DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang...

79
DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates agilis) DAN SIAMANG (Symphalangus syndactylus) DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA AKROM MUBAROK DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Transcript of DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang...

Page 1: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK

UNGKO (Hylobates agilis) DAN SIAMANG (Symphalangus syndactylus)

DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA

AKROM MUBAROK

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK

UNGKO (Hylobates agilis) DAN SIAMANG (Symphalangus syndactylus)

DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA

AKROM MUBAROK

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 3: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

RINGKASAN

AKROM MUBAROK. Distribusi dan Kepadatan Simpatrik Ungko

(Hylobates agilis) dan Siamang (Symphalangus syndactylus) di Kawasan

Hutan Batang Toru, Sumatera Utara. Dibawah bimbingan DONES

RINALDI dan ANI MARDIASTUTI.

Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus)

termasuk keluarga Hylobatidae yang dapat dijumpai di Hutan Sumatera.

Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami

dan memiliki banyak kemiripan termasuk kebutuhan hidup dan perilakunya.

Keduanya memiliki banyak kemiripan dan dapat hidup dalam satu area yang sama

(simpatrik), salah satunya di Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT). Saat ini,

keduanya terancam keberadaanya akibat perubahan dan degradasi hutan. Tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui dan mempelajari distribusi, kepadatan dan

pemilihan waktu bersuara kedua spesies simpatrik.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

triangle count dan VES (Visual Encounter Survey). Triangle count dilakukan

untuk mendapatkan kepadatan, distribusi dan pemilihan waktu panggil ungko dan

siamang berdasarkan suara. Triangle count dilakukan pada 4 area dimana setiap

area dilakukan survei 4-5 hari berturut-turut. VES dilakukan untuk mengetahui

ukuran dan komposisi kelompok serta distribusi kedua spesies.

Hasil pengamatan menunjukan ungko dan siamang tersebar hampir di

seluruh area Stasiun Penelitian Yayasan Ekosistem Lestari-Sumatran Orangutan

Conservation Program (YEL-SOCP). Walaupun terjadi tumpang tindih home

range dan teritori antar spesies maupun antar kelompok, setiap kelompok ungko

dan siamang tetap memiliki teritori yang dipertahankan. Keduanya dapat hidup

simpatrik karena tidak berada pada relung ekologi yang sama. Kepadatan populasi

ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP berturut-turut sebesar 5,12

kelompok/km2

dan 3,37 kelompok/ km2. KHBT yang berupa hutan pegunungan

bawah dan hutan Dipterocarpaceae merupakan habitat yang baik bagi ungko.

Ungko melakukan group call lebih awal dibandingkan siamang. Probabilitas

group call ungko dan siamang stabil pada hari ke-4.

KHBT memiliki biodiversitas yang tinggi untuk itu perlu dipertahankan

untuk pelestarian plasma nutfah. Pengelolaan KHBT hendaknya memperhatikan

keberadaan flora fauna di dalamnya. Ungko dan siamang memerlukan vegetasi

dengan tajuk rapat dan kontinu, sehingga dalam pembuatan insfrastruktur seperti

jalan dan bangunan tidak membuat habitatnya terpisah-pisah dan tetap

menyisakan koridor yang menghubungkan antar hutan.

Kata kunci: ungko, siamang, distibusi, kepadatan, simpatrik, KHBT

Page 4: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

SUMMARY

AKROM MUBAROK. Distribution and Density of Sympatric Agile Gibbon

(Hylobates agilis) and Siamang (Symphalangus syndactylus) in Batang Toru

Forest, North Sumatera. Supervised by DONES RINALDI and ANI

MARDIASTUTI.

Agile gibbon (Hylobates agilis) and Siamang (Symphalangus syndactylus)

are belonging to Hylobatidae family and both species can be found in the forest of

Sumatera. Both species are arboreal primates living in monogamous groups and

have many similarities, including habitat requirements and behavior. Both species

are able to live in the same area (sympatric) in Batang Toru forest area, North

Sumatera. Currently, both species are threatened to extinction due to the habitat

changes and forest degradation. The research objective is to determine the

distribution, density, and call timing of the sympatrics Agile Gibbons and

Siamangs in Yayasan Ekosistem Lestari - Sumatran Orangutan Conservation

Program (YEL-SOCP) Research Station, Batang Toru forest (approximately

2.400ha).

Data were collected by triangulation and Visual Encounter Survey (VES).

Triangulation was performed to obtain population density of both species,

distribution and call timing. Triangulation was performed in four sites and each

site were surveyed in 4 to 5 consecutive days. VES was carried out to determine

the size and composition of the group and the distribution of both spesies.

The observations revealed that Agile gibbon and Siamang spreaded almost

in all of the study areas. Although the overlapping home ranges between species

and between groups occured, each group still has the exclusive territory. Both can

live sympatric for not being in the same ecological niche. Population density in

Agile gibbon and Siamang in the YEL-SOCP Research Station were 5.12

groups/km2 and 3.37 groups/km2, respectively. The low mountains forest and

Dipterocarp forest was the best habitat for Agile gibbons. Agile gibbon made

group call earlier than Siamang. The probability of group call in Agile gibbon and

Siamang stabilized on day-4.

Batang Toru Forest Area has a high biodiversity that need to be maintained

for conservation. Batang Toru forest area should be managed in such as way in

order to maintain the existence of plants and animals in the study area.

Keyword: agile gibbon, siamang, distribution, density, sympatric, KHBT

Page 5: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Distribusi dan

Kepadatan Simpatrik Ungko (Hylobates agilis) dan Siamang (Symphalangus

syndactylus) di Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara adalah benar-benar

hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah

digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

Akrom Mubarok

NIM E34070054

Page 6: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

Judul Skripsi : Distribusi dan Kepadatan Simpatrik Ungko (Hylobates agilis) dan

Siamang (Symphalangus syndactylus) di Kawasan Hutan Batang

Toru, Sumatera Utara

Nama : Akrom Mubarok

NIM : E34070054

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Ir. Dones Rinaldi, M.Sc.F Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc

NIP. 196105181988031002 NIP. 195909251983032002

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS

NIP. 19580911984031003

Tanggal Lulus :

Page 7: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Distribusi dan Kepadatan Simpatrik Ungko (Hylobates agilis)

dan Siamang (Symphalangus syndactylus) di Kawasan Hutan Batang Toru,

Sumatera Utara”. Skripsi ini menyajikan dan membahas data mengenai

distribusi dan kepadatan ungko dan siamang yang hidup secara simpatrik di

Stasiun Penelitian YEL-SOCP Batang Toru.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam

mendukung perkembangan ilmu pengetahuan mengenai ungko dan siamang.

Selain itu diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan Kawasan

Hutan Batang Toru (KHBT) menyangkut keberadaan satwa dilindungi dan

terancam punah ini.

Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing

Bapak Ir. Dones Rinaldi, MSc.F dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Matthew Nowak yang telah

memberikan fasilitas selama penelitian. Selain itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan, bimbingan, dan

arahan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Maka dari itu, diharapkan adanya saran dan kritik sebagai upaya

penyempurnaan skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

Penulis

Page 8: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 20

Agustus 1989 sebagai anak kedua dari dua bersaudara

pasangan Bapak H. Sarana, SPd. dan Ibu Hj. Sri Marwati,

S.Pd.I. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun

2001 di SD Negeri 1 Karangpucung, Kecamatan Tambak,

Banyumas. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan formal

ke SLTP Negeri 1 Sumpiuh, Kabupaten Banyumas dan lulus pada tahun 2004.

Penulis melanjutkan ke SMU Negeri 2 Purwokerto dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis melanjutkan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui

jalur masuk Undangan Seleksi Masuk (USMI) sebagai mahasiswa Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi “pelestarian alam”

Uni Konservasi Fauna (UKF) dari tahun 2007 hingga sekarang. Penulis menjabat

sebagai Ketua Divisi Karnivora pada tahun 2009-2010 dan Ketua Dewan

Pertimbangan Umum pada tahun 2010-2011 dalam organisasi yang sama. Penulis

pernah melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di

Sancang-Kamojang, Jawa Barat pada tahun 2009 dan Praktek Pengelolaan Hutan

(PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Jawa Barat pada tahun 2010. Selain

itu, penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional

Komodo, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2011.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,

penulis melakukan penelitian yang berjudul “Distribusi dan Kepadatan

Simpatrik Ungko (Hylobates agilis) dan Siamang (Symphalangus syndactylus)

di Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara” dibawah bimbingan

Ir.Dones Rinaldi, MSc.F dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc.

Page 9: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penghargaan dan terima kasih yang pertama penulis sampaikan kepada kedua

orangtua tercinta (Ibu dan Bapak) atas do‟a dan kasih sayang serta dukungan

moral maupun materi yang telah engkau berikan. Kepada Mbah „Biyung” Hj. Siti

Romelah dan keluaga besar Fachri (Mba Elok dan Nabil) yang selalu memberikan

dorongan dan motivasi kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dosen pembimbing Bapak Ir. Dones Rinaldi, M.Sc.F dan Ibu Prof. Dr.

Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc atas kesabarannya dalam memberikan

bimbingan, arahan, serta dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan

tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS sebagai dosen penguji dan Ibu

Resti Meilani,S. Hut, M.Si sebagai ketua sidang dalam ujian

komperhensif.

3. „Boss‟ Matthew Nowak yang telah memfasilitasi serta bimbingan dan

masukanya selama pengambilan data di lapangan.

4. „Boss‟ M. F. Rakhman Khakim, S.Hut. (Mas Ican) sebagai kordinator

Stasiun Penelitian YEL-SOCP Batang Toru, Ronald A. P. Siagian,

S.Hut. Alamsyah, Ulil, Nardi, Akhir, Kak Sri, Jumiatik, serta seluruh

Staf Yayasan Ekosistem Lestari yang banyak membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian.

5. Irvan Nurmansyah dan Fitrotul Aini, S.Hut. sebagai partner dan teman

satu lokasi penelitian yang banyak memotivasi serta membantu penulis

selama penelitian berlangsung.

6. Keluarga besar IC Balio 33B Mas Andi PS, Kang Andi NC, Mas Heri

S, Mas Kuntoro BA, Kang Raden Yossi Z, Reza P, Niku KH, Mufti FB,

Soni SB, JS Lembong, Riski A dan Riski M sebagai keluarga satu atap

selama di Bogor.

Page 10: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

7. Keluarga besar Uni Konservasi Fauna IPB yang telah banyak

memberikan pengalaman, pembelajaran, serta tempat mengasah diri

sehingga menjadi sumber inspirasi penulis selama menjadi mahasiswa.

Terima kasih kepada Bang Sasi „Ucok‟ Kirono, Mas Nanang „Kembon‟

KH, Mas „Pakdhe‟ Fatkhurahman AK, Mas Eri „Wedhus‟ K yang

bersedia menjadi teman sharing mengenai penelitian ini. Terima kasih

juga kepada „Tim Shelter‟ Balio dan UKF 5 Juli S, Izzudin, Agung,

Bagus C dan lainya.

8. Teman-teman seperjuangan KSHE 44 KOAK dan FAHUTAN 44 atas

kebersamaan selama ini serta menjadi ruang mematangkan diri,

persaudaraan dan penyemangat.

9. Temen-teman saya yang rela meluangkan waktunya untuk ikut serta

mengoreksi tulisan ini menjadi lebih baik dan semua pihak yang tidak

bisa disebutkan satu-persatu dalam merampungkan skripsi ini, penulis

mengucapkan banyak terima kasih.

Page 11: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................... 2

1.3 Manfaat .................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi .............................................................................. 3

2.2 Morfologi ............................................................................... 3

2.3 Habitat dan Penyebaran ......................................................... 4

2.4 Populasi .................................................................................. 6

2.5 Distribusi ................................................................................ 8

2.6 Komposisi Kelompok ............................................................ 9

2.7 Perilaku .................................................................................. 10

2.8 Persaingan .............................................................................. 11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi .................................................................. 13

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 14

3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................... 14

3.3.1 Triangle Count ............................................................. 14

3.3.1 VES (Visual Encounter Survey) .................................. 15

3.3.2 Pemetaan ...................................................................... 16

3.4 Analisis Data .......................................................................... 16

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas ....................................................................... 18

4.2 Kondisi Fisik .......................................................................... 19

4.3 Potensi Flora dan Fauna ......................................................... 19

Page 12: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

ii

BAB V HASIL

5.1 Distribusi ................................................................................ 21

5.1.1 Kondisi Habitat ............................................................ 21

5.1.2 Distribusi Ungko dan Siamang Berdasarkan VES ...... 23

5.1.3 Distribusi Ungko dan Siamang Berdasarkan Triangle

Count ........................................................................... 25

5.1.4 Distribusi Intra dan Interspesifik ................................. 27

5.2 Ukuran dan Komposisi Kelompok ......................................... 30

5.2.1 Ukuran dan Komposisi Kelompok Ungko ................... 30

5.2.1 Ukuran dan Kepadatan Kelompok Siamang ................ 33

5.3 Kepadatan Populasi ................................................................ 34

5.4 Perilaku Bersuara ................................................................... 36

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Distribusi ................................................................................ 40

6.1.1 Kondisi Habitat ............................................................ 40

6.1.2 Distibusi Ungko dan Siamang di Area Penelitian ....... 41

6.1.3 Distribusi Intra dan Interspesifik ................................. 42

6.2 Ukuran dan Komposisi Kelompok ......................................... 45

6.2.1 Ukuran dan Komposisi Kelompok Ungko ................... 45

6.2.1 Ukuran dan Komposisi Kelompok Siamang ............... 46

6.3 Kepadatan Populasi ................................................................ 47

6.4 Perilaku Bersuara ................................................................... 49

6.5 Implikasi Terhadap Pengelolaan ............................................ 50

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ............................................................................ 53

7.2 Saran ...................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55

LAMPIRAN ............................................................................................. 60

Page 13: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

iii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Klasifikasi Hylobates agilis dan Symphalangus syndactylus .................. 3

2. Kepadatan ungko dan siamang di Indonesia dan Malaysia (ind/km2) ..... 7

3. Komposisi kelompok ungko di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT .. 32

4. Komposisi kelompok siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT 34

5. Kepadatan ungko di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT ................... 35

6. Kepadatan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT ............... 36

7. Probabilitas vokalisasi kelompok ungko dan siamang ............................ 39

Page 14: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

iv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta sebaran Hylobatidae di Asia Tenggara (Geissmann 1995) .............. 6

2. Peta transek Stasiun Penelitian YEL-SOCP ............................................ 13

3. Lokasi penelitian Kawasan Hutan Batang Toru ...................................... 18

4. Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP .............. 21

5. Kondisi habitat ungko dan siamang di lokasi penelitian ......................... 22

6. Aktivitas istirahat pada ungko (kiri) dan makan pada siamang (kanan) .. 23

7. Peta distribusi ungko dan siamang berdasarkan VES di Stasiun

Penelitian YEL-SOCP ............................................................................. 24

8. Peta distribusi ungko dan siamang berdasarkan triangle count di Stasiun

Penelitian YEL-SOCP ............................................................................. 26

9. Sketsa perkiraan home range kelompok ungko (kiri) dan kelompok

siamang (kanan) berdasarkan VES dan triangle count ............................. 28

10. Sketsa tumpang tindih home range ungko dan siamang .......................... 29

11. Perilaku makan pada ungko dan siamang: (a) siamang makan daun, (b)

ungko makan daun dan (c) ungko makan buah dan bunga Palaqium

rostratum .................................................................................................. 30

12. Ukuran kelompok ungko di Stasiun Penelitian YEL-SOCP .................... 31

13. Variasi rambut ungko berwarna kuning (kiri) dan hitam (kanan) ............ 32

14. Ukuran kelompok siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT ... 33

15. Beda kehitaman warna rambut antara siamang (kiri) dan ungko versi

hitam (kanan) ............................................................................................ 34

16. Grafik pemilihan waktu dawn call/male solo pada ungko dalam tujuh

periode waktu pengamatan dihitung dari frekuensinya ........................... 37

17. Grafik perbandingan aktivitas group call ungko dan siamang pada tujuh

periode waktu pengamatan, dihitung dari frekuensinya .......................... 38

Page 15: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

v

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta transek Stasiun Penelitian YEL-SOCP Batang Toru ....................... 61

2. Daftar perjumpaan ungko dan siamang ................................................... 62

3. Daftar perjumpaan primata lain ............................................................... 64

Page 16: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Satwaliar merupakan makhluk hidup yang memiliki peranan sebagai

penyeimbang berjalannya siklus ekologi. Satwaliar pada dasarnya berkaitan

sangat erat dengan kehidupan manusia. Namun tidak sedikit manusia yang belum

mengetahui dan menyadari pentingnya satwaliar. Hal ini terlihat dari aktivitas

manusia yang kerap tidak memperhatikan keberadaan satwaliar, seperti

eksploitasi satwa itu sendiri maupun habitatnya. Salah satu satwa yang memiliki

peranan penting dan mendapatkan ancaman dari berbagai aktivitas manusia ialah

jenis-jenis primata Hylobatidae.

