Dm Kelompok 8 1
-
Upload
gustav-faiz-kirchoof -
Category
Documents
-
view
48 -
download
11
description
Transcript of Dm Kelompok 8 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya
semakin meningkat dari tahun ke tahun, World health organization (WHO)
memprediksi kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, bahkan Indonesia
menempati urutan keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes mellitus
terbanyak setelah India, China dan Amerika (Pratiwi, 2007). Pengobatan diabetes
memerlukan waktu yang lama (karena diabetes merupakan penyakit menahun
yang akan diderita seumur hidup) dan sangat kompleks (tidak hanya
membutuhkan pengobatan tetapi juga perubahan gaya hidup) sehingga seringkali
pasien tidak patuh dan cenderung menjadi putus asa dengan program terapi yang
lama, komples dan tidak menghasilkan kesembuhan. Hasil penelitian di beberapa
Negara, ketidak patuhan pasien diabetes dalam berobat mencapai 40 – 50%.
Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata – rata pasien pada terapi
jangka panjang terhadap penyakit kronis di Negara maju hanya sebesar 50% dan
di Negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Tahun 2006 jumlah
penderita diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang, dari jumlah itu baru 50%
penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya melakukan
pengobatan secara teratur (delamater, 2009; Pratiwi, 2007).
Perawat merupakan faktor yang mempengaruhi peran penting dalam
merubah perilaku pasien sehingga terjadi kondisi keseimbangan (equilibrium)
dalam diri pasien. Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana perawatan
komunitas pada kelompok dewasa dengan diabetes militus.
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada keluarga
dengan anggota penderita diabetes melitus untuk upaya pencegahan dan
penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan.
Tujuan Khusus:
1. Menjelaskan tentang konsep diabetes melitus
2. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan komunitas yang diberikan pada
keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus.
1.3. Manfaat
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang
ditujukan pada keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus diharapkan
dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Membantu keluarga untuk memberikan pendidikan formal maupun
masyarakat luar.
2. Membantu keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus dalam
mencegah terjadinya perilaku berisiko.
3. Memberikan informasi data tentang keluarga dengan anggota penderita
diabetes melitus dan risiko yang mungkin terjadi.
4. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait
keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus.
5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam
memberikan penanganan keluarga dengan anggota penderita diabetes melitus
dalam hal promotif dan preventif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Keluarga
2.1.1. Pengertian Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat.
a. Duvall
Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan social dari tiap anggota.
b. WHO, 1969
Keluarga adlah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
c. Friedman, 1998
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan
tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta
mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian darikeluarga
d. Berges, 1962
Yang dimaksud keluarga adalah:
Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan/hubungan, sedarah atau hasil adopsi.
Anggota tinggal bersama dalam satu rumah.
Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran social.
Mempunyai kebiasaan atau kebudayaan yang berasal dari
masyarakat tetapi mempunyai keunukan tersendiri.
e. Helvie, 1981
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu
rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
f. Salvicion G. bailon dan aracelis maglaya, 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain,
dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
g. Departemen kesehatan R.I 1998
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri
dari kepela keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah auatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
h. Bailon dan Maglaya.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari pengertian tentang keluarga, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah
1. Terdiri dari dua atau lebih individuyang diikat oleh hubungan darah
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran social sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan memperthankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota.
2.1.2. Tipe Keluarga
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
b. Extended Family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.
c. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami
atau istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu
atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
d. Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istridi rumah atau kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/
meniti karir.
e. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya
atau salah satu bekerja diluar rumah.
f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasanganya dan
anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
g. Dual cariier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak
h. Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah
k. Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
l. Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunanya didalam satu
kesatuan keluarga dan tiiap individu menikah dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anak diadopsi.
o. Cohibing Couple
Dua orang atau pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
2.1.3. Struktur keluarga
a. Macam
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
1. Patrilineal
Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dari
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalir garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami istri. (Nasrul Effendy, 1998).
b. Ciri-ciri struktur keluarga
1. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
1. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
2. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-
masing(Anderson Carter)
2.1.4. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang
berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat
dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, kepalarumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota
masyarakat.
2. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga,
pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok
social dan anggota masyarakatserta berperan sebagai pencari nafkah
tambahan bagi keluarga.
3. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.
2.1.5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Mememlihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sisialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b. Pengaturan pengunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa
akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebaginya.
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk mremberikan pengetahuan,
keterampilan dan memebentuk perilaku anak esuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang ddewasa.
c. Mendidik anan sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi pendidikan
Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan
anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila
kelak dewasa nanti.
2. Fungsi sosialisasi anak
Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana
keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-
tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman.
4. Fungsi perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga
sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama,
dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada
kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain
setelah kehidupan ini.
6. Fungsi ekonomis
Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber
kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala
keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur
penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rerekreasi ini tidak selalu harus pergi ke
tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mecapai
keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya. Rekreasi dapat
dilakukan di rumah dengan cara menonton televisi bersama, bercerita
tenatang pengalaman masing-masing dan sebagainya
8. Fungsi biologis
Tugas utama keluarga dalam hal ini adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penerus.
