Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

download Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

of 27

Transcript of Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    1/27

    1

    Penerapan Pelaksanaan Patient Safetydi Rumah Sakit

    Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA

    Ketua Komite MedikRSUP Fatmawati Jakarta.

    Pendahuluan

    Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional Keselamatan

    Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 20081 yang

    terdiri dari dari 7 standar yakni:1. Hak pasien2. Mendididik pasien dan keluarga

    3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

    evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien5. Peran kepemimpinan dalam meningkatakan keselamatan pasien

    6. Mendidik staf tentang keselamatn pasien7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

    pasien

    Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut

    menganjurkan Tujuh Langkah Menuju Kesematan Pasien Rumah Sakit yangterdiri dari: 6

    1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien2. Pimpin dan dukung staf3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko

    4. Kembangkan sistem pelaporan

    5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

    Disampaikan pada Pertemuan Manajemen Disaster Plan dan Patient Safety bagi bagi RS dan RSK di

    Jawa Timurdiselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Tingkat I Provinsi Jawa Timur di The Sun HotelJl. Pahlawan Sidoarjo, Surabaya pada tanggal 11 12 Mei 2009.

    1Depkes RI. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety). Edisi 2, Jakarta 2008.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    2/27

    2

    Ke tujuh langkah tersebut dalam penerapannya dibuat dalam 2 tingkat yakniuntuk tingkat rumah sakit dan tingkat unit/tim melalui 3 fase yaitu fase

    persiapan, fase pelaksanaan dan fase evaluasi. Tentang keselamatan di rumahsakit tersebut telah dimasukkan ke adlam instrumen akreditasi rumah sakitsebagai standar dan parameter S3.P4, S3.P5, S5.P4, S7.P4, S2.P4, S7.P3,

    S6.P2 dan S7.P4

    Tujuan dari Undang Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik

    Kedokteran adalah memberikan perlindungan terhadap pasien,

    mempertahankan/meningkatkan mutu pelayanan medis dan memberikan

    perlindungan hukum kepada masyarakat dan dokter2 serta dalam

    melaksanakan praktiknya wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran,3

    wajib menyelenggarakan kendali mutu4-5 dan kendali biaya3 melalui kegiatanaudit medis6 yang dilaksanakan oleh organisasi profesi7, untuk tingkat rumahsakit oleh kelompok seprofesi (SMF) dan Komite Medik.8

    Sedangkan yang dimaksud audit medis adalah upaya evaluasi secara

    profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasiendengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.3

    Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

    identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yangdiberikan kepada pasien9, yang harus dibuat10 dan dilengkapi11 serta dijaga

    kerahasiaannya.12,13,14

    2Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 3.

    3 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 44 Ayat 1 dan penjelasannya.4 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 49 Ayat 1 dan penjelasannya.5 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional.

    Bab IV Subsistem Upaya Kesehatan.6

    Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 49 Ayat 2 dan penjelasannya.7 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 49 Ayat 3 dan penjelasannya.8 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 496/Menkes/SK/IV/2005

    tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit.9 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 Ayat 1 dan penjelasannya.10

    Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 79 huruf b.11

    Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 Ayat 2 dan penjelasannya.12 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 47 Ayat 2.13 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 48.14

    Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Pasal 12.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    3/27

    3

    Kerangka Konsep Patient Safety Komite Medik RSUP Fatmawati dalamrangka mencegah terjadinya ketidaksesuain pelaksanaan praktik

    kedokteran.

    Melalui sidang pleno15 Komite Medik telah diajukan dan ditetapkan tentang

    Konsep Patient Safety yang diimplementasikan di rumah sakit (Gambar 1).Impact dalam kerangka konsep tersebut terdiri dari 3 aspek yang terukuryakni cedera (injury), infeksi nosokomial dan tuntutan litigasi (perdata dan

    pidana).

    Gambar 1. Kerangka Konsep Patient Safety Komite Medik RSUP Fatmawati

    15 Sidang Pleno Komite Medik adalah rapat rutin tertinggi dalam mekanisme pengambilan keputusankebijakan untuk profesi medis yang diadakan setiap hari Senin jam 12.30-13.30 dan dihadiri olehseluruh Ketua SMF serta dipimpin oleh Ketua Komite Medik (Lihat Sistem Komite Medik RSUPFatmawati 2003).

