyai peranan sebagai peren-cana dan pelaksana pembangunan.

Pembangunan dilaksanakan secara terpadu melalui koordinasi yang lebih mantap yang pada tingkat Kecamatan dilaksanakan melalui sistem UDKP. Pembinaan kesejahteraan keluarga melalui berbagai kursus ketrampilan terus dilanjutkan. Usaha lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa ialah melanjutkan usaha pemukiman kembali penduduk yang hidupnya masih terpencil dan terpencar, sedang bagi daerah-daerah yang padat penduduknya dilakukan pemugaran perumahan dan lingkungan desa.

Pembinaan tata ruang yang dilaksanakan selama Repelita II, dilanjutkan dan ditingkatkan dalam Repelita III.

Pembinaan tata ruang terutama akan mengusahakan agar pengu- asaan dan penggunaan tanah dapat lebih diarahkan kepada terciptanya keserasian tata ruang dan lingkungan hidup serta mendorong usaha- usaha pembangunan baik di daerah pedesaan maupun di daerah per-kotaan. Untuk itu maka kegiatan penataan kembali penggunaan dan pemilikan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah serta penyusunan rencana pengembangan kota dilanjutkan.

Dalam rangka peningkatan kemampuan aparatur Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II serta Bappeda, telah dilaksanakan ber -bagai kursus yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Lembaga-lembaga Perguruan Tinggi, maupun yang dilaksana- kan oleh Pemerintah Daerah sendiri.

Pembangunan Daerah Tingkat I Timor Timur yang dimulai sejak tahun 1976/77 telah menunjukan hasil yang menggembirakan.

55

Page 64:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Kemajuan di bidang ekonomi terlihat dengan adanya peningkatan dalam produksi hasil pertanian, mulai berkembangnya kegiatan per-dagangan, perbankan, koperasi dan lain sebagainya, sedang kemajuan di bidang sosial dan kesehatan semakin nampak dengan mulai banyak- nya anak-anak yang bersekolah.

Kemajuan pembangunan yang telah dicapai selama ini antara lain berkat semakin mantapnya keadaan keamanan dan ketertiban umum serta semakin tersedianya sarana-sarana perekonomian.

Pelaksanaan pembangunan di bidang agama dalam Repelita III telah dituangkan dalam berbagai program utama yang pada dasarnya merupakan pemantapan, peningkatan dan perluasan jangkauan ber- bagai program dan kegiatan pembangunan di bidang agama seba- gaimana telah digariskan dan dilaksanakan dalam tahun-tahun pe-laksanakan Repelita II.

Kegiatan dan sasaran yang ditangani dalam Repelita III semakin meningkat jumlahnya dan semakin luas jangkauannya. Hasil-hasil yang telah dicapai dalam tahun pertama Repelita III (1979/80) me- nurut program dan kegiatan adalah sebagai berikut.

Bantuan pembangunan/rehabilitasi tempat peribadatan telah di-berikan terutama kepada kelompok-kelompok masyarakat yang ke- adaan sosial ekonominya lemah untuk menyediakan sarana tempat peribadatan yang layak. Sekaligus mendorong agar dapat membangkitkan swadaya masyarakat untuk membangun.

Selain itu, bantuan tersebut ditujukan pula untuk mendorong pembangunan tempat-tempat peribadatan di daerah pedesaan, daerah pemusatan industri, daerah rawan seperti daerah bekas basis PKI, daerah suku terasing dan daerah transmigrasi serta daerah perba - tasan.

Kalau dalam tahun 1978/79 jumlah tempat ibadah berjumlah 458,4 ribu buah, maka dalam tahun 1979/80 telah meningkat men- jadi 489,1 ribu buah. Jumlah tempat ibadah yang diberi bantuan dalam tahun 1979/80 adalah sebanyak 1.099 buah yang terdiri dari 919 buah mesjid, 69 buah gereja Protestan, 71 buah gereja Katolik, 36 buah Pura dan 4 bush Wihara.

56

Page 65:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Dalam tahun pertama Repelita III telah dibangun 296 buah Balai Nikah dan 62 buah Balai Sidang Pengadilan Agama, sebagai peningkatan dari pembangunan 95 buah Balai Nikah dan 58 buah Balai Sidang Pengadilan Agama dalam tahun 1978/79 dan telah pub. disediakan sejumlah sarana lainnya termasuk buku-buku bagi para petugas NTCR dan Hakim Agama pada 296 Balai Nikah dan 60 Balai Sidang Pengadilan Agama.

Dalam tahun 1979/80 telah diusahakan penyediaan dan penye- baran sebanyak 1.339.150 buah kitab suci berbagai agama, yang ter - diri dari 1.159.000 buah kitab suci Al Qur'an, 65.000 buah Injil Pro -testan, 77.000 buah Injil Katolik dan 27.000 buah kitab suci Hindu serta 11.150 kitab suci agama Budha. Jumlah tersebut merupakan peningkatan yang berarti terhadap kegiatan tahun sebelumnya yang meliputi jumlah 1.022.150 buah.

Dalam rangka kegiatan penerangan dan penyuluhan agama da- lam tahun pertama Repelita III (1979/80) telah diberikan bimbingan agama Islam kepada 1.248 kelompok karyawan, 875 kelompok la- innya yang terdiri dari suku terasing, transmigran dan kelompok remaja serta berbagai kelompok khusus lainnya. Di samping itu te- lah disediakan buku/brosur agama sebanyak 710.000 eksemplar, paket dakwah 19.000 buah dan mobil unit penerangan agama 13 buah serta 45 buah sepeda motor.

Bimbingan dan penyuluhan agama Protestan terutama ditujukan untuk lebih meluaskan pengetahuan agama bagi mereka yang telah mendapatkan bimbingan dan penyuluhan sebelumnya. Dalam tahun 1979/80 telah dilaksanakan bimbingan agama kepada 33 kelompok suku terasing dan transmigran serta penyediaan sejumlah besar bro- sur agama, paket dakwah 4.700 lembar dan 35 set peralatan.

Bimbingan dan penyuluhan agama Katolik terutama ditujukan untuk pembinaan suku terasing di daerah Nusa Tenggara dan trans-migran di berbagai daerah. Di samping itu telah diberikan bimbingan agama kepada 65 kelompok suku terasing, penyediaan brosur agama dan sejumlah paket dakwah.

57

Page 66:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Dalam rangka bimbingan dan penyuluhan agama Hindu dan Budha, pada tahun 1979 / 80 telah diberikan bimbingan kepada 19 kelompok suku terasing, khusus didaerah Bali dan pulau Jawa, Su-lawesi Selatan dan Lampung, di samping penyediaan sejumlah buku/ brosur agama dan paket dakwah.

Bimbingan agama melalui RRI/TVRI dari tahun ke tahun se- makin meningkat baik di pusat maupun di daerah-daerah.

Khusus dalam kalangan agama Islam, Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) telah semakin melembaga di tengah-tengah masya- rakat.

Pembinaan suasana kerukunan hidup yang mantap di antara umat beragama dilakukan melalui berbagai usaha seperti: meman tapkan kerukunan intern umat beragama; memantapkan kerukunan antar umat beragama; mengadakan kerjasama sosial keagamaan dan kemasyarakatan di berbagai daerah; memantapkan kerukunan antara umat beragama dengan Pemerintah.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi jemaah haji, da- lam tahun 1979/80 telah dilaksanakan perluasan asrama haji di Su-rabaya 1.144 m2, di Medan 1.144 m2 dan di Ujung Pandang 350 m2. Di samping itu telah diterbitkan sejumlah buku pedoman haji serta berbagai sarana bimbingan lainnya seperti kaset dan film haji

Dalam rangka pendidikan agama tingkat dasar dalam tahun 1979/80 telah direhabilitasi 44 unit MIN dan disediakan peralatan/ alat peraga sebanyak 116 unit, buku-buku pegangan guru dan murid sebanyak 77.000 buah, di samping penyusunan naskah buku pedo- man, penataran sejumlah guru matematika, penataran 1.520 guru agama, penyediaan peralatan sebanyak 1.360 set serta buku pela - jaran 70.000 eksemplar. Di samping itu melalui Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar (Inpres SD) telah direhabilitasi sejum- lah 3.110 gedung Madrasah Ibtidaiyah Swasta.

Untuk pendidikan agama tingkat Lanjutan Pertama, dalam tahun 1979/80 telah dilaksanakan rehabilitasi 42 unit Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) yang terdiri dari 126 lokal seluas 11.088 m2, penye-

58

Page 67:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

diaan 60.000 buku pelajaran dan 24 unit alat peraga, penataran 240 guru agama dan penyediaan 5.200 buku pedoman guru. Untuk pembi -naan pondok pesantren telah dilaksanakan latihan ketrampilan tenaga-tenaga pembina pondok 40 orang, pengembangan usaha 30 orang, tenaga kesenian 30 orang dan instruktur ketrampilan 253 orang. Di samping itu telah disusun 5 naskah buku pedoman kemudian diter- bitkan sebanyak 15.000 eksemplar. Dalam rangka ini pula telah dibe -rikan bantuan berupa buku agama kepada 200 pondok dan bantuan alat/bahan praktek kepada 212 pondok serta bantuan pembangunan workshop/rehabilitasi gedung kepada sejumlah 127 pondok pesantren.

Pada pendidikan agama tingkat lanjutan atas dalam tahun 1979/ 80 telah dibangun/direhabilitasi 46 unit PGAN terdiri dari PGAN Islam 43 unit dengan 129 lokal seluas 34.000 m 2; PGAN Protestan 2 unit dengan 6 buah lokal seluas 710 m 2 dan PGAN Hindu 1 unit seluas 500 m2 serta pemberian bantuan pembangunan/rehabilitasi pada sejumlah Seminari/PGA Swasta Katolik. Dalam rangka pe-ningkatan mutu pendidikan agama di sekolah umum (SLTA), telah ditatar 200 guru agama di samping penyediaan buku pegangan guru sebanyak 4.300 buah. Dalam pada itu telah disediakan 26.000 buku perpustakaan untuk PGAN dan 40.000 untuk Madrasah Aliyah serta peralatan bagi 19 unit PGAN dan 24 unit Madrasah Aliyah serta bantuan rehabilitasi kepada 25 Madrasah Aliyah Swasta.

