Diare

7
Diagnosis Banding Diagnosis banding diare akut perlu dibuat sehingga kita dapat memberikan pengobatan yang lebih baik. Pasien diare akut dapat dibagi atas diare akut yang disertai demam/tinja berdarah dan diare akut yang tidak disertai demam/tinja berdarah. Pasien Diare Akut disertai Demam dan Tinja Berdarah Observasi Umum : diare sebagai akibat mikroorganisme infasif, lokasi sering di daerah kolon, diarenya berdarah sering tapi jumlah volume sedikit, sering diawali diare air. Patogen: 1). Shigella spp (disentri basiler, shigellosis), 2). Campylobacterjejuni, 3). Salmonella spp, Aeromonas hydrophila, V.parahaemolyticus, Plesiomonas shigelloides, Yersinia Diagnosis : 1). Diferensiasi klinik sulit, terutama membedakan dengan penyakit usus inflamatorik idiopatik non spesifik, 2). Banyak leukosit di tinja (pathogen invasive), 3) kultur tinja untuk Salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, 4). Darah tebal unutuk malaria Diare Akut Tanpa Demam Ataupun Darah Tinja Observasi Umum : pathogen non-invasif (tinja air banyak, tidak ada leukosit tinja), sering disertai nausea, kadang vomitus, lebih sering manifestasi dari diare turis (85% kasus), pada kasus kolera, tinja seperti cucian beras, sering disertai muntah

description

diARE

Transcript of Diare

Page 1: Diare

Diagnosis Banding

Diagnosis banding diare akut perlu dibuat sehingga kita dapat memberikan pengobatan yang

lebih baik. Pasien diare akut dapat dibagi atas diare akut yang disertai demam/tinja berdarah dan

diare akut yang tidak disertai demam/tinja berdarah.

Pasien Diare Akut disertai Demam dan Tinja Berdarah

Observasi Umum : diare sebagai akibat mikroorganisme infasif, lokasi sering di daerah kolon,

diarenya berdarah sering tapi jumlah volume sedikit, sering diawali diare air. Patogen: 1).

Shigella spp (disentri basiler, shigellosis), 2). Campylobacterjejuni, 3). Salmonella spp,

Aeromonas hydrophila, V.parahaemolyticus, Plesiomonas shigelloides, Yersinia

Diagnosis : 1). Diferensiasi klinik sulit, terutama membedakan dengan penyakit usus

inflamatorik idiopatik non spesifik, 2). Banyak leukosit di tinja (pathogen invasive), 3) kultur

tinja untuk Salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, 4). Darah tebal unutuk malaria

Diare Akut Tanpa Demam Ataupun Darah Tinja

Observasi Umum : pathogen non-invasif (tinja air banyak, tidak ada leukosit tinja), sering

disertai nausea, kadang vomitus, lebih sering manifestasi dari diare turis (85% kasus), pada kasus

kolera, tinja seperti cucian beras, sering disertai muntah

Patogen: 1. ETEC, penyebab tersering dari diare turis, 2. Giardia lamblia, 3.Rotavirus, virus

Norwalk, 4. Eksotoksin preformed dari S.aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfingens (tipe

A), diare disebabkan toksin dikarakterisasi oleh lama inkubasi yang pendek 6 jam, 5. Penyebab

lain: vibrio parahaemolyticusn(ikan laurt dan shell fish yang tidak cukup didinginkan), vibrio

cholera (kolera), bahkan toksik pada makanan (logam berat missal preservative kaleng, nitrit,

pestisida, histamine pada ikan), jamur, kriptosporidium, Isospora belli (biasa pada pasien HIV

positif meskipun dapat terjadi juga pada manusia normal).

Diagnosis: tidak ada leukosit dalam tinja, kultur tinja (sangat rendah pada diare air), tes untuk

ETEC tidak biasa, tersedia pada laboratorium rutin, pemeriksaan parasit unutuk tinja segar,

sering seberapa pemeriksaan ulangan dibutuhkan untuk mendeteksi Giardia lamblia

Penatalaksaan

Page 2: Diare

Penatalaksaan pada diare akut antara lain:

Rehidrasi. B ila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat

dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup, dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan

yang banyak dan dehidrasi, penatalaksaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasioral

dengan cairan isotonic mengandun elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi

rehidrasi oral murah, efektif, dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain :

pedialit, oralit, dll. Cairan infus antara lain : ringer laktat,dll. Cairan diberikan 50 sampai 200 ml

perkg BB per 24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.

Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu di nilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi terdiri

dari dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2

sampai 5% dari BB. Bila pasien kehilangan cairan 5 sampai 8% dari BB. Bila pasien

kehilangacairan 8 sampai 10%.

Prinsp menentukan jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumalah cairan yang keluar

dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan :

1. BJ plasma dengqn rumus :

Kebutuhan cairan = BJ plasma – 1, 025 x BBx 4 ml

0,001

2. Berdasarkan klinis :

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5%x BB (kg)

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)

3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis :

Kebutuhan cairan =Skor x 10% xkgBBx 1 liter

15

Bila skor < 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak

mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan

cairan perintravena.

Page 3: Diare

Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral, melalaui selang nasogastrik atau

intravena.

Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh

darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan

peroral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/ saluran cerna

atas tak ada dipakai. Pemberian per oral diberikan lauran oralit yang hipotonik dengan

komposisi 29 g glukosa 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5 g KCl setiap liter.

Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.

Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:

a. Dua jam pertama 9tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut

rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar

tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.

b. Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan

kehilangan cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor

Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan peroral.

c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui

tinja dan insensible waterloss (IWL).

Diet. Pasien diare dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru

minum minuman sari buah, the, minumantidak bergas, makanan mudah dicernaseperti pisang,

nasi keripik dan sup.susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang

disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena

dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

Obat anti diare. Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala.

a. Yang paling efektif yaitu derivate opioid missal loperamide, difenoksilat-atropin dan

tinktur opium. Loperamid paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping

paling kecil

b. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi

pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas

penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi

Page 4: Diare

Shigella) bila tanpa disertai antimikroba, karena dapat memperlama penyembuhan

penyakit.

c. Obat yang mengeraskan tinja : atapulgit 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap

diare / BAB encer sampai diare berhenti.

d. Obat anti sekretorik atau antienkephalinase : hidrasec 3 x 1 tab/hari

Obat antimikroba. Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease

karena virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empiric tidak dianjurkan pada semua pasien.

Pengobatan empiric diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri

invasive, diare turis atau imunosupresif. Oabta pilihan yaitu kuinolon (missal siprofloksasin 500

mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri patogen invasive termasuk

Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas spesies. Sebagai alternative

yaitu kotrimoksazol (trimetoprim/sulfametoksazol, 160/800mg 2 x/hari, atau eritromisin selama

7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis

Untuk turis tertentu yang bepergian kedaerah risiko tinggi, kuinolon (missal siprofloksasin 500

mg/hari) dapat dipakai sebagai profilaktik yang memberikan perlindungan sekitar 90%. Obat

profilaktik lain termasuk trimetoprim-sulfametoksazol dan bismuth subsalisilat. Patogen spesifik

yang harus diobati a.l vibrio cholera, clostridium difficle, parasit, traveler’s diarrhea, dan infeksi

karena panyekit karena penyakit seksual (gonorrhea, sifilis, klamidiosis dan herpes simpleks).

Patogen yang mungkin diobati termasuk vibrio non kolera, yersenia dan campylobacter, dan bila

gejala lebih lama pada infeksi aeromonas, plesiomonas, dan E coli enteropathogenic. Obat

pilihan bagi diare karena clostridium difficle yaitu metronidazol oral 25-500 mg 4 x/hari selama

7-10 hari. Vankomisin merupakan obat alternative, tetapi lebih mahal dan harus dimakan oral

karena tidak efektif bila diberikan secara parenteral. Metronidazol intravena diberikan pada

pasien yang tidak dapat mentoleransi pemberian per oral.

Kesimpulan

Pada diare akut harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis yng baik unutuk menentukan

diagnosis penyebab diare akut dan ada/tridaknya dehidrasi. Penatalaksaan diare akut terdiri dari

dehidrasi, diet, obat antidiare dan obat antimikroba bila penyebabnya infeksi