perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH MODEL .../Pengaruh... · PENGARUH MODEL GUIDED...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH MODEL .../Pengaruh... · PENGARUH MODEL GUIDED...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
SKRIPSI
Oleh:
VALENT SARI DANISA
K4308123
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Valent Sari Danisa
NIM : K4308123
Jurusan/Program Studi : P. MIPA/Pendidikan Biologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGARUH MODEL GUIDED
INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN
BIOLOGI“ ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Valent Sari Danisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
Oleh:
VALENT SARI DANISA
K4308123
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Dra. Sri Dwiastuti, M. Si Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd
NIP. 19540626 198103 2001 NIP.195807231986032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjan Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 20 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi,
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Bowo Sugiharto, S.Pd., M.Pd. ........................
Sekretaris : Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd. .......................
Anggota I : Dra. Sri Dwiastuti, M.Si. ........................
Anggota II : Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd. .......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n Dekan
Pembantu Dekan I
Prof.Dr. rer.nat Sajidan, M.Si.
NIP.19660415199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Sabar, tawakal, berdoa pada Allah SWT, dan selalu berusaha semaksimal mungkin
adalah kunci kesuksesan hidup.
(Penulis)
Janganlah membanggakan diri sendiri, tetapi berusahalah membuat orang bangga
ketika melihat kesuksesanmu.
(Penulis)
Apapun dan bagaimanapun, tergantung dari sudut mana kita memandang, jika kita
memandang positif maka hasilnyapun juga positif, begitu pula sebaliknya.
Jadikanlah kalimat pribadi anda sebagai janji dan mintalah restu kepada ALLAH.
(No Name)
Kami menemukan kebahagiaan hidup bersama kesabaran.
(Umar Bin Khottob)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Q. S. Al Insyiroh: 5)
“Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu dan usahamu adalah disyukuri (diberi
balasan)”
(Qs. Al Insan: 22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupanjatkan syukurku padaMu Ya Robb, karya ini aku persembahkan untuk:
Ibuku “Sri Susilowati” tersayang dan tercinta, thanks for all. Terima kasih
atas doanya, perhatian, pengertian, kerja keras, dan kasih sayang untukku.
Bapakku “Edi Sumadi” tersayang dan tercinta, thanks for all. Terima kasih
atas doanya, yang senantiasa berusaha membahagiakanku, memanjakanku,
mendoakanku dan berjuang demi pendidikanku.
Kakakku “Besix Eru Aprio Meriska” thanks for all. Terima kasih atas
doanya dan kasih sayangnya.
Dwi Musriyono, thanks for all. Terima kasih atas doanya, kasih sayangnya,
semangatnya, sudah menjagaku, mengerti aku, memahami aku dan
mengajakku untuk berusaha menjadi lebih baik.
Ibu Sri Dwiastuti, Suciati dan Sri Widoretno yang selalu memberiku
bimbingan dan arahan.
Ibu Nuning yang membantu hingga penelitian saya berjalan dengan baik.
Siswa kelas X.1 dan X.2 SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah membantu
dalam penelitian.
Keluarga besar Wisma Anita “ Novrenty Dias, Fany Hadiyanti, Rijka Usi,
Ichi, Mey-mey, Enjang,untuk kebersamaan dan motivasinya selama ini.
Yenny Putri Pratiwi, Dian Putri, Wawan Sutrisno, dan Eko Budiono, terima
kasih semangatnya, nasehat dan doanya.
Dwi Pertiwi Hapsari, teman seperjuanganku. Usaha kita berdua pasti akan
indah pada waktunya, saling berbagi semangat, nasehat dan harapan.
Wulan Martya Ningrum dan Latif Sofiana, terima kasih untuk kebersamaan
dan persahabatan yang tak ternilai harganya ini.
Sahabat-sahabatku semuanya, selalu memberikan semangat dan
kebersamaan yang indah.
Teman-teman sebimbingan yang senantiasa berjuang bersama.
Teman-teman pendidikan Biologi UNS 2008 yang memberikan banyak cerita
dan kenangan dalam hidupku.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Valent Sari Danisa. K4308123. THE INFLUENCE OF GUIDED INQUIRY
MODELS WITH FISHBONE DIAGRAM TOWARDS OF CRITICAL
THINKING SKILLS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF BIOLOGY
LEARNING. Skripsi. Surakarta: Biology Education, Faculty Teacher Training and
Education. Sebelas Maret University. Surakarta. July. 2012.
The purpose of this research is to ascertain: 1) the influence of guided
inquiry models with fishbone diagram toward critical thinking skills of biology
learning of 10th
grade students at SMA Negeri 1 Ngemplak in academic year
2011/2012, and 2) the influence of guided inquiry models with fishbone diagram
toward learning achievement of biology learning of 10th
grade students at SMA
Negeri 1 Ngemplak in academic year 2011/2012.
The research was quasi experiment research using quantitative approach.
The research was designed using posttest only control design. Experimental group
applied guided inquiry models with fishbone diagram. Control group applied
conventional learning models specifically models of speech varies and experiment
with a simple summary. The populations of this research were all of 10th
degree
students at SMA Negeri 1 Ngemplak in academic year 2011/2012. The sample of this
research was established by cluster random sampling. The samples of this research
were the students of 10th
1 as experiment group and 10th
2 as control group. The data
was collected using document, test, observation method, and questionnaire. The
hypotheses analyzed by t-test with help of SPSS 16. The hypothesis result of the
influence guided inquiry models with fishbone diagram toward critical thinking skill
results significant value that is 0,000 and the hypothesis result of the influence
guided inquiry models with fishbone diagram toward learning achievement cover
cognitive domain results significant value that is 0,000, psychomotor domain results
significant value that is 0,000 by observation method and 0,001 by questionnaire,
affective domain results significant value that is 0,000 by observation method and
0,000 by questionnaire.
The research concluded that: 1) the influence of guided inquiry models with
fishbone diagram had significant effect toward critical thinking skills of biology
learning of 10th
grade students at SMA Negeri 1 Ngemplak in academic year
2011/2012, and 2) the influence of guided inquiry models with fishbone diagram had
significant effect toward learning achievement of biology learning of 10th
grade
students at SMA Negeri 1 Ngemplak in academic year 2011/2012.
Keywords: Guided Inquiry, Fishbone Diagram, Critical Thinking Skill, Learning
Achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRAK
Valent Sari Danisa. K4308123. PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY
DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli.
2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh model guided
inquiry disertai fishbone diagram terhadap kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran
2011/2012, dan 2) pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram
terhadap hasil belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1
Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu.
Desain penelitian adalah posttest only control design dengan menggunakan model
guided inquiry disertai fishbone diagram pada kelas eksperimen dan model
konvensional pada kelas kontrol. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara cluster random sampling. Sampel penelitian ini terdapat dua
kelas, yaitu kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.2 sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, angket, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan uji t (t-test) untuk menguji
hipotesis. Hasil uji hipotesis pengaruh model guided inquiry disertai fishbone
diagram terhadap kemampuan berpikir kritis diperoleh nilai sig sebesar 0,000, dan
uji hipotesis pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap hasil
belajar meliputi ranah kognitif diperoleh nilai sig sebesar 0,000, ranah psikomotorik
diperoleh nilai sig sebesar 0,000 melalui metode observasi dan 0,001 melalui metode
angket, ranah afektif diperoleh nilai sig sebesar sebesar 0,000 melalui metode
observasi dan 0,000 melalui metode angket.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) ada pengaruh model guided
inquiry disertai fishbone diagram terhadap kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran
2011/2012, dan 2) ada pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram
terhadap hasil belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1
Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: Guided Inquiry, Fishbone Diagram, Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil
Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, yang memberi kedamaian hati dan inspirasi. Atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH MODEL
GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA
PEMBELAJARAN BIOLOGI”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dan kesempatan dalam penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Sri Dwiastuti, M.Si selaku Pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
5. Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd selaku Pembimbing II yang yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
6. Dra. Sri Widoretno, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi.
7. Kepala SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah memberi ijin dalam penelitian.
8. Nuning Sri Widati, S.Pd selaku guru mata pelajaran biologi yang telah memberi
bimbingan dan bantuan selama penelitian.
9. Siswa SMA Negeri 1 Ngemplak telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
ABSTRACT .......................................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. .....
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xvi
xvii
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................
1
4
5
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .........................................
1. Belajar dan Pembelajaran Biologi ..........................................................
a. Belajar Biologi ....................................................................................
b. Pembelajaran Biologi .........................................................................
2. Teori Belajar ...........................................................................................
a. Teori Belajar Konstruktivisme ...........................................................
b. Teori Belajar Penemuan Jerome Bruner ............................................
c. Teori Belajar Bermakna Ausubel .......................................................
6
6
6
8
10
10
11
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Teori Belajar Vygotsky ......................................................................
e. Teori Belajar Perkembangan Jean Piaget ...........................................
3. Model Pembelajaran Guided Inquiry ......................................................
a. Pengertian Inquiry ..............................................................................
b. Model Pembelajaran Inquiry ..............................................................
c. Model Pembelajaran Guided Inquiry .................................................
d. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Guided Inquiry...........................
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Inquiry ...........................
2. Fishbone Diagram ..................................................................................
a. Pengertian Fishbone Diagram ...........................................................
b. Tahap-Tahap Penyusunan Fishbone Diagram ...................................
c. Kelebihan dan Kekurangan Fishbone Diagram .................................
5. Model Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram ................................
a. Pengertian Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram .................... .
b. Tahapan Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram ........................
c. Potensi Model Guided Inquiry disertai Fishbone
Diagram Memberdayakan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Hasil Belajar .....................................................................
6. Kemampuan Berpikir Kritis ...................................................................
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis .............................................
b. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis....................................................
c. Manfaat Kemampuan Berpikir Kritis .................................................
7. Hasil Belajar ...........................................................................................
a. Hasil Belajar Biologi ..........................................................................
b.Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Belajar ...................
8. Penelitian yang Relevan .........................................................................
B. Kerangka Berpikir .......................................................................................
C. Hipotesis ......................................................................................................
13
14
16
16
17
18
19
21
22
22
23
24
25
25
25
26
28
28
29
31
32
32
35
36
38
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................
1. Tempat Penelitian .....................................................................................
43
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Waktu Penelitian ......................................................................................
B. Rancangan Penelitian ...................................................................................
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................
1. Populasi Penelitian ...................................................................................
2. Sampel Penelitian .....................................................................................
D. Teknik Pengambilan Sampel .......................................................................
E. Pengumpulan Data .......................................................................................
1. Variabel Penelitian ...................................................................................
a. Variabel Bebas .....................................................................................
b. Variabel Terikat ...................................................................................
2. Metode Pengumpulan Data ......................................................................
a. Metode Tes ..........................................................................................
b. Metode Dokumentasi ...........................................................................
c. Metode Observasi ................................................................................
d. Metode Angket ....................................................................................
F. Validasi Instrumen Penelitian ......................................................................
1. Validitas....................................................................................................
a. Validitas Isi ..........................................................................................
b. Validitas Konstruk ..............................................................................
2. Reabilitas ..................................................................................................
3. Analisis Butir Soal....................................................................................
a. Daya Pembeda .....................................................................................
b. Indeks Kesukaran ................................................................................
G. Analisis Data ...............................................................................................
1. Uji Prasyarat ............................................................................................
a. Uji Normalitas ....................................................................................
b. Uji Homogenitas .................................................................................
2. Uji Hipotesis............................................................................................
43
43
44
44
44
44
45
45
46
46
46
46
46
47
47
48
48
48
48
50
52
52
53
54
54
54
55
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .............................................................................................
1. Data Kemampuan Berpikir Kritis.............................................................
56
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
2. Data Hasil Belajar Biologi ........................................................................
a. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif .................................................
b. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik .........................................
c. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif ...................................................
B. Pengujian Prasyarat Analisis .......................................................................
1. Uji Normalitas ..........................................................................................
2. Uji Homogenitas ......................................................................................
C. Pengujian Hipotesis .....................................................................................
1. Hipotesis Pertama ....................................................................................
2. Hipotesis Kedua .......................................................................................
D. Pembahasan Hasil Analisa Data ..................................................................
1. Pengaruh Model Guided Inquiry disertai Fishbone
Diagram terhadap Kemampuan Berpikir Kritis .....................................
2. Hipotesis Kedua .......................................................................................
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif .............................................................
b. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik .....................................................
c. Hasil Belajar Ranah Afektif ...............................................................
59
59
62
67
73
73
75
76
77
78
78
78
85
86
90
93
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................................
B. Implikasi ......................................................................................................
1. Implikasi Teoritis .....................................................................................
2. Implikasi Praktis ......................................................................................
a. Siswa ...................................................................................................
b. Guru ....................................................................................................
c. Institusi ...............................................................................................
C. Saran ............................................................................................................
1. Guru .........................................................................................................
2. Institusi ....................................................................................................
3. Peneliti Lain ............................................................................................
96
96
96
96
96
97
97
97
97
97
98
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 99
LAMPIRAN ..................................................................................................... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) ...................................................... 24
2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 40
3.1 Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .................................................. 42
3.2 Skema Paradigma Penelitain ............................................................................ 43
4.1 Histogram Perbandingan Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis .................... 57
4.2 Histogram Perbandingan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...............................................................
58
4.3 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah
Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................
60
4.4 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Ranah
Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................
61
4.5 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah
Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ........................................
63
4.6 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Ranah
Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ........................................
64
4.7 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah
Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ........................................
65
4.8 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Ranah
Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ........................................
66
4.9 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah
Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..................................................
68
4.10 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Ranah
Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..................................................
69
4.11 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah
Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..................................................
70
4.12 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Ranah
Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..................................................
71
4.13 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi ................................ 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Jean Piaget ........................................... 15
2.2 Tahap-Tahap Pembelajaran Guided Inquiry ..................................................... 20
2.3 Kemampuan yang dikembangkan dalam Guided Inquiry ............................... 21
2.4 Sintaks pembelajaran guided inquiry disertai fishbone diagram ...................... 26
2.5 Pertanyaan untuk Memacu Kemampuan Berpikir Kritis .................................. 30
2.6 Aspek Kemampuan Berpikir Kritis .................................................................. 31
2.8 Penelitian yang Relevan ................................................................................... 37
3.1 Rancangan Posttest Only Control Design ........................................................ 43
3.2 Hasil Uji Keseimbangan Kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak ........................... 45
3.3 Teknik Penilaian Angket Skala ........................................................................ 47
3.4 Hasil Uji Validitas Try Out Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan
Hasil Belajar .....................................................................................................
49
3.5 Hasil Uji Validitas Retest Tes Hasil Belajar ..................................................... 50
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar ...............................................................................................................
51
3.7 Hasil Uji Daya Beda Hasil Belajar Kognitif ..................................................... 53
3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Hasil Belajar Kognitif ........................................... 54
4.1 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................. 57
4.2 Deskriptif Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................ 58
4.3 Distribusi Hasil Belajar Ranah Kognitif ........................................................... 59
4.4 Deskriptif Hasil Belajar Ranah Kognitif .......................................................... 61
4.5 Distribusi Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ................................................... 62
4.6 Deskriptif Hasil Belajar Ranah Psikomotorik .................................................. 63
4.7 Distribusi Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ................................................... 65
4.8 Deskriptif Hasil Belajar Ranah Psikomotorik .................................................. 66
4.9 Distribusi Hasil Belajar Ranah Afektif ............................................................. 67
4.10 Deskriptif Hasil Belajar Ranah Afektif ............................................................ 68
4.11 Distribusi Hasil Belajar Ranah Afektif ............................................................. 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
4.12 Deskriptif Hasil Belajar Ranah Afektif ............................................................ 71
4.13 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Biologi ................................................................ 72
4.14 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis ........................................... 74
4.15 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Biologi ...................................................... 74
4.16 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis ........................................ 75
4.17 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Biologi .................................................. 76
4.18 Hipotesis Pertama ............................................................................................. 77
4.19 Hipotesis Kedua ................................................................................................ 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 104
a. Silabus Kelas Eksperimen .......................................................................... 105
b. Silabus Kelas Kontrol ................................................................................. 109
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ............................. 113
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ................................... 136
e. Kisi-Kisi Angket Ranah Afektif ................................................................. 156
f. Angket Ranah Afektif ................................................................................. 157
g. Kisi-Kisi Angket Ranah Psikomotorik ....................................................... 160
h. Angket Ranah Psikomotorik ....................................................................... 161
i. Lembar Observasi Penilaian Afektif .......................................................... 164
j. Rubrik Penilaian Afektif ............................................................................. 167
k. Lembar Observasi Penilaian Psikomotorik ................................................ 173
l. Rubrik Penilaian Psikomotorik ................................................................... 176
m. Lembar Observasi Penilaian Fishbone Diagram........................................ 182
n. Rubrik Penilaian Fishbone Diagram .......................................................... 183
o. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks ................................................ 185
p. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ..................................................... 191
q. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ............................................................ 198
r. Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis................................................... 188 209
s. Soal Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................... 210
t. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ........................................... 212
u. Kisi-Kisi Soal Kognitif ............................................................................... 215
v. Soal Kognitif............................................................................................... 216
w. Rubrik Penilaian Soal Kognitif................................................................... 222
2 Analisis Instrumen ........................................................................................... 223
a. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya
Pembeda Butir Soal Kognitif Try Out Pertama ..........................................
224
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
b. Uji Validitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal
Kognitif Retest ............................................................................................
226
c. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya
Pembeda Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis Try Out
Pertama .......................................................................................................
228
d. Uji Validitas, Reliabilitas Item Pernyataan Angket Afektif Try
Out ..............................................................................................................
229
e. Uji Validitas, Reliabilitas Item Pernyataan Angket Afektif
Retest ..........................................................................................................
233
f. Uji Validitas, Reliabilitas Item Pernyataan Angket
Psikomotorik Try Out .................................................................................
235
g. Uji Validitas, Reliabilitas Item Pernyataan Angket
Psikomotorik Retest ....................................................................................
237
h. Surat Pernyataan Valid dari Ahli ................................................................ 239
3 Data Hasil Penelitian ....................................................................................... 241
a. Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Kognitif Kelas X.1 ......................................................................................
242
b. Daftar Nilai Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Kognitif Kelas X.2 ......................................................................................
243
c. Daftar Nilai Hasil Belajar Afektif Kelas X.1 ............................................. 244
d. Daftar Nilai Hasil Belajar Afektif Kelas X.2 ............................................. 245
e. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Kelas X.1 ................................... 246
f. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Kelas X.2 ................................... 247
g. Daftar Nilai Fishbone Diagram Kelas X.1. ................................................ 248
h. Daftar Nilai Fishbone Diagram Kelas X.2. ................................................ 249
i. Dokumen Daftar Nilai Kelas X.1 ............................................................... 250
j. Dokumen Daftar Nilai Kelas X.2 ............................................................... 251
k. Dokumen Daftar Nilai Kelas X.3 ............................................................... 252
l. Dokumen Daftar Nilai Kelas X.4 ............................................................... 253
m. Dokumen Daftar Nilai Kelas X.5 ............................................................... 254
n. Dokumen Daftar Nilai Kelas X.6 ............................................................... 255
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
4 Analisis Data .................................................................................................... 256
a. Uji Normalitas Data Dokumen dalam Populasi ......................................... 257
b. Uji Homogenitas Data Dokumen dalam Populasi ...................................... 258
5 Perijinan ........................................................................................................... 259
a. Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................................. 260
b. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ............................................... 265
c. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitaian .................................................. 267
6 Dokumentasi Penelitian ................................................................................... 268
a. Dokumentasi Kelas Eksperimen ................................................................. 269
b. Dokumentasi Kelas Kontrol ....................................................................... 272
c. Instrumen dan Hasil Pembelajaran Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ..............................................................................................
