repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/729/1/STRATEGI DINAS... · Strategi...
-
Upload
nguyentuong -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of repository.fisip-untirta.ac.idrepository.fisip-untirta.ac.id/729/1/STRATEGI DINAS... · Strategi...
STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA
(DISPORAPAR) KABUPATEN LEBAK DALAM PENGELOLAAN
PARIWISATA PANTAI SAWARNA DI KECAMATAN BAYAH
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
FAUZI WIJAYA
NIM: 6661092753
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
SERANG 2016
Pilihan hidup hari ini cuma dua;
Bangun untuk mengejar mimpi
atau
Kembali tidur untuk melanjutkan mimpi
Skripsi ini saya persembahkan untuk yang mulia Mamah dan Bapak yang tak
pernah lelah untuk memberikan waktu, uang, tenaga dan Doa yang tak pernah
terputus, serta adik yang telah memberikan dukungan dan Doa, tak lupa untuk
orang-orang di sekeliling saya yang selalu menyayangi dan mendukung.
“Jazakumullah Khairan Katsiran”
ABSTRAK
Fauzi Wijaya. 6661092753. Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan pantai sawarna di Kecamatan Bayah. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si Dosen Pembimbing II: Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si
Kata Kunci: Strategi Pengelolaan, Pariwisata, Pantai Sawarna
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah. Tujuan penelitian untuk mengetahui Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threats. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara mendalam. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis data Miles Huberman. Hasil penelitian bahwa strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah belum optimal karena minimnya sumber daya manusia serta latar belakang pendidikan yang tidak sesuai jabatan, minimnya pengawasan ke Pantai Sawarna, minimnya anggaran untuk pengelolaan Pantai Sawarna, rendahnya promosi untuk Pantai Sawarna, terancamnya budaya lokal oleh wisatawan luar. Saran dalam penelitian yaitu mengajukan penambahan pegawai atau staff jurusan ilmu pariwisata, Merealisasikan program pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna, membuat iklan dan informasi publik mengenai pariwisata di Pantai Sawarna, melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan pariwisata dan budaya lokal
ABSTRACT
Fauzi Wijaya. 6661092753. Strategy of Department Youth, Sport and Tourism District Lebak of management in Sawarna Beach in the Sub-District Bayah. Departement of Public Adminstration. Faculty of Social and Political Science. The 1st advisor: Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si 2nd advisor : Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si.
Keywords: Strategy Management, Tourism, Beach Sawarna
The problems of this research is the Strategy Department of Youth Sports and Tourism District Lebak of management in the Sawarna Beach Sub-District Bayah. The research aimed to determine the strategy of Youth Sports and Tourism District Lebak of management in the Sawarna Beach Sub-District Bayah . The theory used in the study Analysis theory is Strength, Weakness, Opportunity, Threats. The method used is a qualitative in-depth observation and interview techniques. Data analysis techniques using data analysis Miles Huberman. The results of the study that the strategy Department of Youth, Sports and Tourism of management in the Sawarna Beach Sub-District Bayah not optimal due to the lack of human resources and educational background are not suitable positions, lack of supervision to the beach Sawarna, lack budgets for management Sawarna Beach, low sale for beach Sawarna, local culture threatened by foreign tourists. Suggestions in the study Asking employees or staff additions tourism science major, realizing the tourism management program in Beach Sawarna, make the advertisement and public information on tourism in Beach Sawarna implement community development activities related to tourism and local culture
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
jalan bagi Peneliti untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Serta
Peneliti ucapkan terimakasih kepada Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang
selalu membantu dan selalu memberikan dukungan serta doa’nya setiap saat.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelengkapan dalam
menempuh ujian sarjana program S-1 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Banten. Peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul
”Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten
Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah”.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
hal ini tidak lepas dari keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
Peneliti miliki. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun Peneliti
harapkan dengan senang hati, sehingga dapat bermanfaat dan berguna untuk
perbaikan dan penyempurnaan tugas ini di masa yang akan datang. Terwujudnya
skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan, serta kerendahan hati.
Untuk ini Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terutama
kepada:
ii
1. Bapak Prof. Dr. H Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
sekaligus Dosen Pembimbing I.
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Kepala Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Bapak Riswanda, Ph.D., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
8. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan dukungan dan bimbingannya kepada Peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
9. Seluruh Dosen pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
iii
telah banyak memberikan pengetahuan kepada Peneliti selama masa
perkuliahan.
10. Seluruh Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang telah banyak membantu dalam hal akademik dan
administrasi.
11. Untuk partner terbaik Irma Repliyani, yang banyak memberikan motivasi
pada Peneliti, serta kepedulian dan perhatiannya yang tidak tergantikan
oleh apapun.
12. Untuk Sahabat-sahabat Peneliti: Ria Purnama, Tb.M.Nashrullah, Sandy
Kurniawan, Hijratul Mabruk, Asrti, Subhan Mu’min, Nendi Rinaldi, Tomi
Adi Putra, Sagita Wahyu Pratama, Rizki Fani, Johan Septiana, Ikram
Wahdi, Abdi Amna, Ilham Nurfallah, M. Anshar, Wahyu Cahya Pratama,
Imron Rosyadi, Rendi Purnama, Sapei Abdullah, Umam Mulyana, Nanang
S, Ibnu, Roby H yang telah memberikan semangat, mengisi hari-hari
dengan penuh canda tawa dan selalu membuat Peneliti rindu saat masa
perkuliahan.
13. Untuk teman-teman Ilmu Administrasi Negara angkatan 2009 yang telah
memberikan dukungan untuk Peneliti, selalu kompak dalam setiap
suasana.
Serta semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu Peneliti
ucapakan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga amal baik yang telah
diberikan kepada Peneliti mendapat limpahan yang setimpal dari Allah SWT dan
iv
senantiasa skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Peneliti dan umumnya
bagi semua pihak.
Akhir kata Peneliti berharap agar skripsi ini dapat membawa
kemaslahatan bagi semua umat. Amin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Serang, Agustus 2016
Fauzi Wijaya
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL..............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................17
1.3 Pembatasan Masalah ...............................................................................17
1.4 Perumusan Masalah ................................................................................18
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................18
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................19
1.7 Sistematika Penulisan..............................................................................19
vi
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ..............................................................................................25
2.1.1 Konsep Organisasi ...............................................................................25
2.1.2 Konsep Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak .................................................................................27
2.1.3 Pengertian Strategi ...............................................................................32
2.1.4 Model-model Strategi ..........................................................................35
2.1.5 Pengertian Pengelolaan (Manajemen)..................................................37
2.1.6 Definisi Manajemen Strategis ..............................................................39
2.1.7 Model Manajemen Strategis ................................................................40
2.1.8 Konsep New Public Management ........................................................54
2.1.9 Pengertian Pariwisata ...........................................................................57
2.1.10 Pengertian Wisatawan ........................................................................60
2.1.11 Jenis-jenis Wisata ...............................................................................61
2.1.12 Klasifikasi Motif dan Unsur Pariwisata .............................................63
2.1.13 Pemasaran Pariwisata .........................................................................65
2.1.14 Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata ...................................68
2.1.15 Model Pengelolaan Pariwisata ...........................................................70
2.1.16 Strategi Promosi .................................................................................72
2.1.17 Analisis SWOT ..................................................................................83
2.1.18 Langkah-langkah Analisis Data dalam Analisis SWOT ....................86
vii
2.2 Penelitian Terdahulu .....................................................................................87
2.3 Kerangka Berfikir..........................................................................................89
2.4 Asumsi Dasar Penelitian ...............................................................................70
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian .............................................................................93
3.2 Fokus Penelitian ......................................................................................95
3.3 Lokasi Penelitian .....................................................................................95
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................96
3.5 Instrumen Penelitian................................................................................99
3.6 Informan Penelitian .................................................................................100
3.7 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................102
3.8 Teknik Analisis Data ...............................................................................109
3.9 Uji Keabsahan Data.................................................................................112
3.10 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................115
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...........................................................................117
4.1.1 Profil Kabupaten Lebak .......................................................................117
4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Lebak ...................................118
4.1.2 Slogan Kabupaten Lebak .......................................................120
4.1.3 Visi dan Misi Kabupaten Lebak ............................................120
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
viii
Kabupaten Lebak ................................................................................124
4.2 Deskripsi Data Penelitian ..............................................................................138
4.2.1 Daftar Informan Penelitian ...................................................................141
4.3 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian ...................................................143
4.3.1 Strength (Kekuatan) .............................................................................143
4.3.2 Weakness (Kelemahan) ........................................................................150
4.3.3 Opportunity (Peluang) ..........................................................................151
4.3.4 Threats (Ancaman)...............................................................................163
4.4 Pembahasan ...................................................................................................171
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................162
5.2 Saran ..............................................................................................................163
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
1.1 Jumlah Pantai Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten Tahun 2012 ..................................................................................... 6
1.2 Obyek Wisata di Kabupaten Lebak.............................................................. 7
1.3 Jumlah Wisatawan Nusantara ...................................................................... 8
1.4 Daftar Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah
2014 ............................................................................................................. 11
2.1 Matriks SWOT ............................................................................................. 86
3.1 Definisi Operasional Penelitian.................................................................... 98
3.2 Daftar Informan Penelitian ........................................................................... 102
3.3 Pedoman Wawancara ................................................................................... 107
3.4 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 116
4.1 Daftar Informan ............................................................................................ 141
4.2 Data Pegawai Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak Tahun 2016
..................................................................................................................... 145
3
4.3 Data Pendapatan Asli Daerah Mengenai Retribusi
Tempat dan Rekreasi ....................................................................................157
4.4 Data Lomba yang Pernah Diikuti Desa Sawarna ..........................................162
4.5 Data Pengunjung Wisatawan Pantai Sawarna Tahun 2014-2015 .................164
x
DAFTAR GAMBAR
2.1 Model Komperhensif Strategi .................................................................... 44
2.2 Major Advertising Decisions...................................................................... 75
2.3 Bagan Kerangka Berfikir ........................................................................... 90
3.1 Siklus Teknis Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ...................... 112
4.1 Peta Admisistrasi Kabupaten Lebak .......................................................... 118
4.2 Struktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak ....................................................................................... 130
4.3 Potongan Isi Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017 Tentang Pengembangan Kawasan Wisata ....................148 4.4 Salah satu isi dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kab. Lebak
dengan Desa Sawarna ................................................................................ 146
4.5 Harga tiket masuk ke Pantai Sawarna ........................................................ 149
4.6 Salah satu Gambar Masterplan zonasi di Pantai Sawarna ........................ 150
4.7 Salah satu isi dalam surat kerja sama DISPORAPAR
Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna ................................................... 151
4.8 Surat Perjanjian Kerjasama yang Telah Disepakati ...................................... 151
4.9 Salah satu isi dalam surat kerjasama antara DISPORAPAR
Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna ................................................... 152
4.10 Salah Satu MCK milik masyarakat Desa Sawarna .................................. 156
4.11 Jembatan yang menghubungkan jalan raya dan Jalan
menuju Pantai Sawarna ............................................................................. 156
4.12 Bab V mengenai Hak dan Kewajiban dalam Surat Kerjasama .................. 159
4.13 Bab V mengenai Hak dan Kewajiban dalam Surat Kerjasama .................. 159
xi
4.14 Lomba Desa Wisata di Pantai Sawarna ..................................................... 161
4.15 Isi Surat Kejasama mengenai Partisipasi masyarakat ................................ 165
4.16 Kegiatan Masyarakat dalam kebersihan Pantai Sawarna
Setiap Hari Jumat ...................................................................................... 166
4.17 Kawasan Pariwisata di Kabupaten Lebak .................................................. 167
4.18 Tepi Pantai Sawarna yang dijadikan Lahan Parkir ....................................169
4.19 Sampah yang berserakan di Tepi Pantai Sawarna..................................... 170
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Surat Ijin Penelitian
Lampiran Matrix Wawancara
Lampiran Member Check
Lampiran Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran Pamflet Promosi Dinas
Lampiran Daftar Pegawai Dinas
Lampiran Daftar Pegawai Desa Sawarna
Lampiran Perjanjian Kerjasama
Lampiran Data Jumlah Wisatawan Nusantara dan Asing Tahun 2013 s.d 2015
Lampiran Daftar Rekapitulasi Setoran PAD tahun 2013 s.d 2015
Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014
Lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
Lampiran Rencana Strategis Dinas Tahun 2014-2019
Lampiran Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan salah satu sumber bagi pertumbuhan ekonomi
diberbagai bagian dunia. Namun, pertumbuhan pariwisata internasional yang
memberikan harapan bagi banyak negara untuk meningkatkan perekonomian
tersebut, perlu diimbangi kebijakan yang mendukung pembangunan pariwisata.
UNWTO bersama-sama dengan beberapa negara anggota antara lain Indonesia,
Republik Korea, dan Maroko. Mereka berpartisipasi aktif pada Pertemuan
Kelompok Ahli Pariwisata Berkelanjutan, dan telah berhasil mendorong PBB
untuk menetapkan tahun 2017 sebagai Tahun Pariwisata Berkelanjutan
Internasional. Selanjutnya dalam pelaksanaan Tahun Pariwisata Berkelanjutan
International diperlukan strategi trobosan.Strategi terobosan pembangunan
pariwisata dunia adalah dilakukannya diversifikasi produk, seperti pengembangan
jalur-jalur wisata lintas negara dan wilayah yang memiliki kesamaan sejarah dan
aktivitas masa lalu, seperti Jalur Sutra (Silk Road) dan Jalur Rempah.
Pembangunan konektivitas jalur perjalanan wisata, selain itu pengurangan
pajak dan kemudahan visa kunjungan menjadi sangat krusial untuk meningkatkan
arus wisatawan dunia.Pengembangan strategi ini dalam produk wisata diharapkan
secara praktis akan mendorong percepatan pengembangan pariwisata di kawasan
regional, mendorong people-to-people contact dan memperkuat integrasi
kawasan. Hal ini di lakukan hampir diberbagai negara, khususnya di negara-
2
negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki daya tarik
wisata yang tinggi, salah satunya adalah Indonesia (http://www.antaranews.com
/berita/437634/indonesia-pimpin-sidang-dewan-eksekutif-un-wto).
Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari beberapa pulau-
pulau besar dan ribuan pulau-pulau kecil. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang
3.977 mil diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Luas daratan
Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau
terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia
bermukim di pulau Jawa. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: pulau
Jawa dengan luas 132.107 km², pulau Sumatera dengan luas 473.606 km², pulau
Kalimantan dengan luas 539.460 km², pulau Sulawesi dengan luas 189.216 km²,
dan pulau Papua luas 421.981 km² (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia).
Melihat keadaan geografis pulau-pulaunya seperti itu, baik dari segi sumber
daya alam, suku bangsa, budaya, daerah-daerah yang elok, tempat-tempat yang
berpotensi menjadi daerah wisata unggulan, dan banyak lagi lainnya. Semua
kekayaan dan kekhasan tersebut menjadi satu kesatuan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Selain itu, Indonesia banyak memiliki tempat-tempat
yang berpotensi menjadi objek wisata yang sangat menarik dan unik. Dimana
tempat-tempat tersebut menyimpan nilai-nilai sejarah bangsa yang dapat menarik
antusias wisatawan asing maupun wisatawan lokal untuk datang mengunjungi
tempat tersebut. Contohnya saja, wisata candi-candi yang berada di daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Dengan nilai sejarah dan keunikannya kawasan wisata
tersebut dapat menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan asing dan wisatawan
3
lokal untuk datang mengunjungi kawasan wisata tersebut. Hal ini dibuktikan
dengan Indonesia dikunjungi 5.643.271 wisatawan mancanegara (wisman) selama
Januari hingga Agustus 2013 atau meningkat 8,28 persen dibandingkan periode
yang sama tahun lalu sebesar 5.211.704 wisman. Wisman ke Indonesia pada
Agustus 2013 naik tajam, dari 634.194 wisman pada Agustus 2012, menjadi
771.009 wisman, atau meningkat 21,57 persen. Tercatat jumlah wisman yang
masuk ke Indonesia selama Januari-Agustus 2014 mencapai 5.643.271 wisman,
atau meningkat hingga 8,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu
sebesar 5.211.704 wisman (http://www.tempo.co/read/news/2014/03/06/2025598
69/Pariwisata-Indonesia-Lampaui-Pertumbuhan-Ekonom).
Menilai dari fakta-fakta di atas, sudah menjadi hal mutlak jika Indonesia
dinilai sebagai negara yang kaya dan mampu membawa rakyatnya kedalam
keadaan sejahtera. Hal ini dapat dilihat dari Pertumbuhan industri pariwisata di
Indonesia. pada akhir tahun 2014 mencapai 9,39 persen lebih tinggi dari tahun
sebelumnya. Angka itu di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7
persen. Sedangkan sektor pariwisata menyumbangkan produk domestik bruto
mencapai Rp.347 triliun. Bila dibandingkan, angka itu mencapai 23 persen dari
total pendapatan negara yang tercantum di APBN Perubahan 2013, yakni
Rp.1.502 triliun, Sektor pariwisata juga menempati urutan keempat sebagai
penyumbang devisa negara tahun 2013. Dalam daftar peringkat daya saing
pariwisata di ASEAN yang dilansir oleh World Economic Forum (2013), posisi
Indonesia terus merangkak naik setiap tahunnya. Kini, peringkat daya saing
Indonesia berada di urutan ke 70. Pada 2012 ada diurutan 74. Itu ditunjukkan
4
dengan diketoknya beberapa standarisasi usaha wisata oleh pemerintah
(http://www.tempo.co/read/news/2014/03/06/202559869/Pariwisata-Indonesia-
Lampaui-Pertumbuhan-Ekonom).
Guna mendongkrak pertumbuhan jumlah wisatawan, pemerintah rajin
menggelar sejumlah program promosi. Salah satu program besar itu adalah
mengikuti pameran pariwisata di luar negeri seperti di Berlin.Kekuatan industri
pariwisata Indonesia yang utama masih pada sumber daya alam dan kekayaan
ragam budaya, serta biaya yang relatif murah. Kekuatan industri ini juga
diterapkan diberbagai daerah mengingat pentingnya peran sektor pariwisata dalam
pembangunan. Pentingnya peranan sektor pariwisata dalam pembangunan
ekonomi di berbagai daerah sudah menjadi tidak diragukan lagi. Banyak daerah-
daerah yang menggarap sektor pariwisata dengan serius dan menjadikan
pariwisata sebagai sektor unggulan didalam perolehan pendapatan daerah. Setiap
daerah di Indonesia memiliki kekhasan dan keunikannya masing-masing, baik
secara keindahan alam maupun kekhasan budaya. Salah satunya adalah dengan
menggalakan wisata bahari. Sebagai contoh beberapa objek wisata bahari yang
dikelola dengan baik diantaranya, Pantai Kuta - Bali, Taman Laut Bunaken -
Manado, Pantai Raja Ampat - Papua, Pantai Pangandaran - Jawa Barat, Pantai
Sengigi - Lombok, Pantai Parai Tenggiri - Bangka Belitung, Pantai Parangtritis -
Yogyakarta, dan yang terakhir adalah Pantai Anyer - Banten.
Provinsi Banten 8.800,83 km2 dengan populasi penduduk mencapai
10.644.030 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2010. Mayoritas penduduk
beragama Islam dengan mata pencaharian dari sektor pertanian, perdagangan,
5
industri dan jasa. Unit pemerintahan dibagi atas 4 kabupaten dan 4 kota :
Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang dan Kota Tangerang
Selatan. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik sumber daya pariwisata
budaya, alam, buatan dan kehidupan masyarakat tradisional (living culture) yang
berkembang sebagai destinasi wisata berskala nasional bahkan internasional.
Terdapat 34,8% atau sekitar 71 Objek Daya Tarik Wisata merupakan kawasan
wisata berskala nasional ataupun international.
Pariwisata merupakan sektor yang terus dikembangkan di Indonesia
khususnya Banten. Salah satunya yang paling menarik adalah wisata pantai atau
wisata Bahari. Provinsi Banten memiliki Pantai di Beberapa Daerahnya seperti
Anyer di Cilegon, Pantai Tanjung Lesung di Pandeglang, Pantai Sawarna di
Lebak. Di bawah ini akan disajikan total pantai yang tersedia di Provinsi Banten.
6
Tabel 1.1 Jumlah Pantai Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2012
Sumber: Database Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2013
Data di atas menunjukkan kekayaan Provinsi Banten atas pantai yang dapat
dimanfaatkan untuk wisata. Jumlah pantai terbanyak ada di Kabupaten Serang
sebanyak 36, menyusul Pandeglang dengan total 19, dan diurutan ketiga di
Kabupaten Lebak dengan Jumlah Pantai sebanyak 11 Pantai yang mana akan
diambil untuk penelitian ini adalah pantai di Kabupaten Lebak. Kabupaten Lebak
juga banyak memiliki wisata yang terpendam dan kurang terpublikasikan bahkan
masih belum terjamah oleh para wisatawan. Kabupaten Lebak adalah salah satu
Kabupaten/Kota
Jumlah
Pantai Luas
Lahan Terdata
Pengelola Terdata Tenaga Kerja
Terdata Pemerintah Swasta Perorangan
Kabupaten:
Lebak 11 10,3 Ha 3 - - -
Pandeglang 19 7,8 Ha 6 1 1 63
Serang 36 45,5 Ha 1 1 19 -
Tangerang 7 79,5 Ha 3 1 - -
Kota:
Tangerang - - - - - -
Cilegon 10 24,6 Ha - 2 - -
Serang 2 - - - - -
Tangerang Selatan - - - - - -
Jumlah 85 167,7 Ha 13 5 20 63
7
Kabupaten yang berada di Provinsi Banten yang memiliki banyak daerah wisata
seperti:
Tabel 1.2 Obyek Wisata di Kabupaten Lebak
No Nama Wisata Tempat
1 Curug Indihiyang Warunggunung
2 Arung Jeram Lebakgedong
3 Goa Sangkir Bojongmanik
4 Budaya Kaolotan Baduy Leuwidamar
5 Pemandian Air Panas Cipanas
6 Pantai Karang Taraje Bayah
7 Pantai Bagedur Malingping
8 Pantai Binuangeun Wanasalam
9 Pantai Cibobos Panggarangan
10 Pantai Pulau Manuk Bayah
11 Pantai Sawarna Bayah
12 Pantai Ciantir Bayah
13 Budaya Kaolotan/Seren Taun Cibeber
14 Situs Cibedug Cikotok
15 Air Panas Senanghati Malingping
16 Situs Palayangan Cimarga
17 Kawah Cipanas Sobang
18 Curug Kanteh Cilograng
19 Pantai Cihara Cihara
20 Pantai Talanca Malingping
21 Pantai Cimandiri Panggarangan
22 Pantai Tanjung Panto Wanasalam
23 Pantai Karang Tengah Wanasalam
Sumber : Profile Potensi Investasi Kabupaten Lebak, 2008
8
Tabel di atas menggunakan data tahun 2008 karena belum ada penambahan
destinasi wisata sampai tahun ini. Tabel di atas menunjukan bahwa, Kabupaten
Lebak merupakan Kabupaten yang memiliki banyak tempat wisata di Provinsi
Banten. Tempat-tempat wisata tersebut tentunya dapat menarik wisatawan, namun
yang paling sering menjadi tempat wisata adalah Pantai Karang Taraje, Pantai
Pulau Manuk dan Sawarna seperti pada tabel jumlah wisatawan di bawah ini:
Tabel 1.3 Jumlah Wisatawan Nusantara
Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2013
Ketiga pantai di atas memiliki keindahan pesona pantai yang hampir sama
yaitu, hamparan karang disekitar bibir pantai dan pemandangan pasir putihnya
yang masih alami. Namun dari semenjak awal tahun 2011, pantai Sawarnalah
yang menjadi favorit wisata para wisatawan. Hal tersebut dikarenakan pantai
Sawarna memiliki bentangan bibir pantai yang lebih panjang dari pantai Karang
Taraje dan Pulau Manuk, memiliki beberapa goa yang terdapat tidak jauh dari
pantai sawarna seperti goa Langir, goa Kombayana, dan goa Lalay. Selain itu di
pantai Sawarna ini terdapat dua buah karang yang menyerupai layar dari perahu.
Selain itu, ombak yang besar menjadikan pantai Sawarna menjadi salah satu
rekomendasi pantai wisata surfing oleh para wisatawan asing yang merasa bosan
dengan suasana surfing di pantai Pelabuhan Ratu, nilai tambahnya yaitu pantai
yang masih alami dan berdekatan dengan hutan-hutan yang dilindungi Perum
No Tahun Objek Wisata
Karang Taraje
Pulau Manuk Sawarna
1 2013 8.036 15.044 8.787
2 2014 - 515 10.978
9
Perhutani Kabupaten Lebak dan PTPN VIII disekitar pantai. Tabel di atas
menggambarkan peningkatan kunjungan wisatawan terhadap pantai Sawarna dari
tahun 2013 sebanyak 8.787 wisatawan, menjadi 2014 yaitu sebanyak wisatawan
10.978. Terjadi peningkatan sekitar 20% jumlah pengunjung atau sebanyak 2.191
wisatawan. Peningkatan kunjungan wisatawan tahun 2014 sangat disayangkan
karena tidak dibarengi dengan meningkatnya sarana dan prasarana penunjang
wisata di pantai Sawarna. Menurut bapak Agus Fauzi, selaku Kasi Binmas dan
Sarana Pariwisata DISPORAPAR Kabupaten Lebak beliau menuturkan
rendahnya sarana dan prasarana yang ada ditakutkan berdampak kepada
rendahnya kunjungan ulang wisatawan yang sudah berkunjung terhadap destinasi
pariwisata pantai Sawarna. Diakuinya memang belum ada pengembangan
destinasi dan wahana bermain pantai baik itu yang disediakan pemerintah ataupun
pihak lainnya. Selain itu belum adanya kesadaran masyarakat dan wisatawan
tentang pelestarian budaya lokal Sawarna, dan kreatifitas pengembangan kuliner
khas Sawarna, padahal jika itu dilakukan bisa menambah minat wisatawan untuk
berkunjung. Sampai saat ini para wisatawan hanya menikmati pantai Sawarna
dari sudut keindahan alamiah pantai Sawarna saja.
Dalam undang-undang No. 09 tahun 1999 tentang kepariwisataan yang
diganti dengan undang-undang No. 10 tahun 2009, tentang pemerintah daerah
terdampak pada dimilikinya kewenangan yang lebih besar untuk mengatur
daerahnya sendiri dengan modal ekonomi daerah kedudukan sektor pariwisata
semakin penting untuk memacu dan mencari sumber-sumber daerah yang
dianggap potensial untuk dikembangkan.
10
Dalam menangani hal ini tentunya Pemerintah daerah telah membuat
strategi guna membangun Pantai Sawarna menjadi wisata bahari yang terkelola
dengan baik, misalnya dalam pengembangan daya tarik wisata tersebut diperlukan
adanya dukungan publikasi dan promosi baik ditingkatkan lokal maupun nasional
bahkan internasional, sebab keberhasilan pengembangan pariwisata tergantung
pada strategi promosi yang dijalankan dan dibutuhkan adanya kegiatan pusat
informasi wisata. Selain itu, keberhasilan pengembangan daya tarik wisata sangat
tergantung kepada keseriusan pemerintah Kabupaten Lebak dalam mengelola dan
memanfaatkan objek-objek wisata tersebut dengan baik. Keseriusan tersebut bisa
berupa mulai dari perencanaan, pengembangan dan pengendalian.
Dalam perencanaan dan pengembangan Kabupaten Lebak khususnya untuk
bagian pariwisata melalu peraturan daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun
2014 tentang Rencana dan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak tahun 2014 -
2034 dalam strategi penataan ruang pasal isinya mengenai pengoptimalan dan
pengembangan kawasan wisata alam, budaya dan buatan sudah tertera di
dalamnya yang dapat dijadikan acuan dalam pembentukan strategi program
pengelolaan Pantai Sawarna yang dapat dilihat di pasal 44 mengenai kawasan
peruntukan pariwisata dimana didalam pasal 44 tersebut disebutkan Pantai
Sawarna di Kecamatan Bayah merupakan Kawasan yang termasuk dalam tata
rencana ruang wilayah di Kabupaten Lebak, akan tetapi pada kenyataanya masih
dalam bentuk perencanaan saja dan belum direalisasikan dalam bentuk program
pengelolaan sehingga Pantai Sawarna belum mendapatkan pengembangan yang
11
optimal dari Kabupaten Lebak khususnya Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak.
Kebijakan pemerintah Kabupaten Lebak yang lainnya untuk
mengembangkan pariwisata adalah dengan dikelolanya kawasan wisata tersebut
oleh dinas atau badan yang berbeda, Pantai Karang Taraje terhitung dari 2013
sudah berpindah kewenangan kepada PT. Cemindo Gemilang, pantai Pulau
Manuk dikelola oleh Perusahaan Umum Perhutani, dan hanya Pantai Sawarna
yang sampai saat ini masih dikelola oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak di Kecamatan Bayah.
