Distosia Karena Kelainan Passenger - Sken 4
-
Upload
achy-ramadhani -
Category
Documents
-
view
111 -
download
19
description
Transcript of Distosia Karena Kelainan Passenger - Sken 4
DISTOSIA KARENA KELAINAN PASSENGER (JANIN)
Malpresentasi dan Malposisi
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang beada di segmen bawah rahim, bukan
belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting part) tidak berada di anterior.
Persalinan normal dapat terjadi manakala terpenuhi keadaan-keadaan tertentu dari faktor-
faktor persalinan : jalan lahir (passage), janin (passenger), dan kekuatan (power). Pada waktu
persalinan, hubungan antara janin dan jalan lahir sangatlah penting untuk diperhatikan oleh
karena menentukan mekanisme dan prognosis persalinannya. Dalam keadaan normal, presentasi
janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal (saat
masuk pintu atas panggul), dan posisi anterior (setelah melewati pintu tengah panggul). Dengan
presentasi tersebut, kepala janin akan masuk panggul dalam ukuran terkecilnya (sirkumferensia
suboksipitobregmatikus). Hal tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi.
Sikap yang tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin, dan kesulitan
persalinan terjadi oleh karena diameter kepala yang harus melalui panggul menjadi lebih besar.
Sikap ekstensi ringan akan menjadikan presentasi puncak kepala ( dengan penunjuk ubun-ubun
besar), ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi (dengan penunjuk insisiput), dan ekstensi
maksimal menjadikan presentasi muka (dengan penunjuk dagu).
Apabila janin dalam keadaan malpresentasi atau malposisi, maka dapat terjadi persalinan
yang lama atau bahkan macet. Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain presentasi
belakang kepala. Malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun kecil relatif terhadap panggul ibu.
1. Presentasi Dahi
Definisi
Merupakan kedudukan kepala diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal yang
mengakibatkan dahi menjadi bagian paling rendah atau terendah. Pada umumnya, presentasi dahi
merupakan suatu posisi sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi muka akau
belakang kepala.
Etiologi
Panggul sempit
Tumor leher bayi bagian depan
Janin besar
Anencephalus
Kematian janin intrauterine
Diagnosis
Pemeriksaan luar :
Dada teraba seperti punggung
Denyut janin terdengar jelas dibagian dada
Pemeriksaan dalam :
Teraba sutura frontalis, bila diikuti teraba ubun ubun besar pada ujung yang satu dan pangkal
hidung pada ujung yang lain
Penatalaksanaan
Pada janin yang kecil dengan panggul yang luas penganan sama seperti presentasi muka. Pada
presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin normal harus dilakukan seksio. Bila persalinan maju,
atau adda harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala atau muka, tidak
perlu dilakukan tindakan. Bila pada akhir kala I, kepala belum masuk rongga panggul presentasi dapat
diubanh dengan perasat Thorn, bila tidak berhasil lakukan seksio. Bila pada kala II tidak terjadi
perubahan meskipun kepala sudah masuk rongga panggul dilakukan seksio.
2. Presentasi Muka
Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi
maksimal sehingga oksiput mendekat kearah punggung
janin dan dagu menjadi bagian presentasinya. Factor
predisposisi yang meningkatkan kejadian presentasi muka
adalah malformasi janin (0,9%), berat badan lahir < 1.500 g
(0,71%), polihidramnion (0,63%), postmaturitas (0,18%),
dan multiparitas (0,16%). Berbeda dengan presentasi dahi,
janin dengan presentasi muka masih dapat dilahirkan
vaginal apabila posisi dagunya di anterior.
Diagnosis
Diagnosis presentasi muka ditegakkan apabila ada pemeriksaan vaginal dapt diraba mulut,
hidung, tepi orbita dan dagu. Penunjuk presentasi muka adalah dagu. Pada palpasi abdomen kadang-
kadang dapat diraba tonjolan kepala janin di dekat punggung janin. Pada waktu persalinan, seringkali
muka menjadi edema, sehingga diagnosis dapat keliru sebagai presentasi bokong. Pada keadaan tersebut,
perabaan pada mulut mirip dengan perabaan pada anus. Sebanyak 49% kasus presentasi muka tidak
terdiagnosis sebelum kala II.
Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan persalinan presentasi belakang kepala.
Secara berurutan terjadi proses kepala mengalami penurunan (descent), rotasi internal, fleksi, ekstensi,
dan rotasi eksternal. Sebelum masuk panggul biasanya kepala janin belum dalam sikap ekstensi
maksimal. Sehingga masih presentasi dahi. Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan
menyebabkan kepala lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk
pintu atas panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi, dimana tujuannya adalah membuat kepala agar
dapat semakin memasuki panggul dengan mengubah posisi dagu ke arah anterior. Apabila dagu berputar
ke arah posterior, maka kepala akan tertahan oleh sakrum sehingga kepala tidak mungkin turun lebih
lanjut, dan terjadilah persalinan macet. Pada janin yang sangat kecil atau telah terjadi maserasi, bahu, dan
kepala, dapat secara bersamaan masuk ke dalam panggul, sehingga meskipun dagu di posterior kepala
tetap mengalami penurunan. Perpuraran dagu ke arah anterior akan membuat kepala dapat memasiki
pintu tengah panggul dan dagu serta mulut di vulva. Pada keadaan demikian dagu bawah tepat berada di
bawah simfisis.
Sesuai dengan arah sumbu panggul, gerakan selanjutnya dalah fleksi kepala, sehingga berturut-
turut lahirnlah hidung, mata, dahi dan oksiput. Setelah kepala lahir, karena gaya beratnya akan terjadi
ekstensi kepala sehingga oksiput menekan ke arah anus. Proses selanjutnya adalah terjadi putaran
eksternal pada kepala menyesuaikan kembali dengan arah punggung janin.
Penanganan
Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi bila janin denga presentasi muka
hendak dilahirkan vaginal. Apabila tidak ada gawat janin dan persalinan berlangsung dengan kecepatan
normal, maka cukup dilakukan observasi terlebih dahulu hingga terjadi pembukaan lengkap. Apabila
setelah pembukaan lengkap dagu berada di anterior, maka persalinan vaginal dilanjutkan seperti pada
persalinan presentasi belakan kepala.
Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih posterior,
didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau atas indikasi obstetri lainnya.
Stimulasi oksitosin hanya diperkenankan pada posisi anterior dan tidak ada tanda-tanda
disproporsi. Melakukan perubahan posisi dagu secara manual ke arah anterior atau mengubah presentasi
muka menjadi presentasi belakang kepala sebaiknya tidak dilakukan karena lebih banyak menimbulkan
bahaya. Melahirkan bayi presentasi muka menggunakan ekstraksi vakum tidak diperkenankan. Pada janin
ang meninggal, kegagalan melahirkan vaginal secara spontan dapat diatasi dengan kraniotomi atau bedah
sesar.
3. Presentasi Majemuk
Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas pada presentasi kepala
atau bokong. Kepala memasuki panggul bersamaan dengan kaki dan/atau tangan. Presentasi majemuk
juga dapat terjadi manakala bokong memasuki panggul bersamaan dengan tangan.
Faktor yang meningkatkan kejadian presentasi majemuk adalah prematuritas, multiparitas,
panggul sempit, kehamilan ganda, atau pecahnya selaput ketuban dengan bagian terandah janin yang
masih tinggi. Jenis presentasi majemuk yang sering terjadi adalah kombinasi kepala dengan tangan atau
lengan.
Diagnosis
Kemungkinan adanya presentasi majemuk dapat dipikirkan apabila terjadi keterlambatan
kemajuan persalinan pada persalinan fase aktif, bagian terendah janin (kepala atau bokong) tidak dapat
masuk panggul terutama setelah terjadi pecah ketuban. Diagnosis presentasi majemuk dibuat melalui
pemeriksaan dalam vagina. Apabila pada presentasi kepala teraba juga tangan atau lengan dan atau kaki
atau apabila pada presentasi bokong teraba juga tangan atau lengan, maka diagnosis presentasi majemuk
dapat ditegakkan. Kesulitan menegakkan diagnosis tersebut oleh karena seringkali terjadi koreksi
spontan, terutama pada derajat ringan prolaps ekstremitas.
