DIKTAT Metode Penelitian
-
Upload
fauzan-wahyu -
Category
Documents
-
view
141 -
download
24
description
Transcript of DIKTAT Metode Penelitian
DIKTAT : METODE PENELITIAN
Materi Perkuliahan
METODE PENELITIAN
Oleh :
Drs. Islachuddin Yahya, M.Pd.
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar Ilmu dan Proses BerpikirIlmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seseorang
terhadap permasalahan di sekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah. Misalnya
dari pertanyaan apakah bulan mengelilingi bumi, apakah matahari mengelilingi bumi. Timbul
keinginan untuk mengadakan pengamatan secara sistematik, yang akhirnya melahirkan
kesimpulan, bahwa bumi itu bulat, bahwa bulan mengelilingi matahari dan bumi juga
mengelilingi matahari. Contoh lain dibidang pendidikan, sosial, agama, dan lain-lain.
Keingintahuan tentang masalah-masalah pendidikan telah membuat seseorang mengadakan
pengamatan-pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang dimaksud.
Pengamatan-pengamatan yang dlakukan seseorang dalam upaya untuk menjawab keingintahuan,
telah melahirkan sebuah kesimpulan. Hal ini membutuhkan ‘ilmu’ sebagai dasar untuk
melakukan upaya tersebut.
Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natural atau sosial, yang berlaku
umum dan sistematik.
Menurut Maranon, Ilmu mencakup lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang
progres manusia secara menyeluruh, termasuk didalamnya pengetahuan yang telah dirumuskan
secara sistematik melalui pengamatan dan percobaan yang terus-menerus, yang telah
menghasilkan penemuan kebenaran yang bersifat umum.
Tan berpendapat, ‘Ilmu’ bukan saja merupakan suatu himpunan pengetahuan yang sistematik,
tetapi juga merupakan suatu metodologi. Ilmu telah memberikan metode dan sistem. Tanpa ilmu,
sesuatu pekerjaan tidak akan berjalan dengan teratur. Nilai dan ilmu dapat menjadikan seseorang
yang ilmiah, baik dalam keterampilan, dalam pandangan maupun dalam tindak tanduknya.
Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan rasionalisasi sebagai hukum alam.
Ilmu membentuk kebiasaan dan dapat meningatkan keterampilan observasi, eksperimen,
klasifikasi, analisis, dan membuat generalisasi.
Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus-menerus, maka ilmu akan terus berkembang,
dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan berpikir secara logis, yang sering disebut
penalaran.
Konsep antara ilmu dan berpikir adalah sama. Keduanya dimulai adanya rasa sangsi,
keingintahuan, dan kebutuhan akan sesuatu hal yang bersifat umum, kemudian timbul
pertanyaan, selanjutnya dipilih suatu pemecahan tentatif.
Menurut Kelly, proses berpikir manusia senantiasa mengikuti langlah-langkah sebagi berikut:
1. Timbul rasa sulit
2. Rasa sulit tersebut didefinisikan.
3. Mencari pemecahan sementara
4. Menambah keterangan terhadap pemecahan masalah tersebut, yang menuju kepada
kepercayaan, bahwa pemecahan tersebut adalah benar.
5. Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi, eksperimen (percobaan)
6. Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju pemecahan
secara mental untuk diterima atau ditolak, sehingga kembali menimbulkan rasa sulit.
7. Memberi suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi yang akan
datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat.
Dari keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir secara nalar mempunyai dua
buah kriteria penting, yaitu:
1. Ada unsur logis di dalamnya
2. Ada unsur analisis di dalamnya
Ciri yang pertama dari berpikir adalah adanya unsur logis di dalamnya. Tiap bentuk berpikir
mempunyai logikanya sendiri, dan selalu menggunakan nalar. Berpikir secara logis mempunyai
konotasi jamak dan bukan konotasi tunggal, karena kegiatan berpikir dapat saja logis menurut
logika lain.
Ciri kedua dari berpikir adalah adanya unsur analitis di dalam berpikir itu sendiri. Dengan logika
yang ada, kegiatan berpikir secara sendirinya mempunyai sifat analitis. Berpikir ilmiah berarti
melakukan kegiatan analitis dalam menggunakan logika secara ilmiah. Dengan demikian
berpikir tidak terlepas dari imajinasi, akan tetapi rasio dan fakta merupakan sumber utama dari
nalar untuk memperoleh kebenaran dalam berpikir, hal ini digolongkan dalam madzab
rasionalisme, sedangkan sumber utama dari kebenaran dalam berpikir adalah fakta yang
ditangkap melalui pengalaman manusia, digolongkan dalam madrzab empirisme.
Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara deduktif dan induktif, yang
erat berkaitan dengan rasionalisme dan empirisme.
B. Apa penelitian itu
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research atau riset.Research berasal dari re, yang
berarti kembali, dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian arti research atau riset
adalah mencari kembali.
Menurut kamus Webster’s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan
kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; atau suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk
menetapkan sesuatu.
Menurut ilmuwan Hillway, penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang
melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap suatu masalah.
Menurut John, penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk
menemukan hubungan antarfakta dan menghasilkan dalil atau hukum.
Menurut Dewey, penelitian adalah transformasi yang terkendalikan atau terarah dari situasi yang
dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya dan hubungannya, seperti mengubah
unsur dari situasi orisional menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu.
Dari berbagai definisi penelitian, terandung ciri tertentu yang lebih kurang bersamaan, yakni
adanya suatu pencarian, penyelidikan atau investigasi terhadap pengetahuan baru. Metode yang
digunakan secara ilmiah, pandangan selalu kritis terhadap permasalahan, fakta dan data objektif,
membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang cukup, dan semua dilakukan secara terorganisir,
penuh kehati-hatian.
C. Hubungan Ilmu dan Penelitian
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ilmu adalah suatu pengetahuan yang
sistematis dan terorganisasi, sedangkan penelitian adalah suatu penyelidikan yang hati-hati serta
teratur dan terus-menerus untuk memecahkan suatu masalah. Lantas timbul pertanyaan,
bagaimana hubungan keduanya.
Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut almack, dalam Research
and Thesis Writing, menyebutkan bahwa hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti
hasil dan proses. Penelitian sebagai proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.
Menurut Whitney, berpendapat bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga
ilmu dan penelitian adalah proses yang sama. Hasil dari proses tersebut adalah kebenaran (truth).
