PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

18
JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472 Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 231 PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING BERBASIS KOLABORATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI SUMBER DAYA ALAM DI SD METHODIST 1 MEDAN OLEH: DYAN WULAN SARI HS 1 , AGUS KISTIAN 2 (UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS MEDAN 1 , STKIP BINA BANGSA MEULABOH) ABSTRACT This study aimed to analyze. The Influence of learning model on students science process skill. This study is a quasi-experimental research (quasi experiment). The population of this research is fourth grade students of SD Methodist 1 Medan. The sample in this study selected by purposive random sampling as much as two gradtahun es. Class experiment treated with a inquiry training model based collaborative, the control class treated with direct instruction model. The instrument used consisted of: science process skill test and scientific attitude questionnaire sheet. Data analysis was performed using ANOVA two lanes. The results of this study indicate that: (1) the process of science students that learned Science with learning inquiry training model based collaborative is higher than direct instruction; (2) Science process skill students with high scientific attitudes indicates is higher than low scientific attitudes; and (3) an interaction between the inquiry training model based collaborative and direct instruction with the level of scientific attitudes in influencing student science process skills. The results of this research suggest that the learning model inquiry training based collaborative is a solution to and alternatives for the teachers to improve student science process skills. Keywords: Science Process Skill, Scientific Attitude, Inquiry Training, Creativity, The Natural Resources, Collaborative 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha untukmencerdaskan kehidupan bangsa dan merupakan suatukunci pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa.Pendidikan diyakini akan dapat mendorongmemaksimalkan potensi siswa sebagai calon sumber dayayang handal untuk dapat bersikap kritis, logis,

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 231

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING

BERBASIS KOLABORATIF TERHADAP KETERAMPILAN

PROSES SAINS MATERI SUMBER DAYA ALAM DI SD

METHODIST 1 MEDAN

OLEH:

DYAN WULAN SARI HS1, AGUS KISTIAN2

(UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS MEDAN1, STKIP BINA

BANGSA MEULABOH)

ABSTRACT

This study aimed to analyze. The Influence of learning model on students

science process skill. This study is a quasi-experimental research (quasi

experiment). The population of this research is fourth grade students of SD

Methodist 1 Medan. The sample in this study selected by purposive random

sampling as much as two gradtahun es. Class experiment treated with a inquiry

training model based collaborative, the control class treated with direct instruction

model. The instrument used consisted of: science process skill test and scientific

attitude questionnaire sheet. Data analysis was performed using ANOVA two

lanes. The results of this study indicate that: (1) the process of science students

that learned Science with learning inquiry training model based collaborative is

higher than direct instruction; (2) Science process skill students with high

scientific attitudes indicates is higher than low scientific attitudes; and (3) an

interaction between the inquiry training model based collaborative and direct

instruction with the level of scientific attitudes in influencing student science

process skills. The results of this research suggest that the learning model inquiry

training based collaborative is a solution to and alternatives for the teachers to

improve student science process skills.

Keywords: Science Process Skill, Scientific Attitude, Inquiry Training,

Creativity, The Natural Resources, Collaborative

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha untukmencerdaskan kehidupan

bangsa dan merupakan suatukunci pokok untuk mencapai cita-cita suatu

bangsa.Pendidikan diyakini akan dapat mendorongmemaksimalkan potensi siswa

sebagai calon sumber dayayang handal untuk dapat bersikap kritis, logis,

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 232

daninovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiappermasalahan yang

dihadapi. Pendidikan menuntutadanya perbaikan yang terus menerus. Pendidikan

tidakhanya ditekankan pada penguasaan materi, tetapi jugaditekankan pada

penguasaan keterampilan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di

masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi nurani

maupun potensi kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, program pendidikan

dan pembelajaran saat ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada

individu peserta didik. Amri (2010) mengemukakan bahwa “Pendidikan tidak

mengharapkan muncul manusia-manusia yang menjadi terasing dari lingkungan

masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti

dan mampu membangun kehidupan masyarakatnya”. Oleh karena itu tujuan, isi,

maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,

karakteristik kekayaan dan perkembangan yang ada di masyarakat.

Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan tersebut adalah

mengubahkan paradigma pendidikan khususnya di Sekolah Dasar (SD) dari

pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ke arah pembelajaran

yang berpusat pada siswa (student centered). Hal ini menuntut setiap guru untuk

lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran, sehingga memungkinkan

siswa dapat berprestasi melalui kegiatan-kegiatan nyata yang menyenangkan dan

mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Dalam proses

pembelajaran setiap guru senantiasa mengharapkan agar siswanya dapat

memahami konsep dari materi yang diajarkan serta mencapai hasil belajar yang

sebaik-baiknya.

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 233

Pendidikan IPA (sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang

digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Departemen

Pendidikan Nasional (2003) menyebutkan bahwa pendidikan sains tersebut tidak

hanya terdiri dari fakta,konsep,teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas

kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam

mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. Dengan demikian, tuntutan

untuk terus-menerus memutahirkan sains menjadi suatu keharusan. Peranan

pendidikan IPA (sains) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam

sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan

“berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk mengetahui alam labih dalam.

Dalam membelajarkan mata pelajaran Sains di Sekolah Dasar (SD)

tentunya akan menjadi suatu hal yang sangat menarik, mengingat bahwa usia

Sekolah Dasar merupakan masa yang penting bagi anak dalam membentuk

pengetahuan dasarnya melalui pengalaman yang dialaminya baik di sekolah

maupun di lingkungan tempat tinggalnya, artinya sangatlah penting untuk

menanamkan dasar-dasar keilmuan dengan sangat baik dan bermakna guna

memperoleh pondasi yang kuat dalam menguasai materi pelajaran. Mata Pelajaran

Sains di SD jika disajikan dengan model pembelajaran yang tidak tepat maka

tentunya akan menjadi kendala bagi siswa dalam mengembangkan pengetahuan

yang dimilikinya.

Fakta yang diperoleh di lapangan tidak sesuai dengan harapan, dimana

pembelajaran IPA yang diterapkan belum menggunakan model pembelajaran

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 234

yang tepat dalam membelajarkannya, beberapa diantaranya hanya dibelajarkan

dengan metode tradisional yang berpusat pada guru, dan didominasi oleh mencatat

dan pengerjaan soal latihan atau sering disebut dengan Direct Instruction (DI).

Siswa membutuhkan guru yang tidak lagi menggunakan modeldirect

instruction. Dimana guru IPA yang khususnya mengajar di tingkat SD sudah

saatnya merancang suatu pendekatan yang dapat menciptakan suasana belajar

yang mampu meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Azizah&Parmin (2012) bahwa siswa diberikan kesempatan lebih aktif

dalam menggali dan mengkontruksi pengetahuannya melalui lingkungan sekitar.

Dibutuhkan suatu pembelajaran yang tidak lagi menggunakan model

direct instruction. Dimana guru IPA khusunya untuk guru SD harus dituntut

dalam merancang suatu model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana

belajar yang mampu meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Azizah&Parmin (2012) bahwa peserta didik diberikan

kesempatan lebih aktif dalam menggali dan mengkonstruksi pengetahuannya

melalui lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil observasi peneliti awal juga sekitar

80% siswa kelas IV mengalami kesulitan belajar IPA. Hal ini terlihat bahwa

ketuntasan yang dicapai siswa pada semester I belum mencapai standar ketuntasan

belajar minal yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65, sementara nilai yang dicapai

oleh siswa berkisar antara 50 sampai dengan 60. Rendahnya pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran diduga disebabkan oleh kegiatan pembelajaran selama

ini, siswa hanya bertindak pasif menerima informasi tanpa mengalaminya sendiri,

siswa kurang aktif bertanya. Ketika guru menjelaskan materi yang diajarkan,

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 235

bertanya kepada siswa siapa yang ingin mengajukan pertanyaan terkait materi

yang diberikan oleh guru tersebut, ternyata siswa kurang merespon, siswa

cenderung hanya memperhatikan guru menjelaskan, namun enggan untuk

bertanya. Hal ini mengindikasi bahwa kemampuan meneliti siswa masih relatif

rendah. Karena siswa belum aktif bertanya mengenai materi yang disampaikan

guru. Bertanya merupakan salah satu komponen keterampilan dalam meneliti.

