Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan...

27
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN LANJUTAN Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan Nama : NIM : Kelompok : PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

Transcript of Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan...

Page 1: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

BUKU PANDUAN

PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN LANJUTAN

Disusun Oleh:

Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan

Nama :

NIM :

Kelompok :

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

Page 2: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan, rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku panduan Praktik dapat

kami susun dengan baik.

Memahami atas segala kekurangan dan keterbatasan referensi

dalam pelaksanaan Praktikum “Akustik Kelautan Lanjutan”, maka kami

menyajikan suatu pedoman dalam pelaksanaan praktikum yang pada

dasarnya merupakan hasil rangkuman dari berbagai referensi sebagai

tuntutan praktikan dalam melaksanakan praktikum. Dilengkapi dengan

metode-metode sederhana yang nantinya dapat digunakan untuk membantu

dan memudahkan dalam pengambilan data dan proses pengolahan data.

Kami sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak- pihak yang secara langsung telah membantu dalam menyelesaikan

buku ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki, maka kami sangat

mengharap masukan-masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif

untuk penyempurnaan buku ini di lain waktu. Besar harapan bahwa buku

penuntun praktikum praktis ini dapat bermanfaat bagi praktikan dan

berbagai pihak. Semoga Tuhan YME senantiasa melancarkan segala usaha

kita. Amin.

Malang, 26 Oktober 2019

Tim Asisten

Page 3: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Ma’mun et al. (2013), teknologi akustik merupakan teknologi

yang banyak diandalkan dalam pendekteksian bawah air seperti stok

sumberdaya organisme, klasifikasi dasar perairan, migrasi organisme,

pengkajian struktur bangunan, monitoring pipa bawah laut dan estimasi

kandungan mineral. Teknologi ini pada dasarnya memanfaatkan nilai hambur

balik suara yang dipancarkan. Dalam penginterpretasian data akustik meliputi

beberapa tahapan yaitu proses pembentukan suara, pelepasan suara,

pemantulan oleh objek, penangkapan sinyal kembali dan penginterpretasian

data. Pemerosesan sinyal yang kembali merupakan salah satu bagian yang

penting dari penginterpretasian data, karena pada tahapan ini akan

menentukan kualitas data yang diharapkan dapat menggambarkan objek atau

lingkungan disekitarnya.

Menurut Lubis, et al. (2016), akustik adalah ilmu yang membahas

tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Akustik

kelautan merupakan suatu bidang ilmu kelautan yang berfungsi untuk

mendeteksi target di kolom perairan dan dasar peairan, dengan

menggunakan gelombang suara. Aplikasi ilmu akustik kelautan akan

mempermudah seorang peneliti untuk mengetahui objek yang ada di kolom

perairan dan dasar perairan, baik berupa plankton, ikan, kandungan substrat

dan bahkan adanya kapal kandas.

Keunggulan penggunaan teknologi akustik bawah air antara lain : great

speed measurement atau quick assessment method, direct estimation (dapat

menghitung secara langsung terhadap target yang disurvei). Keunggulan

teknologi akustik bawah laut lainnya yaitu perolehan dan pemrosesan data

secara real time, akurasi dan presisi tinggi. Akustik bawah air juga bersifat

tidak berbahaya/tidak merusak objek bawah air yang diukur serta bisa

digunakan di daerah remote (inaccessible area) (Manik, 2014).

Menurut Kusumawati et al. (2015), batimetri yaitu ilmu yang mempelajari

pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta

batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

Batimetri berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengukuran dan pemetaan

Page 4: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

3

topografi di bawah laut. Batimetri merupakan proses penggambaran dasar

perairan sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasinya.

Informasi mengenai batimetri sangat penting untuk dasar penelitian,

seperti pada dinamika pantai, sebagai operasi kelautan seperti kabel

komunikasi bawah laut, atau untuk menyediakan peta navigasi yang akurat

untuk keselamatan pelayaran. Salah satu pengukuran penting yang diperlukan

untuk menentukan batimetri secara akurat adalah rerata muka air laut atau

MSL (mean sea level) yang digunakan sebagai referensi 0 meter dan

digunakan juga untuk topografi. Pemeruman dilakukan dengan membuat profil

pengukuran kedalaman.

Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang digunakan adalah single

beam echosounder Garmin tipe AquaMap 100Xs Series untuk mengukur nilai

kedalaman. Lokasi praktikum dilakukan di Pantai Sendang Biru, Kabupaten

Malang, Jawa Timur.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Mata Kuliah Akustik Kelautan Lanjutan

adalah sebagai berikut :

1) Mahasiswa mampu mengetahui cara pengambilan data menggunakan

Single beam Echosounder Garmin tipe Aquamap 100XS Series.

2) Mahasiswa mampu mengetahui cara pengolahan data echosounder.

3) Mahasiswa mampu menginterpretasi peta batimetri.

Page 5: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

4

BAB II. MATERI PRAKTIKUM

2.1 Pengertian Hidrografi

Hidrografi adalah cabang ilmu pengetahuan yang diaplikasikan untuk

melaksanakan pengukuran dan pencitraan ciri-ciri alamiah bagian permukaan

bumi yang dapat dilayari dan daerah-daerah pantai yang berdekatan, untuk

tujuan navigasi (publikasi navigasi dan peta laut).

Teknologi pengukuran dalam survei hidrografi saat ini sedang mengalami

perubahan secara mendasar. Sistim akustik multi beam dan Air Borne Laser

hampir mampu memberikan gambaran dan pengukuran dasar laut secara penuh,

dibandingkan profil batimetri yang sebelumnya dengan cara sampling.

Kemampuan memposisikan data dalam bidang horizontal secara akurat telah

berkembang pesat dengan adanya sistim posisi satelite, khususnya jika

dilaksanakan dengan tehnik deferensial. Perkembangan teknologi yang signifikan

ini telah membuat para navigator mampu memposisikan dirinya dalam ketelitian

yang lebih tinggi dari data diatas peta itu sendiri. Perlu ditekankan disini bahwa

ketelitian dan kelengkapan suatu survei hidrografi tidak akan pernah menyamai

ketelitian sebagaimana pemetaan didarat.

Meningkatnya penggunaan sistim satelite oleh para pelaut,

dikombinasikan tingkat efektifitas dan ketelitian yang dihasilkan dari sistim ini

(melebihi sistim navigasi tradisional pada daratan), telah membuat instansi

hidrografi untuk menggunakan sistem yang dapat memberikan ketelitian posisi

yang sama atau lebih baik (sebagaimana yang bisa diperoleh oleh pelaut saat

ini) bagi kegiatan survei dimasa mendatang dalam bentuk Spesial Order dan

Order 1.

2.2 Klasifikasi Hidrografi

Klasifikasi Hidrografi menurut SNI 7646 : 2010 terbagi menjadi Orde

Khusus, Orde 1, Orde 2, dan Orde 3.

Page 6: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

5

2.2.1 Orde Khusus

Ordo khusus survei hidrografi mendekati standar ketelitian survei

enginering/ rekayasa dan digunakan secara terbatas di daerah-daerah kritis

dimana kedalaman dibawah lunas sangat minim dan dimana karakteristik dasar

airnya berpotensi membahayakan kapal. Daerah-daerah kritis tersebut ditunjuk

secara langsung oleh instansi yang bertanggung jawab dalam masalah kualitas

survei. Sebagai contoh adalah pelabuhan-pelabuhan tempat sandar dan alur

masuknya. Semua sumber kesalahan harus dibuat minimal. Ordo khusus

memerlukan penggunaan yang berkaitan dengan side scan sonar, multi

tranducer arrays atau multibeam echosounder dengan resolusi tinggi dengan

jarak antar lajur perum yang rapat untuk mendapatkan penelitian dasar air 100%.

Harus pula dapat diyakinkan bahwa setiap benda dengan ukuran lebih besar dari

1 meter persegi dapat terlihat oleh peralatan perum yang digunakan.

Penggunaan Side scan sonar dan multibeam echosounder mungkin diperlukan

didaerah-daerah dimana benda-benda kecil dan rintangan bahaya mungkin

ditemukan.

