DoraErlisa(08027)EKOTEK
-
Upload
dora-seftian-sahlan -
Category
Documents
-
view
167 -
download
0
Transcript of DoraErlisa(08027)EKOTEK
![Page 1: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/1.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 1/16
PAPER EKONOMI TEKNIK
Perbandingan Harga Jual Biji Kopi Beras Dengan Biji Kopi
Bubuk Jenis Robusta
Dora Erlisa
05081006027
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
1
![Page 2: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/2.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 2/16
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan paper Ekonomi Teknik ini. Salawat
serta salam tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya. Paper Ekonomi Teknik ini disusun agar mahasiswa
dapat mengetahui lebih jelas tentang perbandingan alternatif pada mata kuliah
Ekonomi Teknik.
Saya menyadari masih banyak kesalahan yang terjadi dalam pembuatan
paper ini, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca.
Akhirnya semoga paper ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.
Indralaya, Juni 2010
Dora Erlisa
( 05081006027)
DAFTAR ISI
2
![Page 3: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/3.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 3/16
Kata Pengantar
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…….…………1
1.2 Tujuan ………….……..……..3
II. Pustaka..........................................4
III. Hasil dan Pembahasan.................10
IV. Penutup.......................................12
Daftar Pustaka
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kopi Robusta merupakan keturunan beberapa spesies kopi, terutama
Coffea canephora. Tumbuh baik di ketinggian 400-700 m dpl, temperatur 21-24°
C dengan bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman.
Kualitas buah lebih rendah dari Arabika dan Liberika. merupakan jenis tanaman
3
![Page 4: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/4.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 4/16
tahunan, Tanaman kopi (Coffea) termasuk familia Rubiaceae yang dikenal
mempunyai sekitar 500 jenis dengan tidak kurang dari 600 spesies.Genus Coffea
merupakan salah satu gennus dengan beberapa spesies yang mempunyai nilai
ekonomi. Pada umumnya jenis yang banyak dikembangkan antara lain kopi
Arabika dan kopi Robusta. Disisi lain sebagai strak holder tetap berusaha
memburu keuntungan dan harga kopi yang sangat rendah didalam negeri, kondisi
tersebut menyebabkan petani kopi menjadi kurang bersemangat untuk
menghasilkan kopi lebih banyak lagi,karena harga jual kopi rendah.
Harga biji kopi beras khususnya jenis Robusta dalam beberapa tahun
terkhir ini naik turun dan mengancam kelanjutan usaha tani kopi rakyat.Melihat
kenyataan tersebut maka perlu dilakukan pengembangan produk kopi melalui
produk kopi olahan.Salah satu upaya dalam rangka mendukung program
diversifikasi kopi olahan adalah pembuatan kopi bubuk yang dicampur dengan
berbagai macam rasa(Essence). Pada tahun 2000 luas total pertanaman kopi
Indonesia mencapai 1,26 juta hektar. Sekitar 94% merupakan perkebunan kopi
rakyat dan 6% sisanya diusahakan oleh perusahaan besa Ditahun 1696,
Gubernur Belanda di Malabar mengirimkan biji kopi ke Gubernur Belanda di
Batavia, pengiriman pertama hilang karena banjir yang terjadi di Batavia,
pengiriman kedua dilakukan tahun 1699.
Eksport kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dalam tempo 10
tahun eksport meningkat sampai 60 ton/tahun, Indonesia adalah tempat
perkebunan pertama diluar Arabia dan Ethiopia dan VOC memonopoli
perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780.
Ditahun 1700an harga kopi yang dikirim dari Batavia sekitar 3 Guilder/kg
di Amsterdam dan itu sama dengan beberapa ratus USD/Kg dengan kurs saat ini,
harga kopi memang sangat mahal saat itu. Akhir abad 18 harga kopi mulai turun
menjadi 0.6 Guilder/Kg sehingga kopi bisa diminum untuk kalangan yang lebih
luas lagi.
Saat ini ada 20 varietas kopi arabica di Indonesia yang terbagi dalam 6
kategori yaitu :
4
![Page 5: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/5.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 5/16
• Typica – ini tanaman yang aslinya dibawa oleh Belanda dan sebagian
besar hancur ditahun 1880s, saat penyakit daun kopi menyerang Indonesia,tetapi di Bergandal dan Sidikalang, varieties Typica masih bisa ditemukan
terutama ditempat dataran tinggi.
