DOSIS RADIASI DAN FAKTOR RESIKO PADA...

67
UNIVERSITAS INDONESIA DOSIS RADIASI DAN FAKTOR RESIKO PADA PEMERIKSAAN COMPUTED TOMOGRAPHY SCAN WHOLE ABDOMEN 3 FASE SKRIPSI MISBAHUL MUNIR 0906602300 FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK DESEMBER 2011 Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

Transcript of DOSIS RADIASI DAN FAKTOR RESIKO PADA...

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    DOSIS RADIASI DAN FAKTOR RESIKO

    PADA PEMERIKSAAN COMPUTED TOMOGRAPHY SCAN

    WHOLE ABDOMEN 3 FASE

    SKRIPSI

    MISBAHUL MUNIR

    0906602300

    FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI FISIKA

    DEPOK

    DESEMBER 2011

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    DOSIS RADIASI DAN FAKTOR RESIKO

    PADA PEMERIKSAAN COMPUTED TOMOGRAPHY SCAN

    WHOLE ABDOMEN 3 FASE

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    sarjana sains

    MISBAHUL MUNIR

    0906602300

    FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI FISIKA

    DEPOK

    DESEMBER 2011

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • ii

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • iii

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji hanyalah bagi Allah yang telah

    memberikan taufik serta hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

    memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Jurusan Fisika

    Medis pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

    Indonesia.

    Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

    dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit

    bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan

    terima kasih kepada :

    1. Dwi Seno Kuncoro Sihono, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah

    sabar membantu dalam penyusunan skripsi ini;

    2. Heru Prasetio, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan

    waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan memotivasi saya

    dalam penyusunan skripsi ini;

    3. Ibu Prof. DR Djarwani S Soejoko selaku penguji I yang telah memberikan

    ilmu baru dan masukan-masukan yang berharga untuk perbaikan skripsi

    ini;

    4. Kristina Tri Wigati, M.Si sebagai penguji II yang telah memberikan waktu

    dan masukan untuk perbaikan skripsi ini;

    5. Seluruh staf dan dosen Departemen Fisika UI atas segala informasi dan

    ilmunya yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa Fisika;

    6. Almarhum Bapak, Ibu, Kakakku (Mas Ao & Mba Lia) serta adik-adikku

    terkasih (Lia & Aam) yang tak pernah lelah memberikan do’a, perhatian,

    kasih sayang dan semangatnya;

    7. Isteriku tercinta Afi yang senantiasa mengiri langkah penulis dengan do’a

    serta memberikan semangat dan kasih sayang yang terus menggelora;

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • v

    8. Sahabat-sahabatku ekstensi fisika 2009 khususnya fisika medis (Yahya,

    Pak Suharsono, Pak Zunu, Adi, Nike, Devi, Aden, Icha, Pipit, Nia) &

    rekan-rekan regular 2008 khususnya fisika medis;

    9. Seluruh staf dosimetri di PTKMR BATAN Pasar Jum’at Jakarta;

    10. Instalasi Diagnostic Imaging Eka Hospital BSD atas izin yang diberikan

    untuk melakukan penelitian ini.

    11. Semua pihak yang telah mendukung dan mendoakan dalam penyelesaian

    skripsi ini.

    Depok, Desember 2011

    Penulis

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • vi

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • vii

    ABSTRAK

    Nama : Misbahul Munir

    Program Studi : S1 Fisika

    Judul : Dosis Radiasi dan Faktor Resiko pada Pemeriksaan

    Computed Tomography Scan Whole Abdomen 3 Fase.

    Penyakit atau gangguan pada rongga perut merupakan salah satu penyakit yang sering diderita pasien dengan keluhan di daerah perut. Alat diagnostik untuk memeriksa gangguan atau penyakit pada rongga perut antara lain menggunakan CT Scan. Pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase banyak dijumpai dibeberapa rumah sakit yaitu untuk melihat jalannya obat kontras pada fase arteri, vena dan delay. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besarnya dosis radiasi, faktor resiko yang akan timbul setelah pemeriksaan serta menganalisa faktor yang menyebabkan besarnya nilai dosis yang diterima pasien. Pada penelitian ini, tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu uji kesesuaian pesawat CT Scan untuk lingkup kualitas citra, akurasi CTDIvol antara konsol pesawat terhadap pengukuran. Dalam penelitian ini dilakukan juga estimasi dosis pada 25 pasien dengan menggunakan program imPACT CT Dosimetry. Pesawat CT Scan yang digunakan memenuhi syarat uji kesesuaian alat berdasarkan standar Australia Barat dan British Columbia CDC. CTDIvol pengukuran dibandingkan dengan CTDIvol pada pesawat CT Scan terdapat perbedaan sebesar 4,62 – 9,40%. Organ yang paling besar mendapatkan dosis ekivalen adalah ginjal yaitu berkisar dari 32 mGy – 140 mGy, dan dosis efektif diseluruh tubuh berkisar dari 15 mSv - 64 mSv. Potensi resiko tertinggi yang diterima oleh pasien dengan dosis efektif diseluruh tubuh 64 mSv adalah sebesar 0,32%. Penggunaan mode AEC merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien pada saat pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase. Kata Kunci : Faktor resiko, CT Dosimetry, whole abdomen, Dosis efektif, Dosis ekivalen.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • viii

    ABSTRACT

    Name : Misbahul Munir

    Program Study : Physics

    Title : Radiation Dose and Risk Factor in 3 Phase Whole

    Abdominal Computed Tomography Scan Examination.

    Abdominal disease or disorder is a common problem occured in a patient with abdominal symptom. One of diagnostic equipment being used to diagnose the abdominal disorder is CT Scan. A whole abdomen CT scan 3 phase examination is often taken in many hospitals to see the passage of contrass agent in arterial, vein and delayed. The aim of this study is to calculate radiation dose, risk factor that will arise after the examination and also to analyze factors that effect the amount of dose received by patient. During the study several steps are taken which are compliance test of CT equipment on image quality and CTDIvol display accuracy against measurement. In this study we also estimate the dose on 25 patients using imPACT CT dosimetry software. The CT Scan equipment is passed the Western Australia and British Columbia CDC standard. Comparison between measured CTDIvoI and console show 4,62% - 9,40% difference. The organ that received highest equivalent dose is kidney 32 mGy- 140 mGy with total body effective dose between 15 mSv - 64 mSv. The highest potential risk patient received with total body effective dose 64 mSv is 0,32%. Application of AEC is one of the factor to reduce radiation dose patient received in examination with CT Scan whole abdominal 3 phase.

    Key words : Risk factor, CT Dosimetry, Whole abdomen, Effective dose, Equivalent dose.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS………………………. ii

    LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………….. iii

    KATA PENGANTAR…………………………………………………... iv

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLKASI……………………………… vi

    ABSTRAK……………………………………………………………….. vii

    ABSTRACT……………………………………………………………... viii

    DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ix

    DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. xi

    DAFTAR TABEL………………………………………………………. xiii

    1. PENDAHULUAN……………………….…………………………… 1 1.1 Latar Belakang Masalah…………….…………………………… 1 1.2 Perumusan Masalah…………………………………………….. 2 1.3 Batasan Masalah………………………………………………… 2 1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………… 2 1.5 Metodologi Penelitian……………………………….…………... 3 1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………. 3

    2. LANDASAN TEORI………………………………………………… 5

    2.1 Computed Tomography (CT) Scan………………………............ 5 2.1.1 Gantry…………………………………………………… 5 2.1.2 Detektor…………………………………………………. 6 2.1.3 Produksi Gambar CT Scan………………………..…….. 7

    2.2 Dosis pada CT Scan……………………………………………… 10 2.2.1 Computed Tomography Dose Index (CTDI)……………. 10 2.2.2 CTDI100 …………………………………………………. 10 2.2.3 Weighted CTDIW……………………………………….. 11 2.2.4 Volume CTDIVOL………………………………………. 11 2.2.5 Dose Length Product (DLP)…………………………….. 11

    2.3 Dosis Radiasi…………………………………………………….. 12 2.3.1 Dosis Serap (D) ………………………………..………. 12 2.3.2 Dosis Ekivalen (H) ……………………….……………. 12

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • x

    2.3.3 Dosis Efektif (E) …………………………………….…. 12 2.4 Efek Biologi Radiasi Pada Tubuh……………………….………. 13 2.5 DICOM Viewer…………………………………………………. 16

    3. METODE PENELITIAN…………………………………………… 17

    3.1 Uji Kesesuain Alat………………………………………………. 18 3.1.1 Sistem Alignment Check Patient ………………..….. 19 3.1.2 Keluaran Output kV……………………………… 19 3.1.3 Tebal Irisan…………………………………….……. 19 3.1.4 Linieritas CT Number…………………………………… 20 3.1.5 Resolusi Kontras Tinggi………………………………... 21 3.1.6 CT Number Rata-rata dan Uniformitas………………… 22

    3.2 Evaluasi CTDI……………………………………………………. 23 3.3 Perhitungan Dosis pada Pemeriksaan CT Scan

    Whole Abdomen 3 Fase………………………………………… 24

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….. 25 4.1 Hasil Uji Kesesuain Alat…………………………………………. 25

    4.1.1 Sistem Alignment Check Patient..………………….…... 26

    4.1.2 Keluaran Output kV……………………………………. 26 4.1.3 Tebal Irisan……………………………………………... 27 4.1.4 Linieritas CT Number………………………………….. 29 4.1.5 Resolusi Kontras Tinggi..………………………………. 31 4.1.6 CT Number Rata-rata dan Uniformitas……………….… 33

    4.2 Evaluasi CTDI……………………………………..…………….. 35 4.3 Hasil Perhitungan Dosis pada Pemeriksaan CT Scan

    Whole Abdomen 3 Fase………………………………….……… 37

    5. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………..…… 50

    DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 52

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Detektor CT Scan single dan CT Scan MultiSlice……….… 6

