DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT
-
Upload
ramsi-widya-pujiarti -
Category
Documents
-
view
784 -
download
9
Transcript of DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
‘DIFUSI – OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT’
Oleh:
Kelompok V
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIKUM DIFUSI – OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT
Oleh:
Kelompok V
Yogyakarta, 19 September 2012
Anggota:
Nama NIM Tanda Tangan
Mega Cahaya Lintang Timur 11308141005
Uslifatul Jannah 11308141014
Ramsi Widya Pujiarti 11308141022
Aris Satriyo Nugroho 11308141031
Diserahkan pada tanggal 25 September 2012, jam 13.00 WIB
Mengetahui:
Dosen Pembimbing / Asisten Praktikum
(.............................................................)
DIFUSI – OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT
Kegiatan 1
‘DAPATKAH AIR BER-OSMOSIS MENEMBUS MEMBRAN SEL JARINGAN
TUMBUHAN’
I. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan dapat:
1. Menemukan fakta mengenai gejala difusi-osmosis.
2. Mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi.
3. Menunjukkan arah gerakan air pada peristiwa difusi-osmosis.
4. Mendeskripsikan pengertian difusi dan osmosis.
II. Kajian Pustaka
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air
menyusun 60-90% dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman
berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan jenis spesies tumbuhan
tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan
perdu. Tumbuhan yang berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %,
tumbuhan hidrofik 85-98 % dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara
100-300 %.
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat
jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi
oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat
diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis
(tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan
permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan
naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil
bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah
segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau
mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir dari
apoplast ke vakuola Pada berlangsungnya proses fotosintesis, terjadi berbagai
proses yang sangat komplek, mulai dari pengambilan air dan mineral tanah,
penangkapan cahaya matahari, penyerapan gas-gas, sintesis glukosa dan
energi, hingga pengedaran hasil fotosintesis. Tumbuhan mengambil air dan
mineral tanah dalam bentuk terlarut dalam air tanah, untuk menyerapnya, zat-
zat tersebut harus menembus dinding selektif permeabel. Dinding sel tebal
namun banyak terdapat pori-pori atau ruang-ruang dan mudah dilalui larutan
tanah dan gas-gas, sehingga tidak menimbulkan masalah untuk penyerapan.
Sebaliknya, membran sel yang lipo-protein, hanya memiliki pori yang lembut
dan bermuatan, sehingga tidak setiap zat dengan mudah melewatinya.
Permeabilitas membran terhadap ion-ion adalah paling rendah. Dengan kata
lain, ion-ion sulit menembus membran, maka penyerapannya pun paling sulit.
Terkait dengan penyerapan zat ini,
1. Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang
berkonsentrasi rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi
keseimbangan dinamis. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula
pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain
adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling
sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk
perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid
atau fluida.
Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga
mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),difusi melalui
saluran yang terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by
chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion).
Difusi melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul
yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam
lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran
secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak
seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan
organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran sel juga sangat
permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O.
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion
tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel.
Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan
diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih
kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya.
Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam
amino, glukosa, dan beberapa garam–garam mineral , tidak dapat
menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein
pembawa atau transporter untuk dapat menembus membrane. Proses
masuknya molekul besar yang melibatkan transforter dinamakan difusi
difasilitasi, yaitu pelaluan zat melalui rnembran plasrna yang melibatkan
protein pembawa atau protein transforter. Protein transporter tergolong
protein transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion
atau molekul vang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion
memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu
molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus untuk
mentransfer glukosa ke dalam sel.
2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul
zat pelarut, dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju
larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau
membran selektif permeabel atau semi permeabel. Jika di dalam suatu
bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu
bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua
Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa
sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan
oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang
berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan
glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. Jadi,
pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi
menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput
selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi
dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan
hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan
larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat
di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel
dikatakan sebagai larutan hipotonis
Dua faktor penting yang mempengaruhi osmosis adalah:
a. Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel.
b. Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.
Contoh:
1. Masuk dan naiknya air mineral dalam tubuh pepohonan
merupakan proses osmosis. Air dalam tanah memiliki kandungan
solvent lebih besar (hypotonic) dibanding dalam pembuluh,
sehingga air masuk menuju xylem/sel tanaman.
2. Jika sel tanaman diletakkan dalam kondisi hypertonic (solut tinggi
atau solvent rendah), maka sel akan menyusut (ter-plasmolisis)
karena cairan sel keluar menuju larutan hypertonic.
