BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan...

24
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN Disusun Oleh: Tim Asisten Akustik Kelautan Nama : NIM : Kelompok : FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

Transcript of BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan...

Page 1: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

AKUSTIK KELAUTAN

Disusun Oleh:

Tim Asisten Akustik Kelautan

Nama :

NIM :

Kelompok :

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

Page 2: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan, rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku panduan Praktik dapat

kami susun dengan baik.

Memahami atas segala kekurangan dan keterbatasan referensi

dalam pelaksanaan Praktikum “Akustik Kelautan”, maka kami menyajikan

suatu pedoman dalam pelaksanaan praktikum yang pada dasarnya

merupakan hasil rangkuman dari berbagai referensi sebagai tuntutan

praktikan dalam melaksanakan praktikum. Dilengkapi dengan metode-

metode sederhana yang nantinya dapat digunakan untuk membantu dan

memudahkan dalam pengambilan data dan proses pengolahan data.

Kami sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak- pihak yang secara langsung telah membantu dalam menyelesaikan

buku ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki, maka kami sangat

mengharap masukan-masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif

untuk penyempurnaan buku ini di lain waktu. Besar harapan bahwa buku

penuntun praktikum praktis ini dapat bermanfaat bagi praktikan dan

berbagai pihak. Semoga Tuhan YME senantiasa melancarkan segala usaha

kita. Amin.

Malang, Agustus 2019

Tim Asisten

Page 3: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Ma’mun et al. (2013), teknologi akustik merupakan teknologi

yang banyak diandalkan dalam pendekteksian bawah air seperti stok

sumberdaya organisme, klasifikasi dasar perairan, migrasi organisme,

pengkajian struktur bangunan, monitoring pipa bawah laut dan estimasi

kandungan mineral. Teknologi ini pada dasarnya memanfaatkan nilai hambur

balik suara yang dipancarkan. Dalam penginterpretasian data akustik meliputi

beberapa tahapan yaitu proses pembentukan suara, pelepasan suara,

pemantulan oleh objek, penangkapan sinyal kembali dan penginterpretasian

data. Pemerosesan sinyal yang kembali merupakan salah satu bagian yang

penting dari penginterpretasian data, karena pada tahapan ini akan

menentukan kualitas data yang diharapkan dapat menggambarkan objek atau

lingkungan disekitarnya.

Menurut Lubis et al. (2016), akustik adalah ilmu yang membahas

tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Akustik

kelautan merupakan suatu bidang ilmu kelautan yang berfungsi untuk

mendeteksi target di kolom perairan dan dasar peairan, dengan

menggunakan gelombang suara. Aplikasi ilmu akustik kelautan akan

mempermudah seorang. peneliti untuk mengetahui objck yang ada di kolom

perairan dan dasar perairan, baik berupa plankton, ikan, kandungan substrat

dan bahkan adanya kapal kandas.

Keunggulan penggunaan teknologi akustik bawah air antara lain : great

speed measurement atau quick assessment method, direct estimation (dapat

menghitung secara langsung terhadap target yang disurvei). Keunggulan

teknologi akustik bawah laut lainnya yaitu perolehan dan pemrosesan data

secara real time, akurasi dan presisi tinggi. Akustik bawah air juga bersifat tidak

berbahaya/tidak merusak objek bawah air yang diukur serta bisa digunakan di

daerah remote (inaccessible area) (Manik, 2014).

Page 4: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

2

Menurut Kusumawati et al. (2015), batimetri yaitu ilmu yang mempelajari

pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta

batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

Batimetri berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengukuran dan pemetaan

topografi di bawah laut. Batimetri merupakan proses penggambaran dasar

perairan sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasinya.

Informasi mengenai batimetri sangat penting untuk dasar penelitian,

seperti pada dinamika pantai, sebagai operasi kelautan seperti kabel

komunikasi bawah laut, atau untuk menyediakan peta navigasi yang akurat

untuk keselamatan pelayaran. Salah satu pengukuran penting yang diperlukan

untuk menentukan batimetri secara akurat adalah rerata muka air laut atau

MSL (mean sea level) yang digunakan sebagai referensi 0 meter dan

digunakan juga untuk topografi. Pemeruman dilakukan dengan membuat profil

pengukuran kedalaman.

Pada praktikum Akustik Kelautan, alat yang digunakan adalah single

beam echosounder Garmin tipe GPSmap 585C Sounder untuk mengukur nilai

kedalaman. Lokasi praktikum dilakukan di Pantai Sendang Biru, Kabupaten

Malang, Jawa Timur.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Akustik Kelautan adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara perangkaian dan penggunaan alat

akustik (echosounder).

2. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengambilan dan pengolahan

data echosounder.

3. Mahasiswa dapat mengenal tentang dasar – dasar ilmu hidrografi

yang berkaitan dengan penerapan metode akustik bawah laut.

.

Page 5: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

3

2. MATERI PRAKTIKUM

2.1 Akustik Kelautan

2.1.1 Definisi Akustik Kelautan

Akustik kelautan merupakan teori yang membahas tentang gelombang

suara dan perambatannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan

merupakan satu bidang kelautan yang mendeteksi target di kolom perairan

dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai mediannya.

Permasalahan- permasalahan yang dibahas dalam akustik kelautan ini yaitu,

kecepatan gelombang suara, waktu (pada saat gelombang dipancarkan

hingga gelombang dipantulkan kembali), dan kedalaman perairan. Hal-hal

yang mendasari kita mempelajari akustik kelautan adalah laut yang begitu luas

dan dalam (dinamis), manusia sudah pernah ke planet terjauh tetapi belum

pernah ke laut terdalam, sehingga dibutuhkannya alat dan metode untuk

melakukan pendeskripsian kolom dan dasar laut, dan saat ini metode yang

paling baik adalah dengan menggunakan akustik.

2.1.2 Sejarah Perkembangan

Sejarah akustik dimulai dari sekitar tahun 1490 (tahun 1452-1519)

dimana penelitian tentang akustik bawah laut berawal dari percobaan yang

dilakukan oleh Leonardo Da Vinci. Dikutip dari catatan harian Leonardo da

Vinci bahwa “Dengan menempatkan ujung pipa dan ujung lainnya di telinga

anda, dapat mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Percobaan ini

mengindikasikan bahwa suara dapat mampu merambat pada medium air.

Fenomena tersebut biasa dikenal dengan Sonar pasif (Passive Sonar) karena

kita hanya mendengar suara yang ada”. Pada abad ke-18 dan 19, beberapa

ilmuwan mulai tertarik dengan suara yang ditransmisikan dalam air. Para

ilmuan mengukur kecepatan suara di air tawar dan air garam, dimana

membandingkan dengan kecepatan suara di udara. Sumber sumber suara

yang digunakan oleh ilmuan tersebut termasuk lonceng (bells), mesiu

(gunpowder), hunting horns, dan suara manusia (human voices). Setelah

kapal pesiar Titanic karam pada tahun 1912, pada tahun berikutnya (1913)

fisikawan Jerman mematenkan “echosounder” pertama dan kemudian disusul

eksperimen oleh Canadian Reginald Fressende menggunakan cara kerja

Page 6: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

4

sonar untuk mendeteksi arah pergerakan es pada tahun 1914.

Seiring dengan berkecamuknya perang dunia pertama, yang mana

perkembangan dipicu oleh kebutuhan militer untuk mendeteksi kondisi di

bawah permukaan air terutama setelah ditemukannya kapal selam. Masa

perang dunia pertama kapal selam menjadi pembunuh lautan yang paling

menakutkan, sehingga perkembangan perkembangan dilanjutkan oleh Paul

Langevin yang tahun 1915 menemukan alat sonar pertama untuk

mendeteksi kapal selam dengan menggunakan sifat-sifat piezoelektik kuartz.

Meski tak sempat terlibat lebih jauh dalam upaya perang, karya Langevin

berpengaruh besar dalam desain sonar. Hasil dari perkembangan dari

penemuan Paul Langevin adalah SONAR (Sound Navigation and Ranging).

2.1.3 Aplikasi Akustik Secara Umum

Secara garis besar, kegunaan akustik secara umum dapat dibenakan

dalam segi penerapannya, yaitu kelautan dan perikanan;

A. Aplikasi dalam dunia Kelautan

1. Penentuan kedalaman untuk jalur pelayaran.

2. Penentuan jenis dan komposisi dasar laut (lumpur, pasir, kerikil,

karang dan sebagainya).

3. Penentuan contour dan morfologi dari dasar laut.

4. Penentuan lokasi/ tempat kapal berlabuh atau pemasangan

bangunan laut.

5. Untuk penentuan titik eksplorasi minyak dan mineral di dasar laut.

6. Untuk mempelajari proses sedimentasi.

7. Untuk pertahanan dan keamanan berupa (pendeteksian kapal

selam dengan pemasangan buoy-system).

