DM PADA GERONTIK

download DM PADA GERONTIK

of 10

description

DM PADA GERONTIK

Transcript of DM PADA GERONTIK

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangProses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM padalanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umurternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadapperubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90%termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60tahun.Untuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua, pendekatan selaludimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti poliuri, polidipsi ataupolifagi. Demikian pula gejala komplikasi seperti neuropati, retinopati dan sebagainya,umumnya bias dengan perubahan fisik karena proses menua, oleh karena itu memerlukankonfirasi pemeriksaan fisik, kalau perlu pemeriksaan penunjang.Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Diabetes melitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa/normal (Normal 80 mg/dl sampai dengan 150 mg/dl), karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan hormon insulin secara cukup. Perlu diketahui bahwa hormone insulin dihasilkan oleh pangkreas dalam tubuh kita untuk mempertahankan kadar gula agar tetap aman. Jumlah glukosa pada tubuh sebaiknya sejak dini harus selalu dikontrol dengan cermat. (Maulana Mirza 2008). Prevalensi diabetes melitus di Rawat Inap Rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang menurun dan menjadi penyakit degeneratif urutan kelima. Jumlah kunjungan diabetes melitus pada tahun 2009 berjumlah 238 orang . (Poli Rawat Inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang). Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dan bukan penyakit menular. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa penyakit tersebut pasti menurun kepada anak. Walaupun kedua orangtuanya menderita penyakit Diabetes Mellitus, kadang-kadang anaknya tidak ada yang menderita penyakit tersebut. (Tjokroprawiro, 2006 ). Menurut laporan McCarty dan Zimmet, terdapat minimal 110,4 juta penderita diabetes di dunia dengan prekuensi 1,2 22,0% untuk orang dewasa, pada tahun 2000 diperkirakan akan meningkat 1,5 kali atau menjadi 175,4 juta jiwa, dan tahun 2010 akan meningkat 2 kali atau menjadi 239,3 juta jiwa Menurut Tjokroprawiro, pada tahun 1994 jumlah penderita diabetes melitus di indonesia minimal 2,5 juta, pada tahun 2000 menjadi 4 juta, dan pada tahun 2010 minimal akan menjadi 5 juta.(Tjokroprawiro, 2006 ).Pada pemeriksaan fisik,pasien diabetes yang timbul pada usia lanjut kebanyakan tidak ditemukan adanya kelainan-kelainan yang sehubungan dengan diabetes seperti misalnya kaki diabetik, serta tumbuhnyajamur pada tempat-tempat tertentu.Kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada rekomendasi ADA (American DiabetesAssociation) yang tidak menunjukkan adanya pertimbangan spesifik umur. Diagnosis DMdibuat setelah dua kali pemeriksaan gula darah puasa > 126 mg/dl (dengan sebelumnyapuasa paling sedikit 8 jam). Pasien perlu dipastikan tidak dalam kondisi infeksi aktif atausakit akut dalam pemeriksaan ini. Atau gula darah acak > 200 mg/dl dengan gejala-gejaladiabetes. Pengukuran hemoglobin terglikosilasi (HbA1c ) tidak direkomendasikan sebagaialat diagnostik, tetapi dipakai secara luas untuk memantau efektifitas pengobatan

I.2 Rumusan Masalah1. Apakah Diabetes mellitus itu? Bagaimanakah patofisiologi, etiologi serta tanda dan gejalanya?2. Bagaimana klasifikasi Diabetes mellitus?3. Bagaimana pengobatan Diabetes mellitus pada gerontik? Adakah komplikasinya?4. Diagnosa keperawatan apa sajakah yang dapat muncul pada Diabetes mellitus gerontik?5. Bagaimakah interfensi serta implementasinya?