Proses Hasil
Proses
Prose
s
Hasil
Pada umumnya, suatu
kebenaran ilmiah dapat
diterima, karena ada tiga hal, yaitu:
1. Adanya koheren
2. Adanya koresponden
3. Pragmatis
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut adalah koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Dasarlain untuk mempercayai kebenaran adalah
sifat koresponden, artinya pernyataan tersebut harus berhubungan atau mempunyai koresponden
dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika ada orang mengatakan Ibu kota
Indonesia adalah Surabaya atau Bandung. Pertanyaan tersebut tidak koresponden, seharusnya Ibu
kota Indonesia, Surabaya atau Jakarta.
Pernyataan dianggap benar dan dapat dipercaya karena adanya sifat pragmatis. Dengan perkataan
lain, pernyataan dipercayai benar karena mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah, kadangkala kebenaran dapat
ditemukan melalui proses nonilmiah, seperti:
1. Penemuan kebenaran secara kebetulan
2. Penemuan kebenaran secara akal sehat
3. Penemuan kebenaran melalui wahyu
4. Penemuan kebenaran secara intuitif
5. Penemuan kebenaran secara trial and error
6. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
7. Penemuan kebenaran karena kewibawaan
D. Siapakah Peneliti itu
Banyak orang terpelajar beranggapan bahwa meneliti adalah tugas para ahli, doktor, profesor.
Sangat disayangkan apabila anggapan semacam itu merembes ke pikiran mahasiswa. Siapa pun,
dari bidang mana pun orang boleh mengadakan penelitian atau membutuhkan penelitian untuk
meningkatkan usaha yang dilakukan. Caranya ada dua macam, yaitu :
1. Meneliti apa yang terlaksana menurut kejadiannya, sengaja menimbulkan kejadian
(eksperimen)
1. Meneliti apa yang sudah ada (noneksperimen)
Misalnya penelitian pendidikan, berhubungan dengan pelaksanaan belajar mengajar di sekolah,
meliputi: kurikulum, guru, karyawan, siswa, pengelolaan, sarana, dll.
E. Apa yang Diteliti
Ruang lingkup objek penelitian sangat luas, mencakup hal-hal apa saja, misalnya: penelitian
pendidikan, berhubungan dengan pendidikan, baik pendidikan di sekolah, di keluarga, maupun di
masyarakat.
Penelitian sosial, berhubungan dengan kehidupan sosial, kemiskinan, budaya, dll.
Penelitian industri, berhubungan dengan dunia industri.
Penelitian lingkungan, berhubungan dengan lingkungan, alam, pencemaran, dll.
F. Ragam Penelitian
Banyak sekali ragam penelitian yang dapat dilakukan, antara lain:
1. 1. Penelitian ditinjau dari tujuan
Seorang peneliti ingin menggali secara luas sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi
terjadinya sesuatu.
Jenis penelitian ini meliputi:
Penelitian eksploratif, artinya penelitian untuk menemukan sebab-musabab terjadinya musibah.
Contoh: di suatu desa secara berturut-turut terjadi kematian penduduk, terutama di bawah umum
5 tahun. Kejadian ini kelihatan misterius, sehingga menarik perhatian para dokter untuk
mengadakan penelitian.
Penelitian Developmental, artinya penelitian pengembangan atau penelitian yang dilakukan
untuk mengadakan percobaan dan penyempurnaan.
Contoh: pada tahun 1984, departemen P dan K mencoba menerapkan metode pengajaran CBSA.
Semua kegiatan dicatat, diteliti, dan diadakan penyempurnaan seperlunya, sehingga akhirnya
ditemukan model CBSA yang lebih berkualitas, dan diterapkan kembali pada tahun 1994.
Penelitian Verifikatif, artinya penelitian yang bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil
penelitian.
Contoh: pada tahun 1970 pernah diadakan penelitian tentang rasa solidaritas rakyat pedesaan,
dan dihasilkan suatu kesimpulan. Dua tahun kemudian seorang peneliti lain mengadakan
penelitian yang sama dengan tujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian yang telah
dilakukan terdahulu.
Penelitian Kebijakan, artinya penelitian yang dilakukan untuk menentukan kebijakan yang
diambil oleh lembaga/instansi sebagai upaya meningkatkan kualitas.
Contoh: sebuah lembaga mengadakan beberapa upaya untuk meningkatkan kedisiplinan
karyawan. Setelah diketemukan strategi yang diperkirakan paling tepat, lembaga tersebut
menyebarkan angket kepada karyawan untuk menanyakan usul-usul guna mengefektifkan
strategi dimaksud. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan kebijakan.
1. 2. Penelitian Ditinjau dari Pendekatan
Apabila seorang peneliti ingin mengetahui perkembangan kemampuan berpikir anak sekolah
dasar kelas I sampaidengan kelas VI dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu:
1. a. Pendekatan Longitudinal (pendekatan bujur)
Dengan pendekatan ini, peneliti mencatat kemampuan berpikir sejak anak duduk di kelas I.
Berturut-turut setiap tahun, perkembangan anak dicatat yaitu kelas II, III, IV, V, dan VI. Waktu
pencatatan dilakukan, apabilan pencatatan pertama pada bulan juni, maka pencatatan berikutnya
harus dilakukan pada bulan yang sama, sehingga kondisinya sama. Penelitian ini membutuhkan
waktu yang sangat lama.
1. b. Pendekatan Cross-Sectional (pendekatan Silang)
Berbeda dengan pendekatan bujur, pendekatan silang tidak menggunakan subjek yang sama.
Dalam waktu yang bersamaan, peneliti mengadakan pencatatan tentang perkembangan berpikir
anak-anak sekolah dasar secara serentak, yaitu kelas I, II, III, IV, V, dan VI. Penelitian ini dapat
dilakukan secara cepat. Subjek yang berbeda-beda perlu mendapat perhatian dan pertimbangan.
1. 3. Penelitian Ditinjau dari Bidang Ilmu
Penelitian ini berkenaan dengan jenis spesialisasi dan interest pada bidang ilmu yang diteliti.
Misalnya:
1. Penelitian pendidikan
2. Penelitian ekonomi
3. Penelitian hukum
4. Penelitian sosial
5. Penelitian kedokteran
6. Penelitian perbankan
7. Penelitian pertanian
8. Penelitian keolahragaan, dan sebagaianya.
1. 4. Penelitian Ditinjau dari Tempatnya
Penelitian ini meliputi:
1. Penelitian di laboratorium
2. Penelitian di perpustakaan
3. Penelitian kancah (lapangan)
1. 5. Penelitian Ditinjau dari Hadirnya Variabel
Istilah variabel disebut juga ubahan, karena dapat berubah-ubah, dan bervariasi.
Contohnya: usia, tingkat kecerdasan, tingkat kedisiplinan, kekayaan, dan lain-lain adalah
variabel, karena antara satu orang dengan lainnya terdapat variasi atau perbedaan.
