Download Laporan Kinerja 2012
Transcript of Download Laporan Kinerja 2012
LAPORAN KINERJA
MENTERI PERDAGANGAN RI
TAHUN 2012
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Pushaka (c) 2013
ii | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perekonomian dunia masih menghadapi tekanan yang kuat dan ketidakpastian, pada tahun
2012 ini mengalami perlambatan, diperkirakan hanya tumbuh sebesar 3,3 % lebih rendah
dari prediksi sebelumnya sebesar 3,5%. Sedangkan pertumbuhan perdagangan dunia di
tahun 2012 diperkirakan hanya tumbuh 3,2%. Pertumbuhan impor negara maju diperkirakan
hanya tumbuh 1,7 %, semantara negara berkembang tumbuh 7%. Sedangkan pertumbuhan
ekspor negara maju diperkirakan sebesar 2,2 % dan negara berkembang sebesar 4%.
Berbagai prediksi lembaga internasional yang menempatkan negara-negara berkembang di
Asia seperti China, India, Jepang, dan Indonesia dalam 10 negara ekonomi terbesar di dunia
pada tahun 2030. Dalam forum negara-negara G20 yang mengumpulkan 20 ekonomi
terbesar di dunia, terdapat 6 negara dari benua Asia, yaitu Indonesia, China, Jepang, Korea
Selatan, India, dan Arab Saudi. Total GDP PPP (2011) untuk ke 6 negara ini adalah USD 23,6
triliun atau 32,5% dari total GDP negara-negara G20.
Indonesia tetap terkena dampak dari tekanan perekonomian dunia, namun masih
menunjukkan kondisi yang relatif kondusif, dan sentimen pasar dalam jangka menengah
Indonesia masih positif. Dari perkembangan terkini, Indonesia jelas merupakan titik terang,
pertumbuhan relatif bagus dan konsisten membangun kapasitas perdagangan demi
kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif kuat menembus angka 6,3%
atau nomor dua di Asia setelah China, yang didorong oleh kuatnya daya konsumsi swasta
dan meningkatnya investasi yang berorientasi pada permintaan domestik.
Pertumbuhan ini masih didorong kuatnya konsumsi domestik dan meningkatnya investasi.
Namun, di tengah tingginya ketidakpastian global, Indonesia harus tetap waspada dan
mempersiapkan diri terutama dalam menghadapi konsekuensi potensi perlambatan di China
dan penurunan harga komoditas serta kemungkinan terjadinya gejolak baru di pasar
keuangan dan komoditas. Selain itu, kunci dalam mempertahankan dan meningkatkan
kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat adalah dengan melanjutkan penguatan
kerangka kebijakan dalam menghadapi tekanan-tekanan dan membangun ketahanan
ekonomi melalui peningkatan kualitas belanja dan regulasi.
Dinamika perekonomian dan perdagangan dunia, turut mempengaruhi kinerja perdagangan
luar negeri dan dalam negeri Indonesia, sehingga sasaran pembangunan bidang
perdagangan dalam waktu satu tahun ini dapat mencapai target sebagaimana tercantum
pada RENSTRA Kementerian Perdagangan sebagai berikut:
No Indikator Sasaran 2011 2012
Capaian Target Capaian
1 Peningkatan Akses Pasar
• Pertumbuhan Ekspor Non Migas
• Pangsa 5 (lima) Negara Ekspor Non
Migas Terbesar
• Kontribusi Ekspor di luar 10 produk
utama
24,88%
49,38%
54, 14%
12,3 % - 13,5 %
43% - 47%
53% - 60%
-5,52%
49,40%
53,17%
2 Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan
Perdagangan Luar Negeri (total ijin 2009:
108 ijin
2010: 89 ijin)
• Jumlah ijin UPP (INATRADE)
• Jumlah Online
89 ijin
55 ijin
3 hari
-
70 ijin
2 hari
93
70 izin
2 hari*
iii | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
• Waktu Penyelesaian
Perdagangan Dalam Negeri (total 21 ijin)
• Jumlah ijin UPP (INATRADE)
• Jumlah Online
• Waktu Penyelesaian
12 ijin
12 ijin
6 hari
-
17 ijin
5 hari
12 izin
3,5 hari
3 Peningkatan daya saing ekspor
• RCA >1 komoditi HS 6 (2011)
• Skor Dimensi Ekspor NBI Simon Anholt
2012
803
Komoditi
590 - 605
komoditi
n.a.
45,73
4 Peningkatan peran dan kemampuan
diplomasi perdagangan internasional
• Jumlah hasil perundingan internasional
259
221
260
5 Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga
Bahan Pokok
• Koefisien Variasi Harga (KVH)
• Rasio KVH Komoditi tertentu didalam
negeri dibanding luar negeri
• Rasio KVH provinsi dan nasional
3,5%
0,3
1,90
5% - 9%
< 1
1,5 - 2,5
3,9%
0,3
1,7
6 Peningkatan Pengawasan dan
Perlindungan Konsumen
65 BPSK 60 BPSK 79 BPSK
7 Penciptaan Jaringan Distribusi
Perdagangan yang Efisien (Skor Logistic
Performance Index)
2,76 2,76 2,94
* = Jenis perizinan yang ada/sudah dilimpahkan ke UPP
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia
Sumber : BPS (diolah)
Neraca perdagangan Desember 2012 kembali mengalami defisit sebesar USD 188,1 juta,
atau menurun dari defisit bulan lalu sebesar USD 0,6 miliar. Defisit neraca perdagangan di
bulan Desember dipicu oleh defisit perdagangan migas yang mencapai USD 738,6 juta,
sementara neraca perdagangan non migas mengalami surplus USD 550,5 juta. Dengan
demikian, neraca perdagangan Januari-Desember 2012 defisit USD 1,7 miliar.
12.43 12.34 13.8 12.61 13.10 12.5 13.6 11.26 13.13 12.67 13.60 12.43
3.14 3.31 3.56 3.56
3.72
2.9 2.8
2.78
2.77 2.65
2.72 2.97
6.60 8.54
(16.15) (6.13)
(24.67)
(10.78)(8.81)
(5.33)
(9.86)
27.26 25.49
23.33
19.91
15.21
9.79
6.35
1.28 (2.55)(4.44)
(5.65) (6.59)
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
20.0
Jan '12 Peb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
%USD Miliar
Non Migas
Migas
iv | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
Ekspor periode Januari-Desember 2012 mencapai USD 190,0 miliar (turun 6,6%, YoY), terdiri
dari ekspor migas USD 37,0 miliar (turun 10,9%) dan non migas USD 153,1 miliar (turun
5,5%). Pelemahan ekspor periode Januari-Desember 2012 juga dialami beberapa negara lain,
antara lain Korea Selatan turun 1,3%, dan Brazil turun 5,3%. Melambatnya kinerja ekspor
Indonesia periode Januari-Desember 2012 selain disebabkan oleh menurunnya permintaan
di beberapa negara mitra dagang Indonesia juga diakibatkan oleh menurunnya harga
beberapa komoditi utama ekspor Indonesia.
KINERJA DIPLOMASI PERDAGANGAN
Diplomasi perdagangan merupakan salah satu instrumen penting dalam memperjuangkan
kepentingan akses pasar bagi ekspor nonmigas. Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan
akses pasar di tahun 2013 bertumpu dan lebih difokuskan pada: (i) sistem perdagangan
multilateral (WTO) yang menekankan pada isu trade facilitation dan Least Developed
Countries (LDC); (ii) Regional yang menekankan pada ASEAN, ASEAN Plus One, Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan APEC khususnya memasukkan kelapa sawit
masuk dalam Enviroment Goods List (EGL); dan (iii) Bilateral, yang berorientasi penjajakan
pengembangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), seperti dengan
Korea, Australia, EFTA dan EU, Preferential Trade Agreement (PTA), seperti dengan Pakistan,
Chile dan Peru maupun Trade and Investment Agreement, seperti dengan Myanmar dan
United Kingdom.
Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum multilateral dan regional
yang dilakukan melalui kerja sama dan perundingan internasional di forum World Trade
Organization (WTO) dan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) telah membuat
komposisi kekuatan negara-negara berkembang dengan negara maju dalam forum tersebut
menjadi berimbang. Kepemimpinan Indonesia dalam berbagai kelompok inti, seperti: G33,
G20, di WTO, dan ASEAN membuat posisi Indonesia semakin diperhitungkan di forum
internasional dan regional. Dalam melakukan negosiasi dan diplomasi perdagangan
internasional Kementerian Perdagangan bertindak sebagai koordinator untuk penyusunan
posisi Indonesia dan selalu berpegang kepada prinsip kepentingan nasional.
Pada tahun 2012 telah dihasilkan 260 (dua ratus enam puluh) hasil perundingan
perdagangan internasional. Peningkatan jumlah capaian ini didukung oleh beberapa faktor,
antara lain: (i) Perkembangan isu-isu baru pada tahun 2012; (ii) Meningkatnya kerja sama
perdagangan bilateral; (iii) Pertemuan persiapan beberapa perundingan baru yang akan
dimulai pada tahun 2013; dan (iv) Meningkatnya perundingan perdagangan jasa.
PROMOSI PERDAGANGAN
Untuk mengembangkan pasar internasional dan sekaligus sebagai upaya pencitraan produk
dan jasa Indonesia, dilakukan promosi ekspor, misi dagang, dan instore promotion secara
lebih profesional dan berkualitas. Pada tahun 2012, kegiatan promosi dagang yang
diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah
dan frekuensi kontak serta kontrak dagang antara eksportir Indonesia dengan pembeli luar
negeri, sekaligus meningkatkan peran dunia usaha dalam penetrasi pasar dan promosi
ekspor. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan terdiri dari
pameran internasional, pameran dalam negeri, misi dagang, maupun Instore promotion.
Terkait dengan upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor, Kementerian Perdagangan
menitikberatkan pelaksanaan promosi ke negara-negara yang merupakan pasar non
tradisional bagi Indonesia seperti negara-negara dari kawasan Afrika, Amerika Latin, Amerika
Tengah, Timur Tengah dan Eropa Timur. Pada tahun 2012 Kementerian Perdagangan telah
melaksanakan kegiatan promosi dagang sebanyak 502 kegiatan promosi (meliputi partisipasi
pada pameran dagang internasional, penyelenggaraan instore promotion, dan misi dagang)
di negara-negara yang merupakan pasar tujuan ekspor non tradisional. Kegiatan promosi
v | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
tersebut dilaksanakan baik di dalam dan di luar negeri maupun melalui perwakilan
perdagangan di luar negeri. Selain itu, dalam upaya mendorong peningkatan ekspor dari
dalam negeri, sepanjang tahun 2012, Kementerian Perdagangan telah menyelenggarakan TEI
ke-27 tahun 2012 dan berpartisipasi dalam 13 pameran yang diselenggarakan oleh instansi
terkait dan asosiasi.
Selama 5 (lima) hari penyelenggaraan TEI 2012, tercatat sebanyak 5.430 buyers manca
negara dari 95 negara yang hadir pada arena pameran. Selama penyelenggaraan TEI 2012 di
Jakarta, telah dilakukan berbagai penandatanganan nota kesepahaman antara eksportir
Indonesia dengan importir asal Australia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Adapun jumlah
transaksi riil yang berhasil diperoleh selama penyelenggaraan TEI 2012 sebesar USD 1 milyar
dan USD 2 miliar setelah pembahasan kontrak dengan Afrika Selatan untuk pembangunan
gedung parlemen di benua Afrika.
PERDAGANGAN DALAM NEGERI
Untuk memperkuat jaringan distribusi nasional yang merupakan bagian dari sistem logistik
nasional, Kementerian Perdagangan telah melakukan revitalisasi pasar tradisional yang akan
dikembangkan sebagai pasar-pasar percontohan dan pembangunan gudang pangan. Pada
tahun 2012, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan pemerintah daerah telah
melakukan revitalisasi terhadap 159 pasar tradisional, baik fisik maupun manajemen melalui
Tugas Pembantuan (TP) dan 20 diantaranya merupakan pasar percontohan serta 1 unit
Pusat Pameran Produk Dalam Negeri. Selain merevitalisasi pasar tradisional, juga dilakukan
pembangunan gudang sebanyak 15 (lima belas) gudang SRG di 11 (sebelas) provinsi melalui
Dana Alokasi Khusus (DAK).
Dalam rangka penguatan pasar dalam negeri, Kementerian Perdagangan melaksanakan
berbagai upaya seperti penyusunan regulasi teknis yang bertujuan meningkatkan
perlindungan kepada konsumen dan menjaga kualitas barang beredar dan jasa, antara lain
melalui Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM); Peningkatan operasional Penyidik
Pegawai Negeri Sipil-Perlindungan Konsumen (PPNS-PK) dan tenaga Petugas Pengawas
Barang Beredar dan Jasa (PPBJ); serta Peningkatan pengawasan terhadap alat Ukur Takar
Timbang dan Perlengkapannya (UTTP). Kementerian Perdagangan juga memfasilitasi
pembentukan 19 BPSK yang tersebar pada sejumlah Kabupaten/Kota di Indonesia sehingga
akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk sampai dengan tahun 2012 sebanyak 84 BPSK yang
tersebar diseluruh daerah di Indonesia. Selain itu, sebagai upaya perlindungan konsumen,
Pemerintah mewajibkan label berbahasa Indonesia dan penerapan SNI. Untuk mendukung
hal tersebut Kementerian Perdagangan juga melakukan upaya peningkatan kepedulian
masyarakat terhadap perlindungan konsumen melalui program edukasi konsumen cerdas.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, Kementerian Perdagangan pada tahun 2013 akan
memperluas cakupan kegiatan tersebut diatas dengan terus melakukan sosialisasi dan
kampanye perubahan pola konsumsi terutama guna mendukung program Bapak Presiden
dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan terus berupaya stabilisasi harga
bahan pokok dan barang strategis dipasaran.
PENCIPTAAN IKLIM USAHA YANG KONDUSIF
Upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif dilakukan Kementerian Perdagangan melalui
penyempurnaan kebijakan perdagangan luar negeri baik untuk produk industri dan
pertambangan maupun kebijakan perdagangan untuk produk pertanian dan kehutanan.
Upaya lain juga diciptakan melalui positive campaign/sosialisasi kepada para stakeholders
terhadap kebijakan Bea Keluar beberapa komoditi pertanian dan kehutanan terutama
komoditi kakao dan CPO.
vi | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
Kementerian Perdagangan juga meningkatkan pelayanan perizinan kepada para pelaku
usaha melalui peningkatan waktu penyelesaian pelaksanaan perizinan perdagangan luar
negeri yang rata-rata waktu penyelesaiannya dapat dilakukan selama 2 (dua) hari. Selain itu,
Kementerian Perdagangan juga melakukan revitalisasi organisasi Unit Pelayanan
Perdagangan (UPP) untuk peningkatan pelayanan yang semakin baik. Upaya peningkatan
pelayanan juga dilakukan melalui perbaikan sistem pelayanan pada Instansi Penerbit Surat
Keterangan Asal (IPSKA).
Dalam hal pengelolaan impor, Kementerian Perdagangan melakukan beberapa
penyempurnaan kebijakan yang lebih baik antara lain kebijakan impor barang modal bukan
baru dan dilakukan monitoring dan evaluasi atas penerbitan IP/IT/SPI. Saat ini terdapat 12
jenis perijinan Perdagangan Dalam Negeri yang sudah dilayani secara online. Waktu
penyelesaian permohonan perijinan menjadi lebih singkat dan tanpa dipungut biaya dimana
semula antara 1-6 hari kerja menjadi sekitar 3,5 hari kerja, sedangkan yang melalui sistim
online menjadi 2 hari kerja.
REFORMASI BIROKRASI
Secara umum tujuan Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan adalah
membangun profil dan perilaku aparatur negara dengan integritas tinggi, berproduktivitas
tinggi dan bertanggungjawab, dan berkemampuan memberikan pelayanan yang prima.
Sedangkan tujuan khusus reformasi birokrasi di lingkungan kementerian perdagangan
adalah membentuk birokrasi yang bersih; birokrasi yang efisien, efektif dan produktif;
birokrasi yang transparan; birokrasi yang melayani masyarakat; serta birokrasi yang
akuntabel. Kementerian Perdagangan juga melakukan upaya peningkatan kinerja pelayanan
publik kepada masyarakat melalui penyederhanaan jumlah perijinan impor dan peningkatan
kualitas pelayanan perijinan perdagangan melalui Unit Pelayanan Perdagangan (UPP)
sebagai unit khusus yang memberikan pelayanan perijinan perdagangan kepada dunia usaha.
Unit Pelayanan Publik (UPP) Kementerian Perdagangan berhasil memperoleh peringkat
pertama peserta paling progresif pada kompetisi Layanan Publik yang diselenggarakan oleh
Open Government Indonesia (OGI) dari 62 Layanan Publik pada 34 Kementerian/Lembaga.
Dalam rangka percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik, telah dipilih 3 Program
Unggulan (Quick Wins) pada 3 jenis pelayanan, yaitu : (1) Pendaftaran agen atau
distributor barang dan/jasa produksi dalam negeri/luar negeri, (2) Pelayanan izin tipe dan
izin tanda pabrik, (3) Hasil penilaian dokumen permohonan, verifikasi dan persetujuan
perizinan.
Pada tahun 2012, kegiatan utama Kementerian Perdagangan terkait Reformasi Birokrasi
antara lain: Penandatanganan Komitmen Pimpinan dalam rangka pelaksanaan reformasi
birokrasi dan pelaksanaan verifikasi lapangan reformasi birokrasi oleh Tim Unit Pengelola
Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN) serta Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negera
dan Reformasi Birokrasi, dengan hasil nilai akhir kesiapan pelaksanaan reformasi birokrasi
adalah 67 atau berada pada level 3.
Adapun hasil pelaksanaan 9 program mikro reformasi birokrasi diantaranya pelaksanaan
sosialisasi dan survey kepuasan pegawai dalam rangka manajemen perubahan;
restrukturisasi organisasi serta Evaluasi Kinerja Organisasi dalam rangka penataan organisasi;
Analisa Beban Kerja pada 9 unit Eselon I; Penetapan Standard Operating Procedures (SOP)
Makro di lingkungan Kementerian Perdagangan dalam rangka penataan ketatalaksanaan.
Terkait penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Aparatur telah dilaksanakan penyusunan
Standard Kompetensi Pegawai; penyusunan peringkat dan harga jabatan (terdapat 18
Peringkat Jabatan di Kementerian Perdagangan) melalui Analisa dan Evaluasi Jabatan,
penerapan Sistem Absensi dengan finger print yang telah terintegrasi antara kantor pusat
dan daerah, serta pembangunan dan pengembangan database pegawai (SIPEG).
vii | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
MILESTONE
KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2012
viii | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan
Januari 2012
12 Januari,
KTT Partnership 2012 diselenggarakan di Hyderabad Convention
Centre, Hyderabad, India.
27-28 Januari,
Pertemuan Tingkat Tinggi World Economic Forum
Swiss.
31 Januari,
Forum Ekspor Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Produk
Hasil Perikanan, Perkebunan dan Makanan Minuman
Februari 2012 3 Februari,
Penandatanganan Preferential Trade Agreement (PTA) antara
Indonesia dan Pakistan di Kantor Kementerian Perdagangan,
Jakarta.
28 Februari,
Kementerian Perdagangan memperoleh penghargaan 10 besar
dalam Penilaian Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011 dengan predikat
"B".
Maret 2012
1 Maret,
Ekspor Indonesia periode Januari 2012 mencapai USD
meningkat 6,1% dibanding Januari 2011.
1 Maret,
Peresmian Pasar Agung Kota Denpasar
7-9 Maret,
Kementerian Perdagangan RI menyelenggarakan Rapat Kerja
(Raker) pada 7-9 Maret 2012 di Hotel Borobudur, Jakarta, untuk
mengkonsolidasikan rencana aksi program kerja 2012.
12-16 Maret,
Sebagai salah satu wujud upaya diversifikasi pasar ekspor,
Kementerian Perdagangan RI mengirimkan misi dagang ke
Amerika Latin: Brasil, Chile, dan Peru.
15 Maret,
Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah (PP)
2012 tentang jenis dan tarif atas jenis Pendapatan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Per
16 Maret,
Penandatangan Komitmen Pimpinan terhadap pelaksanaan
reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan
24 Maret,
Indonesia-RRT menyepakati kerja sama senilai USD 17,6
miliarpada kunjungan kenegaraan ke RRT.
April 2012
2 April,
Kinerja ekspor di bulan Februari 2012 masih mengalami
penguatan, naik 8,5% menjadi USD 15,6 miliar dibanding periode
yang sama tahun lalu.Namun demikian, peningkatan ekspor ini
mengalami pelambatan dibanding peningkatan ekspor tahun lalu
yang mencapai 29,1%.
2 April,
Pertemuan ASEAN Economic Community
di Phnom Penh untuk membahas perkembangan Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
KTT Partnership 2012 diselenggarakan di Hyderabad Convention
World Economic Forum 2012 di Davos,
Forum Ekspor Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Produk
Hasil Perikanan, Perkebunan dan Makanan Minuman
Preferential Trade Agreement (PTA) antara
di Kantor Kementerian Perdagangan,
Kementerian Perdagangan memperoleh penghargaan 10 besar
dalam Penilaian Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011 dengan predikat
Ekspor Indonesia periode Januari 2012 mencapai USD 15,5 miliar,
Kementerian Perdagangan RI menyelenggarakan Rapat Kerja
9 Maret 2012 di Hotel Borobudur, Jakarta, untuk
rencana aksi program kerja 2012.
Sebagai salah satu wujud upaya diversifikasi pasar ekspor,
Kementerian Perdagangan RI mengirimkan misi dagang ke
Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 45 Tahun
2012 tentang jenis dan tarif atas jenis Pendapatan Negara Bukan
terian Perdagangan.
Penandatangan Komitmen Pimpinan terhadap pelaksanaan
reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan
RRT menyepakati kerja sama senilai USD 17,6
miliarpada kunjungan kenegaraan ke RRT.
Kinerja ekspor di bulan Februari 2012 masih mengalami
penguatan, naik 8,5% menjadi USD 15,6 miliar dibanding periode
Namun demikian, peningkatan ekspor ini
mengalami pelambatan dibanding peningkatan ekspor tahun lalu
ASEAN Economic Community Council diselenggarakan
di Phnom Penh untuk membahas perkembangan Masyarakat
5 April,
WTO memenangkan posisi Indonesia dalam kasus ‘rokok kretek’
dengan Amerika Serikat (AS), yang menyatakan bahwa AS
melanggar ketentuan WTO dan kebijakan AS dianggap sebagai
bentuk diskriminasi dagang.
10 April,
Peresmian Pasar Minulyo Kabupaten Pacitan
18-20 April,
Para Menteri Perdagangan anggota kelompok G
pertemuan di kota Puerto Vallarta, Meksiko,guna membahas
masalah perdagangan dunia.
Mei 2012
1 Mei,
Kementerian Perdagangan RI menetapkan Harga Patokan
(HPP) untuk Gula Kristal Putih sebesar Rp 8.100/kg yang diatur
dengan Permendag No. 28/M-DAG/PER/5/2012.
30 Mei,
World Economic Forum on East Asia 2012 di Bangkok, Thailand.
Juni 2012
4-5 Juni,
Pertemuan tahunan para Menteri Perdagangan APEC berl
di kota Kazan, Tatarstan, Rusia.
18 Juni,
Department of Commercial Defense
keputusan penghentian penyelidikan
terhadapproduk alas kaki Indonesia.
25 Juni,
Penandatangan MoU antara Indonesia dan Ekuador
28 Juni,
Forum Koordinasi Pengembangan Ekspor diselenggarakan di
Balikpapan, Kalimantan Timur dengan mengangkat tema
“Memperkuat Daya Saing Daerah dalam Menembus Pasar Non
Tradisional”.
Juli 2012
3 Juli,
Neraca perdagangan Indonesia di bulan Mei 2012
mengalami defisit USD 485,9 juta, menurun dari defisit bulan
sebelumnya yang mencapai USD 764,7 juta.
10 Juli,
Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Indonesia dengan
Peru di bidang promosi perdagangan.
10-12 Juli,
Pelatihan Trade Remedies bagi pejabat dan pegawai Kementerian
Perdagangan, KADI dan KPPI oleh WTO di Sanur, Bali.
16 Juli,
Penyampaian hasil penilaian dokumen usulan dan Roadmap
Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan oleh Kementerian
PAN dan Refomasi Birokrasi
Agustus 2012
Agustus,
Kementerian Perdagangan menerima penghargaan atas opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap pelaksanaan
penyusunan laporan keuangan tahun anggaran 2011.
WTO memenangkan posisi Indonesia dalam kasus ‘rokok kretek’
dengan Amerika Serikat (AS), yang menyatakan bahwa AS
melanggar ketentuan WTO dan kebijakan AS dianggap sebagai
Minulyo Kabupaten Pacitan
Para Menteri Perdagangan anggota kelompok G-20 mengadakan
pertemuan di kota Puerto Vallarta, Meksiko,guna membahas
Kementerian Perdagangan RI menetapkan Harga Patokan Petani
(HPP) untuk Gula Kristal Putih sebesar Rp 8.100/kg yang diatur
DAG/PER/5/2012.
2012 di Bangkok, Thailand.
Pertemuan tahunan para Menteri Perdagangan APEC berlangsung
Brasil mengeluarkan
keputusan penghentian penyelidikan anticircumvention
Penandatangan MoU antara Indonesia dan Ekuador.
Forum Koordinasi Pengembangan Ekspor diselenggarakan di
Balikpapan, Kalimantan Timur dengan mengangkat tema
“Memperkuat Daya Saing Daerah dalam Menembus Pasar Non
Neraca perdagangan Indonesia di bulan Mei 2012 kembali
mengalami defisit USD 485,9 juta, menurun dari defisit bulan
sebelumnya yang mencapai USD 764,7 juta.
Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Indonesia dengan
pejabat dan pegawai Kementerian
Perdagangan, KADI dan KPPI oleh WTO di Sanur, Bali.
Penyampaian hasil penilaian dokumen usulan dan Roadmap
Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan oleh Kementerian
Kementerian Perdagangan menerima penghargaan atas opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap pelaksanaan
penyusunan laporan keuangan tahun anggaran 2011.
ix | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan
10 Agustus,
Layanan perizinan bidang perdagangan Inatrade Kementerian
Perdagangan menjadi yang terbaik pada Kompetisi Open
Government Indonesia (OGI) 2012.
16 Agustus,
Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN) beserta
Kementerian PAN dan Reformasi Birokra
lapangan pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian
Perdagangan.
17 Agustus,
Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumenmenerima trofi WTA tahun 2012. Kementerian
Perdagangan RI menciptakan Wilayah Tertib
untuk mempercepat pemberantasan korupsi.
27 Agustus,
Menteri Perdagangan RI menghadiri rangkaian Pertemuan
Menteri Ekonomi ASEAN ke-44 yang diselenggarakan di Siam
Reap, Kamboja.
September 2012
4 September,
Total ekspor Indonesia di bulan Juli 2012 mencapai USD 16,2
miliar, meningkat 4,6% dibandingkan bulan sebelumnya (MoM).
7 September,
Kementerian Perdagangan menyelenggarakan kegiatan Wahana
Kreatif untuk mempromosikan produk-produk kreatif Indonesia,
di Epicentrum Walk, Jakarta.
5-6 September,
Pertemuan tahunan para menteri APEC berlangsung di Russky
Island, Vladivostok, Rusia, dengan agenda utama:
Multilateral Trading System dan Priorities for APEC
12-17 September,
Pelaksanaan misi dagang Kementerian Perdagangan ke Amerika
Latin (Panama, Kolombia, dan Ekuador) dan Afrika (Kenya dan
Tanzania).
18 September,
Penandatanganan perpanjangan Nota Kesepakatan antara
Indonesia dengan Viet Nam tentang perdagangan beras antara
kedua negara .
19 September,
Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah Sumatera Barat menyelenggarakan Pertemuan Teknis
Kemetrologian di Kota Padang, Sumatera Barat.
21 September,
Pelaksanaan Pameran Pangan Nusa dan Pameran Produk Dalam
Negeri Regional di BalikPapan Kalimantan Timur
Oktober 2012
2 Oktober,
Neraca perdagangan Indonesia selama bulan Agustus 2012
kembali mengalami surplus sebesar USD 248,5 juta, setelah
empat bulan sebelumnya defisit.
3 Oktober,
Pemberian penghargaan UKM Pangan Award 2012
sepuluh pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang
kuliner.
9 Oktober,
Pencanangan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (ZI
WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di
lingkungan Kementerian Perdagangan.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
Layanan perizinan bidang perdagangan Inatrade Kementerian
Perdagangan menjadi yang terbaik pada Kompetisi Open
Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN) beserta
Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi melakukan verifikasi
lapangan pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian
Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumenmenerima trofi WTA tahun 2012. Kementerian
Perdagangan RI menciptakan Wilayah Tertib Administrasi (WTA)
untuk mempercepat pemberantasan korupsi.
Menteri Perdagangan RI menghadiri rangkaian Pertemuan
44 yang diselenggarakan di Siam
bulan Juli 2012 mencapai USD 16,2
miliar, meningkat 4,6% dibandingkan bulan sebelumnya (MoM).
Kementerian Perdagangan menyelenggarakan kegiatan Wahana
produk kreatif Indonesia,
Pertemuan tahunan para menteri APEC berlangsung di Russky
Island, Vladivostok, Rusia, dengan agenda utama: Supporting the
Priorities for APEC 2012.
Perdagangan ke Amerika
Latin (Panama, Kolombia, dan Ekuador) dan Afrika (Kenya dan
Penandatanganan perpanjangan Nota Kesepakatan antara
Indonesia dengan Viet Nam tentang perdagangan beras antara
terian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah Sumatera Barat menyelenggarakan Pertemuan Teknis
Kemetrologian di Kota Padang, Sumatera Barat.
Pelaksanaan Pameran Pangan Nusa dan Pameran Produk Dalam
Kalimantan Timur.
Neraca perdagangan Indonesia selama bulan Agustus 2012
kembali mengalami surplus sebesar USD 248,5 juta, setelah
Pemberian penghargaan UKM Pangan Award 2012 kepada
luh pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang
Pencanangan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (ZI-
WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di
15 Oktober,
Kementerian Perdagangan bekerjasama
Trade Centre menyelenggarakan World Export Development
Forum di Jakarta.
17 - 21 Oktober,
Kementerian Perdagangan menyelenggarakan Trade Expo
Indonesia ke-27 dengan jumlah transaksi tebih dari USD
22 Oktober,
Peresmian Pasar Lambocca Kabupaten Bantaeng
Nopember 2012
6 November,
Kementerian Perdagangan meresmikan penetapan Kota Batam
sebagai Daerah Tertib Ukur tahun 2012 dan menetapkan 2 pasar
tradisional sebagai Pasar Tertib Ukur tahun 2012
13 November,
Workshop Information Management Body
pada 13 Nopember 2012 di Hotel Borobudur Jakarta bertemakan
“Market Access throught Standards and Conformity Assessment
17 November,
Penandatangan Protocol to incorporate technical barriers to trade
and sanitary and phytosanitary measures into the agreement on
trade in goods of the framework agreement on comprehensive
economic co-operation between the Association of southeast
Asian Nations and the People's Republic of China
19 November,
Penandatanganan Perjanjian Perpindahan Tenaga Kerja
(Movement of Natural Person) ASEAN.
20 – 22 November,
Terselenggaranya Sidang JSC EEE ke-14 pada tahun 2012 yang
diselenggarakan di Yogjakarta.
27 November,
TEI 2012 Raih penghargaan pada Indonesia MICE Award 2012
ntuk kategori Best B to B Exhibition 2012.
Desember 2012
6 Desember,
Indonesia berhasil membuka akses pasar buah manggis ke
Australia.
17 Desember,
Kementerian Perdagangan mendukung upaya
konsumen cerdas di Indonesia yang diinisiasi oleh beberapa
organisasi massa (Ormas) Islam di Indonesia antara lain
Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah
Ansor Nusron Wahid, PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU)
Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Majelis Ekonomi dan Tenaga Kerja PP 'Aisyiyah
19 Desember,
Workshop “Bitung sebagai simpul Konektivitas Nasional dan
International Hub Port”.
Telah ditandatangganinya Persetujuan
Persetujuan Investasi dalam rangka kerjasama ASEA
acara ASEAN-India Commemorative Summit
Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan International
World Export Development
Kementerian Perdagangan menyelenggarakan Trade Expo
tebih dari USD 3 miliar.
Peresmian Pasar Lambocca Kabupaten Bantaeng.
Kementerian Perdagangan meresmikan penetapan Kota Batam
sebagai Daerah Tertib Ukur tahun 2012 dan menetapkan 2 pasar
tahun 2012.
Workshop Information Management Body (IMB) diselenggarakan
pada 13 Nopember 2012 di Hotel Borobudur Jakarta bertemakan
Market Access throught Standards and Conformity Assessment”.
incorporate technical barriers to trade
and sanitary and phytosanitary measures into the agreement on
trade in goods of the framework agreement on comprehensive
operation between the Association of southeast
lic of China.
Penandatanganan Perjanjian Perpindahan Tenaga Kerja
14 pada tahun 2012 yang
TEI 2012 Raih penghargaan pada Indonesia MICE Award 2012
Indonesia berhasil membuka akses pasar buah manggis ke
Kementerian Perdagangan mendukung upaya mewujudkan
konsumen cerdas di Indonesia yang diinisiasi oleh beberapa
assa (Ormas) Islam di Indonesia antara lain Majelis
Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah, Gerakan Pemuda
Ansor Nusron Wahid, PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), PP
Majelis Ulama Indonesia
dan Tenaga Kerja PP 'Aisyiyah.
Workshop “Bitung sebagai simpul Konektivitas Nasional dan
Telah ditandatangganinya Persetujuan Perdagangan Jasa dan
Persetujuan Investasi dalam rangka kerjasama ASEAN-India dalam
India Commemorative Summit 2012.
x | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
KATA PENGANTAR
Perekonomian dunia tahun 2012 diwarnai perlambatan dan
ketidakpastian perekonomian global. Perlambatan pemulihan ekonomi
zona Euro dan Amerika Serikat memberikan dampak signifikan terhadap
ekonomi dunia, sehingga berdampak juga ke wilayah Asia seperti China
yang mengalami koreksi pertumbuhan dari 9.2% tahun 2011 menjadi 7.9%
di tahun 2012.
Melihat perkembangan geopolitik dunia saat ini, terdapat tanda-tanda
bahwa dunia sudah memberikan perhatian khusus untuk wilayah Asia.
Hal tersebut dimulai dari berbagai prediksi lembaga internasional yang
menempatkan negara-negara berkembang di Asia seperti China, India dan Indonesia dalam
10 negara ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030. Dalam forum negara-negara G20
yang mengumpulkan 20 ekonomi terbesar di dunia, terdapat 6 negara dari benua Asia, yaitu
Indonesia, China, Jepang, Korea Selatan, India, dan Arab Saudi. Total GDP PPP (2011) untuk
ke 6 negara ini adalah USD 23,6 triliun atau 32,5% dari total GDP negara-negara G20.
Di tengah krisis ekonomi global yang terjadi, ekonomi Indonesia terbukti masih tetap kuat
dan dapat optimis tumbuh sebesar 6,3 % pada tahun 2012. Pertumbuhan ini masih didorong
kuatnya konsumsi domestik dan meningkatnya investasi. Namun, di tengah tingginya
ketidakpastian global, kita harus tetap waspada dan mempersiapkan diri terutama dalam
menghadapi konsekuensi potensi perlambatan di China dan penurunan harga komoditas
serta kemungkinan terjadinya gejolak baru di pasar keuangan dan komoditas. Selain itu,
kunci dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat adalah
dengan melanjutkan penguatan kerangka kebijakan dalam menghadapi tekanan-tekanan
dan membangun ketahanan ekonomi melalui peningkatan kualitas kebijakan.