275
7 Tabel Distribusi F dan T .................................................................................. 277
a. Tabel Distribusi F ....................................................................................... 278
b. Tabel Distribusi T ....................................................................................... 280
c. Tabel Liliefors ............................................................................................ 281
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju akan
membawa perubahan hampir di semua bidang kehidupan. Perubahan tersebut
akan membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin erat,
sehingga diperlukan sumber daya manusia berkualitas terutama yang memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti kemampuan berpikir kritis. Individu
yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat lebih mengoptimalkan hasil
belajar yang dimiliki, akan dapat mencapai standar kompetensi yang telah
ditetapkan dalam kurikulum, serta mampu merancang dan mengarungi kehidupan
pada masa yang akan datang yang penuh tantangan, dan persaingan. Hal tersebut
didukung oleh pendapat Liliasari (2011) menyatakan bahwa adanya tuntutan era
globalisasi yang semakin maju dan kompleks, proses pendidikan sains harus
mempersiapkan peserta didik yang berkualitas yaitu peserta didik yang sadar
sains (scientific literacy), memiliki nilai, sikap dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills) sehingga akan muncul sumber
daya manusia yang dapat berpikir kritis, berpikir kreatif, membuat
keputusan, dan memecahkan masalah.
Kemampuan berpikir kritis merupakan pemikiran yang bersifat selalu
ingin tahu terhadap informasi yang ada untuk mencapai suatu pemahaman yang
mendalam. Kemampuan berpikir kritis menurut Facione (2011:9) meliputi
interpretation, analysis, inferensi, evaluation, explanation, dan self-regulation.
Aspek interpretation siswa mampu mengelompokkan permasalahan yang diterima
sehingga mempunyai arti dan bermakna jelas. Aspek analysis siswa mampu
menguji ide-ide dan mengenali alasan serta pernyataan. Aspek inferensi siswa
mampu membuat suatu kesimpulan dalam pemecahan masalah. Aspek evaluation
siswa mampu menilai pernyataan atau pendapat yang diterima baik dari diri
sendiri maupun orang lain. Aspek explanation siswa mampu menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pernyataan maupun pendapat yang telah diungkapkan untuk menjadi sebuah
pendapat yang kuat. Aspek self-regulation siswa dapat mengatur keberadaan
dirinya dalam menghadapi pemecahan masalah.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah
mengikuti proses pembelajaran. Perubahan hasil belajar dapat ditandai dengan
perubahan kemampuan berpikir dan tingkat penguasaan terhadap materi yang
diberikan. Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif (cognitive
domain), afektif (affective domain) dan psikomotorik (psychomotor domain).
Ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir yang dibagi dalam enam
tingkatan menurut sistem klasifikasi Bloom yaitu mengingat (C1), memahami
(C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta
(C6). Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap, minat, perhatian,
emosi, penghargaan, proses internalisasi, dan pembentuk karakteristik diri. Ranah
psikomotorik berkenaan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran biologi di SMA Negeri 1
Ngemplak, memperlihatkan proses pembelajaran kurang memberdayakan siswa,
sehingga pembelajaran bersifat transfer of knowledge. Siswa kurang berkembang
secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya maupun dalam
memecahkan masalah, sehingga siswa kurang mampu mengembangkan potensi
siswa yaitu kemampuan berpikir diantaranya kemampuan berpikir kritis. Siswa
yang cenderung pasif dan penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat
akan mengakibatkan siswa kurang optimal dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya. Sehingga ketika siswa dihadapkan dalam suatu permasalahan,
siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Selain itu, rendahnya
kemampuan berpikir kritis terlihat dalam perilaku siswa yaitu rasa ingin tahu
dalam mencari informasi masih rendah. Hal ini terbukti dari aktivitas siswa di
kelas terbatas pada mendengarkan ceramah, menghafalkan materi, mencatat
materi, mengerjakan soal-soal latihan, dan metode eksperimen jarang dilakukan,
sehingga pemahaman siswa terhadap suatu materi kurang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Permasalahan lain terdapat dalam pembelajaran biologi yaitu siswa
kurang sistematis dalam proses berpikir dan masih kesulitan dalam
pengorganisasian materi terlihat pada catatan materi siswa yang kurang sistematis
mengakibatkan kurang optimalnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi
biologi yang diajarkan. Kemampuan berpikir siswa kurang optimal khususnya
kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan pembelajaran, dimana siswa
masih kesulitan dalam menjawab soal-soal analisis (C4), evaluasi (C5), dan
mencipta (C6). Sebagian besar nilai ulangan siswa masih berada di bawah nilai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu kurang dari 70, sehingga perlu
dilakukan remidi agar nilai siswa menjadi lebih baik, hal tersebut menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa masih rendah.
Salah satu alternatif solusi untuk menangani permasalahan di atas adalah
dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran yang diterapkan tersebut adalah
model guided inquiry. Model pembelajaran guided inquiry sejalan dengan teori
konstruktivisme dimana siswa menemukan sendiri pengetahuan dengan
bimbingan guru. Model guided inquiry menekankan pada keterampilan proses
sains, yang menempatkan siswa sebagai pusat dalam pembelajaran (student
centered learning), dan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan intelektual
melalui percobaan maupun eksperimen, sehingga memungkinkan melatih siswa
untuk berpikir kritis. Callahan, Clark, dan Kellough (1992:293-294) menyatakan
bahwa pembelajaran inkuiri adalah salah satu higher level mental yang
mengarahkan siswa pada penemuan konsep secara mandiri dan membantu siswa
dalam pengembangan keterampilan. Model guided inquiry dengan sintaks
pembelajaran yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
percobaan, melakukan percobaan, pengumpulan dan analisis data, dan membuat
kesimpulan, dengan bimbingan guru dapat membantu siswa mengembangkan
kompetensi penyelidikan dan pengetahuan subyek, membantu mengembangkan
motivasi, tanggung jawab, kognitif, pemecahan masalah, pemahaman
keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Penerapan model guided inquiry dipadukan dengan teknik fishbone
diagram sangat efektif untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa melalui kegiatan
penemuan. Kegiatan tersebut mengkondisikan siswa menggunakan pemikiran
secara menyeluruh untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemui dan
mengkonstruk konsep-konsep secara mandiri dengan bimbingan guru. Siswa akan
menghasilkan penemuan sendiri secara aktif melalui eksperimen dan kegiatan
brainstorming, dan diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis,
sekaligus mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Bertolak dari latar belakang tersebut serta dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran sekaligus sebagai solusi terhadap permasalahan
pembelajaran biologi di SMA Negeri 1 Ngemplak, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Guided Inquiry disertai Fishbone
Diagram terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar pada
Pembelajaran Biologi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan maka permasalahan umum dalam penelitian ini bagaimana pengaruh
model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1
Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012. Permasalahan umum tersebut dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap
kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012?
2. Apakah ada pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap
hasil belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1
Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh
model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1
Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012. Secara khusus tujuan penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap
kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012.
2. Pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap hasil
belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak
tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
b) Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif.
c) Mengajarkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok,
memecahkan masalah bersama, berpendapat dan bertanggung jawab.
2. Bagi Guru
a) Memberikan masukan kepada guru dalam pemilihan model pembelajaran
agar pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student centered).
b) Membangkitkan motivasi guru dalam meningkatkan kualitas kinerja dalam
pembelajaran.
3. Bagi Institusi
Memberikan masukan dalam upaya mengembangkan proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa sehingga meningkatkan sumber daya pendidikan untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Belajar dan Pembelajaran Biologi
a. Belajar Biologi
Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terlepas dari
kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
maupun dalam suatu kelompok. Sebagian besar aktivitas di dalam
kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Purwanto (2009:39)
menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses dalam diri individu yang
berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Perubahan tersebut diperoleh melalui usaha, menetap dalam
waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman, dimana
pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai
sumber belajarnya. Sudjana (1996:5) mengemukakan perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada
individu yang belajar.
Aunurrahman (2009:48) menyatakan bahwa belajar merupakan
proses internal (seluruh mental) yang kompleks meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Belajar dapat terjadi secara mandiri melalui
latihan-latihan dengan sengaja agar dirinya memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap tertentu. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajari, bukan mengetahuinya.
Sains memberikan cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan
yang utuh bagi individu yang belajar. Cain dan Evans dalam Rustaman, dkk.
(2005:90) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal yaitu produk,
proses, sikap dan teknologi. Sains sebagai produk berarti bahwa dalam sains
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
terdapat fakta, prinsip, dan teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains
sebagai proses berarti bahwa sains merupakan suatu proses untuk
mendapatkan suatu pengetahuan. Sains sebagai sikap berarti bahwa dalam
sains terkandung sikap tekun, terbuka, jujur dan objektif. Sains sebagai
teknologi berarti bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Tindangen (2007:148) menyatakan bahwa belajar
sains menekankan pada kegiatan berpikir, pemecahan masalah, dan
kebiasaan berpikir yang mendorong siswa untuk melakukan eksplorasi,
menemukan konsep secara bermakna, dan mengembangkan sikap ilmiah
yang mencakup upaya membangun rasa ingin tahu, berhati terbuka, belajar
dari kesalahan dan tekun. Belajar sains siswa seyogianya tidak hanya belajar
produk saja, tetapi juga harus belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar
siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh.
Biologi merupakan bagian sains yang besar pengaruhnya terhadap
penguasaan IPTEK. Biologi memberikan sumbangan besar terhadap proses
membangun pengetahuan melalui penginderaan, adaptasi, dan abstraksi.
Biologi memiliki beberapa karakteristik antara lain: 1) berasal dari
keingintahuan manusia tentang dirinya, lingkungan, dan kelangsungan
jenisnya, 2) studi yang mempelajari tentang alam, dan 3) memiliki kekhasan
dalam berpikirnya, yaitu mengembangkan berpikir sibernetik dan logis.
Belajar biologi secara bermakna baru akan dialami siswa apabila siswa
terlibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial atau melalui keterampilan
proses. Keterampilan proses meliputi: mengamati (observasi),
menggelompokkan (klasifikasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan
(prediksi), mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan,
menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, berkomunikasi, dan
melaksanakan percobaan (Rustaman, dkk., 2005:104-105). Melalui
keterampilan proses sains, memungkinkan siswa memiliki kesempatan
untuk memperoleh insight dalam mengembangkan potensi kreatifnya,
sehingga berkembang potensi dirinya yang positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Pembelajaran Biologi
Trianto (2010:17) menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan. Dari pengertian diatas terlihat bahwa, pembelajaran
merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dengan peserta didik yang
berkaitan dengan materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar,
dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju
pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Guru sebagai fasilitator
dan siswa sebagai obyek dan subyek dalam pembelajaran. Dalam kegiatan
pembelajaran terdapat hubungan timbal balik antara guru dengan siswa
untuk melaksanakan suatu proses belajar mengajar yang kreatif, dan
berpikir yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir
peserta didik, maka guru dituntut dapat memahami hakikat materi pelajaran.
Pembelajaran sains atau IPA yang memusatkan pada proses
berpikir dapat mewujudkan terjadinya transfer pengetahuan satau konsep
ilmiah yang disertai dengan sikap ilmiah. Suciati (2011) menyatakan bahwa
pembelajaran biologi hendaknya berbasis hands on, minds on, dan hearts on
activities agar pembelajaran biologi tidak kehilangan ruhnya sebagai sains.
Pembelajaran sains yang bermakna, tidak dapa terlepas dari pemecahan
masalah.
Pembelajaran biologi pada dasarnya memiliki karakteristik
keilmuan yang spesifik yang berbeda dengan ilmu lainnya. Tujuan
pembelajaran biologi adalah menumbuhkan motivasi dan minat siswa
melalui pengamatan secara langsung. Untuk mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran biologi, siswa diharapkan mampu memahami tentang adanya
keterkaitan antara lingkungan dengan fenomena makhluk hidup, dan
memiliki sikap ingin tahu terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya. Tindangen (2007:148) menyatakan bahwa prinsip-prinsip
pembelajaran biologi harus mencakup kriteria yaitu: 1) empat pilar
pendidikan yang dirancang UNESCO meliputi lerning to do, learning to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
know, learning to be, dan learning to live together, 2) inkuiri sains yang
menekankan pada rasa ingin tahu siswa. Pembelajaran biologi di SMA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Astuti, 2009:122).
Pembelajaran biologi sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) untuk menumbuhkembangkan kemampuan kerja ilmiah
dan sikap ilmiah. Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran
biologi diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu
siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya dan
alam sekitar.
Pembelajaran biologi menyediakan berbagai pengalaman untuk
memahami konsep dan proses sains. Idealnya pembelajaran biologi
mengacu pada proses, produk, sikap, bahkan hingga penerapannya dalam
kehidupan di masyarakat. Aspek proses dituntut dalam setiap pembelajaran
biologi karena dapat mengembangkan keterampilan intelektual dan
keterampilan fisik siswa. Suciati (2010) menyatakan bahwa karakteristik
keilmuan dan hakikat pembelajaran bidang biologi akan membawa
konsekuensi logis dalam implementasi pembelajaran biologi di kelas.
Biologi tidak dapat diajarkan hanya dengan transfer pengetahuan (transfer
knowledge) melalui metode ceramah atau tanya jawab saja, tetapi biologi
harus diajarkan dengan cara berproses berdasarkan pengalaman beraktivitas
melalui pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada proses ilmiah
dengan metode eksperimen.
Pembelajaran biologi akan berlangsung dengan baik jika guru
memiliki kompetensi substansi pembelajaran dimana guru menguasai materi
yang akan disampaikan, dan kompetensi metodologi pembelajaran dimana
guru menguasai metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan materi ajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Apabila metode pembelajaran tidak menarik, maka transfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada siswa menjadi kurang maksimal. Peran utama
guru dalam pembelajaran biologi adalah memberikan pengalaman dan
memperkaya pengetahuan siswa dengan mengeksplorasi lingkungan dengan
proses pembelajaran yang sesuai.
2. Teori Belajar
Teori belajar merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya
belajar atau bagaimana informasi di proses dalam pikiran siswa itu sendiri.
Berdasarkan suatu teori belajar diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih
meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar (Trianto, 2010:27).
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Teori belajar konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran konstruktivisme adalah
membangun pemahaman sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal, dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Pembelajaran
konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam kegiatan penemuan dalam broses
belajarnya dan guru bertindak sebagai pengarah atau penuntun agar proses
pembelajaran berjalan lancar. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar
siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar. Amri dan Ahmadi (2010:28) menyatakan bahwa untuk
mengkonstruksikan pengetahuan siswa harus mengidentifikasi, menguji
pemahaman yang dimiliki, menafsirkan makna dari pengalaman yang
sedang berlangsung, dan menyesuaikan dengan pengalaman-
pengalamannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Trianto (2010:19) menyatakan bahwa sistem pembelajaran dalam
pandangan konstruktivis mempunyai ciri-ciri antara lain: 1) siswa terlibat
aktif dalam belajar, 2) siswa dalam belajar pengetahuan secara bermakna
dengan bekerja dan berpikir, dan 3) informasi baru harus dikaitkan dengan
informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki
siswa. Implikasi ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivis
adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif. Driver dalam Dahar
(2011:162) mengemukakan implikasi perspektif para konstruktivis untuk
pendidikan sains sebagai berikut: 1) anak dipandang bersifat purposif dan
bertanggung jawab atas belajarnya sendiri, 2) belajar sains melibatkan
perubahan dalam konsepsi anak, secara aktif anak membangun
pengetahuaanya untuk mencapai kebermaknaan, 3) pengetahuan bersifat
pribadi dan dibangun secara sosial, 4) mengajar bukanlah pemindahan
pengetahuan tetapi negosiasi kebermaknaan, dan 5) kurikulum merupakan
suatu program tugas belajar, bahan, dan sumber yang memungkinkan anak
untuk merekonstruksi gagasannya mendekatai gagasan sains sekolah.
Pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran biologi
seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang
rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi
sosial. Saat proses pembelajaran berlangsung siswa harus terlibat secara
langsung dalam kegiatan nyata (Rustaman, dkk., 2005:209). Teori
konstruktivisme sangat berpengaruh dalam pembelajaran biologi, karena
dengan memberikan siswa kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan memberikan solusi dalam meningkatkan kualitas hasil belajar
biologi siswa.
b. Teori Belajar Penemuan Jerome Bruner
Pendekatan Bruner terahadap belajar didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi pertama, perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif
dengan berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, perubahan tidak hanya
terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
ialah orang mengkonstruksikan pengetahuan dengan menghubungkan
informasi yang masuk akal dengan informasi yang disimpan yang diperoleh
sebelumnya (Dahar, 2011:77).
Teori Bruner mempunyai ciri khas tentang discovery yaitu belajar
dengan menemukan konsep sendiri. Bruner menganggap bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk
memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen untuk menemukan
pengetahuan itu sendiri (Trianto, 2009:38).
Belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi
motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. Belajar
penemuan dapat mengajarkan keterampilan memecahkan masalah dan
menganalisis informasi yang didapat. Pengetahuan yang diperoleh dengan
belajar penemuan menunjukkan beberapa kelebihan antara lain: 1)
pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat atau lebih mudah
diingat, 2) hasil belajar penemuan berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip
lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru, dan 3) secara menyeluruh
belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berfikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan
kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain. Menurut Bruner mengajarkan sains bukan akan
menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains,
melainkan ingin membuat anak berpikir secara sistematis bagi dirinya
sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan. Mengetahui
adalah suatu proses, bukan suatu produk (Dahar, 2011:83).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Teori Belajar Ausubel
Ausubel menekankan belajar sebagai belajar bermakna yang
terbagi menjadi dua dimensi, yaitu: 1) berhubungan dengan cara informasi
atau materi pelajaran yang disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau
penemuan, 2) menyangkut bagaimana cara siswa mengkaitkan informasi itu
pada struktur kognitif yang berupa fakta-fakta, konsep, dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa (Dahar, 2011: 94).
Tingkat pertama dalam belajar informasi dapat dikomunikasikan pada siswa
dalam bentuk belajar penemuan, dimana bentuk ini mewajibkan siswa untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan dipelajari. Pada
tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu dengan
pengetahuan (berupa konsep-konsep) yang telah dimilikinya, dalam hal ini
terjadi belajar bermakna. Tingkat pertama dan tingkat kedua merupakan
suatu rangkaian kesatuan dalam belajar bermakna.