8. Perencanaan bangunan pinggir pantai atau tengah laut (oil rig).

9. Perencanaan jalur pipa bawa laut (Pipeline).

B. Aplikasi dalam dunia Perikanan

1. Penentuan/pendugaan jumlah ekor atau biornass dari ikan,

2. Untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring kurungan.

3. Memantau tingkah laku ikan (dengan acoustic telemetering tags),

baik aktivitas makan (feeding activity) ataupun kesehatan (heart-

beat) dan sebagainya.

4. Untuk menduga ukuran dari individu ikan;

5. Untuk menduga kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut.

Page 7: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

5

2.1.4 Prinsip Instrumen Akustik Sistem sonar adalah suatu instrumen yang digunakan untuk memperoleh

informasi tentang obyek-obyek bawah air dengan memancarkan gelombang

suara dan mengamati/menganalisis echo yang dihasilkan. Dalam sistem sonar

ini, sebenarnya yang dimaksud adalah “active sonar system'' yang digunakan

untuk mendeteksi dan meneliti target-target bawah air. Sedangkan “passive

sonar system" adalah instrumen yang hanya untuk menerima suara- suara

yang dihasilkan oleh obyek-obyek bawah air (ikan dan binatang air lainnya).

Gambar 1. Prinsip Penerapan Akustik Sumber : Patrick Boniface, How Deep is Deep

Page 8: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

6

2.2 Echosounder

2.2.1 Definisi

Echosounder adalah suatu alat navigasi elektronik yang memiliki fungsi

teknik dalam pendeteksian bawah air. Dalam aplikasinya, Echosounder

menggunakan instrumen yang dapat menghasilkan beam (pancaran

gelombang suara) yang disebut dengan transduser. Echosounder adalah alat

untuk mengukur kedalaman air, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan

mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertikal. Prinsip

kerja dari instumen ini, dengan mengirimkan tekanan gelombang dari

permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo (gema) kembali dari

dasar air.

Gambar 2. GARMIN GPSMAP 585C Sounder Sumber: http://www.gpscentral.ca/products/garmin/585

2.2.2 Kegunaan

Echosounder memiliki beberapa kegunaan, diataranya adalah sebagai

berikut:

a. Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom

Profilers).

b. Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping).

c. Pencarian kapal-kapal karam di dalam laut.

d. Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.

e. Survey daerah potensi kandungan mineral (minyak,batubara,dll)

f. Mendeteksi keberadaan dan kelimpahan ikan

Page 9: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

7

2.2.3 Macam – Macam Echosounder

Echosounder merupakan instumen akustik yang memiliki berbagai

macam tipe. Berikut merupakan macam-macam dari echosounder adalah

sebagai berikut:

a. Singlebeam Echosounder

Singlebeam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang

menggunakan pengirim dan penerima sinyal gelombang suara tunggal.

Prinsip kerja singlebeam echosounder yaitu menggunakan prinsip

pengukuran selisih fase pulsa dengan cara menghitung selisih pemancaran

dan penerimaan dari pulsa akustik. Rumus yang digunakan untuk

menghitung kedalamn batimetri menggunakan akustik adalah sebagai

berikut :

Dimana du adalah kedalaman hasil ukuran, v kecepatan gelombang

akustik yang telah diketahui sebelumnya, dan ∆t adalah selang waktu yang

dibutuhkan bagi gelombang akustik yang dipancarkan untuk memantul

kembali ke transduser (Wijornako et al., 2016).

Echosounder tradisional dibuat berdasarkan writing mechanism dimana

merekam waktu tempuh (depth) dan zero depth (mengacu pada pusat akustik

pada transduser atau pun ketinggian muka air tergantung pada pengaturan).

Kelebihan echosounder terletak pada digitalizer board yang berfungsi dalam

digitalisasi sinyal yang diterima dan kemudian mengirim hasilnya pada

communication port atau memori internal untuk prosesing lebih lanjut, selain itu

echosounder dilengkapi dengan perangkat perekam pada kertas (print) yang

hasilnya dapat digunakan untuk prosesing ataupun sebagai bukti perekaman.

Contoh instrumen single beam echosounder yaitu Echotrac MKIII, Echotrac

CV200 & CV300, Echotrac CVM, Hydrotrac II, dsb.

b. Multibeam Echosounder

Multibeam echosounder (MBES) merupakan alat ukur kedalaman yang

meggunakan prinsip sama dengan singlebeam echosounder (SBES).

