dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK...

115
i RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL (Artificial Smoothing) DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril Djaddang E.Sulistiawarni

Transcript of dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK...

Page 1: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

i

RISET EMPIRIK

MANAJEMEN AKRUAL

(Artificial Smoothing) DAN

VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang

E.Sulistiawarni

Page 2: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

ii

PERPUSTAKAAN NASIONAL: KATALOG DALAM TERBITAN (KDT)

RISET EMPIRIS MANAJEMEN AKRUAL (Artificial Smoothing)

DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED

DI INDONESIA

Djaddang, Syahril

E.Sulistiawarni

Semarang, 2018 Penerbit CV.Tigamedia Pratama

xiv, ….halaman

ISBN .On-Going

Hak cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved

Lay-out/Setting: [email protected]

082324141209

Sanksi Pelanggaran pasal 72:

Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Ayat 1 : Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat ( 1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan

Pidana penjara masing-masing paling singkat (satu) bulan dan/atau denda paling

Sedikit Rp. 1.000.000,00(satu juta rupiah),atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Ayat 2 : Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,memamerkan,mengedarkan atau menjual

kepada umum suatu ciptaan barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

Page 3: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

iii

Motto Dan Persembahan Keutamaan Ilmu Daripada Harta

Motto :

1. Sebab, Ilmu merupakan pusaka para nabi, sedangkan harta adalah warisan Qorun, Firaun, dan

lainnya.

2. Sebab ilmu dapat menjaga kamu, sedangkan harta itu kamulah yang menjaganya.

3. Sebab, orang kaya harta banyak musuhnya, sedangkan orang kaya ilmu banyak sahabatnya.

4. Sebab, Harta kalau dibelanjakan menjadi berkurang, sedangkan ilmu kalau diberikan akan

bertambah..

5. Sebab, Karena orang kaya yang banyak harta dipanggil dengan sebutan bakhil, sedangkan orang

yang banyak ilmunya dipanggil disebut Agung.

6. Sebab, Ilmu tidak perlu dijaga dari pencuri, sebab harta perlu dijaga oleh pencuri.

7. Sebab, pada hari kiamat, orang yang banyak harta pasti akan dihisab, sedangkan orang yang

berilmu dapat memberikan syafaat pada hari kiamat.

8. Sebab, Harta dapat rusak dan habis, sedangkan ilmu tidak akan rusak dan tidak akan habis.

9. Sebab, harta dapat menjadikan padatnya perasaan, sedangkan ilmu dapat menerangi hati..

10. Sebab, Orang yang memilki harta sering mengakui sifat ketuhanan, sedangkan orang yang berilmu

dapat merealisasikan ibadah.

Ali bin Abi Thalib ra

Kupersembahkan karya ini untuk: 1. Alm.Ibu Hj.Ummi dan Alm. bapak Djaddang yang telah berpulang ke pangkuan NYA

Sejak tahun 1993 dan tahun 2014, Al-faatihah dan senantiasa memanjatkan doa yang tiada

putusnya semasa hidup beliau sampai akhir hayatnya.

2. Istriku tercinta, Hj.E.Sulistiawarni, SE.,Ak.CA…..motivasiku dan inspirasiku. Terima kasih atas

dukungan moril dan materi yang tak terhingga serta getaran doanya dalam setiap detik yang kau

panjatkan untuk suamimu yang sedang berjihad di ladang ilmu pengetahuan dan dijalanNYA..

anak-anakku, Sudaryadi Pratama, Muhammad Salim Noviansyah dan Muhammad Rafly

Adriansyah yang tetap sabar atas kurangnya perhatian dan waktu untuk bersama.

3. Bapak ibu mertua,Hj.Tjitjih dan Almarhum Drs.H.Sudayat,Akt. Terima kasih atas dukungan dan

doanya yang terus menerus.

4. Bapak ibu guru, dan dosen-dosenku yang menjadi pembuka pintu hidayah serta Ilmu

Pengetahuan

5. Adik Sariana, Sunardi,A.Md, E.Agus Suryadi,SH, E.Eyun Sudrajat,SKom, E.Ika Indriasari dan

kakak Ipar Drs. Sumardi Wiguna sebagai pemicu untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa

depan.

6. Almamater tercinta: Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Hasanuddin Makassar, SMA

Negeri1, SMP Negeri1 dan SD KH1 ParePare, Sulawesi Selatan.

Page 4: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

iv

Page 5: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas Limpahan

Rahmatnya, kelapangan rejeki, nikmat kesehatan, motivasi, karunia, kesabaran dan

kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan buku yang berjudul RISET EMPIRIK

MANAJEMEN AKRUAL (Artificial Smoothing) DAN VOLATILITAS LABA PADA

PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA. Dan penulisan buku ini didasarkan pada hasil penelitian dari HIBAH INHOUSE penulis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis manajemen akrual

sebagai alat monitoring atas perilaku manajemen mengatasi volatilitas laba pada

perusahaan hedged di Indonesia. Orisinalitas penelitian ini adalah, Peran corporate

governance terhadap volatilitas laba pada perusahaan hedged berdampak pada volatilitas

laba sebagai kontrak yang efisien dan perilaku opportunistik untuk memitigasi perilaku

manajemen akrual karena underlying transaksi atas mata uang asing yang dihedged. dan

model uji Manajemen Akrual memediasi hubungan antara corporate governance dengan

Volatilitas laba. Fokus penelitian ini pada volatilitas laba dan manajemen akrual sebagai

pemicu peran struktur kepemilikan, komite audit independen dan kualitas audit untuk

mengurangi perilaku oportunistik dalam manajemen akrual dan mengurangi volatilitas

laba dan dampaknya pada perusahaan hedged di Indonesia.

Metode Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan data sekunder

dari laporan tahunan yang mengimplementasikan corporate governance yang

menerapkan manajemen akrual. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi,

yaitu data yang dikumpulkan dari sumber dan kemudian didokumentasikan sebagai

penunjang penelitian. Pengujian dengan menggunakan model persamaan struktural

dengan program-WarpPLS 5.0.

Manajemen akrual berpengaruh signifikan dan positif terhadap Volatilitas laba dan

Kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan dan negatif, Kepemilikan institusional

tidak berpengaruh signifikan dan positif, Komite audit independen berpengaruh

signifikan dan negatif, Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap

volatilitas laba. Sedangkan kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional dan

kualitas audit berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen akrual dan komite

audit independen tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap manajemen akrual.

Penulis membuka ruang untuk berdiskusi, serta menerima berbagai kritik dan saran

terkait dalam penulisan buku ini melalui media email ([email protected] atau

[email protected]). Insya Allah dengan IzinNya, penulis dengan senang

hati menjawab setiap sapaan dan pertanyaan yang sifatnya membangun.

Akhirnya, dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis persembahkan karya

ini kepada dunia ilmu pengetahuan. Semoga dapat memberikan warna dan menambah

khazanah tentang sebuah konsep baru manajemen akrual. Kebenaran dan kesempurnaan

Page 6: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

vi

adalah milik Allah, segala bentuk kesalahan terkait konsep, interpretasi, diksi maupun

redaksional adalah tanggung jawab dan milik penulis.

Semoga karya ini membawa manfaat bagi Amal Jariah yang mengalir diladang Ilmu

Pengetahuan. Billahittaufik Wal Hidayah. Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Semarang, Maret 2018

Penulis

Syahril Djaddang

Page 7: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT atas Limpahan Rahmatnya, kelapangan rejeki, nikmat

kesehatan, motivasi, karunia, kesabaran dan kemampuan kepada penulis untuk

menyelesaikan buku ini. Penulisan buku ini dapat terlaksana karena dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Atas restu dan doa mereka, sehingga penulis sampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih tak terhingga kepada:

1. Rektor Universitas Pancasila Prof.Dr.Wahono Sumaryono,Apt beserta jajarannya;

Wakil Rektor I, Wakil Rektor II , Wakil Rektor III dan Ketua Lembaga Penelitian

dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pancasila. Dekan FEB UP.

Dr.Hj.Sri Widyastuti, SE.,MM, M.Si. beserta jajarannya; Direktur Sekolah Pasca

sarjana Prof. Dr.Sutjipto beserta jajarannya serta Ketua Program Magister Akuntansi

Dr.JMV.Mu;yadi, MM, yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan buku kedua ini dari hasil hibah inhouse Universitas Pancasila Jakarta.

2. Teman sejawat, dosen SPs UP yang tidak saya sebutkan satu persatu dalam buku

kecil ini serta seluruh karyawan SPs Universitas Pancasila yang telah membantu dan

memberi dukungan kepada penulis sejak pertengahan penulisan sampai penyelesaian

buku ini.

3. Teman-teman dosen pada Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Pancasila,

khususnya di Magister Akuntansi atas kerjasama dan dukungan yang diberikan

kepada penulis selama masa penulisan sampai penyelesaian buku ini.

4. Managing Director KAP S.Mannan, Dr.M.Ardiansyah Syam, M.Si, CPA,CA yang

banyak memberikan dukungan materil dan moril serta perhatiannya kepada penulis

untuk penyelesaian buku ini.

5. Ketua STIE Swadaya Dr. Hasanuddin Pasiama, M.S beserta jajarannya; Wakil Ketua

Drs.Supriasmono,MSE dan Magister Management Dr.Saiful, M.Si, Dr.Ilyas

Saad,M.Ec beserta seluruh staf administrasi yang memberikan dukungan materil dan

moril atas penyelesaian buku ini.

6. kedua orang tua penulis Almarhum Bpk.Djaddang dan Ibu Hj.Ummi semoga amal

sholeh dan ilmu yang bermanfaat dari anakmu ini senantiasa mengalir dan

melindungimu di akhirat.....Aamiin YRA.

7. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga, Yaitu Istri tercinta

Hj.E.Sulistiawarni,Ak,CA, anak-anak kami yang tersayang; Sudaryadi Pratama,

Muhammad Salim Noviansyah dan Muhammad Rafly Adriansyah; Almarhum

Bpk.Drs.Sudayat,Ak, Ibu mertua Ibu Hj.Tjitjih dan saudara-saudaraku Sariana dan

Sunardi Djaddang, kakak dan adik-adik Ipar yang senantiasa memberikan dorongan,

motivasi, materi dan doa yang tak pernah putus-putusnya sampai sekarang....Aamiin

YRA. Keluarga besar Jamaah Masjid Al-Hidayah Panaragan Aspol Bogor yang telah

memberikan dukungan doa selama penulis menyelesaikan penulisan buku ini.

Page 8: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................ i

Halaman Persetujuan ........................................................................ ii

Motto dan Persembahan .................................................................... iii

Kata Pengantar ........................................................................ v

Ucapan Terima Kasih ........................................................................ vii

Daftar Isi ....................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 GAP Penelitian ........................................................... 4

1.3 Rumusan Masalah Penelitian .................................................... 8

1.4 Pertanyaan Penelitian .......................................................... 8

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................... 9

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 10

1.6 Orisinalitas Penelitian .......................................................... 10

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL 13

2.1 Justifikasi Teori ................................................................ 13

Page 9: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

ix

2.1.1 Teori Akuntansi Positif ............................................................... 13

2.1,2 Teori Agency ............................................................... 15

2.1.3. Teori Efisien ............................................................... 15

2.1.4. Risiko (Volatilitas) .............................................................. 18

2.1.5 Laba Akuntansi (Akrual) ......................................................... 18

2.1.6 Risiko Hedging .......................................................... 19

2.1.7 Implementasi Risiko ........................................................... 20

2.1.8 Manajemen Laba ........................................................... 20

2.1.9 Discreationary Accrual dan Manajemen Akrual .................... 21

2.1.10 Corporate Governance........................................................... 23

2.1.11 Hedging ........................................................... 24

2.1.12 Instrument Derivatif yang dihedging .................................. 26

2.1.13 Hedging sesuai SAK ........................................................... 26

2.1.14 Hedging Keuangan ........................................................... 27

2.2. Ikhtisar Penelitian Terdahulu ............................................... 27

2.3. Model Penelitian ........................................................... 36

2.3.1 Model Teoritikal Dasar ......................................................... 36

2.3.2 Model Penelitian Empiris ..................................................... 38

2.4. Pengembangan Hipotesis ...................................................... 39

Page 10: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

x

BAB III METODE PENELITIAN 50

3.1. Desain Penelitian .............................................................. 50

3.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 50

3.3. Populasi dan Sample ............................................................... 51

3.4. Definisi Operasional Aktivitas Hedging Keuangan ................... 53

3.5. Variabel Penelitian dan Operasional ariable .............................. 53

3.6. Metode Analisis Data .............................................................. 56

BAB IV Hasil Dan Pembahasan 62

4.1 Data dan Sampel ................................................................. 62

4.2 Statistik Deskriptif ................................................................ 62

4.3 Pengujian Hipotesis ............................................................... 64

BAB V Pembahasan Dan Temuan Penelitian 85

5.1. Pengujian Hipotesis Satu ....................................................... 85

5.2. Pengujian Hipotesis Dua ....................................................... 87

5.3 Pengujian Hipotesis Tiga ...................................................... 89

5.4 Pengujian Hipotesis Empat ................................................... 89

5.5 Pengujian Hipotesis Lima ..................................................... 93

Page 11: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

xi

BAB VI Kesimpulan, Implikasi Penelitian Dan Keterbatasa Penelitian

6.1. Simpulan ............................................................................ 95

6.2. Implikasi Teoritis ............................................................... 97

6.3. Implikasi Kebijakan ........................................................... 98

6.4. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 100

6.5. Agenda Penelitian Mendatang ........................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 25

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 12: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)

Syahril Djaddang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemakai laporan keuangan, ada kalanya terjadi konflik kepentingan antara

manajemen dan pemilik perusahaan sehingga dapat menimbulkan manajemen laba (Scott

2015). Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan personal judgment dalam

menentukan transaksi-transaksi guna mengubah laporan keuangan sehingga

menyebabkan distorsi atau penyimpangan dari angka laba yang sebenar-nya, kemudian

menimbulkan misleading information bagi pengguna laporan keuangan (Healy dan

Wahlen 1999; Geraldina et al. 2015). Kusuma (2006) menegaskan bahwa laba merupakan

salah satu komponen penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk

menginformasikan kinerja perusahaan. Scott (2015) mengungkapkan bahwa manaje-men

laba adalah pilihan manajer melalui kebijakan akuntansi atau tindakan nyata yang

berdampak pada laba untuk mencapai tujuan tertentu.

Fenomena manajemen laba pada perusahaan hedged, seperti di bank timbul karena

adanya batasan regulator yang berkaitan dengan rasio kecukupan modal atau CAR

(capital adequacy ratio) dan adanya insentif yang tinggi atas posisi ekuitas untuk

memaksimalkan bonus (Bertrand 2000; Healy dan Whalen 1999; Cheng et al. 2008).

Cheng et al. (2008) menjelaskan bahwa ada beberapa bank yang memilki insentif untuk

mengurangi volatilitas laba dengan cara menurunkan laba pada tahun fiskal yang

menghasilkan kinerja yang baik atau meningkatkan laba pada tahun fiskal yang

menghasilkan kinerja yang kurang baik.

Pada abad ke-20 terjadi evolusi perkembangan perusahaan dan mendirikan

kelompok perusahaan besar. Elemen penting bagi evolusi ini adalah banyak perusahaan

berpaling dari pembiayaan yang diperoleh dari pinjaman di Bank ke pembiayaan yang

diperoleh dari para investor dan pasar modal, untuk mengatasi volatilitas laba perusahaan

yang merugikan masyarakat, seperti; PT. Arwana Citra Mulia, Tbk., PT. Astra

Internasional, Tbk, PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk, PT. Bank Lippo, Tbk dan Bank

Century, PT. Central Korporindo Internasional, Tbk, PT. Eratex Djaja Ltd, Tbk, Kimia

Farma dan PT. Telkom (Ismal (2006)). Pada kasus PT. Kimia Farma Tbk. Pada tahun

2002 mengindikasikan adanya praktik manajemen akrual dengan menaikan laba hingga

Rp 32,7 milyar. PT. Indofarma pada tahun 2004 melakukan praktik manajemen akrual

dengan menyajikan overstated laba bersih senilai Rp 28,870 milyar, sebagai dampak dari

penilaian persediaan barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya,

sehingga harga pokok penjualan tahun tersebut understated.

Page 13: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

2

Laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan merupakan laba yang dihasilkan

dengan metode akrual (IAI 2012). Dechow dkk. (1995) menyatakan laba akrual dianggap

sebagai ukuran yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas dari aktivitas operasi

karena akrual mempertimbangkan masalah waktu, tidak seperti yang terdapat dalam arus

kas dari aktivitas operasional. Menurut Sabbaghi (2011) menyatakan bahwa korelasi

return saham dengan volatilitas laba selama krisis keuangan dan Bartram dkk. (2007)

menemukan bukti bahwa peningkatan korelasi pasar dalam periode krisis tidak didorong

oleh volatilitas laba. Pollet dan Wilson (2010) menyatakan bahwa volatilitas laba yang

tinggi terungkap dengan korelasi antara saham.. Lynch dkk. (2009) menunjukkan bahwa

korelasi aset keuangan adalah faktor yang berkontribusi terhadap gejolak/volatilitas laba.

Penelitian Novita dkk. (2009) menyatakan bahwa manajemen memilih untuk

menjaga nilai laba yang stabil dibandingkan dengan laba yang bergejolak (volatile atau

volatility earnings), sehingga manajemen akan menaikkan laba yang dilaporkan jika

jumlah laba yang sebenarnya menurun dari laba tahun sebelumnya. Manajemen akan

memilih menurunkan laba yang dilaporkan jika laba yang sebenarnya meningkat

dibandingkan laba tahun sebelumnya. Penelitian Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan

bahwa Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi

pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) yang dilakukan oleh para

manajer dan pemegang saham pengendali (insider). Pendekatan corporate governance

memiliki arti bahwa mekanisme kunci dari corporate governance adalah proteksi investor

eksternal (outside investors), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui

pelaksanaan sistem.

Black dkk. (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang dikelola dengan baik dan

menguntungkan, serta investor dapat menilai earnings atau dividen lebih tinggi untuk

perusahaan yang menerapkan corporate governance. Hasil penelitian Pillania dan

Aluchna (2009) menunjukkan bukti bahwa investor menilai earnings atau arus dividen

untuk perusahaan yang menerapkan corporate governance. dalam memitigasi perilaku

manajemen yang oportunistik. Manajemen laba dilakukan karena adanya keleluasaan

kebijakan manajemen dalam menentukan praktik akuntansi suatu akun dalam neraca.

Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa praktik akrual dilakukan dengan mempermainkan

komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan

komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang melakukan

pencatatan dan menyusun laporan keuangan.

Penelitian Scott (2009) menemukan bahwa tujuan perusahaan untuk melakukan

praktik pengelolaan laba adalah; Pertama, manajemen perusahaan berusaha untuk

menambah tingkat transparansi laba dalam mengkomunikasikan informasi internal

perusahaan, dalam hal pengelolaan laba dilakukan secara efisien. Kedua adalah

manajemen perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri,

dalam hal ini pengelolaan laba bersifat oportunistik. Praktik pengelolaan laba yang

1

Page 14: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

3

bersifat oportunistik yang membuat investor salah dalam mengambil keputusan investasi.

Pengelolaan laba oportunistik merupakan konsep teori keagenan (agency theory) yaitu

ketika semua pihak memiliki dorongan untuk mendahulukan kepentingannya sehingga

timbul adanya konflik antara prinsipal dengan agen. Penelitian ini fokus pada praktik

pengelolaan laba yang bersifat kontrak efisien yang berdampak pada volatilitas laba.

Kegagalan beberapa perusahaan di atas dan timbulnya kasus malpraktik keuangan

akibat krisis, sehingga peran Corporate Governance sebagai “internal control wrong”

atas kebobolan perusahaan secara internal. Pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan

emiten di pasar modal yang ditangani Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan aturan

tentang akuntansi lindung nilai untuk mereduksi ‘conflict of interest’ dan menerapkan

strategi akuntansi seperti; hedge keuangan untuk mengurangi volatilitas laba perusahaan

atas transaksi nilai wajar dan investasi neto mata uang asing (Herawati 2002).

Penelitian Guay dan Kothari (2003) menemukan bukti bahwa volatilitas laba dan

arus kas tinggi karena ketidaksempurnaan informasi di pasar modal. Perusahaan besar

menggunakan derivatif keuangan untuk aktivitas lindung nilai. Derivatif keuangan untuk

mengantisipasi kerugian yang besar di masa yang akan datang, biasanya investor

menggunakan sekuritas derivatif. Transaksi derivatif merupakan salah satu instrumen

keuangan yang dipergunakan untuk mengurangi gejolak/volatilitas laba. Manajer dapat

mengurangi volatilitas laba dan arus kas dengan melakukan diversifikasi arus kas melalui

pemilihan proyek, akuisisi, atau investasi yang fleksible. Proses asersi laporan keuangan

dapat mempengaruhi volatilitas laba yang dilaporkan dan pentingnya peran manajemen

akrual yang akan diharapkan memitigasi volatilitas laba perusahaan. Tujuan manajemen

akrual meningkatkan kesejahteraan pemilik dalam jangka panjang (Fischer dan

Rosenzweig 1995) dan Scott (2009). Manajemen akrual dapat menimbulkan masalah

keagenan (agency cost) yang dipicu adanya perbedaan kepentingan antara manajemen

(agent) dengan pemegang saham (principal).

Praktik manajemen akrual dapat diminimumkan melalui mekanisme monitoring

untuk menyelaraskan (alignment) perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen antara

lain dengan; (1) Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen

(managerial ownership) Jensen dan Meckling (1976); (2) Kepemilikan saham

institusional karena dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan

signifikan dapat memonitor manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer

untuk melakukan manajemen akrual (Midiastuty dkk. 2003); (3) Peran monitoring yang

dilakukan dewan komisaris independent (Mulyaningsih 2013); (4) Kualitas Audit

diproksikan dari auditor yang kompeten dan bersikap independen sehingga menjadi pihak

yang memberikan kepastian terhadap angka-angka akuntansi sebagai asersi manajemen.

Deteksi atas manajemen akrual dalam laporan keuangan melalui penggunaan

akrual. Peran akrual sebagai ukuran kinerja perusahaan menjadi pertanyaan penting

dalam riset akuntansi. Laba akrual dipandang sebagai ukuran kinerja perusahaan yang

Page 15: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

4

lebih superior daripada aliran kas karena akrual mengurangi masalah waktu dan

ketidakcocokan (mismatching) yang melekat dalam pengukuran aliran kas (Dechow dkk.

2011). Akuntansi akrual menjadi subjek kebijakan manajerial. Adanya ketidaksepakatan

(misalignment) antara manajer dan pemegang saham mendorong manajer untuk mengatur

laba secara oportunistik yang menyebabkan distorsi atas laba yang dilaporkan (Watts dan

Zimmerman 1986). Perusahaan yang melakukan manajemen akrual akan mengungkapkan

lebih sedikit informasi dalam laporan keuangan agar tindakannya tidak mudah terdeteksi.

Lupitasari (2013) berpendapat bahwa tindakan manajemen laba (earnings management)

memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi, salah satu contohnya adalah

Enron sebuah kasus yang terjadi di Amerika, sedangkan contoh kasus yang terjadi di

Indonesia seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk tahun 2002 berawal dari

terdeteksinya manipulasi dalam pelaporan keuangan (Boediono 2005).

Barth dkk. (2008) memberikan bukti bahwa pasar modal menghargai perusahaan

yang mengalami peningkatan laba dan memberikan tambahan insentif atas kebijakan

hedging untuk menghindari volatilitas laba. Hedging/lindung nilai adalah strategi

manajemen risiko yang rasional dan ekonomis. International Accounting Standard Board

telah mengatasi banyak masalah dalam tiga tahapan untuk menggantikan IAS 39 dengan

IFRS 9 yang dikonvergensi dalam PSAK 50 dan PSAK 55. Aktivitas lindung nilai

dengan nilai wajar membuat pengukuran penggunaan derivatif keuangan lebih transparan,

memberikan gambaran lebih baik tentang eksposur risiko keuangan. Aktivitas hedging

dapat meningkatkan volatilitas laba jika instrumen derivatif keuangan tidak memenuhi

syarat untuk perlakuan akuntansi hedging.

Perlakuan akuntansi hedging perusahaan berdampak pada laporan tahunan

perusahaan sebagai lindung nilai ekonomi atau perilaku hedging keuangan. Aktivitas

hedging keuangan dapat mengalami perubahan dalam instrumen derivatif keuangan dan

tingkat hedging. Perusahaan dapat menghentikan aktivitas hedging keuangan pada setiap

penurunan manfaat hedging, seperti penggunaan derivatif keuangan yang terkait dengan

volatilitas laba tinggi. Penelitian Indriyani (2015) dan PSAK 55 mengakui lindung nilai

atas nilai wajar, lindung nilai arus kas dan lindung nilai atas investasi bersih pada

kegiatan operasi luar negeri. Hedging atas nilai wajar mengacu pada lindung nilai

terhadap risiko perubahan nilai wajar kewajiban dan aset diakui atau komitmen yang

belum diakui. Lindung nilai arus kas mengacu pada eksposur variabilitas arus kas dari

aset atau kewajiban yang diakui.

Penelitian Intrisano (2012) menunjukkan bahwa kompensasi manajer adalah

penentu keputusan perusahaan hedgers dan unhedgers. Campbell dan Kracaw (1991)

meneliti perusahaan asuransi melalui hedging yang menunjukkan bahwa kontrak insentif

tertentu, pemegang saham akan dirugikan oleh perilaku manajer untuk melakukan

hedging karena manajer akan menyimpang dari usaha mengakuisisi perusahaan asuransi.

Kontrak hedging dilaksanakan, pemegang saham dapat berbagi keuntungan langsung

Page 16: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

5

dengan manajer disebut perusahaan hedgers, sedangkan perusahaan unhedgers adalah

perusahaan yang tidak melakukan hedging keuangan dan cendrung melakukan

manajemen akrual untuk mengurangi volatilitas laba.

Bank Indonesia menyambut baik himbauan Pemerintah. Terbitlah Peraturan Bank

Indonesia Nomor 15/2013 pada 7 Oktober 2013. Merangkum beragam peraturan yang

pernah diterbitkan, peraturan ini menegaskan dukungan dan dorongan Bank Indonesia

bagi BUMN memanfaatkan fasilitas lindung nilai di pasar keuangan untuk pemenuhan

kebutuhan valuta asing. Di tengah gejolak, sinergi pun tercipta, seperti; apa yang terjadi

pada PLN ketika nilai rupiah anjlok pada 2008. Patokan kurs yang semula Rp 9.400 per

dolar AS pada 2007 naik menjadi Rp 10.900 per dolar AS pada 2008. Dari beban utang

6,6 miliar dolar AS, PLN menderita rugi kurs sampai Rp 9,3 triliun. Sejak April 2009

PLN sebenarnya sudah berniat melakukan lindung nilai (hedging) terhadap setengah dari

beban utangnya. Namun, sampai tahun ini PLN belum melakukan hedging karena ada

persoalan persepsi, soal tindakan tersebut dengan implikasi hukum. Beda persepsi itu

terkait dengan audit Badan Pemeriksa Keuangan. Penundaan hedging, menyebabkan PLN

kembali mengalami kerugian kurs pada September 2012, senilai Rp 9,16 triliun.

1.2 Gap Penelitian

Hasil penelitian yang beragam dan in-konsisten, terutama menghadapi kebijakan

manajemen yang oportunistik dalam kegiatan operasionalnya, sehingga menimbulkan

volatilitas laba. Beberapa kesenjangan hasil-hasil penelitian mengenai masing-masing

komponen corporate governance terhadap manajemen akrual dan volatilitas laba

dikemukakan berikut ini:

1.2.1 Pengaruh Corporate Governance terhadap Volatilitas Laba

Penelitian Amir dkk. (2010) menemukan bahwa direksi, Chief Executive Officer

(CEO) dan Chief Financial Officer pada perusahaan terdaftar di Swedia telah divonis

melakukan kejahatan. Penelitian ini konsisten antara peran direksi dan CEO berpengaruh

negatif terhadap volatilitas laba. Temuan ini meningkatkan peran corporate governance

atas karakteristik manajemen senior dalam pengambilan keputusan. Barnhart dan

Rosenstein (1998) mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok.

Pertama, berupa internal mechanisms (mekanisme internal) seperti; komposisi dewan

direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, kualitas audit dan kompensasi eksekutif

berpengaruh positif terhadap gejolak/volatilitas laba. Kedua, external mechanisms seperti,

kepemilikan institusional, komite audit independen, pengendalian oleh pasar, dan level

debt financial berpengaruh negatif terhadap gejolak/volatilitas laba.

Penelitian Hardianto (2013) mekanisme corporate governance yang dibagi menjadi

dua kelompok yaitu internal dan external mechanisms. Internal mechanisms adalah cara

untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal

Page 17: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

6

seperti rapat umum pemegang saham, kepemilikan manajemen, komposisi dewan

komisaris, komposisi dewan direksi dan pertemuan dengan board of directors tidak

berpengaruh terhadap gejolak/volatilitas laba. Sedangkan external mechanisms adalah

cara mempengaruhi perusahaan dengan menggunakan mekanisme internal perusahaan

seperti kepemilikan institusional, komite audit independen dan pengendalian oleh pasar

dapat memitigasi gejolak volatilitas laba. Hasilnya adalah bahwa ketika kepemilikan

institusional tinggi, manajer cenderung untuk mengurangi investasi R & D untuk

menurunkan volatilitas laba. John Stanley dkk. (2009) menunjukkan bahwa pelaporan

keuangan dan kualitas audit berhubungan negatif dengan penurunan volatilitas laba.