Ausubel mengatakan bahwa proses belajar bermakna terjadi jika
seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan, dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami. Informasi baru
diasimilasikan pada konsep-konsep relevan yang sudah ada pada struktur
kognitifnya. Bila tidak ada usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru
pada konsep-konsep relevan yang ada pada struktur kognitifnya, maka akan
terjadi belajar hafalan.
d. Teori Belajar Vygotsky
Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dalam
pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa proses pembelajaran akan
terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari,
namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan mereka disebut dengan
zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit
di atas daerah tingkat perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam
percakapan dan kerjasama antarindividu sebelum fungsi mental yang lebih
tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut (Trianto, 2009:39).
Ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yakni pemberian
bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangan dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah
anak dapat melakukannya. Berdasarkan pada teori Vygotsky di atas, akan
diperoleh beberapa keuntungan jika: 1) anak memperoleh kesempatan yang
luas untuk mengembangkan potensinya melalui belajar dan berkembang, 2)
pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial
daripada tingkat perkembangan aktual, 3) anak diberi kesempatan yang luas
untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajari dengan
pengetahuan prosedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas
dan memecahkan masalah, dan 4) proses belajar dan pembelajaran
merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru
(Budiningsih, 2005:104).
e. Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak
secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realistis melalui
pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada
kecepatan yang berbeda. Teori Piaget sesuai dengan tugas guru dalam
memahami bagaimana peserta didik mengalami perkembangan intelektual
dan menetapkan kegiatan kognitif yang harus ditampilkan pada tahap-tahap
fungsi intelektual yang berbeda (Mulyasa, 2003:137).
Menurut Piaget, perkembangan intelektual didasarkan apada dua
fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kemampuan untuk mengorganisasikan proses fisik atau psikologis menjadi
sistem yang teratur dan berhubungan atau terstruktur. Sedangkan adaptasi
terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu proses asimilasi
dimana seseorang menggunakan kemampuan yang sudah ada untuk
menghadapi masalah yang dihadapi dalam lingkungan, dan proses
akomodasi, seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada
dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan (Dahar,
2011:134-135). Piaget menyatakan bahwa setiap individu pada saat tumbuh
mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa
mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Perkiraan
Usia
Kemampuan-kemampuan utama
Sensorimotor lahir sampai
2 tahun
Terbentuknya konsep “kepermanenan
objek” dan kemajuan gradual dari
perilaku reflektif ke perilaku yang
mengarah kepada tujuan.
Praoperasional 2 sampai 7
tahun
Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol untuk
menyatakan objek-objek dunia.
Pemikiran masih egosentris dan sentris.
Operasi
konkret
7 sampai 11
tahun
Perbaikan dalam kemampuan untuk
berpikir secara logis. Kemampuan-
kemampuan baru tersmasuk
penggunaan operasi-operasi yang dapat
balik. Pemikiran tidak lagi sentris tetapi
desentrasi, dan pemecahan masalah
tidak begitu dibatsi oleh keegosentrisan.
Operasi formal 11 tahun
sampai
dewasa
Pemikiran abstrak dan murni simbolis
mungkin dilakukan. Maslah-masalah
dapat dipecahkan melalui penggunaan
eksperimentasi sistematis. (Sumber: Trianto, 2010:29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain: 1)
memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
pada hasilnya, 2) keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran, anak
didorong menemukan sendiri pengetahuan (discovery maupun inquiry), dan
3) memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Sedangkan implikasi dalam proses pembelajaran adalah saat
guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan
konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide
dengan menggunakan pola-pola berpikir formal (Trianto, 2010:31).
3. Model Pembelajaran Guided Inquiry
a. Pengertian Inquiry
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan
ilmiah yang diajukan. Sa’ud (2008:169) menyatakan bahwa inkuiri
merupakan proses pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sitematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,
akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Jadi informasi tidak hanya
diberikan oleh guru, tetapi siswa mencari dan menemukan sendiri suatu
informasi dan berusaha untuk memecahkan permasalahan yang ada. Gulo
(2002:96) menyatakan bahwa tujuan umum inkuiri bukan pada
terselesaikannya masalah, tetapi inkuiri membantu mengembangkan disiplin
intelektual dan keterampilan yang diperlukan dalam mengajukan pertanyaan
dan mencari jawaban dari rasa ingin tahu.
Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, inkuiri
merupakan suatu proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap
pertanyaan ilmiah yang diajukan untuk memperoleh dan mendapatkan
pengetahuan dengan menggunakan kemampuan berpikir sistematis dan logis
melalui kegiatan ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Model Pembelajaran Inquiry
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran.
Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar
secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran
yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif,
berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sederhana, mudah
dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang diinginkan
(Trianto, 2010:22).
Model inkuiri melibatkan siswa untuk melakukan investigasi,
pencarian, mendefinisikan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
dan menafsirkan data dan menuju ke kesimpulan. Siswa belajar tidak hanya
konsep dan prinsip tetapi komunikasi pengarahan diri sendiri, tanggung
jawab dan sosial, hal ini memungkinkan siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi (Sola dan Ojo, 2007:125). Peserta didik
digalakkan untuk aktif berpikir dan mengajukan suatu pertanyaan, dalam hal
ini guru sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar
peserta didik berjalan dengan baik. Guru mengajak siswa untuk terlibat aktif
baik secara fisik dan mental dalam belajar. Siswa diajak aktif berpikir
mengenali masalah dan meyelidiki untuk mencari jawaban dari masalah
yang dihadapi sampai pada penyusunan kesimpulan.
Gulo (2002:84) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Proses
inkuiri mengarahkan siswa kepada pembelajaran mandiri. Siswa mandiri
yang tahu bagaimana cara mengembangkan pengetahuan dan keahlian
mereka melalui penggunaan berbagai sumber informasi secara terampil
yang digunakan didalam maupun diluar sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Model pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terbimbing
(guided inquiry) dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka (open-ended
inquiry). Dalam inkuiri terbimbing guru membimbing siswa melakukan
kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan siswa pada
suatu diskusi. Inkuiri terbimbing dapat dilakukan pada awal suatu pelajaran
untuk siswa yang belum terbiasa. Pada inkuiri terbuka guru sebagai
fasilitator, pertanyaan diajukan oleh siswa dan pemecahannyapun dirancang
oleh siswa. Hasil dari pemecahan mungkin mengarah pada pertanyaan baru
yang merupakan pengembangan dari masalah sebelumnya (Rustaman, dkk.,
2005:113).
c. Model Pembelajaran Guided Inquiry
Inkuiri terbimbing digunakan karena pada pelaksanaan
pembelajaran di kelas guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang
cukup luas kepada siswa, karena sebagian besar siswa masih memerlukan
bimbingan dari guru dalam pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah sebuah model pembelajaran yang berusaha meletakkan
dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Model inkuiri terbimbing
menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri atau dalam bentuk
kelompok guna memecahkan permasalahan. Kuhlthau, Maniotes, dan
Caspari (2007:2) menyatakan bahwa inkuiri terbimbing membantu siswa
mengembangkan kompetensi penyelidikan dan pengetahuan subyek serta
membantu mengembangkan motivasi, pemahaman bacaan, pengembangan
bahasa, kemampuan menulis, pembelajaran kooperatif, dan keterampilan
sosial, hal tersebut berperan penting bagi kesuksesan pembelajaran seumur
hidup.
Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing guru memberikan
pengarahan, petunjuk dan bimbingan kepada siswa dalam kegiatan belajar,
tetapi petunjuk yang diberikan hanya seperlunya saja. Petunjuk pada
umumnya berupa pertanyaan yang bersifat membimbing sehingga siswa
tidak akan kebingungan. Guru banyak mengarahkan dan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
petunjuk, sehingga siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan
idenya. Guru membimbing siswa agar menggunakan ide, konsep, dan
keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru, sehingga kesimpulan akan lebih cepat dan mudah
diambil.
Pembelajaran inkuiri efektif untuk membuat siswa berpikir dalam
tentang sebuah pelajaran sehingga siswa mampu berhasil dalam tes-tes yang
otentik. Inkuiri terbimbing mentargetkan penilaian kepada siswa dan situasi
karena hal ini dipadukan ke dalam proses. Hasilnya adalah pembelajaran
yang terus menerus yang memiliki arti dan aplikasi dalam kehidupan siswa
(Kuhlthau, et al., 2007:6). Model pembelajaran inkuiri terbimbing
memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaan, akan tetapi hasil
belajar yang dicapai akan sebanding dengan waktu yang digunakan.
Pengetahuan baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara
langsung dalam proses pembelajaran.
d. Tahap-tahap Model Pembelajaran Guided Inquiry
Tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak (1996) dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 2.2 Tahap-Tahap Pembelajaran Guided Inquiry
Fase Perilaku Guru
Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dan masalah dituliskan di papan tulis.
Guru membagi siswa dalam kelompok.
Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru
membimbing siswa mengurutkan langkah-
langkah percobaan.
Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa memperoleh informasi
melalui percobaan.
Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok
untuk menyampaikan hasil pengolahan data
yang terkumpul.
Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan (Sumber: Trianto, 2010:172)
Model pembelajaran inkuiri terbimbing akan dapat
mengembangkan berbagai kemampuan dalam diri siswa secara perlahan-
lahan. Kemampuan yang dikembangkan dalam proses inkuiri terbimbing
dapat dilihat dalam Tabel 2.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tabel 2.3 Kemampuan yang dikembangkan dalam Guided Inquiry
Tahap Guided Inquiry Kemampuan
Merumuskan masalah Kesadaran terhadap masalah
Melihat pentingnya masalah
Merumuskan masalah
Merumuskan jawaban
sementara (hipotesis)
Menguji dan menggolongkan jenis data
yang dapat diperoleh
Melihat dan merumuskan hubungan yang
ada secara logis
Merumuskan hipotesis
Menguji jawaban tentatif Merakit peristiwa
Mengidentifikasi peristiwa yang
dibutuhkan
Mengumpulkan data
Mengevaluasi data
Menyusun data
Mentranslasikan data
Menginterpretasikan data
Mengklasifikasikan
Melihat hubungan
Mencatat persamaan dan perbedaan
Mengidentifikasi tren, sekuensi dan
keteraturan
Menarik kesimpulan Mencari pola dan makan hubungan
Merumuskan kesimpulan
Menerapkan kesimpulan
dan generalisasi
(Sumber: Gulo, 2002:95)
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided Inquiry
Model inkuiri terbimbing memiliki keunggulan sebagai berikut: 1)
membentuk dan mengembangkan self concept pada diri siswa, sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, 2)
membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru, 3) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, 4) mendorong
siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, 5)
memberi kepuasan yang bersifat intrinsik, 6) situasi proses belajar menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
lebih merangsang, 7) dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu,
8) memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri, 9) siswa dapat
menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional, dan 10) dapat
memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Roestiyah, 2008:76).
Selain memiliki keunggulan, model inkuiri terbimbing juga
memiliki kelemahan sebagai berikut: 1) memakan waktu yang cukup
banyak, 2) jika kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan dan
kekaburan atas materi yang dipelajari, dan 3) memerlukan berbagai sumber,
sarana dan fasilitas yang memadai.
4. Fishbone Diagram
a. Pengertian Fishbone Diagram
Diagram tulang ikan disebut sebagai diagram sebab akibat atau
diagram ishikawa (ishikawa’s diagram). Dinamakan diagram tulang ikan
karena bentuk dari diagram ini seperti tulang ikan dengan permasalahan
sebagai kepalanya, dan penyebab-penyebab yang ada sebagai duri-durinya.
Profesor Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo mengembangkan diagram
tulang ikan pada tahun 1943. Diagram tulang ikan mengilustrasikan
penyebab masalah tertentu yang berkaitan dengan memilih dan
menggunakan skema klasifikasi dengan proses mengkonstruk atau
membangun. Kegiatan mengkonstruk dimaksudkan untuk merangsang
pengetahuan, mempromosikan diskusi, dan dapat mendidik tentang proses
atau masalah (Dogget, 2005:35). Diagram tulang ikan adalah alat analisis
yang memberikan cara pandang yang sistematis terhadap sebab dan akibat
yang timbul, atau kontribusi pada suatu akibat, sehingga memudahkan cara
mengatasinya atau menggambarkan hubungan antara hasil yang diberikan
dan semua faktor yang mempengaruhi hasilnya (Bigbee, et al., 2010:11).
Diagram tulang ikan melibatkan partisipasi banyak orang dalam
suatu kelompok, dasarnya adalah prinsip bahwa pemikiran yang bersumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dari orang banyak lebih baik daripada satu orang. Dengan demikian diagram
tulang ikan bergantung dari penguasaan wawasan pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki oleh setiap orang. Konsep dasar dari diagram tulang
ikan adalah bahwa akibat atau masalah utama dimasukkan di bagian kanan
diagram (kepala), kemungkinan penyebab masalah utama digambarkan
dengan tulang di bagian tulang punggung utama (backbone), penyebab
selanjutnya yang lebih khusus yang semakin meningkat terus digambarkan
pada subtulang. Kategori-kategori yang digunakan sebagai titik awal
meliputi: bahan, peralatan, orang, metode, dan lingkungan, tetapi sejalan
dengan hal tersebut kategori juga dapat disesuaikan tergantung pada
masalah yang ada.
b. Tahap-Tahap Penyusunan Fishbone Diagram
Diagram tulang ikan adalah proses latihan dalam brainstorming
terstruktur. Perangkat diagram tulang ikan digunakan dan dikembangkan
melalui usaha brainstorming yang menggambarkan semua kemungkinan
penyebab masalah tertentu (Behnam dan Alvelos, 2011:5338). Penyusunan
diagram tulang ikan bertujuan untuk mencari dan menemukan beberapa
sumber masalah yang menjadi kunci penyebab suatu masalah. Sumber-
sumber masalah yang teridentifikasi kemudian dijadikan target perbaikan.
Langkah-langkah dalam membuat diagram tulang ikan terdiri atas
tiga tahapan. Tahap pertama, menggambar sebuah garis horizontal dengan
suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya,
akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan dalam kotak. Tahap
kedua, menulis penyebab utama dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan
agak jauh dari garis panah utama, hubungan kotak tersebut dengan garis
panah yang miring ke arah garis panah utama. Tahap ketiga, menulis
penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, penyebab
kecil mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama, hubungkan penyebab
kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bersangkutan. Langkah-langkah penyusunan diagram tulang ikan dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)
(Sumber: Dogget, 2005:35)
c. Kelebihan dan Kekurangan Fishbone Diagram
Diagram tulang ikan memiliki beberapa keunggulan antara lain: 1)
dengan membuat diagram tulang ikan telah mempelajari sebuah sistem, 2)
menunjukkan pemahaman tentang pemecahan masalah, 3) menghasilkan
penemuan secara aktif tentang penyebab masalah, 4) dapat memberi
petunjuk untuk pengumpulan data, 5) mengorganisasikan dan
menghubungkan faktor-faktor, 5) meningkatkan kreatifitas, dan 6) sebagai
sarana untuk urun pendapat (brainstorming).
Selain memiliki kelebihan, diagram tulang ikan juga memiliki
kelemahan, antara lain: 1) bisa sangat kompleks, 2) memerlukan dedikasi
dan kesabaran, dan 3) bisa jadi sulit dalam memfasilitasinya (Dogget,
2005:36).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
5. Model Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram
a. Pengertian Model Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram
Model guided inquiry disertai fishbone diagram adalah model
pembelajaran inkuiri dengan bimbingan guru disertai dengan penyusunan
diagram tulang ikan pada saat penarikan kesimpulan. Inkuiri terbimbing
melatih siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangan kekreatifan
dalam pemecahan masalah, dan siswa ditempatkan sebagai subjek yang
belajar. Diagram tulang ikan mengungkapkan hubungan hirarki antar faktor
penyebab masalah menuju akibat yang ditimbulkan. Siswa akan
mempelajari sebuah sistem atau proses dimana siswa akan lebih aktif dalam
kelompok berkaitan dengan pemecahan masalah. Diagram tulang ikan dapat
menolong siswa bagaimana belajar, untuk mengungkapkan bagaimana
belajar yang bermakna dan sebagai alat evaluasi.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadukan dengan diagram
tulang ikan bertujuan untuk dapat melatihkan kemampuan berpikir kritis dan
mengoptimalkan hasil belajar yang diperoleh siswa. Model pembelajaran
inkuiri terbimbing disertai diagram tulang ikan membantu siswa mencari
dan menemukan beberapa sumber masalah yang menjadi kunci penyebab
suatu masalah dari materi atau hal yang sedang diidentifikasi, sehingga
siswa akan dengan mudah menggambarkan hubungan antara hasil yang
diberikan dan semua faktor yang mempengaruhi hasilnya. Kegiatan ini
mengkondisikan siswa menggunakan pemikiran secara menyeluruh untuk
dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemui dan mengkonstruk
informasi sendiri dengan bimbingan guru, akibatnya siswa menjadi sadar
berpikir mengenai yang telah diketahui dan belum diketahui.
b. Tahapan Model Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram
Hasil perpaduan sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing
disertai diagram tulang ikan dapat dilihat pada Tabel 2.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2.4 Sintaks Pembelajaran Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram
Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap I
Perumusan Masalah
Membagikan LKS yang
terdapat wacana kemudian
siswa merumuskan
masalah.
Membimbing merumuskan
masalah.
Mengidentifikasi
masalah.
Merumuskan masalah.
Tahap II
Perumusan Hipotesis
Membimbing siswa
merumuskan hipotesis.
Merumuskan hipotesis.
Tahap III
Merancang
Percobaan
Membimbing siswa dalam
merancang eksperimen.
Merancang eksperimen
dengan bimbingan guru.
Tahap IV
Melakukan
Percobaan
Membimbing siswa dalam
melalui kegiatan
eksperimen.
Melakukan kegiatan
eksperimen.
Tahap V
Pengumpulan dan
Analisa Data
Membimbing dalam
menganalisa data
Menganalisa data
dengan teman
sekelompok data hasil
percobaan.
Tahap VI
Membuat kesimpulan
melalui fishbone
diagram
Membimbing siswa
melalui brainstorming
untuk memperoleh konsep
sebab dan akibat.
Membimbing siswa
menyimpulkan dalam
bentuk fishbone diagram.
Menyusun konsep sebab
dan akibat yang telah
diperoleh dan
menghubungkannya.
Membuat kesimpulan
dalam bentuk fishbone
diagram.
(Sumber: Modifikasi dari Trianto, 2010:172)
c. Potensi Model Guided inquiry disertai Fishbone Diagram
Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai diagram tulang
ikan membantu siswa mempelajari sebuah sistem atau proses. Siswa
menghasilkan penemuan sendiri secara aktif tentang penyebab masalah,
aktif dalam kelompok berkaitan dengan pemecahan masalah salah satunya
adalah urun pendapat (brainstorming), dimana siswa saling berdiskusi dan
berinteraksi dalam menyumbangkan gagasan atau pendapat dalam
menggambarkan semua kemungkinan penyebab masalah tertentu. Diagram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
tulang ikan dapat menolong siswa bagaimana belajar, untuk
mengungkapkan bagaimana belajar yang bermakna dan sebagai alat
evaluasi.