Perbedaan utama SBES dengan MBES adalah pada jumlah beam yang

dipancarkan. SBES hanya memancarkan satu beam pada satu titik sepanjang

lajur survei, sedangkan MBES memancaran lebih dari satu beam sehingga

mendapatkan banyak titik kedalaman dalam sau kali pancaran gelombang

du = v∆t = ½

Page 10: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

8

akustik. Berbeda dengan SBES, pola pancaran MBES melebar dan melintang

terhadap badan kapal. Sehingga saat kapal bergerak menghasilkan sapuan

luasan area permukaan dasar laut (Wijornako et al., 2016).

MBES digunakan pada hampir semua cabang dari survei hidrografi

dengan penggunaannya yang berbeda-beda, dengan menggunakan MBES

dimungkinkan untuk mencapai 100% coverage.

1. Dredging: MBES digunakan untuk mengontrol proyek konstruksi dan

proyek dengan resolusi tinggi yang membutuhkan 100% coverage.

2. Offshore: MBES digunakan untuk menginspeksi jalur pipa, konstruksi rig,

biasanya survey MBES yang dilakukan menggunakan ROV

3. Pre-design surveys associated with pipeline and cable route: MBES

digunakan untuk menentukan rute jalur pipa dan jalur kabel, untuk perairan

yang dalam survey MBES menggunakan ROV.

4. Inspeksi Pemerintah pada Proyek Dermaga:

Contoh instrumen multibeam echosounder yaitu : GPSMap 178 C

Sounder, EM 122 Multibeam echosounder, EM 2040 Multibeam Echosounder,

EM 2040C (Compact) Multibeam Echosounder, GeoSwath Plus - Shallow

Water Multibeam echosounder, dsb

.

Gambar 3. Perbedaan antara Single dan Multibeam echosounder.

(Sumber : Google Images,2018)

2.2.4 Komponen Echosounder

Secara prinsip, sistem sonar tersebut terdiri dari lima komponen utama

yakni Time Base, Transmitter, Transducer, Receiver dan Display :

Page 11: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

9

Gambar 4. Komponen utama dan prinsip dasar echosounder

Sumber : http://www.fao.org/docrep/X5818E/x5818e04.html

a. Time Base

Time base berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk mengaktifkan

pemancaran pulsa yang dipancarkan oleh transmitter melalui transducer. Suatu

perintah dari time base akan memberikan saat kapan pembentuk pulsa bekerja

pada unit transmitter dan receiver.

Menurut Johannesson dan Mitson (1983), salah satu fungsi dari time

base adalah menghasilkan penentuan waktu yang dipakai untuk menetapkan

akurasi pada pengukuran kedalaman, selain itu juga untuk mengatur tingkat

pulsa dimana transmisi dibuat. Sehingga time base berperan dalam penentuan

kekuatan pulsa yang dihasilkan transmitter.

b. Transmitter

Gambar 5. Echosounder Liquid Level Transmitter (Sumber : Google Images,2018)

Page 12: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

10

Transmitter pada akustik kelautan khususnya pada echosounder

berfungsi sebagai alat atau pesawat yang dapat membangkitkan getaran-

gataran listrik. Transmitter menghasilkan pulsa listrik yang berfrekuensi dan

berlebar tertentu tergantung dari desain transducer (Rccdoc, 2007).

Utami dan Soehartanto (2011) menjelaskan transmitter memiliki peran

sentral dalam kinerja system echosounder. Transmitter memiliki beberapa

level yang dapat disesuaikan. Transmitter adalah sebuah alat yang berfungsi

untuk memproses dan memodifikasi sinyal input agar dapat ditransmisikan

sesuai dengan kanal atau saluran yang diinginkan. Secara sederhana pada

echosounder, transmitter adalah pembangkit tenaga yang ada di

echosounder. Transmitter menghasilkan getaran-getaran listrik yang akan

diteruskan ke transducer.

c. Transducer

Shawne (1998) mengatakan transducer adalah proses selanjutnya

setelah dari transmitter. Transducer memiliki fungsi utama adalah untuk

mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika suara akan dipancarkan

dan sebaliknya mengubah energi suara menjadi energi listrik ketika echo

diterima. Dilihat dari fungsinya, maka secara umum transducer ini dibagi

menjadi projector (untuk transmisi) dan hydrophone (untuk penerimaan).

