Laporan Kinerja Tahun 2012

59

Transcript of Laporan Kinerja Tahun 2012

LAKIP BPN RI 2012 i

PENGANTAR

Segala puja, puji, dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena atas berkah dan rahmat-Nya pula maka Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

(BPN-RI) Tahun 2012 ini dapat dirampungkan pada waktunya.

LAKIP BPN-RI Tahun 2012 merupakan dokumen pertanggung-jawaban terhadap

pelaksanaan tugas dan fungsi instansi BPN-RI kurun waktu tahun 2012,

sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) BPN-RI 2010-2014 dan

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) BPN-RI 2012. Oleh karenanya, melalui

penyusunan laporan ini dapat ditelaah berbagai target dan realisasi atas segala

hal yang dicanangkan dan yang telah dicapai melalui implementasi Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) beserta upaya perbaikan dan

peningkatan kinerja jajaran BPN-RI pada tahun-tahun berikutnya, baik di

lingkungan Kantor Pusat maupun semua Kantor Wilayah Provinsi dan Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota.

Sebagai cerminan kinerja jajaran BPN-RI Tahun 2012, LAKIP BPN-RI Tahun 2012

ini merangkum semua capaian atas program dan kegiatan seluruh Satuan Kerja

(Satker) secara nasional dari Pusat, Wilayah, dan Daerah. Dari padanya, akan

dapat dinilai pencapaian atas target selama satu tahun yang sekaligus menjadi

gambaran tentang tahapan dalam pengejawantahan terhadap misi, kebijakan,

dan program serta kegiatan BPN-RI dalam upaya menjadikan tanah dan

pertanahan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia.

Besar harapan, kiranya dengan LAKIP BPN-RI Tahun 2012 ini akan menjadi

bahan bagi penilaian kinerja tahun bersangkutan yang menjadi pula titik-tolak

dalam perbaikan mutu perencanaan dan pelaksanaan atas program dan kegiatan

di tahun-tahun mendatang, demi pencapaian misi BPN-RI. Salam Perubahan!

Jakarta, 14 Maret 2013

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

HENDARMAN SUPANDJI

LAKIP BPN RI 2012 ii

Ringkasan Eksekutif

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) merupakan lembaga pemerintah yang mengelola urusan pemerintahan di bidang pertanahan, hingga saat ini telah menjalankan penataan dalam berbagai hal, baik kelembagaan, kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan nyata. Disadari sudah ada sejumlah kemajuan dan capaian-capaian penting dalam lima tahun terakhir, sehingga hal ini perlu dilanjutkan dan dikembangkan. Namun, mesti diakui masih banyak yang perlu ditata dan disempurnakan untuk kebaikan di masa depan sejalan dengan semangat Reformasi Birokrasi yang kini digalakkan.

Di sis lain, kompleksitas tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara RI di bidang pertanahan dan keagrariaan, maka diperlukan penataan kelembagaan secara lebih kuat, mendasar, strategis dan menyeluruh. Penataan yang bersifat penyegaran dan pemantapan kelembagaan ini mestilah diorientasikan untuk meningkatkan kapasitas lembaga pertanahan sejalan dengan tuntutan peningkatan kompetensi dan kapbilitas personel BPN RI agar mampu menuntaskan masalah-masalah di masa lampau, menangani masalah yang aktual sedang berlangsung, serta mengurangi timbulnya masalah di masa mendatang, sekaligus mengantisipasi perkembangan di masa depan terkait berbagai aspek di bidang pertanahan.

Dengan telah diterbitkannya RPJM Nasional Tahun 2010–2014 sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, serta Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012, saat ini Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia diberi mandat untuk melaksanakan beberapa kegiatan prioritas nasional dalam rangka mewujudkan prioritas nasional yang menjadi visi dan misi Kabinet Indonesia Bersatu II. Hal ini sebagaimana diuraikan di dalam Buku I RPJM Nasional Tahun 2010–2014, di samping kegiatan-kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan pendukung prioritas nasional dan kegiatan dasar sebagai pelaksanaan tugas dan fungsi BPN RI dalam penyelenggaraan pembangunan.

Sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan misi organisasi sepanjang tahun 2012 dalam penanganan tugas pemerintah di bidang pertanahan, disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2012. Dalam pengelolaan pertanahan, BPN RI juga secara terus-menerus melakukan penataan pelaksanaan tugas pemerintah di bidang pertanahan dan berkomitmen untuk membangun sistem yang baik bagi pelayanan publik. Hal itu dilaksanakan dengan pendekatan secara sistematik terhadap sistem pelayanan publik yang baik dengan memperhatikan faktor internal di lingkungan BPN RI dan eksternal di luar jajaran BPN RI.

LAKIP BPN RI 2012 iii

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional RI, pada tahun 2012 dialokasikan anggaran yang didistribusikan pada lima program: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara, Program Pengelolaan Pertanahan, serta Program Pendidikan Tinggi dengan jumlah total dana sebesar Rp3.881.135.536.000,- Realisasi yang telah dicapai sampai dengan 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp2.986.260.428.000,- atau 76,76%.

Rincian realisasi anggaran Badan Pertanahan Nasional RI tahun 2012 tersebut menghasilkan capaian-capaian kegiatan prioritas yang terdiri antara lain:

a. Terpenuhinya infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral di seluruh Indonesia berupa Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi di seluruh Indonesia masing-masing seluas 3.160.000 Ha (100%), 15.237.394 Ha (100%), dan 2.378.193 Ha (87,77%);

b. Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah melalui kegiatan Legalisasi Aset Tanah yang terealisasi sebanyak 844.517 bidang (92,95%);

c. Terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) secara optimal dan berkeadilan melalui peningkatan persentase jumlah wilayah/bidang/ luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta Redistribusi Tanah dalam rangka tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan seluas 122.519 bidang (81,89%);

d. Terciptanya pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) secara berkeadilan melalui penerbitan Surat Keputusan Penetapan Tanah Terlantar yang ditetapkan sebanyak 22 SK, jumlah tanah yang dapat didayagunakan bagi masyarakat, program strategis dan pemerintah sebanyak 31 Paket dan bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat sebanyak 100 SK;

e. Berkurangnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia melalui peningkatan jumlah sengketa, konflik dan perkara, yang telah dapat diselesaikan masing-masing sebanyak 168 Kasus, 237 Kasus, dan 117 Kasus.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang disusun oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) Tahun 2012 ini merupakan pertangung-jawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang diemban BPN RI dalam kurun waktu satu tahun, yani di tahun 2012 ini.

-oOo-

LAKIP BPN RI 2012 iv

Daftar Isi PENGANTAR ...........…………………………………..............……..............…….. i

RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………….......................…........………. ii

DAFTAR ISI …………………………......……….....….……...........……................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..……………...……..…….……….….…..…....….. 1 B. Tugas dan Fungsi …………...………………….…………………..…. 2 C. Peran Strategis Sektor Pertanahan Dalam Pembangunan…. 4

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA

A. Rencana Strategis BPN RI 2010-2014 …….……………..... 8 B. Penetapan Kinerja 2012 .…………………...………………. .….. 13

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Kinerja …………...……..…………………...…… ……. 15 B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja ………...…………...... 17 C. Akuntabilitas Keuangan ……………………………………………….. 36

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………………………… 40

LAMPIRAN - LAMPIRAN

LAKIP BPN-RI 2012 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanah dan pertanahan merupakan unsur vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena menjadi sumber-sumber keadilan dan kemakmuran masyarakat. Hubungan bangsa Indonesia dengan tanah mencirikan hubungan yang bersifat abadi, sebagaimana ungkapan “Sadumuk bathuk, sanyari bumi; yen perlu ditohi pati”. Seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kesatuan tanah-air dari keseluruhan Bangsa Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, dari Talaud sampe Rote. Tanah menjadi perekat Negara Kesatuan; oleh karena itu, tanah perlu dikelola dan diatur serta ditata secara nasional, regional dan sektoral untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara yang didukung keberhasilan tanah mewujudkan kesejahteraan masyarakat, keadilan sosial, dan pemerataan hasil pembangunan. Dalam kerangka ini, amanat konstitusi menegaskan agar politik dan kebijakan pertanahan diarahkan untuk mewujudkan tanah untuk “sebesar-besar kemakmuran rakyat” menjadi tuntutan utama instansi Badan Pertanahan Nasional R.I.

Hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2012 yang bersumber dari kebijakan dan program pertanahan, maka wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan misi organisasi BPN-RI dalam mencapai tujuan dan sasaran tahun 2012 bagi pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang pertanahan dan umpan balik peningkatan kinerja tahun 2013, maka disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPN-RI Tahun 2012 dengan berpedoman pada Rencana Strategis (Renstra) Badan Pertanahan Nasional R.I. Tahun 2010-2014 dan Rencana Kinerja Tahunan 2012.

LAKIP BPN-RI Tahun 2012 ini merupakan pelaksanaan Instruksi

Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah yang teknis penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dengan tersusunnya LAKIP ini,

diharapkan sasaran Sistem Akuntabilitas Kinerja Badan Pertanahan

Nasional R.I. dapat tercapai, yaitu terwujudnya instansi yang akuntabel

serta melaksanakan tugas dan fungsi secara efisien, efektif, responsif, dan

transparan serta partisipatif.

LAKIP BPN-RI 2012 2

B. TUGAS DAN FUNGSI

1. Tugas

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional R.I. yang diperbaharui dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2012; Kedudukan, Tugas dan Fungsi BPN-RI adalah sebagai berikut: a. Badan Pertanahan Nasional R.I. adalah Lembaga Pemerintah Non

Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden; dan

b. Badan Pertanahan Nasional R.I. mengemban amanat melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 juncto Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012, Badan Pertanahan Nasional R.I. melaksanakan fungsi: a. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan; b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan; c. koordinasi kebijakan, perencanaan, dan program bidang pertanahan; d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan; e. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan

di bidang pertanahan; f. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian

hukum; g. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah; h. pelaksanaan penatagunaan tanah, reforma agraria dan penataan

wilayah-wilayah khusus; i. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik

negara/daerah bekerjasama dengan Departemen Keuangan; j. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah; k. kerjasama dengan lembaga-lembaga lain; l. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan

program di bidang pertanahan; m. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan; n. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di

bidang pertanahan; o. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan; p. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; q. pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di

bidang pertanahan; r. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;

LAKIP BPN-RI 2012 3

s. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan;

t. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

u. fungsi di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun struktur Badan Pertanahan Nasional terdiri dari: a. Kepala; b. Sekretariat Utama; c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan; d. Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah; e. Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan; f. Deputi Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan

Masyarakat; g. Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik

Pertanahan; h. Inspektorat Utama.

STRUKTUR ORGANISASI BPN-RI

LAKIP BPN-RI 2012 4

C. Peran Strategis Sektor Pertanahan Dalam Pembangunan

Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa memiliki nilai yang

tinggi dilihat dari kacamata apapun, termasuk kacamata sosiologi,

antropologi, politik, militer dan ekonomi. Selain itu, tanah merupakan

sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi

kebutuhan, baik yang langsung untuk kehidupannya seperti untuk

bercocok tanam atau tempat tinggal, maupun untuk melaksanakan usaha,

seperti untuk tempat perdagangan, industri, pertanian, perkebunan,

pendidikan, dan pembangunan sarana dan prasarana lainnya. Kondisi

sumber daya alam yang sangat terbatas harus dapat mengimbangi tingkat

pertumbuhan kelahiran manusia yang sedemikian pesat karena seluruh

sumber daya alam khususnya tanah bersifat unrenewable (tidak dapat

diperbaharui). Begitu bernilainya tanah sehingga manusia yang

merupakan makhluk sosial akan mempertahankan tanahnya dengan cara

apapun.

Demikian pentingnya tanah bagi kehidupan rakyat dan bangsa

Indonesia sehingga diatur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 sebagai

landasan konstitusi Negara RI. Pasal ini secara prinsip memberi landasan

hukum bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

bagi kemakmuran rakyat. Lebih lanjut tanah diatur dalam Undang-

Undang Pokok Agraria. Pasal 2 Ayat (1) UUPA menyatakan bahwa “Bumi,

air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam di dalamnya pada tingkat

yang tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh

rakyat”. Berdasarkan aturan tersebut Negara berwenang untuk mengatur

tentang hak-hak atas tanah dan melayani rakyat di bidang pertanahan.