2.2.2 Orde Satu

Ordo satu survei hidrografi diperuntukan bagi pelabuhan-pelabuhan, alur

pendekat, haluan yang dianjurkan, alur navigasi pedalaman dan daerah pantai

dengan lalu lintas komersial yang padat dimana kedalaman dibawah lunas cukup

memadai dan kondisi geofisik dasar lautnya tidak begitu membahayakan kapal

(misalnya lumpur atau pasir). Survei ordo 1 berlaku terbatas di daerah dengan

kedalaman kurang dari 100 m meskipun persyaratan pemeriksaan dasar laut

tidak begitu ketat jika dibandingkan dengan ordo khusus, namun pemeriksaan

dasar laut secara menyeluruh tetap diperlukan di daerah–daerah tertentu dimana

karakteristik dasar laut dan resiko adanya rintangan berpotensi membahayakan

kapal. Pada daerah–daerah yang diteliti tersebut, harus diyakinkan bahwa untuk

kedalaman s/d 40 m benda–benda dengan ukuran lebih besar dari 2 m persegi

atau pada kedalaman lebih dari 40 m, benda–benda dengan ukuran 10% dari

kedalaman harus dapat digambarkan oleh peralatan perum yang digunakan.

Page 7: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

6

2.2.3 Orde Dua

Ordo 2 survei Hydrografi diperuntukan di daerah dengan kedalaman

kurang dari 200 m yang tidak termasuk dalam ordo khusus maupun ordo 1 dan

dimana gambaran batimetri secara umum sudah mencukupi untuk meyakinkan

bahwa tidak terdapat rintangan di dasar laut yang akan membahayakan tipe

kapal yang diharapkan lewat atau bekerja di daerah tersebut. Ini merupakan

kriteria yang penggunaannya dibidang kelautan sangat beraneka ragam dalam

hal dimana ordo hidrografi yang lebih tinggi tidak dapat diberlakukan.

Pemeriksaan dasar laut mungkin diperlukan pada daerah-daerah tertentu dimana

karakteristik dasar air dan resiko adanya rintangan berpotensi membahayakan

kapal.

2.2.4 Ordo Tiga

Ordo 3 survei hidrografi diperuntukan untuk semua area yang tidak

tercakup oleh ordo khusus, ordo 1 dan 2 pada kedalaman lebih besar dari 200 m.

Catatan :

Untuk survei dengan ordo khusus dan ordo 1 instansi yang bertanggung

jawab terhadap kualitas survei dapat menentukan batas kedalaman lain

(diluar ketentuan) dimana penelitian dasar laut secara detil tidak

diperlukan dengan tujuan keamanan navigasi.

Side Scan Sonar tidak boleh digunakan untuk menentukan kedalaman

tetapi sebatas untuk menetapkan area-area yang memerlukan detail dan

investigasi secara lebih akurat

Contoh klasifikasi daerah survei hidrografi disajikan pada Tabel 1:

Tabel 1. Klasifikasi daerah survei hidrografi

No Kelas Contoh daerah survei

1 Orde Khusus

Daerah-daerah kritis dimana kedalaman dibawah lunas

sangat minim dan dimana karakteristik dasar airnya

berpotensi membahayakan kapal, misalnya :

Pelabuhan,

Tempat sandar/ kepil,

Alur pelabuhan

Page 8: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

7

2 Orde 1

Berlaku terbatas di daerah dengan kedalaman kurang

dari 100 m, misalnya :

Pelabuhan,

Alur pendekat pelabuhan,

Haluan yang dianjurkan,

Alur Navigasi Pedalaman,

Daerah pantai dengan lalu lintas komersial yang

padat dimana kedalaman dibawah lunas cukup memadai

dan kondisi geofisik dasar lautnya tidak begitu

membahayakan kapal (misalnya : lumpur atau pasir).

3 Orde 2

Berlaku di daerah dengan kedalaman kurang dari 200 m

yang tidak termasuk dalam ordo khusus maupun ordo 1

dan tidak terdapat rintangan di dasar laut yang akan

membahayakan tipe kapal yang diharapkan lewat atau

bekerja di daerah tersebut

4 Orde 3

Batas kedalaman lain (diluar ketentuan diatas) dimana

penelitian dasar laut secara detil tidak diperlukan dengan

tujuan keamanan navigasi.

2.3 Ketelitian Survei Hidrografi

Ketelitian dari semua pekerjaan penentuan posisi maupun pekerjaan

pemeruman selama survei dihitung dengan menggunakan metoda statistik

tertentu pada tingkat kepercayaan 95 % untuk dikaji dan dilaporkan pada akhir

survei.

