perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id...

155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN GURU KARYA SALMAN FARIS TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh Syahrizal Akbar S841108032 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM

NOVEL TUAN GURU KARYA SALMAN FARIS

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

Syahrizal Akbar S841108032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTO

Matahari dan bulan muncul pada waktunya masing-masing

Waktu yang tepat tak menunggu siapa pun.

Waktu yang tepat sulit diperoleh, namun mudah dilewatkan.

Itulah sebabnya orang bijak menghargai waktu yang sedikit daripada sepotong permata.

(Liu An dalam Huainanzi)

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku; Abubakar, S.Pd. dan Rohana, S.Pd. yang selalu

mencurahkan kasih sayang , doa, dan bantuan materil serta nonmateril.

2. Kakanda Heri Setiawan Putra, S.Pd. dan adikku Ikrimatul Ismi yang selalu

memanjatkan doa dan memberikan dukungan.

3. Seluruh keluarga besar H. Karim Khalik dan H. Zakaria Maman, Paman,

Bibi, serta sepupu-sepupuku yang memberikan motivasi.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya. Atas ridha dan karunia-Nya tesis ini dapat saya

selesaikan. Dalam penyelesaian tesis ini, saya memperoleh bantuan dari berbagai

pihak. Karena itu, pada kesempatan ini dengan tulus saya menyampaikan ucapan

terima kasih kepada semua pihak berikut ini.

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret, yang

telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada

peneliti untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret.

3. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan arahan dan petunjuk hingga selesainya tesis ini.

4. Prof. Dr. Andayani, M.Pd. sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia sekaligus selaku pembimbing II yang berkenan meluangkan waktu

untuk membimbing dan memberikan arahan dengan penuh kesabaran,

ketekunan, dan ketelitiannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan dengan

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

penuh kesabaran, ketekunan, dan ketelitiannya, sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pragram Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peneliti sehingga

dapat menjadi bekal untuk penyusunan tesis.

7. Orang tua, kakak, dan adik yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan materil maupun non materil kepada peneliti.

8. Khusus kepada Trisnawati Hutagalung, M. Pd. yang selalu memotivasi dan

membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

9. Rekan terdahulu yang memberikan arahan dan motivasi kepada peneliti; Pak

Dokter Budi, Kurnia Taufik, Bli Made Sutaryawan, Gede Prapta Cahya, Bayu

‘Bondol’, dan Ade Asih Susiaritantri.

10. Rekan serantau; Pak Dewa, Kamajaya ‘Kabhet’, Eka ‘Sukrok’, Yudi

‘Bracuk’, Yadi, Fili, Fahmi, Kak Rima, Agnes, Yuvita Eri, Luh Eka, Nia,

adinda Hespy ‘Pepy’, serta Khalid-Rafi yang memberikan doa serta motivasi

dalam penyelesaian tesis ini.

11. Bunda Netty Yuniarti, Bunda Fitriani, Bunda Rini Agustina, Bunda Herlina,

Joko Purwanto, M. Jaelani Alpansori, Apri Kartika, Dian Ratna, Miranti

Sudarmaji, Nur Irfansyah, Anang Sudigdo merupakan teman seperjuangan

dalam menuntut ilmu dan saling memotivasi.

12. Seluruh staf administrasi pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret yang telah memberikan fasilitas untuk kelancaran studi penulis.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan, dan kiranya Tesis ini

memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti dalam perkembangan ilmu

pengetahuan.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................

PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………...................

PENGESAHAN PENGUJI……………………………………..................

SURAT PERNYATAAN ………………………………………………….

MOTO............................................................................................................

PERSEMBAHAN..........................................................................................

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….

ABSTRAK …………………………………………………………………

ABSTRACT…………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………

A. Latar Belakang ……………………………………………………...

B. Rumusan Masalah …………………………………………………..

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………...

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….

BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA BERFIKIR ………………………………………………...

A. Landasan Teori ……………………………………………………...

1. Hakikat Kajian Sosisologi Sastra ……………..…………...........

a. Pengertian Sosiologi Sastra …………………………………

b. Perspektif Sosiologi Sastra …………………………………

c. Sasaran Penelitian Sosiologi Sastra ………………………...

2. Hakikat Novel ………………………………..…………………

a. Pengertian Sastra …………………………………………..

b. Pengertian Novel ……………………………………………

3. Hakikat Nilai Pendidikan dalam Novel ………………………...

a. Pengertian Nilai Pendidikan dalam Novel ………………….

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

x

xiii

xiv

1

1

4

5

5

7

7

7

7

11

12

16

16

19

22

22

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

b. Jenis-jenis Nilai Pendidikan dalam Novel ………………….

4. Sastra dalam Konteks Sosiobudaya …………………………….

5. Pandangan Masyarakat Lombok terhadap Eksistensi

Tuan Guru ………………………………………………………

B. Penelitian yang Relevan ………………………………………….....

C. Kerangka Berpikir …………………………………………………..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….

A. Setting Penelitian …………………………………………………...

B. Rancangan Penelitian ……………………………………………....

C. Metode Penelitian …………………………………………………..

D. Bentuk dan Strategi Penelitian ……………………………………..

E. Data dan Sumber Data ……………………………………………...

F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….

G. Validitas Data ……………………………………………………….

H. Teknik Analisis Data ………………………………………………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………...

4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………………..

1. Pandangan Dunia Pengarang terhadap Eksistensi Tuan Guru dalam

Novel Tuan Guru ………………………………………………………..

2. Latar Belakang Sosial-Budaya Masyarakat dalam Novel Tuan Guru……

a. Adat dan Kepercayaan ……………………………………………..

b. Pekerjaan ……………………………………………………………

c. Pendidikan …………………………………………………………..

d. Agama ……………………………………………………………...

e. Tempat Tinggal …………………………………………………….

f. Bahasa ………………………………………………………………

g. Suku ………………………………………………………………...

3. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Tuan Guru ………………………..

a. Nilai Pendidikan Sosial …………………………………………….

b. Nilai Pendidikan Moral ……………………………………………..

c. Nilai Pendidikan Budaya …………………………………………...

24

29

31

35

36

39

39

40

41

41

42

42

43

43

45

45

45

51

51

56

58

60

61

65

66

67

67

72

76

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

d. Nilai Pendidikan Agama ……………………………………………

e. Nilai Pendidikan Ekonomi ………………………………………….

f. Nilai Pendidikan Politik …………………………………………….

g. Nilai Pendidikan Historis …………………………………………..

4.2 Pembahasan ……………………………………………………………

1. Pandangan Dunia Pengarang terhadap Eksistensi Tuan Guru dalam

Novel Tuan Guru ………………………………………………………..

2. Latar Belakang Sosial-Budaya Masyarakat dalam Novel Tuan Guru …...

3. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Tuan Guru ………………………..

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ……………………………………………………………

B. Implikasi ……………………………………………………………

C. Saran ………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………

LAMPIRAN

79

82

84

86

90

90

93

102

119

126

128

130

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SYAHRIZAL AKBAR. NIM: S841108032. 2012. Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan dalam Novel “Tuan Guru” Karya Salman Faris. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. II: Prof. Dr. Andayani, M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pandangan dunia pengarang mengenai eksistensi Tuan Guru, latar belakang sosial budaya masyarakat, dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi. Metode ini digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Dokumen dalam penelitian ini adalah novel Tuan Guru karya Salman Faris. Tahapan analisis dokumen dimulai dari tahap pembacaan, pencatatan dokumen, hingga analisis dokumen. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori. Teknik analisis data yang digunakan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Lombok, khususnya Lombok Timur berdasarkan kacamata Salman Faris menganggap bahwa tuan guru merupakan sosok yang mampu memberikan garansi masuk surga, doa yang dipanjatkan tuan guru lebih cepat diijabah oleh Allah dibandingkan manusia lainnya dan masyarakat tidak memandang ada cela sedikit pun dari sosok tuan guru. Latar belakang sosial budaya masyarakat mencakup adat dan kepercayaan, pekerjaan, pendidikan, agama, tempat tinggal, bahasa, dan suku. Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung adalah pendidikan sosial, moral, budaya, agama, ekonomi, politik, dan historis. Kata Kunci: novel, content analysis, sosiologi sastra, dan nilai pendidikan.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

SYAHRIZAL AKBAR. NIM: S841108032. 2012. Sociological Literature and Educational Value Investigation in Novel Entitled “Tuan Guru” by Salman Faris. THESIS. Advisor I: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. II: Prof. Dr. Andayani, M.Pd. Indonesian Education Study Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University.

ABSTRACT

This research aims are describe and explain the writer’s point of view by the existence of Tuan Guru, society’s socio-cultural background, and educational values involved in the novel entitled Tuan Guru by Salman Faris.

This research method is descriptive qualitative research by using content analysis. This method is used to research the content of a document. The document of this research is novel entitled Tuan Guru written by Salman Faris. The document analyzing phases are started from reading phase, document recording, up to document analysis. Data validity that is used in this research is theoretical triangulation. Analysing data technique which is used involves data colection, data reduction, data presentation, and conclusion.

The result of this research points out that the majority of Lombok society, especially Eastern Lombok in Salman Faris’ point of view, considers that Tuan Guru is a figure that could give a guarantee to reach the Heaven, the prayer which is uttered by Tuan Guru would be granted by God quicker than any other people, and the society does not see any single flaw from the figure of Tuan Guru. The socio-cultural background of the society includes custom and belief, occupation, religious educational, place of living, language, and ethnicity. In addition, the included educational values are social, moral, cultural, religious, economic, politic, and historical education.

Keywords: novel, content analysis, sociological literature, and educational value

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan sebuah replika realitas kehidupan yang

ditampilkan pengarang dengan bantuan daya imajinasinya. Karya sastra dianggap

sebagai cermin kehidupan yang mengalir di tengah-tengah masyarakat. Hal ini

mengingat bahwa sebuah karya sastra tidak akan pernah lahir dari kekosongan

sosial budaya yang terjadi dalam siklus kehidupan suatu masyarakat.

Fenomena-fenomena yang diangkat oleh seorang sastrawan dalam karya

sastra meliputi hampir segala aspek kehidupan yang dialami oleh masyarakat. Hal

tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Waluyo (2002: 51) yang

menyatakan bahwa latar belakang yang ditampilkan meliputi: tata cara kehidupan,

adat-istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, dalam cara berpikir, cara

memandang sesuatu, dan sebagainya.

Ramuan antara realitas kehidupan yang terjadi di tengah masyarakat

dengan daya imajinasi pengarang menghasilkan sebuah rentetan kisah kehidupan

yang terlihat nyata walaupun unsur fiktif yang dibubuhkan oleh pengarang

terkadang seimbang bahkan lebih dari kenyataan yang dilukiskan. Namun,

pemilihan unsur fiktif yang memang masuk akal membuat sebuah karya sastra

memiliki nilai tinggi baik sebagai teladan maupun refleksi kehidupan.

Dengan membaca sebuah karya sastra, pembaca akan mendapat gambaran

tentang keadaan sebuah tempat yang dilukiskan dalam karya sastra, baik tentang

1

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

masyarakatnya maupun kondisi tempat yang dilukiskan dalam sebuah karya

sastra.

Novel sebagai salah satu jenis karya satra menampilkan sebuah dunia yang

mengemas model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun

melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan

penokohan), latar, sudut pandang, dan sebagainya yang kesemuanya juga bersifat

imajinatif (Nurgiyantoro, 2007: 4). Novel belakangan ini banyak diminati karena

mengangkat tema-tema yang dekat dengan pembaca, juga tak luput dari unsur

ekstrinsik di samping unsur intrinsik yang memang saling bersinergi untuk

menciptakan kesatuan cerita yang padu.

Penentuan novel Tuan Guru karya Salman Faris sebagai objek yang dikaji

dalam penelitian ini karena novel tersebut menguak tentang kehidupan religius

dan sosial budaya masyarakat Lombok, khususnya Lombok Timur. Salman Faris

berani mengupas sisi kehidupan seorang Tuan Guru bukan hanya sisi positif tetapi

juga sisi negatifnya. Tuan Guru yang selama ini merupakan anutan semua

masyarakat Lombok dalam berperilaku dan merupakan hal yang tabu bagi seluruh

masyarakat membicarakan “kekurangannya”, berani dikupas oleh Salman Faris.

Dalam novel Tuan Guru, Salman Faris mengemukakan beberapa watak

tokoh Tuan Guru yang sebenarnya selama ini ada di tengah-tengah kehidupan

masyarakat. Sosok Tuan Guru tidak hanya memberikan contoh prilaku yang bijak

meski dalam ceramah-ceramah yang dilakoninya menyerukan tentang kebaikan.

Tetapi sosok pencerah yang selama ini dipanggil Tuan Guru oleh masyarakat

Lombok memang ada yang selaras antara apa yang diucapkan dengan yang

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dilakukan. Kehidupan sosial budaya masyarakat Lombok, khususnya di daerah

peneliti di Lombok Timur, masyarakat masih memegang teguh bahwa sosok yang

sudah memiliki gelar Tuan Guru merupakan sosok terbaik, pencerah yang

mewakili Nabi, hingga bisa diibaratkan bahwa tidak ada cela bagi mereka.

Novel Tuan Guru karya Salman Faris yang dominan mengangkat sisi

kehidupan sosial budaya masyarakat Lombok dianalisis dengan menggunakan

pendekatan sosiologi sastra yang memang selaras dan tepat untuk mengupas

tuntas isi novel tersebut. Ada tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra,

yaitu: (1) penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang

di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, (2)

penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan

(3) penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan

keadaan sosial budaya (Laurenson dan Swingewood dalam Endraswara, 2008:

79).

Dalam analisisnya, ketiga hal tersebut bisa diulas secara terpisah tetapi

bisa juga secara bersamaan dalam suatu penelitian sosiologi sastra. Hal ini

tergantung kemampuan peneliti untuk menggunakan salah satu perspektif atau

ketiga-tiganya sekaligus (Endraswara, 2008: 79). Semakin lengkap pemakaian

perspektif yang digunakan, semakin lengkap pula pemahaman karya sastranya.

Semuanya itu tergantung pada sasaran atau tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Segala sesuatu yang dilukiskan oleh sastrawan dalam sebuah novel

merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dikesampingkan dalam melakukan

sebuah analisis. Sosiologi sastra tidak bisa mengenyampingkan peran ilmu lain

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dalam analisisnya meskipun fokus kajian berbeda-beda, misalnya dalam

menganalisis sosial budaya masyarakat, pasti diperlukan ilmu-ilmu sosial ataupun

ilmu-ilmu budaya. Seperti yang dikemukakan oleh Goldman (1997: 493):

“the sociologist of literature must—like any other sociologist—verify this

fact and not admit straightaway that such and such a work or such and

such a group of works which he is studying constitutes a unitary

structure”.

Terkait dengan pandangan tersebut, dalam penelitian ini mengkaji tentang

pandangan dunia pengarang, sosial budaya yang dilukiskan pengarang dalam

novel, serta nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Tuan Guru karya

Salman Faris. Pengambilain nilai pendidikan sebagai salah satu masalah yang

dikaji dalam penelitian ini karena setiap karya pasti mengandung nilai-nilai

kehidupan yang mendidik pembaca. Kajian terhadap nilai pendidikan tersebut

akan menjadi nilai tambah penting bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pandangan dunia pengarang mengenai eksistensi Tuan Guru

dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris?

2. Bagaimanakan latar belakang sosial budaya masyarakat yang terkandung

dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris?

3. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam novel Tuan Guru

karya Salman Faris?

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penenlitian ini adalahsebagai berikut.

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pandangan dunia pengarang mengenai

eksistensi Tuan Guru dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris.

2. Mendeskripsikan dan menjelaskan latar belakang sosial budaya masyarakat

yang terkandung dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris.

3. Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan yang terkandung

dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang terdapat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua aspek

pokok, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberikan sumbangan teori bagi

pengembangan khazanah keilmuan khususnya dalam ilmu bahasa dan sastra

Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber ajar dalam mengajar materi

sastra khususnya berkaitan dengan novel.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini menjadi bahan belajar yang dapat digunakan siswa

dalam memahami nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam sebuah

karya sastra khususnya novel.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pelajaran dalam memahami aspek-

aspek kehidupan yang terdapat dalam sebuah karya sastra untuk

diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

1. Hakikat Kajian Sosiologi Sastra

a. Pengertian Sosiologi Sastra

Kata “kajian” dapat berarti (1) pelajaran, (2) penyelidikan. Mengacu dari

pengertian tersebut, kata kajian mempunyai makna meluas, yaitu proses: cara,

perbuatan mengkaji, penyelidikan (pelajaran yang mendalam) dan penelaahan.

Kemudian dalam arti pelajaran yang mendalam (penyelidikan) , kata kajian bisa

memiliki kaitan makana dengan kata penenlitian, dalam arti kegiatan

pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk memcahkan suatu persoalan atau menguji suatu teori

untuk mengembangkan prinsip umum. Kata kajian bersinonim dengan kata telaah.

Kata telaah berarti penyelidikan, kajian, pemeriksaan, penelitian. Penelaahan

berarti proses, cara, perbuatan menelaah.

Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) Kenny memberikan

perincian yang lengkap. Kenny (1966: 6-7) mengatakan bahwa:

“To analyze a literary work is to identify the sparate parts that’s makes it

up (this correspondsrougly to the notion of tearing it to pieces), to

determine the relationships among the parts, and to discover the relation

of the parts, to the whole. The end of the analysis is always the

understanding of the literary work as a unified and complex whole.”

7

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Menganalisis sebuah karya sastra adalah mengidentifikasi bagian-bagian,

menentukan hubungan antara bagian-bagian, dan menemukan hubungan bagian-

bagian untuk keseluruhan. Terakhir, analisis selalu bermuara pada pemahaman

tentang karya sastra sebagai suatu kesatuan yang utuh dan kompleks.

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.

Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai

cermin kehidupan masyarakat. Arenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra

adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial (Endarswara, 2008: 77).

Sosiologi dan sastra memiliki objek kajian yang sama, yakni hubungan sosial

kemasyarakatan. Sastra berkembang di masyarakat sepanjang zaman dan sosiologi

merupakan ilmu yang menelaah kehidupan sosial dalam segala bentuknya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pospelov (1967: 534):

What is the relationship between literature and sociology? Literature is an

art that develops in human society throughout the ages quite independently

of sociology, whereas sociology is a science whose purpose is to discover

the objective laws of social life in all its manifestations including creative

art.

Menurut Jabrohim (2003: 158), pendekatan terhadap sastra yang

mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis disebut

sosiologi sastra. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda pengertian dengan

sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan sosio-kultural terhadap sastra.

Kajian sosiologi ini pengertiannya mencakup berbagai pendekatan,

masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoretis tertentu, tetapi

semua pendekatan itu menunjukkan satu ciri kesamaan, yaitu mempunyai

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial, yang dciptakan oleh sastrawan

sebagai anggota masyarakat (Sapardi Djoko Damono dalam Jabrohim, 2003: 158-

159).

Tujuan penelitian sosiologi sastra adalah untuk mendapatkan gambaran

yang lengkap, utuh, dan menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara

sastrawan, karya sastra, dan masyarakat (Jabrohim, 2003: 159).

Endraswara (2008: 78) menyatakan bahwa hal penting dalam sosiologi

sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini, sastra dianggap sebagai

mimesis (tiruan) masyarakat. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah

ilusi atau khayalan dari kenyataan.

Pendapat yang lebih rinci disampaikan oleh Junus (dalam Sangidu, 2004:

27) mengungkapkan bahwa dalam penelitian sosiologi sastra terdapat dua corak,

yaitu (1) pendekatan sociology of literature (sosiologi sastra) yang bergerak dan

melihat faktor sosial yang menghasilkan karya sastra pada suatu masa tertentu.

Jadi, pendekatan ini melihat faktor sosial sebagai mayornya dan sastra sebagai

minornya; (2) pendekatan literary sociology (sosiologi sastra) yang bergerak dari

faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya digunakan

untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks sastra. Jadi, pendekatan

ini melihat dunia sastra atau karya sastra sebagai mayornya dan fenomena sosial

sebagai minornya.

Kedua corak tersebut sama-sama menelaah permasalahan yang sama,

yakni hubungan antara karya sastra dan realitas sosial yang diangkat dalam karya

sastra tersebut. Perbedaannya terdapat pada awal penelitian, corak pertama

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dimulai dari menelaah realitas sosial yang dihubungkan dengan karya sastra,

sedangkan corak kedua memulai penenlitian dengan menelaah karya sastra yang

dihubungkan dengan realitas sosial.

Untuk melukiskan hubungan antara faktor-faktor sosial yang terkandung di

dalam teks sastra (realita literer) dengan faktor-faktor sosial yang ada di dalam

masyarakat (realita empiris), diperlukan metode dialektik (hubungan timbal balik)

antara karya sastra dengan realitas sosial (Sangidu, 2004: 28).

Lebih lanjut, Sangidu (2004: 28-29) menjelaskan bahwa teknik yang

diperlukan untuk menjalankan metode dialektik (hubungan timbal balik) antara

faktor-faktor sosial yang terkandung dalam karya sastra dengan faktor-faktor

sosial yang terkandung dalam karya sastra dengan faktor-faktor sosial yang ada

dalam masyarakat, yaitu (1) analisis faktor-faktor sosial yang terkandung dalam

karya sastra yang akan atau sedang diteliti, (2) analisis faktor-faktor sosial yang

ada dalam masyarakat atau literatur-literatur yang menjelaskan kondisi

masyarakat tempat karya yang akan atau sedang diteliti itu lahir, dan (3) kedua hal

tersebut dihubungkan untuk melihat ada kesesuaian antara faktor-faktor sosial

yang terdapat dalam karya sastra dengan faktor-faktor sosial yang ada dalam

masyarakat. Artinya, peneliti menguraikan latar belakang sosial budaya tempat

pengarang tinggal dan hidup dalam lingkungan sosialnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra

merupakan pendekatan yang menelaah tentang hubungan antara realitas sosial

yang ada dalam masyarakat dengan realitas literer yang ada dalam teks sastra

tanpa mengenyampingkan cermin situasi penulisnya.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

b. Perspektif Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia.

Sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa

depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak

bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.

Goldmann (dalam Endraswara, 2008: 79) mengemukakan tiga ciri dasar,

yaitu: (1) kecenderungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya terhadap

lingkungan, dengan demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di dalam

korelasinya dengan lingkungan, (2) kecenderungan pada koherensi dalam proses

penstrukturan yang global, dan (3) dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik

serta kecenderungan untuk merubah struktur walaupun manusia menjadi bagian

struktur tersebut.

Menurut Laurenson dan Swingewood (dalam Endraswara, 2008: 79),

terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: (1) penelitian

yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya

merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, (2) penelitian

yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan (3)

penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan

keadaan sosial budaya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkam bahwa ada tiga perspektif

sosiologi sastra, yakni penelitian yang memandang karya sastra sebagai cermin

suatu masa tertentu, cermin kehidupan situasi sosial pengarang, dan sastra

mengandung peristiwa sejarah dan sosial budaya suatu masyarakat.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Sasaran Penelitian Sosiologi Sastra

Untuk sasarannya sendiri, sosiologi sastra dapat diperinci ke dalam

beberapa bidang pokok, antara lain sebagai berikut.

1) Konteks Sosial Sastrawan

Konteks sosial sastrawan ada hubungannya dengan posisi sosial

sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca.

Dalam bidang ini termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat

mempengaruhi sastrawan sebagai individu di samping dapat mempengaruhi

karya sastranya.

Dalam hal ini kaitan antara sastrawan dan masyarakat sangat penting,

sebab seringkali didapati bahwa macam masyarakat yang dituju itu

menentukan bentuk dan isi karya sastra mereka.

Abrams (1971: 198) mengatakan bahwa sastrawan sebagai anggota

masyarakat tidak lepas dari tata masyarakat dan kebudayaannya. Semuanya

itu sangat berpengaruh dalam karya sastranya ataupun tercermin dalam karya

sastranya. Karya sastra itu mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak

terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan-keadaan masyarakat dan kekuatan-

kekuatan pada zamannya.

2) Sastra sebagai cermin Masyarakat

Sastra mencerminkn keadaan masyarakatnya. Kata “cermin” dalam hal

ini menimbulkan gambaran yang kabur, dan oleh karenanya sering

disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Dalam hubungan ini terutama harus

mendapat perhatian adalah: (1) sastra mungkin tidak dapat dikatakan

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

mencerminkan masyarakat pada waktu ia ditulis, (2) sifat “lain dari yang

lain” seorang pengarang atau sastrawan sering mempengaruhi pemilihan dan

penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya, (3) genre sastra sering

merupakan sikap sosial seluruh kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial

seluruh masyarakat, (4) sastra yang berusaha menampilkan keadaan

masyarakat yang secermat-cermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya atau

diterima sebagai cermin masyarakat. Demikian juga sebaliknya, karya sastra

yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat

secara teliti barangkali masih dapat dipercaya sebagai bahan untuk

mengetahui keadaan masyarakat. Pandangan sosial sastrawan harus

dipertimbangkan apabila sastra akan dinilai sebagai cermin masyarakat

(Jabrohim, 2003: 159-160).

Hubungan sastra dengan masyrakat juga disampaikan oleh Wellek dan

Warren (1956: 94):

Literature is a social institution, using as its medium language, a social

creation. They are conventions and norm which could have arisen only in

society. But, furthermore, literature ‘represent’ ‘life’; and ‘life’ is, in

large measure, a social reality, eventhough the natural world and the

inner or subjective world of individual have also been objects of literary

‘imitation’. The poet himself is a member of society, possessed of a

specific social status; he receives some degree of social recognition and

reward; he addresses an audience, however hypothetical

Sastra adalah lembaga sosial, menggunakan sebagai bahasa pengantar

nya, ciptaan sosial. Mereka adalah konvensi dan norma yang bisa muncul

hanya dalam masyarakat. Tetapi, sastra representasi kehidupan; dan

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kehidupan dalam cakupan yang besar, sebuah realitas sosial, walaupun dunia

alam dan dunia batin atau subjektif individu juga telah benda sastra 'imitasi'.

Penyair sendiri adalah anggota masyarakat, memiliki suatu status sosial

tertentu, ia menerima beberapa derajat pengakuan sosial dan penghargaan, ia

membahas penonton, namun hipotetis.

Menurut Edraswara (2008: 87-88), sosiologi sastra adalah penelitian

tentang: (a) studi ilmiah manusia dan masyarakat secara objektif, (b) studi

lembaga-lembaga sosial lewat sastra dan sebaliknya, (c) studi proses sosial, yaitu

bagaimana masyarakat bekerja, bagaimana masyarakat mungkin, dan bagaimana

mereka melangsungkan hidupnya. Sosiologi sastra juga berhubungan dengan

dunia sosial manusia, adaptasi dengan lingkungan, dan keinginan manusia untuk

mengubahnya. Dalam novel sebagai genre utama dalam masyarakat industrial,

dapat dilihat sebagai usaha untuk menciptakan kembali kehidupan sosial manusia

dalam hubungannya dengan keluarga, politik, dan negara (Swingewood, 1071:

11).

Sasaran kajian sosiologi sastra juga dikemukakan oleh Leenhardt (1967:

517):

“The expression 'sociology of literature' covers two very different types of

research, bearing respectively on literature as a consumer product and

literature as an integral part of karya social reality, or, considered from

another angle, bearing on society as the place of literary consumption and

society as the subject of literary creation.”

Jadi, sosiologi sastra menelaah kapasitas masyarakat sebagai pencipta

karya sastra dan karya sastra sebagai konsumsi masyarakat.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Aspek-aspek sosiologis yang terpantul dalam sastra tersebut, selanjutnya

dihubungkan dengan beberapa hal, yakni: (a) konsep stabilitas sosial, (b) konsep

kesinambungan masyarakat yang berbeda, (c) bagaimana seorang individu

menerima individu lain dalam kolektifnya, (d) bagaimana proses masyarakat

dapat berubah secara bertingkat, (e) bagaimana perubahan besar masyarakat.

Berbagai aspek tersebut, sesungguhnya masih dapat diperluas lagi menjadi

berbagai refleksi sosial sastra, antara lain: (a) dunia sosial manusia dan seluk

beluknya, (b) penyesuaian diri individu pada dunia lain, (c) bagaimana cita-cita

untuk mengubah dunia sosialnya, (d) hubungan sastra dan politik, (e) konflik-

konflik dan ketegangan dalam masyarakat.

Dalam telaah sosiologi sastra, Goldman (1977: 99) percaya bahwa

pudarnya homologi antara struktur masyarakat dengan struktur karya sastra sebab

keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama. Akan tetapi,

hubungan antara struktur masyarakat dengan struktur karya sastra tidak dipahami

sebagai hubungan determinasi yang langsung melainkan dimediasi oleh apa yang

disebutnya sebagai pandangan dunia atau ideologi.

Menurut Endraswara (2008: 93), sebuah penelitian sosiologi sastra yang

lengkap seharusnya terkait dengan latar belakang sosiokultural masyarakat.

Seyogyanya, penelitian kritis sosiologi sastra mampu menggali masa lalu yang

masih relevan dengan masa kini dan mendatang.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sasaran

penelitian sosiologi sastra adalah aspek sosiologis yang terpantul dalam sastra dan

proses sosial yang terjadi dalam masyarakat yang tergambar dalam karya sastra.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2. Hakikat Novel

a. Pengertian Sastra

Secara etimologis, kata sastra berasal dari bahasa Sanskerta; akar kata sas-,

dalam kata kerja turunan berarti ‘mengarahkan, mengajar, member petunjuk atau

instruksi’. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu sastra

dapat berarti ‘alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau

pengajaran’ (Teeuw, 1984: 23). Definisi tentang sastra yang dikemukakan oleh

Teeuw masih bersifat umum karena menganggap sastra sebagai sebuah buku

petunjuk atau alat yang digunakan dalam sebuah pengajaran.

Pengertian yang lebih khusus disampaikan oleh Atar Semi. Menurutnya,

sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya adalah

manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya

(Semi, 1993; 8). Terkait dengan bahasa sebagai sebuah medium sastra diperkuat

kembali oleh Nyoman Kutha Ratna. Medium utama karya sastra adalah bahasa.

Bahasalah yang mengikat keseluruhan aspek kehidupan, disajikan melalui cara-

cara yang khas dan unik, berbeda dengan bentuk-bentuk penyajian yang dilakukan

dalam narasi nonsastra (Ratna, 2005: 16). Lebih lanjut dikemukakan bahwa

bentuk penyajian tersebut dilakukan agar peristiwa yang sesungguhnya dapat

dipahami secara lebih bermakna, lebih intens, dan dengan sendirinya lebih luas

dan mendalam.

Rene Wallek memberikan definisi sastra yang lebih rinci dengan

mengemukakan tiga definisi. Pertama, seni sastra ialah segala sesuatu yang

dicetak; kedua, seni sastra terbatas pada buku-buku yang terkenal dari sudut isi

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dan bentuk; dan ketiga seni sastra bersifat imajinatif (dalam Pradopo, 2003: 35).

Berbeda dengan pendapat Rene Wallek, Badudu (1984: 5) mengemukakan bahwa

sastra adalah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan ataupun tulis yang dapat

menimbulkan rasa bagus.