Gambar 6. Hummingbird Fishfinder Transducer

(Sumber : Google Images,2018)

d. Receiver

Receiver berfungsi untuk menerima sinyal echo yang dikirimkan transducer

setelah dipantulkan dari dasar laut. Sinyal echo (energi listrik) yang lemah yang

dihasilkan oleh transducer harus diperkuat beberapa ribu kali sebelum diteruskan

ke Recorder. Penguatan echo ini dilakukan oleh Receiver Amplifier dan besarnya

penguatan dapat diatur oleh sensitivitas (sensitivity control) ataupun pengatur

Page 13: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

11

volume. Dalam mengurangi atau menghilangkan echo (gema) dari target yang

terlalu dekat dengan transducer sensitivitas receiver secara otomatis dapat diatur

(dikurangi).

e. Display/Recorder

Gambar 7. Garmin Aquamap 80XS (Sumber : Google Images,2018)

Display berfungsi untuk menampilkan data dan hasil dari penerimaan

gelombang dari transducer. Gambar yang nampak pada display bukan berupa

gambar yang bisa langsung dibaca, akan tetapi hanya berupa grafik dengan

warna yang berbeda-beda yang menunjukkan selang waktu antara pemancaran

gelombang dan penerimaan. Sehingga informasi pada display perlu

diinterpretasikan kembali.

Page 14: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

12

3. HIDROGRAFI

3.1 Pengertian Hidrografi

Hidrografi adalah cabang ilmu pengetahuan yang diaplikasikan untuk

melaksanakan pengukuran dan pencitraan ciri-ciri alamiah bagian permukaan

bumi yang dapat dilayari dan daerah-daerah pantai yang berdekatan, untuk

tujuan navigasi (dhi. publikasi navigasi dan peta laut).

Teknologi pengukuran dalam survei hidrografi saat ini sedang mengalami

perubahan secara mendasar. Sistim akustik multi beam dan Air Borne Laser

hampir mampu memberikan gambaran dan pengukuran dasar laut secara penuh,

dibandingkan profil batimetri yang sebelumnya dengan cara sampling.

Kemampuan memposisikan data dalam bidang horizontal secara akurat telah

berkembang pesat dengan adanya sistim posisi satelite, khususnya jika

dilaksanakan dengan teknik deferensial. Perkembangan teknologi yang signifikan

ini telah membuat para navigator mampu memposisikan dirinya dalam ketelitian

yang lebih tinggi dari data diatas peta itu sendiri. Perlu ditekankan disini bahwa

ketelitian dan kelengkapan suatu survei hidrografi tidak akan pernah menyamai

ketelitian sebagaimana pemetaan didarat.

Meningkatnya penggunaan sistim satelite oleh para pelaut, dikombinasikan

tingkat efektifitas dan ketelitian yang dihasilkan dari sistim ini (melebihi sistim

navigasi tradisional pada daratan), telah membuat instansi hidrografi untuk

menggunakan sistem yang dapat memberikan ketelitian posisi yang sama atau

lebih baik (sebagaimana yang bisa diperoleh oleh pelaut saat ini) bagi kegiatan

survei dimasa mendatang dalam bentuk Spesial Order dan Order 1.

3.2 Klasifikasi Survei Hidrografi

Tabel 1. Klasifikasi daerah survei hidrografi

No Kelas Contoh daerah survei

1 Orde Khusus

Daerah-daerah kritis dimana kedalaman didasar laut sangat

kritis dan dimana karakteristik dasar airnya berpotensi

membahayakan kapal, misalnya :

▪ Pelabuhan,

▪ Tempat sandar,

▪ Alur pelabuhan

Page 15: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

13

No Kelas Contoh daerah survei

2 Orde 1

Berlaku terbatas di daerah dengan kedalaman kurang dari 100

m, misalnya :

▪ Pelabuhan,

▪ Alur pendekat pelabuhan,

▪ Haluan yang dianjurkan,

▪ Alur Navigasi Pedalaman,

Ordo satu survei hidrografi diperuntukan bagi pelabuhan-

pelabuhan, alur pendekat daratan , alur navigasi pedalaman

dan daerah pantai dengan lalu lintas komersial yang padat dan

kondisi geofisik dasar lautnya tidak begitu membahayakan kapal

(misalnya lumpur atau pasir).

3 Orde 2

Ordo 2 survei Hydrografi diperuntukan di daerah

dengan kedalaman kurang dari 200 m yang tidak termasuk

dalam ordo khusus maupun ordo 1 dan dimana gambaran

batimetri secara umum tidak terdapat rintangan di dasar laut

yang akan membahayakan tipe kapal yang lewat atau bekerja

di daerah tersebut.

4 Orde 3

Ordo 3 survei hidrografi diperuntukan untuk semua

area yang tidak tercakup oleh ordo khusus, ordo 1 dan 2 pada

kedalaman lebih besar dari 200 m.

