DM Lansia

download DM Lansia

of 24

description

tugas gerontik

Transcript of DM Lansia

MAKALAH

komunitas ii

Diabetes Melitus pada Lansia

Oleh :

Kelompok 5

Edvina NovrianiGita Apri LoniaNurlaila Rahmat Kurnia

Kelas : III A S1 KeperawatanDosen Pembimbing : Ns. Dewi Kurniawati, S.Kep, MS

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGIPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANTAHUN AKADEMIK2015/2016

A.

B. PENGERTIAN Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang heterogen ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes melitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan gangguan hormonal dan menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darahDiabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin.Oleh sebab itu pada usia lanjut merupakan masa usia di mana terjadi perubahan-perubahan yang menyebabkan terjadinya kemunduran fungsional pada tubuh. Salah satunya adalah terjadinya penurunan produksi dan pengeluaran hormon yang diatur oleh enzim-enzim yang juga mengalami penurunan pada usia lanjut. Salah satu hormon yang menurun sekresinya pada usia lanjut adalah insulin. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya diabetes mellitus pada usia lanjut.

C. ETIOLOGI Penyebab diabetes mellitus pada lanjut usia secara umum terbagi ke dalam dua golongan besar yaitu :Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).Gaya hidup (life style) yang tidak bagus (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Jadi untuk golongan lanjut usia diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi dari pada batas yang dipakai untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus pada orang dewasa yang bukan merupakan golongan lanjut usia. Intoleransi glukosa pada lanjut usia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaan obat-obatan, di samping karena pada lanjut usia sudah terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin. Pada lebih 50 % lanjut usia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal, namun intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan diabetes melitus.

Menurut Jeffrey, peningkatan kadar gula darah pada lanjut usia disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang Perubahan karena lanjut usia sendiri yang berkaitan dengan resistensi insulin, akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskular. Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan. Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi. Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan. Adanya faktor keturunan.

D. PATOFISIOLOGI DM PADA LANJUT USIASeiring dengan proses penuaan, semakin banyak lansia yang berisiko terhadap terjadinya DM, sehingga sekarang dikenal istilah prediabetes. Prediabetes merupakan kondisi tingginya gula darah puasa (gula darah puasa 100-125mg/ dL) atau gangguan toleransi glukosa (kadar gula darah 140- 199mg/dL, 2 jam setelah pembebanan 75 g glukosa). Modifikasi gaya hidup mencakup menjaga pola makan yang baik, olah raga dan penurunan berat badan dapat memperlambat perkembangan prediabetes menjadi DM. Bila kadar gula darah mencapai >200 mg/dL maka pasien ini masuk dalam kelas Diabetes Melitus (DM).1 Gangguan metabolisme karbohidrat pada lansia meliputi tiga hal yaitu resistensi insulin, hilangnya pelepasan insulin fase pertama sehingga lonjakan awal insulin postprandial tidak terjadi pada lansia dengan DM, peningkatan kadar glukosa postprandial dengan kadar gula glukosa puasa normal.Di antara ketiga gangguan tersebut, yang paling berperanan adalah resistensi insulin. Hal ini ditunjukkan dengan kadar insulin plasma yang cukup tinggi pada 2 jam setelah pembebanan glukosa 75 gram dengan kadar glukosa yang tinggi pula.Timbulnya resistensi insulin pada lansia dapat disebabkan oleh 4 faktor1 perubahan komposisi tubuh: massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola makan lebih banyak makan karbohidrat akibat berkurangnya jumlah gigi sehingga, perubahan neurohormonal (terutama insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan dehidroepiandosteron (DHEAS) plasma) sehingga terjadi penurunan ambilan glukosa akibat menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan aksi insulin.Selain gangguan metabolisme glukosa, pada DM juga terjadi gangguan metabolisme lipid sehingga dapat terjadi peningkatan berat badan sampai obesitas, dan bahkan dapat pula terjadi hipertensi. Bila ketiganya terjadi pada seorang pasien, maka pasien tersebut dikatakan sebagai mengalami sindrom metabolic.E. TANDA DAN GEJALAGejala klasik DM seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan tidak selalu tampak pada lansia penderita DM karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi kenaikan ambang batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui urin bila glukosa darah sudah cukup tinggi. Selain itu, karena mekanisme haus terganggu seiring dengan penuaan, maka polidipsi pun tidak terjadi, sehingga lansia penderita DM mudah mengalami dehidrasi hiperosmolar akibat hiperglikemia beratPada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :1. Katarak2. Glaukoma3. Retinopati4. Gatal seluruh badan5. Pruritus Vulvae6. Infeksi bakteri kulit7. Infeksi jamur di kulit8. Dermatopati9. Neuropati perifer10. Neuropati viseral11. Amiotropi12. Ulkus Neurotropik13. Penyakit ginjal14. Penyakit pembuluh darah perifer15. Penyakit koroner16. Penyakit pembuluh darah otak17. Hipertensi

F. KOMPLIKASI Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.

Komplikasi akutDiabetes ketoasidosis Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)

Komplikasi kronis:a.Retinopati diabeticLesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.b.Nefropati diabeticLesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.

c.NeuropatiNeuropati diabetic terjadi pada 60 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

d.DisplidemiaLima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.

