DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek...

127
1 d DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA Sang Gede Purnama I Gede Herry Purnama PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITA UDAYANA 2017

Transcript of DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek...

Page 1: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

1

d

DIKTAT KULIAHTOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

PARIWISATA

Sang Gede PurnamaI Gede Herry Purnama

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITA UDAYANA

2017

Page 2: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

2

DAFTAR ISI

1. Pendahuluan1.1 Pengertian lingkungan …………………………………………………………… 41.2 Pengertian ekosistem ………………………………………….………………… 51.3 Pengertian toksikologi ……………………………………………………………. 6

2. Factor yang mempengaruhi toksistas racun …………………………………………. 83. Toksikologi logam berat ……………………………..……………………………….214. Toksikologi Pestisida ……………………………………………………………….. 435. Toksikologi bahan tambahan makanan …………………………………….………..606. Keracunan akibat mikroorganisme pangan ………………………………...……… 807. Parasit pada makanan ……………………………………………..………………….948. Pencegahan bahaya pencemaran makanan…………………………………………. 111

Page 3: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga karya tulis

ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas

bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun

pikirannya.

Dan harapan saya semoga buku ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya tulis

agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak

kekurangan dalam karya tulis ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan buku ini.

Hormat saya

Sang G. Purnama

Page 4: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup di dunia ini sangatlah tergantung kepada lingkungan demi kelangsungan

hidupnya. Pada umumnya, makhluk hidup terutama manusia sangat memanfaatkan sumber yang

berasal dari lingkungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hubungan saling ketergantungan

antara semua elemen yang ada dalam lingkungan sangat penting diketahui terutama oleh manusia

sebagai pengelola utama agar keberlangsungan hubungan dengan lingkungan dapat terus

dipertahankan untuk keberlanjutan sistem kehidupan di atas muka bumi.

Laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat membuat kebutuhan penduduk juga

meningkat pula, maka persoalan mengenai lingkungan mulai dirasakan dampaknya oleh manusia

secara meluas akibat berbagai aktivitas manusia terutama pencemaran lingkungan yang

berdampak pada ekosistem di dalamnya. Dalam Pasal 1 angka 14 dan angka 16 U.U.P.L.H No.32

Tahun 2009, Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Daya dukung maupun daya

tampung di lingkungan pun akan terganggu.

Permasalahan lingkungan sering timbul karena berbagai macam kegiatan industri

mengakibatkan terjadinya pencemaran air, tanah, maupun udara. Hal ini karena adanya zat

berbahaya atau zat toksik yang masuk ke dalam sistem lingkungan. Jika lingkungan tercemar oleh

zat toksik maka akan berpengaruh terhadap ekosistem di dalamnya. Maka dibutuhkan

pemahaman secara dasar mengenai arti lingkungan, ekosistem, maupun toksikologi dalam

menangani pencemaran lingkungan yang telah terjadi belakangan ini.

Page 5: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

5

2.1 Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya

alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah

maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan

bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi

segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan

manusia.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala

yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan

komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan

mikro-organisme (virus dan bakteri).

Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam

Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan

Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain.A.F.A Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai

segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal

balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Pada suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga

menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik

pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia,

tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. sedangkan komponen abiotik adalah benda-benda

mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni

mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya.

Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 tahun 2007 adalah

kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada

manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.

Page 6: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

6

2.2 Pengertian Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk dikarenakan hubungan timbal balik

yang tidak dapat terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dapat juga

dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh serta menyeluruh antara unsur lingkungan

hidup yang saling memengaruhi.

Ekosistem merupakan penggabungan dari unit biosistem yang melibatkan hubungan

interaksi timbal balik antara organisme serta lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju

struktur biotik tertentu sehingga terjadi siklus materi antara organisme dan anorganisme.

Matahari adalah sumber dari semua energi yang ada dalam ekosistem.

Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan lingkungan yang melibatkan

unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan faktor-faktor fisik (iklim, air, dan tanah) serta kimia

(keasaman dan salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Gatra yang dapat digunakan

sebagai ciri keseutuhan ekosistem adalah energetika (taraf trofi atau makanan, produsen,

konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran pelaksana taraf trofi), dan produktivitas (hasil

keseluruhan sistem). Jika dilihat komponen biotanya, jenis yang dapat hidup dalam ekosistem

ditentukan oleh hubungannya dengan jenis lain yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu

keberadaannya ditentukan juga oleh keseluruhan jenis dan faktorfaktor fisik serta kimia yang

menyusun ekosistem tersebut.

Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai dirintis oleh beberapa pakar

ekologi. Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman) menggunakan istilah biocoenosis. Kemudian

pada tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika) menggunakan istilah mikrokosmos. Di Rusia pada

mulanya lebih banyak digunakan istilah biocoenosis, ataupun geobiocoenosis. Istilah ekosistem

mula-mula diperkenalkan oleh seorang pakar ekologi dari Inggris, A.G.Tansley, pada tahun 1935.

Pada akhirnya istilah ekosistem lebih banyak digunakan dan dapat diterima secara luas sampai

sekarang.

Dalam suatu ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang secara bersama-sama

dengan lingkungan fisik. Organisme tersebut akan beradaptasi dengan lingkungan fisik dan

sebaliknya organisme juga dapat memengaruhi lingkungan fisik yang digunakan untuk keperluan

Page 7: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

7

hidup. Kehadiran suatu spesies dalam suatu ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan

sumber daya dan kondisi faktor kimiawi serta fisis yang harus berada pada kisaran yang masih

dapat ditoleransi oleh spesies itu sendiri, itulah yang disebut hukum toleransi.

2.3 Pengertian Toksikologi

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek merugikan berbagai bahan

kimia dan fisik pada semua sistem kehidupan. Dalam istilah kedokteran, toksikologi didefinisikan

sebagai efek merugikan pada manusia akibat paparan bermacam obat dan unsur kimia lain serta

penjelasan keamanan atau bahaya yang berkaitan dengan penggunaan obat dan bahan kimia

tersebut. Toksikologi sendiri berhubungan dengan farmakologi, karena perbedaan fundamental

hanya terletak pada penggunaan dosis yang besar dalam eksperimen toksikologi. Setiap zat kimia

pada dasarnya adalah racun, dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian.

Salah satu pernyataan Paracelsus menyebutkan “semua substansi adalah racun; tiada yang bukan

racun. Dosis yang tepat membedakan racun dari obat”. Pada tahun 1564 Paracelsus telah

meletakkan dasar penilaian toksikologis dengan mengatakan, bahwa dosis menentukan apakah

suatu zat kimia adalah racun (dosis sola facit venenum). Pernyataan Paracelcus tersebut sampai

saat ini masih relevan. Sekarang dikenal banyak faktor yang menyebabkan keracunan, namun

dosis tetap merupakan faktor utama yang paling penting.

Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang

hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk

hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan

kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.

Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan

oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat

yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan

manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi

pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka

waktu dan frekuensi pemaparan.

Page 8: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

8

Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat

kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi

karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama

di lingkungan industri-industri kimia.

Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau

lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang

mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan

membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan

hubungan dosis-respons.

Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang

berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu

organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor

“tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan

terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah

toksik atau toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek

berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam

kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu

organisme.

Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam

memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa

satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif,

kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang sedang

dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab

itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah tentang berbagai efek zat kimia atas

berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan

berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu terjadi.

Page 9: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

9

BAB 2.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TOKSISITAS RACUN DALAM

TUBUH

Toksikologi merupakan ilmu antar bidang, yang ruang lingkup pokok kajiannya

digolongkan menjadi toksikologi lingkungan, ekonomi, dan kehakiman ( forensik ). Untuk

memahami permasalahan toksikologi, diperlukan pengetahuan tentang pemahaman terhadap asas

umum toksikologi, aneka kondisi atau faktor- faktor yang mempengaruhi ketoksikan racun,

mekanisme wujud sifat efek toksik racun, tolok ukur toksikologi, dan asa umum uji toksikologi.

Pada dasarnya keracunan suatu senyawa diawali oleh masuknya senyawa tersebut ke dalam

tubuh, yang kemudian terdistribusi sampai ke sel sasaran tertentu. Selanjutnya akibat interaksi

antara senyawa dengan sel sasaran,menyebabkan terjadinya gangguan fungsi, biokimia, perubahan

struktur sel akibat dari wujud efek toksik senyawa itu, misal teratogenik, mutagenik, karsinogenik,

penyimpangan metabolik, ketidaknormalan perilaku, dan lain sebagainya. Efek toksik suatu racun

terjadi akibat interaksi antar racun, dan tempat aksinya secara langsung atau tidak langsung.

Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang

berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu

organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh dosis, konsentrasi racun di tempat aksi,

sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan

bentuk efek yang ditimbulkan. Sedangkan toksisitas dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu

dari zat kiia atau obat pada organisme target yang dapat menimbulkan atau memiliki efek yang

berbahaya. (Ameria,2008). Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dapat dilihat dari

berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek

berbahaya zat kimia tersebut dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu terjadi.

Pada umumnya efek berbahaya / efek farmakologik timbul apabila terjadi interaksi antara

zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat dua aspek yang harus

Page 10: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

10

diperhatikan dalam mempelajari interakasi antara zat kimia dengan organisme hidup, yaitu kerja

farmakon pada suatu organisme (aspek farmakodinamik / toksodinamik) dan pengaruh organisme

terhadap zat aktif (aspek farmakokinetik / toksokinetik) aspek ini akan lebih detail dibahas pada

sub bahasan kerja toksik. Alur utama bahan toksik dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah

melalui saluran pencernaan atau gastrointestinal (menelan/ingesti), paru-paru (inhalasi), kulit

(topical), dan jalur parental lainnya (selain usus/intestinal). Bahan toksik umumnya menyebabkan

efek yang paling besar dan menghasilkan respons yang palingcepat bila diberikan melaluijalur

intravena (Endrinaldi, 2009).

Racun adalah suatu zat yang berasal dari alam maupun buatan yang bekerja pada tubuh

baik secara kimiawi dan biologis yang dalam dosis toksik dapat menyebabkan suatu penyakit

dalam tubuh serta dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan menakisme kerjanya dalam tubuh

manusia, racun dibagi menjadi yang bekerja lokal, sistemik, dan lokal sekaligus sistemik. Racun

yang bekerja lokal dapat bersifat korosif, irritant, atau anestetik. Racun yang bekerja sistemik

biasanya mempunyai afinitas terhadap salah satu sistem, contohnya barbiturat, alkohol, digitalis,

asam oksalat, dan karbon monoksida. Adapun racun yang bekerja lokal maupun sistemuk misalnya

arsen, asam karbol, dan garam. Racun kimia adalah zat tertentu yang memiliki efek merugikan

pada jaringan manusia, organ, atau proses biologi. Sedangkan toksisitas merujuk pada sifat-

sifat zat kimia yang menggambarkan efek sampingyang mungkin dialami manusia akibat kontak

kulit atau mengkonsumsinya.

Efek dari toksik pada manusia dapatdiklasifikasikan sebagai efek

akut dan efek kronis. Jika ada respon yang cepat dan serius dengan dosis tinggi tapi berumur

pendek dari racun kiia maka disebut efek akut. Racun akut akan mengganggu proses fisiologis

yang menyebabkan berbagai gejala gangguan, dan bahkan menyebabkan kematian jika

gangguan tersebut cukup parah. Efek kronis cenderung menghasilkan racun dengan

dosis rendah selama periode yang relatif lama Toksisitas akut relatif mudah untuk

mengukur. Efek racun pada toksisitas akut cukup tinggi pada tingkat fungsi tubuh,

bersifat jelas dan cukup konsisten di

individu dan spesies. Untuk bahan kimia yang berbeda, tingkat ini sangat bervariasi. Di beberapa

tingkat hampir semuanya beracun, dan perbedaan antara beracun dan non beracun adalah

Page 11: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

11

masalah derajat. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat keracunan toksik

terhadap tubuh yaitu Faktor Biotik dan Faktor Abiotik.

2.1 Cara Kerja Dan Efek Toksik

Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses fisika, biokimia,

dan biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini umumnya dikelompokkan ke dalam tiga

fase yaitu: fase eksposisi toksokinetik dan fase toksodinamik. Dalam menelaah interaksi

xenobiotika/tokson dengan organisme hidup terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:

kerja xenobiotika pada organisme dan pengaruh organisme terhadap xenobiotika. Yang dimaksud

dengan kerja tokson pada organisme adalah sebagai suatu senyawa kimia yang aktif secara

biologik pada organisme tersebut (aspek toksodinamik). Sedangkan reaksi organisme terhadap

xenobiotika/tokson umumnya dikenal dengan fase toksokinetik (Wirasuta, 2007).

1. Fase eksposisi merupakan kontak suatu organisme dengan xenobiotika, pada umumnya,

kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi efek toksik/farmakologi setelah xenobiotika

terabsorpsi. Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut, terdispersi

molekular dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik. Dalam konstek pembahasan efek

obat, fase ini umumnya dikenal dengan fase farmaseutika. Fase farmaseutika meliputi

hancurnya bentuk sediaan obat, kemudian zat aktif melarut, terdispersi molekular di tempat

kontaknya. Sehingga zat aktif berada dalam keadaan siap terabsorpsi menuju sistem

sistemik. Fase ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor farmseutika dari sediaan farmasi.

2. Fase toksikinetik disebut juga dengan fase farmakokinetik. Setelah xenobiotika berada

dalam ketersediaan farmasetika, pada mana keadaan xenobiotika siap untuk diabsorpsi

menuju aliran darah atau pembuluh limfe, maka xenobiotika tersebut akan bersama aliran

darah atau limfe didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik (reseptor).

Pada saat yang bersamaan sebagian molekul xenobitika akan termetabolisme, atau

tereksresi bersama urin melalui ginjal, melalui empedu menuju saluran cerna, atau sistem

eksresi lainnya.

3. Fase toksodinamik adalah interaksi antara tokson dengan reseptor (tempat kerja toksik) dan

juga proses-proses yang terkait dimana pada akhirnya muncul efek toksik/farmakologik.

Interaksi tokson-reseptor umumnya merupakan interaksi yang bolak-balik (reversibel). Hal

Page 12: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

12

ini mengakibatkan perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi

dari tempat kerjanya (reseptor).

Page 13: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

13

2.2 Faktor – Faktor Biotik Yang Mempengaruhi Toksisitas Racun Dalam Tubuh

Jenis Kelamin :

Pada umumnya racun pestisida atau racun lainnya lebih tahan kepada jenis kelamin wanita

daripada yang berjenis kelamin laki – laki. Hal ini dikarenakan yang berjenis kelamin wanita

biasanya memiliki lemak yang lebih banyak dari pada yang berjenis kelamin laki – laki , sehingga

bahan – bahan racun dapat terikat dalam lemak.

Umur :

Kaum lanjut usia dan anak – anak biasanya lebih peka terhadap racun daripada usia orang – orang

dewasa. Jadi biasanya pada saat sakit anak – anak diberi dosis obat yang lebih rendah ari usia

dewasa. Selain itu masalah yang paling bahaya yatu tentang Cd seperti menghirup debu halus

cadmium yang dapat menyebabkan peneumonitis, pembengkakakn paru – paru (pulmonary

edema) dan kematian (Hayes,2007).

Berat badan dan ukuran :

Semakin tinggi dosis obat atau racun dan semakin besar atau berat hewan merupakan prinsip dari

farmakologi. Untuk ukuran kg per berat badan bisanya diukur menggunakan ukuran dosis seperti

LD50. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada serangga , menujukkan bahwa semakin besar

ukuran badan atau semakin berat badan dari serangga maka semakin tinggi dosis yang digunakan,

hal ini dimaksudkan bahwa dosis yang dibutuhkan akan semakin tinggi apabila tinggi berat badan

hewan semakin berat. Semakin beracun bahan kimia tersebut, makan semakin rendah LD50 makan

paparan terhadap manusia pun semakin parah. Pada seseorang yang mengalami penyakit

Alzheimer akan meningkat pada unsur tembaga bebas (Brewer,2010)

Makanan :

Cacing Trichinella spp. dan Tanea spp. yang menyebabkan penyakit – peyakit seperti

Trichinelosis dan Taeniasis. Cacing - cacing tersebut dapat hidup dalam daging babi, dikenal

dengan sebtan cacing babi, sedangkan cacing yang hidup dalam daging sapi adalah Taenia spp.

dikenal dengan sebutan cacing sapi. Seseorang akan menjadi kurus dan tidak sehat apabila

mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi, sehingga dapat terkenan serangan

pathogen penyakit atau zat racun.

Page 14: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

14

Kesehatan :

Potensialitas racun yang dimakan dapat ditentukan oleh kesehatan seseorang juga. Bisanya orang

yang sehat lebih tahan terhadap racun dibandingkan dengan orang yang tidak sehat (lemah).

Kekurangan vitamin A, dapat dihubungkan dengan kerancunan arensik, sehingga dapat

mengakibatkan buta malam (night blindes).

Faktor intrinsik makhluk hidup

Kardiovaskuler merupakan suatu sistem yang kompleks melibatkan beberapa organ utama yaitu

jantung, pembuluh darah, ginjal, maupun sistem saraf pusat dan otonom.. Selain faktor keadaan

fisiologis diatas, terdapat beberapa uraian tentang keadaan fisiologis yang belum tercakup dalam

uraian tersebut meliputi :

a. Kapasitas Fungsional Cadangan

Pada dasarnya untuk melakukan berbagai fungsi, aneka ragam organ tubuh memiliki kapasitas

cadangan untuk melakukan keseluruhan fungsinya. Untuk mengukur fungsi organ tersebut

biasanya melibatkan satu atau lebih bentuk uji terhadap kerusakan pada organ hidup yang

disebabkan oleh zat kimia. Karena telah dinyatakan bahwa sebagian besar organ dapat dirusak

sebelum kapasitas cadangannya berkurang cukup banyak untuk mendorong terjadinya gangguan

fungsionalnya, maka mungkin sekali terjadi bahwa uji fungsi yang dilakukan tidak akan

memperlihatkan kerusakan karena zat kimia yang sedikit. Sepanjang organ tersebut masih

mempertahankan kapasitas (kelebihan) cadangan untuk melakukan keseluruhan fungsinya, maka

organ melangsungkan fungsinya pada tingkat maksimal.

Pada berbagai daerah diseluruh organ itu, kadar akhir terkait zat kimia besarnya berbeda –

beda. Untuk tidak bermateri, untuk meningkat, atau menghambat perpindahan zat kimia yang

dimaksud melewati organ, hal ini tergantung atas kemampuan membrannya.

Jika pada satu kesempatan organ tersebut dicerca dengan kadar toksis minimal suatu zat

kimia asing, maka diharapkan untuk tidak akan memperlihatkan keseluruhan toksisitasnya, selama

jangka waktu yang panjang akan menimbulkan suatu akibat cercaan yang berkesinambungan oleh

kadar zat kimia yang sama.

Misalnya dengan cara pemedahan atau secara kimia 50 % hati anjing dapat dirusak. Paling

tidak dalam memenuhi persyaratan minimalnya, anjing dapat bertahan hidup karena sisa hati yang

Page 15: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

15

tidak terusak oleh zat kimia dapat melakukan fungsi normal. Karena organ memiliki kapasitas

fungsi cadangan yang hanya digunakan dalam kondisi mendesak maka keadaan tersebut dapat

terjadi. Keadaan ini dapat merugikan jika dipandang dari segi toksikologi. Menapa demikian?

Ketoksikan racun dapat ditutupi karena adanya fungsional cadangan. Sebagai contoh Seseorang

terpapar dengan Aflatoksin B1 yang mencemari makanan, maka kemungkinan wujud efek toksik

aflatoksik yaitu nekrosis sel hati, yang pada awalnya tidak nampak dan tidak terdeteksi. Hal ini

dikarenakan berfungsinya hati secara normal sebagai kapasitas fungsional cadangan menyebabkan

berbagai gejala klinis tidak Nampak. Efek toksik aflaktoksin tersebut akan nampak apabila

kerusakan sudah meluas dan menyebabkan kapasitas fungsional cadangan hati tidak dapat

menopang fungsi normal hati kembali. Sehingga jelas bahwa kapasitas cadangan akan menutupi

ketoksikan suatu racun.

b. Penyimpanan Racun Dalam Diri Makhluk Hidup

Bila zat kimia masuk kedalam sistem sirkulasi, maka zat itu harus dieliminasi dari sistem

sirkulasi itu sebelum makhluk hidup bebas dari zat kimia. Apabila zat kimia tersebut ada sebagai

gas pada suhu tubuh dalam bentuk larutan, maka zat tersebut akan muncul didalam udara yang

dihembuskan pada pernafasan makhluk hidup, dan bila merupakan suatu senyawa yang tak

menguap, maka mungkin melalui sistem kencing, keringat, ataupun ludah yang melibatkan

ekskresi oleh ginjal.

Zat kimia yang di metabolisme dan dideposit didalam lemak mengalami rentang kehidupan

yang pendek dalam darah dan jaringan tak berlemak. Hal ini terjadi karena zat kimia yang berada

didalam darah dengan segera mengalami perubahan menjadi bentuk takanestesia dan sisanya

dideposit didalam lemak. Kemudian agar darah tetap secara esensial bebas dari kadar efektifnya

maka zat kimia segera diubah menjadi bentuk obat tak aktif pada saat obat menyebar dari lemak

kedalam darah

Pada umumnya pemejaan tunggal suatu organisme eksperimental dengan zat kimia tertentu

menghasilkan pengambilan zat kimia tersebut oleh organisme dan selanjutnya terjadi eliminasi

dari organisme itu. Mekanisme, pengikatan, dan penyimpanan yang tersedia bagi zat kimia

tersebut didalam organisme akan mempengaruhi laju eliminasi oleh zat kimia tersebut.

Di dalam tubuh terdapat gudang penyimpanan senyawa yang masuk kedalam tubuh misalnya

protein, lemak, dan tulang. Bagi racun yang bersifat sangatlipofil dan tidak atau sulit

Page 16: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

16

termetabolisme, cenderung ditimbun dalam jaringan yang kaya akan lemak, sehingga racun akan

sulit dikeluarkan dari tubuh. Selain itu karena mobilisasi racun dari gudang penyimpanan ke

sirkulasi darah, memungkinkan terjadinya pelepasan racun dan meyebar ke tempat aksi tertentu.

Efek toksik yang tidak diharapkan akan terjadi apabila kadar racun di tempat aksi melebihi harga

KTMnya. Keadaan ini dapat terjadi bila gudang penyimpanan telah terpenuhi oleh racun,

mengingat makanan dikonsumsi setiap hari sehingga memungkinkan terjadinya akumulasi racun

dalam gudang penyimpanan. Contoh klasiknya ialah penumpukan insektisida DDT dan senyawa

pelunak dietilftalat. Kecuali lemak, tempat pengikatan tak khas atau gudang penyimpanan lainya

adalah tulang, enzim, dan protein. Tempat deposisi, adsorpsi dan reaksi zat kimia ini, membatasi

kemampuan tubuh untuk mengekskresikan racun dari tubuh. Oleh karena itu penyimpanan racun

di dalam tubuh dapat mengurangi atau meningkatkan ketoksikan racun.

Faktor Genetika

Enzim, reseptor, atau protein dapat berupa tempat aksi racun. Tempat aksi racun dapat berupa

enzim, reseptor, atau protein. Menurut ciri khas model genetika masing-masing anggota populasi

makhluk hidup Enzim dan protein nirenzim ada di dalam tubuh, maka apabila kekurangan jumlah

atau ketidaksempurnaan molekul enzim dapat menyebabkan cacat genetika dalam anggota suatu

jenis makhluk hidup. Ketoksikan racun dapa berdampak negatif atau positif akibat adanya cacat

genetika ini. Misalnya racun di dalam tubuh oleh enzim dimetabolisme menjadimetabolit yang

kurang toksik daripada zat kimia induknya. Bila suatu makhluk hidup mengalami cacat genetika,

ketidak-sempurnaan molekul enzim yang terlibat dalam metabolisme racun menyebabkan

terbentuknya metabolit tak toksik jauh lebih sedikit daripada yang terbentuk pada individu normal.

Akibatnya makhluk hidup tersebut akan lebih rentan terhadap ketoksikan racun. Dalam hal ini,

cacat genetika memberikan dampat negatif. Sebaliknya apabila metabolit racun yangterbentuk

bersifat toksik, maka makhluk hidup tersebut justru akan terhindar dariketoksikan racun. Karena

jumlah metabolit toksik yang terbentuk jauh lebihsedikit daripada individu normal. Dalam hal ini,

cacat genetika berdampak positif. Cacat genetika pada sistem pemetabolisme xenobiotika atau

tempat aksitertentu, memungkinkan timbulnya dampak negatif bagi individu terhadapketoksikan

racun. Hal ini dapat terjadi karena penumpukan xenobiotika ataupun perubahan kerentanan tempat

aksi racun.

Page 17: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

17

Jadi akibat dari cacat genetika dapat berdampak negative atau positif bagi individu

terhadap ketoksikan racun : Dikatakan berdampak positif bila cacat genetika menyebabkan

individu resisten terhadap ketoksikan suatu racun. Sebaliknya dikatakan berdampak negatif bila

cacat genetika menyebabkan individu lebih rentan terhadap ketoksikan racun tertentu.

2.3 Faktor Abiotik Yang Mempengaruhi Toksisitas Racun Dalam Tubuh

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi toksisitas racun dalam tubuh adalah sebagai

berikut (Dantje, 2015).

1. Suhu

Secara umum, kecepatan reaksi kimia menjadi dua kali lipat dengan meningkatnya suhu

sebesar 100C meskipun dalam kenyataannya peningkatan suhu tersebut tidak hanya dua kali

lipat, tetapi ada yang tiga bahkan empat kali lipat. Dilaporkan juga bahwa memasak buncis

merah dengan suhu 800C akan meningkatkan toksisitas racun lektin lima kali lebih tinggi dari

kacang segar. Bakteri dapat dikelompokkan dalam empat kategori menurut suhu

pertumbuhannya, yaitu bakteri psikrofil yang hidup pada suhu rendah (0-200C), seperti

Flavobacterium sp., psikrotrof pada suhu 20-400C seperti Listeria sp., mesofil pada suhu 40-

600C seperti Escherichia sp. dan termofil yang hidup pada suhu 60-800C seperti Thermus sp.

Manakala suatu jenis bakteri hidup pada suhu yang berbeda dengan suhu normal untuk

pertumbuhannya, maka sifat racunnya akan menjadi tawar ataupun hilang sama sekali.

2. Kelembaban

Mikotoksin yang berasal dari makanan yang dapat mengganggu kesehatan manusia di negara-

negara sedang berkembang beriklim tropis adalah fumonisins dan aflatoxins tetapi kurang di

negara-negara yang tidak beriklim tropis. Hal ini disebabkan oleh karena jamur-jamur

Aspergillus sp dan jamur-jamur lainnya berkembang dengan baik di daerah yang memiliki

kelembaban dan suhu tinggi. Pada umumnya jamur akan berkembang dengan baik pada

kelembaban yang tinggi tetapi sulit berkembang bila kelembaban rendah atau kering.

3. Curah Hujan

Curah hujan akan mempengaruhi toksisitas racun terutama pestisida bila diaplikasikan untuk

pengendalian hama dan penyakit pada tanaman pertanian. Bila sesudah penyemprotan terjadi

hujan, maka deposit pestisida akan diencerkan oleh adanya tambahan air sehingga konsentrasi

Page 18: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

18

racun berkurang atau racun tersebut tercuci dan jatuh ke tanah. Air hujan dapat engencerkan

senyawa-senyawa racun dalam tanah.

