Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr ... 2012 11.pdf · Kedua, sisi aset atau...

4
I ndustri perbankan syariah memiliki perilaku keuangan dalam hal berinvestasi, me- nyimpan dana, merespon kebutuhan dana jangka pendek dan merespon kebi- jakan moneter syariah. Artikel ini mencoba menjelaskan hasil riset model perilaku keuangan syariah di industri perbankan syariah Indonesia yang mencoba menangkap dan men- jelaskan perilaku nasabah, pengusa- ha, bank syariah dan bank sentral. Perilaku dimaksud utamanya peri- laku keuangan jangka pendek terma- suk langkah strategis apa yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Secara khusus, model perilaku keuangan tersebut mencakup empat sektor di industri perbankan syariah. Pertama, sisi liability atau sisi nasabah yang menunjukkan perilaku nasabah dalam menyimpan dana di bank syariah, merespon bagi hasil yang diberikan bank syariah, menilai kinerja dan pelayanan bank syariah, dan lain-lain. Kedua, sisi aset atau sisi pengusa- ha dan bank syariah, yang mencer- minkan interaksi bisnis antara bank syariah dan pengusaha, serta kinerja sektor riil dan evaluasi bank syariah terhadap kinerja pengusaha. Ketiga, sisi manajemen likuiditas bank sya- riah, yang menginformasikan perila- ku bank syariah dalam memenuhi ke- butuhan dana jangka pendek. Dan keempat, sisi moneter, yaitu interaksi antara bank syariah dan bank sentral terkait dengan kebijakan moneter syariah. Gambar 1 menjelaskan aliran da- na di industri perbankan syariah yang berawal dari perilaku nasabah dalam menyimpan dana di instrumen yang produktif di bank syariah, yaitu berupa tabungan atau deposito. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank syariah sebagian kecil dis- isihkan untuk keperluan manajemen likuiditas, baik di internal bank mau- pun ditempatkan di instrumen mo- neter syariah, seperti SBIS, di bank sentral. Bank syariah kemudian menya- lurkan pembiayaan ke sektor riil dalam bentuk pembiayaan operasion- al (mayoritas) dan non operasional (minoritas). Pendapatan pembiayaan operasional akan dibagi dengan na- sabah, sedangkan pendapatan pem- biayaan non operasional yang meru- pakan kebijakan internal bank sya- riah, tidak dibagi dengan nasabah. Setelah dikurangi biaya-biaya yang ada, bank syariah akan memperoleh keuntungan operasional dan non operasional. Hasil penelitian Dengan menggunakan pende- katan Vector Autoregresive (VAR) dan data bulanan industri perbankan sya- riah dari tahun 2001 hingga 2012, model yang dibangun menghasilkan beberapa temuan menarik dari sisi liability, aset, manajemen likuiditas dan kebijakan moneter syariah. Pertama, perilaku nasabah bank syariah adalah: terkait bagi hasil (revenue sharing) yang dibayarkan oleh bank syariah di bulan berjalan, ternyata memberikan dampak positif bagi keputusan penanaman dana mereka di bank syariah. Kemudian berikutnya, pendapatan dari pembi- ayaan operasional satu semester yang lalu dan biaya-biaya operasional maupun non operasional yang mencerminkan efisiensi operasi bank syariah, juga dipertimbangkan oleh nasabah. Selain itu, nasabah mem- pertimbangkan jumlah simpanan yang telah ditempatkannya di per- bankan syariah, dan manfaat yang telah mereka peroleh secara umum, seperti pelayanan, kepuasan pelang- gan, dan revenue sharing. Kedua, perilaku pengusaha dan bank syariah di sisi aset menun- jukkan beberapa perilaku yang menarik untuk dicermati, yaitu : kebijakan pembiayaan bank syariah ditentukan oleh bagi hasil pembi- ayaan operasional dan non operasion- al yang mereka peroleh dalam jangka pendek (triwulan pertama) dari para pengusaha (kinerja para pengusaha). Hal ini juga dipengaruhi oleh biaya- biaya terkait pembiayaan (efisiensi operasional perbankan) di paruh pertama setiap tahun. Selain itu, bank syariah juga mengevaluasi kebi- jakan pembiayaan (kebijakan inves- tasi) secara umum dalam jangka pendek yang telah disalurkan kepada sektor riil. Terakhir, bank syariah ten- tunya mempertimbangkan rasio dan jumlah bagi hasil (revenue sharing) yang akan mereka berikan kepada nasabah. Ketiga, perilaku manajemen likuiditas bank syariah menunjukkan bahwa: jumlah cadangan likuiditas bulan lalu, kemungkinan penarikan dana oleh nasabah di bulan berjalan, dan pembiayaan bermasalah satu tahun terakhir, menentukan kebijak- an manajemen likuiditas bank sya- riah. Selain itu, keuntungan dari pembiayaan dan revenue sharing yang dibayarkan kepada nasabah juga dipertimbangkan, terutama un- tuk mengantisipasi persepsi dan eks- pektasi nasabah yang selalu berharap pembayaran revenue sharing yang kompetitif dan menguntungkan dari bank syariah. Terakhir, kebijakan moneter sya- riah menunjukkan bahwa: posisi bulan berjalan dan triwulan pertama giro wajib minimum (GWM) menen- tukan penempatan bank syariah di instrumen moneter syariah. Selain itu, posisi outstanding Sertifitikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) di jangka pendek sampai menengah ju- ga menentukan respon bank syariah terhadap kebijakan moneter bank syariah. Kemudian, posisi jumlah uang beredar di jangka pendek dan satu tahun, menjadi salah satu per- timbangan utama bank sentral dalam melakukan kebijakan moneter syariah. Langkah strategis Dari temuan-temuan di atas, ada lima langkah strategis yang dapat diambil, yaitu antara lain : pertama, perilaku nasabah dalam menem- patkan dana di bank syariah adalah berjangka pendek dan sangat sensitif dengan kinerja bank syariah. Untuk mempertahankan loyalitas dan me- ningkatkan jumlah nasabah, bank syariah harus selalu berkinerja baik, kompetitif dan dapat memenuhi eks- pektasi nasabah. Kedua, perilaku penarikan dana nasabah bergantung kepada efisiensi dan operasi bank syariah disamping kebutuhan dana jangka pendek nasabah. Ketiga, bank syariah meng- evaluasi kinerja pengusaha dan sek- tor riil pada rentang waktu yang lebih panjang ketimbang evaluasi yang dilakukan oleh nasabah. Artinya, apabila ekspektasi nasabah mening- kat dalam jangka pendek, hal ini ti- dak dapat dipenuhi oleh bank syariah. Keempat, nasabah yang lebih paham dan teredukasi dengan operasi bank syariah akan menguntungkan bank syariah dalam melakukan pem- biayaan dan manajemen likuiditas. Karena itu, edukasi ini harus menda- pat prioritas utama. Kelima, operasi moneter syariah berjalan baik teruta- ma dalam mengantisipasi kebutuhan jangka pendek bank syariah, stabili- tas keuangan dan perbankan syariah. Hasil kajian dan temuan-temuan di atas semoga dapat bermanfaat bagi pemahaman stakeholder terhadap perilaku keuangan di industri per- bankan syariah. Utamanya, dalam rangka mendukung pengembangan industri perbankan syariah. Wallahu a’lam. 23 REPUBLIKA KAMIS, 29 NOVEMBER 2012 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA Terselenggara atas kerja sama Harian Republika dan Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Tim Redaksi Iqtishodia: Dr Yusman Syaukat Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr Iman Sugema Deni Lubis MAg Salahuddin El Ayyubi MA T idak dapat dipungkiri bahwa perkembangan industri ke- uangan syariah semakin pe- sat dari waktu ke waktu. To- tal aset BUS, UUS dan BPRS misal- nya, menurut data BI telah menyentuh angka Rp 173,03 trilyun per Sep- tember 2012. Demikian pula dengan perkembangan penerbitan sukuk ne- gara (SBSN) dan sukuk korporasi yang juga mengindikasikan kinerja yang baik. Hingga 1 November 2012, total sukuk yang telah diterbitkan mencapai angka Rp 128 trilyun, de- ngan pangsa pasar yang mencapai angka hampir 10 persen dari keselu- ruhan penerbitan obligasi. Barangkali inilah market share instrumen ke- uangan syariah yang paling besar di- bandingkan dengan yang lainnya, jauh melebihi pangsa pasar asuransi syariah yang baru mencapai angka 3,3 persen dan perbankan syariah yang baru menyentuh level 4,2 persen. Namun demikian, satu hal yang perlu disadari bahwa misi keuangan syariah bukan sekedar meningkatkan nilai aset dan volume dana yang dimi- liki, bukan pula semata-mata me- naikkan tingkat profitability dan me- minimalisir angka pembiayaan ber- masalah. Akan tetapi lebih dari itu, yaitu bagaimana agar keuangan sya- riah dapat mengatasi problematika perekonomian global saat ini, me- ningkatkan kesejahteraan masya- rakat yang hakiki, mengurangi ke- miskinan dan kesenjangan pendap- atan, serta menciptakan tatanan ke- hidupan yang lebih adil dan bermar- tabat. Karena itu, pendekatan keuan- gan syariah, di samping didasarkan pada penggunaan akad dan inovasi bisnis yang tepat, juga harus didasar- kan pada pendekatan nilai (values). Kata “syariah” yang melekat pada se- tiap lembaga keuangan syariah (LKS), harus dimaknai sebagai misi mulia yang harus diemban oleh LKS, yaitu misi untuk menampilkan ajaran Is- lam yang komprehensif dalam bidang ekonomi dan bisnis. Oleh karena itu, agar misi mulia ini dapat tercapai dengan baik, maka penguatan “ruh” keuangan syariah menjadi hal yang bersifat mutlak. Ruh adalah spirit yang akan memberikan kekuatan kepada lembaga keuangan syariah untuk dapat ‘menghidupkan’ kegiatan perekonomian sesuai dengan prinsip ajaran Islam. Paling tidak, ada empat spirit yang harus terpatri pada setiap LKS di negeri ini. Yaitu, ruhul ‘azimah (spirit niat dan motivasi), ruhut ta’awwun (spirit bersinergi), ruhul intima’ (spirit keberpihakan), dan ruhul jama’ah (spirit berjamaah). Empat spirit (ruh) Yang pertama adalah ruhul ‘azi- mah, atau spirit niat dan motivasi. Ha- rus disadari bahwa niat dan motivasi adalah faktor yang sangat fundamen- tal dan menentukan kualitas perfor- ma suatu lembaga keuangan syariah, maupun individu-individu yang terli- bat di dalamnya. Ketika niat dan moti- vasi ini adalah karena Allah, maka profit motive dan social motive akan berjalan beriringan serta akan saling memperkuat. Sebab selama ini, yang muncul adalah paradigma seolah- olah antara motif profit dan motif so- sial adalah dua entitas yang saling bertolak belakang. Dengan paradig- ma seperti ini, maka “sisi sosial” LKS hanya akan dianggap sebagai sebuah “beban kewajiban”, dan bukan men- jadi bagian integral dari misi yang harus ditunaikan. Inilah persepsi yang harus diperbaiki. Yang kedua adalah ruhut ta’aw- wun, atau spirit untuk bersinergi. Inilah barangkali yang menjadi salah satu tantangan terbesar yang diha- dapi LKS, yaitu bagaimana memper- kuat sinergi satu sama lain. Kuatnya paradigma kompetisi ala konvension- al, dimana satu sama lain berusaha untuk memperbesar pangsa pasar masing-masing, sering menyebab- kan friksi di lapangan. Misalnya, ber- usaha memasarkan produk LKS sen- diri tetapi dengan menjelekkan LKS pesaing. Kemudian senang meng- ungkap kelemahan institusi lain dan menganggap institusi sendiri paling hebat. Atau memanfaatkan kesulitan yang dihadapi LKS lain untuk kepen- tingan LKS sendiri. Padahal yang ha- rus disadari, bahwa kita saat ini te- ngah berhadapan dengan hegemoni institusi ekonomi dan keuangan kon- vensional yang telah berkuasa sejak republik ini berdiri. Karena itu, tanpa adanya sinergi yang bersumber dari prinsip keikhlasan dan kesediaan untuk saling berbagi, mustahil hege- moni tersebut dapat dikalahkan. Ketiga, ruhul intima’ (spirit keber- pihakan). Keberpihakan ini menjadi kata kunci arah masa depan industri keuangan syariah. LKS harus tetap memiliki keberpihakan untuk mema- jukan perekonomian umat, terutama UMKM yang notabene mayoritas mi- lik umat. Masyarakat, termasuk ka- langan pengusaha, harus diajak ber- pihak pada keuangan syariah dengan cara menabung di bank syariah, bera- suransi dengan asuransi syariah, bertransaksi dan berinvestasi dengan instrumen investasi syariah, dan menggunakan jasa produk keuangan syariah lainnya. Demikian pula de- ngan pemerintah, harus didorong un- tuk berpihak pada keuangan syariah. Regulasi dan aturan yang mengham- bat perkembangan LKS harus dise- lesaikan, seperti potensi pajak ganda pada akad ijarah dan ijarah mun- tahiya bit tamlik (IMBT). Meski telah ada PMK (Peraturan Menteri Keuang- an) terkait hal tersebut, namun po- tensi pajak ganda tersebut masih ada. Bagaimana LKS akan mengembang- kan inovasi produk jika aturan hukum positif belum sepenuhnya men- dukung? Sedangkan yang keempat adalah ruhul jama’ah (spirit persatuan). Ini- lah puncak dari spirit keuangan sya- riah. Spirit motivasi dan niat, sinergi dan saling tolong menolong, serta se- mangat keberpihakan, semuanya di- lakukan dalam kerangka membangun persatuan dan kesatuan. Dengan kata lain, terkonsolidasikan dalam satu barisan yang kokoh dan saling mengo- kohkan, bagaikan tubuh yang satu (kal jasadil waahid). Spirit inilah yang se- sungguhnya menjadi basis utama da- lam membangun peradaban ekonomi syariah masa depan. Wallahu a’lam. Dr Irfan Syauqi Beik Ketua Prodi Ekonomi Syariah FEM IPB Penguatan Ruh LKS Dr Rifki Ismal Dosen Ekonomi Syariah UI dan Peneliti Tamu CIBEST IPB TSAQOFI Model ‘Perilaku Keuangan’ PERBANKAN SYARIAH Wihdan Hidayat/Republika