Model pembelajaran inkuiri tebimbing mengajak siswa melakukan
serangkaian kegiatan fisik maupun mental (kognitif). Inkuiri terbimbing
merupakan model pembelajaran yang menggunakan berpikir aktif siswa dan
pemecahan masalah. Siswa diminta untuk merumuskan masalah, tujuan, dan
hipotesis, siswa melakukan penyelidikan, dan menganalisis data untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Kegiatan ini dapat
merangsang dan meningkatkan berpikir kritis pada siswa. Melalui model
pembelajaran inkuiri, maka siswa terlibat dalam kesempatan belajar dengan
derajad self direction yang tinggi dan dapat menjaga serta menggunakan
informasi untuk waktu yang lama. Kegiatan inkuiri yang dilaksanakan siswa
dalam pembelajaran mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif
sendiri.
Pengembangan kemampuan berpikir dapat melalui proses
penyelidikan, sehingga siswa akan terampil berpikir karena terlibat langsung
atau terlibat langsung secara fisik dan mental dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Siswa berkesempatan mempraktikkan keterampilan
intelektual dan belajar berpikir rasional. Tindangen (2007:151) menyatakan
bahwa melalui model pembelajaran inkuiri siswa akan memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan berpikir kiritis
misalnya kemampuan memecahkan masalah, karena melalui model inkuiri
pembelajaran dikaitkan dengan permasalahan keseharian siswa. Selain itu,
siswa terlatih untuk menyusun laporan ilmiah yang disesuaikan dengan
kerja ilmiah untuk dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila siswa
memecahkan suatu masalah yang mewakili kejadian-kejadian nyata, mereka
terlibat dalam perilaku berpikir.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing akan
berpengaruh sangat nyata terhadap hasil belajar siswa. Semakin siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
terlibat aktif secara langsung didalam kegiatan pembelajaran, maka siswa
akan menemukan pengetahuan secara mandiri. Pengetahuan yang
didapatkan secara mandiri akan dapat bertahan lama dan lebih bermakna.
Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri, serta
keterampilan sosial mereka, disamping peningkatan hasil belajar siswa itu
sendiri. Intensitas keterlibatan aktif siswa dalam belajar akan mempengaruhi
hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Intensitas keterlibatan
siswa menyebabkan pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa.
6. Kemampuan Berpikir Kritis
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Johnson (2002:183) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan
sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental
seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi
dan melakukan penelitian ilmiah. Fisher (2009:13) menyatakan bahwa
berpikir kritis merupakan sejenis berpikir evaluatif yang berhubungan
dengan kualitas pemikiran atau argumen yang disajikan untuk mendukung
suatu keyakinan atau tindakan. Individu menggunakan proses berfikir untuk
menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi
yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan
interpretasi logis. Harsanto (2005:44) menyatakan bahwa pemikir kritis
harus mampu memberi alasan atau pilihan keputusan yang telah diambil,
dapat menjawab pertanyaan mengapa keputusan tersebut diambil, terbuka
terhadap perbedaan keputusan dan pendapat orang lain, serta sanggup
menyimak alasan-alasan mengapa orang lain memiliki pendapat atau
keputusan yang berbeda.
Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam. Pemahaman akan membuat lebih mengerti maksud di balik ide
yang mengarahkan pada kehidupan setiap hari. Pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian. Berpikir kritis menggunakan
dasar menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap
makna dan interpretasi. Sadia (2008:223) mengemukakan bahwa berpikir
kritis tidak dapat diajarkan melalui metode ceramah, karena berpikir kritis
merupakan proses aktif. Kemampuan intelektual dari berpikir kritis
mencakup berpikir analisis, berpikir sintesis, berpikir reflektif, dan
sebagainya harus dipelajari melalui aktualisasi penampilan (performance).
Berpikir kritis dapat diajarkan melalui kegiatan laboratorium, inkuiri , term
paper, pekerjaan rumah yang menyajikan berbagai kesempatan untuk
menggugah kemampuan berpikir kritis, dan ujian yang dirancang untuk
membangun kemampuan berpikir kritis.
b. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Browne dan Keeley (1990) dalam Jacobsen, Eggen, dan Kauchak
(2009:186) menyatakan bahwa pemikir kritis merujuk pada karakteristik-
karakteristik siswa sebagai berikut: 1) kesadaran akan sederet pertanyaan-
pertanyaan kritis yang saling berhubungan, 2) kemampuan bertanya dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis pada saat yang tepat, dan 3)
keinginan untuk secara aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis.
Pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi (high level question) dapat
mendorong pemikiran kritis yang lebih mandalam. Kemampuan berpikir
kritis dapat ditingkatkan melalui diskusi kelompok yang tertata dan
dibimbing langsung oleh guru. Berpikir kritis dapat dibangun dengan
membangun iklim kelas yang didalamnya pemikiran dan analisis benar-
benar dihargai keberadaanya (Jacobsen, et al., 2009:187). Pertanyaan untuk
memacu kemampuan berpikir kritis secara rinci dapat dilihat pada Tabel
2.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 2.5 Pertanyaan untuk Memacu Kemampuan Berpikir Kritis
Pertanyaan untuk Memacu Kemampuan Berpikir Kritis
Interpretasi Apa artinya?
Apa yang terjadi?
Bagaimana seharusnya kita memahami?
Apa cara terbaik untuk menciri-cirikan/
mengelompokkan/ mengklasifikasikan?
Dalam konteks ini, apa yang dimaksudkan mengenai hal
tersebut?
Analisis Kemukakan alasan anda dalam membuat suatu
pernyataan itu!
Mengapa anda dapat berpikir seperti itu?
Apakah dasar anda mengatakan hal itu?
Menyimpulkan Dengan apa yang kita ketahui selama ini, kesimpulan
apa yang dapat kita gambarkan?
Dengan apa yang kita ketahui selama ini, apa yang dapat
kita cegah?
Apa konsekuensi dari melakukan hal dengan cara itu?
Evaluasi Seberapa terpercayakah pernyataan itu?
Mengapa kita dapat percaya pada pernyataan orang itu?
Apakah kita memiliki fakta-fakta yang benar?
Seberapa percayakah kita pada kesimpulan kita,
terhadap apa yang kita ketahui sekarang?
Menjelaskan Apakah temuan khusus dari penelitian ini?
Jelaskan kesimpulan anda dari analisis itu!
Bagaimana anda menginterpretasikan itu?
Jelaskan alasan anda mengenai hal itu!
Bagaimana anda akan menjelaskan mengapa keputusan
ini dibuat?
Pengaturan diri Pemahaman kita pada masalah ini masih tidak jelas,
dapatkah kita bisa berlatih lagi?
Seberapa baikkah metodologi kita, dan bagaimana kita
mengikutinya?
Seberapa baikkah bukti yang kita miliki?
Baiklah, sebelum kita lakukan, apa yang kita lupakan?
Saya menemukan dari beberapa keputusan kita masih
membingungkan, dapatkah kita menjelaskannya
kembali apa yang kita maksud mengenai hal-hal tertentu
sebelum membuat kesimpulan itu? (Sumber: Facione, 2011:8)
Facione (2011:9) menyatakan bahwa aspek-aspek kemampuan
berpikir kritis antara lain: interpretasi, analisis, kesimpulan, evaluasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
penjelasan dan pengaturan diri. Penjelasan aspek-aspek kemampuan
berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Keterampilan Dekripsi Kesepakatan para
Ahli
Sub keterampilan
Interpretasi Memahami dan
mengekspresikan makna dari
keberartian berbagai macam
pengalaman, situasi, dll.
Mengelompokkan
Menyandikan arti
Makna jelas
Analisis Mengenali hubungan
inferensial yang diharapkan
dan yang sesungguhnya.
Menguji ide-ide
Mengenali argumen
Mengenali alasan dan
pernyataan
Kesimpulan Mengenali dan memperoleh
unsur yang diperlukan untuk
menarik kesimpulan yang
masuk akal.
Menilai kredibilitas
pernyataan
Membuat kesimpulan
dengan pertimbangan
induktif atau deduktif
Evaluasi Menilai kredibilitas
pernyataan atau representasi
lainnya.
Menilai kredibilitas
pernyataan
Menilai kualitas
argumen dengan
pertimbangan induktif
atau deduktif
Penjelasan Menyajikan pertimbangan
seseorang dalam bentuk
pendapat-pendapat yang kuat.
Menyatakan hasil
Mendukung prosedur
Menyajikan argumen-
argumen
Pengaturan
diri
Secara sadar seseorang
memantau pengetahuannya
sendiri.
Pemantauan diri
Perbaikan diri
(Sumber: Facione, 2011:9)
c. Manfaat Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari
apabila dilakukan secara terus-menerus dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Pola berpikir kritis mengembangkan penalaran yang kohesif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
logis, dapat dipercaya, ringkas dan menyakinkan. Berpikir kritis
memungkinkan siswa untuk memeriksa isu-isu, membangun hubungan
mana yang tepat, mengakui dan menghormati perspektif yang beragam,
melihat fenomena dari sudut pandang yang berbeda, dan memiliki
fleksibilitas untuk merestrukturisasi pemikiran mereka (Thomas, Davis dan
Kazlauskus, 2007:328).
Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah
secara sistematis, berjuta tantangan dengan cara yang terorganisisir,
merumuskan pertanyaan yang inovatif, dan merancang solusi orisinil
(Johnson, 2002:183). Seseorang yang berpikir secara kritis mampu
mengajukan pertanyaan yang cocok, mengumpulkan informasi yang
relevan, bertindak secara efisien dan kreatif berdasarkan informasi, dapat
mengemukakan argumen yang logis berdasarkan informasi, dan dapat
mengambil simpulan yang dapat dipercaya. Selain itu dengan berpikir kritis
siswa akan mencapai pemahaman yang mendalam.
7. Hasil Belajar
a. Hasil Belajar Biologi
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan
(Purwanto, 2009:54). Sudjana (1991:35) menyatakan bahwa hasil belajar
sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap
tujuan-tujuan instruksional, karena isi rumusan tujuan instruksional
menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa
kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan
pengalaman belajarnya.
Sains menekankan pada kegiatan berpikir untuk dapat mewujudkan
terjadinya transfer pengetahuan satu konsep ilmiah yang disertai dengan
sikap ilmiah. Sains mengacu pada tiga hal yaitu produk, proses, dan sikap.
Sains sebagai produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains
sebagai proses berarti bahwa sains merupakan suatu proses untuk
mendapatkan suatu pengetahuan. Sains sebagai sikap berarti bahwa dalam
sains terkandung sikap tekun, terbuka, jujur dan objektif. Berdasarkan
Permendiknas No. 19 tahun 2005 standar proses pembelajaran meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran
sains di SMA adalah untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif, dan mandiri sesuai dengan Permendiknas No. 22 tahun 2006.
Pencapaian tujuan pembelajaran IPA di SMA dapat dilakukan melalui
proses inkuiri ilmiah (BSNP, 2006). Berdasarkan Permendiknas No. 20
tahun 2007 standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik dilaksanakan
berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional.
Penilaian hasil belajar pada pendidikan dasar dan menengah dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian dapat berupa
ulangan dan atau ujian.
Hasil belajar sains berupaya untuk menumbuhkan kemampuan
untuk menggunakan keterampilan proses. Keterampilan mengamati
(observation), meliputi berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan
panca indera melalui: pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan
peraba. Keterampilan tersebut termasuk menggunakan fakta yang relevan
dan memadai dari hasil pengamatan. Keterampilan mengelompokkan
(classification) melakukan kegiatan menggolongkan setelah mengenali ciri-
ciri suatu benda. Keterampilan mengelompokkan termasuk keterampilan
dalam mencari perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan,
membandingkan, atau mencari dasar penggolongan. Keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
menafsirkan (interpretation), yaitu menafsirkan hasil pengamatan dengan
cara mencatat setiap hasil pengamatan secara terpisah antara hasil utama dan
hasil sampingan, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan pola atau
keteraturan dari suatu pengamatan. Keterampilan meramalkan (prediction),
yaitu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan
suatukecenderungan atau pola yang sudah ada. Keterampilan mengajukan
pertanyaan (question), dapat berupa permintaan penjelasan tentang sesuatu
hal, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang suatu
kesimpulan. Keterampilan berhipotesis (hipothesis), yaitu menyatakan
hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu
kejadian. Keterampilan melakukan percobaan (experiment), yaitu kegiatan
merencanakan penyelidikan atau percobaan termasuk menentukan variabel
percobaan, menentukan obyek pengamatan, pengukuran, menentukan
langkah-langkah kerja, hingga cara pengolahan data. Keterampilan
mengkomunikasikan hasil percobaan (communication), termasuk
mengkomunikasikan data hasil percobaan atau data empiris dalam bentuk
grafik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas (Rustaman, dkk.,
2005:96-98).
Keterampilan proses merupakan alternatif upaya untuk
mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Keterampilan proses memungkinkan peserta didik dapat terlibat aktif secara
intelektual, manual, dan sosial yang dapat mengantarkan peserta didik untuk
belajar sains secara bermakna yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan
hasil belajar peserta didik. Keterampilan proses diharapkan dapat
mengembangkan berbagai sikap ilmiah seperti: kesabaran, kejujuran,
ketelitian, dan rasa tenggang rasa. Sikap ilmiah yang berkembang setelah
melakukan keterampilan proses tersebut di atas merupakan sikap dasar
dalam membangun landasan karakter moral yang kuat pada peserta didik
(Suciati, 2010:241).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Hakikat hasil belajar biologi adalah untuk menghantarkan siswa
menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa tidak sekedar tahu (knowing)
dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA, melainkan harus
menjadikan siswa mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
(Wahyudi, 2002:389).
Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah atau domain besar yaitu
ranah kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain) dan
psikomotorik (psychomotor domain). Ranah kognitif melibatkan proses
yang rasional dan analitis. Proses-proses kognitif adalah cara-cara yang
dipakai siswa secara aktif dalam proses mengkonstruksikan makna. Tujuan
kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir yang dibagi menjadi enam
tingkatan menurut sistem klasifikasi Bloom. Setiap tingkatan menentukan
jenis kognitif dalam proses berpikir yang dituntut dari yang sederhana
sampai yang lebih kompleks yaitu mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta
(C6) (Anderson & Krathwohl, 2010:98). Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap, minat, perhatian, emosi, penghargaan, proses
internalisasi, dan pembentuk karakteristik diri. Fokus utama ranah afektif
adalah pengembangan sikap-sikap dan nilai-nilai. Ranah psikomotorik
berkenaan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
Ranah psikomotorik berhubungan erat dengan otot kerja sehingga
menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya (Jacobsen, et al.,
2009:91-92).
b. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Belajar
Pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
prestasi belajar, karena prestasi merupakan hasil kerja yang keadaannya
sangat kompleks (Arikunto, 2009:4). Prestasi belajar yang dicapai seorang
individu merupakan hasil interaksi antara faktor internal maupun faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
eksternal. Aktivitas siswa akan berkembang bila dilandasi dengan
pendayagunaan potensi yang dimiliki, dalam hal ini guru memegang
peranan penting untuk mendorong aktivitas siswa sehingga siswa
termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Sudjana (1996:6) mengemukakan bahwa tingkah laku sebagai hasil
dari proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang terdapat
dalam diri individu (faktor internal) maupun faktor dari luar individu
(faktor eksternal). Faktor internal dapat diklasifikaiskan menjadi faktor
jasmaniah (fisiologis), faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik
maupun psikis. Faktor psikologis, terdiri atas faktor intelektif yang meliputi
faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi
yang telah dimiliki), dan faktor nonintelektif seperti sikap, kebiasaan, minat,
kebutuhan, motivasi, emosi, dan lain-lain. Yang tergolong faktor eksternal
adalah faktor sosial (lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat), faktor
budaya (adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian), faktor
lingkungan fisik (fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim), dan faktor
lingkungan spiritual atau keagamaan.
8. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan, yang mendukung peneliti dalam mengajukan
judul: “Pengaruh Model Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Biologi”,
dapat dilihat pada Tabel 2.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 2.7 Penelitian yang Relevan
Peneliti Tahun
Penelitian
Hasil penelitian
Astuti 2009 Penerapan model Discovery-Inquiry dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep biologi karena siswa
dilibatkan secara aktif dalam proses penemuan
konsep.
Bilgin 2009 Siswa dengan kelompok inkuiri terbimbing yang
belajar secara kooperatif mempunyai pemahaman
yang lebih baik terhadap penguasaan konsep
materi pelajaran dan menunjukkan sikap yang
positif.
Julianto 2009 Metode Discovery-Inquiry dapat meningkatkan
pengetahuan siswa tentang konsep pola hereditas.
Schlenker
dalam
Trianto
2010 Latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman
sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa
menjadi terampil dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.
Sukardjo 2008 Strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas XI semester ganjil di
SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran
2007/2008.
Suprapto 2009 Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
Tindangen 2007 Strategi inkuiri terbimbing berpengaruh paling
baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa dibanding dengan strategi
konvensional dan srategi inkuiri tidak terbimbing.
University
of Philipine
dalam
Sudjana
1996 Pendekatan ekspositori dan inkuiri secara
signifikan berpengaruh dalam mencapai
keterampilan berpikir. Pendekatan inkuiri lebih
efektif dalam peningkatan keterampilan berpikir
siswa daripada pendekatan ekspositori.
Wati,
Zubaidah,
dan Mahanal
2009 Penerapan metode inkuiri dipadu dengan
reciprocal teaching pada mata pelajaran sains dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan aktivitas
siswa kelas V MIWH III Malang.
(Sumber: Dikembangkan oleh Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Kerangka Berpikir
Tuntutan era globalisasi yang semakin maju dan kompleks, proses
pendidikan sains harus mempersiapkan peserta didik yang berkualitas yaitu
peserta didik yang sadar sains (scientific literacy), memiliki nilai, sikap dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) sehingga
akan muncul sumber daya manusia yang dapat berpikir kritis, berpikir
kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Individu yang
memiliki kemampuan berpikir kritis dapat lebih mengoptimalkan hasil belajar
yang dimiliki, akan dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan
dalam kurikulum, serta mampu merancang dan mengarungi kehidupan pada masa
yang akan datang yang penuh tantangan, dan persaingan. Peserta didik yang
berkualitas dapat diciptakan melalui pembelajaran yang inivatif. Model
pembelajaran yang inovatif sangat dibutuhkan dalam pembelajaran biologi yang
dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual maupun
emosional, karena pembelajaran biologi menekankan pada keterampilan proses
yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif, sehingga rasa ingin tahu, motivasi
dan aktifitas siswa akan meningkat. Hal tersebut sesuai paradigma student
dominated learning, dimana peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan
belajar yang diwujudkan dengan adanya keterlibatan didalam aktivitas belajar.
