Dm Kelompok 8 1

85
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun, World health organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, bahkan Indonesia menempati urutan keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak setelah India, China dan Amerika (Pratiwi, 2007). Pengobatan diabetes memerlukan waktu yang lama (karena diabetes merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup) dan sangat kompleks (tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga perubahan gaya hidup) sehingga seringkali pasien tidak patuh dan cenderung menjadi putus asa dengan program terapi yang lama, komples dan tidak menghasilkan kesembuhan. Hasil penelitian di beberapa Negara, ketidak patuhan pasien diabetes dalam berobat mencapai 40 – 50%. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata – rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di Negara maju hanya sebesar 50% dan di Negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Tahun 2006 jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang, dari jumlah itu baru 50% penderita yang

description

hyhuiljhgruiiuoplbygu

Transcript of Dm Kelompok 8 1

Page 1: Dm Kelompok 8 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya

semakin meningkat dari tahun ke tahun, World health organization (WHO)

memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada

tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, bahkan Indonesia

menempati urutan keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes mellitus

terbanyak setelah India, China dan Amerika (Pratiwi, 2007). Pengobatan diabetes

memerlukan waktu yang lama (karena diabetes merupakan penyakit menahun

yang akan diderita seumur hidup) dan sangat kompleks (tidak hanya

membutuhkan pengobatan tetapi juga perubahan gaya hidup) sehingga seringkali

pasien tidak patuh dan cenderung menjadi putus asa dengan program terapi yang

lama, komples dan tidak menghasilkan kesembuhan. Hasil penelitian di beberapa

Negara, ketidak patuhan pasien diabetes dalam berobat mencapai 40 – 50%.

Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata – rata pasien pada terapi

jangka panjang terhadap penyakit kronis di Negara maju hanya sebesar 50% dan

di Negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Tahun 2006 jumlah

penderita diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang, dari jumlah itu baru 50%

penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya melakukan

pengobatan secara teratur (delamater, 2009; Pratiwi, 2007).

Perawat merupakan faktor yang mempengaruhi peran penting dalam

merubah perilaku pasien sehingga terjadi kondisi keseimbangan (equilibrium)

dalam diri pasien. Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana perawatan

komunitas pada kelompok dewasa dengan diabetes militus.

1.2. Tujuan

Tujuan Umum

Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada keluarga

dengan anggota penderita diabetes melitus untuk upaya pencegahan dan

penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan.

Page 2: Dm Kelompok 8 1

Tujuan Khusus:

1. Menjelaskan tentang konsep diabetes melitus

2. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan komunitas yang diberikan pada

keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus.

1.3. Manfaat

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang

ditujukan pada keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus diharapkan

dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Membantu keluarga untuk memberikan pendidikan formal maupun

masyarakat luar.

2. Membantu keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus dalam

mencegah terjadinya perilaku berisiko.

3. Memberikan informasi data tentang keluarga dengan anggota penderita

diabetes melitus dan risiko yang mungkin terjadi.

4. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait

keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus.

5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam

memberikan penanganan keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus

dalam hal promotif dan preventif.

Page 3: Dm Kelompok 8 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Keluarga

2.1.1. Pengertian Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan

sosial masyarakat.

a. Duvall

Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional dan social dari tiap anggota.

b. WHO, 1969

Keluarga adlah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

c. Friedman, 1998

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan

tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta

mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian darikeluarga

d. Berges, 1962

Yang dimaksud keluarga adalah:

Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,

keturunan/hubungan, sedarah atau hasil adopsi.

Anggota tinggal bersama dalam satu rumah.

Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran social.

Mempunyai kebiasaan atau kebudayaan yang berasal dari

masyarakat tetapi mempunyai keunukan tersendiri.

e. Helvie, 1981

Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu

rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.

Page 4: Dm Kelompok 8 1

f. Salvicion G. bailon dan aracelis maglaya, 1989

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain,

dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan.

g. Departemen kesehatan R.I 1998

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri

dari kepela keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal

disuatu tempat dibawah auatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

h. Bailon dan Maglaya. 

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu

rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.

Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Dari pengertian tentang keluarga, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

keluarga adalah

1. Terdiri dari dua atau lebih individuyang diikat oleh hubungan darah

perkawinan atau adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

tetap memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran social sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik.

4. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan memperthankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota.

Page 5: Dm Kelompok 8 1

2.1.2. Tipe Keluarga

a. Tradisional Nuclear

Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu

rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

b. Extended Family

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.

c. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami

atau istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik

itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu

atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

d. Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istridi rumah atau kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/

meniti karir.

e. Dyadic nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya

atau salah satu bekerja diluar rumah.

f. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasanganya dan

anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.

g. Dual cariier

Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak

h. Commuter married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

i. Single adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

Page 6: Dm Kelompok 8 1

j. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah

k. Institusional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

l. Communal

Satu rumah terdiri dari dua atau lebih  pasangan yang monogamy dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage

Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunanya didalam satu

kesatuan keluarga dan tiiap individu menikah dengan yang lain dan semua

adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried parent and Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anak diadopsi.

o. Cohibing Couple

Dua orang atau pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

2.1.3. Struktur keluarga

a. Macam

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

1. Patrilineal

Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dari

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalir garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

Page 7: Dm Kelompok 8 1

5. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami istri. (Nasrul Effendy, 1998).

b. Ciri-ciri struktur keluarga

1. Terorganisasi

Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga

1. Ada keterbatasan

Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

2. Ada perbedaan dan kekhususan

Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-

masing(Anderson Carter)

2.1.4. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang

berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat

dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa

aman, kepalarumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota

masyarakat.

2. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga,

pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok

social dan anggota masyarakatserta berperan sebagai pencari nafkah

tambahan bagi keluarga.

3. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.

Page 8: Dm Kelompok 8 1

2.1.5. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :

1. Fungsi biologis

a. Untuk meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Mememlihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi psikologis

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi

a. Membina sisialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

b. Pengaturan pengunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa

akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan

sebaginya.

5. Fungsi pendidikan

a. Menyekolahkan anak untuk mremberikan pengetahuan,

keterampilan dan memebentuk perilaku anak esuai dengan bakat

dan minat yang dimilikinya.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang ddewasa.

c. Mendidik anan sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Page 9: Dm Kelompok 8 1

Ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut :

1. Fungsi pendidikan

Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan

anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila

kelak dewasa nanti.