3. Air laut adalah hypertonic bagi sel tubuh manusia, sehingga
minum air laut justru menyebabkan dehidrasi.
4. Kentang yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengalami
penyusutan.
III. Metode praktikum
a. Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat praktikum : Laboratorium Biokimia
Waktu praktikum : Selasa, 18 September 2012
b. Alat dan Bahan
Alat :
1) Pelubang gabus
2) Cawan petri
3) Pisau tajam
4) Pipa kaca
berskala
5) Tissue
6) Karet penyumbat
7) Penggaris
Bahan :
1) Kentang
2) Larutan gula sukrosa ( 0%, 25%, 50%, dan 100% )
c. Prosedur
IV. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Variabel kontrol : larutan sukrosa 50%
Setelah selesai, mengganti larutan gula pada sumuran ke-2 dengan 1 ml larutan gula 25% dan 100% secara bergantian
Mengamati perbedaan tingi larutan tiap 5 menit selama 3 kali
Memasukkan 1 ml larutan gula 0% pada sumuran 2
Menutup lubang sumuran 1 dengan karet penyumbat yang telah diberi pipa kaca berskala
Memasukkan 1 ml larutan gula sukrosa 50% pada sumuran 1
Membuat dua sumuran dengan kedalaman 2 cm dengan menggunakan pelubang gabus
Memotong tepi salah satu bagian hingga permukaan rata.
PercobaanKonsentras
i
Tinggi
Awal
Pertambahan Panjang setelah
5 menit 10 menit 15 menit
I 0% 4,8 cm 0,7 cm 0,5 cm 0,5 cm
II 25% 6 cm 1 cm 0 0,2 cm
III 100% 6,3 cm 0,2 cm 0,4 cm 0,3 cm
Keterangan:
= Naik
= Tetap
= Turun
b. Pembahasan
Pada praktikum kali ini tentang ‘Dapatkah air ber-osmosis
menembus sel jaringan tumbuhan?’ dilakukan secara bertahap dan
memerlukan waktu yang cukup lama. Masing-masing percobaan
memerlukan waktu kurang lebih selama 15 menit ditambah dengan
pembuatan sumuran pada kentang. Sehingga dibutuhkan 2 buah kentang
untuk efisiensi waktu.
Pada semua percobaan, kita mengisinya dengan larutan sukrosa
50% sebagai variable kontrolnya pada salah satu sumuran. Sumuran
tersebut tidak sampai tembus pada bagian dasarnya, karena bagian dasar
inilah yang berperan sebagai membran dalam percobaan ini. Kemudian
ditutup dengan karet penyumbat yang ada pipa kaca berskala yang
nantinya bisa juga di sebut sebagai osmometer.
Pada percobaan 1, setelah salah satu sumuran diberi larutan
sukrosa 50%, salah satu sumuran lagi diberi larutan 0% sebagai
pembanding yang nantinya akan menunjukkan apakah peristiwa yang
terjadi pada membrane kentang merupakan peristiwa difusi atau osmosis.
Setelah 5 menit dapat diketahui tinggi larutan sukrosa pada pipa
kaca berskala yang awalnya memiliki tinggi 4,8 cm, kemudian mengalami
penambahan tinggi sebesar 0,7 cm. Pegukuran dilakukan dengan
menggunakan penggaris karena skala pada pipa kaca kurang jelas.
Kemudian setelah 10 menit tingginya mengalami penambahan lagi yaitu
sebesar 0,5 cm. Setelah 15 menit tingginya juga mengalami penambahan
sebesar 0.5 cm. Sehingga tinggi akhirnya menjadi 6,5 cm.
Berdasarkan hal tersebut penambahan tinggi pada pipa berskala
melalui membrane kentang merupakan peristiwa osmosis karena terjadi
perpindahan air dari daerah dengan potensial air tinggi ke daerah
potensial air rendah. Potensial air ini dapat ditunjukkan dengan kadar
kepekatan larutan sukrosa. Larutan sukrosa dengan kadar 50% memiliki
kadar gula yang lebih tinggi atau dengan kata lain memiliki potensial air
yang rendah. Sedangkan larutan sukrosa 0% memiliki kadar gula yang
rendah, dengan kata lain memiliki potensial air yang tinggi. Sehingga air
akan mengalir melalui membrane semi permeable yang dalam percobaan
kali ini adalah kentang, dari daerah dengan potensial air tinggi (larutan
sukrosa 0%) ke daerah dengan potensial air rendah (larutan sukrosa 0%).