Siswa berperan sebagai obyek dan subyek pembelajaran, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Pembelajaran biologi yang kurang memberdayakan siswa menyebabkan
siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang menimbulkan semangat dalam
belajar, seperti siswa cenderung bosan, tidak memperhatikan guru, serta siswa
kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan
masih rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan rendahnya hasil belajar
siswa. Kemampuan berpikir kritis akan muncul dalam diri siswa apabila selama
proses belajar di dalam kelas, guru membangun pola interaksi dan komunikasi
yang lebih menekankan pada proses pembentukan pengetahuan secara aktif oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
siswa. Oleh karena itu, diperlukan solusi model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan suatu jawaban. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sintaks
pembelajaran merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang percobaan,
melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan membuat
kesimpulan dengan bimbingan guru. Dalam kegiatan eksperimen siswa akan
terampil dalam berpikir karena siswa terlibat langsung baik fisik dan mental
dalam setiap kegiatan pembelajaran. Penggunaan model inkuiri terbimbing secara
efisien dan efektif akan mengurangi monopoli guru dalam penguasaan jalannya
kegiatan belajar mengajar dan kebosanan peserta didik dalam menerima pelajaran
akan berkurang.
Pengetahuan atau konsep yang telah diperoleh siswa dalam proses
pembelajaran perlu adanya konstruksi di dalam struktur kognitif siswa. Diagram
tulang ikan dapat menolong siswa bagaimana belajar, untuk mengungkapkan
bagaimana belajar yang bermakna dan sebagai alat evaluasi. Diagram tulang ikan
memungkinkan siswa menelusuri permasalahan dengan cara mengkonstruksikan
sendiri penyebab suatu permasalahan yang dihadapi. Siswa akan menghasilkan
penemuan sendiri secara aktif dalam kelompok dalam urun pendapat
(brainstorming) tentang penyebab suatu masalah, sehingga siswa belajar
memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki ketrampilan kritis karena
mereka selalu menganalisis dan menangani informasi. Diagram tulang ikan dapat
mengembangkan strategi belajar bermakna dan juga kemampuan berpikir kritis
pada siswa, sehingga tidak terjadi belajar hafalan yang kurang bermakna.
Penerapan model guided inquiry dengan fishbone diagram, diharapkan
dapat melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran yang bermakna, melatih
keterampilan berpikir, dan keterampilan proses, sehingga akan berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Secara sederhana
kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Masalah:
Pembelajaran biologi melalui penemuan kurang
melibatkan peran aktif siswa, karena proses
pembelajaran biologi kurang memberdayakan
siswa.
Siswa masih mengalami kesulitan dalam proses
pengorganisasian materi pelajaran.
Rasa ingin tahu peserta didik kurang dan
rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa,
sehingga siswa masih mengalami kesulitan dalam
proses pengorganisasian terhadap pemecahan
permasalahan yang ada dan sebagian besar siswa
belajar hanya dengan hafalan yang berakibat
belajar kurang bermakna dan hasil belajar Biologi
yang rendah (dibawah batas KKM mata pelajaran
Biologi).
Akibat:
Siswa cenderung pasif.
Siswa tergantung pada guru dalam memperoleh materi pelajaran.
Siswa belajar hafalan
Rendahnya kemampuan berpikir siswa
Hasil belajar siswa rendah.
PENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM
Sintaks:
merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis,
merancang percobaan,
melakukan percobaan,
mengumpulkan dan
menganalisis data,
membuat kesimpulan dalam
bentuk fishbone diagram
Manfaat:
Meningkatkan peran aktif siswa dalam
pembelajaran.
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri.
Siswa belajar melalui penemuan.
Siswa belajar bermakna.
Mengarahkan siswa untuk berpikir kritis
Meningkatkan hasil belajar siswa ranah
kognitif, psikomotor, dan afektif.
Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa
Proses pedidikan Sains
mengacu pada produk, proses,
dan sikap ilmiah melalui
keterampilan proses
(Rustaman, dkk., 2005: 192).
Peserta didik sadar sains dan
memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi salah satunya
kemampuan berpikir kritis,
sehingga akan muncul sumber
daya manusia yang dapat
berpikir kritis, berpikir
kreatif, membuat keputusan,
dan memecahkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan dihubungkan dengan permasalahan yang
ada, maka peneliti mengajukan hipotesis berikut :
1. Ada pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap
kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012.
2. Ada pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap hasil
belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak
tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngemplak kelas X
semester II tahun pelajaran 2011/2012 beralamat di Jalan Raya Embarkasi
Haji, Donohudan, Ngemplak, Boyolali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun
tahap-tahap pelaksanaan yang direncanakan dapat digambarkan pada Gambar
3.1.
Gambar 3.1 Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Waktu pelaksanaan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Tahap persiapan
- Pengajuan Judul
- Penyusunan proposal
- Penyusunan instrumen
- Seminar proposal
- Perijinan penelitian
2 Tahap pelaksanaan
- Pengambilan data
- Pengujian instrumen
- Pengolahan data
3 Tahap penyelesaian
- Analisa data
- Penyusunan skripsi
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi
exsperimental) karena peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel. Rancangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
penelitian menggunakan posttest only control design. Kelas eksperimen diberikan
perlakuan pembelajaran dengan model guided inquiry disertai fishbone diagram
dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model konvensional
yaitu model ceramah bervariasi dan eksperimen disertai rangkuman sederhana.
Rancangan posttest only control design dapat digambarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rancangan Posttest Only Control Design
Group Treatment Post Test
Eksperimen Group (R) X1 O2
Control Group (R) X2 O2
(Sumber: Sugiyono, 2011:112)
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu model
guided inquiry disertai fishbone diagram.
Y2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
(R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random)
Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa model guided inquiry
disertai fishbone diagram dan model konvensional yaitu ceramah bervariasi
dengan eksperimen disertai rangkuman sederhana terhadap variabel terikat yang
berupa kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif tertuang dalam paradigma penelitian seperti Gambar 3.2.
.
Gambar 3.2 Skema Desain Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Keterangan:
X = Model pembelajaran
X0 = Model pembelajaran konvensional yaitu model ceramah bervariasi
dan eksperimen disertai rangkuman sederhana
X1 = Model pembelajaran guided inquiry disertai fishbone diagram
Y1 = Hasil belajar
Y2 = Kemampuan berpikir kritis
XX0Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi menggunakan model
konvensional yaitu model ceramah bervariasi dan eksperimen disertai
rangkuman sederhana
XX0Y2 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi
menggunakan model konvensional yaitu model ceramah bervariasi
dan eksperimen disertai rangkuman sederhana
XX1Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi menggunakan model
guided inquiry disertai fishbone diagram
XX1Y2 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi
menggunakan model guided inquiry disertai fishbone diagram
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak tahun
pelajaran 2011/2012.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian individu yang diselidiki dari
keseluruhan individu penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua
kelas yaitu kelas eksperimen yaitu kelas X.1 berjumlah 36 siswa dan satu kelas
kontrol yaitu kelas X.2 berjumlah 34 siswa.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan cluster
random sampling dengan asumsi bahwa populasi terdistrubusi dalam kelompok
pada kategori kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara random, dari enam
kelas pada kelas X di SMA Negeri 1 Ngemplak. Keseluruhan populasi dilakukan
uji homogenitas dengan menggunakan nilai Ulangan Semester Ganjil mata
pelajaran biologi tahun pelajaran 2011/2012, kemudian sampel diambil secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
acak atau random. Sehingga, didapatkan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum diberi perlakuan
strategi pembelajaran yang berbeda, tujuannya untuk mengetahui apakah kedua
kelompok tersebut seimbang. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean
yang berarti dari dua sampel yang independen. Uji keseimbangan menggunakan
uji anova untuk mengetahui kesetaraan kelas X di SMA Negeri 1 Ngemplak
sehingga didapatkan enam kelas yang setara kemudian dilakukan pengambilan
secara random untuk dijadikan sampel.
Hasil penyetaraan populasi berdasarkan hasil program SPSS 16 dengan
taraf signifikansi 5% menggunakan uji anova menjadikan sampel yang digunakan
setara dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Uji Keseimbangan Kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak
Signifikasi (α) Kriteria Keputusan Uji
0,355 >0,05 Diterima, Setara
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa nilai signifikansi (α) > 0,05 yaitu 0,355 >
0,05 sehingga tidak ada perbedaan rata-rata prestasi di kelas X SMA Negeri 1
Ngemplak. Sampel mempunyai kesetaraan yang sama kemudian memilih kelas
secara random terdiri dari dua kelas, yaitu kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dan
kelas X.2 sebagai kelas kontrol.
E. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat mengklasifikasikan objek
pengamatan ke dalam dua atau lebih kelompok (Budiyono, 2003:27). Dalam
penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan dua variabel terikat, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
a. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel perlakuan yaitu variabel yang
dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah model guided inquiry dengan fishbone diagram
(X1) dan model konvensional yaitu ceramah bervariasi dan eksperimen
disertai rangkuman sederhana (X0).
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang berubah atau muncul ketika
peneliti mengintroduksikan, pengubah atau mengganti variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis (Y1)
dan hasil belajar (Y2).
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai
berikut:
a. Metode Tes
Metode tes pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan kepada
subjek peneliti yang digunakan untuk mengukur penguasaaan dan
kemampuan peserta didik setelah mereka menerima proses belajar mengajar
dari guru. Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
siswa dan hasil belajar ranah kognitif siswa. Tes yang dikembangkan dalam
penelitian ini berupa tes uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
siswa dan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif
siswa.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data, mengambil catatan-catatan dan menelaah dokumen
yang ada yang dimiliki kaitan dengan objek penelitian. Dokumen-dokumen
tersebut merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin
keakuratannya. Data yang diperoleh dengan metode ini disebut data
sekunder (Budiyono, 2003:54). Data yang dikumpulkan dengan teknik ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
adalah data nilai Ujian Semester Ganjil kelas X tahun pelajaran 2011/2012
mata pelajaran biologi yang digunakan untuk uji keseimbangan.
c. Metode Observasi
Metode observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dimana observer melakukan pengamatan terhadap
kegiatan siswa yang bersifat ketrampilan atau skill. Lembar observasi
digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik
siswa, dan keterlaksanaan model guided inquiry disertai fishbone diagram
yang diterapkan di kelas yang diawasi oleh observer.
d. Metode Angket
Teknik pengumpulan data dalam penelitian berikutnya adalah
angket. Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Angket diberikan untuk penilaian
hasil belajar afektif dan psikomotorik.
Angket yang digunakan berupa angket langsung dan sekaligus
memberikan alternatif jawaban. Angket yang digunakan dalam penelitian
mengacu pada Likert. Menurut Arikunto (2009:180) skala Likert disusun
dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang
menunjukkan tingkatan, antara lain: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Berpendapat (TB), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor
penilaian angket untuk pernyataan positif dan negatif dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Teknik Penilaian Angket Skala Likert
Aspek
Skor
Positif
(+)
Negatif
( - )
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Tidak Berpendapat (TB) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5 (Sumber: Arikunto, 2009:180)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
F. Validasi Instrumen Penelitian
Setelah instrumen penelitian selesai disusun, peneliti wajib
mengujicobakan terlebih dahulu sebelum dikenakaan kepada sampel penelitian.
Tujuan uji coba ini adalah untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun
benar-benar valid dan benar-benar reliabel atau tidak. Subjek uji coba disyaratkan
untuk mempunyai kondisi yang sama atau hampir sama dengan subjek yang akan
dikenai penelitian. Hal ini diperlukan karena validitas dan reliabilitas instrumen
sedikit banyak tergantung kepada subjek yang dikenai uji coba (Budiyono,
2003:55).
1. Validitas
Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan
dimana suatu tes yang mengukur apa yang hendak diukur. Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan
suatu instrumen. Validitas dari instrumen ini adalah validitas isi (content
validity) dan validitas konstruk (construct validity).
a. Validitas isi
Instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut
telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang
akan diukur (Budiyono, 2003:58). Pengujian validitas isi untuk instrumen
berbentuk tes uraian dan pilihan ganda pada penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Instrumen yang telah disusun sesuai kurikulum (materi dan
tujuannya) agar memenuhi validitas isi, pada umumnya ditentukan melalui
pertimbangan para ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi
yang diajukan telah memenuhi atau tidak sebagai sampel tes (Darmadi,
2011:117).
b. Validitas Konstruk
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstrak apabila instrumen
tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam
tujuan instruksional khusus (indikator). Mengukur indikator berarti
mengukur bangunan (konstruk) suatu konsep. Pengujian validitas konstruk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
yaitu dengan cara analisis statistik dan pendapat dari ahli (judgment
experts). Dalam hal ini para penilai (subject mater experts), menilai apakah
kisi-kisi yang dibuat telah menunjukkan bahwa klasfikasi kisi-kisi telah
mewakili isi (substansi) yang diukur. Validitas butir soal dihitung dengan
menggunakan rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson dengan
bantuan SPSS 16.
rxy =
}}{{2222 yyNxxN
yxxyN
Keterangan :
Rxy = koefisien korelasi antara x dan y
n = cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-i
Y = skor total (dari subyek uji coba)
Syarat harga rhitung < r tabel maka korelasi tidak signifikan sehingga
item pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika rxy ≥ r tabel
maka item petanyaan dinyatakan valid (Arikunto, 2009:72).
Uji validitas tes kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa
disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Try Out Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan
Hasil Belajar
Instrumen Penelitian Jumlah
Item
Keputusan Uji Validitas
Valid Invalid
Kemampuan Berpikir Kritis 6 6 0
Hasil Belajar Kognitif 40 10 30
Hasil Belajar Afektif 26 19 7
Hasil Belajar Psikomotorik 20 15 5
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji
validitas tes kemampuan berpikir kritis menunjukkan semua jumlah item
valid, tes kognitif terdapat 30 item tidak valid, angket afektif terdapat 7 item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tidak valid, dan angket psikomotorik terdapat 5 item tidak valid. Oleh sebab
itu dilakukan tes kembali. Hasil retest uji validitas terdapat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Retest Uji Validitas Tes Hasil Belajar
Instrumen Penelitian Jumlah
Item
Keputusan Uji Validitas
Valid Invalid
Hasil Belajar Kognitif 45 21 24
Hasil Belajar Afektif 4 4 -
Hasil Belajar Psikomotorik 4 4 -
Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji
validitas tes kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar menunjukkan
semua item soal valid.
2. Reliabilitas
Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reabilitas yang
tinggi, apabila tes yang dibuat tersebut mempunyai hasil yang konsisten dalam
mengukur yang hendak diukur. Darmadi (2011:127) untuk menghitung indeks
reliabilitas tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda, digunakan rumus
Kuder Richardson (K-R 20) dengan bantuan SPSS 16.
r11=
1n
n
2
2
S
pqS
Keterangan: r11 = reliabelitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah ( q = 1 - p )
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Sedangkan untuk menghitung indeks reliabilitas soal bentuk uraian
dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha dari Cronbach (Arikunto,
2009:109). Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach dengan bantuan SPSS
16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
r11 =
1n
n
2
2
1St
si
Keterangan:
= indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
= variansi total 2
is = variansi butir ke-i
Acuan penilaian reliabilitas dari butir soal atau item dilihat dari nilai r
adalah:
0,8 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,6 – 0,799 : Tinggi (T)
0,4 – 0,599 : Cukup (C)
0,2 – 0,399 : Rendah (R)
0,00 – 0,199 : Sangat Rendah (SR)
Hasil uji reliabilitas tes kemampuan berpikir berpikir kritis dan hasil
belajar siswa disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar
Instrumen Penelitian Jumlah
Item
Indeks
Reliabilitas
Keputusan Uji
Kemampuan Berpikir Kritis 6 0.990 Korelasi Sangat Tinggi
Hasil Belajar Kognitif 45 0.643 Korelasi Tinggi
Hasil Belajar Afektif 22 0.849 Korelasi Sangat Tinggi
Hasil Belajar Psikomotorik 20 0.785 Korelasi Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.6 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes
kemampuan berpikir kritis, hasil belajar afektif dan psikomotorik
menggunakan rumus Alpha Cronbach karena reliabilitas skornya bukan 1 atau
0. Uji reliabilitas tes kemampuan berpikir kritis diperoleh r11 = 0,990 yang
berarti bahwa memiliki koefisien reliabilitas sangat tinggi. Uji reliabilitas
angket hasil belajar afektif diperoleh r11 = 0,849 yang berarti bahwa memiliki
koefisien reliabilitas sangat tinggi. Uji reliabilitas angket hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
psikomotorik diperoleh r11 = 0,785 yang berarti bahwa memiliki koefisien
reliabilitas tsangat inggi.Uji reliabilitas hasil belajar kognitif menggunakan
rumus Kuder Richardson (K-R 20) juga diperoleh r11 = 0,785 yang berarti
memiliki koefisien reliabilitas tinggi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat
diketahui bahwa instrumen penelitian reliabel untuk digunakan.
3. Analisis Butir Soal
a. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan kurang. Suatu soal yang mempunyai daya pembeda tinggi
mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat membedakan siswa yang pandai
dengan yang kurang pandai. Pengujian daya pembeda menggunakan rumus
yang digunakan untuk menentukan indeks diskriminasi dengan bantuan
SPSS 16.
Keterangan :
J = Jumlah peserta tes
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,20 : jelek (poor)
0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 : baik (good)
0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
Negatif : butir soal yang mempunyai D negatif dibuang
Hasil uji daya beda hasil belajar kognitif dapat dilihat pada Tabel
3.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Beda Hasil Belajar Kognitif
Jenis Tes Kognitif
Jumlah
Butir
Soal
Valid
Kriteria
Negatif Jelek Cukup Baik Baik
sekali
Hasil Try Out Pertama 10 0 5 4 1 1
Hasil Retes 21 0 8 12 2 0
Instrumen Tes Kognitif 31 0 13 16 3 1
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji
daya beda instrumen tes hasil belajar kognitif terdapat 31 butir soal dengan
13 butir soal dengan kriteria jelek yaitu 0,00-0,20, 16 butir soal dengan
kriteria cukup yaitu 0,20-0,40, 3 butir soal dengan kriteria baik yaitu 0,40-
0,70, dan 1 butir soal dengan kriteria baik sekali yaitu 0,70-1,00 .
b. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran merupakan rasio antara penjawab aitem dengan
benar dan banyaknya penjawab aitem. Untuk mengukur tingkat kesukaran
tiap butir soal menggunakan rumus dengan bantuan SPSS 16.
sJ
B P
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
Js = jumlah seluruh siswa yang peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal dengan 0,00 ≤ P < 0,30, dinyatakan
soal sukar; soal dengan 0,30 ≤ P < 0,70, dinyatakan soal sedang; dan soal
dengan 0,70 ≤ P < 1,00, dinyatakan soal mudah (Arikunto, 2009:210). Hasil
uji taraf kesukaran hasil belajar kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji
taraf kesukaran instrumen tes hasil belajar kognitif terdapat 31 butir soal
dengan 15 butir soal dengan kriteria mudah yaitu 0,70 ≤ P < 1,00, 15 butir
soal dengan kriteria sedang yaitu 0,30 ≤ P < 0,70, dan 11 butir soal dengan
kriteria sukar yaitu 0,00 ≤ P < 0,30.
G. Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis perbedaan
dua perlakuan dengan uji-t (t-test). Uji-t digunakan untuk menentukan apakah dua
mean berbeda secara signifikan atau tidak pada suatu tingkat probabilitas yang
dipilih (Darmadi,2011:291). Analisis uji-t memerlukan uji prasyarat analisis yaitu
uji normalitas dan uji homogenitas. Uji dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan SPSS 16.
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan SPSS versi 16. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang
terdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Taraf Signifikansi (α) = 0,05
Jenis Tes Kognitif
Jumlah
Butir Soal
Valid
Kriteria
Mudah Sedang Sukar
Hasil Try Out Pertama 10 4 5 1
Hasil Retes 21 11 10 0
Instrument Tes Kognitif 31 15 15 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Keputusan Uji
H0 diterima jika Sig > 0,05
H1 ditolak jika Sig < 0,05
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Perhitungan uji
homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Levene’s dalam Budiyono
(2009:176-177) dengan bantuan SPSS 16.
Hipotesis
H0 : variasi populasi yang homogen
H1 : variasi populasi yang tidak homogen
Taraf Signifikansi (α) = 0,05
Keputusan Uji
H0 diterima jika Sig > 0,05
H1 ditolak jika Sig < 0,05
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t (t-test) dengan
ketentuan seperti berikut:
Taraf Signifikansi (α) = 0,05
Keputusan Uji
H0 diterima jika Sig > 0,05
H1 ditolak jika Sig < 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar biologi siswa. Materi pembelajaran biologi yang
adalah Kompetensi Dasar 4.2 yaitu menjelaskan keterkaitan antara kegiatan
manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian
lingkungan. Nilai kemampuan berpikir kritis diperoleh dari nilai tes tertulis yang
berupa tes uraian, sedangkan nilai hasil belajar biologi ranah kognitif diperoleh
dari nilai tes tertulis yang berupa tes pilihan ganda, nilai hasil belajar ranah
psikomotorik dan afektif diperoleh melalui metode angket dan metode observasi
(lembar observasi). Data kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi siswa
diambil dari dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas sebagai
kelas eksperimen dengan jumlah sampel 70 siswa SMA Negeri 1 Ngemplak
tahun pelajaran 2011/2012. Kelas X.1 sebagai kelas eksperimen menggunakan
model pembelajaran guided inquiry disertai fishbone diagram dengan jumlah
siswa 36 orang. Kelas X.2 sebagai kelas kontrol menggunakan model
konvensional yaitu ceramah bervariasi dan eksperimen disertai rangkuman
sederhana dengan jumlah siswa 34 siswa.
1. Data Kemampuan Berpikir Kritis
Data kemampuan berpikir kritis diperoleh melalui tes tertulis berupa
soal uraian dengan jumlah 6 butir soal yang mencakup aspek-aspek
kemampuan berpikir kritis meliputi: interpretation, analysis, inferensi,
evaluation, explanation, dan self-regulation. Hasil distribusi kemampuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambarl 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.1 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis
Interval
Nilai
Nilai
Tengah
Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
40-48 44 4 0
49-57 53 7 1
58-66 62 4 1
67-75 71 14 3
76-84 80 5 15
85-93 89 0 9
94-102 98 0 7
Jumlah 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi kemampuan berpikir kritis kelas kontrol dan
kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa frekuensi kelas
kontrol terbesar terletak pada nilai 67 sampai nilai 75 dan nilai tengah 71.
Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 76 sampai nilai 84 dan
nilai tengah 80. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai untuk kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Hasil deskriptif kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada
Tabel 4.2 dan Gambar 4.2.
Tabel 4.2 Deskriptif Kemampuan Berpikir Kritis
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 63,09 80,37
Standar deviasi 11,104 9,554
Variansi 120,60 88,75
Minimum 40,00 50,00
Maksimum 80,00 96,67
Median 66,667 80,000
N 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas kontrol dan
kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kelas kontrol. Standar deviasi dan variansi pada kelas kontrol lebih tinggi
daripada kelas eksperimen, artinya tingkat keragaman pada kelompok kontrol
lebih besar. Median atau nilai tengah pada kelas eksperimen juga lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol.
2. Data Hasil Belajar Biologi
Data hasil belajar biologi siswa mencakup tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif. Ranah kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir, ranah psikomotorik berkenaan dengan
keterampilan (skill), sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai dari siswa.
a. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Data hasil belajar biologi ranah kognitif diperoleh melalui tes
tertulis berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 30 butir soal yang
mencakup aspek-aspek hasil belajar biologi ranah kognitif meliputi:
mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis
(C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Distribusi hasil belajar biologi
ranah kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Interval
Nilai
Nilai
Tengah
Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
10-23 16,5 2 1
24-37 30,5 3 0
38-51 44,5 20 8
52-65 58,5 9 16
66-79 72,5 0 9
80-93 86,5 0 1
94-107 100,5 0 1
Jumlah 34 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.3 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar biologi ranah kognitif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi
Ranah Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa frekuensi kelas
kontrol terbesar terletak pada nilai 38 sampai nilai 51 dan nilai tengah 44,5.
Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 52 sampai nilai 65
dan nilai tengah 58,5. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai untuk
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Deskriptif hasil belajar biologi ranah kognitif dapat dilihat pada
Tabel 4.4 dan Gambar 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.4 Deskriptif Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 44,00 60,09
Standar deviasi 10,486 12,586
Variansi 115,89 154,004
Minimum 10,00 23,33
Maksimum 63,33 100,00
Median 43,333 60,000
N 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.4 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar biologi ranah kognitif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Biologi
Ranah Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Standar deviasi dan variansi pada kelas eksperimen juga lebih tinggi
daripada kelas kontrol artinya tingkat keragaman dari nilai rata-rata pada
kelas eksperimen lebih besar. Median atau nilai tengah pada kelas
eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
b. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Data hasil belajar biologi ranah psikomotorik diperoleh melalui
metode angket. Angket disusun dalam bentuk skala Likert dimana terdapat
pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan tingkatan,
antara lain: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Berpendapat (TB), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor untuk pernyataan positif
dan negatif adalah kebalikanya. Angket hasil belajar ranah psikomotorik
disusun dalam jumlah 18 butir soal yang mencakup aspek-aspek ranah
psikomotorik meliputi: peniruan/imitasi (P1), memanipulasi (P2), ketepatan
(P3), artikulasi (P4), dan pengalaman (P5). Distribusi hasil belajar ranah
psikomotorik menggunakan metode angket dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan
Gambar 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotor
Interval
Nilai
Nilai
Tengah
Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
62-66 64 4 0
67-71 69 7 2
72-76 74 8 2
77-81 79 15 14
82-86 84 0 11
87-91 89 0 7
Jumlah 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar biologi ranah psikomotorik
kelas kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi
Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa frekuensi kelas
kontrol terbesar terletak pada nilai 77 sampai nilai 81 dan nilai tengah 79.
Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 77 sampai nilai 81
dan nilai tengah 79. Nilai kelas kontrol hanya mencapai nilai tengah 79,
sedangkan nilai kelas eksperimen mencapain nilai tengah 89 sehingga
terlihat persebaran nilainya merata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan
nilai untuk kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Deskriptif hasil belajar ranah psikomotorik menggunakan metode
angket dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.6.
Tabel 4.6 Deskriptif Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 73,32 81,20
Standar deviasi 5,19 5,51
Variansi 25,789 29,518
Minimum 62,222 67,778
Maksimum 81,111 91,111
Median 75,556 81,667
N 34 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.6 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar biologi ranah psikomotorik
kelas kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Biologi
Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
psikomotorik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Standar deviasi dan variansi pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol, artinya tingkat keragaman pada kelas eksperimen
lebih besar. Median atau nilai tengah kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol.
Selain menggunakan metode angket, data hasil belajar biologi
ranah psikomotorik diperoleh melalui metode observasi. Observer
melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa yang bersifat keterampilan
atau skill dengan menggunakan lembar observasi. Keterampilan-
keterampilan yang diamati meliputi: keterampilan merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan,
mengamati, menginterpretasikan data, mengkomunikasikan, dan
menyimpulkan yang dilaksanakan selama proses pembelajaran. Distribusi
hasil belajar ranah psikomotorik menggunakan metode observasi dapat
dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotor
Interval
Nilai
Nilai
Tengah
Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
37-45 41 2 0
46-54 50 3 0
55-63 59 12 4
64-72 68 8 4
73-81 77 8 7
82-90 86 1 15
91-99 95 0 6
Jumlah 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.7 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar biologi ranah psikomotorik
kelas kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi
Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.7 dan Gambar 4.7 menunjukkan bahwa frekuensi kelas
kontrol terbesar terletak pada nilai 55 sampai nilai 63 dan nilai tengah 59.
Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 82 sampai nilai 90
dan nilai tengah 86. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai untuk kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Deskriptif hasil belajar ranah psikomotorik menggunakan metode
observasi dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.8.
Tabel 4.8 Deskriptif Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelompok Eksperimen
Rata-rata 63,50 80,22
Standar deviasi 9,842 10,232
Variansi 93,474 100,979
Minimum 37,500 60,000
Maksimum 82,500 95,000
Median 63,750 82,500
N 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.8 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar biologi ranah psikomotorik
kelas kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Biologi
Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.8 dan Gambar 4.8 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
psikomotorik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
kontrol. Standar deviasi dan variansi pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol, artinya tingkat keragaman pada kelas eksperimen
lebih besar. Median atau nilai tengah kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol.
c. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Data hasil belajar biologi ranah afektif diperoleh melalui metode
angket. Angket disusun dalam bentuk skala Likert dimana terdapat
pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan tingkatan,
antara lain: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Berpendapat (TB), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor untuk pernyataan positif
dan negatif adalah kebalikanya. Angket hasil belajar ranah afektif disusun
dalam jumlah 22 butir soal yang mencakup aspek-aspek ranah afektif
meliputi: kemampuan menerima (A1), menanggapi (A2), keyakinan (A3),
mengorganisasi (A4), dan menyatakan (A5). Distribusi hasil belajar ranah
afektif menggunakan metode angket dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan
Gambar 4.9.
Tabel 4.9 Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Interval
Nilai
Nilai
Tengah
Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
60-64 62 1 1
65-69 67 10 2
70-74 72 8 4
75-79 77 7 11
80-84 82 5 8
85-89 87 3 10
Jumlah 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.9 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar biologi ranah afektif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah
Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.9 dan Gambar 4.9 memperlihatkan frekuensi kelas kontrol
terbesar terletak pada nilai 65 sampai nilai 69 dan nilai tengah 67. Frekuensi
kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 75 sampai nilai 79 dan nilai
tengah 77. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai untuk kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Deskriptif hasil belajar ranah afektif menggunakan metode angket
dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.10.
Tabel 4.10 Deskriptif Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 73,29 79,14
Standar deviasi 7,112 6,785
Variansi 48,612 44,763
Minimum 60,00 63,636
Maksimum 89,091 89,091
Median 72,727 79,091
N 34 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.10 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar biologi ranah afektif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Histogram Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Biologi
Ranah Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.10 dan Gambar 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
afektif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Standar deviasi dan variansi pada kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas
eksperimen, artinya tingkat keragaman pada kelas kontrol lebih besar.
Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari rentang nilai maksimum dan
minimum pada kelompok kontrol yang lebih besar dibandingkan kelompok
eksperimen. Median atau nilai tengah kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol.
Selain menggunakan metode angket, data hasil belajar biologi
ranah afektif diperoleh melalui metode observasi. Observer melakukan
pengamatan terhadap sikap siswa selama mengikuti proses pembelajarn
dikelas dengan menggunakan lembar observasi. Sikap ilmiah yang diamati
selama proses pembelajaran meliputi: teliti, tanggung jawab, disiplin,
menghargai pendapat dan bekerjasama. Distribusi hasil belajar ranah afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
menggunakan metode observasi dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Gambar
4.11.
Tabel 4.11 Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Interval
Nilai
Nilai
Tengah
Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
30-38 34 2 0
39-47 43 13 0
48-56 52 7 5
57-65 61 12 9
66-74 70 0 9
75-83 79 0 10
84-92 88 0 3
Jumlah 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.11 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar biologi ranah afektif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi
Ranah Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.11 dan Gambar 4.11 menunjukkan bahwa frekuensi kelas
kontrol terbesar terletak pada nilai 39 sampai nilai 47 dan nilai tengah 43.
Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 75 sampai nilai 83
dan nilai tengah 79. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai untuk kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Deskriptif hasil belajar ranah afektif menggunakan metode
observasi dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.12.
Tabel 4.12 Deskriptif Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Hasil Statistik Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Rata-rata 50,38 68,89
Standar deviasi 9,872 10,206
Variansi 95,61 100,69
Minimum 30,000 52,500
Maksimum 65,000 85,000
Median 47,500 70,000
N 34 36
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.12 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar biologi ranah afektif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.12 dan Gambar 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
afektif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Standar deviasi dan variansi pada kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas
eksperimen, artinya tingkat keragaman pada kelas kontrol lebih besar.
Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari rentang nilai maksimum dan
minimum pada kelompok kontrol yang lebih besar dibandingkan kelompok
eksperimen. Median atau nilai tengah kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol.
Nilai rata-rata hasil belajar meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik secara ringkas dapat dilihat pada pada Tabel 4.13 dan Gambar
4.13.
Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Biologi
Ranah Hasil Belajar Rata-rata
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Kognitif 44,00 60,09
Psikomotorik (angket) 73,32 81,20
Psikomotorik (observasi) 63,50 80,22
Afektif (angket) 73,29 79,14
Afektif (observasi) 50,38 68,89
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.13 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar biologi kelas kontrol dan
kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 4.13 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen.
Tabel 4.13 dan Gambar 4.13 menunjukkan bahwa rata-rata hasil
belajar biologi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol baik dari ranah kognitif, ranah psikomotorik maupun ranah afektif.
Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran
guided inquiry disertai fishbone diagram mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian terhadap asumsi sebagai prasyarat analisis perbedaan dua
perlakuan dengan uji t (t test) perlu dilakukan pengujian prasyarat secara statistik.
Analisis uji t memerlukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui data dari masing-
masing kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. H0 dinyatakan bahwa sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan H1 dinyatakan bahwa sampel tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi yang meliputi tiga ranah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
yaitu ranah kognitif, psikomotorik dan afektif untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan α = 0,05
dan dibantu program SPSS 16. Jika nilai sig. dari uji normalitas lebih besar
dari α (sig > 0,05) maka H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data
terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kemampuan berpikir kritis dapat
dilihat pada Tabel 4.14 dan uji normalitas hasil belajar biologi dapat dilihat
pada Tabel 4.15.
Tabel 4.14. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kolmogorov
-Smirnov N Sig.
Hasil
Keterangan Keputusan
Kontrol 0.804 34 0,332 Sig. > 0,05 Normal
Eksperimen 0,946 36 0,538 Sig. > 0,05 Normal
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai (sig.) > 0,05 sehingga keputusan
uji H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua sampel pada penelitian
ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Biologi Ranah Hasil
Belajar Kelas
Kolmogorov-
Smirnov N Sig.
Hasil
Keterangan Keputusan
Kognitif Kontrol 1,219 34 0,102 Sig. > 0,05 Normal
Eksperimen 0,627 36 0,827 Sig. > 0,05 Normal
Psikomotorik
(angket)
Kontrol 1,124 34 0,160 Sig. > 0,05 Normal
Eksperimen 0,564 36 0,908 Sig. > 0,05 Normal
Psikomotorik
(observasi)
Kontrol 0,574 34 0,330 Sig. > 0,05 Normal
Eksperimen 0,948 36 0,897 Sig. > 0,05 Normal
Afektif
(angket)
Kontrol 0,674 34 0,604 Sig. > 0,05 Normal
Eksperimen 0,578 36 0,881 Sig. > 0,05 Normal
Afektif
(observasi)
Kontrol 0,953 34 0,324 Sig. > 0,05 Normal
Eksperimen 0,553 36 0,920 Sig. > 0,05 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai (sig.) > 0,05 sehingga keputusan
uji H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua sampel pada penelitian
ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Syarat lain dari uji-t (t-test) adalah data yang digunakan adalah data
yang homogen. Homogen berarti bahwa data antar kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai variansi yang sama atau homogen. Homogenitas data
kemampuan berpikir kritis dan data hasil belajar yang meliputi tiga ranah yaitu
ranah kognitif, psikomotorik dan afektif menggunakan uji Levene’s dengan α =
0,05 dengan bantuan program SPSS 16. H0 dinyatakan bahwa tiap kelas
memiliki variansi yang sama (homogen). H1 dinyatakan bahwa tiap kelas tidak
memiliki variansi yang sama. Keputusan untuk uji ini adalah jika nilai sig. dari
uji normalitas lebih besar dari α (sig.> α) maka H0 diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa data homogen. Hasil uji homogenitas kemampuan berpikir
kritis dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan uji homogenitas hasil belajar dapat
dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai (sig) > 0,05 sehingga keputusan
uji H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel berasal dari
populasi yang variansinya homogen.
Variabel F Sig. Keterangan Keputusan
Kemampuan Berpikir
Kritis 1,992 0,170 Sig > 0,05 Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Biologi
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa nilai (sig) > 0,05 sehingga keputusan
uji H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel berasal dari
populasi yang variansinya homogen.
Persyaratan uji hipotesis penelitian untuk data kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar biologi dapat menggunakan uji t karena sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
Oleh karena itu, pengujian hipotesis penelitian secara parametrik melalui uji t
dapat dilakukan.
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-
test). Data kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi yang meliputi tiga
ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pada penelitian dinyatakan
normal dan homogen, sehingga prasyarat uji-t telah terpenuhi. Kriteria yang
digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah tingkat signifikasi (α) =
0,05 yaitu H0 ditolak jika signifikasi probabilitas (sig) < α (0,05). Hal ini berarti
jika signifikasi probabilitas (sig) < 0,05 maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan
sebaliknya jika signifikasi probabilitas (sig) > 0,05 maka hipotesis nihil diterima.
Ranah Hasil
Belajar F Sig. Keterangan Keputusan
Kognitif 0,176 0,676 Sig > 0,05 Homogen
Psikomotorik
(angket) 0,002 0,962 Sig > 0,05 Homogen
Psikomotorik
(observasi) 0,076 0,783 Sig > 0,05 Homogen
Afektif
(angket) 0,098 0,755 Sig > 0,05 Homogen
Afektif
(observasi) 0,016 0,899 Sig > 0,05 Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Hipotesis penelitian ini dinyatakan bahwa ada pengaruh antara model
guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap kemampuan berpikir kritis dan
ada pengaruh antara model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap
hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran
2011/2012. Kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi masing-masing
akan diuji apakah model guided inquiry disertai fishbone diagram berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi.