• Hibrido de Timor (HDT) – dikenal juga dengan varietas “TimTim”,
persilangan antara arabica dan robusta, pertama diambil tahun 1978 di Timor
Timur lalu ditanam di Aceh tahun 1979.
• Linie S – Varietas ini dikembangkan di perkebunan Bourbon, India dan
jenis yang terkenal adalah S-288 dan S-795, bisa ditemukan di Lintong, Aceh,Flores dan daerah lain.
• Ethiopian lines – Menyebar di Jawa tahun 1928 lalu juga ke Aceh.
Varietas dari Ethiopia lain yang ditemukan di Sumatra ada yang disebut
“USDA”
• Caturra cultivars: Caturra adalah mutasi dari kopi Bourbon coffee,
nerasal dari Brasil.
•
Catimor lines – Persilangan antara Arabica dan Robusta sangat kurangaromanya. Tetapi ada jenis Catimor yang terkenal yaitu “Ateng-Jaluk”. Riset
juga menunjukan bahwa varietas lokal catimor di Aceh menghasilkan
karakteristik kopi yang sangat baik.
Kopi Robusta mulai diperkenalkan di Indonesia ditahun 1900an untuk
pengganti kopi arabica yang hancur saat terjadi penyakit tumbuhan menyerang
tanaman kopi arabica, kopi robusta yang lebih tahan terhadap hama dianggap
sebagai alternatif yang tepat terutama untuk perkebunan kopi didaerah dataranrendah.
Coffea canephora (Robusta Coffee; Coffea robusta) adalah spesis kopi
yang asalnya dari Afrika Barat dan banyak tumbh di Afrika serta Brazil, biasa
disebut Conillon. Kopi ini juga tumbuh di Asia Tenggara ketika kolonial Perancis
memperkenalkannya akhir abad 19 di Vietnam yang menyebabkan Vietnam yang
memproduksi hanya kopi Robusta melewati Brazil, India dan Indonesia menjadi
penghasil kopi nomor satu didunia.
5
![Page 6: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/6.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 6/16
Coffea canephora / Robusta yang tumbuh dibagian Afrika Barat serta
Tengah tidak dikenal sebagai spesis kopi sampai abad ke 18, bisa mencapai
ketinggian 10m dan memerlukan 10-11 bulan sampai bijinya bisa dipanen. Secara
umum kopi jenis ini lebih tahan terhadap cuaca dan mudah pemeliharaannya
dibandingkan kopi arabica. Saat digongseng, aroma yang keluar mengesankan
aroma karet yang terbakar dan lebih menusuk hidung dibandingkan aroma kopi
arabica, aroma ini mengesankan “kekuatan” dikomunitas kopi di Italia.
B. Tujuan
Agar dapat mengetahui perbandingan harga jual antara biji kopi
beras dengan biji kopi bubuk yang sudah diolah.
Mengetahui keuntungan menjual kopi beras dengan kopi
bubukjenis robusta.
Mengetahui sebab terjadinya penurunan biji kopi beras dan
Mengetahui cara peningkatan produksi dalam pengolahan kopi
bubuk.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kopi (Coffea) termasuk familia Rubiaceae yang dikenal
mempunyai sekitar 500 jenis dengan tidak kurang dari 600 spesies
(Siswoputranto, 1993). Genus Coffea merupakan salah satu genus dengan beberpa
6
![Page 7: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/7.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 7/16
spesies yang mempunyai nilai ekonomi. Pada umumnya jenis yang banyak
dikembangkan antara lain kopi Arabika dan kopi Robusta.
A. Kandungan Biji Kopi
Menurut Yusianto (1999), kandungan kimia dan fungsi biji kopi diantaranya :
a. Kafein
Komponen yang cukup penting dalam biji kopi adalah kafein dan kafeol.