Kementerian Perdagangan terus berupaya menjalankan tugas dan fungsi sebaik-baiknya
guna mendukung pertumbuhan ekonomi sebagaimana diamanahkan dalam RPJPN
2005−2025 dan RPJMN 2010−2014, serta Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan
Perdagangan 2010−2014. Tahun 2012 Kementerian Perdagangan memberi penekanan pada
tiga isu strategis (1) Stabilisasi dan Penguatan Pasar Dalam Negeri; (2) Ekspor dan Kerjasama
Internasional; dan (3) Optimalisasi Reformasi Birokrasi dan Good Governance.
Kementerian Perdagangan berhasil mencapai beberapa target yang diharapkan seperti
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari penilaian BPK, dan menang kompetisi layanan publik
dalam Open Government Indonesia. Keberhasilan tersebut merupakan hasil kerjasama yang
baik dengan kementerian/instansi Pemerintah terkait, Pemerintah Daerah dan para
pemangku kepentingan antara lain sektor swasta, Kamar Dagang dan Industri, asosiasi
terkait, media serta kerja keras dan peran serta seluruh SDM Kementerian Perdagangan.
Sebagai penutup, saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh pihak yang
telah mendukung terwujudnya laporan kinerja perdagangan tahunan dalam periode Januari
– Desember 2012 dan kiranya laporan ini dapat memberi manfaat untuk semua pihak.
Jakarta, Desember 2012
MENTERI PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
GITA IRAWAN WIRJAWAN
xi | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................. ii
MILESTONE ................................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
BAB II SASARAN RENCANA STRATEGIS ........................................................................................... 6
BAB III KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN .......................................................................... 10
3.1. Kilas Capaian Perdagangan .................................................................................................. 11
3.2. Capaian Sasaran Perdagangan Tahun 2011 ......................................................................... 12
3.2.1. Sasaran Strategis 1: Stabilisasi dan Penguatan Pasar Dalam Negeri ....................... 12
3.2.1.1. 95% konsumsi rumah tangga nasional dipasok dari produksi
dalam negeri dengan indikator Rasio Penggunaan Produk Dalam
Negeri Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di tahun
2014. ........................................................................................................ 12
3.2.1.2. Tercapainya stabilisasi harga bahan pangan utama dengan
indikator rata-rata koefisien variasi 10 komoditi pangan utama
tidak lebih dari 7%. ................................................................................... 12
3.2.1.3. Kontribusi sektor perdagangan meningkat dengan indikator
Pertumbuhan PDB riil tahunan pedagang besar dan eceran
minimum 7%. ........................................................................................... 18
3.2.1.4. Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan ....................................................... 19
3.2.1.5. Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen .......................... 31
3.2.1.6. Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan Yang Efisien ....................... 38
3.2.2. Sasaran Strategis 2: Ekspor dan Kerjasama Internasional ........................................ 43
3.2.2.1. Total Ekspor tahun 2012 sebesar US$ 203 M............................................. 43
3.2.2.2. Total ekspor Indonesia ke negara non tradisional meningkat
sebesar 25% di tahun 2012. ...................................................................... 46
3.2.2.3. Menuju pencapaian total ekspor Indonesia sebesar 1% dari Total
Ekspor Dunia (= USD 700M) dalam waktu 3 - 5 tahun ke depan. ............. 47
3.2.2.4. Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor .............................. 48
3.2.2.5. Peningkatan Daya Saing Ekspor ................................................................. 51
3.2.2.6. Pengembangan Produk Ekspor dan Citra .................................................. 58
3.2.2.7. Peningkatan Peran Diplomasi Perdagangan .............................................. 58
3.2.2.7.1 Kerja sama Multileral .................................................................. 59
3.2.2.7.2 Kerja sama ASEAN ....................................................................... 60
3.2.2.7.3 Kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya .............. 62
3.2.2.7.4 Kerja Sama Bilateral .................................................................... 65
3.2.2.7.5 Perundingan Perdagangan Jasa ................................................... 67
3.2.3. Sasaran Strategis 3: Reformasi Birokrasi dan Good Governance ............................. 69
3.2.3.1. Terwujudnya Kemendag yang bersih dan bebas korupsi, kolusi,
dan nepotisme, indikatornya adalah indeks persepsi korupsi
xii | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
(Program Inisiatif Anti Korupsi dan Survey Integritas) min. 5
besar. ...................................................................................................... 69
3.2.3.2. Terwujudnya laporan keuangan Kemendag sesuai dengan SAP
targetnya WTP. ....................................................................................... 70
3.2.3.3. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
Kemendag, indikatornya adalah efektifitas dan akuntabel (LAKIP)
min. B dan WTA ...................................................................................... 71
3.2.3.4 Peningkatan kinerja keuangan dan performance organisasi. ................ 71
3.2.3.5 Terwujudnya organisasi yang berbasis kinerja (berorientasi
outcome). ................................................................................................ 71
3.2.3.6 Penerapan sistem manajemen SDM yang mampu mendorong
peningkatan profesionalisme, kompetensi, dan remunerasi yang
sesuai dengan beban kerja dan tanggungjawab. ................................... 72
BAB IV LANGKAH KEDEPAN ........................................................................................................ 73
4.1 Prioritas Pembangunan Perdagangan 2013 .................................................................... 74
4.2 Program dan Indikator Kinerja 2013 ................................................................................ 74
BAB V PENUTUP ........................................................................................................................ 76
xiii | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia (Kuartalan), 2007-2012 ...................................... 2
Gambar 2 Neraca Perdagangan Migas dan Nonmigas ........................................................ 5
Gambar 3 PDB Perdagangan Besar dan Eceran 2011 - 2012 ............................................ 19
Gambar 4 Jumlah Izin Bd. Pembinaan Bhn Pokok & Barang Strategis Tahun 2012 ...... 20
Gambar 5 Jumlah Izin Bidang Pembinaan Usaha dan Pendaftaran Perusahaan ............. 21
Gambar 6 Pertumbuhan Ekspor Non Migas Berdasarkan Sektor Tahun 2011-2012
.......................................................................................................................... 44
Gambar 7 Kontribusi Produk Utama pada Ekspor Non Migas Nasional ........................... 45
Gambar 8 Perkembangan Ekspor Komoditi Potensial ............................................................ 45
Gambar 9 Disversifikasi Ekspor Indonesia Tahun 2012 ..................................................... 46
Gambar 10 Nilai Ekspor Non Migas Indonesia pada Beberapa Negara Emerging Market ..... 47
Gambar 11 Kontribusi Ekspor Inodnesia terhadap Ekspor Dunia ........................................... 48
xiv | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia ................................................................................ 3
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Indonesia .......................................................... 4
Tabel 3 Indeks Harga Makanan FAO ................................................................................. 13
Tabel 4 Angka Koefisien Variasi Bahan Pokok Tahun 2008-2012 ..................................... 16
Tabel 5 Angka Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Di Dalam Negeri Dibandingkan
Luar Negeri ........................................................................................................... 17
Tabel 6 Angka Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Di Propinsi Dibandingkan Nasional
............................................................................................................................. 18
Tabel 7 Skor Logistics Performance Index tahun 2012 ..................................................... 39
Tabel 8 Perkembangan Transaksi Perdagangan Berjangka Tahun 2011 - 2012 .............. 40
Tabel 9 Perkembangan Nilai Resi Gudang Tahun 2008 – 2012 ........................................ 42
Tabel 10 Perkembangan Jumlah Pelaku Sistem Resi Gudang ............................................ 42
Tabel 11 Pertumbuhan Nilai dan Volume Ekspor Indonesia .............................................. 43
Tabel 12 Pertumbuhan Ekspor 10 Komoditi Utama ............................................................ 51
Tabel 13 Daftar Kasus Tuduhan Dumping/Subsidi/Safeguard yang Dalam Proses
Penyelidikan ......................................................................................................... 53
xv | Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I. Neraca Perdagangan Indonesia Periode 2008-2012 .............................................. 78
Lampiran II. Ekspor 10 komoditi utama Periode 2008 – 2012 ................................................... 79
Lampiran III. Ekspor 10 Komoditi Potensial Periode 2008 – 2012 .............................................. 80
Lampiran IV. Perkembangan Ekspor Non Migas Menurut Negara Tujuan Periode 2008 –
2012 ....................................................................................................................... 81
Lampiran V. Ekspor Non Migas Menurut Sektor Periode 2008 – 2012...................................... 82
Lampiran VI. Perkembangan Impor Non Migas Menurut Negara Tujuan Periode 2008 –
2012 ....................................................................................................................... 83
Lampiran VII. Impor Menurut Golongan Barang Ekonomi Periode 2008 – 2012 ........................ 84
Lampiran VIII. Pasar Tugas Pembantuan Kementerian Perdagangan Tahun 2011 ....................... 85
BAB I PENDAHULUAN
Pada kondisi gejolak ekonomi dunia yang melambat, pertumbuhan
ekonomi Indonesia
urutan tertinggi ke
ekonomi negara – negara ASEAN dan negara lainnya di Dunia.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan
PENDAHULUAN
Pada kondisi gejolak ekonomi dunia yang melambat, pertumbuhan
pada tahun 2012 mencapai 6,3 % yang menempati
urutan tertinggi ke-2 dunia di bawah China jauh diatas pertumbuhan
negara ASEAN dan negara lainnya di Dunia.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |1
Pada kondisi gejolak ekonomi dunia yang melambat, pertumbuhan
% yang menempati
2 dunia di bawah China jauh diatas pertumbuhan
negara ASEAN dan negara lainnya di Dunia.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |2
Perekonomian Dunia 2012
Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia (Kuartalan), 2007-2012
Sumber: IMF (Update World Economic Outlook 2012)
Sementara itu, ditengah melambatnya aktivitas industri dan konsumsi di
Amerika Serikat dan Eropa, mesin pertumbuhan ekonomi dunia justru
digerakkan oleh negara-negara berkembang yang merupakan kekuatan
ekonomi baru (new emerging economy), seperti: China, India, Brazil, dan
Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi justru berbeda di negara-negara berkembang
lainnya, termasuk ASEAN-5 diperkirakan masih tumbuh moderat. IMF
mempublikasikan pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2013 dari
3.6% menjadi 3.5% (WEO, January 2013).
Indikator ekonomi makro
global tahun 2011-2012
masih menunjukan
perlambatan
Perkembangan ekonomi dunia pada awal tahun 2012 masih terpengaruh
oleh perlambatan ekonomi akibat badai krisis ekonomi yang melanda
dunia. Perlambatan terutama terjadi di negara-negara maju, seperti
Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Negara-negara maju tersebut
secara umum belum dapat keluar dari bahaya krisis ekonomi dan
keuangan, meskipun beberapa negara seperti Jerman, Jepang, dan
Kanada diperkirakan akan tumbuh lebih baik dari prediksi sebelumnya.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |3
Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Sumber: WEO January 2013
Pertumbuhan ekonomi dunia
tahun 2012 akan tumbuh 3,20 % Pada tahun 2012 perekonomian dunia diprediksi hanya tumbuh
3,20 %, atau melambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2011
yang mencapai 3,9 %. Krisis yang melanda Amerika Serikat dan
Eropa menyebabkan kinerja perekonomian negara-negara maju
tidak progresif. Ekonomi negara-negara maju secara umum hanya
tumbuh 1,3 % pada 2012, melambat dari tahun sebelumnya yang
mencapai 1,6 %. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara-
negara berkembang dan emerging market (China, India, dan Brazil)
mengalami sedikit penurunan namun masih diatas 5 %, yaitu
tumbuh sebesar 5,1 %, melambat dari tahun sebelumnya yang
mencapai 6,3 %.
Perekonomian Indonesia 2012
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia mengalami tekanan
akibat perlambatan ekonomi
dunia
Sepanjang 2012, kondisi perekonomian global masih dibayang-
bayangi oleh krisis Eropa yang makin memburuk, kondisi
perekonomian Amerika Serikat yang belum pulih dari krisis 2008,
serta melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara emerging
market, seperti China dan India. Kondisi ini juga menyebabkan
volume perdagangan dunia mengalami koreksi yang cukup dalam,
tidak terkecuali Indonesia, yang kinerja ekspornya mengalami
perlambatan. Hal ini pada akhirnya berdampak pada perlambatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |4
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Indonesia
Ket: PDB pada harga Nominal., pertumbuhan pada harga konstan
Sumber : BPS
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga nampak positif apabila dilihat dari
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada saat ini PDB Indonesia
(harga nominal) tahun 2012 mencapai Rp 8.241,9 trilliun. Pertumbuhan
PDB Indonesia tahun 2012 sebesar 6.2% (YoY). Komposisi PDB tahun 2012
didominasi oleh konsumsi domestik sebesar 54,6% dan investasi 33,2%.
Perekonomian Indonesia
ditopang permintaan
domestik dan investasi
Perekonomian Indonesia terutama ditopang oleh faktor internal, yaitu
masih tingginya permintaan domestik dan peran investasi. Pasar
domestik yang besar, terjaganya stabilitas ekonomi makro, perbaikan
iklim investasi, dan status investment grade merupakan faktor pendorong
tingkat pertumbuhan di tahun 2012. Di sisi lain, melemahnya permintaan
dunia, terutama dari negara-negara mitra dagang utama seperti China
dan Amerika Serikat, serta penurunan harga komoditas global
menyebabkan melambatnya kinerja ekspor nasional. Terlebih lagi, impor
migas masih cukup tinggi sejalan dengan kuatnya permintaan domestik.
Akibatnya, perekonomian Indonesia di tahun 2012 cenderung stagnan
dan sulit untuk tumbuh lebih cepat lagi.
Indonesia memiliki banyak sumber daya terbarukan (produk pertanian)
dan un-terbarukan (pertambangan dan mineral) sumber daya alam. Ini
harus mampu mengoptimalkan penanganan sumber daya alam dengan
meningkatkan industri pengolahan yang akan memberikan nilai tambah
yang tinggi, sementara pada saat yang sama mengurangi ekspor bahan
mentah.
Indonesia akan masuk
dalam jajaran 10 negara
dengan perekonomian
terbesar di dunia pada
tahun 2030
Namun demikian, McKinsey & Co meramalkan bahwa Indonesia
diperkirakan akan masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian
terbesar di dunia pada tahun 2030 mendatang dan secara bersamaan
pada saat itu Indonesia akan melampaui Jerman dan Inggris sebagai
negara perekonomian terbesar ketujuh di dunia.
Neraca Perdagangan Indonesia 2012
Surplus Neraca
Perdagangan turun Neraca perdagangan Indonesia tahun 2012 defisit USD 1,7 miliar.
Terjadinya defisit neraca perdagangan disebabkan oleh defisit
perdagangan migas USD 5,6 miliar (tahun sebelumnya surplus USD 775,5
juta) dan menurunnya surplus perdagangan non-migas yang hanya
mencapai USD 3,9 miliar (tahun sebelumnya USD 25,3 miliar).
Total ekspor non migas ke 10 negara utama mencapai USD 105,0 milyar,
2010 2011 2012 2011 2012 2011 2012
1. Konsumsi Rumah Tangga 3,643.4 4,053.4 4,496.4 4.7 5.3 54.61 54.56
2. Konsumsi Pemerintah 587.3 668.6 732.3 3.2 1.2 9.01 8.89
3. PMTB 2,065.0 2,372.8 2,733.2 8.8 9.8 31.97 33.16
4. Perubahan Inventori + Diskrepansi Statistik 43.1 223.3 408.1 (15.2) 515.2 3.01 4.95
5. Ekspor 1,584.7 1,955.8 1,999.4 13.6 2.0 26.35 24.26
6. Dikurangi: Impor 1,476.6 1,851.1 2,127.5 13.3 6.7 24.94 25.81
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,446.9 7,422.8 8,241.9 6.5 6.2 100.00 100.00
Jenis PengeluaranPertumbuhan (%) Kontribusi (%)Nilai (Triliun Rupiah)
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |5
sementara ekspor non migas ke 10 emerging market mencapai USD 6,3
miliar. Ekspor ke 10 mitra dagang utama mengalami penurunan kecuali
Thailand, sementara ekspor ke emerging market mengalami peningkatan
signifikan meskipun nilainya masih relatif kecil.
Produk ekspor utama Indonesia ke mitra dagang utama : batubara, karet,
palm oil, dan mesin/perlatan listrik, bijih logam, kayu, kendaraan &
bagiannya, timah, pakaian jadi bukan rajutan, besi & baja, dan berbagai
produk kimia.
Produk ekspor utama Indonesia ke emerging market: batubara, buku &
barang cetakan, serat stapel buatan, produk farmasi, kertas, karet, palm
oil, sabun, kendaraan & bagiannya, dan daging & ikan olahan.
Total Impor Indonesia tahun 2012 sebesar USD 191,7 miliar, naik
8,0%(yoy). Impor Indonesia didominasi bahan baku (73%) dan barang
modal (20%). Impor barang modal meningkat signifikan (15,2% yoy).
Impor bahan baku/penolong hanya tumbuh 7,0% (yoy) dari tahun
sebelumnya yang tumbuh 32,6% (yoy). Impor barang konsumsi berhasil
ditekan hingga hanya naik 0,1%, jauh di bawah pertumbuhan tahun 2011
yang naik 34,0%.
Gambar 2 Neraca Perdagangan Migas dan Nonmigas
Sumber: BPS (diolah)
0.9 1.0
1.4
-0.2-0.5
-0.8
-0.4
0.7
1.2
-0.7
0.70.6
0.1
-0.1
-0.5 -0.6
0.3
-0.5
0.1
-0.5-0.7
-1.2-1.4
-0.7
1.02 0.83
0.93
(0.76)
(0.21)
(1.29)
(0.28)
0.25
0.56
(1.88)
(0.62)
(0.19)
(2.50)
(2.00)
(1.50)
(1.00)
(0.50)
-
0.50
1.00
1.50
2.00
Jan'12 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
USD Miliar Non Migas Migas Total
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |6
BAB II SASARAN RENCANA STRATEGIS
Visi Kementerian Perdagangan adalah menjadikan ”Perdagangan Sebagai Sektor
Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi, serta Pencipta Kemakmuran
Rakyat Yang Berkeadilan”
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan
pembangunan perdagangan periode 2010−2014, melipu6 3 (6ga sasaran strategis
yang ingin dicapai, yaitu:
Sasaran 1: Stabilisasi dan Penguatan Pasar Dalam Negeri
Sasaran 2: Peningkatan Ekspor dan Kerjasama Internasional
Sasaran 3: Reformasi Birokrasi dan Good Governance
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |7
Visi Kementerian
Perdagangan untuk
mewujudkan daya saing
ekonomi
Kementerian Perdagangan sebagai salah satu pelaku pembangunan
perekonomian akan ikut berperan penting dalam mewujudkan daya saing
ekonomi nasional. VISI Kementerian Perdagangan adalah:
”Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing
Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat yang Berkeadilan”
Visi tersebut diwujudkan melalui Misi peningkatan kinerja ekspor non
migas secara berkualitas, penguatan pasar dalam negeri dan stabilisasi
ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional,
dan Optimalisasi Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian
Perdagangan.
Tiga sasaran strategis
Kementerian
Perdagangan :
� Stabilisasi dan
Penguatan Pasar
Dalam Negeri
� Ekspor dan
Kerjasama
Internasional
� Reformasi Birokrasi
dan Good
Governance
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka
tujuan pembangunan perdagangan periode 2010−2014, melipuU 3 (Uga
sasaran strategis yang ingin dicapai, yaitu:
Sasaran 1: Stabilisasi dan Penguatan Pasar Dalam Negeri
Sasaran yang ingin dicapai:
� Terciptanya 95% konsumsi rumah tangga nasional dipasok dari
produksi dalam negeri dengan indikator Rasio Penggunaan Produk
Dalam Negeri Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di
tahun 2014.
� Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap
terjangkau sesuai kondisi daya beli masyarakat;
Target tahun 2010-2014: Rata-rata koefisien variasi harga komoditi
tertentu mencapai 5-9%, dan rata-rata rasio koefisien variasi
komoditi tertentu di dalam dan luar negeri mencapai nilai lebih kecil
dari 1 (< 1).
� Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi, sehingga
kelangkaan dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi.
Target tahun 2010-2014: Rata-rata penurunan disparitas harga antar
provinsi mencapai 1,5-2,5%.
� Meningkatnya kinerja sektor perdagangan besar dan eceran pada
tahun 2012.
Target tahun 2012: Peningkatan pertumbuhan PDB sektor
perdagangan sebesar 4,2-5,0 %.
� Peningkatan kinerja logistik Indonesia.
Target tahun 2014: Skor Logistic Performance Index (LPI) sebesar
3,26.
� Membaiknya layanan perijinan dan non perijinan sektor perdagangan
dalam negeri, baik dalam hal jumlah perijinan online maupun dalam
hal minimasi waktu layanan.
Target tahun 2011: Jumlah perijinan yang dilayani secara online
sebanyak 15 jenis perijinan, dengan rata-rata waktu pelayanan 6 hari.
� Meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya,
menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |8
perlindungan konsumen, meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa
di pasar dalam negeri, serta menciptakan perlindungan konsumen.
Target tahun 2012: Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk sampai
dengan tahun 2012 sebanyak 60 unit dimana setiap tahun bertambah
5 BPSK.
Sasaran 2: Peningkatan Ekspor dan Kerjasama Internasional
� Untuk mencapai total ekspor pada tahun 2012 sebesar USD 200
miliar perlu peningkatan pertumbuhan ekspor non migas, sebagai
salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional; Menuju
pencapaian total ekspor Indonesia sebesar 1% dari GDP dunia (= USD
700M) dalam waktu 3 - 5 tahun ke depan.
� Target tahun 2012: Pertumbuhan ekspor non migas mencapai 12,3-
13,5%.
� Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai indikasi
berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara tertentu,
sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin baik;
Target tahun 2012: Pangsa 5 negara tujuan ekspor utama berada
pada kisaran 43-47% dan total ekspor Indonesia ke negara non
tradisional meningkat sebesar 25% di tahun 2012.
� Diversifikasi produk ekspor non migas yang semakin baik, sehingga
ketergantungan pada produk ekspor tertentu menjadi berkurang.
Target tahun 2012: Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama berada
pada kisaran 53-60%.
� Membaiknya layanan perijinan dan non perijinan sektor perdagangan
luar negeri, baik dalam hal jumlah perijinan online maupun dalam hal
minimasi waktu layanan.
Target tahun 2012: Jumlah perijinan yang dapat dilayani secara
online sebanyak 70 jenis perijinan, dengan rata-rata waktu pelayanan
2 hari.
� Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di
pasar global, yang menunjukkan semakin banyaknya produk-produk
dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global;
Target tahun 2012: Jumlah komoditi dengan RCA>1 berkisar 590-605
komoditi.
� Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada
akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor.
Target tahun 2012: Skor Dimensi Ekspor dalam Simon Anholt Nation
Brand Index berkisar 44-49.
� Meningkatnya intensitas dan kualitas keikutsertaan Indonesia di
berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan
yang dihasilkan di berbagai forum internasional, yang mampu
memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional.
Target tahun 2012: Jumlah hasil perundingan perdagangan
internasional yang dihasilkan sebanyak 221 hasil perundingan.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |9
Sasaran 3: Reformasi Birokrasi dan Good Governance
� Terwujudnya Kemendag yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme, indikatornya adalah indeks persepsi korupsi (Program
Inisiatif Anti Korupsi/PIAK dan Survey Integritas) min. 5 besar.
� Terwujudnya laporan keuangan Kemendag sesuai dengan SAP
targetnya WTP.
� Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
Kemendag, indikatornya adalah efektifitas dan akuntabel (LAKIP)
min. B dan WTA.
� Peningkatan kinerja keuangan dan performance organisasi.
Target tahun 2012: Mempertahankan pencapaian opini BPK dengan
status “Wajar Tanpa Pengecualian” (WTP) dan penilaian terhadap
dokumen SAKIP mencapai “B”.
� Terwujudnya organisasi yang berbasis kinerja (berorientasi outcome).
Target 2012: skor hasil survey berada diatas angka 2,35.
� Meningkatnya kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur
melalui tugas belajar baik di dalam maupun di luar negeri. Target
tahun 2012, peningkatan kualitas SDM melalui tugas belajar adalah
sebanyak 100 orang pegawai yang mengikuti program tugas belajar.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |10
BAB III. KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Tiga Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan yaitu :
� Terciptanya Stabilisasi dan Penguatan Pasar Dalam Negeri
� Surplus Ekspor Non Migas Sebesar US$ 3,9 Milyar dan Terciptanya
Kerjasama Perdagangan Internasionaldengan Negara – Negara Non
Tradisional
� Penilaian Akhir Kesiapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Sebesar 67
dan Meraih Peringkat Pertama Kompetisi “Open Government
Indonesia” Dalam Rangka Peningkatan Good Governance
Kementerian Perdagangan
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |11
3.1 Kilas Capaian Perdagangan
Kinerja Perdagangan dalam waktu satu tahun menunjukkan
perkembangan yang cukup baik pada indikator yang menjadi sasaran
pembangunan perdagangan tahun 2012 sebagaimana tercantum pada
RENSTRA Kementerian Perdagangan kecuali pada pertumbuhan ekspor
non migas yang relatif stagnan dibanding tahun 2011 mengingat
terjadinya krisis dan perlambatan ekonomi dunia terutama di pasar-pasar
utama ekspor Indonesia. Kilas capaian sasaran kinerja Kementerian
Perdagangan tahun 2012 sebagai berikut:
No Indikator Sasaran 2011 2012
Capaian Target Capaian
1 Peningkatan Akses Pasar
� Pertumbuhan Ekspor Non Migas
� Pangsa Pasar dari 5 (lima) Negara
Tujuan Ekspor Terbesar
� Kontribusi Ekspor di luar 10 produk
utama
24,88%
49,38%
54, 17%
12,3 % - 13,5 %
43% – 47%
53%-60%
-5,58%
49,40%
53,17%
2 Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan
Perdagangan Luar Negeri (total ijin 2009:
108 ijin
2010: 89 ijin)
� Jumlah ijin UPP (INATRADE)
� Jumlah Online
� Waktu Penyelesaian
Perdagangan Dalam Negeri (total 21 ijin)
� Jumlah ijin UPP (INATRADE)
� Jumlah Online
� Waktu Penyelesaian
89 ijin
55 ijin
3 hari
12 ijin
12 ijin
6 hari
-
70 ijin
2 hari
-
17 ijin
5 hari
55 izin
2 hari
12 izin
3 hari
3 Peningkatan daya saing ekspor
� RCA >1 komoditi HS 6 (1996)
� Skor Dimensi Ekspor NBI Simon Anholt
930 Komoditi
590 – 605
komoditi
n.a.
45,73
4 Peningkatan peran dan kemampuan
diplomasi perdagangan internasional
� Jumlah hasil perundingan internasional
259
221
260
5 Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga
Bahan Pokok
� Koefisien Variasi Harga (KVH)
� Rasio KVH Komoditi tertentu didalam
negeri dibanding luar negeri
� Rasio KVH provinsi dan nasional
3,5%
0,3
1,90
5%-9%
< 1
1,5 – 2,5
3,9%
0,3
1,7
6 Peningkatan Pengawasan dan
Perlindungan Konsumen
65 BPSK 60 BPSK 84 BPSK
7 Penciptaan Jaringan Distribusi
Perdagangan yang Efisien (Skor Logistic
Performance Index)
2,76 2,76 2,94
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |12
3.2 Capaian Sasaran Perdagangan Tahun 2012
3.2.1 Sasaran Strategis 1: Stabilisasi dan Penguatan Pasar Dalam Negeri
3.2.1.1 95% Konsumsi Rumah Tangga Nasional Dipasok Dari Produksi Dalam Negeri Dengan
Indikator Rasio Penggunaan Produk Dalam Negeri Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Di Tahun 2014.
Rasio penggunaan produk
dalam negeri terhadap
pengeluaran konsumsi
rumah tangga tahun 2012
adalah sebesar 97,2 %
Pada tahun 2012 di setiap kwartal, nilai impor barang konsumsi cukup
stabil, berkisar pada angka 30,7 triliun rupiah sampai dengan 33,2 triliun
rupiah. Pada tahun 2012 pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah
sebesar 4.496.400 milyar rupiah dan nilai impor barang konsumsi adalah
sebesar 126.602 milyar rupiah. Berdasarkan data tersebut diperoleh rasio
penggunaan produk dalam negeri terhadap pengeluaran konsumsi rumah
tangga tahun 2012 adalah sebesar 97,2 % lebih tinggi dari target yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 95 %.
Sumber : Kemendag
3.2.1.2 Stabilisasi Harga Bahan Pangan Utama Dengan Indikator Rata-Rata Koefisien Variasi 10
Komoditi Pangan Utama Tidak Lebih Dari 7%.
Ketersediaan bahan
pangan pokok sangat
penting
Konsumsi bahan pangan pokok merupakan kebutuhan yang harus
terpenuhi bagi hampir seluruh masyarakat Indonesia. Ketersediaannya
sangat penting sehingga apabila terjadi kelangkaan di pasar akan
berakibat pada instabilitas harga. Keterjangkauan terhadap produk
pangan serta harga yang stabil merupakan upaya dalam mendukung
ketahanan pangan. Dalam pengelompokkan bahan komoditi pangan,
Kementerian Perdagangan mengelompokkan bahan pangan pokok
dimaksud meliputi: beras, gula, minyak goreng, tepung terigu, telur
ayam, daging sapi, daging ayam, susu, kedele dan jagung. Komoditi-
komoditi tersebut juga merupakan bagian dari bahan makanan yang
dikelompokkan sebagai komoditi penyumbang inflasi oleh Badan Pusat
Statistik (BPS).
Kenaikan permintaan
terhadap komoditas
pangan
Sebagai isu dunia, ketahanan pangan telah disikapi oleh pemerintah
untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi masyarakat melalui jaminan
ketersediaan pasokan, aksesibilitas, stabilisasi harga di dalam negeri serta
960
980
1.000
1.020
1.040
1.060
1.080
1.100
1.120
1.140
1.160
1.180
Q1 Q2 Q3 Q4
Bill
ion
Th
ou
san
ds
Rp
Konsumsi Produk Dalam Negeri Impor Barang Konsumsi
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |13
pengendalian stok. Di satu sisi, jumlah penduduk yang terus bertambah,
penggunaan komoditas pangan sebagai bahan bakar, dan kesejahteraan
yang meningkat, berakibat pada kenaikan permintaan terhadap
komoditas pangan. Selain itu, alih fungsi lahan menyebabkan produksi
pangan menjadi tertekan, di samping pengaruh perubahan cuaca
(anomali) yang menyebabkan perubahan pola produksi dan
terhambatnya jalur distribusi. Faktor-faktor tersebut berdampak pada
fluktuasi harga dan terjadinya disparitas harga antar daerah. Pergerakan
harga pangan domestik banyak dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, terutama produk pangan berdaya impor tinggi, seperti kedelai.
Faktor eksternal didorong oleh adanya perubahan pergerakan harga
pangan di pasar dunia dan berimbas pada perubahan harga-harga
pangan pokok di dalam negeri. Adapun faktor internal seperti perubahan
iklim dan infrastruktur yang belum memadai, secara simultan berdampak
pada keterlambatan arus distribusi barang ke sejumlah wilayah di
Indonesia.
Secara umum harga
global di 2012 mengalami
penurunan
Tabel 3 Indeks Harga Makanan FAO
Sumber : FAO
Pada tahun 2012, rata-rata harga pangan dunia 212 poin, turun 7%
dibanding tahun 2011. Penurunan harga terbesar terjadi pada komoditi
gula (17,1%), produk susu (14,5%), dan minyak (10,7%). Namun untuk
serealia dan daging hanya turun masing-masing 2,4% dan 1,1%. Harga
serealia, daging, dan gula masing-masing turun menjadi sebesar 247 poin
(turun 1,1%) dan 268 poin (turun 2,2%) dibanding Desember 2012.
Demikian juga untuk harga produk susu dan daging masing-masing
tercatat 198 dan 176 poin, relatif stabil dibanding bulan Desember 2012.
Stabil dan turunnya harga tersebut disebabkan oleh tesedianya pasokan
yang cukup dari negara-negara produsen seperti Brazil dan Thailand.
Kebijakan antisipasi
gejolak siklus dan musim
dari komoditas pangan
dalam negeri
Dalam penanganan stabilisasi harga bahan pokok, Pemerintah
menetapkan kebijakan antisipasi gejolak siklus dan musim terhadap
komoditas pangan dalam negeri, yang meliputi beras, minyak goreng,
kedelai, tepung terigu, dan gula, tetapi juga tetap memperhatikan
komoditas lain seperti jagung, telur, ayam, dan daging.
Suasana menjelang hari
raya Idul Fitri turut Seiring dengan terjadinya gejolak harga pangan dunia maka harga rata-
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |14
memicu peningkatan
sementara harga
beberapa komoditi
rata Beras Umum Juli 2012 secara nasional mengalami kenaikan sebesar
0,73% menjadi Rp.10.385/kg dibanding bulan sebelumnya. Harga
tersebut relatif stabil bahkan turun 0,52% dibanding harga rata-rata pada
Januari 2012 yaitu Rp.10.438/kg. Untuk tahun 2012, pada bulan puasa
dan lebaran, harga diperkirakan naik tetapi tidak signifikan karena
ketersediaan Beras hingga Idul Fitri 2012 dalam kondisi cukup.
Demikian juga dengan Harga rata-rata Gula Juli 2012 secara nasional naik
5,34% menjadi Rp.12.033/kg dibanding bulan sebelumnya. Harga
tersebut naik 17,73% dibanding harga pada Januari 2012 yaitu
Rp.10.221/kg. Kenaikan harga Gula disebabkan karena meningkatnya
permintaan menjelang bulan Puasa dan Idul Fitri terutama oleh industri
makanan dan minuman yang saat ini sudah mulai menggunakan Gula
Kristal Putih lokal untuk bahan baku produksi, serta relatif tingginya
harga lelang gula di tingkat petani akibat belum banyaknya gula hasil
produksi lokal pada awal musim giling 2012.
Pola perkembangan harga daging sapi dari tahun 2010 sampai 2012
menunjukan kecenderungan yang hampir sama yaitu selalu terjadi
lonjakan harga menjelang Puasa yang berlangsung sampai dengan Hari
Raya Idul Fitri, kemudian cenderung turun dan kembali meningkat
menjelang Idul Adha. Secara umum hal tersebut terjadi karena relatif
tingginya permintaan masyarakat pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Setiap tahun harga daging sapi selalu menunjukkan kenaikan dibanding
tahun sebelumnya.
Pada tahun 2012, perkembangan harga menunjukkan kenaikan harga
yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2010.
Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan rata-rata kenaikan harga
pada tahun 2012 sebesar 1,31% per bulan, sedangkan untuk tahun 2011
dan 2010 masing-masing sebesar 0,50% per bulan. Anomali kenaikan
harga daging sapi pada tahun 2012 disebabkan terbatasnya pasokan sapi
lokal siap potong sementara terjadi pengurangan kuota impor baik sapi
bakalan maupun daging sapi.
Harga rata-rata Telur Ayam Juli 2012 secara nasional naik 12,08%
menjadi Rp.17.913/kg dibanding bulan sebelumnya. Harga tersebut naik
7,38% dibanding harga rata-rata pada Januari 2012 yaitu Rp.16.681/kg.
Harga rata-rata Daging Ayam Juli 2012 secara nasional naik 8,12%
menjadi Rp.28.798/kg dibanding bulan sebelumnya. Harga tersebut naik
7,27% dibanding harga rata-rata pada Januari 2012 yaitu Rp.26.847/kg.