Dalam rangka pembinaan pendidikan agama Tingkat Tinggi, da-lam tahun 1979/80 telah dibangun dan diperluas fasilitas perkuli- ahan bagi 14 IAIN seluas 7.780 m 2, pelaksanaan kegiatan KKN bagi 885 mahasiswa serta penelitian dalam berbagai bidang sejumlah 14 judul. Di samping itu 20 dosen diberi kesempatan menjadi peserta program doktor dan 26 dosen telah mengikuti studi puma sarjana, di samping pengadaan buku perpustakaan sebanyak 35.000 eksemplar serta sejumlah sarana lainnya.

Dalam hubungannya dengan pengembangan generasi muda, dalam tahun 1979/80 telah dilaksanakan penataran ketrampilan kepada tenaga remaja Islam sebanyak 720 orang; penataran ketrampilan dan kewiraswastaan di kalangan pemuda di 26 propinsi dengan peserta

59

Page 68:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

1.296 orang; dan kegiatan apresiasi kreativitas bagi 103 kelompok pemuda serta penyediaan buku pedoman 35.000 buah dan paket ke -trampilan 730 set.

Dalam hal pendidikan dan latihan tenaga keagamaan, dalam ta- hun 1979/80 telah ditatar sebanyak 1.419 pegawai yang terdiri dari pejabat pimpinan sebanyak 310 orang, tenaga administrasi sebanyak 494 orang, tenaga teknis sebanyak 296 orang dan pegawai baru seba- nyak 319 orang.

Kegiatan penelitian dan pengembangan agama, dalam tahun 1979/80 telah melakukan kegiatan antara lain penelitian di berbagai daerah meliputi 17 pokok masalah, latihan/pengembangan tenaga pe -neliti bagi 293 tenaga/peserta, dan berbagai pertemuan ilmiah dalam rangka pengembangan penelitian keagamaan.

Dalam rangka penyempurnaan efisiensi aparatur pemerintah, da- lam tahun 1979/80 telah dilaksanakan antara lain perbaikan mekanis - me perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan bidang agama. Hal tersebut dilakukan melalui usaha-usaha penyusunan buku pedoman perencanaan dan pengendalian proyek; konsultasi perenca - naan setiap tahun yang diikuti oleh peserta daerah; peningkatan mutu data perencanaan yang hasilnya diterbitkan sebagai buku data; dan peningkatan kegiatan monitoring pelaksanaan proyek melalui kegi- atan evaluasi dan penyusunan laporan berkala serta laporan tahunan pelaksanaan proyek.

Sementara itu untuk penyempurnaan organisasi dan administrasi keuangan dan kepegawaian telah pula dilaksanakan usaha-usaha se - perti penyusunan buku-buku pedoman, serta pemantapan mekanisme dan prosedur administrasi keuangan, kepegawaian dan peralatan.

Di bidang pendidikan dalam tahun pertama Repelita III (1979/ 80) telah dilakukan berbagai kegiatan pembangunan dengan kebijak-sanaan pokok sebagai berikut : meningkatkan kesempatan belajar, memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan pada semua tingkat pendidikan, mengembangkan sistem pendidikan yang lebih serasi de- ngan pembangunan nasional, meningkatkan pendidikan masyarakat dan mengembangkan usaha-usaha pengembangan generasi muda serta

60

Page 69:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

pengembangan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan dalam rangka persiapan ke arah pembaharuan sistem pendidikan nasional. Kebijaksanaan pembangunan di bidang pendidikan dan generasi muda tersebut, sebagai suatu kebulatan sekaligus ditujukan untuk memadu- kan program-program pendidikan dan generasi muda sebagai bagian daripada pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dalam rangka pendidikan seumur hidup.

Pada tahun 1979/80 untuk pembinaan Sekolah Dasar, telah di-laksanakan pembangunan 10.000 buah gedung SD baru yang masing-masing terdiri dari 3 ruang kelas, satu ruang guru, kamar kecil, perabot sekolah dan fasilitas air bersih; di samping 15.000 ruang kelas baru pada SD-SD yang ada serta perbaikan kembali (rehabilitasi) 15.000 gedung sekolah yang lama. Kecuali itu telah dibangun pula 5.000 rumah dinas kepala sekolah di daerah terpencil dan 10.000 rumah penjaga sekolah. Untuk memenuhi keperluan guru serta tenaga lainnya telah dilaksanakan pengangkatan 50.000 guru dan tenaga lainnya, yang ter - diri dari 30 ribu guru kelas, 10 ribu guru agama dan 10 ribu penjaga sekolah. Selanjutnya dalam rangka pembinaan SD, telah dilakukan penataran 365,2 ribu orang guru dan pembina, pengadaan buku pe- lajaran 40,5 juta eksemplar dan pengadaan buku bacaan 12,5 juta eksemplar.

Untuk pembinaan pendidikan Taman Kanak-kanak antara lain telah disediakan buku kurikulum TK dan buku pedoman guru se- banyak 94,5 ribu eksemplar, buku perpustakaan 100 ribu eksemplar, penataran guru dan pembina TK serta penyediaan alat-alat peraga.

Sementara itu dalam rangka pembinaan Sekolah Luar Biasa (SLB) telah dilaksanakan pengadaan buku kurikulum sebanyak 50 ribu ek-semplar, pedoman guru/murid 40 ribu eksemplar, penataran guru dan pembina, dan penyediaan alat-alat pendidikan.

Pembinaan SMP telah dilaksanakan antara lain melalui pemba-ngunan gedung baru SMP sejumlah 131 buah di samping penambahan 1.500 ruang kelas baru serta diusahakan penambahan 5.000 tenaga guru baru. Di samping itu telah diusahakan kegiatan penataran guru, penyediaan buku pelajaran pokok, pembangunan ruang-ruang laborato -rium IPA serta pengadaan peralatannya.

61

Page 70:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Untuk pembinaan SMA telah dibangun 31 sekolah dan 400 ruang kelas baru serta diusahakan pengadaan 2.000 tenaga guru. Selanjutnya telah dilakukan pengadaan buku pelajaran SLU (SMP dan SMA) meliputi jumlah 12,0 juta eksemplar, serta pembangunan ruang labo -ratorium beserta, peralatannya, penataran bagi 185 pengawas/instruktur guru, 655 kepala sekolah dan 3,2 ribu guru/pembina SLU (SMP dan SMA).

Dalam rangka pembinaan SLTA Kejuruan dan Teknologi telah dilakukan usaha untuk mengembangkan dan merehabilitasi fasilitas pendidikan yang meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan pen-didikan lainnya. Kegiatan tersebut dilakukan terhadap 8 buah STM Pembangunan (4 tahun), 45 STM (3 tahun), 5 STM Pertanian, 4 STM Khusus, 6 SMTK, 8 SMPS, 7 SMKI, 2 SMM, 3 SMSR. Di samping itu telah didirikan 6 SMT Pertanian Baru, diselesaikan pembangunan 50 SMEA Pembina dan diselesaikan rehabilitasi 18 SMEA Pembina dan 13 SMKK. Selanjutnya dilakukan pengadaan buku pelajaran 2,8 juta eksemplar, penataran 6,3 ribu guru dan pembina kurikulum.

Pembinaan pendidikan guru telah dilaksanakan antara lain berupa pembangunan 26 SPG, pengadaan buku pelajaran 1,3 juta eksemplar, pengadaan peralatan pendidikan serta penataran 200 guru/pembina.

Dalam pada itu untuk pembinaan Pendidikan Tinggi telah di -laksanakan antara lain pembangunan 54,5 ribu m2 ruang kuliah/ kantor, 14,5 ribu m2 ruang laboratorium dan 1,9 ribu m2 ruang per -pustakaan, di samping rehabilitasi 20,1 ribu m2 ruang kuliah dan 43,2 ribu m2 ruang laboratorium serta pembangunan 250 buah rumah dosen. Pada tahun 1979/80 enam buah universitas/institut telah men-dapat giliran pembangunan kampus baru termasuk antara lain pembangunan lebih dari 12,9 ribu m2 prasarana pendidikan. Selanjut-nya telah diusahakan pengadaan 169 unit peralatan laboratorium dan 90 unit peralatan perpustakaan. Demikian pula telah disediakan 51 ribu buku perpustakaan/majalah ilmiah serta pencetakan buku sebanyak 222,5 ribu eksemplar. Di samping itu telah pula ditatar 4,8 ribu dosen dalam berbagai bidang studi dan 3,4 ribu dosen dalam proses belajar-mengajar dalam rangka Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Pendidikan pasca sarjana/program doktor telah diikuti 506 peserta, di samping itu pendidikan dokter ahli meliputi 4 bidang ke-

62

Page 71:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

ahlian, Kuliah Kerja Nyata (KKN) mencakup 7,6 ribu mahasiswa serta berbagai jenis penelitian dalam lebih dari 1,8 ribu pokok masalah.

Dalam rangka pemerataan pendidikan telah pula dilanjutkan pem-berian bea-siswa kepada 16.724 siswa SD, 9.549 siswa SLTP, 7.968 siswa SLTA dan 5.295 mahasiswa.