Tabel 1.4 Daftar Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah
2014
Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2014
Daftar rekapitulasi setoran retribusi di atas menunjukan bahwa kontribusi
Pantai Sawarna terhadap PAD Kabupaten Lebak di tahun 2014, 100% terealisasi,
menempati urutan ke 4 dari pariwisata yang ada di Kabupaten Lebak. Dengan
jumlah perencanaan pencapaian target sebesar Rp.25.000.000, dan terealisasi
100% sebesar Rp.25.000.000. Kebijakan tersebut tentunya dilakukan untuk
No Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Target (Rp) Realisasi
Target (Rp) %
1 Sport Centere 63.125.000 63.125.000 100 2 Pemandian Air Panas Cipanas 50.000.000 50.000.000 100 3 Pantai Bagedur 40.000.000 40.000.000 100
4 Pantai Sawarna 25.000.000 25.000.000 100
5 Wisata Budaya Baduy 6.000.000 6.000.000 100
6 Pantai Binuangeun 4.500.000 5.000.000 111,11
7 Pantai Pulo Manuk 1.000.000 1.000.000 100
8 Pantai Cibobos 1.000.000 500.000 50
12
meningkatkan arus kunjungan dan meningkatkan pendapatan daerah dan tujuan
akhir adalah berkontribusi besar dalam PAD. Jika kita kaitkan dengan jumlah
wisatawan di atas sebelumnya, pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan
mencapai 10.978 dikalikan dengan setoran retribusi yang diatur dalam nota
kesepakatan antara Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
dengan Kepala Desa Sawarna tentang pengelolaan pantai Sawarna sebesar
Rp.3.000, maka setoran retribusi PAD yaitu sebesar Rp.32.934.000. Menurut Ibu
Muslihah kepala seksi jasa usaha Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak penetapan target PAD dilihat dari jumlah kunjugan wisata tahun
sebelumnya dikalikan dengan tarif setoran yang sudah ditetapkan. Setelah peneliti
melakukan hitungan sederhana, ternyata target PAD seharusnya bisa dioptimalkan
lagi.
Sangat disayangkan, 2 tahun sebelumnya pantai Sawarna belum bisa
berkontribusi terhadap PAD, dikarenakan belum terfokusnya pengelolaan pantai
di Kecamatan Bayah oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lebak,
dikarenakan pada tahun tersebut masih berfokus kepada wisata alam suku Baduy
(Agus Fauzi Kasi Binmas dan Sarana Pariwisata DISPORAPAR Kabupaten
Lebak).
Adapun hasil pengamatan (observation) peneliti di lapangan yang dapat
disimpulkan terkait dengan permasalahan pariwisata pantai Sawarna yang
difokuskan pada pengelolaan pariwisata pantai Sawarna oleh Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Dalam melakukan pengembangannya
belum dilakukan secara optimal. Adapun masalah-masalah yang peneliti temukan
13
di lapangan pada observasi awal terkait Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata diantaranya adalah:
Pertama. Belum Optimalnya pemanfaatan potensi wisata Pantai Sawarna
Oleh Investor dan Pemerintah. Pantai Sawarna memiliki keunggulan dari sisi
penampakan alam yang indah dan terkumpul semua dalam satu lokasi, serta
keasrian alam yang masih alami. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tren
penurunan jumlah wisatawan yang datang ke Pantai Sawarna. Selain itu
berdasarkan informasi yang diperoleh pengunjung yang datang didominasi oleh
warga lokal berdasarkan database Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak tahun 2014, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan terhadap
pantai Sawarna dari tahun 2013 sebanyak 20%, namun tidak dibarengi dengan
peningkatan pengelolaan destinasi pantai Sawarna. Hal ini menunjukkan belum
optimalnya pemanfaatan potensi keunggulan wisata Pantai Sawarna untuk
menarik wisatawan. Hal lain juga ditandai dengan wisatawan yang telah datang
kurang berminat untuk kembali sehingga sangat diperlukan inovasi baik oleh
investor maupun pihak pemerintah agar wisatawan dapat berkunjung kembali
Kedua, kurang optimalnya penyediaan fasilitas dan aksesibilitas yang ada di
pantai Sawarna masih belum memadai dan belum maksimal. MCK disekitar
pantai masih belum dapat dikatakan baik, lalu Kondisi warung-warung di bibir
pantai kurang tertata rapi sehingga kondisi tata lokasi pembangunan pantai
menjadi semerawut. Selain itu masalah kebersihan juga masih kurang karena
banyaknya sampah plastik dan kotor berserakan di Indahnya Pasir Putih Pantai
Sawarna yang mencerminkan kurangnya perhatian pengunjung terhadap
14
kebersihan dan peran pemerintah untuk menjaga lingkungan sekitar Pantai.
Kondisi demikian akan semakin diperparah bila saat musim liburan tiba di mana
lebih banyak pengunjung maka sampah semakin tidak terkontrol. Selain Fasilitas,
kurang optimalnya pembangunan akses menuju sawarna. Dari akses yang paling
utama hingga akses menuju Pantai. Misalnya Akses jalan Provinsi yang
kondisinya semakin lama semakin memburuk dan cenderung tidak ada perubahan
jalan berlubang, sempit, dan minim penerangan. Lama tempuh menuju objek
wisata sebenarnya kondisional, hal tersebut diakibatkan oleh jalanan yang rusak
dan berlubang dikedua jalur tersebut. Akses transportasi menuju objek wisata
pantai Sawarna terhenti di terminal Kecamatan Bayah saja. Sedangkan jarak
tempuh dari terminal Bayah menuju pantai Sawarna adalah 10 Km. Tidak ada
transportasi angkutan umum lanjutan menuju kawasan wisata pantai Sawarna
kecuali ojek dan sewa mobil. Hal tersebut sangat menyulitkan para wisatawan
yang berkunjung dengan tidak membawa kendaraan pribadi. Keadaan tersebut
sering dikeluhkan oleh para wisatawan yang mengakses jalan tersebut, Kesulitan
lain adalah Kurangnya penerangan daerah wisata menjadikan ketidak nyamanan
wisatawan ketika mereka harus pulang dari pantai menuju tempat dimana mereka
menginap ketika malam hari. Selain itu, hal tersebut menjadikan tingkat
keamanan wisatawan ketika malam menjadi rawan, walaupun belum pernah ada
terjadi tindakan kriminal pada malam hari didaerah objek wisata. Akan tetapi hal
tersebut tetap saja menjadikan keamanan objek wisata pantai Sawarna tidak
nyaman ketika malam tiba. walaupun pada akhirnya mereka takjub akan pesona
panorama pantai Sawarna, hal tersebut pernah dialami oleh Erwin Zanuar seorang
15
wisatawan lokal dari Tangerang yang peneliti temui di lapangan. Sedangkan bila
ingin mengunjungi pantai sawarna pengunjung harus kendaraan pribadi atau
sewaan, dikarenakan belum adanya kendaraan umum untuk menuju kepantai,
adapun untuk menuju wisata-wisata sekitar pantai pengunjung harus menyewa
ojek karena tidak selalu dapat diakses dengan mobil Pemerintah memang
memberi perhatian, terhadap akses menuju Pantai Sawarna namun belum pada
pelaksanaanya, Hal ini tentunya menjadi miris karena infrastrukturmerupakan hal
yang seharusnya diprioritaskan utama dalam strategi peningkatan kunjungan
wisatawan. Namun ternyata fasilitas dan aksesibilitas menjadi kelemahan dalam
straategi pengembangan Pantai Sawarna.
Ketiga, Kurang Optimalnya Manajemen Pengelolaan Pantai Sawarna. Hal
ini terlihat dari kurang kreatif dan inovatifnya pengembangan strategi yang ada
khususnya terkait promosi, hal ini terlihat dalam hal strategi promosi Dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak hanya melakukan strategi
promosi pada event-event tertentu saja baik itu yang diadakan oleh Provinsi
maupun Nasional. Blog tentang Sawarna hanya menampilkan empat foto utama
sawarna dengan deskripsi seadanya. Selain itu rendahnya tingkat promosi iklan
atau bentuk sosialisasi lainnya baik radio ataupun media cetak. Adapun yang
lainnya adalah masih minimnya penunjuk arah jalan yang membingungkan untuk
pengunjung pemula. Padahal bentuk sosialisasi promosi atau pengenalan destinasi
wisata sangat penting guna menarik wisatawan atau setidaknya para calon
wisatawan tahu akan pariwisata pantai Sawarna. Masalah lain soal strategi yaitu
penggenaan tarif. Untuk memasuki kawasan pantai Sawarna tersebut kita harus
16
membeli sebuah tiket yang tarifnya sudah ditetapkan, untuk perorangan dikenakan
biaya sebesar Rp.6.000 sudah termasuk kendaraan roda dua, dan kendaraan roda
empat sebesar Rp.10.000 tarif parkir permalam, namun bisa saja berubah
tergantung pengelola. Walaupun tarif retribusi tersebut sudah ditetapkan namun
kita boleh melakukan negosiasi, biasanya satu motor dengan dua orang
penumpang hanya membayar tarif sebesar Rp.6.000, bahkan peneliti melihat
pengunjung yang masuk tanpa membayar retribusi, ketika peneliti mencoba
bertanya kepada seorang pengunjung yang bernama Anshar, ternyata pengunjung
tersebut mengenali petugas penjaga karcis, sehingga tidak dipungut biaya karcis
masuk pantai Sawarna. Sedangkan strategi yang lain terkait pengembangan
pariwisata dari sisi kelemahan dan kekurangannya belum dioptimalkan dengan
baik. Apabila pengelolaan manajemen Pantai Sawarna dikelola dengan tepat
tentunya hal ini akan menimbulkan peluang baik untuk kesejahteraan masyarakat
dan PAD Lebak pada puncak akhirnya.
Keempat, Belum adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar pihak
terkait dalam Pengembangan Wisata Pantai Sawarna. Pihak terkait dalam hal ini
adalah tentunya Disbudpar Provinsi Banten. Hal ini terlihat masih adanya saling
lempar tanggungjawab. Pihak Dinas Kabupaten Lebak melempar tanggungjawab
kepada dinas Provinsi, sedangkan Dinas Provinsi melempar kepada dinas
pelaksana di Kota dan kabupaten. Hal ini terlihat dalam Rencana Strategis 2012-
2017 yang menetapakan Sawarna sebagai salah satu kawasan prioritas
pengembangan kepariwisataan. Namun jika melihat kelapangan belum ada
perubahan yang signifikan terkait pengembangan wisata pantai sawarna, terutama
17
dalam hal akses dan infrastruktur. Baik dari sisi Pemerintah Kabupaten maupun
Pihak Provinsi. Selain itu sebagai pemilik wilayah Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Lebak belum secara agresif melakukan
kerjasama dengan pihak swasta terkait pengelolaan dan belum secara agresif
berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, seperti hanya berpangku tangan.
Masing-masing dinas memiliki prioritas lainnya. Tentunya hal ini menunjukkan
kurang seriusnya pihak dinas dalam pengembangan kawasan wisata Pantai
Sawarna yang orang-orang bilang sebagai “The Hidden Paradise” yang nantinya
akan menjadi ancaman, atau bahkan mengalami kerusakan yang semakin buruk
Inilah yang menjadi latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN
PARIWISATA (DISPORAPAR) KABUPATEN LEBAK DALAM
PENGELOLAAN PARIWISATA PANTAI SAWARNA DI KECAMATAN
BAYAH”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam bagian ini peneliti akan menuliskan berbagai permasalahan yang ada
pada objek yang akan diteliti seperti yang telah disinggung di dalam latar
belakang masalah. Peneliti menyimpulakan ada beberapa masalah manajemen
pengelolaan pantai Sawarna diantaranya:
1. Belum optimalnya pemanfaatan potensi lokasi tujuan wisata pantai Sawarna
oleh investor dan pemerintah.
18
2. Kurang optimalnya penataan bangunan di sekitar bibir pantai dan
penyediaan sarana penunjang wisata yang ada di pantai Sawarna.
3. Kurang optimalnya Manajemen Pengelolaan Pantai Sawarna dibidang
promosi.
4. Belum adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar pihak terkait dalam
Pengembangan Wisata Pantai Sawarna.
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah
1.3.1 BatasanMasalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini maka peneliti akan
membatasi tentang Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di
Kecamatan Bayah.
1.3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Strategi
Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak
dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah?
1.4 Tujuan penelitian
Sesuai dengan masalah yang dihadapi, maka tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui bagaimanaStrategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
19
(DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna
Di Kecamatan Bayah.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Teoritis
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang
dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi
pengembangan Ilmu Administrasi Negara khususnya.
2. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti
maupun mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian
secara lebih mendalam mengenai Strategi Dinas Pemuda
Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan
Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
1.5.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi pemerintah daerah, diharapkan nantinya dapat dijadikan
sebuah penilaian yang logis bagi pemerintahan daerah untuk lebih
serius lagi menciptakan good governance khususnya tentang
mengenai Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di
Kecamatan Bayah.
20
2. Bagi masyarakat, diharapkan nantinya bisa mendapatkan dampak
kesejahteraan, kemanfaatan, dan lapangan pekerjaan atas
aktifitas-aktifitas wisatawan objek wisata pantai Sawarna.
Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar strata satu
dan bertambahnya ilmu pengetahuan berdasarkan fakta-fakta baru yang ada di
suatu instansi yang mengenai Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan
Bayah.
1.6. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan
permasalah yang akan di teliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari ruang
lingkup yang paling umum hingga menukik ke masalah yang lebih spesifik,
yang relevan dengan judul skripsi.
1.1 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Maslah
1.1.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah akan memperjelas aspek permaslahan yang muncul
dan berkaitan dengan variabel yang akan di teliti. Identifikasi masalah dapat
diajukan dalam bentuk pernyataan atau pernyataan.
21
1.1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah akan lebih mempersempit masalah yang akan diteliti,
sehingga objek penelitian, subjek penelitian, lokus penelitian, hingga periode
penelitian secara jelas termuat.
1.2 Perumusan Masalah
Bagian ini peneiti mengidentifikasi masalah secara implisit secara tepat
atas aspek yang akan diteliti seperti terdapat dalam latar belakang masalah dan
pembatasan masalah.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian akan mengungkapkan tentang sasaran yang ingin
dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang sudah
dirumuskan sebelumnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian akan menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari
diadakannya penelitian ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Sitematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara singkat
dan jelas.
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori memuat kajian terhadap sejumlah teori yang relevan
dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan memperoleh
konsep penelitian yang jelas.
22
2.2 Peneliti Terdahulu
Peneliti terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik
Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan
minimal 2 jurnal.
2.3 Kerangka Berpikir
Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari
deskripsi teori.
2.4 Asumsi Dasar penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang ada,
yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya. Hipotesis dirumuskan berdasarkan
kajian teori dan kerangka berfikir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini.
3.2 Fokus Penelitian
Bagian ini membatasi dan menjelaskan subtansi materi kajian penelitian
yang ada dilakukan.
3.3 Lokasi Peneltian
Menjelaskan tempat (lokus) penelitian dilakukan. Menjelaskan tempat
penelitian, serta alasan memilihannya.
3.4 Varibel Penelitian
23
3.4.1 Definisi Konseptual memberikan penjelasan konsep dari variable yang
akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang
digunakan.
3.4.2 Definisi Operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel
penelitian dalam menjabarkan fenomena yang akan diamati.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumern penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis
alat pengumpul data yang digunakan.
3.6 Informan Penelitian
Informan penelitian menjelaskan tentang informan yang akan
memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Menjelaskan tentang teknik analisa beserta rasionalitas yang sesuai
dengan sifat data yang diteliti.
3.8 Tempat dan Waktu
Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
Penjelasan mengenai objek penelitian yang meliputi alokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian
ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang
berhubungan dengan obyek penelitian.
4.2. Dekripsi Data
24
Menjelaskan data penelitian dengan mengunakan teori yang sesuai
dengan kondisi di lapangan.
4.3. Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mengunakan teknis analisis data kualitatif.
4.4. Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil
penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat
dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan
permasalahan serta asumsi dasar penelitian.
5.2. Saran
Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran praktis
biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih mengarah
pada pengembangan konsep atau teori.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi.
Lampiran
Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
Semua penelitian bersifat ilmiah. Oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Siti Rahayu Haditono (1999) dalam sugiyono (2009: 41),
menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak
dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Oleh sebab itu,
pada bab ini meneliti akan memamaparkan teori yang akan dipakai dalam
penyelesaian masalah yang ada.
Dalam penelitan Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah ini,
kajian yang relevan untuk digunakan adalah pendekatan mengenai manajemen
strategis. Dimana dalam mengelola pariwisata pantai Sawarna dibutuhkan strategi
yang baik yang mampu di Implementasikan oleh pihak yang bertanggungjawab
untuk mengemban tugas-tugas tersebut dalam hal ini yaitu Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dibidang Pariwisata.
2.1.1 Konsep Organisai
Perkataan organisasi berasal dari istilah Yunani organon dan istilah
Latin organum yang berarti alat, bagian, anggota atau badan.Dalam literatur
dewasa ini, arti organisasi beraneka ragam, tergantung dari sudut mana ahli
yang bersangkutan melihatnya.
26
Mooney dalam Manullang (2005:59) mengatakan, organisasi adalah
bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Sedang Chester I. Barnard memberi pengertian bahwa organisai sebagai
suatu sistem dari aktivitas kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih.
Organisai yang terbesar dimana pun sudah barang tentu organisasi
publik yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup
negara. Oleh karena itu, organisasi publik mempunyai kewenangan yang
absah (terligitimasi) dibidang politik, administrasi, pemerintahan dan hukum
secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warganya
serta melayani kebutuhan. Sebaliknya, berhak pula memungut pajak untuk
pendanaan dan menjatuhkan sebagai sanksi penegakan peraturan.
Seiring berjalannya waktu, organisasi mengalami perubahan
paradigma. Perubahan paradigma dalam organisasi ini dapat dilihat dari
kacamata yang lain, yaitu yang diwarnai oleh paradigma organisasi dan oleh
post birokrasi. Jadi, organisasi publik sering kita lihat pada bentuk
organisasi instansi pemerintah yang juga dikenal sebagai birokrasi
pemerintah. Istilah birokrasi ini di berikan kepada instansi pemerintah
karena pada awalnya tipe organisasi yang ideal (yang disebut birokrasi dan
orang-orang yang disebut birokrat ini) merupakan bentuk yang sebagian
besar diterima dan diterapkan oleh instansi pemerintah.
Dari pembahasan mengenai konsep organisasi dan manajemen publik
di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah wadah
atau tempat untuk saling bekerja secara bersama-sama untuk mencapai
27
sebuah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun manajemen publik
merupakan, organisasi pemerintah yang mengatur sumber daya yang ada
agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat tidak didasarkan pada profit, dalam hal ini
pemerintah sebagai penyedia kebutuhan publik.
2.1.2 Konsep Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak
Perencanaan strategi merupakan suatu keinginan yang berorientasi
kepada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun secara
sistematis dan berkesinambungan, potensi (kekuatan), peluang, kelemahan,
dan hambatan yang ada atau mungkin yang timbul. Proses ini sendiri
merupakan suatu rencana strategis instansi pemerintah yang setidaknya
memuat visi, misi, tujuan dan sasaran strategi dan kebijakan program.
Visi berkaitan dengan pandangan kedepan menyangkut kemana arah
dan tujuan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam berkarya
melaksanakan pembangunan daerah agar tetap eksis, inovatif, produktif,
berdaya guna, dan bertanggungjawab sesuai bidangnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan visi adalah sebagai
berikut:
1. Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi.
2. Memberikan arah yang jelas.
3. Mampu mempersatukan berbagai gagasan strategis organisasi.
28
4. Memiliki orientasi terhadap masa depan organisasi.
5. Mampu menumbuhkan komitmen dalam lingkungan organisasi.
6. Mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
Berdasarkan analisa potensi, peluang, kelemahan dan hambatan yang
dihadapi Kabupaten Lebak telah menetapkan visi “Menuju Kabupaten
Lebak yang Maju, Berdaya Saing dan Religius melalui Pemanpaatan
Pembangunan Perdesaan dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan”.
Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi Kabupaten Lebak yang
akan dilaksanakan bersama dunia usaha dan masyarakat adalah:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif,
kreatif dan inovatif,
2. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang berorientasi
pelayanan publik,
3. Meningkatkan perekonomian yang kokoh berbasis ekonomi
kerakyatan,
4. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur strategis wilayah,
5. Menjaga keseimbangan lingkungan dan pembangunan yang
berkelanjutan,
6. Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah.
Visi dan misi di atas tersebut, sangatlah relevan dan realistis tetapi
pasti akan mengalami tantangan/hambatan. Oleh karena itu dibutuhkan
konsistensi semua stekholder, dan dibutuhkan upaya kerja keras dalam
mempersiapkan segenap SDM (perangkat) dan Infrastruktur penunjangnya.
29
Dengan merujuk dari Rencana Strategis Kabupaten Lebak dan
tercapainya visi dan misi tersebut di atas maka Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata sebagai salah satu pelaksana pemerintah daerah sesuai bidangnya
perlu menetapkan visi dan misi sebagai arah atau acuan kebijakan dinas
dalam mencapai tujuan untuk 5 (lima) tahun kedepan.
Visi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
disusun berdasarkan kondisi subyektif dan dilandasi pimikiran dan
perkembangan kondisi dan tantangan dimasa yang akan datang. Dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam hubungan ini mempunyai
tanggungjawab. Untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam bidang
kepemudaan, keolahragaan, seni budaya, dan pariwisata secara terus
menerus atau kesinambungan. Dengan demikian maka visi Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak adalah “Terwujudnya Lembaga
Terdepan dalam Meningkatkan Peran Pemuda, Prestasi Olahraga dan
Pariwisata yang Berdaya Saing Berbasis Pengembangan Wilayah”.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata menetapkan misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung operasional
kelembagaan,
2. Meningkatkan pembinaan dan peranan kepemudaan, sekaligus
pengembangan potensi SDM pemuda dalam kreatifitas lokal
secara verkesinambungan,
30
3. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi menuju
industrialisasi olahraga kompetitif,
4. Menigkatkan dan mengembangkan potensi pariwisata berbasis
kreatifitas lokal,
5. Meingkatkan dan mengembangkan objek-objek wisata.
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran serta menerapkan strategi
dalam pelaksanaan kegiatan bidan Pemuda Olahraga dan Pariwisata tahun
2014-2019 adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan pembangunan peningkatan sarana dan prasarana.
2. Membangun dan mengembangkan kerjasama antar instansi dan
organisasi dalam pengembangan bidang Pemuda Olahraga dan
Pariwisata.
3. Memadukan dan merumuskan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan dengan instansi
terkait.
4. Menjalin kemitraan dengan instansi/lembaga/organisasi dan dunia
usaha dalam pengembangan bidang Pemuda Olahraga dan
Pariwisata.
5. Menyusun dan melaksanakan standarisasi pelayanan Kepemudaan
Olahraga dan Pariwisata dalam bentuk standar pelayanan minimal
dan teknis pelaksanaannya.
31
6. Mendayagunakan website sebagai media sosialisasi dan promosi
untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.
7. Menanamkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya bidang
Kepemudaan Olahraga dan Kepariwisataan.
8. Menyusun dan melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi
program kegiatan secara akurat, transparan dan akuntabel.
9. Mendorong dan menciptakan aspek kewirausahaan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan bidangnya.
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut di atas Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata menetapkan strategi sebagai berikut:
1. Melibatkan berbagi instansi pemerintah yang terkait dalam
perumusan kebijakan bidan Pemuda Olahraga dan Pariwisata.
2. Mengharapkan unsur pemerintah daerah tingkat Kabupaten,
Kecamatan dan Desa/Kelurahan melakukan sinkronisasi berbagai
kebijakan bidan Pemuda Olahraga dan Pariwisata.
3. Membangun dan mengengbangkan kerjasama antar
instansi/lembaga/organisasi dalam mendayagunakan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana.
4. Meningkatkan saling pengertian dalam merencanakan,
melaksanakan, pemonitoran dan pengevaluasian program kegiatan
pembinaan dan pengembangan masyarakat olahraga, seni budaya
dan masyarakat pariwisata.
32
5. Melakukan sosialisasi dan promosi bidang promosi bidang
Pemuda Olahraga dan Pariwisata kepada instansi terkait dan dunia
usaha secara sistematis dan berkelanjutan.
6. Menyusun dan menetapkan peraturan dan ketentuan tentang peran
dan tanggungjawabnya dalam pembinaan dan pengembangan
bidang Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam bentuk MOU atau
sejenisnya.
7. Melakukan pendataan, inventarisasi, identifikasi, interpretasi dan
pemetaan berbagai kegiatan dibidang Pemuda Olahraga dan
Pariwisata.
2.1.3 Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategeia (stratos : militer,
dan ag : pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang
jenderal, dimana jenderal tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu
angkatan perang agar dapat memenangkan perang. Strategi merupakan cara
terbaik yang dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu.
Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan
manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar.
Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang
perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan, dan karenanya beroientasi
ke masa yang akan datang. Strategi mempunyai konsekuensi
multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan, baik
33
faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan (David,
2010:21).
Definisi strategi lainnya secara umum diungkapkan oleh
Mangkuprawira (2004: 14), ia mengemukan strategi didefinisikan sebagai
cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.
Hal ini mengindikasikan adanya penggunaan strategi didalam sebuah
organisasi, tidak saja organisasi swasta yang dalam penggunaan strateginya
untuk dapat memperoleh profit. Definisi Mangkuprawira memberikan
gambaran kepada kita, bahwa strategi merupakan upaya mengerjakan
sesuatu oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Penggunaan
strategi didalam organisasi publikpun sangat dibutuhkan, tetapi di dalam
organisasi publik strategi dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Artinya dalam perkembangan saat ini, strategi
tidak saja diadopsi oleh organisasi swasta saja tetapi dalam organisasi
publik pun strategi tetap digunakan.
Sementara menurut Chandler dalam Rangkuti (2005:3) menyebutkan:
”Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya yang disusun”.
Secara sederhana, pengertian di atas menjelaskan bahwa strategi
adalah alat keberhasilan sebuah tujuan kegiatan yang dipengaruhi oleh
konsep yang dipergunakan.
34
Menurut tokoh lain yaitu Andrew dalam Rangkuti (2005:4) menjelaskan bahwa:
”Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholder, seperti manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung ataupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan”.
Pengertian di atas menjelaskan bahwa, strategi adalah kekuatan yang
mempengaruhi resiko-resiko yang ditanggung oleh sebuah organisasi dalam
menjalankan kegiatannya.
Ada lagi menurut Dirgantoro (2001:4) yang menjelaskan bahwa:
”Strategi adalah hal menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang tentang sumber daya didalam bisnisan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk dapat membantu memenangkan persaingan di dalam pasar”.
Dari pengertian di atas, menjelaskan bahwa strategi adalah sebuah alur
dalam menjalankan sebuah kegiatan yang berdasarkan kepada arahan-
arahan yang ditentukan sebelumnya guna mencapai sebuah tujuan.
Pendapat lain menyebutkan bahwa manajemen strategi adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
perusahaan dalam jangka panjang. (Hunger dan Wheelen, 2003:4).
Pengertian di atas menggambarkan bahwa, kinerja jangka panjang
sebuah perusahaan dipengaruhi oleh sebuah kebijakan manajerial.
Jadi berdasarkan definisi-definisi di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa strategi merupakan suatu rencana permanen atau cara terbaik dan
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk sebuah kegiatan didalamnya
termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan untuk
35
memperoleh suatu keberhasilan keputusan yang terencana, baik itu jangka
panjang ataupun jangka pendek. Tujuannya adalah agar sebuah keputusan
itu dapat mencapai suatu obyek yang telah ditetapkan.
2.1.4 Model-model Strategi
Strategi Porter menyiratkan susunan organisasi, prosedur
pengendalian, dan sistem intensif yang berbeda. Semakin besar perusahaaan
semakin besar akses pada sumber daya, pada umumnya bersaing dengan
dasar keunggulan biaya dan/atau diferensiasi, sedangkan perusahaan yang
lebih kecil sering bersaing dengan dasar focus.
1) Strategi Keunggulan Biaya
Alasan utama untuk menjalankan strategi integrasi kedepan,
ke belakang, dan horizontal adalah memperoleh manfaat
unggulan dalam biaya. Tetapi keunggulan biaya pada umumnya
harus dilakukan dalam gabungan dengan diferensiasi. Sejumlah
elemen biaya mempengaruhi daya tarik relatif dari strategi umum,
termasuk pencapaian skala ekonomis atau disekonomi, pengaruh
kurva dan pengalaman, presentase pencapaian pemanfaatan
kapasitas, dan hubungan dengan pemasok dan distributor. Elemen
biaya lain yang harus dipertimbangkan adalah memilih di antara
strategi alternatif termasuk potensi untuk berbagai biaya dan
pengetahuan dalam organisasi, biaya litbang yang berkaitan
dengan pengembangan atau produk baru atau modifikasi produk
36
lama, biaya tenaga kerja, tingkat pajak, biaya energi, dan biaya
pengangkutan.
2) Strategi Diferensiasi
Strategi diferensiasi menawarkan beberapa tingkat
perbedaan. Diferensiasi tidak menjamin keunggulan bersaing,
terutama bila standar cukup memadai dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan atau kalau pesaing dapat dengan cepat meniru.
Diferensiasi yang sukses dapat berarti fleksibilitas produk yang
lebih besar, kompatibilitas yang lebih besar, biaya lebih rendah,
pelayanan lebih baik, pemeliharaan, lebih nyaman, atau lebih
menonjol. Pengembangan produk merupakan contoh dari strategi
yang menawarkan keunggulan diferensiasi.