Transcript of Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr ... 2012 11.pdf · Kedua, sisi aset atau...

Industri perbankan syariahmemiliki perilaku keuangandalam hal berinvestasi, me -nyimpan dana, meresponke bu tuhan dana jangkapen dek dan merespon kebi-

jakan moneter syariah. Artikel inimencoba menjelaskan hasil risetmodel perilaku keuangan syariah diindustri perbankan syariah Indonesiayang mencoba menangkap dan men-jelaskan perilaku nasabah, pengusa-ha, bank syariah dan bank sentral.Perilaku dimaksud utamanya peri-laku keuangan jangka pendek terma-suk langkah strategis apa yang dapatdilakukan oleh pihak-pihak terkait.

Secara khusus, model perilakukeuangan tersebut mencakup empatsektor di industri perbankan syariah.Pertama, sisi liability atau sisinasabah yang menunjukkan perilakunasabah dalam menyimpan dana dibank syariah, merespon bagi hasilyang diberikan bank syariah, menilaikinerja dan pelayanan bank syariah,dan lain-lain.

Kedua, sisi aset atau sisi pengusa-ha dan bank syariah, yang mencer-minkan interaksi bisnis antara banksyariah dan pengusaha, serta kinerjasektor riil dan evaluasi bank syariahterhadap kinerja pengusaha. Ketiga,sisi manajemen likuiditas bank sya -riah, yang menginformasikan perila -ku bank syariah dalam memenuhi ke -bu tuhan dana jangka pendek. Danke empat, sisi moneter, yaitu interaksian tara bank syariah dan bank sentralterkait dengan kebijakan monetersyariah.

Gambar 1 menjelaskan aliran da -na di industri perbankan syariahyang berawal dari perilaku nasabahda lam menyimpan dana di instrumenyang produktif di bank syariah, yaituberupa tabungan atau deposito. Danapi h ak ketiga (DPK) yang dihimpunoleh bank syariah sebagian kecil dis-isihkan untuk keperluan manajemenlikuiditas, baik di internal bank mau -pun ditempatkan di instrumen mo -ne ter syariah, seperti SBIS, di banksentral.

Bank syariah kemudian menya -lurkan pembiayaan ke sektor riildalam bentuk pembiayaan operasion-al (mayoritas) dan non operasional(minoritas). Pendapatan pembiayaanoperasional akan dibagi dengan na -sabah, sedangkan pendapatan pem-biayaan non operasional yang meru-pakan kebijakan internal bank sya -riah, tidak dibagi dengan nasabah.Setelah dikurangi biaya-biaya yangada, bank syariah akan memperolehkeuntungan operasional dan nonoperasional.

Hasil penelitianDengan menggunakan pende -

katan Vector Autoregresive (VAR) danda ta bulanan industri perbankan sya -riah dari tahun 2001 hingga 2012,mo del yang dibangun menghasilkanbe berapa temuan menarik dari sisiliability, aset, manajemen likuiditasdan kebijakan moneter syariah.

Pertama, perilaku nasabah banksyariah adalah: terkait bagi hasil(revenue sharing) yang dibayarkanoleh bank syariah di bulan berjalan,ternyata memberikan dampak positifbagi keputusan penanaman danamereka di bank syariah. Kemudian

berikutnya, pendapatan dari pembi-ayaan operasional satu semester yanglalu dan biaya-biaya operasionalmaupun non operasional yangmencerminkan efisiensi operasi banksyariah, juga dipertimbangkan olehnasabah. Selain itu, nasabah mem-pertimbangkan jumlah simpananyang telah ditempatkannya di per-bankan syariah, dan manfaat yangtelah mereka peroleh secara umum,seperti pelayanan, kepuasan pelang-gan, dan revenue sharing.

Kedua, perilaku pengusaha danbank syariah di sisi aset menun-jukkan beberapa perilaku yangmenarik untuk dicermati, yaitu :kebijakan pembiayaan bank syariahditentukan oleh bagi hasil pembi-ayaan operasional dan non operasion-al yang mereka peroleh dalam jangkapendek (triwulan pertama) dari parapengusaha (kinerja para pengusaha).Hal ini juga dipengaruhi oleh biaya-biaya terkait pembiayaan (efisiensioperasional perbankan) di paruhpertama setiap tahun. Selain itu,bank syariah juga mengevaluasi kebi-jakan pembiayaan (kebijakan inves-tasi) secara umum dalam jangkapendek yang telah disalurkan kepadasektor riil. Terakhir, bank syariah ten-tunya mempertimbangkan rasio danjumlah bagi hasil (revenue sharing)yang akan mereka berikan kepadanasabah.

Ketiga, perilaku manajemenlikui ditas bank syariah menunjukkanbahwa: jumlah cadangan likuiditasbulan lalu, kemungkinan penarikandana oleh nasabah di bulan berjalan,dan pembiayaan bermasalah satutahun terakhir, menentukan kebijak -an manajemen likuiditas bank sya -riah. Selain itu, keuntungan daripembiayaan dan revenue sharingyang dibayarkan kepada nasabahjuga dipertimbangkan, terutama un -tuk mengantisipasi persepsi dan eks -pektasi nasabah yang selalu berharappembayaran revenue sha ring yangkompetitif dan menguntungkan daribank syariah.

Terakhir, kebijakan moneter sya -riah menunjukkan bahwa: posisi

bulan berjalan dan triwulan pertamagiro wajib minimum (GWM) menen-tukan penempatan bank syariah diinstrumen moneter syariah. Selainitu, posisi outstanding SertifitikatBank Indonesia Syariah (SBIS) dijangka pendek sampai menengah ju -ga menentukan respon bank sya riahterhadap kebijakan moneter banksyariah. Kemudian, posisi jumlahuang beredar di jangka pendek dansatu tahun, menjadi salah satu per -tim bangan utama bank sentral dalammelakukan kebijakan monetersyariah.

