perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...meningkatnya hasil tes dari sebelum dilakukan tindakan dan...
-
Upload
trinhthien -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...meningkatnya hasil tes dari sebelum dilakukan tindakan dan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI
PEMBELAJARAN YANG DISERTAI DENGAN LATIHAN MOTORIK HALUS
PADA ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I
SDLB NEGERI KROYA
TAHUN PELAJARAN
2011/ 2012
JURNAL
Oleh :
NURYATI
NIM. X5211015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN
MELALUI PEMBELAJARAN YANG DISERTAI DENGAN
LATIHAN MOTORIK HALUS PADA ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I
SDLB NEGERI KROYA
TAHUN PELAJARAN
2011/ 2012
Nuryati
ABSTRAK
Nuryati. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI
PEMBELAJARAN YANG DISERTAI DENGAN LATIHAN MOTORIK HALUS
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I SDLB NEGERI KROYA TAHUN
PELAJARAN 2011/ 2012. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret. September 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan
siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya dengan pembelajaran yang disertai
latihan motorik halus.
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Pengambilan subyek penelitian ini adalah siswa tunagrahita ringan
kelas I SDLB Negeri Kroya dan jumlahnya 3 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan
tes unjuk kerja, pedoman observasi dan dokumentasi Tehnik analisis data dilakukan
dengan tehnik deskriptif komparatif untuk data kuantitatif dari hasil tes siswa, dan tehnik
analisis data kualitatif dalam bentuk paparan yang menggambarkan kualitas pembelajaran
dan aktivitas siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis permulaan siswa
tunagrahita ringan kelas I setelah diadakan tindakan dengan latihan motorik halus dalam
kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan menulis
permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya ditunjukkan dengan
meningkatnya hasil tes dari sebelum dilakukan tindakan dan setelah tindakan pada siklus
I. Peningkatan itu semakin terlihat setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Simpulan penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menulis permulaan
siswa melalui pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik halus pada anak
tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya.
A. PENDAHULUAN
Anak tunagrahita adalah suatu kelainan
mental, yaitu perkembangan dan
pertumbuhan mentalnya selalu di bawah
normal. Akibat dari kelainan tersebut
adalah kekurangmampuan dalam bidang
intelektual, kemampuan, rasa, dan
penyesuaian sosial.Untukmenumbuhkan
dan mengembangkan mental anak
tunagrahita secara optimal diperlukan
pendidikan khusus, yaitu suatu sistem
pendidikan yang kurikulum, materi, dan
metode pengajarannya disusun untuk anak
tunagrahita yang disesuaikan dengan
kondisi, kemampuan, dan kebutuhan anak.
Anak tunagrahita ringan menurut American
Association on Mental Deficiency (AAMD)
(Mumpuniarti, 2007:15), memiliki tingkat
kecerdasan berkisar 55-70, dan sebagian
dari merekamencapai usia
kecerdasan/mental (Mental Age/MA) yang
sama dengan anak normal usia 12 tahun
ketika mencapai usia kronologis
(Chronological Age/CA) dewasa. Jadi, MA
tunagrahita ringan berkembang tidak
sejalan dengan bertambahnya CA. Hal
inilah yang di anggap sebagai
keterbelakangan mental anak.
Penanganankhususbagi penyandang
tunagrahita salah satunya adalah layanan
pendidikan. Layanan ini menyiapkan
penyandang tunagrahita agar dapat mandiri
sesuai dengan kondisinya dan dapat
memenuhi kehidupan bermasyarakat.
Penyandang tunagrahita yang mampu
mandiri dan mampu memenuhi
kebutuhannya secara mandiri akan
mengurangi beban keluarga maupun beban
masyarakat, karena kemandirian mereka
memberi nilai manusiawi dan produktifitas.
Nilai manusiawi maksudnya adalah dapat
membangun kehidupan yang layak seperti
idealnya kehidupan manusia, dan nilai
produktifitas artinya mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri dan menghasilkan
jasa untuk dirinya.
Program akademik fungsional
merupakan pogram yang juga memerlukan
ketrampilan kognitif, tetapi langsung
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Program akademik yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari lebih konkret dalam
penggunaannya. Konkret dalam
penggunaannya memberi manfaat bagi
perkembanganKemandirian Penyandang
tunagrahita, sehingga di dalam melakukan
kegiatan sehari-hari di keluarga maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dunia kerja yang memerlukan dasar
akademik dapat dilakukan oleh penyandang
tunagrahita, misalnya menulis.
Jika dalam kehidupan sehari-hari erat
kaitannya dengan kemampuan menulis,
maka sangat perlu penyandang tunagrahita
mendapatkan pembelajaran yang
berhubungan dengan huruf-huruf yaitu
pelajaran menulis permulaan. Usaha
kemampuan anak tunagrahita ringan
kaitannya dengan pendidikan tidak lepas
dari bidang kemampuan dasarnya. Salah
satu kemampuan dasar adalah menulis.
Sebelum ia dapat menulis, maka yang
utama adalah mengenal bentuk-bentuk
huruf.
Pada Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB) Negeri Kroya, di kelas I tahun
pelajaran 2011/2012 terdapat 3 (tiga) siswa
penyandang tunagrahita ringan. Seperti
halnya penyandang tunagrahita ringan pada
umumnya, siswa kelas I SDLB N Kroya
tersebut juga mengalami kesulitan
melakukan salah satu kemampuan dasar
akademik, yaitu menulis. Karena
koordinasi antara otak dan ototnya lemah,
siswa tersebut kesulitan untuk memegang
pensil dan menggerakannya sesuai
seharusnya. Siswa masih kesulitan
membuat garis lurus maupun garis
lengkung sebagai dasar pembuatan bentuk
huruf.
Materi pelajaran menulis permulaan
di SDLB Negeri Kroya diberikan kepada
siswa kelas I sejak awal semester I tahun
pelajaran 2011/2012.Akan tetapi,pada
pengamatan kemampuan menulis
permulaan pada akhir semester I jika dilihat
dari KKM yang ditetapkan di sekolah yaitu
50, dari 3 (tiga) siswa, hanya 1 (satu) siswa
yang sudah dapat menyalin huruf, itupun
dengan bantuan guru, sedangkan 2 (dua)
siswa lainnya baru dapat menebalkan
huruf. Dari data tersebut, sebagian besar
siswa masih kesulitan dalam mengikuti
materi pelajaran menulis permulaan,
sehingga perlu upaya peningkatan
kemampuan menulis permulaan.
Menurut Mumpuniarti (2007:107-
108), agar penyandang tunagrahita ringan
dapat menulis, maka perlu diberikan latihan
motorik halus, yaitu dilatih menyentuh,
meraih, dan melepaskan suatu benda. Juga
dilatih untuk membedakan persamaan dan
perbedaan antara objek dan rancangannya
serta dilatih untuk memantapkan gerakan
jari tangannya. Hal ini sangat membantu
anak dalam mempergunakan otot-otot
tangannya, sehingga dapat menghubungkan
titik dengan titik, membuat lingkaran atau
bentuk geometri, yang dapat dilanjutkan
dengan membuat huruf dan angka.
Dari uraian tersebut di atas, penulis
bermaksud melakukan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan judul : ”Peningkatan
Kemampuan Menulis Permulaan Melalui
Pembelajaran yang Disertai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Latihan Motorik Halus pada Anak
Tunagrahita Ringan Kelas I SDLB Negeri
Kroya Tahun Pelajaran 2011/2012”
B. METODE PENELITIAN
Perbaikan pembelajaran dilakukan
melalui proses pengkajian berdaur, yang
terdiri dari empat tahap, yaitu tahap
perencanaan (plan), melaksanakan tindakan
(acting), mengawasi (observing), dan
refleksi (reflecting). Hasil refleksi terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan akan
digunakan kembali untuk merevisi rencana
jika ternyata tindakan yang dilakukan
belum berhasil.
Prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dalam penelitian ini
digambarkan dengan bagan sebagaimana
disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart.
Indikator yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa terhadap materi ajar
adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari
materi yang diajarkan. Dengan kriteria
siswa telah dinyatakan tuntas belajar adalah
telah mencapai tingkat penguasaan materi
pelajaran mencapai 50 (KKM).
Kriteria untuk mengukur tingkat
keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran
adalah proses perbaikan pembelajaran
(peningkatan pemahaman siswa)
dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah
siswa tuntas dalam belajar.
C. PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN
Anak tunagrahita ringan memiliki
perbedaan perkembangan mental dengan
anak seusianya. Dengan perbedaan
perkembangan mental ini, anak tunagrahita
mengalami kesulitan dalam kegiatan
kesehariannya, termasuk belajar menulis.
Ada beberapa jenis kesulitan
menulis. Adapun jenis kesulitan menulis
sebagai berikut :
Menurut Munawir (2005:181), ada
beberapa jenis kesulitan yang dialami oleh
anak tunagrahita ringan, yaitu: a) Terlalu
lambat dalam menulis, b) Salah arah pada
penulisan huruf dan angka. Misalnya,
menulis huruf n dimulai dari ujung bawah
kaki kanan huruf, naik lengkung ke kanan,
ke bawah, baru kembali naik, c) Terlalu
miring, d) Jarak antara huruf tidak
konsisten, e) Tulisan kotor, f) Tidak tepat
dalam mengikuti garis horisontal, g)
Bentuk huruf atau angka tidak terbaca, h)
Tekanan pensil tidak tepat (terlalu tebal
atau terlalu tipis), i) Ukuran tulisan terlalu
besar atau terlalu kecil, j) Bentuk terbalik
(seperti bercermin).
Kesulitan menulis yang dialami
anak dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, misalnya gangguan motorik,
gangguan emosi, gangguan persepsi visual,
atau gangguan ingatan. Gangguan gerak
halus dapat mengganggu keterampilan
menulis. Hal ini dapat berakibat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengawasan bidang studi akademik lain.
Sebagian guru akan langsung menarik
kesimpulan bahwa anak tidak mampu
menulis, padahal ketidakmampuannya
disebabkan oleh faktor motorik. Kesulitan
menulis juga dapat merupakan akibat
pengajaran guru yang kurang baik atau
motivasi anak yang rendah.
Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa anak tunagrahita
mengalami kesulitan dalam menulis
terutama menulis permulaan. Hal ini
disebabkan karena gangguan motorik anak
tunagrahita. Oleh karena itu perlu
diterapkan pembelajaran yang disertai
dengan latihan motorik halus. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran menulis permulaan siswa
kelas I tunagrahita ringan SDLB Negeri
Kroya sebelum menggunakan latihan
motorik halus rata-rata di bawah Kriteria
Ketuntasan Maksimal. Selanjutnya
pembelajaran menulis permulaan siswa
tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri
Kroya dengan menggunakan pembelajaran
yang disertai dengan latihan motorik halus
mengalami peningkatan.
Dari hasil penelitian yang telah
penulis sajikan dapat diambil beberapa
intisari sebagai pembahasan penelitian
yaitu :
1. Pada Siklus I
Adanya peningkatan kemampuan
menulis permulaan siswa tunagrahita
ringan kelas I SDLB Negeri Kroya diambil
dari rata-rata kelas sebesar 47,3 (sesudah
menggunakan latihan motorik halus,
walaupun peningkatan itu belum mencapai
standar ketuntasan yang telah ditetapkan
yaitu nilai sebesar 50). Hal ini terjadi
karena belum memaksimalkan penggunaan
latihan motorik halus. Selain itu masih
diperlukannya media pembelajaran yang
relevan agar pembelajaran akan lebih
bermakna.
2. Pada Siklus II
Peningkatan kemampuan menulis
permulaan yang cukup memuaskan baik
dari pencapaian rata-rata tiap siswa ataupun
peningkatan kemampuan menulis
permulaan dari rata-rata kelas. Pencapaian
rata-rata kelas sebesar 63, tiap-tiap siswa
telah mencapai kriteria ketuntasan yang
telah ditetapkan.
D. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN
SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa melalui pembelajaran
yang disertai dengan latihan motorik halus
dapat meningkatkan kemampuan belajar
menulis permulaan bagi siswa tunagrahita
ringan kelas I SDLB Negeri Kroya
semester II tahun pelajaran 2011/ 2012.
