perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... · media cd pembelajaran pada pokok...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... · media cd pembelajaran pada pokok...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI
MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA
DAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
PADA SISWA SMP/MTs DI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
ST MUFLIKHATUS SUKRIYATI
S851102041
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI
MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA
DAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
PADA SISWA SMP/MTs DI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
ST MUFLIKHATUS SUKRIYATI
S851102041
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI
MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA
DAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
PADA SISWA SMP/MTs DI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun oleh
ST MUFLIKHATUS SUKRIYATI
S851102041
Telah di setujui oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal……Juli 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Riyadi ,M.Si Drs.Gatut Iswahyudi,M.Si
NIP.196701 16199402 1 001 NIP.19670607 199302 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pasca Sarjana UNS
Prof.Dr.Budiyono,M.Sc
NIP. 19530915197903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI
MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA
DAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
SISWA SMP/MTs DI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun Oleh
ST MUFLIKHATUS SUKRIYATI
S851102041
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal…………………
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP. 19530915 197903 1 003
…….………………………
Sekretaris
Dr. Mardiyana, M.Si
NIP. 19660225 199302 1 002
…………………………….
Anggota Penguji
1. Dr. Riyadi, M.Si.
NIP. 19670116 199402 1 001
………..…………………..
2. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si.
NIP. 19670607 199302 1 001
……………………………
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi
Universitas Sebelas Maret Pendidikan Matematika
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Prof. Dr. Budiyono, M.Sc
NIP. 19610717 198601 1 001 NIP. 19530915 197903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: “EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) DILENGKAPI MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA POKOK
BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA
KOGNITIF SISWA SMP/MTs DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN
PELAJARAN 2011/2012” ini adalah karya sendiri dan bebas plagiat, serta
tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunaan
sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah
ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-
undangan (Permendiknas, No. 17 Tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi
dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Matematika PPs
UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh
Prodi Matematika PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik
yang berlaku.
Surakarta, 02 Juli 2012
Mahasiswa,
ST MUFLIKHATUS SUKRIYATI
NIM. S851102041
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“La Tahzan Innallaha Ma’ana”
Nilai dari seseorang ditentukan dari keberaniannya dalam memikul
tanggung jawab, mencintai hidup, pekerjaan dan keluarganya
Kesuksesan bukan sekedar kebetulan, tapi memerlukan niat baik, persiapan
yang matang, kerja keras dan DO’A
Apa yang diberikan Allah dan Rasul padamu maka terimalah,dan pintalah
anugrah akan kemampuan mensyukuri nikmat, kebahagiaan yang slalu
diberikan padamu dan berbaktilah pada Bapak Ibu agar dapat melakukan
yang shaleh dan diridhai karena Dia membimbing pada cahayaNya bagi
siapa yang Dia kehendaki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan tidak mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,
Sang Maha Agung, Tuhan sumber dari segala muara esensi.
Persembahan totalitas usaha,karya dan buah pikiran tesis ini untuk :
Ibu St Mufarochah, bapak Masruchan Rochmat, adik Achmad Shobirin dan
Lailatul Nurul Aniq yg selalu selamanya memberiku semua-segala hal.
Keluarga besarku bani qosim dan bani rohmat yang slalu mendoa-dukung
Mas Tri Budi Prasetyo S.H
Untuk para dosen, pendidik, dan sahabat-sahabat ku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas ijin, rahmat adan
hidayahNya serta usaha yang sungguh – sungguh akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini. Selain itu, dukungan, bimbingan, dan
dorongan dari semua pihak yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan
tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempataan ini penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika.
2. Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S., Asisten Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian
dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.
3. Prof. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan bantuan selama penulis menempuh studi di Program magister
Pendidikan Matematika.
4. Dr. Riyadi, M.Si., pembimbing I yang memberikan motivasi, bimbingan,
petunjuk, saran, dan dorongan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Drs. Gatut Iswahyudi,M,Si., pembimbing II yang telah memberikan motivasi,
bimbingan, petunjuk, saran, dan dorongan kepada penulis dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program tudi Pendidikan Matematika
progam Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan bekal ilmu, bimbingan dan dorongan kepada penulis dalam
menyelesaikan studi.
7. Abdul rahman, S.H, M.H, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan
Masyarakat Daerah Kabupaten Grobogan yang telah memberikan izin
penelitian di Kabupaten Grobogan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
8. Muhamad Safi’I, M.Pd, Kepala SMP Negeri 1 Karangrayung dan Sukandar,
S.Pd., guru mitra penelitian, yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
9. Lucas Suprijanto, M.Pd, Kepala SMP Negeri 5 Purwadadi, Yuli Susanto,
guru mitra penelitian, yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
10. Agus Sugiyono S.Sos, Kepala MTs YATPI Godong dan Siti Mufarochah,
guru mitra penelitian, yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
11. Ahmad Zaki Iqbal, s.Hi, Kepala MTs Al Hidayah Karangrayung dan
Muniroh, S.Pd., guru mitra uji coba instrumen penelitian, yang telah
membantu pelaksanaan uji coba instrumen penelitian.
12. Seluruh siswa SMP/MTs di Kabupaten Grobogan, khususnya siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Karangrayung, SMP Negeri 5 Purwadadi, MTs YATPI
Godong, dan MTs Al Hidayah yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
13. Teman – teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
14. Bapak Masruchan Rohmat, Ibu St. Mufarochah, kedua saudaraku Achmad
Shobirin dan Lailatul Nurul Aniq, serta seluruh keluarga besar yang selalu
memberikan doa, semangat, dan segala hal sehingga penulis dapat mengikuti
perkuliahan dan menyelesaikan penyusunan tesis ini.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis hanya dapat membalas dengan do’a, semoga Allah SWT yang
akan memberikan pahala atas kebaikan budi mereka. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat dan Alloh SWT selalu meridhoi, Amin.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
PERNYATAAN ORIGINALITAS PUBLIKASI TESIS ............................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
ABSTRAK ......................................................................................................... xvi
ABSTRACT ........................................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
B. Identifikasi Masalah .................................................................
C. Pemilihan Masalah ...................................................................
D. Pembatasan Masalah .................................................................
E. Perumusan Masalah ...................................................................
F. Tujuan Penelitian .......................................................................
G. Manfaat Penelitian ....................................................................
1
1
6
7
7
8
9
9
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................
A. Kajian Pustaka .........................................................................
1. Prestasi Belajar Matematika ................................................
a. Hakekat Matematika ......................................................
b. Belajar Matematika ........................................................
c. Prestasi Belajar Matematika ..........................................
2. Model Pembelajaran ............................................................
a. Model Pembelajaran Konvensional ...............................
b. Model Pembelajaran Kooperatif ………………………....
11
11
11
11
12
12
13
13
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……………..
d. CD Pembelajaran sebagai Media Pembelajaran Matematika
e. Sintaks Tiga model pembelajaran….....................................
3. Gaya Kognitif (Cognitive Style) ..........................................
a. Pengertian Gaya Kognitif ..............................................
b. Penggolongan Gaya Kognitif ........................................
c. Cara Mengukur Gaya Kognitif Field Dependent dan
Field Independent ..........................................................
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................
C. Kerangka Berpikir ....................................................................
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................
17
19
20
22
22
23
25
28
30
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
B. Jenis Penelitian .........................................................................
C. Populasi, Sampel, dan Tekhnik Pengambilan Sampel …...........
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................
E. Metode Pengumpulan Data .......................................................
F. Instrumen Penelitian ..................................................................
1. Tes Prestasi Belajar Matematika ..........................................
2. Tes Gaya Kognitif .............................................................
G. Teknik Analisis Data ................................................................
1. Uji Prasyarat ........................................................................
a. Uji Normalitas Populasi .................................................
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi ..............................
2. Uji Keseimbangan ...............................................................
3. Uji Hipotesis ........................................................................
4. Uji Komparasi Ganda ......................................................
37
37
37
38
40
41
42
42
46
47
48
48
49
50
51
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
A. Hasil Penelitian ..........................................................................
1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian .....................................
a. Instrumen Tes Gaya Kognitif ...........................................
60
60
60
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika .....................
2. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal ...................................
a. Uji Normalitas ……………...............................................
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi .................................
c. Hasil Uji Keseimbangan ...................................................
3. Deskripsi Data Penelitian ......................................................
4. Hasil Uji Prasyarat untuk Pengujian Hipotesis .....................
a. Uji Normalitas Populasi ...................................................
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi .................................
5. Hasil Pengujian Hipotesis .....................................................
6. Hasil Uji Komparasi Ganda ..................................................
B. Pembahasan ................................................................................
C. Keterbatasan Penelitian ..............................................................
61
63
63
64
65
65
67
67
67
68
69
76
81
BAB V PENUTUP ......................................................................................
A. Simpulan ....................................................................................
B. Implikasi ....................................................................................
C. Saran ..........................................................................................
82
82
83
84
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1. Persentase Daya Serap Pokok Bahasan Keliling Bangun Datar
Siswa SMP/MTs di Kabupaten Grobogan yang Diujikan pada
Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010.............................
2
Tabel 1.2. Persentase Daya Serap Pokok Bahasan Luas dan Keliling
Bangun Datar Siswa SMP di Kabupaten Grobogan yang
Diujikan pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011…...
3
Tabel 2.1. Perhitungan Skor Perkembangan Individu ............................. 18
Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok STAD ............................... 18
Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................ 21
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................. 37
Tabel 3.2. Desain Faktorial ANAVA Dua jalan dengan Sel tak Sama....... 38
Tabel 3.3. Sampel Penelitian pada Kelas Eksperimen dan Kontrol……… 40
Tabel 3.4. Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran ( P ) ................................. 44
Tabel 3.5. Rangkuman ANAVA Satu Jalan Sel tak Sama..... 51
Tabel 3.6. Data Amatan, Rerata dan Jumlah Kuadrat Deviasi .................. 54
Tabel 3.7. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Sel Tak Sama ...................... 57
Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal
Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika ........................
61
Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal
Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika .............................
62
Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Populasi Terhadap Data
Kemampuan Awal Matematika Siswa ......................................
64
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi
Terhadap Data Kemampuan Awal Matematika Siswa ...........
64
Tabel 4.5. Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel Tak
Sama .........................................................................................
65
Tabel 4.6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa pada
Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran .......................
66
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Masing-Masing Kategori Gaya Kognitif .................................. 66
Tabel 4.8. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa pada
Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran dan Gaya
Kognitif .....................................................................................
66
Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Populasi Terhadap Data
Prestasi Belajar Matematika siswa ...........................................
67
Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi
Terhadap Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ...............
68
Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak
Sama .........................................................................................
68
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris pada
Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran.........................
70
Tabel 4.13. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel pada
Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran dan Gaya
Kognitif Siswa ..........................................................................
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar SMP/MTs di Kabupaten Grobogan .............................. 89
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Satu (STAD Dilengkapi CD Media Pembelajaran) .................
93
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja
Siswa (LKS) Kelas Eksperimen Dua (STAD) ........................
95
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
(konvensional) ........................................................................
99
Lampiran 5 Instrumen Tes Gaya Kognitif Group Embedded Figures Test
(GEFT) dan Lembar Validasi Instrumen GEFT ....................
100
Lampiran 6 Kisi-kisi, Soal, dan Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba Tes
Prestasi Belajar Matematika ...................................................
112
Lampiran 7 Lembar Validasi Instrumen Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Matematika .............................................................................
119
Lampiran 8 Perhitungan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda dan
Realibilitas Butir Soal Instrumen Uji Coba Tes Prestasi
Belajar Matematika …………………………………….…..
122
Lampiran 9 Soal, dan Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Tes Prestasi
Belajar Matematika ....................................................
125
Lampiran 10 Data Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Satu, Kelas Eksperimen Dua dan Kelas Kontrol........................
130
Lampiran 11 Uji Normalitas Populasi Terhadap Data Kemampuan Awal
Matematika (Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan) ...........
133
Lampiran 12 Uji Homogenitas Variansi Populasi Terhadap Data
Kemampuan Awal Matematika (Uji Prasyarat untuk Uji
Keseimbangan) .........................................................................
140
Lampiran 13 Uji Keseimbangan Terhadap Data Kemampuan Awal
Matematika ...............................................................................
141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Lampiran 14 Data Penelitian pada Kelas yang Dikenai Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dilengkapi CD pembelajaran, STAD
dan Model Pembelajaran Konvensional .................................
142
Lampiran 15 Uji Normalitas Populasi Terhadap Data Prestasi Belajar
Matematika (Uji Prasyarat untuk Analisis Variansi Dua Jalan
dengan Sel Tak Sama) ...........................................................
143
Lampiran 16 Uji Homogenitas Variansi Populasi Terhadap Data Prestasi
Belajar Matematika (Uji Prasyarat untuk Analisis Variansi
Dua Jalan dengan Sel Tak Sama) ..........................................
155
Lampiran 17 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Terhadap
Data Prestasi Belajar Matematika ..........................................
157
Lampiran 18 Uji Komparasi Ganda ............................................................. 160
Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian ................................................... 163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
ST Muflikhatus Syukriyati. S8511041. Eksperimentasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dilengkapi
Media CD Pembelajaran Ditinjau dari Gaya Kognitif pada Siswa SMP/MTs
di Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012. Komisi Pembimbing I
Dr. Riyadi, M.Si. Pembimbing II. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manakah yang memiliki
prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran, model pembelajaran
tipe STAD atau model pembelajaran konvensional, (2) manakah yang memiliki
prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki gaya kognitif
field independent atau field dependent, (3) pada masing-masing jenis model
pembelajaran, manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik,
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent atau field dependent, (4)
pada masing-masing kategori gaya kognitif, manakah yang memiliki prestasi
belajar matematika lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran, model pembelajaran tipe STAD
atau model pembelajaran konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain
faktorial 3x2. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP/MTs di
Kabupaten Grobogan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified
cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 306 siswa,
dengan rincian 104 siswa pada kelas eksperimen satu, 100 siswa pada kelas
eksperimen dua, dan 102 siswa pada kelas kontrol. Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah tes gaya kognitif (GEFT), dan tes prestasi
belajar matematika. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas
populasi menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi
menggunakan metode Bartlett. Dengan α = 0,05, diperoleh simpulan bahwa
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi
yang homogen. Uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal matematika
menggunakan uji ANAVA satu jalan diperoleh simpulan bahwa kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal matematika yang seimbang.
Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Hasil analisis data dengan ANAVA dua jalan sel tak sama menunjukan
bahwa (1) terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran, STAD dan model pembelajaran konvensional (Fa:12,9338 >
:3,0258), (2) terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent (Fb:8,4349 >
:3,8726), dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan gaya
kognitif terhadap prestasi belajar matematika siswa (Fc:3,6142 > :3,0258).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh simpulan bahwa: (1)
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
maupun model pembelajaran konvensional, dan prestasi belajar matematika siswa
yang dikenai model pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan model
pembelajaran konvensional, (2) prestasi belajar matematika siswa yang memiliki
gaya kognitif field independent lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, (3) pada siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran maupun model pembelajaran konvensional, prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field independent sama baiknya
dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent. Pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field independent
lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent, (4) pada siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent maupun field dependent, prestasi belajar matematika siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran sama baiknya dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional,
pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
baik dibandingkan model pembelajaran konvensional, sedangkan pada siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent, prestasi belajar matematika siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama baiknya dengan prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.
Kata kunci: STAD, CD Pembelajaran, Gaya Kognitif, Prestasi Belajar
Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
ST Muflikhatus Sukriyati. S8511041. Experimentation of Cooperative
Learning Model of Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Completed by Learning Media CD Viewed from Cognitive Style of Students
of Junior High School in Grobogan Regency Academic Year of 2011/2012. 1st
Advisor: Dr. Riyadi, M.Si. 2nd
Advisor: Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. A
Thesis. Master of Mathematics Education. Postgraduate Program of Sebelas
Maret University. Surakarta. 2012.
This research is intended to find out: (1) which students have better
mathematics achievement between them whom taught by using cooperative
learning model of STAD completed by learning media CD, STAD type only, and
conventional learning model, (2) which students have better mathematics
achievement between they who have field independent and field dependent
cognitive style, (3) in each type of learning model, which students have better
mathematics achievement between they who have field independent and field
dependent cognitive style, (4) in each cognitive style, which students have better
mathematics achievement between them whom taught using cooperative learning
model of STAD completed by learning media CD, STAD type only, and
conventional learning model.