e.HipertensiHipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.

f. Kaki diabeticAda tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.

g.HipoglikemiaHipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

G. PENATALAKSANAAN DM PADA LANJUT USIALangkah I: Menentukan tujuan pelaksanaan, yaitu:1. Mempertahankan kesehatan badan dan kualitas hidup2. Meniadakan hiperglikemi dan gejalanya3. Mengkaji dan menerapi penyakit komorbid seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, Alhzeimer, dan lain-lain4. Meniadakan efek samping obat terutama hipoglikemi5. Membuat berat badan menjadi ideal6. Mencegah kalau mungkin dan menerapi komplikasi7. Mengenali disabilitas dan mengurangi hendaya sosial yang terjadiLangkah II: Melakukan assesement untuk mengetahui kapasitas penderita baik fisik, psikologis, fungsional, lingkungan, sosial dan ekonomi. Pemeriksaan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, psikologis, fungsional, pemeriksaan penunjang sebaiknya dilakukan oleh suatu tim multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin dan terpadu.Langkah III: Melakukan terapi dan rehabilitasi pada penderita DM usia lanjut. Target yang ingin dicapai tetap sama dengan usia dewasa muda yaitu HbA1c 110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

B. ANALISA DATANoData PenunjangMasalah Keperawatan

1.

Data subjektif : Pasien mengatakan tidak nafsu makan, Pasien mengatakan badan terasa lemas.Data objektif : Berat badan pasien menurun, pasien tampak lemask lengka gigi pasien tidak lengkapketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh

2.Data subjektif : Klien mengatakan kulit kering dan pucat, Pasien mengatakan ada bintik-bintik hitam di kulit Pasien mengatakan luka sukar sembuhData objektif : Kulit klien tampak kering dan pucat, Kulit pasien ada bintik-bintik hitam, kulit keriput Luka klien tampak basah

Kerusakan integritas kulit

3.Data subjektif : Pasien mengatakan luka sulit sembuhData objektif : Kadar glukosa dalam darah tinggi

Resiko infeksi

4.Data subjektif : Pasien mengatakan pandangannya kabur, sulit melihat pada malam hari Pasien mengatakan badannya lemahData objektif : Pasien tampak lemah Lapangan pandang pasien menurun Daya akomodasi mata pasien menurunResiko terjadi injury

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganpeningkatan metabolisme protein, lemak. Kerusakan integritas kulit berhubungan denganperubahan status metabolik (neuropati perifer) ditandai dengangangren pada extremitas. Resiko infeksi berhubungan dengan glukosa darah tinggi Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.

D. INTERVENSINoDiagnosaTujuan (NOC)Intervensi (NIC)

1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganpeningkatan metabolisme protein, lemak.

Tujuan : Nutritional status : food and fluid intake, nutrient intake Weight controKriteria hasil :1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.2. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.3. Tidak ada tanda-tanda mal-nutrisi.4. Tidak ada penurunan berat badan yang berarti

Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Yakinkan diet yang mengandung serat tinggi untuk mencegah konstipasi Beri makanan yang terpilih seperti tinggi serat dan tinggi protein (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Monitor adanya penurunan berat badan Monitor tipe dan jumlah aktifitas

2.Kerusakan integritas kulit berhubungan denganperubahan status metabolik (neuropati perifer) ditandai dengangangren pada extremitas.

Tujuan : Tissue integrity : skin and Mucous membranes Hemodyalis aksesKriteria hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi Perfusi jaringan baik Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan pada tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Mobilisasi (ubah posisi pasien) pasien setiap dua jam sekali Oleskan lotion atau minyak / baby oil pada daerah yang tertekan Monitor aktivas dan mobilisasi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat. Monitor nutrisi pasien Membersihkan, memantau dan meningkatkan penyembuhan pada luka Gunakan preparat antiseptic sesuai program Ganti balutan pada interval yang sesuai

3.Resiko infeksi berhubungan dengan glukosa darah tinggi

Tujuan : Immune status Knowledge : infection control Risk controlKriteria Hasil : Klien bebas bebas dari tanda dan gejala infeksi Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. Batasi pengunjung bila perlu. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan. Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari. Amati keadaan luka dan sekitarnya dari tanda tanda meluasnya infeksi Tingkatkan intake nutrisi.dan cairan Berikan antibiotik sesuai program. Monitor hitung granulosit dan WBC. Dorong istirahat yang cukup. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.

4.Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.

Tujuan : Trauma risk for Injury risk forKriteria Hasil : Tidak ada kejadian jatuh Pengetahuan : pemahaman pencegahan jatuh

Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat pembantu berjalan Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien Gunakan rel sisi panjang yang sesuai dan tinggi untuk mencegah jatuh dari tempat tidur, sesuai kebutuhan. Memberikan pencahayaan yang memadai untuk meningkatkan visibilitas Anjurkan pasien untuk memakai kaca mata, sesuai, ketika keluar dari tempat tidur

15

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (3th ed., Jilid I). Jakarta : Media Aesculaius.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). NANDA NIC-NOC. (Jilid 1 & 2). Yogyakarta : MediaAction

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (8th ed., Vol.2). Jakarta : EGC