Kewenangan di bidang pertanahan tersebut dijalankan oleh Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI) yang mempunyai

kantor pusat di Jakarta, kantor wilayah di setiap provinsi dan kantor-

kantor pertanahan di setiap kabupaten/kota.

Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi bangsa Indonesia

adalah ketidakadilan sosial. Persoalan ini mewujud dalam bentuk:

tingginya tingkat kemiskinan, tingginya tingkat pengangguran, tingginya

konsentrasi aset agraria pada sebagian kecil masyarakat, tingginya

sengketa dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia, rentannya

ketahanan pangan dan ketahanan energi rumah tangga dari sebagian

besar masyarakat kita, semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup,

LAKIP BPN-RI 2012 5

dan lemahnya akses sebagian terbesar masyarakat terhadap hak-hak

dasar rakyat termasuk terhadap sumber-sumber ekonomi keluarga.

Oleh karena itu, diperlukan Reforma Agraria untuk mengatasi

persoalan mendasar tersebut di atas, sekaligus merupakan implementasi

dari mandat Ketetapan MPR-RI Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan

Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, dan Keputusan MPR-RI

Nomor 5/MPR/2003 yang menekankan perlunya penataan struktur

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang lebih

adil, terselesaikannya sengketa pertanahan dan berkembangnya akses

masyarakat terhadap tanah.

Tujuan kebijakan pertanahan nasional yang meliputi kemakmuran,

keadilan, kesejahteraan sosial dan keberlanjutan berbangsa dan

bernegara merupakan penjabaran dari konstitusi yang mengamanatkan

bahwa “bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat” perlu segera diwujudkan, mengingat: Pertama,

sebagai upaya mencegah timbulnya konflik, sengketa, dan perkara

pertanahan yang baru. Secara umum, persoalan pertanahan merupakan

bagian dari permasalahan, konflik, sengketa dan perkara pengelolaan

sumberdaya agraria pada umumnya, dan tanah pada khususnya.

Persoalan konflik sengketa dan perkara pertanahan menunjukkan

karakteristik yang hampir identik di semua wilayah Indonesia. Oleh

karena itu, dengan kebijakan pertanahan nasional yang komprehensif,

holistik, terintegrasi dan lintas sektor, maka munculnya konflik, sengketa

dan perkara pertanahan dapat dikurangi dan konflik, sengketa dan

perkara pertanahan yang sudah terjadi dapat ditemukan alternatif

solusinya untuk penanganan secara tuntas.

Kedua, kebijakan pertanahan nasional harus menjadi bagian utama

dalam rangka penguat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Pengelolaan pertanahan bukan merupakan sesuatu yang

sederhana, tetapi merupakan keseluruhan proses yang berhubungan

dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, yang

melibatkan banyak pihak yang berkepentingan terhadap tanah, baik

perorangan, badan hukum, masyarakat hukum adat maupun pemerintah.

Dengan demikian, administrasi pertanahan menjadi hal yang sangat

penting dan mendesak untuk segera diselesaikan, ketika secara faktual

LAKIP BPN-RI 2012 6

masih terdapat berbagai konflik dan sengketa berhubungan dengan

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).

Ketiga, kebijakan pertanahan nasional akan memberikan kontribusi

pada pengentasan kemiskinan, peningkatan keadilan dan kesejahteraan

masyarakat. Hal ini penting untuk dikedepankan karena makna filosofi

dari tanah dan sumberdaya agraria bukan hanya untuk memberikan

kesejahteraan bagi negara dan pemodal melainkan harus dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Keempat, dinamika kelembagaan pertanahan yang terjadi selama ini

menunjukkan bahwa sejatinya kelembagaan pertanahan belum

menempati posisi yang tepat. Regulasi yang mengatur kelembagaan

pertanahan selama ini belum berada pada level undang-undang, sehingga

tugas pokok dan fungsi yang diembannya belum mampu mengikat tugas

pokok dan fungsi kementerian/lembaga lain. Penguatan kelembagaan

pertanahan yang sejalan dengan sifat persoalan pertanahan yang

multidisiplin, multisektor dan multi-stakeholder perlu dilakukan melalui

regulasi pada level undang-undang.

Kelima, substansi pengelolaan pertanahan melingkupi tiga unsur

utama yang meliputi registrasi, valuasi, dan perencanaan. Ketiga urusan

ini mestinya mendapatkan porsi yang sama, mengingat ketiganya bekerja

secara simultan dan saling mempengaruhi. Penguatan ketiga unsur ini

merupakan hal yang mendesak untuk segera dilakukan.

Reforma Agraria secara operasional didefinisikan sebagai Asset

Reform dan Access Reform. Asset reform melalui Land Reform (asset

reform) merupakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, pengguna-

an dan pemanfaatan tanah berdasarkan hukum dan peraturan perundang-

perundangan pertanahan; sedangkan access reform merupakan proses

penyediaan akses bagi penerima manfaat (beneficiaries) terhadap sumber-

sumber ekonomi dan politik, seperti: partisipasi ekonomi-politik,

permodalan, pemasaran, teknologi, pendampingan, peningkatan kapasitas

dan kemampuan, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan

sumber daya tanahnya sebagai sumber penghidupan.

BPN-RI juga tengah giat melakukan penertiban dan pendayagunaan

tanah terlantar. Hasil dari penertiban tanah terlantar ini akan

diredistribusikan kepada petani-petani miskin dan rakyat yang tidak

mempunyai tanah demi pemberdayaan mereka. Kemudian, melalui

LAKIP BPN-RI 2012 7

program pendaftaran hak atas tanah, maka akan diperoleh kepastian akan

hak atas tanah dan juga mencegah terjadinya sengketa. Sengketa, perkara

dan konflik pertanahan merupakan masalah yang kompleks dan laten

yang harus diselesaikan. Sengketa pertanahan yang berlarut-larut sudah

pasti akan merugikan semua pihak. Tanah akan menjadi tidak dapat

dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam rangka percepatan

penyelesaian masalah-masalah pertanahan dan kasus-kasus yang strategis

serta mencuat, Kepala BPN-RI telah membentuk Tim 11 (sebelas) dan Ad-

hoc. Tim ini selalu memonitor setiap saat tingkat kecepatan penyelesaian

kasus yang telah ditugaskan. Tim serupa juga akan dibentuk pada tingkat

Kantor Wilayah Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk

menyelesaikan kasus-kasus di wilayahnya dengan pola penyelesaian yang

sama. Dengan demikian, BPN-RI akan pro-aktif mengambil inisiatif untuk

menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan berdasarkan prinsip Win-

Win Solution, tidak hanya berdasarkan hukum tertulis, tapi lebih pada

prinsip keadilan dan prinsip tanah untuk kemakmuran rakyat. Sementara

itu, terhadap perkara pertanahan yang telah masuk di lembaga peradilan

akan secepatnya diselesaikan manakala telah berkekuatan hukum yang

tetap (in kracht van gewijsde).

BPN-RI telah menandatangani kerjasama dengan berbagai

Kementerian/Lembaga terkait untuk mendukung berbagai kegiatan dan

program pembangunan sektoral dan sertipikasi hak atas tanah. Terdapat

beberapa program sertipikasi hak atas tanah transmigran, petani, nelayan,

Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dan perumahan rakyat untuk

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), sebagai bentuk dukungan

BPN-RI terhadap program pembangunan Kementerian/Lembaga terkait.

Untuk menjangkau dan mendatangi masyarakat yang tinggal jauh dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, BPN-RI melalui Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota menjalankan program LARASITA yaitu kantor pertanahan bergerak untuk melaksanakan pelayanan pertanahan. Pelaksanaan LARASITA di lapangan didukung prasarana mobil dan/atau sepeda motor atau perahu motor di DKI Jakarta, sedangkan teknologi komunikasi dan informasi didukung oleh komputer nirkabel melalui jaringan; bahkan dalam pemetaannya di beberapa kantor pertanahan telah didukung oleh teknologi terkini dengan pemanfaatan CORS (Continously Operating Reference Stations) sehingga hasil pengukuran dapat diperoleh secara langsung (realtime) sebagai peta yang siap menjadi lampiran produk sertipikat tanah.

LAKIP BPN RI 2012 8

BAB II

RENCANA STRATEGIS DAN

PENETAPAN KINERJA

A. Rencana Strategis BPN RI 2010-2014

1. Visi dan Misi

Dalam upaya mewujudkan agenda Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Nasional tahun 2010-2014, yaitu: 1) Menciptakan

Indonesia yang Aman dan Damai; 2) Mewujudkan Indonesia yang Adil

dan Demokratis; dan 3) Menciptakan Kesejahteraan Rakyat Indonesia,

maka dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan telah ditetapkan

visi pembangunan pertanahan, yaitu:

Berdasarkan visi dimaksud ditetapkan misi pembangunan

pertanahan yang akan dilaksanakan Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia dalam tahun 2010-2014, sebagai berikut:

“Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan

keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan Republik Indonesia ”.

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan;

2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T);

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari;

4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat; dan

5. Penguatan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

LAKIP BPN RI 2012 9

2. Tujuan

Tujuan utama (ultimate goal) pembangunan bidang pertanahan

pada dasarnya adalah:

Sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan utama tersebut dan

mengacu pada Visi dan Misi Pembangunan Pertanahan 2010-2014,

tujuan yang akan dicapai pada masa perencanaan jangka menengah

tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:

a) Melanjutkan pengembangan infrastruktur pertanahan secara

nasional, regional dan sektoral, yang diperlukan bagi seluruh Kantor

Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia;

b) Tetap berupaya mewujudkan suatu kondisi yang mampu

menstimulasi, mendinamisasi dan memfasilitasi terselenggaranya

survei dan pemetaan tanah secara cepat, modern dan lengkap serta

tetap menjamin akurasi di seluruh wilayah Indonesia khususnya

wilayah yang memiliki potensi ekonomi tinggi serta rawan masalah

pertanahan;

c) Melanjutkan percepatan pendaftaran tanah dan penguatan hak atas

tanah melalui program legalisasi aset pertanahan dengan biaya yang

lebih murah, dengan waktu yang terukur, dan prosedur yang

mudah;

d) Melanjutkan penataan dan mengendalikan penguasaan, pemilikan,

penggunaan, dan pemanfaatan tanah sehingga mengokohkan

keadilan di bidang sumberdaya agraria, mengurangi kemiskinan,

serta membuka lapangan kerja melalui Program Pembaruan Agraria

Nasional (Reforma Agraria);

e) Tetap mengupayakan pengurangan jumlah konflik, sengketa dan

perkara pertanahan serta mencegah terciptanya konflik, sengketa

dan perkara pertanahan baru;

f) Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas pada semua unit

kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia; dan

“Mengelola tanah seoptimal mungkin untuk mewujudkan tanah

bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

LAKIP BPN RI 2012 10

g) Melanjutkan peningkatan mutu pelayanan publik di bidang

pertanahan agar lebih berkualitas, cepat, teliti, tepat, transparan

dan akuntabel yang tetap menjaga kepastian hukum serta

partisipatif.

3. Sasaran Strategis

Sasaran strategis merupakan bagian integral dalam proses

perencanaan strategis dan merupkan dasar yang kuat untuk

mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia serta menjamin suksesnya pelaksanaan

rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh, yang berarti

menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia.

Sasaran-sasaran strategis Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia adalah:

1. Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah; 2. Terwujudnya pengendalian, penguasaan, pemilikan, penggunaan,

dan pemanfaatan tanah dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi;

3. Terciptanya pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah secara berkeadilan;

4. Berkurangnya sengketa, konflik, dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia;

5. Terpenuhinya infrastruktur pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral, di seluruh Indonesia.

4. Indikator Kinerja Utama

Dalam rangka mengukur dan meningkatkan kinerja serta untuk

lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia perlu ditetapkan indikator kinerja utama. Indikator

Kinerja Utama Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah

ditetapkan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penetapan Indikator

Kinerja Utama Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Berikut ini adalah indikator kinerja utama Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia sesuai Peraturan Kepala BPN RI Nomor 6

Tahun 2012 tersebut:

LAKIP BPN RI 2012 11

Tabel 2.1 Rincian Indikator Kinerja Utama BPN RI

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja

1. Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah

a. Bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi

b. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah

2.

Terwujudnya pengendalian, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi

a. Meningkatnya jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan

b. Meningkatnya jumlah tanah yang dapat didayagunakan bagi masyarakat, program strategis dan pemerintah

c. Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat

3. Terciptanya pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah secara optimal dan berkeadilan

Meningkatnya prosentase jumlah wilayah/ bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah.