Langkah strategisDari temuan-temuan di atas, ada

lima langkah strategis yang dapatdiambil, yaitu antara lain : pertama,perilaku nasabah dalam menem-patkan dana di bank syariah adalahberjangka pendek dan sangat sensitifdengan kinerja bank syariah. Untukmempertahankan loyalitas dan me -ningkatkan jumlah nasabah, banksyariah harus selalu berkinerja baik,kompetitif dan dapat memenuhi eks -pektasi nasabah.

Kedua, perilaku penarikan dana

nasabah bergantung kepada efisiensidan operasi bank syariah disampingkebutuhan dana jangka pendeknasabah. Ketiga, bank syariah meng -eva luasi kinerja pengusaha dan sek -tor riil pada rentang waktu yang lebihpanjang ketimbang evaluasi yangdilakukan oleh nasabah. Artinya,apabila ekspektasi nasabah mening -kat dalam jangka pendek, hal ini ti -dak dapat dipenuhi oleh bank sya riah.

Keempat, nasabah yang lebihpaham dan teredukasi dengan operasibank syariah akan menguntungkanbank syariah dalam melakukan pem-biayaan dan manajemen likuiditas.Karena itu, edukasi ini harus menda-pat prioritas utama. Kelima, operasimoneter syariah berjalan baik teruta-ma dalam mengantisipasi kebutuhanjangka pendek bank syariah, stabili -tas keuangan dan perbankan sya riah.

Hasil kajian dan temuan-temuandi atas semoga dapat bermanfaat bagipemahaman stakeholder terhadapperilaku keuangan di industri per-bankan syariah. Utamanya, dalamrangka mendukung pengembanganindustri perbankan syariah. Wallahua’lam. �

23REPUBLIKA KAMIS, 29 NOVEMBER 2012JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Terselenggara atas kerjasama Harian Republika dan Program Studi Ilmu EkonomiSyariah, Departemen IlmuEkonomi, Fakultas Ekonomidan Manajemen IPB

Tim Redaksi Iqtishodia:Dr Yusman SyaukatDr M FirdausDr Dedi Budiman HakimDr Irfan Syauqi BeikDr Iman SugemaDeni Lubis MAgSalahuddin El Ayyubi MA

T idak dapat dipungkiri bahwaperkembangan industri ke -uangan syariah semakin pe -sat dari waktu ke waktu. To -

tal aset BUS, UUS dan BPRS misal-nya, menurut data BI telah menyentuhangka Rp 173,03 trilyun per Sep -tember 2012. Demikian pula denganperkembangan penerbitan sukuk ne -gara (SBSN) dan sukuk korporasiyang juga mengindikasikan kinerjayang baik. Hingga 1 November 2012,total sukuk yang telah diterbitkanmen capai angka Rp 128 trilyun, de -ngan pangsa pasar yang mencapaiang ka hampir 10 persen dari keselu-ruhan penerbitan obligasi. Barangkaliini lah market share instrumen ke -uang an syariah yang paling besar di -bandingkan dengan yang lainnya, jauhmelebihi pangsa pasar asuransisyariah yang baru mencapai angka 3,3persen dan perbankan syariah yangbaru menyentuh level 4,2 persen. Namun demikian, satu hal yang

perlu disadari bahwa misi keuangansyariah bukan sekedar meningkatkannilai aset dan volume dana yang dimi -li ki, bukan pula semata-mata me -naik kan tingkat profitability dan me -minimalisir angka pembiayaan ber -masalah. Akan tetapi lebih dari itu,yaitu bagaimana agar keuangan sya -riah dapat mengatasi problematikaperekonomian global saat ini, me -ning katkan kesejahteraan masya -rakat yang hakiki, mengurangi ke -mis kinan dan kesenjangan pendap-atan, serta menciptakan tatanan ke -hidupan yang lebih adil dan ber mar -tabat. Karena itu, pendekatan keuan-

gan syariah, di samping didasarkanpada penggunaan akad dan inovasibisnis yang tepat, juga harus di da sar -kan pada pendekatan nilai (values).Kata “syariah” yang melekat pada se -tiap lembaga keuangan syariah (LKS),harus dimaknai sebagai misi muliayang harus diemban oleh LKS, yaitumisi untuk menampilkan ajaran Is -lam yang komprehensif dalam bidangekonomi dan bisnis.Oleh karena itu, agar misi mulia

ini dapat tercapai dengan baik, makape nguatan “ruh” keuangan syariahmen jadi hal yang bersifat mutlak. Ruhadalah spirit yang akan memberikankekuatan kepada lembaga keuangansyariah untuk dapat ‘menghidupkan’kegiatan perekonomian sesuai de nganprinsip ajaran Islam. Paling ti dak, adaempat spirit yang harus ter pat ri padasetiap LKS di negeri ini. Yaitu, ruhul‘azimah (spirit niat dan mo tivasi), ruhutta’awwun (spirit ber si nergi), ruhulintima’ (spirit keberpihakan), danruhul jama’ah (spirit berjamaah).

Empat spirit (ruh)Yang pertama adalah ruhul ‘azi -

mah, atau spirit niat dan motivasi. Ha -rus disadari bahwa niat dan motivasiadalah faktor yang sangat fundamen-tal dan menentukan kualitas perfor-ma suatu lembaga keuangan syariah,maupun individu-individu yang terli-bat di dalamnya. Ketika niat dan moti-vasi ini adalah karena Allah, makaprofit motive dan social motive akanberjalan beriringan serta akan salingmemperkuat. Sebab selama ini, yangmuncul adalah paradigma seolah-

olah antara motif profit dan motif so -sial adalah dua entitas yang salingbertolak belakang. Dengan paradig-ma seperti ini, maka “sisi sosial” LKSha nya akan dianggap sebagai sebuah“beban kewajiban”, dan bukan men -jadi bagian integral dari misi yangharus ditunaikan. Inilah persepsiyang harus diperbaiki. Yang kedua adalah ruhut ta’aw -

wun, atau spirit untuk bersinergi.Inilah barangkali yang menjadi salahsatu tantangan terbesar yang diha -dapi LKS, yaitu bagaimana memper -kuat sinergi satu sama lain. Kuatnyaparadigma kompetisi ala konvension-al, dimana satu sama lain berusahauntuk memperbesar pangsa pasarmasing-masing, sering menyebab -kan friksi di lapangan. Misalnya, ber -usaha memasarkan produk LKS sen -diri tetapi dengan menjelekkan LKSpesaing. Kemudian senang meng -ung kap kelemahan institusi lain danmenganggap institusi sendiri palinghebat. Atau memanfaatkan kesulitanyang dihadapi LKS lain untuk kepen -tingan LKS sendiri. Padahal yang ha -rus disadari, bahwa kita saat ini te -ngah berhadapan dengan hegemoniinstitusi ekonomi dan keuangan kon-vensional yang telah berkuasa sejakrepublik ini berdiri. Karena itu, tanpaadanya sinergi yang bersumber dariprinsip keikhlasan dan kesediaanuntuk saling berbagi, mustahil hege-moni tersebut dapat dikalahkan.Ketiga, ruhul intima’ (spirit keber -

pi hakan). Keberpihakan ini menjadikata kunci arah masa depan industrike uangan syariah. LKS harus tetap

memiliki keberpihakan untuk mema-jukan perekonomian umat, terutamaUMKM yang notabene mayoritas mi -lik umat. Masyarakat, termasuk ka -lang an pengusaha, harus diajak ber -pihak pada keuangan syariah dengancara menabung di bank syariah, bera-suransi dengan asuransi syariah,bertransaksi dan berinvestasi denganinstrumen investasi syariah, danmeng gunakan jasa produk keuangansyariah lainnya. Demikian pula de -ngan pemerintah, harus didorong un -tuk berpihak pada keuangan syariah.Regulasi dan aturan yang mengham-bat perkembangan LKS harus dise-lesaikan, seperti potensi pajak gandapada akad ijarah dan ijarah mun -tahiya bit tamlik (IMBT). Meski telahada PMK (Peraturan Menteri Keuang -an) terkait hal tersebut, namun po -tensi pajak ganda tersebut masih ada.Bagaimana LKS akan mengembang -kan inovasi produk jika aturan hukumpositif belum sepenuhnya men-dukung?Sedangkan yang keempat adalah

ruhul jama’ah (spirit persatuan). Ini -lah puncak dari spirit keuangan sya -riah. Spirit motivasi dan niat, sinergidan saling tolong menolong, serta se -mangat keberpihakan, se muanya di -lakukan dalam kerangka membangunpersatuan dan kesatuan. Dengan katalain, terkonsolidasikan dalam sa tubarisan yang kokoh dan saling me ngo -kohkan, bagaikan tubuh yang satu (kaljasadil waahid). Spirit inilah yang se -sungguhnya menjadi basis utama da -lam membangun peradaban ekono misyariah masa depan. Wallahu a’lam. �

Dr Irfan Syauqi BeikKetua Prodi Ekonomi Syariah

FEM IPB

PenguatanRuh LKS

Dr Rifki IsmalDosen Ekonomi Syariah UI

dan Peneliti Tamu CIBEST IPB

TSAQOFI

Model ‘Perilaku Keuangan’ PERBANKAN SYARIAH

Wihdan Hidayat/Republika

C orporate social responsibility(CRS) sebenarnya bukan isubaru, namun hal ini menjadiha ngat dan semarak ketika

ba nyak perusahaan di Indonesia mulaime nerapkan CSR. Potensi dana yang bi -sa terhimpun untuk kegiatan CSR terbi -lang cukup besar. Sebagai contoh, BUMNtelah menyalurkan dana Prog ram Ke mit -raan dan Bina Lingkungan (PKBL) sekitarRp18,4 triliun pada tahun ini. Total danaCSR sendiri yang berasal dari sekitar 700perusahaan swasta dan BUMN diperki-rakan mencapai lebih dari Rp 20 triliun.Meski sudah mulai banyak diterap-

kan di Indonesia, semarak CSR saat initer nyata belum bisa meredam berbagaipermasalahan yang terjadi antara peru-sahaan, pekerja dan masyarakat. Konflikperburuhan, konflik antara perusahaandan masyarakat masih mewarnai duniaindustri kita. Adams dan Zutshi (2006) dalam tu li -

s annya berjudul “Corporate Social Res -ponsibility: Why Businesses Should ActResponsibly and be Accountable,” meng -gambarkan bahwa selama ini da lamresource-based perspective (RBP) ak -tifitas CSR dipandang sebagai suatu me -dia bagi perusahaan untuk membangunreputasinya. Dengan aktifitas CSR pe -rusahaan berusaha memberi gambaranke publik bahwa mereka memiliki kepe-

kaan dan tanggung ja wabsosial pada lingkungannya. Dalam perspektif ka -

pi talis, pemikiran bah waCSR cukup menjadicover yang menu-

tupi kesejatian perilaku perusahaanmungkin sah-sah saja. Dan pemikiranini tidak mustahil telah melegitimasiperusahaan untuk menerapkan CSRhanya sebagai cara untuk membangunimage yang boleh jadi sangat berbedadengan substansinya.

