Diare

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian per tahun. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. World Health Organization (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang per tahun di negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di negara maju. Amerika merupakan salah satu negara yang mengalami 7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di rumah sakit dengan diare berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak 1

description

TA Kedokteran

Transcript of Diare

Page 1: Diare

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10

juta kematian per tahun. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi

masalah dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut

terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. World

Health Organization (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia

dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur

5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang per tahun di negara

berkembang, ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di negara

maju. Amerika merupakan salah satu negara yang mengalami 7-15 episode

diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di rumah sakit

dengan diare berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal setiap

tahun. Pada negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun

mengalami episode diare 3 kali pertahun   (WHO, 2009).

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka

kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.

Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat.

Angka kesakitan diare di Indonesia berdasarkan hasil Survei Morbiditas

Diare yang dilakukan kementrian kesehatan 3 tahun sekali sejak 1996-2010,

angka kesakitan diare meningkat dari tahun 1996 hingga 2006, kemudian

1

Page 2: Diare

menurun pada tahun 2010. Pada tahun 2010, angka kesakitan diare sebesar

411 per 1.000 penduduk. Angka ini mengalami sedikit penurunan

dibandingkan tahun 2006 sebesar 423 per 1.000 penduduk(Riskesdas, 2007).

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebagainya. ( Natoadmojo, 2003). Sanitasi merupakan salah satu tantangan

yang paling utama bagi negara-negara berkembang karena menurut World

Health Organisation (WHO), penyakit Diare membunuh satu anak di dunia

ini setiap 15 detik, karna access pada sanitasi masih terlalu rendah . Hal ini

menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan

pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional.

(Azwar, 2009)

Adapun pengelolaan sanitasi terdiri dari sanitasi yang buruk dan

sanitasi yang baik. Pengelolaan sanitasi meliputi sampah, air bersih, dan

kebersihan lingkungan. Menurut Elok (2008), bahwa pengelolaan sanitasi

yang buruk merupakan penyebab terjadinya atau timbulnya penyakit diare.

Geografi wilayah kerja RSUD Kabupaten Seruyan terdiri dari

wilayah yang beberapa penduduknya tinggal di daerah pinggiran sungai,

sehingga kebanyakan dari mereka masih menggunakan wilayah sungai

sebagai tempat buang air besar atau kecil, mandi, mencuci, serta

membersihkan rumah. Berdasarkan diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai hubungan sanitasi lingkungan terhadap

2

Page 3: Diare

kejadian diare pada wilayah kerja RSUD Kabupaten Seruyan Kalimantan

Tengah.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan sanitasi lingkungan dengan penyakit diare di

wilayah RSUD Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Menganalisis hubungan higienitas dan sanitasi lingkungan dengan

penyakit diare di wilayah RSUD Kabupaten Seruyan Kalimantan

Tengah.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare

2. Mengetahui hubungan penyedian air bersih dengan kejadian diare

3. Mengetahui hubungan kebersihan lingkungan dengan kejadian

diare

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat bagi pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Depertemen

kesehatan dalam perbaikan lingkungan pemukiman.

1.4.2.Manfaat bagi perguruan tinggi

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

khususnya mengenai kesehatan lingkungan.

3

Page 4: Diare

1.4.3.Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat

mengenai kesehatan lingkungan dan penyakit yang berhubungan

dengan lingkungan.

1.4.4.Manfaat bagi penulis

Penelitian ini berguna untuk mendapat pengetahuan yang lebih

mengenai higienitas dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian diare.

4

Page 5: Diare

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Higienitas Lingkungan

2.1.1. Pengertian Higienitas

Brownell (R. Sihite. 2000:3) menyatakan higiene adalah

bagaimana caranya orang memelihara dan melindungi kesehatan.

Prescott menyatakan bahwa hygiene terbagi ke dalam dua aspek yang

menyangkut individu (Personel Hygiene) dan yang menyangkut

lingkungan (Environment).

Di dalam undang-undang Nomor 2 Tahun 1996, Hygiene di

nyatakan sebagai kesehatan masyarakat yang meliputi semua usaha

untuk memlihara, melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan

badan, jiwa, baik untuk umum maupun perorangan yang bertujuan

memberikan dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat, serta

mempertinggi kesehatan dalam perikemanusiaan.