2. Fungsi sosialisasi anak

Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana

keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi perlindungan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-

tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung

dan merasa aman.

4. Fungsi perasaan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,

merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam

berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga

sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga.

5. Fungsi religius

Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama,

dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada

kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain

setelah kehidupan ini.

6. Fungsi ekonomis

Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber

kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala

keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur

penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan keluarga.

Page 10: Dm Kelompok 8 1

7. Fungsi rekreatif

Tugas keluarga dalam fungsi rerekreasi ini tidak selalu harus pergi ke

tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana

yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mecapai

keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya. Rekreasi dapat

dilakukan di rumah dengan cara menonton televisi bersama, bercerita

tenatang pengalaman masing-masing dan sebagainya

8. Fungsi biologis

Tugas utama keluarga dalam hal ini adalah untuk meneruskan

keturunan sebagai generasi penerus.

Dari beberapa fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota

keluarganya, adalah :

1. Asih

Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan

kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan

berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2. Asuh

Adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar

kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan

mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

3. Asah

Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi

manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan mas depannya.

2.2. Konsep Keperawatan Keluarga

Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan

keluarga untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan

meluangkan sebagian waktu bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya.

Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja perawat bersama dengan

keluarga karena keluarga merupakan subyek. Tujuan keperawatan keluarga

Page 11: Dm Kelompok 8 1

dari WHO di europe yang merupakan praktek keperawatan termodern saat ini

adalah :

Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma

dari cure menjadi care melalui tindakan preventif.

Mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit.

Peran perawat keluarga menurut WHO Europe tahun 2000 adalah :

a. Health educator (pemberi pendidikan kesehatan)

b. Coordinator (Conector) : mengatur perencanaan program-program atau

merancang intervensi yang akan dilaksanakan. Contoh merencanakan klien

untuk dirujuk ke tim medis lain.

c. Provider / caregiver : memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.

d. Health Promotion (home care & home visit)

e. Consultant : penasehat dan memberi saran jika diminta oleh klien

f. Collaborator : berkolaborasi dengan tim medis lain untuk tujuan

kesembuhan klien.

g. Fasilitator : contohnya memfasilitasi keluarga yang kurang mampu untuk

memperoleh jamkesmas.

h. Case founder : penemu kasus

i. Enviromental modifier : memodifikasi lingkungan baik berupa fisik,

psikis, maupun perilaku dan gaya hidup.

Selain itu peran perawat yang lain juga dapat memberikan saran tentang

gaya hidup, perilaku beresiko. dengan pengkajian dapat mendeteksi awal

penyakit sehingga dapat memberikan intervensi terhadap penanganan penyakit

dini. Mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi masalah

kesehatan keluarga agar dapat memberikan intervensi yang tepat. Perawat

bertindak sebagai lynchpin yaitu terlibat bersama keluarga, tidak terbatas

merawat, tetap juga tahu masalah keluarga dan harus menempatkan diri

sebagai anggota keluarga sehingga dapat menghubungkan keluarga dengan tim

kesehatan lain.

Page 12: Dm Kelompok 8 1

Empat intervensi utama perawat keluarga dititikberatkan kepada pencegahan.

1) Primer : proaktif mencegah stessor, mempermudah mendapatkan fasilitas

kesehatan. Contoh : memberi pendkes untuk mencegah penyakit,

menciptakan suasana harmonis di keluarga.

2) Sekunder : screening, vaksinasi, deteksi awal timbulnya penyakit.

3) Tersier : rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya

ROM bagi penderita stroke.

4) Direct care : bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem

pendukung utama untuk menyembuhkan.

Empat tingkatan keluarga

1. Family as context

Fokus pada kesehatan individu

Keluarga sebagai background dari anggotanya

Keluarga sebai support system atau stressor terberat bagi anggota

Individu / anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi

Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan

2. Family as client

Fokus pada seluruh anggota keluarga

Keluarga didefinisikan sebagai kelompoka atau keseluruhan dari

anggota keluarga

Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya

Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing

anggota kan diintervensi bersamaan.

3. Family as system

Fokus masalah pada hubungan antara anggota keluarga

Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam

keluarga

Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi

Fokus intervensi : mengenai hubungan ibu anak, hub perkawinan, dll

Page 13: Dm Kelompok 8 1

4. Family as component of society

Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan jadi fokus utama dari

pengkajian dan keperawatan.

Fokus keluarga dengan individu sebagai background

Keluarga dipandang sebgai interaksional sistem

Fokus intervensi : dinamia internal keluarga, hubungan dalam keluarga,

hubungan subsistem keluarga dengan lingkungan luar.

2.3. Konsep Tumbuh Kembang

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada

sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota

keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau

kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang

harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.

Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta

tugas tugas perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam

mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat

masalah yaitu potensial atau aktual.

Tahap-tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap

stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui

tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga

mengikuti pola yang sama.

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)

1) Pasangan Baru

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan

perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti

psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan

orang tuanya.

Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian

peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan

Page 14: Dm Kelompok 8 1

kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan

sebagainya.

Tugas perkembangan

1. Membina hubungan intim dan memuaskan.

2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,

keluarga istri dan keluarga sendiri.

2) Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai

anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.

Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:

1. Persiapan menjadi orang tua

2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan

sexual dan kegiatan.

3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan

berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang

tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara

bayi dan orang tua dapat tercapai.

3) Keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir

saat anak berusia 5 tahun.

Tugas perkembangan

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,

privasi dan rasa aman.

2. Membantu anak untuk bersosialisasi.

3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga

harus terpenuhi.

4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun

dengan masyarakat.

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

Page 15: Dm Kelompok 8 1

6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4) Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan

berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga

mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di

sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua

mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga.

1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

2. Mempertahankan keintiman pasangan.

3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada

tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada

anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

5) Keluarga dengan anak remaja

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun

kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang

lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.

Tugas perkembangan

1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.

2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.

4. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

5. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan

membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang

tua dan remaja.

