Skrip Sisi

68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus (DM) tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 tahun dengan catatan pada dekade ke-7 kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa. (Suyono, 2005) Kekerapan DM di Eropa dan di Amerika utara berkisar antara 2-5%, sedangkan di negara berkembang antara 1,5-2%. Di Indonesia berkisar 1,5-2,3%, tetapi pada tahun 2001 survei terakhir di Jakarta (Depok) menunjukkan kenaikan yang sangat nyata yaitu menjadi 12,8%. (Suyono, 2005) 1

description

jhgfhjgfhj

Transcript of Skrip Sisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah

yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan

kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus (DM) tipe 2 adalah jenis yang

paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40

tahun dengan catatan pada dekade ke-7 kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4

kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa. (Suyono, 2005)

Kekerapan DM di Eropa dan di Amerika utara berkisar antara 2-5%,

sedangkan di negara berkembang antara 1,5-2%. Di Indonesia berkisar 1,5-2,3%,

tetapi pada tahun 2001 survei terakhir di Jakarta (Depok) menunjukkan kenaikan

yang sangat nyata yaitu menjadi 12,8%. (Suyono, 2005)

Berdasarkan Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007

oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM di daerah urban

Indonesia untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Badan Pusat Statistik

Indonesia memperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk

yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban

(14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes

di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. (PERKENI, 2011)

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli dalam pembahasan

peran protein membran CD36/FAT dalam penyerapan asam lemak dan β-oksidasi

1

pada mamalia. CD36/FAT adalah protein membran yang berfungsi untuk

mengoksidasi asam lemak dalam jaringan otot dan juga CD36/FAT ini terlibat

dalam proses angiogenesis, peradangan, serta metabolisme lipid. CD36/FAT

memiliki kemampuan untuk mentranslokasi antara intraseluler endosom dan

membran plasma sel. Insulin dan kontraksi otot dapat merangsang pembentukan

CD36/FAT dari intraseluler ke membran plasma, yang berfungsi untuk

penyerapan dan oksidasi asam lemak. CD36/FAT juga berperan dalam

peningkatan asam lemak β-oksidasi bersama dengan akumulasi triasilgliserol.

(Fillmore et.al, 2011)

Namun, mekanisme yang tepat dalam menstimulasi translokasi CD36/FAT

masih belum diketahui. Tetapi, diasumsikan bahwa aktivasi protein AMP-kinase

(AMPK) dan energi dari sel otot dapat berpartisipasi dalam respon translokasi

CD36/FAT. Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut topik ini

tentang peran CD36/FAT dalam metabolisme LDL, proses aterosklerosis serta

hubungannya dengan penyakit diabetes melitus tipe 2. (Fillmore et al, 2011)

Dalam ajaran Islam, penyakit yang diderita seseorang memiliki beberapa

makna, yaitu sebagai akibat pola hidup, sebagai musibah, sebagai cobaan atau

ujian, sebagai teguran Allah SWT, sebagai hukuman Allah SWT, sebagai

penghapus dosa, sebagai sarana menaikkan derajat kemuliaan, dan sebagai bentuk

kasih sayang Allah SWT. Tetapi sebelum penyakit itu timbul, Islam mengajarkan

umatnya untuk selalu berikhtiar, dalam hal ini ikhtiar menjaga kesehatan.

(Soenarwo, 2009)

2

Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berikhtiar dan senantiasa

menjaga kesehatannya dengan menjaga pola makan dan pola hidup sehat, karena

semua itu merupakan bekal sebagai hamba Allah dalan beribadah kepada-Nya.

Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna , hal ini dijelaskan

dalam surat At-Tin (95) : 4 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan

manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Di dalam tubuh setiap individu

memiliki protein yang disebut CD36 yang memiliki peranan penting dalam proses

metabolisme kolesterol-LDL yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit

diabetes melitus tipe 2 dan sebagai faktor prognosis terjadinya proses

aterosklerosis pada penderita diabetes melitus tipe 2. Oleh karena itu supaya

seseorang dapat menjaga kesehatannya dan terhindar dari suatu penyakit yaitu

diabetes melitus, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti hubungan

CD36 dengan penyakit diabetes melitus. (Suyono, 2005; Campbell et al, 2004)

Berdasarkan uraian di atas, maka hal ini telah mendorong penulis untuk

membahas dalam skripsi mengenai Peran CD36 Dalam Metabolisme LDL Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau Dari Kedokteran Dan Islam.

1.2 Permasalahan

1. Apakah CD36 / FAT (Fatty Acid Translocase) bermanfaat dalam

penanganan diabetes melitus tipe 2?

2. Apakah CD36 / FAT dapat menjadi faktor prognosis pada diabetes melitus

tipe 2?

3. Bagaimana pandangan Islam terhadap peran CD36 / FAT dalam

penanganan diabetes melitus tipe 2?

3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Membantu masyarakat dan dunia medis dalam memperoleh informasi

mengenai peran FAT (Fatty Acid Translocase) / CD36 dalam metabolisme

LDL (Low Density Lipoprotein) pada penderita diabetes melitus tipe 2

untuk membantu penanganannya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui seberapa besar manfaat CD36 / FAT dalam penanganan

diabetes melitus tipe 2

2. Untuk mengetahui seberapa besar manfaat CD36 / FAT dalam

menentukan faktor prognosis pada diabetes melitus tipe 2

3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam terhadap peran CD36 /

FAT dalam menangani diabetes melitus tipe 2

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana latihan penulisan skripsi dan menambah pengetahuan

tentang peranan FAT (Fatty Acid Translocase) / CD36 dalam

metabolisme LDL (Low Density Lipoprotein) pada penderita diabetes

melitus tipe 2.

2. Bagi Universitas Yarsi

4

Diharapkan agar tulisan ini dapat menambah khasanah ilmiah yang

bermanfaat bagi civitas akademika Universitas Yarsi

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi pada masyarakat mengenai peran FAT (Fatty

Acid Translocase) / CD36 dalam metabolisme LDL (Low Density

Lipoprotein) pada penderita diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit diabetes

melitus tipe 2

BAB II

5

PERAN CD36 DALAM METABOLISME LDL PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DARI KEDOKTERAN

2.1 Pendahuluan

Diantara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit

tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes

sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada

abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) membuat perkiraan bahwa pada

tahun 2025, jumlah pemderita diabetes melittus akan membengkak menjadi 300

juta orang. (Suyono, 2006)

Prevalensi DM di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun. Penderita

yang terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia

produktif. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-

laki, dan di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di perdesaan. Pada tahun

2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah

6,9 persen. Prevalensi diabetes tertinggi yang terdiagnosis dokter terdapat di

Sulawesi Tengah (3,7%) dan terendah terdapat di Kalimantan Timur (2,3%).

(Kemenkes, 2013)

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia.

WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup

besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah

penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3

6

juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation

(IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0

juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat

perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan

jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. (PERKENI,

2011)

2.2 Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,

terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health

Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan

sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat

tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik

dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut

atau relatif dan gangguan fungsi insulin. (Gustaviani, 2006)

Diabetes melitus ditandai oleh kenaikan kadar gula darah dan disebabkan

oleh berkurangnya sekresi atau efektivitas kerja insulin. Keadaan ini sering

ditemukan dan prevalensi diabetes melitus tergantung insulin (insulin dependent

diabetes melitus, IDDM) adalah sebesar 0,5%, sedangkan prevalensi diabetes

yang tidak tergantung insulin (non-insulin dependent diabetes melitus, NIDDM)

mendekati 2%. (Gleadle, 2007)

7

2.2.1 Klasifikasi dan Etiologi

Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh Perkeni adalah yang sesuai dengan

anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA), klasifikasi

etiologi Diabetes Mellitus, menurut ADA (2007) adalah dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 1. Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik

DM seperti tersebut di bawah ini:

a. Keluhan klasik DM berupa : banyak minum, banyak makan, banyak

buang air kecil dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya.

b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae (gatal didaerah kemaluan)

pada wanita.

8

Diabetes karena dampak kehamilan ditegakkan hasil pemeriksaan tes

toleransi glukosa oral (TTGO), dilakukan dengan memberikan beban 75 gram

glukosa setelah berpuasa 8 – 14 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa

darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah beban. Diabetes mellitus gestasional (DMG)

ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 95 mg/dl,

1 jam setelah beban ≥ 180 mg/dl dan 2 jam setelah beban ≥ 155 mg/dl. Apabila

hanya dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan

pemeriksaan glukosa 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa

darah ≥ 155 mg/dL, sudah dapat didiagnosis Diabetes Gestasional (PERKENI,

2006).

2.2.2 Patofisiologi

Keadaan normal kadar glukosa darah berkisar antara 70-110 mg/dl, setelah

makan kadar glukosa darah dapat meningkat 120-140 mg/dl dan akan menjadi

normal dengan cepat. Kelebihan glukosa dalam darah disimpan sebagai glikogen

dalam hati dan sel-sel otot (glikogenesis) yang diatur oleh hormon insulin yang

bersifat anabolik. Kadar glukosa darah normal dipertahankan selama keadaan

puasa karena glukosa dilepaskan dari cadangan-cadangan tubuh (glikogenolisis)

oleh hormon glukagon yang bersifat katabolik (Arisman, 2011)

Insulin adalah hormon protein dibuat dari dua rantai peptida (rantai A dan

rantai B) dihubungkan pada dua lokasi melalui jembatan disulfida. Dalam bentuk

inilah insulin dilepaskan ke dalam darah dan beraksi pada sel target. Insulin

disintesa di dalam sel β di reticulum endoplasmik, sebagai rantai peptida lebih

besar yang disebut proinsulin (Mardiati, 2000).

9

Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang progresif, dimulai

dengan resistensi insulin yang mengarah ke peningkatan produksi glukosa hepatik

dan berakhir dengan kerusakan sel beta. Resistensi insulin didefinisikan sebagai

ketidakmampuan jaringan target seperti otot dan jaringan adiposa untuk merespon

sekresi insulin endogen dalam tubuh (Moreira, 2010).

Pada individu non-diabetik sel beta mampu menangkal resistensi insulin

dengan meningkatkan produksi dan sekresi insulin. Pada penderita DM apabila

keadaan resistensi insulin bertambah berat disertai tingginya glukosa yang terus

terjadi, sel beta pankreas dalam jangka waktu yang tidak lama tidak mampu

mensekresikan insulin dalam jumlah cukup untuk menurunkan kadar gula darah,

disertai dengan peningkatan glukosa hepatik dan penurunan penggunaan glukosa

oleh otot dan lemak akan mempengaruhi kadar gula dara puasa dan postpandrial.

Akhirnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas akan menurun dan terjadi

hiperglikemia berat. (Ostenson, 2001) (Lampiran 1.)

2.2.3 Diagnosis

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan

adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM, antara lain

(PERKENI, 2006) :

a. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polifagia, dan penurunan berat badan

yang tidak dijelaskan sebabnya.

b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan

disfungsi ereksi pada laki-laki serta pruritus vulva pada perempuan. Selain dengan

10

keluhan, diagnosa DM harus ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa

darah dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan

darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler sesuai kondisi dengan

memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan

WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan

dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler (Gustaviani, 2006;

PERKENI, 2006).

Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan

Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl)

Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosa DM adalah :

a. Didahului dengan adanya keluhan-keluhan khas yang dirasakan dan

dilanjutkan dengan pemeriksaan glukosa darah.

b. Pemeriksaan glukosa darah menunjukkan hasil : pemeriksaan glukosa

darah sewaktu ≥ 200 mg/dl (sudah cukup menegakkan diagnosis),

pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl (patokan diagnosis DM).

(PERKENI, 2006)

11

Tabel 3. Kriteria Diagnosis DM

Untuk kelompok tanpa keluhan DM, hasil pemeriksaan glukosa darah

yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosa

DM. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka

abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah

sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau hasil tes toleransi glukosa oral

(TTGO) didapatkan kadar glukosa darah setelah pembebanan ≥ 200 mg/dl

(PERKENI, 2006).

2.3 Proses Aterosklerosis Pada Diabetes Melitus Tipe 2

Aterosklerosis merupakan kelainan pada pembuluh darah yang ditandai

dengan lesi intimal yang ditandai dengan atheromas (juga disebut atheromatus

atau plak aterosklerosis) yang menonjol ke pembuluh lumen. Kelainan ini

menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih banyak dibandingkan kelainan

lain di negara-negara barat. Faktor risiko yang telah diidentifikasi melalui

beberapa pendekatan prospektif oleh Framingham Heart Study and

Atherosclerosis Risk in Communities Study menunjukkan bahwa faktor-faktor

12

risiko memiliki efek multifikasi. Jika terdapat dua faktor risiko, risikonya akan

meningkat menjadi empat kali. Kemudian, jika terdapat tiga faktor risiko (misal

hiperlipidemia, hipertensi, dan merokok), kejadian infark miokard dapat

meningkat menjadi tujuh kali. (Kumar et al, 2010)

Faktor risiko dibedakan menjadi faktor konstitutional, yaitu usia, jenis

kelamin dan genetika serta faktor yang dapat dimodifikasi meliputi

hiperlipidemia, hipertensi, merokok dan diabetes. Namun, ternyata 20% kejadian

penyakit kardiovaskular terjadi tanpa adanya faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor

risiko tambahan tersebut diantaranya adalah inflamasi, sindroma metabolik,

lipoporotein, faktor yang mempengaruhi hemostasis (fungsi hemostasis dan fungsi

fibrinolitik) serta faktor lain. Faktor-faktor lain yang dimaksud merupakan faktor

yang berkaitan dengan risiko yang jarang didiskusikan atau sulit untuk dihitung

seperti jarangnya olahraga, gaya hidup yang kompetitif dan penuh tekanan/stress,

serta obesitas. (Kumar et al, 2010)