2.1.2. Ruang Lingkup Higienitas

Masalah Higiene tidak dapat dipisahkan dari masalah sanitasi,

dan pada kegiatan pengolahan makanan masalah sanitasi dan higiene

dilaksanakan bersama-sama. Kebiasaan hidup bersih, bekerja bersih

sangat membantu dalam mengolah makanan bersih pula. Ruang

lingkup higiene meliputi:

1. Higiene perorangan dan lingkungan

2. Higiene makanan dan minuman

5

Page 6: Diare

2.2. Sanitasi Lingkungan

2.2.1. Pengertian Sanitasi

Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air,

dan udara, penanganan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi,

dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau

pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan

lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multi disiplin kerja agar

kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Misalnya diperlukan tenaga

ahli di bidang air bersih, ahli kimia, ahli biologi, ahli teknik dan

sebagainya (Mukono, 2006).

Menurut Notoadmojo (2003), sanitasi itu sendiri merupakan

perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud

mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan

buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga

dan meningkatkan kesehatan manusia, sedangkan untuk pengertian

dari sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan adalah status kesehatan

suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,

penyedian air bersih dan sebagainya.

2.2.2.Ruang Lingkup Sanitasi

Menurut Kusnoputranto (1986) ruang lingkup dari kesehatan

lingkungan meliputi:

a. Penyediaan air minum. 

6

Page 7: Diare

b. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air. 

c. Pengelolaan sampah padat. 

d. Pengendalian vektor penyakit. 

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah. 

f. Hygiene makanan. 

g. Pengendalian pencemaran udara. 

h. Pengendalian radiasi. 

i. Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik,

kimia dan biologis. 

j. Pengendalian kebisingan. 

k. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

masyarakat dari perumahan penduduk, bangunan-bangunan

umum dan institusi. 

l. Perencanaan daerah dan perkotaan. 

m. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan

darat. 

n. Pencegahan kecelakaan. 

o. Rekreasi umum dan pariwisata. 

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi, bencana alam, perpindahan penduduk dan keadaan

darurat. 

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar

lingkungan pada umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.

7

Page 8: Diare

Dari ruang lingkup sanitasi lingkungan di atas tempat-tempat

umum merupakan bagian dari sanitasi yang perlu mendapat perhatian

dalam pengawasannya (Kusnoputranto, 1986).

2.2.3.Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk

menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang

menitik beratkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995).

2.2.4.Hal-hal yang menyangkut Sanitasi

1. Ventilasi

Menurut Notoatmojo (2007), ventilasi dapat dibedakan

menjadi dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi

alamiah yaitu dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi

secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-

lubang pada dinding. Ventilasi alamiah tidak menguntungkan,

karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga

lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan

menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara misalnya

kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak cocok

dengan kondisi rumah di pendesaan.

2. Pencahayaan

Pencahayaan yang tidak mencukupi akan menyebabkan

kelelahan mata, disamping itu kurangnya pencahayaan akan

8

Page 9: Diare

menyulitkan pemeliharaan kebersihan rumah. Pencahayaannya

yang cukup untuk penerangan ruangan di dalam rumah merupakan

kebutuhan kesehatan manusia. Pencahayaan dapat diperoleh dari

pencahayaan dari sinar matahari. Pencahayaan dari sinar matahari

masuk ke dalam rumah melalui jendela, celah-celah dan bagian

rumah yang terkena sinar matahari hendaknya tidak terhalang

benda lain. Cahaya matahari ini berguna untuk penerangan, juga

dapat mengurangi kelembaban udara, memberantas nyamuk,

membunuh kuman penyebab penyakit. pencahayaan dari lampu

atau yang lain berguna unuk penerangan suatu ruangan (Suyono,

1985).

3. Lantai

Ubin atau semen lebih baik, namun tidak cocok untuk kondisi

ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah

orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu,

untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang

dipadatkan. Syarat penting disini adalah tidak berdebu pada musim

kemarau dan tidak basah pada musim hujan.untuk memperoleh

lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan

menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang

berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah merupakan

sarang penyakit (Notoatmojo,2003)

9

Page 10: Diare

4. Dinding

Resiko menempati rumah dengan jenis dinding yang tidak

memenuhi syarat bukanlah faktor resiko langsung terhadap

penyakit, namun berkaitan dengan kelembaban udara. Dinding

rumah harus bersih, kering dan kuat. Dinding selain untuk

penyangga, juga untuk melindungi dari panas, hujan dan sebaiknya

untuk dinding rumah dibuatkan dari batu bata. (Dirjen PPM dan

PL, 1992).