Kenaikan harga Telur Ayam dan Daging Ayam terjadi selain karena
permintaan masyarakat yang cukup tinggi juga kebutuhan untuk industri
kue/makanan olahan yang meningkat pada bulan Ramadhan. Disamping
itu, kenaikan harga daging & telur ayam juga disebabkan karena kenaikan
biaya produksi (khususnya pakan ternak) serta sebagai substitusi akibat
tingginya harga daging sapi.
Harga cabe merah harga tertinggi terjadi pada Minggu ke 2 bulan Juni
2012 sebesar Rp.29.362/kg, selanjutnya harga cenderung menurun
sampai dengan Minggu ke 4 bulan November 2012. Kemudian
mengalami kenaikan kembali yang signifikan sampai dengan Minggu
pertama bulan Februari 2013 yang tercermin dari rata-rata pertumbuhan
dalam periode 14 Minggu terakhir sebesar 2,77%. Meningkatnya harga
dari Minggu ke 5 bulan Februari 2012 sampai dengan Minggu ke 2 bulan
Juni 2012 disebabkan oleh berkurangnya pasokan cabe ke pasar akibat
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |15
musim hujan yang terus berkelanjutan, sementara beberapa sentra
produksi beralih menanam komoditi selain cabe. Sedangkan kenaikan
harga sejak Minggu ke I Desember 2012 sampai dengan Minggu ke I
Februari 2013 disebabkan oleh cuaca ekstrim yang mengganggu produksi
dan distribusi cabe.
Kenaikan harga Bawang Merah mulai terjadi sejak Minggu pertama bulan
Maret 2012 sampai dengan Minggu ke 4 bulan Juni 2012, selanjutnya
harga cenderung menurun sampai dengan Minggu ke 2 bulan Oktober
2012 (Rp.11.973/kg) dan kemudian harga kembali naik signifikan sampai
dengan Minggu ke 4 bulan Januari 2013 (Rp.19.948/kg) yang tercermin
dari rata-rata pertumbuhan dalam periode 14 Minggu terakhir sebesar
4,17%. Kecenderungan meningkatnya harga dari Minggu pertama bulan
Maret 2012 sampai dengan Minggu ke 4 bulan Juni 2012 dan Minggu ke
dua bulan Oktober 2012 sampai dengan Minggu ke 4 bulan Desember
2012 disebabkan oleh berkurangnya pasokan ke pasar akibat musim
hujan sehingga petani bawang merah kesulitan untuk melakukan panen
dan menjemur bawangnya. Sedangkan harga bawang putih terendah
terjadi pada Minggu ke 3 bulan Februari 2012 sebesar Rp.6.243.
Harga Minyak Goreng
dan Tepung Terigu Relatif
Stabil dalam masa Bulan
Ramadhan dan Lebaran
Pada periode 3 tahun terakhir pergerakan harga Minyak Goreng Kemasan
masih relatif stabil pada saat bulan puasa dan lebaran. Demikian pula
untuk tahun 2012 harga Minyak Goreng Kemasan pada bulan puasa dan
lebaran relatif stabil karena ketersediaan Minyak Goreng dalam kondisi
cukup hingga Idul Fitri 2012.
Untuk Minyak Goreng Curah, pada bulan puasa dan lebaran tahun 2011
relatif stabil, sedangkan untuk periode yang sama pada tahun 2012,
harga relatif stabil.
Pada periode 3 tahun terakhir pergerakan harga Tepung Terigu relatif
stabil pada saat bulan puasa dan lebaran. Demikian pula untuk tahun
2012 harga pada bulan puasa dan lebaran relatif stabil karena
ketersediaan Tepung Terigu dalam kondisi cukup hingga Idul Fitri 2012.
Rata-rata Koefisien
Variasi Harga 10 Bahan
Pokok Utama tahun 2012
adalah sebesar 3,9
Tujuan dari stabilisasi harga bahan pokok adalah menciptakan stabilitas
harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau
sesuai kondisi daya beli masyarakat. Salah satu Indikator Kinerja yang
digunakan untuk mengukur stabilisasi harga adalah Rata-rata Koefisien
Variasi Harga 10 Bahan Pokok Utama. Indikator ini menggambarkan
kondisi stabilisasi harga komoditi bahan pokok utama secara nasional,
dengan sasaran strategis yang akan dicapai yaitu stabilitas harga bahan
pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau sesuai daya beli
masyarakat. Terkait stabilitas harga bahan pokok tersebut, maka harga
dapat dikatakan stabil jika persentase koefisien variasi harga berada pada
angka yang wajar berada pada kisaran 5 – 9 persen sesuai target pada
Renstra Kementerian Perdagangan 2010-2014, di mana semakin kecil
angka koefisien variasi maka harga dapat disimpulkan lebih stabil.
Adapun komoditi bahan pokok Utama yang diukur yaitu: (1) beras; (2)
gula; (3) minyak goreng; (4) terigu; (5) kedelai; (6) jagung; (7) susu; (8)
daging sapi; (9) daging ayam; (10) telur ayam.
Capaian angka koefisien variasi harga komoditi bahan pokok utama
secara nasional pada tahun 2012 adalah sebesar 3,9 persen. Secara
keseluruhan, dengan rata-rata koefisien variasi harga bahan pokok pada
tahun 2012 sebesar 3,9 %, melampaui target yang ditetapkan dalam
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |16
Rencana Strategis Kementerian, yaitu kisaran 5-9%. Hal ini didukung
stabilitas harga beberapa komoditi seperti beras, tepung terigu, jagung,
susu dan kedelai. Selain juga didukung kondisi perekonomian dan
pemerintahan yang kondusif mendukung terjaganya stabilitas harga
bahan pokok di dalam negeri. Pencapaian angka koefisien variasi harga
bahan kebutuhan pokok selama kurun waktu 2008 s/d 2012 masih sesuai
target yaitu berada pada kisaran 5 – 9%.
Tabel 4 Angka Koefisien Variasi Bahan Pokok Tahun 2008-2012
No Komoditi Koefisien Variasi Bahan Pokok
2008 2009 2010 2011 2012
1 Beras 0,7 1,0 6,6 6,2 1,0
2 Gula Pasir 0,8 12,1 3,7 1,7 6,6
3 Jagung 9,8 2,3 4,6 3,3 2,8
4 Kedelai 3,9 1,3 0,5 1,6 3,3
5 Tepung Terigu 3,7 0,4 0,8 0,3 0,2
6 Minyak Goreng 14,3 5,5 7,1 5,6 5,1
7 Susu 1,2 0,5 1,1 0,9 1,2
8 Daging Ayam 9,7 2,6 11,4 6,9 5,6
9 Daging Sapi 5,8 1,6 4,4 3,4 8,4
10 Telur 9,2 2,9 7,6 5,5 5,4
Rata-rata 5,9 3,0 4,5 3,5 3,9
Target Koefisien Variasi Harga Domestik 2010 – 2014 5-9
Sumber: Kemendag
Koefisien keragaman
komoditi gula pasir,
minyak goreng, daging
ayam, dan telur masih
dalam batas target
Namun demikian, terdapat beberapa komoditi yang memiliki koefisien
variasi pada kisaran 5 - 6%, seperti gula pasir, minyak goreng, daging
ayam, dan telur. Bahkan, komoditas daging sapi memiliki koefisien variasi
sebesar 8,4%. Tingginya koefisien variasi komoditas tersebut disebabkan
terhambatnya distribusi dan pasokan akibat faktor cuaca yang terjadi
sepanjang tahun 2012 hingga Januari 2013.
Perkembangan harga
komoditi tertentu lebih
stabil dari yang
diperkirakan
Secara keseluruhan, rata-rata koefisien variasi harga komoditi tertentu
januari –November 2011 adalah 3,9% dan berada di bawah target yang
ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian, yaitu kisaran 5-9%.
Beberapa komoditi yang relatif stabil adalah beras, jagung, kedelai, susu
kental manis, dan tepung terigu. Stabilnya harga komoditas tersebut
disebabkan karena penanganan stok dan distribusi yang baik dalam
memenuhi permintaan dalam negeri. Selain itu, kondisi perekonomian
dan pemerintahan yang stabil mendukung konstelasi perkembangan
harga komoditi tertentu di Indonesia untuk tetap terjaga dalam
pergerakan yang stabil.
Rata-rata rasio koefisien
variasi harga komoditi di
DN dibanding di LN
adalah < 1
Capaian angka rasio koefisien variasi harga komoditi tertentu di dalam
dan di luar negeri dari komoditi bahan pokok tertentu pada tahun 2012
adalah sebesar 0,3 atau telah mencapai 167% dari target sebesar 0,9.
Dengan angka capaian dan target pada tahun 2012 yang sama dengan
tahun 2011, maka persentase pencapaian target pada tahun 2012 ini juga
masih sama dengan persentase pencapaian target pada tahun 2011.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |17
Target indikator rata-rata rasio koefisien variasi harga bahan pokok
tertentu di dalam negeri dibandingkan dengan di luar negeri lebih kecil
dari 1 (<1). Hal tersebut mengindikasikan pergerakan harga di dalam
negeri lebih terjaga volatilitasnya dibanding dengan yang terjadi di luar
negeri.
Seluruh bahan pokok yang terpantau memiliki rata-rata rasio lebih kecil
dari 1 (satu) atau dengan kata lain harga di dalam negeri lebih stabil
dibanding harga di luar negeri, yang tercermin dari rata-rata rasio
koefisien variasi harga dalam dan luar negeri sebesar 0,3.
Pencapaian pada tahun 2012 ini merupakan yang terbaik selama kurun
waktu 2008 – 2012, mengulang capaian yang sama seperti pada tahun
2010 dan 2011 yaitu sebesar 0,3, di mana stabilitas harga tiap bahan
pokok di dalam negeri lebih baik dibandingkan di luar negeri, hanya pada
tahun 2009 ketika terjadi krisis pada tahun 2008 berdampak pada
stabilitas harga di dalam negeri yang lebih buruk dibandingkan di luar
negeri dengan angka rasio mencapai 1,2.
Tabel 5 Angka Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Di Dalam Negeri Dibandingkan Luar Negeri
No Komoditi Rasio KV Harga Bahan Pokok Tertentu di Dalam/Luar
Negeri
2008 2009 2010 2011 2012
1 Beras 0,4 0,1 0,7 0,6 0,3
2 Gula Pasir 0,6 6,5 0,2 0,2 0,9
3 Minyak Goreng 0,3 0,1 0,5 0,7 0,4
4 Tepung Terigu 0,2 0,1 0,1 0,0 0,0
5 Kedelai 0,7 0,0 0,0 0,2 0,3
6 Jagung 3,9 1,5 0,2 0,2 0,3
7 Susu 0,6 0,1 0,3 0,1 0,1
Rata-rata 0,9 1,2 0,3 0,3 0,3
Target Koefisien Variasi Harga Bapok tertentu Dalam/Luar Negeri 2010 – 2014 <
1 Sumber: Kemendag
Nilai rasio koefisien
variasi (disparitas harga
antar provinsi) masih
dalam tingkat yang wajar
Capaian Angka Rasio KV Harga Provinsi dibandingkan KV Harga Nasional
dari komoditi bahan pokok utama pada tahun 2012 adalah sebesar 1,7
atau telah mencapai 123% dari target sebesar 2,2. Angka capaian pada
tahun 2012 ini lebih tinggi 11% dibandingkan capaian tahun 2011 sebesar
1,9 dengan target yang sama yaitu 2,2. Sehingga persentase pencapaian
target pada tahun 2012 sebesar 123% masih lebih baik dibandingkan
persentase pencapaian taget pada tahun 2011 sebesar 114%
Target disparitas harga antar provinsi yang ingin dicapai melalui
penghitungan rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi
dibandingkan koefisien variasi harga nasional bahan pokok adalah pada
kisaran 1,5–2,5 sesuai dengan Rencana Strategik Kementerian
Perdagangan 2010 – 2014.
Capaian pada tahun 2012 ini mengulangi capaian 2 tahunan yaitu capaian
tahun 2008 dan tahun 2010 sebesar 1,7, yang merupakan capaian terbaik
selama kurun waktu 2008 – 2012, dan hanya pada tahun 2009 disparitas
harga antar provinsi berada diluar pada kisaran 1,5 – 2,5, yaitu sebesar
2,9, di mana pada tahun tersebut terdapat permasalahan produksi dan
distribusi yang disebabkan krisis ekonomi sepanjang tahun 2008.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |18
Rasio koefisien variasi
harga provinsi dibanding
variasi harga nasiona
sebesar 1,7.
Target penurunan disparitas harga antar provinsi yang ingin dicapai
adalah penurunanrata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi
dibandingkan koefisien variasi harga nasional sejumlah komoditi, pada
kisaran 1,5–2,5 di tahun 2012 (dan seterusnya hingga tahun 2014).
Pada tahun 2012, rasio koefisien variasi harga provinsi dibanding variasi
harga nasional yang menujukkan disparitas harga antar provinsi masih
dalam tingkat yang wajar yaitu 1,7. Terlampauinya target indikator
stabilitas dan penurunan disparitas harga di dalam negeri pada tahun
2012 ini, karena lancarnya distribusi pangan pokok dibandingkan tahun
sebelumnya yang terganggu cuaca ekstrim sepanjang tahun, sehingga
pada tahun 2012 ini Pemerintah telah mengantisipasinya dengan
kebijakan-kebijakan yang lebih efektif, efisien dan terkoordinasi bersama
seluruh instansi terkait.
Tabel 6 Angka Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Di Propinsi Dibandingkan Nasional
No Komoditi Rasio Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok di
Propinsi/Nasional
2008 2009 2010 2011 2012
1 Beras 4,5 2,5 1,5 1,4 1,8
2 Gula Pasir 2,7 1,0 1,2 1,3 1,1
3 Kedelai 1,2 4,7 2,9 2,3 1,8
4 Tepung Terigu 1,1 5,4 2,4 4,4 2,6
5 Minyak Goreng 1,1 1,2 1,3 1,7 1,3
6 Jagung Pipilan 1,3 3,3 1,8 2,0 1,9
7 Susu 1,1 4,3 2,1 1,8 2,3
8 Telur Ayam Ras 1,2 2,2 1,3 1,2 1,7
9 Daging Ayam
Ras
1,4 2,7 1,3 1,8 1,7
10 Daging Sapi 1,1 1,5 1,6 1,4 1,1
Rata-rata 1,7 2,9 1,7 1,9 1,7
Target koefisien variasi harga bahan pokok di propinsi dibandingkan
nasional 2010-2014 1,5 -2,5 Sumber: Kemendag
3.2.1.3 Kontribusi Sektor Perdagangan Meningkat Dengan Indikator Pertumbuhan PDB Riil Tahunan
Pedagang Besar Dan Eceran Minimum 7%.
Kontribusi produk
domestik bruto sektor
perdagangan terhadap
PDB sebesar 16 %.
Perdagangan besar dan eceran sampai dengan Kwartal IV tahun 2012
sebesar Rp 395,890 miliar atau tumbuh 8,66% apabila dibandingkan
dengan tahun 2011 (Rp 364,322 miliar). Capaian tersebut lebih besar dari
target yang ditetapkan pada Renstra yaitu sebesar 7 %. Kontribusi produk
domestik bruto sektor perdagangan (besar dan eceran) terhadap PDB
Non-Migas pun mengalami kenaikan menjadi 16,0 % atau naik sebesar
30 basis poin. Salah satu pendorong tumbuhnya sektor ini adalah tingkat
consumer confidence yang tinggi. Tingkat consumer confidence Indonesia
merupakan yang tertinggi di dunia bersama-sama dengan India
sebagaimana tertera pada gambar 19.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |19
Gambar 3 PDB Perdagangan Besar dan Eceran 2011 - 2012
Sumber : BPS Diolah
3.2.1.4. Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan
Perizinan bidang perdagangan dalam negeri berkaitan dengan
pembinaan pasar dan distribusi, pembinaan usaha dan pendaftaran
perusahaan, dan kemetrologian, serta yang terkait dengan perdagangan
berjangka komoditi dan sistem resi gudang.
UPP perdagangan dalam
negeri menerapkan
prinsip “single entry dan
single exit point”
Perbaikan layanan perizinan sektor perdagangan dalam negeri
merupakan upaya mendukung penciptaan iklim investasi dan iklim usaha
yang kondusif yang akhirnya dapat menguatkan pasar domestik.
UPP perdagangan dalam negeri memberikan layanan perizinan dengan
prinsip ”single entry dan single exit point” sehingga proses perizinan
khususnya perdagangan dalam negeri tidak lagi dilakukan secara tatap
muka antara pemohon dengan pejabat pemroses.
12 jenis perizinan bidang
perdagangan dalam
negeri telah dilayani
secara online.
Saat ini terdapat 12 jenis perizinan bidang perdagangan dalam negeri
yang dilayani oleh Kementerian Perdagangan, dengan 12 jenis perizinan
yang sudah dapat dilayani secara online. Target jumlah perizinan
perdagangan dalam negeri dapat tercapai sesuai RENSTRA, sehingga
meningkatkan efisiensi dan efektifitas sistem distribusi nasional yang
menjamin kepastian berusaha.
Waktu penyelesaian permohonan perizinan menjadi lebih singkat dan
tanpa dipungut biaya. Sebelumnya, penyelesaian perizinan memakan
waktu antara 5-15 hari kerja, tetapi dengan penerapan sistem ini, waktu
persetujuan permohonan perizinan menjadi sekitar 3,5 hari kerja.
Pengawasan yang bertujuan untuk menjamin kelancaran ditribusi dan
perlindungan konsumen diatur juga melalui beberapa kebijakan Perizinan
bidang perdagangan dalam negeri berkaitan dengan pembinaan pasar
dan distribusi, pembinaan usaha dan pendaftaran perusahaan.
Pembinaan bahan pokok
dan strategis Perizinan terkait dengan pembinaan bahan pokok dan barang strategis,
antara lain: (i) Pedagang Kayu Antar Pulau Terdaftar (PKAPT), (ii)
Pedagang Gula Antar Pulau Terdaftar (PGAPT), (iii) Surat Persetujuan
85.433 89.893 93.390 95.605 93.604
98.477 100.499 103.310
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012
Mil
iar
Ru
pia
h
Perdagangan Gula Antar Pulau (SPPGAP), (iv) Surat Persetujuan
Perdagangan Gula Rafinasi Antar Pulau (SPPGRAP), (v) Surat Izin Usaha
Perdagangan Bahan B
Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUPMB), dan (vii) Persetujuan
Penyelenggaraan Pameran Dagang.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar di atas, jumlah izin bidang
pembinaan bahan pokok dan barang strategis yang dikeluarkan
Kementerian Perdagangan dalam Tahun 2012 didominasi oleh Surat Izin
SPPGRAP, sebanyak 656 izin usaha. Hal tersebut menunjukkan
Permendag yang mengatur tata niaga gula dalam rangka menjaga
stabilitas pasokan yang cukup dan harga yang terjangkau bagi masyarakat
di seluruh wilayah Indonesia.
Minat investor asing
berusaha di Indonesia. Sementara itu, jumlah izin bidang pembinaan usaha dan pendaftaran
perusahaan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan hingga
2012
dilihat dari kacamata investor, terutama oleh
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan
Perdagangan Gula Antar Pulau (SPPGAP), (iv) Surat Persetujuan
Perdagangan Gula Rafinasi Antar Pulau (SPPGRAP), (v) Surat Izin Usaha
Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP B2), (vi) Surat IzinUsaha
Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUPMB), dan (vii) Persetujuan
Penyelenggaraan Pameran Dagang.
Gambar 4 Jumlah Izin Bd. Pembinaan Bhn Pokok & Barang Strategis Tahun 2012
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar di atas, jumlah izin bidang
pembinaan bahan pokok dan barang strategis yang dikeluarkan
Kementerian Perdagangan dalam Tahun 2012 didominasi oleh Surat Izin
SPPGRAP, sebanyak 656 izin usaha. Hal tersebut menunjukkan
ermendag yang mengatur tata niaga gula dalam rangka menjaga
stabilitas pasokan yang cukup dan harga yang terjangkau bagi masyarakat
di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu, jumlah izin bidang pembinaan usaha dan pendaftaran
perusahaan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan hingga
2012 menggambarkan iklim berusaha di Indonesia semakin kondusif,
dilihat dari kacamata investor, terutama oleh pelaku usaha.
PKAPT; 87
PGAPT, 67
Perpanjangan;
656
Perubahan;
112
; 129
PGAPAT; 6
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |20
Perdagangan Gula Antar Pulau (SPPGAP), (iv) Surat Persetujuan
Perdagangan Gula Rafinasi Antar Pulau (SPPGRAP), (v) Surat Izin Usaha
erbahaya (SIUP B2), (vi) Surat IzinUsaha
Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUPMB), dan (vii) Persetujuan
Jumlah Izin Bd. Pembinaan Bhn Pokok & Barang Strategis Tahun 2012
Sumber: Kemendag
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar di atas, jumlah izin bidang
pembinaan bahan pokok dan barang strategis yang dikeluarkan
Kementerian Perdagangan dalam Tahun 2012 didominasi oleh Surat Izin
SPPGRAP, sebanyak 656 izin usaha. Hal tersebut menunjukkan
ermendag yang mengatur tata niaga gula dalam rangka menjaga
stabilitas pasokan yang cukup dan harga yang terjangkau bagi masyarakat
Sementara itu, jumlah izin bidang pembinaan usaha dan pendaftaran
perusahaan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan hingga tahun
menggambarkan iklim berusaha di Indonesia semakin kondusif,
pelaku usaha.
PKAPT; 87
PGAPT, 67
Perpanjangan;
Pada periode
pendaftaran perusahaan yang dikeluarkan oleh
Perdagangan sebagaimana terlihat dalam grafik. Tingginya jumlah izin
keagenan (1.
semakin kondusif bagi investor, terutama oleh pelaku usaha perdagangan
asing.
Kebijakan Perdagangan
Dalam Negeri yang Telah
Diterbitkan pada Tahun
2012
Kementerian Perdagangan di
kebijakan
beberapa tujuan yaitu untuk penguatan pasar dalam negeri se
sasaran
kebijakan perdagangan dalam negeri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan
Gambar 5 Jumlah Izin Bidang Pembinaan Usaha dan Pendaftaran Perusahaan
Pada periode Tahun 2012, jumlah izin bidang pembinaan usaha dan
pendaftaran perusahaan yang dikeluarkan oleh
Perdagangan sebagaimana terlihat dalam grafik. Tingginya jumlah izin
keagenan (1.583) menggambarkan bahwa iklim berusaha di Indonesia
semakin kondusif bagi investor, terutama oleh pelaku usaha perdagangan
asing.
Kementerian Perdagangan di tahun 2012 telah menetapkan beberapa
kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. Kebijakan
beberapa tujuan yaitu untuk penguatan pasar dalam negeri se
sasaran strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2012
kebijakan perdagangan dalam negeri yang telah ditetapkan
1. Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah Untuk Stabilisasi Harga
melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 4/M
DAG/PER/01/2012.
2. Tata Cara Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk Perhitungan
Provisi Sumber Daya Hutan melalui Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor : 9/M-DAG/PER/2/2012.
3. Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk Perhitungan Provisi
Sumber Daya Hutan melalui Peraturan Menteri Perda
12/M-DAG/PER/3/2012.
4. Pendelegasian Wewenang Penerbitan Perijinan Kepada Koordinator
dan Pelaksana Unit Pelayanan Perdagangan melalui Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor: 18/M-DAG/PER/3/2012.
5. Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomo
DAG/PER/8/2010 Tentang Unit Pelayanan Perdagangan melalui
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 19/M
6. Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 12/M
PER/3/2012 Tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk
Perhitungan Provisi Sumber Daya Hutan melalui Pera
Perdagangan Nomor: 22/M-DAG/PER/4/2012.
Keagenan;
1583
waralaba; 26
Pameran; 66
Manual
Garansi; 940
SIU JS; 17
SIUP3A; 106 SIUP4; 11
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |21
Jumlah Izin Bidang Pembinaan Usaha dan Pendaftaran Perusahaan
Sumber: Kemendag
jumlah izin bidang pembinaan usaha dan
pendaftaran perusahaan yang dikeluarkan oleh Kementerian
Perdagangan sebagaimana terlihat dalam grafik. Tingginya jumlah izin
) menggambarkan bahwa iklim berusaha di Indonesia
semakin kondusif bagi investor, terutama oleh pelaku usaha perdagangan
telah menetapkan beberapa
. Kebijakan tersebut memiliki
beberapa tujuan yaitu untuk penguatan pasar dalam negeri sebagaimana
strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2012. Adapun
yang telah ditetapkan yaitu:
Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah Untuk Stabilisasi Harga
melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 4/M-
netapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk Perhitungan
Provisi Sumber Daya Hutan melalui Peraturan Menteri Perdagangan
Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk Perhitungan Provisi
Sumber Daya Hutan melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor :
Pendelegasian Wewenang Penerbitan Perijinan Kepada Koordinator
dan Pelaksana Unit Pelayanan Perdagangan melalui Peraturan
DAG/PER/3/2012.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 32/M-
DAG/PER/8/2010 Tentang Unit Pelayanan Perdagangan melalui
19/M-DAG/PER/3/2012.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 12/M-DAG-
PER/3/2012 Tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk
an Provisi Sumber Daya Hutan melalui Peraturan Menteri
DAG/PER/4/2012.
Keagenan;
1583
SIUP4; 11
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |22
7. Penugasan Gubernur atau Bupati/ Walikota Dalam Rangka
Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Sarana
Distribusi Yang Didanai Melalui Dana Tugas Pembantuan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2012
melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 31/M-
DAG/PER/5/2012.
8. Perubahan Atas Lampiran Peraturan Menteri Perdagangan Nomor :
31/M-DAG/PER/5/2012 Tentang Penugasan Gubernur atau Bupati/
Walikota Dalam Rangka Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan dan
Pengembangan Sarana Distribusi Yang Didanai Melalui Dana Tugas
Pembantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBN-P)
Tahun Anggaran 2012 melalui Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor : 41/M-DAG/PER/6/2012.
9. Operasi Pasar (OP) Beras melalui Surat Instruksi Menteri Perdagangan
Nomor: 1185/M-DAG/SD/7/2012.
10. Operasi Pasar (OP) Beras melalui Surat Instruksi Menteri Perdagangan
Nomor: 2130/M-DAG/SD/12/2012.
11. Penyelenggaraan Waralaba melalui Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012.
12. Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern melalui Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor : 68/M-DAG/PER/10/2012.
Upaya-upaya penciptaan
iklim usaha yang
kondusif
Kementerian Perdagangan selama periode Tahun 2012 telah melakukan
berbagai upaya penciptaan iklim usaha perdagangan luar negeri yang
kondusif. Hal ini diharapkan untuk dapat meningkatkan daya saing ekspor
nasional khususnya pada saat terjadi krisis perekonomian dunia yang
sangat mempengaruhi kinerja ekspor nasional.
Adapaun kebijakan yang dikeluarkan antara lain peningkatan pelayanan
penerbitan SKA di masing-masing IPSKA, peningkatan pelayanan
perizinan perdagangan, penetapan regulasi yang berorientasi pada
ekspor produk yang bernilai tambah tinggi, peningkatan pengamanan
pasar di negara tujuan ekspor.
Peningkatan Sistem
Pelayanan Penerbitan
SKA Mandiri Secara
Elektronik di Seluruh
IPSKA serta Penertiban
IPSKA
Dalam rangka peningkatan fasilitasi pelayanan ekspor, Kementerian
Perdagangan terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan penerbitan
SKA di masing-masing IPSKA (Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal).
Pada tahun 2012, peningkatan pelayanan ini dlakukan melalui
penyediaan aplikasi dan infrastruktur yang mendukung penerbitan SKA
secara elektronik (e-SKA). Penyediaan aplikasi dan infrastruktur terpadu
ini juga ditujukan untuk:
1. Mempersiapkan sistem penerbitan SKA secara online di 85 IPSKA,
dimana 28 IPSKA sudah otomasi dan 57 IPSKA masih dalam proses.
2. Menerapkan standar United Nation (UN) Electronic Document
pertukaran data SKA antar Negara ASEAN melalui ASEAN Single
Window (ASW).
3. Meningkatkan pelayanan penerbitan SKA kepada eksportir.
4. Meningkatkan transparansi proses penerbitan SKA.
5. Mempersiapkan database penerbitan SKA di 85 IPSKA yang
mempermudah proses verifikasi penerbitan SKA.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |23
6. Menyiapkan sistem pengawasan penerbitan SKA yang terpadu.
7. Memelihara dan menyempurnakan Sistem Pelayanan Penerbitan SKA
Mandiri Secara Elektronik yang telah dibangun.
Per tanggal 1 Januari 2012 seluruh eksportir dan 85 IPSKA dapat
melakukan proses penerbitan SKA secara elektronik melalui situs e-
ska.kemendag.go.id. Namun demikian, namun hingga bulan September
2012 terdapat 9 IPSKA yang belum memanfaatkan SKA elektronik. Hal
tersebut dikarenakan:
1. Tidak ada SKA yang diajukan oleh eksportir (Biak, Manokwari,
Lembaga Tembakau Medan);
2. Kesulitan akses internet (Fakfak, Kepulauan Yapen dan Merauke);
3. Belum menyadari manfaat dari IPSKA (Bangka Belitung, Kalimantan
Tengah dan Kotawaringin Timur)
Selain meningkatkan pelayanan SKA melalui penyediaan aplikasi dan
infrastruktur penerbitan SKA, Kementerian Perdagangan juga melakukan
penertiban IPSKA sesuai Permendag 21/2012 tentang Instansi Penerbit
SKA. Terkait hal tersebut, Kementerian Perdagangan telah mencabut 2
IPSKA yaitu IPSKA Asahan dan IPSKA Banten, namun telah menunjuk 3
IPSKA baru yaitu IPSKA BPK Sabang, IPSKA Kotabaru dan IPSKA NTT.
UPP Kementerian
Perdagangan
berorientasi kepada
pelayanan publik
Pada bulan April 2012, Kementerian Perdagangan kembali melakukan
peningkatan pelayanan pada Unit Pelayanan Perdagangan (UPP)
Kementerian Perdagangan guna percepatan penerbitan perijinan di
sektor perdagangan. Untuk itu, dikeluarkan Permendag Nomor: 18/M-
DAG/PER/3/2012 Tentang Pendelegasian Wewenang Penerbitan
Perijinan Kepada Koordinator dan Pelaksana Unit Pelayanan
Perdagangan.
Koordinator dan Pelaksana UPP menerbitkan perijinan paling lambat 2
(dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar.
Total ijin yang didelegasikan oleh Menteri Perdagangan berdasarkan
Permendag ini adalah sejumlah 93 (sembilan puluh tiga) perijinan yang
terdiri dari 70 perijinan impor, 23 perijinan ekspor, 12 perijinan
perdagangan dalam negeri dan 2 perijinan perdagangan berjangka
komoditi .
Selain itu, status UPP Kementerian Perdagangan mulai bulan April 2012
mengalami perubahan yang semula hanya sebagai loket penerimaan
permohonan, penyimpanan pendistribusian kepada pemroses dan
penyerahan ijin yang sudah jadi, saat ini UPP Kementerian Perdagangan
dapat melakukan pemrosesan perizinan berdasarkan Permendag Nomor
19/M-DAG/PER/3/2012. Dengan tugas dan fungsi yang baru ini
diharapkan pelayanan perizinan perdagangan kepada pelaku usaha dapat
lebih ditingkatkan baik dari segi kualitas pelayanan maupun waktu
penyelesaian perizinan.
Perizinan yang sudah dilimpahkan kepada UPP, saat ini jenis perizinan
yang sudah dapat di proses dan diselesaikan dalam waktu 2 hari, antara
lain:
- Persetujuan ekspor Skrap Logam;
- Persetujuan ekspor Komoditi CITES;
- Importir Terdaftar Produk Tertentu (7 jenis barang: Elektronika,
Pakaian Jadi, Mainan Anak, Alas Kaki, Makanan dan Minuman, Obat
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |24
Tradisional dan Herbal, Kosmetik ;
- Importir Terdaftar Gula Kristal Putih;
- Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) [8 kelompok: Beras, Jagung,
Kedelai, Gula, Tekstil dan Produk Tekstil, Sepatu, Elektronika, Mainan
Anak).
INATRADE mendapatkan
Juara 1 kompetisi Open
Government Indonesia
(OGI)
Pada tanggal 10 Agustus 2012, INATRADE Kementerian Perdagangan
mendapatkan predikat Juara 1 kompetisi Open Government Indonesia
(OGI). Pemberian penghargaan ini dilakukan di kantor Wakil Presiden RI
dan diserahkan langsung oleh Wakil Presiden RI Bp. Boediono kepada
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan.
Kompetisi OGI merupakan lomba layanan publik instansi Pemerintah
Pusat yang diadakan oleh UKP4 (Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan
dan Pengendalian Pembangunan). Lomba ini diikuti oleh 34 instansi
Pemerintah Pusat dengan total 62 layanan publik yang dilombakan.
Lomba ini dimulai pada awal April 2012 dan berakhir pada Juli 2012.
Piala dan Piagam Penghargaan Inatrade sebagai juara I OGI
Tiga aspek utama yang dinilai pada OGI adalah transparansi, partisipasi
dan inovasi. Pada awal lomba, para peserta menyampaikan kepada
panitia kondisi awal layanan publik, pengembangan yang akan dilakukan
serta kondisi akhir yang diharapkan. Pada setiap awal bulan dilakukan
penilaian terhadap progres dari masing-masing perkembangan yang
dilakukan. INATRADE Kementerian Perdagangan terpilih sebagai Juara I
karena dinilai sebagai layanan publik yang paling progresif
perkembangannya.
Penetapan Kebijakan
Pengelolaan Impor
Kementerian Perdagangan selama periode Januari 2012 – Desember
2012 telah menetapkan beberapa kebijakan pengelolaan impor.
Kebijakan pengelolaan impor ini memiliki beberapa tujuan yaitu untuk
penguatan pasar dalam negeri, memegari dan melindungi kepentingan
pembangunan ekonomi nasional dari pengaruh negatif pasar global
terkait aspek K3LM (Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, Lingkungan
Hidup dan moral bangsa), menjamin ketersediaan barang modal, bahan
baku dan penolong yang belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari dalam
negeri, peningkatan kualitas pelayanan publik dan tertib administrasi di
bidang impor, meningkatkan taraf hidup petani produsen sekaligus
mendorong terciptanya kondisi perdagangan dan pasar dalam negeri
yang sehat serta iklim usaha yang kondusif, transparan, efektif dan
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |25
efisien, serta berkesinambungan.
Beberapa kebijakan di bidang impor yang telah ditetapkan selama
periode ini yaitu:
1. Peraturan Menteri Perdagangan No 02/M-DAG/PER/1/2012 tentang
Ketentuan Impor Mutiara
2. Peraturan Menteri Perdagangan No 03/M-DAG/PER/1/2012 tentang
Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon
3. Peraturan Menteri Perdagangan No 07/M-DAG/PER/2/2012 sebagai
perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 15/M-
DAG/PER/3/2007 tentang Ketentuan Impor Mesin Multifungsi
Berwarna, Mesin Fotokopi Berwarna, dan Mesin Printer Berwarna
4. Peraturan Menteri Perdagangan No 08/M-DAG/PER/2/2012 sebagai
perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 54/M-
DAG/PER/12/2010 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja
5. Peraturan Menteri Perdagangan No 54/M-DAG/PER/8/2012 sebagai
perubahan ke empat, Peraturan Menteri Perdagangan No 11/M-
DAG/PER/3/2012 sebagai Perubahan Ketiga dan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2012 sebagai perubahan ke
dua atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 43/M-
DAG/PER/9/2009 tentang Ketentuan Pengadaan, Pengedaran,
Penjualan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol.
6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/4/2012
sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
39/M-DAG/PER/10/2010 tentang Ketentuan Pencabutan Impor
Barang Jadi Oleh Produsen.
7. Peraturan Menteri Perdagangan No 59/M-DAG/PER/9/2012 sebagai
perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik No 27/M-
DAG/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API).