Kandungan kafein dalam biji kopi bervariasi menurut jenisnya. Kafein (1,3,7-
trimetilsantin) merupakan zat perangsang syaraf yang sangat penting dalam
bidang farmasi dan kedokteran sedangkan kafeol merupakan salah satu zat pembentuk cita rasa dan aroma. Kadar kafein rata-rata dalam biji kopi Arabika
adalah 1,2% sedangkan kopi Robusta 2,2%. Meskipun rasanya pahit tetapi kafein
hanya menyumbang cita rasa bitterness kurang dari 10%. Kafein tidak
mempunyai pengaruh langsung terhadap cita rasa. Namun, pada beberapa kultivar
kopi, kafein berhubungan dengan komponen lainnya seperti lemak dan asam
khlorogenat, sehingga menentukan bitterness seduhan.
b. Trigonelin
Trigonelin terdapat pada biji kopi Arabika 1,6%-1,3%, sedangkan kopi
Robusta 0,3 %-0,9%. Kadar trigonelin tidak berhubungan langsung dengan mutu
seduhan kopi, namun karena trigonelin terdegradasi tidak sempurna selama
penyangraian maka rasa pahitnya sedikit mewarnai karakteristik cita rasa seduhan.
c. Protein Asam Amino
Asam amino pada biji kopi terdapat secara bebas atau terikat sebagai
protein. Jenis asam amino pada kopi antara lain alanin, arginin, asam asparat,
asam glutamat, glisin, histridin, 3-metilhistridin, isoleusin, g-asam aminobutirat,
lisin, metionin, penilalanin, serin, tirosin, valin dan triptopan. Kandqngan pada
protein terdapat enzim polifenolloksidase yang bertanggung jawab terhadap
perubahan warna biji kopi cacat dengap asam khologenat.
d. Karbohidrat
Kadar karbohidrat kopi Arabika 43,9% dan Robusta 47,3%. Karbohidrat
7
![Page 8: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/8.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 8/16
pada biji kopi sebagai komponen larut air atau tidak larut, antara lain arabinosa,
fruktosa, mannose, galaktosa, dan glukosa. Perbedaan antara karbohidrat dan tebal
dinding sel antar jenis varietas atau tingkat kemasakan biji sangat mempengaruhi
karakter penyangraian dan cita rasa.
e. Asam Alitifatik (Asam Karboksilat)
Asam karboksilat pada biji kopi antara lain asam formiat, asam asetat, asam
oksalat, asam suksinat, asam sitrat, asam piruvat, asam laktat, asam malat dan
asam kuinat. Asam-asam ini akan berpengaruh terhadap cita rasa bitterness.
Sedangkan asam oksalat, asam malat, asam sitrat dan asam tartanat berperan padacita rasa sour pada kopi seduhan.
f. Asam Khologenat
Asam khologenat pada kopi adalah turunan dari asam 5-kofeoilkuinat
dengan asam sinamat, asam o-hidroksinamat, p-hidroksinamat, asam kafetat, asam
ferulat, asam isoferulat dan asam sinapat. Kadar khologenat pada biji kopi
Arabika antara 15%-17%, sedangkan pada kopi Robusta antara 7%-11,5%. Lemak
tersebut antara 0,2%-0,3% terdapat pada lapisan lilin pelindung biji.
g. Glikosida
Beberapa jenis Glikosida nonterpenoid pada biji Arabika lebih rendah
kadarnya dibandingkan dengan kopi Robusta. Atraktiligenin bebas, sebagai
glikorisida utama ditemukan pada kopi Arabika.
h. Mineral
Kadar mineral terlarut pada Robusta lebih tinggi dari pada Arabika dan
pada kopi olahan kering lebih tinggi dari pada proses basah. Beberapa mineral
penting pada biji kopi adalah potassium oksida, fospor oksida, kalsium oksida.
mangan oksida, natrium oksida dan oksida-oksidsa yang lain.
i. Komponen Volatil
Komponen volatile pada biji kopi sangrai terbentuk melalui mekanisme
yang melibatkan reaksi pencoklatan maillard antara asam amino, proten,
trigonellin, serotoin, dengan karbohidrat, asam-asam amino belerang, asam amino
hidroksi dan polin ; Degadrasi gula; Degadrasi asam-asam fernolat; Degadrasi
8
![Page 9: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/9.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 9/16
sebagian lemak; interaksi antar komponen-komponen hasil antara komponen-
komponen volatile utama dalam biji kopi sangrai
B. Faktor yang Mempengaruhi Cita Rasa Seduhan Kopi
Beberapa cara telah dilakukan dalam pengolahan produk kopi baik oleh
petani, pedagang, industri kecil maupun pabrik. Pada umumnya kopi bubuk yang
sederhana dilakukan dengan alat-alat sederhana oleh para petani atau industri
kecil, sedangkan pembuatan kopi bubuk oleh pabrik dalam skala cukup besar
biasanya dikerjakan dengan alat mesin sangrai.