6) Keluarga dengan anak dewasa

Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir

pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini

Page 16: Dm Kelompok 8 1

tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga

dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tugas perkembangan

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2. Mempertahankan keintiman pasangan.

3. Membantu orang tua memasuki masa tua.

4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7) Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa

pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan

anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas perkembangan

1. Mempertahankan kesehatan.

2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya

dan anak-anak.

3. Meningkatkan keakraban pasangan.

4. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet

seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain

sebagainya.

8) Keluarga usia lanjut

Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan

keduanya meninggal.

Tugas perkembangan

1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik dan pendapatan.

3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

5. Melakukan life review.

Page 17: Dm Kelompok 8 1

6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama

keluarga pada tahap ini

2.4. Pengertian Diabetes Melitus

2.4.1. Pengertian

Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan

herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau

tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya

insulin di dalam tubuh. Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat

yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar,

2000 ).

Diabetes Mellitus adalah sindroma yang disebabkan oleh ketidak-

seimbangan antara tuntutan dan suplai insulin. Sindroma ini ditandai oleh

hiperglikemi dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein. Abnormalitas metabolik ini mengarah pada perkembangan bentuk

spesifik komplikasi ginjal, okular, neurologik dan kardiovaskuler. Sistem untuk

klasifikasi DM dikembangkan oleh The National Diabetes Data Group of the

National Institutes of Health (USA) dengan masukan dari Word Health

Organization tahun 1985 adalah :

A. Clinical Classes

I. DM

1. IDDM ( DM Type 1 ).

Diabetes tipe I ditandai dengan sekresi insulin oleh pankreas tidak ada

dan sering terjadi pada orang muda. Secara normal, insulin bekerja untuk

menurunkan kadar glukosa darah dengan membolehkan glukosa masuk

kedalam sel untuk dimetabolisme. Caranya dengan mengikat dirinya

secara kuat pada tempat reseptor pada membran sel. Efek utama metabolik

insulin adalah di otot dan jaringan adiposa. Pada orang diabetes,

kekurangan atau ketiadaan insulin menimbulkan kelaparan pada jaringan

ini dan ini menjelaskan mengapa pasien menjadi lelah dan berat badan

menurun.

Page 18: Dm Kelompok 8 1

Karena insulin tidak digunakan, terjadi penumpukan didalam darah

pada orang diabet dan meluap kedalam urine yang menyebabkan haus dan

keluarnya urine dalam jumlah yang banyak. Lebih lanjut masalah ini akan

menimbulkan komplikasi physiologic, kecuali kalau diberikan penggantian

insulin. Sehingga orang yang menderita DM Tipe I perlu injeksi insulin

secara teratur dalam hidupnya untuk mencegah ketosis. Suatu komplikasi

yang muncul,akibat gangguan metabolisme lemak. Untuk alasan ini, DM

tipe I dikenal sebagai IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus).

2. NIDDM ( DM Type 2 ).

Type II akibat dari tidak sensitifnya reseptor insulin terhadap insulin

yang sudah tersedia. Pada kelompok ini diit khusus diajurkan untuk

menurunkan BB dan diberikan tablet untuk merangsang pancreas untuk

mensekresi lebih banyak insulin. Karena tidak dibutuhkan insulin maka

diabetes tipe II dikenal sebagai NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes

melitus). Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin disebabkan

kegagalan relatif sel β pulau Langerhans dan resisteni insulin. Resitensi

insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi

insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.

Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada

rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan

perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami

desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer, A., 1999).

Orang-orang yang DM saat hamil atau gestational diabetes (GDM)

biasanya dikenal sebagai type II. Faktor risiko Diabetes Mellitus tipe II

antara lain usia, obesitas, riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus tipe

II, etnis, , kebiasaan diet, kurang berolahraga, wanita dengan hirsutisme,

dan/atau penyakit ovarium polikistik, diabetes gestasional, dan/atau

dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg saat dilahirkan

3. Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.

4. MRDM

Page 19: Dm Kelompok 8 1

a. Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).

b. Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).

5. DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.

II. Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).

III. Gestasional Diabetes Mielitus.

B. Statistical Risk Classes.

1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.

2. Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.

3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.

Komplikasi akut mayor berkenaan dengan DM adalah diabetik

ketoasidosis (DKA), sindroma nonketotik hiperosmolar hiperglikemia

(SNKHH) dan hipoglikemia. Komplikasi jangka panjang mayor berkenaan

dengan DM adalah penyakit makrovaskular, penyakit mikrovaskular dan

neuropati. Ketoasidosis lebih sering terjadi pada diabetik tipe I karena tak

ada insulin yang diproduksi, sedangkan diabetik tipe II menghasilkan

sebagian insulin tetapi tidak cukup untuk mempertahankan kadar glukosa

darah normal. Penyakit mikrovaskular dan neuropati terjadi lebih sering pada

diabetik tipe II karena kesulitan dalam menentukan timbulnya hiperglikemia.

Cara terbaik dalam mencegah komplikasi ini adalah melalui kontrol glikemik.

DKA adalah gangguan metabolik yang mengancam hidup yang secara

potensial akut terjadi sebagai akbat dari defisiensi insulin berkepanjangan.

DKA ditandai dengan hiperglikemia ekstrim

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya

jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses

nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).

Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-

hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah

sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).

Page 20: Dm Kelompok 8 1

2.4.2. Etiologi

a. Diabetes Melitus

DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi

dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik

biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor

lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta

sampai kegagalan sel beta melepas insulin.

2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,

antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana

pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara

berlebihan, obesitas dan kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh

autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi

antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi

insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan

kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor

insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap

insulin.

b. Gangren Kaki Diabetik

Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki

diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.

Faktor endogen : a. Genetik, Metabolik

b. Angiopati diabetik

c. Neuropati diabetik

Faktor eksogen : a. Trauma b. Infeksi c. Obat

2.4.3. Patofisiologis

a. Diabetes Melitus

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan

dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

Page 21: Dm Kelompok 8 1

1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang

mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 –

1200 mg/dl.

2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak

yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal

disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.

3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau

toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang

melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar

160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus –

tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.

Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang

menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium,

dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul

polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan

mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun

serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau

kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan

mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein

tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,

penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan

memudahkan terjadinya gangren.

b. Gangren Kaki Diabetik

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM

akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

1. Teori Sorbitol

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar

glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport

glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan

Page 22: Dm Kelompok 8 1

termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi

sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah

menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan

tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.

2. Teori Glikosilasi

Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya

glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung

senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran

basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun

mikro vaskular.

Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh

faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang

berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.

Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya

neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik

maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang

atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan

mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya

ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan

terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang

menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan

menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila

sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar

maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan

pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang

lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam

hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan.

Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan

asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga

menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering

merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya

Page 23: Dm Kelompok 8 1

aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi

berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

Klasifikasi

Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan ,

yaitu :

Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan

kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “

claw,callus “.

Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa

selulitis.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi

dua golongan :

1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )

Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya

makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai,

terutama di daerah betis.

Gambaran klinis KDI :

- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.

- Pada perabaan terasa dingin.

- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.

- Didapatkan ulkus sampai gangren.

2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )

Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan

dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati

rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah

Page 24: Dm Kelompok 8 1

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah

puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat

dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),

merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

2.4.4. Gejala klinis

Diagnosis

Kriteria diagnosis DM dengan gangguan toleransi glukosa :

I. Diagnosis DM apabila :

a. Terdapat gejala – gejala DM ditambah dengan,

b. Salah satu dari GDP > 120 mg/dl dan 2 J PP > 200 mg/dl, atau

random GDA > 200 mg/dl.

II. Diagnosis DM apabila :

a. Tidak terdapat gejala DM tetapi,

b. Terdapat dua dari GDP > 120 mg/dl dan 2 j PP > 200 mg/dl, atau

random GDA > 200 mg/dl.

III. Diagnosis GTG apabila :

GDP < 120 mg/dl dan 2 j PP antara 140 – 200 mg/dl.

IV. Untuk kasus meragukan dengan hasil GDP > 120 mg/dl dan 2 j PP >

200 mg/dl, ulangi pemeriksaan sekali lagi dengan persiapan minimal 3

hari dengan diit karbohidrat > 150 gr/hari dan kegiatan fisik seperti

biasa.

2.4.5. Penatalaksanaan.

Terapi primer I. Diit.

II. Latihan Fisik.

III. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Terapi sekunder IV. Obat Hypoglikemi ( OAD dan Insulin )

V. Cangkok pankreas.

Page 25: Dm Kelompok 8 1

2.5. Asuhan keperawatan

2.5.1. Pengkajian

Pengumpulan data

1. Anamnese

a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,

tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba

yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,

adanya nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka

serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang

ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.

Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,

tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa

digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota

keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat

menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

keluarga terhadap penyakit penderita.

Page 26: Dm Kelompok 8 1

2. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,

tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada

leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan

pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi

mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan

kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

c. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas

luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita

DM mudah terjadi infeksi.

e. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,

obesitas.

g. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit

saat berkemih.

h. Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,

cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

Page 27: Dm Kelompok 8 1

i. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah

puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat

dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++),

merah (+++), dan merah bata (++++).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik

yang sesuai dengan jenis kuman.

2.5.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.

Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan

keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki

diabetik adalah sebagai berikut :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /

menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi

pembuluh darah.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

Page 28: Dm Kelompok 8 1

5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan

tingginya kadar gula darah.

7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah

satu anggota tubuh.

10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

2.5.3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan

aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan,

dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut

perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa

keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi

dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.

a. Diagnosa no. 1

Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya / menurunnya

aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh

darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil : - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis

- Kulit sekitar luka teraba hangat.

- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

- Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

Page 29: Dm Kelompok 8 1

2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi

pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan

ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.

Rasional : meningkatkan kelancarkan aliran darah balik sehingga

tidak terjadi oedema.

3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :

Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan

kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.

Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya

arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya

vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek

dari stres.

4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,

pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).

Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi

pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki,

sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat

mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk

memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

b. Diagnosa no. 2

Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren

pada ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil : 1. Berkurangnya oedema sekitar luka.

2. pus dan jaringan berkurang

3. Adanya jaringan granulasi.

4. Bau busuk luka berkurang.

Page 30: Dm Kelompok 8 1

Rencana tindakan :

1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses

penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan

selanjutnya.

2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara

abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan

yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.

Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga

kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan

granulasi yang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat

menghambat proses granulasi.

3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan

kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah,

pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti

biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula

darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.

c. Diagnosa no. 3

Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil :

1. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau

mengurangi nyeri .

3. Pergerakan penderita bertambah luas.

4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 –

37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x

/menit ).

Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Page 31: Dm Kelompok 8 1

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami

pasien.

2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi

akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien

untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan

memperberat rasa nyeri.

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa

nyeri yang dirasakan pasien.

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan

kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.

Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan

pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat

memberikan rasa nyaman.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi

nyeri pasien.

d. Diagnosa no. 4

Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di

kaki.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang

optimal.

Kriteria Hasil : 1. Pergerakan paien bertambah luas

2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan

kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).

3. Rasa nyeri berkurang.

Page 32: Dm Kelompok 8 1

4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara

bertahap sesuai dengan kemampuan.

Rencana tindakan :

1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki

pasien.

2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk

menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.

Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat

kooperatif dalam tindakan keperawatan.

3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas

bawah sesui kemampuan.

Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan

baik.

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter (pemberian analgesik)

dan tenaga fisioterapi.

Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,

fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara

bertahap dan benar.

e. Diagnosa no. 5

Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.

2. Pasien mematuhi dietnya.

3. Kadar gula darah dalam batas normal.

4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Page 33: Dm Kelompok 8 1

Rencana Tindakan :

1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan

nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan

diet yang adekuat.

2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi

terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.

3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat

badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).

4. Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan

program diet yang ditetapkan.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan

diet diabetik.

Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan

glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah

menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat

penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

f. Diagnosa no. 6

Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan

tinggi kadar gula darah.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.

2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C )

3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

Page 34: Dm Kelompok 8 1

Rencana tindakan :

1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran

infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.

2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga

kebersihan diri selama perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara

untuk mencegah infeksi kuman.

3. Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran

infeksi.

4. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan

yang ditetapkan.

Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat

meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat,

mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan

terjadi penyebaran infeksi.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin

akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses

penyembuhan.

g. Diagnosa no. 7

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

2. Emosi stabil., pasien tenang.

3. Istirahat cukup.

Page 35: Dm Kelompok 8 1

Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami

pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat

dan tepat.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.

3. Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-

pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan

pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan

keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi

beban pikiran pasien.

5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim

kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik

dan seoptimal mungkin.

Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu

menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien

secara bergantian.

Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota

keluarga yang menunggu.

7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu

mengurangi rasa cemas pasien.

h. Diagnosa no. 8

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Page 36: Dm Kelompok 8 1

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang

penyakitnya.

Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,

perawatan dan pengobatannya dan dapat

menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri

berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan

gangren.

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga,

perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau

pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan

menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien

sesuai tingkat pendidikan pasien.

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan

pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat

sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan

libatkan pasien didalamnya.

Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung

dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan

cemasnya berkurang.

5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada /

memungkinkan).

Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan

yang telah diberikan.

Page 37: Dm Kelompok 8 1

i. Diagnosa no. 9

Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu

anggota tubuh.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota

tubuhnya secar positif.

Kriteria Hasil : - Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan

lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.

- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

Rencana tindakan :

1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri

berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang

berfungsi secara normal.

Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.

2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan

pasien.

Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.

3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.

4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan

terisolasi.

5. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan

kehilangan.

Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung

yang normal.

6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan

hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

Page 38: Dm Kelompok 8 1

j. Diagnosa no.10

Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.

Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.

2. Pasien tenang dan wajah segar.

3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan

cukup.

Rencana tindakan :

1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu

meningkatkan tidur/istirahat.

2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.

Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan

kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur

pasien.

3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti

cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.

Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang

lain dialami dan dirasakan pasien.

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik

relaksasi .

Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh

dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan

rasa nyeri.

5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.

Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan

tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil

tindakan yang tepat.

2.5.4. Implemnetasi

Tujuan utama penatalaksanaan klien DM adalah untuk mengatur glukosa

darah dan mencegah timbulnya kompikasi akut dan kronis. Jika klien berhasi

Page 39: Dm Kelompok 8 1

mengatasi diabetes yang dideritanya maka ia akan terhindar dari hiperglikemia

dan hipoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi

dari ketiga faktor: (1) aktivitas fisik, (2) diet dan (3) intervensi farmakologi

dengan preparat hipoglikemik oral atau insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan

berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi kronis ini.

Intervensi yang direncanakan untuk diabetes harus individual, ini berarti

intervensi tersebut harus berdasarkan pada tujuan, usia, gaya hidup, kebutuhan

nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan, tipe diabetes klien dan kemampuan

untuk secara mandiri melakukan ketrampilan yang dibitihkan oleh rencana

penatalakasanaan. Penyatuan aspek psikososial ke dalam rencana keseluruhan

adalah vital. Tujuan awal untuk klien yang baru didiagnosa diabetes atau klien

dengan kontrol buruk diabetes harus difokuskan pada yang berikut ini :

a. Eliminasi ketosis (Jika ada)

b. Pencapaian berat badan yang diiinginkan,

c. Pencegahan manifestasi hiperglikemia,

d. Pemeliharaan toleransi latihan,

e. Pemeliharaan kesejahteraan psikososial.

f. Pencegahan hipoglikemia.

2.5.5. Evaluasi

Evaluasi dilkukan dengan mengacu pada tujuan dan criteria evaluasi

yang telah ditentukan.

Page 40: Dm Kelompok 8 1

Bab 3

Tinjauan Kasus

3.1. Pengkajian

A. Identitas

1. Nama KK : Tn. M

2. Umur : 47 tahun

3. Alamat : Maospati

4. Pekerjaan : Swasta

5. Pendidikan : -

6. Komposisi Keluarga :

No

.

Nama Jenis

kelamin

Hubungan

keluarga

Umur Pekerjaan Keterangan

1.

2.

3.

Ny. J

Tn. S

Nn. J

P

L

P

Isteri

Saudara

Anak

42 th

40 th

24 th

Swasta

Swasta

Swasta

DM

Sehat

Sehat

7. Tipe Keluarga : keluarga besar

8. Suku Bangsa : Jawa – Indonesia

9. Agama : Islam

10. Status Sosial ekonomi keluarga : Suami – Isteri swasta

11. Aktivitas rekreasi keluarga : -

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan saat ini. :

Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa

muda.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

Keluarga mengatakan tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah

tahap perkembangan anak remaja, karena Nn.J hanya bersekolah sampai

SMP saja. Dikarenakan keterbatasan biaya.

Page 41: Dm Kelompok 8 1

C. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

a. Luas rumah 150m2 memiliki 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1

kamar mandi dan ada kandang ternak di depan rumah.

b. Kondisi rumah : lantai berupa mester, penerangan cukup (3 jendela)

ruangan agak sempit.

c. Sumber air minum dari air sumur.

d. Kondisi kamar mandi dan jamban : kamar mandi berada di luar rumah

tidak ada atapnya, dan jamban berupa WC cemplung.

e. Pembuangan sampah : sampah di buang dibelakang rumah kemudian

di bakar.

2. Sistem pendukung kesehatan keluarga

a. Fasilitas penunjang kesehatan : jika ada masalah kesehatan, keluarga

hanya kadang berkonsultasi pada mantri (perawat) di dekat rumahnya.

kemudian jarak puskesmas dengan rumahnya sekitar 3km. Keluarga

mengatakan tidak memiliki jamkesmas

b. Fasilitas pendukung lainnya : dalam keluarga tidak memiliki satu

kendaraanpun. Jadi kemana-mana pasti jalan kaki.

3. Karakteristik masyarakat.

a. Keluarga mengatakan di dalam masyarakat tidak ada kebiasaan dan

aturan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

b. Fasilitas pelayanan kesehatan : puskesmas, dokter praktek, dan juga

perawat.

D. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga

Keluarga mengatakan apabila ada masalah keluarga atau masalah

kesehatan, keluarga selalu membicarakanya.

Page 42: Dm Kelompok 8 1

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga mengatakan apabila ada masalah kesehatan, kepala keluarga

yang memutuskan untuk pengambilan keputusan. Dan tidak jarang juga

dilakukan dengan musyawarah keluarga.