Hylobatidae memiliki habitat asli hanya di Asia Tenggara dan sekitarnya

termasuk sebagian wilayah Indonesia (Geissmann 1995). Terdapat 3 jenis di

Pulau Sumatera yaitu Hylobates agilis, Hylobates lar dan Symphalangus

syndactylus. Ketiganya merupakan primata dengan habitat dan perilaku sosial

yang mirip. Beberapa wilayah di selatan Danau Toba Hylobates agilis dan

Symphalangus syndactylus hidup dalam satu tempat yang sama (simpatrik).

Kedua merupakan satwa teritorial, sebagian besar monogami dan memiliki

perilaku bersuara yang unik yaitu bersuara sangat keras (Chivers 1974).

Keduanya satwa ini sudah diteliti sejak puluhan tahun yang lalu namun

tidak banyak data serta informasi mengenai populasi dan demografi (O‟Brien et

al. 2004). Padahal dalam upaya konservasi satwaliar, data dan informasi ini

menjadi sangat penting, sehingga pembuat kebijakan dan pelaku konservasi dapat

mengembangkan upaya strategis dalam pengelolaan dan perkiraan perkembangan

populasi satwa ini.

Saat ini kondisi hutan sebagai habitat alami simpatrik Hylobatidae

semakin memburuk dengan adanya deforestasi. Alih fungsi guna lahan untuk

perkebunan, pertanian, pertambangan dan pemukiman tanpa pertimbangan yang

lebih jauh mengakibatkan habitatnya semakin sempit. Terlebih lagi dengan

adanya fragmentasi habitat dan isolasi yang akan mengancam keberlangsungan

hidupnya. Kondisi ini menjadi salah satu pertimbangan sehingga ungko dan

Page 17: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

2

siamang masuk kedalam status Endangered (ED) IUCN (Whitaker 2009) dan

Apendik I CITES.

Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) merupakan salah satu habitat alami

simpatrik Hylobatidae ini. Hasil penelitian ilmiah diharapkan menjadi informasi

dan bahan pertimbangan masyarakat luas dalam melaksanakan kegiatan

pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya menyangkut kawasan hutan beserta

ekosistemnya.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian Distribusi dan Kepadatan Simpatrik Ungko (Hylobates

agilis) dan Siamang (Symphalangus syndactylus) di Kawasan Hutan Batang Toru,

Sumatera Utara adalah:

1. Memetakan dan mempelajari distribusi simpatrik Hylobatidae di KHBT

2. Menghitung dan mempelajari kepadatan populasi simpatrik

Hylobatidae di KHBT

3. Mengidentifikasi dan mempelajari pemilihan waktu bersuara pagi pada

simpatrik Hylobatidae di KHBT

1.3 Manfaat

Hasil penelitian menunjukan kondisi keberadaan ungko dan siamang di

KHBT. Selain itu menjadi bahan pertimbangan, pembanding dan informasi ilmu

pengetahuan dalam upaya konservasi ungko dan siamang dan dapat menjadi salah

satu bahan pertimbangan dalam pengelolaan menyangkut kebijakan manajemen

KHBT.

Page 18: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus)

merupakan jenis kera kecil yang masuk ke dalam keluarga Hylobatidae.

Klasifikasi ungko dan siamang pada Tabel 1.:

Tabel 1 Klasifikasi Hylobates agilis dan Symphalangus syndactylus (Napier et al.

1985)

Klasifikasi Ungko Siamang

Kingdom Animalia Animalia

Filum Chordata Chordata

Kelas Mammalia Mammalia

Ordo Primates Primates

Famili Hylobatidae Hylobatidae

Genus Hylobates Symphalangus

Spesies Hylobates agilis F. Cuvier

1821

Symphalangus syndactylus

Gloger 1841

Nama lokal Ungko Siamang

Hylobates agilis memiliki tiga sub-spesies, yaitu Hylobates agilis ungko,

Hylobates agilis agilis dan Hylobates agilis albibarbis (Supriatna et al. 2000).

2.2 Morfologi

Hylobates memiliki ciri-ciri umum yaitu kera kecil tak berekor dengan

kepala bulat kecil, hidung tidak menonjol serta rambut tebal dan halus (Chivers

1977 dalam Sultan 2009). Tubuh ungko ditutupi rambut dengan warna yang

bervariasi dari terang (coklat keemasan) hingga gelap. Ungko jantan dewasa

memiliki rambut berwarna putih di bagian alis dan pipi yang, berbeda dengan

betina dewasa yang memiliki rambut putih hanya di bagian alis. Ungko memiliki

warna kulit pada pergelangan tangan dan kaki berwarna gelap (hitam), lebih gelap

daripada bagian tubuh yang lainnya. Siamang sendiri hanya memiliki satu warna

rambut yaitu hitam dan sedikit warna abu-abu gelap di bagian antara dagu dan

mulutnya, tidak seperti ungko yang memiliki beberapa variasi warna rambut.

Ungko dewasa memiliki bobot badan 5-7 kg dengan panjang/tinggi tubuh

45-50 cm (Supriatna et al. 2000). Hylobatidae memiliki tangan yang lebih

Page 19: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

4

panjang dibandingkan kakinya dan satwa ini tidak dapat berenang (Bismark

1984). Struktur tangan, kaki dan jari-jarinya panjang sehingga memungkinkannya

untuk menjangkau dahan-dahan di sekitarnya sehingga efektif untuk melakukan

pergerakan berayun di tajuk-tajuk pohon dalam hutan (Napier dan Napier 1967).

Siamang memiliki ukuran tubuh paling berbeda dengan Hylobatidae

lainnya. Siamang jauh lebih besar dan memiliki berat tubuh mencapai 10-15 kg

(Palombit 1997). Siamang memiliki ciri khas yaitu kantung suara (gular sacs)

serta memiliki selaput diantara jari-jari tangan dan kakinya.

2.3 Habitat dan Penyebaran

Habitat adalah suatu kawasan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar

populasi, yaitu tempat berlindung, pakan dan air (Alikodra 2002). Ungko dapat

hidup di hutan primer, hutan hujan dataran rendah, hutan sekunder dan hutan rawa

(Supriatna et al. 2000). Menurut Curtin et al. (1979 dalam Bangun 2007), satwa

ini dapat beradaptasi terhadap beberapa perubahan lingkungan habitat. Hutan

primer memiliki peranan penting sebagai habitat jenis Hylobatidae karena

kondisinya lebih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ungko dan siamang

jarang sekali turun ke lantai hutan dan pergerakannya berayun dari pohon ke

pohon lain (brakhiasi), sehingga habitat dengan vegetasi yang memiliki tajuk

kontinyu antar pohon memiliki peranan penting (Sultan 2009).

Makanan ungko dan siamang relatif sama dengan pakan satwa primata

lainnya. Pakan ungko yaitu buah, daun, bunga dan beberapa jenis serangga kecil.

Keduanya merupakan satwa yang cenderung frugivorous, namun dilaporkan

siamang lebih folivorous dibandingkan ungko di Semenanjung Malaysia (Chivers

1974; Palombit 1997).

Kebutuhan air ungko dan siamang dipenuhi dari buah-buahan yang

dimakan, dari sisa-sisa air hujan yang ada di daun dan kulit pohon serta terkadang

meminum langsung dari mata air (Napier et al. 1976). Keduanya memanfaatkan

tajuk pohon untuk istirahat dan tempat tidur.

Geissmann (2006) melaporkan ada tiga subspesies H. agilis yang memiliki

distribusi masing-masing, yaitu:

a. H. a. agilis, tersebar di bagian barat Sumatera, khususnya di bagian

pegunungan;

Page 20: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

5

b. H. a. ungko, tersebar di bagian timur Sumatera, khususnya di daerah

dataran rendah. Subspesies ini pun tersebar di Semenanjung Malaysia

c. H. a. albibarbis, tersebar di bagian barat Kalimantan dan Kalimantan

Tengah, di bagian utara dibatasi oleh Sungai Kapuas sementara ke arah

timur dibatasi oleh Sungai Barito hingga ke utara di hulu Sungai Barito;

Hylobatidae dapat ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara

(Gambar 1). Ada lima jenis Hylobates yang tersebar di Indonesia yaitu H. agilis,

H. lar, H. klosii, H. moloch dan H. muelleri. Ungko memiliki sebaran di Indonesia

(Sumatera), Semenanjung Malaysia dan Thailand. Ada 2 spesies Hylobates yang

hidup simpatrik dengan siamang yaitu H. agilis dan H. lar. H. agilis simpatrik di

Pulau Sumatera dari Danau Toba ke selatan hingga Lampung dan di Semenanjung

Malaysia di utara Sungai Muda. H. lar simpatrik dengan siamang di Pulau

Sumatera bagian utara tepatnya di utara Danau Toba dan di Malaysia tepatnya di

selatan Sungai Muda.

Daerah jelajah primata merupakan area habitat yang digunakan untuk

melakukan aktivitas hidup suatu kelompok satwa primata. Ungko memiliki luas

daerah jelajah 29 ha atau lebih sempit dibandingkan siamang yaitu 31 ha (Chiever

2001). Daerah jelajah dapat berubah dari waktu ke waktu, tergantung pada

ketersediaan sumber pakan, air, perubahan iklim, persaingan antar kelompok dan

beberapa masalah perubahan habitat (Rowe 1996 dalam Duma 2007).

Berdasarkan penelitian Iskandar (2007) luas daerah jelajah owa jawa memiliki

perbedaan anatara habitat hutan primer dan hutan sekunder. Selain itu, juga terjadi

perbedaan luas pada saat musim hujan dan musim kemarau. Iskandar (2007)

menyebutkan luas daerah jelajah pada musim hujan lebih sempit daripada saat

musim kemarau. Pada hutan primer, luas daerah owa jawa saat musim hujan

16,58 ha, sementara pada musim kemarau 18,91 ha. Berbeda dengan klawet, hasil

penelitian Duma (2007) menunjukan luas daerah jelajah klawet sebesar 29,5 ha

dengan teritori diperkirakan seluas 23,6-26,6 ha.

Page 21: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

6

Gambar 1 Peta sebaran Hylobatidae di Asia Tenggara (Geissmann 1995).

2.4 Populasi

Populasi adalah kelompok organisme terdiri dari individu-individu sejenis

yang berinteraksi dan mampu menghasilkan keturunan yang sama dengan

tetuanya pada tempat dan waktu tertentu. Sifat-sifat khas pada suatu populasi

antara lain kepadatan, laju kelahiran, laju kematian, sebaran, stuktur umur, nisbah

kelamin, sifat genetik dan perilaku (Alikodra 2002). Populasi suatu jenis dapat

berubah karena beberapa faktor, yaitu keadaan lingkungan hidup satwa, keadaan

sifat hidup satwa (natalitas, mortalitas, survival) dan pergerakan satwa itu sendiri

(Wiersum 1973 dalam Alikodra 2002).

Page 22: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

7

Tabel 2 Kepadatan Ungko dan Siamang di Indonesia dan Malaysia (ind/km2)

No Lokasi Ungko Siamang Sumber

1 TN Bukit Barisan Selatan,

Sumatera

1,4 – 2,8 4.2 – 10,3 O'Brien et al. (2004)

2 TN Way Kambas,

Sumatera

1,9 2,8 Yanuar & Sugardjito

(1993)

3 TN Kerinci Seblat,

Sumatera

0 – 11,4 7,2 – 24,6 Yanuar (2001)

4 TN Batang Gadis,

Sumatera

8,82 - Bangun 2007

5 TN Batang Gadis,

Sumatera

12,9 - Sultan 2009

6 Riau, Sumatera 17,45±5,61 - Apriadi 2001

7 Ketambe, Sumatera - 5 – 7 MacKinnon &

MacKinnon (1980); West

(1981)

8 Sumatera 8,6 9 Wilson & Wilson (1977)

9 TN Bukit Barisan Selatan,

Sumatera

1,7 – 4,3 2,1 – 5,7 Yanuar (2009)

10 LAHG, Kalimantan 3.5 – 13.9 - Buckley et al. (2006);

Hamard et al. (2010)

11 Gunung Palung,

Kalimantan

13,5 – 15,6 - Mitani (1990)

12 TN Tanjung Puting,

Kalimantan

8,7 - Mather (1992)

13 Sabangau, Kalimantan 10,38 - Cheyne et al. (2008)

14 Stasiun Riset Barito Ulu,

Kalimantan

8,2 – 18 - Mather (1992);

McConkey et al. (2002)

15 Sebangau, Kalimantan 10,75±2,99 - Duma (2007)

16 Sungai Dal, Malaysia 18,92 2,4 Gittins & Raemaekers,

1980

17 Ulu Sempan, Malaysia - 6 Chivers (1974)

18 Kulala Lompot, Malaysia - 5 Chivers (1974)

19 Ulu Gombak, Malaysia - 2,4 Chivers (1974)

20 Malaysia 6,12 - Chivers (1974)

Kepadatan populasi merupakan ukuran populasi yang dapat dinyatakan

sebagai jumlah atau biomasa per satuan luas atau per satuan volume (Suin 2003).

Harianto (1988) menyebutkan, kepadatan populasi primata tergantung kepada tipe

habitat, bentuk sosial kelompok, daerah jelajah dan teritorialnya.

Iskandar (2007) menjelaskan, penyebaran Hylobates tergantung pada

kualitas habitatnya. Kualitas habitat yang semakin baik, semakin banyak pula

jumlah kelompok yang ada di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut, maka jarak

antar kelompok semakin berdekatan dan angka kepadatannya juga semakin tinggi.

Page 23: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

8

Kepadatan populasi ungko cenderung meningkat dari selatan ke garis

lintang utara di Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia. Sedangkan

kepadatan siamang cenderung menurun dari selatan ke utara sementara

variabilitas dalam ukuran kelompok tidak menunjukkan tren (O‟ Brien et al.

2004).

2.5 Distribusi

Distribusi ungko merupakan lokasi-lokasi yang ditinggali ungko. Sultan

(2009) menyebutkan bahwa ada beberapa ciri kawasan yang menjadi sebaran

ungko, yaitu memiliki kerapatan tajuk yang baik sehingga memungkinkan ungko

dapat bergerak secara brakhiasi karena umumnya pohon tergolong stratum B,

memiliki ketersediaan sumber pakan yang besar (rerata 180 pohon/ha) dan

kawasan yang minim interaksi atara ungko dengan manusia atau jauh dari

pemukiman penduduk (>4 km dari batas desa).

Ungko tersebar di wilayah yang memiliki ketinggian hingga 1500 m dpl.

Ketinggian diatas 1500 m dpl bukan habitat yang baik bagi Hylobates karena

memiliki jenis tumbuhan yang sedikit dan jenis tumbuhannya cenderung tidak

sesuai untuk melakukan brakhiasi (Rowe 1996 dalam Sultan 2009). Iskandar

(2007) juga menyebutkan, semakin tinggi kawasan, maka semakin sedikit

kepadatan populasinya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu potensi sumber

pakan yang semakin sulit dan kepadatan tajuk yang menyulitkan pergerakannya

(brakhiasi). Sebaran ungko di TN Kerinci Sbelat berada pada habitat berbukit

dengan ketinggian 500-800 m dpl. Habitat ungko di TN Batang Gadis meliputi

hutan primer dan hutan sekunder pada ketinggian antara 637-967 m dpl. Sultan

(2009) dalam penelitiannya mendapatkan persentase sebaran populasi ungko per

ketinggian yaitu dari selang 600-1000 m dpl. Hasilnya menunjukan lebih dari

separuh sebaran populasi (57,1%) berada pada ketinggian 701-800 m dpl.

Sultan (2009) menjelaskan, home range Hylobatidae dapat berubah dengan

adanya gangguan yang memaksanya berpindah/merubah wilayahnya. Gangguan

yang mempengaruhi antara lain adanya aktivitas manusia dan pemukiman

penduduk sehingga dapat menyebabkan fragmentasi habitat. Selain itu, juga

dipengaruhi kondisi hutan/kerusakan hutan. Kasus di Sumatera Selatan

menunjukan bahwa hutan yang terpisah (patches) akibat adanya penanaman karet

Page 24: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

9

secara monokultur menyebabkan populasi Hylobates agilis dan Sympalangus

syndactylus semakin berkurang meskipun masih menyisakan pohon aslinya

(Geissmann et al. 2006).

