doc. FRS

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setip kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Di negara kita ini, rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), terutama upaya penyembuhan dan pemulihan, sebab rumah sakit mmpunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita, yang berarti 1

description

FRS

Transcript of doc. FRS

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setip kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Di negara kita ini, rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), terutama upaya penyembuhan dan pemulihan, sebab rumah sakit mmpunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita, yang berarti bahwa pelyanan rumah sakit untuk penderita rawat jalan dan rawat tinggal hanya bersifat spesialistik atau subspesialistik, sedang pelayanan bersifat non spesialistik atau pelayanan dasar harus dilakukan di puskesmas. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992, Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, yang menyebutkan bahwa tugas rumah sakit mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa masalah yang di rumuskan oleh penulis yaitu :

1. Apa pengertian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit ?2. Klasifikasi RSUD Kabupaten Ciamis ?

3. Menyusun struktur organisasi IFRS ?

4. Bagaimana mekanisme kerja Instalansi Farmasi Rumah Sakit?5. Bagaimana Proses pengelolaan IFRS ?6. Masalah dan hambatan pengembangan fungsi dan pelayanan IFRS ?

7. Upaya peningkatan dan penyempurnaan fungsi dan pelayanan IFRS?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang di ajukan penulis adalah :

1. Mengetahui pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit.2. Mengetahui klasifikasi RSUD Kabupaten Ciamis.

3. Mengetahui struktur organisasi IFRS.

4. Mengetahui mekanisme kerja IFRS.5. Mengetahui proses pengelolaan IFRS.

6. Mengetahui masalah dan hambatan pengembangan fungsi dan pelayanan IFRS.7. Mengetahui upaya peningkatan dan penyempurnaan fungsi dan pelayanan IFRS.1.4 Manfaat Makalah

Makalah ini dapat bermanfaat untuk penambahan ilmu yang mempelajari Struktur organisasi IFRS dan proses pengelolaan IFRS. Secara praktis makalah ini bermanfaat bagi:

1. Penulis, sebagai wadah penambah wawasan agar mengetahui tentang Struktur organisasi IFRS dan proses pengelolaan IFRS.2. Pembaca atau dosen, sebagai media informasi bahwa struktur organisasi IFRS berpengaruh pada proses pengelolaan IFRS.BAB II

ISI2.1 Definisi Rumah SakitMenurut WHO Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dan berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan penyakit (rehabilitatif).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan peraturan Menkes No.159b/Menkes/PER/11/1988, tugas dan fungsi Rumah Sakit adalah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan menggunakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya rujukan kesehatan. Fungsi Rumah Sakit meliputi berbagai hal yang meliputi pelayanan dan keperluan masyarakat dalam hal kesehatan, Rumah Sakit juga melayani dalam hal pendidikan bagi para siswa yang melakukan pendidikan atau pelatihan pelatihan di Rumah Sakit tersebut.

Hal-hal tersebut meliputi :1. Fungsi perawatan

Meliputi : Promotif (peningkatan kesehatan), Preventif (pencegahan penyakit), Kuratif (penyembuhan penyakit), Rehabilitatif (pemulihan kesehatan), penanganan gizi pelayanan pribadi.

2. Fungsi pendidikan

Penanganan obat yang tepat (critial right) meliputi : tepat penderita, tepat dalam memberikan obat, tepat dalam indikasi suatu penyakit, tepat dalam memberikan dosis obat, tepat dalam pemberian obat atau resep, tepat dalam mendiagnosis suatu penyakit, tidak salah dalam memberikan informasi kepada pasien.

3. Fungsi penelitian

Untuk fungsi penelitian ini, pengetahuan medis mengenai suatu penyakit dan perbaikan pelayanan Rumah Sakit harus benar - benar dikuasai oleh pihak - pihak yang bersangkutan sehingga tidak terjadi kesalahan yang bisa mengakibatkan kesalahan yang fatal dalam penelitian tersebut .