2. Implikasi
a). Implikasi Teoritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil penelitian yang
penulis lakukan dapat diketahui bahwa
latihan motorik halus dapat meningkatkan
kemampuan menulis permulaan siswa
tunagrahita ringan. Dengan demikian hasil
penelitian ini disarankan dapat menjadi
salah satu rujukan bagi pengembangan
penelitian berikutnya untuk mengatasi
masalah kemampuan menulis permulaan
bagi anak tunagrahita ringan. Penggunaan
latihan motorik halus memudahkan anak
dalam melakukan gerakan menulis,
mengingat bahwa masalah yang dialami
anak tunagrahita adalah sulit dalam menulis
permulaan.
b). Implikasi Praktis
Dengan terbuktinya hipotesis
penelitian yang penulis laksanakan,
maka hasil penelitian ini secara praktis
dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan menulis permulaan anak
tunagrahita ringan. Sehingga tujuan
yang diinginkan dapat tercapai yaitu
kemampuan menulis permulaan dapat
meningkat dengan adanya
pembelajaran yang disertai
latihan motorik halus.
3). Saran
Keberhasilan penggunaan
latihan motorik halus dalam kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan menulis permulaan bagi
siswa tunagrahita ringan kelas I
SDLB Negeri Kroya dapat dijadikan
dasar bagi penulis untuk memberikan
saran kepada :
a). Kepala Sekolah
Perlu diadakan sosialisasi
tentang peningkatan kemampuan
menulis permulaan dalam
pembelajaran yang disertai dengan
latihan motorik halus ini pada guru-
guru untuk meningkatkan profesional
guru dalam mengajar dengan
mengundang pakar/ narasumber yang
sesuai.
b). Siswa
Siswa tunagrahita ringan SDLB
Negeri Kroya hendaknya selalu
melakukan latihan motorik halus
sebelum kegiatan belajar menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kesulitan Belajar, Lambat
Belajar, Tunagrahita, Gifted
Disinkroni. Diperoleh 19
Januari 2011 dari
http://gulit1.wordpress.com/2
009/03/05/kesulitan-belajar-
lambat-belajar-tunagrahita-
gifted-disinkroni.
Ari El Benjamin. Kemampuan Motorik
(Motor Ability).
http://ayinosa31.word-
press.com/2010/01/03/kemam
puan-motorik-motor-ability/.
Diakses Tanggal 6 Maret
2012.
Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Elizabeth B. Hurlock. 1991.
Perkembangan Anak Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Fawzia Aswin Hadis. 1996. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta
: Depdikbus Dirjen Dikti.
Mumpuniarti. 2007. Pendekatan
Pembelajaran bagi Anak
Hambatan Mental.
Yogyakarta: Kanwa
Publisher.
Munawir Yusuf. 2005. Pendidikan bagi
Anak dengan Problema
Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Mulyono dan Sudjadi. 1994. Pendidikan
Luar Biasa Umum. Jakarta :
Depdikbud.
Munzayanah. 1992. Orthopedagogik C.
Surakarta. UNS Pres.
Rusli Lutan. 1998. Belajar Keterampilan
Motorik Pengantar Teori dan
Metode. Jakarta : Depdikbud
Dirjen Dikti.
Sugiyono. 2011. Metode penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sutjihati Somantri. 2007. Psikologi Anak
Luar Biasa. Bandung: Refika
Aditama.
Tim Skripsi. 2012. Pedoman Penulisan
Skripsi. Surakarta : UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Winarno Surachmad. 1978. Pengantar
Ilmiah Dasar, Metode,
Teknik. Bandung : Bulan
Bintang.
Zulkifli L. 1992. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAANMELALUI PEMBELAJARAN YANG DISERTAI DENGAN
LATIHAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I
SDLB NEGERI KROYA TAHUN PELAJARAN
2011/ 2012
SKRIPSI
Oleh :NURYATI
NIM. X5211015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nuryati
NIM : X5211015
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENULIS PERMULAAN MELALUI PEMBELAJARAN YANG
DISERTAI DENGAN LATIHAN MOTORIK HALUS PADA ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I SDLB NEGERI KROYA TAHUN
PELAJARAN 2011/ 2012 ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 7 September 2012
Yang membuat pernyataan
N u r y a t i
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN
MELALUI PEMBELAJARAN YANG DISERTAI DENGAN
LATIHAN MOTORIK HALUS PADA ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I
SDLB NEGERI KROYA
TAHUN PELAJARAN
2011/ 2012
Oleh :
NURYATI
NIM. X5211015
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Maryadi, M.Ag. Drs. Hermawan, M.Si.NIP. 19520601 198103 1 003 NIP. 19590818 198603 1 002
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Hari : Jum’at
Tanggal : 7 September 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Priyono, S.Pd, M.Si. ________________
Sekretaris : Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd. ________________
Penguji I : Drs. Maryadi, M.Ag. ________________
Penguji II : Drs. Hermawan, M.Si. ________________
Disahkan oleh
Fkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.NIP. 19660415 199103 1 002
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Nuryati. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PEMBELAJARAN YANG DISERTAI DENGAN LATIHAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I SDLB NEGERI KROYA TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. September 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya dengan pembelajaran yang disertai latihan motorik halus.
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pengambilan subyek penelitian ini adalah siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya dan jumlahnya 3 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan tes unjuk kerja, pedoman observasi dan dokumentasi Tehnik analisis data dilakukan dengan tehnik deskriptif komparatif untuk data kuantitatif dari hasil tes siswa, dan tehnik analisis data kualitatif dalam bentuk paparan yang menggambarkan kualitas pembelajaran dan aktivitas siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I setelah diadakan tindakan dengan latihan motorik halus dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya ditunjukkan dengan meningkatnya hasil tes dari sebelum dilakukan tindakan dan setelah tindakan pada siklus I. Peningkatan itu semakin terlihat setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II.
Simpulan penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menulis permulaan siswa melalui pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik halus pada anak tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya.
Kata kunci : Kemampuan menulis permulaan, latihan motorik halus, Anak Tunagrahita ringan.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Nuryati. INCREASING OF ABILITY WRITE START THROUGH ACCOMPANIED STUDY WITH MILD OF MOTORIC SMOOTH AT CHILD FOR MENTAL RETARDATION LIGHT AT FIRST CLASS SDLB NEGERI KROYA ACADEMIC YEAR OF 2011/ 2012. Script. Surakarta : Faculty of Teacher training and Education. Sebelas Maret University. September 2012.
This research aims to increase ability write start of student for mental retardation light at first class SDLB Negeri Kroya with study accompanied by mild of motoric smooth.
This research use model research of class action which is executed in two cycle. Intake of this research subject is student of mental retardation light at first class SDLB Negeri Kroya and amount him 3 student. File collecting done conducted with job activity presentation test, guidance of technics documentation and observation of file analysis done conducted technically is descriptive of comparability for quantitative file from result of student test, and is technics of file analysis qualitative in the form of presentation depicting the quality and study.
Result of research indicate that ability write start of student of mental retardation light at first class after performed a by action with practice of motoric smooth in activity of natural study of improvement. Increasing of ability write start of student for mental retardation light at first class SDLB Negeri Kroya shown at the height of result of test from before conducted action and after action at cycle I. That improvement progresively seen after execution of action at cycle of II.
Conclude this research is the increasing of ability write start of student pass through study accompanied with practice of motoric smooth at child of mental retardation light at first class SDLB Negeri Kroya.
Keyword : Ability write start, practice of motoric smooth, student of mental retardation light.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
M O T T O
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri.
(Terjemahan : Dorothy Low Nolte)
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Ibu dan anakku yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang.
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan, hanya kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, skripsi ini disusun sebagai tugas akhir
dan syarat mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik dukungan moral maupun material, untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang menyetujui atas permohonan
penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Hermawan, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa
sekaligus sebagai Pembimbing II atas ketelatenan, ketulusan dan kearifannya
memberikan bimbingan sampai terselesainya skripsi ini.
4. Drs. Maryadi, M.Ag sebagai Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran
telah membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Suharto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDLB Negeri Kroya yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
6. Siswa kelas I SDLB Negeri Kroya yang menjadi sampel penelitian.
7. Bapak dan Ibu guru SDLB Negeri Kroya yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu selama proses penelitian.
8. Teman-teman PLB yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
bantuan, terima kasih untuk semuanya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Semoga bantuan yang diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan
dari Allah SWT.Penulis yakin tanpa bantuan dari semua pihak, penyusun tidak
akan dapat menyusun tugas penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
Surakarta, September 2012
Penulis
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO............................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 5
A. Kajian Pustaka..................................................................................... 5
1. Anak Tunagrahita............................................................................ 5
2. Anak Tunagrahita Ringan ............................................................... 9
3. Motorik Halus................................................................................. 12
4. Menulis Permulaan ......................................................................... 17
B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 24
C. Hipotesis ............................................................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 25
1. Tempat Penelitian ........................................................................... 25
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Waktu Penelitian............................................................................. 25
B. Subjek Penelitian ................................................................................. 26
C. Data dan Sumber Data ......................................................................... 26
D. Pengumpulan Data............................................................................... 26
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 30
F. Teknik Validitas Data .......................................................................... 30
G. Indikator Kinerja ................................................................................. 31
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 31
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 34
A. Deskripsi Pratindakan.......................................................................... 34
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................................. 35
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus .......................................... 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 56
A. Simpulan ............................................................................................. 56
B. Implikasi ............................................................................................. 56
C. Saran ................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas ............................................ 24
2. Bagan Triangulasi Tehnik Pengumpulan Data ............................................ 31
3. Bagan Daur Penelitian Tindakan Kelas ...................................................... 32
4. Model Huruf dan Kata ............................................................................... 40
5. Histogram Kemampuan Menulis Permulaan Siklus I .................................. 42
6. Histogram Hasil Pengamatan Kemampuan Menulis Permulaan Siklus I...... 43
7. Histogram Kemampuan Menulis Permulaan Siklus II ................................. 50
8. Histogram Hasil Pengamatan Siklus II ........................................................ 51
9. Histogram Hasil Tindakan Siklus I dan Siklus II ......................................... 51
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya ...................... 26
2. Format penilaian kinerja/ proses ................................................................. 28
3. Format penilaian psikomotor....................................................................... 28
4. Format pengamatan perilaku berkarakter .................................................... 29
5. Format pengamatan keterampilan sosial ..................................................... 29
6. Prosedur pelaksanaan penilaian .................................................................. 33
7. Hasil kemampuan menulis permulaan ........................................................ 35
8. Hasil kemampuan rata-rata menulis permulaan .......................................... 35
9. Jadwal pelaksanaan penelitian .................................................................... 35
10. Nilai kemampuan rata-rata siklus I .............................................................. 42
11. Hasil pengamatan siklus I ........................................................................... 43
12. Nilai kemampuan rata-rata siklus II ............................................................ 50
13. Hasil pengamatan siklus II ......................................................................... 51
14. Hasil Tindakan siklus I dan II ..................................................................... 53
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran .................................................................................. 59
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................... 61
3. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ........................................... 76
4. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) .......................................... 77
5. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) .......................................... 78
6. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) ......................................... 79
7. Foto Pembelajaran pada Siklus I ................................................................ 80
8. Foto Pembelajaran pada Siklus II ............................................................... 81
9. Perijinan Skripsi ......................................................................................... 82
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak tunagrahita adalah suatu kelainan mental, yaitu perkembangan dan
pertumbuhan mentalnya selalu di bawah normal. Akibat dari kelainan tersebut
adalah kekurangmampuan dalam bidang intelektual, kemampuan, rasa, dan
penyesuaian sosial. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan mental anak
tunagrahita secara optimal diperlukan pendidikan khusus, yaitu suatu sistem
pendidikan yang kurikulum, materi, dan metode pengajarannya disusun untuk
anak tunagrahita yang disesuaikan dengan kondisi, kemampuan, dan kebutuhan
anak. Anak tunagrahita ringan menurut American Association on Mental
Deficiency (AAMD) (Mumpuniarti, 2007:15), memiliki tingkat kecerdasan
berkisar 55-70, dan sebagian dari mereka mencapai usia kecerdasan/mental
(Mental Age/MA) yang sama dengan anak normal usia 12 tahun ketika mencapai
usia kronologis (Chronological Age/CA) dewasa. Jadi, MA tunagrahita ringan
berkembang tidak sejalan dengan bertambahnya CA. Hal inilah yang dianggap
sebagai keterbelakangan mental anak.
