Uji Aktivitas Bahan Alam Ifa

67

Click here to load reader

description

xcvbn

Transcript of Uji Aktivitas Bahan Alam Ifa

BAB I

UJI SKRINING DAN AKITIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Di Indonesia terdapat berbagai macam tanaman yang dapat berkhasiat obat, namun, pengolahan dan pengidentifikasian belum dilakukan terhadap semua bahan alam yang tersedia tersebut. Oleh karena itu, sebagai seorang farmasis yang bergerak dalam bidang penyediaan obat-obatan untuk konsumsi consume, bertugas untuk meneliti hal tersebut dan kemudian mengembangkannya menjadi bentuk sediaan yang lebih memudahkan untuk digunakan oleh konsumen.

Untuk mencapai hasil yang telah dibicarakan sebelumnya, maka perlu dilakukan suatu pengujian awal yaitu penapisan atau lebih dikena dengan screening untuk melihat apakah suatu bahan alam yang dianggap memiliki aktivitas antimikroba tersebut aktif terhadap jenis mikroba apa, baik itu jamur atau bakteri. Setelah penapisan diambil suatu kesimpulan yang akan digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba bahan alam tersebut dengan metode yang sesuai dan menentukan kemampuan bahan alam tersebut dengan hasil pengamatan yang diperoleh.

Mikroorganisme dapat hidup dimana- mana tidak hanya diruang terbuka atau ruang tertutup. Kehidupan mikroorganisme diruang tertutup lebih mudah dikendalikan dibanding ruang terbuka. Sterilisasi ruangan sangat penting dalam bidang kesehatan, seperti ruang steril untuk bedah, ruang operasi, ruang industri farmasi khusus ruang produksi sediaan steril.

Untuk mengetahui jenis apa saja jenis dari mikroba tersebut maka perlu adanya suatu penelitian atau percobaan di dalam laboratorium. Demikian pula tanaman atau tumbuhan perlu adanya suatu penelitian untuk mengetahui adanya satu khasiat atau beberapa khasiat yang terkandung di dalam suatu tanaman tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana aktifvitas antimikroba dari sample gandaria, daun salam, bunga merah dan bandotan terhadap mikroorganisme?C. Maksud Percobaan

Untuk melakukan pengujian aktivitas antimikroba pada suatu bahan alam dengan mengunakan metode difusi agar dan KLT-bioatografi.D. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan aktivitas antimikroba suatu bahan alam dengan mengunakan metode difusi agar dan KLT- bioatografi

Menentukan aktivitas antimikroba yang terdapat dalam ekstrak gandaria, ekstrak buah merah, ekstrak daun salam dan ekstrak bandotanE. Manfaat Percobaan

Dengan adanya bahan alam yang memiliki aktivitas antimikroba dapat dikembangkan dalam bentuk sediaan yang memudahkan penggunannnya, mengurangi terjadinya efek samping yang tidak diinginkan seperti bahan obat sintetik.BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Program skrining yang luas direncanakan untuk menemukan bahan yang mungkin efektif dalam pengobatan infeksi yang pada saat ini telah resistensi terhadap bahan kemoterapeutika, maupun untuk memperoleh terapi yang aman dan lebih cepat terhadap suatu infeksi (Djide, 2003).

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay, 2001).

Antimikroba adalah bahan bahan atau obat obat yang digunakan untuk memberantas infeksi oleh mikroorganisme pada manusia. Obat obat yang digunakan untuk membasmi mikroorganisme (mikroba) yang menyebabkan infeksi pada manusia, hewan ataupun tumbuhan harus bersifat toksisitas selektif artinya obat atau zat tersebut harus bersifat sangat toksis terhadap mikroorganisme atau mikroba penyebab penyakit, tetapi relatif tidak toksis terhadap jasad inang atau hospes (Djide, 2003).

Obat-obat antimikroba mempunyai 5 mekanisme kerja utama, antara lain (Djide, 2003) :Bersifat sebagai antimetabolit, antimikroba bekerja dengan cara memblok tahap metabolik spesifik mikroorganisme.

Penghambatan terhadap sintesis dinding sel bakteri, antimikroba golongan ini dapat menghambat aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikroorganisme.

Penghambatan fungsi permebilitas membran palsma, disini antimikroba bekerja langsung pada membran sitoplasma yang mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa-senyawa intraseluler mikroorganisme atau bakteridalam hal ini antimikroba dapat : (1). Berinteraksi dengan sterol pada membran sitoplasma pada sel-sel jamur seperti amfoterisin B dan nistatin, (2). Merusak membran sitoplasma sel bakteri gram negatif.

Penghambatan sintesis protein, antimikroba ini mempengaruhi fungsi ribosom pada mikroorganisme yang menyebabkan sintesis protein dan lain-lain. Dalam hal ini dapat :

Berinteraksi dengan ribosom 30s

Berinteraksi dengan ribosom 50s.