4. Fungsi kesehatan

Kesehatan Rumah Sakit tersebut meliputi hal - hal berikut: membantu, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mengurangi dan menekan jumlah penyakit.

2.3 Pembagian Rumah Sakit

Klasifikasi atau pembagian Rumah Sakit terbagi kedalam beberapa macam yaitu:

1. Berdasarkan kepemilikannya, Rumah Sakit terbagi kedalam :

a. Rumah Sakit Pemerintah, yaitu Rumah Sakit yang didirikan oleh pemerintah. Contoh: Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin

b. Rumah Sakit Swasta ,yaitu Rumah Sakit yang didirikan oleh perorangan / suatu perkumpulan atau yayasan. Contoh: Rumah Sakit Bhayangkara Bandung.

2. Berdasarkan Bentuk Pelayanannya.Rumah Sakit terbagi ke dalam:

a. Rumah Sakit Umum, yaitu Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan spesialis / subspesialis. Contoh : Rumah Sakit Umum Bandung.

b. Rumah Sakit Khusus, yaitu Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya satu jenis spesialis. Contoh : Rumah Sakit Jantung Harapan kita.

3. Berdasarkan Lama Tinggal, Rumah Sakit dapat di bagi ke dalam :

a. Rumah Sakit Jangka pendek, yaitu Rumah Sakit yang merawat penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari. Contoh : Penderita dengan kondisi penyakit akut dan kasus darurat, biasanya dirawat di rumah sakit kurang dari 30 hari.

b. Rumah Sakit Jangka Panjang, yaitu Rumah Sakit yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Contoh : penderita dalam kondisi psikiatri.

4. Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur

Rumah Sakit pada umumnya diklasifikasi berdasarkan kapasitas tempat tidur sesuai dengan berikut :

a. Dibawah 50 tempat tidur

b. 50-99 tempat tidur

c. 100-199 tempat tidur

d. 200-299 tempat tidur

e. 300-399 tempat tidur

f. 400-499 tempat tidur

g. 500 tempat tidur atau lebih

5. Berdasarkan Afiliasi Pendidikan ,Rumah Sakit dapat dibagi ke dalam :

a. Rumah Sakit Pendidikan, yaitu Rumah Sakit yang melaksanakan program pelatihan residensi dalam medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis lain.

b. Rumah Sakit Non Pendidikan, yaitu Rumah Sakit yang tidak memiliki Program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan Universitas.6. Berdasarkan Status Akreditasi, Rumah Sakit dapat dibagi ke dalam:

a. Rumah Sakit yang telah Diakreditasi, yaitu Rumah Sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui.

b. Rumah Sakit yang belum Diakreditasi, yaitu Rumah Sakit yang belum diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui.

2.4 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

1. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang - kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2.5 Unit Pelayanan Rumah Sakit

Untuk Unit Pelayanan Rumah Sakit ini di bagi menjadi 3 bagian ,yaitu :

1. Pelayanan Rawat Jalan

2. Pelayanan Rawat Inap

3. Pelayanan Rawat Darurat 2.6 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

a. Pengertian Instalansi Farmasi Rumah Sakit ( IFRS )

IFRS adalah suatu bagian di rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan satuan Instalasi tersendiri di rumah sakit yang melakukan pengelolaan obat obatan dan perbekalan farmasi di rumah sakit secara baik dan professional.

b. Sejarah Instalasi Farmasi Rumah Sakit ( IFRS )

Instalasi Farmasi Rumah Sakit pertama diperkenalkan oleh Jonathan Robert, seorang Apoteker farmasi rumah sakit Pennsyivania, Amerika Utara. Perkembangan farmasi rumah sakit mencapai puncaknya pada saat terbentuknya organisasi farmasi rumah sakit di Amerika yang dikenal dengan the Amerika Society of Hospital Pharmacist ( AHSP ), pada tanggal 21 Agustus 1942.

c. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ( IFRS )

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat dengan menggunakan fasilitas / sarana yang tersedia di rumah sakit tersebut.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kefarmasian professional berdasarkan prosedur kefarmasian dalam kode etik profesi.c. Memberikan informasi mutakhir dan usul mengenai obat, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan.d. Fungsi IFRS

Untuk melaksanakan tugas dan pelayanan farmasi yang luas tersebut, IFRS mempunyai berbagai fungsi, yang dapat digolongkan menjadi fungsi nonklinik dan fungsi klinik. Fungsi nonklinik biasanya tidak secara langsung dilakukan sebagai bagian terpadu dan segera dari pelayanan penderita serta lebih sering merupakan tanggung jawab apoteker rumah sakit.

