LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya...

200
LAMPIRAN PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1985 PELAKSANAAN TAHUN PERTAMA REPELITA IV ( 1 APRIL 1984 S/ D 31 MARET 1985 ) REPUBLIK INDONESIA

Transcript of LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya...

Page 1: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

L A M P I R A NP I D A T O K E N E G A R A A N P R E S I D E N R E P U B L I K

I N D O N E S I A

DI DEPAN S IDANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

16 AGUSTUS 1985

PELAKSANAAN TAHUN PERTAMAR E P E L I T A I V

( 1 APRIL 1984 S/ D 31 MARET 1985 )

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita
Page 3: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

R A L A T

Halaman Paragraf Tertulis

I/3 3 laju pertumbuhan sebe- sar 7% setahun,

I/6 4 Selama periode ini pere-konomian Indonesia tum-buh dengan laju rata-rata 7,2% per tahun,

I/8 4 sektor pertanian (4,2%), sektor pertambangan dan penggalian (minus 1,7%), sektor industri. (8,9%), sektor bangunan (8,7%), sektor pengangkutan dan komunikasi (7,7%).

VIII/3 3 dengan sumbangan untuk pendapatan nasional men-capai 12,9%.

VIII/4 1 sebesar 9,36% Selama Re-pelita III, maka sumba-ngan sektor industri un- tuk pendapatan nasional pada akhir Repelita III adalah 15,8%.

Seharusnya

laju pertumbuhan sekitar 7% setahun atas dasar pertum-buhan produksi nasional ber-dasarkan harga konstan 1960,

Selama periode 1974 - 1978 perekonomian Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata 7,2% per tahun berdasarkan pertumbuhan produksi nasional atas dasar harga konstan 1973,

sektor pertanian (4,3%), sektor pertambangan dan penggalian (minus 1,5%), sektor industri (9,2%), sektor bangunan (8,3%), sektor pengangkutan dan komuni-kasi (7,9%).

dengan sumbangan dalam penda-patan nasional mencapai 13,1%.

sebesar 9,2% selama Repelita III, maka sumbangan sektor industri dalam pendapatan nasional pada akhir Repelita III adalah 15,2%.

Page 4: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita
Page 5: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

D A F T A R I S I

Bab I. U m u mBab II. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan HidupBab III. Pengembangan Dunia UsahaBab IV. Keuangan Negara, Perkembangan Moneter, dan

Lembaga-Lembaga KeuanganBab V. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar NegeriBab VI. Pertanian dan PengairanBab VII. Pangan dan Perbaikan Gizi

Bab VIII. I n d u s t r iIX. Pertambangan dan Energi

Bab X. Perhubungan dan PariwisataBab XI. Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri

Bab XII. Tenaga Kerja, Kesempatan Kerja dan TransmigrasiBab XIII. Perumahan Rakyat dan PemukimanBab XIV. Pembangunan Daerah, Desa dan KotaBab XV. A g a m aBab XVI. Pendidikan, Generasi Muda, Kebudayaan Nasional

Dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha EsaBab XVII. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian dan

StatistikBab XVIII. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial dan Peranan

WanitaBab XIX. Kependudukan dan Keluarga BerencanaBab XX. H u k u mBab XXI. Penerangan, Pers dan Komunikasi SosialBab XXII. Aparatur Pemerintah

Page 6: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita
Page 7: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

UMUM

Page 8: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita
Page 9: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

BAB I

U M U M

Lampiran dari Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indo-nesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 16 Agustus 1985 ini merupakan laporan mengenai hasil menyeluruh dari pelaksanaan pembangunan selama tahun 1984/85, yaitu ta-hun pertama dari Repelita IV. Guna meletakkannya dalam per- pektif sehubungan dengan genapnya 40 tahun Indonesia merdeka ada tanggal 17 Agustus 1985, maka selain hasil-hasil pelaksanaan tahun 1984/85, dalam Laporan ini juga disajikan secara garis besar hasil-hasil pembangunan sejak Repelita sampai dengan akhir Repelita III. Dalam Bab I ini disajikan ikhtisar perkembangan pokok dari pembangunan, baik yang bersifat umum maupun secara sektoral. Dalam masing-masing bab selanjutnya disajikan secara lebih terperinci pembangunan di masing-ma-sing sektor.

Setiap tahap pembangunan Indonesia sejak Repelita I se-lalu diarahkan pada sasaran ganda, yaitu untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat dan sekaligus juga meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya. Repelita I lahir setelah lebih dari dua tahun se-jak Oktober 1966 dilaksanakan usaha stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik yang menghasilkan situasi menyeluruh yang cukup mantap. Titik berat pelaksanaan pembangunan pada waktu itu dipusatkan pada sektor pertanian, dengan perhatian khusus pada pertanian pangan, serta industri yang mendukung sektor pertanian. Pembangunan kembali prasarana memperoleh prioritas tinggi. Sektor pertanian dan pembangunan prasarana merupakan kunci untuk mendobrak kemandegan ekonomi yang diwarisi pada waktu itu.

Upaya pembangunan dalam Repelita I ternyata telah berha-sil menciptakan gairah serta pertumbuhan kembali dalam pere-konomian Indonesia. Dalam tahap pembangunan ini perekonomian Indonesia mencatat laju pertumbuhan sebesar 7% setahun, sete-lah sebelumnya mengalami kemandegan dan bahkan penurunan se-lama beberapa tahun. Produksi beras meningkat dengan pesat dari 11,67 juta ton dalam tahun 1968 menjadi 14,61 juta ton pada tahun 1973, atau suatu kenaikan sebesar 10,8%. Produksi tekstil meningkat dari 449,8 juta meter pada tahun 1969/70 menjadi 926,7 juta meter pada akhir Repelita I (1973/74), atau suatu peningkatan sebesar 106%.

I/3

Page 10: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Berbagai kemajuan juga dicatat di bidang prasarana. Le-bih dari 6.500 km jalan telah direhabilitasi dan lebih dari 15.500 m jembatan ditingkatkan serta 229 km jalan baru diba-ngun. Kapasitas pusat-pusat tenaga listrik meningkat dengan 284,23 MW, di samping itu telah dibangun pula 495,61 kms ja-ringan transmisi, 21 buah gardu induk, 3.110,4 kms jaringan distribusi dan 1.304 buah gardu distribusi.

Irigasi, yang merupakan unsur vital dalam usaha pening-katan produksi pertanian, ditingkatkan melalui perbaikan ja-ringan irigasi seluas lebih dari 936.000 ha, pengamanan ban-jir seluas lebih dari 289.000 ha dan pembangunan irigasi baru seluas lebih dari 191.200 ha.

Di bidang perdagangan luar negeri juga dicapai kemaju-an-kemajuan yang menggembirakan, terutama dengan adanya pe-ningkatan ekspor yang pesat sejak tahun 1972. Apabila pada awal Repelita I nilai ekspor hanya sebesar US $ 872 juta, maka pada akhir Repelita I mencapai US $ 3,6 milyar. Perkembangan ini telah memantapkan posisi cadangan devisa kita pada waktu memasuki Repelita II.

Prestasi yang dicapai tersebut bukanlah tanpa tantangan dan hambatan. Di tengah-tengah kemajuan-kemajuan pembangunan tersebut, masalah kestabilan ekonomi, khususnya kestabilan harga, meminta banyak perhatian kita. Kebijaksanaan stabili-sasi telah berhasil menurunkan secara bertahap laju inflasi dari 650% dalam tahun 1966, menjadi 120% dalam tahun 1967 dan selanjutnya menjadi 85% dalam tahun 1968. Selama tiga tahun pertama Repelita I tingkat harga bisa dikendalikan dengan sa-ngat mantap, sehingga laju inflasi terus menurun menjadi 10,7% dalam tahun 1969/70, 7,8% dalam tahun 1970/71 dan mencapai tingkat yang sangat rendah, yaitu 0,8%, dalam tahun 1971/72.

Namun memasuki tahun 1972/73, keadaan berubah. Kemarau panjang melanda dunia, dan produksi beras merosot di berbagai negara pusat produksi beras, termasuk Indonesia. Harga beras di dalam negeri meningkat tajam, yang kemudian diikuti oleh kenaikan harga barang-barang lain. Laju inflasi di dalam nege-ri mencapai 20,8% salami tahun tersebut. Dalam tahun 1973/74, meskipun produksi beras di dalam negeri bisa ditingkatkan kembali, namun harga beras masih menunjukkan kecenderungan untuk meningkat. Situasi persediaan pangan di dalam negeri, dan juga di negara-negara lain di dunia, memang belum benar-benar pulih ke keadaan normal.

I/4

Page 11: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Di samping itu tahun 1973 mencatat bagi Indonesia adanya peningkatan tajam dari harga barang-barang ekspor dan impor di luar negeri. Perkembangan ini ikut mendorong harga barang-barang lain di dalam negeri untuk naik secara cukup tajam pu-la. Sebagai hasilnya, tahun 1973/74 mencatat laju inflasi di dalam negeri sebesar 47,4%. Dua tahun terakhir dalam Repeli-ta I menggarisbawahi kerawanan perekonomian Indonesia terha-dap penurunan produksi beras dan gejolak harga di luar negeri.

Memasuki Repelita II negara kita menghadapi situasi yang secara umum jauh lebih baik dari sewaktu usaha pembangunan dimulai dalam Repelita I. Sektor-sektor ekonomi utama telah mulai bergairah bangkit kembali, keadaan prasarana menjadi lebih baik, penerimaan ekspor dan cadangan devisa meningkat. Namun bersamaan dengan itu masalah stabilitas harga masih me-merlukan perhatian khusus.

Repelita II dimaksudkan untuk melanjutkan dan meningkat-kan usaha-usaha yang telah dijalankan selama Repelita I, dan sekaligus juga menggarap lebih lanjut masalah-masalah yang disadari belum terpecahkan dalam Repelita I, seperti masalah perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pemerata-an pendapatan dan hasil-hasil pembangunan, masalah pendidik-an, kesehatan, koperasi, transmigrasi dan lain-lain. Trilogi Pembangunan yang dijabarkan sebagai pemerataan pembangunan menuju terwujudnya keadilan sosial, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, ditetapkan sebagai landasan pelaksanaan Repelita II.

Dalam menilai hasil-hasil yang dicapai selama tahap pem-bangunan ini perlu dicatat mengenai beberapa perkembangan di arena perekonomian dunia maupun di dalam negeri, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pelaksanaan pem-bangunan.

Perekonomian dunia dalam masa 1972-1975 dilanda oleh se-rangkaian krisis di bidang keuangan, pangan, bahan baku dan energi, yang kemudian menimbulkan resesi dunia yang mulai te-rasa sejak triwulan terakhir tahun 1973, hingga mencapai ti-tik terendahnya pada tahun 1975. Di negara-negara industri, resesi tersebut ditandai oleh laju inflasi yang meningkat ta-jam, pengangguran yang tinggi serta kemerosotan kegiatan eko-nomi. Keadaan itu berlangsung sampai menjelang akhir tahun 1975 dan pada waktu itu perekonomian dunia mulai memperlihat-kan tanda-tanda kebangkitan kembali. Namun meskipun setelah tahun 1976 keadaan telah menjadi lebih baik, sampai dengan

I/5

Page 12: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

akhir masa Repelita II (1978/79), gejala-gejala resesi belum bisa dikatakan sepenuhnya telah teratasi. Kenaikan harga mi-nyak di pasaran dunia pada tahun 1974 di satu fihak memang telah memberikan berkah kepada perekonomian kita berupa pene-rimaan devisa yang besar. Akan tetapi di lain fihak peristiwa tersebut juga telah menimbulkan masalah-masalah baru di bi-dang pengendalian stabilitas harga di dalam negeri yang me-merlukan penanganan dan perhatian khusus. Krisis energi ter-sebut diikuti oleh merosotnya kegiatan ekonomi dunia dan me-lemahnya permintaan akan hasil-hasil ekspor Indonesia, teru-tama untuk komoditi non migas. Inflasi di negara-negara industri yang menyertai resesi tersebut mengakibatkan meningkatnya harga bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan bagi pembangunan.

Di dalam negeri kita juga menghadapi berbagai tantangan. Selain masalah pengendalian inflasi yang disebutkan di atas, dua perkembangan penting dalam kurun waktu ini telah mempe-ngaruhi pelaksanaan pembangunan. Krisis keuangan Pertamina merupakan satu hambatan besar bagi usaha pembangunan nasional karena untuk mengatasinya kita harus menggunakan sejumlah be-sar cadangan devisa yang telah dengan susah payah dipupuk se-lama bertahun-tahun. Perkembangan lain adalah adanya musim kering yang panjang disertai dengan serangan hama, dan di be-berapa tempat banjir. Keadaan ini telah mempengaruhi produksi pangan, khususnya dalam tahun 1975 dan 1977.

Di tengah hambatan dan tantangan seperti itu pembangunan dilaksanakan terus dan hasil-hasilnya patut disyukuri dan bahkan cukup menggembirakan. Apabila laju inflasi pada akhir Repelita I (1973/74) mencapai 47,4%, maka berkat kebijaksana-an fiskal, moneter dan pengadaan barang yang terpadu, dalam tahun pertama Repelita II bisa ditekan menjadi 20,1% dan se-terusnya tetap bisa dikendalikan hingga pada tahun terakhir Repelita II (1978/79) telah menurun menjadi 11,8%.

Prestasi di bidang laju pertumbuhan ekonomi juga sangat menggembirakan. Selama periode ini perekonomian Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata 7,2% per tahun, yang berarti te-lah terjadi kenaikan penghasilan per kapita sebesar rata-rata 4,6% setiap tahunnya. Sektor pertanian, yang masih tetap me-rupakan sasaran sentral dalam tahap pembangunan ini, tumbuh dengan rata-rata 2,98% per tahun, dengan produksi beras tum-buh dengan rata-rata 3,26% per tahun. Sektor-sektor lain yang menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat selama Repelita II adalah sektor industri (13,7% per tahun), sektor bangunan

I/6

Page 13: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

(15,2% per tahun), sektor pengangkutan dan komunikasi (15,1% per tahun) dan sektor gas dan air minum (13,5% per tahun).

Selama Repelita II usaha-usaha pemerataan semakin digiat-kan dan diperluas pelaksanaannya. Usaha-usaha tersebut meli-puti penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan ke seluruh pe-losok tanah air serta diperluasnya pelaksanaan proyek-proyek dalam rangka program-program Inpres, padat karya, pengembang-an golongan ekonomi lemah, pengembangan koperasi, transmigra-si, pendidikan, kesehatan, perumahan rakyat dan sebagainya. Perkembangan terperinci di bidang-bidang ini akan diuraikan dalam pembahasan mengenai masing-masing sektor dalam Lampiran ini.

Memasuki Repelita III negara kita telah mencapai posisi yang mantap untuk melanjutkan usaha-usaha pembangunan. Stabi-litas ekonomi terkendali, sektor-sektor ekonomi utama menun-jukkan dinamika dan vitalitas tinggi, sedangkan macam dan lingkup kegiatan pembangunan telah menjadi lebih luas dan tersebar lokasinya. Repelita III, sebagai kelanjutan dan pe-ningkatan dari Repelita II, tetap berlandaskan pada Trilogi Pembangunan dalam pelaksanaannya. Unsur pemerataan menjadi lebih menonjol lagi dengan dijabarkannya menjadi Delapan Ja-lur Pemerataan yang menjadi pegangan dalam perumusan program- program pembangunan.

Dalam menilai hasil-hasil pembangunan yang dicapai sela-ma periode ini, sekali lagi kita perlu mencatat peristiwa-pe-ristiwa penting di arena internasional dan nasional yang ti-dak bisa tidak mempengaruhi pelaksanaan pembangunan di dalam negeri.

Di arena internasional kita mencatat bahwa pada tahun pertama Repelita III (1979/80) telah terjadi kenaikan harga minyak bumi yang kedua dalam dasawarsa 1970an. Di samping itu harga dari berbagai komoditi ekspor non migas juga mengalami peningkatan yang cukup besar. Perkembangan ini telah bisa le-bih memperkuat lagi posisi cadangan devisa kita. Namun sa-yangnya, keadaan itu segera diikuti oleh timbulnya resesi dan krisis ekonomi dunia yang paling parah dan paling panjang se-jak depresi dunia yang terjadi dalam tahun 1930an. Seperti juga dengan resesi-resesi dunia sebelumnya, tetapi kali ini dalam dimensi yang lebih serius, kegiatan ekonomi dan perda-gangan dunia merosot, pengangkuran meningkat dan inflasi me-lonjak. Di bidang keuangan keadaan ketidakpastian menimbulkan gejolak-gejolak dalam kurs mata uang-mata uang utama di dunia

I/7

Page 14: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

serta pelonjakan tajam dalam tingkat bunga di pasaran inter-nasional. Sampai akhir Repelita III, tanda-tanda kebangkitan kembali secara global belumlah terlihat, dan kalaupun ada ge-jala pemilihan kegiatan ekonomi akhir-akhir ini hanya terba-tas di Amerika Utara dan Jepang.

Satu perkembangan penting lainnya yang perlu dicatat adalah melemahnya pasar minyak dunia yang mulai nampak nyata dalam tahun 1982, dengan akibat diterapkannya kuota produksi dan kemudian diturunkannya harga patokan oleh OPEC pada awal tahun 1983. Perkembangan ini telah secara langsung mempenga-ruhi pelaksanaan pembangunan di dalam negeri. Di dalam nege-ri, telah terjadi lagi kemarau panjang dalam tahun 1982 dan kebakaran hutan yang sangat mempengaruhi irama pembangunan di beberapa daerah dan sektor-sektor tertentu. Dalam konteks si-tuasi tersebut pembangunan selama Repelita III terus dilaksa-nakan.

Secara keseluruhan Indonesia telah berhasil melewati ma-sa-masa sulit tersebut dan telah berhasil pula memelihara mo-mentum pembangunannya. Selama 3 tahun pertama Repelita III, Indonesia mengalami laju pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu 6,3% dalam tahun 1979, 9,9% dalam tahun 1980 dan 7,9% dalam tahun 1981. Laju pertumbuhan ini adalah jauh lebih tinggi da-ripada laju pertumbuhan yang dicapai oleh kebanyakan negara berkembang dan oleh negara-negara maju. Namun akhirnya dampak dari resesi yang tetap berkelanjutan dan semakin parah itu terhadap perekonomian dalam negeri sulit dibendung. Dalam ta-hun 1982, laju pertumbuhan Indonesia merosot menjadi 2,2%. Dalam tahun 1983 keadaan membaik dan laju pertumbuhan mening-kat menjadi 4,2%. Sebagai pembanding dalam tahun 1982 laju pertumbuhan bagi negara-negara sedang berkembang sebagai ke-lompok adalah 1,8% sedangkan bagi negara-negara maju adalah minus 0,1%.

Laju pertumbuhan rata-rata per tahun secara sektoral se-lama Repelita III adalah : sektor pertanian (4,2%), sektor pertambangan dan penggalian (minus 1,7%), sektor industri (8,9%), sektor bangunan (8,7%), sektor pengangkutan dan komu-nikasi (7,7%). Di sini terlihat bahwa sektor pertanian ter-nyata mempunyai kemampuan tumbuh dan ketahanan yang mengesan-kan dalam situasi resesi dunia.

Selama Repelita III laju inflasi secara umum bisa ter- kendali. Dalam tahun pertama Repelita III laju inflasi di da-lam negeri adalah 19,1%, yang terutama disebabkan karena ke-

1/8

Page 15: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

naikan harga ekspor dan impor di dalam dan di luar negeri. Laju inflasi selanjutnya bisa ditekan hingga mencapai 8,4% dalam tahun keempat Repelita III. Dalam tahun terakhir Repe-lita III laju inflasi meningkat menjadi 12,6%, terutama kare-na adanya kenaikan harga BBM dalam rangka mengurangi beban subsidi pada keuangan negara dan juga karena dilaksanakannya penyesuaian kurs devisa pada bulan Maret 1983.

Usaha-usaha pembangunan dan program-program sebagai pen-jabaran dari Delapan Jalur Pemerataan, dilaksanakan secara lebih meluas. Hasil-hasilnya selama Repelita III dilaporkan dalam bagian-bagian lain dalam Bab ini dan secara labih ter-perinci dalam Bab-bab lain dari. Lampiran ini.

Resesi dunia yang serius tersebut telah memberikan per-tanda bahwa dalam dasawarsa 1980-an ini perkembangan ekonomi dan politik dunia telah memasuki era baru, yang menuntut ke-waspadaan penuh dari kita. Apabila dalam dasawarsa 1970-an kemelut politik dan konflik militer sudah mewarnai kehidupan di berbagai tempat di dunia ini, maka awal dasawarsa 1980-an ini kita menyaksikan meluasnya pertikaian seperti itu dan se-makin meruncingnya pertentangan terbuka antara dua negara adikuasa, yang kesemuanya berdampak negatif bagi perdamaian dunia dan khususnya bagi kawasan-kawasan yang berdekatan de-ngan negara kita. Apabila dalam dasawarsa 1970-an di bidang ekonomi, Indonesia bisa memperoleh keuntungan berupa melon-jaknya penerimaan devisa dari minyak, maka dalam dasawarsa 1980-an semua pertanda menunjukkan bahwa keadaan seperti itu tidak akan terulang kembali. Di samping itu apabila selama dasawarsa 1970-an perekonomian kelompok negara maju tumbuh dengan rata-rata 3,3% setahun dan kelompok negara berkembang dengan rata-rata 5,1% setahun, maka selama dasawarsa 1980-an ini semua indikasi menunjukkan bahwa kedua kelompok negara tersebut akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih rendah dari pada itu.

Arti penting dari kesemuanya ini adalah bahwa dalam da-sawarsa 1980-an ini dan untuk selanjutnya, negara kits meng-hadapi lingkungan dan suasana baru. Lingkungan dan suasana baru ini mutlak perlu untuk ditanggapi dengan tekad baru dan orientasi baru oleh semua unsur pembangunan nasional demi untuk kelanjutan dan peningkatan pembangunan nasional. Situa-

si seperti ini mewarnai periode sewaktu bangsa Indonesia mu-lai memasuki Repelita IV.

Repelita IV merupakan penuangan daripada tekad bangsa Indonesia untuk melanjutkan pembangunan nasionalnya dengan

I/9

Page 16: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

mengusahakan terciptanya kerangka landasan bagi bangsa Indo-nesia untuk tumbuh dan berkembang terus, untuk kemudian di-mantapkan landasan tersebut dalam Repelita V, sehingga dalam Repelita VI nanti bangsa Indonesia sudah benar-benar dapat tinggal landas untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam Repelita IV kebijaksanaan pembangunan serta pelaksanaannya tetap dilandaskan pada Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.

Sasaran pembangunan dalam Repelita IV diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha memantapkan swasemba-da pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun ri-ngan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita se-lanjutnya. Sejalan dengan prioritas pada pembangunan ekonomi tersebut, maka pembangunan dalam bidang politik, sosial buda-ya, pertahanan-keamanan dan lain-lain akan semakin ditingkat-kan sepadan dan agar saling menunjang dengan kemajuan-kemaju-an yang dicapai oleh pembangunan di bidang ekonomi.

Untuk mewujudkan tekad tersebut, di dalam lingkungan dan suasana global yang diperkirakan kurang menguntungkan itu, diperlukan usaha-usaha dan langkah-langkah yang konsisten dan terpadu untuk secara mantap mempersiapkan perekonomian nasio-nal kita dalam menghadapi situasi tersebut. Usaha persiapan ini termasuk usaha-usaha kita untuk secara sungguh-sungguh meningkatkan efisiensi nasional di segala bidang, menggali dan memanfaatkan secara optimal sumber-sumber dana pembangun-an yang berasal dari dalam negeri sendiri serta usaha untuk lebih meningkatkan partisipasi masyarakat termasuk partisipa-si sektor swasta dalam usaha pembangunan.

Dalam memasuki Repelita IV, beberapa langkah penting te-lah diambil. Pada bulan Maret 1983 telah dilaksanakan penye-suaian nilai rupiah terhadap mata uang asing sebesar 27,8%, dengan tujuan utama untuk menciptakan situasi yang mantap ba-gi keuangan dan pembayaran luar negeri Indonesia. Dengan kurs devisa yang menguntungkan bagi kegiatan ekspor diharapkan pula tercipta landasan yang kuat bagi peningkatan ekspor non-migas yang merupakan salah satu sasaran utama dalam Repelita IV. Ekspor non-migas secara bertahap diharapkan untuk semakin men-jadi penghasil devisa yang sejajar dengan ekspor migas.

Pada bulan Juni 1983 telah dilaksanakan pula tindakan penting di sektor perbankan, berupa penghapusan pagu kredit

I/10

Page 17: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dan pembebasan tingkat bunga bagi bank-bank pemerintah. Tuju-an utama dari tindakan ini adalah untuk menciptakan kondisi awal bagi peningkatan efisiensi sektor keuangan dan perbankan di dalam negeri, sehingga bisa semakin diandalkan sebagai wa-hana untuk memobilisasi sumber-sumber dana pembangunan di da-lam negeri dan sebagai wahana untuk menyalurkan dana pemba-ngunan secara produktif dan efisien. Penggalian sumber-sumber dana pembangunan dari dalam negeri serta peningkatan peman-faatannya seoptimal mungkin bagi tujuan pembangunan nasional merupakan langkah-langkah yang mutlak perlu untuk menghadapi perekonomian dunia yang penuh ketidakpastian dalam dasawarsa 1980-an ini.

Langkah penting lain yang berkaitan dengan usaha pengga-lian sumber-sumber dana dalam negeri adalah disahkannya un-dang-undang perpajakan baru pada akhir tahun 1983/84. Undang-undang perpajakan baru tersebut mencakup bidang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak Per-tambahan Nilai Atas Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang mewah, yang kesemuanya merupakan perombakan yang sa-ngat mendasar terhadap sistem perpajakan yang ada. Sistem perpajakan yang baru diharapkan bisa menciptakan sistem pajak yang sederhana, mudah dimengerti tersebut oleh setiap orang dan yang bisa memberikan kepastian bagi setiap wajib pajak. Perubahan sistem perpajakan diharapkan bisa memperbesar pene rimaan negara dan sekaligus memeratakan beban pembangunan yang sesuai dengan rasa keadilan sosial.

Selama pelaksanaan tahun pertama Repelita IV (1984/85) berbagai usaha dan langkah tersebut dilanjutkan dan dimantap-kan. Usaha pemasaran komoditi non-migas digalakkan sebagai usaha bersama dan terpadu antara fihak swasta dan pemerintah. Berbagai peraturan dan prosedur yang menyangkut izin usaha, penanaman modal serta perdagangan luar negeri disederhanakan untuk merangsang kegiatan sektor swasta dan sekaligus mengu-rangi unsur-unsur yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Di bidang keuangan, beberapa langkah baru diambil sebagai tindak lanjut dari kebijaksanaan bulan Juni 1983. Di bidang perpa-jakan, tahun pertama Repelita IV mencatat usaha-usaha penting untuk memantapkan pelaksanaan undang-undang perpajakan yang baru. Berbagai usaha dan langkah ini, beserta hasil-hasil yang dicapai, dilaporkan secara lebih terperinci dalam bagi-an-bagian berikut dari bab ini dan dalam bab-bab lain dalam Lampiran ini.

Dalam tahun pertama Repelita IV laju pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup menggembirakan. Dalam kaitan ini perlu dila-

I/11

Page 18: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

porkan bahwa Biro Pusat Statistik telah mengeluarkan seri Produk Domestik Bruto baru yang didasarkan pada tahun dasar yang lebih muthakir, yaitu tahun 1983. Seri ini juga merupa-kan penyempurnaan dari segi cakupan sektoralnya serta metode perhitungannya dibanding dengan sari lama atas dasar harga konstan tahun 1973. Diukur dengan laju peningkatan Produk Do-mestik Bruto seri baru, laju pertumbuhan ekonomi dalam tahun 1984 mencapai 5,8%. Sedangkan apabila diukur dengan seri la- ma, pertumbuhan ekonomi tahun tersebut adalah 5,2%. Seri Pro-duk Domestik Bruto baru selanjutnya akan dipergunakan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagai pemban-ding, laju pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang seca-ra keseluruhan dalam tahun 1984 mencapai 3,7%, sedangkan ke-lompok negara-negara berkembang pengekspor minyak mencapai 1,9%.

Sektor pertanian secara keseluruhan mencatat laju per-tumbuhan yang menonjol yaitu 5,9%, dengan subsektor tanaman bahan makanan tumbuh dengan sangat mengesankan, yaitu 7,8%. Di dalam sub sektor tanaman bahan makanan, produksi beras me-ningkat dari 24 juta ton dalam tahun 1983 menjadi lebih dari 25,8 juta ton dalam tahun 1984, atau suatu kenaikan sebesar 7,6%. Dengan prestasi produksi beras tersebut, maka satu ci-ta-cita yang sejak awal kemerdekaan selalu didambakan, yaitu untuk mencapai swasembada dalam bahan makanan yang terpenting ini semakin mantap di dalam jangkauan.

Sektor-sektor lain, kecuali sektor konstruksi, umumnya juga mengalami laju pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Sektor pertambangan dan penggalian meningkat dengan 7,7%, sektor industri pengolahan dengan 12,8% (terutama karena pe-ningkatan produksi gas alam cair yang meningkat dengan 33,8%, sedangkan industri pengolahan di luar gas alam cair dan pe-ngilangan minyak hanya meningkat dengan 5,6%), sektor lis-trik, gas dan air meningkat dengan 12,2%, sektor perdagangan dengan 0,8%, sektor pengangkutan dan komunikasi dengan 8,5% dan sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya dengan 7,96%. Sektor konstruksi, seperti tahun sebelumnya (1983), masih mengalami kelesuan dalam tahun 1984 sehingga mencatat laju pertumbuhan sebesar minus 1,5%.

Satu faktor penting yang merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi dalam tahun 1984/85 adalah peningkatan yang sangat menggembirakan dari ekspor non migas. Dalam tahun tersebut nilai ekspor non migas Indonesia mencapai US $ 5,91 milyar di-bandingkan dengan US $ 5,37 milyar dalam tahun sebelumnya,

I/12

Page 19: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

atau suatu kenaikan sebesar 10,1%. Peningkatan ekspor non mi-gas ini telah ikut merangsang pertumbuhan produksi perkebun-an, beberapa cabang industri pengolahan, pengangkutan serta jasa perbankan.

Stabilitas ekonomi selama tahun pertama Repelita IV sa-ngat mantap. Harga dari berbagai bahan kebutuhan pokok dan barang-barang penting stabil. Apabila dalam tahun 1983/84, laju inflasi yang diukur oleh Indeks Harga Konsumen mencapai 12,6%, maka dalam tahun 1984/85 laju inflasi bisa dikendali-kan pada tingkat yang sangat rendah, yaitu 3,6%. Laju inflasi ini adalah jauh lebih rendah daripada sasaran Repelita IV, yaitu rata-rata 8% setahun.

Dalam tahun pertama Repelita IV juga dilanjutkan pelak-sanaan program-program pembangunan yang berkaitan langsung de-ngan Delapan Jalur Pemerataan. Hasil-hasil yang dicapai di bidang ini diuraikan dalam bagian-bagian berikut dalam bab ini, dan secara lebih terperinci di dalam bab-bab sektoral dalam lampiran ini.

Pembangunan memerlukan dana pembangunan dalam jumlah yang semakin meningkat. Dana pembangunan tersebut berasal terutama dari sumber-sumber dalam negeri, yang diusahakan te-rus meningkat, dan dana yang berasal dari sumber luar negeri, yang masih diperlukan sebagai pelengkap. Dana dari dalam ne-geri berasal dari keuangan negara dan dana yang berasal dari (dan dimanfaatkan oleh) masyarakat sendiri.

Perkembangan realisasi penerimaan dalam negeri, penge-luaran rutin, dana pembangunan dan pengeluaran pembangunan, dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1984/85, merupakan indi-kator utama tentang kemampuan berbagai kebijaksanaan di bi-dang keuangan negara dalam mengusahakan terjaminnya pencapai-an sasaran, maksud serta tujuan kegiatan pembangunan setiap tahunannya, maupun dalam jangka menengah dan jangka panjang.

Berbagai penyempurnaan dan penyesuaian kebijaksanaan yang telah diadakan di bidang keuangan negara, dalam periode 1968 - 1984/85, tercermin antara lain pada berbagai langkah yang telah diambil di bidang perpajakan dalam tahun 1984. Se-bagai kelanjutan dari usaha intensifikasi serta ekstensifika-si sumber penerimaan pajak yang telah dilakukan dalam Repeli-ta I sampai dengan Repelita III, maka seperti disebutkan di atas, telah diadakan penyempurnaan lebih lanjut dengan diber-lakukannya undang-undang perpajakan yang baru untuk menggan-

1/13

Page 20: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

tikan yang lama pada saat memasuki Repelita IV. Melalui Un-dang-undang No. 6, No. 7 dan No. 8 Tahun 1984, maka Pajak Pendapatan, Pajak Perseroan dan Pajak Penjualan menjadi Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Penyempurnaan ini telah menyederhanakan prosedur pemungutan pajak dan menurun-kan rata-rata tarif perpajakan, sehingga fungsi perpajakan untuk dapat meningkatkan penerimaan negara dari dalam negeri dan sekaligus mengarahkan dan merangsang berbagai kegiatan ekonomi dapat menjadi lebih efektif lagi. Selain itu pembaha-ruan tersebut perlu diadakan mengingat bahwa landasan per-aturan perpajakan yang lama ternyata telah tertinggal dari perkembangan di bidang-bidang yang telah dicapai selama masa 40 tahun kemerdekaan dan khususnya, sejak pelaksanaan Repeli-ta dimulai pada tahun anggaran 1969/70.

Dalam tahun 1984/85, meskipun harga minyak dunia mendapat berbagai tekanan, jumlah penerimaan dalam negeri telah berhasil ditingkatkan menjadi Rp 15.905,5 milyar dibanding dengan Rp 14.432,7 milyar dalam tahun 1983/84, Rp 12.418,3 milyar dalam tahun 1982/83 dan Rp 967,7 milyar pada akhir Re-pelita I. Peningkatan yang berkesinambungan dari penerimaan dalam negeri ini telah meningkatkan kemampuan untuk membiayai pengeluaran pembangunan yang semakin besar melalui sumber pembiayaan yang tidak inflatoir. Dalam kaitan ini dana bantu-an luar negeri tetap merupakan sumber pembiyaan pelengkap sa-ja.

Seiring dengan peningkatan kegiatan roda Pemerintahan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat luas serta de-ngan peningkatan kebutuhan untuk memelihara hasil-hasil pem-bangunan yang jumlah dan mutunya terus meningkat, maka jumlah pengeluaran rutin telah tumbuh dari Rp 713,3 milyar dalam ta-hun 1973/74, menjadi Rp 6.996,3 milyar dalam tahun 1982/83 dan Rp 9.429,0 milyar dalam tahun 1984/85. Agar jumlah pene-rimaan dalam negeri yang tersedia untuk pembiayaan pembangun-an dapat terus meningkat, maka telah diusahakan agar penge-luaran rutin tumbuh secara terkendali. Dalam tahun 1984/85, usaha pengendalian ini tercermin pada penurunan lain-lain pengeluaran rutin, menjadi Rp 539,5 milyar, dibanding dengan Rp 948,1 milyar dalam tahun 1983/84. Penurunan ini berhubung-an erat dengan keberhasilan usaha untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri dan usaha untuk meningkatkan efisiensi produksi, distribusi serta pemakaian BBM.

Hasil positif dari berbagai usaha di bidang penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin tersebut tercermin pada

1/14

Page 21: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

perkembangan tabungan pemerintah, yang dalam tahun 1984/85 mencapai jumlah Rp 6.476,5 milyar dibanding dengan Rp 254,4 milyar yang dicapai dalam tahun 1973/74. Proporsi tabungan pemerintah di dalam dana pembangunan secara keseluruhan me-ningkat dari 60,8% dalam tahun 1983/84 menjadi 65,1% dalam tahun 1984/85.

Dengan tersedianya dana pembangunan yang makin besar untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan, maka jumlah pengeluaran pembangunan telah dapat ditingkatkan dari Rp 450,9 milyar pada akhir Repelita I menjadi Rp 9.951,9 milyar dalam tahun pertama Repelita IV. Dari realisasi tahun 1984/85 ini, Rp 1.699,1 milyar digunakan untuk sektor pertanian dan pe-ngairan, Rp 1.428,3 milyar untuk sektor perhubungan dan pari-wisata dan Rp 1.428,3 milyar untuk sektor pendidikan.