4. Berkurangnya sengketa, konflik, dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia

a. Meningkatnya jumlah sengketa pertanahan yang diselesaikan

b. Meningkatnya jumlah konflik pertanahan yang diselesaikan

c. Meningkatnya jumlah perkara pertanahan yang diselesaikan

5. Terpenuhinya infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral di seluruh Indonesia

Bertambahnya persentase cakupan peta dasar, peta tematik, peta potensi di seluruh Indonesia

LAKIP BPN RI 2012 12

Secara khusus, Rencana Kinerja Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia tahun 2012 yang merupakan tahun ketiga secara

rinci tertuang dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Rincian Rencana Kinerja BPN RI Tahun 2012

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2012

1. Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah

a. Bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi

1.077.655 Bidang

b. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah

4,00

2. Terwujudnya pengen-dalian, penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dan pemberdayaan ma-syarakat dalam rangka peningkatan akses ter-hadap sumber ekonomi

a. Meningkatnya jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan

459 SK

b. Meningkatnya jumlah tanah yang dapat didayagunakan bagi masyarakat, program strategis dan pemerintah

4 Paket

c. Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat

100 SK

3. Terciptanya pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan peman-faatan tanah secara berkeadilan

Meningkatnya prosentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah.

149.600 Bidang

4. Berkurangnya sengketa, konflik, dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia

a. Meningkatnya jumlah sengketa pertanahan yang diselesaikan

229 kasus

b. Meningkatnya jumlah konflik pertanahan yang diselesaikan

365 kasus

c. Meningkatnya jumlah perkara pertanahan yang diselesaikan

200 kasus

5. Terpenuhinya infrastruk- tur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, di seluruh Indonesia

Bertambahnya persentase cakupan peta dasar di seluruh Indonesia

3,160.000 Ha

Bertambahnya prosentase cakupan Peta Tematik di seluruh Indonesia

15.237.394 Ha

Bertambahnya persentase cakupan Peta Potensi diseluruh Indoesia di seluruh Indonesia

2.709.603 Ha

LAKIP BPN RI 2012 13

B. Penetapan Kinerja 2012

Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen

yang disusun berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang

merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan

terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dan

mempertimbangkan sumberdaya yang dikelolanya. Tujuan khusus

Penetapan Kinerja antara lain adalah untuk:

a. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;

b. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan

pemberi amanah;

c. Sebagai dasar penilaian keberhasilan maupun kegagalan dalam

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi;

d. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja

aparatur; dan

e. Sebagai dasar pemberian reward (penghargaan) dan punishment

(sanksi).

Penetapan Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Tahun 2012 telah disusun secara berjenjang sesuai dengan kedudukan

tugas dan fungsi unit organisasi yang ada. Penetapan Kinerja ini

merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun

2012, disusun berdasarkan Rencana Kinerja Tahun 2012 yang telah

ditetapkan, sehingga secara substansi Penetapan Kinerja Tahun 2012

tidak ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Badan Pertanahan Nasional

RI Tahun 2012. Penetapan Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Tahun 2012 selengkapnya terdapat pada tabel di bawah ini.

LAKIP BPN RI 2012 14

Tabel 2.3 Penetapan Kinerja BPN RI Tahun 2012

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah

a. Bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi

1.077.655 Bidang

b. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pe-layanan legalisasi aset tanah

4,00

2. Terwujudnya pengen dalian, penguasaan, pemilikan, pengguna-an dan pemanfaatan tanah dan pemberda-yaan masyarakat dlm rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi

Meningkatnya jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan 459 SK

Meningkatnya jumlah tanah yang dapat didayagunakan bagi masyarakat, program strategis dan pemerintah

4 Paket

Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat

100 SK

3. Terciptanya pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, & pemanfaatan tanah secara berkeadilan

Meningkatnya prosentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah

149.600 Bidang

4. Berkurangnya sengketa, konflik, dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia

a. Meningkatnya jumlah sengketa pertanahan yang diselesaikan

229 kasus

b. Meningkatnya jumlah konflik pertanahan yang diselesaikan

365 kasus

c. Meningkatnya jumlah perkara pertanahan yang diselesaikan

200 kasus

5. Terpenuhinya infra-struktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, di seluruh Indonesia

Bertambahnya persentase cakupan peta dasar di seluruh Indonesia

3,160.000 Ha

Bertambahnya prosentase cakupan Peta Tematik di seluruh Indonesia

15.237.394 Ha

Bertambahnya persentase cakupan Peta Potensi diseluruh Indoesia di seluruh Indonesia

2.709.603 Ha

LAKIP BPN RI 2012 15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Kinerja

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tahun 2012 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator tersebut diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Tahun 2012

NO.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET REALISASI %

1 2 3 4 5 6 1. Terwujudnya

jaminan kepastian hukum hak atas tanah

Bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi

1.077.655

Bidang

933.821

Bidang 86,65

Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah

4,00 2,99

74,75

2. Terciptanya pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah secara berkeadilan

Meningkatnya jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan

459 Lokasi

285 Lokasi

62,09

Meningkatnya jumlah tanah yang dapat didayagunakan bagi masyarakat , program strategis dan pemerintah

4 Paket

4 Paket

100,00

LAKIP BPN RI 2012 16

Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat

100 Lokasi

100 Lokasi

100,00

3. Terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal dan berkeadilan

Meningkatnya prosentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah dalam rangka tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan

149.600 Bidang

122.519 Bidang

81,89

4. Berkurangnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia

Meningkatnya jumlah sengketa pertanahan yang diselesaikan

229 kasus 168 kasus 73,36

Meningkatnya jumlah konflik pertanahan yang diselesaikan

365 kasus 287 kasus 78,63

Meningkatnya jumlah perkara pertanahan yang diselesaikan

200 kasus 157 kasus 78,50

5. Terpenuhinya infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral di seluruh Indonesia

Bertambahnya prosentase cakupan Peta Dasar di seluruh Indonesia

3,160.000 Ha

3,160.000 Ha

100,00

Bertambahnya prosentase cakupan Peta Tematik di seluruh Indonesia

15.237.394 Ha

15.237.394 Ha

100,00

LAKIP BPN RI 2012 17

Bertambahnya persentase cakupan Peta Potensi diseluruh Indoesia di seluruh Indonesia

2.709.603 Ha

2.378.193 Ha

87,77

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2012 dari Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran 1 Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah

Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan terjaminnya kepemilikan hak atas tanah dari individu atau badan hukum. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA

CAPAIAN 2012

TARGET REALISASI %

Bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi

1.077.655

Bidang

933.821

Bidang 86,65

Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah

4,00 2,99

74,75

LAKIP BPN RI 2012 18

Evaluasi dan analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut:

Bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi

Salah satu indikator kinerja yang dijadikan dasar untuk mengukur keberhasilan sasaran terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah adalah bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi pada tahun anggaran 2012 dengan capaian 86,65 %. Secara umum, mayoritas capaian kinerja telah tercapai di atas 50%, namun ada satu kegiatan yang rendah tingkat capaiannya yakni sebesar 18,85% dalam hal penerbitan HPL Transmigrasi karena prasyarat dari proses penerbitan HPL tidak berada pada instansi BPN-RI melainkan pada instansi lain seperti Dinas Transmigrasi di provinsi atau kabupaten/kota masing-masing yang berada di luar kendali jajaran BPN-RI, baik pusat, wilayah maupun kabupaten/kota.

Rendahnya capaian tersebut karena subjek dan objek kegiatan transmigrasi ditentukan oleh instansi lain atau pihak ketiga baik Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Provinsi atau Kabupaten/Kota, diantaranya ada rencana lokasi transmigrasi yang masuk kawasan hutan seperti di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Faktor-faktor yang mendukung capaian kinerja dengan persentase yang tinggi tersebut antara lain adanya:

1. Sumber-daya manusia (SDM) serta sarana dan prasarana yang pada kondisi kurang maupun terbatas, namun dapat dimaksimalkan sehingga dicapai hasil yang optimal. Permasalahan dan kendala masih terus menjadi tantangan sebagai dampak dari terus bertambahnya unit kerja (satuan kerja) terutama di daerah seiring dengan pemekaran wilayah (pertambahan) provinsi dan kabupaten/kota;

2. Kondisi lingkungan eksternal yang sangat berpengaruh pada capaian kinerja pembangunan bidang pertanahan yang berada di luar kendali BPN RI seperti, kondisi geografis dan minimnya sarana transportasi maupun administrasi yang ada di instansi lain;

3. Belum selesainya penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah di sebagian besar provinsi dan kabupaten/kota. Belum selesainya penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda), berdampak langsung pada kinerja legalisasi aset;

LAKIP BPN RI 2012 19

4. Tingginya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) serta Biaya Operasional yang disyaratkan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pajak dan biaya yang masih relatif tinggi mengakibatkan pemilik tanah mengurungkan niatnya untuk mensertipikatkan tanahnya. Beruntunglah kini karena semenjak tahun 2011 kewenangan dalam pengelolaan BPHTB telah berada pada pemerintah kabupaten/kota, termasuk Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perkotaan/Pedesaan yang akan dikelola pemerintah kabupaten/kota mulai tahun 2014 mendatang.

Untuk pelaksanaan program Legalisasi asset yang terdiri dari Prona, Sertipikasi Tanah UKM, Sertipikasi Tanah Petani, Sertipikasi Tanah Nelayan, Sertipikasi Tanah Transmigrasi, Sertipikasi Tanah MBR-Menpera tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Realisasi kegiatan Legalisasi Aset Masyarakat

No. Kegiatan Target

(Bidang) Realisasi (Bidang)

%

1. Prona 787.620 772.369 98,06 2. UKM 20.463 17.692 86,46 3. Petani 30.000 28.743 95,81 4. Nelayan 15.000 13.741 91,61 5. Transmigrasi 47.700 28.805 60,39 6. MBR 7.500 6.508 86,77 7. HPL 127.422 24.013 18,85

8. Penanganan Pasca Bencana

41.950 41.950 100,00

TOTAL 1.077.960 933.821 86,65

Dari data diatas digambarkan bahwa untuk capaian program pensertipikatan tanah realisasi fisiknya 86,65 %. Realisasi Fisik dan Anggaran untuk masing-masing kegiatan tiap provinsi tersajikan dalam lampiran.

Terwujudnya percepatan legalisasi aset pertanahan, ketertiban administrasi pertanahan dan kelengkapan informasi pertanahan dan kelengkapan informasi legalisasi aset tanah

dengan melalui kegiatan Legalisasi Aset Tanah, yang meliputi

LAKIP BPN RI 2012 20

Prona, Transmigrasi, UKM, Tanah Nelayan, Menpera (MBR), Tanah Pertanian, Redistribusi Tanah, Konsolidasi Tanah, Konsolidasi Tanah Swadaya, dan Pendaftaran Tanah Pertama Kali.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dan dapat dijadikan pembelajaran untuk meningkatkan bidang-bidang tanah yang dilegalisasi/disertipikatkan dan peningkatan kinerja sasaran di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

a) Pengelolaan Sumber-daya Manusia perlu ditingkatkan dengan pemanfaatan secara maksimal semua pegawai organis (PNS) dan tenaga bantu (alih-daya/outsourcing);

b) Koordinasi antara unit tata usaha sebagai satuan pendukung (supporting unit) dan unit teknis sangat signifikan dalam pencapaian sasaran kinerja;

c) Ketersediaan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan kegiatan yang mudah penerapannya sangat mempengaruhi percepatan pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran kegiatan dan kinerja;

d) Revisi kegiatan dan anggaran sebagai akibat kebijakan pemerintah dalam rangka penghematan anggaran secara nasional, pemblokiran (bintang) maupun ketidaksesuaian antara rencana dengan realisasi kegiatan dan anggaran.