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    4/27

    4

    Kerangka Kontruksi Implementasi/Penerapan Patient Safety Komite MedikRSUP Fatmawati membuat skema sistem Clinical Governance dimana salah

    satu komponen dalam impact adalah Clinical Risks Management dan PatientSafety sebagaimana dalam Gambar 2 dan mempergunakan berbagai panduanserta pedoman sebagaimana dalam Gambar 3 berikut.

    Gambar 2. Skema Clinical GovernanceKomite Medik RSUP Fatmawati

    Gambar 3. Beberapa panduan dan pedoman Komite Medik RSUP Fatmawati

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    5/27

    5

    Dalam implementasi Model Patient Safety di rumah sakit harus dilaksanakansecara terpadu dan terintegrasi - dipersiapkan mulai dari tingkat sistem

    sampai tingkat individu profesi melalui kegiatan tim sesuai alur pembagiantugas sebagaimana dalam Gambar 4.

    Gambar 4. Model Implementasi Patient Safety: Alur pembagian tugas dalamrangka Patient Safety di rumah sakit.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    6/27

    6

    Dalam menilai risiko klinis yang telah dan akan terjadi secara sistm KomiteMedik RSUP Fatmawati membuat Manajemen Risiko Klinis (Clinical Risks

    Management) dengan langkah langkah sebagaimana dalam Gambar 5.

    Gambar 5. Langkah langkah Manajemen Risiko Klinis (Clinical RisksManagement) Komite Medik RSUP Fatmawati.

    Sedangkan untuk tingkat individu profesi medis, mulai dari proses rekrutmen

    penerimaan dokter sampai kepada tingkat individual performance pelaksanaanpraktik kedokteran sehari hari di rumah sakit. 16

    16 RSUP Fatmawati Nomor Dokumen HK 00.07.1.143 tanggal 12 Mei 2003 revisi HK 00.07.1 484 tanggal17 April 2007 tentang Prosedur Penilaian Kredensial Tenaga Medis di RSUP Fatmawati.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    7/27

    7

    Profesi medis berperan penting dalam melaksanakan analisis efektivitasklinis, sedangkan pihak manajerial dan direksi dalam bidang analisis ekonomi

    dan pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan)selaku pembuat kebijakan dan regulator berperan dalam melakukan analisisdampak terhadap sistem layanan kesehatan (Gambar 6 dan 7) termasuk

    sistem pembiayaan dan keamanan pasien (patient safety).

    Gambar 6. Strata pemanfaatan pendekatan Health Technology Assessment(HTA) dari tingkat pembuat kebijakan/regulator, pelaksana kebijakan dan

    instrumen aplikasinya pada tingkat layanan kesehatan (rumah sakit) dalam

    rangka kendali mutu dan biaya.17-18

    17Firmanda D. Pedoman implementasi HTA di RS Fatmawati. Disampaiakan pada Sidang Pleno Komite

    Medik RSUP Fatmawati, Jakarta 2 Juni 2008.18 Firmanda D. Pedoman HTA di Rumah Sakit. Disampaiakan pada pada Pertemuan Finalisasi Pedoman

    dan Draft Rekomendasi Hasil HTA 2008, diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan Medik

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    8/27

    8

    Gambar 7. Kerangka konsep implementasi evidence-based medicine dan HTA

    dalam penyusunan SPM/Pedoman dan Audit Medis dikaitkan dengan sistempembiayaan Casemis (INA DRG) dan Undang Undang Nomor 29 tahun 2004tentang Praktik Kedokteran.23-24

    Pedoman (Standar) Pelayanan Medis/Kedokteran

    Pedoman/Standar Pelayanan Medis/Kedokteran tidak identik dengan BukuAjar, Text-books ataupun catatan kuliah yang digunakan di perguruan tinggi.Karena Pedoman/Standar Pelayanan Medis merupakan alat/bahan yangdiimplementasikan pada pasien; sedangkan buku ajar, text-books, jurnal,

    Spesialistik, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel dan Apartemen Majesty, Bandung 27

    30 Agustus 2008.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    9/27

    9

    bahan seminar maupun pengalaman pribadi adalah sebagai bahanrujukan/referensi dalam menyusun Pedoman/Standar Pelayanan Medis.

