Differential Diagnosis

7
Differential diagnosis Penyakit Crohn Penyakit Crohn adalah peradangan menahun pada dinding usus. Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus. Pada beberapa dekade yang lalu, penyakit Crohn lebih sering ditemukan di negara barat dan negara berkembang. Terjadi pada pria dan wanita, lebih sering pada bangsa Yahudi, dan cenderung terjadi pada keluarga yang juga memiliki riwayat kolitis ulserativa. Kebanyakan kasus muncul sebelum umur 30 tahun, paling sering dimulai antara usia 14-24 tahun. Penyakit ini mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang terdapat daerah normal diantara daerah yang terkena. Pada sekitar 35 % dari penderita penyakit Crohn, hanya ileum yang terkena. Pada sekitar 20%, hanya usus besar yang terkena. Dan pada sekitar 45 %, ileum maupun usus besar terkena. 10 Tabel 3. Perbedaan kolitis ulseratif dan penyakit crohn 4 Kolitis Ulceratif Penyakit Crohn Hanya usus yang terlibat Panintestina l Terus-menerus memperluas peradangan proksimal dari dubur Skip-lesi dengan intervening mukosa 1

description

dm

Transcript of Differential Diagnosis

Differential diagnosis Penyakit CrohnPenyakit Crohn adalah peradangan menahun pada dinding usus. Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus. Pada beberapa dekade yang lalu, penyakit Crohn lebih sering ditemukan di negara barat dan negara berkembang. Terjadi pada pria dan wanita, lebih sering pada bangsa Yahudi, dan cenderung terjadi pada keluarga yang juga memiliki riwayat kolitis ulserativa. Kebanyakan kasus muncul sebelum umur 30 tahun, paling sering dimulai antara usia 14-24 tahun. Penyakit ini mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang terdapat daerah normal diantara daerah yang terkena. Pada sekitar 35 % dari penderita penyakit Crohn, hanya ileum yang terkena. Pada sekitar 20%, hanya usus besar yang terkena. Dan pada sekitar 45 %, ileum maupun usus besar terkena. 10Tabel 3. Perbedaan kolitis ulseratif dan penyakit crohn4Kolitis Ulceratif Penyakit Crohn

Hanya usus yang terlibatPanintestinal

Terus-menerus memperluas peradangan proksimal dari duburSkip-lesi dengan intervening mukosa normal

Peradangan pada mukosa dan hanya submucosaPeradangan Transmural

Tidak ada granulomaNoncaseating granuloma

Perinuclear Anca (PANCA) positifAsca positif

Pendarahan (umum) Hanya sebagian pasien yang terdiagnosa dengan kolitis ulseratf yang mempunyai gejala, yang lain kadang-kadang menderita demam, diarrhea dengan perdarahan, nausea, rasa nyeri pada perut yang hebat. Kolitis ulseratf juga dapat menimbulkan gejala seperti arthritis, radang pada mata (uveitis), hati (sclerossing cholangitis) dan osteoporosis. Hal ini tidak dapat diketahui bagaimana bisa terjadi di luar dari kolon, tetapi para ahli berfikir komplikasi ini dapat terjadi akibat pencetus dari peradangan yaitu sistem immune. Sebagian problem seperti iniPendarahan (jarang)

Fistula (jarang)Fistula (umum)

