· Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan...

54
I N D U S T R I

Transcript of  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan...

Page 1:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

I N D U S T R I

Page 2:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu
Page 3:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

BAB VIII

I N D U S T R I

A. PENDAHULUAN

Sejalan dengan arah pembangunan industri, seperti yang ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, maka pelaksa-naan pembangunan industri dalam tahun 1986/87 yakni tahun keti--ga Repelita IV tetap diupayakan agar dapat memperluas kesempatan kerja, memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan sektor ekonomi lainnya dengan memanfaatkan seoptimal mungkin sumber alam dan energi serta sumber daya manusia. Usaha-usaha tersebut, yang pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dan pertumbuhan ekonomi, juga diselaraskan dengan titik berat dan usaha pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang, khususnya struktur ekonomi nasional yang semakin kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri.

Dalam rangka mencapai tujuan industrialisasi yang berhasil-guna dan berdaya-guna, telah ditempuh berbagai langkah strategis yang tertuang dalam Pola Pengembangan Industri Nasional, yaitu : (a) Pengembangan industri sejauh mungkin diarahkan dalam rangka pendalaman dan pemantapan struktur industri yang dilandasi oleh program keterkaitan, baik keterkaitan antar industri maupun keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya, sehingga pembangunan dapat berlangsung dengan semakin mantap dan efisien. Usaha ini meliputi pengembangan industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar, dan aneka industri; (b) Pengembangan industri permesinan dan elektronika penghasil barang modal; (c) Pengembangan industri kecil yang ditempuh dengan cara pembinaan melalui sentra-sentra industri serta usaha pengembangan melalui usaha pembentukan koperasi industri; (d) Pengembangan program ekspor hasil industri dalam rangka peningkatan ekspor non-migas; (e) Peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan, khususnya perangkat lunak, rancang bangun dan perekayasaan; (f) Pengembangan kemampuan tenaga kerja industri yang meliputi bidang manajemen, kejuruan, keterampilan dan kewiraswastaan.

VIII/3

Page 4:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

Meskipun secara bertahap hasil pembangunan di sektor in-dustri telah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti, namun demikian sampai dengan tahun 1986/87 pelaksanaan pembangunan industri masih tetap diliputi antara lain oleh pengaruh penu-runan drastis harga minyak serta resesi perekonomian dunia yang pada gilirannya dipantulkan pada kelesuan ekonomi dalam negeri yang mengakibatkan terhambatnya usaha pemasaran produk-produk industri; keterbatasan dan kemampuan teknologi serta kelemahan dalam daya saing; dan iklim industri yang belum menunjang.

Oleh karena itu, sebagai bagian dari usaha untuk meningkat-kan pembangunan ekonomi Indonesia yang dapat lebih mendorong pembangunan industri, dalam tahun 1986/87 telah ditempuh berba-gai kebijaksanaan yang antara lain meliputi paket kebijaksanaan 6 Mei 1986; kebijaksanaan devaluasi pada bulan September 1986; kebijaksanaan tanggal 25 Oktober 1986 sebagai tindak lanjut kebijaksanaan devaluasi di bidang perdagangan, moneter dan penanaman modal; dan kebijaksanaan 15 Januari 1987 yang meli-puti kebijaksanaan di empat cabang industri yaitu industri tekstil, industri baja, industri mesin dan mesin listrik, serta industri kendaraan bermotor. Dampak positif yang terkandung dari berbagai kebijaksanaan tersebut bagi pembangunan di sektor industri adalah semakin terarahnya usaha peningkatan daya saing dan efisiensi industri nasional, khususnya yang berkenaan de-ngan usaha pengembangan industri yang berorientasi ekspor.

Sementara itu, langkah strategis lainnya yang terus diman-tapkan dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan pengembangan teknologi adalah diterapkannya kebijaksanaan Pengelompokan industri yang terdiri dari industri dasar, industri aneka (hi-lir) dan industri kecil. Pada hakekatnya industri dasar lebih bersifat padat modal dan menggunakan teknologi tinggi, namun pengembangannya dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru melalui tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya. Industri aneka (hilir) dapat merupakan industri yang padat modal atau padat karya, yang memanfaatkan teknologi tinggi atau teknologi madya. Sementara itu industri kecil bersifat padat karya yang menggunakan teknologi madya atau sederhana.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1986/87 sum-bangan nilai tambah sektor industri sebagian besar masih ber-asal dari kelompok aneka industri yaitu sebesar 79,0%, disusul oleh kelompok industri kimia dasar sebesar 11,7% dan kelompok industri mesin dan logam dasar sebesar 9,3%. Besarnya peranan kelompok aneka industri ini terutama disebabkan oleh sifat dari produknya yang merupakan barang-barang konsumsi. Jenis

VIII/4

Page 5:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

industri yang mengalami tingkat pertumbuhan yang cukup berarti antara lain adalah industri minuman, industri tembakau, industri kulit dan barang dari kulit, industri kertas dan barang dari kertas, industri kimia, industri barang-barang plastik, industri barang logam dan industri mesin.

Dalam pada itu, bila ditinjau dari segi nilai, jenis dan volume hasil produksi industri dalam tahun ketiga Repelita IV pada umumnya mengalami peningkatan. Peningkatan pada kelompok aneka industri terutama disebabkan oleh meningkatnya ekspor. Hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar komoditi andalan ekspor produk industri Indonesia dihasilkan oleh kelompok industri ini, khususnya cabang industri tekstil, serta cabang industri bahan bangunan dan umum. Sementara itu, peningkatan pada kelompok industri kimia dasar terjadi karena kenaikan volume produksi yang digunakan, baik untuk ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan barang jadi di pasaran dalam negeri maupun dalam rangka pendalaman struktur dan penyediaan bahan baku/penolong, khususnya yang menunjang industri hilir dalam melakukan kegiatan ekspor. Produksi kelompok industri mesin dan logam dasar secara keseluruhan menunjukkan kenaikan, kecuali beberapa cabang industri tertentu mengalami penurunan, yaitu industri mesin perkakas, industri alat berat dan konstruksi, industri elektronika dan industri perkapalan. Dari kelompok industri ini, telah dapat diproduksi beberapa komoditi baru seperti clutch system, sistem transmisi, sistem kemudi dan Ferro silikon.

Peranan ekspor hasil industri menjadi semakin penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional, terutama dalam hal peningkatan penerimaan devisa negara dari sektor non-migas, di samping juga untuk mendorong perluasan lapangan kerja. Selain itu untuk menunjang program ekspor tersebut, ditempuh pula berbagai usaha, yang meliputi antara lain, pembinaan dunia usaha beserta kebijaksanaan penunjangnya, diversifikasi daerah pemasaran dan produk ekspor yang memiliki keunggulan komparatif. Sampai dengan tahun 1986/87, perkembangan ekspor hasil industri menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat, baik dalam nilai maupun volume ekspor dan jenis komoditi yang dapat diekspor.

Dalam tahun ketiga Repelita IV, jenis komoditi yang dapat diekspor telah mencapai 285 komoditi industri. Walaupun demi-kian, sebagian besar dari komoditi-komoditi itu memiliki nilai ekspor yang masih rendah sehingga pengembangannya perlu terus didorong terutama bagi yang mampu menumbuhkan kesempatan kerja secara luas. Sementara itu, apabila dilihat dari besarnya nilai

VIII/5

Page 6:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

ekspor, tampak bahwa dari tahun ke tahun peranan ekspor hasil industri semakin meningkat. Sehubungan dengan itu, untuk tetap dapat meningkatkan ekspor hasil industri secara terus-menerus, telah ditempuh berbagai langkah-langkah pengembangan, khususnya terhadap jenis komoditi andalan ekspor.

Perkembangan kelompok industri kecil juga telah menampakkan kemajuan-kemajuan yang semakin berarti sebagai hasil usaha pembinaan dan bimbingan yang telah dilaksanakan, antara lain dalam aspek teknologi produksi, pemasaran dan manajemen serta usaha peningkatan keterampilan para pengusaha kecil/pengrajin. Kelompok industri kecil ini memegang peranan strategis, baik dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha, perluasan kesem-patan kerja dan peningkatan pendapatan, seperti yang dicermin-kan oleh berhasil diserapnya tenaga kerja sebanyak + 5,5 juta orang dalam 1,7 juta unit usaha. Pembinaannya dilaksanakan melalui sentra industri yang kemudian diarahkan untuk memben-tuk koperasi, sedangkan pemasarannya diarahkan, baik dalam bentuk pemasaran sendiri maupun dalam bentuk program keterkaitan seperti hubungan kerjasama/bapak angkat yakni sistem sub-kon-trak, sistem "vendor" dan sistem hubungan kerjasama dagang. Nilai ekspor dari kelompok industri juga menunjukkan kenaikan yang cukup besar, meskipun volume ekspor relatif sama dengan tahun sebelumnya. Kenaikan yang paling menonjol terutama diha-silkan dari cabang industri kerajinan.

Kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri, yang meliputi kegiatan perencanaan dan perancangan pembuatan mesin dan peralatan secara individual serta mesin dengan peralatan yang merupakan sistem terintegrasi/pabrik secara bertahap semakin berkembang. Kemampuan yang telah berkembang, antara lain adalah pada pekerjaan pengelasan untuk pembuatan peralatan lepas pantai, pembangunan kapal; penguasaan teknologi pengolah-an secara maksimal untuk pembuatan mesin seperti mesin perkakas, mesin dan peralatan pertanian. Sedangkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan pabrik yang telah berkembang antara lain adalah dalam membangun pabrik pengolah hasil pertanian seperti pabrik gula, kelapa sawit, tekstil, kayu lapis, karet bongkah dan pabrik-pabrik lainnya yang berskala menengah.

B. HASIL-HASIL PELAKSANAAN

Mengingat bahwa pembangunan merupakan usaha yang berkesi-nambungan maka dalam beberapa hal uraian mengenai hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun ketiga Repelita IV dilengkapi

VIII/6

Page 7:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

pula dengan uraian-uraian mengenai hasil-hasil yang telah dica-pai dalam tahun-tahun sebelumnya.

1. Industri Mesin dan Logam Dasar

Peranan kelompok industri mesin dan logam dasar cukup me-nentukan bagi keberhasilan proses industrialisasi yang sedang dilaksanakan, mengingat sebagian besar produk industri yang dihasilkan kelompok ini merupakan barang modal dan produk-produk antara yang menjadi bahan baku industri lainnya. Oleh karena itu kualitas dan harga produk yang dihasilkan akan menentukan pula mutu jasa atau mutu produk yang dihasilkan oleh industri atau sektor ekonomi lainnya.

Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang ditempuh untuk mengembangkan industri mesin dan logam dasar antara lain ada-lah : (a) mengusahakan pengadaan bahan baku logam yang diperlu-kan untuk pengembangan industri permesinan; (b) mengembangkan jenis industri yang mempunyai pasar yang jelas dan berulang serta mempunyai rangkaian proses produksi yang panjang dan keterkaitan yang luas; (c) meningkatkan kemampuan perangkat lunak serta standardisasi; (d) mendorong pengembangan industri-industri antara/komponen atau barang-barang setengah jadi guna memperkuat struktur industri dalam rangka meningkatkan keter-kaitan; (e) meningkatkan ekspor komoditi kelompok industri mesin dan logam dasar.

Hasil produksi kelompok industri mesin dan logam dasar sampai dengan tahun ketiga Repelita IV telah menunjukkan ber-bagai kemajuan baik dalam jenis, maupun volume dan mutu produk bila dibandingkan dengan hasil yang dicapai dalam Repelita III dan tahun-tahun sebelumnya. Walaupun demikian tingkat produksi beberapa komoditi terlihat masih belum mantap. Beberapa masa-lah pokok yang masih dihadapi antara lain, lemahnya daya saing hasil produksi yang diakibatkan oleh rendahnya efisiensi proses produksi; tingginya harga beberapa bahan baku dan tingkat pe-nguasaan teknologi yang masih belum memadai. Demikian pula, iklim industri belum sepenuhnya menunjang perkembangan kelompok industri tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka telah dikeluarkan kebijaksanaan 15 Januari 1987, yang menyangkut kelompok industri mesin dan logam seperti :

(a) Peningkatan industri kendaraan bermotor diutamakan melalui pola peningkatan kemampuan penggunaan komponen, baik yang

VIII/7

Page 8:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

bersumber dari produksi dalam negeri maupun impor (multi-sourcing), yang terutama ditujukan untuk kendaraan bermotor niaga dan penumpang. Oleh karena itu, sasaran penyempurnaan kebijaksanaan adalah peningkatan efisiensi pembuatan kompo-nen untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Langkah-langkah yang ditempuh adalah: pertama, mendorong penyusunan program penggunaan bagian, sub bagian dan per-lengkapan kendaraan bermotor dari produksi dalam negeri; kedua, pengaturan tarif bea masuk untuk barang-barang yang diperlukan dalam pembuatan komponen dengan diberlakukannya tarif yang rendah; ketiga, pembuat komponen diberikan kebe-basan untuk menjual produknya ke pasar bebas dan ekspor; keempat, produsen boleh mengimpor lebih dari satu sumber serta memanfaatkan secara luas komponen dalam negeri.

(b) Produk baja yang belum dihasilkan di dalam negeri dikenakan tarif yang rendah dan sebagian produknya dibebaskan dari Pola Tata Niaga. Penyederhanaan ini dimaksudkan untuk me-ningkatkan kemampuan industri dalam negeri dalam mengguna-kan produk industri baja, seperti industri kendaraan bermo-tor, industri mesin dan mesin listrik.

(c) Di bidang industri mesin, pengusaha diberikan kebebasan membuat mesin sesuai dengan kemampuan produksi yang dimi-liki, bilamana perlu dapat memperluas fasilitas yang ada atau menggunakan fasilitas pihak ketiga, kecuali untuk produk yang memerlukan keselamatan dan keamanan, serta produk yang diprogramkan atau dicadangkan untuk industri kecil.

(d) Di bidang industri mesin listrik ditempuh kebijaksanaan yang serupa dengan industri mesin. Yang termasuk dalam kategori industri mesin listrik adalah industri mesin lis-trik berputar, pengubah tegangan, pengubah arus dan pe-ngontrol tegangan, perlengkapan hubung bagi komponen lis-trik, instrument listrik, kabel listrik dan industri pera-latan listrik rumah tangga. Dikecualikan dari kebebasan ini adalah produk-produk yang dicadangkan untuk industri kecil.

(e) Kepada industri yang telah berdiri, didorong dan diberi pe-luang seluas-luasnya untuk melaksanakan program rehabilita-si, restrukturisasi, diversifikasi dan perluasan.

VIII/8

Page 9:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

Melalui kebijaksanaan tersebut di atas, industri yang telah berdiri akan dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu, jumlah dan daya saing produksinya.

Dalam tahun 1986/87 volume ekspor dari kelompok industri mesin dan logam dasar menunjukkan kenaikan, namun nilai ekspor-nya mengalami penurunan. Ekspor hasil industri dari cabang industri logam dasar yang menunjukkan kenaikan adalah pelat baja dan produk hilir besi baja, seperti batang kawat, besi beton, pipa baja; aluminium ingot dan produk-produk hilirnya, seperti pelat lembaran aluminium, produk-produk ekstrusi aluminium dan aluminium foil. Di samping itu, produk cabang industri mesin yang nilai ekspornya juga menunjukkan kenaikan adalah mesin-mesin pengerjaan pelat dan komponen-komponen, serta produk-produk yang nilai ekspornya belum cukup besar dan masih bersifat insidental seperti mesin-mesin untuk industri yang meliputi pompa, boiler, tangki aluminium dan komponen-komponen alat berat, kapal dan bangunan lepas pantai. Selain itu, telah dapat pula diekspor komponen kendaraan bermotor seperti peredam kejut (shock absorber), chassis dan sebagainya.

Perkembangan produksi industri mesin dan logam dasar dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1986/87 dapat dilihat pada Tabel VIII-1.

Hasil produksi cabang industri mesin perkakas dalam tahun ketiga Repelita IV pada umumnya mengalami penurunan, kecuali produksi mesin freis dan mesin gergaji yang mengalami kenaikan. Penurunan produksi terjadi pada mesin bor meja, mesin gerinda, dan mesin bubut masing-masing sebesar 24,7%, 20% dan 35,8% lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil produksi tahun sebelumnya. Penurunan produksi terutama disebabkan oleh meningkatnya persaingan dari barang impor. Sementara itu, kenaikan produksi sebesar 87,3% dan 76,5% untuk mesin freis dan mesin gergaji disebabkan oleh karena telah mulai berproduksi nya PT PINDAD dan meningkatnya industri pengolahan kayu gergajian.