3) Strategi Fokus
Strategi fokus yang sukses tergantung pada segmen industri
artinya ukuran yang memadai, mempunyai potensi pertumbuhan
yang baik, dan hal ini tidak amat menentukan bagi sukses pesaing
utama yang lain. Strategi seperti penetrasi pasar dan
pengembangan pasar menawarkan banyak keunggulan untuk
focus. Perusahaan dari ukuran sedang sampai besar secara efektif
dapat menerapkan strategi dengan dasar fokus hanya dalam kaitan
dengan dasar dierensiasi atau keunggulan biaya. Karena hanya
satu perusahaan yang dapat membedakan diri dengan biaya
37
terendah, perusahaan yang lain dalam industri tersebut harus
menemukan cara lain untuk membedakan produk mereka.
(David, 2004:62-63).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi
yang diungkapkan Porter menyiratkan susunan organisasi, prosedur
pengendalian, dan sistem intensif yang berbeda, yang mana satu sama
lainnya saling berhubungan. Beliau juga menyebutkan bahwa semakin besar
perusahaaan semakin besar pula akses pada sumber daya, pada umumnya
bersaing dengan dasar keunggulan biaya dan menawarkan beberapa tingkat
perbedaan, sedangkan perusahaan yang lebih kecil sering bersaing dengan
dasar yang tergantung pada segmen industri.
2.1.5 Pengertian Pengelolaan (Manajemen)
Menurut Leiper (1990:256 dalam Pitana, 2009:80), pengelolaan
(manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-
fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Planing (perencanaan), 2. Directing (mengarahkan), 3. Organizing (termasuk Coordinating) 4. Controlling (pengawasan). Leiper (1990:256 dalam Pitana, 2009:80) menekankan bahwa
koordinasi merupakan fungsi utama dan terpenting yang harus dipisahkan
dan memerlukan pembahasan tersendiri. Fungsi koordinasi merujuk kepada
38
fungsi seorang manajer untuk menerjemahkan sebuah informasi, seperti
perencanaan dan pengawasan, dan mengaplikasikan informasi tersebut
secara sistematis ke dalam kegiatan pengarahan (directing), perencanaan
(planing), dan dan pengawasan (controling).
Manajemen yang baik dan efektif memerlukan penguasaan atas orang-
orang yang akan dikelola. Di tingkat individual, orang akan mulai
mengastur hidupnya begitu ia bisa mandiri. Ditingkat sosial, subjek
manajemen adalah organisasi dan kumpulan organisasi.
Seorang manajer dapat mengelola input, proses, dan output dari sistem
organisasinya namun tidak dapat mengelola dan mengontrol faktor-faktor
yang berada di luar organisasi, meski faktor-faktor tersebut ikut menentukan
bagaimana organisasi tersebut berjalan. Jadi cakupan dan limit dari
manajemen tergantung pada sistem organisasi di mana kekuasaan
manajerial diaplikasikan.
Pada uraian di atas menjelaskan bahwa definisi pengelolaan oleh para
ahli terdapat perbedaan-perbedaa hal ini disebabkan karena para ahli
meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau
pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau
pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya
definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama
yaitu pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha
yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja
dalam mencapai tujan tertentu.
39
2.1.6 Definisi Manajemen Strategis
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan
diimplementasikan oleh seluruhn jajaran didalam suatu organisasi, untuk
mencapai tujuan. Berikut ini adalah pengertian manajemen strategis
menurut beberapa ahli :
Menurut Nawawi (2003:53) ”Perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organsasi”. Berdasarkan teori di atas, manajemen strategi adalah sebuah rencana
manajerial yang bersifat menyeluruh, sebagai arahan untuk mencapai
sebuah tujuan secara optimal.
Menurut R. David (2004:5) ”Manajemen Startegi adalah Seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan, pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objeknya. Oleh karena itu manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk lebih proaktif ketimbang reaktif dalam membentuk masa depan sendiri, hal itu memungkinkan suatu organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi (ketimbang hanya memberi respon terhadap) aktifitas dan dengan demikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri”.
40
Dari pengertian di atas, manajemen strategi merupakan sebuah
pola kebijakan yang memberikan pengaruh besar bukan hanya sampai
tujuannya tercapai saja, memberikan pengaruh juga setelah tujuan
tersebut tercapai.
Menurut Hunger dan Wheelen (2003:4)
Manajemen strategi adalah ”Serangkaian keputusan dan tindakan
manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka
panjang”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa manajemen strategis merupakan usaha untuk
mengembangkan kekuatan yang ada didalam suatu perusahaan atau
organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen strategis dikatakan efektif apabila memberi tahu seluruh
karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis,kemajuan kearah pencapaian
sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk. Komunikasi
merupakan kunci keberhasilan manajemen strategis.
2.1.7 Konsep Manajemen Strategis Dan Pengimplementasiannya Di
Pemerintah Daerah
Efektivitas penerapan manajemen strategis pada suatu organisasi
dipengaruhi oleh konteks yang melingkupi organisasi tersebut. Konteks
yang melingkupi organisasi pemerintah daerah sangat berhubungan dengan
ketidakpastian lingkungan (lingkungan yang berubah-ubah) yang diciptakan
41
oleh lembaga pengawasan yang sarat akan muatan politik dan memiliki
berbagai kepentingan. Oleh karena itu, penerapan manajemen strategis
harus dilaksanakan secara seksama. Konsep mengenai manajemen strategis
harus dirumuskan secara jelas dan tahap pengimplementasiannya juga harus
dijelaskan agar rencana strategis yang sudah disusun dapat tercapai.
Manajemen strategis dalam pemerintah daerah harus
mempertimbangkan berbagai faktor, baik itu faktor yang mendukung
maupun yang menghambat kinerja manajemen publik. Proses manajemen
strategis (strategic-management process) terdiri atas tiga tahap:
2.1.7.1 Formulasi Strategi
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan
misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal
pemerintah daerah, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal, menetapkan tujuan jangka panjang (misalnya
RPJP/Rencana Pembangunana Jangka Panjang), merumuskan
alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan. Isu formulasi strategi di pemerintah daerah
biasanya mencakup pembangunan apa yang akan dilaksanakan,
bagaimana mengalokasi sumber daya, apakah harus bekerjasama
dengan organisasi privat dalam pelaksanaannya, seberapa besar
politik mempengaruhi. Keputusan formulasi strategi mengikat
pemerintah daerah terhadap barang dan jasa publik, sumber
daya, dan teknologi yang spesifik untuk periode waktu yang
42
panjang. Manajer strategik (pemerintah daerah) harus memiliki
sudut pandang terbaik dalam memahami secara penuh pengaruh
keputusan formulasi strategi.
Manajer strategik memiliki wewenang untuk
menempatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk
implementasi strategi. Salah satu metode untuk menentukan
strategi adalah dengan analisis SWOT yang menganalisis faktor
internal dan memperhitungkan faktor eksternal organisasi.
Analisis SWOT merupakan salah satu alat manajemen strategis
untuk menentukan kekuatan dan kelemahan (faktor internal)
serta kesempatan dan ancaman (faktor eksternal) dalam
organisasi. Analisis SWOT diperlukan dalam organisasi
pemerintah daerah untuk menentukan strategi terbaik agar
mencapai tujuan organisasi secara ekonomis, efisien, dan
efektif.
2.1.7.2 Implementasi Strategi
Implementasi strategi mensyaratkan pemerintah daerah
untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah
diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk
mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan
struktur organisasi yang efektif, mengembangkan dan
memberdayakan sistem informasi, menghubungkan kinerja
43
pegawai dengan kinerja organisasi, dan menyiapkan anggaran.
Proses penyiapan anggaran (penganggaran) dipemerintah daerah
merupakan proses yang paling dominan dan sarat muatan
politik.
Implementasi strategi seringkali disebut tahap pelaksanaan
dalam manajemen strategis. Suksesnya implementasi strategi
terletak pada kemampuan pemerintah untuk memotivasi
pegawai.
2.1.7.3 Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen
strategis. Pemerintah daerah sangat ingin mengetahui kapan
strategi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Evaluasi
strategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi
tersebut. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau
ulang faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi
saat ini, mengukur kinerja, mengambil tindakan korektif.
Untuk mendorong pencapain strategi yang telah
diformulasikan sebaiknya diterapkan sistem penilaian kinerja di
organisasi pemerintah daerah dengan menerapkan mekanisme
penghargaan dan sanksi.
44
Gambar 2.1 Model Komperhensif Strategis
FORMULASI STRATEGI IMPLEMENTASI STRATEGI EVALUASI STRATEGI
Sumber: David (2005:19)
1. Pengembangan Visi dan Misi Organisasi
Banyak organisasi sekarang mengembangkan
pernyataan visi (vision statement). Mengembangkan
pernyataan visi sering dianggap sebagai tahap pertama
dalam perencanaan strategis, bahkan mendahului
pembuatan pernyataan misi. Pernyataan misi adalah
Menjalankan audit
eksternal
Mengembangkan
Visi dan Misi
Menetapkan tujuan jangka
panjang
Merumuskan, evaluasi, dan
memilih strategi
Implementasi, Strategi-Isu Manajemen
Implementasi Strategi-Isu pemasaran, keuangan, akuntansi, penelitian,
pengembangan, SDM
Mengukur kinerja
Dan Mengevaluasi
Kinerja
Menjalankan audit
Internal
45
pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu
organisasi dengan organisasi sejenis lainnya.
Pernyataan misi yang jelas menggambarkan nilai dan
prioritas dari suatu organisasi. Mengembangkan pernyataan
misi mengharuskan penyusun strategi untuk berpikir
tentang sifat dan cakupan operasi saat ini dan mengevaluasi
potensi ketertarikan atas pasar dan aktivitas di masa depan.
Pernyataan misi secara kasar menggambarkan arah masa
depan suatu organisasi. King dan Cleland dalam David
(2005), merekomendasikan organisasi untuk
mengembangkan pernyataan misi yang tertulis karena untuk
memastikan tujuan dasar organisasi, untuk memberikan
basis atau standar untuk mengalokasikan sumber daya
organisasi, untuk menciptakan kondisi atau iklim organisasi
yang umum, untuk menjadi titik utama bagi individu dalam
mengidentifikasi tujuan dan arah organisasi, serta mencegah
individu yang tidak sejalan untuk partisipasi lebih jauh
dalam aktivitas organisasi, untuk memfasilitasi
penerjemahan tujuan menjadi struktur kerja yang
melibatkan penugasan hingga elemen tanggung jawab
dalam organisasi, dan untuk memberikan tujuan dasar
organisasi dan kemudian untuk menerjemahkan tujuan
dasar ini menjadi tujuan dalam bentuk sedemikian rupa
46
sehingga parameter waktu, biaya dan kinerja dapat
dievaluasi dan dikontrol.
Karena pernyataan misi sering kali menjadi bagian
yang paling kelihatan dan dilihat publik dalam proses
manajemen strategis, adalah penting untuk memasukkan
semua komponen penting ini (David, 2005): pelanggan,
produk atau jasa, pasar, teknologi, perhatian
(keberlangsungan, pertumbuhan dan profitabilitas), filosofi,
konsep diri, perhatian akan citra publik, dan perhatian akan
pegawai.
Oleh karena itu selain menetapkan pernyataan visi,
pemerintah daerah harus juga menetapkan misi dengan
memasukkan komponen-komponen tersebut. Pemerintah
daerah harus menyadari bahwa konsumen pemerintah
daerah adalah masyarakat daerah tersebut, sehingga
pemerintah daerah harus dapat menyediakan barang dan
jasa publik untuk kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.
Pemerintah daerah harus dapat melayani seluruh lapisan
masyarakat yang ada di daerahnya, tanpa terkecuali.
Teknologi yang digunakan oleh pemerintah daerah harus
terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi
saat ini. Pemerintah daerah harus memiliki komitmen untuk
bertumbuh dan memiliki kondisi keuangan yang baik,
47
artinya pengeluaran-pengeluaran yang digunakan untuk
pembangunan atau belanja publik yang dilakukan sebaiknya
tidak melebihi pendapatan asli daerah tersebut sehingga
tidak perlu melakukan pinjaman. Etika dan nilai-nilai
organisasi harus dijunjung tinggi oleh seluruh lapisan
pegawai yang ada di pemerintah daerah. Pemerintah daerah
harus memiliki ciri khusus/keunggulan yang dapat
mendatangkan pendapatan daerah (misalnya: pertambangan,
tempat wisata, perkebunan, dan sebagainya). Pemerintah
daerah harus transparan dan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada publik. Para
pegawai yang bekerja dipemerintahan daerah harus
mendapatkan perhatian yang layak sehingga dapat
memberikan kinerja yang optimal.
2. Menjalankan Audit Eksternal Dan Audit Internal
Tujuan audit eksternal adalah untuk mengembangkan
daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi
manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Organisasi
harus dapat merespon secara agresif maupun defensif
terhadap faktor-faktor tersebut dengan memformulasikan
strategi yang mengambil keuntungan dari peluang eksternal
atau yang meminimalkan pengaruh dari ancaman potensial.
48
Peluang dan ancaman eksternal mengacu pada
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
hukum, teknologi dan kejadian yang secara signifikan dapat
menguntungkan atau membahayakan pemerintah daerah di
masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar berada di
luar kendali organisasi sehingga disebut eksternal. Untuk
alasan tersebut, identifikasi, monitor, dan evaluasi peluang
dan ancaman eksternal adalah penting untuk keberhasilan.
Analisis lingkungan perlu dilakukan di pemerintah daerah
baik di lingkungan tugas maupun lingkungan secara umum,
sehingga apabila terjadi perubahan pemerintah dapat segera
merespon dengan tepat.
Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan
masing-masing, karena tidak ada organisasi yang sama
kuatnya atau lemahnya dalam semua area.
Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan
peluang/ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas
menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan
dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan
kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.
Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas
organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan
sangat baik atau sangat buruk. Kekuatan dan kelemahan
49
internal mencakup semua unsur organisasional yang ada di
pemerintah daerah seperti: struktur organisasi, budaya
organisasi, dan sumber daya.
3. Penetapan Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang menunjukkan hasil yang
diharapkan dengan menjalankan strategi tertentu. Strategi
merepresentasikan tindakan yang akan diambil untuk
mencapai tujuan jangka panjang. Jangka waktu untuk tujuan
dan strategi harus konsisten. Tujuan harus bersifat
kuantitatif, terukur, realistis, dapat dimengerti, menantang,
hierarkis, dapat dicapai, dan selaras antar unit organisasi.
Masing-masing tujuan harus diasosiasikan dengan kerangka
waktu. Tujuan yang ditetapkan secara jelas menawarkan
banyak keuntungan, memberikan arah, memungkinkan
sinergi, membantu dalam evaluasi, menetapkan prioritas,
menurunkan ketidakpastian, meminimalkan konflik,
menciptakan energi, dan membantu dalam alokasi sumber
daya dan desain pekerjaan.
Tujuan dari organisasi pemerintah daerah harus dibuat
secara jelas dan realistis mengenai apa yang ingin dicapai
oleh pemerintah daerah tersebut. Kemudian tujuan-tujuan
tersebut dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan
waktu yang jelas. Misaln ya di organisasi pemerintah daerah
50
biasanya perencanaan pembangunan dibuat tujuannya dan
mencakup jangka waktunya, seperti tujuan RPJP dan RPJM.
Pasal 150 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pemerintah
daerah wajib men yusun Rencana Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) sebagai acuan kebijakan pembangunan daerah
dalam kurun waktu 20 tahun. RPJPD merupakan suatu
dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang
daerah, sebagai acuan dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk
setiap kurun waktu 5 tahun.
4. Merumuskan, Mengevaluasi Dan Memilih Strategi
Analisis dan pilihan strategis mencoba untuk
menentukan alternatif tindakan yang dapat memungkinkan
organisasi mencapai misi dan tujuannya dengan cara yang
terbaik. Alternatif strategi tidak datang dari antah-berantah,
alternatif strategi diturunkan dari visi, misi, tujuan, audit
eksternal, dan audit internal organisasi; alternatif strategi
konsisten dengan, atau dibangun di atas, strategi masa lalu
yang telah berhasil dijalankan (David, 2005).
Mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif strategi
harus melibatkan banyak pihak yang sebelumnya
mengembangkan pernyataan visi dan misi organisasi,
51
menjalankan audit ekternal, dan menjalankan audit internal.
Semua yang berpartisipasi dalam aktivitas analisis dan
pilihan strategi harus memiliki informasi audit internal dan
eksternal. Informasi ini nantinya digabungkan dengan
pernyataan misi organisasi. RPJPD merupakan produk dari
strategi yang melibatkan banyak pihak dan bersifat makro
yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka
panjang daerah, dimana proses penyusunannya dilakukan
secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku
pembangunan.
5. Implementansi Strategi
Perumusan strategi yang sukses tidak menjamin
implementasi strategi yang sukses. David (2005)
memformulasikan perbedaan antara perumusan strategi dan
implementasi strategi yaitu, perumusan strategi
memosisikan kekuatan sebelum dilakukan tindakan,
implementasi strategi adalah mengelola kekuatan yang
mengelola semua hal selama tindakan dijalankan,
perumusan strategi berfokus pada efektivitas, implementasi
strategi berfokus pada efisiensi, perumusan strategi
terutama adalah proses intelektual, implementasi strategi
terutama adalah proses operasional, perumusan strategi
membutuhkan keahlian intuitif dan analisis yang baik,
52
implementasi strategi membutuhkan motivasi khusus dan
keahlian kepemimpinan, dan perumusan strategi
membutuhkan koordinasi di antara beberapa individu
implementasi strategi membutuhkan koordinasi di antara
banyak individu.
Konsep dan alat perumusan strategi tidak berbeda
secara signifikan antara organisasi kecil, besar, organisasi
profit maupun organisasi nirlaba. Namun, implementasi
strategi berbeda secara signifikan berdasarkan tipe dan
ukuran organisasi. Pemerintah dan pegawai di pemerintah
daerah harus berpartisipasi dalam keputusan implementasi
strategi. Komitmen pribadi para penyusun strategi sangat
diperlukan pada tahap implementasi. Peluang dan ancaman
eksternal yang utama harus dianalisis dengan jelas.
6. Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
Evaluasi strategi meliputi tiga aktivitas dasar (David,
2005), yaitu, memeriksa dasar strategi organisasi,
membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil aktual,
dan mengambil tindakan koreksi untuk memastikan kinerja
sejalan dengan rencana. Umpan balik yang memadai dan
tepat waktu adalah dasar bagi evaluasi strategi yang efektif.
Evaluasi strategi sama pentingnya dengan informasi yang
mendasari operasinya. Evaluasi strategi sangat penting
53
untuk memastikan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai. David (2005) membagi kerangka kerja evaluasi
strategi ke dalam tiga aktivitas, yaitu:
1) Menelaah Berdasarkan Strategi Menelaah
prinsip dasar strategi organisasi dapat
dilakukan dengan melakukan monitoring
secara terus menerus terhadap peluang dan
ancaman eksternal serta kekuatan dan
kelemahan internal yang mewakili prinsip
dasar strategi yang sedang dipakai untuk
mewaspadai perubahan.
2) Mengukur Kinerja Organisasi Aktivitas ini
berguna untuk membandingkan antara hasil
yang diharapkan dengan hasil yang
sesungguhnya, menyelidiki deviasi dalam
rencana, mengevaluasi kinerja individu, dan
menilai perkembangan yang terjadi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Baik
tujuan jangka panjang maupun tujuan tahunan
dapat dipakai dalam proses ini. Kriteria untuk
mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan
mudah diverifikasi. Kegagalan mencapai
kemajuan yang diharapkan melalui pencapaian
54
tujuan jangka panjang atau tahunan memberi
sinyal diperlukann ya tindakan koreksi.
3) Mengambil Tindakan Korektif Aktivitas
evaluasi strategi yang terakhir yaitu
mengambil tindakan korektif dengan
melakukan perubahan untuk memosisikan
kembali pemerintah daerah ke tempat yang
lebih baik di masa depan. Contoh perubahan
yang mungkin dibutuhkan adalah memperbaiki
struktur organisasi, mengganti satu atau dua
individu yang penting, merevisi visi
pemerintah daerah, membuat atau merevisi
tujuan, membuat kebijakan baru,
mengalokasikan sumber daya secara berbeda.
2.1.8 Konsep New Public Management
Tema pokok dalam New Public Management antara lain bagaimana
menggunakan mekanisme pasar dan terminology di sektor publik. Bahwa
dalam melakukan hubungan antara instansi-intansi pemerintah dengan
pelanggannya dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang
dilakukan oleh mereka dunia pasar (market place). Di dalam konsep New
Public Management semua pimpinan (manager) didorong untuk menemukan
cara-cara baru dan inovatif untuk memperoleh hasil yang maksimal atau
55
melakukan privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintahan. Mereka tidak lagi
memimpin dengan cara-cara melakukan semuanya sampai jenis pekerjaan
yang kecil-kecil. Mereka tidak lagi melakukan “rowing” menyapu bersih
semua pekerjaan. Melainkan mereka melakukan “steering” membatasi
terhadap pekerjaan atau fungsi mengendalikan, memipin dan mengarahkan
yang strategis saja. Dengan demikian, kunci daripada New Public
Management adalah sangat menitikberatkan pada mekanisme pasar dalam
mengarahkan program-program publik. Pengaturan seperti ini termasuk
upaya melakukan kompetisi di dalam instansi pemerintah dan unit-unit lintas
batas bagi sektor organisasi yang berorientasi profit maupun nonprofit.
Konsep New Public Management ini dapat dipandang sebagai suatu
konsep baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak
efisien yang dilakukan oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan
konsep seperti inilah maka Christopher Hood dari London School of
Economics mengatakan bahwa New Public Management mengubah cara-cara
dan model birokrasi publik yang tradisional ke arah cara-cara dan model
bisnis privat dan perkembangan pasar. Cara-cara ligitimasi birokrasi publik
untuk menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak lagi
dipraktikan oleh New Public Management dalam birokrasi pemerintah.
Untuk lebih mewujudkan konsep New Public Management dalam
birokrasi publik, maka diupayakan agar para pemimpin birokrasi
meningkatkan produktivitas dan menentukan alternatif cara-cara pelayan
publik berdasarkan perspektif ekonomi. Mereka didorong untuk memperbaiki
56
dan mewujudkan akuntabilitas publik kepada pelanggan, meningkatkan
kinerja, restrukturisasi lembaga birokrasi publik, merumuskan kembali misi
organisasi, melakukan streamlining proses dan prosedur birokrasi, dan
melakukan desentralisasi proses pengambilan kebijakan (Miftah Thoha,
2008:75).
Vigoda dan Keban dalam Pasolong (2007:34), mengungkapkan bahwa
ada 7 (tujuh) prinsip-prinsip New Public Management, yaitu:
1. Pemanfaatan manajemen professional dalam sektor publik, 2. Penggunaan indikator kinerja, 3. Penekanan yang lebih besar pada kontrol output, 4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil, 5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi, 6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen, 7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam
penggunaan sumber daya.
New Public Management ini telah mengalami berbagai perubahan
orientasi menurut Ferlie, Ashbuerner, Filzgerald dan Pettgrew dalam
Pasolong (2007:35), yaitu:
1. Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja,
2. Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakan penyederhanaan struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas kepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat,
3. Orientasi In Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optimal dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi,
4. Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai yang hendak dicapai organisasi publik, memberikan perhatian yang lebih besar kepada aspirasi, kebutuhan dan partisipasi “user” dan warga masyarakat, memberikan otoritas yang lebih tinggi kepada pejabat yang dipilih masyarakat, termasuk wakil-wakil mereka, menekankan “social learning” dalam pemberian pelayanan publik dan penekanan pada evaluasi kinerja secara berkesinambungan, partisipasi masyarakat dan akuntabilitas.
57
Dari uraian-uraian di atas, New public management secara umum
dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik yang
menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia
manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk memperbaiki efisiensi,
efektivitas, dan kinerja pelayanan publik dan birokrasi modern. Dalam
penelitian ini kaitannya dengan New Public Managemen,t prespektif yang
dapat diambil adalah strategi sektor swasta yang diharapkan dapat diadopsi
oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam
pengelolaan pariwisata pantai Sawarna di Kecamatan Bayah.
2.1.9 Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari
berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan
atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali
atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional layaknya
pengertian wisatawan. Tidak bisa dihindari bahwa beberapa pengertian
pariwisata dipakai oleh para praktisi dengan tujuan dan prespektif yang
berbeda sesuai tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, beberapa ahli
mendefinisikan pariwisata sebagai berikut:
“Tourism comprises the ideas and opinions people hold which shape their decions about going on trips, about where to go (and where not to go) and what to do or not to do, about how to relate to other tourists, locals adn service personnel. And it is all the behavioural
58
manifestations of those ideas and opinions” (Richardson & Flicker, 2004:6 dalam Pitana, 2009:45).
“Tourism comprises the activities of persons, travelling to and staying in place outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes” (Richardson dan Flucker, 2007:4 dalam Pitana, 2009:46).
Definisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli,
hal yang memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga
bisa ditemui pada berbagai disiplin ilmu lain. Meskipun ada variasi batasan,
ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam
batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai
berikut:
1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antara dua atau lebih
lokalitas.
2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan
merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan
perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencapai
nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat tujuan.
3. Tourist, yaitu bagiandari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak
satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi.
Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa
definisi sebagai berikut:
1) Menurut Yoeti, pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
59
tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (businness) atau
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan
rekreasi atau untuk memenuhi keinginan beraneka ragam
(Yoeti,1996:118).
2) Menurut Hunzieker dan K. Krapf, pariwisata dapat didefinisikan
sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan
dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu
tidak menyebakan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang
bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja
penuh (Pendit,2006:35).
3) Menurut World Tourism Organization (WTO), pariwisata adalah
kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal disuatu tempat
diluar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu
tahun secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun
tujuan lainnya (Kaseke,1999:23).
4) Tiga unsur pariwisata yaitu:
4.1). Manusia (men), adalah orang yang melakukan perjalanan
wisata.
4.2). Ruang (space), adalah daerah atau ruang lingkup tempat
melakukan perjalanan.
4.3). Waktu (time), adalah waktu yang digunakan selama dalam
perjalanan dan tinggal di daerah wisata.
60
4.4). Pariwisata adalah suatu aktifitas manusia yang dilakukan
secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian
meliputi tempat tinggal orang-orang dalam suatu negara itu
sendiri, sementara waktu dalam mencari kepuasan yang
beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami
dimana ia memperoleh pekerjaan tetap (Salah Wahab,
2000:40).
Dari berbagai pendapat tersebut tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk semntara
waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk
menikmati perjalanan tersebut, guna bertamasya dan berekreasi, melihat dan
menyaksikan atraksi wisata di tempat lain.
2.1.10 Pengertian Wisatawan
Pengunjung dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu wisatawan dan
ekskursionis. Menurut PATA (pacific Area Travel), wisatawan ialah orang-
orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu minimal 24
jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu Negara yang bukan merupakan
negara dimana biasanya tinggal, yang meliputi:
1) Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang
(pleasure), untuk keperluan pribadi, kesehatan dan sebagainya,
2) Orang yang mengadakan perjalanan untuk menghadiri
pertemuan, konferensi, musyawarah,atau didalam hubungan
61
sebagai utusan berbagai badan/organisasi (ilmu pengetahuan
administrasi, diplomatik, olahraga, keagamaan dan sebagainya)
3) Orang yang mengadakan perjalanan bisnis,
4) Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise),
kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.
Pada uraian di atas menjelaskan bahwa, wisatawan adalah orang
yang melakukan perjalanan untuk rekreasi atau sedang dalam kegiatan-
kegiatan organisasi.
2.1.11 Jenis-jenis Wisata
Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori,
yaitu:
1. Wisata Alam, yang terdiri dari:
1) Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata
yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang,
memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk
sarana dan prasarana, akomodasi, makan dan minum.
2) Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk
mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup
masyarakat yang dianggap menarik.
3) Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang
banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam,
kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup
62
binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-
tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.
4) Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-
negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat
berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan
oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
5) Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang
mengorganisasikan perjalanan ke proyek-proyek pertanian,
perkebunan, dan ladang pembibitan di mana wisata
rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan
untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di
sekitarnya.
2. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari:
1) Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata
ini termasuk golongan budaya, monumen nasional, gedung
bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan,
serta tempat-tempat bersejarah lainnya seperti tempat bekas
pertempuran (battle fields) yang merupakan daya tarik
wisata utama di banyak negara.
2) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata
yang berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di
suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat
dikembangkan berdasarkan pada temanya, antara lain
63
museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan
kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri,
ataupun dengan tema khusus lainnya.
Pada uraian di atas menjelaskan bahwa, jenis-jenis wisata dibedakan
menjadi dua, yaitu wisata alam dan wisata social-budaya. Perbedaanya
yaitu, wisata alam menyangkut semua lingkungan hidup dan terbangun dari
alam itu sendiri salah satu contohnya yaitu pantai, sedangkan wisata sosial-
budaya yaitu wisata yang tercipta karena adanya peninggalan-peninggalan
kehidupan purbakala.
2.1.12 Klasifikasi Motif dan Unsur Pariwisata
1. Motif Pariwisata
Tidak ada kepastian bahwa hal-hal yang dapat diduga dapat
menjadi motif wisata atau terungkap dalam penelitian-penelitian
motivasi wisata (motivation research) tersebut telah meliputi semua
kemungkinan motif perjalanan wisata. Pada hakikatnya motif orang
untuk mengadakan motif wisata tersebut tidak terbatas dan tidak
dapat dibatasi. Menurut Macintos yang dikutip Yoeti (1996:85).