5. Kepadatan Penghuni

Resiko yang ditimbulkan oleh kepadatan penghuni rumah

terhadap terjadinya penyakit dimungkinkan karena:

a. Kualitas udara dalam ruangan buruk

b. Pemeliharaan ruangan tidak dilaksanakan dengan baik

c. Jarak antar penghuni rumah lebih dekat.

Adapun persyaratan rumah sehat adalah:

a. Harus memenuhi kebutuhan psichologis

b. Terhindar dari penyakit menular

c. Terhindar dari kecelakaan

6. Penyediaan air bersih

Air yang bersih adalah air yang dapat digunakan untuk

keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan

kesehatan dan dapat diminum apabila sudah masak. Air untuk

konsumsi rumah tangga yang didapatkan dari sumbernya harus

10

Page 11: Diare

diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi syarat kesehatan.

Menurut Indang Entjan, syarat air minum ditentukan oleh 3 syarat,

yaitu:

a. Syarat fisik: air itu tidak berwarna, tidak mempunyai rasa,

tidak berbau dan jernih.

b. Syarat bakteriologis : air itu harus bebas dari segala bakteri

terutama bakteri pathogen.

c. Syarat kimia: tidak mengandung bahan kimia yang

membahayakan kesehatan, misalnya CO2, NH4, H2S dan lain-

lain.

7. Pembuangan kotoran manusia (jamban)

Tempat pembuangan kotoran manusia (jamban) merupakan

hal yang sangat penting, dan harus selalu bersih, mudah

dibersihkan, cukup cahaya dan cukup ventilasi, harus rapat

sehingga terjamin rasa aman bagi pemakainya, dan jaraknya cukup

jauh dari sumber air.

Syarat pembuangan kotoran manusia menurut Ehlers dan

Steel dalam Indah Entjan adalah:

a. Tidak mengotori tanah permukaan

b. Tidak mengotori air tanah

c. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dipergunakan oleh lalat

untuk bertelur dan berkembang biak

d. 1 harus terlindung dan tertutup

11

Page 12: Diare

e. Pembuangan air limbah atau sampah

Air limbah merupakan exereta manusia, air kotor dari dapur,

kamar mandi, WC, perusahaan-perusahaan,termasuk pula air kotor

permukaantanah. Pembuangan air limbah yang kurang baik akan

menjadi sarang penyakit dan situasi rumah akan menjadi lembab.

Pengaturan air limbah perlu dilakukan dengan baik, supaya:

a. Mencegah pengotoran sumber air rumah tangga

b. Kebersihan makanan terjaga

c. Mencegah berkembangnya bibit penyakit

d. Menghilangkan bau dan pemandangan tidak sedap .

2.3. Penyakit Diare

2.3.1.Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air

saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali

atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000). Sedangkan, menurut

Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat

kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini

diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat

pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik

balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan

kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir,

2006). Menurut hipocrates diare di definisikan sebagai pengeluaran

tinja yang tidak normal dan cair.

12

Page 13: Diare

2.3.2.Patogenesa Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

mennyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran iar dan elektrolit ke dalam rongga usus.

Cairan yang berlebihan ino akan merangasang usus untuk

mengeluarkannya sehingga terjadi diare.

2. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus

akan terjadi penongkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga

usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

3. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus menyerap makanan dan cairan, sehingga timbul diare.

Sebaiknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan

pertumbuhan bakteri berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare.

4. Diare akut

a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus

setelah berhasil melewati rintangan asam lambung

13

Page 14: Diare

b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam

usus halus.

c. Oleh jasad renik di keluarkan toksin (toksin diaregenik)

d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya

akan menimbulkan diare

5. Patogenesis Diare Kronis

Lebih kompleks dan faktor-faaktor yang menimbulkannya ialah

infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain lain.

2.3.3 Gejala Diare

Menurut Widjaja (2002), gejala diare pada balita yaitu:

a. Pada bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya

pun meninggi.

b. Tinja encer, berlendir, atau berdarah.

c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.

d. Anus lecet.

e. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.

f. Muntah sebelum atau sesudah diare.

g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

h. Dehidrasi.

2.3.4 Epidemiologi Diare

Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut (Depkes RI,

2005).