Page 9: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

8

Di bawah ini adalah ringkasan standar ketelitian pengukuran pada survei

hidrografi :

Tabel 2. Parameter Ketelitian Pengukuran Survei Hidrografi.

No Deskripsi

Kelas

Orde

Khusus Orde 1 Orde 2 Orde 3

1 Akurasi horisontal 2 m

5m ± 5%

dari

kedalaman

rata-rata

20m ± 5%

dari

kedalaman

rata-rata

150m ±

5% dari

kedalaman

rata-rata

2

Alat bantu navigasi

tetap dan

kenampakan yang

berhubungan

dengan navigasi

2 m 2 m 5 m 5 m

3 Garis pantai 10 m 20 m 20 m 20 m

4 Alat bantu navigasi

terapung 10 m 10 m 20 m 20 m

5 Kenampakan

topografi 10 m 10 m 20 m 20 m

6 Kedalaman a = 0.25 m

b = 0.0075

a = 0.5 m

b = 0.013

a = 1.0 m

b = 0.023

a = 1.0 m

b = 0.023

Catatan:

1. a dan b adalah variabel yang digunakan untuk menghitung ketelitian

kedalaman.

2. Alat pemeruman dikalibrasi sebelum digunakan.

Page 10: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

9

Batas toleransi kesalahan antara kedalaman titik fix perum pada lajur

utama dan lajur silang dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

dimana :

a : Kesalahan independen (jumlah kesalahan yang bersifat tetap)

b : Faktor kesalahan kedalaman dependen (jumlah kesalahan yang bersifat

tidak tetap)

c : Kedalaman terukur

(b x d) :Kesalahan kedalaman yang dependen (jumlah semua kesalalahan

bersifat tidak tetap).

2.4 Bar Checking

Sebelum pemeruman dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi alat

echosounder tersebut dengan cara bar check yaitu membandingkan suatu nilai

kedalaman yang diukur secara manual (menggunakan benda yang diletakkan di

bawah tranduser dengan kedalaman tertentu) dengan nilai kedalaman yang

diukur oleh alat echosounder tersebut (Dewi et al., 2015).

Menurut Hidayat, et al. (2014), kalibrasi ini sangat membantu untuk

mendapatkan ukuran kedalaman yang benar akibat beberapa sumber kesalahan

sekaligus. Bar check terbuat dari lempeng logam berbentuk lingkaran atau segi

empat yang digantungkan pada tali atau rantai berskala dan diletakkan di bawah

transduser. Tali atau rantai berskala dipakai sebagai pembanding hasil

pengukuran dengan alat perum gema. Pembandingan pengukuran kedalaman

dilakukan untuk setiap perubahan kedalaman, mulai dari kedalaman 0 hingga

kedalaman maksimum yang akan diperum dengan interval 1 m. Kalibrasi dengan

bar check dilakukan setelah pengesetan pulsa awal nol dilakukan (goresan saat

pena stilus mendapatkan arus listrik dari gelombang pancar ditepatkan pada

skala 0) dan dimulai dari kedalaman tali skala bar check 1 meter. Setelah itu,

kedudukan bar check diturunkan dengan selang satu meter hingga kedalaman

maksimum daerah yang akan diperum. Selanjutnya, dari kedalaman maksimum,

tali bar check ditarik dengan selang 1 meter hingga kembali pada kedudukan 1

meter.

Page 11: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

10

2.5 Chart Datum

Menurut Denafiar, et al. (2017), metode Least square merupakan metode

perhitungan pasang surut di mana metode ini berusaha membuat garis yang

mempunyai jumlah selisih (jarak vertikal) antara data dengan regresi yang

terkecil. Pada prinsipnya metode Least square meminimumkan persamaan

elevasi pasut, sehingga diperoleh persamaan simultan. Kemudian, persamaan

simultan tersebut diselesaikan dengan metode numerik sehingga diperoleh

konstanta pasut. Analisa dari metode Least square adalah menentukan apa dan

berapa jumlah parameter yang ingin diketahui. Pada umumnya, jika data yang

diperlukan untuk mengetahui tipe dan datum pasang surut diperlukan 9

konstanta harmonik yang biasa digunakan.

