file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang...

23
Jumat , 30 September 2015 DISKUSI MATA KULIAH PERKUMPULAN GEMAR BELAJAR (GEMBEL) “HUKUM ACARA PIDANA” Pembicara: 1. R. Ivonne (2012) 2.RiskaKaloko(2012) Pemateri: 1.Alex Mulandar(2013) 2. Anita S. Tobing(2013) Moderator: Jimmy Sun(2013) A. UMUM 1. Pengertian Dan Tujuan Hukum Acara Pidana 1 a. Istilah dan Pengertian Dalam pasal 285 undang-undang hukum acara pidana terdapat nama resmi yang berbunyi: “undang-undang ini disebut kitab undang-undang hukum acara pidana”. Istilah ‘hukum acara pidana” sudah tepat dibandingkan dengan istilah “hukum proses pidana” atau “hukum tuntutan pidana”. Belanda memakai istilah strafvordering yag kalau diterjemahkan akan menjadi tuntutan pidana. Bukan istilah straftprocesrecht yang padanannya hukum acara pidana. Namun istilah Inggris Criminal Procedure Law lebih tepat dibandingkan istilah Belanda (Andi Hamzah: 1996). Ada lagi istilah yang mulai popular pula di Indonesia, yaitu criminal justice system yang artinya menjadi “sistem peradilan pidana”. Menurut Andi Hamzah dalam bukunya perlu di ingat bahwa istilah hukum acara pidana dan system peradilan pidana sangat berbeda ruang lingkupnya. Kalau hukum acara pidana hanya mempelajari “hukum” maka sistem peradilan pidana lebih luas, juga meliputi yang bukan hukum. Hukum acara pidana ruang lingkupnya lebih sempit, yaitu hanya memulai pada mencari kebenaran, penyelidikan, penyidikan dan berakhir pada mencari pelaksanaan pidana (eksekusi) oleh jaksa. Pembinaan narapidana 1 AndiHamzah, HukumAcaraPidana Indonesia, Jakarta:1996, Hal. 1-9 In de bio proreo 1

Transcript of file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang...

Page 1: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

Jumat , 30 September 2015

DISKUSI MATA KULIAH PERKUMPULAN GEMAR BELAJAR (GEMBEL)

“HUKUM ACARA PIDANA”

Pembicara: 1. R. Ivonne (2012)

2.RiskaKaloko(2012)

Pemateri: 1.Alex Mulandar(2013)

2. Anita S. Tobing(2013)

Moderator: Jimmy Sun(2013)

A. UMUM

1. Pengertian Dan Tujuan Hukum Acara Pidana1

a. Istilah dan Pengertian

Dalam pasal 285 undang-undang hukum acara pidana terdapat nama resmi yang berbunyi: “undang-

undang ini disebut kitab undang-undang hukum acara pidana”. Istilah ‘hukum acara pidana” sudah tepat

dibandingkan dengan istilah “hukum proses pidana” atau “hukum tuntutan pidana”. Belanda memakai istilah

strafvordering yag kalau diterjemahkan akan menjadi tuntutan pidana. Bukan istilah straftprocesrecht yang

padanannya hukum acara pidana. Namun istilah Inggris Criminal Procedure Law lebih tepat dibandingkan

istilah Belanda (Andi Hamzah: 1996). Ada lagi istilah yang mulai popular pula di Indonesia, yaitu criminal

justice system yang artinya menjadi “sistem peradilan pidana”.

Menurut Andi Hamzah dalam bukunya perlu di ingat bahwa istilah hukum acara pidana dan system

peradilan pidana sangat berbeda ruang lingkupnya. Kalau hukum acara pidana hanya mempelajari “hukum”

maka sistem peradilan pidana lebih luas, juga meliputi yang bukan hukum.

Hukum acara pidana ruang lingkupnya lebih sempit, yaitu hanya memulai pada mencari kebenaran,

penyelidikan, penyidikan dan berakhir pada mencari pelaksanaan pidana (eksekusi) oleh jaksa. Pembinaan

narapidana tidak termasuk hukum acara pidana. Apalagi yang menyangkut perencanaan undang-undang

pidana. Dengan terciptanya KUHAP, maka untuk pertama kalinya di Indonesia diadakan kodifikasi dan

unifikasi yang lengkap dalam arti meliputi proses pidana dari awal (mencari kebenaran) sampai pada kasasi

MA, bahkan sampai meliputi Peninjauan Kembali (herziening).

Istilah tuntutan pidana (strafvordering) memang dapat diartikan luas/prosessus criminal (meliputi

seluruh proses pidana) dan dapat pula diartikan sempit/actio publica, yaitu hanya meliputi penuntutan saja.

Dalam ruang lingkup hukum pidana yang lebih luas, baik hukum pidana substantive (materiel)

maupun formil disebut hukum pidana. Hukum acara pidana berfungsi untuk menjalankan hukum pidana

materil sehingga disebut hukum pidana formil atau hukum acara pidana. Pompe merumuskan hukum pidana

materil sebagai “kesuluruhan peraturan hukum yang menunjukkan perbuatan mana yang seharusnya

dikenakan pidana dan dimana pidana itu seharusnya menjelma. Sedangkan Simons merumuskan sebagai

1AndiHamzah, HukumAcaraPidana Indonesia, Jakarta:1996, Hal. 1-9In de bio proreo

1

Page 2: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan,

petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan tentang pemidanaan, mengatur kepada siapa dan

bagaimana pidana itu dapat dijatuhkan. Sedangkan hukum pidana formil (hukum acara pidana) mengatur

tentang bagaimana Negara melaluin alat-alatnya melaksanakan haknya utnuk memidana dan menjatuhkan

pidana.