4. Cahaya

Kebanyakan hewan biasanya aktif pada waktu siang tetapi tidak aktif pada waktu malam

(nocturnal). Contohnya ular Malaya, Bungarus candidus adalah yang paling mematikan dalam

spesies ini. Ular ini bersifat sangat agresif bila dalam gelap untuk menghasilkan racun yang

sangat mematikan bagi saraf.

5. Angin

Sama halnya dengan air hujan, maka angin akan mempengaruhi racun pestisida bila

diaplikasikan dalam cuaca berangin. Butiran-butiran atau cairan pestisida yang disemprotkan

ke tanaman akan diterbangkan oleh angin dan secara langsung mengencerkan konsentrasi atau

dosis pestisida.

6. Faktor-faktor Kimia/Fisika

Di lingkungan kita terdapat berbagai macam bahan kimia yang tanpa kita sadari secara

langsung atau tidak langsung akan memberi pengaruh terhadap tubuh kita. Dari banyaknya

bahan kimia yang ada, kandungan senyawa kimia yang satu dengan yang lain dapat dibedakan

dengan melihat sifat kimia-fisika dan struktur kimianya. Contohnya metanol dan etanol.

Kedua senyawa ini sama turunan dari alkohol dan memiliki sifat fisika dan kimia hampir sama

salah satunya yaitu cairan tidak berwarna dah mudah menguap, tetapi efek toksik yang

dihasilkan antara keduanya lebih toksik metanol. Struktur kimia dari metanol CH3OH dan

etanol C2H5OH. Adapun beberapa faktor kimia/fisika yang dapat mempengaruhi toksik

antara lain :

a. Oksigen

Semua hewan dan tumbuhan bertumbuh dan berkembang dalam kondisi aerob dimana

terdapat kadar oksigen yang cukup. Tanpa oksigen mereka akan mati. Namun terdapat

mikroorganisme seperti bakteri Clostridium botulinum yang hanya dapat hidup dan

menghasilkan racun botulism dalam kondisi anaerob atau tanpa oksigen. Meskipun

bakteri inimungkin dapat hidup dalam kondisi oksigen yang sangat minim, tetapi

hanya dapat menghasilkan racun dalam kondisi yang benar-benar tanpa oksigen.

b. Ionisasi

Page 19: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

19

Di dalam tubuh terdapat aneka ragam membran biologi yang merupakan penghalang

bagi translokasi zat beracun yang memiliki sifat fisika-kimia yang khas. Senyawa yang

tak polar (misalnya etanol), ternyata mampu melintas semua membran biologi dengan

cepat. Ketidakpolaran suatu senyawa, salah satunya ditentukan oleh tingkat

ionisasinya di dalam larutan. Karena itu, tingkat ionisasi racun dalam larutan

merupakan salah satu penentu kemampuannya melintas membran dan translokasinya

dalam tubuh. Sebagian besar toksik berupa asam atau basa organik lemah. Karena itu,

hanya bentuk tak-terionkan saja yang mudah larut di dalam lipid sehingga

translokasinya di dalam tubuh akan lebih mudah (Eddy, 2008).

c. pH

Kebanyakan racun berfungsi dalam kondisi pH normal yaitu 6-7,5. Namun terdapat

patogen mokroorganisme yang aktif dan menghasilkan racun pada kondisi asam, yaitu

pada pH dibawah 4,5 atau sebaliknya pH di atas 7,5 dalam kondisi basa. Namun

bakteri Salmonela sp. yang sangat beracun pada manusia biasanya tumbuh pada suhu

optimum 370C tetapi dapat juga tumbuh sampai pada suhu 540C serta dapat tumbuh

dalam makanan pada suhu 2-40C dengan pH optimum 6,5 sampai dengan 7,5.

d. Formulasi racun

Faktor yang penting terutama untuk jenis pestisida yang digunakan dalam

pengendalian hama atau vektor penyakit adalah formulasi racun tersebut. Pestisida

biasanya diformulasi dalam bentuk debu, granular atau pelet, tepung, tepung embus,

pekatan emulsi, cairan yang dapat mengalir, perekat, aerosol, fumigan, campuran

pestisida dengan pupuk, dan lain sebagainya. Bentuk debu dan gas sering jauh lebih

membahayakan bagi kesehatan manusia daripada bentuk-bentuk lainnya. Debu dan

gas kadmium contohnya. Akan sangat membahayakan kesehatan manusia yaitu dapat

mengakibatkan peneumonia dan pembengkakan paru-paru. Demikian halnya dengan

debu kromium yang dapat mengakibatkan kanker bagi para pekerja dalam pabrik-

pabrik yang menggunakan kromium. Lain halnya dengan pestisida bentuk cair yang

harus lewat mulut atau kulit untuk dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Tungau

debu rumah, Dermatophagoides sp. dapat mengakibatkan alergi atau dermatitis pada

manusia. Rumah-rumah yang berdebu dan yang kurang dibersihkan akan

Page 20: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

20

mengumpulkan debu dan menjadi sarang bagi pertumbuhan dan perkembangan tungau

debu rumah.

Faktor kimia merupakan interaksi bahan kimia didalam tubuh dan menimbulkan efek. Efek

yang terjadi dapat dibedakan dalam :

a. Efek aditif yakni pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua zat

kimia atau lebih.

b. Efek sinergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat kimia jauh

lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia.

c. Potensiasi yaitu apabila suatu zat yg seharusnya tidak memiliki efek toksik akan tetapi

apabila zat ini ditambahkan pada zat kimia lain maka akan mengakibatkan zat kimia

lain tersebut menjadi lebih toksik.

d. Efek antagonis yakni apabila dua zat kimia yg diberikan bersamaan, maka zat kimia

yg satu akan melawan efek zat kimia yg lain.

7. Kondisi Pemejanan

Kondisi pemejanan meliputi jenis pemejanan, jalur pemejanan (intravaskular atau

ekstravaskular), dan takaran atau dosis pemejanan (Eddy, 2008).

1) Jenis pemejanan menurut waktu dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Akut : pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam. Contohnya, kecelakaan

kerja/keracunan mendadak

b. Sub akut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1

bulan atau kurang. Misalnya, proses kerja dengan bahan kimia kurang dari 1 bulan.

c. Subkronik : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3

bulan. Misalnya, proses kerja dengan bahan kimia selama 1 tahun/lebih

d. Kronik : pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih dari 3

bulan. Misalnya, bekerja untuk jangka waktu lama dengan bahan kimia.

2) Jalur pemejanan

Pada dasarnya zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur intravaskular (misal:

intravena, intrakardial, intraarteri) atau ekstravaskular (misal: oral, inhalasi,

intramuskular, subkutan, intraperitoneal, rektal). Selanjutnya untuk dapat sampai ke

sirkulasi sistemik, zat beracun selanjutnya mengalami disposisi ke cairan atau jaringan

Page 21: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

21

tubuh. Disposisi mencakup dua peristiwa, yakni distribusi dan eliminasi. Adanya

peristiwa distribusi, memungkinkan zat beracun ( dalam bentuk utuh) mencapai sesuatu

sel atau jaringan sasaran ( reseptor atau tempat aksi ). Di sel sasaran ini, secara langsung

atau tak langsung, zat beracun tadi melakukan interaksi, yang akibatnya berupa timbulnya

sesuatu efek toksik yang tak di inginkan. Pada sisi lain, zat beracun mengalami eliminasi,

yakni langsung diekskresikan ke luar tubuh atau mengalami metabolisme terlebih dahulu

sebelum di ekskresikan. Meskipun demikian, hasil metabolisme sesuatu zat beracun, tidak

selalu bersifat tak aktif (tidak toksik ). Adakalanya, metabolit toksik ini, mungkin

mengalami redistribusi, sehingga dapat mencapai sel tertentu, dan menimbulkan efek

toksik. Bila demikian, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya efek toksik zat

beracun, adalah zat kimia utuhnya atau bentuk metabolitnya. Dan peristiwa ini terjadi

melalui serangkaian proses : absorpsi, distribusi, dan eliminasi. Ketiga proses inilah yang

menentukan keberadaan zat beracun di dalam sel sasaran. Dengan demikian, ketiga proses

ini pulalah yang menentukan toksisitas sesuatu zat beracun (Eddy, 2008).

3) Dosis pemejanan

Timbulnya keracunan dapat disebabkan oleh dosis atau pemberian yang salah. Pengujian

LD50 dilakukan untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi dalam

waktu yang singkat setelah pemejanan dengan takaran tertentu. Pada pengujian toksisitas

akut LD50 akan didapatkan gejala ketoksikan yang dapat menyebabkan kematian hewan

percobaan. Mutschler dalam Supriyono 2007, kisaran nilai LD50 diperlukan untuk

mengetahui tingkat toksisitas suatu zat. Semakin besar kisaran LD50 semakin besar pula

kisaran toksisitasnya. Suatu toksikan akan mengalami proses librasi yaitu penghancuran

sediaan di saluran pencernaan. Toksikan kemudian akan diabsorbsi oleh darah dan limfe

serta didistribusikan ke seluruh tubuh. Toksikan akan mengalami proses toksikodinamik

didalam sel. Toksikodinamik adalah proses reaksi antara toksikan dan reseptor.

Biotransformasi terjadi setelah terjadinya reaksi toksikan dengan reseptor.

Biotransformasi akan menghasilkan zat baru. Zat baru yang dihasilkan dapat bersifat

lebih toksik atau kurang toksik dari sebelumnya. Zat baru yang kurang toksik dari

sebelumnya mengakibatkan terjadinya detoksikasi sedangkan zat baru yang lebih toksik

dapat menimbulkan gangguan fungsi sel.

Page 22: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

22

DAFTAR PUSTAKA

Wirasuta, I Made Agus Gelgel, Niruri, Rasmaya. 2006. Toksikologi Umum. Universitas Udayana.

Bali.

T. Sembel, Dantje. 2015. Toksikologi Lingkungan. CV. Andi Offset. Yogjakarta

Sulistyowati, Eddy. 2008. Diktat Toksikologi. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA. Universitas

Negeri Yogjakarta

Supriyono. 2007. Pengujian Lethal Dosis (LD50) Ekstrak Etanol Biji Buah Duku (Lansium

Domesticum Corr) Pada Mencit (Mus Musculus). Fakultas Kedokteran Hewan. Institut

Pertanian Bogor

DWI AMIRIA, Fita. Uji toksisitas akut bahan obat herbal" X" ditinjau dari nilai LD50 serta fungsi

hati dan ginjal pada mencit putih. 2008. Diakes melalui

https://www.scribd.com/doc/227484088/Makalah-Toksikologi (pada tanggal 15 februari

2017)

YAYAN, Sunarya; SETIABUDI, Agus. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. 2007. Diakses melalui

https://books.google.co.id/books?id=ioPm74HPrWcC&pg=PA191&dq=toksisitasracun

+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjSgrX12JPSAhVLkZQKHXRPAWoQ6AEIIjA

B#v=onepage&q=toksisitasracun%20adalah&f=false (pada tanggal 16 Februari 2017)

SITUMORANG, Manihar. 2012. Kimia Lingkungan. Universitas Negeri Medan.

ANGGRAENI, Nur Ika Setyowati. Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot Dengan Kadar CO1800 Ppm Terhadap Gambaran Histopatologi Jantung Pada Tikus Wistar. 2009. PhDThesis. Medical Faculty.

Endrinaldi. 2009. Logam-Logam Berat Pencemar Lingkungan Dan Efek Terhadap Manusia.Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 - Maret 2010, Vol. 4, No. 1

Page 23: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

23

BAB 3.

“TOKSIKOLOGI LOGAM BERAT CADMIUM (Cd), MERKURI (Hg),TIMBAL (Pb), KROMIUM (Cr), DAN ARSEN (As)”

Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk menimbulkan

kerusakan pada saat mengenai bagian dalam atau permukaan tubuh yang peka. Logam berat

merupakan senyawa kimia yang dapat menimbulkan toksisitas dalam penggunaannya secara

berlebihan. Logam berat memiliki unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5

gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap

unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7. Logam berat dapat

dibagi dalam dua jenis, jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam

jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan

dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain

sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana

keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,

seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.

Penggunaan logam berat beracun banyak ditemukan diberbagai bidang, misalnya dibidang

industri, kesehatan, pertanian, pertambangan, dan lainnya. Namun dalam penggunaannya masih

banyak yang tidak mengikuti peraturan nilai ambang batas yang telah ditentukan. Contohnya

dalam penggunaan pestisida yang mengandung cadmium dan arsen yang dapat merusak unsur

tanah sehingga terjadinya pencemaran tanah dan merusak rantai makanan. Selain itu penggunaan

logam merkuri juga menimbulkan permasalahan dalam kandungan kosmetik, yang dapat

menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bagi pengguna kosmetik tersebut.

Menghadapi permasalahan diatas, maka timbulah kekhawatiran mengenai dampak dari

logam berat terhadap kesehatan maupun lingkungan. Maka dari itu pada laporan ini akan kami

paparkan mengenai permasalahan dan dampak yang ditimbulkan dari logam berat tersebut,

khususnya pada logam timbal(Pb), Merkuri (Hg), Arsen(As), Cadmium (Cd), dan Kromium(Cr).

Page 24: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

24

2.1 Cadmium (Cd)

2.1.1. Pengertian Cadmium

Logam Kadmium (Cd) merupakan logam yang bernomor atom 48 dan massa atom

112,41. Logam ini termasuk dalam logam transisi pada periode V dalam tabel periodik.

Logam Cd dikenal sebagai unsur chalcophile, jadi cenderung ditemukan dalam deposit

sulfide.

Kadmium merupakan logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut

dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila dipanaskan.

Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd Klorida) atau

belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+ yang bersifat tidak stabil.

Tabel 1.Kandungan Cd Dalam beberapa Jenis Air Buangan

2.1.2. Permasalahan

Kadmium banyak digunakan sebagai zat warna dan juga digunakan dalam industri

bakteri nikel kadmium. Sumber pencemaran kadmium antara lain dari peningkatan

kadmium melalui penggunaan pupuk fosfat, buangan industri yang menggunakan

bahan bakar batu bara dan minyak. Dari kegiatan industri-industri inilah maka

menghasilkan limbah buangan yang banyak. Limbah buangan Kadmium (Cd) di

kawasan industri sebesar 0,5 mg/l dengan demikian konsentrasi ini telah melampaui

baku mutu limbah cair kadmium (Cd) 0,01 mg/l.

2.1.3. Bentuk yang ada di Lingkungan

Page 25: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

25

Dalam strata lingkungan, logam kadmium (Cd) dan senyawanya ditemukan dalam

banyak lapisan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd akan

dapat dijumpai di daerah penimbunan sampah dan aliran air hujan, selain dalam air

buangan.

Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kadmium (Cd) merupakan logam yang lunak dapat

dibentuk, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila

berada dalam udara yang basah atau lembab serta cepat akan mengalami kerusakan

bila dikenai uap amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Pada kegiatan

pertambangan biasanya kadmium ditemukan dalam bijih mineral diantaranya adalah

sulfida green ockite (xanthochroite), karbonat otative, dan oksida kadmium. Mineral-

mineral ini terbentuk berasosiasi dengan bijih sfalerit dan oksidanya, atau diperoleh

dari debu sisa pengolahan lumpur elektrolit. Sumber-sumber pencemar industri:

Industri Pengolahan Bijih Logam

Industri Pestisida

Industri Pertambangan

Industri Pelapisan Logam

Proses Penghilangan Cat (Paint Stripping)

2.1.4. Manfaat Logam

Kadmium merupakan komponen campuran logam yang memiliki titik lebur

terendah.Unsur ini dugunakan dalam campuran logam poros dengan kofisen gesek yang

rendah dan tahan lama. Logam ini juga banyak digunakan dalam aplikasi sepuhan listrik

(electroplating). Kadmium digunakan juga dalam pembuatan solder, batere Ni-Cd, dan

sebagai penjaga reaksi nuklir fisi. Senyawa kadmium digunakan dalam fosfor tabung TV

hitam-putih dan fosfor hijau dalam TV berwarna. Sulfat merupakan garamnya yang

paling banyak ditemukan dan sulfidanya memiliki pigmen kuning. Kadmium dan solusi

senyawa-senyawanya sangat beracun. Manfaat lainnya seperti:

1. Cadmium (Cd) digunakan sebagai bahan stabilitasi sebagai bahan pewarna dalam

industri plastik dan pada elektroplating.

2. Allay Cd digunakan sebagai pemandu peluru-peluru kendali. Substansi dari alloy

Cd digunakan sebagai bahan solder.

Page 26: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

26

3. Logam Cd dan senyawa Kadmium Nitrat sangat berguna dalam pengembangan

reaktor nuklir, berfungsi sebagai bahan untuk mengontrol kecepatan pemecahan

inti atom dalam rantai reaksi (reaksi berantai).

4. Senyawa CdS dan CdSeS banyak digunakan sebagai zat warna.

5. Senyawa Cd-sulfat (CdSO4) digunakan dalam industri baterai yang berfungsi

untuk pembuatan sel Weston karena mempunyai potensial stabil yaitu sebesar

1,0186 volt.

6. Senyawa Kadmium Bromida (CdBr2) dan kadmium ionida (CdI2) secara tebatas

digunakan dalam dunia fotografi.

7. Senyawa dietil Kadmium digunakan dalam proses pembuatan tetraetil-Pb.

8. Senyawa Cd-strearat banyak digunakan dalam perindustrian manufaktur polyvinil

clorida (PVC) sebagai bahan yang berfungsi untuk stabilizer.

9. Selain itu, kadmium banyak digunakan dalam industri-industri ringan seperti pada

proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan ikan, industri tekstil dan

lain-lain.

10. Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri antara lain

pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas, bahan

bakar. Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm,

batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd

bahkan ada yang sampai 170 ppm.

2.1.5. Dampak yang Ditimbulkan

Keracunan kadmium pada manusia

Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah

timbulnya pencemaran sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan

keracunan pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang

menyebabkan penyakit “itai-itai”. Gejalanya ditandai dengan ketidak-normalan

tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang disebabkan

oleh Cd adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh seperti pada pernapasan, sirkulasi

darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan kerapuhan

tulang.

Page 27: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

27

Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama, cadmium dapat

menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah,

diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, dan

gangguan kardiovaskuler.Kadmium dapat pula merusak tulang (osteomalacia,

osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah.Gejala umum keracunan cadmium

adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk-batuk, dan lemah.

Keracunan kronis terjadi bila memakan Cadmium (Cd) dalam waktu yang lama.

Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronis seperti:

1. Keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala

proteinuria atau protein yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit dimana

terdapat kandungan glukosa dalam air seni yang dapat berakibat kencing manis

atau diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan aminoasidiuria atau kandungan

asam amino dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi (penyaringan)

glumerolus ginjal.

2. Cadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler yaitu

kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah maupun

tekanan darah yang meningkat (hipertensi). Hal tersebut terjadi karena tingginya

aktifitas jaringan ginjal terhadap cadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu

dijumpai pada kasus keracunan Cadmium (Cd) krosik.

3. Cadmium dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang yang umumnya

diakibatkan kurangnya vitamin B yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan

daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal yang dikenal

dengan namaosteomalasea atau penyakitItai-iatai. Kekurangan kalsium dapat

menyebabkan osteoporosis sehingga orang tidak dapat berdiri dengan tegak tetapi

membungkuk.

Dampak Bagi Lingkungan

Logam cadmium juga membawa sifat racun yang dapat sangat merugikan semua

organisme hidup termasuk manusia. Dalam badan perairan, kelarutan cd dalam

konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong

crustacean akan mengalami kematian dalam waktu 24-504 jam bila dalam badan air

dimana rentang konsentrasi Cd dalam perairan adalah 0,005-0,15ppm. Untuk biota yang

Page 28: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

28

tergolong insect akan mengalami kematian 24-672 jam dimana rentang konsentrasi Cd

adalah 0,0028-4,6 ppm. Sedangkan untuk perairan tawar, seperti ikan emas akan

mengalami kematian dalam waktu 96 jam dengan rentang konsentrasi Cd dalam

perairan yaitu 1,092-1,104 ppm.

2.2 Logam Berat Merkuri (Hg)

2.2.1 Pengertian Merkuri

Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di

alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai

senyawa anorganik dan organik. Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element

yang mempunyai sifat cair pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan daya

hantar listrik yang tinggi. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik

dalam kegiatan perindustrian maupun laboratorium.

2.2.2 Permasalahan pada Logam Merkuri

Logam merkuri yang mempunyai berbagai bentuk dapat dimanfaatkan di berbagai

bidang. Namun, bila dalam pemanfaatnnya tidak terkontrol akan menimbulkan

beberapa masalah seperti berikut;

1. Pemanfaatan merkuri terjadi pada tenaga kesehatan gigi yakni kegiatan

tumpatan gigi yang menggunakan amalgam. Pemanfaatan ini merupakan salah

satu keterpajanan manusia oleh logam merkuri. Untuk bahan tumpatan gigi

biasanya mengandung amalgam Hg Metal 50%. Amalgam dental adalah

campuran suatu bubuk aloi dengan Hg yang jika telah mengeras membentuk

masa solid dengan kekuatan yang tinggi (Sintawati, F.X. 2008).

2. Buangan industri dan penggunaan senyawaa merkuri di bidang pertanian

mengakibatkan kadar merkuri yang tinggi pada perairan (Industrial wastes).

Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu

Kegiatan perindustrian seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik,

chlorine dan coustic soda

Page 29: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

29

Alam itu sendiri melalui proses pelapukan batuan dan peletusan gunung

berapi (Budiono, 2003 dalam Trianti Putranto,2011).

Penggunaan merkuri sebagai bahan campuran pada komestik krim pemutih wajah.

Untuk tampil putih dan cantik menjadi keinginan dari setiap kaum wanita. Hal ini

dimanfaatkan oleh para produsen untuk memproduksi produk yang menjanjikan

dengan menambahkan bahan merkuri. Hal ini akan banyak menyebabkan

kekahwatiran pada kaum wanita terhadap kandungan merkuri yang tentunya beresiko

bagi mereka.

2.2.3 Bentuk Logam Merkuri

Merkuri (Hg) dapat ditemukan dalam berbagai senyawa kimia dan termasuk

senyawa organik seperti metil dan etil merkuri. Senyawa merkuri dapat dibedakan

menjadi tiga bentuk senyawa diantaranya:

1. Senyawa Merkuri Anorganik

Merkuri anorganik adalah logam murni yang berbentuk cair pada suhu kamar

25ᵒC, sehingga mudah menguap. Merkuri anorganik berbentuk Hg++

(Mercuric) dan Hg+(Mercurous). Terdapat beberapa bentuk merkuri

anorganik, diantaranya:

Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat

toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan

Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan

laksansia (calomel)

Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.

2. Senyawa Merkuri (Hg) Organik

Contoh senyawa merkuri organik adalah senyawa alkil-merkuri, sekitar

80% dari peristiwa keracunann merkuri bersumber dari senyawa-senyawa alkil-

merkuri. Senyawa alkil merkuri yang sering digunakan di negara berkembang

seperti metil merkuri khlorida (CH3HgCL) dan etil khlorida(C2H5HgCL).

Selain itu terdapat juga bentuk merkuri anorganik lainnya, seperti:

Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil

rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.

Metil-merkuri adalah bentuk merkuri organik yang umum terdapat di

Page 30: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

30

lingkungan perairan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb.

dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.

Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai

antiseptik dan fungisida.

3. Merkuri Elemental (Hg):

Bentuk merkuri metal banyak terdapat dalam peralatan tenaga medis

seperti, gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu

batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik

dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium klorida. Air raksa

ditemukan dalam bentuk elemen merkuri (Hg0), merkuri monovalent (HgI),

dan bivalen (HgII). Menurut Waldock (1994) di dalam Lasut (2001), senyawa

- senyawa ini sangat beracun dan diperkirakan 4-31 kali lebih beracun dari

bentuk merkuri anorganik.

Tabel 2. Kegunaan dan Bentuk Merkuri dalam Pabrik

Penggunaan Bentuk

Alat listrik Logam

Klor Alkali Logam

Cat Organik

Istrumen Logam

Peralatan Kedokteran Gigi Logam, Organik

Pertanian Logam, Organik, Anorganik

Penggunaan di Labotarium Logam

Katalis Organik, Anorganik

Farmasi Logam, Organik, Anorganik

2.2.4 Manfaat Logam Merkuri

Manfaat Di Bidang Kedokteran

Page 31: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

31

Pemanfaatan logam merkuri pada saat ini sudah hampir mencakup aspek

kehidupan manusia dan lingkungan. Selama kurun waktu beberapa tahun, merkuri

telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran. Bidang kedokteran telah

menggunakan merkuri sejak abad ke-15 di mana merkuri (Hg) digunakan untuk

pengobatan penyakit kelamin(sifilis). Kalomel (HgCl) digunakan sebagai

pembersih luka sampai diketahui bahwa tersebut beracun sehingga tidak digunakan

lagi. Komponen merkuri organik digunakan untuk obat diuretika sampai bertahun-

tahun dan juga digunakan sebagai bahan untuk komestik.

Manfaat di Bidang Pertanian

Bidang pertanian menggunakan merkuri untuk membunuh jamur sehingga baik

digunakan untuk pengawet produk hasil pertanian. Merkuri organik juga digunakan

untuk pembasmi hama pada tanaman seperti buah, apel, kentang, dan juga

digunakan sebagai pembasmi hama padi.

Manfaat Di Bidang Industri

Penggunaan merkuri di bidang industri banyak terdapat pada pabrik alat-alat

listrik yang menggunakan lampu-lampu merkuri untuk penerangan jalan raya. Ini

disebabkan biaya pemasangan dan operasi yang murah dan arus listriknya dapat

dialiri dengan voltase yang tinggi. Merkuri juga digunakan pada pembuatan baterai,

karena baterai dengan bahan yang mangandung merkuri dapat tahan lama dan tahan

terhadap kelembapan yang tinggi.

Perusahaan air minum memanfaatkan klorin (Cl2) untuk penjernihan air dan

pembasmi kuman (proses klorinasi). Juga di dalam pembuatan kaustik soda yang

diproduksi dengan jalan elektrolosis dari larutan garam NaCl, menggunakan

merkuri dalam bentuk amalgam dicampur dengan logam natrium dan digunakan

sebagai katoda yang banyak digunakan dalam pembuatan baterai basah maupun

kering. Penggunaan merkuri berbentuk larutan konduksi dan kemampuannya

mengikat logam natrium sebagai amalgam dan membebaskan klor. Merkuri juga

digunakan dalam campuran cat yang digunakan untuk mengecat pada daerah yang

mempunyai kelembapan tinggi sehingga dapat mencegah tumbuhnya jamur.

Manfaat Mekuri di Pertambangan

Page 32: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

32

Merkuri (Hg) digunakan secara luas untuk mengekstrak emas dari bijihnya, baik

sebelum maupun sesudah proses sianidasi digunakan. Ketika merkuri dicampur

dengan bijih tersebut, merkuri akan membentuk amalgam emas atau perak. Untuk

mendapakna emas atau perak, amalgam tersbut harus dibakar untuk menguapkan

merkurinya. Para penambang mas tradisional menggunakan merkuri untuk

menangkap dan memisahkan butir-butir emas dan butir-butir batuan.

Manfaat Merkuri pada komestik

Untuk upaya mempercantik diri banyak kaum wanita yang menggunakan krim

pemutih wajah. Produk kosmetik bermerkuri umumnya menjanjikan wajah putih

dalam tempo singkat, sehingga banyak kaum wanita yang tertarik untuk

menggunakan komsteik yang mmengandung merkuri. Khusunya wanita di

Indonesia, masih banyak beranggapan bahwa putih dan mulus merupakan simbol

kecantikan. Hal ini dimanfaatkan oleh produsen kosmetik untuk menjual krim

pemutih wajah dengan kandungan bahan berbahaya, seperti merkuri.