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis untuk pengujian pengaruh model guided inquiry disertai
fishbone diagram terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dinyatakan dengan
H0 yang menunjukkan bahwa perolehan nilai kemampuan berpikir kritis rata-
rata antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tidak berbeda nyata dan H1
yang menunjukkan bahwa perolehan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis
antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda nyata. Hasil dari uji
hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Hasil Uji Pengaruh Model Guided Inquiry disertai Fishbone
Diagram terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Variabel t Df Sig Keterangan Keputusan
Kemampuan
Berpikir Kritis
6,992 68 0,000 Sig < 0,05
Berbeda
nyata
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa hasil keputusan uji (sig) < 0,05
sehingga H1 diterima, hal ini berarti perolehan rata-rata nilai kemampuan
berpikir kritis antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda nyata.
Rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi
daripada siswa kelas kontrol. Berdasarkan pada perbedaan nilai rata-rata
tersebut dapat diketahui bahwa model guided inquiry disertai fishbone diagram
berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis untuk pengujian pengaruh model guided inquiry disertai
fishbone diagram terhadap hasil belajar biologi siswa dinyatakan dengan H0
yang menunjukkan bahwa perolehan nilai hasil belajar rata-rata antara kelas
kontrol dengan kelas eksperimen tidak berbeda nyata dan H1 yang
menunjukkan bahwa perolehan rata-rata hasil belajar antara kelas kontrol
dengan kelas eksperimen berbeda nyata. Hasil dari uji hipotesis tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Hasil Uji Pengaruh Model Guided Inquiry disertai Fishbone
Diagram terhadap Hasil Belajar
Ranah Hasil Belajar t Df Sig Keterangan Keputusan
Kognitif 5,716 68 0,000 Sig < 0,05 Berbeda nyata
Afektif (angket) 5,804 68 0,000 Sig < 0,05 Berbeda nyata
Afektif (observasi) 6,962 68 0,000 Sig < 0,05 Berbeda nyata
Psikomotorik (angket) 3,520 68 0,001 Sig < 0,05 Berbeda nyata
Psikomotorik (observasi) 7,704 68 0,000 Sig < 0,05 Berbeda nyata
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa hasil keputusan uji (sig) < 0,05
sehingga H1 diterima, hal ini berarti perolehan rata-rata nilai hasil belajar
antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda nyata. Rata-rata nilai
hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
Berdasarkan pada perbedaan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa
model guided inquiry disertai fishbone diagram berpengaruh positif terhadap
hasil belajar biologi siswa.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Pengaruh Model Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan keputusan uji maka H1, hal ini berarti ada pengaruh
model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap kemampuan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kritis siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari (sig) < 0,05, selain itu didukung dari
nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis yaitu 63,09 pada kelas kontrol dan
80,37 pada kelas eksperimen, dengan selisih rata-rata yaitu 17,28. Rata-rata
nilai kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh kelas eksperimen dengan
model guided inquiry disertai fishbone diagram lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional yaitu ceramah
bervariasi dan eksperimen disertai rangkuman sederhana. Hal tersebut
dikarenakan melalui model guided inquiry disertai fishbone diagram, guru
mengajak siswa untuk terlibat aktif baik secara fisik dan mental dalam
belajarnya. Siswa diajak aktif berpikir mengenali masalah, mengungkapkan
gagasan-gagasan pemecahan masalah, merancang percobaan sendiri untuk
menjawab masalah yang dihadapi, melakukan percobaan untuk mencari
jawaban masalah yang dihadapi sampai pada penyusunan kesimpulan. Proses
pemecahan masalah dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari siswa, artinya
siswa memiliki kesempatan untuk belajar memecahkan masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang memecahkan masalah
yang mewakili kejadian-kejadian nyata mengakibatkan siswa akan terlibat
dalam perilaku berpikir.
Model guided inquiry disertai fishbone diagram mengembangkan
kemampuan berpikir siswa karena siswa tidak hanya menghafal materi tetapi
siswa menemukan sendiri suatu konsep dari materi yang diajarkan melalui
proses-proses dalam belajarnya. Model guided inquiry disertai fishbone
diagram tidak hanya menekankan tentang apa yang dipelajari tetapi bagaimana
siswa harus belajar. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan membimbing
jalannya diskusi maupun dalam proses penyelidikan serta memberikan
konfirmasi yang cukup pada materi yang disampaikan siswa agar tidak terjadi
kesalahan konsep materi, sehingga materi tidak hanya disampaikan dengan
penjelasan panjang lebar tetapi juga mengembangkan kreativitas siswa saat
siswa mampu menemukan sendiri suatu konsep atau pengetahuan. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Schlenker (Trianto, 2010) menyatakan bahwa latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif,
dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi
Pembelajaran dengan model guided inquiry disertai fishbone diagram
diawali dengan tahapan merumuskan masalah melalui wacana pada LKS yang
telah disediakan. Tahapan selanjutnya adalah merumuskan hipotesis. Siswa
merumuskan hipotesis atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang
telah disampaikan pada tahapan perumusan masalah. Tahapan ini siswa
dibentuk dalam kelompok-kelompok diskusi belajar sehingga siswa dapat
berkolaborasi dalam melakukan penyelidikan mengenai pencemaran
lingkungan. Kegiatan diskusi kelompok akan terjadi interaksi antar anggota
kelompok seperti saling bertukar pendapat, saling berbagi pengetahuan dan
menyumbangkan gagasan atau ide-ide untuk menyelesaikan masalah. Hal
tersebut sesuai dengan Teori Vygotsky mengenalkan adanya proses
scaffolding. Siswa berkemampuan akademik atas memberikan tutorial terhadap
siswa berkemampuan akademik bawah. Proses tutorial sebaya (peer teaching)
terjadi ketika siswa berkelompok. Gagasan-gagasan yang dikemukakan
anggota satu dapat berbeda dengan anggota yang lainnya karena setiap individu
memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap penyelesaian masalah
pencemaran lingkungan.
Setiawan (2008:56) mengungkapkan bahwa pengkonstruksian
pengetahuan secara bersama-sama melalui diskusi kelompok memungkinkan
siswa dapat mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain dan
secara bersama-sama membangun pengertian. Hal tersebut sesuai dengan teori
konstruktivisme dimana siswa membangun pengetahuannya sendiri.
Pembelajaran inkuiri adalah salah satu pembelajaran yang berlandaskan teori
konstruktivisme. Titik berat teori konstruktivisme terletak pada gagasan bahwa
siswa harus membangun sendiri pengetahuan. Siswa akan terlibat dalam
mereorganisasi struktur pengetahuan melalui penggabungan konsep-konsep
yang sudah dimiliki dengan ide-ide yang didapatkan, sehingga kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pembelajaran ditujukan untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam
menggembangkan keterampilan proses (Amri dan Ahmadi, 2010:110).
Dengan belajar melalui inkuiri siswa akan terlibat dalam proses
mereorganisasi struktur pengetahuannya melalui penggabungan konsep-konsep
yang sudah dimiliki sebelumnya dengan ide-ide yang baru didapatkan. Melalui
kegiatan diskusi siswa akan berpikir, dengan begitu siswa dapat melatihkan
kemampuan berpikir kritisnya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok dapat mengurangi kecenderungan untuk berkompetisi di antara
siswa. Perbedaan kemampuan siswa setelah belajar secara berkelompok dapat
dikurangi sehingga siswa secara bersama-sama semuanya berhasil dalam
proses belajarnya. Hal ini sangat penting dalam pembelajaran yang
mengutamakan proses bukan hasil, salah satunya adalah model guided inquiry
disertai fishbone diagram. Siswa dalam kelompok diskusinya akan saling
bekerjasama maupun sumbang saran (brainstroming) setiap pendapat yang
mereka miliki. Hal ini menunjukkan salah satu aspek kemampuan berpikir
kritis yaitu penjelasan (explanation) dimana anggota kelompok akan
menjelaskan gagasan atau ide yang mereka miliki terhadap anggota lainnya.
Tahapan kedua adalah merancang percobaan dalam rangka menguji
hipotesis mendorong siswa untuk berpikir mengenai alat dan bahan yang
diperlukan, cara kerja yang harus dilakukan, dan cara mentabulasikan data
yang diperoleh. Tahapan ini melatihkan keterampilan menginterpretasikan
(interpretation) sebagai bagian dari aspek berpikir kritis. Kegiatan merancang
cara kerja percobaan, mendorong siswa untuk lebih memahami masalah yang
akan dipecahkan dan saling mengemukakan ide-ide untuk mengembangkan
pemahaman siswa.
Tahapan ketiga adalah pengumpulan data. Tahapan ini siswa
mengumpulkan data melalui kegiatan percobaan (eksperimen) untuk
memecahkan masalah selanjutnya siswa dapat mampu membangun dan
menemukan konsep pengetahuan sendiri. Hal tersebut sesuai dengan teori
belajar penemuan Bruner. proses inkuiri memungkinkan siswa menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
sendiri pengetahuannya (konsep) tentang apa yang dipelajari melalui kegiatan-
kegiatan ilmiah. Melalui belajar penemuan siswa mendapat kebebasan dalam
batasan tertentu untuk menyelidiki secara individu atau melalui tanya jawab
dengan guru dan siswa-siswa lain untuk memecahkan masalah yang diberikan
oleh guru atau oleh guru dan siswa secara bersama-sama. Pengetahuan yang
diperoleh dengan belajar penemuan memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1)
pengetahuan bertahan lebih lama dan lebih mudah diingat bila dibandingkan
dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain, 2) hasil belajar
penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar
lainnya, sehingga konsep dan prinsip kognitif seseorang lebih mudah
diterapkan pada situasi baru, 3) belajar penemuan secara keseluruhan dapat
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Dahar (2011: 80) menyatakan secara khusus belajar penemuan melatih
keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah
tanpa pertolongan orang lain.
Percobaan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih dan
mengembangkan keterampilan analisis (analysis) yang merupakan salah satu
aspek kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Hackling (2005) yang mengungkapkan bahwa praktik penyelidikan lapangan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih dan mengembangkan
keterampilan menginvestigasi serta mendapatkan pengalaman nyata tentang
fenomena alam sebagai dasar untuk belajar konseptual. Melalui kegiatan
percobaan siswa akan belajar secara mandiri (self directed) untuk menemukan
sebuah konsep. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yeo (2008) bahwa bekerja
secara mandiri mendorong siswa untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide
dan menganalisis masalah, serta berpikir bersama akan meningkatkan
kemampuan mengemukakan pendapat dan berpikir analitis.
Tahapan keempat adalah analisis data, siswa menggunakan
kemampuannya untuk mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh
pada tahapan pengumpulan data (percobaan). Siswa menjawab hipotesisnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
berdasarkan analisisnya terhadap data yang telah diperoleh. Analisis data akan
melatihkan siswa belajar aktif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpikir sendiri, siswa akan termotivasi dalam belajar, melatihkan kemampuan
menemukan informasi, meningkatkan semangat ingin tahu, dan kemampuan
bertanya siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Callahan, et. al. (1992:
293-294) menyatakan bahwa dalam kegiatan menganalisa data dapat dilakukan
dengan membangun dan menggunakan ide-ide yang dimiliki siswa. Pada
tahapan ini, siswa dapat melatihkan aspek yang termasuk dalam kemampuan
berpikir kritis seperti kemampuan menganalisis (analysis) dan mengevaluasi
(evaluasi). Siswa menganalisis dan mengevalusi data hasil percobaan yang
telah diperoleh, dan mencari bukti-bukti yang relevan sesuai dengan hasil
percobaan yang telah diperoleh.
Tahapan kelima adalah membuat kesimpulan. Tahapan ini melatihkan
aspek kemampuan berpikir kritis yaitu menyimpulkan (inference). Siswa
membuat kesimpulan berdasarkan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan
dan relevan dengan materi yang diajarkan. Tahapan membuat kesimpulan
menggunakan fishbone diagram. Kesimpulan menggunakan diagram tulang
ikan siswa akan menghasilkan penemuan sendiri secara aktif dalam kelompok
melalui urun pendapat (brainstorming), menunjukkan pemahaman tentang
pemecahan masalah, dan meningkatkan kreatifitas siswa, selain itu melatihkan
cara berpikir yang ilmiah, siswa dapat lebih sistematis dalam proses berpikir
dan mempermudah siswa dalam pengorganisasian materi, sehingga catatan
materi siswa lebih sistematis dan jelas.
Belajar dengan penemuan akan melatihkan siswa belajar secara
mandiri. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru,
tetapi siswa terlibat langsung dalam proses belajar baik secara fisik maupun
mental. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk dapat
menemukan sendiri konsep-konsepdari materi yang diajarkan. Keterlibatan
aktif siswa dalam pembelajaran, menjadikan siswa belajar bermakna. Hal
tersebut sesuai dengan teori belajar Ausubel. Belajar bermakna pada penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
ini terjadi saat penarikan kesimpulan dengan teknik fishbone diagram. Tingkat
pertama dalam belajar bermakna, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa
dalam bentuk belajar penemuan, dimana bentuk ini mewajibkan siswa untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan dipelajari.
Kemudian pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan
informasi itu dengan pengetahuan (berupa konsep-konsep) yang telah
dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Siswa akan
menghubungkan konsep-konsep baru yang didapatkan selama proses
pembelajaran dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya pada saat
pembuatan fishbone diagram.
Selama siswa terllibat aktif dalam pembelajaran, siswa tahu
bagaimana belajar yang membuat siswa lebih mengoptimalkan
pemahamannya. Siswa akan tahu materi mana yang dirasa kurang paham, dan
materi mana yang kurang paham. Sehingga siswa akan mampu mengatur
dirinya sendiri (self regulation) atau siswa secara sadar seseorang memantau
pengetahuannya sendiri. Siswa akan berusaha membuat dirinya paham dan
mengerti dari materi yang sebelumnya siswa tidak paham dan tidak mengerti,
seperti bertanya kepada guru, teman,dan membaca literatur lainnya.
Model guided inquiry disertai fishbone diagram merupakan salah satu
model pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar perkembangan kognitif
Piaget. Menurut Piaget kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap
perkembangan tertentu dan umur seseorang. yang harus dilalui berdasarkan
urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar
tahap kognitifnya. Siswa kelas X SMA telah memasuki tahap operasi formal
yang memiliki kemampuan pemikiran abstrak dan murni simbolis. Masalah-
masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model guided inquiry disertai
fishbone diagram dapat lebih mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Model guided inquiry disertai fishbone diagram dilakukan dengan
metode ilmiah sesuai dimana siswa menjadi pelaku berpikir untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
menyelesaikan suatu permasalahan dan mendapatkan kesimpulan secara
konstrukif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wati, dkk.
(2009:12) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sains dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan aktivitas siswa. Aktivitas siswa salah satunya dalam
mengajukan pertanyaan yang merupakan salah satu proses berpikir siswa untuk
memperoleh informasi. Bertanya dapat digunakan oleh siswa secara aktif dan
kritis untuk berpikir dalam menggali informasi serta memecahkan persoalan
yang dihadapinya, dan juga untuk menganalisa ide-ide atau gagasan yang telah
mereka miliki sebelumnya. Sehingga siswa akan terampil dalam kegiatan
bertanya dan nantinya akan meningkatkan sikap ilmiah siswa. Suprapto (2009)
berdasarkan penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Studi yang
dilakukan di University of Philipine menunjukkan bahwa Pendekatan
ekspositori dan inkuiri secara signifikan berpengaruh dalam mencapai
keterampilan berpikir. Pendekatan inkuiri lebih efektif dalam peningkatan
keterampilan berpikir siswa daripada pendekatan ekspositori (Sudjana, 1996).
Hasil penelitian Tindangen (2007) yang menunjukkan bahwa inkuiri
terbimbing berpengaruh paling baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa dibanding dengan strategi konvensional dan srategi inkuiri
tidak terbimbing.
2. Pengaruh Model Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram terhadap Hasil
Belajar
Berdasarkan keputusan uji maka H1 diterima, hal ini berarti ada
pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap hasil belajar
siswa yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah psikomotor, dan
ranah afektif. Hal tersebut ditunjukkan dari (sig) < 0,05, dan didukung dari
nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa model guided
inquiry disertai fishbone diagram memberikan kontribusi yang baik terhadap
hasil belajar biologi baik ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal tersebut
dikarenakan model guided inquiry disertai fishbone diagram memungkinkan
siswa belajar proses (learning by process), bukan belajar kognitif (learning by
product) sehingga memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik kognitif,
afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Melalui model guided inquiry
disertai fishbone diagram siswa terlibat aktif baik secara fisik dan mental
dalam belajarnya yang menekankan pada keterampilan yang dimiliki siswa
untuk menemukan kosep dari materi yang diajarkan. Penemuan konsep sendiri
akan berdampak pada daya ingat siswa lebih lama dan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang lebih kuat sehingga akan berdampak positif
terhadap hasil belajar siswa. Berikut pembahasan mengenai hasil belajar
biologi dari ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif.
a. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Ranah kognitif (cognitive domain) melibatkan proses yang rasional
dan analitis, serta cara-cara yang dipakai siswa secara aktif dalam proses
mengkonstruksikan makna. Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan
berpikir (Anderson & Krathwohl, 2010:98). Tingkatan dalam ranah kognitif
meliputi: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4),
evaluasi (C5), dan mencipta (C6). Hasil belajar Biologi siswa ranah kognitif
diperoleh dari nilai tes tertulis yang berupa tes objektif bentuk pilihan ganda
(multiple choice).
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh model
guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap hasil belajar ranah
kognitif siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari perhitungan statistik nilai (sig.)
< 0,05. Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar daripada
kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif yaitu 44,00 pada
kelas kontrol dan 60,09 pada kelas eksperimen, dengan selisih rata-rata yaitu
16,09. Hal tersebut dikarenakan pada kelompok eksperimen dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
menggunakan model guided inquiry disertai fishbone diagram, siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran, seperti: merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan,
mengumpulkan dan menganalisis data, kemudian menarik kesimpulan
dalam bentuk fishbone diagram. Sedangkan pada kelompok kontrol
pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional yaitu model
ceramah bervariasi dan eksperimen disertai rangkuman sederhana. Siswa
hanya cenderung mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru
tanpa melibatkan siswa secara keseluruhan. Keterlibatan aktif siswa dalam
pembelajaran melalui penemuan, menjadikan daya ingat siswa menjadi
lebih lama dan penguasaan konsep siswa lebih kuat, sehingga siswa tidak
akan mudah lupa.
Model guided inquiry disertai fishbone diagram diawali dengan
merumuskan masalah berdasarkan wacana yang terdapat pada LKS.