Pasien diabetes melitus tipe 2 dapat juga mengalami kerusakan endotel

maupun peningkatan kadar LDL teroksidasi. Hal tersebut diperkirakan disebabkan

mekanisme yang terkait dengan hiperglikemia pada kondisi ini. Selain itu,

koagulabilitas darah meningkat pada diabetes melitus tipe 2 karena peningkatan

plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) dan peningkatan kemampuan agregasi

trombosit. Selain itu, hiperglikemi meningkatkan pembentukan protein plasma

yang mengandung gula seperti fibrinogen, hepatoglobulin, makroglobulin serta

faktor pembekuan yang juga meningkatkan risiko trombus akibat peningkatan

viskositas darah. Juga, disebutkan bahwa diabetes melitus menginduksi

13

hiperkolesterolemia. Insiden infark miokard pada penderita diabetes adalah dua

kali lipat daripada pasien nondiabetik. (Sibernagl et al, 2007) (Lampiran 2.)

Disfungsi endotel dipicu oleh peradangan persisten akibat peningkatan

kadar trigliserida, asam lemak bebas dan LDL, dan penurunan tingkat high-

density lipoprotein (HDL) yang akhirnya menyebabkan perubahan resistensi

insulin dan pengambilan glukosa pada otot dan adiposit. (Ikmal et al, 2013)

(Lampiran 3.)

2.4 Lipoprotein

Lipid plasma berasal dari makanan (eksogen) atau disintesis dalam badan

(endogen). Lipid sukar larut dalam air, pengangkutannya dalam tubuh berbentuk

kompleks dengan protein yang disebut lipoprotein. Lipoprotein tersusun atas inti

yang sukar larut (non polar) yang terdiri atas ester kolesterol dan trigliserida serta

bagian yang mudah larut (polar) yang terdiri dari protein, fosfolipid dan kolesterol

bebas. (Namara et.al, 2000)

2.4.1 Metabolisme Lipoprotein

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur

metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol

transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL

dan trigliserid, sedang jalur reverse cholesterol transport khusus mengenai

metabolisme kolesterol-HDL. (Adam, 2010)

2.4.1.1 Jalur Metabolisme Eksogen

14

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol.

Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol

dari hati yang diekskresikan bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus

halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak

eksogen. (Adam, 2010) (Lampiran 4.)

2.4.1.2 Jalur Metabolisme Endogen

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam

sirkulasi disebut sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung

dalam VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam

VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL

berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi

LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester

kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung

kolesterol. Sebagian dari kolesterol dalam LDL akan dibawa ke hati dan jaringan

steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang

mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL

akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di

makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-

LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap

oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar

kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat

oksidasi seperti :

15

Meningkatnya jumlah LDL seperti pada sindrom metabolik dan

diabetes melitus.

Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol–HDL akan

bersifat protektif terhadap oksidasi LDL. (Adam, 2010)

2.4.1.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil sedikit kolesterol yang mengandung

apolipoprotein (apo) A, C dan E; dan disebut HDL - nascent. HDL - nascent

berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung

apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil

kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari

makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.

Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol bebas di bagian dalam dari

makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag oleh suatu

pengangkut (transporter) yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette

transporter-1 atau disingkat ABC-1. (Adam, 2010)

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas

akan  diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lecithin cholesterol

acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh

HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh

scavenger receptor class B tipe 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah 

kolesterol ester dalam HDL akan  dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan

IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian

fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur

16

yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk

membawa kolesterol kembali ke hati. (Adam, 2010)

2.5 Cluster of Differentiation 36 (CD36)

Cluster of Differentiation / Cluster Determinant / Cluster Designation

(CD) merupakan sistem klasifikasi penanda permukaan sel yang diekspresikan

oleh limfosit berdasarkan analisis antibodi monoklonal terhadap antigen leokosit

manusia. (Dorland, 2002)

Cluster of Differentiation adalah protokol yang digunakan untuk

identifikasi molekul permukaan sel dan memberikan target untuk

immunophenotyping sel. Secara fisiologi molekul CD dapat bertindak dalam

berbagai cara, salah satunya sering bertindak sebagai reseptor atau ligan (molekul

yang mengaktifkan reseptor) untuk sel. Sistem CD umumnya digunakan sel untuk

didefinisikan berdasarkan jenis molekul pada permukaannya dan juga sering

digunakan untuk menghubungkan sel dengan fungsi tertentu. (Baratawidjaja,

2006)

Cluster of Differentiation 36 (CD36) yang dikenal juga sebagai Fatty Acid

Translocase (protein pengangkut asam lemak) merupakan protein multifungsi

yang berperan dalam proses fagositosis mononuklear, berfungsi sebagai reseptor

pengikat LDL yang teroksidasi, protein pembawa asam lemak rantai panjang pada

otot dan sel adiposit dan sel apoptosis pada makrofag. CD36 juga telah

menunjukkan keterlibatannya dalam berbagai proses, termasuk proses

pembentukan asam lemak rantai panjang, proses glikolisis, pembentukan kolagen,

17

pembentukan hormon pertumbuhan dan pembentukan thrombospondin-1 (TSP–

1). CD36 juga telah digunakan sebagai biomarker atau penanda dalam aktivasi

dari makrofag, proses inflamasi dan proses atherosklerosis. (Ikmal et al, 2013)

CD36 juga berkaitan erat dengan proses atherosklerosis, angiogenesis,

proses inflamasi, metabolisme lipid, aktivasi platelet, hiperglikemia dan resistensi

insulin. LDL-terkosidasi merangsang ekspresi membran CD36 pada permukaan

monosit dan makrofag yang menghasilkan efek dari aterosklerosis dan mungkin

menjadi penyebab terjadinya akumulasi lipid pada ruang subendotelial. (Ikmal et

al, 2013)

2.5.1. Mekanisme Kerja CD36

CD36 merupakan protein pembawa asam lemak rantai panjang yang

terdapat pada membran plasma sama seperti yang terdapat di intraseluler pada otot

skelet. Asam lemak rantai panjang merupakan sumber energi yang sangat penting

untuk jaringan-jaringan tubuh seperti otot skelet dan jantung. Setelah memasuki

miosit, asam lemak rantai panjang diesterifikasi atau dibawa ke dalam

mitokondria untuk dioksidasi dan selanjutnya digunakan untuk pembuatan energi.