Motif-motif wisata yang dapat diduga dapat diklasifikasikan menjadi
4 kelompok, yaitu:
1) Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan
kebutuhan badaniah seperti olahraga, istirahat,
64
kesehatan, dan sebagainya.
2) Motif Budaya, motif tersebut lebih memperhatikan motif
wisatawan bukan atraksinya. Hal tersebut terlihat dari
motif wisatawan yang datang ke tempat wisata lebih
memilih untuk mempelajari, sekedar mengenal, atau
memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah
lain daripada menikmati atraksi yang dapat berupa
pemandangan alam atau flora dan fauna.
3) Motif Interpersonal, merupakan motif yang berhubungan
dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga,
teman, tetangga, berkenalan dengan orang-orang tertentu
atau sekedar melihat tokoh-tokoh terkenal.
4) Motif Status atau Prestise, merupakan motif yang
berhubungan dengan gengsi atau status seseorang.
Maksudnya ada suatu anggapan bahwa orang yang
pernah mengunjungi suatu tempat tertentu dengan
sendirinya melebihi sesamanya yang tidak pernah
berkunjung ke tempat tersebut.
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa untuk mengadakan
klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau setidak-tidaknya
semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk
dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut.
65
2.1.13 Pemasaran Pariwisata
Harus dipahami bahwa jika kita membahas soal produk pariwisata
maka kita juga membahas produk yang berhubungan erat dengan hospitality
dan leisure. Hal ini juga berarti penyediaan layanan produk yang
mempunyai karakteristik spesifikasi yang berbeda dengan produk umumnya
yang bisa kita temui di pasaran. Pemahaman akan kompleksitas sifat
layanan produkn pariwisata merupakan prasyarat esensial untuk mencapai
pemasaran yang berhasil.
Sebagai salah satu produk layanan atau jasa, pariwisata mempunyai
beberapa dimensi yang sangat berbeda dengan dimensi produk umum yang
kita temui di pasaran sehari-hari, yaitu sebagai berikut:
1. Intangibility
Produk jasa/layanan berarti produk yang ditawarkan tidak
berbentuk seperti barang nyata yang bisa kita temui dalam
pengertian produk yang bisa dilihat dan dipajang di pasar, toko,
atau tempat penjualan lainnya. Salah satu solusi untuk membantu
pemasaran produk jasa pariwisata adalah denganmembuat, brosur,
video, dan berbagai sarana informasi mengenai jenis produk
pariwisata yang ditawarkan guna meningkatkan tangibility produk
tersebut.
Pemasaran pariwisata harus mampu menyediakan branding
yang jelas dan terkelola dengan baik atas produk pariwisata. Wujud
66
dari produk pariwisata umumnya ada dalam bentuk calon
konsumen.
2. Perishability
Produk jasa/layanan pariwisata tidak seperti barang-barang
pabrik, tidak dapat disimpan untuk dijual dikemudian hari. Hal
seperti ini menyebabkan industri pariwisata memiliki risiko yang
cukup tinggi. Pemasar dalam industri pariwisata harus
mengkombinasikan beragam kebijakan harga dan promosi dalam
usaha menjual produk dalam masa sepi (off-season) dan membuat
sinkronisasi yang lebih baik antara penawaran dengan permintaan
pasar.
Sebaliknya,sering terjadi pada saat peak-season, industri
pariwisata kesulitan memenuhi permintaan pasar dan mengenakan
harga yang jauh lebih tinggi atau menggunakan sistem antri
sebagai mekanisme kontrol. Namun untuk di saat sepi diperlukan
kreativitas pemasaran yang lebih baik. Untuk mengantisipasi sifat
produk yang perishability ini diperlukan usaha pemasar untuk
membuat pemasaran produk dan mengelola permintaan pasar yang
lembut dengan melakukan bauran pemasaran. Perlu juga
menggunakan sistem reservasi terkomputerisasi untuk
meramalkan dan menyusun strategi pemasaran jika permontaan
ada di bawah rata-rata.
67
3. Inseparability
Produk jasa/pelayanan seperti pariwisata biasanya merupakan
produk yang dibentuk dari berbagai produk pendukung yang
terpisah-pisah. Misalnya, mulai dari tour dan travel, hotel,
restoran, dan sebagainya. Hal yang demikian mengandung risiko,
sebab setiap produk pendukung digerakan oleh organisasi yang
berbeda dan juga memiliki standar kualitas pelayanan yang
berbeda.Variasi muncul karena sifat produk pariwisata yang
terpisah-pisah.
Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat
program penjaminan mutu, mengingat produk jasa pariwisata
menyangkut hubungan interpersonal di mana performance
karyawan atau penyedia layanan secara lanagsung berhubungan
dan menetukan tingkat kepusan dan pengalaman konsumen.
Penjaminan mutu mendaji sangat penting sebagai dasar
perencanaan keunggulan kompetitif dengan pesaing dan
mengontrol standar pelayanan dari karyawan saat melayani
konsumen. Untuk menekan masalah yang timbul akibat sifat
produk yang terpisah-pisah ini adalahnmelakukan pelatihan yang
intensif terhadap semua karyaawan perusahaan disemua lini.
Jadi uraian di atas menjelaskan bahwa pariwisata sebagai salah satu
produk pelayanan khusus, mencakup beberapa hal spesifikasi yang harus
dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata mau memaksimalkan
68
potensinya untuk sukses.
2.1.14 Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata
Menurut Dowling dan Fennel (2003:2 dalam Pitana 2009:81)
pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Pembangunan dan pengembangan pariwisataharuslah didasarkan
pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan
keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.
2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang
menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata.
3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada
khasanah budaya lokal.
4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan
lingkungan lokal.
5. Memberikan dukungan dam legitimasi pada pembangunan dan
pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat
positif, tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan
aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas
(carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial
walaupun disisi lain mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Di samping itu, pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-
prinsip keseimbangan antar berbagai elemen yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi. Secara lebih detail, Liu (1994:6 dalam Pitana 2009:84)
69
menyatakan bahwa pengelolaan pariwisata dapat berperan strategis untuk
fungsi-fungsi berikut:
1. Perlindungan terhadap sumber daya alam dan lingkungan.
Pariwisata, jika dikelola dengan baik, mampu menyediakan solusi
ekonomi untuk proteksi sumber daya alam dan lingkungan.
2. Keberlanjutan ekonomi.
Pengembangan pariwisatamampu menyediakan keuntungan
ekonomi bagi lapisan masyarakat bawah yang umumnya berada di
kawasan pedesaan sehingga diharapkan mampu meniptakan
pendistribusian pendapatan dan sumber daya ekonomi yang lebih
baik.
3. Peningkatan integritas budaya.
Aspek ekologi dalam pariwisata menyiratkan sebuah hubungan
timbal balik antara wisatawan dan komunitas lokal yang
melibatkan dialog budaya yang berdasarkan penghormatan
terhadap eksistensi dan integritas masing-masing. Jika elemen
integritas budaya ini hilang maka dapat dipastikan sebaik apapun
kawaasan wisata yang dibangun maka lambat laun akan
ditinggalkan.
4. Nilai pendidikan dan pembelajaran.
Keberlanjutan dan kelestarian sebuah kawasan wisata tergantung
kepada bagaimana membangkitkan pemahaman dan kepedulian
70
semua pemangku kepentingan terhadap pentingnya kontribusi,
eksistensi, dan perlindungan terhadap sumber daya pendukung
pariwisata. Pemahaman dan kepedulian ini hanya bisa dicapai
melalui proses penanaman tata nilai (value) dan norma (norm)
melalui proses dan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, pengelolaan pariwisata haruslah mengacu
kepada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekan nilai-nilai kelestaraian
lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan
wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi
kesejahteraan komunitas lokal.
2.1.15 Model Pengelolaan Pariwisata
Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip-
prinsip pengelolaan yang diuraikan sebelumnya, Metode pengelolaan
pariwisata mencakup beberapa kegiatan berikut (Richardson dan Flucker,
2004: 183 dalam Pitana, 2009: 88):
1. Pengonsultasin dengan semua pemangku kepentingan.
Hal ini dapat dilakukan dengan beragam cara, seperti melalui
pertemuan formal dan terstruktur dengan pelaku industry
pariwista, dengan dewan pariwisata, konsultan public dalam
subjek tertentu, penjajakan dan survai, konsultasi kebijakan
dengan beragam kelompok kepentingan, dan melalui interaksi
71
antara departemen pemerintah terkait dengan berbagai pihak
sesuai subjek yang ditentukan.
2. Pengidentifikasi isu.
Isu pariwisata akan semakin beragam seiring dengan
meningkatnya skala kegiatan yang dilakukan. Isu-isu yang
mungkin muncul dalam kegiatan pariwisata, misalnya penyebaran
dan ketimpangan pendapatan antar wilayah: pembangunan
infrastruktur termasuk transportasi, akomodasi, dan atraksi;
investasi, termasuk akses kepada modal dan investasi asing;
kompetisi internasional dan pemantauan pasar, promosi
pariwisata: riset dan statistik pariwisata; pendidikan dan pelatihan
pariwisata; dampak pariwisata; regulasi pemerintah, pajak,
hubungan industrial, dan; kebutuhan pengembangan sector
pariwisata minat khusus.
3. Penyusunan kebijakan
Kebijakan yang disusun mungkin akan berdampak langsung
maupun tidak langsung dengan pariwisata. Kebijakan ini akan
menjadi tuntunan baagi pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi
dan misi pembangunan pariwisata.
4. Pembentukn dan pendanaan agen dengan tugas khusus
Agen ini bertujuan menghasilkan rencana strategis sebagai
panduan dalam pemasaran dan pengembangan fisik di daerah
tujuan wisata.Agen ini juga bertugs melakukan riset pasar,
72
pemasaran daerah tujuan wisata, dan mendorong pembangunan
fasilitas dan perusahaan pariwisata.
5. Penyediaan fasilitas dan operasi
Hal ini terutama berkaitan dengan situasi di mana [elaku
usaha tidak mampu menyediakan fasilits secara
mandiri.Pemerintah berperan dalam member modal usaha,
pemberian subsidi kepada fasilitas dan pelayanan yang vital tetapi
tidak mampu membiayai dirinya sendiri tetapi dalam jangka
panjang menjadi penentu keberhasilan pembangunan pariwisata.
6. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat
Hal ini merupakan peran yang sulit tetapi akan menjadi salah
satu peran yang sangat penting dalam era di mana isu lingkungan
dan konservasi sumber daya menjadi penting.
Dengan demikian, uraian diatas menjelaskan bahwa diperlukan suatu
metode pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan
komponen pariwisata.
2.1.16 Strategi Promosi
2.1.16.1 Strategi Promosi
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk,
apabila konsumen belum pernah mendengarkannya dan tidak yakin
73
bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak
akan pernah membelinya.
Menurut Sutisna (2001:267), menyatakan bahwa:
“Promosi adalah usaha untuk menyampaikan pesan kepada
publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan
produk di pasar”.
Menurut Buchari Alma (2002:135), mengemukakan bahwa:
“Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan
yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa”.
Dari definisi para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa promosi merupakan alat komunikasi dan penyampaian pesan
yang dilakukan baik oleh perusahaan maupun perantara dengan
tujuan memberikan informasi mengenai produk, harga, dan tempat.
Informasi itu bersifat memberitahukan, membujuk dan
mengingatkan kembali kepada konsumen, atau para perantara.
Dalam promosi ini, juga terdapat kombinasi dari beberapa unsur
yang dapat mendukung jalannya sebuah promosi tersebut yang biasa
disebut dengan bauran promosi.
2.1.16.2 Bentuk-Bentuk Bauran Promosi
Bauran Promosi merupakan salah satu bagian dari proses
kegiatan komunikasi karena dengan adanya promosi dapat
74
memberikan informasi dan menyampaikan pesan kepada konsumen
tentang keberadaan suatu produk yang dapat memudahkan
kebutuhannya yaitu meliputi bentuk produk, kegunaan produk, mutu
produk, harga serta tempat dimana produk tersebut dapat dibeli oleh
konsumen. oleh karena itu kegiatan promosi sangat penting dalam
manajemen pemasaran.
Bauran Promosi mempunyai empat macam kegiatan yang
disebut bauran komunikasi pemasaran atau bauran promosi. Menurut
Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Basu Swastha dan Ibnu
Sukotjo (2002 : 376) bauran promosi tersebut terdiri dari :
1. Pengiklanan (Advertising)
Pengiklanan adalah setiap bentuk yang mendapat
imbalan dari presentasi tidak langsung dan promosi ide-ide,
barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan
mendapat bayaran. Advertising merupakan salah satu
komponen utama yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengarahkan komunikasi yang meyakinkan kepada sasaran
pembeli atau masyarakat.
Pada prinsipnya advertising bertujuan untuk
meningkatkan reaksi komponen potensial terhadap
perusahaan dan produk yang ditawarkan.
75
Gambar 2.2 Major Advertising Decisions
(Sumber : Kotler dan Armstrong, 2006:437)
Dari gambar di atas dijelaskan bahwa, manajemen
pemasaran harus membuat empat keputusan penting ketika
mengembangkan program promosi, yaitu; setting advertising
objectives, setting the advertising budget, developing
advertising strategy (message decisions and media
decisions), dan evaluating advertising campaigns.
1) Menetapkan Tujuan Iklan (Setting Advertising
Objectives)
Langkah pertama yaitu menetapkan tujuan
sebuah iklan. Tujuannya berdasarkan kepada
sasaran pasar, positioning, dan bauran pemasaran,
yang mendefinisikan tugas yang harus dilakukan
Objectives
Setting
Budget
Decisions
Messege
Decisions
Media Decisions
Advertising
Evaluation
76
iklan, yang sudah ditetapkan dalam sebuah
program.
Iklan yang bersifat informatif digunakan
untuk memperkenalkan sebuah kategori produk
baru. Iklan yang bersifat persuasif digunakan untuk
meningkatkan persaingan, dengan cara
membandingkan objek promosi. Iklan Promosi
yang bersifat pengingat digunakan untuk
membantu mempertahankan hubungan pelanggan
dan mempertahankan pelanggan berpikir tentang
produk.
2) Menetapkan Anggaran Iklan (Setting the
Advertising Budget)
Anggaran dan sumber daya lain yang
dialokasikan untuk sebuah program iklan dinilai
sebagai sebuah investasi. Untuk mengoptimalkan
iklan sebagai investasi, seorang manajer harus
bergantung kepada sejumlah besar penilaian
beserta analisis yang lebih kuantitatif ketika
menetapkan anggaran, yaitu dengan cara
menentukan hubungan belanja promosi dengan
dampaknya, dan menentukan media iklan yang
akan digunakan.
77
3) Mengembangkan Strategi Iklan (Developing
Advertising Strategy)
Strategi dalam membuat iklan terdiri dari dua
elemen utama yaitu, menciptakan pesan iklan dan
memilih media iklan. Mengintegrasikan ide kreatif
bentuk iklan dengan penempatan media sangat
penting, hal ini mengharmonisasikan antara pesan
yang disampaikan dengan media yang
menghantarkan. Menciptakan pesan iklan yang
efektif yaitu dengan cara; menetapkan pesan umum
yang akan dikomunikasikan kepada konsumen
sebagai daya tarik iklan, mengembangkan konsep
kreatif dalam cara yang berbeda dan mudah diingat
dengan karakteristik (berbeda, berarti, berformat).
4) Mengevaluasi Efektivitas iklan (Evaluating
Advertising Effectiveness)
Tujuan evaluasi yaitu untuk melihat sejauh
mana pengaruh komunikasi, keuntungan, dan
perencanaan promosi ulang.
Dari uraian di atas periklanan (Advertising) merupakan
salah satu media reaksi komponen potensial terhadap
perusahaan dan produk yang ditawarkan sebagai alat
komunikasi.
78
2. Penjualan Tatap Muka (Personal selling)
Personal selling adalah interaksi langsung antara satu
atau lebih calon pembali dengan tujuan melakukan penjualan,
atau presentasi lisan dalam pembicaraan dengan salah satu
atau lebih calon pembeli untuk tujuan melakukan penjualan.
Jelasnya, personal selling adalah dialog orang dengan
orang secara tatap muka langsung, yang tujuannya
mempengaruhi pembeli untuk menerima pandangan atau
meyakinkan calon pembeli untuk mengambil tindakan berupa
pembelian produk, jasa atau ide.
3. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Prmosi penjualan merupakan Intensif Jangka pendek
untuk mendorong pembelian maupun penjualan sesuatu
produk atau jasa. Dan merupakan salah satu dari 4 alat
penting yang digunakan oleh perusahaan untuk mendorong
pembelian yang lebih cepat dan atau lebih besar akan barang
dan jasa oleh pelanggan atau saluran perdagangan.
Sales promotion merupakan salah satu yang serba guna
di antara sarana promosi lainnya karena sales promotion
mempunyai sifat-sifat seperti yang dikemukakan oleh Kotler
(2000 : 727). Sebagai berikut :
79
1) Komunikasi (communicate)
Alat-alat promosi itu mendapat perhatian dan
biasanya memberikan informasi yang dapat
membawa konsumen untuk membeli produk itu.
2) Intensif (incentive)
Alat-alat promosi itu memberi dorongan, bujukan
atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.
beberapa alat sales promotion dapat memberikan
kesan bahwa si penjual sangat ingin menjual
barang tertentu. Jika hal tersebut digunakan terlalu
sering atau kurang hati-hati, maka dapat
menimbulkan kesan seolah-olah merek tersebut
kurang laku/bernilai atau harganya terlalu mahal.
3) Undangan (invitation)
Alat-alat promosi ini mancakup konsep undangan
yang khusus agar dapat melakukan transaksi pada
waktu sekarang.
Sifat-sifat di atas dapat memberikan gambaran, bahwa
sales promotion dapat mendesak calon pembeli. Disamping
itu juga dapat menimbulkan kecurigaan pembeli atas produk
yang ditawarkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya
harus diatur hanya dilakukan sewaktu-waktu saja atau yang
sifatnya tidak rutin.
80
4. Hubungan Masyarakat dan Publisitas (Public
Relation/Publicity)
Public Relations (PR) atau yang lebih dikenal dengan
istilah Hubungan Masyarakat (Humas) diartikan sebagai
profesi yang berhubungan dengan masyarakat dengan
sekelompok individu yang berjumlah banyak. Seorang Public
Relations harus mampu menciptakan opini publik untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam hubungannya dengan
masyarakat, public relations harus bisa membangun dan
mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi
dengan masyarakatnya, serta memperoleh kepercayaan dan
goodwill dari mereka. Jadi, definisi Public Relation (PR)
adalah seseorang yang profesional dalam bidangnya untuk
menciptakan opini publik, kepercayaan, dan goodwill serta
penetapan kebijaksanaan dalam pencapaian tujuan organisasi
dengan secara tepat dan secara terus menerus guna
membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik
antara organisasi dengan masyarakatnya karena public
relation merupakan kelangsungan hidup organisasi yang
bersangkutan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:117),
”Public Relations (hubungan masyarakat) ialah membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan
81
menangani atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian tidak menyenangkan.” Menurut Cutlip et al (2007:5),
”Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang punya kepentingan publik, serta merencanakan dan melaksanakan program aksi rangka mendapatkan pemahaman dan penerimanaan publik.”
Jadi berdasarkan definisi-definisi tersebut terdapat
beberapa inti dari public relations yakni suatu usaha untuk
mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesuatu badan
dan publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan
kesan yang menyenangkan, sehingga akan timbul opini
publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan
tersebut. Adapun program tersebut di antaranya berita atau
informasi mengenai produk, jasa atau ide yang
dipublisitaskan atas nama sponsor tetapi tidak di bayar oleh
sponsor.
Dengan demikian publicity adalah kegiatan
promosional yang tidak memerlukan biaya atau gratis.
Mengenai pengertian publisitas menurut Philip Kotler
(2001:799) mengemukakan, bahwa publisitas merupakan:
“Suatu dorongan terhadap permintaan yang bersifat tidak pribadi terhadap produk, jasa, atau unit usaha dengan cara menyajikan secara langsung baik melalui radio, televisi, atau di pentas yang tidak dibayar oleh sponsor”.
82
Sedangkan ahli lain menyatakan, bahwa publisitas sebagai
“Sejumlah informasi tentang seseorang, barang-barang, atau organisasi yang disebarluaskan ke masyrakat melalui media tanpa dipungut atau tanpa pengawasan dari sponsor (Basu swastha, 2000:273).
Dari sejumlah pendapat ahli tersebut di atas, dapat
dikemukakan bahwa publisitas merupakan informasi-informasi yang
disebarluaskan mengenai produk, jasa, unit usaha atau organisasi
yang ditujukan pada konsumen atau masyarakat luas melalui suatu
media dalam bentuk berita yang tidak dibayar oleh sponsor.
Jadi sebernanya bentuk penyajian publisitas hampir sama
dengan advertising, hanya saja dalam setiap penayajian advertising
di suatu media, perusahaan harus mengeluarkan biaya, sehingga
untuk penyajian publicity perusahaan tidak mengeluarkan biaya.
Publisitas mempunyai potensi yang besar dalam meningkatkan
penjualan. Karena publisitas biasanya lebih banyak dibaca dan
dipercaya daripada advertising, juga karena sifat-sifat publicity itu
sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2002 : 727) :
1) Kredibilitas yang tinggi
Yaitu artikel atau berita nampak lebih otentik dan
mempunyai kredibilitas bagi pembaca dibandingkan
iklan.
2) Tidak terlihat sebagai promosi (off-guards)
Yaitu hubungan masyarakat dapat mencapai banyak
calon pembali yang ingin menghindari tenaga penjual dan
83
iklan. Pesan ini berhubungan dengan pembeli melalui
berita daripada komunikasi penjual langsung.
3) Dramatisasi
Yaitu hubungan masyarakat mempunyai semacam iklan,
suatu poetnsi untuk mendramatisasi suatu perusahaan
atau produk.
Jadi berdasarkan uraian di atas, publisitas yaitu kegiatan
menempatkan berita mengenai produk, organisasi atau perusahaan di
media massa. Publisitas merupakan sebuah keuntungan, karena
dalam pelaksanaanya tidak dibayar.
2.1.17 Analisis SWOT
Analisis SWOT menurut Rangkuti (2005:19) adalah suatu cara
menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah
strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam
analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek
yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan
(Opportunities), dan yang menjadi ancaman (Treaths) sebuah organisasi.
Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif
strategi yang dapat dijalankan.
Menurut Kamus Wikipedia:
“Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari kekuatan/strengths, kelemahan/weaknesses, kesempatan/opportunities, dan ancaman/threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
84
ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut”.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1 Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang
dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang
yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya
kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini
dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Setelah dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel
matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan
85
pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness
dengan faktor luar Opportunities dan Threats. Setelah itu melakukan
strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan
strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang
paling kecil. Selain pemilihan alternatif analisis SWOT juga bisa digunakan
untuk melakukan perbaikan dan improvisasi.
Dengan mengetahui kelebihan (Strength dan Opportunities) dan
kelemahan kita (Weakness dan Threats), maka kita melakukan strategi
untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu strateginya dengan
meningkatkan Strength dan Opportunities atau melakukan strategi yang lain
yaitu mengurangi Weakness dan Threats.
Analisis ini didasarkan pada logika bahwa strategi yanng dipilih
adalah Strategi yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang
Peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT paling umum
digunakan sebagai kerangka logis yang mengarahkan pembahasan dan
refleksi mengenai situasi dan alternatif dasar suatu perusahaan. Analisis ini
sering kali dilakukan sebagai rangkaian dari diskusi kelompok manajerial.
Apa yang dipandang oleh seorang manajer sebagai peluang, mungkin
dianggap sebagai ancaman oleh yang lain. Demikian pula halnya kekuatan
bagi seorang manajer mungkin merupakan kelemahan bagi yang lain.
Kerangka SWOT menyediakan dasar yang terorganisasi untuk diskusi awal.
86
Tabel 2.1 Matriks SWOT
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
Tuliskan peluang
Tuliskan Kelemahan
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Tuliskan Peluang
Gunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
Atasi kelemahan
dengan memanfaatkan peluang
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Tuliskan ancaman
Gunakan kekuatan Untuk menghindari
ancaman
Minimalkan
kelemahan dan hindari ancaman
Sumber ( David 2004 : 186 )
2.1.19 Langkah- langkah Analisis Data dalam Analisis SWOT
Langkah penelitian ini akan menerangkan bagaimana analisis
dilakukan, mulai dari data mentah yang ada sampai pada hasil
penelitian yang dicapai. Dalam penelitian ini, langkah-langkah
analisis data dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi
kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal organisasi, peluang
dan ancaman sebagai faktor eksternal organisasi. Pengklasifikasian
ini akan menghasilkan tabel informasi SWOT.
87
2. Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor
eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan
faktor internal organisasi Kekuatan (Strength) dan Kelemahan
(Weakness).
3. Dari hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan
menjadi keputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untuk
dilaksanakan. Strategi yang dipilih biasanya hasil yang paling
memungkinkan (paling positif) dengan resiko dan ancaman yang
paling kecil.
(David, 2004:188)
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini dicantumkan beberapa
hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti, diantaranya:
2.2.1 Penelitian (skripsi) FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
yang dilakukan oleh Mita Fitriani 2011, dengan judul Strategi
Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang.
Pada penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada faktor-
faktor yang memepengaruhi strategi analisis (SWOT) menurut teori
Hunger. Faktor-faktor tersebut adalah strengths, weaknesses,
opportunities, threats. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman.
88
Hasil penelitian menunjukan bahwa Dinas Pemuda Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan pariwisata pantai
lontar indah di Kabupaten Serang cukup baik tapi masih belum
maksimal. Pelaksanaan strategi yang belum maksimal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor eksternal antara lain adalah disebabkan karena
pengelolaan pariwisata pantai lontar indah di Kabupaten Serang
belum dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak lain.
Faktor- faktor internal yang memepengaruhi antara lain tidak adanya
program dalam upaya pengembangan periwisata berkelanjutan,
kurangnya pegawai yang baik dalam kualitas maupun kuantitas yang
berbasis kepariwisataan, tidak adanya sarana informasi seperti
website untuk mempromosikan objek wisata dan hubungan kerja
Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Serang dengan masyrakat sadar pariwisata (DARWIS) masih belum
terjalin dengan baik.
2.2.2 Penelitian (skripsi) FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
dilakukan oleh Kartika Widyasmi Tahun 2012, dengan judul Strategi
pengelolaan Pariwisata Bahari di Kecamatan Bayah Kabupaten
Lebak. Pada penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada
faktor-faktor yang memepengaruhi strategi analisis (SWOT)
menurut teori Hunger. Faktor-faktor tersebut adalah strengths,
weaknesses, opportunities, threats. Teknik pengumpulan data yang
89
digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif Miles
dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis
kekuatan internal menujukan pariwisata bahari di Kecamatan Bayah
Kabupaten Lebak memiliki potensi alam yang baik, udara yang
masih segar, lingkungan yang asri dan nyaman, memiliki
pemandangan yang eksotis, masyarakat disekitar pantai yang rama.
Sedangkan kelemahannya sember daya manusia yang belum
memadai, akses jalan dan transportasi menuju pantai sulit, system
promosi yang kurang baik serta tidak adanya wahana permainan.
Analisis lingkungan eksternal menunjukan bahwa pariwisata bahari
memiliki peluang bekerjasama dengan pihak swasta, menjadi tempat
pariwisata berskala nasional, salah satu icon pariwisata Provinsi
Banten, serta pertambahan wisata yang berkunjung. Dengan
ancaman yang ada yaitu kualitas dan kuantitas pesaing lebih baik,
segmen promosi pesaing lebih baik serta akses jalan dan transportasi
pesaing lebih baik.
2.2.3 Penelitian yang lainnya yang memiliki fokus yang sama (mengkaji
tentang pariwisata alternatif) dilakukan oleh Wijaya pada tahun
2008, dengan judul ”Strategi Pengembangan Desa Wisata Tenganan
Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem”.
Penelitian ini dikembangkan karena adanya kejenuhan terhadap jenis
kepariwisataan yang selama ini telah dikembangkan, yaitu pariwisata
90
massal, yang merusak lingkungan dan juga sosial budaya
masyarakat. Sehingga untuk mengantisipasi dampak negatif dari
pariwisata massal, maka dikembangkanlah pariwisata alternatif,
yakni pariwisata pedesaan. Penelitian ini berlokasi di Desa Tenganan
Pegringsingan. Adapun potensi wisata yang dimiliki adalah
panorama persawahan, bangunan bersejarah, suasana perkampungan,
perumahan penduduk, kesenian tradisional, sistem kelembagaan dan
sistem sosial kemasyarakatan. Adapun hasil penelitiannya adalah
dikembangkannya jenis wisata agro dan juga wisata budaya.
2.3 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir menggambarkan alur fikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori untuk memberikan penjelasan, maka berdasarkan judul penelitian
tersebut maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dengan indikator teori yang
digunakan yaitu teori Strategi dari Rangkuti (2005 : 19)
Dalam penelitian ini dimana peneliti membahas tentang bagaimanakah
Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak Dalam
Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah. Maka untuk
mempermudah memahami alur berfikir peneliti menggambarkan kerangka
berfikirnya sebagai berikut:
91
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir
Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di
Kecamatan Bayah
Konsep Strategi Menurut Rangkuti (2005 : 19) 1.Strengths (Kekuatan)
2. Weakness (Kelemahan)
3. Opportunities (Peluang)
4. Threats (Ancaman)
Pengelolaan Pariwisata yang Optimal
Permasalahan: 1. Belum Optimalnya pemanfaatan potensi wisata Pantai
Sawarna oleh Investor dan Pemerintah. 2. Kurang Optimalnya Penyediaan Fasilitas dan aksesibilitas
yang ada di Pantai Sawarna. 3. Kurang Optimalnya Manajemen Pengelolaan Pantai
Sawarna bidang promosi. 4. Belum adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar
pihak terkait dalam Pengembangan Wisata Pantai Sawarna.