Dari beberapa fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya, adalah :
1. Asih
Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2. Asuh
Adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
3. Asah
Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan mas depannya.
2.2. Konsep Keperawatan Keluarga
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan
keluarga untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan
meluangkan sebagian waktu bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya.
Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja perawat bersama dengan
keluarga karena keluarga merupakan subyek. Tujuan keperawatan keluarga
dari WHO di europe yang merupakan praktek keperawatan termodern saat ini
adalah :
Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma
dari cure menjadi care melalui tindakan preventif.
Mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit.
Peran perawat keluarga menurut WHO Europe tahun 2000 adalah :
a. Health educator (pemberi pendidikan kesehatan)
b. Coordinator (Conector) : mengatur perencanaan program-program atau
merancang intervensi yang akan dilaksanakan. Contoh merencanakan klien
untuk dirujuk ke tim medis lain.
c. Provider / caregiver : memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.
d. Health Promotion (home care & home visit)
e. Consultant : penasehat dan memberi saran jika diminta oleh klien
f. Collaborator : berkolaborasi dengan tim medis lain untuk tujuan
kesembuhan klien.
g. Fasilitator : contohnya memfasilitasi keluarga yang kurang mampu untuk
memperoleh jamkesmas.
h. Case founder : penemu kasus
i. Enviromental modifier : memodifikasi lingkungan baik berupa fisik,
psikis, maupun perilaku dan gaya hidup.
Selain itu peran perawat yang lain juga dapat memberikan saran tentang
gaya hidup, perilaku beresiko. dengan pengkajian dapat mendeteksi awal
penyakit sehingga dapat memberikan intervensi terhadap penanganan penyakit
dini. Mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi masalah
kesehatan keluarga agar dapat memberikan intervensi yang tepat. Perawat
bertindak sebagai lynchpin yaitu terlibat bersama keluarga, tidak terbatas
merawat, tetap juga tahu masalah keluarga dan harus menempatkan diri
sebagai anggota keluarga sehingga dapat menghubungkan keluarga dengan tim
kesehatan lain.
Empat intervensi utama perawat keluarga dititikberatkan kepada pencegahan.
1) Primer : proaktif mencegah stessor, mempermudah mendapatkan fasilitas
kesehatan. Contoh : memberi pendkes untuk mencegah penyakit,
menciptakan suasana harmonis di keluarga.
2) Sekunder : screening, vaksinasi, deteksi awal timbulnya penyakit.
3) Tersier : rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya
ROM bagi penderita stroke.
4) Direct care : bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem
pendukung utama untuk menyembuhkan.
Empat tingkatan keluarga
1. Family as context
Fokus pada kesehatan individu
Keluarga sebagai background dari anggotanya
Keluarga sebai support system atau stressor terberat bagi anggota
Individu / anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi
Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
2. Family as client
Fokus pada seluruh anggota keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai kelompoka atau keseluruhan dari
anggota keluarga
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya
Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing
anggota kan diintervensi bersamaan.
3. Family as system
Fokus masalah pada hubungan antara anggota keluarga
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam
keluarga
Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi
Fokus intervensi : mengenai hubungan ibu anak, hub perkawinan, dll
4. Family as component of society
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan jadi fokus utama dari
pengkajian dan keperawatan.
Fokus keluarga dengan individu sebagai background
Keluarga dipandang sebgai interaksional sistem
Fokus intervensi : dinamia internal keluarga, hubungan dalam keluarga,
hubungan subsistem keluarga dengan lingkungan luar.
2.3. Konsep Tumbuh Kembang
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta
tugas tugas perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat
masalah yaitu potensial atau aktual.
Tahap-tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap
stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui
tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga
mengikuti pola yang sama.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
1) Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya.
Tugas perkembangan
1. Membina hubungan intim dan memuaskan.
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.
2) Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang
tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara
bayi dan orang tua dapat tercapai.
3) Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4) Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga
mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di
sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua
mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada
tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
5) Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
4. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
5. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang
tua dan remaja.
6) Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini
tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7) Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan
anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
4. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain
sebagainya.
8) Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini
2.4. Pengertian Diabetes Melitus
2.4.1. Pengertian
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin di dalam tubuh. Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat
yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar,
2000 ).