Tahapan merumuskan masalah dapata melatihkan kemampuan berpikir
siswa untuk mengidentifikasi suatu permasalahan yang telah terdapat pada
wacana di LKS. Tahapan ini siswa melatihkan kemampuan kognitif
menginterpretasikan yaitu mengubah suatu bentuk penggambaran ke bentuk
penggambaran yang lain. Awal tahapan ini siswa dibentuk dalam kelompok-
kelompok diskusi secara heterogen. Siswa belajar bekerjasama dengan
kelompok diskusi yang telah ditentukan dari awal sampai akhir
pembelajaran. Pengorganisasian dalam kelompok-kelompok belajar, siswa
akan mampu bekerjasama dan terjadi interaksi antar anggota kelompok
seperti saling bertukar pendapat, saling berbagi pengetahuan dan
menyumbangkan gagasan atau ide-ide untuk menyelesaikan masalah. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Amri dan Ahmadi (2010:114) yang
menyatakan bahwa dalam kegiatan diskusi, siswa akan dapat berinteraksi
dengan anggota kelompok lainnya. Interaksi kelompok akan terjadi proses
membangun dan memberitahukan konsep. Interaksi tersebut memberikan
nilai lebih pada perkembangan kognitif yaitu memungkinkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
memperbaiki pemahaman dan memperkaya pengetahuannya melalui
kegiatan bertanya jawab atau berdiskusi dalam kelompok belajarnya.
Tahapan kedua adalah merumuskan hipotesis, siswa mampu
mengemukakan jawaban sementara atau hipotesis terhadap permasalahan
yang disampaikan pada tahapan perumusan masalah. Hipotesis yang
didapatkan berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki dan pelajari
atau berdasarkan hasil pengamatan terhadap peristiwa di lingkungan sekitar
tempat tinggal siswa. Tahapan merumuskan hipotesis melatihkan
kemampuan kognitif interpretasi dan menarik kesimpulan yaitu
menggambarkan sebuah kesimpulan logis dari informasi yang diberikan,
dalam hal ini adalah peristiwa-peristiwa yang digunakan untuk merumuskan
hipotesis.
Tahapan ketiga adalah merancang percobaan. Siswa dalam
merancang percobaan akan saling mengemukakan gagasan atau ide yang
dimiliki. Rancangan percobaan tersebut adalah langkah-langkah percobaan
yang akan dilakukan dalam percobaan, sehingga percobaan yang dilakukan
sesuai dengan rancangan yang telah dibuat siswa.
Tahapan selanjutnya adalah analisis data, siswa menggunakan
kemampuan kognitifnya untuk mengolah dan menganalisis data yang telah
diperoleh pada tahapan pengumpulan data (percobaan). Siswa menjawab
hipotesisnya berdasarkan analisisnya terhadap data yang telah diperoleh.
Tahapan ini, siswa dapat melatihkan kemampuan kognitif menjelaskan,
membandingkan, dan menarik kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan
data hasil percobaan serta mengimplementasikannya. Hal tersebut didukung
pernyataan Handselsman, et al. dalam Apriyani (2008:65) mengajak siswa
dalam investigasi ilmiah akan membuat mereka menjadi termotivasi dalam
belajar, mengoptimalkan keterampilan analisis, kemampuan menemukan
informasi, meningkatkan semangat ingin tahu, dan kemampuan bertanya.
Investigasi hasil pengamatan juga berperan penting dalam proses kognitif
siswa, dimana siswa akan belajar aktif dan memberi kesempatan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
siswa untuk berpikir sendiri. Dengan melibatkan keaktifan siswa berarti
memberi kesempatan siswa untuk berpikir sendiri, sehingga dapat
mengembangkan ide-ide yang mereka miliki. Pembelajaran yang melibatkan
siswa aktif dalam pembelajaran pengetahuan yang mereka dapat bertahan
lama dalam ingatan mereka, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan
dapat meningkatkan daya nalar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Tahapan terakhir yaitu membuat kesimpulan, siswa membuat
kesimpulan berdasarkan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan dan
relevan dengan materi yang diajarkan. Tahapan membuat kesimpulan ini
menggunakan fishbone diagram. Kesimpulan menggunakan diagram tulang
ikan siswa akan menghasilkan penemuan sendiri secara aktif dalam
kelompok melalui urun pendapat (brainstorming), sehingga siswa dapat
terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah, belajar dapat lebih bermakna,
selain itu siswa dapat lebih sistematis dalam proses berpikir dan masih
mempermudah siswa dalam pengorganisasian materi, sehingga catatan
materi siswa lebih sistematis dan jelas. Hal tersebut mengakibatkan lebih
optimalnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi biologi yang
diajarkan. Keterampilan dalam mengkomunikasikan terlihat pada saat siswa
mempresentasikan hasil rancangan percobaan dan kesimpulan dalam
bentuk fishbone diagram. Siswa juga bertanggung jawab dalam
menyampaikan hasil yang disampaikan, mengembangkan kemampuan
untuk menjadi pendengar yang baik, menghargai penjelasan-penjelasan
yang diajukan siswa lain, dan terbuka dan menghargai ide-ide dan
penjelasan-penjelasan yang berbeda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan model guided
inquiry disertai fishbone diagram dapat lebih mengoptimalkan hasil belajar
siswa ranah kognitif. Model guided inquiry disertai fishbone diagram, siswa
akan memecahkan masalah dengan menggunakan kerja ilmiah sehingga
dapat lebih mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa dan pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
konsep materi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Handhika (2010)
berdasarakan penelitiannya menyatakan bahwa penguasaan konsep materi
siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan metode eksperimen lebih baik daripada siswa yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode
demostrasi. Astuti (2009) yang menyatakan bahwa penerapan model
Discovery-Inquiry dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep biologi karena siswa dilibatkan secara aktif dalam
proses penemuan konsep. Senada dengan Julianto (2009) menyatakan
bahwa Metode Discovery-Inquiry dapat meningkatkan pengetahuan siswa
tentang konsep pola hereditas.
b. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik (psychomotor domain) berkenaan dengan
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Fungsi utama
tujuan-tujuan dalam ranah psikomotorik untuk mengembangkan kekuatan
otot dan koordinasi (Jacobsen et al., 2009: 91). Maka hasil belajar biologi
ranah psikomotor yaitu perubahan tingkah laku peserta didik setelah
mengalami proses belajar.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh model
guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap hasil belajar ranah
psikomotorik siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari perhitungan statistik nilai
(sig.) < 0,05. Nilai rata-rata hasil belajar ranah psikomotorik yang diperoleh
dari metode angket yaitu 73,32 pada kelas kontrol dan 81,30 pada kelas
eksperimen, dengan selisih rata-rata yaitu 7,98, sedangkan yang diperoleh
dari metode observasi yaitu 63,50 pada kelas kontrol dan 80,22 pada kelas
eksperimen, dengan selisih rata-rata yaitu 16,72. Hal ini dikarenakan proses
model guided inquiry disertai fishbone diagram melibatkan siswa secara
aktif dan juga menekankan pada keterampilan proses sains. Sehingga, siswa
mampu menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori, dan
sikap ilmiah pada diri siswa yang dapat berpengaruh positif penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
konsep yang dimiliki siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Eggen &
Kauchack dalam Amri & Ahmadi (2010:171) menyatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains, yang menempatkan siswa sebagai subjek
belajar, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student centered
learning). Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan sintaks yang
meliputi: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data,
dan membuat kesimpulan memberikan perhatian besar pada aktivitas aktif
siswa, baik fisik maupun mental dalam proses pembelajaran.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran konvensional dalam penelitian
ini sebatas mendengarkan penjelasan dari guru, meskipun divariasi dengan
diskusi, namun guru masih mendominasi dalam pembelajaran sehingga
belum melibatkan peran aktif siswa secara keseluruhan ketika kegiatan
belajar berlangsung. Kegiatan yang berhubungan dengan gerak anggota
tubuh hanya terdiri dari aktivitas panca indera seperti melihat dan
mendengarkan serta kegiatan percobaan saat di laboratorium. Sedangkan
siswa dengan menggunakan model guided inquiry disertai fishbone diagram
menekankan pada peran aktif dalam proses belajar yang berlangsung, dalam
kegiatan belajar mengajar tidak hanya menekankan tentang apa yang
dipelajari tetapi bagaimana siswa harus belajar.
Keterampilan intelektual dan keterampilan fisik diperlukan dalam
pembelajaran biologi ketika siswa berupaya untuk menerapkan gagasan
mereka pada situasi baru. Keterampilan merumuskan masalah terlihat ketika
siswa merumuskan masalah yang ada dalam wacana pada LKS yang telah
dibagikan. Siswa mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi
pertanyaan-pertanyaan mereka dengan ide-ide dan konsep-konsep ilmiah,
serta hubungan-hubungan kuantitatif yang mengarah pada penyelidikan.
Keterampilan merancang percobaan terlihat ketika siswa
menentukan tujuan, alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
serta merumuskan cara kerja percobaan yang harus ditempuh untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan. Tahapan merancang percobaan
dapat melatihkan kemampuan aspek psikomotorik siswa. selanjutnya, siswa
melakukan percobaan sesuai dengan rancangan percobaan yang telah dibuat.
Siswa mempersiapkan alat dan bahan percobaan, merangkai alat dan bahan
yang akan digunakan dalam percobaan, serta melakukan pengukuran dan
pengamatan.
Keterampilan melakukan percobaan terlihat pada saat siswa
melakukan percobaan berdasarkan rancangan percobaan yang telah mereka
buat. Tahapan ini lebih mengoptimalkan ranah psikomotorik siswa. Tahapan
ini mampu memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dalam kelompoknya
karena dalam kegiatan ini dibutuhkan kerjasama. Kerjasama dalam
kelompok dapat meningkatkan kepekaan dan kepedulian satu dengan yang
lainnya sehingga dapat terbangun kerjasama yang positif serta dapat
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan Trautmann, et al. dalam Efi (2007:488)
mengatakan bahwa penyelidikan bersama meningkatkan motivasi untuk
bekerja lebih keras dan mendorong siswa untuk berpikir kritis dan
mendiskusikan setiap asumsi dan interpretasi yang dimilikinya. Dengan
melakukan interpretasi secara bersama-sama pandangan terhadap suatu
masalah menjadi sama sehingga jika semua kegiatan dilakukan seperti ini
maka secara otomatis semua pengetahunan yang dimiliki oleh siswa
menjadi sama.
Keterampilan interpretasi terlihat saat siswa melakukan investigasi
pengamatan pada objek percobaan. Siswa akan menjelasan berdasarkan apa
yang mereka amati, dan pada saat mereka mengembangkan keterampilan-
keterampilan kognitif, mereka akan dapat membedakan penjelasan dan
penelitian dan mampu menyusun hubungan berdasarkan pada bukti dan
argumen logis. Selain itu, siswa juga terampil dalam membuat kesimpulan
dalam bentuk fishbone diagram. Terampil dalam mengkomunikasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
terlihat pada saat siswa mempresentasikan hasil percobaan dan kesimpulan
dalam bentuk fishbone diagram. Selain mampu mengkomunikasikan dengan
baik, siswa juga mengembangkan kemampuan untuk menjadi pendengar
yang baik dan menghargai penjelasan-penjelasan yang diajukan siswa lain.
Terbuka dan menghargai ide-ide dan penjelasan-penjelasan yang berbeda,
dengan kata lain keterampilan sosial mereka pun akan terlatih pada saat
siswa terlibat dalam keterampilan proses dalam pembelajaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan model guided
inquiry disertai fishbone diagram dapat lebih mengoptimalkan hasil belajar
siswa ranah psikomotorik. Siswa melalukan berbagai kegiatan dalam proses
pembelajaran yang menekankan pada keterampilan-keterampilan yang
dimiliki siswa untuk menemukan dan mengkonstruksikan sendiri konsep-
konsep dari materi yang diajarkan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Hida (2008) yang melakukan penelitian menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa SMA. Dalam
penelitiannya dikemukakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada
aspek kognirif, afektif dan psikomotorik dengan diterapkannya model
inkuiri terbimbing tersebut.
c. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Ranah afektif (affective domain) adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap, minat, perhatian, emosi, penghargaan, proses internalisasi,
dan pembentuk karakteristik diri. Fokus utama ranah afektif adalah
pengembangan sikap-sikap dan nilai-nilai. Penilaian hasil belajar ranah
afektif dalam penelitian ini diperoleh melalui metode angket dan metode
observasi.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh model
guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap hasil belajar ranah afektif
siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari perhitungan statistik nilai (sig.) < 0,05.
Nilai rata-rata hasil belajar afektif yang diperoleh dari metode angket yaitu
73,69 pada kelas kontrol dan 79,141 pada kelas eksperimen, dengan selisih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
rata-rata yaitu 5,451, sedangkan yang diperoleh dari metode observasi yaitu
50,38 pada kelas kontrol dan 68,89 pada kelas eksperimen, dengan selisih
rata-rata yaitu 18,51. Hal tersebut dikarenakan model guided inquiry disertai
fishbone diagram mampu menumbuhkan dan mengembangkan sikap ilmiah
seperti: teliti, tanggung jawab, disiplin, dan kerja sama melalui kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada metode ilmiah. Sejalan dengan
pengembangan keterampilan siswa, sikap ilmiah siswa juga akan ikut
berkembang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amri dan Ahmadi
(2010:108) menyatakan bahwa kegiatan inkuiri mengarahkan siswa pada
pengalaman kongkrit sehingga siswa belajar secara aktif dan sekaligus
mengambangkan keterampilan yang dimiliki. Siswa termotivasi untuk
mengembangkan keterampilan proses sehingga akhirnya dapat
menghasilkan sikap ilmiah seperti: menghargai gagasan orang lain, terbuka
terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, dan kreatif. Sikap ilmiah siswa
dapat tumbuh sejalan dengan proses pembelajaran.
Model guided inquiry disertai fishbone diagram sangat penting
karena dapat megoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa dalam
proses pembelajaran dan juga menumbuhkan kemampuan kerja dan sikap
ilmiah pada diri siswa. Kemampuan kerja dan sikap ilmiah yang
dikembangkan melalui model pembelajaran guided inquiry disertai fishbone
diagram diantaranya adalah: teliti dalam merancang percobaan, dan teliti
dalam melakukan investigasi melalui pengamatan, disiplin dalam
melakukan percobaan, tanggung jawab dalam menyampaikan pendapat
mengenai rancangan percobaan yang dibuat, dan tanggung jawab dalam
menyampaikan pendapat mengenai kesimpulan hasil percobaan dalam
bentuk fishbone diagram, menghargai pendapat teman yang lain,
bekerjasama dalam merancang percobaan, bekerjasama dalam melakukan
percobaan dan bekerjasama dalam kegiatan kelompok lainnya.
Pengorganisasian siswa dalam kelompok akan lebih memotivasi
siswa untuk menemukan kosep dari materi yang diajarkan melalui diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kelompok. Siswa dalam kelompok diskusinya akan saling bekerjasama
maupun sumbang saran (brainstroming) setiap pendapat yang mereka
miliki. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amri dan Ahmadi (2010:114)
menyatakan bahwa pengorganisasian siswa dalam kelompok memberikan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam
membangun pemahaman dan keterampilannya melalui interaksi dengan
lingkungan sosial seperti: teman, guru, dan sumber-sumber belajar lainnya.
Interaksi dengan lingkungan memungkinkan siswa memperbaiki
pemahaman dan memperkaya pengetahuannya melalui kegiatan bertanya
jawab atau berdiskusi dalam kelompok belajarnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan model guided
inquiry disertai fishbone diagram dapat lebih mengoptimalkan hasil belajar
siswa ranah afektif. Siswa termotivasi untuk mengembangkan keterampilan
proses sehingga akhirnya dapat menghasilkan sikap ilmiah. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian Bilgin (2009) menyatakan bahwa siswa dengan
kelompok inkuiri terbimbing yang belajar secara kooperatif mempunyai
pemahaman yang lebih baik terhadap penguasaan konsep materi pelajaran
dan menunjukkan sikap yang positif. Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2010)
berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan berbantuan mulimedia dapat
meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Lailatur (2010) berdasarkan
hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar yang
signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang dibelajarkan dengan
model konvensional. Rata-rata prestasi belajar siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
daripada prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan model
konvensional, dan siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran
dengan menggunakan model inkuiri terbimbing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 96
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh model guided inquiry disertai
fishbone diagram terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap
kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri
1 Ngemplak tahun pelajaran 2011/2012.
2. Ada pengaruh model guided inquiry disertai fishbone diagram terhadap hasil
belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak tahun
pelajaran 2011/2012.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
referensi pada penelitian sejenis mengenai model pembelajaran guided inquiry
disertai fishbone diagram dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar siswa.
2. Implikasi Praktis
a. Siswa
Hasil penelitian secara praktis dapat digunakan siswa sebagai suatu
pengalaman nyata, karena konsep materi yang didapatkan melalui proses
penemuan siswa secara mandiri dan keterlibatan siswa secara aktif baik secara
fisik maupun mental dalam proses pembelajaran, sehingga akan daya ingat
siswa terhadap materi lebih lama dan penguasaan konsep siswa lebih kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
b. Guru
Hasil penelitian secara praktis dapat digunakan sebagai pertimbangan
bagi guru dalam memberikan pembelajaran biologi yaitu dengan
membangkitkan kemampuan berpikir siswa serta menerapkan model
pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa sehingga dapat
mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa terutama kemampuan berpikir
kritis siswa dan pencapaian hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, ranah
psikomotor, dan ranah afektif.
c. Institusi
Hasil penelitian secara praktis dapat digunakan sebagai pertimbangan
bagi institusi sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa, dan pada akhirnya mampu meningkatkan sumber daya
pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.
C. SARAN
1. Guru
a. Guru disarankan menggunakan model guided inquiry disertai fishbone diagram
untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa terutama kemampuan berpikir
kritis terhadap pelajaran biologi sehingga hasil belajar dapat tercapai secara
optimal.
b. Guru disarankan menjelaskan dengan tepat tahapan model guided inquiry
disertai fishbone diagram, khususnya kegiatan guru dan kegiatan siswa pada
setiap tahap pembelajaran agar setiap ahapan dapat berjalan dengan baik.
c. Guru dalam menggunakan model guided inquiry disertai fishbone diagram
disarankan menyiapkan pembelajaran lebih awal sehingga alokasi waktu dapat
berjalan dengan baik.
2. Institusi
a. Perlu adanya perhatian dan pengawasan dalam pelaksanaan pembelajaran
model guided inquiry disertai fishbone diagram, sehingga mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa sekaligus
mampu meningkatkan sumber daya tenaga pengajar untuk menghasilkan
lulusan yang berkualitas.
b. Sekolah disarankan meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga
menghasilkan output yang berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
c. Sekolah disarankan dapat melakukan pengembangan kurikulum sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Peneliti Lain
Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu
diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai penerapan model guided inquiry
disertai fishbone diagram dalam ruang lingkup yang lebih luas serta faktor-faktor
lain yang turut berpengaruh terhadap pembelajaran.