Beberapa strategi pelaksanaan kinerja yang perlu diperhatikan di masa mendatang sebagai berikut:

a) Percepatan penelitian dokumen DIPA untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang dapat menjadi hambatan dalam implementasi kegiatan, jika diperlukan revisi DIPA agar secepatnya disampaikan;

b) Terhadap ketidaksesuaian dokumen sebagaimana yang seharusnya, secepatnya dilakukan penyesuaian melalui mekanisme revisi sesuai dengan kewenangannya;

c) Percepatan penyusunan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran (RPKA);

d) Percepatan penunjukan pengelola APBN, panitia dan pejabat pengadaan serta pelaksana kegiatan;

LAKIP BPN RI 2012 21

e) Berkoordinasi dengan unit teknis dan pihak-pihak terkait yang diperlukan (Pemerintah Daerah, dinas terkait, Camat, Kepala Desa dan tokoh masyarakat);

f) Untuk mengatasi keterbatasan sumber-daya yang tersedia, perlu dilakukan beberapa upaya sebagai berikut: 1) Peningkatan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan

sesuai dengan kebutuhan nyata; 2) Optimalisasi pendayagunaan pegawai (staf administrasi

dididik untuk dapat mengerjakan tugas-tugas teknis di kantor);

3) Mobilisasi petugas ukur sesuai dengan batas kewenangannya;

4) Pendayagunaan lulusan Program Diploma I STPN yang belum diangkat menjadi PNS;

5) Memanfaatkan jasa surveyor berlisensi pihak ketiga sesuai dengan ketentuan.

g) Menginventarisasi masalah dan melaporkan kepada pimpinan dalam bentuk Laporan khusus;

h) Peningkatan kedisiplinan pelaporan, termasuk penyampaian hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan;

i) Terus mengupayakan pengadaan pegawai dengan fokus pada tenaga penunjang kegiatan operasional dengan kompetensi yang telah terpetakan sesuai kebutuhan riil. Optimalisasi kinerja SDM ditingkatkan dengan strategi pendidikan dan pelatihan yang intensif serta penyediaan teknologi penunjang kerja;

j) Kendala geografis dan minimnya transportasi akan diatasi dengan terus mengoptimalkan kinerja LARASITA serta perluasan cakupan teknologi Continuously Operating Reference Station (CORS) sebagai penunjang kegiatan survei dan pemetaan;

k) Kendala ketersediaan Rencana Tata Ruang Wilayah akan diatasi dengan mengintensifkan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendorong penyelesaian penyusunan Tata Ruang Wilayah dalam bentuk Peraturan Daerah;

l) Sementara kendala PNBP dan BPHTB, diharapkan akan dapat diatasi dalam tahun-tahun yang akan datang dengan telah terbitnya Undang-undang tentang BPHTB dan Peraturan Pemerintah tentang PNBP bidang Pertanahan pada tahun 2010.

LAKIP BPN RI 2012 22

Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah

Berdasarkan hasil survey melalui kuisoner hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Biro Organisasi dan Kepegawaian pada tahun 2012 terhadap responden sejumlah 441 orang di 48 Kantor Pertanahan diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat yang menyatakan puas terhadap pelayanan pertanahan adalah 2,99 % (cukup).

Sasaran 2 Terciptanya pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah secara berkeadilan

Sasaran ini dimaksudkan dalam rangka untuk memastikan pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan atas tanah sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA

CAPAIAN 2012

TARGET REALISASI %

Meningkatnya jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan

459 Lokasi 285 Lokasi 62,09

Meningkatnya jumlah tanah yang dapat didayagunakan bagi masyarakat , program strategis dan pemerintah (Jumlah tanah negara, tanah terlantar, tanah kritis yang dikelola)

4 Paket 4 Paket 100,00

Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat

100 Lokasi 100 Lokasi 100,00

LAKIP BPN RI 2012 23

Evaluasi dan analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut:

Jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan

Tanah terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa Hak Milik, HGU, HGB, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.

Dalam hal tanah yang ditetapkan sebagai tanah terlantar merupakan tanah hak, maka penetapan tanah terlantar memuat juga penetapan hapusnya hak atas tanah, sekaligus memutuskan hubungan hukum serta ditegaskan sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara.

Langkah-langkah penertiban tanah terlantar meliputi tahapan kegiatan sebagai berikut: a. inventarisasi terhadap bidang-bidang tanah yang terindikasi

terlantar. b. identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terlantar, c. peringatan terhadap pemegang hak, d. usulan penetapan tanah terlantar, e. penetapan tanah terlantar.

Tanah yang sudah ditetapkan menjadi tanah terlantar oleh Kepala BPN RI, selanjutnya disebut Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. Terhadap tanah tersebut dilakukan pendayagunaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala BPN RI Nomor 5 Tahun 2011. Tanah negara bekas tanah terlantar tersebut akan dialokasikan secara nasional untuk kepentingan masyarakat dan negara melalui:

a. Reforma Agraria; b. Program Strategis Negara,

Dimanfaatkan antara lain untuk pengembangan sektor pangan, energi, perumahan rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Cadangan Negara Lainnya,

Dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tanah guna kepentingan pemerintah, pertahanan dan keamanan, kebutuhan tanah akibat adanya bencana alam, relokasi dan pemukiman kembali masyarakat yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum serta untuk

LAKIP BPN RI 2012 24

masyarakat bagi kepentingan sosial, pendidikan, penelitian dan keagamaan. Dari 459 obyek penertiban tanah terindikasi terlantar yang sudah dilakukan tahapan penertiban sebanyak 285 obyek (62,09%). Sampai dengan tahun 2012 diajukan sebanyak 94 SK dan yang telah ditetapkan sebanyak 80 SK (85,11%) atau seluas 54.123,2436 Ha. Namun dari 80 Surat Keputusan tersebut, sebanyak 11 SK digugat di pengadilan (seluas 34.368 Ha). Adapun sebaran 80 SK tanah terlantar dapat dilihat pada lampiran 3. Penilaian atas kondisi pelaksanaan tugas dan fungsi pengendalian saat ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Setelah terbit Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010, Peraturan Kepala BPN RI Nomor 4 Tahun 2010 dan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 9 Tahun 2011, diharapkan pelaksanaan penertiban tanah terlantar yang menjadi kegiatan prioritas dapat berjalan sesuai rencana; dan

2. Pengolahan data usulan penetapan tanah terlantar dalam rangka penyiapan konsep Risalah Pengolahan Data (RPD), Nota Dinas (ND) dan Surat Keputusan (SK) Penetapan Tanah Terlantar sangat bergantung pada kelengkapan dan akurasi data pendukung usulan penetapan tanah terlantar.

Jumlah tanah yang dapat didayagunakan bagi masyarakat , program strategis dan pemerintah

Yang dimaksud tanah yang dapat didayagunakan disini adalah Tanah Negara bekas hak, bekas kawasan, bekas tanah terlantar yang telah ditetapkan menjadi Tanah Negara dan dikuasai langsung oleh negara.

Dalam rangka pendayagunaan tanah negara bekas hak, bekas kawasan, bekas tanah terlantar yang telah ditetapkan menjadi tanah negara dan dikuasai langsung oleh negara dilakukan tahapan identifikasi, penyusunan analisa ketersediaan tanah dan selanjutnya diusulkan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional RI untuk ditetapkan peruntukannya.

Pada tahun 2012 tanah yang dikelola untuk didayagunakan ditargetkan sebanyak 4 paket/bidang, namun dalam rangka mendukung kegiatan Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang

LAKIP BPN RI 2012 25

Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar maka pada tahun 2012 dilakukan identifikasi/pendataan dalam rangka penyusunan analisa ketersediaan tanah sebanyak 4 paket.

Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat

Penataan aset masyarakat pada tanah negara bekas tanah terlantar, dilaksanakan melalui distribusi tanah dan redistribusi tanah melalui kegiatan Reforma Agraria. Penataan akses masyarakat pada tanah negara bekas tanah terlantar, melalui kerjasama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan/atau kemitraan dengan pihak ketiga, antara lain dalam bentuk fasilitasi akses permodalan, penyediaan sarana produksi, pasar, dan infrastruktur. Pada tahun 2012 jumlah sumber ekonomi yang dapat diakses oleh masyarakat penerima manfaat sebanyak 100 Lokasi.

Sasaran 3 Terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal dan berkeadilan

Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan upaya penataan dan pengaturan pertanahan yang lebih berkeadilan dengan melaksanakan pendataan bidang-bidang tanah dalam hal penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

LAKIP BPN RI 2012 26

INDIKATOR KINERJA

CAPAIAN 2012

TARGET REALISASI %

Meningkatnya prosentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah dalam rangka tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan

149.600 Bidang

122.519 Bidang

81,89

Evaluasi dan analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut:

Meningkatnya prosentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah dalam rangka tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terciptanya Pengaturan dan Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah secara optimal dan berkeadilan adalah: Prosentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah dalam rangka tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dengan capaian 81,89 %.

Sasaran 4 Berkurangnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia

Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan jumlah sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang diselesaikan. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

LAKIP BPN RI 2012 27

INDIKATOR KINERJA

CAPAIAN 2012

TARGET REALISASI %

Meningkatnya jumlah sengketa pertanahan yang diselesaikan

229 kasus 168 kasus 73,36

Meningkatnya jumlah konflik pertanahan yang diselesaikan

365 kasus 287 kasus 78,63

Meningkatnya jumlah perkara pertanahan yang diselesaikan

200 kasus 157 kasus 78,50

Evaluasi dan analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut:

Meningkatnya jumlah sengketa pertanahan yang diselesaikan

Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, Sengketa pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis.

Selama tahun 2012 jumlah sengketa pertanahan yang dapat diselesaikan sebanyak 168 Kasus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian jumlah penyelesaian sengketa pertanahan tersebut antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah sumber-daya manusia ditinjau dari beban tugas rutin dan tugas lainnya. Adapun strategi pemecahan masalah dari kendala tersebut melalui permintaan tambahan SDM dari Biro Kepegawaian serta peningkatan hubungan kerja dan koordinasi, membentuk tim terpadu pelaksanaan kegiatan, melaksanakan evaluasi kinerja secara berkala serta melaksanakan rapat koordinasi secara berkala dan melakukan efektivitas dan efisiensi kerja.

LAKIP BPN RI 2012 28

Meningkatnya jumlah konflik pertanahan yang diselesaikan

Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, konflik pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas secara sosio-politis.

Selama tahun 2012 jumlah konflik pertanahan yang dapat diselesaikan sebanyak 287 Kasus

Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian jumlah penyelesaian konflik pertanahan tersebut antara lain:

1. Memberikan bimbingan teknis kepada staf/pelaksana mengenai Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2013;

2. Memberikan kesempatan kepada pegawai melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi;

3. Perlu dipertimbangkan perbandingan jumlah pegawai wanita dengan pria.

Meningkatnya jumlah perkara pertanahan yang diselesaikan

Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, Perkara pertanahan adalah perselisihan pertanahan yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan yang masih dimintakan penanganan perselisihannya di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Selama tahun 2012 jumlah perkara pertanahan yang dapat diselesaikan sebanyak 157 kasus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian jumlah penyelesaian perkara pertanahan tersebut antara lain:

1. Anggaran sidang dari dana rupiah murni yang tidak mencukupi, sedangkan dana APBN yang telah dialokasikan menunggu masuknya dana dari pihak ketiga.

2. Penyusunan RKAKL yang waktu perbaikannya sering hanya diberi waktu sedikit sehingga menghasilkan Rencana Kerja Anggaran dan Kegiatan yang tidak sempurna dan kurang cermat.

LAKIP BPN RI 2012 29

3. Terbatasnya jumlah sumber-daya manusia pada Direktorat Perkara Pertanahan ditinjau dari beban tugas rutin dan tugas lainnya.

Untuk mempercepat penyelesaian kasus-kasus pertanahan di tanah air, Kepala BPN RI membentuk Tim 11. Selama tahun 2012 Tim 11 menangani sebanyak 38 kasus pertanahan.

Tabel 3.3

Beberapa Contoh kasus yang ditangani antara lain:

No

Kasus Perkembangan Proses Penyelesaian

1 Permasalahan tanah antara masyarakat Kec. Ngancar dan PT. Sumber Sari Petung, di Kab. Kediri, Provinsi Jawa Timur.

Tanah atas nama PT. Sumber Sari Petung semula luasnya 600 ha, 250 ha diantaranya diduduki oleh warga masyarakat. Terhadap tanah seluas ± 250 Ha tersebut, yang digarap warga 1.766 bidang tanah (100 %) telah diterbitkan Sertipikat Hak Milik melalui redistribusi tanah dan sudah diserahkan kepada penerima tanah redistribusi tanah/warga. Pada saat ini telah dilaksanakan akses reform berupa penanaman nilam dan pembuatan pengolahan penyulingan minyak asiri bantuan pihak ketiga.