Dalam periode sebelum dilaksanakannya Repelita keadaan moneter di Indonesia memprihatinkan. Keadaan ini ditandai oleh tingginya laju inflasi serta ketidakmampuan sektor per-bankan dalam menjalankan fungsinya secara berdaya guna. Se-perti disinggung di depan, pada bulan Oktober 1966 telah di-lancarkan program stabilisasi dan rehabilitasi melalui per-tumbuhan jumlah uang beredar secara terkendali, yang dikait-an dengan kebijaksanaan anggaran belanja yang berimbang dan dinamis, serta dengan upaya untuk mengusahakan tersedianya bahan kebutuhan pokok masyarakat. Dengan berhasilnya program stabilisasi tersebut, kepercayaan masyarakat terhadap rupiah berhasil dipulihkan dan seluruh potensi masyarakat kemudian dapat diarahkan dan dicurahkan pada usaha yang dapat secara nyata meningkatkan nilai produksi serta taraf hidup.

Makin mantapnya perkembangan harga-harga selama Repelita I, telah memungkinkan dilaksanakannya usaha untuk mengkon-solidasikan hasil-hasil stabilisasi moneter, melalui penetap-an suku bunga yang realistis dan pemulihan kepercayaan masya-rakat pada lembaga perbankan, sehingga usaha mobilisasi ta-bungan masyarakat berhasil memupuk dana yang jumlahnya terus meningkat untuk membiayai kegiatan pembangunan.

Dalam Repelita II langkah-langkah di bidang moneter da-pat lebih ditekankan kepada penyelesaian masalah yang bersi-fat jangka menengah/panjang di samping melanjutkan dan me-ningkatkan stabilisasi. Sebagai sektor yang memberikan penun-jangan pelaksanaan pembangunan nasional kebijaksanaan moneter dilandaskan pada Trilogi pembangunan. Untuk menanggulangi inflasi yang pada awal periode ini meningkat kembali, telah

1/15

Page 22: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dikeluarkan serangkaian kebijaksanaan stabilisasi pada tang-gal 9 April dan 28 Desember 1974. Untuk menunjang program pe-merataan, telah disediakan fasilitas Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), serta beberapa jenis kredit lainnya untuk pengusaha berskala kecil.

Seperti disebutkan di atas, pada tahun terakhir Repeli-ta III telah dilaksanakan kebijaksanaan moneter perbankan yang mendasar, yaitu kebijaksanaan 1 Juni 1983. Kebijaksanaan moneter perbankan tersebut telah mengubah pola pengelolaan moneter dari yang semula lebih bersifat pengaturan langsung, seperti penentuan pagu kredit dan penyediaan kredit likuiditas untuk sejumlah kegiatan/sektor, menjadi pola pengelolaan moneter yang bersifat lebih tidak langsung. Perbankan didorong untuk menjadi perantara keuangan yang lebih efektif dan efisien dengan lebih menekankan pada kemampuannya sendiri. Kebijaksanaan tersebut meliputi langkah-langkah untuk memberi kewenangan yang lebih besar kepada bank-bank pemerintah dalam pemberian kredit dan dalam penentuan suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang tidak berprioritas tinggi serta memba-tasi pemberian kredit likuiditas Bank Indonesia hanya untuk sektor-sektor berprioritas tinggi. Selanjutnya Bank Indonesia mempergunakan alat pengendalian moneter yang lebih bersifat tidak langsung, seperti melalui penetapan likuiditas minimum, penyediaan fasilitas diskonto dan kebijaksanaan pasar terbuka yang pelaksanaannya dimungkinkan dengan penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).

Berbagai upaya telah dilaksanakan sejak Repelita I untuk menurunkan biaya penyaluran dana melalui peningkatan peranan dan efisiensi perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Langkah-langkah pembinaan telah dilakukan antara lain melalui penyempurnaan organisasi dan tatalaksana bank-bank umum, terutama bank pemerintah, bantuan modal dan pendidikan kepada bank-bank swasta nasional serta bank pembangunan daerah. Dalam rangka menertibkan bank perkreditan rakyat (BPR) pemerintah telah membentuk satuan tugas guna membahas perma-salahannya serta kemungkinan untuk meningkatkannya menjadi badan hukum koperasi. Selain itu juga terus dilaksanakan pem-binaan terhadap lembaga keuangan yang bergerak di bidang pasar uang dan modal serta perusahaan asuransi, yang dirasakan sebagai wahana yang sangat penting dan berpotensi besar untuk penyediaan dana pembiayaan jangka panjang. Dalam rangka usaha untuk mengatur tatacara pengawasan dan pembinaan kegiatan di bidang perbankan/lembaga keuangan lainnya, pasar modal dan perasurandian, oleh Pemerintah saat ini sedang disusun Ran-cangan Undang-undang mengenai ketiga bidang tersebut.

I/16

Page 23: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Perkembangan selama periode 1968 - 1984/85 menunjukkan peningkatan hasil-hasil kegiatan di bidang moneter dan per-bankan yang cukup menggembirakan. Pemerintah telah berhasil mengendalikan jumlah uang beredar sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan ekonomi dengan tetap memperhatikan kestabilan harga. Dalam hubungan ini jumlah uang beredar yang pada tahun 1968 adalah Rp 113,9 milyar telah meningkat menjadi Rp 784,3 milyar pada akhir Repelita I, kemudian menjadi Rp 2.799,9 milyar pada akhir Repelita II, menjadi Rp 8.054,7 milyar pada akhir Repelita III dan menjadi Rp 8.988,4 milyar pada akhir tahun 1984/85. Apabila kenaikan harga dibandingkan dengan ke-naikan jumlah uang beredar maka persentase kenaikan harga se-nantiasa lebih rendah dari pada persentase pertumbuhan uang beredar, kecuali dalam tahun 1983/84 yang merupakan masa pe-yesuaian terhadap kebijaksanaan Juni 1983. Hal ini menunjuk-kan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah serta penggunaan jasa-jasa perbankan semakin meningkat.

Usaha peningkatan pemupukan tabungan masyarakat dilaksa-nakan dalam bentuk deposito berjangka, Tabanas/Taska, giro, sertifikat deposito dan tabungan lainnya. Jumlah dana perkre-ditan dalam rupiah dan valuta asing yang pada tahun 1968 baru mencapai Rp 76,6 milyar, dalam perkembangannya meningkat men-jadi Rp 13.337,1 milyar akhir Repelita III, dan meningkat la-gi menjadi Rp 16.687,8 milyar pada akhir tahun 1984/85.

Selanjutnya dana perkreditan tersebut disalurkan ke sek-tor-sektor ekonomi yang diprioritaskan. Kredit perbankan ke-pada dunia usaha yang meliputi kredit modal kerja, kredit, investasi dan kredit kepada golongan ekonomi lemah, telah me-ngalami peningkatan dari tahun ke tahun. Apabila dalam tahun 1968 jumlah kredit baru mencapai Rp 126 milyar, maka pada akhir Repelita I meningkat menjadi Rp 1.213 milyar, dan men-jadi Rp 19.336 milyar pada tahun 1984/85.

Dalam hal perkembangan kelembagaannya, pada akhir tahun 1984/85 terdapat 116 bank, yang terdiri dari 7 bank pemerin-tah, 71 bank swasta nasional, 27 bank pembangunan daerah dan 11 bank asing/campuran, dan 5.832 bank perkreditan rakyat (BPR) serta 14 buah lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Me-ngenai kegiatan pasar modal, hingga akhir 1984/85 jumlah perusahaan yang "go public" telah mencapai 24 perusahaan me-lalui emisi saham dan 3 badan usaha melalui emisi obligasi, dengan jumlah dana yang dapat diserap dari masyarakat melalui pasar modal sebesar Rp 355,5 milyar. Sedangkan kegiatan di bidang asuransi yang terdiri dari asuransi kerugian/reasuran-

1/17

Page 24: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

si, asuransi jiwa dan asuransi sosial telah berhasil menghimpun dana investasi sebanyak Rp 900,1 milyar hingga akhir tahun 1983.

Apabila dalam kebijaksanaan di bidang keuangan negara dan lembaga-lembaga keuangan termasuk dengan usaha untuk me-mupuk dan meningkatkan dana pembangunan yang diperlukan dalam bentuk rupiah, maka kebijaksanaan neraca pembayaran dan per-dagangan luar negeri bertalian langsung dengan usaha untuk memupuk dan meningkatkan dana pembangunan yang diperlukan dalam bentuk devisa. Dana pembangunan dalam bentuk rupiah diperlukan untuk membiayai komponen pelaksanaan pembangunan yang menggunakan barang dan jasa produksi dalam negeri, sedang dana pembangunan dalam bentuk devisa diperlukan untuk membiayai komponen pelaksanaan pembangunan yang menggunakan barang dan jasa yang masih harus didatangkan dari luar negeri. Peningkatan pembangunan menuntut peningkatan tersedianya dana pembangunan baik dalam bentuk rupiah maupun dalam bentuk devisa.

Berikut ini dilaporkan secara garis besar perkembangan kebijaksanaan neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri, serta hasil-hasil yang dicapai mulai dari Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita IV.

Kebijaksanaan neraca pembayaran dan perdagangan luar ne-geri ditujukan untuk mengembangkan produksi dan pola ekspor, mengendalikan dan menaikkan produk barang-barang pengganti impor, meningkatkan penerimaan dan menghemat penggunaan devisa, memanfaatkan modal dan teknologi luar negeri, memupuk cadangan devisa dan menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah serta meningkatkan ketahanan dalam menghadapi kegoncangan-kegoncang-an yang timbul baik di dalam maupun di luar negeri.

Selama Repelita I prioritas diberikan kepada rehabilita-si kapasitas produksi dan pemasaran barang-barang ekspor, pe-ngendalian impor guna stabilitasi harga barang-barang kebu-tuhan pokok di dalam negeri, penyediaan bahan baku dan barang modal untuk menunjang produksi, dan penjadwalan pelunasan hu-tang-hutang lama yang dibuat sebelum 1 Juli 1966, serta pe-nyempurnaan pasar valuta asing. Dalam kaitan ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 1970 serangkaian kebijaksanaan telah ditempuh, antara lain meliputi penyatuan kurs Bonus Ekspor (BE) dan Devisa Pelengkap (DP), penghapusan Pungutan Ekspor dan Alokasi Devisa Otomatis (ADO), dan penggantiannya dengan Pajak Devise Ekspor sebesar 10% dengan pengecuali-

1/18

Page 25: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

an ekspor barang jadi dan kerajinan rakyat, serta penekanan biaya-biaya bank dan penyederhanaan prosedur ekspor dan impor. Nilai tukar Rupiah disesuaikan dari Rp 326,0 menjadi Rp 378,0 per US dollar, dan kemudian pada bulan Agustus 1971 kurs devi-sa disesuaikan lagi menjadi Rp 415,0 per US dollar.

Seperti telah disinggung di atas, dalam Repelita II, ne-raca pembayaran Indonesia diwarnai oleh meningkatnya impor akibat kenaikan harga dunia, beban pelunasan hutang-hutang Pertamina dan kemerosotan yang tajam dari ekspor di luar mi-nyak dan gas bumi. Untuk menanggulangi masalah tersebut telah dilakukan serangkaian kebijaksanaan yang tertuang dalam paket 1 April 1976. Paket kebijaksanaan tersebut meliputi pengha-pusan serta penurunan pajak ekspor, penghapusan bea materai dagang dan dana rehabilitasi, penangguhan pemungutan Cess, rasionalisasi biaya jasa pelabuhan, penetapan tarif angkutan barang-barang ekspor yang wajar serta bersaing, penurunan su-ku bunga kredit dan provisi bank, serta penghapusan pungutan-pungutan daerah. Selanjutnya guna menaikkan daya saing ba-rang-barang ekspor di pasaran luar negeri dan daya saing ha-sil produksi dalam negeri terhadap barang-barang impor, pada tahun 1978 telah pula dilakukan 'Kebijaksanaan 15 Nopember'

berupa penyesuaian nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 33,6%, yaitu dari Rp. 415,0 menjadi Rp. 625,0 per US dollar. Bersamaan dengan itu nilai Rupiah tidak lagi dikait-kan terhadap Dollar Amerika tapi dikaitkan dengan sekelompok mata uang dari negara-negara yang berperan dalam perdagangan dengan Indonesia.

Dalam Repelita III, guna mempertahankan laju pembangunan dalam suasana resesi dunia yang semakin tajam serta tembok-tembok proteksi yang semakin ketat di negara-negara industri, telah dilakukan 'Kebijaksanaan Ekspor Januari 1982' yang me-liputi kebebasan penyerahan devisa bagi eksportir, kebebasan bagi importir untuk menggunakan cara-cara pembayaran lain di samping L/C, penurunan suku bunga kredit ekspor menjadi 6%, kecuali bagi kegiatan tahap pra pengapalan barang-barang eks-por yang tergolong kuat yang dikenakan suku bunga 9%, serta penurunan biaya pelabuhan dan pengangkutan. Kebijaksanaan lain yang lebih terbatas juga dilaksanakan, yaitu berupa pengkaitan impor Pemerintah yang pembiayaannya bersumber pada APBN atau Kredit Ekspor dengan keharusan mendapatkan kontrak ekspor untuk komoditi-komoditi di luar minyak dan gas bumi (counter purchase policy). Hingga 1 April 1985 telah ditanda-tangani kontrak dengan 22 negara bernilai US $ 1.318,1 juta sedang realisasinya mencapai jumlah sebesar US $ 634,8 juta.

1/19

Page 26: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Guna menghadapi pengaruh-pengaruh negatif dari kemero-sotan yang terjadi dalam nilai ekspor komoditi di luar minyak dan gas bumi maupun minyak dan gas alam cair sebagai akibat dari berlanjutnya resesi dunia, pada' tanggal 30 Maret 1983 nilai tukar Rupiah kembali disesuaikan dari Rp.700,0 men-jadi Rp. 970,0 per dollar atau devaluasi Rupiah sebesar 27,8%. Selanjutnya guna menghemat pengeluaran devise dan pe-ngeluaran Rupiah Anggaran Pemerintah, maka pada bulan Mei ta-hun yang sama telah diambil langkah penjadwalan kembali se-jumlah proyek besar yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri Pemerintah dengan komponen impor yang tinggi.

Prospek pasar minyak dunia yang kurang menggembirakan dalam dasawarsa 1980'an ini menggaris-bawahi pentingnya usaha peningkatan ekspor di luar minyak dan gas bumi dan usaha pe-ningkatan efisiensi produksi serta efisiensi lalu-lintas ba-rang. Untuk itu pada permulaan tahun kedua Repelita IV telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.4 Tahun 1985 yang menyang-kut kebijaksanaan tentang tatalaksana ekspor dan impor ba-rang, pelayaran antar pulau, biaya angkutan laut, pengurusan barang dan dokumen, keagenan umum perusahaan pelayaran, dan tatalaksana operasional pelabuhan.

Kebijaksanaan penting lain yang perlu dicatat adalah di-keluarkannya Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984 pada bulan Oktober yang memberikan petunjuk mengenai penggunaan kredit ekspor luar negeri. Tujuan dari kebijaksanaan ini adalah untuk mengendalikan agar beban pembayaran kembali hutang luar nege-ri di kemudian hari tetap dalam batas kemampuan keuangan ne-gara.

Selain kebijaksanaan-kebijaksanaan yang langsung diarah-kan pada neraca pembayaran serta perdagangan luar negeri ter-sebut, Indonesia juga aktif ambil bagian dalam kegiatan-ke-giatan kerjasama, baik yang bersifat regional maupun global, yang secara tidak langsung ikut memperkuat posisi hubungan ekonomi luar negerinya.

Kerjasama ekonomi antar negara anggota ASEAN terus me-nunjukkan hasil-hasil yang nyata sejak terselenggaranya Konpe-rensi Tingkat Tinggi di Bali dan di Kuala Lumpur pada tahun 1976 dan 1977. Dengan tujuan memperkokoh stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan telah dirumuskan serangkaian pro-gram kerjasama yang menyangkut bahan-bahan pokok, proyek-pro-yek industri yang dimiliki bersama, kerjasama perdagangan,

I/20

Page 27: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dan penentuan sikap bersama dalam menghadapi berbagai masalah ekonomi dunia. Sidang ke-17 para Menteri Ekonomi ASEAN pada bulan Februari 1985 telah memutuskan untuk memberikan keri-nganan bea masuk sebesar 25% bagi jenis-jenis barang dengan nilai impor di atas US $ 10,0 juta, kecuali bagi produk-produk yang dinyatakan sensitif. Dengan demikian, sampai bulan April 185 terdapat 12.592 jenis produk yang memperoleh pengurangan bea masuk antara 20% - 50% dalam kerangka Perjanjian Perda-gangan Preferensial. Di bidang industri kerjasama dilakukan melalui pendirian proyek-proyek ASEAN, pembentukan proyek-proyek industri komplementer dan usaha patungan. Dalam kaitan itu telah diselesaikan pembangunan Proyek Pupuk Urea ASEAN di Aceh (PT. AAF), dan pembukaannya dilakukan pada bulan Januari 1984. Pengerjaan konstruksi Proyek Pupuk Urea ASEAN di Malay-sia mendekati penyelesaian dan diperkirakan dapat beroperasi dalam tahun 1985. Proyek Pengolahan Abu Soda di Muangthai se-dang dalam tahap konstruksi. Sedang Proyek Pengolahan Tembaga d i Philipina dan Proyek Hepatitis B. Vaccine di Singapura ma-sih dalam tahap pembangunan. Usaha patungan yang disepakati oleh Sidang Para Menteri Ekonomi meliputi Proyek Security Paper antara Malaysia dan Brunei Darussalam, Proyek Potash feldstar Quartz antara Muang Thai dan Indonesia, dan Proyek Slaughtered Meat antara Muang Thai dan Philipina.

Guna mengatasi kemelut yang terjadi di bidang politik dan ekonomi dunia telah dilakukan serangkaian usaha interna-sional yang menyeluruh seperti diterimanya Deklarasi dan Pro-gram Kerja Pembentukan Tata Ekonomi Dunia Baru oleh Majelis Umum pada tahun 1974 serta pembahasan dalam kerangka Konpe-rensi Kerjasama Ekonomi Internasional di Paris (Dialog Utara-Selatan) pada tahun 1976, Konperensi Tingkat Tinggi di Cancun, Meksiko pada tahun 1981 serta Konperensi tentang Perdagangan dan Pembangunan PBB, usaha itu kemudian diperluas di forum Gerakan Non-Blok, dan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Mi-nyak Bumi (OPEC). Pada tahun 1976, dalam rangka UNCTAD dise-pakati pula Program Komoditi Terpadu beserta Dana Bersama (Common Fund) sebagai unsur ini bagi perombakan tata perda-gangan komoditi internasional. Pada tahun 1973 dan 1982, te-lah pula diselenggarakan Sidang Tingkat Menteri Persetujuan tentang Bea Masuk dan Perdagangan (GATT) di Tokyo dan Jenewa. Kerjasama antar negara berkembang yang ditujukan untuk me-ningkatkan kemandirian kolektif di bidang ekonomi dan teknik juga telah banyak menunjukkan kemajuan. Semua ini merupakan tindak lanjut dari Rencana Buenos Aires, program Arusha dan Caracas dari Kelompok-77 UNCTAD, Program Colombo, Havana, dan

I/21

Page 28: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

New Delhi dari Gerakan Non Blok, serta Rencana Taif OKI khu-susnya di bidang kerjasama teknik dan Perdagangan.

Keadaan neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri selama Repelita I sampai dengan Repelita III, serta perkem-bangannya selama tahun pertama Repelita IV adalah sebagai berikut.

Selama Repelita I keseluruhan nilai ekspor meningkat de-ngan rata-rata sebesar 31,1%, terdiri atas ekspor di luar mi-nyak bumi sebesar 25,9% dan ekspor minyak bumi sebesar 39,0%. Selama Repelita II dan III keseluruhan nilai ekspor menunjuk-kan laju peningkatan yang lebih rendah lagi, yaitu masing-ma-sing sebesar 25,7% dan 11,8% yang terdiri atas 15,9% dan 6,2% untuk ekspor di luar minyak dan gas bumi, dan 32,1% dan 11,8% untuk ekspor minyak dan gas alam cair. Relatif rendahnya laju pertumbuhan nilai ekspor selama Repelita II dan III terutama karena merosotnya harga komoditi primer di pasaran interna-sional, dan melemahnya pasaran minyak dunia sejak tahun 1982.

Nilai impor dalam periode Repelita I naik dengan rata-rata 28,3%, terdiri atas 26,8% untuk impor di luar sektor mi-nyak bumi dan 39,6% untuk impor minyak bumi. Dalam Repelita II dan III keseluruhan nilai impor naik masing-masing dengan 22,4% dan 14,1%, terdiri atas 20,8% dan 13,7% untuk impor di luar minyak dan gas bumi, dan 29,3% dan 15,3% untuk impor mi-nyak dan gas alam cair.

Pengeluaran devisa netto untuk jasa-jasa selama Repelita I menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 29,9%, yaitu 32,1% untuk jasa-jasa di luar sektor minyak bumi dan 27,7% untuk jasa-jasa sektor minyak bumi. Dalam periode Repelita II dan III pengeluaran devisa netto untuk jasa-jasa mengalami kenaik-an rata-rata sebesar. 25,7% dan 13,5%. Perkembangan ini antara lain disebabkan karena pengeluaran untuk jasa-jasa sektor di luar minyak dan gas bumi dan jasa-jasa sektor minyak bumi ma-sing-masing meningkat dengan 28,5% dan 18,4% pada Repelita II dan 11,1% dan 16,8% pada Repelita III.

Defisit transaksi berjalan menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 20,3% selama Repelita I, yaitu dari US $ 287 ju-ta dalam tahun 1968 menjadi US $ 756 juta dalam tahun 1973/74. Defisit transaksi berjalan sektor di luar minyak bumi melon-jak dari US $ 342 juta menjadi US $ 1.397 juta dalam periode Repelita I, atau naik rata-rata sebesar 30,7%. Dengan mening-

I/22

Page 29: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

katnya defisit transaksi berjalan sektor di luar minyak bumi rata-rata sebesar 29,9% dan menaiknya surplus transaksi ber-jalan sektor minyak bumi rata-rata sebesar 42,6%, dan memper-hitungkan surplus sebesar US $ 225 juta di sektor LNG, maka secara keseluruhan transaksi berjalan selama Repelita II me-nunjukkan peningkatan defisit rata-rata sebesar 8,8%. Pada akhir Repelita III, transaksi berjalan mengalami defisit se-besar US $ 4.151 juta, terdiri atas defisit sektor di luar minyak dan gas alam cair sebesar US $ 11.522 juta dan surplus sektor minyak dan gas alam cair sebesar US $ 7.371 juta. De- ngan demikian selama Repelita III, defisit transaksi berjalan meningkat dengan rata-rata sebesar 29,2%, yang terdiri atas 17,4% defisit sektor di luar minyak dan gas alam cair, dan 12,9% surplus sektor minyak dan gas alam cair.

Realisasi pinjaman pemerintah dalam Repelita I naik ra-ta-rata sebesar 18,3%, dengan peningkatan yang besar dalam pinjaman proyek. Dalam Repelita II realisasi pinjaman peme-rintah meningkat dengan rata-rata 28,0% yaitu dari US$ 643 juta pada tahun 1973/74 menjadi US $ 2.208 juta pada tahun 1978/79. Dalam periode ini bantuan program mengalami penurun-an sebesar rata-rata 19,7% sedangkan bantuan proyek naik de- ngan rata-rata 32,0%. Di samping kedua jenis pinjaman terse-but telah diusahakan jenis-jenis pinjaman lain yaitu pinjaman untuk proyek dalam rangka kredit ekspor dengan syarat sete-ngah lunak atau komersial dan pinjaman tunai, yang masing-masing mencapai US $ 839 juta dan US $ 171 juta pada tahun 1978/79. Dalam Repelita III realisasi pinjaman pemerintah me-ngalami kenaikan sebesar 21,3% sehingga mencapai US $ 5.793 juta dalam tahun 1983/84. Bantuan program menunjukkan penu-runan rata-rata sebesar 2,2%, sementara itu bantuan proyek, pinjaman proyek lain dan pinjaman tunai meningkat masing-ma-sing dengan 8,2%; 22,9% dan 58,6% rata-rata per tahun.

Pemasukan modal lain dalam Repelita I mengalami kenaikan dengan pesat yaitu sebesar 50,1% rata-rata per tahun dari US $ 65 juta dalam tahun 1968 menjadi US $ 549 juta pada tahun 1973/74. Dalam Repelita II terjadi penurunan pemasukan modal lain sebesar rata-rata 6,5% sehingga mencapai US $ 392 juta pada tahun 1978/79. Dalam Repelita III pemasukan modal lain kembali meningkat dengan cukup pesat menjadi US $ 1.191 juta pada tahun 1983/84, yang berarti meningkat dengan rata-rata 24,9%.

Perkembangan ekspor dan impor barang dan jasa serta tran-saksi-transaksi modal, setelah disesuaikan dengan transaksi

I/23

Page 30: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

yang tidak tercatat mengakibatkan kenaikan netto dalam ca-dangan devisa sebesar US $ 851,7 juta selama masa Repelita I sehingga jumlah cadangan devisa pada akhir tahun 1973/74 ber-ada pada tingkat US $ 929 juta dibandingkan dengan US $ 78,0 juta pada akhir Desember 1968. Dalam masa Repelita II pertam-bahan cadangan devisa adalah US $ 2.360 juta dan pertambahan cadangan devisa selama Repelita III sebesar US $ 2.070 juta sehingga pada tahun terakhir Repelita III cadangan devisa mencapai US $ 5.144 juta.

Dalam tahun 1984/85 nilai ekspor secara keseluruhan ha-nya mengalami kenaikan sebesar 0,4%, dari US $ 19.816 juta dalam tahun 1983/84 menjadi US $ 19.901 juta. Nilai ekspor di luar minyak dan gas bumi meningkat dengan 10,1% sedangkan nilai ekspor minyak bumi menurun dengan 11,8%. Sementara itu nilai ekspor gas alam cair berkembang dengan pesat, yaitu de-ngan kenaikan sebesar 40,4%.

Nilai impor (f.o.b) untuk pertama kalinya mengalami penu-runan dalam tahun 1983/84 dan terus menurun dari US $ 16.304 juta menjadi US $ 14.427 juta dalam tahun 1984/85, atau penu-runan sebesar 11,5%. Nilai impor di luar minyak dan gas bu-mi, sektor minyak bumi dan sektor gas alam cair dalam tahun 1984/85 masing-masing berkurang sebesar 9,2%, 20,4% dan 11,1%.

Pengeluaran devisa netto untuk jasa-jasa dalam tahun 1984/85 menurun dengan 2,9%, hal mana disebabkan karena jasa-jasa sektor di luar minyak dan gas bumi serta jasa-jasa sek-tor minyak bumi masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,3% sedangkan pengeluaran untuk jasa-jasa sektor minyak bumi me-nurun dengan 21,2%, tetapi untuk gas alam cair meningkat de-ngan 45,7%.

Nilai ekspor yang mengalami kenaikan sebesar 0,4% diser-tai dengan penurunan impor sebesar 11,5% dan penurunan dalam pengeluaran devisa netto untuk jasa-jasa sebesar 2,9% telah mengakibatkan bahwa difisit transaksi berjalan dalam tahun 1984/85 dapat diperkecil dengan 52,6% dari US $ 4.151 juta pada tahun 1983/84 menjadi US $ 1.968 juta.

Realisasi pinjaman pemerintah dalam tahun 1984/85 menu-run dengan tajam yaitu sebesar 39,3%, dari US $ 5.793 juta dalam tahun 1983/84 menjadi US $ 3.519 juta. Pinjaman ber-syarat lunak untuk program dan proyek, pinjaman bersyarat se-tengah lunak atau komersial untuk proyek dan pinjaman tunai masing-masing menurun dengan 11,6%, 23,7% dan 88,3%. Berdasar-

I/24

Page 31: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

kan jadwal pembayaran angsuran, pelunasan pokok pinjaman Pe-merintah dalam tahun 1984/85 mencapai_ US $ 1.292 juta atau kenaikan sebesar 27,9% dibandingkan dengan US $ 1.010 juta dalam tahun 1983/84.

Transaksi modal lainnya secara keseluruhan menunjukkan pemasukan netto sebesar US $ 499 juta, suatu penurunan sebe-sar 58,1% dibandingkan dengan US $ 1.191 juta pada tahun se-belumnya. Penanaman modal asing mengalami peningkatan 10,5%, pinjaman yang dilakukan oleh Badan-badan Usaha Milik Negara mengalami penurunan dari US $ 337 juta menjadi US $ 34 juta sebaliknya pelunasan pinjaman yang ditarik pada waktu yang lampau menunjukkan kenaikan sebesar 70,0%. Transaksi modal lainnya (netto) terutama arus modal jangka pendek di sektor swasta menunjukkan penurunan sebesar 28,1%.

Defisit transaksi berjalan sebesar US $ 1.968 juta, pe-masukan modal netto sebesar US $ 2.726 berupa pinjaman Peme-rintah dan modal sektor di luar Pemerintah setelah diperhi-tungkan pelunasan pinjaman, serta transaksi-transaksi yang tidak tercatat sejumlah minus US $ 91 juta, telah menyebab-kan peningkatan cadangan devisa sebesar US $ 667 juta, se-hingga cadangan devisa resmi pada akhir tahun 1984/85 menca-pai. jumlah US $ 5.811 juta. Jumlah tersebut cukup untuk mem-bayar impor (c & f) di luar sektor minyak dan gas bumi untuk rata-rata 5,4 bulan.

Demikianlah perkembangan keadaan neraca pembayaran ser- ta perdagangan luar negeri sampai dengan tahun pertama Repe-lita IV. Berikut ini dilaporkan perkembangan serta hasil-hasil pembangunan di masing-masing sektor.

Sejak dimulainya pembangunan nasional, sektor pertanian merupakan titik sentral dari usaha-usaha pembangunan, dan ini tercermin pada perhatian utama yang diberikan pada pembangun-an sektor pertanian dan pengairan sejak Repelita I. Dalam Re-pelita IV, kegiatan-kegiatan dalam pembangunan pertanian yang dilaksanakan melalui usaha-usaha intensifikasi, ekstensifika-si, diversifikasi dan rehabilitasi terus ditingkatkan. Usaha-usaha tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup, dan diarahkan pada pening-katan ekspor, pendapatan petani, kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, pembangunan daerah dan kegiatan transmi-grasi.

Seperti disebut di atas, produksi beras sebelum Repeli-

ta I baru mencapai 11,666 juta ton (17,156 juta ton gabah).

I/25

Page 32: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Pada tahun pertama Repelita IV, produksi beras mencapai 25,825 juta ton (37 ,978 juta. ton gabah), atau 7,6% d i atas tahun 1983. Ini berarti bahwa produksi beras pada awal Repelita IV mencapai hampir dua seperempat kali dari tingkat produksi se-belum awal Repelita I. Perkembangan produksi beras selama Re-pelita I, II, dan III, masing-masing adalah 4,8%, 3,9% dan 6,5% setiap tahunnya.

Peningkatan produksi beras tersebut merupakan hasil dari peningkatan produktivitas lahan, baik dalam bentuk peningkat-an hasil rata-rata per ha maupun dalam bentuk peningkatan intensitas tanam yang menyebabkan peningkatan luas panen. Ha-sil rata-rata beras per ha pada tahun 1984 adalah 2,68 ton (3,94 ton gabah), atau 2,3% di atas tahun 1983, sedangkan se-belum Repelita I baru mencapai 1,45 ton beras (2,13 ton ga-bah). Ini berarti bahwa hasil rata-rata beras per ha pada ta-hun 1984 hampir dua kali-hasil rata-rata sebelum Repelita I. Peningkatan hasil rata-rata beras per ha ini semakin menonjol dengan pelaksanaan Intensifikasi Khusus (Insus) dan Operasi Khusus (Opsus) untuk daerah-daerah yang masih terbelakang, yang keduanya dimulai sejak awal Repelita III. Luas panen pa-di pada tahun 1984 mencapai 9.636 ribu ha, atau 5,2% di atas tahun 1983, sedangkan pada tahun sebelum Repelita I (1968) luas areal tersebut baru mencapai 8.020 ribu ha.

Berbagai produksi palawija juga telah mengalami pening-katan. Diantara jenis palawija, kedelai menunjukkan pening-katan produksi tertinggi. Produksi kedelai pada tahun 1984 mencapai 743 ribu ton atau 38,6% di atas tahun 1983, sedang-kan pada tahun 1968 produksi kedelai baru sebesar 420 ribu ton. Peningkatan produksi kedelai selama dua tahun terakhir diantaranya merupakan hasil dari usaha pemberian pupuk kapur pada lahan-lahan yang kemasaman tanahnya tinggi.

Usaha peningkatan produksi peternakan dalam Repelita IV merupakan kelanjutan dari usaha-usaha dalam Repelita-repelita sebelumnya dan tetap menitikberatkan pada usaha peningkatan kegiatan-kegiatan pengamanan ternak pengembangan usaha pro-duksi dan distribusi ransuman serta obat-obatan dan pening-katan kegiatan penyuluhan bagi para peternak.

Populasi ternak pada awal tahun Repelita IV, bila diban-dingkan dengan tahun sebelumnya secara keseluruhan mengalami kenaikan. Populasi ternak yang mengalami kenaikan terbesar adalah ayam ras petelur yaitu dengan 12,3%, yang meningkat dari 28.436 ekor pada tahun 1983 menjadi 31.947 ekor pada ta-hun 1984.

I/26

Page 33: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Sebelum Repelita I keadaan produksi daging, telur dan susu masing-masing baru mencapai 305 ribu ton, 51 ribu ton dan 29 juta liter. Pada awal Repelita IV produksi daging, telur dan susu masing-masing mencapai 686 ribu ton, 345 ribu ton dan 178 juta liter atau bila dibanding dengan tahun 1983 ma-sing-masing meningkat dengan 5,5%, 8,1% dan 24,5%. Dengan de-mikian keadaan produksi pada awal Repelita IV bila dibanding dengan keadaan sebelum Repelita I telah menunjukkan pening-katan untuk daging hampir dua seperempat kali, untuk telur hampir tujuh kali dan untuk susu enam kali.

Di bidang perikanan, perhatian utama diberikan pada pe-ngembangan perikanan rakyat dengan tujuan meningkatkan penda-patan para nelayan, memperluas kesempatan berusaha, memper-tinggi produksi untuk meningkatkan mutu gizi pada konsumen pangan rakyat serta meningkatkan ekspor. Produksi perikanan laut dan darat pada awal Repelita IV masing-masing telah men-capai 1.700 ribu ton dan 559 ribu ton atau bila dibandingkan tahun sebelumnya telah meningkat dengan 1,1% dan 4,9%. Pro-duksi perikanan laut dan perikanan darat sebelum Repelita I baru mencapai masing-masing 723 ribu ton dan 437 ribu ton. Ini berarti kenaikan produksi perikanan laut dan darat masing-masing sekitar dua setengah kali dan satu seperempat kali dari sebelum Repelita I.

Kebijaksanaan pembangunan perkebunan menekankan pada pembangunan perkebunan rakyat dengan melaksanakan usaha-usaha intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifika-si. Pelaksanaan usaha-usaha tersebut terkait dengan pola dan kegiatan pengembangan antara lain pola intensifikasi, pola Unit Pelaksanan Proyek (UPP) dan Pala Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Berbagai hasil perkebunan telah menunjukkan peningkat-an, dan produksi hasil perkebunan yang mengalami peningkatan terbesar pada awal Repelita IV adalah kapas, yaitu 154% di atas tahun sebelumnya. Sebelum Repelita I produksi kapas masih belum berarti.

Penyuluhan merupakan bagian yang penting dari usaha pem-bangunan pertanian. Dalam kaitan ini penyediaan prasarana dan tenaga penyuluh terus ditambah dan disempurnakan, sehingga penyelenggaraan kursus tani, usaha pertanian percontohan, pe-tak percontohan, siaran pertanian melalui radio, televisi, slide/film dan penyebaran informasi pertanian dapat dilaksa-nakan secara lebih teratur.

Di bidang kehutanan, pengawasan terhadap para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) terus diperketat dan disempurna-

I/27

Page 34: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

kan agar para pemegang HPH benar-benar memenuhi kewajiban-ke-wajibannya, seperti ketentuan-ketentuan untuk melaksanakan penebangan hutan secara tertib, menanami kembali hutan-hutan bekas tebangan dan lain-lain. Di samping itu mereka diwajib-kan untuk mendirikan industri hasil hutan. Perhatian pada pembinaan sumber-sumber alam telah ditingkatkan pula. Adanya kebijaksanaan mengenai pembatasan jumlah ekspor kayu bulat, telah mengubah pola industri perkayuan dalam negeri. Pada ta-hun 1982 produksi kayu bulat yang diolah di dalam negeri naik menjadi 76% dari jumlah produksi kayu bulat, pada tahun 1983 menjadi 87% dan pada tahun 1984 naik menjadi 94%.