Penanganan khusus bagi penyandang tunagrahita salah satunya adalah
layanan pendidikan. Layanan ini menyiapkan penyandang tunagrahita agar dapat
mandiri sesuai dengan kondisinya dan dapat memenuhi kehidupan bermasyarakat.
Penyandang tunagrahita yang mampu mandiri dan mampu memenuhi
kebutuhannya secara mandiri akan mengurangi beban keluarga maupun beban
masyarakat, karena kemandirian mereka memberi nilai manusiawi dan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
produktifitas. Nilai manusiawi maksudnya adalah dapat membangun kehidupan
yang layak seperti idealnya kehidupan manusia, dan nilai produktifitas artinya
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan menghasilkan jasa untuk dirinya.
Program akademik fungsional merupakan program yang juga memerlukan
ketrampilan kognitif, tetapi langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Program akademik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari lebih konkret
dalam penggunaannya. Konkret dalam penggunaannya memberi manfaat bagi
perkembangan kemandirian penyandang tunagrahita, sehingga di dalam
melakukan kegiatan sehari-hari di keluarga maupun dunia kerja yang memerlukan
dasar akademik dapat dilakukan oleh penyandang tunagrahita, misalnya menulis.
Jika dalam kehidupan sehari-hari erat kaitannya dengan kemampuan
menulis, maka sangat perlu penyandang tunagrahita mendapatkan pembelajaran
yang berhubungan dengan huruf-huruf yaitu pelajaran menulis permulaan. Usaha
kemampuan anak tunagrahita ringan kaitannya dengan pendidikan tidak lepas dari
bidang kemampuan dasarnya. Salah satu kemampuan dasar adalah menulis.
Sebelum ia dapat menulis, maka yang utama adalah mengenal bentuk-bentuk
huruf.
Pada Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kroya, di kelas I tahun
pelajaran 2011/2012 terdapat 3 (tiga) siswa penyandang tunagrahita ringan.
Seperti halnya penyandang tunagrahita ringan pada umumnya, siswa kelas I
SDLB N Kroya tersebut juga mengalami kesulitan melakukan salah satu
kemampuan dasar akademik, yaitu menulis. Karena koordinasi antara otak dan
ototnya lemah, siswa tersebut kesulitan untuk memegang pensil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggerakannya sesuai seharusnya. Siswa masih kesulitan membuat garis lurus
maupun garis lengkung sebagai dasar pembuatan bentuk huruf.
Materi pelajaran menulis permulaan di SDLB Negeri Kroya diberikan
kepada siswa kelas I sejak awal semester I tahun pelajaran 2011/2012. Akan
tetapi, pada pengamatan kemampuan menulis permulaan pada akhir semester I
jika dilihat dari KKM yang ditetapkan di sekolah yaitu 50, dari 3 (tiga) siswa,
hanya 1 (satu) siswa yang sudah dapat menyalin huruf, itupun dengan bantuan
guru, sedangkan 2 (dua) siswa lainnya baru dapat menebalkan huruf. Dari data
tersebut, sebagian besar siswa masih kesulitan dalam mengikuti materi pelajaran
menulis permulaan, sehingga perlu upaya peningkatan kemampuan menulis
permulaan.
Menurut Mumpuniarti (2007:107-108), agar penyandang tunagrahita ringan
dapat menulis, maka perlu diberikan latihan motorik halus, yaitu dilatih
menyentuh, meraih, dan melepaskan suatu benda. Juga dilatih untuk membedakan
persamaan dan perbedaan antara objek dan rancangannya serta dilatih untuk
memantapkan gerakan jari tangannya. Hal ini sangat membantu anak dalam
mempergunakan otot-otot tangannya, sehingga dapat menghubungkan titik
dengan titik, membuat lingkaran atau bentuk geometri, yang dapat dilanjutkan
dengan membuat huruf dan angka.
Dari uraian tersebut di atas, penulis bermaksud melakukan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul :
”Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Pembelajaran yang
Disertai dengan Latihan Motorik Halus pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas I
SDLB Negeri Kroya Tahun Pelajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah dalam
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
”Apakah pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik halus dapat
meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita ringan kelas I
SDLB Negeri Kroya tahun pelajaran 2011/ 2012?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis
permulaan anak tunagrahita ringan melalui pembelajaran yang disertai dengan
latihan motorik halus pada siswa kelas I SDLB Negeri Kroya tahun pelajaran
2011/ 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa lebih
mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru termasuk
kemampuan menulis permulaan.
2. Bagi Guru
a. Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sesuai dengan karaktristik
siswa.
b. Memiliki keterampilan dalam menggunakan media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar, khususnya pada pelajaran menulis permulaan.
c. Memiliki wawasan tentang kreativitas dan motivasi khusus dalam
pembelajaran menulis permulaan bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Anak Tunagrahita
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita atau sering disebut anak dengan hambatan mental
adalah anak yang perkembangan mentalnya lebih lambat dari
perkembangan usia kronologisnya. Anak-anak tersebut memerlukan
layanan khusus dalam mengikuti pendidikan. Layanan khusus tersebut
haruslah didasari dengan berbagai teori belajar yang sesuai dengan
karakteristik belajar mereka.
Menurut Sutjihati Soemantri (2007:103), tunagrahita adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata. Ciri anak tunagrahita adalah memiliki
intelegensi yang terbatas dan memiliki ketidakcakapan dalam interaksi
sosial, sehingga anak tunagrahita sering disebut dengan istilah terbelakang
mental.
Mumpuniarti (2007:5-7), menyebut istilah tunagrahita dengan
hambatan metal (mentally handicap), dengan ciri-ciri: (1) tidak
berkemampuan secara sosial dan tidak mampu mengelola dirinya sendiri
sampai tingkat usia dewasa, (2) mental di bawah normal, (3) terlambat
kecerdasannya sejak dari lahir, (4) terlambat tingkat kematangannya, dan
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(5) cacat mental yang disebabkan pembawaan dari keturunan atau
penyakit.
Definisi lain dikemukakan oleh Grossman (Mumpuniarti, 2007:9)
yang menyebutkan: Mental retardation refers significantly subarevage
general intellectually functioning existing concurrently with deficits in
adaptive behavior, and manifested during the developmental period”.
Definisi ini mengemukakan dua criteria dari individu yang dianggap
retardasi mental yaitu kecerdasan di bawah rata-rata dan kekurangan
dalam adaptasi tingkah laku yang terjadi selama masa perkembangan.
Mulyono dan Sudjadi (1994:19-21), menyatakan bahwa anak
tunagrahita anak yang memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial
berada di bawah rata-rata. Ciri-cirinya adalah (1) IQ berada di bawah rata-
rata secara nyata, (2) adanya kekurangan dalam perilaku adaptif, dan (3)
terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia
18 tahun.
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental
Retardation). Tuna berarti merugi. Grahita berarti pikiran. Retardasi
Mental (Mental Retardation/ Mentally Retarded) berarti terbelakang
mental. Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah sebagai
berikut : 1. Lemah fikiran (Feeble-Minded); 2. Terbelakang mental
(Mentally Retarded); 3. Bodoh atau dungu (Idiot); 4. Pandir (Imbecile); 5.
Tolol (moron); 6. Oligofrenia (Oligophrenia); 7. Mampu Didik
(Educable); 8. Mampu Latih (Trainable); 9. Ketergantungan penuh
(Totally Dependent) atau Butuh Rawat; 10. Mental Subnormal; 11. Defisit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mental; 12. Defisit Kognitif; 13. Cacat Mental; 14. Defisiensi Mental; 15.
Gangguan Intelektual American Asociation on Mental Deficiency
(AAMD) mendefinisikan Tunagrahita sebagai kelainan : yang meliputi
fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke
bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang
menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian
Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992) fungsi
intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi
baku. Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa
perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Pengklasifikasian/ penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan
pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam
Special Education in Ontario School. Educable. Anak pada kelompok ini
masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak
reguler pada kelas 5 sekolah dasar. Gifted (anak berbakat) adalah mereka
yang menurut pada ahli/ profesional diidentifikasikan sebagai anak yang
mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul. Anak berbakat memerlukan pendidikan khusus
yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya agar potensi yang luar biasa
hebat yang dimilikinya dapat diaktualisasikan secara optimal untuk
kepentingan sendiri dan masyarakat. Anak-anak gifted kadang mengalami
disinkroni. Dari penelitian Monks dilaporkan bahwa setengah dari
populasi anak berbakat (gifted) mengalami masalah di sekolahnya karena
prestasi yang dicapai dibawah potensinya (Monks & Ypenburg, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Masalah ini disebabkan bukan hanya tidak terdukungnya perkembangan
kognitif mereka dengan metode yang tepat di sekolah, tetapi juga adanya
masalah dalam perkembangan yang disebut masalah perkembangan
disinkroni. Jika tidak ditangani dengan tepat, potensi gifted disinkroni ini
bisa berkembang tidak optimal. Bahkan dampak yang lebih buruk, anak
akan frustasi. (Anonim, 2009).
Menurut Munzayanah dalam Orthopedagogik (1992:1) yang
dimaksud anak tunagrahita atau subnormal mental adalah sebagai berikut :
Anak subnormal mental adalah anak yang bermental subnormal (dibawah normal), berkelainan mental, intelegensinya dibawah normal. Subnormalitas mental bukanlah suatu penyakit melainkan suatu keadaan dimana individu menunjukkan gangguan intelektualnya, dimulai semenjak masa perkembangannya yang bermanivertasi pada gangguan belajar dan gangguan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
tunagrahita (hambatan mental) adalah anak yang memiliki intelegensi di
bawah normal, sehingga memiliki ketidakcakapan untuk berinteraksi
secara sosial dan tidak mampu mengelola dirinya sendiri sampai tingkat
usia dewasa yang disebabkan oleh bawaan dari lahir atau penyakit tertentu.
b. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Kelambatan perkembangan mental anak tunagrahita dapat
dikelompokkan berdasarkan berat atau ringannya hambatan mental yang
dialami anak. Pengelompokan ini perlu dilakukan untuk menentukan jenis
layanan khusus bagi anak-anak tersebut, terutama ketika menempuh
jenjang pendidikan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut AAMD dalam Mumpuniarti (2007:13) mengklasifikasikan
anak tunagrahita mental sebagai berikut :
1) Tunagrahita ringanTingkat ini memiliki ciri-ciri (1) tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 50 - 70, (2) dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas, dan (3) mampu melakukan pekerjaan setingkat semi trampil.
2) Tunagrahita sedangTingkat ini memiliki ciri-ciri (1) tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30 - 50, (2) mampu melakukan ketrampilan mengurus diri sendiri, (3) mampu mengadakan interaksi sosial di lingkungan terdekat, dan (4) mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat kerja terlindung.
3) Tunagrahita berat dan sangat beratTingkat ini memiliki ciri-ciri (1) sepanjang hidupnya selalu bergantung pada bantuan dan perawatan orang lain, tetapi ada yang masih mampu dilatih mengurus diri sendiri dan berkomunikasi secara sederhana dalam batasan waktu tertentu, dan (2) memiliki tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30.
Berdasarkan klasifikasi tentang anak tunagrahita tersebut, subyek
penelitian ini termasuk anak tunagrahita ringan karena masih mampu
dalam menyesuaikan diri, sosial, dan mampu dalam kemampuan akademik
tingkat dasar.
2. Anak Tunagrahita Ringan
a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan atau sering disebut hambatan mental ringan
memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal.
Hal ini menyebabkan tunagrahita ringan tidak terdeteksi sejak awal
sebelum masuk sekolah.
Menurut Sutjihati Somantri (2007:107), tunagrahita ringan disebut
moron atau debil, memiliki IQ antara 68-52 dalam skala binet atau 69-55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam skala Weschler, masih dapat belajar membaca, menulis, dan
berhitung sederhana. Sedangkan menurut Mumpuniarti (2007:15) anak
tunagrahita ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda
dengan anak normal, tetapi setelah berada di sekolah dasar nampak tidak
mampu mengikuti pelajaran yang bersifat akademik.
Jadi, anak tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan
kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih, misalnya membaca,
menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita
ringan lebih mudah diajak berkomunikasi, selain itu kondisi fisik mereka
tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun,
Karena itu tunagrahita ringan ini tidak memerlukan pengawasan ekstra.