2 Permasalahan tanah Curah Nongko, Perkebunan Kali Senan PTPN XII dengan warga masyarakat yang terletak di Desa Curah Nongko, Kec. Tempurejo, Kab. Jember, Prov. Jawa Timur

Luas yang diminta untuk diperpanjang seluas 2.709,49 Ha dimana dalam HGU tersebut terdapat klaim dari masyarakat seluas 300 ha. Dari 300 ha areal yang diklaim tersebut, 125 ha ditanami (okupasi) oleh warga. Sedangkan sisa seluas 175 ha dituntut warga. Penyelesaian telah dilaksanakan mediasi pada tanggal 23 Januari 2013 bertempat di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) antara BPN, PTPN XII dan Kementerian BUMN. Prinsip BUMN akan melepas sejauh untuk kepentingan petani dan dalam waktu dekat akan diadakan peninjauan lapang.

LAKIP BPN RI 2012 30

No

Kasus Perkembangan Proses Penyelesaian

3 Permasalahan tanah Hak Pakai No. 1/Alastlogo atas nama Dephankam cq. TNI AL antara masyarakat Desa Alaslogo dengan TNI AL terletak di Grati, Kab. Pasuruan, Prov. Jawa Timur

Dari luas keseluruhan tanah dengan Hak Pakai (HP) atas nama Departemen Pertanahan (DEPHAN) cq. TNI-AL di Pasuruan 3.476 ha di dua bidang Hak Pakai di Alastlogo dan Sumberanyar seluas 1.083 ha ada klaim dari warga masyarakat. Sementara itu, hasil rapat dengan Komandan Armada Maritim Kawasan Timur (DanArmatim) telah disimpulkan bahwa persoalan ini sepenuhnya diserahkan ke Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) dan DEPHAN (Kementerian Pertahanan); untuk itu kiranya Komisi-II DPR RI dapat memfasilitasi Rapat Koordinasi yang mengikutsertakan setiap pihak terkait, setidaknya unsur warga masyarakat, Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan BPN-RI.

4 Permasalahan Tanah antara TNI Kodam Brawijaya dengan masyarakat yaitu kebun Penampean seluas 5.440 ha dan kebun Kali gentong seluas 1.525 ha di Kabupaten Tulungagung.

Hasil mediasi antara BPN, Kodam dan Pemda yaitu bahwa kebun Penampaian akan diserahkan seluruhnya kepada masyarakat, sedangkan kebun Kaligentong tetap diserahkan ke TNI AD untuk digunakan sebagai tempat latihan militer. Namun demikian belum ada persetujuan dari KASAD. Mohon DPR dapat menindaklanjuti hal ini.

5 Masalah Tanah HGU Wongsorejo seluas 600 Ha di desa Wongsorejo kecamatan Wongsorejo Kabuaten Banyuwangi Jawa timur dengan Petani setempat.

Pihak Perusahaan pemilik HGU telah menyerahkan tanah seluas 60 Ha yang akan dijadikan obyek Land reform untuk di redistribusikan kepada 200 KK Petani setempat.

6 HGU PT Blitar Putra seluas 380 Ha didesa Gadungan Kecamatan Gandusari Kabupate Blitar dengan Petani setempat.

PT. Blitar Putra telah melepaskan tanah seluas 80 Ha yang akan dijadikan obyek Landreform untuk diredistribusikan kepada 400 KK petani

LAKIP BPN RI 2012 31

No

Kasus Perkembangan Proses Penyelesaian

7 Masalah tanah Keraton Surakarta, terletak di Kelurahan Baluwerti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

Dijadwalkan minggu ke-2 Februari 2013 akan dilaksanakan Gelar Kasus di Kanwil BPN Provinsi Jawa Tengah.

8 Permasalahan tanah Negeri Halong yang terletak di Kota Ambon, Provinsi Maluku

Masih dilakukan pengumpulan data, baik data yuridis administratif maupun data fisik lapangan.

9 Permasalahan tanah HGU PT. Cipta Daya Sejati Luhur seluas 268 Ha sebagian dari luas keseluruhan 3.671 Ha yang secara fisik dikuasai oleh Kelompok Tani Makmur Sejati, di Provinsi Riau;

Karena tidak tercapai win-win solution sedangkan lokasi dikuasai dan diolah oleh Kelompok Tani Makmur Sejati maka PT. CDSL harus bisa membuktikan telah membayar ganti rugi. Apabila tidak bisa membuktikan ganti rugi tersebut maka sebagian HGU seluas 164,4 Ha dapat dibatalkan karena terdapat cacat hukum administrasi sesuai Perkaban No. 3/2011.

10 Tuntutan pengembalian tanah seluas 80 Ha oleh Suwarno, dkk dari lokasi HGU No. 1/Paya Bagas A.n. PTPN III Kebun Rambutan, di Kab. Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

Permasalahan ini termasuk kriteria K4 dan K5 yang intinya penyelesaian kasus pertanahan melalui proses perkara di pengadilan.

11 Permasalahan tanah antara TNI Angkatan Udara dengan masyarakat Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor

Mengingat tanah tersebut merupakan aset negara yang sudah terdaftar dalam IKN atas nama Kementerian Pertahanan RI Nomor Reg. IKN 50503007 dan Nomor 50503008, maka perlu dikoordinasikan permasalahan tanah tersebut kepada Kemenhan RI, Kemenkeu RI dan Kemendagri RI.

12 Permasalahan tanah antara PT. Pupuk Kaltim dengan Majelis Perjuangan Rakyat Perwakilan Masyarakat Gunung Kempeng, Pada Idi dan H. Daeng Masserang

PT. Pupuk Kaltim mengajukan permohonan perpanjangan atas HGB No.10/Belimbing yang akan berakhir tanggal 9 September 2013, selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan Kota Bontang dengan suratnya No.125/3-64.74/X/2012 Tanggal 11 Oktober 2012 jo Kepala Kantor Wilayah BPN Prov. Kalimantan Timur dengan suratnya

LAKIP BPN RI 2012 32

No

Kasus Perkembangan Proses Penyelesaian

No.924/6-64/X/2012 Tanggal 18 Oktober 2012, Mohon Petunjuk kepada Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan perihal tindak lanjut Permohonan Pengukuran dan Perpanjangan atas HGB No. 10/Belimbing seluas 173 Ha atas nama PT. Pupuk Kaltim. Belum ada kesepakaan dari masyarakatsehingga proses pengkrannya ertnda.

13 Permasalahan Tanah Antara PT. Jembayan Muara Bara Dengan Masyarakat Transmigrasi Swakarsa Mandiri Yang Terletak Di Desa Bhuana Jaya, Kecamatan Tenggarong Sebrang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Masih dilakukan pengumpulan data, baik data yuridis administratif maupun data fisik lapangan

14 Permasalahan tanah antara masyarakat dengan TNI AU/Lanud Atang Sendjaja, terletak di Desa Bojong, dan Desa Semplak, Kecamatan Kemang, Desa Bantarsari, Kec. Rancabungur Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat;

Terhadap tanah yang dipermasalahkan akan diintensifkan koordinasi antara semua unit terkait diantaranya Kementerian Pertahanan, Kementerian Keuangan, BPN RI dan Pemerintah setempat.

15 Permasalahan tanah PT. Barat Selatan Makmur Investindo di Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung

Penyelesaian kasus tersebut sedang ditangani oleh Tim dari Menteri Polhukam.

Disadari bahwa penanganan dalam rangka penyelesaian sengketa, perkara, maupun konflik pertanahan masih dihadapkan pada berbagai faktor antara lain:

a. Persoalan yang kompleks dan banyaknya mafia serta spekulan tanah yang tidak henti-hentinya melakukan aksinya;

b. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan dalam menyelesaikan konflik pertanahan;

LAKIP BPN RI 2012 33

c. Ketidakmampuan sebagian besar masyarakat untuk membayar biaya perkara di pengadilan;

d. Sikap arogansi dari suatu institusi dalam menghadapi masalah/konflik pertanahan;

e. Adanya tumpang tindih putusan pengadilan baik TUN, perdata maupun pidana yang saling bertentangan menyangkut obyek yang sama.

Sasaran 5 Terpenuhinya infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral di seluruh Indonesia

Sasaran ini dimaksudkan untuk mengembangkan infrastruktur pertanahan secara sektoral, regional dan nasional dalam hal ini cakupan wilayah peta pertanahan. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA

CAPAIAN 2012

TARGET REALISASI %

Persentase cakupan peta dasar, peta tematik, peta potensi di seluruh Indonesia

Peta Dasar Pertanahan

3.160.000 Ha

Peta Tematik

15.237.394 Ha

Peta Nilai Zona Tanah

2.709.603 Ha

Peta Dasar Pertanahan

3.160.000 Ha

Peta Tematik

15.237.394 Ha

Peta Nilai Zona Tanah

2.378.193 Ha

100,00 %

100,00 %

87,77 %

LAKIP BPN RI 2012 34

Evaluasi dan analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut:

Persentase cakupan peta dasar, peta tematik, peta potensi di seluruh Indonesia

Indikator kinerja yang dipergunakan dalam rangka mengukur sasaran Terpenuhinya infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral di seluruh Indonesia adalah Persentase cakupan peta dasar, peta tematik, peta zona nilai tanah di seluruh Indonesia dengan capaian masing-masing sebesar 100%, 100% dan 87,77%.

Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat kendala dan hambatan sebagai berikut ini:

1. Masih terbatasnya data tekstual dan data spasial terkini di seluruh wilayah Indonesia.

2. Keterbatasan peralatan penunjang kinerja terutama sarana pendukung basis data.

3. Keterbatasan tenaga dengan menggunakan bantuan pihak ketiga, sehingga efisiensi pelaksanaan dan peningkatan kemampuan sumber-daya manusia belum optimal.

Untuk mencapai indikator Kinerja ini BPN RI melakukan beberapa langkah/strategi, meliputi:

1. Meningkatkan hubungan kerja dan koordinasi dengan satuan kerja lain di internal BPN RI maupun eksternal dengan instansi yang terkait.

2. Meningkatkan keterlibatan seluruh komponen di lingkungan BPN RI termasuk di peningkatan kemampuan sumber-daya manusia di Kantor Wilayah BPN Provinsi maupun Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

Luasan budidaya yang menjadi kewenangan BPN RI untuk dikelola demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sekitar 90 juta Ha. Data luas wilayah yang terpetakan dengan Peta Dasar Pertanahan oleh Direktorat Pemetaan Dasar sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai tabel berikut ini:

LAKIP BPN RI 2012 35

Tabel.3.4

Luasan yang terpetakan dalam Peta Dasar Pertanahan

No.

TAHUN LUAS (Ha)

1 S/D 2006 2.272.275 2 2007 490.000 3 2008 470.000 4 2009 3.650.000 5 2010 3.100.000 6 2011 4.760.000 7 2012 3.895.345 JUMLAH 18.637.620

Dari tabel terlihat sampai bulan Desember 2012, yang terdata peta dasar seluas 18.637.620 Ha dari 90 juta Hektar atau sekitar 20,71 %, sehingga masih perlu sekitar 70 juta lagi untuk dipenuhi.

Untuk mempertahankan dan atau meningkatkan capaian kinerja sasaran dan tujuan perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

LAKIP BPN RI 2012 36

a) Membuat kerangka acuan kegiatan dan petunjuk pelaksana teknis kegiatan yang ditaati oleh petugas ukur pusat maupun daerah;

b) Menetapkan lokasi-lokasi prioritas pembuatan peta dasar pertanahan; c) Memanfaatkan hasil perkembangan teknologi untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas peta seperti peralatan ukur: GPS atau Jaringan Satelit Referensi Pertanahan;

d) Memanfaatkan sumberdaya eksternal dalam rangka peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di bidang pemetaan dasar pertanahan;

e) Memantau kegiatan pemetaan dasar pertanahan di lapangan pada lokasi pembuatan peta dasar yang sedang dilaksanakan;

f) Pembinaan dan sosialisasi dalam rangka peningkatan pengetahuan pejabat fungsional survei dan pemetaan.