KUHAP tidak memberikan definisi tentang hukum acara pidana, tetapi bagian-bagiannya seperti

penyedikan, penuntutan, mengadili, praperadilan, putusan pengadilan, upaya hukum, penyitaan,

penggeledahan, penangkapan, penahanan dll diberi definisi yang dijelaskan dalam pasal 1.

Menurut Minkenhof yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia bahwa hukum acara pidana mempunyai

peraturan mengenai yang terjadi antara saat timbulnya dugaan bahwa suatu delik telah dilakukan dan

dilaksanakannya pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa.

Menurut van Bemmelen yaitu ilmu hukum acara pidana mempelejari peraturan-peraturan yang

diciptakan oleh Negara, karena adanya terjadi pelanggaran undang-undang pidana:

1. Negara melalui alat-alatnya menyidik kebenaran.

2. Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu.

3. Mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menangkap si pembuat dan perlu menahannya.

4. Mengumpulkan bahan-bahan bukti (bewijsmateriaal) yang telah diperoleh pada penyidikan

kebenaran guna dilimpahkan kepada hakim dan membawa terdakwa ke depan hakim tersebut.

5. Hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan yang dituduhkan kepada terdakwa

dan untuk itu menjatuhkan pidana atau tindakan tata tertib.

6. Upaya hukum untuk melawam keputusan tersebut.

7. Akhirnya melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan tata tertib.

Menurut Wirjono Prodjodikoro yang mengemukakana hukum acara pidana berhubungan erat dengan

adanya hukum pidana, maka dari itu merupakan suatu rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara

bagaimana badan-badana pemerintah yang berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus

bertindak guna mencapai tujuan Negara dengan mengadakan hukum pidana.

b. Tujuan Hukum Acara Pidana

Tujuan hukum acara pidana antara lain dapat dibaca pada pedoman pelaksanaan KUHAP yang

dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman sebagai berikut: “Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk

mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materil, ialah kenenaran yang

selengkap-lengkapnya dari acara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur

tepat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan

keputusan dari pengadilan guna menemukkan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan

apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.”

Van Bemmelen mengemukakan tiga fungsi hukum acara pidana yaitu:

1. Mencari dan menemukan kebenaran

In de bio proreo2

Page 3: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

2. Pemberian keputusan oleh hakim

3. Pelaksanaan keputusan.

2. Asas-Asas Penting Dalam Hukum Acara Pidana2

1. Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan

Peradilan cepat (terutama untuk menghindari penhanan yang lama sebelum ada keputusan

hakim) merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia. Begitu pula peradilan bebas, jujur dan tidak

memihak yang ditonjolkan dalam undang-undang tersebut.

Penjelasan umu yang dijabarkan dalam banyak pasal dalam KUHAP antara lain:

Pasal-pasal 24 ayat (4), 25 ayat (4), 26 ayat (4), 27 ayat (4) dan 28 ayat (4). Umumnya dalam

pasal tersebut dimuat ketentuan bahwa jika telah lewat waktu penahanan seperti tercantum

dalam ayat sebelumnya, maka penyidik, penuntut umum dan hakim harus sudah

mengeluarkan tersangka atau terdakwa dari tahanan demi hukum. Dengan sendirnya hal ini

mendorong penyidik, penuntut umum dan hakim untuk mempercepat penyelesaian perkara

tersebut.

Pasal 50 mengatur tentang hak tersangka dan terdakwa untuk segera diberitahukan dengan

jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada

waktu dimulai pemeriksaan

Pasal 102 ayat (1) mengatakan penelidik yang menerima laporan atau pengaduantentang

terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera

melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan.

Pasal 106 mengatakan hal yang sama tersebut diatas bagi penyidik

Pasal 107 ayat (3) mengatakan bahwa dalam hal tindak pidna selesai disidik oleh penyidik

tersebut pada pasal 6 ayat (1) hurup b, segera menyerahkan hasil penyidikannya kepada

penuntut umum melalui penyidik tersebut pada pasal 6 ayat (1) huruf a.

Pasal 110

Pasal 140 ayat (1)

2. Praduga Tak Bersalah (presumption of innocence)

Dalam undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman

menyebutkan “setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan dihadapkan dimuka

sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang

menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”

3. Asas oportunitas

Wewenang penuntutan dipegang oleh penuntut umum sebagai monopoli, artinya tiada badan

lain yang boleh melakukan itu. Ini disebut dominus litis di tangan penuntut umu atau jaksa. Dominus

2Ibid, hal 10-24In de bio proreo

3

Page 4: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

artinya pemilik. Hakim tidak boleh meminta supaya delik diajukan kepadanya. Jadi hakim hanya

menunggu saja penuntutan dari penuntut umum.