14

Page 15: Diare

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar

melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang

tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman

enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak

memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada

pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan

masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar,

tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau

sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan ataumenyuapi

anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa

penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai

dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara

proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.

c. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah

satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan,

yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan

berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan

tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan

perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan

minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

15

Page 16: Diare

2.3.5 Etiologi Diare

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu: faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi),

makanan dan faktor psikologis.

1. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama

diare pada anak.

Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:

a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi

infeksi enteral sebagai berikut:

1. Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

2. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrivirus dan

lain-lain.

3. infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolityca, Giardia

lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida

albicans).

b. Infeksi parenteral; infeksi diluar alat pencernaan

makanan seperti: Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis/

tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan

16

Page 17: Diare

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak berumur di bawah 2 tahun.

2. Faktor Malabsobsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi

karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi

kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat

menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi

lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut

triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase,

mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika

tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat

muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.

3. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, makanan basi, beracun, makanan yang terlalu banyak

lemak, makanan yang mentah (sayuran) dan kurang matang.

Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan

diare pada anak-anak balita.

4. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak

yang lebih besar).

17

Page 18: Diare

2.3.6 Patofisiologi Diare

Sebagai akibat Diare baik akut maupun kronik akan terjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang

mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis

metabolic, hipokalemia)

2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran

bertambah)

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi darah

5. Lecet pada anus

6. Muntah sebelum dan sesudah diare

7. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

8. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah.

2.3.7 Penanggulangan Diare

Menurut Depkes RI (2005), penanggulangan diare antara lain:

1. Pengamatan intensif dan pelaksanaan SKD (Sistem Kewaspadaan

Dini)

Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang

jumlah penderita dan kematian serta penderita baru yang belum

dilaporkan dengan melakukan pengumpulan data secara harian

pada daerah fokus dan daerah sekitarnya yang diperkirakan

mempunyai risiko tinggi terjangkitnya penyakit diare.

Sedangakan pelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan dari

18

Page 19: Diare

surveilance epidemiologi yang kegunaanya untuk mewaspadai

gejala akan timbulnya KLB (Kejadian Luar Biasa) diare.

2. Penemuan kasus secara aktif

Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian di lapangan

karena diare pada saat KLB di mana sebagian besar penderita

berada di masyarakat.

3. Pembentukan pusat rehidrasi

Tempat untuk menampung penderita diare yang memerlukan

perawatan dan pengobatan pada keadaan tertentu misalnya lokasi

KLB jauh dari puskesmas atau rumah sakit.

4. Penyediaan logistik saat KLB

Tersedianya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penderita pada

saat terjadinya KLB diare.

5. Penyelidikan terjadinya KLB

Kegiatan yang bertujuan untuk pemutusan mata rantai penularan

dan pengamatan intensif baik terhadap penderita maupun

terhadap faktor risiko.

6. Pemutusan rantai penularan penyebab KLB Pembentukan pusat

rehidrasi.

Upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB

diare meliputi peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dan

penyuluhan kesehatan.

19

Page 20: Diare

2.3.8 Pencegahan Diare

Menurut Depkes RI (2000), penyakit diare dapat dicegah melalui

promosi kesehatan antara lain:

1. Pada balita eningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).

2. Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI pada

balita.

3. Penggunaan air bersih yang cukup.

4. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

5. Penggunaan jamban yang benar.

6. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan

bayi yang benar.

2.4 Hubungan Sanitasi Lingkungan Terhadap Penyakit Diare

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek,

yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu

sendiri.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu

maupun kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Menurut model

segitiga epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi satu sama lain

yaitu antara faktor lingkungan, agent dan host (Timmreck, 2004).

Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi

penentu pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan faktor

yang paling penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan

upaya perbaikan sanitasi lingkungan (Zubir, 2006). Seseorang yang daya

20

Page 21: Diare

tahan tubuhnya kurang, maka akan mudah terserang penyakit. Penyakit

tersebut antara lain diare, kolera, campak, tifus, malaria, demam berdarah

dan influensa (Slamet, 2002).

Masalah-masalah kesehatan lingkungan antara lain pada sanitasi

(jamban), penyediaan air minum, perumahan, pembuangan sampah dan

pembuangan air limbah (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa masalah lingkungan yang berhubungan dengan vector

penyakit adalah :( Depkes RI, 2001 )

1. Perubahan lingkungan fisik oleh kegiatan pertambangan,

pembangunan perumahan dan industry yang mengakibatkan

timbulnya tempat berkembang biaknya vector penyakit.