Penghambatan asam nukleat. Dalam hal ini antimikroba mempengaruhi metabolisme asam nukleat.

Penggunaan antimikroba yang tepat meliputi pertimbangan kepekaan obat terhadap mikroorganisme pathogen dan beberapa factor lain, termasuk keungkinan efek yang merugikan antara lain toksisitas secara langsung, reaksi alergi, gangguan pada flora normal mikroorganisme. Pada keadaan tertentu dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan dalam penggunaan kombinasi obat-obta antimikroba dan penggunaannya untuk profilaktis (Djide, 2003).

Pada mulanya diduga mekanisme aktivitas antimikroba adalah antagonisme kompetitif, tetapi nyatanya antagonisme kompetitif jarang terjadi. Salah satu contoh yang berdasarkan atas kejadian ini ialah sulfonamida yang dapat menggantikan kedudukan Para Amino Benzoic Acid (PABA) yang merupakan metabolit esensial dalam sintesis asam folat. Sulfonamida dalam strukturnya analog dengan PABA dan bersaing dengan PABA menempatkan diri dalam pusat enzim yang aktif, sehingga terbentuk asam folat tetapi mencegah pertumbuhan bakteri (Irianto, 2007).

Kekuatan (potensi) antibiotik yang diproduksi harus disesuaikan dengan International Standart Sample dan Satuan Internasional (International Unit). Pada umumnya suatu contoh baku internasional dari suatu antibiotik mengandung sejumlah antibiotik yang telah dimurnikan secara teliti, baik terhadap kekuatannya maupun keaktifannya (Irianto, 2007).

Ada beberapa cara untuk menentukan kekuatan preparat antibiotik. Penentuan ini biasanya dilakukan dalam Laboratorium Pengontrol dibawah pengawasan instansi pemerintah, misalnya di Amerika dilakukan oleh FDA. Cara-cara penetuan ini biasanya dimuat dalam Farmakope dari tiap negara. Pada pemeriksaan ini semua bahan-bahan yang digunakan, medium pembiakan, organime uji, alat-alat harus menurut ketentuan yang telah dibakukan. Penentuan kekuatan ini dapat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut (Irianto, 2007) :

Mengitung daerah penghambatan dalam lempeng agar cdapat menentukan konsentrasi terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan (Minimal Inhibitory Concentration, MIC)

Penentuan kesensitifan (Sensitivy Test) dari suatu antibiotik terhadap organisme yang belum diketahui. Penentuan ini biasanya dilakukan dilaboratorium rumah sakit, dan penting untuk melakukan terapi.

Untuk mengetahhui konsentrasi antibiotik yang dapat tercapai dalam cairan tubuh atau jaringan.

B. . Uraian Bahan

Air suling (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi:Aqua destillata

Sinonim

: Aquades

RM / BM

: H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

Kegunaan

: Sebagai pelarut dalam pembuatan medium.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Alkohol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain: Etanol, alkohol

RM / BM : C2H6O / 46,07

RB : CH3-CH2-OH

Pemerian:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai Antiseptik

DMSO (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi

: Dimethyl sulfoxide

Nama Sinonim

: DMSO

RM/BM

:C2H6SO/78,128

Rumus Struktur: CH3 SO CH3Pemerian

: Sangat higroskopik, praktis tidak berbau atau berwarna, hampir tidak berasa atau rasa agak manis.

Kelarutan

: Larut dalam air, etanol, aseton, eter, kloroform.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Sebagai pelarut.

C. Uraian Bakteri

Bacillus subtilisKlasifikasi (garity, 2002)

Kingdom: Plantae

Divisio: Protophyta

Class: Schyzomycetes

Ordo: Eubacteriales

Famili: Basillaceae

Genus: Bacillus

Spesies: Bacillus subtilis

Morfologi (Koes irianto, 2002)

Batang dengan ukuran 1x3,4 nm, dapat tersusun seperti bamboo. Spora sentra, gerak negative. Pada kultur tampak koloni putih abu-abu, tepi seperti rambut, tidak ada hemolisis pada agar darah.2. Pseudomonas aeruginosa Klasifikasi (Garity, 2004)

Kingdom: Protista

Divisio: Protophyta

Classis: Schizomycetes

O r d o: Pseudomonales

Familia: Pseudomonaceae

Genus: Pseudomonas

Spesies: Pseudomonas aeruginosa

Morfologi (Garity, 2004 )

Sel tunggal, batang lurus atau melengkung, namun tidak berbentuk heliks. Pada umumnya berukuran 0,5 1,0 m x 1,5 4,0 m. Motil dengan flagelum polar, monotrikus atau multitrikus. Tidak menghasilkan selongsong prosteka. Tidak dikenal adanya stadium istirahat. Gram negatif. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi, tidak pernah fermentatif. Beberapa merupakan kemilitotrof fakultataif, dapat menggunakan H2 dan CO sebagai sumber energi.