1.2.2 Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Akrual

1.2.2.1 Struktur Kepemilikan dan manajemen Akrual

Pengaruh corporate governance dalam struktur kepemilikan perusahaan:

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas

audit terhadap manajemen akrual dijelaskan pada bagian berikut:

Kepemilikan Manajerial. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin

tinggi proporsi kepemilikan insider saham, semakin sedikit perbedaan kepentingan antara

manajemen dan eksternal, serta biaya agensi rendah dari ekuitas. Warfield dkk. (1995)

menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan besarnya

penyesuaian manajemen akrual dan berhubungan positif dengan keinformatifan laba.

Smith dan Kohlbeck (2008) memeriksa sampel dari perusahaan Australia selama periode

1993-1997 dan menemukan hubungan negatif antara kepemilikan saham manajerial

terhadap manajemen akrual. Peasnell dkk. (2005) menunjukkan bahwa peran direksi

dalam membatasi manajemen akrual hanya di perusahaan-perusahaan dengan

kepemilikan manajerial rendah, yang menunjukkan hasilnya tidak konsisten dengan

prediksi dari teori keagenan bahwa insentif untuk mengelola laba di perusahaan-

perusahaan dengan kepemilikan saham manajerial rendah.

Kepemilikan saham manajer yang besar berpengaruh terhadap manajemen akrual.

Oleh karena itu peneliti memprediksi hubungan negatif antara kepemilikan manajerial

dan manajemen akrual (Nagata and Hachiya 2007); Nagata (2013) menjelaskan hubungan

negatif antara kepemilikan manajemen/insider dan manajemen akrual abnormal untuk

830 IPO di Jepang selama periode 1989-2000. Jensen (2005) menunjukkan bahwa

kepemilikan saham manajemen yang tinggi cenderung melakukan tindakan manajemen

akrual yang oportunistik untuk keuntungan jangka pendek pada biaya pemangku

kepentingan perusahaan.

Kepemilikan Institusional. Struktur kepemilikan dari perspektif proporsi saham

yang dimiliki oleh pemegang saham institusional terhadap manajemen akrual. Pincus dan

Rajgopal (2002a) menyatakan bahwa kepemilikan saham institusional mungkin memiliki

implikasi terhadap manajemen akrual, sebagai pemegang saham institusi besar

Page 18: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

7

memainkan peran pemantauan. Kepemilikan saham institusional menemukan hubungan

negatif dengan manajemen akrual. Bushee (1998) menguji apakah investor institusional

mengurangi atau menambah insentif untuk mengelola laba jangka pendek melalui

investasi R & D. Kepemilikan institusi dan proporsi yang tinggi dari lembaga-lembaga

investasi yang ditandai dengan omset portofolio tinggi, diversifikasi, dan momentum

perdagangan. Lang dan McNichols (1997) menemukan bahwa kelembagaan adalah

responsif terhadap laba, yang dapat meningkatkan insentif bagi perusahaan untuk terlibat

dalam manajemen akrual.

Smith dan Kohlbeck (2008) menemukan hubungan negatif pada tingkat

kepemilikan manajerial yang tinggi dibandingkan dengan kepemilikan institusional.

Investor institusi jangka pendek mendorong perusahaan menerbitkan dan melaporkan

manajemen akrual yang meningkat dengan menjual hak over-valued dan saham yang ada.

Investor institusi jangka panjang akan membatasi upaya manajer untuk memanipulasi

laba atau melakukan manajemen akrual yang dilaporkan atas rights issue. Ningsaptiti

(2010) meneliti tentang pengaruh mekanisme corporate governance dan ukuran

perusahaan terhadap manajemen akrual.

Komite audit independen dan Manajemen Akrual.

Penelitian Pamudji dan Trihartati (2010) meneliti pengaruh keefektifan komite

audit independen terhadap manajemen akrual, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

keseluruhan karakteristik komite audit independen tidak signifikan terhadap manajemen

akrual, hal ini menunjukkan bahwa pembentukan komite audit hanya menggambarkan

bentuk ketaatan terhadap peraturan. Besarnya manajemen akrual dalam perusahaan

dengan komite audit independen, memiliki setidaknya satu anggota ahli akuntansi atau

keuangan menjadi komite audit independen perusahaan (Bedard dkk. 2004); (Klein

2002) dan (Farber (2005)).

Kualitas audit dan Manajemen Akrual.

Kualitas audit yang diproksikan dengan akrual lancar dan telah digunakan beberapa

peneliti sebelumnya (Myers dkk. (2003)); (Manry dkk. 2008); (Giri, 2010) dan Rustiarini

(2013) berhasil membuktikan bahwa gender, kebangsaan, usia dan tingkat pendidikan

dapat mengurangi tingkat akrual, yang berarti meningkatkan kualitas audit. Piot dan

Janin (2007) dan Rustiarini (2013) menyatakan bahwa tingginya manajemen akrual

berhubungan positif dengan kegagalan audit. Manajemen akrual yang rendah

diasosiasikan dengan tingginya tingkat konservatisme yang dimiliki seorang auditor

sehingga dipandang dapat meningkatkan kualitas audit. Osma dan Noguer (2007)

menjelaskan antara kualitas audit berhubungan negatif terhadap manajemen akrual bagi

perusahaan di Spanyol.

Page 19: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

8

1.2.3 Pengaruh Manajemen Akrual terhadap Volatilitas Laba Muid dan Nanang (2005) menguji pengaruh manajemen akrual terhadap

risiko/volatilitas laba dan investasi, hasilnya menunjukkan bahwa manajemen akrual

tidak terbukti menimbulkan volatilitas laba. Nguyena dan Faff (2010) menginvestigasi

hubungan antara penggunaan manajemen akrual dan volatilitas laba perusahaan dengan

menggunakan sampel perusahaan di Australia. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan

ini tidak linier antara pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba, karena

penggunaan manajemen akrual berhubungan dengan pengurangan volatilitas laba.

Malpraktik yang melibatkan Kantor Akuntan Publik1) berkaitan dengan laporan

keuangan salah saji secara material akibat penipuan atau kecurangan. Kasus Enron diakui

telah menggelembungkan laba tidak layak dan menyembunyikan hutang melalui bisnis

partnership. Xerox didenda US$ 10 juta menyangkal atas kesalahannya untuk

menggelembungkan pendapatan dan laba dari tahun 1997 sampai 2000 dengan mengakui

________________________________________ Di Indonesia kasus-kasus serupa terjadi, misalnya kasus audit PT Telkom oleh KAP1) “Eddy

Pianto & Rekan” (Sumarna 2003). Dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT Telkom tidak

diakui oleh pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat (SEC), dan atas peristiwa ini audit

ulang diminta untuk dilakukan oleh KAP yang lainnya. Kasus lainnya yang menarik adalah

keterlibatan10 KAP (jumlah sample dalam peer review) yang melakukan audit terhadap bank beku

operasi dan bank beku kegiatan usaha ((Ludigdo 2006)). Bahkan dalam kasus ini KAP-KAP besar

disebut-sebut juga terlibat (lihat Media Akuntansi, 2002). Selain itu terdapat kasus penggelapan

pajak yang melibatkan KAP “KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” (KPMG-SSH) yang

menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC) untuk melakukan penyuapan

kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban pajak

yang harus dibayarnya (Sinaga dkk., 2001).

Page 20: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

9

pendapatan atas kontrak-kontrak dimasa mendatang (Sinaga dan Ghozali 2012). Tindakan

kecurangan ini sering disebut manipulasi earnings yang berdampak pada munculnya

volatilitas laba yang timbul karena adanya tekanan atau dorongan untuk melakukan

kecurangan. Tekanan tersebut untuk memanipulasi earnings karena lemahnya

pengendalian internal, dengan cara sistem akuntansi akrual, dimana memberikan

kesempatan kepada manajer untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan

memberikan pengaruh positif kepada laba yang dilaporkan. DeAngelo (1986)

menyatakan konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu komponen

nondiscretionary dan discretionary.

DeMarzo dan Duffie (1995) memberikan bukti empiris terkait pengelolaan

risiko/volatilitas laba yang menunjukkan bahwa pengelolaan risiko dapat mengurangi

noise (gangguan) dan membantu investor untuk mengidentifikasi kemampuan manajer.

Perusahaan menggunakan metode hedge atau lindung nilai untuk mengatasi volatilitas

laba dengan menggunakan lindung nilai, perusahaan berusaha untuk mengurangi

munculnya risiko keuangan dengan menciptakan posisi yang mampu menutup kerugian

(offsetting position). Penelitian ini fokus pada volatilitas laba dipengaruhi oleh corporate

governance yang dimediasi oleh manajemen akrual karena hubungan kausalitas antara

Corporate Governance terhadap volatilitas laba secara lansung masih tidak konsisten.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang, gap penelitian dan fenomena bisnis yang telah dibahas

pada bagian sebelumnya, terdapat perbedaan hasil mengenai kepemilikan manajemen,

kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas audit terhadap volatilitas

laba pada tataran praktis yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen, kepemilikan

institusional, komite audit independen sebagai alat monitoring atas manajemen akrual dan

volatilitas laba. Berdasarkan pada permasalahan penelitian yang telah diuraikan

bersumber dari penelitian gap dan fenomena bisnis pada perusahaan hedged maka dapat

dirumuskan masalah penelitian ini adalah Apakah model penelitian empirik dapat

mengatasi gap penelitian antara corporate governance dan volatilitas laba dimediasi oleh

manajemen akrual pada perusahaan hedged di Indonesia ?

1.4 Pertanyaan Penelitian

Studi ini mencoba untuk menganalisis hubungan corporate governance terhadap

volatilitas laba dalam menciptakan alat monitoring dan kontrak efisiensi yang dapat

mereduksi risiko/volatilitas laba pada perusahaan hedged di Indonesia. Manajemen akrual

digunakan untuk memediasi antara corporate governance terhadap volatilitas laba dengan

harapan bahwa perilaku opportunistik dapat direduksi dan kontrak efisiensi dapat

ditingkatkan. Berkaitan dengan Gap dan masalah penelitian yang telah diuraikan maka

pertanyaan penelitian ini adalah:

Page 21: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

10

1. Apakah terdapat pengaruh Corporate Governance terhadap volatilitas laba ?

2. Apakah terdapat pengaruh Corporate Governance terhadap manajemen akrual ?

3. Apakah terdapat pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba ?

4. Apakah manajemen akrual memediasi hubungan Corporate Governance dengan

volatilitas laba pada perusahaan hedged di Indonesia?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengembangkan sebuah model

teoritikal dasar dan model penelitian empirik untuk mengisi gap penelitian mengenai

proporsi corporate governance dalam mereduksi volatilitas laba. Untuk mengisi gap

penelitian ini, penulis membangun sebuah konsep yaitu opportunistik manajemen akrual

dan kontrak efisien yang digunakan sebagai alat monitoring atas perilaku manajemen

akrual dan mengatasi volatilitas/gejolak laba dan berdampak pada perusahaan hedgers

dan perusahaan unhedgers. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis esensi dan

peran secara lansung maupun tidak lansung yang berkaitan dengan corporate governance,

manajemen akrual dan volatilitas laba sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Kepemilikan Manajemen

terhadap Volatilitas Laba.

2. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Kepemilikan Institusional

terhadap Volatilitas Laba.

3. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif komite audit Independen dan

Kualitas Audit terhadap Volatilitas Laba.

4. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Kualitas Audit terhadap

Volatilitas Laba.

5. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Kepemilikan Manajemen

terhadap Manajemen Akrual.

6. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Struktur Kepemilikan

Institusional terhadap Manajemen Akrual.

7. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif komite audit Independen

terhadap Manajemen Akrual.

8. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif kualitas audit terhadap

Manajemen Akrual.

9. Untuk menguji pengaruh Manajemen Akrual terhadap Volatilitas Laba.

10. Untuk menganalisis Manajemen Akrual memediasi hubungan Corporate

Governance dengan Volatilitas Laba pada perusahaan hedged di Indonesia.

Page 22: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

11

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik bagi para

akademisi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan maupun manfaat secara operasional

bagi para praktisi yang terdiri dari manfaat praktis dan manfaat teoritis, berikut ini:

1.6.1 Manfaat Teoritis 1. Manfaat Dalam Pengembangan Ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan kajian akuntansi keuangan khususnya Aktivitas hedging, volatilitas

laba dan manajemen akrual. Corporate Governance dengan menggunakan

kerangka dasar teori yang merupakan model integratif dari beberapa teori antara

lain Agency Theory, Positif Accounting Theory dan teori efisiensi yang berdampak

pada manajemen akrual dan volatilitas laba.

1.6.2 Manfaat Praktis 2. Manfaat Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada

para praktisi, seperti investor dan calon investor. Khususnya, hasil penelitian ini

diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan

investasi dan juga sebagai bahan pertimbangan apakah kehadiran para investor

dalam melakukan monitoring kepada manajemen.

3. Manfaat Bagi Auditor

Memahami aktivitas hedging yang diproksikan dengan hedge arus kas

operasi, hedge derivatif mata uang asing, dan risiko perusahaan dapat menambah

wawasan dalam mempertimbangkan risiko audit.

4. Manfaat Bagi Standard Setter atau Regulator,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada

pemerintah selaku regulator dalam memberikan ketegasan berupa manajemen

akrual, aktivitas hedging keuangan, dan volatilitas laba. Karena angka laba

mempunyai konsekuensi ekonomi dapat dipertimbangkan untuk mengatur luasnya

PSAK 55, 56 dan lain-lain yang terkait tentang aktivitas hedging keuangan.

1.7 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini adalah pada perbedaan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya karena latar belakang yang mencakup gap penelitian dan fenomena bisnis

yang berbeda. Orisinalitas ilmiah penelitian dalam studi ini meliputi orisinalitas pada

model teoritikal dasar, orisinalitas pada model penelitian, dan orisinalitas pada

rekonstruksi konsep manajemen laba dengan laba akuntansi (akrual) menjadi manajemen

akrual.

Page 23: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

12

Untuk mengatasi volatilitas laba tersebut maka banyak perusahaan menggunakan

metode hedge atau lindung nilai. Dengan menggunakan lindung nilai, perusahaan

berusaha keras untuk mengurangi munculnya risiko keuangan dengan menciptakan posisi

yang mampu menutup kerugian (offsetting position), secara khusus dengan bantuan

instrumen keuangan derivatif (Glaum dan Klöcker 2011).

Penelitian ini dikembangkan dan dibedakan sesuai dengan penelitian sebelumnya

dalam beberapa hal, yakni;

Pertama, Orisinalitas pada model teoritikal dasar dan empirik adalah dengan

menempatkan sintesa Manajemen Akrual sebagai rekonstruksi konsep manajemen laba

dengan laba akuntansi (akrual) yang diharapkan dapat memitigasi perilaku manajemen

yang opportunis dan mengatasi volatilitas/gejolak laba. Manajemen Akrual dibentuk dari

teori akuntansi positif, teori agency dan teori efisiensi.

Motivasi awal yang dilakukan untuk menganalisa determinan corporate

governance terhadap volatilitas laba dan manajemen akrual, karena sebagian besar

perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya mengaplikasikan lindung nilai/hedging

keuangan.

Kedua, Perbedaan peran corporate governance terhadap volatilitas laba pada

perusahaan hedged. Volatilitas laba merupakan ukuran laba operasional yang naik atau

turun dengan cepat. Volatilitas laba merupakan derajat penyebaran laba atau indeks

penyebaran distribusi laba perusahaan.

Tujuan perusahaan hedged melakukan praktik pengelolaan laba berbasis

manajemen akrual adalah; manajemen perusahaan berusaha untuk menambah tingkat

transparansi laba dan efisiensi dalam mengkomunikasikan informasi internal perusahaan.

Pengelolaan laba dilakukan secara efisien, karena strategi yang dapat diimplementasikan

oleh manajer antara lain adalah melakukan pilihan metoda akuntansi serta melakukan

estimasi tertentu sebagai kebijakan akuntansi, khususnya hedging keuangan.

Ketiga, Peran komite audit independen memitigasi volatilitas laba dimediasi oleh

manajemen akrual sebagai alat monitoring. Pada perusahaan hedged penggunaan

akuntansi derivatif keuangan untuk tujuan hedging berdampak pada volatilitas laba

sebagai trading karena underlying transaksi mata uang asing yang dihedge. Manajemen

akrual dapat digantikan oleh hedging sebagai hubungan subsitusi, artinya: ‘Peningkatan

penggunaan akuntansi derivatif/hedging keuangan akan menurunkan penggunaaan

manajemen akrual.

Page 24: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

13

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1 Justifikasi Teori

Penelitian ini menggunakan teori akuntansi positif sebagai teori dasar (grand

theorytical), teori agensi sebagai teori pendukung utama (middle range theory) dan teori

relevan (relevant theory). Berikut menggunakan kajian perspektif opportunis dan kontrak

efisiensi sebagai bagian dari teori efisiensi. Agar memudahkan pemahaman, maka

pengembangan model teoritikal dasarnya disajikan sebagai berikut:

2.1.1. Teori Akuntansi Positif (Positif Accounting Theory)

Teori dasar digunakan dalam penelitian ini adalah Positif Accounting Theory

didasarkan pada proposisi bahwa manajer, pemegang saham dan regulator adalah rasional

dan berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya, yang secara langsung terkait dengan

kompensasi dan kemakmuran pemilik. Pilihan akuntansi tergantung pada merepresentasi

insentif manajemen untuk memilih metoda akuntansi dengan rencana bonus, kontrak

utang.

Perilaku pengelolaan laba berbasis manajemen akrual dapat dijelaskan melalui

Positive Accounting. Theory (PAT) dan Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dapat

dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen yang dirumuskan oleh (Watts dan

Zimmerman 1990) mengenai motivasi manajemen melakukan manajemen akrual adalah

sebagai berikut:

1) Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis), Manajemen yang diberikan

janji untuk mendapatkan bonus sehubungan dengan performa perusahaan

khususnya terkait dengan laba perusahaan yang diperolehnya akan termotivasi

untuk mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian di masa

mendatang, diakui menjadi laba perusahaan pada tahun berjalan.

2) Hipotesis perjanjian utang (the debt covenant hypotesis), Dalam melakukan

perjanjian utang, perusahaan diharuskan untuk memenuhi beberapa persyaratan

yang diajukan oleh debitur agar dapat mengajukan pinjaman. Beberapa

persyaratan tersebut adalah persyaratan atas kondisi tertentu mengenai keuangan

perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio

keuangannya..

3) Hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis), Hipotesis ini menjelaskan

akibat politis dari pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh

manajemen.

Positive Accounting Theory (PAT) mengambil sudut pandang bahwa perusahaan

mengorganisasikan diri dengan cara yang paling efisien, sehingga memaksimisasi

prospek perusahaan untuk bisa bertahan hidup.

Page 25: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

14

Positive Accounting. Theory (PAT) berargumen bahwa kebijakan akuntansi

perusahaan akan dipilih sebagai bagian dari problem yang lebih luas dari pencapaian tata

kelola perusahaan yang efisien. Tata kelola yang efisien tersebut membutuhkan trade off

antara biaya modal dengan cost contracting 1. Biaya modal bisa direduksi dengan

kebijakan akuntansi yang secara penuh memberi informasi kepada pasar, sehingga akan

mengurangi perhatian investor terkait dengan masalah adverse selection 2. Di sisi lain

kebijakan yang secara penuh memberikan informasi ini juga akan mereduksi korelasi

antara performa perusahaan dan usaha manajer, sehingga akan meningkatkan kos

pengendalian moral hazard 3. Total kos ini akan diminimisasi dengan trade off 4 antara

dua kos tersebut.

Kebijakan akuntansi yang tersedia bagi manajer untuk dilakukan diperkenankan

dalam Standar Akuntansi. Namun tidak ada alasan, selain alasan kos mengapa set tersebut

tidak bisa lebih dibatasi oleh kontrak. Pengakuan kemungkinan timbulnya perilaku

oportunistik ini mendasari asumsi penting dari PAT. Positive Accounting. Theory (PAT)

mengasumsikan bahwa manajer adalah orang yang rasional (seperti halnya investor) dan

akan memilih kebijakan akuntansi sesuai dengan tujuan yang bisa dilakukan, yaitu

manajer akan berusaha untuk memaksimisasi expected utility.

Sudut Pandang Oportunistik dan Efisien dalam PAT

Hipotesis Positive Accounting Theory, menggunakan sudut pandang oportunistik.

Pandangan ini mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk

maksimisasi utilitas ekspektasian (expected utility) secara relatif terhadap remunerasi

yang diterima (bonus plan hypothesis), kontrak hutang (debt covenant hypothesis) dan

kos politik. Hipotesis tersebut juga bisa dinyatakan dalam bentuk efisien. Dalam sudut

pandang ini berasumsi bahwa kontrak kompensasi dan sistem pengendalian internal,

termasuk monitoring oleh komite audit independen, membatasi oportunistik manajer dan

memotivasi manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang meminimalisasi kos modal

perusahaan dan kos kontrak, maka apakah observasi atas kebijakan akuntansi yang dipilih

perusahaan dikendalikan secara oportunistik atau efisiensi.

_________________________________ Agency didefinisikan cost contracting1 yaitu, jumlah biaya monitoring, biaya ikatan, dan

kehilangan. Biaya agensi adalah biaya riil atau kumpulan kontrak perusahaan. Adverse selection 2

menggambarkan a). gaya hidup berisiko tinggi untuk mendapatkan asuransi jiwa. b). Sebuah

situasi di mana penjual memiliki informasi bahwa pembeli tidak (atau sebaliknya) tentang

beberapa aspek dari kualitas produk. Moral hazard3 atau perilaku jahat dalam ekonomi adalah

tindakan pelaku ekonomi yang menimbulkan kemudharatan baik untuk diri sendiri maupun orang

lain. Trade off 4 adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan terhadap dua hal atau

lebih, mengorbankan/kehilangan suatu aspek dengan alasan tertentu untuk memperoleh aspek lain

dengan kualitas yang berbeda sebagai pilihan yang diambil.

Page 26: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

15

2.1.2. Teori Agensi (Agency Theory) Teori antara digunakan dalam penelitian ini adalah teori keagenan (Agency

Theory), Secara umum teori keagenan menjelaskan adanya hubungan antara pemegang

saham (principal) dan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1992) membahas

tentang teori keagenan (Agency Theory) dengan hubungan principal dan agent, serta

pemisahan kepemilikan (ownership) dan pengendalian (control) perusahaan. Principal

adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham, sedangkan agent adalah manajemen

yang menjalankan operasi perusahaan yang diamanahkan oleh pemilik (principal) untuk

meningkatkan kemakmuran prinsipal melalui peningkatan nilai perusahaan.

Prinsipal menyediakan dana dan sumber daya lainnya guna memenuhi kebutuhan

operasi perusahaan. Sebagai imbalannya agen akan memperoleh gaji, bonus dan berbagai

kompensasi lainnya. Jensen dan Meckling (1999) mendefinisikan hubungan agensi

sebagai berikut. We define an agency relationship as a contract under which one or more

persons (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on

their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent. If

both parties to the relationship are utility maximizes, there is good reason to beliave that

the agent will not always act in the best interest of the principal.

Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi

antara manajer sebagai agen dan pemegang saham. Beaver dan Venkatachalam (2003)

dengan pemilihan metode akuntansi sesuai standar/peraturan yang berlaku. Jensen dan

Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi dimana terdapat kontrak yang

menjadi landasan satu pihak (principal/pemilik) mempekerjakan pihak lain (agent) untuk

mengelola perusahaan atas nama perusahaan.

Asumsi masalah Oportunistik. Williamson (1979) menyatakan bahwa seorang

oportunistik2 yang diprediksikan akan berprilaku mementingkan dirinya sendiri,

menyembunyikan kebenaran, dan cendrung melakukan kecurangan. Oleh karena itu

untuk mengatasi hal tersebut diperlukan monitoring terhadap tingkah laku agen dan

pemberian insentif agar agen mau bertindak “baik”. Asumsi Ilmu ekonomi, ditemukan

fenomena agen tidak menyukai risiko, banyak manajer yang risk aversed3 (Lambert

2001). Penelitian tentang teori keagenan menemukan sikap agen yang jujur, netral

ataupun suka dengan risiko maka akan dianggap pengecualian (Jensen 1986), dengan

kebijakan hedging dapat mengurangi volatilitas laba perusahaan.

2.1.3 Teori Efisiensi

Secara umum, arti efisiensi dari unit produksi atau jasa mengacu perbandingan

antara input dan output yang digunakan dalam proses produksi barang atau jasa. Contoh

efisiensi perbankan merupakan salah satu indikator penting dalam nilai kinerja bank.

Ghozali (2014) menyatakan bahwa sebuah bank dengan kinerja efisiensi maksimum

Page 27: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

16

diperkirakan mampu melaksanakan fungsi intermediasi perbankan secara optimal dan

mampu meningkatkan nilai perusahaan.

Farrell (1957) menyatakan bahwa efisiensi perusahaan terdiri dari dua komponen,

yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis mengekspresikan kemampuan

perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan input yang tersedia, dengan struktur atas

harga dan teknologi produksi. Efisiensi alokatif didefinisikan sebagai kapasitas dari

perusahaan untuk memilih kombinasi input dan output yang meminimalkan biaya atau

memaksimalkan keuntungan. Kombinasi kedua ukuran yang berlaku untuk mengukur

efisiensi ekonomi. Kumbhakar dan Lovell (2003) mengatakan bahwa efisiensi teknis

merupakan salah satu komponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun, dalam

rangka mencapai efisiensi ekonomi perusahaan secara teknis. Teori Efisiensi menyatakan

tingkat efisiensi yang lebih tinggi dari competitor berpotensi untuk (1) memaksimumkan

laba dengan cara menjaga tingkat harga dan ukuran perusahaan (2) memaksimumkan laba

dengan jalan menurunkan harga dengan memperluas ukuran perusahaan (McShane dkk.

2011). Untuk memudahkan pemahaman, maka pengembangan model teoritikal dasarnya

disajikan sebagai berikut:

____________________________________________

Williamson (1979) menyatakan bahwa oportunistik2 adalah sifat suka mengejar

keuntungan sendiri dengan berbagai akal bulus (opportunism is perceived as self-interest

seeking with guile). Maka asumsi model of man dalam teori keagenan dianggap sebagai

seorang oportunistik. Risk aversed3 adalah penjelasan dari seorang investor yang, ketika

dihadapkan dengan dua investasi dengan return yang diharapkan mirip (tapi risiko yang

berbeda), akan lebih suka yang dengan risiko yang lebih rendah (Lambert, 2001).

Page 28: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

17

Gambar 2.1 Pengembangan Model Teoritikal Dasar:

Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien pada Perusahaan Hedged

Sumber: Wiliamson (1975); Jensen dan Meckling (1976); Watts dan Zimmerman

(1986); (Scott 2000 ; 2009); (Michael, 2005); (McShane dkk. 2011) dan

(Ghozali (2014) dimodifikasi dalam penelitian ini.

Dasar Teori Yang Digunakan

Konsep Dasar Penelitian

Corporate Governance

- Mekanisme Internal

- Mekanisme Eksternal

Manajemen

Akrual

Volatilitas

Laba

2.1.1. Teori

Akuntansi Positif

Paradigma

Pemilihan

Kebijakan

Akuntansi

2.1.2. Teori

Agensi

Perspektif

Opportunistik

Perspektif

Kontrak Efisien

2.1.3. Teori

Efisiensi

Page 29: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

18

2.1.4 Risiko/Volatilitas

Menurut Utomo (2004) definisi risiko adalah peluang terjadinya bencana, kerugian

atau hasil yang buruk. Risiko terkait dengan situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan

besar kecilnya kemungkinan terjadinya hasil tersebut dapat diperkirakan. Dua hal penting

yang terkait dengan risiko adalah risk event dan risk loss. Risk event adalah terjadinya

suatu keadaan yang mengakibatkan adanya potensi kerugian (bad outcome) sementara

risk loss adalah kerugian baik langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari

terjadinya risk event. Dalam ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu investasi pada

khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang rasional. Investor yang

rasional tentunya tidak menyukai ketidakpastian atau risiko (Tandelilin 2010).

2.1.5 Laba Akrual

Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi

adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi

dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepada manajemen dalam

Muqodim (2005 :111) dan (Kamily 2013). (Keroshinta dan Suwardjono 2013)

mendefinisikan laba sebagai pendapatan dikurangi biaya merupakan pendefinisian

secara struktural atau sintaktik karena laba tak didefinisi secara terpisah dari pengertian

pendapatan dan biaya.

Laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa

komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah

pajak (Muqodim 2005:131). Sehingga dalam menentukan besar laba akuntansi investor

dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1. Belkaoui (2000:332)

mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu

perusahaan dan laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.

Laba akuntansi dengan berbagai interpretasi diharapkan dapat digunakan

(Suwardjono 2005: 456), antara lain sebagai :

1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang

diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested capital).

2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemcn.

3. Dasar penentuan besar pengenaan pajak.

4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.

5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.

6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.

7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

9. Dasar pembagian dividen.

Page 30: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

19

Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa

keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim

(2005 : 114) adalah:

a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji kebenaran

didasarkan pada transaksi yang didukung oleh bukti.

c. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi

memenuhi dasar konservatisme.

d. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan

pertanggungjawaban manajemen.

2.1.6 Risiko Hedging

Damodaran (2007) memberikan perspektif yang menarik tentang risiko Hedging

pada dasarnya setara dengan membeli put option terhadap kejadian tertentu. Tabel berikut

ini menyajikan perbedaan antara risiko hedging dan manajemen risiko.