Pembangunan pertanian berkaitan erat dengan pembangunan di bidang pengairan. Kegiatan-kegiatan dalam pembangunan pe-ngairan mencakup perbaikan dan peningkatan kemampuan jaringan irigasi yang sudah ada, pembangunan jaringan irigasi baru, reklamasi daerah rawa dan perbaikan, pengaturan serta penga-manan sungai untuk pengendalian banjir.

Keberhasilan peningkatan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan di bidang pengairan tersebut sejak Repelita I. Pada awal Re-pelita IV telah dilaksanakan perbaikan dan peningkatan iriga-si yang meliputi areal seluas 87.072 ha, pembangunan jaringan irigasi baru yang meliputi areal seluas 69.144 ha, pembangun-an daerah rawa yang meliputi areal seluas 48.577 ha, penga-turan pengamanan sungai dan penanggulangan akibat bencana alam gunung berapi yang meliputi areal 24.869 ha, serta telah direhabilitasi dan dibangun jaringan tersier untuk areal se-luas 122.313 ha.

Selama Repelita I perbaikan dan peningkatan irigasi men-capai 936.073 ha, pembangunan jaringan irigasi baru 191.246 ha dan pengembangan daerah rawa 118.797 ha, Selama Repelita II telah dilaksanakan perbaikan dan peningkatan irigasi yang mencapai areal seluas 527.840 ha, pengembangan jaringan iri-gasi baru 325.942 ha dan pengembangan daerah rawa 179.202 ha. Sedangkan selama Repelita III kegiatan perbaikan dan pening-katan irigasi seluas 394.651 ha, pembangunan jaringan irigasi mencapai areal baru 437.271 ha dan pengembangan daerah rawa 456.189 ha.

Pembangunan pertanian dan pengairan selanjutnya juga terkait dan harus serasi dengan usaha yang lebih luas, yaitu pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup. Sebagai kelan-jutan daripada kegiatan-kegiatan dalam Repelita-Repelita se-

I/28

Page 35: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

belumnya, maka dalam Repelita IV program inventarisasi dan evaluasi sumber alam dan lingkungan hidup ditingkatkan se-hingga dapat dihasilkan suatu sistem penggunaan sumber daya alam yang didasarkan pada tata lingkungan hidup yang serasi serta pemanfaatan yang rasional dan efisien.

Salah satu kegiatan penting dalam program ini adalah pe-metaan, yang mencakup pemetaan dasar, pemetaan geologi, geo-fisika dan hidrogeologi bersistem, pemetaan sumber alam hutan serta pemetaan penggunaan tanah.

Dalam rangka pemetaan dasar nasional sampai dengan Repe-lita III telah diselesaikan pemotretan dari udara secara sis-tematis seluruh wilayah tanah air serta 36 pelabuhan udara di Indonesia. Di samping itu telah diselesaikan pula untuk peta dasar dengan berbagai skala untuk Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya dan Indonesia. Dalam tahun 1984/85 juga telah diselesai-kan penegasan batas darat dengan Malaysia dan Brunei Darussa-lam, sedangkan penegasan batas darat dengan Papua New Guinea telah selesai 50%.

Sampai dengan akhir Repelita III pemetaan geologi ber-sitem untuk daerah Jawa dan Madura telah diselesaikan 100% dan untuk daerah luar Jawa dan Madura telah diselesaikan 60%, sedangkan pemetaan geofisika bersistem untuk daerah Jawa dan Madura telah diselesaikan 51,7% dan untuk daerah luar Jawa dan Madura 19,0%. Pemetaan hidrogeologi bersistem untuk wila-yah Indonesia yang dilaksanakan sejak Repelita I, sampai de-ngan tahun 1984/85 telah diselesaikan 37,9%.

Dalam Repelita III juga telah dilaksanakan penelaahan kemampuan fisika dan kimia tanah sebagai lahan pertanian. Da-lam hubungan ini telah dievaluasi potensi 188 juta ha tanah diseluruh Indonesia dalam berbagai tingkat kecermatan dan 5,$7 juta ha di 18 propinsi di lokasi-lokasi yang direncana-kan. akan menjadi areal penerimaan transmigrasi. Sejalan de-ngan itu telah dilaksanakan pula survai dan pemetaan tanah untuk menunjang pertanian tadah hujan, pembangunan pabrik gu-la, pendayagunaan daerah rawa dan pasang surut, pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan reklamasi tanah kritis.

Pemetaan sumber alam hutan melalui penafsiran potret uda-rayang dilaksanakan sejak Repelita I sampai dengan tahun per-tama Repelita IV telah diselesaikan seluas 58,42 juta ha de-ngan skala 1 : 100.000, 10,65 juta ha dengan skala 1 : 60.000 dan seluas 2,10 juta ha dengan skala 1 : 20.000.

I/29

Page 36: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Sejak Repelita I sampai dengan tahun 1984/85 telah dise-lesaikan pemetaan penggunaan tanah untuk desa, pertanian dan transmigrasi seluas 142,63 juta ha dalam berbagai skala yang tersebar di seluruh propinsi, pemetaan penggunaan tanah desa yang meliputi areal seluas 48,82 juta ha. pemetaan kemampuan tanah seluas 90,93 juta ha. Pemetaan penggunaan tanah kota di 402 kota kabupaten/kotamadya, pemetaan penggunaan tanah kota kecamatan untuk 782 kota kecamatan, pemetaan tataguna tanah daerah transmigrasi dalam Repelita II, III dan tahun 1984/85 seluas 3,28 juta ha yang tersebar di 18 propinsi.

Inventarisasi hutan melalui survai lapangan merupakan kegiatan penting lainnya dalam program ini. Dalam Repelita I kegiatan ini mencapai 32,83 juta ha, dalam Repelita II 27,74 juta ha dan dalam Repelita III 19,97 juta ha. Inventarisasi hutan melalui survai udara dalam Repelita I mencapai 22,49 juta ha, dalam Repelita II 22,69 juta ha dan dalam Repelita III 5,02 juta ha. Kegiatan inventarisasi hutan melalui pe-nafsiran potret udara baru dimulai dalam Repelita II dan dalam Repelita III telah diselesaikan 33,70 juta ha untuk skala 1 : 100.000, 136.854 ha untuk skala 1 : 60.000 dan 2,20 juta ha untuk skala 1 : 20.000. Sedangkan kegiatan inventari-sasi hutan melalui penafsiran citra satelit baru dimulai pada Repelita III dengan luas 17,20 juta ha. Pemantapan tataguna hutan kesepakatan dengan penatagunaan hutan telah dilaksana-kan di 22 propinsi di luar Jawa melalui penataan batas luar kawasan hutan tetap sepanjang 80.000 km dan batas fungsinya sepanjang 105.000 km.

Inventarisasi dan ekplorasi mineral logam, mineral bukan logam dan batubara telah banyak dilakukan diberbagai tempat di Indonesia. Beberapa mineral yang telah ditemukan antara lain tembaga, timbal, sang, perak, emas, timah, air raksa, besi, khromit, wolfrom, mangan, tufit, pirofilit. Demikian pula eksplorasi batubara telah dilaksanakan di daerah Ombi-lin, Bukit Asam dan Kalimantan Timur yang menunjukkan bahwa cadangan batubara cadangan batubara di Ombilin adalah sekitar 78,9 juta ton, di Bukit Asam sekitar 511,5 juta ton, dan di daerah Kalimantan Timur yang dihitung sampai kedalaman 300 m sekitar 800 juta ton.

Usaha penghijauan dan konservasi tanah dan reboisasi yang merupakan salah satu kegiatan dari program penyelamatan hutan, tanah dan air telah dimulai sejak Repelita I dan di-lanjutkan serta dikembangkan dalam Repelita II, III dan IV dengan menggunakan pendekatan pembangunan daerah terpadu da-lam satuan daerah aliran sungai (DAS).

I/30

Page 37: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Selama Repelita I telah direhabilitasikan lahan kritis di daerah pertanian lahan kering seluas 455,40 ribu ha dan lain kritis dalam kawasan hutan seluas 120,99 ribu ha, sela-ma Repelita II masing-masing seluas 437,19 ribu ha dan 458,99 ribu ha dan selama Repelita III masing-masing seluas 1,38 ju-ta ha dan 489,59 ribu ha. Dengan demikian usaha rehabilitasi lahan dan konservasi tanah sampai dengan tahun pertama Repe-liti IV telah mencakup rehabilitasi lahan kritis di daerah pertanian lahan kering seluas 2,45 juta ha dan rehabilitasi lahan kritis dalam kawasan hutan seluas 1,07 juta ha.

Peranserta masyarakat merupakan unsur penting dalam upa-ya rehabilitasi lahan kritis tersebut di atas dan oleh karena itu pengembangan swadaya masyarakat di daerah pedesaan meru-pakin bagian penting dari program penyelamatan hutan, tanah dan; air baik dalam pelaksanaan maupun dalam pengamanan hasil-hasilnya. Pada tahun 1984/85 upaya rehabilitasi lahan kritis di daerah lahan kering atau penghijauan dan konservasi tanah dilaksanakan di 1.060 kecamatan dalam 160 kabupaten dari 34 DASI di 21 propinsi, sedang reboisasi dilaksanakan di 17 pro-pinsi, 58 KPH dan 196 BKPH dari 24 DAS.

Kegiatan-kegiatan perbaikan, pengaturan dan pengembangan wilayah sungai serta penanggulangan bencana alam yang dilak-sankan di 35 DAS terpenting yang tersebar di 27 propinsi da-pat diamankan areal seluas 289,07 ribu ha dalam Repelita I, 43 4, 52 ribu ha dalam Repelita II dan 587,10 ribu ha dalam Re-pelita III, dan dalam tahun pertama Repelita IV sekitar 24,87 ribu ha.

Usaha pelestarian alam untuk melindungi plasma nuftah dan cadangan bahan biologis untuk pembangunan di masa yang akan datang telah pula ditingkatkan. Sampai dengan tahun 1984/85 telah dikembangkan kawasan konservasi sumber daya alam sebanyak 333 unit dengan luas 17,05 juta ha yang terdiri dari 177 unit cagar alam dengan luas 6,83 juta ha, 66 unit suaka margasatwa dengan luas 4,91 juta ha, 55 unit taman wi-sata dengan luas 175,19 ribu ha, 11 unit taman buru dengan luas 326,92 ribu ha, 5 unit taman laut dengan luas 7,48 ribu ha dan 19 unit taman nasional dengan luas 4,81 juta ha.

Pemeliharaan dan pembinaan lingkungan hidup merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, program pembinaan sumber alam dan lingkungan hidup melaksanakan langkah-langkah kebijaksanaan yang erat kaitannya dengan program-program pem-

I/31

Page 38: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

bangunan lain dan meliputi : pembinaan kependudukan dan pemu-kiman, pembinaan mutu lingkungan hidup, pengkajian dan pena-nganan masalah lingkungan, penanggulangan pencemaran serta pengembangan sistem tatalaksana dan pembangunan berwawasan lingkungan.

Kebijaksanaan kependudukan yang diwujudkan dalam kebi-jakaanaan keluarga berencana dan transmigrasi, demikian pula program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penduduk seperti program-program di bidang pendidikan, kese-hatan dan kesehatan lingkungan pemukiman, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari usaha pelestarian sumber alam dan penyelamatan lingkungan hidup. Pencegahan pencemaran lingkungan air dan udara yang diakibatkan oleh buangan limbah ru-mah tangga, buangan pasar dan industri dilaksanakan melalui pengaturan yang sesuai dengan sifat-sifat lingkungan, di sam-ping mengaktifkan peranserta masyarakat luas dalam mencegah pencemaran lingkungan.

Pengelolaan sumber alam yang dapat pulih dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak merubah struktur dasar dari eko-sistemnya, sehingga sumber alam yang dimaksudkan tetap mempu-nyai kemampuan pemulihannya. Sedangkan sumber alam yang tidak dapat pulih, penggunaannya dilakukan sehemat mungkin dan di-arahkan kepada pengembangan sumber alam lain yang dapat meme-nuhi kebutuhan dimasa yang akan datang.

Dalam upaya pengembangan sistem tatalaksana dan pemba-ngunan berwawasan lingkungan antara lain telah disusun pe-rangkat peraturan tentang pengelolaan berbagai segi lingkungan hidup beserta pengembangan dan penyempurnaan kemampuan ke-lembagaannya, yang mencakup pengembangan kriteria dan konsep peraturan tentang baku mutu lingkungan hidup, baku mutu air dan baku mutu udara, jaringan kelembagaan penanganan masalah lingkungan hidup, baik dalam hal sarana maupun kemampuannya, seperti Pusat Studi Lingkungan di perguruan-perguruan tinggi, Bappeda dan lembaga swadaya masyarakat di bidang lingkungan hidup. Koordinasi dari berbagai lembaga tersebut dikembangkan terus sehingga langkah-langkah pengelolaan lingkungan di ma-sing-masing wilayah makin serasi.

Erat kaitannya dengan pembinaan sumber alam dan ling-kungan hidup adalah kegiatan pembangunan di bidang meteorologi dan geofisika. Kegiatan ini diarahkan kepada pengembangan kemampuan nasional untuk memberikan pelayanan jasa dalam bentuk pengadaan data dan informasi meteorologi dan geofisika,

I/32

Page 39: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

yang diperlukan untuk menunjang pembangunan di berbagai bi-dang pembangunan khususnya, pembangunan nasional pada umum-nya. Usaha-usaha yang dilaksanakan di bidang ini meliputi usaha : (i) memperbanyak jaringan stasiun agar semakin sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional yang semakin meningkat, (ii) meningkatkan kemampuan peralatan sesuai dengan perkem-bangan tekhnologi, (iii) melakukan pengembangan lebih lanjut guna mendapatkan metode ramalan yang lebih tepat, (iv) me-ningkatkan sistem penyampaian informasi meteorologi dan geo-fisika kepada masyarakat pemakai jasa dengan cara yang lebih cepat dan luas, (v) meningkatkan keterampilan pegawai melalui latihan dan pendidikan, (vi) meningkatkan kerjasama regional dan internasional di bidang meteorologi dan geofisika. Dengan ditempuhnya langkah-langkah tersebut diatas kemampuan nasio-nal; untuk menyediakan informasi dan data di bidang meteorolo-gi dan geofisika sampai dengan tahun pertama Repelita IV te-lah semakin meningkat.

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) pembangunan dalam Repelita IV diarahkan untuk menciptakan ke-rangka landasan yang kuat untuk kemudian dimantapkan dalam Repelita V sehingga dalam Repelita VI nanti kita dapat ting-gal landas yang memungkinkan bangsa Indonesia dapat melaksa-naan pembangunan secara terus-menerus, dengan laju pertum-buhan yang wajar tanpa menimbulkan hambatan atau gejolak yang berarti, yang dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan.

Dalam memasuki tahap lepas landas ini diharapkan sektor industri dapat berperan sebagai komponen yang strategis dan dinamis, agar dalam jangka panjang tercapai struktur ekonomi yang seimbang, dimana terdapat kemampuan dengan kekuatan industri yang maju serta berwawasan lingkungan dan didukung oleh kemampuan dan kekuatan sektor pertanian yang tangguh.

Pembangunan industri yang telah dilaksanakan selama tiga Repelita memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Berha-silnya pembangunan sektor industri dalam kurun waktu tersebut telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi nasio-nal pada khususnya dan ketahanan nasional pada umumnya. Hal ini ditandai oleh terus meningkatnya beberapa hasil produksi industri, walaupun perekonomian dunia mengalami kelesuan. Se-mentara itu kemampuan ekspor beberapa hasil industri juga se-makin meningkat.

Di samping berbagai kemajuan yang telah dicapai terdapat Pula berbagai masalah yang hares diatasi di sektor industri.

1/33

Page 40: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Pembangunan industri selama periode 1969/70-1983/84 masih cenderung berkisar pada produksi substitusi impor. Struktur industri pada umumnya belum dalam, di mana tingkat ketergan-tungan terhadap bahan baku/bahan penolong dan mesin-mesin/ peralatan asal impor masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh belum adanya keterkaitan dalam proses produksi. Selain itu pembangunan industri cenderung untuk memusat di kota-kota besar terutama di Pulau Jawa.

Untuk mengatasi masalah tersebut dalam kurun waktu Repe-lita III telah dirintis usaha-usaha untuk membangun industri dasar/kunci yang mengolah sumber daya alam yang kita miliki, antara lain di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, yang mampu menggerakkan pembangunan wilayah. Langkah ini merupakan rea-lisasi dari program pemerataan yang pada gilirannya mampu se-cara bertahap mengisi Wawasan Nusantara. Usaha ini akan dite-ruskan dalam Repelita IV dan Repelita berikutnya.

Masalah lainnya menyangkut hambatan-hambatan yang dialami dalam rangka usaha mengembangkan ekspor hasil industri. Keada-an ini disebabkan karena skala ekonomi yang kecil, peralatan mesin yang sudah perlu diganti, mutu yang belum sempurna, ongkos angkut dan bongkar muat serta biaya listrik yang cukup tinggi. Selain itu tenaga kerja yang pada umumnya terbatas pada tenaga yang tidak terampil, sedang untuk menghasilkan produk industri yang dapat diekspor diperlukan tenaga teram-pil. Di samping itu industri ini juga menghadapi masalah yang timbul dari masih kurangnya diversifikasi negara-negara tuju-an ekspor mengakibatkan jangkauan pemasarannya terbatas hanya pada negara-negara tertentu seperti MEE, Amerika Serikat. Ma-salah ini diperparah dengan adanya kebijaksanaan di negara-negara maju dewasa ini yang menjurus ke arah proteksionisme dengan tujuan melindungi industri dari negara-negara tersebut.

Dalam pengembangan sektor industri dialami pula masalah-masalah rancang bangun dan perekayasaan industri yang masih terbatas kemampuannya. Sementara itu meningkatnya pembangunan industri belum diikuti dengan peningkatan efisiensi secara baik.

Sejak awal Repelita IV telah diambil kebijaksanaan-kebi-jaksanaan strategis, antara lain kebijaksanaan Pengelompokan Industri Nasional, penyusunan Pola Pengembangan Industri Na-sional dan penyelesaian Undang-undang tentang Perindustrian.

Dalam pengelompokan industri nasional sektor industri dibagi dalam 3 kelompok, yaitu industri dasar, industri hilir

I/34

Page 41: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

(aneka industri) dan industri kecil. Teknologi yang dipergu-nakan dalam industri dasar adalah teknologi maju dan teruji, sedang industri hilir menerapkan teknologi maju teruji atau teknologi madya, dan industri kecil menggunakan teknologi ma-dya atau sederhana. Dilihat dari penggunaan tenaga kerja, ma-ka industri dasar bersifat tidak padat karya, namun menimbul-kan kegiatan ekonomi lanjutan pada pertumbuhan industri hilir dan kecil serta kegiatan jasa. Selanjutnya industri hilir da-pat bersifat tidak padat karya atau padat karya, sedangkan industri kecil umumnya bersifat padat karya.

Dalam Pola Pengembangan Industri Nasional dalam Repelita IV dilakukan usaha-usaha pengembangan industri yang sejauh mungkin diarahkan untuk pemantapan dan pendalaman struktur industri serta dikaitkan dengan sektor ekonomi lainnya, pe-ngembangan industri permesinan dan elektronika, pengembangan industri kecil, pengembangan ekspor hasil industri, pengem-bangan kemampuan penelitian dan pengembangan khususnya pe-rangkat lunak dalam rancang bangun dan perekayasaan, dan pe-ngembangan tenaga kerja industrial.

Dengan diselesaikannya Undang-undang tentang Perindus-tian, maka terciptalah landasan hukum yang kokoh dalam upaya pengaturan, pembinaan dan pengembangan dalam arti seluas-luas-nya dari semua aspek yang terkait dalam industri di negara kita. Pembinaan dan pengembangan industri bukan hanya sekedar merupakan usaha menumbuhkan dan mengembangkan berbagai macam jenis industri, melainkan merupakan usaha terpadu untuk me-mantapkan proses industrialisasi. Dalam Repelita IV dikembang-kan penjabaran operasional Undang-undang tersebut, antara lain dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Keppres.

Pembangunan industri dalam periode 1969-1981 mengalami perkembangan yang pesat. Seperti telah disinggung diatas, pertumbuhan industri pada Repelita I mencapai rata-rata 13,0%, per tahun pada Repelita II 13,7% per tahun dan pada Repelita III 8,9% per tahun. Setelah tahun 1981, sebagai akibat resesi perekonomian dunia, sektor industri mengalami penurunan pertumbuhan, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan industri pada tahun 1983 sebagai ta-hun terakhir Repelita III hanya sebesar 2,2%.

Pada awal Repelita IV telah diambil berbagai langkah kebijaksanaan strategis yang memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan industri. Walaupun keadaan ekonomi masih lesu, namun pertumbuhan industri pada tahun pertama Repeli-ta IV telah meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan

I/35

Page 42: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

pada tahun 1983. Pertumbuhan sektor industri (termasuk gas alam cair dan pengilangan minyak) pada tahun 1984 mencapai 7,6% berdasarkan harga tetap tahun 1973 atau 12,8% berdasarkan harga tetap tahun 1983.

Secara lebih terperinci berikut ini disajikan perkembang-an sektor industri pada tahun 1984/85. Industri yang menun-jang sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Pupuk urea, ZA, dan TSP dalam tahun 1984/85 telah meningkat produksinya dari masing-masing 2.255.000 ton, 208.000 ton dan 783.000 ton pada tahun 1983/84 menjadi masing-masing 2.910.000 ton, 304.000 ton dan 1.002.000 ton, atau kenaikan sebesar ma-sing-masing 29,05%, 46,15% dan 27,97%. Mesin penumbuk padi dan perontok padi masing-masing meningkat hingga 1.185 buah dan 1.680 buah. Jika dibandingkan dengan produksi pada tahun sebelumnya dalam tahun 1984/85 telah terjadi peningkatan se-besar masing-masing 153,7% dan 577,4%. Sementara itu mesin pengolah kelapa sawit dan mesin peralatan pabrik karet yang mulai dihasilkan pada tahun 1983/84 dengan jumlah produksi masing-masing sebesar 3.400 ton dan 200 ton telah meningkat hasilnya hingga mencapai masing-masing 9.420 ton dan 1.050 ton pada tahun 1984/85.

Demikian pula beberapa cabang industri yang masih dalam tahap substitusi impor, namun pasarannya masih luas, telah berkembang dengan baik. Dalam hubungan ini antara lain dapat dicatat perkembangan produksi dan industri transformator dis-tribusi, sentral telepon, radio dan sang oksida. Produksi jenis-jenis industri tersebut meningkat dari masing-masing 5.667 buah, 45.000 buah, 1.503.058 buah dan 980 ton pada tahun 1983/84 hingga mencapai masing-masing 5.844 buah, 62.000 buah, 1.570.582 buah dan 2.500 ton pada tahun 1984/85 yang berarti adanya kenaikan sebesar 3,1%, 37,8%, 4,5% dan 155,1%.

Perkembangan yang perlu dicatat ialah bahwa industri yang mampu melaksanakan ekspor mengalami peningkatan produksi yang cukup menonjol. Aluminium ingot produksinya telah naik dari 115.000 ton pada tahun 1983/84 menjadi 181.000 ton pada tahun 1984/85, yang berarti adanya kenaikan sebesar 57,4%. Industri karat bongkah, kayu lapis dan kayu gergajian mengalami peningkatan sebesar masing-masing 19,6%, 65,6% dan 7,4% atau dari masing-masing 689.800 ton, 2.566 juta m3 dan 8,180 juta m3 dalam tahun 1983/84 menjadi 825.000 ton, 4.249,1 juta m3 dan 8,79 juta m3 dalam tahun 1984/85.

Selanjutnya dapat dicatat kenaikan produksi tekstil, be-nang tenun dan pakaian jadi dari masing-masing 2.347,2 juta

I/36

Page 43: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

meter, 1.662.000 bal dan 22,3 juta lusin pada tahun 1983/84 menjadi masing-masing 2.587,5 juta meter, 1.810.000 bal dan 25,7 juta lusin dalam tahun 1984/85 yang berarti kenaikan se-besar masing-masing 10,2%, 8,9% dan 15,2% selama tahun perta-ma Repelita IV.

Selain itu dilaporkan pula kenaikan produksi dari resin perekat dan kaca lembaran dari masing-masing 110.559 ton dan 110.891 ton pada tahun 1983/84 menjadi masing-masing 269.300 ton dan 152.100 ton pada tahun 1984/85, atau kenaikan sebe-sar 143,6% bagi produksi resin perekat dan 37,2% bagi kaca polos.

Di samping peningkatan-peningkatan tersebut di atas, da-lam tahun pertama Repelita IV beberapa industri dilaporkan masih mengalami kelesuan. Termasuk dalam kelompok ini adalah industri yang menunjang sektor konstruksi, antara lain besi beton untuk bangunan, industri yang "jenuh" dan tidak dapat diekspor karena tidak kompetitif seperti ban kendaraan bermo-tor roda 2, mesin disel, generator, kendaraan bermotor dan mesin jahit. Jenis-jenis industri ini telah menurun produksi-nya yaitu dari 724.000 ton pada tahun 1983/84 menjadi 644.700 ton bagi industri besi beton, sedangkan kendaraan bermotor roda 2, mesin disel, generator, kendaraan bermotor dan mesin masing-masing mengalami penurunan sebesar 9,2%, 4,7%, 3,9% dan 27,1%.

Perkembangan lain di sektor industri dalam tahun pertama Repelita IV yang perlu dicatat adalah mulai dihasilkannya be-berapa produk baru seperti bahan aktif pestisida, asam fosfat, gips, aluminium fluorida, mesin bubut, alat-alat berat kons-truksi seperti bulldozer, hydraulic excavator, motor grader, beberapa komponen-komponen bagi kendaraan bermotor seperti chasis dan peleg roda, serta generator besar dan, komputer jenis mikro.

Selain itu ekspor hasil produksi juga menunjukkan ke-naikan. Jika pada tahun 1983 nilai ekspor hasil industri baru berjumlah US $ 2.551 juta, pada tahun 1984 jumlah tersebut te-lah meningkat hingga US $ 3.613 juta atau mengalami kenaikan sebesar 41,6%. Demikian pula, kemampuan perangkat lunak telah pula meningkat, khususnya dalam rancang bangun, pembangunan pabrik dan perekayasaan mesin-mesin dan peralatan pabrik, antara lain rancang bangun dan pembangunan pabrik minyak ke-lapa sawit, gula dan karat bongkah, sedang rancang bangun dan pembangunan pabrik pupuk urea, amonia, semen dan kertas saat ini sedang dirintis.

I/37

Page 44: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Di samping sektor pertanian dan industri, pertambangan adalah sektor penting lainnya yang telah memberikan sumbangan besar kepada pertumbuhan ekonomi. Sejak Repelita I sampai de-ngan tahun pertama Repelita IV, pembangunan di bidang pertam-bangan diarahkan untuk meningkatkan produksi dan menambah di-versifikasi jenis hasil tambang serta melakukan usaha pening-katan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam yang berupa sumber daya mineral dan sumber daya energi yang hasil produksinya dapat menambah penerimaan negara.

Produksi berbagai hasil tambang Indonesia sejak tahun pertama Repelita I hingga pertengahan Repelita III terus me-ningkat, tetapi karena resesi ekonomi dunia yang terjadi sejak akhir Repelita III, pemasaran hasil-hasil tambang terutama logam seperti timah, alumunium, tembaga mengalami kelesuan. Sejak tahun 1982 sebagian besar produksi hasil tambang Indonesia, kecuali batubara, mulai mengalami kemerosotan.

Produksi batubara Indonesia terus meningkat sejak Repelita I hingga sekarang dan usaha-usaha peningkatan produksinya terus dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk penghematan pemakaian bahan bakar minyak dan penganekaragaman sumber daya energi untuk kebutuhan dalam ne-geri. Pada tahun pertama Repelita IV produksi batubara mencapai 1.200.700 ton dan apabila dibandingkan terhadap produksi tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan sebesar 586.000 ton atau 95,3%. Untuk menyalurkan batubara ke tempat pemakaian, pada saat ini sedang dibangun terminal batubara di Tarahan dan pelabuhan batubara di Teluk Bayur.

Terbatasnya produksi hasil tambang yang disebabkan pa-saran dunia yang lesu, tidak menyebabkan terhalangnya pelak-sanaan usaha pengembangan pertambangan, yang mencakup inven-tarisasi dan eksplorasi berbagai sumber daya mineral dan energi. Usaha ini bertujuan tidak hanya sebagai kegiatan yang menjamin kelangsungan atau peningkatan produksi, akan tetapi juga merupakan usaha untuk penganekaragaman hasil-hasil per-tambangan.

Kegiatan penting dalam pengembangan pertambangan adalah pemetaan geologi bagi penyelidikan sumber days mineral maupun sumber daya energi, yang pada tahun pertama Repelita IV telah mencapai 84,5% untuk Jawa-Madura dan untuk luar Jawa-Madura telah mencapai 69,6%.

I/38

Page 45: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Minyak dan gas bumi masih memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, sebagai penyumbang terbesar bagi pene-rimaan negara dan penyedia utama energi nasional. Situasi perekonomian dunia yang kurang menguntungkan juga dirasakan oleh Indonesia berupa turunnya volume ekspor minyak bumi. Pe-nurunan minyak bumi ini terutama disebabkan melemahnya pasar-an minyak dunia akibat resesi ekonomi yang berkepanjangan yang menyebabkan diadakannya pembatasan produksi oleh OPEC terhadap semua anggotanya, termasuk Indonesia. Indonesia mem-punyai kemampuan menghasilkan 1,6 juta barrel minyak bumi se-tiap hari, tetapi sesuai dengan keputusan OPEC tersebut sejak kuartal terakhir tahun 1982/83 tingkat produksi minyak Indo-nesia dibatasi maksimal 1,3 juta barrel setiap hari. Pemba-tasan ini menyebabkan fasilitas produksi hanya bekerja 81% dari kemampuan yang ada. Produksi minyak bumi pada tahun 1984/85 adalah sebesar 505,1 juta barrel yang terdiri dari 456,9 juta barrel minyak mentah dan 48,2 juta barrel konden-sat. Jika dibandingkan dengan produksi pada. tahun 1983/84 yang berjumlah 517,6 juta barrel, maka produksi tahun pertama Repelita IV ini mengalami penurunan sebesar 2,4%. Namun demi-kian, penurunan nilai ekspor ini dalam tahun pertama Repelita IV dapat diimbangi dengan kenaikan ekspor gas alam cair dan ekspor gas minyak cair. Produksi gas bumi dalam tahun 1984/85 adalah sebesar 1.544,5 milyar kaki kubik dengan pemanfaatan sebesar 1.417,4 milyar kaki kubik yang dijadikan LNG sejumlah 794.500 ribu MMBTU. Jika dibandingkan dengan tahun 1983/84 yaitu produksi sebesar 1.288,2 milyar kaki kubik dengan pe-manfaatan 1.065,7 milyar kaki kubik dan yang dijadikan LNG 569.303,7 ribu MMBTU, maka terjadi kenaikan produksi 256,3 milyar kaki kubik (19,9%)dan kenaikan pemanfaatan 351,7 mil-yar kaki kubik (33%) serta produksi LNG naik 225.196 ribu MMBTU (39,5%).

Dalam rangka mengurangi ketergantungan konsumsi energi pada minyak bumi, maka sejalan dengan kebijaksanaan energi nasional dilaksanakan usaha penganekaragaman energi. Dalam kaitan ini kita mencatat adanya kenaikan pemanfaatan gas bu-mi. Peningkatan pemanfaatan gas bumi ini terutama disebabkan meningkatnya pemanfaatan gas bumi untuk LNG, industri pupuk, ammonia dan industri baja. Pemanfaatan gas bumi yang secara langsung dirasakan oleh konsumen adalah berupa peningkatan penyaluran gas bumi melalui jaringan distribusi gas kota.

Sumber energi lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk me-ngurangi ketergantungan minyak bumi adalah energi panas bumi. Eksplorasi panas bumi dalam tahun pertama Repelita IV dilak-

I/39

Page 46: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

sanakan di beberapa tempat di Indonesia untuk keperluan ener-gi bagi pusat pembangkit tenaga listrik.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan tenaga listrik juga semakin meningkat. Sejak Repelita I se-jumlah pembangkit tenaga listrik telah dapat dibangun baik yang berkapasitas besar maupun kecil, sehingga penyediaan da-ya terpasang dapat ditingkatkan. Sejalan dengan itu jaringan transmisi dan distribusi juga dibangun, sehingga jangkauan pemanfaatan tenaga listrik juga semakin luas.

Dalam Repelita I, telah dapat ditingkatkan daya terpasang sebesar 284,23 MW, jaringan transmisi sepanjang 495,61 kms dan gardu induk sebanyak 21 buah dengan kapasitas seluruhnya 415,25 MVA, serta jaringan distribusi yang terdiri atas ja-ringan tegangan menengah 1.619,61 kms, jaringan tegangan ren-dah 1.490,79 kms berikut 1.304 buah gardu distribusi. Dengan peningkatan sarana penyediaan tenaga listrik tersebut, maka produksi tenaga listrik dalam Repelita I mencapai 12.068.098 MWh, dengan penjualan tenaga listrik sebesar 8.897.034 MWh, daya tersambung sebesar 1.060.459 kVA dan menjangkau langgan-an sebanyak 1.023.459 konsumen.

Sementara itu pembangunan pembangkit tenaga listrik da-lam Repelita II, telah dapat meningkatkan lagi penyediaan daya terpasang sebesar 1.210,62 MW. Selain pembangkit tenaga listrik, dibangun juga jaringan transmisi sepanjang 2.161,22 kms, gardu induk 66 buah dengan kapasitas 2.691,93 MVA, ja-ringan tegangan menengah sepanjang 6.484,92 kms dan jaringan tegangan rendah 6.368,06 kms, beserta 10.361 buah gardu dis-tribusi. Di bidang pengusahaan dalam Repelita II telah dica-pai produksi tenaga listrik sebesar 21.706.105 MWh, penjual-an tenaga listrik adalah sebesar 16.143.563 MWh, daya tersam-bung sebesar 2.459.052 MVA dengan jumlah langganan sebanyak 1.783.247 konsumen.

Dalam Repelita III, pembangunan tenaga listrik lebih ditingkatkan lagi tidak hanya untuk daerah perkotaan, teta-pi juga mencakup daerah pedesaan. Pembangkit tenaga listrik yang berhasil dibangun dalam Repelita III termasuk untuk me-layani daerah pedesaan adalah sebesar 1.810,50 MW. Selain itu juga dilaksanakan pembangunan jaringan transmisi 4.481,65 kms dan gardu induk 64 buah dengan kapasitas 4.197 MVA, serta jaringan distribusi yang terdiri atas jaringan tegangan me-nengah dan jaringan tegangan rendah masing-masing sepanjang 16.368,19 kms dan 14.380,18 kms, berikut gardu distribusi se-

I/40

Page 47: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

banyak 14.768 buah dengan jumlah kapasitas 1.517,880 kVA. Se-mentara itu dalam Repelita III telah dimulai pelaksanaan per-ubahan tegangan rendah dengan tegangan 220 V dan telah dapat mencakup sebanyak 223.280 konsumen.

Dengan hasil pembangunan tersebut, bidang pengusahaan te-naga listrik dalam Repelita III dapat lebih ditingkatkan. Pro-duksi tenaga listrik mencapai 50.800.568 MWh, dengan jumlah penjualan tenaga listrik sebesar 38.756.789 MWh, days tersam-bung 6.126.669 kVA dan jumlah langganan sebanyak 4.406.077 konsumen.

Pada tahun 1984/85 atau tahun pertama Repelita IV, kapa-sitas pembangkit tenaga listrik yang dapat diselesaikan ada-lah sebesar 609,73 MW termasuk untuk listrik pedesaan yaitu PLTG Gresik Unit III (1 x 21 MW), PLTU (batubara) Suralaya Unit I (1 x 400 MW), PLTU (minyak/gas bumi) Belawan Unit I dan II (2 x 65 MW), serta sejumlah PLTD tersebar dengan jumlah kapasitas 58,73 MW.

Selain pembangkit tenaga listrik, dalam tahun 1984/85 telah dibangun pula jaringan transmisi sepanjang 378,39 kms dan gardu induk sebanyak 8 buah dengan kapasitas 1.224,5 MVA, serta jaringan tegangan menengah 5.253,93 kms dan jaringan tegangan rendah 4.596,32 kms, berikut 5.915 buah gardu dis-tribusi dengan jumlah kapasitas 453.347 kVA.