(Campbell et al, 2004)

Digunakan pada berbagai sel dan jaringan, termasuk trombosit, eritrosit,

monosit, sel-sel endotel dan leukosit, CD36 juga terlibat dalam metabolisme lipid,

homoeostasis dan terlibat dalam proses terkait dengan disregulasi metabolik,

termasuk obesitas, resistensi insulin, diabetes, nefropati diabetik dan

atherosklerosis. Baru-baru ini, bentuk sirkulasi dari CD36, yang disebut sebagai

18

solusio CD36, diidentifikasi dalam plasma manusia sebagai biomarker baru untuk

diabetes mellitus tipe 2. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa level solusio

CD36 yang terlarut dalam plasma berhubungan dengan penanda resistensi insulin

dan peningkatan risiko diabetes melitus tipe 2. (Alkhatatbeh et al, 2013)

Hal ini juga bisa menjadi penanda plak aterosklerosis dan penanda utama

dalam risiko sindroma koroner akut. Selain itu, solusio CD36 yang terlarut dalam

plasma meningkat pada kondisi prediabetic, termasuk sindroma polikistik ovarium

dan diidentifikasi sebagai penanda baru pada kerusakan hati pada pasien dengan

gangguan metabolisme glukosa. Bahkan pada populasi sehat non-diabetes, CD36

yang larut dalam plasma secara bermakna dikaitkan dengan penanda resistensi

insulin, aterosklerosis dan perlemakan hati. (Alkhatatbeh et al, 2013)

Ekspresi dan regulasi CD36 dalam jaringan adiposa, otot rangka, dan hati

dan perannya sebagai translocator dari asam lemak rantai panjang sebagai

mediator potensial metabolisme energi dan mungkin berperan secara tidak

langsung dalam penyerapan glukosa dan pemanfaatannya. Hipotesis ini didukung

oleh Aitman et al. yang menunjukkan bahwa peran CD36 dalam metabolisme

glukosa menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada pasien diabetes tipe 2.

(Febbraio et al, 2001)

2.5.2. Sintesa Protein CD36

Penyerapan glukosa yang tidak efisien oleh otot dan jaringan adiposa

menyebabkan resistensi insulin atau kondisi medis yang dikenal sebagai

19

hiperinsulinemia terkompensasi. Sel-sel β pankreas melepaskan insulin berlebihan

dalam upaya untuk mengimbangi kadar glukosa plasma yang tinggi dalam darah.

Hiperinsulinemia persisten meningkatkan kadar serum trigliserida, asam lemak

bebas, dan LDL (low-density lipoprotein) dan menurunkan kadar serum HDL

(high-density lipoprotein).

Peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah dapat membuat

kerusakan endotel pembuluh darah. Tubuh melakukan kompensasi dengan cara

mengaktifkan imunitas dan melepaskan sitokin-sitokin pro-inflamasi salah

satunya adalah protein CD36. Mekanisme aktivasi CD36 ini dimulai ketika LDL

memasuki ruang subendotelial, berikatan dengan makrofag dan berakumulasi di

dalam tunika intima pembuluh darah yang menyebabkan penebalan dinding

pembuluh darah. (Ikmal et al, 2013)

Peningkatan asam lemak bebas dan pembentukan makrofag juga

menstimulasi pembentukan CD36. Singkatnya, pembentukan protein CD36 ini

terjadi karena keadaan hiperinsulinemia terkompensasi yang lama-kelamaan

menjadi hiperinsulinemia persisten dan dislipidemia. (Ikmal et al, 2013)

(Lampiran 5.)

2.6 CD36 / FAT dan Prognosis Diabetes Melitus Tipe 2

20

Diabetes melitus tipe 2 meningkatkan risiko komplikasi aterosklerosis

yang mengancam jiwa, terutama penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke

tromboemboli. Penyakit kardiovaskular (CVD) diakui sebagai penyebab kematian

pada 65% pasien dengan diabetes. Dengan demikian, penyakit kardiovaskular

pada pasien dengan diabetes telah dicatat sebagai penyebab utama morbiditas dan

mortality. Bagaimanapun juga, mekanisme yang menghubungkan perkembangan

aterosklerosis dan diabetes melitus belum dipahami dengan jelas. Banyak

penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa perkembangan aterosklerosis

adalah modifikasi dari penyerapan low density lipoprotein (LDL) dikenal juga

dengan LDL teroksidasi (oxLDL) pada plasma oleh monosit/makrofag yang

diakumulasikan dalam dinding pembuluh darah, yang sebagian besar dimediasi

oleh sel permukaan reseptor CD36. OxLDL terlibat dalam banyak tahap pada

perkembangan aterosklerosis di dalam dinding pembuluh darah, seperti disfungsi

endotel, migrasi makrofag dan sel otot polos dan pelepasan sitokin proinflamasi

(Zhang et al, 2005) (Djohari, 2009)

Dalam penelitian yang dilakukan Saxena et al. di India, mereka

membandingkan level CD36 yang terdapat dalam magrofag pada pasien diabetes

melitus tipe 2 dengan pasien sehat (kontrol). Dari penelitian tersebut didapatkan

hasil bahwa akumulasi LDL teroksidasi (OxLDL) dalam pembuluh darah

meningkat 4x lipat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan

pasien kontrol. Hasil lain yang didaptkan berupa kondisi hiperglikemia

mengakibatkan peningkatan level CD36 pada pasien diabetes melitus tipe 2

21

dibandingkan dengan pasien kontrol dan menjadi faktor penentu terhadap risiko

penyakit kardiovaskular. (Saxena et al, 2012)

Beberapa hubungan potensial antara diabetes dan aterosklerosis telah

diidentifikasi dan banyak pengamatan klinis meneliti pada hubungan antara risiko

komplikasi penyakit kardiovaskular dalam diabetes dan kontrol glikemik yang

buruk. Kelainan apoprotein dan distribusi partikel lipoprotein, hiperinsulinemia,

perubahan dalam ekspresi faktor pertumbuhan dan kaskade sitokin adalah

beberapa mekanisme potensial. Beberapa bukti juga menunjukkan peran produk

akhir glukosa dan reseptornya merupakan mediator yang mungkin menyebabkan

kerusakan pembuluh darah pada diabetes, dan CD36 telah diidentifikasi sebagai

reseptor untuk produk akhir glukosa. Selain mekanisme tersebut, LDL yang

teroksidasi juga berperan pada proses aterogenesis. (Zhang et al, 2005)

Ekspresi protein CD36 dari monosit-makrofag dalam penyerpan LDL

secara signifikan meningkat pada vena perifer pada pasien dengan diabetes tipe 2.

Ekspresi CD36 meningkat terutama pada kelompok diabetes dengan

aterosklerosis setelah paparan konsentrasi glukosa yang tinggi. Sampson et al juga

dijelaskan bahwa ekspresi monosit CD36 tidak meningkat secara signifikan 2 jam

post prandial dalam subjek nondiabetes, tapi tidak dalam kelompok diabetes tipe

2. Hal ini menunjukkan bahwa CD36 mungkin memainkan peran penting dalam

patogenesis aterosklerosis pada diabetes mellitus. (Zhang et al, 2005)

Singkatnya, peningkatan ekspresi CD36 dalam memodifikasi LDL

teroksidasi (oxLDL) mungkin merupakan mekanisme percepatan aterosklerosis

pada diabetes. Peningkatan aktivasi CD36 pada sirkulasi monosit mungkin

22

menjadi penanda klinis awal untuk proatherogenesis. Pasien diabetes yang tidak

terkontrol berada pada risiko tinggi untuk komplikasi vaskular / aterosklerosis

daripada pasien diabetes yang terkontrol dengan baik. (Zhang et al, 2005)

2.6.1 Hubungan Insulin, Glukosa, dan CD36 / FAT

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan

oleh sel beta kelenjar pangkreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel

beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai dengan

kebutuhan untuk keperluan regulasi glukosa darah. Insulin berperan penting pada

berbagai proses biologis dalam tubuh terutama menyangkut metabolisme karbohidrat.