92
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan terhadap objek penelitian
ini, maka peneliti membuat suatu kerangka pemikiran sebagaimana yang telah
dipaparkan di atas dengan menggunakan Teori Analisis SWOT dengan lebih
mengukur adalah Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities
(peluang) serta Treats (tantangan) hal ini berasumsi menjadi pedoman dalam
menyelesaikan skripsi terutama pada hasil penelitian. Melalui tahap awal
penelitian maka peneliti berasumsi bahwa Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan
Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di
Kecamatan Bayah belum berjalan dengan baik.
93
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metodologi berhubungan dengan cara (metode). Metodologi adalah
pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam arti umum dan awam,
metodologi bisa digunakan dalam konteks apa saja, misalnya: berpikir,
metodologi penelitian atau metodologi pengajaran. Menurut Irawan (2005:42)
metodologi adalah:
“totalitas cara untuk meneliti dan menemukan kebenaran. Disebut totalitas cara sebab metodologi tidak hanya mengacu pada metode penelitian tetapi juga paradigma, pola pikir, metode pengumpulan dan analisis data sampai dengan metode penafsiran temuan penelitian itu sendiri”.
Dalam penelitian sosial masalah penelitian, tema, topik dan judul penelitian
berbeda secara kuantitatif maupun kualitatif. Baik substansial maupun materil
kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah
kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks
namun berlokasi di permukaan. Akan tetapi, masalah-masalah kualitatif
berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun
memiliki kedalaman bahasan yang tidak terbatas.
Dalam penelitian mengenai Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
(DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna
Di Kecamatan Bayah berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
94
dalam Moleong (2006:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Selanjutnya menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2006:5)
menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, Moleong dalam bukunya
“Metodologi Penelitian Kualitatif” (2006:6) mensintesiskan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan
tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Marshall dalam Sugiyono (2009:63) mendefinisikan kualitatif sebagai suatu
proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Selanjutnya, Sugiyono (2009:8)
mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang
95
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Obyek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah atau natural setting
sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik.
Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya tidak dimanipulasi oleh
peneliti. Dalam penelitian kualitatif, data yang dihasilkan berbentuk kata, kalimat
untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan
mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti dalam
hal ini adalah Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR)
Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan
Bayah.
3.2 Fokus Penelitian
Agar penelitian lebih terstruktur dan sistematis, maka ruang lingkup
penelitian difokuskan Pada Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
(DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna
Di Kecamatan Bayah.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berlokasi di Kabupaten Lebak, khususnya pertama di
Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak, di
96
Bidang Pariwisata, dan pariwisata pantainya adalah Pantai Sawarna di Kecamatan
Bayah. Alasan mengapa peneliti memilih pantai Sawarna, karena pantai Sawarna
merupakan tujuan destinasi wisata pantai unggulan di Kabupaten Lebak
khususnya di Kecamatan Bayah, maka dari itu peneliti meneliti tentang Strategi
Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak
dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah, agar
mengetahui bagaimana strategi dalam pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di
Kecamatan Bayah.
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Definisi Konsep
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Analisis SWOT David Hunger, yang terdiri dari:
1. Strengths (Kekuatan) 2. Weaknes (Kelemahan) 3. Opurtunities (Peluang) 4. Threats (Tantangan)
Indikator Strategi Analisis SWOT yang disebutkan di atas,
dinilai dan dianggap lebih rasional dan tepat untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada pada Strategi Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam
Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
97
3.4.1. Definisi Operasional
Pada penelitian Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan
Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah, teori yang
digunakan adalah teori Analisis SWOT, berikut rincian dari dimensi
dan indikator yang digunakan pada Tabel 3.1 di bawah ini:
98
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
Dimensi Indikator Pertanyaan
Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah
Strenghths (Kekuatan)
Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang? Kekuatan-kekuatan apa sajakah yang dimiliki Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
Kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata pantai Sawarna
Weaknes (Kelemahan)
Kelemahan apakah yang menjadi kendala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna? Adakah evaluasi dalam mengatasi kelemahan Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna? Sarana dan prasarana menuju obyek wisata kurang diperhatikan, dengan tidak adanya penunjuk jalan dan publikasi, bagaimana tindakan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam mengatasinya?
Opurtunities (Peluang)
Bagaimana peluang Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
Seberapa besar kontribusi pengelolaan pariwisata pantai sawarna terhadap PAD Kabupaten Lebak?
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peluang dari pariwisata pantai sawarna dapat berkembang dan bermanfaat untuk peningkatan PAD Kabupaten Lebak?
99
Strategi apa yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk menarik investor guna perkembangan pariwisata pantai sawarna ?
Threats (Tantangan)
Apa yang menjadi ancaman atau tantangan perkembangan pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
Sumber: Peneliti, 2015
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Menurut Nasution dalam Sugiyono
(2009:224), peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa
karena memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Peneliti sebagai alat yang peka dan dapat berkreasi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Jadi, untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh dan ia dapat menafsirkannya.
6. Hanya manusia sebagai instrumen, responden yang aneh dan menyimpang diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
100
Hal ini sejalan dengan pendapat Irawan, bahwa dalam sebuah penelitian
kualitatif yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti itu sendiri (Irawan,
2005:17). Pendapat yang sama juga dikatakan Moleong (2006:19), bahwa pencari
tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada
dirinya sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian
adalah peneliti itu sendiri dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman
observasi dalam rangka mempermudah proses pengumpulan dan analaisis data.
Sehingga peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam
rangka memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli mengenai instrumen penelitian dalam
penelitian kualitatif dapat disimpulkan bahwa yang menjadi instrumen penelitian
dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri karena peneliti yang
mengetahui fokus permasalahan yang terjadi pada lokus penelitian yang diteliti
oleh peneliti.
3.6 Informan Penelitian
Di dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrument kunci yang sesuai
dengan karakteristik penelitian kualitatif. Untuk itu peneliti secara individu akan
turun ketengah-tengah masyarakat guna memperoleh data dari informan. Informan
diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian dimana
dipilih secara Purposive sampling (sampel bertujuan) merupakan penetapan
informan dengan berdasarkan informasi yang dibutuhkan, artinya teknik
pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Informen
101
tersebut ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan pada jumlah yang
dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informasi
sesuai fokus masalah penelitian (Moleong, 2006 : 217). Di sini peneliti memilih
informan yaitu dari Unsur Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Lebak, Unsur Pemerintah Kecamatan Bayah, unsur Desa Sawarna, dan unsur
Asosiasi Pemilik Home Stay Pantai Sawarna. Adapun tabel instrumennya sebagai
berikut:
102
Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian
Kode Informan
Informan Keterangan
I1
I1-1
Pemerintah:
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
1. Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
Key Informan
I1-2 2. Sub Bagian Program Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
I1-3 3. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
I1-4 4. Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
I1-5 5. Kepala Seksi Usaha dan Jasa Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
I1-6 6. Kepala Seksi Sarana dan Bimbingan Masyarakat Wisata
I2
I2-1
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
1. Kepala Seksi Pengembangan Objek Wisata Secondary Informan I2-2 2. Pelaksana Subag Evaluasi dan Pelaporan Program
I3
I3-1
Aparatur Desa Sawarna
1. Kepala Desa Sawarna Secondary Informan I3-2 2. Sekdes Sawarna
I3-3 3. Petugas Desa Penjaga Karcis I4
I4-1
Asosiasi Pemilik Home Stay Pantai Sawarna
1. Ketua Paguyuban Secondary Informan
I5 Wisatawan Secondary Informan
(Sumber: Peneliti 2015)
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
103
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan, oleh karena itu teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.7.1 Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan
masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:
1. Pengamatan/Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam
penelitian ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan
melakukan pengamatan langsung terhadap objek-objek yang diteliti,
kemudian dari pengamatan tersebut melakukan pencatatan data-data
yang diperoleh yang berkaitan dengan aktivitas penelitian.
Selain itu observasi merupakan kegiatan yang meliputi
pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek
yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung
penelitian yang sedang dilakukan. Konsep yang dikemukakan oleh
Faisal dalam Sugiyono (2009:226) yang mengklasifikasikan observasi
sebagai berikut:
1) Observasi berpartisipasi (participant observation) 2) Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation and convert observation), dan 3) Observasi yang tidak terstuktur (unstructured observation)
Jadi berdasarkan pengklasifikasian observasi di atas, observasi
yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-
104
terangan, dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang
melakukan penelitian. Sehingga pihak-pihak yang diteliti mengetahui
sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Dan juga peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi sumber data
penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat, lengkap, tajam dan
terpercaya.
2. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2008:180). Sedangkan menurut
Bungin dalam Satori dan Komariah (2001:88) wawancara dalam suatu
penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang
kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian
itu merupakan suatu pembantu utama dari metode utama
(pengamatan).
Selain itu pengertian lain dari wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, antara lain:
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
105
motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan,
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami
masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang,
memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh
dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan
memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang akan
dikembangkan oleh sipeneliti sebagai pengecekan anggota.
Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang
pengumpulan data yang didasarkan percakapan secara intensif dengan
suatu tujuan tertentu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya.
Wawancara dilakukan dengan cara mendapat berbagai informasi
menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian, wawancara
dilakukan pada informan yang dianggap menguasai penelitian.
Adapun yang digunakan adalah wawancara terstruktur yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang
akan diajukan oleh peneliti.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih
dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan
kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih
dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara
peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.
106
2) Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.
3) Menentukan strategi dan taktik berwawancara.
4) Mempersiapkan pencatat data wawancara.
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan
serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan
jujur, selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang
diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya
kembali dalam bentuk kalimat.
Pada penelitian ini, peneliti telah menyusun pedoman
wawancara yang isinya mengenai hal-hal yang nantinya akan
dipertanyakan kepada para informan untuk mendapatkan informasi
yang akurat. Adapun secara garis besar, pedoman wawancara yang
digunakan untuk memperoleh informasi, yaitu sebagai berikut:
107
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara
No Indikator Pertanyaan Kode Informan
1
Stengths (Kekuatan)
Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang?
I1.1, I1.2, I1.3, I2-1, I2-2, I3.1 I3.2, I4-1
Kekuatan-kekuatan apa sajakah yang dimiliki Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
I1.1, I1.3, I1.5
Kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata pantai Sawarna?
I1.1, I1.3 I3.1 I3.2
2
Weakness (Kelemhan)
Kelemahan apakah yang menjadi kendala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna?
I1.1, I1.3 I3.1 I3.2, I4-1, I5
Adakah evaluasi dalam mengatasi kelemahan Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna?
I1.1, I1.2, I1.3
Sarana dan prasarana menuju obyek wisata kurang diperhatikan, dengan tidak adanya penunjuk jalan dan publikasi, bagaimana tindakan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam mengatasinya?
I1.1, I1.3, I1.4, I1.5, I1.6, I3.1 I3.2, I4-1, I5
3
Opurtunity (Peluang)
Bagaimana peluang Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
I1.1, I1.3, I1.5, I1.6, I3.1 I3.2
Seberapa besar kontribusi pengelolaan pariwisata pantai sawarna terhadap PAD Kabupaten Lebak?
I1.1, I1.2, I1.5, I1.6, I3.1 I3.2, I4-1
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peluang dari pariwisata pantai sawarna dapat berkembang dan bermanfaat untuk peningkatan PAD Kabupaten Lebak?
I1.1, I1.2, I1.3, I1.5, I1.6
Strategi apa yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk menarik investor guna perkembangan pariwisata pantai sawarna ?
I1.1, I1.2, I1.3, I1.5, I1.6, I2-1, I2-2, I3.1 I3.2, I4-1
4 Threats (Tantangan) Apa yang menjadi ancaman atau tantangan
perkembangan pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
I1.1, I1.2, I1.3, I3.1 I3.2, I4-1, I5
Strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
I1.1, I1.2, I1.3
Sumber : Hasil Peneliti, 2015
108
3.7.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh
melalui kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi
mengenai data yang diteliti.
1. Studi kepustakaan
Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang
relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini
berdasarkan text books maupun jurnal ilmiah.
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber
dari dokumen yang resmi dan relevan dengan permasalahan
yang akan diteliti.
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
khususnya dalam melakukan wawancara adalah:
1. Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data
2. Handphone recorder: untuk merekam semua percakapan karena
jika hanya menggunakan buku catatan, peneliti sulit untuk
mendapatkan informasi yang telah diberikan oleh informan.
3. Handphone camera: untuk memotret/mengambil gambar semua
kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan keabsahan dari suatu penelitian.
Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi
atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari
109
informan penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui wawancara
(interview). Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung
berasal dari informan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data sekunder
diperoleh melalui data-data dan dokumen-dokumen yang relevan mengenai
masalah yang diteliti. Data-data tersebut merupakan data yang diperlukan
dalam menyelesaikan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
3.8 Teknik Analisis Data
Proses analisa data dilakukan secara terus menerus sejak awal data
dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk memberikan makna
terhadap data yang telah disimpulkan, dilakukan analisis data dan interpretasi.
Mengingat ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, maka analisis
dilakukan sejak data pertama sampai penelitian berakhir.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
analisa data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah
selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu. Dalam menganalisis selama
dilapangan peneliti menggunakan model Miles dan Huberman yang
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Proses datanya
mencakup:
3.8.1 Data Collection (Pengumpulan Data)
Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian
dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal
110
yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh
informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
3.8.2 Data Reduction (Reduksi data)
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Prastowo,
2011: 242). Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama
proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data dengan
demikian merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Prastowo, 2011:243).
Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena
itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu
yang terlihat aneh, asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola, justru
inilah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi
data.
3.8.3 Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data, penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah
matriks, grafik, jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya
111
dirancang untuk menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk
yang padu (Prastowo, 2011:244). Kemudian penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori
dan selanjutnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.
3.8.4 Conclusion Drawing / Verification (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sementara itu,
dalam penjelasan Sugiyono (Prastowo, 2011:250) kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Akan tetapi, jika kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
kita kembali ke lapangan mengumpulkan data, kesimpulan yang kita
kemukakan adalah kesimpulan yang terpercaya. Dengan demikian,
kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak
karena masalah dan rumusan masalah pada penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di
lapangan.
112
Gambar 3.1
Siklus Teknis Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
( Sumber : Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2011:247 )
3.9 Uji Keabsahan Data
Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus
memenuhi: 1) Mendemonstrasikan nilai yang benar, 2) Menyediakan dasar agar
hal itu dapat diterapkan, dan 3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat
dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan
keputusan-keputusannya. (Moleong, 2006:320) isu dasar dari hubungan
keabsahan data pada dasarnya adalah sederhana. Bagaimana peneliti membujuk
agar pesertanya (termasuk dirinya) bahwa temuan-temuan penelitian dapat
dipercaya. Untuk menguji keabsahan data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik,
yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan
sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota
(member check).
Data Display
Data Colection
Data Reduction
Conclution Drawing & Verifying
113
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan teknik
triangulasi dan pengecekan anggota (member check).
3.9.1 Triangulasi
Moleong (2006 :330) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Denzin (Prastowo, 2011 :269) membedakan teknik ini
menjadi 5 macam yaitu :
1. Triangulasi sumber yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data
yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui
beberapa sumber. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif.
2. Triangulasi teknik yaitu suatu tekhnik pengecekan kredibilitas
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda yaitu melalui wawancara, observasi
dan studi dokumentasi.
3. Triangulasi waktu yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi atau tekhnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
114
4. Triangulasi penyidik, suatu teknik pengecekan kredibilitas
dilakukan dengan cara memanfaatkan pengamat lain untuk
pengecekan derajat kepercayaan data.
5. Triangulasi teori, suatu tekhnik pengecekan kredibilitas dilakukan
dengan cara menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa
data temuan penelitian.
Adapun untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini
dilakukan melalui teknik Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik
Menurut Moleong (2005: 330) hal tersebut dapat tercapai dengan cara:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yan dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneliti
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa,
kalangan yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang
pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
115
3.9.2 Member Check
Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, yaitu proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, membercheck
adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan
sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan membercheck dalam
Moleong (2005: 276).
3.10 Tempat dan Waktu Penelitian
3.10.1 Tempat Penelitian
Adapun dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Dinas
Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak.
3.10.2 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan berapa
lama akan dilakukan (Sugiyono, 2011:286). Berikut ini merupakan jadwal
penelitian ini di gambarkan dalam timetable adalah sebagai berikut:
116
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Tahun 2015 Tahun 2016
B u l a n April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Des Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust
1 Pengajuan judul
2 Observasi Awal
3 Bimbingan BAB I
4 Bimbingan BAB II
5 Bimbingan BAB III
6 Seminar Proposal Penelitian
7 Revisi Proposal Penelitian
8 ACC Lapangan
9 Sidang Skripsi
10 Revisi Skripsi
Sumber: Peneliti 2015
117
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitianran
4.1.1 Profil Kabupaten Lebak
KabupatenLebak adalahsebuah Kabupaten di Provinsi Banten, In
donesia. Ibu kotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten Lebak terdiri dari
28 Kecamatan, 340 Desa, dan 5 Kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki
luas wilayah 3.044,72 Km2, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak
645.711 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 613.604 jiwa,
jumlah keseluruhannya adalah 1.259.315 jiwa.
Pada 15 Januari 2014 melalui pemilihan kepala daerah langsung,
dilantiklah Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak. Bupati dan Wakil
Bupati Lebak terpilih yakni Iti Octavia Jayabaya dan Ade Sumardi
dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lebak periode 2014-2019 oleh
Wakil Gubernur (Wagub) Banten Rano Karno, di Pendopo Kabupaten
Lebak. Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lebak, dilakukan dalam
Rapat Paripurna Istimewa DPRD Lebak yang dipimpin Ketua DPRD
Lebak, Ade Suryana. Dalam pelantikan itu, dihadiri Ketua Umum PPP
Suryadarma Ali, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Banten Aeng Haerudin, Kapolda Banten Brigjen M. Zulkarnaen,
Walikota Tangerang Arif S Wismansyah, serta tamu undangan lainnya.
Pelantikan Iti Octavia Jayabaya dan Ade Sumardi ini berdasarkan
118
Keputusan Menteri Dalam Negeri (mendagri) No. 131-36-225 tentang
Pengangkatan Bupati Lebak dan Keputusan Mendagri No. 132-226-225
tentang Pengangkatan Wakil Bupati Lebak dengan masa jabatan 5 tahun
sejak pelantikan dilaksanakan.
4.1.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Lebak
Didalam kondisi umum, Kabupaten Lebak merupakan salah
satu Kabupaten yang terluas di Provinsi Banten dan Kabupaten
Lebak merupakan daerah kabupaten berbatasan dengan Kabupaten
Bogor. Kabupaten Lebak terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan
dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha
(3.044,72 Km²) yang terdiri dari 28 Kecamatan dengan 340 desa dan
5 kelurahan. Kecamatan paling luas wilayahnya adalah Kecamatan
Cibeber dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan
Kalanganyar. Luas laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Lebak
seluas 588.745 km, dengan panjang pantai 91,42 km. Jumlah
penduduk 1.233.905 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 638.669 jiwa
dan perempuan sebanyak 595.236 jiwa.
Secara geografis Kabupaten Lebak terletak antara 105º 25
106º 30 Bujur Timur dan 6º18’ 7º00’ Lintang Selatan. Luas lahan
yang dimiliki Kabupaten Lebak adalah 66,477,56 ha, terdiri dari
perkebunan rakyat seluas 50,645,45ha, perkebunan besar Negara
8,879,5ha dan perkebunan besar swasta seluas 6,952,61 ha. Daerah
Kabupaten Lebak berada pada topografi kasar berupa perbuktian dan
119
pengunungan dengan ketinggian antara 200-2000 meter dpal, pada
daerah bagian timur ketinggian 500-2000 meter dpal dengan puncak
gunung sanggabuana dan gunung Halimun. Tingkat kemiringan
lereng > 25% kearah utara, jenis tanah merupakan tanah latosol.
Daerah ini berada pada DAS Cibaliung-Cibareno.
Gambar 4.1 Peta Administrsi Kabupaten Lebak
120
4.1.1.2 Slogan Kabupaten Lebak (Iman, Aman, Uman, Amin)
1. Iman berarti keyakinan yang teguh kepada Tuhan YangMaha Esa, menurut perintah dengan penuhrasa tanggung jawab.
2. Aman berarti tiada gangguan dan tak sudi mengganggu,tentram, damai, sauyunan, sehat lahir bathin.
3. Uman berarti milik teratur, tanah subur, rakyat makmur,dagang untung, tani berbukti (mukti).
4. Amin Berarti ibadah dan do'a kepada Tuhan Yang Maha Esaatas pemberiannya yang telah dilimpahkankepada daerah dan rakyat Lebak.
Semua itu diharapkan dapat mewujudkan Lebak
sebagai daerah yang kondusif dalam berinvestasi untuk
percepatan pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat berlandaskan iman dan taqwa.
4.1.1.3 Visi dan Misi Kabupaten Lebak 2014-2019
1. Visi
“Menuju Kabupaten Lebak yang Maju dan Berdaya saing
melalui Pemantapan Pembangunan Perdesaan dan
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan”
2. Misi
1) Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia yang
Produktif, Kreatif dan Inovatif
Tujuan:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan dasar,
2. Membangun sumber daya manusia yang
menguasai IPTEK, kompetitif dengan tetap
121
mempertahan ciri masyarakat yang santun
berbudaya.
Sasaran:
1. Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas
pendidikan yang terjangkau dan merata,
2. Meningkatnya akses dan kualitas layanan
kesehatan yang terjangkau dan merata,
3. Meningkatnya daya saing sumber daya manusia,
4. Meningkatnya peran pemuda dan prestasi
olahraga,
5. Terpelihara dan termanfaatkanya benda cagar
budaya dan nilai-nilai budaya local,
6. Meningkatnya kualitas dan kuantitas layanan
perpustakaan.
2) Meningkatkan Tata Kelola Pemerintah yang baik
berorientasi Pelayanan Publik
Tujuan :
Meningkatan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan yang efektif, efisien dan transparan
Sasaran :
Meningkatnya kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah
122
3) Meningkatkan perekonomian yang kokoh berbasis
ekonomi kerakyatan
Tujuan:
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Berbasis Ekonomi Kerakyatan
Sasaran:
1. Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Investasi,
2. Meningkatnya Ketahanan pangan daerah,
3. Meningkatnya hasil produksi perkebunan dan
kehutanan,
4. Tumbuhnya industri pariwisata unggulan daerah.
4) Meningkatkan Ketersediaan Infrastruktur Strategis
Wilayah yang berkualitas
Tujuan:
1. Meningkatkan Ketersediaan dan kualitas
infrastruktur,
2. Meningkatkan Ketersediaan dan kualitas
infrastruktur Transportasi.
Sasaran:
1. Meningkatnya kinerja penanganan jalan dan
jembatan,
2. Meningkatnya kinerja layanan jaringan irigasi dan
ketersediaan air baku serta partisipasi masyarakat,
123
3. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana
dasar masyarakat,
4. Meningkatnya kualitas perumahan permukiman,
5. Meningkatnya pemenuhan listrik masyarakat,
6. Meningkatnya kualitas prasarana dan fasilitas
LLAJ,
7. Meningkatnya sarana dan prasarana perhubungan.
5) Menjaga Keseimbangan Lingkungan dan
pembangunan yang berkelanjutan
Tujuan:
1. Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup,
2. Meningkatkan ketangguhan dalam
penanggulangan bencana.
Sasaran:
1. Meningkatnya rehabilitasi lahan,
2. Meningkatnya fungsi daerah tangkapan air,
3. Terjaganya tingkat cemaran sungai, udara dan air
tanah di bawah ambang batas,
4. Meningkatnya kuantitas pengelolaan sampah dan
limbah,
5. Pengendalian dan pemanfaatan ruang,
6. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
124
6) Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah
Tujuan:
Meningkatkan stabilitas keamanan dan ketertiban
di daerah
Sasaran:
1. Meningkatnya ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat,
2. Meningkatnya kualitas kehidupan beragama di
masyarakat.
Dalam penelitian tentang Strategi pengelolaan
pariwisata pantai Sawarna ini dibawah tanggungjawab dari
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
yang peneliti khususkan lokasi penelitiannya di pantai
Sawarna.
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2007,
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata merupakan unsur
pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Pemuda, Olahraga, dan
Pariwisata.
125
Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak
mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di
bidang pemuda, olahraga dan pariwisata, melaksanakan urusan
pemuda, olahraga dan pariwisata berdasarkan azas otonomi dan
tugas pembantuan yang diserahkan kpada Pemerihtah Daerah.
Visi dinas Pemuda Olahraga dan PariwisataKabupaten
Lebak disusun berdasarkan kondisi obyektif dan dilandasi
pemikiran dan perkembangan kondisi dan tantangan dimasa yang
akan datang. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam
hubungan ini mempunyai tanggung jawab.Untuk memberdayakan
potensi masyarakat dalam bidang kepemudaan, keolahragaan,
seni budaya dan pariwisata secara terus menerus atau
kesinambungan. Dengan demikian maka visi dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak adalah “ Terwujudnya
Lembaga Terdapan dalam Meningkatkan Peran Pemuda, Prestasi
Olahraga dan Potensi Pariwisata yang berdaya saing Berbasis
Pengembangan Wilayah”.
Untuk mewujudkan visi tersebut din atas, maka dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata menetapkan Misi sebagai
pernyataan Komprehensip pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
serta sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Misi Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak adalah sebagai
berikut:
126
1. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung
Operasional kelembagaan.
2. Meningkatkan Pembinaan dan Peranan
Kepemudaan, Sekaligus pengembangan potensi
SDM pemuda dalam kreatifitas local secara
berkesinambungan,
3. Meningkatkan Pembinaan dan Pengembangan
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga
prestasi menuju Industrialisasi Olahraga yang
Kompetitif.
4. Meningkatkan dan Mengembangkan Potensi
Pariwisata berbasis Kreatifitas lokal.
5. Meningkatkan dan Mengembangkan Objek-objek
Wisata.
Untuk mencapai misi yang telah ditetapkan, dengan
memperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan, maka
disusunlah tujuan Dinas pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak yaitu:
1. Meningkatkan Meningkatkan sarana dan prasarana
penunjang dalam mendukung kegiatan
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Organisasi
Kepemudaan
127
3. Mendorong terciptanya prestasi pemuda di segala
bidang
4. Mendorong dan menciptakan iklim yang kondusif
bagi perkembangan olahraga.
5. Mempercepat proses perkembangan olahraga di
Kabupaten Lebak.
6. Kesiapan Produk pariwisata berupa obyek dan daya
tarik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata
buatan untuk layak di jual.
Daritujuan tersebut diatas, maka sasaran Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak adalah :
1. Meningkatnya Sarana dan prasarana menunjang
kegiatan.
2. Meningkatkan kualitas maupun kuantitas organisasi
kepemudaan.
3. Meningkatkan Prestasi kepemudaan di segala bidang
4. Terciptanya Iklim Kondusif bagi perkembangan
olahraga di Kabupaten Lebak
5. Meningkatkan Efektifitas kegiatan Olahraga.
6. Meningkatnya jumlah Obyek Wisata
7. Meningkatnya Promosi / Pemasaran Seni Budaya
baik dalam Maupun Luar Negeri
128
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata mempunyai fungsi:
1. Perumusah kebijakan teknis, pemberian bimbingan
dan pembinaan pemuda, olahraga dan pariwisata
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
bupati.
2. Pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan
serta evaluasi pelaksanaan tugasdi bidang pemuda,
olahraga dan pariwisata.
3. Pelaksanaan tugas teknis operasional di bidang
pemuda, olahraga dan pariwisata dalam
pengkoordinasian hubungan antar lembaga daerah
yang meliputi promosi daerah, pemberdayaan dan
pengembangan kepemudaan, olahraga, budaya dan
pariwisata yang meliputi objek, sarana dan bina
masyarakat pemudan dan olahraga, masyarakat
wisata, rekreasi dan hiburan umum, akomodasi dan
rumah makan serta seni budaya yang mencakup
kesenian, sejarah dan nilai-nilai tradisional serta
permuseuman dan kepurbakalaan.
4. Penyelenggaraan pelayanan teknis administrasi
kesekretariatan yang meliputi urusan perencanaan
dan pelaporan, kepegawaian dan urusan umum.
129
5. Pelaksanaan penggalian potensi pemuda, olahraga
dan pariwisata sebagai komoditi penunjang
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
6. Penyelenggaraan perjanjian atau persetujuan
internasional atas nama daerah di bidang pemuda,
olahraga dan pariwisata sesuai kebijakan bupati.
7. Penyelenggaraan dan pengawasan standar pelayanan
minimal dan kerjasama di bidang pemuda, olahraga
dan pariwisata.
8. Pelaksanaan pembinaan terhadap sumber daya
manusia di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata.
9. Pelaksanaan promosi daerah dan pengembangan
kepariwisataan.
10. Pelaksanaan pengaturan inventarisasi kelompok
olahraga dan obyek wisata.