Diabetes Mellitus adalah sindroma yang disebabkan oleh ketidak-
seimbangan antara tuntutan dan suplai insulin. Sindroma ini ditandai oleh
hiperglikemi dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Abnormalitas metabolik ini mengarah pada perkembangan bentuk
spesifik komplikasi ginjal, okular, neurologik dan kardiovaskuler. Sistem untuk
klasifikasi DM dikembangkan oleh The National Diabetes Data Group of the
National Institutes of Health (USA) dengan masukan dari Word Health
Organization tahun 1985 adalah :
A. Clinical Classes
I. DM
1. IDDM ( DM Type 1 ).
Diabetes tipe I ditandai dengan sekresi insulin oleh pankreas tidak ada
dan sering terjadi pada orang muda. Secara normal, insulin bekerja untuk
menurunkan kadar glukosa darah dengan membolehkan glukosa masuk
kedalam sel untuk dimetabolisme. Caranya dengan mengikat dirinya
secara kuat pada tempat reseptor pada membran sel. Efek utama metabolik
insulin adalah di otot dan jaringan adiposa. Pada orang diabetes,
kekurangan atau ketiadaan insulin menimbulkan kelaparan pada jaringan
ini dan ini menjelaskan mengapa pasien menjadi lelah dan berat badan
menurun.
Karena insulin tidak digunakan, terjadi penumpukan didalam darah
pada orang diabet dan meluap kedalam urine yang menyebabkan haus dan
keluarnya urine dalam jumlah yang banyak. Lebih lanjut masalah ini akan
menimbulkan komplikasi physiologic, kecuali kalau diberikan penggantian
insulin. Sehingga orang yang menderita DM Tipe I perlu injeksi insulin
secara teratur dalam hidupnya untuk mencegah ketosis. Suatu komplikasi
yang muncul,akibat gangguan metabolisme lemak. Untuk alasan ini, DM
tipe I dikenal sebagai IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus).
2. NIDDM ( DM Type 2 ).
Type II akibat dari tidak sensitifnya reseptor insulin terhadap insulin
yang sudah tersedia. Pada kelompok ini diit khusus diajurkan untuk
menurunkan BB dan diberikan tablet untuk merangsang pancreas untuk
mensekresi lebih banyak insulin. Karena tidak dibutuhkan insulin maka
diabetes tipe II dikenal sebagai NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
melitus). Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin disebabkan
kegagalan relatif sel β pulau Langerhans dan resisteni insulin. Resitensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi
insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer, A., 1999).
Orang-orang yang DM saat hamil atau gestational diabetes (GDM)
biasanya dikenal sebagai type II. Faktor risiko Diabetes Mellitus tipe II
antara lain usia, obesitas, riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus tipe
II, etnis, , kebiasaan diet, kurang berolahraga, wanita dengan hirsutisme,
dan/atau penyakit ovarium polikistik, diabetes gestasional, dan/atau
dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg saat dilahirkan
3. Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.
4. MRDM
a. Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).
b. Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
5. DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.
II. Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).
III. Gestasional Diabetes Mielitus.
B. Statistical Risk Classes.
1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
2. Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.
3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.
Komplikasi akut mayor berkenaan dengan DM adalah diabetik
ketoasidosis (DKA), sindroma nonketotik hiperosmolar hiperglikemia
(SNKHH) dan hipoglikemia. Komplikasi jangka panjang mayor berkenaan
dengan DM adalah penyakit makrovaskular, penyakit mikrovaskular dan
neuropati. Ketoasidosis lebih sering terjadi pada diabetik tipe I karena tak
ada insulin yang diproduksi, sedangkan diabetik tipe II menghasilkan
sebagian insulin tetapi tidak cukup untuk mempertahankan kadar glukosa
darah normal. Penyakit mikrovaskular dan neuropati terjadi lebih sering pada
diabetik tipe II karena kesulitan dalam menentukan timbulnya hiperglikemia.
Cara terbaik dalam mencegah komplikasi ini adalah melalui kontrol glikemik.
DKA adalah gangguan metabolik yang mengancam hidup yang secara
potensial akut terjadi sebagai akbat dari defisiensi insulin berkepanjangan.
DKA ditandai dengan hiperglikemia ekstrim
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).
2.4.2. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor
lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap
insulin.
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, Metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma b. Infeksi c. Obat
2.4.3. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 –
1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal
disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang
melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar
160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus –
tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium,
dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein
tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar
glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport
glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi
sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah
menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya
glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung
senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran
basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun
mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh
faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang
berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya
neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang
atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan
mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan
pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang
lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam
hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan
asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga
menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya
aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Klasifikasi
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan ,
yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “
claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi
dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai,
terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan
dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati
rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
2.4.4. Gejala klinis
Diagnosis
Kriteria diagnosis DM dengan gangguan toleransi glukosa :
I. Diagnosis DM apabila :
a. Terdapat gejala – gejala DM ditambah dengan,
b. Salah satu dari GDP > 120 mg/dl dan 2 J PP > 200 mg/dl, atau
random GDA > 200 mg/dl.
II. Diagnosis DM apabila :
a. Tidak terdapat gejala DM tetapi,
b. Terdapat dua dari GDP > 120 mg/dl dan 2 j PP > 200 mg/dl, atau
random GDA > 200 mg/dl.
III. Diagnosis GTG apabila :
GDP < 120 mg/dl dan 2 j PP antara 140 – 200 mg/dl.
