DNSIs ifa
-
Upload
priscilliafeybe -
Category
Documents
-
view
222 -
download
1
description
Transcript of DNSIs ifa
DEEP NECK INFECTION
Oleh:
MUZDHALIFA B
09777034
Pembimbing Klinik
dr. BENYAMIN F. L SITIO, M.Sc, Sp.THT-KL
PENDAHULUAN
Infeksi pada organ-organ telinga, hidung, dan
tenggorokan dapat menyebabkan terbentuknya abses
pada leher bagian dalam
Penyebab paling sering dari abses leher dalam adalah
infeksi gigi (43%).
Kuman penyebab abses leher dalam biasanya terdiri
dari campuran kuman aerob maupun anaerob.
Disamping pelaksanaan drainease abses yang
optimal, pemberian antibiotik diperlukan untuk terapi
yang adekuat.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Infeksi leher dalam adalah suatu proses infeksi
yang terjadi di dalam ruang potensial di antara
fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari
berbagai sumber infeksi, seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher yang
dapat menimbulkan abses leher dalam.
ANATOMI
ABSES PERITONSIL
Kumpulan pus yang terlokalisir pada jaringan peritonsilar sebagai hasil dari supuratif
tonsilitis
EpidemiologiPaling sering terjadi
pada umur 20-40 tahun
Etiologi Bakteri aerob dan
anaerob
PatofisiologiTeori kemajuan
episode tonsilitis eksudatif menjadi
peritonsilitis kemudian terjadi
pembentukan abses
Anamnesis(Gejala )
Pemeiksaan Fisik(Tanda )
Pemeriksaan penunjang
1. Odinofagia2. Disfagia3. Trismus4. Demam5. Muntah6. Mulut berbau7. Udem kelenjar
submandibula8. Suara sengau
1. pembengkakan peritonsil mendorong uvula melewati garis tengah
2. Edema dari palatum mole
3. Tonsil bengkak, hiperemis, terdorong ke arah tengah, depan, bawah
1. Hitung darah lengkap, kultur darah
2. Tes monospot3. Throat swab and
culture4. Pemeriksaan
Radiologi
D I A G N O S I S
Abses peritonsil
Diagnosis Banding
•Infiltrat Peritonsil•Tumor•Abses retrofaring•Abses Parafaring •Adenitis Tonsil
Terapi•Stadium Infiltrasi antibiotik dosis tinggi (penisilin, amoxicilin, sefalosporin), obat simtomatik •Bila trismus, atasi nyeri dengan Xylocain atau Novocai 1% di ganglion sfenopalatum•Tonsilektomi indikasi absolut pada abses peritonsil berulang
Komplikasi
• Abses pecah spontan perdarahan, aspirasi paru atau piemia• Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring abses parafaring • Penjalaran ke daerah intrakranial trombus sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak
Prognosis
• Hampir selalu berulang bila tidak diikuti tonsilektomi
ABSES RETROFARING
Epidemiologi •Biasa pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.
Etiologi•Infeksi saluran napas atas limfadenitis retrofaring•Trauma dinding belakang faring oleh benda asing•Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas
Oragnisme •Kuman aerob : Streptococcus beta-hemolyticus group A, Streptococcus Pneumonia, Streptococcus non-hemolyticus, Staphylococcus Aureus, Haemophilus sp•Kuman anaerob : Bacteroides sp, Veillonella, Peptostreptococcus, Fusobacteria
Anamnesis(Gejala )
Pemeiksaan Fisik(Tanda )
Pemeriksaan penunjang
1. Nyeri menelan, anak tidak mau makan dan minum, rewel
2. Demam3. Suara sengau
1. Pembengkakan dinding posterior faring dan hiperemis
2. teraba massa lunak, berfluktuasi, dan nyeri tekan
3. Pembesaran kelenjar limfe
Keadaan lanjut :4. Kekakuan oto
leher5. Obstruksi jalan
napas, dispnea
1. Foto polos
D I A G N O S I S
Foto rontgen leher lateral; A. jaringan lunak normal, B. Abses retrofaring, tampak bayangan jaringan lunak
yang membesar
C. Air-fluid level dan bayangan gas
Diagnosis Banding :1. Abses peritonsil2. Abses parafaring
TERAPI
• Posisi pasien supine dengan leher ekstensi• Pemberian O2• Intubasi endotrakea dengan visualisasi
langsung• Trakeostomi/krikotirotomi
Pertahankan jalan napas
•Antibiotik parenteral•Simtomatis
Medikamentosa
•Needle aspiration•Insisi dan drainaseOperatif
Komplikasi
1. Penjalaran ke ruang
parafaring
2. mediastin
itis
3. Obstruksi
jalan nafas
4. Pneumonia dan abses
paru
ABSES PARAFARING
1. Langsung : akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia
2. Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid
3. Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring, submandibula
ETIOLOGI
Anamnesis(Gejala )
Pemeiksaan Fisik(Tanda )
Pemeriksaan penunjang
1. Odinofagia 2. Demam3. Torticolis
1. Trismus2. Pembengkakan
disekitar angulus mandibula
1. Foto rontgen jaringan lunak AP dan CT-Scan
D I A G N O S I S
Diagnosis Banding Terapi
1. Abses submandibula2. Tumor
1. Antibiotik parenteral untuk kuman aerob dan anaerob
2. Evakuasi abseb bila tidak ada perbaikan dalam 24-48 jam
3. Drainase Eksternal4. Drainase Intraoral
KOMPLIKASI
Penjalaran ke atas menyebabkan peradangan intrakranial
Yang paling berbahaya : terkenanya pembuluh darah sekitarnya tromboflebitis septic vena jugularis
Perdarahan masif yang tiba-tiba akibat erosi arteri karotis interna
ABSES SUBMANDIBULA
ETIOLOGI :
infeksi yang berasal dari gigi. Penyebab
lainnya adalah infeksi pada kelenjar air liur
dan sinus. Kuman dapat berupa aerob dan
anaerob.