This study is a quasi experimental research with 3x2 factorial design. The
population of this study is all students of junior high schools in Grobogan
Regency. The sampling model used in this study is stratified cluster random
technique. The total sample are 306 students consisting of 104 students of
experimental group one, 100 students of experimental group two, and 100
students of control group. The instruments used to collect the data were cognitive
style test (GEFT), and mathematics achievement test. The trial of test instruments
involve content validity, difficulty level, discrimination power, and reliability.
The pre-requisite test includes the normality test of population by using Lilliefors
model and the population homogenity varians test by using Bartlett model. Within
α = 0,05, it can be concluded that the samples came from the population with the
normal distribution and homogen varians. The balance test of the data of students
prior knowledge in mathematics by using ANAVA one-way came to an end with
the conclusion that two experimental groups and one control group have balance
prior knowledge in mathematics. The hypothesis testing used two-way analysis of
variance with unequal cell.
The result of data analysis using two-ways ANAVA test with different cells
shows that (1) there is difference of students’ mathematics achievement between
them whom taught by using cooperative learning model of STAD type completed
by learning media CD, cooperative learning model of STAD type only and
conventional learning model (Fa:12,9338 > :3,0258), (2) there is difference of
students’ mathematics achievement between they who have field independent and
field dependent (Fb:8,4349 > :3,8726), and (3) there is interaction between
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
learning model with cognitive style and students’ mathematics learning
achievement (Fc :3,6142 > :3,0258).
Based on the testing of hypothesis, it can be concluded that: (1) students
whom taught by cooperative learning model of STAD type completed by learning
media CD have better mathematics achievement than they taught by cooperative
learning model of STAD type only and conventional learning model. In addition,
students taught by cooperative learning model of STAD type only have better
mathematics achievement than they taught by conventional learning model. (2)
Students who have field independent have better mathematics achievement than
they who have field dependent. (3) Both students who have field independent and
field dependent have the same achievement in which they taught by using
cooperative learning model of STAD type completed by learning media CD and
conventional learning model. In contrast, students who have field independent
cognitive style have better mathematics achievement than they who have field
dependent in which they taught by using cooperative learning model of STAD
type only. (4) Students who have field independent and field dependent cognitive
style taught by using cooperative learning model of STAD type completed by
learning media CD have the same mathematics achievement than they whom
taught by using cooperative learning model of STAD type only. Yet, they have
better mathematics achievement than they taught by conventional learning model.
Students who have field independent cognitive style taught by using cooperative
learning model of STAD type have better mathematics achievement rather than
they taught by using conventional learning model. However, students who have
field dependent cognitive style taught by using cooperative learning model of
STAD type have the same achievement as students taught by using conventional
learning model.
Keywords: STAD, Learning Media CD, Cognitive Style, Mathematics Students’
Achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut
penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat
menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu. Pada umumnya,
gerakan-gerakan baru dalam pendidikan merupakan upaya peningkatan
mutu pendidikan yang hanya dalam beberapa komponen. Meskipun
demikian, suatu sistem penanganan satu atau beberapa komponen akan
mempengaruhi pula komponen lainnya. Beberapa dari gerakan-gerakan
baru lebih berpusat pada perbaikan dan peningkatan kualitas proses
pembelajaran, seperti cara guru mengajar dan cara siswa belajar. Oleh
karena itu, diperlukan suatu upaya pembelajaran yang optimal agar siswa
dapat memahami materi pembelajaran dengan baik dan benar. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi dalam dunia
pendidikan, misalnya dengan memperkenalkan berbagai model
pembelajaran inovatif. Pemerintah juga telah berupaya untuk melengkapi
sarana dan prasarana pembelajaran, misalnya dengan menyediakan buku-
buku gratis melalui program BSE (Buku Sekolah Elektronik).
Profesionalisme guru juga telah ditingkatkan, misalnya melalui pemberian
pelatihan tentang pembelajaran.
Berbagai usaha yang telah dilakukan pemerintah tampaknya belum
berhasil untuk meningkatkan kemampuan siswa, khususnya kemampuan
matematika. Menurut laporan TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) tahun 2007, suatu studi internasional
yang mengukur dan membandingkan kemampuan matematika siswa
antarnegara. Pada penguasaan matematika siswa grade 8 (setingkat SMP),
Negara Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 48 negara. Skor yang
diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh di bawah
rerata skor internasional yaitu 500. Selain itu, bila dibandingkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tiga negara tetangga, yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand, posisi
peringkat siswa Indonesia jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat
ke-3 dengan rerata skor 593, Malaysia berada pada peringkat ke-20
dengan rerata skor 474, dan Thailand berada pada peringkat ke-29 dengan
rerata skor 441 (http://nces.ed.gov/timss/results07_math07.asp.). Menurut
Programe for International Assessment (PISA) tahun 2003, rerata skor
siswa Indonesia usia 15 tahun mengenai literasi matematika
(mathematics literacy) adalah 360 dan berada pada peringkat ke-38 dari
39 negara yang berpartisipasi (http://www.nces.ed.gov/programs/
/index.asp). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika pada kebanyakan sekolah di Indonesia masih rendah.
Pelaksanaan pembelajaran matematika yang masih belum optimal
diduga berdampak pada rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
Masalah tersebut ditemukan pada siswa SMP/MTs yang berada di
Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data Ujian
Nasional SMP/MTs tahun pelajaran 2010/2011, persentase siswa yang
tidak lulus ujian nasional di Propinsi Jawa Tengah mencapai 19,724%,
yaitu 99727 siswa dari 505605 siswa yang mengikuti ujian nasional.
Jumlah siswa yang tidak lulus ujian nasional di Kabupaten Grobogan
adalah 1888 (9,092%) dari 20765 siswa yang mengikuti ujian nasional.
Jika melihat pada hasil analisis daya serap siswa SMP/MTs di
Kabupaten Grobogan menunjukkan pada pokok bahasan bangun datar
masih belum baik, yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Persentase Daya serap Pokok Bahasan Keliling Bangun Datar
Siswa SMP/MTs di Kabupaten Grobogan yang Diujikan pada
Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010.
Sekolah Kemampuan yang Diuji Persentase Daya Serap
Kabupaten Propinsi Nasional
SMP Menentukan keliling gabungan
bangun datar 37,79 % 42,20 % 62,71 %
MTs Menentukan keliling gabungan
bangun datar 35,45 % 34,95 % 63,34 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1.2 Persentase Daya Serap Pokok Bahasan Luas dan Keliling
Bangun Datar Siswa SMP di Kabupaten Grobogan yang
Diujikan pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011.
Kemampuan yang Diuji Persentase Daya Serap
Kabupaten Propinsi Nasional
Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan luas gabungan bangun datar 61,70 % 49,45 % 66,36 %
Menyelesaikan soal keliling gabungan 2
bangun datar dan penggunaan konsep
keliling dalam keseharian
69,49 % 61,22 % 72,36 %
Dalam proses pembelajaran, seorang guru memiliki peran penting
dalam menentukan kualitas. Oleh karena itu, seorang guru sebelum
mengajar harus merencanakan proses pembelajaran secara sistematis agar
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Seorang guru
menginginkan setiap materi yang diajarkan, siswa dapat memahami materi
pelajaran. Hal tersebut tidak mudah karena siswa mempunyai keunikan
masing-masing serta latar belakang yang beragam. Guru diharapkan dapat
melakukan variasi model pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Trianto (2007) mengemukakan bahwa pembelajaran yang terjadi
sekarang ini, guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran
sehingga kurang memberikan akses bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuan. Pada umumnya, masih banyak guru yang menggunakan
model pembelajaran konvensional, dengan segala aktivitas pembelajaran
masih berpusat pada guru. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada
guru menjadikan siswa pasif. Berbeda dengan model pembelajaran
konvensional, yang cenderung berpusat pada guru (teacher centered
instruction), model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai
subjek belajar, pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student centered
learning). Pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa memberikan
perhatian besar pada aktivitas siswa, interaksi dan negosiasi makna, yang
mengarahkan siswa pada konstruksi pengetahuan.
Pembelajaran menggunakan diskusi kelompok sudah sering
dilakukan oleh guru, tetapi belum mendapatkan hasil yang optimal.
Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa merupakan bagian dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kerjasama kelompok yang terstruktur dengan baik untuk mencapai hasil
yang optimal, dapat melatih siswa mendengarkan dan merangkum
pendapat orang lain. Menurut Anita dalam Cooperative Learning (2005),
situasi dalam kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa
sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama
lain. Dalam interaksi ini, akan terbentuk suatu komunitas yang
memungkinkan siswa untuk memahami proses belajar dan memahami satu
sama lain. Melalui pembelajaran kooperatif, guru dapat mengelola kelas
dengan lebih efektif sehingga siswa dapat bekerjasama dalam kelompok
serta mengembangkan wawasannya.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dimungkinkan
mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD). STAD adalah pembelajaran kooperatif menggunakan
kelompok–kelompok kecil dengan jumlah tiap anggota kelompok 4–5
siswa secara heterogen. Pembelajaran STAD diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok (Trianto 2007:52). Dalam kegiatan pembelajaran
STAD, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru
dengan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar.
Adanya interaksi diharapkan siswa dapat membangun pengetahuan secara
aktif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi siswa
sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan.
Guru diharapkan dapat mengembangkan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang harus dikuasai, mampu menumbuhkan kreativitas
dan dapat mengembangkan sikap sosial diantara siswa. Pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan membuat siswa tidak merasa bosan serta
tertantang untuk belajar. Pada proses pembelajaran, guru bisa mengunakan
media pembelajaran. Media pembelajaran untuk membantu siswa
melakukan aktivitas belajar sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
efisien dan efektif. Dengan demikian, pembelajaran akan berlangsung
menarik, mudah dipahami, dan lebih bermakna.
Media pembelajaran yang baik mencakup aspek penglihatan
(visual), pendengaran (auditif) dan gerak (motorik). Hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan siswa dalam belajar. Semakin banyak indera dan
gerak anak yang terlibat dalam proses pembelajaran maka semakin mudah
anak belajar bermakna (Porter&Hernacki, 2002). CD (Compact Disc)
sebagai media pembelajaran dapat memberikan apresiasi bahasa dan
mengembangkan komunikasi lisan, mengembangkan proses berpikir
kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan kepekaan seni
(Rothlein&Meinbach, 1991). CD dapat mengakses berbagai macam data
dan fasilitas sehingga digunakan sebagai media pembelajaran untuk
memotivasi siswa dalam belajar. Namun demikian, guru SMP/MTs di
Kabupaten Grobogan belum memaksimalkan penggunaan media
pembelajaran yang menarik. Pada umumnya, proses pembelajaran
matematika hanya menggunakan papan tulis dan kapur/spidol saja,
walaupun guru sudah menggunakan berbagai kapur/spidol warna.
Perbedaan prestasi belajar matematika siswa dimungkinkan tidak
hanya dipengaruhi oleh model maupun media pembelajaran yang dipakai
guru dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor yang juga penting
untuk diperhatikan guru adalah gaya kognitif. Setiap siswa mempunyai
perbedaan karakteristik gaya kognitif. Gaya kognitif berhubungan dengan
cara penerimaan dan pemprosesan informasi seseorang. Menurut Woolfolk
(1998), gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam menerima dan
mengorganisasi informasi. Ada siswa yang terampil dalam menguraikan
hal yang kompleks dan ada siswa yang lebih tertarik terhadap mata
pelajaran sosial dibandingkan matematika. Gaya kognitif siswa secara
psikologis dibedakan menjadi gaya kognitif field-independent dan gaya
kognitif field-dependent. Hamzah B. Uno (2006) menjelaskan bahwa, gaya
kognitif bersifat given dan dapat berpengaruh pada prestasi belajar.
Perbedaan gaya kognitif siswa akan memberikan perbedaan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kemudahan memproses atau mengorganisasikan informasi yang diajarkan
guru. Dengan demikian guru perlu mempertimbangkan gaya kognitif
siswa dalam melaksanakan pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilengkapi media CD
pembelajaran ditinjau dari gaya kognitif siswa pada pokok bahasan
segitiga dan segiempat. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif
tipe STAD yang dilengkapi media CD pembelajaran karena pada
penerapannya yang dikemas dalam bentuk instruksi pembelajaran dengan
program power point. CD pembelajaran berisi serangkaian materi agar
siswa lebih memperhatikan dan mengingat materi pembelajaran. CD
pembelajaran menjadi pilihan karena pengorganisasian CD pembelajaran
yang baik akan membawa siswa melalui pengalaman belajar yang sesuai,
terorganisir dan membantu siswa dalam membentuk struktur matematika.
CD pembelajaran juga dapat menimbulkan imajinasi dan mempersiapkan
stimulus berpikir kreatif. Dengan mengetahui perbedaan karakteristik gaya
kognitif setiap siswa, diharapkan membantu para guru dalam membimbing
siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya terhadap matematika.
Dengan demikian, proses pembelajaran akan menjadi lebih variatif dan
inovatif dalam merekontruksi pengetahuan sehingga meningkatkan
aktivitas dan kreativitas siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, teridentifikasi masalah-
masalah penelitian sebagai berikut.
1. Guru matematika masih banyak yang menggunakan model
pembelajaran konvensional, dengan segala aktivitas pembelajaran
masih berpusat pada guru. Ada kemungkinan penyebab rendahnya
prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh model pembelajaran
yang diterapkan guru. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
model pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru diubah,
maka prestasi belajar matematika siswa menjadi lebih baik.
2. Menurut pengamatan peneliti, guru-guru SMP/MTs di Kabupaten
Grobogan belum memaksimalkan penggunaan media pembelajaran
yang menarik dalam mengajar segitiga dan segiempat. Guru mengajar
hanya menggunakan papan tulis dan kapur/spidol saja, walaupun guru
sudah menggunakan berbagai kapur/spidol warna. Ada kemungkinan
rendahnya prestasi matematika siswa SMP/MTs di Kabupaten
Grobogan disebabkan karena guru tidak menggunakan media
pembelajaran yang menarik. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah
jika para guru menggunakan media pembelajaran yang menarik,
prestasi belajar matematika siswa menjadi lebih baik. Dalam konteks ini
dapat juga diteliti apakah eksperimentasi penggunaan berbagai jenis
media pembelajaran tergantung kepada karakteristik siswa.
3. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dimungkinkan tidak ha-
nya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dipakai guru dalam
proses pembelajaran. Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
prestasi belajar matematika yang juga perlu mendapat perhatian dari
guru, diantaranya perbedaan gaya kognitif siswa. Terkait hal ini, dapat
diteliti apakah benar bahwa pada masing-masing kategori gaya kognitif
memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda.
C. Pemilihan Masalah
Seluruh permasalahan di atas tidak mugkin diteliti pada waktu yang
sama. Oleh karena itu, pada penelitian ini dipilih masalah penelitian yang
pertama dan ketiga, yaitu terkait dengan pemilihan model pembelajaran
dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika siswa.
D. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dikaji dapat terfokus sesuai dengan tujuan
penelitian, maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Ada tiga model pembelajaran yang dibandingkan dalam penelitian,
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran dengan program power point, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, dan model pembelajaran konvensional.
2. Karakteristik siswa yang dipilih dalam penelitian ini adalah gaya
kognitif siswa. Gaya kognitif dibedakan dalam 2 kategori, yaitu gaya
kognitif field dependent dan field independent.
3. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah keliling dan
luas bangun segitiga dan segiempat.
4. Penelitian dilakukan pada siswa SMP/MTs di Kabupaten Grobogan
Propinsi Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi, pemilihan, dan pembatasan masalah di
atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe STAD
atau model pembelajaran konvensional?
2. Manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent atau field dependent?
3. Pada masing-masing jenis model pembelajaran, manakah yang
memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki
gaya kognitif field independent atau field dependent?
4. Pada masing-masing kategori gaya kognitif, manakah yang memiliki
prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran, model pembelajaran tipe STAD atau model
pembelajaran konvensional?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
F. Tujuan Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian dapat
bermanfaat sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui manakah yang memiliki prestasi belajar
matematika lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD atau model pembelajaran
konvensional.
2. Untuk mengetahui manakah yang memiliki prestasi belajar
matematika lebih baik, siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent atau field dependent.
3. Untuk mengetahui pada masing-masing jenis model pembelajaran,
manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent atau field dependent.
4. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori gaya kognitif,
manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran, model pembelajaran tipe STAD atau model
pembelajaran konvensional.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi beberapa pihak
diantaranya sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi
pembelajaran matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran dan gaya
kognitif serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Manfaat praktis.
a. Bagi siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan siswa
tentang cara belajar matematika yang sesuai dengan kategori gaya
kognitifnya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mate-
matika.
b. Bagi guru.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif
untuk berimprovisasi menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dilengkapi dengan media CD pembelajaran dalam
proses pembelajaran matematika.
c. Bagi penelitian lain.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi
dalam melakukan penelitian sejenis dengan memperluas dan
memperdalam lingkup penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Hakikat Matematika
Erman Suherman (2001) menyatakan bahwa istilah
matematika berasal dari kata Latin mathematica yang diambil dari
kata Yunani, mathematike, yang berarti relating to learning
(berhubungan dengan pembelajaran). Kata tersebut mempunyai akar
kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge or
science). Kata mathematike berhubungan pula dengan sebuah kata
yang serupa yaitu mathanein yang mengandung arti belajar atau
berpikir. Secara etimologis (Elea Tinggih dalam Erman Suherman,
2001), perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar”.
James (1976) dalam Erman Suherman (2001) menyatakan
bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan
yang lainnya dengan jumlah yang banyak, yang terbagi ke dalam tiga
bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Pendapat lain
dikemukakan oleh Jujun S. Suriasumantri (2007) bahwa matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin disampaikan.
Berdsarkan definisi diatas, matematika merupakan ilmu
mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol ini
penting untuk membantu manipulasi aturan-aturan dengan operasi
yang ditetapkan, simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan
mampu memberikan kekurangan untuk membentuk suatu konsep
baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Belajar Matematika
Muijs dan Reynolds (2008) menyatakan bahwa belajar adalah
suatu proses pencarian makna. Siswa berusaha mengkonstruksi
makna belajarnya secara aktif. Hal ini menyiratkan bahwa setiap
siswa harus berperan aktif agar dapat belajar secara efektif sehingga
memperoleh pemahaman yang optimal terhadap suatu konsep.
Belajar menurut Paul Suparno dalam Arif Rohman (2009),
merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman
atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang telah dimilikinya,
sehingga pengertian yang telah dimiliki dapat berkembang. Yatim
Riyanto (2010) menyatakan belajar adalah suatu proses
mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Pengetahuan dikonstruksi oleh siswa sedikit demi
sedikit selama kurun waktu tertentu. Hasil pengkonstruksian tersebut
harus mampu diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
secara seketika, artinya belajar membutuhkan adanya suatu proses.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, belajar adalah proses
menkontruksi pengetahuan pada diri siswa berdasarkan pengalaman
sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Dengan demikan,
belajar matematika dapat diartikan sebagai suatu proses
menkontruksi pengetahuan matematika pada diri siswa berdasarkan
pengalaman-pengalamannya yang berkenaan dengan matematika.
c. Prestasi Belajar Matematika
Kata prestasi berasal dari bahasa belanda “prestatie” yang
berarti usaha. Prestasi (achievement) ialah kapasitas seseorang, hasil
yang diperoleh seseorang setelah mengikuti latihan tertentu. Bloom
dalam Agus Suprijono (2010) menjelaskan bahwa prestasi belajar
seorang siswa mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Saifuddin Azwar (1999) menyatakan bahwa prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
belajar dapat dilihat dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai
rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan predikat keberhasilan,
dan semacamnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, prestasi belajar
matematika merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa setelah
melakukan proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk
nilai tes yang diberikan guru matematika.
2. Model Pembelajaran
Joyce, Weil dan Calhoun (2000) berpendapat bahwa model
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola yang digunakan untuk
membantu siswa dalam mengembangkan potensi dirinya sebagai
pembelajar. Model pembelajaran adalah suatu cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan yang digunakan
untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi dirinya.
Muhibbin Syah (2005) mengemukakan bahwa, model pembelajaran
adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Agus Suprijono (2010) menyatakan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu landasan praktik pembelajaran yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, model pembelajaran
dapat diartikan sebagai pedoman dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan langkah-langkah
pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
a. Model Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional seringkali masih dipakai di
sekolah-sekolah. KBBI (2001) menjelaskan bahwa pembelajaran
konvensional adalah tradisional, sedangkan tradisional sendiri
diartikan sebagai sikap atau cara berfikir dan bertindak yang selalu
berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
turun temurun. Dengan demikian, model pembelajaran konvensional
dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang masih
menggunakan cara yang biasa dilakukan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
Pada pembelajaran konvensional, guru memegang peranan
utama dalam menentukan isi dan urutan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran
konvensional, proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan
pembelajaran bersifat otoriter (menguasai). Siswa kurang terlibat
aktif sehingga suasana pembelajaran di kelas membosankan.
Beberapa guru menyatakan bahwa mereka telah
melaksanakan pembelajaran kelompok tetapi masih konvensional.
Guru telah membagi para siswa dalam kelompok dan memberikan
tugas kelompok. Namun, guru masih mengeluh bahwa hasil kegiatan
pembelajaran kelompok tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa
tidak memanfaatkan kegiatan pembelajaran dengan baik untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka. Siswa
memboroskan waktu dengan bermain, bergurau dan sebagainya.
Siswa juga mengeluh tidak bisa bekerja sama dengan baik dalam
kelompok (Anita Lie, 2005).
Keunggulan model pembelajaran konvensional, yaitu.
a. Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk mendengarkan sehingga biaya
yang diperlukan menjadi relatif lebih murah.
b. Materi pelajaran dapat diberikan secara lebih urut oleh guru.
Materi pelajaran yang diajarakan secara hierarki akan
memberikan fasilitas belajar pada siswa.
c. Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting,
sehingga waktu dan energi dapat digunakan dengan baik.
d. Isi silabus dapat diselesaikan lebih mudah, karena guru tidak
harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
e. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu
pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya proses
pembelajaran (Purwoto, 2000).
Sedangkan kelemahan model pembelajaran konvensional
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran berlangsung membosankan. Siswa menjadi pasif
dan tidak memiliki kesempatan untuk menemukan sendiri
konsep terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
b. Materi pelajaran yang diajarkan secara langsung tanpa
menemukan sendiri, dapat mengakibatkan siswa kurang mampu
menguasai materi yang diajarkan.
c. Pengetahuan yang diperoleh melalui model pembelajaran
konvensional lebih cepat terlupakan oleh siswa.
d. Model pembelajaran konvensional dengan ceramah
menyebabkan belajar siswa menjadi belajar menghafal sehingga
kurang adanya pemahaman terhadap materi pelajaran.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Muhamad Nur (2005) mendefinisikan model pembelajaran
kooperatif sebagai model pembelajaran dengan siswa belajar dalam
kelompok kecil yang berbeda kemampuan, jenis kelamin, bahkan
latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lain sebagai
sebuah kelompok. Anita Lie (2005) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif sebagai sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan pada siswa dalam tugas terstruktur. Rusman (2010)
mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan
cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok secara
kolaboratif. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa belajar dan
bekerja secara kelompok untuk menyelesaikan masalah,
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Ratumanan menyatakan bahwa pada model pembelajan
kooperatif terjadi interaksi yang dapat memacu perkembangan
intelektual siswa (Trianto, 2007). Model pembelajaran kooperatif
tidak hanya unggul dalam memudahkan siswa memahami dan
menerapkan suatu konsep, namun juga mampu mengembangkan
kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan sikap percaya diri siswa.
Roger dan Johnson dalam Anita Lie (2005) mengemukakan
bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap sebagai pembelajaran
kooperatif. Untuk mencapai hasil maksimal unsur-unsur yang harus
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu.
1) Saling ketergantungan Positif.
Pada pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana
yang mendorong siswa agar saling membutuhkan. Hubungan
yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling
ketergantungan positif.
2) Tanggung jawab perseorangan.
Pada pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik dalam
menyelasaikan suatu masalah dalam kelompoknya.
3) Interaksi Tatap Muka.
Kegiatan interaksi tatap muka akan mendorong siswa
saling bertatap muka sehingga mereka dapat berdialok dan
berdiskusi untuk menyelesaikan masalah.
4) Komunikasi Antar Anggota.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada
kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi Proses Kelompok.
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Rusman (2010) mengemukakan bahwa pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi dalam kelompok
yang beranggotakan 4 atau 5 siswa dengan beragam kemampuan,
jenis kelamin dan suku. Isjoni (2010) menjelaskan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas
dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi
yang maksimal. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menekankan interaksi siswa dalam proses pembelajaran sehingga
menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam mengkonstruksi
pemahaman diri terhadap materi pelajaran melalui diskusi kelompok.
Terdapat empat inti dalam STAD yaitu penyajian materi,
belajar dalam kelompok, pemberian kuis, dan penghargaan.
1) Penyajian materi.
Guru menyajikan atau mempresentasikan materi
pelajaran. Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu
memulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup
pembuktian pengembangan dan latihan terbimbing.
2) Belajar dalam kelompok.
Siswa belajar melalui kegiatan dalam kelompok
mereka dengan dilengkapi lembar kerja atau handout, untuk
memahami materi pelajaran. Selama belajar kelompok, tugas
kelompok adalah memahami materi tersebut.
3) Pemberian kuis.
Siswa mengerjakan kuis secara individu untuk
menunjukkan hasil yang diperoleh selama belajar dalam
kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan
kelompok. Perhitungan skor perkembangan individu menurut
Slavin (Trianto, 2007) dengan kriteria sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor kuis Poin
perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin
10 poin sampai dengan satu poin di bawah skor awal 10 poin
Skor awal sampai dengan 10 poin di atas skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhitungkan skor awal) 30 poin
Perhitungan skor kelompok dihitung dengan membuat
rata-rata skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok
dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Skor kelompok
dihitung berdasarkan poin peningkatan kelompok, pemberian
sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan buletin sebagai
penghargaan skor tertinggi kelompok.
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok STAD
Rata-Rata Poin Kelompok Penghargaan Kelompok
-
Kelompok Baik (Good Team)
Kelompok Hebat (Great Team)
Kelompok Super (Super Team)
(Trianto, 2007)
4) Penghargaan
Pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi
dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis.
Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan
pembelajaran. Guru dapat memberikan penghargaan berupa
pujian, skor perkembangan atau barang. Langkah tersebut untuk
memberi motivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah cocok untuk diterapkan pada setiap mata pelajaran.
Pembelajaran STAD menuntut peran aktif setiap siswa dalam
berdiskusi untuk mengkonstruksi pemahamannya terhadap suatu
konsep. Slavin dalam Rusman (2010) menjelaskan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain anggota kelompok untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mencapai tujuan pembelajaran. Selain keunggulan tersebut, model
pembelajaran kooperatif STAD juga memiliki kelemahan, yaitu
dalam pelaksanaan diskusi kelompok, siswa yang memiliki
kemampuan akademik tinggi lebih mendominasi kelompoknya. Hal
ini dapat terjadi karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, kurang terdapat penekanan tanggung jawab kepada setiap
anggota kelompok untuk dapat menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya saat pelaksanaan diskusi.
d. CD Pembelajaran Sebagai Media Pembelajaran Matematika
Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan bahwa media
pembelajaran apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Azhar
Arsyad, 2005). Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media
pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan
pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Sedangkan,
media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang
untuk menyalurkan pesan.
Berdasarkan pendapat diatas, media pembelajaran adalah alat
yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran untuk
merangsang siswa supaya terjadi proses belajar. Media pembelajaran
dapat diklasifikasikan sebagai media objek fisik (model, alat peraga);
media grafik atau visual (poster, CD Pembelajaran, kartu); media
proyeksi (film); media audio (radio, tape,); media audio visual (TV).
Penggunaan media pembelajaran akan memberikan hasil
yang efektif pada siswa. Oleh karena itu, pemilihan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran harus didasarkan pada
karakteristik dan kontribusi yang spesifik. Oemar Hamalik (2008)
mengemukakan bahwa multimedia interaktif yang digunakan dalam
pembelajaran dengan karakteristik program yang sudah ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dapat menciptakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan CD
pembelajaran. Menurut Santoso yang dikutip oleh Elang Krisnadi
(2004) mengemukakan bahwa siswa belajar dengan guru dilengkapi
media pembelajaran memiliki prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada siswa belajar dengan pembelajaran konvensional.
Elang Krisnadi (2004) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran dilengkapi CD pembelajaran dapat membantu tugas
guru dalam menyajikan materi pelajaran. Selain itu, CD
pembelajaran juga memiliki sejumlah potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran.
Kelebihan penggunaan CD pembelajaran, antara lain: dapat diputar
berulang-ulang, tayangan dapat dipercepat atau diperlambat, tidak
memerlukan ruang khusus, pengoperasian alat relatif mudah. Selain
hal tersebut, kelemahan pemanfaatan CD, antara lain: harus
menggunakan listrik dan keping CD mudah rusak apabila perawatan
dan pengoperasian yang kurang baik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran sebagai penekanan dan penguat untuk siswa dalam
memahami dan mengingat materi pelajaran.
e. Sintaks Tiga Model Pembelajaran
Sintaks model pembelajaran konvensional yaitu.
Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan siswa.
Tahap 2 Guru menyampaikan materi pelajaran.
Tahap 3 : Guru membimbing siswa untuk belajar dan memberi
kesempatan siswa untuk berlatih.
Tahap 4 : Guru menanggapi dan atau berusaha meluruskan
jawaban siswa serta memberikan umpan balik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tahap 5 : Guru memberikan latihan mandiri pada siswa.
Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu.
Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Langkah Kegiatan Guru
1) Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa.
Menyampaikan semua tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran dan memotivasi
siswa untuk belajar.\
2) Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok belajar.
Membagi siswa ke dalam kelompok belajar.
3) Menyajikan materi
pelajaran.
Menyajikan materi pada siswa kemudian
meminta siswa mengerjakan lembar kerja
dengan diskusi kelompok.
4) Membimbing kelompok
untuk belajar.
Guru memantau jalannya diskusi, memberikan
pengarahan dan bimbingan secukupnya pada
kelompok yang mengalami kesulitan.
5) Melakukan diskusi kelas.
Guru memanggil perwakilan dari masing-
masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas secara
bergantian. Langkah ini diakhiri dengan
mengarahkan siswa untuk memberikan
kesimpulan atau jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang didiskusikan.
6) Evaluasi.
Mengevaluasi pemahaman siswa tentang
materi yang telah didiskusikan dengan
memberikan tes kepada siswa secara
individual.
7) Memberikan penghargaan.
Guru memberikan penghargaan pada individu
maupun kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor tes
berikutnya (terkini).
Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran yaitu.
Tahap 1 Guru memberikan informasi dan atau mendiskusikan
bersama siswa tentang tujuan pembelajaran dari
materi pelajaran yang akan didiskusikan.
Guru memberikan motivasi belajar pada siswa.
Tahap 2 Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok
belajar kemudian menyajikan materi pelajaran secara
garis besar dengan menggunakan CD pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(Pada satu kelompok diharapkan semua anggota dapat
aktif dan kelompok dalam menyelesaikan tugas).
Tahap 3 : Guru membimbing kelompok untuk belajar dan
melakukan diskusi kelompok. Guru menginstruksikan
salah satu dari perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan jawaban kelompok di depan kelas.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya/menanggapi jawaban temannya.
Tahap 4 : Guru menanggapi dan berusaha meluruskan jawaban
siswa serta memberikan penekanan dan penguatan
dengan menggunakan CD pembelajaran secara
klasikal.
Tahap 5 : Pada tahap ini siswa diberikan kuis mandiri sebagai
evaluasi.
Tahap 6 : Hasil koreksi dikembalikan. Guru memberikan
penghargaan pada kelompok berdasarkan skor.
3. Gaya Kognitif
a. Pengertian Gaya Kognitif
Setiap siswa memiliki cara berbeda dalam memproses
pemahamannya berkenaan dengan apa yang dilihat, diingat, dan
dipikirkannya. Hamzah B. Uno (2006) menyatakan bahwa gaya
kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang
berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap
terhadap informasi maupun kebiasaan yang berhubungan dengan
lingkungan belajar. Menurut Slameto (2003), perbedaan antar
individu yang menetap dalam cara menyusun dan mengolah
informasi serta pengalaman-pengalaman ini dikenal sebagai gaya
kognitif. Zhang dan Sternberg (2006) dalam Seifert dan Sutton
(2009) mendefinisikan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
There is evidence that individuals, including students, do
differ in how they habitually think. These differences are
more specific than learning styles or preferences, and
psychologists sometimes call them cognitive styles, meaning
typical ways of perceiving and remembering information, and
typical ways of solving problems and making decisions.