I.3 Tujuan Penulisan1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu Diabetes mellitus, patofisiologinya, etiologi, serta tanda dan gejalanya.2. Mahasiswa dapat mengetahui dengan jelas klasifikasi Diabetes mellitus.3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengobatan Diabetes mellitus pada gerontik atau lanjut usia, serta komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus.4. Mahasiswa dapat mengetahui diagnose keperawatan apa saja yang muncul pada Diabetes mellitus gerontik.5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana interfensi serta implementasinya.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 PengertianInsulin adalah sejenis hormon yang diproduksi oleh pancreas dan berfungsi untuk mengendalikan kadar gula dalam darah. Penurunan sekresi insulin biasanya di sebabkan oleh resistensi insulin dan kerusakan sel sel pancreas. Pada penderita penyakit diabetes mellitus, tubuh pasien tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormone insulin yang dihasilkan oleh organ pancreas. Kekurangan insulin membuat tubuh tidak mampu mengubah glukosa menjadi sumber energy bagi sel. Sehingga respon yang diterima tubuh adalah rasa lapar dan haus. Namun semakin banyak karbohidrat yang dimakan, maka akan semakin tinggi penumpukan glukosa dalam darah. Kondisi inilah yang kemudian disebut sebagai penyakit gula atau penyakit kencing manis atau Diabetes mellitus.Diabetes melitus, DM (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:a. defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.b. defisiensi transporter glukosa atau keduanya.Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes melitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain. Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut.Pada bebrapa populasi tetapi bukan semuanya, definisi diabetes oleh distribusi glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana berbeda disribusi glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes. Selain itu distribusi glukosa juga dapat menjadi parameter untuk menjadi parameter untuk diabetes atau dengan kata lain, definisi diagnosis untuk diabetes atau dengan kata lain, nilai definisi diagnosis untuk diabetes didasarkan pada nilai distribusi glukosa pada tingkat populasi bukan sering atau tidaknya berolahraga. Besarnya komplikasi mikrovaskuler pada retina dan ginjal spesifik menuju ke diabetes. Selain itu terjadinya komplikasi makrovaskuler dapat menyebabkan kematian pada penderita diabetes. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang tidak normal seharusnya ditemukan sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa, yang mana diapresiasikan dengan peningkatan resiko penyakit CVD (kardiovaskuler) (Mogensen,2007)2.2 Tanda dan Gejala Diabetes MellitusGejala diabetes baik pada lanjut usia maupun remaja secara umum ditandai dengan adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari danberat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, pengelihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh. Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, sehingga mereka mengetahuinya saat melakukan medical check-up ditemukannya kadar glukosa darah yang tinggi/ melebihi batas normal. Oleh karena itu perlu diadakannya penyuluhan mengenai diabetes mellitus kepada masyarakat. Dampak yang ditumbulkan adalah efek jangka panjang atau yang sering disebut dengan komplikasi akibat keracunan glukosa. Pasien dapat terkena komplikasi pada indra pengeihatan, luka kaki busuk (gangrene), komplikasi pada ginjanl, jantung dan oragan lainnya.Beberapa faktor yang dapat menjadi penunjang adanya diabetes mellitus yaitu obesitas keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah polidipsia, poliuria, dan polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat tanggapan didalam penyusunan diet penderita Diabetes Mellitus (Tjokroprawiro, dk,1986)

2.3 EtiologiOrang yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus adalah :1. Usia diatas 45 tahunPada orang-orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun, hal ini diakibatkan aktifitas sel beta pancreas untuk menghasilkan insulin menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak menerima insulin.2. Obesitas Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga dapat memicu munculnya Diabetes Mellitus.3. Pola MakanPola makan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab Diabetes mellitus misalnya makanan gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim.4. Riwayat DM pada KeluargaSekitar 15-20% penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus) mempunyai riwayat keluarga diabetes mellitus, sedangkan IDDM (Insulin Dependen Diabetes Mellitus) sebanyak 57% berasal dari keluarga Diabetes Mellitus.5. Kurangnya berolahraga atau beraktifitasOlahraga dapat dilakukan 3-5 kali smeinggu, kurang berolahraga dapat menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin dapat menurun sehingga dapat mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan Diabetes Mellitus (Waspadji, 2002).

2.4 PatofisiologiDalam tubuh selalu terjadi regenerasi sel, dimana sel yang lama dan sudah rusak digantikan oleh sel yang baru. Di samping itu tubuh juga memrlukan energy agar sel dapat berfungsi dengan baik. Agar dapat berfungsi dengan baik tentu saja diimbangi dengan nutrisi yang baik, yang terdiri dari makanan yang mengandunf karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam saluran pencernaan makanan akan diubah atau dipecah menjadi bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga komponen makan tersebut akan diserap oleh usus dan akan masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar utama. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel agar dapat diolah. Di dalam sel makanan terutamaglukosa akan dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang akhirnya akan menghasilkan energi. Proses inilah yang disebut sebagai metabolisme. Dalam proses ini insulin sangat berperan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel. Pada penderita Diabetes Mellitus dibagi menjadi dua yaitu NIDDM (DM.II)dan IDDM (DM I), tergantung dari tubuh dalam memproduksi hormone insulin tersebut, dan atau adanya penyebab lain.Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang laik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes melitus sering disebut terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing. Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat pada resistansi insulin, baik pada hati dan organ lain, dengan simtoma hiperinsulinemia dan hiperglisemia, yang berdampak pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama pada otot lurik. Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio IGF-I tidak dapat menurunkan resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak orang, tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini akan memicu komplikasi pada toleransi glukosa. Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia dan turunnya toleransi glukosa, terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko kardiovaskular. Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina dengan hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa. Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi glukosa yang disebabkan oleh hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada pasien bedah pankreas, feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma. Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL, dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.