Perkembangan cabang industri mesin dan peralatan pertanian pada umumnya menunjukkan keadaan yang mantap. Untuk mesin dan peralatan pasca panen seperti rice milling, thresher dan poli-sher, hasil produksi dalam tahun 1986/87 masing-masing menun-jukkan kenaikan volume produksi sebesar 86,0%, 170,0% dan 150,8% bila dibandingkan dengan hasil produksi tahun sebelum-nya. Namun pada tahun yang sama produksi huller hanya mencapai 1.212 unit yang berarti mengalami penurunan sebesar 1.559 unit atau 56,3%. Penurunan produksi huller ini disebabkan oleh ter-

VIII/9

Page 10:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

TABEL VIII – 1

PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR1983/84 - 1986/87

VIII/10

Page 11:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

Lanjutan Tabel VIII – 1

VIII/11

Page 12:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

lanjutan Tabel VIII – 1

1) Angka diperbaiki2) Data belum diperoleh

VIII/12

Page 13:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

GRAFIK V I I I — 1PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR.

1983/84 - 1986/87

Page 14:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

jadinya pergeseran pemakaian huller kepada peralatan yang ter-padu seperti rice milling dan polisher. Kecuali produksi trak-tor mini, hasil produksi mesin dan peralatan yang digunakan untuk pengolahan/penyiapan dan pemeliharaan tanah pada umumnya mengalami peningkatan pula dibandingkan dengan hasil produksi tahun 1985/86. Penurunan produksi traktor mini yang mencapai 32,6% ini terutama disebabkan oleh kurangnya daya saing terha-dap barang impor. Produksi traktor tangan dan pompa irigasi pada tahun 1986/87 tercatat masing-masing 94,3% dan 39,5% lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi tahun sebelumnya.

Dalam cabang industri alat berat dan konstruksi, beberapa jenis industri pada tahun 1986/87 mengalami penurunan produksi antara lain "stone crusher plant", "beton molen", "asphalt mixing plant", "motor grader", "excavator", "road/vibro roller" dan "forklift", masing-masing sebesar 38,5%, 11,0%, 11,1%, 5,6%, 32,1%, 49,1% dan 54,1% bila dibandingkan dengan volume produksi pada tahun 1985/86. Penurunan volume "motor grader", "excavator", "road roller" dan "asphalt mixing plant" terjadi karena adanya penurunan kegiatan pembangunan jalan. Sedangkan peningkatan volume produksi alat berat untuk "bulldozer" dan "wheel loader" dalam tahun 1986/87 disebabkan oleh meningkatnya permintaan, khususnya dari sektor kehutanan. Produksi wheel loader dan bulldozer untuk tahun 1986/87 tercatat masing-masing sebesar 93 unit dan 292 unit, yang berarti menunjukkan kenaikan masing-masing sejumlah 29 unit atau 45% dan 142 unit atau 94,7% di atas hasil produksi tahun sebelumnya.

Di cabang industri mesin dan peralatan listrik, perkem-bangan hasil produksi beberapa jenis industri selama tahun ketiga Repelita IV adalah sebagai berikut. Produksi mesin per-alatan listrik yang menunjang pembangkit dan distribusi tenaga listrik seperti "generator", "transformator" distribusi dan panel listrik tegangan tinggi mengalami penurunan. Hal ini disebabkan kegiatan program pembangunan kelistrikan semakin diarahkan pada program perluasan jaringan tegangan listrik yang lebih rendah, sehingga program ini mendorong peningkatan pro-duksi seperti pemutus arus kecil ("mini circuit breaker/MCB"). Di samping itu, hasil produksi "welding generator" dan motor listrik menunjukkan kenaikan produksi yang sangat besar dalam tahun 1986/87, yaitu masing-masing sebesar 250,9% dan 276,0% bila dibandingkan dengan tingkat produksi tahun sebelumnya.

Sementara itu, dalam tahun 1986/87 terjadi peningkatan produksi dalam hampir seluruh jenis industri yang termasuk dalam cabang industri elektronika. Pada umumnya hasil produksi

VIII/14

Page 15:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

tersebut berupa produk-produk yang menunjang perkembangan sektor telekomunikasi. Peningkatan produksi terjadi untuk produkproduk seperti HF-SSB, "radio transmitter", "VHF/UHF single channel", "TV-Relay Station", pesawat telepon, "radio mobile telephone" dan "rural telephone", yaitu masing-masing mengalami kenaikan sebesar 42,7%, 15,4%, 33,3%, 29,4%, 383,3%, dan 170,0% lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi dalam tahun 1985/86.

Sebaliknya, produksi "sentral telepon/PABX", "PCM/Multi-plex" dan "integrated circuit (IC)" dalam tahun 1986/87 me-ngalami penurunan, yaitu masing-masing sebesar 12,3%, 71,4% dan 86,9% lebih rendah dibandingkan dengan produksi tahun sebelum-nya. Hasil produksi lainnya yang juga menunjukkan kenaikan produksi yang sangat tinggi adalah komputer mikro. Jika pada tahun 1985/86 hanya dihasilkan sebanyak 2.561 buah maka pada tahun 1986/87 telah dapat dihasilkan sebanyak 6.814 buah atau meningkat sekitar 166,1%. Hal ini disebabkan oleh adanya per-luasan penggunaan komputer baik dalam bidang pekerjaan sehari-hari maupun untuk keperluan pendidikan.

Dalam tahun 1986/87 perkembangan di cabang industri kenda-raan bermotor, yaitu industri yang khususnya menunjang angkutan darat, pada umumnya menunjukkan peningkatan produksi kecuali untuk kendaraan bermotor roda empat jenis niaga kategori III dan IV. Penurunan volume produksi pada kategori III disebabkan oleh adanya penurunan investasi pada sektor jasa angkutan, baik berupa peremajaan maupun perluasan usaha. Sedangkan untuk kate-gori IV penurunan produksi lebih disebabkan oleh adanya penu-runan daya bell masyarakat terhadap jenis kendaraan ini. Semen-tara itu, kenaikan produksi untuk kendaraan yang termasuk kate-gori I, II dan V dimungkinkan dengan semakin meningkatnya pelaksanaan program angkutan pedesaan. Bila dibandingkan dengan produksi dalam tahun 1985/86, maka produksi kendaraan kategori I, II, V dan kendaraan penumpang dalam tahun 1986/87 mengalami kenaikan produksi masing-masing sebesar 12,4%, 1,9%, 45,3% dan 39,5%; sedangkan produksi kendaraan kategori III dan IV masing-masing menunjukkan penurunan produksi sebesar 4,1% dan 49,6%.

Di samping industri perakitan kendaraan bermotor, per-kembangan dalam industri komponen kendaraan juga menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Hasil produksi yang telah dicapai dalam tahun 1986/87 antara lain mesin diesel, mesin bensin, "piston", "piston ring", busi, "radiator", "muffler" dan "tailpipe", "filter element", "axle" dan "propeler shaft" dengan kenaikan produksi masing-masing sebesar 150,7%, 82,2%,

VIII/15

Page 16:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

22,4%, 2,9%, 13,6%, 13,1%, 12,97, 4,8%, 146,3% dan 146,3% lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil produksi tahun 1985/86. Demikian pula untuk komponen kendaraan seperti "wheel rim", "brake system", "chassis", "shock absorber" dan lain sebagainya. Selama tiga tahun pertama dalam Repelita IV, komponen-komponen kendaraan bermotor yang telah mampu dibuat di dalam negeri semakin meningkat bila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita III. Dalam tahun 1986/87, telah mulai diproduksi "clutch system", sistem transmisi ("transmission system") dan sistem kemudi ("steering system").

Jenis-jenis industri yang termasuk dalam cabang industri angkutan lainnya, antara lain adalah industri kereta api, pesawat terbang dan perkapalan. Perkembangan industri kereta api meliputi pembuatan gerbong barang dan gerbong penumpang. Pada tahun 1986/87 telah diproduksi gerbong barang sebanyak 160 unit dan gerbong penumpang sebanyak 75 unit. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 1985/86, maka produksi gerbong barang mengalami penurunan sebesar 54,2% sedangkan untuk produksi gerbong penumpang menunjukkan kenaikan sebesar 17,2%. Selanjutnya industri pesawat terbang telah mampu memproduksi jenis pesawat terbang ("fixed wing aircraft") tipe C-212 dan diharapkan mampu pula memproduksi jenis pesawat terbang tipe CN-235 dan jenis helikopter ("rotary wing"), antara lain meliputi tipe B0-105, "Super Puma 332", BK 117, Bell-412 dan SA-330.