Dengan hasil pembangunan fisik pada tahun pertama Repeli-ta IV bidang pengusahaan tenaga listrik juga dapat lebih di-tingkatkan lagi. Produksi tenaga listrik mencapai 14.781.806 MWH yang berarti peningkatan sebesar 11,17% dibandingkan pro-duksi tahun sebelumnya sebesar 13.296.410 MWH. Penjualan te-naga listrik adalah sebesar 11.041.253 MWH, apabila dibanding-kan dengan tahun 1983/84 dengan penjualan sebesar 10.023.619 MWH, berarti telah terjadi peningkatan sebesar 10,15%. Semen-tara itu daya tersambung mencapai 7.122.313 kVA, atau naik sekitar 16,75% dibandingkan daya tersambung tahun 1983/84 se-besar 6.126.669 kVA, sedangkan jumlah langganan tahun 1984/85 adalah 5.133.313 konsumen, yaitu meningkat 16,50% dari tahun sebelumnya sebesar 4.406.077 konsumen.

Salah satu usaha penting untuk menunjang keberhasilan pembangunan adalah usaha dalam pembangunan prasarana dan sa-rana perhubungan. Pembangunan prasarana dan sarana perhubung-an yang dilaksanakan sejak awal Repelita I sampai tahun per-tama Repelita IV saat ini, telah dapat meningkatkan dan mem-

I/41

Page 48: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

perluas jangkauan pelayanan perhubungan serta memperlancar arus barang dan jasa ke seluruh wilayah Nusantara.

Dalam Repelita I diutamakan usaha rehabilitasi terhadap prasarana dan sarana yang ada agar dapat berfungsi kembali sebagai pendorong kegiatan pembangunan dan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam Repelita II selain melan-jutkan usaha rehabilitasi juga dilakukan peningkatan kapasi-tas prasarana dan sarana perhubungan sehingga dapat melayani pertumbuhan permintaan jasa perhubungan yang telah mulai me-ningkat. Usaha peningkatan kapasitas dan jasa perhubungan tersebut semakin ditingkatkan dalam Repelita III dengan me-nambah pembangunan prasarana dan sarana baru, dan dengan me-ningkatkan efisiensi pelayanan jasa perhubungan serta pembi-naan dan pengembangan usaha angkutan. Sejalan dengan itu juga dilakukan penyempurnaan peraturan-peraturan perundang-undang-an di bidang perhubungan dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan lalu-lintas dan efisiensi pelayanan jasa perhu-bungan serta peningkatan keterampilan melalui pendidikan ke-terampilan dan latihan bagi petugas dan tenaga jasa perhu-bungan. Dalam tahun pertama Repelita IV kegiatan pembangunan perhubungan terus ditingkatkan untuk menyediakan pelayanan jasa perhubungan yang lebih luas, tertib, teratur, aman, lan-car dan efisien sampai ke daerah-daerah terpencil.

Di bidang prasarana jalan selama Repelita I telah di-laksanakan pemeliharaan jalan sepanjang 92.672 km, rehabili-tasi jalan sepanjang 6.535 km, peningkatan jalan sepanjang 3.785 km, peningkatan jembatan 15.563 in, serta pembangunan jalan baru sepanjang 229 km. Dalam Repelita II pelaksanaan pembangunan lebih mengutamakan pada peningkatan mutu dan ke-las jalan dan untuk itu telah dilaksanakan peningkatan jalan sepanjang 4.494 km dan jembatan 21.973 km, pembangunan jalan baru sepanjang 718 km dan jembatan baru 5.771 in, di samping pemeliharaan jalan sepanjang 49.608 km dan jembatan 25.765 m serta rehabilitasi jalan sepanjang 7.484 km dan jembatan 23.683 m.

Untuk meningkatkan kondisi jalan yang kritis maka dalam Repelita III telah dilaksanakan penunjangan jalan sepanjang 90.547 km. Untuk jalan-jalan yang volume lalu lintasnya ting-gi dilaksanakan peningkatan jalan sepanjang 10.707 km dan jembatan 32.727 in, pembangunan jalan baru 1.384 km dan jem-batan 1.384 m, dan pemeliharaan jalan-jalan mantap sepanjang 31.971 km.

I/42

Page 49: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) kegiatan-kegiat-an tersebut dilanjutkan dan telah dilaksanakan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan 12.603 Km, penunjangan jalan 12.088 Km dan jembatan 18.484 m, peningkatan jalan 2.738 Km dan jembat-an 4.549 m serta pembangunan jalan baru sepanjang 135,3 Km.

Dalam rangka peningkatan keselamatan lalu-lintas jalan raga, hasil-hasil yang dicapai selama Repelita I meliputi pe-ngadaan alat pengujian kendaraan bermotor 12 unit, jembatan timbang 17 buah, lampu lalu-lintas persimpangan 14 unit, ken-daraan patroli roda empat 25 buah dan roda dua 334 buah dan alat pencatat kendaraan 7 buah. Selanjutnya selama Repelita II hasil yang dicapai meliputi disediakannya alat pengujian 9 unit, rambu jalan 85.808 buah, jembatan timbang 40 buah, lam-pu lalu-lintas persimpangan 107 unit, kendaraan patroli roda empat 38 buah dan roda dua 68 buah, tanda permukaan jalan 124.500 m, pembangunan pusat pengujian kendaraan bermotor dan alat komunikasi 6 buah. Sedangkan selama Repelita III telah disediakan dan dibangun alat pengujian kendaraan bermotor 9 buah, rambu jalan 33.532 buah, jembatan timbang 26 buah, lam-pu lalu-lintas persimpangan 188 buah, kendaraan patroli roda lempat 36 buah dan roda dua 15 buah, tanda permukaan jalan 300.847 m, mobil penolong hambatan 7 buah, pagar pengaman ja-lan 4.000 meter, rehabilitasi lampu lalu lintas persimpangan 107 unit, alat komunikasi 24 unit dan terminal 3 unit.

Angkutan kereta api juga mengalami kemajuan serta pe-ningkatan produktivitasnya. Hasil-hasil pembangunan yang su-dah dicapai pada akhir Repelita I antara lain meliputi reha-bilitasi jalan kereta api 950 km, penggantian rel 575,5 km, penambahan lokomotif 29 buah, penambahan kereta penumpang 281 buah dan gerbong 168 buah. Pada akhir Repelita II telah dila-kukan rehabilitasi jalan kereta api 2.145 km, pembangunan jembatan 2.250 ton, penambahan lokomotif 76 buah penambahan kereta penumpang 124 buah dan gerbong 130 buah, dan penambah-an sarana baru berupa kereta rel listrik dan diesel sebanyak 36 buah. Selanjutnya selama Repelita III hasil-hasil yang di-capai meliputi rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api sepanjang 1.595 km, rehabilitasi lok uap 42 buah, lok diesel 593 buah, kereta rel listrik 72 buah, kereta rel diesel 79 buah, kereta penumpang 1.532 buah dan gerbong 11.294 buah. Selain itu telah pula dilakukan penambahan 77 buah lok die-sel, 360 buah kereta penumpang, 400 buah gerbong, 60 buah kereta rel listrik dan 112 buah kereta rel diesel. Sedangkan dalam tahun pertama Repelita IV telah dilakukan rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api sepanjang 466,4 km pembangun-

I/43

Page 50: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

an jembatan atas 1.595 ton dan jembatan bawah 3 unit, rehabi-litasi lok diesel 82 buah, rehabilitasi kereta penumpang 320 buah dan pengadaan 16 buah, rehabilitasi kereta rel listrik dan diesel 36 buah, rehabilitasi gerbong 2.422 buah dan pe-ngadaan 330 buah.

Pelayanan jasa angkutan sungai danau dan penyeberangan, yang merupakan sarana perhubungan penting di berbagai daerah di tanah air, terus ditingkatkan sejak Repelita I sampai se-karang. Hasil-hasil yang dicapai selama Repelita I meliputi pembangunan 4 buah dermaga penyeberangan, 24 buah dermaga sungai, pengadaan 5 buah kapal penyeberangan dan 24 buah ka-pal inspeksi. Selama Repelita II telah pula dilakukan pem-bangunan fasilitas antara lain 16 dermaga penyeberangan, 5 dermaga sungai, 4 dermaga danau, pembangunan 3 terminal pe-nyeberangan, 2 terminal sungai pengadaan rambu sungai 4.374 buah, rambu laut 5 buah. Selanjutnya selama Repelita III te-lah dilaksanakan pembangunan dermaga penyeberangan 29 buah, dermaga sungai 32 buah, dermaga danau 1 buah, terminal penye-berangan 20 buah, terminal sungai 21 buah, terminal danau 1 buah dan pengadaan rambu sungai 879 buah dan rambu laut 4 buah. Sedangkan dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85) te-lah dilakukan pembangunan 6 dermaga penyeberangan, 1 dermaga sungai, 1 buah terminal penyeberangan dan pengadaan rambu su-ngai 600 buah.

Pengembangan perhubungan laut merupakan salah satu sasa-ran utama pelaksanaan pembangunan perhubungan, dan terutama diarahkan untuk meningkatkan kegiatan perdagangan antar pulau dan perdagangan luar negeri. Sejak awal Repelita I terus di-lakukan usaha peningkatan fasilitas pelabuhan yang meliputi kegiatan rehabilitasi, penggantian, perluasan dan pembangunan baru dermaga pelabuhan, fasilitas gudang, fasilitas lapangan penumpukan dan peralatan bongkar muat pelabuhan.

Bidang pelayaran yang meliputi Pelayaran Nusantara, Pe-layaran Samudera, Pelayaran Khusus, Pelayaran Lokal, Pelayar-an Rakyat dan Pelayaran Perintis terus ditingkatkan pelayanan-nya untuk memenuhi peningkatan permintaan jasa angkutan laut untuk barang dan penumpang. Dalam usaha meningkatkan keamanan pelayaran dan pengoperasian kapal-kapal secara efektif dan efisien, sejak tahun 1984 kapal-kapal yang berusia di atas 30 tahun tidak dioperasikan lagi di wilayah perairan Indonesia dan sejak awal tahun 1985 kapal-kapal yang berusia di atas 25 tahun tidak lagi dioperasikan di wilayah perairan Indonesia. Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menyesuaikan jumlah kapal

I/44

Page 51: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dan kapasitas yang beroperasi, sesuai dengan permintaan kebu-tuhan angkutan untuk kelancaran pelayanan angkutan laut.

Sejak Repelita I sampai dengan awal Repelita IV telah dilakukan pula rehabilitasi, penggantian dan perluasan fasi-litas-fasilitas pelabuhan, serta pembangunan beberapa pelabuhan baru antara lain pelabuhan P. Baai/Bengkulu, Malahayati dan Krueng Geukeuh/Daerah Istimewa Aceh, Ketapang/Kalimantan Barat, Selat Kijang/Riau, Air Bangis/Sumatera Barat, Paotere/ Sulawesi Selatan, Pantaloan/Sulawesi Tengah dan beberapa pe-labuhan perintis yang tersebar di beberapa lokasi. Sejalan dengan pengembangan pelabuhan dilakukan pula peningkatan pe-layanan dan peningkatan keterampilan karyawan pelabuhan dan pada akhir Repelita III dan permulaan Repelita IV telah dapat ditingkatkan kapasitas dermaga menjadi rata-rata 700 - 800 ton/m/tahun. Pada tahun 1983 telah dibentuk 4 Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan yang terdiri dari Perum Pelabuhan I di Be-lawan/Medan, Perum Pelabuhan II di Tanjung Priok/Jakarta, Perum Pelabuhan III di Tanjung Perak/Surabaya dan Perum Pe-labuhan IV di Ujung Pandang. Bersamaan dengan itu telah di-bentuk pula Perum Pengerukan di Tanjung Priok/Jakarta. Sejak Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita IV di bidang keselamatan pelayaran yaitu fasilitas Sarana Bantu Navigasi, kesyahbandaran, Biro Klasifikasi Indonesia dan Kesatuan Pen-jagaan Laut dan Pantai terus ditingkatkan kemampuannya.

Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, perhubungan udara bisa memberikan pelayanan perhubungan yang cepat dan andal. Guna menunjang pelayanan perhubungan udara sejak Repe-lita I kegiatan pembangunan dititikberatkan pada peningkatan daya dukung landasan udara sesuai dengan pertumbuhan lalu lintas yang ada serta perluasan jaringan penerbangan. Di sam-ping itu perhubungan udara ditingkatkan kemampuannya untuk melayani kegiatan angkutan haji dan transmigrasi dengan pe-nambahan sarana angkutan dan pembangunan landasan pendaratan baru, serta peningkatan pelayanan angkutan perintis ke daerah-daerah terpencil yang tersebar di wilayah Nusantara. Apabila dalam Repelita I pringan penerbangan masih terbatas pada 57 pelabuhan udara, maka dalam Repelita II dan Repelita III ja-ringan telah dapat ditingkatkan dan meliputi 132 dan 137 pe-labuhan udara. Penumpang yang diangkut melalui udara mening-kat pesat. Penumpang yang diangkut akhir Repelita I berjumlah 1.649.217 orang, sedangkan pada akhir Repelita II dan Repelita YII meningkat menjadi 3.979.557 orang dan 5.551.322 orang. Dalam pada itu fasilitas keselamatan penerbangan juga diting-katkan dengan meningkatkan kemantapan sistem pengawasan ope-

I/45

Page 52: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

rasi penerbangan, pembangunan peralatan navigasi dan pemba-ngunan peralatan penuntun pendaratan pesawat serta peralatan telekomunikasi. Penggunaan sarana angkutan semakin ditingkatkan baik untuk penerbangan perintis, penerbangan domestik dan penerbangan luar negeri dengan pesawat-pesawat berbadan lebar maupun pesawat kecil hasil rakitan dalam negeri.

Hasil-hasil pembangunan di bidang pos dan giro yang di-capai selama Repelita I meliputi Kantor Pos Pembantu/Kantor Pos Tambahan 123 buah, Kantor Pos 13 buah, Kantor Pos Besar 3 buah, Biro Daerah Pos 2 buah, Sentral Giro 2 buah, kendaraan bermotor roda dua 101 buah dan roda empat 64 buah. Selama Repelita II hasil-hasil tersebut meliputi Kantor Pos Pemban-tu/Kantor Pos Tambahan 466 buah, Kantor Pos 18 buah, Kantor Pos besar 10 buah, Biro Daerah Pos sebuah, Sentral Giro se-buah, kendaraan bermotor roda dua 496 buah dan roda empat 90 buah serta bis surat 350 buah. Selanjutnya dalam Repelita III pembangunan di bidang ini dilanjutkan dan hasil-hasilnya me-liputi Kantor Pos Pembantu/Kantor Pos Tambahan 615 buah, Kan-tor Pos 30 buah, Kantor Pos Besar 13 buah, Kantor Biro Daerah Pos 3 buah, kendaraan bermotor roda dua 798 buah dan roda empat 49 buah dan Bis Surat 1.214 buah. Sedangkan dalam tahun pertama Repelita IV telah dibangun Kantor Pos Pembantu/Kantor Pos Tambahan 67 buah, Kantor Pos 2 buah, Kantor Pos Besar 7 buah, Biro Daerah Pos 2 buah, dan disediakan kendaraan bermo-tor roda dua 301 buah dan roda empat 61 buah serta bis surat 303 buah.

Dalam pada itu, kebijaksanaan yang ditempuh dalam kegiat-an pembangunan telekomunikasi diarahkan pada peningkatan kon-disi pelayanan jass telekomunikasi, serta peningkatan kapasi-tas dan otomatisasi peralatan yang dimiliki. Secara bertahap sejak Repelita I telah dilakukan peningkatan dan pengembangan jaringan jarak jauh, jaringan jarak menengah dan jaringan ca-bang serta penambahan kapasitas sentral telepon, telex dan telegrap. Dalam Repelita II dikembangkan pula fasilitas tele-komunikasi berita bersuara dan bergambar dan diadakan tambahan jumlah kapasitas pelayanan telekomunikasi dengan teknologi yang lebih canggih. Dalam Repelita III kegiatan tersebut semakin ditingkatkan dengan memperhatikan pula perluasan jaringan pelayanan ke daerah terpencil serta pelayanan untuk masyarakat umum di daerah perkotaan.

Berkaitan erat dengan pembangunan di bidang perhubungan adalah pembangunan di bidang pariwisata. Pembangunan pariwi-sata ditujukan untuk meningkatkan arus wisatawan asing dan

I/46

Page 53: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

domestik sehingga dapat meningkatkan devisa serta mendorong pemerataan pendapatan serta kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Untuk maksud tersebut sesuai dengan potensi yang dimiliki yaitu obyek wisata di bidang panorama alam dan tata budaya masyarakat dalam Repelita I dilakukan persiapan pe- ningkatan dan pembangunan obyek-obyek wisata panorama alam dan budaya Indonesia. Hingga akhir Repelita II telah dapat diselesaikan pengembangan 10 Daerah Tujuan Wisata sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung mencapai 1.982.989 orang. Dalam Repelita III kegiatan diarahkan untuk meraih jumlah wi-satawan yang lebih banyak dengan meningkatkan kebijaksanaan yang terpadu di bidang keimigrasian berupa perpanjangan bebas visa selama 2 bulan untuk wisatawan dari 26 negara pasaran yang potensial. Di samping itu telah pula dilakukan penambah-an pintu gerbang wisatawan menjadi 8 buah pelabuhan udara dan 8 buah pelabuhan laut. Dalam tahun pertama Repelita IV, me-nyadari adanya persaingan yang semakin tajam di bidang pema-saran obyek wisata, telah ditingkatkan koordinasi kebijaksa-naan pemasaran dan penerbangan dengan cara-cara yang lebih strategis dan terpadu.

Usaha pembangunan di berbagai sektor perlu didukung oleh kebijaksanaan perdagangan yang menunjang. Apabila seperti di-sebut di muka, tujuan pokok dari kebijaksanaan pembangunan perdagangan luar negeri adalah untuk mencapai sasaran pening-katan dan pengembangan ekspor, sehingga dapat mendorong pe-ningkatan produksi dan stabilisasi harga, maka sejalan dengan itu tujuan pembangunan perdagangan dalam negeri diarahkan untuk : (i) menyempurnakan prasarana pemasaran baik fisik muupun kelembagaan, (ii) meningkatkan kemampuan berusaha lem-baga dan badan pemasaran, (iii) memperluas pasaran hasil produksi dalam negeri, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, (iv) meningkatkan pembinaan usaha pedagang kecil go-longan ekonomi lemah dan (v) mengusahakan terwujudnya tertib usaha dan kepastian berusaha.

Dalam rangka menyempurnakan prasarana pemasaran sejak tahun 1976/77 telah dikeluarkan Inpres Pembangunan dan Pemu-garan Pasar. Sebagai pelaksanaan Inpres tersebut, sejak tahun 1976/77 sampai dengan tahun 1983/84 telah selesai dibangun dan/atau dipugar sebanyak 1.838 buah pasar, sedangkan dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85) jumlah tersebut mencapai 78 buah pasar.

Dalam rangka penyempurnaan prasarana kelembagaan, telah dilakukan serangkaian kebijaksanaan. Pada bulan April 1981

I/47

Page 54: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dikeluarkan Undang-undang Metrologi Legal, yang bertujuan untuk mewujudkan dan menjamin tertib ukur. Selanjutnya dalam tahun 1982 dikeluarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengembangan dunia usaha. Sebagai hasil pelaksanaan dari un-dang-undang tersebut, sampai dengan tahun 1983/84 sudah ter-daftar sebanyak 126.006 perusahaan, yang terdiri dari 9.106 Perseroan Terbatas (PT), 261 Koperasi, 21.312 CV, 762 Firma, 93.856 Perusahaan Perorangan dan 109 badan usaha lainnya. Da-lam tahun 1984/85 jumlah tersebut telah meningkat menjadi 191.719 perusahaan, yang terdiri dari 15.573 PT, 734 Kopera-si, 36.345 CV, 1.139 Firma, 137.684 Perusahaan Perorangan dan 244 badan usaha lainnya: Dalam tahun 1984 dilakukan penyem-purnaan lagi terhadap perizinan usaha perdagangan yang telah disempurnakan pada tahun 1982. Sebagai hasil pelaksanaan sis-tem perizinan usaha perdagangan yang disederhanakan jumlah perusahaan/pedagang nasional yang mendapat SIUP terus bertam-bah. Pada tahun 1978 jumlah perusahaan yang mendapat SIUP se-banyak 229.271 perusahaan. Dalam tahun 1982 jumlah tersebut bertambah menjadi 672.319 perusahaan, kemudian dalam tahun 1983 bertambah lagi menjadi 778.556 perusahaan, dan dalam ta-hun 1984 jumlah tersebut telah mencapai 849.985 perusahaan.

Untuk lebih meningkatkan dayaguna pemasaran sejak tahun pertama Repelita III telah dikembangkan informasi pasar. Pe-laksanaan informasi pasar tersebut pada tahun 1983/84 meli-puti penyebaran informasi mengenai aspek pemasaran komoditi-komoditi hasil pertanian, hasil perkebunan rakyat, hasil industri rakyat dan hasil kerajinan rakyat. Penyelenggaraan informasi pasar tersebut dalam tahun 1984/85 semakin disem-purnakan.

Usaha-usaha untuk mengembangkan peranan pedagang nasional dan pedagang golongan ekonomi lemah dalam bidang perdagangan juga makin ditingkatkan. Untuk tujuan ini berbagai langkah telah dilaksanakan. Dalam Repelita II dikeluarkan Peraturan Pemerintah mengenai Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing dalam Bidang Perdagangan. Selanjutnya, telah dilakukan pula usaha untuk meningkatkan peranan pengusaha/pedagang golongan ekono-mi lemah dengan memberi kemudahan melalui Keppres No. 14 Ta-hun 1979 yang disempurnakan dengan Keppres No. 14A Tahun 1980, Keppres No. 18 Tahun 1981 dan terakhir Keppres No. 29 Tahun 1984. Di samping itu sejak Repelita II Pemerintah telah mem-berikan pembinaan berupa penataran dan bimbingan berkonsulta-si kepada pedagang kecil golongan ekonomi lemah. Sebagai ha-sil pelaksanaan dari kebijaksanaan tersebut, dalam tahun

I/48

Page 55: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

1978/79 pedagang golongan ekonomi lemah yang ditatar dan yang mendapat kesempatan berkonsultasi masing-masing berjumlah 1.621 orang dan 1.333 orang, dan dalam tahun 1982/83 jumlah tersebut meningkat menjadi 1.855 orang dan 1.855 orang. Dalam tahun 1983/84 jumlah tersebut meningkat lagi menjadi sebesar masing-masing 3.010 orang, sedang dalam tahun 1984/85 menjadi masing-masing 3.395 orang.

Pusat-pusat pameran dagang yang diselenggarakan selama ini juga telah dimanfaatkan oleh pengusaha/pedagang golongan ekonomi lemah sebagai pusat informasi pasar dan sebagai sara-na untuk memperluas pasaran barang-barang hasil produksi da-lam negeri. Sejak dimulainya penyelenggaraan pusat pameran dagang pada tahun 1974/75 sampai dengan tahun 1983/84 jumlah perusahaan/pedagang yang ikut memanfaatkannya sudah mencapai 16.730 perusahaan/pedagang, sedang dalam tahun 1984/85 jumlah yang memanfaatkannya sebanyak 1.560 perusahaan/pedagang.

Koperasi merupakan wahana yang sangat penting dalam usa-ha mewujudkan Demokrasi Ekonomi.

Usaha pembangunan di bidang koperasi dilaksanakan dalam rangka peningkatan peranan dan kemampuan koperasi, agar kope-rasi benar-benar menjadi salah satu soko guru dalam perekono-nian Indonesia. Pembangunan koperasi dimaksudkan pula untuk dijadikan wahana dalam usaha meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah, agar dengan demikian tingkat kesejahteraan ang-gota-anggotanya semakin meningkat, yang berarti turut mengusa-hakan pemerataan pembagian pendapatan nasional.

Pembinaan koperasi dalam Repelita IV merupakan kelanjut-an dari usaha pembinaan yang telah diusahakan dalam mesa Re-pelita-Repelita sebelumnya, yang pelaksanaannya dijalankan melalui dua program pokok, yaitu Program Pembinaan Kelembaga-an dan Program Pembinaan Usaha koperasi.

Hasil-hasil pembinaan kelembagaan koperasi yang dilaksa-nakan dari Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita IV tampak dari semakin bertambahnya jumlah koperasi. Koperasi yang pada tahun 1968, baru berjumlah 9.339 unit pada tahun 1,984 atau tahun pertama Repelita IV, meningkat menjadi 26.179 unit. Dalam jumlah itu termasuk Koperasi Unit Desa (KUD) yang, pada tahun 1973 (yaitu pada saat dimulainya pengembangan KUD) baru berjumlah 2.361 Unit, pada tahun 1984 telah meningkat menjadi 6.579 unit.

I/49

Page 56: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Bersamaan dengan bertambahnya jumlah koperasi, keanggo-taan koperasi juga mengalami pertambahan yang cepat. Anggota koperasi yang pada tahun 1968 berjumlah 1.509.000 orang pada tahun 1984 telah meningkat menjadi 16.404.000 orang. Sedang-kan anggota KUD yang pada tahun 1973 berjumlah 2.459.000 orang, pada tahun 1984 menjadi sampai 12.009.000 orang.

Modal koperasi dari simpanan anggota, berkembang dari Rp 259,9 juta pada tahun 1968 menjadi Rp 132.000 juta pada tahun 1984. Sedangkan modal usaha seluruhnya, termasuk modal pin-jaman yang pada akhir Repelita I berjumlah Rp 21.858,7 juta, pada tahun 1984 telah meningkat menjadi Rp 467.577 juta.

Dengan jumlah modal tersebut, seluruh koperasi pada tahun 1968 telah melakukan kegiatan usaha yang bernilai Rp 73.964,0 juta. Pada akhir Repelita I nilai usaha kopera-si menurun menjadi Rp 61.513,3 juta, tetapi dalam tahun-tahun berikutnya nilai usaha koperasi terus meningkat. Pada tahun 1984 nilai usaha koperasi seluruhnya meningkat menjadi Rp 1.490 milyar.

Perkembangan kegiatan usaha koperasi di sektor-sektor perkreditan, pengadaan dan pemasaran beras, pemasaran hasil-hasil perkebunan rakyat, peternakan rakyat, kerajinan dan industri kecil, pemasaran jasa kelistrikan cukup menggembira-kan. Di sektor perkreditan yang menonjol adalah Kredit Candak Kulak, yang merupakan salah satu bentuk kegiatan Koperasi Unit Desa. Kredit Candak Kulak dapat diperoleh nasabah anggo-ta koperasi dengan prosedur yang sederhana dan dengan bunga yang ringan. Pada saat dimulainya pelaksanaan Kredit Candak Kulak pada tahun 1977, koperasi yang ikut serta dalam kegiat-an ini berjumlah 533 unit, melayani 131.534 orang nasabah de-ngan jumlah kredit sebesar Rp 637,4 juta. Kegiatan usaha ini semakin berkembang dari tahun ke tahun dan pada tahun 1984 terdapat 4.969 koperasi yang melayani 13.893,8 ribu nasabah dengan jumlah kredit sebesar Rp 166.861,3 juta.

Peranan KUD di bidang pengadaan dan pemasaran beras pada tahun 1973/74 menghasilkan pembelian 281,3 ribu ton. Dari jumlah tersebut yang dijual kepada BULOG berjumlah 198,4 ribu ton dan kepada PUSKUD 22,5 ribu ton. Pada tahun 1984/85 KUD melakukan pembelian 2.046,4 ribu ton beras, dijual kepada BULOG 1.917,8 ribu ton dan kepada PUSKUD 106,5 ribu ton.

Peranan koperasi di sektor pemasaran hasil perkebunan rakyat yang menonjol adalah di dalam pemasaran kopra dan

I/50

Page 57: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

cengkeh. Kopra yang berhasil dibeli oleh 208 unit koperasi pada akhir Repelita II berjumlah 134,7 ribu ton dan dijual 127,3 ribu ton. Pada tahun 1984, terdapat 202 koperasi yang melaksanakan pembelian kopra sebesar 47,1 ribu ton dan pen-jualan 45,1 ribu ton. Pada tahun 1978, 35 KUD melakukan pem- belian cengkeh sebanyak 1,7 ribu ton dan penjualannya 1,3 ri-bu ton. Pada tahun 1984, pembelian cengkeh yang dilaksanakan oleh 228 KUD mencapai 7,7 ribu ton, penjualannya mencapai 7,9 ribu ton, termasuk sisa pembelian cengkeh pada akhir Repelita II yang belum terjual.

Pada tahun 1973 terdapat 520 koperasi yang berusaha di sektor perikanan dengan hasil sebesar Rp 1.224,0 juta. Pada tahun 1984, terdapat 645 koperasi dalam bidang usaha perikan-an rakyat dengan hasil usahanya yang bernilai Rp 71,4 milyar.

Jumlah koperasi di bidang peternakan rakyat pada tahun 1978 adalah 113 unit dengan nilai usaha sebesar Rp 477,4 ju-ta. Pada tahun pertama Repelita IV jumlah tersebut meningkat menjadi 514 unit dengan hasil usaha yang bernilai Rp 87.344,5 juta.

Di bidang kerajinan rakyat pada tahun 1973 terdapat 437 unit koperasi dengan usahanya yang mencapai nilai Rp 23.754,4 juta. Usaha koperasi di bidang ini menunjukkan kemajuan yang cukup pesat, sehingga pada tahun 1984 terdapat 850 unit kope-rasi yang menghasilkan usaha bernilai Rp 550.750,8 juta.

Peranan koperasi di bidang usaha pemasaran jasa kelis-trikan baru dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Pada ta-hun 1984 terdapat 477 unit koperasi yang menangani listrik pedesaan dan telah mampu mendistribusikan listrik di 5.578 desa dengan jumlah langganan sebanyak 309.226 keluarga.

Dalam ukuran kuantitatif koperasi telah mencapai kemaju- an yang sangat menggembirakan. Namun dari segi kualitatif berbagai hal masih perlu penyempurnaan-penyempurnaan. Oleh karena itu usaha-usaha pembinaan, pendidikan dan latihan di-intensifkan. Pelaksanaan pendidikan dan latihan koperasi di Pusat Latihan dan Pendidikan Koperasi (Puslatpenkop) dan di Balai-balai latihan Koperasi (Balatkop) di daerah-daerah te-lah ditingkatkan. Dalam bidang pendidikan koperasi, pendirian Sekolah-sekolah Menengah dan Akademi Koperasi atas inisiatif masyarakat adalah sangat menggembirakan. Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN) yang didirikan oleh gerakan koperasi seba-gai Lembaga Pendidikan Tinggi Koperasi di Bandung pada tahun

I/51

Page 58: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

yang lalu diharapkan memperkuat perkembangan koperasi dimasa depan.

Bersama-sama dengan sektor koperasi dan sektor perusa-haan negara, sektor dunia usaha diharapkan memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan.

Di bidang penanaman modal, PMDN terus ditingkatkan, de-ngan tetap memberikan kesempatan kepada PMA khusus bagi sek-tor-sektor bermodal besar, berteknologi tinggi dan berorien-tasi pada peningkatan ekspor. Dalam rangka peningkatan promosi penanaman modal di dalam dan di luar negeri, maka profil investasi dan prefeasibility studies untuk ratusan proyek-proyek yang terkait dengan transmigrasi, industri kecil dan kesempatan kerja telah disiapkan sebagai satu bentuk pelaya-nan aktif pada para investor. Bersamaan dengan usaha terse-but, Pengendalian Pelaksanaan dan Pengawasan Modal juga di-tingkatkan dan sebagai hasilnya telah dilakukan pencabutan izin-izin bagi perusahaan-perusahaan yang terbukti melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Sistem perizinan serta prosedurnya merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi iklim usaha penanaman modal. Dengan instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perizinan di Bidang Usaha, telah diadakan usaha penyederhanaan sistem dan prosedur per-izinan tersebut.

Di bidang perencanaan penanaman modal, telah dirumuskan Daftar Skala Prioritas (DSP) yang disusun berdasarkan Tujuh Sukses Penanaman Modal tersebut diatas. DSP mencerminkan prioritas investasi menurut sektor-sektor pembangunan serta fasilitas daerah berdasarkan atas keunggulan banding (compa-rative advantage), perlindungan terhadap penanaman modal yang sudah ada, potensi penanaman modal bare, upaya pemerataan ke-sempatan berusaha, penggalakan ekspor non migas, pemanfaatan sumber daya dalam negeri, pelestarian alam dan lingkungan, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan teknologi.

Seperti telah disinggung di atas, dalam rangka pengem-bangan golongan ekonomi lemah Pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan yang mewajibkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Negara untuk mengutamakan go-longan ekonomi lemah sebagai rekanan, pengutamaan hasil pro-duksi dalam negeri, penggunaan pengusaha setempat dengan pem-

I/52

Page 59: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

berian toleransi dalam penawaran (tender) sampai batas 10% di atas penawaran yang diajukan oleh pengusaha menengah dan kuat. Kebijaksanaan yang lain adalah penunjukan menjadi penyalur produksi perusahaan negara, ataupun menjadi anak angkat dari perusahaan yang lebih besar. Ketentuan-ketentuan tersebut termuat dalam Keppres 14, 14A dan terakhir dalam Keppres No. 29 Tahun 1984.

Dengan adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut, sam-pai dengan akhir Repelita III Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN) mencapai jumlah investasi sebesar Rp 14,1 triliun, dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah disetujui mencapai US $ 12,5 milyar. Selama tahun pertama Repelita IV (1984/85) tercatat rencana investasi sebesar Rp. 1,8 triliun untuk PMDN dan US $ 982,7 juta untuk PMA, yang disetujui oleh peme-intah.

Untuk membantu golongan ekonomi lemah telah dilaksanakan pemberian Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Mini, Kredit Midi dan Kredit Candak Kulak (KCK). Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) jumlah nasabah KIK mencapai 243.000 orang dengan posisi kredit Rp. 349 milyar dan nilai permohonan sebesar Rp. 922 milyar. Pa-da tahun yang sama untuk KMKP tercatat 1.848.000 orang nasa-bah dengan posisi kredit Rp. 890 milyar dan nilai permohon-an sebesar Rp. 2,3 triliun. Mengenai kredit Mini pada akhir Maret 1985 terdapat nasabah 139.200 orang, dengan kredit ber-jumlah Rp. 9,5 milyar, sedangkan Kredit Midi menjangkau nasa-bah 63.200 orang dengan kredit berjumlah Rp. 12,5 milyar dan Kredit Candak Kulak pada akhir tahun 1984 mempunyai nasabah sebanyak 13,3 juta dengan kredit berjumlah Rp. 116,8 milyar. Peningkatan KCK disebabkan juga oleh meningkatnya jumlah KUD yang mengelolanya, yaitu sebanyak 4.969 KUD pada bulan Desem-ber 1984. Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) yang baru dikeluar-kan pada tahun 1984, pada tahun 1985 ini telah direalisir se-jumlah Rp. 142,6 milyar.

Pembinaan, penyempurnaan dan pengarahan yang dilakukanpemerintah untuk Badan Usaha Milik Negara dan Badan MilikDaerah tetap ditingkatkan sebagai pelaksanaan pasal 33 UUD1945. Dengan Undang-undang No. 19 Tahun 1960 dan Undang-undangNo. 9 Tahun 1960 terus dilakukan pembinaan, penyempurnaan danpenertiban, sehingga BUMN makin berfungsi sebagai sumber pen-dapatan penerimaan negara, sumber pembentukan keuntungan per-usahaan, penyelenggaraan kemanfaatan dan pelayanan umum, pe-rintis kegiatan usaha, pelengkap dan pembimbing kegiatan usaha

I/53

Page 60: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

swasta dan koperasi serta penunjang program pemerintah di bi-dang ekonomi dan pembangunan.

Kebijaksanaan pembangunan di bidang ekonomi dan bidang-bidang lain harus diimbangi dengan kebijaksanaan yang menun-jangnya di bidang kependudukan.

Jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan yang ma-sih tinggi dan penyebaran antar daerah yang kurang seimbang merupakan ciri dan sekaligus masalah utama kependudukan di Indonesia. Keadaan penduduk yang demikian ini dapat mempersu-lit peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat yang apa-bila tidak ditangani, dapat memperlambat tercapainya tujuan pembangunan. Untuk menanggulangi masalah kependudukan ini te-lah dilaksanakan kebijaksanaan kependudukan dan keluarga be-rencana yang dirumuskan secara nasional dan menyeluruh dan dituangkan dalam program-program terpadu.

