Diare
description
Transcript of Diare
Diagnosis Banding
Diagnosis banding diare akut perlu dibuat sehingga kita dapat memberikan pengobatan yang
lebih baik. Pasien diare akut dapat dibagi atas diare akut yang disertai demam/tinja berdarah dan
diare akut yang tidak disertai demam/tinja berdarah.
Pasien Diare Akut disertai Demam dan Tinja Berdarah
Observasi Umum : diare sebagai akibat mikroorganisme infasif, lokasi sering di daerah kolon,
diarenya berdarah sering tapi jumlah volume sedikit, sering diawali diare air. Patogen: 1).
Shigella spp (disentri basiler, shigellosis), 2). Campylobacterjejuni, 3). Salmonella spp,
Aeromonas hydrophila, V.parahaemolyticus, Plesiomonas shigelloides, Yersinia
Diagnosis : 1). Diferensiasi klinik sulit, terutama membedakan dengan penyakit usus
inflamatorik idiopatik non spesifik, 2). Banyak leukosit di tinja (pathogen invasive), 3) kultur
tinja untuk Salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, 4). Darah tebal unutuk malaria
Diare Akut Tanpa Demam Ataupun Darah Tinja
Observasi Umum : pathogen non-invasif (tinja air banyak, tidak ada leukosit tinja), sering
disertai nausea, kadang vomitus, lebih sering manifestasi dari diare turis (85% kasus), pada kasus
kolera, tinja seperti cucian beras, sering disertai muntah
Patogen: 1. ETEC, penyebab tersering dari diare turis, 2. Giardia lamblia, 3.Rotavirus, virus
Norwalk, 4. Eksotoksin preformed dari S.aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfingens (tipe
A), diare disebabkan toksin dikarakterisasi oleh lama inkubasi yang pendek 6 jam, 5. Penyebab
lain: vibrio parahaemolyticusn(ikan laurt dan shell fish yang tidak cukup didinginkan), vibrio
cholera (kolera), bahkan toksik pada makanan (logam berat missal preservative kaleng, nitrit,
pestisida, histamine pada ikan), jamur, kriptosporidium, Isospora belli (biasa pada pasien HIV
positif meskipun dapat terjadi juga pada manusia normal).
Diagnosis: tidak ada leukosit dalam tinja, kultur tinja (sangat rendah pada diare air), tes untuk
ETEC tidak biasa, tersedia pada laboratorium rutin, pemeriksaan parasit unutuk tinja segar,
sering seberapa pemeriksaan ulangan dibutuhkan untuk mendeteksi Giardia lamblia
Penatalaksaan
Penatalaksaan pada diare akut antara lain:
Rehidrasi. B ila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat
dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup, dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan
yang banyak dan dehidrasi, penatalaksaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasioral
dengan cairan isotonic mengandun elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi
rehidrasi oral murah, efektif, dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain :
pedialit, oralit, dll. Cairan infus antara lain : ringer laktat,dll. Cairan diberikan 50 sampai 200 ml
perkg BB per 24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu di nilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi terdiri
dari dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2
sampai 5% dari BB. Bila pasien kehilangan cairan 5 sampai 8% dari BB. Bila pasien
kehilangacairan 8 sampai 10%.
Prinsp menentukan jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumalah cairan yang keluar
dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan :
1. BJ plasma dengqn rumus :
Kebutuhan cairan = BJ plasma – 1, 025 x BBx 4 ml
0,001
2. Berdasarkan klinis :
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5%x BB (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)
3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis :
Kebutuhan cairan =Skor x 10% xkgBBx 1 liter
15
Bila skor < 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak
mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan
cairan perintravena.
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral, melalaui selang nasogastrik atau
intravena.
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh
darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan
peroral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/ saluran cerna
atas tak ada dipakai. Pemberian per oral diberikan lauran oralit yang hipotonik dengan
komposisi 29 g glukosa 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5 g KCl setiap liter.
Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.
Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:
a. Dua jam pertama 9tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut
rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar
tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan
kehilangan cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor
Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan peroral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui
tinja dan insensible waterloss (IWL).
Diet. Pasien diare dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru
minum minuman sari buah, the, minumantidak bergas, makanan mudah dicernaseperti pisang,
nasi keripik dan sup.susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang
disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
Obat anti diare. Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala.
a. Yang paling efektif yaitu derivate opioid missal loperamide, difenoksilat-atropin dan
tinktur opium. Loperamid paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping
paling kecil
b. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi
pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas
penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi
Shigella) bila tanpa disertai antimikroba, karena dapat memperlama penyembuhan
penyakit.
c. Obat yang mengeraskan tinja : atapulgit 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap
diare / BAB encer sampai diare berhenti.
d. Obat anti sekretorik atau antienkephalinase : hidrasec 3 x 1 tab/hari
Obat antimikroba. Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease
karena virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empiric tidak dianjurkan pada semua pasien.
Pengobatan empiric diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri
invasive, diare turis atau imunosupresif. Oabta pilihan yaitu kuinolon (missal siprofloksasin 500
mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri patogen invasive termasuk
Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas spesies. Sebagai alternative
yaitu kotrimoksazol (trimetoprim/sulfametoksazol, 160/800mg 2 x/hari, atau eritromisin selama
7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis
Untuk turis tertentu yang bepergian kedaerah risiko tinggi, kuinolon (missal siprofloksasin 500
mg/hari) dapat dipakai sebagai profilaktik yang memberikan perlindungan sekitar 90%. Obat
profilaktik lain termasuk trimetoprim-sulfametoksazol dan bismuth subsalisilat. Patogen spesifik
yang harus diobati a.l vibrio cholera, clostridium difficle, parasit, traveler’s diarrhea, dan infeksi
karena panyekit karena penyakit seksual (gonorrhea, sifilis, klamidiosis dan herpes simpleks).
Patogen yang mungkin diobati termasuk vibrio non kolera, yersenia dan campylobacter, dan bila
gejala lebih lama pada infeksi aeromonas, plesiomonas, dan E coli enteropathogenic. Obat
pilihan bagi diare karena clostridium difficle yaitu metronidazol oral 25-500 mg 4 x/hari selama
7-10 hari. Vankomisin merupakan obat alternative, tetapi lebih mahal dan harus dimakan oral
karena tidak efektif bila diberikan secara parenteral. Metronidazol intravena diberikan pada
pasien yang tidak dapat mentoleransi pemberian per oral.
Kesimpulan
Pada diare akut harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis yng baik unutuk menentukan
diagnosis penyebab diare akut dan ada/tridaknya dehidrasi. Penatalaksaan diare akut terdiri dari
dehidrasi, diet, obat antidiare dan obat antimikroba bila penyebabnya infeksi