    Pedoman/Standar Pelayanan Medis di rumah sakit pada umumnya dapatdiadopsi dari Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh

    organisasi profesi masing masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengankondisi sarana dan kompetensi yang ada di rumah sakit. BilaPedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi

    tersebut sesuai dengan kondisi rumah sakit maka tinggal disepakati oleh

    anggota profesi (SMF) terkait dan disahkan penggunaannya di rumah sakit

    oleh direktur rumah sakit tersebut.

    Namun bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat olehorganisasi profesi tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi rumahsakit atau dalam Pedoman/Standar Pelayanan Medis dari profesi belum

    mencantumkan jenis penyakit yang sesuai dengan keadaan epidemiologi

    penyakit di daerah/rumah sakit tersebut maka profesi di rumah sakit

    tersebut wajib membuat Standar Pelayanan Medis untuk rumah sakittersebut dan disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumahsakit.

    Dalam menyusun Pedoman/Standar Pelayanan Medis untuk rumah sakit -

    profesi medis memberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical

    effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapiberdasarkan pendekatan evidence-based medicine. Secara ringkasnyalangkah tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    10/27

    10

    Gambar 8. Langkah umum dalam kajian literatur melalui pendekatan evidence-based, tingkat evidens dan rekomendasi dalam bentuk pedoman/standar

    pelayanan medis dan atau standar prosedur operasional.23-24

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    11/27

    11

    Format Pedoman/Standar Pelayanan Medis

    Nomor : .............................................................

    SMF : ............................................................Rumah Sakit : ...........................................................

    1. Judul/topik :

    2. Tanggal/Nomor/Update: ../../.

    3. Ruang lingkup pengguna: dokter umum/spesialis/konsultan*

    4. Sumber informasi/literatur/bahan acuan:i. ..

    ii. ..iii. ..

    iv. ..v. ..

    5. NamaReviewer/Penelaah kritis:i. ...

    ii. ...iii.

    6. Tingkat eviden:

    7. Hasil Telaah/Rekomendasi:

    .dst

    8. Tingkat Rekomendasi: .

    9. Indikator klinis :

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    12/27

    12

    Pelaksanaan Audit Medis

    Beberapa persyaratan sebelum dilakukan audit medis:1. Tetapkan tujuan (objektif) audit medis yang akan dilakukan.2. Tetapkan ruang lingkup audit medis yang akan dilakukan, antara lain

    meliputi:

    a. Topik/Judul kasus yang akan dilakukan audit medis.b. Periode kasus misalnya 3 bulan yang lalu (retrospektif) atau 3

    bulan yang akan datang (prospektif) atau konkuren (cross

    sectional)atau sepanjang tahun.

    c. Tempat kasus misalkan ruang rawat inap atau rawat jalan atau,rawat intensif atau kamar operasi atau secara keseluruhan darimulai dari ruang emergensi/poliklinik sampai pasien

    pulang/meninggal (continuous of care).3. Tetapkan tingkat audit medis: tingkat pertama SMF (First Party

    Medical Audit) atau tingkat kedua Komite Medik (Second Party

    Medical Audit)4. Tetapkan pedoman/standar pelayanan medis (SPM) atau standar

    prosdur operasional (SPO) yang digunakan.5. Tetapkan format audit medis/manajemen yang digunakan.

    Contoh: (silahkan pilih tingkat audit tersebut dibawah dan alasannya)

    1. Akan dilakukan audit medis seluruh kasus apendiktomi sepanjang tahununtuk mengetahui tingkat kepatuhan dokter dengan SPM/SPO diInstalasi Bedah Sentral.

    Tingkat audit tersebut dapat:

    a. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Bedah (First PartyMedical Audit) karena

    b. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Bedah Sentral(First Party Managerial Audit) karena .....................................................

    c. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub Komite

    Etik dan Mutu Profesi - Second Party Medical Audit) karena

    .