11. Pelaksanaan pemungutan retribusi di Gelanggang
Event Olahraga, kawasan budaya dan obyek wisata.
12. Pembinaan pemuda di bidang kewirausahaan.
13. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD).
Struktur organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahuN
130
2007, tentang uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak terdiri dari:
1. Kepala Dinas
2. Bagian Tata Usaha / Sekretaris:
1) Sub Bagian Umum,
2) Sub Bagian Keunangan,
3) Sub Bagian Program.
3. Bidang Pemuda:
1) Seksi Pembinaan Kepemudaan,
2) Seksi Kelembagaan Kepemudaan,
3) Seksi Diklat Kepemudaan.
4. Bidang Olahraga:
1) Seksi Pembinaan Keolahragaan,
2) Seksi Diklat Keolahragaan,
3) Seksi Sarana dan Prasarana Keolahragaan.
5. Bidang Pariwisata:
1) Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata,
2) Seksi Jasa dan Usaha Pariwisata,
3) Seksi Sarana dan Bimbingan Masyarakat Wisata.
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD):
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
131
Struktur organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 4.2 Stuktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak
Seksi Kelembagaa
n Kepemudaa
n
Seksi Pembina
Kepemudaan
Kepala Dinas
Kelompok Jabatan Fungsional
Sekretariat
Sub Bagian Umum
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Program
U P T D
Bidang Pariwisata
Bidang Olahraga
Bidang Pemuda
Seksi Diklat
Kepemudaan
Seksi Pembinaan Keolahraga
an
Seksi Diklat
Olahraga
Seksi Sarana & Prasarana
Keolahragaan
Seksi Promosi &
Pengembangan Pariwisata
Seksi Usaha &
Jasa Pariwisata
Seksi Sarana &
Bimbingan Masy. Wisata
132
1. Kepala Dinas
Kepala dinas mempunyai tugas memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan Dinas dalam
melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang
pemuda, olahraga dan pariwisata serta tugas
pembantuan yang ditugaskan kepada Pemerintah
Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut,
Kepala Dinas mempunyai fungsi :
1) Penegkajian, perencanaan perumusan kebijakan
di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata,
2) Pembuatan program kerja dalam rangka
pelaksanaan kegiatan tugasnya,
3) Pelaksanaan hubungan kerjasama dengan semua
instansi, baik pemerintah maupun swasta serta
untuk kepentingan pelaksanaan tugas di bawah
koordinasi Bupati,
4) Pengkoordinasian dan pengendalian semua
kegiatan Dinas,
5) Pemberian informasi kepada masyarakat yang
berhubungan dengan bidang tugas Dinas,
6) Pembinaan dan peningkatan terus menerus
kemampuan berprestasi para pegawai dalam
lingkungan Dinas,
133
7) Pemberian informasi, saran dan pertimbangan
mengenai bidang kepemudaan, olahraga,
apriwisata kepada Bupati sebagai bahan untuk
menentukan kebijakan atau membuat keputusan,
8) Membangun dan mengerjakan serta memelihara
sarana dan prasarana sesuai dengan bidang
tugsanya,
9) Pertanggungjawaban tugas Kepala Dinas secara
teknis administratif kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang
berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Dinas serta mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan urusan perencanaan dan
pelaporan, urusan umum, urusan kepegawaian dan
urusan keuangan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bagian
Tata Usaha mempunyai tugas :
1) Pelaksanaan pengelolaan urusan keuangan,
2) Pelaksanaan pengelolaan urusan umum dan
perlengkapan,
3) Pelaksanaan pengelolaan urusan kepegawaian,
134
4) Pelaksanaan pengelolaan penyusunan program
kegiatan Dinas,
5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan hasil
pelaksanaan tugas Dinas.
3. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat,
kearsipan, pengadaan, rumah tangga, administrasi
perjalanan dinas, perlengkapan dan pemeliharaan
kantor, dan inventarisasinya serta melaksanakan
pengelolaan administrasi kepegawaian dan
ketatalaksanaan.
4. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Dinas serta pengelolaan
administrasi keuangan.
5. Sub Bagian Program
Sub Bagian Program mempunyai tugas
mengumpulkan dan mengolah data sebagai bahan
penyusunan rencana dan program kerja Dinas,
melaksanakan evaluasi serta menyusu laporan hasil
kegiatan.
135
6. Bidang Pemuda
Bidang Pemuda dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Dinas Serta mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan kepemudaan, kelembagaan
kepemudaan dan menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan kepemudaan.
Bidang pemuda membawahi:
1) Seksi kelembagaan kepemudaan, yang
mempunyai tugas melaksanakan pemberian izin
organisasi kepemudaan, merencanakan dan
menyusun kebutuhan sarana dan prasarana
organisasi kepemudaan, memberikan pengarahan
terhadap organisasi kepemudaan, dan
menetapkan standarisasi pedoman
penyelenggaraan organisasi kepemudaan.
2) Seksi diklat kepemudaan, yang mempunyai tugas
mengumpulkan data dalam rangka penyusunan
pedoman dan petunjuk teknis, menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan, mengembangkan
pelatihan dan wawasan pemuda.
136
7. Bidang Olahraga
Bidang olahraga dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berada di bawah dan tanggungjawab
kepada Kepala Dinas serta mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan keolahragaan, ,elaksanakan
pendidikan dan pelatihan keolahragaan serta menyusun
rencana kebutuhan sarana dan prasarana olahraga.
Bidang Olahraga membawahi:
1) Seksi pembinaan keolahragaan, yang mempunyai
tugas menyusun rencana pembinaan dan
pengembangan keolahragaan, menyelenggarakan
seleksi prestasi para atlet, dan membina serta
mengembangkan kegiatan olahraga.
2) Seksi diklat keolahragaan, yang mempunyai tugas
memberikan pengarahan terhadap organisasi
penyelenggara olahraga, membina bakat dan
prestasi para atlet, dan mengembangkan
pendidikan dan pelatihan bagi pelatih, wasit, atlet
dan penilik olahraga.
3) Seksi sarana dan prasarana olahraga, mempunyai
tugas mengumpulkan dan mengolah data sarana
dan prasarana olahraga, menyusun rencana
kebutuhan sarana dan prasarana keolahragaan,
137
dan melaksanakan pengadaan sarana dan prasarna
keolahragaan.
8. Bidang Pariwisata
Bidang pariwisata dipimpin oleh Kepala Bidang
yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Dinas setra mempunyai tugas
melaksanakan promosi dan pengembangan jasa dan
pelayanan kepariwisataan, usaha, sarana dan industri
wisata, akomodasi, rekreasi dan hiburan umum, rumah
makan, obyek wisata dan aneka wisata serta pembinaan
masyarakat wisata. Fungsi bidang pariwisata adalah,
sebagai pelaksana promosi dan pengembangan
kepariwisataan, pengembangan jasa pelayanan dan
kepariwisataan, penyelenggaraan usaha sarana dan
prasarana industri wisata serta membina masyarakat
wisata, dan penyelenggaraan pembinaan masyarakat
wisata.
Bidang pariwisata membawahi:
1) Seksi promosi dan pengembangan pariwisata,
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
promosi dan pengembangan kepariwisataan.
2) Seksi usaha dan jasa pariwisata, mempunyai
tugas melaksanakan bimbingan terhadap industri
138
kepariwisataan serta meningkatkan dan
mengembangkan jasa pelayanan kepariwisataan.
3) Seksi sarana dan bimbingan masyarakat wisata,
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pengembangan usaha sarana dan industri wisata,
akomodasi dan hiburan umum, rumah makan,
obyek wisata serta membimbing dan membina
masyarakat wisata.
4.2 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil
penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik
analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Strategi Dinas Pemuda
Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai
Sawarna Di Kecamatan Bayah.Peneliti menggunakan teori analisis SWOT. Teori
tersebut memberikan gambaran atasmanajemen strategi yaitu strength, weakness,
opportunity dan threat. Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak
berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses analisis data,
wawancara dan observasi. Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara serta
data manajemen strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Lebak merupakan sumber utama dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh
peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis atau melalui alat perekam
yang peneliti gunakan dalam penelitian.
139
Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan
adalah catatan berupa catatan lapangan peneliti, seperti dokumen-dokumen yang
peneliti dapatkan baik dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Lebakyang merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa
foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut merupakan foto kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan pariwisata Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah.
Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka
dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara
bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 (Tiga) sebelumnya, bahwa
dalam prosesnya analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model
interaktif yang telah dikembangkan olehDalam menganalisis selama dilapangan
peneliti menggunakan model Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Pada tahap ini dibutuhkan alat-
alat pendukung seperti tape recorder, kamera, dan lain-lain. Yang dicatat adalah
data apa adanya (verbatim), tidak diperkenankan untuk mencampur adukkan
pikiran, pendapat, maupun sikap dari peneliti itu sendiri. Transkrip data, pada
tahap ini catatan hasil wawancara dirubah kebentuk tertulis seperti apa adanya
(verbatim), bukan hasil pemikiran maupun pendapat pribadi peneliti.Pembuatan
koding, pada tahap ini membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskip.
Baca pelan-pelan dengan sangat teliti, sehingga menemukan hal-hal penting
yang perlu dicatat dengan mengambil kata kuncinya, data kata kunci ini kemudian
140
diberi kode. Kategorisasi data, pada tahap ini peneliti mulai “menyederhanakan”
data dengan cara “mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran
yang dinamakan “kategori”. Penyimpulan sementara, membuat penyimpulan
sementara berdasarkan data yang ada tanpa memberi penafsiran dari pikiran
penulis/peneliti.kesimpulan ini 100% harus berdasarkan data. Jika ingin memberi
penafsiran dari pikiran sendiri maka tuliskan pada bagian akhir kesimpulan
sementara yang disebut dengan Observer’s Comments (OC). Triangulasi, temuan
yang dihasilkan dicek ulang derajat keshahihan dan keandalannya dengan
menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memperpanjang masa
penelitian dengan menggunakan teknik triangulasi.
Sederhananya teknik triangulasi bertujuan untuk meperkuat temuan-temuan,
adalah proses check dan recheck antara satu sumber data dengan sumber data
lainnya. Penyimpulan akhir, apabila temuan yang dihasilkan dari penelitian dapat
terjamin validitas dan reliabilitasnya barulah kemudian membuat penyimpulan
akhir.
Peneliti juga melakukan triangulasi sehingga data yang diperoleh mencapai
titik jenuh. Teknik pengumpulan data dengan triangulasi data yaitu
menggabungkan teknik pengumpulan data interview (wawancara), teknik
pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lokus penelitian (observasi)
dan teknik pengumpulan data dokumentasi serta dilengkapi dengan catatan
lapangan yang kemudian diberi kode. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti
yaitu triangulasi sumber, yaitu melakukan wawancara kepada sumber yang
berbeda hingga hasil dari wawancara tersebut mencapai titik jenuh, atau hasil
141
wawancara yang di dapat dari beberapa sumber tersebut mendapat jawaban yang
hampir sama atau bahkan sama.
4.2.1 Daftar Informan Penelitian
Dalam Penelitian Kualitatif, pengambilan sampel sumber data
berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian.
Menurut Bungin dalam Penelitian Kualitatif (2009:76-77) menjelaskan
objek dan informan penelitian kualitatif adalah menjelaskan objek
penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang menjadi
sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian,
tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian.
Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi
objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek
penelitiannya. Jadi, objek penelitianya yaitu Dinas Pemuda Olahraga Dan
Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai
Sawarna Di Kecamatan Bayah dan informan penelitianya diperoleh
dengan cara teknik pengambilan sumber data yang sering digunakan pada
penelitian kualitatif adalah Purposive. Purposive adalah teknik
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu atau paling
menguasai obyek/situasi sosial yang diteliti. Dengan demikian key person
ini adalah tokoh formal dan tokoh informal di penelitian Strategi Dinas
Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan
Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah. Maka dalam penelitian
142
ini yang akan menjadi informan peneliti adalah semua konstituen yang
terlibat langsung dalamStrategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di
Kecamatan Bayah. Yang menjadi informan kunci (key informan) Dalam
penelitian ini adalah:
Tabel 4.1
Daftar Informan
Sumber : Peneliti, 2016
No Informan Nama Keterangan
1
Kepala Bidang Pariwisata Dinas
Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata
Oktavianto Arief Ahmad, S.IP., M.Si Key
Informan
2
Kepala Seksi Promosi dan
Pengembangan Pariwisata Dinas
Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata
Dharman Noviadi, S.Kom Key
Informan
3 Sekretaris Desa Sawarna Lili Suheli Key
Informan
4
Kepala Seksi Pengem bangan Objek
Wisata Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten
Ahmad Budiman, SE Secondary
Informan
5
Pelaksana Subag Evaluasi dan
Pelaporan Program Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten
Anwar Secondary
Informan
6 Ketua Paguyuban Bapak Endan, S.Pd Secondary
Informan
7 Wisatawan Bapak Zafran
Ibu Andini
Secondary
Informan
143
4.3 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian
Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan suatu data
dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan
dengan teori yang peneliti gunakan yaitu menggunakan teori Analisis
SWOT menurut Rangkuti (2005:19) adalah suatu cara menganalisis faktor-
faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam
pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor-
faktor internal dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek yang menjadi
kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan (Opportunities),
dan yang menjadi ancaman (Treaths) sebuah organisasi. Dengan begitu
akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat
dijalankan.
4.3.1 Strength (Kekuatan)
Dalam hal kekuatan yang dimaksud merupakan kondisi kekuatan
yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.
Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Gambar 4.3 Potongan Isi Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten Tahun 2012-2017 Tentang Pengembangan Kawasan Wisata
144
Kekuatan yang dimiliki Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak sangatlah kokoh, selain didukung dengan Rencana
Strategis 2012-2017 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
yang menetapakan Sawarna sebagai salah satu kawasan prioritas
pengembangan kepariwisataan. Hal tersebut diakui oleh Bapak Anwar
selaku Pelaksana Subag Evaluasi dan Pelaporan Program Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, beliau mengatakan bahwa:
“Program pengembangan sebenarnya sudah diatur dalam Rentra Disbudpar Provinsi Banten Tahun 2012-2017, namun kewenangan sepenuhnya dilimpahkan kepada Pemda yaitu DISPORAPAR Kabupaten Lebak untuk mengelola pariwisata pantainya sendiri” Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Ahmad Budiman selaku
Kepala Seksi Pengembangan Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi, Banten mengatakan bahwa:
“Pantai Sawarna adalah salah satu kawasan prioritas pengembangan kepariwisataan Provinsi Banten, namun dalam pelaksanaan kewenangannya DISPORAPAR Kota atau Kabupatenlah yang memiliki kewenangan untuk mengelolanya adalah Pemerintah Provinsi hanya melakukan pengawasan saja.”
Dari wawancara di atas bahwa kewenangan sepenuhnya untuk
mengatur dan mengelola pariswisata pantai Sawarna dilimpahkan kepada
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dengan acuan
rencana strategis yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten.
Bila dilihat dari struktur organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata dapat diketahui bahwa pegawai pelaksana di dinas tidak sesuai
dengan tupoksi yang ada karena latarbelakang pendidikan tidak sesuai
145
dengan posisi jabatan dan sesuai dengan data pegawai yang diperoleh
tahun 2016, seperti berikut:
Tabel 4.2
Data Pegawai Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kab. Lebak
Tahun 2016
No NAMA PANGKAT JABATAN PENDIDIKAN CATATAN MUTASI
GOL NAMA NAMA TAHUN
1 Drs. Hayat
Syahida
IV/c Kepala Dinas S1-Universitas
Terbuka
1. Camat Kec. Wanasalam 2. Camat Kec. Cibeber 3. Camat Kec. Gunung Kancana 4. Camat Kec. Cibadak 5. Kabag Humas Setda Lebak 6. Asda III Pemda Lebak 7. Kadisporapar Lebak
2 Wawan
Herawan, S.E,
M.M
IV/b Sekretaris
Dinas
S2-STIE
LATANSA
MASIRO
RANGKAS
BITUNG
2013 1. Kasubsi Penyuluhan.Disbun.Lebak 2. KAUR Kepeg. Disbun Lebak 3. Plt.Kasi Perenc.Dispenda Lebak. 4. Kasaubid belanja oper.non pegawai
DPKAD 5. Camat kec curugbitung 6. Sekretaris BKD 7. Kabang keuangan setda lebak
3 Dani Wardani,
S.Pd.
IV/a Kabid
Olahraga
S1-STKIP PGRI
Sukabuni
2006 1.guru SMPN 1 pada dekdikbud lebak
2kepala sekolah .SMPN 1 Muncang
3.kepala sekolah SMPN 4 sajira
4.kasi keolahragaan dispora lebak
5.kabid disporapar lebak
4 Sambas
Hidayat, S.Pd.
IV/a Pelaksana S1-Untirta
Serang
2001 1. Guru SD Parungsari II Sajira 2. Pelaksana Disporapar Lebak
5 Drs. Ali Rahmat,
M.M
IV/a Kasubag
Umum
S2-STIE IPWIJA
Jakarta
2003 1. Ajun PKB BKKBN Lebak 2. Kasi Pemerintahan Kec. Cigemblong 3. Kasi Tramtib Kec. Cipanas 4. Kasi Kesos Kec. Cibadak 5. KUPT Peternakan Distanak Lebak 6. Kasubag Umum Disporapar Lebak
6 Drs. Mandat
Sukana
IV/a Kabid
Pemuda
S1-UNTIRTA
Serang
1. Ajun PKB BKKBN 2. PPLKB BKKBN Lebak 3. Kasi PMKR BKKBN Lebak 4. Kasi Partifasi Pria BKKBN Lebak 5. Kasi Jaminan Pelayan BP2KBMPD 6. Kabid KBKR P2KB Lebak 7. Kabid Pemuda Disporapar Lebak
7 Eti Suhaeti III/d Kasubag
Keuangan
SMEAN I
Rangkasbitung
1977 1. KAUR ADM Kec. Sajira 2. KAUR Pelaporan Kew.Gn. Madur 3. Kasi Kesos Kecamatan Bayah 4. Kasi Teknik Fungs. Kntr Diklat Lebak 5. Kasubag Umum Inkosbudpar Lebak 6. Kasubag Keuangan DisporaparLebak
8 Drs. Suhaeli III/d Kasi
Pembinaan
Olahraga
S1-IKIP NEGERI
BANDUNG
1989 1 .PAMONG belajar SKB.Lebak
2 .Kasi kepembinaan olahraga Dispora-
Par Lebak
9 Agus Fauzi III/d Kasi Sarana
prasarana
Olahraga
STM
Pandeglang
1983 1. Kasubsi Angk.Sampah Dinas Kebers. 2. Kasi Angkutan Sampah Dinas Kebers. 3. Kasi Binmaspar. Inkosbudpar Lebak 4. Kasi Sarpras Olahraga Disporapar
10 Alex N. III/d Kasubag S1- STIAMI 2002 1. Kasi Pembangunan Kel.Cijoropasir
146
Darenoh, S.Sos. Program Jakarta 2. Kasi PMD Kec. Cirinten 3. Kasi Pemerintahan Kec. Cijaku 4. Kasi Kesos Kec. Curugbitung 5. Kasi Ekbang Kec. Cibadak 6. Kaubag Program Disporapar
11 Muslimah III/d Kasi Promosi
dan Jasa
Usaha
Pariwisata
SMEAN I
Rangkasbitung
1980
1. Kasubsi Bina Penka Deppen 2. Kasi Jasa Usaha Disporapar Lebak
12 Iswanto, B.Sc. III/d Kasi Diklat
Keolahragaan
D3-UPN
Jakarta
1986 1. Subag Umum 2. Kasi Kesos Kec. Bojong Manik 3. Kasi Budaya DISPORABUDPAR 4. Kasi Diklat Keolahragaan
13 Yati Rohayati III/d Kasi Diklat
Kepemudaan
SMEAN I
Rangkasbitung
1980 1. Kasubag Keuangan Kec. Kal.Anyar 2. Kasi Diklat Kepemudaan Disporapar
14 Oktavianto
Arief Ahmad,
S.IP, M.Si.
III/d Kabid
Pariwisata
S2 1. Pelaksana pada Kec. Cibadak 2. KASI PADA Bappeda
Kabid Pemuda Disporapar
3. Kabid pada BKD Lebak 4. Kabid Pariwisata Disporapar Lebak
15 H. Nursaman III/c Kasi
Pembinaan
Pemuda
SMEAN I
Rangkasbitung
1982
16 Wahyudin III/c Kasi
Kelembagaan
Pemuda
SMAN I
Rangkasbitung
1990 1 .Pelaksana pada diporapar lebak
17 Susi
Rosmawati,
S.Sos.
III/b Pelaksana S1-STISIP Setia
Budhi RKSBTG
2012 1. Kasi kelembagaan pemuda
18 Lia Maulana III/b Pelaksana SMA
Persamaan
1990 1 . Pelaksana pada dindik lebak
2 .Pelaksana pada disporapar lebak
19 Dharman,
S.Kom
III/b Kasi Promosi
dan
Pengemb.Pari
wisata
UNIKOM 2006 1 .Pelaksana pada inkondukstar lebak
2 .Pelaksana pada disporapar lebak
3 .Pasih promosi parawisata disporapar
lebak
20 Nevi Pahlevi,
S.E, M.E
III/b Kasi Binmas
dan
Pengemb.
Pariwisata
S2-Universitas
Indonesia
2011
1. Pelaksana pada BABPDA lebak
2 .Pelaksana pada disporapar lebak
21 Rahmat
Muharam,
S.Sos
III/b Pelaksana S1-STISP Setia
Budhi Rksbtg
2011 1 .Pelaksana pada disporapar lebak
22 Titin Mulyati,
S.Sos.
III/a Pelaksana S1-STISIP Setia
Budhi Rksbtg
2012 1 .Pelaksana pada pelaksana lebak
23 Hari Sapta
Irawan
II/d Pelaksana SLTA Paket C 2010 1. Pelaksana pada disporapar lebak
24 Oni Sahroni I/c CPNS MTs Syehk
Mubarok
Cisoka
1985 1 .Pelaksana pada dispora lebak
25 Aceng Sayuti I/a CPNS SDN 05 1985 1 .Pelaksana pada dispora lebak
Sumber : Peneliti, Tahun 2016
Sesuai dengan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih rendahnya
tingkat pendidikan di DISPORAPAR Kab. Lebak dan ini dapat mempengaruhi
147
proses pengelolaan Pantai Sawarna, hal ini diakui oleh Kepala Bidang Pariwisata
Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP.,
M.Si, beliau mengatakan bahwa :
“Sumber daya manusia di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata masih minim dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, terkait SDM yang tidak sesuai dengan jabatan. Tidak adanya sarjana kepariwisataan yang mumpuni untuk menjalankan semua kegiatan kepariwisataan. “
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa penujang utama
dalam pelaksanaan manajemen strategi adalah sumber daya manusia
(SDM) khususnya pegawai Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata.
Akan tetapi minimnya SDM membuat pelaksanaan strategi tidak optimal,
seperti yang dikatakan oleh Bapak Dharman selakuKepala Seksi Promosi
dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata,
beliau mengatakan bahwa :
“Pelaksanaan pengelolaan pariwisata belum optimal karena masih kurang sumber daya manusia dengan latarbelakang pendidikan kepariwisataan walaupun tingkat pendidikan yang sudah tinggi yaitu S1 akan tetapi kurang optimal bila tidak sesuai dengan jurusannya. Kalau sesuai dengan jurusan kan enak dapat berkontribusi lebih dan kita semua dapat ilmu mengenai pariwisata dan mengelola pariwisata lebih optimal sesuai dengan teori pariwisata.”
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa pendidikan sesuai
jabatan sangat dibutuhkan agar kinerja Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata lebih optimal.Dalam hal pengelolaan pantai sawarna di
Kecamatan Bayah oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata belum
optimal karena masih tumpang tindihnya wewenang pengelolaan pantai
pariwisata antara Desa Sawarna dengan DISPORAPAR Kabupaten Lebak
148
yang menimbulkan lempar tanggungjawab dalam pengelolaan pantai
sawarna hal ini dibenarkan oleh Bapak Dharman SelakuKepala Seksi
Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata, beliau mengatakan bahwa :
“Sebenarnya dalam hal pengelolaan masih dilaksanakan oleh pihak Desa Sawarna dari mulai retribusi karcis masuk, homestay, dan lain lain. Sehingga untuk tahun ini ada PAD yang masuk dari pantai sawarna namun minus sampai 18 juta rupiah.”
Dari wawancara di atas dapat di ketahui belum optimalnya
pengelolaan pantai sawarna karena masih belum jelasnya wewenang antar
pihak stakeholder yang terkait dengan pengelolaan pantai sawarna. seperti
yang terdapat dalam surat kerjasama antara DISPORAPAR Kab. Lebak
dengan Desa Sawarna, seperti berikut :
Gambar 4.4
Salah satu isi dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kabupaten
Lebak dengan Desa Sawarna
149
Gambar 4.5
Harga tiket masuk ke Pantai Sawarna.
Seperti yang diketahui dari data dan gambar yang di atas bahwa sudah
jelas pembagian kerja dari pihak DISPORAPAR Kab. Lebak dengan Desa
Sawarna namun dalam hal konsep pengelolaan ataupun program masih
dalam rencana seperti yang dikatakan oleh Bapak Oktavianto Arief
Ahmad, S.IP, M.Si selakuKepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah
Raga dan Pariwisata, beliau mengatakan bahwa :
“Pada tahun 2015 sudah dibuat dokumen perencanaan berupa master plan zonasi Sawarna, yang dibagi kedalam 3 zonasi yaitu, zonasi pantai, zonasi ruang publik, dan zonasi tanjung layar. Selain itu strategi lainnya yaitu dengan mengenal lebih dekat destinasi wisata melalui pendataan potensi-potensi wisata, jadi ketika sudah diketahui ada berapa jumlah potensi barulah dibuat pedoman. Tidak ada Strategi khusus hanya saja terfokus kepada perencanaan.”
Dari wawancara di atas dalam hal pengelolaan masih berupa
perencanaan yang berbentuk masterplan, dimana untuk memudahkan
DISPORAPAR menggali potensi yang ada di Pantai Sawarna dan data
mengenai master plan.
150
Gambar 4.6
Salah satu Gambar Masterplan zonasi di Pantai Sawarna
Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa masterplan guna
mempermudah proses pengelolaan Pantai Sawarna dan juga sebagai data
pendukung dalam membuat program pengelolaan di Pantai Sawarna.
4.3.2 Weakness (Kelemahan)
Dalam hal mengenai weakness merupakan kondisi kelemahan yang
terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.
Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.Dari Dinas Pemuda Olah
Raga dan Pariwisata selain mengelola adalagi tugas dari DISPORAPAR
yaitu pengawasan, dimana pengawasan sangat dibutuhkan dalam
pengelolaan pariwisata agar dapat mengetahui proses strategi berjalan
sesuai dengan yang telah ditetapkan atau tidak dan dapat mengetahui bila
terjadi penyimpangan oleh pihak-pihak lain yang justru akan merugikan
baik untuk DISPORAPAR, Desa Sawarna dan masyarakat umum serta
wisatawan yang berkunjung,
151
Gambar 4.7
Salah satu isi dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kab. Lebak
dengan Desa Sawarna
Sesuaidengan gambar di atas dapat diketahui dalam pengawasan yang
ditunjuk yaitu DISPORAPAR Kab. Lebak , akan tetapi dalam
kenyataanya pengawasan dari pihak DISPORAPAR masih belum
optimal karena tumpang tindihnya wewenang tanggung jawab dengan
Desa Sawarna yang dianggap sebagai pengelola pantai sawarna
sementara sesuai dengan surat kerjasama yang telah disepakati .
Gambar 4.8
Surat Perjanjian Kerjasama yang telah disepakati
Maka sesuai dengan surat kerja sama di atas dan juga pembagian monitor
dan pengawasan yang ada dalam surat tersebut dapat diketahui terjadinya
152
pelimpahan wewenang, Sehingga pengawasan dari DISPORAPAR
Kabupaten Lebak hanya berupa laporan dari aparat Desa Sawarna
ataupun Wisatawan yang berkunjung saja. Hal ini disampaikan pula oleh
Bapak Dharman Noviadi, S.Kom Selaku Kepala Seksi Promosi dan
Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata,
beliau mengatakan bahwa:
“Dalam tahap pengelolaan diurus oleh Desa Sawarna, maka pengawasan langsung dilaksanakan oleh aparat Desa Sawarna dan Masyarakat Desa Sawarna. Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata sifatnya hanya berupa laporan saja bila terjadi penyimpangan baik dari segi pengelolaan pantai maupun pelayanan yang ada.”
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa minimnya
pengawasan dari Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata karena belum
jelasnya wewenang pengelolaan pantai sawarna.
Gambar 4.9
Salah satu isi dalam surat kerjasama antara DISPORAPAR
Kabuaten Lebak dengan Desa Sawarna
Dapat diketahui dari salah satu isi surat kerjasama yang ada di atas
bahwa sudah jelas pembagian ruang lingkup untuk Desa Sawarna. Hal ini
pula dibenarkan oleh pihak Desa Sawarna yaitu Bapak Lili Suheli selaku
153
Sekretaris Desa Sawarna, beliau mengatakan bahwa :
“Kami selaku aparat Desa Sawarna yang mengelola untuk sekarang ini juga berfungsi sebagai pengawas juga, dibantu oleh pemuda Desa Sawarnaserta paguyuban yang ada. Bila terjadinya masalah di lapangan maka kami siap menindaklanjuti”
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengawasan tetap
dilakukan oleh pihak Desa Sawarna selaku pengelola Pantai Sawarna.