Apabila dilihat dari saat terjadinya, ada variabel masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan
datang.
Penelitian deskriptif, artinya penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/menggambarkan
variabel masa lalu dan masa sekarang (sedang terjadi)
Penelitian eksperimen, artinya penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang.
Variabel tersebut belum datang, belum terjadi, tetapi sengaja didatangkan atau diadakan oleh
peneliti dalam bentuk perlakuan (treatment) yang terjadi dalam eksperimen.
1. 6. Penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif telah banyak dikemukakan oleh
para ahli. Penelitian kuantitatif digunakan istilah scientific paradigm (paradigma ilmiah),
Penelitian Kuantitatif, Penelitian yang melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu.
Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu
itu, karena itu, harus dengan penuh ketelitian mulai dari mencatat, menghitung sampai
menyimpulkan. Penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas
perhitungan persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain,
peneliti harus melibatkan diri pada ‘perhitungan’ atau ‘angka-angka.’
sedangkan penelitian kualitatif dinamakan naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah.
Penelitian Kualitatif, artinya prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Ciri-ciri penelitian kualitatif, yaitu: latar alamiah (natural setting), manusia sebagai alat
(instrumen), analisis data secara induktif, teori dari dasar (grounded theory), deskriptif, desain
yang bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Untuk memperjelas perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif, berikut ini
disajikan dalam ikhtisar pada tabel perbedaan.
Tabel. Perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif
Poster TentangParadigma
Ilmiah Alamiah
a. Teknik yg digunakanb.
Kriteria kualitas
c. Sumber teori
d. Persoalan kausalitas
e. Tipe pengetahuan
yang digunakan
f. Pendirian
g. Maksud
Kuantitatif
Rigor
A priori
Dapatkah X menyebabkan
Y ?
Proporsional
Reduksionie
Varifikasi
KualitatifRelevansi
Dari-dasar (grounded)
Apakah X menyebabkan Y
Dalam latar alamiah ?
Proporsional yang diketahui
Bersama
Ekspansionie
Ekspansionie
Poster TentangKarakteristik Metodologis
Ilmiah Alamiah
a. Instrumenb. Waktu
penetapan
pengumpulan data
dan analisis
c. Desain
d. Gaya
e. Latar
f. Perlakuan
g. Satuan kajian
h. Unsur kontekstual
Kertas-pensil atau
alatfisik lainnya.
Sebelum penelitian
Pasti (preordinate)
Intervensi
Laboratorium
Stabil
Variabel
Kontrol
Orang sebagai penelitiSelama
dan sesudah
pengumpulan data
Muncul-berubah
Seleksi
Alam
Bervariasi
Pola-pola
Turut campur atas undangan
G. Kriteria atau Ciri-Ciri Penelitian
Menurut pendapat Crawford , ada sembilan kriteria penting dari penelitian, yaitu:
1. Penelitian harus berkisar di sekeliling masalah yang ingin dipecahkan.
2. Penelitian harus mengandung unsur origional.
3. Penelitian harus didasrkan pada pandangan ‘ingin tahu’
4. Penelitian harus dilakukan dengan pandangan terbuka.
5. Penelitian harus Berdasarkan pada asumsi bahwa suatu fenomena mempunyai hukum dan
pengaturan (order)
6. Penelitian harus berkehendak untuk menemukan generalisasi atau dalil.
7. Penelitian harus merupakan studi sebab-akibat.
8. Penelitian harus menggunakan pengukuran yang akurat.
9. Penelitian harus menggunakan tenik yang secara sadar diketahui.
H. Syarat Utama Berhasilnya Penelitian
Menurut pendapat Somers, bahwa beberapa syarat supaya pelaksanaan penelitian dapat berjalan
lancar dan berhasil, syaratnya sebagai berikut:
1. Adanya kesadaran masyarakat
2. Harus pembiayaan yang memadahi
3. Hasil penelitian harus dapat diterapkan
4. Harus ada kebebasan dalam meneliti
5. Peneliti harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan.
Kualifikasi peneliti harus didasarkan pada intelegensia, kekuatan bekerja, memiliki sifat jujur,
dan rajin. Menurut Whitney, ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang peneliti
(secara internal), antara lain :
1. Daya nalar
2. Originalitas
3. Daya ingat
4. Kewaspadaan
5. Akurat
6. Konsentrasi
7. Dapat bekerja sama
8. Kesehatan
9. Semangat
10. Pandangan moral
BAB II
CARA MENGADAKAN PENELITIAN
1. A. Persyaratan Penelitian
Ada tiga syarat penting dalam mengadakan kegiatan penelitian, yaitu:
1. Sistematis
Artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks,
hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
1. Berencana
Artinya dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan
langkah-langkah pelaksanaannya.
1. Mengikuti konsep ilmiah
Artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan,
baik teknik penulisan maupun prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
1. B. Prosedur penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, telah menyebutkan langkah-langkah penelitian yang lebih
menitikberatkan pada kegiatan administrasi, antara lain:
1. Pembuatan rancangan penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
3. Pembuatan laporan penelitian
Selengkapnya, langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memilih masalah
2. Studi pendahuluan
3. Merumuskan masalah
4. Merumuskan anggapan dasar
5. Merumuskan hipotesis (*)
6. Memilih pendekatan
7. Menentukan variabel dan sumber data
8. Menentukan dan menyusun instrumen
9. Mengumpulkan data
10. Analisis data
11. Menarik kesimpulan
12. Menulis laporan
BAB III
SISTEMATIKA HASIL PENELITIAN (SKRIPSI)
1. Deskripsi Bagian Inti
Secara umum, format atau sistematika hasil penelitian (Skripsi) dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu: (1) bagian awal, (2) bagian inti, dan (3) bagian akhir.
1. 1. Bagian Awal, berisi:
2. 2. Bagian Inti, berisi:
1. Halaman Judul
2. Halaman Nota Konsultasi
3. Halaman Pengesahan
4. Halaman Persembahan
5. Abstrak
6. Kata Pengantar
7. Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Penegasan Judul
3. Alasan memilih Judul
4. Identifikasi Masalah
5. Perumusan Masalah
6. Tujuan Penelitian
7. Kegunaan Penelitian
8. Metode Pembahasan
9. Sistematika Pembahasan
BAB II : KAJIAN PUSTAKA / KAJIAN TEORITIS / LANDASAN TEORI
BAB III :METODE PENELITIAN
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran-Saran
3. 3. Bagian Akhir, berisi:
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran-Lampiran
Pada bagian awal dan akhir tidak akan diuraikan secara rinci, karena dapat dilihat pada lampiran
dan juga contoh-contoh di halaman akhir.
