perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel...

61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN TAHAP KEMOTERAPI PADA PENDERITA LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DENGAN STATUS GIZI DI BANGSAL ILMU KESEHATAN ANAK RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MEGA ASTRININGRUM G0008129 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN TAHAP KEMOTERAPI PADA PENDERITA LEUKEMIA

LIMFOBLASTIK AKUT DENGAN STATUS GIZI DI BANGSAL

ILMU KESEHATAN ANAK RSUD DR. MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

MEGA ASTRININGRUM

G0008129

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan Penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Desember 2011

Mega Astriningrum

NIM G0008129

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Mega Astriningrum. G0008129, 2011. Hubungan Tahap Kemoterapi pada

Penderita Leukemia Limfoblastik Akut dengan Status Gizi di Bangsal Ilmu

Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi., Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan

status gizi di bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2011 di

Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan sampel

dilaksanakan secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi adalah (1)

penderita Leukemia Limfoblastik Akut berumur 0 - 18 tahun, (2) mendapatkan

penatalaksanaan kemoterapi, (3) status gizi tergolong baik atau kurang. Sampel

tidak dapat dipilih jika (1) penderita leukemia tipe lain, (2) tidak mendapatkan

penatalaksanaan kemoterapi, (3) status gizi tergolong lebih atau buruk. Data

sekunder berupa catatan rekam medik di Bagian Rekam Medik RSUD Dr.

Moewardi. Diperoleh 52 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji Chi Square (X2)

(2) Odds Ratio melalui program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) tahap induksi dengan status gizi

baik sebesar 54,55% dan status gizi kurang sebesar 45,45% (2) tahap konsolidasi

dengan status gizi baik sebesar 26,67% dan status gizi kurang sebesar 73,33% (3)

tahap maintenance dengan status gizi baik sebesar 73,33% dan status gizi kurang

sebesar 26,67% (4) hasil uji Chi Square tahap induksi menunjukkan p = 0.026

dengan Odds Ratio sebesar 5,2 (5) hasil uji Chi Square tahap konsolidasi

menunjukkan p = 0.122 dengan Odds Ratio sebesar 5,45 (6) hasil uji Chi Square

tahap rumatan (maintenance) menunjukkan p = 0.010 dengan Odds Ratio sebesar

8,0.

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang kuat dan bermakna antara tahap

induksi serta tahap rumatan (maintenance) dengan status gizi penderita Leukemia

Limfoblastik Akut. Terdapat hubungan yang kuat tetapi kurang bermakna antara

tahap konsolidasi dengan status gizi penderita Leukemia Limfoblastik Akut.

Kata Kunci: Leukemia Limfoblastik Akut, tahap kemoterapi, status gizi

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Mega Astriningrum. G0008129, 2011. The Correlation between Chemotherapy

Stages in Acute Lymphoblastic Leukemia Patients with Nutrient Status at

Department of Pediatric Ward RSUD Dr. Moewardi. Medical Faculty of Sebelas

Maret Univesity.

Objectives: This research aims to know the relationship between chemotherapy

stages in Acute Lymphoblastic Leukemia patients with nutrient status at

Department of Pediatric ward RSUD Dr. Moewardi.

Methods: This research was an analytical descriptive research using cross

sectional approach and had been done in April-August 2011 at Department of

Pediatric ward RSUD Dr. Moewardi. The sample data collecting was done by

using simple purposive sampling method with the inclusion criteria (1) patients

suffered from Acute Lymphoblastic Leukemia were 0-18 age, (2) got the

chemotherapy, (3) the nutrient status was good or less, (3) the nutrient status was

more or poor. The data was secondary data which was taken at Medical Record

RSUD Dr. Moewardi. It got 52 data and they were analyzed by (1) Chi Square

test (X2) (2) Odds Ratio, by using SPSS 17.0 for windows program.

Results: This research shows (1) induction stage with good nutrient status is

54,55% and the less one is 45,45% (2) consolidation stage with good nutrient

status is 26,67% and the less one is 73,33% (3) maintenance stage with good

nutrient status is 73,33% and the less one is 26,67% (4) the result from Chi Square

test of induction stage shows p = 0.026 with the odds ratio is 5,2 (5) the result

from Chi Square test of consolidation stage shows p = 0.122 with the odds ratio is

5,45 (6) the result from Chi Square test of maintenance stage shows p = 0.010

with the odds ratio is 8,0.

Conclusion: This study shows strong and meaningful correlation between

induction and maintenance stage with the nutrient status of Acute Lymphoblastic

Leukemia Patients. And this study shows strong but no meaningful correlation

between concolidation stage with the nutrient status of Acute Lymphoblastic

Leukemia Patients.

Keywords: Acute Lymphoblastic Leukemia, chemotherapy stages, nutrient status

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala nikmat dan rahmat yang telah Ia berikan kepada hamba-Nya. Sholawat

serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad saw, utusan Allah yang menjadi

teladan seluruh ummat manusia.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi

ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan

banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD., K-R., FINASIM, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku ketua tim skripsi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A., M.Kes., selaku tim skripsi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Muhammad Riza, dr., Sp.A., M.Kes., selaku pembimbing utama yang secara

intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.

5. Yulidar Hafidh, dr., Sp.A(K), selaku pembimbing pendamping yang secara

intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.

6. Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K), selaku penguji utama yang telah

memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

7. Suci Murti Karini, dra., M.Si., selaku anggota penguji yang telah memberikan

masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

8. Dosen dan staf SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi, seluruh staf

RSUD Dr.Moewardi, dan Tim Skripsi FK UNS Surakarta yang telah banyak

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9. Ayah dan Ibu tercinta, serta Mas Gembong dan Mbak Wika tersayang yang

senantiasa berkorban dan berjuang tanpa pamrih serta memberikan dukungan dan

semangat.

10. Rifki Effendi Suyono untuk dukungan, kesabaran, dan kebersamaan dalam

menyelesaikan ini semua.

11. Sahabat-sahabat tercinta (Chanif Lutfiyati, Cherelia Dinar, Nugroho Jati, Gilda

Ditya, Amora Fadila, Aila Mustofa, Izzatika) yang telah memberikan support,

motivasi, dan mendampingi penulis dalam suka duka.

12. Teman seperjuangan skripsi, Cholifatur Ravita Fauzi, yang tiada habis memberi

motivasi.

13. Teman-teman Pendidikan Dokter Angkatan 2008 dan semua pihak yang dengan

ikhlas telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan masukan,

kritik, dan saran dari pembaca.

Surakarta, Desember 2011

Mega Astriningrum

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................... ...................... ......................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5

1. Leukemia ................................................................. . ............ 5

2. Leukemia Limfoblastik Akut ................................................. 6

a. Definisi ............................................................................... 6

b. Epidemiologi ............................................................... ...... 7

c. Etiologi ................................................................ .............. 7

d. Gejala dan Tanda Klinis .................................. ................ 7

e. Diagnosis ...................................................................... .... 9

f. Terapi .................................................................................. 9

g. Prognosis ............................................................................. 10

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

h. Komplikasi .............. .................................................... ... 10

3. Kemoterapi Kanker .............................................................. 11

a. Dasar Kemoterapi ........................................................... .. 11

b. Kemoterapi pada Leukemia Limfoblastik Akut ............... 13

c. Efek Samping Obat-obat Kemoterapi ............................... 16

4. Status Gizi .............................................................................. 18

a. Definisi .............................................................................. 18

b. Klasifikasi Status Gizi ...................................................... 21

5. Hubungan Tahap Kemoterapi dengan Status Gizi .............. 22

B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 24

C. Hipotesis ..................................................................................... 24

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25

C. Subjek Penelitian ....................................................................... 26

D. Teknik Sampling ......................................................................... 27

E. Indentifikasi Variabel ............................................................... .. 27

F. Definisi Operasional Variabel .................................................... 27

G. Alur Penelitian ............................... ........................................... 29

H. Instrumen Penelitian ................................................................... 30

I. Teknik Analisis Data ................................................................... 30

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel ................................................................... 31

B. Uji Statistik ................................................................................. 35

BAB V. PEMBAHASAN .............................................................................. 39

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ..................................................................................... 44

B. Saran ............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 46

LAMPIRAN

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik sampel menurut usia pada tahap induksi.

Tabel 2. Karakteristik sampel menurut usia pada tahap konsolidasi.

Tabel 3. Karakteristik sampel menurut usia pada tahap maintenance.

Tabel 4. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi.

Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap.

Tabel 6. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap maintenance.