Industri perkapalan yang bertujuan menunjang peningkatan pelayanan perhubungan laut mencakup dua kegiatan produksi uta-ma, yaitu pembangunan kapal baru dan reparasi kapal. Dalam tahun 1986/87 hasil pembangunan kapal baru untuk angkutan pe-numpang dan barang mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya permintaan karena daya bell perusahaan pelayaran yang masih lemah. Pada tahun 1985/86 produksi kapal baru menca-pai 18.220 brt sedangkan pada tahun 1986/87 produksinya menca-pai 7.745 brt. Hal ini menunjukkan penurunan produksi sebesar 10.475 brt atau 57,5%. Untuk industri reparasi kapal, dalam tahun 1986/87 kegiatan reparasi mencapai 1.024.885 brt, yang berarti menunjukkan kenaikan sebesar 132.325 brt atau 14,8% jika dibandingkan dengan hasil tahun sebelumnya.

Berkaitan dengan cabang industri perkapalan adalah industri yang menghasilkan bangunan lepas pantai bagi keperluan usaha pengeboran minyak lepas pantai. Melemahnya harga minyak inter-nasional, membawa pengaruh pula pada kegiatan usaha di sektor industri penunjang kegiatan perminyakan. Pada tahun 1986/87 produksi bangunan lepas pantai hanya mencapai 14.850 ton. Jum-

VIII/16

Page 17:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

lah tersebut mengalami penurunan sebesar 15.434 ton atau seki-tar 51% bila dibandingkan dengan hasil produksi pada tahun 1985/86. Kecenderungan penurunan produksi tersebut telah mulai dirasakan sejak tahun 1985/86.

Perkembangan cabang industri mesin dan peralatan pabrik dalam tahun ketiga Repelita IV ditandai oleh adanya penurunan maupun kenaikan produksi pada jenis-jenis industri yang terma-suk dalam cabang industri ini, bila dibandingkan dengan hasil produksi yang dicapai dalam tahun kedua Repelita IV. Penurunan produksi mesin dan peralatan pabrik, khusus bagi industri-industri yang kegiatannya berorientasi untuk menunjang perkem-bangan pabrik gula, kelapa sawit, karet, teh dan kopi, terutama terjadi karena adanya penundaan pelaksanaan investasi proyek, baik untuk keperluan rehabilitasi/perluasan maupun berupa in-vestasi pembangunan pabrik baru. Secara berturut-turut persen-tase penurunan volume produksi mesin dan peralatan pabrik gula, kelapa sawit, karet, teh dan kopi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah 24,9%, 52,9%, 4,5%, 20,0% dan 83,9%.

Sementara itu, peningkatan produksi boiler dengan kapasitas berukuran sampai dengan 5 ton uap/jam dan kapasitas yang ber-ukuran diatas 5 ton uap/jam masing-masing adalah 44,4%, dan 30,3%. Peningkatan produksi boiler terutama untuk memenuhi kebutuhan pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan kayu, dan pabrik-pabrik kimia untuk keperluan penggantian. Demikian pula terjadi peningkatan produksi pada industri konstruksi baja sebesar 24 ribu ton atau sekitar 109,1%, yaitu dari produksi sebesar 22 ribu ton pada tahun 1985/86 menjadi sebesar 46 ribu ton pada tahun 1986/87. Kenaikan volume produksi terutama disebabkan oleh adanya proyek-proyek baru yang dilaksanakan di bidang pekerjaan umum, telekomunikasi dan kelistrikan.

Pada tahun 1986/87, industri yang termasuk dalam cabang industri logam dan produk dasar, pada umumnya mengalami pening-katan volume produksi. Sementara itu, telah mulai diproduksi pula Ferro silicon sebanyak 2.731 ton, seperti terlihat pada Tabel VIII-1. Produk-produk dasar yang mengalami peningkatan produksi yang sangat tinggi, antara lain adalah slab baja, "hot rolled coil (HRC)", batang kawat dan "tin plate" yang masing-masing menunjukkan kenaikan sebesar 58,8%, 100,2%, 26,5%, dan 100,2% jika dibandingkan dengan hasil produksi tahun 1985/86. Sedangkan penurunan produksi terjadi pada produk-produk seperti kawat tali baja, pelat sang, pipa las spiral, aluminium sheet dan batang tembaga, yaitu masing-masing dengan penurunan seki-tar 13,4%, 28,7%, 24,7%, 6,7% dan 53,4%.

VIII/17

Page 18:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

2. Industri Kimia Dasar

Pembangunan industri kimia dasar yang telah ditempuh selama tiga tahun Repelita IV, di samping tetap diarahkan kepada pendalaman dan pemantapan struktur industri juga ditekankan pada pengembangan industri kunci melalui keterkaitan yang man-tap di dalam sektor industri dan antara sektor ekonomi lainnya.

Pendalaman dan pemantapan struktur industri dilakukan mela-lui restrukturisasi, antara lain melalui usaha peningkatan struktur modal, pembangunan proyek-proyek baru, perbaikan dalam proses produksi dan konversi dari bahan bakar minyak kepada bahan bakar batubara serta perluasan-perluasan yang memperbesar kapasitas dan menambah jenis produk baru. Program restrukturi-sasi ini telah dilaksanakan terhadap industri-industri semen, kaca lembaran, pulp dan kertas, ban kendaraan bermotor dan industri pupuk serta industri-industri lain, terutama industri yang menunjukkan pertumbuhan yang mantap.

Volume produksi sebagian besar industri dalam kelompok industri kimia dasar selama tiga tahun Repelita IV meningkat bila dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III meskipun ada beberapa produk yang mengalami penurunan. Faktor-faktor yang mendukung kenaikan volume produksi tersebut antara lain adalah meningkatnya perkembangan industri hilir, meningkatnya ekspor serta meningkatnya pemanfaatan kapasitas produksi bebe-rapa pabrik. Sedangkan penurunan pada beberapa jenis produk terjadi antara lain karena masih lemahnya daya saing terhadap produk impor dan adanya kelesuan pada industri hilirnya.

Selanjutnya dalam tahun ketiga Repelita IV, nilai produksi menurut cabang industri kecuali cabang industri agrokimia, meningkat dibandingkan dengan tahun kedua Repelita IV. Penu-runan nilai produksi pada cabang industri petrokimia disebabkan merosotnya harga jual pupuk dan amonia di dalam negeri dan pasaran ekspor yang cukup tajam meskipun volume produksi me-ningkat. Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh kelompok industri kimia dasar mengalami peningkatan dari 8.046 orang pada tahun 1985 menjadi 9.079 orang pada tahun 1986 atau naik sebesar 12,97.

Sebagian besar produk cabang industri sellulosa dan karet dalam tahun ketiga Repelita IV menunjukkan kenaikan dibanding tahun kedua Repelita IV. Sampai dengan tahun ketiga Repelita

VIII/18

Page 19:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

IV, pertumbuhan industri kertas dan pulp cukup mantap yang ditunjukkan oleh adanya peningkatan produksi kertas dalam per-sentase kenaikan yang semakin besar. Tahun 1984/85 produksinya meningkat menjadi 402,6 ton dari 369,2 ton pada tahun 1983/84 atau naik 9%. Dalam tahun 1985/86 meningkat sebesar 28%, se-hingga menjadi 515,2 ton dan pada tahun 1986/87 naik lagi menjadi 817,2 ton atau naik sebesar 58,6% dari tahun 1985/86. Kenaikan ini disebabkan oleh semakin meningkatnya ekspor bebe-rapa jenis kertas dan semakin banyaknya pabrik-pabrik kertas di dalam negeri yang menggunakan pulp serat pendek produksi dalam negeri. Produksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV me-ngalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repe-lita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu buah. Tahun kedua mengalami kenaikan sebesar 12,1% menjadi 2.500 ribu buah dan dalam tahun ketiga Repelita IV meningkat 22% menjadi 3.048,5 ribu buah. Kenaikan ini disebabkan oleh keadaan pasar yang mulai membaik, baik pasar dalam negeri maupun ekspor.