Pada percobaan kedua, larutan sukrosa 50% yang merupakan
vaeriabel control tetap dimasukkan dalam salah satu sumuran yang diberi
pipa kaca berskala. Kemudian salah satu sumuran diberi atau diisi dengan
larutan sukrosa 25%.
Tinggi awal larutan sukrosa 50% pada pipa kaca berskala adalah 6
cm. Setelah 5 menit, tinggi larutan bertambah 1 cm, setalah 10 menit
tinggi air pada pipa berskala tidak mengalami perubahan. Sedangkan
setelah 15 menit tingginya kembali mengalami perubahan sebanyak 0,2
cm.
Dengan demikian pada percobaan yang kedua ini juga merupakan
peristiwa osmosis. Seperti pada percobaan pertama, air mengalir melalui
membrane semi permeable dari potensial air tinggi ( larutan sukrosa 25%)
ke darerah dengan potensial air rendah ( larutan sukrosa 50% ). Hal ini
dikarenakan larutan sukrosa 25% memiliki tingkat keenceran yang lebih
rendah, sehingga potensial airnya lebih tinggi dibandingkan dengan
larutan sukrosa 50%.
Pada percobaan ketiga, setelah sumuran pertama diisi larutan
sukrosa 50% dan diberi karet sumbat dengan pipa berskala, kemudian
sumuran kedua diisi larutan sukrosa 100%. Setelah 5 menit, dari tinggi
larutan sukrosa 50% mengalami penambahan tinggi sebesar 0,2 cm.
Setelah 10 menit larutan mengalami penambahan tinggi sebesar 0,4 cm.
Dan setelah 15 menit, air bertambah lagi sebesar 0,3 cm. Seharusnya
tinggi larutan sukrosa 50% pada pipa berskala menunjukkan penurunan,
karena larutan sukrosa 100% memiliki potensial air yang lebih tinggi
daripada larutan sukrosa 50%.
Kesalahan pada percobaan ini dapat dikarenakan karena sumuran
yang diberi sumbat dengan pipa kaca berskala bocor. Padahal
seharusnya sumuran ditutup rapat dengan sumbat. Kebocoran dapat
disebabkan sumuran terlalu besar.
Pada percobaan kegiatan 1 ini terjadi perbedaan kecepatan
masuknya air ke dalam sumuran yang berisi larutan gula dengan
konsentrasi yang berbeda karena konsentrasi larutan gula yang ada di
dalam sel (kentang) akan mempengaruhi aliran pelarut (air) dari larutan
yang hipotonis (konsentrasi pelarut atau airnya tinggi) yang masuk ke
dalam larutan hipertonis (konsentrasi pelarut atauairnya rendah). Semakin
besar konsentrasi larutan gula yang berada di dalam sel (kentang), maka
akan semakin cepat pula aliran masuknya air (pelarut) ke dalam lubang
yang berisi larutan gula.
V. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Pada percobaan kegiatan 1, merupakan peristiwa osmosis, yaitu
perpindahan air dari daerah dengan potensial air tinggi menuju daerah
dengan potensial air rendah melalui membrane semi permeable.
b. Saran
Pada percobaan tentang ‘Dapatkah air ber-osmosis menembus sel
jaringan tumbuhan?’, seharusnya kentang yang diberikan lebih dari 2,
mungkin 3. Dua kentang digunakan untuk melakukan kegiatan 1, dan
yang satu lagi digunakan untuk melakukan praktikum kegiatan 2. Selain
itu, gelas ukur yang disediakan untuk menganbil larutan sukrosa juga
kurang, sehingga harus mengantri dan menambah waktu.
VI. Diskusi
1. Apakah potensial air 1 mol larutan garam ( NaCl ) sama dengan 1 mol
larutan Glukosa ?
Jawab :
Tidak, karena tekanan osmosis π mempunyai persamaan yaitu π=
n.M.R.T. Sehingga besarnya tekanan osmosisnya NaCl tidak sama
dengan larutan glukosa. Nilai n antara NaCl dan glukosa itu berbeda,
tergantung dari banyaknya ion yangterdapat pada senyawa tersebut.
Larutan NaCl mempunyai jumlah ion (n) sebanyak 2, sedangkan larutan
gula tidak memiliki ion (n). Sehingga tekanan osmosis larutan garam
(NaCl) lebih besar daripada larutan glukosa. Hal ini menyebabkan
potensial air di antara kedua larutan berbeda.