Dua teori perusahaanKetika kita membicarakan perilaku

perusahaan modern, maka ada dua per -ta nyaan kritis yang saat ini timbul. Per - tama, apakah tujuan dari eksistensiperusahaan di zaman ini? Kemudian,kepada siapa seharusnya perusahaanbertanggungjawab? Ada dua pendeka-tan teori yang bisa menjawab pertanya-an ini, yaitu ownership theory of a firmdan stakeholders theory of a firm.Dalam perspektif ownership theory,

perusahaan merupakan property pe mi -lik dimana tujuan utama dari perusahaanadalah memaksimalkan keuntungan bagipemilik. Dengan pendefinisian ini, apa -pun yang dilakukan perusahaan men jadisah sepanjang ditujukan untuk sebesar-besarnya mendapatkan keuntungan bagipemilik modal. Perusahaan bekerja untukpemilik sedangkan ma syarakat di luarperusahaan hanyalah pasar yang cukupdiperlakukan secara transaksional.Sementara itu, dalam perspektif sta-

keholders theory, ketika sebuah perusa-haan lahir di tengah masyarakat, sesung-guhnya dia tidak ada di ruang hampa.Perusahaan bisa memberi pengaruh baikdan pengaruh buruk bagi lingkungannya,baik lingkungan fisik maupun lingkungansosial. Oleh karena itu, yang berkepen-tingan pada perusahaan tidak hanyapemilik, melainkan elemen-elemen laindi dalam masyarakat yang terkait denganaktifitas perusahaan. Sehingga ketikaberoperasi sebuah perusahaan tidakboleh hanya berpikir tentang dirinya tapijuga bagaimana mendistribusikanmanfaat bagi lingkungannya.

Prioritas stakeholdersPerusahaan yang Islami su dah se ha -

rusnya menjadikan Is lam se bagai da sarperilaku dan peng am bilan ke putus an.Dalam kon teks CSR, maka pe ru sahaanIslami tidak boleh menjadikan CSR hanyasebagai alat pencitraan me dia, melain-kan media untuk membangun kesejahte-raan publik. Dengan meminjam stake-holders theorymaka kita dapat membuat

prioritas stakeholders yang seharusnyamenerima manfaat langsung dari imple-mentasi CSR. Prioritas pertama adalah pekerja.

Tulang punggung perusahaan yang ha -rus pertama kali dipenuhi kebutuhannyasesuai hak-haknya adalah pekerja. Pe -rusahaan bertanggung jawab mem buatpekerja merasa nyaman bekerja danmemperoleh manfaat optimal dari hasilkerjanya. Hal ini dapat dilakukan denganmenciptakan kondisi kerja yang baik yangmemungkinkan pekerja tumbuh dan ber-kembang secara optimal. Peru sa haanislami tidak akan menciptakan ke -untungan yang sebesar-besarnya dengancara mengeksploitasi pekerjanya. Prioritas kedua adalah konsumen.

Pada dasarnya eksistensi perusahaandipengaruhi konsumen. PerusahaanIslami seharusnya menawarkan produkdan jasa yang memberikan manfaatmak simal bagi konsumennya dan men -jaga konsumen dari produk-produk yangmengandung mudharat. Sebagai contohuntuk perusahaan makanan. Islammengatur secara jelas mengenai hukumha lal haram suatu makanan (QS Al Ba -qarah :172 dan QS Al Maidah: 1 dan 96),ma ka menjadi bagian dari tanggung ja -wab sosial perusahaan memberikan ja -minan dan ke pastian bahwa produk yangdi pasarkannya ke pasar muslim adalahproduk halal. Yang termasuk bagian da ritanggung jawab perusahaan kepadakonsumen menurut Islam juga adalahmem berikan produk sesuai dengan mu -tu yang ditawarkan. Rasulullah per nahbersabda,“Seandainya engkau menjualbuah kepada saudaramu lalu hama ataubencana menimpanya, maka tidak halalbagimu untuk mengambil suatu apapundarinya (pembeli)” (HR Muslim). Prioritas ketiga adalah pemasok.

Prinsip jual beli dalam Islam adalahharus sah menurut agama, mengandungkeadilan dan tidak saling mendzalimi.Sikap baik dan adil ini harus men jaditanggung jawab sosial perusahaan ter-hadap pemasoknya. Saat ini kita masihmenyaksikan praktek bisnis yang tidakadil bagi pemasok. Misalnya perusahaanmembeli barang dari pemasok dengansistem pascabayar yang tidak pasti wak-tunya sehingga menyebabkan pemasokkekurangan modal karena modalnya“macet” di perusahaan. Hal ini tentumem beratkan, khususnya jika pe ru sa -

ha an berhubungan dengan pe masokyang modalnya terbatas. Islam menga-jarkan kita untuk saling memudahkanda lam urusan jual beli. Dalam ha dits di -katakan,“Allah mengampuni se seorangsebelum kalian. Orang itu bila menjualmemudahkan urusan, bila mem beli me -mudahkan urusan, bila me lunasi memu-dahkannya, dan bila me nagih memu-dahkannya” (HR. Al-Baihaqi). Prioritas keempat adalah pesaing.

Tujuan perusahaan dalam Islam harus-lah dalam rangka memberikan manfaatpositif kepada masyarakat. Salah satuyang harus menerima manfaat adalahpebisnis atau perusahaan pesaing.Dalam upaya memberi manfaat kepadamasyarakat, masing-masing perusaha-an harus saling berlomba, inilah yangdisebut fastabiqul khoirot. Namun padasaat yang sama mereka saling bekerja-sama, saling membantu dalam usahamenciptakan kesejahteraan bersama.Tidak jarang kita temui kehadiran suatuperusahaan “membunuh” perusahaanlain disekitarnya yang lebih kecil. Peru -sa haan Islam harus memiliki empati pa -da pesaingnya. Mereka harus memper-lakukan pesaing sebagaimana merekajuga ingin diperlakukan. Jika perusaha-an tidak suka dengan “kematian”, makaperusahaan juga tidak boleh “membu-nuh” pesaingnya. Prioritas kelima adalah lingkungan.

Bagaimanapun, keberlanjutan lingkung-an akan mempengaruhi keberlanjutanpe rusahaan. Perusakan lingkungan se -cara fisik akan mempercepat terjadinyabencana yang berarti juga akan men-gancam eksistensi perusahaan. Olehkarenannya perusahaan harus bertang-gung jawab untuk melindungi lingkung-an dari berbagai kerusakan. Lingkungansosial dimana perusahaan berada men -jadi tanggung jawab perusahaan untukmembantunya. Mereka bisa diibaratkantetangga yang harus merasa aman dariberbagai ancaman yang timbul darikeberadaan perusahaan. Saat ini masihki ta jumpai perusahaan yang makmurde ngan mengeruk kekayaan dari suatudae rah, namun penduduk didaerah itusama sekali tidak tersentuh perbaikankesejahteraannya secara fundamental.Perusahaan yang semacam jikapunmelaksanakan aktifitas CSR, boleh jadihanyalah sekedar topeng. Wal la -hu`alam. �

Dr Mukhamad NajibWakil Kepala Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah

(CIBEST) IPB

Prioritas CSR dalam IslamTAMKINIA

Secara umum, kehidup -an ekonomi bangsaArab sangat bergan-tung kepada pernia-gaan. Hal tersebut di -pengaruhi oleh keada -

an geografis wilayah Arab itu sendiriyang dikelilingi oleh gurun pasir dantidak tersedianya wilayah untuk di -tanami kecuali beberapa wilayahkecil seperti Yastrib.

Perniagaan tersebut juga diwarnaidengan peperangan di antara suku-suku Arab yang ada. Ditambah lagimaraknya praktik riba dan mengam-bil keuntungan secara berlebih-lebih -an serta hal-hal lain yang tidak meng -indahkan etika dan moral.

Pemahaman yang salah Sebagian orang berpendapat bah -

wa dakwah dan hijrah yang dila ku -kan oleh Rasulullah SAW dan saha -bat-sa habatnya dilandasi oleh motifekonomi, yaitu mencari kehidupanyang lebih sejahtera di Madinah. Me -re ka mengatakan bahwa sebagian be -sar sahabat Nabi SAW yang mela ku -kan hijrah hanyalah orang-orang mis -kin Makkah. Pemahaman ini ti daksepenuhnya salah tetapi juga ti daksepenuhnya benar.

Betul bahwa Islam menginginkanumatnya hidup dalam keadaan yangsejahtera dan berkecukupan, akantetapi itu tidak menjadi motif utamadakwah dan hij rahnya Na bi SAW keMadinah. Jika ekonomi menjadi motifuta ma dakwah, maka Nabi SAWtentu tidak akan menolak tawaranQuraisy yang ingin menjadikannyasebagai orang paling kaya di seanteroMak kah. Bila semata-mata mencarikehi dupan ekonomi yang lebih baik,maka Madinah bukan pilihan.

Memang benar, diantara parasahabat yang berhijrah sebagian darimereka adalah para budak, tetapijangan lupa diantara mereka juga adanama-nama seperti Abu BakarShiddiq, Abdurrahman bin ‘Auf danlainnya yang merupakan saudagar-saudagar kaya Makkah.

Tujuan hijrah jauh lebih besardari sekedar memperbaiki taraf eko -nomi. Hijrah menginginkan nilai danajaran Islam itu wujud dalam semuaaspek kehidupan baik itu politik,sosial, termasuk ekonomi. Ekonomiyang berasaskan keadilan dan bukanekonomi yang mengeksploitasi. Eko -nomi yang memperhatikan kepentin-gan orang banyak daripada kepentin-gan individu.