3. Staphylococcus aureus

Klasifikasi (Garity, 2004)

Kingdom : Protista

Phylum : Protophyta

Class : Schyzomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Morfologi (Djide, 2005 ) Sel-sel berbentuk bola, berdiameter 0,5 sampai 1,5 m terdapat tunggal dan berpasangan, dan secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang tidak teratur. Non motil. Tidak diketahui adanya stadium istirahat. Gram positif. Dinding sel mengandung dua komponen utama : peptidoglikan serta asam tekoat yang berkaitan dengannya. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi dan fermentatif. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerobik. Suhu optimum 35 400C. Terutama berasosiasi dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas. Pertumbuhan pada medium agar abundant, dan koloninya buram dan tidak tembus cahaya, smooth, dan berkilauan dalam penampakannya. Beberapa Staphylococcus bentuk lipochrome pigmen yang memberikan koloni kuning emas atau kuning lemon dimana yang lainnya tidak dan putih.

4. Salmonella typhosa

- Klasifikasi (Garity, 2004)

Kingdom : Protista

Phylum : Protophyta

Class

: Schyzomycetes

Ordo

: Entero

Famili

: Enterobacteriaceae

Genus

: Salmonella

Spesies : Salmonella typhosaMorfologi (Djidje, 2005)

Batang, biasanya motil dengan flagelum peritrikus, catalse positif. Kebanyakan galur akan tumbuh pada medium sintesis tanpa faktor tumbuh khusus, dan dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Fakultatif anaerob.

5. Candida albicans

- Klasifikasi (Garity, 2004))Kingdom:Eukariotik

Phylum:Mycophyta

Class:Ascomycetes

Ordo:Saccharomycetes

Famili:

Criptococcaceae

Genus:

Candida

Spesies:

Candida albicansMorfologi (Garity, 2004)

Bentuk selnya bermacam macam. Menghasilkan banyak pseudomisellium. Dapat terbentuk miselium sejati dan klamidiospora. Blastospora dapat dijumpai pada posisi yang khas. Candida dikelompokkan dalam jenis cendawan yang tidak mempunyai tahap seksual, tetapi cendawan tidak sempurna ini tidak sepenuhnya tanpa jenis kelamin, pada cendawan ini juga berlangsung plasmogami, ariogami, dan miosis.

Eschericia coli (garity, 2004)

Klasifikasi

Kingdom:Protista

Divisio

:Schizophyta

Class :Schyzomycetes

Ordo:Eubacteriales

Familia:Enterobacteriaceae

Genus: Eschericia

Spesies:Eschericia coliMorfologi

Merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat sifat yang mendekati fungi / bakteri. Terdapat dalam tanah maupun dalam udara dan sebagian parasit pada tumbuhan tingkat tinggi. Koloni berwarna (tergantung substraknya), mempunyai bau tanah, resisten terhadap penisilin dan streptomiaStreptococcus mutans (Garity,2004)

Klasifikasi

Kingdom:ProcaryotaDivisio:Scotobacteria

Class

:SchyzomycetesOrdo:EubacterialesFamilia:MicrococcaceaeGenus: StreptococcusSpesies:Streptococcus mutansMorfologi Sel berbentuk bola sampai lonjong, berdiameter kurang dari 2 m, terdapat berpasangan atau dalam rantai bila ditumbuhkan dalam medium cair. Kadang kadang terdapat galur motil dalam kelompok serologis D. Gram positif, kemoorganototrof. Metabolisme fermentatif anaerobik fakultatif.

E. Prosedur Kerja

1. Metode KLT Bioautografi (Natsir djide, 2003)

Lempeng diaktifkan dengan pemanansan dalam oven paa suhu 1000C selama 30 menit sebelum digunakan. Ekstrak etil asetat ekstrak rumput laut Turbinaria sp yang menunjukkan aktivitas yang paling tinggi. Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 2 x 8 cm menunakan pipa kapiler. Lalu dikembangkan dengan menggunakan larutan penembang n-heksan : etil asetat (8 : 2) didalam chamber. Lempeng dikeluarkan dari chamber dan diangin-anginkan hingga cairan pengembannya menguap. Kemudian kromatogram yang dihasilkan diamati nodanya dibawah sinar UV pada panjang gelomban 254 nm dan 366 n, serta penampakan noda H2SO4 10%, diberi tanda yang menghasilkan flouresensi dan dihitung nilai Rf-nya. Hasil identifikasi KLT dengan eluen N-heksan : etil asetat (8 : 2) dilanjutkan dengan Uji KLT-Bioautografi langsung dengan cara media GNA steril sebanyak 10 ml dituang kedalam cawan petri steril, lempeng KLT yang telah dielusi dengan eluen yang cocok diletakkan diatas permukaan medium agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji dan dibiarkan selama 60 menit setelah itu lempeng tersebut diangkat dan dikeluarkan. Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam (bakteri) dan 270C selama 72 jam (jamur).