    Gambar 2.2 Z-axis pada detector sesuai dengan pabrikan alat CT Scan... 7

    Gambar 2.3 Pencitraan pada CT Scan…………………………………… 8

    Gambar 2.4 Nilai Hounsfield Unit……………………………………… 9

    Gambar 2.5 Grafik efek deterministik dan efek stokastik……………… 14

    Gambar 3.1 Unfors detektor chamber………………………………….. 17

    Gambar 3.2 Fantom Cathpan…………………………………………. 18

    Gambar 3.3 Ilustrasi potongan gambar catphan untuk ketepatan posisi

    pasien……………………………………………………… 19

    Gambar 3.4 Ilustrasi potongan gambar catphan untuk penentuan uji

    tebal irisan………………………………………………… 20

    Gambar 3.5 Ilustrasi potongan gambar catphan untuk penentuan

    linieritas CT Number……………………………………… 20

    Gambar 3.6 Ilustrasi potongan gambar catphan untuk penentuan

    resolusi kontras tinggi………………………………….... 21

    Gambar 3.7 Ilustrasi potongan gambar catphan untuk penentuan

    CT Number dan uniformitas……………………………... 22

    Gambar 3.8 Fantom CTDI………………………………………......... 23

    Gambar 4.1 Hasil uji sistem aligntment check patient………………... 26

    Gambar 4.2 Hasil gambaran uji tebal irisan…………………………... 27

    Gambar 4.3 Grafik FWHM pada masing-masing garis

    yang ada fantom catphan……………………………….... 28

    Gambar 4.4 Hasil gambaran uji linieritas CT Number……………….. 29

    Gambar 4.5 Grafik hubungan CT Number dengan densitas elektron…. 30

    Gambar 4.6 Hasil gambaran resolusi kontras tinggi..…………………. 31

    Gambar 4.7 Grafik pasangan garis yang terlihat pada 0.5 lp/mm……... 31

    Gambar 4.8 Grafik pasangan garis yang terlihat pada 0.6 lp/mm……... 32

    Gambar 4.9 Grafik pasangan garis yang terlihat pada 0.7 lp/mm……… 32

    Gambar 4.10 Hasil gambaran uji CT Number rata-rata dan uniformitas... 33

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • xii

    Gambar 4.11 Hasil gambaran potongan fantom CTDI………...……….. 35

    Gambar 4.12 Tampilan program estimasi dosis imPACT per fase.......… 41

    Gambar 4.13 Contoh estimasi total dosis efektif menggunakan imPACT 43

    Gambar 4.14 Contoh organ dalam pasien yang terkena dosis radiasi

    pada pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase……….. 44

    Gambar 4.15 Grafik hubungan diameter efektif (cm) dengan arus

    tabung (mA)……………………………………………….. 46

    Gambar 4.16 Grafik hubungan diameter efektif dengan total dosis efektif

    pada mode pemberian mA secara otomatis……………….. 47

    Gambar 4.17 Grafik hubungan diameter efektif dengan total dosis efektif

    pada mode pemberian mA secara otomatis dan manual.….. 48

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Lifetime mortality pada populasi dari semua umur………… 15

    Tabel 3.1 Nilai standar uji kesesuaian alat dari standart

    Australia Barat dan British Columbia CDC............................ 18

    Tabel 3.2 Nilai densitas elektron dan CT Number…………………….. 21

    Table 4.1 Hasil pengukuran output kV………………………………… 26

    Tabel 4.2 Panjang FWHM……………………………………………… 27

    Tabel 4.3 Nilai CT Number pengukuran pada masing-masing material

    dibandingkan dengan CT Number referensi…………..…… 30

    Tabel 4.4 Hasil pengukuran nilai CT Number pada air

    dan standar deviasi………………………………………… 33

    Tabel 4.5 Hasil perhitungan nilai noise………………………………. 34

    Tabel 4.6 Hasil perhitungan CTDIvol pengukuran dengan CTDIvol

    pada pesawat CT Scan…………………………………….. 36

    Tabel 4.7 Uji kesesuaian pesawat CT Scan…………………………… 36

    Tabel 4.8 Data hasil DICOM pemeriksaan CT Scan whole abdomen

    3 fase pada tegangan 120 kV…………………………….. 37

    Tabel 4.9 Tabel perhitungan dosis menggunakan program imPACT

    pada tegangan 120 kV……………………………………… 42

    Tabel 4.10 Dosis organ dan dosis efektif per pasien…………………… 45

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan

    meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Batas-batas rongga

    abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul

    dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang

    illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot

    psoas dan quadratus lumborum. Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar

    dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar. Selain saluran

    pencernaan, rongga abdomen juga berisi saluran perkencingan yaitu ginjal, ureter

    dan saluran kemih[1].

    Penyakit atau gangguan pada rongga abdomen merupakan salah satu

    penyakit yang sering diderita oleh manusia. Hal ini disebabkan karena didalam

    abdomen terdapat banyak organ yang saling berkaitan, seperti hepar, ginjal, maag

    duodenum, kandung empedu, pankreas, usus besar dan lain sebagainya. Beberapa

    indikasi yang menyebabkan diperlukannya pemeriksaan abdomen antara lain;

    dyspepsia, dugaan adanya tumor intra abdomen, trauma abdomen, kolik abdomen

    dan lain-lain.

    Alat diagnostik untuk memeriksa gangguan atau penyakit pada rongga

    abdomen antara lain adalah menggunakan alat CT Scan. Dengan menggunakan

    alat CT Scan generasi terbaru yaitu generasi ketujuh atau yang sering dikenal

    dengan alat CT Scan Multi Slice, hasil gambaran yang diperoleh dapat diolah

    sesuai dengan kebutuhan dokter sehingga didapatkan gambaran yang optimal agar

    tercapai diagnosa secara akurat dan menyeluruh. Selain keunggulan dan manfaat

    yang didapatkan dengan menggunakan modalitas alat CT Scan, faktor resiko serta

    dosis radiasi yang besar yang didapatkan oleh organ-organ sensitife yang berada

    pada rongga abdomen.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 2

    Universitas Indonesia

    Dalam praktek sehari-hari, pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 phase

    banyak dijumpai dibeberapa rumah sakit yaitu untuk melihat jalannya obat

    kontras pada phase arteri, vena dan delay. Dengan banyaknya pengambilan

    scanning pada beberapa phase itulah, perlu dilakukan perhitungan besarnya dosis

    yang diterima oleh pasien setiap selesai melakukan pemeriksaan CT Scan whole

    abdomen 3 phase tersebut. Disini faktor manfaat harus sangat diperhatikan,

    jangan sampai resiko yang diterima oleh pasien lebih besar dibandingkan manfaat

    yang diterima.

    Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya dosis radiasi yang

    diterima oleh pasien setiap melakukan pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3

    phase. Selain menghitung dosis radiasi penelitian ini juga bertujuan untuk

    menghitung faktor resiko yang diterima oleh pasien setiap melakukan

    pemeriksaan abdomen menggunakan modalitas CT Scan.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

    berapa besar dosis yang diterima oleh organ-organ dalam dan dosis efektif pasien

    serta faktor resiko yang diterima pada pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3

    phase.

    1.3. Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti dibatasi sesuai dengan

    judul yang diajukan yaitu “Dosis Radiasi dan Faktor Resiko pada Pemeriksaan CT

    Scan Whole Abdomen 3 Phase”. Penelitian ini difokuskan pada faktor apa saja

    yang mempengaruhi besarnya nilai dosis yang diterima oleh pasien serta factor

    resiko yang diterima oleh pasien.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 3

    Universitas Indonesia

    Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah menghitung besarnya dosis

    radiasi yang diterima oleh pasien, faktor resiko yang akan timbul serta

    menganalisa faktor yang menyebabkan besarnya nilai dosis yang diterima organ-

    organ yang terpapar radiasi selama melakukan pemeriksaan CT Scan whole

    abdomen 3 phase.

    1.5. Metodologi Penelitian

    Metode penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu :

    1.5.1. Studi Kepustakaan

    Pada tahap ini, penulis mencari dan juga mempelajari tentang CT Scan,

    Radiobiologi dan teori tentang penghitungan dosis. Informasi ini diperoleh dari

    berbagai sumber baik itu berupa sumber tercetak (buku), internet (jurnal online),

    penjelasan dari dosen pembimbing dan juga diskusi dengan mahasiswa lain.

    1.5.2. Uji Kesesuaian Alat

    Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, uji kesesuaian alat harus

    dilakukan terlebih dahulu yang bertujuan untuk memastikan bahwa alat tersebut

    masih sesuai dengan standar atau tidak. Uji kesesuaian yang diukur adalah uji

    CTDI (Computed Tomography Dose Index) dan kualitas gambaran dengan

    menggunakan fantom Cathpan.

    1.5.3. Pengambilan Data

    Pengambilan data sample dilakukan pada Rumah Sakit Eka Hospital BSD

    dengan mengumpulkan data DICOM pasien sebanyak 25 data untuk melihat nilai

    mAs, Picth, rotation time, CTDIvol dan Dose Length Product (DLP). Kemudian

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 4

    Universitas Indonesia

    dengan data tersebut akan di dapatkan nilai dosis efektif organ-organ yang

    terpapar radiasi mengunakan program imPACT CT Dosimetry.

    Faktor resiko kanker pada pemeriksaan CT Scan akan dihitung

    berdasarkan besarnya dosis yang diterima oleh pasien dengan acuan literature

    ICRP Publication 60.

    1.6. Sistematika Penulisan

    Sistematika pada penulisan ini dibagi menjadi 5 bab, yang masing-masing

    terdiri dari beberapa sub-bab untuk mempermudah penjelasan. Penulisan bab-bab

    dilakukan sebagai berikut :

    BAB I Pendahuluan, berisi tentang penjelasan secara umum latar belakang

    permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan

    sistematika.

    BAB II Landasan teori, berisi teori-teori dasar yang digunakan pada penulisan dan

    analisa dalam skripsi ini.

    BAB III Metode penelitian, berisi mengenai langkah-langkah, alat dan bahan, dan

    proses selama penelitian dilaksanakan.

    BAB IV Hasil dan pembahasan menjelaskan tentang hasil pengukuran data dan

    analisis dari data tersebut.

    BAB V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran dari pembahasan yang

    telah dijabarkan.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 5 Universitas Indonesia

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Computed Tomography (CT) Scan Penggunaan peralatan CT Scan saat ini sangat membantu dalam

    mendiagnosa penyakit secara komprehensif, karena dapat melihat dalam beberapa

    proyeksi gambaran, seperti potongan axial, coronal maupun sagital. Selain itu,

    penggunaan CT Scan salah satu untuk melihat gambaran 3D suatu organ serta

    dapat melihat pembuluh darah tanpa tindakan invasive. CT Scan pertama kali

    ditemukan oleh Godfrey N. Hounsfield ilmuwan asal Inggris pada tahun 1972[2].

    Komponen-komponen pada CT Scan dapat dikelompokkan menjadi 4

    bagian :

    1. Unit Scanning yaitu Gantry dengan tabung x-ray dan sistem detektor.

    2. Meja pasien.

    3. Image prosessor untuk rekonstruksi gambar.

    4. Konsol.

    Konsol mempresentasikan interface antara manusia dengan mesin dan

    dirancang untuk multifungsi. Konsol menjadi unit kontrol semua prosedur

    pemeriksaan dan juga digunakan untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan.

    2.1.1. Gantry Sebuah sistem CT Scan terdiri dari unit sinar-x yang berfungsi sebagai

    pemancar dan unit data akuisisi yang berfungsi sebagai penerima. Dalam sistem

    CT Scan, 2 komponen ini ditempatkan dalam unit ring shaped yang disebut

    gantry.