Pembinaan pendidikan Luar Sekolah (non formal) dalam tahun 1979/80 yang meliputi pendidikan dasar, kesejahteraan keluarga dan berbagai jenis pendidikan ketrampilan telah dilaksanakan melalui ke-lompok belajar dengan melibatkan 405,6 ribu peserta. Di samping itu telah pula dilatih para calon pembimbing kelompok belajar serta penataran untuk tenaga-tenaga teknis. Guna menunjang pelaksanaan kelompok-kelompok belajar, telah dilakukan pengadaan sarana belajar yang meliputi buku paket A berikut buku pedomannya sejumlah 3.107.900 eksemplar, perlengkapan alat-alat praktek, alat-alat peraga kejuruan serta perlengkapan kerja.

Pengembangan Generasi Muda telah dilakukan melalui berbagai usaha di pelbagai bidang pembangunan. Dalam bidang pendidikan telah dilakukan kegiatan pengembangan kepemimpinan dan ketenagaan, pengembangan ketrampilan dan daya kreasi yang mencakup pula ke -giatan pertukaran pemuda antar propinsi dan antar negara. Di samping itu juga diberikan bantuan kepada KNPI dan Pramuka yang diperguna-kan antara lain untuk peningkatan aktivitas dan peningkatan mutu. Kesejahteraan para remaja antara lain dikembangkan dalam wadah Karang Taruna di samping kegiatan pembinaan generasi muda di daerah pedesaan melalui jalur agama, kegiatan peningkatan gizi dan kesehatan anak dan remaja, kegiatan pengembangan kewiraswastaan di kalangan pengusaha muda dalam hubungan dengan pembinaan dunia usaha golongan ekonomi lemah, maupun kepada para pemuda lainnya, serta kegiatan perkoperasian dan berbagai jenis kegiatan yang bersifat latihan dan peningkatan ketrampilan di bidang industri ringan. Dalam rangka meningkatkan komunikasi antara pemuda dan segenap instansi yang terlibat dalam pembinaan kepemudaan, suatu media dengan nama Forum Pemuda yang memuat masalah-masalah yang menyangkut kebijaksanaan dan program kepemudaan serta ilmu pengetahuan telah diterbitkan. Demikian pula telah dilaksanakan siaran forum pemuda di TVRI.

61

Page 72:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Dalam pembinaan keolahragaan, telah dilaksanakan pembinaan olahraga bagi seluruh anggota masyarakat yang melibatkan sekitar 412.379 orang, pembinaan kesegaran jasmani dan rekreasi, pengembang- an prasarana dan sarana olahraga serta pembinaan organisasi olahraga dan peningkatan prestasi olahraga melalui pembibitan serta mengikuti kejuaraan-kejuaraan nasional, regional dan internasional. Pada tahun 1979/80 telah diberikan bantuan terhadap penyelenggaraan SEA GAMES IX sebagai bagian dari bantuan yang diberikan kepada KONI.

Langkah-langkah untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional yang efektif, efisien dan serasi dengan tujuan pembangunan nasional telah dilakukan terutama melalui pengembangan sistem pendidikan, pengembangan kurikulum dan pembinaan eksperimentasi sekolah-sekolah perintis, pengembangan sistem informasi bagi pengelolaan pendidikan dan kebudayaan, pengembangan teknologi komunikasi un- tuk pendidikan dan kebudayaan, pengembangan sistem pengujian serta pembaharuan sistem pendidikan.

Pembangunan di bidang Kebudayaan Nasional, meliputi kegiatan-kegiatan dalam lapangan kepurbakalaan, kesejarahan dan permuse- uman; pengembangan seni budaya; kebahasaan dan kesusasteraan, perbukuan dan perpustakaan; inventarisasi kebudayaan; pembinaan penghayat. Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pengamanan, pemeliharaan dan perlindungan warisan sejarah dan purbakala meliputi 1250 situs, serta pemugaran candi Brahma, Sambi Sari, bekas keraton Ratu Baka, bekas keraton Majapahit, candi Jawi, candi Muara Jambi, candi Muara Takus di Riau, candi Agung di Amuntai, kompleks percandian candi Dieng dan Gedong Songo.

Pemugaran candi Borobudur meliputi pembongkaran batu-batu candi sebanyak 29.254 m3, konservasi batu-batu candi 21.167 m 3 dan penataan kembali batu-batu candi 13.483 m3.

Dalam rangka pengamanan kesenian dari pengaruh negatif telah diadakan kerjasama Inter Departemen antara lain Kehakiman, Dalam Negeri, Luar Negeri, Perhubungan, Tenaga Kerja, Angkatan Kepolisi - an, Kejaksaan Agung dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

64

Page 73:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Kecuali kegiatan tersebut di atas, dilakukan pula pengadaan per -alatan kesenian 361 set, penelitian sastra Indonesia dan daerah seba- nyak 66 jenis, penyusunan 25 judul kamus dan peristilahan, sidang majelis bahasa Indonesia dan Malaysia 2 kali, penterjemahan 10 judul naskah, penerbitan 120 judul, penyebaran majalah/pedoman/informasi kebahasaan dan kesastraan 61.600 eksemplar, penyuluhan dan pem-binaan bahasa melalui TVRI dan RRI serta pembangunan gedung Pusat Bahasa 850 m2, dan penerbitan naskah buku bacaan populer 168.000 eksemplar.

Kegiatan pendirian suatu Wisma Seni Nasional terus ditingkatkan, di antaranya telah diadakan satu kali rapat kerja di Yogyakarta dengan hasil antara lain : rekomendasi ke arah penyusunan pola dasar (master design) Wisma Seni Nasional yang mencakup isi, fungsi dan bangunan Wisma Seni Nasional, di samping studi kelayakan lanjutan mengenai lokasi Wisma Seni Nasional di Jakarta.

Pembinaan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menghasilkan inventarisasi dan dokumentasi data penganut organi -sasi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hasil inventarisasi terhadap organisasi telah mencatat sebanyak 141 buah organisasi, sedangkan untuk perorangan adalah 13 orang. Selain itu guna mengadakan langkah-langkah pembinaan, telah dapat disusun studi kepustakaan 6 buah judul, di samping adanya Pedoman Pem- binaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kebijaksanaan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian diarahkan pada pengembangan kemampuan nasional dalam ilmu dan teknologi yang diperlukan dalam pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas tahap pembangunan. Usaha ditujukan pada pengembangan teknologi yang dapat membantu pemecahan masalah-masalah pembangunan, baik yang dihadapi pada waktu ini maupun pada masa yang akan datang. Pemanfaatan teknologi dan ilmu penge -tahuan dalam pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan memper-hatikan syarat-syarat : tetap menciptakan kesempatan kerja yang banyak, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, menggunakan alat -

65

Page 74:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

alat yang sebanyak mungkin dihasilkan sendiri dan mampu dipelihara sendiri, mendukung tercapainya sasaran pembangunan dan memper- tinggi ketrampilan untuk menggunakan teknologi yang lebih maju di kemudian hari.

Sehubungan dengan itu maka kebijaksanaan diarahkan kepada pengembangan kemampuan untuk menemukan teknik dan teknologi yang tepat guna yang dapat memadukan kebutuhan dan kemampuan yang sangat diperlukan, sedang pengembangan teknologi padat modal hanya diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksana- kan dengan teknologi padat karya atau pada kegiatan pembangunan di daerah-daerah yang sangat kekurangan tenaga kerja.

Kegiatan penelitian dalam Repelita III diarahkan kepada penunjang- an bidang-bidang prioritas, ialah bidang pertanian, perindustrian dan pertambangan. Dalam usaha meningkatkan produksi di bidang pertani- an dikembangkan teknologi tepat guna demi perluasan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja, sedang di bidang industri diprio -ritaskan penelitian industri besar, menengah dan kecil yang menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan produksi dalam negeri, dan dengan demikian meningkatkan penghasilan rakyat, meningkatkan kemampu- an pengolahan bahan baku dalam negeri menjadi bahan jadi dan sete - ngah jadi. Dalam bidang pertambangan dan energi dilanjutkan peneli- tian minyak dan gas bumi, batu bara, potensi tenaga panas bumi, nuklir, tenaga panas matahari, pasang surut, angin dan biogas sebagai sumber energi baru. Selanjutnya penelitian ditujukan untuk menun- jang usaha penghematan penggunaan minyak bumi untuk konsumsi dalam negeri. Untuk daerah pedesaan dikembangkan penyediaan energi yang murah bagi masyarakat untuk mengurangi kerusakan hutan, tanah dan air. Penelitian dalam bidang-bidang lainnya dilak-sanakan untuk menunjang, mendorong dan atau mempercepat rea - lisasi pencapaian sasaran-sasaran pembangunan dalam Repelita III.

Dalam tahun pertama Repelita III kegiatan dalam bidang pengem-bangan ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian dapat dibagi dalam tujuh kelompok, ialah penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan alam; penelitian dalam bidang teknologi; penelitian dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan; survai dasar sumber alam dan pemetaan;

66

Page 75:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

penelitian pemanfaatan berbagai teknik nuklir di bidang kebutuhan dasar manusia, sumber daya alam dan energi dan industri; pembinaan kekuatan udara dan angkasa luar; dan pengembangan, pengkajian dan penerapan teknologi bagi pembangunan.

Sistem perstatistikan secara terus menerus disesuaikan dengan dan diarahkan kepada keperluan akan data statistik. Untuk menghin- dari atau mengurangi terjadinya kegiatan yang bertumpang tindih antara berbagai instansi, maka diadakan pembinaan koordinasi dalam pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik. Hal ini dilakukan agar keperluan masing-masing instansi atau berbagai pihak pemakai data dapat terpenuhi tanpa terjadi pemborosan sumber -sumber keuangan, material, dan tenaga trampil yang masih terbatas.