Dengan demikian anak tunagrahita ringan harus mendapatkan
pendidikan agar dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya
meskipun kemampuan dalam bidang akademik terbatas. Hal ini bertujuan
agar ia dapat hidup mandiri, dan tidak membebani orang lain dalam
kehidupan nantinya.
b. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda
dengan anak normak, tetapi menurut Astati (Mumpuniarti, 2007:17),
ketrampilan motoriknya lebih rendah dari anak normal. Menurut AAMR
(Mumpuniarti, 2007:17), anak tersebut memiliki kecerdasan berkisar 55-
70, dan sebagian dari mereka mencapai usia kecerdasan/ mental yang sama
dengan anak normal usia 12 tahun ketika mencapai usia kronologis. Jadi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
usia kecerdasan anak tunagrahita ringan berkembang tidak sejalan dengan
bertambahnya usia kronologisnya. Hal inilah yang dianggap
keterbelakangan mental anak. Mereka mengalami ketertinggalan 2 atau 5
tingkatan di bidang kognitif dibanding anak normal yang usianya sebaya.
Semakin bertambah usia anak, hambatan mental ringan mengalami
ketertinggalan dibanding anak usia sebayanya. Semakin dewasa semakin
jauh karena perkembangan kognitifnya terbatas pada operasional konkret.
Menurut AAMD dalam Mumpuniarti (2007:13) anak tunagrahita ringan
memiliki ciri-ciri (1) tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 50-70, (2)
dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri
pada lingkungan sosial yang lebih luas, dan (3) mampu melakukan
pekerjaan setingkat semi terampil.
Karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal ini
yang menyebabkan anak tunagrahita ringan tidak terdeteksi sejak awal
sebelum masuk sekolah. Anak baru terdeteksi ketia mulai masuk sekolah
baik di tingkat pra sekolah atau sekolah dasar. Terdeteksi itu dengan
menampakkan ciri ketidakmampuan di bidang akademik, maupun
kemampuan pelajaran di sekolah yang membutuhkan kemampuan motorik.
Selain itu, emosi mereka tidak stabil, mudah meledak-ledak, mudah naik
darah apabila diganggu oleh orang lain, keras kepala, dan pencemburu
tetapi cepat putus asa, dorongan seks mereka sangat kuat, hal ini
disebabkan karena merka tidak dapat mengontrol dirinya sendiri secara
sempurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
anak tunagrahita ringan adalah memiliki tingkat intelegensi yang rendah,
bila dibandingkan dengan anak normal mereka hanya maksimal
kemampuannya setingkat dengan anak kelas V SD, secara fisik tidak jauh
berbeda dengan anak normal tetapi secara social mereka sangat berbeda
karena mereka tidak dapat mengontrol dirinya.
3. Motorik Halus
a. Pengertian Motorik
Kegiatan menulis merupakan penyampaian pesan melalui simbol
bunyi yang berbentuk grafis. Kegiatan ini menuntut kemampuan individu
dalam membuat kode (huruf). Kemampuan tersebut dapat diajarkan
kepada anak melalui kegiatan pra menulis, antara lain menyentuh, meraih
dan melepaskan suatu benda, mencari persamaan dan perbedaan suatu
benda, menggerakkan jari tangan, dan sebagainya. Latihan-latihan tesebut
sering disebut dengan latihan motorik.
Menurut Ari El Benjamin (2010), motorik atau kemampuan motorik
adalah kemampuan yang berhubungan dengan persepsi motorik
(perceptual-motor abilities) dan penguasaan fisik (physical-proficient
abilities). (http://ayinosa31 .wordpress.com/2010/01/03/kemampuan-
motorik-motor-ability/).
Kemampuan persepsi motorik meliputi (1) mengkoordinasikan
gerakan anggota tubuh secara bersamaan, (2) kontrol yang tinggi dan
ketepatan gerak, (3) memilih respon dengan cepat, (4) bereaksi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cepat terhadap stimulus, (5) kemampuan melakukan gerakan dengan cepat,
(6) kemampuan merubah kecepatan dan arah, (7) kemampuan melakukan
gerakan lengan dan tangan yang terampil, terkendali, (8) kemapuan
memperagakan secara terampil dan terkontrol terutama yang melibatkan
jari-jari tangan, (9) kemampuan memperagakan posisi lengan dan tangan
yang tepat, (10) kemampuan yang membidik suatu obyek yang kecil, dan
(11) kemampuan menggerakkan pergelangan dan jari dengan cepat.
Sedangkan kemampuan penguasaan fisik meliputi (1) tenaga atau
daya maksimum yang digunakan untuk obyek eksternal, (2) daya tahan
otot untuk kegiatan berulang-ulang, (3) kemampuan untuk memobilisasi
energi secara efektif untuk menggerakkan otot secara maksimum, (4)
kemampuan melentukkan tubuh, dan (5) kemampuan mengkoordinasikan
tubuh dalam bergerak.
b. Macam-macam Gerak Motorik
Terdapat berbagai macam gerak motorik menurut bentuk gerakan dan
kemampuan penguasaan fisik. Menurut perkembangan usia anak gerak
motorik dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1991: 150), gerakan motorik dalam
perkembangannya dikelompokkan dalam :
1) Gerakan kasar (usia 4-5 tahun), melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang.
2) Gerakan halus (usia 5 tahun), kelompok otot yang kecil, digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat. Jika tidak ada gangguan fisik atau mental, usia 6 tahun anak siap untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Zulkifli L (1992:26) mengelompokkan gerak motorik ke dalam tiga
bagian, yaitu :
1) Gerakan Instinktif
Instink adalah kemampuan bertindak tepat, tidak mempergunakan
pikiran, diperoleh dari alam sejak dilahirkan. Gerakan instink disebabkan
oleh dorongan dari dalam diri untuk memuaskan dorongan itu.
2) Gerakan Refleks
Gerakan refleks disebabkan oleh dorongan yang datang dari luar
berbentuk perangsang. Reaksi-reaksi itu digolongkan menjadi 2 :
a) Reaksi yang bersifat positif, yaitu gerakan yang dilakukan untuk
menyatakan rasa puas.
b) Reaksi yang bersifat negatif, yaitu gerakan yang dilakukan untuk
menolak perangsang yang tidak menyenangkan.
3) Gerakan Spontan
Pada gerakan spontan, dorongan atau perangsangnya datang dari
dalam diri sendiri. Mulanya dirasakan sebagai tidak bertujuan.
Pada bagian lain, Zulkifli L (1992:136), menggolongkan motorik ke
dalam tiga golongan, yaitu:
1) Motorik Statis
Yaitu gerakan tubuh sebagai upaya untuk memperoleh
keseimbangan, misalnya keserasian gerakan tangan dan kaki pada waktu
kita sedang berjalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Motorik Ketangkasan
Yaitu gerakan untuk melaksanakan tindakan yang berwujud
ketangkasan dan keterampilan.
3) Motorik Penguasaan
Yaitu gerakan untuk mengendalikan otot-otot roman muka dan
sebagainya.
c. Proses Belajar Motorik
Beberapa macam proses belajar motorik muncul dalam beberapa tulisan
dalam rangka membedakan tipe belajar motorik itu. Beberapa macam proses
belajar motorik akan dipaparkan sebagai berikut :
Sama halnya dengan belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat suatu proses yang menyumbangkan kepada perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari berlatih. Karena itu, fokus dari belajar motorik ialah perubahan yang terjadi dalam organisme yang memungkinkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelum berlatih. (Rusli Lutan, 1998:103).
Gerak motorik atau kemampuan motorik adalah kemampuan yang
berhubungan dengan persepsi motorik dan penguasaan fisik.
Ada beberapa ciri gerakan motorik yang diungkap oleh Zulkifli L (1992:
25), yaitu :
1) Uhrraum (0-6 bulan)Dalam usaha menguasai ruangan ini mulut menjadi alat yang utama untuk menyelidiki segala sesuatu. Raum dalam bahasa Jerman berarti ruang. Suatu benda yang ditemukan, ia dibawa ke mulut untuk diperiksa keadaannya. Hal seperti ini dapat membahayakan bagi keselamatan dirinya.
2) NahraumNah artinya dekat. Ruangan yang dapat dikuasainya masih dekat, meliputi setengah meter dari letak kepalanya. Ia bergerak berbentuk setengah lingkaran dengan kepala sebagai titik pusatnya. Benda-benda yang dapat dicapainya cenderung untuk diraba-raba, untuk mengenal sifat-sifatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karena masih jauh dari ruangan yang termasuk dalam pengamatannya, maka bertambahlah pengalamannya.
3) FernraumFern artinya jauh. Ruangan yang dapat dikuasainya semakin jauh. Hal ini mendorongnya untuk belajar merangkak, kemudian menatah dengan bantuan orang lain. Bila perkembangan anak mencapai tingkat fenraumini, maka sangat diperlukan bimbingan ataupun penguasaan yang lebih ketat lagi.
Ada beberapa cara yang digunakan oleh anak dalam mempelajari
motorik.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1991:158) ada tiga cara anak belajar
motorik, yaitu:
1) Belajar Coba dan Ralat (Trial and Error)Tidak adanya bimbingan dan model untuk ditiru menyebabkan anak melakukan tindakan yang berbeda secara acak. Cara tersebut biasanya menghasilkan ketrampilan di bawah kemampuan anak.
2) MeniruBelajar dengan meniru atau mengamati suatu model (orang tua atau anak tertua) lebih cepat ketimbang belajar dengan coba dan ralat, tetapi dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut. Sebagai contoh, anak tidak dapat belajar berenang dengan baik kalau yang ditirunya adalah perenang yang jelek. Bahkan anak tersebut tidak mungkin menjadi pengamat yang efisien meskipun modelnya baik.
3) PelatihanBelajar dengan bimbingan dan supervisi pada waktu model memperlihatkan ketrampilan dan memperhatikan bahwa anak menirunya sangat penting dalam tahap awal belajar. Gerakan yang salah dan kebiasaan jelek yang sudah tertanam akan sukar ditiadakan.
Menurut Rusli Lutan (1998:103) perubahan perilaku motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang lebih tua lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak yang lebih muda), meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sama halnya dengan persoalan tersebut, peningkatan kekuatan, daya tahan, atau keterampilan fisik lainnya dapat menyebabkan peningkatan keterampilan seseorang dalam suatu cabang olah raga (misalnya, sepak bola), sehingga dapat dibuat kesimpulan yang salah bahwa perubahan itu karena belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gangguan
perkembangan ketrampilan motorik sering diperlihatkan dalam bentuk kurang
adanya koordinasi dalam aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motorik
halus, kurang dalam penghayatan tubuh, kekurangan pemahaman dalam
hubungan kekurangan atau arah dan bingung lateralis.
4. Menulis Permulaan
a. Pengertian Menulis Permulaan
Menulis merupakan salah satu tantangan yang berat bagi anak luar
biasa yang mengalami kesulitan. Padahal dalam kehidupan serba maju ini
kemampuan menulis mempunyai peran yang besar. Ada beberapa
pendapat tentang menulis yaitu sebagai berikut :
Menurut Fawzia Aswin Hadis (1996:124) pengertian menulis permulaan keterampilan gerakan halus yang paling utama adalah kemampuan memegang pensil dengan tepat yang diperlukan untuk menulis kelak. Pada awalnya anak memegang pensil dengan cara menggenggam seluruh pensil dan digunakan hanya untuk mencoret-coret.Pada saat ini anak tidak lagi menggunakan lengan dan bahunya untuk ikut melakukan gerakan menulis atau menggambar melainkan lebih banyak bertumpu pada gerakan jari. Pada akhir masa kanak-kanak (6 tahun), ia telah belajar bagaimana menggunakan jari jemari dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensil.
Kegiatan menulis merupakan penyampaian pesan melalui simbol
bunyi yang berbentuk grafis. Menurut Sunardi dalam Munawir (2005:
178), menulis sebenarnya meliputi tiga aspek, yaitu menulis dengan tangan
(handwriting), mengeja (spelling), dan mengarang. Sedangkan kesulitan
menulis berarti anak yang mengalami kesulitan menulis dalam salah satu
atau lebih handwriting, mengeja, atau menarang. Seperti diketahui di
kelas-kelas permulaan SD (I-III), kesulitan yang banyak dialami oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anak-anak adalah dalam menulis dan mengeja. Kurikulum Bahasa
Indonesia 1994 juga menekankan pengembangan kemampuan menulis
(menuangkan gagasan dan pikiran) harus diajarkan atau dilatihkan sejak
dini. Misalnya, mendeskripsikan benda dan binatang secara tertulis,
menuliskan suatu peristiwa secara sederhana, menulis surat sederhana
untuk teman, sebagaimana tertuang di dalam Kurikulum/ GBPP Bahasa
Indonesia 1994.