Selain itu sebenarnya banyak hal yang harus dioptimalkan dalam
pengelolaan pantai Sawarna di Kecamatan Bayah karena potensi yang
ada di pantai sawarna belum dikelola dengan baik dan benar oleh Dinas
Pemuda Olah Raga dan Pemuda seperti retribusi parkir yang masih
belum terkoordinasi dengan baik oleh pihak desa atau masyarakat dengan
pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak sehingga sebenarnya dapat untuk
menunjang Pendapatan asli daerah, seperti yang disampaikan oleh Bapak
Oktavianto Arief Ahmad, S.IP., M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata
Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, beliau mengatakan bahwa :
“ Untuk PAD tahun ini sudah disalurkan ke Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dari pihak Desa Sawarna selaku pengelola Pantai Sawarna, sehingga karena anggaran yang diterima dari keuntungan pantai sawarna langsung dikelola oleh pihak Desa Sawarna.”
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas Pemuda Olah
Raga dan Pariwisata bukan pengelola pendapatan atau keuntungan yang
di dapat oleh pantai sawarna karena yang mengelola pendapatan
anggaran adalah pihak Desa Sawarna. maka Dinas Pemuda Olah Raga
dan Pariwisata Kabupaten Lebak hanya sebagai penerima laporan data
anggaran yang didapat oleh pantai sawarna dari Desa Sawarna dan
154
mengecek serta mengevaluasi laporan tersebut karena untuk laporan ke
Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Provinsi Banten sesuai dengan
data realisasi PAD. Padahal anggaran yang tidak dikelola dengan baik
akan berbanding lurus dengan sarana dan prasarana yang ada di Pantai
Sawarna, dan ini yang terjadi di Pantai Sawarna minimnya fasilitas
umum seperti tempat mandi umum, atau MCK untuk para wisatawan
serta lahan parkir yang minim serta tidak dikelola oleh pihak Dinas
Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, karena untuk
sementara ini seperti yang bisa dilihat bahwa masih dikelola oleh
masyarakat umum yang sengaja membangun fasilitas pemandian umum
serta parkir di lahan pribadi masyarakat. Sehingga baik dari pihak Desa
bahkan DISPORAPAR tidak diorganisir secara baik. Sehingga menjadi
keuntungan pribadi oleh masyarakat umum dan mengurangi tingkat
anggaran yang akan didapat. Seperti yang dikatakan oleh pihak Desa
Sawarna yaitu Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna, beliau
mengatakan bahwa :
“ Selama ini pengelolaan fasilitas umum seperti tempat pemandian dan toilet masih di kelola oleh pihak masyarakat karena dibangun dilahan pribadi atau lahan milik masyarakat. Khusus untuk pantai sawarna sangat minim fasilitas terbeut karena kontur lahan yang menyulitkan untuk pembangunan fasilitas tersebut”
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemerintah baik itu
DISPORAPAR Kabupaten Lebak dan Desa Sawarna belum
berkoordinasi dengan masyarakat agar dapat diberdayakan sehingga
dapat meningatkan kualitas taraf hidup masyarakat Desa Sawarna secara
155
merata tidak hanya yang memiliki lahan saja namun yang tidak meiliki
lahan juga dapat diberdayakan. Selain itu fasilitas yang minim bukan
hanya mengenai tempat pemandian dan lahan parkir akan tetapi jalan
menuju pantai sawarna turut andil dalam peningkatan jumlah pengunjung
wisatawan ke pantai sawarna di Kecamatan Bayah karena belum adanya
petunjuk jalan serta lampu penerangan jalan saat malam hari menyulitkan
para wisatawan melakukan perjalanan menuju pantai sawarna di
Kecamatan Bayah.
Bentuk koordinasi yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak kurang berjalan begitu baik dengan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, selain dari pemusatan
pembangunan wisata yang difoukskan di kawasan Tanjung Layar
pemerintah Kabupatennyapun tidak optimal dalam berkoordinasi, seperti
yang dikatakan Bapak Ahmad Budiawan, SE Selaku Kepala Seksi
Pengembangan Objek Wisata:
“Koordinasi secara intens belum terjalin guna pengembangan destinasi wisata pantai Sawarna, hanya setiap acara festival tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi selalu diundang untuk menghadiri acara tersebut”.
Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Anwar:
“Setiap tahun Kami selalu diundang untuk menghadiri acara tahunan yang diadakan DISPORAPAR Kabupaten Lebak sebagai tamu undangan saja, hal tersebut dikarenakan memang kewenangan sepenuhnya berada di DISPORAPAR tersebut. Bentuk koordinasi baik itu pembagunan dan pengembagan belum terjalin”.
Wawancara di atas dapat diketahui belum adanya kerjasama dan
156
koordinasi yang baik antar pihak terkait dalam Pengembangan Wisata
Pantai Sawarna. Pihak terkait dalam hal ini adalah tentunya Disbudpar
Provinsi Banten. Hal ini terlihat masih adanya saling lempar
tanggungjawab. Pihak Dinas Kabupaten Lebak melempar tanggungjawab
kepada dinas Provinsi, sedangkan Dinas Provinsi melempar kepada dinas
pelaksana di Kota dan kabupaten.
Gambar 4.10
Salah Satu Mck Milik Masyarakat Desa Sawarna
Gambar 4.11
Jembatan Yang Menghubungkan Jalan Raya Dan Jalan Menuju
Pantai Sawarna
Dapat dilihat dari dua gambar di atas bahwa sarana dan prasaran
yang belum optimal masih dielola langsung oleh masyarakat, hal ini
157
dibenarkan oleh ibu Andini Selaku wisatawan, beliau mengatakan
bahwa:
“ Sangat sulit menuju ke pantai sawarna karena tidak adanya petunjuk jalan serta jalan yang rusak dan juga jembatan yang kecil jadi kita kebanyakan bertanya ke orang yang ada dipinggir jalan serta kalau malam hari tidak berani kalau lewat sana karena gelap tidak ada penerangan jalan.”
Dari wawancara di atas dapat diketahui infrastruktur menuju pantai
sawarna masih buruk sehingga kebanyakan para wisatawan hanya
melakukan perjalanan di siang hari saja sampai soe hari karena ketika
malam tidak adanya penerangan jalan kalaupun terpaksa pulang malam
wisatawan lebih memilih untuk menginap di tempat penginapan yang
terdapat di Desa Sawarna namun malam hari tidak berjalan atau melihat
pemandangan pantai sawarna dikarenakan minimnya fasilitas
penerangan.
Tabel 4.3
Data Pendapatan Asli Daerah Mengenai Retribusi Tempat Dan
Rekreasi Olah Raga
Retribusi Tempat
Rekreasi
Target
(Rp)
Realisasi 2015
(Rp)
Sisa Target
(Rp)
Pantai Sawarna 50.000.000 32.000.000 18.000.000
Sumber : DISPORAPAR, tahun 2015
Dapat diketahui bahwa anggaran yang didapat berasalkan dari
retribusi Pantai Sawarna masih belum optimal dan jauh dari target yang
telah di tetapkan dan belum mendapatkan bantuan dari pihak Provinsi
karena belum adanya pengajuan program pengelolaan pantai sawarna.
158
Hal ini pun disampaikan oleh Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si
selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata, beliau mengatakan bahwa :
“ Anggaran yang minim salah satu penyebab minimnya pula sarana dan prasaran penunjang pariwisata di pantai sawarna, namun kami sudah mengajukan proposal anggaran karena Pantai Sawarna juga sudah ditunjuk sebagai salah satu pantai yang sedang diberdayakan sesuai dengan Rencana Strategi Provinsi Banten tahun 2012-2017”
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa kurangnya fungsi
pengelolaan dari DISPORAPAR berpengaruh terhadap sarana dan
prasarana di Pantai Sawarna Kecamatan Bayah.
4.3.3 Opportunity (Peluang )
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Maka bila dilihat dari kompetitor
itu sendiri sebenarnya untuk Pantai Sawarna di Desa Sawarna memang
khusus menjadi salah satu ikon pantai yang terkenal di Kabupaten Lebak
khususnya, sehingga sebenarnya tidak sulit untuk mempromosikan Pantai
Sawarna karena salah satu pula pantai yang belum terjamah oleh
Pemerintah masih asri dan alami namun untuk sekarang ini semakin
populernya pantai sawarna maka dibutuhkan peningkatan di berbagai
bidang yang lebih kompeten lagi sehingga dapat meningkatkan sumber
daya yang ada di sekitar pantai sawarna lebih optimal serta potensi alam
159
yang lainpun ikut tergali, dan itu sudah tertera dalam surat kerjasama yang
telah disepakati oleh DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa
Sawarna,
Gambar 4.12
Bab V mengenai Hak dan Kewajiban dalam Surat Kerjasama
Gambar 4.13
Bab V mengenai Hak dan Kewajiban dalam Surat Kerjasama
Hal ini dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak selain dari pihak
DISPORAPAR Kabupaten Lebak, Kecamatan Bayah, Desa Sawarna
160
maupun Masyarakat di sekitar pantai sawarna selain itu para investor yang
berminat untuk membantu pendanaan dalam peningkatan sumber daya
yang ada di pantai sawarna sangat dibutuhkan karena bilah berharap dari
Pemerintah Provinsi Banten sangat susah karena belum terprioritasnya
Pantai Sawarna sebagai pusat pariwisata karena minimnya fasilitas yang
ada. Akan tetapi kontur pantai sawarna yang langsung berhubungan
dengan pantai selatan jawa menyebabkan ombak yang selalu pasang
sehingga menyulitkan untuk pembangunan fasilitas seperti hotel atau
gedung lainnya. Hal ini pula yang membuat para investor harus berpikir
ulang untuk menanamkan dananya di pantai sawarna seperti yang
dikatakan oleh Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala
Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Beliau
mengatakan bahwa :
“Promosi yang dilakukan masih belum optimal karena terhalang dana, namun sampai saat ini banyak investor yang sudah datang untuk membicarakan tentang pembangunan pantai Sawarna, hanya saja selalu tidak ada kabar kembali.” Dari wawancara di atas dapat diketahui investor ada yang mau
menanamkan dana atau menginvestasikan dana ataupun bangunan namun
belum ada tindak lanjut lagi tanpa alasan apapun. Hal serupa juga
disampaikan oleh Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna,
beliau mengatakan bahwa :
“Dengan menyempurnakan sarana-prasarana yang ada, melengkapi fasilitas-fasilitas wisata, ini akan mendorong para investor datang ke Desa Wisata Sawarna untuk sama-sama membangun serta menyempurnakan fasilitas pariwisata. Menjalin
161
komunikasi secara terus-menerus dengan pihak manapun untuk ikut mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna.”
Dari wawancara di atas dapat dimpulkan bahwa sarana dan
prasarana masih menjadi salah satu penyebab belum adanya investor yang
masuk untuk memberikan investasi dana. Selain itu rendahnya promosi
yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata kurang
inovatif dan kreatif menyebabkan masih banyak yang belum mengetahui
akan keindahan Pantai Sawarna di Kabupaten Lebak dan masih berfokus
dengan Seba Baduy karena Pantai Sawarna masih berfokus dalam
penggarapan PAD dan kesejahteraan masyarakatnya saja.
Gambar 4.14
Lomba Desa Wisata di Pantai Sawarna
Dari gambar di atas merupakan salah satu promosi yang dilakukan
oleh pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna guna
meningkatkan PAD dan juga wisatawan yang hadir Seperti yang dikatakan
oleh Bapak Dharman Noviadi, S.Kom Selaku Kepala Seksi Promosi dan
Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan PariwisataBeliau
mengatakan bahwa :
162
“ Untuk Pantai Sawarna masih kurang anggaran karena belum adanya sponsor baru rencana lomba-lomba dan yang berkaitan dengan budaya event tingkat nasional karena untuk saat ini tidak hanya Sawarna namun lebih fokus ke Seba Baduy, Ada beberapa trik untuk mempromosikan Sawarna, selain promosi konfensional (festival dan pameran) dan promosi lainnya berupa media online, hanya saja sampai saat ini masih ikut kepada website wonderful indonesia, belum memiliki website sendiri. Peluang yang ingin dikejar adalah menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara agar perputaran uang yang terjadi semakin besar, untuk long stay mencapai bulanan di Sawarna. Berbeda dengan wisatawan nusantara yang hanya datang kemudian pulang dalam waktu yang hanya sebentar. Siklus wisata Musiman wisatawan mancanegara menjadikan peluang tersendiri, dimana semua wisatawan mancanegara akan berkumpul pada bulan Maret untuk mengejar ombak yang besar.”
Dari wawancara di atas bahwa anggaran masih jadi penghalang
mempromosikan pantai sawarna sehingga hanya di event tertentu dapat
mempromosikan dimana event tersebut terjadi saat ombak besar pada
bulan maret menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan promosi
untuk pantai sawarna di Kecamatan Bayah.
Tabel 4.4 Data Lomba yang Pernah Diikuti
No Lomba Tahun 1 Lomba Pokdarwis Tingkat Propinsi Peringkat I Tahun 2015 2 Lomba Desa Wisata Tingkat Nasional Peringkat Ke 7 Tahun 2014
Dari pernyataan di atas bahwa melalui lomba merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan guna mempromosikan Pantai Sawarna. hal ini
dibenarkan oleh Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna, beliau
mengatakan bahwa:
“Seiring dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan yang datang ke Desa Wisata Sawarna disamping semakin mendesaknya penataan obyek wisata Sawarna, ditambah permohonan dari kami selaku pengelola wisata dalam hal ini Pemerintah Desa Sawarna
163
akhirnya memunculkan rencana penataan terutama di lokasi Pantai Ciantir. Kegiatan penataan tersebut mulai dilaksanakan secara menyeluruh, seperti Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata sedang membangun saung pemantau keamanan pantai (Lifeguard) dan juga fasilitas lainnya. Juga Dinas-dinas lainnya yang sama-sama membangun fasilitas penunjang pariwisata di Desa Wisata Sawarna. Bentuk lainnya adalah dengan ditambahnya program-program kegiatan seperti pelatihan kerajinan, menggandeng unsur lain diluar pemerintahan untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan, pemasaran pariwisata, event-event seperti pameran, promosi lainnya. Itulah salah satu bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Porapar dalam malakukan strategi pengembangan pariwisata. Hal yang linnya dengan mengikuti event-event besar seperti mengirim Desa Wisata Sawarna untuk mengikuti Lomba Desa Wisata pada tahun 2014 dan mendapatkan peringkat ke-VII Nasional, Juara ke-I Lomba POKDARWIS tk Propinsi tahun 2015.”
Dari wawancara di atas bahwa Pantai Sawarna memiliki
beberapa prestasi yang di dapat hal ini merupakan strategi untuk
mendapatkan daya tarik dari investor. Melalui lomba yang diikuti
diharapkan mendapatkan investasi dana dan modal oleh investor yang
datang sehingga dapat membantu pengelolaan yang ada di Pantai Sawarna.
4.3.4 Threats ( Ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Ancaman
yang didapat untuk pengelolaan pariwisata Pantai Sawarna di Kecamatan
Bayah lebih berfokus dengan kearifan budaya yang ada karena banyaknya
wisatawan yang datang bukan dari domestik saja namun dari luar negeri
yang apabila dari masyarakat dan pemerintah di Kecamatan Bayah tidak
perhatian maka akan terjadi penggerusan nilai-nilai budaya yang ada di
Kecamatan Bayah khussunya di Pantai Sawarna di Desa Sawarna. apabila
kurang siapnya pemerintah dan masyarakat dapat menimbulkan masalah
164
sosial yang ada di kawasan tersebut dan dapat melanggar norma-norma
ada ketimuran yang kita jaga dan kita miliki sebagai umat beragama
karena para wisatawan bukan hanya ingin berlibur saja, dan tidak
mengetahui motif selain itu
Tabel 4.5
Data Pengunjung wisatawan Pantai Sawarna Tahun 2014-2015 No. BULAN SAWARNA SAWARNA
2014 2015 1 Januari 824 8.000 2 Februari 828 1.300 3 Maret 816 1.150 4 April 823 818 5 Mei 821 1.200 6 Juni 811 1.100 7 Juli 2819 1.131 8 Agustus 802 900 9 September 405 982
10 Oktober 1033 512 11 November 525 531 12 Desember 471 80 JUMLAH 10.978 17.704
Sumber : Peneliti, tahun 2016
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa terjadinya jumlah kenaikan di
tahun 2015, data para pengunjung wisatawan dari data yang didapat dari
DISPORAPAR Kabupaten Lebak (dalam lampiran). Maka harus ada
aturan ketat dari pengelola dalam hal ini Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak dan Aparat Desa Sawarna, seperti yang
disampaikan oleh Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna,
beliau mengatakan bahwa:
“Yang menjadi ancaman nomor satu adalah lunturnya kebiasaan masyarakat, pergaulan, kehidupan bermasyarakatnya, karena masuknya budaya/kebiasaan dari banyaknya wisatawan yang masuk ke Sawarna. Hal ini menjadi bahan pemikiran bagi
165
Pemerintah Desa Sawarna untuk mempertahankan apapun yang biasanya ada di Desa entah itu kehidupan masyarakat, norma-norma dan lain-lain untuk tidak dengan mudah merubah itu semua. Sehingga strategi Pemerintah Desa Sawarna menggandeng semua komponen terutama unsur pendidikan, pengajian untuk lebih intensif dalam memberikan pembelajaran akhlak terutama bagi usia-usia dini dan juga pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan kepedulian pantai sawarna.”
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa menurut Bapak Lili
Suheli budaya luar yang dibawa oleh wisatawan merupakan salah satu
ancaman untuk kearifan budaya yang ada di Desa Sawarna sehingga
mampu mencoreng keindahan pariwisata Pantai Sawarna apabila terjadi
hal yang menyimpang dan tidak sesuai dengan norma-norma yang di di
Negara kita serta kepedulian masyaraat akan keindahan pantai sawarna
yang harus tetap dijaga. Maka dibutuhkan pemberdayaan masyarakat yang
telah ada di dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kabupaten Lebak
dengan Desa Sawarna tahun 2015, seperti dibawah ini :
Gambar 4.15
Isi Surat Kejasama Mengenai Partisipasi Masyarakat
Bila dilihat dari isi surat kerjasama tersebut maka dapat diketahui
bahwa tujuan dari kerjasama ini yaitu salah satunya untuk
166
mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan dan
kepedulian pariwisata yang ada di Pantai Sawarna, seperti yang
diperlihatkan dalam gambar di bawah ini,
Gambar 4.16
Kegiatan Masyarakat dalam Kebersihan Pantai Sawarna Setiap Hari
Jumat
Namun bagi pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak yang menjadi ancaman yaitu bagaimana bisa fokus
dalam setiap pengelolaan di pantai sawarna karena semakin banyaknya
destinasi wisata yang ada bermunculan untuk mengembangkannya semua
secara optimal, seperti yang terdapat dalam Peraturan Daerah nomor 2
tahun 2014 Kabupaten Lebak tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lebak tahun 2014-2034, bahwa jelas tertera kawasan wisata
yang banyak serta sumber daya manusia menjadi ancaman tersendiri untuk
DISPORAPAR Kabupaten Lebak.
167
Gambar 4.17
Kawasan Pariwisata di Kabupaten Lebak
Hal ini diperkuat seperti yang dikatakan oleh Bapak Oktavianto
Arief Ahmad, S.IP., M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda
168
Olah Raga dan Pariwisata Beliau mengatakan bahwa :
“Objek destinasi wisata yang sangat banyak,bagaimana caranya mengelola destinasi wisata di Kabupaten Lebak menjadi tantangan sendiri dinas untuk mengembangkannya.memfokuskan kepada beberapa destinasi wisata terlebih dahulu.”
Dari wawancara di atas dapat diketahui ancaman datang dari
pengelolaan pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata itu sendiri,
karena pengelolaan dari banyaknya destinasi wisata yang ada
mengharuskan pihak DISPORAPAR lebih fokus dan dapat memilah mana
yang harus di prioritaskan Serta selain ancaman dari DISPORAPAR
Kabupaten Lebak adalagi ancaman yang dapat merusak lingkungan dan
ekosistem alam yaitu kebiasaan membuang sampah sembarangan ,
mencoret-coret fasilitas dan juga lahan parkir yang semrawut atau
berantakan yang ada menimbulkan tidak enak dipandang serta pengelolaan
yang minim itu juga dapat menyebabkan merusak sumber daya alam yang
tidak dapat diperbarui karena wisata alam merupakan bukan sumber daya
alam yang dapat didaur ulang sehingga membutuhkan kerjasama antar
stakeholder terkait dalam mengelola pantai sawarna tetap asri untuk
menjaga itu semua masyarakat juga ikut campur dalam hal ini karena
berhubungan langsung dengan pantai sawarna.
169
Gambar 4.18
Tepi Pantai Sawarna yang Dijadikan Lahan Parkir
Hal ini menjadi keluhan wisatawan yang berkunjung ke Pantai sawarna
seperti yang dikatakan salah satu wisatawan yang datang Bapak Zafran
beliau mengatakan bahwa :
“ Banyak sampah apalagi kalau musim liburan, sampah ada dimana-mana selain bau yang tidak sedap juga membuat pantai menjadi kotor terus tidak ada tempat khusus buat sampah. Jadi tidak enak dilihat dan juga minimnya lahan parkir padahal sudah bayar tiket parkir tapi tidak ada lahannya”
Dari wawancara di atas bahwa masyarakat yang juga sebagai
wisatawan mengatakan kurangnya fasilitas yang ada menyebabkan
wisatawan membuang sampah sembarangan dan kurangnya kesadaran
akan kebersihan lingkungan juga yang ada menimbulkan masalah di pantai
sawarna.
170
Gambar 4.19
Sampah yang Berserakan di Tepi Pantai Sawarna
Bila hal ini terus berlanjut dan tidak ada kesadaran dari masyarakat,
dinas terkait dan juga khususnya wisatawan yang berkunjun maka justru
dapat menimbulkan ancaman tersendiri bagi kelestari alam yang ada di
Pantai Sawaarna, hal ini juga disampaikan oleh Bapak Endan selaku ketua
paguyuban Home Stay Sawarna, beliau mengatakan bahwa :
“ Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan tiap wiatawan yang datang menimbulkan ancaman karena merusak ekosistem yang ada di pantai dan membuat pantai menjadi keruh dan kotor karena sampah yang di buang oleh wisatawan secara sembarangan”
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa tiap pengelolaan untuk
pantai sawarna adalah kewajiban bersama seluruh stakeholder yang terkait
juga wisatawan yang harus mengingat pentingnya kebersihan lingkungan
agar tercipta pesona wisata alam yang tetap asri dan terjaga.
171
4.1 Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas fokus penelitian,
dengan menggunakan teori Analisis SWOT mengenai manajemen strategi
terdapat empat variabel yaitu Strength, Weakness, Opportunity dan Threats
dari strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah.
Hal ini terlihat pada point pertama yaitu strength atau kekuatan
dimana untuk pariwisata di Kecamatan Bayah sangat banyak destinasi yang
dapat dikunjungi salah satunya Pantai Sawarna yang ada di Desa Sawarna.
Kekuatan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sudah
diatur dalam Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten 2012-2017 yang menetapakan Sawarna sebagai salah satu kawasan
prioritas pengembangan kepariwisataan dan peraturan daerah Kabupaten
Lebak Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana dan Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lebak tahun 2014 - 2034 dalam strategi penataan ruang pasal
isinya mengenai pengoptimalan dan pengembangan kawasan wisata. Banyak
potensi alam yang dapat digali oleh pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata apabila strategi dalam pengelolaannya baik dan benar akan tetapi
pada kenyataanya sumber daya manusia yang sangat penting untuk
melaksanakan pengelolaan sangat minim baik dari jumlah SDM maupun latar
belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan jabatan dengan minimnya
pendidikan jurusan ilmu pariwisata sehingga masih banyak pegawai
DISPORAPAR Kabupaten Lebak belum mengerti mengenai pengelolaan
172
pariwisata. Ini menyulitkan melakukan pengelolaan di Pantai Sawarna apabila
yang mengelolanya saja tidak mengerti, padahal itu semua proses pengelolaan
sudah ada dalam perencanaan rencana strategi Provinsi Banten 2012-2017
dan juga master plan DISPORAPAR Kabupaten Lebak dalam rangka
meningkatkan potensi yang ada di Pantai Sawarna melalui data yang didapat
untuk menggali potensi alam lainnya yang ada di Pantai Sawarna dan juga
belum terealisasinya program pengelolaan pariwisata Pantai Sawarna oleh
DISPORAPAR Kabupaten Lebak sehingga dalam pelaksanaan yang ada di
Pantai Sawarna masih berupa kebutuhan yang disesuaikan dengan keadaan
dan juga sesuai laporan aparat Desa Sawarna, Masyarakat dan Wisatawan.
Point kedua yaitu mengenai Weakness atau kelemahan, sebenarnya
kelemahan yang ada di DISPORAPAR Kabupaten Lebak dalam mengelola
Pantai Sawarna sangat banyak dan belum optimal karena masih tumpang
tindihnya wewenang dan tanggung jawab antara Desa Sawarna dengan
DISPORAPAR Kabupaten Lebak, dalam hal pengelolaan di limpahkan
langsung ke Desa Sawarna namun karena hal tersebut pula pendapatan asli
daerah untuk tahun ini masuk ke DISPORAPAR namun minus hingga 10 Juta
Rupiah sehingga dikelola oleh pihak desa namun untuk mendapatkan data
anggaran secara spesifik tidak didapat oleh peneliti karena kurang transparan
dari pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak akan tetapi pada kenyataanya,
masih masyarakat yang mengelola karena sarana dan prasarana yang ada
seperti pemandian umum dan lahan parkir masih menggunakan lahan pribadi
masyarakat sekitar Pantai Sawarna. serta rendahnya pengawasan dari
173
DISPORAPAR Kabupaten Lebak menimbulkan banyaknya penyimpangan
seperti terkait anggaran yang tidak diketahui berapa jumlahnya. Sehingga
seharusnya anggaran yang ada dapat di optimalkan untuk proses pengelolaan
Pantai Sawarna, dan ini juga menyebabkan minimnya anggaran untuk
pemeliharaan dan pengelolaan pantai sawarna.
Selanjutnya point yang ketiga menganai opportunity atau peluang
dimana dapat kita ketahui peluang yang didapat sangatlah banyak namun ini
semua saling berkaitan antar pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan
Desa Sawarna untuk membangun pantai sawarna yang lebih baik lagi, melalui
jalur investasi yang didapat dari para investor yang mau menanamkan
modalnya akan tetapi karena sarana dan prasarana yang tidak menunjang
inilah yang membuat belum ada investor yang mau kalaupun ada hanya
sebatas pengajuan saja namun tidak ada kelanjutannya. Selain itu minimnya
informasi mengenai pantai Sawarna serta promosi yang kurang menyebabkan
banyaknya investor yang belum mengetahui peluang bisnis yang ada di pantai
sawarna serta belum meningkatnya wisatawan yang berasal dari luar negeri
ini semua terjadi karena kurang inovatif dan kreatif dari pihak DISPORAPAR
Kabupaten Lebak selaku pengelola pantai sawarna, selain itu pula kontur
pantai sawarna yang berhadapan langsung dengan pantai selatan yang
berombak besar menyulitkan adanya proses pembangunan yang signifikan.
Point selanjutnya yang terkahir yaitu threats atau ancaman, dalam
mengelola pariwisata bukan saja ada ancaman dari pihak pengelola itu sendiri
seperti tidak mampunya mengelola potensi yang ada yang menyebakan
174
turunnya minat wisatawan untuk datang ke pantai sawarna serta pengawasan
yang rendah menimbulkan kerusakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui yang dilakukan oleh wisatawan itu sendiri yang belum peka atau
sadar lingkungan. Sehingga pantai menjadi kotor dan tidak sedap dipandang.
Selain itu tergerusnya kebudayaan daerah dan masyarakat yang ada karena
prilaku dari para wisatawan yang tidak mengetahui norma-norma yang ada di
Negara Indonesia. Sehingga lama kelamaan akan merusak kearifan budaya
yang ada di sekitar lingkungan Pantai Sawarna dan juga masih rendahnya
pengawasan langsung Desa Sawarna mengenai prilaku para wisatawan yang
tidak sadar akan kebersihan lingkungan selain itu juga tidak adanya
pemberitahuan informasi mengenai larangan apa saja yang tidak boleh
dilaukan di Pantai Sawarna menambah minimnya kesadaran para wisatawan
serta kurangnya perhatian baik dari DISPORAPAR Kabupaten Lebak dan
Desa Sawarna terkait pemberdayaan masyarakat mengenai pariwisata dan
budaya lokal sehingga apabila masyarakat yang diberdayakan memahami
makna pariwisata serta budaya local maka mampu mengembangkan kualitas
masyarakat serta kesejahteraan dalam arti nilai ekonomi atau perdagangan .