Dalam rangka koordinasi tersebut diadakan suatu sistem pe-ngumpulan data yang sesuai dengan keadaan di Indonesia, di mana rumah tangga sekaligus merupakan kesatuan konsumsi, kesatuan produksi, dan sumber tenaga kerja. Dengan mengadakan survai dan pengumpulan data tentang perikehidupan rumah tangga sekaligus dapat dihasilkan berbagai macam statistik tentang kehidupan sosial -budaya dan ekonomi masyarakat.

Untuk pengembangan statistik telah disusun suatu program kerja dan ditentukan skala prioritas yang disesuaikan dengan keperluan akan data statistik, ialah : memperbaiki dan mengarahkan lebih tepat statistik social penduduk, sehingga didapatkan gambaran tentang kon- disi kehidupan masyarakat dan sosial-budayanya; memperluas dan memperbaiki data pokok sektor ekonomi yang diperlukan untuk penyusunan perkiraan produksi, pendapatan nasional dan indikator ekonomi yang lebih lengkap; mengembangkan statistik daerah yang meliputi wilayah lebih kecil dari pada propinsi: meningkatkan kete - litian dan ketetapan khususnya untuk statistik-statistik yang telah ada dan diperlukan dalam penyusunan kebijaksanaan di bidang ekonomi; meningkatkan daya guna organisasi dan pengelolaan di bidang sta- tistik; baik dalam hal koordinasi kegiatan statistik diberbagai instansi maupun pengembangan pembakuan konsep, definisi dan prosedur perstatistikan.

67

Page 76:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Sejalan dengan kebijaksanaan yang ditetapkan untuk Repelita III, maka dalam tahun pertamanya yang lalu telah dilaksanakan kegiatankegiatan peningkatan data statistik dan perbaikan statistik pertanian; survai sosial ekonomi nasional; penyempurnaan dan pengembangan statistik pendapatan nasional, regional dan tabel input-output; pembangunan sistem perstatistikan nasional; pengolahan sensus konstruksi; dan persiapan sensus penduduk 1980.

Di dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan, maka se- luruh kegiatan dan sarana pelayanan kesehatan diusahakan untuk berada dalam suatu sistem pelayanan kesehatan yang efektif dan serasi. Pelayanan kesehatan masyarakat terutama meliputi kegiatan pembangunan Puskesmas, Puskesmas-pembantu, Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dan pengembangan Rumah Sakit.

Dalam usaha memperluas jangkauan pelayanan kesehatan, maka fungsi maupun jumlah Puskesmas ditingkatkan. Dalam hubungan ini dalam rangka Inpres Program Bantuan Pembangunan Sarana Kese-hatan pada tahun 1978/79 disediakan biaya untuk membangun 200 unit Puskesmas, lengkap dengan peralatan medis sederhana, alat non medis, obat-obatan, rumah dokter dan 2 rumah staf. Pembangunan Puskesmas tersebut diprioritaskan bagi kecamatan-kecamatan yang mempunyai penduduk lebih dari 30.000 orang atau kecamatan yang wilayahnya cukup luas, daerah terpencil atau daerah transmigrasi. Disamping itu Puskesmas yang telah ada ditingkatkan dengan penyediaan alat medis sederhana atau perbaikan gedungnya, dan atau menyediakan rumah bagi dokter bagi Puskesmas yang telah ada dokternya tetapi belum disediakan rumah.

68

Page 77:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Dalam usaha pemerataan dan peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan pada tahun 1979/80 dibangun 750 unit Puskesmas-pem-bantu, yang terdiri dari sebuah gedung dilengkapi dengan peralatan non medis; peralatan medis sederhana dan penempatan seorang atau lebih tenaga kesehatan. Di samping itu BKIA dan Balai Pengobatan yang telah ada, ditingkatkan menjadi Puskesmas-pembantu. Bagi desa-desa yang terpencil, serta untuk daerah yang luas wilayahnya disediakan pula tambahan 225 buah Puskesmas Keliling berupa

Page 78:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

mobil maupun perahu bermotor. Jumlah Puskesmas yang dipimpin dokter terus meningkat dalam tahun 1979/80 dari 4.553 Puskesmas, sudah sekitar 4.000 Puskesmas dipimpin tenaga dokter.

Peningkatan pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, dilaku- kan antara lain melalui pengembangan dan peningkatan RS Pendidik- an dan atau RS Vertikal, RS yang dilola Propinsi dan RS Kabupaten/ Kodya dengan peningkatan mutu tenaga, penambahan bantuan obat- obatan, penambahan/pembangunan gedung-gedung perawatan, poli-klinik, radiologi, ruang operasi, penambahan daya listrik, air bersih dan lain-lain. Dalam tahun 1979/80 dimulai pembangunan 10 RS pada kabupaten-kabupaten yang belum memiliki Rumah Sakit.

Untuk menjamin tersedianya obat pada RS Vertikal, RS Propinsi dan RS Kabupaten/Kodya disediakan bantuan obat-obatan. Guna memenuhi keperluan dokter ahli, bagi RS Propinsi atau RS Kabupa -ten/Kodya kelas C atau yang akan ditingkatkan dari kelas D ke kelas C yang belum memenuhi 4 dokter keahlian pokok (ahli bedah, kandungan/kebidanan, kesehatan anak dan penyakit dalam), pada tahun 1979/80 diangkat/ditempatkan 55 dokter ahli pada 54 RS, yang diperlengkapi dengan alat kedokteran sesuai dengan keahliannya. gedung/sarana fisik dan lain-lain.

Peranserta masyarakat dalam jangkauan pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat menentukan. Peranserta masyarakat ini disalurkan antara lain melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dalam bentuk kegiatan promotor kesehatan yang merupakan tenaga sukarelawan, dana sehat dan lain-lain. Dalam tahun 1979/80 pengembangan PKMD telah dilakukan pada 12 Pro- pinsi meliputi daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Disamping itu terdapat kegiatan PKMD yang secara spontan dari masyarakat se- hingga diharapkan kegiatan PKMD akan meluas.

Pemberantasan penyakit menular ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta jumlah penderita. Penyakit/ masalah yang ditanggulangi meliputi penyakit-penyakit malaria; kolera/gastroenteritis, TBC paru, pengembangan imunisasi, penang-gulangan wabah, penyediaan air bersih, demam berdarah, filariasis/ schetosomiasis, pengamatan penyakit menular, kusta dan lain-lain.

69

Page 79:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Pemberantasan penyakit malaria dititik beratkan kepada usaha menurunkan angka penderita penyakit malaria dan menanggulangi wabah yang terjadi, dan melindungi penduduk yang telah kebal yang berpindah tempat tinggal dari Jawa — Bali.

Pemberantasan penyakit kolera/muntah berak dalam jangka pendek masih tetap ditujukan untuk mencegah sejauh mungkin ke-matian penderita kolera/muntah berak. Untuk itu diusahakan me-lengkapi alat-alat untuk memberikan pengobatan kepada penderita dengan cairan infus atau garam diare, sehingga dapat berfungsi sebagai pusat rehidrasi. Dalam tahun 1979/80 telah dilengkapi 160 Puskesmas, sehingga telah ada 1570 Puskesmas yang telah dilengkapi. Angka kematian penderita kolera menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, sehingga dalam tahun 1979 telah menurun 1,7% bila dibandingkan tahun 1977 dan 1978 masing-masing 6,6% dan 5,1%. Turunnya angka tersebut karena berbagai sebab, antara lain pening- katan sarana pencegahan dan pemberantasan, peningkatan penyuluhan dan adanya kesadaran masyarakat untuk segera melapor apabila ter- jadi wabah serta cepatnya meminta pengobatan bagi penderita, di samping makin meningkatnya jumlah penduduk yang dapat menggunakan air bersih. Peningkatan pemberantasan TBC paru, penyakit frambusia dan kusta juga mendapat perhatian.

Untuk mempertahankan bebas cacar, telah dilakukan vaksinasi cacar kepada hampir 2 juta anak di bawah umur 14 tahun. Kepada calon-calon transmigran diadakan pemeriksaan waktu pemberangkatan maupun pengamanan dari kemungkinan adanya penyakit menular, khususnya penyakit malaria pada daerah yang akan ditempati.

70

Page 80:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Usaha perbaikan gizi ditujukan terutama untuk melanjutkan dan meningkatkan usaha-usaha peningkatan status gizi masyarakat dan pencegahan serta penanggulangan masalah gizi, khususnya ku- rang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A, anemia gizi besi, dan gondok endemik dengan peranserta aktif masyarakat. Jumlah penderita KKP nampak mulai dapat dikurangi melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang telah mencakup 26 propinsi, meliputi 4.092 desa. Untuk penyempurnaan UPGK diadakan proyek percon-

Page 81:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

tohan di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Lombok. Pencegah- an dan penanggulangan gondok endemik telah dilaksanakan di 17 pro-pinsi meliputi sasaran 500.000 penduduk dengan penyuntikan lipiodol.

Usaha peningkatan penyediaan air bersih diutamakan pada da- erah pedesaan yang sulit memperoleh air bersih. Melalui Inpres Pro- gram Bantuan Sarana Kesehatan disediakan biaya untuk membangun 25.900 sarana penyediaan air bersih yang terdiri dari 150 penam- pungan mata air dengan perpipaan (PP), 200 penampungan mata air (PMA), 50 sumur artesis (SA), 500 penampungan air hujan (PAH) dan 23.000 sumur pompa tangan dangkal (SPTDK) dan 2.000 sumur pompa tangan dalam (SPTDL).

Peningkatan kesehatan lingkungan terutama dilakukan dengan peningkatan sarana air minum, peningkatan kesehatan perumahan dan lingkungan, peningkatan pencemaran lingkungan yang meng- ganggu kesehatan, serta peningkatan sanitasi lingkungan lainnya. Dalam tahun 1979/80 telah diberikan bantuan untuk membangun 150.000 jamban keluarga.