Madinah : sebuah grandstrategy

Hijrah ke Madinahadalah sebuah proseslangkah awal untukmenata masyarakatMuslim yang berperada-ban. Baik dalam bidangekonomi, po litik maupunhukum. Ada tiga strategi besar(grand strategy) yang dila ku kanoleh Rasulullah SAW dalam mem -bangun kota Madinah sebagai sebuahcontoh sebuah komunitas muslim.Strategi pertama adalah de ngan mem-persaudarakan kaum muslimin. Per -sau daraan yang dibangun oleh Ra -sulul lah SAW adalah persaudaraanyang dilandaskan pada prinsip, visidan misi yang sama, yaitu tauhid ke -pada Allah SWT. Persauda ra an yangtidak lagi mementingkan perbedaanwarna kulit, keturunan dan statussosial. Bahwa semuanya adalah samadi hadapan Allah dan Rasul-Nya.

Inilah prinsip keadilan yang ke -mudian menjadi filosofi ekonomiIslam. Larangan riba, monopoli, ke -eng ganan Nabi SAW melakukan in -tervensi harga pada pasar yang alami,serta distribusi yang adil dan meratamelalui mekanisme Zakat infak dansedekah, lahir dan muncul dari prin -sip keadilan ini.

Selanjutnya, strategi kedua ada -lah dengan menjadikan pembangun -an masjid sebagai awal perubahan.Rasulullah SAW sadar bahwa komit-men terhadap sistem, akidah dan ta -tan an Islam hanya akan tum buh danberkembang dari kehidupan sosialyang dijiwai oleh semangat yang lahirdari aktivitas mesjid. Re kon struksimoral layak diperlukan pa da prosespemba ngunan sebuah yang makmurdan sejahtera. Paradigma bahwa‘berekonomi’ bu kan lah bagian darimoral harus di ubah. Sebaliknya,Islam memandang bahwa kegiatanekonomi apapun ben tuknya adalahbagian yang tidak terpisahkan dariajaran Islam itu sendiri.

Berekonomi adalah salah satubentuk beribadah kepada Allah SWT,sehingga perlu tunduk dan ta’at padarambu dan aturan yang ada. EkonomiIslam mendorong pemeluknya untukbersikap jujur dalam proses jual beli,menganjurkan untuk mempermudahdan bersikap toleran dalam mela -kukan transaksi, memberikan nilaike utamaan ketika memberi tangguhke pada orang yang kesulitan, danmelarang melakukan penipuan, danlain sebagainya.

Termasukdorongan mela ku -kan bisnis. AllahSWT sendiri menye-butkan 370 kali kata‘bisnis’ di dalam Al-Quran.Dalam banyak literatur hadist, NabiSAW banyak membe rikan motivasikepada para sahabat untuk terjun kedalam dunia bisnis. Bahkan menem-patkan status pebisnis setara dansama dengan posisi para Nabi,syuhada dan orang-orang saleh.Namun, beliau juga mengingatkanbahwa kedudukan dan kehormatanyang dapat dicapai oleh pebisnistersebut ketika ia jujur, amanah dandipercaya dalam kegiatan bisnisnya.Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnyasebaik-baik usaha adalah usaha per -dagangan yang apabila mereka ber -bicara tidak berdusta, jika berjanji ti -dak menyalahi, jika dipercaya tidakkhianat, jika mem beli tidak men celaproduk, jika men jual tidak memuji-muji ba rang dagangan, jikaberhutang tidak melambatkan pem-bayaran, jika memiliki piutang tidakmempersulit” (HR Baihaqi dandikeluarkan oleh As-Ashbahani).

Kemudian, strategi yang ketigaadalah dengan menjadikan pasar s e -bagai sentra pembangunan. Keadaanpasar di Madinah sebelum hijrahnyaRasul dapat dikatakan seratus persendikuasai oleh kaum Yahudi Madinahyang terbiasa menggunakan instru-men riba dalam praktek bisnis me -reka. Paradigma pemikiran masya ra -kat bahwa sistem riba sama sajadengan jual beli dan menguntungkan,dirubah sebagai sebuah perbuatantercela dan merusak perekonomian.

Selanjutnya, Nabi SAW kemudianmembuat ‘pasar tandingan’ untukkaum muslimin yang bebas dari per-

ilaku riba danmem berikan keadi-

lan bagi siapa saja.Kete gasan Rasulullah SAW

dalam mengawasi pasar yangtentu saja bebas dari sistem

bunga yang bersifat eksploitatiftersebut berhasil mengimbangi dan

seterusnya mampu mengalahkanpasar Yahudi yang ada. Pengawasaninilah yang ke mudian menginspirasilahirnya lem baga hisbah (lembagapengawas an). Tentu saja dukunganmuslimin terha dap keberadaan pasarini dengan ak tif melakukan aktifitasekonomi men jadi faktor pendukungkeberhasilan.

PenutupHijrah Nabi SAW bukan sekedar

perpindahan fisik kaum muslimindari Mekah ke Madinah. Hijrah ada -lah rencana besar Allah untuk menja -dikan Madinah sebagai sebuah sak sinyata akan kesempurnaan peradabanIslam yang diliputi oleh kasih sayangsebagai ‘rahmatan lil alamin’ disegaladimensi, baik politik, sosial, maupunekonomi.

Kekuatan terbesar dari gerakantransformasi ini adalah akidah yangbersih hasil pembinaan RasulullahSAW selama 13 tahun periode Mekah.Akidah yang melahirkan semangatuntuk melakukan perubahan dankeyakinan bahwa keberhasilan dankeberkahan tidak akan muncul tanpatuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Spirit inilah yang harus di mi likioleh setiap Muslim dalam memaknaihijrah Nabi Muhammad SAW.Terutama yang memiliki cita-cita danharapan menjadikan Islam sebagaimanhaj pada setiap aspek kehidupan.Tidak hanya kerja pegiat ekonomiIslam, tetapi peran serta aktif pemer-intah dan masyarakat untuk me la -ku kan hijrah ekonomi menuju eko -no mi rahmatan lil ‘alamin. �

REPUBLIKA KAMIS, 29 NOVEMBER 2012 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA24

Salahuddin El AyyubiSekretaris Prodi Ekonomi

Syariah FEM IPB

Gambar 1. Pondasi Dasar Ekonomi IslamHijrah Ekonomi

Rasulullah SAW

Gambar 1. Lima Prioritas Stakeholders

Zakat adalah sebuahlangkah kemandiri-an sosial yang di -ambil dengan du -kung an penuh aga -ma untuk membantu

orang-orang miskin yang tidak dapatmemenuhi kebutuhan dasar merekasendiri. Selain itu, zakat juga dapatmemberikan pengaruh yang positifbagi negara, misalnya sebagai sumberdana investasi bagi kelompok miskin.Potensi zakat ini sesungguhnya dapatdisinergikan dengan pajak, sehinggadiharapkan dapat mengatasi bera -gam persoalan kemiskinan, keterbe-lakangan dan kebodohan, yang saatini tengah dihadapi oleh bangsa In -donesia.

Relasi zakat dan pajak pertamakali diperkenalkan dalam Undang-undang No 38/1999 tentang Penge lo -la an Zakat, yang sekarang telah di -ganti oleh UU No 23/2011. Zakat di -ja dikan sebagai insentif fiskal mela -lui kebijakan zakat sebagai pengu-rang pendapatan kena pajak (taxdeduction). Semangat ketentuan iniadalah agar wajib pajak tidak ter -kena beban ganda, yaitu kewajibanmembayar zakat dan pajak. Kesa -daran membayar zakat diharapkanjuga dapat meningkatkan kesadaranmembayar pajak.

Jika terwujud sinergi zakat danpajak maka penerimaan negara seca -ra keseluruhan akan meningkat, se -hingga menimbulkan efek rambat an(multiplier effect) yang besar. Ma -salahnya, masuknya insentif pajakdalam UU No 38/1999 tersebut tidakmelibatkan otoritas pajak.

Ketika De partemen Keuangansetahun ke mu dian mengajukan drafrevisi RUU PPh (tahun 2000), samasekali tidak ada ketentuan yang men-dukung za kat sebagai tax deduction.Ketentuan zakat sebagai tax deduc-tion baru di akomodasi dalam RUUPPh setelah pembahasan di DPR.

Kaidah Ushul fiqh “Tasharrufual-imam ‘ala al-ra’iyyah manuutunbilmashlahah”, bahwa kebijakanyang diambil pemerintah harus ber-

tujuan untuk kebaikan dan keman-faatan bagi umat. Demikian halnyadengan zakat dan pajak dalam ranahkeuangan negara.

Untuk mewujudkan kebijakanzakat dan pajak tentu harus sinergiantara otoritas zakat dan otoritaspajak sehingga regulasi yang dibuatdapat harmonis, saling melengkapidan saling menguatkan, dan kemu-dian dapat terealisasi de ngan baik.UU No 17/2000 mengu kuh kan UUNo 38/1999, yaitu zakat yang diteri-ma Badan Amil Zakat (BAZ)/Lem -baga Amil Zakat (LAZ) dan mustahiktidak termasuk sebagai objek pajak,serta zakat penghasilan yang diba -yar kan wajib pajak orang pribadipemeluk agama Islam dan atau wajibpajak badan dalam negeri yang dimi-liki pemeluk agama Islam kepadaBAZ/LAZ menjadi faktor pengurangdalam menentukan besarnya peng-hasilan kena pajak.

Namun zakat sebagai tax deduc-tion ini baru dapat diimplementasi-kan tiga tahun kemudian setelahkeluarnya Keputusan Dirjen PajakNo. KEP-163/PJ/2003.

Dalam praktiknya, meminta za -kat sebagai tax deduction ini jugatidak mudah jika muzakki tidakmen dapatkan Bukti Setor Zakat(BSZ) dari BAZNAS sebagaimanadiminta aparat Pajak.

Wacana zakat sebagai tax creditZakat sebagai tax credit diperki-

rakan akan menjadi insentif yangmemadai bagi muzakki untuk menu-naikan kewajibannya. Fasilitas iniakan dapat berdampak positif terha-dap kepatuhan membayar pajak.