Budi Darma (dalam Winarni, 2009: 7) menyatakan sastra adalah hasil

kreatifitas pengarang yang bersumber dari kehidupan manusia secara langsung

atau melalui rekaannya dengan bahasa sebagai medianya. Gazali lebih menyoroti

sastra pada penggunaan bahasa yang indah. Menurut beliau, sastra adalah tulisan

atau bahasa yang indah, yakni hasil ciptaan bahasa yang indah dan perwujudan

getaran jiwa dalam bentuk tulisan (dalam Pradopo, 2002: 32). Terkait penggunaan

bahasa yang indah, Slamet Muljana (dalam Wiyatmi, 2009: 19) menyatakan sastra

sebagai “seni kata”, yaitu penjelmaan ilham dengan kata yang tepat. Tetapi sastra

bukanlah hanya berupa rangkaian kata dan kalimat, melainkan sudah berubah

menjadi wacana, menjadi teks (Ratna, 2005: 15).

Pandangan lain disampaikan oleh Sumardjo yang menitikberatkan pada isi

sastra tersebut. Sumardjo (1992: 3) memberikan batasan sastra adalah ungkapan

pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,

keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona

dengan alat bahasa. Selain itu, sastra dianggap sebagai karya yang berpusat pada

moral manusia, yang di satu sisi terkait dengan sejarah dan pada sisi lain pada

filsafat (Tutoli, 2000: 3).

Definisi lain tentang sastra bisa dicermati pada ciri-ciri sastra yang

disampaikan oleh Luxemburg (1984: 4-5) yang menyebutkan ciri sastra yaitu: (1)

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah

imitasi. (2) Sastra bersifat otonom, tidak mengacu pada sesuatu yang lain; sastra

tidak bersifat komunikatif. (3) Karya sastra yang otonom itu mempunyai

koherensi antara bentuk dan isi, saling berhubungan antara bagian dengan

keseluruhan secara erat sehingga saling menerangkan. (4) Sastra menghidangkan

sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan. (5) Sastra mengungkapkan

hal-hal yang tak terungkapkan.

Wujud nyata sebuah sastra adalah berupa karya sastra yang dihasilkan oleh

para sastrawan. Karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya

(Sumardjo, 1991: 5). Lebih rinci, Pradopo (2003: 59) mengemukakan bahwa

karya sastra adalah karya seni, yaitu suatu karya yang menghendaki kreativitas

dan bersifat imajinatif. Dikatakan imajinatif bahwa karya sastra itu terjadi akibat

pengananan dan hasil penganan itu adalah penenmuan-penenmuan baru,

kemudian penemuan baru itu disusun kedalam suatu sistem dengan kekuatan

imajinasi hingga terciptalah dunia baru yang sebelumnya belum ada.

Michael Zerafta dalam Elizabeth (1973: 212) menyatakan bahwa bentuk

dan isi karya sastra sebenarnya memang lebih banyak diambil dari fenomena

sosial dibandingkan dengan seni yang lain, kecuali film. Karenanya, karya sastra

sering kali tampak terikat dengan momen khusus dalam sejarah masyarakat.

Karya sastra yang baik, mampu memberikan efikasi bagi penikmatnya,

memberikan obat yang mujarab bagi pembaca, mengubah tindakan masyarakat,

dan memengaruhi sikap hidup pembacanya (Endraswara, 2011: 22). Dalam buku

yang sama, Endraswara mengutip pendapat Watt yang mengemukakan fungsi

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

karya sastra adalah sebagai: (1) pleasing, yaitu kenikmatan hiburan. Karya sastra

dipandang sebagai pengatur irama hidup, hingga menyeimbangkan rasa. (2)

intructing, artinya memberikan ajaran tertentu, yang menggugah semangat hidup.

Karya sastra diharapkan mencerminkan aspek didaktik.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra

merupakan hasil cipta manusia yang berupa ungkapan pengalaman, pemikiran,

perasaan, yang dituangkan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan dengan

menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

b. Pengertian Novel

Novel memiliki banyak pengertian yang saling mengisi satu sama lain

menuju satu poros dengan tujuan pemahaman yang sama. Banyak sastrawan yang

memberikan batasan atau definisi novel meski definisi yang mereka berikan

berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda.

1) Novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini

paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya

komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo dalam Arianto

Sam Di, 2008: 1).

2) Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai

budaya sosial, moral, dan pendidikan (Nurhadi, Dawud, Yuni Pratiwi, dan

Abdul Rani dalam Arianto Sam Di, 2008: 1).

3) Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Rustamaji dan

Agus Priantoro dalam Arianto Sam Di, 2008: 1).

4) Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-

unsur intrinsik (Paulus Tukam dalam Arianto Sam Di, 2008: 1).

Dari sudut pandang seni, Waluyo (2002: 36) menyatakan bahwa novel

adalah lambang kesenian yang baru yang berdasarkan fakta dan pengalaman

pengarangnya. Susunan yang digambarkan novel adalah suatu yang realistis dan

masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan bukan hanya kehebatan dan kelebihan

tokoh (untuk tokoh yang dikagumi), tetapi juga cacat dan kekurangannya. Lebih

lanjut, beliau menyatakan bahwa novel bukan hanya alat hiburan, tetapi juga

sebagai bentuk seni yang mempelajari dan melihat segi-segi kehidupan dan nilai

baik-buruk (moral) dalam kehidupan dan mengarahkan kepada pembaca tentang

pekerti yang baik dan budi yang luhur (Waluyo, 2002: 37).

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1994: 9-10) menyatakan bahwa novel

berasal dari bahasa Itali novella (dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah

novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai

“cerita pendek dalam bentuk prosa”. Dewasa ini pengertian novella atau novelle

mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris:

novellette) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak

terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Karya sastra yang disebut

novellette adalah karya yang lebih pendek daripada novel tetapi lebih panjang

daripada cerpen, katakanlah pertengahan dari keduanya.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Pengertian yang lebih rinci disampaikan oleh Jacob Sumardjo (1999: 2)

yang menyatakan bahwa novel dalam kesusastraan merupakan sebuah sistem

bentuk. Dalam sistem ini terdapat unsur-unsur pembentuknya dan fungsi dari

masing-masing unsur. Unsur-unsur ini membentuk sebuah struktur cerita besar

yang diungkapkan lewat materi bahasa tadi.

Sebuah karya sastra (novel) merupakan sebuah struktur organisme yang

kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu (lebih bersifat) secara tidak

langsung. Sesuatu yang tidak langsung itulah yang menyebabkan sulitnya

pembaca untuk menafsirkan. Untuk itu, diperlukan penjelasan, yaitu dengan

mengadakan penelaahan atau penelitian terhadap karya sastra tersebut

(Nurgiyantoro, 1994: 31-32) .

Stanton (2007: 91) mengemukakan bahwa fisik novel yang panjang akan

mengurangi kepekaan pembaca terhadap bagian-bagian dari alur cerita.

Keteledoran ini akan menjadi penghalang ketika pembaca berusaha memahami

struktur perluasan tersebut, perlu melangkah mundur waktu demi waktu. Harus

sadar bahwa setiap bab dalam novel mengandung berbagai episode.

Lebih lanjut, beliau menyatakan bahwa pada dasarnya kebanyakan orang

mengira bahwa cara termudah untuk memahami dunia novel adalah dengan

bertanya kepada pengarangnya (Stanton, 2007: 100). Kenyataannya, pandangan

ini malah gagal ketika dipraktikkan. Sebagian besar pengarang akan menolak

ketika diminta menjelaskan karya mereka secara mendalam, atau mungkin novel

tersebut justru menjelaskan banyak hal, lebih dari perkiraan pengarang sendiri.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Berpijak pada pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel

adalah cerita fiksi yang mengangkat permasalahan yang kompleks tentang

kehidupan dan tersusun atas unsur intrinsik dan ekstinsik yang padu dan saling

terikat dalam mengungkapkan setiap jalinan peristiwa yang diceritakan.

3. Hakikat Nilai Pendidikan dalam Novel

a. Pengertian Nilai Pendidikan dalam Novel

Dalam sebuah karya sastra seperti novel terdapat nilai pendidikan yang

dapat dipetik oleh pembaca. Baribin (1985: 79) berpendapat bahwa dari karya

sastra dapat ditemukan buah pikiran atau renungan dari penulis dan sanggup

menyadari nilai-nilai yang lebih halus berarti telah dapat mengapresiasi atau

menangkap nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut.

Lorens (2002: 19) mengemukakan pengertian nilai yang ditinjau dari

beberapa segi. (1) Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa latin valere (berguna,

mampu akan, berdaya, berlaku, kuat); (2) ditinjau dari segi harkat, nilai adalah

kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, atau

dapat menjadi objek kepentingan; (3) ditinjau dari segi keistimewaan, nilai adalah

apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai suatu kebaikan; (4) ditinjau

dari sudut ilmu ekonomi yang bergelut dengan kegunaan dan nilai tukar benda-

benda material, pertama kali secara umum menggunakan kata “nilai”.

Sama halnya dengan Lorens, Kattsoff (dalam Soejono, 1996: 32)

memberikan perincian mengenai pengertian nilai. (1) Mengandung nilai artinya

berguna; (2) merupakan nilai, artinya baik atau indah atau benar; (3) mempunyai

nilai artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang menyebabkan

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

orang mengambil sikap menyetujui atau mempunyai sifat nilai tertentu; dan (4)

memberi nilai artinya menanggapi sesuatu hal yang diinginkan atau sebagai hal

yang menggambarkan nilai tertentu.

Berbeda dengan pengertian sebelumnya, pengertian lebih umum

disampaikan oleh Semi (1993: 54) yang menyatakan bahwa nilai adalah aturan

yang menentukan sesuatu benda atau perbuatan lebih tinggi, dikehendaki dari

yang lain. Hal tersebut senada dengan pengertian yang dikemukakan oleh Daroeso

(1989: 20), nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap sesuatu atau hal

yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang, karena sesuatu hal itu

menyenangkan, memuaskan, menguntungkan atau merupakan sesuatu sistem

keyakinan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai

merupakan sesuatu yang memiliki daya guna bagi manusia dan dapat berupa

penghargaan atau apresiatif terhadap hal yang dicermati.

Selanjutnya, pengertian pendidikan menurut Soedomo (2003: 18) adalah

bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada

anak didik dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan

yang dilakukan. Sementara itu, Dewantoro (dalam Munib, 2006: 32) lebih

menyoroti pada aspek yang harus diubah setelah proses pendidikan. Beliau

mengemukakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh

anak.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pengertian yang lebih umum disampaikan oleh Uhbiyati dan Abu Ahmadi

(2001: 70) yang mengemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan

yang secara sadar dan sengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh

orang dewasa kepada anak-anak sehinggal timbul interaksi dari keduanya agar

anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus-

menerus.

Frietz R. Tambunan (dalam Joko Susilo, 2007: 224) menjelaskan bahwa

kata pendidikan berasal dari kata latin educare yang secara harfiah berart

‘menarik keluar dari’ sehingga pendidikan adalah sebuah aksi membawa seorang

anak/peserta didik keluar dari kondisi tidak merdeka, tidak dewasa, dan

bergantung, situasi merdeka, dewasa, dapat menentukan diri sendiri, dan

bertanggung jawab.

Berdasarkan beberapa pengertaian tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar dan penuh tanggung jawab yang

dilakukan untuk memebrikan perubahan terhadap seseorang atau peserta didik.

Mengacu pada uraian tentang pengertian nilai dan pengertian pendidikan

di atas, maka dapat dinyatakan bahwa nilai pendidikan merupakan segala hal yang

berguna yang diberikan oleh seseorang secara sadar dan tanggung jawab dalam

usaha memberikan perubahan terhadap sikap dan tingkah laku yang lebih baik.

b. Jenis-jenis Nilai Pendidikan dalam Novel

Adapun nilai-nilai pendidikan yang secara umum terdapat dalam novel

adalah sebagai berikut.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

1) Nilai Pendidikan Agama

Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam karya sastra sebagaian

menyangkut moral, etika, dan kewajiban. Hal ini menunjukkan adanya sifat

edukatif (Nurgiyantoro, 2002: 317). Dasar dari pendidikan agama adalah hakikat

makhluk yang beragama. Tujuan pendidikan keagamaan adalah membentuk

manusia yang beragama atau pribadi yang religius.

Di samping itu, sesuai Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2

dan Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia, pendidikan

agama merupakan sehi utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya.

Norma-norma pendidikan kesusilaan maupun pendidikan kemasyarakatan atau

sosial sebagain besar bersumber dari agama.

Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga negara terbukti

dari adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan agama itu

diberikan kepada anak-anak sejak pendidikan di taman kanak-kanak sampai

pendidikan tinggi.

2) Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan laku perbuatan manusia dipandang dari nilai-nilai baik

dan buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebiasaan dimana individu

berada (Nurgiyantoro, 2002: 319). Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat

mengubah perbuatan, prilaku, sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang

baik, seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Widagdo, 2001: 30).

Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra juga bertujuan untuk

mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika dan budi pekerti. Nilai

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat

seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata karma yang

menjunjung budi pekerti dan nilai susila.

Nilai moral dalam karya sastra biasanya bertujuan untuk mendidik manusia

agar mengenal nilai-nilai estetika dan budi pekerti. Nilai pendidikan moral

menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seorang individu

atau dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata karma yang menjunjung

tinggi budi pekerti dan nilai susila.

3) Nilai Pendidikan Budaya

Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat memberikan gambaran

yang jelas tentang sistem nilai atau sistem budaya masyarakat pada suatu tempat

dalam suatu masa. Nilai-nilai itu mengungkapkan perbuatan yang dipuji atau

dicela, pandangan hidup manusia yang dianut atau dijauhi, dan hal-hal yang

disanjung tinggi.

Koentjaraningrat (1985: 18) mengemukakan bahwa sistem nilai budaya

terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar

warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap sangat bernilai

dalam kehidupan. Merujuk pada pengertian tersebut, nilai budaya bersifat abstrak

yang masih tertanam dalam pemikiran masyarakat yang masih dijunjung tinggi

dari dulu hingga sekarang ini. Nilai budaya terwujud dalam pola pikir dan tingkah

masyarakat yang terimplikasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

4) Nilai Pendidikan Sosial

Nurgiyantoro (2002: 233-234) mengemukakan bahwa tata cara kehidupan

sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup

kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,

pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar

spiritual. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang

bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Nilai sosial menjadi pedoman langsung bagi setiap tingkah laku manusia

sebagai anggota masyarakat yang di dalamnya memuat sanksi-sanksi bagi yang

melanggar. Dengan semikian nilai sosial merupakan nilai yang berhubungan

dengan kehidupan bermasyarakat dan usaha menjaga keselarasan hidup

bermasyarakat.

Oleh karena itu, dapat dianggap bahwa nilai sosial merupakan gagasan-

gagasan dan pola ideal masyarakat yang dipandang baik dan berguna, yang telah

dituangkan dalam bentuk norma-norma, aturan-aturan dan hukum.

5) Nilai Pendidikan Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih

dan menciptakan kemakmuran. Definisi lain menjabarkan ekonomi sebagai

sebuah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia mencukupi kebutuhan

hidupnya. Ekonomi juga merujuk pada usaha manusia untuk bisa mengolah

sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya, sebagai alat pemenuhan

kebutuhan hidupnya. Jika ditarik garis lurus, maka ekonomi akan berkaitan

dengan kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yakni bagaimana

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

orang memanfaatkan dengan baik dan tepat sumber-sumber produktif seperti

tanah, tenaga kerja, barang-barang modal yang langka dan terbatas jumlahnya

untuk menghasilkan berbagai barang serta mendistribusikannya kepada anggota

masyarakat untuk dipakai dan dikonsumsi.

Ilmu ekonomi juga berkaitan dengan studi tentang manusia dalam kegiatan

hidup mereka sehari-hari untuk dapat dan menikmati kehidupan. Dalam sebuah

karya sastra, nilai pendidikan ekonomi terwujud dalam kegiatan atau pola hidup

masyarakat yang diceritakan atau para tokoh dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

6) Nilai Pendidikan Politik

Menurut Kartini Kartono (1996 : 64), pendidikan politik adalah bentuk

pendidikan orang dewasa dengan menyiapkan kader-kader untuk pertarungan

politik dan mendapatkan penyelesaian agar menang dalam perjuangan politik.

Selain itu, ditambahkan juga bahwa pendidikan politik adalah upaya edukatif yang

internasional, disengaja dan sistematis untuk membentuk inividu sadar politik,

dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung jawab secara etis atau moril

dalam mencapai tujuan-tujuan politik.

Unsur pendidikan dalam pendidikan politik pada hakekatnya merupakan

aktivitas pendidikan diri (mendidik diri sendiri dengan sengaja) yang terus

menerus, hingga orang yang bersangkutan lebih mampu dan memahami dirinya

sendiri serta situasi kondisi lingkungan sekitar, kemudian mampu menilai segala

sesuatu secara kritis serta mampu menentukan sikap dan cara penanganan

masalah-masalah yang terjadi di tengah-tengah lingkungan hidupnya dalam

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kehidupan bermasyarakat. Nilai politik dalam kehidupan bermasyarakat tidak

hanya berlaku dalam “panggung politik” secara langsung, tetapi dalam kehidupan

bermasyarakat sehari-hari nilai politik tertanam dan tumbuh secara alami dan

dilakukan oleh masyarakat.

7) Nilai Pendidikan Historis

Menurut “Bapak Sejarah” Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk

menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan

peradaban (dalam LPSA, 2007). Sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau

dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan

manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan

manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.

Sejarah dalam artian lain digunakan untuk mengetahui masa lampau

berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih yang berguna bagi manusia

dalam memperkaya pengetahuan agar kehidupan sekarang dan yang akan datang

menjadi lebih cerah. Nilai sejarah dapat membentuk sikap terhadap permasalahan

yang dihadapi agar peristiwa-peristiwa yang berlaku pada masa lampau dapat

dijadikan pengajaran yang berguna.

4. Sastra dalam Konteks Sosiobudaya

Dari enam asumsi dasar kajian konteks sosiobudaya berasal dari

Grebstein (Sapardi Djoko Damono dalam Endraswara 2008: 92), terdapat empat

kajian konteks sosiobudaya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu:

a) Karya sastra tidak dapat dipahami selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan

dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

karena setiap karya sastra pada dasarnya adalah hasil pengaruh timbal balik

yang rumit antara faktor-faktor sosial dan kultural.

b) Gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya dengan bentuk dan

teknik penulisannya, tak ada karya besar yang diciptakan berdasarkan

gagasan sepele dan dangkal.

c) Setiap karya sastra yang bisa bertahan lama, pada hakikatnya suatu moral, baik

dalam hubungannya dengan kebudayaan sumbernya maupun dalam

hubungannya dengan orang-seorang.

d) Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah: pertama, sebagai suatu

kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua, sebagai tradisi – yakni

kecenderungan-kecenderungan spiritual maupun kultural yang bersifat

kolektif. Bentuk dan isi dengan sendirinya dapat mencerminkan

perkembangan sosiologis, atau menunjukkan perubahan-perubahan yang

halus dalam watak kultural.

Pendekatan sosiobudaya tersebut, dapat digunakan dalam penelitian ke

dalam dua segi. Pertama, berhubungan dengan aspek sastra sebagai refleksi

sosiobudaya. Kedua, mempelajari pengaruh sosiobudaya terhadap karya sastra

(Endraswara, 2008: 93).

Endraswara (2008: 93) juga menyatakan sebagai berikut.

Pendekatan yang mengungkap aspek sastra dengan refleksi dokumen

sosiobudaya, mengimplikasikan bahwa karya sastra menyimpan hal-hal

penting bagi kehidupan sosiobudaya. Memang, pendekatan ini hanya parsial,

artinya sekadar mengungkap persoalan kemampuan karya sastra mencatat

keadaan sosiobudaya masyarakat tertentu. Jadi, pendekatan ini tidak

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

memperhatikan struktur teks, melainkan hanya penggalan-penggalan cerita

yang terkait dengan sosiobudaya.

Sebagai disiplin ilmu yang berbeda, sastra dan kebudayaan memiliki objek

yang sama, yaitu manusia dalam masyarakat, manusia sebagai fakta sosial,

manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2007: 13).

Kaitan antara karya sastra dan konteks sosial budaya disampaikan oleh

Rushing dalam artikelnya.

“Sociology of literature, a branch of literary study that examines the

relationship between literary work and their social context, including

pattern of literacy, kinds of audience, modes of pub lication and dramatic

presentation, and the social class position of authors and readers

(Rushing, 2004).”

Rushing mengemukakan kaitan antara sebuah karya sastra dengan konteks

sosial budaya yang bisa dijadikan teladan bagi pembaca atau penikmat sebuah

karya sastra.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra

dalam konteks sosial budaya berarti sastra terlahir dari keadaan sosial budaya

sebuah masyarakat sehingga dalam memahami sebuah karya sastra tidak bisa

dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat yang menjadi sumber lahirnya

karya tersebut.

5. Pandangan Masyarakat Lombok terhadap Eksistensi Tuan Guru

Buehler (2009: 53) menjelaskan, keberhasilan demokrasi di Indonesia

dipengaruhi oleh pemahaman bahwa nilai-nilai demokrcasi bersumber dari ajaran

Islam. Dari penjelsan tersebut dapat digambarkan bahwa masyarakat Indonesia

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

yang mayoritas muslim,mengaktualisasikan nilai-nilaci ajaran agama dalam

konteks politik, disinalah dapat dilihat peran penting para tokoh agama dalam

mengrahkan pandangan masyrakat. Hal ini banyak terjadi pada masyrakat

tradisional, terutama yang terjadi pada masyrakat Lombok.

Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat tradisional religius, pemimpin

spiritual memiliki peranan yang lebih penting daripada yang lain. Pergeseran nilai

sosial budaya yang terjadi pada masyarakat, selain perubahan internal atau dari

dalam diri pribadi. Peran tokoh agama mendominasi pergseran nilai-nilai budaya

tresebut.

Studi sosial di Pulau Lombok tentang Tuan Guru menunjukkan bahwa

Tuan Guru sebagi pemimpin islam memegang peranan penting dalam menentukan

dn mencegah pudarnya jati diri dan kultural agama yang dianut dan dipegang oleh

masyrakat. Atmosfir budaya maupun pengetahuan dianggap tidak sejalan dengan

nila-nilai islam yang dapat menerbitkan rasa tidak aman serta mengancam jati diri

masyrakat sebagai muslim yang taat, menjadi alasan masyarakat memelihara

hubungan dengan Tuan Guru (Budiwanti, 2000: 1).

Tuan memiliki makna dasar, orang yang dianggap mulia, lebih tinggi dan

patut dihormati. Sebutan “tuan” dalam masyrakat sasak juga merujuk pada orang

yang telah melaksanakan ibadah haji. Sedangkan “guru” adalah sebutan bagi

orang yang telah mengajarkan ilmu dan pengetahuan. Dua kata ini menyiratkan

hubungan hierarkial dan dikotomis antara tuan guru dan umat (masyarakat)

(Budiwanti, 2000: 2).

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tuan Guru adalah assigned status, di mana predikat ini oleh masyarakat

Lombok diberikan kepada mereka yang menguasai dan mengajarkan ilmu dan tata

nilai agama. Merujuk pada kata “Tuan” dan “Guru” adalah sebutan kelas sosial

yang berdas pada lapis tertinggi dalam struktur masyrakatnya. Hal ini

menunjukkan terjadinya pelapisan sosial yang bertumpuk dalam matra stigmatik

yang diciptakan oleh sistem sosial (Bartholomew, 1999: 5).

Status tuan guru dalam masyarakat pada dasarnya terbentuk melalui suatu

hierarki status, karena status tuan guru akan berarti dalam masyarakat apabila

ditinjau dari status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Status tuan guru pada

masyarakat terbentuk karena masyarakat terdiri dari banyak kelompok di

dalamnya, dan setiap kelompok mempunyai status dan peran yang dibawanya.

Peranan penting tuan guru juga trekait dengan kedudukan mereka sebagai

elit terdidik yang mentransfer pengetahuan agama ke tengah masyarakat. Mereka

akan memberikan penjelasan dan mengklarifikasi berbagai permaslahan yang ada

di tengah masyarakat, karena umumnya masyarakat sasak menyadari keterbatasan

penegetahuan mereka dalam mengakses doktrin agama secara luas (Bartholomew,

1999: 6).

Posisi ini merupakan nilai tawar tuan guru terhadap masyarakatnya

sehingga segala bentuk pendapatnya menjadi pegangan masyarakat dalam

memahami perubahan, terutama perubahan dalam cara “memperlakukan” doktrin

agam secara literal (rigid) maupun liberal (Budiwanti, 2000: 5). Walau tidak

tertutup kemungkinan adanya beberapa kelompok kecil di tengah masyarakat

Lombok yang mampu mengakses informasi yang lebih luas dan mampu

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

mempertimbangkan perlakuan keliteran maupun keliberalan sebuah doktrin

dengan bijaksana, namun karena mayoritas masyarakat Lombok cendrung

memandang dan mengagungkan ketokohan, maka setiap dari mereka dapat

diidentifikasi mengikuti setiap pilihan dan langkah yang diambil oleh Tuan Guru,

karena walau bagaimanapun legitimasinya adalah lokomotif dari gerak mereka

(Budiwanti, 2000: 6).

Para tuan guru melalui hubungan patron-klien, menikmati cukup banyak

“privilege sosial”. Secara umum itu termiliki lantaran kapasitas intelektual

keagamaan atau latar belakang sosial ekonomi politik mereka (Tahir, 2008: 97).

Sistem sosial masyrakat Lombok dewasa ini telah banyak mengalami pergeseran

dan perubahan diferensiasi fungsional. Peran-peran mediasi sosial tuan guru

selama ini mulai banyak diwakili (diambil alih) oleh beragam mediasi

institusional yang marak bermunculan seiring dinamika cepat dunia modern.

Namun, tetap saja dalam derajat tertentu para tuan guru masih memiliki privilege

sosial. Sebab bagaimanapun, hingga saat ini secara de vacto masyarakat Sasak

masih menaruh kepercayaan besar pada mereka. Dengan “hak-hak istimewa”

selaku elite agama itu, mereka bahkan masih dapat mengambil peran sebagai

“pressure group” dan “rulling class” pada level tertentu dalam keseluruhan

struktur sosial masyarakat. Dapat dibayangkan betapa eksistensi Tuan Guru di

tengah dinamika sosial masyarakat Lombok.

Setap pilihan dan langkah yang diambil Tuan Guru umumnya diikuti tanpa

reserve oleh masyarakat Lombok, apalagi mempertimbangkan lebih jauh dimensi

di luar keyakinan dan ketaan mereka. Hal ini kemungkinan beranjak dari hadis

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

populer “ulama sebagai pewaris Nabi” yang melahirkan keyakinan bahwa sifat-

sifat Nabi melekat dalam diri Tuan Guru. Namun tidak menutup kemungkinan

juga sebagai sebagian masyarakat yang lain dimensi ketaatan ini lahir dari

pemahaman lingkungan sosialnya.

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian ilmiah yang mengkaji tentang hubungan aspek sosial

dalam masyarakat dengan karya satra telah diungkapkan oleh Machali (2005: 1)

penelitiannya yang berjudul “Challenging tradition: the Indonesian novel Saman”

dalam jurnal ilmiah Journal of Language Studies. Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa Novel ini telah mengundang kritik, terutama karena penulis telah

menantang tradisi, baik dalam tema dan isi sebagaimana serta dalam gaya naratif.

Tema seperti seksualitas, yang sebelumnya dianggap tabu di masa lalu,

dieksplorasi dan ditantang dengan cara yang hampir tumpul.

Penelitian yang dilakukan oleh Rochayah Machali tersebut memiliki

relevansi dengan penelitian yang akan penenliti lakukan dalam hal pengulasan

realitas sosial masyarakat yang diangkat dalam sebuah novel. Namun ada

beberapa perbedaan yang terdapat antara penelitian tersebut dengan penelitian

yang akan penenliti lakukan. Pertama, novel kajian penenlitian berbeda. Kedua,

aspek yang diangkat sebagai permasalahan memiliki substansi yang berbeda

terutama dalam hal kompleksitas. Penenlitian yang dilakukan oleh Rochayah

Machali hanya mengangkat salah satu aspek sosial budaya dalam kehidupan yakni

tradisi, sedangkan penelitian yang akan penenliti lakukan selain mengungkap

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

aspek sosial budaya, penenliti juga mengulas tentang cermin situasi sosial

pengarang dan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel.

Penelitian sejenis lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Irsasri

dengan judul “Novel Burung-Burung Manyar karya Y. B. Mangunwijaya

(Tinjauan Sosiologi Sastra, Perspektif Historif, dan Nilai Pendidikan)”. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa novel ini merupakan cermin pribadi pengarang,

kisah yang dibangun denagn analogi binatang khususnya burung memberikan

filosofi penting kehidupan, dan realita cerita dalam novel merupakan peristiwa

sejarah, serta mengandung nilai pendidikan hedonism, nilai vital kehidupan, nilai

kerohanian, dan nilai kesucian.

Penelitian yang dilakukan oleh Irsasri memiliki relevansi dengan

penelitian ini dalam kajian yang digunakan dalam menganalisis novel, yakni

sosiologi sastra serta sama-sama mengangkat nilai pendidikan sebagai salah satu

masalah yang akan dianalisis. Perbedaannya terletak pada bahan atau novel yang

dikaji. Penelitian ini akan mengkaji novel Tuan Guru karya Salman Faris

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Irsasri menganalisis novel Burung-

Burung Manyari karya Y. B. Mangunwijaya.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini ada dua aspek besar yang akan dianalisis, yakni sosiologi

sastra dan nilai pendidikan dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris. Sosiologi

sastra itu sendiri terbagi menjadi dua sub, yaitu: sosial budaya masyarakat yang

dilukiskan dalam novel dan pandangan dunia pengarang. Adapun nilai pendidikan

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

terdiri atas: nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan

budaya, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan ekonomi, nilai pendidikan

politik, dan nilai pendidikan historis.

Sisi kehidupan manusia yang kompleks dan dengan ramuan daya imajinasi

pengarang menghasilkan sebuah karya sastra yang disebut novel. Dalam

penelitian ini, novel yang dikaji menguak tentang kehidupan sosial budaya sebuah

masyarakat. Kajian yang tepat untuk mengulas novel tersebut adalah sosiologi

sastra. Kajian sosiologi sastra mengkaji tentang kondisi sosial budaya masyarakat

yang dilukiskan dalam novel tanpa mengenyampingkan aspek kepengarangannya.

Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam latar belakang, novel Tuan

Guru karya Salman Faris diambil sebagai objek yang dikaji dalam penelitian ini

karena novel tersebut menguak tentang kehidupan religius, dan sosial budaya

masyarakat Lombok, khususnya Lombok Timur. Salman Faris berani mengupas

sisi kehidupan seorang Tuan Guru bukan hanya sisi positif tetapi juga sisi

negatifnya. Tuan Guru yang selama ini merupakan anutan semua masyarakat

Lombok dalam berprilaku dan merupakan hal yang tabu bagi seluruh masyarakat

membicarakan “kekurangannya”, berani dikupas oleh Salman Faris.