Dalam hubungan hak penuntutan dikenal dua asas yaitu asal legalitas dan oportunitas (Het legalite

its en het opportunities beginsel). Asas legalitas memaksudkan penuntut umum wajib

menuntut suatu delik. Asas oportunitas yaitu penuntut tidak wajib menuntut seseorang yang

melakukan delik jika menurut pertimbangannya akan merugikan kepentingan umum. Jadi demi

kepentingan umum, seseorang yang melakukan delik tidak dituntut.

A. Z. Abidin Farid memberi perumusan tentang asas oportunitas sebagai berikut : “asas hukum yang

memberikan wewenang kepada penuntut umum untuk menuntut atau tidak menunt ut dengan

tanpa syarat seseorang atau korporasi yang telah mewujudkan delik kepentingan umum.

4. Pemerikasaan Pengadilan Terbuka untuk Umum

Pasal 153 ayat (3) KUHP menyatakan “Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang

membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan

atau terdakwanya anak-anak.”

5. Semua Orang Diperlakukan Sama di Depan Hukim

Pasal 5 ayat (1) berbunyi: “Pengadilan mengadili menurut hukum dan tidak membeda-

bedakan orang.

6. Peradilan Dilakuakan Oleh Hakim Karena Jabatannya Dan Tetap

Pengambilan keputusan salah tidaknya terdakwa dilakukan oleh hakim karena jabatannya

dan bersifat tetap.

7. Tersangka/Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum

dalam pasal 69 sampai pasal 74 KUHAP diatur tentang bantuan hukum tersebut dimana

tersangka/terdakwa mendapat kebebasan yang sangat luas.

8. Asas Akusator dan Inkisitor (Accusatoir dan inquisitoir)

Kebebasan memberi dan mendapatkan nasihat hukum menunjukkan bahwa dengan KUHAP

telah dianut asas akusator itu. Itu berarti perbedaan antara pemeriksaan pendahuluan dan

pemeriksaan sidang pengadilan pada asasnya telah dihilangkan.

Asas inkisitor itu berarti tersangka dipandang sebagai objek pemeriksaan yang masih dianut oleh

HIR untuk pemeriksaan pendahuluan.

Di Belanda di anut juga asaa genatigd accusatoir yang berarti asas bahwa tersangka

dipandang sebagai pihak pada pemeriksaan pendahuluan dalam arti terbatas, yaitu pemeriksaan

perkara-perkara untuk mencapai maksud tersebut pemeriksa melakukan tindakan kekerasan atau

penganiayaan.

9. Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan Lisan

Pemeriksaan disidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara langsung artinya langsung

kepada terdakwa dan para saksi. Ini berarti berbeda dengan dengan acara perdata di mana tergugat

In de bio proreo4

Page 5: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

dpat diwakili oleh kuasanya. Pemeriksaan hakim juga dilakukan secara lisan, artinya bukan tertulis

antara hakim dan terdakwa.

4. Ilmu-ilmu Pembantu Hukum Acara Pidana3

Guna menegakkan kebenaran materil para penegak hukum, tidak cukup hanya bersandarkan kepada

penguasaan hukum pidana dan acara pidana tetapi diperlukan pemahaman dan penguasaan kepada ilmu-ilmu

yang membantu hukum acara pidana antara lain:

a. Logika

Dibutuhkan logika untuk memakai pikiran dalam menghubungkan keterangan yang satu dengan

yang lain. Bagian yang paling membutuhkan logika adalah masalah pembuktian dan metode

penyelidikan.

b. Psikologi

Hakim, Jaksa dan terdakwa juga manusia yang mempunyai perasaan yang dapat di usahakan untuk

dimengerti tingkah lakunya kemudian diberi penilaian atas itu.

Pemeriksa pun perlu menempatkan diri bukan sebagai pemeriksa yang akan menggiring tersangka ke

penjara, tetapi sebagai kawan yang berbicara dari hati ke hati tersangka. Sikap-sikap kekerasan sama

sekali dihindari.

c. Kriminalistik

Perlunya ilmu kriminalistik dalam hukum acara pidana adalah untuk menilai faktnya. Selain itu juga

untuk pengumpulan dan pengolahan data secara sistematis yang dapat berguna bagi penyidik suatu

perkara pidana dalam merekonstruksi kejadian-kejadian yang telah terjadi guna pembuktian.

d. Psikiatri

Psikiatri yang dipakai sebagi pembantu hukum acara pidana biasa disebut psikiatri untuk peradilan

atau psikiatri forensic.

e. Kriminologi

Perlunya ilmu kriminologi dalam hukum acara pidana adalah untuk mengetahui sebab-sebab atau

latar belakang suatu kejahatan dan akibat-akibatnya terhadap masyarakat.

B. PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT KEPOLISIAN

1. Penyelidikan

Untuk mengetahui ada dugaan telah terjadi suatu tindak pidana adalah melalui :

Ad. 1) Laporan. Yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban

berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan

terjadinya peristiwa pidana (Pasal 1 butir 24 KUHAP)

3Ibid, hal 24-27In de bio proreo

5

Page 6: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

Ad. 2) Pengaduan. Yaitu pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada

pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seseorang yang telah melakukan tindak pidana

aduan yang merugikan (Pasal 1 butir 25 KUHAP)

Ad. 3) Tertang kaptangan. Yaitu tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak

pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian

diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya atau apabila sesaat kemudian padanya

ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang

menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu

(Pasal 1 butir 19).