Untuk dapat menulis dengan baik, beberapa jenis ketrampilan
diperlukan, antara lain kemampuan mengorganisasikan pendapat,
mengingat, membuat konsep, dan mekanik (tata tulis). Menulis merupakan
tantangan yang berat bagi anak luar biasa yang mungkin sudah mengalami
kesulitan dalam bahasa lisan, rasa rendah diri, motivasi belajar kurang, dan
kurangnya dorongan dari luar untuk maju. Padahal, dalam kehidupan yang
serba maju ini, kemampuan menulis mempunyai peran yang semakin
besar. Hampir setiap segi kehidupan memerlukan kemampuan menulis.
Keterampilan minim yang harus dikuasai setiap orang antara lain menulis
nama, identitas diri, mengisi berbagai formulir seperti lamaran pekerjaan,
laporan pajak, permintaan KTP, permintaan SIM, dan data tentang
kesehatan.
b. Pengajaran Menulis bagi Anak Tunagrahita Ringan
Pembelajaran menulis bagi anak tunagrahita (hambatan mental) lebih
ditekankan untuk menopang kemandirian di kehidupan dewasa, sehingga
mampu berkomunikasi dengan masyarakat. Menurut Munawir (2005:179),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengajaran menulis mencakup menulis, mengeja, dan mengarang. Di
samping itu, ada aspek yang merupakan dasar, yaitu kesiapan menulis.
Penekanan pada salah satu aspek sangat bergantung pada tingkat
kemampuan anak. Pada kelas-kelas permulaan, pengajaran menulis
dipusatkan pada menulis dan mengeja huruf atau kata-kata yang
mempunyai frekuensi penggunaan tinggi seperti nama, alamat, dan
kosakata sehari-hari. Pada tingkat yang lebih lanjut, pengajaran menulis
dialihkan pada kemampuan mengkomunikasikan pendapat dalam bentuk
mengarang.
Pada setiap aspek menulis, ada beberapa kompetensi yang perlu
dikembangkan sehingga harus dimasukkan dalam kurikulum.
Menurut Sunardi (Munawir, 2005:179), perangkat kompetensi pada
kelas permulaan adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan pra menulisYang termasuk keterampilan pra menulis adalah sebagai berikut:a) Meraih, meraba, memegang dan melepaskan benda,b) Mencari perbedaan dan persamaan berbagai benda, bentuk, warna,
bangun, posisi,c) Menentukan arah kiri, kanan, atas, depan, belakang.
2) Keterampilan menulis dengan tangan (handwriting)Yang termasuk keterampilan menulis dengan tangan adalah sebagai berikut :a) Memegang alat tulis,b) Menggerakkan alat tulis ke atas dan ke bawah,c) Menggerakkan alat tulis ke kanan dan ke kiri,d) Menggerakkan alat tulis melingkar,e) Menyalin huruf,f) Menyalin namanya sendiri dengan huruf balok,g) Menulis namanya sendiri dengan huruf balok,h) Menyalin kata dan kalimat dengan huruf balok, i) Menyalin huruf balok dari jarak jauh,j) Menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan tulisan bersambung,k) Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Kebersihan dan kerapihan tulisanTulisan kotor dan tidak rapi menunjukkan bahwa penulisnya (anak) mengalami kesulitan menulis. Pada waktu mengadakan asesmen kesulitan menulis anak dapat dibiasakan mengevaluasi diri sendiri. Anak diberi satu model tulisan sehingga dapat melihat kesalahannya sendiri dengan cara membandingkan tulisannya dengan model yang ada. Dengan evaluasi diri anak segera dapat memperbaiki tulisannya.
Pada waktu mengadakan asesmen, beberapa jenis tugas dapat
diberikan kepada anak. Setiap jenis tugas diberi waktu satu menit. Ada
beberapa pendapat tentang jenis tugas ini.
Menurut Mumpuniarti (2007:109) menyarankan agar tugas yang
diberikan kepada anak diurutkan berdasarkan proses perkembangan
ketrampilan menulis, yaitu menelusuri huruf kecil balok, menelusuri
huruf besar balok, menyalin huruf balok, menelusuri huruf kecil
bersambung, menelusuri huruf besar bersambung, menyalin huruf
bersambung.
c. Kesulitan Menulis bagi Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan memiliki perbedaan perkembangan mental
dengan anak seusianya. Dengan perbedaan perkembangan mental ini, anak
tunagrahita mengalami kesulitan dalam kegiatan kesehariannya, termasuk
belajar menulis.
Ada beberapa jenis kesulitan menulis. Adapun jenis kesulitan
menulis sebagai berikut :
Menurut Munawir (2005:181), ada beberapa jenis kesulitan yang
dialami oleh anak tunagrahita ringan, yaitu:
a) Terlalu lambat dalam menulis,b) Salah arah pada penulisan huruf dan angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Misalnya, menulis huruf n dimulai dari ujung bawah kaki kanan huruf, naik lengkung ke kanan, ke bawah, baru kembali naik.
c) Terlalu miring,d) Jarak antara huruf tidak konsisten,e) Tulisan kotor,f) Tidak tepat dalam mengikuti garis horisontal,g) Bentuk huruf atau angka tidak terbaca,h) Teknan pensil tidak tepat (terlalu tebal atau terlalu tipis),i) Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil,j) Bentuk terbalik (seperti bercermin)
Beberapa jenis kesalahan bentuk huruf atau angka yang sering
ditemukan pada kelas rendah antara lain lingkaran kurang tertutup pada
huruf seperti a, b, g, d, dua garis terlalu melekat pada huruf e, sehingga
seperti c.
Kesulitan menulis yang dialami anak dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya gangguan motorik, gangguan emosi, gangguan
persepsi visual, atau gangguan ingatan. Gangguan gerak halus dapat
mengganggu ketrampilan menulis. Misalnya seorang anak mungkin
mengerti ejaan suatu kata, tetapi ia tidak dapat berakibat pada penguasaan
bidang studi akademik laik. Sebagian guru akan langsung menarik
kesimpulan bahwa anak tidak mampu menulis, padahal ketidakampuannya
disebabkan oleh faktor motorik. Kesulitan juga dapat merupakan akibat
dari pengajaran guru yang kurang baik atau motivasi anak yang rendah.
d. Metode Pengajaran Menulis
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Agar keterampilan menulis dapat
dikuasai dengan baik oleh anak, maka diperlukan metode pengajaran
menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Multi sensori
Menurut Munawir (2005:189), dengan pendekatan multi sensori anak melihat (cara menulis), mendengar (penjelasan cara menulis), dan menelusuri contoh huruf. Tahap pengajaran metode multi sensori dapat dijelaskan sebagai berikut :a) Guru menunjukkan huruf yang akan ditulis,b) Guru menyebutkan nama huruf sambil memperagakan, guru
menjelaskan cara menulisnya, misalnya ”Kita mulai dari tengah garis membuat garis melengkung ke kiri sampai garis bawah. Kemudian mulai dari atas kita buat garis ke kanan, sampai kira-kira ujung garis lengkung, kita tarik lurus ke bawah, dengan ekor sedikit ke kanan. Kita sudah membuat huruf a”,
c) Anak menelusuri huruf sambil mengucapkan keras-keras gerakan tangan seperti yang telah dilakukan oleh guru,
d) Anak menelusuri huruf dengan pensil,e) Anak menyalin huruf di kertasnya.
2) Model berangsur
Contoh huruf disajikan dengan tulisan sangat tebal, anak
menelusurinya dengan jari. Secara berangsur, ketebalan huruf
dikurangi, anak menelusurinya lagi, kemudian menyalinnya di
kertasnya. Pengurangan ketebalan contoh huruf secara berangsur ini
dapat berupa huruf dengan tulisan tipis, huruf dengan garis terputus,
dan huruf dengan titik pada sudut-sudutnya saja.
Kegiatan semacam ini jangan terlalu lama, tetapi harus segera
dialihkan ke kata bermakna dengan prosedur yang sama. Hal ini untuk
mencegah rasa bosan dan sikap negatif terhadap pengajaran menulis.
Pada kegiatan menyalin, sebaiknya anak juga diberi contoh tulisan
pada selembar kertas dengan ukuran yang sama dengan kertas tulis
anak.
Pada pengajaran menulis huruf balok, huruf yang terdiri atas
garis-garis lurus vertikal atau horisontal (E, F, H, I, L) harus diajarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih dahulu, karena lebih mudah. Huruf yang menggunakan
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung (b, f, h , p) umumnya
lebih sukar sehingga harus diajarkan berikutnya dengan lebih banyak
bimbingan. Berdasarkan hasil pengamatan, kesalahan yang paling
banyak dijumpai dalam penulisan huruf balok antara lain sebagai
berikut :
a) Ukuran huruf tidak tepat, terutama pada huruf-huruf berkaki seperti
p, q, y, g,j,
b) Posisi huruf terbalik, baik atas bawah maupun kiri kanan, yaitu
pada huruf N, d, q, dan y,
c) Ada bagian huruf yang ditambahkan, misalnya huruf q, C, k, m, y.
d) Proporsi bagian huruf tidak tepat, misalnya pada huruf k, R, M, dan
m,
e) Ada bagian huruf yang tidak tampak (hilang), misalnya pada huruf
m, U, I,
f) Bentuk huruf keliru sama sekali, yaitu pada huruf j, G, J.
Untuk membimbing anak-anak ini, salah satu kunci utama
sebenarnya ialah dari mana anak harus mulai pada waktu menulis.
Jika awal menulis sudah salah, bentuk huruf tidak akan benar.
Kesulitan yang juga sering dialami anak adalah menjaga agar tulisan
tetap lurus pada garis, dengan kemiringan yang sama, dan jarak yang
sama pula. Jika ada anak yang mengalami kesulitan serupa, untuk
beberapa saat anak dapat diminta untuk menulis pada kertas strimin
(bergaris tegak vertikal dan horisontal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi seabagai masalah
yang penting. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan dengan
bagan sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian tersebut telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
”Pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik halus dapat meningkatkan
kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri
Kroya tahun pelajaran 2011/2012”.
Kondisi Awal Pembelajaran menulis permulaan siswa kelas I tunagrahita ringan SDLB Negeri Kroya belum menggunakan latihan motorik halus.
Kemampuan menulis permulaan siswa kelas I tunagrahita ringan masih rendah.
Kondisi Akhir
Pembelajaran menulis permulaan anak tunagrahita ringan kelas I SDLB NegeriKroya dengan menggunakan pembelajaran yang disertai latihan motorik halus.
Tindakan
Kemampuan menulis permulaan siswa kelas I tunagrahita ringan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB) Negeri Kroya, yang beralamat di Jl. Jenderal Sudirman Kroya,
kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Alasan menetapkan
SDLB Negeri Kroya sebagai tempat penelitian adalah :
a. Pada SDLB Negeri Kroya terdapat siswa penyandang tunagrahita ringan
yang berada pada kelas I pada tahun pelajaran 2011/ 2012, yaitu berjumlah
3 (tiga) siswa.
b. Penulis bekerja sebagai staf pengajar di SDLB Negeri Kroya, sehingga
lebih memudahkan interaksi dengan subyek penelitian (anak penyandang
tunagrahita ringan di SDLB Negeri Kroya).
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah semester 2 tahun pelajaran
2011/ 2012, yaitu antara bulan Februari hingga April 2012. Penelitian ini
berlangsung dalam 2 siklus, yaitu :
a. Siklus I : Hari Senin 20 Februari dan Rabu 22 Februari 2012.
b. Siklus II : Hari Senin 27 Februari dan Rabu 29 Februari 2012.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDLB Negeri Kroya tahun
pelajaran 2011/ 2012 penyandang tunagrahita ringan yang berjumlah 3 (tiga)
orang, dengan rincian 2 siswa perempuan dan 1 siswa laki-laki. Adapun daftar
siswa tersebut disajikan dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Daftar Siswa Tunagrahita Ringan Kelas I SDLB Negeri Kroya Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Nama Siswa L/P Tempat, Tanggal Lahir Alamat
1 MK P Cilacap, 08-08-2004 Jl. Betet RT 03/08 Bajingkulon Kroya
2 SN P Cilacap, 18-06-2004 RT 03/01 Karangturi Kroya3 FF L Temanggung, 09-12-2004 RT 01/01 Karangmangu
Kroya
C. Data dan Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data hasil pembelajaran
yang berupa kemampuan awal menulis permulaan dan nilai tes siklus I dan siklus
II. Sedangkan data kualitatif adalah berupa proses pembelajaran dan rekaman
aktivitas siswa dalam mengikuti latihan motorik halus.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan masing-masing jenis data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya
terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu, dan ditulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sengaja untuk menyimpan dan meneruskan keterangan mengenai peristiwa
tersebut (Winarno Surachmad, 1978:125). Metode dokumentasi dalam
penelitian digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan menulis
permulaan awal (sebelum siklus 1), sebagai data awal.