1. Uraian Bagian Inti
1. 1. Bab I. Pendahuluan
Secara singkat, paparan pokok pada bab I. Pendahuluan ini diuraikan menjadi subpokok bahasan
yang memuat hal-hal sebagai berikut:
1. a. Latar Belakang Masalah
Isi pokok bagian ini merupakan gambaran mengenai alasan perlunya diadakan penelitian
terhadap objek, yang memuat beberapa teori, pendapat para ahli, isu-isu, hasil-hasil penelitian,
dan juga rasionalisasi yang mendukung pentingnya masalah tersebut diteliti.
1. b. Penegasan Judul
Berisi definisi secara operasional terhadap kata demi kata dari judul. Pendefinisian dapat
mengutip dari berbagai pendapat para ahli atau kamus, dan selanjutnya menyimpulkan definisi
secara keseluruhan dari berbagai pendapat atau mengartikan sendiri judul secara jelas dan logis.
1. c. Alasan Memilih Judul
Pada bagian ini, berisi tentang motivasi-motivasi apa yang menarik, sehingga penulis berani
mengangkat suatu masalah untuk diuraikan. Realisasi motivasi tersebut harus dijabarkan secara
jelas dan tidak mengada-ada, artinya dalam memberikan alasan memilih judul harus disesuaikan
dengann masalah yang dibicarakan dan problem solving yang diharapkan.
1. d. Identifikasi Masalah
Berisi kajian berbagai masalah yang relevan dengan ruang lingkup dan kedalaman masalah serta
variabel yang akan diteliti.
1. e. Perumusan Masalah
Masalah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian perlu dirumuskan, karena hakikat
rumusan tersebut merupakan deskripsi dari ruang lingkup yang ada. Perumusan masalah
dirumuskan lugas, jelas, dan dilakukan dengan menggunakan kalimat pertanyaan atau kalimat
bentuk narasi. Rumusan masalah dapat dibagi sampai pada sub-sub-permasalahan.
Contoh 1:
Bagaiamanakah pengaruh manajemen guru terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di
SMP ISLAMIC QON GKB Manyar Gresik?
Contoh 2:
Seberapa besar tingkat kemampuan apresiasi puisi kontemporer siswa kelas III Madrasah Aliyah
Mamba’us Sholihin?
1. f. Tujuan Penelitian
Isi bagian ini, merupakan deskripsi dari apa yang diperoleh dari kerja yang mengacu pada
rumusan masalah, atau target penelitian yang akan dicapai. Banyak tujuan penelitian tidak harus
sama dengan banyaknya rumusan masalah.
Tujuan ini mempunyai beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, antara lain:
1) perumusannya harus jelas dapat diukur
2) berorientasi pada permasalahan
3) sebagai pencerminan upaya pemecahan masalah.
Contoh:
1) Untuk mengetahui pengaruh manajemen guru terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar di SMP ISLAMIC QON GKB Manyar Gresik.
2) Untuk mengetahui tingkat kemampuan apresiasi puisi kontemporer siswa kelas III
Madrasah Aliyah Mamba’us Sholihin.
1. g. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini, menjelaskan manfaat temuan penelitian baik yang bersifat teoritis maupun
praktis.
Contoh:
Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan informasi mendalam tentang sistem manajemen
pendidikan Islam Madrasah Aliyah Mamba’us Sholihin, dan lebih jauh lagi untuk mengkaji
pelaksanaan proses pendidikan, sekaligus berupaya membantu mengembangkan profil madrasah
yang berkualitas di masa yang akan datang. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat
mengungkap komponen-komponen manajemen pendidikan yang berperan dalam kebutuhan
meningkatkan kualitas madrasah secara individu maupun kualitas madrasah secara menyeluruh.
1. h. Metode Pembahasan
Metode pembahasan dalam penulisan ini, dapat digunakan bermacam-macam, yaitu: metode
induksi, deduksi, campuran, atau deskripsi.
Metode-metode tersebut dapat digunakan lebih dari satu, bergantung kebutuhan, dan harus
dijabarkan secara jelas.
1. i. Sistematika Pembahasan
Pada bagian ini, penulis harus mencantumkan susunan bab-bab, subbab-subbab, dan seterusnya,
atau batasan-batasan masalah yang mendasar berdasarkan urutan pembahasan yang logis
sebagaimana yang terdapat di bagian daftar isi, teknis penulisannya harus terurai.
Contoh:
Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang pembahasan masalah dalam skripsi ini, maka
akan penulis uraikan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab satu, Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, yaitu gambaran yang
melatarbelakangi pentingnya judul diangkat menjadi pokok masalah, Penegasan Judul untuk
mempertegas maksud dari penulis supaya tidak terjadi salah penafsiran, Alasan memilih Judul
adalah hal yang medorong penulis untuk mengadakan penelitian, Identifikasi Masalah
merupakan gambaran utuh yang terdapat dalam pokok persoalan, Perumusan Masalah
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu yang akan dibahas dalam skripsi ini,
Tujuan Penelitian adalah maksud atau target yang akan dicapai dalam penelitian ini, Kegunaan
Penelitian merupakan harapan yang ingin diperoleh dari tujuan atau hasil penelitian, Metode
Pembahasan menjelskan beberapa metode yang digunakan dalam membahas suatu masalah,
Sistematika Pembahasan maksudnya adalah menjelskan urutan-urutan dari isi skripsi ini mulai
dari pendahuluan sampai pada penutup yang berisikan kesimpulan dan saran, sehingga akan
jelas keseluruhan isi skripsi ini.
Bab dua, berisi …………………………………………………………………dst
1. 2. Bab II. Kajian Teoritis
2. a. Uraian Kajian Teoritis
Istilah lain kajian teoritis adalah kajian pustaka, telaah pustaka, dan landasan teori. Pada bagian
ini berisi paparan teori-teori, konsep-konsep pendapat para ahli, yang dipakai landasan pijak
dalam melakukan penelitian. Teori-teori, konsep-konsep yang diungkap berkaitan erat dengan
permasalahan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
Penguraian teori dan konsep ini, boleh mengupas dari bermacam-macam teori asalkan bergayut
dengan masalah yang ada, antara teori dengan teori harus saling berkaitan dan saling
mendukung, sehingga dapat memberikan gambaran utuh tentang permasalahan pokok dan
hipotesis.
Pada bab II ini, juga berisi tentang kerangka berpikir dan hipotesis penelitian, yang dibuat acuan
untuk menjawab dan membuktikan masalah yang diteliti.