Ad. 4) Media Massa. Aparat penegak hukum dapat mengetahui terjadinya tindak pidana melalui media

massa misalnya televise, surat kabar majalah dll. Informasi yang diberikan melalui media massa dapat

menjadi informasi bagi aparat penegak hukum terutama penyelidik & penyidik untuk melakukan tindakan-

tindakan apabila dari informasi tersebut diduga telah terjadi suatu tindak pidana.

Adapun mengenai “penyelidik” dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP adalah orang yang melakukan

“penyelidikan” yaitu serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari & menemukan suatu peristiwa yang

diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang.

Adapun pihak yang berwenang untuk melakukan penyelidikan menurut pasal 4 KUHAP adalah setiap

pejabat polisi negara RI. Menurut ketentuan dalam Pasal 5 KUHAP, penyelidik karena kewajibannya

memiliki kewenangan antara lain sebagai berikut :

Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

Mencari keterangan & barangbukti;

Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai & menanyakan serta memeriksat anda pengenal diri;

Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab;

Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :

o Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan & penahanan;

o Pemeriksaan & penyitaansurat;

o Mengambil sidik jari& memotret seorang;

o Membawa & menghadapkan seseorang pada penyidik;

Penyelidik membuat & menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana

tersebut diatas;

Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan

penangkapan.

Tujuan Penyelidikan

Berdasar pada ketentuan dalam KUHAP diatas, maka tujuan penyelidikan dilaksanakan adalah

untuk :

In de bio proreo6

Page 7: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

1. Mencari keterangan guna menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan/diadukan merupakan

tindak pidana atau bukan.

2. Melengkapi keterangan yang telah diperoleh agar menjadi jelas sebelum dapatnya dilakukan

penindakan.

3. Merupakan kegiatan persiapan pelaksana penyelidikan

Penyelidikan biasa dilakukan terhadap orang, benda, & tempat yang patut diduga dan indikasi

telah terjadi tindak pidana.

Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. Akan tetapi,

penyelidikan bukan merupakan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan.

Penyelidikan merupakan bagian yang tidak terpisah dari fungsi penyidikan.4

2. Penyidikan

KUHAP dengan tegas membedakan istilah “Penyidik” atau “opsporing/interrogation” & “Penyelidik”.

Pada Bab 1 tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1, bahwa “penyidik” adalah pejabat polisi negara RI

atau pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan.

Sedangkan menurut Pasal 1 angka 2 KUHAP disebutkan bahwa “penyidikan” itu adalah serangkaian

tindakan penyidik dalam hal & menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi & guna menemukan

tersangkanya.5

Menurut PP No. 27/1983, syarat kepangkatan Penyidik :

1. Pejabat polisi RI tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan II Polisi (sekarang

AIPDA)

2. Pejabat PNS tertentu yang sekurang-kurangnya Pengatur Muda Tk. 1 gol 1. IIB atau yang

disamakan dengan itu.

Contoh Penyidik PNS antara lain Penyidik dari Pejabat Kehutanan, Penyidik dari pejabat Bea

Cukai, Penyidik dari Pejabat Imigrasi dll, yang bertugas sesuai dengan bidang teknisnya masing-

masing. Dalam hal penyidik PNS tertentu yang menerima laporan atau pengaduan maka ia wajib

memberitahukannya kepada Penyidik Polri & oleh Penyidik Polri diteruskan kepada Penuntut

Umum (Pasal 107 ayat (2) & (3) KUHAP). Dalam rangka koordinasi & pengawasan penyidik Polri

& penyidik PNS maka penyidik PNS harus melaporkannya kepada penyidik Polri yaitu apabila

pejabat PNS tertentu telah mengakhiri penyidikannya & akan diteruskan pada penuntut umum atau

untuk tidak diteruskannya.

4Bahan kuliah dari Dr. Mahmud Mulyadi, SH.,M.Hum hal 11- 13.5 Lilik Mulyadi, S.H. HUKUM ACARA PIDANA, hal 18-20.

In de bio proreo7

Page 8: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

Ketentuan-ketentuan KUHAP tentang penyidikan diatur dalam pasal 6 s/d 9, 106 s/d 136. Di dalam

Pasal 1 ayat (3) : Penyidik pembantu adalah pejabat Kepolisian negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.

Menurut PP No. 27/1983, Penyidik Pembantu adalah :

a. Pejabat Polisi tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi (sekarang

BRIPDA)

b. Pejabat PNS tertentu dalam lingkungan Kepolisian Negara RI yang sekurang-kurangnya

berpangkat Pengatur Muda gol. IIA atau yang disamakan dengan itu

Seorang penyidik sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua Polisi (sekarang AIPDA). Melihat

kenyataan bahwa polisi yang berpangkat Pembantu Letnan Dua (AIPDA) untuk seluruh RI terbatas sekali

terlebih dengan keluarnya KUHAP tugas dari kepolisian semakin berat maka sudah barang tentu tidak

sanggup melaksanakan tugas sampai ke pelosok-pelosok dimana sebagian penduduk Indonesia tinggal

disana.