IV. Untuk kasus meragukan dengan hasil GDP > 120 mg/dl dan 2 j PP >
200 mg/dl, ulangi pemeriksaan sekali lagi dengan persiapan minimal 3
hari dengan diit karbohidrat > 150 gr/hari dan kegiatan fisik seperti
biasa.
2.4.5. Penatalaksanaan.
Terapi primer I. Diit.
II. Latihan Fisik.
III. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Terapi sekunder IV. Obat Hypoglikemi ( OAD dan Insulin )
V. Cangkok pankreas.
2.5. Asuhan keperawatan
2.5.1. Pengkajian
Pengumpulan data
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++),
merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
2.5.2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki
diabetik adalah sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
2.5.3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan,
dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi
dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
a. Diagnosa no. 1
Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya / menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh
darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi
pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan
ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan kelancarkan aliran darah balik sehingga
tidak terjadi oedema.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan
kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek
dari stres.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki,
sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk
memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
b. Diagnosa no. 2
Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : 1. Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara
abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan
yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan
granulasi yang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan
kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah,
pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti
biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula
darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
c. Diagnosa no. 3
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 –
37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x
/menit ).
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
pasien.
2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien
untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan pasien.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat
memberikan rasa nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi
nyeri pasien.
d. Diagnosa no. 4
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di
kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang
optimal.
Kriteria Hasil : 1. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan
kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara
bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki
pasien.
2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk
menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas
bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan
baik.
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter (pemberian analgesik)
dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,
fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar.
e. Diagnosa no. 5
Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan
nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan
diet yang adekuat.
2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat
badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4. Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan
program diet yang ditetapkan.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan
glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah
menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat
penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
f. Diagnosa no. 6
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan
tinggi kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C )
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran
infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara
untuk mencegah infeksi kuman.
3. Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran
infeksi.
4. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan
yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat,
mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan
terjadi penyebaran infeksi.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin
akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses
penyembuhan.
g. Diagnosa no. 7
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami
pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat
dan tepat.
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-
pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan
pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan
keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi
beban pikiran pasien.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim
kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik
dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu
menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien
secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota
keluarga yang menunggu.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
h. Diagnosa no. 8
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan
gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga,
perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau
pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien
sesuai tingkat pendidikan pasien.
3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan
libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung
dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan
cemasnya berkurang.
5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada /
memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan
yang telah diberikan.
i. Diagnosa no. 9
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota
tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil : - Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan
lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri
berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang
berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan
pasien.
Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan
terisolasi.
5. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan
kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung
yang normal.
6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan
hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
j. Diagnosa no.10
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan
cukup.
Rencana tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu
meningkatkan tidur/istirahat.
2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan
kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur
pasien.
3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti
cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang
lain dialami dan dirasakan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik
relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh
dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan
rasa nyeri.
5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
2.5.4. Implemnetasi
Tujuan utama penatalaksanaan klien DM adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya kompikasi akut dan kronis. Jika klien berhasi
mengatasi diabetes yang dideritanya maka ia akan terhindar dari hiperglikemia
dan hipoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi
dari ketiga faktor: (1) aktivitas fisik, (2) diet dan (3) intervensi farmakologi
dengan preparat hipoglikemik oral atau insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan
berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi kronis ini.
Intervensi yang direncanakan untuk diabetes harus individual, ini berarti
intervensi tersebut harus berdasarkan pada tujuan, usia, gaya hidup, kebutuhan
nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan, tipe diabetes klien dan kemampuan
untuk secara mandiri melakukan ketrampilan yang dibitihkan oleh rencana
penatalakasanaan. Penyatuan aspek psikososial ke dalam rencana keseluruhan
adalah vital. Tujuan awal untuk klien yang baru didiagnosa diabetes atau klien
dengan kontrol buruk diabetes harus difokuskan pada yang berikut ini :
a. Eliminasi ketosis (Jika ada)
b. Pencapaian berat badan yang diiinginkan,
c. Pencegahan manifestasi hiperglikemia,
d. Pemeliharaan toleransi latihan,
e. Pemeliharaan kesejahteraan psikososial.
f. Pencegahan hipoglikemia.
2.5.5. Evaluasi
Evaluasi dilkukan dengan mengacu pada tujuan dan criteria evaluasi
yang telah ditentukan.
Bab 3
Tinjauan Kasus
3.1. Pengkajian
A. Identitas
1. Nama KK : Tn. M
2. Umur : 47 tahun
3. Alamat : Maospati
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : -
6. Komposisi Keluarga :
No
.
Nama Jenis
kelamin
Hubungan
keluarga
Umur Pekerjaan Keterangan
1.
2.
3.