Novel Tuan Guru karya Salman Faris yang dominan mengangkat sisi

kehidupan sosial budaya masyarakat Lombok akan peneliti analisis dengan

menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang memang selaras dan tepat

mengupas tuntas isi novel tersebut. Pada prinsipnya, terdapat tiga perspektif

berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: (1) penelitian yang memandang karya

sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

masa sastra tersebut diciptakan, (2) penelitian yang mengungkap sastra sebagai

cermin situasi sosial penulisnya, dan (3) penelitian yang menangkap sastra sebagai

manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya (Laurenson dan

Swingewood dalam Endraswara, 2008: 79).

Deskripsi verbal alur berpikir di atas dapat di deskripsikan dalam gambar

berikut ini.

Sosiologi Sastra

Nilai Pendidikan Sosial budaya dalam

novel “Tuan Guru” karya Salman Faris

Pandangan Dunia Pengarang terhadap

Eksistensi Tuan Guru Nilai Pendidikan Moral

Nilai Pendidikan Sosial

Nilai Pendidikan Agama

Nilai Pendidikan Budaya

Novel “Tuan Guru” karya Salman Faris

Nilai Pendidikan Ekonomi

Nilai Pendidikan Politik

Nilai Pendidikan Historis

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian yang berjudul “Pendekatan Sosiologi Sastra dan Nilai-nilai

Pendidikan Novel Tuan Guru karya Salman Faris” ini merupakan penelitian studi

kepustakaan yang menggunakan setting tempat sebagai berikut.

1. Di perpustakaan pascasarjana UNS. Perpustakaan tersebut menyediakan

beberapa buku penunjang penelitian serta beberapa penelitian yang relevan

dengan penelitian ini.

2. Di perpustakaan pusat UNS. Di perpustakaan tersebut, terdapat buku-buku

terkait penenlitian ini.

3. Di perpustakaan daerah Kabupaten Lombok Timur. Perpustakaan tersebut

menyediakan beberapa buku terutama terkait dengan sosial budaya

masyarakat Lombok, khususnya Lombok Timur.

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yakni

mulai bulan Mei 2012 hingga bulan Oktober 2012. Untuk lebih lengkapnya,

pendeskripsian kegiatan serta setting waktu pelaksanaan terekam dalam tabel

berikut.

39

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Mei

2012

Juni

2012

Juli

2012

Agus

2012

Sept

2012

Okto

2012

1 Penyusunan proposal

penelitian

2 Pengkajian dan penyusunan

teori

3 Seminar Proposal

4 Pengumpulan data penelitian

5 Pengolahan data dan analisis

data

6 Penyusunan laporan penelitian

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dalam hal ini didasarkan pada langkah-langkah

pelaksanaan metode penelitian deskriptif yang dikemukakan oleh Suryabrata

(1992: 19-20):

1. Mendefinisikan secara jelas dan spesifik tujuan yang hendak dicapai,

2. Perlu menemukan fakta-fakta dan sifat-sifat dari variable penelitian,

3. Membuat rancangan tentang pendekatan, cara mengumpulkan data, cara

menentukan sampel, alat yang digunakan untuk mengumpulkan data,

4. Proses pengumpulan data,

5. Menganalisis dan menyusun laporan.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu individu, keadaan, gejala

dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Moleong, 2008: 16). Metode

deskriptif sendiri dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan sebagainya) pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi dalam

Siswantoro, 2005: 56). Dalam hal ini dideskripsikan secara kualitatif tentang

permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berupa analisis

novel “Tuan Guru” karya Salman Faris menggunakan pendekatan sosiologi sastra

dan nilai-nilai pendidikan dalam novel tersebut.

Tujuan penelitian yang bersifat kualitatif adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, actual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nasir, 1992: 63).

D. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode

content analysis atau analisis isi. Krisspendorff (2004: 18) mendefinisikan content

analysis is research method for making replicable and valid reference from data

or their context”. Analisis isi adalah suatu teknik penenlitian untuk mebuat

inferensi-inferensi (cara data dikaitkan dengan konteksnya) yang dapat ditiru dan

data sahih dengan memperhatikan konteksnya.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Metode ini digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Dokumen

dalam penelitian ini adalah novel “Tuan Guru” karya Salman Faris. Adapun hal-

hal yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah mengenai sosial budaya

yang digambarkan pengarang, pandangan dunia pengarang, serta nilai-nilai

pendidikan yang terkandung dalam novel tersenut.

E. Data dan Sumber Data

Data yang akan diambil dalam penenlitian ini adalah berupa kutipan-

kutipan dalam novel yang mengandung unsur sosial budaya dan nilai pendidikan.

Sumber data yang dimanfaatkan untuk sumber informasi seperti yang diharapkan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Novel dengan identitas lengkap sebagai berikut.

Judul Novel : Tuan Guru

Pengarang : Salman Faris

Jumlah Halaman : 641

Penerbit : Genta Press (Yogyakarta)

Tahun Terbit : 2007

2. Buku-buku penunjang lainnya yang relevan dengan dengan pendekatan

sosiologi sastra, novel, sosial budaya Lombok (khususnya Lombok Timur),

dan penelitian sastra khususnya pendekatan sosiologi sastra.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis dokumen yang dimulai dari tahap pembacaan, pencatatan dokumen,

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

hingga analisis dokumen. Proses yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah

membaca novel berulang-ulang secara heuristik dan hermeneutik. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Pradopo (2001: 84) bahwa pembacaan heuristik adalah

pembacaan berdasarkan struktural kebahasaannya atau secara semiotik adalah

berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. dan mencatat data-data

yang diperlukan dalam tahap analisis. Sementara itu, hermeneutik adalah

pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau

berdasarkan konvensi sastranya. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang

atau retroaktif sesudah pembacaan heuristik dengan memberikan konvensi

sastranya.

G. Validasi Data

Pada tahap validitas data, peneliti menguji tentang keabsahan atau

kebenaran data dalam penelitian ini yang menyangkut sosial budaya dalam novel

“Tuan Guru” karya Salman Faris, pandangan dunia pengarang, serta nilai-nilai

pendidikan yang terkandung dalam novel. Validitas data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan cara triangulasi. Dalam penelitian ini triangulasi yang

digunakan hanyalah triangulasi teori, yaitu cara penelitian terhadap topik yang

sama dengan menggunakan teori yang berbeda dalam menganalisis data.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan model analisis interaktif.

Menurut Bungin (2010: 69) alur analisis interaktif ada empat yaitu, (1) tahap

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

pengumpulan data; (2) tahap reduksi data; (3) tahap penyajian data; (4) tahap

penarikan kesimpulan/verifikasi.

Berikut penjelasan tiap-tiap analisis data tersebut.

1. Tahap pengumpulan data (data collection), yaitu mengumpulkan semua data

yang berkaitan dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam

penelitian.

2. Reduksi data (data reduction), yaitu kegiatan memilih data yang sesuai

dengan objek kajian dalam penelitian.

3. Penyajian data (data display), yaitu menyusun informasi atau data secara

teratur dan terperinci agar mudah dipahami dan dianalisis.

4. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing), yaitu kegiatan menyusun

kesimpulan dari data yang sudah diperoleh.

DATA COLECTION

CONCLUTION DRAWING & VERIFYING

DATA REDUCTION

DATA DISPLAY

Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pandangan Dunia Pengarang terhadap Eksistensi Tuan Guru dalam Novel Tuan Guru

Pandangan Salman Faris mengenai eksistensi tuan guru dalam masyarakat

Lombok yang dituangkan dalam novel Tuan Guru menimbulkan sebuah

penerimaan dan penolakan. Pengungkapannya yang bebas tentang tuan guru atau

oknum tuan guru telah menyingkap bahwa sesungguhnya tuan guru merupakan

manusia biasa yang tidak berbeda dengan masyarakat umumnya. Perbedaan

terletak pada ilmu agama dan secara aplikatif tuan guru belum tentu bisa

mengamalkan ilmunya secara total. Ia juga tidak luput dari kesalahan atau lebih

halusnya kekhilafan seperti masyarakat lainnya. Tuan guru tidak boleh

dikeramatkan apalagi disamakan derajatnya dengan nabi yang merupakan

manusia pilihan Allah yang mulia.

Cara pandang Salman Faris merupakan pandangan masyarakat yang

memosisikan dirinya pada satu titik netral yang tidak terbawa arus sistemik

masyarakat Lombok yang telah terbentuk sejak leluhurnya. Masyarakat Lombok

umumnya, baik yang terdidik maupun tidak terdidik memandang tuan guru

melebihi batas kodratinya sebagai manusia normal.

Sebagian besar masyarakat Lombok, khususnya Lombok Timur

berdasarkan kacamata Salman Faris menganggap bahwa tuan guru merupakan

sosok yang mampu memberikan garansi masuk surga. Masyarakat Lombok

45

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

berlomba-lomba memberikan sumbangan demi semua kegiatan yang aktor

utamanya tuan guru. Semua masyarakat lakukan demi mendapatkan keberkahan

dan didoakan oleh tuan guru. Menurut masyarakat Lombok, doa yang dipanjatkan

tuan guru lebih cepat diijabah oleh Allah dibandingkan manusia lainnya.

Masyarakat tidak memandang ada cela sedikitpun dari sosok tuan guru.

Sebagaimana kutipan berikut:

Sungguh hebat tuan guru itu. Jamaah akan berlomba-lomba menyumbang dengan lebih banyak demi doanya. Semoga rupanya tidak menakutkan, sehingga sesuai dengan harapan pemujanya. Kalau menakutkan? Iya, tidak apa-apa. Toh, bagi mereka yang sudah kadung memujanya, tetap akan melihatnya bak pangeran yang baru naik tahta. (Tuan Guru: 57)

Tuan guru menurut masyarakat Lombok mampu memberikan mereka

jaminan masuk surga dengan menjadi pengikutnya. Keyakinan masyarakat yang

terkadang berlebihan menggantungkan harapannya kepada sosok manusia yang

sebenarnya tidak berbeda jauh dengan mereka. Beikut kutipannya:

Siap. Aku sangat siap. Aku sudah rindu kepada surga itu. karena sekarang aku sudah memegang rekomendasi dari tuan guru, sebagai ahli surga. Ucapnya. (Tuan Guru: 57)

Kepandaian Salman Faris dalam memosisikan dirinya sebagai orang yang

belum melihat tuan guru secara langsung hanya mendengar cerita dari mulut ke

mulut diungkapkan melalui kisah masa kecilnya. Bagi orang luar Lombok yang

hanya mendengar legenda tuan guru dari penuturan warga pribumi akan tumbuh

rasa penasaran. Hal tersebut Salman Faris deskripsikan melalui pengalaman

dirinya yang hanya mendengar cerita tuan guru yang begitu sempurna dari orang

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

tua dan warga kampungnya. Pada saat pertama kali mengikuti pengajian di masjid

kampung timbul rasa penasaran dalam dirinya dan melihat antusiasme yang tinggi

dari jamaah pengajian, tokoh aku semakin penasaran begitu juga bagi orang luar

Lombok yang seandainya pertama kalia mengikuti pengajian. Berikut kutipannya:

Tuan guru benar-benar menjadi pusat perhatian. Sejumlah jamaah yang menguap, termasuk aku. Langsung hilang katuknya. Mata mereka kembali bersinar. Telinga mereka kembali aktif mendengar. Tuan guru, wajahnya berbiar-binar. Satu aksi reaksi yang sangat sempurna. Kantukku kembali datang. Tuan guru melanjutkan ceramahnya. Podium tempatnya berdiri, serasa bergetar…. (Tuan Guru: 97-98).

Begitu luar biasanya tuan guru ini. Tak ada cela yang keluar dari dirinya. Semua yang diperdengarkan dan diperlihatkan, ialah apa-apa yang bisa membuat jamaah lupa segalanya. Terasuki surga. Terlebih karena tuan guru mampu menceramahkan dengan sempurna keadaan di surga. Dan orang-orang yang berhak memasukinya. (Tuan Guru: 102)

Sosok tuan guru yang disucikan oleh jamaah pengikutnya, Salman Faris

mencoba menetralisir pandangan masyarakat melalui pandangannya dalam novel

Tuan Guru. Beliau mencoba memberi pemahaman bahwa tuan guru merupakan

manusia biasa yang tidak terlepas dari beberapa penyakit hati yang menyelimuti

manusia pada umumnya, seperti kebencian. Dia bukanlah orang suci yang tidak

ada bandingannya seperti yang selama ini di anggapkan oleh masyarakat.

Masyarakat Lombok terutama pengikut tuan guru layaknya robot yang telah

deprogram untuk mengikuti perintah tuannya, menyanjung tuannya, yakni tuan

guru. Berikut kutipannya:

Karena tuan guru juga manusia, ia pun mempunya kebencian. Sebuah kebencian yang semestinya tidak boleh hadir di jiwa

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

seorang tuan guru, yang sudah ditahdiskan: dimitos-mitoskan sebagai orang suci oleh masyarakat. (Tuan Guru: 275) Hoi. Betapa robot-robot manusia itu telah dinafikkan tubuhnya oleh kekuasaan: absolutisme religi pada sosok yang bernama tuan guru, yang mereka sendiri mencintainya. Indroktrinisasi nilai telah ditancap semakin kuat. Sehingga sosok ini pun menjadi tidak tertandingi. (Tuan Guru: 303)

Pandangan lain yang dikemukakan oleh Salman Faris dituangkan dalam

potret kehidupan keluarganya yang sebenarnya merupakan representasi dari

keluarga-keluarga masyarakat yang ada di Lombok Timur. Kedudukan dan

kharisma tuan guru yang tinggi telah menutup mata orang tua. Mereka telah

mencekoki anak-anak mereka dengan segala hal yang berkaitan dengan tuan guru.

Nama tuan guru adalah konstruksi kata pertama yang diajarkan oleh orang tua

kepada anak sebelum memperkenalkan leluhur bahkan diri mereka sendiri.

Sebagaimana yang dialami tokoh aku. Sejak kelahirannya, ia diajarkan atau

dipaksa mengeja nama tuan guru. Nama yang akan menjadi panutannya kelak.

Bahkan ia pun selalu diarahkan untuk menjadi demikian. Itulah hakikat hidup

yang dipegang kedua orang tuanya. Berikut kutipannya:

Diskriminasi itu, sejarah pertumbuhanku sebagai manusia. Tuan guru, sudah aku eja namanya sejak aku melihat dunia. Orang tuaku memperkenalkan tuan guru terlebih dahulu kepadaku, kemudian diri mereka berdua sesudah itu. (Tuan Guru: 311)

Pandangan ekstrim dilontarkan Salman Faris mengenai sosok tuan guru

diungkapkan pada kegamangan melihat tingkah orang tuanya yang terlalu

berlebihan melihat sosok tuan guru. Ibu tokoh aku rela berbuat hal-hal luar biasa

demi mewujudkan cinta kasihnya kepada tuan guru. Kemerdekaannya rela

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

digadaikan demi tuan guru. Lebih tragisnya lagi, apa yang dilakukan ibu tokoh

aku menjurus pada kesyirikan, menggantungkan segalanya kepada tuan guru

bukan kepada Tuhan. Sebagaimana yang terefleksi dalam kutipan berikut.

Dan kebenaran yang ibu perjuangkan telah memangkas kemerdekaan itu, kebenaran tunggal di tangan Tuhan telah digadaikan dalam simbol ketokohan tuan guru. seolah-olah ibu tidak percaya diri, sehingga meneguhkan masa depan akhirat ibu hanya di tangan tuan guru. (Tuan Guru: 319)

Salman Faris juga mengemukakan pandangannya kepada pembaca bahwa

bagi yang membangkan dan melawan ‘hukum’ yang dibentuk tuan guru akan

mendapat sanksi psikis bahkan tidak jarang mendapat benturan fisik dari

pengikutnya. Sebuah otomatisasi yang terbentuk dalam jamaah pengikut tuan guru

tanpa tuan guru turun tangan sendiri dan memerintahkan mereka. Orang yang

melawan tuan guru meski dalam posisi benar akan tetap dipersalahkan oleh

masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan ibu tokoh aku kepada dirinya bahwa

dalam kondisi apapun masyarakat tetap berada di belakang tuan guru dan

melawan semua yang menentang tuan guru. Pembangkan tuan guru tetap disebut

sampah masyarakat meski ia pahlawan sesungguhnya dalam masyarakat tersebut.

Berikut kutipannya:

Selain katamu, suaramu yang serak itu juga akan menambah perasaan benci masyarakat kepadamu. Kamu melawan orang yang mereka cinta. Kamu itu siapa, hah? Kamu hanya seorang anak dari ibu yang juga dari golongan mereka. Setinggi apapun kamu, tidak akan pernah menggantikan tuan guru pada tahta hati mereka. Dan alasan itu yang akan digunakan oleh mereka untuk menghalaumu. Kamu akan jadi sampah anakku. (Tuan Guru: 323)

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Pandangan Salman Faris dalam mengekspresikan pengikut tuan guru yang

begitu banyak dan hampir tersebar diseluruh penjuru Lombok dengan

menggunakan frasa ‘pulau tuan guru’. Salman Faris menganggap tidak ada tempat

di tanah Lombok bagi yang berani menentang apa yang telah diputuskan oleh tuan

guru sebab disemua wilayah Lombok ada pengikut tuan guru yang siap pasang

badan demi kehormatan tuan guru. Pada saat tokoh aku berada pada posisi

berbeda arah dengan yang lain tersebut, ia serasa tidak ada tempat untuk

berlindung bahkan orang tuanya pun menjadi abdi setia tuan guru yang siap

mengorbankan anaknya. Berikut kutipannya:

Langit akan segera menggulungku. Tercampak aku. Siapa yang hendak memungutku. Karena setiap tempat ialah alamnya tuan guru. Pulau ini, seolah bernama lain, “pulau tuan guru”. (Tuan Guru: 353)

Di Lombok, tuan guru merupakan penguasa yang membawahi semua

jabatan. Peajabat setinggi apapun akan turut dan patuh pada apa yang dikatakan

oleh tuan guru. Di hadapan tuan guru mereka sama seperti jamaah lainnya.

Mereka akan mengikuti semua fatwa yang tercetus dari mulut tuan guru.

sebagaimana kutipan berikut.

Meskipun ruang kekuasaan tuan guru melebihi ranah politik di tanah kita ini. Lihat saja, mereka yang berkuasa, tak henti-hentinya menyambangi tuan guru. seolah-olah kekuasaan mereka takut direbut oleh tuan guru. Padahal mereka bisa saja membuat peraturan yang dapat mengakibatkan sepak terjang tuan guru menjadi terbatas. Itu pun kalau mereka benar-benar takut. (Tuan Guru: 355)

Tuan guru tidak hanya berkuasa dalam hal struktur pemerintahan di

Lombok, tetapi ia berhak pada semua jamaahnya. Jamaah akan memberikan

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

secara sukarela apa yang diinginkan tuan guru. Permintaan tuan guru merupakan

sebuah kehormatan luar biasa bagi orang yang dimintai tuan guru terlebih dalam

hal mencari istri. Gadis manapun yang diinginkannya akan ia dapatkan dengan

mudah dan orang tua si gadis akan menganggap itu sebagai sebuah keberuntungan

atau keberkahan yang patut disyukuri. Berikut kutipannya:

Namun kuasa tuan guru, seolah melebihi jagad pada diri wanita yang diinginkannya. (Tuan Guru: 376) Bagi mereka, mendapatkan menantu tuan guru, sudah lebih dari cukup. Untuk hal itu, mereka rela mengeluarkan biaya pernikahan yang cukup besar. Padahal abahnya Nailal sudah termasuk tuan guru desa. Orang terpandang secara agama dan ekonomi. (Tuan Guru: 392)

Salman Faris memandang bahwa tuan guru merupakan otak yang

menggerakkan semua jamaahnya. Apa yang menjadi kehendak tuan guru akan

dilaksanakan secara sukarela oleh jamaahnya. Para jamaah seolah kaki dan tangan

tuan guru yang melakukan apapun yang diperintahkan otak yakni tuan guru.

Semua tindakan yang dilakukan masyarakat selalu melalui persetujuan tuan guru.

sebagaimana kutipan berikut.

Apalah kami. Kami hanya mengikuti tuan guru. Kami tidak mengetahui apa-apa. Toh, jika kami bertindak, kami harus melakukannya dengan sepengetahuan tuan guru. (Tuan Guru: 414-415)

2. Latar Belakang Sosial Budaya dalam Novel Tuan Guru

a. Adat dan Kepercayaan

Dalam sebuah masyarakat, hidup dan berkembang kebiasaan-kebiasaan

yang telah diwariskan secara turun-temurun sehingga menjadi adat yang selalu

dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Adat yang ada di dalam komunitas

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

masyarakat menjadi sebuah kekayaan tersediri bagi masyarakatnya yang bisa

menjadi ciri identitas masyarakat tersebut.

Selain adat, dalam masyarakat tersirat kepercayaan-kepercayaan yang

diakui eksistensinya. Walaupun perekmbangan ilmu pengetahuan telah mengubah

pola pikir masyaraat tetapi adat dan kepercayaan tetap tumbuh meski terkadang

dilahat dari segi logika tidak bisa berterima.

Masyarakat Lombok memiliki beberapa adat yang khas dalam

merumuskan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersifat

mengikat meskipun aturan tersebut tidak diuraikan secara tersurat. Masyarakat

menaati aturan tersirat tersebut sebagai sebuah aturan yang bagi pelanggarnya

akan mendapat sanksi yang umumnya lebih ke arah psikologis, misalnya berupa

pengucilan oleh masyarakat.

Masyarakat Lombok percaya dan meyakini bahwa rizki akan datang

dengan mudah tanpa bekerja terlalu keras dan menguras banyak keringat, caranya

membuka semua jendela dan pintu di pagi hari dari waktu subuh sampai sebelum

matahari pagi menghilang merahnya. Sebagaimana yang tercermin dalam kutipan

berikut.

Seperti keyakinan ibu dan orang kampungku: dari daun pintu yang dibuka, sebelum matahari pagi menghilang merahnya, akan mengalir rizki-rzki itu, seperti terhalau dari tempatnya yang jauh, lalu mendekat, merapat dengan tanpa melelahkan peluh yang bercucuran bagi yang mencarinya. (Tuan Guru: 92)

Selain kepercayaan dalam hal kemudahan dalam mencari rejeki,

masyarakat Lombok memiliki kepercayaan terhadap beberapa tempat keramat

yang bisa menenangkan jiwa. Jika seseorang tertimpa musibah dan sulit

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

mengendalikan diri dan jiwanya tidak tenang maka ia akan pergi untuk berendam

dalam kesunyian di daerah Tete Batu dan Joben. Setelah itu, ia akan memperoleh

khasiat ketenangan psikologis. Berikut kutipannya:

…. Jalal yang menawarkan rencana lain di hari pernikahan Nailal: pergi ke Tete Batu atau Joben. Berendang di dalam air dingin. Satu tirakat, banyak orang di kampungku melakukan tirakat itu agar dapat mengendalikan diri ketika ditimpa musibah besar. Aku tolak. (Tuan Guru: 387)

Kepercayaan yang sampai sekarang dianggap lelucon juga oleh

masyarakat Lombok tetapi tetap meyakini kebenarannya, yakni tentang mempelai

pria tidak akan bisa melafalkan ijab-kabul dengan lancar apabila ujung tikar atau

karpet yang menjadi alas duduk mempelai dan wali dilipat. Jumlah lipatan diujung

karpet merupakan jumlah kesalahan yang akan dibuat oleh mempelai pria dalam

ijab-kabul. Hal tersebut dapat dilakukan oleh siapapun baik menggunakan mantra

khusus ataupun tidak dan jenis tikar berpengaruh. Jika tikarnya terbuat dari daun

pandan berduri maka lipatannya akan lebih manjur dibandingkan jenis alas yang

lain. Berikut kutipannya:

…. Dengan membaca mantra sekadarnya, bahkan bisa juga tidak memakai mantra. Iseng saja. Sudut karpet atau apa saja digulung sesuai dengan keinginan. Kalau digulung sepuluh kali, maka pengantin laki-laki akan melakukan kesalahan sepuluh kali dalam mengucapkan ijab Kabul. Sampai gulungan itu dilepas. Tetapi, yang palingmujarab ialah tikar pandan. Dengan tikar pandan, usaha orang yang iseng itu sedikit kemungkinan untuk tidak berhasil. Dengan alasan itu aku mendatangi Nuh. (Tuan Guru: 396).

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Adat salah satu kampung yang diangkat dalam novel Tuan Guru yang bagi

sebagian pembaca aneh adalah tentang keinginan seorang wanita atau gadis

pribumi di Desa Plambek yang hanya bersedia menikahi laki-laki yang dengan

gagah berani melakukan aksi pencurian. Gadis dari desa tersebut akan merasa

bangga menikah dengan laki-laki yang mampu membawakannya harta hasil

curian. Makna filosofi yang tertuang dalam kisah tersebut adalah gadis dari Desa

Plambek mau menikahi laki-laki yang memiliki keberanian dan bukan laki-laki

yang hanya menyombongkan harta keluarganya.

Jangan pernah mendatangi rumahku, kalau kamu belum dapat menceritakan bagaimana pahit manisnya jadi pencuri. Jangan pula kamu sembunyikan kelakianmu di balik harta yang kamu bawa itu, padahal kamu mendapatkannya dengan cara meminta kepada keluargamu. Datanglah sebagai pencuri, tetapi kamu benar-benar laki-laki, daripada kamu datang sebagai orang bijak, namun kamu tidak lebih dari penetek bayi. (Tuan Guru: 344)

Kepercayaan yang diyakini sanksi alamiahnya berupa kesialan bagi yang

melanggarnya oleh masyarakat Lombok, yakni jika seseorang berniat jahat baik

bermaksud mencuri atau mencelakai tuan rumah di malam hari ketika tuan rumah

sedang tidur lelap dan terbangun dari tidurnya lalu batuk atau berdehem dengan

sengaja atau tidak sengaja maka pantang bagi orang yang berniat jahat tersebut

melanjutkan niatnya. Jika pencuri telah mengangkat barang yang hendak dibawa

lari maka ia harus meletakkannya kembali. Apabila melanggar hal tersebut maka

kesialan akan selalu menghampirinya. Berikut kutipannya:

Kebiasaan dalam masyarakatku. Terutama yang pekerjaannya sebagai pencuri. Apabila mereka menemukan yang punya rumah sudah terjaga, bahkan sekedar berdehem atau terbatuk tanpa disengaja. Meskipun mereka yang sudah berniat mencuri itu

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

sudah di dalam rumah, dan barang-barang yang ada di dalam rumah sudah siap mereka angkat. Mereka harus keluar dari rumah itu dengan tanpa membawa barang yang sudah dikemas. Meskipun barang remeh-temeh harus ditinggalkan. Kalau tidak mereka akan menemukan sial selama-lamanya. Semacam kutukan bagi yang melanggar hukum adat. (Tuan Guru: 517)

Keyakinan berlebihan masyarakat terhadap tuan guru berdampak pada

sikap dan kepercayaan masyarakat yang cendrung menjurus kemusrykan.

Masyarakat percaya bahwa bersalaman dengan tuan guru memberikan keberkahan

bagi individu jamaah tersebut. Setelah bersalaman, para jamaah akan menggosok-

gosokkan kedua telapak tangan mereka lalu mengusapkan ke wajah tiga kali

sambil memanjatkan doa.

….Kedua telapak tangan mereka digosok-gosokkan berulang sampai memperdengarkan bunyi ke telingaku, kemudian mengusapkannya ke wajah mereka tiga kali dengan mulut komat kamit. Dan mereka segera keluar dari kerumunan jamaah. (Tuan Guru: 103)

Kepercayaan masyarakat tidak hanya terhenti pada sosok tuan guru itu

sendiri tetapi segala sesuatu yang berkaitan dengan tuan guru menjadi barang

keramat dan suci, sesuci al-Quran. Ibu tokoh aku yang merupakan representatif

jamaah tuan guru lainnya mengharamkan foto tuan guru tergeletak di lantai. Foto

tuan guru harus selalu dalam kondisi bersih. Masyarakat percaya bahwa dengan

meletakkan foto tuan guru di rumah, seluruh penghuni rumah tersebut akan selalu

dinaungi keberkahan.

…. Beberapa foto tuan guru sudah tampak sudah tampak bersih di dalam bingkainya. Ada yang belum dikembalikan ke tempatnya, ada juga yang masih diletakkan di atas meja yang sengaja dibawa ke dalam kamar itu, karena tidak mungkin

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

meletakkan foto tuan guru tergeletak di lantai. Sangat tidak mungkin. (Tuan Guru: 483).

Sistem kekeluargaan yang terbentuk berdasarkan adat luhur yang

diwariskan oleh nenek moyang adalah dalam menyebut kepemilikian tidak

menggunakan –ku yang menyatakan milik sendiri. Hal ini untuk meniadakan jarak

hubungan antara pembicara dengan lawan bicara. Dalam menyebut ayah atau ibu

tidak akan diakhiri dengan ayahku atau ibuku.

Satu tradisi berbahasa di kampungku. Bahwa mereka tidak akan pernah menyebut orang tuanya sendiri, atas nama dirinya sendiri di depan orang lain yang sudah mereka anggap saudaranya sendiri. Bila orang itu sudah benar-benar mereka yakini sebagai saudara. Mereka akan lakukan hal serupa pada setiap miliki mereka. Kecuali yang sifatnya pribadi sekali. Istri, atau suami, misalnya…. (Tuan Guru: 598)

b. Pekerjaan

Pekerjaan masyarakat Lombok yang dideskripsikan oleh Salman Faris

dalam novel Tuan Guru hanya beberapa dari sekian pekerjaan yang digeluti oleh

masyarakat Lombok umumnya. Pekerjaan-pekerjaan tradisional lebih ditonjolkan.

Nusa Tenggara Barat yang terkenal dengan kudanya berimbas pada pekerjaan

masyarakat Lombok. Masyarakat Lombok menggunakan tenaga kuda untuk

menarik gerobak yang bisa mengangkut beberapa orang sebagai alat transportasi

jarak dekat. Cidomo atau yang lebih akrab dipanggil becak oleh masyarakat

Lombok merupakan salah satu jenis mata pencaharian beberapa kepala keluarga.

Dalam novel Tuan Guru, pekerjaan ini dilukiskan oleh kehidupan Amaq Repah.

Berikut kutipannya:

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

…. Tetapi kalau Papuk Odah menolak naik cidomo, ini bisa jadi soal lain. Sepintas aku pernah dengar, bahwa Papuk Odah sering bercerita kepada orang lain, ia sangat senang naik cidomonya Amaq Repah, terlebih cidomo itu ditarik oleh kuda tambang yang tidak rewel, larinya kencang…. (Tuan Guru: 37)

Penjual ternak merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh

masyarakat Lombok. Lombok yang memiliki beragam binatan ternak mendukung

jenis pekerjaan tersebut. Pekerjaan ini direfleksikan pada pekerjaan ayah tokoh

aku yang merupakan juragan terbak dari kakeknya. Sebagaimana yang tercantum

dalam kutipan berikut.

Hari ini sabtu. Sekolah pulang lebih awal. Sedikit mengobati kecewa pagi tadi. Aku tiba di rumah kembali sesudah zuhur. Ayah sudah tidak ada di rumah. Entah ia di pasar hewan yang mana sekarang? Pintu rumah terbuka….