Selanjutnya, kecuali bahan aktif pestisida, produksi untuk industri agrokimia dalam tahun ketiga Repelita IV semuanya meningkat dari tahun kedua Repelita IV. Dengan adanya usaha peningkatan efisiensi beberapa pabrik, sampai dengan tahun ketiga Repelita IV produksi urea meningkat terus meskipun de-ngan persentase yang semakin kecil. Tahun 1984/85 industri pupuk urea berhasil meningkatkan produksinya menjadi 2.910 ribu ton dari 2.255 ribu ton pada tahun 1983/84 atau naik sebesar 29%. Kemudian untuk tahun 1985/86 dan 1986/87 secara berturut-turut meningkat menjadi 3.588 ribu ton (naik 23,3%) dan 4.000 ribu ton (naik 11,5%) terhadap tahun sebelumnya. Produksi pupuk ZA dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1986/87 juga terus meningkat. Tahun 1984/85 produksi naik sebesar 46% dari 208 ribu ton menjadi 304 ribu ton, tahun 1985/86 meningkat sebesar 56,4% dan dalam tahun 1986/87 meningkat lagi menjadi 554,6 ribu ton atau naik sebesar 16,6%. Industri bahan aktif pestisi-da yang baru mulai berproduksi awal tahun kedua Repelita IV berhasil meningkatkan produksinya sebesar 560% dari produksi tahun sebelumnya. Namun pada tahun ketiga Repelita IV produk-sinya menurun dari 3.300 ton menjadi 3.000 ton. Hal ini dise-babkan adanya Inpres No. 3 tahun 1986 yang antara lain melarang penggunaan 57 jenis pestisida pada tanaman padi. Di lain pihak, industri amonia yang juga mulai berproduksi dalam tahun per-tama Repelita IV meningkat terus. Tahun 1984/85 volume produk-sinya mencapai 279 ribu ton meningkat menjadi 323,8 ribu ton pada tahun 1985/86 dan pada tahun 1986/87 meningkat lagi menja-di 399,5 ribu ton.

VIII/19

Page 20:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

Produksi formulasi pestisida tahun 1984/85 mengalami kena-ikan yang paling besar, yaitu dari 40,6 ribu ton pada tahun 1983/84 menjadi 50,7 ribu ton pada tahun 1984/85 (naik 24,9%). Dalam tahun 1985/86 dan 1986/87, kenaikannya lebih tinggi 4,7% dan 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Seperti halnya industri formulasi pestisida, industri pupuk TSP pada tahun 1984/85 mengalami kenaikan yang terbesar yaitu 28%, sedangkan pada tahun 1985/86 dan 1986/87 masing-masing hanya naik sebesar 2% dan 8% dari tahun sebelumnya.

Dalam cabang industri organik, semua jenis industri meng-alami kenaikan produksi kecuali alkohol. Volume produksi indus-tri kalsium sitrat dan asam sitrat pada tahun pertama dan tahun kedua Repelita IV menurun terus, namun meningkat pada tahun ketiga Repelita IV menjadi 9.000 ton atau naik sebesar 26,8%. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya ekspor. Sebaliknya, industri alkohol yang pada awal Repelita IV berhasil meningkat-kan produksinya dengan kenaikan yang sangat besar terhadap tahun terakhir Repelita III (dari 900 ton menjadi 33.750 ton), pada tahun 1985/86 turun menjadi 37.170 ton dan pada tahun 1986/87 turun lagi menjadi 31.800 ton. Penurunan ini disebabkan oleh semakin meningkatnya peraturan yang menyangkut peredaran minuman keras di dalam negeri. Industri "dioctyl phtalic" yang mulai berproduksi pada tahun kedua Repelita IV, dalam tahun ketiga Repelita IV berhasil meningkatkan produksinya dengan kenaikan yang cukup besar (145,8%). Demikian juga dengan poly-styrene yang baru berproduksi pada tahun kedua Repelita IV, berhasil meningkatkan produksinya menjadi 13.300 ton pada tahun ketiga Repelita IV atau naik sebesar 67,5% dari tahun 1985/86 (7.940 ton).

Selanjutnya untuk produksi resin PVC, sejak akhir Repelita III sampai dengan tahun ketiga Repelita IV meningkat terus dengan persentase kenaikan yang semakin besar. Pada tahun 1984/85 naik sebesar 5,6% dibandingkan dengan tahun 1983/84, pada tahun 1985/86 meningkat sebesar 7,4% dibandingkan dengan tahun 1984/85 dan pada tahun 1986/87 meningkat lagi menjadi 87,5 ribu ton dibandingkan dengan 72,7 ribu ton pada tahun 1985/86 atau naik sebesar 20,4%. Produksi bahan kimia tekstil mengalami peningkatan sebesar 66,6% dalam tahun ketiga Repelita IV bila dibandingkan dengan tahun kedua Repelita IV. Kenaikan produksi dalam cabang industri organik sebagian besar disebab-kan oleh semakin meningkatnya jumlah industri hilir yang meng-gunakan produk-produk dari cabang industri organik.

VIII/20

Page 21:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

Sementara itu, dalam tahun ketiga Repelita IV produksi industri anorganik mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun kedua Repelita IV. Kenaikan yang menonjol terjadi pada "calsium carbonat" dan "gypsum", masing-masing sebesar 168% dan 129,1%. Produksi "calsium carbonat" pada awal tahun Repelita IV meningkat sebesar 123,3% terhadap tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 6.000 ton menjadi 13.400 ton. Tahun kedua Repelita IV meningkat lagi menjadi 14.400 ton. "Gypsum" yang baru ber-produksi pada tahun 1984/85 sebesar 30.100 ton meningkat men-jadi 134.300 ton. Selanjutnya, produksi "aluminium sulfat" meningkat menjadi 39.000 ton pada tahun 1984/85 dari produksi tahun 1983/84 (26,8 ribu ton) atau naik 45,5%, namun dalam tahun 1985/86 produksinya menurun 5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan pada tahun 1986/87 meningkat lagi menjadi 47,6 ribu ton atau naik sebesar 10,7%. Produksi "asam chlorida" selama tiga tahun Repelita IV meningkat terus dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III. Selanjutnya, pada tahun 1984/85 meningkat 30,5% dibandingkan dengan tahun 1983/84 dan tahun 1985/86 serta tahun 1986/87 secara berturut-turut meningkat sebesar 36% dan 31,8%.

Gambaran yang lebih rinci mengenai produk industri kimia dasar dapat dilihat pada Tabel VIII-2.

Dalam usaha pengembangan kelompok industri kimia dasar selama tiga tahun pertama Repelita IV masih dihadapi berbagai permasalahan, antara lain adanya kapasitas yang belum dimanfa-atkan sepenuhnya, adanya kecenderungan menurunnya harga produk sejenis di pasaran internasional untuk beberapa komoditi ekspor dan sulitnya mendapatkan lisensi untuk komoditi-komoditi yang memerlukan teknologi canggih.

3. Aneka Industri

Industri ini merupakan jembatan antara industri hulu/dasar dengan industri kecil, sehingga mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperkokoh keterkaitan antara industri besar dan industri hilir. Dengan demikian pembangunan industri ini mempu-nyai peranan besar dalam pembangunan industri secara keseluruhan. Di samping itu beberapa jenis industri ini memanfaatkan bahan baku dari dalam negeri, sehingga mempunyai keunggulan komparatif dan mampu mendorong pembangunan daerah.

Secara umum, hasil produksi kelompok aneka industri sampai dengan tahun ketiga Repelita IV menunjukkan kenaikan diban-dingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali untuk beberapa

VIII/21

Page 22:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

TABEL VIII - 2

P00DUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR,1983/84 - 1986/87

e) Angka diperbaiki

VIII/22

Page 23:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

G R A F I K V I I I - 2PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR,

1983/84 – 1986/87

VIII/23

Page 24:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

jenis komoditi seperti minyak goreng kelapa sawit, rokok putih, susu kental manis, sakarin, siklamat, kulit imitasi, radio/ radio cassette, televisi hitam putih, alat pendingin (AC), lemari es, mesin jahit, kipas angin dan "cassette recorder ". Sementara itu beberapa jenis komoditi yang menunjukkan kenaikan cukup besar, antara lain margarine, rokok kretek, serat staple, benang tenun termasuk filamen, tekstil lembaran, zat warna tekstil, detergent, tapal gigi, pita kaset kosong, pita video kosong, cat, kertas diazo, sepeda motor, accu, lampu pijar dan TL, sepatu kulit, kayu lapis, "particle board", genteng semen, rotan olahan, tiang listrik baton dan pensil.