Tabel 2.1

Perbedaan Risiko Hedging dan Manajemen Risiko

Perbedaan Risiko Hedging Manajemen Risiko

Pandangan Risiko

Bahaya Risiko Bahaya Risiko dan

kesempatan

Tujuan Melindungi terhadap sisi

negatifnya

Eksploitasi Terbalik

Pendekatan Keuangan, berorientasi

Produk

Strategi / berorientasi

proses lintas fungsional

Ukuran keberhasilan Mengurangi volatilitas laba,

arus kas dan nilai wajar

Nilai yang lebih tinggi

Jenis pilihan yang nyata Masukan Panggilan

Dampak utama pada nilai Tingkat diskonto yang lebih

rendah

Pengembalian kelebihan

tinggi & berkelanjutan

Situasi yang ideal Perusahaan swasta,

perusahaan publik dengan

leverage keuangan tinggi atau

biaya distress

Bisnis maju dengan

potensi signifikan untuk

kelebihan pengembalian

Sumber: Damodaran (2007).

Page 31: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

20

Manajemen risiko perusahaan hedgers, akan optimal jika beberapa

ketidaksempurnaan pasar membuat volatilitas tinggi. Lindung nilai, perusahaan dapat

mengurangi biaya kesulitan keuangan (Gadmor 2006) dan (Smith dan Stulz 1985) jumlah

pajak penghasilan badan dibayar. Ross (1997) dan Leland (1998) menunjukkan bahwa

melalui lindung nilai perusahaan dapat mengurangi kemungkinan kesulitan keuangan dan

meningkatkan kapasitas utang dan terkait dengan keuntungan pajak.

2.1.7 Implementasi Risiko/Volatilitas.

Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan

berdampak buruk terhadap pencapaian sasaran perusahaan (COSO’s 2004). Timbulnya

risiko dimulai dari penyusunan strategi dan penentuan capaian sasaran-sasaran kinerja.

Selanjutnya, COSO’s (2004) mendefinisikan Enterprise Risk sebagai : “A process,

effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, applied in

strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential events that may

affect the entity, and manage risk to be within its risk appetite, to provide reasonable

assurance regarding the achievement of entity objectives”.

Pengelolaan risiko telah dilakukan secara memadai, maka peran sistem

manajemen risiko sangatlah penting. Management system didefinisikan oleh Dubois dkk.

(2010) sebagai the framework of processes and procedures used to ensure that an

organization can fulfill all tasks required to achieve its objectives. Sistem manajemen

risiko dipertimbangkan oleh beberapa peneliti sebagai model dasar untuk mengelola

risiko portofolio yang dihadapi oleh perusahaan (Nocco dan Stulz (2006); (Hoyt dan

Liebenberg 2011) dan (Beasley dkk. 2008).

2.1.8 Manajemen laba Berbasis Akrual

Laba akuntansi (akrual) merupakan indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur kinerja operasional perusahaan (Siallagan dan Machfoedz 2006). Menurut

Schipper dan Vincent (2003) dijelaskan bahwa kualitas laba merupakan jumlah yang

dapat dikonsumsi dalam satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal

dan akhir periode untuk tetap sama, selain itu kualitas laba yang rendah dianggap sebagai

hal yang paling tidak diinginkan oleh para investor karena hal tersebut mengindikasikan

bahwa perusahaan kurang baik dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya

(Barragato dan Markelevich (2003); Hoitash dkk. 2007) menjelaskan bahwa para

penguna laporan keuangan khususnya investor amat sangat memperhatikan jumlah laba

yang diperoleh oleh perusahaan sebagai bagian dari pengambilan keputusan untuk

berinvestasi pada perusahaan.

Page 32: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

21

2.1.8.1 Definisi Manajemen Akrual

Pengertian manajemen akrual dalam artian yang luas dikemukakan oleh (Stubben

2010).“Accrual managements occurs when managers use judgement in financial

reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some

stakeholders about the underlying economics performance of the economy, or to

influance contractual outcomes that depend on reported accounting numbers” (yang

artinya manajemen akrual terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan

keuangan dan penataan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik menyesatkan

beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi atau untuk melihat pengaruh hasil kontrak

yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan).

Ada tiga faktor penyebab terjadinya praktik manajemen laba (Gumanti 2004),

yaitu:

1. Manajemen Akrual

Manajemen akrual biasanya dikaitkan dengan semua aktivitas yang dapat

mempengaruhi aliran kas dan keuntungan yang secara pribadi merupakan

wewenang dari para manajer. Menurut Djakman (2003) menyatakan bahwa

manajemen laba (earnings management) yang dilakukan melalui manajemen

akrual tidak sama dengan manipulasi laba (earnings manipulation). Manajemen

akrual dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan inheren dari kebijakan

akuntansi akrual dan masih berada dalam koridor prinsip akuntansi berterima

umum; sedangkan manipulasi laba merupakan tindak pelanggaran terhadap

prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan kinerja keuangan

perusahaan sesuai kepentingan manajer (Schroeder dkk. (2011).

2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib.

Manajemen laba berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan

suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, yaitu

antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang diterapkan sampai saat

berlakunya kebijaksanaan tersebut.

3. Pembagian akuntansi secara sukarela

Manajemen Akrual berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti

atau mengubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode

yang tersedia dan diakui badan akuntansi.

2.1.9 Discretionary Accrual dan Manajemen Akrual

Discretionary Accrual merupakan model yang digunakan manajemen untuk

melakukan praktik meratakan laba. Motivasi yang lain diantaranya adalah untuk insentif,

regulasi, kontrak dan kandungan informasi; motivasi ini sama dengan motivasi transaksi

derivatif keuangan (Graham dan Rogers 2002); (Allayannis dan Weston 2006). Barton

Page 33: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

22

(2001) menggunakan persamaan varians laba adalah penjumlahan dari varian arus kas

dan varian akrual serta memperkuat hasil penelitian di atas dengan menunjukkan bahwa

derivatif keuangan dan discretionary accrual memiliki hubungan subsitusi.

Penelitian Healy (1996) menyatakan bahwa diskresione akrual adalah akrual

abnormal. Secara skematik rekonstuksi konsep Laba Akuntansi (Akrual) sebagai tesa

dengan Konsep Manajemen Laba sebagai anti tesa melahirkan konsep baru sebagai

sintesa yaitu Manajemen Akrual dapat digambarkan sebagai State of the Art, berikut:

Gambar 2.2

State of the Art Manajemen Akrual

Sumber : Dikonstruksi untuk penelitian ini (2017)

Laba Akuntansi

(Akrual)

(Suwardjono, 2005)

(Muqodim 2005)

( Ahmed Belkaoui 2000)

Manajemen Laba

(Jones, 1976)

(Decow, 1995)

(Kothari, 1998) Scott

(2014) (Healy dan

Wahlen 1999); (Fields

dkk. 2001); (Herusetya

2011) dan (Pujilestari

dan Herusetya

(2013),dll

Manajemen Akrual

(Artificial Smoothing)

Teori Agensi (Jensen dan

Meckling 1976;

Watts dan

Zimmerman

1986; Scott 2000 ;

2009)

Teori Efisiensi

(Michael, 2005;

Mc.Shane 2011;

Ghozali 2014)

Teori Akuntansi

Positif

(Wiliamson 1975)

Page 34: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

23

2.1.10 Corporate Governance (CG)

Windah dan Andono (2013) menjelaskan tentang konsep Corporate Governance

sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan

agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan

(stakeholders). Siallagan dan Machfoedz (2006) mengemukakan bahwa corporate

governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan

dan menguntungkan para pemegang saham.

Adapun proksi Corporate Governance yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara

pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham

manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Menurut Morck dkk. (2004);

(McConnell dan Servaes 1995) dan (Kole 1995) menyatakan bahwa terdapat hubungan

non linier antara kepemilikan manajerial (insider ownership) dengan kinerja perusahaan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa untuk mengurangi konflik kepentingan

antara agent dan prinsipal dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial

dalam suatu perusahaan.

2. Kepemilikan Institusional

Potter (1995) menyatakan bahwa laporan keuangan periodik yang diterbitkan

manajemen sebagai sumber informasi bagi investor institusional dalam melakukan

aktivitas monitoring. Shleifer dan Vishny (1989) berpendapat bahwa kepemilikan

institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan dan

mengurangi risiko perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi,

maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Barclay dkk.

(1993) yang menemukan pengaruh positif signifikan tingkat kepemilikan institusional

dalam jumlah besar terhadap Risiko perusahaan.

3. Komite Audit Independen

Peraturan mengenai komite audit dikeluarkan oleh Bapepam pada Mei 2000,

melalui SE-03/PM/2000. Berdasarkan peraturan ini dijelaskan bahwa komite audit harus

memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya merupakan

komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedang

anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana sekurang-kurangnya

satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan.

Penelitian Klein (2002) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang

membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual

diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk

komite audit independen. Kandungan discretionary accruals tersebut berkaitan dengan

kualitas laba perusahaan. Asrida (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki

Page 35: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

24

komite audit akan memiliki peringkat surat utang yang lebih tinggi daripada perusahaan

yang tidak memiliki komite audit. Rachmawati dan Triatmoko (2007) menemukan hal

yang sebaliknya yaitu Keberadaan komite audit dan komposisi komisaris independen

tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual (kualitas laba) dan nilai perusahaan.

4. Kualitas Audit

Menurut Widagdo dkk. (2002) menyatakan bahwa : “Kualitas hasil kerja adalah

jumlah respon yang benar yang diberikan seseorang dalam menyelesaikan sebuah

pekerjaan yang bandingkan dengan standar hasil kerja atau kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Sedangkan menurut International Standard ISO 9001:20 yang disadur oleh

Charles A. Mills memberikan pemahaman mengenai pengertian kualitas audit (Feng dkk.

2007), yaitu sebagai berikut; “Audit quality is systematic and independent examination to

determine whether quality activities and related results company with planned

arrangements and whether these arrangements are implemented effectively and are

suitable to achieve objectives.”

2.1.11 Pengertian Hedging Akuntansi lindung nilai/hedging adalah seperangkat aturan khusus yang didesain

untuk memastikan bahwa keuntungan dan kerugian pada item-item yang dilindung nilai

dan instrumen lindung nilai dicatat dalam periode yang sama, sehingga mencegah muncul

volatilitas laba (earning volatility). Akuntansi derivatif dan aktivitas lindung nilai diatur

dalam IAS 39 (Financial Instrumen: Recognition and Measurement) dan IAS 32

(Financial Insstrument: Disclosure and Presentation) atau SFAS 133 (Accounting for

Derivatif Instrumen and Hedging Activities). Di Indonesia transaksi derivatif dan

aktivitas lindung nilai (hedging) diatur dalam PSAK 50 (revisi 2006) yang merupakan

turunan dari IAS 32 dan PSAK 55 (revisi 2006) yang merupakan turunan dari IAS 39

(Chariri dan Hendro (2010)).

Hedging merupakan istilah yang sangat populer dalam perdagangan berjangka.

Dimana hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu

transfer of risk. Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian

yang diakibatkan oleh turun-naiknya harga, hedging adalah merupakan suatu mekanisme

yang dilaksanakan di Bursa berjangka dengan membuka suatu kontrak beli atau jual atas

suatu komoditi yang sama dengan komoditi yang akan diperdagangkan di pasar.

Hedging ini bertujuan untuk memperkecil atau menghilangkan risiko atas kerugian

dan ketidakpastian harga yang mungkin terjadi pada saat transaksi di pasar, dengan

melakukan hedging atas kerugian yang terjadi akan ditutupi oleh keuntungan yang

diperoleh atas transaksi yang dilakukan di Bursa berjangka. Para pelaku hedging ini

biasanya disebut hedger, yang terdiri atas hedger pembeli (hedger long) dan hedger

penjual (hedge short).

Page 36: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

25

Menurut Yudhistira (2014) prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset

awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan hedge,

hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger

memegang sejumlah aset awal dan sejumlah instrumen hedging tertentu. Portofolio yang

terdiri atas aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portofolio hedging. Portofolio

hedging ini mempunyai risiko yang lebih rendah dibanding risiko aset awal.

Merrick dkk. (2005) seperti dikutip oleh Kusmanto, hedging atau hedge

didefinisikan sebagai berikut: “A hedge is one or more traders perfomed in order to

protect an existing market exsposure against market movement”. Brailsford dkk. (2001)

seperti dikutip oleh Garcia dkk. (1995) pengertian hedging secara teknis adalah suatu

proses untuk mengambil posisi dalam pasar berjangka yang berlawanan di pasar dalam

jumlah besar dan kontrak yang sama.

Di bawah ini merupakan tabel yang dapat memberikan suatu gambaran kapan akan

melakukan hedging, sebagai berikut:

Tabel 2.2

Gambaran Aktivitas Hedging

VALAS

NO Aktivitas Hedging Apresiasi (FR > SR) Depresiasi (FR < SR)

1 Receivables (Inflow) Tidak perlu hedging,

karena pembayaran

ekspor menggunakan

mata uang asing, sehingga

apabila mata uangan asing

terapresiasi maka

eksportir Indonesia pun

mendapat keuntungan.

Perlu hedging, karena

pembayaran ekspor

menggunakan mata

uang asing, sehingga

perlu di hedging

apabila mata uang

asing terdepresiasi

agar eksportir tidak

mengalami kerugian.

2 Payable (Outflow) Perlu hedging, karena

Importir melakukan

pembayaran

menggunakan mata uang

asing, apresiasi mata uang

asing akan menyebabkan

Importir mengalami

mengalami kerugian

karena akan membayar

lebih mahal.

Tidak perlu hedging,

karena depresiasi mata

uang asing, akan

menyebabkan Importir

membayar lebih murah

sehingga importir pun

akan mendapatkan

keuntungan.

Sumber ; (Egelhoff dkk. 2013).

Page 37: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

26

2.1.12 Instrumen derivatif yang di Hedged Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: opsi, forward,

futures, dan swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga,

obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks (Sunaryo 2007).

2.1.12.1 Opsi (Option) Opsi merupakan suatu kontrak derivatif dengan disertai pilihan (hak) untuk

menjual atau membeli sesuatu sesuai dengan yang tertera di kontrak tersebut. Banyak dari

opsi yang diperdagangkan di bursa opsi, tetapi sering kali opsi hanya berupa kesepakatan

pribadi antara perusahaan dan bank (Kulatilaka dan Marcus 1994).

2.1.12.2 Kontrak Future Kontrak Future adalah pertukaran janji dagang untuk membeli atau menjual suatu

aset di masa depan pada harga yang sudah ditentukan lebih dulu. Misalkan ada seorang

petani gandum, ada kekhawatiran bahwa harga gandum mungkin jatuh sampai titik

terbawah, maka petani tersebut melakukan kontrak future terhadap gandumnya.

2.1.12.3 Kontrak Forward Kontrak Forward adalah persetujuan untuk membeli atau menjual suatu aset di

masa depan pada harga yang disepakati. Kontrak forward adalah kontrak future yang

disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh penerapan kontrak forward pada perusahaan.

Computer Parts Inc., telah memesan chip memori dari pemasoknya di Jepang. Tagihan

sebesar ¥53 juta harus dibayar pada tanggal 27 Juli. Perusahaan dapat mengatur dengan

banknya saat ini untuk membeli forward jumlah yen ini untuk pengiriman 27 Juli pada

harga forward ¥110 per dolar. Karena itu, pada 27 Juli, Computer Parts membayar pihak

bank ¥52 juta/(¥110/$) = $ 481.818 dan menerima ¥53 juta, yang dapat digunakan untuk

membayar pemasok Jepangnya. Dengan melakukan forward untuk menukar $ 481.818

dengan ¥53 juta, biaya dolarnya terkunci.

2.1.12.4 Swap Swap adalah perjanjian antara dua pihak untuk saling menukar aliran (arus) kas

(cash flow) secara periodik selama periode tertentu pada masa mendatang menurut aturan

yang disepakati. Misalkan, swap antara A dan B. Fixed-for-floating swap mengharuskan

A membayar aliran kas secara periodik berdasarkan suku bunga tetap sebesar 5,5 persen

dari 100 (USD) kepada B, sedangkan B membayar berdasarkan suku bunga mengambang

tertentu kepada A.

2.1.13 Hedging: Sesuai Standar Akuntansi Keuangan Lindung nilai/hedging berusaha untuk mengurangi risiko perubahan harga yang

merugikan aset dengan mengambil posisi instrumen keuangan derivatif yang saling

hapus. Palea dan Maino (2013) perusahaan dapat menggunakan akuntansi lindung nilai,

yang melibatkan pencatatan aset keuangan dan kewajiban keuangan pada nilai wajarnya.

Page 38: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

27

Untuk penghitungan pergerakan nilai wajar lindung nilai, perusahaan memiliki dua

pilihan. bisa mengenali gerakan dalam laporan laba rugi dan kerugian diakui selama masa

lindung nilai dan kemudian mentransfer keuntungan bersih atau kerugian kumulatif pada

laporan laba rugi pada saat realisasi, untuk dicocokkan dengan keuntungan atau kerugian

pada aset atau kewajiban. Praktek akuntansi Indonesia tidak menyediakan hedge

accounting selain lindung nilai atas investasi bersih dalam operasi asing.

2.1.14 Hedging Keuangan dan Manajemen Akrual

Barton (2001); (Pincus dan Rajgopal 2002b) dan (Shunko dkk. 2010) telah

menemukan bahwa hedging menampilkan hubungan negatif yang signifikan dengan

akrual diskresioner. Barton (2001) melaporkan bahwa insentif, remunerasi dan

kompensasi, termasuk mempengaruhi manajemen mengurangi kewajiban pajak

penghasilan, biaya regulasi dan biaya utang, menetapkan pengaturan keuangan tertentu,

menghindari pembatasan melanggar utang, dan mengurangi volatilitas laba, biaya dan

informasi agen yang merugikan.

Iatridis (2012) menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan hedging

untuk membatasi volatilitas arus dan menggunakan diskresioner akrual atau dalam kasus

tertentu baik hedging dan diskresioner akrual untuk menangani fluktuasi laba. Pilihan

antara hedging dan manajemen akrual mungkin juga tergantung pada bagaimana hedging

perusahaan, maka memerlukan pengembalian yang lebih tinggi untuk kompensasi atau

menuntut lebih banyak sumber daya, pengalaman sebelumnya dan keahlian (Mian 1996).

Berbeda dengan manajemen akrual, penggunaan lindung nilai akan cenderung

konsisten dengan konsep kualitas laba dan positif terkait dengan nilai perusahaan

(Bartram dkk. 2011). Manajemen laba berbasis akrual menyampaikan informasi pada

arus kas, yang akan meningkatkan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan (Liang

2004). Manajemen akrual mendukung alokasi efisiensi risiko dan keseimbangan yang

diperoleh manajer untuk mengurangi biaya pemantauan tindakan manajerial didukung

oleh pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan dan prospek masa depan

keuangan (Dye 1988).

2.2 IKHTISAR HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Hubungan antar variable eksogen dengan variable endogen dan variable

mediating dapat dijelaskan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu, sebagai berikut:

2.2.1 Hubungan Proporsi Kepemilikan, Komite Audit Independen dan Kualitas

Audit dengan Manajemen Akrual.

Corporate governance yang efektif akan mengurangi manajemen akrual, contoh

perusahaan dengan sejumlah besar kepemilikan institusional akan enggan untuk

menerapkan praktik manajemen akrual karena akan terdeteksi lebih cepat (Chung dkk.

2002) dan (Yi dan Kim 2005). Klein (2002) mengurangi kemungkinan penipuan

Page 39: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

28

akuntansi (Xie dkk. 2003). Pencalonan komite independen dan komite kompensasi

mengurangi kegiatan manajemen akrual (Epps dan Ismail 2009).

Hedgers umumnya cendrung memiliki laba dari operasi dan terdaftar di pasar

saham asing, cenderung untuk diaudit oleh 'Big 5' auditor. Penemuan juga menunjukkan

bahwa hedging dan manajemen akrual menampilkan hubungan subsitusi / terbalik.

Accrual Discretionary tersebut berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional.

Studi ini menemukan bahwa lindung nilai negatif berhubungan dengan akrual

diskresioner. Lebih jelasnya state of the art hubungan Struktur Kepemilikan, Komite

Audit Independen dan Kualitas Audit dengan Manajemen Akrual secara empirik

disajikan sebagai berikut:

Tabel 2.4

State of the Art Hubungan Proporsi Kepemilikan, Komite Audit Independen

dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Akrual.

No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian

1 1995 Warfield et al. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

semakin tinggi proporsi kepemilikan insider

saham, semakin sedikit perbedaan kepentingan

antara orang dalam dan orang luar dan biaya

agensi rendah dari ekuitas dan menemukan

bahwa kepemilikan manajerial berhubungan

negatif dengan besarnya penyesuaian akuntansi

akrual dan positif terkait dengan kualitas laba.

2. 2003 dan

2005

Koh dan Peasnell

et. al.

Menemukan hubungan negatif tetapi tidak

signifikan antara laba akrual dan ukuran

kepemilikan manajerial. Menunjukkan bahwa

peran direktur luar dalam membatasi

manajemen akrual terhadap kepemilikan

manajerial. Dan menemukan hubungan positif

antara peningkatan laba melalui akrual

diskresioner dan kepemilikan manajerial pada

tingkat yang lebih rendah, tapi hubungan

subsitusi terhadap kepemilikan institusional.

3 2011 George Iatridis Penelitian ini menunjukkan bahwa hedging

dan accrual discresionary menampilkan

hubungan subsitusi/terbalik dan hubungan

negatif kepemilikan institusional terhadap

manajemen akrual, serta efektif dengan

corporate governance.

Page 40: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

29

No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian

4.

2007

Chen et. al.

Menemukan hubungan negatif antara peran

direktur independen terhadap manajemen akrual

bagi perusahaan di Taiwan.

5. 2007 Garcia Osma dan

Gill-de-Albornoz

Noguer

Akrual diskresioner, tidak menemukan bukti

hubungan antara independensi dewan terhadap

manajemen akrual atau antara komite audit

independen terhadap manajemen akrual bagi

perusahaan di Spanyol. Direktur kelembagaan

memainkan peran penting dalam menghambat

praktek manajemen akrual.

Sumber: dikembang dalam penelitian ini

2.2.2 Hubungan Corporate Governance dengan Volatilitas Laba

Konsep dasar Enterprise Risk adalah bahwa perusahaan harus mengurangi

eksposur risiko di bagian yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan

mengeksploitasi risiko informasi yang memiliki keuntungan, yang berarti bahwa risiko

total mungkin dapat meningkatkan alokasi risiko perusahaan (Stulz 1996). Schrand dan

Unal (1998) mengandaikan bahwa manajer perusahaan harus mengkoordinasikan

kegiatan risiko dengan hedging risiko ekonomi (risiko homogen), seperti investasi di

pasar yang efisien, sekaligus meningkatkan kegiatan usaha dan informasi laba

komparatif (Barney dan Hansen 1994).

Perusahaan dengan dewan independen akan memiliki agency cost (biaya agensi)

yang rendah bahkan mampu melakukan fungsi pengendalian dengan baik (Subramaniam

dkk. 2009), seperti nampak pada gambar 2.4. Konteks Hubungan Corporate Governance

dengan Risiko/Volatilitas Laba, berikut:

Gambar 2.3

Konteks Hubungan Corporate Governance dengan Volatilitas Laba

Sumber : Cohen et al, (2004); Subramaniam et al. (2009); Yatim (2002); Doyle et.al;

Zoort, et al (2010) dan Sutaryo, et al.(2007).

Volatilitas Laba

Corporate governance

- Mekanisme Internal

- Mekanisme Eksternal

Page 41: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

30

Corporate governance melalui kualitas audit berpengaruh positif terhadap risiko

(Yatim 2010). Faktor karakteristik perusahaan diantaranya adalah jumlah anak

perusahaan. Organisasi dengan jumlah anak perusahaan yang banyak berpotensi memiliki

risiko internal maupun eksternal lebih besar. Adapun state of the art hubungan Struktur

Kepemilikan, Komite Audit Independen dan Kualitas Audit dengan volatilitas laba secara

empirik disajikan sebagai berikut:

Page 42: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

31

Tabel 2.5

State of the Art Hubungan Proporsi Kepemilikan, Komite Audit Independen

dan Kualitas Audit dengan Volatilitas Laba

No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian

1. 2004 dan

2009

Cohen et al, dalam

Subramaniam et al,

dan Yatim

Perusahaan Auditor Big four cenderung

mendorong mekanisme pengendalian

internal yang lebih tinggi diantara auditee

apabila dibandingkan dengan perusahaan

bukan Big four. Hasil penelitian bahwa

corporate governance melalui kualitas

audit berpengaruh positif terhadap

volatilitas laba.

2.

3.

2009,

2002 dan

2010

2007

Subramaniam et al,

dan Zoort, et al dalam

Sutaryo, et al

Doyle et.al

Faktor komite audit dan dewan

independen merupakan mekanisme CG

yang penting untuk mengendalikan

perilaku manajemen dalam akuntabilitas

dan disclosure.

Hadirnya komite audit dan komisari

independen dapat meningkatkan kualitas

pengendalian karena tidak berafiliasi

dengan perusahaan dan merupakan

perwakilan independen dari kepentingan

shareholders.

Penelitian Zoort, et al (2002) dalam

Sutaryo, et al (2010) menunjukkan bahwa

frekuensi rapat yang tinggi berhubungan

negatif dengan masalah pelaporan

keuangan dan peningkatan kualitas audit.

Auditor eksternal yang berkualitas tinggi

berhubungan dengan kemungkinan

menurunkan masalah pelaporan keuangan

dan pengendalian internal untuk

memitigasi Volatilitas laba.

Sumber: dikembangkan dalam penelitian ini

2.2.3 Pengaruh Manajemen Akrual terhadap Volatilitas Laba

Penelitian yang menguji pengaruh manajemen akrual terhadap risiko/volatilitas

laba dan investasi, hasilnya menunjukkan bahwa manajemen akrual tidak terbukti

Page 43: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

32

menimbulkan risiko/volatilitas laba (Dul Muid 2005). Hubungan antara penggunaan

manajemen akrual dengan volatilitas laba perusahaan dengan menggunakan sampel

perusahaan-perusahaan di Australia dan hasilnya menunjukkan bahwa hubungan ini tidak

linier (Nguyen dan Faff 2010).

Nguyen dan Faff (2010) menjelaskan akuntansi derivatif keuangan terhadap hubungan

manajemen akrual dengan volatilitas laba diukur dengan volatilitas return saham harian.

Penelitian Baskoro dan Wardhani (2014) menemukan bahwa penelitian yang

menggunakan akrual diskresioner sebagai proxy manajemen akrual menunjukkan

probabilitas yang berada dalam tingkat signifikansi 10% terhadap volatilitas laba. Lebih

jelasnya state of the art hubungan manajemen akrual dengan volatilitas laba secara

empirik disajikan sebagai berikut:

Tabel 2.6

State of the Art Hubungan Manajemen Akrual dengan Volatilitas Laba

No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian

1.

2.

3

2005

2010

2014

Muid dan Catur P

Hoa Nguyen and

Robert Faff

Baskoro dan

Wardhani

Menguji pengaruh manajemen laba akrual terhadap

risiko/volatilitas laba dan investasi, hasilnya

menunjukkan bahwa manajemen akrual tidak

terbukti menimbulkan risiko (volatilitas) laba.

Hubungan manajemen akrual dengan volatilitas

laba diukur dengan volatilitas return saham harian

dengan menggunakan sampel perusahaan di

Australia. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan

ini tidak linier. Secara khusus, penggunaan

derivatif keuangan berhubungan dengan

pengurangan risiko/volatiliti.

Penelitian yang menggunakan akrual diskresioner

sebagai proxy manajemen akrual menunjukkan

probabilitas yang berada dalam tingkat signifikansi

10% terhadap volatilitas laba.

Sumber: Dikembang dalam penelitian ini

Page 44: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

33

2.3. MODEL PENELITIAN

Model penelitian ini digambarkan dalam model teoritikal dasar dan model

empirikal untuk menjelaskan hubungan antar variable eksogen dengan endogen

adalah sebagai berikut:

2.3.1. Model Teoretikal Dasar (Grand Theoretical Model)

Model teoritikal dasar digambarkan berdasarkan konsep dasar penelitian dan

hubungan antar variable eksogen dengan variable endogen serta beberapa hasil penelitian

empiris terdahulu adalah sebagai berikut:

2.3.1.1 Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Akrual

Pelaksanaan corporate governance merupakan salah satu cara untuk mengurangi

manajemen akrual dan menurunkan volatilitas laba. Kepemilikan saham manajemen,

kepemilikan institusi dan komite audit serta kualitas audit merupakan beberapa cara

bentuk pelaksanaan corporate governance, dapat menyelaraskan dua kelompok yang

berbeda yaitu pemegang saham dan manajer karena dapat mengurangi prilaku

opportunistik manajer perusahaan melalui manajemen akrual dan memitigasi

risiko/volatilitas laba. Penerapan corporate governance terhadap tindakan manajemen

akrual di perusahaan perbankan Indonesia tidak memiliki pengaruh yang signifikan

kecuali pada proksi kepemilikan manajerial (Farida dkk. 2010). Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian (Siregar dan Utama 2008) dan (Nuryaman dkk. 2012). Keberadaan

komite audit terbukti tidak dapat membatasi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan,

karena komite audit oleh perusahaan perbankan hanya dilakukan untuk pemenuhan

regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Corporate Governance (GCG) di

dalam perusahaan.