Ny. J
Tn. S
Nn. J
P
L
P
Isteri
Saudara
Anak
42 th
40 th
24 th
Swasta
Swasta
Swasta
DM
Sehat
Sehat
7. Tipe Keluarga : keluarga besar
8. Suku Bangsa : Jawa – Indonesia
9. Agama : Islam
10. Status Sosial ekonomi keluarga : Suami – Isteri swasta
11. Aktivitas rekreasi keluarga : -
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan saat ini. :
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa
muda.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Keluarga mengatakan tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah
tahap perkembangan anak remaja, karena Nn.J hanya bersekolah sampai
SMP saja. Dikarenakan keterbatasan biaya.
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
a. Luas rumah 150m2 memiliki 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1
kamar mandi dan ada kandang ternak di depan rumah.
b. Kondisi rumah : lantai berupa mester, penerangan cukup (3 jendela)
ruangan agak sempit.
c. Sumber air minum dari air sumur.
d. Kondisi kamar mandi dan jamban : kamar mandi berada di luar rumah
tidak ada atapnya, dan jamban berupa WC cemplung.
e. Pembuangan sampah : sampah di buang dibelakang rumah kemudian
di bakar.
2. Sistem pendukung kesehatan keluarga
a. Fasilitas penunjang kesehatan : jika ada masalah kesehatan, keluarga
hanya kadang berkonsultasi pada mantri (perawat) di dekat rumahnya.
kemudian jarak puskesmas dengan rumahnya sekitar 3km. Keluarga
mengatakan tidak memiliki jamkesmas
b. Fasilitas pendukung lainnya : dalam keluarga tidak memiliki satu
kendaraanpun. Jadi kemana-mana pasti jalan kaki.
3. Karakteristik masyarakat.
a. Keluarga mengatakan di dalam masyarakat tidak ada kebiasaan dan
aturan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
b. Fasilitas pelayanan kesehatan : puskesmas, dokter praktek, dan juga
perawat.
D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga mengatakan apabila ada masalah keluarga atau masalah
kesehatan, keluarga selalu membicarakanya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga mengatakan apabila ada masalah kesehatan, kepala keluarga
yang memutuskan untuk pengambilan keputusan. Dan tidak jarang juga
dilakukan dengan musyawarah keluarga.
3. Struktur Peran
Apabila ada anggota keluarga yang sakit yang bertanggung jawab
adalah Tn. M, sedangkan yang mencari biaya adalah Tn. M dan Nn. J.
dan peran Ny.J jika sakit kadang digantikan olehnya anaknya semisal
seperti memasak, bersih-bersih rumah dan lainnya.
4. Nilai atau Norma Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada norma atau nilai yang khusus mengatur
tentang kesehatan.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Dalam keluarga kurang ada rasa saling memiliki dan menghargai. Ini
ditunjukkan dengan kurang perhatian jika ada anggota keluarga yang
sakit.
2. Fungsi Sosialisasi
Dalam keluarga jarang ada yang mengingatkan tentang peran tanggung
jawabnya. Semuanya berjalan dengan sendirinya.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga mengatakan ingin memiliki 2 anak, laki-laki dan perempuan.
Tapi tidak terpenuhi karena alasan biaya untuk masa depan anaknya. Ny.
J tidak menggunakan alat kontrasepsi sejak 3 tahun yang lalu.
Dikarenakan sudah males dan merasa sudah tua jadi tidak perlu memakai
KB lagi. Sebelumnya menggunakan KB suntik 3 bulan sekali.
4. Fungsi Ekonomi
Jumlah pendapatan perbulan tidak pasti, karena bekerja serabutan. Dan
pengeluaran hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
5. Fungsi Pengontrol
Kepala keluarga yang berperan aktif untuk menerapkan disiplin dalam
keluarga. Semisal dengan bangun pagi lebih awal dan peraturan lainnya.
6. Fungsi Perawatan kesehatan
Di dalam keluarga pengetahuan tentang perawatan kesehatan khususnya
untuk DM belum begitu dimengerti.
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita kencing manis (DM), Ny. J
sudah 6 bulan menderita penyakit tersebut. Jari kaki sebelah kiri
terdapat luka sejak 3 minggu yang lalu dan belum sembuh. Dalam
keluarga tidak pernah menderita penyakit selain batuk, pilek dan
demam. Dan saat ini tidak ada keluarga yang sakit. Semuanya dalam
keadaan sehat wal’afiat.
b. Riwayat Keluarga Sebelumnya.
Di dalam keluarga Suami atau Istri tidak ada yang menderita
penyakit yang sama ataupun penyakit lainnya.
Riwayat Kesehatan
No
.