2.6 Komposisi kelompok

Keluarga Hylobatide hidup berkelompok dalam kelompok sosial monogami.

Satu kelompok Hylobatide berisi sepasang jantan-betina dewasa dengan anaknya.

Satu kelompok ini dapat terdiri dari 3-5 individu. Pasangan Hylobates secara

umum melahirkan anak dengan selang waktu 2-3 tahun sekali. Tingkat kelas umur

dapat dibagi berdasarkan ukuran tubuh dan perkembangan perilakunya, yaitu

sebagai berikut (Gittins et al. 1980):

a) bayi (infant): dari lahir hingga umur dua tahun, ukuran tubuh kecil,

pada tahun pertama dibawa atau digendong oleh induk betina selama

pergerakannya;

b) anak-1 (juvenil-1): berumur 2-4 tahun, berbadan kecil dan berjalan

sendiri didekat induknya;

c) anak-2 (juvenil-2): berumur 4-6 tahun, ukuran tubuh sedang, cenderung

melakukan aktivitas makan dan berjalan sendiri;

d) muda (sub-adult): berumur > 6 tahun, ukuran tubuh hampir sama

dengan dewasa (induk) tetapi belum matang seksual, tetap dalam

kelompok tetapi cenderung memisahkan diri; dan

e) dewasa (adult): memiliki ukuran tubuh maksimal dan hidup

berpasangan.

Jantan dan betina hampir dewasa atau mencapai dewasa kelamin akan

meninggalkan kelompoknya dan hidup sendiri dengan pasangannya sebagai

keluarga baru (Kirkwood et al. 1992 dalam Duma 2007). Hylobatidae memiliki

ukuran kelompok antara 2-5 individu/kelompok. Ukuran kelompok dengan

jumlah lebih dari 4 jarang ditemukan. Adanya kelompok berjumlah 5 individu

biasanya disebabkan anak umur dewasa belum keluar dari kelompok induknya

untuk membentuk kelompok baru (Sultan 2009).

Berdasarkan penelitian Sultan (2009), sebagian besar pasangan ungko di TN

Batang Gadis memiliki anak (76,3%) dengan persentase kelompok dengan satu

anak 42% dan lebih dari satu anak 34,4%. Struktur umur populasi ungko

Page 25: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

10

menunjukan dari urutan paling banyak adalah dewasa, anak dan remaja. Hasil

penelitian lain menunjukan, komposisi kelompok populasi jantan dan betina

dewasa masing-masing 29,27%, pra-dewasa 4,88%, remaja/anak 26,83% dan bayi

9,75%. Struktur umur populasi pada penelitian dapat diketahui, yaitu dewasa

31,7% pra-dewasa 16,7%, anak 17,5% dan bayi 2,5% (Bangun 2007).

2.7 Perilaku

Aktivitas harian pada salwaliar adalah refleksi fisiologis terhadap

lingkungan sekitarnya. Hylobates umumnya melakukan aktivitas harian di tajuk-

tajuk pohon (arboreal) yaitu dimulai dari meninggalkan pohon tidur hingga masuk

ke pohon tidur selanjutnya. Chivers (1980) dalam Duma (2001) menyebutkan,

Hylobates mulai beraktivitas sebelum matahari terbit dan mengakhirinya pada

sore hari untuk beristirahat lebih awal dari jenis primata diurnal lainnya. Waktu

aktivitas hariannya kurang lebih berlangsung 9,5 jam, dari pukul 06.19 hingga

15.43. Aktivitas yang dilakukan antara lain bersuara, berpindah, makan, bermain

dan istirahat.

Aktivitas harian kelompok Hylobates diawali dengan bersuara, hal ini

dilakukan untuk menunjukan teritorial dan pengaturan ruang antar kelompok.

Aktivitas bersuara dilakukan sebagai pengaturan ruang dengan alasan suara keras

dilakukan agar terdengar oleh kelompok lain sebagai komunikasi antar kelompok

kemudian saling bersautan dan jarang terjadinya kontak langsung antar kelompok

(Bates 1970). Gittins et al. (1980) menyebutkan aktivitas bersuara ungko

dilakukan selama ± 15 menit yang terdengar hingga 1 km. Pada ungko jantan

hampir dewasa kegiatan bersuara juga dilakukan untuk menarik lawan jenis.

Aktivitas bersuara biasanya dilakukan di pohon sumberpakan atau yang

berdekatan.

Makan merupakan aktivitas yang dilakukan setelah bersuara. Hylobates

dapat melakukan kegiatan makan pada satu pohon yang sama selama 2-3 hari

berturut-turut. Pada saat itu, satwa jenis ini melakukan perpindahan dan biasanya

tidur di sekitar atau di dekat pohon pakan. Lama aktivitas makan tergantung pada

jenis dan kelimpahan jenis pakan. Hylobates makan dengan cara memetik satu-

persatu buah atau daun muda yang dimakan (Rinaldi 1992).

Page 26: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

11

Secara umum, jenis-jenis Hylobatidae memiliki perilaku yang sama. Hasil

penelitian Iskandar (2007) perilaku yang dilakukan yaitu makan, sosial, lokomosi

agresi dan istirahat. Owa jawa paling banyak melaksanakan aktifitas istirahat dan

makan. Hampir sama dengan hasil penelitian Duma (2007) pada klawet,

aktivitasnya lebih banyak makan dan istirahat. Lebih jauh menjelaskan, klawet

memulai aktivitas harian antara pukul 04.50-07.10 WIB yaitu vokalisasi (duet

call). Setelah itu mulai meninggalkan pohon tidur untuk berpindah, makan dan

istirahat. Setelah pukul 16.00 WIB, klawet sudah beristirahat penuh.

2.8 Persaingan

Hylobates adalah spesialis buah masak (Chivers 2001) yang menggunakan

buah ficus sebagai sumber utama (Marshall et al. 2009). Asumsi bahwa siamang

adalah folivorous benar, namun gagasan bahwa siamang bergantung pada buah

ficus ke tingkat yang sama seperti Hylobatidae lain juga ditunjukan dalam

berbagai penelitian (Plombit et al. 1997). Chivers et al. (1986) mengusulkan

bahwa siamang lebih akurat digambarkan sebagai ''pencari ficus,'' pemikiran ini

didukung juga oleh Palombit (1997). Chivers et al. (1986) menunjukan Hylobates

sebagai spesialis buah lunak, namun Palombit (1997) dan Marshall (2004)

menemukan bahwa owa bertubuh kecil (H. lar and H. albibarbis) menekankan

buah ficus pada tingkat yang sama seperti siamang.

Dua spesies menempati relung ekologi yang sama dalam satu wilayah, akan

menjadi sangat kompetitif, kecuali dua berbeda dalam beberapa dimensi relung

digunakan (Brown et al. 1956). Spesies Hylobatidae bertubuh kecil memiliki

distribusi yang lebih luas (dari Cina hingga Jawa) dari siamang dan memungkin

hidup dalam tempat yang sama (simpatrik) atau berbeda (allopatrik) dengan

siamang (Geissmann 1995). Jenis-jenis Hylobatidae bertubuh kecil umumnya

allopatric dalam distribusinya, tersebar di Thailand, Malaysia, dan Kalimantan

(Brockelman dan Gittins 1984; Gittins 1978; Marshall dan Brockelman 1986;.

McConkey et al. 2002). Berbeda dengan siamang yang tumpang tindih dengan

spesies Hylobatidae lain (H. lar atau H. agilis) di seluruh rentang mereka

(Geissmann 1995). Oleh karena itu, siamang selalu menghadapi kompetisi

intraspesifik dan persaingan dalam memperoleh sumberdaya sangat tinggi

(Raemaekers 1984;. O'Brien et al. 2004). Ukuran tubuh besar siamang menjadi

Page 27: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

12

peran kunci sehingga memungkinkannya hidup bersama dengan jenis yang

ukurannya lebih kecil (Raemaekers 1984). Elder (2009) berasumsi siamang

mengkonsumsi lebih banyak daun diharapkan untuk mengurangi persaingan

langsung dengan Hylobatidae lain saat mereka hidup simpatrik.

Teori ekologi memprediksi perbedaan relung antara spesies yang tinggal

simpatrik (Brown et al. 1956), spesies Hylobatidae simpatrik menunjukan adanya

tumpang tindih secara luas dalam ekologi dengan menggunakan bagian yang sama

pada ruang kanopi (Raemaekers 1977; MacKinnon et al. 1980), makanan dan

ukuran ruang (Raemaekers 1984; Palombit 1997).

Siamang dan owa tangan putih dipelajari memiliki perbedaan dalam

proporsi makan. Sebagai contoh, di Sumatera bagian utara yang didominasi kedua

spesies pemakan buah, makan lebih banyak buah ficus dan memperoleh sebagian

besar protein mereka dari serangga, namun siamang menghabiskan lebih banyak

waktu makan daun muda (siamang 16%, owa tangan putih 4%) dan owa tangan

putih makan buah lunak lebih lama (owa tangan putih 26%, dari siamang 18%)

(Palombit 1997). Jika, pada kenyataannya siamang dan Hylobatidae bertubuh

kecil dibatasi oleh makanan yang berbeda (daun muda dan buah lunak), maka

perbedaan dalam kepadatan populasi mereka mungkin mencerminkan variasi

dalam ketersediaan sumberdaya (Elder 2009). O'Brien et al. (2004) menunjukkan

bahwa dalam rentang distribusi siamang, kepadatan populasinya menurun dari

selatan ke utara untuk siamang dan meningkat untuk ungko. Pola ini mungkin

muncul dari lebih tingginya ketersediaan buah ficus di selatan ke utara (Palombit

1997; O'Brien et al. 2004).

Siamang diharapkan memiliki keunggulan kompetitif dari ungko dalam

memanfaatkan bagian ini karena ukuran tubuh yang lebih besar (Raemaekers

1984). Sebaliknya, kepadatan pohon buah-buahan meningkat lebih kecil dari

selatan ke utara dan ungko mungkin lebih efisien dalam mencapai dan memakan

sumberdaya lebih besar dalam dimensi ruang (O'Brien et al. 2004).

Page 28: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2011. Lokasi

penelitian berada di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli

Utara - Sumatera Utara, tepatnya di Stasiun Penelitian Yayasan Ekosistem Lestari

– Sumatran Orangutan Conservation Program (YEL-SOCP). Kegiatan penelitian

dilakukan para area seluas 2.400 ha. Stasiun Penelitian memiliki transek sebagai

penunjuk lokasi (Gambar 2).

Gambar 2 Peta transek Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

Page 29: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

14

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah peta lokasi penelitian, Global Positioning

System (GPS), binokuler, kompas, kamera, jam tangan, head ligh dan alat tulis.

Bahan penelitiannya adalah ungko dan siamang yang merupakan obyek utama dan

Kawasan Hutan Batang Toru sebagai habitatnya.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan data yang didapatkan langsung dari kegiatan pengamatan di

lapangan menggunakan metode pengambilan data yang sudah ditentukan.

Sedangkan data sekunder merupakan data maupun informasi yang diperoleh dari

hasil studi literatur yang relevan sebagai pendukung kajian penelitian.

Sensus cukup sulit dilakukan karena mereka cenderung berada di tempat

yang tinggi, kanopi yang rapat, sangat waspada dan memiliki respon tidak terduga

dari deteksi manusia dengan berpindah diam-diam dan kemudian bersembunyi

(O‟Brian et al. 2004). Penentuan metode yang tepat sangat menentukan akurasi

data. Brockelman et al. (1987) merekomendasikan penggunaan metode

penghitungan titik untuk menghindari masalah yang terkait dengan keterbatasan

visibilitas objek pada kanopi dan variabel responnya untuk terdeteksi oleh

manusia.

Perilaku Hylobatidae melakukan morning call yang dapat terdengar hingga

lebih dari 2 km pada beberapa medan (O‟Brien at al. 2004), meskipun great call

umumnya terdengar sejauh 1 km di dalam hutan (Brockelman at al. 1987). Karena

sifat vokal satwa ini, metode audio sampling terbukti lebih efektif dibandingkan

metode transek garis (Brockelman et al. 1993). Triangle count diperlukan untuk

menentukan lokasi akurat keberadaan Hylobatidae karena topografi bergelombang

dan tutupan hutan, jarak pengamat dengan Hylobatidae sulit diketahui

berdasarkan volume suara.

3.3.1 Triangle Count

Triangle count didesain untuk mengetahui posisi objek dengan menarik

sudut sehingga menemukan satu titik pertemuan garis-garis direksi. Satu area

pengamatan terdapat tiga pos pada formasi triangle count, yaitu pos A, B dan C.

Page 30: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

15

Masing-masing pos berpencar membentuk segitiga. Jarak tiap antar pos antara

300-500 m (Brockelman et al. 1993; Buckley et al. 2006; Cheyne et al. 2008).

Group call digunakan untuk pengambilan sempel populasi Hylobatidae.

Probabilitas bersuara Hylobatidae stabil saat hari ke-4 (Brockelman et al. 1987;

Brockelman et al. 1993; O‟Brien et al. 2004; Buckley et al. 2006), sehingga

pengamatan dilakukan selama minimal 4 hari berturut-turut dalam satu area.

Pengamatan hanya dilakukan pada saat cuaca cerah atau tidak hujan. Apabila

hujan terjadi maka pengamatan hari itu diganti hari berikutnya.

Pengamatan dilakukan pada pukul 05.00-12.00 WIB (O‟Brien et al. 2004).

Waktu ini ditentukan berdasarkan perilaku Hylobatidae saat melakukan aktivitas

bersuara pagi. Area pengamatan ditentukan pada tempat-tempat yang strategis

agar suara dapat terdengar lebih jelas, misalnya di bukit-bukit yang memiliki

ketingian lebih dibandingkan tempat lainnya. Setelah sebelumnya melakukan

survei didapat 16 pos pendengaran dalam 4 area.

Metode ini dilakukan oleh tiga orang pengamat yang berada pada pos-pos

terpisah yang sudah ditentukan sebelumnya. Masing-masing pengamat diam di

titik yang telah ditentukan dan mencatat data, yaitu cuaca, jenis, waktu

dimulainya suara, lamanya suara didengar, arah suara/azimut, estimasi jarak dan

jenis suara. Luas area penelitian setiap area merupakan radius 1 km dari tiap pos

pengamat. Radius 1 km digunakan dengan asumsi kemampuan pengamat

mendengar suara Hylobatidae secara optimal.

3.3.2 VES (Visual Encounter Survey)

Pengamat mencari dan melihat kelompok Hylobatidae secara langsung dan

mencatat jumlah individu, komposisi dan kepadatan kelompok. Data jumlah

individu didapat dengan menghitung individu dari semua kelompok. Komposisi

kelompok dibagi berdasarkan struktur umur yang diidentifikasi dari ukuran tubuh

dan perilakunya.

Kelompok dibedakan dengan mengidentifikasi jumlah, struktur umur, ciri

fisik dan lokasi penemuan. Pengambilan data kepadatan populasi dilakukan

dengan VES lapang untuk menemukan ukuran dan komposisi kelompok ungko

maupun siamang. Kelompok yang ditemukan sebisa mungkin diikuti sehingga

Page 31: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

16

data yang didapat semakin akurat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi anggota

kelompok yang sedang memisahkan diri.

VES dilakukan di area transek dan di fokuskan di wilayah selatan dan timur

stasiun penelitian. Jumlah pengamat sebanyak 5-8 pengamat yang terbagi menjadi

3-4 tim selama 40 hari. VES dilakukan mulai pukul 07.30-15.00 WIB. VES tidak

dilakukan saat turun hujan.

3.3.3 Pemetaan

Hasil titik triangle count dan perjumpaan langsung saat dituangkan dalam

peta setiap setelah pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui distribusi

Hylobatidae dan memberikan data kepadatan kelompok. Titik-titik triangle count

pada masing-masing jenis dengan jarak >500 m terpisah dianggap kelompok

berbeda. Pada ungko, Jarak ini ditentukan berdasarkan perkiraan diameter

perpindahan kelompok Hylobatidae diantara waktu bersuara (O‟Brien et al.

2004). O‟Brien et al. (2004) menjelaskan dengan wilayah jelajah 70 ha, bila

diasumsikan berbentuk lingkaran akan didapat diameter 472 m. Sehingga 500 m

adalah jarak pemisahan konservatif antar titik suara untuk membedakan kelompok

(O‟Brien et al. 2004). Pada siamang, perpindahan dalam 3 jam pertama aktivitas

sehari-harinya sangat jarang melebihi 500 m (O‟Brien et al. 2004). Sehingga 500

m merupakan batas jarak untuk membedakan suara kelompok berbeda

(Brockelman et al.1993; O‟Brien et al. 2004).