Menurut Sulistyowati (2001), dalam cita rasa seduhan kopi beberapa faktor yang
berperan didalamnya diantaranya :
a. Pengaruh Biji Kopi
Biji kopi merupakan bahan dasar utama dalam seduhan kopi. Kopi yang
digunakan menentukan cita rasa seduhan kopi dalam hal ini mutu dan asal biji
kopi sangat berpengaruh terhadap cita rasa seduhan.
Pada jenis Arabika yang bermutu baik memiliki aroma dan p perasa yang
lebih harum dibandingkan kopi robusta. Kopi arabika memiliki cita rasa acidic
tetapi memiliki body yang lebih lemah.Hasil pengolahan basah pada umumnya
memiliki cita rasa clean dan bright dan keasamannya lebih jelas dan pada
pengolahan kering dan pengolah yang kurang baik akan menimbulkan cacat cita
rasa
b. Pengaruh Penyangraian Kopi
Pembentukan cita rasa kopi berlangsung selama penyangraian. Variabel-
variabel dalam penyangraian, seperti jenis dan sifat fisiko-organoleptik biji kopi,
rasio antara suhu dan lama penyangraian, derajat sangrai, metode penyangraian
sangat menentukan karakter cita rasa yang akan dihasilkan.
Kadar air dan kekerasan biji kopi sangat menetukan waktu sangrai dan
respon biji terhadap panas. Kopi yang berkadar air lebih atau lebih padat
memerlukan suhu sangrai yang lebih tinggi atau waktu yang lebih lama untuk
mencapai derajad sangrai tertentu seperti pada Kopi Robusta memiliki densitas
lebih tinggi dibandingkan Kopi Arabika sehingga memerlukan suhu penyangraian
9
![Page 10: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/10.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 10/16
yang lebih tinggi dibandingkan kopi Arabika. Kopi yang telah disimpan lama
cenderung lebih cepat dalam penyangraian dibandingkan dengan kopi yang baru
dipanen. Biji kopi dan tempat tumbuh berelevasi lebih tinggi, lebih cepat
penyangraiannya dari pada tempat yang lebih rendah.
Rasio suhu dan lama sangrai akan menentukan cita rasa kopi. Kopi yang
disangrai cepat pada suhu yang tinggi atau menggunakan suhu tinggi dan
kecepatan hembusan udara panas lebih tinggi dari pada derajat sangrai tertentu
akan menghasilkan cita rasa yang lebih ucidy dibandingkan bila disangrai
menggunakan suhu yang lebih rendah atau dengan waktu yang lebih panjang.
Sebaliknya penyangraian yang lambat akan menghasilkan body yang lebih penuh
dan cita rasa yang lebih kompleks. Penyangraian yang lambat akan menghasilkan
cita rasa yang hambar.
c. Pengaruh Penggilingan Kopi Sangrai
Setiap tahap pengolahan dan biji kopi menjadi seduhan kopi berpengaruh
terhadap penurunan cita rasa. Kopi yang disimpan dalam bentuk kopi pasar
memiliki daya simpan yang lebih besar dibandingkan yang disimpan dalam
bentuk kopi sangrai. Kopi sangrai setelah digiling menjadi kopi bubuk lebih cepat
mengalami penurunan cita rasa dibandingkan kopi sangrai yang lebih utuh.
Penggilingan akan membebaskan gas yang ada dalam sel kopi, utamanya CO2.
CO dan senyawa volatil.
Ukuran partikel kopi bubuk berpengaruh terhadap ekstraksi dalam
penyeduhan kopi. Ukuran partikel yang lebih kecil memungkinkan kontak partikel
kopi yang lebih baik. Penggilingan menjadi partikel yang halus dapat
mengakibatkan hilangnya substansi volatile karena panas yang timbul dalam
penggilingan.
d. Jarak Waktu Antara Penyangraian dan Penyeduhan
Jarak waktu antara penyangraian dengan penyeduhan juga berpengaruh
terhadap cita rasa. Kopi yang baru keluar dari alat sangrai bersifat higroskopis.