2. Metode difusi agar ( Natsir djide, 2003)

Cara difusi agar berlapis, cara ini merupakan modifikasi dari Kirby-Bauer. Perbedaannya pada cara ini menggunakan dua lapis agar. Lpais pertama (based layer) tidak mengandung mikroba sedangkan lapis kedua (seed layer) mengandung mikroba yang nantinya mengunakan pencadang selanjutnya diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 370C.

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

Alat Yang Dipakai

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Autoklaf, Botol coklat, Botol eluen, Cawan petri steril, Chamber, Erlenmeyer, Inkubator, Lampu spiritus, Lampu UV, Pinset, Pipa kapiler, Ose bulat, Rak tabung, Spoit 1 ml, 5 ml, 10 ml, Tabung reaksi, dan vial B. Bahan yang digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu air steril, alkohol, biakan Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa, Bacillus subtilis, Pseudomonas aureginosa, Streptococcus mutans, E. coli, Candida albicans, DMSO, disk blank, kapas, medium GNA, NA, PDA dan tissue.

Cara Keja

Uji Skrining

Disiapkan 3 cawan petri, cawan petri 1 dibagi mejadi 2 bagian untuk medium PDA, cawan petri 2 dibagi mejadi 3 bagian dan cawan petri 3 dibagi menjadi 4 bagian untuk medium NA. Dilarutkan 10 mg ekstrak gandaria dengan 0,2 ml DMSO dalam vial. Ditambahkan medium PDA sebanyak 9,8 ml ke dalam vial dan dihomogenkan. Dituang ke dalam cawan petri steril secara aseptis. Dibiarkan hingga memadat. Dilakukan hal yang sama untuk medium NA. Setelah medium memadat, digoreskan biakan mikroba uji pada masing-masing medium. Diinkubasi pada inkubator selama 1 x 24 jam untuk medium NA dan pada enkas selama 3 x 24 jam untuk medium PDA. Dilakukan pengamatan. Dilakukan prosedur yang sama untuk ekstrak daun gandaria, ekstrak bunga merah, ekstrak daun salam dan ekstrak bandotan

Uji aktivitas antimikrobaMetode difusi agarDisiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dimasukkan medium GNA sebanyak 9,8 ml ke dalam vial. Ditambahkan suspensi biakan Salmonella typhosa sebanyak satu ose ke dalam vial. Dihomogenkan. Dituang ke dalam cawan petri steril secara aseptis dan dibiarkan setengah memadat. Dimasukkan paper disk ke dalam masing-masing konsentrasi ekstrak etanol yaitu 0,5%, 1%, 1,5%. Dibiarkan beberapa saat agar paper disk cukup menyerap konsentrasi yang diujikan. Diletakkan paper disk tersebut di atas permukaan medium GNA untuk masing-masing konsentrasi ekstrak yaitu 0,5%, 1 %, 1,5 %. Diulangi perlakuan di atas dengan menggunakan suspensi biakan bakteri Staphylococcus aureus, E.coli, streptococcus mutans, pseudomonas aureginosa, Candida albicans dan Bacillus subtilis. Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 1 x 24 jam. Diamati dan diukur zona hambatannya.Metode KLT-autobiografiDisiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dimasukkan medium GNA sebanyak 9,8 ml ke dalam vial. Ditambahkan suspensi biakan Salmonella typhosa sebanyak satu ose ke dalam vial. Dihomogenkan. Dituang ke dalam cawan petri steril secara aseptis dan dibiarkan setengah memadat. Disiapkan ekstrak kangkung pagar dan dilarutkan dengan beberapa tetes kloroform di dalam vial. Ditotolkan ekstrak pada lempeng KLT, kemudian dielusi dengan eluen n-heksan : etil. Diamati pada lampu UV kemudian Ditempelkan selama 30 menit di atas medium pada cawan perti. Diulangi perlakuan di atas dengan menggunakan suspensi biakan bakteri bakteri Staphylococcus aureus, E.coli, streptococcus mutans, pseudomonas aureginosa, Candida albicans dan Bacillus subtilis.. Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 1 x 24 jam. Diamati dan diukur zona hambatannya.2. Data (Tabel) Pengamatan

a) Uji Screening

KlpSampelBakteri

SASTE. coliSdPaBsVSPAnCA

IDaun gandaria--+-----+

IIBuah merah--+------

IIIDaun salam -+------+

IV

Daun bandotan-+++----+

b) Uji Difusi Agar

KelompokkonsentrasiDiameter zona hambatan (mm)

EcBsSaPaStSdCa

IGandaria0,1 %0-0---6

0,5%0-0---6

1%25-32---7

IIBunga merah0,1 %-058---

0,5 %-568---

1 %-569---

IIIDaun salam0,1 %-10--6-0

0,5 %-7,6--7-0

1 %-9--8-8

IVBandotan0,1 %0---8108

0,5 %0---0118

1 %9---0119

B. Pembahasan

Antimikroba (AM) adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan maniusia. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi yang adapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis yang lain. Banyak antibiotik dewasa ini yang dibuat secara semi sintetik atau sintetik penuh.