Fungsi farmasi nonklinik adalah perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan pengendalian semua pembekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit secara keseluruhan. Distribusi obat menjadi fungsi farmasi klinik apabila dalam sistem distribusi rumah sakit apoteker berinteraksi dengan dokter, perawatan dan penderita.

Fungsi farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam program rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotostik, pelayanan diunit perawatan kritis, pemeliharaan formularium, penelitin, pengendalian, infeksi dirumah sakit, sentra dirumah sakit obat, pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan sistem formalarium, panitia farmasi, dan terapi, sistem pemantauan , kesalahan obat, buletin terapi obat, program edukasi, in-service bagi apoteker, dokter dan perawat, investigasi obat, dan unit gawat darurat.1. Pemantauan terapi obat (PTO)

2. Evaluasi penggunaan obat (EPO)e. Visi dan Misi IFRS

Visi merupakan suatu pernyataan tentang keadaan atau status suatu IFRS yang diinginkan oleh pimpinan IFRS pada suatu titik waktu tertentu yang akan datang. Status masa depan IFRS itu meliputi lingkup dan sifat pelayanan bagi semua konsumen internal dan eksternal; posisi dalam rumah sakit; penerimaan eksistensi IFRS oleh masyarakat rumah sakit, yaitu penderita, profesional kesehatan; masyarakat umum dan semua. Visi rumah sakit dan IFRS adalah dasar bagi semua aspek dari rencana strategis IFRS.

Pernyataan misi mengemukakan alasan dasar dan menetapkan peranan yang akan dilakukan IFRS dalam lingkungannya. Pernyataan misi itu harus secara jelas menunjukkan lingkup dan arah kegiatan IFRS dan sejauh mungkin harus menyediakan suatu model untuk pembuatan keputusan oleh personel pada semua tingkat dalam IFRS itu.

BAB III

PEMBAHASAN3.1 Sejarah RSUD Kabupaten Ciamis

Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis didirikan pada Tahun 1942, dengan luas lahan sebesar 19.305 m2 dan luas bangunannya sebesar 3.938 m2. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah daerah kabupaten ciamis. Sesuai dengan SK Menkes RI NO.YM.00.03.0.0.130 Tanggal 22 Januari 2003 dalam uji coba rumah sakit swadana type C yang terakreditasi penuh untuk lima pelayanan dasar.

1. Visi Misi RSUD Ciamisa. Visi Rumah sakit yang propesional dan diminati masyarakatb. Misia. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal dan berkualitas

b. Meningkatkan kopetensi sumber daya manusia

c. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

2. Tujuan RSUD Ciamisa. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang optimal dan berkualitas

b. Meningkatkan kopetensi sumberdaya manusia

c. Meningkatkan saran dan prasarana sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

3.2 Manajemen Farmasi Pengelolaan Obat di Rumah Sakit

1. Perencanaan

Perencanaan bertujuan untuk menyusun kebutuhan perbekalan farmasi yang tepat sesuai kebutuhan, mencegah terjadinya kekosongan / kekurangan barang farmasi , mendukung / meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.2. Pengadaan

Pengadaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi yang berkualitas berdasarkan fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan.

3. Penerimaan Penerimaan bertujuan mendapatkan perbekalan farmasi berkualitas sesuai kebutuhan.

4. Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan untuk menjaga agar mutu perbekalan farmasi tetap terjamin, menjamin kemudahan mencari perbekalan farmasi dengan cepat pada waktu dibutuhkan untuk mencegah kehilangan perbekalan farmasi.