C. Akuntabilitas Keuangan.

1. Realisasi Anggaran BPN RI

Berdasarkan alokasi anggaran Badan Pertanahan Nasional RI tahun 2012, pagu anggaran adalah sebesar Rp.3.881.135.536.000,- (tiga triliun delapan ratus delapan puluh satu milyar seratus tiga puluh lima juta lima ratus tiga puluh enam ribu rupiah) sebagaimana dijelaskan dalam Tabel dibawah ini:

Tabel 3.5

Alokasi Anggaran per Program Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2012

No Program Sumber Dana (Ribuan Rupiah)

Jumlah RM PNBP

1 2 3 6 7

1

Program

Pengelolaan

Pertanahan

769,135,040,000 1,120,776,826,000 1,889,911,866,000

2

Program

Dukungan

Manajemen

Dan

Pelaksanaan

Tugas Teknis

Lainnya

1,519,543,763,000 203,877,269,000 1,723,421,032,000

LAKIP BPN RI 2012 37

3

Program

Pengawasan

Dan

Peningkatan

Akuntabilitas

Aparatur Bpn

10,000,000,000 0 10,000,000,000

4

Program

Pengelolaan

Sarana Dan

Prasarana

Aparatur

Badan

Pertanahan

Nasional

Republik

Indonesia

129,582,400,000 128,220,238,000 257,802,638,000

Jumlah 2,428,261,203,000 1,452,874,333,000 3,881,135,536,000

Realisasi penyerapan anggaran pada masing-masing program sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp.2.986.736.502.843 (dua triliun sembilan ratus delapan puluh enam milyar tujuh ratus tiga puluh enam juta lima ratus dua ribu delapan ratus empat puluh tiga rupiah) atau 76.76 % dari pagu anggaran.

Tabel 3.6 Realisasi Anggaran BPN RI Tahun 2012

Perprogram per Sumber Dana (dalam ribuan rupiah)

NO PROGRAM TARGET REALISASI %

1

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPN

1.732.883.948 1.504.961.148 86.47

2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPN

257.802.638 140.447.508 54.47

3

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN

10.000.000 7.752.895 77.52

4 Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

1.889.911.866 1.333.128.875 70.53

Total 3.881.135.536 2.986.260.428 76.76

LAKIP BPN RI 2012 38

2. Opini BPK Terhadap BPN RI Berdasarkan hasil audit BPK RI terhadap Laporan Keuangan tahun 2011, Badan Pertanahan Nasional RI mendapat status opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hasil opini BPK ini tidak berubah dibanding dengan opini BPK tahun 2010. Alasan yang menyebabkan Badan Pertanahan Nasional RI masih mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), karena:

1. Aset Peralatan dan Mesin serta Jalan, Irigasi, dan Jaringan per 31 Desember 2011 ada yang tidak dapat diyakini kewajarannya. Aset tersebut merupakan aset yang dibeli oleh Kantor Pusat dan didistribusikan ke seluruh satker BPN di pusat dan daerah. Sistem pencatatan dan pelaporan atas pengiriman aset tersebut tidak memadai, sehingga terjadi kesalahan pencatatan dan pelaporan di satker penerima barang.

2. Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2011 diantaranya terdapat peta yang tidak dapat diyakini kewajarannya. Peta tersebut tidak disajikan secara lengkap dan sesuai dengan harga perolehannya.

Dalam rangka memenuhi rekomendasi Laporan Hasil Pemeriksaan BPK dimaksud BPN RI telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memperbaiki Standard Operating Procedures (SOP) mengenai

pencatatan dan pelaporan pengiriman barang dari Kantor Pusat ke satker serta menginventarisasi dan mengkoreksi pencatatan pengiriman barang dari Kantor Pusat BPN ke satker.

2. Memperbaiki SOP mengenai pengklasifikasian, penilaian, dan pelaporan peta serta menginventarisasi dan mengkoreksi pencatatan peta, pada saat ini konsepnya sudah selesai.

3. Membuat sistem pelaporan hibah dan menginventarisasi penerimaan hibah di satker-satker dalam lingkungan BPN secara periodik untuk dicatat dan dilaporkan kepada Kementerian Keuangan.

4. BPN RI telah Menyetor kembali biaya perjalanan dinas yang dipertanggungjawabkan tidak sesuai ketentuan sebesar Rp. 327,78 juta, dan kekurangan pengenaan pajak Pph dari pekerjaan konstruksi dan konsultasi sebesar Rp. l66,66 juta.

Mengenai keterlambatan denda sebesar pekerjaan konstruksi sebesar Rp. 967,14 juta, BPN RI telah menyampaikan kepada pihak pelaksana untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut secara

LAKIP BPN RI 2012 39

bertahap, sedangkan jaminan penyelesaian pekerjaan yang belum selesai masih dalam proses. Untuk selanjutnya tahun 2012, berdasarkan pemeriksaan Laporan Keuangan Interim Semester I Tahun 2012 oleh BPK RI terhadap BPN RI sesuai Surat Tugas BPK RI No.175/ST/V-XVI/11/2012 tanggal 19 November 2012 terdapat temuan pemeriksaan yang meliputi: 1) Kelemahan sistem pengendalian intern, dan 2) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

3. Opini KPK terhadap Survei Integritas Publik (SIP)

Pada tahun 2012 BPN RI sebagai instansi vertikal yang melaksanakan pelayanan publik menjadi salah satu obyek survei integritas yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI. Survei Integritas Sektor Publik yang dilakukan oleh KPK adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata mengenai kinerja layanan publik serta potensi terjadinya penyalahgunaan wewenang dalam bentuk kolusi ataupun korupsi. Survei integritas tersebut bertujuan untuk: 1. Memetakan tingkat integritas unit layanan publik yang disurvei 2. Mengumumkan tingkat integritas tersebut kepada masyarakat luas 3. Menyampaikan tingkat integritas tersebut kepada unit layanan

public yang bersangkutan, berikut rekomendasi perbaikannya. Berdasarkan hasil Survei Integritas tahun 2012, nilai Indeks Integritas BPN RI adalah sebesar 6.12. Angka ini termasuk dalam kategori cukup. Di sisi lain, nilai ini walaupun sedikit di atas nilai hasil survei integritas tahun 2011 yang lalu, yaitu sebesar 6.07, menunjukkan bahwa upaya-upaya perbaikan yang dilakukan dengan melaksanaan Rencana Aksi Peningkatan Mutu Pelayanan BPN RI tahun 2011, belum memperlihatkan perbaikan yang memuaskan. Dengan demikian, ke depan, upaya-upaya tersebut harus lebih ditingkatkan.

LAKIP BPN RI 2012 40

BAB IV

PENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPN-

RI Tahun 2012 ini telah tersusun sebagai sarana penyediaan dokumen bagi penilaian kinerja instansi BPN-RI yang mencakup jajaran pusat dan daerah untuk kurun waktu tahun anggaran 2012.

Berbagai pencapaian atas target yang telah dicanangkan, nyata terwujud sebagai prestasi yang dinanti-nantikan oleh berbagai kalangan termasuk instansi pemerintah, swasta, hingga masyarakat, antara lain: a. Peraturan perundang-undangan: Undang-undang No. 2 Tahun 2012,

Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012, dan Peraturan Kepala BPN-RI No. 5 Tahun 2012 dalam kaitannya dengan Pengadaan Tanah;

b. Sertipikasi Tanah melalui kegiatan-kegiatan prioritas dan sertifikasi tanah lintas-sektor: PRONA sebanyak 772.369 Bidang; Transmigrasi sebanyak 28.805 bidang, UKM sebanyak 17.692 bidang; Pertanian sebanyak 28.743 bidang; Nelayan sebanyak 13.741 bidang; Perumahan Rakyat/MBR 6.508 bidang; HPL Transmigrasi seluas 24.013 ha; dan Pasca Bencana sebanyak 41.950 bidang;

c. Pembangunan peta dasar pertanahan seluas 3.160.000 Ha, pengaturan dan penataan pertanahan 122.519 bidang, dan jumlah Surat Keputusan penetapan tanah terlantar di 285 lokasi; dan

d. Jumlah kasus sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang diselesaikan masing-masing 168 kasus, 287 kasus dan 157 kasus; serta

e. Pilot Project Social Mapping dan pendampingan pemberdayaan masyarakat.

Sangat disadari, bahwa dalam pelaksanaan atas program dan kegiatan yang ditargetkan pada tahun anggaran 2012 ini ditemui banyak hambatan, kendala, bahkan masalah; namun demikian, senantiasa diupayakan alternatif atas solusi permasalahan tersebut sehingga pencapaian kinerja di tahun 2012 tetap optimal. Dengan demikian diperoleh pola peningkatan kinerja instansi BPN-RI.

Capaian kinerja yang tidak mencapai target antara lain disebabkan oleh permasalahan dan kendala: 1. Kemampuan perekonomian masyarakat masih rendah, khususnya

untuk memenuhi kewajiban membayar BPHTB yang dirasakan cukup memberatkan masyarakat sehingga hal ini mengurangi animo masyarakat untuk mengajukan permohonan pelayanan pertanahan

LAKIP BPN RI 2012 41

secara swadaya yang pada gilirannya akan mengurangi pencapaian target PNBP.

2. Adanya revisi dokumen anggaran yang disebabkan karena terjadinya perubahan atas dokumen anggaran itu yang tidak sesuai usulan, maupun karena pembukaan tanda bintang (blokir) akan memerlukan waktu sehingga penyerapan anggaran tidak tercapai.

3. Pada awal tahun 2012 terdapat blokir pada hampir sebagian besar kegiatan BPN-RI (di luar belanja pegawai dan operasional kantor). Pada bulan februari 2012 baru terbuka secara otomatis sehingga masih terdapat blokir (bintang) sebesar Rp458.328.478.000,- Setelah dilakukan pembahasan buka blokir bersama instansi terkait, anggaran BPN-RI masih diblokir sebesar Rp103.388.075.000,- yang dikatakan sebagai blokir tetap ditambah blokir DPR RI sebesar Rp112.353.600.000,- yang hingga penyusunan laporan ini masih belum tuntas proses buka blokirnya.

4. Pada tahun 2012 terdapat perubahan (pemotongan) atas alokasi anggaran BPN-RI sebesar Rp.76.709.782.000,- (tujuh puluh enam milyar tujuh ratus sembilan juta tujuh ratus delapan puluh dua ribu).

Strategi yang akan ditempuh pada tahun mendatang dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kinerja adalah: 1. Mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk mengembalikan

batasan Nilai NPOPTKP sebagai dasar penetapan BPHTB sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Peningkatan Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat serta memanfaatkan fasilitas LARASITA untuk mendekatkan pelayanan pertanahan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan animo masyarakat untuk mengajukan permohonan pelayanan pertanahan secara swadaya dan penyebaran informasi pelayanan pertanahan.

3. Melakukan penelitian atas dokumen anggaran yang telah diterbitkan untuk mengantisipasi kesalahan administrasi dan beberapa perubahan yang akan dilakukan.

4. Percepatan pengajuan pembukaan tanda bintang/blokir dengan percepatan kelengkapan data pendukung, penelaahan dan koordinasi dengan DPR maupun Kemenkeu.

5. Mendorong dan mengkoordinasikan dengan Bagian Tata Usaha dan Unit teknis terkait agar mempercepat dan memantau pelaksanaan kegiatan serta pelaporan secara berkala

6. Menghimbau kepada seluruh satker (yang mengalami hambatan dalam pelaksanaan kegiatan) untuk melakukan koordinasi dan

LAKIP BPN RI 2012 42

konsultasi dengan unit kerja teknis BPN Pusat maupun dengan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri.

7. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat dalam hal pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap masyarakat golongan ekonomi lemah. Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Pertanahan Nasional RI tahun 2012, dengan harapan agar dokumen ini dapat digunakan sebagai pertanggungjawaban dan sarana peningkatan kinerja guna mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional RI.

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja BPN-RI tahun 2012,

dengan harapan dapat digunakan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta sarana peningkatan kinerja guna mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi BPN-RI. Berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan, harus dijadikan bahan kajian dan sebagai pembelajaran untuk peningkatan kinerja BPN-RI di tahun-tahun yang akan datang. Dari evaluasi terhadap LAKIP BPN-RI Tahun 2012 ini oleh institusi terkait, diharapkan masukan dan saran demi peningkatan kinerja jajaran BPN-RI dan tentulah BPN-RI siap melaksanakan, sekarang!