    2.1.1.1. Tabung Sinar-x Produsen sistem CT Scan menggunakan tabung sinar-x dengan ukuran

    focal spot yang bervariasi. Hal ini karena volume dengan resolusi kontras rendah

    yang baik adalah penting untuk dianalisis dengan daya yang tinggi dan focal spot

    yang besar, sementara gambar resolusi tinggi dengan irisan tipis membutuhkan

    focal spot yang kecil.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 6

    Universitas Indonesia

    Tabung sinar-x yang digunakan dalam CT Scan modern memiliki

    rentang daya dari 20-60 kW pada tegangan 80-140 kV. Sistem ini dapat

    dioperasikan pada daya maksimum untuk waktu yang terbatas. Batasan ini

    ditentukan oleh sifat-sifat anoda dan generator. Untuk mencegah overloading dari

    tabung sinar-x, tegangan harus dikurangi untuk scanning yang lama.

    Pengembangan sistem multi-row detektor praktis telah meghapus keterbatasan ini,

    karena sistem ini menggunakan detektor yang lebih efisien dari pada daya tabung

    sinar-x yang tersedia.

    2.1.1.2. Shielding (penahan) Setiap CT Scan dilengkapi dengan grid, kolimator dan filter untuk

    memberikan penahan terhadap radiasi hambur, untuk menentukan potongan scan

    dan untuk menyerap sebagian energi rendah dari spektrum sinar-x. Dengan

    penahan yang tersedia pasien dan petugas akan terlindungi.

    2.1.2. Detektor. Sistem detektor memainkan peranan yang khusus dalam interaksi

    komponen CT Scan. Detektor mengkonversi insiden sinar-x dari berbagai

    intensitas menjadi sinyal listrik. Sinyal analog diperkuat oleh komponen

    elektronik dan dikonversi menjadi pulsa digital.

    Gambar 2.1. Detektor CT Scan single dan CT Scan Multislice[3]

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 7

    Universitas Indonesia

    Multi-row detektor memanfaatkan radiasi yang dikirim dari tabung sinar-x

    lebih efisien dibandingkan single-row detektor. Secara bersamaan dapat men-scan

    beberapa irisan dengan potongan yang tipis sehingga dapat mengurrangi waktu

    scan secara signifikan. Sejak MSCT 64-slice mulai diproduksi, desain detector

    array digunakan oleh beberapa produsen yang di ilustrasikan pada gambar 4

    dibawah ini. Pendekatan yang digunakan oleh produsen pada disain detector

    array pada MSCT 64 Slice adalah memperpanjang array dalam arah z dan

    menyediakan semua elemen detektor submillimeter: 64 x 0.625 mm (total panjang

    sumbu z adalah 40 mm) untuk pabrikan GE dan Philips, 64 x 0.5 mm (total

    panjang sumbu z yaitu 32 mm) untuk pabrikan Toshiba. Desain siemens sangat

    berbeda yaitu detector array berisi 32 scanner (berisi 32 element yang masing-

    masing panjangnya 0.6 untuk total panjang sumbu z yaitu 19.2 mm) yang

    dikombinasikan dengan tabung sinar-x “dynamic focus” untuk akuisisi simultan

    64 slice.

    Gambar 2.2. Z-axis pada detektor sesuai dengan pabrikan alat CT Scan[3]

    2.1.3. Produksi Gambar CT Scan 2.1.3.1. Akuisisi Data

    Dalam kasus yang paling sederhana, objek (dalam hal ini silinder bulat)

    adalah linier di scan dengan scan yang tipis, seperti berkas jarum. Prosedur ini

    menghasilkan gambar bayangan (disebut sebagai “profil atenuasi” atau

    “proyeksi”) yang disimpan oleh detector dan image processor. Setelah rotasi lebih

    lanjut dari tabung dan detektor dengan sudut yang kecil, objek sekali lagi di scan

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 8

    Universitas Indonesia

    linear dari arah lain, sehingga menghasilkan gambar bayangan yang kedua.

    Prosedur ini diulang sampai beberapa kali sampai obyek telah discan untuk rotasi

    180°.

    Gambar 2.3. Pencitraan pada CT Scan[4]

    2.1.3.2. Tampilan Profil atenuasi yang berbeda lebih lanjut diproses dalam image

    processor. Dalam kasus backprojection yang sederhana, setiap profil atenuasi

    dalam arah scan ditambahkan ke memori gambar. Hasilnya adalah gambar kabur

    akibat kelemahan pada backprojection yang, artinya setiap objek tidak hanya

    memberikan kontribusi untuk menampilkannya, tetapi juga mempengaruhi

    keseluruhan gambar. Hal ini sudah terlihat setelah 3 proyeksi. Untuk menghindari

    masalah ini, setiap profil atenuasi diberikan filter high-pass matematika (juga

    disebut sebagai "kernel") sebelum backprojection tersebut. Ini menghasilkan

    overshoot dan undershoot di tepi objek. Operasi matematika disebut

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 9

    Universitas Indonesia

    "convolution". Profil atenuasi convolution ditambahkan dalam memori gambar

    untuk menghasilkan gambar yang tajam.

    Gambar CT Scan tidak memperlihatkan nilai µ secara langsung tetapi

    jumlah CT Number yang sesuai dengan nilai Hounsfield unit.

    = 1000 ( − )

    CT number diukur pada HU (Hounsfield Unit). CT number air

    didefinisikan 0 HU dan CT number udara yaitu -1000 HU. Skala ini tidak

    memiliki batas dalam kisaran nilai positif. Pada CT Scan biasanya bekerja pada

    range -1024 HU sampai dengan 3071 HU.

    Gambar 2.4. Nilai Hounsfield Unit[5]

    Pada gambar CT, nilai kerapatan direpresentasikan sebagai skala nilai

    abu-abu (gray scale). Namun karena mata manusia hanya dapat membedakan

    sekitar 80 skala nilai abu-abu, tidak semua nilai kerapatan dapat ditampilkan

    dalam skala abu-abu. Karena alasan ini, rentang kerapatan yang relevan pada

    diagnostik diberikan pada seluruh nilai abu-abu yang terlihat. Proses ini disebut

    windowing.

    Untuk mengatur window, pertama-tama didefinisikan bahwa nilai CT

    Number skala abu-abu pusat akan ditetapkan. Dengan menetapkan window width

    yang kemudian didefinisikan CT Number diatas dan dibawah dari pusat nilai abu-

    abu masih dapat dibedakan oleh berbagai skala abu-abu dengan gambaran

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 10

    Universitas Indonesia

    jaringan hitam mewakili kepadatan yang rendah dan gambaran putih mewakili

    kepadatan yang lebih tinggi.

    2.2. Dosis pada CT Scan[6] 2.2.1. Computed Tomography Dose Index (CTDI)

    CTDI merupakan konsep utama pengukuran dosis pada CT Scan

    CTDI = ∫ ( )∾∾

    Dimana :

    D(z) = Radiasi profil dosis sepanjang sumbu Z ( z-axis)

    N = Jumlah gambaran tomografi pada satu gambaran scan axial. Hal ini

    sesuai dengan data chanel yang digunakan pada scan khusus. Nilai N

    mungkin akan hilang atau sama dengan jumlah maksimum yang ada pada

    sistem.

    T = Lebar dari scan tomografi sepanjang gambaran sumbu z dengan satu

    data channel. Pada MSCT, beberapa elemen detector menjadi satu group

    bersama pada satu data chanel. Pada single slice, kolimasi sumbu z (T)

    adalah lebar scan.

    CTDI mempresentasikan dosis serap rata-rata sepanjang sumbu z dari

    series yang diradiasi yang berdekatan. CTDI yaitu mengukur dari satu scan axial

    (satu kali putaran dari tabung sinar-x) dihitung dengan pembagian dari integral

    dosis serap dengan jumlah total kolimasi. CTDI selalu diukur pada mode scan

    axial untuk satu putaran dari tabung sinar-x. secara teoritis mengestimasi rata-rata

    dosis pada bagian dalam tengah-tengah dari volume scan yang terdiri atas

    beberapa bagian.

    2.2.2. CTDI100 CTDI100 mempresentasikan akumulasi dosis dari beberapa scan pada

    pertengahan dari panjang scan 100 mm scan dan tidak menghitung akumulasi

    dosis dari panjang scan yang melebihi panjang scan 100 mm. CTDI100 lebih kecil

    dibanding dosis kesetimbangan atau MSAD.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 11

    Universitas Indonesia

    CTDI100 membutuhkan integral dari radiasi profil dosis dari satu potongan

    axial atau limit integral yang lebih spesifik. Pada kasus CTDI100, integral limit ±

    50 mm yang cocok pada panjang 100 mm pensil ionisasi chamber .

    CTDI100 = ∫ ( )

    CTDI100 menggunakan panjang 100 mm, 3 cc aktif volume CT pensil

    ionisasi chamber dan 2 phantom acrylic CTDI, yaitu 16 cm untuk kepala dan 32

    untuk tubuh. Pengukuran harus dilakukan pada meja pasien stationary.

    2.2.3. Weighted CTDIW

    = , + ,

    Nilai dari 1/3 dan 2/3 kira-kira berjumlah dari relative area yang

    diperlihatkan oleh nilai tengah dan tepi.

    2.2.4. Volume CTDIVOL

    =

    I = pergerakan meja peraxial scan (mm).

    Sejak pitch didefinisikan sebagai rasio dari pergerakan meja per rotasi (I)

    ketotal jumlah lebar kolimasi (NxT).

    ℎ =

    Sehingga volume CTDI menjadi

    =1ℎ

    2.2.5. Dose Length Product (DLP) ( − ) = ( ) ℎ ( )

    DLP menggambarkan total energi yang diserap (dan efek biologi) yang

    diakibatkan oleh pengambilan scan.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 12

    Universitas Indonesia

    2.3. Dosis Radiasi [7]

    2.3.1. Dosis Serap (D) Dosis serap adalah energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi pengion

    sebesar dE kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm.satuan dosis serap

    adalah joule/kg atau sama dengan Gray (Gy). Satu Gray adalah dosis radiasi yang

    diserap dalam satu joule per kilogram.

    1 gray (Gy) = 1 joule/kg

    2.3.2. Dosis Ekivalen (H) Dosis ekivalen dapat didefinisikan sebagai dosis serap yang diterima oleh

    tubuh manusia secara keseluruhan dengan memperhatikan kualitas radiasi dalam

    merusak jaringan tubuh. Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi

    yang berbeda akan memberikan efek biologi yang berbeda pada sistem tubuh

    mahluk hidup. Dosis ekivalen merupakan hasil kali antara dosis serap (D), dan

    faktor kualitas (Q).

    H = D x Q

    Besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan

    pada jaringan/organ dinamakan faktor bobot radiasi (Wr) sehingga rumus dosis

    ekivalen adalah sebagai berikut

    H = D x Wr Satuan dosis ekivalen adalah Sievert (Sv).