Agency theory oleh Jensen dan Meckling (1976) memperhatikan konsep Corporate

Governance dan Volatilitas Laba. Teori akuntansi positif merupakan grand theory dan

Agency teory merupakan teori pendukung (middle range teori) yang digunakan untuk

menjelaskan dan memprediksi manajemen akrual dan volatilitas laba. Berdasarkan uraian

sebelumnya, landasan teori yang digunakan adalah didasarkan pada Grand Theory yaitu

teori akuntansi positif (Williams 1989). Jensen dan Meckling (1976) kebebasan

manajemen dalam memilih metode akuntansi, maka dapat terjadi manajemen berbuat

praktik yang tidak sehat, isu manajemen akrual yang menjadi skandal akuntansi

menyebabkan para regulator untuk melindungi para pemilik modal dan pihak yang

berkepentingan, sehingga muncul isu corporate governance, isu tersebut direalisasikan

dalam bentuk hukum dan peraturan, bahwa kesepakatan antara pemilik dan manajemen

untuk mengelola dan mengendalikan harta perusahaan dalam upaya untuk

memaksimalkan kesejahteraan pemilik didasarkan pada teori keagenan (Agency Theory).

Page 45: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

34

2.3.1.2 Pengaruh Corporate Governance terhadap Volatilitas Laba

Volatilitas didefinisikan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan

yang terjadi pada masa yang akan datang dengan keputusan yang diambil pada berbagai

pertimbangan saat ini. Volatilitas tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalkan melalui

manajemen akrual dan corporate governance yang efektif. Volatilitas selalu melekat pada

setiap kegiatan operasi perusahaan, besarnya kecilnya risiko/volatilitas yang terjadi akan

mempengaruhi tujuan organisasi. Volatilitas laba yang rendah mengindikasikan bahwa

perusahaan memiliki risiko yang rendah (Fudenberg dan Tirole 1995); (Barton 2001);

(Kirschenheiter dan Melumad 2002; Fudenberg dan Tirole 1995). Hal ini tentunya akan

direspon positif oleh investor. Sebaliknya, laba perusahaan yang tidak stabil atau terlalu

berfluktuasi akan membuat investor beranggapan bahwa investasi yang akan

dilakukannya memiliki risiko, sehingga membuat investor enggan untuk berinvestasi di

dalam perusahaan.

Kirschenheiter and Melumad (2002) berpendapat bahwa kreditur lebih menyukai

laba yang relatif stabil. Volatilitas earnings yang rendah akan memberikan sinyal kepada

kreditur bahwa perusahaan memiliki risiko yang rendah, sehingga biaya bunga yang

harus dibayar oleh perusahaan kepada kreditur pun menjadi lebih rendah. Jika utang dapat

diperoleh dengan biaya yang rendah, maka arus kas bagi pemegang saham (investor) akan

meningkat (Smith dan Stulz 1985); (Trueman dan Titman, 1988); (Barton 2001).

Melindungi perusahaan yang terlibat dalam transaksi valuta asing dari risiko

tersebut dapat dilakukan melalui kontrak lindung nilai, dimana risiko tersebut dapat

dialihkan (Yovita 2011). Untuk mengetahui kegunaan pemakaian instrumen lindung nilai

(hedging) dalam memperkecil volatilitas laba perusahaan, maka penelitian atas pengaruh

hedging terhadap volatilitas laba perusahaan pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2006–2010. Perusahaan yang menggunakan teknik lindung nilai

cenderung memiliki volatilitas laba yang kecil yang berarti risiko perusahaan kecil.

Aktivitas hedging keuangan disederhanakan dengan mengakui adanya nilai waktu tanpa

biaya pengolahan sehingga dampak dari akuntansi hedge menjadi jelas dalam mekanisme

lindung nilai (Chang dkk. (2010) dan (McKenzie dkk. 2000).

Teori Akuntansi Positif dapat dijelaskan bahwa menggunakan aktivitas hedging

merupakan keputusan manajemen untuk mengurangi volatilitas laba perusahaan, sebagai

teori dasar (Grand Theory). Berdasarkan kajian teoritis dan empiris terdahulu, maka

berikut ini disajikan gambar tentang model teoritikal dasar untuk menjelaskan bagaimana

corporate governance berpengaruh terhadap volatilitas laba dimediasi oleh manajemen

akrual, berikut;

Page 46: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

35

Gambar 2.5

Model Teoritikal Dasar - Konteks Hubungan Corporate Governance, terhadap

Volatilitas Laba dan Manajemen Akrual Pada Perusahaan Hedged

Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini

2.3.2 Model Penelitian Empirik

Berdasarkan kajian teoritis dan kajian empiris terdahulu menggambarkan kerangka

Penelitian Empirikal dasar, Dampak aktivitas Hedging atas hubungan Corporate

Governanc dengan Volatilitas Laba yang dimediasi oleh Manajemen Akrual. Berdasarkan

analisis dari pernyataan beberapa kajian literatur dan penelitian terdahulu di atas

dinyatakan dalam empat hipotesis dan disusun model penelitian empirik diilustrasikan

dalam gambar berikut ini: Gambar 2.6

Model Penelitian Empirik Antara Perusahaan Hedged di Indonesia

Corporate Governance

- Mekanisme Internal

- Mekanisme Eksternal

Manajemen Akrual

(Artificial Smoothing)

Volatilitas Laba

H1a

H1b

H1c

H1d

((+)

H2d

H2c

H2a

H3

H2b

Volatilitas Laba (Y)

Manajemen Akrual

(Z)

Kepemilikan Manajerial

(X1)

Kepemilikan

Institusional

(X2)

Komite Audit Independen

(X3)

KualitasAudit (X4)

Page 47: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

36

Sumber: Dikembangkan untuk penelitian

2.4. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.4.1 Pengaruh Proporsi Kepemilikan, Komite Audit independen, dan Kualitas Audit

terhadap Volatilitas Laba.

2.4.1.1 Kepemilikan Manajerial

Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan managerial berhasil

menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan

kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian tersebut

menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan

jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak memanipulasi Iaba.

Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya

perilaku oportunistik manajer akan meningkat dan memitigasi risiko/volatilitas laba

Shleifer dan Vishny (1989).

Hasil penelitian Lee (2008) dan Nuringsih (2010) menemukan adanya hubungan

negatif antara kepemilikan saham manajerial dengan risiko/volatilitas. Adanya hubungan

negatif dan tidak signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap risiko /volatilitas laba

(Wahidahwati 2002). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin tinggi

proporsi kepemilikan insider saham, semakin sedikit perbedaan kepentingan antara orang

dalam dan orang luar dan biaya agensi rendah dari ekuitas. Pada tingkat risiko tinggi

manajer cenderung menjadi risk seeker sehingga memilih proyek berisiko tinggi agar

mendapat return yang tinggi. Menghadapi volatilitas laba, manajer bekerja sama dengan

pihak kreditor sehingga terjadi peralihan kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham.

Pada tingkat risiko rendah manajer cenderung menjadi risk aversion sehingga tidak

mencari proyek berisiko tinggi. Berdasarkan dari teori agency dan beberapa hasil

penelitian di atas maka dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kepemilikan manajemen

akan memberikan implikasi positif pada penurunan volatilitas laba.

Berdasarkan kajian teoritis dan temuan empiris terdahulu oleh Jensen dan

Meckling (1976), Shleifer dan Visny 1989), Chen dan Steiner (1999), Sounder, Strock

dan Lee (2008) dan Nuringsih (2010) dan (Wahidahwati 2002), sehingga pernyataan dari

beberapa kajian literatur dan penelitian terdahulu di atas dinyatakan dalam hipotesis 1a

serta disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

H1a: Kepemilikan Manajemen berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

Page 48: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

37

2.4.1.2. Kepemilikan Institusional

Fitri dan Mamduh (2003) menyatakan bahwa hubungan antara kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional adalah negatif. Hubungan ini sesuai dengan

penelitian. Risiko/volatilitas laba mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap

kepemilikan institusional. Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara variabel

kepemilikan institusional terhadap volatilitas laba (Fitri dan Hanafi 2003). Semakin besar

kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal

terhadap perusahaan, sehingga menyebabkan rendahnya risiko perusahaan/volatilitas

laba. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa kepemilikan institusional efektif digunakan

sebagai alat monitoring manajemen.

Kepemilikan institusional secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan

perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk

memperbesar kepemilikan pada perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional

maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan (Fitri

dan Hanafi 2003). Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai

sumber informasi bagi investor institusional dalam melakukan aktivitas monitoring

(Potter 1995). Kepemilikan institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai

pasar perusahaan dan mengurangi volatilitas laba perusahaan. Semakin besar tingkat

kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap

kinerja manajemen (Shleifer dan Vishny 1989).

Berdasarkan dari teori agency dan beberapa hasil penelitian di atas maka dapat

diasumsikan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional akan memberikan implikasi

positif pada penurunan volatilitas laba. Berdasarkan kajian teoritis, temuan empiris dan

ketidak konsistenan hubungan Kepemilikan Institusional terhadap volatilitas laba (Potter

1995); (Shleifer dan Vishny 1997) dan (Fitri dan Hanafi 2003). Adapun pernyataan dari

beberapa kajian literatur dan penelitian terdahulu di atas dinyatakan dalam hipotesis 1b

serta disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

H1b : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2..4.1.3. Komite audit Independen Otoritas Jasa Keuangan mewajibkan perusahaaan memiliki komisaris independen

dan komite audit independen. Komite audit independen salah satu tugasnya mengawasi

proses pelaporan keuangan perusahaan dan mengadakan pertemuan secara rutin dengan

audit eksternal dan internal untuk memberikan pendapatnya secara profesional mengenai

laporan keuangan perusahaan, proses audit dan pengawasan internal.

Keberadaan komite audit akan mendorong perusahaan untuk menerbitkan laporan

keuangan yang lebih akurat, maka akan menurunkan default risk dan meningkatkan

peringkat surat utang perusahaan. Penggunaan variabel komite audit sebagai struktur

yang sistematis untuk memaksimalkan pengelolaan perusahaan yang baik (good

Page 49: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

38

corporate governance), sehingga dapat meminimumkan masalah keagenan. Salah satu

cara untuk memperkecil biaya pengawasan yang ditanggung oleh pemegang saham

dengan melibatkan pihak ketiga atau komite audit independen dalam pengawasan (Jensen

1986). Untuk mengurangi monitoring cost dan memperoleh pendanaan, perusahaan akan

menggunakan utang sebagai alternatif pilihan. Langkah manajemen di atas dapat

dijelaskan melalui konsep teori prospek yang menyatakan bahwa seorang cenderung

bersifat risk averse yang menguntungkan dan bersifat risk seeking pada kondisi yang

merugikan (Widanaputra dan Putu 2007).

Keberadaan komite audit independen di perusahaan diharapkan untuk

memaksimalkan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) tidak

hanya dilihat dari sisi pemegang saham tetapi juga kreditor. Perusahaan yang memiliki

komite audit independen berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba dan memiliki

peringkat surat utang yang lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak memiliki komite

audit (Asrida 2011). Hasil ini juga mendukung bahwa komite audit menjalankan

fungsinya sebagai profesi yang memberikan pendapat kepada komisaris khususnya yang

berkaitan dengan transparansi laporan keuangan, sehingga kehadiran komite audit

independen dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Berdasarkan teori agency dan beberapa hasil penelitian di atas maka dapat

diasumsikan bahwa dengan adanya komite audit independen akan memberikan implikasi

pada penurunan volatilitas laba. Sumber referensi pada beberapa penelitian terdahulu dan

ketidak konsistenan hubungan Komite Audit dengan volatilitas laba, oleh Jensen (1986);

Widanaputra (2007) dan (Rianingsih 2008), sehingga pernyataan dari beberapa kajian

literatur dan penelitian terdahulu di atas dinyatakan dalam hipotesis 1c serta disajikan

pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

H1c : Komite Audit Independen berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2..4.1.4. Kualitas Audit Penelitian Abumustafa dan Al-Abduljader (2011) menemukan bahwa Risk Based

Audit dipercaya lebih baik dibandingkan versi tradisionalnya, karena fokus pada

risiko/volatilitas laba diharapkan penyebab dari kemungkinan risiko keuangan dapat di

atasi, ketimbang hanya melihat catatan keuangan. Kualitas audit ini akan menekankan

kepada kualitas informasi keuangan sehingga akan memperbaiki proses pelaporan dan

tentunya merupakan nilai tambah bagi operasi perusahaan, dan meningkatkan mutu

corporate governance dengan kualitas audit untuk memitigasi risiko/volatilitas laba.

Dalam upaya mencapai kinerja yang ditargetkan oleh pemangku kepentingan,

manajemen perusahaan menghadapi risiko-risiko yang berasal dari beragam

ketidakpastian. Keberhasilan manajemen mencapai kinerja ditentukan oleh kemampuan

mengelola risiko perusahaan secara efisien. Keberadaan manajer risiko sebagai organ

manajemen dalam mengelola volatilitas laba perusahaan dengan para pemilik risiko (risk

Page 50: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

39

owners). Pelaporan kepada manajemen atas risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan

adalah salah satu langkah yang dapat meningkatkan kualitas audit (Fraser dan Simkins

2009).

Berdasarkan teori efisiensi dan konsep risiko dan beberapa hasil penelitian di atas

maka dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kualitas audit yang tinggi akan

memberikan implikasi pada penurunan risiko/volatilitas laba. Kajian teoritis, temuan

empiris terdahulu yang tidak konsisten antara hubungan kualitas audit dengan volatilitas

laba (Abumustafa dan Al-Abduljader 2011) dan (Fraser dan Simkins 2010:456), sehingga

pernyataan dari beberapa kajian literatur dan penelitian terdahulu di atas dinyatakan

dalam hipotesis 1d serta disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

H1d : Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2.4.2. Pengaruh Proporsi Kepemilikan, Komite Audit dan Kualitas Audit terhadap

Manajemen Akrual.

Manajemen yang memiliki saham perusahaan memiliki informasi lebih banyak

tentang perusahaan dibanding pemegang saham non-institusi lainnya. dengan memiliki

kesempatan untuk meminimalisir volatilitas labanya dan meningkatkan kinerja saham

perusahaan (Oktafia 2013).

2.4.2.1 Pengaruh aspek Kepemilikan Manajemen terhadap Manajemen Akrual.

Pengaruh struktur kepemilikan perusahaan: kepemilikan manajerial versus non-

manajerial, kepemilikan institusional terhadap individu, dan kepemilikan blockholder.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi kepemilikan insider

saham, semakin sedikit perbedaan kepentingan antara orang dalam dan orang luar serta

biaya agensi rendah dari ekuitas. Ada hubungan negatif tidak signifikan antara

kepemilikan saham manajerial dan manajemen akrual (Koh 2007).

Penelitian Peasnell dkk. (2005) menunjukkan bahwa peran direktur luar dalam

membatasi manajemen akrual. Kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan

kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepentingan manajerial berhungan

negatif dengan discretionary acrual (Warfield dkk. 1995). Hal ini berarti kepemilikan

manajerial berhubungan negatif dengan manajemen akrual dimana kepemilikan saham

manajer yang besar dapat mengurangi manajemen akrual. Kepemilikan saham yang besar

di perusahaan, manajer kurang terlibat dalam manajemen akrual. Prediksi hubungan

negatif antara kepemilikan manajerial dan manajemen akrual. Ada hubungan negatif

antara kepemilikan manajemen (insider) dan manajemen akrual untuk 830 IPO di Jepang

selama periode 1989-2000 (Nagata and Hachiya 2007) dan (Nagata 2013).

Berdasarkan positive accounting theory dan beberapa hasil penelitian di atas maka

dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kepemilikan manajemen akan memberikan

implikasi pada penurunan prilaku opportunistik pada tindakan manajemen atas informasi

keuangan. Kajian teoritis dan temuan empiris terdahulu yang tidak konsisten antara

Page 51: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

40

hubungan Kepemilikan manajemen dengan manajemen akrual oleh (Oktafia 2013);

Warfield et al. (1995); Koh (2003); Peasnell et al. (2005); (Nagata dan Hachiya 2007) dan

(Nagata 2013), maka dinyatakan dalam hipotesis 2a dan disajikan pada gambar 2.3.

Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

H2a: Kepemilikan Managerial berpengaruh negatif terhadap Manajemen Akrual.

2.4.2.2 Pengaruh aspek Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Akrual.

Perspektif proporsi saham yang dimiliki oleh pemegang saham institusional

terhadap individu. Rajgopal dkk. (1999) menyatakan bahwa kepemilikan saham

institusional memiliki implikasi atas manajemen akrual, pemegang saham institusi besar

memainkan peran pemantauan yang penting dan menemukan hubungan negatif antara

kepemilikan saham institusional dan manajemen akrual. Investor institusional

mengurangi atau menambah insentif untuk mengelola laba jangka pendek (Bushee dan

Noe 2000). Penelitian ini adalah ketika kepemilikan institusional tinggi, manajer

cenderung untuk mengurangi investasi dan penurunan laba.

Jika pengelolaan laba efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan

meningkatkan pengelolaan laba, tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan

bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi

manajemen akrual. Koh dan Hsu (2005) melaporkan hubungan negatif pada kepemilikan

institusional yang tinggi dengan manajemen akrual. Pemegang saham akan melakukan

pengawasan terhadap manajemen, bila biaya pengawasan tersebut tinggi maka pemegang

saham akan menggunakan pihak ketiga (debtholders atau bondholders) untuk membantu

melakukan pengawasan (Easterbrook 1984).

Temuan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen akrual

(Easterbrook 1984); (Bushee 1998a, 1998b); (Rajgopal et al. 1999) dan (Koh dan Hsu

2005). Temuan tersebut di atas menunjukkan bahwa kepemilikan institusional menjadi

mekanisme yang efektif dalam mengawasi kinerja manajer. Hasil penelitian yang tidak

konsisten di atas antara lain tidak menemukan hubungan konsentrasi kepemilikan

institusional pada manajemen akrual (Demsetz dan Villalonga 2001); (Darmawati 2003)

dan (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Konsentrasi kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap tingkat laba akuntansi.

Berdasarkan teori positive accounting dan beberapa hasil penelitian di atas maka

dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional akan memberikan

implikasi pada penurunan prilaku opportunistik dan tindakan manajemen akrual atas

informasi keuangan. Kajian teoritis, temuan empiris terdahulu dan ketidak konsistenan

atas hubungan Kepemilikan Institusional pada manajemen akrual oleh Lang dan

McNichols (1997); (Easterbrook 1984); (Rajgopal et al. 1999); (Koh dan Hsu 2005);

(Bushee and Noe 2000); (Jensen 1993) dan (Ching et al. 2006), maka dinyatakan dalam

hipotesis 2b dan disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

Page 52: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

41

H2b: Kepemilikan Institusional berpengaruh secara negatif terhadap Manajemen

Akrual.

2.4.2.3 Pengaruh Komite Audit Independen terhadap Manajemen Akrual.

Komite audit mempunyai peran penting dan strategis dalam memelihara

kredibilitas penyusunan laporan keuangan seperti menjaga sistem pengawasan

perusahaan yang memadai serta pelaksanaan corporate governance. Komite audit

berperan penting dalam menjamin terlaksananya corporate governance yang baik.

Beberapa peneliti menemukan bahwa keberadaaan komite audit independen berpengaruh

signifikan terhadap manajemen akrual (Bedard dkk. 2004); (Daryatno 2004); (Veronica

dkk. 2005) dan Siallagan dan Machfoedz (2006).

Hal ini memberi bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan

efektifitas kinerja perusahaan. Penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) tidak

menemukan adanya pengaruh keberadaan komite audit independen terhadap manajemen

akrual. Komite audit dapat mengurangi perilaku manajemen akrual (Ching dkk. 2006).

Menurut Klein (2002) dalam penelitiannya membuktikan bahwa besarnya

discretionary accrual lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite audit yang

terdiri dari komisaris independen dibanding perusahaan yang mempunyai komite audit

yang independen. Perusahaan memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila

memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan memiliki Chief Executive

Officer (CEO) yang merangkap menjadi chairman of board (Dechow dkk. 1996).

Jika fungsi independensi direksi cendrung lemah, maka ada kecendrungan terjadinya moral

hazard yang dilakukan oleh para direktur perusahaan melalui pemilikan perkiraan-perkiraan

akrual yang berdampak pada manajemen akrual dan konsisten dengan hasil penelitian

komite audit dan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

manajemen akrual (Wedari 2004)..

Berdasarkan teori positive accounting dan beberapa hasil penelitian di atas maka

dapat diasumsikan bahwa dengan adanya komite audit independen akan memberikan

implikasi positif pada penurunan prilaku opportunistik dan tindakan manajemen akrual

atas informasi keuangan. Kajian teoritis, temuan empiris terdahulu antara komite audit

independen dengan manajemen akrual yang tidak konsisten oleh (Wedari 2004); (Klein

2002a); (Dechow et al 1996) dan (Ching dkk. 2006), maka dinyatakan dalam hipotesis 2c

dan disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

H2c: Keberadaan komite audit Independen berpengaruh negatif terhadap

manajemen Akrual.

2.4.2.4 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Akrual.

Penelitian yang menunjukkan bahwa sebuah perusahaan audit besar dapat

meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Teoh dan Wong (1993)

Page 53: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

42

berargumen bahwa kualitas audit berhubungan dalam melakukan menajemen akrual dan

mengurangi risiko (volatilitas) laba. Kualitas audit berhubungan negatif dengan

manajemen akrual. menunjukkan bahwa kualitas Audit dapat mengurangi manajemen

akrual (Lin dan Hwang 2010).

Praktik Corporate Governance akan membatasi pengelolaan laba yang opportunis.

Semakin tinggi kualitas audit, kemungkinan manajemen akrual yang dilakukan dan

cendrung mengurangi risiko/volatilitas laba. Ada hubungan negatif yang signifikan antara

kualitas audit dan akrual diskresioner (Lin dan Hwang 2010; Ching dkk. 2006), serta

tidak menemukan hubungan negatif dan signifikan antara kualitas audit dengan

manajemen akrual pada perusahaan yang terdaftar di bursa Hongkong dan Inggris

(Peasnell dkk. 2005) .

Perusahaan audit besar diharapkan lebih independen dan memberikan mutu audit

yang tinggi (Becker 1998). Perusahaan audit besar memiliki reputasi tinggi dan terkena

risiko litigasi yang lebih tinggi, oleh karena itu, perusahaan-perusahaan lebih cenderung

untuk melindungi diri dan kepentingan pemegang saham dengan mencegah perilaku para

manajer. Manajer akan cenderung untuk mengelola laba jika laporan keuangan diaudit

oleh auditor berkualitas tinggi.

Berdasarkan teori akuntansi positif dan beberapa hasil penelitian di atas maka

dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kualitas audit yang tinggi akan memberikan

implikasi pada penurunan prilaku opportunistik dan tindakan manajemen akrual atas

informasi keuangan. kajian teoritis, temuan empiris terdahulu yang tidak konsisten antara

Kualitas Audit pada manajemen akrual oleh (Teoh dan Wong 1993); (Lin dan Hwang

2010); (Becker 1998); (Ching dkk. 2006) dan (Lin dan Hwang 2010). Maka dinyatakan

dalam hipotesis 2d dan disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

H2d : Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Manajemen Akrual.

2.4.3. Pengaruh Manajemen Akrual terhadap Volatilitas laba

Akrual diskresioner menunjukkan bahwa perusahaan dalam tahun pengamatan

dimana manajer perusahaan melakukan akrual diskresioner dan menghasilkan volatilitas

laba yang relatif rendah dibandingkan periode estimasi volatilitas (Hunt dkk. 2000).

Ebrahim (2007) mendefinisikan manajemen akrual sebagai sebuah kebijakan akuntansi

yang diarahkan sesuai dengan keinginan manajemen. Volatilitas laba seringkali

disinonimkan dengan ketidakpastian, karena volatilitas mengacu pada adanya variasi nilai

antara yang diperkirakan dengan nilai-nilai observasi.

Menurut Fudenberg dan Tirole (1995) dan Jayaraman (2008) volatilitas laba yang

timbul karena dapat menyebabkan investor mencabut investasinya. Adanya kemungkinan

perusahaan tidak membagikan dividen akibat volatilitas laba atau tidak mampu

membayarkan barang yang dibeli atau membayar pokok pinjaman yang diberikan kepada

perusahaan membuat pihak-pihak eksternal seperti investor, kreditur maupun supplier

Page 54: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

43

menghindari perusahaan dengan fluktuasi/volatilitas laba yang tinggi. Penelitian Ziliak

dkk. (2011) yang menyatakan bahwa adanya kenaikan volatilitas laba dapat menurunkan

penawaran hutang terhadap perusahaan oleh kreditur.

Penelitian Dul Muid (2005) menguji pengaruh manajemen akrual terhadap

volatilitas laba dan investasi, hasilnya menunjukkan bahwa manajemen akrual tidak

terbukti menimbulkan risiko/volatilitas laba. Manajemen Akrual dapat dicapai dengan

cara seperti akrual untuk meningkatkan laba yang di write-off dalam satu periode dan

untuk meringankan biaya selama beberapa periode, mempercepat atau menunda

pengakuan pendapatan atau beban untuk menggeser pendapatan dari satu periode ke

periode lain dan selektif mengelompokkan pendapatan dan beban sebagai bagian dari

laporan laba rugi komprehensif untuk mempengaruhi akun yang berulang (lihat Fields

dkk. (2001).

Teori Akuntansi Positif mengatasi volatilitas laba perusahaan, dimana manajemen

bertindak secara optimal dan mendukung kepentingan investor (Lambert 2001). Adapun

teori agency, perilaku manajemen akrual akan meningkatkan biaya agensi karena manajer

menjaga kepentingannya dengan menerbitkan laporan keuangan yang tidak menunjukkan

gambaran ekonomi perusahaan secara akurat, sehingga stakeholders tidak dapat membuat

keputusan investasi yang optimal. Motivasi penggunaan manajemen akrual sebagai

subsitusi penggunaan derivatif keuangan berdampak pada menurunnya volatilitas laba.

Berdasarkan teori akuntansi positif menjelaskan bahwa manajer bertindak

oportunistik untuk mempengaruhi reputasi dan pengaturan kinerja keuangan perusahaan

yang terbukti rendah dari yang diharapkan atau tidak sejalan dengan perkiraan analis

(Peasnell dkk. 2000). Kajian teoritis dan temuan empiris terdahulu yang tidak konsisten

antara hubungan Manajemen Akrual terhadap Volatilitas Laba oleh Ziliak dkk. (2011);

(Scott. W. 1997; Ebrahim, 2001), (Healy, 1985); (Lambert 2001); (Fudenberg dan Tirole

1995); (Fields dkk. 2001); (Jayaraman 2008); (Peasnell dkk. 2000); (Hunt dkk. 2000);

(Dul Muid 2005), maka dinyatakan dalam hipotesis 3 dan disajikan pada gambar 2.3.

Hipotesis yang diuji berikut:

H3 : Manajemen Akrual berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2.4.4 Manajemen Akrual Memediasi Hubungan Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, dan Kualitas Audit terhadap

Volatilitas Laba antara perusahaan hedged Penerapan manajemen risiko perusahaan tidak terlepas dari praktik CG secara

keseluruhan di perusahaan. CG diharapkan dapat mereduksi praktik manajemen akrual

dan risiko/volatilitas laba perusahaan (earnings volatility of the firm) secara

berkesinambungan melalui pola pertumbuhan yang sehat dalam jangka panjang.

Manajemen akrual efektif melalui penerapan risiko perusahaan terpadu sehingga memliki

kapasitas yang cukup dalam mengantisipasi volatilitas laba, karena kegagalan perusahaan

Page 55: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

44

dalam memanfaatkan kesempatan yang ada (good things do not happen) maupun risiko

kegagalan perusahaan dalam menghindarkan peristiwa risiko yang berdampak buruk (bad

things that happen) terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

Ada hubungan negatif antar manajemen akrual dengan imbal hasil disekitar tanggal

pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas inforrrnasi yang tepat

waktu dan relevan dan mengetahui keberadaan manajemen akrual dan investor individual

(Balsam dkk. 2002). Accrual diskresioner berhubungan negatif dengan kepemilikan

institusional. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada perbedaan feedback dari

kepemilikan institusional yang dapat mengurangi manajemen akrual perusahaan (Jiang

dan Anandarajan 2009). Semakin baik corporate governance yang dimiliki suatu

perusahaan maka diharapkan semakin baik kinerja perusahan. Efektivitas corporate

governance akan meningkatkan hubungan antara manajer dengan Stakeholder. Fungsi

komite audit secara efektif, kontrol terhadap perusahaan akan semakin baik sehingga

diharapkan mengurangi agency problems. Firdaus (2008) menyatakan bahwa keberadaan

komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen akrual. Pendapat tersebut

memberikan bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan efektivitas kinerja

perusahaan dan mereduksi praktik manajemen akrual.

Berdasarkan teori risiko/volatilitas menyatakan bahwa prilaku opportunistik atas

tindakan manajemen akrual merupakan eksposure yang dapat menyebabkan

volatilitas laba. Kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional, komite audit

independen dan kualitas audit dapat memitigasi dan menurunkan prilaku opportunistik

manajemen atas informasi keuangan. Berdasarkan kajian teoritis dan temuan empiris

terdahulu oleh Balsam et al (2002); (Jiang dan Anandarajan 2009) dan (Firdaus 2008),

maka dikembangkan hipotesis 2e dan disajikan pada gambar 2.3. berikut: Hipotesis yang

diuji sebagai berikut:

H4a : Manajemen Akrual memediasi hubungan kepemilikan

Manajemen dengan Volatilitas laba pada perusahaan hedged

H4b : Manajemen Akrual memediasi hubungan kepemilikan

institusional dengan Volatilitas laba pada perusahaan hedged

H4c : Manajemen Akrual memediasi hubungan komite audit

independen dengan Volatilitas laba pada perusahaan hedged

H4d : Manajemen Akrual memediasi hubungan kualitas audit dengan

volatilitas laba pada perusahaan hedged.