Hormon ini berfungsi dalam proses utilisasi glukosa pada hampir seluruh jaringan

tubuh, terutama pada otot, lemak dan hepar. (Manaf, 2005)

Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan

sejenis reseptor (insulin reseptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel.

Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam signal yang berguna

bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, dengan

mekanisme kerja yang belum begitu jelas. Beberapa hal telah diketahui, diantaranya

meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) pada membran sel, karena

proses translokasi GLUT-4 dari dalam sel diaktivasi oleh adanya tranduksi signal.

Regulasi glukosa tidak hanya ditentukan oleh metabolisme glukosa di jaringan

perifer, tapi juga di jaringan hati. Untuk mendapatkan metabolisme glukosa normal

diperlukan mekanisme sekresi insulin disertai aksi insulin yang berlangsung normal.

(Manaf, 2005)

23

Membran reseptor FAT/CD36 memfasilitasi penyerapan asam lemak

rantai panjang oleh otot dan adiposa jaringan. Sejalan dengan efek dari

metabolisme asam lemak pada metabolisme karbohidrat dan respon insulin,

perubahan ekspresi oleh protein CD36 telah dikaitkan dengan sindrom metabolik

termasuk resistensi insulin dan dislipidemia. Metabolisme asam lemak juga

diketahui secara signifikan mempengaruhi sekresi insulin. Namun, peran CD36

dalam proses ini masih belum diketahui, karena tingkat ekspresi dan fungsinya di

sel pankreas belum dieksplorasi. Sel pankreas yang mengekspresi CD36 dalam

membran plasma setara dengan sekresi insulin. (Noushmehr, 2005)

Peningkatan kadar CD36 pada monosit/makrofag sangat berhubungan erat

dengan resistensi insulin. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa peningkatan

kadar protein CD36 timbul dalam proses pra-diabetes, diabetes, sindrom

polikistik ovarium (PCOS), dan gangguan toleransi glukosa sangat membuktikan

bahwa protein CD36 terlibat dalam proses patogenesis diabetes dan aterosklerosis

dan bertindak sebagai biomarker suatu inflamasi. (Ikmal et al, 2013)

24

BAB III

PERAN CD36 DALAM METABOLISME LDL PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DARI AGAMA ISLAM

3.1 Cluster of Differentiation 36 (CD36) Menurut Pandangan Islam

Allah SWT menciptakan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-

Nya. Dalam penciptaan manusia terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT baik

dari hal yang kecil hingga hal yang besar. Tubuh manusia tersusun dari berbagai

macam sistem salah satunya adalah sistem sel yang bekerja sebagai suatu

komponen terkecil dalam dirinya. Komponen-komponen ini dapat dimanfaatkan

oleh manusia jika manusia itu berfikir. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran, yaitu :

Artinya : “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS. Al-Infithaar (82); 7-8)

Artinya : “Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini” (QS. Al-Jatsiyah(45); 4)

25

Ayat diatas menjelaskan bahwa di dalam tubuh manusia itu sendiri

terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang dapat dijadikan sebagai

pembelajaran. Setiap sel atau komponen di dalam tubuh manusia tentunya

memiliki manfaat yang berbeda-beda. Sebagai contoh yaitu protein CD36 (Cluster

of Differentiation 36) yang memiliki peranan penting dalam tubuh manusia yaitu

berfungsi sebagai reseptor pengikat kolesterol- LDL yang teroksidasi. Namun

pembentukannya tergantung pada masing-masing individu. Pembentukan protein

CD36 diawali oleh tingginya kadar kolesterol-LDL, resistensi insulin dan keadaan

hiperglikemia yang dimiliki oleh penderita diabetes melitus tipe 2. Karena

keadaan-keadaan tersebut, protein CD36 dapat meningkat dan hal ini dapat

berakibat pada terjadinya pembentukan aterosklerosis pada penderita diabetes

melitus tipe 2. Namun CD36 dapat digunakan untuk membantu menegakkan

diagnosis penyakit diabetes melitus tipe 2. (Ikmal et al, 2013) (Alkhatatbeh et al,

2013)

Allah SWT telah menciptakan manusia secara sempurna bahkan sampai

komponen terkecil tubuh manusia termasuk protein CD36 yang dapat berperan

dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit diabetes melitus tipe 2. Dengan

demikian hal ini dapat menjadi paembelajaran untuk umat manusia untuk selalu

bersyukur dengan cara menjaga kesehatannya karena dengan jiwa dan raga yang

sehat akan mempermudah dalam beribadah kepada Allah karena tujuan kita

diciptakan adalah untuk beribadah kepada-Nya.

26

3.2 Diabates Melitus Tipe 2 Menurut Pandangan Islam

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus ditandai oleh kenaikan kadar gula

darah dan disebabkan oleh berkurangnya sekresi atau efektivitas kerja insulin.

Pada diabetes melitus defisiensi atau resistensi hormon insulin menyebabkan

kadar gula darah menjadi tinggi karena menurunnya pengambilan glukosa oleh

jaringan otot dan adiposa serta peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati,

akibatnya otot tidak mendapatkan energi dari glukosa dan membuat alternatif

dengan membakar lemak dan protein (Gustaviani, 2006; Gleadle, 2007; Mardiati,

2000)

Penyakit diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula

merupakan penyakit yang diakibatkan oleh karena tingginya kadar glukosa dalam

darah. Selain faktor genetik, salah satu faktor penyebabnya adalah mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung glukosa secara berlebihan.

Di dalam ajaran Islam juga telah diajarkan bagaimana pola makan yang

baik. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”(QS. Al-A’raaf (7); 31)

27

Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Israa (17); 27)

Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang berlebihan-

lebihan itu tidak baik, termasuk dalam hal makanan. Sebagai contoh makanan

yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme kolesterol-LDL yang dapat

merangsang peningkatan terjadinya CD36 dan berakibat buruk terhadap kesehatan

terutama pada penderita diabetes melitus tipe 2. Dari hasil penelitian di Amerika

dan Eropa bahwa penyebab kematian nomor satu adalah penyakit-penyakit yang

diakibatkan kelebihan makanan yang mengakibatkan kegemukan/overweight.