Tabel 7. Karakteristik sampel menurut status gizi pada tahap induksi.

Tabel 8. Karakteristik sampel menurut status gizi pada tahap konsolidasi.

Tabel 9. Karakteristik sampel menurut status gizi pada tahap maintenance.

Tabel 10. Hubungan tahap kemoterapi leukemia limfoblastik akut dengan status

gizi.

Tabel 11. Besar Odds Ratio dan Interpretasi tentang Kekuatan Hubungan antara

Paparan dan Risiko.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.

Gambar 3.1 Alur Penelitian.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel dari Pihak Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel dari Pihak Diklit

RSUD Dr. Moewardi.

Lampiran 3. Frekuensi Tahap Kemoterapi Berdasarkan Umur.

Lampiran 4. Frekuensi Tahap Kemoterapi Berdasarkan Jenis Kelamin.

Lampiran 5. Frekuensi Tahap Kemoterapi Berdasarkan Status Gizi.

Lampiran 6. Crosstab Data Kemoterapi Tahap Induksi.

Lampiran 7. Crosstab Data Kemoterapi Tahap Konsolidasi.

Lampiran 8. Crosstab Data Kemoterapi Tahap Maintenance.

Lampiran 9. Data Pasien Kemoterapi Tahap Induksi.

Lampiran 10. Data Pasien Kemoterapi Tahap Konsolidasi.

Lampiran 11. Data Pasien Kemoterapi Tahap Maintenance.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Tahap Kemoterapi pada Penderita

Leukemia Limfoblastik Akut dengan Status Gizi di Bangsal

Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi

Mega Astriningrum, NIM : G.0008129, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Selasa, Tanggal 27 Desember 2011

Pembimbing Utama

Nama : Muhammad Riza, dr., Sp.A., M.Kes

NIP : 19761126 201001 1 005 (...................................)

Pembimbing Pendamping

Nama : Yulidar Hafidh, dr., Sp.A(K)

NIP : 140071958 (..................................)

Penguji Utama

Nama : Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K)

NIP : 19441226 197310 1 001 (..................................)

Anggota Penguji

Nama : Suci Murti Karini, dra., M.Si.

NIP : 19540527 198003 2 001 (..................................)

Surakarta, .......................

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Leukemia adalah penyakit keganasan yang paling sering ditemukan pada

anak-anak, dimana terhitung kira-kira 41% semua penyakit keganasan terjadi

pada anak-anak usia di bawah 15 tahun (Behrman, 2004). Leukemia adalah

penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk

hematopoietik yang secara maligna melakukan transformasi, yang

menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sumsum yang normal (Price,

2007). Secara umum, leukemia diklasifikasikan menjadi 4 tipe yaitu Leukemia

Limfoblastik Akut, Leukemia Limfoblastik Kronik, Leukemia Mieloblastik

Akut, dan Leukemia Mieloblastik Kronik (Porth, 2005; Behrman, 2004).

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) merupakan kasus keganasan yang paling

sering ditemukan pada anak-anak, yang terdiri dari 80 - 85%. Puncak insiden

LLA ini terjadi pada anak berusia 2 - 4 tahun (Porth, 2005). Dari hampir semua

kasus LLA, penyebab pasti dari LLA sampai sekarang belum diketahui,

walaupun beberapa faktor genetik dan lingkungan sering dihubungkan dengan

leukemia pada anak-anak. Terpaparnya sinar radiasi juga telah dihubungkan

dengan naiknya kejadian LLA. Selain itu, beberapa deskripsi dan penelitian

tentang berbagai tingkatan geografi pada setiap kasus telah menimbulkan

perhatian bahwa faktor lingkungan bisa menyebabkan naiknya kejadian LLA

(Behrman, 2004).

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Penatalaksanaan Leukemia Limfoblastik Akut sampai sekarang masih

mengandalkan kemoterapi sebagai terapi utama. Kemoterapi LLA dibagi

menjadi beberapa tahap yaitu induksi remisi, konsolidasi atau intensifikasi,

profilaksis susunan saraf pusat (SSP), dan pemeliharaan jangka panjang atau

rumatan (maintenance). Namun sayangnya, obat-obat kemoterapi ini memiliki

banyak efek samping terutama pada sistem hematopoietik dan gastrointestinal

(Nafrialdi and Sulistia, 2003; Fianza, 2009).

Efek terhadap sistem hematopoietik adalah berupa supresi hemopoiesis

terlihat sebagai leukopenia, trombositopenia, atau anemia. Supresi sistem

hemopoietik ini masih dapat berlanjut walaupun pemberian obat telah

dihentikan. Sedangkan, gangguan pada sistem gastrointestinal saluran cerna

berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare, dan stomatitis sampai yang berat

yaitu ulserasi oral dan intestinal, perforasi, diare hemoragik. Hampir semua

obat anti kanker menyebabkan efek samping ini, tapi jarang sampai

menimbulkan kematian (Nafrialdi and Sulistia, 2003).

Efek samping pada sistem pencernaan bisa mengakibatkan penyerapan

nutrisi pada anak menurun, padahal kebutuhan nutrisi anak digunakan untuk

proses tumbuh kembang. Gangguan penyerapan nutrisi ini berakibat langsung

pada status gizi anak tersebut. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi kurang terjadi

bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status

gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan

(Almatsier, 2003).

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Bertolak dari beberapa teori yang dikemukakan sebelumnya, Penulis

bermaksud mengadakan penelitian yang dapat menjelaskan apakah ada

keterkaitan antara tahap kemoterapi pada pasien anak penderita Leukemia

Limfoblastik Akut dengan status gizi anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan

sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara tahap kemoterapi pada penderita Leukemia

Limfoblastik Akut (LLA) dengan status gizi di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Dr. Moewardi?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan tahap

kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan status

gizi di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk sedini mungkin

melakukan screening pada leukemia limfoblastik akut pada anak mengingat

kasus leukemia limfoblastik akut adalah kejadian terbanyak pada kelompok

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

keganasan. Selain itu, bagi dunia penelitian diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan acuan untuk penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada para dokter

dan tenaga medis untuk dapat memberikan penatalaksanaan yang adekuat

dengan efek samping seminimal mungkin sehingga komplikasi yang

ditimbulkan dari kemoterapi pada kasus leukemia bisa ditekan angka

kejadiannya. Serta dapat mempertahankan atau memperbaiki status gizi

pasien menjadi lebih baik dengan pemberian nutrisi secara langsung

maupun melalui konseling gizi.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Leukemia

Leukemia, mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1987

sebagai "darah putih", adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan

diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang secara maligna

melakukan transformasi, yang menyebabkan penekanan dan penggantian

unsur sumsum yang normal (Price, 2007). Sel-sel ini bisa berkembang dan

memperbanyak diri melebihi jumlah sel tersebut dalam batas normal, atau

bisa diakibatkan menurunnya kemampuan apoptosis secara spontan, atau

bisa keduanya. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi normal

sumsum tulang dan bisa lebih parah lagi yaitu kegagalan sumsum tulang

(Behrman, 2004). Kegagalan sumsum tulang akibat sel-sel abnormal ini

dapat menyebabkan timbulnya gejala yaitu anemia, netropenia,

trombositopenia, dan juga sel-sel abnormal ini akan menginfiltrasi ke organ-

organ misalnya hati, limpa, kelenjar getah bening, meninges, otak, kulit,

atau testis (Hoffbrand, 2005).

Leukemia adalah penyakit keganasan yang paling sering ditemukan

pada anak-anak, dimana terhitung kira-kira 41% semua penyakit keganasan

terjadi pada anak-anak usia di bawah 15 tahun (Behrman, 2004). Secara

umum, leukemia diklasifikasikan menurut tipe sel yang paling banyak

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

berada di dalam tubuh (limfoblastik atau mieloblastik) dan juga tergantung

dari kondisi akut atau kronis. Klasifikasi leukemia terdiri dari empat tipe

yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), Leukemia Limfoblastik Kronik

(LMK), Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), dan Leukemia Mieloblastik

Kronik (LMK). Leukemia limfoblastik terdiri dari sel-sel limfosit yang

imatur dan sel-sel induk limfosit yang berasal dari sumsum tulang tetapi

menginfiltrasi splen atau limpa, nodus limfatikus, susunan saraf pusat, dan

jaringan-jaringan lainnya. Sedangkan leukemia mieloblastik, terdiri dari sel-

sel mieloid pluripoten yang berasal dari sumsum tulang (Porth, 2005).