2.2.5 Dampak yang ditimbulkan Logam Merkuri

Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan merkuri diantaranya:

Di Bidang Kesehatan

Bahaya racun merkuri pada alat kesehatan terjadi pada saat peralatan tersebut

pecah atau tercecer dan cairan atau uap dari merkuri menyebar ke lingkungan. Uap

merkuri yang murni merupakan permasalahan toksikologi yang unik, karena

elemen merkuri ini mempunyai dua sifat toksisitas yag sangat berbahaya pada

manusia dianataranya:

1. Elemen Merkuri dapat menembus membran sel karena ia mempunyai sifat

mudah sekali larut dalam lipida, sehingga mudah sekali menembus barrier

darah otak yang akhirnya terakumulasi di dalam otak.

2. Elemen merkuri sangat mudah sekali teroksidadi untuk membentuk merkuri

oksida (HgO)/ ion merkuri(Hg2+).

Toksisitas kronik dari kedua bentuk merkuri ini akan berpengaruh pada jenis

organ yang berbeda yaitu saraf, otak, dan ginjal. Toksisitasnya akibat masuknya

uap merkuri melalui saraf saluran pernapasan(inhalasi), bisa menyerang sistem

saraf pusat, sedangkan toksisitas kronik yang ditimbulkannya dapat menyerang

Page 33: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

33

ginjal. Elemen merkuri dan komponen alkil merkuri yang masuk ke dalam otak

akan menyenbabkan terjadinya perubahan protein dan sistem enzim, sehingga

sinoptik dan transmisi neuromuskuler diblok. Ginjal merupakan organ target dari

toksisitas merkuri anorganik, namunsemua bentuk senyawa merkuri ternyata

terkonsentrasi dalam ginjal pada derajat tertentu. Selain itu komponen anorganik

merkuri dapat menyebabkan pengaruh toksik yang dominan. Obat diuretika yang

mengandung merkuri dapat menghambat terjadinya respon sodium dalam tubulus

proksimal ginjal dalam dosis nontoksis, sehingga menyebabkan banyak urin yang

dikeluarkan.

Dampak Merkuri (Hg) di Pertambangan

Dampak penggunaan merkuri di bidang pertambangan dirasakan oleh negara

Jepang pada tahun 1950’an yang terkenal dengaan Minamata Desease. Kasus ini

terjadi karena penduduk memakan ikan yang berasal dari laut sekitar teluk

Minamata yang mengandung merkuri yang berasal dari industri plastik. Gejala yang

dirasakan adalah terjadinya kelainan mental dan cacat.

Dampak Penggunaan Merkuri di Bidang Pertanian

Di bidang pertanian, merkuri digunakan sebagai pestisida untuk membunuh

jamur, agar produk hasil pertanian bisa lebih awet. Namun penggunaan merkuri

sebagai pestisida berdampak pada kejadian pada periode 1960-an dan 1970-an,

beberapa kasus dilaporkan wabah toksisitas metil mmerkuri banyak dilaporkan,

kasus terbesar terjadi di Irak dengan lebih 6.500 orang keracunan metil merkuri,

wabah ini terjadi karena masyarakat mengonsumsi roti produksi rumah tangga

dengan bahan baku gandung yang diawetkan dengan fungisida yang mengandung

metil merkuri.

Dampak Penggunaan Merkuri pada komestik

Pemakain komestik yang mengandung merkuri bisa mengakibatkan:

1. Dapat memperlambat pertumbuhan janin mengakibatkan keguguran, kematian

janin dan mandul.

2. Flek hitam pada kulit akan memucat seakan pudar dan bila pemakainnya

dihentikan, flek itu akan timbul dan melebar.

Page 34: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

34

3. Efek rebound, yaitu kulit akan menjadi gelap/kusam saat pemakaianya

kosmetik dihentikan

4. Bagi wajah yang tadinya bersih lambat laun akan timbul flek yang sangat parah,

berubah keabu-abuan selanjutnya kehitaman

5. Dapat mengakibatkan kanker kulit

6. Pada pemakaian awal dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan kemerahan

iritasi pada kulit dan kemerahan bila terkena sinar matahari

7. Tidak timbul jerawat sama sekali, hal ini disebabkan lapisan kulit epidermis

telah rusak, kulit sudah tidak mengandung protein dan melanin. Hal ini bersifat

sementara, jika kondisi kulit sudah rusak bisa timbul benjolan-benjolan

bernanah

8. Pori-pori tampak mengecil dan halus, hal ini sebenarnya disebkan karena

lapisan kulit terluar wajah telah tipis dan tergerus oleh logam dan merkuri.

9. Merkuri yang terkandung dalam komestik akan diserap melalui kulit dan akan

dialirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri akan mengendap di dalam

ginjal yang berakibat terjadinya gagal ginjal yang sangat parah.

Akan terjadi gangguan sistem saraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak

bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakaan tangan tak normal),

gangguan emosi, depresi dll.

2.3 Logam Berat Timbal (Pb)

2.3.1. Pengertian Logam Timbal

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut

dengan istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk,

memiliki sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar

tidak timbul perkaratan.Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan

mengkilat dan memiliki bilangan oksidasi +2 (Sunarya, 2007).

2.3.2. Permasalahan pada Logam Timbal

Pencemaran limbah logam berat mengandung timbal (Pb) merupakan masalah

terhadap kondisi lingkungan saat ini. Logam berat banyak ditemukan hampir pada

semua jenis limbah industri. Semakin banyaknya industri akan menyebabkan

peningkatan pencemaran terhadap sumber air yang berasal dari limbah industri yang

Page 35: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

35

dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Air limbah yang mengandung

senyawa Pb yang mencemari badan air dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan

kematian pada biota air. Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/l dapat membunuh

ikan di perairan, bila biota air hidup di badan air yang mengandung senyawa Pb pada

konsentrasi 2,75-49 mg/l dan terpapar selama 245 jam akan menyebabkan kematian

pada Crustacea sedangkan pada konsentrasi Pb yang terlarut sebesar 3,5-64 mg/l yang

terpapar selama 168-336 jam akan menyebabkan kematian Insekta.

2.3.3. Bentuk pada Lingkungan

Emisi Pb ke udara dapat berupa gas atau partikel sebagai hasil samping pembakaran

yang kurang sempurna dalam mesin kendaraan bermotor. Semakin kurang sempurna

proses pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor, maka semakin banyak jumlah

Pb yang akan di emisikan ke udara.menyerap timbal melalui udara, debu, air dan

makanan. Tetraethyl lead (TEL), yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal)

yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai

oktan.

2.3.4. Manfaat Logam Timbal

Logam Pb banyak digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah

tangga dan hiasan. Dalam bentuk oksida timbal digunakan sebagai pigmen/zat warna

dalam industri kosmetik dan glace serta indusri keramik yang sebagian diantaranya

digunakan dalam peralatan rumah tangga

2.3.5. Dampak yang Ditimbulkan

Logam Pb banyak digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah

tangga dan hiasan. Dalam bentuk oksida timbal digunakan sebagai pigmen/zat warna

dalam industri kosmetik dan glace serta indusri keramik yang sebagian diantaranya

digunakan dalam peralatan rumah tangga.

a. Dampak yang ditimbulkan

Gangguan neurologi.

Page 36: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

36

Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat berupa

encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan

kejang tubuh dan neuropathy perifer.

Gangguan terhadap fungsi ginjal

Logam berat Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal,

nephropati irreversible, sclerosis va skuler, sel tubulusatropi, fibrosis dan

sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan

glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.

Gangguan terhadap sistem reproduksi

Logam berat Pb dapat menyebabk an gangguan pada sistem reproduksi

berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai

efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -

anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang

ren dah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ .

Gangguan terhadap sistem hemopoitik

Keracunan Pb dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat

penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat

besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadidisertai dengan sedikit

peningkatan kadar ALA ( Amino Levulinic Acid) urine.

Gangguan terhadap sistem syaraf .

Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak

dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat

menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa

malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa,

sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan.

2.4 Logam Berat Kromium (Cr)

2.4.1. Pengertian Logam Kromium

Kromium (Cr) dalam table periodik merupakan unsur dengan nomor atom 24 dan

nomor massa 51,996. Atom tersebut terletak pada periode 4, golongan IVB. Logam

Page 37: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

37

kromium berwarna putih, kristal keras dan sangat tahan korosi, melebur pada suhu

10930 sehingga sering digunakan sebagai lapisan, pelindung atau logam paduan.

2.4.2. Permasalahan Pada Logam Kromium

Kromium bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit manusia

(Slamet, 2005), pada limbah industri pelapisan logam, khususnya pelapisan krom,

menghasilkan limbah dengan konsentrsi rata-rata 75.900mg/L dalam bentuk CrO42-.

Dengan demikian konsentrasinya telah melampaui baku mutu limbah cair.

2.4.3. Bentuk Logam pada Lingkungan

Dalam badan perairan, kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara

alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat disebabkan oleh

beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masuknya

kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan dampak atau efek dari

aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan

aktifitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah

tangga. Umumnya sumber Cr (VI) dihasilkan dari proses industri, industri yang

memproduksi kromat, produksi stainlees-steel, chrome plating, serta industri leather

tanning dan yang lain bisa berasal dari emisi peralatan yang menggunakan katalisator

atau bahan Cr, pecahan puing asbes, debu semen, tembakau rokok yang mengandung

Cr sebesar 0,24-14,6 mg/kg, serta berbagai bahan pangan yang tercemar Cr.

Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang

rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium

terdapat di alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling

umum adalah kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan

kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.

Kromium (III) terdapat di alam secara alamiah dan merupakan salah satu unsur

nutrisi yang penting bagi manusia. Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya

dihasilkan dari proses industri. Kromium adalah logam baja berwarna abu-abu,

ditambang dalam bentuk biji kromit, tidak berbau dan mengkilat. Kromium stabil pada

tekanan dan temperature normal. Kromium dalam konsentrasi tertentu bersifat racun

bagi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Page 38: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

38

Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena kromium

begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa

sumber yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4.

Oksidasi bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat,

Na2CrO4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr (III)

oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah hujan, dan reduksi dengan karbon.

Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium atau silikon untuk membentuk

logam kromium.

2.4.4. Manfaat Logam Kromium

Berikut merupakan beberapa manfaat logam Kromium:

a. Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan untuk

membentuk paduan

b. Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan keras,

serta untuk mencegah korosi.

c. Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud

d. Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan

digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit

e. Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning

f. Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants

g. Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu bata dan

bentuk, karena memiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi termal, dan stabil

struktur kristal

h. Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa

i. Digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur

volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.

j. Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa PrCrO4

k. Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yang kerap

digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang

kedalamnya dimasukkan kromium.

Page 39: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

39

l. Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil

pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa

tiosianat (HgCNS).

m. Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada stainless

steel, chrome plating, dan keramik logam.

n. Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan seperti

cermin pada baja.

o. Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi kesan

mengkilap.

p. Selain itu, logam ini juga digunakan pada pewarna dan cat, untuk memproduksi

batu rubi sintetis, dan sebagai katalis dalam pencelupan dan penyamakan kulit.

2.4.5. Dampak yang Ditimbulkan

Krom valensi 3 merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup, tetapi bersifat toksik

dalam dosis tinggi. Cr (III) dibutuhkan untuk metabolisme hormon insulin dan

pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr (III) bisa menyebabkan hiperglisemia,

glukosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh, menurunnya berat badan tubuh,

munculnya penyakit kardiovaskuler, menurunnya umlah sperma dan menyebabkan

infertilitas. The National Academy of Sciences menetapkan kebutuhan intake Cr (III)

untuk orang dewasa sebesar 50-200 µg/hari (Widowati, 2008). Toksisitas Cr

ditentukan oleh bilangan oksida Cr, paparan Cr (VI) bersifat karsinogenik, dan bisa

menyebabkan kanker paru. Cr (III) memilki potensi yang sama dengan Cr (VI) dalam

menimbulkan kanker dikarenakan oleh intake Cr (III) yang secara aktif akan

dimetabolisme dan berkaitan dengan asam nukleat inti sel. Ikatan Cr (III) akan

memengaruhi genetis sehingga menyebabkan mutagenesis (Widowati, 2008). Krom

valensi 6 (Cr+6) juga mempunyai beberapa efek toksik terhadap manusia, antara lain:

a. Efek toksik terhadap alat pencernaan

b. Efek toksik terhadap alat pernapasan

c. Efek toksik terhadap kulit dan mata

d. Efek toksik melalui plasenta

Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada organisme. Kromium

memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan kromium (VI) bentuk melalui proses-

Page 40: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

40

proses alam dan aktivitas manusia.Kegiatan utama manusia yang meningkatkan

konsentrasi kromium (III) yang meracuni kulit dan manufaktur tekstil. Kegiatan utama

manusia yang meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan manufaktur

tekstil, elektro lukisan dan kromium (VI) aplikasi dalam industri. Aplikasi ini terutama

akan meningkatkan konsentrasi kromium dalam air. Melalui kromium pembakaran

batubara juga akan berakhir di udara dan melalui pembuangan limbah kromium akan

berakhir di tanah. Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan

berakhir di perairanatau tanah.

Kromium dalam tanah sangat melekat pada partikel tanah dan sebagai hasilnya

tidakakan bergerak menuju tanah. Kromium dalam air akan menyerap pada endapan

dan menjadi takbergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air pada

akhirnya akan larut.Kromium (III) merupakan unsur penting untuk organisme yang

dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi hati, ketika dosis

harian terlalu rendah.Kromium (VI) adalah terutama racun bagi organisme.Dapat

mengubah bahan genetik danmenyebabkan kanker. Tanaman mengandung sistem

yang mengatur kromium-uptake harus cukup rendah tidak menimbulkan bahaya.

Tetapi ketika jumlah kromium dalam tanah meningkat, hal ini masih dapatmengarah

pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam tanaman. Peningkatan keasaman tanah juga

dapat mempengaruhi pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman biasanya hanya

menyerap kromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium, tetapi ketika

konsentrasi melebihinilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi. Kromium tidak

diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi tinggikromium, karena

pembuangan produk-produk logam di permukaan air, dapat merusak insangikan yang

berenang didekat titik pembuangan. Pada hewan, kromium dapat menyebabkan

masalah pernapasan, kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit, cacat

lahir, infertilitas dan pembentukan tumor.

2.5 Logam Berat Arsen (As)

2.5.1 Pengertian Arsen

Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang seringdiklasifikasikan sebagai

logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk

kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004). Arsen

Page 41: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

41

(As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa

olehdebu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut diperairan

dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen padaawalnya digunakan

sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan sebagai

pengawet kayu (Copper ChromatedArsenic (CCA).

2.5.2 Permasalahan yang Ditimbulkan

Akibat merugikan dari arsen bagi kesehatan manusia adalah apabila terkandung

>100 ppb dalam air minum; dengan gejala keracunan kronis berupa iritasi usus,

kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau mela-noma serta kanker usus. Ini terjadi

di negara-negara yang memproduksi emas dan logam dasar di antaranya Afrika

selatan, Zimbabwe, India, Thailand, Cina, Filipina, dan Meksiko.

2.5.3 Bentuk logam Arsen

Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3) yang terbentuk

bila asam berekasi dengan arsenat yang mengandung logam lain. Logam terdapat di

batuan (tanah) dan sedimen, air, dan udara Selain dapat ditemukan di udara, air

maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industry seperti industri pestisida,

proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geothermal. Elemen yang mengandung

arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada

produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik).

2.5.4 Manfaat Logam Arsen

Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti

protozoa, cacing, amoeba,spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi

digunakan karenaditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen digunakan dalam

pembuatan perunggu dan kembang api. Senyawanya yang paling penting adalah arsen

putih, sulfide, paris hijau, dan arsen timbal; tiga yang terakhir telah digunakan sebagai

insektisida dan racun di bidang pertanian. Arsen juga mulai banyak digunakan sebagai

bahan laser untuk mengkonvensi listrik ke cahaya koheren secara langsung. Arsen

putih(As2O3) biasanya digunakan untuk membasmi rumput liar; sementara senyawa

arsenik tertentudimanfaatkan dalam peleburan gelas, pengawet kayu dan kulit, bahan

pencelup, pigmen, obat-obatan, petasan/ kembang api, dan bahan kimia.

Page 42: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

42

2.5.5 Dampak yang Ditimbulkan

Arsenik memang dikenal karsinogen atau dapat menyebabkan kanker. Orang yang

terlalu banyak terkena zat arsen dari konsumsi air minum disebut arsenikosis. Korban

dari arsenikosis ini tidak akan berdampak dalam waktu dekat, namun dampaknya baru

terlihat setelah dalam jangka waktu yang lama (long-term). Berbagai dampak

diantaranya pigmentasi kulit, gangren, dan keratosis, itu pun baru terlihat minimal 5

tahun terkena arsenik yang terakumulasi. Karena keracunan arsen ini tidak langsung

dapat dilihat, maka tindakan yang paling mungkin adalah tindakan pencegahan (Paul,

2004). Contohnya kasus pencemaran arsen di Bangladesh. Warga di Bangladesh

menggunakan air sumur yang tercemar arsenik sebagai sumber air minum utama.

Diperkirakan 35 sampai 57 juta penduduk di negara ini menjadi korban dalam kasus

pencemaran. Penduduk negara ini menderita penyakit yang sangat merugikan, mulai

dari melanosis hingga kanker kulit dan gangren. Dalam beberapa laporan

mengungkapkan bahwa air sumur yang tercemar sudah membunuh 3000 jiwa serta

membuat 125000 korban terkena kanker kulit. Persebaran paparan arsenik berawal di

dataran tengah yang merupakan pusat negara bangladesh menyebar ke utara dan

selatan yang datarannya lebih rendah melalui lapisan bawah tanah (Paul, 2004).

Page 43: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

43

DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, Laurence, D., dkk. (2014). Makalah Logam Kimia Berat Kromium. Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Pekan Baru. Retrieved from

https://www.academia.edu/9187316/Makalah_Kimia_Logam_Berat_Kromium_DOSEN_P

EMBIMBING_GANIS_FIA_SARTIKA_UNIVERSITAS_RIAU_FAKULTAS_MATEM

ATIKA_DAN_ILMU_PENGETAHUAN_ALAM

Alfian, Zul. 2006. Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan

Lingkungan. Universitas Sumatra Utara. Retrieved from library.usu.ac.id/download/e-

book/zul%20alfian.pdf. diakses pada tanggal 21 Februari 2017.

Afrizal, M., Andy Firmansyah, M., dkk. (2012). Penyakit Tidak Menular Akibat Logam Berat

Arsen. Jurusan Kesehatan Lingkungan. Retrieved from

https://www.scribd.com/doc/112524807/Makalah-PAPLC-Logam-Berat-Arsen

Caroline, J., Arron Moa, G. (2015). Fitoremediasi Logam Timbal (Pb) Menggunakan Tanaman

Melati Air (Echinodorus Palaefolius) Pada Limbah Industri Peleburan Tembaga Dan

Kuningan. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III 2015, 733-744

Fauziah. (2011). Efektivitas Penyerapan Logam, Kromium (Cr VI) Dan Kadmium (Cd) Oleh

Scenedsmus Dimorphus. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Retrieved from

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4125/1/FAUZIAH-FST.pdf

Gusnita, Dessy. (2012). Pencemaran Logam Berat Timbal (PB) di Udara dan Upaya

Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara,13 (3). 95-101

Hadi, MC. (2013). Bahaya Merkuri Di Klingkungan Kita. Jurnal Skala Husada. 10 (2), 175-

183.

Istrani, F., S. Pandebesie, E. (2014). Studi Dampak Arsen (As) Dan Kadmium (Cd) Terhadap

Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits. 3 (1), 53-58

Page 44: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

44

Ikbal, M. (2017). Makalah Pembahasan Kadmium. Retrieved from

http://www.academia.edu/8633982/MAKALAH_PEMBAHASAN_KADMIUM_Cd_

Istarani, F., Pandebesie, Ellina S. (2014). Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd)

terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits. 3 (1), 53-58

Lasut, Markus T. 2001. Penurunan Kualitas Lingkungan Akibat Aktifitas Tambang.Fakultas

Perikanan & Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi.

Sintawati,F.X. (2008). Pajanan Merkuri Pada Tenaga Kesehatan Gigi. Jurnal Ekologi

Kesehatan. 7(2),786-794

Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P. (2006). Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya

Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2 (2). 129-142

Triadi Putranto, T. (2011). Pencemaran logam berat merkuri (Hg) pada air tanah. TEKNIK.

32(1), 0852-1697.

Zulkifli Herman, D., (2006). Tinjauan terhadap Tailling Mengandung Unsur Pencemar Arsen

(As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) Dari Sisa Pengolahan Bijih Logam.

Jurnal Geologi Indonesia. 1(1), 31-36

Page 45: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

45

BAB 4.

TOKSIKOLOGI PESTISIDA

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett dan

Doulls dalam Rachmawati, 2013). Selain itu toksikologi juga mempelajari kerusakan atau cedera

pada organisme yang diakibatkan oleh materi suatu substansi, mempelajari racun, tidak saja

efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja

kimia yang merugikan terhadap organisme. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari

racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran

lingkungan (Cassaret dalam Rachmawati, 2013). Salah satu bahan toksik yang berbahaya bagi

lingkungan jika tidak dikelola dengan baik adalah pestisida.

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh, jadi

pestisida berati pembunuh hama. Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh

dan perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk

melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman (Pedum Kajian Pestisida dalam Yuantari,

2013). Penggunaan pestisida yang bijaksana banyak menguntungkan manusia, seperti

meningkatnya produksi tanaman dan ternak karena menurunnya gangguan hama dan penyakit

pada tanaman (OPT), terjaminnya kesinambungan pasokan makanan dan pakan karena hasil panen

meningkat, serta meningkatnya kesehatan, kualitas dan harapan hidup manusia akibat tersedianya

bahan makanan bermutu (Cooper dan Dobson dalam Supriadi, 2013). Namun, harus diakui bahwa

dampak negatif penggunaan pestisida tidak dapat dihindarkan.

Penggunaan pestisida dapat mengontaminasi pengguna secara langsung sehingga

mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini, keracunan bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok,

yaitu keracunan akut ringan, keracunan akut berat, dan kronis. Keracunan akut ringan

menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit dan diare. Keracunan akut

berat menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit bernapas keluar air liur, pupil mata

mengecil dan denyut nadi meningkat. Selanjutnya, keracunan yang sangat berat dapat

mengakibatkan pingsan, kejangkejang, bahkan bisa mengakibatkan kematian. (Quijano dalam

Yuantari 2013). Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak

Page 46: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

46

menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Namun, Keracunan kronis dalam jangka waktu

yang lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida

diantaranya iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati,

ginjal dan pernapasan. Berdasarkan studi litelatur bahwa dampak dari paparan pestisida dapat

menyebabkan Multiple myeloma, sarkoma, kanker prostat dan pankreas, kanker rahim, pankreas

serta Hodgkin. (Alavanja, et al dalam Yuantari 2013). Pemakaian pestisida mempunyai risiko

meningkatnya penyakit diabetis millitus gestasional pada istri pemakai pestisida ditrisemester

pertama (Saldana dalam Yuantari 2013).

Manusia dapat terpajan pestisida secara langsung dan tidak langsung. Pajanan pestisida

secara langsung dapat terjadi pada saat pengaturan di lahan pertanian, akibat pekerjaan dan pada

waktu di rumah. Pajanan pestisida tidak langsung terjadi melalui air minum, udara, debu dan

makanan. Pajanan pestisida secara tidak langsung lebih sering terjadi dibandingkan paparan

langsung. Diperkirakan bahwa sebanyak 25 juta pekerja pertanian mengalami keracunan pestisida

setiap tahun di seluruh dunia yang tidak disengaja (Alavanja et al dalam Yuantari 2013). Pestisida

yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia toksikan yang unik, karena dalam

penggunaannya, pestisida ditambahkan atau dimasukkan secara sengaja ke dalam lingkungan

dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk kehidupan. Idealnya pestisida hanya bekerja

secara spesifik pada organisme sasaran yang dikehendaki saja dan tidak pada organisme lain yang

bukan sasaran. Tetapi kenyataanya, kebanyakan bahan kimia yang digunakan sebagai pestisida

tidak selektif dan malah merupakan toksikan umum pada berbagai organisme (Keman dalam

Budianto, 2013).

Untuk itu, pemanfaatan pestisida harus dikelola dengan bijaksana dan penggunaan yang

tepat jenis, dosis, sasaran, cara, waktu aplikasi, dan harus menggunakan pestisida yang telah

terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian. Penggunaan pestisida ini tidak akan

menimbulkan masalah apabila sesuai dengan aturan yang diperbolehkan. Penggunaan pestisida

yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dapat membahayakan kesehatan masyarakat dan

lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sehubungan dengan sifatnya

yang toksik, serta kemampuan dispersinya yang tinggi yaitu mencapai 100% (Mangkoedihardja

dalam Panjaitan, 2015)

Page 47: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

47

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana terhadap kesehatan dan lingkungan sudah

banyak dipublikasi sehingga berbagai upaya untuk memimalkan dampak negatifnya perlu

dilakukan. Penggunaan pestisida dengan bahan aktif yang sangat toksik dan sulit terdegradasi juga

menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan, seperti hilangnya keragaman hayati,

menurunnya populasi organisme yang berfungsi sebagai musuh alami hama, dan pencemaran

lingkungan (Isenring dalam Supriadi, 2013). Munculnya OPT yang resisten terhadap pestisida

sintetis sudah lama diketahui. Menurut Bellinger dalam Supriadi (2013), ada lebih dari 500 spesies

serangga dan tungau, 270 spesies gulma, 150 patogen tanaman, dan beberapa spesies tikus yang

tahan terhadap pestisida.

Pestisida yang digunakan oleh petani sudah sangat intensif, bahkan melebihi batas aman.

Petani sayuran sudah biasa menggunakan dua atau lebih jenis pestisida yang tidak diketahui

kompatibilitasnya (Supriadi, 2013). Selain dosisnya berlebihan, hama sasarannya tetap tidak

terkendali, sehingga perlakuan pestisida akan merusak lingkungan dan menimbulkan resistensi

hama. Oleh karena itu kelompok kami tertarik untuk mengetahui jenis, manfaat, bahya

penggunaan, dan kandungan toksin yang terkandung dalam pestisida sebagai upaya penggunaan

pestisida secara bijak.

2.1 JENIS PESTISIDA DAN MANFAATNYA

Pestisida adalah bahan atau zat kimia yang digunakan untuk membunuh hama, baik yang

berupa tumbuhan, serangga, maupun hewan lain di lingkungan kita. Berdasarkan jenis hama yang

akan diberantas, pestisida digolongkan menjadi insektisida, herbisida, nematisida, fungisida, dan

rodentisida.

1. Insektisida

Insektisida merupakan pestisida untuk memberantas serangga, seperti nyamuk, kecoak,

kutu busuk, rayap, semut, belalang, wereng, ulat, dan sebagainya. Contoh insektisida antara

lain diazinon, tiodan, basmion, basudin, propoksur, diklorovinil dimetil fosfat, timbel

arsenat, dan magnesium fluorosilikat.

2. Herbisida

Herbisida merupakan pestisida untuk mencegah dan mematikan gulma atau tumbuhan

pengganggu, seperti eceng gondok, rumput teki, dan alang-alang. Alang-alang dapat

Page 48: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

48

dikatakan sebagai hama tanaman karena alang-alang menyerap semua zat makanan yang

ada dalam tanah.

Contoh herbisida antara lain gramoxone, totacol, pentakloro fenol, dan ammonium

sulfonat.

3. Nematisida

Nematisida adalah pestisida untuk memberantas hama cacing. Hama ini sering merusak

akar atau umbi tanaman. Contoh nematisida adalah oksamil dan natrium metam.