Riwayat
kesehatan
Tn.M Ny.J Tn.S Nn.J
1. Keluhan saat ini · Tidak ada keluhan · Nyeri luka pada kaki
kiri
· Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2. Riwayat penyakit saat ini · Tidak ada · Ibu sudah 6 bulan di
diagnose menderita
kencing manis dan jari
kaki kiri terdapat luka
· Tidak ada Tidak ada
3. Riwayat yang diderita
sebelumnya
· Pusing, pegel pegel · Punya hipertensi,
pusing
· Batuk pilek biasa batuk, pilek biasa
4. Pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan
· belum pernah MRS · belum pernah MRS · Belum pernah MRS Belum pernah MRS
Pemeriksaan fisik
5. Keadaan umum · Baik · Baik · Baik · Baik
6. Tanda tanda vital T : 130/80 mmhg
N : 86x/menit
S : 36,7 0c
T : 130/80 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,4 0c
T : 120/70 mmhg
N : 90x/menit
S : 36,5 0c
T : 120/80 mmhg
N : 86x/menit
S : 37,0 0c
RR : 18x /menit
BB : 65 kg
TB : 165 cm
RR : 22x /menit
BB : 46 kg
TB : 155 cm
RR : 20x /menit
BB : 50 kg
TB : 157 cm
RR : 20x /menit
BB : 63 kg
TB : 164 cm
7. Kepala · Rambut hitam
· Konjungtiva merah muda
· Sklera tidak ikterus
· Palpebra tidak bengkak
· Fungsi pengelihatan baik
· Tidak ada polip pada
hidung
· ada sekret
· Fungsi penciuman baik
· Telinga simetris tdak ada
sumbatan
· Fungsi pendengaran baik
· Bibir lembab, tidak pucat
· Tidak ada stomatitis
· Gigi tidak ada karies,
· Lidah merah muda,
· Rambut hitam
· Konjungtiva metrah
muda
· Sklera tidak ikterus
· Palpebra tidak bengka
· Fungsi penglihatan baik
· Tidak ada polip pada
hidung
· Tidak ada sekret
· Fungsi penciuman baik
· Telinga simetris tdakada
sumbatan
· Fungsi pendengaran baik
· Bibir lembab, tidak pucat
· Tidak ada stomatitis
· Gigi tidak ada karies,
· Rambut hitam
· Konjungtiva merah
muida
· Sklera tidak ikterus
· Palpebra tidak bengkak
· Fungsi pengelihatan baik
· Tidak ada polip pada
hidung
· Tidak ada sekret
· Fungsi penciuman baik
· Telinga simetris tdak ada
sumbatan
· Fungsi pendengaran baik
· Bibir lembab, tidak pucat
· Tidak ada stomatitis
· Gigi tidak ada karies,
· Rambut hitam
· Konjungtiva merah muda
· Sklera tidak ikterus
· Palpebra tidak bengkak
· Fungsi pengelihatan baik
· Tidak ada polip pada
hidung
· Tidak ada sekret
· Fungsi penciuman baik
· Telinga simetris tdak ada
sumbatan
· Fungsi pendengaran baik
· Bibir lembab, tidak pucat
Tidak ada stomatitis
· Gigi tidak ada karies,
· Lidah merah muda,
permukaan berbintik · Lidah merah muda,
permukaan berbintik
· Lidah merah muda,
permukaan berbintik.
permukaan berbintik.
8. Leher · Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid.
· Tidak ada pembesaran
vena jugularis.
· Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid
· Tidak ada pembesaran
vena jugularis
· Tidak ada Pembengkakan
kelenjar tyroid.
· Tidak ada pembesaran
vena jugularis.
Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid Tidak ada
pembesaran vena jugularis.
9. dada · Suara nafas vesikuler
· Ada retraksi ronggadada
· Suara nafas vesikuler
· Tidak retraksi rongga
dada
· Suara nafas vesikuler
· Tidak retraksi rongga
dada
· Suara nafas vesikuler
Tidak retraksi raongga
dada
10. Abdomen · Inspeksi,
Tidak ada lesi, tidak ada
bekas luka jahitan
· Auskultasi Bising usus
terdengar 15 x/menit
· Perkusi
Timpani
· palpasi:
tidak ada pembesaran
organ
Inspeksi,
Tidak ada lesi, tidak ada
bekas luka jahitan
· Auskultasi
Bising usus terdengar 15
x/menit
· Perkusi
Timpani
· palpasi:
tidak ada pembesaran
· Inspeksi,
Tidak ada lesi, tidak ada
bekas luka jahitan
· Auskultasi
Bising usus terdengar 15
x/menit
· Perkusi
Timpani
· palpasi:
tidak ada pembesaran
· Inspeksi,
Tidak ada lesi, tidak ada
bekas luka jahitan
· Auskultasi
Bising usus terdengar 15
x/menit
· Perkusi
Timpani
· palpasi:
tidak ada pembesaran
organ organ organ
11. Ekstremitas atas · Tangan kanan dan kiri
simetris.
· Teraba arteri brakhialis.
· Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan
otot baik)
· Tangan kanan dan kiri
simetris.
· Teraba arteri
brakhialis.
· Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan
otot baik)
· Tangan kanan dan kiri
simetris.
· Teraba arteri
brakhialis.
· Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan
otot baik)
· Tangan kanan dan kiri
simetris.
· Teraba arteri
brakhialis.
Tidak menderita
kelumpuhan
(kekuatan otot baik)
12. Ekstremitas bawah · Kaki kanan dan kiri
simetris.
· Tidak ada odema· Tidak
menderita kelumpuhan
(kekuatan otot baik)
· Kaki kanan dan kiri
simetris.