Mekanisme Persalinan
Kelahiran spontan pada persalinan dengan
persentasi majemuk hanya dapat terjadi jika
janinnya sangat kecil (sedemikian hingga panggul
dapat dilalui bagian terendah janin bersamaan
dengan ekstremitas yang menyertainya), atau
apabila janin mati yang sudah mengalami maserasi.
Mekanisme persalinan dapat terjadi sebagaimana
mekanisme persalinan presentasi kepala atau
bokong apabila terjadi reposisi yang baik secara
spontan ataupun upaya.
Pena n ganan
Penanganan presentasi majemuk dimulai dengan menetapkan adanya prolaps tali pusat atau tidak.
Jika terdapat prolaps tali pusat dapat menimbulkan keadaan emergency bagi janin dan pengananan
selanjutnya adalah dengan bedah sesar untuk mengatasi akibat tersebut.. hal yang perlu dipertimbangkan
adalah presentasi janin adanya tidaknya prolaps tali pusat, pembukaan serviks, keadaan selaput ketuban,
kondisi dan ukuran janin, serta tidak adanya kehamilan kembar.
Pada kasus presentasi majemuk dengan kemajuan persalianan yang baik (fase aktif pembukaan
serviks minimal 1 cm/jam, atau pada kala II terjadi penurunan kepala) umumnya akan terjadi reposisi
spontan. Setelah pembukaan lengkap semakin turunnya kepala maka ekstremitas yang prolaps akan
tertinggal dan tidak memasukim panggul, selanjutnya pertolongan dilakukan sepert biasanya.
Jika kemajuan persalinan lambat atau macet, dilakukan upaya reposisi ekstremitas yang prolaps.
Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terandah janin (kepala atau bokong) dilonggarkan dulu
dengan membuat ibu dalama posisi dada-lutut (knee-chest). Jika ketuban masih utuh, lakukan amniotomi.
Dorong ekstremitas yang prolaps ke arah kranial, tahan hingga timbul his yang akan menekan kepala atau
bokong memasuki panggul. Seiring dengan turunnya bagian terendah janin, jari penolong dikeluarkan
perlahan-lahan. Keberhasilan upaya ini ditunjukkan dengan tidak teraba adanaya ekstremitas yang
prolaps. Apabila tindakan tersebut gagal, maka dilakukan bedah sesar.
4. Letak Sungsang
Definisi
Adalah janin yang terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri sedangkan bokong dibagian
bawah uteri.
Etiologi
Multiparitas
Prematuritas
Gemelli
Hydramnion
Hydrosefalus
Anensefalus
Plasenta previa
Panggul sempit
Kelainan uterus dan kelainan bentuknya
Implantasi plasenta di cornu fundus uteri
Diagnosis
Anamnesis :
Kehamilan terasa penuh dibagian atas, dan gerakan lebih banyak terasa dibagian bawah
Pemeriksaan luar :
Pada bagian bawah uterus tidak teraba kepala, balutemen relative
Teraba kepala di fundus
DJJ ditemukan lebih tinggi dari umbilicus
Pemeriksaan dalam :
Setelah ketuban pecah teraba sacrum, tuberositas ischia, dan anus
Penatalaksanaan
Dialkukan versi luar pada kehamilan 34 – 38 minggu bila syarat versi luar dipenuhi. Bila
persalinan masih tetap sungsang, singkirkan indikasi untuk seksio. Lahirkan dengan perast bracht. Bila
bahu dan kepala tidak bias dilahirkan dengan perasat ini lakukan manual aid atau dibantu dengan cunam
5. Distosia Bahu
Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan sulitnya melahirkan bahu setelah kelahiran kepala. Pada
persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara
pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut.
Bila terjadi, distosia bahu termasuk dalam kasus emergency obstetrik akut yang membutuhkan
penanganan terampil & segera untuk mencegah trauma dan cacat janin.
