Discusion Jurnal 2 Tumbuh Kembang

5
DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 28 ibu hamil dilakukan skrining pada saat trimester 1 (7%), 26 ibu hamil dilakukan skrining pada saat trimester 2 (6,5%). Pada kenyataannya, 15 (3,75%) menjalani quad- marker tes dan 11 (2,75%) menjalani triple- marker tests. Namun, hanya 5 wanita yang menjalani skrining terpadu selama tm1 ataupun tm2 yang mengindikasikan bahwa status skriningnya lemah. Tidak ada penelitian orang Irania lain yang telah mengevaluasi frekuensi dari pelaksanaan metode skrining. Meskipun kelebihan dari quad-marker tes hanyalah mengandung inhibin A dibandingkan triple-marker test, kekuatan diagnosticnya (75%) lebih tinggi dibandingkan dengan triple-marker test (66%). Protokol standart dari pelayanan kesehatan pada ibu hamil di Australia memasukkan skrining serum selama tm1 dan

description

tumbang

Transcript of Discusion Jurnal 2 Tumbuh Kembang

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 28 ibu hamil dilakukan skrining pada saat trimester 1 (7%), 26 ibu hamil dilakukan skrining pada saat trimester 2 (6,5%). Pada kenyataannya, 15 (3,75%) menjalani quad-marker tes dan 11 (2,75%) menjalani triple-marker tests. Namun, hanya 5 wanita yang menjalani skrining terpadu selama tm1 ataupun tm2 yang mengindikasikan bahwa status skriningnya lemah. Tidak ada penelitian orang Irania lain yang telah mengevaluasi frekuensi dari pelaksanaan metode skrining.

Meskipun kelebihan dari quad-marker tes hanyalah mengandung inhibin A dibandingkan triple-marker test, kekuatan diagnosticnya (75%) lebih tinggi dibandingkan dengan triple-marker test (66%).

Protokol standart dari pelayanan kesehatan pada ibu hamil di Australia memasukkan skrining serum selama tm1 dan tm2 dan juga penilaian/ tes NT. Begitu juga di Inggris, semua ibu hamil direkomendasikan untuk melakukan evaluasi NT dan skrining selama tm1 dan tm2 melalui beberapa metode yang dapat mendiagnosa hingga lebih dari 60% kasus dan mengindikasi hasil positifpalsu dengan hasil kurang dari 5% pada individu. Pada studi ini, NT dievaluasi pada 30 kasus (7.25%) tanpa menggunakan metode skrining biokimia. Walaupun penilaian NT pada trimester 1 dapat dideteksi lebih sedikit dibanding separo dari kasus sindrom down. ini (penilaian NT) menggunakan kombinasi antara algoritma termasuk indikator serum dan umur yang terkait factor resiko yang mana meningkatkan efisiensi skrining secara signifikan 12. Berdasarkan literatur, hasil terbaik dapat diperoleh dari pemanfaatan tes yang terintegrasi/terpadu 12 yang memiliki kekuatan diagnostik hingga lebih dari 95% 5,6. Bagaiamana pun, pada penelitian ini hanya 1.25% subjek yang mengalami tes yang terintegrasi/terpadu.

Kami menemukan tingkatan yang lebih tinggi yang menggunakan tes skrining pada ibu antara usia yang lebih tua, tingkat pendidikan, dan pendapatan dan juga siapa yang merujuk pada tenaga kesehatan bagian prenatal care. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa dokter/tenaga kesehatan lebih sering mendorong wanita usia lebih dari 35 tahun untuk menjalani skrining. Bagaimanapun, tampilan dari hasil evaluasi penilaian yang sematamata berdasarkan pada usia yang lebih tua dapat menunjukkan hasil diagnostic 30% dari keseluruhan kasus. 13Di antara 34 subjek (8,5%) yang berusia di atas 35 tahun, 3 (8,8%), 9 (26,4%), dan 2 (5,8%) masing-masing perempuan yang telah menjalani uji quad-marker, double-marker sekaligus NT tes, dan tes ysng terintegrasi atau terpadu secara berturut turut. Program skrining usia 20 tahun di Inggris, hanya mempertimbangkan usia ibu, secara efektif gagal untuk menurunkan prevalensi terjadinya syndrom Down. Oleh karena itu, lembaga-lembaga nasional mengatakan bahwa skrining untuk sindrom Down harus dianjurkan untuk semua wanita. Di Selandia Baru, program skrining resmi belum ditetapkan. Skrining hanya disarankan untuk wanita yang lebih tua atau keluarga dengan riwayat anak dengan sindrom Down. Meskipun demikian, setiap wanita yang tidak berisiko direkomendasikan untuk memperoleh informasi tentang tes skrining tersebut. Skotlandia telah menyatakan bahwa tes skrining terpadu harus tersedia bagi semua wanita tahun 2011.

Dalam penelitian ini, amniosentesis hanya dilakukan pada 1,5% dari semua subyek ysng memiliki hasil tes skrining positif. Hasil yang ditemukan positif palsu sebanyak 6 subyek. American College of Obstetricians dan Gynecologists menyarankan tes invasif untuk wanita dengan hasil skrining positif. Meskipun resiko aborsi pada amniosintesis 0,5 1% dan 1,5% vili chorionic sampling, kesempatan memiliki anak yang sakit lebih tinggi daripada seseorang yang kehilangan kesehatan yang menerima kegunaan dari tes diagnostik.