    2. Akan dilakukan audit medis seluruh kasus apendiktomi sepanjang tahununtuk mengetahui response timedi Ruang Emergensi.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    13/27

    13

    Tingkat audit tersebut dapat:a. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Bedah (First Party

    Medical Audit) karena b. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Emergensi

    (First Party Managerial Audit) karena .....................................................

    c. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub KomiteEtik dan Mutu Profesi - Second Party Medical Audit)karena

    3. Akan dilakukan audit medis seluruh kasus apendiktomi sepanjang tahun

    untuk mengetahui penggunaan antibiotik profilaksis.

    Tingkat audit tersebut dapat:a. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Bedah (First Party

    Medical Audit) karena

    b. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Farmasi (First

    Party Managerial Audit) karena .....................................................

    c. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub KomiteFarmasi dan Terapi - Second Party Medical Audit)karena

    d. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub KomitePengendalian Infeksi - Second Party Medical Audit)

    karena

    e. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub KomiteEtik dan Mutu - Second Party Medical Audit )karena

    4. Akan dilakukan audit medis seluruh kasus apendiktomi sepanjang tahun

    untuk mengetahui infeksi luka operasi.

    Tingkat audit tersebut dapat:a. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Bedah (First Party

    Medical Audit) karena

    b. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Bedah (First

    Party Managerial Audit) karena .....................................................

    c. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub KomiteEtik dan Mutu - Second Party Medical Audit )karena

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    14/27

    14

    d. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub KomitePengendalian Infeksi - Second Party Medical Audit)

    karena

    5. Akan dilakukan audit medis seluruh kasus apendiktomi sepanjang tahun

    untuk mengetahui tingkat ketepatan diagnosis dan indikasinya dnganhasil pemeriksaan patologi anatomi.

    Tingkat audit tersebut dapat:

    a. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Bedah (First Party

    Medical Audit) karena

    b. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Patologi Anatomi (FirstParty Medical Audit) karena

    c. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Bedah (FirstParty Managerial Audit) karena .....................................................

    d. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Patologi (First

    Party Managerial Audit) karena .................................................................

    e. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub KomiteEtik dan Mutui - Second Party Medical Audit) karena..

    6. Akan dilakukan audit medis seluruh kasus apendiktomi sepanjang tahununtuk mengetahui tingkat pembatalan operasi karena:

    a. Belum ada izin operasi

    b. Belum ada izin anestesic. Hasil pemeriksaan penunjang/laboratorium: belum/tidak adad. Belum ada jawaban hasil konsultasi dari SMF .............................e. Ruang rawat Intensif belum ada/penuh

    f. Ada kontraindikasi yang tidak terkontrol

    g. Kamar operasi penuh karena.............................

    h. Operator tidak hadir/terlambat karena ...............................i. Dokter Anestesi tidak hadir/terlmbat karena .......................................

    Tingkat audit tersebut dapat:

    a. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Bedah (First Party

    Medical Audit) karena b. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Anestesi (First Party

    Medical Audit) karena

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    15/27

    15

    c. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Penyakit Dalam (FirstParty Medical Audit) karena

    d. Audit medis tingkat pertama oleh/di SMF Jantung (First PartyMedical Audit) karena

    e. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Rawat Inap

    (First Party Managerial Audit) karena .....................................................f. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Bedah (First

    Party Managerial Audit) karena .....................................................

    g. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Laboratorium

    Klinik (First Party Managerial Audit) karena .........................................

    h. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Radiologi

    (First Party Managerial Audit) karena .....................................................i. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Transfusi

    Darah (First Party Managerial Audit) karena ........................................j. Audit manajemen tingkat pertama oleh/di Instalasi Rwat Intensif

    (First Party Managerial Audit) karena ........................................

    k. Audit medis tingkat kedua oleh/di Komite Medik (cq. Sub Komite

    Etik dan Mutui - Second Party Medical Audit) karena..