Page 56: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

45

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada bab ini untuk menguji model teoritis dan

empiris. Sistematika dalam bab ini mencakup desain penelitian, jenis dan sumber data,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran

variable penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut

penjelasan setiap sub bab dalam bab ini. Penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasi,

karena penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan model kausalitas dengan

dua (2) model yaitu model pertama terdiri atas empat (4) variable exogen dan dua (2)

variable endogen. Model kedua, empat (4) variable exogen dan satu (1) variable endogen.

Variable endogen penelitian model pertama adalah Volatilitas Laba dan variable

eksogennya adalah Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, Komite Audit

Independen dan Kualitas Audit. Model statistik pertama yang diajukan dalam penelitian

ini dirumuskan dalam persamaan jalur II, berikut :

Ŋ1 = β0 + β1 ζ1+ β2 ζ2+ β3 ζ3 + β4 ζ4 + ζ1 (1)

Model kedua penelitian ini adalah 2 (dua) variable endogen yaitu; Manajemen

Akrual dan Volatilitas Laba serta empat (4) variable exogen yaitu; Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit Independen, dan Kualitas Audit

dan model ketiga penelitian ini adalah satu (1) variable enxogen yaitu; Manajemen

Akrual serta satu (1) variable endogen yaitu; Volatilitas Laba. Model statistik kedua dan

ketiga yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan dalam persamaan jalur II, berikut :

Ŋ1 = β0 + β1 ζ1 + β2 ζ2 + β3 ζ3 + β4 ζ4 + M ζ5 + ζ2 (2)

Ŋ2 = β0 + β1 ζ1 + β2ζ2 (3)

Notasi :

Ŋ1 = Volatilitas laba

Ŋ2/ ζ5 = Manajemen Akrual

ζ1 = Kepemilikan Manajemen,

ζ2 = Kepemilikan Institusionalt

ζ3 = Komite Audit Independen

ζ4 = Kualitas Audit

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

dikumpulkan oleh peneliti dengan bantuan pihak lain. Data yang digunakan dalam

Page 57: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

46

penelitian ini bersumber dari laporan keuangan tahunan auditan yang diperoleh dari

beberapa publikasi dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) BEI, dan Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) yang tersedia di Program Doktor Ilmu Ekonomi

bidang Akuntansi Universitas Diponegoro, dan Akses ke http://idx.go.id.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu data

dikumpulkan dari sumbernya dan kemudian didokumentasikan sebagai pendukung

penelitian. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan screening agar dapat digunakan

dalam penelitian. Data sekunder yang terdiri dari data Corporate Governance,

Manajemen Akrual, Volatilitas Laba dan Aktivitas hedging keuangan diperoleh dengan

membaca laporan keuangan, laporan tahunan dan laporan jenis lain yang diterbitkan

perusahaan baik lewat Pusat Referensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indonesian Capital

Market Directory, Indonesia Stock Exchange (IDX) serta lewat media lainnya.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian meliputi seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek

Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan Juni 2017. Perusahaan tersebut sahamnya aktif

diperdagangkan dan menerbitkan laporan tahunan, laporan keuangan, dan jenis lainnya.

Jumlah sampel sebesar jumlah sampel yang memenuhi kriteria.

Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Identifikasi perusahaan keuangan dan non keuangan yang go publik di Bursa

Efek Indonesia periode tahun 2013- 2017.

b. Perusahaan sampel mempunyai kepemilikan saham oleh manajemen,

kepemilikan institusional, Komite Audit Independen, Kualitas Audit dan

aktivitas hedging keuangan.

c. Laporan keuangan auditan dapat diakses melalui website Bursa Efek Indonesia

untuk tahun buku 2013 – 2017. Laporan auditan adalah laporan keuangan

disertai dengan opini akuntan publik.

Sampel yang dipergunakan yang memenuhi kriteria di atas, dengan proses

pemilihan sampel berikut:

Page 58: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

47

TABEL 3.1

Tahapan Pengambilan Sampel Penelitian

Sumber: Indonesian Capital Market Directory, yang diolah kembali (2017)

Proses pemilihan sampel penelitian yang pertama adalah melakukan survey awal

untuk memeriksa ketersediaan data. Langkah yang dilakukan adalah;

1. Memeriksa jumlah perusahaan go publik yang listing dari tahun 2013 sampai

Juni tahun 2017 terutama yang menyajikan laporan keuangan.

2. Perusahaan yang diteliti meliputi perusahaan keuangan maupun non-

keuangan. Perusahaan tersebut melaksanakan Aktivitas hedging keuangan,

manajemen akrual dan mengungkapkan penerapan Corporate Governance

dalam laporan tahunan.

NO

Langkah

Pengambilan

Sampel

Perusahaan

Hedged (Tahun)

Total

Perusahaan

2013

2014

2015

2016

2017

1 Total Perusahaan

yg listing di BEI

berdasarkan

ICMD

9

10

13

16

5

53

2 Dokumen laporan

keuangan tidak

lengkap

(1)

(2)

(2)

(2)

-

(7)

3 Total perusahaan

yang dianggap

memiliki

kelengkapan

dokumen

8

8

11

14

5

46

4 Jumlah

perusahaan

dinyatakan tidak

menerapkan CG

(1)

5 Jumlah Sampel

dalam penelitian

ini

45

Page 59: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

48

3. Mencari data perusahaan dengan kepemilikan manajemen dan kepemilikan

institusional; komite audit independen dan kualitas audit untuk perusahaan

hedge dan unhedgers. Hasil pencarian data total sebanyak 53 perusahaan

memiliki kelengkapan dokumen; Jumlah data sementara yang memenuhi

kriteria sebanyak 46 data. Data perusahaan yang tidak melaksanakan aktivitas

CG sebanyak 1 perusahaan dan jumlah sampel sebanyak 45 perusahaan;

3.4 Definisi Operasional Aktivitas hedging keuangan pada Perusahaan

Hedged. Aktivitas hedging keuangan pada penelitian ini tidak termasuk dalam variable

utama karena hanya digunakan pada uji beda multi group atau multi sampel pada

perusahaan hedgers atau perusahaan yang melakukan lindung nilai atas nilai wajar aset,

lindung nilai atas arus kas, dan lindung nilai atas investasi neto pada operasi luar negeri

dalam bentuk derivatif dan hutang valuta asing sesuai dengan praktik akuntansi Indonesia

PSAK 55 tentang hedging. Aktivitas hedging keuangan dioperasionalkan

sebagai sinkronisasi kebijakan hedging dengan derivatif valuta asing dan hutang valuta

asing (Allayannis & Weston 2001); (Keloharju & & Niskanen 2001); (Nandy 2003);

(Aabo 2006); (Clark & Judge 2008); (Klimczak 2008); (Otero dkk. 2008); (Schiozer &

Saito 2009); (Gonzales 2010) dan (Paranita 2014), mencerminkan motivasi untuk

menggunakan lindung nilai serta efek menguntungkan dari lindung nilai pada laporan

keuangan, adapun pengukuran aktivitas hedging (HED) keuangan, berikut;

Aktivitas HEDGE = Hedge Ratio x Foreign Debt Ratio = (Nilai Derivatif Valuta

Asing/Total Aset) x (Hutang Valuta Asing/Nilai Derivatif Valuta Asing) = Hutang

Valuta Asing/Total Aset (Paranita, 2014). Hedge rasio, yaitu membandingkan nilai

kontrak berjangka dibeli atau dijual dengan nilai komoditas kas yang dihedge

(Phung 2014)

3.5 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel

3.5.1 Variabel Exogen Variabel exogen dalam penelitian ini adalah Corporate Governance diproksi dalam

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas

audit dan dioperasionalkan sebagai berikut :

Operasionalisasi variabel disajikan pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Page 60: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

49

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi Operasional Pengukuran Justifikasi

Variabel

Eksogen

Kepemilikan

Manajerial (X1)

Kepemilikan

Institusional

(X2)

Komite Audit

Independen

(X3)

Kualitas Audit

(X4)

Kepemilikan Manajerial adalah proporsi

kepemilkan saham pihak manajemen yang

secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan.

Kepemilikan Institusional adalah persentase

kepemilikan saham oleh institusi yang

sophisticated atau lembaga keuangan.

Komite Audit Independen adalah anggota

komite audit yang terdiri dari anggota

independen yang diangkat oleh Dewan

Komisaris yang tidak menjalankan tugas-tugas

eksekutif dan tidak ada kaitannya dengan

kepemilikan perusahaan. Komite Audit terdiri

dari sekurang-kurangnya satu orang anggota

komisaris independen.

Tingkat akrual yang rendah diasosiaskan dengan

tingginya tingkat konservatisme yang dimiliki

seorang auditor sehingga dipandang dapat

meningkatkan kualitas audit.

Persentase saham yang dimiliki oleh

Direktur dan komisaris Perusahaan pada

akhir tahun dibagi dengan jumlah saham

yang telah diterbitkan oleh perusahaan pada

akhir tahun.

Prosentasi saham yang dimiliki institusi

dibagi dengan jumlah saham yang beredar

pada akhir tahun. Skala Ratio.

Komite Audit Independen, formula yang

digunakan:

Jumlah anggota independen/jumlah anggota

atau

Proporsi komite audit yang berasal dari luar

perusahaan (Outsider).

Kualitas audit yang diproksikan dengan

akrual lancar, yang dirimuskan sbb;

Akrual Lancar = (ΔAL – ΔKAS) – (ΔLL -

ΔLJP)

Keterangan:

ΔAL= Perubahan aset

lancar

Δkas=Perubahan kas dan ekuivalen kas

ΔLL=Perubahan

ΔLJP=Perubahan liabilitas lancar

dalam utang wesel jangka

pendek dan utang jangka panjang

yang akan jatuh tempo.

(Morck et al.,1988;

Griffith, 1999,

Bhagat dan Black,

2002;

Florackis dan

Ozkan, ).

Chaganti dan Da

mampour,

1991; Charfeddine

dan Elmarzougui,

2010; Chung dan

Zhang, 2011).

(Muth dan

Donaldson 1998)

dan (Setia-Atmaja

dkk. 2011)

(Myers et al., 2003;

Manry et al., 2008;

dan Giri, 2010), dan

Rustiarini (2010)

Variabel

Endogen

Volatilitas Laba

(Y2)

Variabel

Mediating

Manajemen

Akrual (Y1)

Sebuah ukuran risiko berdasarkan deviasi

standar dari Laba Operasional.

Discretionary accrual adalah pengukuran akrual

abnormal (laba atau beban yang bebas, tidak

diatur) dan merupakan pilihan kebijakan

manajemen.dalam pemilihan metode akuntansi.

Deviasi standar (σi) dari Jumlah laba

operasi dikurang rerata Laba Operasi

perusahaan dibagi

n-1.

Menggunakan proksi volatilitas laba

perusahaan.

Discretionary accrual modified Jones &

Model Dechow Dechev (DD) DACt =

(TACt/At-1) – NDAt

Chen R.Carl Steiner

T. dan Whyte

(1999).

Carpenter, M.A dan

Sanders (2002).

Titman dan Wessels

(1988); Badhuri

(2002) dan Nurinsih

(2010).

Dechow et al.

(1995), Jiraporn

(2004), dan Thesima

dan Shuto (2008)

Sumber : data olah tahun (2017) dan dimodifikasi.

Page 61: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

50

3.5.2 Variabel Endogen

Variabel endogen (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah volatilitas laba.

Volatilitas laba adalah dioperasionalkan sebagai:

Volatilitas laba merupakan ukuran laba operasional yang naik atau turun dengan

cepat dan derajat penyebaran laba atau indeks penyebaran distribusi laba perusahaan.

Pengukuran risiko keuangan menggunakan proksi volatilitas laba perusahaan (Nuringsih

2010), dengan formula berikut :

Notasi :

σi = Standar Deviasi

∑X = Jumlah Laba Operasi

Xrata2 = Rata-rata laba operasi

n-1 = Jumlah Laba Operasi lima tahun kurang satu

3.5.3 Variabel Intervening (Mediating Variabel)

Variabel mediating dalam penelitian ini adalah Manajemen Akrual. Manajemen

laba akuntansi (akrual) dioperasionalkan sebagai;

Manajeman Akrual adalah “Suatu usaha yang dilakukan oleh pegawai perusahaan

untuk mempengaruhi laporan jangka pendek” secara umum dilakukan dengan

memanipulasi laporan keuangan dengan menggunakan teknik serta metode akuntansi

tertentu terkait dengan laba perusahaan (Schroeder dkk. 2011).

Variabel ini diproksi dengan discretionary accrual. Discretionary accrual adalah

akrual yang bebas dan memberikan kebebasan manajemen untuk memilih sebuah metode

atau kebijakan akuntansi yang dapat berpengaruh terhadap laba tanpa mempengaruhi

opini auditor terhadap laporan keuangan. Variabel ini diukur dengan accrual modified

Jones (Jones 1991) sebagamana digunakan juga oleh beberapa peneliti berikutnya oleh

(Dechow dkk. 1995) dan (Davidson dkk. 2004).

Model ini digunakan sebagai variable manajemen akrual dalam penelitian ini

sering digunakan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Adapun discretionary accrual dapat

diturunkan dari beberapa persamaan berikut:

TACCi,t = Net income - Cash flow from operation ....................................... (1)

(TA = NIjt – CFOpjt).

σi = √(∑X - Xrata2) / (n-1)

Page 62: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

51

Notasi:

TA = Total Akrual pada perusahaan j pada akhir tahun t.

NI = Net Income before extra ordinary items (Laba bersih sebelum

pos luar biasa) perusahaan j dalam periode t.

CFOp = Cash flow from Operation (Aliran kas bersih dari operasi).

Penelitian Dechow dkk. (1995) mempresentasikan versi modifikasi dari model

Jones dan menyimpulkan bahwa versi modifikasi adalah yang terbaik dalam akrual

diskresioner. Model dimodifikasi menyesuaikan total pendapatan, perubahan piutang.

Beberapa penelitian terbaru memodifikasi model Jones. Penelitian ini menggunakan

model Jones modified Dechow sebagai proxy akrual diskresioner sebagai berikut: Total

accruals diestimasi dengan persamaan berikut:

TACCi,t= β1ӿ [ 1 ]+β2 ӿ[(ΔREVi,t – ΔRECi,t)]+β3ӿ[PPEi,t]+Ԑi,t ……..…...(2)

TAi,t -1 TAi,t TAi,t -1 TAi,t -1

Semua variabel dibagi dengan total aset tertinggal untuk menghindari bias skala

potensi dan masalah heteroskedastisitas.

Notasi:

TACCi,t = Total accrual pada perusahaan i pada akhir tahun t

TAi,t-1 = Jumlah Aktiva perusahaan j pada akhir tahun i-1

A = Konstanta

β1β2β3 = Parameter variabel penelitian / koefisien regresi

ΔREVi,t = Perubahan pendapatan perusahaan i dari periode t-1 ke t

ΔRECi,t = Perubahan piutang dagang perusahaan i dari periode i,t-1 ke t

ΔTAi,t = Jumlah aktiva tetap perusahaan i pada periode t

PPEi,t = Jumlah aktiva tetap perusahaan i pada akhir periode t

Ԑi,t = Error perusahaan i pada periode t

Discretionary accrual diukur dengan residual dari persamaan total akrual di atas.

3.6 Metode Analisis Data

Untuk penelitian ini menggunakan alat analisis Struktur Equation Modeling SEM-

PLS dengan Program WarpPLS 5.0. adalah Variance atau component based Struktur

Equation Modeling (WarpPLS) digunakan untuk menguji hipotesis. Alat analisis ini

dipilih karena ada beberapa kelebihan yaitu didesain untuk dapat menyelesaikan

Page 63: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

52

persoalan seperti jumlah sampel yang kecil, data tidak terdistribusi normal secara

multivariate, adanya missing value, dan adanya problem multikolonieritas antar variabel

eksogen (Latan dan Ghozali 2012).

Menurut Ghozali dan Latan (2014) menyatakan bahwa tahapan model analisis

menggunakan SEM-PLS dengan WarpPLS 5.0 setidaknya harus melewati lima proses

tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Konseptualisasi model

Tahap ini peneliti harus mendefinisikan secara konseptual konstruk yang diteliti

dan menentukan dimensionalitasnya. Indikator penelitian ini pembentuk

konstruk laten berbentuk formative. Konstruk dengan indikator formative

mengasumsikan bahwa setiap indikatornya mendefinisikan atau menjelaskan

karakteristik domain konstruknya.

2. Menentukan metode analisis algorithm

Metode analisis analisis algorithm yang digunakan untuk estimasi model.

Dalam WarpPLS 5.0 ada empat pilihan metode analisis algorithm yaitu

WarpPLS Regression, WarpPLS Regression, PLS Regression dan Robust Path

Analysis. Setelah menentukan metode analisis algorithm yang digunakan,

kemudian menentukan berapa jumlah sampel yang harus dipenuhi. Penelitian

ini analisis algorithm yang digunakan adalah PLS Regression dengan number of

data resamples yang digunakan sebesar 53.

3. Menentukan metode resampling

Dalam penelitian ini metode resampling yang digunakan adalah

jackknifing. Metode resampling jackknifing memiliki kelebihan yaitu

jackknifing memiliki parameter yang lebih stabil dalam estimasi dengan analisis

yang menyesatkan. Köck dan Paramythis (2011) metode Jackknifing juga

dianggap merupakan alat analisis yang lebih baik daripada bootstrapping untuk

mengatasi masalah yang terkait dengan kehadiran outlier karena kesalahan

dalam pengumpulan data.

4. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram).

Atas dasar model teoritik maka sebuah diagram alur dapat dikembangkan pada

gambar 3.1 sebagai berikut:

Page 64: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

53

GAMBAR 3.1

Path Analysis – Model Specification

Sumber : data olah tahun (2017)

Konstruk-konstruk yang dibangun dalam gambar 3.1. dapat dibedakan dalam dua

kelompok kontruk yaitu konstruk exogen dan kontruk endogen yang diuraikan berikut ini:

1. Konstruk Exogen (Exogenous Construct). Konstruk exogen dikenal sebagai

source variable atau independent variable yang tidak diprediksi oleh variable

lain dalam model. Dalam gambar di atas terdapat 4 (empat) konstruk eksogen

yaitu Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership), Kepemilikan

Institusional (Institusional Ownership), Komite Audit Independen dan Kualitas

Audit.

2. Konstruk Endogen (Endogen Construct). Konstruk Endogen adalah faktor-

faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk Endogen

dapat diprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk

eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.

Kepemilikan Manajemen

(X1)

Kepemilikan

Institusional

(X2)

Komite Audit

(X3)

Kualitas Audit

(X4)

Manajemen Akrual

(Z)

Volatilitas

Laba (Y)

ζ2

ζ1

Page 65: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

54

Gambar 3.1. Konstruk endogen dalam kode tersebut adalah, Volatilitas Laba

dan Manajemen Akrual. Adapun konversi diagram alur ke dalam persamaan,

berikut:

a. Konversi diagram alur ke dalam persamaan. Persamaan jalur yang dibangun sebagai berikut:

Persamaan Struktur 1 :

Ŋ1 = β0 + β1 ζ1+ β2 ζ2+ β3 ζ3 + β4 ζ4 + ζ1 (1)

Persamaan Struktur II :

Ŋ1 = β0 + β1 ζ1 + β2 ζ2 + β3 ζ3 + β4 ζ4 + M ζ5 + ζ2 (2)

Persamaan Struktur III Ŋ2 = β0 + β1 ζ5 + ζ2 (3)

Notasi :

Ŋ1 = Volatilitas laba

ζ1 = Kepemilikan Manajemen,

ζ2 = Kepemilikan Institusionalt

ζ3 = Komite Audit Independen

ζ4 = Kualitas Audit

Ŋ2/ζ5 = Manajemen Akrual

5. Evaluasi Model.

SEM berbasis variance menggunakan WarpPLS 4.0 dapat dilakukan dengan

menilai hasil pengukuran model (measurement model). Untuk variabel laten

dengan indikator formative melihat nilai signifikansi t statistiknya atau p-

value. Evaluasi model dalam penelitian ini dilakukan untuk beberapa

pengujian, sebagai berikut :

5.1. Model Mediasi Manajemen Akrual Atas Hubungan Antara

Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite audit

independen dan Kualitas Audit terhadap Volatilitas Laba.

Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite

audit Independen dan Kualitas Audit terhadap volatilitas laba adalah tidak

lansung (indirect effect) melalui manajemen akrual sebagai pemediasi

(mediating/intervening variabel). Model ini sesuai dengan Agency theory yang

menyatakan Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap Manajemen

Akrual dan Volatilitas Laba.

Terdapat tiga tahapan model untuk efek mediasi (Baron dan Kenny 1986) dan

(Köck dan Paramythis 2011), yaitu :

Page 66: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

55

a. Model Pertama, menguji pengaruh variabel eksogen Kepemilikan

Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite audit Independen dan

Kualitas Audit terhadap variabel endogen yaitu Volatilitas Laba (Y)

dimana harus signifikan pada P < 0.05.

b. Model Kedua, Menguji pengaruh variabel eksogen terhadap variabel

mediasi manajemen akrual (M) dan harus signifikan pada P < 0.05.

c. Model Ketiga, Menguji secara serentak pengaruh variabel eksogen

Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite audit

Independen dan Kualitas Audit dan dimediasi oleh manajemen akrual (M)

terhadap variabel endogen volatilitas laba (Y).

Pada pengujian tahap terakhir diharapkan pengaruh variabel eksogen Kepemilikan

Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite audit Independen dan Kualitas Audit

terhadap variabel endogen yaitu volatilitas laba (Y) koefisiennnya menurun menjadi nol,

sedangkan pengaruh variabel mediasi (M) terhadap variabel endogen yaitu volatilitas laba

(Y) harus signifikan pada P < 0.05. Hal ini dikatakan terjadi mediasi sempurna (perfect

mediation). Sedangkan apabila pengaruh X terhadap Y menurun tidak sama dengan nol

dengan memasukkan variabel M, maka dikatakan terjadi mediasi parsial (partial

mediation). Cara lain untuk mengetahui besarnya variance indirect effect kita dapat

menghitungnya dengan menggunakan rumus Variance Accounted For (VAF). Nilai VAF

berkisar antara 0 sampai 1. Semakin tinggi VAF menunjukkan bahwa pengaruh efect

mediasi yang sempurna. VAF dapat dihitung dengan menggunakan formula (Ghozali dan

Latan 2012), berikut :

VAF = a x b X 100 %

axb+c

Notasi :

VAF = Variance Accounted For

a = Hubungan Variabel eksogen dengan Variabel mediating.

b = Hubungan Variabel mediating dengan Variabel endogen.

c = Hubungan lansung Variabel eksogen dengan Variabel endogen

Page 67: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

56

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Data dan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling, yaitu teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu

sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian, dimana peneliti

menetapkan kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti adalah perusahaan-perusahaan

tersebut telah melakukan aktivitas hedging keuangan dan menunjukkan bahwa

kompensasi manajer adalah penentu keputusan perusahaan hedged.

Adapun Perhitungan sampel diperoleh sebanyak 45 perusahaan hedged dimana

perhitungannya disajikan dalam tabel berikut ini :

TABEL 4.1

Tahapan Pengambilan Sampel Penelitian

Sumber: Indonesian Capital Market Directory, yang diolah kembali (2018)

NO

Langkah

Pengambilan

Sampel

Perusahaan

Hedged (Tahun)

Total

Perusahaan

2013

2014

2015

2016

2017

1 Total Perusahaan

yg listing di BEI

berdasarkan

ICMD

9

10

13

16

5

53

2 Dokumen laporan

keuangan tidak

lengkap

(1)

(2)

(2)

(2)

-

(7)

3 Total perusahaan

yang dianggap

memiliki

kelengkapan

dokumen

8

8

11

14

5

46

4 Jumlah

perusahaan

dinyatakan tidak

menerapkan CG

(1)

5 Jumlah Sampel

penelitian ini 45

Page 68: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

57

4.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik variabel penelitian.

Oleh sebab itu penjelasan mengenai statistik deskriptif variabel penelitian ini sebagai

berikut :

Tabel 4.2

Descriptive Statistics

MAK KM KINST KAI KUA Vol Lab

MAK 1.000 -0.005 -0.036 -0.043 0.012 -0.020

KM -0.005 1.000 -0.127 0.018 0.021 -0.054

KINST -0.036 -0.127 1.000 -0.040 0.042 0.008

KAI -0.043 0.018 -0.040 1.000 0.020 -0.103

KUA 0.012 0.021 0.042 0.020 1.000 -0.006

Vol Lab -0.020 -0.054 0.008 -0.103 -0.006 1.000

(Mean) 20.930 0.027 0.481 0.621 0.435 6.431.990

(SD) 4138.73 0.076 0.282 0.110 3.357 2.855.280

(Min) -9829.00 0.000 0.000 0.200 0.667 851.035

(Max) 9141.00 0.700 1.000 0.667 78.490 3.829.704

(Median 20.930 0.000 0.546 0.667 0.324 5.046.178

(Mode) 20.930 0.000 0.000 0.667 -0.330 2.344.965

Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini (2017).

Keterangan :

MAK : Manajemen Akrual

KM : Kepemilikan Manajemen

KINST : Kepemilikan Institusional

KUA : Kualitas Audit

VL : Volatilitas Laba

Statistik deskriptif tentang variabel penelitian menggambarkan bahwa

variabel manajemen akrual memiliki rata-rata sebesar 20.930 dibulatkan menjadi

21 artinya rata-rata perusahaan yang melakukan manajemen akrual adalah 21 kali

selama periode tahun 2013 - Juni 2017 dari total 53 perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa gambaran prilaku oportunistik manajemen atas tindakan

manajemen akrual selama periode tersebut. Pada tabel 4, rata-rata skor

kepemilikan manajemen adalah sebesar 0.027, artinya kepemilikan manajemen

perusahaan memitigasi manajemen akrual yang berdampak pada line man effect

sebesar 2,7% melalui internal monitoring manajemen sehingga dapat memitigasi

Page 69: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

58

volatilitas laba. Nilai Maksimum kepemilikan manajemen perusahaan sampel

adalah 0.70 atau 70% dan kepemilikan institusional adalah satu (1) artinya

Investor institusi masing-masing memiliki 1 lembar saham yang beredar dan

minimum nihil atas jumlah kepemilikan manajemen dan kepemilikan istitusional.

Rata-rata kepemilikan institusional perusahaan sampel adalah 0.481 atau

48,1 %, artinya kepemilikan institusional optimal memitigasi manajemen akrual

dan mereduksi volatilitas laba karena jumlah saham institusional relatif tinggi

sebagai eksternal monitoring atas prilaku opportunistik manajemen pada masing-

masing perusahaan sampel. Berdasarkan tabel 4. rata-rata skor komite audit

Independen 0.621 berarti bahwa perusahaan sampel memiliki rata-rata komite

audit independen 1 orang pada setiap perusahaan sampel dan sebagai alat

eksternal monitoring prilaku opportunistik manajemen untuk memitigasi

manajemen akrual dan volatilitas laba. Sedangkan kualitas audit memiliki rata-

rata sebesar 0.435 atau 43,5% lebih baik untuk memitigasi manajemen akrual dan

mereduksi volatilitas laba.

Rata-rata dari volatilitas laba dalam penelitian ini diproksikan dengan

standar deviasi dari laba operasional menunjukkan nilai sebesar 6.431990 hal ini

berarti bahwa terjadi keefektifan dalam mengontrol laba operasional oleh manajer

relatif rendah pada perusahaan sampel. Adapun pembahasan hipotesis penelitian

dapat dijelaskan berikut ini :

4.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang diajukan. Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan alat analisis

Structural Equation Modeling (SEM) dengan program WarpPLS 5.00, berikut ini

disajikan pengujian hipotesis dari model penelitian ini.

4.3.1 Pengujian Full Model dengan Single Mediator.

Untuk dapat menjawab hipotesis penelitian maka harus dilakukan pembuatan SEM

Model yang menggambarkan hubungan kausalitas dengan single mediasi antar variabel.

Maka setelah melakukan run-test diperoleh SEM model sebagai berikut:

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Volatilitas Laba.

Dari hasil olah data untuk pengujian hipotesis (H1a – H1d) menunjukkan

bahwa pada persamaan model variabel Kepemilikan Manajemen berpengaruh

secara signifikan dan negatif sebesar -0,51 terhadap Volatilitas laba yang P-

Page 70: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

59

Valuenya <.01 (P<0.01). Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model

pertama menghasilkan kesimpulan yang konsisten dan signifikan dengan hipotesis

satu (H1a tidak ditolak) yaitu Kepemilikan Manajemen berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap volatilitas laba, dimana kepemilikan manajemen perusahaan

sebesar 0.02 atau 2 %, dapat menurunkan volatilitas laba karena karakteristik

perusahaan sampel masih rata-rata perusahaan keluarga dan mempunyai

hubungan istimewa yang berdampak pada line man effect melalui internal

monitoring yang dominan. Kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap

volatilitas laba, artinya semakin besar kepemilikan manajemen memberikan

pengaruh penurunan volatilitas laba. Sebaliknya semakin kecil kepemilikan

manajemen, maka memberikan pengaruh menaikkan volatilitas laba. Hasil

penelitian ini searah dengan perspektif kontrak efisiensi (Teori Efisiensi) yang

menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan kontrak yang efisien dapat

menjadikan kualitas laba yang tercermin dalam kualitas informasi keuangan yang

relevan dan reliable dan kualitas laba dapat digunakan sebagai alat pengukuran

kinerja yang efisien dan (Teori Agensi) yang menyatakan bawah konflik antara

manajemen dengan pemilik dapat dimitigasi dengan mekanisme internal

monitoring.