Berdasarkan definisi tersebut, setiap siswa mempunyai
perbedaan dalam cara kebiasaan berpikir yang disebut gaya kognitif.
Gaya kognitif berkaitan dengan cara siswa menerima dan mengingat
informasi, memecahkan masalah serta membuat suatu keputusan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, gaya kognitif
merupakan suatu cara yang dilakukan siswa untuk mempersepsikan
dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari sekitar
(berkaitan dengan cara menerima, mengingat, memahami,
memikirkan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan).
b. Penggolongan Gaya Kognitif
Penggolongan gaya kognitif yang berkaitan dengan proses
pembelajaran, menurut Nasution (2008) adalah sebagai berikut.
1) Field dependent – field independent.
Siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent
sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan bergantung pada
riwayat pendidikan di masa lalu. Sebaliknya, siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent kurang dipengaruhi
oleh lingkungan dan riwayat pendidikan di masa lalu.
2) Impulsif – reflektif.
Siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif cenderung
mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya
secara mendalam. Sedangkan, siswa yang memiliki gaya
kognitif reflektif cenderung mempertimbangkan segala
alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang
tidak mempunyai penyelesaian yang mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3) Preseptif/reseptif – sistematis/intuitif.
Siswa yang memiliki gaya kognitif preseptif/reseptif
cenderung mencoba mengadakan organisasi dalam sejumlah
informasi yang diterimanya, menyaring informasi, dan
memperhatikan hubungan-hubungan diantaranya. Sedangkan
siswa yang memiliki gaya kognitif sistematis/intuitif cenderung
lebih memperhatikan detail atau perincian informasi dan tidak
berusaha untuk membulatkan atau mempertalikan informasi
yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan tiga macam penggolongan gaya kognitif
tersebut, penggolongan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
gaya kognitif field dependent – field independent. Alasan pemilihan
ini dikarenakan gaya kognitif field dependent – field independent
mencerminkan cara analisis dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Slameto (2003) menjelaskan perbedaan Gaya kognitif field
dependent dan field independent sebagai berikut.
1) Siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dapat
menerima informasi lebih secara global dan mengalami kesulitan
dalam memisahkan diri dari keadaan sekitar dan cenderung
mengenal dirinya sebagai bagian dari kelompok. Dalam orientasi
sosial, siswa cenderung lebih perseptif dan peka.
2) Siswa yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung
menyatakan suatu gambaran lepas dari latar belakang gambaran
tersebut, serta mampu membedakan objek-objek dari konteks
sekitarnya dengan lebih mudah. Siswa memandang keadaan
sekelilingnya lebih secara analitis dan mampu dengan mudah
menghadapi tugas-tugas yang memerlukan pembedaan-
pembedaan dan analisis.
Karakter siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent
pada proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Memiliki ingatan lebih baik untuk masalah sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Lebih mudah memahami materi pembelajaran yang mengandung
muatan sosial.
3) Memiliki struktur, tujuan, dan penguatan yang didefinisikan
secara jelas.
4) Lebih terpengaruh kritik.
5) Memiliki kesulitan besar untuk mempelajari materi terstruktur.
6) Cenderung menerima organisasi yang diberikan dan tidak mampu
untuk mengorganisasi kembali.
7) Mungkin memerlukan instruksi yang lebih jelas mengenai
bagaimana memecahkan masalah.
Karakter pembelajaran pada diri siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent adalah sebagai berikut.
1) Mungkin perlu bantuan memfokuskan perhatian pada materi
dengan muatan sosial.
2) Mungkin perlu diajarkan bagaimana konteks untuk memahami
informasi sosial.
3) Cenderung memiliki tujuan diri yang terdefinisikan dan
penguatan.
4) Tidak terpengaruh kritik.
5) Dapat mengembangkan strukturnya sendiri pada situasi tak
terstruktur.
6) Biasanya lebih mampu memecahkan masalah tanpa instruksi
dan bimbingan eksplisit.
c. Cara Mengukur Gaya Kognitif Field Dependent dan Field
Independent
Untuk mengukur gaya kognitif field dependent dan field
independent, Witkin (1950) dalam Srivastava (1997:13)
mengungkapkan bahwa terdapat beberapa instrumen yang telah
dikembangkan untuk mengukur gaya kognitif field dependent dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
field indepedent seorang individu. Beberapa instrumen tersebut
adalah sebagai berikut.
1) The Rod and Frame Test (RFT).
Instrumen RFT dikembangkan oleh Witkin dan Asch
(Srivastava, 1997:13). Dalam tes ini, gaya kognitif seorang
individu diukur dengan memintanya untuk menyesuaikan rod
(tangkai) pada frame (bingkai). Subyek dikondisikan di dalam
sebuah ruangan gelap yang dilengkapi dengan tangkai dan
bingkai yang bercahaya. Jika subyek menyesuaikan tangkai
yang tegak lurus dengan bingkai, maka subyek cenderung
dipengaruhi oleh isyarat internal dan dikatakan memiliki gaya
kognitif field independent. Sebaliknya, jika subyek
menyesuaikan tangkai yang sejajar dengan bingkai, maka
subyek cenderung dipengaruhi oleh isyarat eksternal dan
dikatakan memiliki gaya kognitif field dependent.
2) The Rotating Room Test (RRT).
Srivastava (1997:15) menyatakan bahwa pada
mulanya instrumen ini dikembangkan oleh Witkin (1949)
kemudian dikembangkan ulang oleh Wolf (1965). Prosedur
pelaksanaan tes ini hampir sama dengan prosedur pelaksanaan
RFT, hanya saja RRT ini dilakukan pada ruangan yang
berputar. Jika subyek dapat berdiri tegak dan tidak terpengaruh
terhadap ruangan tes yang berputar, maka subyek tersebut
memiliki gaya kognitif field independent. Sebaliknya, jika
subyek terpengaruh terhadap perputaran ruangan, maka subyek
tersebut memiliki gaya kognitif field dependent.
3) The Embedded Figures Test (EFT).
Tes ini pertama kali diciptakan oleh Witkin pada
tahun 1971. Menurut Srivastava (1997:16), instrumen tes ini
menggunakan figure (gambar) untuk mengukur gaya kognitif
field dependent dan field independent. Pada tes ini, subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
diminta untuk menemukan gambar sederhana yang terdapat
pada gambar yang kompleks. Dalam EFT terdapat 24 gambar
kompleks dan 8 gambar sederhana. Jika subyek dapat
menemukan gambar sederhana dalam gambar kompleks
tersebut dengan cepat dan tepat, maka subyek tersebut
memiliki gaya kognitif field independent. Sebaliknya, jika
subyek sulit menemukan gambar sederhana tersebut, maka
subyek tersebut memiliki gaya kognitif field dependent.
Menurut usia peserta tes, EFT dibagi menjadi dua yakni
Children’s Embedded Figures Test (CEFT) dan Group
Embedded Figures Test (GEFT).
a) Children’s Embedded Figures Test (CEFT).
CEFT ini diberikan kepada peserta tes yang
berusia di bawah 10 tahun. Tes ini terdiri dari gambar-
gambar yang sudah sangat dikenal oleh anak-anak dan
beberapa karikatur digunakan sebagai gambar kompleks.
Gambar kompleks ini terbuat dari kayu lapis atau tripleks
dan diwarnai serta dalam bentuk teka-teki atau puzzle.
Menurut Srivastava (1997: 15), dalam CEFT ini, terdapat
enam materi tes, yakni simple forms, discrimination series,
demonstration series, practice series, test series, dan
additional supplies.
b) Group Embedded Figures Test (GEFT).
Tes ini dikembangkan oleh Oltman, Raskin dan
Witkin (1971). GEFT terdiri dari 25 gambar kompleks
yang dibagi ke dalam tiga tahap dengan waktu pengerjaan
maksimal 15 menit. Tahap pertama merupakan tahap
practice atau latihan, sedangkan tahap kedua dan ketiga
merupakan tahap ujian dan penilaian yang masing-masing
terdiri dari 9 gambar kompleks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) The Figures Drawing Test (FDT).
Tes ini dikembangkan oleh Witkin dengan
mengadopsi tes yang dikembangkan oleh Machover
(1949). Pada tes ini, seseorang diminta untuk
menggambarkan orang lain yang berlawanan jenis kelamin
dengannya. Hasil akhir tes ini memiliki lima skala nilai.
d) Hidden Figures Test (HFT).
Tes ini dikembangkan oleh Witkin (1962). Tes ini
hampir sama dengan EFT karena menggunakan gambar-
gambar untuk mengukur gaya kognitif field dependent dan
field independent.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk
mengukur gaya kognitif field dependent dan field independent adalah
Group Embedded Figures Test (GEFT) karena subjek penelitian
adalah siswa kelas VII SMP/MTs yang memiliki usia di atas 10
tahun. GEFT merupakan instrumen baku yang telah reliabel dengan
koefesien reliabilitas sebesar 0,82. Penskoran terhadap hasil
pengerjaan subjek juga lebih objektif. Ketentuan penilaiannya adalah
untuk setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi
skor 0 sehingga skor yang diperoleh berkisar antara 0 sampai 18.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan terkait dengan penelitian ini adalah.
1. Hasil penelitian Barbara Means (2010) menguji praktek penerapan
teknologi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Wawancara
dan pengamatan dilakukan dengan staf di sekolah oleh guru yang
menggunakan perangkat lunak untuk membantu siswa agar mencapai
nilai diatas rata. Temuan menyoroti pentingnya praktek sekolah di
bidang kolaborasi guru menggunakan perangkat lunak dengan
manajemen kelas. Kesesuaian dengan penelitian ini adalah
menggunakan perangkat lunak sebagai media pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Hasil penelitian Balfaqih (2003) menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa dibandingkan penerapan model pembelajaran
konvensional. Kesesuaian dengan penelitian ini adalah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Hasil penelitian Adesoji dan Ibraheem (2009) menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
Kesesuaian dengan penelitian ini adalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Hasil penelitian oleh Zakaria, Chin, dan Daud (2010) ini menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran sehingga
mampu meningkatkan sikap siswa terhadap matematika dan berdampak
pada peningkatan peroleh prestasi belajar matematika oleh siswa.
Kesesuaian dengan penelitian ini adalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5. Hasil penelitian M. Adelina Guisande, dkk (2007) yang menunjukkan
bahwa pada materi yang membutuhkan daya ingat yang tinggi dan
memiliki soal dengan tingkat kesulitan yang kompleks, prestasi belajar
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent lebih baik
dibandingkan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent. Kesesuaian dengan penelitian ini adalah menggunakan gaya
kognitif sebagai tinjauan penelitian.
Letak perbedaan yang mendasar dengan penelitian tersebut adalah
ukuran populasi, subyek, variabel yang diukur, pokok bahasan, dan
waktu penelitian.
Selain penelitian yang telah dilakukan di luar negeri tersebut,
berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian
yang dilakukan di dalam negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1. Hasil penelitian Hendriyadi (2011) menunjukkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
STAD lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang
dikenai model pembelajaran konvensional.
Kesesuaian dengan penelitian ini adalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaannya adalah tinjauan
penelitian, subjek dan lokasi penelitian.
2. Hasil penelitian oleh Moertiningsih E.P.U (2011) menunjukkan bahwa
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent memiliki prestasi
belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent.
Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan gaya
kognitif sebagai tinjauan penelitian. Perbedaannya adalah penerapan
model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, pokok
bahasan dan subjek penelitian.
3. Hasil penelitian Mahardi Saputro (2011) menunjukkan bahwa siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent telah mampu
memecahkan masalah matematika menggunakan langkah-langkah
Polya secara tepat, sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent belum mampu memecahkan masalah matematika dengan
menggunakan langkah-langkah Polya.
Persamaan dengen penelitian ini adalah menggunakan tentang gaya
kognitif sebagai tinjauan penelitian. Perbedaannya adalah kemampuan
yang diukur, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dengan menggunakan langkah-langkah Polya, pokok bahasan, subjek
dan lokasi penelitian .
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan penalaran untuk dapat sampai pada
pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.
Kerangka berpikir berguna untuk mewadahi teori yang seolah-olah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
terlepas untuk menjadi satu rangkaian yang utuh untuk menentukan
jawaban sementara. Kerangka berpikir yang dimaksud dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Kaitan Model Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa.
Prestasi belajar matematika siswa merupakan suatu hasil yang
dicapai siswa setelah melakukan proses belajar matematika yang
dinyatakan dalam bentuk nilai tes yang diberikan guru matematika.
Salah satu yang mempengaruhi prestasi belajar matematika adalah
model pembelajaran. Pada model pembelajaran konvensional masih
banyak didominasi guru sehingga menjadikan kreativitas dan
kemandirian siswa kurang berkembang. Siswa yang kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran dan hanya mengorganisir sendiri apa yang
diperoleh tanpa mengkomunikasikannya dengan siswa lain. Oleh
karena itu, siswa agar dapat memahami materi dengan baik diperlukan
penerapan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
dalam berdiskusi. Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang
diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Proses belajar bagi siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih bermakna dibandingkan siswa yang dikenai
model pembelajaran konvensional. Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, setiap siswa dituntut berperan aktif dalam
melaksanakan diskusi kelompok. Dalam diskusi siswa dapat
mengkomunikasikan kesulitan yang dialami dengan anggota kelompok
lain. Dalam penerapan model pembelajaran konvensional, proses
pembelajaran hanya terpusat pada guru dan berlangsung monoton.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media
CD pembelajaran dimungkinkan lebih mampu mengubah komponen
kognisi, afeksi, dan konasi yang dimiliki oleh siswa sebagai unsur
penting dalam memperoleh prestasi belajar matematika. Proses
pembelajaran STAD yang dilengkapi media CD pembelajaran lebih
mampu memberikan penekanan dan penguatan yang lebih bermakna,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
serta dapat menarik siswa untuk lebih mengingat dan memahami
materi pelajaran.
Berdasarkan data hasil penelitian yang relevan, pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki prestasi
belajar yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran
konvensional. Demikian pula diharapkan bahwa, prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dilengkapi media CD pembelajaran mungkin akan
meningkatkan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun
model pembelajaran konvensional.
2. Kaitan Gaya Kognitif dan Prestasi Belajar Siswa.
Hamnzah B. Uno (2006) menjelaskan bahwa gaya kognitif
dapat berpengaruh pada prestasi belajar. Siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent lebih tertarik untuk mengamati pemrosesan
informasinya. Siswa ini dapat menerima secara terpisah-pisah bagian-
bagian dari suatu pola dan dapat menganalisa suatu pola berdasarkan
bagian-bagiannya. Siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent umumnya lebih mudah dalam menghadapi tugas-tugas
yang memerlukan kemampuan analisis. Siswa ini memiliki
kemampuan analisis yang baik sehingga cenderung lebih refleksif
terhadap kemungkinan-kemungkinan klasifikasi pilihan yang
diberikan, dan cenderung membuat kesalahan yang lebih sedikit dalam
membaca dan berpikir induktif.
Siswa yang memiliki gaya kognitif field independent
cenderung lebih fleksibel dibandingkan siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent. Secara kognitif, siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent akan mengalami kesulitan dalam menganalisis
masalah yang dihadapi dan mengubah strategi pemecahan masalah
yang selama ini telah digunakan atau menemukan strategi baru dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berdasarkan data hasil penelitian yang relevan menunjukan
bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field independent memiliki
prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent.
3. Kaitan Model Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa pada
Masing-Masing Gaya Kognitif.
Gaya kognitif field independent dan field dependent memiliki
perbedaan karakteristik yang kontras. Perbedaan tersebut terkait
dengan cara yang dilakukan oleh siswa untuk mempersepsikan dan
mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari sekitar (berkaitan
dengan cara menerima dan mengingat informasi, memecahkan
masalah, serta membuat suatu kesimpulan). Dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan segitiga dan segiempat
membutuhan kemampuan analisis yang memadai.