Leukemia Limfoblastik Akut terhitung kira-kira 71% dari kasus

keganasan pada anak-anak, untuk Leukemia Mieloblastik Akut kira-kira

11%, Leukemia Mieloblastik Kronik kira-kira 2 - 3%, dan untuk Leukemia

Mieloblastik Kronik Juvenil kira-kira 1 - 2% (Behrman, 2004).

2. Leukemia Limfoblastik Akut

a. Definisi

Leukemia akut adalah suatu keganasan pada sel progenitor

pembentuk sel darah. Leukemia akut biasanya terjadi dengan tanda dan

gejala yang berhubungan dengan menurunnya fungsi sumsum tulang.

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah leukemia akut yang paling

sering ditemukan pada anak-anak, yang terdiri dari 80 - 85% kasus.

Puncak insiden LLA ini terjadi pada anak berusia 2 - 4 tahun. Leukemia

Limfoblastik Akut meliputi kelompok sel-sel tumor yang terdiri dari

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

prekursor limfosit B atau limfosit T yang imatur. Sebagian besar kasus

LLA, sekitar 80% kasus, berasal dari prekursor limfosit B (Porth, 2005).

b. Epidemiologi

Insidensi LLA adalah 1 dari 60.000 orang per tahun, dengan 75%

penderita berusia kurang dari 15 tahun. Insidensi puncaknya usia 3 - 5

tahun. LLA lebih banyak ditemukan pada pria daripada perempuan

(Fianza, 2009).

c. Etiologi

Dari hampir semua kasus LLA, penyebab pasti dari LLA sampai

sekarang belum diketahui, walaupun beberapa faktor genetik atau

keturunan dan lingkungan sering dihubungkan dengan leukemia pada

anak-anak. Terpaparnya sinar radiasi juga telah dihubungkan dengan

naiknya kejadian LLA. Sebagai tambahannya, beberapa deskripsi dan

penelitian tentang berbagai tingkatan geografi pada setiap kasus telah

menimbulkan perhatian bahwa faktor lingkungan bisa menyebabkan

naiknya kejadian LLA. Selebihnya, belum ada faktor lain yang

ditemukan selain faktor paparan radiasi (Behrman, 2004; Fianza, 2009).

d. Gejala dan Tanda Klinis

Presentasi klinis LLA sangat bervariasi. Pada umumnya gejala

klinis menggambarkan kegagalan sumsum tulang atau keterlibatan

ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di

sumsum tulang menyebabkan kurangnya sel-sel normal di darah perifer

dan gejala klinis dapat berhubungan dengan anemia, infeksi, dan

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

perdarahan. Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada

separuh penderita LLA, sedangkan gejala perdarahan pada sepertiga

penderita yang baru didiagnosis LLA. Perdarahan yang berat jarang

terjadi. Gejala-gejala dan tanda klinis yang dapat ditemukan:

1) Anemia menyebabkan mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri

dada.

2) Anoreksia atau berat badan yang menurun karena proliferasi dan

metabolisme sel-sel leukemia yang begitu cepat.

3) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel- sel

leukemia).

4) Demam, banyak berkeringat (gejala hipermetabolisme).

5) Infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis.

Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus, streptokokus, dan

bakteri gram negatif usus, serta berbagai spesies jamur. Infeksi ini

sering terjadi berulang yang disebabkan karena neutropeni atau

berkurangnya jumlah neutrofil.

6) Perdarahan kulit (petechiae, atraumatic ecchymosis), perdarahan

gusi, hematuria, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak, dimana

perdarahn-perdarahan ini terjadi karena kurangnya jumlah trombosit.

7) Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati yang disebabkan

infiltrasi sel-sel leukemia ke berbagai jaringan dan organ.

8) Massa di mediastinum (sering pada LLA sel T).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

9) Leukemia sistem saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan

tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan

saraf otak terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologik fokal,

kejang, sampai terjadi koma.

10) Keterlibatan organ lain: testis, retina, kulit, pleura, perikardium,

tonsil.

(Price, 2007; Fianza, 2009; Hoffman, 2009)

e. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium (CBC, apus darah tepi, pemeriksaan koagulasi,

kadar fibrinogen, kimia darah, ABO dan Rh, penentuan HLA), foto

toraks atau CT, pungsi lumbal, aspirasi dan biopsi sumsum tulang dengan

pewarnaan sitokimia, analisis sitogenetik, analisis imunofenotip, analisis

molekular BCR-ABL (Yinski, 2010).

f. Terapi

Keberhasilan terapi LLA terdiri dari kontrol sumsum tulang dan

penyakit sistemiknya, juga terapi atau pencegahan SSP. Hal ini dapat

tercapai dengan kombinasi pemberian kemoterapi dan terapi pencegahan

SSP (Kemoterapi intratekal dan/atau sistemik dosis tinggi, dan pada

beberapa kasus dengan radiasi kranial). Lama rata-rata terapi LLA

bervariasi antara 1,5 - 3 tahun dengan tujuan untuk eradikasi populasi sel

leukemia (Fianza, 2009).

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Kemoterapi LLA dibagi menjadi beberapa tahap induksi remisi,

konsolidasi atau intensifikasi, profilaksis susunan saraf pusat (SSP), dan

pemeliharaan jangka panjang atau rumatan (maintenance) (Fianza, 2009).

Program pengobatan menggunakan kombinasi vinkristin,

prednison, L-asparaginase, siklofosfamid, dan atrasiklin seperti

daunorubisin. Karena meningen mengandung sel leukemia, kemoterapi

intratekal profilaktik (ke dalam ruang subarakhnoid) juga dimasukkan

untuk mencegah relaps SSP (Price, 2007).

g. Prognosis

Awitan LLA biasanya mendadak disertai perkembangan dan

kematian yang cepat jika tidak diobati. Angka harapan hidup yang

membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak saja 90 sampai 95 %

anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar

80% orang dewasa mencapai remisi lengkap, dengan sepertiganya

mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan

kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang, serta SSP.

Transplantasi sumsum tulang harus dipikirkan untuk orang dewasa

dengan prognosis agresif dan buruk untuk memperpanjang harapan hidup

bebas penyakit. Anak-anak dengan remisi kurang dari 18 bulan harus

dipikirkan untuk transplantasi sumsum tulang (Price, 2007).

h. Komplikasi

Komplikasi kemoterapi LLA yang paling menimbulkan masalah

termasuk perburukan neuropsikologi, kerusakan-kerusakan pada tulang,

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dan obesitas. Perburukan neuropsikologi ini diketahui merupakan efek

samping dari radiasi kranial, kemoterapi intratekal, dan kemoterapi

sistemik (terutama metroteksat) yang juga dapat menyebabkan atrofi otak

dan disfungsi medulla spinalis. Kemoterapi intratekal dan kemoterapi

sistemik menambah perkembangan keracunan neurokognitif. Obesitas

paling banyak terjadi pada anak perempuan penderita LLA yang

dikaitkan dengan efek radiasi kranial dan kortikosteroid (Hoffman,

2009).

3. Kemoterapi Kanker

a. Dasar Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan penyakit dengan agen kimiawi,

dimana bahan kimiawi tersebut merugikan organisme penyebab suatu

penyakit tetapi tidak membahayakan bagi pasien (Dorland, 2006).

Konsep mengenai pemberian kemoterapi kanker didasarkan pada

siklus pertumbuhan dan pembelahan sel, sifat sel kanker itu sendiri yang

berbeda dari sel normal, dan sasaran yang dapat dicapai. Kemoterapi

bersifat sistemik dan hanya dihalangi oleh pembatasan anatomik pasca

bedah dan efek radiasi dan pengaruhnya tetap ada walaupun sel-sel tumor

sudah menyebar. Khasiat antikanker sebagian besar obat sitostatik

disebabkan oleh kemampuan obat-obat tersebut dalam menghambat

pembentukan DNA dalam sel. Seperti diketahui, DNA mempunyai dua

fungsi penting yakni sebagai lahan bagi duplikasi dirinya (proses baru

selesai bila sudah terbentuk DNA dalam jumlah yang dua kali lipat

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

sebelumnya) dan pembentukan RNA untuk sintesis protein

(Reksodiputro, et al., 2004).

Pemberian kemoterapi direncanakan berdasarkan hasil pengamatan

terhadap perbedaan dalam reaksi sel tumor dan sel normal terhadap obat

sitostatik. Walaupun beberapa sel yang sedang tidak membelah sensitif

terhadap zat-zat sitostatik, zat anti-neoplastik (radiasi, obat) terutama

efektif dalam fase pertumbuhan sel, pada saat mana terjadi rangkaian

peristiwa menuju pembelahannya. Hal ini mendasari pertimbangan para

ahli dalam pemberian kemoterapi kanker (Reksodiputro, et al., 2004).