3.4 Analisis Data

Distribusi ungko dan siamang dianalisis berdasarkan peta dari perjumpaan

langsung dan triangle count. Hasil distribusi dua metode dikembangkan

membentuk sketsa pembagian home range masing-masing spesies. Selanjutnya

tumpang tindih home range dan teritori antar spesies dianalisis secara deskriptif

terkait distribusi intra dan interspesifik.

Perkiraan kepadatan diperoleh berdasarkan perhitungan denagan rumus

(Brockelman et al. 1993):

D = n / [ p (m) x E]

D adalah kepadatan, n adalah jumlah kelompok terdengar per periode sampel, p

(m) adalah proporsi bersuara kelompok selama periode sampel dan E adalah area

Page 32: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

17

efektif pendengaran. Area efektif pendengaran ditentukan berdasarkan polygon

yang terbentuk dari titik-titik terluar suara kelompok terdeteksi. Proporsi bersuara

kelompok selama periode sampel [p (m)], ditentukan dengan rumus:

p (m) = 1 – [ 1 – p (1) ]m

dimana p (1) adalah probabilitas rata-rata bersuara selama hari tertentu dan m

adalah jumlah hari survei.

Page 33: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

18

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Secara administratif Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) terletak di

Propinsi Sumatera Utara yang mencakup tiga kabupaten yaitu Tapanuli Utara,

Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Secara geografis KHBT terletak di antara

980

53‟ – 990

26‟ Bujur Timur dan 020

03‟ – 010

27‟ Lintang Utara (Gambar 3).

Luas KHBT sebesar 132.716 ha terbagi 90.106 ha atau sekitar 60% di Kab.

Tapanuli Utara, 45.953 ha atau sekitar 31% di Kab. Tapanuli Selatan dan 12.510

ha atau sekitar 8.4% di Kab. Tapanuli Tengah. Berdasarkan fungsi hutan dan

penetapannya, KHBT terbagi menjadi hutan produksi tetap seluas 115.241,6 ha,

hutan lindung seluas 17.382,7 ha, hutan suaka alam 12.994,7 ha dan hutan

produksi terbatas seluas 2.951,1 ha (Perbatakusuma et al. 2007). Lokasi penelitian

ditunjukan pada Gambar 3.

Gambar 3 Lokasi penelitian Kawasan Hutan Batang Toru.

Page 34: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

19

4.2 Kondisi Fisik

KHBT memiliki topografi yang beragam mulai landai hingga terjal, lebih

didominasi daerah perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan lahan antara

16% hingga lebih dari 60%. Ketinggian kawasan mulai dari 50 meter diatas

permukaan laut (m dpl) di sekitar Sungai Sipan Sihaporas hingga 1,875 m dpl di

Puncak Dolok Lubuk Raya. Kawasan ini juga dilewati rangkaian jalur

pegunungan vulkanis aktif Pegunungan Bukit Barisan Selatan. Daerah ini juga

merupakan Daerah Patahan Besar Sumatera atau dikenal sebagai bagian dari

rangkaian Sub Patahan Batang Gadis – Batang Angkola – Batang Toco. Kondisi

ini menyebabkan kawasan memiliki potensi besar terjadinya gempa bumi akibat

pergerakan patahan (Perbatakakusuma et al. 2007).

Jenis tanah di area kawasan antara lain ultisolik, alluvioculluvial dan

inseptisolic. Area kawasan secara umum tersusun oleh 15 jenis batuan geologis

yang didominasi batuan Qvt. Batuan Qvt merupakan batuan vulkanik tufa toba

(Toba Tuffs) yaitu batuan polimik bersusun riolit-dasit, aliran tufa kristal, gelas,

debu dengan sedikit tufa eksposif pada bagian atasnya.

Kawasan ini masih memiliki tutupan hutan relatif baik dan utuh. Terdapat

sedikitnya lima Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Das Batang Toru, DAS Aek

Kolang, DAS Bila, DAS DAS Barumum dan DAS Batang Gadis. Kondisi ini

menjadikan KHBT memiliki fungsi ekologi yang cukup tinggi sehingga sangat

penting bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan, baik sebagai pengatur tata air

maupun sebagai pencegah banjir, erosi dan tanah longsor. Selain itu, potensi ini

juga dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi PLTA Sipan Sihaporas (Midora

dan Angraeni 2007 dalam Perbatakakusuma et al. 2007).

4.3 Potensi Flora dan Fauna

KHBT memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Kawasan ini

memiliki beberapa tipe habitat. Tipe habitat yang ada di KHBT diantaranya hutan

pegunungan bawah, hutan gambut dan hutan dataran rendah. Jenis pohon yang

mendominasi tiap vegetasi berbeda-beda pada masing-masing habitat. Jenis-jenis

itu antara lain dari famili Casuarinaceae, Podocarpaceae, dan Myrtaceae. Pada

hutan dataran rendah terdapat jenis-jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae dan

Fagaceae. KHBT juga menyimpan jenis-jenis anggrek hutan, Nephentes spp. dan

Page 35: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

20

Rafflesia spp. Berdasarkan inventarisassi yang telah dilakukan kawasan ini

memiliki 688 jenis tumbuhan. Dari sekian banyak jenis tumbuhan, terdapat 8 jenis

terancam punah, 3 endemik Sumatera, 4 jenis dilindungi Peraturan Pemerintah

(PP) No. 7 Tahun 1999, 2 jenis endemik dan langka yaitu Amorphophalus baccari

dan Amorphophalus gigas. Selain itu juga terdapat 3 jenis Nephenthes yang

terancam punah (Perbatakusuma et al. 2007).

Berdasarkan inventarisasi fauna yang telah dilakukan, KHBT memiliki 67

jenis mamalia, 287 jenis burung, 110 jenis herpetofauna. Pada jenis mamalia

terdapat 20 jenis satwa dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, 12 jenis

masuk kedalam daftar terancam punah IUCN dan 14 jenis masuk kategori CITES.

Jenis-jenis satwaliar yang terancam punah antara lain ungko (Hylobathes agilis),

siamang (Symphalangus syndactilus), orangutan sumatera (Pongo abelii), harimau

sumatera (Panthera tigris sumatrae), beruang madu (Helarctos malayanus) dan

lainnya. Pada jenis burung terdapat 51 jenis dilindungi PP No. 7 Tahun 1999.

Jenis burung langka yang ditemukan di kawasan ini antara lain jenis rangkong

seperti Buceros rhinoceros, Buceros bicornis, Rhyticeros comatus dan Rhinoplax

vigil. Jenis-jenis elang seperti Ictinaetus malayensis, Spilornis cheela dan

Accipiter virgatus (Perbatakusuma et al. 2007). Pada jenis herpetofauna terdapat 4

jenis endemik, 7 jenis masuk kategori CITES dan 5 jenis terancam punah secara

global (Perbatakusuma et al. 2007).

Page 36: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

21

BAB V

HASIL

5.1 Distribusi

5.1.1 Kondisi Habitat

Area penelitian merupakan hutan hujan tropis pegunungan bawah dengan

ketinggian 900-1200 m dpl. Kawasan ini terdiri dari beberapa tipe habitat hutan

berdasarkan kombinasi struktur vegetasi dan habitat fisik, yaitu habitat hutan

gambut, Dipterocarpaceae atas, dan peralihan (Gambar 4). Habitat hutan gambut

ditandai dengan adanya tumbuhan khas seperti kantung semar dan mosses. Tajuk

pada hutan gambut didominasi oleh pepohonan dengan daun berwarna coklat

kemerahan seperti mayang merah (Palaquium sp.). Daerah peralihan ditunjukan

Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

Page 37: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

22

Page 38: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

23

5.1.2 Distribusi Ungko dan Siamang Berdasarkan VES

Perjumpaan dengan ungko dan siamang paling banyak terjadi pada saat

melakukan aktivitas pergerakan (moving). Perjumpaan juga terjadi pada saat

aktivitas makan, istirahat, bersuara dan beberapa kali aktivitas membuang

kotoran pada ungko (Gambar 6).

Gambar 6 Aktivitas istirahat pada ungko (kiri) dan makan pada siamang

(kanan).

Peta distribusi ungko dan siamang berdasarkan titik-titik perjumpaan selama

penelitian (Gambar 7). Tercatat ada 59 perjumpaan ungko (110 individu) dan 23

perjumpaan siamang (46 individu). Perjumpaan banyak terjadi di bagian timur

dan selatan, hal ini dikarenakan VES lebih difokuskan di daerah tersebut.

Berdasarkan titik-titik perjumpaan yang disajikan pada peta, dapat

menggambarkan distribusi dan besarnya populasi relatif ungko dan siamang.

Selain menggambarkan populasi relatif, data ini juga dapat menunjukan posisi

strategis untuk menjumpainya. Terlihat ada siamang dan ungko dijumpai pada

titik lokasi yang sama, namun ada beberapa lokasi hanya dijumpai ungko dan

hanya dijumpai siamang.

Page 39: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

24

Gambar 7 Peta distribusi ungko dan siamang berdasarkan VES di Stasiun Penelitian

YEL-SOCP.

Page 40: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

25

Selain kedua spesies, juga dijumpai primata lain yaitu orangutan sumatera

(Pongo abelii), simpai (Presbytis melalophos) dan beruk (Macaca nemestrina)

(Lampiran 3). Mereka sama-sama primata arboreal yang hidup di tempat sama.

Simpai dan beruk memiliki wilayah jelajah yang lebih sempit dan cukup

terkonsentrasi di suatu wilayah. Sementara orangutan memiliki wilayah jelajah

sangat luas dibandingkan jenis primata lain di area penelitian. Individu orangutan

yang sama dapat ditemukan di lokasi berbeda hingga berjarak lebih dari 3 km

dalam waktu dua hari.

5.1.3 Distribusi Ungko dan Siamang Berdasarkan Triangle Count

Selain perjumpaan langsung, titik-titik perkiraan lokasi ungko dan siamang

yang disusun berdasarkan data triangle count (Gambar 8). Triangle count

dilakukan di 4 area yang memiliki tumpang tindih. Tumpang tindih area dilakukan

karena lokasi penelitian memiliki topografi ekstrim sehingga memungkinkan

adanya suara yang tidak terdengar.

Distribusi berdasarkan triangle count menunjukan titik-titik keberadaan

siamang lebih luas daripada ungko. Hal ini disebabkan karena suara yang

dikeluarkan siamang lebih keras. Distribusi siamang terdeteksi lebih dari 1km dari

pengamat. Sementara suara ungko terdengar lebih dari 1km pada kondisi tertentu

yaitu saat lokasi sumber suara tidak terhalang bukit.

Estimasi berdasarkan titik-titik hasil triangle count (Gambar 9) mewakili

titik-titik lokasi keberadaan ungko dan siamang hasil VES (Gambar 8) dengan

area yang lebih luas. Sebagian besar area ditempati oleh kedua jenis, beberapa

lokasi terlihat hanya terdapat ungko saja atau siamang saja.

Ada beberapa lokasi yang tidak di jumpai ungko dan siamang secara

langsung, namun ada titik-titik perkiraan keberadaan berdasarkan triangulasi. Hal

ini dkarena VES tidak dilakukan di semua wilayah Stasiun Penelitian. Lokasi-

lokasi tersebut terdeteksi berdasarkan suara, selain itu jarak yang relatif dekat

dengan titik-titik perjumpaan langsung, terutama di wilayah selatan dan timur.

Page 41: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

26

Gambar 8 Peta distribusi ungko dan siamang berdasarkan triangle count di

Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

Page 42: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

27

5.1.4 Distribusi Intra dan Interspesifik

Distribusi ungko dan siamang membentuk blok-blok home range dan

teritori. Setiap Kelompok memiliki mekanisme dalam mendapatkan dan

mempertahankan daerah kekuasaan dengan vokalisasi. Posisi ditemukannya

kelompok menunjukkan daerah tersebut menjadi bagian home range. Hasil

pengamatan dan survei suara menunjukan pola pembagian wilayah ungko dan

siamang di area penelitian.

Peta sebaran ungko dan siamang dari hasil VES dan triangle count dapat

menunjukkan sketsa distribusi home range masing-masing kelompok pada ungko

dan siamang (Gambar 9). Selama penelitian dijumpai 13 kelompok ungko dan 9

kelompok siamang yang teridentifikasi ukuran dan komposisinya. Beberapa

kelompok lain dijumpai namun tidak teridentifikasi jumlah individunya yaitu

kelompok siamang SJ, SK dan SL.

Ungko dan siamang memiliki cara yang khas dalam mempertahankan

wilayahnya. Perilaku yang dilakukannya ialah vokalisasi untuk menandakan

keberadaan suatu kelompok terhadap kelompok tetangganya. Konflik antar

kelompok dapat terjadi saat terjadi pertemuan antar kelompok (encounter).

Encounter banyak terjadi di dekat perbatasan dan area tumpang tindih home

range. Secara umum pada saat encounter jantan dewasa berada pada paling depan

dan saling bertatapan dari kejauhan. Sementara betina berada di belakangnya dan

bersuara keras. Pada survei suara, encounter dapat di ketahui berdasarkan dua

vokalisasi kelompok atau lebih dalam satu lokasi. Selama penelitian, sedikitnya

terdapat 9 lokasi dijumpai encounter pada ungko dan 1 kali pada siamang.

Tumpang tindih wilayah sangat besar terjadi antara kedua spesies. Hampir

semua home range dan teritori antar kedua spesies tumpang tindih. Tumpang

tindih terjadi diperkirakan mencapai lebih dari 80% (Gambar 10). Hampir di

semua lokasi ditemukannya ungko selama penelitian ditemukan juga siamang.

Ada sebagian wilayah kelompok ungko GA tidak ditemukan siamang baik dari

perjumpaan langsung maupun tanda keberadaan berdasarkan suara. Namun,

sebagian wilayah kelompok ungko GA tumpang tindih dengan siamang kelompok

SA dan SF.

Page 43: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

28

Keterangan : area tumpang tindih; encounter

Gambar 9 Sketsa perkiraan home range kelompok ungko (kiri) dan kelompok siamang (kanan) berdasarkan VES

dan triangle count.

Page 44: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

29

Gambar 10 Sketsa tumpang tindih home range ungko dan siamang.

Ungko dan siamang memiliki persaingan dalam memanfaatkan sumberdaya

yang ada. Selama pengamatan dijumpai dua kali encounter antar keduanya.

Pertama, ungko masuk ke pohon Ficus sp. yang sama dengan siamang, namun

siamang tidak menghiraukan. Ungko hanya singgah sebentar untuk makan dan

kemudian pergi meninggalkan pohon dan siamang masih tetap di pohon. Kedua,

...... Siamang

____ Ungko encounter

Page 45: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

30

siamang memberikan respon mengusir ungko ketika datang dan ungko pergi

menjauh dengan cepat.

Persaingan antar keduanya juga terjadi dalam pemanfaatan ruang dan

sumberdaya. Perselisihan tidak dijumpai secara langsung, namun ungko dan

siamang ditemukan makan buah dan daun yang sama pada waktu yang berbeda.

Kedua jenis dijumpai memakan buah daun dan bunga (Gambar 11). Jenis-jenis

vegetasi yang sama menjadi sumber pakan bagi keduanya antara lain buah Ficus,

bunga dan buah Palaqium rostratum dan buah Camnosperma auriculatum.

Gambar 11 Perilaku makan pada ungko dan siamang: (a) siamang makan

daun, (b) ungko makan daun dan (c) ungko makan buah dan

bunga Palaqium rostratum.

5.2 Ukuran dan Komposisi Kelompok

5.2.1 Ukuran dan Komposisi Kelompok Ungko

Ungko dan siamang merupakan satwa primata yang hidup dalam kelompok-

kelompok keluarga monogami selayaknya jenis-jenis Hylobatidae lainnya. Setiap

kelompok umumnya terdiri dari sepasang induk jantan dan betina beserta anak.

Induk jantan dan betina melahirkan satu anak per kelahiran serta hidup bersama

hingga menjelang dewasa dan keluar membentuk kelompok baru. Anak dapat

hidup dengan induknya hingga berumur ± 10 tahun, dengan rentang waktu

kelahiran 3,2 tahun (Mitani 1990) maka satu kelompok dapat berjumlah 5

individu dengan 3 anak didalamnya.

Selama pengamatan di stasiun penelitian ada 14 kelompok ungko yang

teridentifikasi. Ukuran kelompok ungko yang bervariasi antara 2-5 individu per

Page 46: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

31

kelompok. Kelompok dengan ukuran 3 individu memiliki persentase terbanyak

yaitu 64% (9 kelompok) kemudian diikuti 2 dan 4 individu masing-masing 14%

dan 5 individu sebesar 7% (Gambar 12). Setiap kelompok ungko sebagai satwa

monogami umumnya memiliki 1 jantan dewasa, 1 betina dewasa sebagai

pasangan dan 1-2 anak sebelum mandiri serta memisahkan diri untuk membentuk

kelompok baru.