Kemampuan analisis matematika kurang dimiliki oleh siswa
dengan gaya kognitif field dependent. Siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent cenderung lebih mudah memahami materi
pelajaran dengan mengandung muatan sosial. Sebaliknya, siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent cenderung membutuhkan
bimbingan yang lebih mendalam untuk dapat memahami materi
pelajaran dengan mengandung muatan sosial, namun siswa ini
cenderung memiliki kemampuan analisis matematika yang lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
Elang Krisnadi (2004) mengemukakan bahwa proses
pembelajaran dilengkapi CD pembelajaran dapat membantu tugas guru
dalam menyajikan materi pelajaran. Pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran
lebih memberikan penguatan dan penekanan pada daya ingat siswa
serta mampu mengakomodasi setiap perbedaan karakteristik siswa
dibandingkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
maupun konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Berdasarkan uraian diatas, pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran
prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa
yang memiliki gaya kognitif field dependent. Pada siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model
pembelajaran konvensional, prestasi belajar matematika siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent lebih baik dibandingkan
prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent.
4. Kaitan Gaya Kognitif dan Prestasi Belajar Siswa pada Masing-
masing Model Pembelajaran.
Model pembelajaran dan gaya kognitif memiliki pengaruh
dalam prestasi belajar siswa. Penerapan suatu model pembelajaran
tertentu tidak selalu efektif pada setiap situasi karena adanya
perbedaan gaya kognitif siswa. Siswa yang memiliki gaya kognitif
field independent memiliki kemampuan yang baik dalam
mempersepsikan dan mengorganisasi kembali informasi yang telah
diterimanya sehingga mampu memecahkan permasalah dengan baik.
Slavin dalam Rusman (2010) memaparkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu untuk memahami materi pelajaran. Setiap
siswa memiliki tanggung jawab individu untuk saling mendorong,
membantu dan memecahkan masalah sehingga tujuan pembelajaran
tercapai. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran lebih memberikan penguatan dan
penekanan pada daya ingat siswa serta mampu mengakomodasi
setiap perbedaan karakteristik siswa. Elang Krisnadi (2004)
mengemukakan bahwa siswa belajar dengan guru dilengkapi media
pembelajaran memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa belajar dengan pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Slameto (2003) menjelaskan bahwa siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent memandang keadaan sekelilingnya lebih
secara analitis dan mampu dengan mudah menghadapi tugas-tugas
yang memerlukan pembedaan-pembedaan dan analisis. Siswa dengan
gaya kognitif field independent memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam menerima, memproses, dan memunculkan kembali pengetahuan
dibandingkan siswa dengan gaya kognitif field dependent. Siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent, cenderung hanya menerima
konstruksi suatu konsep yang diberikan, mengalami kesulitan untuk
mengkonstruksi sendiri konsep tersebut. Dalam menyelesaikan
masalah, siswa tersebut cenderung memerlukan instruksi yang lebih
jelas bagaimana memecahkan masalah. Siswa tersebut cenderung
mengalami kesulitan untuk merubah strategi pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian diatas, siswa yang memiliki gaya kognitif
field independent, prestasi belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
keduanya lebih baik dibanding model pembelajaran konvensional.
Sedangkan, pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent,
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran sama
baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan keduanya lebih baik
dibandingkan model pembelajaran konvensional.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model pembelajaran
konvensional dan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan
model pembelajaran konvensional.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika
siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
3. Pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran, prestasi belajar matematika
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent sama baiknya
dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent. Pada siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun konvensional, prestasi
belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
4. Pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik
dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan keduanya lebih baik
dibanding model pembelajaran konvensional. Pada siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent, prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran sama baiknya dengan prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan keduanya lebih baik dibandingkan model
pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP/MTs Kabupaten Grobogan.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII tahun pelajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Selanjutnya,
pelaksanaan penelitian terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Keterangan Rencaan Waktu Pelaksanan (2012)
Feb Mar April Mei Juni
Tahap persiapan
1. Menentukan populasi
2. Menentukan sampel dan membagi
sampel menjadi kelas kontrol dan
kelas eksperimen
3. Menyusun kisi-kisi serta butir
instumen
4. Uji coba instrumen
Tahap pelaksanaan
1. Pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran ditinjau
dari gaya kognitif
2. Tes prestasi belajar
Tahap akhir
Penyusunan laporan
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena
kontrol dilakukan tidak pada semua variabel yang relevan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Budiyono (2003:82) bahwa, tujuan penelitian
eksperimental semu untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
semua variabel yang relevan. Penelitian ini menggunakan desain faktorial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3 x 2 dengan teknik analisis variansi (ANAVA). Desain yang digunakan
digambarkan berikut:
Tabel 3.2 Desain Faktorial ANAVA Dua Jalan dengan Sel tak Sama
Gaya kognitif
Model pembelajaran
Field Independent
(b1)
Field Dependent
(b2)
STAD dilengkapi media CD pembelajaran
(a1)
a1b1 a1b2
STAD
(a2)
a2b1 a2b2
Konvensional
(a3) a3b1 a3b2
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Budiyono (2009:121) mengemukakan bahwa keseluruhan
pengamatan yang ingin diteliti, berhingga atau tak berhingga,
membentuk apa yang disebut populasi (universum). Sugiyono
(2008:80) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian, populasi
merupakan seluruh objek individu dengan karakteristik tertentu yang
hendak diteliti.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP/MTs di
Kabupaten Grobogan. Daftar SMP/MTs dapat dilihat dilLampiran 1.
2. Sampel
Budiyono (2009:121) menyatakan bahwa sebagian populasi yang
diamati disebut sampel atau contoh. Sugiyono (2008) menjelaskan
bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dengan demikian, sampel dapat diartikan
sebagai bagian dari objek individu yang hendak diteliti dengan
karakteristik tertentu yang mewakili populasi. Oleh karena
keterbatasan tenaga, waktu, dan dana sehingga tidak memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bagi peneliti untuk meneliti populasi, maka peneliti hanya meneliti
sampel yang diambil dari populasi penelitian.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk menentukan sampel penelitian, peneliti melakukan
sampling. Budiyono (2009:121) mengemukakan bahwa sampling
merupakan suatu proses pengambilan sampel. Dalam setiap penelitian,
sampling yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk memperoleh
sampel penelitian yang representatif terhadap populasi. Sugiyono
(2008:81) mengatakan bahwa teknik sampling merupakan teknik
pengambilan sampel. Dengan meneliti sampel yang representatif, hasil
penelitian diharapkan mampu digunakan untuk menggeneralisasi
populasi. Dalam penelitian ini, sampling dilakukan dengan
menggunakan teknik stratified cluster random sampling.
Ada tiga kelompok sekolah yang digunakan pada penelitian ini
adalah sekolah kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Unit-unit
populasi ini disebut cluster. Dalam hal ini SMP/MTs yang ada di
kabupaten Grobogan merupakan cluster. Pada setiap kelompok
sekolah dipilih satu sekolah secara acak sebagai sampel penelitian.
Pengelompokkan ini didasarkan pada ketentuan sebagai berikut.
a. Jika nilai <
maka sekolah tersebut dikategorikan rendah.
b. Jika
nilai
maka sekolah dikategorikan
sedang.
c. Jika nilai >
maka sekolah tersebut dikategorikan tinggi.
Dengan X adalah rata-rata nilai mata pelajaran matematika ujian
nasional pada tahun pelajaran 2010/2011 seluruh SMP/MTs dalam
populasi, dan s adalah standar deviasi. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 1.
Dari tiga kelompok tersebut, diambil secara acak masing-masing
satu sekolah sedemikian sehingga diperoleh kelompok tinggi,
kelompok sedang, dan kelompok rendah. Selanjutnya, dari masing-
masing sekolah yang terpilih, diambil secara acak masing-masing tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kelas. Dari tiga kelas yang diperoleh, satu kelas digunakan sebagai
kelas eksperimen satu yakni kelas yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi CD pembelajaran, kelas eksperimen
dua yakni kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan kelas kontrol yakni kelas yang dikenai model pembelajaran
konvensional. Hasil perolehan tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Sampel Penelitian pada Kelas Eksperimen dan Kontrol.
MTs YATPI
VII B kelas eksperimen satu
VII A kelas eksperimen dua
VII C kelas kontrol
SMP Negri Karangrayung I
VII G kelas eksperimen satu
VII I kelas eksperimen dua
VII F kelas kontrol
SMP Negri 5 Purwadadi
VII F kelas eksperimen satu
VII H kelas eksperimen dua
VII G kelas kontrol
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Menurut Budiyono (2003:29), variabel terikat diartikan sebagai
variabel yang keadaanya tergantung kepada variabel bebas. Definisi
operasional, indikator, skala pengukuran, simbol, dan kategori masing-
masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Variabel Bebas
a. Model Pembelajaran (A)
1) Definisi operasional : model pembelajaran adalah pedoman
dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran dikelas dengan langkah-langkah pembelajaran
untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
2) Indikator : sintaks dari masing-masing model pembelajaran.
3) Skala pengukuran : nominal.
4) Simbol : ai ; i = 1,2,3
dengan a1= model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a2 = model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
a3 = model pembelajaran konvensional.
b. Gaya Kognitif (B)
1) Definisi operasional : gaya kognitif merupakan suatu cara
yang dilakukan siswa untuk mempersepsikan dan
mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari sekitar
(berkaitan dengan cara menerima, mengingat, memahami,
memikirkan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan).
2) Indikator : skor tes gaya kognitif.
3) Skala pengukuran : Skala interval yang diubah menjadi
skala ordinal dengan klasifikasi sebagai berikut.
a.) Field independent dengan skor 10.
b.) Field dependent dengan skor 10.
4) Simbol : bj ; j = 1, 2
dengan b1 = gaya kognitif field independent
b2 = gaya kognitif field dependent
2. Variabel Terikat
Prestasi Belajar Matematika
a. Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah suatu hasil
yang dicapai oleh siswa setelah melakukan proses belajar
matematika yang dinyatakan dalam bentuk nilai tes yang diberikan
guru matematika.
b. Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika pada pokok
bahasan segitiga dan segiempat.
c. Skala pengukuran : skala interval.
d. Simbol: X
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengukur variabel diperlukan instrumen yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mengumpulkan data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu metode
dokumentasi dan metode tes yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2003), “Metode dokumenta i adalah
cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen
yang telah ada”. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan
untuk memperoleh daftar nama siswa dan data nilai ujian semester
gasal tahun pelajaran 2011/2012.
2. Metode Tes
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan
sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek
penelitian (Budiyono, 2003:54). Metode tes pada penelitian ini untuk
memperoleh data prestasi belajar dan gaya kognitif siswa.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menjelaskan semua alat pengumpulan data
yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas
instrument. Terkait dengan hal tersebut, instrument penelitian sebelum
digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu harus diujicobakan pada
siswa di luar kelas penelitian, dengan maksud untuk mengetahui
instrument tes yang akan dipakai.
1. Tes Prestasi Belajar Matematika
Tes prestasi belajar matematika digunakan untuk memperoleh
data prestasi belajar matematika siswa kelas VII semester genap tahun
pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan segitiga dan segiempat
setelah dikenai perlakuan. Data yang diperoleh melalui tes prestasi
belajar matematika ini dianalisis dan digunakan untuk melakukan uji
hipotesis penelitian.
a. Menelaah Validitas Isi Instrumen Tes
Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji
validitas isi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
isi adalah: membuat kisi-kisi butir tes, menyusun soal-soal butir
tes, kemudian menelaah butir tes. Budiyono (2003:59) menyatakan
bahwa, “Untuk menilai apakah uatu in trumen mempunyai
validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui
expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”.
Langkah berikutnya validator menilai masing-masing butir tes yang
telah disusun relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan. Langkah-
langkah memvalidasi isi butir soal menurut Budiyono (2003 : 59)
adalah, penilai menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh
pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi
telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur.
Kriteria penelaahan dalam validitas isi meliputi :
1) Butir soal sesuai dengan kisi-kisi soal
2) Materi pada butir soal dapat dipahami oleh siswa
3) Kalimat soal dapat dipahami oleh siswa
4) Kalimat soal tidak menimbulkan penafsiran ganda
5) Butir tes bukan termasuk kategori soal mudah atau sukar
Setelah instrumen tes prestasi belajar matematika
dinyatakan valid oleh validator, instrumen tes tersebut kemudian
diujicobakan kepada siswa di luar sampel tetapi masih termasuk
dalam populasi penelitian. Hasil uji coba instrumen tes ini
dianalisis untuk mengetahui indeks kesukaran dan daya pembeda
butir soal, serta koefesien reliabilitas instrumen tes.
b. Tingkat Kesukaran
Budiyono (2011:30) mengemukakan bahwa tingkat
kesukaran butir soal menyatakan proporsi banyaknya peserta yang
menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh peserta tes.
Indeks tingkat kesukaran butir soal dirumuskan sebagai berikut:
P = N
B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dengan P adalah indeks tingkat kesukaran butir soal. B adalah
banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal tersebut. N
adalah banyak seluruh peserta tes.
( Budiyono, 2011: 30)
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran ( P )
Besarnya P Kategori
0 P < 0,30
0,30 0,70
0,70
Soal yang sukar
Soal yang sedang
Soal yang mudah
Nilai P yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,30 P
0,70 berarti yang digunakan adalah butir-butir soal yang
memiliki kriteria sedang dan membuang butir-butir soal dengan
kategori terlalu mudah dan terlalu sukar.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu butir
soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi
dan siswa yang berkemampuan rendah. Menurut Budiyono
(2003:65), semua butir dari suatu instrumen harus mengukur hal
yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
Kecenderungan inilah yang disebut dengan indeks daya pembeda
Perhitungan indeks daya pembeda suatu butir soal dalam
penelitian ini menggunakan rumus korelasi momen produk dari
Karl Pearson. Budiyono (2003:65) menyatakan bahwa rumus
korelasi momen produk Karl Pearson adalah sebagai berikut:
2222xy
YYnXXn
YXXYnr
dengan rxy adalah indeks daya pembeda untuk butir soal, n adalah
banyaknya peserta tes, X adalah skor untuk butir soal ke-i dan Y
adalah skor total.
Menurut Budiyono (2011) biasanya, suatu soal dikatakan
mempunyai daya beda yang baik jika rxy 0,3. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pendapat tersebut, indeks daya pembeda (rxy) yang dipakai dalam
penelitian ini adalah indeks daya pembeda lebih dari atau sama
dengan 0,3 (rxy ≥ 0,3).
d. Reliabilitas
Budiyono (2003:63) menyatakan bahwa suatu instrumen
disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen
tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan
pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-
orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada
waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Dengan mempertimbangkan keekonomisan dan kepraktisan,
pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi koefesien
reliabilitas instrumen tes dalam penelitian ini adalah pendekatan
satu kali tes. Peneliti hanya melakukan pengukuran terhadap
sekelompok peserta tes satu kali saja. Perhitungan koefesien
reliabilitas instrumen tes ini dilakukan terhadap butir-butir soal
yang telah valid jika ditinjau dari validitas isi dan tergolong baik
jika ditinjau dari tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal.
Penentuan koefesien reliabilitas instrumen tes menggunakan
teknik Kuder-Richardson (KR 20) karena instrumen tes yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda. Rumus
KR 20 dalam Budiyono (2003:69) dirumuskan sebagai berikut.
2
2
111
t
iit
s
qps
n
nr
dengan,
r11 : koefisien reliabilitas instrumen tes,
n : banyaknya butir tes,
pi : proporsi banyaknya peserta menjawab benar pada butir
soal ke-i,
qi : 1 – pi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2
ts : variansi total.
Menurut Budiyono (2003:72), suatu instrumen tes dikatakan
baik apabila memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,70.
Berdasarkan pendapat tersebut, koefisien reliabilitas yang dipakai
dalam penelitian ini adalah koefisien reliabilitas lebih dari 0,70.
2. Tes Gaya Kognitif
Dalam penelitian ini, gaya kognitif siswa diukur dengan
menggunakan instrumen standar untuk tes gaya kognitif, yakni Group
Embedded Figures Test (GEFT). Instrumen GEFT pertama kali
disusun oleh Witkin pada tahun 1971 dengan koefesien reliabilitas
sebesar 0,82. Instrumen GEFT telah banyak digunakan oleh peneliti
sebelumnya, termasuk oleh peneliti di Indonesia. Oleh karena itu,
instrumen GEFT ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa,
termasuk dalam bahasa Indonesia.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan GEFT yang telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan telah digunakan oleh
peneliti lain, yakni Mahardi Saputro (2011) dan Moertiningsih E.P.U.