Obat kemoterapi kanker terbagi menjadi beberapa macam kriteria,

yaitu:

1) Kemoterapi Induksi

Kemoterapi induksi adalah kemoterapi sebagai pengobatan awal

untuk kanker, terutama sebagai bagian dari terapi kombinasi modalitas

(Dorland, 2006).

2) Kemoterapi Tunggal

Kemoterapi tunggal merupakan kemoterapi yang hanya

memberikan satu jenis atau satu macam obat saja. Pada tahun 1970

dasar penggunaaan kemoterapi tunggal adalah memberikan satu

macam obat dan menggantikannya bila ternyata tidak efektif

(Reksodiputro, et al., 2004; Dorland, 2006).

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3) Kemoterapi Kombinasi

Kemoterapi kombinasi adalah penggunaan beberapa agen

berbeda pada saat bersamaan untuk meningkatkan efektivitas dari

masing-masing obat. Kemoterapi ini paling sering digunakan pada

kemoterapi kanker (Reksodiputro, et al., 2004; Dorland, 2006).

4) Kemoterapi Adjuvan

Merupakan kemoterapi kanker yang diberikan setelah tumor

primer diangkat dengan cara lain, misalkan pembedahan. Konsep

kemoterapi adjuvan merupakan pendekatan terapeutik terpenting

dalam pengobatan modern penyakit keganasan. Prinsipnya ialah

pemberian obat sistemik, baik secara tunggal maupun kombinasi,

bersama dengan suatu modalitas pengobatan regional-lokal seperti

pembedahan atau radioterapi. Cara ini bertujuan memberantas

mikrometastasis yang tersebar jauh sehingga diharapkan terjadi

peningkatan angka kesembuhan (Reksodiputro, et al., 2004; Dorland,

2006).

b. Kemoterapi pada Leukemia Limfoblastik Akut

Kemoterapi pada kasus Leukemia Limfoblastik Akut tidak jauh

berbeda dari kemoterapi pada umumnya. Kemoterapi LLA terbagi

menjadi empat tahapan yang terdiri dari:

1) Induksi remisi

Seorang penderita yang menderita leukemia akut, biasanya

mempunyai beban tumor yang tinggi dan berada dalam risiko tinggi

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

akibat komplikasi kegagalan sumsum tulang dan infiltrasi leukemik.

Tujuan induksi remisi adalah untuk membunuh sebagian besar sel

tumor secara cepat dan menyebabkan penderita memasuki keadaan

remisi. Keadaan ini didefinisikan sebagai jumlah sel blas yang kurang

dari 5% dalam sumsum tulang, hitung darah tepi yang normal, dan

tidak ada gejala atau tanda-tanda lain penyakit itu. Terapi ini hampir

selalu menggunakan glukokortikoid (prednison, prednisolon,

deksametason), vinkristin, dan sedikitnya obat golongan lain (biasanya

asparaginase, antrasiklin, atau keduanya) yang sangat efektif sehingga

dapat mencapai remisi pada lebih dari 90% anak dan 80 - 90% orang

dewasa (pada orang dewasa sering ditambahkan daunorubisin).

Penelitian telah membuktikan terapi induksi remisi yang intensif,

cepat, dan secara utuh mereduksi sel-sel leukemia muda dapat

mencegah resistensi obat dan meningkatkan rasio kesembuhan

(Hoffbrand, 2005; Pui and Evans, 2006).

Walaupun demikian, harus diingat bahwa remisi tidak sama

dengan sembuh. Pada remisi, dalam tubuh penderita mungkin masih

terdapat sejumlah besar sel tumor dan tanpa pemberian kemoterapi

lebih lanjut hampir semua penderita akan mengalami relaps.

Walaupun begitu, pencapaian remisi merupakan langkah awal yang

berharga dalam perjalanan pengobatan, dan penderita yang gagal

mencapai remisi mempunyai prognosis buruk (Hoffbrand, 2005).

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2) Terapi Konsolidasi/Intensifikasi

Ketika hematopoiesis kembali normal, penderita yang

mendapatkan terapi remisi selanjutnya akan mendapatkan terapi

konsolidasi atau terapi intensif. Tahapan-tahapan ini menggunakan

kemoterapi multi-obat dosis tinggi untuk mengurangi beban tumor

sampai tingkat yang sangat rendah. Dosis kemoterapi dekat dengan

batas toleransi penderita dan selama masa intensifikasi, penderita

mungkin memerlukan banyak sekali dukungan (Hoffbrand, 2005; Pui

and Evans, 2006).

Protokol yang umum mencakup penggunaan vinkristin,

siklofosfamid, sitosin arabinosida, dauronubisin, etoposid, thioguanin,

atau merkaptopurin yang diberikan dalam kombinasi yang berbeda-

beda. Pemakaian asparaginase yang intensif selama masa pasca

induksi memberikan hasil yang sangat memuaskan dengan angka

morbiditas rendah, terutama komplikasi trombotik dan hiperglikemia,

yang dibarengi dengan pemberian glukokortikoid selama pemberian

terapi induksi remisi. Jumlah blok intensifikasi yang optimal masih

dalam penelitian, tetapi dua tiga blok biasanya khas pada anak, dan

lebih banyak pada dewasa (Hoffbrand, 2005; Pui and Evans, 2006).

3) Terapi Profilaksis Susunan Saraf Pusat (SSP)

Beberapa obat yang diberikan secara sistemik dapat mencapai

cairan serebrospinal (CSF) dan perlu diberikan pengobatan spesifik.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Pilihannya adalah metotreksat dosis tinggi yang diberikan secara

intravena, metotreksat atau sitosin arabinosida intratekal, atau radiasi

kranial. Percobaan klinis untuk membandingkan regimen-regimen ini

sedang dilakukan. Relaps CNS masih terjadi dan muncul dengan sakit

kepala, muntah, papiledema, dan sel blas dalam CSF. Pengobatan

dengan metroteksat, sitosin arabinosida, dan hidrokortison intratekal,

dengan atau tanpa radiasi intrakranial dan reinduksi sistemik karena

biasanya juga terdapat penyakit sumsum tulang (Hoffbrand, 2005).

4) Rumatan (maintenance)

Rumatan (maintenance) diberikan 2 tahun pada anak perempuan

dan orang dewasa, dan 3 tahun pada anak laki-laki, dengan

merkaptourin oral harian dan metotreksat oral sekali seminggu.

Vinkristin intravena dengan kortikosteroid oral singkat (5 hari)

ditambahkan dengan interval bulanan atau 3 bulan (pada dewasa).

Selama terapi rumatan pada anak yang tidak mempunyai imunitas

terhadap virus-virus tersebut memiliki risiko yang tinggi menderita

varisela atau campak. Apabila terjadi pemajanan terhadap infeksi

tersebut, harus diberikan imunoglobulin profilaktik. Selain itu,

diberikan kotrimoksazol oral untuk mengurangi risiko terkena

Pneumocystis carinii (Hoffbrand, 2005).

c. Efek Samping Obat-obat Kemoterapi

Obat-obat kemoterapi antikanker merupakan obat yang indeks

terapinya sempit. Semuanya dapat menyebabkan efek toksik berat, yang

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mungkin sampai menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak

langsung. Karena obat-obat antikanker umumnya bekerja pada sel yang

sedang aktif, maka efek sampingnya juga terutama mengenai jaringan

dengan proliferasi tinggi yaitu sistem hematopoietik dan gastrointestinal

(Nafrialdi and Sulistia, 2003).

Supresi hemopoiesis terlihat sebagai leukopenia, trombositopenia,

atau anemia. Supresi sistem hemopoietik ini masih dapat berlanjut

walaupun pemberian obat telah dihentikan. Gangguan saluran cerna

berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare, dan stomatitis sampai yang

berat yaitu ulserasi oral dan intestinal, perforasi, diare hemoragik.

Hampir semua obat anti kanker menyebabkan efek samping ini, tapi

jarang sampai menimbulkan kematian. Lesi selaput lendir mulut

umumnya terjadi pada pemberian metroteksat, fluorourasil, daktinomisin,

vinblastin, dan antrasiklin (daunorubisin, doksorubisin). Reaksi kulit

dapat berupa eritem, urtikaria, dan erupsi makulopapular sampai sindrom

Stevens-Johson (Nafrialdi and Sulistia, 2003).