Gambar 12 Ukuran kelompok ungko di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

Individu-individu pada kelompok memiliki komposisi baik dari jenis

kelamin maupun kelas umur. Ungko memiliki variasi warna rambut yang dapat

hidup dalam satu kelompok. Komposisi kelompok dapat menunjukan pola

kelangsungan hidup dalam berkembang biak. Selain itu komposisi tiap kelompok

juga mempengaruhi sistem sosialnya.

Selama pengamatan tercatat 14 kelompok dengan komposisi bervariasi

(Tabel 3). Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan jantan dan betina (sex ratio)

secara menyeluruh sebesar 19:17. Hal ini wajar karena ungko merupakan salah

satu jenis Hylobates yang dikenal monogami. Dari 44 individu ungko yang

ditemukan, ada 8 individu tidak teridentifikasi jenis kelaminnya. Delapan individu

tidak teridentifikasi kelamin sebagian besar merupakan bayi (umur <2 tahun) dan

beberapa anak (umur 2-6 tahun). Komposisi kelas umur pada kelompok ungko

memiliki perbandingan dewasa:pra-dewasa:anak:bayi berturut-turut sebesar

62,90:9,10:11,36:13,64.

14

64

14

7 0

20

40

60

80

1 2 3 4 5

pe

rse

nta

se

Ukuran kelompok (individu)

rata-rata = 3,14 ind/kel

Page 47: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

32

Page 48: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

33

kelompok ungko yang terdeteksi, tercatat 48% kelompok berwarna rambut hitam

semua, 23% berwarna kuning dan 29% berwarna campuran kuning hitam.

5.2.2 Ukuran dan Komposisi Kelompok Siamang

Hasil pengamatan tercatat 9 kelompok siamang yang teridentifikasi. Ukuran

kelompok siamang bervariasi antara 1-4 individu per kelompok. Kelompok

dengan ukuran 3 individu memiliki persentase terbanyak yaitu 67% (6 kelompok).

Sama seperti kelompok ungko, setiap kelompok siamang juga merupakan satwa

monogami yang umumnya memiliki 1 jantan dewasa, 1 betina dewasa sebagai

pasangan dan 1-2 anak sebelum mandiri serta memisahkan diri untuk membentuk

kelompok baru.

Ukuran kelompok siamang di lokasi penelitian sebesar 2,78

individu/kelompok, lebih kecil dibandingkan ungko (3,14 individu/kelompok).

Pada siamang jarang ditemui kelompok lebih dari 3 individu dan hanya ada 14%

kelompok dengan 4 individu yang merupakan kelompok dengan anggota terbesar

(Gambar 14). Berbeda dengan ungko, ada 21% kelompok yang anggotanya lebih

dari 3 individu dan dijumpai juga kelompok dengan 5 individu.

Gambar 14 Ukuran kelompok siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT.

Selama pengamatan dijumpai 9 kelompok siamang yang seluruhnya

berjumlah 25 individu dengan komposisi bervariasi (Tabel 4). Terdapat 19

individu teridentifikasi jenis kelaminnya yaitu 10:9 betina dan jantan. Komposisi

kelas umur pada kelompok siamang memiliki persentase dewasa:pra-

dewasa:anak:bayi sebesar 68:4:20:8 (Tabel 4).

11 11

67

11

0

20

40

60

80

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Ukuran kelompok (individu)

rata-rata = 2,78 ind/kel

Page 49: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

34

Tabel 4 Komposisi kelompok siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT

Kelompok Dewasa Pra-dewasa Anak

Bayi Σ B J J B J B ?

SA 1 - - - - - - - 1

SB 1 1 - - 1 - - 1 4

SC 1 1 - 1 - - - - 3

SD 1 1 - - - - 1 - 3

SE 1 1 - - - - 1 - 3

SF 1 1 - - - - - - 2

SG 1 1 - - - - 1 - 3

SH 1 1 - - - - - 1 3

SI 1 1 - - - - 1 - 3

Σ 9 8

1 1

4 2 25

Persentase 36 32 0 4 4 0 16 8 100

68 4 20 8 100

Ket: J = jantan; B = betina; ? = tidak teridentifikasi

Warna rambut hitam antara siamang dan ungko memiliki perbedaan.

Perbedaan warna hitam pada ungko dan siamang terlihat mencolok pada saat

terkena sinar matahari langsung (Gambar 15). Siamang memiliki warna rambut

hitam pekat. Warna rambut hitam ungko tidak pekat dan lebih terlihat pudar

menuju coklat.

Gambar 15 Beda kehitaman warna rambut antara siamang (kiri) dan

ungko versi hitam (kanan).

5.2 Kepadatan Populasi

Kepadatan populasi merupakan banyaknya individu per satuan luas.

Kepadatan satwaliar cukup sulit diketahui karena sifat liar itu sendiri. Namun, ada

metode yang memudahkan hal tersebut. Primata jenis-jenis Hylobatidae seperti

ungko dan siamang memiliki vokalisasi khas yang dapat mempermudah

mengetahui kepadatan yaitu dengan metode triangle count. Vokalisasi yang

dimaksud dalam metode triangle count yaitu group call dan duet call jantan dan

Page 50: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

35

betina dewasa pada setiap kelompok. Vokalisasi dapat menunjukan informasi

keberadaan kelompok di suatu titik lokasi. Vokalisasi solo tidak dipakai karena

tidak menunjukan suatu kelompok.

Kepadatan populasi pada Hylobatidae dapat menunjukan besarnya

persaingan, tumpang tindih wilayah (home range) antar kelompok sejenis dan

keberlangsungan hidup suatu spesies dalam mempertahankan keturunannya.

Kepadatan yang besar akan mengakibatkan tingginya persaingan dan tumpang

tindih wilayah. Namun kondisi ini lebih menjamin kelestarian spesies tersebut

daripada kepadatan yang rendah dalam habitat yang normal. Belum diketahui

secara pasti mengenai kepadatan ideal pada ungko dan siamang.

Hasil kepadatan ungko di Stasiun Penelitian YEL-SOCP disajikan dalam

Tabel 5. Berdasarkan hasil data yang dipetakan menggunakan ArcGis 9.3, area

dengar efektif triangle count sebesar 2,64 ha. Area dengar efektif dipengaruhi

oleh pemilihan pos pendengaran dan topografi area survei. Hambatan suara pada

survei adalah terhalang bukit, arah angin dan suara bising di sekitar pos. Pos

pendengaran yang baik yaitu berada pada lokasi tertinggi di areanya sehingga

dapat mengurangi hambatan.

Tabel 5 Kepadatan ungko di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT

Area Estimasi Area

Dengar Area Dengar

Efektif Grup

Terdengar p (1) m (hari) p (m)

Kepadatan

kel/km2 ind/km2

(km2) (km2)

1 4,53 2,36 12,00 0,52 5,00 0,98 5,19 16,30

2 4,79 2,28 12,00 0,60 4,00 0,98 5,37 16,86

3 4,73 2,39 12,00 0,48 4,00 0,93 5,40 16,96

4 4,79 3,54 16,00 0,75 4,00 1,00 4,52 14,19

Rerata 4,71 2,64 13,00 0,59 4,25 0,97 5,12 16,08

ket: p (1): probabilitas rata-rata; m: jumlah hari pengamatan; p (m): proporsi bersuara kelompok

Pengamatan yang dikukan selama 4-5 hari pada setiap area, rata-rata

kelompok terdengar setiap pada area sebanyak 13 kelompok. Berdasarkan analisis

data yang dilakukan, rata-rata kepadatan ungko sebesar 5,12 kelompok/km2.

Mengacu rata-rata ukuran kelompok ungko berdasarkan pengamatan langsung

pada 14 kelompok yaitu 3,14 per kelompok, didapat estimasi kepadatan ungko

sebanyak 16,08 individu/km2. Hasil yang sedikit berbeda ditunjukan pada area ke-

4, berdasarkan teknisnya hal ini dikarenakan pos yang digunakan lebih strategis

sehingga luas area dengar efektif dan kelompok yang terdengar lebih banyak.

Page 51: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

36

Hasil analisis data pengamatan siamang disajikan pada Tabel 6. Luasan area

dengar efektif rata-rata dari 4 area sebesar 2,85 ha dengan kepadatan rata-rata 3,37

kelompok/km2. Sama halnya dengan ungko, berdasarkan ukuran rata-rata

kelompok siamang sebesar 2,28 individu/kelompok, didapatkan kepadatan rata-

rata sebesar 9,37 individu/km2.

Tabel 6 Kepadatan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT

Area Estimasi Area

Dengar

Area Dengar

Efektif Grup

Terdengar p (1) m (hari) p (m)

Kepadatan

(km2) (km2) kel/km2 ind/km2

1 4,53 2,12 8,00 0,40 5,00 0,93 4,06 11,29

2 4,79 3,35 8,00 0,53 4,00 0,95 2,51 6,98

3 4,73 2,67 10,00 0,63 4,00 0,98 3,82 10,62

4 4,79 3,27 10,00 0,45 4,00 0,99 3,09 8,59

Rerata 4,71 2,85 9,00 0,50 4,25 0,96 3,37 9,37

ket: p (1): probabilitas rata-rata; m: jumlah hari pengamatan; p (m): proporsi bersuara kelompok

5.3 Perilaku Bersuara

Perilaku bersuara memiliki peranan penting bagi satwa primata Hylobatidae.

Satwa ini tergolong satwa teritorial dan suara menjadi komunikasi sosial baik

antar individu dalam kelompok maupun komunikasi antar kelompok. Ungko dan

siamang melakukan vokalisasi dapat diartikan sebagai penanda teritorinya dan

sebagai media pembagian wilayah antar kelompok serta sebagai komunikasi antar

pasangan dalam satu kelompok. Hasil pengamatan menunjukan waktu dan

tahapan perilaku bersuara. Jantan dan betina memiliki suara dengan tahapan dan

waktu yang berbeda. Vokalisasi dapat dilakukan solo maupun duet dan juga dapat

berupa vokalisasi kelompok.

Ungko mulai bersuara sebelum matahari terbit. Suara yang dikeluarkan

sebelum matahari terbit dilakukan oleh individu jantan dewasa disebut dawn call,

sementara vokalisasi dengan tipe yang sama setelah matahari terbit disebut male

solo. Awal waktu dawn call bervariasi tiap harinya, yaitu tercatat paling awal

pada pukul 05.03 WIB (Gambar 16). Pada beberapa kondisi berbeda, dawn

call/male solo diawali pada pukul 07.42 WIB. Selama penelitian tercatat ada 103

vokalisasi dalam 17 kali pengamatan. Secara umum, aktivitas suara ini diawali

antara pukul 05.30 sampai 05.59 WIB sebanyak 52 %. Dawn call/male solo

diakhiri sebelum pukul 08.00 WIB.

Page 52: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

37

Gambar 16 Grafik pemilihan waktu dawn call/male solo pada ungko dalam tujuh

periode waktu pengamatan dihitung dari frekuensinya.

Jenis kelamin individu Hylobatidae dapat dibedakan berdasarkan suaranya

(vokalisasi). Betina menghasilkan vokalisasi lebih menonjol, nyaring, melengking

dan panjang yang biasa disebut great call. Great call dibagi menjadi tiga fase,

yaitu pre-trill, trill dan post-trill. Sangat berbeda dengan vokalisasi jantan yang

lebih pendek (male solo). Male solo merupakan vokalisasi jantan yang berurutan

tanpa jeda oleh fase atau not vokalisasi betina (Duma 2007).

Jantan dewasa bersuara pagi sebagai awal aktivitas setelah bangun dan

kemudian berpindah untuk mencari makan. Umumnya setelah ungko jantan

melakukan dawn call/male solo pada awal bersuara, kemudian betina dewasa

membalasnya dengan great call dan dawn call berhenti. Setelah selang beberapa

waktu kelompok ungko melakukan duet call maupun group call yaitu great call

oleh betina dewasa yang langsung diikuti coda jantan dewasa

Great call dapat dilakukan oleh dua betina sekaligus atau biasa disebut

double great call. Double great call dapat dilakukan oleh kelompok yang

memiliki anak betina remaja atau hingga dewasa. Begitu juga dengan jantan,

suara balasan dapat dilakukan double pada kelompok yang memiliki anak jantan

atau hingga dewasa. Berbeda dengan ungko, siamang bersuara setelah matahari

terbit. Pada siamang juga ada vokalisasi double seperti ungko. Bedanya, suara

jantan pada siamang dilakukan pada saat great call betina belum selesai atau pada

tengah-tengah dan mengikuti alur suara betina.

0

14

52

21

7 2 4

0

0

10

20

30

40

50

60

Pe

rse

nta

se

Pukul (WIB)

Page 53: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

38

Selama pengamatan tercatat ada 325 group call dalam 16 hari oleh

kelompok ungko. Ungko melakukan group call paling awal yaitu sebelum pukul

06.00 WIB tercatat 2%. Terlihat pada Gambar 16, mulai pukul 06.00 WIB

frekuensi bersuara ungko mulai terus naik hingga mencapai puncaknya pada

pukul 08.00 WIB dan menurun setelahnya hingga tidak terdengar lagi setelah

pukul 11.00 WIB. Frekuansi vokalisasi ungko paling tinggi pada pukul 07.00 –

08.00 WIB sebesar 36%.

\

Gambar 17 Grafik perbandingan aktivitas group call ungko dan siamang pada

tujuh periode waktu pengamatan, dihitung dari frekuensinya.

Tercatat ada 150 group call siamang selama 16 hari pengamatan. Siamang

melakukan vokalisasi paling awal yaitu sebelum pukul 08.00 WIB sebanyak 2%.

Namun siamang memulai vokalisasi pertamanya paling banyak pada pukul 09.00-

10.00 WIB sebanyak 27%. Pemilihan waktu awal panggil siamang 1 jam sebelum

dan sesudah waktu terbanyak tidak berbeda jauh. Dengan kata lain siamang

cenderung melakukan vokalisasi awal pada pukul 08.00-11.00.

Gambar 17 menunjukan adanya kecenderungan pergantian aktivitas panggil

yang dilakukan antara ungko dan siamang dari segi waktu. Ketika frekuensi

vokalisasi ungko menurun, pada saat itu frekuensi vokalisasi siamang meningkat

hingga mencapai puncaknya. Kedua jenis ini sudah sedikit mengawali vokalisasi

setelah pukul 11.00 WIB, bahkan pada ungko tidak ada yang memulai vokalisasi

setelah pukul 11.00 WIB.

Probabilitas vokalisasi menunjukan kemungkinan kelompok melakukan satu

kali vokalisasi dalam waktu tertentu.Hal ini penting diketahui dalam penggunaan

2

34 36

18

8 3

0 0 2

12

25 27 24

10

-

5

10

15

20

25

30

35

40

5-6 6-7 7-8 8-9 9-10 10-11 11-12

Pe

rse

nta

se

Pukul (WIB)

ungko

siamang

Page 54: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

39

triangel count untuk menunjukan minimal jumlah hari pengamatan untuk

menghindari kelompok yang tidak melakukan vokalisasi selama pengamatan.

Probabilitas vokalisasi kelompok ungko dan siamang disajikan pada Tabel

2. Semua probabilitas ungko dan siamang mencapai 100% pada hari ke-4, namun

ada beberapa area yang sudah mencapai 100% pada hari ke-3 yaitu pada area 3

untuk ungko dan area 2 untuk siamang. Rata-rata kelompok bersuara pada setiap

area sebanyak 13 kelompok ungko dan 9 kelompok siamang.

Tabel 7 Probabilitas vokalisasi kelompok ungko dan siamang

Hari ke- Ungko

Rerata Siamang

Rerata Area 1 Area 2 Area 3 Area 4 Area 1 Area 2 Area 3 Area 4

1 50,00 50,00 58,33 50,00 52,08 25,00 62,50 50,00 50,00 46,88

2 66,67 91,67 75,00 62,50 73,96 62,50 87,50 70,00 60,00 70,00

3 83,33 91,67 100 93,75 92,19 75,00 100 80,00 90,00 86,25

4 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

5 100

100 100

100

Σ Kel. 12 12 12 16

8 8 10 10

Rerata

13

9

Page 55: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

40

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Distribusi

6.1.1 Kondisi Habitat

Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) menunjukan sebagai hutan

pegunungan bawah yang baik. Indikatornya adalah masih ditemukan satwa-satwa

yang sensitif terhadap kerusakan dan gangguan dari luar seperti ungko (H. agilis),

siamang (S. syndactylus), orangutan (Pongo abelii), harimau sumatera (Panhtera

tigris sumatrae), beruang madu (Helarctos malayanus) dan tapir (Tapirus indicus)

(camera trap Stasiun Penelitian). Kondisi hutan yang baik juga ditunjukan dengan

kualitasnya menyediakan sumberdaya alam bagi kehidupan satwa-satwa

didalamnya.