3. Struktur Peran

Apabila ada anggota keluarga yang sakit yang bertanggung jawab

adalah Tn. M, sedangkan yang mencari biaya adalah Tn. M dan Nn. J.

dan peran Ny.J jika sakit kadang digantikan olehnya anaknya semisal

seperti memasak, bersih-bersih rumah dan lainnya.

4. Nilai atau Norma Keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada norma atau nilai yang khusus mengatur

tentang kesehatan.

E. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Dalam keluarga kurang ada rasa saling memiliki dan menghargai. Ini

ditunjukkan dengan kurang perhatian jika ada anggota keluarga yang

sakit.

2. Fungsi Sosialisasi

Dalam keluarga jarang ada yang mengingatkan tentang peran tanggung

jawabnya. Semuanya berjalan dengan sendirinya.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga mengatakan ingin memiliki 2 anak, laki-laki dan perempuan.

Tapi tidak terpenuhi karena alasan biaya untuk masa depan anaknya. Ny.

J tidak menggunakan alat kontrasepsi sejak 3 tahun yang lalu.

Dikarenakan sudah males dan merasa sudah tua jadi tidak perlu memakai

KB lagi. Sebelumnya menggunakan KB suntik 3 bulan sekali.

4. Fungsi Ekonomi

Jumlah pendapatan perbulan tidak pasti, karena bekerja serabutan. Dan

pengeluaran hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Page 43: Dm Kelompok 8 1

5. Fungsi Pengontrol

Kepala keluarga yang berperan aktif untuk menerapkan disiplin dalam

keluarga. Semisal dengan bangun pagi lebih awal dan peraturan lainnya.

6. Fungsi Perawatan kesehatan

Di dalam keluarga pengetahuan tentang perawatan kesehatan khususnya

untuk DM belum begitu dimengerti.

a. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga ada yang menderita kencing manis (DM), Ny. J

sudah 6 bulan menderita penyakit tersebut. Jari kaki sebelah kiri

terdapat luka sejak 3 minggu yang lalu dan belum sembuh. Dalam

keluarga tidak pernah menderita penyakit selain batuk, pilek dan

demam. Dan saat ini tidak ada keluarga yang sakit. Semuanya dalam

keadaan sehat wal’afiat.

b. Riwayat Keluarga Sebelumnya.

Di dalam keluarga Suami atau Istri tidak ada yang menderita

penyakit yang sama ataupun penyakit lainnya.

Page 44: Dm Kelompok 8 1

Riwayat Kesehatan

No

.

Riwayat

kesehatan

Tn.M Ny.J Tn.S Nn.J

1. Keluhan saat ini · Tidak ada keluhan · Nyeri luka pada kaki

kiri

· Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

2. Riwayat penyakit saat ini · Tidak ada · Ibu sudah 6 bulan di

diagnose menderita

kencing manis dan jari

kaki kiri terdapat luka

· Tidak ada Tidak ada

3. Riwayat yang diderita

sebelumnya

· Pusing, pegel pegel · Punya hipertensi,

pusing

· Batuk pilek biasa batuk, pilek biasa

4. Pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan

· belum pernah MRS · belum pernah MRS · Belum pernah MRS Belum pernah MRS

Pemeriksaan fisik

5. Keadaan umum · Baik · Baik · Baik · Baik

6. Tanda tanda vital T : 130/80 mmhg

N : 86x/menit

S : 36,7 0c

T : 130/80 mmhg

N : 80x/menit

S : 36,4 0c

T : 120/70 mmhg

N : 90x/menit

S : 36,5 0c

T : 120/80 mmhg

N : 86x/menit

S : 37,0 0c

Page 45: Dm Kelompok 8 1

RR : 18x /menit

BB : 65 kg

TB : 165 cm

RR : 22x /menit

BB : 46 kg

TB : 155 cm

RR : 20x /menit

BB : 50 kg

TB : 157 cm

RR : 20x /menit

BB : 63 kg

TB : 164 cm

7. Kepala · Rambut hitam

· Konjungtiva merah muda

· Sklera tidak ikterus

· Palpebra tidak bengkak

· Fungsi pengelihatan baik

· Tidak ada polip pada

hidung

· ada sekret

· Fungsi penciuman baik

· Telinga simetris tdak ada

sumbatan

· Fungsi pendengaran baik

· Bibir lembab, tidak pucat

· Tidak ada stomatitis

· Gigi tidak ada karies,

· Lidah merah muda,

· Rambut hitam

· Konjungtiva metrah

muda

· Sklera tidak ikterus

· Palpebra tidak bengka

· Fungsi penglihatan baik

· Tidak ada polip pada

hidung

· Tidak ada sekret

· Fungsi penciuman baik

· Telinga simetris tdakada

sumbatan

· Fungsi pendengaran baik

· Bibir lembab, tidak pucat

· Tidak ada stomatitis

· Gigi tidak ada karies,

· Rambut hitam

· Konjungtiva merah

muida

· Sklera tidak ikterus

· Palpebra tidak bengkak

· Fungsi pengelihatan baik

· Tidak ada polip pada

hidung

· Tidak ada sekret

· Fungsi penciuman baik

· Telinga simetris tdak ada

sumbatan

· Fungsi pendengaran baik

· Bibir lembab, tidak pucat

· Tidak ada stomatitis

· Gigi tidak ada karies,

· Rambut hitam

· Konjungtiva merah muda

· Sklera tidak ikterus

· Palpebra tidak bengkak

· Fungsi pengelihatan baik

· Tidak ada polip pada

hidung

· Tidak ada sekret

· Fungsi penciuman baik

· Telinga simetris tdak ada

sumbatan

· Fungsi pendengaran baik

· Bibir lembab, tidak pucat

Tidak ada stomatitis

· Gigi tidak ada karies,

· Lidah merah muda,

Page 46: Dm Kelompok 8 1

permukaan berbintik · Lidah merah muda,

permukaan berbintik

· Lidah merah muda,

permukaan berbintik.

permukaan berbintik.

8. Leher · Tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid.

· Tidak ada pembesaran

vena jugularis.

· Tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid

· Tidak ada pembesaran

vena jugularis

· Tidak ada Pembengkakan

kelenjar tyroid.