Pekerjaan lain yang dilakoni oleh masyarakat Lombok dalam

menyambung hidup adalah bertani. Hal tersebut terlukis pada kehidupan keluarga

tokoh aku yang memiliki sawah dan digarap oleh orang lain yang sudah dianggap

telaten dalam mengolah tanah garapan. Berikut kutipannya:

Ibu tadi tidak sempat ke masjid untuk shalat zuhur berjamaah. Ia terlambat pulang dari sawah. Karena orang yang suruh menggarap sawah minta ditunggu sampai selesai. Ibu mengalah. Terdengar dari pembicaraannya. (Tuan Guru: 57)

Lombok juga dihuni oleh beberapa pendatang yang mencoba peruntungan

di tanah rantauan. Dalam novel Tuan Guru, Salman Faris mendeskripsikan

seorang perantau dari Jawa yang bekerja sebagai tukang jahit. Berikut kutipannya:

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Merasa dirugikan, tukang jahit, yang orang Jawa itu. ia menghadap tuan guru, dan menjelaskan bahwa tuan guru benar-benar menyuruh memperbaiki jahitan pada lengan jubah. Tukang jahit itu menunjukkan bukti gambar dengan ukuran yang dibuat tuan guru sendiri. Tuan guru terdiam. (Tuan Guru: 124)

Jenis pekerjaan lain yang digambarkan dalam novel Tuan Guru adalah

dukun beranak yang direfleksikan melalui tokoh Papuk Odah. Papuk Odah

merupakan dukun beranak kepercayaan keluarga tokoh aku sejak kelahiran ibu

hingga kelahirannya. Tetapi tidak jarang tenaga Papuk Odah juga dibutuhkan oleh

orang lain. Selain sebagai dukun beranak, di masa tuanya Papuk Odah

memperdalam kelihaian dalam meracik bahan-bahan tradisional menjadi obat.

Sebagaimana yang tercermin dalam kutipan berikut.

Papuk Odah membantu kelahiran ibumu. Tetangga sempat memanggil Papuk Odah yang kebetulan baru selesai mengobati orang sakit di kampung itu. masih muda, Papuk Odah sudah bekerja sebagai dukun beranak. Setelah tua, ia baru menekuni pengobatan tradisional yang lain dengan lebih serius. (Tuan Guru: 479)

c. Pendidikan

Latar belakang pendidikan yang disuratkan oleh Salman Faris dalam novel

Tuan Guru memang didominasi oleh pendidikan agama karena memang menjadi

sorotan dalam hal ini adalah kisah di balik tuan guru dan yang melingkupinya.

Tokoh aku yang orang tuanya merupakan pengikut tuan guru yang taat sejak kecil

telah dipersiapkan untuk memperdalam ilmu agama. ia pun disekolahkan pada

sekolah yang memiliki fokus utama dalam bidang agama, misalnya pada saat

teman-teman seusianya memasuki sekolah menengah pertama, ia dimasukkan

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

oleh orang tuanya ke Madrasah Tsanawiyyah (setingkat SMP). Berikut

kutipannya:

Aku ingat betul, guru Sejarah Kebudayaan Islam mengucapkannya saat masih duduk di kelas tiga Madrasah Tsanawiyyah. Aku sempat bertanya saat itu (sebab aku selalu tertarik dengan sejarah), namun sayang sekali, sebelum guru itu memberikan jawaban, bel tanda pulang berbunyi. (Tuan Guru: 177)

Dunia pendidikan di Lombok telah terpengaruh oleh kelas sosial orang tua

siswa. Anak-anak tuan guru selalu menjadi terdepan walaupun ada anak

masyarakat dari kalangan biasa yang mampu lebih baik dalam hal prestasi. Guru

dan para siswa mengetahui hal tersebut, tetapi semua orang seolah menutup mata

dengan peristiwa tersebut. Ihsan, salah seorang anak tuan guru yang kebetulan

sekelas dengan tokoh aku di Madrasah Tsanawiyyah selalu menjadi ranngking

pertama di kelas. Padahal guru dan teman kelas lainnya mengetahui kalau dari

segi akademik dan keseharian, tokoh aku jauh mengungguli Ihsan.

Banyak orang tidak percaya, ketika di kelas satu sekolah menengah pertama: Madrasah Tsanawiyaah. Ihsan menempati rangking pertama, karena kenyataan menunjukkan lain. akulah yang selalu terdepan. Mengerjakan pekerjaan di depan kelas. Menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang tidak bisa dijawab oleh Ihsan, ludes dalam jawabanku. Terjawab semuanya dengan lancar. Setiap ada ulangan, Ihsan tidak pernah lepas dari buku, sedangkan aku, tangan kososng memasuki arena pertempuran. (Tuan Guru: 119)

Dalam novel Tuan Guru, pendidikan yang dilukiskan dalam masyarakat

Lombok memang lebih fokus pada pendidikan yang terfokus pada agama. Namun,

Salman Faris tidak serta merta mengenyampingkan jenjang pendidikan yang

tinggi yang memang ditempuh oleh beberapa masyarakat Lombok dan dalam hal

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

ini dilukiskan dalam kehidupan anak-anak tuan guru. Ihsan yang tidak lain adalah

saingan tokoh aku selama di Madrasah Tsanawiyyah melanjutkan pendidikannya

ke perguruan tinggi negeri di kota dan masuk jurusan Ilmu Sosial dan Politik.

Tidak hanya kota di Pulau Lombok, anak-anak tuan guru melanjutkan pendidikan

ke tanah Jawa hingga ke luar negeri. Berikut kutipannya:

Sudah lami tidak berbicara berdua. Semenjak kami merampungkan Madrasah Aliyyah. Kami jarang bertemu. Ihsan memilih kuliah di kota. Jurusan ilmu sosial dan politik. Hal ini membuat aku tidak ingin bertemu dengannya. (Tuan Guru: 439) Banyak sekali, anak tuan guru yang disekolahkan di Jawa. Di perguruan tinggi negeri ternama. Bahkan di luar negeri. Memiliki kuliah yang memiliki masa depan. (Tuan Guru: 439)

Pendidikan tinggi terbaik di beberapa perguruan tinggi ternama yang

dirasakan oleh anak-anak tuan guru tidak dirasakan secara merata oleh masyarakat

Lombok. Meskipun sebenarnya warga masyarakat yang lain mampun

menyekolahkan anaknya layaknya anak-anak tuan guru. Tetapi pradigma warga

yang telah tercekoki oleh ucapan tuan guru yang langsung dianggap sebagai

sebuah fatwa membuat masyarakat mempercayakan anaknya pada pondok

pesantren yang minim informasi umum. Berikut kutipannya:

Sedangkan anak-anak jamaahnya dibiarkan. Dipaksakan terkatung-katung pada garis nasibnya, di pondok pesantren. Di sekolah-sekolah yang terletak di pelosok desa. Sekolah tanpa informasi. (Tuan Guru: 439)

d. Agama

Latar belakang agama yang dianut masyarakat Lombok berdasakan

gambaran Salman Faris dalam novel Tuan Guru adalah mayoritas muslim. Setting

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

pesantren dan masyarakat pengikut tuan guru yang fanatik mendengar ceramah

atau pengajian menjadi alasan logis untuk menyatakan bahwa masyarakat

Lombok penganut agama Islam. Masjid besar yang dibangun di tengah kampung

menjadi pertanda bahwa mayoritas masyarakatnya Islam. Sebagaimana kutipan

berikut ini:

Karena penasaran, aku sempat kesana, memasuki kampung itu. mataku disambut oleh gerbang masjid yang besar. Mataku segera menuju ke kubah masjid yang berwarna keemasan…. (Tuan Guru: 31) Belum jauh aku meninggalkan kampung. Di masjid terdengar suara pengumuman. Setiap jamaah disuruh menyumbang untuk pengajian tuan guru besok malam. Eh. Tidak selera sama sekali mendengarnya. (Tuan Guru: 56)

Selain masyarakat mayoritas pemeluk Islam, dalam novel Tuan Guru

terdapat pemeluk minoritas yang dideskripsikan melalui kehidupan tokoh

keturunan Cina. Meskipun nenek moyangnya merupakan pembawa Islam di Pulau

Lombok, mereka belum tentu memeluk keyakinan yang sama dengan leluhurnya.

Sebagaimana yang tercantum dalam kutipan berikut.

Wanita Cina yang lambat laun tergerak untuk menggali masa lalu nenek moyangnya. Ia pun mengerti, bahwa nenek moyangnya berperan dalam proses awal masuknya Islam ke pulauku. Jikapun akhirnya, ia mendapati dirinya tidak memeluk keyakinan mayoritas, ia pahami sebagai satu proses panjang dalam perjalanan nenek moyangnya sebelum menapak pasti sebagai bagian dari pribumi di pulauku…. (Tuan Guru: 638)

e. Tempat Tinggal

Salman Faris mengambil beberapa seting tempat penceritaan novel Tuan

Guru. Meski hanya diulas secara sepintas, tetapi pantai Manange Baris, Lombok

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Timur menjadi seting awal tempat tempat cerita ini berlangsung. Pantai ini

berdekatan dengan Pelabuhan Penyebrangan Kayangan. Pelabuhan yang menjadi

tempat berlabuh kapal-kapal penyebrangan dari Sumbawa-Lombok. Berikut

kutipannya:

Itulah teriakan Shaleh dari pantai Manange Baris kepada penumpang kalal-kapal laut yang hendak berpergian ke timur, yang bertolak dari pelabuhan Kayangan…. (Tuan Guru: 9)

Desa yang dominan diceritakan dalam novel Tuan Guru adalah desa

tempat tokoh aku tinggal. Desa yang masyarakatnya merupakan pengikut tuan

guru yang setia. Kisah masa kecil tokoh aku sebelum masuk pondok pesantren

banyak terjadi di desa Kembang Sandat, Kecamatan Sakra, Lombok Timur. Nama

desa yang diambil dari kisah seorang wanita cantik yang lahir dari keluarga biasa.

Karena menolak dinikahi penguasa yang tamak, ia rela meminta seorang kesatria

pribumi yang tidak lain adalah kekasihnya untuk membunuhnya. Berikut

kutipannya:

Rumah itu, terletak di perbatasan desa. Jadi, hampir setiap orang yang pernah lewat di perbatasan. Dapat dipastikan, ia mengenal rumah itu. terlebih karena rumah itu terletak di desa yang cukup terkenal. Kembang Sandat nama desaku. (Tuan Guru: 16)

Daerah-daerah tempat pengajian yang didatangi tokoh aku memperbanyak

setting tempat yang diangkat dalam cerita. Tokoh aku pergi mewakili tuan guru

untuk menyampaikan pengajian sampai ke daerah yang sebagian besar

penduduknya adalah pencuri yakni Desa Plambek.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Begitulah kata wanita yang laki-laki itu datangi. Tergeragap aku. Telingaku terasa diperawani oleh ilmu yang baru. Yang tersembunyi di ranting-ranting yang kering. Tersimpan di batu-batu yang berbaris sepanjang jalan berdebu menuju Desa Pelambek itu. (Tuan Guru: 344)

Di luar pulau Lombok, novel Tuan Guru juga mengambil seting tempat

pulau tetangga yakni pulau Sumbawa. Di pulau Sumbawa inilah tuan guru juga

melakukan pengajian yang selanjutnya dilakukan oleh tokoh aku dalam tugasnya

mewakili tuan guru. Namun, dalam perjalanan ke Sumbawa untuk berceramah, ia

menyempatka juga melakukan penyuluhan dan memberikan informasi kepada

masyarakat tentang kesehatan makanan. Berikut kutipannya:

Suatu hari aku mendapatkan giliran ke Sumbawa untuk memberikan program penyuluhan tentang makanan bergizi. Makanan yang tidak hanya banyak tetapi kaya akan protein. Ternyata, tidak hanya di Sumbawa, tetapi di kampungku, masyarakat hanya mementingkan jumlah makanan yang banyak, tidak penting gizi. (Tuan Guru: 408)

Selain latar tempat berupa lokasi geografis, dalam novel Tuan Guru

menggunakan seting tempat berupa bangunan, misalnya berupa rumah, sekolah,

masjid, pondok pesantren, dan lainnya. Di masa kecil tokoh aku, beberapa

kejadian peristiwa dilukiskan dalam sebuah masjid ketika pengajian tuan guru

berlangsung dan pada saat shalat. Pada saat tuan guru melakukan pengajian ke

kampung-kampung, ia memilih lokasi masjid utama di kampung tersebut karena

kegiatan tuan guru merupakan salah satu bentuk ibadah yang ditinggikan. Masjid

merupakan tempat mengumpulkan masyarakat yang mudah serta telah tersedia

sarana pendukung pengajian. Berikut kutipannya:

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Gemuruh ketiga membuatku mencoba memanjangkan leher sambil menutup telinga, melihat-lihat semua wajah orang-orang yang berada di masjid. (Tuan Guru: 98-99)

Rumah tokoh aku juga mengungkap banyak kisah tokoh utama bersama

keluarganya hingga akhir. Di rumah tersebut tokoh aku melihat kekejaman yang

dilakukan oleh ayahnya baik terhadap ibu maupun terhadap dirinya. Di rumah

tersebut, tokoh aku melihat ketimpangan-ketimpangan yang kurang berterima

yang dilakukan oleh ibunya, dan di rumah tersebut tokoh aku hendak dibunuh

oleh pengikut tuan guru yang taat dan dendam terhadap dirinya. Berikut kutipan

yang mengisahkan ketika tokoh aku mendapat pendidikan militer dari orang

tuanya untuk membentuk sikap dan kepribadian dia dan kedua saudaranya agar

siap memasuki pondok pesantren di ruang tengah rumah (atau dalam bahasa

Lombok disebut sangkok).

Teriak ibu. Sambil menyuruh kami berjalan mengitari ruang tengah rumah. Sangkok dalam rumah yang lumayan luas. (Tuan Guru: 109)

Kisah yang lain ditampilkan Salman Faris ketika mengisahkan kehidupan

tokoh aku di pondok pesantren. Selama berada di asrama pondok pesantren, tokoh

aku belajar tentang dirinya, belajar tentang kebebasan, belajar tentang ketertarikan

terhadap lawan jenis dan belajar tentang mengikhlaskan orang yang dicintainya

bukan demi tuan guru tetapi karena tuan guru. Di pondok pesantren, tokoh tidak

mendapat pendidikan yang baik. ia merasa seolah berada dalam sebuah jeruji yang

membatasi segalanya dan membuatnya merasa tertekan. Sebagaimana yang

terefkeksi dalam kutipan berikut.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Jeruji pondok pesantren semakin menyempitkan diri. Terasa. Di mana kelas sosial semestinya dibunuh, justru disinilah semakin terasa tikam menikam…. (Tuan Guru: 121)

Rumah lain yang menyingkap banyak kisah dalam novel Tuan Guru

adalah rumah tuan guru. Rumah tuan guru yang selokasi dengan pondok pesantren

tersebut berdampingan dengan musholla, tempat pengajian-pengajian besar

digelar dan tempat beberapa kegiatan pelajaran pesantren diadakan. Berikut

kutipannya:

Rumah tuan guru yang kelihatan luas, berwibawa itu, berdampingan dengan musholla yang tidak kalah luasnya. Tiang-tiang utama musholla itu bahkan lebih besar dari tiang-tiang masjid jamik di kota kabupaten. Karena musholla itu diperuntukkan bagi pengajian yang berkapasitas ribuan orang. Tidak jarang, pengajian akbar digelar disitu. (Tuan Guru: 148)

f. Bahasa

Penggunaan bahasa dalam mendeskripsikan alur cerita dalam novel Tuan

Guru, Salman Faris menggunakan bahasa sastra yang mengandung implikatur.

Dalam satu pernyataan yang diungkapkan tersirat banyak makna. dalam

menunjang kepekaan pembaca, Salman Faris memasukkan beberapa kalimat,

frasa, dan kata dalam bahasa Lombok. Hal tersebut membuat pembaca terutama

yang sedaerah dengan pengarang merasa lebih intim dan dekat dengan kisah

dalam novel. Setiap penggunaan bahasa daerah, Salman Faris memberikan makna

dari bahasa daerah tersebut. Berikut kutipan-kutipan yang mengungkap tentang

penggunaan bahasa daerah Lombok yang digunakan Salman Faris dalam

mendukung peristiwa-peristiwa dalam novel Tuan Guru.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

…. O gamaq inak. Mun nyerake suran-uran: aduh! Kekalahan dan derita sepanjang waktu. (Tuan Guru: 11) …. Sebenarnya kalua ia hendak pergi memancing, bila pilahannya telabah: sungai kecil yang juga membelah sawah, bocah itu cukup melangkah beberapa meter, ia pasti sudah sampai di telabah yang tidak kalah berkeloknya dengan sungai yang jauh di sana…. (Tuan Guru: 12) Astaga! Apa mereka lupa kalau sehabis pengajian kita akan ngandang dulang? Bukankah itu yang inti? Semua jamaah duduk bersila. Begibung. Dulang tinggi-tinggi itu di tengah. Kemudian tanpa aba-aba. Dulang dibuka serempak. Menyantap isinya dengan lahap. (Tuan Guru: 103) Lidah mereka hanya diajarkan untuk mengucapkan “tampiasih”, “kaji ngiring”. (Tuan Guru: 528)

Selain penggunaah bahasa daerah Lombok yang digunakan oleh Salman

Faris dalam menceritakan kisah-kisah yang terjadi, beberapa kosakata Arab juga

digunakan. Hal ini tidak lepas dari pengaruh latar pondok pesantren yang diangkat

dalam novel Tuan Guru.

Bahkan, di tingkat tiga, Ridwan masuk ke dalam sepuluh besar santri berprestasi, diakuinya sendiri, karena ia banyak bertanya kepadaku. Dan jawaban-jawaban yang aku berikan cukup mengena. Cukup analitik. Istilah yang bagi Ridwan sangat asing. Karena ia harus sami’na waato’na: mendengar lalu menjalankan tanpa ada koreksi. Tanpa ada kesadaran untuk menganalisa duduk persoalan. (Tuan Guru: 181-182) Maklum. Tuan guru kan lebih banyak belajar bahasa “na’am anta itu.” (Tuan Guru: 468)

g. Suku

Selain suku pribumi asli Lombok yakni suku Sasak yang mendiami Pulau

Lombok, ada masyarakat pendatang yang juga telah melangsungkan kehidupan

sejak zaman nenek moyang terdahulunya datang. Etnis yang banyak mendiami

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

pulau Lombok yang diangkat kisahnya dalam novel Tuan Guru adalah etnis Cina.

Mereka melakukan perdagangan dan menerapakan sistem perdagangan yang maju

tetapi karena campur tangan tuan guru mereka harus rela diintimidasi oleh

penduduk setempat.

…. Kaum muslim di pulauku, misalnya. Tidak sedikit di antara mereka yang menjadikan etnis Cina sebagai donator utama dalam pembangunan masjid dan madrsah. (Tuan Guru: 639)

Sisa-sisa keturunan masyarakat Bali yang dulu pernah menjajah Lombok

juga masih mendiami Pulau Lombok. Mereka melangsungkan kehidupan dengan

berdagang. Tetapi setelah sistem kerajaan berangsur-angsur pudar, penduduk Bali

dan Lombok hidup rukun menjalin kerja sama meski ada beberapa yang masih

menganggap orang luar sebagai musuh yang harus ditaklukkan.

Itulah kenapa mereka tidak heran ketika keluarga Bali itu mebeli sawah hampir semua penduduk kampung. Tidak lama, keluarga Bali itu menjadi tuan tanah. Sedangkan orang-orang kampung tempat Papuk Odah dan suaminya merantau hanya bisa menjual tanah untuk ongkos naik haji. (Tuan Guru: 404)

3. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Tuan Guru

a. Nilai Pendidikan Sosial

Kehidupan sosial yang digambarkan dalam novel Tuan Guru lebih banyak

mengulas tentang bagaimana hidup bermasyarakat di lingkungan pondok

pesantren, tetapi unsur-unsur kehidupan bermasyarakat di pedesaan juga tidak

lepas dari sorotan penulis. Nilai pendidikan sosial dalam novel Tuan Guru

tercermin pada masyarakat yang memiliki antusiasme yang tinggi dalam hal

menyumbang demi kepentingan madrasah dan pengajian yang dilakukan oleh

Tuan Guru. Sebagaimana yang terdapat dalam kutipan berikut.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Jamaah akan berlomba-lomba memberikan sumbangan, apabila di masjid diumumkan, bahwa bagi jamaah yang menyumbang, akan dibacakan doa pada hari Jumat. Dan yang sumbangannya lebih, akan ditulis namanya di amplop. Kemudian diserahkan kepada tuan guru untuk dibacakan doa. (Tuan Guru: 56)

Selain itu, masyarakat juga sangat menghormati tokoh agama seperti Tuan

guru dan memiliki rasa saling berbagi yang tinggi. Masyarakat rela melakukan

apapun untuk tuan guru, sosok yang sudah dianggapnya ‘keramat’.

“Bukan itu yang aku persoalkan. Seperti yang kamu tahu, memang betul kita tidak perlu repot-repot terhadap ribuan jamaah itu. mereka selalu senang jika aku mintai tolong” (Tuan Guru: 142).

Semua jamaah berlarian untuk menyalami tuan guru. (Tuan

Guru: 103)

Dalam tradisi di masyarakatku, jam bertamu itu biasanya pagi, sebelum berangkat kerja, baik ke kantor maupun ke sawah, lading, kebun, atau ke laut. Sehingga mereka yang bertamu mendapat jamuan sarapan pagi bersama dengan tuan rumah. (Tuan Guru: 603).

Tokoh aku mengajarkan tentang bagaimana menunjukkan kebaktian dan

kepatuhan terhadap orang tua serta rasa solidaritas yang tinggi terhadap teman

atau orang lain. Selain itu, tokoh aku meruapakan sosok yang ingin bermanfaat

bagi masyarakatnya meskipun tanggapan yang diterima dari masyarakat yang

dibantunya tidak setimpal.

Tanpa ia menjadi Tuan guru pun, aku patut menghormatinya, karena usianya itu. tentu bila layak untuk dihormati. Kalau tidak, nanti dulu. Boleh kita menimbang sebab. (Tuan Guru: 276) Mukhtar sering datang ke tempatku setelah itu. Mengadu. Mengeluh. (Tuan Guru: 302).

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Aku memijit kaki Papuk Odah yang barusan diselonjorkan ke hadapanku. Belum empat pijatan, ia menariknya kembali. Benar-benar tak tahu, aku hendak berbuat apa? (Tuan Guru: 362) Aku menunduk. Hampir menetes air mataku. Membayangkan keramahan ibunya Kabir. Seorang ibu yang selain sangat taat, juga memegang teguh peninggalan leluhur itu, kini sudah tidak ada. (Tuan Guru: 599)

Kepatuhan dan kehormatan seorang istri kepada suami dilukiskan pada

sikap dan watak tokoh ibu si aku. Ia menanamkan cinta kasih yang dalam kepada

suami. Berikut kutipannya.

Ibu masih sempat membela ayah. Ibu menarik tubuhku

sehingga terjerembab persis di wajahnya. “Jangan melawannya, jangan pernah.” (Tuan Guru: 75)

Tokoh ibu si aku juga memiliki rasa solidaritas, kepedualian terhadap

sesama, menolong orang lain tanpa pamrih. Seperti yang tercermin pada kutipan

berikut.

“Ibu selalu menyambut mereka dengan riang, jika pinjaman mereka tidak perlu dikembalikan karena jumlahnya tidak terlalu banyak. Ibu selalu mengatakan, bahwa pinjaman itu tidak usah dikembalikan. ‘Jangan lupa dan malu-malu dating lagi. Toh juga anakku sering bermain ke rumahmu.

Ibu menyambut dan melepas mereka yang dating meminta bantuan selalu dengan senyuman.” (Tuan Guru: 78).

Tetapi tidak pernah ketemu. Telapak kaki ibu, tetap berupa

telapak kaki. Tidak ada surga di situ. Bahkan ketika ibu menginjak wajahku, karena marahnya tidak ketulungan, hanya karena aku memakan jatah makan ayah. (Tuan Guru: 311)

Namun ada sisi negatif yang ditampilkan oleh tokoh ibu si aku dalam pola

pikirnya dan tingkah lakunya dalam memperlakukan anak. Ibu si aku memegang

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

teguh bahwa suami harus diberikan pelayanan ekstra sementara anak lebih

dipinggirkan bahkan jauh dari perlakuan yang semestinya diberikan seorang ibu

kepada anak.

…. Begitu terhormatnya nasi itu, sehingga telunjuk ibu begitu lembut kepadanya. Sedangkan suara yang diberikan kepadaku, layaknya suara tuan kepada anjing buruan yang tidak mendapatkan buruannya. (Tuan Guru: 52)

Di lain hari, telur ayam kampong yang dimasak setengah

matang (empat sampai lima butir) di piring ayahku, sedangkan di piringku hanya kepala ikan asin yang disimpan ibu lima hari yang lalu. (Tuan Guru: 53)

Kalian tidak boleh menyentuh apa pun yang di depan kalian

sebelum ayahmu datang. (Tuan Guru: 54).

Pendidikan sosial khususnya sebagai kepala rumah tangga, dapat berkaca

pada tingkah laku ayah tokoh si aku yang tidak boleh ditiru oleh seseorang dalam

kapasitasnya sebagai seorang suami maupun ayah. Ayah tokoh si aku tidak

menunjukkan tugas seorang kepala rumah tangga yang melindungi, mengayomi

seluruh anggota keluarganya. Seperti yang terlihat pada kutipan berikut.

Hasilnya sama saja. Malah aku melihat ayah mengangkat tangannya yang hitam lebam dan besar berotot.

Plak! Buk! Wajah ibu kembali tertimpa. Sontak darah mengalir dari

lubang hidungnya. Bibirnya gemetar, seperti mau mengucapkan sesuatu. Alhamdulillah. (Tuan Guru: 73)

Nilai sosial dalam berumah tangga dan sebagai tokoh agama ditunjukkan

oleh Tuan guru baik melalui sisi positif yang ia miliki maupun sisi lain yang

kurang baik. Sebagai seorang pendidik, tuan guru memberikan nasihat-nasihat

yang baik dengan penyampaian yang bisa diterima dengan baik oleh santri

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Dalam soal keluarga, sering sekali. Sangat sering. Tuan guru mengambil contoh dari bagaimana cara para nabi memperlakukan dan memberikan tanggung jawabnya kepada keluarga. Kemudian disampaikan kepada kami dengan cara yang sangat lugas dan gambling. Agar kami mengerti dan menjadikannya perhatian utama, tentu saja. (Tuan Guru: 151).

Dalam membantu santri-santrinya yang kurang mampu, Tuan guru

memiliki cara tersendiri dalam membantunya, yakni dengan mempekerjakan

mereka di rumahnya.

Sekali lagi. Mereka tidak akan pernah bertanya. Biasanya, pembantu yang dipekerjakan di situ ialah, para santri yang orang tuanya sudah meninggal, atau santri yang dianggap kurang mampu, tetapi cukup berbakat. Semacam beasiswa religi. (Tuan Guru: 151).

Tuan guru merupakan ayah yang lembut bagi anak-anaknya. Hal tersebut

tampak pada saat ia melerai perkelahian antaranaknya.

Meskipun pilihan kata-kata yang disampaikan oleh tuan guru cukup untuk menyimpulkan bahwa ia sangat marah. Namun cara ia menyampaikannya. Aku bangga. Objektif. (Tuan Guru: 160).

Setelah sampai di depan kedua anaknya, tuan guru sempat

memandang mereka dengan penuh kasih. Tuan guru tersenyum. (Tuan Guru: 165).

Setelah itu tuan guru mengusap kepala anaknya lembut.

Berulang kali. Tuan guru mendekatkan mulutnya ke telinga anaknya. Sesaat saja. Entah apa yang dibisikkan tuan guru. Lalu menyuruhnya pergi dengan lebih lembut dari usapan kepala tadi. (Tuan Guru: 166).

Namun ada sisi negative tuan guru yang bisa dijadikan sebagai cerminan

sosial yang kurang baik untuk diikuti. Sebagai seorang suami, Tuan guru memiliki

tinggat egoisme yang tinggi. Ia jarang mendengarkan pendapat dari istrinya.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

“Ummi diam atau tidak. Setuju atau menolak. Abah akan tetap menikah lagi.” (Tuan Guru: 200).

Kesetiakawanan ditunjukkan oleh Jalal ketika membela tokoh aku saat ia

dianggap membangkang oleh tuan guru. Jalal berusaha melindungi tokoh aku dari

kekerasan fisik yang apabila dilakukan secara tiba-tiba oleh santri lain. Meskipun

Jalal merupakan sanstri yang taat juga kepada tuan guru, tetapi ketika sahabatnya

yakni tokoh aku mendapat ancaman karena sesuatu yang bukan merupakan

keslahan, ia rela melawan di hadapan gurunya sendiri.

Jalal mendekati. Persisnya, Ia ingin menjaga. Siapa tau seorang santri tiba-tiba menerkamku. Meskipun aku yakin, tidak akan ada seorang pun yang berani seperti itu. karena sejelek-jeleknya santri di asramaku. Mereka tidak akan pernah melakukan cara-cara anarki dalam menyelesaikan persoalan. Kecuali memang lidah mereka yang tajam kalau sedang membuat banyolan. (Tuan Guru: 285)

Selain Jalal, Kabir yang merupakan sahabat tokoh aku selama di asrama

juga rela melakukan apapun demi sahabatnya. Kabir yang selama di pesantren

banyak diberikan bantuan moral oleh tokoh aku telah menganggap aku sebagai

saudara. Kabir selalu berusaha memberikan bantuan terbaik untuk membalas budi

yang tidak diminta tetapi ia memberikan sendiri atas dasar rasa persaudaraan yang

tinggi. Sebagaimana yang tercermin dalam kutipan berikut.

…. Pada dirikulah, aku semestinya memohon ma’af, karena telah luput dari persaudaraan yang diberikan Kabir penuh keikhlasan, yang untuk itu ia akan melakukan apapun, jika aku minta, sepanjang ia mampu melakukannya. (Tuan Guru: 598).

b. Nilai Pendidikan Moral

Pendidikan moral berkaitan dengan sesuatu yang diangap baik-buruk,

benar-salah. Dalam novel Tuan Guru, Salman Faris tidak hanya memberikan

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

poendidikan bagaimana sikap yang bermoral terhadap sesama tetapi juga bersikap

terhadap apa yang ada disekitar. Contoh kecil yang ditunjukkan adalah bagaimana

menyukuri segala kenikmatan sekecil apapun yang dianugerahkan Tuhan.Tokoh

aku yang merasa ‘iri’ dengan porsi superlezat yang selalau dihidangkan oleh ibu

untuk ayahnya setiap kali makan mendapat teguran dari ibunya. Tokoh aku dan

kedua saudaranya tidak boleh menyia-nyiakan nasi yang ada dihadapannya meski

dengan hidangan yang seadanya. Mereka harus menghormati nasi yang ada

dihadapannya sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan.