Sasaran yang akan dicapai dalam usaha pengawasan obat, ma- kanan dan sebagainya adalah untuk mencukupi persediaan obat sesuai dengan kebutuhan rakyat dan dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, peningkatan mutu obat, makanan dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan termasuk khasiat, nilai gizi dan kegunaan, mencegah hasil produksi yang tidak memenuhi syarat bagi kesehatan dan mencegah penyalah gunaan narkotika.

Pengembangan dan pembinaan tenaga kesehatan ditujukan untuk meningkatkan penyediaan jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dan meningkat- kan pengembangan serta pelaksanaan proses pendidikan dan latihan sesuai dengan keperluan.

Pengembangan pendidikan tenaga kesehatan diutamakan pada pengembangan tenaga perawat kesehatan, pengembangan tenaga sani- tasi, pengembangan tenaga gizi dan pengembangan pendidikan kese- hatan lainnya. Untuk meningkatkan mutu dan ketrampilan tenaga kesehatan telah dilakukan penataran berbagai jenis tenaga kesehat,

71

Page 82:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

an. Peningkatan pendaya gunaan tenaga kesehatan diarahkan kepada usaha penyebaran tenaga kesehatan secara lebih merata.

Perencanaan, pengawasan, penyempurnaan administrasi keuang- an dan tata laksana terus ditingkatkan sehingga dapat mencapai daya guna setinggi-tingginya bagi usaha peningkatan pelayanan ke-sehatan. Disamping itu dilakukan penelitian di bidang kesehatan untuk dapat menyusun kebijaksanaan yang tepat dan terarah dalam usaha pemerataan pelayanan kesehatan.

Di bidang kesejahteraan sosial usaha perbaikan pelayanan sosial dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kesadaran serta kemam-puan setiap warga negara untuk ikut serta dalam kegiatan pemba- ngunan. Di samping itu sebagai salah satu perwujudan usaha untuk menuju terciptanya keadilan sosial, khususnya dengan memperhati- kan anggota masyarakat yang terhalang karena keadaan sosial eko- nomi, sosial budaya, fisik dan mental, senantiasa ditingkatkan usaha -usaha yang bersifat pembinaan kesejahteraan sosial maupun usaha- usaha yang bersifat bantuan dan penyantunan sosial. Dalam rangka itu berbagai kegiatan telah dilakukan meliputi antara lain usaha memberikan bimbingan dan pengembangan kesejahteraan 20.409 KK yang berpenghasilan sangat rendah di pedesaan melalui berbagai latihan ketrampilan kerja.

Juga telah dilakukan kegiatan-kegiatan pembinaan terhadap masyarakat terasing dengan jalan memindahkan pemukimannya ke wilayah baru yang lebih baik dilihat dari segi sosial maupun eko- nomi. Selain itu melalui sistem penyantunan di luar panti, kepada 30.350 anak terlantar, 20.000 orang lanjut usia, 15.050 para cacat, telah diberikan pula bimbingan sosial dan latihan ketrampilan kerja yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta bantuan berupa peralatan untuk usaha secara swadaya. Sedangkan untuk mening- katkan mutu dan kapasitas penyantunan dalam panti, telah dilan- jutkan pembangunan perluasan bagi 78 buah panti-panti sosial serta pembangunan barn secara bertahap sebanyak 68 panti sosial.

Perhatian ditujukan pula untuk memberikan pelayanan sosial bagi masyarakat pedesaan yang memerlukan bantuan untuk perbaik-

72

Page 83:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

an lingkungan perumahannya, penyantunan bagi para gelandangan/ pengemis, penyantunan bagi pars korban bencana alam, penyantun- an bagi para Tuna Susila, penyantunan bagi anak nakal/korban penyalahgunaan narkotika, penyantunan bagi para bekas narapidana serta pelayanan bagi para keluarga dan remaja yang mengalami per-masalahan sosial psikhologis untuk mengadakan penyesuaian ter- hadap gejolak perubahan-perubahan yang terjadi disekitarnya.

Sementara itu di dalam usaha melestarikan semangat keperin- tisan dan kepahlawanan, telah diterbitkan buku yang merekam per-juangan/pengorbanan para Perintis Kemerdekaan serta telah dilaku- kan pemugaran terhadap Taman-taman Makam Pahlawan yang ter - sebar di berbagai propinsi.

Untuk meningkatkan peranan wanita dalam kegiatan pemba- ngunan, pada tahun pertama Repelita III telah diambil kebijak- sanaan dan langkah-langkah secara terpadu di pelbagai bidang pembangunan, dengan tujuan untuk meningkatkan keadaan yang memungkinkan wanita ikut serta dan berintegrasi secara lebih baik dalam pembangunan material dan spiritual.

Usaha meningkatkan peranan wanita dalam pelbagai bidang pembangunan dilakukan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan di bidang-bidang pertanian, perkoperasian, kesehatan, industri, pendi - dikan, sosial, penerangan dan tenaga kerja.

Dalam tahun 1979/80 sebagai lanjutan dan peningkatan Crash Program Keluarga Sehat, telah dilaksanakan Program Terpadu Pe-ningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (Program Terpadu P2W — KSS), yang merupakan program lintas sektoral yang terpadu dan terarah. Program Terpadu P2W — KSS bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian dan ketram- pilan dasar bagi keluarga-keluarga yang berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota, agar mereka makin dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan kehidupan keluarganya.

Program Terpadu P2W — KSS dalam pelaksanaannya telah melibatkan Departemen/Lembaga Non Departemen seperti Depar- temen Pertanian, Kesehatan, Pendidikan dan Kebudayaan, Sosial,

73

Page 84:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Perdagangan dan Koperasi, Perindustrian, Agama, BKKBN, Pene-rangan, Nakertrans, LIPI, serta organisasi-organisasi masyarakat se -perti Kowani, Dharma Wanita, Dharma Pertiwi KNKWI dan lain -lainnya. Kegiatannya tersebut telah mencakup 26 propinsi meliputi 282 Kabupaten/Kotamadya, 564 Kecamatan dan 1.128 Desa yang melibatkan lebih kurang 47.520 KK.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah di bidang kependudukan dan keluarga berencana tetap ditujukan untuk meningkatkan jumlah pe -serta baru keluarga berencana dan menjaga kelestarian peserta ke- luarga berencana yang sudah ada. Untuk itu maka langkah-langkah kebijaksanaan juga ditujukan untuk memperluas jangkauan serta meningkatkan mutu pelayanan keseluruh wilayah tanah air termasuk daerah-daerah pemukiman baru serta meningkatkan lebih lanjut ke-ikutsertaan organisasi-organisasi masyarakat dalam kegiatan kepen-dudukan dan keluarga berencana dalam rangka pelembagaan dan pembudayaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Dalam tahun 1979/80 peserta baru keluarga berencana yang dapat dicapai di Jawa dan Bali berjumlah 1.772.174 orang. Jumlah ini berada 13% di atas sasaran. Di luar Jawa Bali dapat dicapai sejumlah 457.617 peserta baru. Jumlah ini berada sedikit di bawah sasaran disebabkan banyak daerah luar Jawa Bali tahun pertama Repelita III merupakan awal pengembangan program intensifikasi serta awal usaha perluasan jangkauan program dengan tekanan di daerah Tingkat II. Secara keseluruhan jumlah peserta baru yang dapat dicapai adalah 2.229.791 peserta. Jumlah ini merupakan 95,24% dari sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam rangka membina peserta keluarga berencana yang sudah ada, dilaksanakan penyempurnaan dalam sistem pelayanan, cara-cara penerangan dan motivasi serta meningkatkan keikutsertaan organi- sasi masyarakat dalam usaha-usaha program kependudukan dan ke -luarga berencana. Dalam tahun 1979/80 telah dapat dibina sekitar 6,5 juta peserta keluarga berencana lestari. Jumlah ini merupakan 30,7% dari perkiraan jumlah pasangan usia subur yang menjadi sa -saran pada tahun tersebut. Hal ini berarti bahwa dart setiap 100

74

Page 85:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

pasangan usia subur yang ada, 30 - 31 pasangan di antaranya me-laksanakan keluarga berencana secara berkesinambungan.

Keberhasilan pembinaan keluarga berencana yang sudah ada serta meningkatnya jumlah peserta baru keluarga berencana merupakan petunjuk kearah keberhasilan proses pelembagaan pembudayaan program kependudukan dan keluarga berencana di dalam masyara- kat. Hal ini dapat dicapai berkat tumbuhnya keikutsertaan berbagai unsur di dalam masyarakat serta meningkatkan keikutsertaan orga -nisasi-organisasi masyarakat serta instansi-instansi pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kegiatan terpadu. Jumlah organisasi masyarakat di pedesaan yang secara aktif ikut ser- ta dalam kegiatan program kependudukan dan keluarga berencana, yaitu Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan Paguyuban meningkat dengan masing-masing 41% dan 79% pada tahun 1979/80 bila dibandingkan dengan tahun 1978/79.

Sebagian besar peserta keluarga berencana dalam tahun 1979/80, yaitu sekitar 69,5% memilih pil sebagai alat kontrasepsi. Selebihnya memilih IUD (17,9%) dan alat kontrasepsi lainnya (12,6%). Dari segi lapangan pekerjaan dalam tahun 1979/80 sebagian besar peser- ta KB baru adalah petani yaitu sekitar 80,5%. Hal ini berarti bahwa program kependudukan dan keluarga berencana telah menjangkau bagian terbesar dari masyarakat berpendapatan rendah. Dari segi umur, sekitar 73% peserta keluarga berencana baru ada di bawah umur 30 tahun. Hal ini diperkirakan dapat memberikan pengaruh positif dalam usaha penurunan kelahiran.