Jakarta, 14 Maret 2013 KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

HENDARMAN SUPANDJI

Lampiran 1

Perbandingan Realisasi Anggaran BPN RI Tahun 2011 dan 2012 Perprogram per Sumber Dana

No Program

Tahun Anggaran 2011 Tahun Anggaran 2012

Alokasi Anggaran Realisasi Alokasi Anggaran Realisasi

RM PNBP Total RM PNBP Total % RM PNBP Total RM PNBP Total %

1 Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

781.634.085 1.079.349.735 1.869.043.820 605.538.508 503.483.721 1.109.082.229 59,34 769.135.040 1.120.776.826 1.889.911.866 643.093.357 690.035.517 1.333.128.875 70.53

2 Program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPN

1.436.394.000 94.486.694 1.530.880.694 1.317.852.969 47.707.040 1.365.560.009 89,20 1.519.543.763 203.877.269 1.732.883.948 1.438.555.696 66.405.451 1.504.961.148 86.47

3 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPN

157.841.000 166.300.468 324.141.468 140.589.487 36,480.699 177.070.186 54,63 129.582.400 128.220.238 257.802.638 66.704.481 73.743.027 140.447.508 54.47

4 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN

8.060.000 - 8.060.000 5.887.490 - 5.887.490 73,05 10.000.000 - 10.000.000 7.752.895 - 7.752.895 77.52

Total 2.383.929.085 1.340.136.897 3.724.065.982 2.069.928.453 587.671.461 2.657.599.914 71,36 2.428.261.203 1.452.874.333 3.881.135.536 2.156.106.431 830.183.997 2.986.260.428 76.76

Lampiran 2.a.

Realisasi Kegiatan Pensertipikatan PRONA Tahun 2012

NO PROPINSI

A. PRONA (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI 6,900 2,070,000,000 6,933 2,027,771,200

2 JABAR 44,058 13,217,400,000 43,924 12,816,574,000

3 JATENG 89,175 26,752,500,000 89,155 25,010,956,225

4 DIY 38,835 11,650,500,000 38,836 11,288,537,150

5 JATIM 106,189 31,856,700,000 104,715 33,048,855,796

6 ACEH 35,380 17,690,000,000 35,172 16,961,274,715

7 SUMUT 38,320 19,160,000,000 35,682 16,825,287,880

8 SUMBAR 11,190 5,595,000,000 10,680 5,259,030,485

9 RIAU 11,750 4,700,000,000 11,750 4,041,439,600

10 JAMBI 12,960 5,184,000,000 13,164 5,082,207,319

11 SUMSEL 18,214 7,285,600,000 18,057 6,553,121,260

12 LAMPUNG 45,500 18,200,000,000 45,500 17,806,081,300

13 KALBAR 17,280 8,640,000,000 17,280 8,308,491,000

14 KALTENG 8,155 4,077,500,000 6,825 3,631,483,135

15 KALSEL 13,894 5,557,600,000 12,431 4,511,061,813

16 KALTIM 15,351 7,675,500,000 12,768 3,761,161,603

17 SULUT 18,910 11,346,000,000 18,910 8,878,189,982

18 SULTENG 17,920 10,752,000,000 17,920 10,679,146,000

19 SULSEL 25,115 12,557,500,000 25,115 12,411,253,400

20 SULTRA 26,420 15,852,000,000 26,420 15,482,248,194

21 MALUKU 10,000 7,500,000,000 10,000 7,500,000,000

22 BALI 23,815 7,144,500,000 21,956 6,476,965,150

23 NTB 19,555 11,733,000,000 19,510 11,106,847,203

24 NTT 15,661 11,745,750,000 17,605 10,194,993,000

25 PAPUA 3,000 2,250,000,000 2,899 1,800,000,000

26 BENGKULU 22,860 9,144,000,000 21,304 8,019,492,260

27 BANTEN 24,153 7,245,900,000 24,153 7,073,509,516

28 GORONTALO 9,160 3,664,000,000 6,263 2,498,729,079

29 BANGKA BELITUNG 4,668 2,800,800,000 4,668 2,755,926,820

30 MALUKU UTARA 23,500 17,625,000,000 23,300 17,378,513,748

31 SUL-BARAT 22,410 11,205,000,000 22,410 10,422,876,651

32 KEP.RIAU 1,287 772,200,000 1,287 663,479,600

33 IRJABAR 6,035 4,526,250,000 5,777 2,872,346,000

JUMLAH 787,620 337,176,200,000 772,369 313,147,851,084

Kegiatan Sertipikasi Prona dari total anggaran sebesar Rp.337.176.200.000,- tersealisasi sebesar

Rp.313.147.851.084,- atau sekitar 92,87%, sedangkan realisasi fisiknya dari 787.620 bidang

terealisasi sebanyak 772.369 bidang atau sebesar 98,06%.

Lampiran 2.b. Realisasi Kegiatan Pensertipikatan UKM Tahun 2012

NO PROPINSI

USAHA KECIL MENENGAH (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI 500 150,000,000 500 130,450,940

2 JABAR 1,200 360,000,000 1,163 346,372,000

3 JATENG 2,200 660,000,000 2,200 605,273,180

4 DIY 400 120,000,000 400 119,664,425

5 JATIM 1,300 390,000,000 1,297 348,804,000

6 ACEH 950 475,000,000 945 426,638,740

7 SUMUT 300 150,000,000 300 129,766,000

8 SUMBAR 400 200,000,000 400 197,695,000

9 RIAU

10 JAMBI 900 360,000,000 900 357,404,000

11 SUMSEL 600 240,000,000 600 215,309,000

12 LAMPUNG 600 240,000,000 600 236,880,000

13 KALBAR

14 KALTENG

15 KALSEL 700 280,000,000 476 210,602,800

16 KALTIM 300 150,000,000 127 119,053,950

17 SULUT 800 480,000,000 800 474,450,000

18 SULTENG 1,250 750,000,000 1,250 719,350,000

19 SULSEL 1,500 750,000,000 1,431 721,048,200

20 SULTRA 850 510,000,000 850 465,040,000

21 MALUKU

22 BALI 300 90,000,000 300 89,899,900

23 NTB 700 420,000,000 0 260,249,600

24 NTT 600 450,000,000 616 422,792,000

25 PAPUA

26 BENGKULU 800 320,000,000 75 119,317,000

27 BANTEN 500 150,000,000 0 123,200,000

28 GORONTALO 1,200 480,000,000 969 449,061,000

29 BANGKA BELITUNG 650 390,000,000 650 375,902,800

30 MALUKU UTARA 463 347,250,000 463 333,574,317

31 SUL-BARAT 500 250,000,000 380 235,720,000

32 KEP.RIAU

33 IRJABAR

JUMLAH 20.463 9.162.250.000 17.692 8.233.518.852

Kegiatan Sertipikasi UKM dari total anggaran sebesar Rp. 9.162.250.000,- terealisasi sebesar Rp.

8.233.518.852,- atau sekitar 89.86%, sedangkan realisasi fisiknya dari 20.463 bidang terealisasi

sebanyak 17.692 bidang atau sebesar 86,46%

Lampiran 2.c. Realisasi Kegiatan Pensertipikatan Tanah Petani Tahun 2012

NO PROPINSI

SERTIPIKASI TANAH PERTANIAN (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI

2 JABAR 1,800 540,000,000 1,800 494,486,000

3 JATENG 2,400 720,000,000 2,400 720,000,000

4 DIY 1,150 345,000,000 1,150 325,934,675

5 JATIM

6 ACEH

7 SUMUT 1,550 775,000,000 1,244 559,259,600

8 SUMBAR

9 RIAU

10 JAMBI 1,900 760,000,000 1,800 755,640,620

11 SUMSEL 1,750 700,000,000 1,750 643,868,400

12 LAMPUNG 2,700 1,080,000,000 2,700 1,064,678,001

13 KALBAR 1,700 850,000,000 1,700 849,998,000

14 KALTENG

15 KALSEL 1,100 440,000,000 871 355,318,800

16 KALTIM

17 SULUT

18 SULTENG 600 360,000,000 600 356,484,000

19 SULSEL 1,500 750,000,000 1,500 701,330,000

20 SULTRA 4,800 2,880,000,000 4,800 2,752,724,400

21 MALUKU 800 600,000,000 800 600,000,000

22 BALI

23 NTB 2,500 1,500,000,000 2,500 1,403,664,114

24 NTT 400 300,000,000 400 281,577,000

25 PAPUA

26 BENGKULU 2,000 800,000,000 1,752 501,470,020

27 BANTEN

28 GORONTALO 800 320,000,000 426 224,234,500

29 BANGKA BELITUNG 550 330,000,000 550 319,513,000

30 MALUKU UTARA

31 SUL-BARAT

32 KEP.RIAU

33 IRJABAR

JUMLAH 30.000 14.050.000.000 28.743 12.910.181.130

Kegiatan Sertipikasi Tanah dari total anggaran sebesar Rp.14.050.000.000,- terealisasi sebesar Rp.12.910.181.130,- atau sekitar 91,89%, sedangkan realisasi fisiknya dari 30.000 bidang terealisasi sebanyak 28.743 bidang atau sebesar 95,81%.

Lampiran 2.d.

Realisasi Kegiatan Pensertipikatan Tanah Nelayan Tahun 2012

NO PROPINSI

SERTIPIKASI TANAH NELAYAN (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI

2 JABAR 1,000 300,000,000 1,000 300,000,000

3 JATENG 1,100 330,000,000 1,100 305,099,439

4 DIY 300 90,000,000 300 89,844,520

5 JATIM 1,100 330,000,000 1,100 314,515,942

6 ACEH 400 200,000,000 327 139,020,501

7 SUMUT 650 325,000,000 362 176,151,373

8 SUMBAR 300 150,000,000 300 146,822,500

9 RIAU 450 180,000,000 450 177,355,000

10 JAMBI 300 120,000,000 275 109,905,000

11 SUMSEL

12 LAMPUNG

13 KALBAR 400 200,000,000 400 199,999,000

14 KALTENG

15 KALSEL 600 240,000,000 420 183,377,200

16 KALTIM 600 300,000,000 95 39,946,050

17 SULUT 600 360,000,000 600 310,623,580

18 SULTENG 750 450,000,000 750 439,858,000

19 SULSEL 1,700 850,000,000 1,700 802,985,000

20 SULTRA 1,150 690,000,000 1,150 671,838,000

21 MALUKU

22 BALI

23 NTB 400 240,000,000 400 223,297,793

24 NTT 650 487,500,000 650 441,445,000

25 PAPUA

26 BENGKULU

27 BANTEN 600 180,000,000 600 179,465,000

28 GORONTALO 650 260,000,000 512 225,111,175

29 BANGKA BELITUNG 450 270,000,000 450 262,159,100

30 MALUKU UTARA 400 300,000,000 400 291,947,181

31 SUL-BARAT 450 225,000,000 400 194,630,000

32 KEP.RIAU

33 IRJABAR

JUMLAH 15.000 7.077.500.000 13.741 6.225.396.354

Kegiatan Sertipikasi Tanah Nelayan dari total anggaran sebesar Rp.7,077.500.000,- terealisasi sebesar Rp. 6.225.396.354,- atau sekitar 87,96%, sedangkan realisasi fisiknya dari 15.000 bidang terealisasi sebanyak 13.741 bidang atau sebesar 91,61%.

Lampiran 2.e. Realisasi Kegiatan Pensertipikatan Transmigrasi Tahun 2012

NO PROPINSI

SERTIPIKASI HAK MILIK TRANSMIGRASI (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI

2 JABAR

3 JATENG

4 DIY

5 JATIM

6 ACEH

7 SUMUT 2,000 1,000,000,000 1,665 696,841,000

8 SUMBAR 2,000 1,000,000,000 717 264,876,600

9 RIAU

10 JAMBI

11 SUMSEL 6,000 2,400,000,000 2,621 822,495,900

12 LAMPUNG 10,000 4,000,000,000 6,121 2,395,209,649

13 KALBAR 10,000 4,000,000,000 9,800 3,888,520,000

14 KALTENG 1,000 500,000,000 1,000 499,990,600

15 KALSEL

16 KALTIM 2,500 1,000,000,000 0 0

17 SULUT

18 SULTENG

19 SULSEL 1,500 900,000,000 1,500 542,160,000

20 SULTRA 1,850 925,000,000 0 0

21 MALUKU 3,000 1,800,000,000 3,000 162,000,000

22 BALI 5,000 3,750,000,000 0 0

23 NTB

24 NTT

25 PAPUA

26 BENGKULU 500 375,000,000 484 250,000,000

27 BANTEN 1,000 400,000,000 697 279,433,200

28 GORONTALO

29 BANGKA BELITUNG

30 MALUKU UTARA 1,000 600,000,000 1,000 590,114,000

31 SUL-BARAT 200 150,000,000 200 141,601,063

32 KEP.RIAU 150 75,000,000 0 0

33 IRJABAR

JUMLAH 47.700 22.875.000.000 28.805 10.533.242.012

Kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi dari total anggaran sebesar Rp.22.875.000.000,- tersealisasi sebesar Rp.10.533.242.012,- atau sekitar 46,05%, sedangkan realisasi fisiknya dari 47.700 bidang terealisasi sebanyak 28.805 bidang atau sebesar 60,39%.