Pada umumnya memiliki body dan acidity yang lebih lemah dibandingkan yang
10
![Page 11: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/11.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 11/16
telah beberapa jam keluar dari alat sangrai. Cita rasa kopi mencapai puncaknya
setelah 12-24 jam keluar dari alat sangrai.
e. Pengaruh Air Seduhan
Air merupakan bagian yang terbesar dari seduhan kopi. Oleh karenanya
mutu air penyeduh sangat menentukan cita rasa kopi seduhan. Kandungan mineral
dalam air seduhan cukup besar pengaruhnya terhadap cita rasa.
f. Suhu Air Penyeduh
Suhu air penyeduh berperan terhadap ekstraksi kopi. Suhu air yang lebih
tinggi akan menghasilkan ekstraksi yang lebih baik. Suhu air penyeduh kopi padaumumnya antara 80°C hingga 95°C. Suhu air yang berbeda dapat memberikan
cita rasa yang berbeda pula.
C. Penyangraian
Kunci dari produksi bubuk adalah penyangraian. Proses ini merupakan
tahapan pembentukan aroma dan cita rasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan
perlakuan panas. Biji kopi sacara alami mengandung banyak senyawa organik
calon pembentuk cita rasa dan aroma khas kopi (Siswoputranto, 1993).
Awal sangrai dimulai dengan pemanasan ruang pembakaran sampai suhu
450°C, suhu ini dicapai setelah pemanasan berlangsung selama 14 menit. Waktu
sangrai ditentukan atas dasar wama biji kopi atau sering disebut derajat sangrai.
Makin lawa waktu sangrai warna biji kopi mendekati cokiat tua kehitaman.
Tingkat penyangraian dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu, ringan (light), sedang
(medium), dan gelap (dark). Secara Laboratoris tingkat kecerahan warna biji
sangrai diukur dengan pembeda warna Lavibond. Waktu dan suhu sangat
berpengaruh terhadap tingkat penyangraian (Sivert and Desroirer, 1979; Vincent,
1985; dan Viani, 1995; Davids, 1996). Kisaran suhu antara ±190-195°C untuk
tingkat sangrai ringan, sedikit diatas 200°C untuk tingkat sangrai medium dan di
atas 205°C untuk sangrai tingkat gelap.
Setelah proses penyangraian dilanjutkan dengan pendinginan. Pendinginan
yang kurang cepat dapat menyebabkan proses pemanasan berlanjut dan biji
menjadi gosong. Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai
11
![Page 12: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/12.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 12/16
diperoleh butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Bubuk kopi halus diperoleh
dari ayakan dengan ukuran lubang 200 mesh, sedangkan untuk ukuran bubuk
medium digunakan ayakan 120 mesin.
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran
kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Bubuk kopi halus diperoleh dari ayakan
ukuran lubang 200 mesh, sedangkan untuk ukuran bubuk medium digunakan
ayakan 120 mesh.
Salah satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat
dimonitor dengan perubahan nilai pH. Nilai pH larutan biji kopi sebelum
disangrai antara 5,3-5,4 penyangraian ringan meningkat ke medium dan
menghasilkan nilai pH seduhan meningkat menjadi 6,0. Nilai pH paling tinggi
6,43 dicapai pada tingkat penyangraian gelap.
Biji kopi secara alami mengandung banyak senyawa calon pembentuk cita rasa
dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Selama penyangraian
beberapa senyawa gula akan terkaramelisasi menimbulkan aroma, senyawa yang
menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti tannin dan asam asetat akan hilang
dan sebagian lainnya akan bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa
melancidin yang memberikan warna cokelat (Siswoputranto, 1978).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara garis besar tingkat konsumsi kopi diberbagai negara dapat di
golongkan dalam beberapa tingkat yaitu : (i) tingkat konsumsi amat rendah yaitu
1,0 kg per kapita per tahun yang umumnya negara produsen seperti Indonesia,
12
![Page 13: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/13.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 13/16
Negara afrika, dan lainnya; (ii) tingkat konsumsi rendah yaitu dari 1,0-3,5 kg per
kapita per tahun seperti negara Eropa Timur, Kanada, Portugal; (iii) tingkat
konsumsi menengah yaitu dari 3,5-7,0 kg per kapita per tahun seperti Amerika
serikat, Italia, Prancis, dan Jerman; (iv) Tingkat konsumsi tinggi dari 7-19 kg per
kapita per tahun, seperti Swiss, Belgia/Luxemburg, Norwegia, Denmark, Swedia
dan Finlandia (Depperindag, 1998).
Di sisi lain sebagai stake holder tetap berusaha memburu keuntungan dan
harga kopi yang sangat rendah di dalam negeri. Kondisi tersebut menyebabkan
petani kopi menjadi tidak semangat untuk menghasilkan kopi lebih banyak lagi,
karena harga jual kopi rendah.