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan program kepen-dudukan dan keluarga berencana maka dalam tahun 1979/80 terus ditingkatkan kegiatan penerangan secara terintegrasi. Isi pesan yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan lintas sektoral. Pelayanan keluarga berencana terus dikembangkan dan disempurna- kan serta diusahakan lebih dekat dengan masyarakat yang membu-tuhkannya. Jumlah klinik keluarga berencana telah ditingkatkan dari 4.134 buah klinik pada tahun 1978/79 menjadi 5.118 buah k l i n i k p a d a t a h u n 1 9 7 9 / 8 0 . D e m i k i a n p u l a j u m l a h T e a m

75

Page 86:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Medis Keliling telah ditingkatkan dari 88.985 team/gerak pelayanan pada tahun 1978/79 menjadi 176.438 team/gerak pelayanan pada tahun 1979/80.

Untuk mendukung peningkatan dan pengembangan pelayanan keluarga berencana, jumlah tenaga keluarga berencana terus diting-katkan. Dalam tahun 1979/80 secara kumulatif jumlah ini telah men- capai 17.316 orang tenaga yang terdiri dari dokter, bidan, pembantu bidan, dan tenaga administrasi. Hal ini merupakan kenaikan sekitar 18 % bila dibandingkan dengan tahun 1978/79.

Sementara itu dalam rangka mengimbangi perkembangan pro- gram keluarga berencana yang semakin meningkat dalam tahun 1979/80 telah dilakukan berbagai kegiatan pendidikan dan latihan untuk berbagai jenis tenaga pengelola dan pelaksana program bagi sejumlah 10.223 orang. Di samping tenaga pengelola dan pelaksana program, telah pula dilatih tenaga-tenaga guru pendidikan kependu-dukan yang pada tahun 1979 / 80 berjumlah 7.805 orang.

Dalam rangka usaha penyediaan alat-alat kontrasepsi dari dalam negeri pada tahun 1979/80 telah diusahakan untuk meningkatkan kemampuan produksi pabrik perakitan pil keluarga berencana sesuai dengan kebutuhan program. Demikian pula telah dilakukan perin-tisan/penjajagan untuk melakukan produksi IUD dan kondom di dalam negeri. Untuk menunjang usaha produksi pil keluarga beren- cana di dalam negeri, usaha penelitian untuk mendapatkan bahan baku pil keluarga berencana dalam tahun 1979/80 terus dilanjutkan.

Pembangunan dan pembinaan bidang hukum diarahkan agar hukum mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan tingkat kema- juan pembangunan disegala bidang. Dalam tahun pertama Repelita III (1979/80) rancangan undang-undang yang sudah disyahkan men- jadi undang-undang berjumlah 7 buah dan rancangan peraturan pe-merintah yang telah disyahkan menjadi peraturan pemerintah ber- jumlah 50 buah.

Di samping itu telah disusun bahan-bahan hasil kerjasama de - ngan dunia universitas dan tenaga ahli tentang berbagai masalah

76

Page 87:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

pokok yang perlu disusun perundang-undangannya sejumlah 11 buah (naskah akademis).

Dalam rangka pembinaan hukum telah dilaksanakan 23 buah penelitian dalam berbagai bidang masalah hukum sebagai hasil ker -jasama dengan berbagai universitas dan badan-badan penelitian lain- nya.

Pertemuan ilmiah (lokakarya, seminar, simposium) diberbagai bidang hukum telah diselenggarakan sebanyak 6 kali.

Usaha inventarisasi yurisprudensi dilakukan dengan mengada- kan kerjasama antara pengadilan-pengadilan tinggi dengan 5 fakultas hukum setempat.

Di samping itu telah dilaksanakan pula 10 buah penulisan karya ilmiah.

Kegiatan pengembangan hukum [taut dan hukum lingkungan dilakukan dengan berbagai peninjauan dan penelitian serta penerapan (implementasi) dari Paris Convention for Protection of Industrial Property.

Demikian pula telah dilakukan peningkatan perpustakaan hu- kum, pelayanan kepada kalangan profesi hukum, publikasi dan pe-nerangan hukum.

Selanjutnya telah dilakukan penerbitan khusus di bidang hukum antara lain mengenai 7 naskah RUU, 7 hasil penelitian, 7 hasil per -temuan ilmiah, 7 hasil penulisan karya ilmiah dan daftar inventari- sasi peraturan dan referensi.

Dalam rangka pengembangan sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum antara lain telah dilanjutkan inventarisasi peratur- an perundang-undangan dan hasil penelitian hukum/artikel dan pe-nyusunan almanak peraturan perundang-undangan.

Mengenai kelembagaan peradilan, dalam tahun pertama Repelita III (1979 /80) telah dibentuk 6 Pengadilan Negeri dan 3 Pengadilan Tinggi. Dengan demikian sampai dengan tahun 1979/80 telah ada sebanyak 270 Pengadilan Negeri dan 19 Pengadilan Tinggi. Di samping

77

Page 88:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

itu dilanjutkan pula perbaikan organisasi Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi, khususnya di bidang kepaniteraan.

Untuk lebih memperluas jangkauan pelayanan peradilan telah dibangun 35 buah tempat sidang dalam rangka pelaksanaan tugas hakim keliling khususnya di kota-kota kecil.

Usaha memperoleh keadilan dari perlindungan hukum, telah mulai diusahakan pemberian bantuan hukum kepada sekitar 490 kasus perkara pencari keadilan orang yang kurang mampu.

Adapun mengenai sarana fisik pengadilan maka dalam tahun 1979/80 telah dilakukan pembangunan 28 buah gedung baru Pe - ngadilan Negeri dan 2 Pengadilan Tinggi, pembangunan lanjutan/ rehabilitasi/perluasan/penyempurnaan 26 buah Pengadilan Negeri dan 8 Pengadilan Tinggi, pembangunan 231 buah rumah dinas untuk pejabat hakim dan panitera serta pembangunan 4 rumah dinas untuk asisten hakim agung.

Kegiatan-kegiatan pembangunan khususnya di bidang penegakan hukum terus ditingkatkan dan dipelihara kemantapannya, melalui kerjasama/kegiatan koordinatif antara berbagai instansi penegak hukum khususnya dalam menangani masalah subversi, pengawasan orang asing, penanggulangan uang palsu, penyelundupan, kenakalan remaja dan narkotika.

Perkara-perkara penting yang penyelesaiannya telah mendapat perhatian khusus di antaranya adalah perkara penyelundupan, narko- tika, kenakalan remaja, uang palsu, orang asing, korupsi, subversi dan pelanggaran perairan. Selanjutnya telah pula digiatkan pemberian bantuan dalam penagihan piutang negara.

Untuk menunjang kelancaran tugas penegak hukum, prasarana fisik Kejaksaan telah ditingkatkan antara lain pembangunan gedung Kejaksaan Negeri sebanyak 53 buah serta rehabilitasi/perluasan gedung Kejaksaan Agung, gedung Kejaksaan Tinggi/Negeri 18 buah, pengadaan sarana mobilitas operasional serta pembangunan 148 buah rumah dinas dan pengadaan peralatan/perlengkapan fungsional, ter -masuk fotometri dan komunikasi.

78

Page 89:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Dalam rangka peningkatan pembinaan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak telah diadakan pendidikan di sekolah, pen- didikan keagamaan dan kegiatan-kegiatan pembinaan pramuka, ke-trampilan bertani, berternak dan berwiraswasta serta telah dilaksana- kan seminar tentang penerapan kepramukaan dalam sistem pembinaan persekolahan dan kehidupan masyarakat.

Untuk peningkatan sarana fisik pemasyarakatan telah selesai pembangunan baru/kembali gedung Lembaga Pemasyarakatan se- banyak 37 buah, pembangunan baru kantor Bimbingan Kemasyara- katan dan Pengentasan Anak (Bispa) sebanyak 9 buah, pembangunan lanjutan/rehabilitasi/perluasan gedung kantor 10 buah dan gedung lembaga pemasyarakatan 84 buah, pembangunan 168 buah rumah untuk petugas lembaga dan pengadaan 37 buah wagon pengangkutan narapidana.

Dalam rangka penyempurnaan sistem keimigrasian telah dilak -sanakan penataan berkas dan arsip keimigrasian, dan penggunaan komputer dalam sistem informasi keimigrasian.

Selanjutnya telah dilakukan pembangunan 6 gedung kantor Imigrasi, rehabilitasi/perluasan 4 gedung kantor, pembangunan 42 rumah dinas untuk pejabat Imigrasi, serta pengadaan SSB/Telex sebanyak 6 unit untuk Kanwil/Kantor Imigrasi.

Adapun pendidikan para penegak hukum dan pelaksana hukum dilakukan melalui penataran-penataran. Berbagai jenis penataran telah dilaksanakan antara lain penataran bagi hakim, panitera, pejabat tehnis pemasyarakatan, keimigrasian, tehnis hukum.

Penyebar luasan bahan hukum dan perundang-undangan maupun peraturan-peraturan telah dilaksanakan secara bertahap sebagai salah satu kegiatan penyuluhan hukum.

Dalam tahun pertama Repelita III (1979/80) telah diselenggara - kan pendidikan/penataran 515 orang tenaga kehakiman, sedangkan pendidikan tenaga Kejaksaan telah dilaksanakan bagi jaksa sebanyak 115 orang dan asisten operasi sebanyak 40 orang.

Kebijaksanaan di bidang penerangan, pers dan komunikasi sosial adalah penerangan dengan pendekatan kebudayaan, peningkatan pe-

79

Page 90:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

nerangan pedesaan dan penerangan langsung yang terkait dengan pelaksanaan usaha pembangunan dan dilakukan melalui berbagai media massa dan sarana penerangan Pemerintah. Untuk memperbesar volume penerangan, terutama kepada penduduk pedesaan, yang me-rupakan bagian terbesar masyarakat Indonesia, diadakan sistem penerangan terpadu antara berbagai lembaga koordinasi penerangan.