    7. Akan dilakukan audit medis seluruh kasus apendiktomi sepanjang

    tahun untuk evaluasi kinerja individu dokter atau tim.8. Akan dilakukan audit medis seluruh kasus apendiktomi sepanjang tahun

    untuk mengetahui utilisasi kamar operasi atau instumen

    9. Akan dilakukan audit medis kasus apendiktomi atas Tuan X padatanggal .......... karena ada pengaduan

    10.dan sebagainya

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    16/27

    16

    Tabel 1: Jenis, Ruang Lingkup, Penanggung Jawab dan Kriteria/Indikator Mutu dalam Mekanisme Audit

    Kriteria/Indikator MutuJenis: Ruang

    Lingkup

    Penanggung Jawab

    Struktur ProsesOutcome

    Audit

    Pertama 1st

    Party Audit

    SMF Koordinator Etik dan Mutu SMF 1. Jadwal Audit

    SMF

    2. Format 1st PartyAudit

    Pelaksanaan

    Audit SMF

    Corrective and

    Preventive

    Action

    Audit Kedua

    2nd Party

    Audit

    Lintas SMF Tim Etik dan Mutu Komite Medik 1. Jadwal Audit

    Tim Etik dan

    Mutu Komite

    Medik

    2. Format 2nd Party

    Audit

    Pelaksanaan

    Tim Etik

    dan Mutu

    Komite

    Medik

    Kebijakan Klinis

    (Medical/clinical

    Policies)

    Audit Ketiga

    3rd Party

    Audit

    RSF Ketua Komite Medik,

    Ketua Komite Etik dan Hukum

    RSF, Direktur Pelayanan Medik

    RSF

    1. Jadwal Audit dan

    persiapan

    akreditasi

    2. Format

    Akreditasi

    3. Format Kasus(Pidana/Perdata)

    Pelaksanaan

    akreditasi

    Terakreditasi

    dengan nilai

    maksimum

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    17/27

    17

    Proses Audit Medik

    1. Salah satu upaya dalam rangka meningkatkan mutu profesiberkesinambungan berdasarkan Evidence based Medicine ( EBM )

    dan Evidence based Health Care ( EBHC ).

    2. Ruang lingkup : profesi medis

    3. Bentuk :a. Tingkat SMF First Party Audit ( Self Assessment )

    . minggu / kali Dipimpin : Koordinator Etik dan Mutu SMF

    Sekretaris : Koordinator Pelayanan Medik dan Diklit SMF Penyaji : dokter yang memegang kasus

    Peserta : seluruh staf medis SMF

    Hasil : - alternatif pemecahan masalah

    - salinan dikirim ke Komite Medik

    b. Tingkat Komite Medik Second Party Audit

    Sebulan / kali atau bila ada hal yang mendesak

    Dipimpin : Ketua Komite Medik

    Moderator : Ketua Sub Komite Etik dan Mutu Komite Medik

    Sekretaris : Sekretaris Komite Medik dan Sekretaris Sub

    Komite Etik dan Mutu Penyaji : dokter pemegang kasus dan Ketua SMF

    bersangkutan.

    Peserta : - Seluruh Ketua SMF dan staf medis

    - Direksi- Kepala Bidang Mutu Pelayanan- Manager Intalasi terkait.

    Hasil : penyelesaian kasus

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    18/27

    18

    Mekanisme :

    1. Ketua Komite Medik dan Ketua Sub Komite Etik dan Mutu memilih danmenetapkan kasus berdasarkan data / kasus ( < 2 hari )

    2. Ketua Komite Medik menetapkan tanggal pelaksanaan diskusi tingkatKomite dan membuat surat undangan ( < 2 hari )

    3. Ketua Komite Medik menginformasikan secara tertulis kepada Ketua

    SMF kasus terkait (< 2 hari ) untuk membahas kasus tersebut pada

    tingkat SMF (proses sesuai dengan Sistem SMF masing masing) danmempersiapkannya untuk pembahasan tingkat Komite Medik (< 2minggu sejak surat Ketua Komite Medik diterima )

    4. Ketua SMF menyerahkan berkas / formulir kepada Ketua KomiteMedik 4 hari sebelum diskusi tingkat Komite Medik.

    5. Tingkat Komite Medik :

    Pembukaan oleh Ketua Komite Medik ( 5 menit ) Diskusi : moderator Ketua Tim Etik dan Mutu Komite Medik