Bakteriostatik : memiliki kemampuan menghambat perkembangbiakan bakteri; perkembangbiakan akan berlangsung lagi bila zat telah tiada. Bakterisid : memiliki sifat mematikan bakteri. Kerja bakterisidal berbeda dari bakteriostatis dalam hal tidak dapat dipulihkan lagi, yaitu bakteri yang dimatikan tidak dapat lagi berkembangbiak, meskipun sudah tidak terkena zat itu lagi. Dalam beberapa kasus zat tersebut menyebabkan lisis (melarutnya) sel, dalam kasus lain sel tetap utuh dan bahkan dapat terus aktif secara metabolic.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok yaitu (1) yang menganggu metabolisme metabolisme sel mikroba, (2) yang menghambat sintesis dinding sel, (3) yang mengganggu permeabilitas membrane sel mikroba, (4) yang menghambat sintesis protein sel mikroba dan (5) yang mengambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.

Pada percobaan ini digunakan pelarut untuk ekstrak yaitu DMSO (Dimethyl sulfoksida) karena merupakan pelarut yang bersifat polar yang mana mampu menarik senyawa- senyawa yang bersifat polar dan non polar.

Dalam percobaan uji aktivitas antimikroba dari bahan alam ada 3 kegiatan yang dilakukan yaitu uji screening, uji KLT-bioautografi dan uji difusi agar.

Skrining bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya daya hambat suatu senyawa (ekstrak) dari tanaman pada pertumbuhan mikroba. Yang selanjutnya dilakukan uji aktifitas antimikroba dari bahan alam.

Pada percobaan kali ini, kita akan menentukan daya hambat antimikroba yang terkandung dalam ekstrak metanol gandaria terhadap bakteri uji Salmonella typhosa, Streptococus mutans, Staphylococcus aureus, Psedeumonas aeruginosa, Vibrio sp, Staphylococcus epidermidis, Candida albicans, Bacillus subtilis dan E.coli. Daya hambat tumbuhan tersebut dapat dilihat dengan melihat zona hambatan yang terbentuk pada

KLT Bioautografi adalah suatu proses untuk menentukan senyawa aktif yang terdapat pada suatu ekstrak tanaman yang diperoleh dari hasil penotolan pada lempeng kromotografi yang kemudian diuji efek aktifitas antimikroba pada medium yang terdapat antimikroba. Pada metode KLT bioautografi eluen yang digunakan yaitu n-heksan : etilasetat (4 : 1) dan eluen kloroform : metanol (1 : 1). Penggunaan eluen ini bermaksud untuk mengelusi zat aktif yang terdapat pada ekstrak, sehingga zat aktifnya terpisah-pisahkan. Pemilihan eluen nonpolar yairu untuk menarik zat aktif yang bersifat nonopolar pula. Selain itu dapat digunakan untuk senyawa polar sesuai dengan tingkat polaritasnya.

Dibutuhkan waktu 30 menit sampai 1 jam untuk mengangkat lempeng karena untuk membiarkan agar noda yang diperoleh dari hasil penotolan dapat berdifusi ke dalam medium supaya dapat diketahui noda atau nilai Rf yang mana yang efektif sebagai antimikroba yang dilihat dari zona bening yang dibentuk setelah proses inkubasi

Pada pengujian potensi suatu antibiotika dengan difusi agar, berarti metode ini menggunakan media padat, yang pada permukaannya telah diinokulasikan mikroorganisme uji yang sensitif terhadap antibiotika secara merata. Pencadang atau reservoir diletakkan pada permukaan media tersebut selanjutnya dipipet senyawa antibiotika yang akan diuji ke dalam pencadang dengan volume tertentu. Selama masa inkubasi akan terjadi proses difusi antibiotika ke dalam gel agar dan membentuk daerah hambatan (zone). Zone yang terbentuk inilah yang digunakan sebagai dasar kuantitatif untuk membandingkan potensi antibiotika baku.

Pada percobaan uji potensi antimikroba terhadap bakteri uji, metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode difusi, dimana medium Nutrien Agar (NA) dituang ke dalam cawan Petri dalam 2 lapisan. Lapisan pertama disebut base layer yang merupakan lapisan penyangga atau penopang dan untuk menjaga agar pencadang yang digunakan sebagai tempat sampel tidak menyentuh cawan Petri. Lapisan kedua disebut seed layer yang merupakan media pertumbuhan atau sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba uji.