Menurut Pradipta, et al. (2015), Data pasang surut hasil pengamatan dari

masing-masing panjang data dianalisis menggunakan Least Square untuk

mendapatkan 9 komponen pasang surut (O1, P1, K1, M2, N2, S2, K2, M4 MS4).

9 Komponen pasang surut digunakan untuk menentukan nilai chart datum dari

lima model chart datum yaitu LPLW (Lowest Possible Low Water), ISWL (

Indiana Springs Water Level), MSLW (Mean Springs Water Low), DISHIDROS

TNI-AL (Dinas Hidro-Oseanografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut)

dan IHO (International Hidrographic Organization). Chart datum adalah suatu titik

atau bidang referensi yang digunakan pada peta-peta navigasi maupunpada

peramalan pasang surutdan umumnya dihubungkan terhadap permukaan air

rendah.

Menurut Mutiara dan Muhiddin (2016), seluruh pengukuran tinggi dari

ketinggian tanah dan kedalaman laut serta variasi permukaan air laut harus

direferensikan terhadap titik nol atau disebut juga bidang datum. Secara umum

dipakai istilah duduk tengah permukaan laut (disingkat: Duduk Tengah; dalam

bahasa Inggris disebut Mean Sea Level, selanjutnya disebut MSL) sebagai titik

nol. Acuan titik nol pembacaan elevasi muka air adalah titik nol peilschaal. Hasil

pengamatan pasang surut 15 hari dengan interval waktu 1 jam akan

memperlihatkan pola amplop pasang surut (tidal envelope) bila disajikan dalam

bentuk grafik (Gambar 1).

Page 12: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

11

Gambar 1. Contoh grafik pasang surut.

Dengan mengambil MSL = 0,000 meter sebagai datum tinggi, maka

diperoleh tunggang pasang surut air laut di lokasi studi sebagaimana ditampilkan

pada Gambar 2.

Gambar 2. Contoh tunggang pasang surut air laut.

2.6 Patch Test

Patch test adalah proses perhitungan nilai koreksi pitch, roll, dan yaw dari

instalasi tranducer yang tidak tepat, posisi tranducer harus benar-benar lurus

kearah heading kapal dan datar, untuk mengkoreksi kesalahan posisi tranducer

maka perlu dilakukan patch test. Patch test dilakukan dengan cara melakukan

pengukuran dengan minimal pada 2 lajur survei sejajar dengan overlap data

ukuran 100%, lajur survei pertama diukur dua kali dengan arah yang berbeda,

dan kecepatan kapal yang sama, sedangkan lajur survei yang ke dua diukur

sekali dengan kecepatan kapal yang sama dengan kecepatan kapal lajur survei

Page 13: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

12

pertama. Pemilihan area survei untuk patch test harus ada area slope dan datar,

area slope digunakan untuk menghitung koreksi pitch dan yaw, sedang area

datar digunakan untuk menghitung koreksi roll. Patch test harus kembali

dilakukan jika posisi tranducer telah berubah, selama posisi tranducer tidak

berubah, pengukuran masih bisa tetap dilanjutkan. Untuk keperluan kontrol di

sarankan pada akhir survei melakukan patch test, akan terlihat apakah posisi

tranducer masih sama dengan awal survei (Pondoksurveyor, 2019).

Gambar 3. Pergerakan kapal.

Page 14: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

13

Gambar 4. Logbook pengukuran patch test.

Page 15: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

14

2.7 Aquamap 100xs

Gambar 5. Aquamap 100XS

Aquamap 100xs memiliki fitur yaitu Penggambar bagan/sonar combo

berkunci. AQUAMAP 100xs memiliki tampilan SVGA berwarna 10” dan

dilengkapi dengan peta dasar seluruh dunia yang telah dimuat. HD-ID, CHIRP

dan ClearVü dengan teknologi sonar CHIRP dipasang agar Anda dapat bebas

memilih dari beberapa transduser opsional.

Spesifikasi Aquamap 100XS adalah :

Tabel 3. Spesifikasi Aquamap 100XS.