Lokasi Stasiun Penelitian YEL-SOCP di KHBT berada pada posisi relatif

aman dari gangguan. Kegiatan yang mengganggu keberadaan ungko dan siamang

adalah pengalihan fungsi lahan menjadi kebun karet yang dilakukan masyarakat

sekitar hutan di wilayah barat Stasiun Penelitian. Sebelah timur merupakan hutan

produksi yang dikelola oleh HPH, sementara disebelah utara dan selatan terdapat

lokasi pertambangan. Kondisi ini memungkinkan satwa akan bergerak menuju

kawasan hutan lindung dimana kondisi hutan masih baik.

Sebaran Hylobatidae dapat berubah dengan adanya beberapa gangguan yang

memaksanya berpindah dan merubah wilayahnya. Gangguan yang mempengaruhi

antara lain adanya aktivitas manusia dan pemukiman penduduk sehingga dapat

menyebabkan kerusakan hutan serta fragmentasi habitat (Sultan 2009). Geissman

et al. (2006) menunjukan populasi ungko dan siamang di Sumatera Selatan

semakin berkurang akibat aktivitas manusia yang membuat hutan terpisah-pisah

(patches) dan adanya penanaman karet secara monokultur meski masih

menyisakan beberapa pohon aslinya.

Iskandar (2007) menjelaskan, penyebaran Hylobatidae tergantung pada

kualitas habitatnya. Kualitas habitat yang semakin baik, akan semakin banyak

pula jumlah kelompok yang ada didalamnya. Kondisi habitat seperti ini

memungkinkan kepadatan kelompok semakin tinggi dan jarak antar kelompok

Page 56: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

41

semakin berdekatan. KHBT memiliki ciri habitat yang baik seperti yang

dijelaskan Sultan (2009) yaitu memiliki kerapatan tajuk yang rapat untuk

menunjang pergerakan brakhiasi, memiliki ketersediaan sumber pakan yang besar

dan kawasan minim interaksi dengan manusia atau jauh dari pemukiman

penduduk (> 4 km dari pemukiman).

6.1.2 Distribusi Ungko dan Siamang di Area Penelitian

Tiga spesies Hylobatidae tinggal di hutan hujan tropis Sumatera: siamang

(Symphalangus syndactylus), owa tangan putih (H. lar), dan ungko (H. agilis):

Groves 1972; Wilson dan Wilson 1976; Rijksen 1978). Owa tangan putih hidup

simpatrik dengan siamang di Sumatera bagian ujung utara, sedangkan ungko

simpatrik dengan siamang di Sumatera bagian utara hingga selatan. Distribusi

ungko dan owa tangan putih dipisahkan oleh Danau Toba di Sumatera Utara,

sehingga kawasan Hutan Batang Toru merupakan wilayah distribusi simpatrik

ungko dan siamang paling utara.

Ungko dan Siamang tersebar hampir di seluruh area Stasiun Penelitian

YEL-SOCP. Keduanya hidup dalam kelompok keluarga monogami dan termasuk

satwa teritorial (Chivers 1974; Bartlett 2003) dan memanfaatkan habitat yang

relatif sama. Aktivitas hidup keduanya dilakukan di tajuk-tajuk pohon. Mereka

merupakan satwa frugivorous, namun juga memakan daun, bunga dan serangga

(Chivers 1974; Palombit 1997). Peta distribusi menunjukan di seluruh kawasan

mampu menampung ruang dan sumberdaya bagi mereka (Gambar 7; Gambar 8).

Penggunaan metode untuk mengetahui distribusi ungko dan siamang

dilakukan dengan cara VES dan survei suara (triangle count). VES dapat

menunjukkan posisi serta komposisi satwa secara langsung sehingga informasi

yang didapat lebih lengkap dan akurat. Namun metode ini memiliki keterbatasan

dalam area jangkauanya. Berbeda dengan triangle count, jangkauan untuk

mengetahui posisi dan keberadaan lebih luas karena suara keduanya dapat

terdengar hingga lebih dari 1 km. Kedua metode ini dapat saling melengkapi data

yang didapat, selain itu juga menjadi perbandingan dalam mengoreksi agar data

lebih mendekati kondisi sesungguhnya.

Perjumpaan dan tanda keberadaan ungko dan siamang dapat mengambarkan

besar populasi relatif mereka. Kelompok ungko lebih sering dijumpai di bukit

Page 57: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

42

hutan dipterocarpaceae daripada hutan dataran rendah (Yanuar 2009). Wilson et

al. (1976) melaporkan ungko biasanya tinggal di ketinggian yang lebih tinggi dan

jarang terlihat di hutan dataran rendah di sebelah barat Pegunungan Barisan,

sedangkan di bagian timur Sumatera mereka yang umum di dataran rendah.

Sementara siamang di Sumatera lebih melimpah di hutan dataran rendah.

6.1.1 Distribusi Intra dan Interspesifik

Home range menjadi wilayah yang ditempati dan dimanfaatkan selama

masa sepanjang hidup dewasanya. Terjadi tumpang tindih wilayah antar

kelompok. Sebagian wilayah di dalamnya merupakan teritori, di mana teritori

pada ungko merupakan wilayah yang dipertahankan dan kelompok dapat

mengusir kelompok lain yang akan masuk (Burt 1943 dalam Gittins 1980).

Ellefson (1974) melaporkan ada 25-75 m diluar teritori H. lar menjadi wilayah

yang dapat tumpang tindih dengan kelompok tetangga. Sementara pada siamang,

Chivers (1974) melaporkan 50-100 m di luar teritori.

Sebagai satwa teritorial, ada daerah kekuasaan yang dipertahankan masing-

masing kelompok. Tiap spesies memiliki mekanisme tersendiri dalam

mempertahankan teritori (intraspesifik). Interaksi perselisihan antar kelompok

menunjukan perilaku teritorial. Pembagian wilayah antar kelompok dilakukan

menggunakan suara keras sebagai tanda keberadaan kelompok. Meskipun

demikian perselisihan dapat terjadi untuk memperebutkan wilayah atau ada

penyusupan dari kelompok lain. Terlebih lagi dengan adanya kelompok baru yang

belum memiliki wilayah. Perselisian banyak ditemukan di pinggiran home range

karena di wilayah ini memiliki peluang besar terjadinya encounter antar

kelompok. Kemungkinan terjadinya encounter diantaranya karena pertemuan

yang tidak disengaja antar kelompok, kelompok mendeteksi keberadaan

kelompok lain di dekat wilayahnya dari suara, dan perilaku patroli yang

dilakukan. Namun sampai saat ini belum diketahui penyebab utama dan

membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini, sementara ini yang paling

mungkin adalah pertemuan yang terjadi tidak disengaja (Gittins 1980).

Perselisihan akan lebih banyak terjadi pada saat terbentuknya kelompok

baru. Individu jantan pra dewasa akan keluar dari kelompoknya untuk

mendapatkan pasangan dan mencari wilayah kekuasaan sendiri. Awalnya pejantan

Page 58: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

43

keluar dari kelompok namun masih dalam wilayah induknya dan biasanya di

tepian perbatasan. Setelah kelompok baru terbentuk maka mereka harus berjuang

untuk mendapatkan teritorinya dengan ancaman dari kelompok lain. Wilayah

yang mungkin ditempati mereka diantaranya sebagian wilayah kelompok

induknya, wilayah yang belum ada pemiliknya dan berjuang mendapatkan

wilayah kelompok lain. Saat kelompok baru mampu mengusir kelompok lain di

wilayah ini maka kelompok ini telah mendapatkan tempat untuk hidup

(MacKinnon et al.1977). Pertahanan wilayah selanjutnya dilakukan seperti

kelompok lain dengan melakukan vokalisasi keras untuk menunjukan kepemilikan

wilayahnya.

Konflik pada kelompok ungko lebih sering terjadi daripada kelompok

siamang. Hal ini di karenakan kepadatan ungko lebih besar. Hutan pegunungan

bawah dan Dipterocarpaceae atas diketahui merupakan habitat baik untuk ungko,

dan ungko lebih banyak ditemukan di habitat ini (Yanuar 2009). Selain itu ungko

juga memiliki mobilisasi lebih aktif dan acak. Perilaku bersuara ungko sebagai

penanda wilayah dilakukan secara bebas dan spontan serta dilakukan cenderung

bukan sebagai respon atas kelompok tetangganya (Brockelman et al. 1987).

Siamang menunjukan pembagian wilayah yang lebih teratur, jarang dijumpai

perselisihan antar kelompok pada siamang. Sepertinya suara keras siamang efektif

sebagai komunikasi pembagian wilayah antar kelompok. Siamang bersuara keras

sebagai respon atas kelompok tetangganya (Bates 1970).

Terdapat sebagian wilayah di Stasiun Penelitian tidak dijumpai siamang

baik secara langsung maupun tanda keberadaan berdasarkan suara. Lokasi ini

diantara kelompok siamang SA, SB, SD, SF, dan SJ (Gambar 9) tidak dimiliki

kelompok manapun. Hal yang paling mungkin adalah wilayah tersebut di tinggal

pemiliknya atau mati, selain itu mungkin juga memang belum ada kelompok yang

masuk kedalamnya. Kemungkinan lain adalah pengaruh dari kelompok ungko GA

dengan 4 individu hitam yang hidup di wilayah tersebut. Namun belum jelas

diketahui penyebabnya dan masih perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut.

Hal yang menarik adalah terjadinya tumpang tindih yang sangat besar antara

wilayah kelompok pada siamang dan ungko. Kondisi simpatrik membuat

keduanya memiliki mekanisme hidup masing-masing agar tetap dapat hidup

Page 59: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

44

bersama. Mereka memiliki mekanisme pemanfaatan ruang dan sumberdaya sangat

erat, namun tidak berada pada relung ekologi yang sama sehingga dapat hidup

simpatrik (interspesifik) (Raemaker 1984).

Siamang yang memiliki ukuran tubuh hingga dua kali lipat daripada ungko

memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan. Berdasarkan perilaku

bersuara, ungko yang lebih pagi melakukan vokalisasi menunjukan aktivitas yang

lebih awal daripada siamang. Saat vokalisasi siamang mulai terdengar dan

mencapai puncaknya, vokalisasi ungko semakin menurun dan kemudian

menghilang. Meskipun keduanya merupakan satwa diurnal serta memanfaatkan

sumberdaya dan ruang yang hampir sama, namun waktu beraktifitasnya berbeda

sehingga keduanya dapat hidup simpatrik.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa keduanya memiliki perbedaan dalam proporsi

pakan dan perilaku yang lebih spesifik. Secara umum, Hylobates adalah spesialis

buah masak yang menggunakan buah ficus sebagai sumber makanan utama

(Polomnit 1997; Chivers 2001). Meskipun banyak asumsi bahwa siamang adalah

folivorous benar di beberapa lokasi, namun gagasan bahwa siamang bergantung

pada buah ficus ke tingkat yang sama seperti Hylobates banyak ditemukan dalam

berbagai penelitian (Palombit 1997; Chivers 2000; Elder 2009).

Kesamaan ekologi keduanya dan hidup pada lokasi yang sama memberikan

pertanyaan mekanisme mereka sehingga dapat hidup berdampingan. Berdasarkan

ukuran tubuh, siamang diperkirakan memiliki keunggulan dalam persaingannya

dengan ungko (Raemakers 1978). Ukuran tubuh yang besar memberikan

peningkatan kekuatan dalam mendapatkan sumberdaya. Hal ini menunjukan

penguasaan yang lebih dominan oleh siamang dalam persaingannya dengan ungko

menguasai wilayah beserta sumberdaya di dalamnya.

Kondisi dominan pada siamang bukan berarti dapat menempati semua ruang

dan kesempatan setiap saat, sehingga ungko dapat memanfaatkannya dan dapat

hidup walaupun terjadi tumpang tindih wilayah dengan membagi posisi dan

waktu. Dominasi siamang dalam menguasai wilayah dapat diatasi ungko dengan

kecepatan dan kemampuan pergerakan serta jangkauan yang lebih baik. Bahkan,

usaha dan energi siamang untuk bergerak lebih besar karena tubuh mereka lebih

Page 60: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

45

besar namun panjang tungkai yang hampir sama dengan ungko sehingga

langkah/jangkauannya lebih pendek (Raemaekers 1979 dalam Raemaekers 1984).

Siamang mungkin memiliki jelajah harian yang sedikit lebih pendek dan

pergerakan lebih lambat daripada ungko. Ukuran tubuh ungko yang kecil

membuatnya lebih mudah mengekplorasi tajuk baik dalam perjalananya maupun

mendapatkan makanan di ujung-ujung tajuk di mana cabang dan ranting yang

kecil. Kondisi ini tidak memungkinkan bagi siamang karena siamang lebih

terbatas untuk bergerak pada cabang-cabang pohon kecil. Jadi kedua jenis dapat

hidup simpatrik dengan membagi ruang dan menyiasati persaingan agar lebih

damai menggunakan strategi beraktivitas seperti mencari makan yang berbeda

menyesuaikan kelebihan masing-masing. Kondisi yang membedakan antara

siamang dan ungko juga dapat menargetkan makanan yang berbeda baik dari

proporsi, distribusi ataupun keduanya (Elder 2009).

6.2 Ukuran dan Komposisi Kelompok

6.2.1 Ukuran dan Komposisi Kelompok Ungko

Ungko merupakan primata yang hidup dalam kelompok monogami. Induk

jantan dan betina dewasa akan melahirkan anak sebagai bagian anggota kelompok

hingga fase anak menjadi dewasa untuk kemudian keluar dari kelompok

membentuk kelompok baru. Ungko memasuki fase dewasa setelah berumur 8

tahun. Mitani (1990) menyebutkan interval minimal kelahiran ungko adalah 3,2

tahun, sehingga secara umum satu kelompok ungko dapat mencapai 5 individu.

Bahkan dapat dijumpai juga kelompok dengan 6 individu (Duma 2007).

Fenomena kelompok dengan >4 individu dikarenakan adanya anakan dewasa

belum mendapatkan pasangan atau betina dewasa maupun jantan dewasa

memiliki pasangan lebih dari satu.

Ukuran kelompok ungko di area penelitian menunjukan ukuran yang umum.

Beberapa hasil penelitian di lokasi berbeda menunjukan kelompok ungko dengan

3 individu paling banyak dijumpai (Bangun 2007; Sultan 2009). Begitu juga

dengan Hylobates agilis albibarbis di Pulau Kalimantan (Suyanti 2007; Duma

2007).

Belum jelas diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi pewarisan

warna rambut pada ungko termasuk dominasi serta kecenderungan pewarisan

Page 61: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

46

warna rambut pada kelompok dengan induk yang berbeda warna rambut.

Kelompok campuran hitam dan kuning menghasilkan keturunan dengan peluang

yang sama mengenai pewarisan warna rambut. Ada yang menghasilkan anak

dengan warna rambut hitam dan ada juga yang menghasilkan anak berambut

kuning.

Berdasarkan warna rambut, ungko dapat memilih pasangannya secara acak,

tidak terlihat adanya kecenderungan memilih pasangan dengan warna rambut

yang sama. Walaupun sebagian besar kelompok ungko yang ditemukan memiliki

semua anggota berwarna hitam (43%) seperti disajikan paga Gambar 12. namun

banyak juga kelompok dengan anggota campuran antara ungko berambut hitam

dan kuning (36%). Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai warna

rambut baik dari segi genetik maupun perilaku sosialnya untuk menunjukan

seberapa jauh pengaruh warna rambut dalam kehidupan ungko.

Beberapa peneliti berpendapat perbedaan/pewarisan warna rambut pada

ungko dipengaruhi adanya faktor genetik dan/atau adanya persilangan atar sub-

spesies bahkan antar spesies. Berdasarkan distribusi beberapa spesis dan sub

spesies dintaranya H. lar dan 2 sub-spesies H. agilis, Bangun (2007) menjelaskan

adanya kemungkinan persilangan antar ketiganya sehingga mempengaruhi

pewarisan warna rambut. Geismann (2006) menunjukan adanya persilangan

antara H. lar dan H. agilis ungko di Thailand dan Semenanjung Malaysia yang

menghasilkan anak dengan variasi warna rambut hitam, kuning dan coklat.

6.2.1 Ukuran dan Komposisi Kelompok Siamang

Siamang memiliki pola hidup berkelompok mirip dengan ungko. Ukuran

kelompok di Stasiun Penelitian YEL-SOCP, KHBT termasuk kecil bila

dibandingkan dengan ukuran kelompok di beberapa lokasi berbeda. O‟brian et al.