4. Fungisida

Fungisida adalah pestisida untuk memberantas jamur (fungi). Contoh fungisida adalah

timbel (I) oksida, carbendazim, tembaga oksiklorida, dan natrium dikromat.

5. Rodentisida

Rodentisida adalah pestisida untuk memberantas binatang pengerat, misalnya tikus.

Contoh rodentisida adalah warangan (senyawa arsen) dan thalium sulfat.

2.1.1 Pestisida Dapat Dibedakan Berdasarkan Kegunaan, Cara Kerja, Cara Masuknya

Ke Dalam Tubuh Serangga.

1) Berdasarkan Kegunaan dan Asal Katanya,

1. Akarisida

Akarisida atau yang sering kita kenal dengan mitisida berasal dari kata akari yang berarti

kutu atau tungau, mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh

kutu, tungau, atau laba-laba.

2. Algisida

Algisida berasal dari kata alga yang berarti ganggang, mengandung senyawa kimia yang

biasanya digunakan untuk membunuh ganggang.

3. Avisida

Avisida berasal dari kata avis yang berarti burung. Senyawa avisida biasanya digunakan

untuk membunuh atau mengenyahkan burung.

4. Bakterisida

Page 49: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

49

Bakterisida berasal dari kata bacterium yang berarti jasat renik. Bakterisida mengandung

senyawa kimia beracun yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri.

5. Fungisida

Fungisida berasal dari kata fungus yang berarti jamur yang mengandung senyawa kimia

beracun dan bisa digunakan ntuk membunuh atau mencegah jamur.

6. Herbisida

Herbisida berasal dari kata herba yang memiliki arti tumbuhan semusim. Herbisida

mengandung senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan

pengganggu yang sering disebut dengan gulma.

7. Isektisida

Insektisida berasal dari kata insectum yang memiliki arti hewan berkuku. Insektisida

merupakan suatu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang dapat membunuh

segala jenis serangga.

8. Larvisida

Larvasida berasal dari kata lar yang berarti topeng atau hantu. Larvasida merupakan suatu

senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk membunuh larva.

9. Moluskisida

Moluskisida berasal dari kata molluscus yang berarti tulang kerang lunak atau berkulit tipis.

Moluskisida merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan untuk membunuh bekicot,

kerang atau hewan bertulang lunak lainnya.

10. Nematisida

Nematisida berasal dari kata nematode yang memiliki arti benang. Nematisida merupakan

racun yang dapat digunakan untuk mengendalikan hewan dengan jenis nematode seperti

cacing.

11. Ovisida

Ovisida berasal dari kata ovum yang berarti telur. Ovisida merupakan racun yang dapat

digunakan untuk membunuh telur.

12. Piscisida

Page 50: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

50

Piscisida berasal dari kata piscis yang memiliki arti ikan. Piscisida merupakan bahan

senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mengandalikan ikan mujair yang biasanya

menjadi hama di dalam tambak atau kolam.

13. Predisida

Predisida berasal dari kata praeda yang berarti predator. Predisida sendiri merupakan

senyawa kimia beracun yang biasanya digunakan untuk membuhun hewan predator atau

pemangsa seperti ular.

14. Rodentisida

Rodentisida berasal dari kata roden yang berarti hewan penggerat. Rodentisida merupakan

racun kimia yang dapat digunakan untuk membunuh hewan-hewan pengegerat seperti tikus

15. Silvisida

Silvisida berasal dari kata silva yang berarti hutan. Silvisida adalah bahan racun kimia yang

biasanya digunakan untuk membunuh pohon liar yang terdapat di hutan.

16. Termitisida

Termitisida berasal dari kata termes yang memiliki arti acing perusak kayu. Termitisida

merupakan senyawa kimia berbahaya yang biasanya digunakan untuk membunuh rayap.

17. Atraktans

Antraktans merupakan suatu senyawa kimia yang dapat digunakan untuk memikat

serangga.

18. Khemosterilan

Khemosterilan merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk membuat serangga,

burung atau hewan pengerat lainnya menjadi mandul.

19. Defolian

Defolian adalah senyawa kimia yang digunakan sebagai peluruh daun.

20. Desikan

Desikan adalah senyawa kimia yang dapt digunakan untuk mempercepat pengeringan pada

tumbuhan.

21. Feromon

Page 51: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

51

Sama halnya seperti atraktans, feromon juga merupakan senyawa yang dapat digunakan

untuk memikat serangga atau hewan vertebrata.

22. Repelan

Repelan merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengenyahkan serangga, kutu,

tungau, anjing dan lainnya.

2) Menurut Cara Kerja Atau Gerakannya Pada Tanaman Setelah Digunakan, Insektisida

Secara Kasar Dapat Dibedakan Menjadi: a. Insektisida Sistemik

Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman baik melalui akar, batang ataupun

daun. Kemudian insektisida sistemik tersebut akan mengikuti gerakan cairan tanaman dan

ditransportasikan ke tanaman-tanaman lainnya baik ke atas ataupun ke bawah, termasuk

juga ke tunas yang baru tumbuh. Contoh insektisida sismetik adalah Furatiokarb,

Fosfamidon, Isolan, Karbofuran, dan Monokrotofos. b. Insektisida Nonsistemik

Insektisida nonsistemik setelah digunakan pada tanaman maka tidak akan diserap oleh

jaringan tanaman, namun hanya menempel pada bagian luar tanaman saja. Sebagian besar

insektisida yang dijual dipasaran Indonesia adalah insektisida nonsistemik. Contohnya

adalah Dioksikarb, Diazinon, Diklorvos, Profenofos, dan Quinalfos. c. Insektisida

Sistemik Lokal

Insektisida sistemik lokal merupakan kelompok insektisida yan dapat diserap oleh tanaman

umumnya bagian daun, namun tidak dapat disalurkan ke bagian tanaman lainnya.

Insektisida yang berdaya kerja translaminar atau insektisida yang mempunyai daya

penetrasi ke dalam jaringan merupakan kategori dari insektisida sistemik lokal. Contohnya

adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

3) Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dapat dibedakan

menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

a. Racun lambung (Racun Perut, Stomach Poison)

Racun lambung merupakan insektisida yang dapat membunuh serangga yang menjadi

sasaran apabila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan

diserap oleh dinding saluran pencernaan. Kemudian insektisida tersebut akan dibawa oleh

cairan tubuh serangga menuju susunan saraf serangga. Insektisida yang sering disebut

sebagai racun perut adalah Bacillus thuringiensis.

Page 52: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

52

b. Racun Kontak

Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit.

Serangga hama dapat mati apabila bersinggungan langsung dengan insektisida tersebut.

Beberapa racun kontak juga dapat berperan sebagai racun perut. Beberapa insektisida yang

memiliki sifat yang kuat terhadap racun kontak antara lain Diklorfos dan Pirimifos metil.

c. Racun Pernafasan

Racun pernafasan adalah insektisida yang bekerja lewat saluran pernafasan. Serangga

hama akan mati apabila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Sebagian besar

racun pernafasan berupa gas, atau apabila wujud asalnya padat atau cair yang dapat berubah

atau menghasilkan gas apabila diaplikasikan sebagai fumigansi (gas) seperti Bromide dan

Alumunium fosfida. Terdapat juga insektisida berupa racun kontak ataupun racun perut

yang memiliki efek sebagai fumigansi seperti Diafentiuron.

2.2 BAHAYA PESTISIDA

a. Bahaya Pestisida Terhadap Tumbuhan

Pestisida mengahalangi proses pengikatan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman. Insektisida golongan organoklorin seperti DDT, golongan organoklorin seperti

DDT, golongan organofosfat seperti metal parathion dan pentaklorofenol diketahui

mengganggu simbiosis antara tanaman legume dengan bakteri rhizobium. Dengan

berkurangnya hubungan simbiotik antara keduanya menyebabkan pengikatan nitrogen

menjadi terganggu sehingga mengurangi hasil tanaman pertanian. Pestisida dapat

membunuh lebah dan berakibat buruk terhadap proses penyerbukan tumbuhan,hilangnya

spesies tumbuhan yang bergantung pada lebah dalam penyerbukannya, dan keruntuhan

koloni lebah.

b. Bahaya Pestisida Terhadap Kehidupan Biota Akuatik

Ikan dan biota akuatik lainnya dapat mengalami efek buruk dari perairan yang

terkontaminasi pestisida. Aliran permukaan yang membawa pestisida ke sungai membawa

dampak yang mematikan bagi kehidupan di perairan, dan dapat membunuh ikan dalam

jumlah besar. Penerapan herbisida di perairan dapat membunuh ikan ketika tanaman yang

mati membusuk dan proses pembusukan tersebut mengambil banyak oksigen didalam air,

sehingga membuat ikan kesulitan bernafas. Beberapa herbisida mengandung tembaga

Page 53: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

53

sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air lainnya. Penerapan herbisida pada perairan

dapat mematikan tanaman air yang menjadi makanan dan penunjang habitat ikan sehingga

menyebabkan berkurangnya populasi ikan.

Pestisida dapat terakumulasi di perairan dalam jangka panjang dan mampu membunuh

zooplankton, sumber makanan utama ikan kecil. Beberapa ikan memakan serangga akibat

pestisida dapat menyebabkan ikan kesulitan mendapatkan makanan. Semakin cepat

pestisida terurai di lingkungan, dampak dan bahayanya semakin berkurang. Selain itu,

telah diketahui bahwa insektisida secara umum memiliki dampak yang lebih berbahaya

lagi biota akuatik dibandingkan herbisida dan fungisida.

c. Bahaya Pestisida Terhadap Burung

Pestisida DDT diketahui menyebabkan penipisan cangkang telur pada burung di amerika

utara dan eropa. Fungisida yang digunakan pada usaha budidaya kacang tanah diketahui

dapat membunuh cacing tanah,sehingga mengancam keberadaan burung dan mamalia

yang memangsa mereka. Beberapa pestisida tersedia dalam wujud butiran, sehingga

burung dan hewan lainnya dapat memakan butiran tersebut karena disangka sebagai

bijibijian. Herbisida ketika mengalami kontak dengan telur burung, akan mengakibatkan

pertumbuhan embrio yang abnormal dan mengurangi jumlah telur yang akan menetas.

Herbisida juga dapat mengurangi populasi burung karena banyak tumbuhan penunjang

habitat mereka yang mati.

d. Bahaya Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia

Salah satu bahaya pestisida adalah menghambat perkembangan kognitif. Pada kehamilan

bisa beresiko terjadinya kelainan bawaan. Residu pestisida ini bisa terdapat dalam jenis

buah dan sayuran segar, sehingga kita memerlukan kehati-hatian dalam

mengkonsumsinya. Penggunaan pestisida bisa terjadi pada saat proses produksi di lahan

atau selama pasca panen.

Pestisida yang tidak sengaja termakan oleh Ibu hamil dapat menyebabkan bayi cacat lahir.

Cacat lahir seperti bibir sumbing, kaki pengkor, dan sindrom down bisa diakibatkan

paparan pestisida. Untuk memperkecil resiko, ibu hamil harus selektif dalam

mengkonsumsi makanan dan minuman. Pestisida organoklorin merupakan bahan kimia

yang masuk dalam kategori persisten organic pollutans (POPs) yang berbahaya bagi

kesehatan. Hal ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan karena bahan

Page 54: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

54

kimia ini dapat menyebabkan kanker, alergi dan merusak susunan saraf (baik sentral

ataupun peripheral serta dapat juga mengganggu sistem endokrin yang menyebabkan

kerusakan pada sistem reproduksi dan sistem kekebalan yang terjadi pada makhluk hidup,

termasuk janin.

e. Terjadinya keracunan dan kematian pada manusia, ternak dan hewan piaraan, satwa liar,

ikan dan biota air lainnya, biota tanah, tanaman, musuh alami, OPT bukan sasaran. f.

Terjadinya resistensi

g. Terjadinya pencemaran lingkungan hidup

h. Residu pestisida yang berdampak negative terhadap konsumen

i. Terhambatnya perdagangan hasil pertanian

j. Terjadinya keracunan pada pemakai/pekerja: petani, penjual pestisida, pekerja gudang

pestisida

k. Keracunan ternak dan hewan piaraan secara langsung atau tak langsung

l. Terjadinya keracunan pada ikan

m. Terjadinya keracunan satwa liar secara langsung atau tidak langsung.

n. Kerusakan tanaman

o. Kematian musuh alami hama

p. Kenaikan populasi jasad pengganggu

q. Resistensi jasad penganggu

r. Meninggalkan residu

2.3 TOKSIKOLOGI PESTISIDA

Toksisitas/ daya racun adalah sifat bawaan pestisida yang menggambarkan potensi

pestisida yang menggambarkan potensi untuk menimbulkan kematian langsung pada

hewan dan manusia.

Berdasarkan toksisitasnya dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Sangat toksik, contoh : aldrin, endosulfan, dieldrin.

2. Toksik sederhana, contoh : Clordane, DDT, lindane, heptaklor.

Page 55: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

55

3. Kurang toksik benzene hexacloride (BHC).

Bahan pencemar senyawa organoklorin jenis PCBs Polikhorobophenil (PCB) adalah

suatu senyawa organoklorin yang mempunyai sistem racun yang sama dengan peptisida

dan mempunyai sifat yang persisten atau sukar di pecah dialam. Seperti halnya peptisida

dan PCB, poliaromatik hidrokarbon merupakan polusi yang dapat memberikan efek yang

negative terhadap suatu perairan dengan kata lain akan mempengaruhi kualitas air suatu

perairan .

1) Kategori Toksisitas

Label pestisida memuat kata-kata symbol yang tertulis dengan huruf tebal dan besar

yang berfungsi sebagai infomasi

a. Kategori 1

Kata-kata kuncinya ialah “Berbahaya Racun” dengan gambar tulang

bersilang dimuat pada label bagi semua jenis pestisida yang sangat beracun.

Semua jenis pestisida yang tergolong dalam jenis ini mempunyai LD 50

yang aktif dengan kisaran antara 0-50 mg per kg berat badan.

b. Kategori II

Kata-kata kuncinya adalah “Awas Beracun” digunakan untuk senyawa

pestisida yang mempunyai kelas toksisitas pertengahan,dengan daya racun

LD 50 oral yang akut mempunyai kisaran antara 50-500 mg per kg berat

badan.

c. Kategori III

Kata-kata kuncinya adalah “Hati-Hati” yang termasuk dalam kategori ini

ialah semua pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50 akut

melalui mulut berkisar antara 500-5000 mg per kg berat badan.

Keracunan DDT tidak saja disebabkan oleh daya toksisDDT itu sendiri

tetapi larutan yang dipakai seperti minyak tanah dapat menyebabkan lebih

beratnya tngkat keracunan. Tanda-tanda keracunan organoklorin :

keracunan pada dosis rendah, si penderita merasa pusing-pusing, mual,

sakit kepala, tidak dapat berkonsentrasi secara sempurna. Pada keracunan

Page 56: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

56

dosis yang tinggi dapat kejang-kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan

pernafasan.

2) Toksisitas Senyawa Pestisida.

Kesanggupan pestisida untuk membunuh sasarannya. Pestisida yang mempunyai daya

bunuh tinggi dalam penggunaan dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih

sedikit bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah tetapi dengan kadar

tinggi. Toksisitas pestisida dapat diketahui dari LD 50 oral yaitu dosis yang diberikan

dalam makanan hewan-hewan percobaan yang menyebabkan 50% dari hewanhewan

tersebut mati. Toksisitas pestisida secara inhalasi juga dapat diketahui dari LC 50 yaitu

konsentrasi pestisida di udara yang mengakibatkan 50% hewan percobaan mati.

Makin rendah nilai LD 50/LC50 Maka makin toksis pestisida tersebut

a. Jangka waktu atau lamanya terpapar pestisida. Paparan yang berlangsung terus

menerus lebih berbahaya daripada paparan yang terputus-putus pada waktu yang

sama. Jadi pemaparan yang telah lewat perlu diperhatikan bila terjadi risiko

pemaparan baru. Karena itu penyemprot yang terpapar berulang kali dan

berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik.

b. Jalan masuk pestisida dalam tubuh. Keracunan akut atau kronik akibat kontak

dengan pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui kulit dan saluran

pernafasan. Pada petani pengguna pestisida keracunan yang terjadi lebih banyak

terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui saluran pencernaan

dan pernafasan.

Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Toksisitasnya

No.

Klasifikasi LD50 untuk tikus (mg/kg)

Oral Dermal

Padat Cair Padat Cair

Page 57: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

57

1.

a. Sangat

Berbahaya

Sekali

b. Sangat

Berbahaya

<5

5-50

<20

20-200

<10

10-100

<40

40-400

2. berbahaya 50-500 200-2000 100-1000 400-4000

3. Cukup berbahaya >500 >2000 >1000 >4000

3) Toksisitas Terhadap Susunan Saraf

Organoklorin merangsang sistem saraf dan menyebabkan parestesia, peka terhadap

rangsangan , iritabilitas, terganggunya keseimbangan, tremor dan kejang-kejang.

Beberapa zat kimia ini menginduksi fasilitasi dan hipereksitasi pada taut sinaps dan

taut neuromuskuler yang mengakibatkan pelucutan berulang pada neuron pusat,

neuron sensorik, dan neuron motoric. Organofosfat dan karbamat menghambat

AChE. Biasanya neutransmitter ACh dilepaskan pada sinaps itu. sekali impuls

saraf disalurkan, ACh yang dilepas dihidrolisis oleh AChE menjadi asam asetat dan

kolin di tempat itu. Sewaktu terpajan OP dan karbamat, AChE dihambat sehingga

terjadi akumulasi ACh. ACh yang ditimbun dalam SSP akan menginduksi tremor,

inkoordinasi, kejang-kejang, dll. Dalam sistem saraf autonomy akumulasi ini akan

menyebabkan diare,urinasi tanpa sadar, bronkokontriksi,miosis,dll. Akumulasinya

pada taut neuromuskuler akan mengakibatkan kontraksi otot yang diikuti dengan

kelemahan, hilangnya reflex, dan paralisis. Penghambatan AChE yang diinduksi

oleh karbamat dapat pulih dengan mudah, sedangkan pajanan berikutnya terhadap

senyawa OP biasanya lebih sulit pulih.

4) Karsinogenisitas

Organofosfat umumnya tidak bersifat karsinogenik, kecuali senyawa yang

mengandung halogen, misalnya tetraklorinvos. Karbamat sendiri juga tidak bersifat

karsinogenik. Tetapi bila ada asam nitrit, karbaril terbukti dapat membentuk

Page 58: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

58

nitrosokarbaril yang bersifat karsionogenik. Organoklorin yang diuji semuanya

telah terbukti menginduksi hepatoma pada mencit.

5) Teratogenisitas Dan Efek Pada Fungsi Reproduksi

Pada akhir tahun 1960-an, terdapat berbagai artikel yang terbit yang melaporkan

berbagai jenis efek teratogen dan efek reproduksi akibat karbaril pada anning.

Penelitian pada tikus yang diberi karbaril tidak membuktikan adanya efek pada

berbagai fungsi reproduksi dan tidak ada teratogen. Pestisida lain yang dilaporkan

mempunyai efek teratogen ialah fungisida ditiokarbamat.

6) Efek Buruk Lain

Efek khusus karbaril pada ginjal dilaporkan terjadi pada sekelompok sukarelawan

manusia yang diberi karbaril dengan dosis 0,12 mg/kg setiap hari selama 6 minggu.

Parakuat menyebabkan edema paru-paru, perdarahan, dan fibrosis setelah

penghirupan atau termakan, tetapi herbisida yang berkaitan erat, yaitu dikuat, tidak

menunjukkan efek tersebut. reaksi hipersensitivitas terhadap piretrum telah

dilaporkan. Bentuk yang paling umum adalah dermatitis kontak dan asma.

Organoklorin bersifat hepatotoksik, menginduksi pembesaran hati dan nekrosis

sentrolobuler. Zat ini juga merupakan penginduksi monooksigenase mikrosom,

sehingga dapat mempengaruhi toksisitas zat kimia lain. Beberapa organofosfat,

karbamat, organoklorin, fungisid ditiokarbamat, fan herbisid mengubah berbagai

fungsi imun. Contohnya malation, metilparation, karbaril, DDT, parakuat, dan

dikuat telah terbukti dapat menekan pembentukan antibody, menganggu fagositosis

leukosit, dan mengurangi pusat germinal pada limpa, timus dan kelenjar limfa.

7) Bioakumulasi dan Biomagnifikasi

Pestisida organoklorin umumnya lebih mampu bertahan di lingkungan dan

cenderung disimpan dalam timbunan lemak. Tetapi bioakumulasi lebih nyata pada

beberapa zat kimia disbanding dengan zat lainnya. Contohnya DDT jauh lebih lama

tersimpan dalam lemak tubuh disbanding metoksiklor. Kemampuannya bertahan

dalam lingkungan dapat menimbulkan masalah ekologis. DDT dan zat kimia yang

berkaitan dengan lingkungan meningkatkan metabolisme estrogen pada burung.

Dalam siklus bertelur dan bersarang pada burung tertentu, gangguan hormon ini

Page 59: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

59

berpengaruh buruk pada reproduksi dan kelangsungan hidup anak burung itu.

Biomagnifikasi dapat terjadi akibat bioakumulasi dalam organisme itu saja atau

kemampuannya bertahan di lingkungan. Contohnya DDT bersifat lipofilik dan

karenanya terdapat pada cairan tubuh yang berlemak termasuk susu. Meskipun

asupan DDT per hari pada ibu 0.5 mg/kg, bayi yang disusuinya mungkin mendapat

asupan sebesar 11.2 mg/kg. pembesaran ini berasal dari fakta bahwa DDT

tersimpan dalam tubuh manusia pada tingkat asupan harian kronik 10-20 kali lipat

dan bayi itu pada dasarnya hanya mengkonsumsi susu saja. Biomagnifikasi bahkan

lebih jelas pada hewan karnivora. DDT dan metil merkuri dapat terakumulasi

melalui rangkaian plankton, ikan kecil, ikan besar dan burung yang mengakibatkan

pembesaran konsentrasi beberapa ratus kali.

8) Aspek Keselamatan Dalam Penggunaan Pestisida Pertanian

Penggunaan pestisida pertanian berpotensi menimbulkan dampak negative bagi

pengguna, konsumen, lingkungan serta dampak sosial ekonomi untuk itu harus

digunakan secara hati-hati dengan ditekankan pada penurunan populasi hama,

menghentikan serangan penyakit dan mengendalikan gulma. Penggunaan pestisida

pertanian sebaiknya memperhatikan tiga prinsip yaitu

a) Digunakan secara legal

Penggunaan pestisida tidak boleh bertentangan dengan peraturan atau

perundangan yang berlaku di Indonesia.

b) Digunakan secara benar

Penggunaan pestisida harus memperhatikan syarat-syarat teknis sesuai

dengan metode aplikasi yang digunakan. Pestisida yang digunakan mampu

menampilkan efikasi biologisnya (kemampuan pestisida untuk

mengendalikan OPT sasaran ) yang optimal.

c) Penggunaan secara bijak

Pengendalian pestisida harus sesuai dengan tujuan utamanya

mengendalikan OPT, maka penggunaannya harus optimal.

Disamping itu petani harus mengetahui pengetahuan dasar dalam

menggunakan pestisida

Page 60: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

60

1. Pekerja memahami bahaya kesehatan akibat paparan pestisida

2. Melakukan praktek yang tepat

3. Penggunaan alat pelindungg diri dengan benar

4. Praktik tindakan kebersihan diri

5. Mengetahui gejala awal keracunan

6. Mampu melakukan pertolongan pertama bila keracunan 7.

Mempromosikan manajemen hama terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Tri Aji. (2013). Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati dari Biji Bunga Pachyrrhyzus

Erosus Urban di Kabupaten Brebes Solusi Pestisida Alami dan Unggul Bagi Petani

Bawang. Universitas Negeri Semarang. Diunduh uap.unnes.ac.id 25 Februari 2017

Buku IPA FISIKA SMP (TAG)/KLS.VIII/Kurikulum 2013

Hernayanti. Bahaya Pestisida Terhadap Lingkungan. Fakultas Biologi Unsoed. Unsoed :

Purwokerto.

Panjaitan, Ernitha, Didik Indradewa dan Edhi Martono. (2015). Sebuah Dilema Pertanian

Organik Terkait Emisi Metan (A Dilemma on Organic Farming in Relation to Methane

Emission). Yogyakarta: Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada. Diunduh

http://jpe-ces.ugm.ac.id/ojs/index.php/JML/article/view/442/377 25 Februari 2017

Rachmawati, Aisyah. (2013). Toksikologi. Makalah Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Malang. Diunduh

https://www.academia.edu/6509942/MAKALAH_TOKSIKOLOGI 25 Februari 2017

Supriadi. (2013). Optimasi Pemanfaatan Beragam Jenis Pestisida untuk Mngendalikan Hama dan

Penyakit Tanaman. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Diunduh

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=185328&val=6414&title=OPTIMA

Page 61: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

61

SI%20PEMANFAATAN%20BERAGAM%20JENIS%20PESTISIDA%20UNTUK%20

MENGENDALIKAN%20HAMA%20DAN%20PENYAKIT%20TANAMAN 19

Februari 2017

Yuantari, Catur MG. 2011. “Dampak Pestisida Organiklorin Terhadap Kesehatan Manusia Dan

Lingkungan Serta Penanggulangannya”. Kertas Kerja pada Prosiding Seminar Nasional

Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia, Semarang 12

April 2011.

Yuantari, MG Catur, Budi Widiarnako dan Henna Rya Sunoko. (2013). Tingkat Pengetahuan

Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan

Penawangan Kabupaten Grobogan). Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Diunduh http://eprints.undip.ac.id/40659/1/022-

_MG_Catur_Yuantari.pdf 19 Februari 2017

Page 62: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

62

BAB 5

TOKSIKOLOGI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

Makanan diperlukan oleh setiap makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Makanan

digunakan sebagai sumber energi, memperbaiki sel yang rusak, menjaga suhu tubuh, untuk

pertumbuhan dan pertahanan penyakit. Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung

gizi yang seimbang dan baik dikonsumsi oleh tubuh (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Kenyataannya, konsumen memilih makanan bukan berdasarkan kebutuhan tubuh, tetapi

berdasarkan warna, kelezatan, aroma, atau bentuknya. Supaya orang tertarik terhadap suatu

makanan, maka perlu ditambahkan bahan tambahan pangan kedalam makanan yang diolah. Bahan

tambahan makanan (BTM) atau bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan

ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (Kemenkes RI, 2012). Sementara

itu menurut definisi lain Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang

secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam

pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet,

penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (Praja, 2015)

Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam

makanan dalam jumlah kecil sehingga dapat memperbaiki penampilan, cita rasa, tekstur, dan

memperpanjang daya simpan makanan. Oleh karena fungsinya hanya sebagai tambahan, maka

tentunya dalam penggunaannya ada batas ukurannya atau disebut batas ambang yang ditentukan

oleh Departemen Kesehatan yang harus ditaati oleh produsen makanan dan minuman dalam

kemasan, jika tidak maka akan membahayakan kesehatan kita.

Toksikologi bahan tambahan pangan merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh buruk

zat tambahan makanan bagi manusia. Pada pengolahan makanan-makanan sering ditambahkan

bahan additif guna pengawetannya maupun kesegarannya dan kelezatannya. Dalam hal ini

toksikologi berperan penting dalam menjamin keamanan dari bahan yang ditambahkan (Mansyur,

2003). Oleh karena itu, penggunaan BTP diatur oleh pemerintah, baik melalui peraturan menteri

kesehatan maupun BPOM. Akan tetapi, banyak produsen nakal yang tidak mengindahkan

Page 63: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

63

peraturan tersebut dan menggunakannya melebihi batas maksimum yang telah diperbolehkan.