Catatan :

- Untuk survei dengan ordo khusus dan ordo 1 instansi yang bertanggung

jawab terhadap kualitas survei dapat menentukan batas kedalaman lain

(diluar ketentuan) dimana penelitian dasar laut secara detil tidak diperlukan

dengan tujuan keamanan navigasi.

- Side Scan Sonar tidak boleh digunakan untuk menentukan kedalaman

tetapi sebatas untuk menetapkan area-area yang memerlukan detail dan

investigasi secara lebih akurat

Page 16: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

14

3.3 Jalur Survei Hidrografi

Acoustic Unpacked (2019), menyatakan bahwa distribusi populasi pada

daerah yang berbeda mengharuskan peneliti menentukan desain sampling yang

sesuai. Survei akustik biasanya menggunakan desain sampling seperti :

• Simple random with parallel transects.

• Systematic with parallel transects.

• Stratified systematic with parallel transects.

• Zig-zag with parallel zigs and parallel zags.

3.3.1 Simple Random with Parallel Transects

Gambar 4. Simple Random with Parallel Transects.

Lokasi transek paralel ditentukan secara acak dengan memilih titik awal

yang berdekatan dengan pantai seperti yang terlihat pada gambar 4. Jumlah

transek ditentukan berdasarkan variasi perhitungan, waktu yang dibutuhkan, dan

cakupan wilayah untuk studi. Tipe ini tidak memiliki efisiensi seperti tipe yang

lain, hal ini dikarenakan tipe ini bergantung pada beberapa pertimbangan.

Kelebihan dari tipe ini yaitu tergolong sangat sederhana untuk di

implementasikan.

Page 17: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

15

3.3.2 Systematic with Parallel Transects

Gambar 5. Systematic with Parallel Transects.

Transek paralel memiliki spasi yang sama setiap garisnya. Jumlah

transeknya ditentukan berdasarkan variasi perhitungan, waktu yang dibutuhkan,

dan cakupan wilayah untuk studi. Tipe ini cocok jika kita ingin mengantisipasi

adanya pengulangan distribusi selama melakukan survei. Kelebihan dari tipe ini

adalah membagi jarak antar transek dengan nilai yang sama, sehingga memiliki

cakupan yang lebih baik dibandingkan dengan pembagian jarak secara acak.

3.3.3 Stratified Systematic with Parallel Transects

Gambar 6. Stratified Systematic with Parallel Transects.

Transek paralel diletakkan secara acak atau sistematik pada wilayah

yang diinginkan. Hal ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang lebih beragam.

Stratifikasi dilakukan berdasarkan kriteria kedalaman (perairan dangkal atau

dalam), atau wilayah survei (timur dengan barat dan pantai dengan perairan

terbuka). . Jumlah transeknya ditentukan berdasarkan variasi perhitungan, waktu

yang dibutuhkan, dan cakupan wilayah untuk studi. Tipe ini akan mengurangi

perbedaan karena menstratifikasi wilayah menjadi suatu wilayah yang homogen.

Page 18: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

16

3.3.4 Zig-Zag with Parallel Zigs and Parallel Zags

Gambar 7. Zig-zag.

Garis paralel zig-zag terdistribusi sepanjang lokasi sampling..

Penempatan garis biasanya dilakukan secara sistematis (jarak yang sama). Tipe

survei ini tampaknhya memaksimalkan waktu relatif sampling transek menjadi

waktu perjalanan.

Page 19: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

17

4. SKEMA KERJA PRAKTIKUM

4.1 Pengenalan Alat

Pada praktikum akustik kelautan kegiatan yang akan dilakukan adalah

perangkaian alat dan pengolahan data batimetri. Alat yang akan digunakan pada

praktikum akustik kelautan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2. Daftar Alat Praktikum

No Nama Alat Fungsi Alat

1

1 set echosounder

merk Garmin tipe

GPSmap 585C

Sounder

Untuk pengukuran bawah air dan

mengetahuikondisi topografi bawah air dan

mengetahui kondisi topografi bawah laut

dengan menggunakan gelombang akustik

2 Display Unit

Fungsi display sebagai Layar baca untuk

hasil yang dimunculkan dari rekaman

transducer dari bawah air

3 Transducer Komponen Penting untuk mengubah energi

listrik menjadi energi suara dan sebaliknya

4 Kabel Penghubung Digunakan untuk menghubungkan

transducer dan Accu dengan display.

