Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

22
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA Disusun Oleh : Ady Irawan AM (092070002) Afidlul Umam (092070003) Agios S. Siagian (092070004) Ahmad Ikhlasul Amal (092070005) FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2010

Transcript of Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

Page 1: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI PADA LANSIADisusun Oleh :

Ady Irawan AM (092070002)

Afidlul Umam (092070003)

Agios S. Siagian (092070004)

Ahmad Ikhlasul Amal (092070005)

 

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2010

Page 2: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

PENDAHULUAN Penyakit hipertensi merupakan

peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung

Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.

Page 3: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi

dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi.

Page 4: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi’ tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada pria (p 0,05).

Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan (diastolik 95/104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105/129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg).

Page 5: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

Tujuan Umum Mampu memahami konsep penyakit hipertensi

dalam lingkup asuhan keperawatan gerontik secara tepat dan benar.

Tujuan Khusus Mampu memahami pengertian hipertensi pada lansia. Mampu memahami penyebab dari hipertensi pada

lansia. Mampu memahami tanda dan gejala terjadinya

hipertensi pada lansia. Mampu memahami penatalaksanaan kasus hipertensi

pada lansia. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan

hipertensi pada lansia.

Page 6: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

DEFINISI HIPERTENSI Hipertensi dapat didefinisikan sebagai

tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)

Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Page 7: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

SECARA KLINIS DERAJAT HIPERTENSI DAPAT DIKELOMPOKKAN SESUAI DENGAN REKOMENDASI DARI “THE SIXTH REPORT OF THE JOIN NATIONAL COMMITTEE, PREVENTION, DETECTION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE “ (JNC – VI, 1997)

NO Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120 – 129 80 – 84

3. High Normal 130 – 139 85 – 89

4. Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Grade 2 (sedang)

160 – 179 100 – 109

Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119

Grade 4 (sangat berat)

>210 >120

Page 8: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

ETIOLOGI Elastisitas dinding aorta menurun Katub jantung menebal dan menjadi kaku Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun

kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Meskipun hipertensi primer belum diketahui

dengan pasti penyebabnya

Page 9: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

DATA-DATA PENELITIAN TELAH MENEMUKAN BEBERAPA FAKTOR YANG SERING MENYEBABKAN TERJADINYA HIPERTENSI.

Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

Ciri perseorangan

1. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

2. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

3. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

Page 10: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

Kebiasaan hidup1. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

2. Kegemukan atau makan berlebihan

3. Stress

4. Merokok

5. Minum alkohol

6. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

penyebab hipertensi sekunder

Ginjal

1. Glomerulonefritis

2. Pielonefritis

3. Nekrosis tubular akut

4. Tumor

Page 11: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

Vascular1.Aterosklerosis2.Hiperplasia3.Trombosis4.Aneurisma5.Emboli kolestrol6.Vaskulitis

Kelainan endokrin1. DM2. Hipertiroidisme3. Hipotiroidisme

Page 12: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

Saraf1. Stroke2. Ensepalitis3. SGB

Obat – obatan1 Kontrasepsi oral2 Kortikosteroid

Page 13: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

MANIFESTASI KLINIK Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001)1. Mengeluh sakit kepala, pusing

2. Lemas, kelelahan

3. Sesak nafas

4. Gelisah

5. Mual

6. Muntah

7. Epistaksis

8. Kesadaran menurun

Page 14: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan

dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Page 15: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

PENATALAKSANAAN Terapi tanpa Obat

1. Diet2. Latihan Fisik3. Edukasi Psikologis : Tehnik Biofeedback

Tehnik relaksasi4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Terapi dengan Obat

oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 )

Page 16: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Terapi Herbal1. Seledri

2. Mentimun3. Bawang putih

Page 17: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

PENGKAJIAN Aktivitas / istirahat Sirkulasi Integritas Ego Eliminasi Makanan / Cairan Neurosensori Nyeri/ketidaknyamanan Pernapasan Keamanan Pembelajaran / Penyuluhan

Page 18: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

DIAGNOSA YANG SERING MUNCUL PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebralTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam, diharapkan Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.

Kriteria hasil :Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepalaPasien tampak nyamanTTV dalam batas normal

Intervensi keperawatan :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit peneranganb. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsanganc. Batasi aktivitasd. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotine. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesananf. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

Page 19: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

2. Potensial ganggguan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi

Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.Haluaran urin 30 ml/ menitTanda-tanda vital stabil.

Intervensi : a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur

b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersediac. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanand. Amati adanya hipotensi mendadake. Ukur masukan dan pengeluaranf. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanang. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan

Page 20: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

3. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac outputTujuan :Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hariMenunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas

Intervensi :a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.b. Berikan bantuan sesuai kebutuhanc. Instruksikan pasien tentang penghematan energyd. Kaji respon pasien terhadap aktifitase. Monitor adanya diaforesis, pusingf. Observasi TTV tiap 4 jamg. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu

h. Istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

Page 21: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia

4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

Tujuan :Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil :Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TDMempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterimaMemperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi :a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepatb. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan periferc. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napasd. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapilere. Catat edema umumf. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursih. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhani. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihank. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darahl. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasim. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

 

Page 22: Seminar Keperawatan Gerontik Hipertensi Pada Lansia