Bahkan ada sebagian dari mereka dengan sengaja menggunkan BTP yang dilarang pengunaanya

dalam bahan makanan. Misalnya pewarna tekstil yang digunakan sebagai pewarna makanan.

Efeknya tentu saja tidak baik bagi kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu,

laporan ini akan membahas jenis-jenis Bahan Tambahan Makanan (BTM), kegunaan dan

bahayanya.

1.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Jenis-jenis makanan yang ada saat ini tidak hanya memperhatikan faktor gizi, tetapi juga

menyiasati supaya makanan tersebut dapat dikemas dengan mudah, praktis, dan diolah secara

modern. Untuk itulah, berbagai produsen makanan menambahkan bahan tambahan makanan untuk

mengawetkan atau menambah cita rasa makanan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

722/MENKES/PER/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan, Bahan Tambahan makanan

adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan

ingredien khas makanan, mempuyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja

ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada

pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau

pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak

langsung) suatu komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan. Dalam Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas

Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet, disebutkan pula pengertian Bahan

Tambahan Pangan (BTP) yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi

sifat atau bentuk pangan. Pengertian lain Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau

campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan

pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (Praja, 2015).

2.2 Jenis-Jenis dan bahaya Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Page 64: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

64

Jenis-jenis Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut

Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai berikut:

1. Antioksidan (Antioxidant)

Pengertian antioksidan secara kimia yaitu senyawa pemberi elektron atau elektron dono,

sedangkan pengertian menurut biologi antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal

atau meredam dampak negatif dari oksidan. Antioksidan adalah suatu senyawa atau

komponen kimia yang dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat atau

memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi (Seyuti dan Yenrina, 2015). Lemak menjadi

komponen yang mudah untuk mengalami oksidasi sehingga bahan tambahan makan

antioksidan merupakan senyawa yang ditambahkan ke dalam lemak atau makanan berlemak

untuk mencegah terjadinya proses oksidasi dapat memperpanjang kesegaran dan palabilitas

dari makanan tersebut (Seyuti dan Yenrina, 2015). Untuk dapat masuk ke dalam tubuh

antioksidan yang menjadi bahan tambahan makanan harus memenuhi beberapa syarat yaitu:

a. Tidak mempunyai efek fisiologis yang berbahaya

b. Tidak menyebabkan terbentuknya flavor, odor atau warna yang tidak disukai pada

lemak atau makanan.

c. Efektif pada konsentrasi rendah

d. Larut dalam lemak

e. Tahan terhadap proses pengolahan

f. Mudah diperoleh; dan

g. Ekonomis (Muchtadi, Palupi dan Astawan 1993 dalam Seyuti dan Yenrina, 2015).

Antioksidan menurut sumbernya dibagi menjadi dua yaitu antioksidan alami dan

antioksidan sintetik. Antioksidan alami antaralain; fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C

dan beta-karoten. Antioksidan sintetik antaralain; BHA (Butylated Hydroxyanisole), BHT

(Butylated Hydroxytoluene), PG (Propil Galat), dan TBHQ (di-t-Butyl Hydroquinone), pada

antioksidan sintetik utama yang digunakan mempunyai batas penggunaan yaitu 0,02 % dari

kandungan lemak atau minyak. Terdapat daftar jenis-jenis antioksidan yang diizinkan untuk

digunakan dalam pangan yang terdaftar dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 033 Tahun 2012:

a. Ascorbic Acid (Asam askorbat dan garamnya (natrium askorbat, kalsium askorbat,

dan kalium askorbat))

Page 65: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

65

b. Ascorbil palmitate (Askorbil palmiat)

c. Ascorbil stearate (Askorbil stearat)

d. Erythrobic Acid ((Asam eritrobat dan garamnya (natrium eritrobat))

e. Tertiary butyl hydroquinone (TBHQ) (Butil Hidrokinon Tersier)

f. Butylated hydroxyanisole (BHA) (Butil Hidroksianisol)

g. Butylated hydroxy Toluene (BHT) (Butil Hidroksitoluen)

h. Propyl gallate (Propil galat)

i. Tocopherol (tokoferolcampuran pekat, alfa tokoferol dan gama tokoferol), yang

telah diyakini keamanannya.

j. Dilauryl Thiodipropionate (Dilauril Tiodipropionat) k. Stannous Chloride (Timah

II Klorida)

Seperti bahan tambahan makanan lainnya, penggunaan bahan tambahan makan

antioksidan sintetik yaitu BHA (Butylated Hydroxyanisole) menganlami pro dan kontra.

BHA mulai digunakan sejak tahun 1947 sebagai bahan tambahan dalam produk makanan

yang mengandung minyak untuk mencegah makanan menjadi basi. National Institute of

Health Amerika Serikat melaporkan bahwa penggunaan BHA dalam makanan dapat

menjadi senyawa karsinogen berdasarkan efek karsinogeniknya pada hewan coba, selain itu

terdapat juga beberapa penelitian yang menunjukan BHA dapat menyebabkan reaksi alergi

dan pada dosis besar dapat berefek pada fungsi ginjal dan hati (Fitri, 2013). Dalam Fitri

tahun 2013 penelitian oleh Williams mengindikasikan bahwa BHA mempunyai efek pada

sistem membran, memblokir pertukaran antara hepatosit dengan sel epiteli. Untuk itu FAO

telah menetapkan bahwa Asupan Harian yang Diijinkan (Acceptable Daily Intake/ ADI)

untuk BHA adalah 0,05-0,2 mg/kg bb.

2. Antikempal (Anticaking Agent)

Pengertian anti kempal adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah

mengempalnya makanan yang berupa serbuk, pengertian ini menurut peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 722/MENKES/PER/IX/1988 tentang bahan

tambahan makanan. Anti Kempal adalah senyawa anhidrat yang dapat mengikat air tanpa

menjadi basah dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan pangan yang bersifat bubuk atau

partikulat seperti garam meja, campuran kering (dry mixes), dan lain-lain.

Page 66: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

66

Penambahan senyawa anti kempal bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan

dan menjaga agar bahan tersebut tetap dapat dituang. Anti kempal dapat digunakan secara

tunggal atau campuran,yang dimaksud dengan menggunakan secara campuran yaitu

perhitungan hasil bagi masing-masing bahan tambahan pangan dengan Batas Maksimum

penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari 1 (satu). Adapun jenis-jenis anti

kempal yang dapat digunakan dan sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan

Makanan antara lain:

a. Kalsium karbonat (Calcium carbonate)

b. Trikalsium fosfat (Tricalcium orthophosphate)

c. Selulosa mikrokristalin (Microcrystalline cellulose)

d. Selulosa bubuk (Powdered cellulose)

e. Asam miristat, palmitat dan stearat dan garamnya (Myristic, palmitic & stearic

acids and their salts)

f. Garam-garam dari asam oleat dengan kalsium, kalium dan natrium (Ca, K, Na)

(Salts of oleic acid with calcium, potassium, and sodium (Ca, K, Na))

g. Natrium karbonat (Sodium carbonate)

h. Magnesium karbonat (Magnesium carbonate)

i. Magnesium oksida (Magnesium oxide)

j. Natrium besi (II) sianida (Sodium ferrocyanide)

k. Kalium besi (II) sianida (Potassium ferrocyanide)

l. Kalsium besi (II) sianida (Calcium ferrocyanide)

m. Silikon dioksida halus (Silicon dioxide, amorphous)

n. Kalsium silikat (Calcium silicate)

o. Natrium aluminosilikat (Sodium aluminosilicate)

p. Magnesium silikat (Magnesium silicate)

Dampak anti kempal bagi kesehatan pada tubuh kita bergantung dengan tingkat

penggunaannya, selain itu terdapat jenis zat pada golongan anti kempal berpotensi

membahayakan apabila dikonsumsi yaiu kandungan ferrrosianida. Ferrosianida seperti

halnya nitrat dan nitrit, adalah metahaemoglobonat yang berarti bahwa ferrosianida mampu

mengubah haemoglobin dalam sel darah merah dari ferro menjadi ferri, yang mana saat

darah dalam keadaan ferri, haemoglobib tidak manpu mentraspor oksigen.

Page 67: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

67

3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/ Per/IX/1988 tentang Bahan

Tambahan Makanan, pengatur keasaman adalah bahan tambahan makan yang dapat

mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman, seperti komposisi yang

ada pada minuman bersoda. Fungsi pengatur keasaman yang paling penting adalah sebagai

senyawa pendapar, asam dan garamnya sering pula ditambahkan sebagai campuran

pembentuk adonan (leavening system), sebagai antimikroba dan senyawa pengkelat. Adapun

jenis jenis pengatur keasaman yang dapat digunakan menurut Badan Pengawasan Obat dan

Makanan cukup banyak mencapai 35 jenis, kami menampilkan 15 diantaranya yaitu:

a. Kalsium karbonat (Calcium carbonate)

b. Asam asetat (Acetic acid)

c. Natrium asetat (Sodium acetate)

d. Kalsium asetat (Calcium acetate)

e. Asam laktat (Lactic acid)

f. Asam malat (Malic acid)

g. Asam fumarat (Fumaric acid)

h. Natrium laktat (Sodium lactate);

i. Kalium laktat (Potassium lactate)

j. Kalsium laktat (Calcium lactate)

k. L-amonium laktat (L-ammonium lactate)

l. Asam sitrat dan garamnya (Citric acid and its salts)

m. Asam tartrat dan kalium hidrogen tartrat (Tartaric acid and potassium hydrogen

tartrate)

n. Asam fosfat (Orthophosphoric acid)

o. Natrium hidrogen malat (Sodium hydrogen malate)

Terdapat jenis bahan pengatur keasaman yang bahan asamnya bersifat cukup korosif,

sehingga jika masuk ke mulut dapat menimbulkan rasa panas terbakar dan sakit yang

terhingga. Selain itu pengatur keasaman dapat bersifat racung dengan gejala:

Page 68: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

68

a. Korosif pada selaput lender mulut, kerongkongan, disertai dengan sakit, dan sukar

menelan.

b. Sakit didaerah lambung.

c. Luka yang bergelembung. Gelembung yang terjadi pada kulit tersebut dapat pecah

dan terjadi peradangan

Asam tartrat mampu menimbulkan lesi / luka pada mulut, ulkus lambung, pencernaan

terlalu asam, dan gejala mirip dengan kondisi demam karena keracunan logam yaitu demam,

menggigil, berkeringat, mual, muntah, nyeri otot, dan kelemahan.

4. Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner)

Pemanis Buatan adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada

produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori. Pemanis Buatan

hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu. Pemanis buatan

pada awalnya diproduksi komersial untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan

minuman bagi penderita Diabetes mellitus yang harus mengontrol kalori makanannya.

Pemanis buatan memiliki ADI (acceptable daily intake) yang ditentukan. Acceptable Daily

Intake artinya jumlah maksimum senyawa kimia yang bisa dikonsumsi setiap hari secara

terus menerus tanpa menimbulkan resiko dalam kesehatan. Acceptable Daily Intake pada

beberapa jenis pemanis buatan menurut FDA tahun 2006 yaitu:

a. sakarin 5 mg/kgBB/hari

b. siklamat 1 mg/kgBB/hari

c. aspartam 50 mg/kgBB/hari

d. acesulfamK 15 mg/kgBB/hari

e. neotam 2 mg/kgBB/hari

f. sucralose 5 mg/kgBB/hari (FDA, 2006)

Selain itu berdasarlan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 4

tahun 2014, Acceptable Daily Intake pada beberapa jenis pemanis buatan yaitu:

a. sakarin 0-5 mg/kgBB

b. siklamat 0- 11 mg/kgBB

c. aspartam 0-40 mg/kgBB

Page 69: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

69

d. acesulfam-K 0-15 mg/kgBB

e. neotam 0-2 mg/kgBB

f. sucralose 0-15 mg/kgBB (BPOM, 2014).

Terdapat penelitian yang telah dilakukan melalui hewan percobaan, misalnya di Institut

Kanker Nasional di Amerika bahwa efek langsung bahan pemanis buatan adalah menjadi

penyebab kanker, untu iti dalam penggunaannya harus hati-hati, tidak berlebihan artinya

dalam dosis yang tinggi akan tetap menyebabkan timbulnya gejala-gejala tertentu. Selain itu

pemans buatan dapat mengakibatkan kanker, pemanis buatan juga dapat menyebabkan

radang saluran nafas, migrain, dan gigi keropos jika penggunaannya melebihi batas yang

ditentukan.

5. Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent)

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan

Tambahan Pangan, pengertian dari pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan

makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung sehingga

dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Bahan pemutih ini bersifat oksidator. Ikatan

rangkap dalam karotenoid yaitu xantofil, akan dioksidasi, kemudian degradasi pigmen

karotenoid akan menghasilkan senyawa yang tak berwarna. Selain itu bahan pemucat ini

mengoksidasi gugus sulfhidril dalam gluten menjadi ikatan disulfida, dengan adanya ikatan

S-S ini terbentuk polimer protein yang panjang, lurus, dan membentuk lapisan-lapisan tipis

yang saling melekat. Lapisan-lapisan tersebut dapat menahan gelembung udara, karena

itulah roti akan mengembang. Untuk jenis-jenis pemutih dan pematang tepung yang dapat

digunakan menurut BPOM diantaranya:

a. L-Amonium laktat (L-Ammonium lactate)

b. Natrium stearoil-2-laktilat (Sodium stearoyl-2-lactylate)

c. Amonium klorida (Ammonium chloride)

d. Kalsium sulfat (Calcium sulphate)

e. Kalsium oksida (Calcium oxide)

f. α-Amilase (karbohidrase) dari Bacillus licheniformis (alpha-Amylase from

Bacillus licheniformis (carbohydrase))

Page 70: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

70

g. α-Amilase dari Aspergillus oryzae, var (alpha-Amylase from Aspergillus oryzae,

var.)

h. α-Amilase dari Bacillus stearothermophilus (alpha-Amylase from Bacillus

stearothermophilus)

i. α-Amilase dari Bacillus stearothermophilus yang dinyatakan dalam Bacillus

subtilis (alpha-Amylase from Bacillus stearothermophilus expressed in Bacillus

subtilis)

j. α-Amilase dari Bacillus subtilis (alpha-Amylase from Bacillus subtilis)

k. α-Amilase dari Bacillus megaterium yang dinyatakan dalam Bacillus subtilis

(alpha-Amylase from Bacillus megaterium expressed in Bacillus subtilis)

l. Protease dari Aspergillus oryzae, var. (Protease from Aspergillus oryzae, var.,); m.

Papain (Papain)

m. Bromelain (Bromelain).

Penggunaan karboksimetil selulosa dapat menyebabkan gangguan pada usus, dan

bersifat karsinogenik. Saponin mengakibatkan efek pada masa kehamilan, dan gangguan

darah. Karagen bisa memicu luka pada hati, efek pada sistem imun, karsinogenik, dan

menyebabkan bisul pada perut. Penggunaan Epikklorohidrin secara berlebihan dapat

menyebabkan kerusakan ginjal, karsinogenik, dan bahkan efek perubahan pada kromosom.

Polieksietilen stearat dapat menyebabkan efek pada usus lambung dan urin, seperti batu pada

tumor, dan kandung kemih. Sedangkan penggunaan natrium alginat dapat menyebabkan

reaksi alergi dan penyerapan pada mineral esensial.

6. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)

Emulsi adalah suatu sistem, terdiri dari dua fase cairan yang tidak saling melarut, di

mana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula di dalam cairan lainnya.

Cairan yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi, sedangkan cairan

yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinyu atau medium dispersi

Pengemulsi, pemantap dan pengental dalam pangan berfungsi untuk memantapkan emulsi

dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah antara bagian

lemak dan air serta mempunyai tekstur yang kompak. Berdasarkan BPOM RI tahun 2013

pengemulsi (Emulsifier) adalah bahan tambahan pangan untuk membantu terbentuknya

Page 71: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

71

campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak tercampur seperti minyak dan

air. Fungsi pengemulsi pangan dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan utama yaitu:

a. Untuk mengurangi tegangan permukaan pada permukaan minyak dan air, yang

mendorong pembentukan emulsi dan pembentukan kesetimbangan fase antara

minyak, air dan pengemulsi pada permukaan yang memantapkan antara emulsi.

b. Untuk sedikit mengubah sifat-sifat tekstur, awetan dan sifat-sifat reologi produk

pangan, dengan pembentukan senyawa kompleks dengan komponen-komponen

pati dan protein.

c. Untuk memperbaiki tekstur produk pangan yang bahan utamanya lemak dengan

mengendalikan keadaan polimorf lemak

Jenis-jenis pengemulsi yang mendapat izin dari BPOM RI cukup banyak, yaitu terdapat

80 jenis pengemulsi, beberapa diantaranya yaitu:

a. Kalsium karbonat (Calcium carbonate)

b. Lesitin (Lecithins)

c. Natrium laktat (Sodium lactate)

d. Kalsium laktat (Calcium lactate)

e. Natrium dihidrogen sitrat (Sodium dihydrogen citrate)

f. monohidrogen sitrat (Disodium monohydrogen citrate)

g. Trinatrium sitrat (Trisodium citrate)

h. Kalium dihidrogen sitrat (Potassium dihydrogen citrate)

i. Trikalium sitrat (Tripotassium citrate)

j. Mononatrium fosfat (Monosodium orthophosphate)

k. Dinatrium fosfat (Disodium orthophosphate)

l. Trinatrium fosfat (Trisodium orthophosphate)

m. Monokalium fosfat (Monopotassium orthophosphate)

n. Dikalium fosfat (Dipotassium orthophosphate)

o. Trikalium fosfat (Tripotassium orthophosphate)

p. Asam alginat (Alginic acid)

q. Natrium alginat (Sodium alginate)

r. Kalium alginat (Potassium alginate)

s. Kalsium alginat (Calcium alginate)

Page 72: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

72

t. Propilen glikol alginat (Propylene glycol alginate)

Efek kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan emulsi yaitu berdampal keracunan

tertentu pada anak-anak, khususnya anak-anak yang tidak tahan terhadap laktosa, akan tetapi

pada orang dewasa tidak ditemukan sifat racun apabila dikonsumsi.

7. Pengawet (Preservative)

Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat

fermentasi, pengasaman atau peruaian lain pada pangan yang disebabkan oleh pertumbuhan

mikroba. Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang

mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat prosesa

fermentasi, pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba (Saparinto &

Hidayati, 2006). Penggunaan pengawet dalam pangan harus tepat baik jenis maupun

dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan pangan tertentu, tetapi

tidak efektif untuk mengawetkan pangan lainnya karena pangan mempunyai sifat yang

berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya jiga berbeda.

Zat pengawet terdiri dari zat pengawet organik dan anorganik dalam bentuk asam dan

garamnya. Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada anorganik karena bahan ini

lebih mudah dibuat. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah asam

sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida. Zat pengawet anorganik

yang masih sering dipakai adalah sulfit, nitrat, dan nitrit.

Berikut nama-nama pengawet yang diperbolehkan untuk ditambahkan kedalam pangan

menurut Peraturan Kepala BPOM No. 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan

Bahan Tambahan Pangan Pengawet.

Page 73: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

73

*ADI (Acceptable Daily Intake) atau Asupan Harian yang Dapat Diterima adalah

jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram per kilogram berat badan

NO NAMA PENGAWETBatasan ADI per kg

Bobot Badan

Batasan PERMENKES RI per kg

MakananINS

1

Asam sorbat dan

garamnya:

Asam sorbat

Natrium sorbat

Kalium sorbat

Kalsium sorbat

0 – 25 mg/kg 200-1000 mg/kg

(tergantung jenis makanan)

200

201

202

203

2

Asam benzoat dan

garamnya:

Asam benzoat

Natrium benzoat

Kalium benzoat

Kalsium benzoat

0 – 5 mg/kg200-1000 mg/kg

(tergantung jenis makanan)

210

211

212

213

3Etil para-

hidroksibenzoat0 - 10 mg/kg 0-1000 mg/kg (jelly, selai) 214

4Metil para-

hidroksibenzoat0 - 10 mg/kg

250-1000mg/kg

(tergangung jenis makanan)218

5

Sulfit :

Belerang dioksida

Natrium sulfit

Natrium bisulfit

Natrium metabisulfit

Kalium metabisulfit

Kalium sulfit

Kalsium bisulfit

Kalium bisulfit

0 – 0,7 mg/kg30 - 300 mg/kg

(tergantung jenis makanan)

220

221

222

223

224

225

227

228

6 Nisin 0 - 33000 unit/kg11250 setara dengan 12.5

mg/kg234

7

Nitrit :

Kalium nitrit

Natrium nitrit

0 – 0,06 mg/kg20 – 30 mg/kg

(tergantung jenis makanan)249

250

8

Nitrat :

Natrium nitrat

Kalium nitrat

0 – 3,7 mg/kg 0 – 50 mg/kg 251

252

9

Asam propionat dan

garamnya :

Asam propionat

Natrium propionate

Kalsium propionate

Kalium propionate

Tidak dinyatakan (not

limited)

1000 - 2500 mg/kg

(tergantung jenis makanan)

280

281

282

283

10 Lisozim hidrokloridaTidak dinyatakan (not

specified)0 – 500 mg/kg 1105

Page 74: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

74

yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan

terhadap kesehatan.

Penggunaan pengawet diatas diizinkan ditambahkan dengan jumlah tidak melebihi batas

maksimum dan sesuai dengan kategori pangan. Pada peraturan Permenkes tersebut juga

disebutkan 9 jenis bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan diantaranya

Asam Borat (Boric Acid) dan Formalin yang sering disalahgunakan.

Penyalahgunaan boraks dan formalin menjadi salah satu masalah yang mengancam

kesehatan konsumen makanan. Boraks merupakan kristal lunak yang mengandung unsur

boron, berwarna putih dan mudah larut dalam air. Umumnya boraks digunakan di industri

kertas, kayu, keramik sebagai pengawet karena memiliki efek bakteristatik dan antifungi.

Namun, dalam penggunaannya kedalam bahan pangan dilarang oleh undang-undang karena

memiliki dampak kepada kesehatan konsumen. Boraks akan diserap melalui saluran

pencernaan kurang lebih 50% dari jumlah yang terabsorbsi tersebut akan dikeluarkan oleh

tubuh melalui urin selama 12 jam dan sisanya dikeluarkan dari tubuh diatas 5 – 7 hari. Maka

itu efek toksik boraks bersifat kumulatif selama penggunaan berulang-ulang. Pengaruh

boraks pada kesehatan konsumen boraks dapat mengakibatkan muntah, diare, bercak

kemerahan pada kulit dan selaput lendir, demam, gangguan pada fungsi hati, gangguan

pencernaan, radang kulit, anemia, kejang, kerusakan ginjal dan kanker karena memiliki sifat

karsinogenik.

Formalin atau formaldehida merupakan bahan pengawet yang biasa digunakan sebagai

desinfektan, cairan pembalsem, pengawet jaringan, pembasmi serangga dan pengawet

mayat. Formalin memiliki sifat mudah larut dalam air, mudah menguap, bersifat kumulatif,

dan karsinogenik. Dampak formalin pada kesehatan dibagi menjadi akut yaitu efek pada

kesehatan manusia langsung terlihat seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual,

muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. Kronik yaitu efek pada kesehatan manusia

terlihat setelah terkena dalam jangka waktu lama dan berulang seperti iritasi kemungkinan

parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat,

menstruasi, dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia

diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Pengujian kualitatif kandungan formalin

dengan menggunakan larutan Fehling A dan Fehling B.

Page 75: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

75

8. Pengeras (Firming Agent)

Pengeras (Firming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkeras atau

mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel

untuk memperkuat gel. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/

1988 tentang Bahan Tambahan makanan, BTP pengeras adalah bahan tambahan makanan

yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. BTP pengeras atau firming

agent dapat diaplikasikan pada proses pembuatan acar ketimun, sayuran, buah dalam kaleng,

daging dan ikan dalam kaleng serta jem dan jeli sehingga diharapkan tekstur makanan

tersebut masih tetap terjaga lebih renyah (crispy) dan tidak menjadi lunak selama proses.

Jenis BTP Pengeras yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:

a. Kalsium laktat

Dosis maksimum pemakaian kalsium laktat adalah sebesar 200 mg/kg. Kalsium

laktat banyak digunakan sebagai bahan baku pada berbagai industri serta

pengadaannya didatangkan dari luar negeri (kalsium laktat) secara garis besarnya

adalah sebagai berikut :

1) Industri farmasi : sebagai obat – obatan.

2) Industri makanan : sebagai pembangkit (baking powder) pada roti atau makanan

dan untuk keperluan minuman.

3) Peternakan : sebagai campuran makanan ternak petelor.

Adapun batas penggunaan kalsium laktat antara lain : untuk irisan tomat kalengan

800 mg/kg, tomat kalengan 450 mg/kg dan apel dan sayuran kalengan 260 mg/kg.

(Riskajaya, 2003)

b. Kalium klorida

Sebagian besar kalium klorida dihasilkan digunakan untuk pembuatan pupuk,

karena pertumbuhan banyak tanaman dibatasi oleh asupan kalium mereka. Sebagai

bahan baku zat kimia ini digunakan untuk pembuatan kalium hidroksida, dan logam

kalium. Hal ini juga digunakan dalam pengobatan, aplikasi ilmiah, pengolahan

makanan, dan sebagai pengganti natrium-gratis untuk garam meja (natrium

klorida). Efek samping bisa termasuk ketidaknyamanan pencernaan termasuk mual

Page 76: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

76

dan muntah, diare dan pendarahan pada saluran pencernaan. Overdosis

menyebabkan hiperkalemia yang dapat menyebabkan paresthesia, blok konduksi

jantung, atrial, aritmia, dan sclerosis. Efek mematikan overdosis kalium klorida

telah mengakibatkan penggunaannya dalam suntik mati.

c. Kalsium klorida

Kalsium klorida telah terdaftar sebagai zat aditif dalam makanan. Rata-rata

konsumsi kalsium klorida sebagai bahan tambahan pangan adalah sekitar 160-345

mg/hari untuk individu. Kalsium klorida juga digunakan zat pengawet dalam

sayuran kalengan, dalam pemrosesan dadih kacang kedelai menjadi tahu dan dalam

memproduksi pengganti kaviar dari jus sayuran atau buah. Dalam pembuatan

minuman bir, kalsium klorida digunakan untuk memperbaiki kekurangan mineral

dalam air pembuatan bir. Ini mempengaruhi rasa dan reaksi kimia selama proses

pembuatan bir, dan juga dapat mempengaruhi fungsi ragi selama fermentasi.

Kalsium klorida kadang-kadang ditambahkan ke dalam susu olahan untuk

mengembalikan keseimbangan kalsium yang hilang selama pemrosesan dan untuk

menjaga keseimbangan protein dalam kasein pada pembuatan keju. Kalsium

klorida dapat disuntikkan sebagai terapi intravena untuk pengobatan hipokalsemia,

yaitu penyakit berkurangnya kadar kalsium dalam tubuh. Penggunaannya sama

seperti kalsium glukonat yaitu untuk apel dan sayuran kalengan dosis

penggunaannya 260 mg/kg.

d. Kalsium sulfat

Kalsium sulfat digunakan untuk irisan tomat kalengan dengan ukuran yang

diijinkan 800 mg/kg, tomat kalengan 450 mg/kg, dan apel dan sayuran kalengan

260 mg/kg.

e. Kalsium glukonat (Calcium gluconate)

Kalsium glukonat digunakan untuk mengeraskan buah-buahan dan sayuran dalam

kaleng dengan ukuran yang diijinkan 800 mg/kg, tomat kalengan 450 mg/kg, buah

kalengan 350 mg/kg, acar ketimun dalam botol (250 mg/kg), dan jam dan jelly 250

mg/kg.