5 Antena Digunakan untuk menangkap sinyal satelit.

6 Besi Siku Alat untuk memasang transducer dan

antenna pada kapal

7 Kapal Digunakan untuk alat transportasi sounding

8 Tide Staff Digunakan untuk mengukur pasang surut

9 Life Jacket Digunakan untuk alat penunjang

keselamatan dalam praktikum

10 Jam digital/analog Alat yang digunakan untuk menghitung

menit pada pengukuran pasut

Page 20: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hasanuddin Z. 2007.GPS dan Survei Hidro-Oseanografi. Institut

Teknologi Bandung: Bandung.

Acoustic Unpacked. 2019. acousticunpacked.org. diakses pada 7 Agustus 2019.

Pukul 09:22 WIB.

Al Kautsar, Muhammad, Bandi Sasmito, S.T., M.T., Ir. Hani’ah. 2013. Aplikasi

Echosounder Hi-Target Hd 370 Untuk Pemeruman Di Perairan Dangkal

(Studi Kasus : Perairan Semarang). Jurnal Geodesi Undip. Vol. II No.4

Hal : 222-239

Fachrurrozi, M., Sugeng Widada, Muhammad Helmi.2013. Studi Pemetaan

Batimetri Untuk Keselamatan Pelayaran Di Pulau Parang, Kepulauan

Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.Jurnal

Oseanografi. Volume II No. 3 Hal : 310-317

Fahrulian, Henry Manik, dan Djoko Hartoyo. Dimensi Gunung Bawah Laut

Dengan Menggunakan Multibeam Echosounder Di Perairan

Bengkulu.Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol. V No. 1 Hal :

93-102

Johannesson, K.A., and R.B. Mitson. 1983. Fisheries acoustics. A practical

manual for aquatic biomass estimation. FAO Fish. Tech. Pap., (240) : 249

pp.

Lubis, Muhammad Zainuddin., Sri Pujiyanti, Pratiwi Dwi Wulandari. 2016. Akustik

Pasif Untuk Penerapan Di Bidang Perikanan dan Ilmu Kelautan. Oseana.

Vol. 41 (2) : 41-50. ISSN 0216-1877.

Ma’mun, Asep., Henry M. Manik, Totok Hestirianoto. 2013. Rancang Bangun

Algoritma Dan Aplikasinya Pada Akustik Single Beam Untuk

Pendeteksian Bawah Air. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol.

4. No. 2. Hal : 173-183. ISSN 2087-4871.

Manik, Henry M. 2014. Teknologi Akustik Bawah Air: Solusi Data Perikanan Laut

Indonesia. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. Vol. 1 (3) : 181-

186. ISSN : 2355 – 6226.

Ningsih, Ellis N., Freddy Supriyadi, dan Syarifah Nurdawati.2013. Pengukuran

Page 21: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

19

Dan Analisis Nilai Hambur Balik Akustik Untuk Klasifikasi Dasar Perairan

Delta Mahakam.J. Lit. Perikan. Ind. Vol.19 Hal :139-146

Rangkuti, Diva Yudha Utama, Ahmad Perwira Mulia Tarigan.2014. Studi

Karakteristik Fisik Muara Sungai Batang Natal Kabupaten Mandailing

Natal.Unsu. Medan

Rccdoc. 2007. Transmitter and Receiver Systems. Chattered: Telemetry RCC.

Saputra, Lufti Rangga, Moehammad Awaluddin, L.M Sabri. Sathishkumar R,

T.V.S Prasad Gupta, M.Ajay Babu. 2013. Echo Sounder for Seafloor

Object Detection and Classification. Journal of Engineering, Computers &

Applied Sciences (JEC&AS). Volume II No.1 Hal : 32-37

Shawne A. K., 1998, Mechanical Measurement and Instrumentation, Dhanpat

Rai and Co. (P) Ltd.

Siswanto. 2005. Pengantar Sistem Informasi Geografik. UPN Press.Surabaya.

Suvei Hidrografi menggunakan Single Beam Echosounder. 2010. Jakarta:

Badan Standardisasi Nasional

Utami dan Soehartanto. 2011. Perancangan Sistem Koreksi Level Transmitter

pada Sistem Pengendalian Level Soda Water di Net Gas Wash Column

C-5-05, Pt Pertamina (Persero) Ru V. Surabaya: ITS.

Wijornako, Wisnu Wahyu., Bandi Sasmito, Arief L. N. 2016. Kajian Pemodelan

Dasar Laut Menggunakan Side Scan Sonar Dan Singlebeam

Echosounder. Jurnal Geodesi Undip. Vol 5 (2). ISSN : 2337-845X.