Sejalan dengan perkembangan volume produksinya, nilai pro-duksi kelompok aneka industri pada tahun 1986 menunjukkan pe-ningkatan sebesar 20% dibandingkan dengan tahun 1985, sedangkan nilai produksi pada tahun 1985 menunjukkan peningkatan sebesar 13% bila dibandingkan dengan tahun 1984. Peningkatan nilai produksi ini meliputi 15,8% pada cabang industri pangan, 39,5% pada cabang industri tekstil, 6,6% pada cabang industri kimia, 12,4% pada industri alat listrik dan logam dan 11,4% pada cabang industri bahan bangunan dan umum.

Dari segi ekspor, volume ekspor kelompok aneka industri pada tahun 1986/87 berjumlah 7.103,8 ton atau mengalami pening-katan sebesar 3% jika dibandingkan dengan tahun 1985/86 yang berjumlah 6.895,2 ton. Sedangkan nilai ekspor meningkat dari US$ 2.676,7 juta menjadi US$ 3.027,8 juta atau meningkat sebe-sar 13,1%.

Sementara itu, tenaga kerja yang dapat diserap oleh kelom-pok aneka industri pada tahun 1986/87 adalah sebesar 132.940 orang, atau meningkat sebesar 131,3% bila dibandingkan dengan pada tahun 1985/86 yang berjumlah 57.480 orang. Bila dibanding-kan dengan perkiraan daya serap tenaga kerja kelompok aneka industri pada Repelita IV di mana diharapkan akan terserap sebanyak 80.000 orang per tahun, maka daya serap tenaga kerja pada tahun 1986/87 mencapai 166,18% dari angka perkiraan ter-sebut.

Komoditi andalan ekspor dari kelompok aneka industri ini antara lain : Komoditi industri pengolahan hasil hutan, meli-puti kayu gergajian, kayu lapis termasuk dekoratif plywood, mebel dan komponen mebel, "chipwood/particle board", serbuk kayu, "chopstick" dan lainnya ; komoditi industri pengolahan karet meliputi "crumb rubber", sepatu dan sol karet, industri "rubber products" dan barang-barang dari karet lainnya; komo-

VIII/24

Page 25:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

diti-komoditi industri pengolahan kulit meliputi barang-barang dari kulit, sarung tangan golf, sepatu dan sebagainya ; komoditi tekstil pakaian jadi meliputi pakaian jadi, tekstil lem-baran dan produk tekstil lainnya ; komoditi industri pengolahan hasil pertanian meliputi buah-buahan dalam kaleng, makanan ternak, stearine, minyak atsiri, dan sebagainya ; industri pengolahan pertambangan non migas meliputi keramik, porselin, produk-produk seperti "floor tiles", "toilet", "wastafel" dan sebagainya ; komoditi aneka industri lainnya, seperti peralatan listrik, "refrigerator", kipas angin, produk-produk elektro-nika, radio, televisi, kamera dan lain-lain.

Hasil produksi kelompok aneka industri secara terperinci dapat dilihat pada Tabel VIII-3.

Dalam Tabel VIII-3 dapat dilihat bahwa, pada umumnya per-kembangan produksi cabang industri pangan pada tahun 1986/87 menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan produksi tahun 1985/86. Peningkatan produksi ini meliputi komoditi minyak goreng kelapa sebesar 0,1%, margarine sebesar 13,7%, rokok kretek sebesar 13,5%, susu bubuk sebesar 2,1%, dan susu cair sebesar 4,9%. Sedangkan komoditi-komoditi yang mengalami penu-runan produksi, meliputi minyak goreng kelapa sawit, rokok putih, sakarin dan siklamat. Penurunan produksi rokok putih disebabkan karena adanya pergeseran selera konsumen dari rokok putih ke rokok kretek, sedangkan penurunan produksi sakarin dan siklamat disebabkan karena adanya pengendalian produksi karena alasan pertimbangan kesehatan masyarakat. Khusus untuk minyak goreng kelapa sawit, penurunan produksi disebabkan oleh karena alokasi "crude palm oil (CPO)" sebagai bahan baku lebih diuta-makan untuk ekspor. Namun demikian, kebutuhan minyak goreng secara nasional dapat terpenuhi dengan adanya peningkatan pro-duksi minyak goreng kelapa sawit.

Pada cabang industri tekstil, peningkatan produksi terutama disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan tekstil baik kebutuhan di dalam negeri maupun untuk ekspor. Peningkatan produksi ini meliputi komoditi-komoditi serat staple sebesar 11%, benang tenun termasuk filamen sebesar 14,4%, tekstil lembaran sebesar 10,5%, zat warna tekstil sebesar 79,2% dan pakaian jadi sebesar 7,4%.

Dalam cabang industri kimia, perkembangan produksi jenis-jenis industri pada tahun 1986/87 mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan produksi tahun 1985/86, kecuali untuk komoditi kulit imitasi. Jenis industri yang menunjukkan

VIII/25

Page 26:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

TABEL VIII - 3

PRODUKSI ANEKA INDUSTRI,1983/84 - 1986/87

VIII/26

Page 27:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

Lanjutan Tabel VIII – 3

1) Angka diperbaiki2) Termasuk "shortening "

3) Termasuk rajut4) Termasuk produksi industri kecil

VIII/27

Page 28:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

perkembangan cukup besar meliputi detergent sebesar 10,9%, tapal gigi sebesar 35,2%, pita kaset kosong sebesar 10,8%, pita video kosong sebesar 53,8%, cat sebesar 12,2% dan kertas diazo sebesar 11,1%. Sedangkan untuk komoditi-komoditi sabun cuci, sabun mandi, korek api, crumb rubber dan tinta cetak, produksi pada tahun 1985/86 masing-masing sebesar 161.368 ton, 150.300 ton, 2.214 juta kotak, 824.670 ton dan 7.661 ton meningkat masing-masing menjadi 162.335 ton, 158.510 ton, 2.344 juta kotak, 883.653 ton dan 8.289 ton pada tahun 1986/87, atau masing-masing meningkat sebesar 0,6%, 5,5%, 5,9%, 7,1% dan 8,2%. Sejalan dengan perkembangan cabang industri kimia ini, produksi kertas karton, pipa PVC (dan fitting), sepatu karet/ kanvas, karung plastik dan jaring ikan produksi pada tahun 1986/87 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 4,2%, 7,6%, 6,9%, 3,9% dan 3,2% dibandingkan dengan produksi tahun 1985/86.

Dalam cabang industri alat listrik dan logam, produksinya pada tahun 1986/87 mengalami peningkatan yang cukup mantap dibandingkan dengan produksi tahun 1985/86, kecuali untuk je-nis-jenis komoditi, seperti radio/radio cassette, TV hitam putih, alat pendingin (AC), lemari es, mesin jahit, "cassette recorder" dan kipas angin. Jenis-jenis komoditi yang menunjuk-kan perkembangan cukup besar meliputi sepeda motor sebesar 37%, variable resistor sebesar 23%, accu sebesar 27,4% dan lampu pijar sebesar 16,5%. Di samping jenis-jenis komoditi tersebut, jenis komoditi lainnya yang mengalami peningkatan antara lain "amplifier" sebesar 7,9%, "tunner" sebesar 7,5%, "loudspeaker" sebesar 8,1%, TV berwarna sebesar 2,2%, baterai kering sebesar 5,3%, kabel listrik/telepon sebesar 1,1% dan alat semprot hama sebesar 5,7%. Penurunan produksi dari beberapa jenis komoditi pada cabang industri ini antara lain disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat, pemakaian yang terbatas dari konsumen dan adanya saingan produk sejenis buatan luar negeri.

Pada cabang industri bahan bangunan dan umum, semua jenis industri yang ada mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini disebabkan bahan baku dari jenis-jenis industri tersebut umumnya bersumber dari dalam negeri, yang sebagian besar hasil produksinya merupakan komoditi ekspor dan pesatnya pembangunan perumahan di dalam negeri. Perkembangan produksi kayu lapis, kayu gergajian, decorative plywood, particle board, wood wor-king pada tahun 1986/87 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 14,9%, 4,9%, 2,7%, 15,7% dan 3,6% dibandingkan dengan produksi tahun 1985/86. Selanjutnya produksi jenis-jenis indus-tri sanitair, wall tile, asbes semen, marmer, genteng semen dan tiang listrik beton pada tahun 1986/87 masing-masing sebesar

VIII/28

Page 29:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

1,11 juta buah, 7,2 juta buah, 298.278 ton, 1.165.000 m2, 33,5 juta buah dan 386.954 buah, meningkat dari produksi masing-masing sebesar 1,1 juta buah, 7 juta buah, 297.400 ton, 1.095.380 m2, 23,25 juta buah dan 344.586 buah pada tahun 1985/86. Sejalan dengan perkembangan industri bahan bangunan tersebut, produksi jenis-jenis industri lainnya pada cabang industri ini pada tahun 1986/87 mengalami peningkatan yang cukup mantap, seperti industri gelas dan botol sebesar 0,4%, kulit sebesar 8,9%, pensil sebesar 11,9%, ball point sebesar 0,9%, karung goni sebesar 1,3%, sepatu kulit sebesar 10,6%, katup sleret sebesar 0,6%, pecah belah dari keramik sebesar 1,2% dan rotan olahan sebesar 42%, dibandingkan dengan produksi masing-masing pada tahun 1985/86.