Langkah-langkah pengambilan data tersebut adalah mengambil data
dari buku daftar nilai siswa kelas I SDLB Negeri Kroya khususnya mata
pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis permulaan. Selanjutnya data
tersebut dicatat dan digunakan sebagai data awal (sebelum siklus 1).
2. Tes Unjuk Kerja
Tes adalah salah satu bentuk dari kegiatan evaluasi. Menurut Amin
Dalen (Daryanto, 2005:35) tes adalah suatu prosedur yang sistematis dan
objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan. Dalam
pembelajaran, tes digunakan untuk mengetahui berhasil tidaknya pelajaran
tertentu pada murid atau kelompok murid.
Menurut Daryanto (2005:100), untuk menentukan jenis tes yang akan
digunakan, tergantung pada ranah ketrampilan yang akan diukur. Untuk ranah
kognitif, jenis tes yang mungkin adalah tes formatif, tes sumatif, dan tes
diagnostic. Untuk ranah afektif, jenis tes yang mungkin adalah wawancara,
kuesioner, dan angket. Untuk ranah psikomotor, jenis tes yang mungkin
adalah tes unjuk kerja dan obeservasi (pengamatan).
Tes unjuk kerja adalah tes yang digunakan untuk mengumpulkan data
keterampilan seseorang. Ketrampilan yang diukur adalah kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menulis permulaan. Data yang terkumpul berupa data kuantitatif, yaitu skor
kemampuan menulis permulaan.
Tes unjuk kerja dalam penelitian ini mencakup 2 aspek, yaitu (1)
keterampilan proses dan (2) psikomotor. Adapun format penilaian dari 2
aspek tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Format Penilaian Kinerja/ Proses
No.Nama Siswa
Rincian Tugas Kinerja Penilaian oleh Guru
Menebalkan garis lurus dan lengkung
Membuat garis lurus dan lengkung
Menebalkan huruf dan kata
Bisa Belum
1 MK2 SN3 FF
Keterangan :1. Bila sudah bisa diberi tanda 2. Bila belum bisa diberi tanda x
Tabel 3. Format Penilaian Psikomotor
No.Nama Siswa
Rincian Tugas Kinerja
JumlahMenjiplak berbagai huruf
Menulis huruf dengan atau tanpa bantuan guru
Menulis kata sederhana dengan bantuan gambar
1 MK2 SN3 FF
Keterangan :1. Bila sudah bisa diberi tanda 2. Bila belum bisa diberi tanda x
3. Pedoman Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik evaluasi yang
digunakan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secara sistematis (Daryanto, 2005:33). Jenis obeservasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi sistematik, yaitu observasi di mana faktor yang
diamati sudah dicatat secara sistematis dalam suatu pedoman observasi
(Daryanto, 2005:34). Dalam observasi jenis ini, pengamat berada di luar
kelompok yang diamati.
Observasi yang disusun penulis digunakan untuk mengumpulkan data
kualitatif yang berupa aktivitas siswa dalam mengikuti latihan motorik halus.
Aktivitas siswa yang diamati meliputi aspek perilaku berkarakter dan aspek
ketrampilan sosial. Format observasi kedua aspek tersebut adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. Format Pengamatan Perilaku Berkarakter
No.Nama Siswa
Rincian Tugas KinerjaPenilaian oleh
Guru
Jujur DisiplinBertanggung Jawab
Kerjasama Bisa Belum
1 MK2 SN3 FF
Keterangan :1. Bila sudah bisa diberi tanda 2. Bila belum bisa diberi tanda x
Tabel 5. Format Pengamatan Keterampilan Sosial
No. Nama SiswaSosial Komunikasi MenulisBisa Belum Bisa Belum Bisa Belum
1 MK2 SN3 FF
Keterangan :1. Bila sudah bisa diberi tanda 2. Bila belum bisa diberi tanda x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Teknik Analisis Data
Data kuantitatif akan dianalisis dengan metode analisis deskriptif
komparatif, yaitu dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti
membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus.
Sedangkan data kualitatif akan diolah dalam bentuk paparan narasi yang
menggambarkan kualitas pembelajaran dan aktivitas siswa. Hasil analisis tersebut
akan dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai siklus yang ada.
F. Teknik Validitas Data
Suatu butir tes dikatakan valid apabila hasilnya sesuai dengan kriteria,
dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterianya
(Suharsimi Arikunto, 2010:211). Menurut Sugiyono (2011:270), salah satu
metode untuk menguji validitas instrument dalam penelitian kualitatif adalah
metode triangulasi. Lebih lanjut, Sugiyono (2011:273) menyatakan bahwa metode
triangulasi dalam pengujian validitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian ada
tiga macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan tirangulasi waktu. Dalam penelitian ini, jenis triangulasi yang digunakan
adalah triangulasi teknik pengumpulan data, yaitu tes unjuk kerja, observasi, dan
dokumentasi, dengan bagan seperti gambar 2 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2. Bagan Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
G. Indikator Kinerja
Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap
materi ajar adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi yang diajarkan.
Dengan kriteria siswa telah dinyatakan tuntas belajar adalah telah mencapai
tingkat penguasaan materi pelajaran mencapai 50 (KKM).
Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan
pembelajaran adalah proses perbaikan pembelajaran (peningkatan pemahaman
siswa) dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa tuntas dalam belajar.
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilakukan melalui proses pengkajian berdaur, yang
terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan (plan), melaksanakan tindakan
(acting), mengawasi (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil refleksi terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi
rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil.
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini
digambarkan dengan bagan sebagaimana disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart,
yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2010:132), sebagai berikut :
Tes Unjuk Kerja
Observasi
Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3. Bagan Daur Penelitian Tindakan Kelas
Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, kemungkinan perbaikan yang
diinginkan sudah berhasil. Dalam hal ini daur perbaikan penelitian tindakan kelas
dengan tujuan perbaikan yang direncanakan sudah berakhir. Namun biasanya
akan muncul masalah atau kerisauan baru. Masalah ini akan kembali dipecahkan
melalui penelitian tindakan kelas, secara lebih rinci dapat dilihat pada table 6.
sebagai berikut :
Perencanaan
Perlakuan & Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
Perlakuan & Pengamatan
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Siklus 1
1. Persiapana. Identifikasi Masalah
b. Perencanaan
1) Masalah kemampuan belajar menulis permulaan rendah.
1) Menyusun RPP mengacu pada SK dan KD.2) Menentukan perlakuan yang relevan.3) Membuat instrumen penilaian.
2. Pelaksanaan Menerapkan latihan motorik halus sesuai skenario perencanaan
3. Pengamatan Melakukan observasi dengan format yang ada.4. Refleksi 1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan.2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil
evaluasi.3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil
evaluasi untuk digunakan siklus berikutnya.
Siklus 2
5. Perencanaan dan penyempurnaan tindakan
Atas dasar siklus 1, dilaksanakan penyempurnaan perencanaan, baik pada RPP, penentuan media dan instrumen penilaian.
6. Pelaksanaan tindakan Menerapkan latihan motorik halus sesuai skenario perencanaan
7. Pengamatan Pengumpulan data-data dari tindakan siklus 2.8. Refleksi Evaluasi tindakan.
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Materi pelajaran menulis permulaan di SDLB Negeri Kroya diberikan
kepada siswa kelas I sejak awal semester I tahun pelajaran 2011/ 2012. Akan
tetapi, pada pengamatan kemampuan menulis permulaan pada akhir semester I
jika dilihat dari KKM yang ditetapkan di sekolah yaitu 50, dari 3 (tiga) siswa,
hanya 1 (satu) siswa yang sudah dapat menyalin huruf, itupun dengan bantuan
guru, sedangkan 2 (dua) siswa lainnya baru dapat menebalkan huruf. Dari data
tersebut jelas adanya 2 (dua) siswa yang masih kesulitan dalam mengikuti materi
pelajaran menulis permulaan, sehingga perlu upaya peningkatan kemampuan
menulis permulaan.
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik halus dapat
meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada anak tunagrahita ringan kelas
I SDLB Negeri Kroya tahun pelajaran 2011/ 2012.
Penelitian ini dilakukan di SDLB Negeri Kroya dengan mengambil
populasi siswa kelas I SDLB Negeri Kroya, sedangkan sampel dalam penelitian
ini adalah siswa kelas I yang mengalami kesulitan dalam kemampuan menulis
permulaan.
Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti
mengidentifikasi kemampuan menulis permulaan pada siswa tunagrahita ringan
SDLB Negeri Kroya melalui metode dokumentasi, diperoleh hasil kemampuan
menulis permulaan semester I tahun pelajaran 2011/ 2012.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan SDLB
Negeri Kroya tahun pelajaran 2011/ 2012 sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Kemampuan Menulis Permulaan
NoHasil Belajar Siswa dari
Indikator
Hasil Belajar Siswa
MK SN FF
1 Menebalkan huruf 45 43 43
2 Menulis huruf 44 41 44
3 Menulis kata 43 42 42
Jumlah 132 126 129
Rata-rata 44 42 43
Tabel 8. Hasil Kemampuan Rata-rata Menulis Permulaan
No Nama Siswa Nilai
1 MK 44
2 SN 42
3 FF 43
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus I
a. Persiapan dan Perencanaan
Bekerjasama dengan tim penelitian dan melalui persetujuan dari
Kepala Sekolah SDLB Negeri Kroya ditentukan waktu pelaksanaan
tindakan sebagai berikut :
Tabel 9. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari/ Tanggal Keterangan
1 Senin, 16 April 2012 Tindakan dan pengamatan
2 Senin, 23 April 2012 Tindakan dan pengamatan
3 Senin, 30 April 2012 Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jadwal di atas sejalan dengan kemampuan menulis permulaan siswa
khususnya bagi siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya
Semester II tahun pelajaran 2012/ 2012.
Selain itu penulis juga mempersiapkan : (1) Silabus, (2) RPP, (3)
Media yang relevan, (4) Instrumen Penilaian untuk bagian ini dapat dilihat
pada keterangan prosedur penelitian pada Bab III.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama (ke I)
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal di kelas diawali dengan mengucapkan salam,
berdoa, mengisi hari, tanggal, tahun, dan presensi pada buku absen.
Kegiatan selanjutnya adalah memulai latihan motorik halus,
yaitu meremas tangan. "Ayo anak-anak, kita lakukan gerakan
meremas tangan ke atas! Setelah itu ke samping kanan! Setelah itu
ke samping kiri! Setelah itu ke depan!" Guru mengajak siswa untuk
melakukan gerakan meremas tangan ke atas, samping, dan depan.
Kegiatan selanjutnya, guru menempelkan alat peraga berupa
gambar garis lurus di papan tulis. Guru bertanya, "Ini gambar apa
anak-anak?" "Gambar garis, bu guru" jawab siswa.
"Garis apa anak-anak?" guru kembali bertanya.
"Garis lurus, bu guru" jawab Falid.
"Ya, betul sekali, Falid..." jawab guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan selanjutnya, guru memberi contoh menulis di udara
membuat garis lurus, dan siswa diminta mengikuti gerakan guru.
"Ayo anak-anak kita lakukan gerakan menulis di udara!".
Selanjutnya guru memasang alat peraga berupa gambar garis
miring, dan memberi contoh menulis di udara membuat garis miring.
Siswa mengikuti gerakan guru menulis di udara membuat garis
miring.
Selanjutnya guru memasang alat peraga yang berupa garis
lengkung, dan memberi contoh menulis di udara membuat garis
lengkung. Siswa mengikuti gerakan guru menulis di udara membuat
garis lengkung. Guru membimbing siswa yang masih melakukan
gerakan salah.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, siswa lebih diarahkan untuk menulis di
kertas, tidak lagi di udara. Guru bertanya, "Siapa yang sudah bisa
menulis huruf?"