2. Pembangunan bendungan akan beresiko berkembang biaknya vector

penyakit.

3. System penyediaan air dengan perpipaan yang belum menjangkau

seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untuk

penampungan penyediaan air.

4. Sistem drainase pemukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi

syarat sehingga menjadi tempat perindukan penyakit.

5. Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan

sampah sarang vektor penyakit.

6. Perilaku sebagian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang

sehat, nyaman dan aman masih belum memadai.

21

Page 22: Diare

7. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vector

penyakit secara kimiawi, beresiko timbulnya keracunan dan

pencemaran lingkungan.

22

Page 23: Diare

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Keterangan: : Variabel terikat

: Variabel bebasGambar 1

Berdasarkan tujuan kepustakaan bahwa kejadian diare dipengaruhi oleh

sanitasi lingkungan yaitu yang terdiri dari sumber air minum, jamban, kualitas fisik

air bersih dan jenis lantai rumah. Kita ketahui bahwa pengawasan lingkungan fisik,

biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana

lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan merugikan

diperbaiki atau dihilangkan. Hasil yang diharapkan dari sanitasi lingkungan yang

baik yaitu tergantung dari peningkatan kualitaslingkungan dengan memperbaiki

23

Sumber Air minum

Jamban

Kualitas Fisik Air Bersih

Jenis Lantai Rumah

Kejadian Diare

Page 24: Diare

sanitasi lingkungan sumber air minum, jamban, kualitas fisik air bersih dan jenis

lantai rumah. Terciptanya sanitasi lingkungan yang baik akan menurunkan atau

mengurangi kejadian diare pada masyarakat. Hal ini terkait dengan pemanfaatan

sanitasi lingkungan, yang membawa dampak positif dalam kehidupan dan akan

terhindar dari penyakit.

3.2. Hipotesis penelitian

Ho : Terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan angka kejadian

diare

H1 : Tidak terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan angka

kejadian diare.

24

Page 25: Diare

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survey yang bersifat

observasional dengan metode pendekatan cross-sectional, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu

periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali

pengamatan selama penelitian (Machfoedz, 2007).

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa dari yang pernah

menderita diare yang bertempat tinggal di wilayah kerja RSUD

kabupaten Seruyan. Hasil dari random wilayah yang diambil adalah :

25

RSUD Kab.Seruyan

10 Kecamatan

2 Kelurahan

Kec. Seruyan Hilir

Kuala Pembuang I 1

Kuala Pembuang II

3 RW3 RW

33 RT 33 RT

RW 01

RT 28

RW 01

RT 18

110 Kepala Keluarga 146 Kepala Keluarga653 Jiwa 789 Jiwa

1442 Jiwa

Page 26: Diare

4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005). Rumus yang

dapat digunakan untuk menentukan besar sampel (Nursalam, 2003)

adalah:

n= N1+N (d) ²

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikasai (0,1)

n = 1422 = 93,4

1+ 1422 (0,1)²

Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 93

responden. Dibagi untuk 2 wilayah yaitu Kuala pembuang I mendapat

46 responden dan Kuala pembuang II mendapat 47 responden.

4.2.3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah menggunakan Simple Random Sampling, yaitu metode

pengambilan sampel secara acak di mana masing-masing populasi

mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel

(Murti, 2006).

26

Page 27: Diare

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Rumah sakit Kabupaten

Seruyan pada bulan Juli 2013-Juli 2014.

4.4. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

4.4.1. Variabel bebas (sebab)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan

yang meliputi sumber air minum, kualitas fisik air bersih,

kepemilikan jamban dan jenis lantai rumah.

4.4.2. Variabel terikat (akibat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada

balita di wilayah kerja Rumah Sakit Kabupaten Seruyan.

4.5. Definisi Operasional

4.5.1.Variabel bebas

Sanitasi Lingkungan adalah usaha untuk membina dan

menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan terutama

kesehatan masyarakat.

1. Sumber air minum adalah asal atau jenis air yang digunakan untuk

minum bagi keperluan hidup sehari-hari terdiri dari :

a. Skala pengukuran : Nominal

27

Page 28: Diare

b. Kategori : 1. Air terlindung

a. PDAM

b. Air mineral

2. Air tidak terlindung

a. Sungai

b. Sumur

c. Penampungan Air Hujan (PAH)

2. Kualitas fisik air bersih adalah kondisi fisik air minum yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

a. Skala pengukuran : Nominal

b. Kategori :

1. Memenuhi syarat, jika tidak keruh, tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak berasa.

2. Tidak memenuhi syarat, jika keruh, berwarna, berbau dan

berasa.