Fisik & Kinerja

Dimensi unit, LxTxT 14.1" x 9.3" x 2.9 "

(35.9 x 23.6 x 7.5 cm)

Ukuran tampilan, LxT 8,3" x 6,2"; diagonal 10,4"

(21,1 x 15,8 cm; diagonal 26,4 cm)

Resolusi tampilan, LxT 800 x 600 piksel

Jenis tampilan Tampilan SVGA

Berat 4,7 lb (2,1 kg)

Tahan air Ya (IPX7)

Page 16: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

15

Penerima Bersensitivitas tinggi 10 Hz

Antena dengan sambungan eksternal

Opsi pemasangan Penggulung, datar atau benam

Konsumsi daya

Penggunaan daya maksimum pada 10 Vdc:

20 W

Penarikan arus biasa pada 12 Vdc: 1,7 A

Penarikan arus maksimum pada 12 Vdc: 3,8

A

Peta & Memori

Peta yang telah dimuat Tidak Ada

Menerima kartu data 2 buah kartu SD™

Titik arah 12,000

Rute 200

Log jejak 25.000 titik; 100 jejak tersimpan

Fitur & Spesifikasi Sonar

Kemampuan sonar frekuensi

ganda (50/200 kHz) Ya

Kemampuan sonar sorotan

ganda (77/200 kHz) Ya

Frekuensi yang didukung 50/77/200 kHz, CHIRP (rendah, sedang,

tinggi), ClearVü

Page 17: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

16

Daya transmisi 1 kW tradisional; 600 W CHIRP

Teknologi sonar CHIRP Ya (Bawaan)

ClearVü™ Ya dengan CHIRP (bawaan)

SideVü™ Ya (dengan kotak hitam GCV™, yang dijual

terpisah)

Rentang tegangan Input 10-32 Vdc

Kedalaman maksimum

1,750 ft @ 50 kHz, air laut, transduser

frekuensi ganda Garmin @ 500 W

2,700 ft @ 50 kHz, air laut, transduser

Airmar B260 @ 1000 W

(kapasitas Kedalaman tergantung pada jenis

bawah air dan kondisi air lainnya)

Kunci bawah (menunjukkan

hasil dari bawah ke atas) Ya

Log dan grafik suhu air Ya

Perekaman sonar Ya

Putar balik riwayat sonar Tidak

Page 18: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

17

2.8 Bench Mark

Bench Mark (BM) merupakan titik tetap yang dijadikan acuan bagi

ketinggian titik-titik yang lain. Dengan demikian, ada anggapan bahwa BM

mempunyai ketinggian = 0. Namun untuk bangunan-bangunan di kawasan

pantai, acuan ketinggian harus tetap mengacu kepada MSL, sehingga elevasi

BM harus tetap mengacu kepada MSL (Mutiara dan Muhiddin, 2016). Menurut

SNI 7646 : 2010, benchmark adalah pilar yang dibuat sebagai tanda bahwa

sebuah titik tetap di darat merupakan titik kontrol.

Page 19: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

18

Gambar 6. Contoh Bench Mark (BM).

Page 20: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

19

2.9 Koreksi Kedalaman

Menurut Rinaldy, et al. (2014), pada saat pengambilan data maka data

yang teramati disebut titik fiks perum yang memiliki informasi posisi dan

kedalaman. Data hasil pengukuran batimetri yang dilakukan tidak dapat langsung

digunakan (diolah) karena masih mengandung kekurangan data (koreksi pasang

surut dan transduser) yang akan didapatkan pada saat pengolahan data pasang

surut (komponen pasang surut), untuk mewujudkan tampakan kedalaman yang

sebenarnya. Besarnya koreksi pasang surut adalah nilai kedalaman (yang telah

terkoreksi tranduser) yang kan dikoreksi dengan nilai reduksi pada kedudukan

permukaan laut saat pengukuran berlangsung. Rumusan koreksi pasang surut

laut dirumuskan sebagai berikut:

𝑟𝑡 = (𝑇𝑊𝐿𝑡 − (𝑀𝑆𝐿 + 𝑍0)

Keterangan:

𝑟𝑡 : Besarnya reduksi pada data pengukuran (kedalaman)