Lampiran 2.f. Realisasi Kegiatan Pensertipikatan Menpera Tahun 2012

NO PROPINSI

SERTIPIKASI HAK MILIK TRANSMIGRASI (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI

2 JABAR 600 180,000,000 524 149,878,600

3 JATENG 1,150 345,000,000 1,150 314,792,734

4 DIY 350 105,000,000 350 104,879,400

5 JATIM 1,000 300,000,000 750 210,633,200

6 ACEH

7 SUMUT

8 SUMBAR

9 RIAU 300 120,000,000 300 119,098,000

10 JAMBI

11 SUMSEL 400 160,000,000 190 78,424,400

12 LAMPUNG 300 120,000,000 300 118,440,000

13 KALBAR 400 200,000,000 400 199,947,400

14 KALTENG

15 KALSEL 300 120,000,000 289 114,700,400

16 KALTIM

17 SULUT

18 SULTENG

19 SULSEL 550 275,000,000 550 254,205,047

20 SULTRA

21 MALUKU

22 BALI

23 NTB

24 NTT 300 225,000,000 325 191,424,000

25 PAPUA

26 BENGKULU

27 BANTEN 300 90,000,000 300 89,404,459

28 GORONTALO 350 140,000,000 300 115,888,000

29 BANGKA BELITUNG 300 180,000,000 300 173,996,000

30 MALUKU UTARA

31 SUL-BARAT 500 250,000,000 421 223,245,000

32 KEP.RIAU 400 240,000,000 59 36,549,941

33 IRJABAR

JUMLAH 7.500 3.050.000.000 6.508 2.495.506.581

Kegiatan Sertipikasi Menpera dari total anggaran sebesar Rp.3,050.000.000,- tersealisasi sebesar Rp. 2.495.506.581,- atau sekitar 81,82%, sedangkan realisasi fisiknya dari 7.500 bidang terealisasi sebanyak 6.508 bidang atau sebesar 86,77%

Lampiran 2.g. Realisasi Sertipikasi HPL Transmigrasi Tahun 2012

NO PROPINSI

SERTIPIKASI HPL TRANSMIGRASI (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI

2 JABAR

3 JATENG

4 DIY

5 JATIM

6 ACEH

7 SUMUT 640 65,120,000 0 0

8 SUMBAR

9 RIAU 1,200 122,100,000 0 0

10 JAMBI 10,024 1,019,942,000 1,150 26,350,000

11 SUMSEL 17,175 1,747,556,250 180 9,640,000

12 LAMPUNG

13 KALBAR 25,432 2,587,706,000 3,519 483,368,400

14 KALTENG 12,408 1,262,514,000 0 851,505,000

15 KALSEL 15,200 1,546,600,000 0 0

16 KALTIM 572 58,201,000 0 0

17 SULUT 800 81,400,000 0 0

18 SULTENG 3,236 329,263,000 0 0

19 SULSEL 18,932 1,926,331,000 18,932 1,450,085,111

20 SULTRA 700 71,225,000 0 0

21 MALUKU

22 BALI

23 NTB 1,790 182,132,500 0 10,235,200

24 NTT

25 PAPUA

26 BENGKULU 16,213 1,649,672,750 0 37,249,000

27 BANTEN

28 GORONTALO 1,800 183,150,000 0 6,720,000

29 BANGKA BELITUNG 1,000 101,750,000 0 0

30 MALUKU UTARA

31 SUL-BARAT 300 30,525,000 232 10,700,000

32 KEP.RIAU

33 IRJABAR

JUMLAH 127.422 12.965.188.500 24.013 2.885.852.711

Kegiatan Sertipikasi HPL Transmigrasi dari total anggaran sebesar Rp.12.965.188.500,- tersealisasi sebesar Rp. 2.885.852.711,- atau sekitar 22,26%, sedangkan realisasi fisiknya dari 127.422 bidang terealisasi sebanyak 24.013 bidang atau sebesar 18,85%

Lampiran 2.h. Realisasi Sertipikasi Penanganan Pasca Bencana Tahun 2012

NO PROPINSI

SERTIPIKASI PENANGANAN PASCA BENCANA (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI

2 JABAR

3 JATENG 20,000 6,000,000,000 20,000 5,999,000,000

4 DIY

5 JATIM

6 ACEH

7 SUMUT

8 SUMBAR

9 RIAU

10 JAMBI

11 SUMSEL

12 LAMPUNG

13 KALBAR 21,950 1,001,674,900 21,950 976,684,600

14 KALTENG

15 KALSEL

16 KALTIM

17 SULUT

18 SULTENG

19 SULSEL

20 SULTRA

21 MALUKU

22 BALI

23 NTB

24 NTT

25 PAPUA

26 BENGKULU

27 BANTEN

28 GORONTALO

29 BANGKA BELITUNG

30 MALUKU UTARA

31 SUL-BARAT

32 KEP.RIAU

33 IRJABAR

JUMLAH 41.950 7.001.674.900 41.950 6.975.684.600

Kegiatan Sertipikasi penanganan pasca bencana dari total anggaran sebesar Rp.7.001.674.900,,- tersealisasi sebesar Rp. 6.975.684.600,- atau sekitar 99,63%, sedangkan realisasi fisiknya dari 41.950 bidang terealisasi sebanyak 41.950 bidang atau sebesar 100%

Lampiran 2.i. Realisasi Kegiatan Redistribusi Tanah Tahun 2012

NO PROPINSI

REDISTRIBUSI TANAH (BIDANG)

TARGET REALISASI

FISIK ANGGARAN FISIK ANGGARAN

1 DKI

2 JABAR 10,000 4,500,000,000 10,000 3,130,545,500

3 JATENG 2,500 1,125,000,000 3,200 1,088,260,573

4 DIY 100 45,000,000 101 42,679,700

5 JATIM 4,500 2,025,000,000 4,661 1,770,522,620

6 ACEH 3,500 2,625,000,000 3,418 2,123,357,815

7 SUMUT 15,000 11,250,000,000 9,418 5,612,210,890

8 SUMBAR 4,000 3,000,000,000 4,000 2,595,940,200

9 RIAU

10 JAMBI 5,000 3,000,000,000 4,550 2,606,513,500

11 SUMSEL 5,000 3,000,000,000 5,890 1,821,582,220

12 LAMPUNG 5,000 3,000,000,000 5,000 2,716,081,310

13 KALBAR 8,000 6,000,000,000 8,000 5,248,962,000

14 KALTENG 1,000 750,000,000 411 182,565,572

15 KALSEL 7,500 4,500,000,000 7,500 2,325,579,400

16 KALTIM 7,000 5,250,000,000 1,320 1,890,109,746

17 SULUT 3,500 3,150,000,000 3,500 2,096,103,584

18 SULTENG 8,000 7,200,000,000 8,000 5,854,779,968

19 SULSEL 5,000 3,750,000,000 4,013 2,966,464,300

20 SULTRA 10,000 9,000,000,000 10,000 7,392,576,000

21 MALUKU 1,000 1,100,000,000 210 238,838,000

22 BALI

23 NTB 8,000 7,200,000,000 0 5,654,129,900

24 NTT 10,000 11,000,000,000 9,112 6,167,447,900

25 PAPUA 1,000 1,100,000,000 597 131,648,000

26 BENGKULU 6,000 3,600,000,000 1,800 897,662,800

27 BANTEN 5,500 2,475,000,000 5,500 2,172,993,470

28 GORONTALO 2,000 1,200,000,000 818 756,448,900

29 BANGKA BELITUNG 1,000 900,000,000 1,000 794,768,000

30 MALUKU UTARA 3,000 3,300,000,000 3,000 2,720,340,900

31 SUL-BARAT 7,500 5,625,000,000 7,500 4,554,080,500

32 KEP.RIAU

33 IRJABAR

JUMLAH 149.600 110.670.000.000 122.519 75.553.193.268

Kegiatan Redistribusi Tanah dari total anggaran sebesar Rp.110.670.000.000,- terealisasi sebesar Rp. 75.553.193.268,- atau sekitar 68,27%, sedangkan realisasi fisiknya dari 149.600 bidang terealisasi sebanyak 122.519 bidang atau sebesar 81,89%.

Lampiran 3

Daftar Lokasi SK Penetapan Tanah Terlantar

Pemegang Hak Nomor Hak Kota/Kabupaten Luas asal (Ha) Luas

ditelantarkan

1 2 3 4 5

Provinsi Banten

1 PT. Pondok Kalimaya Putih HGB 22 Serang 2,4500 2,4500

2 PT. Pondok Kalimaya Putih HGB 23 Serang 43,5900 43,5900

3 PT. Pondok Kalimaya Putih HGB 24 Serang 189,6000 189,6000

4 PT. Pasetran Wanaraindo HGB 4 Cilegon 66,4000 66,4000

Provinsi Jawa Tengah

1 PT. Perusahaan Perkebunan

Tratak

HGU 1 Batang 89,8410 82,4400

Provinsi Kalimantan Selatan

1 PT. Windu Utama HGU 3 Tanah Laut 49,4000 49,4000

2 P. Senta Windu Tabanio HGU 4 Tanah Laut 92,0000 92,0000

Provinsi Kalimantan Tengah

1 PT. Mentaya Sawit Mas HGU 33 Kotawaringin timur 16.370,8160 854,8760

2 PT.Bumi Sawit Kencana HGU 31 Kotawaringin timur 11.471,7070 504,1700

3 PT. Karunia Kencana Permai Sejati HGU 32 Kotawaringin timur 19.649,7540 2.475,0340

4 PT. Sumber Mahardika Graha HGU 43 Sukamara 7.292.1500 4.982,7400

5 P. Sumber Mahardika Gaha HGU 44 Lamandau 10.375,3400 3.361,8900

6 PT. Teguh Sampurna HGU 10 Kotawaringin timur 16.601,6570 1.138,0700

7 PT. Kridatama Lancar HGU 11 Kotawaringin timur 14.779,9200 481,4800

8 PT. Mustika Sembuluh HGU 36 Kotawaringin timur 5.270,4887 5.270,4887

Provinsi Kalimantan Timur

1 PT. Borneo Indo Subur HGU 7 Paser 1.261,2000 1.261,2000

2 PT. Borneo Indo Subur HGU 8 Paser 716,5000 716,5000

3 PT. Borneo Indo Subur HGU 9 Paser 5.270,4887 5.270,4887

Provinsi Bangka Belitung

1 PT. Karya Rinjani Utama HGU 1 Pangkalpinang 295,4000 265,4000

2 PT. Krama Yudha Sapta HGU 1 Pangkalpinang 213,0000 198,0000

Provinsi Kepulauan Riau

1 PT. Sunnymas Prima Agung HGU 1 Bintan 2.787,1510 2.787,1510

Provinsi Lampung

1 PT. Ika Nusa Fishtama HGU 1 Tanggamus 186,5000 179,9000

2 PT. Ika Nusa Fishtama HGU 3 Tanggamus 449,5800 380,3800

Provinsi Nusa Tenggara Timur

1 PT. Bali Anarcadia HGU 1 Sumba Timur 581,2000 581,2000

2 PT. Nusa Anoa HGU 3 Nagekeo 777,0000 777,0000

3 Provinsi Riau

4 PT. Alfa Glory Indah HGU 3 Kuantan

Sengginggi

726,2520 726,2520

Provinsi Sulawesi Barat

1 PT. Unggul Widya Teknologi

Lestari

HGU 4 Mamuju Utara 1.393,9700 113,7200

Provinsi Sulawesi Selatan

1 PT. Seko Fajar Plantation HGU 1 Luwu Utara 12.676,0000 12.676,0000

2 PT. Seko Fajar Plantation HGU 2 Luwu Utara 11.042,0000 11.036,0000

Provinsi Sulawesi Tengah

1 PT. Rio Fantini Persada HGU 1 Parigi Moutong 539,0000 539,0000

141.159,1467 51.853,0697

Lampiran 4

Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pertanahan yang terbit di tahun 2012

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; 2. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; 3. Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional; 4. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Unit

Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional;

5. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penanganan Laporan Adanya Dugaan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia;

6. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2011 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran Tanah Tertentu;

7. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Pakaian Dinas dan Atribut Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia;

8. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah;

9. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia;

10. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penghargaan di Bidang Pertanahan;

11. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;