    Penyajian kasus : 15 menit

    Diskusi : ( 20 menit )

    Kesimpulan : ( 5 menit )

    Penutup : Ketua Komite Medik ( 5 menit ) dan Direktur ( 5 menit )

    6. Resume dan laporan tertulis : Sekretaris Komite Medik

    Informasi kasus/data dapat dari:1. Jajaran Direktur Pelayanan Medik RSF

    2. Komite Etik dan Hukum RSF3. Sub Komite Etik dan Mutu Komite Medik4. Tim Rekam Medis Komite Medik5. Manajer Instalasi6. Ketua SMF

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    19/27

    19

    Formulir 1

    1ST PARTY MEDICAL AUDITSMF : ..

    Tanggal : ..Waktu : Pukul .. sampai pukul ..Yang hadir : .. orang ( daftar hadir terlampir )

    Kasus :Identitas pasien : ..

    No. RM : ...

    Kronologis : ..

    ......

    ....

    Masalah : ..

    ..

    ....

    Evaluasi

    No SesuaiTidak

    SesuaiKeterangan

    1. Pelaksanaan SPM/SOP kasus tsb SPM/SOP ada / tidak ada

    2. Diagnosis Kerja

    3. Rencana tindakan ( penunjang )

    4. Diagnosis pasti

    5. Terapi

    Kesimpulan :

    Saran :

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    20/27

    20

    Formulir 2

    IST PARTY MANAGERIAL AUDIT

    Instalasi : ..

    Tanggal : ..Waktu : Pukul .. sampai pukul ..Yang hadir : .. orang ( daftar hadir terlampir )

    Kasus :

    Identitas pasien : ..

    No. RM : ...

    Kronologis : ......

    ....

    ..

    Masalah : ..

    ....

    ..Evaluasi

    WAKTUNO URAIAN

    PETUGAS

    PJ / PELAKSANA Tgl JamKET

    1. Ekspedisi

    - Pasien

    - Berkas Rekam

    Medis

    - .

    - .

    - .2. Penatalaksanaan di

    ruang pelayanan :

    -

    -

    Kesimpulan :

    Saran :

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    21/27

    21

    2nd PARTY AUDITTANGGAL :

    I. IDENTITAS KASUS

    - Diagnosis Kasus : .- Nama : .- Umur : .

    - Jenis kelamin : .

    - No. RM : .

    II. PEMBAHASAN

    DIAGNOSIS

    URAIAN MASALAH SOP/SPM

    PENATALAKSANAAN

    URAIAN MASALAH SPM/SOP

    III. KESIMPULAN :..

    IV. SARAN SARAN :..

    Mengetahui, Jakarta,

    Ketua Komite Medik Notulis

    ( ) ( )

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    22/27

    22

    Proses selanjutnya setelah menyusun Standar Pelayanan Medis RumahSakit adalah membuat Clinical Pathways sebagai salah satu komponen dari

    Sistem Casemix (INA DRG) yang saat ini dipergunakan untuk JaminanPemeliharaan Kesehatan (Jamkesmas) di rumah sakit sebagaimana dalamGambar 7 di atas.

    Sedangkan selama tenaga medis dokter tersebut melaksanakan praktikkedokteran sehari hari di rumah sakit terikat dengan Sistem SMF dan

    Sistem Komite Medik dengan portfolio ruang lingkup dalam aspek pelayanan

    dan pendidikan kedokteran (Gambar 9) dan contoh di salah satu SMF

    (Gambar 10 dan 11) serta format portfolio individual risk assessment

    (Gambar 12) dibawah.

    Gambar 10. Portfolio ruang lingkup profesi medis di RSUP Fatmawati.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    23/27

    23

    Gambar 11. Contoh portfolio ruang lingkup dokter di RSUP Fatmawati

    Gambar 12. Contoh uraian tugas dalam portfolio dokter di salah satu SMF.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    24/27

    24

    Gambar 13. Format Penilaian Risiko Medis Individu (Individual Medical Risks

    Assessment)

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    25/27

    25

    Ilustrasi monitoring Komite Medik RSUP Fatmawati beberapa contoh kasusserta penanganannya melalui pendekatan format Patient Safety(Gambar 14).