Menyadari pentingnya peranan data kependudukan untuk pe-rencanaan pembangunan, maka pada tahun 1971 telah dilaksana-kan Sensus Penduduk dan disusul dengan Survai Penduduk Antar Sensus tahun 1976 serta Sensus Penduduk 1980. Dengan adanya hasil ketiga sumber data kependudukan tersebut telah dapat dimantapkan perhitungan proyeksi penduduk Indonesia maupun komponen pertumbuhan penduduk, kelahiran dan kematian. Pendu-duk Indonesia pada tahun 1984 diperkirakan sebesar 161,6 juta orang dengan pertumbuhan sekitar 2,2% per tahun. Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi daripada tingkat kematian. Antara tahun 1971 dan 1980, diperkirakan terjadi penurunan tingkat kematian bayi sekitar 2,6% per tahun dan tingkat kematian bayi pada akhir Repelita III diperkirakan sekitar 92,8 per seribu bayi yang dilahirkan hidup. Angka kelahiran juga sudah mengalami penu-runan yaitu sekitar 1,9% per tahun antara periode 1967-70 dan 1976-79. Penurunan angka kelahiran ini merupakan dampak dari berbagai usaha pembangunan dan keluarga berencana.

Keluarga berencana merupakan hal baru dalam tatanan da-lam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pada ting-kat pertama dipandang perlu untuk dibangkitkan perhatian ma-syarakat tentang kependudukan dan keluarga berencana. Pada tahap selanjutnya perlu ditumbuhkan pengetahuan, sikap, dan praktek keluarga berencana serta kesadaran masyarakat tentang masalah kependudukan. Dengan meningkatnya kesadaran masyara-kat, keluarga berencana akan menjadi bagian kehidupan masya-rakat dan kegiatan keluarga berencana akan menjadi salah satu

I/54

Page 61: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

bagian kegiatan masyarakat. Dengan demikian, pelembagaan ke-luarga berencana diharapkan dapat dilaksanakan dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.

Meningkatnya kesadaran masyarakat antara lain terlihat dari makin banyaknya tenaga sukarela pembina keluarga beren-cana. Jika pada akhir Repelita II jumlah kelompok tenaga su-karela tersebut adalah 90.065, pada akhir Repelita III jum-lahnya sudah menjadi dua kali yaitu 184.191, dan pada akhir tahun 1984/85 telah menjadi 250.975. Sementara itu, untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kependudukan dan keluarga berencana terutama bagi golongan muda telah dilaksanakan pen-didikan kependudukan baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah. Untuk itu telah dilatih guru pendidikan kependudukan sebanyak 21.292 selama tahun 1984/85 sedangkan sampai akhir Repelita III telah dilatih sebanyak 88.932 orang.

Program kependudukan dan keluarga berencana telah mem-perlihatkan hasil-hasil yang menggembirakan. Realisasi jumlah peserta Keluarga Berencana baru selama Repelita I adalah 3,2 juta pasangan usia subur. Selama Repelita II dan Repelita III serta tahun 1984/85 masing-masing adalah 10,2 juta, 17,4 ju- ta dan 4,1 juta. Dengan demikian selama 16 tahun pelaksanaan program telah mampu mengajak 34,9 juta pasangan usia subur. Jumlah peserta Keluarga Berencana aktif pada akhir Repelita I adalah 1,6 juta. Jumlah ini telah naik menjadi 11,2 juta pada akhir Repelita II, kemudian menjadi 14,4 juta pada akhir Re-pelita III dan selanjutnya menjadi 15,7 juta pada akhir tahun 1984/85. Jumlah peserta Keluarga Berencana baru maupun peser-ta Keluarga Berencana aktif ini pada umumnya melampaui sasar- an yang ditentukan dalam Repelita.

Sementara itu, ciri dan karakteristik dari para peserta Keluarga Berencana juga makin menunjukkan perkembangan ke arah yang positif, sedangkan jenis alat kontrasepsi yang di-pakai para peserta Keluarga Berencana juga semakin menuju ke-pada alat yang lebih efektif. Jika selama Repelita II, 68,5% dari peserta Keluarga Berencana baru memakai Pil, selama Re-pelita III persentasenya turun menjadi 57,3%, dan pada tahun 1984/85 turun lagi menjadi 41,9%. Di lain fihak, persentase pemakai alat kontrasepsi yang lebih efektif menjadi lebih be-sar. Pada Repelita II pemakai suntikan hanya 1,6% pada tahun 1984/85 angka tersebut naik menjadi 28,4%. Hal yang sama juga terjadi pada peserta Keluarga Berencana aktif. Antara tahun 1978/79 dan 1984/85 telah terjadi penurunan pemakai Pil dari 64,4% menjadi 53,9% sedangkan pemakai suntikan naik dari 1,1% menjadi 11,1%.

I/55

Page 62: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Peserta Keluarga Berencana juga makin banyak yang berumur muda. Jika pada Repelita I hanya 27,2% peserta Keluarga Be-rencana yang berumur 15,24 tahun pada tahun 1984/85 persenta-se tersebut naik menjadi 42,2%. Sebaliknya yang umur 35-39 tahun persentasenya turun dari 15,1% menjadi 8,6%. Dari segi pekerjaan, peserta Keluarga Berencana yang petani makin sedi-kit sedangkan peserta Keluarga Berencana yang pegawai swasta maupun pedagang makin tinggi. Meningkatnya persentase pegawai swasta menunjukkan peserta Keluarga Berencana dari daerah perkotaan juga makin besar.

Keadaan di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana sampai dengan tahun 1984/85 mencapai hasil yang cukup menggembirakan. Pencapaian program tidak hanya berorientasi pada kuantitas tetapi kuali-tasnya juga makin membaik. Dengan hasil-hasil tersebut serta makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan masalah kependu-dukan, dapat diharapkan bahwa tingkat kelahiran akan terus turun.

Bersamaan dengan makin meningkatnya jumlah peserta KB telah pula diperhatikan masalah pengayomannya, yaitu dengan menambah jumlah klinik dan rumah sakit keluarga berencana, tim keluarga berencana keliling serta tenaga pelayanan keluar-ga berencana seperti tenaga media, tenaga paramedis, pembantu pembina keluarga berencana dan sebagainya. Apabila pada akhir Repelita I jumlah klinik KB sebanyak 2.235, pada tahun 1984/85 telah naik lebih dari tiga kali, menjadi 7.509 buah. Demikian juga jumlah rumah sakit yang memberikan pelayanan keluarga berencana telah naik dari 148 pada akhir Repelita II menjadi 474 buah pada tahun 1984/85. Jumlah klinik dan rumah sakit ini melebihi sasaran Repelita yang ditentukan masing-masing sebanyak 7.505 klinik dan 465 rumah sakit. Selanjutnya, untuk menjangkau daerah yang jauh'(terpencil) telah pula ditingkat-kan pelayanan melalui Tim KB Keliling. Pada tahun 1978/79 pe-layanan ini baru mencapai 380 kali tetapi kegiatan pada tahun 1984/85 telah mencapai 384.600 kali kegiatan. Tim KB Keliling ini di samping memberikan pelayanan KB juga melakukan motiva-si dan penerangan KB dan Kependudukan.

Di samping itu telah pula ditingkatkan tenaga pelayanan KB. Apabila pada akhir Repelita I terdapat 7.356 tenaga pro- gram, jumlah ini telah menjadi 24.409 orang pada tahun 1984/85 ditambah lagi 12.000 tenaga kesehatan yang dididik untuk pro-gram keluarga berencana. Di samping kuantitas tersebut, kua-litas tenaga program juga selalu ditingkatkan melalui pendi-

I/56

Page 63: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dikan baik yang bersifat latihan, pendidikan jangka pendek maupun pendidikan jangka panjang.

Upaya untuk menanggulangi sisi lain dari masalah kepen-dudukan, yaitu adanya penyebaran penduduk antar daerah yang kurang seimbang, dilaksanakan melalui kebijaksanaan transmi-grasi.

Kebijaksanaan transmigrasi dalam Repelita IV antara lain bertujuan untuk meningkatkan penyebaran penduduk dan tenaga kerja serta pembukaan dan pengembangan daerah produksi dan pertanian baru dalam pembangunan daerah, khususnya daerah-daerah di luar Jawa dan Bali, sehingga dapat menjamin pening-katan taraf hidup masyarakat transmigrasi dan penduduk saki-tarnya. Di samping itu, pelaksanaan transmigrasi sekaligus juga ditujukan untuk menata kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah baik di daerah asal maupun di daerah pe-nerima. Pelaksanaan program transmigrasi mensyaratkan keter-kaitan antara pembangunan daerah dan sektoral yang saling me-nunjang dan terpadu. Dalam hubungan ini, selama Repelita IV kegiatan penyuluhan dan pembinaan transmigrasi dan masyarakat sekitarnya lebih ditingkatkan, dan meliputi berbagai bidang, antara lain bidang pendidikan, kesehatan dan keluarga beren-cana, pemasaran dan koperasi.

Dalam Repelita IV, jumlah transmigran yang akan dipin-dahkan dan ditempatkan direncanakan sekitar 750.000 kepala keluarga. Bila dibandingkan dengan jumlah transmigran yang berhasil dipindahkan selama Repelita III sejumlah 535.474 ke-pala keluarga, maka sasaran Repelita IV adalah hampir 1,5 kali pelaksanaan pemindahan selama Repelita III. Peningkatan ini perlu diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana yang mencukupi, sehingga sasaran yang akan dicapai berupa pe-ningkatan kesejahteraan transmigran dan pembangunan daerah pemukiman baru dapat terwujud.

Pembangunan prasarana semenjak Repelita I, II dan III terus meningkat. Selama Repelita I, II dan III prasarana jalan yang sudah dibangun masing-masing meliputi 3.587 km, 5.452 km dan 25.581 km. Demikian pula luas lahan usaha yang berhasil dibuka juga meningkat. Selama Repelita I, II dan III lahan usaha I yang dibuka masing-masing 34.701 ha, 62.215,5 ha dan 361.983 ha.

Di samping pembangunan jalan baru sesuai dengan kebutuh-an, selama Repelita IV dilaksanakan juga pekerjaan rehabili-

I/57

Page 64: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

tasi yang meliputi rehabilitasi jalan-jalan yang kurang ber-fungsi sebagaimana mestinya dan rehabilitasi lahan usaha be-rupa perbaikan saluran drainage, pengapuran dan lain-lainnya. Usaha rehabilitasi ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pendapatan para transmigran serta mendorong pengembangan usa-ha perdagangan dan koperasi.

Dalam rangka pembinaan, jumlah transmigran yang dibina terus meningkat. Pada tahun 1973/74 dan tahun 1978/79 jumlah yang dibina masing-masing 45.655 kepala keluarga dan 90.295 kepala keluarga. Pada tahun 1983/84 jumlah yang dibina me-ningkat sekitar 300% bila dibandingkan dengan tahun 1978/79 dan pada tahun 1984/85 meningkat lagi menjadi 383.457 KK. Untuk ini maka koordinasi pembinaan dan penyuluhan antar ins-tansi yang terkait di dalam penyelenggaraan transmigrasi per-lu lebih ditingkatkan. Sejalan dengan itu jumlah transmigran yang dilatih dan dididik di bidang pertanian dan non-pertanian baik di daerah asal maupun di daerah penerima dari tahun ke tahun terus meningkat.

Produktivitas untuk beberapa jenis tanaman pertanian di daerah transmigrasi khususnya padi ladang dan palawija juga meningkat. Produktivitas rata-rata padi ladang antara tahun 1978/79 dan tahun 1984/85 cenderung meningkat yaitu dari 1,00 ton/Ha menjadi 1,54 ton/Ha, kecuali pada tahun 1983/84 sedikit menurun menjadi sekitar 1,10 ton/Ha yang disebabkan oleh ke-marau panjang. Demikian pula dengan ubi kayu, yang pada tahun 1978/79 produksinya rata-rata mencapai sekitar 7,80 ton/ha, dan pada tahun 1982/83 menurun menjadi sekitar 5,88 ton/ha. Tetapi tahun 1983/84 dan tahun 1984/85 produksi rata-rata me-ningkat lagi menjadi sekitar 7,09 ton/ha dan 16,36 ton/ha.

Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan transmigrasi, terutama sekali yang menyangkut koordinasi lintas sektoral, telah dikeluarkan Keppres No. 59 Tahun 1984 yang mempertegas tugas serta tanggung jawab Departemen dan Lembaga lainnya baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Masalah kependudukan tersebut di atas tercermin pula di bidang ketenagakerjaan. Masalah yang dihadapi di bidang ini terutama berkisar pada adanya ketidakseimbangan antara besar-nya angkatan kerja yang ada dan besarnya lapangan kerja yang tersedia. Adanya ketidakseimbangan ini telah menimbulkan bu-kan hanya masalah perluasan lapangan kerja tetapi juga masa-lah perlindungan tenaga kerja.

I/58

Page 65: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Dalam hubungan ini maka diusahakan pendekatan yang me-nyeluruh, terpadu dan komprehensif guna membina dan mengem-bangkan kemampuan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pemba- ngunan, melalui empat bentuk kebijaksanaan.

Pertama, kebijaksanaan umum di bidang ekonomi dan sosial. Di bidang ekonomi, kebijaksanaan fiskal, moneter dan investa- si diarahkan kepada penciptaan iklim dan kerangka pengambilan keputusan yang mendorong perluasan lapangan kerja. Di bidang sosial dilaksanakan kebijaksanaan kependudukan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat keluarga kecil bahagia dan sejah- tera, dan di bidang pendidikan diadakan kebijaksanaan dan pe-rencanaan agar dapat dihasilkan tenaga kerja yang sesuai, da- ri segi jumlah maupun mutu, untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pembangunan. Kedua, kebijaksanaan sektoral, yaitu kebijaksa- naan di berbagai sektor yang ditujukan bukan saja untuk me-ningkatkan produksi, tetapi juga untuk memperluas kesempatan kerja produktif semaksimal mungkin melalui penggunaan tekno-logi yang sesuai. Di sektor pertanian, dalam upaya menyerap tambahan tenaga kerja dilakukan peningkatan usaha-usaha inten-sifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi di bidang pertanian pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Di sektor industri, baik pilihan produk maupun teknologi produksi diarahkan kepada jenis-jenis yang dapat menciptakan lapangan kerja produktif sebanyak mungkin. Untuk tujuan ini maka pengembangan industri kecil dan kerajinan rakyat diutamakan, sedangkan pengembangan industri menengah dan besar diarahkan untuk menunjang perkembangan industri kecil. Ketiga, kebijaksanaan daerah yaitu dengan menyebarkan dan memanfaatkan tenaga kerja dari daerah yang kelebihan te-naga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja. Dalam kaitan ini maka dilakukan usaha-usaha melalui kegiatan Antar Kerja Antar Daerah dan Antar Kerja Lokal. Demikian pula pe-mindahan tenaga melalui program transmigrasi. Keempat, kebi- jaksanaan yang secara khusus diarahkan agar dalam waktu rela-tif pendek baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menciptakan lapangan kerja, terutama untuk golongan masyara-kat yang berpenghasilan rendah seperti para petani yang tidak punya tanah, nelayan golongan ekonomi lemah dan lain-lain.

Hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kebijaksanaan khusus di atas adalah sebagai berikut. Kegiatan-kegiatan pro-gram khusus dilaksanakan melalui Proyek Padat Karya Gaya Baru (PPKGB), bantuan pembangunan daerah tingkat I I (Inpres Dati I I ) , dan proyek reboisasi dan penghijauan. Melalui PPKGB yang dilaksanakan di daerah miskin, padat penduduk dan rawan ter-

I/59

Page 66: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

hadap bencana alam, tenaga kerja yang diserap per hari selalu meningkat. Pada tahun 1968 kegiatan ini dilaksanakan di 6 ka-bupaten/kotamadya, menyerap tenaga kerja sebanyak 5.774 orang. Pada akhir Repelita I, PPKGB dilaksanakan di 83 kecamatan dan menyerap tenaga kerja sebanyak 73.000 orang, pada akhir Repe-lita II dilaksanakan di 480 kecamatan dan menyerap tenaga kerja 161.713 orang, dan pada akhir Repelita III dilaksanakan di 1.084 kecamatan dan tenaga kerja yang diserap adalah seba-nyak 246.638 orang. Pada tahun pertama Repelita IV, PPKGB di-laksanakan di 1.125 kecamatan dengan mengerahkan tidak kurang dari 196.803 tenaga kerja setiap hari. Hasil fisik yang dica-pai dalam tahun pertama Repelita IV berupa jalan desa sepan-jang 2.589,7 km, pembuatan saluran pengairan tarsier 1.660,4 km, pembuatan tanggul serta dermaga 53 km dan pembuatan sawah baru, penghijauan, terasering seluas 125,5 Ha. Di samping itu melalui program Inpres Dati II untuk tahun 1984/85 telah di-ciptakan kesempatan kerja (dalam seratus hari kerja) sebanyak 503.410 orang, dan proyek reboisasi dan penghijauan dapat me-nyediakan 28.866,1 kesempatan kerja.

Program penempatan dan penyebaran tenaga kerja telah berhasil mengerahkan 10.215 Tenaga Kerja Sukarela - BUTSI de-ngan perincian, pada akhir Repelita I sebanyak 200 orang, pada akhir Repelita II 990 orang, dan pada akhir Repelita III 5.670 orang. Pada tahun pertama Repelita IV pengerahan Tenaga Kerja Sukarela-BUTSI untuk sementara ditangguhkan dan dialih-kan pada pembinaan dan latihan bagi TKS-BUTSI yang telah se-lesai menjalankan tugasnya selama dua tahun, agar dapat men-jadi wiraswasta/pengusaha mandiri. Melalui AKAD (Antar Kerja Antar Daerah), AKAN (Antar Kerja Antar Negara) dan AKL (Antar Kerja Lokal) telah disalurkan tenaga kerja sebanyak 1.024 orang pada tahun 1968, 43.045 orang pada akhir Repelita I, 52.064 orang pada akhir Repelita II, 135.209 orang pada akhir Repelita III, dan sebanyak 66.884 orang dalam tahun pertama Repelita IV. Dalam pada itu, jumlah tenaga kerja yang telah dilatih di berbagai Balai-balai Latihan Kerja Industri, Per-tanian, Manajemen dan Mobile Training Unit terus meningkat. Pada tahun 1968 jumlah yang dilatih baru mencapai 1.302 orang dan selanjutnya terus meningkat hingga mencapai 111.582 orang pada tahun pertama Repelita IV.

Dalam rangka memperluas kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia, kebijaksanaan Pembatasan Penggunaan Tenaga Kerja Asing secara kumulatif telah dilaksanakan di 24 lapang-an usaha yang mencakup 1.608 jenis jabatan yang tertutup bagi warga negara asing pendatang. Untuk memantapkan keserasian

I/60

Page 67: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

hubungan antara pengusaha dan buruh sampai dengan tahun per-tama Repelita IV telah diterbitkan 3.996 Perjanjian Kesempat-an Kerja Bersama (PKB/KKB) yang mencakup 5.673 perusahaan. Ini merupakan suatu peningkatan yang cukup pesat apabila di-bandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita I sejumlah 13 FKB/KKB yang mencakup hanya 20 perusahaan. Secara tidak lang-sung perkembangan ini menggambarkan makin meningkatnya kesa-daran mengenai hubungan perburuhan yang serasi di antara bu-ruh dan pengusaha.

Unsur yang sangat penting dalam pembangunan nasional ki-ta yang menyangkut kesejahteraan penduduk dan pengembangan sumber daya manusia adalah pembangunan di bidang kesehatan.

Dalam rangka mempertinggi taraf kesehatan dan kecerdasan rakyat, pembangunan kesehatan termasuk perbaikan mutu gizi terus makin ditingkatkan dengan mengembangkan suatu sistem kesehatan nasional. Peningkatan kesehatan dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat, dan diarahkan terutama kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, daerah ter-pencil, daerah pemukiman baru termasuk daerah transmigrasi dan daerah perbatasan.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut, pembangunan kesehatan dalam Repelita IV diselenggarakan melalui lima kar-ya kesehatan yang disebut Panca Karya Husada, yang mencakup peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan; pengembangan te- naga kesehatan; pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan; perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan serta peningkatan dan pemantapan manajemen dan hukum.

Beberapa program penting dalam rangka Panca Karya Husada adalah sebagai berikut.

Program Pelayanan Kesehatan Puskesmas. Program ini dimu-lai dalam Repelita I dengan tujuan utama untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyara-kat. Di samping melalui Puskesmas, pelayanan kesehatan masya-rakat waktu itu juga melalui Balai Pengobatan (BP) dan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA). Sejak Repelita II, BP dan BKIA telah ditingkatkan menjadi Puskesmas. Dalam Repelita IV tidak saja jumlah Puskesmas terus ditambah tetapi juga fung-sinya ditingkatkan agar dapat melayani masyarakat dengan le-bih baik. Peningkatan fungsi dilakukan dengan memperbaiki dan memperluas sebagian Puskesmas yang jumlah pengunjungnya makin

I/61

Page 68: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

padat. Sejumlah Puskesmas juga ditingkatkan menjadi Puskesmas Perawatan dengan menambah 10 tempat tidur di tiap Puskesmas tersebut. Selain itu Puskesmas-Puskesmas yang terpencil mulai dilengkapi dengan sarana komunikasi jarak jauh, dan dilaksanakan pelayanan dokter terbang.

Sejak awal Repelita I (1969/70) sampai dengan tahun pertama Repelita IV (1984/85), di Indonesia terdapat 5.453 buah Puskesmas, 15.133 Puskesmas Pembantu, dan 2.979 Puskesmas Ke-liling. Sejak Repelita I, setiap tahunnya dibangun/diadakan rata-rata 100-200 Puskesmas, 1.000-2.000 Puskesmas Pembantu, dan 300-500 Puskesmas Keliling. Pembangunan ini sebagian besar dilaksanakan melalui Inpres Pembangunan Sarana Kesehatan. Apabila dibandingkan keadaan pada akhir Repelita III, II, dan I, maka jumlah Puskesmas saat ini (1984/85) telah meningkat berturut-turut sekitar 2%, 25%, dan 133%. Sebelum Repelita (1968), jumlah Puskesmas hanya 207 buah atau kurang dari 4% dari jumlah yang ada pada tahun 1984/85.

Dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas, upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga dokter dan paramedis di Puskesmas-Puskesmas terus dilakukan. Dari sejumlah 5.453 Puskesmas yang ada sampai dengan tahun 1984/85, sebagian besar (71%) telah mempunyai tenaga dokter. Sisanya (29%) baru mempunyai tenaga paramedis dan sedang diusahakan dilengkapi dengan tenaga dokter.

Pelayanan Kesehatan masyarakat di samping melalui Puskesmas dilakukan juga melalui Rumah Sakit (RS). Oleh karena itu telah dilaksanakan pula program Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Sebelum Repelita di seluruh Indonesia baru tersedia 1.125 RS (Umum dan Khusus), dengan 85.520 tempat tidur. Keadaan RS dalam Repelita II masih kurang lebih sama dengan keadaan selama Repelita I, kecuali adanya peningkatan jumlah tempat tidur RS.

Selama Repelita III telah dibangun 22 RS Daerah Tingkat II. Di samping itu selama Repelita III telah ditingkatkan sarana, fungsi dan tenaga 10 RS Vertikal (kelas B dan A), B RS Daerah (kelas C dan B) yang digunakan sebagai RS Pendidikan, dan 28 RS Propinsi (kelas C). Kemudian pada kurun waktu yang sama telah ditingkatkan RS Daerah tingkat II kelas D menjadi kelas C dengan menambah tenaga dokter dengan 4 keahlian dasar beserta peralatannya sehingga pada akhir Repelita III terdapat 79 RS Daerah Tingkat II kelas C.

I/62

Page 69: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Program kesehatan yang lain adalah program Pemberantasan Penyakit Menular, yang ditujukan untuk mencegah timbulnya pe-nyakit, menurunkan angka kematian dan mengurangi akibat buruk dari penyakit menular. Prioritas kegiatan dikelompokkan keda-lam dua kategori. Kategori pertama adalah imunisasi, pembe-ratasan malaria, diare/kholera, TB paru, penanggulangan wa-bah dan penyediaan air bersih. Kategori kedua adalah pembe-rantasan demam berdarah, penyakit kaki gajah (filariasis), penyakit demam keong (schistosomiasis), penyakit gila anjing (rebies) dan penyakit zoonosis lain, patek dan penyakit kela-min. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap penyakit menular dan serangga penular penyakit serta pemberantasan pe-nysikit kusta, penyakit cacing tambang dan parasit perut lain-nya, pembinaan kesehatan jemaah haji dan karantina serta upa-ya penyehatan lingkungan pemukiman.

Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah dilakukan pengumpulan dan pemeriksaan sekitar 8 juta sediaan darah dan pemberian obat terhadap sekitar 8 juta penderita tersangka malaria, dan penyemprotan terhadap lebih dari 2,5 juta rumah. Peningkatan pencegahan dan pemberantasan malaria selama tiga Repelita telah berhasil menurunkan angka kesakitan malaria di Jawa-Bali dari 4,21 per seribu pada tahun 1973 menjadi 1,34 per seribu pada tahun 1983.

Upaya menurunkan angka kesakitan diare/kholera ditekan-kan, pada kegiatan penyuluhan kesehatan dan peningkatan penye-diaan air bersih, penggunaan jamban keluarga serta peningkat-an kebersihan lingkungan lainnya. Kegiatan pencarian dan peng-obatan penderita diare/kholera hanya mencapai 127.000-140.000 penderita pada Repelita I dan II. Pada akhir Repelita III ke-giatan tersebut dilipatgandakan sehingga mencapai lebih dari 1,9 juta penderita atau tiap tahunnya sekitar 40.000-60.000 penderita, kecuali tahun 1980/81 dilaporkan adanya jumlah penderita yang jauh lebih besar. Upaya untuk menurunkan angka kematian akibat diare/kholera diutamakan pada penggunaan ora-lit atau larutan gula garam dan telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Angka kematian berhasil ditekan dari 35,8% pada awal Repelita I menjadi 1,9% pada awal Repelita IV.

Berbagai penyakit anak seperti difteria, batuk rejan atau pertusis, tetanus/tetanus neonatorum, campak, polio, dan TB paru, dapat dicegah dengan imunisasi, dan untuk itu telah dilaksanakan program imunisasi. Cakupan vaksinasi untuk tahun perftama Repelita IV lebih besar daripada cakupan tahun 1983/ 84. Cakupan vaksinasi yang meningkat menyolok adalah vaksina-si campak, polio, dan TFT/TT ibu hasil serta anak. Apabila

I/63

Page 70: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dibandingkan dengan cakupan tahun 1983/84, ketiga vaksinasi tersebut meningkat berturut-turut 103%, 36% dan 6%.

Salah satu syarat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah tersedianya sarana air bersih yang cukup mema-dai bagi semua golongan masyarakat. Peranan air bersih sangat menentukan untuk mencegah timbulnya penyakit menular, khusus-nya diare/kholera.

Pada tahun 1984/85 melalui program Inpres Bantuan Sarana Kesehatan telah dibangun tambahan sarana air bersih yang ter-diri atas : 20 buah penampungan mata air dengan perpipaan, 20 buah sumur artesis, 450 buah penampungan mata air, 4.500 buah penampungan air hujan, 60.000 buah sumur pompa tangan dang-kal, 7.500 sumur pompa tangan dalam dan 12.511 sumur gali. Dibanding dengan bantuan sarana air bersih pada Repelita II dan III, bantuan tahun pertama Repelita IV jauh lebih mening-kat dalam jumlah dan penyebarannya, kecuali untuk sumur pompa tangan dangkal yang relatif makin berkurang dan sumur gali bertambah. Dalam membangun sarana air bersih pedesaan disa-dari pentingnya partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena itu setiap usaha pembangunan sarana air bersih diperhatikan segi penyuluhan kesehatannya.

Untuk penyehatan pembuangan kotoran manusia dan air lim-bah, melalui Inpres Bantuan Sarana Kesehatan, selama 3 Repe-lita yang lalu telah diberikan bantuan 2.456 buah jamban ke-luarga. Repelita II ditingkatkan menjadi lebih dari 1 juta buah. Dalam Repelita III sampai tahun 1984/85 dan selanjut-nya, bantuan fisik berupa jamban dikurangi, sedangkan dana bantuan untuk penyuluhan ditingkatkan.

Program penyuluhan kesehatan dalam Repelita IV diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Dengan demikian diha-rapkan masyarakat dapat melaksanakan cara hidup sehat dan da-pat berperan aktif dalam upaya kesehatan, agar dapat mewujud-kan derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu kegiatan utama yang ditempuh adalah peningkatan komunikasi dan penyebaran informasi kesehatan, peningkatan peran serta masyarakat dan pembinaan petugas pelaksana program penyuluhan.

Apabila dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan pada Repe-lita III dan II, penyebaran informasi melalui media elektro-nik dan cetak pada tahun 1984/85 lebih terarah dan lebih intensif serta lebih menyebar jangkauannya. Adapun pesan-pe-san penyuluhan kesehatan yang ditonjolkan mulai tahun 1984/85

I/64

Page 71: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

terutama tentang gizi (termasuk manfaat Air Susu Ibu), imuni-sasi, penanggulangan diare dan KB, tanpa mengabaikan pesan-pesan kesehatan lain yang diperlukan.

Dalam rangka mencukupi kebutuhan obat, sejak Repelita I telah diupayakan untuk mengurangi impor obat-obat jadi digan-ti dengan impor bahan baku obat, serta mulai meningkatkan industri farmasi dalam negeri. Sementara itu industri farmasi swasta nasional terus tumbuh, demikian pula jumlah pedagang besar farmasi dan apotik sejak Repelita I terus bertambah, sehingga memperlancar distribusi obat. Selama Repelita III telah dibangun 139 buah gudang farmasi untuk kabupaten dan kotamadya sedangkan pada tahun 1984/85 telah dibangun 31 buah.

Agar produksi dan pengadaan obat yang terus meningkat dapat terjangkau oleh daya beli rakyat, telah dilakukan upaya pengendalian harga obat yang dilaksanakan sebagai berikut. Pertama, dengan Inpres bantuan sarana kesehatan diberikan subsidi obat kepada Rumah-rumah Sakit dan Puskesmas. Kedua, diusahakan untuk mengurangi sebanyak mungkin obat impor dan membatasi impor bahan baku impor; dan ketiga, diusahakan untuk meningkatkan efisiensi dan monitoring produksi dan distribusi obat, terutama obat generik esensial yang bermutu tinggi dan terjangkau oleh daya beli rakyat.

Jumlah dokter sejak Repelita I terus meningkat, demikian juga tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lainnya. Pada ta-hun 1984/85 secara keseluruhan tercatat ada sekitar 20.000 orang dokter di Indonesia. Sedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repeli-ta I, 31.061 orang pada Repelita II dan 44.113 orang pada Re-pelita III atau meningkat 42-93 persen setiap Repelita. Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan, pada tahun 1984/85 te-lah ditempatkan 541 dokter Inpres dan 509 orang dokter bukan Inpres di Puskesmas dan Rumah Sakit di semua Propinsi. Dokter gigi Inpres yang telah ditempatkan pada tahun 1984/85 seba-nyak 89 orang dan yang bukan Inpres 267 orang. Selain itu te-lah ditempatkan pula pada tahun tersebut 105 orang dokter ahli dari 4 keahlian pokok.

Usaha peningkatan taraf kesehatan tidak bisa dilepaskan dari usaha untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyara-kat

Seperti dilaporkan di atas, usaha untuk mencukupi kebu-tuhan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia telah menjadi se-

I/65

Page 72: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

makin mantap dengan keberhasilan di bidang produksi pangan. Keberhasilan di bidang produksi ini ditunjang dengan kebijak-sanaan yang terpadu di bidang pengadaan dan distribusi serta gizi, sehingga kenaikan produksi pangan tersebut bisa benar-benar semakin memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rakyat ba-nyak.

Dalam Repelita IV kebijaksanaan di bidang ini merupa-kan lanjutan dari Repelita-Repelita sebelumnya dan ditujukan untuk: (i) menuju tercapainya penyediaan pangan yang memadai, merata dan sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk serta ter-jangkau oleh daya beli rakyat, (ii) mengusahakan agar konsum-si pangan selain beras semakin meningkat dan rakyat semakin mampu menganekaragamkan pola konsumsi pangannya, dan (iii) me-nunjang pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahte-ra dengan menurunkan kematian bayi dan anak balita melalui peningkatan gizi masyarakat yang juga mempunyai dampak pence-gahan penyakit akibat kekurangan gizi.

Seperti disebutkan di muka, secara menyeluruh penyediaan bahan pangan selama tiga tahap Repelita dan menginjak tahun pertama Repelita IV menunjukkan kecenderungan yang semakin mantap, terutama karena keberhasilan dalam peningkatan pro-duksi beras dalam negeri. Karena kemarau panjang pada tahun 1982, impor beras pada akhir Repelita III (1983/84) ini men-capai 1,1 juta ton, meningkat 119,54% dibanding impor beras tahun 1982/83. Namun demikian pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) produksi beras sangat meningkat, sehingga pembelian gabah beras dalam negeri mencapai 2,5 juta ton yaitu lebih dua kali lipat dibanding jumlah pembelian pada akhir Repeli-ta III dan 22% lebih tinggi dari tahun 1982/83. Impor beras tahun pertama Repelita IV hanya mencapai 184,7 ribu ton atau 16,57% dari jumlah impor beras pada akhir Repelita III. De-ngan makin mantapnya penyediaan beras perkembangan harga be-ras di pasaran dapat dikendalikan.

Keadaan ini memberikan gambaran yang sangat memggembira-kan bila dibandingkan dengan keadaan pembelian gabah dan be-ras dalam negeri pada tahun 1968, yang hanya mencapai 597,6 ribu ton setara beras. Demikian pula kemungkinan untuk meng-impor beras juga masih sangat terbatas karena masih terbatas-nya dana devisa impor, sehingga realisasi impor beras pada tahun 1968 jauh di bawah kebutuhan yang sebenarnya, yaitu se-besar 628,4 ribu ton.

Berkat keberhasilan kebijaksanaan penyediaan pangan, perbedaan harga beras antar musim di daerah pedesaan dan di

I/66

Page 73: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

kota-kota dari tahun ke tahun makin diperkecil, dan perkem-bangan harga rata-rata beras di kota-kota penting juga makin seragam. Perbedaan harga beras tertinggi dan terendah terha-dap harga rata-rata di 9 kota penting di Indonesia sampai ta-hun 1982/83 terus menurun, kecuali pada tahun terakhir Repe-lita III dan tahun pertama Repelita IV, yang menunjukkan pe-ningkatan karena adanya perubahan tingkat produksi di masing-masing daerah. Dengan demikian pola perkembangan harga beras telah menjadi semakin wajar dan terkendali.

Dalam rangka menunjang pelaksanaan kebijaksanaan peng- anekaragaman pola konsumsi pangan, sejak tahun 1977/78 diber-lakukan harga dasar untuk palawija yaitu jagung, kedelai, ka-cang hijau dan kacang tanah. Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan gairah petani dalam memproduksi palawija dan sekaligus merupakan usaha peningkatan kesejahteraan peta-ni bentuk pemberian jaminan pemasaran bagi hasil-hasil palawija tersebut. Sampai dengan tahun 1981/82 harga palawija khususnya kacang tanah, hampir selalu di atas harga da- sar, sehingga pada tahun 1982/83 harga dasar kacang tanah di-tiadakan.

Usaha di bidang penyediaan pangan perlu didukung dengan usaha langsung untuk memperbaiki gizi. Pangan adalah sumber gizi bagi masyarakat dan gizi baik adalah unsur kesejahteraan dan produktivitas masyarakat. Bersama dengan kebijaksanaan di bidang pangan, kebijaksanaan perbaikan gizi masyarakat diarah-kan untuk mencapai kesesuaian antara kebutuhan gizi penduduk dan jangkauan daya beli rakyat, meningkatkan mutu gizi, dan mempunyai dampak terhadap pengurangan penyakit kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A, gondok endemik dan anemia gizi besi.

Sampai dengan tahun pertama Repelita IV, jumlah dan je-nis bahan pangan yang tersedia bagi rakyat telah menjadi le-bih beranekaragam dan telah memenuhi persediaan untuk kecu-kupan gizi rata-rata penduduk. Bahan pangan yang tersedia untuk konsumsi penduduk Indonesia dalam bentuk kalori per ka-pita per hari sebelum Repelita (1968) masih di bawah kecukup-an rata-rata 2.100 kalori. Pada akhir Repelita III persediaan kalori telah mencapai 26% lebih tinggi kebutuhan rata-rata penduduk. Demikian juga halnya dengan persediaan protein. Apabila pada tahun 1968 persediaan protein baru mencapai 94% dari batas. minimal kebutuhan gizi, maka pada akhir Repelita III angka tersebut melonjak menjadi 112%, atau meningkat de-ngan 18%.

I/67

Page 74: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Selain upaya menyediakan pangan yang cukup beragam dan bernilai gizi, upaya perbaikan gizi masyarakat secara khusus dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan fortifikasi bahan pa-ngan, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan penanggulangan penyakit kurang gizi, terutama kekurangan vitamin A, gondok endemik, dan anemia gizi besi, serta pengembangan sistem ke-waspadaan pangan dan gizi.