· Tidak ada pembesaran

vena jugularis.

Tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid Tidak ada

pembesaran vena jugularis.

9. dada · Suara nafas vesikuler

· Ada retraksi ronggadada

· Suara nafas vesikuler

· Tidak retraksi rongga

dada

· Suara nafas vesikuler

· Tidak retraksi rongga

dada

· Suara nafas vesikuler

Tidak retraksi raongga

dada

10. Abdomen · Inspeksi,

Tidak ada lesi, tidak ada

bekas luka jahitan

· Auskultasi Bising usus

terdengar 15 x/menit

· Perkusi

Timpani

· palpasi:

tidak ada pembesaran

organ

Inspeksi,

Tidak ada lesi, tidak ada

bekas luka jahitan

· Auskultasi

Bising usus terdengar 15

x/menit

· Perkusi

Timpani

· palpasi:

tidak ada pembesaran

· Inspeksi,

Tidak ada lesi, tidak ada

bekas luka jahitan

· Auskultasi

Bising usus terdengar 15

x/menit

· Perkusi

Timpani

· palpasi:

tidak ada pembesaran

· Inspeksi,

Tidak ada lesi, tidak ada

bekas luka jahitan

· Auskultasi

Bising usus terdengar 15

x/menit

· Perkusi

Timpani

· palpasi:

tidak ada pembesaran

Page 47: Dm Kelompok 8 1

organ organ organ

11. Ekstremitas atas · Tangan kanan dan kiri

simetris.

· Teraba arteri brakhialis.

· Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan

otot baik)

· Tangan kanan dan kiri

simetris.

· Teraba arteri

brakhialis.

· Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan

otot baik)

· Tangan kanan dan kiri

simetris.

· Teraba arteri

brakhialis.

· Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan

otot baik)

· Tangan kanan dan kiri

simetris.

· Teraba arteri

brakhialis.

Tidak menderita

kelumpuhan

(kekuatan otot baik)

12. Ekstremitas bawah · Kaki kanan dan kiri

simetris.

· Tidak ada odema· Tidak

menderita kelumpuhan

(kekuatan otot baik)

· Kaki kanan dan kiri

simetris.

· Tidak ada odema

· Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan

otot baik)

· Ada luka pada jari-jari

kaki kiri dengan diameter 2

cm, tidak ada pus, luka

kemerahan

· Kaki kanan dan kiri

simetris.

· Tidak ada odema

· Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan

otot baik)

· Kaki kanan dan kiri

simetris.

· Tidak ada odema

Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot

baik)

Page 48: Dm Kelompok 8 1

1. Kemampuan Mengenal Masalah

Keluarga belum mengetahui apa pengertian dan penyebab dari penyakit

Ny. J.

2. Kemampuan Mengambil Keputusan

Kemampuan keluarga kurang, dikarenakan pengetahuan yang kurang

tentang penyakinya.

3. Kemampuan Merawat Anggota yang Sakit

Keluarga baru 2 kali membawa Ny.J ke perawat untuk merawat lukanya.

Keluarga mengetahui tentang nutrisi yang dibutuhkan oleh Ny. J. Yaitu

rendah gula dan nutrisi yang cukup berupa telur dan buah. Ny. J makan 3

kali sehari dan kadang hanya makan seadanya. karena terkendala lagi

dengan uang.

4. Kebiasaan Tidur

Keluarga sering tidur pada pukul 22.00 wib. Dan bangun pada pukul 4.30

wib. Dalam keluarga tidak ada masalah kesulitan tidur.

5. Latihan dan Rekreasi

Keluarga tidak pernah melakukan rekreasi dan latihan apapun. Mereka

hanya mengisi waktu luang dengan berbincang-bincang dengan keluarga

dan menonton tv.

6. Kebiasaan Menggunakan Obat

Dalam keluarga ada yang senang mengkonsumsi kopi, minimal sekali

sehari. Di rumah tidak obat-obat lain selain obat untuk kencing

manisnya. Obat diminum 3 kali sehari sebelum makan. Jika ada anggota

keluarga yang sakit, keluarga hanya membelinya di warung atau toko

misal obat sakit kepala, obat batuk dan pilek. Obat disimpan di lemari

bersama dengan lemari baju.

Page 49: Dm Kelompok 8 1

7. Kemampuan Memelihara Lingkungan Rumah yang Sehat

Dalam keluarga kemampuan untuk memelihara lingkungan rumah masih

kurang, ini ditunjukkan dengan adanya kandang kambing di depan rumah

(halaman) dan tidak terpelihara dengan baik. Ny.J sering tidak memakai

alas kaki jika membersihkan kandang atau ketika menyapu halamannya.

8. Kemampuan Menggunakan Layanan Kesehatan

Keluarga mengatakan jarang pergi ke puskesmas atau yankes yang

lainnya. Karena malas dan tidak ada waktu serta tidak ada yang

mengantar Ny.J untuk pergi berobat. Selain itu keluarga ini tidak

memiliki jamkesmas atau askeskin.

9. Stress dan Koping Keluarga

Strees jangka panjang : keluarga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan keperluan sehari-hari. Strees jangka pendek : Keluarga pusing

menghadapi masalah mengenai penyakit yang diderita Ny.J yang jari

kaki kirinya sudah luka dan bagaimana cara perawatannya untuk cepat

sembuh dikarenakan keterbatasan biaya. Cara mengatasi strees hanya

dengan diselesaikan dengan musyawarah keluarga. Dan membeli obat di

apotik sesuai dengan kopi resep dokter.

Analisa data

Data Masalah

Keperawatan

Etiologi

Data Subyektif :

Keluarga mengatakan bahwa

Ny. J jari kirinya sudah luka,

sudah 3 minggu belum sembuh

dan baru 2 kali merawat lukanya

di perawat.

Data Obyektif :

Pada kaki Ny. J sebelah kiri

Gangguan

integritas kulit

Kurang mampu

mengenal

masalah DM

Page 50: Dm Kelompok 8 1

terdapat luka kecil dan belum

sembuh, diameter 2 cm, tidak

ada pus, luka kemerahan

3.2. Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit yang meluas berhubungan dengan

kurangnya perawatan kesehatan oleh keluarga.

No

.

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1.

2.

3.

4.

Sifat masalah

Kemungkinan

masalah dapat

diubah.