Kepemilikan Institusional berpengaruh secara positif sebesar 0.08 dan tidak

signifikan terhadap volatilitas laba yang P-valuenya sebesar 0,21 (>0,05). Oleh

karena itu pengujian terhadap persamaan model dua menghasilkan kesimpulan

yang tidak konsisten dengan hipotesis satu (H1b ditolak) yaitu Kepemilikan

institusional berpengaruh positif sebesar 0.08 terhadap volatilitas laba, karena

kepemilikan institusi sebesar 0,01 atau 1 % maka semakin kecil kendali yang

dilakukan oleh pihak eksternal, yang menyebabkan menurunnya volatilitas laba

perusahaan. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa kepemilikan institusional tidak

efektif digunakan sebagai alat monitoring manajemen. Semakin besar

kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan oleh pihak

eksternal terhadap perusahaan, maupun sebaliknya semakin kecil persentasi

kepemilikan institusi maka semakin kecil kendali pihak eksternal sehingga

menyebabkan rendahnya volatilitas laba perusahaan. Hasil ini memperkuat asumsi

bahwa kepemilikan institusional tidak efektif digunakan sebagai alat monitoring

manajemen dan meningkatkan kepercayaan investor institusi dalam berinvestasi.

Komite audit independen berpengaruh secara negatif sebesar -0,41 dan

signifikan terhadap volatilitas laba yang P- valuenya sebesar (P < .01), karena

Page 71: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

60

hasil ini juga mendukung bahwa komite audit menjalankan fungsinya sebagai

profesi yang memberikan pendapat kepada komisaris dan dewan direksi

khususnya yang berkaitan dengan pengendalian internal yang efektif, berjalannya

sistem informasi akuntansi yang memadai, opini auditor independen dan

transparansi laporan keuangan, sehingga menunjukkan kehadiran komite audit

independen dapat memberikan laporan keuangan yang transparan, akuntabilitas,

dan berkualitas dalam mengurangi volatilitas laba perusahaan. Fungsi dan

tanggung jawab yang diembannya, diharapkan komite audit independen dapat

berperan untuk mengurangi perilaku oportunistik (akrual manipulasi) yang

dilakukan oleh para manajer dan mereduksi volatilitas laba. Dengan demikian,

kualitas corporate governance melalui komite audit independen sebagai

mekanisme internal menurunkan volatilitas laba. Pengujian terhadap persamaan

model tiga menghasilkan kesimpulan konsisten dan signifikan dengan hipotesis

satu (H1c tidak ditolak) yaitu Komite audit independen berpengaruh negatif

terhadap volatilitas laba, bahwa keberadaan komite audit independen merupakan

jaminan untuk meningkatkan kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga

pasar menganggap keberadaan komite audit independen merupakan faktor yang

mereka pertimbangkan dalam melakukan investasi. Hal ini mengindikasikan

bahwa keberadaan komite audit dapat memperkuat hubungan terhadap volatilitas

laba.

Kualitas audit berpengaruh secara positif sebesar 0.06 dan tidak signifikan

terhadap volatilitas laba yang P- valuenya sebesar 0,28 (P> 0,05). Dan pengujian

terhadap persamaan model empat menghasilkan kesimpulan tidak konsisten

dengan hipotesis satu (H1d ditolak) yaitu Kualitas audit berpengaruh tidak

signifikan terhadap volatilitas laba, karena kualitas audit menekankan kepada

kualitas informasi keuangan sehingga akan memperbaiki proses pelaporan

keuangan dan merupakan nilai tambah bagi operasi perusahaan, tetapi tidak dapat

mengurangi fluktuasi/volatilitas laba. Kualitas audit berpengaruh positif terhadap

volatilitas laba, artinya kualitas audit yang cenderung mendorong kualitas

mekanisme pengendalian internal karena tingginya transaksi akrual tidak

berfungsi menurunkan volatilitas laba. Kualitas audit yang digambarkan pada

perusahaan sampel tidak memitigasi volatilitas laba atas operasi perusahaan

karena volatilitas laba cendrung dipengaruhi oleh makro ekonomi, mekanisme

pasar dan kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan. Hasil pengujian ini

menjawab pertanyaan penelitian yang pertama. Kualitas audit berpengaruh positif

Page 72: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

61

terhadap volatilitas laba, artinya kualitas audit yang cenderung mendorong

kualitas mekanisme pengendalian internal karena tingginya transaksi akrual tidak

berfungsi menurunkan volatilitas laba.

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Akrual Hasil pengujian hipotesis dua pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada

persamaan model dua menunjukkkan bahwa variabel Kepemilikan Manajemen

berpengaruh secara negatif sebesar -0,27 dan signifikan terhadap Manajemen

Akrual yang P- valuenya sebesar P<.01 (P< 0,01), karena kepemilikan

manajemen perusahaan sebesar 0,027 atau 2,7%, dapat memitigasi manajemen

akrual dimana karakteristik perusahaan sampel rata-rata masih mempunyai

dampak pada line man effect melalui internal monitoring atas pelaporan keuangan,

jadi manajemen perusahaan dalam melakukan rekayasa laba untuk rencana

kenaikan bonus dan menghindari pajak dapat dimonitoring secara internal.

Pengujian terhadap persamaan model pertama menghasilkan kesimpulan yang

konsisten dan signifikan dengan hipotesis dua (H2a tidak ditolak) yaitu

Kepemilikan Manajemen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen

akrual. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

manajemen akrual. Artinya porsi kepemilkan manajemen menurunkan manajemen

akrual, Hasil penelitian ini konsisten dengan prediksi (Teori Agensi) bahwa

insentif untuk mengelola laba dengan kepemilikan saham manajerial lebih rendah

dan dapat digunakan sebagai mekanisme internal monitoring atas perilaku

oportunistik manajemen.

Kepemilikan Institusional berpengaruh secara negatif sebesar -0,34 dan

signifikan terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya sebesar P<.01 (P< 0,01).

Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model dua menghasilkan

kesimpulan yang konsisten dengan hipotesis dua (H2b tidak ditolak) yaitu

Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

Manajemen Akrual, karena rata-rata kepemilikan institusi sebesar 48 % atau 0,48

adalah semakin besar kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap

perusahaan dapat memitigasi manajemen akrual. Hasil ini memperkuat asumsi

bahwa kepemilikan institusional efektif digunakan sebagai alat monitoring

manajemen akrual. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dan negatif

terhadap manajemen akrual. Artinya bahwa semakin besar kepemilikan

institusional (outsider ownership) dapat menurunkan manajemen akrual dan peran

Page 73: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

62

kepemilikan institusional memitigasi manajemen akrual dan berfungsi sebagai

mekanisme eksternal monitoring.

Komite audit independen berpengaruh secara positif sebesar 0,11 dan tidak

signifikan terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya sebesar 0,14 (P>0.05).

Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model tiga menghasilkan

kesimpulan yang tidak signifikan, karena keberadaan komite audit independen

rata-rata sebanyak dua orang bukan merupakan jaminan bahwa kinerja perusahaan

akan semakin baik, sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit

independen merupakan faktor yang mereka pertimbangkan dalam memitigasi

manajemen akrual. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan komite audit tidak

dapat memperkuat hubungan dengan manajemen akrual. Komite audit independen

berpengaruh signifikan dan positif terhadap manajemen akrual. Artinya komite

audit independen belum dapat memitigasi perilaku opportunistik manajemen.

Komite audit independen tidak memainkan peran penting dalam menghambat

praktek manajemen akrual perusahaan.

Sedangkan Kualitas audit berpengaruh negatif sebesar -0.29 dan signifikan

terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya sebesar P<.01 (P> 0,01). Oleh

karena itu pengujian terhadap persamaan model empat menghasilkan kesimpulan

yang konsisten dengan hipotesis dua (H2d tidak ditolak) yaitu Kualitas audit

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Akrual, karena kualitas

audit akan menekankan kepada kualitas informasi keuangan sehingga akan

memperbaiki proses pelaporan keuangan dan tentunya dapat memitigasi perilaku

opportunistik manajemen untuk melakukan manajemen akrual dan kualitas audit

merupakan jaminan manajemen dalam memitigasi manajemen akrual. Kualitas

audit berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen akrual. Artinya

Kualitas audit pada penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

keuangan untuk menurunkan perilaku manajemen akrual dan berfungsi sebagai

alat untuk meningkatkan kualitas informasi keuangan

Pengaruh Manajemen Akrual Terhadap Volatilitas Laba

Hasil pengujian hipotesis tiga (H3) di tabel 4.7 menunjukkan bahwa

variabel Manajemen akrual berpengaruh signifikan terhadap volatilitas laba secara

positif sebesar 0,18 yang P- valuenya sebesar 0,04 (P< 0,05). Oleh karena itu

pengujian terhadap persamaan hipotesis tiga menghasilkan kesimpulan yang

konsisten (H3 tidak ditolak) yaitu Manajemen akrual berpengaruh signifikan dan

Page 74: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

63

positif terhadap Volatilitas laba, karena manajemen akrual merupakan prilaku

opportunistik manajemen dalam merekayasa laba dan kebijakan manajemen dapat

meningkatkan volatilitas laba. Manajemen akrual berpengaruh positif terhadap

volatilitas laba. Artinya hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku

oportunistik manajemen akrual akan dapat meningkatkan volatilitas laba.

Anggraini (2009) menyatakan bahwa volatilitas laba akan berakibat pada

volatilitas harga saham dan akibatnya saham perusahaan menjadi sangat berisiko.

Sehingga pada akhirnya saham perusahaan menjadi tidak menarik untuk dibeli.

Oleh karena itu, perusahaan cenderung akan membuat laba stabil. Volatilitas laba

yang rendah menjadi acuan para investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini

menjadi perhatian bagi para manajer untuk menyajikan laporan keuangan yang

sesuai dengan harapan investor. Adanya asimetri informasi antara manajemen

dengan pemakai laporan keuangan menjadi pendorong manajemen untuk

melakukan praktek manajemen laba. Sebaliknya manajemen akan memilih untuk

menurunkan laba yang dilaporkan jika laba yang sebenarnya meningkat

dibandingkan laba tahun sebelumnya. Laba yang rata dari tahun ke tahun sangat

disukai oleh manajemen dan investor, karena laba yang rata mengindikasikan

bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil (Noviana SR. dan Yuyetta, 2011:70).

Hasil output R-Squared seperti dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas dapat

dilihat bersarnya R-Squared 0,51% yang memiliki arti bahwa pengaruh variabel

Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, Komite audit Independen

dan kualitas audit terhadap volatilitas Laba sebesar 51 % dan sisanya 49 %

dipengaruhi oleh variabel diluar model penelitian ini. Sedangkan nilai R-Squared

Manajemen Akrual sebesar 0.26 yang memiliki arti bahwa pengaruh variabel

corporate governance terhadap Manajemen Akrual adalah sebesar 26 % dan

sisanya 74 % dipengaruhi oleh variabel dari luar model penelitian ini.

Sedangkan hasil Pengujian Path coefficients dan P value untuk melihat

besarnya koefisien dan tingkat signifikansi pada hubungan corporate governance

dengan volatilitas laba dan manajemen akrual dijelaskan pada perusahaan hedged

berikut ini;

Page 75: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

64

Gambar 1. Model Single Mediator Hubungan CG terhadap VL dan

Manajemen Akrual Perusahaan hedged

Gambar 4.1. di atas, menunjukkan perbedaan pengaruh perusahaan hedged

antar variabel, dimana Kepemilikan manajemen, Kepemilikan institusional,

komite audit independen dan kualitas audit merupakan variabel independen dan

volatilitas laba adalah variabel dependen, yang dimediasi oleh manajemen akrual.

Hasil pengujian pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba pada

gambar 1 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar 0.18, p value sebesar 0,04 (p

> 0,05) dan standar error koefisien jalur sebesar 0,096. Berdasarkan hasil

pengujian pengaruh Kepemilikan Manajemen terhadap volatilitas laba pada

gambar 1 dapat dilihat koefisien jalur sebesar -0.51, p value sebesar 0.01 (p<

0,05) dan standar error koefisien jalur sebesar 0,096, dan pengujian pengaruh

kepemilikan institusi terhadap volatilitas laba koefisien jalurnya sebesar 0.08, p

valuenya sebesar 0.21 (p<0.10) dan standar erornya koefisien jalur sebesar 0,096,

Page 76: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

65

Komite audit independen terhadap volatilitas laba pada tabel 4.7 dapat dilihat

bahwa koefisien jalur sebesar -0.41, p value sebesar 0.01 (p< 0,05) dan standar

error koefisien jalur sebesar 0,096, sedangkan pengujian pengaruh Kualitas audit

terhadap volatilitas laba pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar

0.06, p value sebesar 0.28 (p > 0.05) dan standar error koefisien jalur sebesar

0,096.

Manajemen akrual berpengaruh signifikan dan positif terhadap Volatilitas

laba dan Kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan dan negatif,

Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan dan positif, Komite audit

independen berpengaruh signifikan dan negatif, Kualitas audit tidak berpengaruh

signifikan dan positif terhadap volatilitas laba. Sedangkan variable kepemilikan

manajemen, institusional dan kualitas audit berpengaruh signifikan dan negatif

terhadap manajemen akrual dan variable komite audit independen tidak

berpengaruh signifikan dan positif terhadap manajemen akrual. Hasil pengujian Path coefficient dan P-value untuk melihat besarnya koefisien dan

tingkat signifikansi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Path coefficient dan P value Perusahaan hedged

NO

Hubungan antara

Variabel

Koefisien

P-Value

SE

1

1

MAK V.LABA 0.18 0.04 0.096

1

2

KM V.LABA -0.51 0.01*** 0.096

1

3

KINST V.LABA 0.08 0.21 0.096

1

4

KAI V.LABA -0.41 0.01*** 0.096

1

5

KUA V.LABA 0.06 0,28 0.096

1

6

KM MAK -0.27 0.01*** 0.096

2

7

KINST MAK -0.34 0.01*** 0.096

2

8

KAI MAK 0.11 0.14 0.096

Page 77: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

66

Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini (2017)

Keterangan :

MAK : Management Accrual

KM : Kepemilikan Manajemen

KINST : Kepemilikan Institusional

KAI : Komite Audit Independen

KUA : Kualitas Audit

***Signifikan pada level 1%

Hasil pengujian pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba pada tabel

4.7 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar 0.18, p value sebesar 0,04 (p > 0,05) dan

standar error koefisien jalur sebesar 0,096. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh

Kepemilikan Manajemen terhadap volatilitas laba pada tabel 4.7 dapat dilihat koefisien

jalur sebesar -0.51, p value sebesar 0.01 (p< 0,05) dan standar error koefisien jalur

sebesar 0,096, dan pengujian pengaruh kepemilikan institusi terhadap volatilitas laba

koefisien jalurnya sebesar 0.08, p valuenya sebesar 0.21 (p<0.10) dan standar erornya

koefisien jalur sebesar 0,096, Komite audit independen terhadap volatilitas laba pada

tabel 4.7 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar -0.41, p value sebesar 0.01 (p< 0,05)

dan standar error koefisien jalur sebesar 0,096, sedangkan pengujian pengaruh Kualitas

audit terhadap volatilitas laba pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar

0.06, p value sebesar 0.28 (p > 0.05) dan standar error koefisien jalur sebesar 0,096.

Manajemen akrual berpengaruh signifikan dan positif terhadap Volatilitas laba dan

Kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan dan negatif, Kepemilikan institusional

tidak berpengaruh signifikan dan positif, Komite audit independen berpengaruh

signifikan dan negatif, Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap

volatilitas laba. Sedangkan variable kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional

dan kualitas audit berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen akrual dan

variable komite audit independen tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap

manajemen akrual.

2

9

KUA MAK -0.29 0.01*** 0.096

Page 78: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

67

4.3.1.5.2 Manajemen Akrual sebagai Pemediasi Hubungan Antara Corporate

Governance dengan Volatilitas Laba Pada Perusahaan Hedged (Pengujian

Hipotesis Empat).

Untuk mengetahui signifikansi indirect and total effect akan muncul besarnya

variance indirect effect yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Variance

Accounted For (VAF) dan pengujian Effect size yang dapat dikelompokkan menjadi 3

kategori yaitu lemah (0.02), medium (0.15) dan besar di atas (0.35) (kock,2013; Hair,

2013). Untuk melihat besarnya Effect size dan tingkat signifikansi atas hubungan

Kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas

audit terhadap Volatilitas laba dimediasi oleh Manajemen akrual sebagai berikut : Tabel 4.4

Hasil Indirect and Total Effect Perusahaan Hedged

Indirect effects for paths with 2 segments

-------------------------------------------------

MAK KM KINST KAI KUA V.LABA

MAK

KM

KINST

KAI

KUA

V.LABA 0.002 0.003 0.004 -0.001

P values of indirect effects for paths with 2 segments

---------------------------------------------------------------

MAK KM KINST KAI KUA V.LABA

MAK

KM

KINST

KAI

KUA

V.LABA 0.459 0.447 0.426 0.476

Effect sizes for path coefficients

**************************

MAK KM KINST KAI KUA V.LABA

MAK 0.002 0.003 0.005 0.001

KM

KINST

KAI

KUA

V.LABA 0.003 0.004 0.005 0.012 0.001

Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini (2017)

Page 79: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

68

Keterangan :

KM : Kepemilikan Manajemen

KINST : Kepemilikan Institusional

KAI : Komite Audit Independen

KUA : Kualitas Audit

V.LABA : Volatilitas Laba

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya variance indirect effect kita dapat

menghitungnya dengan menggunakan rumus Variance Accounted For (VAF). Nilai VAF

berkisar antara 0 sampai 1. Semakin tinggi VAF menunjukkan bahwa pengaruh efect

mediasi yang sempurna. VAF dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Ghozali dan

Latan 2014), berikut :

VAF = a x b X 100 %

axb+c

1. Untuk variabel Kepemilikan Manajemen nilai VAF, berikut :

= 0.004 X 0.002 X 100% = 0.0027

0.004X 0.002 + (0.003)

Jadi besarnya pengaruh indirect effect untuk model di atas adalah sebesar 0.27 %

atau hubungan kepemilikan manajemen terhadap volatilitas laba tidak dimediasi oleh

manajemen akrual karena nilai VAF adalah nihil masih berkisar antara 0 - 1, dan tidak

signifikan pada P Value nya 0.459 > 0.05, berarti tidak ada mediasi (no mediation)

manajemen akrual antara hubungan kepemilikan manajemen dengan volatilitas laba.

2. Variabel KINST nilai VAF = 0.005 X 0.003 X 100% = 0.003

0.005 X 0.003+(0.003)

Jadi besar pengaruh indirect effect untuk hubungan variabel KINST dengan

Volatilitas Laba adalah sebesar 0.30 %, yang berarti mediasi tidak didukung (no

mediation) yang VAF nya sebesar 0.005 yang berkisar antara 0 – 1 dan tidak signifikan

0.447> 0,05.

3. Variabel KAI nila VAF = 0.012 X 0.005 X 100% = 0,0196

0.012 X 0.005+(0.003)

Page 80: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

69

Besarnya pengaruh indirect effect atas hubungan variabel Komite Audit

Independen terhadap Volatilitas Laba adalah sebesar 1.96 %, yang berarti ada mediasi

parsial atau partial mediation yang VAF nya sebesar 0.0196 (0.02) yang berkisar antara 0

– 1.

4. Variabel KUA nila VAF = 0.001 X 0.001 X 100% = 0,00033

0.001 X 0.001+(0.003)

Besarnya pengaruh indirect effect atas hubungan variabel Kualitas Audit dengan

Volatilitas Laba adalah sebesar 0.033 %, yang berarti mediasi tidak didukung yang VAF

nya sebesar 0.00033 (0.000). Adapun tabel di bawah ini merupakan hasil perhitungan

VAF, sebagai berikut:

Tabel 4.5

Variance Accounted For (VAF) Inderect Effect

Sumber : Data diolah dalam penelitian ini (2017)

Keterangan:

KM : Kepemilikan Manajemen

KINST : Kepemilikan Institusional`

KAI : Komite Audit Independen

KUA : Kualitas Audit

Adapun hasil pengujian hipotesis penelitian dapat dirangkum pada tabel 4.6 model

penelitian empiris adalah sebagai berikut :

Relationship

Indirect Effect

Hasil P-Value VAF

KM MAK V.Laba 0.459 0.50 %. No Mediation

KINST MAK V.laba 0.447 0.027 % No Mediation

KAI MAK V.laba 0.426 1.96 % Partial

Mediation

KUA MAK V.laba 0.476 0.033 % No Mediation

CG MAK V.Laba 0.274 0.735 % No Mediation

Page 81: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

70

Tabel 4.6

Rangkuman Hasil Pengujian hipotesis

No HUBUNGAN Hipotesis P.Value Hasil

1 KM terhadap VL H1a P<.01*** Diterima

2 KINST terhadap VL H1b P=0.21 Ditolak

3 KAI terhadap VL H1c P<.01*** Diterima

4 KUA terhadap VL H1d P<.01*** Diterima

5 KM terhadap MAK H2a P<.01*** Diterima

6 KINST terhadap MAK H2b P<.01*** Diterima

7 KAI terhadap MAK H2c P=0.14 Ditolak

8 KUA terhadap MAK H2d P<.01*** Diterima

No HUBUNGAN Hipotesis P.Value & VAF Hasil

9 MAK terhadap VL H3 0.04** Diterima

10 Hubungan KM dengan VL

dimediasi oleh Manajemen

Akrual

H5a 0.50 %. Mediasi

tidak

didukung

11 Hubungan KINST dengan VL

dimediasi oleh Manajemen

Akrual

H5b 0.27 % Mediasi

Tidak

didukung

12 Hubungan KAI dengan Risiko VL

dimediasi oleh Manajemen

Akrual

H5c 1.96 % Mediasi

Parsial

13 Hubungan KUA dengan V.Laba

dimediasi oleh Manajemen

Akrual

H5d 0.033 % Mediasi

tidak

didukung

Sumber : Data diolah digunakan dalam penelitian ini (2017).

Keterangan:

MAK : Manajemen Akrual

KM : Kepemilikan Manajemen

KINST : Kepemilikan Institusional

KAI : Komite Audit Independen

KUA : Kualitas Audit

*Effect Mediation 0.13 & 0.53

*Signifikan pada level 10%

**Signifikan pada level 5%

***Signifikan pada level 1%

Page 82: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

71

BAB V

PEMBAHASAN DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan pembahasan konseptual yang berhubungan dengan

pokok kajian penelitian. Pembahasan dilakukan berdasarkan pendekatan-pendekatan baik

teoritis maupun hasil temuan empiris dan asumsi-asumsi dasar yang dapat dijadikan

pertimbangan pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian

ini sekaligus memberikan penjelasan terhadap temuan-temuan atas pertanyaan penelitian

yang diajukan pada bab sebelumnya.

5.1 Pengujian Pengaruh Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite

audit independen dan kualitas audit terhadap Volatilitas Laba

Pengujian hipotesis pertama (H1a – H1d) di tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada

persamaan model menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan Manajemen berpengaruh

signifikan dan negatif sebesar -0,51 terhadap volatilitas laba yang P-valuenya sebesar

P<.01 (P < 0,05). Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model pertama

menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hipotesis satu (H1a diterima), karena

fungsi internal monitoring atas kepemilikan manajemen secara efektif dapat menurunkan

risiko/volatilitas laba dan hipotesis ini menjelaskan bahwa manajer adalah rasional dan

berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya, terkait dengan kompensasi dan

kemakmuran pemilik dan pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen

sesuai teori akuntansi positif dan mengurangi konflik kepentingan antara manajemen

yang oportunistik dengan pemilik seperti yang digambarkan pada teori agensi untuk

mengurangi risiko/volatilitas laba.

Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh secara negatif sebesar 0,08 dan

signifikan terhadap volatilitas laba yang P- valuenya sebesar P=0.21 (> 0.05). Oleh

karena itu pengujian terhadap persamaan model dua menghasilkan kesimpulan yang tidak

konsisten dengan hipotesis satu (H1b diterima) yaitu Kepemilikan institusional tidak

berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba. Karena kepemilikan saham institusional

belum berfungsi sebagai eksternal monitoring secara efektif dapat menurunkan

risiko/volatilitas laba dan mengurangi konflik kepentingan antara perilaku manajemen

yang oportunistik dengan pemilik seperti yang dijelaskan pada teori agensi dan secara

rasional memakmurkan kepentingan pemilik dari pemilihan kebijakan akuntansi.

Komite audit independen berpengaruh secara negatif sebesar -0,41 dan signifikan

terhadap volatilitas laba yang P-valuenya sebesar 0,01 (P<0,05). Oleh karena itu

pengujian terhadap persamaan model tiga menghasilkan kesimpulan yang konsisten

dengan hipotesis satu (H1c diterima) yaitu Komite audit independen berpengaruh negatif

terhadap volatilitas laba, karena keberadaan komite audit independen dapat berfungsi

sebagai eksternal monitoring menurunkan risiko/volatilittas laba. Berdasarkan teori

Page 83: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

72

agensi yang meminimalkan konflik kepentingan antara manajemen yang oportunistik

dengan pemilik dan merupakan jaminan untuk meningkatkan kinerja perusahaan,

sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit independen merupakan faktor yang

mereka pertimbangkan untuk melakukan investasi pada perusahaan hedged.

Kualitas audit berpengaruh secara positif sebesar 0.06 dan tidak signifikan terhadap

volatilitas laba yang P- valuenya sebesar 0,28 (P> 0,05). Dan pengujian terhadap

persamaan model empat menghasilkan kesimpulan tidak konsisten dengan hipotesis satu

(H1d ditolak) yaitu Kualitas audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

volatilitas laba, karena kualitas audit menekankan kepada kualitas informasi keuangan

sehingga akan memperbaiki informasi keuangan dan merupakan nilai tambah bagi

operasi perusahaan, tetapi tidak dapat mengurangi risiko/volatilitas laba pada perusahaan

hedgers dan unhedgers karena risiko/volatilitas laba cendrung dipengarungi oleh faktor

makro ekonomi, seperti inflasi, mekanisme pasar dan kebijakan pemerintah. Penelitian

ini tidak konsisten dengan penelitian Teoh dan Wong (1993) bahwa kualitas audit

berhubungan negatif terhadap menajemen akrual dan mengurangi risiko/volatilitas laba.

Praktik Corporate Governance yang diproksi dengan kualitas audit diyakini akan

membatasi pengelolaan laba yang opportunis. Semakin tinggi kualitas audit, semakin

besar kemungkinan perusahaan mengurangi risiko (volatilitas) laba. Berdasarkan teori

efisiensi dan konsep risiko dan hasil penelitian di atas maka dapat diasumsikan bahwa

dengan adanya kualitas audit yang tinggi belum memberikan implikasi pada penurunan

risiko/volatilitas laba dan informasi keuangan yang efisien.

Hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi dan

risiko. Konsep risiko menjelaskan bahwa dengan adanya corporate governance yang

diproksi dengan kualitas audit akan memberikan dampak untuk mengurangi volatilitas

laba. Teori agensi dalam corporate governance akan menghasilkan fungsi pengawasan

(monitoring) internal terhadap kinerja manajerial sehingga perusahaan akan mencegah

manajer untuk melakukan tindakan menurunkan volatilitas laba.

Berdasarkan konsep volatilitas dan beberapa hasil penelitian di atas maka dapat

diasumsikan bahwa dengan adanya kualitas audit yang tinggi belum memberikan

implikasi pada penurunan risiko/volatilitas laba. Konsep risiko menjelaskan bahwa

dengan adanya corporate governance yang diproksi dengan kualitas audit yang tinggi

akan mengurangi volatilitas laba, sehinga masih terjadi kontradiksi antara kualitas audit

yang tinggi dan bukan merupakan jaminan menurunkan risiko/volatilitas laba.

5.2 Pengujian Pengaruh Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite

audit independen dan kualitas audit terhadap Manajemen akrual

Hipotesis dua (H2a-H2d) dalam penelitian ini adalah ingin membuktikan

pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa pada persamaan model dua menunjukkkan

Page 84: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

73

bahwa variabel Kepemilikan Manajemen berpengaruh secara negatif sebesar -0,27 dan

tidak signifikan terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya sebesar P<.01 (P= 0,01).

Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model pertama menghasilkan kesimpulan

yang konsisten dengan hipotesis dua (H2a diterima), karena kepemilikan manajemen

sebesar 2.8 % pada total perusahaan hedged sebagai internal monitoring dan kepemilikan

manajemen pada perusahaan hedged sebesar 0.7 %, karena masing–masing perusahaan

tersebut kepemilikan saham manajemen relatif kecil untuk memitigasi perilaku

manajemen yang opportunistik yang p valuenya (P< 0,01) dan signifikan negatif dengan

koefisien (-0,27), sehingga kedua tipe kebijakan perusahaan hedged belum optimal dalam

mencegah manajer melakukan tindakan manajemen akrual, karena fungsi pengawasan

(monitoring) terletak pada kepemilikan saham mayoritas. Hasil penelitian Claessens et al. (2000), menyatakan bahwa di Indonesia sebagian

besar kepemilikan saham perusahaan dimiliki oleh keluarga, seperti PT Mahaka Group

Tbk, PT. Bakrie Tbk, dan lain-lain. Menurut Hu dan Izamida (2008), kepemilikan saham

mayoritas oleh manajemen memiliki kepemilikan dalam jumlah yang signifikan akan

menyebabkan manajerial entrenchment effect, dimana jumlah kepemilikan saham

manajemen yang signifikan akan mempertahankan posisi mereka dalam perusahaan dan

belum menginginkan adanya pengawasan dari pihak lain, dan cendrung melibatkan

stakeholder dalam konsep monitoring.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian Nagata dan Hachiya (2006) melaporkan

hubungan negatif antara kepemilikan manajemen (insider) dan manajemen akrual untuk

830 IPO di Jepang selama periode 1989-2000. Penelitian ini juga tidak konsisten dengan

penelitian Koh (2003) meneliti sampel dari perusahaan Australia selama periode 1993-

1997 dan menemukan hubungan negatif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan saham

manajerial dan manajemen akrual. Peasnell et al. (2005) menunjukkan bahwa peran

direktur dengan kepemilikan manajerial yang rendah dalam membatasi manajemen

akrual.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan teori keagenan bahwa insentif untuk

mengelola laba di perusahaan dengan kepemilikan saham manajerial lebih rendah.