Hal ini merupakan tantangan bagi kepolisian dalam rangka menunjang tugas-tugas yang berat. Dengan

alasan inilah maka didalam KUHAP diatur atau diadakan lembaga baru yang disebut Penyidik Pembantu

yaitu polisi yang berpangkat Bripda & Briptu.6

Adapun tindakan penyidikan yang diatur dalam Pasal 7 akan dijabarkan sebagai berikut :

a) Menerima Laporan & Pengaduan

Sesuai dengan tugas & kewajibannya, maka Penyidik harus menerima laporan atau

pengaduan tentang telah terjadinya tindak pidana. Perbedaan antara laporan dengan pengaduan

yaitu :

Laporan adalah tindakan seseorang untuk memberitakan kepada penyelidik atau

penyidik bahwa tindak pidana telah terjadi atau dilakukan oleh seseorang, dimana

tindakan tersebut harus dituntut.

Pengaduan merupakan laporan yang khusus mengenai tindakan pidana

aduan(klachtdelict), tindak pidana mana jika tidak ada permintaan dari orang yang

kena perkara, tidak bisa diadakan penuntutan.

Apabila sesorang mengetahui telah terjadi tindak pidana, tapi ternyata yang bersangkutan tidak

melaporkannya kepada yang berwajib, maka orang tersebut dapat dipidana seperti yang diatur 164 KUHP.

Sedangkan delik aduan atau klachtdelict, bagi mereka yang dirugikan tetapi tidak melakukan pengaduan

terhadap kejadian tersebut, maka baginya tidak dikenakan ancaman hukuman. Selain itu pengaduan yang

telah diajukan kepada penyidik dalam waktu 3 bulan dapat ditarik kembali. Sedangkan laporan tidak dapat

ditarik kembali. Apabila ditarik kembali hal itu merupakan laporan palsu, maka bagi si pelapor diancam

dengan pidana.7

b) Melakukan Tindakan Pertama Pada Saat di Tempat Kejadian6 Bahan kuliah dari Dr. Mahmud Mulyadi, SH.,M.Hum hal 13.7 MOCH. FAISAL SALAM, SH. M.H HUKUM ACARA PIDANA DALAM TEORI & PRAKTEKhlmn 55-56.

In de bio proreo8

Page 9: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

Setelah menerima laporan atau pengaduan dari seseorang maka penyidik mengecek

kebenaran laporan atau pengaduan tersebut dengan memeriksa di tempat kejadian. Jika laporan

atau pengaduan itu benar telah terjadi peristiwa pidana, maka apabila si tersangka masih berada

di tempat tersebut, penyidik dapat melarang si tersangka meninggalkan tempat kejadian.

Selanjutnya penyidik mengadakan pemeriksaan seperlunya termasuk memeriksa identitas

tersangka atau menyuruh berhenti orang-orang yang dicurigai melakukan tindak pidana dan

melarang orang-orang keluar masuk tempat kejadian. Kemudian penyidik harus berusaha

mencari & mengumpulkan bahan keterangan & bukti yang digunakan untuk melakukan

kejahatan. Misalnya dalam hal terjadi penganiayaan atau pembunuhan maka harus dicari bekas-

bekas tanda penganiayaan, pembunuhan atau tetesan darah korban selanjutnya kalau penyidik

kebetulan membawa kamera, maka tempat kejadian tersebut difoto atau direkam dengan kamera

video.

Apabila pemeriksaan di tempat kejadian selesai dilakukan & barang-barang bukti telah

dikumpulkan maka selanjutnya harus disusun suatu kesimpulan sementara yaitu apakah

kejadian tersebut merupakan penganiayaan, pembunuhan ataukah bunuh diri & sebagainya.

Setelah kejadian tersebut telah dapat disimpulkan, maka petugas penyelidik/penyidik

mencocokkan barang-barang bukti yang telah dikumpulkan itu sama lainnya, misalnya antara

barang bukti yang didapatkan di tempat kejadian dengan keterangan para saksi yang melihat

sendiri kejadian tersebut atau saksi korban penganiayaan itu sendiri. Pencocokkan barang-

barang bukti ini sangat penting, karena barang-barang bukti tersebut sangat menentukan

pembuktian perbuatan si tersangka dalam persidangan. Kalau alat-alat bukti yang telah

dikumpulkan itu tidak sesuai dengan keterangan tersangka atau para saksi, maka barang-barang

bukti itu tidak bernilai, bahkan kesalahan tersangka mungkin tidak dapat dibuktikan.8

c) Menyuruh Berhenti Seorang Tersangka & Memeriksa Tanda Pengenal Diri Tersangaka

d) Melakukan Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan & Penyitaan

1. Penangkapan

UU Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970 No. 74 telah meletakkan dasar bagi

peradilan pada umumnya & asas-asas bagi Hukum Acara Pidana. Pada pasal 7 memuatu suatu

asa, bahwa “tiada seorang jugapun dapat dikenakan penangkapan, selain atas perintah tertulis

oleh kekuasaan yang sah dalam hal-hal & menurut cara-cara yang diatur dalam undang-

undang”.