Dalam pengelolaan Pantai Sawarna oleh DISPORAPAR Kabupaten
Lebak bila dilihat dengan menggunakan teori New Public Management maka
tidak mampu menjawab karena dalam teori tersebut terdapat 7 prinsip
diantaranya sebagai berikut :
1. Pemanfaatan manajemen professional dalam sektor publik, 2. Penggunaan indikator kinerja, 3. Penekanan yang lebih besar pada kontrol output, 4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil,
175
5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi, 6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen, 7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam
penggunaan sumber daya. Bila dilihat dari ketujuh prinsip tersebut maka tidak satupun yang
digunakan oleh pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata karena masih
minimnya segala hal-hal yang terkait dengan ketujuh prinsip tersebut. Proses
pengelolaan masih menggunakan sesuai dengan kebutuhan yang ada dilapangan
dan belum ada rencana yang secara structural dalam proses pengambilan
kepurtusan strategi perencanaan sehingga masih disesuaikan dengan kebutuhan
lingkungan Desa Sawarna serta laporan dari aparat atau pihak pelaksana pengelola
pantai sawarna.
Maka berdasakan hasil wawancara dan penelitian yang dilakukan bahwa
strategi pengelolaan Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak di
Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah belum berjalan secara optimal masih banyak
yang perlu diperbaiki dalam proses pelaksanaanya, karena dari tiap indikator yang
ditentukan banyak proses pelaksanaan yang belum dijalankan dengan optimal.
176
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka
penyimpulan akhir tentang Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
dalm pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah dikatakan masih belum
berjalan secara optimal. Pengelolaan yang belum optimal ini disebabkan karena
masih terdapat beberapa masalah yaitu:
Dalam aspek Strength atau kekuatan yaitu minimnya sumber daya manusia
yang belum cukup untuk melaksanakan pengelolaan Pantai Sawarna serta tidak
didukung dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni karena tidak sesuai
jabatan.
Kaitannya dengan weakness atau kelemahan yaitu rendahnya pengawasan
dari Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dalam mengelola pantai sawarna
sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan dan merusak lingkungan pantai
sawarna.
Dalam hal opportunitty, belum mampu meningkatkan peluang dalam sektor
investasi menyebabkan pantai sawarna berkembang lambat karena rendahnya
pembangunan infrastruktur.
Kurang inovatif dan kreatif Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
membuat minimnya promosi dan sosialisasi pantai sawarna.
Dalam hal Threats atau ancaman, rendahnya pengawasan dan sadar wisata
yang menimbulkan kerusakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
177
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa
rekomendasi yaitu:
1. Mengajukan penambahan pegawai atau staff jurusan ilmu pariwisata di
Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak.
2. Merealisasikan program pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna oleh
Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sesuai dengan
Rencana Strategi Provinsi Banten 2012-2017.
3. Membuat iklan dan informasi publik mengenai pariwisata di Pantai
Sawarna oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
dan bekerjasama dengan Pemerintahan Provinsi Banten.
4. Melaksanakan kegiatan sosialisasi yang berkaitan dengan sadar wisata
secara berkala oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten
Lebak dan Aparat Desa Sawarna.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Basu Swastha, 2000, Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan. Modern. Jakarta: Liberty.
Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, 2002. Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty
Buchari Alma, 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: ALFABETA.
Cutlip, Scott, M., et al, 2007. Effective Public Relations, Ed. 9 cet.2, Jakarta: Kencana
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategi: Konsep. Jakarta: Penerbit Pt. Indeks Kelompok Gramedia.
____________. 2005. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta : Salemba Empat
____________. 2010. Manajemen Strategi: Konsep (Edisi 12). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Stratejik : Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Grasindo.
Dunn. N. William. 2003. Analisis Kebijaksanaan Publik : Kerangka Analisis dan Prosedur Perumusan masalah. Hanindita. Yogyakarta.
Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Andi.
Irawan, Prasetya. 2005. Metodelogi Penelitian Administrasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Kotler Philip, 2000. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium. Jakarta:
Prehallindo.
___________, 2001. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo
___________ dan Kevin Lane Keller, 2008. Manajemen Pemasaran, Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mangkuprawira, Sjafri. 2004. Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
M.Manullang, 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Gajah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.
Moleong, lexy. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
_______________. 2006. Metodologi Penelitian Kualitati : Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Stratejik Organisasi Non Profit Di Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nazir, Mohammad.1999. Metode Penelitiaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pasolong, Harbani.2007.Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Pendit, Nyoman. 2006. Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit PT. Pradnya Paramita.
Pitana, I Gede., dan Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakata : Ar-Ruzz Media Group.
Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Satori, Djaman dan Komariah, Aan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sutisna, 2001. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung: Rosda Karya
Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana
Wheelen, Thomas L. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Yoeti, Oka A. 1996. Guiding System : Suatu Pengantar Praktis. Jakarta: Penerbit PT. Pradnya Paramita.
____________, 2001. Ilmu Pariwisata : Sejarah, Perkembangan, dan Prospeknya. Jakarta: Penerbit PT. Pertja
Sumber Lain:
Data Wisatawan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2012
Katalog BPS RI:2013
Perda nomor 8 tahun 2010 Kabupaten Lebak
Profile Potensi Investasi Kabupaten Lebak, 2008
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah
Web:
http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
Matrix Wawancara
Informan Status Informan Strength
I1-2
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si,
Apa yang menjadi penghalang dalam pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna ? “Sumber daya manusia di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata masih minim dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, terkait SDM yang tidak sesuai dengan jabatan. Tidak adanya sarjana kepariwisataan yang mumpuni untuk menjalankan semua kegiatan kepariwisataan. “
I1-4
Bapak Dharman selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata,
Apa yang menjadi penghalang dalam pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna ?
“Pelaksanaan pengelolaan pariwisata belum optimal karena masih kurang sumber daya manusia dengan latarbelakang pendidikan kepariwisataan walaupun tingkat pendidikan yang sudah tinggi yaitu S1 akan tetapi kurang optimal bila tidak sesuai dengan jurusannya. Kalau sesuai dengan jurusan kan enak dapat berkontribusi lebih dan kita semua dapat ilmu mengenai pariwisata dan mengelola pariwisata lebih optimal sesuai dengan teori pariwisata.”
I1-4
Bapak Dharman Selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Bagaimana pengelolaan pantai sawarna yang ada sekarang ?
“Sebenarnya dalam hal pengelolaan masih dilaksanakan oleh pihak Desa Sawarna dari mulai retribusi karcis masuk, homestay, dan lain lain. Sehingga untuk tahun ini PAD yang masuk dari pantai sawarna minus sampai 10 juta Rupiah.”
I1-2
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si,
Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang?
“Pada tahun 2015 sudah dibuat dokumen perencanaan berupa master plan zonasi Sawarna, yang dibagi kedalam 3 zonasi yaitu, zonasi pantai, zonasi ruang publik, dan zonasi tanjung layar. Selain itu strategi lainnya yaitu dengan mengenal lebih dekat destinasi wisata melalui pendataan potensi-potensi wisata, jadi
ketika sudah diketahui ada berapa jumlah potensi barulah dibuat pedoman. Tidak ada Strategi khusus hanya saja terfokus kepada perencanaan.”
Informan Status Informan Weakness
I1-4
Bapak Dharman Noviadi, S.Kom Selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata,
Apa yang menjadi hambatan dalam proses pengelolaan Pantai Sawarna? “Dalam tahap pengelolaan diurus oleh Desa Sawarna, maka pengawasan langsung dilaksanakan oleh aparat Desa Sawarna dan Masyarakat Desa Sawarna. Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata sifatnya hanya berupa laporan saja bila terjadi penyimpangan baik dari segi pengelolaan pantai maupun pelayanan yang ada.”
I2-2 Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna
Apakah benar desa Sawarna yang mengelola Pantai Sawarna saat ini ? “Kami selaku aparat Desa Sawarna yang mengelola untuk sekarang ini juga berfungsi sebagai pengawas juga, dibantu oleh pemuda Desa Sawarnaserta paguyuban yang ada. Bila terjadinya masalah di lapangan maka kami siap menindaklanjuti”
I1-2
Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Bagaimana anggaran yang didapatkan dari pengelolaan pantai sawarna oleh pihak Desa Sawarna ?
“ Untuk PAD tahun ini disalurkan namun minus sampai 10 juta rupiah dari tahun sebelumnya ke Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dari pihak DesaSawarna selaku pengelola Pantai Sawarna, sehingga karena anggaran yang diterima dari keuntungan pantai sawarna langsung dikelola oleh pihak Desa Sawarna.”
I2-2 Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna,
Bagaimana proses pengelolaan yang dilakukanoleh piha Desa Sawarna ? “ Selama ini pengelolaan fsilitas umum seperti tempat pemandian dan toilet masih di kelola oleh pihak masyarakat karena dibangun dilahan pribadi atau
lahan milik masyarakat. Khusus untuk pantai sawarna sangat minim fasilitas terbeut karena kontur lahan yang menyulitkan untuk pembangunan fasilitas tersebut”
I4-2 ibu Andini Selaku wisatawan
Bagaimana menurut ibu mengenai pengelolaan pantai sawarna saat ini?
“ Sangat sulit menuju ke pantai sawarna karena tidak adanya petunjuk jalan serta jalan yang rusak jadi kita kebanyakan bertanya ke orang yang ada dipinggir jalan serta kalau malam hari tidak berani kalau lewat sana karena gelap tidak ada penerangan jalan.”
I1-2
Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Apa yang menjadi penyebab terhambatnya sarana dan prasarana yang ada di pantai sawarna ?
“ Anggaran yang minim salah satu penyebab minimnya pula sarana dan prasaran penunjang pariwisata di pantai sawarna, namun kami sudah mengajukan proposal anggaran karena Pantai Sawarna juga sudah ditunjuk sebagai salah satu pantai yang sedang diberdayakan sesuai dengan Rencana Strategi Provinsi Banten tahun 2012-2017”
Informan Status Informan Opportunity
I1-2
Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Apakah tidak ada investor yang ingin menanamkan modal di pantai sawarna? “Namun sampai saat ini banyak investor yang sudah datang untuk membicarakan tentang pembangunan pantai Sawarna, hanya saja selalu tidak ada kabar kembali.”
I2-2 Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna
Apa solusi dari permasalahan anggaran yang ada dalam proses pengelolaan di pantai sawarna serta menarik para investor agar mau menanamkan modalnya di sini? “Dengan menyempurnakan sarana-prasarana yang ada, melengkapi fasilitas-fasilitas wisata, ini akan mendorong para investor datang ke Desa Wisata Sawarna untuk sama-sama membangun serta menyempurnakan fasilitas pariwisata. Menjalin komunikasi secara terus-menerus dengan pihak manapun untuk ikut mengembangkan pariwisata di
Desa Sawarna.”
I1-4
Bapak Dharman Noviadi, S.Kom Selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Apa saja yang dilakukan oleh DISPORAPAR Kabupaten Lebak untuk mempromosikan pantai sawarna?
“ Untuk Pantai Sawarna masih kurang anggaran karena belum adanya sponsor baru rencana lomba-lomba dan yang berkaitan dengan budaya event tingkat nasional karena untuk saat ini tidak hanya Sawarna namun lebih fokus ke Seba Baduy, Ada beberapa trik untuk mempromosikan Sawarna, selain promosi konfensional (festival dan pameran) dan promosi lainnya berupa media online, hanya saja sampai saat ini masih ikut kepada website wonderful indonesia, belum memiliki website sendiri. Peluang yang ingin dikejar adalah menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara agar perputaran uang yang terjadi semakin besar, untuk long stay mencapai bulanan di Sawarna. Berbeda dengan wisatawan nusantara yang hanya datang kemudian pulang dalam waktu yang hanya sebentar. Siklus wisata Musiman wisatawan mancanegara menjadikan peluang tersendiri, dimana semua wisatawan mancanegara akan berkumpul pada bulan Maret untuk mengejar ombak yang besar.”
I2-2 Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna
Apa saja yang dilakukan oleh Desa Sawarna mempromosikan pantai sawarna? “Seiring dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan yang datang ke Desa Wisata Sawarna disamping semakin mendesaknya penataan obyek wisata Sawarna, ditambah permohonan dari kami selaku pengelola wisata dalam hal ini Pemerintah Desa Sawarna akhirnya memunculkan rencana penataan terutama di lokasi Pantai Ciantir. Kegiatan penataan tersebut mulai dilaksanakan secara menyeluruh, seperti Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata sedang membangun saung pemantau keamanan pantai (Lifeguard) dan juga fasilitas lainnya. Juga Dinas-dinas lainnya yang sama-sama membangun fasilitas penunjang pariwisata di Desa Wisata Sawarna. Bentuk lainnya adalah dengan ditambahnya program-program kegiatan seperti pelatihan kerajinan, menggandeng
unsur lain diluar pemerintahan untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan, pemasaran pariwisata, event-event seperti pameran, promosi lainnya. Itulah salah satu bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Porapar dalam malakukan strategi pengembangan pariwisata. Hal yang linnya dengan mengikuti event-event besar seperti mengirim Desa Wisata Sawarna untuk mengikuti Lomba Desa Wisata pada tahun 2014 dan mendapatkan peringkat ke-VII Nasional, Peringkat ke IV Nasional Lomba POKDARWIS Tk. Nasional tahun 2013, Juara ke-I Lomba POKDARWIS tk Propinsi tahun 2015.”
informan Status Informan Threaths
I2-2 Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna,
Apa yang menjadi ancaman dalam proses pengelolaan pantai sawarna? “Yang menjadi ancaman nomor satu adalah lunturnya kebiasaan masyarakat, pergaulan, kehidupan bermasyarakatnya, karena masuknya budaya/kebiasaan dari banyaknya wisatawan yang masuk ke Sawarna. Hal ini menjadi bahan pemikiran bagi Pemerintah Desa Sawarna untuk mempertahankan apapun yang biasanya ada di Desa entah itu kehidupan masyarakat, norma-norma dan lain-lain untuk tidak dengan mudah merubah itu semua. Sehingga strategi Pemerintah Desa Sawarna menggandeng semua komponen terutama unsur pendidikan, pengajian untuk lebih intensif dalam memberikan pembelajaran akhlak terutama bagi usia-usia dini.”
I1-2
Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Bagaimana mengelola destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lebak? “Objek destinasi wisata yang sangat banyak,bagaimana caranya mengelola destinasi wisata di Kabupaten Lebak menjadi tantangan sendiri dinas untuk mengembangkannya. memfokuskan kepada beberapa destinasi wisata terlebih dahulu.”
Bapak Zafran selau Bagaimana pengelolaan yang ada di pntai sawarna?
wisatawan “ Banyak sampah apalagi kalau musim liburan, sampah ada dimana-mana selain bau yang tidak sedap juga membuat pantai menjadi kotor terus tidak ada tempat khusus buat sampah. Jadi tidak enak dilihat”
I3-1 Bapak Endan selaku ketua paguyuban Home Stay Sawarna
Apa yang menjadi ancaman dalam pengelolaan pantai sawarna? “ Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan tiap wiatawan yang datang menimbulkan ancaman karena merusak ekosistem yang ada di pantai dan membuat pantai menjadi keruh dan kotor karena sampah yang di buang oleh wisatawan secara sembarangan”
MEMBER CHECK
Nama : Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si,
Jabatan : Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata
Hari, tanggal wawancara : Senin, 12 Juli 2016
Waktu wawancara : 12.24 WIB
Lokasi wawancara : Kantor Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
Hasil wawancara :
1. Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang?
Jawaban: Pada tahun 2015 sudah dibuat dokumen perencanaan berupa master plan zonasi
Sawarna, yang dibagi kedalam 3 zonasi yaitu, zonasi pantai, zonasi ruang publik, dan
zonasi tanjung layar. Selain itu strategi lainnya yaitu dengan mengenal lebih dekat
destinasi wisata melalui pendataan potensi-potensi wisata, jadi ketika sudah diketahui ada
berapa jumlah potensi barulah dibuat pedoman. Tidak ada Strategi khusus hanya saja
terfokus kepada perencanaan.
2. Kekuatan-kekuatan apa sajakah yang dimiliki Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak untuk pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
Jawaban: Banyaknya lahan Potensi yang akan bisa dikembangkan, selain itu kekuatan
yang utama adalah master plan yang sudah dibuat
3. Kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata pantai Sawarna?
Jawaban: Kekuatan pantai Sawarna itu sendiri dari panorama alamnya, menjadi daya
tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang.
4. Kelemahan apakah yang menjadi kendala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna?
Jawaban: yang disarakan saat ini kelemahan Dinas yaitu terkait SDM yang tidak sesuai
dengan jabatan. Tidak adanya sarjana kepariwisataan yang mrmpuni untuk menjalankan
semua kegiatan kepariwisataan.
5. Adakah evaluasi dalam mengatasi kelemahan Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna?
Jawaban: Evaluasi yang saat ini dijalankan hanya terfokus kepada evaluasi program saja.
6. Sarana dan prasarana menuju obyek wisata kurang diperhatikan, dengan tidak adanya
penunjuk jalan dan publikasi, bagaimana tindakan Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak dalam mengembangkan strategi promosi?
Jawaban: Ada beberapa trik untuk mempromosikan Sawarna, selain promosi
konfensional (festival dan pameran) dan promosi lainnya berupa media online, hanya saja
sampai saat ini masih ikut kepada website wonderful indonesia, belum memiliki website
sendiri.
7. Bagaimana peluang Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam
pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
Jawaban: Peluang yang ingin dikejar adalah menarik sebanyak mungkin wisatawan
mancanegara agar perputaran uang yang terjadi semakin besar, untuk long stay mencapai
bulanan di Sawarna. Berbeda dengan wisatawan nusantara yang hanya datang kemudian
pulang dalam waktu yang hanya sebentar. Siklus wisata Musiman wisatawan
mancanegara menjadikan peluang tersendiri, dimana semua wisatawan mancanegara
akan berkumpul pada bulan Maret untuk mengejar ombak yang besar.
8. Bagaimana anggaran yang didapatkan dari pengelolaan pantai sawarna oleh pihak Desa
Sawarna ?
Jawaban: Untuk PAD tahun ini sudah disalurkan ke Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata dari pihak Desa Sawarna selaku pengelola Pantai Sawarna, sehingga karena
anggaran yang diterima dari keuntungan pantai sawarna langsung dikelola oleh pihak
Desa Sawarna.”
9. Bagaimana mengelola destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lebak?
Jawaban: Objek destinasi wisata yang sangat banyak,bagaimana caranya mengelola
destinasi wisata di Kabupaten Lebak menjadi tantangan sendiri dinas untuk
mengembangkannya. memfokuskan kepada beberapa destinasi wisata terlebih dahulu.”
MEMBER CHECK
Nama : Dharman Noviadi, S.Kom
Jabatan : Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas
Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Hari, tanggal wawancara : Senin, 12 Juli 2016
Waktu wawancara : 13.48 WIB
Lokasi wawancara : Kantor Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
Hasil wawancara :
1. Apa yang menjadi penghalang dalam pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna ?
Jawaban: Pelaksanaan pengelolaan pariwisata belum optimal karena masih kurang
sumber daya manusia dengan latarbelakang pendidikan kepariwisataan walaupun tingkat
pendidikan yang sudah tinggi yaitu S1 akan tetapi kurang optimal bila tidak sesuai
dengan jurusannya. Kalau sesuai dengan jurusan kan enak dapat berkontribusi lebih dan
kita semua dapat ilmu mengenai pariwisata dan mengelola pariwisata lebih optimal
sesuai dengan teori pariwisata.”
2. Bagaimana pengelolaan pantai sawarna yang ada sekarang ?
Jawaban: Sebenarnya dalam hal pengelolaan masih dilaksanakan oleh pihak Desa
Sawarna dari mulai retribusi karcis masuk, homestay, dan lain lain. Sehingga untuk tahun
ini tPAD yang masuk dari pantai sawarna terjadinya penurunan sebesar 10 juta rupiah.”
3. Apa yang menjadi hambatan dalam proses pengelolaan Pantai Sawarna?
Jawaban: Dalam tahap pengelolaan diurus oleh Desa Sawarna, maka pengawasan
langsung dilaksanakan oleh aparat Desa Sawarna dan Masyarakat Desa Sawarna. Dinas
Pemuda Olah Raga dan Pariwisata sifatnya hanya berupa laporan saja bila terjadi
penyimpangan baik dari segi pengelolaan pantai maupun pelayanan yang ada.”
4. Apa saja yang dilakukan oleh DISPORAPAR Kabupaten Lebak untuk mempromosikan
pantai sawarna?
Jawaban: Untuk Pantai Sawarna masih kurang anggaran karena belum adanya sponsor
baru rencana lomba-lomba dan yang berkaitan dengan budaya event tingkat nasional
karena untuk saat ini tidak hanya Sawarna namun lebih fokus ke Seba Baduy, Ada
beberapa trik untuk mempromosikan Sawarna, selain promosi konfensional (festival dan
pameran) dan promosi lainnya berupa media online, hanya saja sampai saat ini masih ikut
kepada website wonderful indonesia, belum memiliki website sendiri. Peluang yang ingin
dikejar adalah menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara agar perputaran uang
yang terjadi semakin besar, untuk long stay mencapai bulanan di Sawarna. Berbeda
dengan wisatawan nusantara yang hanya datang kemudian pulang dalam waktu yang
hanya sebentar. Siklus wisata Musiman wisatawan mancanegara menjadikan peluang
tersendiri, dimana semua wisatawan mancanegara akan berkumpul pada bulan Maret
untuk mengejar ombak yang besar.”
MEMBER CHECK
Nama : Lili Suheli
Jabatan : Sekretaris Desa Sawarna
Hari, tanggal wawancara : Sabtu, 25 Juni 2016
Waktu wawancara : 10.00 Wib
Lokasi wawancara : Kantor Desa Sawarna
Hasil wawancara :
1. Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang?
Jawaban : Seiring dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan yang datang ke Desa
Wisata Sawarna disamping semakin mendesaknya penataan obyek wisata Sawarna,
ditambah permohonan dari kami selaku pengelola wisata dalam hal ini Pemerintah Desa
Sawarna akhirnya memunculkan rencana penataan terutama di lokasi Pantai Ciantir.
Kegiatan penataan tersebut mulai dilaksanakan secara menyeluruh, seperti Dinas
Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata sedang membangun saung pemantau keamanan
pantai (Lifeguard) dan juga fasilitas lainnya. Juga Dinas-dinas lainnya yang sama-sama
membangun fasilitas penunjang pariwisata di Desa Wisata Sawarna. Bentuk lainnya
adalah dengan ditambahnya program-program kegiatan seperti pelatihan kerajinan,
menggandeng unsur lain diluar pemerintahan untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan,
pemasaran pariwisata, event-event seperti pameran, promosi lainnya. Itulah salah satu
bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Porapar dalam malakukan
strategi pengembangan pariwisata. Hal yang linnya dengan mengikuti event-event besar
seperti mengirim Desa Wisata Sawarna untuk mengikuti Lomba Desa Wisata pada tahun
2014 dan mendapatkan peringkat ke-VII Nasional, Peringkat ke IV Nasional Lomba
POKDARWIS Tk. Nasional tahun 2013, Juara ke-I Lomba POKDARWIS tk Propinsi
tahun 2015.
2. Seberapa besar kontribusi pengelolaan pariwisata pantai sawarna terhadap PAD
Kabupaten Lebak?
Jawaban : Semenjak Desa Wisata Sawarna banyak dikunjungi wisatawan baik domestic
ataupun mancanegara dalam kurun waktu 2010 s.d. sekarang Pemerintah Desa Sawarna
selaku pengelola wisata sudah memberikan sumbang sih pemasukan Pendapatan Asli
Daerah dari Bidang Pariwisata selama 2 (dua) tahun berjalan yaitu mulai tahun 2013 s.d
2015. Tetapi tahun sekarang untuk sementara tidak dilaksanakan karena Pemerintah
Kabupaten Lebak akan melaksanakan penataan secara menyeluruh terutama lokasi Pantai
Ciantir.
3. Strategi apa yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
untuk menarik investor guna perkembangan pariwisata pantai sawarna ?
Jawaban : Yang jelas dengan menyempurnakan sarana-prasarana yang ada, melengkapi
fasilitas-fasilitas wisata, ini akan mendorong para investor datang ke Desa Wisata
Sawarna untuk sama-sama membangun serta menyempurnakan fasilitas pariwisata.
Menjalin komunikasi secara terus-menerus dengan pihak manapun untuk ikut
mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna.
4. Apa yang menjadi ancaman atau tantangan perkembangan pengelolaan pariwisata pantai
sawarna?
Jawaban : Yang menjadi ancaman nomor satu adalah lunturnya kebiasaan masyarakat,
pergaulan, kehidupan bermasyarakatnya, karena masuknya budaya/kebiasaan dari
banyaknya wisatawan yang masuk ke Sawarna. Hal ini menjadi bahan pemikiran bagi
Pemerintah Desa Sawarna untuk mempertahankan apapun yang biasanya ada di Desa
entah itu kehidupan masyarakat, norma-norma dan lain-lain untuk tidak dengan mudah
merubah itu semua. Sehingga strategi Pemerintah Desa Sawarna menggandeng semua
komponen terutama unsur pendidikan, pengajian untuk lebih intensif dalam memberikan
pembelajaran akhlak terutama bagi usia-usia dini.
5. Apakah benar desa Sawarna yang mengelola Pantai Sawarna saat ini ?
Jawaban: Kami selaku aparat Desa Sawarna yang mengelola untuk sekarang ini juga
berfungsi sebagai pengawas juga, dibantu oleh pemuda Desa Sawarnaserta paguyuban
yang ada. Bila terjadinya masalah di lapangan maka kami siap menindaklanjuti”
6. Bagaimana proses pengelolaan yang dilakukanoleh piha Desa Sawarna ?
Jawaban: Selama ini pengelolaan fsilitas umum seperti tempat pemandian dan toilet
masih di kelola oleh pihak masyarakat karena dibangun dilahan pribadi atau lahan milik
masyarakat. Khusus untuk pantai sawarna sangat minim fasilitas terbeut karena kontur
lahan yang menyulitkan untuk pembangunan fasilitas tersebut
7. Apa solusi dari permasalahan anggaran yang ada dalam proses pengelolaan di pantai
sawarna serta menarik para investor agar mau menanamkan modalnya di sini?
Jawaban: Dengan menyempurnakan sarana-prasarana yang ada, melengkapi fasilitas-
fasilitas wisata, ini akan mendorong para investor datang ke Desa Wisata Sawarna untuk
sama-sama membangun serta menyempurnakan fasilitas pariwisata. Menjalin komunikasi
secara terus-menerus dengan pihak manapun untuk ikut mengembangkan pariwisata di
Desa Sawarna.”
Wawancara bersama Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata, Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP., M.Si. (21 Juni 2016, pukul
12.24 WIB)
Wawancara bersama Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata
Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, Bapak Dharman Noviadi, S.Kom.
(21 Juni 2016, pukul 13.48 WIB)
Wawancara bersama Sekertaris Desa Sawarna Bapak Lili Suheli. (12 Juli
2016, pukul 14.28 WIB)
Wawancara bersama Zafran wisatawan pantai Sawarna. (11 Juli 2016, pukul
14.55 WIB)
Ibu Andini wisatawan pantai Sawarna. (12 Juli 2016, pukul 10.55 WIB)
Bapak Endan Ketua Asosiasi Home Stay pantai Sawarna. (13 Juli 2016,
pukul 15.55 WIB)
Wawancara bersama Bapak Ahmad Budiman, S.E Kepala Seksi Pengembangan
Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
(30 Agustus 2016, Pukul 13.45 WIB)
Wawancara bersama Bapak Anwar Pelaksana Subag Evalusai dan Pelaporan
Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
(18 Agustus 2016, Pukul 09.35 WIB)
Ibu muslimah sedang merapihkan berkas pekerjaannya, walaupun beliau hanya
lulusan SMEAN 1 Rangkasbitung namun jabatannya di Dinas Pemuda Olahraga
Dan Pariwisata Sebagai Kepala Seksi Jasa Usaha Pariwisata.
Kondisi dari kejauhan sarana toilet umum pantai Sawarna.
Toilet umum pantai Sawarna yang terletak di kawasan pantai pasir putih.
Perahu karet dibiarkan begitu saja di kawasan pantai pasir putih.
Seorang wisatawan yang sedang membeli karcis kepada petugas penjaga
karcin pantai Sawarna. (11 Juli 2016, pukul 09.26 WIB)
Plang harga tiket masuk kawasan wisata pantai Sawarna.
Akses utama wisatawan pantai Sawarna melewati jembatan gantung. (11
Juli 2016, pukul 10.15 WIB)
Kondisi antrian wisatawan yag bergantian untuk melewati jembatan
gantung yang menjadi akses utama menuju pantai Sawarna. (11 Juli 2016,
pukul 10.21 WIB)
Kondisi antrian wisatawan yag bergantian untuk melewati jembatan
gantung yang menjadi akses utama menuju pantai Sawarna. (11 Juli 2016,
pukul 10.21 WIB)
Pamflet Promosi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak,
tentang Pengenalan Pariwisata Pantai Sawarna
RIWAYAT HIDUP
1. Biodata Mahasiswa
Nama : Fauzi Wijaya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Serang, 8 Februari 1991
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Kampung Ciwaru RT.01 RW.01, Desa Bayah Barat,
Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten
No. Hp : 0838 1375 8909
Email : [email protected]
2. Riwayat Pendidikan
1) 1998-2003 : SD Negeri Bayah Barat IV
2) 2003-2006 : SMP Negeri 1 Bayah
3) 2006-2009 : SMA Negeri 1 Bayah
4) 2009-2016 : Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa
3. Pengalaman Organisasi
1) Ketua OSIS SMP Negeri 1 Bayah Periode 2004/2005
2) Ketua OSIS SMA Negeri 1 Bayah Periode 2007/2008
3) Anggota Seksi Kerohanian Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa Periode 2010/2011