Selain itu, siswa juga menganggap mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang

sulit untuk dimengerti karena banyak hal-hal yang tidak bisa dilihat secara

langsung. Pembelajaran juga masih bersifat ekspositori maksudnya guru

menjelaskan terhadap materi kepada siswa tanpa ada proses dalam memahami

suatu konsep. Selain itu terlihat juga siswa belajar lebih individual maksudnya

siswa yang memiliki prestasi tidak mau membantu temannya dan siswa yang

kurang faham merasa malu untuk bertanya kepada yang lebih faham. Belajar

berkolaboratif memiliki manfaat karena siswa menjadi lebih paham dengan

bahasa sederhana dan tanpa ada batasan.Kolaboratif merupakan pengajaran

bekerja secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memastikan

bahwa semua siswa menguasai materi yang diberikan Johnson (2010).

Selain itu, ditemukan pula bahwa selama ini guru belum pernah

memperhatikan keterampilan proses sains dan jarang melaksanakan kegiatan

praktikum sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal. Oleh karena itu, suatu

pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Keterampilan Proses Sains (KPS) dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan

pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 236

bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya ialah

ada dalam diri siswa.

Salah satu solusi upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi

masalah-masalah di atas adalah merancang suatu kegiatan pembelajaran yang

berbasis penemuan atau inquiry. Menurut Gormally, et.al (2009) bahwa melalui

penerapan model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan kemampuan

meneliti siswa dan merubah cara belajar siswa yang cenderung kurang aktif dan

jarang bertanya. Menurut Vaishnav (2013) bahwa model pembelajaran inquiry

trainingjuga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

Penguasaaan dalam membelajarkan IPA akan berhasil jika siswa

menyusun sendiri konsep yang mereka butuhkan. Implementasi inquiry training

lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, dan juga hasil

belajar siswa, dibandingkan model pembelajaran Direct Instruction. Hal ini

karena model pembelajaran inquiry training melibatkan siswa secara aktif

menemukan ilmu pengetahuan sendiri. Hal ini didukung oleh teori Suchman

(dalam Joyce and Weil, 2011) dimana tujuan umum model pembelajaran inquiry

training adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan

keterampilan untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban

yang terpendam dari rasa ingin tahu siswa. Temuan penelitian ini sejalan dengan

penelitianyang dilakukan oleh Vaishnav (2013) bahwamodel inquiry training

secara signifikan efektif dalampeningkatan hasil belajar kognitif dan afektif

sertamengkontribusi sikap peserta didik dibandingkanpendekatan konvensional.

Selain itu, Pandey (2011)berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 237

menggunakan model pembelajaran inquiry training lebihefektif dibandingkan

pembelajaran menggunakankonvensional dilihat dari hasil belajar akademik

siswa.

Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari latar belakang masalah adalah:

1. Pembelajaran masih bersifat teachercentered.

2. Keterampilan Proses Sains belum diterapkan oleh guru

3. Sikap Ilmiah siswa pada pelajaran IPA masih rendah.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka perlu dilakukan pembatasan

masalah yang dirincikan sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model Inquiry Training

berbasis kolaboratif.

2. Sikap Ilmiah dilihat pada kemampuan sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah

rendah.

3. Hasil belajar yang akan diukur adalah keterampilan proses sains siswa

Kelas IV SD.

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dirumuskan permasalahan pada

penelitian ini, yaitu:Apakah keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan

dengan modelpembelajaran Inquiry Trainingberbasis kolaboratiflebih tinggi

daripada siswa yang dibelajarkan dengan modelDirect Instruction?

Tujuan Penelitian

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 238

Berdarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk

mengetahui:Pengaruh model pembelajaran Inquiry Trainingberbasis kolaboratif

dan model Direct Instructionterhadap keterampilan proses sains.

2. METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Methodist 1 Medan.

Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:80-81) dalam bukunya mengemukakan bahwa

“populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa SD Methodist 1 Medan. Sampel dalam penelitian ini diambil secara

purposive sampling.

Dengan demikian, sampel pada penelitian ini berjumlahkan 60 orang siswa

yang terdistribusi pada dua kelas yaitu kelas IV-A dan IV-B. Setelah dilakukan

pengacakan maka terpilih kelas IV-A sebagai kelas eksperimen yang diajarkan

dengan model pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif dengan jumlah

siswa 30 orang, dan kelas IV-B sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan

model pembelajaran Direct Instructiondengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.