(2004) melaporkan ukuran kelompok siamang sebesar 3,75 dan 3,9

individu/kelompok pada 2 lokasi berbeda di TN Bukit Barisan Selatan, Bashari

(1999) melaporkan 2,9 individu/kelompok di kawasan hutan Sumatera Selatan,

Chivers et al.(1978) menunjukan ukuran kelompok sebesar 3,5 individu/

kelompok, Rinaldi (1992) sebesar 3,29 individu/kelompok di TN Way Kambas,

serta MacKinnon (1976) di Ranun; Rijksen (1976) di Ketambe; Wilson et al.

Page 62: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

47

(1977) dalam Chivers (1977) berturut-turut sebesar 3,3;4,1;3,8 individu/

kelompok.

Ukuran kelompok yang termasuk kecil disebabkan banyaknya kelompok-

kelompok yang baru terbentuk sehingga belum melahirkan banyak anak. Angka

ini juga dipengaruhi adanya 1 betina soliter yang dianggap kelompok. Betina ini

memang hidup sendiri tanpa pasangan namun terlihat memiliki hubungan dekat

dengan satu kelompok beranggotakan 3 individu karena memiliki tumpang tindih

home range cukup besar dan beberapa kali dijumpai melakukan vokalisasi

bersama-sama di lokasi yang berdekatan.

6.3 Kepadatan Populasi

Area dengar efektif antar kedua spesies menunjukan angka berbeda.

Siamang memiliki kemampuan bersuara lebih keras dibandingkan ungko,

sehingga jangkaun luasan survei suara pada siamang lebih luas. Penelitian ini

menggunakan estimasi area dengar dengan radius 1 km dari masing masing pos

pendengaran (Brockelman et al. 1993; Buckley et al. 2006; Cheyne et al. 2008 ).

Radius 1 km diambil dengan pertimbangan suara keras kedua spesies dapat

terdengar efektif, meskipun vokalisasi keras kedua spesies mampu terdengar lebih

dari 1km bahkan hingga mencapai 2 km di hutan dengan kondisi tertentu (O‟Brien

et al. 2004).

Penelitian ini yang dilakukan di habitat hutan Dipterocarpaceae dan hutan

pegunungan bawah. Hasil penelitian ini menunjukan kepadatan yang lebih tinggi

ungko (5,13 kelompok/km2) daripada siamang (3,37 kelompok/km

2). Yanuar

(2009) melaporkan kepadatan tertinggi di Taman Nasional Kerinci Sebelat

siamang mencapai 5,4 kelompok/km2

di hutan pegunungan atas dan 5,0

kelompok/km2

di hutan dataran rendah. Sementara, ungko kepadatan tinggi di

hutan Dipterocarpaceae sebesar 3,8 kelompok/km2

dan hutan pegunungan bawah

3,6 kelompok/km2. Sama halnya dengan hasil O‟Brien et al. (2004) di Taman

Nasional Buki Barisan Selatan namun kepadatan siamang dan ungko lebih kecil di

setiap tipe habitat. Hasil penelitian diatas menunjukan hutan Dipterocarpaceae dan

hutan pegunungan bawah seperti di Stasiun Penelitian YEL-SOCP menjadi

habitat terbaik bagi ungko di Sumatera.

Page 63: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

48

Kepadatan kelompok ungko cenderung meningkat dari selatan ke utara di

Sumatera. Sebaliknya, siamang menunjukan penurunan kepadatan dan ukuran

kelompok dari selatan ke utara. Sehingga posisi KHBT yang berada di ujung utara

distribusi ungko di Sumatera memungkinkan kepadatan ungko lebih besar dari

dan kepadatan siamang lebih kecil di bagian selatan Sumatera seperti dilaporkan

O‟Brien et al. (2004) dan Yanuar (2009)

Secara umum bila dibandingkan dengan populasi di beberapa daerah

berbeda, baik ungko maupun siamang di area penelitian termasuk tinggi di

Sumatera. Mitani (1990) melaporkan H. albibarbis di Taman Nasional Gunung

Palung, Kalimantan Barat. Ada kondisi berbeda antar kedua tempat yang mungkin

mempengaruhi kepadatan ungko cenderung lebih rendah di Sumatera yaitu

adanya siamang yang menjadi kompetitor.

Banyak kesamaan dalam pemanfaataan habitat antara ungko dan siamang.

Kondisi simpatrik membuat peranan keduanya cenderung tumpang tindih.

Populasi kedua jenis yang hidup simpatrik memiliki kedekatan menjadi satu

kesatuan. Hal ini mungkin mempengaruhi kepadatan yang lebih rendah

dibandingkan dengan jenis Hylobates lain yang hidup sendiri tanpa adanya

simpatrik dengan siamang.

Hasil pengamatan menggunakan triangle count menunjukan populasi yang

sehat. Ukuran populasi yang tinggi masing-masing spesies dapat bertahan dalam

jangka panjang jika kondisi habitat bertahan seperti saat ini. Gangguan terhadap

populasi kedua spesies relatif kecil di area penelitian, namun tidak untuk beberapa

wilayah disekitarnya. Stasiun penelitian dikelilingi kawasan hutan produksi, hutan

produksi terbatas dan berbatasan langsung dengan aktivitas masyarakat seperi

perkebunan. Bila kawasan disekitarnya tidak disikapi dengan baik maka akan

mengancam keberlangsungan hidup kedua spesies.

6.4 Perilaku Bersuara

Spesies dari Hylobatidae memiliki ciri khas menghasilkan vokalisasi/suara

dengan pola yang spesifik untuk masing-masing jenis dan jenis kelamin

(Geissmann 1995). Aktivitas bersuara pada ungko dan siamang dapat terdengar

sejauh 1 km (Brockelman et al. 1987), bahkan mencapai 2 km pada medan

dengan karakteristik tertentu (O‟Brien et al. 2004). Sifat vokal ini dapat

Page 64: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

49

memberikan dasar informasi yang cukup akurat untuk mengestimasi kepadatan

populasi. Karena sifat vokalnya, Brockelman et al. (1993) menyebutkan bahwa

survei populasi menggunakan audio sampling terbukti lebih efektif dibandingkan

metode transek garis.

Aktivitas bersuara pada ungko sepertinya dilakukan spontan, cukup sulit

dimengerti apakah suara yang dikeluarkan suatu kelompok merupakan respon dari

vokalisasi kelompok lain. Namun pada saat encounter jelas terdengar vokalisasi

antar kelompok saling bersaut-sautan untuk memberitahu keberadaannya dan

sebagai peringatan bagi kelompok lain. Brockelman et al.(1987) berpendapat duet

call pada ungko dilakukan secara spontan dan tidak secara langsung distimulasi

oleh kelompok tetangganya.

Lain halnya dengan ungko, aktivitas bersuara siamang cenderung lebih

contagious, yaitu saat suatu kelompok bersuara maka kelompok lain yang

berdekatan akan merespon dengan vokalisasi balasan. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa aktivitas bersuara pada Hylobatidae dilakukan untuk menunjukan teritorial

dan pengaturan ruang antar kelompok. Aktivitas bersuara dilakukan sebagai

pengaturan ruang dengan alasan suara keras dilakukan agar terdengar oleh

kelompok lain sebagai komunikasi antar kelompok kemudian saling bersautan dan

jarang terjadinya kontak langsung antar kelompok (Bates 1970).

Banyaknya vokalisasi berkorelasi positif dengan kepadatan. Vokalisasi

kelompok rendah terjadi pada kepadatan yang rendah (Chivers 1974; Nijman et

al. 2004). Setiap kelompok ungko dan siamang tidak selalu bersuara setiap hari

meskipun kondisi cuaca mendukung. Oleh karena itu penelitian kepadatan

berdasarkan vokalisasi harus dapat memastikan waktu yang cukup untuk dapat

mendengar semua vokalisasi kelompok di lokasi penelitian.

Faktor-faktor yang mempengarugi frekuensi bersuara ungko dan siamang

tidak diteliti pada penelitian ini. Namun, pada H. klossii di jelaskan ada beberapa

faktor ekologi terhadap aktifitas bersuara yaitu faktor cuaca, ketersediaan pakan

dan hubungan antar kelompok (Whitten 1982). Bila dikaitkan dengan pengaturan

ruang, ada kemungkinan ungko beraktivitas lebih awal untuk menghindari

persaingan dengan siamang. Selain itu ungko bersuara lebih awal karena memiliki

pembagian ruang yang tumpang tindih. Tercatat setiap hari pengamatan triangle

Page 65: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

50

count ada 2-3 encounter antar kelompok. Hal ini menunjukan banyaknya overlap

ruang yang dimanfaatkan sehingga terjadi perebutan wilayah. Berbeda dengan

kelompok siamang, pembagian ruang lebih teratur. Jarang terjadi encounter antar

kelompok siamang, tercatat hanya 1 kali terjadi encounter.

7.5 Implikasi Terhadap Pengelolaan

Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) terdiri dari dua wilayah terpisah yaitu

blok barat dan blok timur. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan hutan yang

tersisa di Provinsi Sumatera Utara. Topografi yang ekstrim dan curam secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi terlindunginya dari perambahan

dan alih fungsi lahan. Namun dengan kondisi ini tidak sepenuhnya terhindar dari

kerusakan dan gangguan lain seperti perambahan dan penebangan liar.

Statusnya saat ini memberikan gambaran kondisi hutan yang akan datang.

Sebagian besar kawasan hutan ditunjuk sebagai Hutan produksi. Namun

kondisinya menunjukan bahwa sebagian besar kawasan ini lebih tepat sebagai

kawasan hutan lindung. KHBT memiliki karakteristik kelerengan, tanah dan

intensitas curah hujan yang mengarah kepada SK Menteri Pertanian No.

837/KPTS/UM/II/1980. Lebih dari itu kawasan ini merupakan daerah resapan air

dan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) bagi sedikitnya tiga kabupaten di sekiranya

yaitu Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Sedikitnya ada 8

DAS yang bergantung pada KHBT sebagai daerah tangkapan air.

KHBT memiliki potensi tinggi untuk dijadikan kawasan konservasi. Hal ini

mengingat kawasan menyimpan ekosistem sumberdaya alam yang penting untuk

dilestarikan. Keberadaan flora fauna langka dan habitatnya serta fungsi kawasan

sebagai penyangga kehidupan terutama di daerah Tapanuli. Selain itu saat ini

KHBT menjadi satu-satunya hutan yang dihuni tiga primata langka Indonesia

yaitu orangutan sumatera, ungko dan siamang. Keberadaan KHBT juga potensial

menjadi sumber informasi ilmu pengetahuan., seperti yang diatur dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya

Alam Hayati dan Ekosistemnya.

KHBT dikelilingi pemukiman penduduk baik penghuni yang sudah lama

tinggal maupun pendatang. Keberadaan penduduk sekitar hutan menjadi salah

satu faktor penting bagi keberadaan dan kondisi KHBT. Mereka memiliki

Page 66: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

51

interaksi langsung dengan kawasan hutan dalam kehidupan sehari-hari. Data

survei YEL (2007) menunjukan sebagian besar masyarakat memiliki mata

penceharian sebagai petani tanaman terutama padi sawah dan kebun-kebun tua

yang terdiri karet, coklat, durian, petai, aren, kemenyan dan sebagainya. Mereka

menggantungkan kegiatanya dari kawasan hutan.

Faktanya saat ada beberapa aktivitas yang secara langsung mempengaruhi

KHBT. Aktivitas manusia tersebut meliputi Hak Pengusahaan Hutan (HPH),

pengalihan fungsi hutan menjadi perkebunan, pertambangan dan pemukiman. Hal

ini mempengaruhi berkurangnya luasan kawasan hutan sehingga perlu dilakukan

pengelolaan untuk menyeimbangkan proporsi bagi pihak-pihak terkait.

Pengaturan dan pengelolaan secara hukum saat ini berada di bawah

Pemerintah Daerah Sumatera Utara serta Pengawasan dari Pemerintah Pusat.

Pihak-pihak terkait tentunya memiliki peranan di dalamnya. Selain itu masyarakat

sekitar juga memiliki pengaruh besar bagi keberlangsungan KHBT. Sehingga

keberadaan KHBT menjadi tanggung jawab bersama.

Penetapan fungsi hutan tentunya memiliki banyak pertimbangan dan

penilaian. Hal ini ditetapkan untuk menunjukkan peranan hutan yang ideal dan

mencakup semua kepentingan secara bijaksana. Tentunya diperlukan kolaborasi

pengelolaan dari pihak-pihak terkait untuk menjaga peranan hutan secara ideal,

sehingga pemanfaatan hutan dari segi ekonomi dan pelestarian ekosistem di

dalamnya dapat berjalan selaras.

Terkait penelitian ini, keberadaan ungko dan siamang secara umum aman di

wilayah Stasiun Penelitian. Sebagian dari KHBT perlu dipertahankan kondisinya

dan diperuntukan sebagai pelestarian bagi flora fauna di dalamnya termasuk

ungko dan siamang. Kepadatan tinggi ungko dan siamang dalam penelitian ini

memungkinkan keduanya dapat hidup dalam jangka waktu lama (lestari) jika

kondisi habitat tetap bertahan seperti sekarang.

Pengelolaan yang perlu dilakukan menyangkut keberadaan ungko dan

siamang di antaranya mempertahankan kondisi hutan sebagai habitatnya tetap

seperti saat ini. Perlunya daerah penyangga untuk meredam serta memberi

dukungan terjaganya habitat ungko dan siamang. Masyarakat sekitar hutan

sebagai komunitas yang berpengaruh besar terhadap kondisi hutan perlu

Page 67: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

52

diarahkan untuk memahami peranan ekosistem hutan, sehingga aktivitas sehari-

hari mereka lebih selektif dan memperkecil dampak negatif terhadap kawasan

hutan.

Berdasarkan penetapannya, setiap kawasan yang sudah ditetapkan harus

memiliki area yang dipertahankan alami sebagai pelestarian plasma nutfah. Area

ini paling tidak mencapai 10% dari seluruh kawasan untuk menunjang ekosistem

di dalamnya. Setiap area hendaknya memiliki koridor hutan yang saling

menghubungkan antara satu dan lainnya.

Pembangunan insfrastruktur seperti jalan, bangunan dan lainnya sebagai

pendukung pengelolaan dan kepentingan lainnya hendaknya memperhatikan

dampak bagi satwa. Seperti misalnya ungko dan siamang sebagai satwa arboreal,

habitatnya akan terputus dengan adanya jalan yang memisahkan tajuk-tajuk

pohon.

Solusinya adalah tersusun status fungsi hutan yang jelas berdasarkan kondisi

terkini sehingga KHBT memiliki proporsi pengelolaan yang jelas dan efektif.

Status yang ditentukan akan memberikan ruang pemanfaatan sesuai

peruntukannya dan memiliki batasan aktivitas yang diperbolehkan. Hal ini akan

lebih efektif dengan terbentuknya dasar hukum dan dilaksanakan secara

konsiarean oleh pihak-pihak terkait. Sehingga diperlukan Badan Pengelolaan

Hutan yang partisipatif dalam menaungi hak dan kewajiban pihak-pihak terkait.

Selain itu penyadartauan masyarakat sekitar kawasan hutan sehingga dapat turut

serta dalam pengelolaan secara bijaksana.

Page 68: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

53

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Ungko dan siamang tersebar hampir di seluruh area Stasiun Penelitian

YEL-SOCP. Walaupun terjadi tumpang tindih antar spesies maupun

antar kelompok, setiap kelompok ungko dan siamang tetap memiliki

teritori yang dipertahankan. Keduanya dapat hidup simpatrik karena

memiliki mekanisme hidup sendiri dengan kelebihan dan kelemahan

masing-masing serta tidak berada pada relung ekologi yang sama.

2. Kepadatan populasi ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-

SOCP berturut-turut sebesar 5,12 kelompok/km2

dan 3,37 kelompok/

km2 atau 16 individu/km

2 dan 9 individu/ km

2. KHBT yang berupa

hutan pegunungan bawah dan hutan Dipterocarpaceae merupakan

habitat terbaik bagi ungko. Ukuran populasi yang tinggi masing-masing

spesies dapat bertahan dalam jangka panjang jika kondisi habitat

bertahan tanpa adanya degradasi.

3. Ungko melakukan vokalisasi lebih awal dibandingkan siamang. terjadi

semacam pergantian pangil antara ungko dan siamang. Ketika frekuensi

ungko mulai menurun setelah pukul 08.00 WIB, saat itu frekuensi

panggil siamang naik hingga puncaknya antara pukul 09.00-10.00 WIB.

Probabilitas vokalisasi kedua spesies stabil pada hari ke-4.