Tidak baik bagi kamu berbuat demikian. Di depan piring ini, kamu tidak hanya mempunyai kewajiban menghormati ayahmu, tetapi kamu juga fardu untuk hormat kepada nasi-nasi ini. Kita harus bersahabat dengan nasi ini! (Tuan Guru: 52)

Selain kebaikan dalam nasihatnya yang positif, ibu tokoh aku juga

memberikan sisi negatif yang dicontohkan kepada anaknya. Ibu tokoh aku tidak

bisa mempertahankan amanah yang diberikan oleh ibunya. Demi pengajian tuan

guru, yang sebenarnya demi menjaga nama baik keluarga di depan jamaah, ibu

tokoh aku rela menggadaikan atau menjual gelang emas pemberian ibunya.

Ibu menyerahkan gelang emas yang sebenarnya bukan dibeli oleh ayahku. Di depanku ibu menerimanya dari nenek. Jangan dijual. Pesan nenek. Ibu mengangguk. Kini ia sudah melanggarnya demi partisipasi. Menyumbang untuk pengajian tuan guru. (Tuan Guru: 59)

Moral negatif lain yang bisa dijadikan pelajaran untuk tidak melakukannya

adalah kebohongan yang dilakukan oleh ibu tokoh aku kepada anaknya. Ibu

menutupi keengganannya memberikan uang saku kepada tokoh aku dengan

kebohongan.

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

…. Benar-benar aku melihat uang di tangannya. Tetapi ia masih tega menampiknya. Membohongi aku. Tetapi, percuma mendebat ibu. (Tuan Guru: 60)

Dalam bermasyarakat atau berinteraksi baik dengan siapapun, kesopanan

dalam bersikap dan bertutur kata sangat diperlukan. Orang lain akan menghormati

kita jika kita juga hormat kepada mereka. Oleh sebab itu, menurut Salman Faris,

prisai diri yang baik adalah budi pekerti. Apabila budi pekerti kita baik maka tidak

akan ada oang yang berbuat jahat.

…. Orang banyak benci kepada orang bodoh dan tidak tahu sopan santun. Budi pekrti adalah perisai diri. (Tuan Guru: 110)

Sebuah lingkungan pesantren seyogyanya mengajarkan santri tentang

kebaikan terutama menanamkan sikap religius yang mendalam. Tetapi dalam

pesantren yang ada dalam penceritaan Salman Faris, santri diajarkan ilmu agama

hanya untuk mendapatkan gelar sosial yang tinggi ketika kelak keluar dari

pesantren. Mereka belajar bukan untuk memperoleh keberkahan ilmu tetapi

merebutkan tahta sosial yang diselimuti oleh kata agama

Ini yang aku benci. Kenapa seorang santri diajarkan memacu diri dalam mengaji, agar mereka mendapatkan tahta sosial yang lebih layak, yang bisa dibangga-banggakan. (Tuan Guru: 139)

Akibat dari tujuan akhir belajar di pondok pesantren yang menyimpang,

banyak santri yang rela menutup suatu kebohongan dengan kebohongan yang

lainnya. Meskipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan salah, mereka

tetap melakukannya dan mengikuti arus demi sebuah pencapaian duniawi yang

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

menyesatkan. Secara tidak langsung mereka telah membunuh jiwa mereka sendiri

demi jiwa lain. Mereka rela mengubah jiwa mereka menjadi orang lain.

Membohongi diri sendiri, satu penyakit yang menyebabkan jiwa-hati mati.

Bohong pada diri sendiri itulah yang banyak terjadi di lingkungan santri, temanku. (Tuan Guru: 198)

Dalam membentuk jiwa yang kuat, seseorang harus belajar dari sebuah

kepahitan. Tuan guru menanamkan hal tersebut kapada santrinya. Para santri

diharapkan untuk bersabar dalam menjalani kehidupan di asrama. Apabila

seseorang mencapai kesuksesan setelah melalui kesengsaraan maka mereka akan

selalu mengucap syukur atas apa yang diraihnya dan mereka akan selalu

menghargai orang yang hidupnya jauh di bawah mereka karena mereka pernah

merasakan hidup yang memprihatinkan.

Kalian harus belajar hidup prihatin. Apa yang kalian alami

saat ini, jauh lebih baik dibanding apa yang dirasakan oleh tuan guru. Kesabaran itu diperlukan untuk dapat memperoleh kemuliaan! (Tuan Guru: 220)

Salah satu sikap yang membedakan orang baik dengan orang munafik

adalah amanah. Seseorang yang terpuji selalu bisa menjaga amanat yang

dititipkan kepadanya. Seprti apa yang dilakukan oleh Jalal. Dalam hal

menyampaikan pesan kepada tokoh aku, Jalal selalu menyampaikan sesuai adanya

tanpa bumbu yang ia tambahkan sebab belum tentu persepsi tambahan yang kita

tambahkan dalam sebuah pesan sesuai dengan maksud yang diinginkan

penyampai pesan atau penerima pesan. Oleh sebab itu sampaikan pesan sesuai apa

yang dititipkan adalah hal terbaik yang harus dilakukan.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

…. Aku putuskan, bahwa Jalal siap memberikan berita apa saja dan mempertaruhkan apa saja demi mempertaruhkan orisinalitas berita itu sampai ke telingaku. Setelah ia berpacaran dengan Hilali. (Tuan Guru: 340)

Manusia yang paling baik adalah manusia yang memiliki banyak manfaat

bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun mahluk lainnya. Pesan moral yang luhur

ini tercermin pada kehidupan keluarga papuk Odah. Mereka tidak menyetuji sikap

orang yang mencelakakan kehidupan orang lain hanya untuk kebaikan yang

menurutnya baik tetapi belum tentu menurut orang lain.

Dalam hal tertentu, suaminya Papuk Odah dan Papuk Odah sendiri sepakat dengan orang tuanya Papuk Odah, yakni sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang banyak bermanfaat bagi semuanya. Baik yang di dalam dirinya maupun di luar dirinya: binatang, pohon, tanah, air, udara, api, bahkan dengan alam kegaiban. Mereka berdua sangat tidak sepakat kepada mereka yang mencelakakan dirinya hanya untuk kebaikan yang dikejarnya. Sebab itu berarti tidak banyak mendatangkan manfaat bagi manusia itu sendiri. (Tuan Guru: 402)

c. Nilai Pendidikan Budaya

Dalam masyarakat Lombok, orang-orang yang telah dianggap sesepuh

atau memiliki kedudukan yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat diberikan

semacam mandat untuk merumuskan sebuah aturan. Aturan tersebut akan ditaati

oleh semua masyarakat yang hidup dalam komunitas tersebut. Kakek tokoh aku

yang merupakan orang tua ayahnya merupakan orang yang dihormati di kampung

karena jasanya mengusir penjahat. Sejak saat itu kakeknya berhak merumuskan

aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama oleh seluruh warga kampung. Berikut

kutipannya;

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

…. Kakek menghalau banyak manusia bejat hanya untuk mendiami kampung ini. Begitu hebatnya kakek, sehingga ia langsung mendapatkan posisi penting di tengah masyarakat. Kakeklah yang merumuskan hukum desa yang kami sebut awig-awig, sehingga tersusun satu hukum yang otonom. Begitu banyak cerita tentang leluhurku…. (Tuan Guru: 82)

Selain kebiasaan leluhur dalam merumuskan aturan dalam bermasyarakat,

budaya lain yang tumbuh lestari hingga sekarang ini di tengah masyarakat

Lombok adalah pada perayaan hari-hari besar keagamaan ataupun dalam sebuah

pesta rakyat, masyarakat melakukan makan bersama atau dalam bahasa Lombok

disebut begibung. Umumnya, makanan berupa nasi dan lauk pauk (dalam bahasa

Lombok dinamakan dulang) ditempatkan dalam satu wadah baik berupa nampan

ataupun daun pisang dan dimakan oleh tiga hingga lima orang. Pada pengajian

tuan guru khususnya Maulid Nabi masyarakat akan menyumbang hidangan yang

nantinya disajikan untuk tuan guru dan masyarakat. Berikut kutipannya:

Aku tidak begitu memerhatikan isi ceramah itu dengan detail, karena aku datang ke masjid bukan untuk mendengar ceramah tuan guru, melainkan ingin ngandang dulang: makan bersama dalam satu hidangan yang beraneka ragam jenisnya, yang dibawa oleh setiap warga kampong, setiap ada acara Maulid Nabi diadakan. Dulang itu sengaja dipersiapkan selengkap mungkin. (Tuan Guru: 98) Semua jamaah duduk bersila. Begibung. Dulang tingi-tinggi itu di tengah. Kemudian tanpa aba-aba. Dulang itu dibuka serempak. Menyantap isinya dengan lahap. (Tuan Guru: 103)

Budaya masyarakat Lombok yang sangat menghormati orang tua

direfleksikan sampai pada aspek yang sederhana. Ketika makan bersama yang di

dalamnya juga ada orang yang lebih tua dibandingkan yang lain, orang tua

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

tersebut harus didahulukan mencucui tangan walaupun yang muda telah lebih

dahulu selesai menyantap makanannya.

Kami hampir selesai. Kami saling menunggu untuk mencuci tangan. Begitulah adat kami. Jalal dan Jumhur harus mengerti. Mereka mengikuti apa yang aku lakukan.

Melihat kami yang menunda-nunda menunggu lama, ayahnya Iduk segera meletakkan tangannya di dalam air cuci tangan. Kami menyusul setelah ia selesai. (Tuan Guru: 620)

Dalam hal memohon doa untuk orang yang telah meninggal, masyarakat

Lombok memiliki budaya tersendiri dalam memperingatinya. Kabir mengundang

tokoh aku untuk memanjatkan doa buat ibunya setelah empat puluh hari, seratus

hari, hingga seribu hari.

…. Dan berharap, jangan sampai tidak datang waktu zikiran: semacam gawe mati, bisa empat puluh hari. Bisa juga nyatus, yang keseratus hari. Atau nyeribu, seribu hari, untuk ibunya. (Tuan Guru: 602)

Selain dalam hal tata cara kehidupan tersebut, budaya masyarakat Lombok

yang masih berkembang yakni dalam hal kesenian. Dalam sebuah uapacar

pernikahan, masing-masing keluarga mempelai memiliki perwakilan juru bicara

yang bertugas meminta dan menerima pinangan yang disebut pembayun.

Pembayun akan saling berbalas tembang hingga waktu yang tidak ditentukan.

Seolah-olah mereka saling melontarkan pantun hingga ada yang kalah atau

mengalah.

Tengoklah urat ucapan para pembayun lewat dendang tembang yang diserap dari serat-serat tua, yang ditafsir seurat senadi dengan maknanya. Ehem. Pembayun, semacam juru bicara pada kedua belah pihak dalam upacara pernikahan. Pembayun pengantin wanita menyambut, pembayun mempelai laki-laki bertandang…. Mereka bersila di atas tanah tanpa alas, tak peduli waktu menjelang petang. Sepanjang dendang masih menantang,

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

tak pula upacara adat beranjak ke akhir. Pembayun pun tenggelam ke dalam dendang mereka sendiri. Tak peduli petang hari, tak mengerti pengantin lelah berdiri. (Tuan Guru: 67)

Selain pembayun, dalam upacara perkawinan ada kesenian khas Lombok

lainnya yang dipertontonkan yakni jangger. Jangger merupakan tarian tradisional

Lombok yang terdiri atas satu atau dua orang penari dan diiringi alunan gendang

beleq atau gendang besar. Tarian lain yang tumbuh di Lombok adalah rudat.

Rudat berupa tarian yang mengisahkan tentang perjuangan prajurit di medan

perang.

Setiap sore dihari minggu, mereka mempunyai kebiasaan menyabung ayam. Berjudi sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Menonton jangger dan rudat bila kebetulan ada yang sedang melangsungkan gawe. (Tuan Guru: 342- 343)

Dalam meminta hujan, masyarakat memiliki budaya yang unik yakni

melakukan sebuah pertarungan adu pukul dengan rotan yang disebut peresean.

Presean berupa pertarungan antara dua orang menggunakan rotan dan dilengkapi

prisai dari kulit kerbau atau sapi.

Teriak pepadu peresean: jagoan permainan tradisional di pulauku kepada anak didiknya yang sedang dipersiapkan menjadi pepadu penerusnya. Permainan yang bersenjatakan rotan dan berprisaikan kulit hewan yang sudah dirakit. Banyak dilakukan menjelang musim hujan. (Tuan Guru: 435-436)

d. Nilai Pendidikan Agama

Nilai pendidikan agama berkaitan tentang hubungan manusia dengan

Tuhan. Segala sesuatu yang ada di bumi dan semua yang terjadi telah sesuai

dengan apa kehendak Tuhan. Tuhan menguji umatnya dengan cara yang berbeda-

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

beda. Bagi umat manusia yang bersabar menerima ujian dari Tuhan maka ia akan

dekat dengan Tuhan. Tuhan selalu ada bersama orang-orang yang bersabar dan

ikhlas tanpa mengeluh atas cobaan yang diberikan Tuhan.

Tuhan bersama mereka yang bersabar. Tuhan tidak akan meninggalkan mereka. Jika pun mereka bersedih. Tuhan sedang menguji. (Tuan Guru: 106)

Kehidupan religius yang kental terdapat dalam kehidupan tokoh aku.

Mereka selalu diharuskan mengikuti shalat berjamaah di masjid oleh orang

tuanya. Pahala yang dijanjikan Allah kepada umatnya yang melaksanakan shalat

berjamaah jauh lebih banyak daripada hambanya yang shalat sendiri. Bahkan di

zaman Rasulullah, rumah orang Islam yang shalat sendiri hendak dibakar oleh

Nabi Muhammad. Penananaman nilai agama yang baik harus diajarkan pada anak

sejak dini. Hal itu akan menumbuhkan kebiasaan pada anak. Seperti yang

dilakukan oleh orang tua tokoh aku. Tokoh aku dan kedua saudaranya dibiasakan

mengikuti shalat berjamaah, meskipun shalat Subuh ketika orang-orang masih

tertidur lelap.

Pagi benar kami dibangunkan. Sholat Subuh berjamaah di

masjid. Kamilah anak yang paling dulu hadir di masjid. Bahkan sering hanya kami bertiga. Atau aku sendiri. (Tuan Guru:113)

Dalam pesantren, nilai-nilai religius merupakan pokok elementer yang

diajarkan dan ditanamkan pada para santri. Santri dibiasakan untuk

memperbanyak ibadah, shalat malam, membaca al-Quran, berzikir, memahami

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

kitab-kitab gundul yang sarat dengan pesan-pesan agama. Berikut petikannnya

dalam novel.

Di rumah yang tak berjarak (karena pintu gerbang utama

menjadi satu) dengan mushola itulah, secara bergantian, baik perorangan maupun kelompok, kami, santri-santri tuan guru datang membaca al-Quran, berzanji, dan doa, serta shalawat lainnya. (Tuan Guru: 149)

Fisik dilatih terus menerus dengan shalat malam, berzikir,

membaca kitab kuning gundul, membaca al-Quran, bila perlu menghafalnya, yang memungkinkan tercipta secara alamiah aura tersendiri. (Tuan Guru: 171)

Shalat merupakan salah satu tiang agama. jika seseorang jarang atau

bahkan tidak melaksanakan salah satu kewajiban seorang muslim yang satu ini

maka akan diiringi dengan runtuhnya agama atau paling kecil adalah sifat religius

orang tersebut. Shalat merupakan salah satu cara berkomunikasi umat manusia

dengan Allah. Seberat apapun masalah yang dihadapai, sebagai umat yang

beragama terutama muslim tidak boleh meninggalkan shalat. Sebagaimana yang

ditunjukkan tokoh aku yang selalu melaksanakan shalat, salah satu cara

menghadap kepada sang pencipta.

Pintu rumah tuan guru ditutup bersamaan dengan aku

berdiri dengan berat sekali. Berdiri untuk sholat. Kali ini, aku akan menghadap sang pencipta. (Tuan Guru: 183)

Tuhan memang tidak akan memberikan cobaan melebihi batas

kemampuan umatnya. Tetapi, hal tersebut bukan menjadi alasan seseorang untuk

tidak mengubah dirinya. Seperti salah satu sisi negatif yang diperlihatkan oleh

tokoh aku dalam keyakinannya terhadap Tuhan. Ia menjadikan ketidaktahuannya

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

sebagai alasan bahwa Tuhan tidak akan memberikan sesuatu melebihi

ketidaktahuannya tersebut. Cobaan atau ujian dari Tuhan merupakan salah satu

cara Allah untuk meningkatkan derajat umatnya.

Tuhan tidak akan menimpa satu cobaan kepada hamba-Nya

kecuali sesuai dengan kemampuan hamba-Nya itu (teringat satu ayat dalam al-Quran). Ini berarti, jika aku bodoh, lemah. Tuhan tidak mempunyai alasan untuk memberikan cobaan seperti yang aku alami saat ini. (Tuan Guru: 290)

Nilai pendidikan agama yang lain tertanam pada sikap masyarakat yang

harus dihindari yakni keyakinan yang berlebihan kepada sosok tuan guru sehingga

menjurus pada kemusrykan. Masyarakat Lombok khususnya jamaah tuan guru

terlalu menggantungkan urusan akhirat kepada tuan guru. seolah-olah tuan guru

mampu memberikan jaminan kepada mereka surga Allah.

Penyakit-penyakit kecil masyarakat yang justru berakibat sangat buruk dalam soal aqidah. Kalau memang tuan guru melarang jamaahnya untuk syirik kepada Tuhan, kenapa pula tuan guru melakukan hal-hal yang bersifat pencitraan pribadi secara berlebihan, yang menimbulkan fanatisme di tengah jamaahnya, yang ujung-ujungnya, jamaah tidak lagi menggantungkan masa depan akhirat mereka kepada nabi dan Tuhan. Melainkan kepada tuan guru itu sendiri. (Tuan Guru: 617)

e. Nilai Pendidikan Ekonomi

Salah satu bidang ekonomi yang dideskripsikan dalam novel Tuan Guru

adalah bidang perdagangan. Dunia perdagangan masyarakat Lombok tidak lepas

dari pengaruh tuan guru. Masyarakat masih mempertahankan cara-cara berdagang

lama yang tidak menguntungkan pedagang maupun konsumen. Masyarakat asli

enggan belajar dan menjalin kerja sama dengan pedagang Cina yang juga

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

membuka lahan bisnis di pasar. Padahal kerja sama antarpedagang juga

dibutuhkan untuk menambah relasi kerja yang saling menguntungkan satu sama

lain.

Tuan guru menyarankan agar perdagangan yang diterapkan di pasar umum desa itu ialah, perdagangan yang menekankan nilai-nilai bisnis dalam agama. meskipun tuan guru tidak melarang pedagang Cina berjualan di situ, tetapi tuan guru telah menfatwakan pedagang lain agar semakin memepertahankan tradisi dagang yang tidak maju-maju itu. (Tuan Guru: 524)

Gaya berdagang pribumi yang memberikan harga yang mahal berakibat

pada kemajuan pedagang keturunan Cina. Konsumen lebih memilih membeli

keperluan ke pedagang Cina karena harga yang ditawarkan lebih murah.

Masyarakat pada umumnya, selain mempertimbangkan kualitas, mereka juga

mempertimbangkan masalah harga.

Dalam pekembangannya, pedagang Cina lebih maju dibandingkan dengan pedagang yang lain. Masyarakat banyak membeli ke pedagang Cina disebabkan oleh pertimbangan harga yang ditawarkan oleh pedagang Cina itu lebih murah. Perbandingan harga yang cukup jauh. (Tuan Guru: 524)

Pedagang keturunan Cina lebih maju dibanding pedagang masyarakat

pribumi juga disebabkan oleh pilihan barang yang ditawarkan oleh pedagang Cina

lebih beragam. Masyarakat lebih leluasa memilih barang yang diinginkan pada

pedagang Cina. Pedagang Cina memiliki relasi kerja yang lebih luas dibandingkan

masyarakat pribumi sehingga mereka bisa menyuplai baran kebutuhan yang lebih

banyak dan variatif.

Selain itu, pedagang Cina itu pun menyediakan pilihan kebutuhan masyarakat yang lebih banyak. Sebab mereka

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

membuka peluang bisnis dengan rekan usaha yang lebih luas. (Tuan Guru: 524)

Selain aspek barang dan harga, hal penting lain yang harus ditanamkan

dalam diri masing-masing pedagang adalah tentang kejujuran. Baik penjual

maupun pembeli dalam transaksi jual-beli harus mengutamakan kejujuran

sehingga terjalin hubungan yang saling menguntngkan satu sama lain.

Nenek moyang kita bukanlah pedagang yang baik. nenek moyang kita adalah pedagang yang tidak pernah belajar kejujuran, mereka menaburkan modal pada tiap-tiap langkah yang dikorbankan. Tetapi nenek moyang kita tidak pernah memperhitungkan harapan dan pengorbanan. (Tuan Guru: 530)

f. Nilai Pendidikan Politik Politik yang dilakukan oleh tuan guru agar jamaahnya tetap mengikutinya

sampai dengan generasi penerusnya adalah tuan guru mengajak sanak keluarga

pilihannya berfoto bersama pada kalender yang dibagikan ke seluruh jamaah. Hal

tersebut secara tidak langsung menanamkan pada jamaah bahwa sanak keluarga

inilah yang akan meneruskan tahta tuan guru berikutnya yang akan memimpin

jamaah.

Ada yang sendiri, ada juga tuan guru yang ditemani oleh sejumlah tokoh penting, baik nasional maupun lokal. Foto kalender tuan guru ditemani oleh sanak keluarga yang sengaja ia pilih untuk mendampinginya. Hal ini cukup menjadi perhatian orang banyak. Pengikut tuan guru akan berbicara di setiap kampung. Hampir setiap saat sesudah membeli (dalam istilah mereka, menyumbang) kalender itu. Bahwa sanak keluarga yang bersama tuan guru di kalender itu dapat dipastikan akan menjadi penerus tuan guru. pewaris tahta suci yang tidak bisa diganggu gugat. (Tuan Guru: 40)

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Alternatif lain selain melalui media foto, tuan guru juga memperkenalkan

penerusnya pada jamaah dengan membawa sanak keluarga atau anak yang yang

dikehendakinya ke tengah pengajian. Tuan guru akan memperkenalkan dan

menyuruh anaknya untuk membuka pengajian. Anak tuan guru dalam hal ini

mengalahkan pamor pejabat-pejabat yang hadir.

Tuan guru mempunyai kebiasaan. Kalau ia mempunyai maksud tertentu kepada anak, atau keluarganya yang lain, tepatnya merancang dan merencanakan nasib anak-anaknya. Misalnya, kelak anak itu diharapan bisa mejadi orang penting. Maka anak itu akan sering dibawa ke tengah pengajian. Atau ke tempat-tempat yang banyak terdapat jamaahnya. Langkah awal sebagai persiapan panjang. Seolah mengenyampingkan peran pejabat atau tokoh lain, yang hadir dalam satu acara, pengajian, misalnya, tuan guru mengatur susunan acara dengan anaknya sebagai pidato pembuka. (Tuan Guru: 41)

Langkah ini juga dimanfaatkan oleh sanak keluarga tuan guru jika ingin

menjadi pejabat pemerintahan atau praktisi politik. Tuan guru dijadikan alat untuk

mencari popularitas dalam merebut suara masyarakat. Dan masyarakat dengan

sukarela akan memberikan dukungan penuh pada orang-orang pilihan tuan guru

tersebut.

Tidak hanya itu, beberapa tokoh yang sempat masuk dalam kalender bersama tuan guru. orang banyak memastikan kalau tokoh itu akan naik karir dan pangkatnya. Menguat kedudukan sosialnya, dan tak terbendung takdir politiknya. Dalam hal ini pun, tuan guru tidak perlu menyentil secara langsung. Jamaahnya sudah sangat paham. Dan kelak bila tokoh itu mencalonkan diri menjadi pejabat penting, cukup tuan guru menyebut kalender itu, jamaah akan mencoblos tokoh penting itu. (Tuan Guru: 41)

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Untuk meneruskan posisi tuan guru dan menarik lagi jamaah yang lebih

banyak, tuan guru melakukan cara unik yakni menikahkan anaknya dengan anak

sesama tuan guru dari kampung lain. Hal ini akan berdampak pada jumlah

jamaahnya semakin banyak. Pernikahan anak-anak sesama tuan guru secara tidak

langsung juga ‘menikahkan’ dua jamaah. Tidak jarang juga tuan guru menikahkan

anaknya dengan anak pejabat pemerintah atau dengan anak pengusaha. Dalam hal

ini keuntungan yang diterima satu sama lain sebanding. Pejabat pemerintah akan

memperoleh dukungan dari jamaah tuan guru, dan tuan guru akan mendapatkan

sumbangan untuk pndok pesantren ataupun untuk kehidupannya yang semakin

layak.

Ini benar-benar dari kata anak tuan guru sendiri. Pernikahan politik. Menyintak aku. Tersibak satu persatu semua pernikahan anak tuan guru. satu tradisi yang dibangun dengan sengaja. Anak tuan guru menikah dengan anak tuan guru. Atau dinikahkan dengan anak pejabat pemerintah. Kalau tidak dengan anak pengusaha. (Tuan Guru: 154)

g. Nilai Pendidikan Historis

Sejarah perkembangan Lombok menunjukkan bahwa tanah Lombok

khususnya Lombok Barat pernah menjadi daerah jajahan Bali, kerajaan Karang

Asem. Hal itu berimbas sampai pada daerah Lombok lainnya termasuk Lombok

Timur. Sistem yang diterapkan kerajaan Bali adalah adu domba dan menfitnah

beberapa kerajaan agar ditumbangkan oleh kerajaan lain sesama saudara. Mereka

mengadu domba kerajaan-kerajaan kecil di Lombok yang juga dengan senang hati

membantu kerajaan pulau seberang dengan iming-iming janji akan diberikan

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

perluasan kekuasaan. Raja dari Pulau Bali sampai bisa menikahi Dende Aminah

setelah mereka berhasil menguasai Kalijaga.

Mejadi raja di pulau taklukan, betapa hebatnya. Seluar biasa raja yang datang dari pulau tetangga, kemudian menaklukkan pulauku, sebelum menguasainya secara penuh melalui politik adu domba. Andai saja, raja-raja kecil di pulauku dulu pernah keluar menaklukkan pulau lain, mungkin tidak mudah bagi raja pulau tetangga berkuasa seenaknya saja. Sampai-sampai menikahi Dende Aminah yang seenak perutnya mengubah nama orang menjadi Dende Nawangsasih dengan paksa, sesudah Kalijaga dikuasai dengan politik fitnah…. (Tuan Guru: 49)

Dende Aminah dinikahi dan diubah namanya menjadi Dende Nawangsasih

oleh raja dari pulau seberang tersebut. Pernikahan paksa tersebut menghasilkan

seorang anak laki-laki yang bernama Datu Pangeran. Datu Pangeran mengikuti

keyakinan ibunya, namun bagaimanapun juga ia tidak mungkin membalas

dendam ibunya kepada laki-laki yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.

Meskipun perkawinan itu melahirkan Datu Pangeran yang mengikuti keyakinan ibunya…. (Tuan Guru: 49)

Selain cerita kerajaan yang mewarnai tanah Lombok, dermaga Lombok

menyimpan sejarah perdagangan besar yang mendunia. Pelabuhan Tanjung

Karang yang terletak di Ampenan menjadi dermaga keluar-masuknya pedagang-

pedagang besar dari Eropa, Cina, dan Singapura. Pelabuhan tersebut kini telah

dinonaktifkan dan berpindah ke pelabuhan Lembar, namun tidak menyimpan

cerita semegah kisah Tanjung Karang.

…. Seolah pelabuhan Ampenan tidak menyimpan rentetan sejarah. Tanjung Karang-Ampenan yang pernah menjadi dermaga perdagangan yang besar, yang banyak memberikan keuntungan niaga bagi pedagang Eropa, Cina, dan Singapura

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

tidak mampu membuat mental mereka bangga dan berani bersimbah darah di tanah sendiri…. (Tuan Guru: 50)

Kerajaan Bali menebar kebusukan sampai ke daerah timur pulau Lombok.

Patih Gusti Winasara melakukan aksinya ke kerajaan Mamben dan Korleko.

Raden Amir penguasa Mamben dan Randen Kardiyu penguasa Korleko disiksa di

kuburan Bali oleh para prajurit pulau seberang. Mereka berdua dipaksa untuk

mengikuti kehendak Patih Gusti Winasara menyerahkan kekuasaan pada raja Bali.

Kedua Raden penguasa tanah Lombok Timur memiliki ilmu kanuragan yang

membuat mereka kebal terhadap sisksaan tersebut. Akhirnya, Patih Gusti

Winasara membuat kesepakatan yang seolah-olah memberikan keuntungan bagi

kedua raden tersebut. Keuntungan yang ditawarkan menyilaukan mata Raden

Amir dan Raden Kardiyu dan dengan senang hati membantu raja Bali

menumbangkan kekuasaan Kalijaga.

Mata Patih Gusti Winasara melotot. Ia tampak geram kepada Raden Amir dari Mamben dan Raden Kardiyu dari Korleko, setelah keduanya disiksa di kuburan Sema: kuburan Bali, namun tubuh mereka kebal. Tidak mempan terhadap semua senjata tajam. Merasa mereka akan mendapatkan keuntungan dari persekongkolan itu, Raden Amir dan Raden Kardiyu pun menyepakati tawaran raja culas itu. Penghianatan mereka telah menumbangkan Kalijaga, yang melengkapkan kekuasaan raja seberang di tanah leluhur, dimana darah mereka semstinya menetes dengan terhormat. (Tuan Guru: 50)

Raja Bali yang congkak berhasil memfitnah raja dari kerajaan yang satu ke

kerajaan yang lainnya. Hingga terjadilah perang saudara antara sesama raja dari

pulau Lombok yang memberikan kemudahan bagi raja Bali menguasai tanah

leluhur. Raja yang satu berperang melawan raja yang lainnya, sementara raja Bali

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

dengan penuh kesombongan memandang peristiwa itu dan larut dalam

kesenangan akan memperoleh kekuasaan dengan mudah.

Begitu raja pulau seberang yang congkak itu menebar fitnah melalui telinga yang jengah, lidah yang basah. Sosok-sosok kecil itu malah menikamkan kerisnya ke jantung sosok tetangga. Matilah mereka. Satu persatu. (Tuan Guru: 134) Jika pun di pulauku, banyak penghianatan demi menciumi telapak kaki raja sombong dari seberang selat sana, tidak pulalah serta merta menampiknya begitu saja…. (Tuan Guru: 186)

Kisah lain yang melegenda di tanah Lombok adalah pengorbanan yang

dilakukan oleh salah seorang putri kerajaan dari Lombok Tengah, Putri Mandalika

namanya. Putri Mandalika menceburkan dirinya ke laut. Hal tersebut disebabkan

oleh lamaran yang diajukan oleh tiga orang pangeran dari kerajaan-kerajaan

tetangga yang tidak lain adalah saudara misannya sendiri. Untuk menghindari

adanya pertumpahan darah sesama saudara, Putri Mandalika memilih untuk

menceburkan dirinya ke laut selatan.