Semua ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit diabetes melitus dengan segala

komplikasinya, seperti penyakit jantung, penyakit stroke, dan berpengaruh ke

ginjal dan mata (Yunus, 1994)

Dari keterangan diatas jelaslah bahwa sesungguhnya pola makan yang

salah dan berlebihan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit

diabetes melitus. Namun hal tersebut dapat dihindari dengan mengikuti pola

makan yang sesuai ajaran Islam, memperbaiki pola hidup dan melakukan aktivitas

olahraga.

Dasar pertama yang ditetapkan dalam ajaran islam mengenai makanan

adalah asal dari segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT, baik itu berupa

suatu benda atau berupa manfaat-manfaat yang dapat diambil oleh manusia,

adalah halal dan boleh. Dalam hal ini, beberapa ayat Al-Qur'an sangat jelas

28

menerangkan bahwa asal dari segala sesuatu atau suatu manfaat adalah boleh. (Al-

Qaradhawi, 2004)

Seperti firman Allah SWT :

Artinya : Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah (2); 29)

Artinya : Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah (45); 13)

Halal adalah istilah bahasa Arab yang berarti diperbolehkan secara hukum.

Dalam masalah makanan, kebanyakan makanan dianggap halal kecuali bahan-

bahan makanan haram yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an atau hadis

(perkataan Nabi Muhammad SAW). Manusia tidak bisa mengubah hukum haram

menjadi halal. (Jauhar, 2009)

29

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

Artinya : : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS. Al-Maaidah (5); 87-88)

Haram berarti dilarang secara hukum. Makanan-makanan yang haram

berarti makanan yang dilarang secara hukum. Misalnya, alkohol, babi dan produk-

produk sampingannya, daging dari bangkai, darah, obat-obatan beracun, dan lain-

lain. Dalam beberapa kasus pengecualian, seorang muslin diperbolehkan

memakan makanan haram jika berada dalam beberapa situasi berikut misalnya

tidak tahu ataupun dalam bahaya. (Jauhar, 2009)

Sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah (2); 173)

30

Syubhat yang berarti samar. Beberapa makanan diperkirakan hukumnya

syubhat karena orang mungkin tidak tahu halal atau haramnya makanan tersebut.

Jika tidak ada pernyataan tertulis dalam Al-Qur'an dan hadis apakah makanan

tersebut halal atau haram, maka orang akan mencoba sebaik mungkin untuk

membuat penilaian dan keputusan mereka sendiri. Jika keputusan tersebut

berdasarkan penerapan atau berdasarkan pemahaman akan pernyataan asli,

keputusan tersebut bisa menimbulkan berbagai kecurigaan. Keputusan seperti ini

disebut syubhat (diragukan). (Jauhar, 2009)

Artinya: “Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)

Makruh yang artinya tidak dianjurkan atau dibenci oleh agama. Istilah

makruh digunakan untuk semua makanan, minuman atau rokok yang bisa

memberi akibat buruk terhadap tubuh baik secara fisik, psikologi, mental, atau

spiritual. Oleh karenanya, orang harus menghindari produk-produk yang makruh,

misalnya obat penenang, obat perangsang, dan lain-lain. (Jauhar, 2009)

31

Semua umat manusia harus makan setiap hari, akan tetapi banyak orang

yang tidak tahu apa yang harus dimakan agar mereka tetap bisa menjaga

kesehatan. Oleh karenanya, orang harus memilih alternatif makanan yang lebih

baik dalam hal kandungan nilai gizi, dan akhirnya dari segi kesehatan menurut

kaidah Islam. (Jauhar, 2009)

Mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat menimbulkan

banyak dampak yang tidak baik, terutama bagi kesehatan. Berbagai penyakit

dapat timbul dari kelebihan berat badan akibat pola makan yang berlebihan

dan pola hidup yang tidak sehat (Zuhroni, 2010).

Selain mengatur pola makan, Islam juga mengajarkan tentang pola hidup

sehat. Pola hidup sehat menurut Islam adalah segala upaya untuk menerapkan

kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan

kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Secara umum dapat di

katakan pola hidup berdasarkan aturan, baik aturan agama, aturan negara dan

aturan kesehatan. (Rasyid, 1998)

Salah satu cara untuk menerapkan pola hidup sehat adalah dengan

berolahraga. Dalam pandangan ulama fikih, hukum olahraga adalah mubah,

bahkan bisa bernilai ibadah jika diniati sebagai ibadah atau agar mampu

melakukan ibadah dengan sempurna dan pelaksanaannya sesuai dengan norma

Islami. Dari sumber hadits dapat dijumpai berbagai riwayat, adakalanya Nabi

berolahraga dan mengajarkan untuk berolahraga. Berbagai jenis olahraga yang

dianjurkan Nabi adalah renang, memanah, berkuda, anggar, dan lain-lain

(Zuhroni, 2010).

32

Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan

berolahraga metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan

penyerapan nutrisi menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam kehidupan

sekarang ini banyak orang yang melupakanpentingnya berolahraga. Dalam hal

ini Rasulullah Saw pernah bersabda :

Artinya : Telah menceritakan kepada kami al-Makki bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Sa’id yaitu Ibnu Abu Hind dari ayahnya dari Ibnu Abbas Radliallahu ‘anhumadia berkata, Rasulullah Saw bersabda “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang” ‘Abbas al-‘Anbari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Shufwan bin Isa dari Abdullah bin Sa’id bin Abu Hind dari ayahnya saya mendengar Ibnu Abbas dari Rasulullah Saw seperti hadits diatas. (HR. Imam Bukhari)

Olahraga merupakan cara sehat yang paling mudah dilakukan yang

berguna untuk kesehatan dan kebugaran tubuh. Selain itu, olahraga dapat juga

digunakan untuk sarana pendidikan dan juga untuk sekedar relaksasi atau hiburan

karena olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan jasmani saja tetapi juga baik

untuk kesehatan rohani.

Salah satu pola hidup sehat yang diajarkan dalam Islam adalah

selalu berpikiran positif atau menjaga pola pikir. Pola pikir seseorang dapat

33

secara langsung mempengaruhi kesehatannya. Secara umum stress dapat

diakibatkan karena tidak sesuainya antara keinginan, harapan dengan

kenyataan yang terjadi. Jika seseorang mengalami stress dan tidak segera

mengatasinya hal ini dapat menyebabkan frustasi, rasa putus asa dan bahkan

bisa mendatangkan berbagai macam penyakit. Karena sesungguhnya

kesehatan jasmani akan sangat tergantung seberapa sehat rohani yang dimiliki

seseorang. (Zuhroni, 2010)

Dengan mengingat Allah dan meyakini bahwa semua yang terjadi

adalah atas kehendak-Nya merupakan salah satu cara mengatasi stress

menurut agama Islam. Allah akan memberikan yang terbaik untuk umat-Nya

dan Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-

Nya. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan bersabar. Sebagaimana

dijelaskan dalam firman Allah :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah (2); 153)

Ayat diatas menjelaskan tentang pentingnya memiliki pola pikir yang

sehat dengan selalu berpikiran positif terhadap kehendak Allah. Karena apabila

seseorang mengalami stress dapat mengakibatkan tingginya kadar glukosa darah

(hiperglikemia) terutama pada penderita diabetes melitus tipe 2. Allah selalu

memberikan pertolongan kepada hamba-Nya dengan cara yang tidak diduga-duga.