· Tidak ada odema
· Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan
otot baik)
· Ada luka pada jari-jari
kaki kiri dengan diameter 2
cm, tidak ada pus, luka
kemerahan
· Kaki kanan dan kiri
simetris.
· Tidak ada odema
· Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan
otot baik)
· Kaki kanan dan kiri
simetris.
· Tidak ada odema
Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot
baik)
1. Kemampuan Mengenal Masalah
Keluarga belum mengetahui apa pengertian dan penyebab dari penyakit
Ny. J.
2. Kemampuan Mengambil Keputusan
Kemampuan keluarga kurang, dikarenakan pengetahuan yang kurang
tentang penyakinya.
3. Kemampuan Merawat Anggota yang Sakit
Keluarga baru 2 kali membawa Ny.J ke perawat untuk merawat lukanya.
Keluarga mengetahui tentang nutrisi yang dibutuhkan oleh Ny. J. Yaitu
rendah gula dan nutrisi yang cukup berupa telur dan buah. Ny. J makan 3
kali sehari dan kadang hanya makan seadanya. karena terkendala lagi
dengan uang.
4. Kebiasaan Tidur
Keluarga sering tidur pada pukul 22.00 wib. Dan bangun pada pukul 4.30
wib. Dalam keluarga tidak ada masalah kesulitan tidur.
5. Latihan dan Rekreasi
Keluarga tidak pernah melakukan rekreasi dan latihan apapun. Mereka
hanya mengisi waktu luang dengan berbincang-bincang dengan keluarga
dan menonton tv.
6. Kebiasaan Menggunakan Obat
Dalam keluarga ada yang senang mengkonsumsi kopi, minimal sekali
sehari. Di rumah tidak obat-obat lain selain obat untuk kencing
manisnya. Obat diminum 3 kali sehari sebelum makan. Jika ada anggota
keluarga yang sakit, keluarga hanya membelinya di warung atau toko
misal obat sakit kepala, obat batuk dan pilek. Obat disimpan di lemari
bersama dengan lemari baju.
7. Kemampuan Memelihara Lingkungan Rumah yang Sehat
Dalam keluarga kemampuan untuk memelihara lingkungan rumah masih
kurang, ini ditunjukkan dengan adanya kandang kambing di depan rumah
(halaman) dan tidak terpelihara dengan baik. Ny.J sering tidak memakai
alas kaki jika membersihkan kandang atau ketika menyapu halamannya.
8. Kemampuan Menggunakan Layanan Kesehatan
Keluarga mengatakan jarang pergi ke puskesmas atau yankes yang
lainnya. Karena malas dan tidak ada waktu serta tidak ada yang
mengantar Ny.J untuk pergi berobat. Selain itu keluarga ini tidak
memiliki jamkesmas atau askeskin.
9. Stress dan Koping Keluarga
Strees jangka panjang : keluarga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan keperluan sehari-hari. Strees jangka pendek : Keluarga pusing
menghadapi masalah mengenai penyakit yang diderita Ny.J yang jari
kaki kirinya sudah luka dan bagaimana cara perawatannya untuk cepat
sembuh dikarenakan keterbatasan biaya. Cara mengatasi strees hanya
dengan diselesaikan dengan musyawarah keluarga. Dan membeli obat di
apotik sesuai dengan kopi resep dokter.
Analisa data
Data Masalah
Keperawatan
Etiologi
Data Subyektif :
Keluarga mengatakan bahwa
Ny. J jari kirinya sudah luka,
sudah 3 minggu belum sembuh
dan baru 2 kali merawat lukanya
di perawat.
Data Obyektif :
Pada kaki Ny. J sebelah kiri
Gangguan
integritas kulit
Kurang mampu
mengenal
masalah DM
terdapat luka kecil dan belum
sembuh, diameter 2 cm, tidak
ada pus, luka kemerahan
3.2. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit yang meluas berhubungan dengan
kurangnya perawatan kesehatan oleh keluarga.
No
.
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1.
2.
3.
4.
Sifat masalah
Kemungkinan
masalah dapat
diubah.
Potensi untuk
mencegah
masalah.
Menonjolnya
masalah.
3/3 x 1
1 / 2 x 2
2/3/ x 1
2/2 x 1
1
1
2/3
1
Luka pada penderita DM bila
tidak dirawat dengan baik dan
benar akan menjadi infeksi yang
meluas (gangrene).
Alat untuk perawatan luka dapat
dijangkau oleh keluarga tetapi
biaya terbatas.
Perluasan luka dapat dicegah
dengan perawatan luka yang
benar.
Keluarga menyadari adanya
masalah tetapi kesibukan kerja
tidak dapat mengantar anggota
keluarga yang sakit ke
puskesmas.
Total skor 3 2/3
3.3. Perencanaan
No. Diagnosa
Keperawatan
T u j u a n Kriteria Evaluasi Kriteria Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Resiko tinggi
kerusakan
integritas kulit
yang meluas
berhubungan
dengan
kurangnya
perawatan
kesehatan oleh
keluarga.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan,
pasien dan
keluarga
mengerti
dalam
perawatan luka
yang diderita.