"Saya, bu..." jawab Falid sambil mengacungkan jari, sementara
Meri dan Silvi diam saja.
"Meri sudah bisa menulis huruf?" tanya guru. Meri diam saja
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Silvi sudah bisa?" tanya guru.
"Belum, bu guru." jawab Silvi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guru mengajak siswa untuk bersama-sama belajar menulis
huruf. Sebelum menulis huruf, guru mengajak siswa untuk membuat
garis lurus dan garis lengkung. Guru menyuruh siswa untuk
memperhatikan cara membuat garis lurus dan garis lengkung. Siswa
mengamati cara membuat garis lurus dan lengkung.
Kemudian guru membagikan lembar kerja berupa garis lurus
dan lengkung yang putus-putus,dan siswa diminta untuk menebalkan
garis-garis itu. Guru membimbing siswa yang masih kesulitan untuk
menebalkan garis lurus dan lengkung.
Kegiatan selanjutnya adalah guru membagi kartu huruf yang
berupa huruf-huruf tertentu dengan garis putus-putus. Guru memberi
contoh cara menebalkan huruf-huruf tersebut. Selanjutnya guru
meminta siswa untuk menebalkan huruf-huruf tersebut. Setelah
siswa dapat menebalkan huruf siswa diberi tugas untuk menulis
huruf sesuai dengan contoh yang telah disiapkan oleh guru.
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru memberi hadiah kepada siswa yang
dalam menebalkan huruf i, b, o, serta huruf-huruf dengan baik. Guru
juga membagikan lembar kerja kepada siswa untuk berlatih
menebalkan menulis huruf di rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pertemuan Kedua (ke II)
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal di kelas diawali dengan mengucapkan salam,
berdoa, mengisi hari, tanggal, tahun, dan presensi pada buku absen.
Kegiatan selanjutnya adalah memulai latihan motorik halus,
yaitu meremas tangan. "Anak-anak, kalian masih ingat latihan yang
kita lakukan minggu lalu?" Anak-anak menggeleng. Kemudian
guru membuka ingatan siswa tentang latihan motorik yang sudah
dilakukan sebelumnya, dan mengajak siswa untuk melakukannya
lagi.
"Ayo anak-anak, kita lakukan lagi gerakan meremas tangan
ke atas, kali ini dengan lebih baik! Setelah itu ke samping kanan!
Setelah itu ke samping kiri! Setelah itu ke depan!" Guru mengajak
siswa untuk melakukan gerakan meremas tangan ke atas, samping,
dan depan. Guru membimbing dengan cermat siswa yang belum
melakukannya dengan baik.
Gambar 4. Huruf dan Kata
Kegiatan selanjutnya, guru menempelkan alat peraga berupa
gambar huruf di papan tulis. Guru bertanya, "Anak-anak, masih
ingat gambar ini? Ini gambar apa anak-anak?"
"Gambar huruf, bu guru" jawab siswa.
i b oi b ma a a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
"Huruf apa anak-anak?" guru kembali bertanya.
"Huruf b, bu guru" jawab Silvi dan Falid.
Ya, betul sekali, Silvi, Falid..." jawab guru.
Kegiatan selanjutnya, guru memberi contoh menulis di udara
membuat huruf b, dan siswa diminta mengikuti gerakan guru.
"Ayo anak-anak kita lakukan gerakan menulis di udara!". Guru
membimbing dengan cermat siswa yang belum melakukannya
dengan baik.
Selanjutnya guru memasang alat peraga berupa gambar bola,
dan memberi contoh menulis di udara kata bola. Siswa mengikuti
gerakan guru menulis di udara membuat kata bola. Guru
membimbing dengan cermat siswa yang belum melakukannya
dengan baik.
Selanjutnya guru memasang alat peraga yang berupa gambar
baju, dan memberi contoh menulis di udara baju. Siswa mengikuti
gerakan guru menulis di udara membuat baju. Guru membimbing
siswa yang masih melakukan gerakan salah.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, siswa lebih diarahkan untuk menulis di
kertas, tidak lagi di udara. Guru bertanya, "Siapa yang sudah bisa
menulis kata?"
"Saya, bu..." jawab Meri dan Falid sambil mengaeungkan
jari, sementara Silvi diam saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
"Silvi sudah bisa menulis kata?" tanya guru. Silvi diam saja
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Silvi sudah bisa?" tanya guru lagi.
"Belum, bu guru." jawab Silvi.
Guru mengajak siswa untuk bersama-sama belajar menulis
kata. Sebelum menulis kata, guru mengajak siswa untuk membuat
huruf i, b, m, a. Guru menyuruh siswa untuk memperhatikan cara
membuat kata. Siswa mengamati cara membuat kata. Guru
membimbing dengan cermat siswa yang belum melakukannya
dengan baik.
Kemudian guru membagikan lembar kerja berupa kata dan
siswa diminta untuk menebalkan kata itu. Guru membimbing siswa
yang masih kesulitan untuk menebalkan kata.
Kegiatan selanjutnya adalah guru membagi kartu kata yang
ada gambarnya. Guru memberi contoh cara menebalkan kata-kata
tersebut. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menebalkan kata-
kata tersebut. Guru membimbing dengan cermat siswa yang belum
melakukannya dengan baik. Selanjutnya siswa diberi lembar kerja
berupa kata serta gambar dan siswa disuruh menulis di bawahnya.
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru memberi hadiah kepada siswa
yang dalam menulis huruf dan kata, serta huruf-huruf dengan baik.
Guru juga membagikan lembar kerja kepada siswa untuk berlatih
menebalkan kata dan menulis kata di rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berikut nilai kemampuan menulis permulaan mereka seperti
tabel di bawah ini :
Tabel 10. Nilai Kemampuan Rata-rata Siklus I.
No Nama Siswa Pratindakan Siklus I
1 MK 44 49
2 SN 42 46
3 FF 43 47
Berdasarkan tabel Hasil Kemampuan Rata-rata Siklus I dapat
dibuat histogram sebagai berikut :
0
10
20
30
40
50
MK SN FF 0
Pratindakan
Siklus I
Gambar 5. Histogram Kemampuan Menulis Permulaan Siklus I
c. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini dilaksanakan pada saat proses
pelaksanaan tindakan untuk mengetahui kinerja guru dalam proses
pembelajaran. Penilaian dilakukan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan kinerja guru pada waktu pembelajaran. Pengamatan
terhadap hasil pembelajaran siswa dilakukan oleh penulis sebagai
pengamat penyerta melalui instrumen penilaian yang disiapkan penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu instrumen kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan
kelas I SDLB Negeri Kroya.
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus I adalah
sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil Pengamatan Siklus I.
No.Nama Siswa
Rincian Tugas Kinerja
Menebalkanberbagai huruf
Menulis huruf dengan atau
tanpa bantuan guru
Menulis kata sederhana dengan bantuan gambar
1 MK 50 48 492 SN 46 46 463 FF 48 46 47
Berdasarkan tabel hasil pengamatan siklus I dapat dibuat histogram
sebagai berikut :
0
10
20
30
40
50
MK SN FF
Menebalkan berbagai huruf
Menulis huruf dengan atautanpa bantuan guru
Menulis kata sederhana denganbantuan gambar
Gambar 6. Histogram Hasil Pengamatan Kemampuan Menulis Permulaan
Siklus I
Dari tabel tersebut nampak bahwa dari 3 siswa, baru 1 siswa yang
sudah bisa menebalkan berbagai huruf, menulis huruf dengan atau tanpa
bantuan guru, dan menulis kata dengan bantuan gambar dengan baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
itupun dengan bantuan guru. Sedangkan 2 siswa belum bisa melakukan
dengan baik, dan masih perlu bimbingan lebih lanjut.
d. Refleksi
Dua kali tatap muka pembelajaran kemudian diadakan refleksi
bersama kepala sekolah. Hasil refleksi menyatakan bahwa pembelajaran
menulis permulaan dengan metode latihan motorik halus pada siswa
tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya belum berhasil dengan
baik, dan masih perlu dilanjutkan dengan siklus II.
Kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I
SDLB Negeri Kroya pada siklus I dapat kita ketahui hasil kemampuan
menulis permulaan mereka. Ada hasil kemampuan menulis permulaan
yang meningkat jika dibandingkan dengan hasil kemampuan menulis
permulaan sebelum menggunakan latihan motorik halus walaupun hasil
prestasi belum mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan.
Berdasarkan tabel Hasil Kemampuan Rata-rata Siklus I dapat
diketahui adanya peningkatan nilai menulis permulaan siswa tunagrahita
ringan kelas I SDLB Negeri Kroya. Adapun peningkatan tersebut adalah
MK dari 44 menjadi 49, SN dari nilai 42 menjadi 46, FF dari 43 menjadi
47. Seluruh siswa mengalami peningkatan namun nilai tersebut belum
mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 50.
Berdasarkan tabel nilai rata-rata di atas, terlihat adanya
peningkatan kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan
kelas I SDLB Negeri Kroya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil refleksi yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan latihan
motorik halus dalam kegiatan pembelajaran kemampuan menulis
permulaan. Siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya dilihat
kemampuan menulis permulaan rata-rata menunjukkan peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan rata-rata
kemampuan menulis permulaan yang dimiliki masing-masing siswa.
Selain peningkatan kemampuan menulis permulaan secara rata-
rata, penulis juga mendapat adanya gambaran peningkatan kemampuan
menulis permulaan dari tiap-tiap indikator yang telah ditetapkan dalam
pembelajaran menulis permulaan.
Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan menulis permulaan siswa
tunagrahita ringan kelas I sudah mengalami peningkatan walaupun masih
perlu adanya perbaikan lebih lanjut.
Melalui refleksi itu dituntut beberapa kelemahan dan kekurangan yang
ditemukan, kekurangan atau kelemahan itu antara lain :
1) Masih terdapat siswa yang tidak memusatkan perhatiannya ketika
kegiatan pembelajaran berlangsung.
2) Ada siswa yang masih membuang waktu percuma dalam pelajaran.
3) Masih ada siswa yang belum termotivasi untuk ikut terlibat secara aktif
dalam pembelajaran.
Berdasarkan masalah tersebut di atas merupakan faktor penghambat
dalam penelitian ini, sehingga ada beberapa hal yang perlu disempurnakan.
Beberapa hal yang perlu disempurnakan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Menggunakan media yang bervariasi dan menarik yang sesuai dengan
kondisi siswa.
2) Memaksimalkan penggunaan latihan motorik halus untuk meningkatkan
kemampuan menulis permulaan bagi siswa tunagrahita kelas I SDLB
Negeri Kroya.
2. Siklus II
a. Perencanaan dan Penyempurnaan Tindakan
Rencana tindakan yang telah direvisi dan dimodifikasi berdasarkan
refleksi pada tindakan I dilakukan pada tindakan putaran II. Kegiatan
pembelajaran dengan latihan motorik halus pada putaran II ini pada
dasarnya sama dengan tindakan pada putaran I hanya saja pada tindakan
putaran II ini memaksimalkan penggunaan latihan motorik halus,
penggunaan media yang berupa kartu huruf dan/ kartu kata yang disertai
gambar.
Peneliti atau penulis menyiapkan media yang akan digunakan
dalam pembelajaran putaran kedua.
Media yang disiapkan berupa :
1) Kartu huruf.
2) Kartu kata dengan gambar.
3) RPP yang digunakan masih sesuai dengan RPP pada siklus II,
perbedaan dalam pelaksanaan KBM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal di kelas dimulai dengan mengucapkan salam,
berdo’a, mengisi hari, tanggal, tahun, dan presensi pada buku
absen. Setelah presensi dilakukan, guru mengajak siswa untuk
melakukan gerakan latihan motorik halus.
“Ayo anak-anak, kita lakukan gerakan meremas tangan ke atas!
Setelah itu rentangkan tangan! Setelah itu ke depan!” selanjutnya
guru membagi selembar kertas kepada masing-masing siswa.
“Ayo anak-anak kita ulangi lagi gerakan meremas dengan
menggunakan kertas!”
Kegiatan selanjutnya, guru memberi contoh menulis di udara
membuat garis lurus, dan siswa diminta mengikuti gerakan guru.
"Ayo anak-anak kita lakukan gerakan menulis di udara!".