8. Peraturan Menteri Perdagangan No 60/M-DAG/PER/9/2012 sebagai
perubahan ke dua dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 38/M-
DAG/PER/6/2012 sebagai perubahan atas Peraturan Menteri
Perdagangan No 30/M-DAG/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Impor
Produk Hortikultura.
9. Peraturan Menteri Perdagangan No 35/M-DAG/PER/5/2012 sebagai
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-
DAG/PER/3/2010 Tentang Ketentuan Impor Mesin, Peralatan Mesin,
Bahan Baku, Cakram Optik Kosong dan Cakram Optik Isi.
10. Peraturan Menteri Perdagangan No 58/M-DAG/PER/9/2012 tentang
Ketentuan Impor Garam
11. Peraturan Menteri Perdagangan No 71/M-DAG/PER/11/2012
sebagai Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan No 40/M-
DAG/PER/9/2009 Tentang Verifikasi Atau Penelusuran Teknis Impor
Kaca Lembaran
12. Peraturan Menteri Perdagangan No 72/M-DAG/PER/11/2012
sebagai Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan No
06/M-DAG/PER/1/2007 Tentang Verifikasi Atau Penelusuran Teknis
Impor Keramik
13. Peraturan Menteri Perdagangan No. 77/M-DAG/PER/12/2012
sebagai Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 48/M-
DAG/PER/12/2011 tentang Impor Barang Modal Bukan Baru
14. Peraturan Menteri Perdagangan No 82/M-DAG/PER/12/2012
tentang Impor Telepon seluler, komputer genggam (handheld), dan
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |26
komputer tablet.
15. Peraturan Menteri Perdagangan No 83/M-DAG/PER/12/2012
tentang Impor Produk Tertentu.
Kebijakan impor produk
hortikultura Pada tahun 2012, Kementerian Perdagangan mengeluarkan ketentuan
impor produk hortikultura melalui Permendag Nomor: 30/M-
DAG/PER/5/2012 yang merupakan turunan dari dari Undang-Undang
Nomor: 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura Pasal 88 ayat (2). Selama ini
produk hortikultura belum diatur tata niaga impornya, maka impor dapat
dilakukan oleh setiap importir sepanjang yang bersangkutan telah
memiliki Angka Pengenal Importir (API) dan mematuhi ketentuan
Karantina.
Latar belakang diaturnya impor produk hortiultura antara lain
hortikultura merupakan komoditi strategis yang mempunyai nilai
ekonomis bagi masyarakat Indonesia dan erat kaitannya dengan
ketahanan pangan, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan,
distribusi produk hortikultura maupun impornya menjadi sangat penting,
dan perlu pengaturan agar tidak merugikan petani, konsumen dan
masyarakat Indonesia. Berdasarkan data BPS, dalam 5 tahun terakhir,
impor produk hortikultura mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Lima negara asal impor buah2an terbesar ke Indonesia berdasarkan data
tahun 2012 adalah China, Thailand, Amerika Serikat, Chile, dan Australia.
Sedangkan negara asal impor sayur-sayuran terbesar adalah dari China,
Thailand, Myanmar, India, dan Vietnam.
Khusus untuk produk holtikultura yang menjadi perhatian khusus
Pemerintah adalah potensi masuknya Organisme Penganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK) karena dalam kurun waktu tiga tahun terakhir,
dilaporkan bahwa produk hortikultura yang masuk ke Indonesia
membawa beberapa OPTK eksotik yang belum ada di Indonesia dan
belum diketahui cara pengendaliannya. OPTK eksotik tersebut, antara lain
Panthoea stewartii, Aphelenchoides fragariae, Psedomonas capsici.
Peraturan ini kemudian mengalami dua kali perubahan dan terakhir
melalui Permendag Nomor: 60/M-DAG/PER/9/2012. Hal yang diubah
dalam ketentuan tersebut antara lain: penghapusan ketentuan wajib
memperoleh Surat Keterangan Pencantuman Label Berbahasa Indonesia-
Produk Hortikultura (SKPLBI-Produk Hortikultura), namun tidak
menghapus kewajiban penggunaan label berbahasa Indonesia dan untuk
impor produk Hortikultura oleh IT-Produk Hortikultura. Komoditi
hortikultura yang diatur dalam ketentuan ini mencakup 57 jenis HS, yang
terdiri atas produk tanaman hias, seperti anggrek dan krisan; produk
hortikultura segar, seperti bawang, sayur-sayuran dan buah-buahan
(wortel, lobak pisang, kentang, cabe, jeruk, apel, anggur, papaya); serta
produk hortikultura olahan, seperti sayuran dan buah-buahan yang
diawetkan dan jus buah.
Adapun pokok-pokok pengaturan impor hortikultura adalah sebagai
berikut:
� Impor Produk Hortikultura hanya dapat dilakukan oleh perusahaan
yang telah mendapatkan pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura
atau penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura dari Menteri.
� Untuk memperoleh pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura,
perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Menteri dalam
hal ini Direktur Jenderal, dengan melampirkan antara lain fotokopi
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |27
Angka Pengenal Importir Produsen (API-P), bukti penguasaan gudang
penyimpanan sesuai karakteristik produk, bukti penguasaan alat
transportasi sesuai karakteristik produk, rekomendasi Impor Produk
Hortikultura (RIPH) dari Menteri Pertanian atau pejabat yang ditunjuk.
� Untuk memperoleh penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura,
perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Menteri dalam
hal ini Direktur Jenderal, dengan melampirkan fotokopi Angka
Pengenal Importir Umum (API-U), bukti kepemilikan gudang
penyimpanan sesuai karakteristik produk, bukti kepemilikan alat
transportasi sesuai karakteristik produk, bukti kontrak kerjasama
penjualan Produk Hortikultura paling sedikit dengan 3 (tiga)
distributor selama paling sedikit 1 (satu) tahun, bukti pengalaman
sebagai distributor Hortikultura selama 1 (satu) tahun, dan surat
pernyataan bermaterai yang menyatakan tidak akan menjual Produk
Hortikultura kepada konsumen langsung atau pengecer (retailer).
Ketentuan Angka
Pengenal Importir (API) Kementerian Perdagangan menetapkan ketentuan tentang Angka
Pengenal Importir pada Mei 2012 melalui Permendag Nomor: 27/M-
DAG/PER/5/2012. Selama implementasi peraturan ini, terdapat beberapa
hal yang menyebabkan ketentuan ini harus mengalami perubahan
sehingga ketentuan ini kemudian direvisi melalui Permendag Nomor:
59/M-DAG/PER/9/2012.
Tujuan pengaturan ini adalah untuk:
1. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaku impor;
2. Mendorong pengembangan industri di dalam negeri;
3. Meningkatkan keadilan (fairness) di antara pelaku impor;
4. Meningkatkan kredibilitas dari para pelaku impor.
Berdasarkan ketentuan ini maka terdapat 2 (dua) jenis API yaitu Angka
Pengenal Importir –Produsen (API-P) dan Angka Pengenal Importir Umum
(API-U).
Berdasarkan ketentuan ini, API-P dimungkinkan untuk menjadi Produsen
Importir jika dalam pengembangan usaha dan investasinya, perusahaan
pemilik API-P dapat mengimpor barang industri tertentu untuk tujuan
diperdagangkan dan/atau dipindahtangankan. Barang Industri tertentu
tersebut tidak digunakan sebagai proses produksi dan hanya untuk tujuan
Tes Pasar dan/atau sebagai Barang Komplementer. Persyaratan untuk
menjadi Produsen Importir adalah rekomendasi dari instansi teknis
pembina di tingkat pusat yang memuat antara lain jumlah, jenis barang
dan Pos Tarif/HS, jangka waktu impor sesuai dengan maksud/tujuan
peruntukkan barang, dan pelabuhan muat dan tujuan
Forum Ekspor sebagai
sasarana komunikasi
Pemerintah dan Pelaku
Usaha
Dalam rangka peningkatan daya saing ekspor nasional dan pelaksanaan
tugas Pokja Ekspor Tim Nasional Pengembangan Ekspor dan
Pengembangan Investasi, Menteri Perdagangan selaku Ketua Pokja
Ekspor terus menerus meningkatkan komunikasi dan fasilitasi dengan
para pelaku usaha. Sebagaimana pada tahun sebelumnya, Kementerian
Perdagangan pada tahun 2011-2012 kembali mengadakan Forum Ekspor
yang merupakan sarana komunikasi antara instansi Pemerintah dengan
para pelaku usaha khususnya dalam upaya peningkatan ekspor.
Forum Ekspor yang berhasil dilaksanakan Kementerian Perdagangan pada
periode ini yaitu
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |28
1. Forum Ekspor Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Produk Hasil
Perikanan, Perkebunan dan Makanan Minuman pada tanggal 31
Januari 2012 di kota Malang. Melalui Forum Ekspor ini, Kementerian
Perdagangan berhasil menganalisa dan mengidentifikasi hambatan
ekspor dan menyiapkan rekomendasi kebijakan dan langkah-langkah
penyelesaian masalah sesuai prioritas penyelesaiannya.
Beberapa hal yang diusulkan pada Forum Ekspor kali ini antara lain
adanya pedoman pelaksanaan ekspor rumput laut, ketentuan Nomor
Induk Kepabeanan (NIK), masalah hambatan untuk ekspor produk
tembakau dan beberapa permasalahan produksi tembakau, dan
masalah pasokan energi.
Penyelenggaraan Forum Ekspor yang dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan
Penetapan kebijakan di
bidang industri dan
pertambangan sebagai
implementasi kebijakan
Sustainable Trade
Dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor di bidang industri dan
pertambangan, Kementerian Perdagangan telah menetapkan beberapa
kebijakan ekspor di bidang industri dan pertambangan. Beberapa
kebijakan ekspor di bidang industri dan pertambangan ini pada umumnya
merupakan kelanjutan dan implementasi dari kebijakan Sustainable
Trade pada tahun-tahun sebelumnya. Melalui kebijakan ini, diharapkan
daya saing ekspor Indonesia semakin meningkat karena produk yang
diekspor adalah produk yang bernilai tambah tinggi.
Selama periode ini, beberapa kebijakan yang telah ditetapkan adalah:
1. Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor melalui Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012. Peraturan ini
merupakan revisi Kepmenperindag No. 558 Tahun 1998 jo.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/M-DAG/PER/1/2007
tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor.
Ketentuan umum di bidang ekspor mencakup hal-hal berkaitan
dengan norma-norma/kaidah umum pengaturan, pengawasan,
pembatasan dan pelarangan ekspor. Ketentuan umum ini terpisah
dengan penetapan jenis barang.
2. Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan melalui Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 29/M-DAG/PER/5/2012 yang kemudian dirubah
dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 52/M-
DAG/PER/8/2012. Kebijakan ini mengatur tata niaga ekspor untuk 61
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |29
(enam puluh satu) pos tarif barang tambang mineral logam, mineral
non logam dan batuan dengan instrumen wajib Eskportir Terdaftar
(ET), Persetujuan Ekspor (PE), dan Verifikasi Ekspor.
3. Ketentuan Barang Dilarang Ekspor melalui Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/7/2012.
Ketentuan ini merupakan pelarangan ekspor beberapa produk
pertanian dan peternakan, produk kehutanan, produk perikanan dan
kelautan, produk industri, produk pertambangan, tumbuhan dan
satwa dari alam, dan barang cagar budaya.
4. Ketentuan Ekspor Sisa dan Skrap Logam melalui Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 45/M-DAG/PER/7/2012.
Peraturan ini mengatur tata niaga ekspor sisa dan skrap logam yang
mencakup 18 (delapan belas) pos tarif di mana diatur bahwa setiap
pelaksanaan ekspornya wajib memperoleh Persetujuan Ekspor (PE)
terlebih dahulu.
5. Ketentuan Ekspor Perak dan Emas melalui Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 46/M-DAG/PER/7/2012.
Peraturan ini mengatur tata niaga ekspor perak dan emas di mana
dalam setiap pelaksanaan ekspornya wajib memperoleh Persetujuan
Ekspor (PE) terlebih dahulu.
6. Ketentuan Ekspor Prekursor melalui Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 47/M-DAG/PER/7/2012.
Kebijakan ini mengatur tentang tata niaga ekspor untuk 29 (dua
puluh sembilan) jenis prekursor non farmasi yang wajib memperoleh
pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar (ET), Persetujuan Ekspor (PE),
verifikasi ekspor dan mendapatkan notifikasi persetujuan dari
negara pengimpor.
7. Ketentuan Ekspor Pupuk Urea Non Subsidi melalui Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 48/M-DAG/PER/7/2012.
Kebijakan ini mengatur tentang ketentuan tata niaga ekspor pupuk
urea non subsidi dan mekanisme alokasi volume ekspor yang
ditetapkan dalam satu tahun.
Beberapa komoditi
ekspor produk
pertambangan
dikenakan kebijakan Bea
Keluar
Dalam rangka peningkatan daya saing produk ekspor Indonesia dan
menjaga ketersediaan bahan baku pertambangan di dalam negeri, maka
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2008 tentang
Pengenaan Bea Keluar Terhadap Barang Ekspor dan Peraturan menteri
Keuangan Nomor 75/PMK.011/2012 tentang Penetapan Barang Ekspor
Dikenakan Bea Keluar dan Tarif bea Keluar, maka Kementerian
Perdagangan perlu menetapkan tata cara pernetapan harga patokan
ekspor atas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar.
Kebijakan ini ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
33/M-DAG/PER/5/2012 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan
Ekspor Atas Produk Pertambangan Yang Dikenakan Bea Keluar.
Berdasarkan peraturan ini makan penetapan HPE atas produk
pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan dalam negeri, kelestarian sumber daya alam, stabilitas harga
Produk Pertambangan di dalam negeri dan/atau daya saing produk
pertambangan yang diekspor.
Ketentuan ini mengatur tata cara penetapan harga referensi penetapan
Harga Patokan Ekspor Produk Pertambangan berdasarkan harga rata-rata
tertinggi pada: bursa internasional; harga FOB; harga yang berlaku di
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |30
pasar dalam negeri; atau harga di negara pengimpor produk
pertambangan.
Sebagai implementasi kebijakan ini maka Kementerian Perdagangan
menetapan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Penetapan Harga
Patokan Ekspor Atas Produk Pertambangan Yang Dikenakan Bea Keluar
yang diterbitkan setiap bulan.
Sebagaimana implementasi penetapan Bea Keluar untuk beberapa
produk pertanian seperti kakao dan CPO yang menunjukkan adanya
peningkatan ekspor produk yang lebih bernilai tambah, maka melalui
implementasi kebijakan ini juga diharapkan adanya peningkatan ekspor
produk pertambangan yang bernilai tambah tinggi dan bukan ekspor
produk pertambangan yang masih merupakan raw material.
Harmonisasi dari Sistem
Verifikasi Legalitas Kayu
dan FLEGT-VPA antara
Indonesia dan Eropa.
Kementerian Perdagangan pada bulan Oktober 2012 telah menetapkan
ketentuan ekspor produk industri kehutanan yang merupakan pengganti
dari ketentuan sebelumnya. Ketentuan ini ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor: 64/M-DAG/PER/10/2012 tentang Ekspor
Produk Industri Kehutanan. Berdasarkan Permendag ini ekspor produk
industri kehutanan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan industri
kehutanan yang telah mendapat pengakuan sebagai ETPIK (Eksportir
Terdaftar Produk Industri Kehutanan) dan perusahaan perdagangan di
bidang ekspor produk industri kehutanan yang telah mendapat
pengakuan sebagai ETPIK Non-Produsen.
Ketentuan baru ini ditetapkan dalam rangka hilirisasi produk industri
kehutanan yang perlu didukung oleh sumber bahan baku legal dan
dikelola secara lestari. Ketentuan ini juga ditujukan untuk mendorong
ekspor kayu dan mencegah perdagangan kayu dan produk kayu ilegal,
serta menyesuaikan dengan sistem klasifikasi barang yang baru dan
standar verifikasi legalitas kayu. Penertbitan ketentuan ini juga
merupakan harmonisasi dari Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
P.38/Menhut-II/2009 Tentang Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK)
yang telah direvisi dengan Permenhut Nomor: P.68/Menhut-II/2011.
SVLK merupakan suatu sistem yang akan memastikan kayu yang telah
diverifikasi merupakan kayu yang legal asal usulnya dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu ekspor produk industri kehutanan yang diatur dalam ketentuan
ini wajib menggunakan Dokumen V-Legal yang menyatakan bahwa
produk kayu memenuhi standar verifikasi legalitas kayu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dokumen V-Legal ini
merupakan output dari SVLK sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Kehutanan yang telah disebutkan di atas. Penggunaan dokumen
V-Legal ini dibagi ke dalam 2 tahap yaitu yang dimulai pada 1 Januari
2013 dan yang dimulai pada 1 Januari 2014.
SVLK sebagaimana disebutkan di atas juga dijadikan sebagai basis
negosiasi FLEGT-VPA (Forest Law Enforcement Governance And Trade –
Voluntary Partnership Agreement) antara Indonesia – Eropa. FLEGT
adalah respon dan komitmen masyarakat Uni Eropa untuk membantu
memberantas penebangan liar dan perdagangan ilegal produk hasil
hutan yang terjadi secara global termasuk di Indonesia. Substansi yang
diatur dalam VPA menyangkut a.l: legalitas kayu, lisensi ekspor, sistem
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |31
verifikasi, instansi yang berwenang dan pengawas independen. FEGT-
VPA ini bertujuan untuk mencegah masuknya kayu ilegal ke pasar Uni
Eropa melalui Perjanjian Kemitraan Sukarela (VPA) antara UE dengan
negara produsen kayu.
Dengan diterbitkannya Permendag tersebut diharapkan ekspor Indonesia
ke Uni Eropa dapat memiliki daya saing yang lebih baik dibandingkan
ekspor produk sejenis oleh negara pesaing.
Ketentuan Ekspor Sarang
Burung Walet 1. Telah ditandatangan Protokol persyaratan hiegenitas, karantina dan
pemeriksaan untuk importasi produk sarang burung walet dari Indonesia
ke China antara Kementan RI dan Administrasi Pengawasan Mutu,
Inspeksi dan Karantina RRC pada Tgl 24 April 2012;
2. Kementerian Perdagangan menetapkan Permendag 51/M-
DAG/PER/7/2012 tentang Ketentuan Ekspor Sarang Burung Walet ke
Republik Rakyat China.
3. Sudah dilakukan Sosialisasi Kebijakan Ekspor Sarang Burung Walet
Nomor 51/M-DAG/PER/7/2012 tentang Ketentuan Ekspor Sarang Burung
Walet ke Republik Rakyat China pada tanggal 10 Agustus 2012 di
Semarang, dan direncanakan akan dilakukan sosialisasi kembali pada
tanggal 7 September 2012 di Surabaya.
Melalui kebijakan yang baru ini diharapkan ekspor sarang burung walet k
China tidak lagi mengalami hambatan teknis sebagaimana yang telah
terjadi pada beberapa tahun sebelumnya.
Larangan Ekspor untuk
Komoditi Rotan Mentah
dalam rangka
peningkatan ekspor
bernilai tambah tinggi
Dalam rangka meningkatkan ekspor benilai tambah tinggi dan kebijakan
Sustainable Trade, Kementerian Perdagangan pada bulan November
2011 menetapkan kebijakan larangan ekspor rotan mentah sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35/M-
DAG/PER/11/2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan.
Kebijakan ini juga ditujukan untuk memanfaatkan rotan secara
berkesinambungan dan menjaga ketersediaan bahan baku bagi industri
produk rotan, peningkatan dan pengembangan industri rotan ansional
serta mencegah adanya upaya penyeludupan.
Agar kebijakan ini lebih efektif, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
kerjasama antar Pemda sumber bahan baku rotan dengan Pemda sentra
industri barang jadi rotan, memfasilitasi pembangunan terminal rotan di
sentra industri furniture, meningkatkan mutu dan desain furniture rotan
serta optimalisasi Pusat Desain Furniture Rotan.
3.2.1.5 Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen
Partisipasi pada forum
Standar Internasional Kementerian Perdagangan aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan
di bidang standar Internasional, sehingga dapat mempelajari dan
memahami berbagai substansi standardisasi. Adapun pertemuan
tersebut antara lain:
1. Standardisasi dan Pelabelan Pemanfaatan Listrik Rumah Tangga di
Australia.
Dalam pertemuan tersebut kedua negara peserta study visit yaitu
Vietnam dan Indonesia masing-masing mempresentasikan
perkembangan terkait standar dan pelabelan bagi produk peralatan
rumah tangga di masing-masing negara. Seluruh produk yang
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |32
termasuk pada Program Equipment Energy Efficiency (E3) sebelum
dipasarkan, harus terlebih dahulu teregistrasi di portal
www.energyrating.gov.au. Tujuan pelabelan ini dapat memudahkan
konsumen dalam memilih peralatan rumah tangga yang paling efisien
penggunaan energinya, hanya dengan melihat jumlah bintang dari
label yang tertera pada kemasan produk, konsumen dapat melihat
tingkat efisiensi dan konsumsi tahunan yang digunakan oleh
peralatan rumah tersebut.
2. ASEAN Task Force on Codex (ATFC) di Bangkok.
Telah dicapai kesepakatan bersama agar Negara ASEAN mendukung
adopsi beberapa isu, yaitu:
- Maximum Levels for Melamine in Food and Feed (CCCF)
- Proposed Draft Standard for Alive Abalone and for Raw Fresh
Chilled or Frozen Abalone for Direct Consmption or for Processing
(CCFFP)
- Proposed Draft Standard for Fresh and Quick Frozen Raw Scallop
(Pectinidae) Adductor Muscle Meat for adoption at Step 5/8
(CCFFP)
3. ISO COPOLCO di Fiji.
Pertemuan tersebut terdiri dari WG on Consumer Participation, WG
on Training Grou, WG on Consumer Protection in the Global Market
Place dan WG on product safety dengan kesimpulan perlunya
pengawasan yang lebih baik di perbatasan, pertukaran informasi
tentang produk yang tidak aman (sub-standard), penyusunan
pedoman pengawasan pasar, pengumpulan data masukan dari
konsumen kepada pemerintah, peningkatan informasi dan edukasi
konsumen serta ketertelusuran (tracebility) produk.
4. Codex Committee on Food Labelling di Ottawa.
Agenda utama adalah penyusunan standar label pangan dalam upaya
perlindungan konsumen dan diitikberatkan pada penerapan World
Health Organization (WHO) global strategy on diet and physical
activity serta membahas tentang pedoman produksi, pengolahan,
pelabelan dan pemasaran pangan organik dengan hasil yang perlu
dipertimbangkan implementasinya di Indonesia antara lain
kewajiban mencantumkan informasi nilai gizi pada semua
produk pangan serta mengakomodir klaim “tanpa penambahan
gula” dan “tanpa penambahan garam”.
5. JSC EEE and Its Related Meetings di Phnom Penh.
Transposisi AHEEERR ke dalam peraturan Nasional dilakukan dalam
beberapa tahap yang disebut milestones dan Indonesia dan Kamboja
pada saat ini masih termasuk dalam tahap 3 (amend). Pertemuan
sepakat untuk membahas post market alert system yang merupakan
bagian dari post market surveillance dan diskripsi tentang beberapa
modul yang dikembangkannya termasuk proses traceability produk
serta mengkaji apakah ASEAN Conformity Mark (ACM) dapat
diterapkan untuk sektor EEE berdasarkan hasil feasibility study yang
direncanakan akan dilakukan ACCSQ.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |33
6. Technical Barrier to Trade (TBT) di Jenewa.
Tujuan pertemuan untuk memberikan tanggapan atas Specific Trade
Concerns (STC) yang disampaikan oleh Mexico dan South Africa
terkait Draft modification to the technical regulation
HK.00.05.52.4040 on alcoholic drinks; atas STC yang disampaikan
Korea dan Jepang terhadap notifikasi Indonesia mengenai Rancangan
Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan Standar
Nasional (SNI) Baja lembaran tipis lapis timah elektrolisa (BjLTE)
secara wajib (G/TBT/N/IDN/46); dan atas STC yang disampaikan pihak
Amerika Serikat dan Uni Eropa terkait Technical Guidelines for the
Implementation of the Adoption and Supervision of Indonesia
National Standards for Obligatory Toy Safety. Selain itu, tanggapan
atas STC yang disampaikan oleh Amerika Serikat terkait Import permit
regulations 60 for horticultural products from the Ministries of
Agriculture and Trade yang dinotifikasi melalui G/LIC/N/2/IND/12 dan
G/SPS/N/IND/55 dan Technical Guidelines for the Implementation of
the Adoption and Supervision of Indonesia National Standards for
Obligatory Toy Safety yang dinotifikasi melalui G/TBT/N/IDN/64.
Manyampaikan intervensi atas STC yang diajukan oleh Republik
Dominika kepada New Zealand terkait proposal to introduce plain
packaging of tobacco products dinotifikasi melalui G/TBT/N/NZL/62
dan atas STC yang diajukan oleh AS kepada European Union (EU)
terkait Directive 2009/28/CE Renewable Energy Directive melalui
notifikasi G/TBT/N/EEC/200; G/TBT/N/EEC/200/Add.1.
7. The 2nd International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Penang.
Pembentukan Regional Rubber Market dan sepakat untuk
membentuk Technical Working Group dengan melibatkan perwakilan
dari Rubber Research Institute of Thailand (RRIT), Bursa Malaysia
Derivatives Bhd (BMDB), dan Indonesia Commodity & Derivatives
Exchange (ICDX). Pertemuan membahas konsep Regional Rubber
Market untuk meningkatkan peranan Thailand, Indonesia, dan
Malaysia dalam menstabilkan harga karet alam dan meningkatkan
pendapatan petani karet dan mempromosikan jaringan bisnis,
penyampaian fisik, aktivitas arbitrase dan perdagangan karet alam.
8. Rangkaian Pertemusn D8 di Mataram.
Pembahasan mengenai Mataram Initiatives yang berisi antara lain
Komitmen untuk mengatasi volatilitas harga pangan dan
meningkatkan produksi pangan global, serta strategi untuk
memberantas kelaparan dan kurang gizi; memberikan prioritas dalam
ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan masyarakat
pedesaan dalam mewujudkan pembangunan pertanian
berkelanjutan; peningkatan kerjasama teknis dalam aplikasi dan
harmonisasi standar pupuk, potensi penelitian dan kerjasama
teknologi untuk pupuk komersial dan perdagangan intra kawasan.
Untuk itu, para menteri mendesak agar negara-negara anggota D-8
untuk menyiapkan data base dan informasi tentang standar pupuk
diantara negara anggota serta pembentukan kelompok kerja teknis
dalam rangka meningkatkan produksi pakan ternak, yaitu: technical
working group on palm kernel cake, rice bran dan cassava.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |34
Peraturan terkait
Standardisasi dan
Perlindungan Konsumen
Kementerian Perdagangan selama periode Tahun 2012 telah melakukan
berbagai upaya penguatan pasar dalam negeri, penciptaan iklim usaha
perdagangan dalam negeri yang kondusif dan perlindungan kepada
konsumen dengan mengeluarkan kebijakan antara lain:
1. Peraturan Menteri Perdagangan No. 69/M-DAG/PER/10/2012
tentang Tanda Tera.
2. Peraturan Menteri Perdagangan No. /M-DAG/PER/12/2012 tentang
Tanda Sah Tahun 2014.
3. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 954/M-DAG/KEP/10/12
tentang Penetapan Kota Surakarta sebagai Daerah Tertib Ukur.
4. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor Nomor 956/M-
DAG/KEP/10/12 tentang Penetapan Kota Balikpapan sebagai Daerah
Tertib Ukur.
5. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor Nomor 955/M-
DAG/KEP/10/12 tentang Penetapan Kota Batam sebagai Daerah
Tertib Ukur.
6. Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen Nomor 18.1/SPK/KEP/02/2012 tentang Pembentukan Unit
Pelayanan Perijinan Kemetrologian (UPPK).
7. Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen Nomor 72/SPK/KEP/09/2012 tentang Penetapan UPTD
Metrologi Legal Terbaik Tahun 2012.
Kebijakan Standardisasi
dan Perlindungan
Konsumen
Surat Menteri Perdagangan tentang Pembentukan dan Dukungan
terhadap BPSK tanggal 23 Juli 2012, sehingga diharapkan Kabupaten/
Kota yang akan mendapatkan bantuan pasar dipersyaratkan memiliki
BPSK terlebih dahulu sebagai akses penyelesaian kasus konsumen di
wilayah tersebut, dan dihimbau agar Kabupaten/Kota yang belum
memiliki BPSK agar segera mengusulkan membentuk BPSK kepada
Presiden melalui Menteri Perdagangan.
Bagi Kabupaten/Kota yang telah memiliki BPSK agar tetap mendukung
kinerja dan eksistensinya dengan penyediaan sarana prasarana dan dana
operasional yang memadai sesuai pernyataan kesanggupan di awal
pembentukannya.
Gerakan Konsumen
Cerdas
Gerakan konsumen cerdas dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman konsumen agar lebih cerdas dan memiliki proteksi alamiah
serta mampu menghadapi pasar yang semakin terbuka. Gerakan
Konsumen Cerdas dilaksanakan melalui kegiatan Klinik Konsumen
Terpadu (KKT), Motivator dan Gerakan Komunitas Konsumen,
Pengembangan Layanan Informasi Konsumen di Perguruan Tinggi,
Edukasi Belanja Cerdas, Pengaduan Konsumen secara online (Siswas PK,
Hotline-Call Center), serta Sosialisasi melalui media elektronik dan media
cetak. Saat ini dirintis kerjasama edukasi dengan ormas (dimulai dengan
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama) dan telah dihasilkan pedoman
edukasi untuk Da’i dan Aktivis Ormas.
Pembinaan dan
pengawasan
kemetrologian melalui
Daerah Tertib Ukur
Pembentukan Daerah Tertib Ukur merupakan langkah percepatan
peningkatan tertib ukur dilakukan dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap kepentingan umum/konsumen dalam hal jaminan
kebenaran hasil pengukuran dan mendorong pemerintah daerah aktif
dalam mewujudkan tertib ukur dan meningkatkan kinerja kemetrologian.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |35
Pada tahun 2012 telah ditetapkan 3 (tiga) kota menjadi Daerah Tertib
Ukur yaitu Kota Batam pada tanggal 6 November 2012, Kota Balikpapan
pada tanggal 30 Oktober 2012 dan Kota Surakarta pada tanggal 16
Oktober 2012. Pada kesempatan itu pula dilakukan juga penyerahan
bantuan timbangan dengan total sebanyak 2025 (dua ribu dua puluh
lima) unit kepada ketiga Walikota untuk diberikan kepada usaha mikro
pemilik UTTP yang telah rusak maupun tidak memenuhi persyaratan
teknis kemetrologian. Upaya pembentukan Daerah Tertib Ukur ini
mendapat perhatian besar dari Pemerintah Daerah. Untuk tahun 2013,
telah ada 6 Kabupaten/Kota yang mengusulkan membentuk Daerah
Tertib Ukur antara lain: Kota Padang, Kota Tarakan, Kota Bontang, Kota
Tebing Tinggi, Kabupaten Karimun, dan Kota Salatiga.
Peresmian Penetapan Kota Surakarta sebagai Daerah Tertib Ukur 2012 oleh Wakil Menteri Perdagangan
Pembinaan dan
pengawasan
kemetrologian melalui
Pasar Tertib Ukur
Dalam rangka peningkatan perlindungan terhadap konsumen dalam hal
kebenaran hasil pengukuran, peningkatan citra pasar tradisional, dan
penanaman elemen perlindungan konsumen di pasar tradisional,
Kementerian Perdagangan menetapkan program pembentukan Pasar
Tertib Ukur. Kriteria ditetapkannya pasar tradisional sebagai Pasar Tertib
Ukur, antara lain dikelola dengan manajemen yang baik, memiliki data
base tentang jumlah, jenis, lokasi, dan pemilik UTTP, dan semua UTTP
yang digunakan dalam transaksi perdagagan bertanda tera sah.
Pembentukan Pasar Tertib Ukur dimulai pada tahun 2010 dengan
ditetapkan 56 Pasar Tertib Ukur di 33 Ibukota Provinsi. Selanjutnya pada
tahun 2012 telah ditetapkan 35 Pasar Tertib Ukur di 28 Kabupaten/Kota.
Bagi pasar yang telah memperoleh predikat Pasar Tertib Ukur,
Kementerian Perdagangan menyediakan bantuan timbangan ukur ulang
yang dapat digunakan oleh konsumen untuk memastikan kebenaran hasil
pengukuran dan juga bantuan timbangan masing-masing 20 unit tiap
pasar untuk digunakan sebagai timbangan pengganti pada saat
dilaksanakan tera ulang.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |36
Penetapan Pasar Aviari di Batam sebagai Pasar Tertib Ukur 2012 oleh Menteri Perdagangan
Peningkatan pemahaman
di bidang metrologi legal
Kegiatan Peningkatan pemahaman metrologi legal merupakan upaya
Kementerian Perdagangan untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat,
pelaku usaha, aparat pemerintah, dan stakeholder lainnya terhadap
pentingnya metrologi legal khususnya dalam transaksi perdagangan. Hal
ini mengingat masih banyak masyarakat yang belum mengenal
pentingnya metrologi legal sehingga upaya untuk mewujudkan tertib
ukur masih dilakukan oleh Pemerintah. Pemerintah daerah belum
menjadikan kegiatan metrologi legal menjadi kegiatan prioritas di daerah
dan masyarakat belum ikut berperan aktif dalam upaya mewujudkan
tertib ukur. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan
pemahaman di bidang metrologi legal antara lain:
1. Seminar Regional dengan tema “Membangun Budaya Jujur dan
Meningkatkan Citra Daerah melalui Tertib Ukur” yang dilaksanakan:
Regional I untuk wilayah Sumatera tanggal 3 April 2012, Regional II
untuk wilayah Jawa dan Nusa Tenggara tanggal 10 Mei 2012,
Regional III untuk wilayah Kalimantan tanggal 17 April 2012, dan
Regional IV untuk wiilayah timur Indonesia tanggal 1 Mei 2012.
2. Penayangan iklan animasi tentang Pos Ukur Ulang di ruang tunggu
airport.
3. Pelatihan tingkat Asia Pasifik tentang sistem ketertelusuran meter
kadar air untuk komoditi beras yang dilaksanakan tanggal 28 Mei –
1 Juni 2012.
4. Bimbingan teknis pengelola pasar yang dilaksanakan pada tanggal
11 – 15 Juli 2012 di Bandung.
5. Upgrading bagi PPNS Metrologi Legal yang dilaksanakan pada
tanggal 30 – 1 Juni 2012 di Bandung.
6. Bimbingan Teknis tentang Syarat Teknis UTTP bagi aparat
pemerintah daerah.
Peresmian Gedung Kantor
dan Laboratorium Balai
Standardisasi Metrologi
Legal Regional I,II,III,dan
IV
Dalam rangka mengantisipasi pelaksanaan otonomisasi khususnya di
bidang pelayanan kemetrologian dimana urusan metrologi legal
ditetapkan menjadi urusan pilihan bagi Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Kementerian Perdagangan telah
membentuk unit kerja baru untuk memfasilitasi pemerintah daerah
dalam menyelenggarakan pelayanan metrologi legal, dengan demikian
masyarakat konsumen diharapkan tetap memperoleh perlindungan
dalam hal jaminan kebenaran hasil pengukuran. Unit kerja tersebut
adalah Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML) yang dibentuk pada
tahun 2006 yaitu Regional I di Provinsi Sumatera Utara untuk wilayah
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |37
Sumatera; Regional II di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT; Regional III di Provinsi Kalimantan
Selatan untuk wilayah Kalimantan; dan Regional IV di Provinsi Sulawesi
Selatan untuk wilayah Timur Indonesia.
