Dpt

7
Pseudomembran Bull Neck Corynebacterium diphteriae - Basil aerob - Tidak berkapsul, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak, pleomorfik - Gram negatif MANIFESTASI KLINIS Masa tunas 2-7 hari Gejala umum : - demam tidak terlalu tinggi - lesu, pucat, nyeri kepala dan anoreksia Gejala Lokal : - hidung : pilek, lama kelamaan sekret yang keluar bercampur darah sedikit yang berasal dari pseudomembran - faring dan tonsil : mulainya seperti radang akut tenggorok ditemukan pseudomembran yang awalnya hanya berupa bercak DIFTERI

description

bnxnbcfnzxbcnasd

Transcript of Dpt

DIFTERI Pseudomembran

Bull Neck

Corynebacterium diphteriae

Basil aerob Tidak berkapsul, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak, pleomorfik Gram negatif

MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas 2-7 hariGejala umum : demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat, nyeri kepala dan anoreksia

Gejala Lokal : hidung : pilek, lama kelamaan sekret yang keluar bercampur darah sedikit yang berasal dari pseudomembran faring dan tonsil : mulainya seperti radang akut tenggorok ditemukan pseudomembran yang awalnya hanya berupa bercak putih keabu-abuan yang cepat meuas ke faring atau laring nafas berbau pembengkakan kelenjar regional, sehingg leher seperti leher sapi (bull neck) laring dan trakea : suara serak serta stridor inspirasi jelas bila lebih berat : sesak nafas hebat, sianosis dan tampak retraksi suprasternal serta epigastrium Akibat eksotoksin :Bergantung [ada jaringan yang terkena : miokarditis, paralisis jaringan saraf atau paralisis.

DIAGNOSIS

Ditemukannya Corynebacterium diphteriae pada preparat langsung atau biakan kultur negatif belum dapat menyingkirkan infeksi difteria. Jadi bila membran terlihat sangat cepat menyebar meskipun kultur negatif pengobatan difteria segera diberikan.

DIAGNOSIS BANDING Tonsilitis folikularis atau lakunaris angina plaut vincent infeksi tenggorok oleh mononukleus infeksiosa

PENATALAKSANAANa. Pengobatan Umum perawatan yang baik, istirahat mutlak, isolasi penderita dan pengawasan kemungkinan timbul komplikasib. Pengobatan Spesifik Anti Diphteria Serum (ADS) 20.000 U/hari selama 2 hari sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata. Bila ternyata sensitif harus dilakukan desensitisasi dengan cara Besredka. Antibiotika Penisilin prokain 50.000 U/kgBB/hari sampai 3 hari bebas panas penderita dengan trakeostomi : ditambah kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis Kortikosteroid untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang berbahaya prednison 2 mg/kgbb/hari selama 3 minggu kemudian tappering off.c. Imunisasi imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan toksoid imunisasi dasar di lakukan 3 kali berturut-turut dengan selang waktu 1 bulan mulai usia 2 bulan biasanya diberikan bersama-sama toksin pertusis dan tetanus, sehingga tripel vaksin DPT diberikan dengan dosis 0,5 ml subkutan dalam atau intra muskular.