Adapun maksud dari asas yang terkandung dalam pasal 7 ini adalah untuk melindungi hak

asasi manusia. Oleh karena itu, seorang pejabat apakah ia penyidik atau penyelidik dan penyidik

PNS, tidak dapat dengan cara yang sembarangan untuk menangkap seseorang. Bahwa

penangkapan, penggeledahan serta penyitaan harus dilakukan dengan hati-hati, serta ada bukti-

bukti yang cukup.

8 Ibid, hal 57-58In de bio proreo

9

Page 10: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

Setelah penyelidik/penyidik menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu

peristiwa pidana, maka sebagai kelanjutan daripada adanya tindak pidana yang dilakukan oleh

seseorang, apabila penyidik mempunyai dugaan keras disertai bukti-bukti permulaan yang

cukup maka penyidik dapat melakukan penangkapan terhadap tersangka.

Apabila penyelidik/penyidik masih merasa ragu mengenai kesalahan tersangka, maka harus

dipilih tindakan yang meringankan, dengan jalan tidak melakukan penanahan atas diri

tersangka. Tindakan penyelidik/penyidik mengambil putusan yang demikian dalam bidang

hukum dikenal dengan asas in de bio proreo. Kalau penyelidik/penyidik telah merasa yakin akan

kesalahn tersangka, maka penyidik dapat melakukan penangkapan dengan memenuhi syarat-

syarat seperti diatur dalam Pasal 16 KUHAP, yaitu :

Untuk kepentingan penyelidikan;

Untuk kepentingan penyidikan.

Penangkapan tidak dapat dilakukan secara sewenang-wenang, karena hal itu melanggar hak

asasi manusia. Untuk menangkap seseorang, maka penyidik harus mengeluarkan surat perintah

penangkapan disertai alasan-alasan penangkapan & uraian singkat sifat perkara kejahatan yang

dipersangkakan. Tanpa surat perintah penangkapan tersangka dapat menolak petugas yang

bersangkutan. Perintah penangkapan baru dikeluarkan kalau sudah ada dugaan keras telah

terjadi tindak pidana disertai bukti permulaan yang cukup.

Adapun yang dimaksud dengan bukti permulaan yang cukup ialah bukti permulaan untuk

menduga adanya tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal 1 butir 14. Surat perintah

penangkapan dikeluarkan oleh pejabat kepolisian negara yang berwenang dalam melakukan

penyidikan seperti diatur dalam 18 KUHP. Surat perintah penangkapan tersebut selain diberikan

kepada tersangka, maka tembusannya diberikan kepada keluarganya segera setelah

penangkapan itu dilakukan. Dalam hal tertangkap tangan, maka penangkapan dilakukan tanpa

surat perintah.

Pengertian daripada tertangkap tangan adalah :

Sesorang ditangkap ketika ia sedang melakukan kejahatan.

Sesorang ditangkap tidak lama setelah kejahatan itu dilakukan.

Teriakan masa yang menunjuk tersangka sebagai pelaku kejahatan tidak seberapa lama

setelah kejahatan itu dilakukan,

Adanya barang bukti diketemukan setelah beberapa saat kejahatan itu dilakukan yang

diduga digunakan oleh tersangka.

Setelah tersangka ditangkap baik ditangkap dengan surat perintah maupun tersangka yang

tertangkap tangan, maka dalam waktu 1x24 jam tersangka telah selesai diperiksa. Apabila tidak

cukup bukti untuk alasan penahanan, maka tersangka harus dibebaskan Pasal 19 ayat (1)9

2. Penahanan

9Ibid, hal 58-62In de bio proreo

10

Page 11: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

Syarat-syarat Penahanan

Kebebasan bergerak adalah hak asasi manusia yang dijamin oleh Negara kita dalam

UUD 1945 bagi setiap warganegara. Oleh karena itu penahanan adalah perampasan hak

pribadi orang, maka hal itu hanya dapat dilakukan atas perintah kekuasaan yang sah menurut

perarturan yang ditetapkan dalam undang-undang.

Herziene Inlands Reglement (HIR) yang merupakan Hukum Acara Pidana yang berlaku

di Indonesia sebelum merumuskan KUHAP tidak memberikan batasan yang tegas maupun

defenisi yang jelas tentang penahanan. Penangkapan & penahanan itu dibedakan menjadi 2

macam :

o Pertama penangkapan & penahanan dengan surat perintah, dan kedua penangkapan &

penahanan tanpa surat perintah. Penangkapan & penahanan tanpa surat perintah hanya

diperbolehkan dalam hal peristiwa tertangkap tangan paling lama 1 atau 2 hari oleh Jaksa

pembantu & 8 hari oleh Jaksa.

o Penahanan memakai surat perintah dibedakan antara penahanan sementara (Voorlopige

aanhbuding) yang dilakukan oleh Jaksa Pembantu & Jaksa sebagai penyidik, lamanya 20

hari, & penahanan (Voorlopige hechtenis) yang dilakukan oleh Jaksa sebagai penuntut

umum, lamanya 30 hari & dapat diperpanjang oleh Ketua PN, tiap-tiap kali perpanjangan 30

hari, apabila dipandang perlu sampai perkara selesai diputus.