Alkilator dapat menyebabkan depresi hemopoietik yang ireversibel,

terutama bila diberikan setelah pengobatan antikanker yang lain atau

radiasi. Alkilator aktif mempunyai efek langsung lepuh dan dapat

merusak jaringan pada tempat jaringan dan menimbulkan toksisitas

sistemik. Mual muntah merupakan efek yang umum dilaporkan pada

pemberian intravena mekloretamin, siklofosfamid, dan karmustin, dan

kadang-kadang pada siklofosfamid oral. Efek toksik obat alkilator bisa

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

menyebabkan depresi sumsum tulang dan terjadi leukopenia serta

trombositopenia. Siklofosfamid bisa lebih menyebabkan trombositopenia

dibandingkan alkilator lain (Salmon and Alan, 2001; Nafrialdi and

Sulistia, 2003).

Antimetabolit, selain menyebabkan depresi hemopoietik dan

gangguan saluran cerna, sering menyebabkan stomatisis aftosa, dimana

efek samping ini paling banyak disebabkan setelah pemberian

metotreksat, fluorourasil, dan bisa juga merkaptopurin. Stomatitis, diare,

ulserasi pada saluran cerna bagian distal, infeksi, hemoragik,

trombositopenia, leukopenia, atau trombositopenia adalah kumpulan efek

samping obat antimetabolit. Antimetabolit dikontraindikasikan pada

penderita dengan status gizi buruk, leukopenia berat, atau

trombositopenia (Nafrialdi and Sulistia, 2003).

Efek toksik asparaginase terhadap sumsum tulang minimal,

demikian juga kerusakan pada saluran cerna. Namun, obat ini toksik

terhadap hati, ginjal, pankreas, susunan saraf pusat, dan mekanisme

pembekuan darah serta dapat menekan sistem imun tubuh (Nafrialdi and

Sulistia, 2003).

4. Status Gizi

a. Definisi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini dibedakan menjadi

status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status gizi

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang

digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami

kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi

bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga

menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2003).

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum

digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik

dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam

tubuh.

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

tissues) seperti kulit, rambut, mata, dan mukosa oral atau pada organ-

organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat

(rapid clinical survey). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara

cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih

zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status

gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign)

dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam

jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,

urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala

klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih

banyak monolog untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan

dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap

(Supariasa, 2002).

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi

tiga macam penilaian yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan

faktor etiologi (Supariasa, 2002).

Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah

antropometri gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat

dilakukan dengan cara mengukur beberapa parameter, antara lain umur,

berat badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.

Kombinasi dari beberapa parameter tersebut disebut Indeks Antropometri

(Supariasa, 2002).

Indeks Antropometri yang paling sering digunakan adalah berat

badan dibanding umur (BB/U). Hal ini dikarenakan berat badan

merupakan indikator yang paling mudah diukur. BB/U ini sangat tepat

digunakan untuk menilai status gizi kurang atau baik, namun tidak dapat

digunakan untuk menentukan status gizi lebih atau obesitas (WHO,

2006).

b. Klasifikasi Status Gizi

Di Indonesia, ukuran baku hasil pengukuran status gizi belum ada

(Supariasa, 2002). Sehingga, klasifikasi status gizi dalam penelitian ini

mengacu pada baku rujukan WHO 2005, yaitu sebagai berikut:

1) Status gizi lebih, dengan kriteria: Z-score BB/U lebih dari 1.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2) Status gizi baik, dengan kriteria: Z-score BB/U antara -2 dan 1.

3) Status gizi kurang, dengan kriteria: Z-score BB/U antara -3 dan -2.

4) Status gizi buruk, dengan kriteria: Z-score BB/U kurang dari -3.

(WHO, 2005)

5. Hubungan Tahap Kemoterapi dengan Status Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang salah

satunya adalah faktor zat kimia dari luar tubuh yang bisa diartikan

sebagai pemakaian obat-obatan. Berdasarkan teori sebelumnya,

hampir semua jenis obat anti kanker atau kemoterapi dapat

menyebabkan efek toksik berat, yang mungkin sampai

menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung.

Karena obat-obat antikanker umumnya bekerja pada sel yang

sedang aktif, maka efek sampingnya juga terutama mengenai

jaringan dengan proliferasi tinggi yaitu sistem hematopoietik dan

gastrointestinal (Nafrialdi and Sulistia, 2003; Supariasa, 2002).

Hampir semua obat anti kanker menyebabkan efek samping berupa

gangguan saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah,

diare, dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan

intestinal, perforasi, diare hemoragik. Hal ini dapat menyebabkan

penurunan status gizi pada penderita yang diberikan pengobatan

antikanker berupa kemoterapi (Nafrialdi and Sulistia, 2003).

Kemoterapi leukemia limfoblastik akut dibagi menjadi 3 tahap

yaitu induksi, konsolidasi, dan rumatan (maintenance). Obat-obat

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

yang sering digunakan pada tahap induksi adalah glukokortikoid

(prednison, prednisolon, deksametason), vinkristin, dan sedikitnya

obat golongan lain (biasanya asparaginase, antrasiklin, atau

keduanya). Pada tahap konsolidasi berupa vinkristin,

siklofosfamid, sitosin arabinosida, dauronubisin, etoposid,

thioguanin, atau merkaptopurin, dan asparaginase. Kemudian pada

tahap rumatan (maintenance) obat-obatnya berupa merkaptourin,

metotreksat, vinkristin intravena dengan pemberian kortikosteroid

(Hoffbrand, 2005; Pui and Evans, 2006).

Obat-obat yang diberikan pada kemoterapi leukemia limfoblastik

akut hampir sama di tiap tahapannya. Hal yang berbeda adalah

pemberian kortikosteroid atau glukokortikoid pada tahap induksi

dan rumatan (maintenance). Sebuah penelitian menyatakan bahwa

efek dari penggunaan kortikosteroid dapat memberikan kontrol

yang baik terhadap sistemik dan sistem saraf pusat sehingga

mampu menjaga status gizi penderita yang menjalani kemoterapi

(Pui and Evans, 2006). Selain itu penelitian lain juga menyebutkan

bahwa kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti mual dan

muntah yang manjur pada kemoterapi (Ioannidis JP, Hesketh PJ,

Lau J, 2000). Sehingga dapat dikatakan status gizi penderita

leukemia limfoblastik akut akan tetap membaik pada kemoterapi

tahap induksi dan rumatan (maintenance) dan akan mengalami

penurunan status gizi ketika tahap konsolidasi.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

: diteliti

: tidak diteliti

Sistem gastrointestinal atau pencernaan

Tahap Kemoterapi Leukemia

Limfoblastik Akut

Efek samping obat

Gangguan asupan

nutrisi

Ulserasi atau

perforasi oral

dan intestinal

Pengaruh terhadap

status gizi anak

Anoreksia

ringan Mual, muntah

Diare, diare

hemoragik

Stomatitis

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Keterangan:

Pengobatan yang digunakan pada tahap kemoterapi leukemia limfoblastik akut

umumnya bekerja pada sel yang sedang aktif, sehingga efek samping yang

ditimbulkan juga mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi terutama pada

sistem gastrointestinal atau pencernaan berupa anoreksia ringan, mual,

muntah, diare, dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan

intestinal, perforasi, diare hemoragik. Adanya gangguan pada sistem

gastrointestinal atau pencernaan tersebut akan mempengaruhi kemampuan

penyerapan nutrisi yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi anak.

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara tahap kemoterapi pada penderita Leukemia

Limfoblastik Akut (LLA) dengan status gizi di Bangsal Anak RSUD Dr.

Moewardi.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian observasional

analitik dengan menggunakan metode cross sectional dimana sampel

berupa data sekunder yang diambil dari catatan rekam medik penderita.

Alasan pemilihan metode cross sectional antara lain:

1. Penelitian ini tidak menggunakan case control karena data kemoterapi pada

penderita Leukemia Limfoblastik Akut dan pengukuran status gizi anak

dilakukan pada waktu yang sama.

2. Metode cohort tidak dipilih karena membutuhkan waktu yang lebih lama

dan mengharuskan intervensi pada sampel. Merupakan suatu perbuatan

yang tidak terpuji bila peneliti sengaja mengatur lama pemberian

kemoterapi pada penderita anak Leukemia Limfoblastik Akut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak dan Bagian

Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi selama bulan April - Agustus 2011.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Penderita Leukemia Limfoblastik Akut yang dirawat di Bangsal Ilmu

Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi.