1. a. Kerangka Berpikir
Bagian ini, berisi gambaran pola hubungan antarvariabel atau kerangka konsep yang akan
digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, disusun berdasar kajian teoritis yang telah
dilakukan.
Contoh:
Interelasi sistem manajemen pendidikan Islam Madrasah Aliyah Mamba’us Sholihin meliputi:
sistem manajemen guru, sistem manajemen materi, sistem manajemen kesiswaan, sistem
manajemen sarana dan prasarana, sistem manajemen evaluasi, sistem manajemen lingkungan,
dan sistem manajemen proses pembelajaran.
Komponen sistem manajemen tersebut merupakan kesatuan sistem pengelolaan yang saling
mendukung dan saling mempengaruhi. Pengaruh dan sumbangan yang dianggap paling besar
terhadap output dan outcome terletak pada kualitas manajemen proses pembelajaran.
1. b. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan rumusan ramalan sementara terhadap permaalahan yang diteliti, karena itu,
hipotesis perlu dirumuskan secara singkat, lugas, dan jelas yang dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Perlu diketahui tidak semua penelitian memerlukan rumusan hipotesis. Suatu
hipotesis harus mempunyai landasan teoritis yang tajam, sehingga dasar pijak ilmiah hipotesis
bukan sekedar suatu rabaan atau dugaan yang kemudian akan diuji.
Contoh1:
Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel manajemen guru terhadap variabel
manajemen proses pembelajaran di SMP ISLAMIC QON GKB Manyar Gresik.
Contoh 2:
Kemampuan apresiasi puisi kontemporer siswa kelas III Madrasah Aliyah Mamba’us Sholihin
cukup baik.
1. 3. Bab III Metode Penelitian
Pada bagian ini, berisi hal-hal sebagai berikut:
1. a. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan perlu dinyatakan secara jelas dan sesuai dengan permasalahan
yang diteliti. Desain penelitian yaitu semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian sampai pada laporan hasil penelitian. Atau dengan pengertian yang lebih
sederhana bahwa, Desain Penelitian adalah spesifikasi operasi penelitian yang memungkinkan
pengujian hipotesis atau terjawabnya pertanyaan penelitian. Di samping itu, dalam pelaksanaan
penelitian harus memiliki kejelasan, sebagaimana peran penelitian (purpose of research), yakni:
Description, Explanation, Survei, Action Riset, dan Eksperimen. Selain itu, ada jenis penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini, peneliti harus tegas dan jelas menggunakan salah satu
jenis penelitian.
Secara rinci, desain penelitian ini mencakup proses-proses sebagai berikut:
1) Memilih dan merumuskan masalah
2) Menentukan tujuan
3) Memberikan limitasi dari area atau scope
4) Merumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual
5) Menelusuri sumber-sumber kepustakaan
6) Merumuskan hipotesis-hipotesis
7) Melakukan kerja lapangan
8) Membuat tabulasi serta analisis
9) Memberikan interpretasi
10) Membuat generalisasi
11) Membuat laporan.
Desain Dalam Spektrum Penelitian
PROBLEM
TEORI & KONSEP TEMUAN RELEVAN
HIPOTESIS
PERTANYAAN PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
INSTRUMENTASI
PENGUMPULAN & ANALISIS DATA
TEMUAN & KESIMPULAN
Pada dasarnya, sebuah penelitian berawal dari adanya problem atau permasalahan yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian, tentunya memiliki
manfaat dan pengaruh positif bagi perkembangan masyarakat. Agar permasalahan tersebut lebih
meyakinkan, perlu adanya konsep atau teori-teori yang membantu memberikan pemahaman yang
konkret, teori tersebut sekaligus sebagai landasan berpikir, apakah pernyataan hipotesis relevan
dengan permasalahan. Untuk mengetahui hal itu, dibutuhkan langkah-langkah strategis, yaitu:
perlunya pertanyaan penelitian dan desain penelitian yang tepat.
Di samping itu, untuk mencapai hasil penelitian atau temuan yang berupa kesimpulan,
diperlukan adanya instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
1. b. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian, variabel merupakan unsur yang sangat penting, yang melekat dengan masalah
pokok, dan akan menjadi objek penelitian. Pengertian variabel sering diungkapkan sebagai
konsep yang mempunyai variasi atau bermacam-macam nilai, yang dapat diukur dan dilandasi
secara teoritis.
Pada umumnya, variabel dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu: variabel kontinu
(continous variable) dan variabel deskrit (descrete variable). Variabel juga dibagi menjadi dua
macam, yaitu variabel dependen dan variabel bebas.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, Jika telah diketahui sejumlah variabel
penelitian, maka variabel tersebut perlu diidentifikasikan dan diklasifikasikan, selanjutnya
didefinisikan secara operasional. Jumlah variabel yang digunakan bergantung dari luas serta
sempitnya penelitian yang akan dilakukan.
Pengertian definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau
konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan
suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Berikut ini penjelasan mengenai macam-macam variabel:
1. 1. Variabel Kontinu
Variabel kontinu adalah variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu
dengan desimal yang tidak terbatas.
Contoh variabel ini misalnya berat, tinggi, luas, pendapatan, dan sebagainya. Untuk berat badan
misalnya, kita bisa menulis 75,0 kg, atau 76,14 kg, atau 41,76694. Luas panen, bisa 14,2 ha,
19,49 ha, atau 188,0003 ha.
1. 2. Variabel Deskrit
Variabel deskrit adalah konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau
desimal di belakang koma. Variabel ini sering juga dinyatakan sebagai variabel kategori.
Misalnya: jenis kelamin, terdiri dari laki-laki dan perempuan, status perkawinan terdiri dari bisa
kawin atau tidak kawin. (kalau dua kategori dinamakan variabel dikhotom).
Tingkat pendidikan adalah variabel politom, karena lebih dari dua variabel. Bisa SD, SMP,
SMA, dan Perguruan Tinggi. Jumlah anak merupakan variabel deskrit. Jumlah anak hanya bisa:
3,4,5 atau 10, dan seterusnya. Tidak mungkin ada jumlah anak 3,5; 3,7; 6,88, dan seterusnya.
1. 3. Variabel Dependen dan Variabel Bebas
Hubungan dua variabel dapat digambarkan antara variabel Y dan variabel X, maka jika variabel
Y disebabkan oleh variabel X, maka variabel Y dinamakan variabel dependen dan variabel X
adalah variabel bebas. Variabel yang bergantung atas variabel lain dinamakan variabel dependen.