Tugas pokok BSML antara lain :
a. Memberikan bimbingan dan pembinaan bagi Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Metrologi Legal dan Pegawai Berhak (Penera),
b. Melaksanakan interkomparasi antar UPTD Metrologi Legal Provinsi
untuk memastikan kesamaan kemampuan dan keakurasian standar
antar UPTD Metrologi Legal Provinsi,
c. Verifikasi standar acuan milik UPTD Metrologi Legal Provinsi, dan
verifikasi standar uji/kerja UPTD Metrologi Legal Kabupaten/Kota
apabila UPTD Metrologi Legal Provinsi belum siap/mampu
menangani,
d. Monitoring standar uji/kerja pada UPTD Metrologi Legal
Kabupaten/Kota dan standar acuan milik UPTD Metrologi Legal
Provinsi untuk menjamin standar tersebut telah tertelusur secara
berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan
e. Melaksanakan tera/tera ulang UTTP di wilayah kerja provinsi apabila
pemerintah daerah provinsi tersebut belum membentuk UPTD
Metrologi Legal.
Peresmian Gedung Kantor dan Laboratorium BSML oleh Menteri Perdagangan dan dihadiri oleh Gubernur DIY Sri
Sultan Hamengku Buwono X
Penghargaan bagi
pemangku kepentingan
yang peduli tertib ukur.
Dalam rangka meningkatkan kinerja UPTD Metrologi Legal dan
memotivasi kerja Pegawai Berhak dalam memberikan pelayanan tera dan
tera ulang serta memberikan apresiasi kepada perusahaan dalam negeri
yang memiliki ketaatan/kepatuhan dalam menggunakan UTTP dan
mengedarkan BDKT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kementerian
Perdagangan memberikan penghargaan “Metrology Award” kepada 3
(tiga) UPTD terbaik, 3 (Tiga) Pegawai Berhak Teladan dan 5 (lima)
perusahaan pengguna UTTP peduli tertib ukur yang diberikan oleh bapak
Wakil Menteri Perdagangan, yaitu:
1. UTPD Terbaik adalah Unit Pelayanan Kemetrologian Pontianak
sebagai terbaik I, Balai Metrologi Wilayah Semarang sebagai terbaik
II dan Balai Metrologi Wilayah Banyumas sebagai terbaik III.
2. Pegawai Berhak Teladan adalah Edi Subeno dari Balai Metrologi
Wilayah Semarang (Pegawai Teladan I), M Eqbal dari Balai Metrologi
Wilayah Semarang (Pegawai Teladan II) dan Edi Subiantoro dari
Balai Kemetrologian Karawang (Pegawai Teladan III).
3. Perusahaan pengguna UTTP peduli tertib ukur adalah:
a. PT. Kraft Indonesia (produsen makanan ringan), Cikarang
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |38
Bekasi;
b. PT. Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk. (produsen
olahan minyak sawit), Rungkut Surabaya;
c. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota
Bogor;
d. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Surabaya; dan
e. ASESE (UMKM produsen rendang dalam kemasan) di kota
Padang.
Pemberian penghargaan kemetrologian oleh Wakil Menteri Perdagangan
3.2.1.6 Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan Yang Efisien
Indonesia berhasil naik
peringkat menjadi posisi
59 di tahun 2012 dengan
indeks 2.94.
Pada tahun 2009, LPI Indonesia berada pada peringkat 75 dari 155 negara
yang disurvei, dengan skor 2,76 (Tabel 2). Peringkat masing-masing pilar
logistik yang diukur adalah: kepabeanan 72 (skor 2,43), infrastruktur 69
(skor 2,54), pengiriman internasional 80 (skor 2,82), kompetensi logistik
92 (skor 2,47), ketertelusuran 80 (2,77), dan ketepatan waktu 69 (skor
3,46). Penilaian terhadap performa logistik dilakukan selama 2 tahun
sekali, sehingga untuk tahun 2010, indeks penilaian kinerja logistik
Indonesia masih mengacu pada skor LPI tahun 2009.
Dalam hasil riset LPI 2012, Indonesia berhasil naik peringkat dari posisi 75
di tahun 2010 menjadi posisi 59 di tahun 2012 ini, dengan kenaikan
indeks dari 2.76 menjadi 2.94.
Indeks LPI memiliki rentang nilai antara 1 hingga 5, dengan capaian
indeks 5 sebagai yang terbaik. Peningkatan ini menunjukkan perbaikan
yang signifikan, di saat negara-negara tetangga, kecuali Singapura,
mengalami stagnasi atau penurunan peringkat. Terlebih, indeks ini
dicapai dalam kondisi belum selesainya pembangunan infrastruktur
utama logistik, seperti pelabuhan-pelabuhan baru dan soft infrastructure
sebagai penunjangnya.
Kenaikan tertinggi dalam indikator tersebut terjadi di wilayah soft
infrastructure yang meliputi kompetensi logistic handler dan kemampuan
pemilik barang untuk mengetahui di mana saat ini barangnya berada
(tracking and tracing). Indikator kompetensi logistic handler meningkat
dari 2.47 di tahun 2010 ke 2.85 di tahun 2012, sedangkan tracking and
tracing dari 2.77 hingga 3.12.
Untuk mendukung penciptaan jaringan distribusi perdagangan yang
efisien, Kementerian Perdagangan bersama dengan Pemerintah Daerah
melakukan revitalisasi pasar tradisional, pengembangan gudang SRG dan
pengembangan pasar lelang daerah.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |39
Tabel 7 Skor Logistics Performance Index tahun 2012
Sasaran Tahun
2007 2009 2012
Skor Logistic Performance Index 3,01 2,76 2,94
Revitalisasi Pasar
Tradisional dan Pusat
Distribusi Regional,serta
Program Pasar
Percontohan
Tahun 2011 Kementerian Perdagangan melakukan revitalisasi terhadap
355 pasar tradisional dan 10 diantaranya merupakan pasar percontohan.
Selain merevitalisasi pasar tradisional, juga dilakukan pembangunan
gudang sebanyak 26 yaitu 11 gudang dari dana APBN-P dan 15 gudang
SRG di lima provinsi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
Tahun 2012 Kementerian Perdagangan telah mengalokasikan anggaran
APBN sebesar Rp 628 miliar untuk dialokasikan ke 92 kabupaten/kota di
seluruh Indonesia,untuk merevitalisasi 159 pasar melalui Tugas
Pembantuan (TP), 20 diantaranya pasar percontohan.
Kedua puluh Pasar Percontohan yang dibangun pada tahun 2012 adalah:
1) Pasar Selat Panjang Kec. Tebing Tinggi, Kab. Kepulauan Meranti, Riau.
2) Pasar Kota Bengkulu, Kota Bengkulu, Bengkulu. 3) Pasar Pasalaran
Plered Cirebon, Kab. Cirebon, Jawa Barat. 3) Pasar Karangampel Kec.
Karangampel, Kab. Indramayu, Jawa Barat. 4) Pasar Petir Kec. Petir, Kab.
Serang, Banten. 5) Pasar Prembun Kec. Prembun, Kab. Kebumen, Jawa
Tengah. 6) Pasar Cepogo Kec. Cepogo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah. 7)
Pasar Boja Kec. Boja, Kab. Kendal, Jawa Tengah. 8) Pasar Turisari Kec.
Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. 9) Pasar Bekonang Kec.
Mojolaban, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah. 10) Pasar Bekonang Kec.
Mojolaban, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah. 11) Pasar Laskar Pelangi Kec.
Gantung, Kab. Belitung Timur, 12) Pasar Sentolo Desa Salamrejo Kec.
Sentolo, Kab. Kulonprogo, DIY. 13) Pasar Pon, Kepanjenlor Kec. Kepanjen
Kidul, Kota Blitar, Jawa Timur. 14) Pasar Mempawah, Kab. Pontianak,
Kalimantan Barat. 15) Pasar Baru Marabahan Kec. Marabahan, Kab.
Barito Kuala, Kalimantan Selatan. 16) Pasar Takalasi Kec. Balusu, Kab.
Barru, Sulawesi Selatan. 17) Pasar Mamasa, Kab. Mamasa, Sulawesi
Barat. 18) Pasar Sentral Tahap II, Kab. Majene, Sulawesi Barat. 19) Pasar
Mandalika Kec. Sandubaya, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. 20)
Pasar Sabu Raijua, Kab. Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur.
Pasar percontohan didesain dan dikembangkan sesuai dengan kehidupan
sosial dan budaya setempat. pasar ini juga harus menjadi pasar yang
bersih, nyaman, segar, aman, jujur, higienis, dan ramah lingkungan.
Dukungan Kementerian
Perdagangan dalam
mengembangkan pasar
tradisional yang khusus
atau spesialis.
Kementerian Perdagangan mengembangkan inisiatif dan mendukung
pemerintah daerah untuk mengembangkan pasar tradisional yang
khusus/spesialis, misalkan pasar wisata kuliner dan pasar bunga. Pasar
khusus yang dikelola dengan baik dapat menarik wisatawan dan bisa
menyumbang ke Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pembinaan dan
Pengawasan di bidang
Perdagangan Berjangka
Komoditi (PBK).
Dengan meningkatnya kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK),
baik transaksi multilateral yang dilakukan di Bursa Berjangka maupun
transaksi bilateral yang di lakukan melalui Sistem Perdagangan Alternatif,
maka peran dari pelaksanaan pengawasan transaksi serta pemantauan
dan evaluasi kegiatan pelaku usaha sangat penting dalam mewujudkan
Perdagangan Berjangka Komoditi yang tertib, wajar, efektif, efisien,
transparan dan akuntabel.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |40
Pada tahun 2012 Jumlah transaksi multilateral di bidang PBK berhasil
meraih realisasi sebesar 1.136.336 lot dari taget yang ditetapkan sebesar
1.000.000 lot. Pada tahun 2011 jumlah transaksi multilateral tercatat
sebesar 951.328 lot dan pada tahun 2012 jumlah volume transaksi
mencapai sebesar 1.136.336 lot atau meningkat sebesar 185.008 lot atau
19,45%.
Keberhasilan dalam meningkatan jumlah transaksi multilateral ini tidak
terlepas dari upaya pembinaan kepada pelaku usaha khususnya dalam
melakukan koordinasi dengan Bursa Berjangka dan memberikan
pemahaman secara intensif kepada Pelaku Pasar terhadap mekanisme
dan Peraturan Kepala BAPPEBTI Nomor 85/BAPPEBTI/Per/10/2010
tentang Penggerak Pasar (market maker) dan kewajiban Pialang
Berjangka melakukan transaksi kontrak berjangka (transaksi multilateral)
di Bursa Berjangka terutama pada saat melakukan pengawasan transaksi
ke Pelaku Usaha. Dengan semakin pahamnya terhadap peraturan dan
mekanisme transaksi multilateral, memudahkan Pelaku Pasar dalam
memasarkan kontrak komoditi yang ditransaksikan di Bursa Berjangka
sehingga kepercayaan masyarakat (Nasabah) untuk melakukan transaksi
di Bursa Berjangka semakin tumbuh.
Total volume seluruh transaksi perdagangan berjangka) selama tahun
2012 baik yang dilaksanakan di PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) maupun
PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) untuk transaksi
multilateral dan bilateral (SPA) berjumlah 9.465.119,40 lot atau
mengalami peningkatan sebanyak 1.004.462,40 lot atau sebesar 11,87%
jika dibandingkan dengan total volume transaksi PBK pada tahun 2011
yang tercatat sebesar 8.460.657 lot. Adapun rincian transaksi
perdagangan berjangka selama tahun 2011 untuk kontrak berjangka
komoditi primer, Penyaluran Amanat Luar Negeri (PALN) dan Sistem
Perdagangan Alternatif (SPA) adalah sebagai berikut :
Tabel 8 Perkembangan Transaksi Perdagangan Berjangka Tahun 2011 - 2012
JENIS KONTRAK
2011 2012*)
VOLUME
(LOT)
SHARE
(%)
VOLUME
(LOT)
SHARE
(%)
PERUB (%)
KONTRAK
MULTILATERAL
BBJ
78,505 0.93 189.605 2,00 141,52
L 12,637 21.959 73,77
L10 462 10.230 2.114,29
GL 9,333 17.196 84,25
GL250 19,792 8.559 100,0
K 20,859 27.596 39,43
KG 0 30.317 45,34
KG SD 12,715 8.079 100,00
G1T 945 11.229 -11,69
5 1,762 4.213 345,82
KONTRAK
MULTILATERAL
BKDI
872.823 10,32 946.731 10,00 8,47
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |41
GLDGR 12.873 .443 -49,95
GLDD 79.366 113.904 43,52
GLDD 7.063 4.867 -31,09
PTR 771.979 817.143 5,85
LNTR 1.542 4.374 183,66
TOTAL
KONTRAK
MULTILATERAL
(BBJ + BKDI)
951.328 11,24 1.136.336 12,01 19,45
KONTRAK LUA
NEGERI (PALN)
BBJ
539 0,01 0 0,00 -100,00
KONTRAK LUAR
NEGERI (PALN)
BKDI
710 0,008 2.286 0,024 221,97
KONTRAK SPA
BBJ 7.508.080 88,74
6.744.309,
00 71,25 -10,17
ND 2.573.832 1.425.804,3
0 -44,60
R 1.582.374 1.428.512,2
0 -9,72
L
LNDN 3.351.874
3.889.992,5
0 16,05
KONTRAK SPA
BKDI 0 0,00
1.582.188,
40 16,72 100,00
TOTAL VOLUME
TRANSAKSI BBJ 7.587.124 89,68
6.933.914,
00 73,26 -8,61
TOTAL VOLUME
TRANSAKSI
BKDI
873.533 10,32 2.531.205,
40 26,74 189,7
TOTAL VOLUME
TRANSAKSI PBK 8.460.657 100,00
9.465.119,
40 100,00 11,87
Sumber : BBJ dan BKDI (diolah)
Pembinaan dan
Pengawasan Sistem Resi
Gudang (SRG).
Upaya Kementerian Peragangan dalam meningkatkan pembinaan dan
pengawasan Sistem Resi Gudang adalah meningkatnya jumlah nilai Resi
Gudang pada tahun 2012 mencapai sebesar Rp.93.181.184.464 dari
target yang ditetapkan sebesar Rp.80.000.000.000.
Pada tahun 2012 jumlah nilai Resi Gudang mencapai sebesar
Rp.93.181.184.464 atau meningkat sebesar Rp.53.113.460.856 atau
132,56% dibandingkan tahun 2011.
Hasil ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Pada tahun 2012 terjadi panen raya yang cukup besar di beberapa
daerah untuk produksi gabah, beras dan jagung dan tidak adanya
kegagalan panen.
2. Pada saat panen, harga untuk komoditi tersebut secara umum
mengalami penurunan sehingga banyak petani atau pelaku usaha
yang tertarik untuk melakukan tunda jual dengan memanfaatkan
Skema Sistem Resi Gudang.
3. Meningkatnya pemahaman pelaku usaha khususnya petani,
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |42
kelompok tani, gapoktan, dan koperasi tani mengenai manfaat Sistem
Resi Gudang.
Sejak tahun 2010 nilai resi gudang terus bertambah dalam jumlah yang
relatif besar karena daerah mulai mengimplementasikan Sistem Resi
Gudang. Peningkatan pemahaman masyarakat ini sebagai upaya yang
dilakukan melalui sosialisasi dan edukasi termasuk memberikan
bimbingan/asistensi teknis baik kepada masyarakat (petani, kelompok
tani, gapoktan, UKM, dan Koperasi Tani) maupun kepada pelaku usaha
dan stakholder terkait.
Tabel 9 Perkembangan Nilai Resi Gudang Tahun 2008 – 2012
NO Tahun Nilai Barang % *)
1 2008 Rp 1,431,616,200
2 2009 Rp 552,962,240 -61%
3 2010 Rp 8,678,733,500 1469%
4 2011 Rp 40,067,723,608 362%
5 2012 Rp. 93,181,184,464
Sumber : Kemendag
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada awal implementasi Sistem Resi
Gudang sempat terjadi penurunan jumlah pelaku usaha yang
memanfaatkan Sistem Resi Gudang. Hasil evaluasi menunjukan kendala
yang ditemui dilapangan yaitu (i) adanya keragu-raguan pihak perbankan
atau lembaga keuangan untuk menerima Resi Gudang sebagai jaminan
pembiayaan; (ii) tingginya suku bunga kredit membuat pelaku usaha
yang kebanyakan petani, kelompok tani, gapoktan dan koperasi tani; dan
(iii) masih minimnya pengetahuan petani tentang manfaat Sistem Resi
Gudang ini. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ditempatkan 4
orang tenaga pendamping di kabupaten yang melaksanakan Sistem Resi
Gudang yang bertugas untuk mengedukasi petani, kelompok tani,
gapoktan setempat mengenai manfaat Sistem Resi Gudang dan
memberikan pendampingan terhadap implementasi Sistem Resi Gudang
tersebut.
Pada tahun 2012 jumlah nilai resi gudang mengalami peningkatan yang
cukup signifikan karena mulai meningkatnya pemahaman masyarakat dan
semakin banyaknya gudang-gudang yang telah dibangun oleh pemerintah
maupun yang dimiliki oleh swasta (BUMN ataupun Koperasi) menjadi
gudang SRG.
Tabel 10 Perkembangan Jumlah Pelaku Sistem Resi Gudang
No Tahun Jumlah Pelaku
Usaha
Persentase
peningkatan
1 2008 15 -
2 2009 6 - 60%
3 2010 31 417%
4 2011 140 352%
5 2012 201 143%
Sumber : Kemendag
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |43
3.2.2. Sasaran Strategis 2: Ekspor dan Kerjasama Internasional
3.2.2.1 Total Ekspor tahun 2012 sebesar US$ 190 M.
Target Ekspor Non Migas
tahun 2012 telah
terlampaui.
Pada tahun 2012, kinerja ekspor Indonesia menurun 6,61% dibandingkan
tahun sebelumnya, yaitu dari US$ 203,5 Milyar menjadi US$ 190,03
milyar. Ekspor tersebut terdiri dari ekspor migas senilai US$ 42,6 milyar
dan ekspor non migas senilai US$ 153,1 milyar. Ekspor non migas 2012
turun 5,52% jauh dari target tahun 2012 yang tumbuh 12,3-13,5%.
Rata-rata kontribusi Ekspor non-migas terhadap total ekspor Indonesia
selama 2007-2012 sebesar 80,9% dengan kenaikan rata-rata per tahun
sebesar 0,02%. Kinerja ekspor Indonesia saat ini mengalami penurunan
disebabkan oleh menurunnya permintaan di beberapa negara mitra
dagang Indonesia juga diakibatkan oleh menurunnya harga beberapa
komoditi utama ekspor Indonesia.
Tabel 11 Pertumbuhan Nilai dan Volume Ekspor Indonesia
Sumber: BPS (diolah)
Hal ini terlihat dari sisi volume ekspor Indonesia yang mengalami
peningkatan 3,1% sedangkan nilainya mengalami penurunan 6,6%.
Beberapa komoditi yang pertumbuhan volume ekspornya mengalami
pelambatan sedangkan nilainya menguat antara lain: bahan bakar
mineral volumenya naik 8,8% (YoY) sedangkan nilainya turun 3,8%; lemak
dan minyak hewan/nabati volumenya naik 14,0% sementara nilainya
turun 1,7%; karet dan barang dari karet volumenya hanya turun 2,7%
sementara nilainya turun 27,0%; bijih, kerak dan abu logam volumenya
hanya turun 6,3% sementara nilainya turun 30,8%; dan bahan kimia
organik volumenya hanya turun 17,2% sementara nilainya turun 26,2%.
USD JUTAGROWTH NILAI
YOY (%)
KONTRIBUSI
(%)RIBU TON
GROWTH VOLUME
YOY (%)
TOTAL EKSPOR 190,032 (6.62) 100.00 600,137 3.08
TOTAL NON MIGAS 153,055 (5.53) 80.54 551,691 5.45
27 Bahan bakar mineral 26,408 (3.78) 13.90 385,120 8.78
15 Lemak & minyak hewan/nabati 21,300 (1.64) 11.21 22,455 13.95
85 Mesin/peralatan l istrik 10,765 (3.41) 5.66 619 (5.51)
40 Karet dan Barang dari Karet 10,475 (27.01) 5.51 3,078 (2.66)
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 6,103 6.15 3.21 644 6.53
26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 5,083 (30.78) 2.67 91,257 (6.30)
87 Kendaraan dan Bagiannya 4,857 45.91 2.56 529 33.70
48 Kertas/Karton 3,937 (5.57) 2.07 4,212 (1.30)
38 Berbagai produk kimia 3,846 4.94 2.02 3,667 17.95
62 Pakaian jadi bukan rajutan 3,745 (9.76) 1.97 194 (7.94)
64 Alas kaki 3,525 6.74 1.85 199 0.38
44 Kayu, Barang dari Kayu 3,449 2.18 1.81 4,467 3.17
61 Barang-barang rajutan 3,440 (2.87) 1.81 252 6.04
71 Perhiasan/Permata 2,889 11.37 1.52 6 9.71
29 Bahan kimia organik 2,811 (26.32) 1.48 2,517 (17.15)
SUBTOTAL 15 KOMODITI UTAMA 112,631 (5.85) 59.27 519,215 5.67
NON MIGAS LAINNYA 40,423 (4.64) 21.27 32,476 2.13
TOTAL NON MIGAS 153,055 (5.53) 80.54 551,691 5.45
TOTAL MIGAS 36,977 (10.85) 19.46 48,446 (17.96)
Minyak Mentah 12,293 (11.10) 6.47 14,973 (15.97)
Hasil Minyak 4,163 (12.84) 2.19 5,630 (18.78)
Gas 20,520 (10.28) 10.80 27,843 (18.83)
HS URAIAN
TAHUN 2012
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |44
Gambar 6 Pertumbuhan Ekspor Non Migas Berdasarkan Sektor Tahun 2011-2012
Sumber: BPS
Kontribusi ekspor 10
produk utama sebesar
46,8% dari total ekspor
non migas.
Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan
diversifikasi produk ekspor. Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk
mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu.
Semakin banyak pilihan produk Indonesia yang diekspor, maka akan
semakin menguatkan posisi Indonesia di kancah perdagangan
internasional. Kementerian Perdagangan telah menetapkan 10 jenis
produk yang disebut sebagai 10 produk utama, dengan nilai ekspor
tertinggi dibandingkan produk-produk lainnya. Produk-produk tersebut
adalah tekstil dan produk tekstil, produk elektronik, karet dan produk
karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan
kopi.
Adapun capaian pada tahun 2012 menunjukkan bahwa kontribusi ekspor
non migas di luar 10 produk utama mencapai USD 71,61 miliar atau
dengan kontribusi sebesar 46,8% terhadap ekspor non migas.
Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya,
capaian kontribusi ekspor produk di luar 10 produk utama ini
menunjukkan penurunan sebesar 7,2%, dimana tahun 2011, kontribusi
ekspor produk-produk di luar 10 produk utama mencatatkan nilai sebesar
USD 74,31 miliar. Adapun kontribusi ekspor produk-produk di luar 10
produk utama pada tahun 2011 adalah sebesar 54,1%.
Secara keseluruhan, sebagian produk utama juga merasakan imbas
perlambatan perdagangan global. Berdasarkan data tahun 2012, produk-
produk utama yang mengalami penurunan nilai ekspor antara lain karet
dan produk karet (-25,02%), kakao (-20,45%), tekstil dan produk tekstil (-
0,74%), serta produk hasil hutan (-3,64%). Walaupun beberapa
komoditas utama menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, di
antaranya produk otomotif (55,50%), dan komoditas kopi (20,53%).
5.17
122.19
34.65
5.58
116.14
31.33
Pertanian
Industri
Pertambangan
Ekspor Non Migas Menurut Sektor
(USD Miliar)
Jan-Des 2012
Jan-Des 2011 3.28
24.66
29.72
7.98
-4.95
-9.59
Pertumbuhan (%)
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |45
Gambar 7 Kontribusi Produk Utama pada Ekspor Non Migas Nasional
Sumber: BPS
Kontribusi ekspor produk
lainnya sebesar 53,17%
dari ekspor non migas.
Secara spesifik selain 10 produk utama, Kementerian Perdagangan juga
telah menetapkan 10 produk ekspor potensial, yakni produk-produk yang
nilai ekspornya berpotensi untuk dikembangkan menjadi lebih besar dan
berkontribusi terhadap ekspor nasional. Produk-produk tersebut adalah
kulit dan produk kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan,
minyak atsiri, ikan dan produk perikanan, produk kerajinan, perhiasan,
rempah-rempah, dan peralatan kantor.
Keseluruhan pada tahun 2012, komoditas potensial mencatatkan nilai
ekspor sebesar USD 10,94 miliar, atau mengalami kenaikan sebesar
10,53% jika dibandingkan dengan capaian di tahun sebelumnya. Pada
tahun 2012, kontribusi komoditi ekspor potensial mencatatkan
persentase sebesar 7.14%. Peningkatan tertinggi ditunjukkan oleh
komoditas rempah-rempah (46,44%), diikuti oleh produk perikanan
(20,89%), serta perhiasan (11,37%).
Gambar 8 Perkembangan Ekspor Komoditi Potensial
Sumber: BPS (diolah)
Dalam rangka mendorong terwujudnya diversifikasi produk ekspor
sebagai upaya mengurangi ketergantungan kepada produk ekspor
tertentu, sekaligus sebagai upaya meningkatkan kinerja ekspor non migas
Indonesia, di tahun 2012 Kementerian Perdagangan telah melakukan
berbagai kegiatan antara lain seminar, workshop dan pelatihan mengenai
pengembangan produk, adaptasi produk, serta sejumlah kegiatan untuk
mempromosikan produk ekspor Indonesia di luar 10 produk utama
dengan mengikutsertakan dalam kegiatan pameran (di dalam maupun di
luar negeri), misi dagang, maupun dengan melalui instore promotion.
Diluar 10
Produk
Utama
54.1%
10 Produk
Utama
45.9%
2011
Diluar 10
Produk
Utama
53.2%
10 Produk
Utama
46.8%
2012
0.13
0.25
0.01
4.50
0.13
1.54
0.70
2.89
0.67
0.11
0.14
0.23
0.01
4.25
0.16
1.28
0.66
2.59
0.46
0.12
KULITPRODUK KULIT
PERALATAN MEDIS
TANAMAN OBAT
MAKANAN OLAHAN
MINYAK ATSIRI
IKANPRODUK PERIKANAN
KERAJINAN
PERHIASAN
REMPAH-REMPAH
PERALATAN KANTOR
Nilai Ekspor (USD Miliar)
Jan-Des 2012
Jan-Des 2011
(2.84)
9.00
(36.08)
5.96
(16.66)
20.89
5.54
11.37
46.44
(6.63)
-1.25
26.37
-25.19
-7.44
109.44
10.38
3.51
9.71
18.11
-11.37
1.26
-13.74
-14.56
14.48
-60.21
9.52
1.96
1.51
23.99
5.35
Pertumbuhan (%)
Nilai
Volume
Nilai Satuan
3.2.2.2 Total ekspor Indonesia ke negara non tradisional meningkat sebesar 25% di tahun 2012.
Diversifikasi Pasar Ekspor
Tercapai
Pada periode Januari
Indonesia di lima negara tujuan utama yakni RRT, Jepang, Amerika
Serikat, India dan Singapura, tercatat sebesar 49,44%. Jika dibandingkan
dengan target yang ingin dicapai yakni sebesar 47%, realisasi tahun 2012
h
besar ekspor non migas Indonesia masih terkonsentrasi pada 5 (lima)
negara yang disebutkan di atas.
Pada
Indonesia dengan nilai eksp
persentase kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar sebesar 13,6
mempertahankan posisinya sejak tahun 2011 sebagai pasar terbesar
ekspor non migas Indonesia. Mengikuti RRT, berturut
dengan persent
kontribusi sebesar 9,53% (USD 14.591,3 juta), India dan Singapura
masing
Concentration Ratio pada
5 (lima) negara tujuan
ekspor terbesar
Indonesia tercatat
sebesar 49,38%.
Dibandingkan dengan tahun 2011, konsentrasi ekspor non migas
Indonesia ke 5 (lima) negara tujuan ekspor utama mengalami penurunan
sebesar 0,06%. Pada tahun 2011, angka
negara tujuan ekspor terbesar Indonesia tercatat sebes
Kecenderungan konstannya konsentrasi ekspor non migas Indonesia
tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 pada 5 (lima) negara tujuan
utama, selain disebabkan oleh menurunnya permintaan di beberapa
negara mitra dagang Indonesia juga diakibatkan
beberapa komoditas utama ekspor Indonesia. Secara keseluruhan, jika
dibandingkan dengan nilai total ekspor non migas di tahun 2011, nilai
total ekspor non migas di tahun 2012 menunjukkan penurunan sebesar
5.52%. Di samping itu, pasar
terakhir menjadi
tengah mengalami permasalahan politik dan keamanan sehingga secara
tidak langsung mempengaruhi perekonomian negara
yang berdampak pada
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan
Total ekspor Indonesia ke negara non tradisional meningkat sebesar 25% di tahun 2012.
Pada periode Januari – Desember 2012, konsentrasi ekspor non migas
Indonesia di lima negara tujuan utama yakni RRT, Jepang, Amerika
Serikat, India dan Singapura, tercatat sebesar 49,44%. Jika dibandingkan
dengan target yang ingin dicapai yakni sebesar 47%, realisasi tahun 2012
hanya mencapai 94,81%. Realisasi ini menunjukkan bahwa sebagian
besar ekspor non migas Indonesia masih terkonsentrasi pada 5 (lima)
negara yang disebutkan di atas.
Pada tahun 2012, RRT menjadi negara tujuan ekspor non migas utama
Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD 20.863,8 juta atau dengan
persentase kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar sebesar 13,6
mempertahankan posisinya sejak tahun 2011 sebagai pasar terbesar
ekspor non migas Indonesia. Mengikuti RRT, berturut
dengan persentase 11,25% (USD 17.226,5 juta), Amerika Serikat dengan
kontribusi sebesar 9,53% (USD 14.591,3 juta), India dan Singapura
masing-masing sebesar 8,13% (12.446,8 juta) dan 6,90% (10.557, 3 juta).
Gambar 9 Disversifikasi Ekspor Indon
Dibandingkan dengan tahun 2011, konsentrasi ekspor non migas
Indonesia ke 5 (lima) negara tujuan ekspor utama mengalami penurunan
sebesar 0,06%. Pada tahun 2011, angka Concentration Ratio
negara tujuan ekspor terbesar Indonesia tercatat sebes
Kecenderungan konstannya konsentrasi ekspor non migas Indonesia
tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 pada 5 (lima) negara tujuan
utama, selain disebabkan oleh menurunnya permintaan di beberapa
negara mitra dagang Indonesia juga diakibatkan
beberapa komoditas utama ekspor Indonesia. Secara keseluruhan, jika
dibandingkan dengan nilai total ekspor non migas di tahun 2011, nilai
total ekspor non migas di tahun 2012 menunjukkan penurunan sebesar
5.52%. Di samping itu, pasar Timur Tengah yang dalam beberapa tahun
terakhir menjadi emerging market ekspor non migas Indonesia juga
tengah mengalami permasalahan politik dan keamanan sehingga secara
tidak langsung mempengaruhi perekonomian negara
yang berdampak pada nilai impor mereka dari Indonesia.
Malaysia
5,53%
Korsel 4,37%
Thailand
3,58%
Taiwan 2,68%
Australia
2,20%
Jerman 2,01%
Inggris
1,11%
Perancis
0,74%
Negara-
Negara
Lainnya
29,08%
5 Negara
Tujuan Ekspor
Utama 49,44%
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |46
Total ekspor Indonesia ke negara non tradisional meningkat sebesar 25% di tahun 2012.
2012, konsentrasi ekspor non migas
Indonesia di lima negara tujuan utama yakni RRT, Jepang, Amerika
Serikat, India dan Singapura, tercatat sebesar 49,44%. Jika dibandingkan
dengan target yang ingin dicapai yakni sebesar 47%, realisasi tahun 2012
81%. Realisasi ini menunjukkan bahwa sebagian
besar ekspor non migas Indonesia masih terkonsentrasi pada 5 (lima)
2012, RRT menjadi negara tujuan ekspor non migas utama
or sebesar USD 20.863,8 juta atau dengan
persentase kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar sebesar 13,63%,
mempertahankan posisinya sejak tahun 2011 sebagai pasar terbesar
ekspor non migas Indonesia. Mengikuti RRT, berturut-turut Jepang
ase 11,25% (USD 17.226,5 juta), Amerika Serikat dengan
kontribusi sebesar 9,53% (USD 14.591,3 juta), India dan Singapura
masing sebesar 8,13% (12.446,8 juta) dan 6,90% (10.557, 3 juta).
Disversifikasi Ekspor Indonesia Tahun 2012
Sumber: BPS (diolah)
Dibandingkan dengan tahun 2011, konsentrasi ekspor non migas
Indonesia ke 5 (lima) negara tujuan ekspor utama mengalami penurunan
Concentration Ratio pada 5 (lima)
negara tujuan ekspor terbesar Indonesia tercatat sebesar 49,38%.
Kecenderungan konstannya konsentrasi ekspor non migas Indonesia
tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 pada 5 (lima) negara tujuan
utama, selain disebabkan oleh menurunnya permintaan di beberapa
negara mitra dagang Indonesia juga diakibatkan oleh menurunnya harga
beberapa komoditas utama ekspor Indonesia. Secara keseluruhan, jika
dibandingkan dengan nilai total ekspor non migas di tahun 2011, nilai
total ekspor non migas di tahun 2012 menunjukkan penurunan sebesar
Timur Tengah yang dalam beberapa tahun
ekspor non migas Indonesia juga
tengah mengalami permasalahan politik dan keamanan sehingga secara
tidak langsung mempengaruhi perekonomian negara-negara tersebut
nilai impor mereka dari Indonesia.
RRT 13,63%
Jepang
11,25%
AS 9,53%
India 8,13%
Sing 6,90%
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |47
Sejalan dengan penurunan nilai ekspor non migas Indonesia ke sejumlah
negara mitra dagang utama, beberapa negara tujuan ekspor Indonesia
mengalami kenaikan permintaan akan produk-produk ekspor non migas
Indonesia terutama negara emerging market. Selama periode Januari-
November 2012, negara-negara yang mengalami kenaikan permintaan
yang cukup signifikan akan produk ekspor non migas Indonesia antara
lain Australia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Pakistan, Kenya, Oman,
Djibouti, Israel, Kolumbia, Yaman, dan Angola. Ekspor non migas
Indonesia ke negara-negara tersebut memiliki peluang yang sangat besar
untuk dapat ditingkatkan mengingat terjadinya masalah perekonomian di
kawasan Uni Eropa yang merupakan pasar tradisional dari produk ekspor
non migas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Gambar 10 Nilai Ekspor Non Migas Indonesia pada Beberapa Negara Emerging Market
Sumber: BPS (diolah)
3.2.2.3 Menuju pencapaian total ekspor Indonesia sebesar 1% dari GDP dunia (= USD 700M) dalam
waktu 3 - 5 tahun ke depan.
Total Ekspor Indonesia
2012 Mencapai 1,01%
Terhadap Total Ekspor
Dunia.
Sejak tahun 2010, kontribusi ekspor Indonesia berhasil melampaui angka
1% terhadap total ekspor dunia, dan mencapai 1,06% di tahun 2012.
Selama 2006-2012, kontribusi ekspor Indonesia terhadap ekspor Dunia
meningkat rata-rata 5,8% per tahun. Hal tersebut menandakan bahwa
perdagangan Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan dan
Indonesia menjadi pasar yang lebih berdaya saing dengan negara-negara
di dunia.