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) ditujukan untuk me-nanggulangi 3 masalah gizi utama, yaitu kurang kalori protein (KKP), kebutaan akibat kekurangan vitamin A, dan anemia gizi besi. KKP dan kekurangan vitamin A banyak diderita oleh anak balita, sedang anemia gizi besi oleh ibu hamil, ibu menyusui, anak sekolah dan pekerja berpenghasilan rendah. Kegiatan UPGK meliputi penimbangan anak balita secara teratur, penyuluhan gizi, pemberian paket pertolongan gizi, pemberian makanan tambahan dan pemanfaatan tanaman pekarangan. Sejak akhir Re-pelita I sampai dengan tahun 1984/85, UPGK telah dilaksanakan di kurang lebih 44.000 desa menjangkau lebih dari 9,5 juta anak, yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan swadaya masya-rakat. Dengan makin meluasnya jangkauan UPGK ada kecenderung-an angka KKP pada balita makin menurun, dan ini berarti bahwa jumlah anak balita yang keadaan gizinya baik makin meningkat.

Penanggulangan kebutaan akibat kekurangan vitamin A di-laksanakan dengan penyuluhan gizi, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, dan peningkatan pemanfaatan tanaman pekarangan. Dalam Repelita III jumlah anak balita yang memperoleh vitamin A dosis tinggi berjumlah lebih dari 11 juta anak. Pada tahun 1984/85 jumlah tersebut bertambah dengan 890.000 anak. Dalam Repelita IV akan diadakan evaluasi lebih lanjut tentang dam-pak pemberian vitamin A dosis tinggi ini terhadap pencegahan kebutaan.

Pencegahan dan penanggulangan gondok endemik dilakukan dengan yodisasi garam dan penyuntikan larutan preparat yodium kepada penduduk daerah gondok endemik dalam jangka waktu 4 - 5 tahun. Dalam Repelita III telah diproduksi lebih dari 1,4 juta ton garam beryodium untuk dipasarkan di daerah-daerah gondok endemik di 14 propinsi. Selain itu, dalam periode yang sama telah diberikan suntikan terhadap lebih dari 4,6 juta penduduk atau rata-rata sekitar 920.000 orang setiap tahun-nya. Pada tahun pertama Repelita IV jumlah penduduk yang di-suntik preparat yodium ditingkatkan menjadi sekitar 1,3 juta orang.

I/68

Page 75: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Untuk pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi di-lakukan dengan penyuluhan gizi, pemberian tablet zat besi dan peningkatan pemanfaatan tanaman pekarangan melalui paket UPGK. Dalam Repelita III lebih dari 1,7 juta ibu hamil atau rata-rata 350.000 ibu hamil setiap tahunnya, telah memperoleh ta-blet zat besi. Sejak tahun pertama Repelita IV distribusi ta- blet zat besi diperluas, meliputi 150.000 ibu hamil, 340.000 anak sekolah dan 500.000 pekerja berpenghasilan rendah.

Dalam rangka mencegah timbulnya masalah gizi bila terja-di krisis pangan akibat kekeringan, bencana alam dan sebagai-nya, dalam Repelita III telah dirintis pengembangan suatu sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) di beberapa daerah panduan di NTB, Bali dan Jawa Tengah. Mulai tahun pertama Re-pelita IV usaha ini dikembangkan di daerah lain di luar daerah perintisan, yaitu di Jawa Barat, Jawa Timur dan NTT meliputi 11 kabupaten, 59 kecamatan dan 500 desa.

Di samping kesehatan dan pangan, perumahan merupakan ke-butuhan pokok bagi setiap penduduk. Sejak pembangunan nasional dimulai, kebutuhan perumahan rakyat dan perbaikan pemukiman memperoleh perhatian khusus.

Sejak awal Repelita I sampai dengan akhir tahun pertama Repelita IV, usaha pembangunan perumahan rakyat beserta per-baikan lingkungan pemukimannya terus dilaksanakan dan diting-katkan sesuai dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, ter- utama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Lingkup bidang ini meliputi pembangunan/pengadaan perumahan rakyat, perbaikan kampung, pemugaran perumahan desa, penyediaan dan pelayanan air bersih, pembangunan/perbaikan saluran-saluran air limbah dan air hujan, serta penanganan persampahan.

Pada dasarnya kegiatan-kegiatan tersebut di atas dilak-sanakan dengan mengikuti suatu kebijaksanaan umum, yaitu bah-wa pembangunan perumahan dan pengembangan lingkungan perumah-an harus berlandaskan pada prakarsa dan swadaya masyarakat sendiri, sedangkan Pemerintah berperan terutama untuk mencip-takan iklim yang mendorong bagi tumbuhnya kegiatan tersebut, khususnya membantu golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Secara garis besar apa yang telah dicapai selama ini (sejak awal Repelita I sampai dengan akhir tahun pertama Re-pelita IV) dalam bidang Perumahan Rakyat dan Pemukiman adalah sebagai berikut.

I/69

Page 76: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Kegiatan pembangunan/pengadaan perumahan rakyat, baik melalui Perum Perumnas maupun para pembangun swasta (develo-per) ataupun perorangan, yayasan dan organisasi, terus me-ningkat dan berkembang di berbagai kota, terutama di ibukota-ibukota propinsi dan kabupaten. Secara kumulatif, jumlah pe-rumahan rakyat yang telah berhasil dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun developer swasta sejak Repelita II sampai de-ngan akhir tahun pertama Repelita IV adalah sebanyak 286.606 unit, dengan perincian 142.509 unit oleh Perum Perumnas dan 144.097 unit oleh developer swasta. Dari jumlah tersebut, jumlah unit rumah yang telah memperoleh pembiayaan dari KPR (Kredit Pemilikan Rumah) melalui Bank Tabungan Negara (BTN) adalah sebanyak 241.716 unit.

Dalam hal pemugaran perumahan desa yang baru dimulai pada awal Repelita II, kegiatan pemugaran telah berhasil dilak-sanakan di sekitar 6.866 desa, dengan perincian 900 desa da-lam Repelita II, 4.716 desa dalam Repelita III, dan 1.200 de-sa pada tahun pertama Repelita IV. Kegiatan ini dilaksanakan melalui pembangunan rumah-rumah contoh, penyuluhan-penyuluh-an, dan pemberian stimulan sekedarnya yang berupa bahan-bahan bangunan kepada keluarga-keluarga yang rumahnya terpilih untuk dipugar (1 desa : 15-20 rumah).

Untuk lebih menyehatkan lingkungan pemukiman di daerah-daerah perkotaan telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan perbaik-an lingkungan pemukiman kota atau perbaikan kampung. Sejak Repelita I sampai dengan akhir tahun pertama Repelita IV, luas areal kampung yang telah diperbaiki meliputi kurang le-bih 29.450 ha dengan jangkauan penduduknya tidak kurang dari 9.826.800 orang. Khusus untuk tahun 1984/85 saja, luas areal kampung yang telah berhasil dilaksanakan perbaikannya meli-puti 3.951 ha dengan jangkauan penduduk sebanyak 1.258.332 orang.

Sejalan dengan adanya peningkatan kebutuhan akan air bersih, usaha untuk meningkatkan kapasitas penyediaan dan jangkauan pelayanan air bersih terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Dewasa ini, walaupun belum semua penduduk kota me-nikmati kemudahan memperoleh air bersih, air bersih bukan ha-nya terdapat di kota-kota besar dan sedang saja, tetapi juga telah menjangkau kota-kota kecil, termasuk ibukota-ibukota kecamatan (IKK), bahkan juga sampai ke desa-desa melalui pro-gram Inpres Bantuan Sarana Kesehatan. Dengan adanya penambah-an kapasitas produksi tiap tahun, pada akhir Repelita III ka-pasitas produksi air bersih perkotaan telah mencapai 38.176,5

I/70

Page 77: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

liter per detik (kumulatif). Berdasarkan ini, dengan memperha-tikan masih adanya kebocoran disana sini, diperkirakan bahwa jumlah penduduk perkotaan yang telah memperoleh kemudahan pe-nyediaan air bersih pada akhir Repelita III (1983/84) menca-pai sekitar 14 juta orang, atau kurang lebih 40% dari jumlah penduduk perkotaan. Khusus dalam tahun pertama Repelita IV telah Pula dibangun tambahan kapasitas produksi air bersih sebanyak 1.405 liter per detik dengan 106.038 sambungan rumah dan 2.840 hidran umum yang memberikan pelayanan kepada kurang lebih 1.628.380 orang.

Kegiatan-kegiatan lainnya yang telah dilaksanakan dalam sektor perumahan rakyat dan pemukiman adalah usaha-usaha yang menyangkut pembangunan/perbaikan prasarana kota. Apabila da- lam masa Repelita I kegiatannya hanya terbatas pada pembangun-an/perbaikan saluran-saluran air hujan dan air limbah saja, maka sejak Repelita II kegiatannya diperluas, yaitu meliputi juga penanggulangan darurat genangan air hujan, pembuangan sampah, pembangunan instalasi air kotor di beberapa kota be- sar, dan penyusunan rencana induk bidang assainering. Khusus untuk rehabilitasi dan pembersihan saluran-saluran air hujan terpasang telah diusahakan penanganannya antara lain dengan melalui program padat karya.

Karena pada akhirnya tujuan pembangunan adalah pening-katan kadar dan taraf kehidupan masyarakat secara keseluruhan yang lebih adil dan merata, maka usaha-usaha pembangunan ke- sejahteraan sosial dilaksanakan sejalan dengan pembangunan di sektor-sektor lain. Upaya penyantunan dan rehabilitasi sosial terutama ditujukan kepada anggota-anggota masyarakat yang ku-rang beruntung dalam kehidupannya, agar mereka memperoleh ke-sempatan yang lebih luas untuk ikut serta dalam proses pemba-ngunan sehingga tingkat kesejahteraannya menjadi lebih baik. Yang termasuk ke dalam golongan masyarakat yang kurang ber-untung ini adalah para penyandang cacat, fakir miskin, lanjut usia, anak terlantar, yatim-piatu, para cacat veteran, ke-luarga pejuang dan perintis kemerdekaan, mereka yang hidupnya terasing dan terbelakang, tuna sosial, gelandangan, korban bencana alam, dan korban penyalahgunaan narkotika.

Dalam menangani masalah-masalah tersebut di atas, peme-rintah sejak sebelum masa Repelita, selalu bekerja lama de-ngan masyarakat dan lembaga lembaga yang bergerak dalam bidang sosial yang ada, karena pada hakekatnya usaha pembangunan, lebih-lebih pembangunan dalam bidang kesejahteraan sosial, haruslah merupakan hasil partisipasi dari seluruh anggota ma-

I/71

Page 78: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

syarakat. Sejalan dengan itu telah ditempuh pula upaya untuk mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab sosial serta ke-mampuan setiap warga, agar mereka dapat secara nyata berperan serta dalam usaha-usaha pembangunan terutama di bidang kese-jahteraan sosial.

Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, sampai dengan awal tahun pertama Repelita IV, telah dilaksanakan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat melalui sistem panti dengan membangun dan merehabilitasi pantipanti sosial agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkannya. Demi-kian pula pelayanan di luar panti semakin ditingkatkan dengan memanfaatkan dan menggerakkan sebanyak mungkin Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan Satuan-satuan Tugas Sosial (SATGASOS) terutama di daerah-daerah rawan sosial-ekonomi.

Adapun kegiatan dan pelayanan untuk menangani masalah kesejahteraan sosial yang dilaksanakan dan dilanjutkan sampai dengan Repelita IV adalah: (a) pembinaan potensi kesejahtera-an sosial masyarakat desa, (b) pembinaan swadaya masyarakat dalam masalah perumahan dan lingkungan, (c) penyuluhan sosial dan pengadaan pekerja sosial masyarakat, (d) pembinaan masya-rakat terasing, (e) pelestarian nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan kemerdekaan, (f) pembinaan partisipasi sosial masyarakat, (g) pembinaan kesejahteraan sosial, (h) penyan-tunan dan pengentasan anak terlantar, (i) bantuan kepada lan-jut usia, (j) penyantunan dan pengentasan penyandang cacat, (k) pengentasan keluarga fakir miskin, (1) pengentasan tuna sosial, (m) pengentasan anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika, (n) rehabilitasi korban akibat bencana alam, dan (o) penumbuhan dan pembinaan Karang Taruna.

Hasil-hasil yang dicapai sejak Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita IV antara lain adalah : bimbingan, la-tihan dan bantuan kepada 242.710 keluarga miskin, bimbingan dan bantuan pemugaran perumahan kepada 192.800 KK, pengadaan dan pembinaan Pekerja Sosial Masyarakat kepada 95.755 orang, pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing kepada 31.660 KK, penyantunan lanjut usia di luar panti kepada 324.050 orang, pemberian santuan anak terlantar kepada 356.050 anak, penyan-tunan terhadap penyandang cacat kepada 192.800 orang, dan pembentukan dan pembinaan 35.465 Karang Taruna.

Selain itu kepada warga-warga binaan seperti tersebut di atas diberikan pula bantuan-bantuan berupa paket peralatan dan bahan kerja sebagai modal untuk dapat bekerja secara swa-daya dalam usaha meningkatkan kesejahteraan sosial mereka.

I/72

Page 79: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Dalam rangka mengembangkan kesejahteraan sosial wanita guna memantapkan kemampuan dan keterampilan kaum wanita telah pula dilaksanakan usaha-usaha yang meliputi kegiatan-kegiatan latihan kepemimpinan wanita tingkat kabupaten, latihan kete-rampilan bidang usaha ekonomi produktif dan bantuan paket peralatan usaha produktif.

Pendidikan selalu menempati prioritas yang sangat tinggi dalam usaha pembangunan nasional. Hasil-hasil pembangunan di bidang ini cukup membesarkan hati, meskipun beberapa masalah penting belum seluruhnya bisa teratasi. Apabila dalam tahun 1968 jumlah murid pendidikan dasar adalah 12,3 juta maka pada tahun pertama Repelita IV mereka berjumlah 29,27 juta, atau kenaikan sebesar lebih dari 2,3 kali. Diukur dengan angka partisipasi, yaitu presentase jumlah murid dari kelompok umur 7 - 12 tahun, maka perkembangannya juga sangat menggembira-kan. Apabila dalam tahun 1968 persentase jumlah murid usia sekolah dasar yang bisa ditampung adalah 41,4%, maka dalam tahun 1984/85 angka tersebut menjadi 98,9%. Gerakan wajib be-lajar yang baru dicanangkan menandai kemajuan pesat dibidang pemerataan pendidikan dasar ini.

Perkembangan pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga pesat. Apabila dalam tahun 1968 jumlah murid SMTP dan SMTA tercatat masing-masing 1,15 juta dan 482 ribu, maka pada tahun 1984/85 jumlah tersebut telah meningkat menjadi 5,342 juta dan 2.733 juta, atau kelipatan lebih 4,6 kali dan 5,6 kali. Diukur dengan angka partisipasi, maka perkembangan untuk SMTP dan SMTA mencatat kenaikan dari masing-masing 16,9% dan 8,6% dalam tahun 1968 menjadi 48,8% dan 26,9% pada tahun 1984/85. Perkembangan pada tingkat perguruan tinggi mencatat kenaikan jumlah mahasiswa dari 156 ribu pada tahun 1968 menjadi 1.023,6 ribu pada tahun 1984/85, atau telah me-ningkat dengan lebih dari 6,5 kali.

Hasil-hasil yang dicapai di bidang pendidikan selama ta-hun pertama Repelita IV (1984/85) secara lebih terperinci adalah sebagai berikut :

Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar pada sekolah dasar dilakukan melalui serangkaian Instruksi Pre- siden tentang bantuan pembangunan sekolah dasar (Inpres SD). Melalui program ini dalam tahun 1984/85 telah dan sedang di-bangun 2.000 buah gedung SD serta 60.000 buah rumah kepala sekolah/guru SD. Di samping itu dilakukan pembangunan ruang kelas baru 12.500 buah, rehabilitasi 12,250 SD Negeri dan

I/73

Page 80: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

5,490 SD Swasta, pembangunan rumah penjaga sekolah sebanyak 700 buah, di samping pengangkatan guru dan tenaga lainnya.

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan pe-nataran sebanyak 274.580 guru termasuk guru PMP dan penilik, pengadaan buku pelajaran pokok 16.200.000 eksemplar, pengada-an slat peraga IPA, IPS, Matematika dan Bahasa Indonesia, pe-ngadaan alat keterampilan, kesenian dan olahraga, dan pena-taran 5.000 orang untuk pemantapan pelaksanaan wajib belajar.

Untuk pembinaan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dalam tahun pertama Repelita IV telah dan sedang dibangun 500 buah gedung, ruang kelas baru 3.861 buah, ruang laboratorium IPA, 216 buah, ruang keterampilan 477 buah, ruang perpustakaan 395 buah dan rehabilitasi gedung 210 buah

Di samping itu dalam tahun 1984/85 dilakukan pula penga-daan 1.962 perangkat alat kesenian dan olahraga, 857 perangkat peraga matematika, 1.385 perangkat alat laboratorium IPA, 1.571 perangkat alat keterampilan, pengadaan 7.600.000 eksem-plar buku pelajaran pokok (termasuk untuk SMA), 1.100.000 ek-semplar buku perpustakaan (termasuk SMA), serta penataran guru pembina.

Dalam rangka lebih memperluas kesempatan belajar pada SMA, pada tahun 1984/85 telah dan sedang dibangun 110 buah gedung, ruang kelas baru 1.559 buah, ruang laboratorium 59 buah, ruang keterampilan 51 buah dan rehabilitasi gedung 49 buah. Selanjutnya dalam tahun yang sama telah dilakukan pe-nempatan/calon guru sebanyak 17.640 orang untuk SMP Negeri dan Swasta, pengadaan alat peraga matematika 330 perangkat untuk SMA Negeri dan Swasta, 520 perangkat alat laboratorium ilmu-ilmu alam untuk SMA Negeri dan Swasta dan 336 perangkat alat keterampilan untuk SMA Negeri dan Swasta. Di samping itu juga diadakan penataran tenaga kependidikan untuk 13.678 orang, serta pengadaan buku pelajaran pokok dan buku perpus-takaan/bacaan SMP/SMA.

Bersamaan dengan itu, telah dan sedang dilanjutkan pe-ngembangan STM Pembangunan 8 buah, pengembangan SMT 3 tahun 145 buah, pengembangan SMT Pertanian 23 buah, pengembangan SMTA Kejuruan dan Teknologi lainnya sebanyak 115 buah. Selain itu telah dilaksanakan penataran bagi 5.694 orang tenaga pen-didikan, dan pengadaan buku bacaan perpustakaan, serta pe-ngadaan buku pedoman guru. Pada tahun 1984/85 juga telah dan sedang dilaksanakan pengembangan SPG dan SGO 57 buah termasuk

I/74

Page 81: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

SGPLB, pengangkatan 300 orang guru dan penataran bagi 2.064 orang tenaga kependidikan, serta diadakan sebanyak 360.000 buku pelajaran pokok dan 137.500 buku bacaan dan perpustaka- an, dan disediakan sebanyak 128 perangkat peralatan pendidik- an dan 10 unit alat laboratorium.

Di bidang pembinaan pendidikan tinggi telah dan sedang dibangun prasarana 138.234 m2 ruang kuliah/kantor, 36.650 m2 ruang laboratorium, dan 14.417 m2 ruang perpustakaan dan re-habilitasi gedung seluas 12.119 m2. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga, buku dan peralatan serta peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan pengadaan tenaga kependidikan sebanyak 36.975 orang, penataran dosen untuk 2.459 orang, pengadaan 75.516 eksemplar buku perpustakaan, pengadaan/penerbitan 22.000 ek-semplar buku, penelitian dengan 1.484 judul, pengadaan per-alatan laboratorium sebanyak 1.934 perangkat, pemberian bea-siswa, pendidikan diploma non kependidikan, pendidikan pasca sarjana/doktor, pengembangan kampus untuk 11 perguruan tinggi serta pelaksanaan KKN.

Pembinaan bakat dan prestasi dilaksanakan terutama dalam angka pemerataan pendidikan, agar anak yang berbakat akan tetapi lemah ekonominya dapat meningkat prestasinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dalam tahun 1984/85 dilaksana-kan antara lain pemberian beasiswa kepada siswa dan mahasiswa sebanyak 20.919 orang, termasuk beasiswa untuk putra Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur.

Peningkatan pendidikan masyarakat antara lain meliputi kegiatan-kegiatan pemberantasan buta huruf gaya baru atau pemberantasan 3 buta, yaitu buta aksara Latin dan angka, buta Bahasa Indonesia, dan buta pendidikan dasar. Bentuk usaha pendidikan masyarakat ini dilakukan melalui kelompok belajar (Kejar) Pendidikan Dasar (Paket A), kelompok belajar Pendi-dikan Kesejahteraan Keluarga serta kelompok belajar Pendi-dikan Kejuruan. Pada tahun 1984/85 kegiatan pembinaan belajar melibatkan 2.408.534 orang, dengan penyediaan sarana pendi-dikan Paket A (termasuk buku pedoman) sebanyak 13.375.000 buku serta pembangunan, rehabilitasi dan perluasan 45 buah gedung Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Di samping itu juga telah dilaksanakan pembinaan 63.940 orang peserta kelompok belajar usaha serta latihan bagi para petugas latihan bagi para pembina kelompok belajar.

Dalam pada itu dalam tahun 1984/85 telah pula dilaksana-kan pendidikan dan latihan generasi muda 198.229 orang, pe-

I/75

Page 82: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

ngadaan/peningkatan sarana bagi pembinaan dan pengembangan generasi muda, latihan para perintis pembangunan regional pe-muda/pramuka, latihan calon instruktur, serta pengelolaan dan pembinaan pusat latihan .

Program keolahragaan bertujuan untuk mengolahragakan ma-syarakat luas melalui proses pemasalan dan pembibitan atau pembinaan prestasi dalam berbagai jenis kegiatan olahraga. Dalam tahun 1984/85 telah dilaksanakan antara lain pembinaan olahraga bagi seluruh anggota masyarakat, peningkatan para pembina olahraga pelajar dan mahasiswa, peningkatan prestasi olahraga (bantuan kepada KONI), pembangunan lapangan rumput, lapangan keras, pengadaan buku olahraga, pengadaan paket alat-alat olahraga, serta penelitian kesegaran jasmani.

Dalam rangka menunjang usaha pengembangan suatu sistem pendidikan yang mantap telah dilakukan secara berkelanjutan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan. Dalam tahun 1984/85 dilaksanakan antara lain penelitian proses belajar-mengajar, penelitian kelembagaan pendidikan kedinasan, pene-litian hubungan pendidikan dan ekonomi, masyarakat dan kebu-dayaan, pengembangan naskah-naskah akademik, pengembangan sistem jaringan informasi, pengembangan bank data dan pengem-bangan kurikulum.

Garis-garis Besar Haluan Negara secara khusus menyebutkan bahwa pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan ikut sertanya pria dan wanita di segala bidang, dan bahwa wanita mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang lama dengan pria untuk ikut serta dalam segala kegiatan pembangunan.

Pembangunan di bidang peranan wanita sangat erat kaitan-nya dengan usaha-usaha pembangunan di bidang-bidang lain. Karena sebagian terbesar dari wanita Indonesia dewasa ini tinggal di daerah pedesaan, maka kebijaksanaan pembangunan di bidang peranan wanita memberikan perhatian khusus pada wanita di daerah pedesaan.

Berbagai kegiatan khusus bagi wanita di daerah pedesaan dilakukan, antara lain melalui PKK dan P2WKSS. Apabila PKK ditujukan kepada setiap anggota masyarakat wanita, maka P2WKSS terutama ditujukan kepada para tokoh wanita di pedesa-an dan di perkotaan, yaitu kelompok masyarakat yang berpenge-tahuan dan berpenghasilan terendah. Selain itu diharapkan bahwa hasil-hasil peningkatan mutu hidup yang telah dicapai dalam Repelita III, dapat lebih ditingkatkan lagi, melalui

I/76

Page 83: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

peningkatan keterampilan. Dengan ini diharapkan bahwa wanita memperoleh kesempatan untuk mengisi kesempatan kerja yang Baru, dan sanggup mengembangkan suatu sumber nafkah tambah- an/baru bagi dirinya, dengan selalu memperhatikan keserasian dan keseimbangan dalam peran dan tanggung jawab wanita sebagai ibu rumah tangga dan pendidik generasi muda.

Selain masalah usaha peningkatan pendapatan dan mutu hidup masyarakat melalui partisipasi wanita dalam pembangun- an, kecerdasan wanita perlu ditingkatkan pula, agar supaya wanita dapat manjadi pendidik yang baik. Untuk itu antara lain dalam Repelita IV telah disebarluaskan alat peraga edu-catif (APE) bagi Balita untuk merangsang dan membangkitkan pengembangan intelektualita dan mental Balita sedini mungkin.

Dalam kaitan itu, telah pula diadakan berbagai kegiatan terintegrasi di 10 propinsi, yaitu di Sumatera Barat, Lam-pung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Di bidang industri kecil pada akhir Repelita III telah terbentuk 146 kelompok usaha bersama di 27 propinsi dengan melibatkan 146 motivator dari PKK. Kegiatan ini pada akhir Repelita IV diharapkan dapat lebih meluas lagi, sehingga men-cakup 1.130 desa dan mengajak 2.066 kelompok usaha bersama. Sampai dengan tahun 1985 melalui kegiatan ini telah berhasil dibina sebanyak 2.900 wanita dan diharapkan bahwa pada akhir Repelita IV dapat meliputi 30.000 wanita motivator untuk 27 propinsi.

Di bidang penerangan, wanita diajak untuk memahami masa-lah Wawasan Nusantara sebagai dasar pendidikan politik bangsa dan negara. Melalui siaran-siaran radio dan televisi, dise-barluaskan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang diper-lukan dalam bidang kesehatan maupun pembinaan keluarga dan lain-lain.

Penyuluhan hukum telah menghasilkan berbagai kegiatan pe-nyuluhan dan penyebarluasan pengertian dan pemahaman tentang Undang-undang Perkawinan tahun 1974 serta Peraturan Pemerin-tah No.10 tahun 1983.

Di bidang sosial ekonomi telah ditatar sebanyak 36.935 wanita di 26 Propinsi selama Repelita III. Usaha ini dalam Repelita IV akan ditingkatkan lagi dengan berbagai pembinaan mengenai Bina Swadaya yang akan menghasilkan wiraswasta wani-ta. Dalam Repelita III melalui kegiatan ini telah berhasil

I/77

Page 84: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dibina sebanyak 300 wanita di 10 Propinsi, dan dalam Repelita IV jumlah tersebut direncanakan mencapai 6.720 wanita wira-swasta dari 224 desa dalam 111 kabupaten dari 27 propinsi.

Di sektor pendidikan, kegiatan peningkatan peranan wanita telah melaksanakan kegiatan kelompok belajar membaca serta belajar berusaha. Dalam tahun pertama Repelita IV telah di-tatar sebanyak 810 kelompok belajar di 3 propinsi yang dalam Repelita IV direncanakan mencapai 15.930 wanita kelompok be-lajar di 27 propinsi.

Salah satu bidang penting dalam pembangunan mental bangsa adalah pembangunan di bidang agama. Seperti halnya di berba-gai bidang lainnya, usaha pembangunan di bidang agama merupa-kan usaha bersama antara Pemerintah dan masyarakat.

Swadaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tempat-tempat peribadatan berbagai agama (masjid, gereja Protestan, gereja Katolik, pura Hindu dan wihara Budha) terus meningkat dalam tiga Repelita. Kalau dalam tahun 1968 (sebelum Repelita I) jumlah tempat peribadatan berbagai agama tercatat 380.951 buah dan pada tahun 1973/74 (akhir Repelita I) telah mening-kat menjadi 425.218 buah, maka pada tahun 1983/84 (akhir Re-pelita III) telah mencapai 577.660 buah dan 585.923 buah pada tahun pertama Repelita IV (1984/85).

Perkembangan jumlah-jumlah tempat peribadatan berbagai agama tersebut di atas memperoleh dorongan dan rangsangan me-lalui bantuan pembangunan/rehabilitasi serta penyediaan per-lengkapan peribadatan (peralatan dan buku-buku keagamaan). Sampai dengan akhir Repelita III (1983/84) jumlah tempat per-ibadatan berbagai agama yang memperoleh bantuan telah men-capai 13.947 buah dan 17.738 buah pada tahun 1984/85.

Sementara itu, masjid Istiglal yang telah diresmikan pada bulan Pebruari 1978 sebagian besar telah selesai dan telah dapat dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dan kegiatan keaga-maan lainnya.

Sampai dengan tahun terakhir Repelita III (1983/84) se-jumlah 1.902 Kecamatan telah memiliki gedung baru Balai Nikah yang sangat penting artinya untuk kelancaran berfungsinya Kantor Urusan Agama (KUA). Dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah dibangun lagi 587 buah Balai Nikah, se-hingga pada tahun tersebut jumlah seluruhnya mencapai 2.489 buah.

I/78

Page 85: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Di samping itu, sejak tahun pertama Repelita I (1969/70) sampai dengan tahun pertama Repelita IV (1984/85) seluruhnya telah dibangun 299 buah Balai Sidang Pengadilan Agama (285 Tingkat I dan 14 Tingkat Banding), termasuk 23 buah yang di-bangun dalam tahun 1984/85.

Sampai dengan akhir Repelita I (1973/74) pengadaan kitab suci berbagai agama baru mencapai 658.130 buah, tetapi sampai pada akhir Repelita III (1983/84) jumlah kitab suci seluruh-nya yang telah disediakan mencapai 11.417.475 buah, dan pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) bertambah lagi menjadi 12,617.775 buah.

Sebagai sarana penunjang kegiatan tersebut, dalam Repe- lita I, II dan III, berturut-turut telah disediakan brosur-brosur berbagai agama (Islam, Protestan, Katolik, dan Hindu dan Budha) sebanyak 2.764.968 eksemplar dan paket dakwah/pener- angan agama sebanyak 32.650 set dalam rangka penyuluhan agama pada 1.445 kelompok (Repelita I), brosur-brosur agama 7.256.270 eksemplar dan paket dakwah/penerangan agama 75.208 set bagi 4.458 kelompok (Repelita II), dan brosur-brosur se-banyak 3.952.500 eksemplar dan paket dakwah/penerangan agama 175.080 set bagi penyuluhan agama terhadap 8.894 kelompok (Repelita III). Khusus dalam tahun pertama Repelita IV telah pula dilaksanakan penyuluhan agama bagi umat Islam pada 279 kelompok, brosur sebanyak 652.000 eksemplar dan paket dakwah 36.384 set; penyuluhan agama umat Protestan pada 300 kelom-pok, brosur sebanyak 60.000 eksemplar dan paket dakwah/pene-rangan 4.200 set; penyuluhan agama bagi umat Katolik pada 185 kelompok, brosur-brosur sebanyak 22.000 eksemplar dan paket penerangan 4.250 set; dan penyuluhan agama bagi umat Hindu dan; Budha pada 25 kelompok dan penyediaan brosur-brosur se-banyak 32.000 eksemplar.

Dalam rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama telah pula diselenggarakan setiap dua tahun sekali Musbagah Tilawatil Qur'an (MTQ), yang telah semakin berkem-bang dan melembaga dalam masyarakat.

Kegiatan lain dalam rangka pelaksanaan program tersebut adalah pembinaan suasana kerukunan hidup beragama, baik mela-lui musyawarah-musyawarah intern masing-masing golongan umat beragama maupun musyawarah-musyawarah antar umat beragama.

Dalam rangka memantapkan keseluruhan upaya kerukunan ter-sebut telah disediakan buku-buku pedoman dan buku hasil mu-

I/79

Page 86: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

syawarah sebanyak 186.700 buku dalam Repelita III dan 17.200 buku pada tahun pertama Repelita IV.

Dalam Repelita III (1979/80 - 1983/84) sebanyak 946 tena-ga pembimbing berbagai agama ditingkat pusat dan sebanyak 11.983 tenaga pada tingkat daerah telah mengikuti penataran dan telah disediakan buku pedoman P4 sebanyak 777.500 eksem-plar. Sementara itu pada tahun 1984/85 sebanyak 90 orang te-naga pembina ditingkat pusat dan 2.160 orang tenaga daerah telah pula mengikuti penataran serta telah disediakan buku pedoman sebanyak 110.000 eksemplar.

Pelayanan pelaksanaan ibadah haji juga makin ditingkat-kan, sehingga ibadah tersebut dapat dilaksanakan dengan lan-car, tertib dan aman serta memenuhi syarat-syarat agama dan peraturan perundangan yang berlaku. Kalau dalam Repelita I sebagian besar jemaah haji masih dilayani dengan menggunakan kapal laut, maka dalam Repelita II pelayanan jemaah haji se-bagian besar telah ditingkatkan dengan menggunakan jasa ang-kutan udara, dan dalam Repelita III pelayanan angkutan untuk jemaah haji telah seluruhnya menggunakan kapal udara. Dalam hubungan ini telah direhabilitasi/diperluas/dibangun asra-ma-asrama haji.

Dalam rangka meningkatkan perguruan agama, sampai dengan akhir Repelita III (1983/84) telah dilakukan rehabilitasi dan perluasan pada 566 gedung Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Selan-jutnya pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah direha-bilitasi dan diperluas pule sebanyak 44 gedung MIN (dengan sebanyak 201 ruang kelas). Sampai dengan akhir Repelita III (1983/84) telah berhasil disediakan buku pelajaran dan buku pedoman guru sebanyak 14.719.363 eksemplar bagi Madrasah Ib-tidaiyah. Khusus untuk tahun 1984/85 telah pula disediakan sebanyak 5.006.368 buku. Sejak tahun pertama Repelita I sam-pai dengan tahun pertama Repelita IV, telah dapat ditatar guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri sebanyak 20.910 orang.

Melalui program bantuan pembangunan Sekolah Dasar (Inpres SD) telah dilaksanakan pemberian bantuan rehabilitasi kepada sejumlah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS). Sampai dengan akhir Repelita III (1983/84) jumlah MIS yang telah diberi bantuan rehabilitasi telah mencapai 41.018 MIS. Dalam tahun 1984/85 diberikan lagi bantuan pada 10.760 MIS pada tahun 1984/85.

Selanjutnya, dalam Repelita III telah ditatar 6.716 guru SD dan disediakan buku pelajaran agama sebanyak 9.187.070

I/80

Page 87: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

buku serta 12.530 perangkat alat peraga. Sedangkan dalam tahun 1984/85 telah ditatar 1,280 guru SD dan disediakan 3407.420 buku pelajaran agama serta alat peraga sebanyak 2.000 set.

Rehabilitasi dan perluasan Madrasah Tsanawiyah Negeri, sampai dengan akhir Repelita III telah mencakup sebanyak 527 MTsN. Pada tahun pertama Repelita IV, 108 MTsN atau 324 ruang kelas telah pula direhabilitasi dan diperluas.

Dalam Repelita II telah disediakan buku-buku pelajaran pokok dan buku pedoman guru bagi Madrasah Tsanawiyah sebanyak 240.000 eksemplar, dan dalam Repelita III sebanyak 6.630.000 eksemplar. Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah disediakan lagi 1.234.400 eksemplar buku.

Penataran guru dan pembina MTsN barn dimulai pada Rape-lita III yaitu bagi sejumlah 16.000 guru. Pada tahun 1984/85, telah pula ditatar sebanyak 1.200 guru.

Kegiatan peningkatan mutu pendidikan agama pada Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP), dimulai secara lebih inten-si dalam Repelita III. Dalam periode tersebut (1979/80 - 1983/84) telah disediakan buku pelajaran agama dan pedoman guru sebanyak 2.296.900 eksemplar, dan telah pula ditatar 1.731 guru agama. Dalam tahun 1984/85 telah disediakan 706.250 buku pelajaran agama dan pedoman guru dan telah pula ditatar 160 guru.

Sejak Repelita II kegiatan pembinaan dan pengembangan Pondok Pesantren telah disempurnakan dengan mengintensifkan beberapa kegiatan. Sampai dengan akhir Repelita III melalui kegiatan ini telah dilakukan penataran bagi 4.389 orang tena-ga pembina, sedangkan dalam tahun 1984/85 saja tenaga pembina yan mengikuti penataran melonjak menjadi 4.200 orang. Sampai dengan akhir Repelita III telah disediakan buku-buku bagi 3.774 Pondok Pesantren dan dalam tahun 1984/85 disediakan buku-buku bagi 397 Pondok Pesantren. Di samping itu, dalam Repelita II telah dibantu pembangunan ruang bengkel kerja dan rehabilitasi gedung pada 123 Pondok Pesantren dan dalam Repe-lita III pada 742 Pondok Pesantren, serta pada 71 Pondok Pe-santren dalam tahun 1984/85, termasuk penyediaan alat-alat keterampilan dan bahan-bahan praktek. Sampai dengan akhir Re-pelita III sejumlah 1.496 Pondok Pesantren telah menerima bantuan dan dalam tahun 1984/85 sebanyak 66 Pondok Pesantren telah pula menerima bantuan peralatan dan bahan praktek.