Bahan Tambahan Pangan Pengeras yang berbahaya:

a. Calplus FG dengan Dosis 260mg/kg untuk adonan bakso.

Page 77: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

77

b. Polis Alum Crystal yang digunakan untuk bahan pengeras bakso.

c. Aluminium sulfat

Aluminium sulfat, suatu senyawa kimia anorganik dengan rumus Al2(SO4)3.

Senyawa ini larut dalam air dan terutama digunakan sebagai bahan flokulasi dalam

pemurnian air minum dan kilang pengolahan air limbah, dan juga dalam pembuatan

kertas. Dalam pemurnian air, Aluminium sulfat menyebabkan kotoran menggumpal

yang dapat disingkirkan sebagai partikel yang mengendap di dasar wadah/tangki

atau lebih mudah disaring (koagulasi atau flokulasi).

d. Aluminium Kalium Sulfat

Aluminium kalium sulfat biasanya ditemukan dalam ragi, dimana terdapat

perselisihan pendapat atas penggunaannya karena kekhawatiran mengenai

keamanan menambahkan aluminium untuk makanan.

e. Aluminium Natrium Sulfat

f. Natrium sulfat banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri, antara lain

di industri pulp dan kertas, deterjen, pembuatan flat glass, tekstil, keramik, farmasi,

zat pewarna dan sebagai reagent di laboratorium kimia.

g. Monokalsium Fosfat

Salah satu jenis kalsium fosfat, yang dikenal sebagai hidroksiapatit, adalah mineral

utama tubuh Anda yang digunakan untuk membangun dan menguatkan tulang dan

gigi. Bentuk lain dari kalsium fosfat digunakan dalam produk makanan seperti

garam meja, dipanggang dan bumbu, di mana mereka membantu mencegah kondisi

adonan lengket, dan bertindak sebagai agen ragi. Kalsium fosfat juga ditambahkan

ke makanan untuk meningkatkan kandungan kalsium mereka dan digunakan untuk

membuat suplemen kalsium.

9. Pewarna (Colour)

Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna

pada makanan. Berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat

pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan

pewarna sintetis. Tanaman dan hewan memiliki warna menarik yang dapat digunakan

sebagai pewarna alami pada makanan. Beberapa pewarna alami yang berasal dari kunyit,

Page 78: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

78

paprika, dan bit digunakan sebagai pewarna pada bahan pangan yang aman dikonsumsi.

Pewarna dari hewan diperoleh dari warna merah yang ada pada daging.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.033 Tahun 2012 tentang

Bahan Tambahan Pangan, daftar pewarna alami yang diperbolehkan adalah kurkumin,

riboflavin, karmin dan ekstrak cochineal, klorofil, karamel, karbon tanaman, beta-karoten,

ekstrak anato, karotenoid, merah bit, antosianin, dan titanium dioksida.

Pewarna sintesis yang diperbolehkan, namun dibatasi penggunaannya, antara lain

tartrazin, kuning kuinolin, kuning FCF, karmoisin, ponceau, eritrosin, merah allura,

indigotin, biru berlian FCF, hijau FCF, dan cokelat HT. Pewarna makanan sintesis tersebut

diperoleh secara kimia dengan mencampur dua atau lebih zat menjadi satu zat baru.

Pemerintah sudah memberikan daftar pewarna yang boleh digunakan dalam makanan.

Tetapi kenyataannya masih ada saja pewarna bukan untuk makanan yang dicampur dalam

penganan, dua di antaranya yang sering ditemukan di Indonesia adalah rhodamin B dan

metanil yellow.

Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau

ungu kemerahan, dan tidak berbau. Jika dicampur dalam penganan, rhodamin B akan

berubah warna menjadi merah terang. Rhodamin B biasanya digunakan untuk mewarnai

tekstil, kertas, kain, produk pembersih mulut, dan sabun. Makanan atau minuman yang

mengandung rhodamin B biasanya berwarna merah cerah mengilap dan lebih mencolok,

warna terkadang tidak rata, ada gumpalan warna, dan terasa lebih pahit bila dikonsumsi.

Rhodamin B sering dicampur dalam kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, kembang

gula, sosis, sirop, dan lain-lain. Pewarna dengan nama lain D and C Red no 19. Food Red

15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink ini termasuk bahan karsinogen

(penyebab kanker) yang kuat. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, rhodamin B dapat

terakumulasi di dalam tubuh, menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, kerusakan

hati, atau bahkan kanker hati.

Metanil yellow adalah pewarna sintetik berbentuk serbuk, berwarna kuning

kecokelatan, larut dalam air dan alkohol. Umumnya digunakan untuk pewarna tekstil, kertas,

tinta, plastik, kulit, cat, dan sebagainya. Penganan yang menggunakan metanil yellow

Page 79: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

79

biasanya berwarna kuning mencolok dan berpendar serta terdapat titik warna (warna tidak

rata). Pewarna ini bisa dijumpai pada kerupuk, mie, tahu, gorengan, dan penganan berwarna

kuning lainnya. Bila dikonsumsi, metanil yellow dapat menyebabkan iritasi saluran cerna,

mual, muntah, sakit.

Page 80: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

80

Daftar Pustaka

Anonim. Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Pada Makanan Serta Dampak Yang Ditimbulkan.

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=141535

Anonim. Bahan Tambahan Pangan.

http://www.pipimm.or.id/admin/file/bukuputih/buku%20putih%20bab%20IV.pdf

BPOM RI. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor

7 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Perlakuan

Tepung.

BPOM RI. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor

8 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengatur

Keasaman.

BPOM RI. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor

10 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Antikempal.

BPOM RI. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengemulsi

http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=TETmW0fJzJopXyIlM2%2B3AcPza%2B%2Bhxyhe3

CoR%2BOv2IGw%3D

BPOM RI. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet

BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 4 tahun 2014

Fitri, Nyoman. 2013. Butylated hydroxyanisole sebagai Bahan Aditif Antioksidan pada Makanan dilihat

dari Perspektif Kesehatan. Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol.4.1.2014:41-50. Diakses

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=324019&val=4889&title=Butylated%20

hydroxyanisole%20sebagai%20Bahan%20Aditif%20Antioksidan%20pada%20Makanan%20

dilihat%20dari%20Perspektif%20Kesehatan [20:45]

Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 722/MENKES/PER/IX/88

Tentang Bahan Tambahan Makanan

Kemenkes RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 033 Tahun 2012

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang

Mansyur. 2003. TOKSIKOLOGI SEJARAH DAN JANGKAUANNYA, s.l.: USU digital library.

Praja, D. I.. 2015. Zat Adiktif Makanan, Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta: Garudhawaca.

Riskajaya, S. E. 2003. Prarencana Pabrik Pabrik Kalsium Laktat Dari Corn Sugar Dengan

Proses Fermentasi, s.l.: Widya Mandala Catholic University Surabaya.

Page 81: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

81

Saparinto, C. & Hidayati, D.. 2006. Bahan Tambahan Makanan. s.l.:Kanisius.

Sayuti, Kesuma. Yenrina, Rina. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas University Press;

Padang. Diakses

http://repository.unand.ac.id/23714/1/Kesuma%20Sayuti_Antioksidan%20Alami%20dan%2

0Sintetik%20OK.pdf [20:57]

Page 82: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

82

BAB 6.

KERACUNAN AKIBAT MIKROORGANISME PANGAN

Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun

mempertahankan hidup. Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga

merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam

bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan

pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham

mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia

yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi.

Keracunan pangan atau foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama yang

disebabkan oleh bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dengan wilayah sangat luas berbentuk

kepuluan memiliki keterbatasan dalam pengawasan dan pengendalian suatu produk seperti

makanan dalam upaya melindungi kesehatan dan keselamatan konsumen. Hal ini dibuktikan

dengan sering terjadinya kasus racunan makanan di tengah masyarakat, baik yang dilaporkan

maupun tidak dilaporkan.

Potensi risiko keamanan pangan dapat dijumpai setiap saat pada semua mata rantai

pangan, tidak terkecuali di Desa. Pada tahun 2013, data kejadian luar biasa (KLB) keracunan

pangan yang dihimpun Badan POM RI menunjukkan ada 48 kejadian keracunan pangan di

masyarakat. Adapun urutan jenis pangan yang diduga menyebabkan keracunan pangan adalah

48% masakan rumah tangga. 17% pangan jasa boga, 17% pangan jajanan, 15% panganolahan

dan 4% tidak diketahui penyebabnya (Laptah BPOM RI, 2013).

Badan kesehatan dunia (WHO, 1998) memperkirakan bahwa rasio antara kejadian

keracunan pangan yang dilaporkan dengan kejadian yang sesungguhnya di masyarakat adalah

1:10 untuk negara maju dan 1:25 untuk negara berkembang. Jika merujuk pada asumsi WHO

di atas dan jika didukung sistem pelaporan yang tepat, maka kejadian keracunan pangan di

Indonesia per tahunnya mencapai ribuan kejadian. Kemungkinan yang terjadi sesungguhnya

di Indonesia pada tahun 2012 adalah sekitar lima puluh ribuan orang mengalami keracunan

Page 83: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

83

pangan dan orang yang meninggal dunia diantaranya mencapai kurang lebih 500 orang.

(BPOM RI.2013).

Berkenaan dengan hal tersebut, setiap restoran dan rumah makan seharusnya melakukan

pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memastikan bahwa makanan dan minuan yang

dijual aman untuk dikonsumsi sebagaimana telah ditetapkan dalam Kepmenkes

No:1098/Menkes/SK/VII/2003 (Depkes RI, 2003) dan Peraturan Pemerintah RI 2 No. 28

Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan. Pada pasal 9 PP No. 28 Tahun 2004

dijelaskan bahwa cara produksi pangan siap saji yang baik harus memperhatikan aspek

keamanan pangan dengan cara mencegah tercemarnya pangan siap saji oleh cemaran biologis

yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan (Presiden RI, 2004). Namun

pada kenyataannya hanya sedikit dari mereka yang mematuhi aturan-aturan tersebut dan

biasanya hanya dilaksanakan oleh penjual makanan yang dikelola dengan baik (Sunarno,dkk,

2008).

Bukti di lapangan menunjukkan bahwa bakteri patogen sering ditemukan pada makanan

dan minuman yang dijual di pasar, diantaranya Salmonella group E, Staphylococcus aureus,

Pseudomonas sp, E. coli, dan Bacillus. Tingkat kontaminasi bervariasi hingga mencapai 24–

48 % (Pracoyo, 2006). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bakteri patogen lebih sering

ditemukan pada makanan atau minuman dengan bahan yang tidak dimasak dan beberapa jenis

bakteri berkaitan erat dengan jenis makanan atau bahan makanan yang digunakan (Burnett,

2001; Nissen, 2002). Sementara itu untuk makanan atau minuman yang telah dimasak,

kontaminasi dapat berasal dari penjamah makanan, peralatan makan, sumber air bersih yang

digunakan, dan kondisi lingkungan. Kontaminasi bakteri patogen pada makanan dan minuman

dapat menyebabkan berbagai macam penyakit diantaranya typhoid, diare, keracunan makanan

dan lain sebagainya (Siagian, 2002; Coleman, 2004). Penyakit-penyakit ini akan lebih mudah

menjangkiti orang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh karena faktor dari dalam

maupun dari luar.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganilisis keracunan akibat

mikroorganisme ditinjau dari jenis-jenis bakteri pathogen, gejala yang ditimbulkan serta cara

pencegahannya.

Page 84: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

84

2.1 Jenis Bakteri Patogen dan Gejala Keracunan

Bakteri dapat menyebabkan keracunan pangan melalui dua mekanisme, yaitu intoksikasi dan

infeksi

2.1.1 Intoksikasi

Keracunan pangan yang disebebkan oleh produk toksik bakteri patogen. Bakteri

tumbuh pada pangan dan memproduksi toksin.

a. Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri Gram-

positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika

seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan

menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah

mengandung toksin tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu

toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis). Pangan

yang dapat tercemar oleh Bacillus cereusini adalah serealia, makanan kering, produk-produk

susu,daging dan produk-produk daging,herbs, rempah-rempah, sayur-sayur

Gejala Keracunan:

Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab diare,

maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa

mual, nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi

pangan.

Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab muntah,

gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta berhubungan dengan saluran

pencernaan bagian atas, berupa mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah

mengkonsumsi pangan yang tercemar.

b. Clostridium botulinum

Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk spora

tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan

dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan

Page 85: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

85

paralisis. Toksin botulinum bersifat termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 800 C

selama 30 menit cukup untuk merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap

suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan pembekuan.

Pangan yang dapat tercemar oleh Clostridium botulinum ini adalahcustard, puding dan

makanan-makanan yang mengandung telur.

Gejala keracunan:

Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan berganda,

tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada

beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin

tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari.

c. Staphilococcus aureus

Staphilococcus aureus merupakan bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam

bakteri Gram-positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang

dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak

normal. Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat rusak secara

bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit. Pangan yang dapat tercemar bakteri ini

adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan daging unggas;

produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti salad,

puding, dan sandwich; produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam;

pangan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang

rendah; serta pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang. Sakit yang

diakibatkan oleh bakteri Staphilococcus aureus dinamakan Staphylococcal food poisoning.

Gejala keracunan:

Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah

(lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi abdominal,

demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit kepala, kram otot, dan

perubahan tekanan darah

2.1.2 Infeksi

Page 86: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

86

a. Salmonella

Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, dan

tidak menghasilkan spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur

dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna.

Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis. Cara penularan

yang utama adalah dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani

yang terinfeksi. Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yang terinfeksi, binatang

peliharaan dan hama, atau melalui kontaminasi silang akibat higiene yang buruk. Penularan

dari satu orang ke orang lain juga dapat terjadi selama infeksi.

Gejala keracunan:

Pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi adalah diare,

kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.

Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat berlangsung

selama lebih dari 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi

Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang lanjut usia,

serta orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.

b. Clostridium perfringens

Clostridium perfringens merupakan bekteri Gram-positif yang dapat membentuk

endospora serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan,

daging mentah, unggas, dan bahan pangan kering. Clostridium perfringens dapat

menghasilkan 5 enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi,

tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam usus. Pangan yang dapat tercemar oleh Clostridium

perfringens ini adalah daging ternak dan daging unggas, makanan kering, herbs, rempah-

rempah,sayur-sayur. Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Clostridium perfringens dinamakan

keracunan makanan clostridial dan sindrom pigbel.

Gejala keracunan:

Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24 jam setelah mengkonsumsi pangan yang

tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah besar. Didalam usus, sel-sel vegetatif bakteri

Page 87: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

87

akan menghasilkan enterotoksin yang tahan panas dan dapat menyebabkan sakit. Gejala yang

timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala dapat berlanjut

selama 12-48 jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu

(terutama pada anak anak dan orang lanjut usia)

c. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan mikroflora normal pada usus kebanyakan hewan berdarah

panas. Bakteri ini tergolong bakteri Gram-negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora,

kebanyakan bersifat motil (dapat bergerak) menggunakan flagela, ada yang mempunyai

kapsul, dapat menghasilkan gas dari glukosa, dan dapat memfermentasi laktosa. Kebanyakan

strain tidak bersifat membahayakan, tetapi ada pula yang bersifat patogen terhadap manusia,

seperti Enterohaemorragic Escherichia coli (EHEC). Escherichia coli O157:H7 merupakan

tipe EHEC yang terpenting dan berbahaya terkait dengan kesehatan masyarakat. E. coli dapat

masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar, misalnya

daging mentah, daging yang dimasak setengah matang, susu mentah, dan cemaran fekal pada

air dan pangan.

Gejala keracunan:

Gejala penyakit yang disebabkan oleh EHEC adalah kram perut, diare (pada beberapa

kasus dapat timbul diare berdarah), demam, mual, dan muntah. Masa inkubasi berkisar 3-8

hari, sedangkan pada kasus sedang berkisar antara 3-4 hari.

d.Vibrio parahaemolyticus

Vibrio merupakan bakteri akuatik yang dapat ditemukan di sungai, muara sungai,

kolam, dan laut. Salah satu jenis bakteri dari marga Vibrio yang hidup dilaut dan merupakan

pathogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia adalah Vibrio parahaemolyticus. Bakteri

Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri gram negatif, halofilik, bersifat motil atau

bergerak, berbentuk bengkok atau koma, menghasilkan energi untuk pertumbuhan dengan

oksidasi, fakultatif anaerob dan mempunyai flagellum kutub tunggal dan tidak dapat

membentuk spora. Vibrio parahaemolyticus ini adalah jenis bakteri yang hidupnya di laut,

memiliki daya tahan terhadap salinitas cukup tinggi. Oleh sebab itu bakteri patogen ini dapat

mencemari pangan hasillaut (Liston dalam Retno, 2008). Pangan yang dapat tercemar oleh

Page 88: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

88

bakteri Vibrio parahaemolyticus ini adalah ikan segar dan ikan olahan, udang, kerang dan

makanan laut lainnya.

Gejala keracunan:

Gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus adalah Sakit

perut bagian bawah, diare berdarah dan berlendir, pusing, muntah-muntah, demam ringan,

menggigil, sakit kepala, recoveri dalam 2-5 hari.

e. Campylobacter jejuni

Campylobacter jejuni adalah spesies bakteria berbentuk lengkung, batang, non-spora,

Gram-negatif dan bersifat motil. Bakteri ini bersifat zoonosis dan menyebabkan penyakit

yang disebut dengan campylobacteriosis. Gastroenteritis pada manusia di dunia salah

satunya juga disebabkan oleh bakteri Campylobacter jejuni. Keracunan makanan yang

disebabkan oleh spesies Campylobacter dapat menimbulkan penyakit, tetapi sangat jarang

mengakibatkan kematian. Campylobacteriosis pada peternakan unggas dapat disebut avian

vibrionic hepatitis atau avian infectious hepatitis. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia.

Meskipun organ yang terserang adalah alat pencernaan, tetapi pada masing-masing spesies

hewan penderita rupanya bakteri ini memiliki kesukaan lokasi sendiri-sendiri. Pangan yang

dapat tercemar oleh bakteri Campylobacter jejuni ini adalah daging ternak dan daging unggas

mentah, susu segar atau susu yang diolah tetapi pemanasannya kurang, air yang tidak diolah.

Campylobacter jejuni secara alami ada dalam saluran pencernaan ayam. Gejala klinis tidak

terlihat meskipun invasi bakteri ini terjadi pada organ internal ayam maka bakeri ini

diperlukan jumlah yang besar untuk menimbulkan penyakit pada ayam. Campylobacter

jejuni pada ayam tidak menyebabkan penyakit tetapi kejadian kontaminasi karkas ayam oleh

bakteri ini cukup tinggi yang mengakibatkan campylobacteriosis pada manusia.

Gejala Keracunan:

Gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri Campylobacter jejuni adalah sakit perut

bagian bawah, kram, diare, sakit kepala, demam, dan kadang-kadang diare berdarah. Masa

inkubasi berkisar2-3 hari dan bisa 7-10 hari.

f. Shigella sonnei

Page 89: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

89

Shigella adalah binatang tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik

yang dengan beberapa kekecualiaan tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat

yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Habitat alamiah Shigella

terbatas pada saluran pencernaan manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies

menimbulkan disentri basiler. Shigella berbentuk batang ramping, tidak berkapsul, tidak

bergerak, tidak membentuk spora, gram negatif. Shigella adalah fakultatif anaerob tetapi

paling baik tumbuh secara anaerobik. Shigella dapat menyebakan penyakit shigellosis yang

merupakan penyakit saluran pencernaan. Pangan yang dapat tercemar oleh bakteri Shigella

sonnei adalah makanan campuran dan basah, susu, kacang-kacangan, kentang, tuna, undang,

kalkun, salad, makaroni, cider apel.

Gejala keracunan:

Gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri Shigella sonnei adalah kram usus, panas

dingin, diare berair sering kali berdarah dan berlendir, sakit kepala, pusing, dehidrasi. Masa

inkubasiberkisar 1-7 hari, biasanya kurang dari 4 hari.

g. Yersinia enterocolitica

Yersinia enterocolitica merupakan bakteri golongan gram negatif, bentuknya bacillus

(batang yang sifatnya tidak memfermentasi laktosa, dengan urease positif dan oksidase

positif). Yersinia enterocolitica masuk ke dalam famili enterobacteriaceae. Bakteri ini

tumbuh baik secara motil di suhu 25ºC,dan non motil di suhu 37ºC. Yersinia enterocolitica

banyak ditemukan di saluran usus berbagai hewan di mana hewan tersebut dapat

menyebabkan penyakit dan ditularkan kepada manusia. Pangan yang dapat tercemar oleh

bakteri Yersinia enterocolitica adalah daging ternak dan unggas mentah,produk olahan

daging, susu dan produk susu dan sayur-sayuran. Penularan bakteri Yersinia enterocolitica

melalui rute orofekol karena mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi

oleh manusia atau binatang terinfeksi bakteri ini.

Gejala Keracunan

Gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pseudotuberculosi adalah sakit

perut bagian bawah, demam, menggigil, sakit kepala, malaise, diare, muntah-muntah,

pusing, pharingitis, leukocytosis. Masa inkubasiberkisar 24-36 jam atau lebih.

Page 90: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

90

h. Listeria monocytogenous

Listeria monocytogenous merupakan bakteri gram posituf yang dapat tumbuh baik di

tempat aerob (dengan adanya oksigen) maupun anaerob (tanpa adanya oksigen). Bakteri ini

tidak membentuk spora, dan sangat kuat terhadap panas, asam dan garam serta tahan

terhadap pembekuan sehingga masih dapat berduplikasi di suhu dingin seperti lemari

pendingin (suhu 40C – 100C). Sumber lain menyebutkan bahwa bakteri Listeria

monocytogenes dapat tumbuh pada kisaran suhu -0,40C – 450C dengan suhu tumbuh optimal

370C. Pengaruh beku terhadap Listeria monocytogenes bergantung pada kondisi produk dan

kemasan. Hal ini juga dibuktikan bahwa Listeria monocytogenes dapat memiliki kemampuan

bertahan pada suhu -200C. Pangan yang dapat tercemar oleh bakteri Listeria monocytogenous

adalah makanan siap santap yang didinginkan seperti sosis, susu yang belum dipasteurisasi,

serta produk susu lainnya seperti susu dan keju, daging mentah atau yang dimasak setengah

matang, unggas, dan ikan-ikanan. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui

makanan yang terkontaminasi oleh bakteri Listeria monocytogenes. Bakteri Listeria

monocytogenes menempel di permukaan makanan dan buah-buahan. Bakteri ini dapat masuk

kedalam daging buah / makanan jika buah / makanan tersebut berpori sehingga air dapat

memudahkan bakteri, terutama bila air tersebut sudah terkontaminasi bakteri Listeria

monocytogenes. Bakteri Listeria monocytogenes dapat menyebakan penyakit Listeriosis

yang merupakan penyakit yang sering diidap oleh binatang ternak seperti sapi, domba, babi,

namun terkadang ditemukan juga binatang unggas seperti ayam dan bebek.

Gejala Keracunan

Gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenous adalah demam,

nyeri otot, terkadang gejala gastrointestinal seperti mual atau diare; gejala seperti sakit

kepala, leher kaku, linglung, hilang keseimbangan, hingga gemetar. Masa Inkubasi berkisar

3-21 hari (bahkan hingga 70 hari, pada kasus tertentu yang jarang terjadi).

2.2 Jenis Non Bakteri dan Gejalanya

2.2.1 Fungi

Fungi hidup sebagai parasit. Fungi berperan untuk mendekomposisi zat komplek. Dari

sekitar 100.000 spesies jamur, 100 diantaranya bersifat patogen (beracun). Fungi

Page 91: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

91

menghasilkan mycotoxin, yang tahan pada suhu tinggi dan tidak dapat dihilangkan dengan

proses pemasakan. Mycotoxicoses adalah keracunan yang disebabkan karena memakan

inetabolit beracun yang diproduksi oleh jamur yang tumbuh di pangan. Racun yang

dikeluarkan jamur antara lain adalah aflatoxin, fusariai, ochratoxin.

a. Aflatoxin

Aflatoxin dihasilkan oleh mold Aspergillus sp. Aflatoxin yang berbahaya bagi manusia

adalah tipe B1, B2, G1 dan G2 (B = blue, G = green). Pangan yang terkontaminasi oleh

Aspergillus sp adalah kacang, jagung dan biji-bijian lain, tepung, bumbu. Kondisi optimum

bagi pertumbuhan Aspergillus sp adalah suhu 25-300C dan kelembaban 88 - 94%.

Gejala Keracunan

Gejala penyakit yang disebabkan oleh Mycotoxin Aflatoxin adalah keadaan Sirrosis

hati ini antara lain warna kulit berubah menjadi kuning atau bahkan menghitam, BAB hitam

kental seperti aspal.

b. Fumonisin

Fumonisin adalah myxotoxin yang dihasilkan oleh mold Fusarium sp. Batas ambang

maksimum untuk furmosin adalah 5-100 ppm. Pangan yang terkontaminasi oleh Fumonisin

adalah jagung dan serealia lainnya.

Gejala Keracunan:

Gejala penyakit yang disebabkan oleh Mycotoxin Fumonisin adalah penurunan asupan

makanan, gangguan pernapasan, serta kelainan pada organ hati dan ginjal.

c. Ochratoxin

Ochratoxin dihasilkan oleh Aspergillus ochraceus dan Penicilium verrucosum. Pangan

yang terkontaminasi oleh Aspergillus ochraceus dan Penicilium verrucosum daging babi,

daging unggas, tepung, kopi, dan anggur.

Gejala Keracunan:

Gejala penyakit yang disebabkan oleh Mycotoxin Ochratoxin adalah mual, demam,

pusing.

Page 92: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

92

2.3 Gejala Keracunan Pangan dan Penatalaksanaannya

Gejala keracunan bergantung pada tipe pencemar dan jumlah yang tertelan. Gejala

keracunan pangan yang tercemar bakteri patogen biasanya dimulai 2-6 jam setelah

mengkonsumsi pangan yang tercemar. Namun, waktunya bisa lebih panjang (setelah beberapa

hari) atau lebih pendek, tergantung pada cemaran pada pangan. Gejala yang mungkin timbul

antara lain mual dan muntah; kram perut; diare (dapat disertai darah); demam dan menggigil;

rasa lemah dan lelah; serta sakit kepala. Untuk keracunan pangan yang umum, biasanya korban

akan pulih setelah beberapa hari. Namun demikian ada beberapa kasus keracunan pangan yang

cukup berbahaya. Korban keracunan yang mengalami muntah dan diare yang berlangsung

kurang dari 24 jam biasanya dapat dirawat di rumah saja. Hal penting yang harus diperhatikan

adalah mencegah terjadinya dehidrasi dengan minum pada korban untuk mengganti cairan

tubuh yang hilang karena muntah dan diare. Pada korban yang masih mengalami mual dan

muntah sebaiknya tidak diberikan makanan padat. Alkohol, minuman berkafein, dan minuman

yang mengandung gula juga sebaiknya dihindarkan. Untuk penanganan lebih lanjut, sebaiknya

segera bawa korban ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Korban keracunan yang

mengalami diare dan tidak dapat minum (misalnya karena mual dan muntah) akan memerlukan

cairan yang yang diberikan melalui intravena. Pada penanganan keracunan pangan jarang

diperlukan antibiotika. Pada beberapa kasus, pemberian antibiotika dapat memperburuk

keadaan. Jika korban keracunan pangan adalah bayi, anak kecil, orang lanjut usia, wanita

hamil, dan orang yang mengalami gangguan sistem pertahanan tubuh (imun) maka perlu segera

dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

2.4 Pencegahan Keracunan Pangan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan pangan akibat bakteri patogen

adalah:

a. Mencuci tangan sebelum dan setelah menangani atau mengolah pangan dan saat

menggunakan toilet

b. Mencuci dan membersihkan peralatan masak serta perlengkapan makan sebelum dan

setelah digunakan.