2.5 Klasifikasi DiabetesOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes mellitus yaitu :1. Diabetes Mellitus tipe 1Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkuragnya resiko insulin dalam sirkulasi darah akibat rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pancreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebenyakan penderita IDDM memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selauin itu sensitifitas maupun respons tubuh maupun respon tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pancreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, degan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa menyebabkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pompa, yang memungkinkan untuk pemberianmasukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui inhaled powder2. Diabetes Mellitus tipe 2Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM) merepakan tipe diabetes yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin didalam sirkulasi dadrah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel beta, gangguan sekresi hormone insulin, resistensi sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekankan penyerapan slukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terdapat yang ditemukan pada manusia.Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglikemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan kira-kira 90% dari pasien didunia dikembangkan diagnosis dengan 2 jenis kencing manis. Faktor lain meliputi riwayat keluarga, walaupun decade yang terakhir terus menerus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak dan remaja.Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya awalnya diobati dengan cara perubahan aktifitas fisik, diet dan lewat pengukuran berat badan. Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM tipe2 dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normalb. Kelompok dengan hasil uji toleransi glukosa abnormal, disebut juga diabetes kimiac. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (GDP 140 mg/dl)3. Diabetes mellitus GestasionalDiabetes melitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 2050% dari wanita penderita GDM bertahan hidup. Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 25% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.

2.6 Komplikasi Diabetes mellitusKomplikasi atau efek jangka panjang penderita diabetes pada lanjut usia adalah :a. Impoten atau disfungsi ereksi dan kesemutan dikaki penderita, ammpu merusak jaringan saraf dan pembuluh darah baik pada kemaluan maupun kaki, sehingga dapat menyebabkan impoten dan kesemutanb. Kerusakan ginjalc. Gangren (infeksi berat pada kaki hingga membusuk)d. Kebutaan e. Serangan strouke f. Serangan jantung koronerg. Kematian mendadakDalam kebanyakan penderita diabetes mellitus komplikasi dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terjadi terjadi pada dewasa hingga lanjut usia, hal tersebut dikarenakan karena penurunan fungsi tubuh.

2.7 Pengobatan a. Obat HipoglikemikBiasanya diberikan kepada penderita NIDDM jika diet dan olahraga gagal menurunkan kadar glukosa. Obat ini kadang bisa diberikan hanya sekali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan hingga 2-3 kali pemberian. Jika penderita tetap tidak dapat mengontrok kadar glukosa maka diperlukan injeksiinsulin. Obat hipoglikemi oral dibagi menjadi 3 golongan yaitu :1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin atau merangsang sekresi insulin di kelenjar pancreas, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonylurea dan glinida. 2. Sensitizer insulin yaitu obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin.3. Inhibitor katabolisme karbohidrat antara lain inhibitor alfa-glukosidase yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia post-prandial.b. InsulinAda berbagi jenis sediaan insulin eksogen yang tersedia, yang terutama berdeba dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (durasion). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu :1. Insulin yang masa kerjanya singkat (short-acting Insulin)2. Insulin masa kerja sedang (intermediate-acting)3. Insulin yang masa kerja sedang dengan mula kerja cepat4. Insulin yang masa kerja panjang (long acting insulin)

2.8 ASKEP2.9 ASKEP2.10 ASKEP2.11 ASKEP

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanDiabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes dibagi menjadi IDDM, NIDDM, dan Diabetes gestasional. Gejala diabetes baik pada lanjut usia maupun remaja secara umum ditandai dengan adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari danberat badan turun dengan cepat. Penyebab terjadinya diabetes mellitus adalah usia di atas 45 tahun, obesitas, pola makan dan kurangnya beraktifitas dan olahraga. Pengobatan pada pasien diabetes secara umum dapat diberikan obat hipoglikemi dan insulin. Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada penderita diabetes mellitus adalah impoten, kerusakan ginjal, gangren (infeksi berat pada kaki hingga membusuk), kebutaan, serangan strouke, serangan jantung koroner hingga dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak ditangani secara cepat.

3.2 Saran Bagi para penderita diabetes mellitus diharapkan untuk selalu memperhatikan pola makan yang baik dikonsumsi, kurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, serta diiringi dengan berolahraga dan atau beraktifitas secara teratur. Pada penderita diharapkan selalu melakukan tes darah (lab) untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah (GDA/GDP) Bagi orang yang mempunyai resiko terkena diabetes, sebaiknya diperhatikan sejak dini terutama tentang pola hidup. Diharapkan untuk lebih banyak beraktifitas dan hindari makanan siap saji. Bagi Mahasiswa keperawatan atau tenaga kesehatan laiinya diharapkan untuk selalu memberikan penyuluhan tentang kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan jangka panjang yang dapat dimulai dengan pola hidup sehat.

1