    Gambar 14. Laporan kasus pengaduan, manajemen risiko klinis (Clinical RisksManagement) dan Patient Safety.

    Sedangkan monitoring pelaksanaan etika profesi kedokteran sesuai dengan

    Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), Komite Medik RSUP Fatmawati

    menerapkan format yang merangkum ke tujuh belas pasal KODEKI untuksetiap individu profesi medis sebagaimana contoh dalam Gambar 15 berikut.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    26/27

    26

    Gambar 15. Contoh hasil evaluasi dari Individual Portfolio tentang Kode EtikKedokteran Indonesia untuk periode tahun 2006.

    Beberapa opsi Komite Medik dalam terjadinya ketidaksesuain pelaksanaanpraktik kedokteran

    1. Etik Profesi: Bila ditemukan ada kemungkinan kecenderungan

    pelanggaran dalam hal etik profesi, maka Komite Medik akan menggelar

    Sidang Pleno Etik Profesi yang diselenggarakan oleh Sub Komite Etikdan Mutu Profesi Komite Medik dengan memakai format penilaian Etik

    sesuai dengan Sistem Komite Medik;2. Audit Medis: tidak tertutup pelaksanaan nomor 1 di atas tersebut

    sekaligus dilakukan juga audit medis tingkat pertama (First Party

    Medical Audit) dan kedua (Second Party Medical Audit), dan

    sebaliknya (bila dalam hasil audit medis ada unsur unsur pelanggaran

    etik profesi) two ways traffic mechanisms.3. Bila dari kedua mekanisme di atas ada ditemukan unsur hukum, maka

    akan diadakan koordinasi dengan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit

    serta Direksi Rumah Sakit.

  • 8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Penerapan Pelaksanaan Patient Safety di RS - Dinkes Jawa Timur

    27/27

    27

    4. Bila ada kecurigaan kasus berpotensi, maka Komite Medik akan

    menempuh jalur 1 dan 2 di atas.5. Informasi satu pintu: Bila ada kasus pengaduan kasus, ketiga jajaran

    (Komite Medik, Komite Etik dan Hukum, dan Direksi) segera melakukan

    rapat koordinasi sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masingmasing, serta memutuskan segala pernyataan maupun klarifikasi adalahmelalui satu pintu dan dilaksanakan oleh petugas yang diberikan

    kewenangan (biasanya dalam hal ini Humas Rumah Sakit sedangkan

    Komite Medik beserta Komite Etik dan Hukum memberikan masukan

    sesuai tugas dan fungsinya).

    6. Kolegialitas: Setiap perkembangan kasus yang telah dilimpahkan kepihak berwajib, Komite Medik beserta Komite Etik dan Hukum RumahSakit senantiasa berkoordinasi dan urun rembug menyelesaikan

    berbagai alternatif solusi dalam Sidang Pleno Komite Medik.

    Sesuai dengan rencana skema Komite Medik RSUP Fatmawati sebagaimanadalam Gambar 2 di atas. Titik penting (crucial point) adalah pada clinicalpathways sebagai entry point dalam melaksanakan kegiatan praktik profesi

    kedokteran sehari hari di rumah sakit baik untuk tingkat sistem maupunindividu dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana

    diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

    Kedokteran dengan tujuan memberikan perlindungan kepadapasien/masyarakat (patient safety), profesi kedokteran sendiri danmeningkatkan mutu pelayanan serta mutu kompetensi profesi.

    Sedangkan mengenai Clinical Pathways itu sendiri akan dibahas secara

    tersendiri, di luar dari ruang lingkup pembahasan makalah ini.

    Catatan:Mengenai Clinical Pathways, INA DRG, Patient Safety dan sebagainya

    dapat dilihat di http://www.scribd.com/Komite Medik

    Terima Kasih, semoga bermafaat.

    Jakarta, 11 Mei 2009

    Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MAKetua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta.