STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB...

64
STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) DI HUTAN LINDUNG REGISTER 25 PEMATANG TANGGANG KABUPATEN TANGGAMUS (Skripsi) Oleh NUR LUTFIATUZ ZAHRA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus)

DI HUTAN LINDUNG REGISTER 25 PEMATANG TANGGANG

KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

NUR LUTFIATUZ ZAHRA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

ABSTRAK

STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactylus)

DI HUTAN LINDUNG REGISTER 25 PEMATANG TANGGANG

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

NUR LUTFIATUZ ZAHRA

Siamang (Simphalangus syndactylus Raffles, 1821) merupakan salah satu primata

yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

1999. Keberadaan siamang sangat berperan penting dalam ekosistem hutan,

selain itu berperan sebagai polinator dan penyebar biji tumbuh-tumbuhan.

Meningkatnya alih fungsi lahan menjadi lahan perkebunan dan pertanian

mengakibatkan penyebaran populasi siamang menjadi menurun. Hutan Lindung

Register 25 Pematang Tanggang Kabupaten Tanggamus berbatasan dengan Hkm,

sehingga rentan mengalami alih fungsi lahan yang memungkinkan populasi

siamang semakin menurun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ukuran

kelompok, susunan komposisi umur, rasio seksual dan mengetahui kondisi habitat

di hutan lindung Register 25 Pematang Tanggang. Metode yang digunakan adalah

area terkonsentrasi dengan 3 areal pengamatan. Pengamatan dilakukan selama 30

hari efektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok siamang yang

dijumpai di lokasi penelitian berjumlah 3 kelompok/7 individu. Distribusi kelas

umur pada individu fase dewasa siamang berjumlah 6 individu, fase remaja

Page 3: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

Nur Lutfiatuz Zahra

berjumlah 1 individu dan fase bayi tidak dijumpai dalam kelompok ini. Nilai

rasio seksual pada kelas umur fase dewasa yaitu 1:1 dan pada kelas umur fase

remaja 1:0. Menurut masyarakat siamang tidak mengganggu aktivitas manusia

sehingga tidak akan diburu dan kondisi habitatnya masih memadai untuk populasi

siamang.

Kata kunci : hutan lindung, populasi, siamang.

Page 4: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

ABSTRACT

STUDY POPULATION OF SIAMANG (Simphalangus syndactylus)

IN PROTECTED FOREST REGISTER 25 PEMATANG TANGGANG

TANGGAMUS REGENCY

By

NUR LUTFIATUZ ZAHRA

Siamang (Simphalangus syndactylus Raffles, 1821) was the primates that

protected by government regulation of Republic Indonesia number 7 in 1999. The

existence of the siamang was important role in forest as pollinator and seed

dispersers. Conversion land has increased into plantations and agriculture so that

siamang population became descreased. Protected forest on Register 25

Pematang Tanggang Tanggamus Regency was bordered by community forest,

thus vulnerable to land use that siamang population became descreased. The

aimed of the research was to find the size of the group, the composition of age, the

sexual ratio and the habitat of siamang in protected forest Register 25 Pematang

Tanggang. The method used an area concentrated in 3 areal observation.

Observations were 30 days effective. The results of this research showed that the

Group of siamang found about 3 groups/7 individuals. The distribution of age

classes in the individual adult phase of siamang about 6 individuals, adolescent

phase about 1 individual and baby phase not found in this group. The sex ratio

value in the adult age class phase was 1:1 and at adolescent age class phase was

Page 5: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

Nur Lutfiatuz Zahra

1:0. According to siamang society does not interfere with human activities so that

not harm for them and their habitat was quite adequate for a population of

siamang.

Keywords: protected forest, population, siamang.

Page 6: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus)

DI HUTAN LINDUNG REGISTER 25 PEMATANG TANGGANG

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

NUR LUTFIATUZ ZAHRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 7: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi
Page 8: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi
Page 9: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

RIWAYAT HIDUP

Dengan rahmat Allah SWT. Penulis dilahirkan di Pringsewu

tanggal 14 November 1994. Penulis merupakan anak pertama dari

4 bersaudara dari pasangan Bapak Nurdin dan Ibu Turiyati.

Jenjang pendidikan penulis dimulai pada tahun 2000 di Sekolah

Dasar Negeri 1 Patoman, kemudian melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2006 hingga tamat pada

tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Pringsewu dan menyelesaikannya pada tahun 2012. Pada

tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis.

Penulis aktif menjadi anggota Utama Himasylva (Himpunan Mahasiswa Kehutanan)

Universitas Lampung. Penulis pernah menjadi pengurus Bidang IV Komunikasi,

Informasi dan Pengabdian Masyarakat sebagai anggota (2013–2014), sekretaris

bidang (2014–2015), ketua bidang (2015–2016). Anggota Forum Komunikasi Kader

Konservasi Indonesaia (FK3I) korda Lampung tahun 2013 sampai sekarang, serta

Page 10: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

aktif mengikuti kegiatan Sylva Indonesia. Menjadi asisten dosen matakuliah

Kewirausahaan pada tahun ajaran 2014/2015.

Pada Bulan Juli Tahun 2015 penulis melakukan Praktek Umum selama ± 1 bulan di

Divisi Regional Jawa Tengah KPH Kedu Selatan BKPH Gombong Utara. Pada tahun

2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mulyodadi

Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang selama ± 40 hari.

Page 11: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

Dengan kerendahan hati kupersembahkan karya kecil untuk

Ayahanda dan Ibunda serta saudara-saudariku tercinta, untuk semua

doa yang telah dipanjatkan.

Page 12: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

iii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Studi Populasi

Siamang di Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang Kabupaten

Tanggamus” skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad

SAW, dengan harapan di hari akhir akan mendapatkan syafaatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan

oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik.

Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan

bermanfaat bagi pembaca. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

saran berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1) Bapak Prof.Dr. Ir. Irwan S. Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2) Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

Page 13: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

iii

3) Bapak Dr. Ir. Gunardi Djoko Winarno, M.Si., selaku pembimbing utama atas

kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

4) Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto M.S., selaku penguji utama dalam

penyusunan skripsi.

5) Ibu Rommi Qurniati, S.P., M.Si,. selaku pembimbing akademik yang telah

membantu penulis dan menjadi orang tua selama menuntut ilmu di Jurusan

Kehutanan Universitas Lampung.

6) Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas

Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh

pendidikan di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.

7) Kepada Keluarga, Ayahanda Nurdin dan Ibunda Turiyati tercinta yang selalu

mendoakan keberhasilanku dan memberiku semangat serta saudaraku tercinta

Ashya Azifatuz Zahra, Salsabila Ivi Azzahra dan DJ. Muhammad Zulfikardo,

terimakasih untuk bantuan, senyuman semangat dan dukungannya selama ini.

8) Zulfa, Bunga, Erin, Gustaf, Rayi, Elva, Yustinus, Anggi, Hendra, Imawan,

Riki, Lukas, Putut, Kamal, Ambar, Bang Kiki dan Bang Erwin yang telah

membantu penelitian dan memberikan semangat dan dukungan secara penuh.

9) Saudara-saudaraku kehutanan 2012 “Evesyl” terima kasih atas kebersamaan

baik dalam suka maupun duka.

10) Seluruh Anggota HIMASYLVA Unila, Abang-abang, Mba-mba dan adik-

adik yang banyak memberi dukungan serta kebersamaan yang tidak pernah

habis dan seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah

Page 14: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

iv

membantu penulisan skripsi ini dan mohon maaf atas segala kesalahan

penulis. “Salah Atau Benar Dia Tetap Saudaraku Sesama Kehutanan”

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2016

Penulis,

NUR LUTFIATUZ ZAHRA

Page 15: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

E. Kerangka Pemikiran

...................................................................... 8

A. Sejarah dan Silsilah Siamang ............................................................ 8

B. Habitat dan Distribusi Populasi ...................................................... 11

C. Morfologi Siamang ..................................................................... 12

D. Perilaku Sosial Siamang .................................................................... 14

1. Kegiatan Bersuara ..................................................................... 14

2. Perilaku Istirahat ........................................................................... 16

3. Pergerakan dan Home Range ........................................................ 16

4. Sistem Sosial ................................................................................. 18

E. Perilaku Makan ................................................................................ 20

F. Perilaku Seksual ............................................................................... 22

G. Dinamika Populasi ............................................................................ 23

H. Ciri-Ciri Populasi .............................................................................. 24

1. Seks Rasio ..................................................................................... 24

2. Komposisi Umur ........................................................................... 25

3. Natalitas ........................................................................................ 27

4. Mortalitas ...................................................................................... 27

5. Ukuran Populasi ........................................................................... 28

III. METODE PENELITIAN ................................................................. 30

A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 30

B. Bahan dan Alat Penelitian ............................................................. 30

C. Batasan Penelitian ......................................................................... 31

D. Jenis Data ...................................................................................... 31

E. Metode Pengumpulan Data dan Cara Kerja ................................... 32

F. Analisis Data .................................................................................. 36

.......................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 16: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

vi

Halaman

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................ 38

A. Letak dan Kondisi Geografis ......................................................... 38

B. Sejarah Wilayah KPHL ................................................................. 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 40

A. Habitat Siamang .............................................................................. 40

1. Komponen Habitat ....................................................................... 40

2. Kelimpahan Flora dan Fauna ........................................................ 42

B. Karakteristik Masyarakat ................................................................. 46

C. Persepsi Masyarakat ........................................................................ 49

D. Populasi Siamang ............................................................................ 53

1. Ukuran Kelompok ....................................................................... 53

2. Susunan Komposisi Umur ............................................................ 57

3. Rasio Seksual ................................................................................ 59

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 61

A. Simpulan .......................................................................................... 61

B. Saran ................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 63

LAMPIRAN .............................................................................................. 68

Tabel 13 -15 ............................................................................................... 69

Gambar 17 – 18 .......................................................................................... 70

Page 17: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Siamang ............................................................................. 10

2. Jenis data primer yang dikumpulkan oleh peneliti ............................... 31

3. Jenis data sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti .......................... 32

4. Lembar Kerja Pengamatan Kelompok Siamang .................................. 33

5. Lembar jenis pohon yang dijadikan habitat siamang ........................... 34

6. Lembar jenis satwa yang hidup berdampingan dengan siamang ......... 34

7. Lembar wawancara mengenai tindakan masyarakat terhadap

keberadaan satwa ................................................................................. 35

8. Lembar wawancara mengenai tindakan masyarakat terhadap

keberadaan habitatnya .......................................................................... 35

9. Lembar wawancara mengenai tindakan masyarakat terhadap

habitat siamang ..................................................................................... 35

10. Keanekaragaman tumbuhan (flora) yang terdapat di lokasi

penelitian ............................................................................................. 42

11. Keanekaragaman satwa (fauna) yang hidup berdampingan dengan

siamang di lokasi penelitian ................................................................ 46

12. Hasil pengamatan perjumpaan dengan siamang ................................ 53

13. Tingkat kesukaan masyarakat terhadap satwa ................................... 69

14. Tindakan masyarakat terhadap habitat siamang ............................... 69

15. Tindakan masyarakat terhadap habitat siamang (hutan) ................... 69

Page 18: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Studi Populasi Siamang

di Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang,

Kabupaten Tanggamus .................................................................... 7

2. Klasifikasi ordo primata. ................................................................. 8

3. Peta persebaran Gibbon di wilayah Asia Tenggara beserta

macam-macam jenis gibbon ................................................................. 10

4. Peta Lokasi Penelitian Studi Populasi Siamang

di Hutan Lindung Register 25 Gunung Pematang Tanggang,

Kabupaten Tanggamus .................................................................... 30

5. Peta lokasi kelompok siamang setiap grid di lokasi penelitian ........ 41

6. Komposisi masyarakat berdasarkan suku ....................................... 47

7. Komposisi masyarakat berdasarkan agama .................................... 48

8. Latar belakang pendidikan yang dianut masyarakat ....................... 48

9. Latar belakang profesi masyarakat.................................................. 49

10. Persepsi masyarakat terhadap satwa yang disukai. ....................... 51

11. Preperensi tindakan masyarakat terhadap siamang ........................ 51

12. Preperensi tindakanmasyarakata terhadap habitat siamang ........... 52

13. Pohon tidur/sarang siamang pada lokasi penelitian Grid 1 ............ 54

14. Pohon tidur/sarang siamang pada lokasi penelitian Grid 2 ............ 55

15. Aktivitas siamang saat bersuara pada lokasi pengamatan

Grid 3 .............................................................................................. 55

Page 19: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

ix

Gambar Halaman

16. Grafik struktur umur siamang yang ditemukan dilokasi

penelitian ........................................................................................ 58

17. Pengamatan dilakukan peneliti di Hutan Lindung Register 25

pada Bulan Agustus 2016 .............................................................. 70

18 . Kuisioner kepada masyrakat Dusun Kuyung ................................ 70

Page 20: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan ragam jenis primata yang ada, 40

jenis ditemukan di Indonesia dan 24 jenis di antaranya merupakan satwa endemic

yang hanya hidup di negara ini. Klasifikasi ke-40 jenis itu dikelompokan ke dalam 5

suku dan 9 marga (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Siamang (Simphalangus syndactylus Raffles, 1821) merupakan salah satu primata

yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999

tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa yang menyatakan bahwa semua Famili

Hylobatidae dilindungi. Berdasarkan tingkat kerentanan terhadap perdagangan

satwa liar Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna

and Flora (CITES, 2009), mencantumkan status siamang sebagai Appendix I,

sedangkan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources

(IUCN 2009) siamang dikategorikan terancam punah (endangered species).

Keberadaan primata salah satunya siamang sangat berperan penting dalam ekosistem

hutan, yaitu membantu proses pertumbuhan tanaman (regenerasi dan suksesi hutan)

dengan memakan daun dan buah, selain itu siamang berperan sebagai polinator dan

penyebar biji tumbuh-tumbuhan karena pada umumnya primata memainkan peran

Page 21: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

2

sebagai spesies kunci (key species) dalam sebuah ekosistem (Cowlishaw dan

Dunbar, 2000 dalam Santosa dkk, 2010).

Saat ini populasi primata (termasuk siamang) mulai berkurang. Menurut Basalamah

(2010) keberadaan satwa primata pada kawasan konservasi Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak terancam oleh peningkatan

aktivitas manusia, seperti ekowisata dan pertambahan jumlah penduduk di sekitar

kawasan. Populasi satwa primata sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat mereka,

yang menyediakan sumber makanan dan tempat hidup. Kegiatan ekowisata yang

dilakukan pada tiap taman nasional bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam

pengelolaan kawasan. Eksploitasi yang berlebihan dari kegiatan ekowisata tersebut

dapat memengaruhi perilaku satwa primata khususnya dan akan mempe-ngaruhi

fungsi ekologis satwa primata.

Ancaman utama terhadap populasi siamang adalah adanya penurunan kuantitas dan

kualitas habitat, antara lain terjadinya fragmentasi habitat, selain itu masih terjadi

perburuan satwa liar untuk diperdagangkan. Terjadinya fragmentasi hutan akibat

pembukaan kawasan hutan dan pembukaan lahan untuk perkebunan menyebabkan

populasi siamang terdesak pada habitat dan wilayah yang sempit. Populasi siamang

yang tersisa saat ini di Sumatera sebagian besar terdapat di kawasan lindung dan

konservasi (Nijman & Geissman, 2008 dalam Kwartina dkk, 2013).

Tekanan terhadap siamang terutama disebabkan oleh hilangnya tutupan hutan

sebagai habitat alaminya. Hal ini terlihat dari populasi siamang yang telah

kehilangan sekitar 66% habitat aslinya, yang semula seluas 340.000 km2 menjadi

hanya 120.000 km2. Jumlah siamang di alam diperkirakan sekitar 31.000 ekor yang

Page 22: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

3

mendiami daerah seluas 20.000 km2 dari habitat yang tersisa (Supriatna dan

Wahyono, 2000). Sementara penyebaran satwa langka ini terbatas di Pulau

Sumatera dan beberapa wilayah Semenanjung Melayu, menempati hutan tropis

dataran rendah dan hutan tropis pegunungan hingga ketinggian 2000 mdpl.

Lampung termasuk wilayah yang memiliki hutan lindung salah satunya Hutan

Lindung Register 25 Pematang Tanggang, kawasan tersebut dari tahun ketahun

luasannya semakin berkurang diakibatkan oleh konversi lahan menjadi lahan perke-

bunan karena disebabkan kawasan tersebut merupakan kawasan yang berbatasan

langsung dengan lahan Hkm maka rentan mengalami alih fungsi lahan dan perburuan

liar sehingga memungkinkan populasi siamang tertekan serta mengurangi jumlah

satwa yang ada, termasuk siamang.

Informasi mengenai jumlah satwa liar diperlukan dalam setiap program pengolahan

kawasan hutan, diantaranya pengelolaan kawasan lindung itu sendiri dan kawasan

konservasi baik untuk program pemanfaatan sebagai penangkaran, objek rekreasi

(wisata satwa liar) atau bahkan penanggulangan gangguan satwa serta penetapan

status yang jumlahnya semakin menurun dan terancam punah. Maka dari itu penulis

meneliti mengenai populasi siamang.

B. Perumusan masalah

1. Bagaimanakah ukuran kelompok siamang, susunan komposisi umur dan rasio

seksual di Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang, Kabupaten

Tanggamus ?

Page 23: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

4

2. Bagaimanakah kondisi hubungan habitat dengan populasi siamang di hutan

lindung Register 25 Pematang Tanggang, Kabupaten Tanggamus ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui ukuran kelompok siamang, susunan komposisi umur siamang, serta

rasio seksual siamang di Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang,

Kabupaten Tanggamus

2. Mengetahui kondisi habitat siamang di hutan lindung Register 25 Pematang

Tanggang, Kabupaten Tanggamus.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai sumber informasi terbaru tentang populasi siamang di Hutan Lindung

Register 25 Pematang Tanggang, Kabupaten Tanggamus.

2. Hasil penelitian menjadi dasar ilmiah bagi Pemerintah Kabupaten Tanggamus

dalam rangka pelestarian dan perlindungan siamang di Hutan Lindung Register

25 Pematang Tanggang, Kabupaten Tanggamus.

3. Sebagai informasi tambahan bagi penelitiain yang berminat untuk meneliti

masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Sebagai data penunjang untuk pembentukan wisata alam khususnya satwa liar

di Daerah Klumbayan Kabupaten Tanggamus.

Page 24: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

5

E. Kerangka Pemikiran

Perubahan populasi terjadi pada setiap spesies termasuk siamang. Dinamika tersebut

dipengaruhi faktor-faktor alami misalnya kompetisi, pemangsaan, natalitas, morta-

litas, emigrasi, imigrasi dan bencana alam. Penyebab perubahan populasi juga dapat

terjadi karena faktor campur tangan manusia misalnya introduksi jenis dari tempat

lain, pengendalian genetik dan perburuan. Seringkali faktor manusia lebih berperan

besar dalam pengendalian populasi dalam suatu jenis.

Hutan lindung Register 25 Pematang Tanggang merupakan salah satu habitat bagi

flora dan fauna termasuk siamang. Luasan hutan dari tahun ketahun semakin berku-

rang dan perburuan liar masih terjadi. Kedua penyebab pokok tersebut dapat mengu-

rangi jumlah satwa yang ada, termasuk siamang. Perubahan populasi dan kerusakan

habitat yang diakibatkan oleh aktifitas manusia yang secara langsung maupun tidak

langsung mengganggu keberaadaan siamang di habitat alaminya maka dilakukanlah

penelitian untuk upaya pelestarian siamang.

Penelitian mengenai studi populasi siamang dilakukan dengan cara mencari data

kondisi populasi siamang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah me-

tode titik terkonsentrasi (Concentration Count) (Rinaldi, 1992), yaitu pengamatan

dilaksanakan terkonsentrasi pada titik yang diduga memiliki intensitas penjumpaan

terhadap satwa tinggi pada lokasi pengamatan sehingga di dapatkan data dan infor-

masi mengenai kondisi populasi siamang meliputi rasio seksual, komposisi umur,

ukuran kelompok, kondisi habitat, selain itu dibutuhkan data mengenai persepsi

masyarakat terhadap siamang. Persepsi tersebut menunjukan bahwa seberapa besar

Page 25: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

6

kepedulian masyarakat sekitar hutan terhadap keberadaan siamang dan kondisi

habitatnya. Data tersebut di peroleh menggunakan metode quisioner.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi untuk bahan pertim-

bangan dalam upaya pelestariaan populasi siamang dan dasar pertimbangan untuk

rencana pengelolahan Hutan Lindung Register 25 Klumbayan Kabupaten

Tanggamus, selain itu sebagai data penunjang untuk pembentukan wisata alam khu-

susnya satwa liar di daerah tersebut. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini

disajikan pada Gambar 1.

Page 26: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

7

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Studi Populasi Siamang di Hutan

Lindung Register 25 Gunung Pematang Tanggang, Kabupaten

Tanggamus.

Siamang (Symphalangus syndactylus)

Termasuk dalam spesies terancam yang dilindungi

(PP No. 7 Tahun 1999; IUCN redlist, CITES Appendix I)

Tekanan spesies

Degradasi hutan sebagai habitat alami Perburuan liar untuk diperdagangkan

Upaya konservasi siamang di wilayah yang terindetifikasi sebagai habitat (Areal Hutan Lindung Register 25)

Diperlukan data dan informasi populasi siamang

Penelitian

Metode penelitian

Metode Area Terkonsentrasi (Concentration Count)

Rasio Seksual Ukuran

Kelompok

Komposisi Umur

1. Anak-

anak

2. Remaja 3. Dewasa

(Adult)

Betina Jantan Perhitungan

langsung

individu

yang ditemui

1. Remaja 2. Dewasa

1. Remaja 2. Dewasa

Kondisi Populasi Siamang (Simphalangus syndactylus) di hutan lindung register 25

Rasio Seksual

Quisioner

Kondisi Habitat

1. Pelindung 2. Ruang

3. Air

4. Ketersediaan pakan

Monografi

desa

Persepsi

masyaraka

t terhadap

satwa dan

Habitat

Page 27: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah dan Silsilah Siamang

Primata muncul sekitar 70 juta tahun yang lalu seiring dengan punahnya

dinosaurus. Setidaknya, itulah fosil tertua yang pernah ditemukan dari primata.

Sekarang, ordo primata dibagi menjadi dua sub ordo, yaitu Prosimian (meliputi

lemur, tarsius, dll) dan Antropoid (kera, monyet, manusia). Prosimian (lemur)

yang dahulu mendominasi primata, sekarang semakin tersingkir dan akhirnya men-

jadi endemik beberapa daerah seperti Madagaskar. Dengan pemisahan garis filo-

genetik, maka cabang dari Anthropoidea ada 3 yaitu monyet, kera dan Hominid

(manusia). Gambar 2. Merupakan penjelasan pembagian ordo primata.

Gambar 2. Klasifikasi ordo primata.

Page 28: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

9

Monyet pertama muncul kira-kira 50 juta tahun lalu. Awal mulanya, monyet dunia

baru muncul dari cabang primata kuno, dan belakangan monyet dunia lama berevo-

lusi sebagai garis keturunan terpisah. Garis keturunan yang tersisa setelah pemisah-

an monyet disebut garis Hominoid (Rafferty, 2011).

Simpson menerangkan pengelompokan garis itu ke super familia Hominoidea.

Pengelompokan itu mencakup Hylobatidae (kera kecil), Pongidae (kera besar),

Hominidae (manusia). Namun, belakangan ini para taksonom cende-rung tidak

membedakan lagi antara kera kecil dan kera besar. Kera kecil mencakup siamang

alias gibbon dan kerabatnya. Kera besar contohnya gorila, simpanse, dan orangutan

(Rafferty, 2011).

Primata merupakan salah satu penghuni hutan yang memiliki arti penting dalam ke-

hidupan di alam. Keberadaan primata tidak hanya sebagai penghias alam, namun

penting artinya dalam regenerasi hutan tropic. Sebagian besar primata memakan bu-

ah dan biji sehingga mereka berperan penting dalam penyebaran biji-bijian.

Semula Ordo Primata oleh Linnaeus di bagi dalam empat negara, yaitu Homo (ma-

nusia), Simia (monyet dan kera), Lemur (lemur adan loris) dan Vespertilio (kelela-

war). Kelelawar sendiri kemudian ditempatkan pada ordo tersendiri terpisah dari

primata, yaitu Chiropter (Napier dan Napier, 1986).

Semula semua jenis kera digolongkan kedalam famili Pongidae (Grovers 1972 dalam

Harianto, 1988). Selanjutnya perkembangan sistematik ini mengikuti penelitian di-

bidang biokimia dan morfologi sehingga famili tersebut terpecah menjadi

Hilobatidae, Pongidae, dan Hominidae, yang menempatkan siamang pada famili

Hilobatidae (Napier dan Napier, 1986).

Page 29: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

10

Informasi data populasi siamang yang merupakan kelompok gibbon saat ini

termasuk dalam kategori No Recent population estimate Available (NRA), artinya

belum ada informasi dugaan populasi terbaru karena informasi yang lebih dari 20

tahun tidak termasuk dalam penilaian (Geissman, 1995). Klasifikasi siamang pada

Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Siamang (Napier dan Napier,1986).

Klasifikasi Siamang

Kingdom

Filum

Sub-filum

Animalia

Chordata

Vertebrata

Kelas

Ordo

Subordo

Famili

Genus

Mammalia

Primates

Antropoidea

Hylobatidae

Simphalangus

Spesies Simphalangus syndactylus

Nama lokal Siamang

Gambar 3. Peta persebaran gibbon di wilayah Asia Tenggara beserta macam-macam

jenis gibbon.

Hilobates Moloch

Symphalangus syndactilus

Hilobates Pileatu

Nomascus leucoggenys

Hoolock leuconedys

Page 30: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

11

B. Habitat dan Distribusi Populasi

Siamang dapat hidup di hutan primer, hutan hujan dataran rendah, hutan sekunder

dan hutan rawa (Supriatna dan Wahyono, 2000). Menurut Curtin & Chivers

(1979) dalam Bangun (2009), satwa ini dapat beradaptasi terhadap beberapa peru-

bahan lingkungan habitat. Hutan primer memiliki peranan penting sebagai habitat

jenis Hylobatidae karena kondisinya lebih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

(Setya, 2012). Siamang jarang sekali turun kelantai hutan dan pergerakannya ber-

ayun dari pohon ke pohon lain (brakhiasi) sehingga habitat dengan vegetasi yang

memiliki tajuk kontinyu antar pohon memiliki peranan penting (Sultan, 2009 dalam

Sari, 2015). Siamang menempati hutan tropik primer/skunder, mulai dari hutan

dataran rendah sampai hutan perbukitan hingga ketinggian 3800 mdpl.

Sebaran primata di Indonesia cukup luas, mulai dari barat yaitu kepulauan mentawai,

menyebrang ke daratan Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan

Sulawesi serta pulau-pulau disekitarnya. Keadaan geografis Indonesia yang terdiri

dari pulau-pulau memicu terbentuknya jenis khas setiap pulau. (Supriatna dan

Wahyono, 2000) sedangkan genus Hylobates yang memiliki 9 spesies, salah satunya

siamag tersebar di Indonesia, Malaysia, Brima, thailand dan Kamboja (Chivers,

1986).

Siamang merupakan salah satu jenis primata di Pulau Sumatera. Di luar wilayah

Indonesia, populasi asli siamang hanya ditemukan di Semenanjung Malaysia dan

sedikit areal di Thailand (Nijman & Geissman, 2008). Siamang terdiri dari 2 anak

jenis yaitu Hylobates syndactylus syndactylus ditemukan hampir di seluruh daratan

sumatera. Hylobates syndacyles continentis di jumpai di Simenanjung Malaya.

Page 31: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

12

Perhitungan analisis pola sebaran spasial menggunakan analisis yaitu metode sebar-

an frekuensi dan metode indeks. Ada tiga pola sebaran yang diuji, yaitu pola sebaran

acak, mengelompok, atau seragam. Metode indeks digunakan index of dispersion

dan index of clumping. Menguji sebaran siamang secara mengelompok digunakan

uji chi square. Secara alamiah siamang sangat sering dijumpai pada ketinggian > 300

m dpl, namun jarang ditemukan pada ketinggian > 1.500 m dpl. Hasil penelitian me-

nunjukkan bahwa sebaran dan populasinya dipengaruhi oleh ketersediaan pakan

pada habitat, yang mengakibatkan primata memilih tempat-tempat tertentu di dalam

habitatnya (Sari dan Harianto, 2015).

C. Morfologi Siamang

Berdasarkan pada bentuk tubuhnya, primata dikelompokan kedalam kelas mamalia.

Beberapa ciri khas primata memiliki tulang selangka (clavicle), bentuk bahu yang

dapat menunjang pergerakan tangan ke seluruh arah dan bentuk siku yang dapat

menunjang pergerakan lengan, umumnya memiliki lima jari tangan dan kaki,

kukunya relatif lebih lurus dibandingkan dengan kuku mamalia lain, jumlah gigi

lebih sedikit dibanding dengan jumlah gigi mamalia lain, memmiiki organ

pengelihatan yang kompleks, yang terletak di depan muka, sehingga memungkinkan

melihat lurus, ukuran otak yang relatif besar dibandingkan ukuran tubuhnya

mempunyai plasenta, puting hanya dua dan umumnya hanya melahirkan satu anak

dalam satu periode masa kehamilan (Supriatna dan Wahyono 2000).

Anggota keluarga Hilobatidae tidak berekor, hanya ada sebuah tungging, sebagai

luluhan tekukan ekor kedalam. Taju ruas belakang pada pinggang (spina lumbalis)

berukuran pendek, sedangkan taju pada ruas dibagian dada (spina toraksis) yang

Page 32: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

13

menyangga tulang iga berukuran panjang sehingga tulang punggung menjadi kaku,

ringga dada lebar dan tulang belikat (skapula) berada dibelakang membuat pusat

gaya berat lebih ketengah tubuh apabila hewan ini berdiri tegak dan memberi kele-

luasan gerak bagi lengan, akibatnya sendi bahu sangat leluasa untuk bergerak dengan

jalan brakiasi/ berayun (Yudhana, 2000 dalam Sari dan Harianto 2015).

Siamang memiliki ukuran fisik yang paling besar diantara jenis Hylobatidae lain-

nya. Hewan ini dapat dikenali melalui warna rambutnya yang hitam pekat dengan

warna sedikit keabu-abuan diantara dagu dan mulut mereka. (Ankel dan Simon,

2000) namun menurut Supriatna dan Wahyono (2000) rambut siamang berwarna

hitam pekat baik jantan maupun betina, kecuali rambut dimuka yang berwarna ke-

coklatan.

Siamang dapat tumbuh hingga mencapai ukuran lebih dari1meter ketika mereka

dewasa dan bobot tubuh siamang jauh lebih berat dari pada ungko dengan berat

rata-rata mencapai10-15 kg (Palombit,1997). Betina relatif lebih ringan dari jantan,

bertanya kurang lebih 92% dari berat badan sang jantan. Taring pada jantan dan be-

tina memiliki ukuran yang sama. Jantan juga dibedakan dari betina melalui rambut

scrotal yang menjuntai diantara kedua pahanya, sedangkan betina dibedakan dari

jantan melalui sepasang puting di dadanya (Gittin dan Raemaekers, 1980).

Siamang memiliki panjang rentang tangan mencapai 1,5 m dengan panjang badan

berkisar antara 800-900 mm. Berat tubuh rata-rata siamang dewasa sekitar 11,2 kg.

Rambut siamang berwarna hitam pekat baik jantan maupun betina, kecuali rambut

dimuka yang berwarna kecoklatan (Supriatna danWahyono, 2000).

Page 33: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

14

Siamang mempunyai kantong suara yang dapat membesar (gularsacs), dengan

warna kelabu sebelum berteriak dan warna merah muda ketika berteriak. Individu

jantan dibedakan dari individu betina melalui rambut skrotal yang menjuntai diantara

kedua paha dari individu jantan sedangkan pada betina tidak. Betina relatif lebih

kecil dari jantan, beratnya kurang lebih 92% dari berat jantan (Fedigan, 1992).

D. Perilaku Sosial Siamang

1. Kegiatan Bersuara

Aktivitas harian kelompok Hylobates diawali dengan bersuara, hal ini dilakukan

untuk menunjukkan territorial dan pengaturan ruang antar kelompok. Aktivitas ber-

suara dilakukan sebagai pengaturan ruang dengan alasan suara keras dilakukan agar

terdengar oleh kelompok lain sebagai komunikasi antar kelompok kemudian saling

bersautan dan jarang terjadinya kontak langsung antar kelompok (Bates, 1970).

Serupa dengan Rinaldi (1992) berpendapat bahwa kegiatan bersuara merupakan

kegiatan yang selalu dilakukan oleh kelompok gibbon yang berfungsi untuk mem-

pertahankan dan menunjukkan teritorialnya serta pengaturan ruang antar kelompok.

Pada kelompok siamang kegiatan bersuara umumnya dilakukan pada satu atau

beberapa pohon yang tinggi yang berdekatan sambil melakukan gerakan-gerakan ak-

robatik. Pada saat kegiatan bersuara terjadi, kelompok siamang tidak terganggu akan

keberadaan pengamat di bawah pohon tersebut, sedangkan pada ungko (Hilobates

agilis) dan Owa kelawat (Hilobates muellcri) kegiatan bersuara dapat terhenti. Pada

siamang kegiatan bersuara dlilakukan selama lebih kurang 15 menit umumnya dila-

kukan pada pagi hari (81%), sedangkan pada Owa Kelawat (Hilobates teulleri) dan

Ungko (Hilobates agilis) kegiatan bersuara dilakukan agak lebih lama. Kegiatan

Page 34: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

15

bersuara juga dilakukan secara sendiri oleh individu jantan yang mengalami proses

penyapihan dan biasanya dilakukan agak jauh dari kelompok.

Gittins dan Raemaerkers (1980), menyebutkan aktivitas bersuara Hylobates

dilakukan selama ± 15 menit yang terdengar hingga1km. Hylobates jantan hampir

dewasa kegiatan bersuara juga dilakukan untuk menarik lawan jenis. Aktivitas

bersuara biasanya dilakukan di pohon sumber pakan atau yang berdekatan.

Carpenter (1960) dalam Bates (1970) menduga bahwa suara pagi (morning call)

pada gibbon sebagai informasi bagi kelompok yang berdekatan tentang lokasi ke-

lompoknya, sedangkan Jay (1965) dalam Bates (1970) mengatakan bahwa salah satu

mekanisme pengaturan ruang antara kelompok primata ditandai dengan kegiatan

hersuara (vocalization).

Batcs (1970) dalam Rinaldi (1992) berpendapat bahwa suara pada gibbon lebih

berfungsi sebagai pengaturan ruang (spacing mechanism) dengan alasan sebagai

berikut:

1. Suara yang dikeluarkan cukup keras untuk didengar oleh kelompok terdekat dan

dapat dianggap sehagai komunikasi antar kelornpok.

2. Kegiatan bersuara biasanya dimulai oleh suatu kelompok yang kemudian diikuti

oleh kelompok lainnya.

3. Jarang terjadinya kontak langsung antar kelompok yang berdekatan.

Selanjutnya ditegaskan juga, bahwa suara yang keras yang dapat didengar sampai

jarak yang jauh merupakan tanda sehagai mekanisme pengaturan ruang. Hal ini di-

kuatkan juga dari penelitian Rinaldi (1985) dimana dijumpai titik terjadinya aktivi-

tas bersuara antara dua kelompok yang tidak berdekatan atau overlap tetapi saling

Page 35: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

16

melihat (± 300 m). Pada kelompok siamang kegiatan bersuara umumnya dilakukan

pada satu atau beherapa pohon yang tinggi yang berdekatan samil melakukan gerak-

an-gerakan akrobatik.

Kegiatan bersuara juga dilakukan secara sendiri oleh individu jantan yang meng-

alami proses penyapihan dan biasanya dilakukan agak jauh dari kelompok utamanya.

Kegiatan bersuara ini ditujukan untuk menarik atau mencari pasangan dari kelompok

lain dan menunjukkan kesiapan untuk melakukan aktivitas seksual (Rinaldi, 1992)

2. Perilaku Istirahat

Aktivitas istirahat merupakan periode tidak aktif. Saat istirahat siamang menghin-

dari teriknya sinar matahari dengan cara turun ke bagian tajuk yang paling rendah

(Chivers, 1979). Kegiatan istirahat umumnya dilakukan pada siang hari setelah me-

lakukan kegiatan makan dan kondisi cuaca yang panas atau gerimis, hujan.

Kegiatan istirahat akan meningkat frekuensinya setelah siang hari dan dilakukan

pada pertengahan tajuk pohon-pohon yang rindang.

Pada saat istirahat semua anggota kelompok akan berkumpul dan melakukan kegi-

atan berkutu-kutuan menelisik (grooming) atau kegiatan bermain (playing) bagi indi-

vidu muda. Lamanya kegiatan istirahat pada Siamang ± 155-184 menit dari waktu

aktifnya (Raemaekers dan Chivers, 1980 dalam Rinaldi, 1992).

3. Pergerakan dan Home Range

Aktivitas harian pada satwa liar adalah refleksi fisiologis terhadap lingkungan

sekitarnya. Hylobates umumnya melakukan aktivitas harian di tajuk- tajuk pohon

(arboreal) yaitu dimulai dari meninggalkan pohon tidur hingga masuk ke pohon

tidur selanjutnya (Chivers, 1980). Duma (2007) menyebutkan bahwa Hylobates

Page 36: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

17

mulai beraktivitas sebelum matahari terbit dan mengakhirinya pada sore hari untuk

beristirahat lebih awal dari jenis primata diurnal lainnya. Waktu aktivitas hariannya

kurang lebih berlangsung 9,5 jam, dari pukul 06.19 hingga 15.43. Aktivitas yang di-

lakukan antaralain bersuara, berpindah, makan, bermain dan istirahat.

Secara umum jenis-jenis Hylobatidae memiliki perilaku yang sama. Hasil

penelitian Iskandar (2007) perilaku yang dilakukanya itu makan, sosial, lokomosi

agresi dan istirahat. Owa jawa paling banyak melaksanakan aktifitas istirahat dan

makan. Hampir sama dengan hasil penelitian Duma (2007) pada klawet,

aktivitasnya lebih banyak makan dan istirahat. Lebih jauh menjelaskan klawet

memulai aktivitas hari-an antara pukul 04.50-07.10 WIB yaitu vokalisasi (duet call).

Setelah itu mulai meninggalkan pohon tidur untuk berpindah, makan dan istirahat.

Setelah pukul 16.00 WIB, sudah beristirahat penuh.

Nurcahyo dalam penelitiannya mengenai pola jelajah harian siamang yang dilakukan

pada bulan Juni hingga Oktober 1998, menyebutkan bahwa day range siamang

sejauh 672 meter. Berdasarkan penelitian pada bulan Februari 2001 hingga Januari

2002 di lokasi yang sama terjadi peningkatan day range menjadi 898 meter

(Nurcahyo, 2001; Andriyansyah, 2005).

Betina lebih sering memimpin pada saat melakukan penjelajahan dalam wilayahnya

dari pada jantan. Sering kali betina jalan duluan dan kadang menunggu untuk

beberapa saat kemudian kembali ke belakang jika anggota yang lain tidak mengikuti

(Chivers, 1974 dalam Andriansyah, 2005).

Ukuran home range pada siamang rata-rata 28 hektar (MacKinnon dan MacKinnon,

1980 dalam Rinaldi 1992), menurut Gittins dan Raemackers (1980) dalam Rinaldi

Page 37: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

18

1992 ukuran home range siamang 15-38 hektar, dan 23-48 hektar sedangkan pada

jenisyang lebih kecil Hilobates Lar dilaporkan 53-59 hektar (Raemaekers dan

Chivers, 1980 dalam fitri dkk, 2013).

4. Sistem Sosial

Harianto (1988) berpendapat bahwa setiap binatang untuk kelangsungan hidupnya

mempunyai tingkah laku yang berbeda, baik sesama individu dalam kelompoknya,

dan dengan kelompok lain yang sejenis atau individu dan kelompok lain yang berlain

jenis. Pada dasarnya sistem sosial primata berdasarkan pada jumlah pergerakan

betina dalam kelompoknya menurut (Wrangham, 1982 dalam Harianto, 1988)dapat

dibagi menjadi empat kategori adalah sebagai berikut.

1. Sistem transfer betina

Tipe organisasisosial seperti ini memungkinkan betina berpindah kelompok dari

kelompok dimana betina ini lahir ke kelompok lainnya. Sebagian besar primata

yang memiliki sifat seperti ini hidup dalam kelompok-kelompok yang relatif

kecil.

2. Sistem transfer bukan betina

Sebagian besar waktu hidup betina dengan sistem organnisasi sosial seperti ini

dihabiskan dalam kelompok. Umumnya ukuran kelompok lebih besar diban-

dingkan dengan sistem organisasi sosial pertama.

3. Spesies monogami

Dengan kelompok sistem ini umumnya dijumpai pasangan jantan dan betina

dengan beberapa keturunannya.

Page 38: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

19

4. Spesies soliter

Kehidupan primata dengan sistem ini ini cenderung menyendiri, terpisah dari

kelompoknya dan beraktivitas sendiri.

Siamang dapat hidup di hutan primer, hutan hujan dataran rendah, hutan sekunder

dan hutan rawa (Supriatna dan Wahyono, 2000). Menurut Curtin & Chivers

(1979) dalam Bangun (2009), satwa ini dapat beradaptasi terhadap beberapa peru-

bahan lingkungan habitat. Hutan primer memiliki peranan penting sebagai habitat

jenis Hylobatidae karena kondisinya lebih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Siamang jarang sekali turun kelantai hutan dan pergerakannya berayun dari pohon ke

pohon lain (brakhiasi) sehingga habitat dengan vegetasi yang memiliki tajuk

kontinyu antar pohon memiliki peranan penting (Sultan, 2009).

Siamang hidup dalam kelompok kecil yang terdiri atas jantan dewasa, betina dewasa,

dan tidak lebih dari empat keturunannya. Mereka hidup selama kurang lebih 20-30

tahun dengan sifat perkawinan monogami, berpasangan sampai mati atau paling ti-

dak stabil. Jarak kelahiran antara 2-3 tahun (Gittin dan Raemaker, 1980).

Pertentangan antara induk betina atau jantan dengan anaknya yang hampir dewasa

secara lambat laun akan meningkat sejalan dengan peningkatan kematangannya se-

cara seksual (Suyanti dkk, 2009). Proses pertentangan ini akan diakhiri dengan pro-

ses penyapihan atau keluarnya anak tersebut dari kelompok untuk mencari pasangan

sendiri. Proses penyapihan pada siamang ini terjadi pada anaknya yang berumur di

atas 8 atau 9 tahun, sedangkan pada jenis Hylobatidae lainnya bisa terjadi lebih awal,

yaitu umur 6 atau 7 tahun (Rinaldi, 1992).

Page 39: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

20

Jenis-jenis Hylobatidae bertubuh kecil umumnya allopatric dalam distribusinya,

tersebar di Thailand, Malaysia dan Kalimantan (Gittins, 1978). Berbeda dengan

siamang yang tumpang tindih dengan spesies Hylobatidae lain (H. lar atau H.agilis)

diseluruh rentang mereka (Geissmann,1995). Oleh karena itu, siamang selalu meng-

hadapi kompetisi intraspesifik dan persaingan dalam memperoleh sumber daya

sangat tinggi. Ukuran tubuh besar siamang menjadi peran kunci sehingga memung-

kinkannya hidup bersama dengan jenis yang ukurannya lebih kecil (Raemaekers,

1984). Elder (2009) dalam Rinaldi (1992) berasumsi bahwa siamang mengkonsumsi

lebih banyak daun untuk mengurangi persaingan langsung dengan Hylobatidae lain

saat mereka hidup simpatrik.

E. Perilakau Makan

Makan adalah aktivitas yang menghabiskan waktu paling besar setiap jam dan setiap

hari bila dibandingkan dengan bergerak dan hampir berimbang dengan waktu isti-

rahatnya. Siamang sangat selektif dalam memilih pakannya, hal tersebut barkaitan

dengan strategi makan dan ketersediaan pakan. Siamang akan banyak memakan

buah ketika musim buah tiba, tapi ketika tidak ada akan lebih banyak mengkonsumsi

pucuk daun (Harianto, 1988).

Primata mempunyai tingkah laku makan yang khas, yaitu dapat menggenggam ma-

kanan yang akan dimakan dan perkembangan sekum yang baik sehingga meningkat-

kan kemampuan sistem digesti dalam mencerna makanan. Primata memiliki naluri

terhadap makanan yang perlu dimakan, dan hal ini mempengaruhi tingkah laku

makan mereka. Pada umumnya hewan primata adalah omnivore (pemakan hewan

dan tumbuhan) (Karyawati, 2012).

Page 40: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

21

Makan merupakan aktivitas yang dilakukan setelah bersuara. Hylobates dapat

melakukan kegiatan makan pada satu pohon yang sama selama 2-3 hari berturut-

turut. Pada saat itu, satwa jenis ini melakukan perpindahan dan biasanya tidur diseki-

tar atau didekat pohon pakan. Lama aktivitas makan tergantung pada jenis dan

kelimpahan jenis pakan Hylobates makan dengan cara memetik satu per satu buah

atau daun muda yang dimakan (Rinaldi, 1992). Secara umum, jenis-jenis

Hylobatidae (Symphalangus syndactylus, Hylobates agilis, Hylobates moloch,

Hylobates klosii, Hylobates lar, dll) memiliki perilaku yang sama. Iskandar (2007),

menyatakan perilaku yang dilakukan siamang yaitu makan, sosial, lokomosi agresi

dan istirahat.

Lamanya kegiatan makan di suatu pohon sangat bervariasi, terutama ditentukan jenis

dan kelimpahan makanan. Apabila suatu pohon makanan sedang berbuah dan me-

limpah, kelompok siamang dapat seharian berada di pohon makanan tersebut,

sedangkan pada kondisi tidak berbuah hanya didatangi untuk makan pucuk atau daun

muda. Kelompok gibbon melakukan kegiatan makan dengan cara memetik satu per-

satu buah atau daun yang akan dimakan, sehingga membutuhkan waktu yang cukup

lama. Raemaekers (1984) dalam Rinaldi (19792). Chiver (1977) dalam Rinaldi

(1992) menyatakan bahwa Siamang memakan hampir semua bagian tumbuhan,

seperti daun, buah, biji dan bunga. Satwa ini juga memakan beberapa jenis serangga.

Komposisi makanan, 59% daun, 31% buah, 8 % bunga, dan 2 % berbagai jenis

serangga. Siamang dikenal sebagai penyebar biji-bijian (secel dispertal) beberapa

jenis tumbuhan ficius.

Page 41: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

22

Hasil penelitian Rosyid (2007) menyatakan bahwa sebelum melakukan aktivitas

makan, siamang selalu memulai dengan membuang kotoran di sekitar pohon tidur

yang dilanjutkan dengan menjelajah dalam usaha pencarian sumber pakan. Inisiatif

penjelahan untuk pencarian sumber makanan biasanya dimulai oleh jantan dewasa

atau betina dewasa. Lama aktivitas makan siamang F1 setiap hari berkisar 2,65 jam

sampai 4,11 jam.

Menurut penelitian karyawati (2012) tingkah laku makan pada hewan primata di-

pengaruhi oleh ukuran tubuh, kondisi gigi, ketersediaan sumber makanan, struktur

anatomi saluran pencernaan, kondisi organ reproduksi, penggunaan indera peng-

lihatan/penciuman/peraba dalam memilih makanan, pengetahuan tentang bahan

makanan, perubahan musim, sistem hierarki dan struktur sosial, serta kepadatan

populasi dan kompetisi antara sesama primata.

F. Perilaku Seksual

Siamang merupakan primata yang bersifat monogamous. Memiliki kelompok yang

kecil yang hanya terdiri dari satu jantan dewasa, satu betina dewasa dan beberapa

indifidu muda. Individu siamang siap untuk melakukan perkawinan pada umur 8 - 9

tahun. Masa kehamilan antara 7 – 8 bulan/ ± 200 – 210 hari dengan jarak kelahiran

antara 2 – 2,5 tahun. Masa hidup dapat mencapai 35 tahun. Siamang jantan ikut

merawat dan menggendong anaknya. (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Menurut penelitian Astuti dkk. (2006) menyatakan bahwa pada primata jenis tertentu

termasuk H. moloch, tingginya kadar testosteron tidak berkaitan langsung dengan

tingkah laku seksual serta kopulasi meskipun salah satu fungsi testosteron adalah

Page 42: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

23

untuk menimbulkan libido. Kadar tertinggi testosteron dalam plasma maupun feses

terjadi pada malam hari sampai pukul 06.00, namun aktivitas seksual serta kopulasi

dilakukan pada sianghari. Jhonson dan Everrit (1996) dalam (Astuti dkk, 2006)

menjelaskan bahwa berbeda dengan mamalia lain, tingkah laku seksual pada primata

sangat tergantung kepada, status sosial, dan aktivitas harian.

G. Dinamika Populasi

Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama (takson

tertentu) serta hidup/menempati kawasan tertentu pada waktu tertentu. Suatu popu-

lasi memiliki sifat-sifat tertentu seperti kepadatan (densitas), laju/tingkat kelahiran

(natalitas), laju/tingkat kematian (mortalitas), sebaran umur dan sex (rasio bayi, anak,

individu muda, dewasa dengan jenis kelamin betina atau jantan), dll. Sifat-sifat ini

dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui / memahami kondisi suatu po-

pulasi secara alami maupun perubahan kondisi populasi karena adanya pengaruh pe-

rubahan lingkungan. Sebagai salah satu sifat populasi, densitas merupakan cermin-an

ukuran populasi (jumlah total individu) yang hidup dalam kawasan tertentu (Tobing,

2008). Sedangkan menurut Alikodra (2002) sifat-sifat tersebut tersebut berfluktuasi

dari waktu kewaktu mengikuti keadaan lingkungannya. Keadaan fluktu-asi tersebut

mempunyai tiga kemungkinan, yaitu jika angka kelahiran lebih besar dari kematian,

populasi akan berkembang, jika angka kelahiran sama dengan angka kematian popu-

lasi akan stabil dan jika agka kematian lebih besar dari angka kelahiran, populasi

akan menurun.

Page 43: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

24

Menurut Caughley (1977) dalam Santosa dkk (2010), studi-studi tentang dinamika

populasi sangat tergantung dari kemampuan mengenali umur individu. Apabila

umur telah diketahui, maka struktur umur, umur matang seksual, angka kematian,

angka kelahiran, fekunditas, umur spesifik dan kecenderungan pertumbuhan populasi

dapat ditentukan. Parameter populasi dan kondisi fisiologi penting untuk diketahui

dalam pelestarian jenis satwa liar untuk menciptakan kestabilan populasi. Terdapat

beberapa teknik untuk menduga umur satwa, semua teknik dalam pendugaan umur

mamalia dapat mempunyai kesalahan, beberapa teknik mungkin lebih baik daripada

yang lain (Caughley, 1977). Penentuan kelas umur siamang di lapangan dapat dila-

kukan karena kekhasan yang dimiliki semasa fase pertumbuhannya (Gittins and

Raemaekers,1980). Kelebihan pendugaan umur seperti ini dapat dilakukan melalui

pengamatan dari jauh tetapi hasil pendugaan akan lebih bersifat perkiraan kasar

bahkan cukup besar rentangnya. Selain itu, metode pendugaan umur dapat dilaku-

kan melalui gigi geligi (Caughley, 1977), tetapi metode ini mempunyai kelemahan

dapat merusak atau menyakiti satwa, sehingga beresiko pada kematian. Selanjutnya

menurut Caughley (1977), ukuran-ukuran bagian tubuh dapat dijadikan tanda-tanda

untuk menduga umur.

H. Ciri-ciri populasi

1. Seks Rasio

Seks rasio adalah perbandingan antara jumlah individu jantan potensial reproduksi

dengan jumlah betina potensial reproduksi (Santosa, 1990 dalam Bugiono, 2001).

Sedangkan menurut Alikodra (2002) seks rasio adalah perbandingan jumlah individu

jantan dengan betiina dari suatu populasi, biasanya dinyatakan dalam 100 ekor betina

Page 44: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

25

(Alikodra,1990). Seks rasio populasi akan berpengaruh pada-pada laju reproduksi

dan interaksi sosial pada beberapa vertebrata (Krebs, 1976 dalam Bugiono,2001).

2. Komposisi Umur

Penyebaran komposisi umur merupakan sifat yang penting dari populasi karena

dapat mempengaruhi mortalitas dan natalitas (Qiptiyahdan Setiawan, 2012). Per-

bandingan berbagai golongan umur dalam populasi karena dapat menentukan ke-

adaan reproduktif yang berlangsung dalam populasi dan dapat dipakai untuk mem-

perkirakan keadaan populasi dimasa depan (Odum, 1971).

Siamang yang termasuk keluarga Hylobatidae hidup dalam kelompok sosial mono-

gami yang kecil yangterdiri dari sepasang jantan dan betina dewasa, dengan 1 – 4

ekor anaknya. Padatempat-tempat alami, umumnya anggota (ukuran) kelompok

gibbon rata-rata 4 ekor. Pasangan gibbon umumnya melahirkan seekor anak dengan

selang 2-3 tahun sekali (Gittins dan Raemakers, 1980).

Umur merupakan salah satu parameter yang penting untuk diketahui dalam pengelo-

laan suatu populasi, karena berkaitan dengan kelestarian suatu spesies. Pengetahuan

tentang umur penting diketahui untuk mengetahui struktur umur dan dapat diguna-

kan untuk menilai keberhasilan perkembangbiakan satwa liar (Alikodra, 2002).

Terdapat beberapa teknik untuk menduga umur satwa, semua teknik dalam

pendugaan umur mamalia dapat mempunyai kesalahan, beberapa teknik mungkin

lebih baik daripada yang lain (Caughley, 1977). Gittin dan Raemaker (1980)

membagi kelas umur pada siamang kedalam lima kelas umur berbeda berdasarkan

ukuran badan dan tingkat perkembangan perilaku adalah sebagai berikut.

Page 45: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

26

1. Bayi (infant)

Individu siamang yang termasuk kedalam kelas umur ini adalah individu yang baru

dilahirkan hingga umur dua tahun, dengan ukuran badan yang sangat kecil. Bayi

siamang belum bisa beraktifitas dan selalu dalam gendongan induk betinanya pada

tahun pertama. Induk jantan selanjutnya mengambil alih pengasuhan bayi pada

tahun kedua (paternal care).

2. Juvenile I (anak-anak)

Juvenile I adalah individu yang berumur lebih dari dua tahun hingga empat tahun.

Badannya kecil namun relatif lebih besar dari bayi. Telah bisa beraktivitas sendiri,

namun cenderung selalu dekat dengan induknya.

3. Juvenile 2 (remaja besar)

Juvenile 2 adalah individu yang termasuk dalam kelas umur ini adalah individu-

individu yang berumur lebih dari 4-6 tahun. Ukuran bdannya sedang dan sering

melakukan aktivitas sendiri namun tidak dalam jarak yang sangat jauh dari

kelompoknya.

4. Sub-Adult (pra-dewasa)

Umurnya lebih dari 6 tahun dan mulai sering memisahkan diri jauh dari

kelompoknya, namun masih dalam satu kesatuan kelompoknya, belum matang

secara seksual dan badannya hampir sama dengan ukuran badan individu dewasa.

5. Adult (dewasa)

Secara seksual sudah matang dan telah berpasangan untuk kemudian membentuk

kelompok sendiri dan memisahkan diri dari kelompoknya. Ukuran badan telah

maksimal.

Page 46: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

27

Penentuan kelas umur siamang di lapangan dapat dilakukan karena kekhasan yang

dimiliki semasa fase pertumbuhannya (Gittins and Raemaekers, 1980). Kelebihan

pendugaan umur seperti ini dapat dilakukan melalui pengamatan dari jauh tetapi

hasil pendugaan akan lebih bersifat perkiraan kasar bahkan cukup besar rentangnya

(Semiadi dan Nugraha, 2005). Selain itu, metode pendugaan umur dapat dilakukan

melalui gigi geligi (Caughley, 1977), tetapi metode ini mempunyai kelemahan dapat

merusak atau menyakiti satwa, sehingga beresiko pada kematian. (Raemakers,1984).

Selanjutnya menurut Caughley (1977), ukuran-ukuran bagian tubuh dapat dijadikan

tanda-tanda untuk menduga umur pada struktur umur seperti ini populasi akan terus

menurun, dan jika keadaan tidak berubah populasi akan punah setelah beberapa

waktu.

3. Natalitas

Natalitas merupakan kemampuan populasi untuk tumbuh. Laju natalitas dapat

diperoleh dari kelahiran, menetas, berkecambah dan sebagainya. Natalitas juga

penting sebagai penduga kecepatan laju populasi Pertumbuhan populasi sangat

tergantung pada besar kecilnya angka kelahiran.

4. Mortalitas

Mortalitas sebagia jumlah kematian individu-individu dalam suatu populasi pada

waktu tertentu. Beberapa faktor kematian satwa contohnya penyakit, pemangsaan,

kebakaran, kelaparan, kerusakan habitat dan sebagainya. Dijelaskan lebih lanjut

bahwa faktor kematian dapat mengurangi kepadatan populasi. Angka kematian yang

terlmpau tinggi akan menimbulkan penurunan kepadatan populasi yang sangat

drastis.

Page 47: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

28

5. Ukuran Populasi

Ukuran populasi dan densitas merupakan parameter populasi yang saling berkaitan.

Bila densitas diketahui, maka ukuran populasi dalam suatu kawasan akan dapat di-

duga demikian juga sebaliknya. Berbagai metode telah banyak dikemukakan untuk

estimasi populasi beberapa dapat diterapkan untuk berbagai spesies tetapi beberapa

metode umumnya hanya digunakan untuk spesies (takson) tertentu saja.

Estimasi ukuran populasi secara akurat sangat susah dilakukan, dan memerlukan tek-

nik/metode tersendiri. Metode-metode yang digunakan secara umum dapat diklasifi-

kasikan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu penghitungan seluruh anggota populasi

secara langsung, pendugaan ukuran populasi berdasarkan densitas, dan pendugaan

berdasarkan tanda-tanda khas (dari suatu spesies) yang ditinggalkan. Estimasi uku-

ran populasi pada spesies-spesies primata juga demikian halnya, dapat dilakukan

dengan berbagai metode, namun demikian, metode yang paling umum digunakan

adalah yang didasarkan pada densitas, terutama metode jalur (line transects method)

(Tobing, 2008).

Ukuran populasi suatu spesies primata akan diketahui bila dilakukan penghitungan

secara langsung dan menyeluruh (total counts /direct counts) terhadap semua indi-

vidu (anggota populasi) yang ada dalam suatu kawasan. Metode ini merupakan tek-

nik paling akurat dalam menentukan ukuran populasi (primata), sehingga bila masih

memungkinkan untuk diterapkan merupakan metode terbaik untuk dipilih.

Penerapan metode ini umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

1. Membagi kawasan menjadi beberapa blok (block counts), dan menghitung

jumlah individu yang ada pada setiap blok secara berurutan. Cara lain juga

Page 48: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

29

dapat dilakukan dengan menghitung di blok berbeda secara bersamaan oleh

beberapa observer.

2. “Menyisir” kawasan (memerlu-kan banyak observer) dengan berbaris dalam

posisi “shaf” dan berjalan serentak menelusuri seluruh kawasan untuk

mendeteksi dan menghitung anggota populasi.

Metode ini dapat digunakan sekaligus untuk mengetahui pola sebaran populasi

dalam kawasan serta sebaran umur dan sex dari populasi tersebut, namun demikian,

metode total counts hanya akan akurat bila selama pelaksanaan tidak ada individu

yang berpindah atau bersembunyi sehingga tidak terdeteksi/terhitung. Total counts

akan baik dan cepat bila diterapkan di daerah terbuka, sebaliknya akan banyak

kendala (dalam mendeteksi populasi) bila diterapkan di kawasan hutan, sehingga

akan mempunyai bias yang besar. Selanjutnya, jika areal yang diamati luas maka

relatif akan susah dilaksanakan dalam suatu waktu yang bersamaan (Tobing, 2008).

Jantan dan betina hampir dewasa atau mencapai dewasa kelamin akan meninggal-

kan kelompoknya dan hidup sendiri dengan pasangannya sebagai keluarga baru

(Duma, 2007). Ukuran kelompok dengan jumlah lebihdari 4 jarang ditemukan.

Adanya kelompok berjumlah 5 individu biasanya disebabkan anak umur dewasa

belum keluar dari kelompok induknya untuk membentuk kelompok baru (Sultan,

2009).

Page 49: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

30

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli - Agustus 2016 di Hutan Lindung

Register 25 Pematang Tanggang, Kabupaten Tanggamus. Peta lokasi penelitian

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian Studi Populasi Siamang di Hutan Lindung

Register 25 gunung Pematang Tanggang, Kabupaten Tanggamus.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning

System), kamera digital, binokular, jam tangan digital, alat tulis, laptop dan

Page 50: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

31

lembar data/kerja. Objek penelitian adalah siamang dan komponen ekologi

habitat siamang yang berada di dalam kawasan Hutan Lindung Register 25

Gunung Pematang Tanggang, Kabupaten Tanggamus.

C. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan.

2. Luasan lokasi penelitian ± ¼ dari luasan Hutan Lindung Register 25.

3. Sampel kelompok siamang yang digunakan adalah kelompok siamang yang

dijumpai secara visual di area pengamatan.

D. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan oleh peneliti disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 . Jenis data primer yang dikumpulkan oleh peneliti

No. Jenis Data Metode pengumpulan data

1 Pembuatan peta Mencari data mengenai peta, dan menitik

langsung.

2 Perhitungan populasi siamang Menggunakan metode terkonsentrasi

3 Inventarisasi pohon yang digunakan

siamang makan, istirahat, bermain.

Menggunakan metode rappid asigement.

4 Menghimpun satwa selain siamang Menggunakan metode rappid asigement.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang penelitian meliputi studi literatur

seperti karakteristik lokasi penelitian berupa kondisi umum lokasi penelitian.

Data pendukung lainnya diperoleh melalui studi literatur dari pustaka, jurnal dan

sumber pustaka lainnya untuk melengkapi data primer yang diambil di lapangan

Page 51: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

32

yang sesuai dengan topik penelitian. Data yang dikumpulkan oleh peneliti

disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jenis data sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti

No. Jenis Data Metode pengumpulan data

1 Data kondisi lokasi penelitian Meminta data di dinas terkait

2 Monografi desa Meminta data denagan aparatur desa

E. Metode Pengumpulan Data dan Cara Kerja

1. Pengumpulan Data Primer

a. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan untuk menentukan lokasi penelitian, mengetahui

kondisi umum lokasi penelitian dan menentukan jalur dan titik yang memiliki

peluang tinggi ditemukannya kelompok siamang yang akan dijadikan sebagai

objek pengamatan serta untuk mengetahui kondisi habitat siamang. Berdasarkan

survei pendahuluan yang telah dilakukan telah teridentifikasi 3 titik lokasi yang

memiliki intensitas perjumpaan yang tinggi terhadap siamang.

b. Observasi Langsung (Direct Observation)

Sebelum dilakukan pengamatan terlebih dahulu dilakukan habituasi selama 7 hari

dengan tujuan untuk membiasakan siamang terhadap keberadaan pengamat

sehingga memudahkan pengamat melakukan pengambilan data. Pengambilan

data populasi siamang menggunakan metode terkonsentrasi (Concentration

Count) (Rinaldi 1992), yaitu pengamatan dilaksanakan terkonsentrasi pada satu

titik yang diduga memiliki intensitas penjumpaan yang tinggi terhadap satwa.

Pengamatan dilakukan selama 30 hari dilapangan. Pengamatan populasi siamang

Page 52: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

33

dimulai pukul 06.00 WIB pada saat siamang tersebut masih berada di tempat

tidur hingga pukul 18.00 WIB saat siamang tersebut mencari tempat untuk tidur

(Harianto, 1988), adapun penghitungan difokuskan pada pukul 11.30-13.45 disaat

siamang beristirahat, dengan alasan pada saat ter-sebut siamang berkumpul

berdekatan. Siamang yang ditemukan di lokasi pengamatan kemudian dihitung

ukuran kelompoknya kemudian mencatat komposisi umur serta rasio seksual

siamang pada lembar kerja.

Ukuran kelompok siamang yang ditemui di titik pengamatan dicatat pada lembar

kerja yang meliputi lokasi/titik koordinat, jumlah individu dan keterangan cuaca.

Komposisi umur siamang dicatat pada lembar kerja, yang meliputi lokasi/titik

koordinat, komposisi umur yang terbagi menjadi bayi, remaja dan dewasa. Rasio

seksual siamang yang ditemui dicatat pada lembar kerja yang meliputi lokasi/titik

koordinat, rasio seksual yang terbagi atas jantan dan betina. Lembar kerja

pengamatan kelompok siamang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Lembar Kerja Pengamatan Kelompok Siamang

No Lokasi Klp (ke) Anak Remaja Dewasa ∑

J B J B

1.

2.

3

Jumlah Total

Keterangan :

J : Jantan B : Betina

Klp : Kelompok ∑ : Jumlah individu

Setelah mencatat data populasi siamang, di perlukan pencatatan pohon yang

dijadikan habitat bagi siamnag tersebut, lembar kerja pengamatan disajikan pada

Tabel 5.

Page 53: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

34

Tabel 5. Lembar kerja jenis pohon yang dijadikan habitat siamang

No. Nama lokal Nama latin Lokasi

1.

2.

Setelah mencatat pohon yang dijadikan habitat bagi siamnag tersebut, diperlukan

pula pencatatan satwa selain siamang yang terdapat di lokasi tersebut. Lembar

kerja jenis satwa yang hidup berdampingan dengan siamang disajikanpada Tabel

6.

Tabel 6. Lembar kerja jenis satwa yang hidup berdampingan dengan siamang

No. Nama lokal Nama Ilmiah Lokasi Keterangan

1.

2.

3.

Setelah mencatat jenis satwa yang hidup berdampingan dengan siamnag tersebut,

di-perlukan pula kondisi habitat siamang di lokasi tersebut. Lembar kerja kondisi

habi-tat siamang siamang disajikanpada Tabel 7.

Data persepsi masyarakat terhadap satwa dan habitatnya (hutan) dilakukan dengan

menggunakan sampel warga sebanyak 30 orang. Persepsi ini di himpun karena

ingin mengetahui aspek sosial masyarakat terhadap keberadaan populasi siamang.

Data persepsi masyarakat terhadap siamang disajikan pada Tabel 8 dan data

persepsi masyarakat terhadap habitanya disajikan pada Tabel 9.

Page 54: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

35

Tabel 7. Lembar wawancara mengenai tindakan masyarakat terhadap habitat

siamng

No. Satwa 1 2 3 4 5 6 7

1 Siamang

2 Beruk

3 Simpai

4 Monyet ekor panjang

5 Beruang

6 Ular phyton

7 Burung Rangkong

Tabel 8. Lembar wawancara mengenai tindakan masyarakat terhadap siamang

No. Tindakan 1 2 3 4 5 6 7

1 Diburu

2 Dilindungi

3 Dijual

4 Dibiarkan

5 Dipindahkan

6 Ditangkarkan

7 Dijadikan ekowisata satwa

liar

Tabel 9. Lembar wawancara mengenai tindakan masyarakat terhadap habitat

siamng

No. Tindakan 1 2 3 4 5 6 7

1 Dilindungi

2 Ditebang

3 Dibakar

4 Dirambah

5 Ditanami sayur

6 Ditanami kopi/kakao

7 Ditanami pohon hutan

Keterangan :

1 = Sangat benci/Sangat tidak setuju

2 = Benci/Tidak setuju

3 = Agak benci/Agak tidak setuju

4 = Hampir benci/Hampir tidak setuju

5 = Agak Tidak benci/Agak setuju

6 = Tidak benci/Setuju

7 = Sangat Tidak benci/Sangat setuju

Page 55: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

36

2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, melalui studi

litetaratur dan kemudian data yang diperoleh digunakan untuk melengkapi data

primer yang diambil di lapangan dan sebagai data penunjang yang terdapat dalam

dokumen resmi yang dipakai sebagai bahan referensi, yaitu dengan cara

wawancara. Data monografi desa dilakukan kepada aparatur desa.

F. Analisis data

Data yang telah terkumpul dan telah tersusun dalam bentuk tabel, kemudian

diolah untuk mendapatkan nilai-nilai sebagai berikut.

1. Data yang telah diperoleh dari pengamatan kelompok siamang.

a. Struktur umur siamang

Jumlah umur siamang yang diamati di lapangan kemudian dikelompokan dalam

kelas umur tertentu (Gittin dan Raemakers, 1980).

c. Seks rasio

Nilai Nilai dugaan terhadap seks rasio populasi siamang ditentukan dengan

persamaan yang menunjukan perbandingan antara jumlah jantan dan jumlah

betina (Alikodra, 1990 dalam Sari dan Hariato, 2015).

SR =

Keterangan : SR = Seks rasio

J = Jumlah Jantan

B = Jumlah betina

J

B

Page 56: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

37

2. Analisis habitat siamang

Data yang telah diperoleh dari hasil pengambilan data langsung di lapangan yaitu

pohon tempat istirahat, makan dan bermain beserta tinggi dan diameternya

dihimpun dan dianalisis untuk mengetahui kondisi habitat siamang.

3. Sosial masyarakat terhadap satwa dan habitatnya.

Hasil wawancara yang telah dilakukan akan diperoleh data persepsi masyarakat

terhadap satwa dan habitatnya. Dapat diketahui apakah masyarakat sadar bahwa

satwa dan habitatnya perlu dijaga, jika mereka sadar maka keberadaan satwa

khususnya siamang tidak terancam. Sebaliknya, jika masyarakat banyak yang

tidak peduli maka keberadaan siamng terancam dan kemungkinan besar dengan

waktu yang tidak terlalu lama, siamang akan punah. Kuisioner akan di analisis

menggunakan metode 1 skor 1 indikator dengan menggunakan skala riket.

Rata-rata Skor = (Jumlah jawaban tiap variabel x skor)

Jumlah seluruh responden (30)

Keterangan skor :

1 = Sangat benci/Sangat tidak setuju

2 = Benci/Tidak setuju

3 = Agak benci/Agak tidak setuju

4 = Hampir benci/Hampir tidak setuju

5 = Agak Tidak benci/Agak setuju

6 = Tidak benci/Setuju

7 = Sangat Tidak bdenci/Sangat setuju

4. Pemetaan Siamang

Titik – titik keberadaan kelompok siamang yang diperoleh dengan menggunakan

GPS kemudian dipetakan menggunakan program Arc GIS.

Page 57: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

38

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Kondisi Geografis

Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang berada di dalam Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Pematang Neba (Unit XI) wilayah

pengelolaan masih dibawah Dinas Kehutanan Kabupaten Tanggamus. Berdasar-

kan administrasi pemerintahan, wilayah Hutan Lindung Register 25 Pematang

Tanggang terletak di Kecamatan Klumbayan Kabupaten Tanggamus (Dishut

Lampung, 2014).

Secara geografis Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang terletak di

pesisir barat Sumatera yang memiliki luas 3380 Ha dengan ketinggian kurang

lebih 0-120 mdpl dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2000-3000

mm/th (KPHL Kotaagung Utara, 2014). Wilayahnya secara administratif

berbatasan dengan sebagai berikut.

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penyandingan.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut/ Teluk Semaka.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bangun Rejo.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut/Teluk Semaka

Page 58: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

39

B. Sejarah Wilayah KPHL

Sejarah pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Pematang

Neba dimulai dengan Surat Gubernur Lampung No. 522/4577/III.16/2009

Tanggal 14 Desember 2009 perihal Usulan Penetapan Wilayah Kesatuan Penge-

lolaan Hutan (KPH). Provinsi Lampung yang mengusulkan sebanyak 16 Unit

KPH dan 2 KPH diantaranya terdapat di Kabupaten Tanggamus yaitu KPHL

Kotaagung Utara dan KPHL Pematang Neba.

Atas dasar usulan Gubernur tersebut, keluar Keputusan Menteri Kehutanan RI No.

SK. 68/MENHUT-II/2010 Tanggal 28 Januari 2010 Tentang Penetapan Wilayah

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP) Provinsi Lampung. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

Negeri No. 61 Tahun 2010 pemerintah kabupaten, sesuai kewenangan, mem-

bentuk organisasi KPHL yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten,

dimana kedudukan dari KPHL tersebut berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Telaahan staf dilakukan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Tanggamus kepada Bupati Tanggamus perihal Pembentukan Organisasi KPHL

Kotaagung Utara dan KPHL Pematang Neba yang isinya sesuai dengan

Permendagri No. 61 Tahun 2010, dua KPHL yang dikelola Pemkab Tanggamus

untuk ditetapkan sebagai KPHL Tipe A melalui Perda. KPHL Pematang Neba

mempunyai wilayah kerja Register 25 Pematang Tanggang, Register 26 Serkung

Peji, Register 27 Pematang Sulah dan Register 28 Bukit Neba (KPHL Kota

Agung Utara, 2014).

Page 59: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

61

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian populasi siamang (Symphalangus syndactylus) di

Hutan Lindung Register 25 Pematang Tanggang, Kabupaten Tanggamus pada

bulan Agustus 2016 diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. jumlah kelompok siamang sebanyak 3 kelompok. Ukuran kelompok siamang

berjumlah 2-3 individu perkelompok. Jumlah seluruh individu dari semua

kelompok sebanyak 7 individu. Kategori umur pada semua kolompok yang

ter-identifikasi terdiri dari 1 siamang remaja dan 6 siamang dewasa. Sex ratio

pada kategori siamang pada kelas umur dewasa yaitu 1:1 sedangkan pada

remaja 1:0. Keadaan-keadaan tersebut menunjukkan belum adanya

kestabilan komposisi jenis kelamin, komposisi umur serta ukuran kelompok

yang nanti-nya dapat berpengaruh terhadap populasi ke depannya.

2. persepsi masyarakat terhadap habitat siamang menunjukan bahwa masyarakat

sadar akan kelestarian habitat akan tetapi masih ada yang mengonversi lahan

disebabkan kecenderungan masyarakat untuk menambah penghasilan dengan

komoditi perkebunan, namun hal ini dapat mengganggu berlangsungnya

kehidupan siamang.

Page 60: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

62

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian tentang berbagai jenis tumbuhan pakan siamang di

hutan alam.

2. Perlu adanya peningkatan kapasitas masyarakat terhadap fungsi dan peran

hutan alam serta konservasi populasi siamang di habitatnya.

3. Perlu adanya solusi tanaman pengganti untuk menambah penghasilan, namun

tetap memperhatikan kelestarian habitat itu sendiri sehingga habitat siamang

tetap terjaga.

Page 61: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

62

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 2002. Teknik Pengelolaan Satwa Liar. Buku. Yayasan Penerbit

Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 368 p.

Andriansyah, O. 2005. Studi Adaptasi Perilaku Siamang (Hylobates syndactylus)

Pada Habitat yang Mengalami Aktivitas Perladangan di Taman Hutan Raya

Wan Abdul Rachman. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 60 p.

Ankel-Simons, F dan Simons, F. 2000. Primates Anatomy. Buku. Academic Press.

San Diego. 752 p.

Astuti, P., Yusuf, T. L., Hayes, E., Sjahfirdi, H.M dan Sajuthi, D. 2006. Pola

diurnal metabolit testosteron dan kortisol di dalam feses Owa Jawa (Hylobates

moloch) di Penangkaran. Jurnal Hayati. 13 (2): 69-72.

Bangun, T. M., Mansjoer, S dan Bismark, M. 2009. Populasi dan habitat Ungko

(Hylobates agilis) di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal

Primatologi Indonesia. 6 (1): 1410-5373.

Basalamah, F., Zulfa, A., Suprobowati, D., Asriana D., Susilowati., Anggraeni, A

dan Nurul, R. 2010. Status populasi satwa primata di Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat. Jurnal

Primatologi Indonesia. 7 (2): 55-59.

Bates, B.C. 1970. Territorial behaviour in primates: review of recent field studies.

Primates. 11(27): 1-2.

Chivers, D. J. 1980. Diagnostic features of Hylobatidae species. Jurnal

International Zoo Yearbook. 18: 57–164.

Convention International Trade Endangered Spesies. 2013. Daftar Apendiks

CITES. www.asean-wen.org. Diakses 10 September 2016.

Dewi, B.S. dan E. Wulandari. 2011. Studi prilaku harian Rusa Sambar (Cervus

Unicolor) di Taman Wisata Bumi Kedaton. Jurnal Sains MIPA. 17(2): 75–82.

Page 62: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

65

Dinas Kehutanan Lampung. 2014. Pengembangan hutan lindung Provinsi

Lampung. 28 Agustus 2016. http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/

PROPINSI/LAMPUNG/HlLampung.html.

Duma, Y. 2007. Kajian habitat, tingkah laku dan populasi klawet (Hylobates agilis

alibarbis) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Disertasi.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 167 p.

Fedigan, L.M. 1992. Primate Paradigm Sex Roles and Social Bonds With a New

Introduction. Buku. The University of Chicago Press. USA. 400 p.

Fitri, R., Rizaldi dan Novarino, W. 2013. Kepadatan Populasi dan Struktur

kelompok Simpai (Presbytis melalophos) serta jenis tumbuhan makanannya di

Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas. Jurnal

Biologi Universitas Andalas. 2(1): 25-30.

Geissmann, T. 1995. Hylobatidaes Systematic and Species Identification. Jurnal

International Zoo News. 42 (8): 467-501

Gittins, S. P dan Raemakers, S. J. J. 1980. Siamang, Liar and Agile Hylobatidae,

Malayan Forest Primates: Ten Years’ Study in Tropical Rain Forest. Buku.

Plenum Press. New York. 105 p.

Harianto, S.P. 1988. Habitat dan Tingkah Laku Siamang (Hylobates syndactylus) di

Calon Taman Nasional Way Kambas. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

64 p.

IUCN. 2014. IUCN Red List of Threatened Species. www. iucnredlist. Diakses

tanggal 10 September 2016.

Iskandar, E. 2007. Habitat dan Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch) di Taman

Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. Disertasi. Institut Pertanian

Bogor. Bogor. 142 p.

Kartodiharjo, H. dan Supriono, A. 2000. Dampak pembangunan sektoral terhadap

konversi dan degradasi hutan alam : kasus pembangunan HTI dan perkebunan

di Indonesia. Jurnal occasional papper. 26 (1).

Karyawati, A.T. 2012. Tinjauan Umum Tingkah Laku Makan pada Hewan Primata.

Jurnal Penelitian Sains. 15 (1).

KPHL Kota Agung Utara. 2015. Rencana Pengelolaan KPHL Kotaagung Utara

2014-2023. KPHL Kota Agung Utara. Kota Agung. 11p.

Kwartina, R.T., Kuswanda, W dan Setiawati, T. 2013. Sebaran dan Kepadatan

Populasi Siamang di Kecamatan Dolok Sipirok dan Sekitarnya Sumatera Utara.

Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 10 (1): 81-91.

Page 63: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

66

Mubarok, A. 2012. Distribusi dan Kepadatan Simpatrik Ungko (Hylobates agilis)

dan Siamang (Symphalangus syndactylus) di Kawasan Hutan Batang Toru,

Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 59 p.

Napier, J.R dan Napier, P.H. 1986. The Natural History of Primates. Buku. The

M.I.T Press. Cambridge, Massachusetts. 288 p.

Nijman, R., Geissman, T.V dan Dallman. 2006. The fate of diurnal primates in

southern Sumatera. Hilobatidaes Journal. 2: 18-24 p.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. (Terjemahan Tjahjono Samingan.

1993. Ed. B. Srigandono. Dasar-dasar Ekologi). Buku. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. 697 p.

Palombit, R. A. 1997. Interand intraspesific variationin dietsof sympatric Siamang

(Hylobates syndactylus) and Lar Hylobatidaes (Hylobates lar). Folia primatol.

68: 321-337 p.

Qiptiyah, M., dan Setiawan, H. 2012. Kepadatan populasi dan karakteristik habitat

Tarsius (Tarsius spectrum Pallas 1779) di Kawasan Patunuang, Taman Nasional

Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan

Konservasi Alam. 9 (4): 363-371.

Raemaekers, J. J. 1984. Large Versus Small Hylobatidaes: Relative Roles of

Bioenergetics and Competition in Their Ecological Segregation in

Sympatry. The Lesser Apes: Evolutionary and Behavioral Biology. Buku.

Edinburgh University Press. Edinburgh. 209–218 p.

Rafferty, J. P. 2010. Primates. Buku. Britanica Education Publishing. New York.

250 p.

Rinaldi, D. 1992. Penggunaan Metode Triangle dan Concentration Count dalam

Penelitian Sebaran dan Populasi Hylobatidae. Jurnal Media Konservasi. 4 (1):

9-21 p.

Rosyid, A. 2007. Perilaku makan Siamang dewasa (Hylobates syndactylus Raffles,

1821) yang hidup di hutan terganggu dan tidak terganggu. Jurnal Agroland.

14 (3): 237–240 p.

Santosa, Y., Nopiansyah, F., Mustari, A.H dan Rahman, D.A. 2010. Penggunaan

parameter morfometrik untuk pendugaan Siamang Sumatera. Jurnal Penelitian

Hutan dan Konservasi Alam. 8 (1): 25-33.

Sari, E dan Hariyanto, S.P. 2015. Study Kelompok Siamang di Repong Damar

Pahmungan Pesisir Barat. Jurnal Sylva Lestari. 3 (3): 85-94.

Semiadi, G dan Nugraha, T.P. 2005. Panduan pengamatan reproduksi pada

mamalia liar. Buku. LIPI. Bogor. 93 p.

Page 64: STUDI POPULASI SIAMANG (Simphalangus syndactilus) …digilib.unila.ac.id/25055/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · G. Dinamika Populasi ... Populasi satwa primata sangat dipengaruhi

67

Setya, P. 2012. Studi populasi dan perilaku harian lutung jawa di Situ Sangiang

Resort Sangiang Taman Nasional Gunung Ceremai. Skripsi. Universitas

Lampung. Lampung. 74 p.

Sipayung, J. A. 2010. Distribusi dan Populasi Siamang (Hylobates syndactylus)

Keterkaitannnya dalam Pengembanagn Ekowisata di Areal Kelola SHK Lestari

TAHURA WAR. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar

Lampung. 62 p.

Sultan, K. 2009. Kajian Habitat Dan Populasi Ungko (Hylobates Agilis Ungko)

Melalui Pendekatan Sistem Informasi Geografi Di Taman Nasional Batang

Gadis Sumatera Utara. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 92 p.

Supriatna. J. dan Wahyono, E. H. 2000. Panduan Lapang Primata Indonesia.

Buku. Yayasan Obor. Jakarta. 331 p.

Suyanti, Mansjoer, S dan Mardiastuti, A. 2009. Analisis populasi kalawet

(Hylobates

agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Jurnal

Primatologi Indonesia. 6 (1): 24-29.

Tobing, I. 2008. Teknik estimasi ukuran populasi. Jurnal Vis Vitalis. 1 (1): 42 -52.