Contoh 1: jika dipikirkan ada hubungan antara konsumsi dan pendapatan, di mana dengan
bertambahnya pendapatan, konsumsi juga akan bertambah, maka konsumsi adalah veriabel
dependen dan pendapatan adalah variabel bebas.
Contoh 2 : Sebuah penelitian berjudul:
Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid
Variabel bebas : kualitas guru
Variabel dependen (terikat) : prestasi belajar murid
1. c. Populasi dan Sampel Penelitian
1) Populasi
Dalam Encyclopedia of Educational Evalution tertulis: A population is a set (or collection) of all
elements possessing one or more attributes of interest.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi, atau
disebut studi populasi atau studi sensus, karena penelitian ini ingin melihat semua liku-liku yang
ada di dalam populasi.
2) Sampel
Jika ingin menelitian sebagian dari populasi, maka penelitian ini disebut penelitian sampel.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel harus dilakukan
dengan cermat, sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai
contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Sampel harus
representatif, valid, dan reliabel.
Cara-cara pengambilan sampel penelitian dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Sampel random (sampel acak atau sampel campur)
Cara pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi, sehingga
semua subjek dianggap sama, semua diberi kesempatan yang sama, tidak mengistimewakan,
kemudian dipilih secara acak menjadi sampel. Atau jika jumlah populasinya besar, dapat diambil
antara 15% – 25% atau lebih, bergantung situasinya: kemampuan peneliti, waktu, tenaga, biaya,
jangkauan wilayah, dan besar kecilnya risiko.
Cara sistematis pengambilan sampel random, dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Undian (untung-untungan)
(2) Ordinal (tingkatan sama)
(3) Menggunakan tabel bilangan random
b) Sampel Berstrata atau Stratified Sample
Populasi ini terdiri dari tingkat-tingkat atau strata, maka pengambilan sampel tidak boleh
dilakukan secara random. Setiap strata harus diwakili sebagai sampel.
Contoh: Kelompok I sangat kaya, kelompok II sedang, kelompok III miskin. Dalam hal ini
kekayaan tidak perlu ditinjau dari tingkatannya. Tetapi keadaan pemilikan harta benda, sehingga
di dalam sampling, kita kategorikan saja sebagai cluster sampling, yaitu sampel yang diambil
berdasarkan kelompok, bukan strata pemilikan harta benda.
c) Sampel wilayah atau area probability sample
Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap
wilayah yang terdapat dalam populasi.
Contoh: Penelitian tentang keberhasilan KB di seluruh wilayah Indonesia. Diantara 28 propinsi,
masing-masing berbeda keadaannya, maka kita mengambil sampel dari 28 propinsi, sehingga
hasilnya mencerminkan keberhasilan KB seluruh Indonesia.
d) Sampel proporsi atau proportional sample, atau sampel imbangan
Teknik pengambilan sampel ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel
berstrata atau sampel wilayah. Untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan
subjek ditentukan keseimbangan atau sebanding dengan banyaknya subjek masing-masing strata
atau wilayah.
Contoh: Mahasiswa I : 300 orang, tingkat II: 200 orang, tingkat III: 100, tingkat IV: 100 orang,
maka pengambilan sampelnya sebanyak 1,5 atau setengah dari populasi.
e) Sampel bertujuan atau purposive sample
Sampel ini dilakukan dengan cara mengambil subjek berdasarkan atas adanya tujuan tertentu,
dengan alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, sehingga tidak dapat mengambil sampel
yang besar dan jauh.
Contoh: Penelitian tentang minat belajar siswa SMP di seluruh Indonesia. Karena yang
keterbatasan peneliti, tidak mungkin mengambil seluruh propinsi, maka diambillah sebagian
misalnya: Surabaya, Malang. Medan, DIY, Bandung, dan jakarta. Kota tersebut diperkirakan
banyak sekolahnya, sehingga dianggap dapat mewakili, juga mengambil beberapa sekolah yang
ada di daerah sebagai imbangan dari enam daerah tersebut.
1. d. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data. Data yang akan dikumpulkan harus
mempunyai nilai validitas dan reliabilitas yang baik, tentunya dibutuhkan suatu metode
pengumpulan data. Ada beberapa metode pengumpulan data yang dapat dipergunakan, antara
lain:
1) Wawancara (Interview)
Pengertian wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari narasumber.
Ditinjau dari pelaksanaannya, wawancara dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Wawancara
Terstruktur dan Wawancara Bebas. Wawancara terstruktur adalah sejenis wawancara yang
dilakukan oleh pewawancara dan narasumber dengan menggunakan pedoman pertanyaan.
Sedangkan Wawancara Bebas yaitu wawancara yang dilakukan dengan bebas, tanpa
menggunakan pedoman pertanyaan.
2) Angket (Questioner)
Yang dimasud dengan Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya. Angket mempunyai bermacam-macam jenis, bergantung pada pelaksanaan,
kerahasiaan, dan kebutuhan jawaban yang diinginkan, antara lain: Angket terbuka, angket
tertutup, angket langsung, dan angket tak langsung.
Berdasarkan bentuknya, angket dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Angket pilihan ganda
b) Angket isian
c) Check list, sebuah daftar pertanyaan dan jawaban, responden tinggal membubuhkan tanda
check ( ;/ ) pada kolom yang sesuai.
d) Rating scale, (skala bertingkat), responden tinggal memilih jawaban yang ssuai, misalnya:
setuju atau tidak setuju, sangat baik, baik, sukup baik, kurang baik, tidak baik, dan seterunya.
3) Pengamatan (Observasi)
Pengumpulan data untuk suatu karangan ilmiah dapat dilakukan dengan cara observasi.
Observasi adalah bentuk pengamatan langsung kepada suatu objek yang akan diteliti. Observasi
dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, tidak seperti penelitian lapangan, yang membutuhkan
waktu lebih panjang.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Observasi Sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman
sebagai instrumen pengamatan.
b) Observasi Nonsistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan
instrumen pengamatan.
4) Dokumentasi
Istilah doumentasi berasal dari kata dokumen, artinya barang-barang tertulis. Di dalam
pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen (naskah), notula rapat, catatan harian, foto, dan seterusnya.
1. 4. Bab IV. Teknik Analisis Data
Analisis data (data analysis) atau pengolahan data, yaitu upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dokumentasi, angket dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi yang lain.