I/81

Page 88: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Dalam rangka peningkatan Madrasah Aliyah Negeri (MAN), sampai dengan akhir Repelita III sebanyak 285 MAN telah ber-hasil direhabilitasi dan diperluas. Kemudian pada tahun 1984/ 85 bantuan tersebut diberikan pula pada 34 MAN atau 102 ruang kelas. Di samping itu dalam Repelita II telah berhasil dise-diakan buku-buku tersebut sebanyak 144.000 eksemplar. Kemudi-an dalam Repelita III penyediaan buku-buku tersebut telah me-lonjak menjadi 2.009.850 eksemplar. Sementara itu dalam tahun 1984/85 telah pula disediakan sebanyak 358.000 eksemplar buku-buku.

Dalam Repelita III telah berhasil ditatar sebanyak 10.129 orang guru dan pembina, dan dalam tahun 1984/85 sebanyak 1.500 orang guru dan pembina.

Dalam rangka meningkatkan pembinaan dan peningkatan mutu Pendidikan Guru Agama (PGAN) telah dilakukan kegiatan rehabi-litasi dan perluasan gedung, pengadaan buku pelajaran dan pe-doman guru serta penataran guru dan pembina. Sampai dengan tahun pertama Repelita IV telah berhasil direhabilitasi dan diperluas sebanyak 415 gedung PGAN termasuk di dalamnya 3 ge-dung PGAN dalam tahun 1984/85.

Kegiatan penyempurnaan prasarana/sarana pada IAIN melipu-ti pembangunan dan perluasan gedung baik ruang kuliah, per-pustakaan, kantor, aula, musholla, laboratorium bahasa beser-ta perlengkapannya dan penyediaan buku-buku ilmiah untuk per-pustakaan. Di samping pembangunan dan perluasan sarana per-kuliahan, dalam rangka penyempurnaan prasarana/sarana pada IAIN, telah pula disediakan buku-buku ilmiah bagi perpustakaan.

Dalam rangka melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, sejak Repelita II telah dilaksanakan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa IAIN. Peningkatan mutu akademis telah diusahakan pula melalui pemberian kesempatan bagi tena-ga pengajar IAIN di seluruh Indonesia untuk mengikuti studi 1anjutan program Pasca Sarjana/program Doktor.

Untuk mendukung perumusan kebijaksanaan di bidang agama, sejak Repelita I telah dilaksanakan penelitian dan pengem-bangan tentang berbagai pokok masalah pembangunan di bidang agama, di samping kegiatan latihan tenaga-tenaga peneliti agama dan pengembangan metode penelitian agama dan serangkai-an pertemuan ilmiah, seminar dan diskusi-diskusi ilmiah.

I/82

Page 89: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Unsur lain dalam usaha pembangunan di bidang mental dan spiritual bangsa adalah pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dan pembinaan terhadap Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Program-program dalam Repelita IV di bidang ini merupakan kelanjutan dari program-program dalam Repelita-Repelita sebelumnya. Hasil-hasil yang dicapai dalam tahun pertama Repelita IV adalah sebagai berikut.

Di bidang kepurbakalaan dalam tahun pertama Repelita IV antara lain telah dapat dilaksanakan usaha pemugaran 6 buah candi, yaitu Candi Sewu di Jawa Tengah, Candi Brahma dan Wisnu di Daerah Istimewa Yogyakarta, Candi Jabung di Jawa Timur, Candi Padang Lawas di Sumatera Utara, Candi Gumpung/ Tinggi di Muara Jambi, dan Candi Muara Takus di Riau. Pemu-Baran 6 buah Masjid kuno, masing-masing Masjid Demak di Jawa Tengah, Masjid Raya di Banda Aceh, Aceh, Masjid Purba di Su-matera Utara, Masjid Bonjol di Sumatera Barat, Masjid Syuhada di Kandangan Kalimantan Selatan, Masjid Kyai Gede di Kaliman-tan Tengah, pemugaran 1 buah Gereja Tua (Gereja Blenduk) di Semarang Jawa Tengah.

Di bidang permuseuman telah dilakukan usaha penyelesaian pendirian 1 buah Museum Propinsi di Sumatera Selatan dan 2 buah Museum Khusus, yaitu Museum Kebangkitan Nasional dan Mu- seum Sumpah Pemuda sebagai Unit Pelaksanaan Teknis, pengadaan koleksi di 26 Propinsi dan survai koleksi di 92 Kabupaten, perawatan koleksi 7.880 buah, peningkatan tenaga teknis permuseuman sebanyak 198 orang. Dalam kegiatan pengembangan kesenian antara lain dilakukan usaha untuk memelihara serta merevitalisasikan bentuk-bentuk dan jenis-jenis kesenian yang hampir punah atau diperkirakan akan punah sebanyak 130 jenis seni daerah, memberikan dorongan dan bimbingan kepada organisasi serta aktivitas kesenian yang tumbuh dan berkembang secara subur, yang mencakup 38 organisasi kesenian dan 3.359 orang seniman. Di samping itu juga dilakukan usaha peningkatan mutu seni dan kreativitas seniman, penggalian seni sebanyak 68 kali/jenis, pekan/lomba untuk seluruh Indonesia sebanyak 441 kali.

Di bidang kebahasaan dan kesastraan, perbukuan serta per-pustakaan, telah diselesaikan antara lain, penyusunan kamus bahasa Indonesia sebanyak 2 judul, kamus bahasa daerah 22 judul, kamus istilah 5 judul, penyusunan naskah bahasa sastra Indonesia dan Daerah 21 judul, penerjemahan bahasa dan sastra bahasa asing dan daerah 16 judul. Dalam rangka perbukuan dan perpustakaan telah dapat dilakukan usaha-usaha rekatalogisasi

I/83

Page 90: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

koleksi 4 komponen/1.950 judul, pengadaan bahan pustaka Indo-nesia dan asing 1.220 judul, penyusunan dan penerbitan daftar tambahan buku baru 4.000 eksemplar.

Dalam pada itu, dalam usaha mengembangkan perpustakaan telah dilaksanakan pengadaan buku perpustakaan untuk perpus-takaan wilayah, perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan perintis sekolah, perpustakaan kecamatan/desa dan lain-lain sebanyak 317.755 eksemplar di 22 propinsi, di samping pengumpulan karya cetak dan penyusunan bibliografi daerah sebanyak 7.250 eksemplar di 15 propinsi, serta pengo-perasian mobil unit perpustakaan keliling sebanyak 20 unit di 14 propinsi.

Usaha yang telah dilakukan di bidang inventarisasi kebu-dayaan antara lain berupa pengarahan peningkatan tenaga tek-nis kepada 256 orang tenaga penulis/peneliti 5 aspek kebuda-yaan daerah dari 26 propinsi, penelitian 150 aspek kebudayaan daerah dari 26 propinsi, penelitian strategi kebudayaan Indo-nesia untuk 30 aspek dan penilaian/penyempurnaan 130 naskah, pencetakan 66 naskah hasil penelitian dan penyebarluasan ke 628 lokasi di luar dan di dalam negeri, pembangunan gedung Pusat Informasi Kebudayaan di Tanjung Pinang, serta seminar tentang kebudayaan Betawi di Jakarta.

Selain itu telah dilaksanakan pula penelitian mengenai 47 naskah kesejarahan yang terdiri dari biografi nasional, bio-grafi tokoh, peta sejarah, sejarah kota-kota besar serta ter-jemahan naskah sejarah bahasa Belanda ke bahasa Indonesia serta penerbitan 62 judul naskah kesejarahan hasil peneliti-an/penulisan tahun-tahun yang lalu.

Selanjutnya dalam rangka pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah dapat dilaksanakan peningkatan ke-giatan inventarisasi terhadap masyarakat penghayat kepercaya-an terhadap Tuhan Yang Naha Esa meliputi 26 propinsi di Indo-nesia, pendokumentasian hasil inventarisasi kepercayaan ter-hadap Tuhan Yang Maha Esa dengan hasil 1 buku daftar organi-sasi, 1 buku daftar keadaan organisasi, dan 5 buah grafik/ba-han keadaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Usaha-usaha penunjang lain, yang dilaksanakan dalam tahun 1984/85 berupa peningkatan keterampilan tenaga kebudayaan me-lalui penataran bagi 624 orang, penataran di bidang kegrafi-kan bagi 379 orang yang terdiri dari penataran perwajahan,

I/84

Page 91: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

reproduksi, ofset besar maupun kecil, cetak tinggi serta pe-ngujian bahan kegrafikaan.

Dalam rangka mempersiapkan pembangunan nasional menuju tahap industrialisasi, mutlak diperlukan peningkatan kemampu- an nasional di bidang ilmu pengetahuan, teknologi serta pene-litian. Usaha-usaha ke arah ini telah dirintis sejak Repelita I dan dilaksanakan secara terarah dan berkesinambungan dalam Repelita-repelita selanjutnya.

Dalam Repelita I kegiatan penelitian diselenggarakan oleh beberapa lembaga penelitian yang telah berdiri pada waktu itu, antara lain LIPI, BATAN, LAPAN, BAKOSURTANAL, BPS dan sejumlah Departemen dan Perguruan Tinggi yang telah mempunyai Unit penelitian. Titik berat kegiatan diletakkan pada konso-lidasi intern lembaga-lembaga tersebut dan usaha peningkatan kemampuan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing, khususnya peningkatan tenaga manusia (jumlah dan mutu), sarana, prasarana dan lain sebagainya.

Menjelang Repelita II, dalam Kabinet Pembangunan II dite-tapkan adanya Menteri Negara Riset dengan Keppres No. 9 Tahun 1973. Dalam Repelita II konsolidasi lembaga-lembaga peneliti-an ditingkatkan dan bersama itu diletakkan dasar-dasar untuk koordinasi dan kerjasama antar lembaga penelitian, baik di dalam maupun dengan luar negeri. Pada tahun 1976 didirikan Proyek Pembangunan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Tek- nologi (PUSPIPTEK) sebagai Program Utama Nasional di bawah pengarahan dan koordinasi langsung Menteri Negara Riset.

Dalam Repelita III, peranan penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi lebih ditingkatkan lagi dan diarahkan pada pe-ngembangan kemampuan nasional dalam ilmu pengetahuan dan tek-nologi sesuai dengan kebutuhan serta prioritas pembangunan. Untuk melaksanakan kebijaksanaan nasional tersebut, maka da-lam Kabinet Pembangunan III, fungsi Menteri Negara Riset di-perluas menjadi Riset dan Teknologi. Lembaga-lembaga peneli-tian dan pengembangan teknologi (LPND Ristek, Litbangdep, Litbang Perguruan Tinggi dan Badan Usaha Milik Negara) lebih dimantapkan. Di samping itu telah didirikan pula badan baru, yaitu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Bersamaan dengan itu telah ditetapkan Program-program Utama Nasional Ristek sebagai pedoman/arah bagi semua program/proyek riset dan teknologi di Indonesia. Program-program Utama Nasional Ristek ini meliputi bidang-bidang : Kebutuhan Dasar Manusia, Sumber Alam dan Energi, Industrialisasi, Pertahanan dan Ke-

I/85

Page 92: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

amanan, serta bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Falsafah, Hukum dan Perundang-undangan. Untuk memonitor, mengevaluasi dan me-rumuskan program-program utama nasional tersebut telah diben-tuk Team Perumus dan Evaluasi Program-program Utama Nasional (Team PEPUNAS) Ristek, yang merupakan unit organisasi non-struktural dan langsung berada di bawah Menteri Negara Ristek.

Dalam Repelita IV, kebijaksanaan nasional Ristek yang di-laksanakan dalam Repelita III dilanjutkan dan ditingkatkan. Melalui Keppres No. 1 tahun 1984, Team PEPUNAS-Ristek diting-katkan dan dikembangkan menjadi Dewan Riset Nasional (DRN). Dewan ini bersifat non-struktural dan bertugas membantu Men-teri Riset dan Teknologi dalam melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsi-fungsinya, termasuk memonitor kegiatan-kegiatan dari berbagai lembaga penelitian dalam rangka PUNAS-RISTEK tersebut di atas dan meningkatkan koordinasi pelaksanaan lin-tas sektoral dan lintas instansi.

Dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana ilmu penge-tahuan dan teknologi, maka dalam Repelita I dan Repelita II telah dibangun antara lain reaktor tahap I serbaguna PUSPIP-TEK di Serpong, reaktor atom Kartini di Yogyakarta untuk pro-gram pendidikan dan latihan para ahli dan teknisi nuklir In-donesia, dan sebuah reaktor atom di Bandung yang ditujukan pada kemampuan produksi radio isotop. Komplek penelitian di PUSPIPTEK Serpong mulai dibangun pada tahun 1976 di atas tanah seluas 344,6 ha, yang didalamnya terdapat reaktor ser-baguna serta berbagai laboratorium, termasuk laboratorium uji konstruksi, laboratorium kalibrasi yang kedua-duanya mulai beroperasi dalam tahun 1984, serta laboratorium untuk aero-gasdinamika dan getaran, sumber daya energi, elektroteknika, fisika terapan dan kimia terapan, yang perencanaan rincinya telah dimulai.

Sementara itu dalam Repelita III telah dibangun untuk LIPI gedung bagi penelitian ilmu-ilmu sosial dan sedang dirancang pembangunan sarana penelitian bioteknologi di Cibinong. Sarana penelitian dalam bidang pemetaan telah pula ditingkatkan, sehingga sejak awal Repelita III BAKOSURTANAL telah mampu membuat berbagai jenis peta (termasuk jenis tematik) untuk berbagai keperluan perencanaan pembangunan. Demikian pula sarana pengembangan ilmu kedirgantaraan telah banyak mengalami kemajuan. Dalam Repelita III telah berhasil dibangun baik stasiun bumi yang dikaitkan dengan satelit cuaca maupun stasiun bumi yang dikaitkan dengan satelit sumber daya alam.

I/86

Page 93: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Kemajuan teknologi lain yang perlu dicatat adalah terwu- judnya hasil mandiri oleh LEN/LIPI. Sebagai hasil peningkatan kemampuan untuk membangun pemancar-pemancar untuk keperluan siaran televisi dan radio, maka telah dibangun sebanyak 90 pemancar di sepanjang daerah perbatasan Indonesia, dengan harga yang relatif rendah. Di samping itu berbagai peningkat- an sarana penelitian dalam bidang bioteknologi untuk energi telah dimulai di Lampung dengan sarana pendidikan dan peneli-tian, yang mengkhususkan diri dalam memperoleh energi bahan bakar dari singkong dalam bentuk ethanol. Penelitian dan ran-cangan serta pembangunan dari pabrik ethanol itu sendiri di-laksanakan oleh tenaga-tenaga dalam negeri.

Dalam rangka mengembangkan minat, kemampuan serta parti-sipasi di kalangan generasi muda dan masyarakat di bidang ilmu pengetahuan dan penelitian, berbagai kegiatan telah di-lakukan, antara lain : peragaan ilmu pengetahuan dan tekno-logi di berbagai daerah, latihan perkemahan alam remaja dalam rangka mengikuti proses gerhana matahari, penataran penulisan ilmiah popular, penataran bagi pengajar ilmu pengetahuan dan matematika, ceramah dan diskusi serta peliputan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui siaran radio dan televisi, Lomba Karya Ilmiah bagi remaja dan pemuda di bawah umur 21 tahun, penyebaran majalah, dan sebagainya.

Dalam rangka meningkatkan komunikasi antar ilmuwan serta meningkatkan koordinasi penelitian, dalam Repelita II dan III telah diadakan dua kali kongres ilmu pengetahuan nasional (KIPNAS), yang hasil-hasilnya sangat bermanfaat bagi usaha mengarahkan kegiatan penelitian/ilmu pengetahuan dan teknolo-gi antar instansi/departemen.

Satu jenis kegiatan yang penting dalam memasuki tahap in- dustrialisasi adalah kegiatan penelitian instrumentasi dan standardisasi peralatan serta mutu. Untuk itu telah bekerja semenjak beberapa tahun ini suatu pengurus harian Dewan Stan-dardisasi Nasional. Lembaga ini bertugas merumuskan kebijak-sanaan standardisasi dan merencanakan program-program serta mensyahkan baik standar-standar maupun penerapannya, dan me-ngadakan evaluasi terhadap kegiatan standardisasi di Indone-sia. Dalam kaitan ini telah dimulai penyempurnaan lambang-lambang grafik listrik KBL, studi pengembangan sistem nasio-nal untuk pengujian dan sertifikasi, pengadaan Daftar Standar Indonesia 1983 sebagai revisi dari daftar standar 1981 dan kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional seperti ISO dan IEC.

I/87

Page 94: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Di bidang penelitian, kegiatan-kegiatan diarahkan kepada bidang-bidang yang digariskan oleh PUNAS-Ristek. Di bidang Kebutuhan Dasar Manusia penelitian mencakup masalah tenaga kerja dan transmigrasi, pengembangan pertanian dan teknologi pangan, serta kesehatan. Di bidang Sumber-sumber Daya Alam dan Energi, kegiatan penelitian meliputi masalah sumber daya alam di bidang pertanian, pangan sumber daya hayati laut, pe-rekaman/pemetaan sumber-sumber kekayaan alam, lingkungan hidup, dan energi alternatif. D1 bidang Industrialisasi, pe-mikiran dikaitkan dengan strategi transformasi industri dan teknologi melalui 9 wahana industri yaitu : industri pener-bangan, industri maritim dan perkapalan, industri transpor-tasi darat, industri telekomunikasi, industri energi, indus-tri rekayasa, industri alat dan mesin pertanian, industri pertahanan, serta industri perangkat lunak. Di bidang Perta-hanan dan Keamanan kegiatan dikaitkan dengan usaha pengem-bangan industri pertahanan dan keamanan di Indonesia. Di bi-dang Sosial, Ekonomi, Falsafah, Budaya, Hukum dan Perundang-undangan, kegiatan penelitian mencakup studi mengenai nilai-nilai sosial budaya di berbagai masyarakat serta kaitannya dengan perkembangan industri, perkembangan sejarah politik di Indonesia, perkembangan pemikiran sosial politik, perkembang-an dan prospek kerjasama melalui ASEAN, peranan wanita, ber-bagai masalah ekonomi, kependudukan, ketenagakerjaan serta berbagai masalah falsafah, hukum dan perundang-undangan yang berkaitan dengan kebijaksanaan pembangunan nasional.

Pembangunan yang meningkat perlu didukung dengan sistem informasi yang semakin mantap dan canggih. Statistik merupa-kan satu bentuk informasi yang vital bagi penyusunan rencana dan kebijaksanaan pembangunan nasional dan untuk mengukur ha-sil-hasil pembangunan yang dicapai. Tersedianya data statis-tik yang baik juga mendukung pengembangan kemampuan peneliti-an ilmiah di dalam negeri, serta ikut menyumbang kepada usaha peningkatan kecerdasan bangsa.

Sejak Repelita I, prioritas pembangunan di bidang statis-tik selalu dikaitkan dengan pembangunan nasional.

Dalam Repelita I, dengan prioritas pembangunan pada sek-tor pertanian pangan, telah dilaksanakan berbagai perbaikan statistik pertanian, khususnya produksi pertanian pangan. Sensus Pertanian telah dilaksanakan dalam tahun 1973 dan se-luruh hasil-hasilnya selesai diolah pada awal Repelita II. Dalam periode ini juga dilaksanakan Sensus Penduduk 1971, yang telah bisa mengisi kebutuhan akan data kependudukan un-

I/88

Page 95: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

tuk perumusan kebijaksanaan dan tujuan pembangunan lain. Da-lam rangka menunjang kebijaksanaan pemantapan stabilitas eko-nomi, berbagai statistik harga ditingkatkan mutu cakupan ser-ta kecepatannya.

Dalam Repelita II, pengumpulan data statistik produksi tanaman pangan sudah cukup mantap dan mulai dihubungkan de-ngan segi konsumsinya melalui Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Kegiatan-kegiatan penting lainnya yang dilaksana-kan dalam periode ini adalah Sensus Industri 1974, Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1975, Survai Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 1976, penyempurnaan statistik Pendapatan Nasional/Regional serta pengembangan Statistik Neraca Nasio-Inal dan Tabel Input-output 1975.

Dalam Repelita III, berbagai kegiatan survai ditingkat-kan, dan mencakup antara lain Sensus Penduduk 1980, Sensus Pertanian 1983 dan Susenas. Kegiatan pengolahan Sensus Pendu-duk 1980 sebagian besar diselesaikan dalam Repelita III, se-dang kegiatan Sensus Pertanian 1983 masih berkelanjutan sampai Repelita IV. Sejalan dengan makin menonjolnya aspek pemerataan dalam pembangunan nasional, maka dalam Repelita III mulai disusun Sistem Neraca Sosial Ekonomi yang menggambarkan aspek distribusi pendapatan secara lebih jelas. Di samping itu Susenas yang dilaksanakan secara periodik, semakin banyak mencakup di dalamnya aspek-aspek kesejahteraan sosial.

Dalam tahun pertama Repelita IV 1984/85 kegiatan Sensus Pertanian 1983 dilanjutkan, dan statistik mengenai berbagai sektor ekonomi terus ditingkatkan balk dari segi cakupan mau-pun kecermatannya. Dalam kaitan ini, pada tahun tersebut telah dimulai persiapan pelaksanaan Sensus Ekonomi 1986, yang {merupakan sensus terpadu yang mencakup semua sektor ekonomi (kecuali sektor pertanian). Kegiatan sensus ini akan berlan-jut sampai tahun 1989/90. Selama tahun anggaran 1984/85 ini juga dilanjutkan usaha peningkatan keterampilan pegawai dan peningkatan prasarana fisik yang sudah dimulai dalam Repeli-ta-Repelita sebelumnya. Termasuk di sini antara lain pelaksa-naan berbagai kursus dan pendidikan statistik bagi petugas statistik berbagai tingkat, pembangunan gedung kantor baru, pengadaan mesin stensil, mesin ketik, line telkom dan perala-tan operasional lainnya. Dengan demikian secara bertahap sejak Repelita I kemampuan di bidang perstatistikan telah bisa ditingkatkan.

Seluruh kegiatan pembangunan, baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun yang dilakukan oleh swasta, pada akhirnya

I/89

Page 96: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

dilaksanakan di daerah-daerah. Tujuan pembangunan daerah ada-lah meningkatkan pemerataan penyebaran pembangunan nasional di seluruh wilayah tanah air sehingga terjadi keselarasan laju pertumbuhan antar daerah serta memperkuat kesatuan na-sional dengan meningkatkan ikatan ekonomi dan sosial antar wilayah. Sebaliknya, pembangunan nasional dapat lebih diting-katkan dengan memperbesar kemampuan dan partisipasi daerah dalam pembangunan.

Untuk meningkatkan keserasian antara pembangunan sektoral dan regional sampai ke tingkat desa, serta merangsang parti-sipasi daerah dalam pembangunan, maka Pemerintah Pusat membe-rikan bantuan pembangunan kepada berbagai tingkat pemerintah-an daerah melalui berbagai program, yaitu Program Bantuan Pembangunan Desa, Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Program Bantuan Penunjangan Jalan, Program Bantuan Pembangunan Seko-lah Dasar, Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, Pro-gram Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, Program Bantuan Kre-dit Pembangunan/Pemugaran Pasar, Program Bantuan Daerah Timor Timur, dan beberapa program lainnya. Pemberian bantuan-bantu-an tersebut telah merangsang dan mendorong daerah untuk mem-percepat laju pertumbuhan dan perkembangan daerahnya masing-masing, dengan dibangunnya bermacam-macam proyek baik ekonomi maupun sosial budaya yang dianggap penting oleh daerah, khu-susnya yang belum atau tidak terjangkau oleh kegiatan pem-bangunan yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat.

Program Bantuan Pembangunan Desa yang dimulai sejak tahun pertama Repelita I, dimaksudkan untuk merangsang usaha desa yang produktif dengan jalan memanfaatkan potensi kego-tong-royongan masyarakat pedesaan yang mencakup pembangunan prasarana produksi desa, prasarana perhubungan desa, prasara-na pemasaran desa, dan sarana-sarana penunjang lainnya. Sela-ma Repelita I jumlah bantuan mencapai Rp. 26.840 juta dan se-lama Repelita II, jumlah tersebut naik menjadi Rp. 94.252 juta, sedang salami Repelita III jumlah bantuan mencapai Rp. 332.255 juta. Pada tahun pertama Repelita IV jumlah ban-tuan tersebut adalah Rp. 92.882 juta.

Bantuan Pembangunan kepada Daerah Tingkat II diberikan sejak tahun kedua Repelita I, untuk meningkatkan partisipasi daerah dalam pelaksanaan pembangunan, memperbaiki prasarana ekonomi pedesaan, meningkatkan perekonomian daerah dan dengan tujuan utamanya memperluas lapangan kerja di masing-masing daerah. Oleh sebab itu jumlah bantuan untuk setiap Daerah

I/90

Page 97: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Tingkat II ditetapkan berdasarkan jumlah penduduknya, dan un-tuk Daerah Tingkat II yang penduduknya sangat sedikit dite-tapkan suatu jumlah minimum. Untuk mendorong gairah Daerah Tingkat II didalam menggali sumber keuangan sendiri, maka mu- lai tahun 1972/73 jumlah bantuan tersebut dikaitkan dengan kemampuan daerah masing-masing untuk mengumpulkan Ipeda. Ke- pada Daerah Tingkat II yang berhasil mengumpulkan jumlah Ipe-da yang melampaui sasaran yang telah ditetapkan, di samping bantuan per kapita diberikan pula bantuan perangsang sesuai dengan prestasinya. Baik jumlah bantuan per kapita maupun jumlah minimum per Daerah Tingkat II terus mengalami kenaik-an, sehingga jumlah yang selama Repelita I sebesar Rp. 46.424,0 juta, naik menjadi sebesar Rp. 303.938,0 juta selama Repelita II, dan menjadi sebesar Rp. 760.331,3 juta selama Repelita III. Pada tahun pertama Repelita IV, jumlah bantuan tersebut adalah Rp. 201.914,0 juta.

Bantuan Pembangunan kepada Daerah Tingkat I diberikan sejak tahun pertama Repelita II sebagai pengganti bantuan yang didasarkan pada Alokasi Devisa Otomatis (ADO), dan dimaksudkan untuk mendorong usaha-usaha pembangunan di daerah sarta menyerasikan laju perkembangan antar daerah. Baik jumlah bantuan seluruhnya maupun bantuan minimum setiap tahun dinaikkan. Jika pada tahun pertama Repelita II jumlah bantuan adalah Rp.43.950,0 juta, dengan jumlah minimum sebe-sar Rp.500,0 juta, maka pada tahun terakhir Repelita II jum-lah bantuan adalah Rp. 85.674,5 juta, dan jumlah minimum men-jadi Rp. 2.000,0 juta, sehingga jumlah bantuan selama Repeli-ta III adalah sebesar Rp. 317.426,8 juta. Dalam Repelita III jumlah Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I dinaikkan, dari Rp 102.222,0 juta pada tahun 1979/80, menjadi Rp. 253.000,0 juta pada tahun 1983/84, sehingga selama Repelita III ber-jumlah Rp. 1.039.812 juta. Pada tahun pertama Repelita IV jumlah bantuan ini mencapai Rp. 253.000,0 juta.

Pembangunan daerah Irian Jaya ditujukan untuk meningkat-kan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya rakyatnya, berupa peningkatan prasarana fisik perhubungan darat, laut, udara; pembangunan telekomunikasi, listrik, air minum, dan lain seba gainya; pengembangan pertanian, peningkatan kegiatan di bi-dang pendidikan dan keterampilan, peningkatan kegiatan di bi-dang kesehatan, dan peningkatan prasarana fisik pemerintahan. Jumlah anggaran yang disediakan selama Repelita I adalah Rp 17.100,0 juta, di samping sebesar US $ 30 juta yang terse-dia dari bantuan PBB (FUNDWI) berupa bantuan tehnis, peralatan dan tenaga ahli. Selama Repelita II jumlah anggaran yang di-

I/91

Page 98: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

sediakan untuk pembangunan daerah ini sebesar Rp. 41.325,4 juta, yang terdiri dari anggaran sektoral sebesar Rp. 25.500,0 juta dan Bantuan Inpres sebesar Rp 15.825,4 juta. Sejak Repe-lita III, berkat kemajuan yang telah dicapai, pembangunan Daerah Irian Jaya tidak lagi ditangani secara khusus, tetapi sudah ditangani sama seperti daerah-daerah lain.

Pembangunan daerah Timor Timur dimulai pada tahun ketiga Repelita II dan sampai pada akhir Repelita II telah dise-diakan anggaran sebesar Rp. 15.121,8 juta, yang terdiri dari anggaran program sektoral sebesar Rp. 8.150,0 juta dan anggaran program Inpres sebesar Rp. 6.971,8 juta. Selama tiga tahun tersebut kegiatan pembangunan terutama ditujukan untuk menghidupkan roda pemerintahan daerah dengan melengkapi apa-raturnya serta pembentukan instansi-instansi vertikal, per-baikan dan peningkatan prasarana dan sarana pertumbuhan eko-nomi, dan perbaikan tingkat kehidupan sosial dan budaya, di samping kegiatan pemulihan keamanan dan ketertiban umum. Da-lam Repelita III usaha-usaha pembangunan terutama diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Dengan meningkatnya pelak-sanaan pembangunan di semua sektor, maka anggaran pembangunan yang dialokasikan untuk daerah Timor Timur terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama Repelita III alokasi anggaran sektoral adalah sebesar Rp. 72.575,2 juta, dan anggaran pro-gram Inpres sebesar Rp. 68.629,2 juta, sehingga seluruhnya berjumlah Rp. 141.204,5 juta. Pada tahun pertama Repelita IV dana yang tersedia dari anggaran sektoral adalah sebesar Rp. 24.209,7 juta, sedang dari program Inpres adalah sebesar Rp. 37.735,8 juta.

Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan maka sangat te-rasa kurangnya tanah yang diperlukan untuk pembangunan pro-yak. Di samping ini proyek-proyek itupun mengeluarkan limbah yang dapat merusak lingkungan. Oleh sebab sudah sangat men-desak agar di setiap Kodya dan Ibukota Kabupaten tersusun peta tata ruang kota dan tata ruang daerah. Dengan adanya peta tata ruang dan tata daerah itu, maka kegiatan pembangun-an menjadi lebih teratur terarah dan lestari.

Program penataan ruang mencakup kegiatan penyusunan ren-cans tata ruang dalam berbagai ruang lingkup, antara lain tata ruang wilayah/daerah, tata ruang kota dan tata ruang ka-wasan-kawasan, dan berbagai kegiatan penunjang. Program yang dimulai dalam Repelita I ini dilanjutkan dan ditingkatkan pe-laksanaannya sampai dengan Repelita IV ini.

I/92

Page 99: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Di samping kegiatan penataan ruang kota dan penataan ruang daerah, dalam Repelita I telah dirintis pula penyusunan masukan bagi pengaturan tata ruang berupa peraturan/perun-dang-undangan, serta pembinaan institusi penataan ruang. Ke-giatan tersebut dilanjutkan dan dikembangkan dalam Repelita-Repelita berikutnya. Di samping itu, sejalan dengan pertumbu-han dan perkembangan kota, dalam Repelita III juga dilakukan usaha peningkatan dayaguna penyelenggaraan pemerintahan kota.

Penataan penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah di- laksanakan terutama dalam rangka usaha perencanaan penggunaan tanah yang serasi, berimbang, dan bermanfaat untuk berbagai program pembangunan. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui program pengembangan tata guna tanah dan program tata agra-ria. Kegiatan program pengembangan tata guna tanah yang utama adalah pemetaan penggunaan tanah pedesaan dan tanah perkota-an analisa penggunaan dan kemampuan tanah, penyusunan renca-na tata guna tanah kabupaten, pemetaan kota kecamatan, dan pengukuran serta pemetaan tata guna tanah daerah transmigrasi.

Dalam Repelita I kegiatan pengukuran dan pemetaan terutama diarahkan untuk memetakan tanah pedesaan dan kemampuan tanah dan pemetaan penggunaan tanah kota. Dalam Repelita II ditingkatkan ketelitian pembuatan peta sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembangunan. Kegiatan ini diteruskan dalam Repelita III dan Repelita IV.

Program agraria dilaksanakan dalam rangka menjamin ter-selenggaranya tertib penguasaan dan pemilikan tanah serta pe-ngalihan hak atas tanah untuk mewujudkan kepastian hukum atas tanah.

Untuk kepentingan perencanaan dan koordinasi pembangunan di daerah pada tahun 1974/75 telah dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di setiap Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia. Selain merencanakan, Bappeda juga bertugas mengkoordinasikan perencanaan pembangunan di daerah, mengen-dalikan dan memonitor pelaksanaan pembangunan proyek-proyek nasional dan daerah di daerahnya masing-masing. Dengan pe-ngendalian tersebut dapat diperoleh data umpan-balik yang sangat berguna untuk mengambil langkah-langkah dan tindak lanjut yang diperlukan bagi lancarnya pelaksanaan program/ proyek dan bagi perencanaan pembangunan selanjutnya.

Untuk mengusahakan adanya keserasian pembangunan baik an-tar-sektor di satu daerah, maupun antar daerah yang berte-

I/93

Page 100: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

tangga, khususnya antar daerah di dalam satu wilayah pemba-ngunan utama, maka sejak tahun 1976/77 telah dikembangkan forum Konsultasi Regional Bappeda di masing-masing wilayah pembangunan utama dan Konsultasi Nasional pada tingkat nasio-nal. Tujuan utama konsultasi ialah untuk mengusahakan adanya keserasian pembangunan antar-daerah, dan keserasian antara kepentingan daerah dan kepentingan nasional. Forum-forum kon-sultasi tersebut sangat berguna bagi pengembangan hubungan timbal-balik baik untuk kepentingan antar-sektor, antar daerah, maupun antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Konsultasi diselenggarakan dalam rangka penyusunan rencana tahunan dan anggaran pembangunan baik daerah maupun pusat.

Peningkatan kemampuan perencanaan aparatur pemerintah daerah diusahakan melalui penyelenggaraan kursus-kursus pe-rencanaan oleh Pemerintah Pusat bekerjasama dengan lembaga-lembaga perguruan tinggi dan oleh Pemerintah Daerah sendiri. Di samping itu telah pula diberikan kesempatan kepada staf Bappeda maupun pejabat-pejabat daerah lainnya untuk mengikuti seminar, kursus dan latihan di luar negeri sesuai dengan bi-dangnya masing-masing.

Seiring dengan pembangunan di berbagai bidang diperlukan pembangunan di bidang hukum. Kebijaksanaan pembangunan di bi-dang hukum dijabarkan ke dalam program-program utama yang me-liputi: (i) pembinaan hukum nasional dengan kegiatan utamanya perancangan perundang-undangan, pembinaan sistem dokumentasi dan informasi hukum, dan penelitian serta pengembangan hukum, (ii) pembinaan peradilan dan penegakan hukum dengan kegiatan utamanya pembinaan peradilan, penegakan hukum, pembinaan na-rapidana, pembinaan pelayanan jasa hukum termasuk keimigrasi-an, penyuluhan hukum dan bantuan hukum, dan (iii) pendidik-an/latihan tenaga hukum.

Upaya penyusunan perangkat perundang-undangan sejak awal Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita IV telah menghasilkan tidak kurang dari 155 Undang-undang, 4 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, 672 Peraturan Pemerintah dan 1.055 Keputusan Presiden dan 203 Instruksi Presiden, ter-masuk dalam tahun 1984/85 sebanyak 12 Undang-undang, 1 Pera-turan Pemerintah Pengganti Undang-undang, 47 Peraturan Peme-rintah, 90 Keputusan Presiden dan 11 Instruksi Presiden.

Di samping itu, pertemuan ilmiah tentang berbagai pokok masalah hukum telah diselenggarakan sejak awal Repelita I

I/94

Page 101: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

sampai dengan tahun pertama Repelita IV, keseluruhannya ber-jumlah 109 kali pertemuan ilmiah (termasuk 11 kali dalam ta-hun 1984/85). Demikian pula telah dilaksanakan, oleh Departe-men Kehakiman dan Kejaksaan Agung sejumlah 229 penelitian da-lam berbagai bidang hukum (termasuk 23 buah dalam tahun 1984/ 85). Sedangkan penulisan karya ilmiah yang telah dimulai sejak Repelita II, keseluruhannya sampai dengan tahun pertama Repelita IV mencapai 41 buah.

Dalam Repelita III telah diangkat sejumlah 342 orang hakim baru sehingga jumlah seluruh hakim pada akhir Repelita II adalah 2.238 orang. Dalam tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah diangkat lagi sejumlah 90 orang hakim dan 259 calon hakim sehingga pada tahun 1984/85 jumlah hakim diselu-ruh Indonesia mencapai sebanyak 2.328 orang, belum termasuk 259 calon hakim tersebut di atas. Dalam pada itu, pada tahun 1984/85 jumlah Panitera (Panitera Kepala dan Panitera Peng-ganti) dan Juru Sita mencapai sebanyak 3.687 tenaga.

Untuk menunjang usaha pembinaan peradilan telah dibentuk Pengadilan Tinggi pada setiap Ibukota Propinsi dan Pengadilan Negeri pada setiap Ibukota Kabupaten/Kotamadya. Sejak awal Repelita I sampai dengan awal Repelita IV telah dibangun 302 gedung Pengadilan Negeri, dan 26 gedung Pendidikan Tinggi. Sementara itu, telah pula diusahakan upaya penyelesaian pem-bangunan gedung Mahkamah Agung sejalan dengan kebutuhan volu-me kegiatan yang makin meluas dan meningkat.

Untuk lebih memperluas jangkauan pelayanan peradilan oleh Pengadilan Negeri, dilaksanakan pembangunan tempat sidang dalam rangka pelaksanaan tugas hakim keliling khususnya di kota-kota kecil, sehingga dapat mempercepat proses penyele-saian perkara secara terbuka di tempat kasus/sengketa ter-jadi. Sejak dimulainya kegiatan ini sampai dengan akhir Repe-lita III telah dibangun sebanyak 373 buah tempat sidang, dan sampai dengan tahun 1984/85 telah dan sedang dibangun selu-ruhnya 401 buah tempat sidang (termasuk 28 buah dalam tahun 1984/85).

Koordinasi, integrasi dan kerjasama fungsional antar ber-bagai instansi Pemerintah, khususnya kerjasama antar para pe-negak hukum (Hakim, Polisi dan Jaksa) telah makin disempurna-kan dan dimantapkan. Dalam rangka memantapkan pelaksanaan KUHAP sebagai hukum acara pidana yang baru telah dilaksanakan kerjasama antar para penegak hukum, baik di Pusat melalui rapat-rapat MAKEHJA/MAKEHJAPOL, maupun di daerah melalui

I/95

Page 102: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

forum konsultasi penegak hukum sebagai wadah pertemuan ber-kala.

Untuk menunjang berbagai kegiatan penegakan hukum maka sejak awal Repelita I sampai dengan awal Repelita IV telah dibangun 442 buah gedung Kejaksaan Tinggi/Negeri/Cabang Ke-jaksaan Negeri termasuk 8 buah gedung Kejaksaan Negeri yang dibangun dalam tahun 1984/85.

Sementara itu untuk menunjang pembinaan keimigrasian sejak Repelita I sampai dengan Repelita III telah dibangun berturut-turut 14 buah kantor wilayah Ditjen Imigrasi, 49 buah gedung kantor imigrasi, 27 buah gedung Resort Imigrasi 29 buah gedung Pos Imigrasi dan 26 buah gedung Asrama Tahanan Imigrasi. Di samping itu untuk tahun 1984/85 telah/sedang di-laksanakan pembangunan 5 buah lagi gedung kantor Imigrasi.

Dengan telah diundangkannya Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana Undang-undang No. 8 Tahun 1981 maka telah dila-kukan penataan kembali Lembaga Pemasyarakatan (LP), Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Rumah Tempat Penyimpanan Benda-benda Sitaan Negara (RUPBASAN). Sebelum berlakunya KUHAP jum-lah Lembaga Pemasyarakatan yang ada di seluruh Indonesia ada-lah sebanyak 371 buah. Dalam tahun 1982/83 dari Lembaga-lem-baga Pemasyarakatan yang ada telah mulai diteliti mana yang akan tetap merupakan Lembaga Pemasyarakatan dan mana akan di-alihkan sebagai Rumah Tahanan Negara. Sebagai hasilnya penye-suaian fasilitas sekitar 148 Lembaga Pemasyarakatan menjadi Rumah Tahanan Negara telah mulai dilaksanakan pada tahun 1984/85.

Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan sistem pe-masyarakatan, sejak Repelita I sampai dengan awal Repelita IV (1984/85), pembangunan kembali Lembaga Pemasyarakatan menca-pai jumlah sebanyak 172 buah (termasuk 20 buah Lembaga. Pema-syarakatan dalam tahun 1984/85), di samping adanya renovasi dalam rangka penyesuaian Lembaga Pemasyarakatan menjadi Rumah Tahanan Negara sebanyak 65 buah. Selanjutnya telah pula di-bangun 47 gedung Balai Bimbingan dan Pengentasan Anak (BISPA) (termasuk 2 BISPA dalam tahun 1984/85).

Sejak tahun 1981 dengan Surat Keputusan Presiden No. 27 Tahun 1981 ditetapkan terbentuknya Kantor Wilayah Departemen Kehakiman pada setiap propinsi, yang pembangunan gedungnya dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

I/96

Page 103: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Pelayanan jasa hukum dibidang keimigrasian telah pula di-tingkatkan dengan antara lain memberikan kemudahan bagi orang asing yang masuk dan keluar Indonesia, terutama melalui pela-buhan udara internasional.

Dalam Repelita I, II dan III telah dilaksanakan bertu-rut-turut pendidikan/latihan yang meliputi 1.208, 2.315 dan 6.017 orang untuk tenaga Kehakiman dan 160, 440 dan 1.898 un-tuk tenaga Kejaksaan. Dalam tahun 1984/85 telah dilaksanakan pendidikan/latihan bagi 3.846 tenaga Kehakiman dan 500 tenaga Kejaksaan.

Dalam rangka peningkatan kesadaran hukum masyarakat ini telah dilaksanakan berbagai pola kegiatan penyuluhan kepada masyarakat. Sejak tahun 1981 Kejaksaan Agung RI telah menye-lenggarakan "kampanye kesadaran hukum" melalui pelaksanaan kegiatan Jaksa Masuk Desa di daerah-daerah dengan sasaran ma-syarakat pedesaan yang terpencil dari hubungan komunikasi dan transmigrasi pada umumnya. Sejak tahun 1981/82 hingga tahun 1984/85 telah dapat dilakukan penyuluhan di 17.707 desa, termasuk untuk tahun 1984/85 sebanyak 4.841 desa. Di lingkungan Departemen Kehakiman telah pula dilaksanakan pe- nyu1uhan hukum berdasarkan pola yang terpadu dengan mewujud-kan kerjasama dengan para penegak hukum dan tokoh-tokoh ma-syarakat. Pemberian penyuluhan hukum dilaksanakan dengan an-tara lain ceramah-ceramah, wawancara dan pementasan fragmen pada mass media elektronika (televisi dan radio) dan tempat-tempat umum lainnya serta mass media cetak.

Dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan hukum maka sejak tahun 1980/81 telah dilak-sanakan bantuan hukum bagi anggota masyarakat, terutama yang kurang mampu. Upaya bantuan hukum ini terus ditingkatkan agar dapat mencapai jangkauan yang seluas-luasnya. Sejak tahun 1980/81 sampai dengan 1983/84 telah mulai dirintis pemberian bantuan hukum dalam jumlah 17.858 kasus pidana bagi pencari keadilan yang kurang mampu yang tersebar di 26 Pengadilan Tinggi. Khususnya untuk tahun 1984/85 telah diberikan bantuan hukum untuk 6.892 perkara, sehingga keseluruhannya telah men-capai 24.750 perkara.

Sejalan dengan itu telah pula dilaksanakan konsultasi/ bantuan hukum bagi pencari keadilan yang kurang mampu melalui 24 Fakultas Hukum Negeri di seluruh Indonesia yang telah di-mulai sejak tahun 1981/82. Sampai dengan 1984/85 kegiatan ini meliputi 52.940 kasus konsultasi hukum dan 2.850 perkara baik pidana maupun perdata.

I/97

Page 104: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Pembangunan nasional perlu ditunjang dengan usaha pene-rangan dan komunikasi sosial untuk memberikan penjelasan kepada rakyat mengenai arti dan tujuan pembangunan yang sedang dilakukan serta segala permasalahan pembangunan dan untuk me-nampung aspirasi positif yang terdapat di dalam masyarakat, serta mempersiapkan kondisi mental masyarakat agar dengan penuh pengertian dan kesadaran berpartisipasi di dalam pembangunan nasional dan sekaligus ikut memantapkan stabilitas nasional.

Sejalan dengan itu usaha penerangan dan komunikasi sosial diarahkan untuk lebih meningkatkan pemerataan informasi sampai ke desa-desa melalui media penerangan seperti radio, televisi, film, pers, penerbitan, pameran, media tradisional dan penerangan tatap muka. Di samping itu untuk meningkatkan kesadaran partisipasi masyarakat dalam pembangunan, Pusat Pe-nerangan Masyarakat (Puspenmas) dikembangkan sebagai wadah/ forum komunikasi sosial merupakan tempat komunikasi dua arah timbal balik antara Pemerintah dan masyarakat. Dalam kaitan ini telah dilaksanakan pembangunan Puspenmas di tingkat Kabu-paten/Kotamadya dan Balai-balai Penerangan di beberapa daerah perbatasan dan transmigrasi. Sejalan dengan itu telah dikem-bangkan pula program Koran Masuk Desa (KMD) serta Surat Kabar Untuk Desa (SKUD) guna meningkatkan arus informasi ke pedesaan, di samping telah ditempatkan Televisi Umum di desa-desa yang telah terjangkau oleh siaran TVRI.

Peningkatan dan perluasan jangkauan siaran radio dan te-levisi diadakan, demikian pula perluasan peredaran film pe-nerangan/pembangunan. Hingga tahun 1984/85 jumlah stasiun pe-mancar radio berjumlah 301 buah dengan daya pancar 2.997 kw, dibandingkan dengan 120 buah pemancar dengan daya pancar 860 kw pada tahun 1973/74 (akhir Repelita I). Sedangkan jumlah stasiun pemancar/penghubung televisi adalah 203 buah dengan luas jangkauan 548.438 km2 pada tahun 1984/85, dibandingkan 22 buah pemancar/penghubung dengan 72.100 km2 luas jangkauan pada tahun 1973/74 (akhir Repelita I).

Upaya pembangunan akan berhasil apabila didukung oleh aparatur Pemerintah yang berdayaguna dan berhasilguna. Untuk mewujudkan aparatur yang demikian itu, usaha pendayagunaan aparatur Pemerintah secara berencana telah dilakukan sejak Repelita I dan ditingkatkan pelaksanaannya dalam Repelita IV. Arah pendayagunaan aparatur Pemerintah tersebut ditujukan ke-pada peningkatan kemampuan, pengabdian, dan kesetiaannya kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara berdasarkan Panca-

I/98

Page 105: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

sila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan ditujukan pula kepada peningkatan kemampuan merencanakan dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan, program, dan proyek pembangunan serta tugas- tugas pemerintahan lainnya secara efisien, bersih, dan efektif

Pendayagunaan aparatur Pemerintah dalam Repelita IV seba-gaimana juga dalam Repelita-Repelita sebelumnya meliputi pe-nyempurnaan kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan serta fasilitas dan sarana kerja baik pada aparatur Pemerintah tingkat Pusat dan Daerah, maupun pada Badan-badan Usaha Milik Negara dan Daerah. Perbaikan juga diusahakan dalam bi-dang manajemen perencanaan dan pengendalian pelaksanaan pem-bangunan seperti sistem perencanaan operasional tahunan, pro-sedur pelaksanaan APBN, serta sistem pemantauan pelaksanaan program dan proyek-proyek pembangunan. Di samping itu usaha-usaha dilakukan untuk lebih mendayagunakan sistem pengawasan, dan peningkatan pelaksanaan penertiban operasional.

Sejak masa rehabilitasi dan stabilisasi (1966-1968) usaha penyempurnaan kelembagaan aparatur Pemerintah tingkat Pusat telah dilakukan, antara lain meliputi perbaikan organisasi kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara; Sekretariat Negara; Kantor Menteri Koordinator, Menteri Negara, dan Men- teri Muda; Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen, organi-sasi Departemen-departemen, serta Dewan-dewan sebagai instan-si perumus kebijaksanaan tingkat tinggi.

Untuk lebih memantapkan pelaksanaan fungsinya telah dila-kukan penyempurnaan Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat dengan Keppres No. 35 Tahun 1984, Sekretariat Jenderal Dewan Pertimbangan Agung dengan Keppres No. 49 Tahun 1985, dan Sekretariat Negara terakhir dengan Keppres No. 16 Tahun 1983. Demikian pula dengan Kantor Menteri Koordinator, Menteri Negara, dan Menteri telah dilakukan penyesuaian dengan susunan Kabinet Pembangunan IV, juga penyempurnaan-penyempurnaan dalam rangka pencapaian keterpaduan perumusan dan pelaksanaan rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan lainnya.

Penyempurnaan terhadap Lembaga Pemerintah Non Departemen terutama ditujukan untuk menampung perkembangan tugas dari lembaga-lembaga bersangkutan. Dalam tahun pertama Repelita IV telah dilakukan pembentukan, reorganisasi ataupun refungsio-nalisasi badan-badan seperti Kantor-kantor Wilayah Badan Ad-ministrasi Kepegawaian Negara (BAKN) dan Perwakilan Arsip Nasional di Daerah, organisasi Biro Pusat Statistik (BPS),

I/99

Page 106: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Badan Perencanaan Pem-bangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Koordinasi Keluarga Be-rencana (BKKBN), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan pembentu-kan Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghaya-tan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dengan pembentukan BPKP, Di-rektorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara dihapus sedang-kan fungsinya dilimpahkan pada BPKP.

Organisasi Departemen-departemen terus disempurnakan se-suai dengan kebutuhan dan beban kerja yang dihadapi. Dalam Repelita II, organisasi Departemen-departemen telah disempur-nakan secara mendasar sebagaimana ditetapkan dalam Keppres No. 45 Tahun 1974. Dalam Repelita III berbagai penyempurnaan dilanjutkan, dan dalam Repelita IV diadakan pengaturan kem-bali susunan organisasi Departemen-departemen dengan Keppres No. 15 Tahun 1984. Dalam proses perubahan dan penyempurnaan Organisasi Departemen-departemen tersebut pokok-pokok kebi-jaksanaan yang ditetapkan dalam Keppres No. 44 Tahun 1974 tetap dipergunakan sebagai pedoman penyempurnaan.

Aparatur Pemerintah Daerah terus menerus dilengkapi, di-bina dan disempurnakan. Dalam Repelita III telah dilakukan perbaikan organisasi Sekretariat Wilayah Daerah (1980), pe-nyempurnaan dan peningkatan peranan Badan Perencanaan Pem-bangunan Daerah (Bappeda) tingkat I (1980, dan 1981), serta pembentukan Bappeda tingkat II (1980), pengaturan kembali perangkat pengawasan di daerah dengan ditetapkannya organi-sasi dan tatakerja Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspek-torat Wilayah Kabupaten (1979), pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPM-D, 1980), pembentukan Team Koor-dinasi Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan (TK3P, 1981), dan pembentukan Badan Pembinaan Pelaksanaan Pedoman Penghaya-tan dan Pengamalan Pancasila Daerah tingkat I dan tingkat II.

Pada tahun pertama Repelita IV koordinasi dan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di Daerah terus di-tingkatkan sejalan dengan keserasian asas desentralisasi, de-konsentrasi, dan tugas perbantuan. Dengan dilakaanakannya In-pres No. 4 Tahun 1984 tentang Pembinaan dah Pengembangan Ko-perasi Unit Desa (KUD), diharapkan peranserta masyarakat pe-desaan dalam pembangunan dapat meningkat dengan demikian taraf hidup mereka dapat pula meningkat. Sedangkan Inpres No. 6 Tahun 1984 dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan pro-yek-proyek Bantuan Pembangunan kepada Propinsi Daerah Tingkat I, Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II serta Desa. Berbagai

I/100

Page 107: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

langkah kebijaksanaan juga telah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri untuk menggalakkan perdagangan, terutama ekspor komo-diti non-migas, dengan ditetapkannya penghentian pelaksanaan pungutan oleh Pemerintah Daerah atas 11 jenis komoditi, di samping penghentian atas pungutan-pungutan yang tidak didu-kung oleh peraturan-perundangan dan Ketetapan Pemerintah Dae-rah. Penyempurnaan prosedural juga telah dilakukan untuk men-dorong penanaman modal di daerah, dengan adanya Ketetapan tentang cara-cara penyediaan tanah dan pemberian izin bangun-an Serta izin Undang-undang Gangguan bagi perusahaan-perusa-haan yang mengadakan penanaman modal menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1967 dan No. 6 Tahun 1968.

Pendayagunaan aparatur pemerintahan desa juga telah lebih ditingkatkan sesuai dengan perkembangan. Langkah-langkah yang telah diambil merupakan tindak lanjut pelaksanaan Undang-un-dang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Untuk mem-perkuat proses perencanaan dari bawah ("bottom up planning") telah diterbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri untuk me-nyempurnakan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), se-dangkan Direktorat Jenderal Pembangunan Desa ditugaskan untuk membina dan mengadakan kerjasama dengan Departemen/Lembaga yang secara sektoral mempunyai kegiatan dalam pembangunan desa.

Dalam pada itu kemantapan dan keserasian hubungan Peme-rintah Pusat dan Daerah terus ditingkatkan demi terjaminnya kelancaran pelaksanaan program-program pembangunan yang ter-sebar diseluruh pelosok negara dan dilakukan dalam rangka pembinaan kesatuan Bangsa. Seperti disebut di atas, konsul-tasi nasional Bappeda telah dilakukan secara teratur, jauh sebelum pemrosesan penyusunan APBN, sehingga pertimbangan-pertimbangan regional lebih mendapat perhatian dan kebijaksa-naan pemerataan pembangunan antar daerah lebih terjamin pe-laksanaannya. Sistem pengawasan dan pengendalian pembangunan di Daerah juga telah lebih disempurnakan dan disesuaikan de-ngan Ketetapan Inpres No. 15 Tahun 1985. Peningkatan Koordi- nasi Pembangunan di Daerah juga lebih ditingkatkan dengan berbagai usaha pemantapan kedudukan dan fungsi Gubernur ter-hadap kegiatan-kegiatan instansi vertikal di daerah.

Berbagai langkah juga telah dilakukan sebagai upaya pen-dayagunaan aparatur perekonomian negara. Penertiban, pembina-an, dan pengendalian Badan-badan Usaha Milik Negara terus di-tingkatkan. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan dengan Per-aturan Pemerintah No. 3 Tahun 1983 telah ditegaskan fungsi-

I/101

Page 108: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

fungsi Badan-badan Usaha Milik Negara sebagai aparatur pere-konomian negara, dan keseluruhan ketentuan dalam pendirian Perjan, Perum dan Anggaran Dasar Persero harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam PP tersebut. Sampai akhir tahun pertama Repelita IV jumlah Badan Usaha Milik Negara yang berstatus Persero ada 152 buah, yang berstatus Perum 31 buah, dan yang berstatus Perjan tetap 2 buah. Selain itu, se-perti disebut di muka di dalam rangka peningkatan efisiensi dan peningkatan penerimaan negara telah diberlakukan Undang-undang No. 6, No. 7 dan No. 8 Tahun 1984 tentang sistem per-pajakan baru yang lebih bersifat progresif dan berorientasi-kan kepada pelayanan pemerataan dan keadilan serta dengan pe-nekanan pada adanya disiplin, efisiensi dan efektifitas apa-ratur perpajakan. Sedangkan untuk mendorong usaha-usaha pe-ningkatan ekspor komoditi non-migas Pemerintah telah menge-luarkan serangkaian kebijaksanaan di bidang ekonomi, terakhir adalah dengan dikeluarkannya Inpres No. 4 Tahun 1985 sebagai upaya untuk menekan biaya yang selama ini terlalu memberatkan dalam kalkulasi harga barang-barang ekspor Indonesia. Dengan peraturan baru itu prosedur ekspor-impor disederhanakan dan eksportir bebas mengurus barang-barang yang akan diekspor tanpa harus menggunakan jasa EMKL dan tanpa pemeriksaan pa-bean.

Sementara itu kerjasama yang serasi antara usaha besar, menengah dan kecil serta koperasi terus dikembangkan, dan de-ngan Keppres No. 29 Tahun 1984 keikutsertaan golongan usaha ekonomi lemah dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan se-makin dimantapkan. Di bidang penanaman modal, Badan Koordi-nasi Penanaman Modal telah mengadakan penyederhanaan tata cara permohonan persetujuan dan fasilitas penanaman modal se-bagai tindak lanjut dari Inpres No. 5 Tahun 1984. Inpres ter-sebut juga mewajibkan seluruh instansi Pusat dan Daerah untuk mengurangi jumlah dan menyederhanakan prosedur perizinan usaha di berbagai bidang kegiatan perekonomian.

Pendayagunaan aparatur Pemerintah juga diarahkan pada pe-nyempurnaan peralatan kebijaksanaan dan peningkatan pelaksa-naan pengawasan dan penertiban operasional. Sejak Repelita II berdasar Inpres No. 9 Tahun 1977 telah dilancarkan operasi Tertib, dan dalam Repelita III aparat pengawasan secara efek-tif dilengkapi dengan dibentuknya Inspektorat-Inspektorat Jenderal di setiap Departemen. Mengingat semakin meningkat dan meluasnya pembangunan serta semakin pentingnya pengawas-an, dalam Repelita IV Presiden telah memberikan tugas kepada Wakil Presiden untuk menangani masalah pengawasan, di samping

1/102

Page 109: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

itu dalam Kabinet Pembangunan IV diangkat Menteri Koordinator Bidang EKUIN dan Pengawasan Pembangunan. Agar pengawasan da-pat dilaksanakan lebih efektif, maka dengan Keppres No. 31 Tahun 1983 telah dibentuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pem-bangunan (BPKP) sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Pre-siden. Selanjutnya dengan Inpres No. 15 Tahun 1983 telah di-tetapkan Pedoman Pengawasan agar seluruh pengawasan dapat di-laksanakan secara lebih terarah dan terpadu, baik dalam peru-musan kebijaksanaan dan rencana maupun dalam bidang kewenang-an penanganan pengawasan. Dalam tahun pertama Repelita IV pe-ngawasan dan penertiban telah semakin ditingkatkan, baik di lingkungan aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah maupun di lingkungan Badan-badan Usaha Milik Negara.

Dalam usaha penertiban yang dilaksanakan sejak awal Repe-lita III sampai dengan tahun pertama Repelita IV telah ditin-dak oknum aparatur Pemerintah sebanyak 11.685 orang yang ter-sangkut dalam 8.887 kasus. Operasi-operasi penertiban gabung-an yang dilakukan dalam Repelita III dan awal Repelita IV me-liputi : a. Operasi Sihwa yang telah berhasil mengungkap ter-libatnya 36 oknum pegawai Pemerintah Daerah dan telah dise-rahkan untuk dikenakan tindakan disiplin sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1980; b. Operasi Tunas dalam tahun ajaran 1982/83 telah mengungkapkan kasus-kasus penyelewengan yang melibatkan 1154 orang yang terdiri dari 70 orang Kepala SMTP, 59 orang Kepala SMTA, 8 orang guru SMTP, 11 orang guru SMTA, dan 6 orang pejabat Kanwil Depdikbud; c. Operasi Pra Vidya Griya dan Vidya Griya. Operasi Pra Vidya Griya dilakukan terhadap penyelewengan-penyelewengan dalam pelaksanaan pembangunan. gedung SD Inpres, dan berhasil menjaring 51 oknum di ling-kungan Pemerintah Daerah serta 14 oknum di lingkungan Depdik-bud. Operasi dilanjutkan dengan Operasi Vidya Griya babak I dan babak II. Dalam babak I sasaran meliputi 1.966 proyek di 13 Daerah Tingkat I dengan daerah sasaran 178 Kecamatan, dan pada Babak II sasaran meliputi 204 proyek di 9 Daerah Tingkat I; d. Penertiban Ijazah Palsu telah dilakukan sejak tahun 1980 dan berhasil ditemukan sebanyak 522 buah, termasuk 47 buah ijazah sarjana muda dan 48 buah ijazah sarjana. Masih dalam proses penelitian adalah 1.526 buah, termasuk 903 buah ijazah sarjana muda dan 512 buah ijazah sarjana; e. Operasi Teratai dilakukan dalam rangka penertiban tempat kir/penguji-an kendaraan, pemberian izin usaha dan trayek angkutan penum-pang dan barang, pengurusan SIM, STNK, BPKB dan lain sejenis- nya. Dalam operasi tersebut tertangkap tangan 26 orang pega-wai negeri dan oknum kepolisian yang melakukan pelanggaran

I/103

Page 110: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

kedinasan dengan menerima uang suap; f. Di samping itu juga telah dilakukan berbagai operasi penertiban lainnya, seperti Operasi Purna Yudha, Operasi Atlas, Operasi Mayung I, Operasi Bimajaya, Operasi Rimba, dan Operasi Nirmala.

Pendayagunaan Kepegawaian Negeri, sebagai kelanjutan dari tahun-tahun Repelita sebelumnya, dalam tahun pertama Repelita IV telah diarahkan pada : penyempurnaan peraturan perundang-an; penyempurnaan dasar-dasar formasi; pengadaan, pengangkat-an, serta penyelesaian kepangkatan; perbaikan penghasilan; peningkatan disiplin; penyempurnaan tata usaha kepegawaian; peningkatan kemampuan manajemen, serta keterampilan dan pro-duktivitas kerja; dan penyelenggaraan penataran Pedoman Peng-hayatan dan Pengamalan Pancasila.

Unsur penting dalam pendayagunaan kepegawaian negeri an-tara lain adalah perbaikan gaji dan pensiun guna memelihara kegairahan kerja, serta pendidikan dan latihan pegawai negeri guna meningkatkan kemampuan, keahlian dap. keterampilan dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangun-an serta kepastian perkembangan karier serta kepangkatan pe-gawai negeri itu. Dalam hubungan itu penyelenggaraan pendidi-kan dan latihan baik dalam bidang teknis fungsional maupun dalam bidang administrasi umum dan administrasi pembangunan terus ditingkatkan. Pendidikan dan latihan tersebut dapat be-rupa latihan prajabatan dan sesudah memegang jabatan. Latihan prajabatan dimaksudkan untuk memberikan orientasi kepada calon pegawai negeri berkenaan dengan kedudukannya sebagai pegawai negeri agar memahami dan menghayati hak-hak dan kewa-jiban-kewajibannya. Sejak tahun 1982/83 sampai dengan tahun pertama Repelita IV latihan prajabatan sudah mencapai jumlah 113.924 orang. Pendidikan dan latihan sesudah memegang jabat-an merupakan pendidikan dan latihan penjenjangan dan dimak-sudkan untuk mempersiapkan pegawai bersangkutan agar mampu memangku jabatan struktural yang lebih tinggi. Pendidikan dan latihan ini meliputi 4 strata yaitu : Sekolah Staf dan Pimpi-nan Administrasi (SESPA) merupakan pendidikan dan latihan ad-ministrasi tingkat atas bagi pegawai negeri yang memegang jabatan penting dalam aparatur Pemerintah, Serta Sekolah Pim-pinan Administrasi Tingkat Dasar (SEPADA), Tingkat Lanjutan (SEPALA) dan Tingkat Madya (SEPADYA). Di samping itu dise-lenggarakan pula Program Perencanaan Nasional (PPN) yang di-maksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar, berbagai tek-nik, dan peralatan analisa yang diperlukan dalam proses pe-rencanaan dan administrasi pelaksanaan pembangunan. Selain penyelenggaraan pendidikan dan latihan pegawai negeri di da-lam negeri, dilaksanakan pula program-program pendidikan dan

I/104

Page 111: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

latihan di luar negeri. Bagi pegawai negeri yang memiliki po-tensi pengembangan akademis dan profesional yang tinggi juga diberi kesempatan untuk menempuh program S-2 (Master Degree) ataupun S-3 (Ph.D Degree).

Perbaikan penghasilan, gaji maupun pensiun telah dilaku-kan berturut-turut pada tahun 1979, 1980 dan 1984. Penyeleng-garaan dana pensiun dan jaminan hari tua telah disempurnakan berdasar PP. No. 25 Tahun 1981, dan dengan perubahan Perum aspen menjadi Persero berdasar PP. No. 16 Tahun 1981. Pada tahun pertama Repelita IV dengan telah dikeluarkannya PP. No. 15 Tahun 1985 yang merubah gaji pokok sebagaimana ditetapkan dalam PP. No. 7 Tahun 1977 telah ditingkatkan lagi upaya per- baikan penghasilan pegawai negeri dan para pensiunan. Dengan adanya kenaikan gaji pokok tersebut yang berlaku sejak 1 April 1985, maka perbandingan gaji terendah dan tertinggi berubah dari perbandingan 1 : 10 (Rp. 12.000,- dengan Rp. 120.000,-) menjadi 1 : 8 (Rp. 32.000,- dengan Rp. 265.000,-). Sedangkan perbandingan penerimaan pensiun berubah dari perbandingan 1 : 7,5 (Rp. 12.000,- dengan Rp. 90.000,-) menjadi 1 : 6 (Rp. 33.200,- dengan Rp. 199.200,-).

Dalam rangka peningkatan disiplin pegawai negeri Pemerin- tah telah mengeluarkan PP. No. 30 Tahun 1980 yang mengatur kewajiban dan larangan serta sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar olds pegawai negeri. Sedang- kan untuk menyelesaikan keberatan pegawai negeri yang dija-tahi hukuman disiplin, dengan Keppres No. 67 Tahun 1980 telah dibentuk Badan Pertimbangan Kepegawaian. Sampai dengan akhir Maret 1985 Badan tersebut telah memeriksa dan mengambil kepu-tusan atas 159 keberatan yang diajukan oleh pegawai negeri.

Pendayagunaan kepegawaian juga mencakup pemantapan nilai- nilai falsafah Pancasila dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sejak tahun 1978 berdasar Inpres No. 10 Tahun 1978 telah diadakan penataran pegawai negeri untuk memahami, mere-sapi, dan mendalami Ketetapan-ketetapan MPR mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan yang mengenai Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) itu. Upaya-upaya tersebut akan lebih dimantapkan dalam Repelita IV. Dengan dibentuknya Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) dengan Keppres No. 10 Tahun 1979, penataran P4 selanjutnya dilaksanakan oleh BP-7. Jumlah pegawai negeri sipil yang telah mengikuti penataran P4 sam-pai dengan akhir Maret 1985, telah mencapai 2.528.742 orang.

1/105

Page 112: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

Penyederhanaan perizinan sebagaimana telah diungkap di-muka dilaksanakan berdasar Inpres No. 5 Tahun 1984, adalah dimaksudkan untuk lebih mendorong dan memperlancar berbagai kegiatan usaha dalam masyarakat. Penyederhaan dilakukan de-ngan cara mempelajari : perlu tidaknya perizinan dalam sesua-tu kegiatan, prosedur dan persyaratan izin, lama waktu peng-urusan dan pemberian izin, keserasian dan kepastian dalam hal biaya, koordinasi antar instansi, dan lain-lain. Pengurangan jumlah dan penyederhanaan prosedur perizinan yang telah dila-kukan antara lain oleh Departemen Perdagangan telah mencabut 19 perizinan, Departemen Perhubungan menghapus 12 izin usaha, Departemen Pertanian mencabut 12 izin, Departemen Kehutanan menghapus 16 perizinan. Departemen Dalam Negeri telah menye-derhanakan tata penyediaan tanah dan-pemberian izin lokasi, izin pembebasan tanah, izin bangunan serta izin Undang-Undang Gangguan bagi Perusahaan-perusahaan yang akan mengadakan pe-nanaman modal.

Dalam pada itu penyempurnaan manajemen perencanaan, pem-biayaan, dan pengendalian pelaksanaan pembangunan terus di-tingkatkan. Dalam tahun pertama Repelita IV penyempurnaan dalam perencanaan dilakukan terutama dalam hal kecermatan dalam perencanaan makro dan perencanaan proyek. Perencanaan Proyek didasarkan pada penajaman prioritas sehingga dana yang terbatas penggunaannya benar-benar mengenai sasaran. Program kerja proyek harus secara jelas dimuat dalam Petunjuk Opera-sional yang merupakan dokumen tak terpisah dari DIP bersang-kutan, sehingga kelancaran pelaksanaan proyek dapat lebih terjamin. Keserasian perencanaan sektoral dengan perencanaan regional juga terus ditingkatkan dengan antara lain mening-katkan hubungan konsultatif antara Bappenas dan Departemen/ Lembaga di satu pihak dengan Bappeda Tingkat I di lain pihak. Juga koordinasi penyusunan berbagai proyek dalam suatu pro-gram paket memperoleh perhatian. Di samping itu hubungan erat antara penyusunan anggaran rutin dan anggaran pembangunan terus ditingkatkan agar dapat lebih serasi dan saling meleng-kapi.

Manajemen pembiayaan juga terus disempurnakan dan di-tuangkan dalam pedoman pelaksanaan APBN yang telah mengalami beberapa kali perbaikan. Sejak tahun pertama Repelita III Pe-doman termaksud telah dituangkan dalam Keppres No. 14 Tahun 1979, selanjutnya Keppres No. 14A Tahun 1980, kemudian disem-purnakan dengan Keppres No. 18 Tahun 1981 dan penyempurnaan terakhir dituangkan dalam Keppres No. 29 Tahun 1984. Dalam Keppres tersebut dimuat ketentuan-ketentuan yang mengatur

I/106

Page 113: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita

tatacara pelaksanaan anggaran, dimana diusahakan terjaminnya kelancaran, ketertiban, dan keamanan pelaksanaan operasional-nya. Penyempurnaan yang dituangkan dalam Keppres No. 29 Tahun 1984 itu meliputi 6 bidang : (i) adanya kejelasan dan keter-tiban dalam sistem dan persyaratan pelelangan, (ii) penekanan pada usaha pemerataan dengan perhatian pada keikutsertaan pe-rusahaan golongan ekonomi lemah, (iii) penekanan pada hasil produksi dalam negeri ataupun barang yang komponen impornya paling kecil, (4) peningkatan pengendalian pengadaan guna me-ningkatkan efisiensi dan meniadakan kebocoran, (5) pendelega-sian wewenang pada tingkat Daerah untuk menyetujui revisi DIP yang mempunyai nilai pagu sampai dengan Rp. 100 juta untuk proyek-proyek fisik yang dapat diukur sepanjang tidak me-nyangkut DIP yang dapat bantuan proyek atau yang tidak menye-but syarat-syarat tertentu, (6) meniadakan istilah pribumi dan non pribumi dengan maksud membaurkan kegiatan usaha go-longan ekonomi lemah dalam kegiatan ekonomi. Disamping itu untuk lebih mendorong peningkatan daya serap anggaran, masa berlaku SIAP mulai tahun pertama Repelita IV diperpendek dari maksimal selama 3 tahun pada Repelita III menjadi maksi-mal selama 2 tahun. Sedangkan dalam rangka meningkatkan ke-lancaran, dayaguna dan hasil guna dalam pengadaan barang/pera-latan serta pemborongan pekerjaan telah dibentuk Team Pengen-dali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah (TPPBPP), baik di tingkat antar Departemen/Lembaga/Daerah untuk pengadaan yang bernilai diatas Rp. 500 juta maupun di lingkungan Departemen/ Lembaga yaitu untuk pengadaan yang bernilai Rp. 20 juta sampai dengan Rp. 200 juta (untuk pengadaan berdasar penun-jukan langsung), dan yang bernilai di atas Rp. 100 juta sam-pai dengan Rp. 500 juta (untuk pengadaan berdasar pelelangan).

Dalam rangka pengendalian pelaksanaan pembangunan agar mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, telah dikem-bangkan dan terus disempurnakan sistem pemantauan (monito- ring) pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan penemu-kenalan hambatan sedini mungkin agar dapat diambil tindakan korektif sedini mungkin. Sistem pengendalian dewasa ini diatur dalam Pasal 77 Keppres No. 29 Tahun 1984, yang me-wajibkan pimpinan proyek untuk menyampaikan laporan triwulan-an baik mengenai DIP tahun bersangkutan maupun mengenai DIP 8IAP. Di samping sistem pengendalian proyek secara nasional tersebut di atas terdapat berbagai kegiatan pelaporan yang dikembangkan oleh intern Departemen/Lembaga masing-masing dalam rangka pengendalian program dan proyek yang merupakan tanggung jawabnya.

1/107

Page 114: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewSedang tenaga perawat kesehatan jumlahnya meningkat berturut-turut 16.059 orang pada Repelita I, 31.061 orang pada Repelita