Penahanan hanya dapat diperintahkan oleh penuntut umum yaitu Jaksa dengan alasan :

Untuk kepentingan pemeriksaan &

Untuk menjaga jangan sampai tersangka melarikan diri.

Berbeda dengan penangkapan, dasar penahanan tidaklah cukup atas bukti permulaan yang

cukup saja, tetapi penyidik harus mempunyai setidak-tidaknya pembuktian minimum yang

diisyaratkan KUHAP, yaitu sekurang-kurangnya telah terdapat 2 alat bukti yang tersebut

dalam pasal 184 ayat (1)

Selain itu KUHAP menentukan pula syarat-syarat untuk dapat melakukan penahanan

yang terdiri dari syart-syarat subjektif & syarat objektif.

Syart-syarat subjektif bila penyidik menganngap keadaan menimbulkan kekhawatiran

tersangka akan :

Melarikan diri

Merusak atau menghilangkan barang bukti

Mengulangi melakukan tindak pidana

Syarat-syarat subjektif ini berdasarkan pertimbangan serta penilaian semata-mata dari

penyidik yang bersangkutan.

Sedangkan syarat-syarat objektif adalah :

Tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih.

In de bio proreo11

Page 12: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

Tindak pidana sebagaimana diatur pasal 21 ayat (4) huruf b KUHAP, yaitu ancaman

hukuman kurang dari 5 tahun meliputi beberapa pasal KUHAP & perundang-undangan

pidana diluar KUHAP seperti pasal 25 & 26 Ordonnansi Bea, Pasal-pasal 1,2,4 UU Tindak

Pidana Imigrasi & Pasal 36 ayat (7), 41, 42,43,47,48 UU tentang Narkotika

Tujuan Penahanan

Penahanan dilakukan untuk memudahkan penyidikan, karena pemeriksaan atas diri

tersangka akan lebih mudah & lancar bila tersangka berada dalam tahanan daripada

tersangka berada di luar tahanan.

Selain untuk memudahkan pemeriksaan, maka kemungkinan untuk melarikan diri, atau

mempengaruhi saksi yang mengetahui tentang perbuatan tersangka dapat dicegah kalau

tersangka berada dalam tahanan.

Selain ditahan untuk kepentingan pemeriksaan permulaan/penyidikan, tersangka juga

dapat ditahan untuk kepentingan penuntutan. Jaksa dalam mempersiapkan penuntutannya

memerlukan keterangan-keterangan langsung dari tersangka, hal itu akan lebih mudah

didapat kalau tersangka berada dalam tahanan. Selain itu apabila tersangka ditahan, maka

penuntut umum akan lebih mudah pula menghadirkannya dalam persidangan.

Tindak Pidana Yang Dapat Dilakukan Penahanan

Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang

melakukan tindak pidana & atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana

tersebut dalam hal : Pasal 282 (3), Pasal 296, Pasal 335 (1), Pasal 372, 378, 379 (a), 453,

454, 455, 459, 480, 506, Pasal 25&26 LN 1931 No. 471 pelanggaran terhadap ordonansi

bea & cukai.10

3. Penggeledahan

Penggeledahan merupakan salah 1 tindakan penyidik dalam rangka melakukan

penyidikan dengan tujuan :

Menemukan barang bukti yang telah dipergunakan dalam melakukan tindak pidana.

Mencari tersangak yang belum tertangkap, sehingga tersangka dapat ditangka & diperiksa.

Menurut KUHAP, dikenal 3 macam penggeledahan yaitu :

Penggeledahan rumah/ruang tertutup

Penggeledahan badan yaitu memeriksa badan seseorang untuk mencari alat bukti

Penggeledahan pakaian yaitu pemeriksaan terhadap pakaian yang sedang dikenakan oleh

tersangka untuk mencari barang bukti yang disimpan dalam pakaian

KUHAP mengatur tentang penggeledahan dalam pasal-pasal 5(1) huruf b angka 1, 7 (1)

huruf a, 11,32,33,34,35,36,37,125,126. Perbuatan memasuki rumah atau rumah seseorang

tanpa izin dapat diancam dengan pidana sebagaimana diatur dalam pasal KUHP yaitu : Pasal

167 (1), 429 (1)11

10 Ibid, hal 64-7211Ibid, hal 82-83.

In de bio proreo12

Page 13: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

4. Penyitaan

Penggeledahan yang dilakukan oleh penyidik bertujuan untuk mencari alat-alat bukti,

yaitu alat-alat atau barang yang digunakan untuk melakukan tindak pidana atau kejahatan.

Alat-alat atau barang-barang yang dipakai untuk melakukan kejahatan perlu diadakan

penyitaan atau diamankan. Penyitaan dilakukan harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

Untuk melakukan penyitaan maka penyidik harus mendapat izin dari ketua pengadilan negeri

setempat.