(2011). GEFT ini terdiri dari 3 tahap dengan total waktu pengerjaan
selama 15 menit. Tahap pertama terdiri dari 7 butir soal, tahap kedua
dan ketiga masing-masing terdiri dari 9 butir soal. Untuk tahap
pertama, siswa diberikan waktu mengerjakan GEFT maksimal 3
menit. Pada tahap kedua dan ketiga, siswa diberikan waktu maksimal
untuk mengerjakan GEFT masing-masing 6 menit.
Tahap pertama dimaksudkan sebagai latihan dan tidak dinilai,
sedangkan tahap kedua dan ketiga merupakan tahap penilaian.
Ketentuaan penilaiannya, yakni untuk setiap nomor yang dijawab
benar diberi skor 1 dan yang dijawab salah diberi skor 0. Jika siswa
yang tidak dapat menyelesaikan gambar pada GEFT sesuai waktu
yang ditentukan pada masing-masing tahapan, maka gambar tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dianggap salah dan diberi skor 0. Dengan demikian, rentang nilai
GEFT yang diperoleh siswa adalah antara 0 sampai 18.
Ketentuan penggolongan tersebut yaitu jika siswa memperoleh
nilai kurang dari 10, maka siswa memiliki gaya kognitif field
dependent. Jika siswa memperoleh nilai lebih dari sama dengan 10,
maka siswa memiliki gaya kognitif field independent. Ketentuan
penggolongan ini juga telah digunakan oleh Brenner (1997) dalam
penelitianny berjudul “An Analysis of Students’ Cognitive Style in
Asyncronous Distance Education Course”. Yunos, Ahmad, dan Madar
(2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Field Dependence-
Independence Students and Animation Graphics Courseware Based
Instruction”.
Instrumen GEFT ini merupakan instrumen baku yang
digunakan untuk mengukur gaya kognitif. Oleh karena itu, peneliti
tidak melakukan uji coba instrumen GEFT. Peneliti hanya
menentukan validator untuk melakukan validasi terhadap instrumen
GEFT ini. Validasi yang dilakukan hanya menelaah aspek bahasa saja,
dengan kriteria sebagai berikut.
a. Rumusan soal tes menggunakan bahasa yang sederhana,
komunikatif, dan mudah dipahami.
b. Rumusan soal tes menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Meskipun GEFT yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dari instrumen yang telah menggunakan bahasa Indonesia, tujuan
validasi diarahkan pada pemahaman siswa SMP/MTs terhadap bahasa
yang digunakan dalam GEFT. Hal ini dilakukan untuk menghindari
adanya kesalahpahaman siswa SMP/MTS dalam mengerjakan GEFT.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama. Selain analisis variansi dua jalan, digunakan pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
tiga jenis analisa data yang lain yaitu: uji anava satu jalan, uji Lilliefors
dan uji Bartlett. Uji Lilliefors dan uji Bartlett digunakan untuk menguji
persyaratan analisis yaitu normalitas dan homogenitas. Uji anava satu
jalan digunakan untuk menguji keseimbangan.
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel
yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode
Lilliefors. Syarat uji Liliefors adalah apabila datanya tidak dalam
distribusi frekuensi data bergolong. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan uji Lilliefors menggunakan prosedur
sebagai berikut :
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2) Tingkat signifikan = 0,05
3) Statistik uji )()( ii zSzFMaksL
dengan,
F(zi) = P(Z zi); Z N (0,1)
zi = skor standar untuk Xi atau ,s
XXz i
i
s = standar deviasi
S(zi) = proporsi cacah Z zi terhadap seluruh zi
4) Daerah kritis
DK = ;nL | L L
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika Lobs DK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi tersebut
dalam keadaan homogen atau tidak, dengan kata lain mempunyai
varian yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji Bartlett dengan prosedur sebagai berikut.
1) Hipotesis
H0 : 2 2 21 2 k...
H1 :
atau
atau…..
2) Tingkat signifikan = 0,05
3) Statistik uji
,
dengan:
k = banyaknya populasi
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k = k
jj 1
f
fj = derajat kebebasan untuk 2j js n 1 , j = 1,2,, k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = ukuran sampel ke-j
);11
()1(3
11
ffkc
j
2
2
2 )1()(
;
jj
j
j
jj
j
j
snn
XXSS
f
SSRKG
4) Daerah kritis
DK = 2 2 2;k 1|
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika 2 obs DK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk menguji keseimbangan
kemampuan awal matematika siswa sebelum pemberian perlakuan
pada kelas eksperimen satu, kelas eksperimen dua dan kelas
kontrol. Dalam penelitian ini, uji keseimbangan menggunakan
analisis variansi satu jalan sel tak sama, adalah sebagai berikut.
a. Model
Xij = + j + ij
Keterangan :
Xij = data amatan ke-i pada perlakuan ke-j,
` = rerata dari seluruh data amatan,
j = efek perlakuan ke-j pada variabel terikat,
ij = deviasi data Xij terhadap rerata populasi yang berdistribusi
normal dengan rerata 0,
j = 1, 2, 3; dengan 1 = kelas eksperimen satu,
2 = kelas eksperimen dua,
3 = kelas kontrol.
i = 1, 2, …, nj ; nj = banyaknya data amatan pada setiap sel.
b. Hipotesis
H0 : j = 0, untuk setiap j = 1, 2, 3.
H1 : paling sedikit ada satu j yang tidak nol.
c. Komputasi
Jumlah kuadrat total (JKT) sebagai berikut.
N
GXJKT
ji
ij
2
,
2
N
G
n
TJKA
j j
j22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat adalah:
dkA = k-1
dkG = N-k
dkT = N-1
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-
masing diperoleh rerata kuadrat berikut:
dkA
JKARKA
dkG
JKGRKG
d. Statistik uji
Statistik uji analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama
adalah: RKG
RKAF yang merupakan nilai dari variabel random
berdistribusi F dengan derajat kebebasan k-1 dan N-k.
e. Daerah kritis
Dari nilai F diatas, daerah kritiknya adalah sebagai berikut
}{ ,1; kNkFFFDK
f. Keputusan uji
Ho ditolak jika Fobs DK
g. Rangkuman analisis uji
Tabel 3.5 Rangkuman ANAVA Satu Jalan sel Tak Sama Sumber JK dk RK Fobs
F
Perlakuan JKA k-1 RKA
RKG
RKA
F*
Galat JKG N-k RKG - -
Total JKT N-1 - - -
F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel.
(Budiyono, 2009:195-198)
3. Uji Hipotesis.
Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu
variabel terikat. Variabel bebas tersebut adalah model
pembelajaran dan gaya kognitif. Variabel terikat adalah prestasi
belajar. Oleh karena itu, menurut Budiyono (2009), untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
menguji signifikansi efek 2 variabel bebas terhadap satu variabel
terikat dapat digunakan analisis variansi dua jalan. Analisis
variansi dua jalan yang digunakan adalah analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama karena jumlah siswa untuk setiap
tingkat gaya kognitif yang dimiliki berbeda dan jumlah siswa
dalam tiap-tiap kelompok eksperimen juga berbeda sehingga
jumlah data untuk setiap sel dimungkinkan berbeda. Menurut
Budiyono (2009), prosedur untuk analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama adalah sebagai berikut.
a. Tujuan dan Persyaratan Analisis
Tujuan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas,
yaitu model pembelajaran dan gaya kognitif, terhadap satu
variabel terikat, yaitu prestasi belajar siswa. Uji prasyarat
untuk analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah
uji normalitas dan uji homogenitas. Prosedur uji normalitas
dan homogenitas sama dengan uji prasayarat untuk analisis
variansi satu jalan.
b. Model
Xijk = + i + j + ()ij + ijk
Keterangan :
Xijk = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j,
` = rerata dari seluruh data amatan,
i = efek baris ke-i pada variabel terikatnya,
j = efek kolom ke-j pada variabel terikat,
ijk = deviasi data Xijk terhadap rerata populasi ij yang
berdistribusi normal dengan rerata 0,
()ij = interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel
terikat,
i = 1, 2, 3; dengan 1 = pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2 = pembelajaran kooperatif tipe STAD,
3 = pembelajaran konvensional,
j = 1, 2 ; dengan 1 = gaya kognitif field independent,
2 = gaya kognitif field dependent,
k = 1, 2, …, nij ; nij = banyak data amatan pada setiap sel ij.
(Budiyono, 2003:207-208)
c. Hipotesis
Misalnya baris menyatakan variabel (faktor A) yang
mempunyai nilai a1, a2 dan a3 dan kolom menyatakan variabel
(faktor B) menyatakan variabel gaya kognitif (B) yang
mempunyai nilai b1 dan b2. Ada tiga pasang hipotesis yang
dapat diuji dengan analisis variansi dua jalan ini, yaitu.
1) H0A : i = 0, untuk setiap i = 1, 2, 3.
(tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap
variabel terikat).
H1A : paling sedikit ada satu i yang tidak nol.
(ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel
terikat).
2) H0B : j = 0, untuk setiap j = 1, 2.
(tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap
variabel terikat).
H1B: paling sedikit ada satu j yang tidak nol.
(ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel
terikat).
3) H0AB: ()ij = 0 untuk untuk setiap i = 1,2,3 dan j = 1, 2.
(tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap
variabel terikat).
H1AB : paling sedikit ada satu ()ij yang tidak nol.
(ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel
terikat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d. Komputasi
1) Notasi Data
Tabel 3.6 Data Amatan, Rerata dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Model Pembelajaran
Gaya Kognitif
Field independent (b1)
Field dependent
(b2)
STAD dilengkapi
media CD
pembelajaran
a1
n11
11X
11X
2
11X
11C
11SS
n12
12X
12X
2
12X
12C
12SS
STAD a2
n21
21X
21X
2
21X
21C
21SS
n22
22X
22X
2
22X
22C
22SS
konvensional a3
n31
31X
31X
2
31X
31C
31SS
n32
32X
32X
2
32X
32C
32SS
ijijij
ij
ij
ij CXSSn
XCDengan
2
2
;)(
Pada análisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini
didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut:
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij = frekuensi sel ij
hn = rerata harmonik frekuensi seluruh sel =
j,i ijn
1
pq
N = j,i
ijn = banyaknya seluruh data amatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2
k
ijkX
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB = rerata pada sel ij
Untuk jumlah rerata, didefinisikan sebagai berikut.
j
iji ABA = jumlah rerata pada baris ke-i
i
ijj ABB = jumlah rerata pada kolom ke-j
j,i
ijABG = jumlah rerata semua sel
Didefinisikan besaran-besaran sebagai berikut:
(1) pq
G 2
; (2) j,i
ijSS ; (3) i
i
q
A2
(4). j
j
p
B 2
; (5)j,i
2
ijAB
Berdasarkan besaran-besaran tersebut diperoleh jumlah
kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom (JKB), jumlah
kuadrat interaksi (JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG) dan
jumlah kuadrat total (JKT) sebagai berikut.
JKA = hn {(3) – (1)}
JKB = hn {(4) – (1)}
JKAB = hn {(1) + (5) – (3) – (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah
kuadrat itu sebagai berikut:
dkA = p – 1 dkG = N – pq
dkB = q – 1 dkT = N – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan
masing-masing diperoleh rerata kuadrat sebagai berikut:
dkA
JKARKA ;
dkB
JKBRKB
dkAB
JKABRKAB ;
dkG
JKGRKG
2) Statistik Uji
Statistik uji variansi dua jalan dengan sel tak sama ialah:
a) untuk H0A adalah RKG
RKAFa yang merupakan nilai
dari variabel random yang berdistribusi F dengan
derajat kebebasan p –1 dan N – pq,
b) Untuk H0B adalah RKG
RKBFb yang merupakan nilai
dari variabel random yang berdistribusi F dengan
derajat kebebasan q-1 dan N-pq,
c) Untuk H0AB adalah RKG
RKABFab yang merupakan nilai
dari variabel random yang berdistribusi F dengan
derajat kebebasan (p – 1)(q – 1) dan N-pq.
3) Daerah Kritis
Untuk masing-masing nilai F, daerah kritisnya adalah:
a) daerah kritis untuk Fa adalah pqN,1p;FF|FDK
,
b) daerah kritis untuk Fb adalah }{ ,1; pqNqFFFDK ,
c) daerah kritis untuk Fab adalah
pqN,1q1p;FF|FDK
.
4) Keputusan uji
Ho ditolak jika Fobs DK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
5) Rangkuman Analisis Uji
Tabel 3.7 Rangkuman ANAVA Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Fα
Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F*
Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F*
Interaksi (AB) JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab F*
Galat (G) JKG N-pq RKG - -
Total JKT N-1 - - -
F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel.
(Budiyono, 2009:211-231).
4. Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda dilakukan apabila hasil analisis
variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Dalam
penelitian ini, uji lanjut menggunakan metode Scheffe’. Ala an
digunakan metode Scheffe’ karena metode ini mampu
menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikan yang sedikit.
Langkah-langkah uji komparasi ganda dengan
menggunakan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rerata.
b. Merumuskan hipotesis nol yang sesuai dengan uji komparasi.
c. Menentukan taraf ignifikan i (α = 0,05).
d. Mencari nilai statistik uji F dengan rumus sebagai berikut.
1) Komparasi Rerata Antar Baris
Hipotesis nol yang yang diuji pada komparasi antar
baris adalah:
Ho :
H1 :
Uji Scheffe’ untuk kompara i ganda antar bari adalah:
)11
(
)(
..
2..
..
ji
ji
ji
nnRKG
XXF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dengan :
Fi.-j. = nilai Fobs pada pebandingan baris ke-i dan baris ke-j
.iX = rerata pada baris ke- i
.jX = rerata pada baris ke-j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
.in = ukuran sampel pada baris ke-i
.jn = ukuran sampel pada baris ke-j
Daerah kritik ini adalah: })1({ ,1; pqNpFpFFDK
2) Komparasi Rerata Antar Kolom
Dalam penelitian ini, gaya kognitif hanya mempunyai
dua kategori (field independent dan field dependent). Jika
Ho ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi antar
kolom. Kalaupun dilakukan komparasi ganda antar rerata
gaya kognitif, dipastikan bahwa hipotesis nolnya juga akan
ditolak. Dengan demikian, untuk mengetahui gaya kognitif
yang memberikan prestasikan lebih baik dengan melihat
rerata marginal dari masing-masing kategori gaya kognitif.
3) Komparasi Rerata Antar Sel Pada Baris yang Sama
Hipotesis nol yang yang diuji pada komparasi ganda
antar sel pada baris yang sama adalah:
Ho :
H1 :
Uji Scheffe’ untuk komparasi rerata antar sel pada
baris yang sama adalah:
)11
(
)( 2
ikij
ikij
ikij
nnRKG
XXF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dengan daerah kritik : })1({ ,1; pqNpqFpqFFDK
4) Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom yang Sama
Hipotesis nol yang yang diuji pada komparasi ganda
antar sel pada kolom yang sama adalah:
Ho :
H1 :
Uji Scheffe’ untuk kompara i rerata antar el pada
kolom yang sama adalah:
dengan:
Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan nilai rerata pada
sel ij dan rerata pada sel kj
ijX = rerata pada sel ij
kjX = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari
perhitungan analisis variansi
ijn = ukuran sel ij
kjn = ukuran sel kj
Daerah kritik ini adalah: })1({ ,1; pqNpqFpqFFDK
e. Menentukan keputusan uji untuk komparasi ganda.
f. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
(Budiyono, 2009:215-217)
)11
(
)( 2
kjij
kjij
kjij
nnRKG
XXF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan pelaksanaan penelitian, berikut diuraikan hasil penelitian
dengan urutan sebagai berikut.
1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen ini dilakukan di kelas VII MTs Al Hidayah
Karangrayung dengan jumlah subjek sebanyak 76 siswa. Instrumen dalam
penelitian ini adalah tes prestasi belajar matematika dan tes gaya kognitif. Hasil
uji coba untuk instrumen tes adalah sebagai berikut.
a. Instrumen Tes Gaya Kognitif
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Group
Embedded Figure Test (GEFT) untuk mengukur gaya kognitif field
independent dan field dependent. Instrumen GEFT ini merupakan instrumen
baku yang telah dikembangkan oleh Witkin (1971) dengan koefesien
reliabilitas sebesar 0,82.
Instrumen GEFT merupakan instrumen baku, sehingga peneliti tidak
melakukan uji coba terhadap instrumen ini. Namun demikian, untuk
menghindari adanya kesalahpahaman siswa SMP/MTs terhadap bahasa
yang digunakan dalam instrumen GEFT, dilakukan validasi yang menelaah
aspek bahasa. Penelahaan ini dilakukan dengan menggunakan lembar check
list (√) oleh Sukandar, S.Pd., guru matematika SMP Negeri 1
Karangrayung, Yuli Susanto, S.Pd., guru matematika SMP Negeri 5
Purwadadi, Siti Mufarochah, S.Pd., guru matematika MTs YATPI Godong.
