Dongeng Pak Tono
description
Transcript of Dongeng Pak Tono
Dongeng Menyambut Peringatan Hari Guru Tanggal 25 November 2015
Pak Tono Guru Teladan
Oleh : Kak Budi
Pagi yang dingin kabut masih menyelimuti kampong Seloko. Burung-burung berkicau di atas
pohon mangga yang tumbuh rindang di pekarangan rumah pak Tono. Induk ayam sedang
berjalan beriringan dengan anak-anaknya mencari makan dengan riuhnya.
Pak Tono sudah siap dengan sepedah bututnya untuk berangkat ke SD Indrasari tempatnya
bekerja, dia adalah guru yang sudah bertahun-tahun mengabdi untuk mencerdaskan anak-anak di
kampunya. Seperti hari-hari biasanya Pak Tono berangkat mengajar dengan semangat. Dikayuh
sepedah tuanya menyusuri jalan paving. Di sepanjang jalan dia disapa murid-muridnya yang
sedang berangkat ke sekolah.
“Assalamualaikum anak-anak, wah berangkat sekolahnya semangat ya ,,!”
“Iya dong pak, lihat dong ini bajuku baru pak guru.” Seru salah satu anak dengan gembira.
“Wah, iya ya bajunya bagus nak, kalau gitu harus tambah semangat ya sekolahnya. Nanti kalau
semangat ke sekolah pasti pintar kalau pintar pasti tercapai cita-citamu”
“Aku pingin jadi polisi pak.”
“Kalau cita-citaku pingin jadi dokter pak.”
“Kalau aku sih pingin jadi pilot,.”
“Mau jadi apa saja boleh nak, asal kalian sekolahnya rajin dan berdoa kepada Allah.”
“Siap pak Tono.” Jawab mereka serentak.
“Ya sudah kamu jalan bareng teman-temanmu ya pak Tono berangkat dulu.”
Setelah menyapa muridnya, pak Tono meneruskan perjalanannya ke sekolah. Ternyata di
perjalanan pak Tono bertemu dengan Fadlan salah satu murid kelas 3 di sekolahnya yang sedang
menangis di kursi taman jalan menuju sekolah. Fadlan adalah anak yatim piatu, dia tinggal
bersama neneknya yang sudah lanjut usia.
“Fadlan, kamu kenapa menangis?, kamu jangan menangis kan sudah besar kan malu kalau
dilihat adek-adek TK.”
“A a aku lagi sedih pak, hari ini aku gak dikasih uang saku sama nenek. Sebab kata Nenek
uangnya sudah habis buat belanja.”
“Sudah sayang jangan nangis lagi, kamu harusnya besyukur bisa bersekolah, di luar sana banyak
loh anak seusia kamu yang tidak bisa sekolah.”
“Ta, ta tapi pak aku kan malu kalau gak jajan. Pengen juga bisa belie s cream kayak teman-
teman,” rengek Fadlan sambil sesekali mengusap air matanya.
“Tapi Fadlan, kalau kita sekolah itu gak harus bawa uang saku, yang penting paginya sudah
sarapan dan yang paling penting lagi bisa belajar.”
“ Iya pak Tono. Mulai hari ini Fadlan akan rajin ke sekolahnya.” Ujarnya sambil tersenyum
manis.
“Baiklah tampaknya kita sudah hampir telat ini nak, sekarang kamu bapak bonceng saja ya ke
sekolahnya.”
Akhrinya mereka berdua berangkat ke sekolah. Sesampainya di depan gerbang Fadlan dengan
semangat masuk ke sekolah.
“ Fadlan.”
Tiba-tiba pak Tono memanggil Fadlan.
“Iya pak ada apa.” Jawab fadlan penasaran.
“Ini nak kebetulan bapak tadi bawa bekal lebih. Ini buat Fadlan karena sudah semangat ke
sekolahnya,”
.”Wah terima kasih ya pak. Aku masuk dulu ya Assalamualaikum.”
“Waalaikum salam.”
Mulai hari itu Fadlan berjanji akan semangat ke sekolah dan rajin belajar supaya bisa menjadi
guru seperti Pak Tono.
Penulis memiliki nama lahir Agung Budiono adalah Pegiat Dongeng, guru di SD Integral
Luqman Al Hakim Bojonegoro dan aktif di Kelas Inspirasi Bojonegoro.