2. Apakah laju difusi air dari jaringan kentang dipengaruhi oleh jenis larutan
perendamnya ?
Jawab :
Iya, karena jenis larutan perendam akan mempunyai viskositas atau
tingkat kekentalan zat yang berbeda. Hal ini akan mempengaruhi
kecepatan difusi-osmosis. Jenis larutan tersebut akan menentukan
apakah larutan yang mengalir kental ataukah encer.
3. Apa yang akan terjadi bila jaringan kentang ditempatkan pada larutan
dengan potensial osmotiknya lebih rendah dari potensial osmotic cairan
jaringannya ?
Jawab :
Larutan yang berada di dalam kentang akan berkurang ( akan mengalami
dehidras ), karena air (pelarut) yang berada di dalam kentang akan
mengalir keluar menuju ke potensial larutannya lebih rendah. Hal ini jika
berlangsung terus-menerus akan menimbulkan pelarut atau air dari
larutan yang berada di dalam kentang lama-kelamaan akan habis.
VII. Daftar Pustaka
Girindra, Aisyah. 1986. Biokomia 1. Jakarta : Gramedia.
Harbon, J. B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan Terbitan Kedua. Bandung : ITB.
Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Bandung : ITB
http://kireidwi.blog.friendster.com/2008/09/mekanisme-difusi-dan-osmosis-
dalam-sel. Diambil pada Sabtu, 22 September 2012 jam 16 : 35
Kegiatan 2
‘MENGUKUR POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN’
I. Tujuan Praktikum
Mengetahui nilai potensial air pada umbi kentang.
II. Kajian Pustaka
Perubahan energi bebas setelah ada tambahan suatu besaran
(khususnya gram bobot molekul) disebut potensial kimia, yang merupakan
energi bebas per mol bahan. Potensial kimia tidak tergantung pada banyaknya
bahan. Sedangkan potensial air merupakan potensial kimia dalam suatu
system atau bagian system, dinyatakan dalam suatu tekanan dan
dibandingkan dengan potensial kimia air murni, pada tekanan atmosfer dan
suhu serta ketinggian yang sama, dan potensial kimia air murni ditentukan
sama dengan nol. Potensial air biasa dilambangkan dengan huruf Yunani (Ψ)
atau dibaca psi. Jika potensial air lebih tinggi di satu bagian dari system dan
tidak ada penghalang permeable yang menghalangi difusi air, maka air akan
bergerak dari daerah yang berpotensial tinggi ke daerah yang berpotensial
rendah. Proses spontan tersebut menyebabkan energy dilepas ke sekitar, dan
energy bebas system tersebut menurun. Energy yang dilepas kesekitar
mempunyai potensi untuk melakukan kerja, misalnya air mengalir secara
osmotic ke bagian atas batang dalam fenomena yang dikenal sebagai tekanan
akar. (Salisbury dan Ross, 1995)
Jika air murni berada di satu sisi membran dan larutan disisi lainnya,
maka potensial air akan lebih rendah daripada potensial air- air murni.
Potensial air suatu larutan pada tekanan atmosfer bernilai negatif. Potensial
air- air murni yang mendapat tekanan dari luar yang lebih besar dari pada
tekanan atmosfer, bernilai positif. Potensial air larutan yang mendapat tekanan
dapat bernilai negatif apabila potensial osmotic lebih negatif dari pada tekanan
yang positif, dapat bernilai nol apabila tekanan sama dengan potensial osmotic
tetapi dengan tanda yang berlawanan, atau dapat bernilai positif apabila
tekanan lebih positif dari pada potensial osmotik yang negatif.
Dalam pengukuran potenisal air dapat dilakukan dengan berbagai
metode, salah satunya menggunakan metode volume-jaringan. Sample
jaringan yang diinginkan dimasukkan kedalam seri larutan dengan ragam
kosensentrasi yang diketahui. Linarut terbaik untuk pengukuran adalah yang
tidak mudah melintasi membrane atau yang tidak merusak jaringan. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan larutan yang tidak mengubah volume jaringan,
artinya, tidak ada air yang masuk jaringan atau yang hilang. Ini menandakan
bahwa larutan dan jaringan sejak semula berada dalam kesetimbangan yang
sama. (Salisbury dan Ross, 1995).