Selanjutnya guru memasang alat peraga berupa gambar garis
miring, dan memberi contoh menulis di udara membuat garis
miring. Siswa mengikuti gerakan guru menulis di udara membuat
garis miring.
Selanjutnya guru memasang alat peraga yang berupa garis
lengkung, dan memberi contoh menulis di udara membuat garis
lengkung. Siswa mengikuti gerakan guru menulis di udara
membuat garis lengkung. Guru membimbing siswa yang masih
melakukan gerakan salah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, siswa lebih diarahkan untuk menulis di
papan tulis dan di kertas, tidak lagi di udara. Guru bertanya, "Siapa
yang sudah bisa menulis huruf?". Anak-anak diam. Ayo anak-anak
kita menulis huruf. Guru memberi contoh menulis huruf di papan
tulis, siswa memperhatikan. Tiap anak diberi kesempatan untuk
menulis huruf di papan tulis dengan melihat contoh yang sudah
disiapkan oleh guru, Meri melakukan dengan baik (tepat), Silvi
(cukup), Falid (cukup).
Kegiatan selanjutnya guru menunjukkan kartu huruf dan
memberi kesempatan pada siswa untuk berlomba, bagi siswa yang
dapat menulis huruf dengan baik akan diberi hadiah pensil warna.
Pada kegiatan di atas Meri berhasil melakukan dengan baik
dan mendapatkan hadiah pensil warna.
c) Kegiatan Akhir
Siswa mengerjakan tugas menulis huruf di kertas yang telah
disediakan oleh guru.
2) Pertemuan Kedua
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal di kelas dimulai dengan mengucapkan salam,
berdo’a, mengisi hari, tanggal, tahun, dan presensi pada buku
absen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan selanjutnya adalah memulai latihan motorik halus,
guru mengajak siswa untuk melakukan gerakan yang sudah
dilakukan sebelumnya.
"Ayo anak-anak kita lakukan gerakan meremas tangan ke atas,
ke samping, dan ke depan!".
Kegiatan selanjutnya, guru menempelkan alat peraga berupa
kartu huruf di papan tulis, guru bertanya, "Anak-anak, masih ingat
huruf apa ini?".
"Huruf b, bu guru", jawab siswa.
Ayo anak-anak kita belajar lagi menulis kata.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, siswa diarahkan untuk menulis kata. Guru
memasang alat peraga berupa kartu kata yang disertai dengan
gambar. Guru menyuruh siswa untuk memperhatikan cara menulis
kata di papan tulis, siswa mengamati cara menulis kata. Satu
persatu siswa menulis kata di papan tulis. Guru membimbing
siswa dengan cermat siswa yang belum melakukan dengan baik.
Selanjutnya siswa diberi lembar kerja untuk menulis kata.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru memberi hadiah kepada siswa yang
dapat menulis kata dengan baik. Guru membagikan lembar kerja
kepada siswa untuk berlatih menulis kata di rumah.
Berikut nilai kemampuan menulis permulaan mereka seperti
tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 12. Nilai Kemampuan Rata-rata Siklus II.
No Nama Siswa Siklus II1 MK 652 SN 613 FF 63
Berdasarkan tabel nilai kemampuan rata-rata siklus II dapat
dibuat histogram sebagai berikut :
0
10
20
30
40
50
60
70
MK SN FF 0
Siklus II
Gambar 7. Histogram Kemampuan Menulis Permulaan Siklus II
c. Pengamatan
Pengamatan pada siklus kedua ini juga dilaksanakan pada waktu
pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan oleh penulis sendiri
dalam bentuk merekam perjalanan kegiatan pembelajaran. Instrumen
penilaian dan instrumen pengamatan digunakan sama seperti yang
digunakan pada siklus pertama. Melalui instrumen-instrumen tersebut
diharapkan pembelajaran menulis permulaan untuk siswa tunagrahita
ringan kelas I SDLB Negeri Kroya dengan menggunakan latihan motorik
halus dapat direkam secara menyeluruh.
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus II adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 13. Hasil Pengamatan Siklus II.
No.Nama Siswa
Rincian Tugas KinerjaMenebalkan
berbagai huruf
Menulis huruf dengan atau tanpa
bantuan guru
Menulis kata sederhana dengan bantuan gambar
1 MK 65 65 652 SN 62 60 613 FF 62 63 64
Berdasarkan tabel hasil pengamatan siklus II dapat dibuat
histogram sebagai berikut :
0
10
20
30
40
50
60
70
MK SN FF
Menebalkanberbagai huruf
Menulis hurufdengan atau tanpabantuan guruMenulis katasederhana denganbantuan gambar
Gambar 8. Histogram Hasil Pengamatan Siklus II
Dari tabel tersebut nampak bahwa dari 3 siswa sudah bisa
menebalkan berbagai huruf, menulis huruf dengan atau tanpa bantuan
guru, dan menulis kata dengan bantuan gambar dengan baik.
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan di atas, peneliti melakukan refleksi
bersama kepala sekolah. Hasil refleksi mengutamakan bahwa
pembelajaran menulis permulaan dengan disertai latihan motorik halus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada siswa kelas I tunagrahita ringan SDLB Negeri Kroya berhasil dengan
baik, dan tidak perlu dilanjutkan dengan siklus berikutnya.
Kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I
SDLB Negeri Kroya pada siklus II ini menunjukkan hasil yang
memuaskan, siswa telah dapat melampaui kriteria ketuntasan yang
ditetapkan.
Berdasarkan tabel tersebut diketahui adanya peningkatan nilai
menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya.
Adapun peningkatan tersebut adalah nilai MK menjadi 65, nilai SN
menjadi 61, nilai FF menjadi 63. Seluruh siswa mengalami peningkatan
dan sudah mencapai KKM yang ditetapkan.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB
Negeri Kroya pada siklus I dengan menggunakan motorik halus menunjukkan
peningkatan walaupun belum mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan.
Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan
menulis permulaan yang memuaskan peningkatan tersebut baik peningkatan dari
rata-rata kelas maupun dari rata-rata masing-masing siswa. Adapun perbandingan
hasil tindakan antar siklus kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita
ringan kelas I SDLB Negeri Kroya adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 14. Hasil Tindakan Siklus I dan II.
No Nama Siswa PratindakanSesudah Tindakan Kriteria
Ketuntasan Siklus I Siklus II1 MK 44 49 65 502 SN 42 46 61 503 FF 43 47 63 50
Jumlah 129 142 189 150Rata-rata 43 47,3 63 50
Berdasarkan tabel hasil tindakan siklus I dan II dapat dibuat histogram
sebagai berikut :
0
10
20
30
40
50
60
70
MK SN FF
PratindakanSiklus ISiklus II
Gambar 9. Histogram Hasil Tindakan Siklus I dan Siklus II
Peningkatan kemampuan menulis permulaan siswa tunagrahita ringan
kelas I SDLB Negeri Kroya sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan siklus I
bisa diuraikan sebagai berikut, untuk nilai rata-rata kelas ada peningkatan sebesar
47,3. Sedangkan peningkatan restasi untuk rata-rata masing-masing siswa adalah :
Meri mengalami peningkatan sebesar 49, Silvi 46, dan Falid 47.
Dari data di atas dapat dibaca peningkatan kemampuan menulis permulaan
sebagai berikut : untuk rata-rata kelas ada peningkatan sebesar 63 sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk peningkatan dari masing-masing siswa adalah Meri menunjukkan
peningkatan sebesar 65, Silvi 61, dan Falid 63. Dapat dilihat dari hasil penelitian
tersebut hasil kemampuan menulis permulaan sudah mencapai KKM yang
ditetapkan yaitu 50.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Anak tunagrahita ringan memiliki perbedaan perkembangan mental dengan
anak seusianya. Dengan perbedaan perkembangan mental ini, anak tunagrahita
mengalami kesulitan dalam kegiatan kesehariannya, termasuk belajar menulis.
Ada beberapa jenis kesulitan menulis. Adapun jenis kesulitan menulis
sebagai berikut :
Menurut Munawir (2005:181), ada beberapa jenis kesulitan yang dialami oleh anak tunagrahita ringan, yaitu: a) Terlalu lambat dalam menulis, b) Salah arah pada penulisan huruf dan angka. Misalnya, menulis huruf n dimulai dari ujung bawah kaki kanan huruf, naik lengkung ke kanan, ke bawah, baru kembali naik, c)Terlalu miring, d) Jarak antara huruf tidak konsisten, e) Tulisan kotor, f) Tidak tepat dalam mengikuti garis horisontal, g) Bentuk huruf atau angka tidak terbaca,h) Tekanan pensil tidak tepat (terlalu tebal atau terlalu tipis), i) Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil, j) Bentuk terbalik (seperti bercermin).
Kesulitan menulis yang dialami anak dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, misalnya gangguan motorik, gangguan emosi, gangguan persepsi visual,
atau gangguan ingatan. Gangguan gerak halus dapat mengganggu keterampilan
menulis. Hal ini dapat berakibat pada pengawasan bidang studi akademik lain.
Sebagian guru akan langsung menarik kesimpulan bahwa anak tidak mampu
menulis, padahal ketidakmampuannya disebabkan oleh faktor motorik. Kesulitan
menulis juga dapat merupakan akibat pengajaran guru yang kurang baik atau
motivasi anak yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita
mengalami kesulitan dalam menulis terutama menulis permulaan. Hal ini
disebabkan karena gangguan motorik anak tunagrahita. Oleh karena itu perlu
diterapkan pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik halus. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran menulis permulaan siswa
kelas I tunagrahita ringan SDLB Negeri Kroya sebelum menggunakan latihan
motorik halus rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Maksimal. Selanjutnya
pembelajaran menulis permulaan siswa tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri
Kroya dengan menggunakan pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik
halus mengalami peningkatan.
Dari hasil penelitian yang telah penulis sajikan dapat diambil beberapa
intisari sebagai pembahasan penelitian yaitu :
1. Pada Siklus I
Adanya peningkatan kemampuan menulis permulaan siswa
tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya diambil dari rata-rata kelas
sebesar 47,3 (sesudah menggunakan latihan motorik halus, walaupun
peningkatan itu belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan
yaitu nilai sebesar 50). Hal ini terjadi karena belum memaksimalkan
penggunaan latihan motorik halus. Selain itu masih diperlukannya media
pembelajaran yang relevan agar pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Pada Siklus II
Peningkatan kemampuan menulis permulaan yang cukup memuaskan
baik dari pencapaian rata-rata tiap siswa ataupun peningkatan kemampuan
menulis permulaan dari rata-rata kelas. Pencapaian rata-rata kelas sebesar 63,
tiap-tiap siswa telah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa melalui pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik
halus dapat meningkatkan kemampuan belajar menulis permulaan bagi siswa
tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya semester II tahun pelajaran 2011/
2012.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat diketahui
bahwa latihan motorik halus dapat meningkatkan kemampuan menulis
permulaan siswa tunagrahita ringan. Dengan demikian hasil penelitian ini
disarankan dapat menjadi salah satu rujukan bagi pengembangan penelitian
berikutnya untuk mengatasi masalah kemampuan menulis permulaan bagi
anak tunagrahita ringan. Penggunaan latihan motorik halus memudahkan
anak dalam melakukan gerakan menulis, mengingat bahwa masalah yang
dialami anak tunagrahita adalah sulit dalam menulis permulaan.
2. Implikasi Praktis
Dengan terbuktinya hipotesis penelitian yang penulis laksanakan, maka
hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita ringan. Sehingga tujuan
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang diinginkan dapat tercapai yaitu kemampuan menulis permulaan dapat
meningkat dengan adanya pembelajaran yang disertai latihan motorik halus.
C. Saran
Keberhasilan penggunaan latihan motorik halus dalam kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan bagi siswa
tunagrahita ringan kelas I SDLB Negeri Kroya dapat dijadikan dasar bagi penulis
untuk memberikan saran kepada :
1. Kepala Sekolah
Perlu diadakan sosialisasi tentang peningkatan kemampuan menulis
permulaan dalam pembelajaran yang disertai dengan latihan motorik halus ini
pada guru-guru untuk meningkatkan profesional guru dalam mengajar dengan
mengundang pakar/ narasumber yang sesuai.
2. Siswa
Siswa tunagrahita ringan SDLB Negeri Kroya hendaknya selalu
melakukan latihan motorik halus sebelum kegiatan belajar menulis.