Keuntungan dari metode ini yaitu dengan menggunakan beberapa cawan Petri utnuk menempatkan inokulum, maka kemungkinan kontaminasi akan lebih kecil. Namun, kerugian dari metode ini yaitu dengan adanya variasi inokulum dalam beberapa cawan Petri, maka kondisi tiap cawan akan berlainan. Kondisi tersebut akan mempengaruhi difusi antibiotik yang diuji dari pencadang ke medium agar disekitarnya..

Selama masa inkubasi akan terjadi proses difusi antibiotika ke dalam gel agar dan membentuk daerah hambatan (zone). Jadi, zona hambatan adalah suatu daerah disekitar pencadang yang menjadi tanda keaktifan dari suatu antibiotik, dan biasanya diamati dengan terbentuk daerah yang jernih. Semakin besar suatu zona hambatan berarti semakin baik potensi antibiotik tersebut dalam menghambat atau membunuh bakteri. Dan sebaliknya semakin kecil suatu zona hambatan berarti antibiotik tersebut tidak efektif dalam menghambat atau membunuh bakteri.

Dalam percobaan uji potensi antibiotik tidak digunakan pencadang, melainkan digunakan paper disc (cakram kertas). Hal ini disebabkan lebih mudah penggunaannya. Sedangkan kerugiannya adalah kemungkinan adanya heterogenitas komposisi serat kertas, sehingga sebagian antibiotik terikat pada serat kertas tersebut. Sehingga diameter daerah hambatan yang terjadi akan bervariasi. Selain itu, kertas mengandung komponen antara lain alfa-sellulosa 98-99%, beta-sellulosa 0,3-1%, pentosan 0,4-0,8%. Kertas juga mengandung sejumlah kecil gugus karboksil yang menyebabkan muatan negative pada sellulosa dan bersifat menukar ion. Pada pemilihan kertas sifat kapilaritas sangat penting diperhatikan, karena akan mempengaruhi kecepatan aliran dan kualitas difusinya. Berikut hasil dari percobaan mengenai ekstrak yang digunakan oleh kelompok I yakni ekstrak gandaria. Dimana pada metode difusi agar untuk konsentrasi 0,1% dan 0,5 % pada bakteri uji E.coli diameter zona hambatannya 0 sedangkan pada konsentrasi 1% zona hambatannya 25 mm. Sedangkan pada bakteri uji Staphylococcus aureus kosentrasi 0,1% dan 0,5 % diameter zona hambatannya 0, sedangkan pada kosentrasi 1% diameter zona hambatannya 32 mm dan untuk candida albican pada konsentrasi 0,1 % dan 0,5% diameter zona hambatannya 6 mm dan untuk 1 % 7 mm. kelompok II yakni ekstrak bunga merah. Dimana pada metode difusi agar untuk konsentrasi 0,1% pada bakteri uji bacillus subtilis diameter zona hambatannya 0, pada sedangkan pada konsentrasi 0,5 % dan 1% zona hambatannya 5 mm. Sedangkan pada bakteri uji Staphylococcus aureus kosentrasi 0,1% diameter zona hambatannya 5mm, sedangkan pada kosentrasi 0,5 dan 1% diameter zona hambatannya 6 mm, pada bakteri uji salmonella thyposa pada kosentrasi 0,1% dan 0,5 % diameter zona hambatannya 8 mm, sedangkan pada kosentrasi 1% diameter zona hambatannya 9 mm. kelompok IIi yakni ekstrak daun salam Dimana pada metode difusi agar untuk konsentrasi 0,1% pada bakteri uji bacillus subtilis diameter zona hambatannya 10mm, pada sedangkan pada konsentrasi 0,5 % diameter zona hambatannya 7,6 mm dan 1% zona hambatannya 9 mm. Sedangkan pada candida albican kosentrasi 0,1% dan 0,5 % diameter zona hambatannya 0 mm, sedangkan pada kosentrasi 1% diameter zona hambatannya 8 mm, pada bakteri uji salmonella thyposa pada kosentrasi 0,1% dan 0,5 % diameter zona hambatannya 6 mm dan 7 mm, sedangkan pada kosentrasi 1% diameter zona hambatannya 8 mm. kelompok IV yakni ekstrak bandotan Dimana pada metode difusi agar untuk konsentrasi 0,1% dan 0,5 % pada bakteri uji E.coli diameter zona hambatannya 0, pada sedangkan pada konsentrasi 1% zona hambatannya 9 mm. Sedangkan pada bakteri uji salmonella thyposa kosentra si 0,1% diameter zona hambatannya 8mm, sedangkan pada kosentrasi 0,5 dan 1% diameter zona hambatannya 0 mm, pada bakteri uji streptococcus mutans pada kosentrasi 0,1% diametr zona hambatannya 10 mm pada konsentrasi 0,5 % diameter zona hambatannya 11 mm, sedangkan pada kosentrasi 1% diameter zona hambatannya 11 mm, candida albicans pada kosentrasi 0,1% diametr zona hambatannya 8 mm pada konsentrasi 0,5 % diameter zona hambatannya 8 mm, sedangkan pada kosentrasi 1% diameter zona hambatannya 9 mmBAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa :

Ekstrak metanol gandaria adalah bahan alam yang tidak efektif sebagai antimikroba.