0.16
1.38
0.27
0.14
0.21
0.24
1.77
0.17
1.65
0.29
0.10
0.93
0.19
0.10
0.16
0.19
1.43
0.14
1.41
0.26
YAMAN
PAKISTAN
DJIBOUTI
ANGOLA
ALJAZAIR
OMAN
SAUDI ARABIA
KOLUMBIA
REP.AFRIKA
SELATAN
KAMBOJA
Nilai (USD miliar)
Jan-Des 2012 Jan-Des 2011
65.00
48.06
45.23
36.57
32.25
27.55
24.01
22.34
16.72
12.85
Growth (%)
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |48
Gambar 11 Kontribusi Ekspor Inodnesia terhadap Ekspor Dunia
Sumber : BPS, Trademap (diolah)
3.2.2.4 Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor
Promosi Ekspor melalui
Partisipasi pada Pameran
Dagang Internasional.
Dalam upaya untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas
Indonesia melalui kegiatan promosi, Kementerian Perdagangan
senantiasa berpartisipasi pada sejumlah kegiatan promosi dagang
(pameran) internasional di sejumlah negara.
Partisipasi pada kegiatan promosi ekspor ini melibatkan sejumlah
pengusaha Indonesia dengan beragam kategori produk. Dalam
kepesertaannya di berbagai kegiatan dimaksud, Kementerian
Perdagangan juga berkoordinasi dengan berbagai pihak meliputi
sejumlah instansi terkait di pusat dan daerah, asosiasi pengusaha, BUMN,
serta pihak swasta.
Pada tahun 2012, Kementerian Perdagangan telah melaksanakan
kegiatan promosi dagang, berupa partisipasi pameran dagang dan
penyelenggaraan instore promotion di luar negeri sebanyak 147 kegiatan
yang terdiri atas:
• Pameran luar negeri: 18 pameran dagang, antara lain yaitu MACEF-
Italia, The 22nd Communic Asia – Singapura, Hongkong Fashion Week
2012 – Hongkong, Index – UEA, CAEXPO – China, The Big Seven –
Afrika Selatan, dll.
• Pameran Mandiri : 10 pameran dagang, antara lain yaitu Cairo Int'l
Fair – Mesir, Alimentaria – Spanyol, Seoul Food & Hotel – Korea
Selatan, Japan Fashion Week – Jepang, Import Shop Berlin – Jerman,
dll.
• Instore Promotion: yaitu Instore Promotion Mitshukoshi – Jepang.
• Pameran Dagang ITPC sebanyak 118 pameran dagang antara lain
adalah Pameran West Japan Import Fair 2012 – Jepang, Summer
Fancy Food Show – Amerika Serikat, Import Export Show – Australia,
Fish International Fair – Jerman, 88th Zagreb Int'l Autumn Fair –
Kroasia, Artesanatos do Mundo – Brazil, dll
Pelaksanaan Pameran
Thaifex 2012. Pameran Thaifex yang diselenggarakan pada tanggal 23-27 Mei 2012 di
Bangkok – Thailand ini merupakan salah satu pameran internasional
terkemuka di kawasan Asia yang menampilkan produk makanan dan
minuman termasuk di dalamnya produk halal, organik, jasa katering,
layanan perhotelan, teknologi pangan, retail dan franchise.
Selama pameran berlangsung, prospective kontak dagang yang diperoleh
peserta Paviliun Indonesia sebesar US$. 4.563.804 (empat juta lima ratus
enam puluh tiga ribu delapan ratus empat dollar Amerika Serikat) dan 39
inquiry meningkat 12.34% dibandingkan dengan hasil transaksi pada
tahun 2011 yaitu sebesar US$ 4.061.344 (empat juta enam puluh satu
ribu tiga ratus empat puluh empat dollar Amerika Serikat) dan 16 inquiry.
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012Trend (%)
2006-2012
Ekspor Dunia (USD Miliar) 12,042.9 13,849.3 15,997.8 12,339.5 15,055.3 17,855.7 17,855.7 6.0
Ekspor Indonesia (USD Miliar) 100.8 114.1 137.0 116.5 157.8 203.5 190.0 12.1
Pangsa Indonesia (%) 0.84 0.82 0.86 0.94 1.05 1.14 1.06 5.8
Pelaksanaan Vietnam
Medi Pharm Expo 2012. Pameran Vietnam Medi Pharm Expo 2012 merupakan pameran tahunan
industri kesehatan Vietnam yang diselenggarakan oleh Departemen
Kesehatan Vietnam dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Vietnam,
(Vine
Perdagangan memfasilitasi 10 (sepuluh) produsen alat
dan farmasi Indonesia.
Pameran tahunan ini telah diselenggarakan untuk ke
diikuti oleh 200 perusahaan dari 25 n
Amerika Serikat, Jerman, Italia, Rusia, Singapura, Australia, Republik
Korea, Jepang, Bangladesh, Thailand, dan Israel. Partisipasi pada tahun ini
merupakan partisipasi Indonesia yang pertama kalinya, dengan harapan
dap
Pelaksanaan China
International Furniture
Fair (CIFF) 2012
China International Furniture Fair
internasional tahunan yang diselenggarakan oleh
Centre
penyelenggaraan yang ke
pameran terbesar di China Tengah dan Asia untuk p
penutup lantai (
materials
aksesoris, jasa desain interior, tekstil dan kain pelapis.
Partisipasi Indonesia pada pameran CIFF meru
antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
Paviliun Indonesia menempati lahan seluas 195 m2, yang menampilkan
produk furniture unggulan Indonesia dari 11 perusahaan. Selama
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan
Keikutsertaan Indonesia dalam Thaifex Tahun 2012
Pameran Vietnam Medi Pharm Expo 2012 merupakan pameran tahunan
industri kesehatan Vietnam yang diselenggarakan oleh Departemen
Kesehatan Vietnam dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Vietnam, Vietnam National Trade Fair and Advertising Company
(Vinexad) dan perusahaan publik Vimedimax Medi
Perdagangan memfasilitasi 10 (sepuluh) produsen alat
dan farmasi Indonesia.
Pameran tahunan ini telah diselenggarakan untuk ke
diikuti oleh 200 perusahaan dari 25 negara peserta lainnya antara lainnya
Amerika Serikat, Jerman, Italia, Rusia, Singapura, Australia, Republik
Korea, Jepang, Bangladesh, Thailand, dan Israel. Partisipasi pada tahun ini
merupakan partisipasi Indonesia yang pertama kalinya, dengan harapan
dapat memberikan hasil yang baik di masa yang akan datang.
Keikutsertaan Indonesia dalam Vietnam Medi Pharm Expo
China International Furniture Fair (CIFF) merupakan pameran
internasional tahunan yang diselenggarakan oleh
Centre, dimana penyelenggaraan tahun 2012 merupakan
penyelenggaraan yang ke-30. Pameran ini merupakan salah satu
pameran terbesar di China Tengah dan Asia untuk p
penutup lantai (floor covering), dekorasi interior, ubin dan
materials, dapur dan kamar mandi, pencahayaan, lantai, produk seni,
aksesoris, jasa desain interior, tekstil dan kain pelapis.
Partisipasi Indonesia pada pameran CIFF meru
antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
Paviliun Indonesia menempati lahan seluas 195 m2, yang menampilkan
produk furniture unggulan Indonesia dari 11 perusahaan. Selama
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |49
ndonesia dalam Thaifex Tahun 2012
Pameran Vietnam Medi Pharm Expo 2012 merupakan pameran tahunan
industri kesehatan Vietnam yang diselenggarakan oleh Departemen
Kesehatan Vietnam dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Vietnam National Trade Fair and Advertising Company
xad) dan perusahaan publik Vimedimax Medi-Pharm. Kementerian
Perdagangan memfasilitasi 10 (sepuluh) produsen alat-alat kesehatan
Pameran tahunan ini telah diselenggarakan untuk ke-12 kalinya dan
egara peserta lainnya antara lainnya
Amerika Serikat, Jerman, Italia, Rusia, Singapura, Australia, Republik
Korea, Jepang, Bangladesh, Thailand, dan Israel. Partisipasi pada tahun ini
merupakan partisipasi Indonesia yang pertama kalinya, dengan harapan
at memberikan hasil yang baik di masa yang akan datang.
Vietnam Medi Pharm Expo 2012
(CIFF) merupakan pameran
internasional tahunan yang diselenggarakan oleh China Foreign Trade
, dimana penyelenggaraan tahun 2012 merupakan
30. Pameran ini merupakan salah satu
pameran terbesar di China Tengah dan Asia untuk produk furnitur,
), dekorasi interior, ubin dan coating
, dapur dan kamar mandi, pencahayaan, lantai, produk seni,
aksesoris, jasa desain interior, tekstil dan kain pelapis.
Partisipasi Indonesia pada pameran CIFF merupakan hasil kerjasama
antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
Paviliun Indonesia menempati lahan seluas 195 m2, yang menampilkan
produk furniture unggulan Indonesia dari 11 perusahaan. Selama
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |50
penyelenggaraan pameran, transaksi dagang yang diperoleh peserta dari
Indonesia mencapai USD 1.070.520 (satu juta tujuh puluh ribu lima ratus
dua puluh dollar Amerika Serikat) dengan rincian trial order dan order
langsung sebesar USD 970.520 (sembilan ratus tujuh puluh ribu lima
ratus dua puluh dollar Amerika Serikat) dan nilai inquiry sebesar USD
100.000 (seratus ribu dollar Amerika Serikat).
Keikutsertaan Indonesia dalam China International Furniture Fair (CIFF) 2012
Pelaksanaan The 8th
Pelaksanaan World Food
Moscow 2012
Pameran World Food Moscow 2012, yang diselenggarakan pada tanggal
17 - 20 September 2012 di Expocente, Moscow - Rusia, merupakan
pameran terbesar industri makanan di Eropa, menampilkan 11 sektor
makanan dan minuman yaitu memamerkan produk Meat and Poultry,
Fish and Seafood; Fruit and Vegetables; Confectionery and Bakery;
Groceries; Oils, Fats and Sauces; Frozen Product; Preservation; Dairy; Tea
and Coffee; and Drinks.
Kementerian Perdagangan menempati lahan seluas 72 m2 yang
menampilkan produk unggulan dari 8 (delapan) perusahaan. Selama
penyelenggaraan pameran, total estimasi transaksi yang berhasil
dikumpulkan oleh peserta di paviliun Indonesia mencapai US$ 3.090.400
(tiga juta sembilan puluh ribu empat ratus dollar Amerika Serikat).
Keikutsertaan Indonesia dalam World Food Moscow 2012
Pelaksanaan Trade Expo
Indonesia 2012 Penyelenggaraan TEI ke-27 Tahun 2012, yang berlangsung pada tanggal
17 s.d. 21 Oktober 2012 bertempat di JIExpo Kemayoran Jakarta, dibuka
secara resmi oleh Bapak Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada kegiatan pembukaan TEI 2012 juga dilakukan penyerahan
Penghargaan Primaniyarta kepada 33 pelaku ekspor berprestasi dari
empat kategori yaitu Eksportir Berkinerja, Eksportir Pembangun Merek
Global, UKM Ekspor dan Eksportir Pelopor Pasar Baru. Penghargaan
Primaniyarta diserahkan langsung oleh Bapak Presiden.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |51
Selama 5 (lima) hari penyelenggaraan TEI 2012, tercatat sebanyak 5.430
pembeli (buyers) mancanegara dari 95 negara yang hadir pada arena
pameran. Buyers terbesar berasal dari Nigeria sebesar 11,27%, diikuti
Malaysia 6,10%, India 4,11%, Amerika Serikat 4,11% dan Bangladesh
3,79%. Adapun jumlah transaksi yang berhasil diperoleh pada TEI 2012
mencapai USD 1,001 miliar dan berpotensi mendapatkan tambahan USD
2 miliar setelah melakukan pembahasan kontrak dengan Afrika Selatan
untuk pembangunan gedung parlemen di benua Afrika. Sehingga total
transaksi akan mencapai USD 3 miliar atau melampaui target USD 2 miliar
yang ditetapkan pemerintah.
Penyelenggaran Trade Expo Indonesia Tahun 2012
3.2.2.5 Peningkatan Daya Saing Ekspor
Daya Saing Produk
Ekspor Indonesia
Secara umum, 10 komoditi utama ekspor Indonesia masih memiliki daya
saing yang relatif tinggi di pasar global. Hal itu dapat dilihat dari nilai RCA
yang berada di atas 1 kecuali untuk produk Elektronik dan Otomotif.
Produk sawit, kakao, udang, karet, hasil hutan dan kopi Indonesia
memiliki tingkat daya saing yang relatif tinggi di pasar internasional.
Namun, daya saing produk elektronik dan otomotif Indonesia di pasar
dunia menunjukkan trend yang meningkat.
Tabel 12 Pertumbuhan Ekspor 10 Komoditi Utama
Sumber : BPS (diolah)
Upaya peningkatan Daya
Saing Ekspor melalui
pengamanan
perdagangan
Dalam rangka peningkatan daya saing ekspor dan mempertahankan
akses pasar ekspor, Kementerian Perdagangan melakukan tindakan
pengamanan perdagangan melalui fasilitasi penanganan kasus tuduhan
dumping, subsidi dan safeguard, bantuan teknis penanganan hambatan
perdagangan dan penanganan kasus penipuan perdagangan.
Selama periode ini, terdapat beberapa kasus yang telah dihentikan
tuduhannya, masih dalam proses penanganan dan beberapa kasus yang
dikenakan Bea Masuk.
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
1 TPT 9.8 10.1 9.3 11.2 13.3 1.91 1.82 1.76 1.68 1.55
2 ELEKTRONIK 7.9 8.6 8.7 10.5 10.8 0.41 0.42 0.46 0.42 0.37
3 KARET DAN PRODUK KARET 6.2 7.6 4.9 9.4 14.4 5.42 5.69 4.18 5.35 5.72
4 SAWIT 7.9 12.4 10.4 13.5 17.3 49.35 47.76 47.43 43.13 37.44
5 PRODUK HASIL HUTAN 7.8 8.4 6.7 8.7 8.9 3.33 3.27 2.85 3.73 3.12
6 ALAS KAKI 1.6 1.9 1.7 2.5 3.3 2.41 2.40 2.26 2.49 2.50
7 OTOMOTIF 2.0 2.7 1.7 2.6 3.0 0.21 0.26 0.22 0.25 0.23
8 UDANG 1.0 1.1 0.8 0.9 1.2 7.95 8.09 5.94 5.16 5.23
9 KAKAO 0.9 1.2 1.3 1.5 1.1 11.07 11.81 9.87 9.31 6.09
10 KOPI 0.6 1.0 0.8 0.8 1.0 4.36 5.27 4.38 3.20 2.51
NO URAIANEkspor (USD Miliar) RCA
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |52
Penghentian penyelidikan
subsidi oleh Otoritas
Brazil (DECOM) terhadap
produk Viscose Fiber Yarn
asal Indonesia
Pada tanggal 12 September 2011 DECOM menginisiasi penyelidikan
subsidi terhadap produk Viscose Fiber Yarn asal Indonesia dan isu subsidi
yang dituduhkan yaitu Isu Fasilitas Investasi dan Rekstrukturisasi Mesin
Tekstil. Berbagai upaya yang dilakukan Ditjen Daglu yaitu:
1. Melakukan konsultasi dengan DECOM sebelum dimulainya inisiasi
penyelidikan pada tanggal 15 Agustus 2011 sehingga beberapa isu
yang dituduhkan oleh DECOM menjadi tidak ada.
2. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan perusahaan
tertuduh untuk menjawab kuesioner.
3. Menyampaikan Concerns Pemerintah RI melalui pertemuan bilateral
Mendag RI dengan Wamendag Brazil dalam pertemuan KTT ASEAN
pada tanggal 14-19 November 2011.
4. Pertemuan Mendag RI dengan Mendag Brazil di Brasilia pada saat
kunjungan misi dagang ke Brazil pada tanggal 13 Maret 2012 dan
pertemuan Direktur DPP dengan Direktur DECOM untuk membahas
lebih detail tuduhan subsidi.
5. Menghadiri Public Hearing yang dilakukan oleh DECOM pada tanggl
15 Mei 2012 di Brasilia;
6. Menyampaikan submisi post hearing kepada DECOM pada tanggal 20
Mei 2012 yang intinya (i) Penerapan double measures dumping dan
subsidi tidak sesuai ketentuan WTO; (ii) Keabsahan petisioner
dipertanyakan karena hanya mewakili kurang dari 25% dari yang
dipersyaratkan dalam ketentuan WTO sehingga penyelidikan tidak
layak dilanjutkan.
Pada tanggal 28 Agustus 2012 DECOM mengumumkan penghentian
penyelidikan subsidi Viscose Fiber Yarn terhadap Indonesia karena
petisioner tidak memenuhi persyaratan standing petisioner, sehingga
ancaman hambatan perdagangan yang menganggu ekspor Indonesia
sementara waktu dapat diatasi. Adapun ekspor Indonesia ke Brazil
mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu dari US$ 49 Juta pada
tahun 2008, menjadi US$ 108 Juta pada tahun 2011.
Penghentian Investigasi
Anti Dumping Thailand
untuk produk Coated
Paper dan Paper Board
Pada tanggal 9 Juli 2012, Committee on Dumping and Subsidy dengan
mempertimbangkan manfaat bagi industri domestik, konsumen dan
kepentingan masyarakat, memutuskan untuk menghentikan investigasi
dan menarik petisi Thai Paper Co.Ltd.
Penyelidikan Tuduhan
Dumping-Circumvention
terhadap Produk
Footwear
Perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang alas kaki akhirnya
terbebas dari tuduhan praktik circumvention di Brasil. Keputusan
penghentian penyelidikan anticircumvention tersebut dikeluarkan oleh
Department of Commercial Defense (DECOM) Brasil dalam bentuk Final
Determination pada 18 Juni 2012 yang lalu.
Dalam proses penyelidikan, Brasil tidak menemukan adanya praktik
circumvention yang dilakukan oleh perusahaan alas kaki Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah
produk alas kaki Indonesia dikenakan tuduhan circumvention di Brasil.
Salah satu upayanya antara lain dengan menyampaikan concern secara
langsung ke Pemerintah Brasil melalui Menteri Perdagangan kedua
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |53
negara pada pertemuan bilateral di Brasilia tanggal 13 Maret 2012
membahas lebih detail mengenai tuduhan circumvention terhadap
produk alas kaki tersebut. Selanjutnya, DECOM mengeluarkan hasil
essential fact pada 14 Juni 2012, dan Pemerintah Indonesia
menyampaikan tanggapan untuk memperkuat hasil essential fact
tersebut.
Perusahaan Indonesia yang dituduh melakukan praktik circumvention
oleh DECOM terdiri dari 8 perusahaan dari Grup Nike dan 8 perusahaan
dari Grup Adidas. Sebanyak 5 perusahaan diantaranya bahkan dipilih
sebagai sampling on the spot verification oleh DECOM. Selama proses
verifikasi berlangsung (2-17 April 2012), Kemendag ikut mengawasi untuk
memastikan bahwa proses verifikasi tersebut berjalan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dengan bebasnya produk alas kaki Indonesia
dari tuduhan circumvention Brasil, maka perusahaan Indonesia memiliki
peluang besar untuk terus memperluas pangsa pasarnya di Brasil atau
bahkan di kawasan Amerika Latin.
Beberapa kasus tuduhan
dumping, subsidi dan
safeguard dalam proses
penyelidikan
Dari beberapa kasus yang masih dalam proses penanganan, terdapat satu
kasus yang perlu mendapatkan perhatian yakni kasus tuduhan dumping
terhadap produk Biodiesel oleh Uni Eropa dimana saat ini Pemerintah
Indonesia telah melaksanakan hearing dengan Otoritas Dumping Komisi
Eropa (KE). Dalam hearing tersebut telah disampaikan beberapa concerns
agar menjadi pertimbangan dalam proses penyelidikan anti dumping
Biodiesel. Kementerian Perdagangan masih memonitor perkembangan
kasus sekaligus melakukan koordinasi intensif dengan pihak-pihak terkait.
Tabel 13 Daftar Kasus Tuduhan Dumping/Subsidi/Safeguard yang Dalam Proses Penyelidikan
No. Produk yang dituduh nisiasi Negara Penuduh
DUMPING
1 Oil Country Tubular Goods 28 Maret 2012 Amerika Serikat 2 Tertahannya produk Honey 19 Juni 2012 Amerika Serikat 3 Acrylic Yarn 2 ktober 2012 Brazil 4 All Fully Drawn or Fully oriented
Yarn (review) 1 Maret 2012 ndia
5 Fiber Board 11 November 2011 ndia 7 Cut Sheet Paper 29 Juni 2012 Jepang 8 Steel Wire Rods 26 Juni 2012 Malaysia 9 Biaxially Oriented Poly
Propylene (BOPP) films 24 Juli 2012 Malaysia
11 Uncoated Writing/Printing Paper and Coated Writing/Printing Paper
10 November 2011
Pakistan
13 Polyethylene Terethalate (Review)
14 ebruari 2012 ni ropa
14 Threaded tube or pipe cast fittings
16 ebruari 2012 ni ropa
15 Biodiesel 29 Agustus 2012 ni ropa 16 Steel Fasteners 26 September 2012 ni ropa 17 Bicyles 26 September 2012 ni ropa
SUBSIDI 18. Uncoated Writing/Printing
Paper and Coated Writing/Printing Paper
23 November 2011 Pakistan
Sumber: Kemendag
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |54
Kasus pengamanan
perdagangan yang masih
ditangani
Beberapa kasus pengamanan perdagangan lainnya yang sedang dalam
penanganan adalah kasus hambatan teknis perdagangan antara lain yaitu
Notice of Data Availability (NODA) oleh Amerika Serikat, Illegal Logging
Prohibition Bill 2011 dan Plain Packaging of Tobacco Products oleh
Australia, Environmental Labelling Trial oleh Perancis, Proposal to
Introduce Plain Packaging of Tobacco Products in New Zealand, dan
Amendments of Tobacco Products Directive oleh Uni Eropa.
Ketentuan Notice of Data
Availability (NODA) oleh
Amerika Serikat
Notice of Data Availability (NODA) Concerning Renewable Fuels Produced
From Palm Oil Under the RFS Program dikeluarkan pada bulan Desember
2011 oleh Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat. Notice
of Data Availability (NODA) merupakan analisis terhadap emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) dari palm oil yang digunakan sebagai bahan baku
produk biodiesel dan renewable diesel berdasarkan program Renewable
Fuel Standard (RFS). Hasil analisis EPA menyatakan bahwa biodiesel dan
renewable diesel yang berbahan baku palm oil tidak memenuhi
ketentuan minimum 20% ambang batas pengurangan emisi GRK (palm oil
hanya berada pada level 11-17%) yang dipersyaratkan agar dapat
dimasukkan ke dalam kategori bahan bakar terbarukan (renewable fuel)
sesuai dengan program RFS.
Kementerian Perdagangan pada bulan April 2012 menyampaikan
tanggapan (submisi) atas hal ini yang ditujukan kepada H.E. Ron Kirk dari
United States Trade Representatives (USTR). Isi submisi tersebut antara
lain:
1. Concern Pemri terhadap dampak penerapan Clean Air Act (CAA)
Section 211(o);
2. Komitmen Indonesia terhadap perlindungan lingkungan dan
penurunan gas rumah kaca;
3. Metodologi yang digunakan oleh EPA untuk menghitung pengurangan
gas rumah kaca dalam minyak sawit menggunakan metode
perhitungan yang disederhanakan, sehingga hasilnya kurang akurat;
4. Pemri menawarkan sebuah metodologi yang mempertimbangkan
parameter produktifitas, pertimbangan lingkungan dan kemanusiaan.
Terkait hal ini, EPA harus mempertimbangkan bahwa kelapa sawit
merupakan tanaman penghasil minyak nabati paling efisien dibanding
tanaman lainnya.
5. AS tidak boleh mengeluarkan kebijakan yang dapat menghambat
perdagangan. Dalam hal ini NODA berpotensi melanggar beberapa
ketentuan WTO, antara lain: Artikel 2.1, 2.2, 2.9 dan 2.12 TBT
Agreement serta Artikel I:1 dan III:4 GATT 1994
Tim EPA pada bulan Oktober 2012 telah melakukan penelitian lapangan
di perkebunan kelapa sawit milik PT. Musim Mas di Sorek, Provinsi Riau.
Tim EPA merasa puas dengan hasil kunjungan, dimana dilihat
pengelolaan lahan dan kerjasama dengan petani disekeliling dilakukan
dengan baik. Demikian juga penggunaan methane capture telah mulai
digunakan walaupun baru akan diwajibkan Pemerintah Indonesia pada
tahun 2020. Pola kemitraan yang dikembangkan petani sekeliling
mendapat apresiasi dan diharapkan pengembangan pola di atas dapat
diterapkan diseluruh sektor perkebunan kelapa sawit Indonesia.
Sampai saat ini belum diketahui kapan keputusan EPA akan ditetapkan,
EPA masih perlu mempelajari semua masukan. Sementara ini ekspor CPO
Indonesia ke AS tetap bisa berjalan seperti biasa.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |55
Ketentuan Plain
Pacakaging of Tobacco
Products in Australia.
Kebijakan Plain Tobacco Packaging memuat ketentuan dimana
memberlakukan kemasan polos dengan aturan yang seragam untuk
seluruh rokok yang dipasarkan dan dijual di Australia. Berikut secara
ringkas isi dari peraturan tersebut:
1. Melarang penggunaan merk dagang, logo, brand, nama produk /
nama perusahaan, atau identifying mark pada kemasan maupun pada
produk tembakaunya, atau
2. Menetapkan kondisi untuk menggunakan merk dagang, logo, brand,
nama produk / nama perusahaan, atau identifying mark pada
kemasan maupun pada produk tembakaunya; atau
3. Melarang penggunaan desain apapun pada kemasan maupun pada
produk tembakaunya, atau
4. Menetapkan kondisi untuk menggunakan desain apapun pada
kemasan maupun pada produk tembakaunya.
5. Bentuk dan warna kemasan yang seragam dengan warna kemasan
hijau zaitun, tanpa ilustrasi, gambar, pola, gambar emboss, hiasan
atau tambahan apapun.
Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Perdagangan telah melakukan
koordinasi dengan Stakeholder terkait dan dunia usaha tentang isu
regulasi tembakau di Australia dimana disepakati bahwa di dalam
regulasi terdapat potensi pelanggaran WTO yaitu :
1. Adanya hambatan perdagangan yang tidak diperlukan (Article 2.2 TBT
Agreement);
2. Terjadi pembebanan yang tidak dapat dibenarkan pada merk dagang
(Article 20 TRIPS);
3. Terjadi persaingan yang tidak sehat, (Article 10 bis Paris Convention
dan GIs pada Article. 22.2(b) TRIPS;
4. Regulasi mengurangi tingkat proteksi Geographical Indication di
Australia (Article 24 TRIPS).
Kementerian Perdagangan akan terus menindaklanjuti masalah ini agar
rokok Indonesia yang dipasarkan di Australia tidak mendapatkan
hambatan teknis sebagaimana ketentuan dalam kebijakan packaging ini.
Environmental Labelling
Trial oleh Pemerintah
Perancis.
Pemerintah Perancis telah meluncurkan program eco labeling untuk
memandu konsumen tentang pengendalian dampak lingkungan dalam
belanja sehari-hari kebutuhan mereka (Produk furniture, peralatan
rumah tangga (listrik), bahan bangunan, produk perkantoran, Produk
tekstil, produk pelumas, produk kertas, produk perawatan (pembersih,
detergent), dan produk kebersihan (sabun, sampo), produk jasa. Program
eco labeling ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang carbon
footprint dan dampak lingkungan suatu produk untuk seluruh produk
konsumen atau jasa yang dibelinya.
Kementerian Perdagangan telah melakukan koordinasi dengan
stakeholders terkait dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dimana
hasil dari FGD ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan ketentuan eco-labelling oleh Perancis terhadap produk
yang akan dipasarkan di wilayah Perancis dapat menjadi hambatan
perdagangan bagi berbagai produk impor dari Indonesia atau negara
dunia ketiga lainnya;
2. Masih tingginya anggapan konsumen Perancis terhadap beberapa
produk ekspor Indonesia baik berbentuk bahan baku, produk
setengah jadi maupun barang jadi yang dianggap tidak berwawasan
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |56
lingkungan (isu bio diversity dan deforestation), sehingga
dikhawatirkan akan terjadi kondisi dimana produsen atau importir
cenderung untuk tidak memilih bahan baku, barang setengah jadi
maupun barang jadi dalam rangka sertifikasi eco-labelling;
3. Belum jelasnya pengaturan tentang lembaga sertifikasi diluar Perancis
yang dapat menerbitkan sertifikasi eco-labelling. Apakah produk
impor hanya bisa disertifikasi oleh lembaga sertifikasi di Perancis.
4. Dalam hal ini, kiranya perlu dipertimbangkan untuk menyusun
kerjasama kelembagaan khususnya di bidang standardisasi dalam
upaya pengakuan lembaga sertifikasi di Indonesia oleh Perancis.
5. Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi dengan
stakeholder terkait yaitu: KBRI Perancis, Atase perdagangan Paris,
dan Dunia usaha untuk menangani hambatan teknis ini.
Proposal to Introduce
Plain Pacakaging of
Tobacco Products in New
Zealand.
Tujuan dari regulasi ini adalah mengatur para produsen rokok yang akan
memasarkan produknya di Selandia Baru untuk mengganti kemasan
rokoknya dengan kemasan polos (putih). Untuk menerapkan regulasi ini
Pemerintah Selandia Baru membuka konsultasi publik bagi Negara-
negara mitra dagang sampai dengan 5 Oktober 2012. Sistematika
penyampaian kosultasi telah diatur dalam bentuk form kuisioner
sehingga responden yang akan menyampaikan submisi didorong untuk
menggunakan formulir yang telah disediakan oleh Pemerintah Selandia
Baru. Isi dari RUU yaitu:
1. Menerapkan penggunaan kemasan polos atau keharusan
menggunakan peringatan yang berbentuk gambar yang cukup besar
pada kemasan dengan presentasi 90% di belakang dan 30% di depan
kemasan;
2. Pemerintah Selandia Baru belum menerbitkan suatu draft tertentu
karena mereka baru akan merancang draft tersebut setelah
mempertimbangkan submisi-submisi yang masuk. Namun
berdasarkan dokumen konsultasi yang mereka terbitkan, mereka
bermaksud untuk mengadopsi regulasi kemasan polos di Australia
secara utuh.
Kementerian Perdagangan telah mengirimkan concern Pemerintah
Indonesia kepada Pemerintah New Zealand, yang isinya antara lain:
1. Proposal regulasi yang diajukan akan menciptakan hambatan
terhadap perdagangan, dan berpotensi melanggar ketentuan WTO
dimana persyaratan-persyaratan dalam consultation paper akan
tidak konsisten dengan kewajiban internasional New Zealand
berdasarkan aturan-aturan WTO yaitu ; Artikel 20 TRIPS Agreement,
Artikel 17 TRIPS Agreement dan Artikel 2.2 TBT Agreement;
2. Proposal regulasi ini akan menimbulkan dampak yang lebih luas, baik
dalam hal ekspor produk rokok maupun HAKI terhadap merek
dagang produk Indonesia. Dengan menghilangkan elemen merek
dagang dan desain dari kemasan, regulasi ini akan menyulitkan
konsumen dewasa untuk mengenali produk tembakau Indonesia dan
akan mengurangi nilai dari merek dagang produk Indonesia.
3. Regulasi ini, yang diterapkan bersama dengan regulasi Display Ban,
akan mempengaruhi kemampuan produk tembakau Indonesia untuk
bersaing dan meningkatkan market share di New Zealand.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |57
Kementerian Perdagangan juga akan menjelaskan bahwa penerapan
plain packaging masih belum jelas apakah aturan ini mampu mengurangi
konsumsi tembakau secara umum hal ini perlu scientific evidence. New
Zealand sebaiknya menunggu keputusan akhir WTO terhadap kebijakan
plain packaging Australia yang secara substansi sama, sebelum
menerapkan aturan yang serupa.
Amandemen Tobacco
Products Directive
(2001/37/EC) oleh Eropa.
Komisi Uni Eropa berencana melakukan amandemen Tobacco Products
Directive (2001/37/EC). Rencana ini dibuat dengan tujuan antara lain
untuk mengurangi konsumsi rokok terutama pada penduduk berusia
antara 25-34 tahun. Rencana amandemen direktif ini berisi antara lain
mengenai pengaturan labeling, peringatan kesehatan pada kemasan
serta aditif yang digunakan sebagai campuran tembakau. Hal ini
mendapat keberatan dari Asosiasi Pembuat Cerutu Eropa yaitu dalam
hal:
- Penggunaan kemasan polos atau keharusan menggunakan
peringatan yang berbentuk gambar yang cukup besar pada kemasan;
- Larangan memajang produk tembakau pada gerai-gerai penjualan;
- Pembatasan presentase maksimal kandungan flavor pada produk.
Kementerian Perdagangan telah menyampaikan kepada DG of Trade
European Commission dan DG Health and Consumers (DG SANCO)
bahwa:
a. Isu positive/negative list of ingredients, Indonesia berpandangan
bahwa cengkeh (clove) seharusnya dimasukkan ke dalam positive list,
ataupun dikeluarkan dari negative list, dengan pertimbangan bahwa
ingredient yang digunakan tidak untuk menarik minat merokok pada
generasi muda;
b. Bahwa produk tembakau Indonesia sangat unik yaitu penambahan
cengkeh pada produk tembakaunya yang disebut dengan kretek.
Oleh sebab itu di dalam TPD tidak membedakan antara rokok
konvensional dengan rokok kretek. Untuk itu rokok kretek harus
dibedakan atau masuk dalam kategori “produk khusus”;
c. Terkait dengan regulasi yang mewajibkan kemasan polos untuk
produk tembakau, Indonesia meminta agar dalam regulasi tetap
memperbolehkan branding dan labeling untuk membedakan produk
dan tidak menyesatkan konsumen.
3.2.2.6 Pengembangan Produk Ekspor dan Citra
Skor Dimensi Ekspor
Indonesia pada tahun
2012 sebesar 45,73.
Citra suatu negara di dunia internasional biasanya diukur melalui
peringkat suatu negara menurut Nation Branding Index (NBI) yang
disusun oleh Simon Anholt. Indeks tersebut merupakan hasil
penggabungan dari sejumlah dimensi yang dianggap berpengaruh
terhadap branding suatu negara, yakni pariwisata, ekspor, pemerintahan,
investasi dan imigrasi, kebudayaan, dan masyarakat.
Pada tahun 2012, Skor dimensi ekspor Indonesia adalah sebesar 45,73
dengan menduduki peringkat 39 dari 50 negara yang disurvey. Secara
spesifik, skor dimensi ekspor ini merupakan akumulasi dari jawaban
responden atas beberapa atribut yang terkait dengan persepsi
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |58
masyarakat dunia terhadap ekspor Indonesia. Atribut tersebut antara lain
berkaitan dengan kontribusi Indonesia terhadap inovasi di bidang ilmu
pengetahuan, pengaruh negara asal (country of origin) terhadap
keinginan masyarakat global untuk membeli suatu produk, dan derajat
kreativitas suatu negara.
Pada survey yang dilakukan di tahun 2012, Mesir merupakan negara
dengan opini paling baik untuk citra Indonesia. Selain Mesir, Indonesia
juga mendapatkan peringkat yang baik dari beberapa negara emerging
market antara lain Afrika Selatan, Argentina, India, Mexico dan Turki.
Sementara itu, negara yang memberikan respon paling buruk terhadap
citra Indonesia adalah China dan Australia.
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, hanya Indonesia
dan Thailand yang menunjukkan peningkatan pada skor dimensi ekspor,
dimana Malaysia relatif stabil dan Singapura menunjukkan penurunan
skor untuk dimensi ekspornya.
Penayangan Nation
Branding Indonesia di
stasiun televisi
internasional.