34

Allah juga tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya diluar batas

kemampuan hamba-Nya. Oleh karena itu sangatlah penting sebagai umat Islam

selalu berpikiran positif dan selalu meminta pertolongan kepada Allah dengan

cara shalat dan bersabar.

3.3 Pandangan Islam Terhadap Peran CD36 Dalam Metabolisme LDL Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, banyak

temuan yang dihasilkan untuk kepentingan manusia diantaranya adalah protein

CD36. Secara fisiologis, tubuh kita sendiri menghasilkan protein CD36 yang

berguna dalam metabolisme LDL, penyerapan asam lemak, sebagai biomarker

atau penanda dalam aktivasi dari makrofag, proses inflamasi dan proses

atherosklerosis. Namun, pada pasien diabetes melitus tipe 2 terjadi resistensi

insulin, kondisi dislipidemia dan hiperglikemia yang menyebabkan terjadinya

akumulasi dari produksi protein CD36, yang menyebabkan penumpukan

magrofag dari metabolisme LDL teroksidasi (OxLDL) pada dinding pembuluh

darah yang mengakibatkan terjadinya proses aterosklerosis.

Pada dasarnya, Islam menganjurkan untuk selalu berusaha dan berobat

terhadap penyakit apapun. Islam juga selalu mengajarkan untuk menjaga

kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan mempermudah kita untuk

beribadah kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran :

35

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus (10); 57)

د�اء� �ال� إ ل� �ز� �ن أ �ه� ل ف�اء� ش�ل�الله� م�ا  ز� ن�

� أ   Artinya : “Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya” (HR. Imam Bukhari)

Ajaran islam selalu mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur atas

semua karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT, bahkan di dalam tubuh kita

sendiri terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, yang menciptakan manusia dalam

keadaan sebaik-baiknya dari hal yang besar sampai hal terkecil yaitu protein

CD36 yang dapat dimanfaatkan untuk pencegahan aterosklerosis pada pasien

diabetes melitus tipe 2. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan adalah dengan

menjaga pola hidup sehat dan tidak berlebih-lebihan dalam segala sesuatu

khususnya pola makan.

Pola makan yang baik dan teratur sangat mempengaruhi kesehatan setiap

individu. Mengkonsumsi makanan yang halal dan baik sangat bermanfat bagi

setiap manusia khususnya bagi para penderita diabetes melitus tipe 2. Karena jika

seseorang mengkonsumsi makanan secara berlebihan, hal ini dapat menyebabkan

penumpukan kolesterol-LDL yang merangsang pembentukan protein CD36 dan

berakibat buruk bagi kondisi tubuh terutama pada pasien diabetes melitus tipe 2.

36

Sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat-ayat diatas Allah menyukai hamba-Nya

yang tidak berlebih-lebihan dan Allah tidak menurunkan suatu penyakit

melainkan menurunkan pula obatnya.

Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, sebagai contoh Nabi

Muhammad SAW diciptakan oleh Allah SWT sebagai suri teladan yang baik yang

dapat dicontoh oleh seluruh umat Islam baik dengan cara menjalani pola hidup

Islami yaitu dengan cara berolahraga secara teratur, menjaga pola makan dengan

tidak berlebih-lebihan, memeriksakan kesehatannya secara berkala serta berobat

terhadap suatu penyakit. Sesungguhnya, muslim yang kuat lebih baik dan lebih

dicintai Allah daripada muslim yang lemah, meskipun pada keduanya terdapat

kebaikan.

37

BAB IV

KAITAN PANDANGAN ANTARA ILMU KEDOKTERAN DAN ISLAM

TENTANG PERAN CD36 DALAM METABOLISME LDL PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

Dari uraian BAB II dan BAB III sebelumnya, maka terdapat kaitan

pandangan ilmu kedokteran dan Islam tentang peran CD36 dalam metabolisme

LDL pada penderita diabetes melitus tipe 2, yaitu sebagai berikut:

Kedokteran berpendapat, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah dan disebabkan

oleh berkurangnya sekresi atau efektivitas kerja insulin. Insulin merupakan

hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar

pankreas. Insulin berperan penting pada berbagai proses biologis dalam tubuh

terutama menyangkut metabolisme karbohidrat.Salah satu komplikasi dari

diabetes melitus adalah aterosklerosis. Proses aterosklerosis terjadi dikarenakan

penumpukan low density lipoprotein (LDL) oleh monosit makrofag didalam

dinding pembuluh darah, yang sebagian besar diperantarai oleh sel permukaan

CD36. Cluster Determinant 36 (CD36) merupakan protein pembawa asam lemak

rantai panjang yang terdapat pada membran plasma terutama di sel adiposit,

jantung, dan otot rangka dan diidentifikasi memiliki peranan dalam mengatur

oksidasi asam lemak. CD36 berperan dalam pembentukan aterosklerosis akibat

akumulasi dari kolesterol-LDL. Pada penderita diabetes melitus tipe 2, CD36

38

dapat meningkat 4x lipat dibandingkan dengan orang normal yang dapat dijadikan

sebagai dasar terjadinya proses pembentukan aterosklerosis. Penargetan CD36

pada sel pankreas mungkin akan bermanfaat pada komplikasi diabetes melitus tipe

2 untuk membantu mencegah akumulasi lipid dan lipotoksisitas yaitu untuk

pencegahan terjadinya proses aterosklerosis.

Menurut pandangan Islam, penyakit diabetes melitus tipe 2 termasuk ke

dalam penyakit metabolik yang membutuhkan pengobatan jangka panjang yang

tidak lepas dari ketentuan dan kekuasaan Allah SWT sebagai Maha Pencipta.

Diabetes melitus tipe 2 memiliki komplikasi-komplikasi jangka panjang yang

harus dicegah sejak terdiagnosis penyakit ini. Pengobatan jangka panjang dalam

ajaran Islam merupakan suatu ikhtiar untuk menjaga kesehatan. Penderita diabetes

melitus tipe 2 juga diharuskan bersabar dalam mengobati penyakitnya karena

setiap penyakit ada obatnya. Allah tidak akan menurunkan sebuah penyakit

melainkan menurunkan pula obatnya. Hal ini terbukti dengan adanya protein

CD36 yang berada di dalam tubuh kita yang dapat berfungsi sebagai penanda atau

biomarker yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit diabetes melitus

tipe 2 dan dapat digunakan sebagai pencegahan terjadinya proses aterosklerosis

pada penderita diabetes melitus tipe 2. Terjadinya aterosklerosis yang merupakan

komplikasi dari diabetes melitus tipe 2, didukung oleh banyak faktor, seperti

hiperlipidemia, dan pola hidup tidak sehat, sehingga sangatlah penting bagi

penderita menjaga pola makan, memperhatikan kandungan gizi yang terdapat di

dalam makanannya serta tidak berlebih-lebihan. Selain itu, dalam Islam juga

39

ditekankan bahwa pola hidup sehat sangat diperlukan oleh setiap umat Islam salah

satunya dengan cara seperti berolahraga.