Hasil lembar check list (√) penelaahan aspek bahasa instrumen GEFT dapat
dilihat pada Lampiran 5. Kriteria penelaahan dalam aspek bahasa telah
terpenuhi sehingga instrumen GEFT ditetapkan sebagai instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur gaya kognitif siswa
SMP/MTs. Instrumen GEFT selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Instrumen tes prestasi belajar matematika yang disusun oleh peneliti
berbentuk pilihan ganda dan terdiri dari 30 butir soal dengan empat pilihan
jawaban yaitu a, b, c, dan d. Instrumen tes prestasi belajar matematika yang
diujicobakan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Sesuai dengan langkah-langkah yang dilakukan pada tahap uji coba
instrumen tes, dipaparkan hasil uji coba instrumen tes prestasi belajar
matematika sebagai berikut.
1) Penelaahan Validitas Isi
Kriteria penelaahan validitas isi instrumen tes prestasi belajar
matematika ini meliputi aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Penelahaan
ini dilakukan dengan menggunakan lembar check list (√) oleh Venissa
Dian Mawarsari, M.Pd, dosen matematika Universitas Muhamadiyah
Semarang, Sukandar, S.Pd., guru matematika SMP N 1 Karangrayung,
Yuli Susanto, S.Pd., guru matematika SMP N 5 Purwadadi.
Hasil lembar check list (√) penelaahan validitas isi instrumen tes
prestasi belajar matematika ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Kriteria
penelaahan validitas isi telah terpenuhi, sehingga instrumen tes prestasi
belajar matematika ini valid ditinjau dari validitas isi.
2) Tingkat Kesukaran
Berikut disajikan rangkuman hasil perhitungan tingkat kesukaran
butir soal instrumen tes prestasi belajar matematika.
Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal
Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Indeks Kesukaran Interpretasi Butir Soal Simpulan
0,00 ≤ P < 0,30 sukar 15 dibuang
0,30 ≤ P ≤ 0,70 sedang
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30
dipakai
0,70 < P ≤ 1,00 mudah 22 dibuang
Ditinjau dari tingkat kesukaran, butir soal yang digunakan untuk
mengumpulkan data prestasi belajar matematika siswa adalah butir soal
yang memiliki tingkat kesukaran sedang, yakni memiliki indeks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kesukaran lebih dari atau sama dengan 0,3 dan kurang dari atau sama
dengan 0,7 (0,30 ≤ P ≤ 0,70). Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 8.
3) Daya Pembeda
Berikut disajikan rangkuman hasil perhitungan daya pembeda butir
soal instrumen tes kemampuan awal matematika.
Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal
Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Indeks Daya
Pembeda Interpretasi Butir Soal Simpulan
rxy < 0,3 jelek 2, 5, 22 dibuang
rxy ≥ 0,3 baik
1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
dipakai
Ditinjau dari daya pembeda, butir soal yang digunakan untuk
mengumpulkan data prestasi belajar matematika siswa adalah butir soal
yang memiliki daya pembeda baik, yakni dengan indeks daya pembeda
lebih dari atau sama dengan 0,3 (rxy ≥ 0,3). Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran dan daya
pembeda butir soal tes prestasi belajar matematika, dari 30 butir soal
yang diujicobakan, terdapat 26 butir soal yang tergolong baik, ditinjau
dari tingkat kesukaran dan daya pembeda, yakni butir soal nomor 1, 3, 4,
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28,
29 dan 30. Untuk mempermudahkan perhitungan nilai prestasi belajar
matematika siswa, dari 26 butir soal tersebut hanya dipilih 25 butir soal
saja. Untuk keperluan tersebut, butir soal nomor 8 tidak digunakan untuk
mengumpulkan data prestasi belajar matematika. Selain alasan untuk
mempermudah perhitungan nilai prestasi belajar matematika, tidak
digunakannya butir soal nomor 8 ini karena butir soal ini memiliki indeks
kesukaran yang mendekati indeks kesukaran butir soal yang tergolong
mudah, yakni sebesar 0,6974 dan indikator soal nomor 8 sudah terdapat
pada butir soal yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4) Reliabilitas
Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan untuk
mengumpulkan data prestasi belajar matematika siswa adalah instrumen
tes yang memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,70 (r11 > 0,70).
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap instrumen tes yang terdiri dari
butir-butir soal yang telah tergolong baik, ditinjau dari tingkat kesukaran
dan daya pembeda, diperoleh koefesien reliabilitas sebesar 0,8523.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Oleh karena
instrumen tes ini memiliki koefesien reliabilitas (r11) sebesar 0,8523 lebih
dari 0,70 maka instrumen tes prestasi belajar matematika ini ditetapkan
sebagai instrumen tes yang digunakan untuk mengumpulkan data prestasi
belajar matematika siswa.
Dengan demikian, dari 30 butir soal yang diujicobakan, hanya 25
butir soal yang digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar
matematika. Instrumen tes prestasi belajar matematika pokok bahasan
segitiga dan segiempat selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
2. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal
Data kemampuan awal matematika siswa diperoleh dari hasil tes
semester gasal mata pelajaran matematika. Data kemampuan awal matematika
siswa dapat dilihat pada Lampiran 10.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas populasi dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
pada kelas eksperiman satu, kelas eksperimen dua maupun kelas kontrol
masing-masing berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Oleh karena itu, uji normalitas populasi ini dilakukan sebanyak tiga kali,
yakni masing-masing terhadap data kemampuan awal matematika siswa
pada kelas eksperimen satu, kelas eksperimen dua dan kelas kontrol.
Dengan taraf signifikansi 0,05, rangkuman hasil uji normalitas
populasi menggunakan metode Lilliefors disajikan dalam tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Populasi Terhadap Data
Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelas n Lobs L0,05;n Keputusan Uji Simpulan
Eksperimen Satu 104 0,0825 0,0869 H0 tidak ditolak Normal
Eksperimen Dua 100 0,0795 0,0886 H0 tidak ditolak Normal
Kontrol 102 0,0763 0,0877 H0 tidak ditolak Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas populasi terhadap data kemampuan
awal matematika siswa, sampel pada kelas eksperimen satu, kelas
eksperimen dua dan kelas kontrol mempunyai nilai Lobs kurang dari nilai
L0,05;n sehingga Lobs bukan anggota daerah kritik. Hal ini berarti pada taraf
signifikansi 0,05, keputusan uji normalitas populasi untuk setiap sampel
adalah H0 tidak ditolak.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa sampel pada kelas
eksperimen satu, kelas eksperimen dua maupun kelas kontrol masing-
masing berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji
normalitas populasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Uji homogenitas variansi populasi dilakukan untuk mengetahui
apakah populasi-populasi yang dibandingkan mempunyai variansi yang
sama (homogen) atau tidak. Oleh karena itu, uji homogenitas variansi
populasi ini dilakukan sebanyak satu kali, yakni dengan membandingkan
variansi pada kelas eksperimen satu, kelas eksperimen dua dan kelas kontrol
terhadap data kemampuan awal matematika siswa. Dengan taraf signifikansi
0,05, rangkuman hasil uji homogenitas variansi populasi menggunakan uji
Bartlett disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi Terhadap
Data Kemampuan Awal Matematika Siswa
Sampel k
Keputusan Uji Simpulan
Eksperimen Satu vs
Eksperimen Dua vs
kontrol
3 0,6883 5,9910 H0 tidak ditolak Homogen
Berdasarkan hasil uji homogenitas variansi populasi terhadap data
kemampuan awal matematika siswa, diperoleh sebesar 0,6883 kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dari nilai sebesar 5,9910 sehingga
bukan anggota daerah kritis .
Hal ini berarti pada taraf signifikansi 0,05, keputusan uji homogenitas
variansi populasi adalah H0 tidak ditolak.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa populasi-populasi yang
dibandingkan, yakni kelas eksperimen satu, kelas eksperimen dua dan kelas
kontrol mempunyai variansi yang sama (homogen). Perhitungan uji
homogenitas variansi populasi dapat dilihat pada Lampiran 12.
c. Hasil Uji Keseimbangan
Berdasarkan hasil uji prasyarat, yakni uji normalitas dan uji
homogenitas variansi populasi menyimpulkan sampel kelas eksperimen
satu, kelas eksperimen dua dan kelas kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan populasi-populasi tersebut homogen. Dengan
demikian bisa dilakukan uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Tabel 4.5. Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Keputusan Uji
A 103,4798 2 51,7400 0,5345 3,0256 H0 tidak ditolak
Galat 29331,7130 303 96,8043 - - -
Total 29435,1928 305 - - - -
Berdasarkan hasil uji keseimbangan menggunakan uji analisis variansi
satu jalan dengan sel tak sama diperoleh Fobs = 0,5345 dengan taraf signifikansi
0,05. Daerah kritik adalah{F > 3,0256} sehingga Fobs bukan anggota daerah
kritik. Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa populasi pada kelas
eksperimen satu, kelas eksperimen dua dan kelas kontrol mempunyai
kemampuan awal matematika yang sama. Perhitungan uji keseimbangan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
3. Deskripsi Data Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang digunakan dalam pengujian hipotesis
adalah data prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan segitiga dan
segiempat untuk masing-masing kategori model pembelajaran dan gaya
kognitif. Data hasil penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Berikut disajikan deskripsi data prestasi belajar matematika siswa pada
masing-masing kategori model pembelajaran.
Tabel 4.6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Masing-
Masing Kategori Model Pembelajaran
Model Pembelajaran n Nilai
Min
Nilai
Maks s
STAD dilengkapi media CD
pembelajaran 104 52 100 78,6923 12,6300
STAD 100 44 100 74,0400 14,4781
konvensional 102 44 100 69,3726 12,8787
Berikut disajikan deskripsi data prestasi belajar matematika siswa pada
masing-masing kategori gaya kognitif.
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Masing-
Masing Kategori Gaya Kognitif
Gaya Kognitif n Nilai Min Nilai
Maks s
Field Independent 105 44 100 77,4476 14,2626
Field Dependent 201 44 100 72,2985 13,3083
Berikut ini disajikan deskripsi data prestasi belajar matematika siswa
pokok bahasan segitiga dan segiempat untuk masing-masing sel dengan desain
faktorial 3x2.
Tabel 4.8. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Masing-
Masing Kategori Model Pembelajaran dan Gaya Kognitif
Gaya Kognitif
Model
Pembelajaran
Field Independent Field Dependent
STAD dilengkapi
media CD
pembelajaran
n 40 64
Nilai Min 60 52
Nilai Maks 100 100
80,8000 77,3750
s 11,3932 13,2611
STAD
n 34 66
Nilai Min 44 44
Nilai Maks 100 100
80,8235 70,5455
s 14,8945 13,04452
Konvensional
n 31 71
Nilai Min 44 44
Nilai Maks 96 100
69,4194 69,3521
s 14,0683 12,4293
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
4. Hasil Uji Prasyarat untuk Pengujian Hipotesis
Uji prasyarat untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama meliputi uji normalitas populasi dan uji
homogenitas variansi populasi. Data hasil uji normalitas populasi dan
homogenitas variansi populasi adalah sebagai berikut.
a. Uji Normalitas Populasi
Uji normalitas populasi dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan
taraf signifikansi 0,05, rangkuman hasil uji normalitas populasi
menggunakan metode Lilliefors terhadap data prestasi belajar matematika
siswa disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Populasi Terhadap Data
Prestasi Belajar Matematika Siswa Uji normalitas n Lobs L0,05; n Keputusan Uji Simpulan
STAD dilengkapi
media CD
pembelajaran
104 0,0706 0,0869 H0 tidak ditolak Normal
STAD 100 0,0660 0,0886 H0 tidak ditolak Normal
konvensional 102 0,0620 0,0877 H0 tidak ditolak Normal
Field Independent 105 0,0569 0,0865 H0 tidak ditolak Normal
Field Dependent 201 0,0561 0,0625 H0 tidak ditolak Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas populasi, setiap sampel mempunyai
nilai Lobs kurang dari nilai L0,05; n sehingga Lobs bukan anggota daerah kritik.
Hal ini berarti pada taraf signifikansi 0,05, keputusan uji normalitas
populasi untuk setiap sampel adalah H0 tidak ditolak. Dengan demikian,
diperoleh simpulan bahwa semua sampel pada penelitian ini berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas populasi
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Uji homogenitas variansi populasi dilakukan untuk mengetahui
apakah populasi-populasi yang dibandingkan mempunyai variansi yang
sama (homogen) atau tidak. Dengan taraf signifikansi 0,05, rangkuman hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
uji homogenitas variansi populasi menggunakan uji Bartlett terhadap data
prestasi belajar matematika siswa disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi Terhadap
Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Sampel k
Keputusan Uji Simpulan
Model Pembelajaran 3 2,2320 5,9910 H0 tidak ditolak Homogen
Gaya kognitif 2 2,1652 3,8410 H0 tidak ditolak Homogen
Berdasarkan hasil uji homogenitas variansi populasi, setiap pasangan
sampel mempunyai nilai kurang dari nilai
. Hal ini berarti
pada taraf signifikansi 0,05, keputusan uji homogenitas variansi populasi
adalah H0 tidak ditolak. Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa
populasi-populasi yang dibandingkan mempunyai variansi yang sama
(homogen). Perhitungan uji homogenitas variansi populasi selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 16.
5. Hasil Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis ini menggunakan analisis variansi dua jalan (3x2) dengan
sel tak sama. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan sel tak sama untuk menguji signifikansi efek model pembelajaran dan
gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika.
Dengan taraf signifikansi 0,05, rangkuman hasil perhitungan analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Keputusan Uji
A 4421,1403 2 2210,5701 12,9338 3,0258 H0A ditolak
B 1441,6514 1 1441,6514 8,4349 3,8726 H0B ditolak
AB 1235,4537 2 617,7269 3,6142 3,0258 H0AB ditolak
Galat (G) 51274,4504 300 170,9148 - - -
Total 58372,6957 305 - - - -
Perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 17. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
a. Fa sebesar 12,9338 lebih dari nilai sebesar 3,0258. Oleh karena itu, H0A
ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel
terikat. Dengan demikian, terdapat perbedaan prestasi belajar matematika
antara siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran, model kooperatif tipe STAD dan model
pembelajaran konvensional.
b. Fb sebesar 8,4349 lebih dari nilai sebesar 3,8726. Oleh karena itu, H0B
ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel
terikat. Dengan demikian, terdapat perbedaan prestasi belajar matematika
antara siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent.
c. Fab sebesar 3,6142 lebih dari nilai sebesar 3,0258. Oleh karena itu, H0AB
ditolak. Hal ini berarti ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel
terikat. Dengan demikian, terdapat interaksi antara model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional
dengan gaya kognitif field independent dan gaya kognitif field dependent
terhadap prestasi belajar matematika.
6. Hasil Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda ini dilakukan untuk mengetahui kategori manakah
yang secara signifikan memberikan rerata yang berbeda dengan kategori
lainnya. Berdasarkan keputusan uji pada analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama, pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh bahwa.
a. H0A Ditolak
Berdasarkan keputusan uji analisis variansi dua jalan sel tak sama
diperoleh H0A ditolak sehingga perlu dilakukan uji komparasi rerata antar
baris. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Berikut ini
disajikan rangkuman hasil uji komparasi rerata antar baris pada masing-
masing kategori model pembelajaran dengan metode Scheffe’.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris pada
Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran No. H0 Fobs 2.F0,05:2:300 Keputusan Uji
1. = 6,4611 2(3,0258) = 6,0517 H0 ditolak
2. = 26,1962 2(3,0258) = 6,0517 H0 ditolak
3. = 6,4376 2(3,0258) = 6,0517 H0 ditolak
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar baris pada masing-
masing kategori model pembelajaran, dengan taraf signifikansi 0,05
diperoleh bahwa.
1) H0 yang pertama, yakni = ditolak. Hal ini berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan Tabel 4.6., rerata marginal prestasi belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran, yakni 78,6923 lebih tinggi dibandingkan
rerata marginal prestasi belajar matematika siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yakni 74,0400. Dengan demikian,
diperoleh simpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) H0 yang kedua, yakni = ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat
perbedaan prestassi belajar matematika antara siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran dan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan Tabel 4.6., rerata marginal prestasi belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran, yakni 78,6923 lebih tinggi dibandingkan
rerata marginal prestasi belajar matematika siswa dengan model
pembelajaran konvensional, yakni 69,3726. Dengan demikian,
diperoleh simpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran konvensional.