Terkait dengan peningkatan citra Indonesia di mata dunia, di tahun 2012
Kementerian Perdagangan telah melakukan sejumlah upaya, antara lain
pembuatan materi iklan televisi (television commercial/TVC) untuk
Nation Branding serta penempatan materi TVC tersebut ke beberapa
media elektronik internasional, yakni CNN, BBC, CNBC, AXN, dan
Bloomberg. Melalui TVC Nation Branding tersebut, divisualisasikan
informasi-informasi tentang keberagaman potensi yang dimiliki Indonesia
dengan gaya bahasa yang promotif dalam mempertahankan citra positif
dan persepsi yang kuat di mata para pelaku usaha luar negeri (buyer)
bahwa Indonesia merupakan mitra dagang yang potensial untuk
melakukan kemitraan perdagangan serta menyebarkan informasi tentang
kebijakan perdagangan Indonesia yang didukung dengan testimonials,
statements dan success stories dari para buyer yang telah berhasil
memulai dan mengembangkan kemitraan perdagangan dengan pelaku
usaha Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah menimbulkan daya tarik bagi
pelaku usaha internasional (buyer) untuk mengetahui lebih lanjut tentang
potensi dan citra positif Indonesia yang pada akhirnya akan mendorong
minat mereka untuk bermitra dagang dengan Indonesia.
3.2.2.7 Peningkatan Peran Diplomasi Perdagangan
Diplomasi perdagangan
internasional dilakukan
multitrack strategy.
Dalam rangka peningkatan peran dan kemampuan diplomasi
perdagangan internasional dilakukan multitrack strategy melalui forum
multilateral, regional, dan bilateral dengan tujuan untuk membuka akses
pasar dan memperkuat pasar 58omestic. Target yang ingin dicapai pada
tahun 2012 adalah 221 hasil perundingan perdagangan internasional.
Dari Januari sampai Desember 2012, Kementerian Perdagangan telah
menghasilkan 260 hasil perundingan berupa: Agreement, kesepakatan
kerja sama komoditi, Mutual Recognition Agreement, Memorandum of
Understanding, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, dan dokumen
perundingan lainnya.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |59
3.2.2.7.1 Kerja Sama Multilateral
Diplomasi perdagangan di
forum WTO. Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum
multilateral dilakukan melalui kerja sama dan perundingan internasional
di forum World Trade Organization (WTO). Selain mengikuti sidang-
sidang regular, Kementerian Perdagangan juga melakukan beberapa
penanganan hambatan industri Indonesia di perdagangan internasional
melalui diplomasi perdagangan di forum WTO, antara lain:
1. Pemerintah Indonesia menyampaikan concern-nya pada sidang
Komite Technical Barriers to Trade (TBT) bulan Maret-Juni 2012, dan
bulan Mei 2012 melalui submisi yang ketiga kepada Dubes Brazil di
Jakarta, terkait Brazil Draft Resolution No. 112, tahun 2010 (Dokumen
G/TBT/N/BRA/407) tentang tingkat maksimum kadar tar, nikotin, dan
karbon yang diizinkan pada produk rokok. Aturan ini dianggap tidak
sesuai dengan aturan dalam TBT Agreement serta dapat
menimbulkan unnecessary barriers to trade bagi perdagangan
anggota;
2. Pada pertemuan Bilateral The 15th
Meeting of The Sub Working
Group on Palm Oil Bilateral Cooperation on Commodities Between
Indonesia and Malaysia, tanggal 15-16 Februari 2012, Indonesia dan
Malaysia sepakat untuk merumuskan aspek hukum perdagangan
internasional terhadap kebijakan Uni Eropa untuk produk Crude Palm
Oil (CPO), dan membawanya ke Komite TBT-WTO.
3. Indonesia menegaskan keikutsertaan sebagai "pihak ketiga" bersama
23 negara lainnya dalam proses konsultasi di WTO antara Ukraina
dan Australia, untuk kasus tobacco plain packaging bill. Kasus ini
terkait dengan peraturan Australia yang bernama Plain Packaging
Act, mengenai larangan produsen rokok menampilkan logo produk,
label, dan merek dagang yang sebelumnya dianggap atraktif dan
membuat jumlah perokok muda di Australia bertambah. Peraturan
tersebut dianggap telah melanggar ketentuan WTO tentang hak
kekayaan intelektual yang menghambat teknis perdagangan.
4. Sengketa rokok kretek antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) di
WTO bermula dari diberlakukannya peraturan Family Smoking
Prevention and Tobacco Control Act di AS. Atas keputusan tersebut,
Indonesia akhirnya mengajukan pembentukan Panel ke Badan
Penyelesaian Sengketa WTO (Dispute Settlement Body– DSB) atas
dasar AS melanggar ketentuan WTO mengenai National Treatment
Obligation yang tercantum dalam TBT Agreement Pasal 2.1 TBT.
Dalam panel WTO pada September 2011, Indonesia dimenangkan
WTO lantaran lembaga tersebut beranggapan rokok kretek dan rokok
mentol adalah produk sejenis (like products) dan keduanya memiliki
daya tarik yang sama bagi kaum muda. Tak puas dengan keputusan
tersebut, pemerintah AS mengajukan banding ke WTO pada 5 Januari
2012. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade
Organization/WTO) kembali memenangkan posisi Indonesia dalam
kasus rokok kretek dengan Amerika Serikat (AS). Keputusan tersebut
berdasar laporan Appellate Body (AB) pada 4 April 2012 yang
menyatakan bahwa AS melanggar ketentuan WTO dan kebijakan AS
dianggap sebagai bentuk diskriminasi dagang. Hasil banding yang
dikeluarkan AB tersebut mempertegas keputusan panel WTO
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |60
sebelumnya yang memutuskan pemerintah AS telah mengeluarkan
kebijakan yang tidak konsisten dengan ketentuan WTO, yakni
Technical Barrier to Trade (TBT) Agreement. Keputusan ini juga
mencegah aturan yang diterapkan Pemerintah AS ditiru negara lain,
termasuk negara-negara tujuan ekspor utama rokok kretek
Indonesia.
3.2.2.7.2 Kerja Sama ASEAN
ASEAN Economic
Community (AEC.) Sebagai negara kepulauan yang berpenduduk terbesar di ASEAN dan
dengan sistem pemerintahan otonomi daerah, tantangan yang dihadapi
Indonesia dalam mengimplementasikan ASEAN Economic Community
(AEC) Blueprint jauh lebih kompleks dibandingkan dengan Negara
anggota lainnya, namun sama seperti negara anggota lainnya, Indonesia
menyampaikan komitmennya untuk tetap berupaya keras untuk
mengimplementasikan seluruh komitmen AEC Blueprint, termasuk
merumuskan kebijakan yang dapat memastikan pelaku usaha
memanfaatkan integrasi ekonomi ASEAN ini.
Indonesia juga menekankan implementasi keempat pilar AEC Blueprint
secara proporsional, khususnya pilar Pembangunan Ekonomi yang
Merata (equitable economic development) yang didukung dengan
pengembangan usaha kecil menengah (UKM) dan program yang dapat
mengurangi kesenjangan pembangunan ekonomi. Indonesia meminta
perhatian khusus tentang hal ini karena apabila tidak ditangani dengan
benar akan mengurangi efektivitas pilar lainnya dan mengancam
keberlangsungan AEC 2015.
Pada tahun 2012 scorecard Indonesia sebesar 82% yaitu dari 50 measures
yang perlu dipenuhi, hanya 41 measures berhasil dicapai. Dari 9
measures yang belum dilaksanakan oleh Indonesia, 2 diantaranya terkait
Rules of Origin (RoO) yang akan diselesaikan akhir bulan Februari 2013
dan ratifikasi yang dijadwalkan selesai pada kuartal I 2013, dan tujuh (7)
measures lainnya merupakan initiative bersama ASEAN yang harus
diselesaikan oleh masing-masing working group atau komite ASEAN,
bukan individual country.
Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC Council) telah berupaya untuk
mengatasi tantangan dan hambatan dalam memenuhi target
pembentukan AEC 2015 yang merekomendasikan beberapa hal penting
seperti: (i) Sosialisasi AEC kepada berbagai pemangku kepentingan di
dalam negeri; (ii) Pengembangan Program Prioritas Integrasi AEC dengan
fokus pada kegiatan, proyek dan inisiatif yang harus terwujud pada atau
sebelum tahun 2015; (iii) Menyusun mekanisme yang berkaitan dengan
upaya menghapus/mengurangi hambatan non-tarif; (iv) Menerapkan
prakarsa Equitable Economic Development (EED) secara efektif, serta (v)
Menyusun mekanisme trade review dan policy dialogue sebagai upaya
evaluasi atas berbagai kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing
negara anggota ASEAN. Pertemuan juga membahas pandangan masing-
masing negara mengenai batas waktu terbentuknya AEC pada tahun
2015. Pokok bahasan ini telah diputuskan lebih lanjut oleh para
Pemimpin ASEAN pada Pertemuan KTT ASEAN bulan November 2012.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |61
Manfaat yang bisa dirasakan oleh Indonesia
Selama empat dekade, ASEAN telah mengalami banyak perubahan serta
perkembangan positif. Manfaat yang dapat dirasakan Indonesia adalah
adanya tren menuju perbaikan atas iklim investasi yang kondusif dan
daya saing nasional yang terindikasi dari meningkatnya nilai FDI yang
masuk ke Indonesia dan nilai ekspor Indonesia baik ke ASEAN maupun
dunia. Dapat dikatakan bahwa upaya Indonesia untuk berkomitmen
melaksanakan AEC Blueprint secara langsung mendorong Indonesia
untuk melakukan berbagai reformasi, perbaikan dan pembangunan daya
saing. Kesungguhan Indonesia untuk mengimplementasikan komitmen
AEC Blueprint di dalam negeri tampak dari keinginan Pemerintah yang
sungguh-sungguh dengan menerbitkan Inpres yang menginstruksikan
sektor terkait untuk melakukan pembenahan guna meningkatkan daya
saing seiring dengan diimplementasikannya AEC Blueprint tersebut.
Penandatangan
Memorandum of
Understanding Among
The Governments of the
participating member
states of ASEAN on The
Second Pilot Project for
The Implementation of a
Regional Self-
Certification System.
Pada tanggal 29 Agustus 2012, di Kamboja, telah dilaksanakan
penandatangan Memorandum of Understanding Among The
Governments of the participating member states of ASEAN on The Second
Pilot Project for The Implementation of a Regional Self-Certification
System.
Nota Kesepahaman mengenai Sistem Sertifikasi Mandiri ini bertujuan
membantu para eksportir yang telah diberi kewenangan oleh
pemerintah, untuk menerbitkan Sertifikasi Asal Barang (SKA) secara
mandiri, sehingga mempercepat dan mempermudah proses administrasi
ekspor ke negara ASEAN, serta mengurangi biaya tinggi dalam proses
pengurusan dokumen ekspor.
Penandatangan Memorandum of Understanding Among The Governments of the participating member states
of ASEAN on The Second Pilot Project for The Implementation of a Regional Self-Certification System.
Penandatanganan
Protocol ASEAN-China.
Pada tanggal 17 November 2012, di Kamboja, telah dilaksanakan
penandatangan Protocol to incorporate technical barriers to trade and
sanitary and phytosanitary measures into the agreement on trade in
goods of the framework agreement on comprehensive economic co-
operation between the Association of southeast Asian Nations and the
People's Republic of China. Tujuan penandatangan ini adalah untuk
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |62
memfasilitasi dan meningkatkan perdagangan barang antara pihak-pihak
terkait dengan memastikan bahwa peraturan, standar, dan prosedur
penilaian yang ada tidak menimbulkan hambatan perdagangan. Selain itu
juga telah ditandatangani Third protocol to amend the framework
agreement on comprehensive economic co-operation between the
association of southeast Asian Nation and the People's Republic of China
mengenai perubahan struktur kelembagaan yang memonitor ACFTA dari
"ASEAN-China Trade Negotiating Committee" (AC-TNC) menjadi "ASEAN-
China Joint Committee" (AC-JC).
3.2.2.7.3 Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya
APEC Ministerial
Meeting. Rangkaian pertemuan APEC Ministerial Meeting (AMM) berlangsung di
Rusia pada tanggal 5-6 September 2012. Pertemuan membahas agenda
Supporting for the Multilateral Trade System dan empat agenda prioritas
APEC tahun 2012, yakni: Trade and Investment Liberalization, Regional
Economic Integration (REI), Strengthening Food Security, Establishing
Reliable Supply Chain, dan Fostering Innovative Growth.
Para Menteri APEC menyepakati AMM Statement beserta lampiran yang
meliputi isu-isu sebagai berikut: (i) APEC model chapter on transparency
for RTAs/FTAs; (ii) towards reliable supply chains; (iii) recommendations
of the innovation technology dialogue on nanotechnologies for energy
efficiency, outcome of the APEC International Education Conference
“shaping education within APEC”; dan (iv) Investing in Human Capital,
yang diharapkan dapat mendorong peningkatan kerja sama perdagangan
dan investasi di kawasan.
1. Supporting for the Multilateral Trading System. Para Menteri
APEC telah membahas perkembangan terakhir dari perundingan
Doha dan sepakat untuk mencari pendekatan baru guna
memecahkan kebuntuan. Beberapa ekonomi sepakat agar
perhatian diberikan pada low hanging fruits khususnya di bidang
fasilitasi perdagangan. Indonesia menekankan bahwa low hanging
fruit harus difokuskan pada kesepakatan yang memberi manfaat
khususnya bagi Negara berkembang dan Least Developed Countries
atau LDCs. Indonesia menekankan perlunya penyempurnaan syarat
dan prosedur aksesi bagi LDCs.
2. Accelerating Trade and Investment Liberalization, Regional
Economic Integration. Agenda ini membahas tiga hal yang
merupakan tindak lanjut hasil pertemuan Para Menteri
Perdagangan tahun 2012 di Kazan, yaitu the APEC List of
Environmental Goods, Sustainable growth and development, Next
generation on trade and investment issues, Strengthen investment
cooperation in APEC.
a) The APEC List of EGs. Sesuai kesepakatan para Pemimpin APEC
pada tahun 2011 di Honolulu, APEC diminta menyusun Daftar
Produk Barang Lingkungan (Environmental Good List atau EGs
List) dengan beberapa pemahaman yakni: (i) produk dalam
daftar dimaksud akan diturunkan Tarif Bea Masuknya maksimal
menjadi 5% pada tahun 2015; (ii) kesepakatan tidak
mempengaruhi hak, posisi maupun hasil perundingan di WTO;
(iii) kesepakatan ini disusun dengan memperhatikan prinsip-
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |63
prinsip APEC yaitu non-binding, voluntary, dan konsensus, serta
dengan mempertimbangkan kondisi situasi perekonomian
masing-masing; (iv) kesepakatan ini bersifat tidak mengikat
secara hukum namun akan berlaku secara MFN (Most Favored
Nation). Masalah utama adalah mencapai pemahaman
bersama mengenai daftar yang credible baik dari sudut
pandang lingkungan maupun komersial. Para Menteri tidak
meng-endorsed melainkan merekomendasikan 54 produk
barang lingkungan untuk didiskusikan dan dibahas lebih lanjut
pada tingkat Leaders.
b) Next Generation on Trade and Investment Issues (NGTI). Dalam
hal ini, para Menteri anggota ekonomi APEC sepakat untuk
terus melanjutkan kegiatan dari kesepakatan NGTI tahun 2011
yaitu meningkatkan kesempatan UKM untuk berpartisipasi
dalam rantai produksi global dan meningkatkan inovasi melalui
penciptaan iklim kebijakan yang baik. Dalam hal ini para
Menteri APEC menyepakati untuk membuat panduan yang
dapat dijadikan salah satu referensi bagi ekonomi APEC
melakukan evaluasi dan penerapan kebijakan untuk
memaksimalkan kapasitas inovasi. Selain itu, para Menteri juga
sepakat untuk meng-endorsed Annex A dari Joint Statement
AMM mengenai APEC Model Chapter on Transparency for
Regional Trade Agreements/Free Trade Agreements. Model
Chapter ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Ekonomi
APEC yang akan atau sedang merundingkan sebuah RTA/FTA.
c) Strengthening Investment Cooperation in APEC. Para Menteri
menegaskan kembali komitmennya untuk mendorong
transparansi kebijakan guna meningkatkan arus investasi di
kawasan Asia Pasifik, utamanya kebijakan di bidang investasi.
Disepakati juga untuk melanjutkan implementasi APEC
Investment Facilitation Plan (IFAP), termasuk dibentuknya
suatu proyek/mekanisme untuk mengukur capaian-capaian
IFAP yang telah dilakukan sejauh ini.
d) Integrasi Ekonomi Regional. Pada agenda ini Indonesia
menyampaikan perkembangan prakarsa Regional
Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada kerja sama
ASEAN dan menekankan perlunya pengembangan konsep
Equitable Economic Development dalam kerjasama APEC untuk
menjembatani perbedaan pembangunan maupun kesempatan
pelaku usaha dalam upaya menarik manfaat dari berbagai
pencapaian APEC.
3. Establishing Reliable Supply Chains. Para Menteri memberi
perhatian khusus pada upaya peningkatan konektivitas kawasan
(supply chains connectivity) serta upaya pencapaian target supply-
chains connectivity (SC) initiative, yaitu peningkatan performa
supply-chains di kawasan Asia Pasifik melalui penurunan biaya,
waktu, dan ketidakpastian sebesar 10% pada tahun 2015.
Disepakati mengenai perlunya pendekatan yang lebih sistematis
untuk mencapai target peningkatan kinerja mata rantai suplai serta
pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keamanan lalu lintas
barang. Dalam kaitan ini, Indonesia mengedepankan peningkatan
konektifitas dalam negeri yang diarahkan oleh MP3EI.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |64
4. Intensive Cooperation to Foster Innovative Growth. Indonesia
bersama para Menteri lainnya sepakat mengenai pentingnya upaya
pengembangan SDM berbasis teknologi dan inovasi, termasuk
kalangan UKM. Para Menteri juga sependapat untuk
mengembangkan kerja sama lebih lanjut melalui (i) program
akreditasi, pertukaran pelajar dan peneliti; (ii) peningkatan
kesehatan untuk ibu, bayi, dan anak-anak; dan (iii) pemberdayaan
perempuan dan partisipasi perempuan dalam ekonomi. Indonesia
juga menyambut baik inisiatif pembentukan Public Private
Partnership dalam bidang inovasi guna memperluas peran dan
keterlibatan sektor swasta, dengan tetap memperhatikan kesiapan
dan kapasitas setiap Ekonomi APEC.
Suasana Sidang APEC 2012
International Tripartite
Rubber Council (ITRC.) Tiga produsen karet utama dunia adalah negara Thailand, Indonesia, dan
Malaysia tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC).
Tujuan ITRC adalah menjaga harga pada level yang remuneratif bagi
produsen dan mengatasi ketidakseimbangan supply-demand karet alam
yang menyebabkan harga menurun, melalui dua mekanisme: Supply
Management Scheme (SMS) dan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS).
Pertemuan Dewan Menteri International Tripartite Rubber Council (ITRC)
di Phuket, Thailand pada tanggal 12 Desember 2012 menyepakati untuk
mengurangi supply karet alam di pasar internasional melalui percepatan
replanting dan peningkatan konsumsi domestik karet alam. Indonesia,
Thailand, dan Malaysia sepakat untuk menerapkan skema pengurangan
volume ekspor karet sebesar 300.000 ton yang diberlakukan sejak
Oktober 2012-Maret 2013. Selain itu juga telah disepakati pembentukan
pasar karet regional.
3.2.2.7.4 Kerja Sama Bilateral
Penandatanganan
Preferential Trade
Agreement (PTA)
Indonesia-Pakistan.
Dalam upaya meningkatkan perekonomian antara Indonesia dan Pakistan,
Pada tanggal 3 Februari 2012 di Jakarta, telah ditandatangani Preferential
Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Pakistan.
Persetujuan Perdagangan Preferential akan memberikan keuntungan
bagi pihak Indonesia, antara lain:
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |65
1. Adanya dasar hukum untuk pelaksanaan aturan pengurangan
dan/atau penghapusan bea kepabeanan secara sepihak atau
bersama-sama terhadap 220 tariff lines offer list Indonesia kepada
Pakistan dan 313 tariff lines offer list Pakistan kepada Indonesia;
2. Adanya kemudahan dalam memperoleh tarif preferensial dari
Pakistan, antara lain untuk produk edible palm oil Indonesia sebesar
15% dari Margin of Preference (MoP) pada tarif MFN Pakistan,
sehingga produk edible palm oil Indonesia mendapatkan perlakuan
yang sama dengan produk edible palm oil Malaysia;
3. Adanya kepastian hukum bagi para pelaku usaha Indonesia dan
Pakistan, terutama di bidang ekspor dan impor;
4. Pulihnya kinerja ekspor Indonesia ke Pakistan yang sempat
mengalami penurunan karena kalah bersaing dari negara-negara
yang terlebih dahulu memiliki Persetujuan Perdagangan Preferensial
dengan Pakistan.
Penandatanganan Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Pakistan
Penandatanganan MoU
antara Indonesia –
Ekuador.
Pada tanggal 19-25 Juni 2012 di Quito, Ekuador, telah dilaksanakan
penandatangan MoU antara Indonesia dan Ekuador.
MoU ini bertujuan untuk mempromosikan perdagangan dan investasi,
serta mengembangkan kerja sama ekonomi timbal balik yang didasarkan
pada prinsip saling menguntungkan. Ekuador dan Indonesia sepakat
untuk dapat menjadi pintu gerbang ekspor bagi kawasan wilayah
Amerika Latin, Asia Tenggara dan Asia Timur. Kedua pemimpin sepakat
mengembangkan kerja sama di beberapa bidang, seperti bidang investasi
dan perdagangan, energi dan pertambangan, kehutanan, lingkungan
hidup, dan perubahan iklim, serta bidang kebudayaan dan people to
people contact.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |66
Penandatanganan MoU antara Indonesia - Ekuador
MoU between Ministry of
Trade (MoT) of the
Republic of Indonesia and
Ministry of Foreign Trade
and Tourism (Mincetur) of
the Republic of Peru on
Trade Promotion
Activities.
Pada tanggal 10 Juli 2012 di Jakarta, telah dilaksanakan penandatangan
Memorandum of Understanding between Ministry of Trade (MoT) of the
Republic of Indonesia and Ministry of Foreign Trade and Tourism
(Mincetur) of the Republic of Peru on Trade Promotion Activities.
MoU ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan kerja sama di bidang
promosi perdagangan antara kedua Negara, hal ini dilihat dari
perkembangan investasi perusahaan minuman soft drink Peru di Jakarta,
dan beberapa tawaran investasi kepada Indonesia pada sektor perikanan
Peru untuk Fish Meat, Fish industry, dan alih teknologi.
Penandatanganan MoU antara Indonesia - Peru
MoU antara Indonesia –
Kamboja.
Pada tanggal 28 Agustus 2012 di Kamboja, telah dilaksanakan
penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) Beras dengan
Menteri Senior & Menteri Perdagangan Kamboja.
Dalam MoU ini, pemerintah Kamboja berkomitmen menyediakan
pasokan beras tambahan bagi Indonesia, untuk menjaga stabilitas
ketahanan pangan Indonesia. Penyediaan beras maksimal 100ribu
ton/tahun selama 4 tahun dengan syarat harga yang lebih murah dari
negara-negara lain.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |67
Penandatanganan MoU antara Indonesia – Kamboja
Nota Kesepakatan antara
Indonesia – Viet Nam. Pada tanggal 17-18 September 2012, di Jakarta, telah dilaksanakan
penandatangan Nota Kesepakatan antara Indonesia – Viet Nam.
Nota Kesepahaman ini adalah kesepakatan Pemerintah Viet Nam
memperpanjang masa penyediaan beras untuk Indonesia dari 1 Januari
2013 hingga 31 Desember 2017. Hal ini dilakukan untuk menjaga
stabilitas ketahanan pangan Indonesia, tentunya dengan
mempertimbangkan kondisi pasokan, kebutuhan, produksi di kedua
negara dan tingkat harga beras internasional.
Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Indonesia – Viet Nam
3.2.2.7.5 Perundingan Perdagangan Jasa
ASEAN Agreement on
Movement of Natural
Person.
Dalam rangka memfasilitasi pergerakan tenaga kerja terampil, pada
tanggal 19 November 2012, di Kamboja, telah ditandatangani Perjanjian
Perpindahan Tenaga Kerja (Movement of Natural Person) ASEAN. Tujuan
Agreement ini adalah:
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |68
1) Menyediakan hak dan kewajiban terkait dengan perpindahan tenaga
kerja di antara Negara anggota ASEAN.
2) Memfasilitasi perpindahan tenaga kerja yang terkait dengan kegiatan
perdagangan dan investasi di antara negara anggota ASEAN.
3) Membangun prosedur yang transparan dan efisien dalam aplikasi
formalitas keimigrasian terkait izin tinggal sementara dari tenaga
kerja di mana perjanjian ini berlaku.
4) Melindungi integritas perbatasan negara anggota dan melindungi
tenaga kerja domestik dan tenaga kerja permanen di dalam teritori
negara anggota.
Penandatanganan ASEAN Agreement on Movement of Natural Person
ASEAN Framework
Agreement on Services
(AFAS) Paket 8.
ASEAN telah menyelesaikan ASEAN Framework Agreement on Services
(AFAS) Paket 8 pada tahun 2012. Threshold AFAS Paket 8 dengan total
jumlah subsektor yang diintegrasikan sebanyak 80 subsektor, dengan
komitmen:
1. Mode 1 (cross border supply) dan Mode 2 (consumption abroad)
adalah None.
2. Mode 3 (commercial presence) dengan Foreign Equity Participation
(FEP) sebesar 70% (untuk sektor Priority Integration Sectors yaitu
Komunikasi dan Computer Related Services, Kesehatan, dan
Pariwisata); dan FEP 51% (untuk sektor Logistik dan Non-Priority
Integration Sectors seperti jasa bisnis, konstruksi, transportasi,
pendidikan).
Pada AFAS Paket 8 Indonesia telah memberikan komitmen sebanyak 86
subsektor, di mana baru sebanyak 58 subsektor yang telah dapat
memenuhi komitmen sebagaimana poin di atas, sementara sisanya
sebanyak 28 subsektor belum. Kesulitan yang dihadapi sektor domestik
adalah untuk pemenuhan komitmen FEP di Mode 3, di mana
regulasi/ketentuan mengenai FEP masih dibatasi pada besaran 49%, serta
beberapa sektor sebagian besar pelaku usahanya adalah Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) .
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |69
3.2.3 Sasaran Strategis 3: Reformasi Birokrasi dan Good Governance
3.2.3.1 Terwujudnya Kemendag yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme,
indikatornya adalah indeks persepsi korupsi (Program Inisiatif Anti Korupsi dan
Survei Integritas) min. 5 besar.
Sasaran Reformasi
Birokrasi. Sasaran khusus reformasi birokrasi di lingkungan Perdagangan RI
mencakup 8 area perubahan, sebagai berikut:
1. Pola Pikir dan Budaya Kerja (Manajemen Perubahan) : terbangunnya
kesamaan persepsi, komitmen, konsistensi serta keterlibatan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi pada seluruh
tingkatan pegawai.
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan: tercapainya peraturan
perundang – undangan yang harmonis dan sinkron dan
pelaksanaannya yang efektif dan efisien.
3. Penataan dan Penguatan Organisasi: Meningkatnya eferktivitas dan
efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi serta terhindarkannya duplikasi
tugas dan fungsi yang dapat mendorong percepatan reformasi
birokrasi.
4. Penataan Tatalaksana: terselenggaranya transparansi, akuntabilitas
dan standardisasi proses penyelenggaraan pemerintahan.
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur : diperolehnya pegawai
baru maupun yang sedang berkarir yang memiliki tingkat kompetensi
yang dipersyaratkan jabatannya, terwujudnya profil kompetensi
untuk masing – masing jabatan di dalam organisasi dan tersedianya
informasi secara komprehensif dan akurat mengenai profil
kompetensi individu sesuai dengan uraian tugasnya, sistem
pendidikan dan pelatihan pegawai yang mengurangi kesenjangan
antara kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai dan
kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatan dan berjalannya sistem
informasi pegawai yang akurat, transparan dan akuntabel.
6. Penguatan Pengawasan : tercapainya tujuan organisasi secara efisien
dan efektif serta taat pada peraturan dan berjalannya pengelolaan
keuangan negara yang handal dan terpercaya.
7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja: berjalannya sistem akuntabilitas
kinerja organisasi yang efektif.
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik: terselenggaranya pelayanan
publik yang lebih cepat, lebih aman, lebih baik, dan lebih terjangkau.
Pada tahun 2012 Kementerian Perdagangan juga telah menandatangani
Komitmen Pimpinan dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi dan
pelaksanaan verifikasi lapangan reformasi birokrasi oleh Tim Unit
Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN) serta Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi, dengan hasil
nilai akhir kesiapan pelaksanaan reformasi birokrasi adalah 67 atau
berada pada level 3.
Peringkat ke-2 dalam
Penilaian Inisiatif Anti
Korupsi (PIAK) dari Komisi
Pemberantasan Korupsi
(KPK)
Dalam rangka optimalisasi pencegahan korupsi, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) mendorong setiap Kementerian/Lembaga/Pemda
membangun sistem antikorupsi yang lebih sistematis melalui penilaian
terhadap inisiatif yang dilakukan oleh pimpinan instansi dalam
menerapkan program-program antikorupsi dengan melakukan Penilaian
Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) 2012.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |70
Untuk penilaian tahun 2012, Kementerian Perdagangan mendapat
Peringkat 2 dengan nilai 7,49 dari 18 Kementerian yang turut dinilai oleh
KPK. Pencapaian ini merupakan peningkatan dari tahun lalu dimana
Kementerian Perdagangan hanya memperoleh peringkat 7 dengan nilai
5,61. Sedangkan terkait dengan pelaksanaan Survei Integritas, Kemendag
tahun 2012 masuk ke dalam 10 besar dengan nilai 5,61. Dengan capaian
ini dapat dilihat bahwa Kementerian Perdagangan mendukung program
Pemerintah dalam pemberantasan Korupsi dan upaya-upaya untuk
mendukung hal tersebut secara kontinyu akan dilaksanakan untuk
menciptakan Kemendag yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Pencanangan Zona
Integritas Menuju
Wilayah Bebas Korupsi
(ZI-WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM).
Sebagai implementasi dari pelaksanaan Instruksi Presiden No. 5 Tahun
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, telah dicanangkan
Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (ZI-WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di lingkungan Kementerian
Perdagangan.
Menteri Perdagangan, bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi mencanangkan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
Korupsi (ZI-WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih (WBBM) di lingkungan Kemendag
pada tanggal 9 Oktober 2012
3.2.3.2 Terwujudnya laporan keuangan Kemendag sesuai dengan SAP targetnya WTP.
Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
untuk Laporan Keuangan.
Sejalan dengan semangat Reformasi Birokrasi dan untuk mewujudkan
tata kepemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance dan Clean
Goverment), Kementerian Perdagangan perlu mengambil langkah
khususnya yang terkait dengan pengelolaan anggaran di lingkungan
Kementerian Perdagangan, hal ini sesuai dengan yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara bahwa setiap Kementerian/Lembaga wajib menyusun dan
menyelenggarakan akutansi dan menyusun Laporan Keuangan (LK).
Komitmen Kementerian Perdagangan untuk dapat menyajikan suatu
Laporan Keuangan (LK) yang handal, transparan dan akuntabel telah
didukung oleh seluruh entitas di lingkungan Kementerian Perdagangan.
Hasil dari proses itu dapat terlihat dari telah diperolehnya Opini Wajar
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |71
Tanpa Pengecualian (WTP) untuk Laporan Keuangan Kementerian Tahun
2009, 2010 dan yang terakhir adalah untuk Laporan Keuangan Tahun
2011
3.2.3.3 Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi Kemendag.
Laporan Akuntabilitas
Kinerja (LAK) dengan
predikat B
Pengukuran kinerja instansi pemerintah baik pemerintah pusat maupun
daerah mengacu pada Instruksi Presiden Nomor: 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menyatakan bahwa
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan visi dan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
melalui pertanggungjawaban secara periodik.
Berdasarkan hasil penilaian Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja
(LAK) Kementerian Perdagangan Tahun 2012 memperoleh nilai B, dengan
kata lain bahwa kinerja Kementerian Perdagangan terkait perencanaan
dan pelaksanaan program dinilai baik dan menunjang pencapaian Visi
dan Misi dari Kementerian.
3.2.3.4 Peningkatan kinerja keuangan dan performance organisasi.
Mempertahankan
pencapaian opini “Wajar
Tanpa Pengecualian”
(WTP) dan penilaian
dokumen SAKIP
mencapai “B”.
Dalam rangka mempertahankan Opini WTP tersebut, Kemendag
melakukan upaya-upaya antara lain proses reviu yang dilakukan dengan
melakukan penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian
Laporan Keuangan untuk memberikan keyakinan bahwa akuntansi telah
diselenggarakan berdasarkan Standar Akutansi Instansi dan LK telah
disajikan sesuai dengan Standar Akutansi Pemerintah (SAP) untuk
selanjutnya hasil reviu dijadikan sebagai bahan untuk penyusunan
Statement of Responsibility (Pernyataan Tanggung Jawab) oleh Menteri.
Selain itu langkah pendampingan terhadap satuan kerja terkait dengan
persiapan penyusunan Laporan Keuangan dilakukan simultan sepanjang
tahun untuk mencegah terjadinya kesalahan pada saat penyusunan
Laporan Keuangan. Hasil dari proses tersebut adalah dengan pencapaian
Opini WTP untuk Laporan Keuangan Kemendag T.A 2011.
3.2.3.5 Terwujudnya organisasi yang berbasis kinerja (berorientasi outcome).
Evaluasi Kinerja
Organisasi Untuk mewujudkan organisasi yang berbasis kinerja telah dilakukan
penilaian terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan sesuai dengan
Premenpan Nomor 19/M.PAN/11/2008, yang meliputi 8 aspek penilaian
yaitu kepemimpinan, perencanaan, organisasi, manajemen SDM,
penganggaran, manajemen informasi kinerja, manajemen proses dan
pencapaian hasil.
Berdasarkan hasil survey pada tahun 2012, secara keseluruhan kinerja
Kementerian Perdagangan termasuk dalam kategori baik dengan nilai
komponen tertinggi terdapat pada aspek organisasi dan perencanaan.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |72
3.2.3.6 Penerapan sistem manajemen SDM yang mampu mendorong peningkatan profesionalisme,
kompetensi, dan remunerasi yang sesuai dengan beban kerja dan tanggungjawab.
Program S2/S3 bagi 100
orang pegawai setiap
tahun
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur,
Kementerian Perdagangan membuka kesempatan yang seluas-luasnya
bagi para pegawai yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang S2/S3. Pada
tahun 2012 sebanyak 112 orang pegawai telah melanjutkan sekolah baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Dari 112 orang pegawai tersebut,
sebanyak 50 pegawai mendapat tugas belajar ke luar negeri seperti di
Australia, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Jerman, Korea,
dan Brunei Darussalam. Sedangkan 62 pegawai lainnya mendapat tugas
belajar linkage (twinning program) di Universitas Indonesia dan Institut
Pertanian Bogor.
Kementerian Perdagangan dalam rangka mendukung pengembangan
SDM juga melaksanakan program pelatihan / kursus bahasa inggris bagi
pegawai Kementerian Perdagangan untuk mencapai skor TOEFL minimal
600.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |73
BAB 4. LANGKAH KEDEPAN
Kebijakan perdagangan Indonesia di tahun 2012 berhasil
mendorong perekonomian Indonesia.
Target kinerja perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam
negeri tercapai dengan baik.