Variabel Penelitian

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 239

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu variabel

bebas, variabel moderator dan variabel terikat. Sugiyono (2013:61-62) dalam

bukunya mengemukakan bahwa:

Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan

dependen.

Adapun yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah model

pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif dan model pembelajaran

Direct Instruction.Variabel moderator pada penelitian ini adalah Sikap Ilmiah.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah keterampilan proses sains.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes keterampilan proses sains (KPS), angket

sikap ilmiah, dan lembar observasi kegiatan kolaboratif siswa.

Tes Keterampilan Proses Sains

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains

dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes disusun dalam bentuk pilihan berganda

yang terdiri dari 11 indikator keterampilan proses sains, meliputi: (1) mengamati;

(2) mengelompokkan; (3) menafsirkan; (4) meramalkan; (5) melakukan

komunikasi; (6) mengajukan pertanyaan; (7) mengajukan hipotesis;

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 240

(8)merencanakan percobaan; (9) menggunakan alat; (10) menerapkan konsep; dan

(11) melaksanakan percobaan.

Teknik Analisis Data

Uji Normalitas Data

Uji normalitas dimaksudkan untuk menetukan normal atau tidaknya

distribusi data penelitian, artinya apakah penyebarannya dan populasi bersifat

normal. Untuk uji normalitas menggunakan SPSS 22.0 dengan uji Kholmogrov

Smirnov, data dilakukan berdistribusi normal apabila nilai probability signifikan

(2-sisi) > taraf signifikansi 5%.

Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran data

dalam populasi bersifat homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dengan uji

Ffactorial (factorial F-test), dinyatakan data bersifat homogen apabila nilai

probabilitas signifikan (2-sisi) > taraf signifikanisasi 0,05.

Uji Hipotesis Statistik

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis

varians(univariate analysis of variance) dengan bantuan SPSS 16.0 for

windows.Kriteria Hipotesis yaitu apabila probabilitas signifikan < 0,05 maka H0

ditolak

Ho : μA1 ≤ μA2

Ha : μA1 > μA2

Keterangan :

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 241

Ho : μA1 ≤ μA2 :keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif lebih rendah daripada

siswa yang dibelajarkan dengan modelDirect Instruction.

Ha : μA1 > μA2 : keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif lebih tinggi daripada

siswa yang dibelajarkan dengan modelDirect Instruction.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Keterampilan Proses SainsSiswa

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, meliputi keterampilan proses sains

siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta data sikap ilmiah siswa pada

mata pelajaran IPA materi sumber daya alam di kelas IV SD Methodist 1 Medan.

Data hasil pretes kelas ekperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Inquiry Training berbasis Kolaboratif dan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran Direct Instruction.

Tabel Nilai Pretes Keterampilan Proses Sains

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Skor Frekuensi Frekuensi

Relatif (%) Skor Frekuensi

Frekuensi

Relatif

(%)

10 – 19 1 3,3 10 – 19 0 0

20 – 29 9 30,0 20 – 29 14 46,7

30 – 39 3 10,0 30 – 39 4 13,3

40 – 49 6 20,0 40 – 49 6 20,0

50 – 59 10 33,3 50 – 59 5 16,7

60 – 69 1 3,3 60 – 69 1 3,3

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 242

Total 30 100 Total 30 100

Rata-rata 39,70 Rata-rata 37,12

Dari Tabel diatas, dapat dilihat bahwa pengetahuan awal siswa terhadap

materi sumber daya alam hampir sama, diketahui bahwa rata-rata nilai hasil pretes

kelas eksperimen adalah 39,70dan rata-rata hasil pretes kelas kontrol sebesar

37,12.

Selanjutnya kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu

kelompok eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training

berbasis Kolaboratif,sedangkan kelompok kontrol dibelajarkan dengan model

pembelajaran Direct Instruction. Pada pertemuan akhir pembelajaran diberikan

postes untuk mengetahui hasil keterampilan proses sainsnya. Adapun hasil postes

yang dimaksud disajikan pada Tabel berikut ini:

Tabel Nilai Postes Keterampilan Proses Sains

Skor

Terendah

Skor

Tertinggi

Jumlah

Skor

Rata-rata

Skor

Simpangan

Baku Varians

Eksperimen 36,0 95,0 2417,0 80,567 12,212 149,151

Kontrol 32,0 91,0 1919,0 63,967 15,953 254,516

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen yang

dibelajarkan dengan model pembelajaranInquiry Training berbasis kolaboratif

memperoleh rata-rata hasil postesnya sebesar 80,567dengan simpangan

baku12,2127, sementara kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran Direct Instructionmemperoleh rata-rata hasil postesnya sebesar

63,967dengan simpangan baku sebesar 15,9536. Oleh karena itu, maka dapat

disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan proses sainssiswa kelas eksperimen

lebih tinggi dibanding rata-rata keterampilan proses sains kelas kontrol.