Dalam keadaan yang sangat perlu & mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak,

maka penyidik dapat segera bertindak melakukan penyitaan, akan tetapi tindakan tersebut

segera dilaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh

persetujuannya.12

5. Pemeriksaan & Penyitaan Surat

Barang sitaan terdiri barang bergerak & barang tidak bergerak, barang berwujud &

barang tidak berwujud termasuk surat-surat yang ada hubungan dengan tindakan kejahatan,

dimana hal itu diatur dalam pasal-pasal : Pasal 47 (1), (2), (3). Penyidik tidak dapat

sembarangan untuk memeriksa surat & menyitanya. Untuk memeriksa surat & kemudian

apabila ada hubungannya dengan tindak pidana menyita surat tersebut, maka untuk itu

penyidik harus mendapat izin dari ketua pengadilan negeri setempat.13

C. PEMERIKSAAN DI TINGKAT PENUNTUTAN

1. Prapenuntutan

Kalau ditelaah dalam pasal 14 KUHAP tentang prapenuntutan maka kita dapat menarik kesimpulan

bahwa prapenuntutan terletak diantara dimulainya penuntutan dalam arti sempit (perkara dikirim ke

pengadilan) dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik.

Istilah prapenuntutan itu tercantum di dalam pasal 14 KUHAP (tentang wewenang penuntut umum),

khususnya butir b; “mengadakan penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan

memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (3) dan (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka

penyempurnaan penyidikan dari penyidik.”

Jadi yang dimaksud dengan istilah prapenuntutan ialah tindakan penuntut umum untuk memberi

petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan oleh penyidik. Inilah yang terasa janggal, Karen ameberi

petunjuk kepada penyidik untuk menyempurnakan penyidikan disebut prapenuntutan.

2. Penuntutan

Pada pasal 1 butir 7 KUHAP tercantum definisi penuntutan sebagai berikut: “penuntutan adalah

tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pangadilan negeri yang berwenang dalam 12Ibid, hal 87.13Ibid, hal 90-91.

In de bio proreo13

Page 14: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus

oleh hakim di sidang pengadilan.”

Menurut Wirjono Prodjodikoro, menuntut terdakwa di muka hakim pidana adalah menyerahkan perkara

terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim, dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan

kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa”.

Pasal 137 menentukan bahwa penuntut umu berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang

didakwa melakukan suatu delik dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang

berwenang mengadili.

Selanjutnya ditentukan dalam pasal 141 bahwa penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara

dengan satu surat dakwaan. Tetapi kemungkinan penggabungan itu dibatasi dengan syarat-syarat oleh pasal

tersebut. Syarat-syarat itu adalah:

1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan

tidak menjadikan halangan terhadap penggabungannya.

2. Beberapa tindak pidana yang bersangkut-paut satu dengan yang lain.

3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan yang lain, akan tetapi satu dengan

yang lain itu ada hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan

pemeriksaaan.

Apa yang dimaksud dengan kata “penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan” tidak

disebut, dan dipenjelasan pasal tersebut mengatakan cukup jelas. Yang dijelaskan ialah kata “bersangkut –

paut”:

1. Oleh lebih dari sesorang yang berkeja sama dan dilakukan pada saat yang bersamaan.

2. Oleh lebih dari sesorang pada saat dan tempat yang berbeda, akan tetapi merupakan pelaksanaan dari

permufakatan jahat yang dibuat oleh mereka sebelumnya

3. Oleh seseorang atau lebih dengan maksud mendapatkan alat yang akan dipergunakan untuk

melakukan delik lain atua menghindarkan diri dari pemidanaan.

3. Surat Dakwaan

Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidan karena berdasarkan hal yang dimuat dalam

surat itu hakim akan memeriksa perkara itu. Pemeriksaan didasarkan kepada surat dakwaan dan menurut

Nedenburg, pemeriksaan tidak batal jika batas-batas dilampaui, namun putusan hakim hanya bleh mengenai

peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batas itu.

Pasal 143 ayat (2) KUHAP menentukan syarat surat dakwaan itu sebagai berikut:

“Surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi:

a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,

agama dan pekerjaan tersangka.

In de bio proreo14

Page 15: file · Web view“berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnya dipidana suatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat di pidana dan aturan

b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan

menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Dengan demikian terdakwa hanya dapat dipidana jika telah terbukti melakukan delik yang disebut

dalam dakwaan. Jika terdakwa terbukti melakukan delik tetapi tidak disebut dalam dakwaan, maka ia tidak

dapat dipidana.

Hal-Hal Yang Diuraikan Dalam Dakwaan

Dalam pasal 143 KUHAP hanya disebut hal yang harus dimuat dalam surat dakwaan ialah uraian

secara cermat, jelas dan lengkap mengenai delik yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat delik

itu dilakukan.Menurut Jonkers, yang harus dimuat ialah selain dari perbuatan yang sungguh dilakuakan yang

bertentangan dengan hukum pidana juga harus memuat unsur-unsur yuridis kejahatan yang bersangkutan.

Soal

1. Kata penyelidikan dan penyidikan berasal dari kata dasar “sidik’, jelaskan apa perbedaan antara

penyelidikan dengan penyidikan!

2. Jelaskan mengenai asas Presumtion of Innocebse!

DAFTAR PUSTAKA

1. AndiHamzah, HukumAcaraPidana Indonesia, Jakarta:1996

2. Lilik Mulyadi, S.H. HUKUM ACARA PIDANA

3. Bahan kuliah dari Dr. Mahmud Mulyadi, SH.,M.

In de bio proreo15