3. Kepemilikan jamban adalah sarana yang digunakan untuk buang

air besar yang dimiliki oleh responden.

a. Skala pengukuran : Nominal

b. Kategori :

1. Memiliki jamban, jika ada lubang leher angsa/tangki septik,

bersih dan tertutup.

2. Tidak memiliki jamban, jika tidak ada lubang leher

angsa/tangki septik, kotor dan tidak tertutup.

28

Page 29: Diare

4. Jenis lantai adalah keadaan lantai responden berdasarkan

bahannya.

a. Skala ukur : Nominal

b. Kategori :

1. Kedap air

a. Semen

b. Ubin

c. Keramik

2. Tidak kedap air

a. Tanah

b. Kayu/ bambu

4.5. 2. Variabel terikat

Kejadian diare adalah yang menderita diare dengan buang air besar

lembek, cair dan bahkan dapat berupa air saja lebih dari tiga kali

sehari dalam 6 bulan terakhir.

1. Skala ukur : Nominal

2. Kategori :

a. Diare, jika mengalami diare dalam 6 bulan terakhir.

b. Tidak diare, jika tidak mengalami diare dalam 6 bulan terakhir.

4.6. Prosedur Penelitian

4.6.1.Beberapa langkah yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Seruyan untuk mengetahui populasi dan sampel penelitian.

29

Page 30: Diare

2. Memberikan kuisioner pada penduduk yang menempatti wilayah

kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Seruyan yang tidak

buta huruf dan bersedia menjadi responden.

3. Menjelaskan cara pengisian quisioner.

4. Selanjutnya meneliti melakukan pengolahan data.

4.6.2. Instrumen yang digunakan:

Alat yang digunakan dalam kuisioner ini adalah lembar kuisioner

yang berisikan beberapa pertanyaan tentang kejadian diare dan

sanitasi lingkungan.

4.6.3. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah (editing, coding,

entry, dan tabulating data).

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,

konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses

pengolahan data dengan memberikan angka nol atau satu.

3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan

komputer.

4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan

diteliti guna memudahkan analisis data.

4.7. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

30

Page 31: Diare

4.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk

menggambarkan atau mendiskripsikan dari masing-masing variabel,

baik variabel bebas dan variabel terikat dan karakteristik responden.

4.7.2. Analisis bivariat

Dilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas dan variabel

terikat dengan uji statistik chi square (χ2) untuk mengetahi hubungan

yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel

terikat. Uji chi square dilakukan dengan mengunakan bantuan

perangkat lunak berbentuk komputer dengan tingkat signifikan p>0,05

(taraf kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan dengan

tingkat kepercayaan 95% :

1. Jika nilai sig p>0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

2. Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima

(Budiarto,1, 2001).

31

Page 32: Diare

DAFTAR PUSTAKA

Umiati. 2009. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hiswani. 2003. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Kejadiannya Sangat Erat Dengan Sanitasi Lingkungan. Universitas sumatera Utara.

Wijaya, Yulianto. 2012. Faktor Resiko Kejadian Diare Balita Di Sekitar TPS Banaran Kampus UNNES. Unnes Journal of Public Health.

Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Rumah Tangga dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa di Kecamatan Seruyan Hilir. Kalimantan Tengah.

Dirjend Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Limgkungan. 2011. Buku Saku Lintas Diare. Depkes RI. Jakarta.

Rahadi, E B. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Diare di Desa Peganjaran Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Tahun 2005. (KTI) UMS.

Darmawan, I made, dkk. 2008. Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingginya Diare Pada Balita Di Kelurahan Krian, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo(Studi Kasus). Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. (hlm 5-6)

Amaliah, Siti. 2010. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Faktor Budaya Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Jurnal UNISMUS.

Wulandari, Anjar Purwidiana. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Faktor Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009 (Skripsi).UMS.

Depkes, R.I. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan PPL.

32

Page 33: Diare

Dinkes, Seruyan. 2013. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Seruyan 2013. Seruyan, Kalimantan Tengah.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Soemirat, J. 2002. Kesehatan Lingkungan, cetakan ke lima. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

PIOGMA. 2009. Kasus Diare Di Indonesia. Universitas Gajah Mada.

33