    2.3.3. Dosis Efektif (E) Sangat penting untuk mengetahui bahwa efek biologi dari radiasi tidak

    hanya tergantung dari dosis radiasi yang mengenai jaringan atau organ, tetapi juga

    tergantung dari sensitivitas biologi dari jaringan atau organ yang terpapar radiasi.

    100 mGy dosis yang pada ekstrimitas tidak sama efeknya dengan 100 mGy pada

    daerahj pelvis. Dosis efektif (E) adalah gambaran dosis yang direfleksikan dari

    sensitivitas biologi yang berbeda-beda. Satuan dari dosis efektif adalah Sievert

    (biasanya mSv yang digunakan pada radiologi diagnostik).

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 13

    Universitas Indonesia

    =

    Di mana :

    E = dosis efektif

    H = dosis ekivalen

    ωt = factor bobot jaringan

    2.4. Efek Biologi Radiasi Pada Tubuh[8] Kerusakan sel akan mempengaruhi fungsi jaringan atau organ bila jumlah

    sel yang mati/rusak dalam jaringan/organ tersebut cukup banyak. Semakin banyak

    sel yang rusak/mati, semakin parah perubahan fungsi yang terjadi sampai

    akhirnya organ tersebut akan kehilangan kemampuannya untuk menjalankan

    fungsinya dengan baik. Perubahan fungsi sel atau kematian sejumlah sel

    menghasilkan suatu efek biologis yang bergantung pada jenis radiasi, dosis dan

    laju dosis, radiasi tunggal dan terbagi, jenis sel dan lainnya.

    Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel genetik

    adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel

    somatik adalah sel lainnya yang ada di dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka

    efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau

    efek pewarisan adalah efek radiasi yang terjadi pada sel genetik dan dirasakan

    oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Bila efek radiasi terjadi

    pada sel somatik dan dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi maka disebut

    efek somatik.

    Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat

    bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek

    segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu

    terpapar dalam waktu singkat setelah pemaparan, seperti epilasi (rontoknya

    rambut), eritema (memerahnya kulit),luka bakar dan penurunan jumlah sel darah.

    Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca

    iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah

    waktu yang lama (bulanan-tahunan) setelah terkenan paparan radiasi, seperti

    katarak dan kanker.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 14

    Universitas Indonesia

    Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek

    radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministik. Efek stokastik adalah

    efek yang terjadi akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan

    terjadinya perubahan pada sel. Pada paparan radiasi dengan dosis yang bisa

    menyebabkan kematian sel akan timbul efek deterministik.

    Gambar 2.5 Grafik efek deterministik dan efek stokastik[8].

    Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk

    menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun

    sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel.

    Sel yang mengalami modifikasi atau sel terubah ini mempunyai peluang untuk

    lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti

    ini.

    Efek Deterministik terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan

    radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi

    sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek

    deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (Threshold

    dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat

    keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar

    dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih

    rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik

    dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya

    efek ini menjadi 100%.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 15

    Universitas Indonesia

    Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah

    masa laten yang lama, tidak ada penyembuhan spontan. Semakin besar dosis,

    semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan keparahannya tidak

    bergantung kepada dosis.

    Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel

    yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek

    genetik. Apabila sel terubah ini adalah sel somatik maka sel sel tersebut dalam

    jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan

    yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan

    ganas atau kanker.

    Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan resiko kanker dan efek

    pewarisan yang secara statistik dapat di deteksi pada suatu populasi, namun tidak

    secara serta merta terkait dengan paparan individu.

    Tabel 2.1. Lifetime mortality pada populasi dari semua umur

    dari spesifik fatal cancer setelah paparan dosis rendah[8]

    Fatal Probability coefficient (10⁻⁴ Sv⁻¹)

    ICRP (1977) ICRP 60 Bladder - 30 Bone marrow 20 50 Bone surface 5 5 Breast 25 20 Colon - 85 Liver - 15 Lung 20 85 Oesophagus - 30 Ovary - 10 Skin - 2 Stomach - 110 Thyroid 5 8 Remainder¹ 50 50 Total 125² 500³

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 16

    Universitas Indonesia

    Keterangan tabel :

    ¹ = Komposisi dari pengingat pada dua kasus yang berbeda

    ² = Total yang digunakan untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum.

    ³ = Hanya untuk masyarakat umum. Total resiko fatal cancer untuk populasi

    pekerja diambil menjadi 400 x 10⁻⁴ Sv⁻¹.

    2.5. DICOM Viewer

    Pengolahan image data untuk complaint test menggunakan DICOM Viewer

    yaitu imageJ[9] yang merupakan singkatan image Java karena dikembangkan

    dalam bahasa pemograman Java. imageJ dapat diunduh secara bebas (free

    software) yang dapat dijalankan pada sistem operasi berbasis Windows, Linux

    ataupun Macintosh.

    Pengoperasian software ImageJ sangat mudah dan terus berkembang karena

    bersifat open source. Dukungan pengembangan disupport oleh komunitas

    pengguna Image Java yang banyak mengembangkan untuk kepentingan analisis

    dalam bahawa pemrograman Java di berbagai lembaga riset atau peneliti dunia.

    imageJ dapat menampilkan, mengedit, menganalisa, memproses, dan menyimpan

    gambar 8-bit, 16-bit dan 32-bit. Selain membaca format DICOM ImageJ juga

    dapat membaca format gambar TIFF, GIF, JPEG, BMP, FITS dan "RAW".

    Pengoperasian yang ada pada software imageJ antara lain menghitung luas dan

    statistik nilai pixel dari pilihan yang ditetapkan pengguna, dapat mengukur jarak

    dan diameter , serta dapat menentukan kepadatan histogram dan garis plot profil.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 17 Universitas Indonesia

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Pada penelitian ini tahapan yang digunakan yaitu pertama uji kesesuaian

    alat untuk evaluasi kualitas citra dengan menggunakan standar Australia Barat dan

    British Columbia CDC. Tahap berikutnya adalah pengukuran dosis CTDI pada

    pesawat dengan menggunakan fantom CTDI 32 untuk Body dan tahap terakhir

    yaitu pengukuran dosis radiasi pada pemeriksaan pasien CT Scan Whole abdomen

    3 fase sebanyak 25 pasien dengan menggunakan program imPACT sesuai dengan

    data DICOM.

    Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pesawat MSCT Scan

    merk GE tipe Lightspeed VCT 64 Slice. Untuk uji kesesuaian alat digunakan

    Catphan tipe 400 dan 500, phantom CTDI 32 digunakan untuk pengukuran dosis

    CTDI karena sesuai dengan penelitiannya yaitu pemeriksaan CT Scan whole

    abdomen. Detektor yang digunakan yaitu Unfors, dengan tipe detektor yaitu CT

    detektor platinum (untuk mengukur dosis CTDI) dan detektor kV (untuk

    mengukur output kV) yang ditampilkan pada Unfors display.

    Gambar 3.1. Unfors detektor chamber

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 18

    Universitas Indonesia

    3.1. Uji Kesesuaian Alat

    Kualitas citra pada hasil gambaran merupakan salah satu uji kesesuaian alat

    yang harus dilakukan. Hal ini sangat diperlukan karena berpengaruh terhadap

    hasil gambaran yang akan dievaluasi oleh dokter yang dapat menyebabkan terjadi

    kesalahan dalam menegakkan diagnosa terhadap pasiennya. Selain uji kualitas

    citra, cek keluaran Output kV dan evaluasi nilai CTDI merupakan yang harus

    dilakukan dalam uji kesesuaian alat sehingga dapat mengetahui kondisi alat pada

    saat sebelum dilakukan penelitian apakah masih sesuai dengan standar atau tidak.

    Gambar 3.2. Fantom Cathpan

    Tabel 3.1. Nilai standar uji kesesuain alat dari standart Australia Barat dan British Columbia CDC[10]

    No Parameter Standar/batas toleransi 1 Sistem Alignment Check Patient 2 mm

    2 Keluaran output kV 5%

    3 Tebal irisan ± 0.5 mm

    4 Linearitas CT Number Koefisien korelasi > 0.990

    5 Resolusi kontras tinggi Dijadikan base line

    6 CT Number rata-rata dan uniformitas

    Maksimal noise-minimal noise ≤ 2 CT

    7 CTDI 20 %

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 19

    Universitas Indonesia

    3.1.1. Sistem Alignment Check Patient

    Dengan mengevaluasi hasil gambar scanning pertama posisi fantom dan

    keselarasan garis dapat diverifikasi. Hasil gambaran ini berisi empat baris kawat

    sampai pada sudut 23° dari bawah ke atas modul test.

    Laser, optik, dan system keselarasan mekanik pasien dapat diperiksa

    keakurasiannya. Sejajarkan titik putih pada phantom dengan sinar keselarasan

    seperti yang dibahas pada posisi pertama fantom.

    Gambar 3.3. Ilustrasi potongan gambar catphan untuk ketepatan posisi pasien[11].

    3.1.2. Keluaran Output kV

    Uji kesesuaian ini bertujuan untuk melihat output kV yang digunakan pada

    pemeriksaan apakah sesuai atau tidak dengan yang besarnya kV yang dipilih.

    Pengambilan data dilakukan dengan variasi kV mulai dari 80 kV sampai dengan

    140 kV dengan interval 20 kV. Alat pencatat keluaran kV yang digunakan pada

    tahap ini adalah menggunakan detektor unfors kV output. Toleransi pada cek

    keluaran output yaitu sebesar 5 %.

    3.1.3. Tebal Irisan

    Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi tebal irisan (Z mm), dengan cara

    mengukur panjang Full Widht at Half Maximum (FWHM) dengan menggunakan

    imageJ dari keempat garis yang pada gambar dan dirata-ratakan hasilnya

    kemudian dikalikan dengan 0.42.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 20

    Universitas Indonesia

    Gambar 3.4. Ilustrasi potongan gambar catphan untuk penentuan uji tebal irisan[11]

    3.1.4. Linearitas CT Number

    Uji kesesuain ini bertujuan untuk melihat linearitas dari CT Number

    dengan membandingkan dengan densitas elektron dari material-material yang ada

    didalam catphan yaitu udara, teflon, delrin dan low density polyetyline (LDPE).

    Gambar 3.5. Ilustrasi potongan gambar catphan untuk penentuan linearitas

    CT Number[11] Nilai CT Number dari setiap material akan dibandingkan dengan nilai CT

    Number referensi dengan cara membuat region of interest (ROI) disetiap

    gambaran material yang ada dengan diameter ± 20 mm. Selain itu, nilai CT

    Number harus memiliki hubungan yang linear dengan nilai densitas elektron-nya.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 21

    Universitas Indonesia

    Perhitungan dilakukan dengan cara membuat grafik antara CT Number

    pada sumbu y dan densitas electron pada sumbu x, lalu buat garis linear dan

    persamaannya. Batas nilai koefisien korelasi (R2) ≥ 0.99.