5. Pendistribusian Pendistribusian bertujuan untuk memberikan perbekalan farmasi yang tepat dan aman pada waktu dibutuhkan oleh pasien.

6. Pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk menjamin kemanjuran, keamanan dan efisiensi penggunaan obat serta dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.3.3 Struktur Organisasi RSUD dan Instalasi farmasi Kabupaten Ciamis

Perda Kabupaten Ciamis Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Dan Peraturan Bupati Ciamis Nomor 62 Tahun 2008 Tentang Tugas Fungsi Dan Tata Kerja Unsur Organisasi RSUD Kelas C Kabupaten Ciamis

Kedudukan :

Rumah Sakit Umum Derah Kelas C merupakan unsure pendukung tugas kepala daerah, dipimpin oleh direktur yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekertaris daerah.Tugas :

Rumah Sakit Umum Derah Kelas C mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pengelolaan rumah sakit umum daerah.

Fungsi :

Dalam melaksanakan tugas tersebut menyelenggarakan fungsi

Perumusan kebijakan teknis sesuai lingkup tugasnya

Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pengelolaan rumah sakit umum daerah

Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pengelolaan rumah sakit umum daerah

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

RSUD Kelas C Kabupaten Ciamis Terakreditasi 12 pelayanan :

1. Administrasi dan Manajemen

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

3. Kamar Operasi

4. Keperawatan

5. Laboratorium

6. Pelayanan Medik

7. Pengendalian Infeksi

8. Radiologi

9. Perinatologi Resiko Tinggi

10. Rekam Medik

11. IGD

12. Farmasi

Pelayanan, Fasilitas, Kunjungan, Kegiatan, Alur Pasien

Gawat Darurat

Rawat Jalan

Rawat Inap

Penunjang

Pelayanan penunjang medis

Instalasi Laboratorium

Instalasi Radiologi

Instalasi Farmasi

Instalasi Gizi

Instalasi Bedah Sentral

Instalasi Pemulasaraan Jenazah

USG

EKG

EEG

Hemodialisa

CT-Scan

Pelayanan Gawat Darurat

UGD 24 Jam dilengkapi Dokter jaga

Nomor telepon darurat untuk melayani permintaan ambulance dan informasi kegawatdaruratan