Persaingan kepentingan antar negara produsen kopi dengan negara
konsumen pada kondisi tertentu pula, semakin menimbulkan kerugian berbagai
pihak di dalam negeri, terutama bagi petani atau produsen.Walaupun harga kopi
semakin terpuruk melampui biaya produksi, namun ironisnya dalam kenyataan
harga kopi olahan di dalam negeri semakin melambung tinggi. Selama ini kopi
olahan yang berkembang ditengah-tengah masyarakat berupa kopi bubuk yang
disajikan dalam berbagai kemasan. Padahal biji kopi selama ini dapat diolah
sebagai kopi bubuk juga dapat diolah menjadi produk-produk olahan yang dapat
menmgkatkan nilai jual kopi. Melihat kenyataan tersebut maka perlu dilakukan
pengembangan produk kopi melalui produk kopi olahan. Salah satu upaya dalam
rangka mendukung program diversifikasi kopi olahan adalah pembuatan kopi
bubuk yang dicampur dengan mentega dan berbagai macam rasa.
Harga biji kopi beras khususnya jenis Robusta dalam beberapa tahun
terakhir ini naik turun dan mengancam kelanjutan usaha tani kopi rakyat. Salah
satu upaya strategis untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui konversi biji
kopi beras menjadi kopi bubuk. Produk ini merupakan salah satu bahan minuman
yang digemari baik oleh penduduk desa maupun perkotaan. Namun untuk lebih
menarik mengkonsumsi minuman kopi perlu diciptakan produk-produk baru,
seperti salah satunya dengan penambahan mentega dan rasa sehingga
menciptakan produk bubuk kopi yang memiliki aroma dan rasa yang lebih disukai
dan diminati.
13
![Page 14: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/14.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 14/16
Pertanaman diusahakan terdiri atas 90% kopi robusta dan kopi arabika.
Daerah pertanaman kopi di Indonesia yaitu mulai Sumatera (60%), Jawa(14%)
Sulawesi(12%),Nusa Tenggara (10%), Kalimantan (3%), dan lain-lain (1%).
(Dirjenbun, 2002). Tanaman kopi menyumbang devisa sebesar US$ 596 juta
dengan volume kurang lebih dan 366.000 ton pada tahun 1996 (Dirjenbun, 2002).
Dan mengalami penurunan ekspor pada tahun terakhir. Pada tahun 1995/1996
sampai 1998/1999 rerata 350.000 ton pada tahun 1999/2000 menjadi 312.000 ton
dan turun kembali menjadi 275.000 (Yahmadi,2002).
Pada tahun 2001/2002 produksi kopi mencapai 113 juta ton sedangkan
konsumsi hanya 106 juta ton. Produksi meningkat 3,6% dan jauh lebih tinggi
dibandingkan tingkat konsumsi sebesar 1,5% (Yahmadi, 2002), sehingga surplus
produksi kopi menyebabkan anjloknya harga kopi di pasaran dunia maupun
domestik. Dari beberapa survey dapat diperoleh gambaran bahwa untuk
kepentingan konsumsi didalam negeri diperlukan rata-rata sekitar 80.000 ton
setahun atau konsumsi yang masih terbatas sekitar 0,5 kg per orang setahun
(Siswoputranto, 1993).
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan:
14
![Page 15: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/15.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 15/16
1. Dengan mengolah kopi jenis robusta menjadi bubuk dan ditambah dengan
berbagai jenis rasa harganya dipasaran lebih menguntungkan disbanding
dengan biji kopi beras biasa.
2. Harga kopi bubuk dengan berbagai jenis olahan lebih menguntungkan.
3. Kopi Robusta mulai diperkenalkan di Indonesia ditahun 1900an untuk
pengganti kopi arabica yang hancur saat terjadi penyakit tumbuhan
menyerang tanaman kopi arabica, kopi robusta yang lebih tahan terhadap
hama.
4. Salah satu upaya strategis untuk mengatasi masalah naik turun harga kopi
adalah melalui konversi biji kopi beras menjadi kopi bubuk.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.yahoo.com
15
![Page 16: DoraErlisa(08027)EKOTEK](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020804/5571fd314979599169989a62/html5/thumbnails/16.jpg)
5/10/2018 DoraErlisa(08027)EKOTEK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/doraerlisa08027ekotek 16/16
www.wikipedia.com
16