    Tabel 3.2. Nilai densitas elektron dan CT Number[11]

    Material Densitas elektron (e.m⁻³ x 10²³) CT Number

    Udara 3007 -1000

    LDPE 3429 -100

    Delrin 4560 340

    Teflon 2889 990

    3.1.5. Resolusi Kontras Tinggi

    Uji kesesuaian ini bertujuan untuk melihat kemampuan resolusi kontras

    pada pesawat CT Scan. Pasangan garis yang terlihat pada hasil gambaran uji

    resolusi kontras tinggi yaitu terdiri dari 5 pasangan garis sampai 20 pasangan garis

    per cm. Garis-garis yang masih terlihat menentukan kemampuan resolusi pesawat

    CT Scan.

    Gambar 3.6. Ilustrasi potongan gambar catphan untuk penentuan resolusi kontras

    tinggi [11].

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 22

    Universitas Indonesia

    3.1.6. CT Number Rata-rata dan Uniformitas

    Uji kesesuaian ini bertujuan untuk mengetahui CT Number rata-rata pada

    air dan uniformitasnya dan menghitung noise pada hasil gambaran. Pada hasil

    gambaran yang didapatkan dianalisa menggunakan imageJ dengan memilih ROI

    untuk kelima titik, yaitu satu titik pada posisi tengah, dan 4 titik lainnya yaitu

    pada posisi jam 12, 3, 6, dan 9.

    Standar nilai CT Number pada tengah fantom penyimpangannya ± 4 CT

    Number dari nilai 0 dan untuk nilai CT Number pada posisi jam 12, 3, 6 dan 9

    penyimpangannya ± 2 CT Number dari nilai CT Number di tengah fantom. Untuk

    mengetahui nilai noise rumus yang menggunakan rumus :

    = 120 ℎ

    300 8

    Dimana :

    = noise

    = standar deviasi

    = nilai kV pada saat melakukan scan pada fantom

    = nilai mAs pada saat melakukan scan pada fantom

    ℎ = slice width pada saat melakukan scan pada fantom

    Gambar 3.7. Ilustrasi potongan gambar catphan untuk penentuan CT Number

    rata-rata dan uniformitas[11]

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 23

    Universitas Indonesia

    3.2. Evaluasi CTDI

    Setiap pesawat MSCT sekarang sudah dilengkapi dengan software

    penghitungan dosis yang telah diberikan untuk setiap pemeriksaan yang

    dilakukan. Pada tahap ini akan diuji keakuratan dari data yang diberikan oleh

    pesawat MSCT dengan cara melakukan pengukuran CTDI. Pengukuran CTDI

    dilakukan dengan menggunakan phantom CTDI 32 karena pemeriksaan yang

    akan dihitung dosisnya adalah pemeriksaan CT Scan whole abdomen.

    Gambar 3.8. Fantom CTDI

    Pengukuran dilakukan dengan variasi kolimator pada 1.25 mm, 2.5 mm, 5

    mm, 10 mm, 20 mm dan 40 mm pada posisi tengah fantom dan arah jam 12, 3 dan

    9. Pada posisi arah jam 6 tidak dilakukan pengukuran karena sangat sulit dalam

    peletakan detektor yang dikhawatirkkan dapat merusak detektor tersebut.

    Nilai pembobotan CTDI (CTDIw) didapat menggunakan persamaan

    = 13 , +

    23 ,

    Dimana :

    CTDI100,center = hasil pengukuran ditengah fantom

    CTDI100,edge = hasil rata-rata pengukuran di posisi jam 12,3 dan 9.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 24

    Universitas Indonesia

    Persamaan diatas hanya digunakan untuk menghitung dosis pada mode

    pengambilan slice yaitu single slice. Untuk mode helicel slice persamaan yang

    digunakan yaitu :

    =

    Dimana :

    N x T = besar kolimator

    I = pergerakan meja per rotasi

    Evalusi CTDI yang didapatkan dari perhitungan selanjutnya dibandingkan

    dengan data yang ada pada pesawat CT Scan sehingga dapat dianalisa seberapa

    besar perbedaan yang didapatkan, apakah masih sesuai dengan nilai toleransi yang

    diperbolehkan atau tidak.

    3.3. Estimasi Dosis Pada Pemeriksaan CT Scan Whole Abdomen 3 Fase.

    Perhitungan dosis ini menggunakan program imPACT[12] dengan

    menghitung besarnya dosis efektif yang diterima pasien secara keseluruhan dan

    organ-organ yang berada didalamnya.

    Proses yang dilakukan sebelum melakukan penghitungan dengan program

    imPACT adalah membandingkan nilai dosis yang terdapat pada pesawat CT Scan

    dibandingkan dengan hasil pengukuran, apakah masih sesuai dengan standar atau

    tidak. Jika hasilnya tidak melebihi batasan yang telah ditentukan, maka

    perhitungan dilakukan untuk data pasien sebanyak 25 pasien. Parameter yang

    diperlukan untuk penghitungan menggunakan program imPACT adalah kV, mA,

    rotating time, pitch dan detector coverage.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 25 Univesitas Indonesia

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai uji kesesuaian yang telah

    dilakukan, meliputi sistem alignment check patient, keluaran output kV, tebal

    irisan, linearitas CT Number, Resolusi kontras tinggi, CT Number rata-rata dan

    uniformitas serta evaluasi CTDI. Hasil gambaran uji kesesuaian ini diolah

    menggunakan software imageJ dengan acuan yang digunakan yaitu standar

    Australia Barat dan British Columbia CDC.

    Selain pembahasan terhadap uji kesesuaian yang telah dilakukan, pada bab

    ini juga akan dianalisa data pasien sebanyak 25 pasien untuk mengetahui dosis

    yang diterima oleh pasien pada pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase

    menggunakan program imPACT. Hasil analisis ini pada akhirnya dapat

    digunakan untuk menghitung faktor resiko yang diterima oleh pasien setelah

    melakukan pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase tersebut.

    4.1. Hasil Uji Kesesuaian

    Hasil gambaran pada uji kesesuaian akan dianalisa dengan menggunakan

    software imageJ dengan acuan Australia Barat dan British Columbia CDC. Hal ini

    sangat penting dilakukan untuk mengetahui performa dari pesawat CT Scan yang

    digunakan pada penelitian ini apakah masih sesuai dengan standar atau tidak.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 26

    Universitas Indonesia

    4.1.1. Sistem Alignment Check Patient

    Dari hasil gambaran yang didapatkan pada uji kesesuaian sistem

    Alignment Check Patient terjadi pergeseran sebesar 1 mm arah sumbu Z. Hal ini

    masih dapat ditolerir karena maksimal dari ketidaktepatan adalah 2 mm arah

    sumbu Z.

    Gambar 4.1. Hasil uji sistem Alignment Check Patient

    4.1.2. Keluaran Output kV

    Dari hasil pengukuran menggunakan dosimeter unfors kV output

    didapatkan penyimpangan paling besar senilai 1,5 %. Hasil tersebut menunjukan

    bahwa alat ini masih sesuai standar untuk output kV yang diberikan, sesuai

    dengan standar Australia Barat yaitu maksimal penyimpangan sebesar 5%.

    Table 4.1. Hasil pengukuran output kV

    kV pada panel kontrol (kV) kV hasil pengukuran (kV) Kesalahan relatif (%)

    80,00 79,81 0,24

    100,00 100,40 0,40

    120,00 120,80 0,67

    140,00 142,10 1,50

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 27

    Universitas Indonesia

    4.1.3. Tebal Irisan

    Uji ini bertujuan untuk menghitung tebal irisan hasil pengukuran

    dibandingkan dengan tebal irisan yang dipilih pada penelitian. Pada tahap ini,

    tebal irisan yang digunakan adalah 5 mm dengan faktor eksposi 120 kV, rotating

    time 1 s , arus tabung 300 mA.

    Gambar 4.2. Hasil gambaran uji tebal irisan

    Untuk pengolahan data pada tahap ini menggunkan software imageJ, yaitu

    untuk mendapatkan nilai FWHM dari masing-masing garis yang terdapat pada

    hasil gambaran potongan catphan.

    Tabel 4.2. Panjang FWHM

    FWHM Panjang (mm)

    Posisi jam 12 11,7

    Posisi jam 3 11,2

    Posisi jam 6 11,0

    Posisi jam 9 11,7

    Rata-rata 11,4

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 28

    Universitas Indonesia

    Grafik FWHM pada posisi jam 12

    Grafik FWHM pada posisi jam 3

    Grafik FWHM pada posisi jam 6

    Grafik FWHM pada posisi jam 9

    Gambar 4.3. Grafik FWHM pada masing-masing garis yang ada phantom catphan

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617

    Gra

    y V

    alue

    Distance (mm)

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718

    Gra

    y V

    alue

    Distance (mm)

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

    Gra

    y V

    alue

    Distance (mm)

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718G

    ray

    Val

    ue

    Distance (mm)

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 29

    Universitas Indonesia

    Nilai tebal irisan akan didapatkan dengan menggunakan rumus :

    Z (mm) = FWHM x 0,42

    Sehingga didapatkan nilai tebal irisan sebagai berikut

    Z (mm) = 11,4 x 0,42

    Z (mm) = 4,79 mm.

    Hasil penghitungan ini menunjukan bahwa pesawat CT Scan yang

    digunakan masih baik karena masih sesuai dengan standar Australia Barat yaitu

    penyimpangan maksimal tebal irisan adalah sebesar 0,5 mm, dimana tebal irisan

    yang dipilih yaitu 5 mm sedangkan nilai pengukuran menunjukan nilai 4,79 mm.

    4.1.4. Linearitas CT Number Uji ini bertujuan untuk melihat hubungan antara nilai CT number dari

    beberapa material yang ada pada fantom (udara, teflon, delrin dan LDPE) dengan

    nilai densitas elektron dari masing-masing material tersebut.

    Gambar 4.4. Hasil gambaran uji linearitas CT Number

    Dari hasil gambaran uji linearitas CT Number diatas, didapatkan nilai CT

    Number dari setiap material dengan cara membuat region of interest (ROI)

    disetiap gambaran material yang ada dengan diameter ± 20 mm.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 30

    Universitas Indonesia

    Tabel 4.3. Nilai CT Number pengukuran pada masing-masing material dibandingkan dengan CT Number referensi[10]

    No Posisi

    ROI

    (mm)

    CT Number

    Standar

    CT Number

    Pengukuran

    Densitas elektron

    (e.m⁻³ x 10²³)

    1 Udara 20,987 -1000 -997,317 4

    2 LDPE 20,987 -100 -107,913 3180

    3 Delrin 20,987 340 361,125 4560

    4 Teflon 20,987 990 974,221 6220

    .

    Dari tabel diatas didapatkan kesalahan relatif untuk masing-masing

    material tersebut yaitu udara 0,27 %, teflon 1,6 %, delrin 6,2 % dan LDPE 7,9 %.

    Nilai tersebut masih sesuai dengan standar yang diperbolehkan, yaitu maksimal

    20 % kesalahan relatifnya.

    Gambar 4.5. Grafik hubungan CT Number dengan densitas elektron.

    Nilai koefisien korelasi didapatkan dari grafik diatas yaitu sebesar 0,9948,

    dimana standar nilai koefisien korelasi yang diperbolehkan yaitu diatas 0,990. Hal

    ini menunjukan bahwa nilai linearitas CT Number masih sesuai dengan standar.

    R² = 0,9948

    -1500

    -1000

    -500

    0

    500

    1000

    1500

    0 2000 4000 6000 8000CT N

    umbe

    r

    Densitas Elektron

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 31

    Universitas Indonesia

    4.1.5. Resolusi Kontras Tinggi.

    Uji ini bertujuan untuk melihat kemampuan resolusi kontras pada pesawat

    CT Scan dengan hasil gambarannya berupa pasangan garis yang terdiri dari 5

    sampai 20 pasangan garis per cm.

    Gambar 4.6. Hasil gambaran resolusi kontras tinggi

    Pengolahan hasil gambaran pada uji ini menggunakan imageJ, dimana

    pada gambaran line-pair dibuat garis sesuai dengan panjang pasangan garisnya,

    kemudian pilih menu plot profile pada imageJ. Didapatkan hasil gambaran berupa

    grafik sesuai dengan pasangan garis yang terbaca oleh software sehingga data

    yang terlihat bersifat objektif.

    Gambar 4.7. Grafik pasangan garis yang terlihat pada 0,5 lp/mm

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

    Gra

    y V

    alue

    Distance (mm)

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 32

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.8. Grafik pasangan garis yang terlihat pada 0,6 lp/mm

    Gambar 4.9. Grafik pasangan garis yang terlihat pada 0,7 lp/mm

    Dari pengolahan gambar menggunakan program imageJ didapatkan

    gambaran grafik seperti diatas, dimana pasangan garis yang masih dapat

    dibedakan adalah pada 0,7 lp/mm. Hal tersebut memperlihatkan kemampuan

    maksimal CT Scan dalam membedakan pasangan garis yaitu pada 0,7 lp/mm.

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324

    Gra

    y V

    alue

    Distance (mm)

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324

    Gra

    y V

    alue

    Distance (mm)

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 33

    Universitas Indonesia

    4.1.6. CT Number Rata-rata dan Uniformitas

    Uji kesesuaian ini bertujuan untuk mengetahui CT Number rata-rata pada

    air dan uniformitasnya serta menghitung noise pada hasil gambaran. Pengolahan

    hasil gambaran menggunakan program imageJ dengan cara memilih region of

    interest (ROI) untuk kelima titik, yaitu satu titik pada posisi tengah, dan 4 titik

    lainnya yaitu pada posisi jam 12, 3, 6, dan 9.

    4.1.7. Gambar 4.10. Hasil gambaran uji CT Number Rata-rata dan Uniformitas

    Tabel 4.4. Hasil pengukuran nilai CT Number pada air dan standar deviasi

    No Posisi ROI

    Nilai CT Number

    pengukuran

    Nilai CT Number

    referensi

    Standar

    Deviasi

    1 Tengah 0,538 0 3,936

    2 Jam 12 -1,09 0 3,685

    3 Jam 3 -0,923 0 3,635

    4 Jam 6 -0,849 0 3,566

    5 Jam 9 -0,837 0 4,055

    Nilai CT Number pada posisi tengah dikatakan masih sesuai dengan

    standar jika tidak melebihi nilai 4 CT Number dari angka awal 0 dan juga nilai CT

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 34

    Universitas Indonesia

    Number pada posisi tepi phantom yaitu pada posisi jam 12, 3, 6, 9 tidak boleh

    melebihi nilai 2 CT Number dari nilai CT Number posisi tengah.

    Dari hasil pengukuran diatas, dapat dianalisa bahwa nilai CT Number rata-rata dan

    uniformitasnya masih sesuai dengan standar karena pengukuran pada posisi

    tengah tidak melebihi nilai 4 CT Number dari 0 yaitu hanya 1.5 dan selisih antara

    nilai CT Number posisi tengah dan posisi jam12, 3, 6, 9 tidak lebih dari 2 CT

    Number.

    Faktor eksposi yang digunakan pada pengambilan gambaran uji

    kesesuaian CT Number rata-rata dan linieritas yaitu 120 kV, 300 mA dan rotating

    time 1 s sehingga perhitungan noise dihitung dengan menggunakan rumus :

    = 120 ℎ

    300 8

    = 120120

    300 5300 8

    = 0,79

    Noise pada posisi tengah fantom yaitu ;

    = 3,936 0,79

    = 3,1

    Perhitungan noise yaitu dengan cara noise pada tengah (sebagai noise maximal)

    dikurangi noise pada tepi fantom (sebagai noise minimal) ≤ 2.

    Tabel 4.5. Hasil perhitungan nilai noise

    No Posisi ROI Nilai Noise Noise max - Noise min

    1 Jam 12 2,9 0,2

    2 Jam 3 2,9 0,2

    3 Jam 6 2,8 0,3

    4 Jam 9 3,2 0,1

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 35

    Universitas Indonesia

    Dari hasil perhitungan pada tabel diatas didapatkan nilai noise pada pada

    pesawat CT Scan masih sesuai standar karena hasil selisih antar noise maximal

    dikurangi noise minimal kurang dari 2.

    4.2. Evaluasi CTDI

    Uji ini bertujuan untuk melihat keakuratan data dosis yang di berikan oleh

    pesawat CT Scan pada setiap pemeriksaan dengan cara menghitung perbedaan

    antara nilai CTDI pengukuran dengan data yang ada di pesawat CT scan.

    Pengukuran menggunakan fantom CTDI 32 cm karena sesuai dengan penelitian

    yang akan diteliti yaitu pemeriksaan pada bagian abdomen. Maksimal nilai

    toleransi penyimpangan sesuai dengan standar British Columbia CDC adalah

    20%[13].

    Gambar 4.11. Hasil gambaran potongan fantom CTDI

    Pengukuran dilakukan dengan variasi kolimator pada 1,25 mm, 2,5 mm, 5

    mm, 10 mm, 20 mm dan 40 mm pada posisi tengah fantom dan arah jam 12, 3 dan

    9. Pada posisi arah jam 6 tidak dilakukan pengukuran karena sangat sulit dalam

    peletakkan detektor yang dikhawatirkkan dapat merusak detektor tersebut.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 36

    Universitas Indonesia

    Tabel 4.6. Hasil perhitungan CTDIvol pengukuran dengan CTDIvol

    pada pesawat CT Scan

    No

    Kolimator

    (mm)

    CTDIvol

    pengukuran (mGy)

    CTDIvol pada pesawat

    CT Scan (mGy)

    Kesalahan

    relatif (%)

    1 1,25 40,94 45,19 9,40

    2 2,50 32,50 33,63 3,36

    3 5,00 35,98 36,71 2,00

    4 10,00 29,31 30,81 4,87

    5 20,00 25,75 27,21 5,38

    6 40,00 24,48 25,67 4,62

    Tabel 4.7. Uji kesesuain pesawat CT Scan

    No Parameter Hasil Toleransi Status

    1

    Sistem Alignment

    Check Patient

    Terdapat pergeseran sebesar

    1 mm 2 mm Lolos

    2 Keluaran output kV

    Terdapat penyimpangan

    sebesar 1,5% 5 % Lolos

    3 Tebal irisan

    Terdapat penyimpangan

    sebesar 0,22 mm 0,5 Lolos

    4 Linearitas CT Number

    Nilai koefisien korelasi

    sebesar 0,9948 > 0,990 Lolos

    5 Resolusi kontras tinggi

    Pasangan garis yang dapat

    dibedakan 0,7 lp/mm

    Tidak

    ada

    dijadikan

    base line

    6

    CT Number rata-rata

    dan uniformitas Nilai noise terbesar yaitu 0,9 ≤ 2 Lolos

    7 CTDI

    Kesalahan relatif terbesar

    yang didapat yaitu 9,4 % 20 % Lolos

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 37

    Universitas Indonesia

    4.3. Hasil Perhitungan Dosis Pada Pemeriksaan CT Scan Whole Abdomen 3 Fase.

    Perhitungan dosis ini menggunakan program imPACT dengan menghitung

    besarnya dosis yang diterima pasien secara keseluruhan dan organ-organ yang

    berada didalamnya. Parameter yang diperlukan untuk penghitungan menggunakan

    program imPACT adalah kV, mA, rotating time, pitch dan detector coverage.

    Tabel 4.8. Data hasil DICOM pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase

    pada tegangan 120 kV

    No Sex Fase

    Arus tabung (mA)

    Rotating time (s) Pitch

    Length (cm)

    CTDIvol (mGy)

    DLP (mGy.cm)

    1 F Pre kontras 219 0,5 1,375 44,0 6,45 325,41 Arteri 219 0,5 1,375 44,0 6,45 325,41 Vena 219 0,5 1,375 44,0 6,44 325,26 Delay 219 0,5 1,375 44,0 6,44 325,26

    2 F Pre kontras 220 0,5 1,375 40,0 6,63 308,13 Arteri 220 0,5 1,375 40,0 6,63 308,27 Vena 220 0,5 1,375 40,0 6,62 307,85 Delay 220 0,5 1,375 40,0 6,62 307,85

    3 M Pre kontras 145 0,5 1,375 45,0 4,32 222,27 Arteri 145 0,5 1,375 45,0 4,32 222,11 Vena 145 0,5 1,375 45,0 4,32 222,11 Delay 145 0,5 1,375 45,0 4,32 222,27

    4 M Pre kontras 617 0,5 1,375 45,5 18,02 936,41 Arteri 617 0,5 1,375 45,5 18,00 935,32 Vena 617 0,5 1,375 45,5 18,00 935,32 Delay 617 0,5 1,375 45,5 17,97 935,32

    5 M Pre kontras 447 0,5 1,375 51,5 13,40 776,95 Arteri 447 0,5 1,375 51,5 13,38 775,90 Vena 447 0,5 1,375 51,5 13,40 776,95 Delay 447 0,5 1,375 51,5 13,39 776,43

    6 M Pre kontras 533 0,5 1,375 52,0 17,05 996,99 Arteri 533 0,5 1,375 52,0 17,05 996,81

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 38

    Universitas Indonesia

    No Sex Fase

    Arus tabung (mA)

    Rotating time (s) Pitch

    Length (cm)

    CTDIvol (mGy)

    DLP (mGy.cm)

    Vena 533 0,5 1,375 52,0 17,05 996,99 Delay 533 0,5 1,375 52,0 17,05 996,99

    7 M Pre kontras 245 0,5 1,375 46,5 7,27 385,09 Arteri 245 0,5 1,375 46,5 7,27 385,09 Vena 245 0,5 1,375 46,5 7,27 385,09 Delay 245 0,5 1,375 46,5 7,27 385,09

    8 M Pre kontras 286 0,5 1,375 46,5 8,53 452,08 Arteri 286 0,5 1,375 46,5 8,53 452,08 Vena 286 0,5 1,375 46,5 8,53 452,08 Delay 286 0,5 1,375 46,5 8,53 451,76

    9 M Pre kontras 274 0,5 1,375 45,0 8,31 427,53 Arteri 274 0,5 1,375 45,0 8,31 427,53 Vena 274 0,5 1,375 45,0 8,30 427,22 Delay 274 0,5 1,375 45,0 8,31 427,53

    10 M Pre kontras 330 0,5 1,375 45,5 9,79 508,63 Arteri 330 0,5 1,375 45,5 9,77 508,00 Vena 330 0,5 1,375 45,5 9,76 507,07 Delay 330 0,5 1,375 45,5 9,77 507,85

    11 M Pre kontras 180 0,5 1,375 43,0 5,41 267,85 Arteri 180 0,5 1,375 43,0 5,41 267,41 Vena 180 0,5 1,375 43,0 5,42 268,00 Delay 180 0,5 1,375 43,0 5,41 267,71

    12 F Pre kontras 180 0,5 1,375 40,5 5,52 259,26 Arteri 180 0,5 1,375 40,5 5,51 258,83 Vena 180 0,5 1,375 40,5 5,52 259,26 Delay 180 0,5 1,375 40,5 5,51 258,83

    13 F Pre kontras 500 0,5 1,375 45,5 15,02 780,34 Arteri 500 0,5 1,375 45,5 15,02 780,34 Vena 500 0,5 1,375 45,5 15,02 780,34 Delay 500 0,5 1,375 45,5 15,02 780,34

    14 F Pre kontras 303 0,5 1,375 40,0 9,10 422,70 Arteri 303 0,5 1,375 40,0 9,10 422,70

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 39

    Universitas Indonesia

    No Sex Fase

    Arus tabung (mA)

    Rotating time (s) Pitch

    Length (cm)

    CTDIvol (mGy)

    DLP (mGy.cm)

    Vena 303 0,5 1,375 40,0 9,09 422,56 Delay 303 0,5 1,375 40,0 9,10 422,70

    15 F Pre kontras 500 0,5 1,375 45,5 15,02 780,34 Arteri 500 0,5 1,375 45,5 15,02 780,34 Vena 500 0,5 1,375 45,5 15,02 780,34 Delay 500 0,5 1,375 45,5 15,02 780,34

    16 F Pre kontras 415 0,5 1,375 48,5 12,43 683,09 Arteri 415 0,5 1,375 48,5 12,43 683,09 Vena 415 0,5 1,375 48,5 12,44 683,75 Delay 415 0,5 1,375 48,5 12,43 683,09

    17 F Pre kontras 500 0,5 1,375 44,5 15,02 765,32 Arteri 500 0,5 1,375 44,5 15,02 765,32 Vena 500 0,5 1,375 44,5 15,02 765,32 Delay 500 0,5 1,375 44,5 15,02 765,32

    18 F Pre kontras 280 0,5 1,375 43,0 8,39 414,93 Arteri 280 0,5 1,375 43,0 8,38 414,63 Vena 280 0,5 1,375 43,0 8,38 414,48 Delay 280 0,5 1,375 43,0 8,40 415,52

    19 F Pre kontras 344 0,5 1,375 39,5 9,88 454,32 Arteri 344 0,5 1,375 39,5 9,88 454,32 Vena 344 0,5 1,375 39,5 9,89 454,60 Delay 344 0,5 1,375 39,5 9,88 454,32

    20 M Pre kontras 282 0,5 1,375 48,0 8,65 466,70 Arteri 282 0,5 1,375 48,0 7,62 411,18 Vena 282 0,5 1,375 48,0 7,62 411,18 Delay 282 0,5 1,375 48,0 7,62 411,18

    21 F Pre kontras 500 0,5 1,375 38,0 15,02 667,73 Arteri 500 0,5 1,375 38,0 15,02 667,73 Vena 500 0,5 1,375 38,0 15,02 667,73 Delay 500 0,5 1,375 38,0 15,02 667,73

    22 M Pre kontras 500 0,5 1,375 45,0 15,02 765,32 Arteri 500 0,5 1,375 45,0 15,02 765,32

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 40

    Universitas Indonesia

    No Sex Fase

    Arus tabung (mA)

    Rotating time (s) Pitch

    Length (cm)

    CTDIvol (mGy)

    DLP (mGy.cm)

    Vena 500 0,5 1,375 45,0 15,02 765,32 Delay 500 0,5 1,375 45,0 15,02 765,32

    23 M Pre kontras 500 0,5 1,375 46,0 15,02 780,34 Arteri 500 0,5 1,375 46,0 15,02 780,34 Vena 500 0,5 1,375 46,0 15,02 780,34 Delay 500 0,5 1,375 46,0 15,02 780,34

    24 F Pre kontras 251 0,5 1,375 43,5 7,40 366,05 Arteri 251 0,5 1,375 43,5 7,41 366,35 Vena 251 0,5 1,375 43,5 7,40 366,20 Delay 251 0,5 1,375 43,5 4,40 366,05

    25 F Pre kontras 360 0,5 1,375 43,0 10,61 519,41 Arteri 360 0,5 1,375 43,0 10,61 519,56 Vena 360 0,5 1,375 43,0 10,62 519,85

    Delay 360 0,5 1,375 43,0 10,61 519,56

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 41

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.12. Tampilan program estimasi dosis imPACT per fase

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 42

    Universitas Indonesia

    Tabel 4.9. Tabel estimasi dosis menggunakan program imPACT pada tegangan 120 kV

    No Sex

    Diameter efektif (cm)

    Arus tabung (mA)

    Length (cm)

    Dosis efektif per fase (mSv)

    Dosis efektif pada ke

    empat fase (mSv)

    1 F 34,90 219 44,0 5,7 23 2 F 35,72 220 40,0 5,3 21 3 M 32,31 145 45,0 3,8 15 4 M 45,06 617 45,5 16 64 5 M 39,80 447 51,5 13 54 6 M 41,23 533 52,0 16 64 7 M 34,06 245 46,5 6,5 26 8 M 36,66 286 46,5 7,7 30 9 M 34,64 274 45,0 7,3 28 10 M 36,08 330 45,5 8,7 35 11 M 33,20 180 43,0 4,5 18 12 F 30,30 180 40,5 4,3 17 13 F 35,10 500 45,5 13 53 14 F 31,43 303 40,0 7,2 29 15 F 40,99 500 45,5 13 53 16 F 40,12 415 48,5 12 45 17 F 40,79 500 44,5 13 52 18 F 34,90 280 43,0 7 28 19 F 37,31 344 39,5 8 32 20 M 35,50 282 48,0 7,6 31 21 F 28,28 500 38,0 11 45 22 M 38,37 500 45,0 13 51 23 M 33,76 500 46,0 13 52 24 F 34,90 251 43,5 6,3 25 25 F 32,62 360 43,0 9 36

    Keterangan :

    Setiap pasien mengikuti pemeriksaan fase pre kontras, arteri, vena dan delay, pada

    setiap fase diperoleh dosis efektif yang sama.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 43

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.13. Contoh Estimasi total dosis efektif menggunakan imPACT

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 44

    Universitas Indonesia

    Dari hasil perhitungan dosis menggunakan software imPACT, didapatkan

    organ-organ yang mendapatkan dosis radiasi yang cukup besar pada pemeriksaan

    CT Scan whole abdomen 3 fase sehingga faktor resiko yang diterima oleh organ

    tersebut semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan prinsip radiasi yaitu semakin besar

    radiasi yang didapatkan organ maka semakin besar faktor resiko yang akan

    diterima oleh organ tersebut.

    Gambar 4.14. Contoh organ dalam pasien yang terkena dosis radiasi pada pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase.

    5950

    110

    3729

    120 120

    38

    110120

    140

    110 110120 120

    54

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    Dos

    is s

    erap

    (mG

    y)

    Organ

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 45

    Universitas Indonesia

    Tabel 4.10. Dosis organ dan dosis efektif per pasien

    No Organ Dosis organ per pasien (mGy)

    pasi

    en

    1 pa

    sien

    2

    pasi

    en

    3 pa

    sien

    4

    pasi

    en

    5 pa

    sien

    6

    pasi

    en

    7 pa

    sien

    8

    pasi

    en

    9 pa

    sien

    10

    pa

    sien

    11

    pa

    sien

    12

    pa

    sien

    13

    pa

    sien

    14

    pa

    sien

    15

    pa

    sien

    16

    pa

    sien

    17

    pa

    sien

    18

    pa

    sien

    19

    pa

    sien

    20

    pa

    sien

    21

    pa

    sien

    22

    pa

    sien

    23

    pa

    sien

    24

    pa

    sien

    25

    1 Gonad 21 20 14 59 54 77 30 34 29 34 17 17 50 27 50 60 49 27 31 34 45 53 53 25 35

    2 Sumsum tulang belakang 18 16 12 50 41 49 20 24 22 28 14 14 41 23 41 35 41 22 25 24 35 41 41 20 28

    3 Usus Besar 38 37 26 110 83 99 45 53 50 60 31 31 90 50 90 77 89 49 58 52 83 91 91 45 64

    4 Paru-paru 13 6.1 8.7 37 44 50 11 12 10 20 8.9 5.9 30 11 30 23 27 14 9.5 17 10 19 25 11 14

    5 Perut 44 43 29 29 92 110 49 57 54 67 36 35 100 60 100 84 100 56 67 57 96 99 100 50 71

    6 Kandung kemih 44 42 30 120 96 120 53 62 58 69 36 35 100 54 100 90 100 56 64 61 90 110 110 51 74

    7 Hati 41 39 27 120 86 100 45 52 50 62 33 32 93 55 93 77 93 52 61 53 86 91 92 46 65

    8 Kulit 13 12 9.1 38 33 39 16 19 17 21 11 10 32 17 32 29 31 17 19 19 26 31 32 15 22

    9 Adrenals 39 37 26 110 84 99 43 50 47 59 32 31 90 52 90 74 89 49 57 51 80 86 88 44 62

    10 Usus Halus 41 41 28 120 85 100 47 54 52 63 34 34 95 57 95 79 95 53 65 54 94 95 95 48 68

    11 Ginjal 49 49 32 140 100 120 54 64 61 74 40 40 110 67 110 92 110 62 76 63 110 110 110 56 80

    12 Pankreas 37 35 25 110 79 94 41 48 45 56 30 29 85 50 85 70 84 47 55 48 78 82 84 42 59

    13 Limpa 40 39 26 110 83 99 44 51 49 60 32 32 91 54 91 75 91 50 60 51 86 89 90 45 64

    14 Uterus/Prostat 43 42 29 120 92 110 50 59 56 66 35 34 100 55 100 86 99 54 64 58 91 100 100 50 71

    15 Kantong empedu 44 44 29 120 91 110 49 57 55 67 36 36 100 61 100 84 100 56 68 57 99 100 100 50 72

    16 Jantung 19 7.5 13 54 68 77 14 16 13 29 12 7.2 44 15 44 32 39 19 12 25 13 24 34 14 17

    Total dosis efektif (mSv) 23 21 15 64 54 64 26 30 28 35 18 17 53 29 53 45 52 28 32 31 45 51 52 25 36

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 46

    Universitas Indonesia

    Dari Tabel 4.10 didapatkan hasil, organ yang paling besar mendapatkan

    dosis serap pada pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase adalah ginjal yaitu

    berkisar dari 32 mGy sampai dengan 140 mGy. Dosis efektif yang diterima oleh

    pasien pada penelitian ini yaitu berkisar dari 15.2 mSv sampai dengan 64 mSv.

    Dari data yang didapatkan pada penelitian ini pemberian arus tabung (mA)

    diberikan secara manual dan otomatis dengan penggunaan Automatic Exposure

    Control (AEC). Berikut ini adalah grafik hubungan antara pemberian arus tabung

    (mA) dengan diameter efektif.

    Gambar 4.15. Grafik hubungan diameter efektif (cm) dengan arus tabung (mA)

    Pada grafik diatas terdapat 6 titik yang ditandai dengan warna merah

    mempunyai arus tabung (mA) konstan yaitu pada 500 mA yang merupakan

    pemberian arus tabung (mA) dengan cara manual yang diberikan kepada pasien.

    Dari grafik tersebut terlihat bahwa diameter pasien tidak berpengaruh terhadap

    arus tabung (mA) yang diberikan kepada pasien jika menggunakan mode

    pemberian arus tabung (mA) secara manual. Sedangkan pada mode pemberian

    arus tabung (mA) secara otomatis hubungan besarnya mA yang di berikan

    berbanding lurus dengan besarnya diameter efektif tubuh pasien.

    y = 20.303x - 372.88R² = 0.3433

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

    Aru

    s t

    abun

    g (m

    A)

    Diameter efektif (cm)

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 47

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.16. Grafik hubungan diameter efektif dengan total dosis efektif pada mode pemberian mA secara otomatis.

    Dari Gambar 4.16. didapatkan grafik hubungan diameter efektif dengan

    total dosis efektif yaitu mempunyai pola yang berbanding lurus

    (nilai R2 = 0.7613), semakin besar diameter tubuh pasien maka semakin besar

    dosis efektif yang akan di didapatkan oleh pasien tersebut. Hal ini disebabkan

    karena penggunaan mode pemberian arus tabung (mA) secara otomaris atau

    Automatic Exposure Control (AEC) pada pelaksanaan prosedur pemeriksaan

    terhadap pasien, dimana fungsi AEC adalah memberikan besarnya mA secara

    otomatis sesuai dengan atenuasi organ-organ pada hasil topogram yang diproses

    oleh komputer untuk mendapatkan hasil gambaran yang optimal.

    y = 3.4662x - 91.504R² = 0.7613

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

    Tota

    l dos

    is e

    fekt

    if (m

    Sv)

    Diameter efektif (cm)

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 48

    Universitas Indonesia

    Gambar 4.17. Grafik hubungan diameter efektif dengan total dosis efektif pada

    mode pemberian mA secara otomatis dan manual.

    Pada gambar 4.17 yaitu grafik hubungan diameter efektif dengan total

    dosis efektif pada mode pemberian mA secara otomatis dan manual terdapat nilai

    dosis efektif yang naik drastis pada diameter 28 cm, 33 cm dan 35 cm dengan

    mendapatkan dosis efektif masing masing sebesar 45 mSv, 52 mSv dan 53 mSv.

    Hal ini dikarenakan pada pasien tersebut menggunakan mode pengaturan

    pemberian arus tabung (mA) secara manual dengan besarnya arus tabung (mA)

    sebesar 500 mA sedangkan untuk pasien-pasien yang lain menggunakan mode

    pemberian mA secara otomatis atau Automatic Exposure Control (AEC). Dari

    grafik diatas dapat dianalisa bahwa penggunaan mode pemberian mA secara AEC

    sangat berperan penting dalam mengurangi dosis yang didapatkan oleh pasien, hal

    ini terlihat juga pada nilai koefisien korelasi yang didaptkan dari persamaan grafik

    diatas yaitu R2 = 0.4392.

    y = 2.5605x - 54.895R² = 0.4392

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

    Tota

    l dos

    is e

    fekt

    if (m

    Sv)

    Diameter efektif (cm)

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 49

    Universitas Indonesia

    Salah satu tujuan penelitian ini adalah menghitung potensi resiko terkena

    kanker yang didapatkan oleh pasien setelah melakukan pemeriksaan CT Scan

    abdomen 3 fase. Kanker merupakan salah satu efek stokastik yang ditimbulkan

    pada pemberian radiasi. Efek stokastik yaitu efek yang terjadi akibat paparan

    radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Dosis

    radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan

    perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Radiasi

    dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel. Sel yang mengalami

    modifikasi atau sel terubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem

    pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini.

    Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah

    masa laten yang lama, tidak ada penyembuhan spontan. Semakin besar dosis,

    semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan keparahannya tidak

    bergantung kepada dosis.

    Menurut literatur pada buku ICRP 60[8], potensi resiko terkena pasien

    dapat diperkirakan dengan mengasumsikan hubungan respon dosis. ICRP

    mengestimasi bahwa resiko yang menyebabkan kanker radiogenic yaitu 5%/Sv

    atau 0,005%/mSv. dari data yang didapatkan pada penelitian ini, pasien yang

    berpotensi paling tinggi terkena kanker yaitu sebesar 0,32%.

    Dari perkiraan potensi terkena kanker yang diterima oleh pasien pada

    peneltian ini yaitu pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase, faktor justifikasi

    harus sangat diperhatikan pada setiap pasien yang akan melakukan pemeriksaan

    CT Scan tersebut. Faktor justifikasi ini yaitu manfaat yang diterima oleh pasien

    harus lebih besar dibandingkan resiko yang akan diterima jika melakukan

    pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase. Selain itu, salah satu faktor yang

    dapat mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien secara efektif adalah

    pemberian besarnya tegangan tabung (mA) dengan menggunakan mode

    pemberian mA secara otomatis atau Automatic Exposure Control (AEC).

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 50 Universitas Indonesia

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Melalui penelitian ini, dosis radiasi dan faktor resiko pada pemeriksaan

    CT Scan whole abdomen 3 fase dapat disimpulkan bahwa :

    1. Pesawat CT Scan yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi syarat

    uji kesesuaian alat berdasarkan standar Australia Barat dan British

    Columbia CDC.

    2. Hasil perhitungan CTDIvol pengukuran dibandingkan dengan CTDIvol

    pada pesawat CT Scan terdapat perbedaan sebesar 4.62 – 9.40 %, hal ini

    menunjukkan hasil tersebut masih bisa digunakan sebagai acuan dosis

    yang diterima pasien karena standar yang ditetapkan oleh British

    Columbia CDC adalah maksimal 20%.

    3. Dari perhitungan menggunakan imPACT organ yang paling besar

    mendapatkan dosis equivalent pada pemeriksaan CT Scan whole abdomen

    3 fase adalah ginjal yaitu berkisar dari 32 mGy – 140 mGy. dosis efektif

    yang diterima pasien yaitu berkisar dari 15 mSv sampai dengan 64 mSv.

    4. Resiko kanker berhubungan dengan diameter tubuh pasien, karena

    semakin besar diameter tubuh pasien maka semakin besar pula dosis yang

    diterima oleh pasien tersebut pada pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3

    fase tersebut sehingga resiko kanker yang diterima oleh pasien akan

    semakin meningkat. Pada penelitian ini, potensi resiko tertinggi yang

    diterima oleh pasien adalah sebesar 0.32 % dengan dosis efektif yang

    diterima oleh pasien tersebut adalah 64 mSv.

    5. Berdasarkan gambar 4.15, 4.16 dan 4.17 terlihat bahwa pemberian mA

    secara manual memberikan dosis efektif yang cukup tinggi pada pasien

    dengan diameter efektif tubuh pasien yang kecil sehingga penggunaan

    AEC sangat dianjurkan.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 51

    6. Dari analisa gambaran grafik antara diameter efektif dengan dosis efektif,

    salah satu faktor yang dapat mengurangi dosis yang diterima oleh pasien

    pada saat pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase adalah penggunaan

    mode pemberian mA secara otomatis.

    5.2. Saran 1. Faktor justifikasi harus sangat diperhatikan sebelum melakukan

    pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase mengingat dosis yang

    diterima oleh pasien cukup besar yaitu sampai dengan 64 mSv sehingga

    manfaat yang didapatkan harus lebih besar dari pada resiko yang akan

    diterima oleh pasien.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 52 Universitas Indonesia

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Evelyn C. Pearce (1999), Anatomi Fisiologi untuk paramedic.

    [2] Siemens Medical. Computed Tomography, Its History and Technology.

    [3] Goldwan L.Wee (2008). Principles of CT : Multislice CT. Journal Of Nuclear

    Medicine Technology.

    [4] Bushberg, Jerrold (2002). The Essential of Medical Imaging Second Edition.

    Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

    [5] Materi Kuliah Pencitraan Diagnostik I,semester III. Computer Tomography :

    Principles and Aplications.

    [6] American Association of Physicists in Medicine (2008), The Measurement,

    Reporting, and Management of Radiation Dose in CT. AAPM report no. 96.

    [7] Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan Serpong Tangerang selatan (2009).

    Pedoman Keselamatan dan Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong. Badan

    Tenaga Nuklir Nasional.

    [8] International Commission On Radiological Protection, Recommendations Of

    The International Commission On Radiological Protection, Publication 60, Annals

    Of The ICRP, Elsevier Publications, Oxford, Uk (1991).

    [9] http://rsbweb.nih.gov/ij/docs/intro.html

    [10] Radiological Council of Western Australia (2006). Diagnostic X-ray

    Equiptment Compliance Testing, Goverment of Western Australia.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

  • 53

    Universitas Indonesia

    [11] Catphan® Manual (2005). The Phantom Laboratory

    [12] http://www.impactscan.org/ctdosimetry.htm

    [13] British Columbia Centre for Disease Control(2000), Diagnostic X-Ray Unit

    QC Standards In BC.

    Dosis radiasi..., Misbahul Munir, FMIPA UI, 2011

    Halaman JudulAbstrakDaftar IsiBab IBab IIBab IIIBab IVDaftar Pustaka