Fokus pembangunan perdagangan ke depan diprioritaskan pada
peningkatan daya saing produk ekspor non migas, peningkatan
jaringan distribusi dan penguatan pasar domestik.
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |74
4.1. Prioritas Pembangunan Perdagangan 2013
Fokus prioritas
pembangunan
perdagangan tahun 2013.
Terkait dengan isu-isu di bidang perdagangan, baik nasional maupun
yang bersifat global serta realita tantangan pembangunan perdagangan
saat ini dan masa mendatang, maka dalam konteks pembangunan
nasional di bidang perekonomian, fokus prioritas pembangunan sektor
perdagangan sesuai yang tercantum RPJM Nasional 2010-2014 diarahkan
pada: 1) Peningkatan daya saing produk ekspor non migas untuk
mendorong peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor serta
peningkatan keberagaman, kualitas dan citra produk ekspor; dan 2)
Peningkatan jaringan distribusi untuk menunjang pengembangan logistik
nasional, penguatan pasar domestik dan efisiensi pasar komoditi, dan
peningkatan efektivitas pengawasan dan iklim usaha perdagangan.
Arah kebijakan dan
kegiatan prioritas
Kementerian
Perdagangan tahun
2013.
Kegiatan lain sektor perdagangan yang dilaksanakan Kementerian
Perdagangan tahun 2013 yang tidak termasuk kegiatan prioritas nasional
maupun prioritas bidang akan menjadi kegiatan prioritas Kementerian
Perdagangan.
Sejalan dengan tema pembangunan dalam RKP 2013, yaitu:
“Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan dan
Perluasan Kesejahteraan Rakyat”, yang diimplementasikan kedalam 4
pilar pembangunan: pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment,
Kementerian Perdagangan telah menetapkan arah kebijakan pada tahun
2013 adalah: “Mendorong Terwujudnya Perdagangan Sebagai Sektor
Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi, serta Penciptaan
Kemakmuran Rakyat.”
Dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
sektor perdagangan, Rencana Kerja Kementerian Perdagangan tahun
2013 akan difokuskan pada penguatan tiga pilar utama, meliputi: (1)
stabilisasi dan penguatan pasar dalam negeri; (2) ekspor dan kerjasama
internasional; dan (3) reformasi birokrasi dan good governance, dengan
semangat hilirisasi, substitusi impor, dan perlindungan konsumen.
4.2. Program dan Indikator Kinerja 2013
No Indikator Sasaran Target 2013
1 Peningkatan Akses Pasar
� Pertumbuhan Ekspor Non migas
� Pangsa 5 (lima) Negara Ekspor Terbesar
� Kontribusi Ekspor diluar 10 produk utama
13,5 % - 14,5 %
43% – 47%
53%-60%
2 Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan
Perdagangan Luar Negeri (total ijin2011: 89 ijin)
� Jumlah ijin UPP (INATRADE)
� Jumlah Online
� Waktu Penyelesaian
Perdagangan Dalam Negeri (total 2011 : 21 ijin)
� Jumlah ijin UPP (INATRADE)
� Jumlah Online
� Waktu Penyelesaian
-
81 ijin
1 hari
-
19 ijin
4 hari
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |75
3 Peningkatan daya saing ekspor
� RCA >1 komoditi HS 6 (1996)
590 – 605
komoditi
4 Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional
� Jumlah hasil perundingan internasional
241
5 Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok
� Koefisien Variasi Harga (KVH)
� Rasio KVH Komoditi tertentu didalam negeri dibanding luar negeri
� Rasio KVH provinsi dan nasional
5-9%
<1
1,5-2,5
6 Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen 65 BPSK
7 Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan yang Efisien (Skor Logistic
Performance Index)
3,26
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |76
BAB 5 PENUTUP
Bayang – bayang krisis Ekonomi Dunia Tidak Kunjung Memudar,
Perekonomian Dunia Kedepan Semakin Menantang, Strategi
Perdagangan menentukan posisi perekonomian Indonesia di Kancah
Dunia
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 |77
Tiga langkah Kementerian
Perdagangan ke depan.
Kementerian Perdagangan ke depan, dalam mengantisipasi perlambatan
perekonomian global akan fokus pada diversifikasi pasar ekspor,
penguatan daya saing produk Indonesia dan penguatan pasar dalam
negeri. Tiga langkah atau jurus ini akan semakin diperkuat dan menjadi
fokus Indonesia dalam mengantisipasi dampak krisis terhadap
perdagangan dunia. Langkah penguatan pasar dalam negeri,
menekankan hal ini juga perlu menjadi prioritas mengingat dengan
populasi 245 juta jiwa Indonesia adalah pasar yang besar dan potensial.
Hal ini telah dan akan terus menjadi kekuatan Indonesia dalam
menghadapi ketidakpastian perekonomian global.
Daya beli masyarakat Indonesiapun akan meningkat seiring dengan
pertumbuhan PDB yang relatif lebih tinggi dalam beberapa tahun
terakhir. Jika Indonesia mampu memanfaatkan pasar dalam negeri, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap terjaga. Langkah
diversifikasi pasar, sejauh ini berbagai kebijakan dan program yang
dikembangkan pemerintah sudah sejalan dengan arah
perkembangan peta perdagangan dunia.
LAMPRAN
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 78
Lampiran I NERACA PERDAGANGAN INDONESIA
PERIODE 2008-2012
No. URAIAN Nilai : Juta US$ JAN-DES Perub. %
Trend %
2008 2009 2010 2011 2012 2011 2012 12/11 08-12
I. - Ekspor 137.020,4 116.510,0 157.779,1 203.496,6 190.031,8 203.496,6 190.031,8 -6,62 12,88
- Migas 29.126,3 19.018,3 28.039,6 41.477,0 36.977,3 41.477,0 36.977,3 -10,85 13,39
- Non Migas 107.894,2 97.491,7 129.739,5 162.019,6 153.054,6 162.019,6 153.054,6 -5,53 12,83
II. - Impor 129.197,3 96.829,2 135.663,3 177.435,6 191.691,0 177.435,6 191.691,0 8,03 14,97
- Migas 30.552,9 18.980,7 27.412,7 40.701,5 42.564,2 40.701,5 42.564,2 4,58 15,33
- Non Migas 98.644,4 77.848,5 108.250,6 136.734,0 149.126,8 136.734,0 149.126,8 9,06 14,91
III. - Total Perdagangan 266.217,7 213.339,3 293.442,4 380.932,2 381.722,8 380.932,2 381.722,8
0,21 13,89
- Migas 59.679,2 37.999,0 55.452,3 82.178,6 79.541,5 82.178,6 79.541,5 -3,21 14,41
- Non Migas 206.538,6 175.340,2 237.990,1 298.753,6 302.181,3 298.753,6 302.181,3 1,15 13,81
IV. - Neraca 7.823,1 19.680,8 22.115,8 26.061,1 -1.659,2 26.061,1 -1.659,2 -106,37 -
- Migas -1.426,6 37,6 626,9 775,5 -5.587,0 775,5 -5.587,0 -820,42 -
- Non Migas 9.249,7 19.643,2 21.488,9 25.285,5 3.927,8 25.285,5 3.927,8 -84,47 -13,59
Sumber : BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan )
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 79
Lampiran II Ekspor 10 komoditi utama
Periode 2008 – 2012
(Nilai : Juta US$)
Sumber : BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan )
Trend (%) Perub. %
2011 2012
1 TPT 10.144,9 9.264,0 11.224,0 13.256,8 12.468,4 13.256,8 12.468,4 8,01 -5,95
2 ELEKTRONIK 8.640,7 8.677,4 10.549,8 10.840,7 10.727,4 10.840,7 10.727,4 6,77 -1,04
3 KARET DAN PRODUK KARET 7.637,3 4.912,8 9.373,3 14.352,2 10.475,2 14.352,2 10.475,2 18,58 -27,01
4 SAWIT 12.375,6 10.367,6 13.469,0 17.261,2 17.602,2 17.261,2 17.602,2 12,91 1,98
5 PRODUK HASIL HUTAN 8.363,9 6.679,4 8.746,8 8.922,8 8.798,3 8.922,8 8.798,3 3,99 -1,40
6 ALAS KAKI 1.885,5 1.736,1 2.501,8 3.301,9 3.524,6 3.301,9 3.524,6 20,85 6,74
7 OTOMOTIF 2.728,5 1.725,0 2.565,2 3.040,0 4.727,1 3.040,0 4.727,1 18,13 55,50
8 UDANG 1.070,9 845,2 939,9 1.161,7 1.206,5 1.161,7 1.206,5 5,72 3,86
9 KAKAO 1.206,7 1.338,5 1.494,4 1.136,0 833,1 1.136,0 833,1 -8,65 -26,66
10 KOPI 991,5 824,0 814,3 1.036,7 1.249,5 1.036,7 1.249,5 7,17 20,53
0 0 0 0 0 0 0SUB TOTAL 55.045,4 46.370,0 61.678,5 74.310,0 71.612,3 74.310,0 71.612,3 10,49 -3,63
LAINNYA 52.848,7 51.121,7 68.061,0 87.709,6 81.442,3 87.709,6 81.442,3 15,08 -7,15
EKSPOR NON MIGAS 107.894,2 97.491,7 129.739,5 162.019,6 153.054,6 162.019,6 153.054,6 12,83 -5,53
2010 2011 2012NO NEGARA 2008 200908-12 12/11
JAN - DES
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 80
Lampiran III EKSPOR 10 KOMODITI POTENSIAL
PERIODE 2008 – 2012
Sumber : BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan )
(Nilai : Juta US$)Trend (%) Perub. %
2011 2012
1 KULITPRODUK KULIT 176,3 121,1 123,8 137,8 133,9 137,8 133,9 -4,11 -2,84
2 PERALATAN MEDIS 171,4 197,5 230,8 225,9 246,2 225,9 246,2 8,96 9,00
3 TANAMAN OBAT 9,4 11,8 18,9 14,0 8,9 14,0 8,9 0,63 -36,08
4 MAKANAN OLAHAN 2.692,4 2.785,4 3.358,3 4.246,1 4.499,3 4.246,1 4.499,3 15,59 5,96
5 MINYAK ATSIRI 147,1 90,6 124,7 161,0 134,2 161,0 134,2 3,98 -16,66
6 IKAN PRODUK PERIKANAN 895,4 864,3 1.075,7 1.277,9 1.544,9 1.277,9 1.544,9 15,97 20,89
7 KERAJINAN 570,6 568,8 614,3 659,6 696,1 659,6 696,1 5,61 5,54
8 PERHIASAN 1.068,8 1.191,8 1.456,5 2.593,5 2.888,5 2.593,5 2.888,5 31,86 11,37
9 REMPAH-REMPAH 292,6 245,4 417,0 459,0 672,1 459,0 672,1 25,72 46,44
10 PERALATAN KANTOR 75,6 68,7 89,9 119,4 111,5 119,4 111,5 14,23 -6,630 0 0 0 0 0 0
SUB TOTAL 6.099,6 6.145,5 7.509,9 9.894,2 10.935,7 9.894,2 10.935,7 17,87 10,53
LAINNYA 101.794,5 91.346,3 122.229,6 152.125,3 142.118,9 152.125,3 142.118,9 12,50 -6,58
EKSPOR NON MIGAS 107.894,2 97.491,7 129.739,5 162.019,6 153.054,6 162.019,6 153.054,6 12,83 -5,53
200908-12 12/11
JAN - DES2010 2011 2012NO NEGARA 2008
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 81
Lampiran IV PERKEMBANGAN EKSPOR NON MIGAS MENURUT NEGARA TUJUAN
PERIODE 2008 – 2012
(Nilai : Juta US$)Trend (%) Perub. % Peran. % Perub. %
2011 2012
1 REP.RAKYAT TIONGKOK 7.787,2 8.920,1 14.080,9 21.595,6 20.864,1 33,05 21.595,6 20.864,1 -3,39 13,33 13,63
2 JEPANG 13.795,3 11.979,0 16.496,5 18.330,1 17.231,2 9,09 18.330,1 17.231,2 -5,99 11,31 11,26
3 AMERIKA SERIKAT 12.531,1 10.470,1 13.326,5 15.684,2 14.590,9 7,34 15.684,2 14.590,9 -6,97 9,68 9,53
4 INDIA 7.060,9 7.351,4 9.851,2 13.279,0 12.446,7 18,83 13.279,0 12.446,7 -6,27 8,20 8,13
5 SINGAPURA 10.104,6 7.947,6 9.553,6 11.113,4 10.550,9 4,31 11.113,4 10.550,9 -5,06 6,86 6,89
6 MALAYSIA 5.984,5 5.636,4 7.753,6 9.200,1 8.471,1 12,58 9.200,1 8.471,1 -7,92 5,68 5,53
7 KOREA SELATAN 4.660,3 5.174,3 6.869,7 7.565,8 6.684,6 11,64 7.565,8 6.684,6 -11,65 4,67 4,37
8 THAILAND 3.214,5 2.598,4 4.054,4 5.242,5 5.490,2 19,39 5.242,5 5.490,2 4,72 3,24 3,59
9 BELANDA 3.881,2 2.902,9 3.682,1 5.076,3 4.586,0 9,34 5.076,3 4.586,0 -9,66 3,13 3,00
10 TAIWAN 2.901,2 2.875,5 3.252,3 4.205,1 4.094,1 11,28 4.205,1 4.094,1 -2,64 2,60 2,67
11 PILIPINA 2.051,4 2.356,8 3.117,0 3.678,4 3.688,0 17,57 3.678,4 3.688,0 0,26 2,27 2,41
12 AUSTRALIA 2.107,5 1.711,6 2.363,4 3.078,5 3.358,5 16,40 3.078,5 3.358,5 9,10 1,90 2,19
13 JERMAN 2.465,2 2.326,2 2.983,3 3.304,2 3.074,9 8,25 3.304,2 3.074,9 -6,94 2,04 2,01
14 HONGKONG 1.808,8 2.111,8 2.501,4 3.215,2 2.633,7 12,43 3.215,2 2.633,7 -18,09 1,98 1,72
15 ITALIA 1.864,3 1.651,1 2.370,0 3.168,3 2.277,0 11,09 3.168,3 2.277,0 -28,13 1,96 1,49
16 VIETNAM 1.672,8 1.453,9 1.945,8 2.272,7 2.256,5 11,02 2.272,7 2.256,5 -0,71 1,40 1,47
17 SPANYOL 1.665,3 1.830,5 2.328,7 2.427,9 2.069,3 7,43 2.427,9 2.069,3 -14,77 1,50 1,35
18 SAUDI ARABIA 1.191,9 956,2 1.167,3 1.430,1 1.773,5 12,72 1.430,1 1.773,5 24,01 0,88 1,16
19 INGGRIS 1.546,9 1.431,5 1.693,2 1.719,7 1.696,8 3,75 1.719,7 1.696,8 -1,34 1,06 1,11
20 REP.AFRIKA SELATAN 623,9 484,5 680,7 1.413,9 1.650,3 35,21 1.413,9 1.650,3 16,72 0,87 1,08
SUB TOTAL 88.918,5 82.169,7 110.071,5 137.001,0 129.488,0 13,46 137.001,0 129.488,0 -5,48 84,56 84,60
LAINNYA 18.975,6 15.322,0 19.668,0 25.018,6 23.566,6 9,68 25.018,6 23.566,6 -5,80 15,44 15,40
EKSPOR NON MIGAS 107.894,2 97.491,7 129.739,5 162.019,6 153.054,6 12,83 162.019,6 153.054,6 -5,53 100,00 100,00
Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan)
201208-12
2008 2009 20102012
2011NO NEGARA201112/11
JAN - DES
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 82
Lampiran V EKSPOR NON MIGAS MENURUT SEKTOR
PERIODE 2008 – 2012
(Nilai : Juta US$)Trend (%) Perub. % Perub. % Peran. %
2011 2012
NON MIGAS 107.894,2 97.491,7 129.739,5 162.019,6 153.054,6 12,83 -5,53 162.019,6 153.054,6 -5,53 100,00
I. PERTANIAN 4.584,6 4.352,8 5.001,9 5.165,8 5.570,7 5,77 7,84 5.165,8 5.570,7 7,84 3,64
II. INDUSTRI 88.393,5 73.435,8 98.015,1 122.188,7 116.135,2 11,13 -4,95 122.188,7 116.135,2 -4,95 75,88
III. PERTAMBANGAN 14.906,2 19.692,3 26.712,6 34.652,0 31.329,9 22,76 -9,59 34.652,0 31.329,9 -9,59 20,47
IV. LAINNYA 9,9 10,8 9,9 13,0 18,7 15,71 43,49 13,0 18,7 43,49 0,01
Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan)
2011 2012JAN - DES
12/11 2012 (Jan-Des)08-12 12/11NO NEGARA 2008 2009 2010
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 83
Lampiran VI PERKEMBANGAN IMPOR NON MIGAS MENURUT NEGARA TUJUAN
PERIODE 2008 – 2012
(Nilai : Juta US$)Trend (%) Perub. % Peran. % Perub. %
2011 2012
1 REP.RAKYAT TIONGKOK 14.947,9 13.491,4 19.688,0 25.456,4 28.963,2 21,63 25.456,4 28.963,2 13,78 18,62 19,42
2 JEPANG 14.864,7 9.810,5 16.910,7 19.321,0 22.721,5 16,49 19.321,0 22.721,5 17,60 14,13 15,24
3 AMERIKA SERIKAT 7.731,5 7.037,6 9.299,4 10.697,0 11.468,9 12,83 10.697,0 11.468,9 7,22 7,82 7,69
4 THAILAND 6.269,9 4.570,8 7.420,6 10.248,3 11.297,5 21,96 10.248,3 11.297,5 10,24 7,50 7,58
5 SINGAPURA 11.095,6 9.236,6 10.053,3 10.548,4 10.637,8 0,49 10.548,4 10.637,8 0,85 7,71 7,13
6 KOREA SELATAN 4.792,4 3.807,8 5.593,0 7.440,9 8.301,5 19,35 7.440,9 8.301,5 11,57 5,44 5,57
7 MALAYSIA 3.931,2 3.184,2 4.521,8 5.745,4 6.321,1 16,65 5.745,4 6.321,1 10,02 4,20 4,24
8 AUSTRALIA 3.980,5 3.374,1 4.092,9 5.173,6 5.078,5 9,58 5.173,6 5.078,5 -1,84 3,78 3,41
9 TAIWAN 2.713,9 2.008,3 2.956,4 3.854,3 4.206,5 16,51 3.854,3 4.206,5 9,14 2,82 2,82
10 JERMAN 3.058,8 2.362,0 2.986,1 3.381,1 4.178,2 10,32 3.381,1 4.178,2 23,57 2,47 2,80
11 INDIA 2.510,3 2.084,9 2.696,0 3.979,2 4.016,5 17,19 3.979,2 4.016,5 0,94 2,91 2,69
12 VIETNAM 567,9 478,2 1.108,3 2.311,7 2.570,2 58,34 2.311,7 2.570,2 11,18 1,69 1,72
13 BRASILIA 1.375,4 1.086,9 1.717,5 1.898,0 1.970,9 13,62 1.898,0 1.970,9 3,84 1,39 1,32
14 HONGKONG 2.365,1 1.697,2 1.856,9 2.463,1 1.929,4 -0,35 2.463,1 1.929,4 -21,67 1,80 1,29
15 PERANCIS 1.678,2 1.622,8 1.317,8 1.970,5 1.895,1 4,47 1.970,5 1.895,1 -3,83 1,44 1,27
16 KANADA 1.871,4 924,2 1.108,4 2.015,7 1.810,3 7,39 2.015,7 1.810,3 -10,19 1,47 1,21
17 FEDERASI RUSIA 1.240,4 438,0 904,9 1.285,8 1.777,3 19,68 1.285,8 1.777,3 38,22 0,94 1,19
18 ARGENTINA 613,8 653,5 941,2 1.579,1 1.750,2 34,69 1.579,1 1.750,2 10,83 1,15 1,17
19 ITALIA 999,0 725,8 909,1 1.218,0 1.522,1 14,57 1.218,0 1.522,1 24,97 0,89 1,02
20 INGGRIS 1.066,7 844,0 937,0 1.173,4 1.365,8 8,59 1.173,4 1.365,8 16,40 0,86 0,92
SUB TOTAL 87.674,7 69.438,8 97.019,4 121.760,9 133.782,2 15,11 121.760,9 133.782,2 9,87 89,05 89,71
LAINNYA 10.969,7 8.409,7 11.231,2 14.973,1 15.344,6 13,29 14.973,1 15.344,6 2,48 10,95 10,29
IMPOR NON MIGAS 98.644,4 77.848,5 108.250,6 136.734,0 149.126,8 14,91 136.734,0 149.126,8 9,06 100,00 100,00
Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan)
201208-12
2008 2009 20102012
2011NO NEGARA201112/11
JAN - DES
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 84
Lampiran VII IMPOR MENURUT GOLONGAN BARANG EKONOMI
PERIODE 2008 – 2012
(Nilai : Juta US$)Trend (%) Perub. % Perub. % Peran. %
2011 2012
TOTAL IMPOR 129.197,3 96.829,2 135.663,3 177.435,6 191.691,0 14,97 8,03 177.435,6 191.691,0 8,03 100,00
I. BARANG KONSUMSI 8.303,7 6.752,6 9.991,6 13.392,9 13.408,6 17,86 0,12 13.392,9 13.408,6 0,12 6,99
II. PENOLONG 99.492,7 69.638,1 98.755,1 130.934,3 140.127,6 14,07 7,02 130.934,3 140.127,6 7,02 73,10
III. BARANG MODAL 21.400,9 20.438,5 26.916,6 33.108,4 38.154,8 17,81 15,24 33.108,4 38.154,8 15,24 19,90
Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan)
2012JAN - DES
12/11 2012 (Jan-Des)08-12 12/11NO URAIAN 2008 2009 2010 2011
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 85
Lampiran VIII PASAR TUGAS PEMBANTUAN
KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2011
NO PROV/KAB/KOTA NO. NAMA PASAR
I Prov. ACEH
1 Kota Banda Aceh 1 Pasar Atjeh Phase II
2 Kab. Aceh Tenggara 2 Pasar Pajak Pagi
3
Pasar Lawe Deski, Desa Lawe Deski, Kec. Babul Makmur
3 Kab. Aceh Besar 4 Pasar Lambaro Tahap II
5 Pasar Lampakuk
6 Pasar Indrapuri Kec. Indrapuri
7 Pasar Sibreh, Desa Reuhat Tuha, Kec. Sukamakmur
4 Kab. Aceh Tengah 8 Pasar Bale Atu Takengon
9
Pasar Paya Ilang, Kec. Bebesan
5 Kab. Aceh Utara 10 Pasar Terpadu Lhoksukan
II Prov. SUMATERA UTARA
6 Kab. Humbang Hasundutan 11 Pasar Doloksanggul
7 Kab. Asahan 12 Pasar Bhakti Kisaran, Asahan
8 Kab. Deli Serdang 13 Pasar Bakaran Batu Kec.Lubuk Pakam
9 Kota Gunung Sitoli 14 Pasar Soliga Gunungsitoli Kec. Ilir Kec. Gunungsitoli
15 Pasar Ikan Desa Olora, Kec. Gunung Sitoli Utara
16
Pasar Kecamatan Gunungsitoli Alo'oa Desa Nazalou Alo'oa Kec. Gunungsitoli Alo'oa
10 Kota Binjai 17 Pasar Tavip
11 Kota Medan 18 Pasar Kapuas, Kel. Belawan II, Kec. Medan Belawan
12 Kab. Karo 19 Pasar Tigabinanga, Kec. Tigabinanga
20 Pasar Tiganderket, Kec. Tiganderket
21 Pasar Kutabuluh, Kec. Kutabuluh
III Prov. RIAU
13 Kab. Kepulauan Meranti 22
Pasar Selat Panjang Kec. Tebing Tinggi (Percontohan)
IV Prov. KEPULAUAN RIAU
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 86
NO PROV/KAB/KOTA NO. NAMA PASAR
14 Kab. Bintan 23 Pasar Kawal
24 Pasar Berdikari Kijang
25 Pasar Tani Desa Tuapaya
V Prov. BANGKA BELITUNG
15 Kab. Belitung Timur 26 Pasar Laskar Pelangi Kec. Gantung (Percontohan)
VI Prov. SUMSEL
16 Kab. Empat Lawang 27 Pasar Padang Tepong Kec. Ulu Musi
VII Prov. BENGKULU
17 Kota Bengkulu 28 Pasar Kota Bengkulu (Percontohan)
18 Kab. Rejang Lebong 29 Pasar Desa Kampung Melayu, Kec. Bermani Ulu
30 Pasar Desa Curup, Kel. Jalan Baru, Kec. Curup
VIII Prov. LAMPUNG
19 Kab. Lampung Utara 31 Pasar Semuli Jaya Kec. Abung Semuli
32 Pasar Sinar Harapan Kec. Sungkai Barat
33 Pasar Kota Negara Kec. Sungkai Utara
34 Pasar Tanjung Raja Kec. Tanjung Raja
35 Pasar Simpang Propa Kec. Abung Selatan
20 Kab. Lampung Selatan 36 Pasar Bumi Daya Kec. Palas
37 Pasar Sukatani, Desa Sukatani, Kec. Kalianda
38
Pasar Sumber Agung, Desa Sumber Agung Kec. Way Sulan
39 Pasar Kertosari, Desa Kertosari, Kec. Tanjungsari
40 Pasar Sripendowo. Desa Sripendowo, Kec. Ketapang
41 Pasar Bandar Rejo, Desa Bandarejo Kec. Natar
21 Kab. Tanggamus 42 Pasar Wonosobo Kec. Wonosobo
43 Pasar Pangkul Kec. Wonosobo
44 Pasar Sri Kuncoro Kec. Semaka
45 Pasar Air Naningan Kec. Air Naningan
22 Kab. Pesawaran 46 Pasar Padang Cermin, Kec. Padang Cermin
47 Pasar Trimulyo, Desa Trimulyo, Kec. Tegineneng
48 Pasar Pasar Baru, Kec. Kedondong
IX Prov. JAWA BARAT
23 Kab. Cirebon 49 Pasar Pasalaran Plered Cirebon (Percontohan)
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 87
NO PROV/KAB/KOTA NO. NAMA PASAR
24 Kab. Indramayu 50
Pasar Karangampel Kec. Karangampel (Percontohan)
25 Kab. Kuningan 51 Pasar Cibingin Kec. Cibingin
52 Pasar Ciwaru Kec. Ciwaru
53 Pasar Cilebak Kec. Cilebak
26 Kota Depok 54 Pasar Cisalak, Kel. Cisalak Pasar, Kec. Cimanggis
27 Kab. Bogor 55 Pasar Cikereteg, Desa Cidereum, Kec. Caringin
X Prov. BANTEN
28 Kab. Serang 56 Pasar Petir Kec. Petir (Percontohan)
57 Pasar Sukajaya Kec. Carenang
29 Kota Cilegon 58 Pasar Baru Cilegon ( Kranggot ) Kec. Jombang
XI Prov. JAWA TENGAH
30 Kab. Kebumen 59 Pasar Jatisari Kec. Kebumen
60 Pasar Prembun Kec. Prembun (Percontohan)
61 Pasar Karanganyar Kec. Karanganyar
31 Kab. Boyolali 62 Pasar Cepogo Kec. Cepogo (Percontohan)
32 Kab. Kendal 63 Pasar Boja Kec. Boja (Percontohan)
33 Prov. Jawa Tengah 64 Pasar Bulu Kota Semarang
34 Kab. Semarang 65 Pasar Getasan Kec. Getasan
66 Pasar Bedono Kec. Jambu
35 Kota Surakarta 67 Pasar Turisari Kec. Banjarsari (Percontohan)
36 Kab. Sukoharjo 68 Pasar Bekonang Kec. Mojolaban (Percontohan)
XII Prov. D.I. YOGYAKARTA
37 Kab. Kulonprogo 69
Pasar Sentolo Desa Salamrejo Kec. Sentolo (Percontohan)
XIII Prov. JAWA TIMUR
38 Kota Blitar 70
Pasar Pon, Kepanjenlor Kec. Kepanjen Kidul (Percontohan)
39 Kab. Lamongan 71 Pasar produk peternakan Sukomulyo Kec. Lamongan
40 Kab. Bondowoso 72 Pasar Tamanan, Kec. Tamanan
XIV Prov. KALBAR
41 Kab. Pontianak 73 Pasar Mempawah (Percontohan)
XV Prov. KALTENG
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 88
NO PROV/KAB/KOTA NO. NAMA PASAR
42 Kab. Kapuas 74 Pasar "Blok R" Kuala Kapuas
XVI Prov. KALSEL
43 Kab. Barito Kuala 75
Pasar Baru Marabahan Kec. Marabahan (Percontohan)
44 Kab. Banjar 76 Pasar Martapura Kec. Martapura Kota
XVII Prov. GORONTALO
45 Kab. Pohuwato 77 Pasar Popayato
78 Pasar Dengilo
46 Kab. Gorontalo 79 Pasar Kayubulan, Kec. Limboto
80 Pasar Telaga, Kec. Telaga
XVIII PROV. SULUT
47 Kab. Bolmongtim 81 Pasar Modayag, Kec. Modayag
48 Kab. Bolmongsel 82 Pasar Soguo, Desa Soguo, Kec. Bolaang Uki
49 Kab. Minahasa Selatan 83 Pasar Tumpaan, Desa Tumpaan, Kec. Tumpaan
50 Kab. Minahasa Utara 84 Pasar Dimembe, Desa Dimembe, Kec. Dimembe
51 Kab. Kep. Sangihe 85 Pasar Towo'e, Kel. Sawang Bendar, Kec. Tahuna
52 Kab. Kep. Talaud 86 Pasar Melonguane, Kec. Melonguane
53 Kab. Sitaro 87 Pasar Ulu Siau Kec. Siau Timur
88 Pasar Balehumara Kec. Tagulandang
54 Kota Bitung 89 Pasar Winenet, Kelurahan Winenet, Kota Bitung
90 Pasar Papusungan, Kec. Lembeh Selatan
91 Pasar Tandurusa, Kec. Aertembaga
92 Pasar Pintukota, Kec. Lembeh Utara
XIX Prov. SULTENG
55 Kab. Tolitoli 93 Pasar Soni Kec. Dampal Selatan
XX Prov. SULSEL
56 Prov. Sulawesi Selatan 94
Pusat Pameran Produk Dalam Negeri (Kawasan Maccini Sombala, Kec. Talamatih)
95 Pasar di Kota Parepare
57 Kab. Bantaeng 96
Pasar Marina Beach, Desa Baruga, Kec. Pa'jukukang (lanjutan Tahun 2011)
58 Kab. Luwu 97 Pasar Belopa
59 Kab. Siddenreng Rappang 98 Pasar Amparita Tahap II
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 89
NO PROV/KAB/KOTA NO. NAMA PASAR
99 Pasar Rappang
100 Pasar Empagae
60 Kab. Enrekang 101 Pasar Cakke Kel. Lakawan Kec. Anggeraja
102 Pasar Moroangin
103 Pasar Curio
104 Pasar Malua
61 Kab. Pinrang
105
Pasar Sentral Pinrang Kec. Watang Sawitto
62 Kota Parepare 106 Pasar Kuliner Kec. Ujung
107 Pasar UKM-PKL Kec. Ujung
63 Kab. Sinjai 108 Pasar Samaenre, Kec. Sinjai Selatan
109 Pasar Matajang. Kec. Bulupoddo
64 Kab. Wajo 110 Pasar Solo Kec. Bola
111 Pasar Kampiri Kec. Pammana
112 Pasar Kaluku Kec. Pirumpanua
113 Pasar Lajokka, Kec. Tanasitolo
65 Kab. Bone 114 Pasar Kadai Kec. Mare
115 Pasar Pattiro Kec. Dua Bocoe
116 Pasar Awang Tangka Kec. Kajuara
117 Pasar Taccipi Kec. Ulaweng
66 Kab. Barru 118 Pasar Takalasi Kec. Balusu (Percontohan)
67 Kab. Pangkajene Kepln 119 Pasar Mandalik
68 Kab. Gowa 120 Pasar Bu'rung - Bu'rung Kec. Pattalasang
121 Pasar Bontoramba Kec. Bontonompo Selatan
122 Pasar Sapaya Kec. Bungaya
69 Kab. Luwu Utara 123 Pasar Bone-Bone Kec. Bone-Bone
124 Pasar Sabbang, Kec. Sabbang
70 Kota Palopo 125 Pasar Wara, Kec. Wara Selatan
126 Pasar Telluwanua, Kec. Telluwanua
71 Kab Maros 127 Pasar Camba Tobonggae, Kec Camba
72 Kab. Jeneponto 128 Pasar Turatea, Kel. Empoang, Kec. Binamu
73 Kab. Takalar 129 Pasar Sentral, Kel. Kalabbirang, Kec. Pattallassang
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 90
NO PROV/KAB/KOTA NO. NAMA PASAR
XXI Prov. SULAWESI BARAT
74 Kab. Mamasa 130 Pasar Mamasa (Percontohan)
75 Kab. Majene 131 Pasar Sentral Tahap II (Percontohan)
132 Pasar Pallang- Pallang, Kec. Sendana
133 Pasar Tammeroddo Kec. Tammerodo Sendana
134 Pasar Salutambung, Kec. Ulumanda
135 Pasar Deking, Kec. Malunda
136 Pasar Tubo, Kec. Tubo Sendana
137 Pasar Sirindu, Kec. Pamboang
76 Kab. Polewali Mandar 138 Pasar Campalagian, Desa Bonde Kec. Campalagian
139 Pasar Tinambung, Kec. Tinambung
77 Kab. Mamuju 140 Pasar Tasiu, Desa Tasiu, Kec. Kalukku
141 Pasar Topore, Desa Topore, Kec. Papalang
XXII PROV. SULTRA
78 Kab. Konawe Selatan 142
Pasar Ranomeeto, Desa Kota Bangun Kec. Ranomeeto
XXIII Prov. MALUKU
79 Prov. Maluku 143 Pasar Tiakur Kota Tiakur
144
Gudang I dan II di Maluku Tenggara Barat (Saumlaki)
80 Kab. Maluku Tengah 145 Pasar Layeni, Kec. TNS
146 Pasar Hitu, Kec. Lihitu
147 Pasar Binaya, Kec Kota Masohi
XXIV Prov. MALUKU UTARA
81 Prov. Maluku Utara 148 Pasar Galala, Kota Tidore Kepulauan
XXV Prov. BALI
82 Kab. Gianyar 149 Pasar Yadnya Desa Blahbatuh
XXVI Prov. NTB
83 Kota Mataram 150 Pasar Mandalika Kec. Sandubaya (Percontohan)
84 Kab. Lombok Tengah 151 Pasar Kuta, Kec. Pujut
XXVII Prov. NTT
85 Kab. Sabu Raijua 152 Pasar Sabu Raijua (Percontohan)
86 Kab. Flores Timur 153 Pasar Lamawalang, Kec. Larantuka
154 Pasar Boru, Kec. Wulang Gitang
Laporan Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2012 | 91
NO PROV/KAB/KOTA NO. NAMA PASAR
87 Kab. Manggarai Barat 155 Pasar Wenakeng
XXVIII Prov. PAPUA
88 Kab. Waropen 156 Pasar Uri Distrik Waropen Bawah
89 Kab. Jayapura 157 Pasar Distrik Yapsi, Kampung Bumi Sahaja
90 Kab. Jayawijaya 158 Pasar Wouma Kec. Wamena
Prov. PAPUA BARAT
91 Kab. Manokwari 159 Pasar Wosi, Kel Wosi, Kec Manokwari Barat
TOTAL 159 UNIT
Keterangan :
Jumlah pasar yang dibangun sebanyak 137 pasar non percontohan, 20 pasar percontohan, 1 unit gudang, 1 unit Pusat Pameran Produk Dalam Negeri.