2. Sampel

Penderita Leukemia Limfoblastik Akut yang dirawat di Bangsal Ilmu

Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi dengan kriteria:

a. Kriteria inklusi:

1) Penderita Leukemia Limfoblastik Akut berumur 0 - 18 tahun.

2) Mendapatkan penatalaksanaan kemoterapi baik itu induksi,

konsolidasi maupun rumatan (maintenance).

3) Status gizi penderita tergolong kategori baik atau kurang.

b. Kriteria eksklusi:

1) Penderita Leukemia tipe lain seperti Leukemia Limfoblastik Kronik

atau Leukemia Mieloblastik Akut maupun Kronik.

2) Tidak mendapatkan penatalaksanaan kemoterapi baik itu induksi,

konsolidasi maupun rumatan (maintenance).

3) Status gizi penderita tergolong kategori lebih atau buruk.

3. Besar Sampel

Menentukan ukuran sampel pada penelitian ini dipergunakan rumus

untuk analisis bivariat, yaitu analisis yang melibatkan sebuah variabel

dependen dan sebuah variabel independen dengan menggunakan patokan

umum Rule of Thumb, yaitu digunakan ukuran sampel sebanyak minimal 30

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

penderita setelah dilakukan restriksi dengan kriteria yang telah ditentukan

(Murti, 2006).

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara

Purposive Random Sampling karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan

tertentu dan berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan

karakteristik populasi (Sugiyono, 2005; Taufiqqurahman, 2004).

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Status gizi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) yang

mendapatkan penatalaksaan kemoterapi.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

Tahap kemoterapi pada leukemia limfoblastik akut digolongkan

menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Kelompok yang terdiri dari penderita yang menjalani kemoterapi

tahap induksi remisi (minggu 1 - 6).

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

b. Kelompok yang terdiri dari penderita yang menjalani kemoterapi

tahap konsolidasi (minggu 7 - 12).

c. Kelompok yang terdiri dari penderita yang menjalani kemoterapi

tahap rumatan (maintenance) (minggu 13 - 62).

Skala: nominal

2. Status gizi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) yang

mendapatkan penatalaksaan kemoterapi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dapat diukur dengan

berbagai cara. WHO (2005) telah membuat panduan status gizi anak

berdasarkan Z-score dengan membandingkan berat badan dan umur (BB/U).

Penggolongan status gizi berdasarkan Z-score yaitu:

a. Status gizi baik, dengan kriteria: Z-score BB/U antara -2 dan 1.

b. Status gizi kurang, dengan kriteria: Z-score BB/U antara -3 dan -2.

Skala: nominal

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

G. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Anak penderita Leukemia

Limfoblastik Akut yang

mendapat Kemoterapi

Uji Analisis

Bivariat

Diukur status gizi

dengan menggunakan

Z-score

Status gizi

baik

Tahap Konsolidasi

(minggu 7 - 12)

Sampel anak yang

diberikan kemoterapi

tahap konsolidasi

Status gizi

kurang

Diukur status gizi

dengan menggunakan

Z-score

Status gizi

baik

Tahap Rumatan

(minggu 13 - 62)

Status gizi

kurang

Sampel anak yang

diberikan kemoterapi

tahap rumatan

Diukur status gizi

dengan menggunakan

Z-score

Status gizi

baik

Tahap Induksi Remisi

(minggu 1- 6)

Status gizi

kurang

Sampel anak yang

diberikan kemoterapi

tahap induksi remisi

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

H. Instrumen Penelitian

Catatan rekam medik (Medical Record) penderita Leukemia Limfoblastik

Akut (LLA) yang dirawat di Unit Rawat Inap Bangsal Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Dr. Moewardi dan skala Z-score untuk mengukur status gizi.

I. Teknik Analisis Data

Untuk membuktikan apakah tahap kemoterapi Leukemia Limfoblastik

Akut (LLA) berpengaruh terhadap status gizi penderita anak tersebut, data

yang diperoleh diuji dengan uji analisis Bivariat dengan menggunakan Chi

Square (X2) – SPSS 17 for Windows untuk melihat ada tidaknya asosiasi antar

variable (Taufiqurrahman, 2004).

Sedangkan untuk menguji kekuatan hubungan antara tahap kemoterapi

LLA terhadap status gizi penderita anak menggunakan Odds Ratio (OR)

(Murti, 2006).

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel

Penelitian yang dilakukan selama bulan April - Agustus 2011

didapatkan 52 sampel dari catatan rekam medis penderita Rawat Inap di

Bangsal Anak RSUD Dr. Moewardi, yang terbagi menjadi 3 kategori

berdasarkan tahap kemoterapi:

1. Tahap induksi: 22 penderita

2. Tahap konsolidasi: 15 penderita

3. Tahap rumatan (maintenance): 15 penderita

Dari data tersebut, diperoleh karakteristik sampel sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Sampel Menurut Usia pada Tahap Induksi

Usia Jumlah Persentase

0 tahun sampai 5 tahun 16 72,73%

5 tahun sampai 10 tahun 5 22,73%

10 tahun sampai 18 tahun 1 4,54%

Jumlah Total 22 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas, sampel yang berusia antara 0 tahun

sampai 5 tahun berjumlah 16 (72,73%) orang, 5 tahun sampai 10 tahun

berjumlah 5 (22,73%) orang, dan 10 tahun sampai 18 tahun berjumlah 1

(4,54%) orang.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 2. Karakteristik Sampel Menurut Usia pada Tahap Konsolidasi

Usia Jumlah Persentase

0 tahun sampai 5 tahun 7 46,67%

5 tahun sampai 10 tahun 2 13,33%

10 tahun sampai 18 tahun 6 40,00%

Jumlah Total 15 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas, sampel yang berusia antara 0 tahun

sampai 5 tahun berjumlah 7 (46,67%) orang, 5 tahun sampai 10 tahun

berjumlah 2 (13,33%) orang, dan 10 tahun sampai 18 tahun berjumlah 6

(40,00%) orang.

Tabel 3. Karakteristik Sampel Menurut Usia pada Tahap Rumatan

(Maintenance)

Usia Jumlah Persentase

0 tahun sampai 5 tahun 8 53,34%

5 tahun sampai 10 tahun 5 33,33%

10 tahun sampai 18 tahun 2 13,33%

Jumlah Total 15 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas, sampel yang berusia antara 0

tahun sampai 5 tahun berjumlah 8 (53,34%) orang, 5 tahun sampai 10

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

tahun berjumlah 5 (33,33%) orang, dan 10 tahun sampai 18 tahun

berjumlah 2 (13,33%) orang.

Tabel 4. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin pada Tahap Induksi

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 15 68,18%

Perempuan 7 31,82%

Jumlah Total 22 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa sampel jenis

kelamin laki-laki berjumlah 15 (68,18%) orang dan perempuan berjumlah 7

(31,82%) orang.

Tabel 5. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin pada Tahap

Konsolidasi

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 9 60,00%

Perempuan 6 40,00%

Jumlah Total 15 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa sampel jenis

kelamin laki-laki berjumlah 9 (60,00%) orang dan perempuan berjumlah 6

(40,00%) orang.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Tabel 6. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin pada Tahap Rumatan

(Maintenance)

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 11 73,33%

Perempuan 4 26,67%

Jumlah Total 15 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa sampel jenis

kelamin laki-laki berjumlah 11 (73,33%) orang dan perempuan berjumlah 4

(26,67%) orang.

Tabel 7. Karakteristik Sampel Menurut Status Gizi pada Tahap Induksi

Status gizi Jumlah Persentase

Baik 12 54,55%

Kurang 10 45,45%

Jumlah Total 22 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas didapatkan 12 (54,55%) orang

dengan status gizi baik dan 10 (45,45%) orang dengan dengan status gizi

kurang.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 8. Karakteristik Sampel Menurut Status Gizi pada Tahap Konsolidasi

Status gizi Jumlah Persentase

Baik 4 26,67%

Kurang 11 73,33%

Jumlah Total 15 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas didapatkan 4 (26,67%) orang

dengan status gizi baik dan 11 (73,33%) orang dengan dengan status gizi

kurang.