Berdasarkan uraian perkembangan hasil produksi tersebut dapat disimpulkan bahwa, industri-industri yang mengalami pe-ningkatan cukup mantap meliputi : industri yang mengolah bahan baku dalam negeri baik untuk pasaran dalam negeri maupun eks-por, antara lain kayu lapis, rotan olahan, genteng semen, margarine, rokok kretek dan sebagainya ; industri yang seba-gian besar hasil produksinya merupakan komoditi ekspor, antara lain kayu lapis, pita kaset kosong, pita video kosong, tekstil, pakaian jadi dan baterai kering ; industri yang menghasilkan kebutuhan rakyat banyak antara lain tekstil lembaran, deter-gent, tapal gigi dan sebagainya ; industri yang menunjang sektor perhubungan antara lain sepeda motor, accu ; industri yang mempunyai keterkaitan luas dengan industri kecil antara lain tekstil, pakaian jadi ; industri yang menunjang program listrik masuk desa, antara lain lampu pijar dan TL, tiang listrik beton ; industri yang menunjang sektor pendidikan, seperti pensil, ball point dan sebagainya.

Beberapa industri yang mengalami penurunan produksi cukup besar meliputi industri yang kebutuhan bahan bakunya tidak dapat dipenuhi karena bahan-bahan tersebut diperlukan untuk ekspor, seperti industri minyak kelapa sawit ; industri yang sudah jenuh pemasarannya di dalam negeri namun tidak dapat didorong untuk ekspor karena kurangnya daya saing, seperti TV berwarna, AC, mesin jahit, kipas angin dan sebagainya ; indus-tri yang mendapat persaingan dari produk-produk lain sebagai hasil dari diversifikasi produk, perubahan selera konsumen dan sebagainya, seperti rokok putih, susu kental manis dan sebagai-nya.

Dalam pengembangan kelompok aneka industri masih dihadapi hambatan yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku, baik yang

VIII/29

Page 30:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Hambatan bagi pertumbuhan industri-industri yang memanfaatkan bahan baku dalam negeri antara lain disebabkan karena mutu dan jumlah bahan baku yang kurang memenuhi syarat sebagai akibat adanya musim kering, hama penyakit dan sebagainya. Sedangkan bagi kelompok industri yang menggunakan bahan baku/komponen luar negeri, seperti industri elektronika, sepeda motor dan komoditi lainnya yang bersumber dari luar negeri sangat dipe-ngaruhi oleh perubahan harga dan gejolak ekonomi yang terjadi di luar negeri. Ketergantungan dalam bahan baku ini antara lain disebabkan oleh karena belum berkembangnya industri hulu dalam negeri.

Di samping ketergantungan bahan baku, kelompok industri ini masih menghadapi ketergantungan di bidang perangkat lunak, yang diakibatkan oleh terbatasnya kemampuan bidang teknologi produk-si serta kurang kuatnya unit engineering serta penelitian dan pengembangan (R & D).

Dalam hal pemasaran, potensi dalam negeri belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara optimal karena terdapat beberapa hambatan, antara lain kurangnya motivasi masyarakat untuk meng-gunakan hasil produksi dalam negeri. Di samping itu mutu pro-duk-produk tersebut masih rendah dan harganya relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk-produk sejenis dari luar negeri. Selanjutnya, dihadapi keterbatasan kemampuan teknis dan manajemen dalam negeri sehingga mutu dan harga kalah bersaing di pasaran internasional, di samping kuota yang juga merupakan hambatan dalam rangka pengembangan ekspor kelompok aneka indus-tri.

Dari segi teknologi, proses alih teknologi pada kelompok aneka industri pada umumnya masih dalam tahap awal, yaitu tahap penyerapan dan adaptasi teknologi dan belum sampai pada tahap pengembangan atau penciptaan teknologi baru. Sampai saat ini masih dirasakan kurangnya tenaga yang terampil dan mampu menye-rap dan melaksanakan teknologi baru, terutama untuk tenaga tingkat menengah dan operator. Juga program latihan belum ber-jalan baik, di samping adanya keengganan dari sumber teknologi yang berasal dari luar negeri untuk melaksanakan hal tersebut.

Masalah pencemaran yang timbul umumnya disebabkan karena belum seluruh pabrik dilengkapi dengan alat pencegahan pence-maran, terutama pabrik-pabrik yang sudah lama dibangun. Upaya untuk pencegahan pencemaran ini telah dilaksanakan, namun masih dirasakan kurangnya tenaga terampil dalam menangani masalah

VIII/30

Page 31:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

tersebut dan juga kurangnya kesadaran masyarakat dalam menga-tasi masalah pencemaran lingkungan.

Beberapa hambatan yang dihadapi dalam usaha meningkatkan keterkaitan dalam rangka pendalaman dan penguatan struktur, antara lain belum seimbangnya pertumbuhan dan perkembangan bahan baku yang berasal dari sektor pertanian, kehutanan, per-tambangan dan sektor industri sendiri, sehingga hal ini menim-bulkan masalah yang menyangkut jumlah, mutu, harga, kesinam-bungan pengadaan dan lain sebagainya. Di samping itu juga disebabkan karena pengembangan industri hulu/dasar kurang sela-ras dibandingkan dengan perkembangan industri hilir yang akan memanfaatkan bahan baku industri hulu/dasar tersebut, sehingga industri hilir lebih banyak berorientasi ke arah impor dalam pemenuhan bahan bakunya.

Dalam kaitannya dengan aspek permesinan, selain peralatan mesin produksi pada industri-industri yang dibangun sebelum Repelita I sudah tidak efisien lagi dan teknologi nya sudah jauh ketinggalan, juga masih banyak industri-industri yang tidak memiliki proses pengolahan yang lengkap. Masalah lainnya ada-lah kurangnya industri dalam negeri untuk menggunakan mesin dan peralatan buatan dalam negeri karena masalah mutu dan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan impor.

Hambatan yang timbul dalam keterkaitan dengan industri kecil antara lain menyangkut disain, standar, mutu dan spesifi-kasi teknis lainnya yang tidak memenuhi persyaratan, di samping masalah harga produk yang belum memadai.

4. Industri Kecil

Industri kecil merupakan industri yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang pada umumnya dilakukan oleh golongan ekonomi lemah, baik yang tinggal di pedesaan, maupun di perko-taan. Oleh karena itu dalam tahun ketiga Repelita IV pembangun-an sektor industri kecil tetap ditekankan pada usaha peningkat-an kesempatan berusaha serta perluasan lapangan kerja.

Pengembangan industri kecil dalam tahun ketiga Repelita IV dititikberatkan kepada pembinaan yang dilaksanakan melalui sentra-sentra yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sam-pai dengan Semester I tahun 1986 jumlah sentra yang telah dibina berjumlah 3.313 sentra atau 55% dari jumlah yang ditar-getkan dalam Repelita IV (6.000 sentra). Seluruh sentra tersebut meliputi industri kecil pangan sejumlah 908 sentra (27%),

VIII/31

Page 32:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

industri kecil kerajinan dan umum sejumlah 719 sentra (22%), industri kecil sandang dan kulit sejumlah 669 sentra (20%), industri kecil kimia dan bahan bangunan sejumlah 605 sentra (18%) dan industri kecil logam sejumlah 412 sentra (13%).