Secara garis besar, langkah-langkah analisis data meliputi tiga hal, antara lain:
1) Persiapan
2) Tabulasi atau Penyajian Data
3) Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Adapun teknik analisis data dapat dilakukan sebagaimana prosedur analisis data dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Mengumpulkan data secara lengkap
2. Mengklasifikasi data sesuai dengan objek penelitian.
3. Melakukan analisis indikator komponen.
4. Mengevaluasi data secara simultan hasil penelitian.
5. Mengkaji dan menganalisis lebih mendalam tentang keandalan data.
6. Membuat analisis, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
7. Menginterpretasi hasil analisis.
8. Menyimpulkan hasil analisis dengan menggunakan teknik analisis non-statistik atau
teknik analisis statistik (SPSS =Statistical Package For Social Science)
1. 5. Bab V. Kesimpulan dan saran
2. a. Kesimpulan
Isi kesimpulan, merupakan inti sari dari dari hasil pembahasan masalah, yang harus
dikemukakan secara jelas, sistematis, dan logis, sehingga dapat diperoleh gambaran menyeluruh
dari hasil pembahasan masalah.
1. b. Saran-Saran
Dari hasil kesimpulan yang didapat dapat dikemukakan saran yang berhubungan dengan
hasil pembahasan masalah untuk kegiatan yang praktis, dan juga berkaitan dengan aktivitas lebih
lanjut, tentang permasalahan yang masih perlu adanya suatu perbaikan.
1. Petunjuk Teknis Penulisan
Syarat-Syarat Penulisan
1. Diketik berspasi dua dengan huruf standard.
2. Kertas berukuran kuarto (2,5 cm x 28 cm) berat 70 – 80 gr. Atau jenis HVS.
3. Teks hanya diketik pada halaman permukaan saja.
4. Batas tepi pengetikan naskah (margin) mengikuti ketentuan: margin atas: 3 cm, margin
bawah: 4 cm, margin kiri: 4 cm, dan margin kanan: 3 cm.
5. Setiap halaman diberi nomor:
1) Bagian awal, diberi nomor Romawi kecil pada bagian bawah tengah.
Contohnya: ii, iii, iv, v, dan seterusnya.
2) Bagian inti dan bagian akhir, diberi angka Latin / Arab (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya),
diketik pada bagian sudut kanan atas. Kecuali pada Bab baru, penomoran diletakkan pada bagian
bawah tengah.
Cara Penomoran Angka Pada Bagian Inti
Penomoran bab, subbab, sub-subbab dapat dipecah dalam bagian-
bagian kecil secara berturut-turut sebagaimana berikut:
1. Angka Romawi besar
2. Huruf besar
3. Angka Latin
4. Huruf kecil
5. Angka Latin dengan satu tanda kurung
6. Huruf kecil dengan satu tanda kurung
7. Angka Latin dengan dua tanda kurung
8. Huruf kecil dengan dua tanda kurung
9. Dan seterusnya.
Contoh Pertama:
BAB I. : PEMUDA DAN PEMBANGUNAN
1. Pemuda pada Masa Prakemerdekaan
1. Jong Sumatera
2. Jong Java
3. Pemuda Pada Masa Pembangunan
1. Pentingnya Pemuda Dalam Pembangunan
2. Peran Pemuda Dalam Mengisi Pembangunan
a) Giat Belajar
b) Aktif Berorganisasi
1) Organisasi Mahasiswa
2) Organisasi Masyarakat
(a) Karang Taruna
(b) Remaja masjid
(1) dan seterusnya ……..
(2) …………………….
Cara lain yang juga sering digunakan dalam penulisan karangan ilmiah (Skripsi) yaitu dengan
menggunakan pecahan angka-angka saja, tanpa memanfaatkan huruf.
Contoh Kedua:
BAB I. : PEMUDA DAN PEMBANGUNAN
1.1. Pemuda pada Masa Prakemerdekaan
1.1.1. Jong Sumatera
1.1.2. Jong Celebes
1.1.3. Jong Java
1.2. Pemuda Pada Masa Pembangunan
1.2.1. Pentingnya Pemuda Dalam Pembangunan
1.2.2. Peran Pemuda Dalam Mengisi Pembangunan
1.2.2.1. Giat Belajar
1.2.2.2. Aktif Berorganisasi
1.2.2.2.1. Organisasi Pelajar
1.2.2.2.2. Organisasi Mahasiswa
1.2.2.2.3. Organisasi Masyarakat
1.2.2.3.1. Karang Taruna
1.2.2.3.2. Remaja masjid
1.2.2.3.3. dan seterusnya ……..
1.2.2.3.3.1. dan seterusnya …..
1.2.2.3.3.2. dan seterusnya …
Kedua cara tersebut, jika dibandingkan, maka cara pertama memanfaatkan angka dan huruf,
sedangkan cara kedua hanya angka-angka. Batas jumlah penomoran sebaiknya tidak melebih
dari lima angka, hal ini untuk menghindari pembagian yang bertele-tele. Selain itu, penomoran
harus konsisten, artinya kalau mengikuti cara pertama, maka harus sesuai dengan tata cara
penulisan cara pertama, demikian juga kalau memakai pedoman cara kedua, maka harus
memanfaatkan angka-angka saja. Yang tidak dibenarkan adalah sikap tidak konsisten dalam
penulisan karangan ilmiah (Skripsi), sebagian menggunakan cara pertama dan sebagian cara
kedua.
Cara Mengutip Langsung
Dalam karangan ilmiah sering digunakan kutipan-kutipan untuk menegaskan isi uraian, dan
untuk membuktikan apa yang dikatakan.
Kutipan yang dimaksud adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau
ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku, majalah, surat kabar, maupun tulisan-
tulisan makalah.
Menurut jenisnya, kutipan dibedakan menjadi dua macam: Kutipan Langsung, dan Kutipan Tak
Langsung. Definisi kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara
lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah naskah asli, tanpa mengubah sedkit
pun. Sebaliknya kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh
terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat yang tersebut.
Cara menuliskan kutipan langsung:
1) Bila panjangnya kurang dari 5 baris, maka langsung diketik dengan didahului tanda kutip “
……………………” dengan menggunakan dua spasi.
2) Bila kutipan melebih 5 baris, maka ketentuannya sebagai berikut:
a) Diketik mulai dengan baris baru.
b) Dimulai masuk ke kanan dengan 5 hentakan.
c) Diketik dengan 1 (satu) spasi
d) Tidak menggunakan tanda kutip
Di bawah ini ada beberapa cara sederhana dalam mengutip teks, yang dapat dipergunakan
sebagai acuan, antara lain:
1. Kutipan diambil dari seorang penulis (Makalah)
Contoh 1:
Menurut pendapat Imam Barnadib (2010) bahwa, “Sejalan dengan perkembangan sains dan
teknologi, menuntut eksistensi kerja dan kesanggupan manusia untuk merekam masalah-masalah
tersebut sebagai pengalaman.”