1. Ny. J dapat
kontrol teratur
untuk DM dan luka
pada kaki (jari)
kiri.
2. Ny. J dapat
menyebutkan bila
luka dikaki (jari)
sembuh
(berangsur).
3. Keluarga dapat
membagi peran
untuk perawatan
kesehatan Ny. J.
1. Verbal
(Pengetahuan )
1. Keluarga dapat
menyebutkan tanda
dan gejala
meluasnya luka
infeksi di jari kaki
Ny. J
2. Keluarga dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
meluasnya luka
infeksi di jari kaki
Ny. J
3. Keluarga dapat
memutuskan
tindakan bila ada
1. Kaji pengetahuan keluarga
tentang-tanda infeksi
2. Kaji kemampuan keluarga
dalam merawat luka infeksi
jari kaki Ny. J.
3. Kaji tindakan keluarga yang
pernah dilakukan setelah
mengetahui ada luka di jari
kaki Ny. J
4. Diskusikan tanda-tanda
Infeksi dengan keluarga
5. Diskusikan dengan keluarga
cara perawatan luka dan
mencegah perluasan
6. Diskusikan alternatif yang
tanda meluasnya
luka infeksi.
dapat dilakukan untuk
mengontrol keadaan luka
yang dapat dilakukan untuk
mengontrol kedaan luka
7. Beri kesempatan keluarga
untuk menanyakan penjelasan
yang belum dimengerti.
8. Evaluasi secara singkat
terhadap topik untuk
mencegah meluasnya infeksi
pada keluarga
9. Berikan pujian terhadap
kemampuan keluarga yang
diungkapkan setiap diskusi.
2. Psikomotor
( Prilaku )
1. Keluarga dapat
menyiapkan sarana
perawatan yang
diperlukan oleh
Ny. J
1. Kaji kemampuan keluarga
untuk menyediakan sarana
perawatan Ny. J
2. Ajarkan cara memelihara
kebersihan luka Ny. J
2. Ny. J dapat minum
obat dengan
pengawasan dokter
3. keluarga dapat
memfasilitasi Ny. J
untuk kontrol DM
ke puskesmas
4. Keluarga dapat
memodifikasi diet
dan olah raga
untuk kesehatan
Ny. J.
3. Ajarkan cara merawat luka
Ny. J
4. Ajarkan dan anjurkan untuk
Cek kondisi Ny. J dan minum
obat setelah ada hasil cek dari
dokter.
5. Anjurkan menjaga kebersihan
rumah terutama ruangan Ny.
J
6. Anjurkan untuk memodifikasi
diet diabetes sesuai advis
dokter
7. Kolaborasikan ke puskesmas
untuk bantuan
8. Lakukan kunjungan rumah
setelah keluarga diberi
pendidikan
9. Beri pujian atas kemampuan
keluarga
10. Berikan penguatan
terhadap perilaku yang telah
dilakukan untuk
dipertahankan setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, S. Price, L. dan Mc, W. (1985), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-
Proses Penyakit,ed. 2, bagian 2, EGC, Jakarta
Capernito, L. J. (1998), Diagnosa Keperawatan, alih bahasa Yasmin Asih, ed. 6,
EGC, Jakarta.
Corwin, J. E (2001), Pankreas dan Diabetes Melitus, EGC, Jakarta.
Doenges, E. M (2000), Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumnetasian, ed.
3, EGC, Jakarta.
Long, C. B. (1996), Pendekatan Proses Keperawatan, alih bahasa Yayasan Ikatan
Alumni Pnedidikan Keperawatan Bandung, Bandung.
Soetmadji, DJ. W. (1997), Diabetes Up Date, FK UNAIR, Surabaya.
Suyono, S. (1996), Penyakit Dalam, jilid 1, ed. 3, FKUI, Jakarta.
Tjokroprawiro, A. (1997), Diabetes Up Date,FK UNAIR, Surabaya.
Tjokroprawiro, A. (2001), Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes,Pustaka
Utama, Jakarta.
Woodly, M dan Whelean, A. (1995), Pedoman dan Pengobatan, Yayasan
Essentia Medica dan Andi Offset, Yogyakarta.
Keluarga Tn. M ( 47 Tahun ) mempunyai istri Ny. J ( 42 th ) anak Nn. J (24 th)
dan adik dari Ny. J yaitu Tn.S (40 th). Sejak 6 bulan yang lalu Ny.J di diagnosa
menderita kencing manis (DM) ibu tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena
yang mengantarkan
tidak ada dan keterbatasan biaya. Tn. M dan istrinya bekerja serabutan, tetapi
Tn.M kadang (jika ada rejeki) membeli obatnya di apotek terdekat sesuai foto copi
resep dokter. Hasil observasi jari kaki Ny. J sebelah kiri terdapat luka kecil sudah
3 minggu belum sembuh.