𝑇𝑊𝐿𝑡 : Tinggi kedudukan muka laut pada waktu pengukuran

𝑀𝑆𝐿 : Tinggi kedudukan muka air laut rata-rata

𝑍0 : Tinggi kedudukan muka surutan

Setelah semua data kedalaman dilakukan koreksi pasang surut, langkah

selanjutnya ialah melakukan koreksi transduser. Dimana pada langkah ini, data

pengukuran terlebih dahulu ditambahkan terhadap nilai sarat (draft) atau

kedalaman transduser pada badan kapal, kemudian hasil tersebut dikurangkan

terhadap nilai koreksi pasang surut untuk mendapatkan nilai kedalama yang

sebenarnya dengan rumusan sebagai berikut:

𝐷 = 𝑑𝑇 – 𝑟𝑡

Page 21: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

20

Keterangan:

D : Kedalaman sebenarnya

𝑑𝑇 : Data kedalaman setelah penambahan terhadap nilai kedalaman

transduser

𝑟𝑡 : Besarnya reduksi pada data pengukuran (kedalaman)

Page 22: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

21

DAFTAR ISI

Denafiar, Fadhila Shara., Arief Laila Nugraha, Moehammad Awaluddin. 2017.

Pembuatan Program Penentuan Konstanta Harmonik Dan Prediksi Data

Pasang Surut Dengan Menggunakan Visual Basic For Application (VBA)

Ms.Excel.

Dewi LS, Ismanto A dan Indrayanti E. 2015. Pemetaan batimetri menggunakan

singlebeam echosounder di perairan Lembar, Lombok Barat, Nusa

Tenggara Barat. Jurnal Oseanografi. 4 (1): 10-17.

Garmin. 2019. https://www.garmin.co.id/. Diakses pada 5 November 2019. Pukul

14:43 WIB.

Hidayat, Ahmad., Bambang Sudarsono, Bandi Sasmito. 2014. Survei Bathimetri

Untuk Pengecekan Kedalaman Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal.

Jurnal Geodesi Undip. Volume 3, Nomor 1. ISSN : 2337-845X.

Kusumawati, Elok Dyah., Gentur Handoyo, Hariadi. 2015. Pemetaan Batimetri

Untuk Mendukung Alur Pelayaran Di Perairan Banjarmasin, Kalimantan

Selatan. Jurnal Oseanografi. Volume 4 (4): 706 – 712.

Lubis, Muhammad Zainuddin., Sri Pujiyanti, Pratiwi Dwi Wulandari. 2016. Akustik

Pasif Untuk Penerapan Di Bidang Perikanan dan Ilmu Kelautan. Oseana.

Vol. 41 (2) : 41-50. ISSN 0216-1877.

Ma’mun, Asep., Henry M. Manik, Totok Hestirianoto. 2013. Rancang Bangun

Algoritma Dan Aplikasinya Pada Akustik Single Beam Untuk

Pendeteksian Bawah Air. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol.

4. No. 2. Hal : 173-183. ISSN 2087-4871.

Manik, Henry M. 2014. Teknologi Akustik Bawah Air: Solusi Data Perikanan Laut

Indonesia. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. Vol. 1 (3) : 181-

186. ISSN : 2355 – 6226.

Mutiara, Indra., Amir Hamzah Muhiddin. 2016. Pengamatan Pasang Surut Untuk

Penentuan Datum Ketinggian Di Pantai Desa Parak, Kecamatan Bonto

Matene, Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. SPERMONDE

Volume 2(2) : 44-46. ISSN : 2460-0156.

Page 23: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

22

Pondoksurveyor. 2019. www.pondoksuveyor.com. Diakses pada 30 Oktober

2019 Pukul 21:01 WIB.

Pradipta, Nuardi Dwi, Yudo Prasetyo, Arwan Putra Wijaya. 2015. Analisis Pasang

Surut Air Laut Menggunakan Data Ioc (Intergovermental Oceanographic

Comission) Untuk Menentukan Chart Datum Di Perairan Cilacap. Jurnal

Geodesi Undip. Volume 4, Nomor 2. ISSN : 2337 – 845X).

SNI 7646. 2010. Survei Hidrografi Menggunakan Singlebeam Echosounder.