Pelayanan Rawat jalan

Poliklinik

Kesehatan anak

Bedah

Penyakit dalam

Kandungan

Saraf

THT

Mata

Kulit dan kelamin

Jiwa

Poli DOTS

Poli HIV AIDS

Gigi dan mulut

Konsultasi Gigi

Fisioterpi

General check up

Alur pasien rawat jalan RSUD kelas C Kabupaten Ciamis

1. Pelayanan pasien rawat inap

Ruang ICU

Ruang VIP

Ruang Anggrek

Ruang Mawar

Ruang Delima

Ruang Melati

Ruang Teratai

Ruang Bougenvile

Ruang Kenanga

Ruang Perinatologi

Ruang Dahlia

Jumlah tempat tidur tiap ruangan

NoRuanganVIPUtamaKLS IKLS IIKLS IIINON KLSJML

1ICU-----44

2VIP9-----9

3Anggrek-55---10

4Mawar--2812-22

5Delima/VK--4-30-34

6Melati--2818-28

7Teratai---1224-36

8Bougenvile--4815-27

9Kenanga----44-44

10Perinatologi-----2121

11Dahlia----34-34

JUMLAH95173617725269

Alur Pasien Rawat Inap

2. Prosedur pelayanan jamkesmas

Calon pasien kepada petugas pendaftaran a. Kartu jamkesmas

b. KTP

c. Kartu Keluarga

d. Surat rujukan dari puskesmas

3. Prosedur pelayanan SKTM/Jamkesda

Calon pasien kepada petugas pendaftaran

a. KTP

b. Kartu Keluarga

c. Surat rujukan dari puskesmas

d. Surat keterangan miskin diketahui kepala desa, camat, dinas social

e. SJP dari Dinas Kesehatan

4. Prosedur pelayanan jampersal

Calon pasien kepada petugas pendaftaran

a. KTP

b. Kartu Keluarga

c. Surat rujukan dari puskesmas

d. Surat nikah

5. Prosedur pelayanan ASKES

Calon pasien kepada petugas pendaftaran

a. Kartu askes

b. Surat rujukan dari puskesmas

c. Rujukan dari dokter keluarga3.5 Proses pengelolaan Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten CiamisPada proses pengelolaan IFRS Di RSUD ciamis sendiri itu mengacu pada E-KATALOG (pedoman seperti FORNAS, IMMS dan formularium). Dimana Pelayanan obat dulu untuk jamkesmas berpedoman pda Mentri Kesehatan khusus JAMKESMAS, untuk pasien askes ke BPHO sekarang msuk k BPJS yang masuk ke formularium.

Untuk pendistribusian obat sendiri meliputi apotek rawat jalan, inap dan IGD. Setiap apotek pendistribusian obat berbeda beda, disesuaikan dengan kebutuhan apotek itu sendiri. RSUD ciamis sendiri untuk sebelum pendistribusian obat dilakukan pengadaan terlebih dahulu, di mulai dari gudang obat dan seterusnya. 1. Evaluasi penggunaan ObatProgram Evaluasi Obat dirumah sakit adalah suatu proses jaminan mutu yang terstruktur, dilaksanakan terus menerus, dan diotoritasi rumah sakit ditujukan memastikan bahwa obat obatan digunakan dengan tepat aman dan efektif.

a. Evaluasi EPO

Maksud kegiatan EPO adalah untuk memastikan terapi obat yang tepat. Suatu program EPO yang memastikan mutu penggunaan obat, harus dilakukan terus menerus, diotorisasi, dan terstruktur , harus mengukur (mengevaluasi) penggunaan oabt terhadap criteria penggunaan yang telah di tetapkan terlebih dahulu, dan yang terpenting, memperkrasai perubahan dalam penggunaan obat yang tidak memenuhi criteria tersebut. Hal inilah yang membedakan antara pengkajian penggunaan obat (PPO) dan EPO.

PPO adalah studi kuantitatif mencakup pengumpulan, pengorganisasian, dan pelaporan jumlah penggunaan obat. Studi PPO dapat atau tidak merupakan bagian dari suatu kegiatan yang terus menerus dan itu merupakan suatu fungsi dari IFRS. Sebaliknya studi EPO kualitatif adalah suatu kegiatan multidisiplin yang mengevaluasi ketepatan penggunaan obat, didasarkan pada criteria penggunaan yang ditetapkan terlebih dahulu. Biasanya EPO itu adalah pemeriksaan 1 kali suatu obat atau suatu golongan obat tertentu atau kadang kadang suatu penyakit tertentu. Dengan menggunakan kriteria penggunaan tersebut, ketepatan penggunaan obat dapat diukur. Suatu gabungan studi PPO dan EPO dapat digunakan untuk menetapkan pola, jumlah, dan ketepatan penggunaan obat. Studi PPO pada umumnya tidak mempunyai dampak abadi, bukan suatu komponen terpadu dari pelayanan pasien dan tidak mengadakan tindak lanjut untuk menetapkan jika tindakan koreksi berhasil. Apabila mengembangkan kriteria untuk penggunaan obat, harus dievaluasi didalam rumah sakit itu sendiri. Dalam pustaka obat anti biotic telah diberi perhatian besar karena penggunaannya yang tinggi, harga tinggi, dan berbagai laporan penggunaannya sering tidak tepat. Secara khas criteria menyatakan bahwa EPO adalah suatu proses sistemik, berbasis criteria, dilakukan terus menerus, direncenakan untuk memantau dan mengevaluasi penggunaan obat profilaksis, empiric dan terapi. Guna memastikan bahwa penggunaan demikian adalah tepat, aman, dan efektif.