Watfield at al (1995) menguji kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan

kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepentingan manajerial berhungan

negatif dengan discretionary acrual.

Kepemilikan Institusional berpengaruh secara negatif terhadap manajemen akrual.

Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model dua menghasilkan kesimpulan yang

konsisten dengan hipotesis dua (H2b diterima) yaitu Kepemilikan institusional

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Akrual, karena kepemilikan

institusional pada perusahaan sampel berfungsi sebagai eksternal monitoring yang efektif

oleh pihak eksternal terhadap manajemen akrual untuk memitigasi perilaku oportunistik

manajemen.

Page 85: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

74

Persamaan model dua menghasilkan kesimpulan yang tidak konsisten dengan

hipotesis dua (H2c ditolak) yaitu Komite audit independen tidak berpengaruh negatif

terhadap Manajemen Akrual. Karena fungsi komite audit independen dapat menurunkan

prilaku oportunistik dalam manajemen akrual dan menggunakan tori agensi untuk

memitigasi konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan.

Kualitas audit berpengaruh negatif sebesar -0.29 dan signifikan terhadap

Manajemen Akrual. Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model empat

menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hipotesis dua (H2d diterima) yaitu

Kualitas audit independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Manajemen

Akrual untuk total perusahaan hedged. Pada perusahaan hedged, kualitas audit signifikan

dan negatif yang koefisiennya -0.29 memitigasi manajemen akrual dan p valuenya (P<

.01) sebagai alat monitoring internal. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Koh

(2003) yang menemukan hubungan negatif yang signifikan antara kualitas audit dan

akrual diskresioner, dan tidak konsisten dengan penelitian Ching et al. (2006) dan

Peasnell et al. (2005) tidak menemukan hubungan negatif dan signifikan antara kualitas

audit dengan manajemen akrual pada perusahaan yang terdaftar di bursa Hongkong dan

Inggris, karena menggunakan jasa audit yang berkualitas merupakan salah satu upaya

perusahaan untuk mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang memaksimalkan

kepentingan pribadinya. Dengan adanya kualitas audit yang baik, maka akan tercipta

suatu pengendalian seperti preventive control, detective control dan reporting control

pada perusahaan hedged.

5.3 Pengujian Pengaruh Manajemen akrual terhadap Volatilitas laba

Hasil pengujian hipotesis tiga (H3) pada gambar 1 menunjukkan bahwa variabel

Manajemen akrual berpengaruh positif sebesar 0,18 dan signifikan terhadap volatilitas

laba yang P- valuenya sebesar 0,04 (P<0,05). Oleh karena itu pengujian terhadap

persamaan model ketiga menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hipotesis tiga

(H3 diterima) yaitu Manajemen akrual berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Volatilitas laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan Muid dan Catur P (2005) menguji

pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba dan investasi, hasilnya

menunjukkan bahwa manajemen akrual tidak terbukti menimbulkan risiko (volatilitas)

laba. Dan penelitian Fields, Lys, & Vincent, 2001) menyatakan bahwa manajemen akrual

dapat dicapai dengan cara laba yang di write-off dalam satu periode dan untuk

meringankan biaya selama beberapa periode, mempercepat atau menunda pengakuan

pendapatan atau beban untuk menggeser pendapatan dari satu periode ke periode lain.

Adapun teori agency dalam manajemen akrual akan meningkatkan biaya agensi,

karena manajer menjaga kepentingannya dengan menerbitkan laporan keuangan yang

tidak menunjukkan gambaran ekonomi perusahaan secara akurat, sehingga stakeholders

tidak dapat membuat keputusan investasi yang optimal. Motivasi penggunaan manajemen

Page 86: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

75

akrual sebagai subsitusi penggunaan derivatif keuangan berdampak pada menurunnya

volatilitas laba. Jika perusahaan menggunakan manajemen akrual dan derivatif keuangan

untuk tujuan lindung nilai eksposur, diharapkan bahwa penggunaan tersebut akan

mengakibatkan penurunan volatilitas laba.

5.4. Peran corporate governance terhadap volatilitas laba pada perusahaan hedged

Pengujian dampak Aktivitas hedging keuangan terhadap Volatilitas laba yang

dibedakan berdasarkan tipe operasi keuangan perusahaan hedged. Dalam penelitian ini

tipe perusahaan dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu perusahaan hedged. Penelitian

ini sejalan dengan Scott (2009) menemukan bahwa tujuan perusahaan untuk melakukan

praktik pengelolaan laba adalah; manajemen perusahaan berusaha untuk menambah

tingkat transparansi laba dalam mengkomunikasikan informasi internal perusahaan,

dalam hal pengelolaan laba dilakukan secara efisien pada perusahaan hedged, karena

trategi yang dapat diimplementasikan oleh manajer dalam manajemen laba berbasis

manajemen akrual antara lain adalah melakukan pilihan metoda akuntansi serta

melakukan estimasi tertentu sebagai kebijakan akuntansi, khususnya discretionary

accruals.

Pada perusahaan hedged; Kepemilikan manajemen merupakan mekanisme internal

monitoring memitigasi perilaku opportunistik sebagai hubungan subsitusi dengan

aktivitas hedging keuangan, yang artinya aktivitas hedging keuangan dilakukan dapat

menurunkan perilaku opportunis melalui manajemen akrual dan gejolak/volatilitas laba

dan kualitas audit sebagai mekanisme internal memitigasi perilaku opportunis melalui

manajemen akrual.

Kepemilikan institusi merupakan mekanisme eksternal monitoring memitigasi

perilaku opportunistik sebagai hubungan subsitusi dengan aktivitas hedging keuangan,

yang artinya aktivitas hedging keuangan dilakukan dapat menurunkan perilaku

opportunis melalui manajemen akrual dan Komite audit independen memitigasi

gejolak/volatilitas laba karena fungsi komite audit sebagai full power sebagai mekanisme

eksternal monitoring.

Perusahaan dengan kategori hedged menunjukkan pengaruh negatif kepemilikan

manajemen dan komite audit independen terhadap penurunan volatilitas laba dan

menunjukkan pengaruh negatif kepemilikan manajemen, komite audit independen dan

kualitas audit terhadap manajemen akrual, hal ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan

yang masuk dalam kategori hedged melaksanakan Aktivitas hedging sebagai suatu

aktivitas trading yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kontrak efisiensi dalam

menurunkan perilaku oportunistik dan manajemen akrual sebagai bentuk subsitusi untuk

mengurangi volatilitas laba.

Page 87: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

76

5.5 Pengujian Pengaruh corporate governance terhadap volatilitas laba ketika

dimediasi oleh Manajemen akrual antara Perusahaan Hedged. Hasil Pengujian Effect size dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu lemah

(0.02), medium (0.15) dan besar (0.35) (kock,2013; Hair, 2013). Untuk melihat besarnya

Effect size dan tingkat signifikansi atas hubungan Kepemilikan manajemen, kepemilikan

institusional, komite audit independen dan kualitas audit terhadap volatilitas laba

dimediasi oleh Manajemen akrual

Untuk pengujian hipotesis H5 yaitu; manajemen akrual memediasi hubungan

Kepemilikan manajemen, Kepemilikan institusional, Komite Audit independen dan

Kualitas Audit. Hasil estimasi menunjukkan bahwa indirect and total effect pada

perusahaan hedged pengaruh Kepemilikan manajemen terhadap volatilitas laba tidak

dimediasi oleh manajemen akrual adalah 0,005; kepemilikan institusional terhadap

volatilitas laba tidak dimediasi oleh manajemen akrual sebesar 0.003; hubungan komite

audit independen dengan volatilitas laba merupakan mediasi parsial (lemah) oleh

manajemen akrual adalah 0.019 (0.02) dan hubungan kualitas audit dengan volatilitas

laba tidak dimediasi oleh manajemen akrual karena Variance Accounted Factor sebesar

0,033. Hasil ini tergolong mediasi tidak didukung dimana kepemilikan manajemen dan

institusional dan kualitas audit tidak ada mediasi untuk menurunkan volatilitas laba

karena kepemilikan manajemen dan institusional dapat secara langsung memitigasi

volatilitas laba dan kualitas audit terbukti langsung dan tidak langung tidak memitigasi

volatilitas laba.

Kualitas audit di Indonesia dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kualitas

informasi keuangan yang relevan dan reliabel dan memitigasi perilaku manajemen akrual

yang digunakan sebagai pengambilan keputusan investasi oleh investor dan calon

investor, pemberian kredit oleh kreditor, penetapan harga barang dan jasa oleh produsen

pada perusahaan hedged. Komite audit independen dimediasi secara parsial manajemen

akrual terhadap volatilitas laba. Karena komite audit independen punya peran penting dari

perspektif praktis sebagai alat monitoring eksternal dalam memitigasi volatilitas laba dan

kontrak efisien antara manajemen dan stakeholders lainnya untuk menurunkan perilaku

oportunistik manajemen, yang berarti masih ada pemediasi lain selain komite audit

independen untuk meningkatkan kontrak efisien dan menurunkan volatilitas laba.

Pada perusahaan Hedged; Pengaruh kepemilikan manajemen (P<.01 < 0.01),

kepemilikan institusi (P. 0.21 > 0.05), komite audit independen (P<.01 < 0.01) dan

kualitas audit (P. 0.28 > 0.05) terhadap volatilitas laba dan komite audit dimediasi oleh

manajemen akrual karena corporate governance secara lansung yang diproksi oleh

kepemilikan manajemen, dan komite audit independen menurunkan volatilitas laba dan

kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi dan kualitas audit secara lansung

mengurangi perilaku oportunistik manajemen akrual.

Page 88: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

77

BAB VI

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan pengujian dan pembahasan yang disajikan di bab-bab sebelumnya,

dapat disimpulkan beberapa temuan yang terkait dengan hipotesis penelitian,

antara lain:

1. Kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba, artinya

semakin besar kepemilikan manajemen memberikan pengaruh penurunan volatilitas

laba. Sebaliknya semakin kecil kepemilikan manajemen, maka memberikan pengaruh

menaikkan volatilitas laba. Hasil penelitian ini searah dengan perspektif kontrak

efisiensi (Teori Efisiensi) yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan

kontrak yang efisien dapat menjadikan kualitas laba yang tercermin dalam kualitas

informasi keuangan yang relevan dan reliable dan kualitas laba dapat digunakan

sebagai alat pengukuran kinerja yang efisien dan (Teori Agensi) yang menyatakan

bawah konflik antara manajemen dengan pemilik dapat dimitigasi dengan mekanisme

internal monitoring dengan kepemilikan manajemen.

2. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba. Artinya

Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan

oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga rendahnya volatilitas laba

perusahaan. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa kepemilikan institusional belum

efektif digunakan sebagai alat monitoring manajemen dan meningkatkan kepercayaan

investor institusi dalam berinvestasi.

3. Komite audit independen berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba. Artinya,

dengan melaksanakan fungsi dan tanggung jawab yang diembannya, diharapkan

komite audit independen dapat berperan untuk mengurangi perilaku oportunistik

(accrual manipulasi) yang dilakukan oleh para manajer dan mereduksi volatilitas

laba. Dengan demikian, kualitas corporate governance melalui komite audit

independen sebagai mekanisme internal menurunkan volatilitas laba.

4. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap volatilitas laba, artinya kualitas audit yang

cenderung mendorong kualitas mekanisme pengendalian internal karena tingginya

transaksi akrual belum berfungsi menurunkan volatilitas laba. Kualitas audit yang

digambarkan pada perusahaan sampel tidak memitigasi volatilitas laba atas operasi

perusahaan karena volatilitas laba cendrung dipengaruhi oleh makro ekonomi,

mekanisme pasar dan kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan. Hasil

pengujian ini menjawab pertanyaan penelitian yang pertama.

5. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen

akrual. Artinya kepemilkan manajemen tidak menurunkan manajemen akrual, Hasil

penelitian ini konsisten dengan prediksi (Teori Agensi) bahwa insentif untuk

Page 89: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

78

mengelola laba dengan kepemilikan saham manajerial lebih rendah dan belum dapat

digunakan sebagai mekanisme internal monitoring atas perilaku oportunistik

manajemen.

6. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen

akrual. Artinya bahwa semakin besar kepemilikan institusional (outsider ownership)

dapat menurunkan manajemen akrual dan peran kepemilikan institusional memitigasi

manajemen akrual dan berfungsi sebagai mekanisme eksternal monitoring.

7. Komite audit independen tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

manajemen akrual. Artinya komite audit independen belum dapat memitigasi perilaku

opportunistik manajemen. Komite audit independen belum berperan penting dalam

menghambat praktek manajemen akrual perusahaan.

8. Kualitas audit berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen akrual.

Artinya Kualitas audit pada penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

keuangan untuk menurunkan perilaku manajemen akrual dan belum berfungsi

sebagai alat untuk meningkatkan kualitas informasi keuangan.

9. Manajemen akrual berpengaruh terhadap volatilitas laba. Artinya hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku oportunistik manajemen akrual akan

dapat mereduksi volatilitas laba. Hasil pengujian ini menjawab pertanyaan penelitian

yang ketiga.

10. Perusahaan dengan kategori hedged; Kepemilikan manajemen merupakan

mekanisme internal monitoring memitigasi perilaku opportunis melalui manajemen

akrual dan menurunkan risiko/volatilitas laba, sedangkan kualitas audit sebagai

mekanisme internal memitigasi perilaku opportunis melalui manajemen akrual.

Kepemilikan Institusional merupakan mekanisme eksternal monitoring memitigasi

perilaku opportunistik melalui manajemen akrual dan komite audit independen

sebagai mekanisme eksternal berfungsi menurunkan risiko/volatilitas laba.

11. Manajemen akrual memediasi hubungan corporate governance yang diproksi Komite

audit independen dengan volatilitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa dengan komite

audit independen efektif dan kontrak yang efisien dengan pihak eksternal dapat

menurunkan risiko/volatilitas laba.

6.2 IMPLIKASI TEORITIS

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada bab-bab terdahulu, maka

hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi implikasi teroritis sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen, kepemilikan

institusional dan komite audit independen pada perusahaan hedged memberikan

pengaruh pada penurunan volatilitas laba, hal ini sesuai dengan teori akuntansi

Page 90: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

79

positif yang menyatakan bahwa manajer harus mengembangkan hubungan dengan

outsider dengan para investor.

b. Perusahaan hedged, variabel kepemilikan manajemen serta komite audit independen

memiliki peran sebagai alat monitoring perusahaan di mata pemangku kepentingan

dan sebagai mekanisme monitoring perilaku oportunistik manajer sehingga dapat

mengurangi manajemen akrual.

c. Hal ini dapat dijadikan dasar untuk memberikan tambahan pada teori agensi (agency

theory) karena adanya perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Adanya

teori akuntansi positif dan teori agensi ini yang menjadi dasar dalam mengatur

hubungan dalam bentuk kontrak efisien antara agen dan principal sehingga tidak

terjadi pemaksimalan kepentingan pada salah satu pihak dan dapat mengendalikan

risiko/volatilitas laba perusahaan.

d. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa perbedaan kepentingan yang harus

diatur tidak hanya dengan shareholder namun bagaimana memasukkan kepentingan

stakeholder dalam strategi perusahaan. Inti dari teori akuntansi positif dan teori

agensi adalah bagaimana mengatasi perbedaan kepentingan antara agen dan

principal, dimana tidak lagi terjadi pemaksimalan masing-masing pihak.

6.3 IMPLIKASI KEBIJAKAN

Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi kepada pihak manajemen

perusahaan, investor maupun calon investor dan juga pihak pemerintah. Implikasi ini

sangat penting karena untuk dapat mengatasi polemik antara kalangan pelaku usaha dan

pemerintah tentang perlunya mandatory dan payung hukum tentang aktivitas hedging

keuangan. Pasar modal Indonesia semakin berkembang dan tetap menjadi daya tarik bagi

para investor baik investor lokal maupun investor internasional sehingga dapat

meningkatkan iklim investasi di Indonesia.

6.3.1 Implikasi Kebijakan bagi Perusahaan Implikasi bagi perusahaan hedged, variable kepemilikan institusional menurunkan

perilaku opportunistik manajemen akrual dan tidak menurunkan risiko/volatilitas laba,

karena kepemilikan institusi masih fokus sebagai alat monitoring perilaku opprtunistik

manajemen akrual. Komite audit independen dapat mengatasi risiko/volatilitas laba dan

meningkatkan kontrak efisien serta tidak memitigasi perilaku opportunistik manajemen

karena komite audit independen belum berfungsi secara efisien menurunkan manajemen

akrual. Kualitas audit dapat memitigasi perilaku opportunistik manajemen akrual tidak

menurunkan risiko/volatilitas laba perusahaan, karena manajemen masih fokus pada

persistensi peningkatan kinerja keuangan untuk tujuan kemamkmuran pemilik dan

kesejahteraan manajemen, seperti; bonus yang tinggi, penghindaran pajak dan biaya

Page 91: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

80

politik.

6.3.2 Implikasi Kebijakan bagi Investor

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Aktivitas hedging dan corporate

governance mereduksi manajemen akrual yang menurunkan risiko/volatilitas laba..

Perusahaan melaksanakan hedging keuangan merupakan alat monitoring untuk

mengurangi prilaku opportunistik maanajemen akrual dan meningkatkan kontrak yang

efisien serta mereduksi risiko/volatilitas laba perusahaan dan sebagai sarana dalam

meraih keuntungan (profit centre). Hal ini dapat dijadikan acuan bagi investor untuk

mempertimbangkan perusahaan yang melaksanakan aktivitas hedging dan corporate

governance yang diproksi dalam kepemilikan manajemen dan komite audit independen

sebagai bagian yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi, karena

perusahaan yang menerapkan hedging berarti memitigasi volatilitas laba perusahaan.

6.3.3 Implikasi Kebijakan bagi Pemerintah

Implementasi hasil kebijakan adalah berkenaan dengan besaran biaya yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan, misalkan BUMN enggan melakukan hedging karena

khawatir dinilai merugikan negara. Oleh karena itu, kementerian BUMN menerbitkan

Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-09/MBU/2013 tentang transaksi Lindung Nilai

yang dilansir 23 September 2013. PBI Nomor 15/8/PBI/2013, payung hukum bagi

BUMN untuk melakukan heging telah mencukupi.

Implikasi kebijakan bagi pihak perusahaan adalah bahwa perusahaan perlu

melaksanakan aktivitas hedging keuangan sebagai salah satu strategi perusahaan, karena

dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas hedging dan corporate governance

dapat menjadi mekanisme monitoring yang dapat mereduksi manjemen akrual yang pada

akhirnya dapat menurunkan volatilitas laba perusahaan. Sehingga dengan temuan ini

diharapkan perusahaan dapat merubah paradigma bahwa aktivitas hedging keuangan

hanya merupakan beban yang dapat mengurangi laba perusahaan, akan tetapi sebagai alat

monitoring untuk mengurangi prilaku opportunistik dan sarana kontrak efisien untuk

mengendalikan risiko/volatilitas laba.

Perusahaan dapat menggunakan acuan pelaksanaan hedging keuangan misalnya

dengan menerapkan lindung nilai sesuai dengan PSAK 55 dan FAS 39 yang wajib, yaitu

yang mengatur mengenai pelaksanaan aktivitas hedging dan akuntansi derivatif

keuangan. Dengan menggunakan acuan tersebut maka perusahaan memiliki standardisasi

kelayakan pewrusahaan hedgers, sehingga pelaksanaan aktivitas hedging dapat menjadi

keunggulan kompetitif perusahaan yang dapat memberikan implikasi positif pada

penurunan risiko/volatilitas laba perusahaan.

Page 92: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

81

6.4 KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini belum mampu secara lengkap memberikan jawaban atas

permasalahan-permasalahan yang muncul berkaitan dengan fenomena yang terjadi

berkaitan dengan determinan volatilitas laba dimediasi oleh manajemen akrual pada

perusahaan hedgers dan unhedgers di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini masih

memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai peluang bagi kajian

penelitian selanjutnya.

Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah data penelitian yaitu pada jumlah

sampel yang menggunakan perusahaan hedgers belum teridentifikasi sesuai dengan

karakteristik perusahaan keuangan dan non keuangan dari periode pengamatan 2013 -

2017, hanya sekitar kurang lebih 5 % perusahaan yang go publik yang melaksanakan

aktivitas hedging di Indonesia.

Keterbatasan berikutnya adalah pada proksi pengukur variabel yaitu yang hanya

menggunakan satu proksi pengukuran. Contohnya pada variabel manajemen akrual dalam

penelitian ini menggunakan proksi model jones (1991) dan modifikasi Decow (1995).

Pengukuran variable volatilitas laba menggunakan standar deviasi dari laba operasional.

Beberapa pengukuran lain seperti volatilitas saham harian dan lain-lain. Variabel kualitas

audit menggunakan akrual lancar dan beberapa pengukuran lainnya seperti; earning

surprise benchmark, spesialisasi industri dan karakteristik kualitas audit lainnya, seperti

fairness dan informativeness Sehingga dengan banyaknya proksi pengukuran perlu

dilakukan robust test untuk melihat konsistensi hasil penelitian apabila variabel

menggunakan proksi yang lain.

Keterbatasan lain adalah dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien determinasi

yang masih cukup rendah untuk tiap pengujian hipotesis yaitu berada pada kisaran

dibawah 10%. Ini menggambarkan variabel exogen memberikan pengaruh yang rendah

terhadap variabel endogen. Oleh karena itu perlu dicari variasi model empiris penelitian

yang menggunakan proksi lain sehingga dapat memberikan hasil analisis penelitian yang

lebih akurat.

6.5 AGENDA PENELITIAN MENDATANG

Karena banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini maka untuk mengatasinya

agenda penelitian mendatang (future research) diperlukan perbaikan dalam beberapa hal,

yaitu :

a. Perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan beberapa proksi dalam model untuk

mengukur suatu variable utama, sehingga hasil dari pengujian hipotesis menjadi

akurat dan robust.

b. Periode penelitian yang lebih diperpanjang sehingga dapat memberikan gambaran

kondisi perusahaan, dimana semakin panjang periode penelitian dapat dilihat apakah

terjadi perubahan hasil hipotesis karena periode tertentu.

Page 93: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

82

c. Aktivitas hedging keuangan yang dapat menjadi penelitian ini ditemukan hasil

bahwa aktivitas hedging diasumsikan merupakan komplementer pada perusahaan

unhedgers dan subsitusi bagi perusahaan hedgers. Aktivitas hedging sebagai

mekanisme monitoring, dimungkinkan pada penelitian mendatang aktivitas hedging

keuangan dan hedging operasional digunakan sebagai variabel exogen dan

moderator yang dapat mereduksi manajemen akrual dan menurunkan volatilitas laba,

sehingga dengan memposisikan keduanya sebagai variabel exogen dan moderator

akan diperoleh hasil yang mana pengekang perilaku oportunistik manager dan

kontrak efisien untuk menurunkan risiko/volatilitas laba.

d. Pengukuran variabel kualitas audit pada penelitian ini dengan akrual lancar dan

diharapkan pada penelitian mendatang menggunakan pengukuran lain, seperti; big6

dan non big6, earning surprise benchmark, spesialisasi industri dan karakteristik

kualitas audit lainnya, seperti fairness dan informativeness untuk mereduksi prilaku

opportunistik manajemen dan meningkatkan kontrak efisien.

e. Diharapkan pada penelitian mendatang memakai variable pemediasi dan selain

manajemen akrual, seperti; Kualitas laba akuntansi, regulasi hedging keuangan dan

operasional untuk mengatasi risiko/volatilitas laba.

Page 94: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

83

Daftar Pustaka

Abumustafa, N. I., dan S. T. Al-Abduljader. 2011. Investigating the implications

of derivative securities in emerging stock markets: The Islamic

perspective. Journal of Derivatives & Hedge Funds 17 (2):115-121.

Allayannis, G., dan J. P. Weston. 2006. Earnings volatility, cashflow volatility,

and rm value. University of Virginia and Rice University working paper.

Amir, E., Y. Guan, dan D. Oswald. 2010. The effect of pension accounting on

corporate pension asset allocation. Review of accounting studies 15

(2):345-366.

Asrida, P. D. 2011. Pengaruh Keberadaan Komite Audit pada Hubungan Positif

Risiko Perusahaan dengan Konservatisma Akuntansi.

Baker, T. A., D. L. Collins, dan A. L. Reitenga. 2009. Incentives and

Opportunities to Manage Earnings around Option Grants*. Contemporary

Accounting Research 26 (3):649-672.

Balsam, S., E. Bartov, dan C. Marquardt. 2002. Accruals management, investor

sophistication, and equity valuation: Evidence from 10–Q filings. Journal

of Accounting Research 40 (4):987-1012.

Barclay, M. J., C. G. Holderness, dan J. Pontiff. 1993. Private benefits from block

ownership and discounts on closed-end funds. Journal of Financial

Economics 33 (3):263-291.

Barney, J. B., dan M. H. Hansen. 1994. Trustworthiness as a source of

competitive advantage. Strategic Management Journal 15 (S1):175-190.

Barnhart, S. W., dan S. Rosenstein. 1998. Board Composition, Managerial

Ownership and Firm Performance: An Empirical Analysis, 33 FIN. REV.

I.

Baron, R. M., dan D. A. Kenny. 1986. The moderator–mediator variable

distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and

Page 95: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

84

statistical considerations. Journal of personality and social psychology 51

(6):1173.

Barragato, C., dan A. Markelevich. 2003. Earnings Quality Following Corporate

Acquisitions. Paper read at American Accounting Association 2004 Mid

Atlantic Region Annual Meeting.

Barth, M. E., W. R. Landsman, dan M. H. Lang. 2008. International accounting

standards and accounting quality. Journal of Accounting Research 46

(3):467-498.

Barton, J. 2001. Does the use of financial derivatives affect earnings management

decisions? The Accounting Review 76 (1):1-26.

Bartram, S. M., G. W. Brown, dan J. Conrad. 2011. The effects of derivatives on

firm risk and value. Journal of Financial and Quantitative Analysis 46

(04):967-999.

Bartram, S. M., S. J. Taylor, dan Y.-H. Wang. 2007. The Euro and European

financial market dependence. Journal of banking & Finance 31 (5):1461-

1481.

Baskoro, M. P., dan R. Wardhani. 2014. Analisis Pengaruh Volatilitas Laba Dan

Manajemen Laba Riil Dan Akrual Terhadap Kebijakan Investasi.

Beasley, M., D. Pagach, dan R. Warr. 2008. Information conveyed in hiring

announcements of senior executives overseeing enterprise-wide risk

management processes. Journal of Accounting, Auditing & Finance 23

(3):311-332.

Beaver, W., dan M. Venkatachalam. 2003. Differential pricing of components of

bank loan fair values. Journal of Accounting, Auditing & Finance 18

(1):41-68.

Becker, C. L. D., Mark L Jiambalvo, James Subramanyam, KR. 1998. The effect

of audit quality on earnings management. INTERNATIONAL REVIEWS

OF IMMUNOLOGY 16:1-24.

Page 96: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

85

Bedard, J., S. M. Chtourou, dan L. Courteau. 2004. The effect of audit committee

expertise, independence, and activity on aggressive earnings management.

Auditing: A Journal of Practice & Theory 23 (2):13-35.

Bergstresser, D., dan T. Philippon. 2006. CEO incentives and earnings

management. Journal of Financial Economics 80 (3):511-529.

Black, H. R., W. J. Elliott, G. Grandits, P. Grambsch, T. Lucente, W. B. White, J.

D. Neaton, R. H. Grimm Jr, L. Hansson, dan Y. Lacourcière. 2003.

Principal results of the controlled onset verapamil investigation of

cardiovascular end points (CONVINCE) trial. Jama 289 (16):2073-2082.

Boediono, G. S. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis

Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII:172-189.

Brailsford, T., K. Corrigan, dan R. Heaney. 2001. A comparison of measures of

hedging effectiveness: a case study using the Australian All Ordinaries

Share Price Index Futures contract. Journal of Multinational Financial

Management 11 (4):465-481.

Bushee, B. J. 1998. The influence of institutional investors on myopic R&D

investment behavior. Accounting Review:305-333.

Bushee, B. J., dan C. F. Noe. 2000. Corporate disclosure practices, institutional

investors, and stock return volatility. Journal of Accounting Research:171-

202.

Campbell, T. S., dan W. A. Kracaw. 1991. Intermediation and the market for

interest rate swaps. Journal of Financial Intermediation 1 (4):362-384.

Chang, C.-Y., J.-Y. Lai, dan I.-Y. Chuang. 2010. Futures hedging effectiveness

under the segmentation of bear/bull energy markets. Energy Economics 32

(2):442-449.

Page 97: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

86

Chariri, A., dan S. K. S. Hendro. 2010. Menguji Kualitas Standar Akuntansi Hasil

Adopsi IFRS: Studi Empiris pada PSAK No. 55 (Revisi 2006). Simposium

Nasional Akuntansi.

Ching, K. M., M. Firth, dan O. M. Rui. 2006. Earnings management, corporate

governance and the market performance of seasoned equity offerings in

Hong Kong. Journal of Contemporary Accounting & Economics 2 (1):73-

98.