Page 93: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

93

c. Jangan menyiapkan atau menyajikan makanan jika ada luka atau infeksi kulit pada tangan

atau pergelangan.

d. Menjaga area dapur/tempat mengolah pangan dari serangga dan hewan lainnya.

e. Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan bahan pangan mentah

untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.

f. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah kadaluarsa atau pangan dalam kaleng yang

kalengnya telah rusak atau menggembung.

g. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak enak.

h. Mengkonsumsi air yang telah dididihkan.

i. Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar bakteri dapat terbunuh.

Proses pemanasan harus dilakukan sampai suhu di bagian pusat pangan mencapai suhu

aman (>700C) selama minimal 20 menit.

j. Menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari pendingin (sebaiknya

suhu penyimpanan di bawah 50C) seperti susu pasteurisasi, keju, sosis, dan sari buah dalam

lemari pendingin.

k. Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam, karena mikroba dapat

berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang.

l. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingin.

m. Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum digunakan, terutama yang

dikonsumsi mentah.

Page 94: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

94

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Riza Zainyddin. 2008. Cemaran Kapang pada Pakan dan Pengendaliannya. Balai Besar

Penelitian Veteriner: http://bbalitvet.litbang.pertanian.go.id/eng/attachments/143_9.pdf,

diakses pada 1 Maret 2017

Angeliya, Liza, Ruri Rumpaka Kurdiwa. 2013. Identifikasi Campylobacter jejuni dengan Metode

Polymerase Chain Reaction. Jurnal Sain Veteriner, Vol. 31, No. 2: pada 1 Maret 2017

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Sentra Informasi Keracunan Nasional.

Dali, A Faiza. 2007. Kepadatan Yersinia Sp. yang Diisolasi dari Ikan Mas (Cyprinus Caprio, L).

Universitas Negeri Gorontalo:

Handoyo, Agus. 2014. Studi Kasus Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan di Desa Jembungan

Kecamatan Banyudono Boyolali. Universitas Muhammadiyah : Surakarta.

Ningsih, Riyan. 2014. Penyuluhan Hygiene Sanitasi Makanan Dan Minuman, Sertakualitas

Makanan Yang Dijajakan Pedagang di Lingkungan Sdnkota Samarinda.Diakses di

Http://Download.Portalgaruda.Org/Article.Php?Article=261792&Val=5652&Title=PENYU

LUHAN%20HYGIENE%20SANITASI%20MAKANAN%20DAN%20MINUMAN,%20S

ERTA%20KUALITAS%20MAKANAN%20YANG%20DIJAJAKAN%20PEDAGANG%

20DI%20LINGKUNGAN%20SDN%20KOTA%20samarindapadatanggal 1 Maret 2017.

Poloengan, Masniarai, etc. 2007. Patogenesis Campylibacter Terhadap Hewan dan Manusia.

Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan:

http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lkpngan05-19.pdf, diakses pada 1

Maret 2017

Presiden RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,

Mutu Dan Gizi Pangan.

Rien, Baiq H. Werdiningsih. 2010. Kondisi Sanitasi dan Keracunan Makanan Tradisional. 20(2),

131–138.

Page 95: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

95

Siagian, Albiner. 2002. Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara:

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-albiner3.pdf, diakses pada 1 Maret 2017

Syamsir, Elvira, 18 April, 2008, Kasus Vibrio parahaemolyticus di dalam seafood, Bandung:

http:/kesehatan.bandungkab.go.id/index.php?option=com_mtree&task=viewlink&link_id=2

0&Itemid=109, diakses pada 1 Maret 2017

Yunus, Salma P, dkk. 2015. Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan

Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di RumahMakan Padang Kota Manado Dan

Kota Bitung. Diakses di file:///C:/Users/HP%2014%20AMD/Downloads/7438-14622-1

SM%20(1).pdf padatanggal 1 Maret 2017.

Widowati, Retno. 2008. Keberadaan Bakteri Vibrio parahaemolyticus pada Udang yang Dijual di

Rumah Makan Kawasan Pantai Pangandaran. Vis Vitalis, vol. 01, No. 1:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=59771&val=4487, diakses pada 1 Maret

2017

World Health Organization. 1998.

Page 96: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

96

BAB 7

PARASIT PADA MAKANAN

Pada zaman sekarang, banyak sekali pilihan bahan makanan baik dari sumber hewani

maupun nabati yang dapat digunakan sebagai bahan makanan untuk menambah energi. Akibat dari

banyaknya pilihan makanan, muncul beberapa masalah terlebih penyakit. Salah satu penyakit yang

dapat disebabkan oleh makanan adalah penyakit akibat makanan (foodborne disease). Penyakit

bawaan makanan (foodborne disease), pada umumnya dapat bersifat toksik yaitu beracun maupun

infeksius yang artinya menyebabkan infeksi, biasanya disebabkan oleh agen penyakit yang masuk

ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Terkadang penyakit ini disebut

“keracunan makanan” (food poisoning) walaupun sebenarnya istilah ini kurang tepat. Menurut

WHO (2015), menyatakan bahwa setiap tahunnya, satu dari 10 orang merasakan sakit dan 33 juta

manusia kehilangan tahun hidup sehat (Healthy Life Years). Selain itu, penyakit bawaan makanan

juga dapat mematikan khususnya pada anak usia dibawah lima tahun. Penyakit bawaan makanan

(foodborne disease) adalah masalah global kesehatan masyarakat. Adapun perantara (agent) yang

membawa terjadinya penyakit akibat makanan (foodborne disease) adalah bakteri, virus, racun

(toksin), kimia, dan parasit. Parasit yang sering menyebabkan penyakit bawaan makanan

(foodborne disease) menurut WHO (2015) adalah Toxoplasma gondi, Taenia solium, Clonorchis

sinensis, dan Echinococcus tapeworms. Selain parasit yang telah disebutkan, terdapat parasit yang

juga dapat menjadi perantara penyakit akibat makanan seperti Trichinella. Penyakit akibat

makanan (foodborne disease) juga sering terjadi pada masyarakat menengah ke bawah dan

terkadang dapat menyebar dengan cepat di sepanjang rantai makanan dan lintas batas sehingga

butuh perhatian khusus untuk mengurangi dampak agen penyakit khususnya parasit dalam

kejadian penyakit akibat makanan (foodborne disease).

Page 97: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

97

2.1. Ascaris lumbricoides

2.1.1. Siklus Hidup

Gambar 2.1. Siklus Hidup dan Morfologi Ascaris lumbricoides

Cacing dewasa berbentuk silinder, dengan anterior (ujung depan) meruncing.

Ascaris lumbricoides merupakan cacing parasit terbesar dari parasit nematoda umum

manusia dengan betina berukuran panjang 20-35 cm dan jantan berukuran panjang 15-

31 cm, dengan posterior akhir (bagian belakang) melengkung. Juga, tiga bibir well

developed merupakan ciri khas dari kelompok cacing ini. Infeksi pada manusia

diperoleh melalui konsumsi telur berembrio dari tanah yang terkontaminasi. Jika

tertelan, telur menetas di dalam lambung dan duodenum, di mana larva aktif menembus

dinding usus. Setelah menembus dinding usus, mereka kemudian dibawa ke jantung

kanan melalui portal hepatik sirkulasi. Kemudian pembentukan larva dilakukan di

dalam sirkulasi paru-paru, di mana mereka disaring oleh kapiler. Setelah sekitar 10 hari

di paru-paru, larva kemudian masuk ke alveoli, bermigrasi melalui bronkus sampai

mereka mencapai trakea dan faring, dan kemudian ditelan. Cacing kemudian menjadi

Page 98: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

98

dewasa dan kawin di usus, dengan produksi akhirnya telur masuk ke dalam tinja.

Seluruhnya proses perkembangan dari konsumsi telur ke bagian telur dari betina dewasa

membutuhkan waktu 8 sampai 12 minggu. Selama rentang hidupnya, deposisi telur

dapat mencapai total 27.000.000 telur. Kedua telur, baik yang dibuah maupun tidak

dibuahi dikeluarkan begitu saja. Terkadang hanya cacing betina yang dapat pulih dari

usus. Telur yang dibuahi akan menjadi infektif dalam waktu 2 minggu jika mereka

berada di tempat yang lembab. Tanah hangat merupakan tempat terbaik telur cacing

dapat bertahan hidup, di mana mereka dapat tetap bertahan hidup selama berbulan-bulan

atau bahkan bertahun-tahun. Telur yang telah dibuahi biasanya berbentuk oval, tebal,

dilapisi oleh mantel, dan biasanya diwarnai empedu berwarna cokelat keemasan. Telur

ini memiliki ukuran panjang sampai dengan 75 µM dan lebar 50 µm. Apabila telur tidak

dibuahi, bentuk telur biasanya lebih oval, memiliki ukuran panjang 90 µm dan mungkin

memiliki lapisan mantel yang sangat minim. Seringkali kedua jenis telur ditemukan

dalam spesimen tinja yang sama dan biasanya hanya cacing betina yang terdapat dalam

usus.

Gambar 2.2. Morfologi Cacing Dewasa dan Telur Cacing

2.1.1. Patogenesis

Patogenesis disebabkan oleh infeksi Ascaris sering dikaitkan oleh kekebalan host,

Page 99: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

99

efek migrasi larva, efek mekanik dari cacing dewasa, dan kekurangan gizi karena adanya

cacing dewasa. Gejala awal adanya pneumonitis jika jumlah larva cukup besar. Ketika

larva keluar dari jaringan paru-paru dan ke dalam alveoli, kemungkinan ada beberapa

kerusakan bronkial epitel. Dengan reinfeksi dan migrasi larva berikutnya, mungkin ada

reaksi jaringan intens, bahkan dengan sejumlah kecil larva. Reaksi jaringan di sekitar

larva di hati dan paru-paru dengan infiltrasi eosinofil, makrofag, dan sel-sel epitel. Hal

ini disebut Ascaris pneumonitis dan disertai oleh reaksi alergi yang terdiri dari dyspnea,

batuk kering atau berdahak, demam (39,9-40,0 ° C), eosinofilia sementara, dan terdapat

seperti virus pneumonia. Kehadiran cacing dewasa dalam usus biasanya tidak

menimbulkan kesulitan kecuali massa cacing dewasa yang sangat berat. Migrasi cacing

dapat mengakibatkan rangsangan seperti demam (biasanya lebih dari 38,9°C),

penggunaan anestesi umum, atau kondisi abnormal lainnya. Migrasi ini dapat

mengakibatkan penyumbatan usus. Selain itu, migrasi dapat masuk ke dalam saluran

empedu, saluran pankreas, atau ruang-ruang kecil lainnya atau masuk ke hati atau

rongga peritoneum. Mereka juga dapat bermigrasi keluar dari anus atau keluar mulut

atau hidung. Pada anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah lima tahun,

kemungkinan terdapat penurunan berat badan terkait beban cacing. Efek langsung dapat

terukur dengan cara peningkatan nitrogen tinja dan lemak tinja, serta gangguan

penyerapan karbohidrat yang akan kembali normal apabila cacing dewasa dimusnahkan.

Cacing bisa juga spontan menghilang meskipun tanpa terapi apapun.

2.1.3. Pencegahan

Pencegahan penyakit Ascariasis membutuhkan pendidikan, kebiasaan, dan kebudayaan

hidup bersih dan sehat yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan sistem

pengolahan tinja setahun sekali karena telur biasanya bersifat patogen dan paling sulit

untuk telur dan biasanya telur dapat bertahan 1-3 tahun. Infeksi juga dapat terjadi ketika

makanan yang hendak dikonsumsi ditangani tanpa menghapus atau membunuh telur

cacing di tangan, pakaian, rambut, sayuran mentah/buah, atau makanan yang dimasak

yang terinfeksi oleh penangan, kontainer, dll. Telur Ascaris dapat dikurangi dengan

pemakaian kompos, tetapi untuk benar-benar membunuh, dapat melakukan beberapa

Page 100: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

100

hal berikut, seperti menggosok makanan dengan menggunakan alkohol, pemasakan

dengan suhu tinggi, dan pengomposan dengan panas (lebih dari 120 Fehr).

2.2. Trichinella

2.2.1. Siklus Hidup

Berikut merupakan siklus hidup dari Trichinella sp.

1. Beberapa jam setelah hewan mencerna daging yang mengandung larva Trichinella

spp., cacing kemudian dibebaskan dari otot mereka dan menghasilkan kista di perut

hewan selama proses pencernaan. Larva kemudian bermigrasi ke usus kecil dan

menembus mukosa usus yang berada di dalam sel-sel epitel.

2. Larva mengalami empat langkah peranggasan dalam kurun waktu 30 jam untuk

menjadi cacing dewasa yang belum matang, baik cacing jantan atau betina.

3. Cacing dewasa berjalan melalui sel-sel epitel di usus kecil dan kawin di dalam mukosa.

Cacing dewasa dapat hidup dan berkembang biak selama kurang lebih 10 hari sampai

beberapa minggu, tergantung pada host.

Page 101: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

101

4. Telur berkembang dalam cacing betina, dan larva disimpan dalam dinding usus dalam

kurun waktu 4 sampai 7 hari setelah infeksi awal.

5. Larva dengan panjang 100 µm panjang dan diameter 6 µm, bermigrasi dari usus melalui

limfatik mukosa dan kelenjar getah bening regional menuju saluran toraks, dan

kemudian masuk ke sirkulasi vena. Cacing tersebut kemudian di distribusikan ke

seluruh tubuh oleh sirkulasi perifer.

6. Setelah mencapai otot rangka, yang biasanya paling sering terdapat pada diafragma,

lidah, dan masseter, larva menembus membran meliputi serat otot untuk memasuki sel-

sel otot, sedini 5 hari setelah infeksi. Mereka menginduksi perubahan dalam tuan rumah

sel untuk meningkatkan kelangsungan hidup mereka sendiri.

Page 102: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

102

7. Dalam sel otot, larva coil dan, di sebagian besar spesies Trichinella, sel otot host

berubah menjadi seorang perawat sel untuk mengelilingi dan merangkum larva dengan

kolagen dan lapisan jaringan ikat. melingkar larva dan biasanya mengambil 3 minggu

atau lebih.

8. Dikemas larva menyerap nutrisi dari sarcoplasm otot host dan tumbuh menjadi infektif

di sekitar 4 sampai 8 minggu. Mereka tetap tidak aktif sampai mereka dimakan oleh

host lain. Dalam beberapa kasus, tuan rumah mungkin dinding dari larva, menyebabkan

kematian.

2.2.2. Diagnosis

Secara umum, diagnosis klinis awal Trichinellosis dapat dikatakan agak sulit

karena tanda-tanda atau gejala patognomonik kurang terlihat dan juga kemudian penyakit

ini dapat dikatakan sebagai penyakit kronis kronis sehingga tidak mudah untuk

didiagnosa. Selanjutnya, dokter praktik di negara non-endemi penyakit ini biasanya tidak

Page 103: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

103

terbiasa dengan penyakit dan dengan demikian mungkin mengalami masalah dalam

mendiagnosis trichinellosis. Masalah ini dapat menjadi jelas ketika adanya keterlambatan

diagnostik. Dalam penelitian kohort menunjukkan bahwa diagnosis biasanya dibuat pada

tahap akhir penyakit. Hal ini menjadi perhatian bagi pasien, karena keterlambatan dalam

diagnosis dan pengobatan dapat mengakibatkan pembentukan larva di jaringan otot dan

pengembangan kapsul kolagen yang sangat lama dan mengakibatkan larva resisten

terhadap obat.

Diagnosis trichinellosis termasuk sulit untuk kasus terisolasi dan kursus klinis

atipikal. Karena itu, trichinellosis harus dibedakan dari berbagai penyakit lainnya yang

temuan klinis yang serupa mungkin terjadi. Diagnosis trichinellosis harus didasarkan

pada tiga Kriteria utama yaitu temuan klinis (pengakuan tanda-tanda dan gejala

trichinellosis), temuan laboratorium (nonspesifik parameter laboratorium (eosinofilia dan

otot enzim), deteksi antibodi, dan / atau deteksi larva dalam biopsi otot); dan

penyelidikan epidemiologi (identifikasi dari sumber dan asal studi infeksi dan wabah).

2.2.3. Pencegahan

Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari penyakit akibat cacing ini, adalah

dengan menggunakan tiga pendekatan utama, yaitu:

a. Pendidikan konsumen mengenai risiko konsumsi daging mentah atau semiraw, produk

daging dalam negeri seperti babi, kuda, dan anjing dan sylvatic (Misalnya, babi hutan,

beruang, singa laut, puma, luak, rubah, serigala, armadillo, buaya, dan biawak). Hewan

yang bisa menjadi pembawa parasit Trichinella apabila pada saat pemeriksaan daging

tidak benar-benar diuji keberadaan larva Trichinella.

b. Perternakan babi (sumber yang paling penting dari infeksi Trichinella untuk manusia).

Hal ini perlu adanya kontrol ketat dari dokter hewan di daerah peternakan babi dengan

melihat penggunaan bahan pakan bersertifikat, keadaan industri yang baik, dan kandang

babi yang sehat.

c. Kontrol dari semua hewan yang rentan (baik domestik dan sylvatic) dengan metode

pembuatan pencernaan buatan standar pada saat disembelih atau setelah diburu. Semua

Page 104: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

104

daging dari hewan yang kemungkinan berisi larva Trichinella tetapi tidak dapat diuji

dengan metode laboratorium yang sesuai, harus melakukan prosedur yang telah terbukti

dapat mematikan cacing Trichinella sebelum didistribusikan untuk konsumsi manusia.

Hal ini berlaku baik sumber daging yang berasal dari komersial (yang sudah terdapat

sertifikat yang baik) maupun non-komersial sumber daging.

Tiga metode telah terbukti efektif dalam menonaktifkan larva Trichinella dalam daging,

yaitu:

a. Memasak dengan suhu tidak kurang dari 71°C (159,8°F) selama minimal 1 menit

(dengan catatan daging harus berubah warna dari merah muda menjadi abu-abu, dan

serat otot yang mudah terpisah satu sama lain)

b. Pembekuan

c. Iradiasi

Sedangkan metode yang dianggap kurang aman dalam persiapan daging dan produk olahan

daging, adalah pemasakan dengan menggunakan microwave oven dan curing atau

pengeringan.

Pencegahan Trichinella Infeksi pada Manusia

Untuk persiapan yang tepat dari penggunaan bahan baku daging harus mengikuti pedoman

yang sama dikeluarkan oleh pemerintah untuk konsumen. Perhatian khusus harus diberikan

kepada kehadiran Trichinella beku-tahan spesies atau genotipe dalam daging. Pembekuan

dilakukan untuk menonaktifkan Trichinella larva dalam daging. Dengan ketiadaan suhu

yang tepat dan waktu kontrol dan pemantauan sistem, prosesor dan konsumen daging harus

memastikan bahwa luka atau potongan daging hingga 15 cm dengan ketebalan yang

membeku (Setidaknya 15 C (5°F)) selama tidak kurang dari 3 minggu, dan pemotongan dan

potongan daging hingga 50 cm dengan ketebalan harus membeku untuk tidak kurang dari 4

minggu. Persyaratan untuk pembekuan dibatasi untuk babi yang terinfeksi T. spiralis saja .

Memang, T. larva britovi dalam daging babi telah selamat sampai 3 minggu pada 20 ° C (4

° F) . Sejak larva T. spiralis di daging kuda beku di 18 ° C (0.4 ° F) dapat bertahan hingga 4

minggu , dan daging kuda sering dijadikan pelabuhan spesies Trichinella, pembekuan

merupakan risiko kesehatan masyarakat bahkan setelah berbulan-bulan atau tahun (sampai

Page 105: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

105

5 tahun di daging beruang) pengobatan. Sementara beku-tahan spesies Trichinella memiliki

infektivitas rendah untuk babi, infeksi tersebut tidak dapat diabaikan dalam spesies host lain

di daerah di mana spesies parasit endemik (misalnya, utara lintang).

Iradiasi untuk menonaktifkan Trichinella larva dalam daging. Penyinaran terbukti

meningkatkan menonaktifkan Trichinella (0,3 kGy) ini adalah metode yang dapat diterima

untuk rendering daging yang aman untuk di konsumsi manusia di negara-negara di mana

iradiasi makanan diperbolehkan.

Iradiasi direkomendasikan hanya untuk makanan kemasan yang disegel. Pengasapan untuk

menonaktifkan Trichinella larva dalam daging. Proses pengasapan dan tidak dianjurkan

untuk menonaktifkan larva Trichinella dalam daging babi, kuda, atau daging olahan.

Meskipun Studi validasi individu telah menunjukkan bahwa berbagai kombinasi garam,

temperatur, dan waktu pengeringan akan menonaktifkan larva Trichinella, menyembuhkan

dan pengasapan adalah metode yang sulit untuk andal memantau dan kontrol. Curing harus

digunakan hanya setelah studi validasi ekstensif sukses pada penggunaan kontrol proses

yang ketat dan protokoler.

Taenia spp. panjang, tersegmentasi, cacing pita parasit (keluarga taeniidae, subclass

Cestoda). Parasit ini memiliki siklus hidup langsung, siklus antara definitif dan hospes

perantara. Spesies Taenia berikut zoonosis, dengan manusia yang sebagai host definitif, host

menengah, atau keduanya. spesies non-zoonosis dari Taenia juga ada.

Taeniasis

Cacing pita dewasa hidup di usus host definitif. Infeksi ini disebut taeniasis. Manusia adalah

host definitif untuk Taenia solium (daging babi cacing pita) dan T. saginata (daging sapi

cacing pita). Manusia juga host definitif untuk T. asiatica, cacing pita baru diakui ditemukan

di Asia. Saat ini tidak pasti apakah T. asiatica adalah subspesies T. saginata (T. saginata

asiatica) atau terpisah jenis. Hewan adalah host definitif untuk T. crassiceps, T. Ovis, T.

taeniaeformis, T. hydatigena, T. multiceps, T. serialis dan T. brauni. Taenia larva ditemukan

di otot, sistem saraf pusat (SSP), dan jaringan lain dari host intermediate. Larva yang lebih

mungkin menyebabkan penyakit dari pada cacing pita dewasa. Ada dua bentuk infeksi larva,

cysticercosis dan coenurosis.

Page 106: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

106

Sistiserkosis

Infeksi dengan bentuk larva dari Taenia solium, T. saginata, T. crassiceps T. Ovis, T.

taeniaeformis atau T. hydatigena disebut cysticercosis. Larva ini organisme disebut

cysticerci (tunggal: sistiserkus). Pada suatu waktu, larva dan cacing pita dewasa yang

dianggap spesies yang berbeda. Untuk alasan ini, larva kadang-kadang disebut dengan nama

yang berbeda: Tahap larva T. solium kadang-kadang disebut sistiserkus cellulosae. Tahap

larva T. saginata kadang-kadang disebut bovis sistiserkus. Tahap larva T. crassiceps kadang-

kadang disebut longicollis sistiserkus. Manusia dapat host intermediate untuk T. solium, T.

crassiceps, T. Ovis, T. taeniaeformis dan T. hydatigena. T. solium sering ditemukan di

manusia; empat spesies lain yang sangat langka. T. solium adalah spesies Taenia hanya

untuk yang manusia baik definitif dan hospes perantara. Hewan dapat host intermediate

selama lima spesies ini serta untuk T. saginata dan T. asiatica.

Coenurosis

Infeksi dengan bentuk larva T. multiceps, T. serialis dan T. brauni disebut coenurosis. Tahap

larva disebut coenurus (jamak: coenuri). Tahap larva dari T. multiceps kadang-kadang

disebut Coenurus Cerebral. Tahap larva T. serialis kadang-kadang disebut Coenurus serialis.

Tahap larva T. brauni kadang-kadang disebut Coenurus brauni. Manusia dapat menjadi tuan

rumah perantara untuk T. multiceps, T. serialis dan T. brauni. Hewan juga bisa host

intermediate selama tiga spesies ini.

2.3. Taeniasis

2.3.1. Siklus Hidup Taeniasis

Host definitif untuk Taenia spp. biasanya karnivora. Sebuah host definitif dapat

terinfeksi Taeniasis ketika mengonsumsi jaringan dari host perantara yang mengandung

larva. Larva melekat pada usus kecil dan berkembang menjadi cacing pita dewasa.

Waktu yang diperlukan T. saginata menjadi dewasa setelah 10 sampai 12 minggu

sedangkan T. solium dapat menjadi dewasa setelah 5 sampai 12 minggu. Cacing dewasa

terdiri dari scolex, yang melekat pada usus, diikuti oleh proglottids leher dan belum

dewasa, matang dan gravid (Segmen). Proglottids gravid yang mengandung telur,

Page 107: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

107

melepaskan diri dari cacing dan menumpahkan ke dalam tinja. Proglottids dari beberapa

spesies juga bergerak melalui sfingter anal dengan bantuan lingkungan yang

mengakibatkan telur menjadi infektif. Pada manusia, taeniasis disebabkan oleh

makanan yang berasal dari daging babi (T. solium dan T. asiatica) atau daging sapi (T.

saginata) yang tidak dimasak dengan baik. T. solium dewasa memiliki panjang sekitar

2-7 m panjang dan dapat hidup sampai 25 tahun. Meski hingga 25 cacing pita telah

dicatat di satu orang, biasanya hanya ada satu. Telur yang umumnya menumpahkan

dalam proglottid, yang tetap di bolus tinja dan hancur di lingkungan. Telur-telur dapat

disebarkan oleh hujan dan angin dan dapat mencemari vegetasi dan air. T. telur solium

dapat bertahan di lingkungan selama beberapa minggu atau bulan. Dewasa T. saginata

bisa panjang 4-25 meter, meskipun kebanyakan 5 meter atau kurang. Mereka dapat

hidup selama 5 sampai 20 tahun atau lebih. The proglottids gravid dari T. saginata

biasanya lebih motil dibandingkan T. solium. Mereka pindah dari kotoran dan

mematuhi rumput. T. saginata telur bisa bertahan hidup selama beberapa minggu atau

bulan di air dan di rumput. Dalam dataran tinggi Kenya, T. saginata telur telah

dilaporkan ke bertahan sampai satu tahun. Pada hewan, taeniasis disebabkan oleh T.

crassiceps, T. Ovis, T. taeniaeformis, T. hydatigena, T. multiceps, T. Serialis dan T.

brauni dan diperoleh dengan makan jaringan dari berbagai host intermediate termasuk

ruminansia, kelinci dan hewan pengerat.

Host intermediate - Sistiserkosis dan Coenurosis

Host intermediate biasanya herbivora, tetapi larva juga sesekali ada pada anjing dan

kucing. Sebuah hospes perantara menjadi terinfeksi ketika menelan telur (atau

proglottids yang mengandung telur), yang ditumpahkan di tinja host definitif. Telur

dapat dilakukan pada fomites, dan dapat disebarkan oleh serangga coprophagous dan

burung. Hewan Herbivora dapat memperoleh telur di padang rumput, vegetasi, atau air

yang terkontaminasi. Pada manusia, biasanya tertelan telur cacing pita pada buah-

buahan dan sayuran atau memperoleh mereka langsung dari tanah. Manusia juga dapat

terinfeksi oleh air yang terkontaminasi. Manusia yang membawa T. solium dewasa pada

usus dapat menginfeksi diri dan telur tertumpah dalam kotoran mereka sendiri yang

mengakibatkan cysticercosis. Autoinfeksi dengan reverse peristaltik dari telur atau

Page 108: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

108

proglottids mungkin terinfeksi dalam usus tetapi belum terbukti kebenarannya. Anak-

anak yang bermain di kotoran khususnya tanah dapat terkontaminasi dengan larva T.

multiceps, T. serialis atau T. Brauni dan langsung menyerang ke konjungtiva atau kulit.