2. Kebijakan dan prosedur pelayanan Catatan hasil evaluasi tahun 2011 RSUD Kelas C Kabupaten Ciamis

Untuk kebijakan dan prosedur tetap pelayanan kefarmasian yang dilakukan meliputi:

1. Pengkajian resep yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, farmasi dan klinis baik rawat jalan maupun rawat inap.

2. Dispensing yang merupakan kegiatan pelayanan dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan, meracik obat, memberikan label, etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai dengan sistem dokumentasi yang dibedakan atas sifat sediaan.

3. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat, yang sudah dilakukanpelaporan efek samping obat sediaan topikal untuk tujuan kosmetika.

4. Pelayanan informasi obat

5. Pelayanan konsultasi obat

6. Pengemasan kembali sediaan perbekalan farmasi

PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI DI UNIT PELAYANAN OBAT

STANDAR OPRASIONAL PROSEDURTanggal terbit 03 januai 2011

PENGERTIANProses mendapatkan perbekalan farmasi untuk pelayanan obat

TUJUANPerbekalan farmasi untuk unit pelayanan obat

KEBIJAKAN PETUGAS1. Apoteker

2. Asisten apoteker

PROSEDUR1. Menerima barang farmasi dari petugas gudang

2. Memeriksa kondisi barang: kesesuaian nama, jenis dan jumlah obat dengan daftar permintaan serta waktu kadaluarsa

3. Bila tidak sesuai dengan permintaan maka barang-barang tersebut di kembalikan lagi ke gudang untuk di tukar/disesuaikan lagi dengan keadaan

4. Bila sudah sesuai dilakukan serah terima barang anatar staf unit pelayanan obat dengan unit administrasi dan gudang

5. Staf unit pelayanan obat mencatat setiap perbekalan farmasi yang masuk di kartu stock

UNIT TERKAITGudang farmasi

KEBIJAKANPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PERBEKALAN FARMASI

No DokumenNo RevisiHalaman 1/1

Tanggal terbit

03 Januari 2011Ditetapkan,

Direktur RSUD Kelas C

Kabupaten Ciamis

H. DEDE SAEFUL UYUN, SKM,M.KES

NIP. 196503111986031008

RUANG LINGKUPInstalasi Farmasi

TANGGUNG JAWAB1. Kepala Instalasi Farmasi

2. Bidang Penunjang Rumah Sakit

3. Bagian Penerimaan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi

KEBIJAKAN1. Persediaan perbekalan farmasi didasarkan atas kecepatan gerak atau perputaran Perbekalan Farmasi yang laku keras supaya tersedia lebih banyak dan obat kurang laku disediakan lebih sedikit.

2. Penambahan persediaan perbekalan farmasi didasarkan atas kebutuhan

3. Pembelian harus menyesuaikan dengan Dokumen Kontrak Pengadaan yang telah ditetapakan.

4. Apabila ada pengiriman perbekalan farmasi yang tidak sesuai dengan pesanan harus dikembalikan kepada supplier, dengan sepengetahuan Kepala Instalansi farmasi.

5. Setiap akhir bulan dilakukan stock opname.

6. Bila ada perbekalan farmasi yang mendekati kadarluarsa segera informasikan kepada Panitia Farmasi dan Terapi melalui Kepala Instalansi Farmasi.

DOKUMEN TERKAIT1. Protap pengadaan perbekalan farmasi

2. Protap pengembalian perbekalan farmasi kepada supplier

3. Protap pengawasan dan pengendalian mutu perbekalan farmasi

4. Protap penghapusan perbekalan farmasi

KEBIJAKANPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN FARMASI

No DokumenNo RevisiHalaman

1/1

Tanggal terbit

03 Januari 2011Ditetapkan,

Direktur RSUD Kelas C

Kabupaten Ciamis

H. DEDE SAEFUL UYUN, SKM,M.KES

NIP. 196503111986031008

RUANG LINGKUPInstalasi Farmasi

TANGGUNG JAWABKepala Instalasi Farmasi dan seluruh staf farmasi

KEBIJAKAN1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan farmasi Instalansi Farmasi harus mempunyai standar pelaksanaan yang berupa Prosedur tetap (protap) Pelayanan Farmasi

2. Untuk mengukur terpenuhi atau tidaknya standar masukan, proses dan lingkungan, Instalansi Farmasi harus mempunyai indikator persyaratan minimal.

3. Untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan Instalansi Farmasi harus mempunyai indikator minimal.

DOKUMEN TERKAIT1. Buku kebijakan dan Prosedur Instalansi Farmasi Rumah Sakit

2. Standar persyaratan minimal pelayan farmasi

3. Standar penampilan minimal pelayanan farmasi

4. Laporan laporan hasil kegiatan pelayanan farmasi

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI KLINIK

No DokumenNo RevisiHalaman 1/1

Tanggal terbit

03 Januari 2011Ditetapkan,

Direktur RSUD Kelas C

Kabupaten CiamisH. DEDE SAEFUL UYUN, SKM,M.KES

NIP. 196503111986031008

RUANG LINGKUPInstalasi Farmasi

TANGGUNG JAWABKepala Instalasi Farmasi dan seluruh staf farmasi

KEBIJAKANPelayanan farmasi klinik diantaranya harus melakukan :

1. Konseling terhadap pasien

2. Pemantauan penggunaan obat

DOKUMEN TERKAIT1. Laporan penggunaan obat generik

PENYULUHAN DAN INFORMASI OBAT

No DokumenNo RevisiHalaman

1/1

KEBIJAKANTanggal terbit

03 Januari 2011Ditetapkan,

Direktur RSUD Kelas C

Kabupaten Ciamis

H. DEDE SAEFUL UYUN, SKM,M.KES

NIP. 196503111986031008

RUANG LINGKUPInstalasi Farmasi

TANGGUNG JAWAB1. Seluruh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan Rumah Sakit

2. Pasien

KEBIJAKAN1. Setiap penyerahan perbekalan farmasi pada pasien harus disertai pemberian informasi cara penggunaannya.

2. Harus memberikan informasi dan penyuluhan tentang perbekalan framasi kepada masyarakat.

DOKUMEN TERKAIT1. Prosedur tetap pelayanan perbekalan farmasi

2. Prosedur tetap penyuluhan dan informasi

PELAYANAN PERBEKALAN FARMASI SISTEM SATU PINTU

No DokumenNo RevisiHalaman 1/1

KEBIJAKANTanggal terbit

03 Januari 2011Ditetapkan,

Direktur RSUD Kelas C

Kabupaten Ciamis

H. DEDE SAEFUL UYUN, SKM,M.KES

NIP. 196503111986031008

RUANG LINGKUPInstalasi Farmasi

TANGGUNG JAWAB1. Direktur Rumah Sakit

2. Kepala Instalasi Farmasi

KEBIJAKAN1. Instalansi farmasi harus melayani seluruh kebutuhan perbekalan farmasi di Rumah Sakit baik pasien rawat inap/rawat jalan.

2. Apabila pasien rawat inap/rawat jalan memerlukan perbekalan Farmasi tetapi tidak ada persediaan, maka Instalansi Farmasi harus mengusahakan perbekalan Farmasi tersebut dari apotek lainnya yang ada.

DOKUMEN TERKAIT1. Perjanjian kerjasama

2. SK Kepala Rumah Sakit tentang Pelayanan Farmasi Satu Pintu

3.5 Masalah dan hambatan pengembangan fungsi dan pelayanan Instalasi Farmasi RSUD Kelas C Kabupaten Ciamis

1. Masalah yang pernah terjadi pada pelayanan Instalasi Farmasi RSUD Kelas C Kabupaten CiamisKasus 1 :

Salah memberikan obat yang kesalahannya yaitu pada nama pasien yg sama dengan pasien yang berbeda penyakit kesalahan ini terjadi bisa dari apoteker maupun pasien yang terburu-buru untuk pulang. Tetapi pihak farmasi berusaha mencari alamat rumahnya, tetapi sekarang tidak karena sdm nya banyak dan apotekernya juga ada. Jika salah obat harus bertanggung jawab karena apabila yang diberikan obat diabetes yang tadinya tidak menderita diabetes akan terkena diabetes dan kalau hipo bisa mengakibatkan fatal untuk pasien yaitu meninggal. 2. Hambatan