Tabel 9. Karakteristik Sampel Menurut Status Gizi pada Tahap Rumatan

(Maintenance)

Status gizi Jumlah Persentase

Baik 11 73,33%

Kurang 4 26,67%

Jumlah Total 15 100%

Sumber : data sekunder, 2011

Berdasarkan tabel tersebut di atas didapatkan 11 (73,33%) orang

dengan status gizi baik dan 4 (26,67%) orang dengan dengan status gizi

kurang.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

B. Uji Statistik

Data penelitian yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan dengan

menggunakan analisis bivariat (analisis Chi Square) antara variabel

dependen (tahap kemoterapi leukemia limfoblastik akut) dengan variabel

independen (status gizi BB/U). Dilakukan analisis ini karena data tersebut

merupakan data dengan skala pengukuran kategorikal, tidak berpasangan,

dan termasuk data non parametrik.

Tabel 10. Hubungan Tahap Kemoterapi Leukemia Limfoblastik Akut

dengan Status Gizi.

Variabel Status Gizi

Kurang Baik Total OR X2 p

Tahap Kemoterapi

Induksi 10 12 22 5.2 4.967 0.026

(45,45%) (54,55%) (100%)

Konsolidasi 11 4 15 5.45 2.386 0.122

(73,33%) (26,67%) (100%)

Rumatan 4 11 15 8.00 6.652 0.010

(Maintenance) (26,67%) (73,33%) (100%)

Sumber : data sekunder, 2011

Perhitungan menggunakan uji statistik Chi Square dengan p < 0,05

yang berarti signifikan atau bermakna. Hal ini menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara kemoterapi leukemia tahap induksi dan

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

rumatan (maintenance) dengan status gizi pada penderita LLA. Namun tidak

ada hubungan yang bermakna antara kemoterapi leukemia tahap konsolidasi

dengan status gizi pada penderita LLA.

Selanjutnya, untuk mengetahui kuatnya hubungan antara tahap

kemoterapi leukemia fase induksi, konsolidasi, dan rumatan (maintenance)

dihitung dengan rumus Odds Ratio sebagai berikut :

1. Tahap Induksi

OR = ad/bc

= (13)(12) / (10)(3)

5,2

2. Tahap konsolidasi

OR = ad/bc

= (15)(4) / (1)(11)

5,45

3. Tahap rumatan (maintenance)

OR = ad/bc

= (12)(10) / (5)(3)

8,00

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 11. Besar Odds Ratio Dan Interpretasi tentang Kekuatan Hubungan

antara Paparan dan Risiko.

OR

Interpretasi Meningkatkan

Risiko

Menurunkan

Risiko

1.0 1.0 Tidak terdapat Hubungan

> 1.0 - < 1.5 > 0.67 - < 1.0 Hubungan lemah

> 1.5 - < 3.0 > 0.33 - ≤ 0.67 Hubungan sedang

≥ 3.0 - < 10.0 > 0.10 - ≤ 0.33 Hubungan Kuat

≥ 10.0 ≤ 0.10 Hubungan sangat Kuat

Hasil analisis data dengan menggunakan rumus odds ratio pada tahap

induksi memberikan hasil 5,2, pada tahap konsolidasi memberikan hasil

5,45, dan pada tahap rumatan (maintenance) memberikan hasil 8,00.

Dimana ketiga hasil tersebut berkisar antara ≥ 3.0 - < 10.0 yang dapat

diinterpretasikan sebagai hubungan yang kuat antara tahap kemoterapi

leukemia limfoblastik akut baik tahap induksi, konsolidasi, maupun rumatan

(maintenance) dengan status gizi penderita anak. Meskipun pada tahap

konsolidasi hubungan tersebut dalam penelitian secara statistik tidak

signifikan (p < 0,05).

.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB V

PEMBAHASAN

Leukemia Limfoblastik Akut merupakan leukemia yang paling sering terjadi

terhitung kira-kira 71% dari kasus keganasan pada anak-anak, untuk Leukemia

Mieloblastik Akut kira-kira 11%, Leukemia Mieloblastik Kronik kira-kira 2 - 3%,

dan untuk Leukemia Mieloblastik Kronik Juvenil kira-kira 1 - 2%. Puncak insiden

LLA ini terjadi pada anak berusia 2 - 4 tahun (Behrman, 2004; Porth, 2005).

Pada tabel 1. yaitu tabel karakteristik sampel menurut usia pada tahap

induksi didapatkan distribusi sampel terbanyak terdapat pada kelompok usia 0

tahun sampai 5 tahun sebanyak 72,73%. Begitu pula pada tabel 2. yaitu tabel

karakteristik sampel menurut usia pada tahap konsolidasi dan pada tabel 3. yaitu

tabel karakteristik sampel menurut usia pada tahap rumatan (maintenance),

didapatkan distribusi sampel terbanyak pada kelompok usia 0 tahun sampai 5

tahun. Hasil ini sesuai dengan penjelasan Porth, 2005 sebelumnya bahwa puncak

insiden LLA ini terjadi pada anak berusia 2 - 4 tahun. Kemudian ada pula yang

menyatakan bahwa puncak insiden LLA terjadi pada anak usia 3 - 5 tahun

(Fianza, 2009).

Pada tabel 4. yaitu tabel karekteristik sampel menurut jenis kelamin pada

tahap induksi didapatkan sampel dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak

daripada wanita. Pada tabel 5. yaitu tabel karekteristik sampel menurut jenis

kelamin pada tahap konsolidasi dan tabel 6. yaitu tabel karakteristik sampel

menurut jenis kelamin pada tahap rumatan (maintenance) terdapat data yang

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

serupa dimana sampel dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada

wanita. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fianza, 2009 bahwa LLA lebih banyak

ditemukan pada laki-laki daripada wanita.

Pada tabel 7. yaitu tabel menurut status gizi pada tahap induksi diperoleh

sampel bahwa pada tahap ini jumlah penderita yang memiliki status gizi baik

lebih banyak daripada penderita yang memiliki status gizi kurang, walaupun tidak

begitu jauh perbedaannya. Sedangkan pada tabel 8. yaitu tabel menurut status gizi

pada tahap konsolidasi diperoleh sampel dimana jumlah penderita yang memiliki

status gizi baik lebih sedikit daripada penderita yang memiliki status gizi kurang,

dimana jumlahnya jauh berbeda. Kemudian pada tabel 8. yaitu tabel menurut

status gizi pada tahap rumatan (maintenance) diperoleh sampel dimana jumlah

penderita yang memiliki status gizi baik mengalami peningkatan sehingga

jumlahnya lebih banyak daripada penderita yang memiliki status gizi kurang.

Salah satu obat pada kemoterapi tahap induksi dan rumatan (maintenance)

menggunakan kortikosteroid, baik prednison maupun deksametason (Hoffbrand,

2005). Dalam sebuah studi kecil menyatakan bahwa penggunaan prednison atau

deksametason pada kemoterapi memberikan kontrol yang baik pada sistem saraf

pusat dan sistemik dalam kaitannya menjaga status gizi seorang penderita (Pui

and Evans, 2006). Obat-obat yang diberikan pada kemoterapi tahap induksi

hampir selalu menggunakan glukokortikoid (prednison, prednisolon,

deksametason), vinkristin, dan sedikitnya obat golongan lain (biasanya

asparaginase, antrasiklin, atau keduanya). Obat-obat yang diberikan pada

kemoterapi tahap konsolidasi berupa vinkristin, siklofosfamid, sitosin arabinosida,

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dauronubisin, etoposid, thioguanin, atau merkaptopurin. Lalu pada tahap rumatan

(maintenance), obat-obat yang diberikan berupa merkaptourin oral, metotreksat

oral, vinkristin intravena, dan juga pemberian kortikosteroid oral (Hoffbrand,

2005; Pui and Evans, 2006). Sebuah penelitian menyatakan bahwa efek dari

penggunaan kortikosteroid dapat memberikan kontrol yang baik terhadap sistemik

dan sistem saraf pusat sehingga mampu menjaga status gizi penderita yang

menjalani kemoterapi (Pui and Evans, 2006). Selain itu penelitian lain juga

menyebutkan bahwa kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti mual dan

muntah yang manjur pada kemoterapi (Ioannidis JP, Hesketh PJ, Lau J, 2000).

Penelitian yang dilakukan Dalton, et al. pada tahun 2003 menyatakan bahwa

penurunan berat badan pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut terjadi selama

pengobatan dengan kemoterapi kemudian membaik karena pemberian

glukokortikoid atau kortikosteroid. Penjelasan ini sesuai dengan hasil penelitian

bahwa jumlah penderita yang memiliki status gizi baik lebih banyak dibandingkan

penderita dengan status gizi buruk karena pada tahap induksi diberikan

kortikosteroid. Sedangkan pada tahap konsolidasi, penderita dengan status gizi

kurang meningkat lebih banyak dibandingkan penderita dengan status gizi lebih,

dikarenakan pada tahap konsolidasi tidak diberikan obat golongan kortikosteroid.