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 243

Berdasarkan hasil pretes dan postes dapat diketahui tingkat pemahaman

siswa tentang materi sumber daya alam dengan menghitung gain

ternormalisasinya.Deskripsi data gain kedua kelompok disajikan pada Tabel

berikut ini.

Tabel Data Gain KPS Berdasarkan Model Pembelajaran

Skor

Terendah

Skor

Tertinggi

Jumlah

Skor

Rata-rata

Skor

Simpangan

Baku Varians

Eksperimen 0,22 0,93 20,74 0,691 0,166 0,028

Kontrol 0,00 1,00 17,42 0,580 0,291 0,085

Tabel diatas menunjukkan bahwa gain (tingkat pemahaman) siswa pada

materi sumber daya alamuntuk kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata sebesar

0,691 (kategori sedang) dengan simpangan baku 0,028, sedangkan kelas kontrol

diperoleh rata-rata gain sebesar 0,58 (kategori sedang) dengan simpangan baku

0,085. Persentase tingkat pemahaman siswa berdasarkan model pembelajaran

disajikan pada Tabel dibawah ini.

Tabel Persentase Tingkat KPS Berdasarkan Model Pembelajaran

Gain

Inquiry Training

berbasis Kolaboratif Direct Instruction

Kategori

F % F %

g < 0,3 1 3 3 10 Rendah

0,3 < g ≤ 0,7 15 50 15 50 Sedang

g > 0,7 14 47 12 40 Tinggi

Jumlah 30 100 30 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada kelompok siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif terdapat 1

orang atau 3% siswa yang tergolong memiliki tingkat pemahaman rendah, 15

orang atau 50%siswayangmemiliki tingkatpemahaman sedang, dan 14 orang atau

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 244

47%siswayangmemiliki tingkatpemahaman tinggi. Sementara itu pada kelompok

siswa yang dibelajarkan dengan model Direct Istructionterdapat 3 orang atau 10%

siswa yang memiliki tingkat pemahaman rendah, 15 orang atau 50% siswa yang

tergolong memiliki tingkat pemahaman sedang dan 12 orang atau 40% siswa yang

memiliki tingkat pemahaman tinggi.

Selanjutnya Data hasil penelitian dapat dianalisis dengan uji parametrik,

maka perlu dilakukan beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas untuk melihat

sebaran data keterampilan proses sains siswa berdistribusi normal atau tidak

danuji homogenitas untuk melihat varians dari kedua kelompok homogen atau

tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas dan homogenitas dilakukan dengan

bantuan SPSS 22.0.

Uji Normalitas Data

Uji normalitas distribusi sampel dilakukan dengan teknik KolmogorovData

dinyatakan berdistribusi normal jika probabilitas atau sig.> 0,05. Hasil

perhitungan dengan formula Kolmogorovdengan bantuan SPSS 22.0dapat dilihat

pada Tabel berikut :

Tabel Hasil Uji Normalitas Data

Kelas Kolmogorov-Smirnova

Statistik Df Sig.

eksperimen 0,181 30 0,130

kontrol 0,257 30 0,220

Tabel diatas menunjukkan bahwa data nilai signifikansi Kolmogorofuntuk

data preteskelas eksperimen 0,130 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 245

H0 diterima, dan data nilai signifikansi Kolmogorofuntuk data preteskelas kontrol

0,220 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga H0 diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa data pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki

sebaran data yang berdistribusi normal.

UjiHomogenitas Data

Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan teknik Levene

Test atau Uji F dengan bantuan SPSS 22.0 Pengujian homogenitas dilakukan pada

data pretes. Data dinyatakanmemiliki varian yang sama (homogen) jika nilaisig>

0,05. Hasil pengujian data disajikan pada Tabel berikut.

Tabel Hasil Uji Homogenitas Data

Levene Statistic df1 df2 Sig.