Satu legenda tentang seorang putri yang menolak lamaran tiga pangeran, yang merupakan saudara misannya. Demi menjaga keutuhan persaudaraan dan keamanan rakyatnya, putri Mandalika memutuskan menolak lamaran ketiga pangeran tersebut dengan memilih hidupnya sendiri. Yakni menceburkan diri ke laut. (Tuan Guru: 305)

Sebelum menceburkan diri ke laut, Putri Mandalika memberikan

sumpahnya bahwa ia akan muncul dalam kurun waktu tertentu dalm wujud yang

berbeda dan bisa dinikmati oleh semua rakyatnya. Setelah Putri Mandalika terjun

dan menghilang ditelan lautan, muncullah cacing laut yang disebut nyale oleh

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

masyarakat Lombok. Nyale muncul dalam kurun waktu satu tahun sekali dan

ditangkap warga untuk dijadikan bahan makanan atau pupuk.

Tidak lama, sesuai dengan pesannya, bahwa Puti Mandalika akan muncul dalam kurun waktu tertentu dalam wujud cacing laut, yang selanjutnya disebut nyale. Putri Mandalika berharap, semua rakyatnya bersenang-senang dengan munculnya nyale itu. (Tuan Guru: 305)

B. Pembahasan

1. Pandangan Dunia Pengarang terhadap Eksistensi Tuan Guru

dalam Novel Tuan Guru

Merujuk pada kata “Tuan” dan “Guru” adalah sebutan kelas sosial yang

berdas pada lapis tertinggi dalam struktur masyrakatnya. Hal ini menunjukkan

terjadinya pelapisan sosial yang bertumpuk dalam matra stigmatik yang

diciptakan oleh sistem sosial (Bartholomew, 1999: 5).

Peranan penting tuan guru juga trekait dengan kedudukan mereka sebagai

elit terdidik yang mentransfer pengetahuan agama ke tengah masyarakat. Mereka

akan memberikan penjelasan dan mengklarifikasi berbagai permaslahan yang ada

di tengah masyarakat, karena umumnya masyarakat sasak menyadari keterbatasan

penegetahuan mereka dalam mengakses doktrin agama secara luas (Bartholomew,

1999: 6). Para tuan guru melalui hubungan patron-klien, menikmati cukup banyak

privilege sosial. Secara umum itu termiliki lantaran kapasitas intelektual

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

keagamaan atau latar belakang sosial ekonomi politik mereka (Masnun Tahir,

2008: 97).

Sistem sosial masyrakat Lombok sekarang ini telah banyak mengalami

pergeseran dan perubahan diferensiasi fungsional. Peran-peran mediasi sosial tuan

guru selama ini mulai banyak diwakili (diambil alih) oleh beragam mediasi

institusional yang marak bermunculan seiring dinamika cepat dunia modern.

Namun, tetap saja dalam derajat tertentu para tuan guru masih memiliki privilege

sosial. Sebab bagaimanapun, hingga saat ini secara de vacto masyarakat Sasak

masih menaruh kepercayaan besar pada mereka. Dengan “hak-hak istimewa”

selaku elite agama itu, mereka bahkan masih dapat mengambil peran sebagai

“pressure group” dan “rulling class” pada level tertentu dalam keseluruhan

struktur sosial masyarakat. Dapat dibayangkan betapa eksistensi Tuan Guru di

tengah dinamika sosial masyarakat Lombok.

Setiap pilihan dan langkah yang diambil Tuan Guru umumnya diikuti

tanpa reserve oleh masyarakat Lombok, apalagi mempertimbangkan lebih jauh

dimensi di luar keyakinan dan ketaan mereka. Hal ini kemungkinan beranjak dari

hadis populer “ulama sebagai pewaris Nabi” yang melahirkan keyakinan bahwa

sifat-sifat Nabi melekat dalam diri Tuan Guru. Namun tidak menutup

kemungkinan juga sebagai sebagian masyarakat yang lain dimensi ketaatan ini

lahir dari pemahaman lingkungan sosialnya.

Tuan guru dianggap suci dan tidak memiliki sisi negatif layaknya manusia

lainnya. Sejak kelahirannya ia telah disucikan dan dianggap tinggi oleh

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

masyarakat karena kelahirannya di lingkungan keluarga yang sejak nenek moyang

memegang tongkat kerajaan tuan guru.

Karena tuan guru juga manusia, ia pun mempunya kebencian. Sebuah kebencian yang semestinya tidak boleh hadir di jiwa seorang tuan guru, yang sudah ditahdiskan: dimitos-mitoskan sebagai orang suci oleh masyarakat. (Tuan Guru: 275) Hoi. Betapa robot-robot manusia itu telah dinafikkan tubuhnya oleh kekuasaan: absolutisme religi pada sosok yang bernama tuan guru, yang mereka sendiri mencintainya. Indroktrinisasi nilai telah ditancap semakin kuat. Sehingga sosok ini pun menjadi tidak tertandingi. (Tuan Guru: 303)

Kepercayaan dan keyakinan yang berlebihan terhadap sosok tuan guru

tidak jarang menyebabkan perpecahan antarjamaah tuan guru yang satu dan

lainnya. Tuan guru yang tidak mau kehilangan jamaahnya dengan suka rela

mengumbar fatwa yang menyatakan bahwa dirinyalah yang paling benar

sedangkan tuan guru yang lain salah. Akibat perbedaan pandangan ini tidak jarang

menyebabkan satu keluarga saling bertikai karena berbeda tuan guru yang

dijadikan panutan.

Kata mereka di desa itu sering terjadi perang masal antara jamaah tuan guru dengan tuan guru yang lain. perang itu sudah berlangsung tiga hari ini. Mereka ke desa itu untuk melihat-lihat, kira-kira sudah berapa jamaah yang menjadi korban…. (Tuan guru: 601)

Fenomena tersebut selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Mulkhan,

(2009: 216) bahwa berbagai kerusuhan sosial dan konflik berbau keagamaan

adalah akibat kesalahletakan bahwa berjuang menegakkan ajaran Tuhan bisa

dicapai dengan tidak peduli kepada penderitaan kemanusiaan dan pelanggaran

HAM. Tidak jarang hal itu justru dilakukan bagi kepentingan kelompoknya

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

sendiri, bahkan bagi kepentingan elite suatu agama yang selama ini dengan bebas

menyatakan diri sebagai wakil Tuhan atau penerjemah kehendak-Nya.

Abdurrahman (2003: 136) menambahkan bahwa konflik tidak dtimbulkan

oleh faktor primer yang disebut agama, karena dalam satu umat yang sama juga

bisa terjadi konflik. Faktor utama dari konflik bukanlah agama. Agama hanyalah

faktor skunder atau bahkan tersier yang ditarik untuk memperkeras.

Efek profetik pandangan dunia Salman Faris adalah humanisme. Salman

Faris lebih menonjolkan sisi kemanusiaan dalam novel Tuan Guru. Hal tersebut

dapat dicermati pada sikapnya yang menganggap sosok papuk Odah yang jauh

lebih baik dibandingkan sosok masyarakat lainnya apalagi tuan guru. Tuan guru

yang memiliki ilmu agama lebih tinggi tetapi karena sisi kemanusiaannya menurut

Salman Faris kurang menganggap Papuk Odah lebh patut menjadi contoh atau

teladan oleh tokoh Aku meski jarang melakukan shalat tetapi memiliki jiwa sosial

yang tinggi. Pada akhir penceritaan, tokoh Aku sampai pada sebuah dilema

bahwa ia pun lebih menjunjung tinggi kemanusiaan, sebagaiamana yang tercermin

pada sebuah peristiwa, di saat bus berhenti, aku istirahat sejenak di sebuah masjid

bukan untuk shalat tetapi hanya mencuci muka dan merenungi semua kejadian.

2. Latar Belakang Sosial Budaya dalam Novel Tuan Guru

a. Adat dan Kepercayaan

Adat dan kepercayaan yang tumbuh di masyarakat Lombok merupakan

warisan yang telah lama hidup. Lebih tepatnya merupakan warisan leluhur yang

tetap dilestarikan oleh beberapa kalangan masyarakat yang masih menyimpan

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

kehormatan dan keyakinan pada warisan leluhur tersebut. Meski pada daerah-

daerah yang sudah sedikit maju atau semi perkotaan warisan tersebut sudah

sedikit tergusur oleh kemajuan pemikiran ilmiah.

Kepercayaan-kepercayaan yang masih ajeg sampai sekarang meski di

ranah orang-orang yang telah intelek adalah mitos lipatan tikar alas duduk

mempelai laki-laki pada saat ijab-kabul. Masyarakat masih percaya bahwa jika

tikar yang digunakan alas duduk mempelai laki-laki dilipat bagian ujungnya,

maka mempelai laki-laki akan salah mengucapkan ijab-kabul sebanyak lipatan

ujung tikar tersebut. Sebuah mitos yang tidak bisa dibuktikan secara logika tetapi

telah dibuktikan oleh beberapa orang hingga saat ini.

Adat dan kepercayaan dalam tradisi pernikahan yang diungkap dalam

novel Tuan Guru ada yang bersifat lokasional. Artinya, kepercayaan tersebut

hanya berlaku pada salah satu daerah (Desa Plambek atau lebih dikenal sebagai

desa pencuri) tidak seperti mitos tikar ijab-kabul yang dipercaya oleh hampir

semua daerah di Lombok. Di Desa Plambek, sang gadis akan menikah dengan

laki-laki yang telah dengan gagah berani mencuri dan menceritakan kisah tersebut

pada sang gadis. Tetapi banyak filosofi yang terselip dalam adat tersebut. sang

gadis bukan bangga karena menikahi seorang pencuri, tetapi ia bangga menikahi

laki-laki yang memiliki keberanian, dan harta yang dipamerkan pada sang gadis

bukan harta turunan dari orang tua melainkan hasil jerih payah sendiri.

Jangan pula kamu sembunyikan kelakianmu di balik harta yang kamu bawa itu, padahal kamu mendapatkannya dengan cara meminta kepada keluargamu. Datanglah sebagai pencuri, tetapi kamu benar-benar laki-laki, daripada kamu datang sebagai orang bijak, namun kamu tidak lebih dari penetek bayi. (Tuan Guru: 344)

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Kepercayaan yang telah memfosil di Pulau Seribu Masjid adalah percaya

dan yakin bahwa tuan guru merupakan sosok yang mampu memberikan

pencerahan dan keberkahan dalam kehidupan. Dalam hal ilmu agama, tuan guru

memang memiliki ilmu lebih yang bisa kita jadikan guru dan teladan. Tetapi itu

bukan berarti ia merupakan sosok yang harus dikeramatkan. Hal yang paling miris

adalah golongan masyarakat tersebut percaya bahwa bersalaman dengan tuan guru

akan memberikan kemaslahatan dan keberkahan pada kehidupan individu tersebut

setelah ditambah dengan melakukan ritual mengusap telapak tangan ke wajah

sambil memanjatkan doa. Namun, kepercayaan tersebut sekarang ini hanya dianut

oleh beberapa kelompok masyarakat yang fanatik terhadap sosok tuan guru

terutama orang-orang tua atau sesepuh yang masih menyisakan keyakinan tabu

tersebut.

Mengupas tentang mitos tuan guru akan menambah daftar kemerosotan

religius yang ada di Pulau Lombok. Foto tuan guru dianggap membawa

keselamatan dan dijadikan sebagai pelindung hingga tidak jarang ditemukan

masyarakat bahkan sampai sekarang menyimpan foto tuan guru dalam dompet.

Terutama tuan guru yang telah meninggal dunia yang semasa hidupnya dikenal

memiliki kesaktian dan ilmu agama yang tinggi. Tetapi umumnya yang terjadi

sampai saat ini adalah foto-foto tuan guru di bingkai dan dipajang baik di ruang

tamu mauppun di kamar dengan harapan tetap dinaungi keberkahan.

Efek tuan guru di Lombok sangat besar. Masyarakat memiliki

kepercayaan-kepercayaan yang terlalu berlebihan kepada tuan guru. Tuan guru

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

memang merupakan sosok yang bisa dijadikan panutan, guru, dan memiliki

sumbangsih besar dalam menyebarkan ilmu agama Islam di tanah Lombok.

Namun, hal ini bukan berarti semua yang dilakukan dan dikatakan oleh tuan guru

merupakan hal yang mutlak. Tuan guru bukan nabi yang merupakan laki-laki

pilihan Allah yang setiap tingkah laku dan ucapannya merupakan hal yang harus

diikuti.

Penyakit-penyakit kecil masyarakat yang justru berakibat sangat buruk dalam soal aqidah. Kalau memang tuan guru melarang jamaahnya untuk syirik kepada Tuhan, kenapa pula tuan guru melakukan hal-hal yang bersifat pencitraan pribadi secara berlebihan, yang menimbulkan fanatisme di tengah jamaahnya, yang ujung-ujungnya, jamaah tidak lagi menggantungkan masa depan akhirat mereka kepada nabi dan Tuhan. Melainkan kepada tuan guru itu sendiri. (Tuan Guru: 617) …. Seolah Lombok adalah negara tuan guru. begitu pentingnya tuan guru, setiap desa memiliki tuan guru. Bahkan dengan kekuasaan tuan guru, bukan hal sulit ia jadikan Lombok sebgai “negara tuan guru”, dan setiap yang berbau “Arab” sebagai falsafah kenegaraannya. (Tuan Guru: 641)

b. Pekerjaan

Setting tempat yang dominan mengambil daerah pedesaan atau

perkampungan mempengaruhi jenis pekerjaan yang tumbuh dan berkembang di

tengah masyarakat. Masyarakat kampung Sandat bermata pencaharian sebagai

petani, pedagang, peternak, ojek, kusir cidomo, dukun beranak, dan penjual obat

tradisional. Pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang umumnya ada di tengah

pedesaan yang masyarakatnya masih hidup secara tradisional dan belum terlalu

disentuh kemajuan teknologi.

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Pekerjaan khusus yang meski dengan penghasilan minim bahkan tidak

digaji tetapi kadang menjadi rebutan karena prestise yang dianggap tinggi adalah

imam masjid atau guru ngaji. Sebagaimana yang dilakukan oleh Anwar kepada

tokoh aku. Karena sebuah perlawanan tokoh aku terhadap tuan guru yang

dianggap sebagai kesalahan, Anwar semangat untuk membunuh tokoh aku. Selain

melaksanakan tugas dari tuan guru, hal tersebut juga akan mempermudah ia

menjadi imam masjid di kampung. Pekerjaan sejenis ini masih lestari di beberapa

kampung di Lombok yang masih hidup dalam lingkaran ketradisionalan.

Begitu banyak mereka, yang harus memperebutkan satu masjid pada sebuah kampung hanya untuk menjadi khotib di hari Jumat. Bertikai demi satu madrasah tempat mereka mengabdikan diri, demi gaji yang berstempel amal soleh, pada amplop yang jauh di bawah standar para buruh bangunan sekalipun. (Tuan Guru: 308-309)

c. Pendidikan

Latar belakang pendidikan masyarakat Lombok umumnya sekolah yang

bernuansa agama. Pengaruh tuan guru yang cukup kuat terhadap masyarakat yang

sebagaian besar merupakan jamaah setia tuan guru telah mempengaruhi

pandangan para orang tua menyekolahkan anaknya. Anak-anak mereka

dimasukkan ke madrasah-madrasah yang dianjurkan oleh tuan guru hingga

akhirnya semua ‘ditampung’ dalam lembaga yang dibangun tuan guru yakni

pondok pesantren. Para orang tua berharap anak-anak mereka mampu menjadi

sosok seperti tuan guru. Sebaliknya, anak-anak tuan guru melanjutkan studi

sampai ke perguruan tinggi negeri bahkan ada yang melanjutkan ke luar negeri.

Masyarakat lainnya bukan tidak mampu menyekolahkan anak-anak mereka

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

seperti anak tuan guru, tetapi doktrin yang telah ditanamkan tuan guru pada

jamaah telah membuat anak-anak mereka terjerumus pada masa depan yang

kelam.

Kondisi tersebut diperparah lagi dengan ketimpangan sosial yang

mewarnai dunia pendidikan yang berjalan di tengah masyarakat. Anak-anak yang

memiliki starta sosial lebih tinggi khususnya anak tuan guru akan selalu

dikedepankan menjadi yang pertama dan utama meskipun ada anak dari golongan

masyarakat biasa yang mampu menunjukkan kemampuan akademik yang lebih.

Guru-guru sebagai orang yang seharusnya dapat digugu dan ditiru memberikan

contoh negatif. Hal ini tidak hanya muncul pada sekolah-sekolah negeri, di

pondok pesantren yang bernuansa agama, kejujuran dan keadilan seharusnya

ditumbuhkan malah menjadi semakin menyimpang. Pondok pesantren tidak

mampu mengenyampingkan peran status sosial dalam memperlakukan para santri.

d. Agama

Pulau Lombok terdiri atas masyarakat yang mayoritas merupakan pemeluk

agama Islam. Hal ini terlihat dari bangunan masjid yang ada di setiap kampung

dan memiliki tuan guru masing-masing sebagai pengisi pengajian. Tetapi sejarah

menunjukkan bahwa tuan guru merupakan tokoh yang hadir setelah Islam masuk

ke Lombok.

Pembawa Islam ke tanah Lombok adalah etnis Cina yang datang untuk

berdagang dan perlahan membawa ajaran Islam masuk sebagai ajaran yang

diterima masyarakat. Namun, meski etnis Cina pembawa Islam ke Pulau Lombok,

banyak keturunan Cina yang hidup hingga sekarang tidak memeluk agama Islam.

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Ini berarti bahwa ada agama minoritas yang memberikan warna tersendiri di Pulau

Seribu Masjid tersebut.

e. Tempat Tinggal

Latar tempat yang dideskripsikan dalam novel Tuan Guru dipengaruhi

oleh pengkisahan beberpa kegiatan pengembaran pengajian yang dilakukan oleh

tokoh aku. Wilayah Lombok yang banyak diangkat adalah Lombok Timur. Masa

kecil tokoh aku dihabiskan di kampungnya, Kembang Sandat. Sekelumit kisah

pembuka juga di awali dengan pantai Manange Baris dan pelabuhan Kayangan.

Setelah memasuki pondok pesantren, tokoh aku memulai perannya sebagai wakil

tuan guru dan melakukan pengajian di beberapa tempat yang ditugaskan oleh tuan

guru, salah satunya Desa Plambek. Selain Lombok, latar tempat yang diambil oleh

Salman Faris adalah Sumbawa. Sumbawa merupakan pulau yang terletak di

sebelah timur Pulau Lombok dan masih merupakan satu propensi, sehingga tidak

mengherankan kalau tuan guru mampu melebarkan sayapnya sampai ke pulau

seberang. Alasan lainnya, Sumbawa merupakan salah satu tujuan masyarakat

Lombok mencari nafkah sehingga tidak salah jika tuan guru masih menemukan

jamaahnya di sana dan secara tidak langsung juga mempengaruhi masyarakat

Sumbawa.

Selain aspek geografis yang berupa kewilayahan, latar tempat tinggal yang

tidak luput dari ulasan adalah berupa bangunan seperti rumah, masjid, asrama,

pondok pesantren. Novel Tuan Guru secara garis besar mengambil latar tempat

pondok pesantren yang termasuk di dalamnya adalah asrama. Pondok pesantren

menyediakan asrama untuk tempat tinggal para santri. Di pondok inilah banyak

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

kisah yang diceritakan terutama yang berkaitan dengan tokoh aku dan tuan guru.

Di pondok pesantren terjadi konflik antara tokoh aku dan tuan guru, kisah cinta

tokoh aku dengan kedua gadis santriwati yakni Najwa dan Nailal bersemi hingga

akhirnya kedua gadis tersebut dinikahi tuan guru, dan beberapa kisah

kebersamaan tokoh aku dan teman-temannya.

Setting tempat lainnya adalah rumah tokoh aku dan rumah tuan guru. Di

rumah tokoh aku, tempat masa kecil yang menyedihkan, ruang kasih sayang dari

seorang ibu dan ayah yang tidak pernah di berikan. Pembelajaran masa kecil yang

penuh kesakitan, masa kecil yang tereenggut oleh kekolotan pemikiran orang tua.

Di rumah itu juga tokoh aku hendak dibunuh oleh pengikut tuan guru karena ia

dianggap nyembali, berbeda dari yang lainnya. Di rumah tuan guru terjadi

pertemuan-pertemuan antara tokoh aku dan tuan guru, konflik interen keluarga

tuan guru terjadi. Dan bangunan suci yang diangkat tempat terjadinya beberapa

peristiwa dalam novel Tuan Guru adalah masjid kampung. Di masjid kampung

inilah pengajian tuan guru berlangsung, tempat pertama kali tokoh aku melihat

karisma tuan guru yang dielu-elukan jamaahnya.

f. Bahasa

Salman Faris menggunakan beberapa bahasa daerah untuk memberikan

sentuhan keintiman pembaca dengan daerah yang menjadi latar penceritaan.

Dalam novel Tuan Guru terdapat bahasa Sasak yang merupakan bahasa

masyarakat Lombok dalam konstruksi yang singkat, berupa kalimat-kalimat

pendek, klausa, dan lebih banyak berupa frasa. Tetapi pembaca diberikan

kemudahan dalam memaknai tiap bahasa daerah tersebut dengan memberikan arti

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

dan makna pada akhir bahasa daerah tersebut. Pada setiap penggunaan bahasa

daerah, Salman Faris menuliskan dalam huruf miring untuk memberikan

pengertian khusus kepada pembaca.

Selain bahasa daerah Lombok, dalam novel Tuan Guru menyelipkan

beberapa kosakata umum dalam bahasa Arab seperti ana dan antum. Hal ini

merupakan pengaruh latar pondok pesantren yang diangkat oleh Salman Faris

yang dalam keseharian santri banyak menggunakan kosakata Arab dan sejak

Madrasah Aliyyah siswa telah diajarkan bahasa Arab.

Ketika ada dialog bahasa Arab yang mempertemukan aku dengan Ihsan, ia sering sekali kelabakan, sampai guru harus turun tangan untuk membantunya. Biar ia tidak terlalu malu. (Tuan Guru: 119)

Bahasa Indonesia yang digunakan merupakan bahasa Indonesia populer

yang mudah dimengerti oleh semua kalangan. Salman Faris tidak terlalu banyak

mengumbar istilah-istilah yang membutuhkan pengetahuan tinggi untuk

memahaminya.

g. Suku

Novel Tuan Guru mendeskripsikan kemajemukan etnis yang mendiami

Pulau Lombok. Selain suku asli Lombok yakni suku Sasak, di Lombok terdapat

golongan pendatang, etnis Cina. Sejarah Lombok menunjukkan bahwa etnis Cina

merupakan salah satu pembawa ajaran agama Islam di Lombok melalui

perdagangan. Sejak saat itulah garis keturunan Cina melangsungkan

kehidupannya hingga sekarang dan sebagaian besar sebagai pedagang atau

penjual, khususnya barang-barang elektronik. Etnis Cina banyak ditemukan di

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Lombok Barat tepatnya di Ampenan yang berdekatan dengan ibu kota propinsi

Nusa Tenggara Barat, kota Mataram.

Wanita Cina yang lambat laun tergerak untuk menggali masa lalu nenek moyangnya. Ia pun mengerti, bahwa nenek moyangnya berperan dalam proses awal masuknya Islam ke pulauku…. (Tuan Guru: 638)

Gelombang masuknya etnis lain ke Lombok berawal dari perdagangan di

Lombok yang pada masa lalu merupakan pasar yang cukup mendunia. Pelabuhan

Tanjung Karang-Ampenan menjadi dermaga tempat berlabuhnya pedagang-

pedaganga luar seperti Eropa, Cina, dan Singapura.

…. Seolah pelabuhan Ampenan tidak menyimpan rentetan sejarah. Tanjung Karang-Ampenan yang pernah menjadi dermaga perdagangan yang besar, yang banyak memberikan keuntungan niaga bagi pedagang Eropa, Cina, dan Singapura tidak mampu membuat mental mereka bangga dan berani bersimbah darah di tanah sendiri…. (Tuan Guru: 50)

Dalam perkembangannya hingga sekarang, masyarakat Lombok menjadi

semakin majemuk. Penduduk Lombok terdiri atas beberapa suku besar, Suku

Sasak (asli Lombok), Suku Mbojo (dari Bima), Suku Jawa (dari Jawa), Etnis Bali

(sebagian besar berdomisili di Mataram, Lombok Barat), dan Etnis Cina.

3. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Tuan Guru

a. Nilai Pendidikan Sosial

Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk sosial. Manusia membutuhkan

orang lain untuk menjaga dan mengembangkan fitrah hidupnya. Kebutuhan

individu yang satu terhadap individu lainnya tidak sekedar untuk memperoleh

bantuan agar kebutuhan hidup secara materi yang tidak dapat diusahakan sendiri

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

dapat terpenuhi, tetapi juga kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya non materi,

seperti mencurahkan rasa kasih sayang, mengemukakan pendapat, dan lain

sebagainya (Djumhana, 2003: 123).

Nilai pendidikan sosial yang digambarkan dalam novel Tuan Guru

merupakan nilai-nilai luhur dalam mengatur keteraturan dalam menjalin hubungan

antar sesama anggota masyarakat.

Berada dalam lingkungan yang memiliki tingkat religius yang tinggi meski

dipengaruhi oleh salah seorang sosok yakni tuan guru, masyarakat ikhlas

memberikan sumbangan demi kelangsungan pengajian dan pembangunan

madrasah. Tetapi ada hal-hal yang kurang patut dicontoh dalam hal ini,

masyarakat terkadang memiliki pamrih yang menjurus pada kemusrykan yakni

mendapat berkah dari tuan guru. Masyarakat membeli surga pada sosok tuan guru

yang dengan senang hati akan mewakili individu yang menyumbang berdoa

kepada Tuhan. Masyarakat percaya bahwa apa yang dihajatkan atau dimohonkan

oleh tuan guru akan terkabul. Bagaimanapun juga, nilai sosial tidak boleh sampai

mengeyampingkan hukum agama yang merupakan aturan tertinggi yang tidak

boleh dilanggar.

Lingkungan pondok pesantren juga memberikan sumbangsih besar dalam

menelurkan nilai sosial yang terkandung dalam novel Tuan Guru. Sebagai sesama

pengikut tuan guru yang terjerumus dalam arus kepercayaan orang tua yang

tinggi, tokoh aku berusaha memberikan sentuhan-sentuhan berbeda kepada

masyarakat yang ia mulai pada teman-temannya sesama santri. Tokoh aku

memberikan ilmu yang lebih berdasar dan lebih dicerna logika. Ia merupakan

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

sosok yang selalu menjadi penasihat bagi rekan sejawatnya di pesantren. Selain

itu, ia merupakan anak yang patuh dan hormat pada orang tua terutama ibunya

dan papuk Odah. Bahkan kepada tuan guru, orang yang ia benci sekalipun, ia

tetap meberikan rasa hormat sebagai orang yang lebih tua dan bagaimanapun tuan

guru merupakan gurunya.

Kesetiakawanan juga banyak diangkat dalam novel ini. Sikap Jalal dan

Jumahur yang tetap membela tokoh aku di depan tuan guru dan santri lainnya. Hal

yang bukan hanya dipandang sebagai sebuah balas budi karena tokoh aku sering

memberikan mereka nasihat dan tempat berbagi cerita yang bijaksana tetapi lebih

karena tindakan tokoh aku bukan merupakan sebuah kesalahan. Kabir yang

selama di asrama banyak mendapat cibiran dan perlakuan tidak adil dari tuan guru

selalu mendapat sandaran dari tokoh aku memberikan perlakuan setimpat kepada

tokoh aku yang telah dianggapnya saudara. Kabir mendatangi tokoh aku ke

tempat pengungsiannya dan berusaha memberikan kekuatan bahwa masih ada

orang yang berada di belakangnya dan siap membantu.

Sisi yang paling kontroversial dalam novel Tuan Guru adalah sosialisme

yang dimiliki tuan guru. Sebagai seorang ayah, tuan guru merupakan sosok yang

peduli terhadap anak-anaknya. Ia memberikan kehidupan dan pendidikan yang

layak. Ia juga merupakan ayah yang bijaksana dalam menghadapi pertengkaran

anak-anaknya. Sebagai seorang guru pengajian, ia memberikan bantuan kepada

para santri yang kurang mampu dengan mempekerjakan mereka di rumahnya

yang luas. Ia juga merupakan seorang suami yang adil, ia memperhatikan

kebutuhan istrinya. Tetapi tidak jarang ia merupakan sosok yang egois, apa yang

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

yang menjadi kehendaknya harus selalu diikuti. Sosok yang telah disucikan dan

dijadikan panutan semua jamaahnya ini seharusnya memberikan tauladan yang

baik tidak jarang memberikan contoh-contoh buruk dalam bertingkah laku. Hal ini

menunjukkan bahwa tuan guru merupakan pribadi yang tidak berbeda dengan

individu lainnya yang tidak luput dari kekhilafan sebagai manusia biasa.

Tokoh Papuk Odah yang dipandang sebagai pribadi yang kurang beragama

karena pekerjaan sebagai seorang dukun dan juga jarang melakukan ibadah wajib,

di balik itu ia merupakan sosok yang ringan tangan dan bijaksana dalam

memberikan nasihat-nasihat.

Sebuah sastra, dalam menuangkan sebuah nilai-nilai edukatif, tidak hanya

dengan memberikan hal-hal positif dari apa yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh

dalam cerita tersebut tetapi juga dalam bentuk tindakan “negatif” tokoh-tokohnya.

Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Mouillaud (1967: 582) yang meneliti

novel Armance dan Le Rouge et le Noir karya Stendhal yang menghasilkan bahwa

masyarakat yang dilukiskan dalam novel tersebut hanya mengetahui nlai uang dan

satus sosial dalam bentuk kesombongan.

Ayah tokoh aku yang selalu berbuat kasar pada istri dan anaknya padahal

mereka selalu setia melayani dan mengikuti perintahnya sebagai wujud bakti

kepada kepala keluarga. Ibu tokoh aku, yang merupakan sosok istri yang patuh

dan saking patuh dan taatnya kepada suami ia mengenyampingkan anak-anaknya

dan tidak segan-segan bebuat kasar kepada anak-anaknya.

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

b. Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan laku perbuatan manusia dipandang dari nilai-nilai baik

dan buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebiasaan dimana individu

berada (Burhan Nurgiyantoro, 2002: 319). Nilai-nilai pendidikan moral tersebut

dapat mengubah perbuatan, prilaku, sikap serta kewajiban moral dalam

masyarakat yang baik, seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Joko Widagdo,

2001: 30).

Pendidikan moral yang disajikan dalam novel Tuan Guru tidak hanya

berkaitan dengan bagaimana moral kita terhadap sesama tetapi juga terhadap

lingkungan sekitar. Moral yang berlawanan digammbarkan dalam kehidupan Ibu

tokoh aku dan Jalal dalam hal menjaga amanah. Ibu tokoh aku yang telah

dititipkan emas peninggalan keluarga oleh ibunya, rela menjualnya demi

menyumbang pengajian tuan guru dan yang dikejar adalah nama baik bukan

keikhlasan. Sedangkan Jalal, ia dengan teguh akan selalu menjaga keaslian berita

setiap pesan yang akan disampaikan kepada tokoh aku, tanpa mengurangi atau

melebih-lebihkan. Hal tersebut tentunya memberikan nilai pendidikan moral,

walaupun sisi negatif yang ditampilkan melalui tokoh ibu si aku dapat dijadikan

sebagai pelajaran untuk tidak dilakukan.