Beberapa faktor yang yang biasanya menghasilkan gradien potensial
kimia atau gradien potensial air dalam system tumbuhan adalah konsentrasi
atau aktifitas, karena partikel berdifusi dari tempat yang beraktifitas tinggi ke
tempat yang beraktifitas rendah. Suhu, tekanan, efek linarut terhadap potensial
kimia pelarut, dan matriks atau permukaan yang bermuatan, seperti
permukaan partikel tanah liat di tanah, protein atau polisakarida dinding sel.
(Salisbury dan Ross, 1995).
Untuk menghitung perubahan berat yang terjadi digunakan rumus:
% perubahan berat = berat akhir – berat mula-mula/Berat mula –
mula X 100%.
Sedangkan untuk menghitung nilai potensial osmotiknya digunakan
rumus:
Ψs =MiRT
Dimana :
M = molaritas dari larutan sukrosa
I = konstanta ionisasi , untuk sukrosa = 1
R = konstanta gas (0,0831 bar / derajat)
T = suhu absolute = ( C + 273 )
III. Metode Praktikum
a. Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat praktikum : Laboratorium Biokimia
Waktu praktikum : Selasa, 18 September 2012
b. Alat dan Bahan
Alat :
1) Pelubang gabus
2) Cawan petri
3) Pisau tajam
4) Kertas
5) Timbangan
analyize balance
6) Penggaris
Bahan :
1) Kentang
2) Larutan sukrosa 2 ml ( 0,0; 0,4; 1,6 )
c. Prosedur
Menimbang kembali silinder umbi kentang dengan timbangan analysize balance
Menunggu selama 20 menit
Memasukkan larutan sukrosa 20 ml ke dalam masing-masing cawan petri dengan konsentrasi 0,0; 0,4; dan 1,6 secara berurutan
Memasukkan masing-masing 3 buah silinder umbi kentang ke dalam cawan petri
Menimbang ke-9 silinder umbi kentang dengan menggunakan timbangan analysize balance
Membuat silinder umbi kentang sebanyak 9 buah dengan menggunakan pelubang gabus, panjang masing-masing 3 cm
IV. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Kentang
0,0 M 0,4 M 1,6 M
Sebelu
mSesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 0,57 gr 0,69 gr 0,58 gr 0,674 gr 0,57 gr 0,65 gr
2. 0,57 gr 0,65 gr 0,59 gr 0,684 gr 0,57 gr 0,666 gr
3. 0,59 gr 0,67 gr 0,55 gr 0,668 gr 0,56 gr 0,646 gr
Rerata 0,567 gr 0,67 gr 0,573 gr 0,668 gr 0,567 gr 0,645 gr
b. Analisis Data
Rumus menghitung perubahan berat :
% perubahan berat = berat akhir – berat mula-mula/Berat mula –
mula X 100%.
1. Dengan konsentrasi 0,0 M
Pada kentang 1
% perubahan berat = 0,69 - 0,57 / 0,57 X 100%
= 21,052 %
Pada kentang 2
% perubahan berat = 0,65 – 0,57 / 0,57 X 100%
= 14,63 %
Pada kentang 3
% perubahan berat = 0,67 – 0,59 / 0,59 X 100%
= 13,55 %
2. Dengan konsentrasi 0,4 M
Pada kentang 1
% perubahan berat = 0,674 – 0,58 / 0,58 X 100%
= 16, 207%
Pada kentang 2
% perubahan berat = 0,685 - 0,59 / 0,59 X 100%
= 10 %
Pada kentang 3
% perubahan berat = 0,688 – 0,55 / 0,55 X 100 %
= 25,09 %
3. Dengan konsentrasi 1,6 M
Pada kentang 1
% perubahan berat = 0,65 – 0,57 / 0,57 X 100 %
= 14,03 %
Pada kentang 2
% perubahan berat = 0,666 – 0,57 / 0,57 X 100%
= 16,84 %
Pada kentang 3
% perubahan berat = 0,646 – 0,56 / 0,56 X 100%
= 15,36 %
Rumus menghitung potensial osmotic sukrosa :
Ψs =MiRT
Dimana :
M = molaritas dari larutan sukrosa
I = konstanta ionisasi , untuk sukrosa = 1
R = konstanta gas (0,0831 bar / derajat)
T = suhu absolute = ( C + 273 )
Diketahui suhu penelitian merupakan suhu kamar : 27 derajat Celsius
Suhu absolute = 27 derajat Celsius + 237 = 264
1. Potensial osmotic pada konsentrasi 0,0 M
Ψs = 0,0 X 1 X 0,0831 X 264
= 0 atm
2. Potensial osmotic pada konsentrasi 0,4 M
Ψs = 0,4 X 1 X 0,0831 X 264
= 8,775 atm
3. Potensial osmotic pada konsentrasi 1,6 M
Ψs = 1,6 X 1 X 0,0831X 264
= 35,10 atm
Grafik hubungan antara berat kentang ( Y ) dengan konsentrasi
larutan (X) :
0,0 M 0,4 M 1,6 M0
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
Grafik Hubungan Selisih Berat Kentang dengan Konsentrasi Larutan
c. Pembahasan
Pada pengamatan ini dilihat potensial air pada jarigan hidup umbi
kentang untuk mengetahui pergerakan kimia air dalam tumbuhan
khususnya pada sel tumbuhan Umbi Kentang (Solanum tuberosum) yang
di rendam selama 20 menit, sehingga mengalami kelebihan dan
kekurangan cairan. Pergerakan air dan larutan sukrosa yang terjadi pada
umbi kentang dapat di jadikan sebagai acuan untuk mengetahui apakah
umbi kentang mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air atau
larutan sukrosa.