Potensi untuk

mencegah

masalah.

Menonjolnya

masalah.

3/3 x 1

1 / 2 x 2

2/3/ x 1

2/2 x 1

1

1

2/3

1

Luka pada penderita DM bila

tidak dirawat dengan baik dan

benar akan menjadi infeksi yang

meluas (gangrene).

Alat untuk perawatan luka dapat

dijangkau oleh keluarga tetapi

biaya terbatas.

Perluasan luka dapat dicegah

dengan perawatan luka yang

benar.

Keluarga menyadari adanya

masalah tetapi kesibukan kerja

tidak dapat mengantar anggota

keluarga yang sakit ke

puskesmas.

Total skor 3 2/3

Page 51: Dm Kelompok 8 1
Page 52: Dm Kelompok 8 1

3.3. Perencanaan

No. Diagnosa

Keperawatan

T u j u a n Kriteria Evaluasi Kriteria Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

1. Resiko tinggi

kerusakan

integritas kulit

yang meluas

berhubungan

dengan

kurangnya

perawatan

kesehatan oleh

keluarga.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan,

pasien dan

keluarga

mengerti

dalam

perawatan luka

yang diderita.

1. Ny. J dapat

kontrol teratur

untuk DM dan luka

pada kaki (jari)

kiri.

2. Ny. J dapat

menyebutkan bila

luka dikaki (jari)

sembuh

(berangsur).

3. Keluarga dapat

membagi peran

untuk perawatan

kesehatan Ny. J.

1. Verbal

(Pengetahuan )

1. Keluarga dapat

menyebutkan tanda

dan gejala

meluasnya luka

infeksi di jari kaki

Ny. J

2. Keluarga dapat

mengidentifikasi

tanda-tanda

meluasnya luka

infeksi di jari kaki

Ny. J

3. Keluarga dapat

memutuskan

tindakan bila ada

1. Kaji pengetahuan keluarga

tentang-tanda infeksi

2. Kaji kemampuan keluarga

dalam merawat luka infeksi

jari kaki Ny. J.

3. Kaji tindakan keluarga yang

pernah dilakukan setelah

mengetahui ada luka di jari

kaki Ny. J

4. Diskusikan tanda-tanda

Infeksi dengan keluarga

5. Diskusikan dengan keluarga

cara perawatan luka dan

mencegah perluasan

6. Diskusikan alternatif yang

Page 53: Dm Kelompok 8 1

tanda meluasnya

luka infeksi.

dapat dilakukan untuk

mengontrol keadaan luka

yang dapat dilakukan untuk

mengontrol kedaan luka

7. Beri kesempatan keluarga

untuk menanyakan penjelasan

yang belum dimengerti.

8. Evaluasi secara singkat

terhadap topik untuk

mencegah meluasnya infeksi

pada keluarga

9. Berikan pujian terhadap

kemampuan keluarga yang

diungkapkan setiap diskusi.

2. Psikomotor

( Prilaku )

1. Keluarga dapat

menyiapkan sarana

perawatan yang

diperlukan oleh

Ny. J

1. Kaji kemampuan keluarga

untuk menyediakan sarana

perawatan Ny. J

2. Ajarkan cara memelihara

kebersihan luka Ny. J

Page 54: Dm Kelompok 8 1

2. Ny. J dapat minum

obat dengan

pengawasan dokter

3. keluarga dapat

memfasilitasi Ny. J

untuk kontrol DM

ke puskesmas

4. Keluarga dapat

memodifikasi diet

dan olah raga

untuk kesehatan

Ny. J.

3. Ajarkan cara merawat luka

Ny. J

4. Ajarkan dan anjurkan untuk

Cek kondisi Ny. J dan minum

obat setelah ada hasil cek dari

dokter.

5. Anjurkan menjaga kebersihan

rumah terutama ruangan Ny.

J

6. Anjurkan untuk memodifikasi

diet diabetes sesuai advis

dokter

7. Kolaborasikan ke puskesmas

untuk bantuan

8. Lakukan kunjungan rumah

setelah keluarga diberi

pendidikan

9. Beri pujian atas kemampuan

keluarga

Page 55: Dm Kelompok 8 1

10. Berikan penguatan

terhadap perilaku yang telah

dilakukan untuk

dipertahankan setiap hari.

Page 56: Dm Kelompok 8 1

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. Price, L. dan Mc, W. (1985), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-

Proses Penyakit,ed. 2, bagian 2, EGC, Jakarta

Capernito, L. J. (1998), Diagnosa Keperawatan, alih bahasa Yasmin Asih, ed. 6,

EGC, Jakarta.

Corwin, J. E (2001), Pankreas dan Diabetes Melitus, EGC, Jakarta.

Doenges, E. M (2000), Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumnetasian, ed.

3, EGC, Jakarta.

Long, C. B. (1996), Pendekatan Proses Keperawatan, alih bahasa Yayasan Ikatan

Alumni Pnedidikan Keperawatan Bandung, Bandung.

Soetmadji, DJ. W. (1997), Diabetes Up Date, FK UNAIR, Surabaya.

Suyono, S. (1996), Penyakit Dalam, jilid 1, ed. 3, FKUI, Jakarta.

Tjokroprawiro, A. (1997), Diabetes Up Date,FK UNAIR, Surabaya.

Tjokroprawiro, A. (2001), Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes,Pustaka

Utama, Jakarta.

Woodly, M dan Whelean, A. (1995), Pedoman dan Pengobatan, Yayasan

Essentia Medica dan Andi Offset, Yogyakarta.

Page 57: Dm Kelompok 8 1

Keluarga Tn. M ( 47 Tahun ) mempunyai istri Ny. J ( 42 th ) anak Nn. J (24 th)

dan adik dari Ny. J yaitu Tn.S (40 th). Sejak 6 bulan yang lalu Ny.J di diagnosa

menderita kencing manis (DM) ibu tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena

yang mengantarkan

tidak ada dan keterbatasan biaya. Tn. M dan istrinya bekerja serabutan, tetapi

Tn.M kadang (jika ada rejeki) membeli obatnya di apotek terdekat sesuai foto copi

resep dokter. Hasil observasi jari kaki Ny. J sebelah kiri terdapat luka kecil sudah

3 minggu belum sembuh.