Pelayanan obat dulu untuk jamkesmas berpedoman pada permenkes khusus jamkesmas, untuk pasien askes ke BPHO yang msuk ke BPJS jadi pedomannya ke rekatalog atau formularium. Dimana untuk rekatalog itu sendiri belum lengkap yang secara otomatis ada hambatan untuk mengenali OOP, ada sebagian yang belum menyediakan jikapun ada disediakan. Contohnya untuk membeli obat Isoniazid Rp 100 pada PT. (a) yang ketika tidak diduga sudah habis sedangkan yang dilihat terpaku ke harga yg sudah di tentukan Pemerintah. Keterpaksaan membeli obat pada merk yang lain tetapi Zat aktifnya masih sama. Otomatis stok di RSUD kelas C Kabupaten Ciamis yang kadang kehabisan menjadi penghalang untuk maju karena dari distributornya keterlambatan pengiriman. Jadi inti hambatan ini pengaruh distributor karena keterlambatan pengiriman.3.7 Upaya peningkatan dan penyempurnaan fungsi dan pelayanan IFRS Kelas C Kabupaten Ciamis.Hampir tiap tahun sampai 5x tenaga apoteker melakukan penyuluhan dengan cara mengikuti seminar karena seorang apoteker harus terakreditasi. Pendistribusian obat kesetiap pasien berbeda, jika rawat jalan tidak mungkin ada injeksi, infus, sesuai dengan kbtuhan, IGD lebih sama ke rawat inap pendistribusian obatnya. Sementara ini pemberian obat belum sistem depo jadi masih uangan yang meresepkan ke apotek diantaranya kan ada ya petugas farmasi di ruangan hemodialisa. Tetapi pada tahun yang terus berjalan sampai sekarang terjauh dalam permasalahan karena SDM nya banyak dan apotekernya juga banyak yang diberikan untuk masing-masing ruangan .BAB IVPENUTUP4.1 SimpulanApapun dan bagaimanapun Rumah Sakit merupakan tempay yang tepat bagi orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan, baik jiwa, fisik dan lainnya. Walupun ada sistem perawatan rumah yang dilakukan oleh sebagian orang, namun tetap saja tidak maksimal jika dibandingkan sistem perawatan yang telah dilakukan setiap rumah sakit.4.2 SaranJika ingin berobat ke Rumah Sakit, bagi yang tidak mempunyai biaya pilihlah rumah sakit yang bisa menerima BPJS, agar dapat membantu pengobatan yang akan dilakukan, memilih Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang memadai dan pelayanan yang baik.Struktur organisasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kelas C Kabupaten Ciamis

Kepala IFRS

Adminstrasi Apoteker

Gudang farmasi

Rawat inap

Rawat jalan

IGD

Tempat penerimaan pasien rawat jalan

Dokter Praktek

Ruj.Puskesmas

Ruj.RS lain

Tidak

Pernah Berobat

No Registrasi & no Rekam Medis

Follow Up Rawatan

Poliklinik

Rujukan kerumah Sakit lain

Dirawat

Tidak

Pulang

Perlu Obat Ulang

Dirawat

Tempat Penerimaan Pasien Rawat Inap

Datang Sendiri

Rujukan :

Puskesmas

Dokter Praktek

RSU lain

Poliklinik

Pernah Berobat

Ya

Tidak

No Registrasi

No Rekam Medis

Meninggal

Rujukan ke RS lain

Ruang Rawat Inap

Sembuh

Pulang

Perlu Follow Up

27