Persoalannya, ketika itu proposalini kurang dipersiapkan dengan baik.Dalam semua draf RUU Zakat yangada, tidak ada satu pun pasal yangberbicara tentang otoritas pajakdalam kaitan zakat sebagai pengu-rang pajak. Padahal wacana zakatsebagai kredit pajak mensyaratkanadanya koordinasi yang kuat antaraotoritas pajak dan otoritas zakat, daritingkat tertinggi hingga terbawah.

Zakat sebagai tax credit jugadiperkirakan akan berdampak signi-fikan pada penerimaan perpajakan.Diterimanya wacana zakat sebagaikredit pajak, dan pada saat yang sa -ma juga dilakukan equal treatmentter hadap sumbangan keagamaanlain nya, akan menurunkan peneri-maan perpajakan dalam negeri, yaitupenerimaan PPh nonmigas, sebesarpenerimaan zakat nasional dan pene-rimaan sumbangan keagamaan wajibnasional lainnya.

Selanjutnya, lex specialis yaituUU PPh (Pajak Peng hasilan) yangmengatur secara material pengenaanPPh, saat ini masih mengatur zakatsebagai pengurang penghasilan neto,artinya zakat be lum equal denganpajak.

Zakat masih seperti “biaya”dalam menghitung PPh terutang,sama perlakuannya de ngan biaya-biaya operasional ke giatan usaha.Jika zakat akan disa ma kan denganpajak, maka ia harus diperlakukansebagai kredit pajak. Cara yang dapatditempuh adalah dengan mengubahUU PPh sebagai UU materil.

Penulis mengamati upaya yangada, yaitu untuk mengintegrasikanpajak dan zakat, telah dilakukan pe -me rintah melalui penerbitan Per atur -an Pemerintah (PP) Nomor 60/2010yang berlaku mulai 23 Agustus 2010,dan berlaku surut dari 1 Januari2009. Pada aturan tersebut, zakatatau sumbangan keagamaan yang bi -sa menjadi pengurang pajak, ada lahzakat atas penghasilan yang dibayar -kan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi(WPOP) pemeluk agama Islam.

Zakat tersebut harus dibayarkankepada badan amil zakat atau lem -baga amil zakat yang dibentuk dandi sahkan oleh pemerintah. Atau,sum bangan keagamaan yang sifatnyawajib bagi Wajib Pajak Orang Pri -badi pemeluk agama selain agama Is -lam dan/atau oleh Wajib Pajak BadanDalam Ne geri yang dimiliki olehpemeluk aga ma selain agama Islam,yang diakui di Indonesia dan dibay-arkan kepada lembaga keagamaan

yang dibentuk atau disahkan olehpemerintah.

Aturan ini menyebutkan, zakatyang dibayarkan ke badan amil zakatatau lembaga amil zakat yang tidakdibentuk dan disahkan oleh pemerin-tah, tidak bisa menjadi faktor pen-gurang penghasilan bruto.Walaupunsudah dikeluarkan PP mengenai za -kat sebagai pengurang penghasilanke na pajak ini, masyarakat wajib pa -jak masih banyak yang belum me -man faatkan keringanan ini.

Ke bia saan masyarakat menyalur-kan sen diri zakatnya dan masih be -lum ada nya aturan yang menyebut-kan lem ba ga mana saja yang meru-pakan ba dan/ lembaga resmi peneri-ma zakat, men jadi faktor pengham-bat, untuk itu, Direktorat JenderalPajak (DJP) menindaklanjuti PP ter-sebut dengan mengeluarkan Pera -turan Direktur Jenderal Pajak NomorPER-33/PJ/ 2011 yang berlaku sejaktanggal 11 November 2011, dimanaditetapkan 20 badan/lembaga pene-rima zakat yang sifatnya wajib dandapat dikurangkan dari penghasilanbruto.

Ba dan/Lembaga yang ditetapkanse bagai penerima zakat atau sum-bangan meliputi satu Badan AmilZakat Nasional, 15 Lembaga AmilZakat (LAZ), tiga Lembaga AmilZakat, In faq, dan Shaaqah (LAZIS)dan satu lem baga sumbangan agamaKristen Indonesia.

Dengan dikeluarkannya peratu-ran tersebut diharapkan masyarakatbisa memanfaatkannya, sebagai sa -lah satu keringanan pajak dan lebihbisa memberi pemahaman kepadawajib pajak bahwa pajak dan zakatadalah sama-sama kewajiban yangharus ditunaikan.

Ke depan, wacana yang perludikemukakan adalah menata ulanghubungan koordinasi otoritas pajakdan zakat nasional dengan tujuanuntuk memperbaiki secara mendasarpelaksanaan zakat sebagai tax deduc-tion, sebelum ke mudian ber-ijtihadmenjadikannya sebagai tax credit.Wallahu a’lam. �

D i dunia internasional, tahun1950-an telah dikenalkanistilah tanggung jawab sosialperusahaan, meskipun seca -

ra praktik dipercaya telah ada sejak ta -hun 1700-an sebelum masehi, yaitu se -jak Kode Hammurabi diberlakukan.Kode Hammurabi membolehkan pem-berlakuan hukuman mati bagi penyalah-guna izin penjualan minuman keras,serta bagi pembangunan yang tidaksesuai standar sehingga menyebabkankecelakaan bahkan kematian bagi oranglain. Kemudian, di abad ke 17 sudahmulai dipraktikkan aktifitas-aktifitas darikomunitas yang dibentuk untuk pe -ngem bangan masyarakat, dimulai darimasyarakat pedesaan.Sementara di Indonesia peraturan

yang sudah mengenalkan tanggungjawab sosial baru ada tiga dekadesesudah kemerdekaan, yaitu tahun1980-an. Peraturan pemerintah tentangtata cara pembinaan dan pengawasanperusahaan jawatan (Perjan), perusa-haan umum (Perum), dan perusahaanperseroan (Persero) tahun 1983 diper-caya sebagai momentum berkem-bangnya CSR di Indonesia. Perusahaandituntut untuk bertanggung jawab se -cara sosial demi kesejahteraan bersamastakeholder-nya, seperti karyawan, kon-sumen, pemegang saham, masyarakatsetempat atau komunitas yang ada sertalingkungan sekitarnya.Hal ini menunjukkan bahwa manusia

secara naluri mampu mendeteksi dam -pak buruk yang mungkin timbul dari sua - tu kegiatan atau usaha. Perma salah anyang timbul adalah bagaimana mereduksidampak buruk tersebut sehingga kemas -lahatan bagi masyarakat masih terjaga.Kon sep ini juga didukung oleh se buah pe -nelitian yang menunjukkan bah wa per -usa haan yang secara reguler patuh CSRdan sering memberikan in sentif kepadakaryawannya akan lebih pro duktif diband-ingkan mereka yang ti dak melakukannya.Efek ini pun dapat men dukung terca-painya target perusahaan.

Bank syariah dan CSRBank menjadi salah satu jenis per -

usahaan yang juga dituntut untuk me -la kukan hal tersebut. Tidak menutup ke -wajiban atas bank syariah untuk me la -ku kan CSR demi kemaslahatan bersa -ma masyarakat sekitarnya. Pertanyaanyang timbul kemudian adalah apakahCSR yang sudah dilakukan selama initelah memenuhi tujuan untuk menye -jah terakan masyarakat? Nor HalidaHaziaton Mohd Noor dan Norhafizah

binti Hilmi dari IIiBF (IIUM Institute ofIslamic Banking and Finance) telahmeneliti hal ini pada bank-bank syariahdi Negara Bagian Kelantan, Malaysia.Keduanya meninjau apakah elemen-

elemen CSR: Qard Hasan, Mudharabah,Ijarah, Pelatihan, dan ‘Safety andSecurity’ yang sudah diberikan untukmasyarakat sekitar telah memenuhikesejahteraan masyarakat yang direp-resentasikan oleh maqashid syariah.Penelitian ini menggunakan alat metodepenelitian SEM (structural equationmodeling) dengan menggunakan soft-ware AMOS. Peubah-peubah yang adadiuji tingkat reliabilitasnya dengan CFA(Comfirmatory Factor Analysis) dan pen-gujian hipotesis.Pengertian CSR dijabarkan sebagai

sebuah konsep ke giat an bisnis yangdilakukan baik oleh komunitas,perusahaan, mau pun individudemi ke lang sung an bisnis yangdija lan kannya maupun keter -sediaan sumber daya untukgenerasi mendatang, atau di -se but de ngan pembangunanber kelan jutan. Dalam kontekseko nomi Is lam, kelangsungandan ketersediaan ini dikaitkan de -ngan ke seimbangan dalam ke ber -samaan dan persau daraan, baikuntuk meme nuhi kebutuhanmateri maupun spiritualkemanusiaan.

Penelitian tersebut menunjukkanbahwa empat dari lima elemen CSRyang diteliti signifikan, sangat eratberkaitan dan mendukung pencapaianmaqashid syariah. Keempat elementersebut adalah: mudharabah, ijarah,pelatihan, serta ‘safety and security’.Kenyataannya, qard hasan yang diper-caya mampu untuk mendukung peme -nuhan maqashid syariah karena sa sa -rannya adalah pihak yang sangat mem-butuhkan finansial dengan persyaratanketat masih belum secara signifikanmampu bekerja dengan baik untukmencapai tujuan tersebut. Persepsimas yarakat terhadap qard hasan terny-ata berbeda dengan para praktisi dan

akademisi.Hasil ini memberi pembelajaran bagi

praktisi bahwa apa yang selama ini di -persepsikan sudah baik, ternyata masihbe lum baik dirasakan oleh pihak sa sar -an. Elemen tertinggi yang secara sig-nifikan mendukung pencapaian maqas -hid syariah adalah ‘safety and security’.Elemen ini menunjukkan tingkat keper-cayaan para stakeholder atas trans pa -ran si bank syariah dari akad atau tran -saksi yang disetujui bersama. Para sta -keholder percaya bahwa tidak ada yangdisembunyikan oleh mitra (bank syariah)sehingga mereka tidak perlu takut atastimbulnya penyimpangan saat terjadiakad maupun di kemudian hari.Sementara itu, elemen ter en dah

yang secara signifikan mendukung pen-capaian ma qashid syariah adalahmudharabah. Hasil ini diyakini se -bagai dampak dari persepsi ter-hadap tanggung jawab ataskerugian yang mungkin tim -bul dari suatu kerjasama bis -nis mudharabah harus dipikuloleh salah satu pihak saja,yaitu sha hibul maal (penyan-dang dana).Hal penting yang digarisbawahi

dari penelitian ini adalah bahwaakuntabilitas bukan hanyadituntut terhadap laporankeuangan atau dari sisi finan-sial semata, melainkan juga

moral spiritual. Masya rakat masihmenuntut pertanggungjawaban ataskepercayaan yang dibe rikan kepadalembaga intermediasi, seperti bank.Transparansi atas setiap kegiatan yangdilakukan sangat penting untukmenumbuhkan tingkat kepercayaanstakeholder terhadap bank sya riahterutama agar stakeholder merasaaman dan nyaman.Demikian pula studi literatur yang

dilakukan oleh Amir Mu’allim dalam ar -tikelnya yang berjudul “Persepsi Masya -rakat terhadap Lembaga Keuangan Sya -riah”, menunjukkan bah wa jika masya -ra kat diberi pengetahuan yang menda -lam mengenai aktifitas bank syariah

ma ka masyarakat akan cende rung me -milih bank syariah dibanding kan institusinon-syariah. Jika layanan yang diterimaoleh masyarakat cende rung dinilaiburuk atau tidak baik, maka berita terse-but akan cepat menyebar di masyarakatdan pada akhirnya meru gi kan perusa-haan/bank syariah bersangkutan.Hal senada juga diungkapkan dari

hasil penelitian yang dilakukan olehGhozali Maski dalam artikelnya yangberjudul “Analisis Keputusan NasabahMenabung: Pendekatan Komponen danModel Logistik Studi pada Bank Syariahdi Malang”. Hasil penelitian tersebutmengungkapkan bahwa keputusanmemilih atau tidak memilih bank syariaholeh nasabah dipengaruhi oleh variabelkarakteristik bank syariah, variabelpelayanan dan kepercayaan pada bank,variabel pengetahuan dan variabel obyekfisik bank. Selanjutnya, variabel pelayan -an dan kepercayaan pada bank memilikipengaruh yang dominan terhadap kepu-tusan nasabah dalam menabung.Rasa percaya, aman, dan nyaman ini

dipercaya mampu menjadi faktor pen-dorong untuk mencapai maqashid sya -riah. Pencapaian maqashid syariah sa -ngat penting untuk memenuhi dan me -lindungi segala aspek kehidupan, baikpribadi, sosial, politik, ekonomi, maupunintelektual masyarakat. Hal ini jugadibuktikan lebih jauh dari hasil peneliti -an yang dilakukan oleh Direktorat Per -ban kan Syariah - Bank Indonesia de -ngan Institut Pertanian Bogor (2004)bahwa profesionalisme pelayanan, danfasilitas pelayanan masih menjadi indi -kator utama masyarakat dalam memilihbank, di samping aspek aksesibilitas dankredibilitas dari bank bersangkutan.Hasil yang demikian dapat disebabkanoleh adanya keterkaitan langsung darilayanan yang diberikan bank terhadappemenuhan bahkan peningkatan kebu-tuhan atas kesejahteraan masyarakat,yang pada akhirnya memenuhi maqas -hid syariah.Sebagai penutup, dapat disimpulkan

bahwa segala bentuk sosialisasi, pen-erangan, penjelasan, transparansi ataskegiatan bisnis syariah sangat diper-lukan untuk menambah pemahamanmasyarakat. Karena pada akhirnya,masya rakat sangat membutuhkan ke -pastian perlindungan atas rasa percaya,rasa aman, dan rasa kenyamanan darisetiap kegiatan yang dilakukan. Tang -gung jawab sosial yang nyata dapatmenjadi bukti bahwa bank syariahmampu memberikan apa yang menjadituntutan Islam dan masyarakat. �

Prinsip Maqashid Syariah dalam CSRRESENSI

Sugeng Priyono

Mahasiswa S2 Ekonomi Islam UIKA Bogor dan AsistenPeneliti CIBEST IPB

Laily Dwi ArsyiantiDosen Prodi Ekonomi Syariah

FEM IPB

MENDORONG Sinergi Zakat dan Pajak

25REPUBLIKA KAMIS, 29 NOVEMBER 2012JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

KEBUTUHANTENAGA MARKETINGdi Perbankan Syariah

Dalam suatu per -bin cangan denganseorang marketingmanager sebuahbank syariah be -be rapa waktu

yang lalu, terungkap bahwa sangatsulit mencari tenaga marketing dibank syariah. Hampir semua yangdatang melamar ingin bekerja dikantor dan dibelakang meja. Jarangyang mau menjadi ujung tombaksebagai tenaga marketing. Akhirnya,terpaksa mengambil dari tenaga mar-keting di bank konvensional ataumenarik tenaga marketing dari banksyariah lainnya, tentunya denganiming-iming gaji serta kompensasiyang lebih tinggi.

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mencari solusi terbaik dalammelakukan pengadaan tenaga mar-keting bank syariah. Solusi yangdiberikan diharapkan sekaligus men-ciptakan cara untuk meningkatkanproporsi lulusan ekonomi syariahuntuk bekerja di bank syariah.

Metode penelitian dan analisisSWOT

Data yang digunakan dalam pe -nelitian ini bersumber dari StatistikBank Indonesia yang dikeluarkanoleh Bank Indonesia. Adapun jenisdata yang digunakan adalah datapertumbuhan penghimpunan, pem -bia yaan dan aset bank syariah. Me -to de penelitian yang digunakan ada -lah analisis deskriptif, analisis fore-casting dengan menggunakan timeseries data melalui tiga skenario :pesimis, naif dan optimis, serta anal-isis SWOT (Strength, Weakness,Opportunity and Threat).

Kekuatan bank syariah saat iniadalah pertumbuhan aset perbankansyariah di Indonesia dalam sembilantahun terakhir (2000-2009) mencapai49,29 persen sementara bank konven-sional hanya 10,10 persen. Sementaraitu, kelemahan bank syariah yang da -pat dideteksi adalah maraknya pem -ba jakan SDM. Hal ini terjadi ka re -na sulitnya mencari tenaga/SDMbank syariah yang handal. Adapunpe luang yang dihadapi bank syariahnya adalah pangsa pasar yang besar,di mana dua organisasi besar, Muham -ma diyah dan NU, sepakat mendu -kung perbankan bebas bunga ini. Ju -ga, akibat otonomi daerah, banyakpe merintah daerah yang berinisiatifmeng hadirkan lembaga keuangansyariah.

Sementara itu, tantangan yangbesar dalam mengembangkan banksyariah adalah lack of trust terhadapdunia perbankan yang mempen-garuhi keputusan masyarakat untukdatang ke perbankan syariah. Hal inisemacam trauma krisis yang masihbelum sembuh yang menyebabkanba nyaknya bank-bank yang ditutup(dibekukan operasinya). Mereka kha -watir bahwa bank syariah yang

sekarang digalakkan juga akan bang -krut dan akhirnya tutup. Tantangankedua adalah kurangnya pemahamanmasyarakat terhadap produk/jasabank syariah. Mereka beranggapanbank syariah sama saja dengan bankkonvensional, sehingga mereka tidakmerasakan manfaat bank syariahsecara langsung.

Skenario kebutuhan SDMSetidaknya, ada tiga skenario

yang dilakukan dalam membuat pro -yeksi kebutuhan SDM bank syariah3 tahun mendatang. Skenario terse-but adalah skenario pesimis, skenarionaif dan skenario optimis. Skenariopesimis adalah skenario melakukanproyeksi berdasarkan pertumbuhante rendah dalam 5 tahun terakhir.Per tumbuhan terendah dalam 5 ta -hun terakhir adalah 18 persen daritahun 2006/2007. Oleh karena itu,jika skenario pesimis dilakukan,maka proyeksi jumlah SDM tahun2015 mencapai angka 46.359 orang.

Selanjutnya, proyeksi dengan ske-nario naif, dilakukan dengan asumsipertumbuhan SDM tahun mendatangsama dengan tahun sebelumnya. Jikapertumbuhan SDM ke depan konsis-ten di angka 31 persen (sebagaimanapertumbuhan SDM dari tahun 2008/ -2009), maka jumlah SDM bank sya -riah yang dibutuhkan untuk tahun2015 berjumlah 78.177 orang, hampir4 kali lipat dari SDM tahun 2010.

Adapun skenario optimis adalahskenario melakukan proyeksi berda -sarkan pertumbuhan tertinggi dalam5 tahun terakhir. Pertumbuhan tert-inggi dalam 5 tahun terakhir adalah35 persen dari tahun 2007/2008. Olehka rena itu, jika skenario optimis di -lakukan, maka proyeksi jumlah SDMtahun 2015 sebesar 90.864 orang.

Skenario optimis diatas dilaku -kan hanya dengan perhitungan diataskertas. Kebutuhan SDM perbankansya riah akan lebih besar lagi, jikamemperhitungkan kebijakan pe -ngem bangan perusahaan dalam men-ciptakan pertumbuhan perbankansyariah.

Tiga strategi Untuk itu, ada tiga strategi yang

ditawarkan untuk memenuhi tenagamarketing di bank syariah, yaitu : (1)Early recruitment program, (2) me -rek rut SDM dari bank konvensional,dan (3) mendirikan Institut BankirSyariah Indonesia (IBSI).

Berbicara tentang strategi peme -nuhan kebutuhan SDM, ada filosofiyang menyatakan : “orang yang be -nar-benar baik dalam pekerjaannyabelum tentu ada. Jadi harus dicari ber -bagai cara untuk membuat me rekaada”. Filosofi ini pernah dianut olehpelatih sepakbola terkenal TexRchramm. Tidak seperti pelatih-pe -latih lainnya, Tex Rchramm tidakmen cari orang-orang yang sudah ter-ampil pada suatu posisi. Namun diamen cari atlet-atlet terbaik yang bisadia peroleh dan kemudian melatih me -reka sampai pada posisi yang di -inginkan agar mereka siap bertanding.