Manusia yang baik adalah manusia yang memiliki manfaat untuk orang

lain dan lingkungan. Pernyataan yang dilontarkan oleh Papuk Odah tersebut

menyiratkan bahwa kebaikan yang ditebar antarsesama dan juga lingkungan

sekitar mampu mejadi daya beda seseorang yang baik dan tidak.

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

c. Nilai Pendidikan Budaya

Budaya merupakan suatu sistem ide/pemikiran. Hal ini disebabkan, budaya

dapat mencakup sistem ide yang dimiliki secara bersama, sistem konsep, kaidah-

kaidah yang mendasari tata cara kehidupan manusia. dalam hal ini, yang

dimaksudkan budaya lebih mengacu pada persoalan-persoalan yang dipelajari

manusia, bukan hal-hal yang mereka kerjakan serta benda-benda yang telah

dihasilkan (Sutiyono, 2010: 40).

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan

meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan

oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda

yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,

organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk

membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Budaya yang tumbuh dalam masyarakat Lombok tidak hanya dalam

kehidupan berinteraksi dalam keseharian di tengah masyakat tetapi juga ada yang

tumbuh dan berkembang dalam bidang kesenian. Dalam kehidupan

bermasyarakat, budaya masyarakat dalam merumuskan sebuah aturan lokasional

yang bersifat mengikat tetapi tidak tertulis adalah peraturan atau dalam bahasa

Lombok disebut awig-awig yang dirumuskan oleh orang yang dianggap sesepuh.

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Hal ini menunjukkan bahwa sesepuh diangap memiliki pengalaman hidup yang

lebih banyak sehingga telah mampu menentukan hal-hal yang dianggap baik dan

dianggap buruk dalam daerah yang telah didiaminya selama berpuluh-puluh

tahun. Sesepuh tersebut dianggap telah mengetahui seluk beluk yang terjadi di

kampung.

Budaya luhur lainnya berkaitan dengan menghormati orang yang lebih tua.

Pada saat makan bersama yang diikuti oleh orang yang lebih tua, setelah selesai

menyantap hidangan, pantang bagi orang yang lebih muda mencuci tangan duluan

meskipun telah terlebih dahulu menyelesaikan makannya. Hal ini merupakan

wujud penghormatan terhadap orang yang lebih tua karena jika yang muda

mencuci tangan duluan maka air cuci tangan tersebut menjadi kotor dan kurang

mengenakkan bagi orang tua.

Dalam hal menyantap hidangan, budaya yang meningkatkan kebersamaan

antarsesama adalah budaya begibung atau makan bersama ketika ada acara-acara

hajatan atau memperingati hari-hari besar Islam. Pada saat memperingati hari-hari

besar Islam, masing-masing masjid akan mengundang tuna guru sebagai pengisi

ceramah terkait dengan hari besar yang diperingati. Ibu-ibu rumah tangga di

sekitar wilayah atau kampung menyumbang makanan ke masjid untuk di santap

oleh semua warga yang hadir atau biasa disebut ngandang dulang. Dulang yang

berisi hidangan ini akan dimakan secara berkelompok atau begibung. Namun

dalam perkembangannya sekarang, begibung sudah mulai diubah caranya, nasi di

tempatkan pada piring masing-masing dan lauk-pauknya yang dimakan secara

bersama. Berbeda dengan cara tedahulu, nasi beserta lauk pauk ditempatkan pada

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

satu nampan besar dan disantap oleh tiga hingga lima orang tergantung pada

besar-kecilnya nampan yang digunkan.

Kesenian yang mengandung unsur kebudayaan masyarakat Lombok yang

diungkapkan dalam novel Tuan Guru adalah jengger, rudat, dan peresean.

Jengger dan rudat merupakan jenis tarian yang berbeda kandungannya. Jengger

adalah tarian yang dibawakan oleh dua atau tiga orang penari dan diiringi oleh

gendang beleq atau gendang besar. Sedangkan rudat merupakan tarian yang

dibawakan oleh banyak orang laki-laki dan perempuan dan berdandan seperti

prajurit karena berisi tentang kisah-kisah perjuangan. Kedua tarian tersebut

biasanya diadakan untuk menyambut tamu-tamu atau kesenian yang

dipertontonkan oleh orang-orang yang melakukan hajatan baik pernikahan,

sunatan, maupun syukuran lainnya yang bersifat kesenangan.

Kesenian lainnya yang merupakan budaya Lombok yang telah beralih

fungsi adalah peresean. Peresean ini berupa pertarungan dua orang menggunakan

rotan sepanjang satu setengah meter dan berdiameter tiga centimeter yang

dilengkapi juga dengan prisai dari kulit kerbau atau sapi yang telah dibentuk

bersegi panjang. Pada zaman dahulu, peresean merupakan ritual yang dilakukan

untuk meminta hujan tetapi sejak ada seorang pencerah yakni tuan guru, hal

tersebut diganti dengan sholat sunnat istisqa’.

Tuan guru menyarankan agar melakukan sholat sunnat istisqa’: sholat sunnat minta hujan sebagai pengganti peresean itu. (Tuan Guru: 436)

Tetapi, kesenian tersebut sekarang telah dianggap sebagai warisdan

budaya yang dilestarikan dan diadakan biasanya pada saat memperingati hari

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

kemerdekaan Indonesia. Nilai luhur yang terkandung di dalamnya adalah tentang

ketangkasan dan keberanian seorang laki-laki. Meskipun kedua petarung telah

saling pukul selama peresean berlangsung, mereka akan bersalaman setelah

pertarungan usai. Peresean dilaksanakan dalam tiga ronde dan pemenang hanya

mendapatkan sedikit uang sebagai obat.

d. Nilai Pendidikan Agama

Agama merupakan sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan

biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin

yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu

untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia

dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara

bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad

raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.

Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,

manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada

penguasa alam semesta.

Latar pondok pesantren dan tokoh agama yakni tuan guru yang diangkat

dalam novel mempengaruhi kandungan novel Tuan Guru yang sarat nilai agama.

Dalam novel tersebut, pembaca dicontohkan sikap dan sifat religius melalui para

santri dan jamaah tuan guru. Para santri dalam kesehariannya diajarkan untuk

mengaji, berzikir, dan sholat malam. Hal-hal yang memang harus dilakukan oleh

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

semua umat Islam bukan hanya dalam kapasitasnya sebagai penuntut ilmu agama

tetapi sebagai seorang muslim. Sholat merupakan tiang agama yang harus

senantiasa ditunaikan.

Tetapi pendidikan agama yang ditawarkan dalam novel Tuan Guru juga

dibungkus dalam sisi negatif jamaah tuan guru yang harus dihindari. Jamaah tuan

guru memang memohon segala sesuatunya kepada Allah, tetapi mereka salah

dalam mengaplikasinya. Mereka percaya bahwa tuan guru mampu memberikan

garansi masuk surga kepada mereka. Tempat yang belum tentu tuan guru masuk

ke dalamnya. Kepercayaan jamaah yang berlebihan berlanjut pada

mengkeramatkan hal-hal yang berkaitan dengan tuan guru. Bersalaman yang

kemudian diikuti dengan doa lalu mengusap tangan ke wajah sebagai bentuk

mengharap keberkahan dari tuan guru. Memajang foto tuan guru di rumah agar

selalu dilindungi dan diberkahi. Semua hal tersebut berujung kepada kesyirikan

yang terbungkus dalam ketaatan yang salah.

Tuan guru memang merupakan sosok yang lebih, tetapi kelebihan tersebut

jangan sampai menjadi sesuatu yang harus diagung-agungkan melebihi kodratnya

sebagai manusia. Kelebihannya adalah ilmu agama yang dimiliki, secara aplikatif

ia belum tentu mampu mengamalkannya secara baik melebihi manusia biasa

lainnya. Hal inilah yang ingin disampaikan oleh Salman Faris kepada semua

pembaca. Semuanya bermuara pada pengubahan pola pikir masyarakat terhadap

sosok tuan guru. Jangan sampai menggantungkan hidup kepada tuan guru

melebihi Tuhan agar terhindar dari dosa syirik yang merupakan dosa paling besar

dan tidak terampuni.

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

e. Nilai Pendidikan Ekonomi

Pendidikan ekonomi yang diangkat dalam novel Tuan Guru adalah bidang

perdagangan. Bisa dikatakan, peradagangan merupakan faktor penggerak sektor

rill, tidak saja pada zaman Islam awal, tetapi juga sampai pada masa-masa

sekarang (2008: 33). Perdagangan di Pulau Lombok pernah memasuki dunia

keemasan pada zaman dahulu, pedagang-pedagang dunia dari Eropa, Cina, dan

Singapura melakukan transaksi di dermaga Tanjung Karang Ampenan. Terutama

pedagang Cina, kedatangannya selain berdagang juga membawa pengaruh Islam

ke pulau yang terkenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid tersebut.

Kemampuan berdagang masyarakat pribumi yang tidak berkembang

membuat pedagang lain seperti keturunan Cina menjadi maju pesat. Pedagang

Cina menerapkan sistem perdagangan yang disukai konsumen. Dalam duni

perdagangan, harga yang ekonomis dan pilihan barang yang lebih variatif

merupakan beberapa faktor penting yang menjadi pertimbangan pembeleli selain

kualitas. Hal itu diterapkan oleh pedagang Cina. Sedangkan pedagang pribumi

memasang harga yang jauh lebih tinggi dan pilihan barang yang ditawarkan

kurang bervariasi.

Keturunan Cina memang mewarisi kemampuan berdagang nenek

moyangnya yang sejak zaman dahulu masuk ke Lombok melalui Pelabuhan

Tanjung Karang, Ampenan. Pedagang Cina juga memiliki relasi bisnis yang luas.

Hal inilah yang mempengaruhi ketersediaan barang pedagang Cina yang

menawarkan banyak pilihan.

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Selain dari segi barang, individu pedagang tidak kalah pentingnya dalam

menarik minat pembeli. Pedagang yang memiliki kepribadian baik, ramah,

terutama jujur akan menjadi pilihan utama pembeli. Dalam novel Tuan Guru

dideskripsikan bahwa kemampuan berdagang masyarakat Lombok yang tidak

berkembang memang merupakan warisan nenek moyang yang menurut penuturan

Salman Faris memiliki pribadi yang tidak jujur dan ditambah lagi terpendam rasa

iri kepada pedagang lain yang lebih sukses, seperti sikap Anwar kepada pedagang

keturunan Cina yang berdagang di pasar desa.

Menurut Jusmaliani (2008: 32) bahwa perdagangan yang di dalamnya

mengandung unsur ketidakjujuran, pemaksan, atau penipuan, seperti menimbun

barang dengan mengorbankan kepentingan orang banyak, menjegat penjual di

perjalanan menuju pasar, menyembunyikan informasi untuk memperoleh

keuntungan yang lebih besar, mengurangi timbangan, menyembunyikan cacat

barang dagangan, dan sebagainya, hukumnya tidak boleh (haram).

f. Nilai Pendidikan Politik

Menurut Index of Political Right and Civil Liberty yang dikeluarkan oleh

Freedom House, sepanjang tiga decade terakhir, negara-negara Muslim pada

umumnya gagal membangun politik yang demokratis (Mujani, 2007: 1). Seolah

mengamini pernyataan tersebut, novel Tuan Guru menggugah salah satu wilayah

yang juga berkaitan dengan dunia perpolitikan dalam satu wilayah kecil di

Indonesia bagian Timur, yakni Lombok. Karisma dan nama besar yang dimiliki

tuan guru mampu menjadi daya tarik masyarakat yang terkadang dimanfaatkan

untuk menarik suara masyarakat.

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Pejabat memanfaatkan momen berfoto bersama tuan guru sebagai

kampanye terselubung. Foto kemudian dibagikan kepada jamaah untuk dipajang

di rumah mereka atau diselipkan pada gambar-gambar kalender yang dibeli

jamaah sehingga kelak ketika pemilihan tanpa disuruh masyarakat otomatis akan

memilih orang yang berada di foto tersebut.

Politik yang bernuansa agama juga direfleksikan dalam bentuk

“pernikahan politik” yang dilakukan oleh tuan guru. Ia menikahkan anaknya

dengan anak sesama tuan guru. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang bermanfaat

dalam melipatgandakan jumlah jamaah. Otomatis, jamaah tuan guru yang satu dan

lainnya akan bergabung karena pemimpin mereka telah menyatu dalam satu

ikatan keluarga.

g. Nilai Pendidikan Historis

Setiap wilayah memiliki cerita masa lalu yang merupakan cikal bakal

pembentukan dan pertumbuhannya. Sejarah sebuah wilayah ada yang kelam ada

juga yang manis. Sejarah pahit yang menimpa Pulau Lombok yang disampaikan

dalam novel Tuan Guru adalah Lombok sebagai jajahan Pulau Bali. Ketika masih

kental dengan sistem kerajaan, raja dari Pulau Dewata tersebut yakni kerajaan

Karang Asem masuk ke Pulau Seribu Masjid dan melakukan strategi adu domba.

Mereka menebar fitnah kerajaan yang satu ke kerajaan yang lainnya di tanah

Lombok. Selain itu, ia juga memberikan iming-iming keuntungan yang berlimpah

kepada raja yang mau membunuh dan meruntuhkan kerajaan lain yang tumbuh di

daerah lain di Pulau Lombok.

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Raden Amir dari Mamben dan Raden Kardiyu dari Korleko rela

menghancurkan kerajaan Kalijaga yang telah difitanh sebelumnya. Ditambang

iming-iming keuntungan yang berlimpah yang dijanjikan kerajaan pulau seberang

kedua raden tersebut dengan senang hati menumpahkan darah kerajaan saudara

mereka yang seharusnya saling bahu-membahu mempertahankan tanah leluhur

dari kerajaan luar yang berniat menguasai dan menjajah masyarakat sendiri.

Di balik sejarah kelam tersebut, kisah yang membawakan lahir dalam

dunia perdagangan Lombok yang pernah mendunia. Pada masa lalu, Pelabuhan

Tanjung Karang yang tereletak di Ampenan, Lombok Barat pernah menjadi

dermaga tempat berlabuhnya pedagang-pedagang Eropa, Cina, dan Singapura.

Dermaga yang kini tidak difungsikan dan dialihakn ke Pelabuhan Lembar itu

menjadi saksi sejarah besar transaksi mendunia yang pernah terjadi di Lombok.

Sejarah lain datang dari legenda-legenda besar dan abadi ceritanya hingga

saat ini adalah tentang pengorbanan Putri Mandalika. Konon ceritanya bahwa

seorang Raja bertahta disebuah Kerajaan bernama Kerajaan Tunjung Biru dalam

lontar tertulis dengan literatur Jejawen Tonjeng Beru. Sang Raja memiliki seorang

Putri cantik jelita, cerdas dan bijak. Putri Raja itu bernama Putri Sarah Wulan.

Kelebihan yang dimiliki Sang Putri tersebar keseluruh kerajaan bahkan sampai di

negeri seberang.

Sang Raja memiliki tujuh orang saudara dan masing-masing memimpin

kerajaan. Semua raja-raja yang mengetahui adanya Putri yang sangat cantik di

Kerajaan Tunjung Biru, memerintahkan Putra Mahkota masing-masing untuk

meminang Putri Mandalika.

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Saking arif dan bijaknya Sang Putri, semua Putra Mahkota yang datang

melamarnya diterima. Di luar kesadaran Sang Putri, bahwa sikapnya itu sikap

yang kurang baik dan akan menjadi riskan bagi dirinya, sebagai seorang Putri

Raja. Putri Sarah Wulan memiliki perangai pendiam, sulit untuk mengutarakan

permasalahan yang sedang dihadapinya, akhirnya semua tunangannya itu

disanggupi pada tanggal dua puluh bulan sepuluh penanggalan Sasak, dimana

pada waktu yang ditentukan Sang Putri tersebut adalah bulan-bulannya musim

penghujan.

Tiba saatnya janji Sang Putri tersebut, maka semua Putra Mahkota datang

bersama pasukan pengawalnya dengan membawa harta lamaran masing-masing.

Tidak dapat dielakkan lagi pertempuran terjadi disepanjang jalan menuju Tunjung

Biru sebagai akibat dari janji kolektif yang diucapkan sang Putri kepada semua

calon suaminya. Sang Putri mendengar berita tentang terjadinya pertempuran.

Dalam perjalanan, sang Putri semakin panik bahkan gusar sekali. Akan tetapi

walau demikian pelik masalah yang dihadapi, sang Putri tidak pernah

mengutarakan perasaannya kepada dayangnya apalagi akan minta pendapat dari

Sang Raja (ayahandanya).

Setelah mendapat wangsit melalui mimpi, Sang Putri akhirnya memutuskan

untuk menceburkan diri ke laut Pantai Selatan Lombok itu, pada tanggal 20 bulan

kesepuluh Tahun Sasak. Tidak disangka, ternyata keputusan yang diambil dalam

rangka mempertahankan konsistensinya, sang Putri menceburkan dirinya kevlaut

yaitu tepatnya di pantai Seger Kuta, ketika sang Putri menceburkan dirinya ke laut

itu, Putri Mandalika berpesan kepada segenap yang hadir dengan ucapan:

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

“wahai Kakanda-kakandaku yang sangat aku cintai dan kasihi, serta seluruh kaluarga Kerajaan Tonjeng Beru/Tunjung Biru, aku ini telah melakukan kesalahan (Nyalaq) karena semua kakanda-kakandaku adalah Satria yang gagah berani dan sakti mandraguna. Di samping itu, aku sangat mengasihi kalian sebagai keluarga Tunjung Biru, jika aku diboyong oleh salah seorang kesatria yang ada ini, jelas akan timbul pertumpahan darah dan aku tidak akan bersama lagi dengan kalian. Hal ini yang tidak dapat aku lakukan dan tidak akan pernah ada di hati dan pikiranku. Sebagai seorang putri Raja yang konsekuen tidak akan pernah mengingkari janjinya, maka untuk memenuhi janji yang pernah aku ucapkan, maka aku akan menceburkan diri di laut selatan ini. Kelak pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak, aku akan muncul dengan wujud lain agar semua orang akan menikmati dan merasakan kehangatanku”.

Begitu ucapan sang Putri berakhir, pada saat itulah sang Putri

menceburkan dirinya ke laut. Sesaat kemudian, suasana kembali tenang. Para

pangeran dan kerabat kerajaan segera mencari sang Putri di tempat ia

menceburkan diri. Tidak ada tanda-tanda keberadaan sang Putri di tempat itu

(http://adypato.wordpress.com/2010/06/02/tradisi-bau-nyale-suku-sasak/).

Namun, tiba-tiba bermunculan binatang kecil yang jumlahnya sangat

banyak dari dasar laut. Binatang yang berbentuk cacing laut itu memiliki warna

yang sangat indah, perpaduan warna putih, hitam, hijau, kuning, dan cokelat.

Binatang itu kemudian disebut nyale. Sejak saat itulah Putri Sarah Wulan diberi

nama Putri Mandalika yakni Manda yang berarti bingung atau bimbang dan Lika

berati perbuatan. Jadi, Mandalika berarti terperangkap pada perbuatan yang

membingungkan.

Rakyat yang menyaksikan peristiwa itu meyakini, nyale tersebut adalah

jelmaan Putri Mandalika. Sesuai dengan pesan sang Putri, mereka pun akhirnya

beramai-ramai dan berlomba-lomba mengambil cacing laut itu sebanyak-

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

banyaknya untuk dinikmati sebagai tanda cinta kasihnya kepada sang Putri.

Mengambil cacing laut itu kemudian dikenal dalam bahasa Lombok sebagai bau

nyale (menangkap nyale) (http://www.fajar.co.id/read-20110227015517-tradisi-

bau-nyale-masyarakat-lombok-tengah).

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan,

dapat diambil simpulan sebagai berikut.

1. Pandangan Dunia Pengarang terhadap Eksistensi Tuan Guru dalam

Novel Tuan Guru

Pandangan Salman Faris mengenai eksistensi tuan guru dalam

masyarakat Lombok yang dituangkan dalam novel Tuan Guru menyingkap

bahwa sesungguhnya tuan guru merupakan manusia biasa yang tidak berbeda

dengan masyarakat umumnya. Perbedaan terletak pada ilmu agama dan

secara aplikatif tuan guru belum tentu bisa mengamalkan ilmunya secara

total. Ia juga tidak luput dari kesalahan atau lebih halusnya kekhilafan seperti

masyarakat lainnya. Tuan guru tidak boleh dikeramatkan apalagi disamakan

derajatnya dengan nabi yang merupakan manusia pilihan Allah yang mulia.

Masyarakat Lombok umumnya, baik yang terdidik maupun tidak

terdidik memandang tuan guru melebihi batas kodratinya sebagai manusia

normal. Sebagian besar masyarakat Lombok, khususnya Lombok Timur

berdasarkan kacamata Salman Faris menganggap bahwa tuan guru

merupakan sosok yang mampu memberikan garansi masuk surga. Menurut

masyarakat Lombok, doa yang dipanjatkan tuan guru lebih cepat diijabah

119

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

oleh Allah dibandingkan manusia lainnya. Masyarakat tidak memandang ada

cela sedikitpun dari sosok tuan guru.

Tuan guru merupakan kelas sosial yang berada pada lapis tertinggi

dalam struktur masyarakat. Peranan penting tuan guru juga terkait dengan

kedudukan mereka sebagai elit terdidik yang mentransfer pengetahuan agama

ke tengah masyarakat.

2. Latar Belakang Sosial-Budaya dalam Novel Tuan Guru

a. Adat dan Kepercayaan

Adat dan kepercayaan masyarakat Lombok yang tertuang dalam

novel Tuan Guru berkaitan dengan adat mencari jodoh, kepercayaan

dalam mencari rejeki, kepercayaan yang bersifat kerohanian, kepercayaan

dalam dalam prosesi ijab-kabul, terutama kepercayaan terhadap sosok

tuan guru yang berisi ritual-ritual khusus.

b. Pekerjaan

Pekerjaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Lombok

yang dikisahkan dalam novel Tuan Guru sebagian besar merupakan

pekerjaan-pekerjaan yang bersifat tradisional meskipun ada juga yang

yang telah elit. Pekerjaan yang banyak digeluti masyarakat adalah petani,

pedagang, ojek, kusir, dukun beranak, pejabat, dan guru ngaji atau imam

masjid.

c. Pendidikan

Setting pengkisahan yang diangkat dalam novel Tuan Guru

mempengaruhi jenis dan jenjang pendidikan yang dideskripsikan.

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Masyarakat umumnya, khususnya jamaah tuan guru menyekolahkan

anaknya pada sekolah-sekolah yang bernuansa agama karena menjurus

pada satu cita-cita yakni tuan guru. Pendidikan yang ditempuh adalah

Madrasah Aliyyah, hingga memasuki pondo pesantren. Tetapi ada juga

jenjang pendidikan tinggi seperti memasuki perguruan tinggi baik lokal

maupun luar negeri yang dideskripsikan melalui kehidupan anak tuan

guru.

d. Agama

Masyarakat yang diangkat dalam novel Tuan Guru mayoritas

merupakan pemeluk agama Islam. Hal ini dibuktikan dari latar yang

disekripsikan semua bernuansa Islam, seperti pondok pesantren, masjid,

madrasah. Serta pelaku yang ada di dalamnya merupakan jamaah, tuan

guru. Tetapi ada juga masyarakat minoritas yang memeluk agama selain

Islam yang terrefleksi melalui kehidupan para keturunan Etnis Cina.

e. Tempat Tinggal

Tempat tinggal yang dijadkan sebagai latar tempat dalam novel

Tuan Guru digolongkan menjadi dua yakni berdasarkan geografis atau

kewilayahan dan berdasarkan bangunan. Wilayah Lombok yang banyak

diangkat adalah Lombok Timur, yakni Kembang Sandat, Pantai Manange

Baris, Pelabuhan Kayangan, Desa Plambek, serta di luar Pulau Lombok

yakni Sumbawa. Tempat tinggal berupa bangunan, terdiri atas rumah

tokoh aku, rumah tuan guru, pondok pesantren, asrama, serta masjid

kampung.

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

f. Bahasa

Penggunaan bahasa yang digunakan dalam menceritakan setiap

kisah dan peristiwa dalam novel Tuan Guru selain bahasa utama bahasa

Indonesia, Salman Faris juga menyelipkan bahasa daerah yakni bahasa

Sasak atau Lombok dan beberapa kosakata Arab pengaruh latar pondok

pesantren yang diangkat.

g. Suku

Suku yang dideskripsikan dalam novel Tuan Guru adalah Suku

Sasak yang merupakan suku asli Pulau Lombok dan suku pendatang atau

disebut etnis Cina. Etnis Cina yang merupakan orang-orang keturunan

yang mendiami Pulau Lombok sejak kedatangan nenek moyangnya

pertama kali ke Lombok untuk berdagang dan juga berperan dalam

memperkenalkan ajaran Islam. Selain itu, ada juga etnis Bali yang

merupakan pendatang dan juga beberapa keturunan orang-orang yang

dulu pernah datang untuk menjajah di Pulau Lombok.

3. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Tuan Guru

a. Nilai Pendidikan Sosial

Kelas sosial yang digambarkan dalam novel Tuan Guru masih

menempatkan tuan guru berserta seluruh keluarganya di posisi teratas.

Tuan guru dengan karisma dan kebesaran gelarnya membuat masyarakat

sangat menghormati dan menyayanginya. Nilai sosial yang digambarkan

banyak menyiratkan tentang kesetiakawanan, penghormatan seorang istri

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

kepada suami, kepatuhan seorang anak kepada orang tua, kehidupan

bertetangga yang luhur, serta menghormati orang yang lebih tua. Hal

negatif yang bisa dijadikan contoh untuk tidak dilakukan adalah kepala

rumah tangga yang tidak mampu menjalankan perannya untuk

mengayomi, melindungi, dan menyayangi keluarga; kasih sayang seorang

ibu yang sangat jauh dari kata layak kepada anak-anaknya.

b. Nilai Pendidikan Moral

Nilai pendidikan moral yang disuguhkan dalam novel Tuan Guru

mencakup pendidikan moral dalam hubungan kemanusiaan, kehidupan

beragama, dan kehidupan dengan alam. Kebohongan di lingkungan santri

menjamur bukan hanya bohong terhadap orang lain tetapi juga bohong

terhadap diri sendiri, kejujuran, amanah, budi pekerti sebagai prisai

adalah beberapa nilai moral yang berkaitan dengan kemanusiaan. Dalam

kaitannya dengan beragama, santri mendapatkan pendidikan moral yang

kurang baik, mereka diajarkan untuk mengaji atau memperdalam ilmu

agama hanya untuk mengejar tahta sosial. Kehidupan yang baik selain

bermanfaat bagi sesama adalah bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

c. Nilai Pendidikan Budaya

Nilai pendidikan budaya khususnya kebudayaan Lombok yang

diungkapkan dalam novel Tuan Guru yakni tentang kebudayaan

begibung; makan bersama dalam satu wadah. Hal ini memupuk rasa

persaudaraan serta meniadakan kelas sosial di antara sesama anggota

masyarakat. Dalam merumuskan aturan-aturan yang berlaku di

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

perkampungan yang sifatnya tidak tertulis, kebudayaan masyarakat

Lombok mengajarkan untuk memberikan mandat kepada sesepuh

kampung atau desa yang dianggap punya pengaruh dan telah mengetahui

seluk beluk kampung sehingga mampu menyusun aturan yang terbaik

bagi masyarakat. Budaya yang berkaitan dengan kesenian juga

diungkapkan dalam novel tersebut berupa kesenian jangger, rudat, dan

presean.

d. Nilai Pendidikan Agama

Keyakinan jamaah yang berlebihan terhadap tuan guru menyiratkan

bahwa hal tersebut berdampak pada kesyirikan yang harus dijauhi karena

keyakinan yang berlebihan terhadap sosok selain Tuhan adalah dosa

terbesar. Selain itu, dalam novel Tuan Guru menanamkan nilai

pendidikan agama bahwa membaca al-Quran dapat membangun karisma

dalam diri seseorang, keutamaan shalat berjamaah, dan Tuhan tidak akan

memberikan cobaan di luar batas manusia, serta Tuhan akan selalu

bersama orang-orang yang bersabar.

e. Nilai Pedidikan Ekonomi

Kecakapan pedagang keturunan Cina daripada pedagang pribumi

memberikan nilai khusus dalam bidang ekonomi khususnya dalam hal

jual-beli. Pedagang keturunan Cina mengajarkan bahwa dalam berdagang

banyak aspek yang harus diperhatikan baik berkaitan dengan barang

dagangan maupun pedagangnya sendiri. Seorang pedagang harus

membangun relasi yang baik dengan banyak pihak sehingga mampu

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

menyediakan barang yang variatif, memberikan harga yang tidak terlalu

mahal atau tidak mengeruk keuntungan yang berlebih apalagi di pasar

lokal, serta seorang pedagang harus mengutamakan kejujuran.

f. Nilai Pendidikan Politik

Nama besar tuan guru di tengah masyarakat Lombok

dimaanfaatkan oleh tuan guru untuk mendongkrak sanak keluarganya

yang akan dijadikan penerus dalam meneruskan tahta ketuanguruan di

tanah Lombok. Selain itu, tuan guru juga melakukan apa yang disebut

‘pernikahan politik’, menikahkan anaknya dengan sesama anak tuan guru

untuk mempertahankan jamaah dan menambah jamaah, atau menikahkan

anaknya dengan anak pejabat pemerintahan untuk mencuri suara rakyat

dalam pemilihan pejabat politik. Melalui media foto baik yang yang

dipajang maupaun yang dicetak dalam kalender pejabat politik menggaet

tuan guru sebagai tokoh untuk menarik perhatian masyarakat dalam

memilih.

g. Nilai Pendidikan Historis

Sejarah Lombok dalam novel Tuan Guru menyiratkan bahwa

Lombok pernah menjadi lokasi perdagangan dunia. Deramaga Tanjung

Karang-Ampenan menjadi pusat berlabuhnya pedagang-pedagang Eropa,

Cina, dan Singapura. Sejarah kelam juga pernah tergores di Pulau

Lombok, yakni menjadi jajahan raja Pulau Bali. Selain sejarah-sejarah

besar tersebut, legenda munculnya nyale terselip sebagai nilai luhur

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

sejarah Pulau Lombok, tentang pengorbanan Putri Mandalika demi

kedamaian kerajaan dan masyarakat.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretis

Implikasi teoretis hasil penelitian ini adalah memperkaya informasi

pembaca secara umum dalam bidang kesusastraan khususnya mengenai

kajian sosiologi sastra dan khasanah kehidupan masyarakat Lombok baik

sosial-budaya maupun beberapa sejarahnya. Penelitian ini menyajikan

beberapa teori penting terkait dengan keilmuan sosiologi sastra yang dapat

dijadikan tambahan pengetahuan serta hasil penelitian ini dapat menambah

wawasan pembaca tentang cara mengkaji sebuah novel atau karya sastra

dengan menggunakan kajian sosiologi sastra. Bagi pembaca yang berada di

luar Pulau Lombok, hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai

kehidupan masyarakat yang ada di Pulau Seribu Masjid tersebut. Beberapa

temuan dalam penelitian ini menguak fakta-fakta menarik dan unik seputar

adat dan istiadat serta kebudayaan yang berkembang di Lombok yang

mungkin tidak ditemukan di daerah-daerah lain.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengajaran khususnya di bidang

kesusastraan. Guru dapat mengaplikasikan dalam pengajaran dengan

menginstruksikan peserta didik untuk mencari nilai-nilai pendidikan yang

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

dapat diambil dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris. Bagi guru

yang berada di luar Lombok, hasil penelitian ini dapat juga dijadikan

alternatif dalam meperkenalkan budaya daerah lain kepada para peserta

didiknya karena novel Tuan Guru sarat dengan kehidupan, adat istiadat,

kebudayaan masyarakat Lombok. Kehidupan sosok tuan guru yang

diungkapkan dalam novel Tuan Guru dapat dijadikan sebagai bahan

telaah terhadap watak manusia yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Guru dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai sosok yang

bisa dipercaya dan ditiru tingkah lakunya.

b. Siswa dapat mengambil nilai-nilai positif dari hasil penelitian ini serta

menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan belajar atau contoh dalam

menganlisis sebuah karya sastra. Dengan mencermati hasil penelitian ini,

siswa dapat belajar bagaimana cara mengkaji sebuah novel dengan cara

yang tepat dan dengan kajian atau pendekatan yang sesuai dengan

karakteristik novel. Sebelum lebih lanjut menggunakan kajian yang lain,

siswa dapat menggunakan kajian yang sama dengan penelitian ini tetapi

diterapkan pada novel yang berbeda. Nilai-nilai pendidikan yang

ditemukan dalam penelitian ini dapat dijadikan siswa sebagai refleksi

dalam menjalankan kehidupan baik di sekolah maupun dalam kehidupan

bermasyarakat.

c. Pembaca secara umum dapat menjadikan nilai-nilai pendidikan dalam

novel yang dianalisis dalam penelitian ini sebagai teladan dalam

kehidupan. Kehidupan bermasyarakat yang dituangkan oleh sastrawan

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

dalam sebuah karya sastra cendrung mengarah pada kehidupan yang

diidealkan oleh manuisa meski lahir dari kondisi sosial budaya

masyarakat yang carut-marut. Gabungan daya imajinasi pengarang

mampu mengarahkan alur cerita atau kisah para tokoh menjadi sosok-

sosok yang bisa ditiru sifatnya atau dihindari. Pembaca dapat memilah

dan memilih sosok-sosok yang bisa dijadikan panutan dalam menjalankan

kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Dalam novel, pengarang akan

menggambarkan tokoh yang berwatak tidak baik akan mendapatkan

ganjaran berupa konsekuensi sosial yang negatif dari masyarakat

sekitarnya. Hal ini, dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca, jika tidak

ingin mendapat perlakuan tidak baik seperti tokoh tersebut maka harus

menghindari kejelekan yang dilakukan oleh tokoh tersebut.