Jadi kedokteran dan Islam dalam masalah ini sependapat bahwa peranan

CD36 pada diabetes melitus tipe 2 dapat menyebabkan peningkatan risiko

komplikasi jangka panjang seperti aterosklerosis sehingga dapat dicegah dengan

cara diagnosis dini dan menerapkan pola hidup sehat secara Islam.

40

BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

1. Cluster of Differentiation 36 (CD36) dapat digunakan untuk memprediksi

terjadinya resistensi insulin, kerusakan endotel pembuluh darah dan proses

aterosklerosis pada diabetes melitus tipe 2.

2. Peningkatan CD36 dalam plasma darah dapat menjadi faktor prognosis yang

buruk pada diabetes melitus tipe 2 karena dapat mempercepat proses

pembentukan aterosklerosis.

3. Menurut pandangan Islam, peranan CD36 pada penderita diabetes melitus

tipe 2 dapat membantu dalam menegakkan diagnosa dan dapat dijadikan

sebagai upaya pencegahan terjadinya komplikasi diabetes melitus tipe 2

yaitu aterosklerosis.

5.2 SARAN

1. Kepada Ahli Medis

Ahli medis diharapkan dapat memanfaatkan peran CD36 dalam tubuh

penderita diabetes melitus tipe 2 dalam menegakkan diagnosis diabetes

melitus tipe 2 secara dini.

41

Masih sangat banyak dan sangat luas penelitian mengenai Diabetes melitus

tipe 2 serta CD36 itu sendiri. Diharapkan kedepannya para ahli medis

dapat meneliti lebih lanjut tentang peranan CD36 dalam proses terjadinya

proses aterosklerosis pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Dokter-dokter muslim yang menemui pasien diabetes melitus tipe 2

diharapkan dapat mengawasi pasien tersebut agar komplikasi-komplikasi

penyakit ini tidak terjadi, sehingga prognosis kedepannya dapat

diharapkan baik.

2. Kepada Masyarakat

Masyarakat harus rajin memeriksakan kesehatannya ke ahli medis agar

terhindar dari penyakit-penyakit metabolik seperti Diabetes melitus salah

satunya dengan cara memeriksakan kadar gula darahnya.

Menjaga pola hidup sehat dan Islami sangat diperlukan untuk pencegahan

diabetes melitus tipe 2 dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi

dan rendah kolesterol.

Kepada penderita diabetes melitus tipe 2 diharapkan agar selalu menjaga

asupan nutrisinya sehingga kadar gula dalam darah tetap terkontrol yang

akan mencegah penderita dari komplikasi-komplikasi di masa mendatang

42

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya. 2006. Departemen Agama Republik Indonesia.

Cetakan ke-10. Jakarta.

Adam J.M.F. 2010. Dislipidemia. Dalam: AW Sudoyo, B Setiyohadi, I Alwi, M

Simadibrata K, S Setiadi (eds), Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III.

Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. P. 1984-90

Arisman, 2011. Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi

Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54

Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ke-7. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Campbell S. E., Tandon N. N., Woldegiorgis G., Luiken J., et al. 2004. A Novel

Function for Fatty Acid Translocase (FAT) / CD36. The Joural of

Biological Chemistry, Volume 279, No. 35, P. 36235-36240.

Dorland, W.A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Ed. 29. Jakarta:

EGC, P. 2162

Febbraio M., Hajjar D.P., Silverstein R.L., 2001. CD36: a class B scavenger

receptor involved in angiogenesis, atherosclerosis, inflammation, and

lipid metabolism. The Journal of Clinical Investigation, Volume 6, No.

108, P. 785-791.

Fillmore N., Alrob O.A., Lopaschuk G.D., 2011. Fatty Acid β-Oxidation.

Cardiovascular Research Centre, Mazankowski Alberta Heart Institute

University of Alberta, Edmonton, Canada. Diakses pada Januari 2015.

http://lipidlibrary.aocs.org/animbio/fa-oxid/index.htm

Ganong William F. 2008. Fungsi Endokrin Pankreas & pengaturan Metabolisme

Karbohidrat. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 22. Jakarta :

EGC. P. 354

43

Gleadle J. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit

Erlangga, 2007. P. 138.

Gustaviani R, 2006. Sindrom Metabolik. Dalam: Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam,

Jilid III. Ed. IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. P. 1849

Jauhar M. 2009. Makanan Halal Menurut Islam. Jakarta : Lintas Pustaka

Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013

Kumar, Abbas, Fausto, Aster. 2010. Robbins and Cotran Pathologic Basis of

Disease: Blood Vessles. 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. P. 496-

498.

Mardiati R., 2000. Pankreas dan Insulin. Dalam: Buku Kuliah Faal Endokrin.

Jakarta: CV. Sagung Seto, 41-44.

Namara JR, Warnick GR, Wu LL. Lipids and Lipoproteins. In: Bishop ML,

Engelkirk JLD, Fody EP, editors. Clinical Chemistry: Principles,

procedures, correlations. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2000. p. 232-259

Noushmehr H., D’Amico Eugenio, Farilla L., Hui H., Wawrosky K.A., et al.

2005. Fatty Acid Translocase (FAT/CD36) Is Localized on insulin-

Containing Granules in Human Pancreatic β-Cells and Mediates Fatty

Acid Effects on insulin Secretion. Diabetes, Volume 54, P. 472-480.

PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe-

2 di Indonesia. Jakarta: Penerbit PERKENI, 4-32.

Saxena M., Vats P., Agrawal1 K., Banerjee M., 2012. Expression of Macrophage

Scavenger Receptor CD36 in Humans – its Implication in Type 2

Diabetes Mellitus. Annals of Biological Research, Volume 3, P. 3015-3021

Sibernagl S., Lang F. 2007. Teks & Atlas Patofisiologi : Penyakit Jantung

Koroner. Jakarta : EGC. P. 218-220, 286, 290.

44

Suyono S., Soegondo S., Soewondo P., Subekti I, 2007. Kecenderungan

Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. Dalam: Penatalaksanaan

Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1-4.

Suyono S. 2006. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Buku ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jilid III. Ed. IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. P. 1852

Www.scientific-art.com/GIF%20files/Medical/Atherosclerosis.jpg

Zhang, Hong M., Zhang Xiao L., Zhou Xin, Li Dong, et al. 2005. Mechanism

linking atherosclerosis and type 2 diabetes: increased expression of

scavenger receptor CD36 in monocytes. Chinese Medical Journal,

Volume 118, No. 20, P. 1717-1722.

Zuhroni. 2010. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan.

Ed. 2. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.

45