3) H0 yang ketiga, yakni = ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan Tabel 4.6., rerata marginal prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, yakni 74,0400 lebih tinggi dibandingkan rerata marginal prestasi
belajar matematika siswa yang memiliki model pembelajaran
konvensional, yakni 69,3726. Dengan demikian, diperoleh simpulan
bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa dengan model pembelajaran konvensional.
b. H0B Ditolak
Berdasarkan keputusan uji analisis variansi dua jalan sel tak sama
diperoleh H0B ditolak. Dalam penelitian ini, karena variabel gaya kognitif
hanya mempunyai dua kategori, yaitu field independent dan field dependent,
sehingga tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda antar kolom. Untuk
mengetahui gaya kognitif yang memberikan prestasi belajar matematika
yang lebih baik adalah dengan membandingkan besarnya rerata marginal
dari masing-masing kategori gaya kognitif.
Berdasarkan Tabel 4.7., rerata marginal prestasi belajar matematika
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, yakni 77,4476 lebih
tinggi dibandingkan rerata marginal prestasi belajar matematika siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent, yakni 72,2985. Dengan demikian,
diperoleh simpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang memiliki
gaya kognitif field independent lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
c. H0AB Ditolak
Berdasarkan keputusan uji analisis variansi dua jalan sel tak sama
diperoleh H0AB ditolak sehingga perlu dilakukan uji komparasi rerata antar
sel pada masing-masing kategori model pembelajaran dan gaya kognitif.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Berikut disajikan
rangkuman hasil uji komparasi rerata antar sel pada masing-masing kategori
model pembelajaran dan gaya kognitif dengan metode Scheffe’.
Tabel 4.13. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel pada
Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran dan Gaya
Kognitif Siswa
No. H0 Fobs 5.F0,05;5;300 Keputusan Uji
1 11 = 12 1,6895 5 (2,2441) = 11,2205 H0 tidak ditolak
2 21 = 22 13,8698 5 (2,2441) = 11,2205 H0 ditolak
3 31 = 32 0,0006 5 (2,2441) = 11,2205 H0 tidak ditolak
4 11 = 21 0,0001 5 (2,2441) = 11,2205 H0 tidak ditolak
5 11 = 31 13,2350 5 (2,2441) = 11,2205 H0 ditolak
6 21 = 31 12,3389 5 (2,2441) = 11,2205 H0 ditolak
7 12 = 22 8,8672 5 (2,2441) = 11,2205 H0 tidak ditolak
8 12 = 32 12,6761 5 (2,2441) = 11,2205 H0 ditolak
9 22 = 32 0,2850 5 (2,2441) = 11,2205 H0 tidak ditolak
Berdasarkan hasil uji komparasi rerata antar sel pada masing-masing
kategori model pembelajaran dan gaya kognitif, dengan taraf signifikansi
0,05 diperoleh bahwa.
1) H0 yang pertama, yakni 1211 μμ tidak ditolak. Hal ini berarti pada siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media
CD pembelajaran, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa pada siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran, prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent sama baiknya dengan prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
2) H0 yang kedua, yakni 2221 μμ ditolak. Hal ini berarti bahwa pada siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif
field independent dan field dependent.
Berdasarkan Tabel 4.8., pada siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, rerata gaya kognitif field
independent, yakni 80,8235 lebih tinggi dibandingkan rerata gaya
kognitif field dependent, yakni 70,5455. Dengan demikian, diperoleh
simpulan bahwa pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
3) H0 yang ketiga, yakni 31= 32 tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa pada
siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent dan field dependent.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa pada siswa yang
dikenai model pembelajaran konvensional, prestasi belajar matematika
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent sama baiknya
dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif
field dependent.
4) H0 yang keempat, yakni 11 = 21 tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa
pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran
dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa pada siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent, prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran sama baiknya dengan prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
5) H0 yang kelima, yakni 11 = 31 ditolak. Hal ini berarti bahwa pada
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran dan model
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan Tabel 4.8., pada siswa yang memiliki gaya kognitif
field independent, rerata model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran, yakni 80,8000 lebih tinggi
dibandingkan rerata model pembelajaran konvensional, yakni 69,4194.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa pada siswa yang memiliki
gaya kognitif field independent, prestasi belajar matematika siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif tipe dilengkapi media CD
pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa
yang dikenai model pembelajaran konvensional
6) H0 yang keenam, yakni 21 = 31 ditolak. Hal ini berarti bahwa pada
siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan konvensional.
Berdasarkan Tabel 4.8., pada siswa yang memiliki gaya kognitif
field independent, rerata model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
yakni 80,8235 lebih tinggi dibandingkan rerata model pembelajaran
konvensional, yakni 69,4194. Dengan demikian, diperoleh simpulan
bahwa pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent,
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.
7) H0 yang ketujuh, yakni 12= 22 tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa
pada siswa dengan gaya kognitif field dependent, tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran
dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa pada siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent, prestasi belajar matematika siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media
CD pembelajaran sama baiknya dengan prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
8) H0 yang kedelapan, yakni 12= 32 ditolak. Hal ini berarti bahwa pada
siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran dan model
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan Tabel 4.8., pada siswa yang memiliki gaya kognitif
field dependent, rerata model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran, yakni 77,3750 lebih besar
dibandingkan rerata model pembelajaran konvensional, yakni 69,3521.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa pada siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent, prestasi belajar matematika siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi CD
pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa
yang dikenai model pembelajaran konvensional
9) H0 yang kesembilan, yakni 22= 32 tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa
pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran
konvensional.
Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa pada siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent, prestasi belajar matematika siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama baiknya
dengan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, berikut adalah
penjelasan dari hipotesis penelitian.
1. Hipotesis Pertama
Hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi CD pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil uji komparasi rerata antar baris pada masing-masing kategori
model pembelajaran, diperoleh simpulan bahwa prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model
pembelajaran konvensional dan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Lebih baiknya
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD yang dilengkapi media CD pembelajaran akan lebih mampu untuk
meningkatkan komponen kognisi, afeksi, dan konasi yang dimiliki oleh siswa
sebagai unsur penting dalam memperoleh prestasi belajar matematika yang
lebih baik dibandingkan pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa yang
dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model
pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran STAD yang dilengkapi media
CD pembelajaran lebih mampu memberikan penekanan dan penguatan yang
lebih bermakna, serta dapat menarik siswa untuk lebih mengingat dan
memahami materi pelajaran.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, setiap siswa dituntut
berperan aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok, sedangkan pada model
pembelajaran konvensional, proses pembelajaran hanya terpusat pada guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dengan demikian, pemahaman siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih optimal dibandingkan pemahaman siswa yang
dikenai model pembelajaran konvensional.
Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Hendriyadi (2011) yang menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika
siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik
dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis Kedua
Hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent. Dalam penelitian
ini, variabel gaya kognitif hanya mempunya dua kategori sehingga penentuan
kategori gaya kognitif yang lebih baik dengan membandingkan rerata marginal
masing-masing kategori gaya kognitif. Berdasarkan rerata marginal masing-
masing kategori gaya kognitif, diperoleh simpulan bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field independent lebih baik
dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif
field dependent.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Lebih baiknya
prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent disebabkan karena siswa lebih tertarik untuk mengamati
pemrosesan informasinya. Siswa ini dapat menerima secara terpisah-pisah
bagian-bagian dari suatu pola dan dapat menganalisa suatu pola berdasarkan
bagian-bagiannya. Siswa yang memiliki gaya kognitif field independent
umumnya lebih mudah dalam menghadapi tugas-tugas yang memerlukan
kemampuan analisis. Siswa ini memiliki kemampuan analisis yang baik
sehingga cenderung lebih refleksif terhadap kemungkinan-kemungkinan
klasifikasi pilihan yang diberikan, dan cenderung membuat kesalahan yang
lebih sedikit dalam membaca dan berpikir induktif. Siswa yang memiliki gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
kognitif field independent cenderung lebih fleksibel dibandingkan siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent. Secara kognitif, siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent akan mengalami kesulitan dalam menganalisis
masalah yang dihadapi dan mengubah strategi pemecahan masalah yang
selama ini telah digunakan atau menemukan strategi baru dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Hal ini tercermin dalam hasil skor GEFT, siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent mempunyai skor yang lebih tinggi
dibandingkan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dalam
menemukan bentuk sederhana di dalam gambar yang kompleks. Siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent cenderung mempunyai kemampuan
yang lebih baik dalam memersepsikan dan mengorganisasikan informasi yang
diperoleh dari sekitar (berkaitan dengan cara merasakan, mengingat,
memikirkan, memecahkan masalah, dan membuat kesimpulan) dibandingkan
siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent yang cenderung lebih
mudah dalam mempelajari ilmu sejarah, kesusasteraan, bahasa, dan ilmu
pengetahuan sosial.
Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Mahardi Saputro (2011) dan Moertiningsih E.P.U (2011) yang menyimpulkan
bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field independent mempunyai
prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil komparasi rerata antar sel pada masing-masing
kategori model pembelajaran, diperoleh simpulan bahwa.
a. Pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran, prestasi belajar matematika siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent sama baiknya dengan prestasi
belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Oleh karena
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi CD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pembelajaran mampu mengakomodasi setiap perbedaaan karakteristik
siswa, maka prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent sama baiknya dengan prestasi belajar matematika
siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
b. Pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi
belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field independent
lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent memiliki kemampuan yang baik
dalam mempersepsikan dan mengorganisasi kembali informasi yang telah
diterimanya sehingga mampu memecahkan permasalah dengan baik. Siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung memiliki
kemampuan analisis matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent.
c. Pada siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional, prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field independent sama
baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian.
Dimungkinkan pada penelitian guru tidak memperhatikan heterogenitas
gaya kognitif siswa dalam proses pembelajaran.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil komparasi rerata antar sel pada masing-masing
kategori gaya kognitif, diperoleh simpulan bahwa:
a. Pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran sama baiknya dengan prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran koperatif tipe STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian.
Dimungkinkan pada penelitian guru tidak memperhatikan heterogenitas
gaya kognitif siswa dalam proses pembelajaran.
b. Pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran lebih memberikan penguatan dan penekanan pada daya ingat
siswa dan dapat menarik siswa untuk lebih mengingat dan memahami
materi pelajaran dibandingkan model pembelajaran konvensional.
c. Pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent, prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu untuk memahami materi pelajaran. Setiap siswa
memiliki tanggung jawab individu untuk saling mendorong, membantu dan
memecahkan masalah sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
d. Pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran sama baiknya dengan prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent mempunyai pemahaman yang sama
baiknya, baik dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi
media CD pembelajaran maupun model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
e. Pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD
pembelajaran lebih memberikan penguatan dan penekanan pada daya ingat
siswa dan dapat menarik siswa untuk lebih mengingat dan memahami
materi pelajaran dibandingkan model pembelajaran konvensional.
f. Pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian.
Dimungkinkan pada penelitian guru tidak memperhatikan heterogenitas
gaya kognitif siswa dalam proses pembelajaran.
C. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pada hasil penelitian, teridentifikasi suatu keterbatasan dalam
pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini diduga berdampak pada
tidak terbuktinya beberapa hipotesis penelitian yang telah disusun. Keterbatasan
dalam penelitian ini adalah data gaya kognitif siswa diukur pada pertemuan
terakhir untuk masing-masing model pembelajaran. Dengan demikian,
pelaksanaan pembelajaran pada model pembelajaran tidak memperhatikan
heterogenitas gaya kognitif siswa. Hal ini terkait dengan pembentukan kelompok
belajar pada masing-masing model pembelajaran. Meskipun pembentukan
kelompok belajar telah memperhatikan heterogenitas jenis kelamin dan
kemampuan akademik, peneliti tidak mampu menjamin bahwa kelompok belajar
yang telah tersusun dari heterogenitas gaya kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa
pada siswa kelas VII SMP/MTs di Kabupaten Grobogan, khususnya pada
pokok bahasan segitiga dan segiempat.
1. Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik
dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model pembelajaran
konvensional dan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan model
pembelajaran konvensional.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa
yang memiliki gaya kognitif field dependent.
3. Pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilengkapi media CD pembelajaran maupun model pembelajaran
konvensional, prestasi belajar matematika siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent sama baiknya dengan prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Pada siswa
yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki gaya kognitif field independent lebih
baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent.
4. Pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent maupun field
independent, prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran
sama baiknya dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
kooperatif tipe STAD dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik
dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran konvensional, pada siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent prestasi belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan model
pembelajaran konvensional, sedangkan pada siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent, prestasi belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama baiknya dengan prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang diperoleh, berikut
adalah beberapa implikasi, baik teoritis maupun praktis dalam upaya
mengoptimalkan prestasi belajar matematika peserta.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik dibandingkan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Selain model pembelajaran, gaya kognitif juga
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan
teori untuk mengembangkan model pembelajaran matematika yang
inovatif, khususnya pada pokok bahasan segitiga dan segiempat dengan
memperhatikan gaya kognitif siswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga
dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam melakukan penelitian lebih
lanjut berkenaan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang dilengkapi media CD pembelajaran dan gaya kognitif siswa.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
STAD yang dilengkapi media CD pembelajaran lebih baik dibandingkan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang dilengkapi media CD pembelajaran efektif diterapkan pada
pembelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan segitiga dan
segiempat untuk mengoptimalkan prestasi belajar matematika siswa.
Selain itu, selama pembelajaran, guru juga harus memperhatikan
karakteristik gaya kognitif siswa karena karakteristik ini turut
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi kepala sekolah
Hendaknya kepala sekolah senantiasa memberikan motivasi,
monitoring, dan evaluasi kepada para guru, khususnya guru matematika
agar berani menerapkan model pembelajaran inovatif dengan
memperhatikan karakteristik gaya kognitif siswa. Salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
dilengkapi media CD pembelajaran. Selain itu, pemanfaatan fasilitas
yang ada di sekolah juga harus dioptimalkan agar tidak hanya terkesan
sebagai pelengkap fasilitas akan tetapi siswa dan guru dapat
mempergunakannya untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan
prestasi akademis siswa.
2. Bagi guru matematika
a. Berdasarkan penelitian, diperoleh informasi bahwa ada berbagai
manfaat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
dilengkapi media CD pembelajaran dalam pembelajaran matematika
untuk siswa baik manfaat secara akademis maupun manfaat sosial.
Oleh karena itu, disarankan sesekali model pembelajaran ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
dijadikan sebagai salah satu referensi dalam pembelajaran di kelas.
Model ini membutuhkan perangkat pembelajaran lebih banyak,
akibatnya sangat dimungkinkan muncul kendala teknis dalam
pelaksanaannya. Selain itu diperlukan persiapan yang matang oleh
guru sehingga apabila model pembelajaran ini akan digunakan, harus
disertai dengan persiapan fasilitas dan pengkondisian siswa yang bisa
mendukung proses pembelajaran.
b. Hendaknya termotivasi untuk menerapkan model pembelajaran STAD
yang dilengkapi media CD pembelajaran agar proses pembelajaran
mampu mengoptimalkan pemahaman siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent terhadap
suatu konsep matematika terutama materi luas dan keliling segiempat
dan segitiga.
3. Bagi siswa
a. Hendaknya dalam mengikuti pembelajaran kooperatif, turut terlibat
secara aktif dalam melakukan diskusi kelompok agar mampu
mengkonstruksi pemahaman terhadap suatu konsep yang sedang
dipelajari, bersedia memperhatikan dan menghargai penjelasan,
pendapat, pertanyaan, atau jawaban dari anggota kelompok lain.
b. Hendaknya selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh
penjelasan guru tentang tata cara penerapan suatu model pembelajaran
yang akan diterapkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan efektif sehingga
memperoleh pemahaman yang optimal.
4. Bagi peneliti lain
Hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan
memperdalam dan memperluas lingkup penelitian ini, yakni dengan
mengembangkan model pembelajaran lain yang lebih inovatif dengan
memperhatikan variabel-variabel bebas lain yang turut mempengaruhi
prestasi belajar matematika siswa.