Kemudian pada tahap rumatan (maintenance), penderita dengan status gizi baik

meningkat lebih banyak daripada penderita dengan status gizi buruk karena ada

pemberian kortikosteroid, selain itu pada tahap ini sebagian besar sel-sel tumor

telah mati oleh pengobatan 2 tahap sebelumnya.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Data selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan Chi Square yang

dijelaskan dalam tabel 9. didapatkan nilai p pada tahap induksi adalah 0.026, nilai

p pada tahap konsolidasi adalah 0,122 dan nilai p pada tahap rumatan

(maintenance) adalah 0,010. Hasil penelitian dikatakan signifikan apabila nilai

p < 0,05, yang berarti tahap induksi dan rumatan (maintenance) memberikan hasil

yang signifikan terhadap status gizi, sedangkan tahap konsolidasi tidak signifikan

dalam mempengaruhi status gizi. Pada uji tersebut didapatkan odds ratio pada tiap

tahap kemoterapi, OR induksi = 5,2, OR konsolidasi = 5,45, dan OR rumatan

(maintenance) = 8,00. Ketiga odds ratio ini terletak pada kisaran angka ≥ 3.0 - <

10.0 yang menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki hubungan yang kuat antara

tahap kemoterapi baik tahap induksi, konsolidasi, dan rumatan (maintenance)

dengan status gizi penderita anak. Pada tahap konsolidasi memiliki nilai p > 0,05

yang menunjukkan bahwa hasil ini tidak signifikan, akan tetapi hasil odds ratio

menunjukkan hubungan yang kuat sehingga bisa disimpulkan bahwa tahap

konsolidasi memiliki hubungan yang kuat dengan penurunan status gizi namun

kurang bermakna. Tahap konsolidasi memberikan hasil yang tidak signifikan

dalam menurunkan status gizi dikarenakan faktor-faktor yang menurunkan status

gizi pada penderita LLA tidak hanya bersumber dari pengobatan saja tetapi juga

dari sel kanker itu sendiri. Studi pada manusia maupun pemeriksaan eksperimen

pada binatang percobaan menunjukkan adanya peningkatan protein turnover pada

penderita kanker. Selanjutnya ditemukan adanya kenaikan sintesis protein dalam

jaringan hepar, penurunan sintesis protein dalam otot rangka. Kurangnya massa

otot terutama akibat penurunan sintesis protein dan adanya kenaikan aktivitas

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sintesis protein dalam hepar. Selain itu hilangnya massa lemak bebas sering

ditemukan pada penderita kanker. Hal ini disebabkan karena terjadinya

pengurangan jumlah lemak. Di samping itu juga pada penderita kanker terjadi

oksidasi lemak yang meningkat yang berarti terdapat peningkatan lipolisis (Velde

et al., 2005). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyaningrum,

2009 menguji tentang hubungan kemoterapi dengan status gizi dan asupan protein

didapatkan hasil adanya hubungan bermakna antara kemoterapi dengan status gizi

pada pasien Leukemia Limfoblastik Akut di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, tetapi

didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara kemoterapi dengan asupan

protein. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang Peneliti lakukan,

karena penelitian sebelumnya tidak menguji hubungan tiap tahap kemoterapi

dengan status gizi akan tetapi menguji semua tahap kemoterapi dengan status gizi

pasien.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya adalah jumlah

sampel penderita Leukemia Limfoblatik Akut masih tergolong sedikit. Peneliti

menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih

panjang sehingga dapat meningkatkan jumlah sampel serta dapat mengontrol

faktor-faktor perancu yang belum sempat diteliti.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara tahap kemoterapi pada

penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan status gizi dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan kuat dan bermakna antara tahap kemoterapi pada

penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan status gizi,

meskipun pada tahap konsolidasi memberikan hasil yang kurang bermakna

secara statistik.

2. Penderita dengan status gizi baik lebih banyak daripada status gizi kurang

pada tahap induksi dan rumatan (maintenance). Sedangkan penderita

dengan status gizi baik lebih sedikit daripada status gizi kurang pada tahap

konsolidasi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis

adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya sedini mungkin melakukan screening pada leukemia

limfoblastik akut pada anak mengingat kasus leukemia limfoblastik akut

adalah kejadian terbanyak pada kelompok keganasan.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2. Bagi para dokter dan tenaga medis agar dapat memberikan

penatalaksanaan yang adekuat dengan efek samping seminimal mungkin

sehingga komplikasi yang ditimbulkan dari kemoterapi pada kasus

leukemia bisa ditekan angka kejadiannya.

3. Selain itu, baik dokter maupun tenaga medis dapat mempertahankan atau

memperbaiki status gizi pasien menjadi lebih baik dengan pemberian

nutrisi secara langsung maupun melalui konseling gizi terhadap keluarga

pasien.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

DAFTAR PUSTAKA

Abdulmuthalib. 2009. Prinsip Dasar Terapi Sistemik pada Kanker Dalam: Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing.

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Behrman R. E. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th

Ed. Philadelphia.

Saunders An Imprint of Elsevier.

Dalton, V. K., et al. 2003. Height and Weight in Children Treated for Acute

Lymphoblastic Leukemia: Relationship to CNS Treatment. Journal of

Clinical Oncology. 21: 2953-2960.

Dorland, W. A. N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Fianza P. I. 2009. Leukemia Limfoblastik Akut Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid II. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing.

Hesketh, Paul J. 2008. Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting. N Engl J

Med. 358: 2482 – 2494.

Hoffbrand A.V., Petit J. E., Moss P. A. H. 2005. Kapita Selekta Hematologi.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hoffman R., et al. 2009. Hematology Basic Principles and Practice. Philadelphia:

Churchill Livingstone Elsevier.

Ioannidis JP, Hesketh PJ, Lau J, 2000. Contribution of Dexamethasone to Control

of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: A Meta-Analysis of

Randomized Evidence. J Clin Oncol .18: 3409-22.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Murti B. 1997. Penelitian Epidemiologi. Jogjakarta: Gadjah Mada University

Press.

Murti B. 2006. Besar Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Nafrialdi and Sulistia G. 2003. Anti Kanker Dalam: Farmakologi dan Terapi

Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru.

Porth C. M. 2005. Patophysiology Concepts of Altered Health States. 7th

Edition.

Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Price, S. A. and Wilson L. M. 2006. Gangguan Sel Darah Putih dan Sel Plasma

Dalam: Patofisiologi.. Jakarta: Penerbit Buku EGC.

Pui C. H. and Evans W. E. 2006. Treatment of Acute Lymphoblastic Leukemia.

N Engl J Med. 354: 166 – 178.

Pui C. H., Relling M. V., Downing J. R. 2004. Acute Lymphoblastic Leukemia. N

Engl J Med. 350: 1535 – 1548.

Reksodiputro, A. H., et al. 2004. Kemoterapi Kanker Dalam: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI.

Salmon, S. E. and Alan C. S. 2001. Kemoterapi Kanker Dalam: Farmakologi

Dasar dan Klinik Edisi VIII. Jakarta: EGC.

Setyaningrum, Kusti Marbawani. Hubungan Kemoterapi dengan Asupan Energi

Protein dan Status Gizi pada Pasien Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

http://heryfosil.blogspot.com/2009_07_01_archive.html. (3 Desember

2011).

Simon, J. V. 2003. Childhood Leukemia – Successes and Challenges for

Survivors. N Engl J Med. 349: 627 – 628.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP .../Hubungan... · Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, pp: 56-69.

Supariasa, I. D. N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Velde, et al. 2005. Onkologi. Houten: Bohn Stafleu Van Loghum.

World Health Organization. 2005. WHO Anthro (version 2.02) and Macros.

http://www.who.int/childgrowth/software/en/ (16 Februari 2011).

World Health Organization. 2006. Interpreting Growth Indicators.

http://www.who.int/childgrowth/training/interpreting.pdf (16 Februari

2011).

World Health Organization. 2006. WHO Child Growth Standards: Methods and

Developmental.

http://www.who.int/childgrowth/standards/technical_support.pdf. (16

Februari 2011).

Winick N. J., Carroll W. L., Hunger S. P. 2004. Childhood Leukemia – New

Advances and Challenges. N Engl J Med. 351: 601 – 603.

Yinski T. 2010. Leukemia Limfoblastik Akut.

http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran /2010/10/13/ leukemia-

limfoblastik-akut/ (16 Februari 2011).