7.2 Saran

1. Penggunaan metode triangle count pada lokasi penelitian bertopografi

curam hendaknya mengunakan lebih dari satu set triangle count yang

masing-masing tumpang tindih. Hal ini bermanfaat untuk mengoreksi

data dan mengantisipasi daerah yang suaranya tidak terdengar karena

terhalang bukit.

2. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai perilaku sosial pada ungko dan

siamang terkait persaingan intra-interspesifik dan relung masing-

masing.

Page 69: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

54

3. Perlu adanya evaluasi penetapan fungsi hutan KHBT karena memiliki

biodiversitas tinggi termasuk satwa-satwa langka beserta habitat di

dalamnya. Selain itu kawasan ini juga memiliki peranan penting bagi

masyarakat disekitar hutan sebagai daerah resapan air.

Page 70: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

55

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar, Jilid 1. Bogor: Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor.

Apriadi ST. 2001. Studi Populasi dan Habitat Ungko (Hylobates agilis F Cuiver

1821) di Kawasan Lindung HPHTI PT. Riau Andalan Pulp & Paper

Propinsi Riau [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Bangun TM. 2007. Kajian Ekologi Ungko (Hylobates agilis agilis) di Taman

Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara [tesis]. Bogor: Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Bartlett TQ. 2003. Intragroup and Intergroup Social Interactions in White-Handed

Hylobatidaes. International Journal of Primatology 24(2): 241-159.

Bashari H. 1999. Studi Populasi dan Habitat Siamang (Hylobates syndactylus

affles 1821) di Kawasan Hutan Konscrvasi HTI PT Musi Hutan Persada

Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Bates BC. 1970. Teritorial Behavior in Primates: A Review of Recent Field

Studies. Primates 11: 271-284.

Bismark M. 1984. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. Bogor: Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Brockelman WY, Ali R. 1987. Methods of Surveiing and Sampling Forest

Primate Populations. Alan R. Liss. Di dalam: C.W. Marsh and R.A.

Mittermeier, [Eds.]. Primate Conservation in the Tropical Rain Forest: 23-

62.

Brockelman WY, Srikosamatara S. 1993. Estimation of Density of Hylobatidae

Groups By Use of Loud Songs. American Journal of Primatology 29: 93-

108.

Buckley C. 2004. Survei of Hylobates agilis albibarbis in Unprotected Primary

Peat Swamp Forest: Sebangau Catchment Area, Central Kalimantan. MSc in

Primates Conservation Newsletter, Oxford Brookes University. Company

3(1): 17-19

Page 71: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

56

Cheyne SM, Thompson CJH, Phillips AC, Hill RMC, Limin, SH. 2008. Density

and Population Estimate of Hylobatidaes (Hylobates agilis albibarbis) in

The Sebangau Catchment, Central Kalimantan, Indonesia. Primates 49: 50-

56.

Chivers DJ. 1974. The siamang in Malaysia : A field study of a primate in tropical

rain forest. Basel: Karger.

Chivers DJ. 1977. The lesser apes. Di dalam: Prince Rainier III of Monaco and

Bourne GH, [Eds.]. Primate Conservation. New York: Academic Press.

Chivers DJ, Gittins SP. 1978. Diagnostic features of Hylobatidae species.

International Zoo Yearbook 18: 57–164.

Chivers DJ. 2001. The swinging singing apes: Fighting for food and family in

fareast forest. The Apes: Challenges for the 21st century. Conference

Proceedings; Brookfield Zoo, May 10-13 2000. Brookfield: Chicago

Zoological Society.

Duma Y. 2007. Kajian Habitat, Tingkah Laku, dan Populasi Kalawet (Hylobates

agilis alibarbis) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah

[disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Elder AA. 2009. Hylobatid Diets Reviaread: The Importance of Body Mass, Fruit

Availability, and Interspecific Competition. Di dalam: Lappan S, Whittaker

DJ, [Eds.]. The Hylobatidaes: New Perspectives on Small Ape Socioecology

and Population Biology. New York: Springer: 131-159.

Ellefson, J.O. 1974. A Natural History of White-Handed Hylobatidaes in the

Malayan Peninsula. Di dalam D.M. Rumbaugh, [Eds.]. Hylobatidae and

Siamang. Basel: Karger: 1–136.

Geissmann T. 1995. Hylobatidaes Systematic and Species Identification.

International Zoo News 42(8): 467-501.

Geissman T, Nijman V, Dallmann R. 2006. The fate of diurnal primates in

southern Sumatera. Hylobatidaes Journal 2: 18-24.

Gittins SP, Raemakers SJJ. 1980. Siamang, Lar, and Agile Hylobatidaes. Di

dalam: Chivers DJ, [Eds.]. Malayan Forest Primates: Ten Years’ Study in

Tropical Rain Forest. New York: Plenum Press.

Page 72: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

57

Groves, C.P. 1972. Systematics and Phylogeny of Hylobatidaes. Di dalam: D.M.

Rumbaugh, editor. Hylobatidae and Siamang. Vol. 1: Evolution, Ecology,

Behavior, and Captive Maintenance. Basel: Karger: 1–89.

Hamard M, Cheyne SM, Nijman V. 2010. Vegetation Correlation of Gibbon

Density in the Peat-Swamp Forest ot the Sebangau Catchment, Central

Kalimantan, Indonesia. American Journal of Primatology 71: 1-10.

Harianto SP. 1988. Habitat dan Tingkah Laku Siamang (Hylobates syndactylus) di

Calon Taman Nasional Way Kambas, Lampung [tesis]. Bogor: Fakultas

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Iskandar F. 2008. Habitat dan Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert,

1797) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat [tesis].

Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

MacKinnon J. 1977. A Comparative Ecology of Asian Apes. Primates 18: 747–

772.

MacKinnon J, MacKinnon K. 1980. Niche Differentiation in A Primate

Community. Di dalam: Chivers DJ, [Eds.]. Malayan Forest Primates: Ten

Years' Study in Tropical Rain Forest. New York & London: Plenum Pr.

Mather RJ. 1992. A Field Study of Hybrid Hylobatidaes in Central Kalimantan,

Indonesia. PhD dissertation. Cambridge: Cambridge University.

Mitani JC. 1990. Demography of Agile Hylobatidaes (Hylobates agilis).

International Journal Primatology 11: 409-422.

Napier JR, Napier PH.1967. A Handbook of Living Primates. London: Academic

Press.

Napier JR, Napier PH. 1985. The Natural History of The Primates. London:

Academic Press.

Nijman V. 2004. Consevation of the Javan Hylobatidae Hylobates moloch:

Population estimates, local extinctions, and conservation priorities. The

Raffles Bulletin Zoology 52(1): 271-280.

O‟Brien TG, Kinnard MF, Nurcahyo A, Iqbal M, Rusmanto M. 2004. Abundance

and distribution of sympatric Hylobatidaes in the treathened Sumatran rain

forest. International Journal Primatology 25(2): 267-284.

Page 73: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

58

Perbatakusuma E A, Wurjanto D, Sihombing L. 2007. Membangun Kolaborasi

Para Pihak dalam Strategi Konservasi Habitat Orangutan Sumatera di

Ekosistem Batang Toru. Laporan Lokakarya Para Pihak. Sibolga:

Conservation International-Departemen Kehutanan.

Palombit RA. 1997. Inter and Intraspesific Variation in Diets of Sympatric

Siamang (Hylobates syndactylus) and Lar Hylobatidaes (Hylobates lar).

Folia primatol 68: 321-337.

Raemaekers JJ. 1984. Large Versus Small Hylobatidaes: Relative Roles of

Bioenergetics and Competition in Their Ecological Segregation in

Sympatry. Di dalam: Preuschoft H, Chivers DJ, Brockelman WY, Creel N,

[Eds.]. The Lesser Apes: Evolutionary and Behavioral Biology. Edinburgh:

Edinburgh University Press: 209–218.

Rinaldi D. 1992. Penggunaan Metode Triangle dan Concentration Count dalam

Penelitian Sebaran dan Populasi Hylobatidae (Hylobatidae). Media

Konservasi Vol. IV (1): 9-21.

Suin NM. 2003. Ekologi Populasi. Padang: Andalas Universiti Press.

Sultan K. 2009. Kajian Habitat dan Populasi Ungko (Hylobates agilis ungko)

Melalui Pendekatan Sistem Informasi Geografi di Taman Nasional Batang

Gadis Sumatera Utara [tesis]. Bogor: Program Studi Mayor Primatologi,

Institut Pertanian Bogor.

Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Suyanti. 2007. Analisis Morfologi dan Ekologi Kalawet (Hylobates agilis

albibarbis) Di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah [tesis].

Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Whitten, A.J. 1982. The Ecology of Singing in Kloss Hylobatidaes (Hylobates

klossii) on Siberut Island, Indonesia. International Journal of Primatology

3.

Wilson, C.C. and Wilson, W.L. 1976. Behavioral and morphological variation

among primate populations in Sumatera. Yearbook of Physical

Anthropology 20: 207–233.

Page 74: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

59

Yanuar A, Sugardjito J. 1993. Population Survei of Primates in Way Kambas

National Park, Sumatera, Indonesia. Tigerpaper 20: 30-36.

Yanuar A. 2009. The Population Distribution and Abundance of Siamangs

(Symphalangus syndactylus) and Agile Gibbons (Hylobates agilis) in West

Central Sumatera, Indonesia. Di dalam: Lappan S, Whittaker DJ, [Eds.]. The

Hylobatidaes: New Perspectives on Small Ape Socioecology and Population

Biology. New York: Springer: 453-465.

Page 75: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

LAMPIRAN

Page 76: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

61

Lampiran 1 Peta transek Stasiun Penelitian YEL-SOCP Batang Toru.

Page 77: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

62

Lampiran 2 Daftar perjumpaan ungko dan siamang.

No Tanggal Jenis Jumlah Lokasi Keterangan

1 04/06/2011 Ungko 1 Gua 1955 grup GA

2 05/06/2011 Ungko 1 C X JMK grup GC

3 05/06/2011 Ungko 2 B 2430 semua hitam

4 05/06/2011 Ungko 1 CII2 785 Kuning

5 07/06/2011 Ungko 2 JMK 2425 grup GA

6 08/06/2011 Ungko 1 F ig 1912 Kuning

7 08/06/2011 Ungko 1 plot 13 grup GF

8 08/06/2011 Siamang 1 plot 13 grup SA

9 09/06/2011 Ungko 3 C 4500 grup GQ

10 09/06/2011 Ungko 3 C X M grup GE

11 30/06/2011 Ungko 1 S 1025 grup GB

12 30/06/2011 Siamang 2 S1200 grup SC

13 30/06/2011 Ungko 4 AP 125-S520 grup GB

14 01/07/2011 Ungko 1 Gua X HA grup GA

15 01/07/2011 Ungko 4 Gua 500 grup GF dan GG

16 01/07/2011 Ungko 2 Gua 475 grup GG

17 01/07/2011 Ungko 1 Gua 0 semua hitam

18 03/07/2011 Ungko 1 I 900 grup GB

19 03/07/2011 Siamang 3 S 1125 grup SC

20 05/07/2011 Ungko 1 Gua 1600 Hitam

21 05/07/2011 Ungko 1 Gua 1100 Hitam

22 05/07/2011 Siamang 3 Gua 1100 grup SG

23 05/07/2011 Ungko 3 Gua 475 grup GF

24 06/07/2011 Ungko 1 C 3225 Hitam

25 06/07/2011 Siamang 1 C 3150 Dewasa

26 06/07/2011 Ungko 2 Gua 500 grup GG

27 06/07/2011 Siamang 1 M 800 grup SC

28 06/07/2011 Ungko 3 Gua 2900 grup GB

29 07/07/2011 Ungko 2 AP 400 grup GC

30 07/07/2011 Ungko 2 S 225 grup GB

31 08/07/2011 Ungko 1 plot 8 grup GB

32 08/07/2011 Ungko 3 C 4100-O 1300 grup GD

33 09/07/2011 Siamang 2 C 900 Dewasa

34 09/07/2011 Siamang 1 IXJ - LXGua - CXL grup SD

35 09/07/2011 Ungko 3 NL 725 grup GB

36 09/07/2011 Siamang 3 I 800 grup SE

37 09/07/2011 Ungko 1 S 275 grup GB

38 10/07/2011 Ungko 2 Gua X HB grup GA

39 10/07/2011 Ungko 3 I X Gua grup GD

40 13/07/2011 Ungko 3 Gua X I – C grup GD

41 13/07/2011 Siamang 3 JMK 75 2 dewasa 1 anak

42 15/07/2011 Ungko 1 B 2400 Hitam

Page 78: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

63

Lampiran 2 (lanjutan)

No Tanggal Jenis Jumlah Lokasi Keterangan

43 15/07/2011 Ungko 3 JMK 1175 2 hitam 1 kuning

44 15/07/2011 Ungko 3 HA 1200 grup GF

45 16/07/2011 Ungko 2 C 3200 grup GA

46 16/07/2011 Siamang 3 H 1550 2 dewasa 1 anak

47 16/07/2011 Ungko 3 Fig 33 grup GF

48 16/07/2011 Ungko 1 CGLG Hitam

49 16/07/2011 Ungko 1 Gua 1400 grup GA

50 16/07/2011 Siamang 1 C X M grup SK

51 16/07/2011 Ungko 2 S 650 grup GB

52 17/07/2011 Siamang 3 Plot 13 grup SD

53 17/07/2011 Ungko 1 Gua 525 Hitam

54 17/07/2011 Siamang 3 antara C dan HB grup SD

55 18/07/2011 Siamang 3 H 2125 grup SG

56 19/07/2011 Ungko 1 C 2350 grup GJ

57 19/07/2011 Ungko 1 CGLG/survei 3A grup GH

58 19/07/2011 Siamang 3 CGLG/survei 3A grup SH

59 19/07/2011 Ungko 1 plot 13 Hitam

60 19/07/2011 Ungko 2 Gua 1500 grup GA

61 21/07/2011 Siamang 3 Survei 3B grup SI

62 21/07/2011 Ungko 1 Survei 3B grup GJ

63 24/07/2011 Siamang 1 Gua 1500 grup SA

64 26/07/2011 Ungko 1 HE 75 grup GG

65 26/07/2011 Ungko 1 plot 13 grup GF

66 26/07/2011 Siamang 1 CGLG grup SH

67 05/08/2011 Ungko 4 S700-S600 grup GB

68 05/08/2011 Ungko 1 plot 13 grup GF

69 05/08/2011 Siamang 1 plot 14 grup SA

70 05/08/2011 Ungko 4 S525 grup GB

71 05/08/2011 Ungko 1 H2500 grup GA

72 05/08/2011 Ungko 2 Gua 1250 grup GA

73 05/08/2011 Siamang 1 plot 13-Gua350 grup SA

74 05/08/2011 Ungko 1 plot 13 grup GF

75 12/08/2011 Siamang 2 R X jalan masy grup SC

76 12/08/2011 Ungko 1 plot 13 grup GF

77 12/08/2011 Ungko 1 Gua 625 grup GF

78 13/08/2011 Ungko 3 HA X Gua grup GF

79 13/08/2011 Siamang 1 Gua 600 grup SA

80 14/08/2011 Ungko 1 HM 50 Hitam

81 14/08/2011 Ungko 3 C X CGLG grup GH

82 15/08/2011 Ungko 3 JMK 450 Hitam

Page 79: DISTRIBUSI DAN KEPADATAN SIMPATRIK UNGKO (Hylobates … · Keduanya merupakan primata arboreal yang hidup dalam kelompok monogami ... ungko dan siamang di Stasiun Penelitian YEL-SOCP

64

Lampiran 3 Daftar perjumpaan primata lain.

No Jenis Jumlah Lokasi

1 orangutan 2 Gua 950

2 orangutan 2 C2250

3 orangutan 1 Plot 14

4 orangutan 1 Camp 2

5 orangutan 1 Camp 2

6 orangutan 1 JMK 2600

7 orangutan 2 Gua X L

8 orangutan 1 Gua X L

9 orangutan 1 O 1300

10 orangutan 1 C

11 orangutan 1 S500

12 orangutan 2 HA1300

13 orangutan 1 C2375

14 orangutan 1 C2375

15 orangutan 1 N325

16 orangutan 1 S525

17 orangutan 1 M25

18 orangutan 2 Gua 750

19 simpai 5 Ap 1325

20 simpai 7 C X CGLG

21 simpai 5 AP X HI

22 simpai 3 Plot 19

23 simpai 6 Plot 13

24 simpai 5 I X S

25 beruk 8 HH 200

26 beruk 6 C X O

27 beruk 7 C 3800

28 beruk 5 I 900

29 beruk 8 C 4300