Pengembangan industri kecil antara lain dilakukan dengan program keterkaitan antara BUMN dengan industri kecil. Program tersebut dilaksanakan melalui sistem/pola hubungan bapak-ang-kat, yakni sistem sub-kontrak, sistem "vendor" dan hubungan kerja sama dagang. Pola tersebut secara bertahap menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

Industri kecil yang sangat berperanan dalam penyerapan tenaga kerja dan pemerataan kesempatan berusaha berhasil meningkatkan jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang diserap dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jumlah unit usaha yang pada tahun 1984 sebanyak 1.570.744 unit, pada tahun 1985 meningkat menjadi 1.664.814 unit dan pada semester I tahun 1986 meningkat lagi menjadi 1.700.860 unit. Sedang tenaga kerja yang dapat diserap meningkat dari 4.702.067 orang menjadi 5.259.017 orang pada tahun 1985 dan pada semester I tahun 1986 meningkat lagi menjadi 5.425.327 orang. Banyaknya tenaga kerja yang dapat diserap oleh kelompok industri kecil sejak awal tahun Repelita IV sampai dengan tahun ketiga Repelita IV berjumlah 1.001.501 orang. Sehingga apabila dibandingkan dengan perkiraan daya serap tenaga kerja dalam Repelita IV yang diharapkan sebanyak 930.000 orang, maka tambahan tenaga kerja ini telah mencapai 107,6% dari angka perkiraan tersebut.

Penyebaran industri kecil baik lokasi unit usaha maupun banyaknya tenaga kerja yang diserap semakin mengarah ke luar Jawa. Populasi unit usaha di Jawa tahun 1984 sebesar 76,5%, tahun 1985 turun menjadi 75,3% dan semester I tahun 1986 turun lagi menjadi 74,7%. Di lain pihak populasi unit usaha di luar Jawa tahun 1984 sebesar 23,5% tahun 1985 naik menjadi 24,8% dan semester I tahun 1986 naik lagi menjadi 25,3%. Selanjutnya penyerapan tenaga kerja di luar Jawa menunjukkan persentase yang meningkat yaitu tahun 1984 sebesar 11,1%, tahun 1985 menjadi 11,9% dan semester I tahun 1986 menjadi 12,9%. Sebalik-nya di Jawa mengalami penurunan dari 78,9% tahun 1984, pada tahun 1985 turun menjadi 78,0% dan semester I tahun 1986 turun lagi menjadi 77,1%.

Dalam tahun 1986 pembinaan organisasi dalam wadah Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan (KOPINKRA) ditingkatkan dan telah diresmikan sebanyak 587 KOPINKRA. KOPINKRA tersebut tersebar di

VIII/32

Page 33:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

daerah-daerah : Jawa Barat (38 KOPINKRA), Bali (175 KOPINKRA), Jawa Tengah (66 KOPINKRA), Jawa Timur (62 KOPINKRA), Kalimantan Barat (20 KOPINKRA), Sulawesi Tenggara (21 KOPINKRA), Sulawesi Selatan (33 KOPINKRA), Aceh (15 KOPINKRA), DKI Jakarta' (27 KOPINKRA), Sumatera Utara (73 KOPINKRA) serta Sulawesi Utara (57 KOPINKRA).

Sementara itu dalam usaha meningkatkan keterampilan dan kemampuan para pengrajin atau pengusaha di bidang manajemen dan teknik produksi telah diberikan bantuan berupa perangkat lunak maupun keras, di samping juga disediakan sarana pembinaan lapangan dan sarana usaha.

Pada tahun 1984 volume ekspor komoditi industri kecil, kecuali industri kerajinan dan umum semuanya mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 1983. Kenaikan terbesar terjadi pada industri sandang dan kulit, yaitu sebesar 116,3% atau dari 9.282,5 ton menjadi 20.077,5 ton. Kemudian berturut-turut dii-kuti oleh industri pangan dan industri kimia dan bahan bangunan yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 31,7% dan 10,2%. Sedangkan industri aneka kerajinan dan umum turun sebesar 3,8%. Seperti halnya pada volume ekspor, nilai ekspor industri san-dang dan kulit juga mengalami kenaikan yang terbesar, yaitu 121,4%, kemudian diikuti oleh industri kimia dan bahan bangunan sebesar 44,2%. Sedangkan industri pangan, meskipun terjadi kenaikan dalam volume ekspor, tetapi dalam nilainya mengalami penurunan sebesar 13,7%. Penurunan nilai ekspor juga dialami oleh industri kerajinan dan umum sebesar 1,9%.

Dalam tahun 1985 volume ekspor komoditi industri kecil meningkat sebesar 13,2% menjadi 110.731,6 ton dari 97.826,0 ton pada tahun 1984. Industri aneka kerajinan dan umum menga-lami kenaikan yang terbesar, yaitu 46,6%. Kemudian diikuti oleh industri sandang dan kulit sebesar 30,3% dan industri kimia dan bahan bangunan sebesar 10,1%. Untuk industri pangan yang tahun 1984 mengalami peningkatan dibanding tahun 1983, pada tahun 1985 mengalami penurunan sebesar 40,3% menjadi 5.598,3 ton dari 9.377,6 ton pada tahun 1984. Di dalam nilai ekspor terjadi penurunan pada industri pangan dan industri kimia dan bahan bangunan sebesar 7,8% dan 8,5%. Sedangkan untuk industri sandang dan kulit serta industri aneka kerajinan dan umum mengalami kenaikan sebesar 27,3% dan 9,7%.

Selanjutnya dalam tahun 1986 volume ekspor komoditi indus-tri kecil relatif sama dibandingkan dengan tahun 1985, yaitu hanya meningkat sebesar 0,9%. Kenaikan tersebut disebabkan oleh

VIII/33

Page 34:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

TABEL VIII - 4

EKSPOR KOMODITI INDUSTRI KECIL,1983 - 1986

(Volume dalam ton)

No. Cabang Industri 19831) 19841) 19851) 19862)

1. Pangan 7.118,9 9.377,6 5.598,3 5.592,4

2. Sandang dan K u l i t 9.282,5 20.077,5 26.160,1 25.520,0

3. Kimia dan Bahan Bangunan 52.890,1 58.282,0 64.179,1 63.965,9

4. Aneka Kerajinan dan Umum 10.486,5 10.088,9 14.794,1 16.608,1

Jumlah 78.778,0 97.826,0 110.731,6 111.686,4

1) Angka perbaikan2) Angka sementara

VIII/34

Page 35:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu

meningkatnya industri aneka kerajinan dan umum dari 14.794,1 ton menjadi 16.608,1 ton atau naik 12,3%. Sementara itu ketiga cabang industri lainnya, yaitu industri pangan, industri sandang dan kulit, serta industri kimia dan bahan bangunan, mengalami penurunan sebesar 1,1%, 2,5% dan 0,3%. Akan tetapi dalam nilai ekspor seluruh cabang industri mengalami kenaikan. Kenaikan terbesar terjadi pada industri aneka kerajinan dan umum, yakni sebesar 75,1%. Kemudian berturut-turut industri sandang dan kulit sebesar 26,7%, industri kimia dan bahan bangunan sebesar 10,9% dan yang mengalami kenaikan terkecil adalah industri pangan yaitu sebesar 6%.

Perkembangan ekspor kelompok industri kecil secara rinci dapat dilihat pada Tabel VIII-4.

Selama tahun ketiga Repelita IV, permasalahan yang dihadapi oleh kelompok industri kecil antara lain pemasaran hasil pro-duksi dan teknik produksi sehingga menghambat usaha pengembangan industri kecil.

Dalam upaya untuk mengekspor, komoditi industri kecil masih menemui hambatan dan kesukaran. Masalah utama yang dihadapi adalah tingkat produktivitas yang masih rendah dan disain serta kualitas yang beragam (heterogen). Hal ini antara lain disebab-kan karena penyediaan bahan baku/penolong yang menyangkut mutu, jumlah maupun kontinuitasnya, sifat proses produksi jenis in-dustri yang bersangkutan serta teknologi yang digunakan. Masalah lainnya yang juga sangat penting adalah kurang tanggapnya pengusaha terhadap perkembangan permintaan pasar dan panjangnya jalur distribusi pemasaran. Dalam hal permodalan, masih banyak pengrajin atau pengusaha kecil yang belum memanfaatkan kredit yang disediakan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya, teru-tama bank atau lembaga keuangan milik Pemerintah. Hal ini disebabkan karena pada umumnya para pengrajin dan pengusaha kecil belum dapat memenuhi persyaratan bank.

VIII/35

Page 36:  · Web viewProduksi ban sepeda motor pada awal Repelita IV mengalami penurunan 8,5% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, yaitu dari 2.438,5 ribu buah menjadi 2.230 ribu