Contoh 2:
Salah satu cara meneruskan ilmu pengetahuan kepada orang lain, ialah dengan jalan menuliskan
ilmu pengetahuan menjadi satu naskah, dan kemudian disebarluaskan. Oleh karena itu, ide-ide,
gagasan-gagasan, intuisi-intuisi, cita-cita, argumen-argumen, pertanyaan-pertanyaan, kesangsian-
kesangsian, kritik-kritik, saran-saran, dan seterusnya, jangan dibiarkan berserakan, jangan
dibiarkan menggumpal dalam pikiran dan perasaan, jangan dibiarkan lepas tanpa makna. Betapa
pun baiknya ide dan gagasan itu, apabila tidak dikomunikasikan kepada orang lain, tidak akan
berguna. Sebaliknya, apabila ide, gagasan, pikiran-pikiran dikomunikasikan kepada orang lain
baik lisan maupun tulisan, tentunya sangat berguna bagi perkembangan, kemajuan, pelajaran,
atau perubahan bagi orang lain dan masyarakat umumnya. Ibarat pohon yang berbuah, banyak
manfaatnya bagi orang lain. Komunikasi ide yang dimaksud adalah karangan ilmu pengetahuan
yang berupa karangan ilmiah (Barnadib,2010)
1. Kutipan yang diambil lebih dari seorang penulis (Makalah)
Contoh:
Menurut pendapat Imam Barnadib dan M. Ali (2010) bahwa …………… ………
A. Teuw, La Rose, dan M. Ali (2010) Telah membandingkan ………
1. Kutipan yang diambil dari bagian buku tertentu
Contoh 1:
Sebagaimana yang dijelaskan oleh George R. Terry (2009:14), “Management is a distinct
process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine
and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources.”
Contoh 2:
Sentralisasi wewenang adalah bila sebagian besar kekuasaan masih tetap dipegang oleh
pimpinan. Sedangkan desentralisasi wewenang adalah apabila sebagian kecil kekuasaan
dipegang pimpinan, sebagian besar kekuasaannya didelegasikan kepada bawahannya. Pemimpin
yang cakap selalu bersikap desentralisasi wewenang, karena sifat delegasi wewenang adalah du
characteristic artinya pihak bawahan menerima wewenang dari atasan (Fatah,2009:190)
Cara Penulisan Footnotes
Beberapa cara mengutip dalam teks, seperti halnya membuat catatan kaki atau foonotes.
Footnotes banyak digunakan dalam penulisan karangan ilmiah. Foonotes berbeda dengan daftar
pustaka. Istilah-istilah foonotes banyak jenisnya, antara lain:
Ibid. : Ibidem; pada tempat yang sama
Op.Cit. : Opere Citato; pada karya yang telah dikutip
Loc.Cit. : Loco Citato; pada tempat yang telah dikutip
c. ; ca. : Circa; kira-kira atau sekitar, terutama digunakan pada tahun (c.1918)
ed. : Editor; edited by; editore; penyunting; disunting oleh; para penyunting.
p. ; pp. : Page; pages; halaman
cf. : Compare; bandingkan. (cf. Tarigan. Membaca, p.78)
Infra : Di bawah, lihat pada artikel atau karangan yang sama di bawah
Supra : Di atas, sudah terdapat lebih dulu pada teks yang sama
ef . al : Et all; and other; dan lain-lain; dengan teman-teman digunakan bagi tiga
lebih pengarang. (Keraf, et.al)
et seq : et sequens; dan halaman berikutnya.
f. ; ff. : And the following page; halaman tersebut dan halaman berikutnya
(p.68 ff.)
ms.; mss. : Manuscript; naskah atau naskah tulisan tangan.
n.d. : No date of publication given; tidak ada tahun penerbitan diberikan.
(Solo, n.d.:34)
n.p. : No place of publication given; tidak ada tempat penerbitan yang
diberikan.
Rpt. : Reprint; cetak ulang.
Tr.; trans. : Translated by; diterjemahkan oleh
vol. Vols : Volume, volumes; jilid
ser. : Seri
Dari daftar singkatan footnotes atau catatan kaki tersebut, yang lebih sering digunakan adalah
ibid, op.cit, dan loc.cot. hal ini karena sangat rumit untuk diterapkan secara keseluruhan dan
membutuhkan ketelitian.
Contoh:
1. Hamka. Di Bawah Lindungan Ka’bah. Jakarta: Gramedia. 1998, pp. 56.
2. Ibid.
3. Keraf, Gorys. Tatabahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah. 2000,pp.67.
4. Arifin, Bey. Samudera Al-Fatihah. Surabaya: Bina Ilmu. 2001,pp.76.
5. Hamka. Op.Cit, pp.29.
6. Keraf, Gorys. Loc.Cit, pp.98.
7. Arifin, Bey. Loc.Cit, pp. 20.
Penulisan Daftar Pustaka dari Berbagai Sumber
Secara berurutan, cara penulisan daftar pustaka sebagaimana pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan adalah:
1. Nama pengarang (dibalik diberi koma, dan diikuti tanda titik ) ditulis tanpa gelar.
2. Tahun terbit (diikuti tanda titik)
3. Judul buku (dicetak miring/digaris bawah, diikuti tanda titik)
4. Tempat kota penerbit (diikuti tanda titik dua)
5. Nama penerbir (diakhiri tanda titik)
6. Daftar pustaka ditulis menurut alpabetis, tanpa diberi nomor urut.
Contoh:
1. a. Dari Buku
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
DePorter, Bobbi. 2008. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Nadjib, Emha Ainun. 2002. Slilit Sang Kiyai. Jakarta: Balai Pustaka
1. b. Dari Buku Terjemahan
Hull, T.H. 2007. Teknik Gabungan dalam Studi Kesuburan di Daerah Pedesaan
Di Jawa. Terjemahan Koencotjoroningrat. Jakarta: Gramedia.
Multatuli. 2006. Max Havelar: Lelang Kopi Persekutuan Dgang Belanda.
Terjemahan HB. Yasin. Jakarta: Balai Pustaka.
1. c. Dari Majalah
Kusnadi. 2002. “Seni dan Kaligrafi A.D. Pirous.” Horison. Jakarta, Bulan Januari.
Ahmada, Alfian Gilang. 2004. “Sisi Lain Dunia Artis.” Liberty. Jakarta, bulan
Agustus.
1. d. Dari Artikel Harian
Tajuk Rencana dalam Kompas. 2010. Sekali Lagi Teroris. Jakarta,
tanggal 15 Oktober.
Taftazani, M. Geovani. 2010. “Ada Apa Dengan Remaja.” Jawa Pos. Surabaya,
Tanggal 22 Juni.