Penyebabnya belum diketahui namun ada kemungkinan disebabkan oleh adanya kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh, infeksi, makanan. Gejala awal yang paling sering ditemukan adalah diare menahun, nyeri kram perut, demam, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik biasa ditemukan benjolan dan rasa penuh pada perut bagian bawah biasanya lebih ke sisi kanan. Komplikasi yang sering terjadi adalah penyumbatan usus, saluran penghubung yang abnormal (fistula), dan kantong berisi nanah atau abses.Gejala penyakit ini berbeda pada tiap penderita, namun ada 4 pola yang umumnya terjadi yaitu: peradangan berupa nyeri dan nyeri tekan di perut kanan bawah; penyumbatan usus akut yang berulang yang menyebabkan kejang hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah; peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun yang menyebabkan kurang gizi dan kelemahan menahun; serta pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisis nanah (abses) yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan berat badan menurun.11 Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare berulang terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan sendi, mata dan kulit. Apabila diagnosis masih belum pasti, dapat dilakukan pemeriksaan kolonoskopi dan biopsi untuk memperkuat diagnosis. Pemeriksaan dengan CT Scan, bisa memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses, nemun tidak digunakan secara rutin sebagai diagnosis awal. Tuberkulosis usus.Tuberkulosis abdominal (Tb abdominal) adalah peradangan peritonium parietal atau viseral, saluran cerna, dan hati, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tb abdominal terdiri dari Tb peritonium, Tb usus dan TB hati.Tuberkulosis usus dibagi menjadi primer dan sekunder. Infeksi tuberkulosis primer pada usus telah jarang dijumpai akibat pasteurisasi susu dan eradikasi tuberkulosis bovinum pada ternak penghasil susu. Penyakit ini dicirikan oleh fokus kecil pada usus dan pembesaran kelenjar getah bening mesenterik, analog dengan komplek primer pada paru. Tuberkulosis Sekunder, bentuk tuberkulosis ini masih terjadi akibat tertelannya sputum yang terinfeksi oleh pasien penyakit paru aktif atau aktivasi ulang fokus dorman yang ada didalam usus, biasanya pada ileum terminal atau sekum. Granuloma kaseosa yang khas terbentuk. Organisme ini tersebar secara lokal didalam getah bening usus, menyebabkan ulkus yang melintang karena jalannya pembuluh getah bening usus yang sirkumferensial. Fibrosis menyebabkan timbulnya striktur. Terkenanya serosa menyebabkan perlekatan fibrosa antara lengkung usus. Pembentukan fistula dapat terjadi. Secara klinis, tuberkulosis usus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan demam ringan dan diare, yang bisa bercampur darah. Pada beberapa kasus dapat dipalpasi adanya suatu massa (tuberkulosis sekal hiperplastik). Diagnosis ditegakkan dengan membiakkan basil tuberkel dari tinja.10 Karsinoma colonKanker Kolon (Kanker Usus Besar). Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang menderita kolitis ulserativa yang lama dan berat. Resiko tertinggi adalah bila seluruh usus besar terkena dan penderita telah mengidap penyakit ini selama lebih dari 10 tahun, tanpa menghiraukan seberapa aktif penyakitnya. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi(pemeriksaan usus besar) secara teratur, terutama pada penderita resiko tinggi terkena kanker, selama periode bebas gejala. Selama kolonoskopi, diambil sampel jaringan untuk diperiksa dibawah mikroskop. Setiap tahunnya, 1% kasus akan menjadi kanker. Bila diagnosis kanker ditemukan pada stadium awal, kebanyakan penderita akan bertahan hidup. 4Kolon (termasuk rektum) merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling sering. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Kanker usus besar biasanya merupakan penyakit yang terjadi pada orang tua (60-70tahun). Sekitar 60% dari semua kanker usus terjadi pada bagian rektosigmoid, sehingga dapat teraba pada pemeriksaan sigmoidoskopi. Sekum dan kolon asendens merupakan tempat berikutnya yang paling sering terserang. Kolon transversa dan fleksura adalah bagian yang mungkin paling jarang terjadi.Gejala yang paling sering terjadi adalah perubahan kebiasaan defekasi, perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia dan penurunan berat badan.Pengobatan karsinoma kolon dan rektum adalah pengangkatan tumor dan pembuluh lmfe secara pembedahan. Tindakan yang paling sering dilakukan adalah hemikolektomi kanan, kolektomi transversal, hemikolektomi kiri, atau reseksi anterior, dan reseksi abdominoperineal. 8DAFTAR PUSTAKA1. Swartz MH. Buku ajar diagnosis fisik. Jakarta : EGC; 1995. H. 247-256.2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. H. 58-9.3. Djojoningrat D. Inflammatory Bowel Disease: Alur Diagnosis dan Pengobatannya di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2007. hal. 591-7.4. Adam Schoenfeld. 2010. http://www.medicinenet.com/ulcerative_colitis /article.htm. akses pada 19 mei 2013.5. Marc D Basson. 2011.http://emedicine.medscape.com/article/183084-overview. Akses pada 19 mei 2013.6. Anonim. 2011. http://medicastore.com/penyakit/488/Kolitis_Ulserativa. html. Akses pada 19 mei 2013.7. Glickman RM. Penyakit Radang Usus (Kolitis Ulseratif dan penyakit Crohn). Dalam: Asdie AH, editor. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 4. Edisi ke-13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. hal. 1577-91.8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2003. H. 461-7.9. Jugde TA, Lichtenstein GR. Inflammatory Bowel Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd ed. International ed.: McGraw-Hill; 2009. p. 108-30.10. Ndraha S. Gastroenterohepatologi. Jakarta :Fakultas Kedokteran Ukrida. 2013. H. 95-98.11. Inneritu JM. The appeareance of crohns disease. 12 Agustus 2007. Diunduh dari http://www.unboundedmedicine.com/2007/08/12/the-appeareance-of-crohns-disease/. 19 Mei 2013. 4