C. Saran-Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dirumuskan saran

penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagi guru hendaknya memperkenalkan nove Tuan Guru karya Salman

Faris ini kepada peserta didiknya sebagai bahan pengajaran karena

memuat kehidupan sosial budaya suatu masyarakat (Lombok) yang kental

serta mengandung nilai-nilai pendidikan yang penting bagi siswa dalam

berinteraksi dengan orang lain, baik di sekolah maupun ketika berada di

tengah masyarakat.

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

2. Bagi siswa hendaknya novel Tuan Guru karya Salman Faris bisa dijadikan

bahan pembelajaran dalam menganalisis sebuah karya sastra serta amanat-

amanat penting yang terkandung di dalamnya. Siswa dapat mencermati

bagaimana pengarang dalam mengisahkan sisi kehidupan tokoh-tokoh

yang ada dalam novel untuk dapat menghasilkan sebuah karya sastra yang

lebih baik.

3. Bagi penikmat novel Tuan Guru karya Salman Faris secara umum

hendaknya memahami karya ini sebagai sebuah karya yang mampu

memberikan informasi dan hal-hal positif. Terlepas dari kontroversial yang

mengiringi pengkisahan novel ini, pembaca bisa memetik nilai-nilai luhur

yang terkadung dalam novel sebagai bahan pembelajaran bersama. Banyak

nilai-nilai pendidikan dan pelajaran yang bisa dikaji untuk menambah

pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan peradaban suatu

masyarakat yang memiliki sisi “unik” dan tidak ditemukan pada daerah

lainnya.

Page 144: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Moeslim. 2003. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama Membaca Realitas. Jakarta: Erlangga.

Abrams, M.H. 1971. A Glossary of Literary Term. New York: Holt, Rinehart and

Wiston.

Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press.

Bartholomew, John. R. 1999. Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat Sasak.

Yogyakarta: Tiara Wacana. Budiwanti, Erni. 2000. Islam sasak Wetu Telu versus Wetu lima. Yogyakarta:

LKIS. Buehler, Michael. 2009. “Islam and democracy in Indonesia”. Journal Insight

Turkey. Vol. 11. No. 4, pp. 51-56. Di, Arianto Sam. 2008. Pengertian Novel. Diunduh tanggal 23 April 2012 dari

http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html. Djumhana, Hanna. 2003. Islam Untuk Disiplin Ilmu Psikologi. Jakarta:

Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Elizabeth, Torn Burn (ed). 1973. Sociology of Literature & Drama.

Harmondswort: Penguin Books.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress.

Goldman, Lucien. 1967. “The Sociology of Literature: Status And Problems of

Method” International Social Science Journal. Volume XIX. No 4. pp 493-516.

-----------. 1977. The Word a Sociology of the Noveel. London: Pavistock

Publications Limited. Hadi, Soedomo. 2003. Pendidikan Suatu Pengantar. Surakarta: UNS Press. Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha

Widya.

Page 145: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Joko Susilo. 2007. Pembodohan siswa tersistematis. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Jusmaliani. 2008. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta: Bumi Aksara. Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Bandung: Mandiri Maju. Kenny, William. 1966. How to Analyze Fiction. Amerika: Nomarch Press. Klaus, Krisspendorff. 2004. Content Analysis an Introduvtion to its Methodology.

California: Sage Publication, Inc.

Koentjaraningrat. 1985. Budaya, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Leenhardt, Jacques. 1967. “The Sociology of Literature: Some Stages In Its

History” International Social Science Journal. Volume XIX. No 4. pp 517-533.

Lorens, Bagus. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. LPSA. 2007. Definisi Sejarah. http://lpsa.wordpress.com/2007/11/14/definisi-

sejarah/. Diunduh tanggal 20 Juni 2012. Machali, Rochayah. 2005. “Challenging Tradition: The Indonesian Novel

Saman”. Journal of Language Studies. Vol. 5 (1). Miles, B. Mattew dan Michael A. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif

Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Mouillaud, Genevieve. 1967. “The Sociology of Stendhal's Novels: Preliminary

Research” International Social Science Journal. Volume XIX. No 4. pp 581-598.

Mujani, Siful. 2007. Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan

Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia. . Mulkhan, Abdul Munir. 2009. Politik Santri. Yogyakarta: Kanisius. Nasir, M.. 1992. Metodologi Penenlitian. Jakarta: Usaha Nasional. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yoyakarta: Gajah Mada

University Press.

Page 146: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Pospelov, G.N. 1967. “Literature and sociology” International Social Science

Journal. Volume XIX. No 4. pp 534-550. Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rushing Robert. 2004. Theory of Literature. Modern Critical Theory. (http:

//www.answer.com/topic.sociology-of-literature). Diunduh tanggal 20 Juli 2012.

Sangidu. 2004. Penenlitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat.

Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat. Semi, Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: FBSS IKIP Padang. Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta:

Muhammadiyah University Press. Soekanto, Soedjono. 1996. Perkembangan Sosiologi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Terjemahan oleh Sugihastutik dan Rossi Abi

AlIrsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumardjo, Jacob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung. Suryabrata, Sumadi. 1992. Metodologi Penenlitian. Yogyakarta: Andi Offset. Sutiyono. 2010. Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis. Jakarta: Kompas. Sutopo, H. B.. 2002. Metodologi Penenlitian Kualitatif: Dasar, Teori, dan

Terapannya dalam Penenlitian. Surakarta: UNS Press. Swingewood, Alan and Dina Laurenson. 1971. The Sociology of Literature.

London. Tahir, Masnun. 2008. “Tuan Guru dan Dinamika Hukum Islam di Pulau

Lombok”. Jurnal Asy-Syir’ah, Vol. 42, No. 1 (2008). Uhbaiti, Nur dan Abu Ahmadi. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi dan Pengkajian Prosa Fiksi. Salatiga: Widya

Sari Press. ----------. 2002. Pengkajian Sastra Rekaaan. Salatiga: Widya Sari Press.

Page 147: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Wellek, Rene and Austin Warren. 1956. Theory of Literature. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.

Widagdo, Joko. 2001. Sosiologi Sastra. Jakarta: Departemen P dan K. Winarni, Retno. 2009. Kajian Sastra. Salatiga: Widya Sari Press.

Page 148: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

SINOPSIS

TUAN GURU Tuan guru merupakan sosok yang kharismatik, disegani, dihormati, dan disanjung tinggi oleh semua msayarakat Lombok terlebih di kampung ku Kembang Sandat, Tanjung Ringgit di wilayah Lombok Selatan atau yang biasa di sebut gumi paer lauq (bumi bagian selatan). Di kampung ku masyarakat rela mengorbankan apapun demi tuan guru beserta madrasahnya. Di sela-sela ceramahnya, tuan guru sering mencuri iklan untuk mempromosikan madrasahnya. Menurutnya, sekolah negeri merupakan sekolah yang tidak menanamkan nilai agamis. Anak-anak akan lupa menghormati orang tuanya, lupa shalat, dan menghambakan diri pada dunia. Hal itu mempengaruhi pemikiran orang tuaku yang merupakan pengikut fanatik tuan guru. Foto-foto tuan guru beserta nenek moyang dan keteurunannya dibingkai dan dipajang di rumah serta harus selalu dalam keadaan bersih. Semua kalimat yang terlontar dari mulut tuan guru merupakan fatwa yang harus selalu diikuti dan ditaati oleh semua masyarakat. Apapun yang diminta oleh tuan guru akan masyarakat berikan. Bahkan itu akan dianggap sebuah kehormatan bagi masyarakat yang diminta oleh tuan guru tersebut. Bila tuan guru meminta minum, masyarakat akan menawarkan minuman-minuman terenak yang bahkan mereka sendiri belum meminumnya. Cangkir atau gelas bekas tuan guru tersebut akan menjadi barang mewah yang menjadi kebanggaan keluarga bahkan tidak jarang ada yang mengkramatkannya. Gejala tersebut membuat aku jengah. Aku ingin mengubah pola pikir masyarakat yang terlalu menghambakan diri pada sosok tuan guru yang tidak lain merupakan manusia biasa juga yang tak luput dari kesalahan. Namun pembaharuan yang aku lakukan harus terbentur tembok tebal, yakni orang tua. Fanatisme yang ditunjukkan orang tua terhadap sosok tuan guru membuat ku merasa sakit. Hal-hal yang di luar logika pun mereka ikuti dengan taat karena terlontar dari mulut tuan guru. Ibu rela di pukul ayah bertubi-tubi tanpa melakukan perlawanan sekecil apapun karena menurut tuan guru surga istri terletak pada suami, jadi apapun yang diminta dan dilakukan suami harus diikuti. Lebih tragisnya lagi, Ibu mengucapkan Alhamdulillah ketika dipukul ayah, tetapi itu dianggap sebagai suatu perlawanan oleh ayah sehingga ibu dipukul lagi. Aku membentak ayah, dengan memanggilnya bernada tinggi. Tetapi ayah mengatakan kalau aku masih kecil dan tidak patut berlaku demikian. Ketika aku hendak merangkul ayah untuk menghentikan tindakannya, ibu malah menarik ku sehingga kami terjungkal bersama ke lantai. Ibu mengatakan tidak pantas aku berbuat seperti itu pada ayah. Setelah semua perlakuan yang diterima ibu, ia tetap meperlakukan ayah seperti seorang raja. Ketimpangan-ketimpangan ibu lakukan demi ayah. Ia meperlakukan kami seperti binatang peliharaan. Aku dan kedua saudaraku diberi makan ikan asin yang telah digoreng beberapa hari yang lalu dengan minyak bekas yang kemudian dihangatkan kembali. Sementara ayahku, diberi daging

Lampiran 1

Page 149: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

ayam kalau tidak lima butir telur. Kami akan di marah jika makan dengan lesu, sementara ayah makan dengan lahap tanpa memerdulikan kami. Ibu akan rela berhutang demi memberikan sumbangan kepada pesuruh tuan guru, baik untuk alasan pengajian ataupun pembangunan madrasah. Pemberi sumbangan terbanyak akan dijanjikan doa dari tuan guru dan disebut namanya beserta keluarganya di tengah-tengah pengajian. Ibu selalu ada uang demi kegiatan yang berkaitan dengan tuan guru, bahkan ia rela meminjam uang yang dibungakan demi itu. Sedangkan pada saat kami yang meminta uang hanya untuk sekedar membeli jajan yang hampir tidak pernah kami rasakan, ibu selalu beralasan tidak ada. Ketika pengajian tiba, masyarakat akan berebut mencium tangan tuan guru. Tanpa peduli, apakah mereka lebih tua dari tuan guru. Setelah itu, tangan mereka gosokkan tiga kali lalu diusapkan ke kepala dengan harapan mendapat berkah. Kadang pada saat pengajian, tuan guru membawa anaknya yang dianggap potensial meski ia masih kecil. Secara tidak langsung anak tersebut telah mendapatkan calon jamaah yang akan mengikutinya kelak.

Hal yang selalu aku harapkan setelah pengajian adalah dulang atau hidangan yang selalu disajikan setelah pengajian tuan guru di hari-hari besar keagamaan. Dulang disantap secara bersama-sama, dalam satu wadah disajikan untuk tiga sampai lima orang. Pada saat ini semua melebur, tanpa memerhatikan tingkatan sosial, semua menyatu dalam suka cita. Aku selalu ingin melihat masyarakatku larut dalam kebahagiaan seperti ini. Tetapi fatwa tuan guru telah melahirkan perceraian. Orang yang benar tetapi menyimpang dari ajaran tuan guru akan dikucilkan oleh masyarakat luas. Ia dianggap nyembali, berbeda dari yang lainnya. Hal itulah yang juga disematkan kepadaku. Karena aku menentang pendapat tuan guru yang menurutku salah, aku dianggap berbeda. Perlawanan ini bermula saat aku masuk asrama pondok pesantren tuan guru. Suatu hari, utusan tuan guru bertamu ke rumah dengan membawa amanah dari tuan guru. Tuan guru mengharapkan aku dan kedua saudaraku masuk ponpes yang dipimpin tuan guru. Orang tuaku sangat senang. Disaat para orang tua berebut memasukkan anaknya ke pondok pesantren, kami malah diminta sendiri oleh tuan guru. Sejak utusan itu meninggalkan rumah kami, perlakuan orang tuaku berubah drastis. Ibu memandikan kami sambil bernyanyi. Seolah-olah ibu diberi kesempatan kedua oleh tuan guru. Kesempatan pertama disia-siakan ibu karena menikah dengan ayah. Dulu, ibu pernah dipinang oleh tuan guru, tetapi karena tuan guru pergi melanjutkan studi ke tanah Arab, ayah datang melamar ibu dengan membawa ratusan ekor sapi. Nenek tidak bisa menolak lagi, diadakanlah pesta besar-besaran karena ayah merupakan orang kaya. Kesempatan kedua ini dimanfaatkan oleh ibu. Ayah dan ibu mendidik kami dalam hal berprilaku. Bagaimana berjalan, berbicara, dan menghadap tuan guru. Selama beberapa malam kami bertiga dilatih sampai jam sebelas malam. Sedikit saja kami membuat kesalahan maka kayu akan menempel pada tubuh kami. Perih yang membuatku terkadang tidak bisa memejamkan mata sampai subuh.

Page 150: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Setelah beberapa hari pelatihan militer ala orang tuaku, datanglah mobil jemputan dari pondok pesantren yang membawa kedua adikku. Sedangkan aku dibiarkan berangkat sekolah sendirian. Setelah menamatkan madrasah aliyah, aku dimasukkan juga ke dalam jeruji, yang disebut asrama pesantren miliki tuan guru. Perlahan-lahan karena kemampuan yang kumiliki, tuan guru mengangkatku menjadi orang kepercayaannya. Mewakilinya mengisi beberapa pengajian di beberapa daerah. Sebenarnya, predikat ini tidak aku inginkan. Orang mulai berebut mencium tangan ku. Orang tua ku terlebih ibu menjadi sangat bangga mendengar berita ini. Para istri-istri muda menangis mencium tangan ku bahkan mereka rela menyerahkan diri mereka kepadaku. Dan anehnya, para suami akan menganggap bahwa ketaatan istri mereka telah naik satu tahap. Hal-hal aneh seperti inilah yang ingin ku dobrak. Meskipun ujungnya, tak selamanya niat yang baik dapat diterima baik. tetapi bakan pendobrak memang telah melekat dalam diriku sejak kelahiran. Menurut papuk Odah, dukun beranak yang memabntu proses kelahiranku, ibu ku tidak perlu terlalu berjuang keras melahirkanku karena menurut papuk Odah, aku sendiri seolah berjuang sendiri untuk lahir. Papuk Odah, merupakan orang yang memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir ku. Ia orang yang bijaksana, pemikirannya lebih layak dan lebih berterima daripada pemikiran tuan guru yang selama ini menjadi anutan masyarakat. Tetapi karena papuk Odah jarang shalat dan praktik pengobatannya dianggap seperti dukun yang kata tuan guru mendekati syirik, orang-orang mengucilkannya. Tetapi dalam perlawanan terhadap tuan guru, aku tidak melakukannya secara terang-terangan. Apa yang diajarkan dipesantren aku ikuti dengan baik. Di pesantren kami dijejali dengan kitab-kitab gundul yang harus selalu kami pelajari. Buku-buku pengetahuan lainnya dianggap barang haram. Tetapi aku mendapat supali buku dari teman-temanku yang sekolah di Jawa. Melalui buku-buku itu aku lebih bisa membuka mata, tidak terpaku oleh jeruji yang dibangun tuan guru. Buku-buku itu aku pinjamkan juga ke beberapa teman terdekatku di pesantren. Jalal dan Jumahur. Mereka merupakan ‘pengikut’ kecilku di pesantren. Sahabat yang selalu setia mendampingiku disaat-saat tersulit. Terlebih Jalal. Ketika berkunjung ke kamarku, ia tidak pernah mau duduk bersama di atas tempat tidur. Tanpa dikomando, ia langsung mengambil sajadah dan duduk di lantai kamar. Aku tidak bermaksud membentuk jemaah baru menandingi tuan guru dengan cara yang tuan guru terapkan. Aku akan menerapkan sistem yang lebih terbuka. Membuka dialog di tengah ceramaah. Tidak seperti tuan guru yang mengurung jamaahnya dengan ucapan-ucapan dia yang serta merta langsung dianggap sebagai fatwa dan melarang adanya jamaah yang bertanya atau berkomentar atas apa yang ia sampaikan, baik itu sesuatu yang benar ataupun salah. Di asrama, selain menjalin hubungan persaudaraan, aku juga menjalin kasih sesama santri. Najma, seorang yang cantik dan memiliki kecerdasan di atas santriwati lainnya merupakan gadis pertama yang hadir dalam kisah cintaku. Kami menjalin pertemuan secara diam-diam saat semua santri terlelap. Terkadang

Page 151: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

kami ketahuan oleh santri yang rutin menjalankan shalat sunat tahajud, namun alasan yang sama kami lontarkan yakni melaksanakan shalat sunat tahajud. Semua menjadi sirna ketika tuan guru meminang Najma untuk menjadi istri ketiganya. Orang tua Najma yang mengetahui hal tersebut tentu menyambut gembira tanpa menanyakan apakah Najma senang dan menyetujui hal tersebut. Tetapi, aroma surga yang ditiupkan surga menurut kebanyakan orang telah menutup mata orang tua Najma. Najma pun menyetujui hal tersebut meski dalam hati menentang. Jadilah Najma, umi di pesantren. Dan aku harus memanggilnya umi juga. Jumahur dan Jalal selalu berada di belakangku. Kisahku diikuti oleh kisah santri lainnya, yakni Kabir. Kabir merupakan santri yang selalu diolok karena mulutnya yang hitam tebal akibat lilitan rokok yang selalu dihisapnya. Ia sangat menghormati tuan guru, tetapi ia akan rela tidak menjadi tuan guru jika dilarang merokok. Cinta Kabir terenggut oleh tuan guru. Tetapi bukan karena tuan guru menikahi gadis yang dicintai Kabir, melainkan tuan guru menjodohkan Salimah dengan Zainal. Seiring berjalannya waktu, di pesantren muncul seorang gadis yang tak kalah pesonanya dengan Nailal. Ia merupakan salah satu santriwati kebanggaan. Ia menurunkan kemampuan abahnya yang memang lulusan Arab. Akupun mulai menjalin kasih dengannya. Perlahan,aku bisa melupakan Najma dan mengganti dengan Nailal. Suatu hari, di saat pengkajian kitab gundul oleh tuan guru, aku memecah kesunyian pembelajaran kolot di pesantren yang tanpa dialog untuk meminta ijin ke belakang. Tuan guru melarang. Ia tidak memperbolehkan seorangpun keluar dari majlis selama kegiatan masih berlangsung. Tetapi aku tetap bersikeras, hingga akhirnya tuan guru melemparkan kitab gundul yang sedang dikajinya tepat mengenaiku. Santri-santri yang lain melongo menatapku sinis. Aku dianggap abu jahal modern. Tidak akan ada yang mau memihak kepadaku. Lalu aku memutuskan untuk tetap berada di majlis dengan syarat tuan guru meberikan kesempatan kepadaku untuk bertanya dan berdialog dengannya. Tuan guru semakin marah. Santri-santri memelototiku. Jalal sebagai senior berdiri dan menyuruh para santri menundukkan pandangan dan melihat kitab. Tuan guru marah, ia menyuruh Jalal untuk duduk. Jumahur lebih bijak. Ia meminta para santri untuk tenang sehingga tidak tampak keberpihakannya kepadaku di depan tuan guru. Berita itu ternyata menyebar hingga ke telinga ibuku. Ia merasa terpukul. Ia menganggapku sebagai pembangkang. Ia mengusirku dari rumah. Ia menganggapku nyembali. Sejak saat itu, aku lebih memilih pergi berkunjung ke desa-desa daripada harus mengikuti kegiatan di pesantren. Lama tidak di pesantren, terdengar kabar bahwa Nailal dipersunting tuan guru. LAgi-lagi ia menggunakan statusnya untuk dengan mudah menikahi siapapun. Untuk yang satu ini, Najma melarang keras tuan guru. Tetapi tuan guru tetap bersikeras. Ia akan menikah dengan atau tanpa persetujuan Najma.

Page 152: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Dalam kegalauannya, Najma berlari menghampiriku di kamar asrama. Ia lalu merasukiku untuk berbuat yang tidak senonoh. Kami melakukan sesuatu yang tidak semestinya dilakukan. Kini aku harus kembali kehilangan orang yang aku cintai untuk kedua kalinya gara-gara orang yang sama, yakni tuan guru. Aku mulai tidak betah di pesantren. Aku berkelana ke Sumbawa untuk melakukan pengajian atau lebih tepatnya penyuluhan. Sepulang dari Sumbawa, aku mengasingkan diri di tempat pamanku. Aku banyak bertanya seputar kisah ibu ke paman.

Hingga akhirnya berita perih menghampiriku. Papuk Odah meninggal. Tanpa pikir panjang, aku bersama Nuh pergi ke rumah papuk Odah. Betapa terkejutnya aku melihat mayat papuk Odah yang terbujur kaku dan telah mengeluarkan bau menyengat. Menurut perkiraanku, papuk Odah telah meninggal tiga hari yang lalu. Tetapi kenapa tidak ada seorangpun yang mau mengurusnya. Aku lalu menyempatkan diri untuk sengaja shalat berjamaah di lingkungan papuk Odah. Seolah jamaah tahu maksudku. Mereka semua terdiam. Selesai shalat, beberapa sesepuh desa tetap diam di masjid beserta imam masjid. Beberapa orang telah meninggalkan masjid. Aku mulai membuka pembicaraan prihal jenazah papuk Odah. Mereka tidak mau mengurus jenazah papuk Odah karena menganggap papuk Odah berbeda dari mereka. Alasan itu semakin kuat tertuju pada satu orang yakni tuan guru, karena berdasarkan info yang ku dengar beberapa hari yang lalu tuan guru menggelar pegajian di desa ini. Aku menegur mereka semua hingga imam masjid naik pitam. Imam yang sebenarnya dari segi bacaan masih belum layak, tetapi karena ia ditunjuk langsung oleh tuan guru. Aku lalu pergi ke rumah tuan guru. Betapa terkejutnya aku, ternyata di sana sudah ada beberapa orang yang tadi shalat berjamaah bersamaku. Ia telah lebih dahulu menyampaikan maksud kedatanganku. Tuan guru memberi tanggapan yang sama seperti jamaahnya. Lalu aku memutuskan untuk menguburkan jenazah papuk Odah berdua dengan Nuh. Sejak saat itu, kebencian tuan guru memuncak. Subuh yang kelam, saat aku tidur di rumah, seperti di sengaja suara kaset ngaji yang diperdengarkan di masjid dibunyikan sekeras-kerasnya. Dan orang tuaku pergi ke masjid lebih awal dari biasanya. Di luar rumah aku mendengar langkah kaki segerombolan orang dan mulai mendekat. Mereka bermaksud membunuhku. Aku mengenal salah seorang dari mereka, yakni Anwar. Orang sangat benci kepadaku, karena ingin menggantikan posisiku sebagai imam masjid. Ia ditemani oleh beberapa orang dari kampung sebelah. Aku mempersilakan mereka masuk dan menantang untuk mesiat, berkelahi secara jantan. Menurut kepercayaan di kampungku, jika tuan rumah mengetahui kedatangan orang yang berbuat jahat terutama pencuri maka pantang bagi pencuri itu untuk masuk. Bagaimanapun ia melawan, ia akan kalah juga. Tetapi ambisi Anwar untuk membunuhku sangat berapi-api meski beberapa orang yang lain telah memperingatinya. Ia akhirnya menjebol sisi rumahku yang terbuat dari pagar. Lalu akupun keluar rumah, tanpa disadari golok sudah berada di tanganku.

Page 153: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Aku menantang mereka untuk berperang. Tak seorangpun dari mereka yang berani. Kecuali Anwar yang tetap diam. Tetapi ia tidak berani memandangku. Lalu tanpa berkata apapun lagi, aku mengajaknya untuk mengantarkan ia pulang. Seusai shalat subuh di rumahnya, aku pamit pulang. Sepulang dari rumah Anwar, aku melihat Ibu membereskan rumah yang tadi berantakan. Selama perjalanan pulang, orang-orang melihatku. Mungkin mereka heran kenapa aku masih hidup. Hatiku sedih ketika melihat Ibu menangis karena foto-foto tuan guru ada yang pecah bahkan ada yang tertutup celana dalam. Ibu tidak menanyakan keadaanku. Aku mengasingkan diri ke sebuah desa tempat salah seorang kerabat papuk Odah, yakni Gemuh. Ia tinggal bersama anaknya, Iduk. Selama di pengasingan aku menghabiskan waktu bermain ke pinggir pantai yang tidak jauh dari rumah Iduk. Iduk merupakan gadis yang baik, ia juga lumayan cantik karena banyak pemuda yang menaruh hati padanya. Ia pun perlahan mencintaiku. Beberapa hari di rumah gemuh, Kabir datang bersama istrinya. Ia mencari kabar tentangku selama ini. Di tengah perjalanan menuju rumah Gemuh, ia bertemu Jalal dan Jumahur yang mendapat mandat dari tuan guru untuk mendamaikan beberapa kelompok jamaah yang bertikai membela tuan guru mereka masing-masing. Tuan guru yang satu dan lainnya bersitegang dan menghasut jamaahnya bahwa ajaran dialah yang benar sementara yang lainnya salah. Akibat perpecahan tersebut banyak keluarga yang bercerai berai karena antara istri dan suami berbeda aliran. Selama di tempat Gemuh, Iduk merawatku dengan baik. Di sela-sela waktu aku menulis surat kepada ibu untuk meluapkan rasa sayang dan kangen yang selalu mendera. Selang beberapa hari sesuai pesan yang dititipkan kepada Kabir bahwa mereka akan datang, Jalal dan Jumahur pun datang ke rumah Gemuh. Ia bercerita tentang kejadian pertikaian antarjamaah. Aku pun memutuskan untuk kembali ke pesantren tetapi untuk membereskan semua barang. Lalu aku pamit kepada tuan guru untuk pergi. Walau bagaimanapun juga, dia adalah guruku dan harus ku hormati. Lalu, aku pulang untuk menemui ibu. Ibu tetap diam membisu. Tanpa banyak kata, aku pamit pada ibu. Ibu tidak mau memandangku. Ia memalingkan wajah. Aku mengambil tangannya lalu menciumnya. Aku pergi, beberapa langkah aku membalikkan wajah. Aku melihat tetesan air mata ibu untuk yang pertama kalinya buatku. Aku pergi tanpa tujuan. Menaiki bis, lalu aku istirahat di masjid kecamatan hanya sekedar untuk mencuci muka bukan untuk shalat. Aku tertidur di pinggiran masjid. Papuk Odah selalu menemaniku. Kemanakah aku akan pergi, apakah ke rumah Iduk, gadis yang mengharapkanku. Atau ke rumah paman di kota yang memang dari dulu menginginkan aku tinggal bersamanya. Entahlah, biarlah hari ini aku menghabiskan waktu di Lombok, negeri yang elok. Besok baru menentukan arah pergi.

Page 154: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

PROFIL PENGARANG

Nama : Salman Faris Tempat Lahir : Rensing Alamat Asal : Rensing Bat, Sakra Barat, Lombok Timur, NTB (83671) Alamat Sekarang : Jalan Sunan Bonang I, F11 Perumahan Bumi Kodya Asri, Mataram, NTB Pekerjaan : Dosen Tetap STKIP Hamzanwadi Selong dan Penulis. PENDIDIKAN Perguruan Tinggi : S-1 Institut Seni Indonesia Jogjakarta (2004) S-2 Institut Seni Indonesia Jogjakarta (2010) S-3 Universitas Udayana Denpasar (sedang berlangsung) PENGALAMAN 1.Spanish Indonesia Educational Project for Theatre (2000). 2. Butoh Japan Theatre (2001). 3. Lombok Art Festival (2006). 4. Art and Culture Open (2006). 5. Kongres Nasional Cerpen (2005) 6. Peserta MASTERA: Majelis Sastra Asia Tenggara-Novel (2011) 7. Peserta pelatihan bahasa internasional (2010) 8. Juara 1 tingkat nasional lomba penulisan naskah lakon (2002). 9. Juara 1 lomba penulisan naskah lakon se-DIY (2001). 10.Sutradara dan penulis naskah lakon terbaik Festival Teater Modern se-NTB (1996). 11.Ketua Jaringan Intelektual Nahdlatul Wathan (JINWA). 12.Art Director Lombok Teater. 13.Penulis novel “Tuan Guru” (2007), novel ‘’Perempuan Rusuk Dua-as the former sasak woman” (2009), dan Guru Dane (2010).

Lampiran 2

Page 155: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN …/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL TUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Lampiran 3