Chowdhry, B. 1995. Corporate hedging of exchange risk when foreign currency

cash flow is uncertain. Management Science 41 (6):1083-1090.

Chung, R., M. Firth, dan J.-B. Kim. 2002. Institutional monitoring and

opportunistic earnings management. Journal of corporate finance 8

(1):29-48.

Cornett, M. M., J. J. McNutt, dan H. Tehranian. 2009. Corporate governance and

earnings management at large US bank holding companies. Journal of

corporate finance 15 (4):412-430.

COSO’s, E. 2004. Enterprise Risk Management.

Damodaran, A. 2007. Strategic risk taking: a framework for risk management:

Pearson Prentice Hall.

Darmawati, D. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi

Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 5 (1):47-68.

Daryatno, A. 2004. Pengaruh Corporate Governance pada Nilai Perusahaan

dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening. Simposium

Nasional Akuntansi VII Denpasar Bali:2-3.

Davidson, W. N., P. Jiraporn, Y. S. Kim, dan C. Nemec. 2004. Earnings

management following duality-creating successions: Ethnostatistics,

impression management, and agency theory. Academy of Management

journal 47 (2):267-275.

Page 98: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

87

DeAngelo, L. E. 1986. Accounting numbers as market valuation substitutes: A

study of management buyouts of public stockholders. Accounting

Review:400-420.

Dechow, P. M., A. P. Hutton, J. H. Kim, dan R. G. Sloan. 2011. Detecting

Earnings Management: A New Approach.

Dechow, P. M., R. G. Sloan, dan A. P. Sweeney. 1995. Detecting earnings

management. Accounting Review:193-225.

———. 1996. Causes and consequences of earnings manipulation: An analysis of

firms subject to enforcement actions by the sec*. Contemporary

Accounting Research 13 (1):1-36.

DeMarzo, P. M., dan D. Duffie. 1995. Corporate incentives for hedging and hedge

accounting. Review of Financial Studies 8 (3):743-771.

Demsetz, H., dan B. Villalonga. 2001. Ownership structure and corporate

performance. Journal of corporate finance 7 (3):209-233.

Djakman, C. D. 2003. Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi Papan

Bursa Efek Jakarta. Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional

Akuntansi VI di Surabaya:16-17.

Dubois, É., P. Heymans, N. Mayer, dan R. Matulevičius. 2010. A systematic

approach to define the domain of information system security risk

management. In Intentional Perspectives on Information Systems

Engineering: Springer, 289-306.

Dul Muid, D. M. N., Catur. 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Reaksi

Pasar dan Risiko Investasi Pada perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta.

Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAA) 1 (Nomor 1):139-161.

Dye, R. A. 1988. Earnings management in an overlapping generations model.

Journal of Accounting Research:195-235.

Page 99: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

88

Easterbrook, F. H. 1984. Two agency-cost explanations of dividends. The

American Economic Review:650-659.

Ebrahim, A. 2007. Earnings management and board activity: an additional

evidence. Review of Accounting and Finance 6 (1):42-58.

Egelhoff, W. G., J. Wolf, dan M. Adzic. 2013. Designing Matrix Structures to Fit

MNC Strategy. Global Strategy Journal 3 (3):205-226.

Epps, R. W., dan T. H. Ismail. 2009. Board of directors' governance challenges

and earnings management. Journal of Accounting & Organizational

Change 5 (3):390-416.

Farber, D. B. 2005. Restoring trust after fraud: Does corporate governance

matter? The Accounting Review 80 (2):539-561.

Farida, Y. N., Y. Prasetyo, dan E. Herwiyanti. 2010. Pengaruh Penerapan

Corporate Governance terhadap Timbulnya Earnings Management dalam

Menilai Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi 12 (2):69-80.

Farrell, M. J. 1957. The measurement of productive efficiency. Journal of the

Royal Statistical Society. Series A (General):253-290.

Feng, M., M. Terziovski, dan D. Samson. 2007. Relationship of ISO 9001: 2000

quality system certification with operational and business performance: A

survey in Australia and New Zealand-based manufacturing and service

companies. Journal of Manufacturing Technology Management 19 (1):22-

37.

Ferreira, M. A., dan P. A. Laux. 2007. Corporate governance, idiosyncratic risk,

and information flow. The Journal Of Finance 62 (2):951-989.

Fields, T. D., T. Z. Lys, dan L. Vincent. 2001. Empirical research on accounting

choice. Journal of accounting and economics 31 (1):255-307.

Page 100: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

89

Firdaus, Y. 2008. Mekanisme corporate governance untuk mengantisipasi

terjadinya manajemen laba, Widya Mandala Catholic University Surabaya.

Fischer, M., dan K. Rosenzweig. 1995. Attitudes of students and accounting

practitioners concerning the ethical acceptability of earnings management.

Journal of Business Ethics 14 (6):433-444.

Fitri, I., dan M. M. Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institutional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen: Analisis

Persamaan Simultan. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Fraser, J., dan B. Simkins. 2009. Enterprise risk management: Today's leading

research and best practices for tomorrow's executives. Vol. 3: John Wiley

& Sons.

Frestad, D. 2009. Why most firms choose linear hedging strategies. Journal of

Financial Research 32 (2):157-167.

Froot, K. A. 1993. Currency hedging over long horizons: National Bureau of

Economic Research.

Froot, K. A., dan J. C. Stein. 1998. Risk management, capital budgeting, and

capital structure policy for financial institutions: an integrated approach.

Journal of Financial Economics 47 (1):55-82.

Fudenberg, D., dan J. Tirole. 1995. A theory of income and dividend smoothing

based on incumbency rents. Journal of Political economy:75-93.

Gadmor, S. M. 2006. Hedging with derivatives in the oil industry, Simon Fraser

University.

Garcia, P., J.-S. Roh, dan R. M. Leuthold. 1995. Simultaneously determined,

time-varying hedge ratios in the soybean complex. Applied Economics 27

(12):1127-1134.

Page 101: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

90

Garfinkel, J. A., dan K. W. Hankins. 2011. The role of risk management in

mergers and merger waves. Journal of Financial Economics 101 (3):515-

532.

Ghozali, I. 2014. An Efficiency Determinant of Banking Industry in Indonesia.

Research Journal of Finance and Accounting 5 (3):18-26.

Ghozali, I., dan H. Latan. 2012. Partial Least Square Konsep, Teknik, Dan

Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Badan Penerbit

UNDIP, Semarang.

Glaum, M., dan A. Klöcker. 2011. Hedge accounting and its influence on

financial hedging: when the tail wags the dog. Accounting and Business

Research 41 (5):459-489.

Graham, J. R., dan D. A. Rogers. 2002. Do firms hedge in response to tax

incentives? The Journal Of Finance 57 (2):815-839.

Guay, W., dan S. P. Kothari. 2003. How much do firms hedge with derivatives?

Journal of Financial Economics 70 (3):423-461.

Guay, W. R. 1999. The impact of derivatives on firm risk: An empirical

examination of new derivative users. Journal of accounting and economics

26 (1):319-351.

Gumanti, T. A. 2004. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal

Akuntansi Dan Keuangan 2 (2):pp. 104-115.

Hankins, K. W. 2011. How do financial firms manage risk? Unraveling the

interaction of financial and operational hedging. Management Science 57

(12):2197-2212.

Hardianto, E. B. 2013. Pengaruh Risiko Manipulasi Laba, Risiko Corporate

Governance Dan Risiko Auditor Tenure Terhadap Perencanaan Audit

(Studi Empiris Pada Akuntan Publik Di Kap Se-Jawa Timur).

Page 102: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

91

Hazarika, S., J. M. Karpoff, dan R. Nahata. 2012. Internal corporate governance,

CEO turnover, and earnings management. Journal of Financial Economics

104 (1):44-69.

Healy, P. 1996. Discussion of a market-based evaluation of discretionary accrual

models. Journal of Accounting Research:107-115.

Healy, P. M., dan K. G. Palepu. 1990. Effectiveness of accounting-based dividend

covenants. Journal of accounting and economics 12 (1):97-123.

Healy, P. M., dan J. M. Wahlen. 1999. A review of the earnings management

literature and its implications for standard setting. Accounting Horizons 13

(4):365-383.

Hentschel, L., dan S. P. Kothari. 2001. Are corporations reducing or taking risks

with derivatives? Journal of Financial and Quantitative Analysis 36

(01):93-118.

Herawati, Y. 2002. Perbandingan penerapan PSAK No. 39 dan peraturan

perpajakan untuk aktiva yang dibiayai secara build, operate and transfer

(BOT), Petra Christian University.

Herusetya, A. 2011. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit

Eksternal Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat

Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia 13 (2).

Hoitash, R., A. Markelevich, dan C. A. Barragato. 2007. Auditor fees and audit

quality. Managerial Auditing Journal 22 (8):761-786.

Hoyt, R. E., dan A. P. Liebenberg. 2011. The value of enterprise risk

management. Journal of Risk and Insurance 78 (4):795-822.

Hunt, A., S. Moyer, dan T. Shevlin. 2000. Earnings volatility, earnings

management, and equity value. Unpublished working paper. University of

Washington.

IAI. 2012. Standar Akuntansi Keuangan: Per 1 Juni 2012.

Page 103: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

92

Iatridis, G. 2012. Hedging and earnings management in the light of IFRS

implementation: Evidence from the UK stock market. The British

Accounting Review 44 (1):21-35.

Indriyani, E. 2015. Analisis Penerapan PSAK 50/55/60 (Revisi 2011) Atas

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Piutang Pada Perusahaan Perbankan

Milik Negara Tahun 2012-2013. Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie 3 (02).

Intrisano, C. 2012. How Firm Can Hedge from Currency Risk. China-USA

Business Review 11 (9):1295-1306.

Ismal, R. 2006. Indonesian bond market: redemption in August–December 2005.

Bulletin of Economy, Monetary and Banking 9.

Jayaraman, S. 2008. Earnings volatility, cash flow volatility, and informed

trading. Journal of Accounting Research 46 (4):809-851.

Jensen, M. C. 1986. Agency cost of free cash flow, corporate finance, and

takeovers. Corporate Finance, and Takeovers. American Economic

Review 76 (2).

Jensen, M. C. 2005. Agency Costs Of Overvalued Equity. In Center For Publ Ic

Leadership. Amerika Serikat.

Jensen, M. C., dan W. H. Meckling. 1976. Theory Of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs And Ownership Structure. Journal of Financial

Economics 3 (4):305-360.

Jensen, M. C., dan W. H. Meckling. 1992. Specific and general knowledge and

organizational structure.

———. 1999. Freedom, Capitalism and Human Behavior Chapter 4: Capitalism.

Harvard Business School NOM Unit Working Paper (1999).

Jiang, W., dan A. Anandarajan. 2009. Shareholder rights, corporate governance

and earnings quality: The influence of institutional investors. Managerial

Auditing Journal 24 (8):767-791.

Page 104: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

93

Jin, Y., dan P. Jorion. 2007. Does hedging increase firm value? Evidence from the

gold mining industry. In Working Paper, California State University-

Northridge and University of California-Irvine.

Jones, J. J. 1991. Earnings management during import relief investigations.

Journal of Accounting Research:193-228.

Kamily, M. H. 2013. Dampak Laba Akuntansi Terhadap Pembagian Dividen Kas

Pada Perusahaan Perkebunan Yang Telah Go Public Di Bursa Efek

Indonesia.

Keroshinta, R., dan P. Suwardjono. 2013. Pengaruh Penilaian Kinerja Keuangan

Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Likuiditas Saham Sebagai Variabel

Pemoderasi, Universitas Gadjah Mada.

Kirschenheiter, M., dan N. D. Melumad. 2002. Can “Big Bath” and Earnings

Smoothing Co‐exist as Equilibrium Financial Reporting Strategies?

Journal of Accounting Research 40 (3):761-796.

Klein, A. 2002. Audit committee, board of director characteristics, and earnings

management. Journal of accounting and economics 33 (3):375-400.

Köck, M., dan A. Paramythis. 2011. Activity sequence modelling and dynamic

clustering for personalized e-learning. User Modeling and User-Adapted

Interaction 21 (1-2):51-97.

Koh, P.-S. 2007. Institutional investor type, earnings management and benchmark

beaters. Journal of Accounting and Public Policy 26 (3):267-299.

Koh, P.-S., dan G. C. Hsu. 2005. Does the presence of institutional investors

influence accruals management? Evidence from Australia. Corporate

Governance: An International Review 13 (6):809-823.

Kole, S. R. 1995. Measuring managerial equity ownership: a comparison of

sources of ownership data. Journal of corporate finance 1 (3):413-435.

Page 105: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

94

Kuang, Y. F. 2008. Performance‐vested Stock Options and Earnings

Management*. Journal of Business Finance & Accounting 35

(9‐10):1049-1078.

Kuersten, W., dan R. Linde. 2011. Corporate hedging versus risk-shifting in

financially constrained firms: The time-horizon matters! Journal of

corporate finance 17 (3):502-525.

Kulatilaka, N., dan A. J. Marcus. 1994. Valuing employee stock options.

Financial Analysts Journal 50 (6):46-56.

Kumbhakar, S. C., dan C. K. Lovell. 2003. Stochastic frontier analysis:

Cambridge University Press.

Lambert, R. A. 2001. Contracting theory and accounting. Journal of accounting

and economics 32 (1):3-87.

Lang, M. H., dan M. F. McNichols. 1997. Institutional trading and corporate

earnings and returns.

Latan, H., dan I. Ghozali. 2012. Partial Least Square Konsep, Metode dan

Aplikasi Menggunakan Program WarpPLS 2.0. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro. Semarang.

Lee, S. W. 2008. Ownership structure, regulation, and bank risk-taking: evidence

from Korean banking industry. Investment Management and Financial

Innovations 5:70-74.

Leland, H. E. 1998. Agency Costs, Risk Management, and Capital Structure

(Digest Summary). Journal of finance 53 (4):1213-1243.

———. 2007. Comments on “Hedging errors with Leland's option model in the

presence of transactions costs”. Finance Research Letters 4 (3):200-202.

Liang, P. J. 2004. Equilibrium earnings management, incentive contracts, and

accounting standards*. Contemporary Accounting Research 21 (3):685-

718.

Page 106: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

95

Lin, J. W., dan M. I. Hwang. 2010. Audit quality, corporate governance, and

earnings management: A meta‐analysis. International Journal of Auditing

14 (1):57-77.

Ludigdo, U. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah

Studi Interpretif. SNA IX Padang:23-28.

Lupitasari, D. M., Marsono. 2013. Pengaruh Diversifikasi Operasional Dan

Diversifikasi Geografis Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada

Perusahaan Pertambangan Dan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2010-2011), Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Lynch, A. L., U. S. Murthy, dan T. J. Engle. 2009. Fraud Brainstorming Using

Computer-Mediated Communication: The Effects Of Brainstorming

Technique And Facilitation The Accounting Review 84 (4):1209-1232.

Magrath, L., dan L. G. Weld. 2002. Abusive earnings management and early

warning signs. CPA JOURNAL 72 (8):50-54.

Manry, D. L., T. J. Mock, dan J. L. Turner. 2008. Does increased audit partner

tenure reduce audit quality? Journal of Accounting, Auditing & Finance

23 (4):553-572.

McConnell, J. J., dan H. Servaes. 1995. Equity ownership and the two faces of

debt. Journal of Financial Economics 39 (1):131-157.

McKenzie, M. D., T. J. Brailsford, dan R. W. Faff. 2000. New insights into the

impact of the introduction of futures trading on stock price volatility: CFA

Institute.

McShane, M. K., A. Nair, dan E. Rustambekov. 2011. Does enterprise risk

management increase firm value? Journal of Accounting, Auditing &

Finance 26 (4):641-658.

Merrick, J. J., N. Y. Naik, dan P. K. Yadav. 2005. Strategic trading behavior and

price distortion in a manipulated market: anatomy of a squeeze. Journal of

Financial Economics 77 (1):171-218.

Page 107: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

96

Mian, S. L. 1996. Evidence on corporate hedging policy. Journal of Financial and

Quantitative Analysis 31 (3).

Midiastuty, P. P., dan M. u. Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme

Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba: Simposium

Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya.

Morck, R., D. Wolfenzon, dan B. Yeung. 2004. Corporate governance, economic

entrenchment and growth: National Bureau of Economic Research.

Muid, D., dan C. Nanang. 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Reaksi

Pasar dan Risiko Investasi Pada perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta.

Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAA) 1 (Nomor 1):139-161.

Mulyaningsih, M. 2013. Analisis Mekanisme Corporate Governance Dan

Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar Pada Jakarta

Islamic Index, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muth, M. M., dan L. Donaldson. 1998. Stewardship theory and board structure: A

contingency approach. Corporate governance 6 (1):5-28.

Myers, J. N., L. A. Myers, dan T. C. Omer. 2003. Exploring the term of the

auditor-client relationship and the quality of earnings: A case for

mandatory auditor rotation? The Accounting Review 78 (3):779-799.

Myers, S. C., dan N. S. Majluf. 1984. Corporate financing and investment

decisions when firms have information that investors do not have. Journal

of Financial Economics 13 (2):187-221.

Nagata, K. 2013. Does earnings management lead to favorable IPO price

formation or further underpricing? Evidence from Japan. Journal of

Multinational Financial Management 23 (4):301-313.

Nance, D. R., C. W. Smith Jr, dan C. W. Smithson. 1993. On the determinants of

corporate hedging. Journal of finance:267-284.

Page 108: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

97

Nguyen, H., dan R. Faff. 2010. Are firms hedging or speculating? The

relationship between financial derivatives and firm risk. Applied Financial

Economics 20 (10):827-843.

Nguyen, H., R. Faff, dan A. Hodgson. 2010. Corporate usage of financial

derivatives, information asymmetry, and insider trading. Journal of futures

markets 30 (1):25-47.

Nguyena, H., dan R. Faff. 2010. Are Firms Hedging Or Speculating? The

Relationship Between Financial Derivatives And Firm Risk. Applied

Financial Economics 20:827–843.

Ningsaptiti, R. H., Tahrir. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan

Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi

Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2006-

2008), Perpustakaan FE UNDIP.

Nocco, B. W., dan R. M. Stulz. 2006. Enterprise risk management: theory and

practice. Journal of Applied Corporate Finance 18 (4):8-20.

Novita, D. I., P. Boolchand, M. Malki, dan M. Micoulaut. 2009. Elastic flexibility,

fast-ion conduction, boson and floppy modes in AgPO3–AgI glasses.

Journal of Physics: Condensed Matter 21 (20):205106.

Nuringsih, K. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang dan Kepemilikan

Institusional Terhadap Kepemilikan Manajerial dan Pengaruhnya

Terhadap Risiko. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 12 (1):17-28.

Nuryaman, N., R. Rusmin, dan J. N. Ginting. 2012. Pengaruh Struktur

Kepemilikan dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal

Akuntansi FE Untar 14 (2).

Ofek, E., dan D. Yermack. 2000. Taking stock: Equity‐based compensation and

the evolution of managerial ownership. The Journal Of Finance 55

(3):1367-1384.

Page 109: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

98

Oktafia, Y. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen

Laba. EL-MUHASABA.

Oktavia, O. 2011. Peralataan Laba dan Kaitannya dengan Nilai Perusahaan.

Akuntansi Krida Wacana 11 (2).

Osma, B. G., dan B. G. d. A. Noguer. 2007. The effect of the board composition

and its monitoring committees on earnings management: Evidence from

Spain. Corporate Governance: An International Review 15 (6):1413-1428.

Palea, V., dan R. Maino. 2013. Private equity fair value measurement: a critical

perspective on IFRS 13. Australian Accounting Review 23 (3):264-278.

Peasnell, K. V., P. Pope, dan S. Young. 2000. Accrual management to meet

earnings targets: UK evidence pre-and post-Cadbury. The British

Accounting Review 32 (4):415-445.

Peasnell, K. V., P. F. Pope, dan S. Young. 2005. Board monitoring and earnings

management: do outside directors influence abnormal accruals? Journal of

Business Finance & Accounting 32 (7‐8):1311-1346.

Phung, A. 2014. Behavioral Finance: Key Concepts—Mental Accounting.

Investopedia. com, available at www. investopedia.

com/university/behavioral_finance/behavioral5. asp.

Pillania, R. K., dan M. Aluchna. 2009. Does good corporate governance matter?

Best practice in Poland. Management Research News 32 (2):185-198.

Pincus, M., dan S. Rajgopal. 2002a. The Interaction Between Accrual

Management And Hedging: Evidence From Oil And Gas Firms. The

Accounting Review 77 (1):127–160.

———. 2002b. The interaction between accrual management and hedging:

Evidence from oil and gas firms. The Accounting Review 77 (1):127-160.

Piot, C., dan R. Janin. 2007. External auditors, audit committees and earnings

management in France. European accounting review 16 (2):429-454.

Page 110: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

99

Pollet, J. M., dan M. Wilson. 2010. Average correlation and stock market returns.

Journal of Financial Economics 96 (3):364-380.

Potter, J. 1995. The Role of the Institutional Shareholders’ Committee. Corporate

Governance & Corporate Control:283.

Pujilestari, R., dan A. Herusetya. 2013. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap

Manajemen Laba Transaksi Real-Pengakuan Pendapatan Strategis. Jurnal

Akuntansi Dan Keuangan 15 (2):75-85.

Rachmawati, A., dan H. Triatmoko. 2007. Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas laba dan nilai perusahaan. Simposium Nasional

Akuntansi X:1-26.

Rajgopal, S., M. Venkatachalam, dan J. J. Jiambalvo. 1999. Is institutional

ownership associated with earnings management and the extent to which

stock prices reflect future earnings? Available at SSRN 163433.

Ross, S. A. 1997. Hedging long run commitments: Exercises in incomplete

market pricing. ECONOMIC NOTES-SIENA-:385-420.

Rountree, B., J. P. Weston, dan G. Allayannis. 2008. Do investors value smooth

performance? Journal of Financial Economics 90 (3):237-251.

Rustiarini. 2013. Komite Audit Dan Kualitas Audit : Kajian Berdasarkan

Karakteristik, Kompetensi Aktivitas Komite Audit: Research Internal

Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Sabbaghi, O. 2011. Asymmetric volatility and trading volume: The G5 evidence.

Global Finance Journal 22 (2):169-181.

Schipper, K., dan L. Vincent. 2003. Earnings quality. Accounting Horizons 17:97.

Schizer, D. M. 2000. Executives and hedging: The fragile legal foundation of

incentive compatibility. Columbia Law Review:440-504.

Page 111: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

100

Schrand, C., dan H. Unal. 1998. Hedging and coordinated risk management:

Evidence from thrift conversions. The Journal Of Finance 53 (3):979-

1013.

Schroeder, R. G., M. W. Clark, dan J. M. Cathey. 2011. Financial accounting

theory and analysis: text and cases: John Wiley and Sons.

Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Theory. 5th ed: Prentice Hall, NJ.

Scott, W. R. 2014. Financial accounting theory: Pearson Education Canada.

Setia-Atmaja, L., J. Haman, dan G. Tanewski. 2011. The role of board

independence in mitigating agency problem II in Australian family firms.

The British Accounting Review 43 (3):230-246.

Shleifer, A., dan R. W. Vishny. 1989. Management entrenchment: The case of

manager-specific investments. Journal of Financial Economics 25

(1):123-139.

———. 1997. A survey of corporate governance. The Journal Of Finance 52

(2):737-783.

Shunko, M., L. Debo, L. Nan, dan N. Secomandi. 2010. Optimal Managerial

Compensation and Financial Hedging in Commodity Procurement.

Siahaan, H. 2009. Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi.

Siallagan, H., dan M. u. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance,

Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX 60.

Sinaga, D. M., dan I. Ghozali. 2012. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran

KAP dan Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit, Fakultas

Ekonomika dan Bisnis.

Siregar, S. V., dan S. Utama. 2008. Type of earnings management and the effect

of ownership structure, firm size, and corporate-governance practices:

Page 112: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

101

Evidence from Indonesia. The International Journal of Accounting 43

(1):1-27.

Smith, C. W., dan R. M. Stulz. 1985. The determinants of firms' hedging policies.

Journal of Financial and Quantitative Analysis 20 (04):391-405.

Smith, P. A., dan M. J. Kohlbeck. 2008. Accounting For Derivatives And

Hedging Activities: Comparison Of Cash Flow Versus Fair Value Hedge

Accounting. Issues In Accounting Education 23 (1):103–117.

Stanley, J., F. Todd De Zoort, dan G. Taylor. 2009. The association between

insider trading surrounding going concern audit opinions and future

bankruptcy. Managerial Auditing Journal 24 (3):290-312.

Stubben, S. R. 2010. Discretionary revenues as a measure of earnings

management. The Accounting Review 85 (2):695-717.

Stulz, R. M. 1984. Optimal hedging policies. Journal of Financial and

Quantitative Analysis 19 (02):127-140.

———. 1996. Rethinking risk management. Journal of Applied Corporate

Finance 9 (3):8-25.

Subramaniam, N., L. McManus, dan J. Zhang. 2009. Corporate governance, firm

characteristics and risk management committee formation in Australian

companies. Managerial Auditing Journal 24 (4):316-339.

Sulistyanto, S. 2008. Manajemen Laba “Teori dan Empiris: PT Gramedia,

Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Sumarna, A. 2003. Sarjana Akuntansi dan Potensi yang Perlu Digali. Media

Akuntansi:17.

Sunaryo, T. 2007. Manajemen Risiko Finansial: Penerbit Salemba.

Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi.

Page 113: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

102

Tangjitprom, N. 2013. The role of corporate governance in reducing the negative

effect of earnings management. International Journal of Economics and

Finance 5 (3).

Teoh, S. H., dan T. Wong. 1993. Perceived auditor quality and the earnings

response coefficient. Accounting Review:346-366.

Ujiyantho, M. A., dan B. A. Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi

X:26-28.

Utomo, L. L. 2004. Instrumen Derivatif: Pengenalan Dalam Strategi Manajemen

Risiko Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan 2 (1):pp. 53-68.

Van Mieghem, J. A. 2007. Risk mitigation in newsvendor networks: Resource

diversification, flexibility, sharing, and hedging. Management Science 53

(8):1269-1288.

———. 2011. Risk Management and Operational Hedging: An Overview. Chap

1:1-35.

Veronica, S., Y. S. Bachtiar, dan K. adalah stafpengajar di Departemen

Akuntansi. 2005. The Role of Corporate Governance in Preventing

Misstated Financial Statement. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia

2 (1):159-173.

Wahidahwati, W. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan

Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif

Theory Agency. The Indonesian Journal of Accounting Research 5 (1).

Wang, J.-L., H.-J. Sheu, H. Chung, dan 王若蓮. 2011. Corporate governance

reform and earnings management. Investment Management and Financial

Innovations 8 (4).

Warfield, T. D., J. J. Wild, dan K. L. Wild. 1995. Managerial ownership,

accounting choices, and informativeness of earnings. Journal of

accounting and economics 20 (1):61-91.

Page 114: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

103

Watts, R. L., dan J. L. Zimmerman. 1986. Positive accounting theory.

———. 1990. Positive accounting theory: a ten year perspective. Accounting

Review:131-156.

Wedari, L. K. 2004. Analisis pengaruh proporsi Dewan Komisaris dan keberadaan

Komite Audit terhadap aktivitas manajemen laba pada perusahaan publik

di Indonesia, Universitas Gadjah Mada.

Widagdo, R., S. Lesmana, dan S. A. Irwandi. 2002. Analisis Pengaruh atribut-

atribut kualitas Audit terhadap kepuasan Klien. Dalam Simposium

Nasional Akuntansi 5.

Widanaputra, A., dan G. Putu. 2007. Pengaruh Konflik Antara Pemegang Saham

dan Manajemen Mengenai Kebijakan Dividen Terhadap Konservatisma

Akuntansi. Disertasi Program Doktor Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Williams, P. F. 1989. The logic of positive accounting research. Accounting,

Organizations and Society 14 (5):455-468.

Williamson, O. E. 1979. Transaction-cost economics: the governance of

contractual relations. Journal of law and economics:233-261.

Windah, G. C., dan F. A. Andono. 2013. Pengaruh Penerapan Corporate

Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The

Indonesian Institute Perception Governance (IICG) Periode 2008-2011.

CALYPTRA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2 (1).

Xie, B., W. N. Davidson, dan P. J. DaDalt. 2003. Earnings management and

corporate governance: the role of the board and the audit committee.

Journal of corporate finance 9 (3):295-316.

Yatim, P. 2010. Board structures and the establishment of a risk management

committee by Malaysian listed firms. Journal of Management &

Governance 14 (1):17-36.

Page 115: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 4. 23. · RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN HEDGED DI INDONESIA Syahril

RISET EMPIRIK MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGED DI INDONESIA

Syahril Djaddang dan E.Sulistiawarni

104

Yi, C. H., dan J.-B. B. Kim. 2005. Ownership structure, business group affiliation,

listing status, and earnings management: Evidence from Korea. Business

Group Affiliation, Listing Status, and Earnings Management: Evidence

from Korea (January 2005).

Yovita, F. M. U., Dwi Cahyo. 2011. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,

Pendapatan Asli Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap

Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Empiris Pada Pemerintah

Provinsi Se Indonesia Periode 2008–2010), Universitas Diponegoro.

Yudhistira, T. 2014. Optimal Hedge Ratio Dan Efektivitas Hedging: Aplikasi

Pada Turkdex-Bist 30 Index Futures Contract Dan Turkdex-Bist 100 Index

Futures Contract. Jurnal Manajemen:1-13.

Ziliak, J. P., B. Hardy, dan C. Bollinger. 2011. Earnings volatility in America:

Evidence from matched CPS. Labour Economics 18 (6):742-754.