PATOGENESIS
Penyebab tersering infeksi gigi
Odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat(perkontinuatum), hematogenous, dan limfogenous.
Paling sering adalah perkontunuitatum karena adanya celah di antara jaringan yang berpotensial sebagai berkumpulnya pus
Infeksi gigi Nekrosis pulpa karena karies dalam yang
tidak terawat dan periodontal pocket bakteri untuk
mencapai jaringan periapikal Karena jumlah bakteri
yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar
ke tulang spongiosa sampai tulang infeksi akan
menembus dan masuk ke jaringan lunak.
Anamnesis(Gejala )
Pemeiksaan Fisik(Tanda )
Pemeriksaan penunjang
1. Fetor ex ore2. Hipersalivasi3. Disfagia4. Odinofagia
1. Pembengkakan dan nyeri tekan terjadi di atas ramus mandibula.
2. Trismus kadang ditemukan
1. Foto rontgen CT-Scan : abses terlihat sebagai lesi densitas rendah ataupun gambaran air fluid level
2. Darah : leukositosis
D I A G N O S I S
ABSES SUBMANDIBULA
TERAPI
Antibiotik dosis tinggi Jika infeksi gagal diatasi setelah satu minggu
dengan terapi antibiotik yang intesif, maka perlu dilakukan pembedahan drainase.
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
KOMPLIKASI
Selulitis Angina Ludwig Sepsis
ANGINA LUDWIG
Angina Ludwig merupakan peradangan
selulitis atau flegmon yang mengenai ruang
submandibula
Ditandai dengan pembengkakan pada dasar
mulut, dan elevasi serta perubahan letak
lidah ke posterior
- Infeksi odontogenik
Akar gigi premolar dan gigi molar pertama mempunyai akar yang berada di atas otot milohioid => Infeksi ruang sublingual
Akar gigi molar kedua dan gigi molar ketiga mempunyai akar yang berada di bawah otot milohioid => Infeksi ruang sublmaxillary
- Bakteri penyebab : aeron dan anaerob
Etiologi
PATOGENESIS
penyebaran infeksi dari premolar dan molar pertama mandibula
penyebaran infeksi dari molar dua dan tiga
mandibula
Ruang sublingual Ruang submandibula
Infeksi Odontogenik (nekrosis pulpa, nekrosis pulpa dan periodontal pocket merupakan jalan bakteri untuk
mencapai jaringan periapikal)
Pada stadium awal infeksi, bagian anterior dibatasi mandibula dan inferior oleh muskulus mylohyoid.
Proses infeksi meluas ke arah superior dan posterior => elevasi dasar mulut dan lidah=> disfagia =>obstruksi jalan napas
.
Os. Hyoid membatasi proses infeksi di bagian
inferior sehingga pembengkakkan meluas
ke aspek anterior leher=> bull neck
Anamnesis(Gejala )
Pemeiksaan Fisik(Tanda )
Pemeriksaan penunjang
1. Pembengkakan yang nyeri pada dasar mulut dan bagian anterior leher
2. Demam3. Disfagia4. Odinofagia6. Disfonia5. Trismus6. nyeri pada gigi
1. Nyeri tekan dan perabaan di regio submandibula (seperti papan)
2. Stridor dan distres pernapasan
1. Radiologi2. Bakteriologi (kultur
dan uji sensitivitas)
D I A G N O S I S
KRITERIA MENURUT GRODINSKY
Infeksi pada angina Ludwig harus memenuhi kriteria:
Terjadi secara bilateral pada lebih dari satu rongga.
Menghasilkan infiltrasi yang gangren-serosanguineous dengan atau tanpa pus.
Mencakup fasia jaringan ikat dan otot namun tidak melibatkan kelenjar.
Penyebaran perkontinuitatum dan bukan secara limfatik
ANGINA LUDWIG
PENANGANAN
Penanganan yang utama menjamin jalan nafas yang stabil
melalui trakeostomi yang dilakukan dengan anestesia lokal.
Antibiotika dengan dosis tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob,
dan diberikan secara parenteral. Antibiotik yang digunakan
adalah Penicilin G dosis tinggi, dapat dikombinasikan dengan
obat antistaphylococcus atau Metronidazole.
Jika pasien alergi penicillin, maka Clindamycin adalah pilihan
yang terbaik.
eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi
ketegangan) dan evakuasi pus atau jaringan
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi ialah
1) Sumbatan jalan napas
2) Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain
(abses parafaring dan retrofaring) dan
mediastinum
3) Sepsis.
TERIMAKASIH