Penetasan telur biasanya terjadi apabila telur telah terpapar oleh sekresi lambung dan

diikuti oleh sekresi usus. Telur menetas dalam usus, menembus dinding usus, dan

menyerap di dalam darah di seluruh jaringan. Dalam jaringan, larva (juga disebut

metacestodes) kemudian berkembang biak menjadi cysticerci atau coenuri.

Sistiserkosis

Bentuk larva dari Taenia solium, T. saginata, T. crassiceps, T. Ovis, T. taeniaeformis

atau T. hydatigena adalah sistiserkus. Cysticerci adalah vesikel berisi cairan yang

mengandung protoscolex tunggal terbalik. Dalam jaringan selain mata, ventrikel

verebral atau ruang subarachnoid dari otak, kista ini dikelilingi oleh kapsul fibrosa

jaringan cysticerci yang biasanya lonjong dan berdiameter kurang lebih sekitar 1 cm,

tetapi T. solium cysticerci dapat tumbuh sekitar 10-15 cm di berbagai bidang seperti

ruang subarachnoid dari otak. Sebuah host dapat memiliki satu untuk ratusan kista.

Bentuk ini dapat berkembang biak, yang disebut racemose cysticercosis, adalah sesekali

terlihat. larva ini, yang terjadi terutama di dasar otak, terdiri dari massa seperti anggur

mengandung beberapa kandung kemih terhubung dari berbagai ukuran. Itu protoscolex,

jika ada, biasanya mati. Tidak pasti apakah cysticercosis racemose adalah T. solium

sistiserkus menyimpang, yang sistiserkus dari spesies lain, atau coenurus steril.

Cysticerci biasanya tidak merangsang inflamasi Tanggapan saat mereka masih hidup,

atau setelah mereka meninggal dan menjadi kalsifikasi. Namun, sementara mereka

merosot mereka bisa menjadi meradang. Pada sapi, T. saginata cysticerci mulai mati

dalam beberapa minggu, dan setelah 9 bulan cacing mati sedangkan spesies lain dapat

bertahan hidup selama bertahun-tahun. Cysticerci dalam berbagai tahap kelayakan

dapat terjadi secara bersamaan dalam sebuah host. Cysticerci dapat ditemukan hampir

di mana saja, tetapi masing-masing spesies memiliki kecenderungan untuk jaringan

tertentu. Pada babi, T. solium cysticerci ditemukan terutama di tulang atau jantung otot,

hati, jantung dan otak. Pada manusia, spesies ini paling sering ditemukan dalam jaringan

Page 109: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

109

subkutan, skeletal otot, mata dan otak. Penyakit serius hampir selalu disebabkan oleh

cysticerci di CNS (neurocysticercosis) atau jantung.

T. saginata pada sapi dan T. Ovis pada domba ditemukan terutama di otot.

T. asiatica dan T. taeniaeformis cysticerci adalah biasanya ditemukan dalam

hati, sementara T. hydatigena adalah juga ditemukan di dalam rongga perut.

T. crassiceps larva biasanya ditemukan di jaringan subkutan, dan peritoneal atau

pleura rongga. replikasi aseksual T. Crassiceps larva terjadi pada tikus host

intermediate.

Coenurosis

Bentuk larva T. multiceps, T. serialis dan T. brauni disebut coenurus. Sebuah coenurus

adalah vesikel yang berisi beberapa protoscolices terbalik, melekat pada membran internal

kista. kista putri dapat dilihat dalam beberapa coenuri, baik mengambang bebas atau

melekat oleh tangkai. Kehadiran kista putri bervariasi dengan jaringan coenuri di mata dan

jaringan subkutan biasanya unilocular, tapi coenuri di CNS sering multilokular. Setiap

protoscolex dapat tumbuh menjadi cacing pita jika dicerna oleh tuan rumah definitif.

T. multiceps coenuri biasanya 2-6 cm di diameter dan mengandung beberapa untuk

lebih dari seratus protoscolices. Pada manusia, larva ini biasanya ditemukan dalam otak

(neurocoenurosis), mata atau jaringan subkutan. infeksi SSP lebih umum di daerah

beriklim, dan okular atau infeksi subkutan lebih umum di tropis. Pada hewan, T.

multiceps coenuri adalah biasanya ditemukan di CNS.

T. serialis coenuri biasanya ditemukan di jaringan subkutan, otot dan retroperitoneally.

Pada manusia, beberapa larva memiliki juga telah ditemukan di otak.

Larva T. brauni cenderung ditemukan di jaringan subkutan dan mata.

2.3.3 Tanda klinis

Taeniasis

Tanda-tanda klinis, kecuali untuk bagian dari proglottids, yaitu jarang di host

definitif. Gejala, jika ada, yang biasanya terbatas pada unthriftiness, malaise, lekas marah,

Page 110: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

110

penurunan nafsu makan dan diare ringan atau kolik. Intususepsi, kekurusan dan kejang

telah dilaporkan tetapi sangat jarang.

Sistiserkosis dan coenurosis

Gejala-gejala cysticercosis dan coenurosis yang disebabkan terutama oleh

peradangan yang terkait dengan merosot larva, atau dengan efek mekanik parasit. Jenis dan

tingkat keparahan dari tanda-tanda klinis tergantung pada jumlah dan lokasi dari larva. T.

multiceps coenurosis dapat menyebabkan neurologis tanda-tanda di ruminansia.

coenurosis akut paling sering dilihat di domba muda. Tanda-tanda klinis biasanya terbatas

demam sementara, kelesuan dan neurologis ringan tanda-tanda seperti sebagai kepala

miring sedikit. penyakit yang lebih berat, termasuk akut meningoencephalitis, kejang dan

kematian dapat terjadi dengan sejumlah besar parasit. Gejala dari T.multiceps coenuri

muncul lebih lambat, yang paling umum di 16-18 bulan domba tua, dan berbeda dengan

lokasi parasit di otak atau sumsum tulang belakang. Mereka mungkin termasuk kelainan

perilaku, berputar-putar, ataksia, hypermetria, kebutaan, penyimpangan kepala,

kelumpuhan, kejang, hipereksitabilitas atau tanda-tanda neurologis lainnya, serta sujud dan

kekurusan. Tanda-tanda pada hewan yang terinfeksi oleh spesies Taenia lainnya. T. solium

cysticercosis adalah jarang menyebabkan encephalomyelitis parasit pada anjing., Coenuri

terutama T. serialis, dilaporkan sesekali di CNS kucing. Gejala sangat bervariasi, dan

tergantung pada lokasi dan jumlah larva. Multifokal tanda-tanda termasuk ataksia, jatuh

dengan episode ekstensor kekakuan, lesu, agresi mendadak, gangguan penglihatan, dan

depresi dapat dilihat jika herniates otak. Tanda-tanda klinis jarang terjadi pada babi yang

terinfeksi T.solium dan sapi yang terinfeksi dengan T. saginata. T. solium dapat kadang-

kadang menyebabkan hipersensitivitas dari moncong, kelumpuhan lidah, kejang, demam

dan kekakuan otot pada babi. Sejumlah besar T.Saginata dapat mengakibatkan demam,

kelemahan, anoreksia, dan kekakuan otot pada sapi. Kematian telah dilaporkan sebagai

hasil dari myocarditis selama infeksi eksperimental. spesies Taenia lain kadang-kadang

dapat menyebabkan perut distensi, lesu, penurunan berat badan atau tanda-tanda lain yang

berhubungan dengan infeksi perut atau hati, terutama di host seperti sebagai kelinci.

Page 111: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

111

Pencegahan

Cysticercosis dan coenurosis pada ternak dapat menurun dengan mencegah atau

mengobati taeniasis di tuan rumah definitif. Anjing yang berhubungan dengan ternak,

khususnya domba, seharusnya tidak diperbolehkan untuk makan bangkai hewan dengan

coenurosis, dan harus dewormed teratur. Lain anjing seharusnya tidak diperbolehkan dekat

binatang. Untuk mencegah Infeksi dengan T. solium, T. saginata atau T. asiatica, hewan

seharusnya tidak terkena kotoran manusia. Taeniasis pada kucing dan anjing bisa

berkurang dengan tidak memungkinkan anjing untuk hewan pengerat berburu atau host

intermediate lainnya, dan tidak makan bangkai mentah atau setengah matang. Tidak ada

vaksin yang tersedia saat ini. Vaksin A T. Ovis diproduksi di masa lalu tapi vaksin cacing

pita memiliki, di umum, tidak layak secara ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA

BrusBruschi, F., Pathology, E., & Pisa, U. (n.d.). Review Article Trichinellosis in developing

countries : is it neglected ?chi, F., Pathology, E., & Pisa, U. (n.d.). Review Article

Trichinellosis in developing countries : is it neglected ?

Gottstein, B., Pozio, E., & No, K. (2009). Epidemiology , Diagnosis , Treatment , and Control of

Trichinellosis, 22(1), 127–145. https://doi.org/10.1128/CMR.00026-08

Hossain, A. (2014). Ascaris lumbricoides, (March 2009), 1–19.

Mitreva, M., & Jasmer, D. P. (2006). Biology and genome of Trichinella Table of Contents, 1–21.

https://doi.org/10.1895/wormbook.1.124.1

National Wildlife Health Center. (n.d.). Trichinosis Circular 1388.

Page 112: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

112

Pozio, E. (2007). World distribution of Trichinella spp . infections in animals and humans, 149,3–21. https://doi.org/10.1016/j.vetpar.2007.07.002

The Center for Food Industry and Public Health. (2005). Taenia Infections, 1–8.

WHO Estimate of Burden Disease. (2015). Infographics of Waterborne Disease.

Widiastuti, D., & Astuti, N. T. (2009). Trichinella spiralis, Cacing yang Menginfeksi Otot, 5(1),24–25.

World Health Organization. (n.d.). Penyakit bawaan makanan : suatu permasalahan kesehatan danekonomi global, 1–53.

World Health Organization. (2015). Key foodborne diseases and hazards, 2015.

Ascaris lumbricoides. (n.d.). 2012, 1–7.

Page 113: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

113

BAB 8

PENCEGAHAN BAHAYA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pencemaran lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup makhluk hidup disekitarnya sehingga masalah pencemaran lingkungan ini menjadi

salah satu hal yang krusial. Pencemaran lingkungan sering kali dikaitkan dengan

keberadaan industri. Hal ini tidak lepas dari kegiatan industri yang mengunakan bahan-

bahan kimia yang berbahaya terutama limbah industri jika dibuang langsung ke lingkungan

sekitar tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut sehingga bahan-bahan tersebut dapat

diurai oleh mikroorganisme di lingkungan pembuangannya.

Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke

dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berbuahnya tatanan (komposisi) air atau

udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Untuk

mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas lingkungan

industry dan aktivitas lingkungan manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap

pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu. Menurut Kristanto (2002:71)

pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal.

Saat ini banyak sekali kita temui sungai-sungai di sekitar kita sudah tercemar.

Pencemaran sungai terjadi karena pergeseran paradigma dan kebudayaan masyarakat.

Nilai-nilai perlindungan alam yang eksis dalam berbagai bentuk seperti pantangan dan

pamali tidak lagi dipandang oleh masyarakat. Air dapat menjadi sumber malapetaka

apabila tidak dijaga, baik dari segi manfaatnya maupun pengamanannya. Misalnya dengan

tercemarnya air oleh zat-zat kimia selain mematikan kehidupan yang ada disekitarnya juga

merusak lingkungan, dan apabila dari segi pengamanan. tidak dilakukan pengawasan dapat

mengakibatkan banjir, tanah longsor dan sebagainya.

Page 114: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

114

2.1 Definisi Pencemaran Lingkungan

Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling kehidupan atau

organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan

akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam

bentuk individual maupun kuminitas pada tempat tertentu.

Pencemaran adalah perubahan yang tak dikehendaki dari lingkungan yang sebagian besar

akibat dari kegiatan manusia (Darmono, 1995). Perubahan ekosistem atau habitat dapat berupa

perubahan fisik, kimia, atau perilaku biologis yang akan mengganggu kehidupan manusia,

spesies, biota bermanfaat, proses- proses industri, kondisi kehidupan, dan aset kultural. Selain

itu perubahan ekosistem akibat kegiatan manusia yang merusak atau menghamburkan secara

sia-sia sumberdaya yang ada di alam (Palar,1994).

Pencemaran lingkungan hidup menurut undang-undang No.23 tahun 1997, yaitu masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan

hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitas lingkungan menurun sampai tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya

(Anonim, 1997). Sumber pencemaran adalah setiap kegiatan yang membuang bahan pencemar.

Bahan pencemar tersebut dapat berbentuk padat, cair, gas atau partikel tersuspensi dalam kadar

tertentu ke dalam lingkungan, baik melalui udara, air maupun daratan pada akhirnya akan

sampai pada manusia. Daur pencemaran lingkungan akan memudahkan di dalam melakukan

penelitian dan pengambilan contoh lingkungan serta analisis contoh lingkungan (Wardhana,

2001).

2.2 Sumber Terjadinya Pencemaran Lingkungan

Uraian sebelumnya kita ketahui bahwa bahan kimia yang tersebar dalam lingkungan fisik

ini ada yang bermanfaat dan sangat diperlukan kehadirannya dalam jumlah sebanyak mungkin,

Page 115: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

115

ada yang berguna dalam kadar tertentu ada pula yang betul-betul bersifat sebagai racun dan

berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Bahan-bahan kimia

yang kehadirannya dalam lingkungan hidup dapat menyebabkan terganggunya kesejahteraan

hidup manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan disebut bahan pencemar. Sebagai sumber

utama terjadinya pencemar adalah :

Proses-proses alam, antara lain pembusukan secara biologis, aktivitas gunung

berapi, terbakarnya semak-semak, dan halilintar.

Pembuatan/aktivitas manusia, seperti:

a) Hasil pembakaran bahan bakar yang terjadi pada industri dan kendaraan

bermotor.

b) Pengolahan dan penyulingan bijih tambang mineral dan batubara.

c) Proses-proses dalam pabrik

d) Sisa-sisa buangan dari aktivitas-aktivitas tersebut di atas

Pencemaran lingkungan ini sudah terjadi sejak jaman dahulu kala, sejak adanya manusia,

tetapi baru abad 20 pencemaran yang diakibatkan karena manusia ini menjadi pokok bahasan

pada semua kalangan masyarakat dan perlu mendapat penanganan dan pengawasan secara

serius. Faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagai hasil sampingan

perbuatan manusia meliputi;

Faktor Industrialisasi.

Faktor Urbanisasi.

Faktor Kepadatan Penduduk.

Faktor Cara Hidup.

Faktor Perkembangan Ekonomi.

Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi secara kompleks. Apabila salah satu faktor

terjadi, maka faktor lainnya dapat terjadi, dengan demikian terjadinya pencemaran lingkungan

tidak dapat dihindari.

Aktivitas manusia dan hasil samping yang ditimbulkan :

Rumah tangga : pembuangan kotoran limbah ke suangi, pencemaran udara, dll

Transportasi : pencemaran udara akibat polusi, asap kendaraan, suara kecelakaan,

Page 116: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

116

Industry dan Pabrik : pencemaran udara akibat tanah sampah atau sisa-sisa

makanan serta pencemaran panas dari pabrik, dll

Pertambangan : sampah atau sisa-sisa hasil limbah pertambangan yang di buang

sehingga tanah, air dan udara dapat tercemar oleh sisa-sisa pembuangan limbah.

Pertanian : pencemaran air, pencemaran lingkungan akibat pembuangan kotoran,

kebutuhan air yang terbatas karena sudah tercemar limbah jamban.

2.3 Jenis-Jenis Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan medium fisik lingkungan tempat tersebarnya bahan kimia ini, maka

pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi menjadi tiga jenis

pencemaran, yaitu:

1. Pencemaran Tanah

Tanah merupakan 5empat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk

hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses

erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan berkurang. Selain itu

menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan oleh limbah padat yang

mencemari tanah.

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia

masuk dan merubah lingkungan tanah alami (Veegha, 2008). Darmono (2001)

menyatakan bahwa ada dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu kebocoran

bahan kimia organik dan penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang disimpan

dalam tanah, dan penampungan limbah industri yang ditampung dalam suatu kolam

besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah.

Pencemaran tanah biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau

bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air

permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan

kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat

penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara

tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah

mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau

masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap

Page 117: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

117

sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak

langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan

udara di atasnya (Veegha, 2008).

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah),

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,

limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan

kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan

terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap

limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada

jenis dan karakteristik limbah (Wikipedia, 2009).

Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari:

pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat

dan cair. Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang

merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara

langsung, apabila pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan

akibatnya oleh manusia. Kerugian secara tidak langsung, apabila pencemaran

tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung

lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun.

2. Pencemaran Udara

Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-unsur

yang mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermcam-macam ada yang

berbentuk gas, ada yang berbentuk partikel cair atau padat.

Pencemaran udara berbentuk gas dengan jumlah yang melebihi batas

toleransi lingkungan dan masuk ke lingkungan udara dapat mengganggu kehidupan

makhluk hidup. Pencemar udara berbentuk gas adalah karbon monoksida, senaywa

belerang, senyawa nitrogen, dan chloroflouocarbon.

Pencemar udara berbentuk partikel cair atau padat. Partikel berbentuk cair

berupa titik-titik air atau kabut. Kabut dapat menyebabkan sesak nafas saat terhirup

kedalam paru-paru. Partikel dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu

Page 118: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

118

vulkanik. Selain itu juga dapat berasal dari makhluk hidup msalnya bakteri, spora,

virus, serbuk sari, atau serangga-serangga yang telah mati.

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan

atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu,

tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan

kehidupan dan kesehatan masyarakat.

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23

tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran

yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari

pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa

alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas,

dan awan panas.

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau

dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh

kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407

tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara,

pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau

komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun

sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan

manusia.

Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau

zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi udara

dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut di

dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan

gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan (Wardhana, 2004).

Menurut Harssema dalam Mulia (2005), pencemaran udara diawali oleh

adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang dikeluarkan

ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun

Page 119: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

119

kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic emissions, contohnya

yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai yang menghasilkan gas

metan (CH4). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic

emissions. Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar

fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya.

Nugroho (2005) menyebutkan sumber pencemaran udara dengan istilah

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadi secara alamiah.

Sedangkan faktor eksternal merupakan pencemaran udara yang diakibatkan ulah

manusia.

3. Pencemaran Air

Didalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting

antara lain untuk minum, memasak, mencuci, dan mandi. Disamping itu juga air

sangat diperlukan untuk mengairi sawah, lading, industry, dan masih banyak lagi.

Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan seceng gondok, akan tumbuh

subur menutupi perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus dasar perairan.

Bahan-bahan kimia lainnya seperti pestisida, atau DDT yang sering digunakan oleh

petani utnuk membrantas hama tanaman.

Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan

global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan

tanah atau daratan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat

diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas

manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat

tercemar. (Darmono, 1995).

Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk

murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun

di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan

bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung

bahanbahan terlarut, seperti karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), dan nitrogen

(N2), serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu dan partikel-partikel lainnya

yang terbawa air hujan dari atmosfir.

Page 120: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

120

Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat

digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran

air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas

pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda. Sebagai contoh, air kali di

pegunungan yang belum tercemar tidak dapat digunakan langsung sebagai air

minum karena belum memenuhi persyaratan untuk dikategorikan sebagai air

minum. (Kristanto, 2002).

Menurut Darmano (1995), pencemaran air terdiri dari bermacam-macam

jenis, antara lain: Pencemaran mikroorganisme dalam air, Pencemaran Air oleh

Bahan Anorganik Nutrisi Tanaman, Pencemar Bahan Kimia Anorganik, Pencemar

Bahan Kimia Organik.

2.4 Pencegahan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan terus menerus terjadi, bahkan cenderung meningkat dari waktu ke

waktu. Berbagai aktivitas manusia, seperti transport dan industri telah memberikan dampak

yang buruk bagi lingkungan. Lingkungan akan rusak dan pada akhirnya akan berdampak buruk

juga bagi kehidupan manusia.

Karena itulah manusia harus segera melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan

agar dampak negative dari pencemaran lingkungan bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya

dapat diminimalisir keberadaannya. Jika kita dapat meminimalisir dampak pencemaran

lingkungan, maka akan terciptanya lingkungan yang aman dan sehat serta fungsi

melestarakiannya agar dapat dinikmati kembali oleh generasi yang akan datang.

Adapun cara pecegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan yaitu :

a) Prinsip pencegahan penaggulangan pencemaran lingkungan (Reduce, Reuse,

Recycle).

Jumlah manusia terus bertambah dan kebutuhannya pun terus meningkat.

Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan primer maupun sekunder. Kebutuhan

primer yaitu kebutuhan pokok beruapa makanan, pakaian,perumahan dan

sedangkan kebutuhan sekuder yaitu berupa kebutuhan rekreasi, transport dan lain-

lain .

Page 121: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

121

Berbagai kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan memanfatkan berbagai

jenis semberdaya alam, baik sumberdaya alam yang dapat diperbabarui maupun

yang tidak dapat diperbarui. Pengambilan yang dilakukan secara terus menerus

berdampak pada semakin kurangnya cadangan sumberdaya alam, khususnya

sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui. Pengambilan dan pemanfaatan

sumberdaya alam juga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang mengencam

keberadaan manusia itu sendiri.

Apa yang harus dilakukan manusia untuk mengurangi dampak buruk

pemanfaatan sumberdaya alam terhadap lingkungan kita. Adapun beberapa hal

yang perlu dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan

adalah dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan pencemar (reduce),

menggunakan kembali barang-barang untuk kegunaan yang sama (reuse), serta

melakukan daur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai kembali (recycle).

Mengurangi pemakaian bahan-bahan atau barang-barang pencemar

lingkungan (Reduce).

- Menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan.

- Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor.

- Mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia yang sulit terurai dengan

baik.

- Menghindari pengunaan deterjen yang berlebihan.

- Menggindari penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan.

Menggunakan kembali barang-barang untuk kegunaan yang sama (Reuse)

Sesuai dengan istilahnya, reuse berarti memanfaatkan sampah atau

limbah atau barang yang tidak dipakai lagi untuk kepentingan yang

sama dengan peruntuksn semula. Sebagai contoh, botol minuman dari

gelas yang telah diminum isisnya, kemudian diserahkan lagi ke

pengecer. Dari pengecer, botol tersebut dikembalikan pabrik dan

Page 122: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

122

digunakan lagi sebagai botol minuman yang sama berkali-kali. Cara ini

sangat bermanfaat dalam menghemat sumber daya alam karena tidak

perlu lagi membuat botol baru secara terus-menerus. Penambangan

bahan galian untuk membuat botol dan mengurangi kerusakan

lingkungan akibat kegiatan penambangan.

Melakukan daur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai kembali

(recycle)

b) Menanggulani pencemaran air.

- Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau

mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.

- Tidak membuang sampah ke sungai.

- Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.

- Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya

bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.

- Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air

bersih lainnya tidak tercemar

Cara penanggulangan pencemaran air lainnya adalah melakukan

penanaman pohon. Pohon selain bisa mencegah longsor, diakui mampu

menyerap air dalam jumlah banyak. Itu sebabnya banyak bencana banjir

akibat penebangan pohon secara massal. Padahal, pohon merupakan

penyerap air paling efektif dan handal. Bahkan, daerah resapan air pun

dijadikan pemukiman dan pusat wisata. Pohon sesungguhnya bisa

menjadi sumber air sebab dengan banyaknya pohon, semakin banyak

pula sumber-sumber air potensial di bawahnya.

c) Menanggulangi pencemaran udara

Penangulangan Non-Teknis

Page 123: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

123

Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan

menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan

peraturan perundang-undangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan

mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara memberikan gambaran secara jelas tentang

kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan disuatu tempat

meliputi :

- Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)

- Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

- Perencanaan kawasan kegiatan industri dan Teknologi

- Menanamkan perilaku Disiplin

d) Menanggulangi pencemaran tanah

Pencegahan terhadap pencemaran sangat penting dilakukan supaya tidak

terjadi pencemara tanah yang sangat membahayakan kehidupan makhluk hidup di

dunia ini. tindakan pencegahan pencemaran tanah ini dilakukan sesuai dengan jenis

dari polutan dan seberapa besar kadarnya di dalam tanah. untuk melakukan

tindakan pencegahan pencemaran tanah ini bisa dilakukan dengan beberapa

langkah berikut ini:

- Membedakan sampah organic dan anorganik, ini sangat penting

dilakukan dengan cara memilah sampah mana yang termasuk dalam

sampah organic dan anorganik. Untuk sampah yang organic maka bisa

dibuang ke dalam tanah saja karena secara alami akan ada

mikoorganisme pengurai yang mampu menguraikan jenis sampah ini

serta beberapa jenis sampah organic juga bisa dijadikan sebagai pupuk

alami. Untuk jenis sampah anorganik bisa dibakar sampai benar-benar

habis karena sangat susah untuk diuraikan di dalam tanah. untuk jenis

sampah yang besar bisa juga dipotong-potong menjadi ukuran yang

Page 124: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

124

kecil kemudian di kubur di dalam tanah. namun sebaiknya lakukan hal

ini jauh dari wilayah pemukiman tanah karena bisa membuat paparan

pencemaran ini kepada warga sekitar.

- Pada jenis limbah kimia cair maupun padat dapat dilakukan pengolahan

terlebih dahulu supaya kadar kimia di dalamnya sudah aman bagi tanah.

biasanya ini sudah diatur dalam undang-undang dalam tiap negara

mengenai masalah pembuangan limbah kimia ini. para pabrik industri

juga biasanya telah memiliki mekanisme pemurnian limbah kimia

sendiri supaya aman dibuang di dalam tanah maupun air.

- Untuk para petani yang menggunakan pupuk dan juga pestisida untuk

membasmi hama sebaiknya menggunakannya dalam kadar yang

semestinya dan tidak berlebihan. Hal ini sangat penting dilakukan

karena bisa menyebabkan pencemaran tanah yang buruk. Untuk

mengantisipasi hal ini pemerintah bisa melakukan penyuluhan kepada

petani supaya menggunakan kadar pestisida yang sesuai dan aman.

- Untuk para ibu rumah tangga juga sebaiknya tidak membuang deterjen

sembarangan.

- Memberikan pendidikan kepada anak sejak dini mengenai bahaya

membuang sampah sembarangan dan akibat dari adanya pencemaran

tanah supaya mereka sejak dini bisa memiliki rasa cinta pada

lingkungan.

- Biasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan karena

dengan ini akan membuat tanah menjadi lebih aman dan tidak mudah

tercemar.

- Untuk mengendalikan para pelaku industri yang sangat beresiko

membuang limbah kimia langsung ke dalam tanah sebaiknya untuk

pemerintah membuat peraturan yang ketat dengan hukuman yang berat

dan denda yang sesuai supaya para pelaku bisnis industri ini tidak

Page 125: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

125

semena-mena pada lingkungannya dan membuat efek jera kepada

mereka ini.

- Pelajarilah bagaimana cara mengelola limbah kimia yang baik dan

benar supaya anda benar-benar tidak membuang limbah pada tanah

secara langsung dimana limbah tersebut masih sangat berbahaya bagi

tanah.

Ada dua pengendalian dan penanganan pencemaran tanah :

1. Remidiasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan

tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ

(atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah

pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih

mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan

bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang

tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di

daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya

yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian

zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat

pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah

dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh

lebih mahal dan rumit.

2. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah

dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).

Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat

Page 126: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

126

pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun

(karbon dioksida dan air)

Page 127: DIKTAT KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PARIWISATA · Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

127