Hasil uji aktivitas dengan metode difusi agar pada Ekstrak metanol gandaria menunjukkan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Djide, Natsir dkk. 2003. Mikrobiologi Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Djide, Natsir, 2005. Analisis Mikrobiologi Farmasi, Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Irianto, Koes., 2007. Mikrobiologi Mengenai Dunia Mikroorganisme, Wyrama Wydia, Bandung.

Pelczar, Michael, J., dan E.C.S. Chan, 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi I, UI Press, Jakarta.

Tjay ., Tan Hoan, Rahardja.,2001, Obat-obat Penting, Edisi V, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Skema Kerja

Uji Skrining

DMSO

Medium NA

9,5 ml

I 0,2 (L II

Ekstrak @ 10 g

1 ose

1 ose

EC SA ST

SM PA VC CA

Diinkubasi pada suhu 37C selama 1 x 24 jam

Diamati bakteri yang positif maka dilanjutkan pada uji aktivitas antimikroba bahan alam

Keterangan :

EC= Escherichia coli

PA= Pseudomonas aeruginosa

SA= Staphylococcus aureus

VC= Vibrio choleraST= Salmonella thyposa

CA= Candida albicans

SM= Streptococcus mutans

Uji Aktivitas Antimikroba

Suspensi biakan bakteri

Medium NA (Nutrient Agar)

I

II

0,2 (l

10

Cawan petri steril

Diinkubasi pada suhu 37C selama 1 x 24 jam

Diamati dan diukur zona hambatan

Pengolahan data

Metode KLT Bioautografi

Suspensi biakan bakteri

Medium NA (Nutrient Agar)

I

II

0,2 (l

10

Ditotol dibiarkan

Berdifusi

IV

dibiarkan setengah memadat

III

Ekstrak

Cawan petri steril

Diinkubasi pada suhu 37C selama 1 x 24 jam

Diamati dan diukur nilai Rf-nya

PERHITUNGAN

KELOMPOK 1 ( daun gandaria )

BAKTERIDIAMETER ZONA HAMBATAN (mm)JUMLAHRATA-RATA

0,1 %0,5 %%

E.coli0025258,3

SA00323210,7

CA667196,3

JUMLAH66647625,3

RATA-RATA3321,3

A. Perhitungan Faktor Koreksi (FK)

((Y)2

FK =

r.p

762

=

3.3

5776

=

9

= 641,8

B. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)

JK Total= ( 02 + 02 + 252 + 02 + 02 + 322 + 62 + 62 + 72) FK

= (0 + 0 + 625 + 0 + 0 + 1024 + 36 + 36 + 49 ) 641,8

= 1770-641,8

= 1128,2

JK Perlakuan = 62 +62 +642 - FK

3

= 36 + 36 + 4096 641,8

3

= 1437,3 - 641,8

3

= 479- 641,8

= 162,8

JK Kelompok= 252 +322 +192 - FK

3

= 625 + 1024 + 361 641,8

3

= 1769,3 641,8

3

= 375,8

JK Galat= JKT JKP - JKK

= 1128,2-162,8-375,8

= 589,6

C. Perhitungan Derajat Bebas (DB)

DB Total

= 9-1

= 8

DB Perlakuan = 3-1

= 2

DB Kelompok = 3-1

= 2

DB Galat

= 8-2-2

= 4

D. Perhitungan Kuadrat Tengah ( KT )

KT Perlakuan= JKP

DBP

= 162,8

2

= 81,4

KT Kelompok= JKK

DBK

= 375,8

2

= 187.9

KT Galat = JKG

DBG

= 589,6

4

= 147,4

KELOMPOK 4 (bandotan )

BAKTERIDIAMETER ZONA HAMBATAN (mm)JUMLAHRATA-RATA

0,1 %0,5 %1 %

E.coli00993

St80082,7

Sd1011113210,7

CA899268,7

JUMLAH2620297525,1

RATA-RATA6,557,3

A. Perhitungan Faktor Koreksi (FK)

((Y)2

FK =

r.p

752

=

3.4

5625

=

12

= 468,75

B. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)