Berdasarkan table diatas maka kita melihat bahwa konsentrasi
larutan sukrosa 0,0 M, 0,4 M, dan 1,6 M mengalami variasi, dimana
semuanya memiliki nilai positif. Potensial osmotic larutan barnilai positif,
karena air pelarut dalam larutan umbi kentang melakukan kerja lebih dari
air murni. Jika tekanan pada larutan meningkat, maka kemampuan larutan
untuk melakukan kerja juga meningkat sehingga bobot berat umbi
kentangpun meningkat. Pada percobaan mangunakan larutan sukrosa,
larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,0; 0,4 dan 1,6 bernilai positif.
Berdasarkan hasil pengamatan atau tabel maka kita dapat
mengatakan bahwa praktikum dapat dilihat terdapat pertambahan berat
setelah ditambahkan dengan larutan sukrosa, pertambahan perubahan
berat yang terjadi sekitar 0,078 gr pada kontrasi larutan sukrosa 1,6 M;
0,095 gr pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M dan 0,103 gr pada
konsentrasi larutan sukrosa 0,0 M.
Pertambahan berat dikarnakan potensial molekul air murni yang
melewati membrane lebih besar dari pada larutanpada jaringan hidup
umbi kentang sehingga menambah bobot berat umbi kentang proses ini
merupakan osmoregulasi yang terjadi pada umbi kentang.
V. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Karena nilai potensial air = Ψ = Ψp – Ψs ; dimana nilai p= 0,
sehingga nilai potensial air sama dengan potensial osmotiknya, yaitu pada
konsentrasi 0,0 M sebesar 0 atm, pada konsentrasi 0,4 M sebesar 8,775
atm dan pada konsentrasi 1,6 M sebesar 35,10 atm.
b. Saran
Pada praktikum kegiatan 2 ini, timbangan yang digunakan untuk
menimbang kentang kurang ( hanya 1 ). Padahal jumlah kelompok yang
ada lebih dari 5. Sehingga saat akan menggunakannya harus mengantri
dan untuk mengantri itu dibutuhkan waktu yang lama.
VI. Diskusi
1. Berapakah potensial osmotic larutan Glukosa pada suhu yang percobaan
saudara ?
Jawab :
Potensial osmotic pada konsentrasi 0,0 M
Ψs = 0,0 X 1 X 0,0831 X 264
= 0 atm
Potensial osmotic pada konsentrasi 0,4 M
Ψs = 0,4 X 1 X 0,0831 X 264
= 8,775 atm
Potensial osmotic pada konsentrasi 1,6 M
Ψs = 1,6 X 1 X 0,0831X 264
= 35,10 atm
2. Apa yang akan terjadi bila jaringan kentang ditempatkan pada larutan
yang potensial osmotiknya lebih rendah dari potensial osmotic jaringannya
?
Jawab :
Larutan yang berada di dalam kentang akan berkurang ( akan mengalami
dehidras ), karena air (pelarut) yang berada di dalam kentang akan
mengalir keluar menuju ke potensial larutannya lebih rendah. Hal ini jika
berlangsung terus-menerus akan menimbulkan pelarut atau air dari
larutan yang berada di dalam kentang lama-kelamaan akan habis.
VII. Daftar Pustaka
Al, Suyitno.2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta : FMIPA
UNY
Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Bandung : ITB