Untuk ini sejumlah 994 badan koordinasi kehumasan (Bako- humas), baik di Pusat maupun di Daerah (sampai Daerah tingkat II) telah didirikan. Sampai dengan tahun 1978/79 forum yang efektif dan integratif ini mampu memberikan penerangan-penerangan tehnis maupun penyuluhan secara luas, karena memanfaatkan berbagai instansi yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapinya.

Pusat Penerangan Masyarakat (PUSPENMAS) yang berjumlah 88 buah tersebar di Kabupaten-kabupaten, mencerminkan kegiatan terpadu tersebut, dalam usaha menjalin sistem komunikasi timbal balik. Sesuai dengan kemampuan keuangan negara PUSPENMAS akan di-teruskan, sehingga pada akhir Repelita III semua Kabupaten memiliki sebuah PUSPENMAS yang sekaligus merupakan Kantor Penerangan Kabupaten.

Di dalam memperbesar arus penerangan ke daerah pedesaan, antara lain telah ditempatkan televisi-televisi umum di desa-desa yang telah terjangkau oleh jaringan televisi, sehingga masyarakat pedesaan dapat mengikuti perkembangan pembangunan dan berpartisipasi dalam usaha nasional memantapkan kesatuan dan persatuan bangsa. Sementara itu televisi sebagai alat hiburan, media penerangan dan sarana pendidikan dapat lebih luas dinikmati oleh rakyat secara merata. Hingga tahun 1978/79 telah ditempatkan sekitar 7.800 buah pesawat televisi umum dan dalam tahun 1979/80 sekitar 3.200 buah pesawat televisi umum ditempatkan di desa-desa dan kota-kota yang telah terjangkau oleh jaringan televisi.

Untuk mempercepat arus informasi ke pedesaan telah disebarkan 36.000 surat kabar dari 3 buah surat kabar Nasional ke 36.000 desa. Untuk memudahkan masyarakat mengikuti apa yang disiarkan melalui media tersebut di setiap Balai Desa dipasang papan tempel.

80

Page 91:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Peningkatan peranan wanita pedesaan dalam pembangunan di- kelola secara inter departemental antara lain melalui kegiatan pene-rangan umum, yaitu siaran radio dan televisi. Dalam rangka peme- rataan informasi dan peningkatan kesadaran tentang pemanfaatan fasilitas dan sarana pembangunan bagi wanita, terutama ditingkat pedesaan, mulai tahun anggaran 1979/80 telah diselenggarakan Pro- gram Peranan Wanita dan Siaran Wanita Pedesaan, sehingga dapat meningkatkan partisipasi wanita dalam pembangunan. Demikian pula pengembangan komunikasi sosial serta meningkatkan mutu acara siaran wanita yang telah diselenggarakan oleh 46 stasiun RRI di seluruh Indonesia. Untuk menunjang kegiatan di bidang pendidik- an, telah diselenggarakan siaran sekolah, melalui 5 stasiun RRI yaitu Mataram, Jember, Purwokerto, Cirebon, Tanjungkarang dan berupa siaran SMP terbuka. Siaran Pedesaan RRI yang diselenggarakan oleh 47 buah stasiun RRI dan 110 buah stasiun Radio Siaran Niaga tidak saja meliputi bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan tetapi juga masalah-masalah transmigrasi dan perkoperasian. Jumlah kelompok pendengar RRI mengalami kenaikan menjadi 27.549 ke-lompok pada tahun 1979/80 dibandingkan dengan 20.658 kelompok dalam tahun 1978/79.

Dalam rangka perluasan jangkauan Siaran televisi dalam tahun 1979/80 telah dibangun 7 stasiun pemancar dan 19 stasiun peng- hubung televisi. Sehingga kemampuan TVRI dengan 9 buah stasiun penyiaran (studio), stasiun pemancar 89 buah dan stasiun penghubung 30 buah secara tehnis dapat menjangkau sebanyak 85 juta jiwa pen- duduk dengan luas jangkauan 406.000 km2.

Di bidang film, penyempurnaan peralatan studio film PFN terus dijalankan. Dalam tahun 1979/80 telah diproduksi 61 buah film meliputi 12 Film Gelora Indonesia, 5 Siaran khusus, 36 Dokumenter, 2 Cerita, serta 6 film penerangan lainnya.

Di bidang impor film kebijaksanaan yang ditempuh ialah agar film impor hanyalah merupakan pelengkap. Selanjutnya pengetatan pengawasan terhadap pemasukan film Cerita impor diteruskan ter- utama guna menghindari penyelundupan film yang ditolak BSF.

81

Page 92:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Penyempurnaan aparatur pemerintah yang telah dilaksanakan secara terus menerus sejak tahun 1966 akan dilanjutkan dan bahkan akan ditingkatkan dalam Repelita III. Kegiatan penyempurnaan apa - ratur pemerintah bertambah penting di dalam Repelita III terutama karena tuntutan akan kemampuan aparatur pemerintah dalam Repelita III adalah jauh lebih besar sebagai akibat makin meningkatnya kegiat - an pembangunan.

Usaha-usaha penyempurnaan itu mencakup antara lain kelem-bagaan, prosedur kerja, hubungan kerjasama antar lembaga, hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah, bidang kepegawaian serta sarana dan fasilitas kerja. Demikian pula penertiban operasional terhadap semua aparatur pemerintah terus dilanjutkan sebagai usaha ke arah tercipta - nya aparatur pemerintah yang makin bersih dan berwibawa.

Mengenai bidang aparatur pemerintah pusat penyempurnaan organisasi departemen-departemen telah dilanjutkan untuk disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Di antara penyempurnaan organisasi departemen-departemen tersebut ialah penambahan beberapa inspektur pada inspektorat jenderal departemen untuk lebih memantapkan pelak-sanaan pengawasan intern departemen. Demikian pula susunan organisasi lembaga-lembaga pemerintah non departemen secara terus menerus diusahakan perbaikannya agar merupakan wadah kegiatan yang tepat dalam rangka pelaksanaan tugas-tugasnya. Dalam bidang ini usaha per-baikan yang cukup penting dalam tahun 1979/80 ialah penyempurna- an Biro Pusat Statistik dan Badan Tenaga Atom Nasional. Penting pula dikemukakan pembentukan Badan Pembinaan Pendidikan Pelak-sanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) yang mempunyai tugas meningkatkan pengamalan Ekaprasetya Pancakarsa.

Selanjutnya secara terus menerus telah pula dilakukan penyem-purnaan administrasi yang bersifat tata hubungan kerja institusional maupun prosedural. Berbagai tata hubungan kerja telah dilembagakan dalam badan-badan koordinasi dan bahkan dalam bentuk lembaga pemerintah non departemen yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Peningkatan tata hubungan kerja antar instansi, baik di ting- kat pusat maupun tingkat daerah, antara lain telah pula disempurna- kan pelaksanaan berbagai bentuk bantuan kepada daerah.

82

Page 93:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

Dalam rangka makin meningkatkan efisiensi pengadaan/pembelian bagi Pemerintah maka telah dibentuk Team Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah yang bertugas mengendalikan dan meng-koordinasi pengadaan atau pembelian barang/peralatan yang diperlu- kan departemen atau lembaga pemerintah non departemen.

Walaupun dalam bidang tata hubungan kerja antar lembaga telah terasa terselenggaranya pelaksanaan hubungan kerja yang makin man-tap, usaha-usaha untuk meningkatkannya sehingga tercipta koordinasi fungsional dan horisontal yang benar-benar serasi, berhasil guna dan berdaya guna akan dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang.

Berbagai upaya telah diusahakan untuk meningkatkan kemampu- an aparatur pemerintah daerah. Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah maka pada tahun 1979/80 telah disempurnakan lembaga pengawasan di tingkat propinsi dan pembentukannya di tingkat Kabupaten/Kota -madya guna peningkatan penyelenggaraan pengawasan. Kemudian telah pula disempurnakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk lebih meningkatkan keserasian antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah melalui perencanaan yang lebih menyeluruh, terarah dan terpadu. Dalam kaitan ini dapat dikemukakan bahwa dewasa ini sedang dipersiapkan pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah pada tingkat Kabupaten/Kotamadya. Penting pula dikemukakan bahwa untuk pengintegrasian segala kegiatan penanaman modal di tingkat daerah telah dibentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah sebagai aparatur pembantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam bidang penanaman modal.

Suatu langkah penting lainnya ialah diundangkannya Undang- undang No. 5 tahun 1979 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Desa sebagai pengganti Undang-undang No. 19 tahun 1965 tentang Desapraja yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan. Dengan berlakunya undang-undang tersebut maka telah dimantapkan kedu- dukan pemerintah desa yang diharapkan akan makin mampu meng-gerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan.

Keserasian hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah diusahakan sejak Repelita I dan dikembangkan secara terus menerus

83

Page 94:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

selama Repelita II. Peningkatan keserasian hubungan tersebut telah dilakukan pada tahun pertama Repelita III melalui peningkatan koor-dinasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program dan proyek pembangunan. Di bidang pengawasan kerjasama antara perangkat pengawasan di tingkat daerah dilakukan melalui koordinasi regional di daerah-daerah, terutama antara Inspektorat Wilayah Propinsi dengan perwakilan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara. Demi-kian pula penanganan kasus-kasus kerjasama antara OPSTIB Pusat dan Daerah telah terjalin secara serasi.

Langkah-langkah kegiatan di bidang aparatur perekonomian negara ialah peningkatan pembinaan dan pengawasan perusahaan-perusahaan negara ke arah pengelolaan/manajemen yang sehat. Demikian pula peningkatan pembinaan lembaga-lembaga keuangan ditujukan ke arah peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka menggairahkan dunia usaha, terutama pengembangan peng- usaha-pengusaha golongan ekonomi lemah secara mantap. Pengem-bangan pasar modal, penyempurnaan perijinan, pembinaan pengusaha -pengusaha golongan ekonomi lemah dan lain-lain adalah usaha untuk memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat serta pembangunan eko-nomi pada umumnya.