Page 24: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

23

Istilah dan Definisi

1. Titik kontrol horisontal : titik kontrol yang koordinatnya dinyatakan dalam

sistem koordinat horisontal yang sifatnya dua dimensi

2. Batimetri : metode atau teknik penentuan kedalaman laut atau profil dasar

laut dari hasil analisa data kedalaman

3. Datum vertikal : permukaan ekuipotensial yang mendekati kedudukan

permukaan air laut rerata (geoid) yang digunakan sebagai bidang acuan

dalam penentuan posisi vertikal

4. Tidal height : tinggi muka air laut pada waktu tertentu

5. Garis Pantai : garis yang menggambarkan pertemuan antara perairan dan

daratan di wilayah pantai pada saat kedudukan muka air pasang

6. Heading : gerakan haluan kapal searah dengan sumbu panjang kapal

terhadap arah utara geografis atau utara magnetis

7. Heave : gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh

air laut

8. International Hydrograhic Organisation (IHO) : badan internasional yang

mengoordinir kegiatan-kegiatan dari kantor hidrografi nasional yang

mempromosikan standar dan menyiapkan saran-saran kepada negara

berkembang dalam bidang survei hidrografi, publikasi dan produksi peta laut

(nautical chart).

9. Kecepatan suara (sound velocity) : cepat rambat gelombang suara melalui

media tertentu dalam waktu tertentu

10. Lajur perum : garis yang menggambarkan alur kegiatan kapal dalam

pemeruman.

11. Lajur utama : lajur perum yang digunakan sebagai alur utama dalam

pemeruman

12. Lajur silang : lajur perum yang berfungsi sebagai alur cek silang dalam

validasi data perum

13. Lowest low water (LLW) : kedudukan permukaan laut pada saat rendah

terendah.

14. Lowest Astronomical Tide (LAT) : kedudukan permukaan air laut terendah

karena pengaruh faktor astronomis dalam selang waktu tertentu

15. Muka surutan (chart datum) : kedudukan permukaan air laut dimana air

tidak akan pernah jatuh dibawahnya

Page 25: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

24

16. Muka laut rata-rata (mean sea level) : permukaan laut dimana tidak ada

pengaruh pasut atau muka air laut rata-rata yang diperoleh dari pengamatan

pasut selama kurun waktu tertentu.

17. Pasang Surut (pasut) : perubahan vertikal muka air laut akibat adanya

interaksi gaya tarik menarik benda-benda angkasa terutama bulan, matahari

dan masa air laut

18. Pemeruman (sounding) : kegiatan untuk menentukan kedalaman

permukaan dasar laut atau benda-benda di atasnya terhadap permukaan laut

19. Tidal time : waktu pada saat muka-air air mencapai ketinggian tertentu u.

20. Pitch : gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah

kapal

21. Roll : gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal)

22. Real time kinematic-differential global positioning system (RTK-DGPS) :

sistem atau metode penentuan posisi secara teliti dengan memberikan

koreksi pada saat pengukuran dari stasiun referensi

23. Setting draught transducer : pemasangan (setting) transduser pada badan

kapal agar alat bekerja optimal.

24. titik fix perum : titik yang menyatakan posisi saat pemeruman dilakukan

25. Bench mark (BM) : pilar yang dibuat sebagai tanda bahwa sebuah titik tetap

di darat merupakan titik kontrol

Page 26: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

25

DAFTAR NAMA TIM ASISTEN AKUSTIK KELAUTAN DAN AKUSTIK KELAUTAN

LANJUTAN

No Nama

Asisten NIM

No. HP (Line) Email

1 Christian

Harel

165080607111

044

082124780950

(chrisharell)

[email protected]

2

Muhamma

d Gumelar

Djuwanda

165080600111

010

085779787687

(gumelar24)

[email protected].

ac.id

3

Shafa

Thasya

Thaeraniza

165080601111

030

082234581721

(shafathaeraniza)

[email protected]

m

4 Ezranda

Zenas

165080601111

032

081319830238

(ezrandazenas)

ezrandazenas240198@gmail.

com

5 Tirsa Aulia

Puspitasari

165080607111

003

081230386656

(tirsaa)

[email protected]

6 Arif

Rahman

165080607111

022

081292852746

(arifrahman_11)

[email protected]

7 Toni An

Zukruv

165080607111

028

082231315135

(zukruv)

[email protected]

8

Aisy Nur

Isna

Wardani

165080607111

034

085608206288

(wardaniaisy)

[email protected]

Page 27: Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Lanjutan · 2019. 11. 5. · Pemeruman dilakukan dengan membuat profil pengukuran kedalaman. Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang

26