Page 22: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

20

Istilah dan Definisi

1. Titik kontrol horisontal : titik kontrol yang koordinatnya dinyatakan dalam

sistem koordinat horisontal yang sifatnya dua dimensi

2. Batimetri : metode atau teknik penentuan kedalaman laut atau profil dasar laut

dari hasil analisa data kedalaman

3. Datum vertikal : permukaan ekuipotensial yang mendekati kedudukan

permukaan air laut rerata (geoid) yang digunakan sebagai bidang acuan dalam

penentuan posisi vertikal

4. Tidal height : tinggi muka air laut pada waktu tertentu

5. Garis Pantai : garis yang menggambarkan pertemuan antara perairan dan

daratan di wilayah pantai pada saat kedudukan muka air pasang

6. Heading : gerakan haluan kapal searah dengan sumbu panjang kapal terhadap

arah utara geografis atau utara magnetis

7. Heave : gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air

laut

8. International Hydrograhic Organisation (IHO) : badan internasional yang

mengoordinir kegiatan-kegiatan dari kantor hidrografi nasional yang

mempromosikan standar dan menyiapkan saran-saran kepada negara

berkembang dalam bidang survei hidrografi, publikasi dan produksi peta laut

(nautical chart).

9. Kecepatan suara (sound velocity) : cepat rambat gelombang suara melalui

media tertentu dalam waktu tertentu

10. Lajur perum : garis yang menggambarkan alur kegiatan kapal dalam

pemeruman.

11. Lajur utama : lajur perum yang digunakan sebagai alur utama dalam

pemeruman

12. Lajur silang : lajur perum yang berfungsi sebagai alur cek silang dalam validasi

data perum

13. Lowest low water (LLW) : kedudukan permukaan laut pada saat rendah

terendah.

14. Lowest Astronomical Tide (LAT) : kedudukan permukaan air laut terendah

karena pengaruh faktor astronomis dalam selang waktu tertentu

15. Muka surutan (chart datum) : kedudukan permukaan air laut dimana air tidak

akan pernah jatuh dibawahnya

Page 23: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

21

16. Muka laut rata-rata (mean sea level) : permukaan laut dimana tidak ada

pengaruh pasut atau muka air laut rata-rata yang diperoleh dari pengamatan

pasut selama kurun waktu tertentu.

17. Pasang Surut (pasut) : perubahan vertikal muka air laut akibat adanya interaksi

gaya tarik menarik benda-benda angkasa terutama bulan, matahari dan masa air

laut

18. Pemeruman (sounding) : kegiatan untuk menentukan kedalaman permukaan

dasar laut atau benda-benda di atasnya terhadap permukaan laut

19. Tidal time : waktu pada saat muka-air air mencapai ketinggian tertentu u.

20. Pitch : gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah

kapal

21. Roll : gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal)

22. Real time kinematic-differential global positioning system (RTK-DGPS) :

sistem atau metode penentuan posisi secara teliti dengan memberikan koreksi

pada saat pengukuran dari stasiun referensi

23. Setting draught transducer : pemasangan (setting) transduser pada badan

kapal agar alat bekerja optimal.

24. titik fix perum : titik yang menyatakan posisi saat pemeruman dilakukan

25. Bench mark (BM) : pilar yang dibuat sebagai tanda bahwa sebuah titik tetap di

darat merupakan titik kontrol

Page 24: BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN · pengukuran kedalaman lautan, laut atau tubuh perairan lainnya, dan peta batimetri adalah peta yang menggambarkan perairan serta kedalamannya.

22

DAFTAR NAMA TIM ASISTEN AKUSTIK

KELAUTAN DAN AKUSTIK KELAUTAN

LANJUTAN

No Nama

Asisten NIM

No. HP (Line) Email

1 Christian

Harel

1650806071110

44

082124780950

(chrisharell)

2

Muhammad

Gumelar

Djuwanda

1650806001110

10

085779787687

(gumelar24)

agum.djuwanda@student.

ub.ac.id

3

Shafa

Thasya

Thaeraniza

1650806011110

30

082234581721

(shafathaeraniza

)

4 Ezranda

Zenas

1650806011110

32

081319830238

(ezrandazenas)

ezrandazenas240198@g

mail.com

5 Tirsa Aulia

Puspitasari

1650806071110

03

081230386656

(tirsaa)

[email protected]

d

6 Arif

Rahman

1650806071110

22

081292852746

(arifrahman_11)

[email protected]

.id

7 Toni An

Zukruv

1650806071110

28

082231315135

(zukruv)

[email protected]

8

Aisy Nur

Isna

Wardani

1650806071110

34