Sementara itu pengawasan dan penertiban operasional terus di-usahakan. Peningkatan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka pengawasan dan penertiban aparatur Pemerintah selama tahun 1979/ 80 adalah antara lain mengintensifkan rapat koordinasi dan kerjasama aparatur pengawasan, peningkatan pengawasan yang bersifat bagian dari pelaksanaan manajemen, pemantapan kedudukan dan fungsi inspektorat jenderal departemen, pemantapan kedudukan dan fungsi inspektorat wilayah propinsi dan inspektorat wilayah kabupaten/kota -madya. Selanjutnya dalam rangka berbagai penertiban telah dibentuk berbagai team khusus seperti Team Koordinasi Penanganan Masalah Pertanahan, Team Khusus Kehutanan dan Team Khusus Agraria. Dalam pada itu melalui sarana operasi justisi terus diusahakan pem-berantasan korupsi.

Sejak dilancarkan Operasi Tertib pada bulan Juni 1977 sampai dengan Maret 1980 maka telah ditangani 4.299 buah kasus, sedangkan

84

Page 95:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

yang dikenakan penertiban adalah 6.729 orang. Dalam penyelesaian perkara korupsi pada tahun 1979 telah diputus 209 perkara.

Dalam rangka usaha penyempurnaan pembinaan pegawai negeri sipil atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja telah diambil langkah-langkah terencana yang dilaksanakan secara bertahap.

Langkah-langkah itu meliputi penyempurnaan peraturan perun- dang-undangan di bidang kepegawaian, penyempurnaan dasar-dasar penyusunan formasi pegawai, pengadaan dan pengangkatan pegawai serta penyelesaian kepangkatan, perbaikan penghasilan pegawai negeri dan pejabat Negara, perbaikan penghasilan pensiunan, penyempurnaan tata usaha kepegawaian, peningkatan kemampuan manajemen para pejabat serta peningkatan ketrampilan dan produkivitas kerja pegawai, dan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

Dalam tahun anggaran 1979/80 telah dilakukan pengangkatan 85.420 orang calon pegawai negeri, selain itu diangkat pula 54.500 orang tenaga guru SD serta tenaga medis dan paramedic. Perbaikan peng-hasilan pegawai negeri dan pejabat Negara dalam tahun anggaran 1979/80 berupa pemberian gaji bulan ke-13 dan ke-14 sebesar masing -masing 1 bulan gaji dengan ketentuan bagi golongan I sebesar 125% dari gaji, bagi golongan II dan III 100 % dan bagi golongan IV sebe- sar 75 %.

Sejalan dengan penyempurnaan di bidang kelembagaan dan keta -talaksanaan telah diusahakan pula peningkatan mutu, kemampuan, pengetahuan dan semangat pengabdian para pegawai negeri melalui berbagai program pendidikan dan latihan untuk mendukung sistem karier dan sistem prestasi kerja. Penyelenggaraan Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi dalam tahun 1979/80 telah menghasilkan 298 orang lulusan, sedangkan program pendidikan dan latihan pegawai di bidang perencanaan pembangunan yang diselenggarakan oleh Program Perencanaan Nasional menghasilkan 42 orang lulusan. Kecuali itu Studi Pembangunan Indonesia yang diselenggarakan sejak tahun 1975 dengan tujuan meningkatkan kemampuan para pejabat untuk mengu- asai tehnik-tehnik perencanaan di bidang sosial budaya sampai akhir tahun pertama Repelita III telah menghasilkan 131 orang lulusan. Penataran petugas inspektorat jenderal departemen dan petugas inspek-

85

Page 96:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

torat wilayah propinsi/kabupaten/kotamadya yang diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara dengan bekerja sama dengan De-partemen Dalam Negri, Sekretariat Menteri Negara Penertiban Apa- ratur Negara dan Team Operasi Tertib pada tahun anggaran 1979/80 telah menghasilkan 498 orang lulusan.

Mengenai penyelenggaraan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sampai akhir Maret 1980 telah dihasilkan 4.186 orang penatar nasional dan 215.497 orang peserta tipe A yang terdiri dari pegawai negeri sipil, anggota ABRI yang dikaryakan, pegawai perusahaan milik negara, bank Pemerintah, perusahaan dan bank milik daerah.

Sistem pembiyaan pembangunan telah pula mengalami perbaikan-perbaikan yang cukup penting. '1'ujuan penyempurnaan ini adalah supaya penyediaan biaya menjadi lebih terarah, wajar, tidak meng-hambat, tetapi tidak pula memberi peluang bagi kebocoran-kebocoran. Untuk tahun anggaran 1979/80 tatacara pelaksanaan anggaran dite- tapkan dengan Keputusan Presiden No. 14 tahun 1979.Dalam bidang ini telah dilakukan berbagai penyempurnaan, antara lain adalah penghapusan penyediaan pembiayaan secara triwulanan, berlakunya DIP/DIK sebagai SKO, pengaturan wewenang yang lebih luas bagi Departemen/Lembaga dan bagi Kantor Wilayah Direkto- rat Jenderal Anggaran untuk mengadakan revisi DIP dan pengaturan pelelangan yang lebih terbuka.

Di bidang pembiayaan dalam bentuk bantuan kepada daerah- daerah juga terdapat berbagai perbaikan yang cukup penting, bahkan perluasan. Penyempurnaan tersebut meliputi keseragaman format, sistematika, penggunaan kriteria yang sama dalam prosedur peren- canaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan bantuan pembangun- an. Dalam hal pengorganisasian diadakan penyempurnaan yang mengarah kepada fungsionalisasi dinas-dinas yang bersangkutan.

Apabila selain Repelita II susunan anggaran pembangunan me- liputi 17 Sektor, maka dimulai dengan tahun pertama Repelita III susunan tersebut menjadi 18 Sektor. Anggaran juga disusun dalam 27 bagian, dan di antaranya terdapat Bagian Pembiayaan dan Per-

86

Page 97:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

hitungan, ialah untuk pembiayaan melalui perbankan, pembiyaan untuk penyertaan modal Pemerintah dalam badan-badan usaha Negara berbagai bantuan kepada daerah, pembangunan yang dikhususkan di Timor Timur dan lain-lain.

Mengenai revisi DIP mulai tahun anggaran 1979/80 diberikan kelonggaran-kelonggaran yang makin besar kepada departemen/lem- baga untuk mengadakan revisi DIP bilamana keadaan memerlukannya.

Prosedur pelaksanaan anggaran pembangunan telah pula menga- lami penyempurnaan yang merupakan kelanjutan dari penyempur- naan-penyempurnaan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelum- nya. Salah satu penyempurnaan ialah ditiadakannya penyediaan triwu-lanan di dalam D1K dan DIP yang telah disahkan diperlakukan se- bagai Surat Keputusan Otorisasi. Di samping diadakan penyederhanaan dalam tatacara revisi DIP, penyempurnaan penting lainnya ialah pengutamaan kepada golongan ekonomi lemah dan hasil produksi dalam negeri dalam pembelian/pemborongan Pemerintah. Selanjut- nya mengenai ketentuan pelelangan juga terdapat berbagai penyempur -

naan seperti keharusan pelaksanaan pelelangan yang lebih terbuka, adanya petunjuk penyusunan dokumen lelang lebih jelas, penghindaran perangkapan tugas dan kepentingan, dibukanya lembaga sanggahan, adanya ketentuan tentang prakwalifikasi, diadakannya daftar rekanan yang mampu (DRM) dan ditetapkannya penunjukan langsung untuk kasus-kasus tertentu oleh Menteri/Ketua Lembaga bersangkutan yang dahulu memerlukan persetujuan Menteri Keuangan. Demikian pula penyempurnaan dilakukan terhadap pokok-pokok yang harus dimuat dalam surat perjanjian.

Sistem pengendalian proyek-proyek pembangunan yang memung-kinkan identifikasi bagi tindakan korektif secepatnya serta penyem-purnaan perencanaan berikutnya yang berlaku sejak tahun anggaran 1977/78 telah dirasakan manfaatnya sebagai sistem pengendalian yang sifatnya aktif. Dalam sistem tersebut terdapat unsur-unsur yang men -dorong instansi-instansi yang bersangkutan untuk bertindak aktif dalam mengelola proyeknya masing-masing. Demikian pula pelaksanaan sistem tersebut telah menghasilkan data identifikasi permasalahan dan per -kembangan proyek secara lebih mantap. Pelaksanaan sistem pengen-

87

Page 98:  · Web viewPIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1980 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA III ( 1 APRIL 1979 S/D 31 MARET

dalian dalam tahun 1979/80 diusahakan sedemikian sehingga pelak-sanaan proyek mencapai tujuan sesuai dengan jadwal waktu dan rencana yang ditetapkan secara lebih baik.

Dalam pada itu pengawasan keuangan negara telah ditingkatkan melalui peningkatan efisinsi dan efektifitas aparatur pengawasan fungsional maupun pengawasan atasan terhadap bawahan yang di- tujukan kepada pengawasan intern serta ekstern, pengawasan preven- tif dan represif, dan pengawasan tehnis serta administratif. Demikian pula peningkatan dilakukan dengan pelaksanaan koordinasi yang lebih baik di antara aparatur pengawasan fungsional.

Dalam hubungan ini dapat dikemukakan bahwa sehubungan dengan makin meningkatnya pelaksanaan pembangunan di daerah maka telah disempurnakan Inspektorat Wilayah Daerah yang diganti menjadi Inspektorat Wilayah Propinsi. Selanjutnya telah dibentuk pula Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya.

88