PERTUSIS/TUSSIS QUINTA/WHOOPING COUGH/BATUK REJAN

Bordetella Pertusis kokobasili gram negatif tumbuh secara aerobik

MANIFESTASI KLINIS

masa tunas 7-14 hari, penyakit dapat berlangsung 6 minggu atau lebih

1. Stadium kataralis lamanya 1-2 minggu mulanya batuk ringan, terutama malam hari, lama-lama bertambah berat terjadi siang dan malam. gejala lain : pilek, serak, dan anoreksia. stadium ini menyerupai influenza2. Stadium Spasmodik lamanya 2-4 minggu pada akhir minggu batuk makin bertambah berat dan terjadi paroksismal berupa batuk yang khas. tampak brkeringat, pembuluh darah muka dan leher melebar, batuk sangat berat hingga penderita tampak gelisah dan sianotik serangan batuk panjang, tidak ada inspirium diantaranya dan diakhiri dengan woop (tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking) sering disertai muntah dan banyak sputum yang kental anak dapat tererak-berak atau terkencing-kencing pada keadaan berat : perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis karena meningkatnya tekanan pada waktu serangan batuk aktivitas seperti tertawa dan menanngis dapat menimbulkan serangan batuk 3. Stadium Konvalensi lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh pada minggu ke empat jumlah dan beratnya serangan batuk dan muntah berkurang nafsu makan kembali baik ronkhi difus yang terdapat dalam stadium spasmodik mulai menghilang infeksi semacam common cold dapat menimbulkan serangan batuk lagi.

DIAGNOSIS dibuat dengan memperhatika batuk yang khas pada stadium spasmodik, pada stadium kataralis sukar dibuat diagnosis karena menyerupai common cold pada akhir stadium dan permulaan stadium spasmodik terdapat limfositosis ( 15.000- 45.000/mm3) dengan limfositosis diagnosis dapat diduga bila denga obat batuk, batuk yang awalnya hanya malam hari meningkat menjadi siang dan malam, ada riwayat kontak dengan penderita pertusis laboratorik : adanya kuman bordetella pertusis dalam biakan. Uji ouchterlony merupakan suatu pemeriksaan yang mudah, khas dan relatif murah untuk memperlihatkan presipitasi antibodi pertusis.

PENATALAKSANAAN1. Antibiotik eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis ampisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari, dibagi dalam 4 dosis lain-lain : rovamisin, kotrimoksazol, kloramfenicol dan tetrasiklin.2. Ekspektoransia dan mukolitik3. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali4. sedativa5. pencegahan aktif : memberika vaksin pertusis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam 3 dosis pasif : memberikan kemoprofilaksis

TETANUS

Clostridium Tetani obligat anaerob pembentuk spora gram positif bergerak habitat nya pada debu, tanah, dan saluran pencernaan berbagai binatang

MANIFESTASI KLINIS masa tunas 5-14 hari terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher dalam 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan : trismus karena spasme otot mastikatoris kaduk kaku sampai epistotonus (karena ketegangan otot-otot erektor trunki) ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dari abdomen akut) kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat di kornu anterior Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik keatas), sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini spasme yang khas : badan kaku dengan episotonus, ekstremitas inferior dala keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. spasme mula-mula intermitten diselingi periode relaksasi, kemudian tidak jelas lagi dan serangan terseut disertai nyeri, kadang terjadi perdarahan intramuskuler karena kontraksi kuat. asfiksia dan sianosis akibat serangan pada otot pernafasan dan laring retensi urin dapat terjadi karena spasme otot uretral. fraktura kolumna vertebralis dapat terjadi karena kontraksi kuat panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir biasanya terdapat leukositosis ringan

DIAGNOSIS Terdapat menifestasi klinis seperti diatas anamnesis luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahag sangat membantu

PENATALAKSANAAN1. pengobatan spesifik dengan ATS 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut secara IM2. anti konvulsan dan penenang bilakejang hebat : fenobarbital dosis awal 50 mg (< 1th) dan 75 mg (1th). dilanjutkan dengan dosis 5 mg/kgbb/hari dibagi 6 dosis diazepam dengan dosis 4mg/kgbb/hari, dibagi 6 dosis bila kejang sukar diatasi : dapat diberikan kloralhidrat 5% dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, diberikan perektal.3. penisilin prokain 50.000 U/KgBB/hari IM diberikan sampai 3 hari panas turun4. diet cukup kalori dan protein5. isolasi untuk menghindari rangsangan, ruang perawata harus tenang6. bila perlu diberikan oksigendan kadang perlu tindakan trakeostomi untuk menghindari akibat obstruksi jalan nafas7. Anak dianjurkan dirawat di unit perawatan khusus bila didapatkan keadaan : kejang yang sukar diatasi dengan obat antikonvulsan yang biasa spasme laring komplikasi yang memerlukan perawatan intensif sepeti : sumbatan jalan nafas, kegagalan pernafasan, hipertermi.