Persoalan rekrut merekrut karya -wan bukanlah pekerjaan yang ringan.Pekerjaan merekrut bahkan samaberatnya dengan pekerjaan menye -lek si. Berbagai cara ditempuh agardi peroleh tenaga-tenaga kerja yangpotensial. Tidak jarang perusahaan-perusahaan ternama melakukan rek -rutmen langsung ke kampus un tukmenjaring pelamar-pelamar poten-sial. Mereka memakai sistem jemputbola langsung pada sumbernya.Sehingga, bank syariah dapat meng-gunakan strategi Early RecruitmentProgram yang bekerjasama denganuniversitas-universitas, agar lulusanterbaiknya dapat langsung bekerja dibank syariah.

Terkait dengan ini, maka pihakuniversitas pun hendaknya memper-baiki kurikulumnya agar lulusannyadapat memenuhi kualifikasi yangdibutuhkan di bank syariah. Disini -lah peran perguruan tinggi dalampengembangan SDM bank syariah.

Selanjutnya pada strategi kedua,merekrut pegawai dari bank konven-

sional sangat strategis dalam jangkapanjang, karena dengan masuknyabankir konvensional ke bank syariah,akan menciptakan perbandinganantara bank syariah dengan bankkonvensional. Banyak SDM bankkonvensional yang akhirnya memu-tuskan untuk istiqomah di banksyariah dan tidak mau lagi bekerja dibank konvensional. Jika kondisi iniberlangsung terus menerus, makaotomatis bank konvensional akan dit-inggalkan orang.

Hanya saja, ada beberapa keah li -an yang menurut penulis harus di be -rikan secara mendalam kepada ban - kir konvensional yang baru masuk kebank syariah, yaitu menyangkutIslamic mode of finance, AAOIFI danIFSB Standard, shariah maxims onfinancial matter, serta knowledge ofIslam dan Islamic Economics. Kelimakomponen ini mutlak diberikan danharus dipahami oleh pegawai bankkonvensional sebelum dia masukbekerja di bank syariah.

Sedangkan pada strategi ketiga,maka dalam rangka pemenuhanSDM di bank syariah, diperlukansuatu kurikulum IBSI yang betul-betul dapat mencetak bankir-bankirsyariah yang handal. Harapan kedepannya, IBSI dapat menyediakanSDM yang handal di bidang banksyariah. Adapun kurikulum yangdapat diusulkan untuk diterapkan diIBSI harus mengacu pada profillulusan yang diharapkan, dan kom-petensi lulusan.

Disamping rekomendasi diatas,ada satu hal yang paling pentinguntuk direkomendasikan, yaitu agarsegenap pegiat ekonomi syariah,khususnya bank syariah, hendaknyamemohon dan mengundang pertolon-gan langit setiap saat. Allah akanmemberikan jalan keluar dari setiaptantangan yang dihadapi jika kitatelah berupaya keras dan sungguh-sungguh sebagaimana janji-Nyadalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat97. Wallahu a’lam. �

REPUBLIKA KAMIS, 29 NOVEMBER 2012 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA26

B eberapa hari ini me ru -pakan saat-saat yangpaling mene gang kanbaik untuk ka langan

buruh maupun pengu saha. De -mo buruh terjadi di Ja karta danbeberapa kota lainnya denganskala dan militansi yang cukupmencengangkan. Gera kan kaumburuh sudah mencapai tahapyang jauh lebih ‘power ful’ diband-ingkan partai politik ma napun.Kalau anda hendak men jadi pen-guasa, maka ber baik-baiklahdengan kaum buruh.Adalah manusiawi kalau

kaum buruh berharap adanyaperbaikan kualitas hidup tahundepan. Penetapan upah mini -mum provinsi (UMP) dan upahmi nimum kabupaten/kota (UMK)merupakan saat-saat yang sa -ngat mereka tunggu-tunggu.Ka lau kenaikannya lebih tinggidi ban ding angka inflasi, makake hi dupan mereka akan sedikitmembaik.Di lain pihak, pengusaha juga

ketar-ketir dengan tuntutan ke -naikan UMP/UMK. Kalau terlalutinggi, beban biaya akan se ma -kin membengkak. Apalagi kalaujenis usaha yang mereka gelutitergolong ‘labor intensive’. Se -tiap kenaikan upah akan bikinke pala pengusaha pening. Na -

lu ri pengusaha memang lebihme nyukai struktur ongkos yangterkendali.Karena penetapan UMP/ -

UMK berlangsung setiap men-jelang akhir tahun, maka adalahalamiah kalau terjadi gontok-gontokan antara kedua belahpihak. Yang satu ingin kenaikanupah yang sebesar-besarnya,se mentara pihak lain ingin agarkenaikan itu bisa ditekan. Kon -flik seperti ini merupakan ‘acararitual’ tahunan.Pertanyaanya, bisakah kon -

flik kepentingan antara buruhde ngan pengusaha dihindari.Ba rang kali dua sistem yang le -bih Is lami yang akan diterang -kan be ri kut ini dapat membe -rikan ja wab an. Berikut adalahuraiannya.

Sistem yang pertama adalahbagi hasil murni seperti yangselama ini banyak dipraktekandi rumah makan Padang. Padasaat restoran tutup, pemilik dankaryawan bersama-sama meng -hi tung penghasilan hari itu. Se -telah dikurangi dengan biaya ba -han makanan, penghasilan ber -sih disisihkan menjadi dua ba -gian yaitu bagian pemilik danbagian karyawan. Bagian kar -ya wan kemudian dibagi-bagi lagisesuai dengan tingkatan jabatan.

Juru masak yang menjamin ke -le zatan makanan tentunya akandiberi bagian lebih tinggi diband-ingkan pelayan biasa.Dalam sistem seperti ini, kar -

yawan tidak mendapatkan upah.Pengupahan digantikan se luruh -nya dengan bagi hasil. Ka lau hariitu, penghasilan tidak cu kup me -nutupi biaya produksi maka kar -yawan tidak mendapat kan bagiansama sekali. Kalau hari itu un -tung besar, maka pe milik dankar yawan sama-sama berbagire zeki nomplok. Keung gul an darisis tem seperti ini ada lah bahwasetiap karyawan akan berusahauntuk memberikan pe layananyang sebaik-baiknya karena pen-dapatan mereka sa ngat tergan-tung pada konsumen yang da -tang. Selain itu, biaya bahan bakuakan cenderung me reka tekansupaya bagian me reka menjadilebih besar. Perusahaan menjadilebih efisien.Sistem seperti ini dapat pula

diterapkan di perusahaan man-ufaktur skala besar sekalipun.Walaupun struktur organisasidan proses produksi di perusa-haan besar cenderung jauh lebihkompleks dibandingkan rumahmakan Padang, kontribusi ma -sing-masing tahapan produksi,unit kerja maupun individu pe -

kerja terhadap total produksi ak -hir dapat dihitung dengan pen -de katan produk marjinal. Tentuuntuk merancang bagi sistemhasil di perusahaan besar ha -rus lah digunakan kajian saintifiksupaya bagi hasilnya dapat di -buat seadil mungkin. Perhitung -an bagi hasil dapat dilakukansecara mingguan atau bulanan.Kelemahan dari sistem ini

terletak pada jangka waktu per-hitungan bagi hasil. Sistem inisulit untuk diterapkan di unitusa ha yang menghasilkan out -put lebih dari satu bulan. Con -tohnya adalah usaha tani yangpanennya harus menunggu tigabulan atau lebih. Kalau setiappekerja harus menunggu bagihasil sampai tiga bulan atau le -bih, dari mana mereka harusmen dapatkan penghasilan un -tuk membiayai kebutuhan hidupdari hari ke hari? Karena itu,penggarap dan buruh cende -rung bekerja secara paruh wak -tu di lahan pertanian bagi ha sil.Sisa waktunya mereka manfaat -kan untuk mengais rezeki se ca -ra serabutan di bidang lain. Ka -rena itu, seringkali sistem se -per ti ini tidak optimal karenaenergi dan waktu penggarap ter-pecah dua.Alternatifnya adalah dengan

menggunakan sistem yang ke -dua yakni bagi hasil yang dipa -du kan dengan upah dasar. Upahdasar adalah tingkat upah pe -kerja setengah hari yang dibayaruntuk pekerjaan sehari penuh.Setelah panen, hasil produksidihitung dan kemudian dikurangidengan berbagai komponen bia -ya termasuk didalamnya adalahupah dasar. Karena mereka te -lah dibayar dengan upah dasar,tentunya bagian hasil panenyang didapatkan para penggarapmenjadi lebih kecil dibandingkanbagi hasil murni.Keunggulan dari kedua sis -

tem ini adalah pihak pemodaldan pekerja tidak lagi harusberebut ‘kue’ seperti yang terjadidalam sistem pengupahan. Ha -nya ada satu cara bagi pekerjadan pengusaha untuk mendapatpendapatan yang lebih besaryakni dengan cara memperbesar‘kue’. Kedua belah pihak dengansendirinya akan saling bekerjasama untuk mening katkan pro-duktifitas dan mene kan biaya.Bukankah kerjasama pemodaldan pekerja merupa kan esensidari hubungan industrial yangsehat? Keselarasan hu bunganmerupakan kunci da lam mem-bangun sistem yang ber keadilan.Itulah yang Islami. �

BUKANTAFSIR

Dr Iman SugemaDosen IE FEM IPB

M Iqbal IrfanyDosen IE-FEM IPB

Sistem Pengupahan yang Islami

Dr Hendri TanjungAlumnus IPB dan Sekretaris Magister Ekonomi Islam UIKA

Bogor

Kebutuhan SDMperbankan sya riahakan lebih besar lagi,jika memperhi-tungkan kebijakan pe ngem -bangan perusahaandalam menciptakanpertumbuhan per-bankan syariah.

Kekuatan (S):Pertumbuhan asetyang tinggi meng hen -daki SDM yang banyak

Kelemahan (W):Maraknya pem -bajakan SDM

Opprotunity (O):� Pangsa pasar yangbesar.

� Kebijakan Pemdamendirikan banksyariah

S-O Strategi:

Early recruitmentprogram

S-T Strategi:

Merekrut SDMKonvensional ke

Syariah

Threat (T):� Lack of trust pascakrisis

� Kurangnya pema-hamanmasyarakat

W-O Strategi:

Mendirikan InstitutBankir SyariahIndonesia (IBSI)

W-T Strategi:

INTERNAL

EKST

ERNAL

Tabel 1. Analisis SWOT Bank Syariah