JK Total = ( 02 + 02 + 92 + 82 + 02 + 02 + 102 +112 + 112 + 82 + 82 + 92 ) FK

= (0 + 0 + 81 + 64 + 0 + 0 + 100 + 121 + 121 + 64+ 64 + 81 ) 468,75

= 696 468,75

= 227,3

JK Perlakuan = 262 +202 +292 - FK

4

= 676 + 400 + 841 468,75

4

= 1917 - 468,75

4

= 479,3-468,75

= 10,6

JK Kelompok= 92 +82 +322 + 262 - FK

3

=81 + 64 +1024 + 676 468,75

3

= 1845-468,75

3

= 615-468,75

= 146,3

JK Galat= JKT JKP - JKK

= 227,3-10,6-146,3

= 70,4

C. Perhitungan Derajat Bebas (DB)

DB Total

= 9-1

= 8

DB Perlakuan = 3-1

= 2

DB Kelompok = 4-1

= 3

DB Galat

= 8-2-3

= 3

D. Perhitungan Kuadrat Tengah ( KT )

KT Perlakuan= JKP

DBP

= 10,6

2

= 5,3

KT Kelompok= JKK

DBK

=146,3

3

= 48,7

KT Galat = JKG

DBG

= 70 4

3

= 23,5

KELOMPOK 3 (daun salam )

BAKTERIDIAMETER ZONA HAMBATAN (mm)JUMLAHRATA-RATA

0,1 %0,5 %1 %

ST678217

CA00882,7

Bs107,6926,68,9

JUMLAH1614,62555,618,6

RATA-RATA8

8,6

8,3

A. Perhitungan Faktor Koreksi (FK)

((Y)2

FK =

r.p

55,62

=

3.3

3091.4

=

9

= 343,5

B. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)

JK Total = ( 102 + 7,62 + 92 + 62 + 72 + 82 + 02 + 02 + 82) FK

= (100 + 57,76 + 81 + 36 + 49 + 64+ 0 + 0 + 64) 343,5

= 451,76-343,5

= 108,26

JK Perlakuan = 212 +82 +26,62 - FK

3

= 441 + 64 + 707,56 343,5

3

= 1212,56 - 343,5

3

= 404,2 343,5

= 60,7

JK Kelompok= 162 +14,62 +252 - FK

3

=256 + 213,16 + 625 - ,343,5

3

= 1094, 2 - 343.5

3

= 364,7-343,5

= 21,2

JK Galat= JKT JKP - JKK

= 108,26-60,7-21,2

= 26,36

C. Perhitungan Derajat Bebas (DB)

DB Total

= 9-1

= 8

DB Perlakuan = 3-1

= 2

DB Kelompok = 3-1

= 2

DB Galat

= 8-2-2

= 4

D. Perhitungan Kuadrat Tengah ( KT )

KT Perlakuan= JKP

DBP

= 60,7

2

= 30,35

KT Kelompok= JKK

DBK

= 21,2

2

= 10,6

KT Galat = JKG

DBG

= 26,36

4

= 6,59

KELOMPOK 2 (bunga merah)

BAKTERIDIAMETER ZONA HAMBATAN (mm)JUMLAHRATA-RATA

0,1 %0,5 %1 %

Bs055103,3

Sa566175,7

PA889258,3

JUMLAH1319205217,3

RATA-RATA4,36,36,7

A. Perhitungan Faktor Koreksi (FK)

((Y)2

FK =

r.p

522

=

3.3

2704

=

9

= 300,4

B. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)

JK Total = ( 02 + 52 + 52 + 52 + 62 + 62 + 82 + 82 + 92) FK

= (0 + 25 + 25 + 25 + 36 + 36+ 64 + 64 + 81) 300,4

= 356-300,4

= 55,6

JK Perlakuan = 102 +172 +252 - FK

3

= 100 + 289 + 625 300,4

3

= 1014 - 300,4

3

= 338- 300,4

= 37,6

JK Kelompok= 132 +192 +202 - FK

3

= 169 + 361+ 400 - 300,4

3

=930 - 300,4

3

= 310-300,4

= 9,6

JK Galat= JKT JKP - JKK

= 55,6-33,6-9,6

= 12,4

C. Perhitungan Derajat Bebas (DB)

DB Total

= 9-1

= 8

DB Perlakuan = 3-1

= 2

DB Kelompok = 3-1

= 2

DB Galat

= 8-2-2

= 4

D. Perhitungan Kuadrat Tengah ( KT )

KT Perlakuan= JKP

DBP

= 33,6

2

= 16,8

KT Kelompok= JKK

DBK

= 9,6

2

= 4,8

KT Galat = JKG

DBG

= 12,4

4

= 3,1

LAMPIRAN

KOMPOSISI

1.Medium GNA (Glukosa Nutrien Agar)

Peptone5,0 g

Ekstrak beef 3,0 g

Agar 15 g

Glukosa10,0 g

Aquadest 1000 ml

2.Medium NA (Nutrien Agar)

Ekstrak daging3 g

Pepton5 g

Agar

20 g

Aquadestad 100 ml

IVA MUKRIMA ULFAH CHAERANY PAJRAH S, FARM

150 209 293