Angka Kejadian
Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3 % dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala.
Distosia bahu terjadi pada kira-kira 1 dari 200 kelahiran, dan dihubungkan dengan peningkatan angka
mortalitas dan morbiditas fetus akibat cedera pleksus brakialis dan asfiksia.
Etiologi & Mekanisme
Distosia bahu dapat disebabkan oleh terjepitnya bahu anterior di bawah simfisis pubis atau,
sebab yang lebih jarang, terjepitnya bahu posterior di promontorium. Pada mekanisme persalinan normal
ketika kepala dilahirkan maka bahu memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki
panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi luar bahu posterior
berada di cekungan tulang sakrum atau di sekitar spina iskhiadika dan memberikan ruang yang cukup
bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melakui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen
obturator. Apabila bahu berada dalam posisi anteroposterior ketika hendak memasuki pintun atas panggul
maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam
keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan tidak dapat melakukan putaran paksi luar dan tertahan
akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala, disebut dengan Turtle Sign.
Faktor Resiko
Faktor resiko yang ada tidak dapat memperkirakan secara pasti akan terjadinya distosia bahu
pada suatu persalinan. Distosia bahu paling berhubungan dengan makrosomia dan DM gestasional,
namun sebagian besar distosia bahu terjadi pada wanita nondiabetik dengan bayi ≤ 4000gr.
Makrosomia & DMG
Makrosomia (TBJ ≥ 4500gr), dan ibu yang menderita DMG merupakan faktor resiko yang paling
penting untuk distosia bahu.
Adanya DOPE (diabetes, obesity, prolonged pregnancy dan execive fetal size or maternal weight
gain)
Keadaan intrapartum, misalnya seperti kala I lama, partus macet, kala II lama, stimulasi oksitosin
pesalinan vaginal dengan tindakan
Faktor resiko yang dapat ditemukan pada saat kehamilan:
Multipara
Obesitas prepregnancy
Riwayat bayi besar
Riwayat distosia bahu
Peningkatan berat badan yang berlebihan pada kehamilan
DM gestational & pregestational
Fetus yg diperkirakan besar, dengan hasil pengukuran TFU melebihi perkiraan berdasarkan umur
kehamilan
Kehamilan postterm
Fetus dengan TBJ > 5000 gr pada wanita nondiabetik dan > 4000 gr pada wanita dengan diabetes.
Faktor resiko yang dapat ditemukan pada saat persalinan:
Persalinan lama, terutama pada perpanjangan fase laten
Kala II yang terlalu lama, atau terlalu cepat (<30 menit)
Persalainan pervaginam dengan instrumental midpelvis
Pencegahannya antara lain:
Jika persalinan pervaginal beresiko tinggi, dilakukan tindakan bedah sesar. Persalinan pervaginal
dikatakan beresiko tinggi, jika:
o Janin luar biasa besar (> 5 kg)
o Janin sangat besar (>4,5 kg, dengan ibu diabetes)
o Janin besar (>4 kg) dengan distosia bahu pada persalinan sebelumnya
o Kala II yang memanjang dengan janin besar
Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
Selalu waspada jika sewaktu-waktu terjadi
Kenali distosia seawal mungkin. Upaya mengejan menekan suprapubis atau fundus dan traksi
berpotensi meningkatkan resiko cedera pada janin.
Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan diperlukan
untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, resusitasi bayi dan tindakan anastesi
(bila perlu).
Dianosis
Distosia dapat dikenali bila didapatkan:
Kepala bayi telah lahir, tetapi bahu tertahan sehingga tidak dapt dilahirkan.
Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang.
Dagu tertarik dan menekan perineum
Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis
Penanganan
Jangan lakukan tarikan sebelum memastikan bahu posterior masuk ke panggul. Bahu posterior
yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala.
Untuk mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut dapat
dilakukan episiotomi yang luas, posisi McRoberts atau posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus tidak
diperkenankan karena akan semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko timbulnya ruptur
uteri. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan PH arteri umbilikalis dengan laju 0,04 unit/menit.
Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya yang tidak mengalami hipoksia, tersedia waktu antara 4-5
menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadinya cedera hipoksik pada otak.
Secara sistematis dapat tindakan pertolongan pada distosia bahu adalah:
Diagnosis
↓
Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan
↓
Manuver McRobert
(posisi McRobert, episiotomi bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
↓
Manuver Rubin
(posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
↓
Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau manuver Wood
↓
Langkah pertama: Manuver McRobert
Manuver McRobert dimulai dengan memposisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu
ibu terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin dengan
dada, dan rotasikan kedua kaki ke arah luar (abduksi), kemudian lakukan episiotomi yang
cukup lebar. Gabungan dari kedua langkah tersebut akan mempermudah bahu posterior
melewati promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan
suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior
agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu lakukan tarikan pada kepala janin ke arah
posterokaudal dengan mantap. Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Setelah bahu
anterior dilahirkan, langkah selanjutnya adalah sangan dengan pertolongan persalianan
presentasi kepala.
Langkah kedua: Manuver Rubin
Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit daripada diameter
obliknya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah menjadi posisi oblik untuk
memudahkan melahirkannya, yaitu dengan cara memutar bahu secara langsung atau
melakukan tekanan suprapubik ke arah dorsal. Langkah ini masih dilakukan dalam posisi
McRobert, yaitu dengan memasukkan tangan ke dalam vagina, kemudian menekan daerah
ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik. Lebih menguntungkan bila
pemutaran itu ke arah yang membuat punggung bayi menghadap ke anterior (manuver Rubin
anterior) oleh karena kekuatan tarikan yang diperlukan untuk melahirkan bayi menghadap ke
arah posterior. Ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi punggung janin anterior
akan membuat bahu lebih abduksi, sehingga diameternya mengecil. Dengan bantuan tekanan
suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap
untuk melahirkan bahu anterior.
Langkah ketiga: melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau manuver Wood.
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu posisi
punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang bersebrangan dengan punggung bayi
(pungung kanan, berarti tangan kanan) ke vagina. Temukan bahu posterior, telusuri lengan
atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi. Peganglah lengan bawah dan gerakkan mengusap
ke arah dada bayi. Langkah ini akan membuat bahu posterior lahir dan memberikan cukup
ruang bagi bahu anterior masuk ke bawah simfisis. Dengan bantuan suprasimfisis ke arah
posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bauh
anterior.
Manfaat posisi merangkak didasarkan pada asumsi fleksibilitas sendi sakroiliaka bisa
meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan
membantun bahu posterior melewati promontorium, dimana pada posisi ini pasien menopang
tubuhnya dengan kedua tangan dan kedua lututnya. Pada manuver ini bahu posterior
dilahirkan terlebih dahulu dengan melakukan tarikan kepala.
Saat bahu melewati panggul ternyata ridak dalam gerak lurus, tetapi berputar seperti
sekrup. Berdasarkan hal ini, memutar bahu akan memudahkan melahirkannya, yang disebut
mannuver Wood. Manuver ini dilakukan dengan menggunakan dua jari tangan yang
bersebrangan dengan punggung bayi yang dilerakkan di bagian bahu posterior kemudian
ditotasikan 1800. dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya
diabwah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan berubah
menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti ini, bahu anterior akan dengan mudah dapat
dilahirkan.
Menejemen tambahan
Bila manuver-manuver tersebut
tidak juga dapat melahirkan bahu bayi,
maka menjadi rasional untuk melakukan
tindakan Salvage Manuver, yang terdiri
dari:
Memotong atau mematahkan
clavikula di bahu anterior
(cleidotomi)
Symphisiotomi
Memasukkan kembali kepala bayi
ke uterus, dan diteruskan dengan
sesar (Manuver Zavanelli)
Komplikasi
Komplikasi distosia bahu pada janin adalah:
Fraktur tulang (klavikula dan humerus)
Cedera pleksus brachialis
Hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak\
Dislokasi tulang servikalis yang fatal
Komplikasi pada ibu antara lain:
Perdarahan akibat laserasi jalan lahir episiotomi ataupun atonia uteri