0,011 1 58 ,917

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai uji Levene test (Fhitung) adalah

0,011 dengan signifikansi 0,917 (Ftabel= 0,675, α = 0,05) . Data ini menunjukkan

bahwa daripengujian homogenitas varians diperoleh Fhitung (0,011) <

Ftabel(0,675) serta nilai signifikansi 0,917> 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa varians kedua kelompok sampel homogen.

4. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan proses sains siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Trainingberbasis kolaboratif

lebih tinggi daripada keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 246

modelDirect Instructiondi SD Methodist 1 Medan. Hal tersebut bukan hanya

berdasarkan hasil uji hipotesis pertama dan berdasarkan analisis skor keterampilan

proses sains tetapi juga berdasarkan pada perbedaan fase pembelajaran,

bahwafase-fase model pembelajaran Inquiry Training menciptakan kegiatan

ilmiah dalam memperoleh pengetahuan sehingga terlatihlah keterampilan proses

sains siswa, sedangkan fase-fase model pembelajaran hanya melatih kognitif

siswa. Fase-fase model pembelajaran Inquiry Trainingyaitu: (1) menghadapkan

pada masalah; (2) pengumpulan data; (3) mengolah atau memformulasikan suatu

penjelasan; dan (4) analisis proses penelitian. Fase-fase model pembelajaran

Direct Instructionyaitu: (1) orientasi pembelajaran; (2) penyajian materi;

(3)latihan terstruktur; (4) membimbing pelatihan; dan (5) latihan mandiri.

Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses

sains siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi lebih tinggi daripada sikap

ilmiah rendah. Hal tersebut juga bukan hanya berdasarkan hasil uji hipotesis

kedua dan analisis skor keterampilan proses sains tetapi juga berdasarkan tingkat

sikap ilmiah itu sendiri. Sikap ilmiah sangat berkaitan dengan keterampilan proses

sains, jika sikap ilmiah tinggi maka keterampilan proses sains siswa juga akan

tinggi, begitu sebaliknya sehingga keterampilan proses sains yang mempunyai

sikap ilmiah tinggi lebih baik daripada sikap ilmiah rendah.

Kesimpulan terakhir yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa terdapat

interaksi antara model pembelajaran Inquiry Trainingberbasis kolaboratif dan

Direct Instructiondengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam memengaruhi

keterampilan proses sains siswa. Bahkan dari hasil uji lanjutan yaitu uji scheffe

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 247

diperoleh bahwa interaksi yang paling kuat dalam mempengaruhi keterampilan

proses sains adalah model pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif

dengan sikap ilmiah tinggi. Hal tersebut bukan hanya berdasarkan rerata

perbedaan pada uji scheffe tetapi juga karena langkah-langkah model

pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif yang lebih sesuai dengan

keterampilan proses sains siswa dan didukung juga dengan sikap ilmiah yang

tinggi sehingga interaksi ketiganya menjadi sangat kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, A. Parmin.2012. Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan

Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal. USEJ 1 (1): 1-11

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia

EdisiKetiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Gormally, C., Brickmann, P., B., & Armstorng, N. Effects of Inquiry-based

Learning on Students’ Science Literacy Skliis and Confidence.

International Journal for The Scholarship of Teaching and Learning. Vol

3 No 2: 1-21

Joyce., Weil. 2011. Models Of Teaching, Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Halimatus. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantukan Hand

Out dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Siswa Berbasis KPS. Jurnal

Pendidikan Fisika. Vol. 3 (3) : 33-39.

Johnson,D.2010. Coborative Learning. Bandung: Nusa Media.

Instrani,P. I. 2015. Ensiklopedi Pendidikan Jilid I. Medan: Media Persada.

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung.

Purwanto, 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.

Bandung. Alfabeta.

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRYTRAINING …

JURNAL ILMIAH AQUINAS p-ISSN: 2615-7683 e-ISSN: 2714-6472

Volume: III No. 2 Juli 2020 JURNAL ILMIAH AQUINAS Terbit Juli dan Januari Setiap Tahunnya 248

Trianto. 2008. Mendesain Model pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Group.

Vaishnav, R. 2013. Effectiveness of Inquiry Training for Teaching

Science.Scholary Research Journal for Interdisiplinary Studies. Vol.1, pp:

1216-1220.